View
3
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Bank
2.1.1.1. Pengertian Bank
Menurut Kuncoro (2012: 68) Bank merupakan
lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun
dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat
dalam bentuk kredit serta jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang. Bank memiliki fungsi sebagai penghimpun dana
masyarakat dalam bentuk simpanan yang dapat digunakan
sebagai penjamin ketersediaan dana bagi pembangunan ekonomi
suatu negara (Kasmir, 2012: 9). Kepercayaan dari masyarakat
menjadi faktor utama dalam menjalankan bisnis perbankan
terutama lembaga bank umum hal itu dikarenakan bank juga
sebagai industri yang dalam kegiatannya mengandalkan
kepercayaan masyarakat sehingga tingkat kesehatan bank juga
perlu diperhatikan (Merkusiwati, 2007).
Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai
perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak
yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang
membutuhkan dana (deficit unit) dan bank itu sendiri dianggap
sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas
pembayaran. Sebagai industri yang dalam kegiatan usahanya
mengandalkan kepercayaan masyarakat, memelihara tingkat
kesehatan dan kinerja bank menjadi penting untuk dilakukan
(Merkusiwi, 2007).
Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 10 tahun 1998 pengertian bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa bank
adalah suatu lembaga intermediasi antara pihak yang kelebihan
dana dengan pihak yang kekurangan dana, dimana tugas
pokoknya adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Bank juga
merupakan lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan
dan peredaran uang.
2.1.1.2. Jenis-jenis Bank
Jenis-jenis bank menurut Kasmir (2012:31) dapat
ditinjau dari berbagai segi, antara lain :
a. Dilihat dari Segi Fungsinya
Berdasarkan (Undang-undang Republik Indonesia
No.10 Tahun 1998) jenis perbankan terdiri dari dua jenis
yaitu :
1. Bank Umum
Pengertian bank umum sesuai dengan UU No. 10
Tahun 1998 tentang Perbankan adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa
yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat
memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum
sering disebut dengan bank komersil (commercial bank).
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah salah satu
jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha
mikro, kecil dan menengah dengan lokasi yang pada
umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang
membutuhkan.
b. Dilihat dari Segi Kepemilikannya
Menurut Kasmir (2012:31) jenis bank yang ditinjau
dari segi kepemilikannya maksudnya adalah siapa saja yang
memiliki bank tersebut. Adapun kepemilikan ini dapat dilihat
dari akta pendirian penguasa saham yang dimiliki bank
bersangkutan. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya adalah
sebagai berikut :
No Pemilik Bank Penjelasan Kepemilikan
1 Pemerintah suatu bank yang akte pendirian
maupun modalnya dimiliki oleh
pemerintah sehingga seluruh
keuntungan bank ini dimiliki oleh
pemerintah pula.
2 Swasta
Nasional
Seluruh atau sebagian besar saham
dari bank jenis ini dimiliki oleh
swasta nasional serta akte
pendiriannya pun didirikan oleh
swasta, begitu pula pembagian
keuntungan untuk keuntungan swasta
pula.
3 Asing Bank jenis ini merupakan cabang dari
bank yang ada di luar negeri baik
milik swasta asing atau pemerintah
asing.
4 Campuran Saham bank campuran dimiliki oleh
pihak asing dan pihak swasta nasional
yang secara mayoritas kepemilikan
sahamnya dipegang oleh warga
negara Indonesia.
5 Koperasi bank yang kepemilikan saham-
sahamnya dimiliki oleh perusahaan
yang berbadan hukum koperasi.
c. Dilihat dari Segi Status (Area Operasionalnya)
Dilihat dari segi kedudukan atau status
menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani
masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun
kualitas pelayanannya untuk memperoleh status tertentu
diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu. Jenis
bank dilihat dari segi status operasional adalah sebagai
berikut (menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998) :
1. Bank Devisa
Merupakan bank yang melaksanakan transaksi ke luar
negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing
secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri,
inkaso ke luar negeri, travellers cheque, pembukaan dan
pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya.
2. Bank non Devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga
tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank
devisa.
d. Dilihat dari segi Penciptaan Uang
Berdasarkan dari segi penciptaan uang, menurut
Undang-undang No. 10 Tahun 1998 bank dibedakan menjadi
2 jenis yaitu :
1. Bank Primer
Bank primer ialah bank yang dapat menciptakan uang
kartal (logam maupun kertas) dan uang giral (cek maupun
bilyet giro). Pencipta uang kartal hanya hak murtal Bank
Indonesia, sedangkan penciptaan uang giral dilakukan
oleh bank primer lainnya.
2. Bank Skunder
Bank Skunder ialah bank yang tidak menciptakan uang
kartal, bank ini hanya berperan atau bertugas sebagai
perantara kredit dan simpan pinjam saja
e. Dilihat dari segi cara Menentukan Harga
Berdasarkan cara menentukan harga, menurut
Undang-undang No. 10 Tahun 1998 bank dapat dibedakan
dalam dua jenis, yaitu :
1. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
Bank jenis ini menggunakan sistem bunga dalam
menentukan harga jual, misalnya untuk produk simpanan.
2. Bank yang berasarkan prinsip syariah
Dalam menentukan harganya, bank jenis ini
menggunakan sistem bagi hasil. Misalnya dalam
penetapan pembagian keuntungan hasil tabungan
mudarobah pada nasabah.
Dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis bank sangat
beragam jika dilihat dari segi fungsinya bank terbagi menjadi
dua yaitu bank Umum dan bank Perkreditan Rakyat (BPR)
sedangkan dilihat dari segi kepemilikannya bank bank dibagi
menjadi lima, yakni bank milik pemerintah, bank milik swasta
nasional, bank milik asing, bank milik campuran dan bank milik
koperasi. Dilihat dari segi area operasionalnya bank dibagi
menjadi dua yaitu bank devisa dan bank non devisa. Dilihat dari
segi pencipta uang bank dibagi menjadi dua yaitu bank primer
dan bank sekunder. Dilihat dari segi menentukan harga bank
dibagi menjadi dua yaitu bank konvensional dan bank syariah.
2.1.1.3. Kegiatan Bank
Kegiatan bank menurut Kasmir (2014:36) adalah
sebagai berikut :
a. Menghimpun dana dari masyarakat (Funding) dalam bentuk :
1. Simpanan Giro (Demand Deposit)
Merupakan simpanan pada bank dimana penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau
bilyet giro.
2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
Yaitu simpanan pada bank yang penarikannya dapat
dilakukan sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah
dan penarikannya dengan menggunakan slip penarikan,
buku tabungan, kartu ATM atau sarana penarikan lainnya.
3. Simpanan Deposito (Time Deposit)
Merupakan simpanan pada bank yang penarikannya
sesuai jangka waktu (jatuh tempo) dan dapat ditarik
dengan bilyet deposit atau sertifikat deposito.
b. Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk
kredit seperti :
1. Kredit Investasi adalah kredit yang diberikan kepada para
investor untuk investasi yang penggunaannya jangka
panjang
2. Kredit Modal Kerja merupakan kredit yang diberikan
untuk membiayai kegiatan suatu usaha dan biasanya
bersifat jangka pendek guna memperlancar transaksi
perdagangan.
3. Kredit Perdagangan adalah kredit yang diberikan kepada
para pedagang, baik agen-agen maupun pengecer
4. Kredit Konsumtif merupakan kredit yang digunakan
untuk dikonsumsikan atau dipakai untuk keperluan
pribadi.
5. Kredit Produktif adalah kredit yang digunakan untuk
menghasilkan barang atau jasa
c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang
(transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari
dalam kota (clearing), penagihan surat-surat berharga yang
berasal dari luar kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit,
safe deposit box, bank garansi dan jasa-jasa bank lainnya
yang merupakan jasa pendukung dari kegiatan-kegiatan
pokok bank yaitu menghimpun menyalurkan dana.
Menurut Budisantoso (2013:111) kegiatan-kegiatan
usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) adalah :
a. Menghimpun dana yang bersumber dari masyarakat dalam
bentuk tabungan, simpanan berupa deposito berjangka atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
b. Membeli kredit
c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan
prinsip syariat sesuai peraturan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia
d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), tabungan atau deposito berjangka pada bank
lain
Dapat disimpulkan bahwa selain menghimpun dan
menyalurkan dana ke masyarakat bank juga memberikan
berbagai macam jasa seperti pengiriman uang (transfer),
penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota
(clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar
kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit, safe deposit box,
dan lain-lain.
2.1.1.4. Sumber Dana Bank
Menurut Kasmir (2008:61) “sumber-sumber dana bank
adalah usaha bank dalam memperoleh dana dalam rangka
membiayai kegiatan operasinya”. Dapat dibedakan menjadi 3
sumber yaitu :
a. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri
Sumber dana ini berasal dari dalam bank, baik pemegang
saham maupun sumber lain. Sumber dana dari bank itu
sendiri terdiri dari :
b. Setoran modal dari pemegang saham
Dalam hal ini pemilik saham dapat menyetor dana atau
membeli saham yang dikeluarkan oleh perusahaan.
c. Cadangan-cadangan bank
Yaitu cadangan-cadangan laba tahun lalu yang tidak dibagi
kepada para pemegang sahamnya. Cadangan ini digunakan
untuk mengantisipasi laba tahun yang akan datang.
d. Laba bank yang belum dibagi
Merupakan laba yang belum dibagikan pada tahun yang
bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal
untuk sementara waktu.
e. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya
Dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk
membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu.
Sumber dana ini diperoleh dari pinjaman bank lain maupun
lembaga keuangan lain kepada bank.
f. Dana yang berasal dari masyarakat luas
Sumber dana ini sering disebut sumber dana pihak ketiga
yaitu sumber dana yang berasal dari masyarakat sebagai
nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito.
Sedangkan menurut Hasibuan (2009:100)
mengemukakan bahwa sumber pendapatan bank berasal dari :
a. Pendapatan bunga (Interest Income)
b. Pendapatan non bunga (Fee Based Income)
c. Bunga kredit yang disalurkan oleh bank yang bersangkutan
d. Ongkos-ongkos lalu lintas pembayaran
e. Penjualan buku cek, bilyet giro, setoran dan bilyet deposito
f. Sewa safe deposito box
g. Komisi dan provisi
h. Jual beli valas
i. Penjualan inventaris yang telah disusut habis
j. Call money market
k. Agio saham
l. Dan lain-lain
Dapat disimpulkan bahwa sumberdana bank tidak
hanya berasal dari bank itu sendiri melainkan juga dari setoran
modal pemegang saham, cadangan-cadangan bank, laba bank
yang belum dibagi dan lain-lain.
