View
213
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
171
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1. Profil Industri Tekstil
Tekstil merupakan suatu produk yang terbuat dari benang, yang kemudian
dijadikan sehelai kain sebagai bahan pakaian, atau suatu benda yang berasal dari
serat atau benang yang kemudian dapat dianyam atau ditenun atau dirajut, dsbnya
untuk dijadikan bahan pakaian atau untuk keperluan yang lainnya (Djafrie, 2003).
Dengan proses dan petahapan seperti itu, pengklasifikasian Tekstil dan
Produk Tekstil (TPT) dapat dilakukan berdasarkan tujuan penggunaan TPT itu
sendiri, sehingga menimbulkan cara pengklasifikasian. Pada saat ini terdapat dua
jenis klasifikasi TPT, yaitu klasifikasi berdasarkan proses produk atau industri
(Harmonized System) dan berdasarkan jenis komoditas perdagangan (SITC,
Standart International Trade Classification, 2000).
Sebagai salah satu Industri tertua di Indonesia dan Dunia, Industri Tekstil
dan Produk Tekstil (TPT) ditemukan pertama kali di dunia berupa beberapa
potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih dari 5000 tahun sebelum
Masehi, namun baru pada tahun 1500an dikenalnya TPT dengan danya sistem
pabrik, sering dengan itu mulai berkembangnya industri ini ditandai dengan pada
abad ke 18 terjadinya revolusi industri di Ingris dan pada abad 19 adanya serta
buatan yang berkembang (Environmental Protection Agency, 1997).
Perkembangan TPT dikenal di Asia dengan adanya Impor TPT Jepang yang
didominasi dari negara barat yang kemudian terjadi migrasi yang dikenal
172
dengan Asian big three (Taiwan, Hongkong dan Korea) yang menjadi cikal bakal
masuknya industri TPT dan dikenal di Indonesia.
Industri TPT di Indonesia telah berkembang setidaknya pada tahun 1929
yang pada awalnya merupakan industri rumahan dengan memanfaatkan Alat
Tenun Bukan Mesin atau dikenal dengan ATBM, namun kemudian industri TPT
mulai berkembang pada tahun 1970 dimana mulai masuknya investasi dari negara
Jepang ke Indonesia.
Dalam Perkembangannya industri TPT Indonesia merupakan salah satu
industri yang cukup menjadi perhatian dari pemerintah, hal ini dapat dilihat bahwa
industri ini setidaknya merupakan penyumbang yang besar terhadap pendapatan
bruto pemerintah (PDB) dari kelompok industri non migas.
Secara umum industri TPT (termasuk didalamnya Garmen) memiliki
beberapa karakteristik yang banyak melibatkan tahapan – tahapan yang saling
terkait, dalam rantai supply industri TPT dapat dibagi menjadi 5 (lima) bagian yang
saling terkait yakni, a) Jaringan material bahan baku ( Seperti Serat alat dan
sentitis), b) jaringan komponen (seperti benang dan kain), c) jatingan produksi
(perusahaan TPT), d) jaringan perdagangan, serta e) Jaringan pemasaran baik pada
level retail. Kelima komponen jaringan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut
:
173
Gambar 4.1. Rantai Nilai (value Chain) Industri TPT secara Global
Sumber : Organization for Economics Co-operation and Development
(OECD), 2004
Menurut Kemnterian Perindustrian pada tahun 2015, hampir semua sektor
industri di Indonesia mengalami pertumbuhan, namun demikian hanya tiga sektor
industri yang mengalami pertumbuhan negatif salah satunya adalah sektor industri
tekstil dan pakaian (TPT) menurun sebesar 4,79% , dengan nilai pasar tekstil pada
2015 (termasuk produk fashion) ditaksir sebesar US$ 15,19 miliar atau hampir Rp
208 triliun (apabila kurs Rp 13.700/US$), sedangkan sampai pada kuartal 1 2016,
data yang dikeluarkan oleh BPS menunjukkan industri TPT mengalami pertum
buhan yang menurun sebesar 1,56%, hal ini dikarenaka adanya penurunan nilai Rp
terhadap US$ Amerika, adanya perlambatan perekonomian secara global, dan
174
turunya harga komoditas di dunia internasional,(BPS dan Asosisasi Industri Tekstil,
2015) dikarenakan sektor industri TPT memiliki para pembeli dan penjual dari
berbagai negara di luar negeri yang terlihat dari jumlah ekspor yang tinggi, sehingga
ketika terjadi pelemahan ekonomi global maka akan sangat berdampaknya pada
sektor TPT ini.
Tabel 4.1. Pertumbuhan Industri TPT dan Peran Terhadap PDB
(Tahun Dasar 2000)
Indikator 2013 2014 2015 %
Perubahan
Pertumbuhan Industri TPT 12.661,70 12.720,30 12.262,60 -3,60
Peran Industri TPT terhadap
PDB
1,36 1,32 1,21
Sumber : Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian 2015
Dalam struktur industri TPT di Indonesia terdapat banyak pemain sehingga
meningkatkan persaingan yang sangat ketat antar perusahaan dalam industri TPT
sendiri, setidaknya hal ini dapat kita terlihat dari tingkat volatilitas peringkat
pencapaian laba perusahaan yang sangat tinggi (Wibowo, 2000). Berdasarkan data
dari Kementerian Perindustrian, pada awal tahun 1987 jumlah perusahaan dalam
industri TPT sekitar 88 perusahaan, namun pada tahun 2005, terdapat 1799
perusahaan dalam industri TPT. Banyaknya pemain menunjukkan bahwa industri
TPT masih memberikan insentif ekonomi yang menarik. Namun demikian faktor
perubahan nilai tukar Rp terhadap US$ sangat mempengaruhi profitabilitas,
sehingga ketergantungan industri TPT terhadap pemasok menjadi tinggi. Perlu
diketahui bahwa bahan baku berupa kapas sebagian besar masih diimpor dan hal
ini membuat bergaining position produsen TPT terhadap pemasok lemah.
Adapun skala usaha yang mendominasi pada industri TPT adalah industri besar
175
(89.71 persen) dengan jumlah tenaga kerja mencapai 100 hingga 13 000 orang,
sedangkan yang kedua adalah industri menengah (8.43 persen), dan yang terakhir
industri kecil (1.86 persen). Berdasarkan distribusi geografis 90 persen industri TPT
Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa, khususnya Jawa Barat
4.2. Analisis Deskriptif
Pada sub ini disajikan gambaran data penelitian yang diperoleh dari hasil
jawaban reponden, proses pengolahan data dan analisis hasil pengolahan data. Hasil
pengolahan data selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk analisis dan
menjawab hipotesis penelitian yang diajukan. Analisis data diskriptif digunakan
untuk menggambarkan kondisi jawaban responden untuk masing-masing variabel.
Hasil jawaban tersebut selanjutnya digunakan untuk mendapatkan tendensi
jawaban responden mengenai kondisi masing-masing variabel penelitian.
4.2.1. Gambaran Umum Responden
4.2.2. Gambaran Tanggapan Responden
Gambaran data hasil tanggapan responden dapat digunakan untuk
memperkaya pembahasan, melalui gambaran data tanggapan responden dapat
diketahui bagaimana kondisi setiap indikator variabel yang sedang diteliti.
4.2.2.1. Tanggapan Responden CSR
CSR adalah penyelarasan kegiatan perusahaan dalam nilai-nilai sosial yang
mengintegrasikan kepentingan seluruh stakeholder yang dipengaruhi oleh
kebijakan dan tindakan perusahaan, CSR atau dikenal dengan Tanggung jawab
176
sosial perusahaan berarti memastikan keberhasilan komersial dalam cara-cara yang
menghormati nilai-nilai etis, menghormati orang, masyarakat dan lingkungan.
Perusahaan harus dapat mempertimbangkan dampak lingkungan sosial dan alam
termasuk didalamnya keuangan serta kondisi operasional perusahaan, dimana dapat
berdampak terhadap meningkatnya secara tidak langusung terhadap penjualan dan
Kinerja Perusahaan dimata stakeholder dimana seperti yang diketahui bahwa CSR
dapat meningkatkan Citra Perusahaan dimata para stakeholder.
Agar lebih mudah dalam menginterpretasikan variabel yang sedang diteliti,
dilakukan kategorisasi terhadap tanggapan responden berdasarkan skor tanggapan
responden. Kategorisasi skor tanggapan responden dilakukan berdasarkan rentang
skor maksimum dan skor minimum dibagi jumlah kategori yang diinginkan
menggunakan rumus sebagai berikut. Tanggapan responden terhadap masing-
masing item pernyataan dikategorikan menjadi 5 kategori sangat baik, baik, cukup,
buruk dan sangat buruk dengan perhitungan sebagai berikut :
Nilai Indeks Maksimum = Skala tertinggi = 5
Nilai Indeks Minimum = Skala terendah = 1
Jarak Interval = [nilai maksimum - nilai minimum] : 5
= (5 –1) : 5 = 0,8
Sehingga diperoleh Kriteria sebagai berikut :
177
Tabel 4.2 Pedoman Kategorisasi Skor Tanggapan Responden
Indeks Rata-Rata CSR
4,6 - 5 Sangat Efektif
3,7 - 4,5 Efektif
2,8 - 3,6 Kurang Efektif
1,9 - 2,7 Tidak Efektif
1 - 1,8 Sangat tidak Efektif
Sumber: Hasil Pengolahan
Baik dalam Industri TPT maupun industri lainnya di Indonesia istilah CSR
sudah sangat familiar bagi para pemangku kepentingan atau manajemen perusahaan
yang pada penilitian ini klasifikasikan kepada tiga aspek pengukuran yaitu
Economic aspects, Social aspects, dan Environmental aspects , yang terdiri dari 13
pernyataan. Berikut rekap hasil perhitungan tanggan responden terhadap variabel
CSR.
Tabel 4.3 Tanggapan responden terhadap CSR
Dimensi Skor total Rata-rata Kategori
Economics 3528 3,500 Kurang Efektif
Social 4707 3,502 Kurang Efektif
Environmental 7118 3,531 Kurang Efektif
CSR 15353 3,515 Kurang Efektif
Sumber: Hasil Pengolahan
Dari hasil perhitungan skor tanggapan responden yang disajikan pada tabel
diatas dapat diketahui bahwa penilaian responden terhadap CSR masuk dalam
kategori cukup dengan skor total sebesar 15.353 dan rata-rata sebesar 3,515.
Begitupun dengan penilaian terhadap masing-masing dimensinya yang juga masuk
dalam kategori Kurang Efektif. Dari ketiga dimensi CSR, penilaian tertinggi
178
terdapat pada dimensi Environmental dengan skor total 7.118 dan rata-rata 3,531
dan penilaian terendah terdapat pada Economics dengan skor total yang sama besar
senilai 3.528 dan rata-rata 3,500. Hal ini menggambarkan bahwa penanganganan
dan program yang dilakukan oleh perusahaan terhadap lingkungan masih dirasa
kurang memuaskan, dimana stakeholder terutama masyarakat dan pemerintah
maupun LSM masih mendapati perusahaan TPT tidak mengelola limbah pabrik,
sehingga mencemari lingkungan disekitar wilayah operasional perusahaan.
Untuk lebih jelasnya, tanggapan responden terhadap masing-masing
dimensi dan pernyataan CSR disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.4 Tanggapan responden terhadap CSR
Dimensi Skala Jawaban Skor
total
Rata-
rata Kategori
5 4 3 2 1
CSR1.1 58 110 104 64 0 1170 3,48 Kurang Efektif
CSR1.2 58 112 118 48 0 1188 3,54 Kurang Efektif
CSR1.3 51 121 103 61 0 1170 3,48 Kurang Efektif
Economics 3528 3,50 Kurang Efektif
CSR2.1 60 111 121 44 0 1195 3,56 Kurang Efektif
CSR2.2 49 114 110 63 0 1157 3,44 Kurang Efektif
CSR2.3 54 115 118 49 0 1182 3,52 Kurang Efektif
CSR2.4 56 109 115 56 0 1173 3,49 Kurang Efektif
Social 4707 3,50 Kurang Efektif
CSR3.1 58 98 120 60 0 1162 3,46 Kurang Efektif
CSR3.2 65 116 108 47 0 1207 3,59 Kurang Efektif
CSR3.3 63 101 124 48 0 1187 3,53 Kurang Efektif
CSR3.4 68 109 95 64 0 1189 3,54 Kurang Efektif
CSR3.5 60 98 120 58 0 1168 3,48 Kurang Efektif
CSR3.6 75 109 90 62 0 1205 3,59 Kurang Efektif
Environmental 7118 3,53 Kurang Efektif
Sumber : Hasil pengolahan
Kategori cukup mencerminkan bahwa rata – rata indikator CSR masih
kurang diperhatikannya CSR di mata perusahaan sebagai salah satu hal yang
179
penting demi kelangungan perusahan, hal ini dapat terlihat bahwa dari masih
banyaknya perusahaan yang tidak memperhatikan faktor lingkungan dalam
memproduksi dan membuat produk TPT mereka, sebagai contoh dikawasan
Rancaekek Kabupaten Bandung yang dikenal dengan kawasan industrinya, dampak
lingkungan akibat pencemaran industri, khususnya terhadap aliran sungai telah
lama dikeluhkan masyarakat sekitar. Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun
2013 yang lalu menegaskan bahwa beban pencemaran air telah melebihi daya
tampung sungai di sekitar industri, yakni sungai Cikijing dan sungai Cimande yang
tercemar oleh limbah industri. Kedua anak sungai Citarum ini telah menjadi sumber
utama pengairan atau irigasi sawah di Kecamatan Rancaekek sejak puluhan tahun
yang lalu. Dengan adanya pencemaran tersebut, tidak hanya beratus hektar sawah
yang terkena dampaknya, namun kebun, kolam dan ternak pun terkena imbasnya.
Berdasarkan evaluasi dengan metode Storet yang dilakukan oleh BPLHD Jawa
Barat (2014), Sungai Cikijing termasuk sungai tercemar berat. Terlebih lagi,
penelitian yang dilakukan oleh Andarani dan Roosmini 5 menunjukkan tingginya
konsentrasi logam berat berupa kromium (Cr), tembaga (Cu) dan seng (Zn) di
Sungai Cikijing.
Pencemaran limbah industri tersebut masih terjadi hingga saat ini tanpa
penyelesaian yang transparan dan efektif. Sementara pertanggungjawaban industri
terhadap pencemaran yang telah terjadi puluhan tahun tersebut juga semakin kabur.
