View
223
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
15
BAB. II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. KAJIAN TEORI
1. Sindrom Metabolik
Sindrom Metabolik sering disebut dengan sindrom x merupakan
sekumpulan kelainan metabolisme dimana penyebab utama sindrom ini
saling berinteraksi yaitu obesitas dan kerentanan metabolisme endogen
(Reaven, 2002), ketika seorang mengidap obesitas telah memiliki 3 dari 5
faktor resiko, meskipun banyak faktor diyakini terlibat, penyebab Sindrom
Metabolik belum sepenuhnya terkuak.
Faktor yang terbukti berpengaruh pada resistensi insulin ini faktor
genetik, penggunaan karbohidrat dan gula secara berlebihan, penggunaan
asam lemak jenuh yang berlebihan sementara asam lemak esensial terlalu
sedikit, ketidak imbangan antara kalsium dan magnesium, penggunaan obat
simultan tertentu serta stress.(Gregory. 2000)
Selama ini faktor-faktor yang mempengaruhi sebagai penyebab
Sindroma Metabolik terkait dengan obesitas, antara lain, pola makan, kurang
olahraga, kelainan metabolisme, mekanisme neuroendokrin, psikologi, obat-
obatan, faktor sosial ekonomi dan gaya hidup serta faktor genetika (Wijaya,
2004; Grundy, 2004; Shemiardji, 2004).
Risiko Metabolik Syndrom menurut The American Heart Association
and National Heart, Lung and Blood Institute, pada tahun 2005
mempublikasikan kriteria diagnosa yang baru dari Sindrom Metabolik sesuai
16
dengan kriteria The National Cholesterol Educations Program-Third Adult
Treatment Panel (NCEP-ATP III), dengan beberapa modifikasi.
Sindrom metabolik ditegakkan, apabila seseorang memiliki sedikitnya
tiga dari kriteria di bawah ini: 1).Peningkatan tekanan darah (> 130/85
mmHg). 2).Penurunan kadar kolesterol HDL (< 40 mg/dl) dan wanita (<50
mg/dl). 3).Peningkatan glukosa darah puasa (> 100 mg/dl). 4).Peningkatan
kadar trigliserida (> 150 mg/dl). 5).Lingkar perut laki-laki > 90 cm dan pada
wanita> 80 cm
Definisi dan kriteria paling banyak digunakan adalah yang dibuat oleh
WHO, The Eropean Groupmfor The Study Of Insulin Resistence (EGIR), dan
NCEP ATP III, seluruh organisasi tersebut telah sepakat bahwa komponen
utama sindrom metabolik adalah obesitas, dislipidmea, dan hipertensi.
a. Identifikasi 6 komponen Sindrom Metabolik NCEP ATP III yaitu:
1) Obesitas obdominal Salah satu bentuk obesitas yang paling kuat dengan
sindrom metabolik, obesitas ini diperoleh melalui pengukuran lingkar perut.
2) Dislipidemia atherogenik di indentifikasi dengan peningkatan trigeserida
dan penurunan HDL. Analisis yang lebih lengkap peningkatan lipoprotein
remanan, peningkatan apolipoprotein B, partike LDL yang berukuran kecil
dan Partikel HDL yang berukuran kecil.
3) Peningkatan tekanan darah Peningkatan tekanan darah sangat berkaitan
dengan obesitas dan biasanya timbul pada orang yang mengalami resistensi
insulin
17
4) Resistensi insulin
Resistensi insulin diderita oleh sebagian besar orang yang mengalami
sindrom metabolik, memiliki korelasi yang kuat diantara faktor resiko yang
lain, terutama faktor resiko penyakit jatung koroner.
5) Intolerance glukosa
6) Status pro inflamasi
Ditandai dengan peningkatan C-reative protein (CRP). Berbagai mekanisme
akan menimbulkan peningkatan CRP salah satunya adalah obesitas, akibat
kelebihan jaringan adipose akan menghasilkan sitokin yang akan
menimbulkan reaksi inflamasi
7) Status protrombotik.
Dengan peningkatan plasmogen activator inhibitor (PAI)-1 plasma dan
fibrinogen. Fibrinogen merupakan reaktan fase akut seperti CRP, akan
meningkatkan pada kondisi sitokin yang tinggi pada tubuh,
Resiko ini bisa terjadi lebih awal pada usia 17-20 tahun pada masa
menjalani proses pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (kuliah) dengan
pola gaya hidup dan perilaku dalam pola komsumsi makanan dan kurangnya
aktifitas serta timbulnya obesitas. Seseorang yang menderita obesitas
tentunya belum tentu memiliki penyakit penyerta, dilaporkan bahwa banyak
juga yang memiliki metabolisme yang normal, secara umum bagaimana pun
juga obesitas dianggap sebagai suatu penyakit dengan gangguan metabolisme
18
Apabila trend ini berjalan terus seperti sekarang ini, maka pada tahun
2025 tidak mustahil penduduk indonesis akan menyandang gelar obesogenik
terutama di daerah urban. Faktor- faktor resiko metabolik dan kardiovaskuler
terutama penambahan berat badan pada masa dewasa dikaitkan dengan
peningkatan risiko penyakit jantung koroner (PJK). Studi Framingham Off
Spring yang mengikuti perjalanan penyakit selama 16 tahun mendapatkan
peningkatan berat badan berkaitan erat dengan risiko metabolik dan
kardiovaskuler serta sangat meningkatkan risiko PJK.
b. Faktor – faktor risiko dalam Sindrom Metabolik
Faktor –faktor resiko dalam Sindrom Metabolik terdiri dari faktor resiko
Underlying, Major, Emerging. Berdasarkan ATP III faktor risiko untuk
penyakit jantung koroner adalah: 1).Under lying: obesitas (terutama obesitas
abdominal) tidak aktif dalam hal fisik dan diet yang menimbulkan
atherogen.2). Major : merokok, hipertensi, meningkatnya LDL (low density
lipid), menurunnya HDL (high density lipid), riwayat Penyakit jantung
koroner pada keluarga dan penuaan, 3).Emerging : peningkatan trigeserit,
partikel LDL yang berukuran kecil, resistensi insulin, intolerance glukosa,
status proinflamatori, dan status protrombotik.
c. Obesitas
Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh (body fat), merupakan dampak
ketidakimbangan energi asupan jauh melampui keluaran energi dalam jangka
waktu tertentu. Banyak sekali faktor yang menunjang kelebihan ini, dapat
disederhanakan menjadi dua hal yaitu: banyak makan dibarengi terlalu sedikit
19
bergerak. Berkurangnya akifitas fisik akibat kemajuan teknologi mulai dari
rumah tangga, tempat kerja dan tempat rekreasi. Masalah obesitas
sesungguhnya bukan terletak pada pola santap yang berlebihan, melainkan
pada kesalahan memilih jenis santapan. Serta aktifitas/olahraga yang
berkurang sementara nafsu memakan santapan, terutama pangan yang
berkadar lemak tinggi justru meningkat, ini semua berujung pada obesitas.
Obesitas merupakan penyakit rumit yang terjadi akibat jalinan faktor
genetik dan lingkungan serta keterlibatan faktor sosial, budaya, perilaku, dan
metabolik. Sindrom metabolik didalam penentuan resiko dengan obesitas
sentral karena berhubungan dengan adanya retensi insulin. Obesitas sentral
adalah peningkatan lemak tubuh yang lokasinya lebih banyak di daerah
abdominal dari pada pinggul, paha dan lengan. Obesitas penyebabnya multi
faktorial dan berbagai penemuan terbaru yang berkaitan dengan penyebab
obesitas menyebabkan patogenesis obesitas terus berkembang. Terjadinya
obesitas secara umum berkaitan dengan keseimbangan energi dalam tubuh.
Keseimbangan energi di tentukan oleh asupan energi yang berasal dari zat
gizi penghasil energi yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Serta kebutuhan
energi yang di tentukan oleh kebutuhan energi basal, aktifitas fisik thermic
effect of food (TEF), yaitu energi yang di perlukan untuk mengolah zat gizi
menjadi energi.
Keseimbangan energi di dalam tubuh di pengaruhi oleh beberapa faktor
baik yang berasal dari dalam tubuh yaitu regulasi fisiologis dan metabolisme
ataupun dari luar tubuh yang berkaitan dengan gaya hidup (lingkungan) yang
20
akan mempengaruhi kebisaan makanan dan aktifitas fisik. Regulasi fisiologi
dan metabolisme di pengaruhi oleh genetik juga oleh lingkungan. Periode
kritis perkembangan obesitas terbagi atas pre natal, usia 5-7 tahun, remaja,
dewasa muda, kehamilan dan menopose.
