View
1
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
3
BAB II
TINJAUAN INDUSTRI FARMASI
2.1 Industri Farmasi
Berdasarkan aturan BPOM 34 Tahun 2018 tentang CPOB, Sekolompok orang
dan modal yang memiliki usaha serta izin yang telah menyesuaikan pada
persyaratan undang – undang dalam melaksanakan aktivitas produksi bahan obat
dan obat disebut dengan industri farmasi. Tiap tiap badan usaha yang mendirikan
Industri Farmasi diwajibkan mendapatkan izin dari Direktur Jenderal.
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik
Berdasarkan Perarturan BPOM 34 Tahun 2018 mengenai CPOB, merupakan
Pedoman yang memiliki tujuan dalam penjaminan obat agar diproduksi selalu
konsisten, memenuhi kententuan yang sudah tetap serta penggunaannya memiliki
tujuan yang sesuai disebut juga dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
Ruang lingkup CPOB mulai dari aspek quality control serta produksi. Saat proses
produksi obat, pengawasan keseluruhan sangat berpengaruh dalam penjaminan
konsumen mendapatkan obat yang memiliki kualitas tinggi. Dilarang memproduksi
produk secara sembarangan karena dipergunakan sebagai penyelamatan jiwa,
ataupun meyembuhkan ataupun menjaga kesehatan. Dalam panduan tersebut
bertujuan dipergunakan untuk asas dalam mengembangkan peraturan didalam
perusahaan sesuai kebutuhan di perusahaan obat.
2.3 Aspek CPOB
Dalam pabrikasi obat, jika produk jadi semata-mata lulus saja dalam
rangkaian uji itu tidak cukup, namun yang sangat berpengaruh adalah kualitas yang
wajib terbentuk didalam suatu produk. Kualitas produk bergantung oleh bahan
pengemas, bahan awal, pengendalian mutu, dan proses produksi, bangunan,
personalian yang turut terlibat dan peralatan yang digunakan.
2.3.1 Manajemen Mutu
Dalam pemenuhan ketentuan yang ditetapkan pada registrasi (dokumen izin
edar), Industri farmasi diwajibkan memproduksi obat sesuai dengan tujuan
4
keguanaannya serta meminimalisir risiko yang berbahaya bagi pengguna sebab
tidak efektif, tidak terjamin ataupun kualitas rendah. Aspek dasar manajemen
kualitas yaitu prasarana atau sistem kualitas merupakan sistem organisasi, prosedur,
proses dan sumber daya. Gerakan terorganisir perlu dilaksanakan agar memperoleh
pemastian dengan tingkat kepercayaan tinggi, maka produk (atapun pelayanan jasa)
hasilnya senantiasa memenuhi syarat yang sudah ditentukan.
2.3.2 Personalia
Kewajiban industri farmasi dalam menyediakan personil yang memiliki
kualifikasi serta jumlah yang memadai dalam pelaksanakan tanggung jawab serta
peran masing-masing berbeda sesuai dengan porsinya. Tugas khusus serta
wewenang dari personil yang menjabat sebagai penanggungjawab sebaiknya
dicantumkan pada rincian tugas yang ditulis, Semua personilia sebaiknya paham
mengenai aspek CPOB wajib diberi training. Cakupan key person (personil kunci)
adalah pemimpin departemen Produksi, pemimpin departemen Pengawasan Mutu
dan pemimpin departemenManajemen Mutu (Pemastian Mutu). Struktur
organisasi pabrikasi obat sebaiknya terbentuk dari bagian produksi, manajemen
mutu (pemastian mutu), dan pengawasan mutu. Ketiga departemen tersebut tidak
dikepalai oleh hanya satu orang tetapi dengan pemimpin yang berbeda, sehingga
memiliki ranah kewajiban masing - masing. Tiap personil sebaiknya diberikan
kewenangan serta fasilitas yang cukup agar tugas dilaksanakan dengan baik.
Specific training sebaiknya disediakan untuk karyawan yang melaksanakan kerja
pada bagian cemaran yang berbahaya,
2.3.3 Bangunan dan Fasilitas
konstruksi serta sarana dalam produksi obat sebaiknya mempunyai struktur,
bangunan serta posisi yang layak, dan menyesuaikan keadaannya serta dipelihara
dengan baik untuk mempermudah penerapan kegiatan yang teratur. Posisi serta
skema ruangan wajib terbuat semirip mungkin agar meminimalisir risiko
terbentuknya kesalahan, cemaran silang serta kekeliruan lainnya, mempermudah
bersih-bersih, sanitasi serta pemeliharaan yang efisien buat menjauhi penimbunan
debu ataupun kotoran, serta akibat lain yang bisa merendahkan kualitas obat.
5
Aktivitas penerimaan bahan, karantina barang datang, penyimpanan bahan
awal serta bahan pengemas, penimbangan serta penyerahan bahan ataupun produk,
pengolahan, pencucian perlengkapan, penyimpanan perlengkapan, penyimpanan
produk ruahan, pengemasan, karantina produk jadi saat sebelum mendapatkan
pelulusan akhir, pengiriman produk, serta laboratorium pengawasan kualitas
sebaiknya dicoba di bagian tertentu.
1. Area penimbangan
Perkiraan hasil produk nyata dengan penimbangan bahan awal harus
dilaksanakan pada area penimbangan terpisah serta dirancang spesifik untuk
aktivitas tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area produksi ataupun area
penyimpanan.
