View
214
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB III
PERAN PAJAK TERHADAP KESEJAHTERAAN
A. Kesejahteraan
1. Definisi Kesejahteraan
Salah satu tujuan dari penyelenggaraan pemerintahan adalah
memberikan kesejahteraan kepada masyarakat yang bernaung dibawah
pemerintahan tersebut. Tujuan untuk mencapai kesejahteraan ini bukanlah tujuan
yang mudah dan cepat dalam meraihnya. Diperlukan demikian besar anggaran
untuk mencapainya. Setiap orang memiliki definisi sendiri mengenai arti dari
kesejahteraan berdasarkan sudut pandangnya.
Secara umum, sejahtera berarti menunjuk pada keadaan yang baik,
kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam
keadaan sehat dan damai. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan sejahtera
memiliki arti aman, sentosa, makmur, selamat (terlepas dari segala macam
gangguan dan kesusahan). Sedangkan kesejahteraan artinya keamanan,
keselamatan, ketentraman, kesenangan hidup dan kemakmuran. Walter A.
Friedlander menyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah sistem yang
terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan
untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar hidup dan
kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang
memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan
meningkatkan kesejahteraannya secara selaras dengan kebutuhan keluarga dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
masyarakat. Sedangkan menurut Dwi Heru Sukoco, kesejahteraan sosial
mencakup semua bentuk intervensi sosial yang secara pokok dan langsung untuk
meningkatkan keadaan yang baik antara individu dan masyarakat secara
keseluruan. Kesejahteraan sosial mencakup semua tindakan dan proses secara
langsung yang mencakup tindakan dan pencegahan masalah sosial,
pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kualitas hidup.1
Undang-undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Pasal
1 menyatakan bahwa:2
a. Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak
dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan
fungsi sosialnya.
b. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah,
terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna
memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi
rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan
perlindungan sosial.
1nn, “Definisi Kesejahteraan Sosial Manurut Para Ahli” dalam
http://comoran.blogspot.com/2012/05/definisi-kesejahteraan-sosial-menurut.html (20 Desember
2014). 2nn, “Undang-Undang No.11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial” dalam
http://www.kemsos.go.id/unduh/UU-Kesos-No11-2009.pdf (20 desember 2014).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
c. Perlindungan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk
mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan
sosial.
d. Pemberdayaan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk
menjadikan warga negara yang mengalami masalah sosial
mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya.
e. Jaminan Sosial adalah skema yang melembaga untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya
yang layak.
Pengertian kesejahteraan sendiri, mengandung empat makna penting,
yaitu:
a. Sebagai kondisi sejahtera (well-being). Pengertian ini biasanya
menunjuk pada istilah kesejahteraan sosial (social welfare) sebagai
kondisi terpenuhinya kebutuhan material dan non-material. Kondisi
sejahtera terjadi manakala kehidupan manusia aman dan bahagia
karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat
tinggal, dan pendapatan dapat dipenuhi; serta manakala manusia
memperoleh perlindungan dari resiko-resiko utama yang
mengancam kehidupannya.
b. Sebagai pelayanan sosial. Di Inggris, Australia dan Selandia Baru,
pelayanan sosial umumnya mencakup lima bentuk, yakni jaminan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
sosial (social security), pelayanan kesehatan, pendidikan,
perumahan dan pelayanan sosial personal (personal social
services).
c. Sebagai tunjangan sosial khususnya di Amerika Serikat (AS),
diberikan kepada orang miskin. Karena sebagian besar
penerima welfare adalah orangorang miskin, cacat, penganggur,
keadaan ini kemudian menimbulkan konotasi negatif pada istilah
kesejahteraan, seperti kemiskinan, kemalasan, ketergantungan.
d. Sebagai proses atau usaha terencana yang dilakukan oleh
perorangan, lembaga-lembaga sosial, masyarakat maupun badan-
badan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan melalui
pemberian pelayanan sosial dan tunjangan sosial.
Kesejahteraan dalam sebuah negara sangat erat kaitannya dengan
kebijakan sosial (social policy) yang di banyak negara mencakup strategi dan
upaya-upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan warganya, terutama
melalui perlindungan sosial (social protection) yang mencakup jaminan sosial
(baik berbentuk bantuan sosial dan asuransi sosial), maupun jaring pengaman
sosial (social safety nets).
Kebijakan mengenai kesejahteraan yang diselenggarakan oleh negara
pasti akan menemui hambatan. Hambatan-hambatan ini yang akan menjadi
masalah dalam penyelenggaraan kesejahteraan. Masalah kesejahteraan sosial
adalah sebuah masalah yang sangat komplek. Fadhil Nurdin menyatakan bahwa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
timbulnya masalah-masalah yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial
disebabkan oleh 5 hambatan, yaitu:3
a. Ketergantungan Ekonomi
Ketergantungan ekonomi merupakan hambatan utama yang
menyebabkan adanya berbagai masalah. Hal ini dapat dilihat pada
kesulitan yang dialami individu, kelompok dan masyarakat. Sebab
dari ketergantungan ekonomi sebagian besar disebabkan kurangnya
pendapatan sehingga tidak dapat memenuhi standar kehidupan
minimal dalam kehidupannya atau ketidakmampuan mengelola
pendapatan mereka yang seharusnya dapat mencukupi. Dari
hambatan tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah sosial
antara lain kemiskinan.
b. Ketidakmampuan Menyesuaikan Diri
Ketidakmampuan menyesuaikan diri ini timbul dari masalah
kemiskinan dan emosional, yaitu ketidakmampuan menyesuaikan
diri. Hal ini merupakan jenis hambatan yang dikenal dengan istilah
“hambatan sosial psikologis”. Masalah yang dapat timbul antara
lain: seseorang mengalami perubahan, baik sikap maupun
perilakunya dalam berinteraksi dengan orang lain dan tidak dapat
menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku di
3nn, “Definisi dan Tujuan Kesejahteraan Sosial” dalam
http://umamjurbalcity.blogspot.com/2012/09/definisi-dan-tujuan-kesejahteraan-sosial.html (20
Desember 2014).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
lingkungan tertentu. Masalah-masalah penyesuaian diri dapat
menimbulkan berbagai bentuk masalah seperti kenakalan remaja,
pelacuran dan lain sebagainya.
c. Kesehatan Yang Buruk
Kesehatan yang buruk dapat disebabkan beberapa faktor yaitu
lingkungan yang buruk atau kotor, adanya berbagai penyakit dan
ketidakmengertian anggota masyarakat itu sendiri. Ketiga faktor
tersebut berkaitan pula dengan kemiskinan dan kurangnya
pendidikan. Persoalan-persoalan yang bersumber dari berbagai
faktor diatas dapat menimbulkan berbagai masalah yang
berhubungan dengan penyakit-penyakit menular, kekurangan gizi,
yang akhirnya menuju kematian.
d. Rekreasi dan Pengisian Waktu Senggang
Rekreasi dan pengisian waktu senggang merupakan kebutuhan
yang fundamental bagi kehidupan seseorang serta memiliki fungsi-
fungsi lain untuk memberikan keseimbangan dalam kehidupan
seseorang, pembebasan dari suasana rutin yang terus menerus,
penyegaran dari beban pikiran dan tanggung jawab yang berat, atau
perasaan jenuh selama bekerja di kantor. Perlunya memperhatikan
rekreasi dan pengisian waktu luang yang positif setiap ada waktu
luang yang digunakan dengan baik sifatnya cenderung digunakan
secara negatif. Pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai macam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
masalah seperti kenakalan remaja, perkelahian, penyalahgunaan
narkoba, pembunuhan, pencurian dan perampokan.
e. Kondisi Sosial
Kondisi sosial, penyediaan dan pengelolaan pelayanan sosial yang
kurang atau tidak baik misalnya keadaan lingkungan pergaulan
yang buruk sehingga dapat dengan kuat mempengaruhi kepribadian
individu. Demikian pula halnya dengan penyediaan dan
pengelolaan pelayanan sosial yang kurang atau tidak baik, akan
mengakibatkan hasil pelayanan yang kurang memadai terhadap
para pengguna pelayanan tersebut. Misalnya, kurangnya kualitas
pelayanan rumah sakit, kurangnya sarana pendidikan yang
memadai dan sebagainya. Masalah-masalah dapat ditimbulkan oleh
kondisi sosial, pelayanan yang kurang atau tidak baik dan tidak
terjangkaunya akses pelayanan oleh penerima pelayanan.
