View
15
Download
1
Category
Preview:
DESCRIPTION
tinjauan teori
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Teori Medis
a. Pengertian Nifas
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu
sejak bayi dilahirkan dan placenta keluar lepas dari rahim sampai enam minggu
berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan
kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya
berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2008).
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu (Saleha, 2009).
b. Klasifikasi Masa Nifas
Menurut Suherni (2008), tahapan masa nifas (post partum atau puerperium) adalah :
1) Puerperium dini masa kepulihan, yakni saat ibu dibolehkan berdiri dan berjalan-
jalan
2) Puerperium Intermedial, masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital,
kira-kira antara 6 – 8 minggu.
3) Remote Peurperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
Tahap masa nifas menurut Winkjosastro (2007), meliputi :
1) Periode immediete postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering
terjadi banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu
bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran
lokia, tekanan darah dan suhu.
5 |
2) Periode early postpartum (24 jam – 1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal tidak ada
perdarahan, lokia tidak berbau busuk tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan, ibu dapat menyusui dengan baik.
3) Periode late postpartum (1 minggu – 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari
serta konseling KB.
c. Perubahan Fisiologi Nifas
1) Uterus
Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar. Hal ini menyebabkan
iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plascenta site) sehingga jaringan
perlekatan plasenta dan dinding uterus mengalami nekrosis dan lepas (Suherni,
2009).
2) Bekas Implantasi
6 |
Tabel perubahan yang normal di dalam uterus selama pst partum
Bobot
uterus
Diameter
uterus
Palpasi
uterus
Pada akhir persalinan 900 gram 12.5 cm Lembut/lunak
Pada akhir minggu ke-1 450 gram 7.5 cm 2 cm
Pada akhir minggu ke-2 200 gram 5.0 cm 1 cm
Sesudah akhir 6 minggu 60 gram 2.5 cm Menyempit
Sumber : Pusdiknaskes, 2003
Bagian implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasardan menonjol ke
dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut, dengan
diameter + 7,5 cm, sering disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal.
Sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai
2,4 mm. (Wiknjosastro, 2006)
3) Luka-luka perineum
Terjadi robekan perineum pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang
juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis
tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat (Suherni,
2009).
4) After pains
After pains adalah rasa sakit yang mencengkeram (kram) pada abdomen bagian
bawah yang sering dijumpai pada hari ke-7 hingga ke-10 postnatal (Suherni,
2009).
5) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mempunyai reaksi
basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada
kondisi asam yang ada pada vagina normal (Pusdiknakes, 2003).
Menurut Suherni (2008), macam-macam lochea antara lain:
a) Lochea rubra
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban. Sel-sel desidua, venix caseosa
atas palit atau semacam noda dan sel epite yang menyelimuti, lanugo dan
meconium atas getah kelenjar usus dan air ketuban, berwarna hijau kehitaman,
selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochia Sanguinolenta
Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3 – 7
pasca persalinan.
c) Lochia Serosa
7 |
Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke 7 – 14 pasca
persalinan.
d) Lochea Alba
Lochea Alba adalah cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta,
Lochea purulenta ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
f) Lochiotosis
Lochiotosis adalah lochia tidak lancar keluarnya.
6) Servik
Perubahan-perubahan yang terdapat serviks ialah servik agak menganga seperti
corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan servik tidak berkotraksi, sehingga seolah-olah pada
perbatasan korpus dan servik terbentuk semacam cincin (Wiknjosastro, 2005).
7) Ligamen-ligamen
Ligamen facia dan diafragma pelvis serta facia yang meregang sewaktu kehamilan
dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur mengecil kembali seperti
sediakala. Tidak jarang ligamentum rotondum menjadi kendor yang
mengakibatkan uterus jatuh ke belakang (Wiknjosastro, 2006).