2. Area produksi
Meminimalisir risiko kontaminasi sangat diperlukan maka perlu disediakan
tempat yang khusus dan self-contained untuk produksi obat tertentu seperti produk
yang memiliki sensitasi tinggi. Produk tertentu dengan bahan aktif yang sangat
efektif, produk biologis, dan produk non-medis harus diproduksi di gedung
terpisah. Permukaan dinding, ubin (lantai) dan atap (langit-langit) dengan bahan
baku utama serta bahan kemas yang terekspos (terpapar) ke tengah area atau ruang
dalam ruangan untuk produk curah hendaknya halus, tdak ada retak dan
sambungannya dibuka, bebas partikel, dan mudah dibersihkan secara efektif.
Ventilasi harus pada area produkbsi memiliki sistem kontrol udara efektif. Sistem
kontrol udara harus mencakup saringan udara memiliki efisiensi energi tertentu dan
bisa meminimalisir polusi limbah. Hendaknya besarnya memadai, serta
tempatkontrol harus didesain serta terdapat saluran udara yang tepat untuk
meminimalisir arus kembali. Perlu diakukan pengaturan suhu dan kelembaban yang
tepat selama aktivitas produksi. Harus ada penerangan yang memadai di area
produksi, terutama di mana pemantauan visual dilakukan selama proses
berlangsung. Pintu yang digunakan sebagai penghalang kontaminasi silang di area
produksi harus selalu ditutup jika tidak digunakan.
6
3. Area Penyimpanan
Mempunyai daya muat yang mencukupi pada area penyimpanan diperlukan
untuk meletakkan barang sehingga tertata dengan baik. Beragam bahan serta
produk seperti bahan awal serta bahan pengemas, produk ruahan, produk jadi, serta
produk antara. produk dalam status karantina, produk yang sudah diloloskan,
produk yang ridak lolos, produk pengembalian ataupun produk yang ditarik dari
peredaran sebaiknya bersih, kering serta mendapat penerangan yang pas dan juga
dijaga pada batasan temperatur yang ditentukan. Jika keadaan penyimpanan
spesifik (misal temperatur, humiditas) diperlukan, keadaan itu sebaiknya
dipersiapkan, diatur, diperiksa serta dicatat saat dibutuhkan. Area penerimaan serta
pengiriman benda sebaiknya bisa melindungi bahan serta produk terhadap kondisi
cuaca.
Jika status karantina ditentukan dengan penyimpanan di tempat yang tidak
sama (terpisah), sehingga bagian itu wajib diberikan label yang tepat serta
menjangkau ke bagian itu hanya untuk personel yang memiliki kewenangan. Sistem
lain untuk mengganti sistem karantina benda secara wujud sebaiknya diberikan
pengamanan yang sama.
4. Area Pengawasan Mutu
Bagian produksi dan Laboratorium pengendalian mutu sebaiknya terpisah.
Selain itu diperlukan pemisahan bagian pengujian biologi, mikrobiologi serta
radioisotop satu sama lainnya. Pemberian ruang penyimpanan ukuran yang
mencukupi untuk sampel, baku pembanding (apabila diperlukan keadaan
temperatur terkontrol), pereaksi, pelarut, serta dokumentasi. Satu ruang yang
berbeda (terpisah) bisa jadi dibutuhkan untuk melindungi instrumen jika terjadi
kendala listrik, getaran, kelembaban yang melampaui batas serta kendala lainnya,
atau bila perlu untuk mengisolasi instrumen. Struktur laboratorium sebaiknya juga
diperhatikan kesesuaian material pembangunan yang digunakan, ventilasi serta
penangkalan terhadap asap. Pasokan udara ke ruang pengujian sebaiknya terpisah
7
dari pemasokan ke bagian produksi. Sebaiknya dipasangkan alat mengatur udara
yang dipisah pada tiap- tiap laboratorium mikrobiologi, radioisotop serta biologi.
5. Sarana Pendukung
Departemen produksi serta laboratorium kendali mutu terpisah dengan tempat
istirahat serta kantin. Fasilitas yang memadai untuk mengganti pakaian kerja,
membersihkan diri dan toilet harus disediakan dan mudah dijangkau. Toilet tidak
dianjurkan bersentuhan secara directly (langsung) dengan bagian produksi ataupun
penyimpanan. Ruang ganti juga harus terpisah dengan area produksi, tetapi harus
ditempatkan secara terpisah. Bengkel perbaikan peralatan harus sedapat mungkin
dipisahkan dari tempat produksi. Jika onderdil, aksesoris mesin serta peralatan
pabrik disimpan di area produksi, harus diberikan ruang ataupun kabinet spesifik
untuk menyimpan. Fasilitas perawatan hewan harus dipisah dari tempat lainnya dan
ditambakan jalur hewan independen dan perangkat kontrol udara.
2.3.4 Peralatan
Peralatan yang dipakai untuk produksi obat harus memiliki konstruksi dan
struktur yang benar, skala dan posisi penempatan yang sesuai, serta memenuhi
syarat untuk memastikan bahwa mutu obat terjamin sesuai dengan keseragaman
desain dan batch, serta mudah dibersihkan dan dirawat.
1. Desain Dan Konstruksi
Desain dan konstruksi peralatan hendaklah memenuhi persyaratan sebagai
berikut: peralatan hendaklah didesain dan dikonstruksikan sesuai dengan tujuannya.
Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau
produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat
memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan. Bahan
yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus, misalnya pelumas atau pendingin
tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak
memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun
produk jadi. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan
pelumas dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi
yang tidak tepat. Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah
8
dibersihkan. Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang
rinci serta disimpan.
