View
10
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
333
BAB IV
PROGRAM ARSITEKTUR PENGEMBANGAN DAN PENATAAN KAWASAN SEMANGGI SEBAGAI MIX-USED URBAN DISTRICT DI SURAKARTA
4.1 Program Kawasan
4.1.1 Konsep Program dan Tema Kawasan
a. Aspek Citra Arsitektur
Pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal Pada Kawasan
Semanggi Di Surakarta mempunyai fungsi utama sebagai tempat
hunian vertikal masyarakat di RW 2 Kelurahan Semanggi. Studi citra
arsitektural dalam pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal Pada
Kawasan Semanggi Di Surakarta ini berkaitan dengan penggunaan
material, struktur dan konstruksi yang lebih menekankan pada aspek
estetika yang akan dihasilkan dari ekspresi sistem struktur ataupun
konstruksinya yang mempunyai aspek simbolik yang representatif
akan budaya dari kampung Semanggi, lingkungan Kota Surakarta dan
norma-norma yang berada disana. Untuk mendapatkan aspek-aspek
tersebut, pilot projek ini tidak bisa lepas dari prinsip guna dan prinsip
citra.
Melalui teknik ornamentasi yang jujur lewat pengolahan dan
penggunaan material lokal yang ditempatkan dengan tepat
merupakan prinsip sebuah citra yang bisa menimbulkan suatu
kekhasan yang bisa ditangkap dari bangunan kampung vertikal pada
334
pilot projek ini. Pelingkup luar dan dalam bangunan perkampungan
vertikal yang berkonteks lingkungan dan selaras dengan alam lewat
penyesuaian kondisi tapak, iklim setempat bahkan sejarah atau
stigma positif yang sudah melekat.
Penerapan sistem panggung pada bangunan yang berintegrasi
dengan kebudayaan dan kebiasaan masyarakat kampung di Kota
Surakarta yang kental dengan Budaya Jawa. Ekspresi esensi
bangunan yang representatif lewat pemilihan struktur dan cara
konstruksi yang berhakekat stabil antara unsur yang ditopang dan
unsur yang menopang. Perencanaan bangunan kampung vertikal bisa
peka menentukan citra ruang dari fungsi dan aktivitas warga kampung
melalui Pengolahan citra ruang yang bisa mempengaruhi psikologis
manusia dalam lingkup maupun luar lingkup bangunan.
b. Performance Kawasan
Pada lokasi pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal Pada
Kawasan Semanggi Di Surakarta ini terdapat beberapa tatanan
segmen zona fungsi, antara lain fungsi hunian di Perkampungan
Vertikal, fungsi perdagangan-jasa dan industri kreatif yang
digunakan warga untuk tempat bekerja, berjualan souvenir, berjualan
makanan, membuka warung makan, berlatih seni budaya seperti
sendra tari dan berlatih membuat kerajinan tangan mereka sendiri
dengan dampingan komunitas-komunitas dan fungsi ruang terbuka
335
hijau. Ruang terbuka hijau ini digunakan oleh masyarakat sekitar
untuk mengadakan festival budaya kampung, melihat sendra tari,
tempat bermain anak, berkumpul, bercengkerama, bersepeda,
berolahraga dan aktivitas lainnya. Selain itu di ruang terbuka hijau ini
digunakan juga untuk meperbaiki iklim mikro pada RW 2, terdapat
sebuah embung retensi yang bisa dimanfaatkan kembali airnya lewat
pengolahan lebih lanjut untuk membantu memenuhi kebutuhan air
bersih pada RW 2.
Dengan adanya beberapa pembagian segmen fungsi pada
kawasan makro, maka kawasan ini akan sangat berpotensi untuk
dikembangkan lagi secara berkelanjutan ke tingkat Kelurahan
Semanggi bahkan sampai pada skala Kota Surakarta, sehingga bisa
menjadi landmark baru dari Kelurahan Semanggi dan menjadi
percontohan peremajaan kawasan bagi Kota Surakarta.
c. Aspek Fungsi Kawasan
Lokasi kawasan Penataan Perkampungan Vertikal dan
Pengembangan Segmen Kawasan Semanggi Di Surakarta ini berada
pada Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon yang masuk
SUBBWP V pada BWP I. Menurut RDRT Kota Surakarta Kawasan
SUBBWP I diarahkan dengan fungsi sebagai Pariwisata,
Perdagangan dan Jasa, Olah Raga dan RTH. Zona SUB-BWP V yang
termasuk dalam zona umum yakni zona peruntukan lahan budidaya
336
dan lindung. Lebih mengerucut lagi Kawasan Semanggi termasuk
dalam kawasan peruntukan pendidikan, kawasan sempadan
sungai, kawasan sempadan rel, kawasan peruntukan
pemakaman, ruang terbuka hijau dan kawasan peruntukan
perumahan. Penetapan fungsi kawasan dan guna lahan tersebut,
diperkuat dengan adanya perkampungan Semanggi dan bentang
alam berupa Sungai Bengawan Solo yang masing-masing
memiliki potensi-potensi yang dapat diangkat dan dikembangkan
secara berkelanjutan.
d. Aspek Prospek Kawasan
Melihat permasalahan di kampung Semanggi menjadi sebuah
tantangan tersendiri dalam pilot projek ini. Lewat permasalahan-
permasalahan tersebut pilot projek ini dituntut untuk berbahasa
dengan ruang dan gatra, dengan garis dan bidang, dengan bahan
material dan suasana tempat, sudah sewajarnyalah kita berarsitektur
secara budayawan; dengan nurani dan tanggung jawab penggunaan
Bahasa arsitektural yang baik.
Melihat potensi-potensi sekitar kawasan makro yang salah
satunya Sungai Bengawan Solo yang namanya sudah termahsyur
serta warga Kampung Semanggi yang masih membutuhkan
pekerjaan untuk pundi-pundi perekonomian mereka, maka kedua hal
ini dapat dimanfaatkan untuk saling bersimbiosis mutualisme.
337
Kawasan Semanggi yang dikenal sebagai kampung urban yang
kumuh dan rawan banjir karena berada di daerah tepian Sungai
Bengawan Solo nantinya akan berubah wajah melalui peremajaannya
yakni Penataan Perkampungan Vertikal Pada Kawasan Semanggi
Di Surakarta. Kawasan ini nantinya akan lebih meningkatkan aspek
citra dan aspek guna, sebagai identitas Kelurahan Semanggi yang
berada di daerah tepian Sungai Bengawan Solo di Surakarta.
4.1.2 Tujuan Perancangan, Faktor Penentu Perancangan dan Faktor
Persyaratan Perancangan
a. Tujuan Perancangan
Meningkatkan kualitas dan vitalitas masyarakat Kelurahan
Semanggi RW 2 secara berkelanjutan dalam kemajemukan fungsi
sarana-prasarana melalui peremajaan kawasan. Selain itu
perancangan dalam skala mikro ini menyediakan suatu hunian vertikal
yang dapat mengakomodasi segala kepentingan berumah tangga
warga kampung Semanggi lewat pengolahan ruang dan perabot multi-
fungsi didalamnya, sehingga unit hunian nantinya akan bisa
mewadahi kebiasaan aktivitas warga kampung Semanggi. Dalam
konteks lingkungan, pilot projek ini bertujuan untuk menkonservasi air
tanah sekaligus langkah tahapan perbaikan iklim mikro di RW 2
Kelurahan Semanggi melalui konsep Zero Run-off yang
diimplementasikan dalam rupa kolam retensi, pengolahan limbah air
338
hujan, biopori dan penggunaan material-material yang mempunyai
daya resap air tinggi.
b. Faktor Penentu Perancangan
Beberapa faktor yang turut menjadi penentu perancangan pilot
projek Penataan Perkampungan Vertikal Pada Kawasan Semanggi Di
Surakarta ialah Pelaku, Aktivitas, Fasilitas, Lokasi, Kondisi, Potensi
dan Kendala pada Site Kawasan terpilih, serta Konsep Desain.
Pelaku
Pelaku pada pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal
Pada Kawasan Semanggi Di Surakarta ini merupakan penentu
segala bentuk perancangan yang terdiri dari Pemerintah sebagai
pemilik projek, Pengelola Swasta, Investor dan masyarakat
Semanggi sebagai subjek utama, sehingga dibutuhkan pemikiran-
pemikiran baik fisik maupun non-fisik, faktor tangible dan intangible
yang nantinya akan mempengaruhi pelaksanaan peremajaan
kawasan dikemudian hari. Pemikiran fisik berupa kebutuhan ruang
dan besarannya, sedangkan pemikiran non-fisik berupa kualitas
masing-masing elemen bangunan pembentuk kawasan yang saling
berintegrasi.
339
Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan dalam kawasan ini dikelompokkan
menjadi beberapa zona fungsi yang meliputi pengelompokan
kegiatan, pola kegiatan, hubungan antar ruang, sifat kegiatan dan
area indoor maupun outdoor, sehingga akan menghasilkan
sirkulasi yang jelas pada kawasan ini.
Fasilitas
Fasilitas pada kawasan terbagi menjadi beberapa kelompok
tingakatan yakni tingkat RW dan tingkat RT yang meliputi kelompok
fasilitas utama, kelompok fasilitas penunjang, kelompok fasilitas
pengelola serta kelompok fasilitas servis.
Lokasi, Kondisi, Potensi dan Kendala Pada Site Terpilih
Pengaruh dari faktor lokasi, kondisi, potensi dan kendala pada
site kawasan terpilih terhadap perancangan dalam skala makaro
adalah pada penataan massa bangunan dan lansekap zona fungsi
hunian vertikal di tiap wilayah RW. Dalam skala mikro projek yakni
pengolahan ruang dalam unit hunian, penataan massa bangunan
antar RT dan lansekap yang melingkupinya, penempatan orientasi
bangunan serta respon terhadap lingkungan seperti topografi dan
bencana alam.