8) Perubahan Sistem Tubuh lainnya
Menurut Suherni (2009), perubahan sistem tubuh lainnya, yaitu
a) Perubahan pada sistem pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya
disebabkan karena makanan pada dan kurangnya makanan berserat selama
persalinan. Di samping itu rasa takut untuk buang air besar, sehubungan dengan
jahitan pada perineum.
b) Perubahan Perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu tergantung
pada:
Keadaan atau status sebelum persalinan,
8 |
Lamanya partus kalau dilalui.
Besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan.
Di samping itu dari hasil pemeriksaan sistocopic (sistoskopik) segera setelah
persalinan tidak menunjukkan adanya edema dan hyperemia dinding vesica
urinaria, akan tetapi sering terjadi ektravasari.
c) Laktasi
Proses ini dikenal dengan istilah inisiasi menyusu dini, dimana ASI baru akan
keluar setelah ari-ari atau plasenta lepas. Plasenta mengandung hormon
penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang menghambat pembentukan ASI.
Setelah plasenta lepas, hormon plasenta tersebut tidak diproduksi lagi, sehingga
susu pun keluar. Umumnya ASI keluar 2 – 3 hari setelah melahirkan (Saleha,
2009).
2. Konsep Dasar sectio caesarea
a. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui
perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan
sehat (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).
Sectio caesarea adalah lahirnya janin melalui insisi dinding abdomen
(laparotomy) dan dinding uterus (histerektomi) (Garry, 2005)
b. Macam – macam operasi Sectio Caesarea (Garry, 2005)
1) Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
a. Sectio caesarea transperitonealis:
Sectio caesarea klasik atau corporal ( dengan insisi memanjang pada
corpus uteri). Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus
uteri kira- kira10 cm.
Kelebihan :
Mengeluarkan janin dengan cepat.
Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.
9 |
Sayatan biasa diperpanjang proksimal atau distal.
Kekurangan :
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealis yang baik.
Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri
spontan.
Sectio caesarea ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada
segmen bawah rahim).
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen
bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
Penjahitan luka lebih mudah.
Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.
Perdarahan tidak begitu banyak.
Kemungkinan ruptur uteri spontan berkurang atau lebih kecil.
Kekurangan :
Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan uteri pecah sehingga mengakibatkan perdarahan
banyak.
Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.
b. Sectio caesarea ekstra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum
perietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal.
2) Vagina (sectio caesarea vaginalis) menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea
dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Sayatan memanjang (longitudinal).
b. Sayatan melintang (transversal).
c. Sayatan huruf T (T insicion).
c. Indikasi
10 |
Menurut Winkjosastro (2006), operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran
pervaginal mungkin akan menyebabkan risiko pada ibu ataupun pada janin,
dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan sectio caesarea proses
persalinan normal/kegagalan proses persalinan normal (Dystosia) :
1) Fetal distress
2) His lemah/melemah
3) Janin dalam posisi sungsang atau melintang
4) Bayi besar (BBL >4,2 kg)
5) Plasenta previa
6) Kelainan letak
7) Disproporsi Cevalo-Pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul)
8) Ruptur uteri mengancam
9) Hydrocephalus
10) Primi muda atau tua
11) Partus dengan komplikasi
12) Panggul sempit
d. Perawatan ibu nifas post sectio caesarea
1) Periksa dan catat tanda-tanda vital setiap 15 menit pada jam pertama dan 30
menit pada 4 jam kemudian.
2) Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat.
3) Pemberian transfusi darah, bila terjadi perdarahan post partum.
4) Pemberian antibiotika.
Walaupun pemberian antibiotika sesudah sesar efektif dapat
dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan dengan
kolaborasi SpOG untuk terapi obat
5) Mobilisasi
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur dengan
dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan ke
kamar mandi dengan bantuan.
6) Pemulangan
11 |
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima
setelah operasi (Mochtar, 2004).
B. Teori Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan ketrampilan dalam rangka/tahapan yang logis untuk pengambilan
keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2004).
2. Manajemen Kebidanan Tujuh Langkah Varney
Proses manajemen menurut Varney (2007) ada 7 langkah dimulai dari
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Pengkajian Data
Pengkajian data adalah langkah pengumpulan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Langkah ini
menentukan proses interpretasi data tahap selanjutnya sehingga harus
komprehensif. Hasil pemeriksaan menggambarkan kondisi atau masukan klien
yang sebenarnya atau valid (Varney, 2004).