Penegakan hukum dan pertanggungjawaban industri yang lemah
memperkuat kesan bahwa ‘mencemari itu murah’. Hal ini menjadi salah satu faktor
penyebab masifnya polusi bahan berbahaya industri terhadap sumber-sumber air
180
dan lingkungan kita, selain regulasi manajemen bahan beracun berbahaya yang juga
tidak efektif dalam mencegah pencemaran (melawanlimbah.org April 2016)
4.1.1.1 Tanggapan Responden Kemitraan
Agar lebih mudah dalam menginterpretasikan variabel yang sedang diteliti,
dilakukan kategorisasi terhadap tanggapan responden berdasarkan skor tanggapan
responden. Kategorisasi skor tanggapan responden dilakukan berdasarkan rentang
skor maksimum dan skor minimum dibagi jumlah kategori yang diinginkan
menggunakan rumus sebagai berikut. Tanggapan responden terhadap masing-
masing item pernyataan dikategorikan menjadi 5 kategori sangat baik, baik, cukup,
buruk dan sangat buruk dengan perhitungan sebagai berikut :
Nilai Indeks Maksimum = Skala tertinggi = 5
Nilai Indeks Minimum = Skala terendah = 1
Jarak Interval = [nilai maksimum - nilai minimum] : 5
= (5 –1) : 5 = 0,8
Sehingga diperoleh Kriteria sebagai berikut :
Tabel 4.5 Pedoman Kategorisasi Skor Tanggapan Responden
Indeks Rata-Rata Kemitraan
4,6 - 5 Sangat Baik
3,7 - 4,5 Baik
2,8 - 3,6 Cukup
1,9 - 2,7 Buruk
1 - 1,8 Sangat Buruk
Sumber : Hasil Pengolahan
181
Kemitraan merupakan strategi yang dapat mengatasi tekanan persaingan
dalam suatu industri,diperlukan perusahaan untuk lingkungan bisnis global, di
mana sebuah perusahaan perlu memiliki jaringan yang luas dengan pemain -
pemain bisnis lainnya (Yasa, 2010). Implementasi strategi kemitraan berpengaruh
signifikan dan positif terhadap kinerja perusahaan (Yasa, 2010; Yousnelly et al.,
2013; Yasa et al., 2013; Teck, 2012). Strategi kemitraan tersebut lebih menekankan
pada hubungan dengan konsumen, dimana semakin meningkatnya hubungan
kemitraan dengan konsumen, semakin meningkat juga kinerja dalam suatu
perusahaan
Marbun (1996) mengemukakan bahwa konsep kemitraan merupakan
terjemahan kebersamaan (partnership) atau bagian dari tanggungjawab sosial
perusahaan terhadap lingkungannya sesuai dengan konsep manajemen berdasarkan
sasaran atau partisipatif. Karena sesuai dengan konsep manajemen partisipatif,
perusahaan besar harus juga bertanggungjawab mengembangkan usaha kecil dan
masyarakat pelanggannya, karena pada akhirnya hanya konsep kemitraan
(partnership) yang dapat menjamin eksistensi perusahaan besar, terutama untuk
jangka panjang. Mirza dan Sulistiyarini (1997) mengemukakan bahwa perusahaan
disebut bertanggungjawab secara sosial, ketika manajemennya memiliki visi atas
kinerja operasional yang tidak hanya sekedar merealisasikan profit, tapi juga suatu
keharusan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jadi setiap pihak yang
bermitra usaha baik sebagai pionir maupun sebagai mitra, tidak hanya dilakukan
hanya sekedar belas kasihan oleh yang kuat terhadap yang lemah, tetapi kemitraan
182
seyogyanya terjalin kinerja karena kehendak bisnis yang dibarengi dengan rasa
tanggungjawab sosial yang kuat
Kemitraan digambarkan oleh 4 dimensi yang terdiri dari 13 pernyataan.
Berikut rekap hasil perhitungan tanggan responden terhadap variabel Kemitraan.
Tabel 4.6 Tanggapan responden terhadap Kemitraan
Dimensi Skor total Rata-rata Kategori
Internal Partnership 4725 3,516 Cukup
SupplierPartnership 3525 3,497 Cukup
Buyer Partnership 3498 3,470 Cukup
Lateral Partnership 3576 3,548 Cukup
Kemitraan 15324 3,508 Cukup
Sumber : Hasil Pengolahan
Dari hasil perhitungan skor tanggapan responden yang disajikan pada tabel
diatas dapat diketahui bahwa penilaian responden terhadap Kemitraan masuk dalam
kategori cukup dengan skor total sebesar 15324 dan rata-rata sebesar 3,508.
Begitupun dengan penilaian terhadap masing-masing dimensinya yang juga masuk
dalam kategori cukup. Dari keempat dimensi Kemitraan, penilaian tertinggi
terdapat pada dimensi Lateral Partnership dengan skor total 3576 dan rata-rata
3,548 dan penilaian terendah terdapat pada Buyer Partnership dengan skor total
yang sama besar senilai 3498 dan rata-rata 3,470.
Untuk lebih jelasnya, tanggapan responden terhadap masing-masing
dimensi dan pernyataan Kemitraan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.7 Tanggapan responden terhadap Kemitraan
Indikator Skala Jawaban Skor
total Rata-rata Kategori
5 4 3 2 1
KB1.1 50 117 98 71 0 1154 3,43 Cukup
KB1.2 62 110 117 47 0 1195 3,56 Cukup
KB1.3 60 112 106 58 0 1182 3,52 Cukup
183
Indikator Skala Jawaban Skor
total Rata-rata Kategori
5 4 3 2 1
KB1.4 66 106 112 52 0 1194 3,55 Cukup
Internal Partnership 4725 3,52 Cukup
KB2.1 56 114 119 47 0 1187 3,53 Cukup
KB2.2 61 100 119 56 0 1174 3,49 Cukup
KB2.3 57 102 117 60 0 1164 3,46 Cukup
SupplierPartnership 3525 3,50 Cukup
KB3.1 54 99 123 60 0 1155 3,44 Cukup
KB3.2 61 102 121 52 0 1180 3,51 Cukup
KB3.3 53 107 118 58 0 1163 3,46 Cukup
Buyer Partnership 3498 3,47 Cukup
KB4.1 66 105 112 53 0 1192 3,55 Cukup
KB4.2 58 125 103 50 0 1199 3,57 Cukup
KB4.3 57 118 106 55 0 1185 3,53 Cukup
Lateral Partnership 3576 3,55 Cukup
Sumber : Hasil Pengolahan
Dari Tabel 4.7. diatas dapat kita lihat bahwa rata –rata hasil penilaian berada
pada kategori cukup, dimana indikator buyer partnership dan supply partnership
berada pada nilai terendah. Hal ini menandakan bahwa pada perusahaan TPT masih
belum dapat menggunakan kemitraan sebagai bagian dari strategi perusahaan dalam
meningkatkan kinerja perusahaan, hal ini dapat dilihat bagaimana pengembangan
rantai pasok terhadap bahan baku TPT dimana perusahaan – perusahaan TPT
sendiri tidak dapat berkolaborasi dan bersinergi untuk dapat meningkatkan daya
saing perusahaan TPT dalam menghadapi perusahaan dari luar negeri.
4.2.2.2. Tanggapan Responden Citra Perusahaan
Agar lebih mudah dalam menginterpretasikan variabel yang sedang diteliti,
dilakukan kategorisasi terhadap tanggapan responden berdasarkan skor tanggapan
responden. Kategorisasi skor tanggapan responden dilakukan berdasarkan rentang
skor maksimum dan skor minimum dibagi jumlah kategori yang diinginkan
184
menggunakan rumus sebagai berikut. Tanggapan responden terhadap masing-
masing item pernyataan dikategorikan menjadi 5 kategori sangat kuat, kuat, cukup,
lemah dan sangat lemah dengan perhitungan sebagai berikut :
Nilai Indeks Maksimum = Skala tertinggi = 5
Nilai Indeks Minimum = Skala terendah = 1
Jarak Interval = [nilai maksimum - nilai minimum] : 5
= (5 –1) : 5 = 0,8
Sehingga diperoleh Kriteria sebagai berikut :
Tabel 4.8 Pedoman Kategorisasi Skor Tanggapan Responden
Indeks Rata-Rata Citra Perusahaan
4,6 - 5 Sangat Positif
3,7 - 4,5 Positif
2,8 - 3,6 Kurang Positif
1,9 - 2,7 Negatif
1 - 1,8 Sangat negatif
Sumber : Hasil Pengolahan
Citra Perusahaan digambarkan oleh 3 dimensi yang terdiri dari 9
pernyataan. Berikut rekap hasil perhitungan tanggan responden terhadap variabel
Citra Perusahaan.
Tabel 4.9 Tanggapan responden terhadap Citra Perusahaan
Dimensi Skor total Rata-rata Kategori
Quality image 3558 3,530 Kurang Positif
Programme Image 3519 3,491 Kurang Positif
Infrastructure image 3560 3,532 Kurang Positif
Citra Perusahaan 10637 3,518 Kurang Positif
Sumber : Hasil Pengolahan
185
Hasil perhitungan skor tanggapan responden pada tabel diatas dapat
diketahui bahwa penilaian responden terhadap Citra Perusahaan masuk dalam
kategori cukup positif dengan skor total sebesar 10637 dan rata-rata sebesar 3,518.
Begitupun dengan penilaian terhadap masing-masing dimensinya yang juga masuk
dalam kategori cukup. Dari ketiga dimensi Citra Perusahaan, penilaian tertinggi
terdapat pada dimensi Infrastructure image dengan skor total 3560 dan rata-rata
3,532 dan penilaian terendah terdapat pada Programme Image dengan skor total
yang sama besar senilai 3519 dan rata-rata 3,491 tanggapan responden terhadap
masing-masing dimensi citra perusahaan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.10 Tanggapan responden terhadap Citra Perusahaan
Indikator Skala Jawaban Skor
total Rata-rata Kategori
5 4 3 2 1
CP1.1 62 106 102 66 0 1172 3,49 Kurang Positif
CP1.2 56 117 110 53 0 1184 3,52 Kurang Positif
CP1.3 57 124 111 44 0 1202 3,58 Kurang Positif
Quality image 3558 3,53
CP2.1 60 113 96 67 0 1174 3,49 Kurang Positif
CP2.2 54 108 118 56 0 1168 3,48 Kurang Positif
CP2.3 61 108 106 61 0 1177 3,50 Kurang Positif
Programme Image 3519 3,49 Kurang Positif
CP3.1 51 120 113 52 0 1178 3,51 Kurang Positif
CP3.2 60 112 108 56 0 1184 3,52 Kurang Positif
CP3.3 60 111 124 41 0 1198 3,57 Kurang Positif
Infrastructure image 3560 3,53 Kurang Positif
Sumber : Hasil Pengolahan
Dari hasil tanggapan responden terhadap Citra perusahaan, mayoritas
indikator Citra Perusahaan berada pada rata – rata skor 3,4 sampai dengan 3,57
dengan kategori cukup, hal ini tentunya tidak terlalu bagus bagi perusahaan TPT di
Indonesia, dikarena citra perusahaan dapat menjadi bagian penting bagi kelanjutan
186
perusahaan dimasa yang akan datang, namun cukupnya kategori yang didapat
setidaknya telah telihat juga dari indikator CSR sebelumnya yang berada pada
ketori yang sama, dimana stakeholder merasa rendahnya tanggapan perusahaan
terhadap keadaan sekitar perusahaan (para stakeholder) tentunya berdampak baik
langsung maupun tidak langsung kepada Citra perusahaan dimata stakeholder
terutama masih banyaknya kejadian perusahaan – perusahaan tidak mampu
mengelola limbah mereka sehingga mencermankan kehidupan disekitar perusahaan
atau pabrik mereka. Cukupnya indikator Programme image menggambarkan
bahwa program yang diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat tidak bersifat
membantu dalam memberikan efek positif kepada citra perusahaan, hal ini
dikarenakan perusahaan TPT di Indonesia kurang memiliki program pembuatan
citra perusahaan yang bersifat terus menurus dan bersifat memperbaharui,
kebanyakan program citra perusahaan yang ada hanya bersifat insidentil dan tidak
terlalu direncanakan secara jangka panjang, sehingga stakeholder tentunya tidak
terlalu merasa positif terhadap program tersebut.
4.2.2.3. Tanggapan Responden Daya Saing
Agar lebih mudah dalam menginterpretasikan variabel yang sedang diteliti,
dilakukan kategorisasi terhadap tanggapan responden berdasarkan skor tanggapan
responden. Kategorisasi skor tanggapan responden dilakukan berdasarkan rentang
skor maksimum dan skor minimum dibagi jumlah kategori yang diinginkan
menggunakan rumus sebagai berikut. Tanggapan responden terhadap masing-
187
masing item pernyataan dikategorikan menjadi 5 kategori sangat tinggi, tinggi,
cukup, rendah dan sangat rendah dengan perhitungan sebagai berikut :
Nilai Indeks Maksimum = Skala tertinggi = 5
Nilai Indeks Minimum = Skala terendah = 1
Jarak Interval = [nilai maksimum - nilai minimum] : 5
= (5 –1) : 5 = 0,8
Sehingga diperoleh Kriteria sebagai berikut :
Tabel 4.11 Pedoman Kategorisasi Skor Tanggapan Responden
Indeks Rata-Rata Daya Saing
4,6 - 5 Sangat Tinggi
3,7 - 4,5 Tinggi
2,8 - 3,6 Cukup
1,9 - 2,7 Rendah
1 - 1,8 Sangat Rendah
Sumber : Hasil Pengolahan
Daya Saing digambarkan oleh 3 dimensi yang terdiri dari 9 pernyataan.
Berikut rekap hasil perhitungan tanggan responden terhadap variabel Daya Saing.
Tabel 4.12 Tanggapan responden terhadap Daya Saing
Dimensi Skor total Rata-rata Kategori
Harga yang Kompetitif 3556 3,528 Cukup
Produk dengan kualitas unggul 3535 3,507 Cukup
Pelayanan yang cepat 3574 3,546 Cukup
Citra Perusahaan 10665 3,527 Cukup
Sumber : Hasil Pengolahan
Dari hasil perhitungan skor tanggapan responden yang disajikan pada tabel
diatas dapat diketahui bahwa penilaian responden terhadap Daya Saing masuk
dalam kategori cukup dengan skor total sebesar 10665 dan rata-rata sebesar 3,527.
188
Begitupun dengan penilaian terhadap masing-masing dimensinya yang juga masuk
dalam kategori cukup. Dari ketiga dimensi Daya Saing, penilaian tertinggi terdapat
pada dimensi Pelayanan yang cepat dengan skor total 3574 dan rata-rata 3,546 dan
penilaian terendah terdapat pada Produk dengan kualitas unggul dengan skor total
yang sama besar senilai 3535 dan rata-rata 3,507.
Untuk lebih jelasnya, tanggapan responden terhadap masing-masing
dimensi dan pernyataan Daya Saing disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.13 Tanggapan responden terhadap Daya Saing
Indikator Skala Jawaban Skor
total
Rata-
rata Kategori
5 4 3 2 1
DS1.1 51 120 106 59 0 1171 3,49 Cukup
DS1.2 68 108 117 43 0 1209 3,60 Cukup
DS1.3 58 111 108 59 0 1176 3,50 Cukup
Harga yang Kompetitif 3556 3,53 Cukup
DS2.1 61 120 104 51 0 1199 3,57 Cukup
DS2.2 59 104 112 61 0 1169 3,48 Cukup
DS2.3 53 111 114 58 0 1167 3,47 Cukup
Produk dengan kualitas unggul 3535 3,51 Cukup
DS3.1 56 119 109 52 0 1187 3,53 Cukup
DS3.2 71 115 93 57 0 1208 3,60 Cukup
DS3.3 56 114 111 55 0 1179 3,51 Cukup
Pelayanan yang cepat 3574 3,55 Cukup
Sumber : Hasil Pengolahan
Dilihat dari hasil rekapitulasi dan perhitungan tanggapan responden
terhadap daya saing perusahaan TPT di Indonesia masih dalam kategori Cukup, hal
ini menandakan bahwa peningkatan daya saing komoditi merupakan tantangan
terbesar bagi industri TPT Indonesia, terutama untuk menghadapi era perdagangan
bebas. Mengingat iklim persaingan yang semakin ketat, ditambah lagi dengan
sudah tidak diberlakukannya pasar kuota menyebabkan industri TPT Indonesia
189
mendapat ancaman yang serius dari negara-negara yang juga merupakan produsen
TPT seperti Cina. Indonesia yang selama ini merupakan salah satu negara
pengekspor TPT terbesar ke Amerika Serikat mulai mendapat tantangan dari
pesaing-pesaing negara-negara yang juga merupakan produsen TPT seperti Cina,
India, Vietnam, Pakistan dan Bangladesh. Dengan semakin banyaknya TPT Cina
yang masuk ke pasar Amerika Serikat tersebut tentunya menjadi tantangan
sekaligus ancaman terhadap ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat Dalam
membangun sebuah industri TPT yang kuat dan memiliki daya saing tinggi, banyak
tantangan atau masalah yang harus dihadapi. Permasalahan dari dalam antara lain
berkaitan dengan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi output.
