View
231
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
82
BAB III
UPAYA SDIT AL-MANAR DALAM PELAKSANAAN
KURIKULUM TERSEMBUNYI SEBAGAI PEMBENTUKAN
KARAKTER SISWA
Pengantar
Peneliti dalam bab ini akan memaparkan hasil temuan lapangan yang telah
peneliti temukan saat melaksanakan penelitian. Terdapat 5 sub bab dalam bab ini
yaitu satu bab pengantar, tiga bab berisi temuan lapangan dan satu bab penutup.
Pertama , akan dibahas kurikulum tersembunyi sebagai pendidikan karakter. Dalam
sub bab ini akan dibahas pelakasanaan kurikulum tersembunyi dalam berlangsungnya
kurikulum tertulis (ideal) seperti kegiatan belajar mengajar sebagai pembentukan
karakter Siswa, pengelompokkan teman belajar. Kedua, kegiatan Ekstrakurikuler.
Ketiga, Menjalin hubungan harmonis stakeholder sekolah sebagai pembentukan
karakter siswa. Keempat, Budaya akademis sekolah membangun kurikulum
tersembunyi dalam pembentukan karakter siswa, kemudian penutup.
Peneliti dalam mengambil data berupa wawancara mendalam dengan pihak
sekolah yang turut andil dalam pembahasan bab ini. Data-data dalam bab ini
kemudian akan digunakan sebagai bahan analisis yang akan diuraikan yang lebih
mendalam pada bab selanjutnya.
83
3.1. Kurikulum Tersembunyi sebagai Pendidikan Karakter
Kurikulum tersembunyi terindikasi pada perilaku guru, staf administrasi
maupun siswa di sekolah. Termasuk juga percakapan dan pendekatan siswa,
pendidikan kooperatif dan kompetitif, kualitas iklim sekolah, proses pengajaran
pembiasaan, pengajaran nilai-nilai staf, pembelajaran lingkungan.1
Kurikulum tersembunyi ini sebagai upaya mendukung pencapaian tujuan
pendidikan karakter melalui kurikulum tertulis (ideal). Untuk melihat kurikulum
tersembunyi di SDIT AL-Manar seperti pola-pola interaksi yang keseharian yang
dilakukan guru, staf dan siswa. Meliputi segala program sekolah bentuk ucapan, sikap
dan perilaku yang terjadi pada unsur-unsur di lingkungan sekolah terekam dan
terinternalisasi menjadi kebenaran dan nilai dalam diri anak.
Perilaku sederhana menerapkan nilai tanggung jawab, seperti guru datang
sebelum waktu belajar karena tidak ada kebiasaan siswa menunggu kehadiran guru.
Jika semua tenaga pendidik mampu menerapkan tanggungjawab itu, anak meyakini
datang sebelum waktu belajar merupakan nilai yang harus dijadikan pedoman. Tentu
dibutuhkan kesepakatan perilaku dan tindakan, guna menanamkan nilai-nilai karakter
dan moral. Dalam stakeholder sekolah, guru mempunyai peran penting dalam
pembentukan karakter siswa. Maka akan dibahas pelaksanaan kurikulum tersembunyi
1 Subandijah, Op.cit., hlm. 25-26.
84
dalam kegiatan belajar mengajar siswa, pembagian kelompok belajar siswa dan
kegiatan ekstrakurikuler.
3.1.1 Pelakasanaan Kurikulum Tersembunyi dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan Opening. Opening adalah kegiatan
sebelum dimulainya kegiatan belajar mengajar yang mana opening tersebut ada
beberapa aktivitas seperti ngaji morning, hafalan, pengecekan amal yaumi (kebaikan)
dikelas serta pemberian motivasi kepada siswa. Dengan nuansa pagi yang
menambah penciptaan suasana sekolah yang religius. Biasanya guru sebelum
memulai pembelajaran membuat perjanjian kepada siswa, terkait mekanisme
pembelajaran. Contohnya, saat siswa ada yang mengganggu siswa lain saat
pembelajaran maka akan diberikan punishment, sesuai perjanjian istighfar atau
menulis kalimat istighfar 10x. Seperti yang ditegaskan oleh Ibu Epiyanah,
“Saat memulai pembelajaran guru dan siswa membuat perjanjian terlebih dahulu seperti
reward dan punishment. Reward diberikan bukan saat itu saja, namun ada papan bintang atau
amal yaumi untuk para siswa yang rajin, aktif bertanya dll. Sedangkan untuk siswa yang
melanggar akan diberikan punishment seperti istrighfar atau menulis istighfar minimal 10x
tergantung pelanggaran yang dilakukan siswa. Jika hanya jalan-jalan dan tidak bisa diam
hanya diberikan punishment berupa teguran. Hal ini bertujuan agar siswa dilatih
bertanggungjawab dan disiplin atas apa yang telah mereka putuskan”2
Pada awalnya siswa tidak menganggap serius akan perjanjian karena berfikir
hanya sebuah perjanjian yang tidak benar-benar akan di laksanakan oleh guru. Seperti
yang dituturkan haidar bahwa saat ia duduk di kelas 1 dan 2 masih ada beberapa guru
2 Wawancara dengan Ibu Epiyanah, 23 Maret 2018 pukul 09.15
85
yang tidak melaksanakan perjanjian tersebut. Namun, saat dikelas 3 dan 4 guru
melaksanakan punishment dan reward. 3
Gambar III.1. Papan Bintang Siswa
(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)
Gambar III.1 merupakan papan penilaian bintang siswa, apabila siswa
mengikuti pembelajaran dengan baik seperti aktif berpendapat, bertanya, tidak
mengganggu siswa lainnya akan mendapatkan bintang, dalam penentuannya bintang
akan diberikan 5 anak dalam per hari. Selaras dengan Bapak Fajar bahwa sebelum
pembelajaran ia selalu membuat perjanjian dengan siswa. Guna melatih siswa untuk
bertanggungjawab dalam mengambil keputusan dan belajar menerima jika melanggar
aturan tersebut.4 Selaras dengan Ibu Erna bahwa ia juga melakukan hal yang sama
sebelum pembelajaran dimulai ia menyebutkan aturan dan perjanjian dari mulai
pembelajaran sampai selesai pembelajaran, hal ini dimaksudkan untuk siswa belajar
3 Wawancara dengan Haidar, 26 Maret 2018 4 Wawancara dengan Bapak Fajar, 19 Maret 2018
86
bertanggungjawab.5 Guna melatih siswa bertanggungjawab dan disiplin atas apa yang
telah mereka putuskan.
Gambar III.2. Opening guru membuat perjanjian dengan siswa
(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)
Peneliti melakukan observasi kegiatan opening di dalam kelas, siswa dengan
seksama mendengarkan penjelasan Ibu guru yang sedang membacakan perjanjian
kepada siswa. Selesai perjanjian dibacakan, guru mengembalikan punishment apa
yang akan dilakukan jika siswa melanggar perjanjian tersebut.
Siswapun memberikan pendapat satu persatu dan guru menarik kesimpulan
dari semua pendapat siswa. Saat terjadi kesepakatan maka proses belajar mengajar di
lanjutkan dengan ngaji morning. Letak kurikulum tersembunyi yaitu siswa
mengemukakan pendapat dalam memberikan punishment, adanya kompetisi dalam
berbuat kebaikan, siswa bertanggung jawab jika melanggar perjanjian. Untuk siswa
kelas 5 dan 6 tidak lagi dibekali dengan perjanjian karena mereka sudah
5 Wawancara dengan Ibu Erna, 23 Maret 2018
87
terinternalisasi dalam diri. Bahwa siswa sudah difokuskan dalam belajar, seperti yang
dikatakan salah satu murid kelas 5, sebelum proses belajar dimulai, membaca almat
surat dan murojaah serta literasi, bahkan sudah tidak di dampingi oleh guru,
mereview bacaan dengan kelompok belajarnya dan saat proses belajar dimulai guru
memberikan pengulangan materi sebelumnya. Seperti yang dituturkan oleh Ibu
Epiyanah,
“Setiap sekolah pasti sebelum memulai pembelajaran mengawali dengan doa dan salam.
