View
212
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
29 Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai “Kemampuan untuk
berinteraksi dengan orang lain dalam ruang lingkup variabel merupakan suatu
atribut atau ciri-ciri mengenai sesuatu yang diamati dalam penelitian” (Sunanto J.,
2006, hlm.12). Setiap penelitian memiliki variabel untuk diteliti lalu diambil
kesimpulannya setelah memperoleh data yang dibutuhkan. Penelitian ini memiliki
dua variabel, diantaranya:
1. Definisi Konsep Variabel
a. Variabel Bebas
Variabel bebas (independent variables) adalah “Variabel-variabel
yang (mungkin) menyebabkan, mempengaruhi, atau berefek pada outcome.
variabel-variabel ini juga dikenal dengan istilah variabel-variabel treatment,
manipulated, atecendent, atau predictor”. (Creswell,2013, hlm.77)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik modeling. Menurut
Bandura modeling merupakan proses mengamati dan meniru perilaku orang
lain untuk membentuk perilaku baru dalam dirinya (Purwanta, 2012, hlm.
129). Berdasarkan pendapat tersebut mengenai modeling secara sederhana
prosedur dasar modeling (meneladani) adalah menunjukan perilaku
seseorang atau perilaku beberapa orang kepada subjek untuk ditiru. Prosedur
modeling berlangsung wajar dalam kehidupan sehari-hari baik secara
langsung atau lewat media cetak (buku-buku bacaan atau majalah), media
elektronika (radio, TV, film).
Asumsi yang telah dikemukakan menunjukan bahwa modeling
merupakan suatu modifikasi perilaku yang menyajikan sebuah contoh
30
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perilaku, dengan tujuan subjek dapat mengamati dan menirukan perilaku
yang sama. Beberapa tahapan dalam melakukan modeling sebagai berikut :
a. Memusatkan perhatian subjek
b. Memilih media penyajian
c. Memilih teladan
d. Menyajikan secara mengesankan dan berulang-ulang
e. Memberi pengukuhan segera
b. Variabel Terikat
Variabel terikat (dependent variables) adalah “Variabel-variabel yang
bergantung pada variabel-variabel bebas.”, (Cresswel, 2013, hlm. 77).
Sehingga dapat dikatakan variabel terikat adalah variabel yang diukur sebagai
akibat adanya manipulasi pada variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian
ini yaitu kecerdasan emosi.
Kecerdasan emosi disini merupakan kemampuan seseorang mengatur
kehidupan emosinya dengan intelegensi (to manage our emotional life with
intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the
appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan mengenali
emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang
lain dan membina hubungan. (Goleman, 2000, hlm.145).
2. Definisi Opersional Variabel
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Teknik Modeling. Teknik
modeling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan modeling
secara symbolic. Modeling symbolic yang diberikan kepada siswa berupa 16
film yaitu “Aku ingin sekolah”, “Andai seragam bisa bicara”, “Diatas langit
masih ada langit”, “Emaskan Kuningan”, “Gambaran masa depan”,
“Langkah”, “Hikmah kejujuran”, “Iklan Thailand”, “Jiwa Muda”, “Motivasi
31
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembakar semangat”, “Praktek jujur amanah”, „Saya menangis”,
“Timbulanya kerjasama dalam kesulitan”, “Iklan keren asli indonesia” dan
“Pelajaran berharga jangan menilai orang dari luarnya”.
Film-film yang ditayangkan dipilih karena memiliki nilai-nilai moral
seperti kejujuran, kerjasama, menghargai sesama, menghormati orang tua,
amanah, memotivasi diri dan bagaimana mengelola emosi yang dapat
meningkatkan kecerdasan emosi. Terdapat beberapa tahapan dalam
penerapan modeling yaitu sebagai berikut :
1) Memusatkan Perhatian Siswa
Pemusatan perhatian siswa dilakukan dengan mengkondisikan siswa
untuk memperhatikan film yang akan ditayangkan di depan kelas. Peneliti
memberikan prolog isi dari film yang akan ditayangkan.