2. Pemasangan Dan Penempatan
Penempatan peralatan harus meminimalkan kemungkinan kontaminasi silang
antar material di bagian yang sama. Metode pemasangan peralatan harus
menghindari risiko kesalahan atau kontaminasi. Jarak yang cukup harus dijaga
antara peralatan untuk menghindari penyumbatan dan memastikan tidak ada
kebingungan dan kebingungan produk. Semua sabuk mekanis dan katrol terbuka
harus dilengkapi dengan sabuk pengaman. Air, uap dan udara tekan atau vakum dan
saluran lainnya harus dipasang sehingga dapat dengan mudah diakses pada setiap
tahap proses. Isi dan arah aliran harus ditandai dengan jelas pada pipa. Setiap
peralatan utama harus ditandai dengan jelas dengan nomor identifikasi. Nomor ini
disertakan dalam semua catatan pesanan dan bets untuk menerangkan unit atau
peralatan yang dipakai untuk produksi bets, kecuali jika peralatan tersebut hanya
dipakai untuk satu macam produk. Jika memungkinkan, peralatan yang rusak harus
dikeluarkan dari bagian produksi dan kendali kualitas, ataupun setidaknya harus
ditandai dengan jelas.
3. Perawatan
Perlengkapan sebaiknya dirawat sesuai jangka waktu yang ditentukan untuk
menghindari malfungsi ataupun cemaran yang bisa memngganggu identitas,
kualitas ataupun kadar murni produk. Aktivitas perbaikan serta perawatan
sebaiknya tidak memunculkan resiko terhadap kualitas produk. Bahan pendingin,
pelumas serta bahan kimia lain semacam cairan perlengkapan penguji temperatur
sebaiknya dinilai serta diverifikasi dengan proses formal. Prosedur tertulis untuk
perawatan perlengkapan hendak digunakan serta dipatuhi. Penerapan perawatan
serta penggunaan suatu perlengkapan utama hendak ditulis didalam logbook
perlengkapan yang menampilkan tanggal, waktu, produk, kekuatan serta no tiap
bets ataupun lot yang diolah dengan perlengkapan tersebut. Catatan untuk
perlengkapan yang dipakai spesifikuntuk satu produk saja bisa ditulis dalam catatan
bets.
9
2.3.5 Sanitasi dan Higiene
Aapek yang tercakup dalam sanitasi dan higiene yaitu personel, sarana dan
prasarana, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi dan wadah, serta zat apapun
yang dapat menyebabkan kontaminasi produk. Setiap prosedur sanitasi harus
ditulis.
1. Setiap personil diberikan pelatihan penerapan higiene
Untuk personil masuk ke area produksi diwajibkan menggunakan pakaian
pelindung. Pada saat perekrutan, semua personel harus menjalani pemeriksaan
fisik. Setelah pemeriksaan kesehatan awal, pemeriksaan kesehatan kerja dan
personel harus dilakukan secara teratur. Untuk orang yang menderita penyakit,
tangan operator harus dihindarkan dari kontak langsung dengan bahan awal,
produk setengah jadi dan produk ruahan terbuka, dan bagian peralatan yang
bersentuhan dengan produk juga harus dihindari.
2. Sanitasi bangunan dan fasilitas
Fasilitas toilet harus memiliki saluran udara yang baik dan area
pembersihan, yang nyaman untuk dikunjungi oleh karyawan dari area produksi,
dan pakaian serta loker personel harus disimpan dengan benar di lokasi yang
sesuai. Penyiapan, penyimpanan dan konsumsi makanan dan minuman
sebaiknya dibatasi pada area khusus, seperti kantin. Fasilitas ini harus memenuhi
standar sanitasi dan dan tidak ada penumpukan sampah.
3. Pembersihan Dan Sanitasi Peralatan
Jika sudah digunakan, peralatan hendaknya dirapikan dan bersih secara
internal dan eksternal disesuaikan dengan prosedur yang ditentukan dan
dipelihara kebersihannya. Cara vacuum ataupun pembersihan basah lebih
dianjurkan. Udara bertekanan dan sikat harus digunakan secara berhati - hati
serta harus dihindari sebisa mungkin karena meningkatkan risiko kontaminasi
produk.
4. Validasi Prosedur Pembersihan Dan Sanitasi
10
Prosedur pembersihan, validasi dan evaluasi sanitasi dan higiene harus
dilakukan secara teratur untuk memastikan efektivitas program memenuhi
persyaratan.
2.3.6 Produksi
Aktivitas produksi harus mengikuti langkah-langkah yang ditentukan dan
sudah penuhi ketentuan CPOB untuk memastikan bahwa CPOB terus memberikan
produk yang telah penuhi ketentuan kualitas dan penuhi persyaratan izin produksi
dan izin edar (registrasi). aturan produksi yang diatur oleh CPOB meliputi
pembelian bahan baku yaitu bahan baku dan bahan pengemas; dan verifikasi proses;
pencegahan kontaminasi silang; sistem penomoran batch / batch; penimbangan dan
pengolahan; Tindakan terhadap bahan dan produk yang dipulangkan; karantina dan
pengiriman produk jadi; catatan pengendalian pengiriman obat; penyimpanan
bahan prematur, bahan pengemas, produk antara, produk curah dan produk jadi,
serta transportasi dan transportasi
Klasifikasi Kebersihan Ruang Pembuatan Obat
Kelas A, B, C, dan D adalah tingkat kebersihan ruangan yang digunakan untuk
menghasilkan produk steril. Kelas E adalah kelas ruangan bersih yang digunakan
untuk pembuatan produk nonsteril.