Namun, setiap sekolah memiliki caranya sendiri. SD negeri biasanya diawali dengan doa
mau belajar dan salam. Di SDIT Al-Manar mewajibkan membaca almat surat serta surat-surat
pendek dalam al-Quran di Juz 30 kemudian dilanjutkan dengan literasi. Membaca almat surat
dan surat pendek al-Quran tidak hanya di sekedar membaca tetapi disertai dengan maknanya
agar siswa membaca dan paham akan maknanya. Untuk literasi jelas anak membaca buku kemudian menceritakan kembali bacaan yang dibacanya di depan kelas. Buku yang dibaca
disediakan oleh sekolah dan juga ada lemari untuk penyimpanan buku di tiap-tiap kelas. Buku
bacaan tidak dari sekolah saja tapi siswa diperbolehkan untuk membawa buku bacaan dari
rumah”6
Bapak Aminuddin selaku kepala sekolah di SDIT AL-Manar menegaskan
bahwa sebelum kegiatan belajar memiliki program sendiri yaitu membaca almat surat
seperti sholawat, surat-surat pendek dalam al-Quran hal ini menjadi poin penting bagi
sekolah dalam pembentukan karakter siswa.7 Penelitipun mewawancarai siswa kelas
5 yaitu Andaru,
“Sebelum belajar membaca surat al ikhlas, an-nas, al-kafirun, dan sholawat, almat surat
dengan maknanya terus literasi. Dalam almat surat salah satunya membaca ayat kursi dan doa
pagi sore. Dari kelas satu sudah diajarkan, tapi saya baru menghafal dan tau maknanya
dikelas tiga, sekarang saya juga masih hafal ko. Literasi dikelas satu sampai kelas dua di
dampingi guru, tapi kelas tiga gurunya tidak datang kami memulai sendiri, seperti almat surat
dan literasi mereview sendiri, awalnya malu tapi sudah biasa sekarang”8
6 Wawancara dengn Ibu Epiyanah, 23 Maret 2018 7 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 Maret 2018 8 Wawancara dengan Andaru, 26 Maret 2018
88
Skema III.1 Proses di awal pembelajaran di SDIT AL-Manar
(Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2018)
Kedua Literasi. Setelah Ngaji morning dimulai pembacaan doa seperti Almat
surat (dzikir), doa sehari-hari dan bacaan surat juz 30 selama 15 menit. Selain itu di
lanjutkan cerita nabi, Hal ini dimaksudkan agar siswa berkarakter religius yaitu sikap
dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama.9
Gambar III.3. Guru membacakan cerita nabi
(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)
Berdasarkan hasil dokumentasi diatas dapat diketahui bahwa kegiatan
cerita tentang kisah-kisah Nabi diharapkan mampu untuk menumbuhkan, merubah
dan memulai untuk menjadikan peserta didik memiliki karakter Religious, peduli
sosial dan disiplin. Seperti yang di katakana Ibu Epiyanah selaku wali kelas,
9 Wawancara dengan Ibu Epiyanah, 23 Maret 2018 pukul 09.15
Pembelajaran
dimulai dengan
Opening
Pengecekan Amal
Yaumi, Hafalan
Quran
Ngaji Morning (Almat
Surat, Surat Pendek
dan doa sehari-hari)
89
“Dimana ketika kegiatan pembelajaran awal di kelas guru memberikan cerita-cerita nabi
kepada peserta didik. Efektifnya 3 kali dalam seminggu, tergantung guru yang mengajar di
kelas. Melalui siroh nabawi diharapkan mampu untuk mewujudkan sikap/karakter yang
dicontohkan oleh nabi-nabi kita. Melalui cerita dengan konsep seperti dongeng peserta
didik sangat tertarik dan antusias untuk mendengarkannya. Pokoknya setelah pembacaan
cerita, di akhir akan disampaikan kesimpulan dari cerita dan ajaran apa saja yang bisa di
ambil hikmahnya. Kemudian saya akan memberitahukan keesokan harinya akan bercerita
tentang nabi siapa.”10
Begitu pun Ibu Erna tujuan dengan adanya pembacaan cerita nabi ini secara
tidak langsung untuk menambah wawasan peserta didik akan sifat-sifat nabi yang
berkarakter baik, harapannya siswa dapat meneladani sifat nabi tersebut.11
Sekolah ini juga terkenal dengan budaya literasi bahkan seringkali mahasiswa
melakukan penelitian untuk melihat seberapa besar motivasi siswa dan literasi.
Literasi sebagai pengganti cerita nabi. Untuk literasi sendiri siswa membaca buku
selama 30 menit. Buku yang telah disediakan sekolah, bahkan diperbolehkan untuk
membawa buku bacaan kesekolah. Sekolahpun sudah menyediakan rak khusus
penyimpanan buku yang biasanya diletakkan dibelakang bangku para siswa atau
samping bangku para siswa. Rak buku sudah disediakan oleh sekolah masing-masing
kelasnya agar mempermudah siswa dalam budaya literasi.
10 Wawancara dengan Ibu Epiyanah, 23 Maret 2018 11 Wawancara dengan Ibu Erna, 23 Maret 2018 pukul 14.23 WIB
90
Gambar III.4. Fasilitas Rak Buku untuk Literasi
(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)
Gambar III.4 untuk menyimpan buku setelah literasi selesai. Ibu Epiyanah
menegaskan bahwa buku tidak hanya disediakan oleh sekolah namun, peserta didik
juga membawa buku dari rumah dan menyimpan di rak buku tersebut.
Pendidikan karakter nilai bukan sekedar dari bahan ajar melainkan menjadi
jiwa, sikap dan perilaku siswa, maka dari itu nilai harus diajarkan dan dipraktikan
dalam tindakan nyata dalam bentuk pembiasaan.12 Siswa tidak hanya sekedar
membaca, setelah menyelesaikan bacaan yang dibaca guru menantang siswa untuk
maju mereview bacaan dibuku yang dibacanya. Untuk siswa yang berani maju tanpa
ditunjuk akan diberikan reward bintang dan sebuah pensil. untuk menumbuhkan
sikap berani dan tanggung jawab serta melatih siswa agar terbiasa dalam berbicara di
depan teman-temannya. Letak kurikulum tersembunyi siswa bertanggungjawab
mereview buku yang dibaca.
12 E. Mulyasa,2012, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Panduan Praktis, (Bandung: Remaja
Rosda), hlm. 155
91
Skema III.2 Kegiatan Literasi
(Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2018)
Ketiga, Memasuki materi pembelajaran untuk karakter yang dikembangkan
membiasakan untuk berdoa kepada Allah, kemudian memberi motivasi kepada
anak dan karakter yang ingin dibangun yaitu menjadi anak anak yang bersemangat
dalam menuntut ilmu, shalih, dan shalihah. Dalam konteks pendidikan karakter
pemotivasian dapat dimaknai sebagai upaya-upaya menggerakkan atau mendorong
anak untuk mengaplikasikan nilai-nilai karakter.13
Setelah literasi seluruh kelas 1 sampai kelas 6 di adakannya tahsin dan tahfidz.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan Kepala sekolah, beliau mengungkapkan
bahwa.
13 Amirulloh Syarbini, 2014, Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga: Revitalisasi Peran
Keluarga Dalam Membentuk Karakter Anak Menurut Perspektif Islam, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo), hlm. 11
Literasi/Cerita
Nabi
Siswa membaca
buku selama 15
menit
Menceritakan
kembali di
depan kelas
Sukarela siswa
yang ingin
maju
Mereview hasil
buku yang
dibaca
Siswa diberikan
Bintang
Keaktifan
Ditunjuk oleh
guru
Menceritakan
kembali di
depan kelas
92
“Strategi utama keberhasilan pembinaan akhlak di SDIT al-manar yaitu membiasakan anak
akrab dengan al-Quran, mulai dari membaca al-quran dengan tahsinnya, menghafal dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena Rosulullah Saw telah menjamin
dalam sebuah hadisnya : “Bacalah oleh kamu al-Quran karena ia akan menjadi cahaya
(pembimbing) bagimu di dunia dan bekal yang berharga bagimu diakhirat kelak”. (HR.
Tabrani). 14
Gambar III.5. Kegiatan Tahsin Perkelompok
(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)
Gambar III.5 pelaksanaan bimbingan tahfiz al-Quran guru Bapak Fajar
bertanggung jawab terhadap enam orang siswa. Dalam pengamatan peneliti Guru
yang telah ditunjuk, membimbing anak dalam membaca, menghafal al-Quran,
memberikan penilaian terhadap akhlak anak-anak dalam mempelajari al-Quran
sekaligus memberikan reward terhadap anak yang ahklaknya baik dalam proses
belajar al -quran.15 Waktu yang disediakan untuk mata pelajaran tahfiz al-quran 5
hari belajar, yaitu senin, selasa,rabu, kamis, dan jumat. Setiap kali pertemuan
sebanyak 2 mapel, 2 jam Guru yang telah ditunjuk minimal telah hafal 6 juz al -
Quran, dan berakhlak mulia.16 Adapun moto guru di SDIT al-Badr adalah semua guru
14 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 Maret 2018 pukul 09.25 15 Pengamatan peneliti saat kegiatan tahsin 16 Wawancara dengan Ibu Erna, 23 Maret 2018 pukul 14.23 WIB
93
adalah guru al-Quran, semua guru bertanggung jawab untuk membentuk lingkungan
yang Qurani.
Gambar III.6. Kegiatan Tahfidz Perkelompok
(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)
Metode yang digunakan ialah perkelompok, karena sudah menjadi tata cara
dari Ummi Foundation. Kelompok yang dibentuk sesuai dengan tingkatan jilid
persiswa. Jilid hanya 1-6 per iqro. Kelompok yang dibagi sudah diatur oleh
koordinator dalam tahsin dan tahfidz. Namun, ada juga satu kelompok yang berbeda
jilid, terkadang menjadi tantangan untuk guru yang mendampingi. Seperti yang
ditegaskan Ibu Erna sebagai Guru tahsin dan tahfidz
“Bahkan untuk siswa yang sudah sampai al-qur’an sudah tidak memakai jilid, namun al-
qur’an dari Ummi Foundation. Al-qur’an yang digunakan berbeda pada umumnya karena metode yang dipakai ummi foundation mempunyai cara tersendiri. Misalnya untuk siswa yang
sudah sampai Juz 5 dilanjutkan masuk dalam bacaan Ghoribul. Ghoribul ialah aturan tanda
baca pada Al-Qur’an yang hanya satu kali muncul. Setelah ghorib siswa baru diajarkan
tajwid.”17
Guru memberikan hadiah langsung kepada siswa yang ada dibawa
bimbingannya sebagai motivasi untuk bersemangat menghafal al-Quran. Salah
seorang guru di sekolah mengungkapkan dalam proses pembinaan hafalan al -Quran,
17 Wawancara dengan Ibu Erna, 23 Maret 2018 pukul 14.23 WIB
94
kami memberikan penilaian langsung terhadap akhlak siswa, seperti
kesungguhan nya, kedisiplinannya, sekaligus memberikan penilaian terhadap hasil
hafalan al –Qurannya.18
Skema III.3 Tahapan Siswa dalam Proses kegiatan Tahsin dan Tahfidz
(Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2018)
Observasi lebih lanjut, peneliti melihat bahwa dalam mengimplementasikan
hafalan al-Quran, para guru telah memberikan contoh teladan, bahwa mereka
sudah menghafal terlebih dahulu al-Quran dan membimbing anak dengan akhlak
al-Quran, sesuai dengan motto sekolah ini setiap guru adalah guru al-Quran, maka
semua guru dalam mengajarkan materi pelajaran harus menekankan dan
memperhatikan pendidikan akhlak anak, tanpa terkecuali. Seperti yang dituturkan
Bapak Aminuddin selaku kepala sekolah,
“Pada umumnya syarat untuk menjadi guru sdit al-manar diwajibkan untuk menghafal
minimal 2 juz al-quran, ada beberapa mata pelajaran yang tidak diharuskan untuk bisa
18 Wawancara dengan Ibu Erna, 23 Maret 2018 pukul 14.23 WIB
Siswa
Dikelompokkan
Membaca bersama
Hafalan Surah Al-
Mulk
Guru mencontohkan
Pembacaan Surah
Al-Mulk
Siswa satu-persatu
membaca surah Al-
Mulk
Waktu menghafal
30 menit
Penyetoran Hafalan
Surah Al-Mulk
kepada guru
Di catat pada papan
hafalan bintang dan
di buku hafalan
Siswa Kembali ke
kelas.