Faktor-faktor produksi mulai dari bahan baku seperti kapas masih harus
diimpor dari negara lain, padahal bahan baku tersebut merupakan bahan baku yang
paling utama dalam proses produksi industri TPT. Kemudian masalah mesin-mesin
produksi, menurut Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ernovian
G. Ismy, mesin-mesin TPT pada umumnya sudah berusia rata-rata lebih dari 15
tahun. Hal ini menyebabkan produktivitas menurun, sementara konsumsi bahan
bakar semakin meningkat. Akibatnya jumlah ekspor
TPT Indonesia semakin tidak mampu mengimbangi permintaan dunia yang
semakin besar
4.2.2.4. Tanggapan Responden Kinerja Perusahaan
Agar lebih mudah dalam menginterpretasikan variabel yang sedang diteliti,
dilakukan kategorisasi terhadap tanggapan responden berdasarkan skor tanggapan
responden. Kategorisasi skor tanggapan responden dilakukan berdasarkan rentang
190
skor maksimum dan skor minimum dibagi jumlah kategori yang diinginkan
menggunakan rumus sebagai berikut. Tanggapan responden terhadap masing-
masing item pernyataan dikategorikan menjadi 5 kategori sangat tinggi, tinggi,
cukup, buruk dan sangat buruk dengan perhitungan sebagai berikut :
Nilai Indeks Maksimum = Skala tertinggi = 5
Nilai Indeks Minimum = Skala terendah = 1
Jarak Interval = [nilai maksimum - nilai minimum] : 5
= (5 –1) : 5 = 0,8
Sehingga diperoleh Kriteria sebagai berikut :
Tabel 4.14 Pedoman Kategorisasi Skor Tanggapan Responden
Indeks Rata-Rata Kinerja
Perusahaan
4,6 - 5 Sangat Prima
3,7 - 4,5 Prima
2,8 - 3,6 Kurang Prima
1,9 - 2,7 Tidak Prima
1 - 1,8 Sangat tidak prima
Sumber : Hasil Pengolahan
Kinerja Perusahaan digambarkan oleh 4 dimensi yang terdiri dari 21
pernyataan. Berikut rekap hasil perhitungan tanggan responden terhadap variabel
Kinerja Perusahaan.
191
Tabel 4.15 Tanggapan responden terhadap Kinerja Perusahaan
Dimensi Skor total Rata-rata Kategori
Aspek Keuangan 12860 3,479 Kurang Prima
Perspektif Pelanggan 3543 3,515 Kurang Prima
Perspektif proses bisnis internal 4697 3,495 Kurang Prima
Perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran 3512 3,484 Kurang Prima
Kinerja Perusahaan 24612 3,488 Kurang Prima
Sumber : Hasil Pengolahan
Dari hasil perhitungan skor tanggapan responden yang disajikan pada tabel
diatas dapat diketahui bahwa penilaian responden terhadap Kinerja Perusahaan
masuk dalam kategori Kurang Prima dengan skor total sebesar 24612 dan rata-rata
sebesar 3,488. Begitupun dengan penilaian terhadap masing-masing dimensinya
yang juga masuk dalam kategori Kurang Prima. Dari keempat dimensi Kinerja
Perusahaan, penilaian tertinggi terdapat pada dimensi Perspektif proses bisnis
internal dengan skor total 4697 dan rata-rata 3,495 dan penilaian terendah terdapat
pada Aspek Keuangan dengan skor total yang sama besar senilai 12860 dan rata-
rata 3,479.
Untuk lebih jelasnya, tanggapan responden terhadap masing-masing
dimensi dan pernyataan Kinerja Perusahaan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.16 Tanggapan responden terhadap Kinerja Perusahaan
Indikator Skala Jawaban
Skor total Rata-
rata Kategori
5 4 3 2 1
KP1.1 55 126 102 53 0 1191 3,54 Kurang Prima
KP1.2 42 117 126 51 0 1158 3,45 Kurang Prima
KP1.3 46 101 134 55 0 1146 3,41 Kurang Prima
KP1.4 49 115 118 54 0 1167 3,47 Kurang Prima
KP1.5 48 134 97 57 0 1181 3,51 Kurang Prima
KP1.6 52 110 111 63 0 1159 3,45 Kurang Prima
192
Indikator Skala Jawaban
Skor total Rata-
rata Kategori
5 4 3 2 1
KP1.7 57 95 120 64 0 1153 3,43 Kurang Prima
KP1.8 54 105 118 59 0 1162 3,46 Kurang Prima
KP1.9 55 101 121 59 0 1160 3,45 Kurang Prima
KP1.10 70 125 94 47 0 1226 3,65 Prima
KP1.11 53 107 112 64 0 1157 3,44 Kurang Prima
Aspek Keuangan 12860 3,48 Kurang Prima
KP2.1 69 110 101 56 0 1200 3,57 Kurang Prima
KP2.2 46 110 121 59 0 1151 3,43 Kurang Prima
KP2.3 62 115 104 55 0 1192 3,55 Kurang Prima
Perspektif Pelanggan 3543 3,51 Kurang Prima
KP3.1 48 107 130 51 0 1160 3,45 Kurang Prima
KP3.2 47 109 120 60 0 1151 3,43 Kurang Prima
KP3.3 56 123 114 43 0 1200 3,57 Kurang Prima
KP3.4 56 126 94 60 0 1186 3,53 Kurang Prima
Perspektif proses bisnis internal 4697 3,49 Kurang Prima
KP4.1 52 123 111 50 0 1185 3,53 Kurang Prima
KP4.2 53 110 112 61 0 1163 3,46 Kurang Prima
KP4.3 52 110 116 58 0 1164 3,46 Kurang Prima
Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran 3512 3,48 Kurang Prima
Sumber : Hasil Pengolahan
Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan bahwa penilaian dimensi pada
kinerja perusahaan beraa pada ketegori cukup, hal ini menadakan bahwa masih
kurang baiknya kinerja perusahaan TPT dimana dapat kita lihat bahwa perusahaan
TPT dihadapkan pada dua masalah yang diprediksi akan menghambat pertumbuhan
dikarenakan kenaikan tarif dasar listrik sebesar 15 persen dan pemberlakuan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253 Tahun 2011 tentang pengembalian bea
masuk yang telah dibayar atas impor barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau
dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor.
193
Industri TPT nasional dihadapkan pada besarnya biaya energi dan masalah
pengembalian bea masuk atas barang impor. Selama ini, sektor industri serat
pemintalan menggunakan komponen energi listrik yang sangat besar
adanya kenaikan TDL sebesar 15 persen pada tahun ini dapat memicu produsen
tekstil dan produk tekstil mengurangi produksinya dan berdampak pada
pengurangan tenaga kerja. TDL menyebabkan produsen harus menurunkan
produksi. Untuk mempertahankan harga jual, produsen harus mengurangi pekerja,
dikarenakan perusahaan TPT tidak bisa menaikkan harga jual produknya karena
akan mengurangi daya saing produk lokal dengan produk impor. Sehingga tanpa
menaikkan harga jual industri TPT sudah tidak bisa bersaing di pasaran.
Analisis SEM
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural
Equation Modeling (SEM) dengan terlebih dahulutelah dilakukan pengujian
variabel-variabelnya dengan confirmatory factor analysis. Pengujian normalitas,
multikolinieritas dan pengujian model fit guna mendapatkan dan mengevaluasi
kecocokan model yang diajukan yang telah diuraikan pada Bab III Sebelumnya.
Setelah diketahui semua hasil pengolahan data, selanjutnya akan dibahas dan yang
terakhir adalah menarik kesimpulan yang didasarkan pada hasil analisis tersebut.
Berikut rangkuman hasil estimasi model struktural hubungan antar variabel
laten yang disajikan dalam gambar berikut:
194
Gambar 4.2. Hasil estimasi model
Tabel 4.17 Rangkuman hasil estimasi Koefisien Jalur dan Uji Statistik
Model Jalur
Koefisien
Jalur
(Standardized)
t-
statistik Kesimpuan
R-
square
Pertama CSR → CP 0,191 3,304 Signifikan
0,351 KB → CP 0,364 6,174 Signifikan
Kedua CSR → DS 0,474 8,192 Signifikan
0,443 KB → DS 0,129 2,337 Signifikan
Ketiga CSR → KP 0,196 3,320 Signifikan
0,352 KB → KP 0,176 3,142 Signifikan
Keempat CP → KP 0,295 5,900 Signifikan
0,421 DS → KP 0,137 2,624 Signifikan
Sumber : Hasil Pengolahan
Melalui data yang terdapat pada tabel diatas dapat diketahui bahwa CSR
dan Kemitraan memberikan dapat menjelaskan sebesar 35,1% terhadap Citra
Perusahaan. Pada model kedua dapat diketahui bahwa CSR dan Kemitaan
memberikan dapat menjelaskan sebesar 44,3% terhadap Daya Saing. Dan pada
model ketiga dapat diketahui bahwa CSR, Kemitaan, dapat menjelaskan sebesar
195
35,2% serta Citra Perusahaan dan Daya Saing dapat menjelaskan sebesar 42,1%
terhadap Kemitraan, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain diluar model.
4.3 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Citra Perusahaan
Gambar 4.3 dibawah, memperlihatkan hasil pengujian model SEM dari
kinerja CSR dan Kemitraan terhadap Citra Perusahaan. Tabel hasil estimasi
memperlihatkan hubungan signifikan dari CSR dan Kemitraan terhadap Citra
Perusahaan
Sehingga persamaan struktural CSR dan Kemitraan dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 4.3 Hasil Pengujian Structural Equation Modelling CSR,
Kemitraan dan Citra Perusahaan
Sumber : hasil pengolahan
Dimana persamanaan struktural yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Y =0,191X1 + 0,364X2 + z1
196
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan model struktural, sesuai hipotesis
kedua di atas diketahui hasilnya pada dibawah ini:
4.3.1 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Citra Perusahaan secara
simultan.
Hipotesis H2 yang akan diuji adalah pengaruh secara simultan CSR dan
Kemitraan terhadap Citra Perusahaan. Pengujian dilakukan dengan Uji F dengan
nilai F hitung diperoleh menggunakan rumus berikut.
𝐹 = ((𝑛 − 𝑘 − 1)(𝑅2)
𝑘(1 − 𝑅2)
𝐹 = ((168−2−1)(0,351)
2(1−0,351) = 44.61
Dengan = 5% dan df1 = k = 2, df2 = n-k-1 = 168-2-1 = 165 diperoleh nilai F
tabel sebesar ± 3,023.
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diperoleh nilai Fhitung sebesar
89,778. Karena nilai F hitung (44,61) > F tabel (3,023), maka Hipotesis H2
diterima. Artinya, CSR dan Kemitraan secara simultan berpengaruh terhadap Citra
Perusahaan industri tekstil di Jawa Barat.
4.3.2 Pengaruh CSR dan Kemitraan Terhadap Citra Perusahaan Secara
Parsial
Hipotesis H2 yang akan diuji adalah pengaruh CSR terhadap Citra
Perusahaan. Berdasarkan hasil pengolahan seperti disajikan pada tabel estimasi
197
Koefisien Jalur dan Uji Statistik dapat dilihat koefisien jalur dari variabel CSR
terhadap Citra Perusahaan sebesar 0,191 dengan arah positif. Artinya, semakin
tinggi CSR akan meningkatkan Citra Perusahaan. Hipotesis H2a diterima, yang
ditunjukan oleh nilai t statistik sebesar 3,304 > 1,96 (tingkat signifikansi 5%) yang
berarti bahwa hasil pengujian signifikan. Artinya, secara parsial variabel CSR
berpengaruh terhadap Citra Perusahaan industri tekstil di Jawa Barat.
Pengarih Kemitraan terhadap Citra Perusahaan. Berdasarkan hasil
pengolahan seperti disajikan pada tabel estimasi Koefisien Jalur dan Uji Statistik
dapat dilihat koefisien jalur dari variabel Kemitraan terhadap Citra Perusahaan
sebesar 0,364 dengan arah positif. Artinya, semakin tinggi Kemitraan akan
meningkatkan Citra Perusahaan. Hipotesis diterima, yang ditunjukan oleh nilai t
statistik sebesar 6,174 > 1,96 (tingkat signifikansi 5%) yang berarti bahwa hasil
pengujian signifikan. Artinya, secara parsial variabel Kemitraan berpengaruh
terhadap Citra Perusahaan industri tekstil di Jawa Barat, Sehingga dapat dikatakan
bahwa hipotesis kedua mendukung teori yang ada
Tabel 4.18 Taksiran Parameter CSR dan Kemitraan Citra Perusahaan
Secara Parsial
Variabel Koefesien t-hitung Keterangan
CSR 0,191 3,304 Ho Ditolak
Kemitraan 0,364 6,174 Ho Ditolak
Sumber : Hasil pengolahan
4.3.3 Penjelasan Pengaruh CSR dan Kemitraan Terhadap Citra Perusahaan
Baik pengujian parsial dan simultan tersebut diatas, menunjukkan bahwa
adanya kesesuaian dengan teori yang ada. CSR membangun citra perusahaan dan
198
dengan demikian dapat membantu keputusan kebijakan pemerintah, seperti adanya
akses yang mudah dan menguntungkan untuk pendanaan, menguntungkan
perhatian media, lingkungan sosial yang sehat untuk perusahaan beroperasi.
Adanya inisiatif CSR juga dapat mengurangi citra perusahaan yang negatif yang
disebabkan oleh perilaku buruk masa lalu sehingga membantu dalam melindungi
perusahaan dari reputasi negatif. Lebih lanjut CSR dapat membantu perusahaan
untuk melindungi dari investigasi pemerintah yang lebih ketat.
Citra perusahaan terbentuk dari asosiasi antaraperusahaan dengan
sekumpulan atribut positif maupun negatif. Misalnya perusahan diasoiasikan
dengan atribut - atribut : bemutu, layanan baik, tetapi kurang memiliki tanggung
jawab sosial. Jadi sejatinya corporate image atau citra perusahaan berada dalam
benak stakeholdernya. Dari sisi individu, atribut-atribut yang menonjol inilah yang
menentukan apakah sebuah perusahaan memiliki reputasi baik atau buruk.
Pembentukan citra perusahaan salah satunya terdiri atas dimensi tanggung
jawab yang memperlihatkan perusahaan yang peduli pada lingkungan dan
memiliki tanggung jawab sosial. Dalam kajian Budiarsi (2005), terdapat beberapa
alasan mengapa CSR menjadi sangat penting dalam pembentukan citra atau
reputasi perusahaan. Alasan tersebut yakni, faktor transparansi yang menempatkan
perusahaan seakan selalu berada dalam lensa mikroskop sehingga dapat dilihat oleh
siapa saja yang menyebabkab siapapun dapat mengetahui aktivitas tanggung jawab
sosial dengan cepat. Faktor berikutnya yakni pengetahuan dari konsumen dalam
memilih produk maupun perusahaan yang tidak hanya mendasari usahanya dari
sektor finansial saja, tapi juga faktor sosial dan lingkungan. Faktor yang ketiga
199
adalah keberlanjutan alam semesta. Dan yang terakhir adalah globalisasi dimana
di era ini masyarakat menginginkan keseimbangan antara keinginan perusahaan
dengan keinginan publik yang lebih luas
Cravens (2013) menyatakan bahwa kemitraan merupakan upaya untuk
melakukan kerjasama dengan para stakeholder, kemitraan meliputi hubungan
vertikal dan horizontal yang terdiri dari hubungan kemitraan literal dan internal.
