View
216
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Minat
Dalam bagian ini akan dipaparkan mengenai pengertian minat dan faktor-
faktor yang dapat menumbuhkan minat. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut.
a. Pengertian Minat
Istilah minat sering didengar dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam
dunia pendidikan. Seseorang dikatakan berminat terhadap sesuatu bila ia tertarik
atau menyenangi sesuatu tersebut. Setiap individu mempunyai kecenderungan
untuk menghubungkan diri dengan lingkungan melalui cara-cara tertentu. Jika
seseorang individu menemukan suatu objek dan menyenangi objek tersebut maka
dikatakan individu tersebut menaruh minat terhadap objek tersebut.
Minat adalah kecenderungan seseorang untuk memberikan perhatian,
mencari, dan mengarahkan diri kepada suatu obyek tertentu yang diekspresikan
melalui kesukaan terhadap suatu hal daripada hal lainnya dan dapat pula
dimanifestasikan melalui partisipasi suatu aktivitas (Slameto:2010).
Sementara itu, menurut Crow dan Crow (dalam Djaali 2008:121) minat
berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi
atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh
kegiatan itu sendiri.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
9
Menurut Bigot (dalam Munawar 2003:17) seseorang dikatakan berminat
terhadap sesuatu bila individu itu memiliki dua unsur minat, yaitu perhatian dan
kesenangan. Seseorang dikatakan berminat apabila individu disertai adanya
perhatian, yaitu kreativitas jiwa yang tinggi yang semata-mata tertuju pada suatu
objek. Maka seseorang yang berminat pada suatu objek yang pasti perhatiannya
ditujukan pada objek kegiatan tersebut. Sementara itu, kesenangan adalah perasaan
senang terhadap suatu objek baik orang maupun benda akan menimbulkan minat
pada diri seseorang. Orang merasa tertarik kemudian pada gilirannya timbul
keinginan yang menghendaki agar objek tersebut menjadi miliknya. Dengan
demikian maka individu yang bersangkutan berusaha untuk memperhatikan objek
tersebut.
Unsur minat kemudian dipertegas oleh Jefkins (1996), minat merupakan
salah satu dari beberapa segi tingkah laku yang memiliki unsur seperti perhatian,
ketertarikan, keinginan, keyakinan, dan tindakan. Perhatian merupakan pemusatan
dari individu pada satu atau lebih objek yang menurut individu tersebut menarik;
rasa ketertarikan merupakan bentuk adanya perhatian seseorang mengenai segala
sesuatu yang berkaitan dengan objek tersebut; keinginan merupakan dorongan
untuk mengetahui secara lebih mendalam dan melakukan kegiatan yang berkaitan
dengan objek tersebut; keyakinan muncul setelah individu mempunyai informasi
yang cukup terhadap suatu objek sehingga merasa yakin bahwa hal yang
berhubungan dengan objek tersebut layak dilakukan dan akan memberikan
kepuasan; dan keyakinan yang cukup kuat pada individu untuk mengikuti apa yang
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
10
menjadi keinginannya, maka individu membuat suatu keputusan yang kemudian
diwujudkan melalui perilaku yang diharapkan.
Adanya minat terhadap suatu hal pada diri peserta didik memiliki peranan
yang cukup penting. Menurut Dikmenum (dalam Herliani 2009:42) minat dapat
digunakan untuk (a) mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk
pengarahan dalam pembelajaran; (b) mengetahui bakat dan minat peserta didik
yang sebenarnya; (c) sebagai pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual
peserta didik; (d) menggambarkan keadaan langsung di lapangan; (e)
mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat yang sama; (f) acuan dalam
menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan memilih metode yang
tepat dalam penyampaian materi; (g) mengetahui tingkat minat peserta didik
terhadap pelajaran yang diberikan pendidik; (h) bahan petimbangan menentukan
program sekolah; dan (i) meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
b. Faktor-Faktor yang dapat Menumbuhkan Minat
Drever (dalam Herliani 2009:41), meninjau minat berdasarkan fungsi dan
strukturnya. Secara fungsional minat merupakan suatu jenis pengalaman perasaan
yang dianggap bermanfaat dan diasosiasikan dengan perhatian pada suatu objek
tertentu. Secara struktural minat merupakan suatu elemen dalam diri individu baik
bawaan maupun yang diperoleh lewat proses belajar, yang menyebabkan seseorang
merasa mendapatkan manfaat terhadap suatu objek tertentu atau merasa yang
berhubungan dengan objek atau pengetahuan.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
11
Ada beberapa faktor yang dapat menumbuhkan minat pada diri seseorang.
Menurut Drever (dalam Herliani, 2009;41-42) terdapat tiga faktor yang mendasari
timbulnya minat adalah sebagai berikut:
a) Faktor dorongan dalam. Dorongan dari individu itu sendiri menimbulkan
minat untuk melakukan tindakan tertentu untuk memenuhinya. Misalnya
dorongan makan, menimbulkan minat untuk mencari makanan.
b) Faktor motivasi sosial. Faktor ini merupakan faktor untuk melakukan suatu
aktivitas agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungannya. Minat ini
merupakan semacam kompromi pihak individu dengan lingkungan
sosialnya. Misalnya minat belajar muncul karena ingin mendapatkan
penghargaan dari orangtua.
c) Faktor emosional. Emosi selalu menyertai seseorang saat berhubungan
dengan objek minat. Kesuksesan seseorang pada suatu aktivitas disebabkan
karena aktivitas tersebut menimbulkan perasaan senang atau puas,
sedangkan kegagalan menimbulkan perasaan tidak senang dan mengurangi
minat seseorang terhadap kegiatan tersebut.
Dalam menumbuhkan minat peserta didik dalam pembelajaran menyusun
pantun diperlukan beberapa tips. Menurut Soeharso (2009:42) untuk dapat
membangkitkan atau menumbuhkan minat menulis dapat dilakukan melalui tips
berikut:
a) Tidak semua orang suka menulis. Bagi orang yang sama sekali tidak suka
menulis atau membaca akan susah untuk dapat melahirkan suatu karya tulis.
Oleh karena itu, untuk dapat menulis harus ada minat walaupun hanya sedikit.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
12
b) Harus dimulai walau terasa susah. Mengawali merupakan usaha yang paling
berat. Biasanya bila awal sudah berjalan semua akan mengalir dengan
sendirinya. tanamkan keyakinan bahwa semua yang bisa selalu diawali
dengan tidak bisa.
c) Tulis apa saja dalam buku catatan agar muncul ide dan gagasan. Selalu bawa
buku catatan untuk mencatat hal-hal penting, terutama data dan infornaasi,
atau apa saja yang spontan melintas di kepala. Dari sana biasanya akan timbul
ide atau gagasan suatu topik untuk tulisan.
d) Tumbuhkan ambisi dan semangat untuk menulis. Semangat harus
ditumbuhkan dari dalam diri sendiri. Tidak ada orang, lain yang, marnpu
membawa perubahan tanpa adanya semangat perubahan dari diri sendiri.
