View
225
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Perusahaan
Gambaran umum dari perusahaan yaitu untuk mengetahui profil dari perusahaan. Gambaran
umum dari perusahaan PT. Wira Mas Permai adalah sebagai berikut:
1. Sejarah Singkat
Kencana Agri Limited (Kencana) adalah produsen berkembang pesat minyak sawit mentah
(CPO) dan inti minyak sawit mentah (CPKO) dengan perkebunan kelapa sawit yang berlokasi
strategis di daerah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi di Indonesia. Mr Henry Maknawi,
Chairman dan CEO Grup, dipelopori pertumbuhan cepat Kencana dan ekspansi dari land bank
awal 9.000 hektar pada tahun 1995 menjadi lebih dari 188.000 hektar dengan luas tanaman lebih
dari 39.000 hektar (termasuk tanah di bawah program plasma), pada tanggal 31 Desember 2009.
Sejalan dengan strategi bisnis dan rencana ekspansi di masa datang untuk menjadi produsen
minyak sawit terkemuka pilihan untuk pasar lokal dan internasional, Kencana telah berhasil
mencatatkan sahamnya di papan utama Bursa Efek Singapura pada tanggal 25 Juli 2008 ( SGX -
ST Stock code: F9M ) . Selain itu, pada bulan Mei 2009, Kencana membentuk Joint Venture
dengan Louis Dreyfus Commodities untuk mengembangkan dan mengoperasikan pelabuhan air (
diakses kapal sampai dengan 70.000 MT ) dan bulking terminal di Balikpapan , Kalimantan
Timur untuk sumber dan perdagangan CPO dan produk lainnya. Ini Joint Venture menambahkan
dimensi baru untuk ekspansi Kencana di Kalimantan Timur dan aliran pendapatan baru untuk
model bisnis terintegrasi Kencana.
Perkebunan kelapa sawit Kencana yang berlokasi strategis di Sumatera, Kalimantan dan
Sulawesi daerah di Indonesia. Sejak dimulai pada tahun 1996 , luas tanaman Grup telah
berkembang pesat dari 1.215 hektar menjadi 61.119 hektar pada tahun 2012. Grup saat ini
memiliki 4 pabrik pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas pengolahan sebesar 210 ton/jam
dan 2 pabrik pengolahan inti sawit dengan kapasitas 435 ton/hari. Grup akan tetap fokus dalam
mengembangkan bisnis perkebunan. Grup memiliki 198.935 hektar lahan ( Inti dan Plasma ) di
mana hanya 31 % ditanam dan 69 % atau 137.816 hektar areal belum ditanami, Grup bertujuan
untuk meningkatkan wilayahnya ditanam oleh 5.000 hingga 8.000 hektar per tahun sehingga
mencapai campuran yang lebih baik dari telapak tangan dari berbagai usia dan memastikan
produksi TBS yang berkelanjutan. Luas wilayah dari PT Wira Mas Permai di Kecamatan
Wanggrasi adalah 20.000 ha.
2. Visi dan Misi
Visi dari perusahaan adalah untuk menjadi produsen utama minyak kelapa sawit yang
berkelanjutan dan pemasok pilihan baik untuk pasar lokal dan global. Sedangkan misi
perusahaan yaitu untuk memperluas usaha perkebunan kami melalui praktek pengelolaan terbaik
di kelasnya yang berkelanjutan dan ramah lingkungan sementara memperkuat tanggung jawab
kita sebagai warga korporasi yang baik.
3. Struktur Organisasi
Perusahaan ini mempunyai karyawan berjumlah 90 orang dengan status pegawai tidak tetap.
Struktur organisasi dari PT Wira Mas Permai Gorontalo berbentuk garis yang lebih koordinatif
pada manajemen puncak karena telah dilakukan penataan mengenai fungsi dan peran kerja.
Struktur organisani ini menghubungkan langsung antara atasan dan bawahan. Kegiatan-kegiatan
pada PT. Wira Mas Permai dikoordinator oleh Group Manager Plantation (Manager Kelompok
Perkebunan). Gambaran Struktur Organisasi dan tugas masing-masing karyawan PT. Wira Mas
Permai Gorontalo meliputi :
GM PLANTATION
Ichwan Fauzi
GROUP MANAGER
Zulfikar Siregar
ESTATE MANAGER
Ziffiardi
Gambar 2. Struktur Organisasi PT. Wira Mas Permai Desa Limbula Kecamata Wanggarasai
Kabupaten Pohuwato
a. Group Manager Plantation
Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan
jalannya perusahaan.
b. Group Manager
Bertugas sebagai penghubung antara GM Plantation dan Estate Manager. GM mencakup
semua manajemen yang berada di antara estate manager dan GM paltantition.
c. Estate Manager
Bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non manajerial yang terlibat dalam proses
produksi.
d. Askep
Bertugas membantu manager dan karyawan. Dalam membantu manager askep bertugas
dalam memaksimalkan hasil perkebunan dan pengolahan, merencanakan kerja harian,
mengoptimalisasi sumber daya serta menyediakan informasi. Tugas askep dalam membantu
karyawan yaitu melatih cara kerja, memotivasi, dan menjadi mentor.
e. KTU
Bertugas mengelola kegiatan administrasi dan keuangan serta sehingga menghasilkan
laporan dan informasi yang tepat waktu, relevan dan konsisten sebagai alat pengendalian,
pengamanan aset dan sumber daya serta pengambilan keputusan.
f. Field Asisten
Bertugas dalam pengolahan sebuah produk bertanggung jawab terhadap pencapaian target
produksi sesuai bahan baku yang diterima.
