View
224
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
35
BAB III ELABORASI TEMA
1. Pengertian Arsitektur
A. Kajian Gramatikal Arsitektur : “... seni dan teknologi dalam mendesain dan
membangun struktur atau sekelompok besar struktur dengan
pertimbangan kriteria estetis dan fungsional” , atau “struktur
dibangun merujuk pada prinsip-prinsip tertentu.” ( Dictionary of Architecture and Construction; Harris, C.M., 1975 )
Arsitektur merupakan seni bangunan, gaya bangunan ( Kamus Bahasa Indonesia W.J.S. Poerwadaminta )
B. Kajian Glossary Arsitektur merupakan aktivitas total bangunan sebagai teknik
dan seni yang diajarkan di akademik; suatu produk teknologi
yang terorganisasi di negara-negara berkembang. ( Charles Jenk )
Arsitektur sebagai sedikit ornamen pelengkap, ‘tambahan
artistik’ yang ditambahkan pada suatu bangunan sederhana.
Arsitektur merupakan perpotongan dari industrialisasi,
sosiologi, politik dan ekologi. ( Bernard Tschumi )
Arsitektur merupakan suatu lingkungan binaan yang
memenuhi unsur-unsur kenyamanan ( fungsional ), kekuatan
( struktur ), dan keindahan ( estetika ). ( Vitruvius )
36
C. Kesimpulan Arsitektur adalah :
“suatu lingkungan binaan (space) yang merupakan hasil
pikiran dengan pertimbangan kenyamanan, keindahan (art),
dan kekuatan (konstruksi) selaras dan konteks dengan
lingkungan dalam usaha pemahaman keinginan (hasrat) dan
kebutuhan (needs) dari manusia itu sendiri (people),
sehingga dicapai bentuk yang nyata (riil) dan dapat dinikmati
bersama.”
2. Pengertian Transformasi
A. Kajian Gramatikal Transformasi yaitu :
1. sebuah aksi, proses dan badan perubah atau
dalam keadaan berubah,
2. perubahan suatu ekspresi, formula atau
pernyataan logis tanpa mengubah substansi atau
isi esensialnya. ( Webster’s Dictionary )
Transform yaitu :
- berubah seluruh atau sebagian dalam komposisi atau
struktur,
- berubah bentuk atau penampilan luarnya,
- berubah dalam hal karakter atau sifat keadaan. ( Webster’s Dictionary )
B. Kajian Glossary Transformasi merupakan proses perubahan bentuk yang
merespon berbagai faktor baik eksternal maupun internal. ( Antoni C. Antoniades )
37
Transformasi merupakan proses yang menyesuaikan dengan
keadaan, terjadi karena perubahan sistem asumsi. ( D’Archy Thompson )
Transformasi dalam arsitektur adalah proses dan fenomena
perubahan fungsi, struktur, elemen dekoratif yang disesuaikan
dengan keadaan. ( Seminar AR 490 2001, Transformasi Arsitektur Nusantara )
C. Kesimpulan Transformasi adalah
“proses perubahan yang dapat berlangsung secara kontinyu,
baik secara keseluruhan maupun secar sebagian dalam usaha
untuk merespon, baik faktor internal maupun eksternal,
dengan tetap tidak mengubah substansi atau esensinya yang
disesuaikan dengan keadaan.”
3. Pengertian Tradisi; Tradisional Tradisi adalah sesuatu yang diturunkan atau diwariskan bisa
berupa informasi, pendapat, kepercayaan dan kebiasaan,
secara lisan atau melalui contoh-contoh. ( Webster’s Dictionary )
Traditional adalah :
1. berhubungan dengan tradisi dan terdiri dari tradisi,
2. diteruskan atau diturunkan dari weaktu ke waktu tanpa
tertulis atau lisan,
3. mengikuti tradisi-tradisi berdasar atas suatu aturan, kode-
kode atau kenyataan yang diterima dari dulu. ( Webster’s Dictionary )
38
4. Interpretasi Tema Transformasi arsitektur tradisional Jawa adalah proses
perubahan fungsi, struktur, ornamen, yang memiliki kekhasan
etnis Jawa untuk menciptakan bentukan baru yang sesuai
dengan keadaan, dengan mengambil unsur-unsur yang
terdapat pada arsitektur tradisional Jawa untuk diterapkan ke
dalam bangunan fungsi baru yang akan dirancang dengan
penyesuaian fungsi, kebutuhan, dan keadaan saat ini.
