View
225
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengertian Rekrutmen Politik
Mochtar Mas’oed mengemukakan bahwa rekrutmen politik merupakan fungsi
penyeleksi rakyat untuk kegiatan politik dan jabatan pemerintahan melalui
penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkn diri
untuk jabatan tertentu, pendidikan dan ujian. (Mas’oed dalam Tangkilisan,
2003:188).
Peran dan fungsi partai politik tersebut juga secara detail dijelaskan oleh
Ramlan Surbakti( 1992:189 ).Ia mengemukakan bahwa fungsi utama partai politik
adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program
yang disusun berdasarkan ideology tertentu. Cara yang digunakan oleh suatu partai
politik dalam sistem politik demokrasi untuk mendapatkan dan mempertahankan
kekuasaan adalah ikut serta dalam pemilihan umum.Ketika melaksanakan fungsi itu
partai politik dalam sistem politik demokrasi melaksanakan tiga kegiatan, yaitu
meliputi seleksi calon-calon, kampanye, dan melaksanakan fungsi pemerintahan
(legislatif/ yudikatif). Apabila kekusaan untuk memerintah telah diperoleh maka
partai politik itu beperan pula sebagai pembuat keputusan politik. Partai politik yang
tidak mencapai mayoritas di badan perwakilan rakyat akan beperan sebagai
pengontrol terhadap partai mayoritas.
Ramlan Surbakti (1992:188) juga mengemukakan dalam bukunya
“Memahami Ilmu Politik” bahwa rekrutmen politik adalah seleksi dan pemilihan atau
seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan
sejumlah peranan dalam sistem sistem politik pada utmen umumnya dan
pemerintahan pada khususnya.Fungsi ini semakin besar posisinya manakala partai
politik itu merupakan partai politik tunggal seperti dalam sistem politik totaliter, atau
manakala partai politik ini merupakan partai mayoritas dalm badan perwakilan rakyat
sehingga berwenang membentuk pemerintahan dalam sistem politik
demokrasi.Fungsi rekrutmen merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan
mempertahankan kekuasaan. Selain itu fungsi rekrutmen politik sangat penting bagi
kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang mampu melaksanakan peranannya,
kelangsungan hidup sistem politik akan terancam.
Hal ini bisa kita lihat dari pendapat Lili Romli (2005:76) yang menyebutkan
suatu rekrutmen dikatakan terbuka apabila seluruh warga negara tanpa terkecual
mempunyai kesempatan yang sama untuk direkrut apabila yang bersangkutan telah
memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Sedangkan rekrutmen tertutup adalah
proses rekrutmen secara terbatas, yaitu hanya individu-individu tertentu saja yang
dapat direkrut untuk menduduki jabatan politik atau jabatan pemerintahan.
Menurut FadillahPutra, (2003:209) dalam bukunya “Partai Politik dan
Kebijakan Publik” terdapat beberapa mekanisme rekrutmen politik antara lain.
1. Rekrutmen terbuka, yang mana syarat dan prosedur untuk menampilkan
seseorang tokoh dapat diketahui secara luas. Dalam hal ini partai politik
berfungsi sebagai alat bagi elit politik yang berkualitas untuk mendapatkan
dukungan masyarakat. Cara ini memberikan kesempatan bagi rakyat untuk
melihat dan menilai kemampuan elit politiknya. Dengan demikian cara ini
sangat kompetitif. Jika dihubungkan dengan paham demokrasi, maka cara ini
juga berfungsi sebagai sarana rakyat mengontrol legitimasi politik para elit.
Adapun manfaat yang diharapkan dari rekrutmen terbuka adalah:
1. Mekanismenya demokratis
2. Tingkat kompetisi politiknya sangat tinggi dan masyarakat akan
mampu memilih pemimpin yang benar-benar mereka kehendaki
3. Tingkat akuntabilitas pemimpin tinggi
4. Melahirkan sejumlah pemimpin yang demokratis dan mempunyai nilai
integritas pribadi yang tinggi.
2. Rekrutmen tertutup, berlawan dengan cara rekrutmen terbuka. Dalam
rekrutmen tertutup, syarat dan prosedur pencalonan tidak dapat secara bebas
diketahui umum. Partai berkedudukan sebagai promotor elit yang berasal dari
dalam tubuh partai itu sendiri. Cara ini menutup kemungkinan bagi anggota
masyarakat untuk melihat dan menilai kemampuan elit yang ditampilkan.
Dengan demikian cara ini kurang kompetitif. Hal ini menyebabkan demokrasi
berfungsi sebagai sarana elit memperbaharui legitimasinya.
