View
13
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sarapan
2.1.1 Pengertian Sarapan
Makan pagi atau sarapan pagi mempunyai peranan
penting dalam memenuhi kebutuhan energi anak sekolah,
karena dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan
memudahkan menyerap pelajaran di sekolah, sehingga
prestasi belajar menjadi baik. Pada umumnya sarapan
menyumbangkan energi sebesar 25% dari kebutuhan gizi
sehari (Azwar, 2002). Sarapan pagi bagi anak usia sekolah
sangat penting, karena pada waktu sekolah anak-anak banyak
melakukan aktivitas yang membutuhkan energi cukup besar.
Peranan sarapan penting dalam memenuhi kebutuhan energi
anak sekolah, karena dapat memudahkan mereka menyerap
pelajaran di sekolah. Untuk anak-anak yang masih sekolah,
sarapan merupakan sumber energi untuk kegiatan aktivitas
dan belajar di sekolah (Sartika, 2012).
Sarapan merupakan makanan yang dikonsumsi sebelum
atau pada awal kegiatan sehari-hari, dalam waktu dua jam
setelah bangun tidur, biasanya tidak lewat dari jam 10.00 dan
memberi asupan kalori sekitar 20 - 35% dari total kebutuhan
10
energi harian (Giovannini, 2008). Sarapan pagi akan mengisi
cadangan energi selama kegiatan belajar yang berlangsung
sekitar 8 - 10 jam dan akan diisi kembali pada saat makan siang
(Sartika, 2012). Sarapan pagi hendaknya dilakukan supaya
dapat mendukung konsentrasi belajar dan memberikan
kontribusi penting beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh
dalam proses fisiologis (Khomsan A, 2004). Sarapan pagi
diharapkan dapat menjaga penyediaan kalori untuk
dipergunakan 2 jam pertama pagi hari sebelum waktunya
makanan kecil kira-kira pukul 10.00, yang akan meningkatkan
lagi kalori yang mungkin sudah berkurang sesudah digunakan
(Moehji S, 2003).
2.1.2 Manfaat sarapan
Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap
orang. Makan pagi bagi orang dewasa dapat memelihara
ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan
meningkatkan produktivitas kerja. Makan pagi bagi anak
sekolah dapat meningkatkan konsentrasi dan prestasi belajar
menjadi baik (Depkes, 1995). Menurut Khomsan (2010) ada 2
manfaat yang diperoleh kalau seseorang melakukan sarapan
pagi, antara lain:
1. Sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap
digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Dengan
11
kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan
konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak
positif untuk meningkatkan produktifitas.
2. Pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi
penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh
seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Ketersediaan
zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis
dalam tubuh.
Yudi (2008) mengatakan bahwa ada beberapa manfaat
makan pagi antara lain memberi energi untuk otak. Sarapan
dapat membantu meningkatkan daya ingat dan konsentrasi
sebelum tiba waktunya makan siang, sebagai pengganti waktu
malam yang tidak terisi oleh makanan. Setelah tidur selama
kurang lebih 8 jam, maka zat gula dalam tubuh akan menurun,
hal itu dapat digantikan dengan mengkonsumsi karbohidrat
ketika sarapan.
Hal ini senada dengan pendapat Gomo (2010), bahwa
sarapan dapat meningkatkan stamina kerja, konsentrasi
belajar, kenyamanan kerja dan belajar. Sarapan dapat
mencegah konstipasi, hipoglikemia, pusing, gangguan
stamina, kognitif dan kegemukan.
Sarapan pagi bermanfaat untuk konsentrasi belajar,
mekanisme sarapan pagi yaitu selama proses pencernaan,
12
karbohidrat di dalam tubuh dipecah menjadi molekul-molekul
gula sederhana yang lebih kecil, seperti fruktosa, galaktosa dan
glukosa. Glukosa ini merupakan bahan bakar otak sehingga
dapat membantu dalam mempertahankan konsentrasi,
meningkatkan kewaspadaan, dan memberi kekuatan untuk
otak (Parreta, 2009).