2) Memilih Media Pemeran
Pemilihan media yang dilakukan yaitu menggunakan film yang
ditayangkan lewat proyektor melalui laptop sehingga perilaku-perilaku
tokoh yang perlu diperkuat dapat diperlambat agar siswa lebih memahami
apa yang perlu mereka teladani.
3) Memilih Model
Model yang dipilih dalam penelitian ini merupakan model kehidupan
sehari-hari seperti kehidupan masa remaja dan motivasi untuk siswa yang
dapat diamati.
4) Memamerkan konsekuensi positif dan negatif
Diakhir penayangan film siswa diperlihatkan dampak dari perilaku yang
ditampilkan oleh tokoh apabila berbuat baik maka akan mendapatkaan
kebaikan dan apabila berbuat tidak baik akan mendapatkan kejelekan.
5) Memberi pengukuh segera
Pemberian pengukuhan dilakukan setelah melaksanakan diskusi bersama
siswa untuk mendapatkan makna saat film selesai ditayangkan.
32
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosi.
Kecerdasan emosi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Mengenali emosi diri yaitu suatu kemampuan untuk mengenali perasaan
sewaktu perasaan itu terjadi.
2) Mengelola emosi yaitu kemampuan inividu dalam menangani perasaan
agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai
keseimbangan dalam diri individu.
3) Memotivasi diri sendiri yaitu mampu menata emosi guna mencapai
tujuan yang diinginkan.
4) Empati yaitu kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau
peduli.
5) Membina hubungan merupakan keterampilan yang menunjang
popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi
B. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Menurut Creswell
(2013,hlm.77) Penelitian kuantitatif “Merupakan metode-metode untuk menguji
teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel”. Hal yang diuji
dalam penelitian ini yaitu untuk meneliti hubungan variabel bebas teknik modeling
dengan variabel terikat kecerdasan emosi.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimental.
Lexy (dalam Burhan, 2011, hlm.156) menuturkan bahwa “Eksperimentasi adalah
suatu metode yang dipakai untuk mengetahui pengaruh dari suatu media, alat, atau
kondisi yang sengaja diadakan terhadap gejala sosial berupa kegiatan dan tingkah
laku seseorang ataupun kelompok individu”.
Lebih khusus penelitian ini menggunakan rancangan pre-experimental.
Penelitian ini mengaharuskan peneliti untuk mengamati satu kelompok utama dan
melakukan intervensi di dalamnya sepanjang penelitian. (Cresswell, 2013, hlm.
33
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
238). Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan one group
pretest-postest design.
Pada desain ini terdapat pretest, pemberian perlakuan berupa stimulus dan
posttest. Satu kelompok eksperimen diukur variabel dependennya (pretest),
kemudian diberikan stimulus, dan diukur kembali variable dependennya (posttest),
tanpa ada kelompok pembanding. (Prasetyo, 2010, hlm.161). Desain ini tidak
menggunakan kelompok pembanding, desain ini hanya menggunakan satu
kelompok atau desain kelompok tunggal.
Desain yang digunakan terdapat adanya perlakuan, maka desain ini memiliki
hasil yang diketahui lebih akurat. Hasil yang diketahui dapat lebih akurat karena
dapat membandingkan keadaan saat sebelum dan sesudah diberi perlakuan terhadap
kelompok tunggal. Adapun skema dari one group pretest-posttest design
ditampilkan dalam skema dibawah ini :
Desain one group pretest-posttest
Kelompok A 01 ----------- X --------------- 02
(Creswell, 2013, hlm.241)
Keterangan :
Kelompok A : Kelompok yang diteliti
01 : Pre-test
X : Treatment
02 : Post-test
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek
penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala,
nilai peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat
menjadi sumber data penelitian (Burhan,2011,hlm.110). Secara spesifik populasi
dalam penelitian ini merupakan populasi sampling dimana populasi yang diambil
34
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
secara khusus berasal dari kelas sample yang akan diteliti, sehingga populasi
dalam penelitian ini adalah siswa SMP kelas VII di LPKA Sukamiskin Bandung
yang berjumlah 24 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini termasuk sampel acak (random sample). sampel acak merupakan
sampel dimana setiap individu dalam populasi memiliki kemungkinan untuk
dipilih. Dengan pengacakan, sampel yang paling representatif akan
memungkinkan peneliti untuk melakukan generalisasi terhadap suatu populasi.