ASKEP Bustanul Arifin
KTU D. Muryanto N
FIELD ASISTEN
Niko Agustian
PEMITRA
Vacant
PEMITRA
Vacant
FIELD ASISTEN
Irham
Ka. KEUANGAN
Vacant
Ka. GUDANG
Vacant
g. Pemitra
Bertanggung jawab dalam mengelola perkebunan plasma kemitraan perusahaan, proses
pembentukan dan mengelolaan kelembagaan koperasi termasuk legalitasnya, pertanahan,
melakukan koordinasi dan khususnya kerjasama dengan lembaga pemerintahan setempat.
h. Kepala Bagian Keuangan
Bertugas melakukan pengelolaan keuangan, administrasi keuangan, perpajakan dan asuransi
asset perusahaan serta memberi pedoman penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan
(RKAP) serta Rencana Kerja Operasional (RKO).
i. Kepala Bagian Gudang
Bertanggung jawab terhadap persediaan barang gudang sesuai dengan administrasi
persediaan barang.
B. Karakteristik Petani
Identitas responden merupakan gambaran dari responden sebagai tanggapan dan dilakukan
tahap berikutnya dalam penelitian ini. Responden penelitian terdiri dari 42 orang yang terdiri dari
masyarakat petani plasma dengan pola inti plasma. Gambaran karakteristik umum meliputi:
umur, pendidikan, pekerjaan, dan pengalaman bermitra.
1. Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan dalam
melakukan aktivitas kerja. Selain itu juga umur menentukan produktivitas suatu usaha. Petani
mitra yang memiliki umur relatif lebih rendah menunjukkan kerja yang lebih produktif. Kisaran
umur responden dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Karakteristik Petani Responden yang Bermitra dengan PT. Wira Mas Permai, Desa
Limbula, Kecamatan Wanggarasi, Kabupaten Pohuwato Berdasarkan Umur Tahun
2013
No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. < 20 0 0
2. 20 – 60 41 97,62
3. > 60 1 2,38
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Data yang disajikan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa petani mitra tidak ada yang berumur
kurang 20 tahun atau belum produktif. Petani mitra yang terbanyak adalah kategori umur 20-60
dengan jumlah 41 orang atau 97,62% dan yang terkecil adalah kategori umur > 60 dengan
jumlah 1 orang atau 2,38%. Dalam penelitian ini, petani memiliki umur produktif sehingga
mampu meningkatkan produktivitas dari kerja yang selanjutnya meningkatkan produksi dari
petani yang bermitra dan mampu meningkatkan ksejahteraan dari keluarga.
Menurut Tjiptoherijanto (2001) dalam Pasaribu (2012: 9) dalam analisis demografi, struktur
umur penduduk dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (a) kelompok umur muda, dibawah 15
tahun; (b) kelompok umur produktif, usia 15-64 tahun; dan (c) kelompok umur tua, usia 65 tahun
ke atas.
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dan merupakan kebutuhan dasar bagi
manusia karena pendidikan dapat meningkatkan potensi yang dimiliki sehingga dapat
membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Gambaran tingkat pendidikan petani mitra di
Desa Limbula, Kecamatan Wanggarsi Kabupaten Pohuwato disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik Petani Responden yang Bermitra dengan PT. Wira Mas Permai, Desa
Limbula, Kecamatan Wanggarasi, Kabupaten Pohuwato Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Tahun 2013
No Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. SD 9 21,43
2. SMP 15 35,71
3. SMA 10 23,81
4. Sarjana 8 19,05
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Jenjang pendidikan SMP mendominasi tingkat pendidikan dari responden yaitu 15 orang
(35,71%), kemudian SMA sebanyak 10 orang (23,81%), dan jenjang SD yang mempunyai
persentase yaitu 21,43% serta sarjana sebesar 19,05%. Responden masih dapat menerima
informasi secara jelas serta dapat memahaminya karena responden memiliki pendidikan SMP
dan SMA sederajat. Hal ini sesuai dengan pendapat Pasaribu (2012: 10) semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin besar peluang seseorang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan
berpenghasilan lebih tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi tingkat
kemampuan seseorang dalam bekerja dan menyerap informasi dan tekhnologi.
3. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari
petani mitra. Sesuai dengan kondisi di lapangan, pekerjaan para responden yang bermitra adalah
petani seperti yang tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5. Karakteristik Petani Responden yang Bermitra dengan PT. Wira Mas Permai, Desa
Limbula, Kecamatan Wanggarasi, Kabupaten Pohuwato Berdasarkan Pekerjaan Tahun
2013
No Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. Petani 42 100
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Dari Tabel 5 terlihat jelas bahwa respon yang berada di Desa Limbula bermata pencaharian
petani yaitu sebanyak 42 orang (100%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa lahan merupakan mata
pencaharian utama masyarakat yang berada di Desa Limbula dengan petani sebagai pekerjaan
utamanya.
4. Luas Lahan
Luas lahan merupakan faktor penentu dan mejadi salah satu objek dalam penelitian. Luas
lahan responden di Desa Limbula Kabupaten Wanggrasai Kabupaten Pohuwato dapat dilihat
pada Tabel berikut.
Tabel 6. Karakteristik Petani Responden yang Bermitra dengan PT. Wira Mas Permai, Desa
Limbula, Kecamatan Wanggarasi, Kabupaten Pohuwato Berdasarkan Luas Lahan
Tahun 2013
No Luas Lahan (ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. < 2 21 50
2. 2 - 3 19 45,24
3. > 3 2 4,76
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Tabel 6 menunjukkan bahwa luas lahan petani mitra yang mendominasi adalah luas lahan < 2
ha sebesar 21 orang (50%), sedangkan jumlah yang terendah adalah adalah luas lahan > 3 ha
dengan jumlah 2 orang (4,76%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata petani memiliki lahan
kurang dari dari 2 ha. Luas lahan petani akan mempengaruhi manfaatn dari kemitraan bagi
petani. Menurut Zaelani (2008:101-102), petani mitra yang merasakan kemitraan rendah
manfaatnya sebanyak 25 % dari petani mitra dengan lahan luas dan 75 % dari petani mitra dengan
lahan sempit yang merasakan kemitraan rendah manfaatnya. Petani mitra yang merasakan kemitraan
rendah manfaatnya sebanyak 25 % dari petani mitra dengan lahan luas dan 75 % dari petani mitra
dengan lahan sempit yang merasakan kemitraan rendah manfaatnya mencukupi kebutuhan untuk
membeli pupuk, benih, dan racun pengganggu tanaman. Selain itu dari modal pinjaman kredit yang
diperoleh petani mitra, masih ada kelebihan yang dipakai sebagai uang garapan. Sehingga petani
mitra dengan luas lahan yang besar lebih merasakan manfaat kemitraan daripada petani mitra yang
memiliki luas lahan sempit.