4.4 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Daya Saing
Gambar 4.4 dibawah, memperlihatkan hasil pengujian model SEM dari
kinerja CSR dan Kemitraan terhadap Daya Saing. Tabel hasil estimasi
memperlihatkan hubungan signifikan dari CSR dan Kemitraan terhadap Daya saing
Sehingga persamaan struktural CSR dan Kemitraan dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 4.4 Hasil Pengujian Structural Equation Modelling CSR,
Kemitraan dan Citra Perusahaan
Sumber : hasil pengolahan
200
Dimana persamanaan struktural yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Y =0,474X1 + 0,129X2 + z1
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan model struktural, sesuai hipotesis
kedua di atas diketahui hasilnya pada dibawah ini:
4.4.1 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Daya Saing Secara Simultan.
Hipotesis H3 selanjutnya adalah pengaruh secara simultan CSR dan
Kemitraan terhadap Daya Saing. Pengujian dilakukan dengan Uji F dengan nilai F
hitung diperoleh menggunakan rumus berikut.
𝐹 = ((𝑛 − 𝑘 − 1)(𝑅2))
𝑘(1 − 𝑅2)
𝐹 = ((168 − 2 − 1)(0,443)
2(1 − 0,443)= 65,614
Dengan = 5% dan df1 = k = 2, df2 = n-k-1 = 168-2-1 = 165 diperoleh nilai F
tabel sebesar ± 3,023.
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diperoleh nilai Fhitung sebesar
132,025. Karena nilai F hitung (65,614) > F tabel (3,023), maka Hipotesis H3c
diterima. Artinya, CSR dan Kemitraan secara simultan berpengaruh terhadap Daya
Saing industri tekstil di Jawa Barat.
4.4.2 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Daya Saing secara Parsial
Hipotesis H3 yang akan diuji adalah pengaruh CSR terhadap Daya Saing.
Berdasarkan hasil pengolahan seperti disajikan pada tabel estimasi Koefisien Jalur
201
dan Uji Statistik dapat dilihat koefisien jalur dari variabel CSR terhadap Daya Saing
sebesar 0,474 dengan arah positif. Artinya, semakin tinggi CSR akan meningkatkan
Daya Saing. Hipotesis H3a diterima, yang ditunjukan oleh nilai t statistik sebesar
8,192 > 1,96 (tingkat signifikansi 5%) yang berarti bahwa hasil pengujian
signifikan. Artinya, secara parsial variabel CSR berpengaruh terhadap Daya Saing
industri tekstil di Jawa Barat.
Selain itu, Pengaruh Kemitraan terhadap Daya Saing. Berdasarkan hasil
pengolahan seperti disajikan pada tabel estimasi Koefisien Jalur dan Uji Statistik
dapat dilihat koefisien jalur dari variabel Kemitraan terhadap Daya Saing sebesar
0,129 dengan arah positif. Artinya, semakin tinggi Kemitraan akan meningkatkan
Daya Saing., yang ditunjukan oleh nilai t statistik sebesar 2,337 > 1,96 (tingkat
signifikansi 5%) yang berarti bahwa hasil pengujian signifikan. Artinya, secara
parsial variabel Kemitraan berpengaruh terhadap Daya Saing industri tekstil di Jawa
Barat.
Tabel 4.19 Taksiran Parameter CSR dan Kemitraan terhadap Daya saing
Secara Parsial
Variabel Koefesien t-hitung Keterangan
CSR 0,474 8.192 Ho Ditolak
Kemitraan 0,129 2,337 Ho Ditolak
Sumber : Hasil pengolahan
4.4.3 Penjelasan Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Daya Saing
Manfaat yang dapat dipetik dari akumulasi citra perusahaan dalam
kaitannya dengan pasar dalam hal daya saing, diantaranya adalah terciptanya sikap
positif pasar terhadap perusahaan yang akhirnya akan bermuara pada kepuasan dan
202
kesetiaan terhadap perusahaan, sehingga nantinya akan berdampak terhadap
keniankan day saing perusahaan dimata pelanggan.
Seperti dikemukakan Marzuki (1997) bahwa agar kemitraan antara usaha
besar dengan usaha kecil dan dapat berlangsung secara alamiah dan langgeng, maka
dalam menjalin hubungan bisnis didasarkan pada kaidah-kaidah bisnis sebagai
berikut: (1) Saling menguntungkan, dan saling membutuhkan, (2)Berorientasi pada
peningkatan daya saing, (3) Memenuhi aspek: a. Harga yang bersaing dibandingkan
dengan harga yang ditawarkan pihak lain, b. Kualitas atau mutu yang baik sesuai
dengan yang diperjanjikan, c. Kuantitas, yaitu dapat memenuhi jumlah yang
ditentukan, d. Delivery, yaitu pemenuhan penyerahan barang/jasa tepat waktu
sesuai yang disepakati. (4) Ada kesediaan dari pihak usaha besar untuk melakukan
pembinaan terhadap usaha kecil sebagai mitra usahanya. Kemitraan antara BUMN,
Perusahaan swasta serta lembaga ekonomi lainnya dengan usaha kecil menengah
dan koperasi dapat diharapkan tidak hanya merupakan keinginan yang semu, tetapi
penekanannya lebih mengarah kepada tercapainya pemenuhan kebutuhan masing-
masing pihak yang bermitra.
Kemitraan merupakan variabel yang sangat dominan dalam meningkatkan
daya saing dikarenakna dapat meingkatkan kinerja bisnis. Sehingga dalam upaya
meningkatkan kinerja industri tekstil, maka pengembangan kemitraan merupakan
unsur yang sangat penting, khususnya pada dimensi yang paling dominan
merefleksikan kemitraan yaitu kemitraan internal. Dalam hal itni peningkatan
kemitraan internal mencakup peningkatan dalam implementasi penciptaan
sinergitas antarbagian di dalam perusahaan melalui strategi lintas fungsi, keija sama
203
antarbagian dalam melakukan kegiatan pemasaran produk, serta kolaborasi
antarbagian untuk saling melengkapi dalam memecahkan masalah.
Sumber daya perusahaan merupakan faktor yang dominan dalam upaya
mengembangkan kemitraan yang strategis, sehingga pihak perusahaan industri
tekstil dituntut untuk meningkatkan sumber daya perusahaannya terutama yang
berkaitan dengan aset berwujud, diikuti oleh aset tidak berwujud, dan kapabilitas
organisasi. Peningkatan aset berwujud mencakup peningkatan dalam Kelengkapan
Fasilitas alat produksi, Kepemilikan Modal Kerja yang memadai, Kepemilikan
aktiva tetap (Gedung Kantor, pabrik, gudang, dan sarana penunjang lainnya), serta
Kepemilikan peralatan teknologi mutahir. Peningkatan Aset Tidak Berwujud
meliputi : Reputasi Perusahaan, Tingkat Brand Awareness , Citra merek produk,
Tingkat Kuantitas tenaga Ahli, dan Tingkat Kualitas tenaga Ahli. Peningkatan
Kapabilitas organisasi meliputi: Kompetensi pihak manajemen dalam melakukan
pengololaan bisnis, Internal business process yang kondusif, serta Komitmen dari
manajemen perusahaa untuk dapat membangun perusahan secara berkelanjutan dan
berkesinambungan.
4.5 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan
Gambar 4.5 dibawah, memperlihatkan hasil pengujian model SEM dari
kinerja CSR dan Kemitraan terhadap Daya Saing. Tabel hasil estimasi
memperlihatkan hubungan signifikan dari CSR dan Kemitraan terhadap Daya
saing, sehingga persamaan struktural CSR dan Kemitraan dapat digambarkan
sebagai berikut :
204
Gambar 4.5 Hasil Pengujian Structural Equation Modelling CSR,
Kemitraan dan Kinerja Perusahaan
Sumber : hasil pengolahan
Dimana persamanaan struktural yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Y =0,196X1 + 0,176X2 + z1
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan model struktural, sesuai hipotesis
kedua di atas diketahui hasilnya pada dibawah ini:
4.5.1 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan Secara
Simultan.
Hipotesis H3 selanjutnya adalah pengaruh secara simultan CSR dan
Kemitraan terhadap Daya Saing. Pengujian dilakukan dengan Uji F dengan nilai F
hitung diperoleh menggunakan rumus berikut.
𝐹 = ((𝑛 − 𝑘 − 1)(𝑅2)
𝑘(1 − 𝑅2)
205
𝐹 = ((168 − 2 − 1)(0,325)
2(1 − 0,325)= 38.481
Dengan = 5% dan df1 = k = 2, df2 = n-k-1 = 168-2-1 = 165 diperoleh nilai F
tabel sebesar ± 3,023.
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diperoleh nilai Fhitung sebesar
38,481. Karena nilai F hitung (38,481) > F tabel (3,023), maka Hipotesis diterima.
Artinya, CSR dan Kemitraan secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja
Perusahaan industri tekstil di Jawa Barat.
4.5.2 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan secara
parsial
Hipotesis H4 yang akan diuji adalah pengaruh CSR terhadap Kinerja
Perusahaan. Berdasarkan hasil pengolahan seperti disajikan pada tabel estimasi
Koefisien Jalur dan Uji Statistik dapat dilihat koefisien jalur dari variabel CSR
terhadap Kinerja Perusahaan sebesar 0,196 dengan arah positif. Artinya, semakin
tinggi CSR akan meningkatkan Kinerja Perusahaan., yang ditunjukan oleh nilai t
statistik sebesar 3,320 > 1,96 (tingkat signifikansi 5%) yang berarti bahwa hasil
pengujian signifikan. Artinya, secara parsial variabel CSR berpengaruh terhadap
Kinerja Perusahaan industri tekstil di Jawa Barat.
Pengaruh Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan. Berdasarkan hasil
pengolahan seperti disajikan pada tabel estimasi Koefisien Jalur dan Uji Statistik
dapat dilihat koefisien jalur dari variabel Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan
sebesar 0,176 dengan arah positif. Artinya, semakin tinggi Kemitraan akan
206
meningkatkan Kinerja Perusahaan., yang ditunjukan oleh nilai t statistik sebesar
3,142 > 1,96 (tingkat signifikansi 5%) yang berarti bahwa hasil pengujian
signifikan. Artinya, secara parsial variabel Kemitraan berpengaruh terhadap Kinerja
Perusahaan industri tekstil di Jawa Barat.
Tabel 4.20 Taksiran Parameter CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja
Perusahaan Secara Parsial
Variabel Koefesien t-hitung Keterangan
CSR 0,196 3,320 Ho Ditolak
Kemitraan 0,176 3,142 Ho Ditolak
Sumber : Hasil pengolahan
4.5.3 Penjelasan Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Daya Saing
Pleffer dan Salancik dalam Hastu (1996) mengemukakan bahwa konsep
kemitraan didasarkan pada model teori yang bersifat komplementer yang dapat
menjelaskan jaringan usaha: Pertama, menurut perspektif pertukaran (exchange
persfective). Kedua, model ketergantungan sumber daya (resources dependence)
yang banyak mengilhami studi-studi organisasi dan bisnis.
Kemudian masih Pleffer dan Salancik dalam Hastu mengatakan bahwa
melalui daya atau potensi yang penting dan dikuasai oleh pihak-pihak yang telah
melakukan kerjasama (bermitra usaha), hal ini juga merupakan suatu upaya untuk
terbentuknya jaringan usaha serta pemenuhan kebutuhan akan sumber daya dapat
lebih terjamin. Dengan demikian kerjasama dalam bentuk bermitra usaha antara
usaha kecil menengah dan koperasi harus didasarkan atas prinsip sinergi, yaitu
saling membutuhkan dan saling membantu. Prinsip saling membutuhkan
dimaksudkan, pihak usaha besar akan selalu mengajak usaha kecil menengah dan
207
koperasi sebagai partner in progress . Adanya prinsip saling membutuhkan maka
secara langsung pihak yang bekerjasama (bermitra usaha) memunculkan prinsip
saling membantu.
Kemampuan menjaga loyalitas pelanggan dan relasi bisnis, mempertahankan
atau bahkan meluaskan pangsa pasar, memenangkan suatu persaingan dan
mempertahankan posisi yang menguntungkan tergantung kepada citra produk atau
perusahaan yang melekat di pikiran pelanggan (Mardalis, 2005)
4.6 Pengaruh Citra Perusahaan dan Daya Saing terhadap Kinerja
Perusahaan
Gambar 4.6 dibawah, memperlihatkan hasil pengujian model SEM dari
kinerja Citra Perusahaan dan Daya Saing Terhadap Kinerja Perusahaan. Tabel hasil
estimasi memperlihatkan hubungan signifikan dari Citra Perusahaan dan Daya
Saing Terhadap Kinerja Perusahaan, sehingga persamaan struktural Citra
Perusahaan dan Daya Saing Terhadap Kinerja Perusahaan dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 4.6 Hasil Pengujian Structural Equation Modelling Citra
Perusahaan dan Daya Saing terhadap Kinerja Perusahaan
208
Sumber : hasil pengolahan
Dimana persamanaan struktural yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Y =0,295X1 + 0,137X2 + z1
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan model struktural, sesuai hipotesis
kedua di atas diketahui hasilnya pada dibawah ini:
4.6.1 Pengaruh Citra Perusahaan dan Daya Saing terhadap Kinerja
Perusahaan secara Simultan
Hipotesis H5 yang akan diuji adalah pengaruh secara simultan Citra
Perusahaan dan Daya Saing terhadap Kinerja Perusahaan. Pengujian dilakukan
dengan Uji F dengan nilai F hitung diperoleh menggunakan rumus berikut.
𝐹 = ((𝑛 − 𝑘 − 1)(𝑅2))
𝑘(1 − 𝑅2)
𝐹 = ((168 − 2 − 1)(0,421)
2(1 − 0,421)= 59,623
Dengan = 5% dan df1 = k = 4, df2 = n-k-1 = 168-2-1 = 165 diperoleh nilai F
tabel sebesar ± 2,399.
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diperoleh nilai Fhitung sebesar
59,623. Karena nilai F hitung (59,623) > F tabel (2,399), Artinya, Citra Perusahaan
dan Daya Saing secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan industri
tekstil di Jawa Barat.
209
4.6.2 Pengaruh Citra Perusahaan dan Daya saing terhadap Kinerja
Perusahaan secara parsial
Hipotesis H5 yang akan diuji adalah pengaruh Citra Perusahaan terhadap
Kinerja Perusahaan. Berdasarkan hasil pengolahan seperti disajikan pada tabel
estimasi Koefisien Jalur dan Uji Statistik dapat dilihat koefisien jalur dari variabel
Citra Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan sebesar 0,295 dengan arah positif.
Artinya, semakin tinggi Citra Perusahaan akan meningkatkan Kinerja Perusahaan.,
yang ditunjukan oleh nilai t statistik sebesar 5,900 > 1,96 (tingkat signifikansi 5%)
yang berarti bahwa hasil pengujian signifikan. Artinya, secara parsial variabel Citra
Perusahaan berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan industri tekstil di Jawa Barat.
Pengaruh Daya Saing terhadap Kinerja Perusahaan. Berdasarkan hasil
pengolahan seperti disajikan pada tabel estimasi Koefisien Jalur dan Uji Statistik
dapat dilihat koefisien jalur dari variabel Daya Saing terhadap Kinerja Perusahaan
sebesar 0,137 dengan arah positif. Artinya, semakin tinggi Daya Saing akan
meningkatkan Kinerja Perusahaan., yang ditunjukan oleh nilai t statistik sebesar
2,624 > 1,96 (tingkat signifikansi 5%) yang berarti bahwa hasil pengujian
signifikan. Artinya, secara parsial variabel Daya Saing berpengaruh terhadap
Kinerja Perusahaan industri tekstil di Jawa Barat.