2.1.3 Efek Negatif Tidak Membiasakan Sarapan Pada Anak
Anak yang tidak sarapan mempunyai risiko terhadap
status gizi. Status gizi yang buruk pada anak akan memberikan
dampak anak menderita gangguan mental, sukar
berkonsentrasi, rendah diri dan prestasi belajar menjadi rendah
karena hambatan terhadap pertumbuhan otak dan tingkat
kecerdasan (Moehji, 2003). Salah satu penyebab terjadinya
status gizi yang buruk adalah rendahnya asupan zat gizi. Anak
yang tidak sarapan akan cenderung mengkonsumsi makanan
jajanan di sekolah yang kualitas gizinya tidak terjamin. Jajan
yang terlalu sering dapat mengurangi nafsu makan anak di
rumah. Selain itu banyak makanan jajanan yang kurang
memenuhi syarat kesehatan sehingga akan mengganggu
kesehatan anak, seperti terserang penyakit saluran
pencernaan dan dapat timbul penyakit-penyakit lainnya yang
diakibatkan pencemaran bahan kimiawi (Rossa, 2014).
13
Penyakit saluran pencernaan yang sering diderita oleh
anak sekolah dasar salah satunya adalah diare. Hal itu
dimungkinkan karena anak-anak banyak yang membeli
makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar
lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah
dasar cenderung memiih jenis jajanan yang murah, biasanya
makin rendah harga suatu barang atau jajanan makin rendah
pula kualitasnya seperti digunakannya bahan-bahan makanan
yang kurang baik dan biasanya sudah tercemar oleh kuman.
Itulah sebabnya anak-anak yang suka jajan sering terkena
penyakit diare. Penyakit diare masih sering menimbulkan
kejadian luar biasa dengan jumlah penderita yang banyak
dalam kurun waktu yang singkat. Biasanya masalah diare
timbul karena kurang kebersihan terhadap makanan. Saat ini
banyak anak yang terkena diare karena pada umumnya anak-
anak tidak menghiraukan kebersihan makanan yang dimakan.
Anak usia sekolah pada umumnya belum tentu paham akan arti
kesehatan bagi tubuhnya (Saroso, 2009).
Sebagian besar makanan jajanan terbuat dari karbohidrat
sehingga lebih tepat sebagai snack antar waktu makan, bukan
sebagai pengganti makanan utama. Makanan jajanan yang
dibeli atau dikonsumsi banyak mengandung energi dan lemak
seperti makanan gorengan dan lain-lain yang berpeluang
14
menjadi gemuk atau status gizi lebih, sedangkan jika makanan
jajanan yang dibeli seperti makanan ringan, es, permen maka
anak ini merupakan anak yang rendah gizi terutama kalori
sehingga kalau ini dikonsumsi tiap hari maka gizi anak akan
menjadi kurang (Rossa, 2014).
Makanan jajanan diluar seringkali tidak memperhatikan
mutu gizi, kebersihan dan keamanan pangan. Tidak sedikit
masalah yang timbul akibat orang tua kurang peduli terhadap
makanan yang dikonsumsi anak di sekolah. Makanan yang
tidak aman dan tidak bergizi menimbulkan penyakit, seperti
diare bahkan kanker dan dapat mengakibatkan tidak
tercapainya angka kecukupan gizi (Alamin, 2014).
2.1.4 Konsentrasi
1. Pengertian Konsentrasi
Pentingnya sarapan yang telah dikemukakan pada
penjelasan sebelumnya berimbas pada tingkat konsentrasi
seseorang, karena nutrisi yang dikonsumsi seseorang pada
saat sarapan dapat menjadi bahan bakar otak sehingga dapat
membantu dalam mempertahankan konsentrasi.
Menurut Slameto (2003) konsentrasi adalah pemusatan
pikiran pada suatu hal dengan cara mengesampingkan hal-hal
lain yang tidak berhubungan. Ketika seseorang sedang
berkonsentrasi, objek yang difokuskan hanya objek yang
15
menjadi target utama konsentrasi, sehingga informasi yang
diperoleh hanyalah informasi yang telah dipilih. Fokus yang
ditajamkan meningkatkan kemungkinan seseorang dalam
menyerap dan memahami informasi yang didapat.