Tabel 2.1 Periode Perkembangan Kritis Obesitas (Obesity: preventing and managing the global epidemic. WHO. 2000.)
NO Periode Alasan Peningkatan Resiko
1 Pre natal Gizi semasa dalam kandungan berpengaruh langsung pada ukuran, bentuk
komposisi tubuh serta kompetensi metabolik dalam menangani gizi makro.
Pola pertumbuhan dalam kandungan terbukti bertalian dengan kegemukan
perut, obesitas serta faktor kormobiditas pada usia selanjutnya
2 Usia 5-7 tahun BMI body mulai meningkat cepat setelah masa pengurangan jaringan
lemak pada usia pra-sekolah.
3 Remaja Periode ‘otonim’ berkaitan erat dengan ketidak teraturan bersantap,
perubahan kebiasaan makan, tidak aktif pada waktu senggang dan
perubahan fisiologis kesemuanya bermuara sebagai peningkatan deposit
lemak terutama pada wanita.
4 Dewasa muda Pada usia ini, kegiatan fisik berkurang secara nyata pada wanita
berlangsung pada usia 15-19 tahun (sebagian dapat berlanjut menjelang
usia 30 tahun)
5 Kehamilan Berbagai penelitian membuktikan keterkaitan antara pertambahan usia dan
jumlah kehamilan (paritas) dengan penigkatan berat badan.
6 Menopouse Masa mati haid ini berpengaruh pada asupan pangan dan penyusutan laju
metabolisme basal (basal metabolik rate, BMR). Tetapi patofisiologinya
belum jelas benar.
21
d. Faktor genetik
Berdasarkan hasil kajian keluarga yang menunjukkan bahwa
komponen sindrom metabolik sangat mungkin dimiliki seorang pengidap
obesitas jika orang tuanya merupakan penyandang diabetes dan hipertensi
atau keduanya (Liese AD, 1997)
e. Penggunaan karbohidrat dan gula darah berlebihan
Penggunaan karbohidrat dan gula darah berlebihan serta penggunaan
asam lemak jenuh berlebihan, sementara asam lemak esensial berlebihan.
Karbohidrat adalah penyumbang kelimpahan insulin terutama akibat
refined sugar secara berlebihan dengan jangka panjang. Kelimpahan asam
lemak jenuh khususnya ketak selarasan perbandingan antara asam-asam
lemak bebas (omega 3 dan omega 6), mengakibatkan ketidaknormalan
membran sel yang pada akhirnya menghambat masuknya molekul
glukosa ke dalam sel.
f. Ketidak imbangan antara kalsium dan magnesium
Magnesium ialah mineral yang banyak berperan dalam berbagai peran
dalam kegiatan metabolik, seperti relaksasi otot dan saraf, pencernaan
lemak, aktifitas normal kelenjar tiroid, penurunan kadar kolesterol, dan
yang lainnya. Terkikisnya magnesium langsung memicu kontriksi
pembuluh darah, mengakibatkan peninggian tekanan darah serta
perangsang sistem saraf secara berlebihan.
22
Stress, Kerusakan Pangkreas
Gambar. 2.1 Diagram Alir Keterjadian Sindrom Metabolik (Cardiovaskular Diabetology, 2003)
Diagram ini mengambarkan hubungan antara sindrom
metabolik, resistensi insulin, hiperinsulinemia, dan hiperglikemia.
Resistensi insulin menyebabkan deaktifasi PPAR (perixisome
proliferators-activated receptor), yang mengawali sindrom metabolik.
Dari sini, sindrom metabolik menempuh dua jalur : (1) Jika sel beta
pangkreas masih dapat perfungsi, sekresi insulin akan bertambah
(hiperinsulinemia) dan resistensi insulin dapat dikompensasi
sementara, jalur ini mengarah pada komplikasi makrovascular. (2)
seandainya sel beta pangkreas rusak parah, sekresi insulin menyusut
drastis sehingga terjadi hiperglikemia. Jalur ini berakhir sebagai
komplikasi makro dan mikro vaskuler.
Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik yang di
letupkan oleh interaksi berbagai faktor genetik, imunologi, lingkungan
dan gaya hidup. Penyakit ini ditandai dengan hiperglikesemia, suatu
kondisi yang terjalin erat dengan kerusakan pembuluh darah besar
Asupan pangan berlebihan
GENETIK
Ketidak aktifan fisik
ADIPOGENESISBB BerlebihOBESITAS
Komplikasi makrovaskular
Komplikasi Makro Dan Mikrovaskular
HIPERGLIKEMI DM 2
RESISTENSI INSULIN
2. HIPERINSULIN
1. HIPERINSULIN
23
(makrovaskuler) maupun kecil (mikrovaskuler) yang berakhir sebagai
kegagalan, kerusakan, atau gangguan fungsi organ (Qian, Eathon,
2000).
Perubahan mikrovaskular diyakini para ahli telah dimulai
ketika kadar gula darah dibetes melebihi angka 126 mg/dl, sementara
kelainan makrovascular baru muncul beberapa tahun setelahnya
(Palumpo, 2001; skyler js, 1996). Perubahan mikrovascular
menyentuh mata dan ginjal yang berakhir sebagai retinopati, dan
nefropati. Sementara itu gangguan makrovascular terutama menimpa
sistem kardiovasculer dan tidak jarang berujung sebagai aterosklerosis
(Valente Am et al, 2001).
Keluhan awal dapat berupa peningkatan rasa haus (polidipsia)
dan lapar (polifagia) yang disertai peratambahan volume /frekuensi
berkemih (poliuria). Polifagia rasa lapar berlebihan terjadi karena
tubuh tidak mampu lagi memindahkan energi dalam sel,
menyebabkan sel menjadi kelaparan, dilain pihak sel-sel itu sendiri
tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan energi. Kelelahan
dan kelemahan yang lazim dirasakan oleh diabetes, merupakan
cerminan dari ketiadaan energi itu. Beberapa pasien kerap pula
mengeluhkan rasa gatal (pruritis), terutama di daerah genital, serta
penurunan berat bedan yang tak terjelaskan
24
2. Gaya hidup
Gaya hidup masyarakat atau lingkungan merupakan hasil dari
perubahan sosial, perubahan sosial sebetulnya merupakan suatu realitas yang
majemuk, bukan realitas tunggal yang diakibatkan oleh dinamika masyarakat
tertentu. Perubahan sosial adalah suatu bentuk peradaban umat manusia
akibat adanya eskalasi perubahan alam, biologi, fisik yang terjadi sepanjang
kehidupan manusia, menurut Laur, 1982 dalam Kammeyer, Ritzer and
Yetman, 1990:637-639) perubahan sosial (social change) adalah ”
variantions over time inthe relationships among individual, groups, cultures
and societies. Social change is pervasife; all-of social life is continually
changing’. Perubahan sosial sebetulnya bukan merupakan suatu satu titik atau
dua titik perubahan sikap komunitas suatu masyarakat akibat berubahnya
suatu tatanan masyarakat terjadi karena dipakainya idea-idea inovatif, tetapi
suatu gerak perubahan yang sangat besar, bukan lagi akibat pembangunan
dilakukan secara gencar oleh seperangkat birokrasi pemerintah, tetapi suatu
bentuk perubahan keinginan organisasi sosial dalam bentuk wajar ini terjadi
sebagai fenomena yang dirasakan masyarakat dalam berkehidupan.
Kehidupan manusia adalah satuan sosial terkecil dalam pola
belajarnya berhadapan pada tiga sistem aktifitas. Menurut Peter Senge (2000)
dalam “schools that learn’, manusia akan menjumpai: 1). The learning
classroom: manusia belajar dalam lingkungan kelas sehingga melibatkan
unsur guru, orang tua dan murid. 2). the learning school: manusia belajar
dalam lingkungan sekolah hingga melibatkan unsur kepala sekolah,
25
kelompok pengajar, murid dikelas lain, dan pegawai administrasi. 3). the
learning community; manusia belajar dari lingkungan komunitasnya sehingga
mencakup peran serta masyarakat, kelompok-kelompok belajar sepanjang
hidup, birokrasi yang mendukung, sumber informasi yang luas dan beragam.