Tabel 4.21 Taksiran Parameter Citra Perusahaan dan Daya Saing
terhadap Kinerja Perusahaan Secara Parsial
Variabel Koefesien t-hitung Keterangan
Citra Perusahaan 0.295 5,900 Ho Ditolak
Daya Saing 0,137 2,624 Ho Ditolak
Sumber : Hasil pengolahan
210
4.6.3 Penjelasan Pengaruh Citra Perusahaan dan Daya Saing terhadap
Kinerja Perusahaan
Daya saing yang berbeda dan unik dari suatu perusahaan akan dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja, mengurangi proses inventori dan dapat
mengurangi biaya ekonomi yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan
dikarenakan menurunnya biaya pembuatan suatu produk yang mereka produksi,
sehingga terjadi efisensi terhadap beban perusahaan, hal ini juga disimpulkan oleh
Hao Ma, (2000) dimana keunggulan akan daya saing yang kompetitif dari suatu
perusahaan akan mengarah kepada kinerja yang unggul dari suatu perusahaan,
hingga daya saing perusahaan dapat menentukan posisi perusahaan di pasar global.
Dengan adanya Daya saing yang tinggidiharapkan dapat meningkatkan kinerja
perusahaan TPT diIndonesia sebagai Indikator dari meningkatknya daya saing
dapat terlihat dari kinerja perusaahan berupa terjadinya peninngkatan Sales Growth
dan Profitabilitas Bisnis, serta efisiensi akan beban perusahaan dalam
memperoduksi produk TPT di Indonesia.
Pada dasarnya perusahaan yang mempunyai citra baik dimata konsumen ,
produk dan jasanya relatif lebih bisa diterima konsumen dari pada perusahaan yang
tidak mempunyai citra. Perusahaan yang memiliki citra positif dimata konsumen
cenderung akan lebih dapat bertahan pada masa krisis. Kalaupun menderita
kerugian jumlah nominalnya jauh lebih kecil dibanding perusahaan yang citranya
kurang baik. Penyebabnya karena dimasa krisis masyarakat melakukan pengetatan
keuangan, mereka akan lebih selektif dalam mengkonsumsi dan memilih yang
secara resiko memang aman. Karena itu mereka umumnya memilih berhubungan
211
dengan perusahaan atau membeli produk-produk yang dipercaya memiliki
pelayanan dan kualitas yang baik. Dampak positif lainnya terhadap karyawannya
sendiri. Karyawan yang bekerja pada perusahaan dengan citra positif memiliki rasa
bangga sehingga dapat memicu motivasi mereka untuk bekerja lebih produktif.
Dengan demikian pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan meningkat.
Selain itu citra perusahaan yang baik juga menjadi incaran para investor
yang otomatis akan semakin yakin terhadap daya saing dan kinerja perusahaan ini.
Bagi perusahaan yang telah memilik saham secara publik kondisi ini berpengaruh
pada pergerakan harga saham di lantai bursa. Dengan demikian perusahaan yang
memiliki citra positif akan lebih mudah dalam melakukan segala hal untuk
berkembang.
Namun demikian, masih sedikit perusahaan TPT di Indonesia yang
sungguh sungguh berupaya membangun citra. Ketidak sungguhan mereka dalam
membangun citra terlihat dari tidak adanya tim khusus yang bertugas untuk
mengevaluasi citra perusahaan serta minimnya alokasi dana untuk kegiatan itu.
Ditambah lagi jika pengukuran dilakukan tidak secara sistematis kesadaran
terhadap perlunya membangun citra perusahaan sulit ditumbuhkan.
Selain itu, untuk meningkatkan kinerja perusahaan kedepannya salah satu
kunci adalah dengan meningkatkan daya saing dengan cara mendorong laju inovasi
sebuah perusahaan agar bisa bersaing, baik di tingkat lokal, nasional, dan
lingkungan global dimana pada industri dapat dengan memulai dengan dengan
faktor manusia dan kegiatan dalam mengelola sumber daya manusia tersebut
dimana perusahaan perlu membuat mekanisme yang bisa merangsang terciptanya
212
pengetahuan, menyebarkan pengetahuan di antara karyawan dan pimpinan, serta
adanya kepedulian terhadap pengetahuan yang terus berkembang pesat. Proses
inovasi yang berbasis manajemen pengetahuan tersebut harus dilakukan secara
berkelanjutan agar perusahaan terus bertahan dengan tingkat daya saing yang
tinggi.
Selain itu salah satu kunci kinerja perusahaan yang berkelanjutan adalah
melakukan perbaikan dan penanganan terhadap teknologi atas mesin produksi yang
lebih baik, Inovasi teknologi menjadi semakin meningkat kompleksitas, biaya, dan
resikonya sebagai timbal balik dari perubahan proses bisnis, tekanan persaingan
yang tinggi, dan perubahan drastis dan cepat dari teknologi itu sendiri. Teknologi
adalah sumber daya penting dan merupakan sub sistem dari organisasi. Dengan
demikian, teknologi memiliki implikasi kritis terhadap kinerja perusahaan dengan
meningkatkankan daya saing dan keuntungan jangka panjang. Untuk tetap bertahan
dan unggul dalam persaingan pasar, perusahaan perlu memberikan perhatian dan
mampu memperoleh keunggulan dari peluang teknologis untuk mendukung strategi
bisnis serta meningkatkan operasi dan layanannya, dimana hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Brynjolfsson dan Hitt (2000) dan Li and Shao
(2000) dan Hasil penelitian Jones dan Kochtanek (2004) yang menunjukkan bahwa
penggunaan teknologi mendorong peningkatan berbagai ukuran perbaikan kinerja,
termasuk efisiensi waktu dan pengambilan keputusan yang lebih baik
213
4.7 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan melalui
Citra Perusahaan
Gambar 4.7 dibawah, memperlihatkan hasil model SEM dari CSR dan
Kemitraan Terhadap Kinerja Perusahaan melalui Citra Perusahaan. Tabel hasil
estimasi memperlihatkan hubungan signifikan dari CSR dan Kemitraan Terhadap
Kinerja Perusahaan melalui Citra Perusahaan, sehingga persamaan struktural CSR
dan Kemitraan Terhadap Kinerja Perusahaan melalui Citra Perusahaan dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 4.7 Hasil Pengujian Structural Equation Modelling CSR dan
Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Citra Perusahaan
Sumber : hasil pengolahan
214
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan model struktural, sesuai hipotesis
di atas diketahui hasilnya pada dibawah ini:
Tabel 4.22 Taksiran Parameter Citra Perusahaan dan Kemitraan terhadap
Kinerja Perusahaan melalui Citra Perusahaan
Jalur Pengaruh langsung
Total Pengaruh
Tidak langsung CP Pengaruh Total
Path t-statistik Path t-statistik Path t-statistik
CSR → KP 0,196 3,320 0,056 3,770 0,185 4,852
KM → KP 0,176 3,142 0,107 3,974 0,283 4,751
Berdasarkan hasil pengolahan seperti disajikan pada tabel Pengaruh
Langsung dan tidak langsung (Mediasi) dapat dilihat total koefisien jalur dari
variabel CSR terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Citra Perusahaan sebesar 0,185
dengan arah positif. Artinya, semakin tinggi CSR yang dimediasi Citra Perusahaan
akan meningkatkan Kinerja Perusahaan. Nilai t statistik sebesar 3,770 > 1,96
(tingkat signifikansi 5%) yang berarti bahwa hasil pengujian signifikan. Artinya,
Citra Perusahaan mampu memediasi hubungan CSR dengan Kinerja Perusahaan.
Selain itu dapat dilihat total koefisien jalur dari variabel Kemitraan terhadap
Kinerja Perusahaan Melalui Citra Perusahaan sebesar 0,283 dengan arah positif.
Artinya, semakin tinggi Kemitraan yang dimediasi Citra Perusahaan akan
meningkatkan Kinerja Perusahaan. Nilai t statistik sebesar 3,974 > 1,96 (tingkat
signifikansi 5%) yang berarti bahwa hasil pengujian signifikan. Artinya, Citra
Perusahaan mampu memediasi hubungan Kemitraan dengan Kinerja Perusahaan.
Perusahaan semakin memberi perhatian terhadap aktivitas CSR untuk
meningkatkan citra perusahaan dan mempertahankan eksistensinya hal ini
dikarenakan Jika perusahaan melaksanakan CSR, maka perusahaan tersebut
215
mempunyai motif untuk meningkatkan keuntungan. Selain juga, perusahaan
melaksanakan CSR untuk mengurangi ancaman dan tekanan dari pemerintah atau
aktivis LSM hal ini dirasa sangat bersifat strategis atau etis bagi perkembangan
perusahaan kedepannya.
Dibalik pemberian CSR perusahaan terdapat hubungan timbal balik yang
diinginkan oleh perusahaan yakni keuntungan (profitabilitas) perusahaan untuk
keberlanjutan dan ekspansi perusahaan. namun perusahaan harus dapat
melaksanakan tanggung jawab sosialnya dengan mengeluarkan biaya tambahan
yang tidak sedikit jumlahnya, namun pelaksanaannya merupakan keharusan baik
dari segi tuntutan bisnis maupun etis yang relevansinya semakin dirasakan dalam
operasi bisnis modern terutama bagi perusahaan TPT yang bersinggungan langsung
ke masyarakat sekitar.
Adanya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pengelolaan
lingkungan melalui pelaksanaan kegiatan sosial, donasi bencana alam, pendidikan,
kesehatan dan biaya sosial lainnya mengindikasikan tanggung jawab dan
kepedulian sosial perusahaan terhadap lingkungan disekitarnya maka hal ini dapat
menciptakan keuntungan bagi kedua pihak baik dari pihak perusahaan maupun
pihak masyarakat sekitar. Namun demikian, adanya Pelaksanaan tanggung jawab
sosial menyebabkan timbulnya biaya tambahan dimana hal ini akan berdampak
pada profitabilitas perusahaan yang dapat mengurangi perolehan laba, sehingga
akan menurunkan profitabilitas. Namun biaya tambahan khusus untuk
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan akan menghasilkan dampak netral
216
terhadap profitabilitas apabila tambahan biaya yang dikeluarkan dapat tertutupi
oleh keuntungan efisiensi yang ditimbulkan oleh pengeluaran biaya tersebut.
Pembangunan Kinerja Perusahaan dengan meningkatkan citra perusahaan
dapat dengan dengan mengungkapkan Sustainability Report (SR) yang
menginformasikan perihal kinerja ekonomi, sosial dan lingkungannya sekaligus
kepada seluruh pemangku kepentingan perusahaan. Pengungkapan SR diharapkan
dapat memenuhi keinginan dari stakeholder sehingga akan menghasilkan hubungan
yang harmonis antara perusahaan dengan stakeholdernya sehingga perusahaan
dapat mencapai keberlanjutan perusahaan
Kemitraan antara korporasi dengan stakeholders menjadi suatu keharusan
dalam lingkungan bisnis yang berubah. Pola konvensional telah menghasilkan
keadaan negatif seperti terdesaknya kepentingan publik, dan pencemaran
lingkungan. Demikian pula berbagai dinamika sosial yang muncul seperti
reformasi, demokratisasi dan desentralisasi menghasilkan stakeholders dan
masyarakat yang semakin kiritis. Stakeholder telah berupaya meningkatkan taraf
hidupnya serta memposisikan diri sebagai subyek dan mitra yang setara. Dalam hal
ini, koperusahaan perlu menginternalisasi masalah eksternal perusahaan secara
terencana sehingga dapat mencegah kekagetan dan krisis yang dapat mengancam
keberlangsungan kegiatan dan keberadaan perusahaan.
Kemitraan dapat menghasilkan solusi antara argumen yang menekankan
pasar atau laba yang memprioritaskan shareholders dengan mengikutsertakan CSR
atau CSR yang memperhatikan stakeholders. Dalam hal ini stakeholders termasuk
217
lingkungan yang “diam” (“silent” stakeholders). Dengan kata lain, kemitraan
merupakan suatu investasi yang dapat menghasilkan win-win solution atau sinergi
yang menghasilkan keadilan bagi stakeholder , keamanan berusaha serta
keserasian dengan lingkungan dan keberlanjutan bagi perusahaan kedepannya
dengan adanya peningkatan akan kinerja perusahaan yang berbasis atas
keikutsertaan semua stakeholder terkait.
4.8 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan melalui
Daya Saing
Gambar 4.8 dibawah, memperlihatkan hasil model SEM dari CSR dan
Kemitraan Terhadap Kinerja Perusahaan melalui Daya Saing. Tabel hasil estimasi
memperlihatkan hubungan signifikan dari CSR dan Kemitraan Terhadap Kinerja
Perusahaan melalui Daya Saing, sehingga persamaan struktural CSR dan
Kemitraan Terhadap Kinerja Perusahaan melalui Daya Saing dapat digambarkan
sebagai berikut :
218
Gambar 4.8 Hasil Pengujian Structural Equation Modelling CSR dan
Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Citra Perusahaan
Sumber : hasil pengolahan
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan model struktural, sesuai hipotesis
di atas diketahui hasilnya pada dibawah ini:
Tabel 4.23 Taksiran Parameter Citra Perusahaan dan Kemitraan terhadap
Kinerja Perusahaan melalui Daya Saing
Sumber : Hasil Pengolahan
Berdasarkan hasil pengolahan seperti disajikan pada tabel Pengaruh
Langsung dan tidak langsung (Mediasi) dapat dilihat total koefisien jalur dari
variabel CSR terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Daya Saing sebesar 0,1939
dengan arah positif. Artinya, semakin tinggi CSR yang dimediasi Daya Saing akan
meningkatkan Kinerja Perusahaan. Nilai t statistik sebesar 3,770 > 1,96 (tingkat
signifikansi 5%) yang berarti bahwa hasil pengujian signifikan. Artinya, Daya
Saing mampu memediasi hubungan CSR dengan Kinerja Perusahaan.
Selain itu dapat dilihat total koefisien jalur dari variabel Kemitraan terhadap
Kinerja Perusahaan Melalui Daya Saing sebesar 0,1936 dengan arah positif.
Artinya, semakin tinggi Kemitraan yang dimediasi Daya Saing akan meningkatkan
Kinerja Perusahaan. Nilai t statistik sebesar 3,974 > 1,96 (tingkat signifikansi 5%)
Jalur Pengaruh langsung
Total Pengaruh
Tidak langsung DS Pengaruh Total
Path t-statistik Path t-statistik Path t-statistik
CSR → KP 0,196 2,025 0,064 3,770 0,1939 4,852
KM → KP 0,176 2,712 0,017 3,974 0,1936 4,751
219
yang berarti bahwa hasil pengujian signifikan. Artinya, Daya Saing mampu
memediasi hubungan Kemitraan dengan Kinerja Perusahaan.
Pengaruh CSR terhadap daya saing perusahaan dapat dilihat dengan cara
memperkuat reputasi perusahaan di depan stakeholders dan kesetiaan konsumen
terhadap merek. Serta Operasional yang lebih efisien melalui penggunaan energi
dan sumber daya alam,mengurangi limbah dan menjual material daur ulang.