(Cresswel, 2013, hlm.220)
Sampel pada penelitian ini yaitu siswa kelas VII di LPKA Sukamiskin
Bandung dengan jumlah 16 orang laki-laki. Alasan pemilihan sampel yang
berjumlah 16 orang karena hasil dari studi pendahuluan saat microteaching dan
observasi pada siswa kelas VII menunjukan ke 16 siswa tersebut memiliki
kecerdasan emosi yang kurang baik. Berikut sampel penelitian yang akan diteliti
:
Tabel 3.1
Identitas Sampel Penelitian
No. Inisial Jenis kelamin Usia
1. RY Laki-laki 16 tahun
2. AP Laki-laki 16 tahun
3. M Laki-laki 16 tahun
4. RI Laki-laki 17 tahun
5. RF Laki-laki 17 tahun
6. AY Laki-laki 17 tahun
7. AN Laki-laki 18 tahun
8. AZ Laki-laki 17 tahun
35
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9. SR Laki-laki 18 tahun
10. MG Laki-laki 15 tahun
11. RR Laki-laki 15 tahun
12. YK Laki-laki 17 tahun
13. IH Laki-laki 16 tahun
14. AR Laki-laki 15 tahun
15. SS Laki-laki 17 tahun
16. S Laki-laki 16 tahun
D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Melakukan sebuah penelitian harus menggunakan pengukuran yang tepat,
untuk mendapatkan pengukuran yang tepat tentu dibutuhkan sebuah alat ukur yang
sesuai. Alat ukur dalam penelitian biasa disebut dengan instrumen penelitian.
Sehingga instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial, yang sedang diteliti dan semua fenomena
ini disebut dengan variabel penelitian.
Instrumen penelitian yang digunakan berupa pedoman wawancara dan
observasi dengan rating scale serta kuesioner tentang kecerdasan emosi. Untuk
menjabarkan instrumen ke dalam bentuk pernyataan-pernyataan, maka peneliti
membuat beberapa langkah untuk membuat instrumen tersebut.
1. Kisi-kisi Instrumen
Sebelum instrumen menjadi pedoman observasi penelitian, maka hal
pertama yang dilakukan peneliti adalah menyusun kisi-kisi instrumen. Hal ini
dilakukan agar penelitian lebih terarah, lebih mudah dalam pengerjaan
pengumpulan dan pengolahan data serta tidak keluar dari bahasan yang akan
diteliti.
36
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kisi-kisi instrumen dibuat berdasarkan aspek-aspek kecerdasan emosi yang
dirumuskan oleh Goleman. Adapun kisi-kisi instrumen kecerdasan emosi
tersebut dapat dicermati pada tabel berikut :
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosi Siswa
Variabel Aspek Butir Instrumen Nomor
Soal
Kecerdasan
Emosi
1. Mengenali
Emosi Diri
(suatu
kemampuan
untuk mengenali
perasaan sewaktu
perasaan itu
terjadi)
1.1 Mengetahui penyebab dari
kekecewaan yang saya
rasakan
1
1.2 Mengetahui penyebab saya
sedih 2
1.3 Mengetahui hal-hal yang
menyebabkan saya marah 3
1.4 Mengetahui hal-hal yang
membuat saya senang 4
1.5 Mengetahui apa yang
membuat saya takut 5
2. Mengelola
Emosi
(kemampuan
inividu dalam
menangani
perasaan agar
dapat terungkap
dengan tepat atau
2.1 Bersabar saat mengantri 6
2.2 Marah saat teman
melanggar peraturan di
asrama
7
2.3 Sedih karena merasa
bersalah pada orangtua 8
2.4 Takut apabila melakukan
kesalahan 9
37
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
selaras, sehingga
tercapai
keseimbangan
dalam diri
individu)
2.5 Cemas apabila belum
mengerjakan tugas 10
2.6 Iba saat orang lain dalam
kesulitan 11
2.7 Senang untuk belajar 12
2.8 Iri apabila orang lain
mendapatkan hasil belajar
yang bagus 13
3. Memotivasi Diri
Sendiri (Mampu
menata emosi
guna mencapai
tujuan yang
diinginkan.)