Maulana (2011) menjelaskan bahwa “Konsentrasi
merupakan pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal”.
Mursal dkk (dalam Istianah, 2008) menjelaskan bahwa
konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap sesuatu
masalah atau objek. Selanjutnya, konsentrasi menurut
Sugiyanto (dalam Setiyo Purwanto, 2010) didefinisikan
sebagai kemampuan memusatkan pemikiran atau
kemampuan mental dalam penyortiran informasi yang tidak
diperlukan dan memusatkan perhatian hanya pada informasi
yang dibutuhkan. Sejalan dengan pendapat tersebut, The
Liang Gie (dalam Istianah, 2008) menyebutkan bahwa
konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal
dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak
berhubungan. Pengertian tersebut juga dapat diartikan bahwa
dalam melakukan konsentrasi, pikiran hanya ditujukan pada
hal-hal yang dibutuhkan saja dan mengabaikan hal-hal lain
yang tidak dibutuhkan.
Seperti yang sudah dipaparkan di atas tentang
konsentrasi, bahwa yang dimaksud dalam hal ini adalah
16
konsentrasi belajar, maka dapat disimpulkan bahwa
konsentrasi belajar adalah suatu usaha pemusatan pikiran
atau perhatian terhadap suatu mata pelajaran yang sedang
dipelajari dengan mengesampingkan hal-hal lain yang tidak
ada hubungannya dengan apa yang sedang dipelajari
(Nuryana, 2010).
2. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Konsentrasi
Beberapa aspek konsentrasi yang perlu diperhatikan
menurut Odom dan Guzman (dalam Setiyo Purwanto, 2010)
yaitu terdapat beberapa hal, diantaranya seperti yang
dijelaskan di bawah berikut:
a. Pemusatan Perhatian
Individu dalam melaksanakan suatu aktivitas
memerlukan pemusatan perhatian. Pemusatan perhatian
akan semakin besar jika individu tersebut memiliki minat
terhadap suatu aktivitas. Begitu pula yang terjadi pada
siswa. Jika siswa memiliki minat yang besar terhadap hal
yang dipelajari maka materi tersebut akan lebih menarik
perhatian siswa sehingga siswa akan lebih berkonsentrasi
terhadap materi tersebut.
b. Perencanaan Sistematis
Strategi mengarahkan perhatian dengan suatu
perencanaan yang sistematis dan terorganisir dapat
17
meningkatkan efisiensi konsentrasi. Perencanaan ini
meliputi faktor-faktor pendukung konsentrasi yaitu fisik,
psikis dan lingkungan. Siswa yang memiliki kesehatan fisik
dan psikis yang baik serta kondisi lingkungan yang kondusif
akan mendukung konsentrasi belajar yang baik.
c. Penyaringan Informasi
Penyaringan informasi yang dimaksud pada poin ini
adalah penyaringan antara informasi yang didapat dengan
informasi yang dibutuhkan. Dalam kegiatan belajar siswa
perlu menyaring informasi yang didapat kemudian hanya
mengambil informasi yang dibutuhkan oleh siswa dan
mengabaikan informasi yang tidak dibutuhkan oleh siswa.
d. Pengolahan Informasi
Setelah individu menyaring suatu informasi yang
dibutuhkan maka informasi tersebut akan mengalami
sistem pengolahan informasi yang lebih kompleks. Pada
akhirnya pengolahan informasi ini akan menghasilkan
suatu pengetahuan baru yang dapat dimanfaatkan oleh
individu. Begitu pula saat kegiatan belajar berlangsung.
Siswa akan menyaring informasi yang didapatkan dari
sumber belajar kemudian informasi tersebut diolah
sehingga menghasilkan pengetahuan baru yang dapat
mengubah perilaku siswa.