Tabel II. 1 Rekomendasi sistem tata udara untuk tiap kelas kebersihan
Kelas
kebers
ihan
Ventilasi
bagian
ruangan suhu
Kelambapan
Nisbi
Efesiensi Saringan Udara
akhir Keterangan
A
dibawah
aliran
udara
laminer
16-25 45-55 99,995%
- Pengolahan dan
pengisian aseptis
- Pengisian salep mata
steril
- Pengisian bubuk
steril
- Pengisian suspensi
steril
B ruang
steril 16-25 45-55 99,995%
Lingkungan latar
belakang zona kelas A
untuk pengolahan dan
pengisian aseptis
C ruang
steril 16-25 45-55 99,95%
- Pembuatan larutan
bila ada risiko di luar
kebiasaan
11
- Pengisian produk
yang akan mengalami
sterilisasi akhir
- Pembuatan larutan
yang akan disaring
kemudian pengisian
secara aseptis
dilakukan di kelas A
dengan latar belakang
kelas B
D bersih 20-27 40-60
75% atau 90% Bila
menggunakan sistemsingle
pass (100 % fresh air) Pembuatan obat steril
dengan sterilisasi
akhir 99,95 % Bila menggunakan
sistem resirkulasi ditambah
make - up air (10 - 20 %
fresh air )
E umum 20-27 Maks 70
75% atau 90% Bila
menggunakan sistemsingle
pass (100 % fresh air) Ruang pengolahan
dan pengemasan
primer obat nonsteril,
pembuatan salep
kecuali salep mata
99,95 % Bila menggunakan
sistem resirkulasi ditambah
make - up air (10 - 20 %
fresh air )
khusus 20-27 Maks 40
75% atau 90% Bila
menggunakan system single
pass (100 % fresh air) Pengolahan bahan
higroskopis 99,95 % Bila menggunakan
sistem resirkulasi ditambah
make - up air (10 - 20 %
fresh air )
F
Pengemas
an
sekunder
20-28 TD TD
ruang
masuk
karyawan
suhu
kamar TP TP
G
gudang suhu
kamar TP TP
ruang
ganti
suhu
kamar TP TP
ruang
istirahat
suhu
kamar TD TD
kantin suhu
kamar TP TP
kamar
mandi
suhu
kamar TP TP
toilet suhu
kamar TP TP
dsb
*TD: Tidak Diklasifikasikan
*TP: Tidak perlu
2.3.7 Pengawasan Mutu
12
Quality Control adalah area yang khusus dari CPOB agar pemastian obat
dihasilkan selalu memiliki kualitas yang sesuai dengan tujuan penggunaan.
Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan dalam seluruh
rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk mencapai sasaran mutu yang ditetapkan
mulai dari awal pembuatan sampai distribusi obat jadi. Pengawasan Mutu
mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta 13 termasuk
pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua
pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai
atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi
persyaratan. Pengendalian kualitas tidak hanya pada kegiatan pengujian, tetapi juga
harus ikut serta dalam semua keputusan yang berkaitan dengan mutu produk.
Kontrol kualitas harus mencakup semua aktivitas analitis. Ketidaktergantungan
Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang fundamental agar Pengawasan
Mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan.
Cara Berlaboratorium Pengawasan Mutu Yang Baik
1. Bangunan dan Fasilitas
Sarana dan prasarana laboratorium kendali mutu hendaknya telah penuhi
ketentuan umum dan spesifik untuk kendali mutu yang disebutkan dalam bab
Gedung dan Fasilitas. Skala laboratorium sebaiknya sesuai dengan macam (jenis)
serta banyak kegiatan, banyaknya peralatan dan personel laboratorium. Atur tata
letak laboratorium sesuai jenis kegiatan untuk mencegah kontaminasi
2. Personil
Personel kendali mutu harus telah penuhi ketentuan umum yang diuraikan
dalam Bab 2 "Personel". Setiap petugas kendali mutu juga hendaknya terkualifikasi
yang tercakup pada penjelasan tugas masing pihak.
3. Peralatan
Peralatan Pengawasan Mutu harus sudah penuhi ketentuan umum yang
dijelaskan di seksi peralatan.
13
4. Pereaksi & Media Perbenihan
Penerimaan atau produksi reagen dan media benih harus didokumentasi.
Reagen serta media kultur benih yang disiapkan di laboratorium harus mengikuti
langkah kegiatan dituliskan serta memiliki penandaan yang sesuai. Pada label
hendaklah dicantumkan konsentrasi, faktor standardisasi, masa simpan, tanggal
standardisasi ulang dan kondisi penyimpanan. Label hendaklah ditandatangani dan
dibubuhi tanggal oleh petugas yang membuat pereaksi tersebut. Baik kontrol positif
maupun kontrol negatif hendaklah digunakan untuk memastikan kesesuaian media
perbenihan. Konsentrasi inokulum dalam kontrol positif hendaklah disesuaikan
dengan kepekaan pertumbuhan yang diinginkan.
5. Baku Pembanding
Baku pembanding harus menjadi tanggung jawab personel yang ditunjuk. Baku
pembanding harus digunakan sesuai dengan uraian dalam monograf yang relevan.
Setelah melakukan pengujian yang sesuai dan inspeksi rutin untuk mengoreksi
penyimpangan dan memastikan keakuratan hasil, baku pembanding sekunder atau
baku pembanding kerja dapat disiapkan dan digunakan. Semua baku pembanding
harus disimpan dan ditangani dengan benar agar tidak mempengaruhi kualitasnya.