1) Data subjektif
Data subyektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi data kejadian. Data tersebut tidak dapat ditentukan
oleh perawat secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi
(Ambarwati dan Wulandari, 2008).
a) Biodata
Biodata adalah identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap
sehingga sesuai dengan sasaran (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
Identitas meliputi :
Nama : Untuk mengetahui dan mengenal pasien.
12 |
Umur : Untuk mengetahui faktor resiko dan tingkat kesuburan.
Agama : Untuk mengetahui kepercayaan yang dianut oleh pasien.
Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya penting
dalam pemberian KIE.
Pekerjaan : Untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi keluarga.
Suku bangsa : Dikaji untuk mengetahui lebih jauh tentang sosial budaya
pasien.
Alamat : Dikaji untuk mengetahui keadaan sosial dan budaya di
lingkungan tempat tinggal pasien.
b) Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas
misalnya pasien merasa mules, pada kasus post sectio caesarea keluhan biasa
muncul yaitu rasa nyeri pada perut, badan terasa lemah, pusing, sulit mobilisasi
(Manuaba, 2007).
c) Riwayat Kebidanan
a. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinannya, lama perkawinan, syah atau tidak,
sudah beberapa kali menikah, berapa jumlah anaknya (Wiknjosastro, 2005).
b. Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui menarche, siklus haid, lamanya, jumlah darah
yang dikeluarkan dan pernah disminorhoe (Ambarwati dan Wulandari,
2008).
c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,
jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan
nifas yang lalu (Wiknjosastro, 2005).
d. Riwayat kehamilan, persalinan saat ini
Untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu selama hamil ada atau tidaknya
penyakit serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut
(Wiknjosastro, 2005).
13 |
Untuk mengetahui jenis persalinan, penolong persalinan, lama persalinan
kala I, II, III, IV, keadaan anak, jumlah air ketuban, komplikasi persalinan
ibu dan bayi pada kasus ini riwayat persalinan sekarang adalah sectio
caesarea (Wiknjosastro, 2005).
d) Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit
yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas
dan bayinya (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
2. Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat
atau penyakit akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi, asma yang
dapat mempengaruhi pada masa nifas ini (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
e) Pola kebiasaan selama sehari-hari
1. Pola nutrisi
Untuk mengetahui pola makan dan minum frekuensi, banyaknya jenis
makanan, makanan pantangan (Ambarwati, 2008).
2. Pola eliminasi
Pada kasus nifas post sectio caesarea BAK melalui kateterisasi pada
ibu masih berbaring ditempat tidur untuk beberapa hari, sedangkan
BAB menggunakan pispot (Ambarwati, 2008).
3. Pola istirahat
Untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur.
Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat
yang cukup dapat mempercepat penyembuhan (Ambarwati, 2008).
f) Keadaan psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya, keadaan
mental ibu nifas post sectiocaesarea adalah cemas, sulit tidur, merasa
bersalah, mudah tersinggung, pikiran negatif terhadap bayinya (Manuaba,
2007). Mengetahui bagaimana dukungan keluarga, status rumah tinggal,
14 |
pantangan makanan, kebiasaan adat istiadat yang dilakukan (Manuaba, 2007).
b. Data objektif
Data objektif adalah menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
pasien yang meliputi :
1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik,
sedang, buruk. Keadaan ibu setelah dilakukan section
caesarea adalah sedang (Hacker, 2004).
b. Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmentis,
apatis, apakah somnolen atau koma (Alimul, 2006).
Kesadaran ibu setelah dilakukan tindakan sectio
caesarea adalah composmentis (Alimul,2006).
c. Tanda vital
Tekanan darah : Untuk mengetahui atau mengukur batas normal
tekanan darah antara 90/80 mmHg sampai 130/90
mmHg (Prawirohardjo, 2005). Sedangkan tekanan
darah ibu nifas post sectio caesarea adalah
110/70-130/80 mmHg (Prawirohardjo, 2005).