5. Pengalaman Bermitra
Pengalaman responden dalam bermitra merupakan faktor penentu dalam keberhasilan suatu
pola kemitraan. Semakin lama petani melakukan kemitraan maka akan semakin banyak
pengalaman yang diperoleh mengenai kemitraan. Pengalaman bermitra responden di Desa
Limbula Kecamatan Wanggrasi Kabupaten Pohuwato dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Karakteristik Petani Responden yang Bermitra dengan PT. Wira Mas Permai, Desa
Limbula, Kecamatan Wanggarasi, Kabupaten Pohuwato Berdasarkan Pengalaman
Bermitra Tahun 2013
No Pengalaman Bermitra (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. < 2 7 16,67
2. 2 - 3 32 76,19
3. > 3 3 7,14
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Tabel 7 menunjukkan bahwa pengalaman petani responden yang bermitra dengan PT. Wira
Mas Permai yang mendominasi adalah kategori 2-3 tahun yaitu 32 orang (76,19%) dan yang
terendah yaitu kategori > 3 tahun yaitu sebanyak 3 orang (7,14%). Pengalaman responden lebih
banyak pada kategori 2-3 tahun karena petani sudah dapat merasakan manfaat dari kemitraan.
Menurut Zaelani (2008:99), petani mitra yang memiliki sudah lama melakukan usahatani sangat
merasakan manfaat kemitraan, akan tetapi ada juga petani yang sudah lama berusahatani namun
kurang merasakan manfaat kemitraan. Sama halnya dengan petani mitra yang baru melakukan
usahatani, ada yang sangat merasakan manfaat kemitran tetapi ada juga yang kurang merasakan
manfaat kemitraan.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Peranan perkebunan besar sebagai lokomotif perkembangan subsektor perkebunan kelapa
sawit di Indonesia telah terbukti. Konsep pengembangan perkebunan kelapa sawit seyogyanya
mengacu pada beberapa faktor sukses kunci (Pahan, 2010:11). Deskripsi hasil penelitian
merupakan gambaran dari responden mengenai pemberdayaan petani dalam pengembangan
kelapa sawit Desa Limbula Kecamatan Wanggrasi Kabupaten Pohuwato, yaitu variabel
pemberdayaan petani, pengetahuan petani tentang budidaya kelapa sawit dan kemitraan.
Tanggapan respon dari masing-masing variable diberikan skor. Variabel pemberdayaaan petani
dan pengetahuan petani tentang budidaya kelapa sawit diberi nilai skor 1 sampai 5, dan
kemitraan diberi nilai skor 1 dan 2. Adapaun gambaran pemberdayaan petani dalam
pengembangan kelapa sawit Desa Limbula Kecamatan Wanggrasi Kabupaten Pohuwato sebagai
berikut.
1. Pemberdayaan Petani
Pemberdayaan masyarakat di ruang lingkup perkebunan perlu memperhatikan aspek
keberlanjutan usaha pertanian. Pertanian berkelanjutan merupakan suatu sistem pendekatan
yang memahami keberlanjutan baik dari segi ekonomi, masyarakat maupun pada sistem
pertanian. Pemberdayaan petani merupakan proses mengembangkan dan memandirikan para
petani di segala bidang dan sektor kehidupan. Petani yang mandiri berarti petani yang mampu
mengembangkan potensi serta mampu mengontrol. Tujuan dari pemberdayaan itu sendiri adalah
mampu memandirikan para petani dari kemiskinan dan keterbelakangan. Kemiskinan mencakup
kebutuhan dasar atau kebutuhan sehari-hari yang belum tercukupi, dan keterbelakangan
mencakup rendahnya produktivitas serta sumber daya yang dimiliki. Lokasi penelitian yakni PT.
Wira Mas Permai terletak di Desa Limbula Kecamatan Wanggrasi Kabupaten Pohuwato dengan
mata pencaharian penduduk pada umumnya sebagai petani. Sebagai perusahaan yang bermitra
dengan para masyakarakat maka PT. Wira Mas Permai memiliki tanggung jawab sosial pada
masyarakat atau petani yang bermitra yaitu dengan pemberdayaan petani atau melakukan
program pengembangan petani. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8. Pelaksanaan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Bersama Kelompok Tani dan Perusahaan
Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)
Sangat Setuju 41 97,62
Setuju 1 2,38
Kurang Setuju 0 0
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Tabel 8 menunjukkan bahwa responden (petani mitra) sebagian besar menyatakan sangat
setuju pelaksanaan usaha perkebunan kelapa sawit bersama kelompok tani dan perusahaan yaitu
sebanyak 41 orang (97,62%) dan menyatakan setuju sebanyak 1 orang (2,38%). Hal ini
menunjukkan bahwa program pelaksanaan usaha perkebunan kelapa sawit yang dilakukan
bersama kelompok tani dan perusahaan ditanggapi secara positf karena mempermudah petani
dalam kegiatan budidaya kelapa sawit yang dilakukan secara bersama-sama. Pelaksanaan usaha
perkebunan kelapa sawit berupa revitalisasi lahan serta sosialisasi pengelolaan dan perawatan
kebun kebun kelapa sawit untuk pembangunan masyarakat perkebunan (petani plasma) melalui
usaha pokok komoditas tanaman perkebunan sebagai sasaran antara dan sasaran akhir
pembangunan kebun plasma adalah terwujudnya kesejahteraan masyarakat petani dan wilayah
sekitarnya.