Manfaat lainnya adalah rendahnyaketidakhadiran dan meningkatkan kesetiaan
karyawan sehingga mengurangi biaya-biaya perekrutan dan pelatihan selain
dampak tidak langsung dengan Banyak instansi pemerintah yang menyediakan
insentif keuangan terhadap inisiatif-inisiatif CSR yang baik, termasuk didalamnya
adalah inovasi yang ramah lingkungan. Selain itu perusahaan tersebut akan
mengalami inspeksi yang lebih sedikit dan pengawasan yang lebih bebas baik oleh
pemerintah nasional maupun lokal.
CSR dan Kemitraan merupakan suatu bentuk kepentingan dari tuntutan
masyarakat yang merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka
mengembangkan perusahaan ke depan. Hal itu dapat dijadikan acuan untuk
mengonstruksikan strategi perusahaan terutama terkait dengan upaya
memposisikan diri di tengah lingkungan stakeholder yang semakin maju. sehingga
berdampak terhadap adanya manfaat atas sumber daya potensial bagi perusahaan
untuk terus berkembang yang nantinya penting bagi perusahaan TPT untuk dapat
meyelaraskan sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan
terhadap stakeholder, hal ini tentu dapat dilihat dengan program CSR dan adanya
dana kemitraan , disatu sisi hal ini tentunya dapat mengurangi perolehan laba yang
220
dibagikan ke para pemegang saham, namun disisi hal ini menjadi salah satu strategi
untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder perusahaan untuk keberlanjutan
perusahaan kedepannya, selain itu juga perlunya peranan kemitraan perusahaan
kepada karyawan merupakan hal yang sangat penting diperhatikan. Program ini
diharapkan mampu meningkatkan kinerja dan loyalitas karyawan terhadap
perusahaan sehingga mampu meningkatkan produktivitas, yang pada akhirnya
mampu mendatangkan profit bagi perusahaan. Indikator kesejahteraan karyawan
adalah biaya kesejahteraan karyawan yang merupakan bagian dari pembangunan
human capital yang akan membentuk daya saing melalui kemampuan unik yang
dimiliki perusahaan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan efektivitas
karyawan dalam mencapai target – target perusahaan, hal ini sejalan dengan
penelitian Michael et.all (2002) dimana menyimpulkan bahwa untuk sukses dalam
lingkungan persaingan, perusahaan memerlukan kemampuan spesifik yaitu
kemampuan untuk (1) menggunakan sumber daya yang langka secara bijaksana
untuk mempertahankan biaya serendah mungkin, (2) secara konstan mengantisipasi
perubahan-perubahan dalam preferensi pelanggan, (3) beradaptasi dengan
perubahan teknologi yang cepat, (4) mengidentifikasi, menekankan, dan secara
efektif mengatur apa yang lebih baik dilakukan perusahaan dibandingkan para
pesaingnya, (5) secara kontinyu merestrukturisasi operasi perusahaan dan (6)
dengan sukses mengatur dan mendapatkan komitmen dari satuan kerja yang
berbeda secara cultural.
221
4.9 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan melalui
Citra Perusahaan dan Daya Saing
Seperti yang sudah dipahami sebelumnya bahwa peran serta CSR dan
kemitraan baik secara langsung maupun memalui pembentukan citra perusahaan
dan kemitraan dapat meningkatkan kinerja perusahaan tektil, Hal ini dapat terlihat
dari gambar dibawah ini
Gambar 4.9 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan
Dimana persamanaan struktural yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Z =0.295*Y1 + 0.137*Y2 + 0.196X1 + 0.176X2
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan model struktural, sesuai hipotesis
kedua di atas diketahui hasilnya pada dibawah ini:
222
4.9.1 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan melalui
Citra Perusahaan dan Daya Saing secara simultan
Hipotesis H8 selanjutnya adalah pengaruh secara simultan CSR dan
Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan melalui Citra Perusahaan dan Daya Saing.
Pengujian dilakukan dengan Uji F dengan nilai F hitung diperoleh menggunakan
rumus berikut.
𝐹 = ((𝑛 − 𝑘 − 1)(𝑅2)
𝑘(1 − 𝑅2)
𝐹 = ((168 − 2 − 1)(0,376)
2(1 − 0,376)= 49,711
Dengan = 5% dan df1 = k = 2, df2 = n-k-1 = 168-2-1 = 165 diperoleh nilai F
tabel sebesar ± 3,023.
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diperoleh nilai Fhitung sebesar
49,711. Karena nilai F hitung (49,711) > F tabel (3,023), maka Hipotesis diterima.
Artinya, CSR dan Kemitraan secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja
Perusahaan industri tekstil di Jawa Barat melalui Citra Perusahaan dan Daya Saing.
4.9.2 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan melalui
Citra Perusahaan dan Daya Saing secara parsial
Hipotesis H8 yang akan diuji adalah pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap
Kinerja Perusahaam melalui Citra Perusahaan dan Daya Saing. Berdasarkan hasil
pengolahan seperti disajikan pada tabel estimasi Koefisien Jalur dan Uji Statistik
dapat dilihat koefisien jalur dari variabel CSR terhadap Kinerja Perusahaan sebesar
223
0,196 dengan arah positif. Artinya, semakin tinggi CSR akan meningkatkan Kinerja
Perusahaan, hal serupa juga dapat disumpulkan dari Pengaruh Kemitraan, Citra
Perusahaan dan Daya Saing terhadap Kinerja Perusahaan yang dapat terloihat pada
tabel 4.19 dibawah. Dimana masing – masing hipotesis H8a dapat diterima, yang
ditunjukan oleh nilai t statistik lebih sebesar dati t tabel dengan tingkat signifikansi
5%. Artinya, secara parsial semua variabel berpengaruh terhadap Kinerja
Perusahaan di industri tekstil di Jawa Barat.
Tabel 4.19 Taksiran Parameter CSR dan Kemitraan terhadap Daya saing
Secara Parsial
Variabel
Pengaruh
langsung
Total Pengaruh
Tidak langsung
CP
Total Pengaruh
Tidak langsung
DS
Pengaruh Total Keteranga
n
Koef t-
statistik Koef
t-
statistik Koef
t-
statistik Koef
t-
statistik
CSR → KP 0,196 3,320 - - - - 0,196 3,320 Ho Ditolak
KB → KP 0,176 3,142 - - - - 0,176 3,142 Ho Ditolak
CP → KP 0,295 5,900 - - - - 0,295 5,900 Ho Ditolak
DS → KP 0,137 2,624 - - - - 0,137 2,624 Ho Ditolak
CSR → KP 0,196 3,320 0,056 3,770 - - 0,185 4,852 Ho Ditolak
KB → KP 0,176 3,142 0,107 3,974 - - 0,283 4,751 Ho Ditolak
CSR → KP 0,196 2,025 - - 0,064 3,770 0,1939 4,852 Ho Ditolak
KM → KP 0,176 2,712 - - 0,017 3,974 0,1936 4,751 Ho Ditolak
Sumber : Hasil pengolahan
4.9.3 Penjelasan Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja
Perusahaan melalui Citra Perusahaan dan Daya Saing secara parsial
Pengimplementasian CSR pada akhirnya digunakan perusahaan untuk
meningkatkan citra perusahaan dimasyarakat hal ini dikarenakan Perusahaan tekstil
merupakan perusahan yang mempunyai tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap
lingkungan atau disebut juga rawan lingkungan termasuk dalam tipe industri high
profile yang mana Perusahaan ini pada umumnya merupakan perusahaan yang
224
memperoleh sorotan masyarakat karena aktivitas operasinya memiliki potensi
untuk bersinggungan dengan kepentingan luas (Zuhroh dan Sukmawati, 2003),
Pada Industri tekttil adanya pengaruh lingkungan akan berdampak buruk
apabila terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai
masyarakat, maka perusahaan dalam kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya
akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan (Lindblom, 1994). Sejalan
dengan itu tingkta impementasi CSR yang dilakukan oleh perusahaan tektil di Jawa
Barat masih dalam tahapan pemenuhan aspek hukum, pada kenyataannya aspek
CSR belum dipandang sebagai bagian dari peningkatan nilai perusahaan sehingga
impelemntasi CSR hanya terbatas pada event dan bersifat sementara, sehingga
pembentukan citra perusahaan juga tidak terlalu berdampak positif dengan adanya
program tersebut, disisi lain operasional perusahaan juga masih didukung dengan
teknolgi lama yang banyak sekali menghasilkan limbah sehingga berdampak
terhadap kualitas produk yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja
perusahaan secara keseluruhan.
Disisi lain kemitraan juga meningkatkan kinerja perusahaan berupa
peningkatan reward secara ekonomis yang dapat diukur melalui peningkatan
penjualan atau produksi. Dengan kemitraan, perusahaan dapat mengatasi masalah
informasi asimetrik sehingga didapatkan optimalisasi tujuan, pada perekonomian
global, kemampuan berkembang dapat diciptakan dan ditopang oleh keberhasilan
kerjasama serta dapat membuat suatu usaha bisa menghadapi persaingan yang ketat
Manfaat strategi kemitraan adalah (1) terjadi senergi sehingga setiap mitra
mendapat keuntungan lebih, (2) proses kerja dan hasil yang didapatkan lebih cepat
225
karena informasi yang memadahi, (3) perusahaan lebih fleksibel, (4) adanya
pembagian resiko, (5) mengurangi kebutuhan akan kapital karena perusahaan
berkonsentrasi pada konpetensi int efektif, (6) kemampuan usaha setiap mitra akan
meningkat, karena dengan informasi yang sama dapat memperoleh manfaat dan
keunggulan tambahan dari mitra, (7) tercapainya efisiensi dan efektivitas, ketujuh
manfaat tersebut nantinya akan meningkatkan daya saing perusahaannya
kedepannya yang tentunya juga dapat meningkatkan citra perusahaan dimata
stakeholder dimana peran pentingnya kemitraan ini berupa pembenahan akan
supply chain management perusahaan yang berkelanjutan
Penerapan Kemitraan pada perusahaan tektil di Indonesi masih sangat lemah,
hal ini tentunya dapat membawa dampak negatif terhadap keberlangsungan
perusahaan, apabila dilihat dari program bentukan Federasi Industri Tekstil Asean
(AFTEX) bersama Usaid Asia yang telah mempertemukan delapan kemitraan
pabrik tekstil-garmen Asean dengan delapan pembeli asal Uni Eropa dan Amerika
Serikat menjelaskan bahwa tingkat perdagangan TPT antarnegara Asean hanya 7%
dari akumulasi perdagangan negara-negara di kawasan tersebut, ha ini tentunya
sangat disayangkan mengingat bahwa Indonesia dan Asean yang memiliki pabrik
tekstil di sebanyak 10.000 pabrik garmen dengan potensi pasar yang sangat besar
untuk produk tekstil masih kalah dapat bersaing dengan produk tekstil dari Cina .
226
4.10. Temuan Hasil Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka temuan model tersebut dapat terungkap
dimana pemahaman akan citra perusahaan dan daya saing dapat meningkatkan
kinerja perusahaan dengan diperkuat oleh kemitraan dan CSR dalam industri TPT di
Indonesia, Berdasarkan pengelolaan data penelitian dengan menggunakan Structural
Equation Modelling (SEM), maka besaran pengaruh untuk masing-masing sub
struktur adalah sebagai berikut.
Gambar 4.9 Besaran Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Citra dan Daya Saing
Berimplikasi pada Kinerja Perusahaan
Sumber : hasil pengolahan data kuesioner
Dari gambar 4.9, CSR dan kemitraan memiliki pengaruh dengan arah yang
positif terhadap citra perusahaan. Demikian pula CSR dan kemitraan memiliki
pengaruh dengan arah positif terhadap daya saing perusahaan. Temuan yang
227
menarik dalam penelitian ini bahwa kemitraan memiliki pengaruh terhadap citra
yang lebih besar, dibandingkan CSR terhadap citra. Sedangkan CSR memiliki
pengaruh yang lebih besar, dibandingkan kemitraan terhadap daya saing.
Kondisi ini terjadi dikarenakan citra perusahaan dibangun berdasarkan hasil
penilaian seluruh stakeholders atas aktivitas perusahaan tekstil dalam jangka
panjang, yang dihasilkan dari kemitraan yang telah terbangun dengan baik antara
perusahaan dengan pihak internal dan eksternal dalam waktu yang panjang. CSR
yang diberikan perusahaan pada sebagian stakeholders, sedangkan citra adalah
kesan seluruh stakeholders atas hasil aktivitas perusahaan. Sedangkan daya saing
yang penilaiannya lebih dalam jangka pendek, lebih dipengaruhi oleh CSR yang
dikeluarkan perusahaan pada sebagian stakeholders dalam jangka waktu tertentu.
Berdasarkan hasil pengolahan data, juga ditemukan bahwa citra dan daya
saing memiliki pengaruh dengan arah yang positif terhadap kinerja perusahaan.
Temuan yang menarik dalam penelitian ini bahwa citra sebagai hasil pengaruh dari
kemitraan dan CSR, memiliki implikasi yang lebih besar, dibandingkan daya saing
sebagai hasil pengaruh dari CSR dan kemitraan, terhadap kinerja perusahaan.
Hasil penelitian di atas menyatakan bahwa kemitraan merupakan aspek
yang dominan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Peningkatan volume
penjualan, profitabilitas, dan pangsa pasar dalam industri tekstil lebih dipengaruhi
oleh bagaimana perusahaan memposisikan dirinya melalui kemitraan yang
dijalankan. Pengembangan kemitraan strategis itu sendiri dominan dibentuk dari
sumber daya perusahaan yang merupakan serangkaian aset yang dimiliki
perusahaan dalam menciptakan superior value bagi pihak pelanggan, dimana aset
228
tersebut menitikberatkan pada aset berwujud dan tidak berwujud, yang didukung
oleh kepemilikan organisasi yang memiliki kapabilitas tinggi, baik dilihat dari sisi
kompetensi maupun komitmen organisasi dalam menciptakan superior
performance.
Peningkatan aset berwujud mencakup peningkatan dalam kelengkapan
fasilitas alat produksi, kepemilikan modal kerja yang memadai, kepemilikan aktiva
tetap (gedung kantor, pabrik, gudang, dan sarana penunjang lainnya), serta
kepemilikan peralatan teknologi mutahir. Peningkatan aset tidak berwujud
meliputi reputasi perusahaan, tingkat brand awareness, citra merek produk, tingkat
kuantitas tenaga ahli, dan tingkat kualitas tenaga ahli. Peningkatan kapabilitas
organisasi meliputi: kompetensi pihak manajemen dalam melakukan pengololaan
bisnis, internal business process yang kondusif, serta komitmen industri TPT
mempunyai karakteristik fundamental yang melibatkan aktivitas besar, sehingga
banyak menggunakan kombinasi antara tenaga kerja dan modal. Produksi tekstil
memerlukan kebutuhan modal yang lebih tinggi dibandingkan kebutuhan akan
tenaga kerja. Sistem produksi tekstil banyak dilakukan secara mekanik dan
terintegrasi. Oleh sebab itu pemasangan mesin sebagai kapasitas terpasang di
sektor industri tekstil sangat sarat dengan modal dan cenderung kurang fleksibel
dalam menyesuaikan dengan kebutuhan pasar. Pada tahun 2005, penggunaan
kapasitas terpasang industri tekstil rata-rata mencapai 75%, sedangkan industri
garmen rata-rata mencapai 80%.
Menurut data asosiasi, 57% mesin produksi perusahaan TPT di Indonesia
telah berumur 15 tahun, 18% di antaranya berumur 10-15 tahun, 18% berumur 5-
229
10 tahun, dan 7% berumur di bawah 5 tahun. Terdapat lebih dari 4.100 perusahaan
tekstil, sebanyak 774 perusahaan di antaranya membutuhkan pergantian mesin-
mesin yang telah usang. Keadaan mesin pada akhirnya akan mempengaruhi
kemampuan memproduksi TPT. Oleh sebab kemitraan dengan pihak eksternal, baik
pemerintah, organisasi sejenis, perbankan dan pemodal lainnya akan mendukung
peremajaan dan modernisasi permesinan akan menjadi kunci penting TPT
Indonesia dalam persaingan dengan TPT dunia.