5. Studi Banding Tema Sejenis a. Rumah Tinggal Butik di Jl. Langenastran Yogyakarta
gb.31 : teras depan dengan pilar-pilar ornamental khas Jawa
gb.32 : teras sayap kiri difungsikan sebagai ruang makan
39
Bentuk bangunan rumah tinggal yang juga berfungsi
sebagai butik ini adalah joglo dengan teras yang seolah
menggantikan posisi pendopo menyatu dengan bangunan
yang merupakan one single building. Pendopo ini berfungsi
sebagai area penerima tamu dengan suasana kekeluargaan,
dibangun lebih tinggi sekitar 3 anak tangga dari permukaan
tanah. Walaupun bersifat terbuka dan berkesan nyaman
namun untuk mendefinisikan ruang dibuat pagar partisi kayu
(parapet) berukir setinggi kurang lebih 80 cm mengisi antara
kolom-kolom teras. Bentuk lengkungan pada ukiran kayu di
teras depan mengingatkan kita pada arsitektur pintu masjid di
Timur Tengah.
Bagian depan teras terdapat tambahan bangunan yang
disebut kuncung yang diberi teritisan dan atap yang menyatu
dengan bangunan induk. Kolom-kolom teras dihiasi ornamen
khas Jawa sulur-suluran atau flora stilisasi lengkap dengan
konsep tripartit yaitu kepala, badan, dan kaki yang dicat
dengan warna-warna khas tradisional Jawa, kuning keemasan,
hijau dan hitam. Juga terdapat hiasan yang diterapkan pada
kepala pintu dan jendela yang ditambah ukiran ornamen kayu
berbentuk meruncing bagai tumpal di atas ventilasi udara,
serta hiasan berbentuk belah ketupat atau wajik. Ventilasi
udara di atas pintu dan jendela berhias motif garis-garis
diagonal dan hiasan bunga ceplokan.
Transformasi yang terjadi dalam contoh ini adalah
transformasi material dan fungsi. Material bangunan adalah
beton dan penggunaan partisi kayu pada ornamen hias.
Transformasi tetap menggunakan ragam hias dan warna khas
Jawa serta konsep simetris dan elemen tripartit pada
bangunan.
40
b. Villa Jaya Ibrahim di Gunung Salak
gb.33 : Villa menyatu dengan alam pegunungan sekitarnya
gb.34 : teras depan dengan kolom modern analogi soko pada pendopo
gb.35 : simetrisasi area patio dengan kerikil sebagai analogi pasir
pesisir laut selatan
gb.36 : ragam hias kerawang sekar tanjung khas Jawa
41
Halaman muka villa yang menghadap Gunung Salak di
arah Utara ini ditanami 44 buah pohon kelapa yang berderet
teratur. Setiapnya melambangkan tiang-tiang pendopo rumah
tradisional Jawa. Tembok halaman adalah unsur penting
dalam arsitektur Jawa yang melambangkan batas-batas area
dengan tingkatan kesucian yang berbeda-beda.
Fasade Selatan yang menghadap Gunung Salak adalah
bengunan panjang dengan atap limasan dengan tritisan yang
ditunjang oleh 20 tiang gaya kraton Jawa. Bangunan tengah
villa ini beratap gaya Jawa didukung pilar-pilar yang memakai
proporsi Tuskan tetapi kapitalnya dibuat tinggal bentuk dasar
saja. Efek keseluruhan mirip batang pohon palem yang
meneruskan konsep tiang-tiang pendopo imajiner yang
dilambangkan dengan deretan pohon-pohon kelapa di
halaman depan.
