View
4
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1Ekologi Industri
Menurut Djajadiningrat dan Famiola (2004), ekologi industri menggambarkan
kebersamaan suatu sistem industri suatu sistem industri bagi lingkungan, sehingga
sistem industri tersebut dapat selalu mampu memproduksi barang dan jasanya terus
menerus (berkelanjutan). Ekologi industri tidak lain adalah bagaimana mengatur atau
mengelola aktivitas-aktivitas manusia dalam suatu landasan yang berkelanjutan.
Ekologi industri menyiratkan suatu hubungan yang erat dengan bidang ekologi. Dalam
ekologi industri yang menjadi objek utama studinya adalah hubungan timbal balik antar
perusahaan, baik dari sisi produk yang mereka hasilkan maupun proses yang mereka
lakukan untuk berproduksi pada suatu wilayah, baik lokal, regional, nasional dan
tingkatan sistem global. Sedangkan menurut Garner (1995), ekologi indsutri adalah
suatu sistem yang digunakan untuk mengelola aliran energi atau material sehingga
diperoleh efisiensi yang tinggi dan menghasilkan sedikit polusi.
Menurut Kristanto (2013), ekologi industri merupakan bidang ilmu yang
difokuskan pada dua tujuan, yaitu peningkatan ekonomi dan peningkatan kualitas
lingkungan. Pada konsep ekologi industri, sistem industri dipandang bukan sebagai
suatu sistem yang terisolasi dari sistem dan lingkungan di sekelilingnya, melainkan
merupakan satu kesatuan. Tujuan utama dari konsep ekologi industri adalah
mengorganisasisistem industri sehingga dihasilkan suatu jenis oprasi yang ramah
lingkungan dan berkesinambungan.
Dalam konsep pembangunan industri berkelanjutan atau berkesinambungan
ditekankan bahwa kegiatan proses industri, mulai dari bahan baku sampai dengan
produk akhir tidak berdampak negatif terhadap lingkungan, atau bila suatu kegiatan
industri terpaksa harus mengeluarkan limbah yang berbahaya dan beracun, maka upaya
optimal harus dilakukan untuk menekan konsentrasi limbah buangan itu hingga
seminimal mungkin.
Salah satu upaya optimal yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengukur
efisiensi secara ekonomi dan lingkungan dengan menggunakan konsep eco-efficiency
sebagai suatu strategi yang menghasilkan suatu produk dengan kinerja yang lebih baik,
5
dengan menggunakan sedikit energi dan sumber daya alam serta meminimumkan
dampak lingkungan.
2.1.1Eco-Efficiency
Eco-Efficiency merupakan salah satu bagian dari ekologi industri yang memilki
beberapa pengertian menurut para ahli. Terdapat beberapa pengertian menurut para
ahli. Terdapat beberapa pengertian Eco-Efficiency yang dapat dilihat sebagai
berikut:
Terminologi Eco-Efficiency pertama kali diperkenalkan oleh WBCSD (World
Business Council for Sustainable Development) pada tahun 1992. Menurut kamus
lingkungan hidup Republik Indonesia (2008), Eco-Efficiency didefinisikan sebagai
suatu konsep efisiensi yang memasukan aspek sumber daya alam dan energi atau
suatu proses produksi yang meminimumkan penggunaan bahan baku, air, energi
serta dampak lingkungan per unit produk. Sedangkan menurut Livio and Frank
(1997), Eco-Efficiency dapat dicapai melalui pengiriman barang dan jasa dengan
dengan harga yang kompetitif yang memenuhi kebutuhan manusia dan membawa
kualitas hidup, sementara secara progresif dapat mengurangi dampak lingkungan
dan intensitas sumber daya diseluruh siklus hidup, ke sebuah level dimana
setidaknya sejalan dengan perkiraan kapasitas yang dapat didukung oleh bumi.
Menurut Sari, dkk. (2012) menjelaskan bahwa Eco-Efficiency merupakan
strategi yang menggabungkan konsep efisiensi ekonomi berdasarkan prinsip
efisiensi penggunaan sumber daya alam. Eco-Efficiency juga dapat diartikan
sebagai suatu strategi yang menghasilkan suatu produk dengan kinerja yang lebih
baik, dengan menggunkan sedikit energi dan sumber daya alam.