Tidak ada orang lain yang dapat membuat seseorang menjadi penulis tanpa
seseorang itu belajar sendiri untuk menjadi penulis.
e) Tidak takut mencoba dan tidak takut gagal. Kegagalan adalah keberhasilan
yang tertunda. Jangan takut gagal, coba dan coba lagi. Semua orang pasti
pernah mengalami kegagalan. Perbaikan setiap kali gagal harus dicoba. Justru
dari kegagalan orang dapat belajar dari kesalahan dan kelemahan.
2. Kemampuan Menulis Pantun
Dalam bagian ini dipaparkan mengenai pengertian hakikat kemampuan,
hakikat menulis, hakikat pantun dan langkah-langkah menulis pantun. Adapun
rinciannya adalah sebagai berikut.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
13
a. Hakikat Kemampuan
Kemampuan merupakan hal yang telah ada dalam diri kita sejak lahir.
Kemampuan yang ada pada diri manusia juga disebut dengan potensi. Potensi yang
ada dalam diri manusia sebenarnya bisa diasah. Para ahli menyampaikan pendapat
tentang kemampuan tetapi pada dasarnya memiliki arti yang sama.
Salah satunya adalah pendapat Chaplin (1997: 34) ability (kemampuan,
kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)
untuk melakukan suatu perbuatan. Kemampuan bisa merupakan kesanggupan
bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktik (Robbins 2000: 46).
Croff (dalam Moenir 2001:76) berpendapat bahwa kemampuan pada
hakikatnya menunjukan kecakapan seperti yang dimiliki seseorang untuk
menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Sejalan dengan itu, Gibson
(1996:237) mengemukakan bahwa kemampuan menunjuk pada potensi seseorang
untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan. Kemampuan berhubungan dengan
kemampuan fisik dan mental seseorang untuk melaksanakan pekerjaan.
Kemampuan ini akan tercermin dari sikap yang ditunjukkan dalam menyelesaikan
pekerjaannya.
Pendapat lain mengenai kemampuan dikemukakan oleh Thoha (2001:93) yang
menyatakan bahwa kemampuan merupakan salah satu unsur dalam kematangan
berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilanyang diperoleh dari pendidikan,
latihan, dan pengalaman.
Dengan demikian kemampuan pada masing-masing orang bisa berbeda-beda
sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya. Perbedaan
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
14
kemampuan itu ada yang karena bawaan sejak lahir ditakdirkan tidak sama antar
kemampuan yang dimiliki seseorang. Ada juga yang beranggapan bukan
disebabkan sejak lahir, melainkan karena perbedaan menyerap informasi yang ada,
bahkan ada yang menganggap perbedaan itu karena perpaduan antara keduanya.
Jika diamati lebih cermat, kemampuan seseorang terdiri dari beberapa unsur.
Hal ini seperti disampaikan oleh Moenir (2001:79) yang menyatakan bahwa
kemampuan mempunyai unsur-unsur yang saling berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan, yaitu:
(1) Aspek fisik, aspek ini berkaitan dengan kondisi jasmani;
(2) Aspek intelegensia, aspek ini menggambarkan kemampuan berpikir dan
kemampuan merealisasikan gagasan atau ide-idenya. Aspek ini
mencakup ketrampilan dan kecerdasan;
(3) Aspek sikap mental, aspek ini menggambarkan tentang karakteristik dan
sikap seseorang dalam mengantisipasi lingkungannya pada suatu waktu
dan tempat tertentu.
Perpaduan dari ketiga unsur di atas akan memperlihatkan kemampuan yang
ada. Apabila seseorang memiliki ketiga unsur tersebut dengan baik; artinya
kondisi fisik, intelegensi, dan mentalnya baik, maka kemampuannya akan
semakin baik. Tetapi jika terdapat kelemahan pada salah satu unsur maka tentu
kemampuannya akan menjadi berkurang atau lebih rendah.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang.
Faktor-faktor tersebut bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Faktor luar
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
15
bersumber dari lingkungan alam dan sosial, sedangkan faktor dari dalam,
bersumber dari siswa itu sendiri.
Robbin (2000: 46-48) mengatakan bahwa kemampuan terdiri atas dua faktor,
yaitu, (a) kemampuan intelektual (intelectual ability), yaitu kemampuan
melakukan aktivitas secara mental, dan (b) kemampuan fisik (physical ability),
yaitu kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan dan
karakteristik fisik.
Keith Davis (dalam Mangkunegara 2000: 67) mengatakan secara psikologis
kemampuan terdiri atas kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality
(knowledge + skill), artinya karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata dengan
pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan
sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.
Kemampuan adalah sesuatu yang sifatnya dinamis, artinya kemampuan tidak
bersifat statis dan dapat ditingkatkan dari waktu ke waktu. Untuk itu diperlukan
aktivitas tertentu yang dapat bermanfaat meningkatkan kemampuan kerja, yaitu
melalui pendidikan dan latihan. Hal ini seperti dikemukakan oleh Riyanto (2010)
bahwa teknik dari pada pengembangan karyawan dapat dilaksanakan melalui
pendidikan dan latihan. Pendidikan dan latihan dapat mengembangkan
kemampuan karyawan bukan saja untuk menangani pekerjaan mereka saat ini
tetapi juga pekerjaan mereka di masa yang akan datang.
Dengan demikian dapat disimpulkan, kemampuan (ability) adalah kecakapan
atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktik dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
16
yang diwujudkan melalui tindakannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan seseorang adalah dari dalam atau psikologis dan faktor dari luar
pengaruh lingkungan. Faktor psikologis meliputi minat, bakat, kesiapan,
sedangkan faktor dari luar meliputi metode, guru, teman, dan latar belakang.
b. Hakikat Menulis
Menurut Tarigan (2008:3), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa
yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap
muka dengan orang lain. Selain sebagai alat komunikasi, menulis juga merupakan
keterampilan berbahasa yang produktif dan reseptif. Keterampilan menulis tidak
didapatkan secara alamiah, tetapi melalui proses belajar dan berlatih. Melengkapi
pendapai tersebut, Nurudin (4:2010) mengungkapkan bahwa menulis adalah
segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami.
Menulis pantun termasuk dalam kegiatan menulis kreatif. Disebut sebagai
menulis kreatif karena untuk melahirkan karyanya penulis menggunakan pikiran-
pikiran kreatifnya sehingga terciptalah karya yang indah yang mengemban tujuan
penulis. Hal ini didukung oeleh pendapat Kusmayadi (2009:35) menulis pantun
adalah proses kreatif, yaitu menciptakan sesuatu yang semula tidak ada menjadi
ada.