95
menghafal al-quran seperti guru olahraga,seni. Ciri khas sekolah ini dibangun yakni islam
karena sesuai motto sekolah setiap guru adalah guru al-Quran”19
Mengetahui hafalan Qur’an siswa, guru memonitoring tiap siswa dan
menmpelkan kartu kegiatan hafalan yang disetorkan siswa. Guru melihat sikap dan
hafalan siswa apabila siswa bersikap baik dan hafalannya bagus maka akan
diberikan bintang yang dituliskan dipapan tulis. tujuanya yaitu untuk memotivasi
siswa supaya semangat belajar, mengaji dan tidak ramai. Tetapi apabila siswa
ramai maka poin atau bintang yang diberikan ibu guru akan dikurangi. 20
Gambar III.7. Papan Hafalan Per-siswa
(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)
Setiap tingkat kelas pun meliliki target hafalan tersendiri. Target hafalan
untuk kelas 1 sampai kelas 6 itu berbeda untuk target hafalan kelas 1 itu dari surat
alfatihah sampai surat al zazalah sedangkan kalau untuk kelas 6 target hafalannya
sampai surat an-naba atau harus hafal juz 30. Hafalan qur’an menjadi salah satu
19 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 Maret 2018 pukul 09.15 20 Pengamatan Peneliti saat di dalam kelas, 21 Maret 2018
96
syarat siswa untuk bisa lulus dengan ijasah. Jika siswa belum menghafal juz 30 maka
ijasah sekolah tidak akan diberikan. Syaratnya ia harus menyetorkan hafaln surat juz
30 yang langsung di tes oleh kepala sekolah. Hal ini dipertegas oleh Bapak
Aminuddin selaku kepala sekolah bahwa.
“Syarat untuk mendapatkan ijasah disini cukup ekstreme ya, karena kami mewajibkan untuk
hafalan juz 30. Jika siswa tersebut tidak bisa lolos tes penyetoran juz 30 kepada saya, maka
ijasahnya akan saya tahan. Dan boleh diambil saat siswa tersebut menyetorkan hafalan juz 30.
Alhamdulilah, ketika saya menerapkan ini setiap siswa sudah mempunyai pegangan hafalan
minimal satu juz, bahkan maksimal 6 juz. Untuk saat ini hanya tinggal 3 ijasah yang belum
diambil oleh siswa”.21
Selaras dengan perkataan orangtua murid yang telah menyekolahkan kaka
haidar bahwa untuk lulus dan mendapatkan ijasah anaknya harus mneyetorkan
hafalan juz 30 Al- Qur’an, tujuannya agar siswa sudah mempunyai bekal diniah dan
sebagai pembentukan karakter si anak.22 Letak kurikulum tersembunyi disini adalah
adanya kompetisi dalam menghapal Al-qur'an. Siswa berlomba-lomba
menyelesaikan hapalannya agar tidak terkena sanksi dari peraturan tata tertib sekolah
dan untuk mendapatkan bintang hafalan Qur’an. Dengan membiasakan siswa
bertadarrus diharapkan siswa akan terbiasa dengan kegiatan ini saat berada
dirumah.
Kelima, pembelajaran selesai pembacaan kafaratul majlis, istighfar 10 x,
diisi dengan penambahan hafalan dan untuk menyelesaikan permasalahan pada
hari tersebut. Seperti yang dituturkan oleh Ibu Epiyanah bahwa.
21 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 Maret 2018 pukul 09.15 22 Wawancara dengan Bapak imam, 17 Maret 2018
97
“Kegiatan closing ini memiliki waktu antara 15 menit sedangkan untuk opening itu 25
menit. Untuk kegiatan opening diisi dengan ngaji morning, pembinaan wali kelas,
pengecekan amal yaumi dan brefing. Sedangkan kegiatan closing untuk penyelesaian
masalah apabila ada permasalahan yang dialami oleh siswa pada hari tersebut. Sehingga
dihari selanjutnya sudah tidak ada permasalahan secara berkelanjutan. Apabila ada
permasalahan sebisa mungkin segera kami mengatasinya. Tetapi apabila permasalahan
tersebut tidak diketahui oleh guru pada hari itu juga maka akan diselesaikan pada kegiatan
opening. “23
Pengembangan karakter itu sama seperti kegiatan opening yaitu
membiasakan untuk berdoa kepada Allah, kemudian memberi motivasi kepada
anak. dan karakter yang ingin dibangun yaitu supaya anak menjadi anak anak yang
bersemangat, saleh, dan shalihah. 24 letak kurikulum tersembunyinya ialah siswa
sudah menghafal dan terbiasa membaca kafaratul majlis, istighfar 10 x, diisi dengan
penambahan hafalan tanpa harus di bina.
3.1.2 Mengelompokkan siswa untuk proses pembelajaran
Setiap sekolah memiliki kebijakan sendiri dalam pengelolaan kelas. Kepala
sekolah, sebagai pengambil keputusan, memiliki kebijakan untuk mengelola kelas
berdasarkan kemampuan akademik siswa. Terutama dilakukan di kelas IV dan kelas
V. Setiap kenaikan kelas, siswa tidak di rolling atau di pindah ke kelas lain. Dari
kelas satu sampai kelas enam ia akan tetap berada di kelas tersebut.
Berkelompok siswa diharapkan dapat saling bekerja sama dan bertukar
pikiran dalam mempelajari suatu materi. Namun kebiasaan berkelompok tersebut
dapat berakibat negatif apabila guru tidak mampu mengelolanya secara tepat. Hal
tersebut dapat terjadi apabila siswa dibiarkan memilih anggota kelompoknya sendiri.
23 Wawancara dengan Ibu Epiyanah, 23 Maret 2018 24 Ibid.,
98
Mereka cenderung akan memilih teman-teman terdekatnya. Hal ini akan
mengakibatkan pergaulan mereka terbatas pada orang-orang tertentu saja. Untuk itu
guru menyikapi persoalan dengan cara membagi kelompok secara heterogen. Tiap-
tiap kelompok harus terdiri dari beberapa siswa yang memiliki latar belakang
berbeda, tingkat pengetahuan berbeda, tingkat ekonomi berbeda.
Perubahan kelompok belajar siswa di tentukan berdasarkan kemampuan
siswa, penggunaan nilai raport. Selain itu beradasarkan latar belakang siswa, serta
laporan wali kelas tentang emosional dan kecerdasan siswa. Setelah terbentuk
kelompok belajar tiap siswa. Di konsultasikan ke wali kelas yang sebelumnya
menjadi wali kelas mereka. Tujuannya agar siswa dapat berkejasama, tanggung
jawab, toleransi terhadap kelompoknya sendiri. Seperti yang dituturkan Ibu Epiyanah
selaku wali kelas,
“Tiap tahun atau semester genap kelompok belajar pasti berganti, namun untuk kelasnya
sendiri mereka tidak berubah. Kelompok belajar dibentuk berdasarkan latar belakang siswa, bukan dari segi materi, kognitifnya dan emosionalnya. Setelah terbentuk kelompok belajar ini
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada mantan wali kelas sebelumnya. Agar siswa dapat
berkembang di kelompoknya, dan tidak hanya satu siswa yang dominan. Tujuan ini jelas
membangun toleransi, tanggungjawab, displin, bekerjasama dll.”25
Adanya kelompok belajar sekolah, guru harus berhati-hati dan tetap
mengawasi siswa, karena jika siswa tidak dalam pemantauan guru bisa sajah terjadi
hal negatif seperti adanya diskriminasi, tidak bekerjasama yang baik, adanya teman
sebaya dan tidak mau membaur dengan siswa yang satu kelompok dengannya.
25 Wawancara dengan Ibu Epiyanah, 23 Maret 2018
99
Gambar III.8 Siswa dalam kelompok belajar
(Sumber : Dokumentasi Peneliti 27 Maret 2018)
Gambar III.8 terlihat Haidar dan teman-temannya sedang diskusi kelompok
dengan kelompok belajarnya untuk membahas pelajaran Bahasa Indonesia. Haidar
berkata bahwa kelompok belajar saat ini sifat temannya sangat berbeda dengan teman
kelompok sebelumnya. Teman kelompok sebelumnya sangat membantu ia jika
mendapat tugas dari Ibu/Bapak guru karena semuanya ikut berfikir. Namun,
kelompok belajar saat ini haidar harus menjelaskan terlebih dahulu tugas yang
diberikan Bapak/Ibu guru, Pembagian tugas haidar lah yang menentukan. 26 letak
kurikulum tersembunyi yaitu salah satu siswa memandu dalam kelompok belajarnya,
adanya sikap toleransi dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas kelompok.