340
Konsep Desain
Konsep desain dari suatu projek juga merupakan faktor
penentu dalam perancangan. Dalam hal ini adalah untuk
memberikan penekanan dan ciri khas dari projek yang
direncanakan, agar menjadi identitas diri Masyarakat Kampung
Semanggi dan bisa menjadi sebuah permaknaan citra guna dan
citra ruang dalam perkampungan, khususnya Kampung Semanggi
di Kota Surakarta.
c. Faktor Persyaratan Perancangan
Tabel 4. 1 Faktor Persyaratan Perancangan Sumber: Analisis Pribadi, 2018
Aspek
Persyaratan Persyaratan Perancangan
KAWASAN
Berdekatan dengan induk Sungai Bengawan
Solo.
Sesuai dengan rencana pola ruang di RDTRK
Kota Surakarta.
Sesuai dengan RTRW Kota Surakarta.
Tidak terdapat Rusunawa yang telah
terbangun pada site terpilih.
Memiliki beberapa potensi kawasan yang
memungkinkan untuk dikembangkan secara
berkelanjutan.
Tidak pada daerah Konservasi ataupun
Resapan.
Lokasi dengan penduduk berkepadatan tinggi
dan banyak terdapat RTLH sebagai masalah
yang harus dipecahkan dalam projek
ARSI TEKTUR
Aksesibilitas yang mudah dicapai oleh
transportasi pribadi ataupun kendaraan
umum, sehingga perencanaan aksesibilitas
341
melalui transportasi juga bisa dikembangkan
sebagai skenario peremajaan kawasan.
Lokasi yang bisa dikembangkan kearah
langgam vernakular seperti yang telah
ditetapkan di RDTRK Kota Surakarta.
Tata letak dan tata bentuk bangunan yang
tidak merusak ataupun mengganggu sistem
ekologis alam atau lingkungan pada kawasan.
Tata letak dan tata bentuk bangunan yang
menyesuaikan topografi kawasan.
Memperhatikan skala bangunan, psikologis
ruang terhadap pengguna di dalam bangunan
sesuai dengan hirarki fungsi masing-masing
bangunan.
Memperhatikan program ruang.
Sirkulasi dalam site kawasan harus efektif dan
jelas serta dapat digunakan oleh semua
kalangan
Zonasi guna fungsi lahan yang saling
berintegrasi.
BANGUNAN
Pemilihan struktur, konstruksi, material dan
desain yang disesuaikan dengan kondisi
lingkungan di permukiman padat dan tepian
sungai untuk mewujudkan keamanan,
keselamatan dan kenyamanan dalam
bangunan.
Drainase pada kawasan harus mampu
mewujudkan konsep zero run-off.
Sistem utilitas bangunan yang bisa memenuhi
segala kebutuhan yang ada serta
memperhatikan bagaimana maintenance
pada utilitas.
Penggunaan material bangunan lokal dan
sesuai konteks budaya sekitar, material yang
mudah didapatkan, ramah lingkungan,
meminimalisir jejak karbon serta dapat
diperbaharui secara berkelanjutan.
Penyediaan peralatan pemadam kebakaran
serta terdapat jalur-jalur pengamanan darurat
342
pada kawasan yang rawan banjir untuk
mengantisipasi adanya insiden yang tidak
diinginkan seperti kebakaran ataupun korban
jiwa karena bencana alam.
Penyediaan pengontrol ketinggian air sungai
dan tanggul-tanggul pengaman untuk
mengantisipasi adanya bencana banjir skala
kecil yang diakibatkan oleh kenaikan muka air
Sungai Bengawan Solo.
Pengamanan terhadap bangunan vertikal
Memberikan keamanan, kenyamanan
terhadap anak-anak.
LINGKUNGAN
Penerapan prinsip-prinsip peremajaan
kawasan secara berkelanjutan yang pro
terhadap lingkungan dan masyarakat kecil.
Menjaga iklim mikro pada kawasan dengan
cara memaksimalkan penghijauan dalam
lingkungan tapak maupun lingkungan
bangunan.
Mengikuti pranata dan ketentuan yang sudah
tercantum dalam RDTR Kota Surakarta,
meliputi Ruang Terbuka Hijau, Permukiman
dan perumahan, Sempadan Rel dan
Sempadan Sungai.
Orientasi penataan bangunan pada site
kawasan terpilih memperhatikan
pencahayaan alami dan sirkulasi angin.
Penyediaan prasarana pengolahan limbah
untuk mengurangi pencemaran lingkungan,
pengolahan air hujan dan sampah untuk
mewujudkan konsep zero run-off.
343
4.1.3 Program Skenario Kawasan Keseluruhan
a. Program Skenario Kawasan Makro
RUANG TERBUKA HIJAU TEPIAN SUNGAI Perencanaan area hijau pada daerah tepian Sungai
Bengawan Solo menuju konsep Interactive Urban
Forestry River-front. Dari perencanaan dan perancangan
projek ini melibatkan kerjasama dengan badan pemerintah
lokal, pemerintah daerah, kelompok masyarakat,
pemangku kepentingan dan klien untuk menciptakan ruang
publik baru yang dinamis yang mengenalkan masyarakat
kembali ke tepi air. (Luas Lahan 8,3ha)
Jalan masuk utama menuju kawasan makro berada di jalan
kolektor primer, yakni jalan yang berada diantara pembatas
tanggul dengan lebar ±8 meter untuk memudahkan
aksesibilitas menuju ruang terbuka hijau daerah tepian sungai
dan jalan kolektor sekunder untuk menuju area
pengembangan sektor ekonomi kawasan dengan lebar ±8
meter.
Area Pendidikan yang masih dipertahankan
fungsinya. Lewat pengembangan dan perencanaan
perpustakaan kampung di setiap RW dan Bale Belajar
untuk wadah belajar para anak yang putus sekolah
mencakup 3 RW dalam skala makro. (Luas Lahan
1,7ha)
Area Hijau Sepanjang Rel Kereta Api Untuk
bekas lahan permukikan bantaran rel akan
dimanfaatkan untuk area hijau menjadi green belt.
Sabuk hijau ini bisa dimanfaatkan warga untuk area
penanaman tanaman sayuran tropis dengan cara
vertikal dan menjadi ruang publik kecil bagi warga
kawasan. (Luas Lahan 1,8ha)
Area Lahan Permukiman Vertikal Perkampungan
horizontal dengan kepadatan tinggi akan
ditransformasikan ke perkampungan vertikal. Pada
lahan-lahan kosong bekas perkampungan
horizontal akan diberikan lagi kepada warga
kampung dengan sewa tanah menurut sertifikat
kepemilikan tanah. (Luas Lahan 7,2ha)
AREA PENGEMBANGAN SEKTOR PEREKONOMIAN KAWASAN MAKRO merupakan
area yang akan beralih fungsi menjadi fungsi perdagangan-jasa, pertokoan dan kampung
wisata. Terdapat beberapa pasar dadakan, penginapan, ratail-shop dan gedung parkir.
Bekas lahan perkampungan horizontal ini akan menjadi lapangan pekerjaan baru untuk
warga RW 1, RW 2 dan RW 3. Peran investor akan bergerak dengan kerjasama Pemerintah
Kota Surakarta. (Luas Lahan 6,8 ha)
Gambar 4. 1 Program Skenario Kawasan Makro Sumber: Analisis Pribadi, 2018
344
b. Program Skenario Kawasan Mikro
PERKAMPUNGAN
VERTIKAL RT 1
Luas lahan yang
diperlukan pada
perkampungan vertikal
RT 1 adalah 0,75ha.
RUANG TERBUKA HIJAU
Dalam skenario kawasan mikro, ruang
terbuka hijau eksisting Lapangan Losari
tetap dipertahankan. Lapangan sepak bola
ini sering digunakan masyarakat kampung
Semanggi untuk menggelar layar tancep.
FASILITAS UMUM, FASILITAS
SOSIAL, PENDIDIKAN DAN
KESEHATAN
Fasilitas sarana-prasarana kawasan
diletakkan ditengah sebagai pusat.
Peletakan fasilitas sarana-prasarana ini
di sebelah barat dengan kebutuhan
luas 0,2ha.
Jalan Kolektor
Sekunder
Jalan Kolektor
Primer Jalan Lokal
Primer
PERKAMPUNGAN VERTIKAL RT 5
Luas lahan yang diperlukan pada
perkampungan vertikal RT 5 adalah
0,69ha.
PERKAMPUNGAN VERTIKAL RT 4
Luas lahan yang diperlukan pada
perkampungan vertikal RT 4 adalah
0,9ha.
PERKAMPUNGAN VERTIKAL RT 2
Luas lahan yang diperlukan pada perkampungan vertikal RT 2 adalah 0,77ha.
PERKAMPUNG
AN VERTIKAL
RT 3
Luas lahan yang
diperlukan pada
perkampungan
vertikal RT 3
adalah 0,72ha.