Demikian halnya dengan penyiapan sarana dan prasarana perlu diperhatikan dalam usaha
perkebunan kelapa sawit, hal ini terlihat pada tabel berikut.
Tabel 9. Penyiapan Sarana-Prasarana untuk Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Bersama Kelompok
Tani dan Perusahaan
Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)
Sangat Setuju 42 100
Setuju 0 0
Kurang Setuju 0 0
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 9 seluruh petani mitra atau responden menyatakan sangat setuju sebanyak
42 orang (100%) dengan penyiapan sarana dan prasarana yang dilakukan bersama kelompok dan
perusahaan berupa penyediaan benih, alat untuk pengelolaan kebun, serta pengadaan modal
usaha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sudah memperoleh sarana dan prasarana dalam
pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit. Selain sarana dan prasarana yang dilakukan
bersama, perusahaan juga memberikan bantuan dalam pembiayaan melakukan usaha perkebunan
kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 10. Bantuan dari perusahaan untuk pembiayaan usaha perkebunan kelapa sawit
Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)
Sangat Setuju 42 100
Setuju 0 0
Kurang Setuju 0 0
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa seluruh responden atau petani mitra menyatakan
sangat setuju sebanyak 42 orang (100%) bahwa pembiayaan untuk usaha perkebunan kelapa
sawit yang dibantu perusahaan. Hal ini karena bantuan pembiayaan tersebut mempermudah
petani dalam melakukan kegiatan budidaya kelapa sawit. Selain itu, ketentuan-ketentuan yang
disampaikan penyuluh dalam usaha perkebunan kelapa sawit benar-benar dibutuhkan petani
dalam hal pemberdayaan petani, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 11. Aturan Penyuluh dalam Usaha Perkebunan Kelapa Sawit
Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)
Sangat Setuju 0 0
Setuju 42 100
Kurang Setuju 0 0
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 11 tersebut menunjukkan bahwa seluruh responden atau petani mitra
yaitu sebanyak 42 orang (100%) menyatakan setuju dengan setiap ketentuan yang diinginkan
penyuluh. Hal ini menunjukkan bahwa responden atau petani mitra mengerti pelatihan-pelatihan
yang disampaikan oleh penyuluh. Selain itu, proses pemberdayaan dengan program-program dari
perusahaan diarahkan dalam rangka mendorong peningkatan pendapatan petani dan
memperkokoh kualitas interaksi sosial antar petani dan stakeholders lainnya, di antaranya dengan
model pemberdayaan yang digunakan oleh perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 12. Pemberdayaan dalam Perbaikan Jalan yang Digunakan Perusahaan untuk
Pengembangan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit
Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)
Sangat Setuju 42 100
Setuju 0 0
Kurang Setuju 0 0
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa sebanyak responden atau petani 42 orang
(100%) menyatakan sangat setuju dengan model pemberdayaan yang digunakan oleh perusahaan
untuk pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan
jalan yang dilakukan oleh perusahaan sangat membantu petani. Selanjutnya dalam usaha
perkebunan kelapa sawit, model pemberdayaan tersebut sudah dapat memenuhi kebutuhan dan
ketentuan yang diharapkan, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 13. Pemberdayaan Perusahaan dalam Memenuhi Kebutuhan Petani Mitra
Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)
Sangat Setuju 0 0
Setuju 42 100
Kurang Setuju 0 0
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Tabel 13 bahwa seluruh responden yaitu 42 orang
(100%) menyatakan setuju dengan terhadap model pemberdayaan berupa pembiyaan usaha tani,
peningkatan kapasitas SDM, dan pembentukan dan pengembangan kelembagaan petani sudah
dapat memenuhi kebutuhan petani mitra dalam bidang budidaya kelapa sawit. Hal ini
menunjukkan bahwa petani menggap model pemberdayaan tersebut sangat membantu dan
mempermudah petani dalam melakukan usaha perkebunan kelapa sawit dalam meningkatkan
kesejahteraan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan petani yang dilakukan oleh
dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Rekapitulasi dan Rangkuman Pemberdayaan Petani
No Indikator Pernyataan Kuisioner
Pemberdayaan Petani Menurut Item
Pernyataan
Sangat
setuju
Setuju Kurang
setuju
Tidak
setuju
Sangat
tidak
setuju
1. Pelaksanaan usaha perkebunan
kelapa sawit bersama
kelompok tani dan perusahaan
41 1 0 0 0
2. Penyiapan sarana-prasarana
untuk usaha perkebunan kelapa
sawit bersama kelompok tani
dan perusahaan
42 0 0 0 0
3. Bantuan dari perusahaan untuk
pembiayaan usaha perkebunan
kelapa sawit
42 0 0 0 0
4. Ketentuan penyuluh sesuai
dalam usaha perkebunan
kelapa sawit
0 42 0 0 0
5. Pemberdayaan berupa
penyuluhan kelapa sawit dan
perbaikan jalan yang
digunakan perusahaan untuk
pengembangan usaha
perkebunan kelapa sawit
42 0 0 0 0
6. Pemberdayaan dalam
memenuhi kebutuhan petani 0 42 0 0 0
Total 167 85 0 0 0
Rata-rata 27,83 14,17 0 0 0 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Tabel 14 di atas, mengenai tanggapan responden yang sebagian besar menyatakan sangat
setuju dari beberapa pernyataan yang diajukan menunjukkan hasil jawaban atau tanggapan
menurut item dari responden atau petani mitra di mana ada enam pernyataan mengenai
pemberdayaan petani yang diajukan berupa pembiayaan usaha tani, peningkatan kapasitas SDM,
dan pembentukan dan pengembangan kelembagaan petani. Berdasarkan tabel tersebut hasil rata-
rata responden sebagian besar memberikan jawaban atau menyatakan sangat setuju dan setuju
terhadap pemberdayaan petani yaitu sebesar 42%, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pemberdayaan petani yang dilakukan perusahaan dalam kriteria cukup. Hal ini karena
keberhasilan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat dapat diihat dari berkembangnya
kelompok masyarakat produktif mandiri dan adanya penyuluh swadaya masyarakat, tetapi perlu
ditingkatkan lagi pemberdayaan tersebut sehingga benar-benar mensejahterakan masyarakat
khususnya petani.