26 Wawancara dengan Haidar, Rabu 28 Febuari 2018
100
Skema III.4 Pembentukan Kelompok Belajar
(Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2018)
3.1.3 Kegiatan Ekstrakurikuler dalam Pelaksanaan Kurikulum Tersembunyi
Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah
dalam mengembangkan kreatifitas siswa di luar jam pelajaran. Kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah diharapkan bisa mengembangkan ide-
ide dari siswa yang mana ide tersebut saat mengikuti pelajaran belum optimal
diaktualisasikan. Terlebih lagi dalam kegiatan ekstrakurikuler terdapat beberapa
aspek kurikulum tersembunyi yang menjadi faktor pengembang karakter siswa,
setidaknya kegiatan Ekstrakukiler ini mendukung program-program yang diberikan
dari sekolah dalam ruang lingkup tujuan pendidikan. Sehingga kegiatan
ekstrakurikuler penting untuk dilaksanakan untuk mengoptimalisasikan karakter
peserta didik.
Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Bidang Silat dapat mengembangkan bakat
dan minat peserta didik. Ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan
Wali kelas 4
mengecek
kelompok yang
dbuat Kepsek
Konsultasi dengan
walikelas sebelumnya
( walikelas 1,2 dan 3)
Melihat latar belakang
siswa (kemampuan,
ekonomi dan
emosionalnya)
Kenaikan kelas
siswa tidak di
rolling pada kelas
lain
Kepala sekolah
membuat
kelompok
belajar siswa
101
ekstrakurikuler lainnya yaitu pencak silat yang juga dilakukan pada hari selasa.
Aspek yang ditekankan ialah Aspek Bela Diri dan Aspek Olah Raga yang diramut
dengan islami. Kompetisi ialah bagian dari ekstrakurikuler. Peltihan ini dilatih oleh
guru dari luar, biasanya berkejasama dengan guru silat.
Gambar III.9 Pencak Silat Siswa SDIT AL-Manar
Sumber : Dokumentasi Sekolah, diakses melalui http://yayasanalmanar.or.id, 2018)
Beberapa kegiatan ekstrakurikuler pada bidang silat yang dilaksanakan di
SDIT AL-Manar terlihat dari aspek kurikulum tersembunyi yang membentuk
karakter. Kegiatan ekstrakurikuler pada bidang silat menjadikan siswa pribadi
yang bertanggung jawab, disiplin. Kegiatan ekstrakurikuler ternyata berimbas kepada
karakter peserta didik itu sendiri. Berdasarkan wawancara dari salah satu peserta
didik Haidar mengatakan bahwa dia mengalami perubahan karakter dari sebelum
mengikuti ekstrakurikuler. Berikut petikan wawancaranya.
"Ketika saya mengikuti kegiatan eksrakulikuler saya lebih bertanggungjawab dalam
segala hal terutama dalam membagi waktu. Adanya kepengurusan di dalam ekskul
102
membuat saya lebih disiplin, kalo hari selasa jadwal saya untuk eskul ya saya harus eskul, jika
saya tidak eskul ada rasa tidak enak pada diri dan dengan guru silat".27
Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Bidang Olahraga, Olahraga futsal adalah
olahraga yang dimainkan oleh lima orang pemain dengan dua tim yang masing-
masing tim harus memasukkan bola ke gawang dengan dijaga dengan seorang
kiper yang dipimpin oleh seorang wasit. Olahraga futsal juga membutuhkan
kerjasama tim untuk mencetak gol ke gawang lawan.
Ada beberapa aspek kurikulum tersembunyi yang dapat diambil dari ekskul
olahraga terhadap pembentukan karakter. Ekstrakurikuler futsal merupakan
olaharaga yang membutuhkan kerjasama tim. Dalam permainan olahraga futsal ada
beberapa peraturan yang harus ditaati oleh seluruh pemain. Dengan menaati
peraturan permainan ini diharapkan semua akan dapat menumbuhkan sikap fair
play, kerjasama tim, dan sikap mau bekerjasama dengan orang lain. Hal ini
menumbuhkan karakter seperti tanggungjawab, kejujuran, dan saling peduli. Setiap
pemain sangat dilarang bermain tidak sportif atau bermain rusuh yang dapat
mencederai atau menghancurkan jalannya permainan.
Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka ini dilakukan setiap hari jumat
setelah pulang sekolah. Dari hasil observasi yang penulis lakukan di SDIT AL-
Manar bahwa dalam kegiatan pramuka ini, siswa tidak hanya diajarkan ilmu
kepramukaan untuk mendisiplinkan dirinya, tetapi siswa juga ditanamkan nilai -
27 Wawancara dengan Haidar, Rabu, 28 Febuari 2018
103
nilai karakter yang dikembangkan oleh sekolah ini, seperti nilai religius, disiplin,
tanggungjawab, mandiri, komunikatif, dan toleransi.
Siswa belajar dari kegiatan ini tentang kepemimpinan yang menuntut siswa
untuk terus bersikap disiplin juga menumbuhkan sikap kemandirian siswa. Saat
memulai kegiatan, siswa dibiasakan berdisplin untuk datang tepat waktu dan
berbaris dipecah menjadi lelaki dan perempuan. Sesuai perkataan siswa Regina yang
mengikuti kegiatan pramuka,
“Eskul pramuka ini wajib bahkan semua teman-teman saya hampir mengikuti, kami
mengikuti perkataan pelatih jika disuruh baris, ya kita baris, perubahan saya ketika mengikuti
eskul pramuka ini disiplin waktu, karena eskul ini menerapkan displin dan diajarkan displin oleh kaka, dan paling seru jika kmai disuruh games dan bekerjasama dalam games tersebut.
Kalo eskul pramuka ada dan pelatih telat datang karena sudah biasa tanpa disuruh kami
melakukan sendiri untuk baris bebaris”28
Selain regina, syahril pun berkata bahwa kegiatan ekstrakurikuler pramuka ini
mengajarkan untuk tidak mebuang waktu dengan sia-sia atau displin, jika pelatih telat
datang karena suatu urusan, syahril dan siswa lainpun memulai kegiatan pramuka
yang biasa dilakukan dengan pelatih.29
Menurut peneliti ini menjadi aspek kurikulum tersembunyi dimana siswa
memimpin baris bebaris dari pembiasaan yang dilakukan oleh pelatih pramuka.
Gambar di bawah ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh
penulis.
28 Wawancara dengan Regina, Senin 26 Maret 2018, pukul 14:20 WIB 29 Wawancara dengan Syahril, Seni 26 Maret 2018, Pukul 15: 30 WIB
104
Gambar III.10. Kegiatan Ekstrakurikuler SDIT AL-Manar
(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)
Kegiatan sandi morse dibutuhkan ketelitian bagi masing-masing anggota dan
pembuatan tandu dibutuhkan kesabaran serta kerja sama antar anggota juga dalam
kegiatan lainnya yang berkaitan dengan kepramukaan. Berdasarkan penjelasan di
atas, maka dapat diketahui bahwa pada pelaksanaan penanaman nilai karakter di
kegiatan esktrakurikuler terdapat sikap komunikatif, tanggung jawab, mandiri,
kerjasama bagi ketua kelompok ataupun anggotanya, dan adanya toleransi untuk
saling menghormati satu sama lain pada perbedaan pendapat. Masing-masing
kelompok saling responsif, sportif dan kreatif dalam melaksanakan tugas yang
diberikan oleh guru pelatih pramuka.
3.2 Menjalin Hubungan Harmonis Stakeholder Sekolah sebagai Pembentukan
Karakter Siswa
Hubungan guru dengan guru di SDIT AL-Manar berhubungan baik, saling
mendukung serta saling mengevaluasi dalam kinerja guru. Hal ini terlihat bahwa
105
dalam satu kelas terdapat dua guru yang bertugas. Seperti yang dituturkan kepala
sekolah Bapak Aminuddin,
“Dalam satu kelas terdapat dua guru, satu guru sebagai pendamping, tujuannya selain
sebagai evaluasi sesama kinerja guru, juga mempererat hubungan antar guru, ini
sudah menjadi hal wajib dari berdirinya sekolah ini”30
Diperkuat oleh Ibu Epiyanah selaku wali kelas 4, bahwa dalam satu kelas
terdapat dua guru, guna mendampingi ibu Epiyanah, dan jika Ibu Epiyanah tidak
dapat mengisi kelas, maka akan digantikan oleh guru pendamping.
Tabel III.1 Guru dan Pendamping dalam Kelas
30 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 Maret 2018
No. Guru yang Bertugas di Kelas Kelas
1. Puji Utami, S.KM
Ripa Hartati, S.Pd.I
1 A
2. Restiani Nurjannah, S.Pd
Putri Ratnasari
1 B
3. Maslikhatul Laili M, S.Ag
Farrah Azizah Ning, S.Ag
2 A
4. Syifa Fauziyah
Nyimas Dedeh, S.S
2 B
5. Yayah Khumairoh, S.Pd.I
Sangadah
3 A
106
(Sumber: Dokumen SDIT AL-MANAR, 2018)
Hubungan guru dengan guru juga terlihat dari dalam kelas, saat istirahat atau
pembelajaran usaipun guru akan berkumpul di ruang guru selain bercakap biasanya
guru akan saling menceritakan berbagai sifat siswa yang ada di dalam kelasnya. Hal
ini diperkuat dengan wawancara Ibu Epiyanah,
“Saat jam istirahat pukul 09.20 guru akan keluar dari kelas dan berkumpul di ruang guru,
selain bercakap disediakan snack, dan biasanya percakapan yang dilakukan terkait dengan
sifat siswa. Namun, ada juga beberapa guru yang tidak keluar dari kelas biasanya guru kelas 5
dan 6 karena berada di lantai 3. ”31
Jam istirahat guru disediakan makan siang oleh sekolah, sehingga semua guru
dan administrasi semua berkumpul dalam satu ruangan untuk makan bersama.