Jika perlu, kadar, tanggal pembuatan, tanggal kedaluwarsa, dan tanggal pembukaan
tutup wadah untuk pertama kalinya harus dicantumkan pada label bahan acuan.
6. Penandaan
Tanggal penerimaan setiap bahan (seperti reagen dan bahan pembanding) yang
digunakan untuk kegiatan pengujian harus dicantumkan pada wadah. Penggunaan
dan instruksi penyimpanan harus diikuti. Dalam beberapa kasus, perlu dilakukan
uji identifikasi dan / atau uji lain pada reagen setelah diterima atau sebelum
digunakan.
14
7. Hewan Pengujian
Jika diperlukan, hewan yang dipakai untuk menguji komponen, bahan atau
produk harus diisolasi sebelum digunakan. Hewan seperti itu harus disimpan dan
dikendalikan dengan cara yang memastikan kesesuaian untuk tujuan
penggunaannya. Hewan harus diidentifikasi dan catatan yang memadai harus
disimpan dan dipelihara untuk membuktikan sejarah penggunaan.
8. Spesifikasi dan Prosedur Pengujian
Hendaknya ada ketentuan untuk seluruh bahan awal, bahan pengemas, produk
antara, produk curah serta produk jadi, termasuk spesifikasi dan prosedur pengujian
untuk identitas, kemurnian, kualitas dan grade / potensi.
Program Stabilitas
Setelah dipasarkan, stabilitas produk jadi hendaklah dipantau menurut program
berkesinambungan yang sesuai, yang memungkinkan pendeteksian semua masalah
stabilitas (misalnya, perubahan tingkat impuritas atau profil disolusi). Tujuan dari
program stabilitas on-going adalah untuk memantau produk selama masa edar dan
untuk menentukan bahwa produk tetap, atau dapat diprakirakan akan tetap,
memenuhi spesifikasinya selama dijaga dalam kondisi penyimpanan yang tertera
pada label. Hal ini berlaku untuk sediaan yang dikemas dan sudah dipasarkan,
pencakupan dalam program bagi produk ruahan. Misalnya, jika produk ruahan akan
disimpan untuk jangka waktu yang lama sebelum dikemas dan / atau diangkut dari
lokasi produksi ke lokasi pengemasan, dampak kondisi lingkungan sekitar terhadap
stabilitas produk yang dikemas harus dievaluasi dan dievaluasi. Selain itu, produk
antara yang disimpan dan digunakan setelah jangka waktu yang lebih lama harus
dipertimbangkan. Studi stabilitas produk pascarekonstitusi dilakukan selama
pengembangan produk dan tidak memerlukan pemantauan yang berbasis on-going.
Namun, apabila relevan, stabilitas produk pascarekonstitusi dapat juga dipantau.
15
2.3.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit & Persetujuan Pemasok
Sebagai penilaian diseluruh bagian produksi dan kendali mutu di perusahaan
obat yang telah penuhi persyaratan CPOB yang ditetapkan merupakan tujuan dari
inspeksi mandiri. Prosedur investigasi mandiri harus didesain untuk menemukan
kekurangan didalam implementasi CPOB serta menentukan perlakuan korektif
yang dibutuhkan. Investigasi diri harus dilaksanakan dengan mandiri oleh
supervisor perusahaan, serta instruksi secara detail harus diberikan. Pemeriksaan
mandiri harus dilakukan didalam kondisi khusus rutin, seperti pengembalian
produk ataupun produk yang ditolak berulang. Catatan serta prosedur inspeksi diri
harus dicatat, serta rencana kegiatan kelanjutan yang efisien harus ditetapkan. .
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu
mencakup inspeksi dan evaluasi terhadap Seluruh ataupun beberapa bagian
manajemen, dan tujuannya khusus adalah menaikkan kualitas. Audit kualitas
biasanya dilakukan oleh pakar eksternal, pakar mandiri, ataupun team yang
berpengaruh dibentuk dari manajemen perusahaan untuk tujuan ini.
2.3.9 Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali, dan Obat
Kembalian
Seluruh masalah serta informasi lain berhubungan dengan adanya kerusakan
produk harus ditinjau ulang dan dicermati disesuaikan dengan prosedur yang
tertulis. Untuk dapat menyelesaikan seluruh keadaan darurat, sistem harus dibuat,
Bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat
dari peredaran secara cepat dan efektif. Pengembalian obat bisa dalam bentuk satu
ataupun lebih bets, ataupun semua bets obat tertentu di semua peredaran
pendistribusi. Prosedur tertulis harus ditetapkan dan inspeksi berkala harus
dilakukan untuk mengontrol tindakan penarikan kembali. Tindakan penarikan
kembali produk hendaklah dilakukan segera setelah diketahui ada produk yang
cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan. Dokumentasi
dan tulisan laporan pengembalian obat harus dicatat dengan benar.
16
2.3.10 Dokumentasi
Suatu hal penting dari sistem jaminan kualitas serta kiat agar memenuhi
persyaratan CPOB yaitu pendokumentasi yang sahih. Bermacam dokumentasi serta
hal lain yang dipakai harus seluruhnya ditentukan didalam manajemen mutu.
Bentuk dokumen bisa bermacam-macam, termasuk lembar kertas, elektronik atau
media fotografi. Tujuan utama dari sistem dokumen yang digunakan adalah untuk
menetapkan, mengontrol, memeriksa, serta menulis semua aktivitas secara direct
maupun indirectly mempengaruhi seluruh aspek mutu produk. Manajemen mutu
perusahaan obat harus menjelaskan secara detail tentang pengertian dasar
ketentuan, dan menyediakan catatan proses dan evaluasi yang memadai dari setiap
hasil pengamatan sehingga penerapan persyaratan secara terus menerus dapat
ditunjukkan. Untuk referensi lain tentang penerapan praktik pendokumentasian
yang apik, agar dapat memastikan kepercayaan pada dokumen serta tulisan,
merujuk ke "Guidance on Good Data and Record Management Practices" WHO
atau standar internasional lain yang relevan.