2.1.1.1Efisiensi
Efisiensi didefinisikan sebagai kesuksesan suatu unit dalam
memproduksi Output semaksimal mungkin dari jumlah input yang ada.
(Farrel, 1957). Efisiensi juga merupakan rasio antara output dengan
input Marsaulina N, 2011).
Rumus efisiensi dapat dinyatakan sebagai berikut:
6
Efisiensi = 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
Menurut Stoner (1995), efisiensi merupakan tindakan
memaksimalkan hasil dengan menggunakan modal (tenaga kerja,
material dan alat) yang minimal. Sedangkan secara sederhana, menurut
Nopirin (1997), efisiensi dapat berarti tidak adanya pemborosan.
2.1.1.2 Efisiensi Ekonomi
Menurut Nicholson (2003), menyatakan bahwa efisiensi ekonomi
adalah apapun pilihan teknik yang digunakan dalam perusahaan haruslah
meminimumkan biaya. Sedangkan menurut Farrel (1957), efisiensi dari
perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi
alokatif. Kedua ukuran ini yang kemudian dikombinasikan menjadi
efisiensi ekonomi (economy efficiency). Suatu perusahaan yang dapat
dikatakan efisien secara ekonomi jika perusahaan tersebut dapat
meminimalkan biaya produksi untuk menghasilkan output tertentu
dengan suatu tingkat teknologi yang umumnya digunakan serta harga
pasar yang berlaku.
A. Efisiensi Teknis
Menurut Kombhaker dan Lovell (2000), efisiensi teknis hanya
merupakan satu komponen dari efisiensi ekonomi secara
keseluruhan. Namun, dalam rangka mencapai efisiensi ekonominya
suatu perusahaan harus efisien secara teknis. Dalam rangka
mencapai tingkat keuntungan yang maksimal, sebuah perusahaan
harus memproduksi output yang maksimal dengan jumlah input
tertentu (Efisiensi Teknis). Sedangkan menurut Farrel (1957),
Efisiensi teknis mencerminkan kemampuan dari perusahaan dalam
menghasilkan output dengan sejumlah input yang tersedia.
B. Efisiensi Alokatif
7
Menurut Kumbhaker dan Lovell (2000), efisiensi alokatif yaitu
memproduksi output dengan kombinasi yang tepat dengan tingkat
harga tertentu. Sedangkan menurut Farrel (1957), efisiensi alokatif
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan
penggunaan Input nya, dengan struktur harga dan teknologi
produksinya. Efisiensi alokatif juga merupakan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan sejumlah output pada kondisi
minimasi rasio biaya dari input.
2.1.1.3 Efisiensi Lingkungan
Menurut Sari, dkk (2012) yang menjelaskan bahwa Eco-Efficiency
merupakan strategi yang menggabungkan konsep efsiensi ekonomi
berdasarkan prinsip efisiensi penggunaan sumber daya alam, maka efisiensi
lingkungan adalah eisiensi penggunaan sumber daya alam untuk mencegah
pencemaran lingkungan dan limbah yang dihasilkan. Adapun, penggunaan
sumber daya alam yang dimaksud seperti bahan baku, energi, air dan
sebagainya. Menurut International Energy Agency, (2013) manfaat dari
efisiensi lingkungan atau energi adalah membuka lapangan kerja,
meningkatkan laba atau keuntungan, meningkatkan kesehatan dan kualitas
hidup masyarakat, meningkatkan produktivitas dalam industri,
menghindarkan pembangunan dan penggunaan infrastruktur yang tidak perlu
dan mengurangi pengeluaran.
2.1.2Tujuan Eco-Efficiency
Berdasarkan pengertian Eco-Efficiency yang merupakan strategi yang
menggabungkan konsep efisiensi ekonomi berdasarkan prinsip efisiensi
penggunaan sumber daya alam. Maka menurut menurut Sari, dkk (2012) tujuan dari
Eco-Efficiency adalah untuk mengurangi dampak lingkungan per unit yang
diproduksi dan dikonsumsi sehingga dapat mencapai keuntungan karena
mempunyai daya saing dengan cara mengurangi sumber daya yang diperlukan bagi
terbentuknya produk serta pelayanan yang lebih baik.