2. Pengetahuan Petani tentang Budidaya Kelapa Sawit
Pelaksanaan usaha perkebunan kelapa sawit di PT. Wira Mas Permai Desa Limbula
kecamatan Wanggarasi telah berkembang karena masyarakat petani yang sekaligus sebagai mitra
dari perusahaan telah memiliki sebagian besar pengetahuan yang berkenaan dengan pelaksanaan
usaha perkebunan tersebut yaitu pengelolaan dan pengembangan kelapa sawit. Pelaksanaan
usaha perkebunan kelapa sawit dengan sistem lestari berpedoman pada prinsip berkelanjutan
(sustainability) yang berwawasan lingkungan. Sistem yang dimaksud tentunya dikembangkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan dapat menjawab
berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pembangunan kelapa sawit berkelanjutan di
Indonesia serta dapat diterima oleh dunia Internasional.
Pengetahuan petani tentang budidaya kelapa sawit mempengaruhi kegiatan budidaya
tersebut. Untuk mengetahui tanggapan dari responden atau petani mitra mengenai pengetahuan
tentang budidaya kelapa sawit di PT. Wira Mas Permai Desa Limbula Kecamatan Wanggrasi
Kabupaten Pohuwato disajikan pada tabel-tabel berikut.
Tabel 15. Pengetahuan tentang pelaksanaan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit
Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)
Sangat Setuju 2 4,76
Setuju 40 95,24
Kurang Setuju 0 0
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Tabel 15 menunjukkan bahwa pada umunya responden atau petani mitra menyatakan sangat
setuju dan setuju memiliki pengetahuan tentang pelaksanaan usaha perkebunan kelapa sawit
yaitu sebesar 95,24% (40 orang) dan 4,76% (2 orang) menyatakan setuju. Hal ini menunjukkan
bahwa pengetahuan tentang budidaya kelapa sawit atau informasi yang diberikan penyuluh
dianggap penting oleh petani dalam menjalankan usaha perkebunan kelapa sawit karena petani
mitra belum berpengalaman dalam budidaya kelapa sawit.
Selain memiliki pengetahuan tentang pelaksanaan usaha perkebunan kelapa sawit, petani
juga harus memiliki pengetahuan tentang pemanfataan usaha perkebunan kelapa sawit seperti
yang tersaji pada tabel berikut.
Tabel 16. Pengetahuan tentang Pemanfaatan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit
Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)
Sangat Setuju 1 2,38
Setuju 39 92,86
Kurang Setuju 1 2,38
Tidak Setuju 1 2,38
Sangat Tidak Setuju 0 0
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 16 menunjukkan bahwa sebanyak 39 orang (92,86%) menyatakan setuju
dan sangat setuju sebanyak 1 orang (2,38%) memiliki pengetahuan tentang pemanfaatan usaha
perkebunan kelapa sawit dan msing-masing sebanyak 1 orang (2,38%) menyatakan kurang setuju
dan tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa petani menganggap penyuluh belum dapat
menyampaikan manfaat tersebut dengan baik sehingga petani tidak menganggap penting
pengetahuan tersebut, tetapi sebagai besar petani menyatakan setuju yang berarti petani
membutuhkan pengetahuan tentang pemanfaatan usaha perkebunan kelapa sawit tersebut.
Setelah memiliki pengetahuan mengenai pelaksanaan dan pemanfaatan usaha perkebunan
kelapa sawit perlu adanya implementasi di lapangan mengenai pemanfaatan pengetahuan
tersebut. Hal ini disajikan pada tabel berikut.
Tabel 17. Implementasi Penyuluhan Pengetahuan tentang Usaha Perkebunan Kelapa Sawit
Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)
Sangat Setuju 1 2,38
Setuju 40 95,24
Kurang Setuju 0 0
Tidak Setuju 1 2,38
Sangat Tidak Setuju 0 0
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 17 menunjukkan bahwa petani mitra atau responden menyatakan setuju
dan sangat setuju sudah dapat memanfaatkan pengetahuan tentang usaha perkebunan kelapa
sawit yang diberikan penyuluh sebanyak masing-masing 40 orang (95,24%) dan 1 orang
(2,38%), serta sebanyak 1 orang (2,38%) menyatakan tidak setuju. Alasannya karena petani
kurang memahami penyampaian yang disampaikan penyuluh, tetapi hasil menunjukkan bahwa
sebagain besar petani sudah dapat memanfaatkan pengetahuan tentang usaha perkebunan kelapa
sawit yang diberikan penyuluh. Dalam pelaksanaan dari pemanfaatan pengetahuan tersebut,
dampak yang dirasakan petani dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 18. Merasakan dampak dari pengetahuan usaha perkebunan kelapa sawit
Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)
Sangat Setuju 0 0
Setuju 42 100
Kurang Setuju 0 0
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 18 menunjukkan bahwa sebanyak 42 orang (100%) menyatakan setuju
terhadap dampak yang dirasakan dari pengetahuan usaha perkebunan kelapa sawit yang dimiliki
yang diberikan penyuluh dalam bentuk berkembangnya kelompok masyarakat produktif mandiri
dan adanya penyuluh swadaya masyarakat serta meningkatnya pendapatan petani. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar petani sudah merasakan dampak dari pengetahuan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan petani mengenai usaha
perkebunan kelapa sawit yang disampaikan penyuluh cukup baik. Tabel 19 menunjukkan
tanggapan atau jawaban dari responden yang sebagian besar menyatakan setuju dari beberapa
pernyataan yang diajukan.