3.1 Bertanya pada guru atau
teman saat ada pelajaran
yang belum dimengerti
14
3.2 Belajar sendiri tanpa
disuruh 15
3.3 Memiliki cita-cita 16
3.4 Memiliki target untuk lebih
baik dari teman dalam
belajar
17
4. Empati
(kemampuan
seseorang untuk
mengenali orang
lain atau peduli)
4.1 Menghibur teman saat
teman merasa sedih 18
4.2 Bersedia ketika diminta
bantuan oleh orang lain 19
4.3 Menerima pendapat dari
orang lain 20
4.4 Peduli terhadap kesusahan
orang lain 21
38
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Membina
Hubungan
(merupakan
keterampilan
yang menunjang
popularitas,
kepemimpinan,
dan keberhasilan
antar pribadi)
5.1 Menjadi ketua dalam
kelompok 22
5.2 Bercerita pada orang lain
apabila sedang sedih 23
5.3 Tidak membeda-bedakan
teman yang kaya atau
miskin
24
5.4 Mengucapkan salam atau
menyapa saat bertemu
dengan orang lain
25
5.5 Mencium tangan orang
yang lebih tua (orangtua,
guru, Pembina)
26
Instrumen dalam penelitian ini disusun dalam bentuk pedoman wawancara,
pengamatan (observasi) dan kuesioner kecerdasan emosi siswa yang digunakan
untuk memperoleh gambaran nyata terkait kecerdasan emosi siswa. Peneliti
memberikan tanda ceklis pada kolom wawancara dan pengamatan jika siswa
menampilkan perilaku yang terdapat dalam pernyataan. Sedangkan siswa mengisi
kuesioner kecerdasan emosi yang diberikan dengan memberi ceklist pada tabel
jawaban dari pernyataan yang terdapat dalam instrumen. Berikut instrumen
wawancara, observasi dan kuesioner kecerdasan emosi :
Tabel 3.3 Instrumen Wawancara Kecerdasan Emosi Siswa
NO Butir Instrumen
Pengamatan
Iya Ragu-
ragu Tidak
1. Mengetahui penyebab dari
kekecewaan yang dirasakan
39
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Mengetahui penyebab dirinya
sedih
3. Mengetahui hal-hal yang
menyebabkan dirinya marah
4. Mengetahui hal-hal yang
membuat dirinya senang
5. Mengetahui apa yang membuat
dirinya takut
6. Memiliki cita-cita
7. Memiliki target untuk lebih baik
dari teman dalam belajar
Tabel 3.4 Instrumen Observasi Kecerdasan Emosi Siswa
No. Pernyataan
Jawaban
Belum
Terlihat
Mulai
Terlihat Konsisten
1. Saya mengetahui penyebab dari
kekecewaan yang saya rasakan
2. Bersabar saat mengantri
3. Marah saat teman melanggar
peraturan di asrama
4. Sedih karena merasa bersalah
pada orangtua
5. Takut apabila melakukan
kesalahan
6. Cemas apabila belum
mengerjakan tugas
7. Iba saat orang lain dalam
40
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kesulitan
8. Senang untuk belajar
9. Iri apabila orang lain
mendapatkan hasil belajar yang
bagus
10. Bertanya pada guru atau teman
saat ada pelajaran yang belum
dimengerti
11. Belajar sendiri tanpa disuruh
12. Menghibur teman saat teman
merasa sedih
13. Bersedia ketika diminta bantuan
oleh orang lain
14. Menerima pendapat dari orang
lain
15. Peduli terhadap kesusahan orang
lain
16. Menjadi ketua dalam kelompok
17. Bercerita pada orang lain apabila
sedang sedih
18. Tidak membeda-bedakan teman
yang kaya atau miskin
19. Mengucapkan salam atau
menyapa saat bertemu dengan
orang lain
20. Mencium tangan orang yang
lebih tua dari dirinya (orangtua,
guru, Pembina)
41
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.5 Instrumen Kuesioner Kecerdasan Emosi Siswa
No. Pernyataan
Jawaban
Selalu Pernah Tidak
Pernah
1.