8
2.1.3 Prinsip Eco-Efficiency
Menurut WBSCD, prinsip-prinsip dalam Eco-Efficiency adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi penyebaran bahan beracun (toxic) dan beresiko kesehatan.
2. Maksimalisasi penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbarui, dan
meminimalisasi dampak lingkungan.
3. Memperpanjang daur hidup produk dan pengembangan pasar.
4. Meningkatkan nilai tambah produk dan jasa, dan memperluas pasar
2.1.4 Pengukuran Eco-Efficiency
Menurut Kicherer et al. (2007) analisis Eco-Efficiency telah berhasil
digunakan sebagai alat pengukuran yang bernilai untuk mengukur keberlanjutan.
Sebagai alat penting pengukuran keberlanjutan yang akan mencari peningkatan
perbaikan lingkungan yang menghasilkan manfaat ekonomi pararel, maka menurut
WBSCD (2000), Eco-Efficiency berkaitan dengan 3 tujuan umum, yaitu yang
berhubungan dengan konsumsi sumber daya, yang berpengaruh pada alam dan
nilai produk.
Berdasarkan tujuan umum WBSCD tersebut, Eco-Efficiency ratio
mengungkapkan seberapa efisien aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan barang
dan jasa alam. Peningkatan Eco-Efficiency dapat dicapai dengan mengurangi efek
lingkungan sekaligus meningkatkan nilai tambah ekonomi bagi produk atau jasa
selama siklus hidup mereka. Penerapan eco-efficiency pda sektor bisnis pada
umumnya berdasarkan pada rasio dari nilai produk maupun jasa terhadap dampak
lingkungan yang dihasilkan oleh produk tersebut (Tak Hur et al, 2003) seperti yang
dapat dilihat pada persamaan dibawah :
𝐸𝑐𝑜 − 𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 =𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑜𝑓 𝑡ℎ𝑒 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡
𝐶𝑜𝑠𝑡+𝐸𝑛𝑣𝑖𝑟𝑜𝑛𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑜𝑠𝑡
Nilai produk pada persamaan diatas didapatkan dari penjualan bersih produk
tersebut. Biaya dampak lingkungan yang dimaksud disini adalah jumlah konsumsi
energy, material, air dan juga emisi yang dihasilkan dalam memproduksi sebuah
produk.
9
2.1.4.1 Identifikasi Aspek Eco-Efficiency
Proses identifikasi aspek Eco-Efficiency dilakukan berdasarkan
teori Eco-Efficiency dan kondisi dilapangan. Proses ini berguna untuk
menentukan faktor-faktor yang terlibat dalam penelitian. Variabel
sendiri dapat didefinisikan sebagai faktor-faktor yang mempunyai
variasi nilai dan besaran. Menurut Mcleod (2001), menyebutkan bahwa
input (masukan) adalah segala sesuatu yang masuk kedalam sistem dan
selanjutnya menjadi bahan untuk diproses sedangkan output (keluaran)
adalah hasil dari input yang sudah dilakukan pemrosesan sistem dan
keluaran dapat menjadi masukan untuk sistem lain.
Beberapa refrensi tentang input dan output yang digunakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menurut Nisa, dkk. (2015) menyebutkan bahwa input dan output
yang dugunakan dalam penelitian adalah kakao,air, solar, listrik
sebagai input dan biji kako kering dan kompos sebagai output.
2. Menurut Pulansari (2010), Input dan Output yang digunakan dalam
penelitiannya adalah jumlah karyawan, jumlah jam kerja produksi,
jumlah biaya oprasional, jumlah produk cacat, dan biaya bahan baku
sebagai input, sedangkan pendapatan, jumlah pelanggan, jumlah
produksi, jumlah produk kualitas no.1, harga jual produk no.1,
jumlah produk no.2, dan harga jual produk kualitas no.2 sebagai
output.