Hasil temuan ini adalah model CSR dan kemitraan sebagai pembentuk citra
dan daya saing berimplikasi pada kinerja perusahaan merupakan suatu temuan dalam
suatu kasus untuk industri tekstil dan produk tektil lainnya . Namun demikian hasil
temuan ini dapat juga digeneralisasi untuk digunakan didalam dunia industri
manufaktur lainnya, terutama terkait dalam industri hybrid yang menekankan kepada
keseimbangan antara kinerja lingkungan dan kinerja perusahaan untuk memastikan
bahwa perusahaan dapat beroperasi dalam jangka waktu yang lama. Model bisnis
hybrid lebih menekankan kerjasama dengan mitra bisnis, pelanggan, dan karyawan
yang berdasarkan manfaat dan keberlanjutan. Adapun biaya yang dikeluarkan akan
dihitung dengan adanya pertimbangan akan dampak sosial dan lingkungan, sehingga
dapat kita lihat dan simpulkan bagaimana daya saing dan citra perusahaan yang
diperkuat dengan CSR dan kemitraan dapat meningkatkan kinerja perusahaan tekstil
di Jawa Barat. Meskipun demikian temuan ini tentunya terbatas pada industri atau
organisasi bisnis, sehingga tidak berlaku pada industri publik atau non bisnis
dikarenakan unit analisis yang digunakan adalah perusahaan yang merupakan
organisasi bisnis.
230
\
Gambar 4.10 Model CSR dan Kemitraan sebagai Pembentuk dan Citra dan Daya
Saing dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan
Sumber : hasil pengolahan
Merujuk pada latar belakang penelitian serta kemudian munculnya tujuan
penelitian yang mengarah kepada masalah rendahnya kinerja perusahaan TPT di
Indonesia yang disebabkan oleh masih belum tingginya daya saing dan belum
diterapkannya strategi sesuai dengan citra perusahaan perusahaan TPT maka di
bawah ini dapat terungkap langkah-langkah pemecahan masalah melalui tahapan
sebagai berikut:
DAYA
SAING
CITRA
KINERJA
PERUSAHAAN
KEMITRAAN
CSR
231
4.11. Rancangan Penerapan Temuan Penelitian
Dari masing-masing alternatif hasil pengujian hipotesis dapat dibuat peta
strategi untuk mencapai tujuan pemecahan masalah. Peta strategi dimulai dari
penentuan variabel solusi, kemudian disusun operasionalisasi variabel solusi atau
merinci variabel solusi sehingga menjadi dimensi dan indikator saran yang
konkrit.
4.11.1 Pemecahan Masalah
Setelah melakukan analisa secara deskriptif dan verifikatif, langkah
selanjutnya adalah menentukan tujuan untuk pemecahan masalah, yang meliputi
:
a) Menentukan langkah strategi pengembangan CSR, dan kinerja kemitraan
dalam upaya meningkatkan daya saing dan citra perusahaan
b) Menentukan langkah penunjang dalam meningkatkan daya saing dan citra
perusahaan
c) Menentukan strategi peningkatan daya saing dan citra perusahaan dalam
meningkatkan kinerja perusahaan TPT di Indonesia
4.11.2 Pemetaan Strategi
Berdasarkan pembahasan diatas dan temuan hasil penelitian diketahui bahwa
untuk memecahkan masalah kinerja perusahaan industri tekstil dilakukan dengan
mengatasi pengelolaan CSR yang baik, Meningkatkan peran serta kemitraan,
meningkatkan citra perusahaan dan daya saing. Selanjutnya akan dibahas indikator
232
solusi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam pemetaan strategi
masing – masing variabel tersebut.
1. Meningkatkan Efektifitas CSR
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh indikator solusi masalah efektifitas
CSR yang diperlihatkan pada gambar dibawah ini. didalam Model Pengukuran
terlihat bahwa aspek ekonomi memberikan kontribusi yang besar terhadap
efektifitas CSR dan diikuti oleh aspek sosial dan lingkungan.
Gambar 4.11 Indikator Solusi Masalah Efektifitas CSR
Dengan melihat memperhatikan model pengukuran serta
membandingkannya dengan hasil deskriptif yang telah dilakukan di awal maka
untuk mengatasi efektifitas pada penerapan CSR di Industri Tektil perlu untuk
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan yang baik dalam pengembangan
operasi untuk jangka panjang dan berinvestasi dalam pembangunan dan
233
kesejahteraan stakeholder, dengan cara melakukan efisiensi pemakaian
sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi maupun dengan
menggunakan CSR untuk media maketing perusahaan sehingga mengurangi
biaya promosi selain juga dapat meningkatkan kontribusi pajak dengan
memberikan pajak tepat waktu dan tepat jumlah, dapat diperhatikan juga
bagaimana perusahaan dalam meningkatkan peran dalam pengembangan dan
kesejahteraan karyawan perusahaan serta perlunya perusahaan tekstil
memperhatikan dengan baik bagaimana penggunaan energi yang efisien dan
terbarukan, mengingat bahwa potensi penggunaan mesin – mesin produksi
yang lama akan meningkatkan in-efisiensi pada harga pokok produk serta
potensi meningkatnya limbah yang dihasil selain juga kualitas dan inovasi
produk yang akan semakin terbatas dan ditinggalkan oleh pelanggan.
Mengacu kepada indikator yang dapat menjadi peluang untuk
meningkatkan efektifitas perusahaan maka dapat dikembangkan beberapa
strategi Indikator yakni Pertama, dengan melakukan efisiensi pemakaian
sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi atau memperbaiki
inefisiensi mesin, maupun dengan menggunakan CSR untuk media maketing
perusahaan sehingga mengurangi biaya promosi, Kedua, Perusahaan
hendaknya secara penuhtanggungjawab membuat program pengembangan diri
dan pelatihan untuk karyawan perusahaan serta memberikan kesempatan yang
sama kepada karyawan dalam berkarir dengan sistem talent pool, selain juga
meningkatkan kesejahteraan mereka yang dapat meningkatkan rasa memiliki
234
perusahaan oleh karyawan itu sendiri yang pada akhirnya dapat meingkatkan
produktivitas mereka disaat bekerja.
Ketiga, Meminimalkan limbah industri dan pengelolaan limbah industri yang
terpadu serta implementasi proper lingkungan hidup dengan mengganti dan atau
memperbaiki keadaan mesin produksi yang sudah lama, selain juga
memperhatikan pengelolaan limbah dengan menerapkan SOP penanganan
limbah produksi yang telah disesuaikan dengan ISO Lingkungan hidup
2. Meningkatkan Peran Kemitraan
Berdasarkan pemetaan indikator kemitraan yang diperlihatkan pada gambar
dibawah ini, terlihat bahwa kemitraan pembeli dalam hal ini pelanggan
perusahaan dan kemitraan supplier perusahaan menjadi dimensi yang perlu
diperhatikan dikarenakan secara verifikatif memiliki nilai yang kecil
dibandingkan dengan dimesni lainnya, dimana indikator yang menjadi titik
fokus dari manajemen perusahaan indutri tekstil adalah bagaimana perusahan
dapat memperkuat sinergitas antar bagian diinternal perusahaan serta
bagaimana perusahaan dapat menciptkan peluang untuk bekerjasama dengan
mitra komunitas seperti mitra LSM, Universitas ataupun lembaga pendidikan
tinggi lainnya.
235
Gambar 4.12 Indikator Solusi Masalah Peningkatan Kemitraan
Dilihat dari nilai rata – ratanya manajemen perusahaan tekstil meyakini
bahwa kemitraan lateral dan Internal merupakan faktor dalam pembentukan
daya saing perusahaan, hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
memperlihatkan untuk meningkatkan kemitraan perusahaan harus dapat
memperkuat yang kuat dalam meningkatkan daya saing perusahaan tekstik di
Indonesia kemitraan lateral dan Internal yang kemudian diperkuat dengan
kemitraan supplier dan buyer.
Berdasarkan indikator tersebut terlihat bahwa strategi indikator Kemitraan
pada industri tektil di Indonesia dapat ditingkatkan dengan mengoptimalkan
pelayanan kepada pelanggan, dengan cara meningkatkan service level yang
dapat dilihat secara berkala dari hasil survei kepuasan pelanggan yang
seharusnya dilakukan oleh perusahaan, selanjutmya yang perlu diperhatikan
236
oleh perusahaan adalah bagaimana perusahaan dapat menjalin mitra yang
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan perusahaan dengan bekerjasama dengan
komunitas perusahaan serta LSM dan dunia pendidikan tinggi, selain juga
dapay melakukan kemitraan dengan Bank guna mendapatakan biaya bunga
pinjaman yang kompetitif, disisi lain guna menjalin kesinambungan peran –
peran terkait dan yang terakhir adalah memperkuat integrasi dan sinergitas
antar bagian didalam perusahaan guna memperlancar proses bisnis perusahaan,
serta kolaborasi antarbagian di perusahaan untuk saling melengkapi dalam
memecahkan masalah dalam meningkatkan layanan, peningkatan sinergitas
didalam dperusahaan dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan teknologi
informasi yang dikenal dengan Digitalisasi Office, sehingga mempermudah
komunikasi antar bagian yang manjadi tulang punggung sinergitas internal
perusahaan.
3. Meningkatkan Citra Perusahaan
Berdasarkan pemetaan indikator Citra Perusahaan yang diperlihatkan pada
gambar dibawah ini, terlihat bahwa dimensi kualitas citra dan citra program
dari perusahaan tektil sedikit dibawah citra infrastruktur dalam hal
mempengaruhi pembentukan citra perusahaan, namun demikian ketiga dimensi
ini masih dalam kategori cukup positif sehingga masih belum optimal dalam
mengembangkan citra perusahaan secara utuh kepada stakeholder.
237
Gambar 4.13 Indikator Solusi Masalah Peningkatan Citra Perusahaan
Dilihat dari nilai rata – ratanya manajemen perusahaan memiliki
pemahaman bahwa citra perusahaan dihasilkan oleh kualitas citra dan citra
infrastruktur, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa citra program juga
memberikan pengaruh yang relatif sama.
Berdasarkan indikator masalah yangdisajikan dalam gambar diatas, terlihat
bahwa citra perusahaan dapat lebih dioptimalkan lagi dengan meningkatkan
perhatian manajemen perusahaan pada kemudahan brand atau citra perusahaan
baik secara kseluruahn ataupun melalui produk yang dihasilkan untuk ditiru
oleh para pesaing perusahaan, selain itu perlunya perusahaan memberikan
informasi produk yang dihasilkan agar dapat diketahui oleh masyarakat secara
luas, dan yang terpenting adalah bagaimana perusahaan dapat meningkatkan
kemudahan masyarakat ataupun stakeholder dalam mengenali atribut atau citra
perusahaan dalam satu kali pandang, atau yang lebih dikenal dengan
meningkatkan brand awereness perusahaan
238
Pentingnya pengenalan logo dan kombinasi warna perusahaan dikenal oleh
masyarakat, merupakan faktor kunci dalam meningkatkan kinerja perusahaan
dikarenakan citra perusahaan adalah respon konsumen terhadap apa yang
dikorbankan dan dapat dianggap sebagai jumlah dari keyakinan, ide, dan
tayangan yang publik memiliki terhadap suatu organisasi. dimana sering
dikaitkan dengan kualitas yang dirasakan dari produk atau jasa yang dihasilkan
4. Meningkatkan Daya Saing
Berdasarkan pemetaan indikator daya saing yang diperlihatkan pada gambar
dibawah ini, terlihat bahwa dimensi pelayanan menjadi dimensi yang memiliki
pengaruh yang lebih kecil dibandingkan dimensi harga dan produk, ketiga
dimensi tersebut dalam kategori cukup baik namun belum optimal dikarenakan
adanya kesenjangan antara rata – rata indikator yang mempresentasikan
persepsi dari manajemen dengan hasil pengujian indikator persepsi tersebut.
Dilihat dari nilai rata – ratanya manajemen perusahaan tekstil meyakini
bahwa Pelayanan dan Harga merupakan faktor dalam pembentukan daya saing
perusahaan, namun hasil penelitian memperlihatkan bahwa Harga dan Kualitas
produk memberikan kontribusi yang kuat dalam meningkatkan daya saing
perusahaan tekstik di Indonesia
239
Gambar 4.14 Indikator Solusi Masalah Peningkatan Daya Saing
Berdasarkan indikator masalah daya saing yang disajikan dalam gambar
diatas terlihat bahwa strategi perusahaan tekstil di Indonesia dapat lebih
dioptimalkan lagi dengan melakukan divesisifikasi harga dan meningkatkan
variasi produk yang dihasilkan oleh perusahaan tekstil serta didukung dengan
kecepatan dalam merespon kebutuhan pelanggan yang dapat terlihat dari
pergerakan keingginan pelanggan dipasar, dengan meningkatkan kecepatan
ekspansi bisnis ke pasar baru yang berpotensi tinggi.
Tantangan yang saat ini dihadapi oleh perusahaan tektil di Indonesia adalah
bagaimana mereka dapat memberikan harga yang kompetitif dibandingkan
pesaing terutama dari Cina dan India, disaat masih rendahnya penggunaan
teknologi mesin tekstil yang dipakai dan upah tenaga kerja disisi lain masih
sulitnya produk tekstil dalam negeri bersaing.
240
5. Meningkatkan Kinerja Perusahaan
Berdasarkan pemetaan indikator Kinerja Perusahaan yang diperlihatkan
pada gambar dibawah ini, terlihat bahwa menurut manajemen yang diwakili
dari nilai rata – rata deskriptif setiap dimensinya menyatakan bahwa perspektif
pelanggan dan Proses bisnis internal menjadi dimensi yang memiliki pengaruh
yang lebih besar dibandingkan aspek keuangan dan pertumbuhan dan
pembelajaran, keempat dimensi tersebut dalam kategori cukup baik namun
belum optimal dikarenakan adanya kesenjangan antara rata – rata indikator
yang mempresentasikan persepsi dari manajemen dengan hasil pengujian
indikator persepsi tersebut, dimana dari hasil pengujian verifikatif terlihat
bahwa aspek keuangan dan perspektif pelanggan memberikan peran yang lebih
tinggi terhadap pembentukan Kinerja perusahaan dibandingkan dengan
pertumbuhan dan pembelajaran dan proses bisnis internal.
241
Gambar 4.15 Indikator Solusi Masalah Peningkatan Kinerja Perusahaan
Berdasarkan indikator masalah kinerja perusahaan yang disajikan dalam
gambar diatas terlihat bahwa strategi perusahaan tekstil di Indonesia dapat
lebih dioptimalkan lagi dengan memperhatikan leverege pada perusahaan serta
meningkatkan kepuasan pelanggan serta didukung dengan pemberian
pembelajaran baik pengembangan maupun pelatihan kepada karyawan selain
juga meningkatkan produktivitas karyawan dengan meningkatkan sistem
organizational effectiveness sehingga perusahaan mendapatkan sumberdaya
manusia yang berkualitas, serta meningkatkan produk baru dan inovatif demi
mendukung tingkat variasi produk dipasaran sehingga lebih memudahkan
produk masuk kedalam semua segmen atau target market perusahaan dipasar.