Jadi, mekanisme rekrutmen politik yang dilakukan partai politik terdiri dari
dua sistem yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka akan
memungkinkan lahirnya calon-calon legislatif yang betul-betul demokratis dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, hal ini dikarenakan oleh proses pengangkatan
calon tersebut dilakukan secara terbuka. Sedangkan sistem tertutup merupakan
kebalikan dari sistem terbuka, dimana para pemilih tidak mengenal seseorang calon
legislatif, karena sistem pengangkatan calon legislatif tersebut dilakukan secara
tertutup. Hal ini memungkinkan timbulnya calon legislatif yang tidak kompetitif,
berhubung proses pengangkatan tidak diketahui oleh umum.
Hal inilah yang terkadang membuat terbukti apa yang di ungkapkan oleh
Maurce Duverger ( dalam Haris 1993:180) bahwa pada dasarnya semua orang yang
berbakat memiliki kesempatan yang sama untuk menduduki posisi elit, tetapi kadang
kalah mereka dihalangi oleh elit politik yang sedang berkuasa yang membentuk
oligarki-oligarki kekuasaan.
Rekrutmen politik partai dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan
sebagai ajang untuk mencari dan menyeleksi keanggotaan baru untuk diikutsertakan
dalam partai politik.Rekrutmen politik sebagai pembelajaran politik, disamping untuk
melakukan regenerasi dalam partai politik dilakukan melalui mekanisme yang
diterapkan oleh partai.Pengaruh rekrutmen politik sangat menentukan dalam
regenerasi kehidupan partai.Hal itu dikarenakan partai memerlukan penyegaran
keanggotaan untuk dapat bertahan dalam mempertahankan kekuasaan politiknya di
masyarakat.
Salah satu dari tiga teori tentang asal usul kepemimpinan yang dikemukakan
oleh Sondang ( dalam Kartakusumah, 2006 : 28) menyatakan bahwa kepemimpinan
sesorang pada dasarnya dibentuk oleh tiga aspek pembentuk kepemimpinan yang
meliputi : (1) bakat yang dibawah sejak lahir, (2) pendidikan dan pelatihan
kepemimpinan yang terarah, intensif dan berkelanjutan, (3) kesempatan menduduki
dan mempraktikan dan mengembangkan bakat dan kemampuan kepemimpinan yang
dimiliki oleh sesorang. Dari tiga unsur pembentuk kepemimpinan sesorang yang
dikemukakan oleh Sondang tersebut terdapat dua unsur yang bisa didapatkan oleh
seorang bakal calon anggota legislatif dari partainya yaitu unsur kedua dan ketiga.
Menurut pendapat dari Firmanzah ( 2008 : 71 ) bahwa untuk dapat melakukan
tugas itu, dalam tubuh partai organisasi partai politik perlu dikembangkan sistem
rekrutmen, seleksi, dan kaderisasi politik. Mendapatkan pemimpin yang baik harus
dimulai dari sistem rekrutmen. Dengan adanya sistem ini, nantinya akan dapat
diseleksi kesesuaian antara karakteristik kandidat dengan sistem nilai dan ideologi
sama serta memiliki potensi.
2.2 Pengertian Partai Politik
Partai Politik yang terorganisir timbul pada akhir abad 18 dan 19 di Eropa
Barat.Sebagai buah dari usaha kelompok-kelompok di luar lingkungan kekuasaan
politik untuk bersaing memperebutkan jabatan pemerintah dan mengendalikan
jabatan pemerintah.Ketika gerakan-gerakan kelas menengah dan kelas buruh ini
mulai mendesak kelas-kelas atas dan aristokrat demi partisipasi dalam pembuatan
keputusan, kelompok-kelompok yang menjalankan pemerintahan terpaksa mencari
dukungan publik dalam rangka mempertahankan pengaruh dukungan mereka.Dengan
demikian partai-partai politik merupakan gabungan antara rakyat dengan pemerintah.
(Condro, 2012:1-2)
Pada permulaan perkembangannya di negara-negara barat seperti Inggris dan
Perancis, kegiatan politik pada mulanya dipusatkan pada kelompok-kelompok
politikdan parlemen.Kegiatan ini mula-mula bersifat elitist dan aristokratis,
mempertahankan kepentingan kaum bangsawan terhadap tuntutan-tuntutan
raja.Dengan meluasnya hak pilih kegiatan politik juga berkembang di luar parlemen
dengan terbentuknya panitia-panitia pemilihan yang mengatur pengumpulan suara
para pendukungnya menjelang masa pemilihan umum. Oleh karena dirasa perlu
memperoleh dukungan dari berbagai golongan masyarakat, kelompok-kelompok
politik dalam parlemen lambat laun berusaha mengembangkan organisasi massa,
dengan demikian terjalinlah hubungan tetap antara kelompok-kelompok politik di
parlemen dan panitia-panitia pemilihan yang sepaham dan sekepentingan, dan
lahirlah Partai Politik.