2.1.2. Fee Based Income
2.1.2.1. Pengertian Fee Based Income
Fee Based Income menurut Lapoliwa (2000:195)
dalam buku “Akuntansi Perbankan” adalah tujuan dari
pemberian jasa-jasa ini selain untuk mengembangkan pangsa
pasar bank juga untuk meningkatkan pendapatan bank dalam
bentuk komisi. Sedangkan menurut Kasmir (2012:129) Fee Base
Income adalah keuntungan yang di dapat dari transaksi yang
diberikan dalam jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan Triandaru
dan Budisantoso (2006:86) mengemukakan mengenai Fee Based
Income yaitu : “dalam rangka menambah sumber-sumber
penerimaan bagi bank serta untuk memberikan pelayanan
kepada nasabahnya, bank menyediakan berbagai bentuk jasa-
jasa. Semakin pesatnya persaingan antar bank mendorong tidak
hanya mengandalkan pada sumber penerimaannya yang utama
dari penyaluran kredit melainkan juga dari jasa-jasa yang
diberikan, penerimaan atau income yang berasal dari pemberian
jasa-jasa disebut Fee Based Income.
Dari pengertian Fee Based Income diatas dapat
disimpulkan bahwa Fee Based Income adalah keuntungan dari
transaksi dalam jasa-jasa bank diluar dari pendapatan bunga
kredit.
2.1.2.2. Sumber-sumber yang menghasilkan Fee Based Income
Menurut Dendawijaya (2009) macam-macam jasa
perbankan mencakup :
1. Jasa perbankan dalam negeri, yaitu :
a. Transfer (kiriman uang dalam negeri)
Jasa yang diberikan bank dalam pengiriman uang antar
bank atas permintaan pihak ketiga yang ditujukan kepada
penerima di tempat lain.
b. Delegasi kredit
Perintah tertulis kepada bank untuk membayarkan
sejumlah uang secara berkala kepada seseorang atau suatu
bahan dalam jumlah dan jangka waktu tertentu.
c. Inkaso
Jasa yang diberikan bank atas permintaan nasabah untuk
menagihkan pembayaran suatu atau dokumen berharga
kepada pihak ketiga di tempat lain dimana bank yang
bersangkutan mempunyai cabang atau pada bank yang
lain.
d. Bank guarantee
Pernyataan tertulis dari bank yang menyatakan
kesanggupan pihak bank untuk membayar kepada pihak
ketiga demi kepentingan nasabahnya apabila nasabah
bank tersebut tidak dapat memenuhi kewajiban atau
pembayaran sesuai dengan perjanjian.
e. Surat keterangan bank
Surat keterangan bank adalah keterangan tertulis dari
bank untuk pihak lain mengenai seorang nasabah/badan
hukum dalam hubungannya dengan bank.
f. Safe deposit box (SDB)
Suatu jasa yang diberikan bank dalam penyimpanan
barang-barang berharga dan surat-surat berharga.
g. Latter or credi dalam negeri
Suatu jaminan bersyarat dari bank pembuka L/C untuk
membayarkan wesel-wesel yang ditarik oleh beneficiary
sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan di
dalam L/C.
h. ATM (Automated Teller Machine)
Suatu sistem pelayanan yang diberikan bank kepada
nasabahnya secara elektronik dengan menggunakan
komputer untuk mengupayakan penyelesaian-
penyelesaian secara otomatis dari sebagian fungsi yang
biasanya dilakukan oleh teller.
i. Kartu bank
Kartu plastik yang dikeluarkan bank yang diberikan
kepada nasabah pemegang rekening giro dan tabungan
bank untuk kemudahan nasabah dalam melakukan
transaksi keuangan yang diperkenankan oleh bank.
j. Fasilitas on line
Sistem pengiriman uang (rupiah) secara elektronik dari
salah satu cabang otomatis ke cabang otomatis lainnya
dengan menggunakan jaringan on line komputer,
sehingga kiriman uang dapat diterima oleh penerima uang
dalam waktu beberapa detik.
2. Jasa perbakan luar negeri, yaitu :
a. Transfer luar negeri
Kiriman uang dari atau keluar negeri yang dilakukan bank
atas permintaan nasabah dengan menggunakan telex,
mall, dan draft.
b. Draft
Surat perintah bayar tidak bersyarat yang diterbitkan oleh
bank kepada korespondennya untuk dibayarkan kepada
seseorang atau perusahaan.
c. Collection
Tagihan untuk membayar dari seseorang atau perusahaan
di luar negeri kepada seseorang atau perusahaan diluar
negeri (atau sebaliknya) atas suatu surat atau dokumen
berharga melalui bank.
d. Garansi bank
Suatu jaminan yang diberikan bank yang menyatakan
bahwa pihak bank memberikan jaminan untuk memenuhi
kewajiban apabila yang dijamin dikemudian hari ternyata
gagal atau tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada
pihak lain sesuai dengan perjanjian.
e. Traveler Cheks (TC)
Check untuk berpergian yang dapat ditukarkan dengan
uang tunai ditempat cabang yang ditunjuk sehingga
nasabah akan lebih aman jika berpergian.
f. Transaksi ekspor/impor
Perdagangan dari dalam ke luar negeri, sedangkan
transaksi impor adalah perdagangan dari luar negeri ke
dalam negeri.