3. Menurut Nindita, dkk. (2012) menyebutkan bahwa input dan output
yang digunakan dalam penelitian adalah pemakaian bahan baku,
sumber daya (energi, air) sebagai input dan limbah padat, limbah
cair sebagai output.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya di atas yang
menyebutkan beberapa input dan output, maka input dan output yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah bahan baku karet dan
biaya oprasional sebagai input dan jumlah produk SIR (Standart
Indonesian Rubber), dan besar limbah padat.
10
Menurut Matz, dkk. (1996) menyatakan bahwa biaya oprasional
adalah biaya yang menjadi beban tanggungan perusahaan dan
berhubungan erat dengan usaha pokok perusahaan. Dimana biaya
oprasional terdiri dari:
A. Manufacturing cost
a. Biaya tenaga kerja langsung adalah karyawan yang dikerahkan
untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi.
b. Biaya overhead pabrik adalah biaya dari bahan baku tidak
langsung dari semua biaya produksi lainya yang tidak
dibebankan langsung pada suatu produk
B. Commercial Expense
a. Beban pemasaran adalah semua biaya yang terjadi dalam
rangka memasarkan produk aau barang dagangan dimana biaya
tersebut timbul pada saat proses produksi diselesaikan dan
barang sudah dalam kondisi siap untuk dijual.
b. Beban administrasi meliputi biaya yang dikeluarkan dalam
mengatur dan mengendalikan organisasi meliputi biaya dalam
rangka penentuan kebijakan perusahaan secara keseluruhan.
2.1.4.2 Konversi Data Input dan Output
Menurut Tatari dan Kucukvar (2012), karena ketidakseimbangan
besarnya data, maka besarnya data kemudian dinormalisasikan.
Maksud dari normalisasi disini adalah dalam konteks konversi. Nilai
tiap input dan output kemudian dinormalisasikan atau dikonversi agar
memiliki satuan yang sama. Konversi dilakukan dengan cara
mengalikan nilai dari variabel tersebut dengan harga dari variabel per
satuan variabel tersebut.
2.1.4.3 Penetapan Input dan Output
11
Penetapan input dalam penelitian ini adalah biaya bahan baku
karet dan oprasional, sedangkan menurut Tatari adn Kucuvrar (2012),
dan menurut Astina dan Hariyanto (2015), menjelaskan bahwa
penetapan output dengan nilai-nilai output berdasarkan hasil konversi
output adalah dengan menjumlahkan semua variabel output. Hal
tersebut dikarenakan dalam model ECODEA-1 yang hanya
menggunakan single output.
Menurut Tatari and Kucuvrar (2012), bobot bisa ditugaskan untuk
setiap katagori dalam penyebut . Eco-Efficiency ratio kemudian
dihitung dengan menggunakan DEA. Pembobotan setiap efek katagori
ditugaskan oleh DEA melalui pemrograman matematika yang teliti.
Selain itu, DEA cukup fleksibel untuk menggabungkan berbagai
tingkat subjektivitas yang diperlukan. Dan menurut Kuosmanen dan
Kortelainen (2005), DEA juga digunakan untuk mengukur eco-
effciency.
2.1.4.4 Keuntungan Pengukuran Eco-Efficiency
Menurut Livio and frank (1997), Ada beberapa keuntungan dari
pengukuran eco-effiiency. Diantaranya adalah:
1. Pemantauan kemajuan dari waktu ke waktu dapat dilakukan jika
dibandingkan dengan yang lain.
2. Memberikan pemahaman dasar yang baik untuk menetapkan
target bagian yang membutuhkan eco-effciency.
3. Membantu menetapkan prioritas-prioritas untuk sebuah tindakan.
4. Memutuskan program alternatif tindakan.
5. Memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan
eksternal.
Pengukuran eco-effciency yang sebenarnya harus menunjukan
bagaimana output yang lebih diperoleh dari sumber daya yang
diberikan atau efek lingkungan.
12
2.2 Data Envelopment Analysis (DEA)
Metode DEA pertama kalinya diperkenalkan oleh Farrel pada tahun 1957 kemudian
dikembangkan oleh Charness, Cooper, dan Rhodes pada tahun 1978 yang kemudian
dikenal dengan metode CRS atau metode Constan Return to Scale. Metode ini kemudian
dikenal dengan metode CCR.
