View
3
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis: pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tanggal
lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua,
pekerjaanorang tua, dan penghasilan.
1) Keluhan Utama
Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali
sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali
dan cair (dehidrasi ringan/ sedang), atau BAB > 10 kali (dehidrasi
berat). Apabila diare berlangsung <14 hari maka diare tersebut adalah
diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih
adalah diare persisten (Nursalam, 2008).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengalami:
a) Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan
kemungkinan timbul diare.
b) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
17
c) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan
sifatnya makin lama makin asam.
d) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan eletrolit, maka
gejala dehidrasi mulai tampak.
f) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi
dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit
gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam
waktu 6 jam (dehidrasi berat) (Nursalam, 2008).
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak Diare lebih
sering terjadi pada anak-anak dengan campak atau yang baru
menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari
penuruan kekebalan tubuh pada pasien. Selain imunisasi campak,
anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti
imunisasi BCG, imunisasi DPT, serta imunisasi polio.
b) Adanya riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan
(antibiotik), makan makanan basi, karena faktor ini merupakan
salah satu kemungkinan penyebab diare.
c) Riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja,
menggunakan botol susu, tidak mencuci tangan setelah buang air
besar, dan tidak mencuci tangan saat menjamah makanan.
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
18
d) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2
tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi
sebelumnya, selama, atau setelah diare. Informasi ini diperlukan
untuk melihat tanda dan gejala infeksi lain yang menyebabkan
diare seperti OMA,mtonsilitis, faringitis, bronkopneumonia, dan
ensefalitis (Nursalam, 2008).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga Adanya
Anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang dapat
menular ke anggota keluarga lainnya. Dan juga makanan yang tidak
dijamin kebersihannya yang disajikan kepada anak. Riwayat keluarga
melakukan perjalanan ke daerah tropis (Nursalam, 2008; Wong,
2008).
5) Riwayat Nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami diare, meliputi:
a) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat
mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
b) Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air masak
dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak
bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
19
c) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus
(minum biasa). Pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa
haus ingin minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, anak
malas minum atau tidak bisa minum (Nursalam, 2008).
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar
b) Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
c) Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sadar
2) Berat badan
Menurut S. Partono dalam Nursalam (2008), anak yang mengalami
diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan,
sebagai berikut:
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
20
Tabel 1
Persentase Kehilangan Berat Badan
Berdasarkan Tingkat Dehidrasi
% Kehilangan Berat Badan
Tingkat Dehidrasi Bayi Anak
Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)
Dehidrasi sedang 5-10% (50-100
ml/kg)
6% (60 ml/kg)
Dehidrasi berat 10-15% (100-150
ml/kg)
9% (90 ml/kg)
3) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-
ubunnya biasanya cekung.
b) Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak
matanya normal. pabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang
kelopak matanya cekung. edangkan apabila mengalami dehidrasi
berat, kelopak matanya sangat cekung.
c) Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak
sianosis, tidak ada pernapasan cuping hidung.
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
21
d) Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
e) Mulut dan Lidah
(1) Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
(2) Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
(3) Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
f) Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada
kelainan pada kelenjar tyroid.
g) Thorak
(1) Jantung
(a) Inspeksi
Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
(b) Auskultasi
Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare
dehidrasi ringan atau sedang denyut jantung pasien normal
hingga meningkat, diare dengan dehidrasi berat biasanya
pasien mengalami takikardi dan bradikardi.
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
22
(2) Paru-paru
(a) Inspeksi
Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal, diare
dehidrasi ringan pernapasan normal hingga melemah, diare
dengan dehidrasi berat pernapasannya dalam.
h) Abdomen
(1) Inspeksi
Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.
(2) Palpasi
Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada
pasien diare dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien
dehidrasi berat kembali > 2 detik.
(3) Auskultasi
Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya
meningkat
i) Ektremitas
Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal,
akral teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT
kembali < 2 detik, akral dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT
kembali > 2 detik, akral teraba dingin, sianosis.