3. Kegiatan dan jasa perbankan lainnya, yaitu :
a. Kegiatan money market (pasar uang)
Kegiatan yang bersifat abstrak (tidak ada transaksi secara
tunai ataupun derivatif di bursa efek melalui perantara
broker/pialang). Bursa efek adalah sarana atau tempat
untuk mempertemukan permintaan dana (emiten) dan
penawar dana (investor) terhadap dana jangka panjang
dalam bentuk efek.
b. Kegiatan foreign exchange (forex)
Kegiatan bank dalam melakukan pertukaran atau jual beli
mata uang asing atau valuta asing (valas).
c. Kegiatan pasar modal (capital market)
Kegiatan bank dalam melakukan jual beli saham, obligasi,
ataupun derivatif di bursa efek melalui perantara
(broker/pialang). Bursa efek adalah sarana atau tempat
untuk mempertemukan permintaan dana (emiten) dan
penawar dana (investor) terhadap dana jangka panjang
dalam bentuk efek.
d. Layanan custody (custodian service)
Layanan terpadu atas kegiatan transaksi efek yang
dilakukan nasabah yang meliputi : layanan penyimpanan
(safe keeping service), layanan transaksi (trade dearing
service), dan layanan informasi (information service).
e. Layanan broker (brokerage service)
Layanan jasa bank yang diberikan kepada nasabah untuk
melakukan jual beli saham, obligasi, sertifikat danareksa,
dan surat berharga lainnya di bursa efek.
f. Gold card
Kredit yang dikeluarkan bank dengan bekerja sama
dengan penerbit kartu kredit diluar negeri untuk
mengkombinasikan fasilitas gold card dari penerbit itu
(termasuk transaksi dalam valas) dengan jasa-jasa yang
diberikan oleh bank.
Menurut Kasmir (2012) beberapa keuntungan yang
didapat dari beberapa sumber Fee Based Income bank seperti :
a. Perolehan yang didapat mengandung kepastian karena
berasal dari jasa-jasa yang telah diberikan seperti transfer,
delegasi kredit, inkaso, safe deposit box (SDB), fasilitas
online dan lain-lain.
b. Memperlancar transaksi simpanan yang ada di dunia
perbankan karena penghasilan yang diperoleh dari Fee
Based Income lebih banyak.
c. Ragam penghasilan lebih banyak karena komisi tidak hanya
berasal dari jasa perbankan dalam negeri tetapi juga berasal
dari jasa perbankan luar negeri.
Dapat disimpulkan bahwa banyak sekali sumber-
sumber yang menghasilkan Fee Based Income bukan hanya dari
jasa perbankan dalam dan luar negeri saja tetapi juga dari
kegiatan dan jasa perbankan lainnya seperti kegiatan pasar uang,
pasar modal, layanan broker, layanan custody dan lain-lain.
2.1.2.3. Unsur-unsur Fee Based Income
Menurut Widjarnarto (2004:23.1) Fee Based Income
merupakan pendapatan operasional non bunga, maka unsur-
unsur pendapatan operasional yang masuk kedalamnya adalah :
a. Pendapatan atas provisi dan komisi
Yang dimasukkan ke pos ini adalah provisi dan komisi yang
dipungut atau diterima oleh bank dari berbagai jasa keuangan
yang dilakukan, seperti provisi kredit, provisi transfer, komisi
pembelian/penjualan efek-efek dan lain-lain.
b. Pendapatan dari hasil transaksi valuta asing
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah keuntungan yang
diperoleh bank dari berbagai transaksi devisa, misalnya
selisih kurs pembelian/penjualan valuta asing, selisih kurs
karena konversi provisi, komisi, dan bunga yang diterima dari
bank-bank di luar negeri.
c. Pendapatan operasional lainnya
Yang dimasukkan ke pos ini adalah pendapatan lain yang
merupakan hasil langsung dari kegiatan lainnya yang
merupakan kegiatan operasional bank yang tidak termasuk
kedalam rekening pendapatan diatas, misalnya dividen yang
diterima dari saham yang dimiliki.
Menurut IAI dalam PSAK No. 31 (2004:31.7) yang
menyatakan bahwa Fee Based Income disusun sebagai bagian
dari “pendapatan dan beban lainnya” dengan pos-pos :
a. Provisi dan komisi yang diterima selain dari pemberian
kredit, diantaranya yaitu provisi transfer, provisi dari Safe
deposit box (SDB), komisi pembelian atau penjualan, dan
lain-lain.
b. Pendapatan lain, diantaranya yaitu transaksi ekspor/impor,
traveler checks (TC), inkaso dan lain-lain
Dapat disimpulkan bahwa pendapatan yang termasuk
kedalam Fee Based Income diantaranya pendapatan atas provisi
dan komisi, pendapatan dari hasil transaksi valuta asing, dan
pendapatan operasional lainnya.
2.1.2.4. Perhitungan Fee Based Income
Menurut Djuarni dan Awaludin (2013) sebagai
indikator yang digunakan untuk menghitung Fee Based Income
(FBI) dapat dilihat dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Tingkat Fee Based Income (FBI) merupakan indikator
yang digunakan untuk mengukur jumlah dari Fee Based Income
(FBI), sedangkan Fee Based Income (FBI) periode X merupakan
jumlah Fee Based Income (FBI) pada bulan laporan, yaitu
keseluruhan jasa perbankan yang didapat pada bulan laporan.
Sedangkan jumlah Fee Based Income (FBI) selama 4 periode
adalah keseluruhan jumlah Fee Based Income (FBI) selama 4
periode laporan (4 tahun).
2.1.3. Loan to Deposit Ratio
2.1.3.1. Pengertian Loan to Deposit Ratio
Menurut Dendawijaya, Lukman (2001) Loan to
Deposit Ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan
bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan
deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh
pemberian kredit kepada nasabah, kredit dapat mengimbangi
kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan
FBI Periode X
Tingkat FBI = x 100%
Jumlah FBI Selama 4 Periode
yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh
bank untuk memberikan kredit. Menurut Mulyono (2001:101)
Loan to Deposit Ratio merupakan rasio perbandingan antara
jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat (kredit) dengan
jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.