Menurut Trianto (dalam Ripai 2012:151) menulis kreatif merupakan kegiatan
yang bersifat apresiatif dan ekspresif. Apresiatif maksudnya melalui kegiatan
menulis orang dapat mengenali, menyenangi, menikmati, dan mungkin
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
17
menciptakan kembali secara kritis berbagai hal yang dijumpai dalam teks-teks
kreatif karya orang lain dengan caranya sendiri. Ekspresif dalam arti bahwa penulis
dimungkinkan mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman atau
berbagai hal yang terdapat dalam dirinya untuk dikomunikasikan kepada orang lain
melalui tulisan sebagai sesuatu yang bermakna.
Menulis kreatif pada hakikatnya adalah menafsirkan kehidupan. Melalui
karyanya penulis ingin mengomunikasikan sesuatu kepada pembaca. Karya kreatif
merupakan interpretasi yang dilakukan penulis terhadap kehidupan, yang
kemudian dituangkan melalui medium bahasa yang dipilih oleh masing-masing
penulis.
Sebelum melakukan kegiatan menyusun teks secara tertulis, seorang penulis
dituntut untuk tegas dan jelas dalam menentukan tujuan menyusun teks secara
tertulis. Hal tersebut sangat penting dilakukan karena menjadi titik awal atau titik
tolak dalam seluruh kegiatan penyusunan teks tertulis tersebut.
Menurut Tarigan (2008: 24) tujuan menyusun teks secara tertulis, yaitu untuk
memberitahukan atau mengajar (wacana informatif); meyakinkan atau mendesak
(wacana persuasif); mengibur, menyenangkan, atau mengandung nilai estetis
(wacana kesastraan), dan mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat (wacana
ekspresif).
Sama halnya dengan kegiatan lain, menulis juga mempunyai manfaat-manfaat
positif. Tentu saja manfaat tersebut berbeda-bada antara satu orang dengan yang
lain bergantung tujuan orang tersebut menulis, target yang ingin dicapai dan sejauh
mana usaha yang dilakukan.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
18
Manfaat menulis kreatif menurut Pennebeker (dalam Hernowo 2004:5255)
antara lain, (1) menjernihkan pikiran, (2) mengatasi trauma, (3) membantu
mendapatkan dan mengigat informasi baru, (4) membantu memecahkan masalah,
dan (5) menulis bebas membantu dalam proses menulis. Pendapat ini
mengisyaratkan banyak manfaat yang diperoleh dengan menulis kreatif terutama
dari segi psikologis seperti menjernihkan pikiran, mengatasi trauma, dan mampu
membantu memecahkan masalah.
Selain manfaat-manfaat tersebut, dalam bukunya The Power of Creative
Writing, Bernard Pearcy (dalam Nurudin 2010:19) mengungkapkan beberapa
manfaat menulis kreatif. Manfaat-manfaat tersebut antara lain, (1) sarana
mengungkapkan diri, (2) sarana pemahaman, (3) membantu mengembangkan
kepuasan pribadi, kebanggaan, prasaan harga diri, (4) meningkatkan kesadaran
dan penyerapan terhadap lingkungan, (5) mengembangkan suatu pemahaman
tentang dan kemampuan menggunakan bahasa.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi menyusun teks
diantaranya dapat membantu peserta didik berpikir kritis, memecahkan masalah
yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman, pendorong kemauan dan
kemampuan mengumpulkan informasi, pengembangan daya inisiatif dan
kreativitas, dan menumbuhkan keberanian.
Proses menulis tidak dapat dilakukan secara instan. Menulis membutuhkan
proses. Menulis akan relatif lebih mudah apabila mengikuti tahapan-tahapan yang
ditentukan. Tahapan menulis 4P menurut Yunus (2015: 28) adalah sebagai berikut
ini.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
19
(1) Tahap pikir. Tahap ini perlu memikirkan apa topik yang akan ditulis, bahan
tulisan, cara membuat tulisan menarik, waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tulisan, bukan memulai tulisan. Pikirkan segala hal yang perlu
disiapkan untuk menulis.
(2) Tahap praktik. Tahap untuk praktik menuangkan ide dan gagasan ke dalam
bentuk tulisan. Gunakan gaya bahasa sendiri, alur isi tulisan yang disajikan,
tata tulis yang digunakan. Praktik menulis bertumpu pada implementasi ide,
gagasan, dan perasaan menjadi tulisan yang sesungguhnya.
(3) Tahap penyuntingan. Tahap untuk membaca kembali tulisan yang sudah
dibuat dan melakukan revisi atas tulisan agar menjadi lebih memadai dan
menarik. Penyuntingan dapat dilakukan dengan mengurangi atau menambah
isi tulisan sesuai dengan tujuan menulis di samping mengoreksi tata tulis,
ejaan, dan pemilihan kata yang tepat.
(4) Tahap publikasi. Tahap akhir aktivitas menulis yang fokus pada upaya untuk
mempublikasikan atau menerbitkan tulisan yang sudah selesai dibuat.
Sedangkan Suparno dan Yunus (2009: 1.14-1.25) menjelaskan tahap-tahap
penulisan sebagai berikut:
(1) Tahap Prapenulisan. Tahap ini merupakan fase persiapan dalam menulis.
Pada fase prapenulisan ini terdapat aktivitas memilih topik, menetapkan
tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan,
serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka karangan.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
20
(2) Tahap Penulisan. Tahap ini merupakan fase untuk mulai mengembangkan
butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan, dengan
memanfaatkan bahan atau informasi yang telah dipilih dan dikumpulkan.
Kerangka karangan yang telah dibuat dikembangkan menjadi awal karangan,
isi karangan dan akhir karangan.
(3) Tahap Pascapenulisan. Tahap ini merupakan tahap penghalusan dan
penyempurnaan draft karangan yang telah dihasilkan. Kegiatan penyuntingan
dan perbaikan karangan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut,
a) membaca keseluruhan karangan;
b) menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan
bila ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, disempurnakan;
c) melakukan perbaikan sesuai dengan temuan saat penyuntingan.
Berdasarkan pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa proses menulis
terbagi menjadi beberapa tahapan yakni prapenulisan, penulisan, pascapenulisan,
dan publikasi. Kegiatan yang dilakukan dalam menulis dimulai dari menentukan
topik, tujuan, mengumpulkan bahan, menyusun dan mengembangkan ide, gagasan,
dan perasaan menjadi sebuah karangan utuh mulai awal sampai akhir, mengoreksi
dan merevisi karangan apabila terdapat kesalahan, kemudian menerbitkan tulisan
yang sudah selesai dibuat.
c. Hakikat Pantun
Pantun tergolong salah satu puisi lama asli Indonesia. Keaslian tersebut tampak
pada persebaran pantun di wilayah Indonesia dengan nama yang berbeda. Di
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
21
daerah Melayu biasa disebut dengan pantun, di Batak Mandailing disebut ende-
ende, di Jawa Tengah disebut parikan dan wawangsalan, di Jawa Timur disebut
lagu lodrug, dan di Sunda disebut paparikan (Muljana 1953:132 dan Supardo
1969:42). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan, tetapi sekarang dijumpai
juga pantun tertulis (Nursisto 2000:11). Pengaruh Melayu di dalam pantun juga
membedakannya dengan syair yang mendapat pengaruh Arab maupun gurindam
yang mendapat pengaruh India/Hindu (Semi 1988:149 serta Fatoni dan Fatimah
1986:58).