2. Teori Kesejahteraan
Kesejahteraan adalah salah satu aspek yang cukup penting untuk
menjaga dan membina terjadinya stabilitas sosial dan ekonomi. Kondisi tersebut
juga diperlukan untuk meminimalkan terjadinya kecemburuan sosial dalam
masyarakat. Percepatan pertumbuhan ekonomi masyarakat memerlukan kebijakan
ekonomi melalui peranan pemerintah dalam mengatur perekonomian sebagai
upaya menjaga stabilitas perekonomian.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Ekonomi Italia, Vilveredo Pareto, telah menspesifikasikan suatu kondisi
atau syarat terciptanya alokasi sumberdaya secara efisien atau optimal, yang
kemudian terkenal dengan istilah syarat atau kondisi pareto (Pareto Condition).
Kondisi pareto adalah suatu alokasi barang sedemikian rupa, sehingga bila
dibandingkan dengan alokasi lainnya, alokasi tersebut tidak akan merugikan pihak
manapun dan salah satu pihak pasti diuntungkan. Atas kondisi pareto juga bisa
didefinisikan sebagai suatu situasi dimana sebagian atau semua pihak individu
tidak akan mungkin lagi diuntungkan oleh pertukaran sukarela.4
Berdasarkan kondisi pareto inilah, kesejahteraan sosial (sosial
welfare) diartikan sebagai kelanjutan pemikiran yang lebih utama dari konsep-
konsep tentang kemakmuran (walfare economics). Boulding mengatakan bahwa
pendekatan yang memperkukuh konsepsi yang telah dikenal sebagai sosial
optimum yaitu paretion optimum dimana efesiensi ekonomi mencapai sosial
optimum bila tidak seorang pun bisa menjadi lebih beruntung.
Teori kesejahteraan secara umum dapat diklasifikasi menjadi tiga
macam, yaitu classical utilitarian, neo classical welfare theory dan new
contractarian approach. Pendekatan classical utillatarial menekankan bahwa
kesenangan (pleasure) atau kepuasan (utility) seseoarang dapat diukur dan
bertambah. Berdasarkan pada beberapa pandangan diatas dapat disimpulkan
bahwa tingkat kesejahteraan seseorang dapat terkait dengan tingkat kepuasan
4 nn, “Teori Kesejahteraan” dalam http://sibokasaci.wordpress.com/teori-kesejahteraan/ (20
Desember 2014).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
(utility) dan kesenangan (pleasure) yang dapat diraih dalam kehidupannya guna
mencapai tingkat kesejahteraannya yang diinginkan. Maka di butuhkan suatu
perilaku yang dapat memaksimalkan tingkat kepuasan sesuai dengan sumber daya
yang tersedia.
Kesejahteraan hidup seseorang dalam realitanya, memiliki banyak
indikator keberhasilan yang dapat diukur. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa
kesejahteraan masyarakat menengah ke bawah dapat di representasikan dari
tingkat hidup masyarakat ditandai oleh terentaskannya dari kemiskinan, tingkat
kesehatan yang lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan
peningkatan produktivitas masyarakat. Semua hal tersebut merupakan cerminan
dari peningkatan tingkat pendapatan masyarakat golongan menengah kebawah.
Todaro secara lebih spesifik mengemukakan bahwa fungsi kesejahteraan W
(walfare) dengan persamaan sebagai berikut :5
W=W(Y,I,P)
Y adalah pendapatan perkaita, I adalah ketimpangan, dan P adalah kemiskinan
absolut. Ketiga variabel ini mempunyai signifikansi yang berbeda-beda, dan dapat
dipertimbangkan secara menyeluruh untuk menilai kesejahteraan di negara-negara
berkembang. Berkaitan dengan fungsi persamaan kesejahteraan, jika diasumsikan
bahwa kesejahteraan sosial berhubungan positif dengan pendapatan perkapital,
maka sebaliknya akan berhubungan negatif dengan kemiskinan.
5 Fakhriza Januari, “Teori Ekonomi Kesejahteraan” dalam
http://fakhrizajanuardi.blogspot.com/2011/07/teori-ekonomi-kesejahteraan.html (20 Desember
2014).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Seperti halnya pendekatan pembangunan lainnya, sistem kesejahteraan
negara tidaklah homogen dan statis. Ia beragam dan dinamis mengikuti
perkembangan dan tuntutan peradaban. Sedikitnya ada empat model kesejahteraan
negara yang hingga kini masih berjalan, yaitu:6
a. Model Universal
Pelayanan sosial diberikan oleh negara secara merata kepada
seluruh penduduknya, baik kaya maupun miskin. Model ini sering
disebut sebagai the Scandinavian Welfare States yang diwakili oleh
Swedia, Norwegia, Denmark dan Finlandia. Sebagai contoh,
kesejahteraan negara di Swedia sering dijadikan rujukan sebagai
model ideal yang memberikan pelayanan sosial komprehensif
kepada seluruh penduduknya. Kesejahteraan negara di Swedia
sering dipandang sebagai model yang paling berkembang dan lebih
maju daripada model di Inggris, AS dan Australia.
b. Model Korporasi atau Work Merit Welfare States
Seperti model pertama, jaminan sosial juga dilaksanakan secara
melembaga dan luas, namun kontribusi terhadap berbagai skema
jaminan sosial berasal dari tiga pihak, yakni pemerintah, dunia
usaha dan pekerja (buruh). Pelayanan sosial yang diselenggarakan
oleh negara diberikan terutama kepada mereka yang bekerja atau
mampu memberikan kontribusi melalui skema asuransi sosial.
6 nn, “Teori Welfare State Menurut J.M Keynes- pemikiran dan peran J.M keynes dalam Teori
kesejahteraan Negara”, dalam http://insanakademis.blogspot.com/2011/10/teori-welfare-state-
menurut-jm-keynes.html (20 Desember 2014).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Model yang dianut oleh Jerman dan Austria ini sering disebut
sebagai Model Bismarck, karena idenya pertama kali
dikembangkan oleh Otto von Bismarck dari Jerman.
c. Model Residual
Model ini dianut oleh negara-negara Anglo-Saxon yang meliputi
Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Selandia Baru. Pelayanan
sosial, khususnya kebutuhan dasar, diberikan terutama kepada
kelompok-kelompok yang kurang beruntung
(disadvantaged groups), seperti orang miskin, penganggur,
penyandang cacat dan orang lanjut usia yang tidak kaya. Ada tiga
elemen yang menandai model ini di Inggris, yaitu:
1) Jaminan standar minimum, termasuk pendapatan minimum.