18
3. Manfaat Konsentrasi
Konsentrasi memiliki manfaat yang sangat berguna
terutama pada anak sekolah. Menurut Amhar Maulana Arifin
(2014) terdapat lima manfaat konsentrasi, manfaat tersebut
akan dijelaskan dibawah ini:
a. Meningkatkan produktivitas
Mampu bekerja secara konsisten dan menghasilkan kinerja
yang lebih baik.
b. Kemampuan mengontrol pikiran
Lebih dapat mengontrol sesuatu dan hanya fokus pada satu
pikiran yang sedang dijalani dan tidak memikirkan hal lain.
c. Meningkatkan percaya diri
Mampu dan kompeten dalam melakukan sesuatu.
d. Meningkatkan daya ingat
Menguatkan daya ingat seseorang.
e. Meningkatkan fokus
Menguatkan dan mempertajam fokus yang terdapat pada
pikiran seseorang.
1. Cara-cara Meningkatkan Konsentrasi Belajar
Terdapat cara-cara meningkatlan konsentrasi dalam
belajar. Menurut Purwanto (2010), beberapa cara untuk
meningkatkan konsentrasi belajar yaitu diantaranya sebagai
berikut:
19
a. Memberikan kerangka waktu yang jelas, karena
konsentrasi membutuhkan waktu yang baik sehingga
konsentrasi mudah didapat.
b. Mencegah siswa agar tidak terlalu cepat berganti dari satu
tugas ke tugas lain, karena jika satu tugas belum selesai
akan mengganggu konsentrasi dan membuat tugas
tersebut tidak selesai.
c. Mengurangi jumlah gangguan dalam ruangan kelas, karena
terlalu banyak gangguan akan membuat konsentrasi
belajar menurun.
d. Merencanakan tugas yang lebih sedikit dari pada
memberikan satu sesi yang banyak, karena jika langsung
banyak tugas akan susah untuk diselesaikan dan akan
kacau.
e. Menetapkan tujuan dengan menawarkan hadiah untuk
memotivasi siswa siswi agar terus bekerja.
5. Faktor-Faktor Pendukung Konsentrasi Belajar
Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan seorang siswa
dalam belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor
pendukung. Menurut Hakim (2003) faktor pendukung tersebut
meliputi faktor internal dan faktor eksternal, berikut akan
dijelaskan secara rinci:
20
5.1 Faktor Internal Pendukung Konsentrasi Belajar
Faktor internal merupakan faktor pertama dan utama yang
sangat menentukan apakah seseorang dapat melakukan
konsentrasi secara efektif atau tidak. Secara garis besar,
faktor-faktor ini meliputi faktor jasmaniah dan faktor rohaniah:
1) Faktor Jasmaniah
Hal ini dapat dilihat dari kondisi jasmani seseorang
yang meliputi kesehatan badan secara menyeluruh,
artinya:
a) Kondisi badan yang normal menurut standar
kesehatan atau bebas dari penyakit yang serius.
b) Kondisi badan di atas normal atau fit akan lebih
menunjang konsentrasi.
c) Cukup tidur dan istirahat kurang lebih 8 jam dalam
sehari.
d) Cukup makan dan minum serta makanan yang
dikonsumsi memenuhi standar gizi seperti 4 sehat 5
sempurna untuk hidup sehat terutama makan pada
pagi hari.
e) Seluruh panca indera berfungsi dengan baik.
f) Tidak mengalami gangguan fungsi otak karena
penyakit tertentu, seperti sering kejang, ayan dan
hiperaktif.
21
g) Tidak mengalami gangguan saraf.
h) Tidak dihinggapi rasa nyeri karena penyakit tertentu,
seperti mag dan sakit kepala.
i) Detak jantung normal. Pada detak jantung yang
normal dapat mempengaruhi ketenangan dan sangat
mempengaruhi konsentrasi efektif.
j) Irama napas berjalan baik. Sama halnya dengan
jantung, irama napas juga sangat mempengaruhi
ketenangan.
2) Faktor Rohaniah
Ketika seseorang dapat melakukan konsentrasi yang
efektif, kondisi rohani seseorang setidak-tidaknya harus
memenuhi hal-hal berikut:
a) Kondisi kehidupan sehari-hari cukup tenang.
b) Memiliki sifat baik, terutama sifat sabar dan konsisten.
c) Taat beribadah sebagai penunjang ketenangan dan
daya pengendalian diri.
d) Tidak dihinggapi berbagai jenis masalah yang terlalu
berat.
e) Tidak emosional.
f) Tidak sedang dihinggapi stres berat.
g) Memiliki rasa percaya diri yang cukup.
h) Tidak mudah putus asa.