Salah satu sarana untuk berpartisipasi politik adalah Partai Politik. Secara
umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik adalah kelompok yang terorganisir yang
anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai serta cita-cita yang sama, dan
mempunyai tujuan kekuasaan tersebut melakukan kebijakan-kebijakan
mereka.(Condro,2012:2)
Di indonesia partai politik diartikan sebagai suatu organisasi politik yang
dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas
dasar kesamaan kehandak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota,
masyarakat, bangsa, dan negara melalui pemilihan umum.
Carl. Friedrich: Partai Politik adalah “sekelompok manusia yang terorganisir
dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan pemerintahan bagi
pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada
anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idill maupun materiil”
R.H. Saltou: Partai Politik adalah “Sekelompok warga negara yang sedikit
banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan yang
memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih-bertujuan menguasai
pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka” .
( Friedrich dan Saltou dalam Budiardjo 2008:161 )
Berdasarkan definisi di atas, dapat dikemukakan politik merupakan kegiatan-
kegiatan yang terjadi dalam suatu negara dalam mencapai dan melaksanakan tujuan
yang telah dibuat.Kegiatan tersebut menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan
dari suatu negara dan melaksanakan tujuan-tujuan tersebut.
Menurut Karl W. Deutsch definisi politik sebagai berikut: “Politik adalah
pengambilan keputusan melalui sarana umum” (Deutsch dalam Budiardjo,
2002:12).Maksud dari definisi di atas politik merupakan pengambilan keputusan yang
dilakukan suatu negara melalui sarana umum, sarana umum yaitu menyangkut
tindakan umum atau nilai nilai.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia mendefinisikan partai adalah
sebagai berikut: “Partai adalah sekelompok orang yang seasas, sehaluan terutama
dibidang politik” (Yandianto, 2005:412). Berdasarkan penjelasan diatas partai
merupakan sekelompok orang yang memiliki pandangan yang sama, seasas, sehaluan.
Pada umumnya kesamaan ini terjadi dalam bidang politik yang disebut dengan nama
partai politik.
Berdasarkan pengertian politik dan partai di atas, menurut Sigmund Neumann
definisi partai politik adalah:“Organisasi penghubung yang terdiri dari para pelaku
politik aktif dalam suatu masyarakat, yang menaruh perhatian pada pengendalian
kekuasaan pemerintahan yang berkompetisi dengan kelompok lain atau dengan
kelompok-kelompok yang memiliki pandangan yang berbeda dalam rangka
memperoleh dukungan rakyat”. ( Neumann dalamMaran, 2007:85)
Menurut pengertian di atas partai politik merupakan organisasi penghubung
antara para pelaku politik aktif dalam masyarakat dengan pemerintah. Dalam
mewujudkan hal itu para pelaku politik aktif dalam masyarakat tersebut berkompetisi
dengan kelompok-kelompok lain yang memiliki pandangan yang berbeda.
Masyarakat yang dimaksud tersebut berasal dari golongan yang tidak tentu, yaitu
masyarakat dari berbagai kalangan dan berbagai profesi.
Menurut Miriam Budiardjo deinisi partai politik sebagai berikut: “Partai
politik adalah suatu kelompok yang terorganisasi yang anggota-anggotanya
mempunyai orientasi nilai-nilai dan cita-cita sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk
memperoleh kekuasaan politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk
melaksanakan kebijaksanaan mereka”. (Budiardjo dalam Sumarno, 2006:159)
Berdasarkan definisi di atas partai politik pada umumnya terwujud
berdasarkan persamaan kehendak atau cita-cita yang akan dicapai bersama.
Kehadiran partai politik dalam kegiatan partisipasi politik memberi warna tersendiri,
hal ini berdasar pada fungsi yang melekat pada partai politik tersebut.
2.3 Fungsi Partai Politik
Menurut Miriam Budiardjo (2002 : 163 – 166) dalam bukunya “Dasar-dasar
IlmuPolitik” Partai politik modern menjalankan empat fungsi utama: sebagai sarana
komunikasi politik, rekrutmen politik, sosialisasi politik dan pengatur konflik.