Simetrisasi yang kuat dari desain arsitektural sampai
interior menimbulkan kesan keselarasan. Simetrisasi yang
tetap dipertahankan dari satu ruang ke ruang lainnya
menyiratkan keseimbangan dan kesan enak dipandang.
Transformasi pada Villa Jaya Ibrahim tetap
mengetengahkan konsep penyatuan diri terhadap alam
dengan menghadirkan elemen Gunung Salak sebagai pusat
sumbu imajiner yang membagi bangunan dan tapak juga
penggunaan motif hias tertentu pada beberapa bagian
bangunan. Transformasi yang dipakai adalah transformasi
analogi, dengan adanya deretan pohon kelapa sebagai
perumpamaan tiang pendopo bangunan tradisional Jawa juga
analogi pot-pot gelombang dan kerikil di area patio sebagai
gelombang air laut dan pantai Laut Selatan.
42
c. Keputren Pracimoyoso, Kraton Surakarta
gb.37 : Atap susun tiga Keputren Pracimoyoso
gb.38 : modernitas pada skylight ruang siram
gb.39 : tiang saka 4 struktural diteruskan mengikuti denah
43
Letaknya terpisah dan agak menyudut dari Dalem Ageng
dengan rancang atap bersusun tiga dan kayu sirap sebagai
pelindung atapnya. Bangunan ini berbentuk segi delapan
dengan tiang penyangga atap Joglo. Warna dasar yang
digunakannya adalah warna pare anom khas Jawa.
Tiang saka bangunan beratap Joglo ini berpencar dari
empat buah menjadi delapan buah mengikuti bentuk
bangunannya. Semua konstruksi yang lekat dengan warna
kuning gading ini dibuat tanpa paku, melainkan hanya saling
dipasakkan. Bangunan keputren ini memiliki saka guru setinggi
kurang lebih 12 meter mendukung atap tingkat di atasnya.
Inilah keistimewaan utama dari Keputren Pracimoyoso karena
proporsi bangunan yang berubah dari proporsi bangunan
Joglo pada umumnya.
Transformasi pada Keputren Pracimoyoso adalah
transformasi secara struktural, bagaimana tiang saka guru
yang menutup atap di atasnya disebar ke setiap penjuru
ruangan di bawahnya yang bersegi delapan. Transformasi
lainnya adalah dalam hal material dan gaya kolonial pengaruh
arsitektur Belanda yang tampak pada interiornya.
44
6. Kesimpulan Unsur arsitektural pada arsitektur tradisional Jawa yang dapat
menjadi objek transformasi adalah :
a. bentuk
b. fungsi
c. konstruksi dan struktur
Konsep - konsep transformasi sebagai pendekatan :
a. Analogi
b. Metafora
c. Simbiosis
d. Metamorfosis
e. Kosmis
f. Distorting
g. Regrouping
h. General Alterting
NO KASUS TRANSFORMASI YANG DIPAKAI
UNSUR YANG DITRANSFORMASIKAN
1. Rumah Tinggal
Langenastran
Yogyakarta
Simbiosis, general
alterting
a. Ragam hias
b. Warna
c. Konstelasi ruang
d. Material
e. Fungsi
2. Villa Jaya Ibrahim Analogi, kosmis a. eksplorasi view tapak
b. Ragam hias
c. Konsep penataan ruang
3. Keputren
Pracimoyoso
Distorting a. Konstruksi dan struktur
b. Material
c. Warna
Kesimpulan yang dapat diambil dari elaborasi tema ini, penerapan
tema Transformasi Arsitektur Tradisional Jawa pada studi kasus
yang sekiranya dapat diterapkan adalah:
- Distorting skala
- Analogi pada ragam hias, warna dan elemen arsitektural
lainnya
- Simbiosis konsep Modern -Tradisional Jawa
Recommended