2) Perlindungan sosial pada saat munculnya resiko-resiko.
3) Pemberian pelayanan sebaik mungkin.
Model ini mirip model universal yang memberikan pelayanan
sosial berdasarkan hak warga negara dan memiliki cakupan yang
luas. Namun, seperti yang dipraktekkan di Inggris, jumlah
tanggungan dan pelayanan relatif lebih kecil dan berjangka pendek
daripada model universal. Perlindungan sosial dan pelayanan sosial
juga diberikan secara ketat, temporer dan efisien.
d. Model Minimal
Model ini umumnya diterapkan di gugus negara-negara latin
(seperti Spanyol, Italia, Chile, Brazil) dan Asia (antara lain Korea
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Selatan, Filipina, Srilanka, Indonesia). Model ini ditandai oleh
pengeluaran pemerintah untuk pembangunan sosial yang sangat
kecil. Program kesejahteraan dan jaminan sosial diberikan secara
sporadis, parsial dan minimal dan umumnya hanya diberikan
kepada pegawai negeri, anggota ABRI dan pegawai swasta yang
mampu membayar premi. Di lihat dari landasan konstitusional
seperti UUD 1945, UU SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional),
dan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan sosial yang masih
kecil, maka Indonesia dapat dikategorikan sebagai penganut
kesejahteraan negara model ini.
3. Indikator Kesejahteraan
Ukuran tingkat kesejahteraan manusia selalu mengalami perubahan.
Pada tahun 1950-an, sejahtera diukur dari aspek fisik, seperti gizi, tinggi dan berat
badan, harapan hidup, serta income. Pada tahun 1980-an, ada perubahan di mana
sejahtera diukur dari income, tenaga kerja, dan hak-hak sipil. Tahun 1990-an,
Mahbub Ul-Haq, sarjana keturunan Pakistan, merumuskan ukuran kesejahteraan
dengan yang disebut Human Development Index (HDI). Dengan HDI,
kesejahteraan tidak lagi ditekankan pada aspek kualitas ekonomi-material saja,
tetapi juga pada aspek kualitas sosial suatu masyarakat.7
7 Fakhriza Januari, “Teori Ekonomi Kesejahteraan”, dalam
http://fakhrizajanuardi.blogspot.com/2011/07/teori-ekonomi-kesejahteraan.html (20 Desember
2014).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Kesejahteraan hidup seseorang dalam realitanya, memiliki banyak
indikator keberhasilan yang dapat diukur. Dalam hal ini kesejahteraan masyarakat
menengah ke bawah dapat di representasikan dari tingkat hidup masyarakat
ditandai oleh terentaskannya kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih baik,
perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan peningkatan produktivitas
masyarakat. Hal ini merupakan cerminan dari peningkatan tingkat pendapatan
masyarakat golongan menengah kebawah.
Adapun indikator kesejahteraan diantaranya adalah:
a. Jumlah dan pemerataan pendapatan.
Hal ini berhubungan dengan masalah ekonomi. Pendapatan
berhubungan dengan lapangan kerja, kondisi usaha, dan faktor
ekonomi lainnya. Penyediaan lapangan kerja secara mutlak harus
dilakukan oleh semua pihak agar masyarakat memiliki pendapat
tetap untuk memenuhi kebutuhan hidupnyan. Tanpa hal tersebut,
manusia akan mengalami kesulitan untuk mencapai kesejahteraan.
Tanda-tanda ketidaksejahteraan suatu masyarakat adalah jumlah
dan sebaran pendapatan yang mereka terima. Kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha diperlukan agar masyarakat mampu memutar
roda perekonomian yang pada akhirnya mampu meningkatkan
jumlah pendapatan yang mereka terima. Dengan pendapatan yang
mereka ini, masyarakat dapat melakukan transaksi ekonomi.
b. Pendidikan yang semakin mudah untuk dijangkau. Pengertian
mudah disini dalam arti jarak dan nilai yang harus dibayarkan oleh
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
masyarakat. Pendidikan yang mudah dan murah merupakan impian
semua orang. Dengan pendidikan yang murah dan mudah, semua
orang dapat mengakses pendidikan setinggi-tingginya. Dengan
pendidikan yang tinggi, kualitas sumber daya manusia akan
semakin meningkat. Dengan demikian, kesempatan untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak akan semakin terbuka. Akibat
kualitas sumberdaya manusia yang tinggi, lapangan kerja yang
dibuka tidak lagi berbasis kekuatan otot atau fisik semata, tetapi
lebih banyak menggunakan kekuatan otak. Sekolah dibangun
dengan jumlah banyak dan merata, disertai dengan peningkatan
kualitas pendidikan dan biaya murah. Kesempatan untuk
memperoleh pendidikan tidak hanya terbuka bagi mereka yang
memiliki kekuatan ekonomi, atau mereka yang tergolong cerdas
saja, akan tetapi, semua orang harus memperoleh pendidikan
setinggi-tingginya. Selain itu, sekolah juga mampu memberikan
layanan pendidikan yang sesuia dengan kebutuhan peserta
didiknya. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan baik
bersifat formal maupun non formal. Kedua jalur pendidikan ini
memiliki kesempatan dan perlakuan yang sama dari pemerintah
dalam memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat. Angka
melek huruf menjadi semakin tinggi, karena masyarakatnya mampu
menjangkau pendidikan dengan biaya murah. Kesejahteraan
manusia dapat dilihat dari kemampuan mereka untuk mengakses
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
pendidikan, serta mampu menggunakan pendidikan itu untuk
mendapatkan kebutuhan hidupnya.
c. Kualitas kesehatan yang semakin meningkat dan merata. Kesehatan
merupakan faktor untuk mendapatkan pendapatan dan pendidikan.
Karena itu, faktor kesehatan ini harus ditempatkan sebagai hal yang
utama dilakukan oleh pemerintah. Masyarakat yang sakit akan sulit
memperjuangkan kesejahteraan dirinya. Jumlah dan jenis
pelayanan kesehatan harus sangat banyak. Masyarakat yang
membutuhkan layanan kesehatan tidak dibatasi oleh jarak dan
waktu. Setiap saat mereka dapat mengakses layanan kesehatan
yang murah dan berkualitas. Lagi-lagi, ini merupakan kewajiban
pemerintah yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Apabila masih banyak
keluhan masyarakat tentang layanan kesehatan, maka itu pertanda
bahwa suatu negara masih belum mampu mencapai taraf
kesejahteraan yang diinginkan oleh rakyatnya.
Inilah tiga indikator utama tentang kesejahteraan rakyat. Indikator ini
akan menjadi faktor penentu dalam usaha-usaha yang dilakukan oleh semua pihak
dalam mencapai kesejahteraan. Ketiga hal ini diyakini merupakan puncak dari
gunung es kesejahteraan yang didambakan oleh semua orang.
Menurut pemerintah, mengukur kesejahteraan dapat menggunakan
Indeks pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia adalah
Indeks yang digunakan untuk menggambarkan capaian disektor kesejahteraan
masyarakat secara agregat, karena indeks ini menangkap perkembangan di sektor
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ekonomi dan sektor sosial sekaligus. Di dalam indeks ini, kesejahteraan tidak
hanya ditilik melalui perspektif ekonomi semata sebagaimana terekam dalam
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita, tetapi juga diteropong
melalui capaian di sektor sosial, yakni pendidikan dan kesehatan. Dalam hal yang
terakhir, Tingkat Melek Huruf (TMH) dan Tingkat Harapan Hidup (THH) adalah
dua indikator yang lazim termaktub dalam konstruksi IPM.