Keempat fungsi tersebut sama-sama terkait satu dengan yang lainnya. Sebagai
sarana komunikasi politik, partai berperan sangat penting dalam upaya
mengartikulasikan kepentingan (interests articulation) atau “political interests” yang
terdapat atau kadang-kadang yang tersembunyi dalam masyarakat. Berbagai
kepentingan itu diserap sebaik-baiknya oleh partai politik menjadi ide-ide, visi dan
kebijakan-kebijakan partai politik yang bersangkutan.Setelah itu, ide-ide dan
kebijakan atau aspirasi kebijakan itu diadvokasikan sehingga dapat diharapkan
mempengaruhi atau bahkan menjadi materi kebijakan kenegaraan yang resmi.
Terkait dengan sosialisasi politik ini, partai juga berperan sangat penting
dalam rangka pendidikan politik.Partai lah yang menjadi struktur-antara atau
„intermediate structure’ yang harus memainkan peran dalam membumikan cita-cita
kenegaraan dalam kesadaran kolektif masyarakat warga negara.
Fungsi ketiga partai politik adalah sarana rekruitmen politik (political
recruitment).Partai dibentuk memang dimaksudkan untuk menjadi kendaraan yang
sah untuk menyeleksi kader-kader pemimpin negara pada jenjang-jenjang dan posisi-
posisi tertentu. Kader-kader itu ada yang dipilih secara langsung oleh rakyat, ada pula
yang dipilih melalui cara yang tidak langsung, seperti oleh Dewan Perwakilan
Rakyat, ataupun melalui cara-cara yang tidak langsung lainnya.
Fungsi keempat adalah pengatur dan pengelola konflik yang terjadi dalam
masyarakat (conflict management). Seperti sudah disebut di atas, nilai-nilai (values)
dan kepentingan-kepentingan (interests) yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat
sangat beraneka ragam, rumit, dan cenderung saling bersaing dan bertabrakan satu
sama lain. Jika partai politiknya banyak, berbagai kepentingan yang beraneka ragam
itu dapat disalurkan melalui polarisasi partai-partai politik yang menawarkan
ideologi, program, dan altrernatif kebijakan yang berbeda-beda satu sama lain.
Banyaknya jumlah partai merupakan asset politik yang tak tenilai bagi suatu
bangsa. Dengan banyaknya jumlah partai politik berarti akan banyak aspirasi politik
dari masyarakat yang dapat diserap. Partai politik merupakan penghubung antara
rakyat dengan pemerintah dan memiliki fungsi tertentu. Fungsi partai politik menurut
Pasal 11 Undang-Undang No 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik adalah sebagai
berikut :
Pasal 11
a) Pendidikan politik bagi anggotanya dan masyarakat luas agar menjadi warga
negara republik Indonesia yang sadar akan hak dan kewajiban dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b) Penciptaan iklim yang kondusif dan program yang kongkrit serta
sebagaipelekat persatuan dan kesatuan bangsa untuk kesejahteraan
masyarakat.
c) Penyerap, penghumpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat secara
konstitusional dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara.
d) Partisipasi politik warga negara dan
e) Rekruimen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme
demokrasi yang memperhatikan kesetaraan gender.
( UU. No. 2/2008 )
2.4 Pengertian Pemilihan Umum (Pemilu) Dan Demokrasi
Pemilu adalah suatu perangkat demokrasi, demikian merupakan hak rakyat
yang harus dilindungi. Politik adalah urusan kita bersama, maka kita wajib berperan
serta. Peran serta itu tidak terbatas pada saat pemilihan-pemilihan umum saja
melainkan juga pada seluruh proses kehidupan bermasyakat, berbangsa, dan
bernegara. Dengan segala pertimbangan di atas, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. Perlu disadari dan ditekankan bahwa melalui peristiwa pemilihan umum, hak
asasi manusia setiap warga negara dibidang politik diwujudkan.
b. Perlu disadari bahwa Undang-Undang pemilihan umum yang baru dan
pelaksanaannya adalah sulit dan bisa membingungkan bagi kebanyakan orang.
c. Masyrakat perlu didorong untuk terus menerus mengontrol mekanisme
demokrasi supaya aspirasi rakyat sungguh mendapat tempat.
Dalam pelaksanaan pemilu perlu dikethui bahwa tujuan pemilu adalah:
a. Untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah, serta membentuk pemerintah
yang demokratis, kuat dan memperoleh dukungan rakyat.
b. Memilih presiden dan wakil presidenyang memperoleh dukungan yang kuat
dari rakyat sehingga mampu menjalankan fungsi-fungsi kekuasaan
pemerintahan negara.
