View
65
Download
5
Category
Preview:
DESCRIPTION
ph
Citation preview
BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH
DAN PENYEBAB MASALAH
2.1 Penetapan Prioritas Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang
aktual terjadi (observed). Perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritaskarena keterbatasan
sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan
sekaligus. Setelah pada tahap awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan
menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data
atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan
yang cukup.
Pada BAB I, telah dirumuskan masalah yang terdapat pada program Kesehatan
Lingkungan di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih. Dikarenakan adanya keterbatasan
sumber daya manusia, dana, dan waktu, maka dari semua masalah yang telah dirumuskan,
perlu ditetapkan masalah yang menjadi prioritas untuk diselesaikan.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan pembobotan.
Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu dibentuk sebuah kelompok
diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara menyeluruh dan mencapai sasaran, maka
setiap anggota kelompok diharapkan mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa
langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah meliputi:
1. Menetapkan kriteria
2. Memberikan bobot masalah
3. Menentukan skoring tiap masalah
Berdasarkan hasil analisis program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih yang diangkat, maka didapatkan 2 permasalahan. Adapun masalah tersebut
meliputi:
1. Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di wilayah kerja
puskesmas kelurahan Cempaka Putih Timur sebesar 90,25 % di bawah target
yaitu sebesar ≥ 95 %.
37
2. Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di wilayah kerja
puskesmas kelurahan Cempaka Putih Barat sebesar 94 % di bawah target yaitu
sebesar ≥ 95 %.
2.1.1 Non-Scoring Technique
Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang lazim digunakan
adalah teknik non skoring.
Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh
sebab itu juga disebut “ Nominal Group Technique” (NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu :
A. Metode Delbecq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini dilakukan melalui diskusi
dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama keahliannya. Sehingga untuk
menentukan prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk memberikan
pengertian dan pemahaman peserta diskusi, tanpa mempengaruhi peserta diskusi. Hasil
diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.
B. Metode Delphi
Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang
mempunyaikeahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi diminta
untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah pokok. Masalah yang terbanyak
dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas masalah.
2.1.2 Scoring Technique
Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan teknik skoring
antara lain:
A. Metode Bryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu :
1) Prevalence : Besarnya masalah yang dihadapi
2) Seriousness : Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam
masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan
angka kematian akibat masalah kesehatan tersebut
3) Manageability : Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber
Daya
38
4) Commubity concern : Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah kesehatan
Tersebut
Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya
diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai lima yang ditulis dari
arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan dari arah
atas ke bawah sesuai kolom untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya.
Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini
juga memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan
sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan diambil.
B. Metode Matematik PAHO
Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah-masalah yang ingin
dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan kriteria untuk penilaian masalah
yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah :
1. Magnitude : Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang
ditunjukkan dengan angka prevalens.
2. Severity : Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fatality
rate masing- masing penyakit.
3. Vulnerability : Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif untuk
mengatasi masalah tersebut.
4. Community and political concern : Menunjukkan sejauh mana masalah tersebut
menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para politisi
5. Affordability : Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia.
C. Metode MCUA
Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan prioritas
masalah adalah :
1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga menimbulkan
kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini adalah IR
(Incidence Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai
39
adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter kuantitatif berupa angka
kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut.
2. Greetest member
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang terkena
masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa penyakit, maka
parameter yang digunakan adalah prevalence rate. Sedangkan untuk masalah lain, maka
greatest member ditentukan dengan cara melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan
pada sebuah program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.
3. Expanding Scope
Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain
diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah seberapa luas
wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut,
serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah
tersebut.
4. Feasibility
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin
masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah ketersediaan sumber
daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan kegiatan
bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya anggaran untuk kegiatan tersebut.
5. Policy
Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah
kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah masyarakat memiliki
kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah kebijakan pemerintah mendukung
terselesaikannya masalah tersebut.
Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian masalah dan
masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk dikalikan dengan penilaian
masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih obyektif. Pada metode ini harus ada
kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu dengan yang
lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot yang lebih tinggi. Setelah
dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang mempunyai nilai bobot yang lebih
tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima, dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria
yang mempunyai bobot lima.