Sedangkan menurut Martono (2002:82) menyatakan bahwa
Loan to Deposit Ratio adalah rasio untuk mengetahui
kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada
nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit
yang telah diberikan kepada para debiturnya.
Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan
kemampuan dari suatu bank. Menurut Kasmir (2014:225), batas
aman dari Loan to Deposit Ratio suatu bank adalah sekitar 80%.
Namun batas maksimal adalh 110%.. Batas maksimum rasio ini
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Informasi yang disampaikan
kepada direksi dalam laporan ekspansi kredit adalah realisasi
LDR dibandingkan dengan ketentuan yang ditetapkan apakah
terdapat pelampauan. Semakin besar rasio antara kredit terhadap
dana pihak ketiga, akan berpengaruh negatif terhadap penilaian
kesehatan bank oleh Bank Indonesia.
Dari pengertian LDR menurut para ahli diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa LDR adalah rasio yang mengukur
sejauh mana kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan
kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin
tinggi rasio ini maka semakin rendahnya likuiditas bank yang
bersangkutan. Namun sebaliknya, jika semakin rendah rasio
LDR maka semakin tinggi likuiditas bank yang bersangkutan.
2.1.3.2. Fungsi Loan to Deposit Ratio
Loan to Deposit Ratio pada saat ini berfungsi sebagai
indikator intermediasi perbakan. Begitu pentingnya arti Loan to
Deposit Ratio bagi perbakan maka angka Loan to Deposit Ratio
pada saat ini telah dijadikan persyaratan menurut (Dendawijaya
dan Lukman, 2003) antara lain :
1) Sebagai salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan
bank.
2) Sebagai salah satu indikator kriteria penilaian Bank Jangkar
(LDR minimum 50%).
3) Sebagai faktor penentu besar kecilnya Giro Wajib Minimum
(GWM) sebuah bank.
4) Sebagai salah satu persyaratan pemberian keringanan pajak
bagi bank yang akan merger.
5) Loan to Deposit Ratio memberikan indikasi mengenai
jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk
kredit.
Menurut Dendawijaya dan Lukman (2003), Loan to
Deposit Ratio menggambarkan seberapa jauh kemampuan bank
dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan
deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya. Sebagian praktisi perbakan menyepakati
bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 85%.
Menurut ketentuan bank sentral batas aman Loan to Deposit
Ratio adalah 110% (Simorangkir, 2000:147). Sedangkan
menurut Kasmir (2003) batas toleransi berkisar antara 85-100%.
Dapat disimpulkan bahwa fungsi Loan to Deposit ratio
adalah sebagai salah satu indikator untuk menilai tingkat
kesehatan bank, sebagai salah satu indikator yang digunakan
sebagai kriteria penilaian bank Jangkar, sebagai faktor penentu
jumlah Giro Wajib Minimum dan lain-lain.
2.1.3.3. Perhitungan Loan to Deposit Ratio
Perhitungan Loan to Deposit Ratio dalam penelitian ini
menggunakan rumus Dendawijaya (2003), besarnya LDR dapat
dihitung sebagai berikut :
Kredit adalah kredit yang diberikan kepada pihak
ketiga, sedangkan dana pihak ketiga mencakup giro, tabungan,
deposito (tidak termasuk giro dan deposito antar bank). Semakin
besar rasio ini mengindikasikan semakin agresif likuiditasnya,
sebaliknya semakin kecil rasio ini juga semakin besar dana dari
Jumlah Kredit yang Diberikan
LDR = x 100%
Total Dana Pihak Ketiga
pihak ketiga yang tidak digunakan untuk penempatan kredit
(banyak dana menganggur).
2.1.4. Capital Adequacy Ratio
2.1.4.1. Pengertian Capital Adequacy Ratio
Menurut Hasibuan (2009:58) Capital Adequacy Ratio
adalah salah satu cara untuk menghitung apakah modal yang ada
pada suatu bank telah memadai atau belum. Menurut Kasmir
(2014:46) Capital Adequacy Ratio adalah perbandingan rasio
antara modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko dan
sesuai ketentuan pemerintah. Sedangkan menurut Darmawi
(2011:91) salah satu komponen faktor permodalan adalah
kecukupan modal, rasio untuk menguji kecukupan modal bank
yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR). Perhitungan Capital
Adequacy Ratio didasarkan pada prinsip bahwa setiap
penanaman yang mengandung risiko harus disediakan jumlah
modal sebesar presentase tertentu terhadap jumlah
penanamannya. Bank yang termasuk bank sehat, apabila
memiliki CAR paling sedikit sebesar 8% sesuai dengan standar
Bank for International Settlements (BIS).
Dari pengertian CAR diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva
yang mengandung atau menghasilkan risiko, Semakin besar
Capital adequacy rasio (CAR) maka keuntungan bank juga
semakin besar. Dengan kata lain, semakin kecil rasio suatu bank
maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank.
2.1.4.2. Pengukuran Capital Adequacy Ratio
Manullang (2002) menyatakan bahwa rasio
permodalan yang lazim digunakan untuk mengukur kesehatan
bank adalah Capital Adequacy Ratio, besarnya Capital
Adequacy Ratio diukur dari rasio antar modal sendiri terhadap
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Rasio kecukupan
modal yang disebut juga dengan Capital Adequacy Ratio (CAR)
mencerminkan kecukupan modal yang dimiliki bank untuk
menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko.