( Nazarudin, 1993:43 )
Dari kesemuanya itu dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945 yang asasnya adalah langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil.
Menurut Hendramin Ranadireks (2007 : 76-77) dalam bukunya “Arsitektur
Konstitusi Demokratik” demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem
pemerintahan suatu negara sebagai suatu upaya mewujudkan kedaulatan rakyat
(kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara
tersebut.
Kata demokrasi berasal dari dua kata yaitu demos yang berarti rakyat, dan
keratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat.Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri
dalam bidang ilmu politik.Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-
sebut sebagai perkembangan politik suatu negara. (Budiardjo, 2008:50)
Dalam ilmu politik, dikenal dua macam pemahaman tentang demokrasi yaitu
pemahaman secara normatif dan pemahaman secara empiris (demokrasi
prosedural).Dalam pemahaman secara normatif yaitu demokrasi merupakan sesuatu
yang secara adil yang hendak dilakukan atau diselenggarakan oleh sebuah
negara.Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal ungkapan “pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”.Ungkapan normatif tersebut biasanya
diterjemahkan menurut konstitusi masing-masing negara.Tetapi hal-hal yang normatif
belum tentu kita dapat lihat dalam konteks kehidupan sehari-hari suatu negara.
Dalam sistem perwakilan politik, seorang warga negara mewakilkan diri
sebagai yang berdaulat kepada seseorang calon wakil rakyat atau partai politik
yangdipercayai melalui pemilihan umum.Suatu keputusan dalam demokrasi ialah
bagaimana menyelenggarakan pemilihan umum.
Dengan demikian lemahnya peranan partai politik di tengah masyarakat
dengan sendirinya mengurangi makna asas kedaulatan rakyat yang kita anut.
Lemahnya posisi partai dalam turut serta mengambil keputusan-keputusan politik
karna dominannya peranan birokrasi membawa dampak kurang bermaknanya
pemilihan umum. Pemilihan umum cenderung tidak membawa perubahan yang
berarti, baik dalam proses peralihan pemerintahan maupun dalam upaya peningkatan
aspirasi rakyat dari bawah.
2.5 Lembaga Legislatif ( Parlement )
Badan politik yang kita kenal sebagai DPR, dalam bahasa Eropa adalah
Parliament, di Amerika dikenal sebagai legislature.Parlemen dalam istilah teknis
biasanya disebut legislature yang artinya badan pembuat undang-undang
(legislator).Ditinjau dari fungsinya maka parlemen tidaklah berbeda dengan institusi
perpolitikan. Untuk memperoleh defenisi parlemen sebagai badan politik yang
berbeda dari badan-badan politik lainya harus ditemukan ciri-ciri khusus yang dapat
membedakannya dengan badan lain di luar parlemen. Nelsom W. Polsby yang
mencoba membandingkan parlemen (legislature) dengan badan politik lain, eksekutif
dan birokrasi. Parlemen berbeda secara khusus dari badan lain karena psarlemen
merupakan organisasi yang beranggotakan lebih dari satu (multimember),
menggunakan metode negoisasi dan pemilihan sebelum mengambil keputusan, dan
bertanggung jawab pada rakyat. (Polsby dalam Cipto 1995:2)
Fungsi pokok parlemen tidak harus diartikan sebagai pembuat undang-undang
(law-making body) semata-mata namun juga perlu juga dilihat sebagai media
komunikasi antara rakyat dengan pemerintah.
Di Indonesia, menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2003 Tentang Susunan
dan kedudukan DPR, DPD, DPRD adalah, sbb :
a. Legislasi
Legislasi adalah fungsi Dewan perwakilan rakyat dalam hal membuat suatu
perundang-undangan, dalam hal ini yang dimaksud dengan perundang-undangan di
tingkat lokal atau daerah adalah berupa peraturan daerah.
b. Anggaran
Fungsi Anggaran adalah fungsi badan legislatif dalam ikut serta dalam
penentuan anggaran pendapatan dan belanja daerah, dan anggaran-anggaran yang
lain.
c. Pengawasan.
Fungsi pengawasan adalah fungsi untuk mengawasi badan eksekutif agar
sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. ( UU No.22/2003 )
Vilpredo Pareto (dalam Varma, 2003 : 200) percaya bahwa setiap masyarakat
diperintah oleh sekolompok orang yang mempunyai kualitas-kualitas yang diperlukan
bagi kehadiran mereka pada kekuasaan sosial dan politik yang penuh. Elit merupakan
kelompok-kelompok yamg berhasil, yang mampu menduduki jabatan tinggi dalam
lapisan masyarakat. Oleh karena itu, dalam rekrutmen calon anggota legislatif,
pastilah terdapat kriteria-kriteria yang diterapkan.