Kata pantun diambil dari bentuk basa krama bahasa Jawa, pari yang sama
dengan kata pari dalam bahasa Sansekerta paribhasya (peribahasa) yang artinya
susunan atau aturan (Semi 1988:146). Adapun Dr. Bransetter mencoba
menguraikan bahwa kata pantun berasal dari akar kata tun yang kemudian menjadi
tuntun yang artinya menyusun atau teratur. Dalam bahasa Tagalog, kata tersebut
menjadi tonton yang artinya berbicara menurut aturan tertentu. (Semi 1988:147).
Samidi (1962:89) menambahkan beberapa pendapat ahli tentang asal mula istilah
pantun. Menurut Pynappel dan Djajadiningrat, kata pantun berasal dari bahasa Jawa
paribasan yang berarti umpama atau ibarat. Ophuiysen, pantun sama dengan istilah
ende di dalam bahasa Mandailing yang berarti umpama atau ibarat. Mozasa
beranggapan bahwa kata pantun berasal dari kata tun yang artinya mengatur,
merangkai, dan menyusun. Adapun menurut Suseno (2008:43-44), pantun berasal
dari akar kata tun yang berarti arah, pelihara, dan bimbing, seperti yang
ditunjukkan oleh kata tuntun dan tunjuk.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
22
Natia (2008: 72) berpendapat bahwa pantun berarti ibarat, seperti, umpama,
laksana. Sementara Semi (dalam Ganie 2015: 9) mendefinisikan pantun adalah
genre/jenis puisi yang berasal dari tradisi linguistik bahasa Indonesia. Sugiarto
(2015: 5) menyatakan bahwa pantun merupakan gubahan yang diuntai atau diikat
oleh ikatan-ikatan tertentu.
Meminjam istilah Suseno (2010:179), pantun adalah jiwa Melayu. Budaya
Melayu memiliki pengaruh yang besar di Indonesia. Bahasa Melayu merupakan
cikal bakal bahasa Indonesia. Karena dipengaruhi oleh budaya Melayu, pantun pun
mencerminkan karakter masyarakat Melayu. Dengan demikian, pantun juga
mencerminkan karakter masyarakat Indonesia.
Pantun mencerminkan karakter Melayu yang sangat santun dalam
berkomunikasi demi tidak menyinggung lawan bicara. Dari segi estetik, pantun
menunjukkan keindahan rangkaian kata-kata yang diucapkan dengan irama
tertentu. Irama tersebut dapat merangsang sensitivitas sehingga bisa menyadarkan
penikmatnya terhadap indahnya kehidupan. Dari segi moralitas, pantun berisi
norma-norma kehidupan. Pantun bisa berguna bagi semua umur karena berisi
norma-norma moral panduan hidup. Dari sisi linguistik, pantun membantu
penuturnya merangkaikan kata-kata dengan irama tertentu dan memiliki makna. Di
dalam pantun terkandung logika. Dengan kata lain, pantun mengajarkan kecerdasan
tertentu bagi penuturnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pantun adalah puisi
lama asli Indonesia (termasuk dalam sastra lisan dan sastra tertulis) yang dapat
dijadikan ibarat, sarana untuk menyampaikan petunjuk, tuntunan, atau bimbingan.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
23
Struktur pantun dibedakan menjadi dua bagian, yaitu bagian atas dan bagian
bawah. Bagian atas pantun/separuh bait di awal pantun disebut sampiran sedangkan
bagian bawah pantun/separuh bait di akhir pantun disebut isi atau maksud pantun
(Muljana 1953:125). Sampiran memuat hal-hal yang berkaitan dengan alam. Lebih
luas lagi, sampiran juga berisi gambaran tentang hal-hal konkret dan pengalaman.
Adapun isi atau maksud memuat tujuan dari pantun tersebut (Agni 2009:6).
Keberadaan sampiran dan isi juga menjadi pembeda pantun dengan puisi lama yang
lain seperti syair dan mantra.
Ada berbagai pendapat tentang keterkaitan makna antara sampiran dan
isi. Amir Hamzah (dalam Semi 1988:147) berpendapat bahwa sampiran memuat
pikiran dan perasaan yang memiliki kaitan makna dengan bagian isi. bagian
sampiran tidak sekadar dibuat sebagai pembentuk bunyi yang akan diikuti oleh
bagian isi pantun, tetapi keduanya diciptakan dalam suatu kesatuan berpikir.
Pendapat ini disangkal oleh Ophuysen (dalam Supardo 1951:18).
Menurut Ophuysen, hubungan antara sampiran dan isi bukanlah hubungan makna,
melainkan hubungan bunyi. Keduanya saling mengisi dalam kesamaan rima.
Pantun merupakan gubahan yang diuntai atau diikat oleh ikatan-ikatan tertentu.
Ikatan-ikatan inilah yang merupakan ciri khas yang mudah dikenali
(Sugiarto 2009:12). Pantun yang dikembangkan di dalam penelitian ini adalah
pantun yang sampiran dan isinya memiliki keterkaitan bunyi tanpa keterkaitan
makna.
Hoykas (dalam Sugiarto 2009: 7) berpendapat bahwa pantun yang baik
memiliki hubungan yang tersembunyi pada sampiran dan isi. Sedangkan pada
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
24
pantun yang kurang baik hubungan tersebut semata-mata hanya untuk keperluan
persamaan bunyi.
Ciri lain yang membedakan pantun dengan puisi lama yang lain adalah
kelengkapan informasi yang disampaikan. Di dalam pantun, informasi yang
disampaikan selesai dalam satu bait. Hal ini dapat dipahami karena pantun semula
disampaikan secara lisan. Ketika satu bait pantun selesai, pantun tersebut dibalas
oleh lawan bicara dengan informasi yang berbeda.Pantun tidak dapat dipakai untuk
bercerita karena pantun dalam sebait sudah memuat “cerita” yang lengkap. Berbeda
dengan syair yang tiap-tiap baitnya masih memiliki keterkaitan informasi. Syair
dapat dibuat berpuluh-puluh bait sesuai panjang pendeknya cerita yang dibuat
(Supardo 1969:56 serta Fatoni dan Fatimah 1986:58).
Sugiarto (2015: 5) mengemukakan bahwa ciri-ciri pantun sebagai
berikut.
(1) Setiap untai (bait) terdiri atas empat larik (baris).
(2) Banyaknya suku kata tiap baris sama atau hampir sama, biasanya terdiri atas
8-12 suku kata.
(3) Pola sajak akhirnya ab-ab.
(4) Baris pertama dan kedua disebut sampiran, sedangkan baris ketiga dan
keempat disebut isi pantun (makna, tujuan, dan tema pantun). Baris sampiran
mengandung tenaga pengimbau bagi pendengar untuk segera mendengar atau
membaca baris isi.