22
i) Memiliki kemauan keras yang tidak mudah padam.
j) Bebas dari berbagai gangguan mental, seperti rasa
takut, was-was dan gelisah.
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa faktor jasmani
dan rohani merupakan faktor internal yang sangat
dibutuhkan dalam mendukung konsentrasi belajar efektif.
Keduanya harus ada secara seimbang dan apabila salah
satu faktor tidak terpenuhi maka kemungkinan tidak akan
terjadi konsentrasi belajar yang efektif.
5.2 Faktor Eksternal Pendukung Konsentrasi Belajar
Faktor eksternal adalah segala hal yang berada di luar diri
seseorang atau lebih tepatnya segala hal yang berada di
sekitar lingkungan. Hal-hal tersebut juga menjadi pendukung
terjadinya konsentrasi yang efektif. Beberapa faktor eksternal
yang mendukung konsentrasi efektif yaitu lingkungan, udara,
penerangan, orang-orang sekitar lingkungan, suhu, fasilitas.
Lingkungan sekitar harus cukup tenang, bebas dari suara-
suara yang terlalu keras yang mengganggu pendengaran dan
ketenangan. Sebagai contoh, suara bising dari pekerja
bangunan, suara mesin kendaraan bermotor, suara
keramaian orang banyak, suara pesawat radio dan televisi
yang terlalu keras. Selain itu udara sekitar harus cukup
nyaman, bebas dari polusi dan bau-bauan yang mengganggu
23
rasa nyaman. Sebagai contoh, bau bangkai dan kotoran
binatang, bau sampah, bau WC atau keringat (Setiani, 2014).
Di samping itu penerangan di sekitar lingkungan juga
harus cukup, tidak lebih dan tidak kurang sehingga tidak
menimbulkan kesukaran bagi pandangan mata. Kemudian
hal lain yang menunjang yaitu orang-orang yang ada di
sekitar lingkungan juga harus terdiri dari orang-orang yang
dapat menunjang suasana tenang, apalagi jika lingkungan
tersebut merupakan lingkungan belajar. Lingkungan belajar
akan lebih nyaman jika suhu di sekitar lingkungan tidak terlalu
ekstrim karena suhu harus menunjang kenyamanan dalam
melakukan kegiatan yang memerlukan konsentrasi (Setiani,
2014).
Untuk itu perlu diperhatikan sirkulasi udara, pendingin
ruangan atau setidaknya kipas angin. Selain itu juga harus
tersedia fasilitas yang cukup menunjang kegiatan belajar,
seperti ruangan yang bersih, kursi, meja dan perlatan untuk
keperluan belajar (Setiani, 2014).
6. Faktor-Faktor Penghambat Konsentrasi Belajar
Selain faktor pendukung, ada juga faktor penghambat
terjadinya konsentrasi belajar. Faktor penghambat tersebut
menjadi penyebab terjadinya gangguan konsentrasi belajar.
Ada dua faktor penyebab gangguan konsentrasi menurut
24
Hakim (2013) yaitu, “faktor internal dan eksternal” adapun
penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:
6.1 Faktor Internal
Faktor-faktor internal merupakan faktor penyebab
gangguan konsentrasi yang berasal dari dalam diri
seseorang. Faktor internal terbagi ke dalam dua garis besar
yaitu faktor jasmaniah, yang bersumber dari kondisi jasmani
seseorang yang tidak berada di dalam kondisi normal atau
mengalami gangguan kesehatan, misalnya mengantuk,
lapar, haus, gangguan panca indra, gangguan pencernaan,
gangguan jantung, gangguan pernapasan dan sejenisnya.
Dan faktor rohaniah, berasal dari mental seseorang yang
dapat menimbulkan gangguan konsentrasi seseorang,
misalnya tidak tenang, mudah gugup, emosional, tidak sabar,
mudah cemas, stres, depresi dan sejenisnya.