RUANG TERBUKA
HIJAU DAERAH
TEPIAN SUNGAI
Gambar 4. 2 Program Skenario Kawasan Mikro Sumber: Analisis Pribadi, 2018
345
4.1.4 Program Besaran Luas Kawasan
a. Luas Total
Tabel 4. 2 Perhitungan Luas Total Masing-masing Kawasan Mikro Sumber: Analisis Pribadi, 2018
Tingkat Fasilitas Tipe
Indoor (m²) Outdoor (m²)
RT
Kampung Vertikal RT 1 10.189,6 1.270
Area Parkir RT 1 1.135 -
Total 11.324,6 1.270
Kampung Vertikal RT 2 10.542,2 1.270
Area Parkir RT 2 1.105 -
Total 11.647,2 1.270
Kampung Vertikal RT 3 9.761,2 1.270
Area Parkir RT 3 1.090 -
Total 10.851,2 1.270
Kampung Vertikal RT 4 12.418,4 1.270
Area Parkir RT 4 1.525 -
Total 13.943,4 1.270
Kampung Vertikal RT 5 9.257,2 1.270
Area Parkir RT 5 1.000 -
Total 10.257,2 1.270
Area Parkir
Area Parkir Pengelola - 825
Area Parkir Fasilitas Kesehatan
- 740
Area Parkir Area Pendidikan
- 350
Area Parkir Fasilitas Peribadatan
- 60
Area Parkir Lapangan Sepak Bola
- 980
Total - 2.955
RW
Fasilitas Umum Fasilitas Sosial
2.795,7 17.015,7
Fasilitas Pengelola 923 -
Total 3.718,7 17.015,7
Total Akhir Kebutuhan Dibulatkan 61.742 m² 26.320,7 m²
346
b. Studi Kebutuhan Luas Kawasan Mikro
Pada pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal Pada
Kawasan Semanggi Di Surakarta ini bertujuan untuk mewadahi
warga RW 2 yang mempunyai 5 RT pada Kawasan Semanggi. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, maka dibutuhkan tapak kawasan yang
bisa menampung 5 Kampung Vertikal dan fasilitas umum dan fasilitas
sosial didalamnya guna meremajakan Kawasan Semanggi secara
berkelanjutan. Menunjuk pada arah fungsi kawasan maka dibutuhkan
area hijau yang lebih dominan guna fungsi zero run-off dan bisa
mengembangkan fasilitas umum dan fasilitas sosial pada lahan bekas
perkampungan di RW 2. Dari gagasan tersebut maka dilakukan
perhitungan keseluruhan sebagai berikut:
- Luas Kebutuhan Tapak = Luas Total Bangunan
KLB
= 61.742
1,8
= 34.301 (+26.320,7)
= 60.621,7 m²
- Luas Lantai Dasar = Luas Lahan x KDB
= 60.621,7 x 60%
= 36.373,02 m²
- Area Hijau / Perkerasan = 22.340 m² / 3.980,7 m²
(+ Luas Outdoor)
(+ 26.320,7)
347
- Koefisien Dasar Hijau = Luas Lahan – Luas Lantai Dasar
= 60.621,7 – 36.373,02
= 24.248,68 m²
- Ketinggian Bangunan = Luas Lahan x KLB ÷ KDB
= 60.621,7 x 1,8 ÷ 36.373,02
= 3 Lantai
c. Studi Kebutuhan Luas Makro
Tabel 4. 3 Perhitungan Luas Total Masing-masing Kawasan Makro Sumber: Analisis Pribadi, 2018
Penggunaan Lahan Luas Kebutuhan
Zona Pengembangan Perekonomian Kawasan Rw 1, RW 2 dan RW 3
1,0 ha
Zona Pengembangan Rw 1 7,1 ha
Zona Pengembangan RW 3 6,4 ha
Zona Mikro Kawasan RW 2 6,0 ha
Zona Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Maro
5,3 ha
Total 25,8ha
4.1.5 Program Sarana dan Prasarana Kawasan
Pada pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal Pada Kawasan
Semanggi Di Surakarta ini, fasilitas prasarana dan sarana yang digunakan antara
lain adalah:
Tabel 4. 4 Program Sarana dan Prasarana Kawasan Sumber: Analisis Pribadi, 2018
Sarana dan Prasarana
Status Kebutuhan Keterangan
Jaringan Listrik
Sudah Tersedia
Digunakan untuk memenuhi
Dibutuhkan genset untuk mengganti
348
(Jaringan Distribusi
Listrik Sekunder di Jalan Kyai Mojo dan
Jalan Untung Suropati)
kebutuhan pencahayaan buatan dan alat-alat elektronik pada kawasan RW 2.
jaringan listrik pusat apabila terjadi pemadaman pada waktu-waktu tertentu.
Selain menggunakan genset, pada pedestrian dan lapangan olahraga akan direncakanan menggunakan Pavegen Floor Tiles yang bisa menghasilkan energy listrik melalui energy kinetik para pejalan kaki atau penggunanya.
Jaringan Telepon
Sudah Tersedia (Jaringan Sekunder
Pada Jalan Kyai Mojo)
Digunakan untuk berkomunikasi antar bagian pengelola dan perkampungan vertikal. Selain itu juga berguna untuk mendukung kemudahan dalam pelaksanaan operasional.
Perencanaan jaringan telepon untuk kebutuhan kantor pengelola dan unit hunian dalam perkampungan vertikal serta pada masing-masing fasilitas lainnya.
Jaringan Air Bersih
Sudah Tersedia (Jaringan
distribusi air bersih
sekunder pada Jalan Kyai Mojo,
Jalan Sampangan
dan jalan Untung
Suropati)
Jaringan air bersih digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih masing-masing hunian di perkampungan vertikal, fasilitas pengelola dan fasilitas lainnya.
Jaringan distribusi air bersih dari PDAM
Air bersih dari beberapa titik sumur pada kawasan RW 2
Terdapat rain water tank pada masing-masing bangunan kampung vertikal yang bisa diolah kembali untuk
349
membantu pendistribusian kebutuhan air bersih pada hunian.
Terdapat embung retensi pada kawasan RW 2 yang bisa juga diolah untuk digunakan kembali, terutama kebutuhan distribusi air untuk pemadam kebakaran dalam makro kawasan.
Jaringan Drainase
Sudah Tersedia (Jaringan drainase sekunder
pada Jalan Kyai Mojo dan Jalan Untung
Suropati)
Dibutuhkan untuk drainase limpasan air limbah dan air hujan dalam kawasan RW 2.
Jaringan drainase sendiri mengikuti RDRTK Kawasan I Kota Surakarta.
Dengan penerapan konsep Zero Run-off dalam perancangan debit air limpasan bisa ditampung pada rain water tank dan embung retensi, sehingga air limpasan dari kawasan RW 2 bisa menuju 0.
Pembuangan Sampah
Sudah Tersedia
tetapi jauh dari tapak
terpilih
Dibutuhkan fasilitas pembuangan limbah sampah dan pengolahan sampah pada tingkat RT dan RW. Pengolahan sampah menjadi pupuk akan mengajak masyarakat Semanggi
Tempat sampah akan dibedakan dalam jenis sampah organik dan sampah an-organik dalam tingkat RT. Dalam tingkat RT pengolahan sampah bisa digunakan lagi untuk pupuk kompos.
350
khususnya RW 2 untuk menghilangkan kebiasaan membuang sampah sembarangan.
Tempat sampah dalam tingkat RW.
Jaringan Jalan
Sudah Tersedia
(Jalan kolektor
primer, Jalan Kolektor
Sekunder dan Jalan Lokal
Primer)
Jaringan jalan pada Kawasan dibutuhkan untuk menunjang kemudahan aksesibilitas dan pencapaian ke tapak makro maupun mikro kawasan.
Diperlukan pelebaran jalan dan perubahan jalan lokal primer dalam kawasan mikro yang nantiynya direncanakan agar nyaman bagi pejalan kaki.
Dalam beberapa jalan lokal primer skala mikro akan dirancang kembali.
Jaringan Transportasi
Sudah Tersedia
(Jalan Kyai Mojo
termasuk dalam rute 4
BST Surakarta)
Dibutuhkan sarana transportasi baik sarana transportasi umum maupun transportasi khusus untuk mendukung kemudahan transportasi pada kawasan RW 2.
Sarana transportasi umum akan diskenario untuk melewati jalan kolektor primer dan kolektor sekunder saja.
Sarana transportasi khusus dalam kawasan RW 2 akan didominasi oleh warga RW 2 yang bermata pencaharian sebagai tukang becak, dengan prinsip tersebut diharapkan bisa juga menunjang perekonomian kawasan mikro dan melestarikan budaya naik becak.