Sedangkan Ganie (2015: 22) mengemukakan ciri-ciri pantun biasa
antara lain sebagai berikut.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
25
(1) Setiap baris dibentuk dengan jumlah kata antara 4-6 atau 8-12 kata (kovensi
pola baris),
(2) Setiap bait dibentuk dengan jumlah baris sebanyak 4 baris (konvensi pola
bait),
(3) Kata-kata di baris 1-2 (sampiran) mempunyai hubungan fonetis dengan
katakata yang ada di larik 3-4(isi),
(4) Formula persajakannya merujuk kepada pola sajak akhir a/b/a/b.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pantun memiliki
ciri-ciri (a) satu bait pantun terdiri atas 4 baris, (b) jumlah kata tiap baris berkisar
antara 4-6 kata, (c) jumlah suku kata tiap baris berkisar antara 8-12 suku kata, (d)
baris pertama dan kedua disebut sampiran sedangkan baris ketiga dan keempat
disebut isi. Keduanya memiliki hubungan fonetis, dan (e) pola sajak pantun
berakhiran a/b/a/b.
Terdapat beberapa macam dasar pengelompokan pantun. Berdasarkan
bentuknya, Rizal (2010:16-20) mengelompokkan pantun menjadi pantun biasa,
karmina, talibun, dan pantun berkait. Pendapat tersebut didukung oleh Supardo
(1969:47) dan Samidi (1962:97). Pendapat tersebut beralasan pada keberadaan
sampiran dan isi di dalam puisi-puisi lama tersebut. Selain itu, keempat puisi lama
tersebut juga memuat informasi yang lengkap di dalam satu bait. Ciri-ciri keempat
jenis pantun tersebut disajikan di dalam tabel berikut.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
26
Tabel 1 Klasifikasi Pantun Berdasarkan Bentuknya
Jenis Pantun Ciri-ciri
Pantun Biasa a. Setiap bait terdiri atas empat baris
b. Setiap baris terdiri atas 8 sampai dengan 12 suku kata
c. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran sedangkan
baris ketiga dan keempat adalah isi
d. Umumnya bersajak/berima ab-ab
Karmina/
pantun kilat
Apabila dituliskan dalam empat baris sebait:
a. tiap barisnya terdiri atas 4 sampai dengan 5 suku kata
b. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, baris
ketiga dan keempat merupakan isi
c. Bersajak a-b-a-b
Apabila dituliskan dalam dua baris sebait:
a Tiap-tiap barisnya terdiri atas 8 sampai dengan 10 suku
kata.
b Baris pertama merupakan sampiran, baris kedua
merupakan isi.
c Bersajak a-a
Talibun a. Setiap bait terdiri atas lebih dari 4 baris tetapi selalu genap
jumlahnya (6, 8, 10 dst)
b. Setiap baris terdiri atas 8 sampai dengan 12 suku kata
c. Separuh bait yang pertama merupakan sampiran dan separuh
bait kedua merupakan isi
d. Bersajak abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dan seterusnya
Pantun
berkait
a. Setiap bait terdiri atas 4 baris
b. Setiap baris terdiri atas 8 sampai dengan 12 suku kata
c. Bersajak ab-ab
d. Baris kedua pada bait pertama menjadi baris pertama pada
bait kedua.
e. Baris keempat pada bait pertama menjadi baris ketiga pada
bait kedua
Berdasarkan isi atau temanya, pantun dibedakan menjadi lima macam.
Pantun-pantun tersebut meliputi pantun anak-anak, pantun remaja/dewasa, pantun
orang tua, pantun teka-teki, dan pantun jenaka (Sugiarto 2009:14).
Pantun anak-anak menggambarkan perasaan anak-anak (Fatoni dan
Fatimah 1986:53). Pantun dunia anak-anak yang biasanya berisi rasa senang dan
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
27
sedih. Oleh karena itu, jenis pantun anak dibedakan menjadi pantun bersuka cita
dan pantun berduka cita (Sugiarto 2009:14).
Pantun remaja/dewasa berisi kehidupan remaja/dewasa. Tema cinta sangat
dominan dalam pantun remaja/dewasa. Oleh karena itu, H.C. Klinkert menyebut
pantun sebagai minnezangen (lagu cinta kasih). Pantun remaja/dewasa dibedakan
menjadi pantun dagang atau pantun nasib, pantun perkenalan, pantun
berkasihkasihan, pantun berceraian, dan pantun beriba hati (Sugiarto 2009:14).
Pantun orang tua berisi pendidikan, ajaran agama, dan petuah hidup
(Supardo 1969:49). Pantun orang tua terdiri atas pantun nasihat, pantun adat, pantun
agama, pantun budi, pantun kepahlawanan, pantun kias, dan pantun peribahasa
(Sugiarto 2009:15).
Pantun teka-teki merupakan pantun yang digunakan oleh seluruh lapisan
masyarakat. Di dalam pantun teka-teki terdapat sebuah pertanyaan (teka-teki) yang
harus dipecahkan oleh lawan bicara. Jawaban atas teka-teki tersebut disampaikan
dalam bentuk pantun (Surana dalam Susanti 2009:20).
Pantun jenaka merupakan pantun yang digunakan para pemuda untuk
bersenda gurau.Pantun ini biasanya berisi lelucon atau cerita-cerita yang bersifat
ringan (Fatoni dan Fatimah 1986:55).
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis pantun dibedakan
berdasarkan bentuk dan berdasarkan isi. Berdasarkan bentuk, pantun dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu (1) pantun biasa, (2) karmina atau pantun kilat, (3)
talibun, dan (4) pantun berkait. Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi lima
jenis, meliputi (1) pantun anak-anak, (2) pantun remaja/dewasa, (3) pantun orang
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
28
tua, (4) pantun jenaka, dan (5) pantun teka-teki. Jenis pantun yang dikaji di dalam
penelitian ini adalah pantun biasa yang terdiri atas pantun anak, pantun nasihat,
pantun jenaka, dan pantun teka-teki.
d. Langkah-Langkah Menulis Pantun
Pada hakikatnya menulis adaah suatu kegiatan yang digunakan untuk
menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, atau informasi secara tertulis
menggunakan bahasa sebagai medianya. Menulis pantun adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menuangkan gagasan atau perasaan dalam karya sastra lama yang
terdiri atas sampiran dan isi dengan berpedoman pada syarat-syarat pantun yang
telah ditentukan. Orang yang belum terbiasa menulis pantun akan mengalami
kesulitan sehingga perlu adanya cara atau teknik agar pembelajaran menulis pantun
dapat dilakukan dengan mudah.
Secara garis besar, Sugiarto (2013:8) membagi langkah-langkah menulis
pantun menjadi tiga. Pertama, menentukan tema. Tema tersebut berkaitan dengan
jenis pantun yang akan ditulis. Kedua, mengumpulkan kosakata yang berkaitan
dengan tema yang telah ditentukan. Disadari atau tidak, setiap jenis dan tema
tertentu dalam sebuah pantun akan memiliki kecenderungan untuk menggunakan
kata-kata tertentu. Ketiga, teknis penulisan.