2.6 Rekrutmen Dan Kaderisasi Di Partai Golkar
Dalam konteks implementasi kedaulatan rakyat, mekanisme demokratis
yanglebih luas adalah pelaksanaan pemilihan umum, baik Pemilihan Presiden dan
WakilPresiden maupun Pemilihan Langsung Kepala Daerah (Pilkada). Pasal 6A Ayat
2 Perubahan Ketiga UUD 1945 menyatakan: "Pasangan calon Presiden dan
WakilPresiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta
pemilihanumum sebelum pelaksanaan pemilihan umum." Sedangkan Pasal 18 Ayat 4
Perubahan Kedua UUD 1945 menegaskan: "Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-
masingsebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilihsecara
demokratis." Dalam konsiderans huruf d Undang-Undang Nomor 2 Tahun2008
tentang Partai Politik disebutkan bahwa partai politik merupakan saranapartisipasi
politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untukmenjunjung
tinggi kebebasan yang bertanggung jawab. ( UUD 1945 Pasal 18 Ayat 4 )
Penugasan kader, sebagai bagian dari program pengelolaan kader partai,yang
meliputi:
1) Rekrutmen Anggota,
2) Diklat perkaderan,
3) Penugasan kader/Rekrutmen dalam jabatan politik,
4) Penilaian Kader, merupakan program pentingyang sangat menentukan sejauh mana
penampilan partai dapat terlihat oleh publik.( Azwar,2012:3 )
Oleh karena itu, dalam hal penugasan kader-kader partai Golkar untuk
mengisijabatan-jabatan politik tertentu, partai Golkar menetapkan mekanisme
yangdemokratis dan terbuka, sehingga dapat menghindari sejauh mengkin praktik-
praktik KKN.Dalam hal penugasan kader untuk mengisi jabatan-jabatan strategis
sepertianggota Iegislatif di semua tingkatan dan kepala pemerintahan di semua
tingkatan,Partai Golkar juga memiliki sejumlah mekanisme untuk menjamin
terselenggaranyamerit system dan suasana demokratis di internal partai. Untuk
meningkatkan mutuanggota legislatif, Partai Golkar memiliki Keputusan Nomor 143/
DPP/GoIkar/II/2007yang berisikan pemantapan orientasi dan perbaikan kriteria,
prosedur dan tatacararekrutmen anggota DPR. Dalam SK DPP Partai Golkar tersebut,
disusun sejumlahkriteria calon anggota legislatif yang akan diajukan sebagai calon
anggota legislativedari Partai Golkar. ( Azwar, 2012 : 3 )
Dalam menyusun daftar calon anggota DPRD kabupaten/kota, ada beberapa
aspek yang harus diperhatikan sekalian menjadi syarat menetukan kriteria bakal calon
yang berkualitas, sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Dewan Pimpinan
Pusat Partai Golongan Karya ( GOLKAR ) Nomor : Kep-142/DPP/GOLKAR/2007
Tentang Pedoman Penyusunan Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR ),
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD ) Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah ( DPRD ) Kabupaten/Kota Partai Golongan Karya adalah kader-kader partai
Golkar yang selama ini aktif dalam :
1. Kepengurusan partai Golkar.
2. Anggota fraksi partai Golkar DPR/MPR-RI, DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten/Kota.
3. Pengurus ormas pendiri dan didirikan partai Golkar.
4. Organisasi Sayap.
5. Pengurus badan dan lembaga yang dibentuk partai Golkar.
6. Anggota kelompok kerja/tim kerja partai Golkar.
7. Daftar calon tetap (DCT) anggota legislatif pada pemilu yang lalu.
8. Kader partai yang telah memenuhi persyaratan, dan
9. Anggota atau simpatisan partai Golkar berdasarkan persetujuan DPP partai
Golkar.
Atas usul Dewan Pimpinan Cabang melalui Dewan Pimpinan Daerah (DPD)
Partai Golkar di Bolaang Mongondow Utara melakukan proses seleksi administrative,
penelitian khusus yaitu menyangkut kesetiaan pada ideologi negara serta komitmen
secara penuh menjalankan visi dan misi partai.
Cecep Darmawan (2008:22) berpendapat bahwa “ keunggulan dari internal
dapat memberikan jaminan adanya internalisasi nilai visi dan misi partai politik.