351
4.2 Program Masing-masing fungsi
4.2.1 Program Kegiatan (Program Ruang, Besaran Ruang, Pola Ruang dan Tipe Ruang)
Tabel 4. 5 Perhitungan Luas Kebutuhan Ruang Program Perkampungan Vertikal RT 1 Sumber: Analisis Pribadi, 2018
FASILITAS UTAMA LINGKUP RT 1
UNIT HUNIAN PERKAMPUNGAN VERTIKAL RT 1
Nama Fasilitas
Aktivitas Utama Nama Ruang Tipe
Ruang Sifat
Ruang Besaran Ruang
(m²)
Unit Hunian tipe 54
Berhuni
Ruang Tamu ↔ Ruang Keluarga I SPR
3.024
Kamar Tidur Orang Tua ↔ Ruang Kerja I PR
Kamar Tidur Anak ↔ Ruang Belajar I PR
Dapur ↔ Ruang Makan I S
Kamar Mandi I S
Unit Hunian tipe 72
Berhuni
Ruang Tamu ↔ Ruang Keluarga I SPR
2.664
Kamar Tidur Orang Tua ↔ Ruang Kerja I PR
Kamar Tidur Anak ↔ Ruang Belajar I PR
Dapur ↔ Ruang Makan I S
Kamar Mandi I S
FASILITAS PENDUKUNG LINGKUP RT 1
PERKAMPUNGAN VERTIKAL TINGKAT RT 1
Ruang Serbaguna
Bersosialisasi, Rapat, Rewang
Ruang Utama I P
670 Gudang I S
Janitor I S
352
Ruang Cuci Koin Komunal
Mencuci, menjemur, menyetrika
Area Cuci Keseluruhan I P
225
Area Pencucian dan Pengeringan I P
Area Setrika Mesin I P
Area Setrika Manual I P
Bak Pengendapan Pakaian I P
Area Peletakan (Meja, Almari) I P
Area Penerimaan (Keranjang, Ember) I P
Ruang Tunggu I P
Tempat Jemur O P
Kamar Mandi I S
Fasilitas Pendukung
Lainnya
Melakukan segala aktivitas dalam RT, meronda, mencuci
motor, bercengkerama
Pos Kamling I P 16,32
Area Cuci Motor I P 89,28
Area Berkebun O P 48
Green House I P 216
Tempat Pengolahan Pupuk I P 15
Area Pembibitan I P 18
Area PKL atau Plaza O P 450
Playground O P 200
Taman RTH RT O P 200
FASILITAS SERVIS LINGKUP RT 1
PERKAMPUNGAN VERTIKAL TINGKAT RT 1
Fasilitas Servis
Melakukan segala kegiatan yang memanfaatkan fasilitas servis
MCK Umum I S 9
Janitor I S 2,4
Gudang RT I S 36
Ruang Genset I S 75
353
dalam perkampungan vertikal RT 1
Ruang Pompa I S 124,8
Ruang Panel I S 31,2
Ruang Karyawan I S 17,28
Shaft MEP I S 1,56
Area Parkir I S 1.135
Gudang Alat I S 9
TPS RT O S 10
Mushola I S 36
LUAS INDOOR (Termasuk Sirkulasi 40%) 10.189,6 m²
LUAS OUTDOOR (Termasuk Sirkulasi 40%) 1.270 m²
Tabel 4. 6 Perhitungan Luas Kebutuhan Ruang Program Perkampungan Vertikal RT 2 Sumber: Analisis Pribadi, 2018
FASILITAS UTAMA LINGKUP RT 2
UNIT HUNIAN PERKAMPUNGAN VERTIKAL RT 2
Nama Fasilitas
Aktivitas Utama Nama Ruang Tipe
Ruang Sifat
Ruang Besaran Ruang
(m²)
Unit Hunian tipe 54
Berhuni
Ruang Tamu ↔ Ruang Keluarga I SPR
3.132
Kamar Tidur Orang Tua ↔ Ruang Kerja I PR
Kamar Tidur Anak ↔ Ruang Belajar I PR
Dapur ↔ Ruang Makan I S
Kamar Mandi I S
Unit Hunian tipe 72
Berhuni Ruang Tamu ↔ Ruang Keluarga I SPR
2.808 Kamar Tidur Orang Tua ↔ Ruang Kerja I PR
354
Kamar Tidur Anak ↔ Ruang Belajar I PR
Dapur ↔ Ruang Makan I S
Kamar Mandi I S
FASILITAS PENDUKUNG LINGKUP RT 2
PERKAMPUNGAN VERTIKAL TINGKAT RT 2
Ruang Serbaguna
Bersosialisasi, Rapat, Rewang
Ruang Utama I P
670 Gudang I S
Janitor I S
Ruang Cuci Koin Komunal
Mencuci, menjemur, menyetrika
Area Cuci Keseluruhan I P
225
Area Pencucian dan Pengeringan I P
Area Setrika Mesin I P
Area Setrika Manual I P
Bak Pengendapan Pakaian I P
Area Peletakan (Meja, Almari) I P
Area Penerimaan (Keranjang, Ember) I P
Ruang Tunggu I P
Tempat Jemur O P
Kamar Mandi I S
Fasilitas Pendukung
Lainnya
Melakukan segala aktivitas dalam RT, meronda, mencuci
motor, bercengkerama
Pos Kamling I P 16,32
Area Cuci Motor I P 89,28
Area Berkebun O P 48
Green House I P 216
Tempat Pengolahan Pupuk I P 15
Area Pembibitan I P 18
Area PKL atau Plaza O P 450
355
Playground O P 200
Taman RTH RT O P 200
FASILITAS SERVIS LINGKUP RT 2
PERKAMPUNGAN VERTIKAL TINGKAT RT 2
Fasilitas Servis
Melakukan segala kegiatan yang memanfaatkan fasilitas servis
dalam perkampungan vertikal RT 1
MCK Umum I S 9
Janitor I S 2,4
Gudang RT I S 36
Ruang Genset I S 75
Ruang Pompa I S 124,8
Ruang Panel I S 31,2
Ruang Karyawan I S 17,28
Shaft MEP I S 1,56
Area Parkir I S 1.105
Gudang Alat I S 9
TPS RT O S 10
Mushola I S 36
LUAS INDOOR (Termasuk Sirkulasi 40%) 10.542,4 m²
LUAS OUTDOOR (Termasuk Sirkulasi 40%) 1.270 m²
356
Tabel 4. 7 Perhitungan Luas Kebutuhan Ruang Program Perkampungan Vertikal RT 3 Sumber: Analisis Pribadi, 2018
FASILITAS UTAMA LINGKUP RT 3
UNIT HUNIAN PERKAMPUNGAN VERTIKAL RT 3
Nama Fasilitas
Aktivitas Utama Nama Ruang Tipe
Ruang Sifat
Ruang Besaran Ruang
(m²)
Unit Hunian tipe 54
Berhuni
Ruang Tamu ↔ Ruang Keluarga I SPR
2.862
Kamar Tidur Orang Tua ↔ Ruang Kerja I PR
Kamar Tidur Anak ↔ Ruang Belajar I PR
Dapur ↔ Ruang Makan I S
Kamar Mandi I S
Unit Hunian tipe 72
Berhuni
Ruang Tamu ↔ Ruang Keluarga I SPR
2.520
Kamar Tidur Orang Tua ↔ Ruang Kerja I PR
Kamar Tidur Anak ↔ Ruang Belajar I PR
Dapur ↔ Ruang Makan I S
Kamar Mandi I S
FASILITAS PENDUKUNG LINGKUP RT 3
PERKAMPUNGAN VERTIKAL TINGKAT RT 3
Ruang Serbaguna
Bersosialisasi, Rapat, Rewang
Ruang Utama I P
670 Gudang I S
Janitor I S
Ruang Cuci Koin Komunal
Mencuci, menjemur, menyetrika
Area Cuci Keseluruhan I P
225 Area Pencucian dan Pengeringan I P
Area Setrika Mesin I P
Area Setrika Manual I P
357
Bak Pengendapan Pakaian I P
Area Peletakan (Meja, Almari) I P
Area Penerimaan (Keranjang, Ember) I P
Ruang Tunggu I P
Tempat Jemur O P
Kamar Mandi I S
Fasilitas Pendukung
Lainnya
Melakukan segala aktivitas dalam RT, meronda, mencuci
motor, bercengkerama
Pos Kamling I P 16,32
Area Cuci Motor I P 89,28
Area Berkebun O P 48
Green House I P 216
Tempat Pengolahan Pupuk I P 15
Area Pembibitan I P 18
Area PKL atau Plaza O P 450
Playground O P 200
Taman RTH RT O P 200
FASILITAS SERVIS LINGKUP RT 3
PERKAMPUNGAN VERTIKAL TINGKAT RT 3
Fasilitas Servis
Melakukan segala kegiatan yang memanfaatkan fasilitas servis
dalam perkampungan vertikal RT 1
MCK Umum I S 9
Janitor I S 2,4
Gudang RT I S 36
Ruang Genset I S 75
Ruang Pompa I S 124,8
Ruang Panel I S 31,2
Ruang Karyawan I S 17,28
Shaft MEP I S 1,56
358
Area Parkir I S 1.090
Gudang Alat I S 9
TPS RT O S 10
Mushola I S 36
LUAS INDOOR (Termasuk Sirkulasi 40%) 9.761,2 m²
LUAS OUTDOOR (Termasuk Sirkulasi 40%) 1.270 m²
Tabel 4. 8 Perhitungan Luas Kebutuhan Ruang Program Perkampungan Vertikal RT 4 Sumber: Analisis Pribadi, 2018
FASILITAS UTAMA LINGKUP RT 4
UNIT HUNIAN PERKAMPUNGAN VERTIKAL RT 4
Nama Fasilitas
Aktivitas Utama Nama Ruang Tipe
Ruang Sifat
Ruang Besaran Ruang
(m²)
Unit Hunian tipe 54
Berhuni
Ruang Tamu ↔ Ruang Keluarga I SPR
3.824
Kamar Tidur Orang Tua ↔ Ruang Kerja I PR
Kamar Tidur Anak ↔ Ruang Belajar I PR
Dapur ↔ Ruang Makan I S
Kamar Mandi I S
Unit Hunian tipe 72
Berhuni
Ruang Tamu ↔ Ruang Keluarga I SPR
3.456
Kamar Tidur Orang Tua ↔ Ruang Kerja I PR
Kamar Tidur Anak ↔ Ruang Belajar I PR
Dapur ↔ Ruang Makan I S
Kamar Mandi I S
FASILITAS PENDUKUNG LINGKUP RT 4
359
PERKAMPUNGAN VERTIKAL TINGKAT RT 4
Ruang Serbaguna
Bersosialisasi, Rapat, Rewang
Ruang Utama I P
670 Gudang I S
Janitor I S
Ruang Cuci Koin Komunal
Mencuci, menjemur, menyetrika
Area Cuci Keseluruhan I P
225
Area Pencucian dan Pengeringan I P
Area Setrika Mesin I P
Area Setrika Manual I P
Bak Pengendapan Pakaian I P
Area Peletakan (Meja, Almari) I P
Area Penerimaan (Keranjang, Ember) I P
Ruang Tunggu I P
Tempat Jemur O P
Kamar Mandi I S
Fasilitas Pendukung
Lainnya
Melakukan segala aktivitas dalam RT, meronda, mencuci
motor, bercengkerama
Pos Kamling I P 16,32
Area Cuci Motor I P 89,28
Area Berkebun O P 48
Green House I P 216
Tempat Pengolahan Pupuk I P 15
Area Pembibitan I P 18
Area PKL atau Plaza O P 450
Playground O P 200
Taman RTH RT O P 200
FASILITAS SERVIS LINGKUP RT 4
360
PERKAMPUNGAN VERTIKAL TINGKAT RT 4
Fasilitas Servis
Melakukan segala kegiatan yang memanfaatkan fasilitas servis
dalam perkampungan vertikal RT 1
MCK Umum I S 9
Janitor I S 2,4
Gudang RT I S 36
Ruang Genset I S 75
Ruang Pompa I S 124,8
Ruang Panel I S 31,2
Ruang Karyawan I S 17,28
Shaft MEP I S 1,56
Area Parkir I S 1.525
Gudang Alat I S 9
TPS RT O S 10
Mushola I S 36
LUAS INDOOR (Termasuk Sirkulasi 40%) 12.418,4 m²
LUAS OUTDOOR (Termasuk Sirkulasi 40%) 1.270 m²