Teknis penulisan terdiri atas lima tahap: mencari kata terakhir isi yang seusai
dengan tema, membuat kalimat dengan kata-kata tersebut sesuai dengan aturan
pantun, mencari kata terakhir pada sampiran, membuat kalimat dengan kata-kata
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
29
tersebut sesuai dengan aturan pantun, serta memeriksa kembali pantun yang sudah
dibuat.
Pendapat tersebut sejalan dengan Wiyanto. Menurut Wiyanto (2005:1214)
menulis pantun supaya mudah dilakukan dengan cara membuat isi terlebih dahulu
baru membuat sampiran. Isi pantun dirangkai menjadi dua kalimat dan diletakkan
dalam baris ketiga dan keempat. Setelah itu, barulah dicari sampiran yang sesuai.
Sampiran biasanya berkaitan dengan alam, misalnya binatang, buah-buahan,
bunga-bungaan, peristiwa-peristiwa alam, dan sebagainya. Sampiran juga dapat
dikaitkan dengan pengalaman ataupun lingkungan sekitar. Seperti halnya isi
pantun, baris pertama dan baris kedua pada sampiran pun hendaknya memiliki
keterkaitan. Dengan cara demikian, pantun dapat dibuat dengan mudah dan tepat.
Sugiarto (2015: 5) membagi langkah-langkah menulis pantun menjadi tiga: (a)
menentukan tema; (b) mengumpulkan kosakata yang berkaitan dengan tema yang
telah kita tentukan; (c) teknis penulisan. Tema pantun akan berkaitan dengan jenis
pantun yang akan ditulis. Oleh karena itu perlu sekali untuk mengingat
pengelompokan pantun berdasarkan isinya.
Sama halnya dengan Ganie (2015: 48-49) yang membagi langkah menulis
pantun adalah sebagai berikut.
(1) Merangkai kosa kata di baris 3-4 (isi).
(2) Mencari kosa kata untuk ditempatkan di akhir baris pertama dan kedua
(3) Dianjurkan memilih kosakata yang sama suku katanya. Hasil pemilihan
kosakata yang demikian dinilai kreatif dibandingkan dengan sekadar
menempatkan kosakaat yang sama huruf terakhirnya saja.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
30
(4) Mencari kosa kata yang dapat dirangkai dengan kata yang ditemukan pada
langkah kedua.
(5) Pemilihan suku kata minimal sama huruf akhir katanya.
(6) Pantun dikatakan baik jika memenuhi syarat minimal yaitu kosa kata di baris
pertama dan ketiga serta kedua dan keempat bersajak akhir sama.
3. Metode Mind mapping
Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
suatu maksud.( Surahmad, 1980: 75) Makin baik metode akan makin efektif pula
pencapaian tujuannya. Metode tidak lain dari rencana keseluruhan dalam
menyajikan materi bahasa secra teratur.
Adapun yang dimaksud pembelajaran Menurut Gagne, Briggs, dan Wagner
(dalam Winataputra 2008) adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada peserta didik. Sedangkan menurut
UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud metode
pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh guru untuk menyampaikan
materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.
Metode pembelajaran banyak macam-macam dan jenisnya, setiap jenis metode
pembelajaran mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing, tidak
menggunakan satu macam metode saja, mengkombinasikan penggunaan beberapa
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
31
metode yang sampai saat ini masih banyak digunakan dalam proses belajar
mengajar.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk pembelajaran
menyusun pantun, yakni metode mind mapping atau peta pikiran. Menurut
Sulistyana (2011:77), metode mind mapping merupakan cara yang mudah
merangkum suatu pelajaran yang memiliki suatu topik dengan cara membuat peta
pikiran, berbentuk diagram pohon, menuliskan tema atau topik di tengah kertas
kemudian menuliskan kata-kata kunci pada cabang-cabang tema tersebut. Kata
kunci merupakan kata-kata tertentu atau kata-kata inti. Melalui kata-kata kunci
yang dipilih seperti diagram atau cabang-cabang pohon, informasi mudah diterima
otak. Cara termudah membuat mind mapping adalah memberikan prinsip dasar kata
kunci.
Metode mind mapping adalah aktivitas pemetaan proses menulis. Dalam teori
creative writing teknik mind mapping dapat diterapkan dalam proses kreatif
menulis para penulis/pengarang, khususnya pada fase pengolahan ide. Dalam fase
ini, penulis/pengarang dapat menjabarkan idenya dengan metode mind mapping
untuk membentuk elemen-elemen tulisannya (Pranoto, 2011:115).
Peta pikiran (mind map) bisa digunakan untuk membantu penulisan esai
atau tugas-tugas yang berkaitan dengan konsep (Huda 2013:307). Konsep tersebut
kemudian dipetakan secara lebih rinci untuk mempermudah pemahaman tentang
materi yang dipelajari.
Peta pikiran (peta konsep) menurut Trianto (2007:160) dilakukan dengan
membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
32
atau suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain. Peta-peta konsep tersebut
membentuk hierarkhi dari konsep yang umum dan berurutan ke yang khusus.
Teknik pemetaan pikiran memungkinkan otak menggunakan semua gambar
dan asosiasinya dalam pola radikal dan jaringan sebagaimana otak dirancang seperti
yang secara internal selalu digunakan otak, dan anda perlu membiasakan diri
kembali. Teknik mind mapping merupakan cara termudah untuk menempatkan
informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar otak. Teknik pemetaan
pikiran adalah cara mencatat kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan”
pikiran-pikiran kita. Teknik pemetaan pikiran bisa dibandingkan dengan peta kota.
Bagian tengah pemetaan pikiran sama halnya dengan pusat kota dan mewakili
gagasan terpenting; jalan-jalan protokol yang memancar keluar dari pusat kota
merupakan pikiran-pikiran utama dalam proses berpikir, jalan-jalan atau cabang-
cabang sekunder merupakan pikiran sekunder (Buzan 2013:4).
Mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah
akan memetakan pikiran-pikiran. Mind mapping juga merupakan peta rute yang
memudahkan ingatan dan memungkinkan untuk menyusun fakta dan pikiran,
dengan demikian cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat
informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan
metode mencatat tradisional. Selain itu mind mapping adalah sistem penyimpanan,
penarikan data dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa dalam otak
manusia yang menakjubkan.
Mind mapping bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan
grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
33
kembali informasi yang telah dipelajari. Mind mapping adalah satu metode
mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Mind mapping memadukan
dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang.
Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang
untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis
maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya
memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode pemetaan pikiran
(mind mapping) merupakan metode mencatat kreatif imajinatif dengan citra visual
dan prasarana grafis lainnya untuk memetakan pikiran sehingga dapat membentuk
kesan.