Tingkat Capital Adequacy Ratio akan sangat mempengaruhi
kepercayaan masyarakat terhadap bank, tingkat Capital
Adequacy Ratio yang ideal akan meningkatkan minat
masyarakat untuk menyimpan dananya di bank sehingga bank
bisa memenuhi kecukupan dana untuk melakukan kegiatan
operasionalnya.
Standar ukur Capital Adequacy Ratio Sesuai dengan
SE BI No. 26/5BPPP tanggal 29 Mei 1993 :
a. Besarnya Capital Adequacy Ratio yang harus dicapai oleh
suatu bank minimal 8%.
b. Bank sehat dengan klasifikasi A jika memiliki CAR lebih
dari 4%
c. Bank take over atau dalam penyehatan oleh BPPN (Badan
Penyehatan Perbakan Nasional) dengan klarifikasi B jika
bank tersebut memiliki CAR antara -25% sampai dengan <
dari 4%
d. Bank beku operasi (BBO) dengan klasifikasi C jika memiliki
CAR kurang dari -25%. Bank dengan klasifikasi C inilah
yang dilikuidasi (Faisal,2003).
Dapat disimpulkan bahwa Capital Adequacy Ratio
memiliki standar pengukuran atau target minimal Capital
Adequacy Ratio sebesar 8%.
2.1.4.3. Perhitungan Capital Adequacy Ratio
Perhitungan Capital Adequacy Ratio dalam penelitian
ini berdasarkan Surat Keputusan DIR BI No. 30/12/KEP/DIR
tanggal 30 April 1997 CAR minimal 8% perhitungan rasio CAR
(Rifai, 2007) adalah sebagai berikut :
Modal adalah jumlah modal inti dari modal pelengkap
sedangkan ATMR adalah aktiva tertimbang menurut resiko.
2.1.5. Profitabilitas
2.1.5.1. Pengertian Profitabilitas
Menurut Sartono (2010:122) definisi rasio
profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
Modal
Capital Adequacy Ratio (CAR) = x 100%
ATMR
dalam hubungannya dengan penjualan,total aktiva, maupun
modal sendiri. Bagi investor jangka panjang akan sangat
berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini. Menurut
Kasmir (2014 : 115) definisi rasio profitabilitas merupakan rasio
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan
oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan
investasi. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001:35)
mendefinisikan profitabilitas merupakan kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan laba selama satu periode
tertentu.
Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan dan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh
laba yang hubungannya dengan penjualan, aktiva maupun
investasi.
2.1.5.2. Tujuan dan Manfaat Profitabilitas
Tujuan penggunaan rasio profitabilitas menurut Kasmir
(2014:197), adalah:
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh
perusahaan dalam satu periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya
dengan tahun sekarang.
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri.
5. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri.
6. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan
yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Manfaat yang diperoleh rasio profitabilitas menurut
Kasmir (2014:198), yaitu:
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode.
2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya
dengan tahun sekarang.
3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Mengtahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri.
5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa Profitabitas merupakan rasio
yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari laba atau keuntungan.
2.1.5.3. Perhitungan Profitabilitas
Dendawijaya (2009:118) berpendapat bahwa analisis
ratio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai
oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam
kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat
kesehatan bank. Adapun jenis-jenis rasio profitabilitas menurut
Fahmi (2013:135) yaitu :
a. Net Profit Margin (NPM)
Rasio yang digunakan untuk menilai dan mengukur
kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih dari penjualan yang dilakukan perusahaan. Adapun
rumus untuk menghitung NPM menurut Fahmi (2013:135)
yaitu :
b. Return on Asset (ROA)
Rasio yang digunakan untuk menilai presentase keuntungan
(laba) yang diperoleh perusahaan terkait sumber daya atau
total aset sehingga efisiensi suatu perusahaan dalam
mengelola asetnya bisa terlihat dari presentase rasio ini.
Laba bersih
NPM = x 100%
Total Pendapatan
Adapun rumus untuk menghitung ROA menurut Fahmi
(2013:135) yaitu :
c. Return on Equity (ROE)
Rasio yang memperlihatkan kemampuan dari perusahaan
untuk mendapatkan laba setelah bunga dan pajak dengan
memakai modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan.
Adapun rumus untuk menghitung ROE menurut Fahmi
(2013:135) yaitu :
d. Gross Profit Margin (GPM)
Rasio untuk menilai presentase laba kotor terhadap
pendapatan yang dihasikan dari penjualan. Adapun rumus
untuk menghitung GPM menurut Fahmi (2013:135) yaitu :
e. Return on Sales Ratio (ROSR)
Rasio yang menampilkan tingkat keuntungan perusahaan
setelah pembayaran biaya-biaya variabel produksi seperti
Laba bersih setelah pajak
ROA = x 100%
Total Asset
Laba bersih setelah pajak
ROE = x 100%
Ekuitas
Total Penjualan – Harga Pokok Penjualan
GPM = x 100%
Total Penjualan
upah pekerja, bahan baku, dan lain-lain sebelum dikurangi
pajak dan bunga. Adapun rumus untuk menghitung ROSR
menurut Fahmi (2013:135) yaitu :
f. Return on Investment (ROI)
Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan terhadap jumlah aktiva yang
tersedia di perusahaan. Adapun rumus untuk menghitung
ROI menurut Fahmi (2013:135) yaitu :
g. Earning Per Share (EPS)
Rasio yang menilai tingkat kemampuan per lembar saham
dalam menghasilkan laba untuk perusahaan. Adapun rumus
untuk menghitung EPS menurut Fahmi (2013:135) yaitu :
Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas yang
digunakan adalah return on asset (ROA) karena ROA
merupakan rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan
Laba Sebelum pajak dan Bunga
ROSR = x 100%
Penjualan
Laba Atas Investasi
ROI = x 100%
Investasi Awal
Laba Bersih Setelah Pajak – Deviden Saham Preferen
EPS = x 100%
Jumlah Saham Biasa yang Beredar
perusahaan menghasilkan laba dari penggunaan seluruh sumber
daya atau asetnya. Rasio ini juga digunakan untuk menilai
kualitas dan kinerja perusahaan oleh karena itu rasio ini
dianggap lebih baik dari rasio lainnya dalam mengukur tingkat
kesehatan bank dalam mewujudkan profitabilitas.