Tabel 4. 9 Perhitungan Luas Kebutuhan Ruang Program Perkampungan Vertikal RT 5 Sumber: Analisis Pribadi, 2018
FASILITAS UTAMA LINGKUP RT 5
UNIT HUNIAN PERKAMPUNGAN VERTIKAL RT 5
Nama Fasilitas
Aktivitas Utama Nama Ruang Tipe
Ruang Sifat
Ruang Besaran Ruang
(m²)
Berhuni Ruang Tamu ↔ Ruang Keluarga I SPR
361
Unit Hunian tipe 54
Kamar Tidur Orang Tua ↔ Ruang Kerja I PR 2.646 Kamar Tidur Anak ↔ Ruang Belajar I PR
Dapur ↔ Ruang Makan I S
Kamar Mandi I S
Unit Hunian tipe 72
Berhuni
Ruang Tamu ↔ Ruang Keluarga I SPR
2.376
Kamar Tidur Orang Tua ↔ Ruang Kerja I PR
Kamar Tidur Anak ↔ Ruang Belajar I PR
Dapur ↔ Ruang Makan I S
Kamar Mandi I S
FASILITAS PENDUKUNG LINGKUP RT 5
PERKAMPUNGAN VERTIKAL TINGKAT RT 5
Ruang Serbaguna
Bersosialisasi, Rapat, Rewang
Ruang Utama I P
670 Gudang I S
Janitor I S
Ruang Cuci Koin Komunal
Mencuci, menjemur, menyetrika
Area Cuci Keseluruhan I P
225
Area Pencucian dan Pengeringan I P
Area Setrika Mesin I P
Area Setrika Manual I P
Bak Pengendapan Pakaian I P
Area Peletakan (Meja, Almari) I P
Area Penerimaan (Keranjang, Ember) I P
Ruang Tunggu I P
Tempat Jemur O P
Kamar Mandi I S
Pos Kamling I P 16,32
362
Fasilitas Pendukung
Lainnya
Melakukan segala aktivitas dalam RT, meronda, mencuci
motor, bercengkerama
Area Cuci Motor I P 89,28
Area Berkebun O P 48
Green House I P 216
Tempat Pengolahan Pupuk I P 15
Area Pembibitan I P 18
Area PKL atau Plaza O P 450
Playground O P 200
Taman RTH RT O P 200
FASILITAS SERVIS LINGKUP RT 5
PERKAMPUNGAN VERTIKAL TINGKAT RT 5
Fasilitas Servis
Melakukan segala kegiatan yang memanfaatkan fasilitas servis
dalam perkampungan vertikal RT 1
MCK Umum I S 9
Janitor I S 2,4
Gudang RT I S 36
Ruang Genset I S 75
Ruang Pompa I S 124,8
Ruang Panel I S 31,2
Ruang Karyawan I S 17,28
Shaft MEP I S 1,56
Area Parkir I S 1.000
Gudang Alat I S 9
TPS RT O S 10
Mushola I S 36
LUAS INDOOR (Termasuk Sirkulasi 40%) 9.257,2 m²
LUAS OUTDOOR (Termasuk Sirkulasi 40%) 1.270 m²
363
Tabel 4. 10 Perhitungan Luas Kebutuhan Ruang Program Kawasan Mikro Lingkup RW Sumber: Analisis Pribadi, 2018
FASILITAS UTAMA LINGKUP RW
Nama Fasilitas
Aktivitas Utama Nama Ruang Tipe
Ruang Sifat
Ruang Besaran Ruang
(m²)
Pendopo RW Rapat, bertemu pemerintah atau pengelola, mantenan
Ruang Utama 1 I P
240
MCK Umum 5 I S
Gudang Peralatan 1 I S
Janitor 1 I S
Balai Seni Kreatif
Pelatihan industri kreatif, pelatihan pendidikan, pelatihan seni budaya
Ruang Utama 1 I P
124 MCK Umum 3 I S
Gudang Peralatan 1 I S
Janitor 1 I S
Balai Pengobatan Warga (BP)
Berobat
Ruang Tamu 1 I PR 9,36
Ruang Rapat 1 I PR 15,6
Gudang Obat 1 I S 7,2
Ruang Karyawan 1 I S 7,2
Resepsionis 3 I P 3,12
Kamar Mandi 3 I S 12,48
Gudang Alat Medis 1 I S 20
Ruang Arsip 1 I PR 3,36
Ruang Pengolahan Obat 1 I PR 22
Kamar Praktik 3 I PR 12,975
Kasir 3 I P 3,12
Ruang Tunggu 1 I P 19,8
Gudang atau Janitor 1 I S 3,6
364
Pantry 2 I S 14,4
FASILITAS PENDUKUNG LINGKUP RW
PAUD Pendidikan
Gudang 1 I S 3,6
Kelas 1 I P 36
Ruang Guru 1 I SPR 9,6
Ruang Tamu 1 I SPR 9,36
Ruang Rapat 1 I PR 15,6
Ruang Arsip 1 I PR 3,36
Pantry 1 I S 7,2
Kamar Mandi 2 I S 8,32
Apotek Membeli Obat
Ruang Utama 1 I P 28
Resepsionis 1 I P 1,04
Kasir 2 I P 2,08
Ruang Tunggu 1 I P 19,8
Gudang Obat 1 I S 7,2
Kamar Mandi 1 I S 4,16
Ruang Karyawan Apotek 1 I S 7,2
Pantry 1 I S 7,2
Perpustakaan Kampung
Membaca, Edukasi, Meminjam Buku
Resepsionis 1 I P 1,04
Gudang Buku 1 I S 8,1
Kamar Mandi 2 I S 8,32
Ruang Baca 1 I P 164,85
Ruang Karyawan 1 I S 7,2
Ruang Tamu 1 I SPR 9,36
Pantry 1 I S 7,2
365
Poskesyandu Berobat
Gudang Obat 1 I S 7,2
Gudang Alat Medis 1 I S 20
Ruang Arsip 1 I PR 3,36
Ruang Pengolahan Obat 1 I PR 22
Kamar Praktik 1 I PR 4,325
Kasir 1 I P 1,04
Ruang Tunggu 1 I P 19,8
Resepsionis 1 I P 1,04
Kamar Mandi 2 I S 8,32
Ruang Tamu 1 I SPR 9,36
Ruang Karyawan 1 I S 7,2
Pantry 1 I S 7,2
Fasilitas Pendukung
Lainnya
Melakukan segala kegiatan yang memanfaatkan
fasilitas servis dalam lingkup makro RW 2
Area Makan (Food Court) 1 I P 187,2
Lapangan Sepak Bola 1 O P 11.025
Lapangan Voli dan Futsal 1 O P 243
Lapangan Basket dan Badminton 1 O P 546
Arena Pingpong dan Catur 1 I P 36
Taman RTH RW 1 O P 450
Ampitheater 1 O P 750
Plaza 1 I P 450
Mini Market 1 I P 48
Basecamp Karang Taruna RW 1 I SPR 28,8
Panti Jompo 1 I SPR 156
Koperasi Berdikari 1 I P 18
FASILITAS PENGELOLA LINGKUP RW
366
Kantor Pengelola
Maintenance Bangunan
Kegiatan pengelolaan perawatan bangunan
kawasan RW 2
Gudang 1 I S 3,6
Pantry 1 I S 7,2
Kamar Mandi 4 I S 15,36
Janitor 2 I S 4,8
Ruang Tamu 1 I P 19,2
Ruang Karyawan 1 I S 14,4
Ruang Manager 1 I PR 9,6
Ruang Wakil Manager 1 I PR 9,6
Ruang Rapat 1 I PR 9,6
Ruang Arsip 1 I PR 5,04
Kantor Pengelola
MEP Bangunan
Kegiatan pengelolaan MEP bangunan kawasan RW 2
Gudang 1 I S 3,6
Pantry 1 I S 7,2
Kamar Mandi 1 I S 15,36
Ruang Tamu 1 I P 4,8
Ruang Karyawan 1 I S 19,2
Ruang Manager 1 I PR 14,4
Ruang Wakil Manager 1 I PR 9,6
Ruang Rapat 1 I PR 9,6
Ruang Arsip 1 I PR 9,6
Ruang Pengolahan Air Kawasan 1 I PR 5,04
FASILITAS SERVIS LINGKUP RW
Fasilitas Servis
Melakukan segala kegiatan yang memanfaatkan
TPS RW O S 75
MCK Umum I S 45
Masjid I S 108
Kapel I S 90
367
fasilitas servis dalam lingkup RW
Ruang Panel I S 62,4
Ruang Genset I S 150
Ruang Pompa I S 249,6
Area Parkir Pengelola Kawasan O S 825
Area Parkir Fasilitas Kesehatan O S 740
Area Parkir Fasilitas Pendidikan O S 350
Area Parkir Fasilitas Peribadatan O S 60
Area Parkir Outdoor O S 980
LUAS INDOOR (Termasuk Sirkulasi 40%) 3.718,7 m²
LUAS OUTDOOR (Termasuk Sirkulasi 40%) 19.970,7 m²
368
4.2.2 Rekapitulasi Kebutuhan Ruang Kawasan Mikro (RW 2)
Tabel 4. 11 Rekapitulasi Perhitungan Kebutuhan Ruang Dalam Kawasan Mikro Sumber: Analisis Pribadi, 2018
Tingkat Fasilitas Tipe
Indoor (m²) Outdoor (m²)
RT
Kampung Vertikal RT 1 10.189,6 1.270
Area Parkir RT 1 1.135 -
Total 11.324,6 1.270
Kampung Vertikal RT 2 10.542,2 1.270
Area Parkir RT 2 1.105 -
Total 11.647,2 1.270
Kampung Vertikal RT 3 9.761,2 1.270
Area Parkir RT 3 1.090 -
Total 10.851,2 1.270
Kampung Vertikal RT 4 12.418,4 1.270
Area Parkir RT 4 1.525 -
Total 13.943,4 1.270
Kampung Vertikal RT 5 9.257,2 1.270
Area Parkir RT 5 1.000 -
Total 10.257,2 1.270
Area Parkir
Area Parkir Pengelola - 825
Area Parkir Fasilitas Kesehatan - 740
Area Parkir Area Pendidikan - 350
Area Parkir Fasilitas Peribadatan - 60
Area Parkir Lapangan Sepak Bola - 980
Total - 2.955
RW
Fasilitas Umum Fasilitas Sosial
2.795,7 17.015,7
Fasilitas Pengelola 923 -
Total 3.718,7 17.015,7
Total Akhir Kebutuhan Dibulatkan 61.742 m² 26.320,7 m²
369
4.2.3 Pola Ruang
Tabel 4. 12 Pola Ruang Masing-masing Fungsi Bangunan Sumber: Analisis Pribadi, 2018
FASILITAS UTAMA
Unit Hunian
Pendopo RW dan Balai Seni Kreatif
Balai Pengobatan Warga (BP)
Bagan 4. 1 Pola Ruang Unit Hunian Sumber: Analisis Pribadi, 2018
Bagan 4. 2 Pola Ruang Pendopo RW dan Balai Seni Kreatif Sumber: Analisis Pribadi, 2018
Bagan 4. 3 Pola Ruang Balai Pengobatan Warga (BP) Sumber: Analisis Pribadi, 2018
370
FASILITAS PENDUKUNG
Area Cuci Koin Komunal
Perpustakaan Kampung
Poskesyandu dan Apotek
Bagan 4. 4 Pola Ruang Cuci Koin Komunal Sumber: Analisis Pribadi, 2018
Bagan 4. 5 Pola Ruang Perpustakaan Kampung Sumber: Analisis Pribadi, 2018
Bagan 4. 6 Pola Ruang Poskesyandu dan Apotek Sumber: Analisis Pribadi, 2018
371
Tabel 4. 13 Pola Ruang Masing-masing Fungsi Bangunan Tingkat RT dan RW Sumber: Analisis Pribadi, 2018
POLA TIAP TINGKAT RT
Bagan 4. 7 Pola Ruang Dalam Tingkat RT
Sumber: Analisis Pribadi, 2018
POLA TINGKAT RW
Bagan 4. 8 Pola Ruang Dalam Tingkat RW Sumber: Analisis Pribadi, 2018
372
4.2.4 Program Sistem Struktur dan Sistem Enclosure (Pelingkup)
Pengaplikasian sistem struktur yang akan digunakan pada pilot projek
Penataan Perkampungan Vertikal Pada Kawasan Semanggi Di Surakarta terdiri
dari Whole-structure (Struktur keseluruhan bangunan), Sub-structure (Struktur
bawah bangunan) dan Upper-structure (Struktur atas bangunan).