Pada penerapan metode mind mapping memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan. Buzan (2013:110) mengemukakan beberapa manfaat atau kelebihan
pemetaan pikiran (mind map), diantaranya sebagai berikut: (1) meningkatkan
kecepatan berpikir, (2) memberi kelenturan yang tak terbatas, (3) menjelajah jauh
dari pemikiran tempat ide-ide orisinal menunggu.
Selain memiliki kelebihan, metode pemetaan pikiran juga mempunyai
kekurangan. Kekurangan metode ini adalah apabila terdapat peserta didik yang
tidak menyukai menggambar dan mewarnai, maka mereka cenderung akan merasa
bosan (Muhibullah, 2011:31).
Buzan (2009:14) menerangkan bahwa untuk dalam menerapkan metode mind
mapping diperlukan sarana dan prasarana, diantaranya: kertas kosong tak bergaris,
pena dan pensil warna, otak dan imajinasi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa untuk
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
34
membuat mind mapping membutuhkan imajinasi atau pemikiran. Adapun cara
pembuatan mind mapping adalah sebagai berikut:
a) Mulailah dari tengah kertas kosong.
b) Gunakan gambar (simbol) untuk ide utama.
c) Gunakan berbagai warna.
d) Hubungan cabang-cabang utama ke gambar pusat.
e) Buatlah garis hubung yang melengkung.
f) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis.
g) Gunakan gambar.
Metode mind mapping dapat bermanfaat secara optimal bila dilaksanakan
dengan tepat. Buzan (2013) mengungkapkan sejumlah aturan yang harus diikuti
agar metode tersebut dapat memberikan manfaat secara optimal. Berikut
penjabarannya.
a) Kertas: polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran A3
dengan orientasi horizontal (landscape). Central topic diletakkan di tengah-
tengah kertas dan sedapat mungkin berupa image dengan minimal 3 warna.
b) Garis: lebih tebal untuk BOIs (Basic Ordering Ideas) dan selanjutnya
semakin jauh dari pusat garis akan semakin tipis. Garis harus melengkung
(tidak boleh garis lurus) dengan panjang yang sama dengan panjang kata
atau image yang ada di atasnya. Seluruh garis harus tersambung ke pusat.
c) Kata: menggunakan kata kunci saja dan hanya satu kata untuk satu garis.
Harus selalu menggunakan huruf cetak supaya lebih jelas dengan besar
huruf yang semakin mengecil untuk cabang yang semakin jauh dari pusat.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
35
d) Image: gunakan sebanyak mungkin gambar, kode, simbol, grafik, tabel dan
ritme karena lebih menarik serta mudah untuk diingat dan dipahami. Kalau
memungkinkan gunakan image yang 3 dimensi agar lebih menarik lagi.
e) Warna: gunakan minimal 3 warna dan lebih baik 5-6 warna. Warna berbeda
untuk setiap BOIs dan warna cabang harus mengikuti warna BOIs.
f) Struktur: menggunakan struktur radian dengan sentral topic terletak di
tengah-tengah kertas dan selanjutnya cabang-cabangnya menyebar ke
segala arah. BOIs umumnya terdiri dari 2-7 buah yang disusun sesuai
dengan arah jarum jam dimulai dari arah jam 1.
Gambar 1
Contoh Aplikasi Mind mapping
Menurut Buzan (2010:15) Langkah dalam membuat mind mapping sebagai
berikut :
a) Mind mapping dibuat dengan menulis topiknya di bagian tengah, yang sisi
panjangnya diletakkan mendatar. Memulai dari tengah memberi kebebasan
kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan
dirinya dengan lebih bebas dan alami.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
36
b) Mind mapping dibuat dengan gambar atau foto untuk ide sentral. Sebuah
gambar bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi.
Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat kita tetap terfokus,
membantu kita berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak.
c) Mind mapping dibuat dengan menggunakan warna karena warna sama
menariknya dengan gambar.Warna membuat mind mapping lebih hidup,
menambah energi kepada pemikiran kreatif, dan menyenangkan.
d) Mind mapping dibuat dengan menghubungkan cabang-cabang utama ke
gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat
satu dan dua, dan seterusnya. Otak senang mengaitkan dua, tiga, atau empat
hal sekaligus. Bila kita hubungkan cabang-cabang, kita akan lebih mudah
mengerti dan mengingat.
e) Mind mapping dibuat dengan garis hubung yang melengkung, bukan garis
lurus, karena garis lurus akan membosankan otak. Apabila menghubungkan
cabang-cabang tersebut, akan lebih mudah dimengerti dan diingat.
Penghubung cabang-cabang utama akan menciptakan dan menetapkan
struktur dasar atau arsitektur pikiran. Ini serupa dengan cara pohon
mengaitkan cabang-cabangnya yang menyebar dari batang utama.
f) Mind mapping menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Kata kunci
tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada mind mapping.
Setiap kata tunggal atau gambar adalah pengganda, menghasilkan sederet
asosiasi, hubungannya sendiri, dan memicu ide dan pikiran baru. Kalimat atau
ungkapan cenderung menghambat efek pemicu ini. Mind mapping yang
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
37
memiliki lebih banyak kata kunci seperti tangan yang semua sendi jarinya
bekerja.
g) Mind mapping dibuat dengan menggunakan gambar sentral karena setiap
gambar bermakna seribu kata. Apabila kita memiliki 10 gambar di dalam
mind mapping, mind mapping kita sudah setara dengan 10.000 kata catatan.
Sedangkan langkah-langkah persiapan membuat peta pikiran menurut Huda
(2013:307) sebagai berikut.
a) Mencatat hasil ceramah dan menyimak poin-poin atau kata kuncikata kunci
dari ceramah tersebut.
b) Menunjukkan jaringan-jaringan dan relasi-relasi di antara berbagai
poin/gagasan/kata kunci ini terkait dengan materi pelajaran.
c) Membrainstorming semua hal yang sudah diketahui sebelumnya tentang
topik tersebut.
d) Merencanakan tahap-tahap awal pemetaan gagasan dengan
memvisualisasikan semua aspek dari topik yang dibahas.
e) Menyusun gagasan dan informasi dengan membuatnya bisa diakses pada
satu lembar saja.
f) Menstimulasi pemikiran dan solusi kreatif atas permasalahanpermasalahan
yang terkait dengan topik bahasan.
g) Mereview pelajaran untuk mempersiapkan tes atau ujian.
4. Penerapan Metode Mind mapping dalam Pembelajaran Menylis Pantun
Keterampilan menulis tidak dapat lepas dari membaca sesuai dengan
pernyataan Kuncoro (2009:5) semakin sering membaca juga dapat semakin
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
38
meningkatkan pengetahuan, menemukan inspirasi/ide menulis dan rasa percaya diri
untuk menulis. Oleh karena itu, penulis pun harus memiliki kegemaran membaca
untuk menambah pengetahuannya.