2.2. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan, referensi
juga perbandingan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti
(Tahun)
Judul Hasil pembahasan
1 Anggadini
(2010)
Analisis Fee Based
Income dampaknya
terhadap Profitabilitas
Hasil penelitian, Fee
Based Income
berpengaruh terhadap
profitabilitas.
2 Pasabiru dan
Sari (2011)
Analisis tingkat
kecukupan modal dan
Loan to Deposit Ratio
terhadap Profitabilitas
Dari uji t statistik
diperoleh Ha diterima,
yang artinya ada pengaruh
antara LDR dengan
Profitabilitas (ROA).
3 Nu’man (2009) Analisis pengaruh
CAR, NIM, LDR,
NPL, BOPO dan
EAQ terhadap
perubahan laba (studi
empiris pada bank
umum di indonesia
periode laporan
keuangan 2004-2007)
Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa
hanya LDR dan NPL saja
yang mempunyai
pengaruh yang signifikan
terhadap perubahan laba.
CAR, NIM, BOPO, dan
EAQ tidak berpengaruh
signifikan terhadap
perubahan laba.
4 Susianis (2012) Pengaruh Loan to
Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio
(LDR) mempunyai
terhadap Profitabilitas
BRI unit di kantor
cabang Tulung agung
hubungan yang sangat
kuat terhadap profitabilitas
bank, nilai koefisien
korelasi positif berarti
bahwa apabila Loan to
Deposit Ratio (LDR) bank
meningkat, maka
profitabilitas bank juga
ikut meningkat
5 Suhardito, el al
(1999)
Analisis kegunaan
ratio-ratio keuangan
dalam memprediksi
perubahan laba emiten
dan industri
perbankan di BES
Hanya ROA yang
mempengaruhi perubahan
laba, sementara CAR,
CRR dan ROE tidak
berpengaruh terhadap
perubahan laba
2.3. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran adalah kontruksi berfikir yang bersifat logis
dengan argumen yang konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah
berhasil disusun (Santoso,2015). Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka
variabel dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu kerangka
pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Berdasarkan kerangka penelitian diatas, penelitian ini memiliki 3
variabel independen yakni Fee Based Income (X1), Loan to Deposit Ratio
(X2), Capital Adequency Ratio (X3). Sedangkan variabel dependen yang
terpengaruhi dalam penelitian ini ialah Profitabilitas (Y).
Fee Based Income memiliki hubungan terhadap Loan to Deposit Ratio
dan Capital Adequacy Ratio. Fee Based Income adalah keuntungan yang di
dapat dari transaksi yang diberikan dalam jasa-jasa bank lainnya. Sehingga
dengan adanya pendapatan tersebut maka akan mempermudah bank dalam
memenuhi kewajiban atau disebut dengan likuiditas, untuk mengukur tingkat
likuiditas tersebut dengan menggunakan Loan to Deposit Ratio. Selain itu
untuk menjaga tingkat profitabilitas yang tinggi juga diperlukan kecukupan
modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal
Fee Based Income
(X1)
Loan to Deposit Ratio
(X2)
Capital Adequency Ratio
(X3)
Profitabilitas
(Y)
yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi,
mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul sehingga
dapat bepengaruh terhadap besarnya modal atau disebut dengan Capital
Adequacy Ratio.
2.4. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2017), hipotesis ialah segala jawaban sementara
atas masalah penelitian, dimana setiap perumusan masalah sudah dinyatakan
dengan bentuk kalimat tanya. Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan
teori, maka hipotesis untuk penelitian ini adalah :
2.4.1. Pengaruh Fee Based Income terhadap Profitabilitas pada PT. Bank
Central Asia Tbk (BCA)
Menurut Kamsir (2012:129). Fee Base Income adalah
keuntungan yang di dapat dari transaksi yang diberikan dalam jasa-jasa
bank lainnya . Sedangkan Triandaru dan Budisantoso (2006:86) Fee
Based Income yaitu : “dalam rangka menambah sumber-sumber
penerimaan bagi bank serta untuk memberikan pelayanan kepada
nasabahnya, bank menyediakan berbagai bentuk jasa-jasa. Semakin
pesatnya persaingan antar bank mendorong tidak hanya mengandalkan
pada sumber penerimaannya yang utama dari penyaluran kredit
melainkan juga dari jasa-jasa yang diberikan, penerimaan atau income
yang berasal dari pemberian jasa-jasa disebut Fee Based Income.
Hubungan Fee Based Income dengan profitabilitas yaitu
dengan adanya meningkatnya Fee Based Income maka dapat
meningkatkan pendapatan bank dengan cara menjual jasa-jasa bank
seperti kiriman uang, kliring, inkaso dan lain sebagainya sehingga
profitabilitas bank juga akan ikut meningkat.
Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Anggadini,
2010) menguji pengaruh Fee Based Income dampaknya terhadap
Profitabilitas (Studi kasus pada PT. Bank Negara Indonesia. Tbk) dari
hasil penelitiannya menyatakan bahwa Fee Based Income berpengaruh
terhadap profitabilitas. Sedangkan hasil penelitian Abraham (2019)
menyatakan bahwa variabel Fee Based Income tidak berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas (ROA).
Melihat dari beberapa hasil penelitian dan uraian diatas, maka
hipotesis pertama yang diajukan adalah sebagai berikut :
H01 : Fee Based Income tidak berpengaruh terhadap profitabilitas
pada PT. Bank Central Asia Tbk (BCA)
Hₐ1 : Fee Based Income berpengaruh terhadap profitabilitas pada
PT. Bank Central Asia Tbk (BCA)
2.4.2. Pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap Profitabilitas pada PT.
Bank Central Asia Tbk (BCA)
Menurut Dendawijaya, Lukman (2001) Loan to Deposit Ratio
(LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan
kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain,
seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah, kredit dapat
mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan
deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh
bank untuk memberikan kredit. Rasio ini juga merupakan indikator
kerawanan dan kemampuan dari suatu bank.
Jumlah Loan to Deposit Ratio dapat mempengaruhi kenaikan
ataupun penurunan profitabilitas. Dengan mengetahui jumlah Loan to
Deposit Ratio maka, akan dapat mengetahui tinggi atau rendahnya
likuiditas sautu bank. Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio maka
semakin rendahnya likuiditas bank. Namun sebaliknya, semakin rendah
Loan to Deposit Ratio maka semakin tinggi likuiditas suatu bank.
Meskipun bukan tolak ukur yang utama, namun Loan to Deposit Ratio
tetap dijadikan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk menilai
profitabilias suatu bank.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Pasabiru dan Sari,
2011) menguji tingkat kecukupan modal dan Loan to Deposit Ratio
terhadap Profitabilitas. hasil penelitiannya menyatakan dari uji t statistik
diperoleh Ha diterima, yang artinya ada pengaruh antara LDR dengan
Profitabilitas (ROA). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi,
et al (2015) dimana menunjukkan bahwa nilai t hitung untuk variabel
Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 0,305 dengan nilai signifikan
sebesar 0,761 lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 maka Loan to
Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh secara parsial terhadap
Profitabilitas.
Dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis kedua yang
diajukan ialah sebagai berikut
H02 : Loan to Deposit Ratio tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas pada PT. Bank Central Asia Tbk (BCA)
Hₐ2 : Loan to Deposit Ratio berpengaruh terhadap profitabilitas
pada PT. Bank Central Asia Tbk (BCA)
2.4.3. Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Profitabilitas pada PT.
Bank Central Asia Tbk (BCA)
Capital Adequacy Ratio adalah kecukupan modal yang
menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang
mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi,
mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang
dapat berpengaruh terhadap besarnya modal. Perhitungan Capital
Adequacy Ratio didasarkan pada prinsip bahwa setiap penanaman yang
mengandung risiko harus disediakan jumlah modal sebesar presentase
tertentu terhadap jumlah penanamannya. Bank yang termasuk bank
sehat, apabila memiliki CAR paling sedikit sebesar 8% sesuai dengan
standar Bank for International Settlements (BIS).
Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio maka profitabilitas
suatu bank akan tinggi pula. Adanya Capital Adequacy Ratio juga dapat
memantau manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur,
mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat
berpengaruh terhadap besarnya modal.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh (Gustiayu dan
Nyoman, 2018) menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non
Performin Loan, Loan to Deposit Ratio terhadap Return On Aset.
Hasilnya Capital Adequacy Ratio berpengaruh positif dan signifikan
terhadap return on aset (ROA). Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Haryanto (2016) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara CAR terhadap profitabilitas (ROA). Berdasarkan
uraian tersebut diatas, maka hipotesis ketiga yang diajukan adalah
sebagai berikut
H03 : Capital Adequacy Ratio tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas pada PT. Bank Central Asia Tbk (BCA)
Hₐ3 : Capital Adequacy Ratio berpengaruh terhadap profitabilitas
pada PT. Bank Central Asia Tbk (BCA)
2.4.4. Pengaruh Fee Based Income, Loan to Deposit Ratio, dan Capital
Adequacy Ratio terhadap Profitabilitas pada PT. Bank Central Asia
Tbk (BCA)
Adanya Fee Based Income, Loan to Deposit Ratio dan Capital
Adeacy Ratio maka akan mempermudah bank dalam mendeteksi
kesehatan dari bank tersebut. Seletah mengetahui hubungan masing-
masing variabel independen dengan variabel dependen diatas maka,
dapat disimpulkan bahwa Fee Based Income, Loan to Deposit Ratio dan
Capital Adequacy Ratio memiliki hubungan yang searah terhadap
Profitabilitas. Maknanya ketiga variabel tersebut sangat mempengaruhi
tingkat kesehatan bank tentunya juga mempengaruhi tingkat
profitabilitas suatu bank.
H04 : Fee Based Income, Loan to Deposit Ratio, dan Capital Adequacy
Ratio tidak berpengaruh terhadap profitabilitas pada PT. Bank
Central Asia Tbk (BCA)
Hₐ4 : Fee Based Income, Loan to Deposit Ratio, dan Capital Adequacy
Ratio berpengaruh terhadap profitabilitas pada PT. Bank
Central Asia Tbk (BCA)
102
Recommended