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
23
j) Genitalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di
lakukan pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.
c. Pemeriksaan diagnostic
1) Pemeriksaan laboratrium
a) Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum
Biasanya penderita diare natrium plasma > 150 mmol/L,
kalium > 5 mEq/L
b) Pemeriksaan urin
Diperiksa berat jenis dan albuminurin. Eletrolit urin yang diperiksa
adalah Na+ K+ dan Cl. Asetonuri menunjukkan adanya ketosis
(Suharyono, 2008).
c) Pemeriksaan tinja
Biasanya tinja pasien diare ini mengandung sejumlah ion natrium,
klorida, dan bikarbonat.
d) Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa
Biasanya pada pemeriksaan ini terjadi peningkatan kadar protein
leukosit dalam feses atau darah makroskopik (Longo, 2013). pH
menurun disebabkan akumulasi asam atau kehilangan basa
(Suharyono, 2008).
e) Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai
infeksi sistemik ( Betz, 2009).
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
24
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Endoskopi
(a) Endoskopi gastrointestinal bagian atas dan biopsi D2, Jika
dicurigai mengalami penyakit seliak atau Giardia. Dilakukan jika
pasien mengalami mual dan muntah.
(b) Sigmoidoskopi lentur, jika diare berhubungan dengan perdarahan
segar melalui rektum.
(c) Kolonoskopi dan ileoskopi dengan biopsi, untuk semua pasien jika
pada pemeriksaan feses dan darah hasilnya normal, yang bertujuan
untuk menyingkirkan kanker.
2) Radiologi
(a) CT kolonografi, jika pasien tidak bisa atau tidak cocok menjalani
kolonoskopi
(b) Ultrasonografi abdomen atau CT scan, jika di curigai mengalami
penyakit bilier atau prankeas
3) Pemeriksaan lanjutan
(a) Osmolalitas dan volume feses setelah 48 jam berpuasa akan
mengidentifikasi penyebab sekretorik dan osmotic dari diare.
(b) Pemeriksaan laksatif pada pasien-pasien yang dicurigai
membutuhkan sampel feses dan serologi (Emmanuel,2014).
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
25
e. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon
individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan/proses
kehidupan yang aktual/potensial yang merupakan dasar untuk memilih
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang meupakan tanggung
jawab perawat.
Masalah keperawatan :
1) Defisit pengetahuan tentang penyakit gastroenteritis b/d kurang
informasi (diagnosa Nanda Nic-Noc, 2015).
f. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang
merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan,
bagaimana dilakukan , kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari
semua tindakan keperawatan
Fokus perencanaan :
Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluarga mengerti
tentang kondisi penyakit dan perawatan anak sakit di rumah.
kriteria hasil :
1) keluarga pasien mengerti tentang pengertian, penyebab, tanda gejala
dari gastroenteritis
2) cara perawatan anak dengan gastroenteritis
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
26
3) dapat mendemonstrasikan cara membuat oralit dan larutan gula garam
dengan baik dan benar.
Intervensi (NIC) :
1) Kaji tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit dan perawatan anaknya
2) Tentukan kebutuhan pegajaran keluarga pasien
3) Lakukan penilaian pegetahuan keluarga pasien Berikan pengajaran
sesuai tingkat pemahaman
4) Gunakan pendekatan pengajaran demonstrasi
5) Berikan penjelasan tentang penyakit dan kondisi anaknya, berikan
penjelasan setiap akan melakukan prosedur tindakan keperawatan
g. Implementasi
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan setelah perencanaan dan
berdasarkan perencanaan yang telah dibuat.
1) Defisit pengetahuan tentang penyakit gastroenteritis b/d kurang
informasi (diagnosa Nanda Nic-Noc, 2015).
h. Evaluasi
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil
menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran
dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari
setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
tindakan, dan evaluasi itu sendiri.
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
27
B. Konsep Dasar Kasus Diare
1. Pengertian Diare
Diare atau penyakit diare (Diarheal disease) berasal dari bahasa
yunani yaitu “diarrol” yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan
abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu frekuen. Terdapat beberapa
pendapat tentang definisi diare. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia,
diare atau penyakit diare bila tinja mengandung air lebih banyak dari
normal. Menurut Word Health Organization (WHO), penyakit diare adalah
suatu penyakit yang ditandai perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang
lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang
lebih dari biasanya, yaitu tiga kali atau lebih dalam sehari yang mungkin
dapat disertai dengan muntah atau tinja berdarah. Diare merupakan suatu
kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau
cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya
tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2012).
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga
didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila
sudah lebih dari tiga kali buang air besar, sedangkan neonates dikatakan
diare bila sudah lebih dari empat kali buang air besar (Dewi, 2013).