2.2.1 Pengertian DEA
Terdapat beberapa refrensi dan sumber-sumber yang menjelaskan pengertian
DEA. Menurut Coellie et. Al (2005), DEA melibatkan penggunaan metode
pemrograman linear untuk menyusun sebuah bagian demi bagian daerah atau
wilayah non-parametrik (daerah atau garis batas) atas data tersebut. Pengukuran
efisiensi kemudian dihitung relatif terhadap daerah atau wilayah ini. Sedangkan
menurut Ramanathan (2003), DEA adalah teknik berbasis program linier untuk
mengukur efisiensi unit yang dinamakan Unit Pengembalian Keputusan atau
Decision Making Unit (DMU). Menurut Cooper, Seiford, dan Tone (2002), DEA
menggunakan teknis program matematis yang dapat menangani variabel dan batasan
yang banyak, dan tidak membatasi Input dan Output yang akan dipilih karena teknis
yang dipakai dapat mengatasinya.
Model CCR yang merupakan model dasar DEA menggunakan asumsi Constant
Return to Scale yang membawa implikasi pada bentuk efisien set yang linier. Hal
tersebut akan meberikan konsekuensi penilaian yang dimana penambahan satu unit
input harus menghasilkan penambahan satu unit output.
Dalam model CCR, untuk setiap entitas pengukuran DMU (Decision Making
Unit) dibentuk virtual input dan output yaitu pembobotannya input (vi) dan output
(yj) memiliki nilai yang belum diketahui. Nilai bobot akan ditentukan dengan
menggunakan teknik linear programing dengan fungsi tujuan memaksimalkan.
Dalam hal ini hanya beberapa kemungkinan akan terjadi bobot optimal, dan pada
umumnya akan berbeda untuk setiap DMU. Jadi dalam DEA bobot dihasilkan dari
data dan bukan ditentukan dari awal. Setiap DMU akan diarahkan kepada
penggunaan set bobot yang akan menghasilkan nilai tujuan terbaik oleh setiap DMU
tersebut.
13
2.2.2 Decision Making Unit (DMU)
Menurut Thanassoulis (2001), Decision Making Unit adalah entitas-entitas yang
akan diukur efisiensinya secara relatif terhadap sekelompok entitas lainnya. Adapun
menurut Ramanathan (2003), Decision Making Unit dapat mencakup unit
manufaktur, departemen organisasi besar seperti universitas, sekolah, cabang bank,
rumah sakit, pembangit listrik, stasiun polisi, kantor pajak, penjara, basis pertahanan,
satu set perusahaan atau bahkan individu terlatih seperti praktisi medis.
Ada dua faktor yang memengaruhi dalam pemilihan DMU, yaitu DMU harus
merupakan unit-unit yang homogen, dimana unit-unit tersebut melakukan tugas
(task) yang sama, harus berada pada kondisi yang sama dan memiliki objektif yang
sama, input dan output yang mencirikan kinerja dari DMU harus identik, kecuali
berbeda hanya intensitas dan jumlah atau ukuranya. Serta hubungan antara jumlah
DMU terhadap jumlah input dan output kdangkala ditentukan berdasarkan “rule of
thumb” yaitu jumlah DMU diharapkan lebih bnayak dibandingkan jumlah input dan
output.
Menurut Pulansari (2010), Dewi (2015), dan Utama, dkk (2013), DMU yang
digunakan dalam penelitiannya adalah dalam satuan bulan yang masing-masing pada
bulan januari 2006 sampai bulan desember 2006 sebagai DMU 1 sampai DMU 12,
bulan januari 2015 sampai Mei 2015 sebagai DMU 1 sampai DMU 5 dan bulan
Januari 2012 sampai Oktober 2012 sebagai DMU 1 sampai DMU 10.