Suhu : Untuk mengambil suhu basal pada ibu, suhu badan
yang normal 360C sampai 370C (Sulistyawati,2005).
Sedangkan suhu pada ibu nifas post sectio caesarea
adalah 36°C- 38°C (Prawirohardjo, 2005).
Nadi : Untuk mengetahui denyut nadi pasien sehabis
melahirkan, biasanya denyut nadi akan lebih
cepat (Ambarwati, 2008).
Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang
dihitung dalam menit (Prawirohardjo, 2005).
Sedangkan respirasi pada ibu nifas post sectio
caesarea cenderung lebih cepat 16-26 x/menit
(Prawirohardjo, 2005).
15 |
2) Pemeriksaan Fisik
Kepala : Untuk mengetahui kebersihan rambutnya, kondisi kulit kepala dan
karakteristik seperti rambut bersih, rontok atau tidak (Nursalam,
2007).
Muka : Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, ada oedema
apa tidak, ada cloasma gravidarum atau tidak (Wiknjosastro, 2006).
Mata : Conjungtiva pucat atau tidak, sklera putih atau tidak dan mata
cekung atau tidak (Wiknjosastro, 2006).
Mulut : Untuk mengetahui keadaan mulut bersih atau kotor, ada
stomatitis apa tidak, pada gusi terdapat caries apa tidak dan pada gigi
terdapat karang gigi atau tidak (Wiknjosastro, 2006).
Leher : Untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar tiroid atau
kelenjar gondok (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
Dada : Untuk mengetahui ada benjolan pada payudara atau tidak, ada
nyeri tekan atau tidak, ada kelainan bentuk atau tidak, puting susu
menonjol atau tidak dan pengeluaran ASI atau kolostrum
(Farrer,
2004)
Axilla : Untuk mengetahui adanya pembengkakan, benjolan dan nyeri
(Wiknjosastro, 2006).
Perut : Untuk mengetahui ada bekas luka operasi atau tidak (Saifuddin
2006). Pada kasus ibu nifas dengan post sectio caesarea
terdapat bekas luka operasi (Saifuddin, 2006).
Vulva : Untuk mengetahui apakah ada luka perinium, apakah terdapat tanda-
tanda infeksi dan apakah ada lochea sesuai dengan masa nifas
pada ibu post section cesarean (Saifuddin, 2006).
Anus : Untuk mengetahui apakah ada hemoroid (Ambarwati & Wulandari,
2008).
Ekstremitas :Untuk mengetahui ada tidaknya varices (Alimul, 2006).
16 |
3) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung pencegahan diagnosa
seperti pemeriksaan laboratorium, rontgen, ultrasonografi (Varney, 2004).
Pada post sectio caesarea pemeriksaan haemoglobin perlu diukur sebab
biasanya setelah dioperasi terjadi penurunan haemoglobin sebanyak 2 gr%
(Saifuddin, 2006).
b. Interpretasi Data
Interpretasi data dasar merupakan rangkaian menghubungkan data yang
diperoleh dengan teori, prinsip relevan untuk mengetahui kesehatan pasien.
Pada langkah ini data diinterpretasikan menjadi diagnosa, masalah, kebutuhan
(Prawirohardjo, 2005).
1) Diagnosa kebidanan
Adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan
(Prawirohardjo, 2005). Diagnosa pada kasus ini ditegakkan Ny. X P…
A.. umur … tahun nifas dengn post sectio caesarea hari ke berapa.
Dasar:
a. Data subyektif
Menurut Prawirohardjo (2005), data subyektif meliputi:
Ibu mengatakan keadaan setelah post sectio caesarea.
Ibu mengatakan kecemasan atau rasa ketidaknyamanan setelah post
sectio caesarea.
b. Data obyektif
Menurut Prawirohardjo (2005), data obyektif meliputi:
Keadaan umum
Keadaan umum ibu setelah dilakukan tindakan section caesarea, adalah
sedang.