2.3.11 Kualifikasi dan Validasi
Salah satu hal yang berpengaruh dalam sistem jaminan kualitas terdaftar pada
ketentuan dalam CPOB untuk perusahaan obat yaitu kualifikasi dan validasi. Pada
CPOB mewajibkan perusahaan obat agar menentukan validasi dibutuhkan untuk
membuktikan pengendalian atas aspek-aspek kunci dari proses telah dilaksanakan.
Fasilitas utama, peralatan serta perubahan kegiatan yang bisamempengaruhi
kualitas obat harus diverifikasi. Metode evaluasi risiko hendaknya diaplikasikan
agar bisa mengetahui ruang lingkup bvalidaso. Semua kegiatan vharus
direncanakan. Isi utama dari rencana validasi harus didefinisikan dengan jelas dan
dicatat dalam rencana validasi induk (RIV) atau dokumen yang setara. RIV harus
merupakan dokumen yang ringkas, akurat dan jelas. RIV hendaklah mencakup
sekurangkurangnya data sebagai berikut: kebijakan validasi; struktur organisasi
kegiatanvalidasi; ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan
divalidasi; format dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan
jadwal pelaksanaan pengendalian perubahan; dan acuan dokumen yang digunakan.
17
Validasi diklasifikasikan menjadi tiga, yakni validasi pembersihan, validasi metode
analisis dan validasi proses. Kualifikasi diklasifikasikan menjadi empat, yaitu
kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan kualifikasi
kinerja.
2.4 Peran dan Fungsi Apoteker
2.4.1 Departemen Quality Assurance (QA)
Penjaminan mutu adalah semua kegiatan sistematis dan terencana yang
diperlukan, dan harus ada kepercayaan yang cukup untuk membuat produk dan
layanan memuaskan sesuai dengan persyaratan mutu. Apoteker di departemen QA
bertugas dan bertanggungjawab atas sistem mutu, termasuk dalam hal ini:
1. Memastikan penerapan (dan jika perlu, dibuat) sistem mutu;
2. Berpartisipasi dalam atau memprakarsai pembuatan manual mutu
perusahaan;
3. Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri secara
teratur;
4. Mengawasi fungsi departemen kendali mutu;
5. Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal
(audit pemasok);
6. Memprakarsai dan berpartisipasi dalam rencana validasi;
7. Memastikan kepatuhan terhadap persyaratan teknis dan / atau regulasi
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) terkait kualitas
produk jadi untuk mengevaluasi kualitas produk dan proses produksi
secara berkala.
8. Memastikan bahwa personel departemen terus dilatih sesuai kebutuhan
setiap orang.
2.4.2 Departemen Quality Control (QC)
Pengawasan Mutu (Quality Control) ini adalah aspek manajemen mutu yang
saling terkait. Konsep-konsep ini dijelaskan di sini untuk menekankan hubungan
dan pentingnya elemen-elemen ini dalam produksi dan pengendalian obat.
Apoteker di departemen QC bertugas dan bertanggung jawab dalam pengawasan
mutu, termasuk dalam hal ini:
18
1. Menyetujui spesifikasi, instruksi pengambilan sampel, metode pengujian
dan prosedur kendali mutu lainnya;
2. Memastikan bahwa semua pengujian yang diperlukan telah dilakukan;
3. Menyetujui dan mengawasi semua analisis berdasarkan kontrak;
4. Memastikan bahwa departemen produksi kendali mutu melakukan
kualifikasi dan pemeliharaan fasilitas dan peralatan;
5. Memastikan verifikasi yang tepat telah dilakukan;
6. Memastikan pelatihan awal dan berkelanjutan untuk personel departemen
sesuai kebutuhan; dan
7. Menyetujui atau menolak bahan baku, bahan pengemas, produk antara,
produk curah dan produk jadi berdasarkan hasil evaluasi
2.4.3 Departemen Produksi
Apoteker di departemen produksi bertugas dan bertanggung jawab dalam
produksi obat, termasuk dalam hal ini:
9. Memastikan obat yang diproduksi dan disimpan sesuai dengan prosedur
untuk memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan
10. Menyetujui prosedur yang terkait dengan aktivitas produksi dan
memastikan penerapan prosedur ini secara ketat
11. Pastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani
oleh personel yang berwenang
12. Memastikan bahwa departemen produksi melakukan kualifikasi dan
pemeliharaan fasilitas dan peralatan
13. Memastikan bahwa verifikasi yang tepat telah dilakukan; dan
14. Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkelanjutan untuk personel
departemen dilakukan sesuai kebutuhan..
2.5 Sejarah Perkembangan PT. Otsuka Indonesia
Pada tahun 1921 perusahaan bernama Otsuka didirikan oleh putra seorang
petani yang bertempat tinggal di Tokushima bernama Busaburo Otsuka, ia
mendirikan perusahaan pabrik kimia di Tokushima, Jepang. Perusahaan ini kian
19
berkembang dan pada tahun 1946, Otsuka mulai memproduksi dan menjual set
infus. Setahun kemudian, Masahito Otsuka, putra tertua Busaburo, memimpin
perusahaan.
