View
219
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
14
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Belajar Menurut Teori Konstruktivisme
“Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam
perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut
aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan
tertentu11
.” Sedangkan belajar menurut teori kontruktivisme adalah suatu
pendekatan dimana peserta didik secara individual menemukan dan
menstransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan
aturan yang ada dan merevisikannya bila perlu. Sehingga belajar merupakan
proses perubahan tingkah laku menuju kearah yang lebih baik. Belajar dalam
proses pembelajaran diusahakan agar memberikan kondisi terjadinya proses
pembentukan jati diri dan pengetahuan pada diri peserta didik. Oleh karena itu
dalam proses pembelajaran peserta didik harus lebih berperan aktif , sehingga
peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas.
Teori belajar konstruktivisme lahir dari pandangan Piaget dan Vigotsky.
Menurut pandangan Piaget dan Vigotsky adanya hakikat sosial dari sebuah proses
belajar dan juga tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan
kemampuan anggotanya yang beragam, sehingga terjadi perubahan konseptual.
Piaget menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan
disusun di dalam diri peserta didik. “Keaktifan peserta didik menjadi unsur yang
amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas mandiri adalah
11
Aunurrahman, op, cit, hal. 35
15
jaminan untuk mencapai hasil belajar yang optimal12
.” Proses pembelajaran
konstruktivisme Piaget menekankan pada kegiatan internal individu terhadap
objek yang dihadapi dan pengalaman yang dimiliki seseorang. Konsep belajar
konstruktivisme Vigotsky mengartikan bahwa belajar adalah adanya sebuah
proses yang melibatkan dua elemen penting. ”Pertama, belajar merupakan proses
secara biologi sebagai proses dasar. Kedua, proses secara psikososial sebagai
proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial
budaya13
. Konstruktivisme Vigotsky menekankan pada interaksi sosial dan
melakukan konstruksi pengetahuan dari lingkungan sosial.
Pandangan konstuktivisme Piaget dan Vigotsky menekankan pentingnya
interaksi dengan teman sebaya melalui pembentukan kelompok belajar. Kelompok
belajar memberikan kesempatan kepada peserta didik secara aktif untuk
mengungkapkan apa yang dipikirkan peserta didik kepada teman sebaya. Hal ini
nantinya akan membantu peserta didik untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas
dan melihat ketidaksesuaian pandangan diri mereka sendiri.
2.2. Tinjauan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara
peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah
campuran peserta didik yang terdiri dari peserta didik yang berprestasi rendah,
berprestasi tinggi, jenis kelamin, dan suku. Hal ini memberikan kesempatan
12
Budiningsih, 2008, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, hal.
450. 13 Ibid, hal.74.
16
kepada peserta didik dengan latar belakang dan kondisi yang beragam untuk
bekerja sama, belajar dan saling menghargai.
Pembelajaran kooperatif ini akan dapat dicapai apabila semua anggota tim
bisa belajar mengenai kompetensi dasar yang telah diajarkan. Pembelajaran
kooperatif merupakan pembelajaran dimana peserta didik bekerja sama dalam
belajar dan bertanggung jawab terhadap sesama teman satu timnya serta mampu
membuat diri mereka belajar sama baiknya. Pembelajaran ini terdapat tugas-tugas
yang diberikan pada peserta didik, bukan melakukan sesuatu sebagai sebuah tim
tetapi belajar sesuatu sebagai sebuah tim. Pembelajaran ini akan menciptakan
sebuah interaksi yang lebih luas yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan
antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik dan peserta
didik dengan guru.
Model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai paling sedikit
tiga tujuan penting: prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap
keanekaragaman dan pengembangan keterampilan sosial.
Tujuan pembelajaran kooperatif akan tercapai melalui enam fase. Enam
fase atau langkah utama yang terlibat dalam pembelajaran yang menggunakan
model cooperative learning adalah:
“1. Pelajaran dimulai dengan guru membahas tujuan-tujuan
pembelajaran dan membangkitkan motivasi belajar.
2. Fase ini diikuti oleh persentasi informasi, seringkali dalam
bentuk teks daripada ceramah.
3. Siswa kemudian diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok
belajar.