Tabel 4. 14 Program Masing-masing Sistem Struktur Sumber: Analisis Pribadi, 2018
Sub-structure
Pondasi
Pondasi yang akan digunakan adalah pondasi sumuran. Pondasi ini dipilh karena dari data yang diperoleh tentang kedalaman tanah keras Kota Surakarta bagian timur berada di kedalaman sekitar 1,5 – 10 meter (Sumber: Jurnal Reza Satria Warman, dkk, 2016). Dari perhitungan KLB pilot projek sendiri lantai yang diperbolehkan maksimal adalah 3 lantai, maka dari itu pondasi sumuran dipilih dalam penggunaan pondasi.
Whole-structure
Kolom – Penyelesaian Konstruksi
Sistem struktur yang akan digunakan pada pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal Pada Kawasan Semanggi Di Surakarta adalah struktur rangka. Hal ini merupakan respon dari tujuan efisiensi penggunaan material. Selain itu penggunaan sistem struktur rangka ini dimaksudkan untuk mendukung fungsi dan aktivitas bangunan sebagai wadah masyarakat untuk saling berinteraksi. Konstruksi yang akan digunakan pada perkampungan vertikal nantinya adalah Modular Building System Construction’s karena fungsi bangunan yang lebih mengacu kepada volumetrik sebuah ruang, bukan sebagai bagian ruang seperti tembok, atap, atau lantai, namun sebagai sebuah kesatuan ruang. Sistem struktur dan penyelesaian konstruksi yang
Gambar 4. 3 Pengaplikasian Pondasi Sumuran (Kiri) dan Gambar Kerja Sumber: https://google.com
373
memungkinkan perencanaan ekspansi pada bangunan tanpa melakukan demolisasi dan pembuangan limbah sehingga dapat menghemat energi. Beberapa hal diatas merupakan salah satu prinsip dari Arsitektur Tektonika.
Balok dan Slab – Penyelesaian Konstruksi
Pada penerapan struktur balok dan plat lantai pada pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal Pada Kawasan Seamnggi Di Surakarta ini menggunakan sistem waffle-slab. Waffle-slab dipilih karena ada penerapan teknologi Holedeck’s Concrete Slab. Sistem balok dan plat lantai ini bisa meminimalisir penggunaan material beton sebesar 55% dari beton standar, sekaligus mengurangi ketebalan pelat lantai untuk memungkinkan penambahan lantai pada perkampungan vertikal nantinya. Holedeck adalah sistem pelat struktural terbuka yang dapat mengakomodasi lampu, saluran dan peralatan mekanis lainnya di dalam dan sekitar strukturnya. Holedeck mempermudah akses maintenance, merawat dan mengatur ulang peralatan yang ada di langit-langit. Sistem plat ini juga mengurangi gema pada area luas di dalam perkampungan vertikal nantinya. Penerapan teknologi ini merupakan pengolahan bahan akan menentukan kualitas arsitektur secara keseluruhan, sehingga mampu memunculkan ekspresi bangunan.
Gambar 4. 4 Contoh Penyelesaian Konstruksi Struktur Rangka Lewat Pendekatan Tektonika (Gambar 1 dan 2) dan Sistem Modular Bongkar Pasang (Gambar 3)
Sumber: https://pinterest.com
(1) (2) (3)
Gambar 4. 5 Pengaplikasian Studi Teknologi Holedeck Concrete Slab Pada Pembalokan dan Plat Lantai
Sumber: https://www.archdaily.com/779340/this-innovative-concrete-slab-system-uses-up-to-
55-percent-less-concrete
374
Upper-structure
Struktur dan Konstruksi Atap
Konstruksi dan struktur atap yang akan digunakan pada pilot projek adalah konstruksi atap kayu. Konstruksi yang akan ditampilkan pada beberapa bangunan bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi penggunanya. Material kayu dipilih juga karena faktor konteks lingkungan Kota Solo yang kental dengan adat budaya jawa. Pemilihan material ini merupakan suatu tahap perancangan menggunakan konsep tektonika, yakni harmonis meleburkan citra ruang, penyelesaian konstruksi, pengolahan material dengan benar, jujur dan wajar sehingga memunculkan keindahan. Kayu pada umumnya bisa menunjuk pada tampilan yang dihasikan melalui proses konstruksi, dimana bentuk yang hadir tampil dengan wajah yang menggambarkan hubungan material secara ekspresif.
Tabel 4. 15 Program Masing-masing Sistem Pelingkup (Enclosure) Sumber: Analisis Pribadi, 2018
Penutup Lantai
Dalam unit hunian nantinya akan menggunakan penutup lantai dengan bahan keramik supaya mempermudah penghuni dalam perawatan. Selain itu pemilihan penutup lantai dengan keramik ini dikarenakan kemudahan dalam mencari pada daerah kawasan mikro. Keramik yang digunakan nantinya bermotif sederhana dengan tipologi yang disamakan dengan keramik rumah-rumah di kampung. Material keramik dipilih dalam penerapan karena berhubungan dengan salah satu prinsip tektonika yakni penggabungan material-material yang sesuai dengan elemen penyusun bangunan. Bekas-bekas pecahan keramik yang rusak juga nantinya tidak luput dari penggunaan. Beberapa dekorasi jenis keramik akan digabungkan menjadi sebuah permaknaan tentang keberagaman yang bisa bersatu dan membuat sebuah tampilan visual menjadi lebih kuat.
Gambar 4. 6 Contoh Penerapan Material Kayu Pada Struktur dan Konstruksi Atap Sumber: https://pinterest.com
375
Penggunaan Floor Hardener digunakan pada area pengelola dan fasilitas-fasilitas lainnya serta bangunan pendopo seni kreatif.
Penutup Dinding
Material dinding yang digunakan pada projek ini terdiri dari beberapa macam. Untuk pembatas ruang luar dan ruang dalam, menggunakan Mycotech. Kelebihan dari material jenis ini adalah ringan namun dapat menjaga ruang dalam dari pengaruh luar. Dari segi kekuatannya, material ini dapat menyaingi batu bata dan kayu. Keunggulan lainnya, harga bahan tersebut lebih ekonomis, ramah lingkungan, dan bebas dari resin sintetis. Material yang dipilih ini juga dapat mengurangi pantulan suara dalam koridor perkampungan vertikal.
Untuk pembatas ruang privat pada hunian akan menggunakan susunan batu bata secara stereotomic, artinya material struktur yang sejenis disusun dengan cara ditumpuk, sedangkan untuk kamar anak pada hunian nantinya akan menggunakan dinding partisi kalsiboard, polycarbonate atau kertas shoji, menggunakan rangka hollow dan diolah lagi sehingga bisa fleksibel dengan aktivitas dalam hunian. Pada ruang-ruang semi permanen dalam hunian nantinya akan digunakan juga kelambu. Pemilihan material dinding penyekat ini untuk memaksimalkan pencahayaan alami maupun buatan dalam hunian.
Khusus untuk ruang-ruang pengelola, karena membutuhkan pengawasan yang cukup tinggi maka menggunakan dinding pemisah yang menggunakan kombinasi dari kaca dan bahan lain yang sesuai.
Gambar 4. 7 Material Penutup Lantai Floor Hardener (1) dan Keramik (2 dan 3) Sumber: https://google.com
(1) (2) (3)
Gambar 4. 8 Material Penutup Dinding Permanen dan Dinding Partisi Penyekat Sumber: https://myeco.th dan https://pinterest.com
376
Penutup Langit-langit (Plafon)
Dalam pilot projek nantinya tidak rencanakan penutup langit-langit, struktur balok horizontal akan sengaja diperlihatkan sebagai sebuah puisi ruang volumetrik. Tidak digunakannya plafon juga dilandasi karena penggunaan teknologi holedeck’s slab yang mempermudah dalam perawatan instalasi-instalasi dalam unit hunian.