Setidaknya, setelah mereka menjalanidan bergerak dalam struktur partai politik dalam
beberapa waktu sebelumnya dapat di jadikan pengalaman penting dalam memahami
seluk beluk partai atau dinamika politik. Dengan kata lain, orang seperti ini akan
merasakan bagaimana rasanya sebagai pemain politik dalam panggung politik yang
sebenarnya ”.
Dalam penyusunan daftar calon anggota legislatif DPRD Kabupaten Bolaang
mongondow Utara ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh DPD Partai
Golkar Kabupaten Bolaang mongondow Utara, yaitu :
a. Aspek Pengabdian
Aspek penilaian ini meliputi pengalaman pengabdian para calon sebagai
pengurus partai, anggota fraksi, pengurus badan dan lembaga, pengurus ormas
yang mendirikan dan didirikan anggota kelompok kerja, kepanitiaan dalam partai,
dan lain-lain.
b. Aspek Penugasan Fungsionaris
Aspek-aspek yang disoroti dalam penugasan fungsionaris adalah kemampuan
membina komunikasi dengan basis partai di daerah, kemampun memfasilitasi
dan mendinaminasi kegiatan partai di daerah penugasan, dan kemampuan
memperluas dukungan partai di daerah penugasan.
c. Aspek Prestasi, Pengalaman, dan Pengaruh
Aspek penilaian ini dapat disoroti dari tiga indikator utama, yaitu:
1. Prestasi dalam menjalankan penugasan khusus yang diberikan oleh partai;
2. Nilai ketokohan, dukungan dan pengaruh para calon dalam masyrakat.
Dan
3. Keaktifan membina basis partai.
d. Aspek Pendidikan Formal
Mengenai aspek pendidkan formal partai Golkar menyesuaikan dengan UU
No. 10 Tahun 2008. Tetapi guna meningkatkan kualitas calon maka Golkar
menetapkan standar yang lebih, yaitu untuk DPR RI minimum S1 atau sederajat,
DPRD Provinsi minimum sarjana muda atau D3 atau sederajat dan DPRD
Kabupaten minimum SMA sederajat.
e. Aspek Kesinambuangan Dan Regenerasi
Dalam aspek ini partai Golkar mengusahakan proporsi perbandingan calon
lama dan calon baru sebanyak 40% : 60%.
f. Aspek Usia
Dalam aspek ini partai Golkarmenargetkan proporsi calon berdasarkan
kelompok usia, yaitu :
1. Kurang lebih 40 tahun sebanyak 25%
2. 41-60 tahun sebanyak 65%
3. 61 tahun ke atas sebanyak 10%.
g. Aspek Kesetaraan Gender
Dalam aspek ini partai Golkar mentargetkan komposisi perempuan dalam
daftar caleg sebanyak 30% dengan kualifikasi yang memadai.
Ari Bainus (2009:34) berpendapat bahwa “ stereotipe terhadap minimnya
keterwakilan perempuan di legislatif, antara lain perempuan kerap dianggap tidak
capabel untuk menggurus hal-hal terkait bidang politik”.
Sedangkan untuk pemilihan kepala daerah yang akan diajukan oleh Partai
Golkar,DPP Partai Golkar memiliki Keputusan Nomor-145/DPP/Golkar/II/2007
tentangpenyempurnaan Juklak-5/DPP/Golkar/ IX/ 2005 tentang Tatacara Pemilihan
KepalaDaerah dari Partai Golkar. Untuk menjarnin bahwa penentuan calon kepala
daerahberlangsung demokratis, diatur soal hak suara untuk DPP, DPD Partai
GolkarProvinsi, DPD Partai Golkar Kabupaten/ Kota dan Ormas serta organisasi
sayap.Selain itu, untuk menjaring calon yang benar-benar sesuai dengan
keinginanrakyat, maka dalam proses penentuan calon kepala daerah, Partai Golkar
selalumelakukan survei Pilkada yang dilakukan oleh DPP Partai Golkar. Hasil survei
itulah,yang akan dijadikan sebagai satu-satunya pedoman bagi DPP Partai Golkar
dalammenyusun rekomendasi calon kepala daerah yang diprioritaskan untuk
menjadinominasi calon yang akan dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Tim Pilkada
PartaiGolkar. Juklak-5 juga mengatur sejumlah persyaratan khusus bagi calon
kepaladaerah yang mendaftarkan diri untuk mengikuti proses rekrutmen kepala
daerah dariPartai Golkar.