4. Dalam langkah berikutnya siswa dibantu guru, bekerja
bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-tugas
interdependen.
17
5. Persentasi akhir kelompok atau menguji segala yang sudah
dipelajari siswa.
6. Memberi pengakuan pada usaha kelompok maupun individu.”
(Richard I.Arends, 2010:6)14
Pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan melalui berbagai tipe, guru
dapat memilih tipe yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Tipe-tipe
dalam model pembelajaran kooperatifyaitu: tipe STAD ( Student Teams
Achievement Divisions), tipe Jigsaw II, tipe TGT (Teams Games Tournament),
tipe TAI (Teams Assisted Individualization), tipe GI (Group Investigation).
Kelima metode ini melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual dan
kesempatan sukses yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda.
2.3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
Metode GI (Group Investigation) berasal dari jaman John Dewey dan
dikembangkan serta diperbaharui oleh Shlomo dan Yael Sharan. ”GI merupakan
pendekatan kooperatif yang kompleks dengan perencanaan pengaturan kelas
yang umum di mana siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan
pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek
kooperatif”15
. Metode pembelajaran GI merupakan salah satu metode kooperatif
yang mendorong peserta didik untuk menumbuhkan kemampuan berpikir
mandiri, saling bekerja sama dalam kelompok dan menguasai materi yang
disampaikan oleh guru. GI ini mengajak peserta didik untuk lebih aktif dalam
berfikir dan mengkomunikasikan gagasan dalam proses pembelajaran.
14 Richard L. Arend, loc. cit, hal.7. 15 Robert E. Slavin, 2009, Cooperatif Learning (Teori, Riset dan Praktek), Nusa
Media, Bandung, hal. 24.
18
GI merupakan salah satu model pembelajaran dimana peserta didik
dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam
orang anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik dari unit yang telah
dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas
pribadi, dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan
kelompok. Tiap kelompok lalau mempresentasikan atau menampilkan penemuan
mereka di hadapan seluruh kelas.
Dalam metode kooperatif GI, peran guru adalah bertindak sebagai nara
sumber dan fasilitator, guru tersebut berkeliling di antara kelompok-kelompok
yang ada, untuk melihat bahwa peserta didik bisa mengelola tugasnya, membantu
tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah
dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek
pembelajaran.
Dalam Group Investigation, peserta didik bekerja melalui enam tahap.
Tahap- tahap ini dan komponennya dijabarkan dibawah ini :
Tahap 1 : Mengidentifikasi Topik dan Mengatur Murid
ke dalam kelompok
- Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan
sejumlah topic, dan mengkategorikan saran- saran.
- Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk
mempelajari topic yang telah mereka pilih
- Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan
siswa dan harus bersifat heterogen.
- Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan
memfasilitasi pengaturan.
Tahap 2 : Merencanakan tugas yang akan dipelajari
Para siswa merencanakan bersama mengenai :
- Apa yang kita pelajari?
- Bagaiman kita mempelajarinya?
- Siapa yang melakukan apa?( pembagian tugas)
- Untuk tujuan atau kepentingan apa kita
19
menginvestigasikan topic?
Tahap 3 :Melaksanakan Investigasi
- Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis
data, dan membuat kesimpulan.
- Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-
usaha yang dilakukan kelompoknya
- Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi,
dan mensistesis semua gagasan
Tahap 4: Menyiapkan laporan akhir
- Anggota kelompok menentukan pesan- pesan esensial
dari proyek mereka
- Anggota kelompok merencanakan apa yang akan
mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan
membuat presentasi mereka
- Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara
untuk mengkoordinasikan rencana- rencana presentasi
Tahap 5 : Mempresentasikan Laporan Akhir
- Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam
bergbagai macam bentuk
- Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan
pendengarannya secra aktif
- Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan
penampilan presentasi berdasarkan criteria yang telah
ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.
Tahap 6 : Evaluasi
- Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai
topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka
kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-
pengalaman mereka.
- Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi
pembelajaran siswa
- Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi
pemikiran paling tinggi.16
Menurut Suherman (2001: 75) metode pembelajaran kooperatif teknik
Group Investigation memiliki kelebihan dan kekurangan, di antaranya:
1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif teknik Group Investigation.