Modernisasi secara umum dapat diungkap sebagai cara pandang (visi)
yang menjadi modus analisisnya kepada faktor manusia dalam suatu
masyarakat. Modernisasi kemudian menjadi semacam komoditi dikalangan
masyarakat, yang menempatkan faktor mentalitas menjadi penyebab
perubahan, sehingga dengan meningkatkan mentalitas akan dapat tercapai
modal utama peningkatan produksi ekonomi masyarakat disuatu komunitas,
modernisasi merupakan budaya yang berasal dari barat maka modernisasi
tidak terlepas dari keberadaan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam
masyarakat konsep modernisasi telah menjadi asumsi yang tidak usah
ditanyakan lagi kebenarannya. Modernisasi adalah suatu proses transformasi
besar masayarakat, suatu perubahan dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat, istilah yang paling spektakuler dalam suatu masyarakat
perubahan teknik-teknik produksi dari cara-cara tradisional ke cara-cara
modern (J.W. Schoorl, 1982).
Hidup yang aktif adalah kehidupan yang hampir semua orang jalani
sebelum manusia mencapai keuntungan dari modernisasi industri,
perkembangan teknologi, otomobil, alat –alat yang mengurangi tenaga kerja
buruh, televisi, komputer, ponsel dan smart phone. Penemuan –penemuan
teknologi baru membuat kita memperkecil pengeluaran energi harian dengan
26
menggunakan tombol, keystroke dan komando suara untuk memenuhi
tuntunan hidup, kerja dan hiburan, sejajar dengan menurunnya kebutuhan
pengeluaran energi adalah meningkatnya konsumsi lemak, kemudahan, dan
fast food, secara terpisah menurunnya aktifitas dan meningkatnya konsumsi
makanan mungkin bukanlah suatu masalah, namun jika digabungkan pada
tahun-tahun dewasa ini, menimbulkan epidemi penyakit yang disebabkan
oleh cara hidup dan gaya hidup. Dibawah ini beberapa komponen pendekatan
modifikasi gaya hidup terhadap sindrom metabolik.
Tabel 2.2 Tabel Modifikasi Gaya Hidup Terhadap Sindrom Metabolik. Sumber (practicl advince for family physician to help overweight patient: an american family
physician monograph. American academic of family physicians, 2003)
No Komponan Modifikasi gaya hidup Anjuran praktis
1 Obesitas sentral Kurangi berat badan, tambah kegiatan fisik
Kurangi asupan kalori 250 kkal, kegitan fisik 30 menit, selama 5-7 hari perminggu
2 Tekanan darah Tinggi
Kurangi berat badan, batasi garam, tambah asupan buah dan sayur, bersama susu rendah lemak
Kurangi bb 10 Kg/ tahun, jangan tambah garam pada masakan santap >5 porsi sayur dan buah setiap hari, 3 porsi susu skim, yoghurt dan keju rendah lemak.
3 HDL rendah Hentikan rokok, kurangi BB, tambah kegiatan fisik, ganti lemak dengan unsuturated Jumlah sedang
Kurangi bb 10 Kg/ tahun, kegiatan fisik sedang 30 menit, selama 5-7 hari perminggu, jangan makan perment atau kue basah sebagai kudapan(ganti dengan kacang almond)
4 Trigliserit puasa tinggi
Kurangi BB dan asupan karbohidrat sederhana, batasi alkhohol, tambah asupan lemak Omega 3
Kurangi bb 10 Kg/ tahun, kurangi minuman ringan dan jus ganti dengan soda diet atau air saja, alkhoho cukup 1 sloki, pria 2 slokisehari, makan ikan (segar/kalengan) minimal 2xminggu
5 Gula darah puasa terganggu
Kurangi BB, tambah serat larut.
Kurangi bb 10 Kg, konsumsi lebih banyak biji, bijian uruh dan sereal(bijia berwarna coklat lebih baik dari pada putih)
27
Gaya hidup sehat dapat dimulai dengan membiasakan diri untuk lebih
selektif memilih jenis makanan yang dikonsumsi serta banyak melakukan
aktifitas dalam kehidupan sehari-hari.
a. Konsumsi Makanan
Perubahan gaya hidup dalam konsumsi pangan ini dipicu oleh
peningkatan/perbaikan pendapatan, kesibukan yang sangat tinggi,
promosi produk pangan trendy ala barat terutama fast food, namun
tidak diimbangi oleh pengetahuan dan kesadaran gizi (Kodyat,1994).
Kelompok warga kota yang berpenghasilan mapan dalam konsumsi
makanan sehari-hari selalu memiliki macam sifat seperti: 1). Selera
sentris gaya konsumsi pangan yang terlalu berorientasi pada unsur
selera terpukau oleh kenikmatan menyantap pangan sehingga timbul
gizi berlebih, 2). Gengsi sentris merupakan gaya konsumsi pangan
yang berorientasi pada pangan yang bergengsi tinggi seperti pangan
impor, khususnya fast foods, 3). Ekonomis sentris adalah pola gaya
konsumsi pangan dimana makanan yang telah dibayar/dibeli
dipaksakan untuk dikonsumsi habis tanpa mempertimbangkan
keseimbangan dan kecukupan gizi.(Kodyad,1994).
Terjadinya obesitas merupakan dampak dari terjadintya
kelebihan asupan energi (energi intake) di bandingkan dengan yang di
perlukan (energy expenditure) oleh tubuh sehingga kelebihan asupan
energy tersebut disimpan dalam bentuk lemak. Makanan merupakan
sumber dari asupan energi. Di dalam makanan yang akan di rubah
28
menjadi energi adalah zat gizi penghasil energi yaitu karbohidrat,
protein dan lemak. Apabila asupan karbohidrat, protein dan lemak
berlebih maka sisanya lemak, karbohidrat akan disimpan sebagai
glikogen dalam jumlah terbatas dan sisanya lemak, protein akan di
bentuk sebagai protein tubuh dan sisanya lemak. sedangkan lemak
akan disimpan sebagai lemak. Tubuh memiliki kemampuan
menyimpan lemak yang tidak terbatas. Faktor–faktor yang
berpengaruh dari asupan makanan terhadap terjadinya obesitas adalah
kuantitas, porsi perkali makan, kepadatan energi yang dari makanan
yang di makan, kebiasaan makan (contohnya malam hari) frekuensi
makan dan jenis makanan. gaya hidup sedentary adalah gaya hidup
dimana unsur gerak fisik sangat minimal sedangkan beban kerja
mental sangat maksimal (Kodyat,1994). Akibatnya energi yang masuk
dari makanan tidak digunakan secara optimal, sehingga akan
menyebabkan timbunan lemak dalam tubuh yang menimbulkan
kegemukan, terakhir adalah beban mental (stress) perjuangan hidup
yang keras menyebabkan beban mental atau stress tinggi, upaya yang
dilakukan adalah mengkonsumsi pangan secara berlebihan, semakin
tinggi frekuensi stress yang dialami seseorang semakin tinggi pula
resiko orang tersebut menderita kegemukan (Kodyat,1994). Dampak
dari banyaknya asupan makanan yang dimakan tanpa di sertai dengan
energi yang dikeluarkan dengan aktifitas fisik mengakibatkan
penurunan tingkat kebugaran pada individu serta beresiko terhadap
29
Sindrom Metabolik. Pemahaman pentingnya nutrisi makanan menjadi
semakin kritis karena semakin banyak orang bekerja, lembur, belajar
dan bergantung pada makanan yang penyajiannya mudah, dapat
dibawa pulang atau di makan secara cepat. Pilihan makan yang buruk
berakibat langsung pada kelebihan berat badan mengakibatkan
kegemukan dan secara tidak langsung mempengaruhi masalah lain
seperti depresi ketidaknyamanan sosial dan ekonomi. Pilihan
makanan yang sehat (terkadang disebut dengan nutrisi yang baik)
membantu mempertahankan atau mengurangi berat badan,
menurunkan kolesterol, mengurangi resiko sakit jantung, kangker dan
masalah lainnya serta membuat aktifitas fisik lebih menyenangkan.
b. Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik lebih merupakan bentuk multidimensional yang
komplek dari perilaku manusia ketimbang kelas perilaku dan secara
teoritis, meliputi semua gerak tubuh mulai dari gerakan kecil hingga
turut serta dalam lari marathon. Meskipun bersifat perilaku, aktifitas
fisik mempunyai konswekuensi biologis, biasanya aktifitas fisik
mengacu kepada gerakan beberapa otot besar seperti terjadi ketika
menggerakkan lengan dan tungkai. Aktifitas fisik umumnya diartikan
sebagai gerak tubuh yang ditimbulkan oleh otot-otot skletal dan
mengakibatkan keluaran energi.