Temuan penelitian juga menunjukkan bahwa citra perusahaan dan daya
saing memberikan pengaruh yang signifikan dan positf terhadap pembentukan
kinerja perusaan, begitupun dengan CSR dan kemitraan yang memberikan
pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja perusahaan baik secara
langsung maupun melalui citra perusahaan dan daya saing.
Peta Strategi Pemecahan Masalah
Dari uraian maisng – masing variabel diatas, secara keseluruhan dapat
dirangkumkan peta strategi pemecahan masalah sepeti diperlihatkan dalam gambar
dibawah ini.
242
Gambar 4.16 Peta Strategi Pemecahan Masalah
4.11.3 Strategi Operasional
Untuk mengembangkan strategi merujuk pada hasil penelitian ini maka
diuraikan program operasionalisasi stragei yang dikembangkan dari dimensi-
dimensi CSR, Kemitraan, Citra Perusaahaan, Daya Saing untuk meningkatkan
Kinerja Perusahaan seperti telah dijelaskan pada pemetaan strategi diatas, pada
tabel berikut ini ditetapkan prioritas langkah – langkah operasional yang terkait
dengan peningkatan Kinerja perusahaan, sebagaimana diuraikan dalam tabel
dibawah ini.
243
Tabel 4.25. Strategi Peningkatan Kinerja CSR
No Indikator Langkah Operasional
1 Meningkatkan
Kinerja
Meningkatkan peran perusahaan dengan melakukan
efisiensi biaya dan penggunanan CSR sebagai media
marketing Perusahaan sehingga dapat mengurangi biaya
promosi seperti : pemberian biasiswa
2 Tanggungjawab
sosial kepada
Karyawan
Memberikan pengembangan baik pelatihan maupun
kesempatan yang sama dalam mengembangkan karir
karyawan kedepannya serta memikirkan kesejahteraan
karyawan baik pada saat bekerja mapun pada saat
pensiun seperti membuat program masa persiapan
pensiun
3 Penggunaan
energi efisiensi
dan terbarukan
Menerapkan teknologi ramah lingkungan yang mengacu
kepada penerapan ISO ataupun SOP perusahaan yang
berdasarkan perhatian lingkungan seperti penggunaan
teknologi penyaringan limbah sebelum dialirkan
kesungai dsb nya
Setelah merancang program kinerja CSR, juga diperlukan rancangan
peningkatan pemahaman akan Kemitraan yang bertujuan meningkatkan Daya Saing
dan Citra Perusahaan serta berimplikasi terhadap Kinerja Perusahaan yaitu:
Tabel 4.26. Strategi Peningkatan Pemahaman Kemitraan
No Indikator Langkah Operasional
1 Sinergitas Internal atas
bagian didalam
perusahaan
Adanya pencipataan sinergisitas antar divisi
demi menyokong tujuan perusahaan dengan
menciptakan satu budaya perusahaan yang
merefleksikan visi dan misi perusahaan baik
berupa digitalisasi maupun dengan e-office
ataupun e-commando sehingga dapat
memudahkan dalam komunikasi antar atasan
dan bawah serta antar bagian
2 Kemitraan yang saling
menguntungkan
Menjalin kontrak saling menguntungkan
dengan mitra supplier demi menjaga
kebutuhan bahan baku serta adanya
kolaboratif antara perusahaan dan pemerintah
daerah yang didukung oleh akademisi dalam
244
No Indikator Langkah Operasional
menciptakan suatu bahan baku yang lebih baik
dan lebih ramah lingkungan, selain itu juga
dapat melakukan kemitraan dengan Bank
demi mendapatkan biaya pinjaman yang
rendah.
3 Pelayanan yang sesuai
dengan harapan
pelanggan
Memahami, memenuhi, dan mengantisipasi
kebutuhan pelanggan serta memberikan
pelayanan yang maximal yang disesuaikan
dengan karakteristik pelanggan perusahaan
4 Bermitra dengan
komunitas
Meningkatkan peran perusahaan dalam
komunitas perusahaan, maupun pemerintah
dan akademisi serta non profit organisation
(NGO) lingkungan
Setelah merancang program kemitraan, pihak manajemen juga perlu
merancang peningkatan daya saing perusahan dan vitra perusahaan pelanggan
yang bertujuan meningkatkan keunggulan bersaing serta berimplikasi terhadap
kinerja Perusahaan sebagaimana dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.27. Strategi Peningkatan Daya Saing dan Citra Perusahaan
No Indikator Langkah Operasional
Citra Perusahaan
1 Tingkat Kemudahan Citra
Perusahaan untuk ditiru
Mematenkan semua citra yang dihasilkan oleh
perusahaan serta membuat citra untuk tidak
mudah ditiru
2 Tingkat Kemudahan
Informasi
Menambah dan meningkatkan saluran informasi
produk termasuk pemakaian media sosial dalam
pemberian Informasi kepada masyarakat
3 Tingkat kemudahan
dalam mengenali atribut
Merevitalisasi infratruktur atribut termasuk
membuat atribut perusahaan yang sederhana dan
mudah dikenali oleh perusahaan dengan
menekankan brand awerness
Daya saing
1 Tingkat Diversifikasi
Harga
Mengembangkan produk rendah biaya dan
mendorong Cost optimization sehingga mampu
menurunkan COGS
245
No Indikator Langkah Operasional
2 Tingkat Variasi Produk Meningkatkan teknologi mesin produksi dan
mempercepat inovasi pengembangan produk
3 Tingkat Kecepatan
Respon Perusahaan
Meningkatkan kecepatan ekspansi bisnis kepasar
baru yang berpotensi tinggi serta memberikan
pelayanan yang maximal yang disesuaiakan
dengan karakteristik pelanggan perusahaan
Kinerja perusahaan yang tinggi juga dihasilkan dari stragei bisnis yang baik,
untuk formulasi strategi binsi yang tepat diperlukan pemahaman yang baik terhadap
situasi eksternal dan internal perusahaan,sehingga untuk meningkatkan kinerja
perusahaan tekstil di Indonesia itu sendiri manajemen perlu untuk memperbaiki
strategi bisnis yang telah dilakukan dengan memperhatikan langkah – langka
operasional yang diperlihatkan dalam tabel berikut ini
Tabel 4.28. Strategi Peningkatan Kinerja Perusahaan
No Indikator Langkah Operasional
1 Tingkat Leverage
Perusahaan
Mencari pendanaan yang murah serta menjaga
kesehatan keuangan perusahaan dengan
memperhatikan working capital management
dan meningkatkan efisiensi biaya produksi
2 Kepuasan Pelanggan Meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap
produk yang dihasilkan dengan Memahami,
memenuhi, dan mengantisipasi kebutuhan
pelanggan serta memberikan pelayanan yang
maximal yang disesuaikan dengan karakteristik
pelanggan perusahaan.
3 Produk Baru dan Inovatif Peningkatan proses inovasi produk, proses
operasi dan peningkatan pelayanan purna jual
produk yang dihasilkan dengan meningkatkan
peran market intelegent dan unit Riset dan
Pengembangan
4 Pertumbuhan dan
Pembelaran
Meningkatkan produktivitas karyawan dengan
meningkatkan sistem organizational
effectiveness sehingga perusahaan mendapatkan
sumberdaya manusia yang berkualitas
246
Sumber : Hasil Pengolahan
4.11.4 Rencana Tindakan
Dengan langkah-langkah yang dilakukan pada Tabel 4.34 berikut pihak
perusahaan TPT di Indonesia harus dapat berupaya sehingga lebih mampu lagi
menjangkau Daya saing dan Kinerja Perusahaan guna menangkap pasar sasaran
yang lebih luas. Tindakan yang direncanakan diharapkan dapat mampu
memperbaiki masalah yang ada dari hasil penelitian yang dilakukan.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa Kompleksitas
permasalahan industri tekstil nasional sangat beragam. setidaknya ada beberapa
permasalahan industri tektil yang memerlukan penanganan sesegera mungkin yang
meliputi permasalahan manajemen kuota tekstil; bahan bakar dan minyak,
perpajakan (PPh), impor ilegal, transportasi dan infra struktur, keuangan,
keamanan, otonomi daerah dan restrukturisasi mesin yang berakibat kepada
lingkungan disekitar perusahaan.
Permasalah tersebut pada awalnya dipicu dengan datangnya krisis moneter
beberapa tahun yang lalu yang kemudian ditambah dengan penghapusan kuota
tekstil dipasar dunia semakin membuat pasar tekstil Indonesia semakin terpuruk.
Seperti diketahui selama ini industri tekstil Indonesia sebagian besar hanyalah
sebagai pemegang lisensi merk ternama didunia yang artinya industri tektil
Indonesia hanya berproduksi didalam negeri namun produknya dilabeli dengan
label luar negeri yang telah dikenal. Selain itu tak bisa dipungkiri bahwa Industri
tekstil Indonesia selama ini masih tertolong dengan adanya aturan kuota tekstil
247
dunia sehingga industri tekstil Indonesia masih mampu bertahan karena mendapat
limpahan order dari negara negara yang telah kelebihan kuota. Ditinjau dari sisi
bisnis mungkin dirasa lebih aman oleh para pelaku industri. Namun disaat aturan
kuota dihilangkan pada tahun 2005, Industri tekstil Indonesia mendapatkan
berbagai tantangan dimana mulai berkurangnya penerimaan dari pembuatan produk
bermerek tersebut.
Oleh karena industri tekstil Indonesia perlu segera meningkatkan kinerja
perusahaan dengan mengembangkan produk tekstil nasional yang inovatif agar
dapat diterima dipasar global. Dengan demikian industri tekstil Indonesia harus
mampu melakukan penetrasi pasar dengan produk sendiri yang berarti bahwa harus
mampu menghasilkan dan memasarkan produk dengan brand/merk sendiri.
Konsekuensinya adalah produk tekstil Indonesia kita harus memiliki keunggulan
dibanding produk dari negara lain untuk mampu bersaing di era global melalui
penguatan dan perbaikan strategi bisnis dengan memperkuat strategi kemitraan
dengan memasukkan faktor lingkungan untuk memperkuat citra perusahaan kepada
stakeholder demi memingkatkan daya saing produk tektil dipasar global sehingga
dapat meningkatkan kinerja perusahaan tekstil Indonesia
248
Tabel 4.29. Rencana Tindakan
No Variabel
Solusi
Rencana Tindakan Penanggung Jawab
1 Meningkatkan
Efektifitas
CSR
Meningkatkan peran keuangan perusahaan bagi masyarakat dengan melakukan efisiensi biaya
Penggunanan CSR sebagai media marketing
Perusahaan sehingga dapat mengurangi biaya promosi
seperti
Memberikan pengembangan baik melalui pelatihan maupun kesejahteraan pada saat bekerja maupun
pensiun
Menerapkan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan ISO ataupun SOP perusahaan yang
berwawasan lingkungan
Direktur Operasi
Direktur Umum
Direktur SDM
Direktur IT
Direktur IT
2 Meningkatkan
Peran
Kemitraan
Meningkatkan sinergitas dengan meningkatkan peran komunikasi digitalisasi
Meningkatkan kerjasama yang menguntungkan dengan mitra terkait
Meningkatkan peran market intelegent dan unit Riset
dan Pengembangan dalam memahami perubahan
pasar dan keinginan customer
Direktur IT
Direktur Strategi/Perencanaan
Direktur
Strategi/Perencanaan
3 Meningkatkan
Citra
Perusahaan
Mematenkan semua citra yang dihasilkan oleh perusahaan
Menambah dan meningkatkan saluran informasi
Meningkatkan Brand Awerness
Direktur Utama
Direktur Marketing
Direktur Marketing
4 Meningkatkan
Daya Saing
Mengembangkan produk rendah biaya
Mendorong Cost optimization
Meningkatkan teknologi mesin produksi
Mempercepat inovasi pengembangan produk
Ekspansi bisnis kepasar baru yang berpotensi tinggi
Customer Customization
Direktur
Strategi/Perencanaan
Direktur Operasi
Direktur Operasi
Direktur
Strategi/Perencanaan
Direktur Marketing
Direktur Marketing
5 Meningkatkan
Kinerja
Perusahaan
Mencari pendanaan yang murah serta menjaga kesehatan keuangan perusahaan
Meningkatkan efisiensi biaya produk
Meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap produk
yang dihasilkan
Peningkatan proses inovasi produk dan proses produksi
Meningkatkan Produktivitas Karyawan
Direktur Keuangan
Direktur Operasi
Direktur Marketing
Direktur Strategi/Perencanaan
Direktur SDM
249
No Variabel
Solusi
Rencana Tindakan Penanggung Jawab
Meningkatkan peran market intelegent dan unit Riset dan Pengembangan
Direktur Strategi/Perencanaan
4.11.5 Rencana Evaluasi dan Pengendalian
Dalam upaya meningkatkan Kinerja Perusahaan TPT di Indonesia dan
rencana tindak lanjut, maka dirasa perlu dilakukan beberapa langkah evaluasi atas
program kegiatan dan pengendalian yang dapat mengacu kepada dimensi atas
penciptaan kinerja perusahaan berdasarkan dominasi dimensi-dimensi yang
dijelaskan pada tabel dibawah ini :
250
Tabel 4.30 Rencana Evaluasi dan Kontrol
Aspek Sasaran Strategis Key Performance Indicators Target
Tahunan
Inisiatif Strategi
Y1 Y2 Y3
Keuangan Meningkatkan
kinerja dan
Kesehatan
Keuangan
Perusahaan
Revenue Growth √ √ √ Restrukturisasi Pendanaan Perseroan
Debt to Equity √ √ √
Debt Service Coverage Ratio √ √ √
Cost Optimazition √ √ √
Net Income √ √ √
Pelanggan Meningkatkan
Citra Perusahaan
Service Delivery √ √ √ Customer Focus
Customer Satisfaction Index √ √ √
Meningkatkan
Daya Saing
Launching Produk Baru √ √ √ Customer Customization
Inovasi Produk
Ekspansi Pasar Baru Marketing Research √ √ √
Market Share √ √ √
Proses Bisnis
Intenal
Meningkatkan
Kemitraan
Sinergitas Internal Antar Bagian √ √ √ Digitalisasi Komunikasi dan Talent Pool
Sistem Pengembangan dan Kesejahteraan √ √ √
Meningkatkan
Daya Saing
Cost optimization/ Eficiency √ √ √ Restrukturisasi beban perusahaan
Inovasi Produk √ √ √ Meningkatkan Peran Market intelegent
dan unit Riset dan Pengembangan
Pembelajaran
dan
Pertumbuhan
Meningkatkan
Kemitraan
Kerjasama dengan Mitra √ √ √ Transformasi manajemen pengetahuan
dan teknologi Produktivitas Karyawan √ √ √
Keterangan √ : Target Tahunan dapat menyesuaikan situasi operasional perusahaan
251
Penting bagi perusahaan tektil untuk memberikan efek positif bagi kinerja
perusahaan karena dampak dari CSR dan kemitraan yang diperkuat oleh citra
perusahaan dan daya saing perusahaan akan memberian rekomendasi yang positif
dari pelanggan yang sangat dominan mempengaruhi kinerja perusahaan untuk
jangka panjang
Langkah-Langkah dan pengendalian operasional yang disarankan dalam
rencana tindak lanjut, diharapkan dapat menciptakan peningkatan akan kinerja
perusahaan TPT di Indonesia guna memenuhi ekspektasi atau harapan dari
stakeholder atas kualitas, pelayanan dan produktifitas yang diberikan, adapun
tingkat pengukuran keberhasilan salah satunya dapat dilakukan melalui survei
pasar atas citra perusahan dan posisi daya saing ataupun secara sedarhana dapat
dilihat dari peningkatan kinerja kemitraan dan peningkatan CSR secara
berkelanjutan.
Recommended