- Peserta didik menjadi lebih aktif.
16 Ibid, hal. 218.
20
- Tugas guru menjadi lebih ringan.
- Setiap kelompok mendapatkan tugas yang berbeda sehingga tidak
mudah untuk mencari jawaban dari kelompok lain
- Diskusi menjadi lebih aktif.
- Peserta didik yang nilainya tertinggi diberikan penghargaan yang
dapat mendorong semangat belajar peserta didik.
2. Kekurangan model pembelajaran kooperatif teknik Group
Investigation.
- Peserta didik cenderung ribut, sebab peran seorang guru sangat
sedikit.
- Membutuhkan waktu yang lama.
- Biasanya peserta didik mengalami kesulitan dalam menjelaskan
hasil temuannya kepada temannya.
Dari pendapat di atas maka dapat kita ketahui bahwa kelebihan dari
metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ini adalah peserta didik
menjadi lebih aktif, tugas guru lebih ringan, menumbuhkan rasa tanggungjawab,
diskusi menjadi lebih efektif. Sedangkan kelemahannya adalah peserta didik
cenderung menjadi ribut, peserta didik mengalami kesulitan dalam menjelaskan
materi kepada temannya.
2.4. Motivasi
Motivasi sangat berperan penting dalam proses belajar peserta didik,
dengan adanya motivasi mendorong peserta didik untuk berusaha keras agar dapat
memperhatikan dan memahami materi pembelajaran.
21
”Menurut pakar psikologi, motivasi merupakan proses internal
yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari
waktu ke waktu. Dalam bahasa sederhana, motivasi adalah
sesuatu yang menyebabkan Anda melangkah, membuat Anda tetap
melangkah, dan menentukan ke mana Anda mencoba
melangkah”17
Peserta didik yang termotivasi untuk mempelajari materi pembelajaran
akan menggunakan seluruh perhatian, pikiran,dan tenaganya untuk lebih berusaha
keras memahami, menyerap dan mengingat materi pembelajaran yang
disampaikan oleh guru. Penulis berpendapat, bahwa motivasi di dalam
pembelajaran adalah ketertarikan pada proses pembelajaran untuk lebih
memperhatikan, memahami dan mengingat secara terus-menerus serta diikuti oleh
perasaan senang atas kepuasan yang diperoleh di dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran diperlukan sebagai suatu proses pemusatan perhatian
agar yang dipelajari oleh peserta didik akan mudah dipahami. Peserta didik dapat
melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan atau tidak diminati
untuk dilakukan. Terjadilah suatu perubahan tingkah laku yang meliputi
keseluruhan pribadi peserta didik baik dari aspek kognitif, psikomotor, maupun
afektif. Peningkatkan motivasi belajar peserta didik di dalam proses pembelajaran
dapat dilakukan dengan bentuk kegiatan peserta didik, bekerja untuk mengalami
sendiri yang ada di lingkungan sekitar peserta didik secara berkelompok dan
mengkonsepkan pengalaman-pengalaman yang di dapat oleh peserta didik.
Peserta didik dengan kegiatan tersebut akan memperoleh pengalaman
pembelajaran yang dirasa sangat optimal.
17 Robert E. Slavin, 2009, Psikologi Pendidikan (Teori Dan Praktik), Indeks,
Jakarta, hal. 99.
22
Indikator motivasi belajar peserta didik terdiri dari adanya perhatian,
adanya kegiatan dan adanya rasa senang terhadap materi pembelajaran yang di
sampaikan. Indikator adanya perhatian dijabarkan menjadi dua bagian, yaitu
perhatian terhadap bahan ajar dan memahami materi pelajaran di dalam
pembelajaran. Kegiatan dibedakan menjadi pelaksanaan aktivitas kegiatan
terhadap bahan ajar dan secara aktif untuk menyelesaikan tugas-tugas di dalam
proses pembelajaran secara tepat waktu. Rasa senang meliputi rasa senang
mengetahui bahan pelajaran, senang mengikuti proses pembelajaran, dan antusias
di dalam menyelesaikan tugas belajar.