Saya mengetahui penyebab
dari kekecewaan yang saya
rasakan
2. Saya mengetahui penyebab
saya sedih
3. Saya mengetahui hal-hal yang menyebabkan saya
marah
4. Saya mengetahui hal-hal yang membuat saya senang
5. Saya mengetahui apa yang membuat saya takut
6. Saya bersabar saat
mengantri
7.
Saya marah saat teman
melanggar peraturan di
asrama
8. Saya sedih karena merasa
bersalah pada orangtua
9. Saya takut apabila
melakukan kesalahan
10. Saya cemas apabila belum
mengerjakan tugas
11. Saya iba melihat orang lain
dalam kesulitan
42
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12. Saya senang untuk belajar
13.
Saya iri apabila orang lain
mendapatkan hasil belajar
yang bagus
14.
Saya bertanya pada guru
atau teman saat ada
pelajaran yang belum
dimengerti
15. Saya belajar sendiri tanpa
disuruh
16. Saya memiliki cita-cita
17.
Saya memiliki target untuk
lebih baik dari teman dalam
belajar
18. Saya menghibur teman saat
teman merasa sedih
19. Saya bersedia ketika diminta
bantuan oleh orang lain
20. Saya menerima pendapat
dari orang lain
21. Saya peduli terhadap
kesusahan orang lain
22. Saya menjadi ketua dalam
kelompok
23. Saya bercerita pada orang
lain apabila sedang sedih
24. Saya tidak membeda-
bedakan teman yang kaya
43
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
atau miskin
25.
Saya mengucapkan salam
atau menyapa saat bertemu
dengan orang lain
26.
Saya mencium tangan orang
yang lebih tua dari saya
(orangtua, guru, Pembina)
1. Kriteria Penilaian Instrumen
Kriteria penilaian butir pernyataan pedoman wawancara yang digunakan
peneliti ialah Rating Scale. Setiap butir instrumen dalam lembar pengamatan
terdapat 3 penilaian yaitu “Iya”, “Ragu-ragu”, dan “Tidak”.
Tabel 3.6 Kriteria Skor Kecerdasan Emosi
Pedoman Wawancara
Pernyataan
Skor
Iya Ragu-
ragu Tidak
Favorable (+) 3 2 1
Setiap butir instrumen memiliki nilai 1 – 3. Terdapat bobot tertentu untuk masing-
masing nilai, keterangan bobot nilai dijabarkan sebagai berikut:
Tidak = Memiliki skor 1, siswa tidak mengetahui pernyataan yang ditanyakan
dalam indikator
Ragu-ragu = Memiliki skor 2, siswa ragu-ragu terhadap pernyataan yang ditanyakan
dalam indikator
44
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Iya = Memiliki skor 3, siswa mengetahui pernyataan yang ditanyakan dalam
indikator
Tabel 3.7 Kriteria Skor Kecerdasan Emosi
Pedoman Observasi
Pernyataan
Skor
BT MT K
Favorable (+) 1 2 3
Setiap butir instrumen memiliki nilai 1 – 3. Terdapat bobot tertentu untuk masing-
masing nilai, keterangan bobot nilai dijabarkan sebagai berikut:
BT = Belum Terlihat. Memiliki skor 1, siswa belum memperlihatkan perilaku
sesuai dengan yang dinyatakan dalam indikator
MT = Mulai Terlihat. Memiliki skor 2, siswa sudah mulai memperlihatkan
perilaku sesuai yang dinyatakan dalam indikator
K = Konsisten Memiliki skor 3, siswa sudah memperlihatkan perilaku sesuai
dengan pernyataan indikator dengan konsisten
Dalam menentukan kriteria penilaian butir pernyataan kuesioner kecerdasan
emosi siswa, peneliti menggunakan skala Likert.. Setiap butir instrumen dalam
lembar kuesioner terdapat 3 penilaian yaitu Selalu , Pernah dan Tidak Pernah .