6.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor penyebab gangguan
yang berasal dari luar diri seseorang, yaitu lingkungan di
sekitar orang tersebut berada. Gangguan yang sering dialami
adalah adanya rasa tidak nyaman dalam melakukan berbagai
kegiatan yang memerlukan konsentrasi penuh, misalnya
ruang belajar yang sempit, kotor, udara yang berpolusi dan
suhu udara yang panas. Butuh usaha keras untuk
25
meminimalkan gangguan-gangguan tersebut. Akan tetapi,
yang lebih penting lagi adalah mengusahakan agar siswa
tetap memiliki konsentrasi belajar yang kuat sehingga tetap
mampu melakukan kegiatan dengan baik, walaupun faktor
gangguan tersebut tetap ada.
2.1.5 Pentingnya Sarapan Pagi dengan Konsentrasi Belajar
Penelitian Sunarti dkk (2006) menunjukkan bahwa
konsentrasi dipengaruhi oleh asupan energi makan pagi dan
energi snack pagi, protein makan pagi dan protein snack pagi
dan skor konsentrasi pagi. Kondisi tersebut berkaitan dengan
penggunaan glukosa sebagai sumber energi. Dalam keadaan
normal, sistem saraf pusat hanya dapat menggunakan glukosa
sebagai sumber energi. Dalam proses absorbsi, glukosa
diabsorbsi secara aktif menggunakan alat angkut protein dan
energi sehingga jika kecukupan protein kurang maka proses
pengangkutan glukosa sebagai nutrisi otak akan terganggu
yang menyebabkan otak mengalami kekurangan glukosa yang
akan memengaruhi daya konsentrasi.
2.2 Kerangka Teori
Sarapan sangatlah penting terutama untuk anak sekolah.
Selain itu anak sekolah ketika belajar memerlukan adanya
konsentrasi. Konsentrasi itu sendiri memiliki banyak faktor yang
mempengaruhi belajar siswa di kelas.
26
Pentingnya sarapan yang mempengaruhi tingkat konsentrasi
dapat kita lihat pada kerangka teori pada hubungan sarapan pagi
dengan konsentrasi belajar siswa siswi kelas 3, 4 dan 5 di SDN
Bringin 03 Kecamatan Bringin. Berikut adalah bagan kerangka
teori keterkaitan sarapan dan tingkat konsentrasi.
Bagan 2.1. Kerangka Teori Keterkaitan Sarapan dan Tingkat
Konsentrasi.
Konsentrasi belajar memiliki dua faktor yaitu faktor
pendukung dan faktor penghambat. Kedua faktor tersebut
Faktor
Eksternal
Faktor
pendukung
konsentrasi
belajar
Faktor
Internal:
Jasmani
Faktor
Internal:
Rohani
Faktor
Eksternal
Faktor
Internal:
Rohani
Faktor
Internal:
Jasmani
Faktor
penghambat
konsentrasi
belajar
Pasokan
Energi
Sarapan
Konsentrasi
Belajar
27
meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Pada bagian faktor
internal dibagi menjadi jasmani dan rohani. Pada penelitian ini,
akan meneliti khususnya pada bagian faktor internal: jasmani
yang memiliki peranan terhadap pasokan energi. Salah satu
indikator seorang individu mendapatkan pasokan energi, didapat
dari sarapan. Oleh karena itu, peneliti akan menganalisa
hubungan antara sarapan dengan konsentrasi belajar.
Keterangan:
dan : Faktor yang akan diteliti
: Variabel penelitian
2.3 Kerangka Konsep
Beberapa faktor pendukung dan penghambat yang telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya, serta fokus peneliti untuk
meneliti hubungan antara sarapan (faktor internal) dengan
tingkat konsentrasi belajar, maka dapat digambarkan dalam
kerangka konsep berikut ini:
Faktor pendukung konsentrasi belajar didukung oleh
beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Faktor internal yang menjadi perhatian peneliti saat ini adalah
sarapan.
Sarapan (X) Konsentrasi Belajar (Y)
28
2.4 Hipotesa
Ha: Ada hubungan antara kedua variabel yaitu sarapan dengan
konsentrasi belajar.
Ho: Tidak ada hubungan antara kedua variabel yaitu sarapan
dengan konsentrasi belajar.
Recommended