2.5. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu kemampuan atau keterampilan yang
dimiliki oleh peserta didik setelah peserta didk tersebut mengalamai aktivitas atau
proses belajar. Aktivitas atau proses tersebut dapat memberikan perubahan
tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, motivasi, dan ketrampilan dari
peserta didik sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :1.
Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi
belajar,minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan,
sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis ; 2. Faktor yang datang dari luar diri
peserta didik atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran. Hasil belajar
yang dicapai peserta didik menurut Sudjana, melalui proses belajar mengajar yang
optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan
motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak
23
mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang
lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya
mempertahankan yang telah dicapai.
Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia
tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia ,mempunyai
potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha
sebagaimana mestinya.
Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya,
seperti akan tahan lama diingat,membentuk perilaku,
bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan
dankemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan
kreativitasnya.
Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh
(komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan
atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranahpsikomotorik,
keterampilan atau perilaku.
Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan
mengendalikan diri terutamadalam menilai hasil yang
dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan
usaha belajarnya.18
Indikator hasil belajar peserta didik ditandai dengan adanya nilai peserta
didik yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) yang ditetapkan
oleh sekolah. Dalam penelitian ini KKM yang ditetapkan oleh Sekolah Menengah
Kejuruan Pelita Salatiga untuk mata pelajaran akuntansi kelas XI adalah 75.
2.6. Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan dan Standar Kompetensi
Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan
18
Aunurrahman, loc. cit, hal. 67.
24
meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau seluruh kelompok mata
pelajaran.
”Standar Kompetensi ditetapkan berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Pasal 1 :
1. Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar
dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
menentukan kelulusan peserta didik.
2. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan
pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan
minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi
lulusan minimal mata pelajaran.
3. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum pada Lampiran Peraturan Menteri ini.”19
Keseluruhan standar kompetensi lulusan tersebut adalah kompetensi
minimum yang harus dilaksanakan. Setiap satuan pendidikan dapat menambahkan
kompetensi – kompetensi yang dinilai penting untuk menunjang mutu dan
relevansi kompetensi lulusan.
Dasar Kompetensi kejuruan merupakan salah satu mata pelajaran yang ada
di dalam Program Keahlian Akuntansi. Produktif Akuntansi merupakan salah satu
mata diklat yang ada di dalam program keahlian akuntansi. Program keahlian
akuntansi bertujuan untuk membekali peserta didik dengan keterampilan,
pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam:
a. Mempersiapkan tamatan yang memiliki kepribadian dan berakhlak
mulia sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang kompeten sesuai
program keahlian akuntansi.
19 TIM MGMP Pemasaran SMK Negeri 1 Salatiga, op. cit. hal. 10
25
b. Membekali peserta didik untuk berkarir, mandiri yang mampu
beradaptasi di lingkungan kerja sesuai bidangnya dan mampu
menghadapi perubahan yang terjadi di masyarakat.
c. Membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap
agar kompeten dalam :
1) Mengelola dokumen transaksi
2) Memproses dokumen dana kas kecil
3) Memproses dokumen dana kas di bank
4) Memproses entri jurnal
5) Memproses buku besar memproses buku besar
6) Mengelola kartu piutang
7) Mengelola kartu persediaan
8) Mengelola kartu aktiva tetap
9) Mengelola kartu utang
10) Menyajikan laporan harga pokok produk
11) Menyusun laporan keuangan
12) Menyiapkan surat pemberitahuan pajak
Penelitian tindakan akan dilakukan pada standar kompetensi mengelola
administrasi dana kas kecil, dengan kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan
administrasi dana kas kecil. Pada kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan
administrasi dana kas kecil, akan membahas mengenai materi pembelajaran
prosedur pengelolaan administrasi dana kas kecil yang berisi tentang prosedur
26
pembentukan dana kas kecil (awal), prosedur penggunaan dana kas kecil, dan
prosedur pengisian kembali dana kas kecil secara sistematis.
2.7. Pembelajaran Dengan Metode GI Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan
Pengelolaan Administrasi Dana Kas Kecil.
Pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif Group
Investigation (GI) merupakan pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk
berperan aktif di dalam setiap kegiatan pembelajaran.