2.2.3 Model Matematis ECODEA-1 berbasis Model CCR
Model ECODEA-1 adalah model utama yang dipakai untuk menghitung nilai
eko-efisiensi tiap unit DMU, DMU dikatakan efisien jika ( = 1 ), tidak efisien ( < 1
). Menurut Tatari dan Kucukrar (2012), model DEA dikembangkan menjadi model
ECODEA-1 berbasis model CCR. Kuosmen dan Kortelainen (2005),
memperkenalkan pertama kali kelayakan dari model ini untuk perhitungan eco-
efficiency ratio. Model CCR bertransformasi ke dalam persamaan berikut untuk
memaksimalkan z atau eko-efisiensi relatif DMU yang dicari:
14
Max z = 𝑌j
∑ (𝑉𝑖.𝑋𝑖𝑗)𝑚𝑖=1
Subject to 𝑌j
∑ (𝑉𝑖.𝑋𝑖𝑗)𝑚𝑖=1
≤ 1
Vi > 0
Dimana notasi yang digunakan dalam model ECODEA-1 adalah:
Indeks : j : DMU, j =1,......,n
i : input, i = 1,...., m
Data : Yj : Nilai dari output dari DMU ke-j
Xij : Nilai dari input ke-i dari DMU ke-j
Variabel Vi : Bobot untuk input i
Menurut Kortelainen (2008), menyatakan bahwa model ini tidak memaksa
pembatasan bobot pada input. Dengan demikian, bobot dipilih secara fleksibel
untuk input agar memungkinkan untuk memaksimalkan eco-efficiency relatif dari
DMU.
Menurut Tatari and Kucukrar (2012), untuk menyelesaikan model ini sebagai
sebuah program linier, maka dilinierkan dengan melakukan invers dari eco-
efficiency ratio sebagai berikut untuk meminimasi z-1 atau invers dari z yang berarti
eko-efisiensi relatif DMU yang dicari:
Min z-1 = ∑ (𝑉𝑖.𝑋𝑖𝑗)𝑚
𝑖=1
𝑌𝑗
Subject to = ∑ (𝑉𝑖.𝑋𝑖𝑗)𝑚
𝑖=1
𝑌𝑗 ≥ 1
Vi > 0
Keterangan :
Indeks : j : DMU, j = 1,.....,n
15
i : input, i = 1,.....,n
Data : Yj : Nilai output dari DMU ke-j
Xij : Nilai dari input ke-i dari DMU ke-j
Variabel : Vi : Bobot untuk input i
Model matematis ini diselesaikan melalui linier programming, dan eco-
efficiency ratio diperoleh dengan melakukan inverse dari z.
2.2.4 Keunggulan dan Kelemahan DEA
Menurut Trick (1996) menyatakan bahwa keunggulan dan kelemahan dari
merode DEA adalah sebagai berikut :
A. Keunggulan DEA
1. DEA tidak memerlukan hubungan fungsional antara variabel-variabel yang
diukur.
2. DMU dibandingkan secara langsung sesamanya.
B. Kelemahan DEA:
1. Bersifat simple specific
2. DEA merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran dapat
berakibat fatal.
3. Hanya mengukur efisiensi relatif dari DMU bukan efisiensi absolut
4. Uji hipotesis secara statistik DEA sulit dilakukan
5. Menggunakan Perumusan linear programming terpisah untuk siap DMU
(perhitungan secara manual sulit dilaukan apalagi untuk masalah yang skala
besar)
2.2.5 Analisa Variabel DEA
Menurut Singgih dan Chandra (2008), analisa variabel bertujuan untuk mengetahui
nilai bobot yang diberikan model terhadap tiap variabel-variabel input dan output.
Variabel yang mendapatkan nilai bobot yang besar berarti memiliki kontribusi atau
pengaruh yang besar terhadap efisiensi DMU dan sebaliknya, jika variabel yang
mendapatkan nilai bobot yang kecil berarti memiliki kontribusi atau pengaruh yang kecil
pula terhadap efisiensi DMU. Sebagai contoh dalam penelitian mereka yang juga
16
menyebutkan bahwa variasi besar bobot yang diterima SPBU menunjukan bahwa setiap
variabel memberikan kontribusi yang berbeda pada setiap perusahaan, artinya jika variabel
tersebut lebih berpengaruh pada pengambilan keputusan pada suatu SPBU, sedangkan
variabel yang memiliki pengaruh yang kecil pula terhadap pengambilan keputusan pada
suatu SPBU.
Recommended