Penutup Atap
Material penutup atap pada bangunan kampung vertikal menggunakan genteng tanah liat. Material ini mudah didapatkan dalam kawasan Semanggi dengan harga yang terjangkau. Material ini juga ringan dan tahan panas. Genteng juga bisa membantu untuk menyerap kebisingan. Untuk perlindungan termal, nantinya dalam proses konstruksi penutup atap sebelum genteng akan dilapisi dengan aluminium foil.
Dalam Kitab Suci, Kitab Kejadian 2:7 “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” Dalam Kejadian 2, kata yang dipakai dalam kaitan dengan manusia pertama adalah "membentuk". Allah menghembuskan nafas-Nya, "nafas hidup, ke dalam "tanah liat" (adamah) itu sehingga menjadi "makhluk yang hidup" (nefesh hayah). "Nefesh" adalah suatu kata yang berarti "kehidupan", "vitalitas", "kepribadian yang hidup" (Sumber: https://id.wikipedia.org pada 7 Maret 2018 pukul 05:41). Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa manusia mendiami planet bumi saat ini berasal dari unsur tanah yang berproses (Sumber: Buku Emosi: Penjelajahan Religio Psiokogis, M Darwis Hude).
Gambar 4. 9 Material Beton Pre-Cast Pada Pengaplikasian Holedeck's Concrete Slab Sumber: https://www.archdaily.com/779340/this-innovative-concrete-slab-system-uses-
up-to-55-percent-less-concrete
Gambar 4. 10 Material Penutup Atap Genteng Tanah Liat Sumber: https://id.wikipedia.org
377
4.2.5 Program Sistem Utilitas
Tabel 4. 16 Program Pengimpletasian Masing-masing Sistem Utilitas Sumber: Analisis Pribadi, 2018
SISTEM AIR BERSIH
Sumber air bersih pada pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal Pada Kawasan Semanggi Di Surakarta menggunakan 4 jenis sumber air bersih, yakni melalui saluran PDAM sekitar kawasan, sumur pribadi, tendon pengumpul air hujan (Rain Water Tank) yang terdapat pada setiap bangunan vertikal dan dari kolam retensi kawasan untuk membantu supply air bersih ataupun air pemadam kebakaran.
Sistem pendistribusian pada pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal Pada Kawasan Semanggi Di Surakarta menggunakan sistem distribusi Down-feed, karena sistem ini memiliki keunggulan-keunggulan antara lain, lebih hemat energi dan masih dapat digunakan pada saat terjadi pemadaman listrik.
SISTEM AIR KOTOR
Limbah cair yang berasal dari dapur, kamar mandi, dsb. yang tergolong kedalam grey water, dialirkan menuju bak pengumpul limbah untuk selanjutnya diolah melalui filter organik atau bio-filtration sehingga hasil pengolahannya dapat digunakan kembali, dengan catatan bukan untuk air yang dikomsumsi.
Limbah air hujan dari atap dialirkan ke dalam saluran drainase bangunan, disadap dan dilewatkan pada saringan berlubang (screen) dan saringan kasar horizontal media batu kapur dan ditampung di dalam subreservoir (Sarbidi, 2012). Air yang ditampung subreservoir dimanfaatkan sebagai air bersih, air baku dan kebutuhan untuk bangunan, halaman maupun kawasan. Jika air hujan dalam tampungan over flow dari subreservoir dialirkan ke dalam sumur resapan air hujan.
Limbah padat yang berasal dari toilet, dalam hal ini adalah kotoran manusia, pada dasarnya dapat terurai dengan menggunakan bio septictank, tetapi limbah ini dapat digunakan lagi sebagai media penyubur tanaman melalui proses filtrasi organik.
Gambar 4. 11 Pendistribusian Utilitas Sistem Air Bersih Pada Bangunan Sumber: Analisis Pribadi, 2018
378
JARINGAN LISTRIK
Dalam pilot projek nantinya genset untuk mengganti jaringan listrik pusat apabila terjadi pemadaman pada waktu-waktu tertentu.
Selain menggunakan genset, pada pedestrian dan lapangan olahraga akan direncakanan menggunakan Pavegen Floor Tiles yang bisa menghasilkan energy listrik melalui energy kinetik para pejalan kaki atau penggunanya.
Menurut SNI 03-1733-2004, Setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum 450 VA per jiwa dan untuk sarana lingkungan sebesar 40% dari total kebutuhan rumah tangga.
SISTEM KOMUNIKASI
Sistem komunikasi dalam perkampungan vertikal nantinya akan menggunakan pengeras suara, kentongan dan telepon.
Gambar 4. 12 Pengolahan Limbah Air Menjadi Air Bersih Sumber: https://google.com
Gambar 4. 13 Distribusi Listrik Lewat Energi Kinetik (Kiri) dan Mesin Genset (Kanan) Sumber: https://google.com
Gambar 4. 14 Sistem Komunikasi Dalam Perkampungan Vertikal Sumber: https://google.com
379
JARINGAN PEMBUANGAN SAMPAH
Sampah yang timbul pada bangunan ini dipilah-pilah sesuai dengan sifatnya, sampah organik dipisahkan dengan sampah anorganik. Untuk sampah organik dapat dimanfaatkan kembali menjadi kompos lalu dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman di sekitar bangunan. Untuk sampah anorganik dipilahpilah kembali, beberapa ada yang didaur ulang dan yang sudah tidak layak dibuang ke TPS RT lalu menuju TPS RW.
SISTEM PENGAMANAN KEBAKARAN
Pada sistem penanggulangan kebakaran terhadap bangunan bangunan kampung vertikal akan menggunakan tangga darurat yang menggunakan jenis dinding massif yang anti-api. Dalam Permen PU No. 26 Tahun 2008, bahan lapis penutup tahan api yang antara lain terbuat dari 13 mm, papan plester tahan api atau 12 mm, lembaran semen serat selulosa dengan tingkat ketahan api minimal 30 menit, pintu darurat, sprinkler dan smoke detector dan APAR.
Pada perencanaan ruang luar, projek ini menggunakan Hydrant Pillar.
SISTEM KENYAMANAN TERMAL
Dalam perkampungan vertikal juga terdapat standar kenyaman termal dari perlindungan panas melalui penggunaan material dan proteksi struktur konstruksi bangunan. Untuk mencapai kenyamanan termal dalam unit hunian, konstruksi bangunan dengan kulit luar yang diberi ventilasi silang dengan persyaratan penampang lintang ventilasi bagian belakang pada setiap tempat adalah 2cm dan perbedaan tinggi minimum 10% antara masuk dan keluarnya udara.
Gambar 4. 15 Jaringan Pendistribusian Pembuangan Sampah Sumber: https://google.com
Gambar 4. 16 Hydrant Pillar Outdoor dan Sprinkle Dalam Bangunan Sumber: https://google.com
380
SISTEM PENCAHAYAAN ALAMI
Dalam pilot projek Penataan Perkampungan Vertikal ini pencahayaan alami dilakukan dengan membuat bukaan-bukaan pada dinding dan beberapa pada atap supaya terang langit dapat masuk ke dalam ruangan. Pencahayaan alami hendaknya diaplikasikan semaksimal mungkin di dalam bangunan untuk mencegah timbulnya jamur dan mengurangi ruang-ruang yang lembab.
Lewat tema desain tentang arsitektur tektonika, aspek pencahayaan dihitung untuk mencari standar kenyamanan dalam bangunan, Dari perhitungan tersebut, bentuk-bentuk cahaya alami yang masuk akan bisa lebih dirasakan sehingga bisa mempengaruhi psikologis yang positif bagi masyarakat kampung vertikal.
SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN
Untuk ruang-ruang yang tidak dimungkinkan mengaplikasikan pencahayaan alami dapat menggunakan lampu sebagai pencahayaan buatan. Dapat dilakukan dengan mengaplikasikan lampu-lampu di titik tertentu di area bangunan. Tingkat terang pada bangunan ini idealnya 60lux.
Gambar 4. 17 Contoh Pengaplikasian Sistem Pencahayaan Alami Pada Bangunan Sumber: https://pinterest.com
Gambar 4. 18 Pengaplikasian Pencahayaan Buatan Dalam Bangunan Sumber: https://google.com
381
SISTEM PENGHAWAAN
Sistem penghawaan pilot projek ini menggunakan penghawaan alami untuk perkampungan vertikal dan penghawaan buatan di ruang-ruang pengelola.
Menurut SNI 03-6572-2001 ventilasi alami yang disediakan idak kurang dari 5% terhadap luas lantai ruangan. Dalam area unit hunian akan direncakanan dengan kenyamnan suhu yang Nyaman optimal, antara temperatur efektif 22,80°C - 25,80°C dengan kelembaban udara relatif yang dianjurkan antara 40% - 50%.
Unit Hunian nantinya akan didesain dengan ventilasi silang.
Pada area pengelola AC yang dipakai menggunakan jenis AC split karena perbedaan aktivitas dan kebutuhan pada tiap ruangnya.
SISTEM TRANSPORTASI DALAM BANGUNAN
Penggunaan sistem transportasi vertikal dibutuhkan pada projek ini, karena Perkampungan Vertikal ini direncanakan terdiri maksimal 3 lantai. Beberapa sistem transportasi vertikal yang digunakan pada proyek ini, yaitu tangga dengan peletakan sentral didalam bangunan dengan jarak pencapaian terjauh ±30 meter dan ramp untuk penyandang disabilitas dan orang-orang lanjut usia dengan standar kemiringan tidak melebihi 1:12.
Gambar 4. 19 Sistem Penghawaan buatan Menggunakan AC dan Alur Penghawaan Alami Sumber: https://pinterest.com
Gambar 4. 20 Penerapan Tangga Manual dan Ramp Untuk Sirkulasi Vertikal Bangunan Sumber: https://pinterest.com
382
SISTEM PENANGKAL PETIR
Sistem yang diterapkan pada setiap bangunan perkampungan vertikal menggunakan sistem Thomas karena memiliki jangkauan yang luas. Selain itu Sistem Thomas juga ramah lingkungan.
SISTEM KEAMANAN BANGUNAN
Dalam pilot projek sistem keamanan aktif yang dilakukan dengan menggunakan jasa (security) yang bertugas mengontrol keamanan seluruh aktivitas skala makro (RW).