Disinilah terjalin hubungan yang harmonis guru sejawat dengan tenaga administrasi.
Kepala sekolah membuat program yaitu field trip. Merupakan kegiatan keluar
dari lingkungan sekolah selama liburan sekolah. Tujuan utama dari diadakannya
kegiatan ini sebenarnya untuk mempererat hubungan kepala sekolah, guru dan staff
31 Wawancara dengan Ibu Epiyanah, 23 Maret 2018 pukul 09.15
No. Nama Guru yang Bertugas di kelas Kelas
6. Epiyanah, S.P
Siti Alfiah
4
7. Indri Riyanti, S.Si 5A
8. Siti Marpuah, S.Si 5B
9. Irsyadiah, S.Pd 6 A
10. Yurnita, S.Pd 6 B
107
sekolah. Kegiatan fieldtrip juga seekali mengadakan evaluasi selama satu semester
yang dirasa perlu diperbaiki terkait management sekolah. Biasanya fieldtrip ini
diadakan di akhir semester setelah kegiatan disekolah libur.
Gambar III.11. Fieldtrip Guru
(Sumber: Facebook SDIT AL-MANAR, 2018)
Gambar III.11 kegiatan Fieldtrip dilakukan pada libur semester pada tahun 2017
para guru dan staff sekolah ke bogor selain mengadakan outbond juga diselingkan
evaluasi terhadap pendidikan karakter pada siswa juga kinerja guru. Dalam hubungan
sejawat dalam berkomunikasi guru memperhatikan perkataan di depan peserta didik,
misalnya berkata saya atau aku saat mengobrol, berperilaku sopan dan menghargai
pendapat agar siswa bernalar positif. Untuk FieldTrip baru terlaksana 2015. Tahun
2015 sekolah FieldTrip ke Bandung, 2016 sekolah ke Yogyakarta.
108
3.2.1 Hubungan Guru dengan peserta didik
Hubungan guru dan siswa tidak hanya terlihat saat proses belajar mengajar.
Sekolah membuat program pembinaan sebagai hubungan guru dengan siswa.
Program ini diperuntukkan untuk kelas 1 sampai kelas 4, untuk kelas 5 dan 6 karena
sudah mendapat pembinaan saa duduk di kelas 1 sampai 4 mereka dapat
melakukannya sendiri. tujuannya agar pembentukan karakter siswa dapat berjalan
sesuai dengan karakter yang di inginkan seperti jujur, tanggung jawab, toleransi,
disiplin, cinta lingkungan dan religious. Dalam melihat pendidikan karakter melalui
pembinaan tersebut dapat diketahui aspek kurikulum tersembunyi yang muncul yakni
saat siswa dikelas 5 dan 6 sudah dapat melakukan semuanya dengan sendiri, tanpa
harus dibina lagi.
Pertama, pembinaan siswa dalam wudhu, salat, dzikir dan doa. Di SDIT AL-
Manar pembinaan akhlak kepada Allah swt, dilaksanakan dengan membiasakan
anak melaksanakan sholat setiap hari pada waktunya yaitu sholat zuhur dan asar.
Seorang guru di sekolah ini mengungkapkan bahwa setiap tiba waktu sholat zuhur
dan asar khususnya, kami membimbing anak mulai dari pelaksanaan wudhu sampai
pelaksanaan sholat dan zikir serta doa yang dibaca sesudah sholat.32 Bagi siswa yang
dinilai sudah bagus pelaksanaan sholatnya diperbolehkan sholat dimasjid, sedangkan
bagi siswa yang belum, dibina dikelas terlebih dahulu. Namun, kepala sekolah
membuat kebijakan untuk kelas 1,2 dan 3 jika ia mendapat pin atau nametag dari
32 Wawancara dengan Bapak Fajar, 19 Maret 2018
109
guru berupa “anak sholeh” maka ia diizinkan untuk shalat dimasjid.33 Hal ini di
dapat dari penilaian guru dikelas. Nametag ini bisa saja diambil kembali jika siswa
tersebut melakukan kesalahan. Seperti saat shalat dimasjid ia berlari-lari, mengobrol,
teriak dan mengganggu siswa lain yang sedang shalat.
Sholat di sini tidak hanya sholat wajib, tetapi juga pembiasaan sholat dhuha.
Untuk sholat dhuha dibiasakan terutama bagi kelas tiga ke atas. Pelaksanaan
shalat duha adalah shalat sunnah yang dilaksanakan dilakukan pada tiap
masing-masing kelas, mulai dari kelas I sampai kelas VI. Kegiatan shalat duha
dimulai pada pukul 09.00 yang dilaksanakan di dalam masjid sekolah. Tujuan
shalat duha ini adalah untuk membiasakan peserta didik akan pembiasaan untuk
beribadah. Ada beberapa hal yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat duha
ini. Peserta didik menjadi terbiasa melaksanakan shalat duha. Jika ada siswa yang
tidak shalat dhuhah ada rasa malu bagi teman sekelasnya yang tidak ikut
melakasanakan shalat.
Melaksanakan salat dhuha ada nilai lebih bagi psikologi tiap-tiap peserta didik.
Regina salah satu siswi SDIT AL-Manar mengatakan bahwa hati dan perasaan
tentram, damai, dan nyaman ketika melaksanakan shalat dhuha, ada perasaan tidak
nyaman ketika tidak melaksanakan shalat dhuha. Hal ini juga didukung oleh
pernyataan orangtua regina, bahwa anaknya sekarang sudah sholat tepat waktu, dan
rajin dalam shalat duhah hormat kepada orang tua, berkarakter baik, berbeda dengan
33 Wawancara dengan Bapak Aminuddin. 06 Maret 2018
110
sebelum masuk ke sekolah ini.34 Pernyataan orang tua siswa ini menunjukkan
keberhasilan sekolah dalam membiasakan anak dalam berhubungan baik dengan
Allah yang akan berimplikasi kepada hubungan baik kepada sesama manusia.
Gambar III.12 Jadwal Imam dan Dzikir siswa SDIT AL-manar
(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)
Peserta didik Dalam pelaksanaan shalat dhuha biasanya peserta didik di dampingi
oleh wali kelas dan guru pendamping. Proses Palaksanaan shalat duha dari awal
sampai akhir ada terdapat aspek kurikulum tersembunyi. Siswa memimpin menjadi
imam dalam shalat duha lalu memimpin menjadi doa dan berizikir setelah shalat
34 Ibu Amelia, 17 Maret 2018
111
duha sekaligus memberikan tausiyah merupakan bagian dari aspek kurikulum
tersembunyi. Hal ini berdasarkan wawancara dengan bapak Fajar,
“Shalat dhuha yang menjadi imam siswa laki-laki sendiri, sampai doa dan berdzikir hal ini
sudah dibuatkan jadwal. Untuk perempuan bertugas membacakan 2 ayat dari Quran beserta
artinya setelah pembacaan dzikir. Namun, hanya dari kelas 3, 4 ,5 dan 6. Untuk kelas 1 dan 2
masih tahap pembinaan oleh guru dalam shalat”35
Kedua, binaan guru saat pulang sekolah, Sebelum pulang kerumah, murid-murid
SDIT al-manar, dibimbing guru, untuk mempraktekkan adab pulang sekolah. Dengan
pembiasaan ini diharapkan anak terbiasa berdisiplin dan teratur. Salah sorang guru
menyatakan bahwa, sebelum pulang murid-murid dibimbing berdoa dan
mengucapkan salam dan keluar dari kelas dengan tenang. Anak-anak yang dianggap
akhlaknya paling baik, diperbolehkan terlebih dahulu pulang.
Pelaksanaannya dimulai saat keluar dari ruangan belajar dengan tenang dan tertib,
mengucapkan salam kepada guru dan teman ketika berpisah, Berjabat tangan
sebelum berpisah, laki-laki sesama laki-laki, perempuan sesama perempuan,
Menunggu jemputan dalam keadaan duduk dengan teratur didalam pekarangan
sekolah dan di tempat duduk yang disediakan. Mengulang hafalan Quran dan Hadits
selama menunggu jemputan. Aspek kurikulum tersembunyi yaitu siswa terbiasa
mengulang hafalan Qurannya untuk hari esok disetorkan pada guru, inisiatif ketika
bertemu guru menghormati dengan berjabat tangan.
35 Wawancara dengan Bapak Fajar, 19 Maret 2018
112
Ketiga, Amanah Kegiatan. Lebih lanjut pihak sekolah SDIT al-manar, juga
menerapkan peraturan amanah kegiatan murid-murid di rumah setelah pulang dari
sekolah. Dalam penerapannya pihak sekolah bekerja sama dengan orang tua.
Difokuskan disekolah dibawah pengawasan guru-guru yang telah ditugaskan.
Dirumah cukup dengan mengadakan pertemuan intensif dengan orang tua untuk
menyatukan visi dan misi bersama untuk membina generasi yang sholeh.