30
Aktivitas fisik dan pengeluaran energi adalah tidak sama.
Aktiftas fisik merupakan perilaku sedangkan pengeluaran energi
merupakan outcame dari perilaku tersebut. Hubungan antara gerak
tubuh , aktifitas fisik dan pengeluaran energi bisa di lihat pada gambar
di bawah ini .
Gambar 2.2 Model skematik yang menjelaskan hubungan antara gerak tubuh, aktifitas fisik dan pengeluaran energy. Serta contoh penkajian obyektif dan subyektif (Gizi Kesehatan Masyarakat.2008)
Untuk mementukan kuantitas aktifitas fisik yang menjadi
kebiasaan, berbagai aspek (domain) kehidupan sehari hari ketika
aktifitas fisik dilakukan harus dikenali.
GERAK TUBUH
Aktifitas fisik (perilaku)
Pengeluaran energy (outcame perilaku)
Dimensi pengkajian aktifitas fisik
Komputasi pengeluaran energy
Metode obyektif
Kolorimetri (indirec)
Doubly labeled water
Pemantauan frk jantung
Akselometer pedometer
Metode subyektif
Catatan harian aktifitas
31
Aktivitas fisik dan atau olah raga merupakan sebagian
kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari karena dapat
meningkatkan kebugaran yang diperlukan dalam melakukan tugasnya.
Aktifitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan
kebutuhan energi (energy expenditure), sehingga apabila aktifitas fisk
rendah maka kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa lamanya kebiasaan
menonton televisi (inaktifitas) berhubungan dengan peningkatan
prevalensi obesitas, sedangkan aktifitas fisik yang sedang hingga
tinggi akan mengurangi kemungkinan terjadinya obesitas. Studi WHO
pada faktor- faktor risiko menyatakan bahwa gaya hidup duduk terus-
menerus dalam bekerja adalah 1 dari 10 penyebab kematian dan
kecacatan di dunia. Lebih dari dua juta kematian setiap tahun
disebabkan oleh kurangnya bergerak/aktifitas fisik. Pada kebanyakan
negara diseluruh dunia antara 60% hingga 85% orang dewasa tidak
cukup beraktifitas fisik untuk memelihara fisik mereka. Tahun 2020
diperkirakan penyakit tidak menular menjadi penyebab 73% kematian
dan 60% beban penyakit global. Demikian juga hasil Survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), proporsi penyakit kardiovaskuler
meningkat dari tahun ke tahun sebagai akibat kematian, 5,9% tahun
1975, 9,1% tahun 1986, 16% dan pada tahun 1995,19%.
Hasil penelitian Dede Kusmana tahun 2002 memperlihatkan
bahwa orang yang mempunyai gaya hidup: tidak merokok,
32
berolahraga secara teratur, dan melakukan kerja fisik, ternyata
berpeluang lima kali lebih tinggi terhidar dari penyakit jantung dan
stroke dari pada yang bergaya hidup sebaliknya. Selanjutnya menurut
Manoefris Kasim, tahun 2002, menambahkan bahwa faktor
kegemukan, kurang gerak, riwayat keluarga terkena penyakit
kardiovaskular, serta penyakit diabetes mempunyai risiko terkena
penyakit jantung koroner empat kali lebih tinggi dibanding yang tidak
menderita diabetes.
Rekomendasi aktifitas fisik yang terakhir bagi tujuan
kesehatan masyarakat pada orang dewasa menekankan akumulasi
aktifitas fisik yang sedang selama 30 menit dan dilakukan setiap hari
atau hampir setiap hari. Rekomendasi yang berkaiatan dengan
intensitas ini serupa dengan rekomendasi yang baru-baru ini
dipublikasikan orang dewasa muda, bahwa semua orang muda (yang
berusia 15-18 tahun) harus melakukan aktifitas fisik selama sedikitnya
60 menit setiap hari.
Aktifitas ini harus membantu meningkatkan kelenturan dan
kekuatan otot. Uraian tentang evolusi pedoman aktifitas fisik mulai
dari rekomendasi latihan fisik hingga promosi kesehatan masyarakat
diberikan dalam Physical Activity And Public Health: A Report From
The Surgeon General (htttp://www.cdc.gov/nccdphp/sgr/sgr.htm).
Bergerak/aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang
meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran Kalori),
33
Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan
terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan
ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Sehat adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Bugar
adalah kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari -hari
tanpa menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang berlebihan.
Untuk menganalisa bentuk aktifitas dengan menghitung intensitas,
frekuensi dan durasi yang dilakukan dalam kegiatan aktifitas sehari-
hari dengan indek aktifitas.
3. Kebugaran Jasmani
a. Definisi Kebugaran Jasmani
Pengertian kebugaran jasmani menurut Djoko Pekik (2000)
menyatakan bahwa kebugaran yang dikenal masyarakat secara umum
adalah kebugaran fisik jasmani yakni kemampuan seseorang untuk
melakukan kerja sehari hari secara efisien tanpa menimbulkan
kelelahan.
Kebugaran jasmani diartikan juga kemampuan seseorang
untuk menunaikan tugas sehari-hari tanpa merasa lelah serta masih
mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu
senggangnya dan untuk keperluaan-keperluan mendadak, dapat pula
ditambahkan bahwa kemampuan untuk menuanaikan tugas dengan
34
baik walaupun dalam keadaan sukar, bagi seorang yang kebugaran
jasmaninya kurang, tidak dapat melakukannya. (Sodoso, 1989)
Menurut Depkes RI (2004) menyatakan Kebugaran jasmani
ialah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-
hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan, dengan demikian
setiap orang mutlak memerlukan kebugaran agar bisa menjalankan
kehidupannya dengan nyaman tanpa keluhan.
Kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan
kegiatan atau pekerjaan sehari-hari dan adaptasi terhadap pembebanan
fisik tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan dan masih
mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggang
maupun pekerjaan yang mendadak serta bebas dari penyakit
(Permaesih, 2001).
Tubuh yang sehat merupakan hasil interaksi berbagai faktor
yang memepengaruhi kondisi tubuh, baik secara langsung maupun
tidak langsung, kebugaran jasmani dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok menurut djoko pekik (2004), yaitu:
1) Kebugaran statis
Kebugaran statis merupakan keadaan seseorang yang bebas dari
penyakit dan cacat atau disebut dengan sehat.
2) Kebugaran dinamis
35
Merupakan kemampuann seseorang untuk bekerja secara efisien
yang tidak memerlukan keterampilan khusus, misalnya berjalan,
berlari, melompat dan mengangkat.
3) Kebugaran motoris
Merupakan kebugaran seseorang untuk bekerja secara efisien yang
memerlukan keterampilan khusus
Konsep kebugaran jasmani dibagi menjadi 2 yaitu kebugaran yang
berhubungan dengan kesehatan dan kebugaran yang berkaitan dengan
perfomance (Moeloek, 1984), komponen kebugaran yang berhubugan
dengan kesehatan terdiri dari kebugaran jantung paru dan peredaran
darah, lemak tubuh kekuatan otot dan kelenturan sendi. Untuk
kebugaran yang berkaitan dengan perfomance komponen diatas di
tambah empat komponen lain, yakni ketahanan otot, tenaga otot,
ketangkasan dan kecepatan.
b. Komponen Kebugaran Jasmani
Kebugaran mempunyai beberapa komponen. Beberapa komponen
menurut Roji (2002) meliputi beberapa hal yaitu daya tahan
jantung/peredaran darah dan paru-paru, kemampuan adaptasi biokimia
seperti enzim-enzim dalam darah dan konsentrasi asam laktat dalam
plasma darah, bentuk tubuh, kekuatan otot, tenaga ledak otot, daya
tahan otot, kecepatan kelincahan, kelentukan, kecepatan reaksi,
koordinasi (Maselah. 2012).
36
Menurut Miller dan More House dalam Nur Hasan (2006)
kesegaran /kebugaran jasmani merupakan bagian dari total fitness,
dalam total fitnes terdapat beberapa komponen yaitu: Anatomi fitnes
dan physiologikal fitnes(kesegaran jasmani).