Selanjutnya, tatacara rekrutmen bakal calon Presiden dan Wakil Presiden
dariPartai Golkar ditetapkan dalam Keputusan Rapimnas III Partai Golkar tahun
2007Nomor 02/Rapirnnas-III/ Golkar/ XI/ 2007 tentang Rekomendasi Bidang
PemenanganPemilu Partai Golongan Karya tentang Bappilu, Tatacara Rekrutmen
Calon Presiden/Wakil presiden, Pilkada dan Peran Anggota Legislatif. Di situ
disebutkan bahwa"Proses rekrutmen bakal calon Presiden dan Wakil Presiden dari
Partai GolkarTahun 2009, harus dilaksanakan secara Demokratis dan Terbuka
berdasarkan AD/ART Partai Golkar. Mekanisme yang diatur dalam rekomendasi itu
merupakan"penyempurnaan" dari mekanisme Konvensi Nasional Partai Golkar tahun
2004 yangmeski terbukti mampu meningkatkan citra partai, namun juga memiliki
sejumlahkelemahan.Salah satu kritik menyatakan bahwa calon yang dihasilkan dari
KonvensiNasional tahun 2004 gagal dalam pemilihan presiden dikarenakan calon
yangbersangkutan hanya dipilih oleh internal Partai Golkar. Untuk itu, penjaringan
danpenjaringan bakal calon Presiden dan Wakil Presiden dari Partai Golkar pada
Pemilu2009 akan diintegrasikan dengan survei nasional yang dilakukan beberapa kali
olehlembaga survei yang dinilai kredibel Hasil survei itu lantas akan dibawa ke
Rapimnas Khusus yang diadakan setelah Pemilu Legislatif untuk memilih dan
menetapkancalon tersebut sebagai calon resmi Golkar.Nama-nama yang diusulkan
dalam penjaringan dan penyaringan (yang akan masuk daftar survei), berasal dari
tokoh-tokoh masyarakat yang dinilai memilikipeluang untuk menjadi bakal calon
Presiden dan Wakil Presiden tahun 2009 dandapat diusulkan oleh DPD Partai Golkar
Provinsi maupun DPD Partai GolkarKabupaten/Kota.
Dengan demikian, penetapan kader terbaik yang akan diajukanPartai Golkar
dalam Pilpres, mengkombinasikan antara pilihan internal partai (sepertidalam
Konvensi 2004 dengan modifikasi) dengan pilihan populer rakyat seperti
yangtercermin dalam hasil survei-survei yang dilakukan oleh DPP Partai
Golkar.Mekanisme ini, saya nilai cukup demokratis karena ada upaya Partai Golkar
memberpeluang bagi rakyat untuk menentukan pilihan yang akan diambil Partai
Golkar.Dilibatkannya kader-kader internal partai dalam penentuan keputusan
dalamRapimnas, saya nilai juga menutup peluang bagi figur-figur yang "tidak
berkeringat"untuk maju dalam pencalonan. ( Azwar, 2012 : 1-2 )
Kriteria umum yang dimaksud adalah sebagaimana yang tercantum dalam
Pasal 50 UU No. 10 Tahun 2008 yaitu :
a. Warga Negara Indonesia yang telah berumur 21 (dua puluh satu) tahun
atau lebih;
b. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. Bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatua Republik Indonesia;
cakap berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia.
d. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA),
Madrasa Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasa
Aliyah Kejuruan (MAK) antau bentuk lain yang sederajat;
e. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan cita-cita Proklamasi 17
Agustus 1945;
f. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau
lebih;
g. Sehat jasmani dan rohani;
h. Terdaftar sebagai pemilih;
i. Bersedia bekerja penuh waktu;
j. Mengundurkan diri sebagai pegawai negeri sipil, anggota Tentara
Nasional Indonesia, pengurus pada Badan Usaha Milik
Negaradan/atau Badan Usaha Milik Daerah, serta badan lain yang
anggaranya bersumber dari keuangan negara, yang dinyatakan dengan
surat pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali;
k. Bersedia untuk tidak berpraktek sebagai akuntan publik,
advokat/pengacara, notaris, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), dan
tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang
berhubungan dengan keuangan negara serta pekerjaan lain yang dapat
menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang, dan hak
sebagai anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota
sesuai peraturan Perundang-Undangan;
l. Bersedia untuk tidak merangkap sebagai pejabat negara lainnya,
pengurus pada badan usaha milik negaradan badan usaha milik daerah,
serta badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara;
m. Menjadi anggota partai politik peserta pemilu;
n. Dicalonkan hanya di 1 (satu) lembaga perwakilan; dan
o. Dicalonkan hanya di 1 (satu) daerah pemilihan.
( UU.No.10/2008)
Recommended