Adapun amanah kegiatan siswa di rumah yang ditetapkan sekolah contohnya,
Memperhatikan dan atau membaca jadwal kegiatan ketentuan akhlak santri
setiap pulang sekolah, memabaca doa dan mengucapkan salam apabila keluar
dan masuk rumah dan memperingatkan siswa agar tertib shalat 5 waktu.
Sekolah mengupayakan secara bertahap dapat mengembangakan karakter islami
melalui program sekolah. Langkah langkah dalam mengembangkan karakter secara
teori yaitu melalui pengetahuan dilaksanakan dan akan menjadi kebiasaan.
Pengembangan karakter menurut Bapak Aminuddin yaitu dengan adanya
keterpakasaan, kemudian akan dilaksankan dan akan menjadi kebiasaan sehari
hari.36
Menurut Bapak Fajar dalam pengembangan karakter yaitu perlunya keteladanan
dan kebiasaan yang diulang ulang .37 Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
bekal pengetahuan yang sudah diajarkan baik melalui materi pembelajaran dan adab
36 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 Maret 2018 37 Wawancara dengan bapak Fajar, 19 Maret 2018
113
adab yang dirancang dalam membentuk akhlak atau karakter, apabila dilaksanakan
oleh siswa dan semua warga sekolah dan terus diulang terus menerus serta
adanya keteladanan dari guru maka dapat mengembangkan karakter positif pada
anak.
Pelaksanaanya juga melibatkan kerjasama dengan orang tua. Ada beberapa
tahap untuk orangtua murid misalnya dalam 4 kali akan ditanya alasanya tidak
bisa hadir pada pertemuan wali murid, tetapi apabila tidak ada respon maka siswa
akan dikeluarkan. Tetapi selama ini belum sampai ada yang di keluarkan.38
Tabel III.2. Pembinaan yang dilakukan guru
No. Pembinaan yang dilakukan Tujuan
1. Pertama pembinaan dalam wudhu, shalat,
dzikir dan doa
Agar siswa dekat dengan Allah, mencegah
diri mereka terhadap perbuatan keji dan
mungkar sebagaimana yang menjadi tujuan
pendidikan sholat itu sendiri, disamping
diharapkan anak akan terbiasa dengan akhlak
yang mulia.
2. binaan guru saat pulang sekolah Dengan pembiasaan ini diharapkan anak
terbiasa berdisiplin dan teratur. Salah sorang
guru menyatakan bahwa, sebelum pulang
murid-murid dibimbing berdoa dan
mengucapkan salam dan keluar dari kelas
dengan tenang. Anak-anak yang dianggap akhlaknya paling baik, diperbolehkan
terlebih dahulu pulang.
3. Amanah Kegiatan disampaikan ke orangtua Tujuannya agar pembiasaan disekolah yang
dilakukan siswa tetap dilakukan di rumah,
dengan binaan orangtua
(Sumber : Hasil Temuan Peneliti, 2018)
38 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 maret 2018
114
3.2.2 Keterlibatan kepala sekolah dalam kurikulum tersembunyi
Melihat keterlibatan kepala sekolah dalam kurikulum tersembunyi dilihat dari
Evaluasi atau penilaian seberapa efektif kurikulum tersembunyi sebagai pembentukan
karakter peserta didik. membentuk karakter diukur melalui buku penghubung yang
diberikan kepada peserta didik dan diketahui oleh wali murid. Selain buku
penghubung peserta didik juga diberikan buku HC (habitual kurriculum) untuk
melihat sejauh mana perkembangan perilaku peserta didik serta mengukur
kebiasaan-kebiasaan akhlakul karimah. Evaluasi dilakukan pada dasarnya
bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program.
Evaluasi kurikulum tersembunyi membentuk karakter terhadap peserta didik
sesungguhnya dilakukan dengan melalui evaluasi buku penghubung peserta didik,
walikelas, serta masing-masing guru mata pelajaran. Pertama, buku penghubung.
Dalam melaksanakan evaluasi perilaku-perilaku peserta didik maka membuat sebuah
buku penghubung. Buku penghubung adalah sebuah buku yang berisikan tata tertib
peraturan-peraturan peserta didik disertai dengan bentuk-bentuk pelanggaran yang
dilakukan siswa.
115
Gambar III.13. Buku Penghubung
(Sumber : Dokumentasi Sekolah, diakses melalui Facebook SDIT AL-Manar, 2018)
Kedua, Evaluasi terhadap perilaku peserta didik juga dilakukan oleh
semua guru-guru dan wali kelas. Sekiranya guru-guru melihat pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan oleh siswa dalam jenis pelanggaran yang ringan
maka guru berhak untuk menegur dan menindak lanjutinya. Buku HC dipegang
oleh guru tahsin dan tahfidz yang mana satu guru mengamati perilaku 8 siswa.
Evaluasi ini dapat dipahami sebagai implementasi pendidikan karakter.
116
Gambar III.14. Evaluasi dan Rapat Kerja Guru
(Sumber : Dokumentasi Sekolah, diakses melalui Facebook SDIT AL-Manar, 2018)
SDIT AL-Manar pada akhir periode tahun pelajaran melakukan evaluasi hasil
pelaksanaan program-program yang mendukung terbentuknya kultur sekolah dalam
kaitannya dengan pendidikan karakter. Dalam forum tersebut dibahas permasalahan-
permasalahan terutama yang dialami oleh guru. Evaluasi ini dimaksudkan untuk
memperbaiki kondisi pendidikan karakter agar pada semester II dapat berjalan sesuai
perencanaan. Tujuan lain dari evaluasi ini ialah untuk menjalin keharmonisan antara
kepala sekolah, guru dan staff lainnya.
3.3 Budaya Akademis sekolah pembangun kurikulum tersembunyi
Aspek budaya dari kurikulum tersembunyi yang menjadi pelaksanaan
kegiatan-kegiatan di SDIT AL-Manar adalah kegiatan rutinitas dan spontanitas yang
dilakukan oleh guru, kepala sekolah, dan peserta didik. Karakter erat kaitannya
dengan habit atau kebiasaan yang kerap di manifestasikan dalam tingkah laku. Siswa
117
sebelum berangkat kesekolah terlebih dahulu harus berwudhu. Jika ia belum
berwudhu dirumah, maka diperbolehkan untuk berwudhu disekolah.
Gambar III.15. Pembiasaan Berwudhu saat datang kesekolah
(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 28 Febuari 2018)
Gambar III.15 salah satu siswa bernama Haidar lupa untuk berwudhu sebelum
berangkat sekolah, akhirnya ia berwudhu di sekolah. Menurut Haidar karena bangun
kesiangan ia lupa dan tidak sempat untuk berwudhu dirumah.39 Ia sudah mendapat
teguran yang kedua kalinya. Dalam pembiasaan ini dibutuhkan kerjasama antara
sekolah dengan orangtua siswa. Tanpa adanya dukungan orangtua pembiasaan
tersebut akan sulit dilakukan oleh siswa tersebut. Karena usia anak sekolah dasar
masih ekstra dalam pendampingan.
Memasuki gerbang sekolah peserta didik sudah disambut oleh kepala
sekolah dan dewan guru yang sudah standby menyambut kedatangan peserta
didik akan memasuki sekolah dengan wajah yang riang, semangat, dan penuh
39 Wawancara Dengan Haidar, 28 Febuari 2018
118
kasih sayang. Hal ini ditujukan agar siswa nyaman akan lingkungan sekolah yang
kondusif.
Gambar III.16. Kegiatan Welcome Student di depan gerbang
(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)
Bapak Aminuddin memaparkan bahwa budaya salam tidak hanya saat memasuki
lingkungan sekolah saat memasuki ruangan kelas bertemu dengan guru maka
diwajibkan untuk salam, jika tidak melakukannya maka guru akan memberikan
punishment yakni mengulang salam tersebut dari luar kelas.40 Apabila budaya
tersebut menjadi kebiasaan siswa maka dirumah akan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya berjabat tangan dengan kedua orang tua sebelum berangkat
sekolah.
Kebiasaan itu sudah berlangsung secara berkelanjutan sehingga peserta didik
menjadi terbiasa akan sapa, salam. Pembiasaan membuang sampah pada tempatnya
untuk membiasakan hidup bersih dan sehat. Untuk mengembangkan karakter peduli
40 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 Maret 2018
119
pada lingkungan sekitar serta menciptakan susasana sekolah yang bersih diadakannya
GENIT atau gerakan lima menit memungut sampah. Budaya ini diikuti oleh semua
siswa siswi SDIT AL-Manar dengan senang hati, karena jika lingkungan sekolah itu
bersih maka dalam proses pembelajaran juga akan terasa nyaman. Hal ini dituturkan
oleh Bapak Fajar selaku wali kelas dan penanggungjawab program sekolah bahwa.
“Kegiatan seperti memungut sampah ini dapat mengembangkan sikap peduli pada lingkungan.
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan sebelum siswa memasuki kelas. Kegiatan ini dinamakan genit
singkatan dari kata gerakan lima menit memunggut sampah. Siswa sebelum masuk kelas diminta
untuk memungut sampah kemudian dibuang ke tempat sampah”41.
Bapak Fajar memaparkan bahwa tujuan diadakannya GENIT atau gerakan
lima menit memungut sampah bertujuan agar siswa mempunyai karakter peduli pada
lingkungan. Hal ini juga Selaras dengan yang disampaikan Bapak Aminuddin selaku
kepala sekolah bahwa.