40
Bobot 5 : paling penting
Bobot 4 : sangat penting sekali
Bobot 3 : sangat penting
Bobot 2 : penting
Bobot 1 : cukup penting
1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga menimbulkan
kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini adalah IR (Incidence
Rate) jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah masalah
kesehatan lain, maka digunakan parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka
kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut.
Tabel 2.1 Skala pada score emergency
Score Kenaikan Insiden RateDBD
5 0 – 0,19
10 0,2 – 0,39
15 0,4 – 0,59
20 0,6 – 0,79
25 0,8 – 0,99
30 1 – 1,19
41
Tabel 2.2 Penentuan score emergency terhadap masalah Kesehatan lingkungan yang
terdapat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih
Periode Januari - Desember 2012
No Masalah ABJ Cakupan
(%)
Skoring
1. PKM Cempaka Putih
Timur
90,25 15
2. PKM cempaka putih
barat
94 20
Pada emergency, daftar masalah program kesehatan lingkungan didapatkan skor terbesar
yaitu 20 pada angka incidence rate DBD di Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Barat
2. Greetest Member
Greetest member menunjukkan berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau
penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalensi. Semakin besar selisih antara target dan
cakupan maka akan semakin besar score yang didapatkan.
Tabel 2.3 Skala pada Score Greetest Member
Score Range (%)
5 0-1,99
10 2-3,99
15 4-5,99
20 6-7,99
25 8-9,99
Keterangan:
Untuk menentukan score pada greetest member digunakan range. Range didapatkan
dari selisih antara target dan cakupan dari tiap masalah. Diberikan score dari 5 sampai 25
dengan jarak tiap range sebesarsatu koma sembilan puluh sembilan agar mendapatkan nilai
greetest member yang bervariasi.
42
Tabel 2.4 Daftar masalah program Kesehatan Lingkungan di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari –DesemberTahun 2012
No. Masalah ABJTarget
(%)
Cakupan
(%)
Selisih
(%)Score
1. PKM Cempaka Putih Timur ≥ 95 90,25 4,75 15
2. PKM Cempaka Putih barat ≥ 95 94 1 5
Skor Greetes Member terbesar didapatkan pada masalah ABJ di wilayah Puskesmas
Kelurahan Cempaka putih timur adalah 15.
3. Expanding Scope
Expanding Scope menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap
sektor lain di luar kesehatan. berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut, serta ada
tidaknya sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.
Untuk keterpaduan lintas sektor diberikan nilai 2 karena masalah pada suatu
program memungkinkan untuk menimbulkan masalah pada sektor lainnya yang
berhubungan langsung, sedangkan yang tidak ada kaitan dengan sektor lain diberikan nilai
1.
Tabel 2.5 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Keterpaduan Lintas Sektoral
Nilai Lintas Sektor
1 Tidak ada keterpaduan lintas sector
2 Ada keterpaduan lintas sector
Untuk keterpaduan lintas sektoral, dalam hal ini semua puskesmas kelurahan
menjalankan keterpaduan lintas sektoral.
43
Tabel 2.6 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan
Jumlah Penduduk
Nilai Jumlah Penduduk
5 16.000 - 21.999
10 22.000 – 27.999
15 28.000 – 33.999
20 34.000 – 39.999
25 40.000 – 45.999
Tabel 2.7 PenentuanScore Expanding Scope Program Kesehatan Lingkungan di
Wilayah se-Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari - Desember 2012
NO Daftar Masalah
Jumlah Penduduk Lintas
Sektoral
Jumlah
16.000 –
21.999
22.000 –
27.999
28.000 –
33.999
34.000 –
39.999
40.000 –
45.999
1.
Puskesmas
Kelurahan Cempaka
Putih Timur
15 2 30
2.
Puskesmas
Kelurahan Cempaka
Putih Barat
10 2 20
Score expanding scope terbesar pada program Kesehatan Lingkungan Januari -
Desember 2012 adalah di wilayah Puskesmas kelurahan cempaka putih timur sebesar 30.
44
4. Feasibility
Feasibility merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai seberapa mungkin suatu
masalah dapat diselesaikan. Pada dasarnya, kriteria ini adalah kriteria kualitatif, oleh karena
itu perlu dibuat parameter kuantitatif sehingga penilaian terhadap kriteria ini menjadi
obyektif.
Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu masalah dapat
diselesaikan meliputi:
1. Rasio tenaga kesehatan Puskesmas terhadap jumlah penduduk. Semakin banyak
jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk, maka kemungkinan suatu
permasalahan terselesaikan akan semakin besar. Oleh karena itu, dilakukan
penghitungan rasio tenaga kesehatan di setiap Puskesmas kelurahan terhadap jumlah
penduduk yang menjadi sasaran program kesehatan di masing – masing wilayah
Puskesmas.
Berikut adalah rasio tenaga kesehatan di tiap puskesmas terhadap jumlah penduduk
sasaran di wilayah Puskesmas tersebut :
Tabel 2.8 Scoring Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk Sasaran Program
Kesehatan Lingkungan di Wilayah Kecamatan Cempaka Putih
Periode Januari - Desember 2012
Puskesmas
Jumlah
Petugas
Kesehatan
dan petugas
Jumantik
Jumlah
PendudukPerbandingan Score
Cempaka putih timur 10 29.856 1 : 2.985 3
Cempaka putih barat 12 40.246 1 : 3353 2
Tabel 2.9 Skala rasio perbandingan jumantik dengan jumlah penduduk
45
Score Range
6 2.000 – 2.299
5 2.300 – 2.599
4 2.600 – 2.899
3 2.900 – 3.199
2 3.200 – 3.499
1 3.500 – 3.799
2. Ketersediaan fasilitas (material), fasilitas juga merupakan hal yang dibutuhkan untuk
menjalankan suatu kegiatan dan menyelesaikan suatu masalah dan cakupan kegiatan
tersebut. Namun, fasillitas yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan berbeda-beda. Oleh
karena itu, dibuatkan kategori untuk fasilitas yang dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan
tersebut.
Kategori fasilitas digolongkan menjadi dua yaitu ketersediaan alat/obat dan
ketersediaan tempat. Penilaian berdasarkan ada dalam jumlah mencukupi, ada namun
kurang mencukupi dan tidak ada sama sekali. Digolongkan cukup bila dari kegiatan
pelaksanaan program tidak ada masalah yaitu selalu tersedia dan diberi nilai tiga.
Digolongkan kurang bila tersedia namun jumlah kurang, atau terlambat datang, atau
ada namun tidak layak pakai dan diberi nilai dua. Dan tidak ada bila tidak tersedia dan
diberi nilai satu.
Tabel 2.10Scoring Ketersediaan Fasilitas Terhadap Kegiatan Di wilayah Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari - Desember 2012
Kategori Ketersediaan Score
Alat/ ObatTidak ada 1
Ada 2
Untuk ketersediaan fasilitas, dalam hal ini semua puskesmas kelurahan mempunyai atau
memiliki fasilitas. Sehingga dalam pengambilan scoretidak dicantumkan.
46
3. Ketersediaan dana, Scoring ketersediaan dana terhadap setiap kegiatan Puskesmas
penilaian dibagi dua yaitu “cukup” dan “kurang”. Penilaian berdasarkan wawancara
dengan pemegang program dan kepala Puskesmas terkait.
Tabel 2.11 Scoring Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan Di Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih Periode Januari - Desember 2012
Dana Score
Cukup 2
Kurang 1
Untuk ketersedian dana, dalam hal ini semua puskesmas kelurahan mendapatkan dana
cukup dari pemerintah, sehingga tidak dicantumkan dalam scoring.
Tabel 2.12 Penentuan Score Feasibility Program Kesehatan Lingkungan Terhadap
Kegiatan di Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Periode Januari – Desember 2012
NO Daftar Masalah
Jumlah Petugas
Kesehatan dan
Petugas Jumantik
Jumlah
1.Puskesmas Kelurahan
Cempaka Putih timur10 10
2.Puskesmas Kelurahan
Cempaka putih barat12 12
5. Policy
Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan dari suatu masalah
kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern terhadap masalah tersebut. Parameter
yang digunakan untuk menilai seberapa concern pemerintah adalah kebijakan pemerintah
yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta apakah masalah tersebut terpublikasi di
berbagai media.
47
Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang paling mungkin
sampai ke masyarakat. Publikasi suatu isu kesehatan di media cetak memiliki jangkauan yang
lebih luas dibandingkan dengan penyuluhan. Maka skor untuk penyuluhan diberikan 1,
sedangkan untuk iklan di media cetak diberikan nilai 5. Begitu pun dengan media elektronik
yang memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan media cetak. Maka untuk
adanya publikasi masalah kesehatan tersebut di media elektronik diberikan nilai 10.