Tabel 19. Rekapitulasi dan Rangkuman Pengetahuan Petani tentang Budidaya Kelapa Sawit
No Indikator Pernyataan Kuisioner
Pengetahuan Petani tentang Budidaya Kelapa
Sawit Menurut Item Pernyataan
Sangat
setuju
Setuju Kurang
setuju
Tidak
setuju
Sangat
tidak
setuju
1. Pengetahuan tentang
pelaksanaan usaha perkebunan
kelapa sawit
2 40 0 0 0
2. Pengetahuan tentang
pemanfaatan usaha perkebunan
kelapa sawit
1 39 1 1 0
3. Pemanfaatan pengetahuan
tentang usaha perkebunan
kelapa sawit yang diberikan
penyuluh
1 40 0 1 0
4. Dampak dari pengetahuan
usaha perkebunan kelapa sawit 0 42 0 0 0
Total 4 161 1 2 0
Rata-rata 1 40,25 0,25 0,5 0 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Tabel 19 menunjukkan hasil jawaban atau tanggapan dari empat pernyataan yang diajukan
mengenai pengetahuan petani tentang budidaya kelapa sawit. Berdasarkan tabel tersebut hasil
rata-rata responden sebagian besar memberikan jawaban atau menyatakan sangat setuju dan
setuju terhadap pemberdayaan petani sebesar 41,25%, sehingga dapat disimpulkan bahwa petani
memiliki pengetahuan yang cukup untuk melakukan kegiatan budidaya kelapa sawit serta
keberhasilan penyuluh atau pendamping dalam menyampaikan materi cukup baik. Penyuluh atau
pendamping harus memiliki pengetahuan, memiliki ketrampilan, tulus, jujur, penuh percaya diri,
optimis, etis, disiplin, dan menguasai materi penyuluh. Dalam melaksanakan tugasnya, harus
mampu menyelenggarakan kegiatan, mengajarakan kepada petani, bekerja sama dengan pihak
lain, memimpin organisasi, dan dapat mengambil inisiatif.
3. Kemitraan
Kemitraan yang dilakukan pada PT. Wira Mas Permai adalah pola kemitraan inti plasma
manajemen satu atap dengan kriteria cukup setelah menganalisis penelitian di lapangan. Menurut
Pedoman Umum Program Revitalisasi Perkebunan yang di terbitkan oleh Dirjenbun tahun 2007
dinyatakan bahwa Pengelolaan Kebun Dalam Satu Manajemen adalah pengelolaan seluruh
kebun baik milik Mitra usaha maupun milik Plasma yang dilakukan oleh mitra usaha mulai dari
persiapan, pengelolaan kebun, pengolahan dan pemasaran atau sebagian dari kegiatan tersebut
yang disepakati oleh kedua belah pihak, yang ditujukan untuk tetap menjaga kualitas kebun dan
kesinambungan usaha.
Untuk melihat tanggapan responden atau petani mitra mengenai kemitraan yang dilakukan
oleh PT. Wira Mas Permai Desa Limbula Kecamatan Wanggarasi Kabupaten Pohuwato
disajikan pada tabel-tabel berikut.
Tabel 20. Petani bermitra dengan PT. Wira Mas Permai
Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)
Ya 42 100
Tidak 0 0
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 20 menunjukkan bahwa sebesar 42 orang (100%) petani mitra
menyatakan jawaban ya terhadap yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar petani bermitra dengan PT. Wira Mas Permai. Kegiatan agribisnis perkebunan
kelapa sawit berdasarkan manajemen kemitraan perkebunan dilakukan untuk menjaga stabilitas
ekonomi. PT. Wira Mas Permai juga mengembangkan program kemitraan dengan petani sebagai
plasma. Pembangunan kebun kelapa sawit plasma yang dibiayai dari Kredit Bank melalui Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) dengan tingkat bunga komersial yang dilaksanakan dengan kerjasama
saling menguntungkan antara perusahaan inti dengan masyarakat yang tergabung dalam wadah
koperasi yaitu Koperasi Indonesia.
Kemitraan antara petani dan PT. Wira Mas Permai dilakukan sejak perusahaan masuk ke
Desa Limbula Kecamatan Wanggrasi Kabupaten Pohuwato. Hal ini dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 21. Petani bermitra dengan PT. Wira Mas Permai sejak Perusahaan Masuk ke Desa
Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)
Ya 42 100
Tidak 0 0
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 21 menunjukkan bahwa sebesar 42 orang (100%) mulai bermitra dengan
PT. Wira Mas Permai sejak perusahaan tersebut masuk ke desa (3 tahun). Hal ini menunjukkan
bahwa petani menganggap penting kemitraan atau menjalin hubungan antar dua pihak atau lebih.
PT. Wira Mas Permai mengutamakan Petani peserta sebagai pekerja dan terlibat langsung dalam
pengawasan pengelolaan kebun.
Kemitraan antara petani mitra dan PT. Wira Mas Permai perlu mengetahui peraturan-
peraturan dalam kemitraan khususnya para petani mitra. Mekanisme kemitraan harus memiliki
persyaratan untuk petani mitra dalam pembangunan kebun dengan pola kemitraan.Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 22. Memiliki Pengetahuan Peraturan Kemitraan
Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)
Ya 42 100
Tidak 0 0
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 22 menunjukkan bahwa seluruh petani mitra yaitu sebesar 42 orang
(100%) mengetahui peraturan mengenai kemitraan yang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa
peraturan yang ditawarkan pada petani mitra dapat diberikan dengan baik. Beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi oleh petani untuk bermitra dengan PT. Wira Mas Permai adalah sebagai
berikut.