Sebagai contoh, Pemerintah Kota Pekanbaru dalam rangka ingin
mencapai peningkatan IPM (Indeks pembangunana Manusia) ini telah membuat
fokus-fokus pekerjaan sehingga berbagai macam program dan kegiatan bisa
dibuat dan dilaksanakan. Fokus-fokus itu adalah :8
a. Fokus Kesejahteraan dan pemerataan Ekonomi yang memiliki
Indikator ; Pertumbuhan Ekonomi, Pengendalian Inflasi, PDRB
Perkapita, Indeks Gini yang rendah, Pemerataan Pendapatan,
Penurunan penduduk miskin dan Kriminalitas yang semakin
menurun. Kesemua Indikator ini memiliki ukurannya masing
masing dan bisa dijadikan sarana evaluasi apakah Pemerintah
sukses atau gagal dalam mengurus rakyatnya.
b. Fokus Kesejahteraan Masyarakat. Fokus yang kedua ini juga
memiliki Indikator yaitu: Angka Melek Huruf, Angka rata-rata
lama sekolah, Angka partisipasi kasar, Angka pendidikan yang
ditamatkan dan Angka Partisipasi Murni. Indikator ini tergabung
dalam Fokus Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Pendidikan.
8 Bappeda, “Indikator Kesejahteraan Umum”, dalam www.bapeda.go.id (20 Desember 2014).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Selanjutnya Fokus Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Kesehatan
memiliki Indikator yaitu: Angka Kelangsungan Hidup Bayi, Angka
Usia Harapan Hidup, Persentase balita gizi buruk.
c. Fokus Seni Budaya dan Olahraga yang memiliki Indikator Jumlah
grup kesenian yang ada, jumlah gedung kesenian yang ada, jumlah
klub olahraga yang ada dan jumlah gedung olahraga yang ada.
Indikator-indikator ini sangat luas dan menarik antara lain karena
adanya fokus Seni Budaya dan Olahraga yang juga termasuk dalam ukuran ukuran
kesejahteraan. Pembangunan bidang seni, budaya dan olahraga sangat terkait erat
dengan kualitas hidup manusia dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan 2 (dua)
sasaran pencapaian pembangunan bidang sosial budaya dan keagamaan yaitu:
a. untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia,
bermoral, beretika, berbudaya dan beradab.
b. mewujudkan bangsa yang berdaya saing untuk mencapai
masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera.
Secara mudah dapat kita gambarkan ketika kita melihat negara-negara
maju yang masyarakatnya relatif sudah sejahatera dalam hal ini sebagai contoh
adalah negara-negara Eropa Barat dan Skandinavia. Biasanya negara tersebut
masyarakatnya sangat mengapresiasi seni. Hal ini dibuktikan dengan begitu
banyaknya galeri seni, gedung kesenian, teater dan festival-festival kesenian yang
dilaksanakan sepanjang tahun. Selain tinggi apresiasi seninya biasanya mereka
juga memiliki prestasi dibidang olahraga ditingkat dunia.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Kenyataan lain yang bisa dilihat dari masyarakat sejahtera adalah tidak
memikirkan lagi mengenai pemenuhan kebutuhan pokok karena telah terpenuhi.
Oleh karena itu waktu yang tersedia dapat digunakan untuk menikmati kesenian
dan olahraga. Diharapkan dengan fokus terhadap 3 (tiga) bidang tersebut dengan
berbagai indikator-indikator tersebut maka pendapatan masyarakat akan
meningkat, Tingkat Melek huruf (TMH) juga meningkat dan Tingkat Harapan
Hidup (THH) juga akan terus naik. sehingga ketika konstruksi IPM ini sebagai
ukuran kesejahteraan meningkat IPM juga akan meningkat.
Paradigma yang mengatakan bahwa kesejahteraan itu hanya ditangkap
disektor ekonomi saja otomatis gugur karena indeks pembangunan manusia (IPM)
telah menjawabnya dengan menggambarkan capaian disektor kesejahteraan
masyarakat secara agregat. Sektor ekonomi dan sektor sosial sekaligus
digambarkan dalam indeks ini sehingga kesejahteraan umum dapat diukur dengan
cakupan yang luas. Indeks pembangunan manusia (IPM) juga mampu
menjelaskan ukuran-ukuran dalam infrastruktur dan kelembagaan yang dibentuk
oleh pemerintah hal inilah yang menyebabkan IPM mampu mendapatkan
gambaran capaian pembangunan dalam sektor ekonomi dan sosial. Ketika
Indikator telah dirumuskan, tantangan berikutnya adalah eksekusi dan
implementasinya.9
4. Perkembangan dan Kebijakan Kesejahteraan di Indonesia
9 Mochamad Syawie, “Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial”, Informasi, Vol.16, No.03 (2011),
213.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Adapun perkembangan kebijakan kesejahteraan di Indonesia dapat
dilihat melalui anggaran belanja yang disusun oleh pemerintah berdasarkan fungsi
yang disajikan dalam tabel 3.1 berikut.
Tabel tersebut menggambarkan bahwa terdapat 11 fungsi yang
mendapat alokasi dari anggaran pemerintah yaitu pelayanan umum, pertahanan,
ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas
umum, kesehatan, pariwisata dan budaya, agama, pendidikan dan perlindungan
sosial. Dari total jumlah anggaran, fungsi pelayanan umum menempati urutan
tertinggi dalam besaran anggaran yang digunakan setiap tahunnya. Fungsi
pelayanan umum secara konstan bertambah setiap tahun. Demikian pula dengan
fungsi pendidikan yang setiap tahun juga mengalami kenaikan jumlah. Sedangkan
fungsi ekonomi yang menempati urutan kedua dalam prioritas anggaran
berfluktuasi nilainya setiap tahun bahkan mengalami penurunan pada tahun
anggaran 2009.
Dapat disimpulkan bahwa arah kebijakan pemerintah setiap tahunnya
berdasarkan tabel diatas menempatkan pelayanan umum sebagai prioritas utama
dalam anggaran.
B. Peran Pajak Terhadap Peningkatan Kesejahteraan di Indonesia
1. Struktur Perimbangan Keuangan dan Kesejahteraan
Penerimaan negara dari sektor pajak memiliki peranan yang besar
dalam APBN termasuk dalam setiap kebijakan pembiayaan oleh pemerintah. Hal
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ini karena pajak memiliki fungsi budgetair, yaitu alat untuk mengumpulkan dana
yang bertujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah terutama
pengeluaran yang sifatnya rutin.
Setelah lahirnya Otonomi daerah pada tahun 2001, struktur pos belanja
dalam APBN mengalami perubahan yaitu meliputi belanja pemerintah pusat dan
dana perimbangan.10
Belanja pemerintah pusat meliputi pengeluaran rutin seperti
gaji pegawai, belanja barang, pembayaran bunga utang, subsidi dan pengeluaran
pembangunan. Sedangkan dana perimbangan meliputi Dana Bagi Hasil Pajak,
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi
Khusus.