Tabel 2.13 Scoring Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Kesehatan Lingkungan
pada Puskesmas di Wilayah Kecamatan Cempaka Putih
Periode Januari – Desember 2012
Parameter Score
Tidak ada kebijakan 1
Ada kebijakan2
Tabel 2.14 Penentuan Nilai Policy Terhadap Kegiatan Puskesmas di Kecamatan
Cempaka Putih Periode Januari –Desember 2012
Parameter Score
Penyuluhan 1
Media Cetak (Poster, Majalah, Koran) 5
Media Elektronik (TV, radio, internet) 10
48
Tabel 2.15 PenentuanScore Policy Program Kesehatan Lingkungan pada Puskesmas di
Wilayah Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari –Desember 2012
Tabel 2.16 Penentuan Masalah Program Kesehatan Lingkungan Menurut Metode
MCUA
MS 1-MS 4 pada Puskesmas Kecamatan Cempaka putih
periode Januari-Desember 2012
No Kriteria Bobot
MS1 MS2
N BN N BN
1 Emergency 5 15 75 20 100
2 Greates Member 415 60 5 20
3 Feasibility 33 9 2 6
4 Expanding Scope 230 60 15 30
5 Policy 1 16 16 16 16
Jumlah 220 172
MS 1. Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di wilayah kerja
puskesmas kelurahan Cempaka putih timur periode Januari – Desember 2012 sebesar 90,25
% di bawah target yaitu sebesar ≥ 95 %.
49
No PuskesmasPenyuluh
an
Media
Cetak
Media
ElektronikJumlah
1. Kelurahan cempaka putih timur
1 5 10 16
2. Kelurahan cempaka putih barat
1 5 10 16
MS 2. Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di wilayah kerja
puskesmas kelurahan Cempaka putih barat periode Januari – Desember 2012 sebesar 94 % di
bawah target yaitu sebesar ≥ 95 %.
2.1.3 Prioritas masalah terpilih
Berdasarkan skoring MCUA, maka dipilih satu prioritas masalah antara lain :
1. Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di wilayah kerja puskesmas
kelurahan Cempaka Putih Timur periode Januari – Desember 2012 sebesar 90,25 % di
bawah target yaitu sebesar ≥ 95 % .
2. Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di wilayah kerja puskesmas
kelurahan Cempaka putih barat periode Januari – Desember 2012 sebesar 94 % di
bawah target yaitu sebesar ≥ 95 %.
2.2 Menentukan Kemungkinan Penyebab Masalah
Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada, selanjutnya ditentukan
kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan penyelesaian yang ada terlebih dahulu.
Pada tahap ini telah dicoba mencari setiap apa yang menjadi akar permasalahan dari setiap
masalah yang merupakan priorotas. Pada tahap ini digunakan diagram sebab akibat yang
disebut juga diagram dengan tulang ikan (fishbone diagram/ishikawa). Dengan
memanfaatkan pengetahuan dan dibantu dengan data yang tersedia dapat disusun berbagai
penyebab masalah secara teoritis. Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun
proses. Input, yaitu sumber daya atau masukan oleh suatu sistem.Sumber daya sistem adalah :
1. Man : sumber daya manusia
2. Money : dana
3. Material : sarana
4. Method : cara
Proses adalah kegiatan sistem. Melalui proses akan diubah input menjadi output.
Pada proses terdiri dari :
1. Planning (perencanaan) : sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan
tujuan organisasi, sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya.
50
2. Organizing (pengorganisasian) : rangkain kegiatan manajemen untuk menghimpun
semua seumber daya (potensi) yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya secara
efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Actuating (pelaksana) : proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu
bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan
yang telah dimiliki dan dukungan sumber daya yang tersedia.
4. Controlling (monitoring) : proses untuk mengamati secara terus menerus
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan
koreksi jika terjadi penyimpangan.
Berikut ini adalah prioritas masalah yang akan dibuat dengan menggunakan fishbone
atau diagram Ishikawa :
1. Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di wilayah kerja puskesmas
kelurahan Cempaka Putih Timur periode Januari – Desember 2012 sebesar 90,25 % di
bawah target yaitu sebesar ≥ 95 %.
2. Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di wilayah kerja puskesmas
kelurahan Cempaka Putih Barat periode Januari – Desember 2012 sebesar 94 % di bawah
target yaitu sebesar ≥ 95 %.