”Menurut Killen, beberapa ciri esensial group investigation
sebagai pendekatan pembelajaran adalah :
1. Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan
memiliki independensi terhadap guru;
2. Kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan;
3. Kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan
mereka untuk mengumpulkan sejumlah data,
menganalisisnya dan mencapai beberapa kesimpulan;
4. Siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di
dalam belajar;
5. Hasil-hasil dari penelitian siswa dipertukarkan di antara
seluruh siswa.” 20
Peran peserta didik dalam pembelajaran GI, peserta didik benar-benar dituntut
untuk aktif berfikir mandiri dan aktif bekerja dalam kelompok sesuai dengan
kompetensi dasar yang diajarkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Kompetensi dasar yang dibahas dalam penelitian ini adalah kompetensi
dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil, pada materi
pembelajaran prosedur pengelolaan administrasi dana kas kecil yang berisi
tentang materi prosedur pembentukan dana kas kecil (awal), prosedur penggunaan
dana kas kecil, dan prosedur pengisian kembali dana kas kecil dengan
20 Aunurrahman, loc. cit, hal.153.
27
menggunakan metode pembelajaran GI. Setiap prosedur pengelolaan administrasi
dana kas kecil diuraikan tentang bagaimana cara pengelolaan administrasi dana
kas kecil dan tugas dari masing-masing bagian prosedur pengelolaan administrasi
dana kas kecil.
Penerapan metode pembelajaran GI pada kompetensi dasar menyiapkan
pengelolaan administrasi dana kas kecil ini peserta didik kelas XI Program
Keahlian Akuntasi yang terdiri dari 15 anak dibagi ke dalam tiga kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari lima peserta didik. Setiap kelompok
mendapatkan topik atau materi tentang prosedur pengelolaan administrasi dana
kas kecil. Tiga kelompok ini memiliki tugas yang berbeda yaitu melakukan
investigasi atau wawancara kepada Kepala Bendahara Yayasan SMK Pelita
Salatiga, Kepala Tata Usaha SMK Pelita Salatiga, dan Kepala Bank Artha Pelita
SMK Pelita Salatiga. Setelah melakukan wawancara tersebut, kelompok membuat
laporan hasil investigasi yang kemudian hasilnya akan dipresentasikan di depan
kelas.
Penerapan metode pembelajaran GI pada kompetensi dasar ini, guru
berperan sebagai mediator dan fasilitator di dalam setiap kegiatan pembelajaran
peserta didik. Diharapkan dengan pembelajaran ini motivasi peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran meningkat, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar
seluruh peserta didik.
2.8. Kerangka Berpikir
Kinerja akademik (hasil belajar) peserta didik pada kompetensi dasar
menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil ditentukan oleh proses
28
belajar peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Untuk memahami
materi tersebut sudah sewajibnya guru dapat menumbuhkan motivasi peserta
didik, agar dalam proses pembelajaran di kelas mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan. Penggunaan metode Group Investigation (GI) dipilih sebagai
metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik
dalam rangka mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran. Metode GI ini
dilakukan dalam dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Kerangka berpikir penelitian yang mendasari penulis dalam penelitian
tindakan ini adalah sebagai berikut :
Skema 2.1. Kerangka Penelitian Pembelajaran Kooperatif GI
Pembelajaran Guru Mengajar Dengan Metode
Ceramah Bervariasi
Motivasi yang
rendah
Hasil Belajar
Peserta Didik Rendah
Tindakan
Perbaikan
Guru Mengajar
Dengan Metode
Kooperatif GI
Siklus 1
Siklus 2
Hasil Belajar
Peserta Didik
(mencapai 75)
Motivasi Belajar Peserta Didik
Mencapai Indikator
Keberhasilan (
75%)
29
2.9. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan metode
kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat membuat peserta didik di kelas XI
Program Keahlian Akuntansi pada kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan
administrasi dana kas kecil menunjukkan pengaruh positif berupa:
1. Peningkatan motivasi belajar peserta didik.
Bertujuan untuk meningkatkan perhatian, kegiatan, dan rasa senang
peserta didik terhadap proses pembelajaran.
2. Peningkatkan hasil belajar peserta didik.
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja peserta didik dalam
tugas-tugas akademik dalam pembelajaran.
Recommended