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
28
Menurut Banister dkk, diare adalah pengeluaran kotoran (tinja) dengan
frekuensi yang meningkat (tiga kali dalam 24 jam) disertai dengan
perubahan konsistensi tinja menjadi lembek atau cair, dengan atau tanpa
darah/lender dalam tinja. Diare merupakan salah satu mekanisme
pertahanan tubuh, yang dengan adanya diare. cairan yang tercurah ke
saluran pencernaan akan membersihkan saluran pencernaan dari bahan-
bahan patogen (cleasing effect). Apabila bahan patogen ini hilang, maka
diare akan sembuh dengan sendirinya (self limited) (Wijoyo, 2013).
Namun pada sisi lain, diare menyebabkan kehilangan cairan (air,
elektrolit, dan basa) dan bahan makanan dari tubuh. Sering kali dalam diare
akut timbul berbagai penyulit, seperti dehidrasi dengan segala akibatnya
seperti ganguan keseimbangan elektrolit, gangguan keseimbangan asam
basa, dan kehilangan makanan. Penyulit inilah yang akan menyebabkan
penderita diare akut meninggal. Sebaliknya, apabila diare menjadi menetap
maka terjadi kekurangan kalori protein kronis, dan malnutrisi
(Wijoyo,2013).
2. Penyebab Diare
Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya, melainkan
terdapat pemicunya. Menurut Dewi (2013), diare dapat disebabkan karena
beberapa faktor seperti infeksi, malabsorbsi, makanan, dan psikologi.
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
29
a. Faktor infeksi
1) Enteral, yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enteral meliputi:
a) Infeksi bakteri :Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella
camplylobacter, Yersinia, dan Aeromonas.
b) Infeksi virus: Entrovirus seperti virus Entero Cythopathogenic
Human Orphan, coxsackie, poliomyelitis, adenovirus,dan
rotavirus.
c) Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, dan
Stronglodies)
d) Protozoa (Entameoba histolytica, Giardia lamblia, dan
Trichomonas hominis)
e) Jamur (Candida albicans)
2) Parenteral, yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
misalnya Otitis Media Akut (OMA), tonsilofaringitis,
bronkopneumonia dan ensefalitis.
b. Malabsorbsi
1) Karbohidrat: disakarida,(intolerensi laktosa, maltose, dan sukrosa)
serta monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galatosa). Pada
anak dan bayi yang paling penting dan sering adalah intoleransi
laktosa.
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
30
2) Lemak: metabolisme dan absorbs lemak hanya 50%, untuk
pengobatan anak dengan malabsorbsi lemak susu MCT (Medium
Chain Tryglycerides) dapat menjadi alternative.
3) Protein: contohnya seperti bayi yang mulai mengenal makanan
pendamping ASI. Protein susu merupakan alergen (penyebab alergi)
yang paling banyak di jumpai pada bayi. Selain protein susu, aleregen
yang umum dijumpai adalah telur, kedelai, gandum, kacang, ikan dan
kerang-kerangan yang dapat menyebabkan berbagai reaksi salah
satunya adalah diare.
c. Makanan, orang tua harus memiliki kontrol baik terhadap makanan dan
minuman yang dikonsumsi oleh anak. Sebab, banyak makanan dan
minuman yang menjadi faktor utama timbulnya diare pada anak.
Biasanya, seorang anak akan memakan apapun yang disukainya, tanpa
memperdulikan kebersihan makanan atau minuman yang dikonsumsinya
misalnya makanan basi, beracun, dan alergi.
d. Psikologi, misalnya rasa takut atau cemas karena pada saat itu syaraf
dalam tubuh kita terjadi penegangan.
Menurut Wijoyo (2013), ada beberapa faktor risiko yang
menyebabkan terjadinya diare anak, yaitu:
a. Faktor pendidikan ibu
Berdasarkan hasil penelitian, kelompok ibu dengan status
pendidikan SLTP ke atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
31
memberikan cairan rehidrasi oral lebih baik pada balita daripada
kelompok ibu status pendidikan SD ke bawah. Pendidikan merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap mordibitas balita. Semakin tinggi
tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat kesehatan yang
diperoleh.