Pasca otonomi daerah ini memberikan implikasi pada perubahan dalam
struktur hubungan antara APBN dan APBD. Perubahan ini terletak pada pos
pengeluaran APBN untuk pos penerimaan APBD. Implikasinya adalah terjadi
pendelegasian yang luas pada pemerintah daerah untuk mengoptimalkan sumber
penerimaannya untuk pembiayaan pembangunan di daerah. Dengan adanya
otonomi daerah, lahir pula kebijakan desentralisasi fiskal.
Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, secara legal formal,
dituangkan dalam UndangUndang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
10
Susi Siti Sapaah, “Sejarah Perkembangan Otonomi Daerah di Indonesia” dalam
http://susisitisapaah.blogspot.com/2011/03/sejarah-perkembangan-otonomi-daerah-di.html (28
Desember 2014).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Kedua UU ini mengatur pokok-pokok penyerahan kewenangan kepada
pemerintah daerah serta pendanaan bagi pelaksanaan kewenangan tersebut. Selain
itu, terdapat juga Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah yang mengatur hal-hal mengenai kewenangan Pemerintah
Daerah dalam melakukan pemungutan kepada masyarakat daerah guna
mendapatkan sumber pendanaan bagi pembangunan daerah.
Kedua UU pokok dan UU mengenai pajak daerah dan retribusi daerah
tersebut di atas, pada dasarnya dihubungkan dalam suatu prinsip dasar yang sering
disebut sebagai money follows function. Dengan prinsip ini, fungsi yang telah
diserahkan ke daerah melalui UU Nomor 32 Tahun 2004 diikuti dengan
pendanaan untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi dimaksud. Namun, perlu
dipahami bahwa ketersediaan pendanaan selalu mempunyai constraint (kendala),
karena pada dasarnya anggaran selalu terbatas. Oleh karena itu, UU Nomor 33
Tahun 2004 mengatur sumber-sumber pendanaan yang terbatas tersebut yang bisa
digunakan oleh daerah, yaitu melalui pemanfaatan sumber di daerah itu sendiri
maupun melalui transfer ke daerah.
Dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal, instrumen utama yang
digunakan adalah pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah untuk
memungut pajak (taxing power) dan transfer ke daerah. Meskipun kewenangan
pemerintah daerah untuk memungut pajak daerah masih sangat terbatas, tetapi
dari tahun ke tahun terdapat peningkatan peran pendapatan asli daerah (PAD)
terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Adanya UU Nomor 28 Tahun 2009 merupakan salah satu wujud upaya
penguatan taxing power daerah, yaitu dengan perluasan basis pajak daerah dan
retribusi daerah yang sudah ada, penambahan jenis pajak daerah dan retribusi
daerah, peningkatan tarif maksimum beberapa jenis pajak daerah, dan pemberian
diskresi penetapan tarif pajak. Mengingat bahwa pajak daerah dan retribusi daerah
sebagai sumber penerimaan daerah sendiri masih sangat terbatas, maka
pemerintah melakukan transfer ke daerah untuk mendukung pendanaan
penyelenggaraan fungsi-fungsi yang telah diserahkan ke daerah. Transfer ke
daerah direalisasikan dalam bentuk transfer Dana Perimbangan dan Dana
Otonomi Khusus dan Penyesuaian.
Apabila dilihat dalam konteks yang lebih luas, maka sebenarnya dana
pemerintah yang bergulir ke daerah pada dasarnya tidak hanya yang dilaksanakan
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Di daerah, Pemerintah juga
mengalokasikan dana untuk membiayai program dan kegiatan yang menjadi
kewenangan Pemerintah di daerah dalam bentuk Dana Dekonsentrasi dan Dana
Tugas Pembantuan. Jumlah dana tersebut akan menjadi lebih besar lagi apabila
ditambahkan dengan dana yang digulirkan ke daerah melalui program nasional
yang menjadi Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, seperti Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dan Bantuan Operasional Sekolah
(BOS), serta program nasional melalui subsidi yang sebagian besar juga
dibelanjakan di daerah, seperti subsidi energi dan subsidi non-energi.11
11
“Nota Keuangan dan RAPBN 2011” dalam http://www.anggaran.depkeu.go.id/Content/10-08-
16,%20NK%20dan%20RUU%20APBN%202011_BabV.pdf (28 Desember 2011).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Dalam konteks pendanaan desentralisasi, hal yang sangat krusial untuk
dilihat adalah efektivitas dana yang semakin besar bergulir ke daerah dibelanjakan
oleh daerah dan dampak kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Keberhasilan suatu daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, antara
lain dipengaruhi oleh kebijakan belanja masing-masing pemerintah daerah.
Kebijakan belanja pemerintah daerah dapat tercermin dari besaran alokasi belanja
untuk tiap fungsi dan jenis belanja.
Pada tahun 2005, DAK dialokasikan untuk 8 bidang, yaitu pendidikan,
kesehatan, jalan, irigasi, prasarana pemerintahan, kelautan dan perikanan, air
bersih, serta pertanian. Selanjutnya, pada tahun 2006 bidang yang didanai melalui
DAK ditambah bidang lingkungan hidup. Bahkan pada tahun 2008 bertambah dua
bidang, yaitu bidang Keluarga Berencana (KB) dan bidang kehutanan. Sedangkan
pada tahun 2009 bertambah dua bidang lagi yaitu bidang perdagangan dan bidang
sarana prasarana perdesaan, sehingga menjadi 13 bidang. Selanjutnya, pada tahun
2010 menjadi 14 bidang sebagai akibat dari dipisahkannya DAK Air Minum dan
DAK Sanitasi yang pada tahun sebelumnya tergabung dalam satu bidang.
Desentralisasi fiskal di Indonesia dilakukan dengan pemberian diskresi
belanja daerah yang luas dengan didukung oleh pendanaan transfer dari pusat dan
penguatan local taxing power. Desentralisasi fiskal diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaran pemerintahan dan
pelayanan publik di daerah. Hal ini dikarenakan dekatnya tingkatan pemerintahan
yang memberikan layanan dengan masyarakat yang dilayaninya, sehingga
pemerintah daerah memahami kebutuhan dan prioritas daerah mereka.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Selanjutnya peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan akan mendorong
semakin baiknya akses layanan publik dan pada akhirnya akan mendorong
perekonomian daerah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan ekonomi dapat dinilai dari
beberapa indikator. Salah satu indikator outcome yang lazim digunakan adalah
pertumbuhan ekonomi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
daerah adalah tingkat konsumsi, investasi, ketenagakerjaan, dan multiplier effect
dari belanja pemerintah, serta kegiatan perdagangan daerah.
DAK merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan
kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Sementara itu,
DAK dimaksudkan untuk membantu daerah tertentu dalam mendanai kebutuhan
sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat dalam rangka mendorong
percepatan pembangunan daerah dan pencapaian sasaran prioritas nasional.
Sebagai contoh, arah kebijakan umum DAK tahun 2011 ditujukan
untuk:
a. Mendukung program yang menjadi prioritas nasional sesuai
kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term expenditure
framework) dan penganggaran berbasis kinerja (performance based
budgeting).
b. Membantu daerah-daerah yang memiliki kemampuan keuangan
relatif rendah dalam membiayai pelayanan publik sesuai Standar
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Pelayanan Minimal (SPM) dalam rangka pemerataan pelayanan
dasar publik.
c. Meningkatkan penyediaan data-data teknis, koordinasi pengelolaan
DAK secara utuh dan terpadu di pusat dan daerah, sinkronisasi
kegiatan DAK dengan kegiatan lain yang didanai APBN dan
APBD, serta meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan
kegiatan DAK di daerah.