Parera dan Tasai (1996:27) menjelaskan bahwa pembelajaran menulis
merupakan pembelajaran keterampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk
tertulis. Seseorang dituntut kreatifitasnya dalam menulis karena ia harus
menggunakan seluruh indera dan menuangkannya dalam bentuk tulisan.
Keterampilan menyusun yang merupakan salah satu bentuk keterampilan menulis
pun membutuhkan keahlian yang serupa dengan menulis.
Sehubungan dengan hal tersebut, berikut langkah-langkah pembelajaran
keterampilan menulis pantun dengan metode peta pikiran (mind map).
a) Pemodelan pantun.
Pemodelan pantun artinya sebelum peserta didik melaksanakan pembelajaran,
peserta didik akan diberikan pantun untuk mengenal pantun. Pantun yang
diberikan akan membantu peserta didik untuk memahami pengertian, ciri-ciri
dan struktur pantun.
b) Penerapan metode pembelajaran peta pikiran (mind map) untuk menulis
pantun.
Metode pembelajaran peta pikiran (mind map) digunakan untuk membantu
peserta didik memahami unsur-unsur pantun dengan cara yang menyenangkan.
Penerapannya dilakukan dalam pembelajaran menulis pantun pada tahapan
menulis pantun.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
39
c) Pembimbingan penulisan pantun melalui dengan metode pembelajaran peta
pikiran (mind map).
Pembimbingan ini dilakukan oleh guru kepada peserta didik dengn tujuan
memberikan pemahaman dan menjawab kesulitan-kesulitan dalam
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Pada tahap pembimbingan ini
peserta didik bebas bertanya apa saja kepada guru tentang hal-hal yang belum
dipahami dari pembelajaran menyusun pantun menggunakan metode peta
pikiran (mind map).
d) Evaluasi penyusunan pantun menggunakan metode pembelajaran mind
mapping.
Setelah proses pembelajaran terlaksana, dilakukan evaluasi untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran menulis pantun.
Evaluasi diberikan kepada seluruh peserta didik sebagai alat ukur tercapainya
kompetensi pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran menyusun pantun dengan metode peta pikiran
(mind map) dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2: Langkah-langkah pembelajaran menulis pantun denga metode mind
mapping
Kegiatan Aspek Langkah-Langkah Pembelajaran
Awal Persiapan
Peralatan
Pendukung
1. Persiapan bahan ajar menulis pantun.
2. Persiapan alat dan media pembelajaran.
3. Pengondisian kelas agar peserta didik siap mengikuti
pembelajaran.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
40
Pemberian
Apersepsi
1. Apersepsi dengan cara menunjukkan sebuah pantun
kepada peserta didik.
2. Penjelasan tujuan pembelajaran menulis pantun pada
peserta didik.
3. Penjelasan manfaat pembelajaran menulis pantun pada
peserta didik.
4. Pemberian motivasi agar peserta didik semangat untuk
mengikuti pembelajaran menulis pantun.
Inti Penyampai
an Materi
1. Memperlihatkan contoh pantun pada peserta didik.
2. Tanya jawab tentang topik pantun, ciri-ciri pantun,
struktur pantun, langkah-langkah menulis pantun, dan
metode peta pikiran (mind map) antara guru dan peserta
didik
3. Penjelasan hal-hal penting pada pantun dan alur
pelaksanaan pembelajaran menulis pantun dengan
metode peta pikiran (mind map) pada peserta didik
Penggunaa
n Metode
Pembelajar
an
1. Peserta didik menerima lembar kerja berupa satu lembar
kertas yang berisikan foto.
2. Peserta didik mengamati foto kemudian mulai membuat
rangkaian kata dengan cara membuat peta kata
berdasarkan foto tersebut.
3. Merangkai kata-kata menjadi isi pantun dari peta kata
yang sudah dibuat.
4. Merangkai kata-kata menjadi peta sampiran dari peta
kata yang sudah dibuat, dengan memperhatikan
keterkaitan isi dan sampiran serta sajak akhir pada tiap
baris.
5. Menggabungkan bagian sampiran dan isi pantun.
6. Merevisi hasil pantun yang telah dibuat.
Pemberian
Evaluasi
1. Maju ke depan kelas untuk menyampaikan hasil
menulis pantun oleh peserta didik.
2. Pemberian komentar pada peserta didik yang maju.
3. Pemberian simpulan tentang hal-hal penting pada
pantun, topik pantun, menulis pantun pada peserta didik
Akhir Penguatan
dan
Penutup
1. Tanya jawab perihal materi yang belum dipahami antara
peserta didik dan guru
2. Menyimpulkan pembelajaran pada hari itu oleh peserta
didik dan guru.
3. Melakukan refleksi pembelajaran pada hari itu oleh
peserta didik dan guru.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
41
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran menulis pantun merupakan salah satu materi bahasa Indonesia
pada kelas VII yang dianggap kurang menarik bagi siswa. Sementara itu, masih
banyak guru yang kurang optimal dalam memberikan pembelajaran tersebut.
Akibatnya, hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran menulis pantun harus
ditingkatkan.
Untuk mengatasi segala permasalahan peserta didik dalam pembelajaran
menulis pantun, maka diperlukan strategi yang tepat. Ada berbagai cara yang dapat
digunakan untuk mendukung pengoptimalan pembelajaran menulis pantun.
Misalnya dengan penggunaan media yang menarik, melakukan aktifitas yang
meningkatkan minat peserta didik ataupun menggunakan metode pembelajaran
yang tepat. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat
dan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran menulis pantun yaitu metode
mind mapping. Dalam metode mind mapping peserta didik dikuatkan pada cara
menghadapi persoalan dengan langkah penyelesaian yang sistematis, yaitu
memahami masalah, menulis rencana, melaksanakan rencana, dan memeriksa
kembali. Metode tersebut mengarahkan peserta didik untuk membuat pemetaan
terhadap ide-ide barunya, dan kemudian dapat dikembangkan menjadi sebuat
pantun. Berdasarkan uraian tersebut,kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat
digambarkan melalui skema berikut ini.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
42
Bagan 1: Kerangka Pikir Penelitian
C. Hipotesis
Hipotesis merupakan rumusan yang menyatakan harapan adanya hubungan
tertentu antara dua fakta atau lebih (Ismawati 2003:31). Hipotesis dari penelitian
eksperimen ini sebagai berikut.
H1 : Tidak ada perbedaan minat dan keterampilan menulis pantun dengan metode
mind mapping.
H0 : Ada perbedaan minat dan keterampilan menulis pantun dengan metode mind
mapping.
Banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam pembelajaran
menulis pantun.
Minat peserta didik dalam
pembelajaran menyusun pantun
masih rendah
Pembelajaran menyusun pantun
dengan metode mind mapping
Keefektifan metode mind mapping dalam
mengatasi permasalahan dan minat peserta
didik dalam menulis pantun
Pengaruh Penggunaan Metode..., Nartejo Suprabowo, Program Pascasarjana UMP, 2017
Recommended