1) Anatomi fitness adalah hal yang sukar dikembangkan oleh
karena untuk pengembangan harus dimulai dari sejak masa
pertumbuhan anak, sehingga akan memerlukan waktu yang
sangat banyak dan hasilnya sangat minim sekali karena kita
akan terbentur pada faktor herediter yang kita tidak banyak
kita penuhi, sedangkan Physiological fitness kemampuan
tubuh untuk menyesuaikan fungsi fisiologisnya terhadap
keadaan lingkungan dan terhadap tugas fisik yang
memerlukan kerja otot secara: efisien, tak mengalami
kelelahan yang berlebihan, telah memperoleh yang
sempurna sebelum datangnya tugas-tugas pada hari
berikutnya.
2) Physiological fitness adalah suatu kemampuan untuk
melakukan tugas tertentu yang memerlukan usaha otot.
Sistem otot dan persyarafan merupakan hal yang lebih
primer, karena untuk kerja dapat ditampilkan melalui
perkembanganya kerja kelompok otot-otot besar yang
didukung oleh syaraf, sedangkan sistem jantung, paru-paru
dan peredaran darah merupakan kelompok sistem yang
37
mendukung dari kerja sistem primer otot-otot dan
persyarafan (Maselah,2012). Unsur–unsur kebugaran
jasmani
Menurut Corbin, C.B. dan Lindsey, R. (2007: 12-13) kebugaran
jasmani terdiri atas 11 bagian, 5 bagian berhubungan dengan
kesehatan dan 6 bagian berhubungan dengan keterampilan.
Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan meliputi:
a) Kebugaran kardiovaskuler (Cardiovascular fitness).
b) Kekuatan (Strength).
c) Daya tahan otot (Muscular endurance).
d) Kelentukan (Flexibility).
e) Lemak tubuh (Body fatnees)
Adapun kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan
meliputi:
a) Kelincahan (Agility).
b) Keseimbangan (Balance).
c) Koordinasi (Coordination).
d) Waktu reaksi (Reaction time).
e) Daya ledak (Power).
38
f) Kecepatan (Speed).
Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan dikatakan
meliputi kebugaran kardiorespiratorik (aerobik), kekuatan serta
ketahanan otot, komposisi, dan fleksibilitas tubuh, kebugaran
kardiorespirasi berhubungan dengan kemampuan sistem respirasi dan
sirkulasi untuk memberikan oksigen pada otot selama seseorang
menjalankan aktifitas fisik.
Pengambilan oksigen maksimum (VO2 max), sering sekali
digunakan sebagai indikator untuk kebugaran kardiorespirasi
perseorangan. Biasanya VO2 max di ukur dengan kalori metri indirect
pada saat seseorang menjalani test latihan fisik yang bertahab hingga
terjadi kelelahan. Indikator ini dianggap sebagai penanda (marker)
terbaik untuk menunjukkan kebugaran aerobik.
c. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani
Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 7-10) ada beberapa hal yang
menunjang kebugaran jasmani yang meliputi tiga upaya bugar yakni :
1) Makan Untuk mempertahankan hidup manusia memerlukan
makan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitas, yakni
memenuhi syarat makanan sehat berimbang, cukup energi,
nutrisi dan gizi bermanfaat untuk mendapatkan kebugaran
jasmani yang baik
2) Istirahat
39
Tubuh manusia tersususn atas organ, jaringan, dan sel yang
memiliki kemampuan kerja terbatas. Seseorang tidak akan
mampu bekerja terus menerus sepanjang waktu tanpa
berhenti. Kelelahan adalah salah tatu indicator keterbatasan
fungsi tubuh manusia. Untuk itu istirahat sangat diperlukan
agar tubuh memiliki kesempatan melakukan recovery
(pemulihan) sehingga dapat melakukan kerja dan aktivitas
sehari- hari dengan nyaman.
3) Berolahraga
Berolahraga adalah salah satu alternatif yang paling efektif
dan aman untuk memperoleh kebugaran jasmani karena
memiliki multimanfaat, antara lain manfaat jasmani
(meningkatkan kebugaran jasmani),manfaat psikis (lebih
tahan terhadap stress dan lebih mampu untuk
berkonsentrasi), dan manfaat sosial (dapat menamah rasa
percaya diri,sarana berinteraksi dan bersosialisasi). Adapun
manfaat lain dari latihan kebugaran jasmani adalah
penambahan kekuatan dan daya tahan mampu membantu
dalam melaksanakan tugas sehari-hari karena tidak lekas
lelah, latihan membantu memelihara kesehatan jantung dan
pembuluh darah, gerak yang baik bermanfaat bagi tubuh
manusia
40
Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 12 ), prinsip latihan kebugaran
meliputi:
1) Overload Pembebanan dalam latihan harus lebih berat
dibandingkan aktivitas fisik sehari-hari.
2) Specifity: Model latihan yang dipilih harus disesuaikan dengan
tujuan latihan yang hendak dicapai.
3) Reversible: Kebugaran yang telah dicapai akan berangsur menurun
bahkan hilang sama sekali, jika latihan tidak dikerjakan secara teratur
dengan takaran yang tepat.
Untuk dapat mengembangkan dan memelihara kebugaran jasmani
diperlukan cara yang teratur pada aktifitas jasmani.pengadaan kekuatan
berarti menambah kekuatan dan daya tahan otot. Adapun cara latihan harus
sesusi dengan prinsip S.P.O.R.T. Menurut Len Kravitz (1997) adalah sebagai
berikut:
a) Specifity
Merupakan cara latihan yang khusus tidak hanya berdasarkan kira-
kira kekhususan latihan yang di pilih harus sesui dengan tubuh
seseorang, tidak sekedar ikut-ikutan.
b) Progression
Latihan yang di haruskan haarus meningkat secara bertahab sehingga
tubuh akan lebih beradaptasi pada latihan yang dilakukan
c) Overload
41
Peningkatan beban latihan dengan cara bertahab sesuai dengan rumus
F.I.T, yaitu Frekuensi: untuk mendapatkan hasil yang maksimal
latihan dilakukan dalam satu minggu antara 3-5 kali. Intensitas
pembebanan latihan yang dilakukan antara 70%-85% dari denyut
jantung maksimal, antara 70% - 80% dari denyut jatung di sebut
traiing zone atau target zone/zona latihan, Time; waktu latihan
dilakukan secara bertahan antara 30-60 menit.
d) Reversibility
Latihan harus dilakukan secara kontinyu berkesinambungan yang
artinya tidak boleh berhenti latihan karena akan memepengaruhi
penurunan keterampilan, daya tahan, kekuatan dan lain-lain
e) Training effect
Latihan yang dilakukan sesuai dengan rumus dan prinsip akan
mempengaruhi peningkatan kemampuan badan terutama pada
kebugaran jasmani sebagai akibat dari latihan.
Kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan mengacu kepada
komponen yang secara spesifik berhubungan dengan kesehatan dan pada
pada keadaan tertentu berhubungan dengan kinerja. Sementara itu
komponen kebugaran yang berkaitan dengan kinerja hanya berhubungan
dengan kinerja atletik.
Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan dikatakan meliputi
kebugaran kardiorespiratorik (aerobik), kekuatan serta ketahanan otot,
komposisi, dan fleksibilitas tubuh.
42
Gambar 2.3 Hubungan Antara Aktifitas Fisik, Latihan (Exercise) dan Kebugaran (Fitness) (Gizi Kesehatan
Masyarakat. 2008)
d. Kategori Tingkat Kebugaran Jasmani
Kusuma, (2007, dalam Halim, 2012) Perkembangan teknologi
dewasa ini telah membuat manusia lebih banyak menggunakan otak
dari pada tenaga fisik dan otot. Pada umumnya keadaan fisik menjadi
statis dan pasif tidak bugar baik jasmani dan rohaniah.
Aktifitas Fisik
Setiap gerak tubuh yang di hasilkan oleh otot-otot skletal dan mengakibatkan pengeluaran energy
Latihan exercise
Sub kelompok aktifitas fisik yang merupakan gerak tubuh yang terencana, terstruktur dan berulang untuk memeperbaiki atau mempertahankan satu komponen
kebugaran fisik atau lebih
Kebugaran fisik
Seperangkat kualitas yang dimiliki atau dicapai orang dan berhubungan dengan kemampuan melakukan aktifitas fisik
Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan
- Kebugaran kardiorespirasi- Kekuatan dan kekuatan otot- Komposisi tubuh- Kelenturan fleksibilitas
Kebugaran yang berhubungan dengan kinerja
- Kebugaran kardiorespirasi- Kekuatan dan ketahanan otot- Komposisi tubuh- Kelenturan (flexibilitas)- Tenaga otot (muscle power)- Kecepatan (speed)- Agilitas- Keseimbangan
43
Kusuma, (2007, dalam Halim, 2012) Studi WHO faktor-faktor
risiko menyatakan bahwa gaya hidup duduk terus menerus dalam
bekerja adalah 1 dari 10 penyebab kematian dan kecacatan di dunia.