Sejalan dengan arah kebijakan umum DAK, kebijakan dan ruang
lingkup kegiatan DAK untuk masing-masing bidang diarahkan antara lain untuk:
a. Pendidikan, diarahkan untuk meningkatkan pelaksanaan Program
Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, untuk
memastikan semua anak Indonesia dapat mengikuti pendidikan
dasar yang bermutu, dan meningkatkan mutu pendidikan dasar
melalui penyediaan fasilitas dan sarana prasarana pendidikan yang
lebih baik dan lengkap untuk memenuhi SPM, serta secara bertahap
memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Lingkup kegiatannya
diprioritaskan untuk rehabilitasi ruang kelas SD/SDLB dan
SMP/SMPLB yang rusak sedang dan berat.
b. Kesehatan, diarahkan untuk meningkatkan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier dalam rangka
percepatan penurunan angka kematian ibu dan anak, perbaikan
status gizi masyarakat, pengendalian penyakit, penyehatan
lingkungan, melalui peningkatan sarana dan prasarana di
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Puskesmas dan jaringannya termasuk Poskesdes, rumah sakit dan
laboratorium kesehatan provinsi/kabupaten/kota, serta penyediaan
dan pengelolaan obat generik dan perbekalan kesehatan, terutama
untuk pelayanan kesehatan penduduk miskin dan penduduk di
daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan. Lingkup
kegiatannya adalah:
1) Pelayanan Kesehatan Dasar, yang meliputi:
a) pembangunan, peningkatan, dan perbaikan Puskesmas dan
jaringannya.
b) pembangunan pos kesehatan desa.
c) pengadaan peralatan kesehatan untuk pelayanan kesehatan
dasar di Puskesmas dan jaringannya.
d) pengadaan peralatan promosi kesehatan.
2) Pelayanan Kesehatan Rujukan, meliputi:
a) peningkatan fasilitas tempat tidur kelas III rumah sakit.
b) pembangunan, perbaikan Bank Darah Rumah Sakit
(BDRS) dan peralatan Unit Transfusi Darah (UTD).
c) pembangunan dan pengadaan peralatan Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit (IGDRS).
d) pembangunan dan pengadaan peralatan Pelayanan Obstetri
dan Neonatal Emergensi Komprehensif Rumah Sakit
(PONEK RS).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
e) pemenuhan peralatan di laboratorium kesehatan daerah
dan rumah sakit provinsi/kabupaten/kota.
f) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
3) Pelayanan Kefarmasian, meliputi:
a) penyediaan obat generik dan perbekalan kesehatan.
b) pembangunan dan perbaikan instalasi farmasi di
provinsi/kabupaten/kota.
c) pengadaan sarana pendukung instalasi farmasi di
provinsi/kabupaten/kota.
c. Keluarga Berencana, diarahkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan
yang merupakan bagian dari program prioritas nasional yang telah
menjadi urusan daerah dan tetap disesuaikan dengan kemampuan
keuangan negara dalam rangka:
1) Meningkatkan komitmen pemerintah daerah tentang
pentingnya keluarga berencana.
2) Membantu pemerintah daerah dalam mendanai penyediaan
sarana dan prasarana fisik kepada masyarakat.
3) meneguhkan kembali pelaksanaan Program KB Nasional
beserta sarana dan prasarana fisik pendukungnya dalam rangka
pengendalian jumlah penduduk dan peningkatan kesejahteraan
keluarga.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4) meningkatkan akses dan kualitas informasi dan pelayanan
kontrasepsi, terutama bagi keluarga prasejahtera (Pra-KS) dan
keluarga sejahtera I (KS-I).
5) menunjang percepatan pencapaian program KB di daerah
dengan tingkat fertilitas yang masih tinggi, angka pemakaian
kontrasepsi/contraceptive prevalence rate (CPR) yang masih
rendah, serta proporsi keluarga prasejahtera dan keluarga
sejahtera I yang masih besar.
d. Infrastruktur Jalan, diarahkan untuk membantu daerah-daerah
dengan kemampuan fiskal rendah atau sedang dalam rangka
mendanai kegiatan pemeliharaan berkala, peningkatan dan
pembangunan jalan provinsi, jalan kabupaten/kota yang telah
menjadi urusan daerah, mempertahankan dan meningkatkan tingkat
pelayanan prasarana jalan provinsi, kabupaten dan kota dalam
rangka memperlancar distribusi penumpang, barang jasa, serta hasil
produksi yang diprioritaskan untuk mendukung sektor pertanian,
industri, dan pariwisata sehingga dapat memperlancar pertumbuhan
ekonomi regional, dan menunjang percepatan pembangunan sarana
dan prasarana jalan. Lingkup kegiatannya adalah: pemeliharaan
berkala/periodik jalan dan jembatan provinsi/kabupaten/kota dan
peningkatan prasana jalan dan jembatan provinsi/kabupaten/kota.
e. Infrastruktur Irigasi, diarahkan untuk mempertahankan tingkat
layanan, mengoptimalkan fungsi, dan membangun prasarana sistem
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
irigasi, termasuk jaringan reklamasi rawa dan jaringan irigasi desa
yang menjadi kewenangan kabupaten/kota dan provinsi khususnya
daerah lumbung pangan nasional dalam rangka mendukung
program prioritas pemerintah bidang ketahanan pangan. Lingkup
kegiatannya adalah: peningkatan, rehabilitasi dan pembangunan
jaringan irigasi, sedangkan dana untuk Operasional dan
Pemeliharaan (OP) jaringan irigasi dialokasikan dari APBD
masingmasing pemerintah daerah penerima DAK bidang irigasi.
f. Infrastruktur Air Minum, diarahkan untuk meningkatkan cakupan
pelayanan air minum, meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat, dan memenuhi SPM penyediaan air minum. Lingkup
kegiatannya adalah pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) baru dan peningkatan SPAM untuk masyarakat
berpenghasilan rendah.
g. Infrastruktur Sanitasi, diarahkan untuk meningkatkan cakupan
pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase), serta
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan memenuhi SPM
penyediaan sanitasi. Lingkup kegiatannya adalah:
1) pengembangan prasarana dan sarana air limbah komunal.
2) Pengembangan fasilitas pengurangan sampah dengan pola 3R
(reduce, reuse, dan recycle).
3) pengembangan prasarana dan sarana drainase mandiri yang
berwawasan lingkungan, yang diutamakan bagi pengembangan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
prasarana dan sarana air limbah komunal. Jika daerah
kabupaten/kota tersebut sudah bebas dari kondisi buang air
besar sembarangan (BABS), maka kabupaten/kota dapat
menggunakan alokasi DAK untuk membiayai pengembangan
fasilitas pengurangan sampah dan pengembangan prasarana
dan sarana drainase mandiri.
h. Prasarana Pemerintahan Daerah, diarahkan untuk meningkatkan
kinerja pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan pelayanan
publik di daerah pemekaran dan daerah yang terkena dampak
pemekaran sampai dengan tahun 2009 dan daerah lainnya yang
prasarana pemerintahannya sudah tidak layak.
i. Kelautan dan Perikanan, diarahkan untuk meningkatkan sarana dan
prasarana produksi, pengolahan, peningkatan mutu, pemasaran,
pengawasan perikanan, serta penyediaan sarana prasarana
pemberdayaan masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
yang terkait dengan peningkatan produksi perikanan, terutama pada
daerah yang memiliki potensi dan sudah ditetapkan sebagai
wilayah pengembangan perikanan (minapolitan), yang didukung
dengan sarana dan prasarana penyuluhan perikanan dan penguatan
statistik perikanan. Lingkup kegiatannya adalah:
1) penyediaan sarana dan rehabilitasi prasarana produksi
perikanan tangkap.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2) penyediaan sarana dan rehabilitasi prasarana produksi
perikanan budidaya.