Kesadaran ibu setelah dilakukan tindakan sectio caesarea, adalah
composmentis (Prawirohardjo, 2005).
Tanda-tanda vital
17 |
Tekanan darah
Ibu nifas post sectio caesarea tekanan darahnya teratur apa tidak.
Tekanan darah ibu post sectio caesarea 110/90 – 130/80 mmHg
(Prawirohardjo, 2005).
Suhu
Ibu nifas post sectio caesarea suhu tubuhnya normal atau tidak. Suhu
pada ibu post sectio caesarea 36° - 38°C (Prawirihardjo, 2005).
Nadi
Ibu nifas post sectio caesarea nadinya normal apa tidak. Nadi pada ibu
post sectio caesarea adalah 50 – 90 x/menit (Prawirohardjo, 2005).
Respirasi
Ibu nifas post sectio caesarea respirasinya cenderung lebih cepat
atau lambat. Respirasi ibu post section caesarea 16 -26 x/menit
(Prawirohardjo, 2005)
TFU pada ibu nifas post sectio caesarea dalam 1 hari masih setinggi pusat
(Ambarwati dan Wulandari, 2008).
Perut terdapat luka jahitan berbentuk jelujur.
Kontraksi uterus kuat, sedang, atau lemah. Kontraksi uterus kuat (Ladewig,
dkk, 2006).
Pemeriksaan haemoglobin perlu dilakukan karena biasanya setelah
melakukan operasi terjadi penurunan haemoglobin sebanyak 2 gr%
(Saifuddin, 2002).
2) Masalah
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien dan hasil dari pengkajian
(Varney, 2004). Dalam kasus ibu nifas post section caesarea adalah cemas,
sulit tidur, merasa bersalah, mudah tersinggung, pikiran negatife terhadap bayi
(Manuaba, 2007).
3) Kebutuhan
Merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosa dan masalah (Varney, 2004).
18 |
c. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial yang sudah diidentifikasi
(Varney, 2004). Diagnosa yang kemungkinan terjadi adalah infeksi nifas,
pendarahan, jika kandung kemih (Wiknjosastro, 2006).
d. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
Dalam langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Varney, 2004). Antisipsi
pertama yang dilakukan pada ibu post sectio caesarea antara lain kolaborasi
dengan SpOG, pemberian antibiotic profilaksis (Wiknjosastro, 2006).
e. Intervensi
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya atau diagnosa yang telah diidentifikasikan atau
diantisipasi (Manuaba, 2002). Adapun rencana asuhan yang diberikan adalah :
a. Lakukan manajemen post operatif
b. Anjurkan mobilisasi/aktifitas
c. Lakukan perawatan luka
d. Lakukan katerisasi dan observasi eliminasi
e. Beri KIE tentang KB
f. Implementasi
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan yang menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah kelima dan dilakukan secara efisien dan aman
(Saifuddin, 2002).
g. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan kebidanan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan di
19 |
dalam diagnosa dan masalah dengan hasil keadaan umum dan tanda-tanda vital
sing keadaan luka post sectio cesarean tidak ada tanda-tanda infeksi mobilisasi
dengan baik (Saifuddin, 2002). Evaluasi asuhan kebidanan pada ibu post section
caesarea antara lain keadaan umum baik dan tanda – tanda vital normal,
tidak ada tanda – tanda infeksi pada luka post operasi (Saifuddin, 2002).
3. Data Perkembangan
Data perkembangan yang digunakan dalam laporan kasus ini adalah SOAP
menurut Varney (2004) yang meliputi:
Subyektif : Pengumpulan data klien melalui anamnesis.
Obyektif : Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasl laboratorium
dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung assesment.
Assesment : Pendokumentasian hasil analisa interpretasi data subyekti dan
obyektif dalam suatu identifikasi yang meliputi:
Diagnosa atau masalah.
Antisipasi diagnosa atau masalah potensial.
Planning : Pendokumentasian tindakan dan evaluasi dari perencanaan,
berdasarkan assesment.
20 |
Recommended