Lebih dari 2 juta kematian setiap tahun disebabkan kurangnya
bergerak atau aktifitas fisik. Pada kebanyakan negara di seluruh dunia
antara 60% hingga 85 % orang dewasa tidak cukup beraktifitas untuk
memelihara fisik mereka.
Kebugaran dapat dicapai dengan memelihara aktifitas fisik
dalam kehidupan sehari-hari dengan pola makan yang seimbang, tidak
statis dan selalu dinamis dalam bergerak, untuk tingkat kebugaran
sendiri setiap individu memilki tingkat kategori yang berbeda-beda
pada setiap indivudu.
Kategori tingkat kebugaran di kelompokkan dengan 5 kategori
yaitu sangat kurang, sedang, baik dan sangat baik. Ciri pada masing-
masing kategori sebagai berikut:
1) Kategori sangat kurang
Diantaranya adalah orang yang malas atau kurang
menggunakan tenaga fisik, selalu duduk meja kantor tanpa
tanpa di selingi dengan ketiatan lain, selalu duduk berjam-
jam di depan televisi, orang yang terlalu banyak makan
pecandu rokok dan peminum alkhohol, tidak pernah bekerja
berat, tidak pernah berolahraga, tidak menggunakan fasilitas
jalan kaki dan yang lainnya
44
2) Kategori kurang
a) Orang yang berolahraga sekedar untuk pergaulan
b) Orang yang melakukan olahraga seminggu sekali
c) Orang yang berolahraga secara musiman
d) Orang yang tidak memanfaatkan waktu senggang
untuk berolahraga dll
3) Kategori sedang
a) Orang yang selalu memanfaatkan waktu senggang
untuk berolahraga
b) Orang yang melakukan jalan kaki secara rutin pada
pagi hari
c) Orang yang sering melakukan olahraga di jam kantor
d) Orang yang tekun memelihara kondisi tubuh.
4) Kategori baik
a) Orang yang telah mempunyai nilai aerobik > 30
b) Orang yang menempuh jarak >2400m dalam waktu 12
menit dengan lari cepat
c) Orang yang menempuh jarak >4800m dalam waktu 40
menit dengan jalan cepat
d) Orang yang tekun berlatih dan berusaha keras dalam
setiap bentuk latihan olahraga agar berprestasi
e) Orang yang sebagian besar waktunya dicurahkan
untuk kegiatan olaraga,
45
f) Orang yang melakukan olahraga kompetitif dengan
sampingan bentuk olahraga lain,
g) Orang yang telah berada pada kategori ini, sudah
tidak lagi program kondisi dalam prestasi, dan lainnya
5) Kategori sangat baik
a) Orang yang berolahraga kompetitif
b) Orang yang selalu memelihara kondisi fisik
c) Orang yang selalu aktif dalam tiga besar bidang
olahraga lari, bersepeda dan berenang
d) Orang yang mempunyai kategori sangat baik tidak
mememrukan program kondisi apapun dalam mengejar
kemampuan fisiknya.
e. Jenis Test Tingkat Kebugaran Jasmani
Beberapa macam test kebugaran jasmani (Halim, 2012):
1) Test lari 2400 m
Sarana lintasan/jalan datarsepanjang 2400m dan stop watch
caranya; peserta berlari secepat mungkin sepanjang lintasan
2400 m, waktu dicatat yang diperlukan untuk menyelesaikan
menempuh jarak tersebut. Apabila tidak kuat berlari terus
menerus dapat di selingi dengan jalan kaki kemudian lari
lagi. Peserta tidak boleh berhenti/istirahat makan dan minum
selama test berlangsung, bila berhenti test menjadi gagal
waktu yang di peroleh di cocokkan dengan tabel, dengan
46
demikian dapat diketahui termasuk mana dalam kategori
mana test tersebut.
2) Test lari 12 menit
Sarananya adalah meteran dan stop watch, caranya peserta
harus berlari secepat-cepatny selama 12 menit, lalu di ukur
dengan jarak yang di tempuh tersebut. Jarak yang di peroleh
kemudian di cocokkan pada tabel. Dengan demikian dapat di
ketahui dan kategori mana test tersebut.
3) Test jalan cepat 4.800 m
Sarananya lintasan atau jalan datar sepajang lintasan 4800
meter. Waktu dicatat yang diperlukan untuk menyelesaikan
untuk menempuh jarak tersebut. Waktu yang diperoleh di
cocokkna dengan tabel.
4) Test lari di tempat
Sarananya : a. Tidak perlu lintasan khusus, dapat
dilakukan di ruang tertutup tidak perlu luas dan tidak
tergantung cuaca, misalnya hujan, b. stopwatch dan c.
metronom.
Caranya: Peserta boleh melakukan pemanasan dulu,
kemudian meningkatkan gerakannya dengan cara lutut
diangkat setinggi-tingginya ke depan dengan ketukan
antara 80-90 permenit sesuai dengan irama metronom.
Peserta boleh bergerak ke sana-kemari bila bosan asal cara
47
lari tetap lutut diangkat tinggi-tinggi, waktu mulai
dihitung dari saat peserta mulai lari dengan lutut diangkat
tinggi 80-90 sentakan permenitsampai dengan tidak kuat.
Waktu yang diperoleh dicocokkan dengan tabel, dengan
demikian dapat diketahui termasuk dalam kategori mana
tes tersebut.
5) Test naik turun bangku (havard step test)
Sarananya : a. Bangku setinggi 48 cm untuk laki dan
untuk perempuan 43 cffi, b.stopwatch, dan c. metronom.
Caranya'. Peserta berdiri di depan bangku dengan posisi
tegak, harus naik turun dengan irama 120 kali permenit
yang distel dari metronom selama 5 menit. Peserta
menaikkan kaki kanan pada bangku, lalu diberitahu start
stopwatch dimulai kemudian kaki kiri diangkat dengan
mengikuti irama metronom, sehingga peserta berdiri di
atas bangku, lalu kaki kanan diturunkan, lalu kaki kiri
diturunkan sehingga peserta berdiri didepan bangku. Bila
peserta sudah lelah sebelum 5 menit, pengukuran
dihentikan (catat waktunya). Peserta yang mencapai 5
menit dan yang tidak mencapai 5 menit, disuruh duduk
istirahat 1 rnenit, lalu dihitung denyut nadinya 3 kali
masing-masing 30 detik (1'- l'30",2'-2'30" dan 3'-3'30"),
48
lalu dihitung dengan cara lambat atau cara cepat dengan
rumus sebagai berikut :
Caralambat : (waktu dalam detik X 100) / 2 X (nadi ke 1 +
nadi ke 2 + nadi ke 3).
Cara cepat: (waktu dalam detik X 100) / 5,5 X nadi selama
1' -1'30" Setelah didapat dicocokkan hasilnya, maka dapat
diketahui kategori mana tes tersebut.
6) Test naik turun bangku sharkey
Sarananya : a. Bangku tinggi 40 cm untuk laki dan 33
cm untuk perempuan, b.stopwatch, c. metronom dan d.
Timbangan badan.Caranya: Peserta ditimbang berat
badannya, dan diharuskan naik turun bangku seperti Harlard
step test dengan irama 90 X permenit (metronom distel
90 X permenit) selama 5 menit. Setelah 5 menit peserta
diberi istirahat 15 detik kemudian dihitung denyut nadinya
selama 15 detik, lalu dikali 4 menjadi denyut nadi
permenit, hasilnya dicocokkan dengan tabel, sehingga
dapat diketahui kategori mana tes tersebut.
7) Test naik turun bangku Kash
Sarananya: a. Bangku tinggi 30 cffi, b. metronom, dan c.
stopwatch. Carartya: Peserta diharuskan naik turun bangku
dengan irama 96 X permenit (metronom distel 96 X
permenit) dengan cara yang sama dengan Hartard step test
49
selama 3 menit. Setelah selesai peserta disuruh duduk dan
istirahat 5 detik lalu dihitung denyut nadinya selama satu
menit, hasilnya dicocokkan dengan tabel, sehingga dapat
diketahui kategori mana tes tersebut.