1) Faktor pekerjaan orangtua
Saat ini banyak orang tua bekerja di luar rumah sehingga anak
diasuh oleh orang lain/pembantu. Anak yang diasuh oleh oranglain
atau pembantu mempunyai risiko lebih besar untuk terkena penyakit
diare.
2) Faktor umur balita
Sebagian besar diare terjadi pada anak usia di bawah dua tahun.
Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai risiko 2,23 kali lebih
besar terserang diare daripada anak umur 25-59 bulan.
3) Faktor lingkungan
Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Dua
faktor lingkungan yang dominan, yaitu sarana air bersih dan
pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan
prilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena
tercemar kuman diare dan berakumulasi dengan perilaku manusia
yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka
dapat menimbulkan diare.
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
32
4) Faktor gizi
Status gizi pada anak sangat berpengaruh terhadap kejadian
penyakit diare. Pada anak yang menderita kurang gizi dan gizi
burukakan mempengaruhi sistem imun anak terhadap berbagai
penyakit salah satunya diare dikarenakan usus tidak dapat menyerap
dengan maksimal sehingga asupan makan yang kurang mengakibatkan
episode diare akutnya menjadi lebih berat dan mengakibatkan diare
lebih lama dan sering. Risiko meninggal akibat diare persisten dan
atau disentri sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi. Beratnya
penyakit, lamanya dan risiko kematian karena diare meningkat pada
anak-anak dengan kurang gizi.
5) Faktor sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung
terhadappenyebab diare. Kebanyakan anak yang mudah manderita
diare berasal dari keluarga besar dengan daya beli rendah, kondisi
rumah buruk, dan tidak mempunyai penyediaan air bersih yang
memenuhi persyaratan kesehatan.
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
33
6) Faktor makanan/minuman yang dikonsumsi
Kontak antara sumber penyebab diare dapat terjadi melalui air,
terutama air minum yang tidak dimasak, sewaktu mandi, dan
berkumur. Kontak kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan
pada orang lain apabila melekat pada tangan kemudian dimasukkan ke
mulut misalnya untuk memengang makanan. Kontaminasi alat-alat
makan dan dapur juga merupakan sumber penularan diare.
7) Faktor terhadap laktosa (susu sapi)
Tidak memberikan ASI secara penuh 0-6 bulan pertama
kehidupan dapat menyebabkan diare. ASI mengandung antibodi yang
dapat melindungi bayi dari berbagai kuman penyebab diare, seperti
Shigella sp dan V.Cholerae. Bayi yang tidak diberi ASI, risiko
menderita diare lebih besar dan kemungkinan menderita dehidrasi
berat lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh. Penggunaan
botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman sehingga
menyebabkan diare.
3. Tanda dan Gejala Diare
Gejala diare ialah tinja yang encer dengan frekuensi tiga kali atau lebih
dalam sehari, yang kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah, panas,
tidak nafsu makan dan terdapat darah dan lendir dalam kotoran. Menurut
Wijoyo (2013), gejala diare umumnya terjadi pada anak-anak ialah sebagai
berikut:
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
34
a. Bayi atau anak menjadi lebih cengeng dan gelisah, suhu badannya
meninggi
b. Tinja encer, berlendir, atau berdarah
c. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
d. Anus dan sekitarnya lecet
e. Gangguan gizi akibat intake asupan makan yang kurang
f. Muntah , baik sebelum maupun sesudah diare
g. Dehidrasi yang ditandai dengan berkurangnya berat badan, ubun-ubun
besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, dan selaput lendir,
mulut, dan bibir kering
h. Nafsu makan berkurang
4. Klasifikasi Diare
Diare dapat dikelompokkan menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling
lama 3-5 hari.Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7
hari.
b. Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik
bukan suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab
dan patogenesisnya multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan
penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik dan banyaknya
pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini
untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah (Nursalam, 2008).
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
35
Sedangkan menurut Wong (2008), diare dapat diklasifikasikan, sebagai
berikut:
a. Diare akut Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare
akut didefenisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi
defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus
Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai infeksi
saluran napas atau (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut
biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan
mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
b. Diare kronis Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi
defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit
lebih dari 14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis
seperti sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi
kekebalan, alergi makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik yang
kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak
memadai.
c. Diare intraktabel Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan
sindrom pada bayi dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2
minggu tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai
penyebabnya dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi.