Tabel 3.8 Kriteria Skor Kecerdasan Emosi
Kuesioner Siswa
Pernyataan Skor
45
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tidak
Pernah
Pernah Selalu
Favorable (+) 1 2 3
Setiap butir instrumen memiliki nilai 1 – 3. Terdapat bobot tertentu untuk masing-
masing nilai, keterangan bobot nilai dijabarkan sebagai berikut:
Tidak Pernah = Tidak pernah. Memiliki skor 1, siswa tidak pernah melakukan
pernyataan yang dinyatakan dalam instrumen.
Pernah = Pernah. Memiliki skor 2, siswa pernah melakukan pernyataan yang
dinyatakan dalam instrument.
Selalu = Selalu Memiliki skor 3, siswa selalu melakukan pernyataan yang
dinyatakan dalam instrumen.
2. Validitas Instrumen Penelitian
Sebuah instrumen penelitian yang akan digunakan perlu dilakukan pengujian
validitas terlebih dahulu. Uji validitas ini dilakukan untuk mendapatkan hasil
penelitian yang valid. Menurut Azwar (2012, hlm. 8) “validity mempunyai arti
sejauhmana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi
pengukurannya”. Hal ini berarti bahwa dengan menggunakan tes atau sekala
(instrumen) yang telah teruji validitasnya maka akan diperoleh data yang konkrit
dan terpercaya.
Uji validitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas
isi.
Azwar (2012, hlm.42) mengemukakan “validitas isi merupakan validitas yang
diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui
analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui expert judgement.”
46
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rumus validitas isi yang digunakan untuk menentukan valid atau tidak
validnya instrumen dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan rumus
perhitungan sebagai berikut :
Keterangan
(Susetyo,2015,hlm.116)
Terdapat 3 ahli yang menjadi penilai uji validitas isi dalam penelitian ini
yaitu, dua ahli dari dosen Jurusan Pendidikan Khusus spesialisasi tunalaras dan
satu ahli dari pihak dosen Jurusan Psikologi . Adapun data para ahli yang memberi
penilaian ialah sebagai berikut:
Tabel 3.9 Data Ahli Penilai Expert Judgement
No. Nama Jabatan
1. Dr. Juhanaini, M.Ed
Dosen Pendidikan Khusus
Spesialisasi Tunalaras
2. Dr. Dedy Kurniadi, M.Pd
Dosen Pendidikan Khusus
Spesialisasi Tunalaras
3. M. Ariez Musthafa, M.Si Dosen Psikologi
Para ahli sebagai penilai mencocokkan butir instrumen dengan indikator
yang terdapat pada kisi-kisi instrumen. Penilai memberi tanda checklist pada
kolom Expert Judgement yang telah disediakan terhadap instrumen yang dianggap
cocok untuk penelitian. Setiap instrumen yang disetujui atau dikatakan cocok
47
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diberi nilai 1 dan instrumen yang tidak disetujui atau dikatakan tidak cocok diberi
nilai 0. Butir tes dinyatkan valid apabila kecocokannya dengan indikator mencapai
lebih dari 50%. (Susetyo,2015,hlm.116)
Melalui uji validitas yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan seluruh
butir instrument dinyatakan valid karena perentase validitas setiap butir soal yang
diperoleh yaitu 66,7% dan 100% (perhitungan validitas instrument terlampir).
Maka instrument penelitian tentang penggunaan teknik modeling untuk
meningkatkan kecerdasan emosi siswa kelas VII di LPKA Sukamiskin dapat
digunakan.
4. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas dapat diartikan bahwa instrumen yang cukup baik maka instrumen
tersebut dapat dipercaya. Azwar (2012, hlm.7) mengemukakan bahwa “Suatu
pengukuran yang mampu menghasilkan data yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi
disebut sebagai pengukuran yang reliabel”.