Kemudian pada Tahun 1974 PT. Otsuka Indonesia didirikan sebagai joint
venture (perusaan patungan) yang berkiprah di perusahaan obat antara Otsuka
Pharmaceutical Co, Jepang dengan pihak Indonesia, perusahaan ini didirikan di
tanah sebesar 40.000 M² tepatnya di kecamatan Lawang, daerah Jawa Timur,
Perusahaan tersebut mempabrikasi serta menjual empat macam sediaan farmasi,
yakni: sediaan bentuk oral, inhaler, sediaan nutrisi dan cairan intravena (infus),
peralatan medik, dan peralatan IV Set.
Awalnya berjalan perusahaan, PT. Otsuka Indonesia tidak memproduksi
produknya sendiri tetapi semua produk ini diimpor dari Jepang. Namun, untuk
pemenuhan kebijakan peraturan pemerintah, tentang pentingnya memproduksi
obat-obatan lokal di dalam negeri, sehingga PT. Otsuka Indonesia memutuskan
mulai memproduksi semua di dalam negeri.
Sesudah dilakukan penelitian serta investigasi yang cermat dan mendalam,
ditemukan sumber air alami yang bersih dibawah Gunung Arjuna daerah Jawa
Timur, yang terbukti menjadi fondasi ideal untuk produk cair. PT sebagaimana
wujud konsistensi dalam pengembangan teknologi dan sumber daya manusia.
Otsuka Indonesia terus memperbarui standar ISO. Setelah memperoleh ISO 9001:
2000 pada tahun 2003 untuk memenuhi permintaan pelanggan akan produk
berkualitas tinggi PT. Otsuka Indonesia juga telah memperoleh sertifikasi ISO
14001: 2004 sebagai tanggung jawab perusahaan untuk mengurangi dampak
lingkungan yang merugikan.
Produk cair berhasil memasuki pasar farmasi dan menikmati reputasi terbaik
di Indonesia. Keberhasilan ini mendorong PT. Otsuka Indonesia semakin
berkembang pada perusahaan obat ini melalui produksi sediaan nutrisi, obat
teurapetik, serta peralatan medis. Setelah sukses perusahaan berhasil memperoleh
sertifikat ISO 22000: food safety / HACCP untuk produk nutrisi klinis, ISO 13485
untuk produk alat kesehatan, dan sertifikasi CPOB / cGMP yaitu standarisasi proses
manufaktur yang baik.
20
Proses verifikasi usaha yang dilaksanakan perusahaan bukan di Indonesia
saja, tapi terus berkembang. Perusahaan obat ini sudah meluaskan produksi
sediaannya melalui ekspor produk ke berbagai wilayah, antara lain Timor Leste,
Singapura, Sri Lanka, Hong Kong, Malaysia, Vietnam, Papua Nugini, Fiji,
Myanmar, Tonga, Samoa, Oman, Taiwan, imor Leste dan Australia.
Semasa beberapa dekade, Perusahaan ini masih bisa mendominasi pasar
infus, serta tetap berdiri kokoh, PT. Otsuka Indonesia selalu menghadapi tantangan
agar selalu berinovasi membuat sediaan farmasi terbaru untuk memenuhi
kebutuhan pelanggannya, dengan motonya:
“Otsuka People Creating New Products for Better Health Worldwide.”
Bentuk lingkaran besar pada logo Otsuka melambangkan langit yang berarti
keterbukaan, kebebasan, dan kepandaian serta masa depan. Sedangkan lingkaran
kecil melambangkan fokus pada energi, dan sumber mata air. Bentuk dari dua
lingkaran yang diposisikan seimbang dan jenis tulisan yang ramah dan terbuka, dari
secara keseluruhan logo Otsuka memberikan makna bahwa Otsuka memiliki
komitmen untuk menyebarkan kebahagiaan dengan meningkatkan kesehatan di
kalangan masyarakat.
Gambar 2.1 Logo PT. Otsuka Indonesia
2.6 Visi dan Misi PT. Otsuka Indonesia
2.2.1 Visi
Visi PT. Otsuka Indonesia adalah Menjadi perusahaan paling
unggul dalam sumbangsihnya untuk kesehatan manusia yang
lebih baik
2.2.2 Misi
1. Menjalankan kegiatan perusahaan dengan standar etika yang
tinggi dengan kejujuran dan integritas.
21
2. Memenuhi kebutuhan pelanggan dengan selalu menyediakan
produk yang berkualitas tinggi dan andal.
3. Menyediakan informasi ilmiah yang akurat dan berharga, oleh
tenaga-tenaga ahli yang terlatih, demi pemahaman yang lengkap
dan benar oleh para pelanggan.
4. Menyediakan sarana berkarya untuk para karyawan dalam
suasana kerja yang profesional, sejahtera dan secara individu
bermartabat.
5. Berkerja dengan penuh tanggung jawab terhadap masyarakat
dan lingkungan tempat berusaha.
6. Menyediakan hasil usaha dan keuntungan yang layak serta
berkelanjutan kepada para pemegang saham perusahaan.
2.7 Lokasi PT. Otsuka Indonesia
2.3.1 Head Office
Head Office PT. Otsuka Indonesia berlokasi di 18 Office Park,
Tower A, Lt. 9 Jl. Letjend. TB. Simatupang No, 18, Jakarta, 12520.