3) penyediaan dan rehabilitasi sarana dan prasarana pengolahan,
peningkatan mutu dan pemasaran hasil perikanan.
4) penyediaan dan rehabilitasi infrastruktur dasar dan sarana
prasarana pemberdayaan masyarakat di pesisir dan pulau-pulau
kecil serta kawasan konservasi perairan, yang terkait dengan
wisata bahari dan pengembangan perikanan.
5) penyediaan dan rehabilitasi prasarana Solar Packed Dealer
Nelayan (SPDN)/Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan
(SPBN).
6) penyediaan sarana dan prasarana pengawasan.
7) penyediaan sarana dan prasarana penyuluhan perikanan.
8) penyediaan sarana dan prasarana pengembangan statistik
perikanan.
j. Pertanian, diarahkan untuk meningkatkan produksi bahan pangan
dalam negeri guna mendukung pencapaian prioritas nasional
ketahanan pangan melalui perluasan areal pertanian dan
penyediaan sarana dan prasarana pertanian di tingkat usaha tani dan
perdesaan. Lingkup kegiatannya adalah:
1) perluasan areal pertanian, meliputi: pencetakan sawah,
pembukaan lahan kering/perluasan areal untuk tanaman
pangan, holtikultura, perkebunan dan peternakan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2) penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan air, antara lain:
pembangunan/rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usaha tani,
jaringan irigasi tersier desa, tata air mikro, irigasi air
permukaan, irigasi tanah dangkal, irigasi tanah dalam,
pompanisasi, dam, parit, dan embung.
3) Pengelolaan lahan melalui pembangunan/rehabilitasi jalan
usaha tani dan jalan produksi, optimasi lahan, peningkatan
kesuburan tanah, konservasi lahan, serta penyediaan Unit
Pengolahan Pupuk Organik (UPPO);.
4) pembangunan/rehabilitasi Balai Penyuluhan Kecamatan.
5) penyediaan lumbung/gudang pangan masyarakat/pemerintah.
6) penyediaan sarana dan prasarana Balai Perbenihan/Perbibitan
Kabupaten untuk tanaman pangan/holtikultura/perkebunan.
7) pembangunan/rehabilitasi pusat/ pos pelayanan kesehatan
hewan dan inseminasi buatan.
k. Lingkungan Hidup, diarahkan untuk mendukung pencapaian target
prioritas nasional, yaitu penurunan beban pencemaran dan
penurunan tingkat polusi sebesar 50 persen dengan mendukung
pelaksanaan pengendalian pencemaran air, udara dan limbah padat
di daerah serta memperkuat pelaksanaan SPM bidang lingkungan
hidup daerah. Di samping itu, kegiatan bidang Lingkungan Hidup
diarahkan untuk mendukung penurunan emisi Gas Rumah Kaca
(GRK). Lingkup kegiatannya adalah:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1) pemantauan kualitas air melalui kegiatan:
a) pembangunan gedung laboratorium.
b) penyediaan sarana prasarana pemantauan kualitas air.
c) Pembangunan laboratorium lingkungan bergerak.
2) pengendalian pencemaran air melalui kegiatan: penerapan
teknologi sederhana untuk pengurangan limbah (seperti biogas,
3R, Ruang Terbuka Hijau (RTH), Particulate Matter (PM10),
taman kahati, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) medik
dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
3) Pengendalian polusi udara melalui kegiatan:
a) pengadaan alat pemantau kualitas udara.
b) Penerapan teknologi tepat guna/sederhana untuk
mengurangi polusi udara (alat pembuatan asap cair, briket
arang, dan lain-lain).
l. Kehutanan, diarahkan untuk meningkatkan fungsi Daerah Aliran
Sungai (DAS), dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan
daya dukung sumber daya hutan, tanah dan air, serta mendukung
mitigasi perubahan iklim. Kebijakan tersebut dicapai dengan
mencegah kerusakan lebih lanjut terhadap sumber daya hutan,
tanah, dan air yang berada dalam DAS dengan melaksanakan
rehabilitasi lahan kritis, pengelolaan kawasan hutan yang menjadi
urusan pemerintah kabupaten/kota/provinsi, termasuk
pengembangan kebun bibit desa dan konservasi lahan gambut.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
m. Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal, diarahkan untuk
melakukan percepatan pembangunan daerah tertinggal dengan
meningkatkan pengembangan perekonomian daerah dan kualitas
sumberdaya manusia yang didukung oleh kelembagaan dan
ketersediaan infrastruktur perekonomian dan pelayanan dasar,
sehingga daerah tertinggal dapat tumbuh dan berkembang secara
lebih cepat guna dapat mengejar ketertinggalan pembangunannya
dari daerah lain yang sudah relatif lebih maju. Daerah tertinggal
yang dimaksud tidak termasuk daerah tertinggal yang memiliki
kawasan perbatasan. Lingkup kegiatannya adalah:
1) penyediaan moda transportasi perairan/ kepulauan.
2) penyediaan moda transportasi darat.
3) pembangunan dan rehabilitasi jalan di luar jalan provinsi dan
kabupaten/kota.
4) pembangunan dan rehabilitasi dermaga kecil atau tambatan
perahu, khususnya dermaga kecil atau tambatan perahu di
wilayah pesisir yang tidak ditangani Kementerian
Perhubungan.
5) penyediaan/ pembangunan pembangkit energi listrik perdesaan
yang memanfaatkan sumber energi mikrohidro dan pikohidro.
n. Sarana Perdagangan, diarahkan untuk meningkatkan ketersediaan
sarana perdagangan untuk memperlancar arus barang antar wilayah
dan meningkatkan ketersediaan dan kestabilan harga bahan pokok,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
meningkatkan tertib ukur dalam upaya perlindungan konsumen di
daerah serta memberikan alternatif pembiayaan bagi petani dan
UKM melalui Sistem Resi Gudang.
o. Transportasi Perdesaan, diarahkan untuk meningkatkan
ketersediaan dan kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
transportasi, serta pengembangan sarana dan prasarana transportasi
perdesaan yang diprioritaskan untuk mendukung pusat-pusat
pertumbuhan.
p. Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan, diarahkan untuk
mengurangi keterisolasian kawasan perbatasan sebagai beranda
depan negara dan pintu gerbang aktivitas ekonomi-perdagangan
dengan negara tetangga dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan menjamin pertahanan keamanan nasional. Lingkup
kegiatannya adalah:
1) pembangunan/rehabilitasi jaringan jalan di luar jalan provinsi
dan kabupaten/kota.
2) pembangunan/rehabilitasi dermaga kecil atau tambatan perahu
di kecamatan perbatasan atau kawasan pulau kecil terluar
berpenduduk.