Penyebabnya yang paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak
ditangani secara memadai.
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
36
d. Diare kronis nonspesifik Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon
iritabel pada anak atau diare todler, merupakan penyebab diare kronis
yang sering dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu.
Feses pada anak lembek dan sering disertai dengan partikel makanan
yang tidak tercerna, dan lamanya diare lebih dari 2 minggu. Anakanak
yang menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal
dan tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada darah dalam fesesnya
serta tidak tampak infeksi enterik.
5. Penanganan Diare
Rehidrasi adalah usaha untuk mengembalikan cairan tubuh yang
hilang selama diare. Caranya adalah dengan memberikan cairan pengganti
yang sesuai dengan cairan yang keluar sejak awal terjadinya diare.
Rehidrasi dirumah dapat dilakukan oleh ibu/keluarga dengan oralit
(Sitorus, 2008).
Klasifikasi tingkat penanganan diare sebagai berikut :
a. Diare dehidrasi ringan / sedang
Diare dengan dehidrasi ringan / sedang dapat diberikan Cairan rehidrasi
oral seperti air kelapa, air tajin, air teh encer, sup wortel, air perasan
buah dan larutan oralit. Pemakaian cairan ini lebih dititik beratkan pada
pencegahan timbulnya dehidrasi.
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
37
Bila mampu melakukan rehidrasi dini, dan berhasil mencegah dehidrasi
serta dapat mempertahankan kondisi itu, maka kematian akibat diare
dapat dihindari. Dengan perawatan yang seksama dirumah, penderita
tidak perlu dirawat dirumah sakit
b. Diare dehidrasi berat
Bila terjadi dehidrasi berat, tidak ada pilihan lain kecuali mengirim anak
kerumah sakit / puskesmas untuk dirawat. Penderita harus segera
diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan
terapioral. Untuk mengetahui kebutuhan sesuai dengan yang
diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung dengan
cara :
1) Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set infus
yang dipakai ) Contoh : tetesan per menit 12 tetes: banyaknya cairan
yang habis (masuk kedalam tubuh) dalam 1 jam ialah 12 x 60 /15 =
48 cc (bila pada set infus yang setiap cc nya berisi 15 tetes). Jika
control cairan dilakukan setiap 2 jam berarti 48 x 2 = 96 cc. Berikan
tanda batas cairan pada waktu memantau tersebut pada botol infus.
2) Perhatikan tanda vital: denyut nadi, pernafasan, suhu dan tekanan
darah.
3) Perhatikan frekuensi buang air besar anak masih sering, encer atau
sudah berubah konsistensinya.
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
38
4) Berikan minum teh/oralit 1-2 sendok setiap jam untuk mencegah bibir
dan selaput lendir kering.
5) Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi
makanmakanan lunak.
C. Pemberian Oralit (Rehidrasi Oral)
1. Pengertian Rehidrasi Oral
Garam Rehidrasi Oral (ORS) adalah minuman khusus yang terdiri dari
kombinasi garam kering. Ketika dicampur dengan air matang dengan benar,
maka minuman oralit dapat membantu rehydrate tubuh ketika kehilangan
banyak cairan karena diare (Zareen,2015).
Cairan Rehidrasi Oral (oralit) adalah campuran yang tepat dari
air,garam dan gula. Penanganan awal sangat penting pada anak dengan diare
adalah mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi. Pemberian cairan
pengganti (cairan rehidrasi) baik yang diberikan secara oral (diminumkan)
maupun parenteral (melalui infus) telah berhasil menurunkan angka kematian
akibat dehidrasi pada ribuan anak yang menderita diare.
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium hidrat, serta glukosa anhidrat.
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
39
1. Manfaat oralit
Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh
yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah
dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang di perlukan
untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih
diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam
oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare.
2. Kapan oralit perlu dierikan
Segera bila anak diare sampai diare berhenti.
3. Bagaimana cara pemberian oralit
Satu bungkus oralit dimasukan kedalam satu gelas air matang (200cc).
a. Anak kurang dari 1 tahun diberika 50-100 cc cairan oralit setiap kali
buang air besar.
b. Anak lebih dari 1 tahun dierikan 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang
air besar.
Penerapan Pemberian Oralit..., GILANG dWIYANTORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Recommended