1. Adanya ketersediaan lahan yang sesuai untuk menanam kelapa sawit
2. Lahan yang tersedia harus bebas dari segala tuntutan kepemilikan dari pihak manapun
3. Adanya keinginan dari masyarakat untuk bermitra dengan Perusahaan dalam rangka
membangun kebun kelapa sawit serta memperoleh dukungan dari Pemerintah Daerah
4. Kesediaan masyarakat untuk membentuk Koperasi sebagai wadah untuk bermitra dengan
Perusahaan
5. Lahan areal Kebun Kemitraan berstatus Hak Guna Usaha (HGU) atas nama Koperasi
6. Koperasi yang dibentuk harus ber-Badan Hukum
7. Adanya Bank Pelaksana sebagai penyandang dana pembangunan kebun kelapa sawit.
Dalam pelaksanaan peraturan kemitraan, terdapat perjanjian tertulis dalam bermitra dengan
PT. Wira Mas Permai. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 23. Terdapat Perjanjian Tertulis dalam Bermitra dengan PT. Wira Mas Permai
Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)
Ya 42 100
Tidak 0 0
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 23 menunjukkan bahwa petani mitra menyatakan ada perjanjian tertulis
dalam bermitra dengan PT. Wira Mas Permai yaitu sebesar 100% (42 orang). Hal ini
menunjukkan bahwa peraturan kemitraan yang telah ditawarkan oleh perusahaan dapat diterima
secara positif oleh petani mitra. Adanya perjanjian kerjasama antara petani peserta/koperasi
dengan mitra usaha mengenai pengelolaan satu manajemen usaha yang memuat antara lain
pengelolaan kebun, tenaga kerja, pengolahan hasil, pemasaran dan pembagian hasil, serta hak
dan kewajiban masing-masing pihak seperti angsuran kredit, pengalokasian dana untuk
peremajaan.
Perjanjian tertulis yang ditawarkan oleh perusahaan, terdapat hak dan kewajiban petani
dalam bermitra dengan PT. Wira Mas Permai. Hal ini disajikan pada tabel berikut.
Tabel 24. Hak dan Kewajiban dalam Bermitra dengan PT. Wira Mas Permai
Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)
Ya 42 100
Tidak 0 0
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 24 menunjukkan bahwa petani mitra sebesar 42 orang (100%)
menyatakan ada hak dan kewajiban di dalam perjanjian tertulis yang bermitra dengan PT. Wira
Mas Permai. Hal ini menunjukkan bahwa hak dan kewajiban tersebut dapat menjamin petani
plasma dan keberlanjutan usaha untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit. Hak dan
kewajiban pengelolaan kebun dengan pola kemitraan yaitu disajikan pada Tabel 25.
Tabel 25. Hak dan Kewajiban Pola Kemitraan antara Koperasi dan Perusahaan Inti (PT. Wira
Mas Permai)
Kewajiban Masa Pembangunan
Kebun
Kewajiban Masa Pembangunan
Kebun
Perusahaan INTI
Melaksanakan pembangunan
kebun Kemitraan selama 48
bulan sejak kelapa sawit mulai
ditanam
Mengadakan pembinaan kepada
anggota Koperasi
Koperasi
Menyerahkan hak pembangunan
kebun kemitraan kepada
Perusahaan INTI selama TBM
Mengadakan pembinaan kepada
anggota Koperasi
Hak Masa Pembangunan Kebun Hak Masa Pembangunan Kebun
Perusahaan INTI Koperasi
Mengelola pembangunan kebun
kemitraan
Menerima hasil buah kelapa
sawit selama masa
pembangunan (48 bulan)
Menerima pinjaman dana
pembangunan kebun dari Bank
yang dipindahbukukan secara
langsung ke rekening
Perusahaan
Kewajiban Masa Angsuran Kredit Kewajiban Masa Angsuran Kredit
Perusahaan INTI
Membeli seluruh hasil panen
dari kebun Kemitraan sesuai
dengan harga yang ditetapkan
SK Menhutbun
Melakukan pembayaran
angsuran kepada pihak Bank
dari hasil penjualan TBS
Membuat Laporan Pengelolaan
Kebun Kemitraan
Koperasi
Menyerahkan hak pengelolaan
kebun selama TM
Menjual seluruh hasil kebun
Membagikan sisa hasil
penjualan TBS setelah dikurangi
biaya pengelolaan dan angsuran
kepada anggota
Hak Masa Angsuran Kredit Hak Masa Angsuran Kredit
Perusahaan INTI
Menerima Manajemen Fee 5%
dari biaya pengelolaan
Koperasi
Menerima hasil penjualan TBS
setelah dikurangi biaya
pengelolaan dan angsuran
Menerima laporan Pengelolaan
Kebun Kemitraan
Kewajiban Masa Kredit Lunas Kewajiban Masa Kredit Lunas
Perusahaan INTI
Membeli seluruh hasil panen
dari kebun Kemitraan sesuai
dengan harga yang ditetapkan
SK Menhutbun
Melakukan pembayaran
angsuran kepada pihak Bank
dari hasil penjualan TBS
Membuat Laporan Pengelolaan
Kebun Kemitraan
Koperasi
Menyerahkan hak pengelolaan
kebun
Menjual seluruh hasil TBS
Membagikan sisa hasil
penjualan TBS setelah dikurangi
biaya pengelolaan dan angsuran
kepada anggota Mengatur dan
merencanakan dana replanting
Hak Masa Kredit Lunas Hak Masa Kredit Lunas
Perusahaan INTI
Menerima Manajemen Fee 5%
dari biaya pengelolaan
Koperasi
Menerima hasil penjualan TBS
setelah dikurangi biaya
pengelolaan dan angsuran
Menerima laporan Pengelolaan
Kebun Kemitraan
Berdasarkan Tabel 25 dapat disimpulkan bahwa hak dan kewajiban berpengaruh pada
kelangsungan kemitraan. Perusahaan inti bertanggung jawab untuk membangun kebun dan
menyediakan atau mencarikan dananya. Dengan demikian, fungsi dan perannya menjadi lebih
nyata (lebih bertanggung jawab sampai dengan terwujudnya kebun dan lunasnya kredit petani).