“Kegiatan memungut sampah, itu juga termasuk membentuk karakter atau akhlak. Dan itu
dilaksanakan pagi dan biasanya memungut beberapa sampah, tergantung dari guru pendamping
dalam memerintahkan untuk memungut sampah misalnya diperintahkan untuk memungut 10
sampah maka siswa akan memungut 10 sampah. Kegiatan ini sudah berjalan sekitar 2-3 tahunan
dan karakter yang ingin dikembangkan yaitu karakter kepedulian. Kalo dilihat ini hal spele
namun, hasil sampingan dari kegiatan ini berdampak besar pada siswa. Secara tidak sadar ia akan terbiasa jika menemukan sampah hatinya tergerak untuk membuang sampah. Karena itu sudah
menjadi pembiasaan.”42
Mereka di dampingi guru walikelasnya masing-masing dan biasanya
ditentukan maksimal dalam memungut sampah. Kegiatan ini bukan hanya dilakukan
dalam kelas tapi juga sekitaran sekolah. Kemandirian juga ditanamkan dengan
pembiasaan menata sepatu pada rak atau tempatnya.
41 Wawancara dengan Bapak Fajar, 23 Maret 2018 pukul 14.10 WIB 42 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 Maret 2018 pukul 09.15 WIB
120
Gambar III.17. Fasilitas Rak Sepatu
(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)
Kegiatan ini dapat mengembangkan karakter kedisplinan pada siswa
karena sikap disiplin sangat penting dalam membentuk karakter pada siswa. Seperti
yang disampaikan oleh Ibu Erna bahwa kegiatan menaruh sepatu pada tempatnya
dan menata sandal menghadap keluar dapat mengembangkan karakter tanggung
jawab dan kedisiplinan.43 Begitu pula ada saat siswa memasuki masjid siswa menaruh
sandal dengan menghadap keluar.
Peneliti dalam pengamatan saat siswa yang tidak menaati pembiasaan ini akan
mendapatkan sanksi berupa teguran. Kegiatan ini dilakukan selama sebulan dengan
pembinaan guru yang menajdi koordinator kegiatan tersebut. Maka dari itu, sekolah
harus mampu menciptakan iklim sekolah dalam suasana yang nyaman dan
menyenangkan agar peserta didik merasa nyaman saat proses belajar mengajar
43 Wawancara dengan Ibu Erna, 23 Maret 2018 pukul 14.15
121
sehingga anak-anak semangat untuk belajar. Kenyamanan yang dirasakan peserta
didik membawa karakter tersendiri agar karakter anak terbentuk. Tentunya sekolh
menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak, serta menjadi lingkungan yang
kondusif untuk membangun karakter peserta didik.
Peran seorang guru yang selalu memberikan pengaruh terhadap peserta didik
baik yang bersifat positif maupun negatif. Guru merupakan elemen yang sangat
penting bagi perkembangan peserta didik baik secara kognitif, afektif,
psikomotorik terlebih lagi guru merupakan sumber dari kurikulum tersembunyi,
karena apa yang disampaikan oleh guru baik secara lisan, tulisan, dan perbuatan
akan menjadi model atau contoh bagi peserta didik.
Tugas guru amat terasa berat dalam mendidik peserta didik dalam
mencetak siswa yang unggul bukan dalam bidang kognitif saja tetapi guru
harus bisa mencetak siswa yang berakhlak mulia. Oleh karena itu, guru selalu
memberikan nasihat-nasihat dan motivasi dalam setiap kegiatan yang ada baik
dalam kegiatan proses belajar mengajar maupun pada kegiatan yang lainnya.
Pesan yang disampaikan berkaitan dengan sikap agar selalu baik dimanapun
peserta didik berada baik dalam lingkungan sekolah, keluarga, dam masyarakat.
SDIT AL-Manar dalam rangka melaksanakan kegiatan rutin untuk mencetak
siswa yang berkarakter mulia. Maka kegiatan yang dilaksanakan dapat berupa
penyampaian tausiyah pidato secara langsung maupun tidak langsung. Penyampaian
122
tausiyah pidato atau nasehat dan motivasi secara langsung yang diberikan pada
saat proses kegiatan belajar mengajar (KBM) atau diluar jam belajar. Penyampaian
nasehat atau motivasi tidak langsung bisa disampaikan melalui poster-poster yang
disampaikan diluar kelas.
Pertama, penyampaian secara langsung. Guru dapat menyampaikan tausiyah
pidato. Semua guru mata pelajaran diharapkan dapat melaksanakannya sebelum
kegiatan belajar dimulai. Guru bisa bercerita tentang kisah-kisah atau motivasi
pengalaman seseorang yang dapat merangsang motivasi belajar serta merangsang
sikap siswa sehari-hari. Selanjutnya dalam penyampaian materi pelajaran juga
diupayakan untuk mengkaitkannya jika materi pelajaran tersebut
Mengandung nilai-nilai multikultural. Kedua, penyampaian secara tidak
langsung. Poster merupakan pesan yang disampaikan melalui simbol-simbol atau
gambar yang menarik berisikan ajakan, larangan serta nasehat-nasehat.
Gambar III.19. Slogan Ajakan berbuat Jujur
(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)
123
Poster yang berisikan ajakan tentang pesan atau himbauan tentang nilai-
nilai kebaikan seperti perilaku jujur, berbicara dengan baik, bila mendengarkan
pembicaraan tekun, bila berjumpa orang dia menyambut dengan wajah ceria,
dan bila berjanji ditepati. Semuanya merupakan salah satu usaha sekolah dalam
menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah terutama membentuk karakter siswa.
Poster-poster yang berisikan nilai-nilai kebaikan tidak hanya dipasang di dalam kelas
tetapi juga terpasang di luar kelas. Poster yang digunakan di luar kelas berisikan
tujuan untuk memotivasi siswa, sebagai ajakan, peringatan untuk melakukan
sesuatu yang positif dan menanamkan nilai-nilai karakter. Pengaruh pesan yang
disampaikan melalui poster dalam implementasi kurikulum tersembunyi memiliki
kontribusi dalam membentuk karakter serta menginternalisasikan nilai-nilai
karakter yang baik.
Tabel III.4 Upaya SDIT AL-Manar dalam Pelaksanaan Kurikulum
Tersembunyi Sebagai Pendidikan Karakter Siswa
No Kegiatan di
Sekolah
Pelaksanaan
Kurikulum tertulis
(Ideal)
Kurikulum
Tersembunyi
Nilai-Nilai
Karakter
Hambatan
Sekolah
1.
Kegiatan
Belajar
Mengajar
Siswa
Kebijakan guru dalam
proses pembelajaran
( opening (ngaji
morning, hafalan,
pengecekan amal yaumi,
pemberian motivasi
kepada siswa.)
Siswa memulai sendiri
ngaji morning tanpa
panduan guru, namun untuk kelas 1 dan 2
masih di dampingi
Disiplin, Religius,
Kejujuran,
1. Guru belum
maksimal dalam
penyeimbangan kognitif, afektif
dan psikomotorik
2. Guru harus
memberikan
pemahaman
dengan
mengaitkan di
kehidupan sehari-
Perjanjian Punishment
dan Reward
Siswa mengemukakan pendapat terkait
punishment dan reward
Tanggung jawab,
Disiplin, Mandiri
124
Kegiatan
Di sekolah
No. Pelaksanaan
Kurikulum tertulis
(Ideal)
Kurikulum
Tersembunyi
Nilai-Nilai
Karakter
Hambatan
Sekolah
Literasi atau Cerita Nabi Siswa mempresentasikan
hasil bacaan di depan
kelas
Tanggung jawab,
mandiri, kejujuran
3. Pembinaan yang intensif
karena siswa yang
masih butu
perhatian khusus
di usianya
4. Orangtua siswa
kurang menjalin
kerjasama dengan sekolah sehingga
aktivitas sekolah
dan dirumah tidak
seimbang
5. Siswa masih
tahap bermain
6. Pengulangan
berkali-kali
kepada siswa
dalam memilah
hal yang baik dan
tidak baik
Tahfidz dan tahsin Siswa tadarrus Quran,
menghafal dan membaca
Quran disekolah maupun
dirumah
Religius, tanggung
jawab, mandiri,
kejujuran
. Mereview pembelajaran Siswa berpendapat
mengenai materi
sebelumnya
Mandiri, Toleransi
Closing (kafaratul majlis,
istighfar 10 x,
penambahan hafalan
dan menyelesaikan
permasalahan )
Siswa membaca
kafaratul majlis, doa
sehari2,
Religius, mandiri,
tanggung jawab,
kejujuran
Ekstrakurikuler Bidang
silat, Olahraga Futsal dan
Pramuka
Siswa semangat
menampilkan silat, Kerja
sama tim dalam
sportifitas, Mandiri,
Tanggungjawab,
Disiplin
Kerjasama,
mandiri, kejujuran,
toleransi, pedul
sesama, disiplin,
2. Mengelomp
okkan siswa
untuk proses
pembelajara
n
Sebagai teman belajar,
berososial dengan baik,
setiap kenaikan kelas
berbeda teman belajar
Siswa saling bekerja
sama dan bertukar
pikiran dalam
mempelajari suatu
materi, mengambil
keputusan untuk
menyelesaikan tugas
Saling menghargai
toleransi, peduli
sesama, kerjasama,
tanggung jawab
3.
Budaya
sekolah
Berwudhu sebelum
memasuki sekolah
Siswa berwudhu
sebelum berangkat
sekolah dengan
pengawasan orangtua
Tanggung jawab,
mandiri, disiplin,
kejujuran, religious
Welcome student di
depan gerbang dengan 3
S, senyum, sapa dan
salam
Siswa melakukan 3 S,
dan memasuki ruang
kelas tanpa orangtua
Menghormati,
disiplin, mandiri
Gerakan lima menit memungut sampah
Siswa membersihkan kelas dan lingkungan
sekolah sendiri selama
10 menit, untuk kelas 1
dan 2 masih di dampingi
Peduli
sesama/lingkungan,
125
Hambatan
Sekolah Kegiatan di
Sekolah
No.
(Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2018)
3.4 Evaluasi dan Hambatan Sekolah dalam Kurikulum Tersembunyi SDIT
AL-Manar
Pelaksanaan program-program sekolah sebagai aspek kurikulum tersembunyi di
SDIT AL-Manar dilakukan monitoring secara berkala oleh pihak kepala sekolah
secara langsung. Seperti yang dituturkan Bapak Aminuddin,
“Monitoring tersebut dilakukan pada, fakta perilaku siswa di lapangan, administrasi guru
dalam melakukan pencatatan pelanggaran siswa, dan pelaksanaan program-program sekolah
Pelaksanaan
Kurikulum tertulis
(Ideal)
Kurikulum
Tersembunyi
Nilai-Nilai
Karakter
Melepaskan sepatu
sebelum memasuki ruang
kelas
Siswa melepaskan sepatu
atau sandal dan menaruh
di rak yang disediakan
Disiplin,mandiri,
tanggung jawab,
kejujuran
Peribadatan (Shalat
dhuha, dzuhur, ashar)
Siswa shalat duha,
Tadarrus Alqur‟an,
shalat berjamaah, shalat
jum‟at
Religius, disiplin,
bertanggungjawab,
mandiri
4. Hubungan
Stakeholder
Sekolah
Hubungan Guru dengan
Guru
Team Teaching dalam
satu kelas, berkumpul
saat jam istirahat di
ruang guru, untuk makan
bersama
siswa dengan
menjalin
hubungan, peduli
sesama, toleransi
Hubungan kepala sekolah dengan guru, tenaga
administrasi dari
kegiatan FieldTrip Memberikan teladan dengan
Kerjasama, disiplin
Hubungan guru dengan
siswa, siswa dengan
kepala sekolah
Program sekolah
melakukan 4 pembinaan,
pemantauan murid
karakter religious,
kejujuran, mandiri,
toleransi, disiplin
dan peduli
sesama/lingkungan
126
yang telah direncanakan di awal tahun pelajaran terkait dengan pembiasaan perilaku
siswa yang berkarakter.44
Peneliti melihat dalam melakukan monitoring pada perilaku siswa kepala sekolah
mengamati langsung siswa saat sedang istirahat maupun dalam pembelajaran. Seperti
gambar dibawah ini.
Gambar III.20. Kepala sekolah memonitoring siswa
(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)
Gambar III.20 terlihat kepala sekolah Bapak Aminuddin sedang
memonitoring siswa saat pukul 07.45 sebelum siswa memasuki kelas, hal tersebut
dilakukannya guna menjalin hubungan baik dengan siswa serta melihat apakah
program pendidikan karakter dalam kurikulum tersembunyi berjalan sesuai yang
diharapkan. Bagaimana siswa saat tidak dibina guru tetap melakukan hal yang baik.
44 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 Maret 2018
127
Hasil monitoring tersebut digunakan sebagai acuan pihak kepala sekolah
untuk mengetahui perkembangan program pendidikan karakter dan hasil jangka
pendeknya, sehingga dapat segera diambil tindakan solutif ketika terjadi suatu
permasalahan pada pelaksanaan program. Hambatan dirasakan oleh kepala sekolah
dan guru-guru di sekolah. Bapak Aminuddin mengatakan bahwa.
“Kalau berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter tentu ada kendala yang saya
pribadi rasakan. Berkaitan dengan siswa, pertama tidak semua siswa sama, mereka unik
karena memiliki karakter yang berbeda dan menjadi salah satu kendala. Ada yang
sekali dua kali dinasehati mereka sudah paham, ada dinasehati berkali-kali sulit untuk
dirubah, bahkan ada yang tidak sama sekali dinasehati mereka sudah paham dengan
sendirinya. Berikutnya, kalau dari segi guru, ada beberapa guru yang terkadang kurang
istiqomah dalam keteladanan, artinya mereka santai-santai, karena mengandalkan dengan guru yang sangat bersemangat untuk membimbing siswa terutama ketika sholat dhuha
atau dzuhur berjama’ah.”45
Hal serupa juga dikatakan oleh Bapak Fajar ketika melakukan penerapan
pendidikan karakter di sekolah ini. Hambatannya yaitu dari pemahaman siswa itu
sendiri, karena tidak semua anak itu cepat tanggap dan ada juga pemahaman
siswanya lambat. Sehingga harus lebih ekstra lagi untuk membimbing dan
menasehati mereka.46 Sementara itu, salah seorang guru Ibu Erna mengatakan
pendapat yang berbeda.
“Hambatan lain, yaitu ketika anak tidak ada dukungan dari orang tua, contoh ketika siswa sholat tepat waktu di sekolah, namun ketika mereka berliburan sekolah terkadang
sholatnya terlambat, jadi kurang ada partisipasi peran orang tua di rumah. Kemudian
hambatan lainnya, ketika anak itu melakukan kesalahan atau pelanggaran yang mereka
lakukan di sekolah”.47
45 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 Maret 2018 46 Wawancara dengan Bapak Fajar, 19 Maret 2018 47 Wawancara dengan Ibu Erna, 23 Maret 2018
128
Berdasarkan pemaparan dan hasil wawancara diatas, bahwa hambatan
hambatan yang dialami berbeda-beda. Hambatan yang dialami antara lain dari
lingkungan sekolah, tidak semua siswa memiliki karakter yang sama, maka dari itu
perlu perhatian dan bimbingan ekstra bagi siswa-siswi SDIT AL-Manar yang
memiliki pemahaman lambat, agar pembiasaan pendidikan karakter dapat tercapai
dan dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun di masyarakat. Kemudian hambatan
lain yang datang dari lingkungan rumah, bahwa ada beberapa orang tua yang
kurang mendukung akan kegiatan-kegiatan anaknya di sekolah, artinya mereka tidak
memberikan perhatian dan penguatan lebih terhadap anaknya karena faktor
kesibukan orang tuanya, sehingga anak tidak merealisasikan kegiatan yang ada di
sekolah ke dalam lingkungan rumahnya.
Hambatan-hambatan dan solusi dalam pelaksanaan pendidikan karakter di
SDIT AL-Manar lebih mengarah pada teknis pelaksanaan. Seperti yang pertegas
oleh Bapak Aminuddin bahwa permasalahan teknis seperti tidak semua pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan oleh siswa dapat terdeteksi oleh guru.
Kesadaran sebagian siswa dianggap masih rendah terhadap tata tertib
sekolah misalnya dalam program beberapa siswa harus dibersamai gurunya agar
melaksanakan tugasnya. Tidak semua orang tua peduli dengan perkembangan
129
anaknya di sekolah. Beberapa orang tua siswa cenderung bersikap pasif terhadap
kebijakan sekolah termasuk dalam pendidikan karakter siswa.48
3.5. Penutup
Setelah memaparkan data tersebut, maka dapat diketahui bahwa
pengembangan karakter siswa melalui aspek kurikulum tersembunyi yang religius
baik didalam kelas, diluar kelas maupun melalui keteladanan serta pembiasaan, dan
program program yang dirancang dalam membentuk karakter pada siswa.
Bentuk kegiatan yang religius yang diterapkan SDIT AL-Manar adalah
wudhu, genit yang artinya gerakan lima menit memungut sampah, berjabat tangan,
menaruh sepatu/sendal pada tempatnya, opening, closing, shalat dhuha, shalat
dhuhur, pendamingan guru, mabit, tanggap sedekah dan learning motivation
training. Metode dalam mengembangkan karakter pada siswa di SD SDIT AL-
Manar yaitu melalui keteladanan, pembiasaan, serta reward dan punishment.
Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan, acting,dan menuju pembiasaan,
karena dengan adanya pembiasaan akan membentuk karakter siswa.
Adanya aspek kurikulum tersebunyi yang teridiri dari struktural, sistem
sosial, dan budaya tersebut maka akan mengembangkan karakter yang ingin
dicapai seperti, peduli lingkungan. mempererat silaturahim, menghargai,
menghormati, disiplin, mandiri, tanggung jawab, kejujuran, menambah rasa cintanya
48 Wawancara dengan bapak Aminuddin, 06 Maret 2018
130
kepada Allah, memberi motivasi kepada anak, bersemangat, soleh, salihah, lebih
istiqomah, kepedulian dengan sesama orang yang membutuhkan bantuan, dan
tanggung jawabnya .
Kendala yang dialami oleh sekolah dalam melakukan pembiasaan
pendidikan karakter ada dua faktor, pertama dari siswa dan yang ke dua dari orang
tua siswa itu sendiri. SDIT AL-Manar yang memiliki banyak kegiatan yang
sangat padat, karenanya ada beberapa siswa yang memiliki kemampuan lambat
memahami pelajaran sehingga harus lebih ekstra lagi untuk membimbingnya,
ditambah ketika ada siswa yang bermasalah.
Faktor kedua yaitu datang dari beberapa orang tua siswa yang kurang
mendukung kegiatan anaknya ketika pembiasaan di sekolah terbawa ke dalam
lingkungan rumahnya, disebabkan karena kesibukan orang tua yang kurang
memperhatikan dan mendorong akan pembiasaan-pembiasaan positif. Solusi nya
ialah melakukan Evaluasi rutin dan tanggap. Kegiatan evaluasi yang dilakukan
sekolah tidak hanya di dalam sekolah namun juga diluar sekolah. Melalui budaya
sekolah inilah, Kurikulum tersembunyi akan selalu ada, muncul setiap hari selama
pengoperasian sekolah berjalan.
Recommended