3) moda transportasi perairan/kepulauan untuk mendukung
mobilisasi angkutan orang dan barang.
q. Listrik Pedesaan, diarahkan untuk meningkatkan jangkauan
pelayanan dengan memberikan prioritas pada pemanfaatan energi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
terbarukan setempat untuk memperluas jangkauan pelayanan energi
dan ketenagalistrikan sekaligus mengoptimalkan pemanfaatan
energi alternatif selain BBM (terutama energi terbarukan) serta
pemanfaatan secara optimal tenaga kerja, barang dan jasa produksi
dalam negeri untuk memberikan nilai tambah (value added) bagi
perekonomian dalam negeri, terutama untuk mendorong
pengembangan industri dan teknologi dalam negeri untuk daerah
yang tidak termasuk daerah tertinggal dan kawasan perbatasan.
r. Keselamatan Transportasi Darat, diarahkan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan terutama keselamatan bagi pengguna
transportasi jalan di kabupaten/kota guna menurunkan tingkat
kecelakaan pada lalu lintas angkutan jalan dalam rangka
melaksanakan rencana aksi road map to zero accident.
s. Perumahan dan Permukiman, diarahkan untuk meningkatkan
penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) kawasan
perumahan dan permukiman sebagai stimulan untuk pembangunan
perumahan dan permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan
Menengah dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di
daerah. Lingkup kegiatannya adalah: pembangunan Prasarana,
Sarana dan Utilitas (PSU) kawasan perumahan dan permukiman
dengan penyediaan jaringan pipa air minum, septik tank komunal,
jaringan distribusi listrik dan penerangan jalan umum.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2. Peranan Pajak dalam Kesejahteraan
Kebijakan perpajakan yang digagas oleh pemerintah akan menentukan
jalannya perekonomian suatu negara. Karena pajak menjadi sumber utama
pendapatan negara, maka akan mempengaruhi alokasi pengeluaran pemerintah
baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, pajak akan
mempengaruhi kebijakan politik dan ekonomi seperti arah pembangunan dan
alokasi ekonomi. Kebijakan perpajakan bertujuan mendorong kemajuan ekonomi
sebagai upaya peningkatan hasrat konsumsi masyarakat, meningkatkan investasi
pemerintah serta mentransmisikan sumber-sumber ekonomi masyarakat menjadi
penerimaan pemerintah.
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang
mencakup perubahan struktur, sikap hidup dan kelembagaan, peningkatan
pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidak merataan, distribusi pendapatan,
pemberantasan kemiskinan dan sebagainya. Bagi negara berkembang, kemajuan
dalam pembangunan ekonomi merepresentasikan keberhasilan negara dalam
menjalanakan program pembangunan sesuai dengan sumber daya yang
dimilikinya. Negara akan berusaha menghindari pinjaman luar negeri untuk
pembiayaan karena konsekuensinya adalah adanya beban utang yang akan
ditanggung oleh negara dalam hal ini rakyat. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber
dana pembiayaan dari dalam negeri khususnya pajak memiliki peran strategis
dalam menjamin keberlangsungan pembangunan.12
12
Simanjuntak dan Mukhlis, “Dimensi Ekonomi Perpajakan…”, 121.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Dalam tabel 3.2 dapat dilihat mengenai anggaran pajak yang
dialokasikan secara umum untuk anggaran pendidikan, kesehatan, keamanan dan
infrastruktur.
Tabel 3.2
Perbandingan Jumlah Pajak Terhadap Anggaran Pendidikan, Kesehatan,
Keamanan Dan Infrastruktur
TAHUN ANGGARAN
PENDIDIKAN
ANGGARAN
KESEHATAN
ANGGARAN
KEAMANAN
ANGGARAN
INFRASTRUKTUR
2005 25.988 7.038 37.587 2.280
2006 43.287 12.730 53.572 6.049
2007 54.067 17.467 61.933 10.659
2008 64.029 17.270 29.223 14.129
2009 89.918 17.302 26.730 18.135
2010 84.086 18.002 35.912 20.907
2011 91.483 13.649 69.486 23.425
2012 103.667 15.564 102.669 26.477
2013 118.467 17.493 118.256 30.722
Sumber: www.anggaran.depkeu.go.id diolah
Tabel diatas menunjukkan perbandingan jumlah anggaran pajak dalam
APBN yang digunakan untuk pengeluaran pendidikan, kesehatan, keamanan dan
infrastruktur dari tahun 2005 hingga 2013. Jumlah pendapatan pajak mengalami
fluktuasi sesuai dengan kondisi dan kebijakan anggaran dan ekonomi pada
masanya. Begitu pula jumlah anggaran pengeluaran akan dipengaruhi pula oleh
fluktuasi jumlah pemasukan dan fluktuasi situasi ekonomi dan politik.
Dalam tabel tersebut, dapat dilihat bahwa anggaran kesehatan dan
infrastruktur lebih kecil dari anggaran pendidikan dan keamanan. Dari tahun 2005
hingga 2013, anggaran pendidikan menempati porsi tertinggi dalam alokasi
anggaran dengan rata-rata mencapai 9,6% dari jumlah pajak. Anggaran
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
pendidikan mengalami kenaikan setiap tahunnya dan pada tahun 2009 anggaran
pendidikan mencapai 14,5% dari jumlah pajak dan menempati porsi terbanyak
dari pos lainnya. Namun setelah diamati, anggaran pendidikan mengalami
penurunan pada tahun 2006 menjadi sebanyak 2,5% dari jumlah total pajak.
Sedangkan trend anggaran keamanan berubah-ubah. Tahun 2008 hingga
2011, anggaran keamanan berkisar 5% dari jumlah pajak. Pada tahun 2012 hingga
2013 menempati posisi yang sama dengan anggaran pendidikan sebesar 10% dari
jumlah pajak. Hal ini menunjukkan kebijakan pemerintah pada masa tersebut
lebih menitik beratkan pada sisi keamanan dan pendidikan.Tekanan publik
(masyarakat dan media) terhadap pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan karena berbagai permasalahan kriminalitas yang berujung pada
perbaikan sistem dan kurikulum pendidikan dan kesempatan yang sebesar-
besarnya bagi rakyat Indonesia untuk bersekolah serta kasus terorisme dan
sengketa pulau atau perbatasan dengan negeri tetangga membuat arah kebijakan
anggaran negara berfokus pada pendidikan dan keamanan daripada kesehatan dan
infrastruktur. Namun, tidak lantas disimpulkan bahwa anggaran pendidikan dan
keamanan menjadi yang paling penting, tetapi fokus pemerintah pada saat tersebut
adalah pada dua pos yaitu pendidikan dan keamanan tanpa mengabaikan pos yang
lain untuk mensejahterakan dan memakmurkan rakyat Indonesia.
Tujuan akhir dari pembangunan ekonomi adalah tercapainya
kesejahteraan hidup masyarakat yang meningkat dari waktu ke waktu. Peran
pemerintah dalam mencapai kesejahteraan sangat ditentukan oleh kemampuan
anggaran. Dalam hal ini, peran pemerintah diarahkan sebagai berikut:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
a. Penyediaan Barang publik
Barang publik seperti pendidikan, kesehatan, keamanan dan
infrastruktur umum harus disediakan oleh pemerintah dan harus
dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat tanpa terkecuali.
b. Redistribusi
Peran pemerintah sebagai redistribusi dapat dijalankan dengan
mengadakan pengenaan pajak dalam kegiatan ekonomi dan
pengeluaran publik pada pos anggaran.
c. Membuat peraturan
Peran pemerintah dalam regulasi peraturan yang jelas kepada
semua pihak dalam interaksi ekonominya.
d. Membuat Struktur Insentif
Insentif ini dimaksudkan untuk memberikan rangsangan kepada
individu untuk menyediakan barang publik dalam rangka
membantu pemerintah.
Recommended