Pengelolaan seluruh kebun, baik milik perusahaan inti maupun milik petani plasma mendapat
perlakuan yang sama, mulai dari persiapan penanaman, pengelolaan kebun, hingga pengolahan
hasil. Pengelolaan kebun plasma selama satu siklus tanaman melibatkan petani semaksimal
mungkin, sehingga stabilitas produksi, usaha tani, dan pendapatan petani plasma lebih
diprioritaskan.
Dalam pelaksanaan kemitraan, PT. Wira Mas Permai memberikan pelatihan pada petani
mitra. Pelatihan ini dapat membantu petani dalam melaksanakan kegiatan usaha perkebunan
kelapa sawit. Hal ini disajikan pada tabel berikut.
Tabel 26. PT. Wira Mas Permai memberikan Pelatihan
Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)
Ya 42 100
Tidak 0 0
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 26 menunjukkan bahwa responden sebesar 42 orang (100%) menyatakan
ya mengenai pelatihan yang diberikan oleh PT. Wira Mas Permai. Hal ini menunjukkan bahwa
pada pengetahuan dan pemanfaatan petani dalam melakukan kegiatan usaha perkebunan kelapa
sawit. Dalam pelaksanaanya, penyuluh sekaligus menjadi pendamping petani sehingga kagiatan
dari petani mitra lebih dapat terlaksana dengan optimal. Selain pemberian pelatihan, terdapat
pula pembagian resiko antara petani dan PT. Wira Mas Permai. Hal ini disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 27. Pembagian Resiko antara Petani dan PT. Wira Mas Permai
Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)
Ya 42 100
Tidak 0 0
Total 42 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 27, responden menyatakan adanya pembagian resiko antara petani dengan
PT. Wira Mas Permai sebesar 42 orang (100%). Hal ini menunjukkan bahwa pembagian resiko
tersebut sudah optimal. Pembagian resiko salah satunya mengenai angsuran kredit, apabila hasil
kebun kemitraan ternyata tidak mencukupi untuk membayar angsuran sesuai yang ditetapkan
oleh Bank, maka Koperasi harus mencari pinjaman dari pihak lain untuk memenuhi jumlah
angsuran tersebut.
Pembagian resiko yang diterapkan pada PT. Wira Mas Permai yaitu dengan tanggung
renteng. Tanggung renteng merupakan tanggung jawab bersama, dibagi rata, baik hasilnya
maupun beban kreditnya untuk seluruh petani anggota dalam wadah koperasi. Tanggung renteng
ini diharapkan akan dapat menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan usaha tani dan
memberdayakan lembaga tersebut. Pelunasan biaya pembangunan kebun plasma dilakukan oleh
petani secara mencicil melalui pemotongan sebagian (30%) dari hasil penjualan produksi
kebunnya setiap bulan hingga terlunasi seluruhnya.
Menurut Sunarko (2009:17), kelembagaan petani yang kuat akan memudahkan perusahaan
inti bekerja sama dengan petani atau kelompok tani dalam pencarian potensi kebun dan
memperlancar angsuran kredit petani, yakni melalui pendekatan, pendampingan, dan
pemberdayaan kelembagaan petani. Dengan demikian, perusahaan inti mendapat jaminan
prouksi TBS untuk PKS dan kelancaran angsuran kredit. Sementara itu, petani memiliki jaminan
pendapatan, baik dari adanya kesempatan bekerja di kebun inti maupun pendapatan dari hasil
kebun setelah panen. Selain itu, program revitalisasi perkebunan mendapat subsidi bunga
perbankan dari pemerintah sehingga beban petani dapat lebih ringan. Selisih antara bunga
komersial dengan bunga yang ditetapkan pemerintah untuk petani sebesar 10%.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kemitraan menganai usaha perkebunan
kelapa sawit yang disampaikan penyuluh cukup baik. Tabel 28 menunjukkan tanggapan atau
jawaban dari responden yang sebagian besar menyatakan setuju dari beberapa pernyataan yang
diajukan.
Tabel 28. Rekapitulasi dan Rangkuman Kemitraan
No Indikator Pertanyaan Kuisioner
Kemitraan Menurut Item
Pernyataan
Tidak Ya
1. Apakah Bapak/Ibu bermitra dengan PT. Wira
Mas Permai? 0 42
2. Apakah Bapak/Ibu bermitra dengan PT. Wira
Mas Permai sejak perusahaan masuk ke desa? 0 42
3. Apakah dalam kemitraan ini Bapak/Ibu
mengetahui peraturan kemitraan? 0 42
4. Apakah ada perjanjian tertulisa dalam bermitra
dengan PT. Wira Mas Permai?
0 42
5. Apakah di dalam perjanjian tertulis tersebut
terdapat hak dan kewajiban petani dalam bermitra
dengan PT. Wira Mas Permai?
0 42
6. Apakah PT. Wira Mas Permai memberikan
Pelatihan? 0 42
7. Apakah ada pembagian resiko petani dengan PT.
Wira Mas Permai 0 42
Total 0 294
Rata-rata 0 42 Sumber: Data primer diolah tahun 2013
Tabel 28 menunjukkan bahwa tanggapan dari tujuh pertanyaan yang diajukan mengenai
pengetahuan petani tentang budidaya kelapa sawit, rata-rata jawaban yang dinyatakan adalah ya
yaitu sebesar 42%, sehingga dapat disimpulkan bahwa petani melakukan kemitraan dengan PT.
Wira mas Permai terdapat kerjasama saling menguntungkan antara perusahaan INTI dengan
masyarakat yang tergabung dalam wadah Koperasi. Hal ini memberikan jaminan kepada para
petani plasma pada kepastian keberlanjutan usaha serta pengembangan perkebunan yang
leibatkan mitra usaha. Kebun petani plasma akan dikelola oleh perusahaan dan petani akan
menerima hasil, di mana koperasi menjadi wadah bagi petani plasma.
Recommended