8) Test sepeda statis Astrand
Sarananya : a. Sepeda statis yang ada rpm, b.timbangan, c.
stopwatch. Caranya: Peserta duduk di sadel sepeda dengan
posisi kaki menginjak pedal tapi lututnya lurus, peserta
mengayuh sepeda statis antara 50 rpm -60 rpm selama 6
menit, lalu dicatat denyut nadinya setelah 6 menit, kemudian
dicocokkan dengan no normogram Astrand sehingga dapat
diketahui kategori mana tes tersebut.
9) Treatmild test dan lain – lain
Sarananya: Peralatan treadmill ini biasanya dipergunakan di
rumah sakit dan memerlukan biaya yang cukup mahal.
Caranya: Dimulai dengan landasan datar, yang dinaikkan
l/z' setiap 3 menit dengan kecepatan tetap, sampai 10
menit lalu dihitung denyut jantungnya kemudian dicocokan
dengan tabel sehingga dapat diketahui kategori mana tes
tersebut.
50
f. Pengukuran Tingkat Kebugaran Jasmani Pada Penelitian
Pengukuran tingkat kebugaran jasmani seseorang dapat dilihat
dari indikator-indikator yang terjadi. Menurut sastropoenar (1992:7) “
indikator tingkat kebugaran jasmani seseorang adalah kemampua atau
kapasitas seseorang untuk menggunakan oksigen sebanyak-banyaknya
(Kapasitas Aerobik Maksimal = VO2 Max)”. Salah satu faktor
penting untuk menentukan kesegaran kardiovascular adalah mengukur
besarnya VO2 max.
Menurut Mahardika (2008: 83-89), jenis test kebugaran
jasmani yang paling baik dan fisible untuk dilaksanakan diantaranya
sebagai berikut: Tes jalan lari 15 menit (Tes Balke), Multistage
Fitness Test (MFT) atau 20 meter (shuttle run test), Tes Kebugaran
Jasmani Indonesia (TKJI), Tes Kebugaran Jasmani Lari 2.4 Km
Cooper, Tes Kebugaran Jasmani Lari 12 menit Cooper, Naik Turun
Bangku. Dari beberapa metode tes yang bisa digukan, Tes MFT
atau Multistage Fitness Test adalah metode tes yang paling mudah
untuk digunakan. Hal ini karenapada saat pelaksanaan tes MFT
tidak memerlukan lintasan lari yang terlalu panjang yaitu hanya
sekitar 20 meter. Selain itu, hasil tes yang berupa tingkat VO2 max
dapat langsung dilihat pada tabel hasil MFT tanpa perlu melakukan
perhitungan terlebih dahulu.
Kemampuan aerobik maksimal (Vo2 max) merupakan nilai
tertinggi dimana seseorang dapat mengkonsumsi oksigen selama
51
latihan, serta merupakan refleksi dari unsur kardiorespirasi dan
hematologik dari pengantaran oksigen dan mekanisme oksidatif
otot Orang dengan tingkat kebugaran yang baik memiliki nilai
VO2 max lebih tinggi dan dapat melakukan aktivitas lebih kuat
dibanding mereka yang tidak dalam kondisi baik. Tenaga aerobik
maksimal, sering kali disebut penggunaan oksigen maksimal,
adalah tempo tercepat dimana seseorang dapat menggunakan
oksigen selama olahraga yang dalam litelatur fisiologis tenaga
aerobik maksimal disingkat sebagai VO2 max (Pate, 1993 : 255).
Berikutnya Pate juga menjelaskan bahwa VO2 max adalah kecepatan
terbesar pemakaian oksigen dan merupakan ukuran mutlak kecepatan
terbesar dimana seseorang dapat menyediakan energi ATP dengan
metabolisme aerobik.
Hampson (1998) ahli fisiologis menggambarkan VO2 max
atau volume oksigen maksimal, Merupakan suatu ukuran kapisitas
setiap individu dalam menghasilkan energi yang diperlukan saat
aktifitas daya tahan. Dan VO2 max adalah salah satu faktor yang
paling utama untuk menentukan kemampuan individu berlatih
yang lebih panjang dibanding latihan selama empat atau lima menit
VO2 max adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan
oksigen selama kegiatan maksimal. Besarnya pasokan energi yang
berasal dari sistim aerobik maksimal disebut dengan daya aerobik
maksimal.
52
VO2 max dinyatakan sebagai volume total oksigen yang
digunakan per menit sehingga dalam pengukuran tingkat VO2
max seseorang bisa menggunakan satuan liter per menit atau cc per
kg berat badan (BB) per menit (Kokasih, 1985:29). Sumber lain
mengatakan bahwa satuan VO2 max adalah mililiter per Kg Berat
Badan (BB) per menit atau biasa dikenal dengan ml/Kg/menit. Hal
ini bukanlah sebuah masalah karena besaran CC atau CM3 sebanding
dengan besaran ML atau Mililiter.
Tingkat VO2 Max setiap orang pasti akan berbeda-beda.
Beberapa ahli menyebutkan ada beberapafaktor yang menentukan
tingkat VO2 max seseorang. Menurut Engkos Kokasi (1985:29),
Beberapa faktor yang dapat menentukan tingkat VO2 max
seseorang antara lain : Faktor genetik atau keturunan, Faktor latihan
yang dijalankan, Faktor teknik yang dipakai dalam latihan, Faktor
kemajuan teknik atau perlengkapan yang menunjang.
Sedangkan menurut Pate, dkk (1993: 256), Faktor-Faktor
yang Menentukan Nilai VO2 max antara lain :
1) Fungsi Paru Dan Kardiovaskuler.
a. Fungsi Paru – Paru
Pada saat melakukan aktivitas fisik yang intens,
terjadi peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot yang
sedang bekerja. Kebutuhan oksigen ini didapat dari
53
ventilasi dan pertukaran oksigen dalam paru-paru. Ventilasi
merupakan proses mekanik untuk memasukkan atau
mengeluarkan udara dari dalam paru.
Proses ini berlanjut dengan pertukaran oksigen dalam
alveoli paru dengan cara difusi. Oksigen yang terdifusi
masuk dalam kapiler paru untuk selanjutnya diedarkan melalui
pembuluh darah ke seluruh tubuh. Untuk dapat memasok
kebutuhan oksigen yang kuat, dibutuhkan paru-paru yang
berfungsi dengan baik, termasuk juga kapiler dan pembuluh
pulmonalnya. Pada seorang atlet yang terlatih dengan baik,
konsumsi oksigen dan ventilasi paru total meningkat
sekitar 20 kali pada saat ia melakukan latihan dengan
intensitas maksimal.
Pada fungsi paru, dikenal juga istilah perbedaan
oksigen arterivena (A-VO2diff). Selama aktivitas fisik
yang intens, A-V O2 akan meningkat karena oksigen darah
lebih banyak dilepas ke otot yang sedang bekerja, sehingga
oksigen darah vena berkurang. Hal ini menyebabkan
pengiriman oksigen ke jaringan naik hingga tiga kali lipat
daripada kondisi biasa.
54
Peningkatan A-VO2diff terjadi serentak dengan
peningkatan cardiac output dan pertukaran udara sebagai
respon terhadap olah raga berat.
b. Fungsi Kardiovaskuler
Respon kardiovaskuler yang paling utama terhadap
aktivitas fisik adalah peningkatan cardiac output.
Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan isi sekuncup
jantung maupun heart rate yang dapat mencapai sekitar
95% dari tingkat maksimalnya. Karena pemakaian oksigen
oleh tubuh tidak dapat lebih dari kecepatan sistem
kardiovaskuler menghantarkan oksigen ke jaringan, maka
dapat dikatakan bahwa sistem kardiovaskuler dapat
membatasi nilai VO2 max
2) Sel Darah Merah (Hemoglobin)
Karena dalam darah oksigen berikatan dengan hemoglobin,
maka kadar oksigen dalam darah juga ditentukan oleh kadar
hemoglobin yang tersedia. Jika kadar hemoglobin berada di
bawah normal, misalnya pada anemia, maka jumlah oksigen
dalam darah juga lebih rendah. Sebaliknya, bila kadar
hemoglobin lebih tinggi dari normal, seperti pada keadaan
polisitemia, maka kadar oksigen dalam darah akan meningkat.