51
52
2.3 Mencari Penyebab Masalah Yang Dominan
Pada tahap ini adalah menentukan penyebab masalah yang dominan. Dari dua
prioritas masalah yang mungkin dengan menggunakan metode Ishikawa atau lebih dikenal
dengan fishbone (diagram tulang ikan), yang telah dikonfirmasi dengan data menjadi akar
53
penyebab masalah (yang terdapat pada lingkaran). Dari akar penyebab masalah tersebut,
dapat dicari akar penyebab masalah yang paling dominan. Penyebab masalah yang paling
dominan adalah penyebab masalah yang apabila diselesaikan maka secara otomatis sebagian
besar masalah-masalah yang lainnya dapat dipecahkan. Penentuan akar penyebab masalah
yang paling dominan dengan cara diskusi, argumentasi, justifikasi dan pemahaman program
yang cukup. Di bawah ini adalah penyebab masalah yang dominan dalam program di
wilayah kerja Puskesmas Cempaka Putih:
2.3.1 Kemungkinan Penyebab Masalah dengan Menggunakan fishbon e(diagram
tulang ikan) pada Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi
di wilayah kerja puskesmas kelurahan Cempaka Putih Timur periode Januari –
Desember 2012 sebesar 90,25 % di bawah target yaitu sebesar ≥ 95 %.
Akar penyebab masalah pada Input adalah :
1. Tidak ada alokasi dana untuk memberi gaji para kader jumantik (Man)
2. Pendistribusian dana di tiap program tidak merata (Money)
3. Petugas kesling merasa masih belum perlu untuk memperbanyak media promosi(Material)
4. Kurangnya jumlah petugas PJB dan PSN (Method)
Akar penyebab masalah pada process adalah :
1. Kurangnya komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat(Plannig)
2. Kurang aktifnya puskesmas merekrut warga untuk menjadi kader jumantik (Organizing)
3. Keterbatasannya jumlah kader jumantik (Actuating)
4. Tidak adanya protap evaluasi untuk pencatatan program yang telah dilaksanakan (Controlling)
Akar penyebab masalah pada lingkungan (Environment) adalah :
1. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan rumah dan lingkungan (Environment)
54
Dari sembilan penyebab yang paling mungkin diperoleh tiga penyebab yang paling
dominan berdasarkan hasil diskusi dan justifikasi sebagai berikut :
1. Kurangnya jumlah petugas PJB dan PSN (Method)
2. Tidak adanya protap evaluasi untuk pencatatan program yang telah dilaksanakan (Controlling)
3. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan rumah dan lingkungan (Environment)
2.3.2 Kemungkinan Penyebab Masalah dengan Menggunakan Fishbone (diagram
tulang ikan) Pada Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi
di wilayah kerja puskesmas kelurahan Cempaka Putih Barat periode Januari –
Desember 2012 sebesar 94 % di bawah target yaitu sebesar ≥ 95 %
Akar penyebab masalah pada Input adalah :
1. Kurangnya koorrdinasi antara kepala program dengan petugas jumantik (Man).
2. Program lain dianggap lebih penting (Money)
3. Alokasi dana lebih diprioritaskan untuk program lain (Material)
4. Belum adanya pelatihan untuk para kader jumantik (Method)
Akar penyebab masalah pada process adalah :
1. Kurangnya tanggung jawab petugas kesehatan untuk keberhasilan program (Planning)
2. Kurang aktifnya puskesmas merekrut warga untuk menjadi kader PJB dan PSN (Organizing)
3. Jumlah petugas PJB dan PSN kurang (Actuating)
4. Tidak adanya protap evaluasi untuk pencatatan program yang telah dilaksanakan (Controlling)
Akar penyebab masalah pada lingkungan (Environment) adalah :
1. Kurangnya kesadaran pentingnya kebersihan rumah dan bahaya DBD (Environment).
55
Dari sembilan penyebab yang paling mungkin diperoleh tiga penyebab yang paling dominan
berdasarkan hasil diskusi dan justifikasi sebagai berikut :
1. Belum adanya pelatihan untuk para kader jumantik (Method)
2. Kurang aktifnya puskesmas merekrut warga untuk menjadi kader PJB dan PSN (Organizing)
3. Kurangnya kesadaran pentingnya kebersihan rumah dan bahaya DBD (Environment).
56
Recommended