2.3.2 FactoryFactory PT. Otsuka Indonesia berlokasi di Jalan Sumber
Waras No. 25, Lawang, Malang, Jawa Timur, 6521
22
2.8 Struktur Organisasi PT. Otsuka Indonesia
President Director
Vice President Director
Plant Director
Deputy Plant Director
Technical Operation QMS
QC
MPD QA Complience Production 1 Production 2 Engineering
SVP
LVP Softbag
Enteral Nutrition
LVP Plabottle
Medical Device
Theraupetical Drug
Mech & Electrical
Supporting
Phys & Chem
Biological
Laboratory & Doc
Parenteral
Non Parenteral
Registration
Compliant Handling
GMP & Doc
Supply Chain
Logistic
Warehouse
HRD & GA
Recr. & Train, Dev; IR
General Service & HSE
HR Alignment (Fact&HO)
Finance & Acct.
Accounting
Finance
IT
Audit
Validation
IMS
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Otsuka Indonesia
Keterangan:
QMS :Quality Management System
QC :Quality Control
MPD :Manufacturing Product Development
IMS :Integrated Management System
23
PT. Otsuka Indonesia, dipimpin oleh seorang President Director
dengan Head Office yang berkedudukan di Jakarta. Pabrik dari PT. Otsuka
Indonesia berlokasi di Jalan Sumber Waras No. 25, Lawang, Jawa Timur.
Plant Director membawahi dua Divisi yaitu Divisi Technical Operation dan
QMS (Quality Management System). Divisi Technical Operation
membawahi Departemen Produksi dan Departemen Engineering. Sedangkan
Divisi QMS membawahi Departemen Quality Assurance (QA), dan
Departemen Quality Control (QC). Selain departemen diatas, di pabrik PT.
Otsuka Indonesia juga terdapat Departemen HRD & GA serta Departemen
Supply Chain (SC) dan Finance and Accounting. Integrated Management
System (IMS) menggabungkan semua aspek sistem, proses, dan Standar
organisasi ke dalam satu sistem cerdas. Penggabungan ini memungkinkan
bisnis untuk merampingkan manajemennya, menghemat waktu dan
meningkatkan efisiensi dengan menangani semua elemen sistem manajemen
secara keseluruhan.
2.9 Produk PT. Otsuka Indonesia
Produk PT Otsuka Indonesia dibedakan menjadi 5, yaitu produk LVP
(Large Volume Parenteral) dalam bentuk 2 macam kemasan yaitu botol
plastik dan soft bag. Selain itu terdapat SVP (Small Volume Parenteral) yang
berbentuk ampul, Medical Equipment, Therapeutic Drug, dan Enteral
Nutrition. Namun, Secara garis besar produknya terbagi dua yaitu parenteral
(LVP, SVP, Soft bag) dan non parenteral (Medical Equipment, enteral
nutrition, theraupeutic drug.) Sediaan parenteral dosis kecil (SLV)
didefinisikan sebagai obat steril yang dikemas dalam wadah kurang dari 100
ml. Biasanya, bersiaplah untuk infeksi. Obat parenteral dosis besar (LVP)
adalah sediaan cairan steril, yang mengandung obat dalam wadah 100 ml atau
lebih, dan telah terbukti dapat digunakan oleh manusia, tetapi biasanya
merupakan sediaan infus. Berikut produk-produk yang diproduksi oleh
Otsuka tersaji pada tabel 2.1 :
24
Tabel II.2 Jenis produk yang diproduksi oleh PT. Otsuka Indonesia
Plastic bottle
No Nama Produk
1 Otsu-NS (100, 500, 1000mL)
2 Otsu-D5 (100, 500mL)
3 Otsu-D10 (500mL)
4 Otsu-D2.5,1/2NS (500mL)
5 Otsu-D5,1/4NS (500mL)
6 Otsu-D5,1/2NS (500mL)
7 Otsu-D10,1/2NS (500mL)
8 KA-EN 1B (500mL)
9 KA-EN 3A (500mL)
10 KA-EN 3B (500mL)
11 KA-EN 4A (500mL)
12 KA-EN MG3 (500mL)
13 Otsu-Salin3 (500mL)
14 Otsu-RS (500mL)
15 Otsu-RLD5 (500mL)
16 Asering (500mL)
17 Asering5 (500mL)
18 Otsutran70 (500mL)
19 Otsutran40 (500mL)
20 Martos-10 (500mL)
21 Potacol-R (500mL)
22 Otsu-manito20 (250, 500mL)
23 Sterile Water For Irrigation USP (1000mL)
Ampoule
No Nama Produk
1 Plastic ampoule
2 Otsu-NS (25mL)
25
3 Otsu-WI (25mL)
4 Otsu-D40 (25mL)
5 Otsu-KCL7.46 (25mL)
6 Otsu-MGSO4 (25mL)
7 Meylon84 (25mL)
Soft bag
No Nama Produk
1 Aminoleban INJ (500mL)
2 Aminovel 600 (500mL)
3 Amiparen INJ (500mL)
4 Kidmin (200, 500mL)
5 Pan Amin G (500mL)
6 Asering (500mL)
7 KA-EN 1B (500mL)
8 KA-EN 3A (500mL)
9 KA-EN 3B (500mL)
10 Aminofluid (500, 1000mL)
Therapeutic Drug Product Rang
No Nama Produk
1 Abilify
2 Acuatim
3 Futaful
4 Pletaal (tab)
5 Mucosta (tab)
6 Meptin (tab, Syrup, SH)
7 Meptin & Obucort Swinghaler
Enteral Nutrition
No Nama Produk
1 Proten
2 Pan-Enteral
3 Neo-Mune
26
4 Aminoleban oral
Medical Devices
No Nama Produk
1 Firebird
2 Firebird-2
3 Tango
4 Mustang
5 Jesper Coil
IV Set
No Nama Produk
1 Bloodset
2 OtsuCath
Recommended