Hal ini juga bisa terjadi sebagairespon adaptasi pada orang
55
orang yang hidup di tempat tinggi. Kadar hemoglobin
rupanya juga dipengaruhi oleh hormon androgen melalui
peningkatan pembentukan sel darah merah. Laki-laki memiliki
kadar hemoglobin sekitar 1-2 gr per 100 ml lebih tinggi
dibanding wanita.
3) Komposisi Tubuh
Jaringan lemak menambah berat badan, tapi tidak
mendukung kemampuan untuk secara langsung menggunakan
oksigen selama olah raga berat. Maka, jika VO2 max
dinyatakan relatif terhadap berat badan, berat lemak cenderung
menaikkan angka penyebut tanpa menimbulkan akibat pada
pembilang VO2max; VO2(mk/kg/menit) = VO2(LO2) x 1000 :
Berat badan (kg) Jadi, kegemukan cenderung mengurangi
VO2max
4). Umur
Penelitian cross-sectional dan longitudinal nilai VO2 max
pada anak usia 8-16 tahun yang tidak dilatih menunjukkan kenaikan
progresif dan linier dari puncak kemampuan aerobik, sehubungan
dengan umur kronologis pada anak perempuan dan laki-laki. VO2
max anak laki-laki menjadi lebih tinggi mulai umur 10 tahun,
walau ada yang berpendapat latihan ketahanan tidak terpengaruh
pada kemampuan aerobik sebelum usia 11 tahun. Puncak nilai
56
VO2 max dicapai kurang lebih pada usia 18-20 tahun pada kedua
jenis kelamin. Secara umum, kemampuan aerobik turun perlahan
setelah usia 25 tahun. Penelitian dari Jackson AS et al.
menemukan bahwa penurunan rata-rata VO2 max per tahun
adalah 0.46 ml/kg/menit untuk pria (1.2%) dan 0.54 ml/kg/menit
untuk wanita (1.7%). Penurunan ini terjadi karena beberapa hal,
termasuk reduksi denyut jantung maksimal dan isi sekuncup jantung
maksimal.
5. Jenis Kelamin
Kemampuan aerobik wanita sekitar 20% lebih rendah dari
pria pada usia yang sama. Hal inidikarenakan perbedaan hormonal
yang menyebabkan wanita memiliki konsentrasi hemoglobin lebih
rendah dan lemak tubuh lebih besar. Wanita juga memiliki massa
otot lebih kecil daripada pria. Mulai umur 10 tahun, VO2Max anak
laki-laki menjadi lebih tinggi 12% dari anak perempuan. Pada
umur 12 tahun, perbedaannya menjadi 20%, dan pada umur 16
tahun VO2 max anak laki-laki 37% lebih tinggi dibanding anak
perempuan. Sehubungan dengan jenis kelamin wanita.
6. Suhu
Pada fase luteal menstruasi, kadar progesteron meningkat.
Padahal progesteron memiliki efek termogenik, yaitu dapat
meningkatkan suhu basal tubuh. Efek termogenik dari progesteron
57
ini rupanya meningkatkan BMR, sehingga akan berpengaruh pada
kerja kardiovaskuler dan akhirnya berpengaruh pula pada nilai VO2
max. Sehingga, secara tidak langsung, perubahan suhu akan
berpengaruh pada nilai VO2 max
7. Keadaan latihan
Latihan fisik dapat meningkatkan nilai VO 2Max Namun
begitu, VO2max ini tidak terpaku pada nilai tertentu, tetapi dapat
berubah sesuai tingkat dan intensitas aktivitas fisik. Contohnya,
bed-rest lama dapat menurunkan VO2 max antara 15%-25%,
sementara latihan fisik intens yang teratur dapat menaikkan VO2
max dengan nilai yang hampir serupa. Latihan fisik yang efektif
bersifat endurance (ketahanan) dan meliputi durasi, frekuensi, dan
intensitas tertentu. Sehingga dengan begitu dapat dikatakan bahwa
kegiatan dan latar belakang latihan seorang atlet dapat
mempengaruhi nilai VO2 maks –nya.
Tenaga aerobik maksimal paling tepat diukur dengan
mengamati tingkat pemakaian oksigen pada seseorang yang
melakukan olahraga aktifitas dimana intensitasnya ditingkatkan
sampai terjadi kelelahan (Pate, dkk, 1993:255). Selanjutnya Pate, dkk
(1993:312) menyatakan bahwa perkiraan valid dari VO2 max dapat
diperoleh dengan mengerahkan baik tenaga maksimal maupun
58
dengan mengamati kecepatan detak jantung sebagai tanggapan
terhadap latihan standar submaksimal.
B. Kerangka Pikir
Gaya hidup masyarakat atau lingkungan merupakan hasil dari
perubahan sosial, perubahan sosial adalah suatu bentuk peradaban umat
manusia akibat adanya eskalasi perubahan alam, biologi, fisik yang terjadi
sepanjang kehidupan manusia, ini bisa terjadi pada kalangan pendidikan
tinggi.
Perubahan Gaya hidup yang terjadi pada kalangan pendidikan tinggi
adalah pada pola konsumsi makanan dan kurangnya aktifitas fisik akibat
kesibukan yang sangat tinggi dengan penjadwalan mata kuliah yang padat
pada mahasiswa/mahasiswi, serta promosi produk pangan trendy ala barat
terutama fast food, tidak diimbangi oleh pengetahuan gizi. Pola gaya hidup
sedentary merupakan pilihan dari kalangan pendidikan tinggi, mempunyai
ciri khusus unsur gerak fisik sangat minimal sedangkan beban kerja mental
sangat maksimal. Makin tinggi tingkat pendidikan maka makin berkurang
dalam aktifitas fisik, serta sering mengkonsumsi makanan yang berlemak.
Akibatnya energi yang masuk dari makanan tidak digunakan secara
optimal, sehingga menyebabkan timbunan lemak dalam tubuh yang
menimbulkan kegemukan, terakhir adalah beban mental (stress) tinggi.
menyebabkan upaya yang dilakukan adalah mengkonsumsi pangan secara
berlebihan sehingga timbulnya berat badan berlebihan
59
Faktor pencetus kegemukan memicu terjadinya hipertensi,
penumpukan lemak pada bagian pinggiran tubuh dan peningkatan pada gula
darah, Dampak dari banyaknya asupan makanan yang konsumsi tanpa
disertai dengan pembakaran energi dengan aktifitas fisik mengakibatkan,
Penurunan aktifitas fisik dan Tingkat kebugaran jasmani pada individu serta
berisiko terhadap Sindrom Metabolik.
Sindrom Metabolik ditegakkan, apabila seseorang memiliki sedikitnya
tiga dari kriteria 5 kriteria penentu, pada penelitian ini hanya 3 kriteria
penentu yaitu:1). Peningkatan tekanan darah (≥130/85 mmHg). 2).
Peningkatan glukosa darah puasa (≥100 mg/dl) .3). Lingkar perut laki-laki
≥90 cm dan pada wanita ≥80 cm
Dari kerangka berfikir diatas peneliti ingin melakukan penelitian pada
mahasiswa tentang: Hubungan gaya hidup terhadap risiko Sindrom
Metabolik, Hubungan antara tingkat kebugaran jasmani terhadap risiko
Sindrom Metabolik dan Hubungan secara bersama antara gaya hidup dan
tingkat kebugaran terhadap risiko terjadinya Sindrom Metabolik.
Gaya hidup Sedetary Merupakan Gaya Hidup Pilihan pada kalangan
pendidikan tinggi.
60
Gambar. 2.4. Kerangka Berfikir
C. Hipotesis
1. Ada Hubungan Positif Gaya Hidup Dan Risiko Sindrom Metabolik
2. Ada Hubungan Positif Tingkat Kebugaran Jasmani Dan Risiko Sindrom
Metabolik
3. Adanya Hubungan Positif Secara Bersama Gaya Hidup Dan Tingkat
Kebugaran Jasmani Terhadap Risiko Sindrom Metabolik.
Gaya Hidup
Pola Aktifitas Konsumsi Makanan
Tingkat Kebugaran jasmani
RESIKO SINDROM METABOLIK
Tekanan darah
Lingkar Perut
Gula Darah
Tekanan darah
Lingkar perut
Gula darah
Tekanan darah
Lingkar perut
Gula darah
Recommended