Pengujian reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reliabilitas
konsistensi internal. Menurut Azwar (2012,hlm.59) :
“Pendekatan konsistensi internal dalam estimasi reliabilitas dimaksudkan, antara lain untuk menghindari permasalahan yang biasanya ditimbulkan oleh pendekatan tes
ulang dan pendekatan bentuk paralel. dalam pendekatan konsistensi internal data skor sekelempok individu sebagai subjek (single trial administration), sehingga metode ini
mempunyai nilai praktis dan efisiensi yang tinggi dibanding prosedur tes ulang dan bentuk paralel”.
Cara yang digunakan untuk perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini
menggunakan Alpha Cronbach dengan aplikasi Statistical Service Product Solutions
(SPSS). Berikut hasil perhitungan reliabilitas Alpha Cronbach dengan SPSS :
Tabel 3.10 Hasil Perhitungan
Reliabilitas Apha Cronbach SPSS 16.0
Case Processing Summary
N %
48
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.698 26
Tabel 3.6 menunjukan bahwa item instrumen yang diujikan pada 16 partisipan
dapat dikatakan reliable. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Alpha Cronbach yang
lebih besar dari r.tabel (0,698 > 0,497). Nilai Alpha yang diperoleh yaitu 0,698 dengan
r.tabel untuk partisipan tes 16 orang yaitu 0,497. Dengan demikian maka item
questioner dalam penelitian ini dikatakan reliabel.
5. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk
memperoleh data. Berikut tahapan-tahapan yang dilakukan oleh peneliti :
a. Persiapan penelitian
Cases Valid 16 100.0
Excludeda 0 .0
Total 16 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
49
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Studi pendahuluan
Berdasarkan studi pendahuluan selama pelaksanaan program
microteaching dan observasi di LPKA Sukamiskin Bandung ditemukan
adanya masalah dalam kecerdasan emosi pada siswa tunalaras kelas VII.
Hal tersebut ditunjukan dengan adanya siswa yang merasa gelisah tanpa
tahu sebabnya, saat mengahadapi kesulitan menjadi tidak bersemangat,
terlalu membenci temannya yang membuatnya marah, membentak
temannya saat gelisah, kurang dapat menyalurkan emosi yang dimiliki,
sulit memahami emosi orang lain sehingga dampaknya siswa tersebut
akan mengalami kemerosotan kecerdasan emosi apabila dibiarkan.
2) Menyusun Alat Pengumpul Data Instrumen
Pada tahap ini peneliti mempersipakan instrumen penelitian yang
dibimbing oleh dosen pembimbing skripsi.
b. Pelaksanaan Penelitian
1) Meminta izin kepada pihak LPKA Sukamiskin untuk melaksanakan
penelitian pada siswa kelas VII.
2) Melaksanakan tes awal (Pre-Test) untuk mengambil kondisi awal
kecerdasan emosi siswa sebelum diberi perlakuan. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara observasi. Observasi Pre-test ini dilakukan oleh
peneliti sendiri dengan bantuan oleh petugas LPKA. Pada saat observasi,
peneliti hanya mengamati kecerdasan emosi siswa berdasarkan pedoman
observasi yang dibuat.
3) Melaksanakan perlakuan melalui penayangan video dan diskusi selama
lima kali pertemuan dengan menggunakan teknik modeling pada siswa
tunalaras kelas VII LPKA Sukamiskin dengan jumlah enam belas belas
orang. Jumlah pertemuan lima kali untuk perlakuan didasarkan pada
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Robiatul Adawiyah dengan judul
50
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
”Pengembangan Model Konseling Behavior dengan Teknik Modeling
Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa SMPN 4 Wanarebes”
dimana dalam penelitian tersebut sesi pemberian video sebanyak lima kali.
4) Pelaksanaan teknik modeling pada siswa yaitu peneliti memberikan
penayangan film pendek yang berisi tentang nilai-nilai moral, membina
hubungan baik dengan orang lain, dan memotivasi diri. Setelah diberikan
penayangan film siswa dan peneliti melakukan diskusi untuk menemukan
hal apa yang dapat diperoleh dari film yang dilihat oleh siswa. Selanjutnya
siswa memberikan kesimpulan masing-masing atas hasil diskusi yang
dilakukan kemudian peneliti memberikan penguatan.
5) Melaksanakan tes akhir (post test) untuk mengetahui kecerdasan emosi
siswa tunaalras setelah diberikannya perlakuan. Pelaksanaan post test pun
sama hal nya dengan pelaksanaan pre-test, yaitu observasi partisipan.
Dengan harapan adanya peningkatan kecerdasan emosi setelah
diberikannya perlakuan melalui teknik modeling dengan penayangan film
pendek.
E. Teknik Pengumpulan Data
Tujuan dari teknik pengumpulan data yaitu mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data
yang dapat memperlihatkan ada tidaknya peningkatan kecerdasan emosi siswa
kelas VII LPKA Sukamiskin Bandung dengan menggunkan teknik modeling.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi checklist dan tes
menggunakan kuesioner kecerdasan emosi siswa. Observasi cheklist yang
digunakan merupakan observasi berstruktur. Burhan (2011, hlm.144-145)
menjelaskan bahwa :
Pada observasi berstruktur, peneliti telah mengatahui aspek atau aktivitas apa yang akan diamati, yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian
karena pada pengamatan, peneliti telah mempersiapkan terlebih dulu dan mempersiapkan materi pengamatan serta instrumen yang akan digunakan.
51
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengumpulan data mengacu pada pedoman wawancara, observasi dan
kuesioner yang dibuat sejumlah 26 butir yang diisi oleh peneliti dan siswa
dengan cara di checklist.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah data terkumpul, maka peneliti dengan segera
mengolah data yang telah diperoleh. Tahap analisis data diuraikan sebagai berikut :
1. Membuat tabel dan diagram skor tiap aspek kecerdasan emosi yang diperoleh
siswa meliputi mengenal emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, empati, dan
membina hubungan dengan orang lain sebelum diberikan perlakuan (pre-test)
menggunakan teknik modeling.
2. Membuat tabel dan diagram skor tiap aspek kecerdasan emosi yang diperoleh
siswa meliputi mengenal emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, empati, dan
membina hubungan dengan orang lain setelah diberikan perlakuan (post test)
menggunakan teknik modeling.
3. Membuat tabel dan diagram rekapitulasi skor pre test dan post test teknik
modeling yang diperoleh siswa, menghitung skor rata-rata serta menghitung
perbedaan skor kecerdasan emosi siswa pada saat pre test dan post test.
Upaya untuk mendapatkan data mengenai peningkatan kecerdasan emosi
mengggunakan teknik modeling pada siswa peneliti menggunakan statistik non
parametrik yaitu uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hal ini dilakukan berdasarkan
pertimbangan jumlah subjek yang berjumlah enam belas orang sesuai dengan
syarat minimal sampel uji wilcoxon. Berikut cara uji Wilcoxon menggunakan
SPSS menurut Hidayat (2014) adalah sebagai berikut :
a. Pada menu, klik Analyze, Nonparametrics Test, 2 Related Samples. Setelah
jendela terbuka masukkan pretest ke kotak variable 1 dan
masukkan posttest ke kotak variable 2 dengan cara arahkan seleksi ke pretest
52
Agus Saepul Rahman, 2017 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA TUNALARAS KELAS VII LPKA SUKAMISKIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
atau posttest kemudian klik tanda panah ke kanan. Selanjutnya
centang Wilcoxon dan tekan OK.
Gambar 3.1
Wilcoxon Signed Rank Test Hidayat (2014)
b. Klik tombol Options dan centang Descriptive.
Gambar 3.2
Wilcoxon Signed Rank Test Descriptive
Hidayat (2014)
c. Selanjutnya lihat output
d. Untuk menguji hipotesis terdapat kriteria pengambilan keputusan dengan
tingkat kepercayaan atau taraf kritis α = 5%, atau 0,05:
Recommended