Untuk keamanan masing-masing RT dalam Bangunan Perkampungan Vertikal tetap menggunakan kebudayaan masyarakat dengan penyediaan poskamling seperti kampung horizontal pada umumnya.
Untuk area pengelola bangunan menggunakan system CCTV yang terpasang pada tiap sudut ruang bersama, baik indoor maupun outdoor.
SISTEM PENGAMANAN BANJIR PADA KAWASAN MIKRO DAN MAKRO
Perbaikan jaringan drainase kawasan mikro maupun makro dengan pelebaran.
Penanaman vegetasi dengan jenis tanaman keras pada wilayah jalur hijau dan daerah hijau ditanami dengan kerapatan tanaman yang tinggi dengan konsep Interactive Urban Forestry.
Pembuatan embung atau kolam retensi pada RW 2 yang nantinya akan menampung air limpasan RW 2, selian itu kolam retensi ini juga bisa menjaga siklus iklin mikro kawasan RW 2.
Adanya sumur resapan pada 5 bangunan perkampungan (Tiap RT) di kawasan RW 2.
Gambar 4. 21 Penangkal Petir Sistem Thomas Sumber: https://google.com
Gambar 4. 22 Sistem Keamanan Aktif dan CCTV Sebagai SIstem Pengamanan Pasif Sumber: https://google.com
383
Rain Harvesting atau pemanenan air hujan pada setiap bangunan perkampungan vertikal di RW 2.
Membentuk beberapa titik biopori pada area perkerasan di RW 2 Kawasan Semanggi.
SISTEM PENERAPAN TEKNOLOGI
Dalam penerapan teknologi area perkerasan menggunakan Suregreen PP40 Grass Pavers, merupakan sebuah teknologi yang dapat dijadikan alternatif untuk mengganti perkerasan dengan daya serap air hingga >90%.
Penggunaan Pavegen’s Floor Tiles pada area fasilitas olahraga dan pedestrian. Material ini mengandalkan energy kintetik pejalan kaki untuk menghasilkan energi terbarukan yang dapat digunakan kembali yang cukup kuat untuk menyalakan listrik. Pavegen’s Floor Tiles juga memiliki sensor API nirkabel, yang mentransmisikan data tentang perilaku gerakan di daerah di mana material ini dipasang.
Mengolah Modular Building System Construction’s dalam penyelesaian konstruksi bangunan pada projek, khususnya pada perkampungan vertikal. Ini merupakan sebuah metode pelaksanaan pembangunan dengan memanfaatkan material atau komponen fabrikasi yang dibuat di luar lokasi projek atau di dalam lokasi projek.
Gambar 4. 23 Kolam Retensi Kawasan Makro (1), Perbaikan Drainase Untuk Air Limpasan dan Vegetasi Keras Untuk Konsep Urban Forestry (3)
Sumber: https://pinterest.com
(1) (2) (3)
Gambar 4. 24 Modular Building System (1), Pavegen’s Floor (2) dan Grass Paver’s (3) Sumber: https://google.com
(1) (2) (3)
384
4.2.6 Program Tapak Kawasan
Tabel 4. 17 Program Tapak Pada Kawasan Mikro Sumber: Analisis Pribadi, 2018
PROSENTASE RUANG TERBUKA HIJAU
Dalam perencanaan minimal ruang terbuka hijau dalam kawasan RW 2 adalah 20% dari luas kebutuhan lahan. Ruang terbuka hijau terbagi dalam setiap perkampungan vertikal RT dengan jumlah total 6.350 m² (masing-masing Perkampungan Vertikal RT adalah 1.270 m²). Ruang terbuka hijau pada masing-masing RT akan direncanakan antara lain area berkebun untuk produksi komsumsi warga dalam kampung vertikal, taman milik RT, sedikit perkerasan pada plaza dan playground. Sedangkan dalam skala RW luas kebutuhan ruang terbuka hijau adalah 19.970,7 m² yang digunakan sebagai lapangan sepak bola, taman milik RW, Ampitheatre dan sedikit perkerasan pada beberapa area olahraga.
Dari perhitungan KDH minimal, kawasan makro harus menyediakan minimal 24.248,68 m².
PERBAIKAN IKLIM MIKRO
Untuk perbaikan iklim mikro dalam lingkup kawasan makro RW 2 menggunakan pendekatan konsep zero run-off dengan 3 komponen utama yakni, Sistem Penampungan Air Hujan (SPAH) pada skala mikro (masing-masing bangunan perkampungan vertikal), Kolam Retensi (Dalam skala RW 2) dan Sumur Resapan (Pada masing-masing bangunan perkampungan vertikal RT). Untuk menunjang konservasi air tanah, maka terdapat beberapa lubang biopori yang bisa membantu meresapkan air ke dalam tanah.
Selain beberapa konsep meresapkan air diatas, Sistem Penampungan Air Hujan (SPAH) pada masing-masing bangunan perkampungan vertikal RT bisa memanfaatkan cadangan air hujan yang telah diolah tersebut sebagai air bersih. Kolam Retensi juga berguna untuk memperbaiki iklim mikro dalam kawasan RW 2. Kolam Retensi ini juga bisa dimanfaatkan kembali setelah diolah untuk membantu mensuplai kebutuhan air bersih dalma skala kawasan. Lubang-lubang biopori juga bisa dimanfaatkan untuk pembuatan kompos dari limbah alami dari rumah tangga.
Gambar 4. 25 Contoh Perencanaan Ruang Terrbuka Hijau Sumber: https://archdaily.com
385
PERLINDUNGAN BANGUNAN DAN PENGUATAN TANAH
Dalam pengembangan daerah tepian sungai Bengawan Solo akan direncakanan dengan perkuatan tanggul sungai. Dengan mencermati desain tanggul dari perencanaan DD Dan LARAP Tanggul Bengawan Solo Kota Surakarta oleh Balai Besar Sungai Bengawan Solo.
Sedangkan upaya dalam pencegahan erosi tanah adalah dengan membuat sisipan cangkok perdu, akar perdu akan mengikat lerengan sungai. Atau cara lain dengan meletakkan concrete lawn block terlebih dahulu pada lerengan.
JENIS VEGETASI
Vegetasi dalam tapak kawasan akan tetap dipertahankan dan ada beberapa yang dipindah. Penambahan vegetasi yang akan dimasukkan dalam kawasan mikro maupun makro diantaranya Bambu, bambu merupakan pohon yang bisa membantu menciptakan iklim mikro pada kawasan. Selain itu batang-batang bambu bisa dipanen dan dipakai untuk menunjang pelatihan industri kreatif kerajinan tangan di RW 2.
Selain bambu, ada juga pohon akasia (Acacia Mangium, Acacia Crassicarpa). Pohon Akasia membantu memperbaiki struktur tanah, mencegah terjadinya banjir dan tanah longsor, dengan daya
Gambar 4. 27 Pohon Akasia
Sumber: http://www.aprilasia.com
Gambar 4. 28 Pohon Trembesi
Sumber: https://alampriangan.com
Gambar 4. 26 Penerapan Biopori (1), Pengolahan Limbah Cair Dengan Biofilter (2) dan Perencanaan Kolam Retensi Pada Kawasan Mikro (3)
Sumber: https://google.com
(1) (2) (3)
386
serap karbondioksida 5.295,47 (kg/pohon/tahun).
Penanaman pohon trembesi sebagai peneduh kawasan juga diletakkan dalam perencanaan lansekap. Pohon trembesi bisa tumbuh sampai engan ketinggian bisa mencapai hingga 20 meter dan tajuknya sangat lebar. Pohon Trembesi mampu menyerap 28.442 (kg/pohon/tahun).
Untuk peneduh ruang terbuka hijau menggunakan Pohon Ketapang Kencana. Pohon Ketapang Kencana mampu tumbuh di iklim pesisir (dataran rendah) yang memiliki curah hujan kurang lebih 1.000 hingga 3.500 mm per tahun. Pohon Ketapang Kencana adalah pohon besar yang rindang. Tingginya bisa mencapai 10 – 20 meter, dengan lebar batang sebesar 1,5 meter.
Untuk menyerap polusi udara dalam kawasan menggunakan Pohon Angsana dan Pohon Mangga yang sudah ada pada eksisting kawasan.
Gambar 4. 29 Pohon Ketapang Kencana
Sumber: https://www.gardener.id
Gambar 4. 30 Pohon Angsana
Sumber: http://www.biodiversitywarriors.org
PENUTUP AREA PERKERASAN
Penggunaan Pavegen’s Floor Tiles pada area fasilitas olahraga dan pedestrian. Material ini mengandalkan energi kintetik pejalan kaki untuk menghasilkan energi terbarukan yang dapat digunakan kembali yang cukup kuat untuk menyalakan listrik. Pavegen’s Floor Tiles juga memiliki sensor api nirkabel, yang mentransmisikan data tentang
Gambar 4. 31 Pavegen’s Floor Tiles
Sumber: https://www.dezeen.com
387
perilaku gerakan di daerah di mana material ini dipasang.
Perkerasan jalanmenggunakan Top Mix Permeable yakni, teknologi beton berongga yang mampu meresapkan air hingga 8000L dalam setiap menitnya.
Gambar 4. 32 Top Mix Permeable Sumber: http://www.vwrrc.vt.edu
Penerapan teknologi area perkerasan menggunakan Suregreen PP40 Grass Pavers, merupakan sebuah teknologi yang dapat dijadikan alternatif untuk mengganti perkerasan dengan daya serap air hingga >90%.
Gambar 4. 33 Suregreen PP40 Grass
Pavers Sumber: https://google.com
Pada area ruang terbuka hijau menggunakan rumput gajah mini dan rumput peking. Penggunaan material penutup atap ini juga mengikuti tipologi vegetasi pada kawasan sendiri, yakni rerumputan yang didominasi oleh rumput gajah, rumput jalu dan cocor bebek. Rumput gajah mini cukup baik untuk area sirkulasi yang bisa dikombinasikan dengan grass block. Rumput peking merupakan jenis rumput yang memiliki pertumbuhan yang baik, sehingga dapat digunakan sebagai ground cover pada area ruang terbuka hijau tapak. Dengan adanya rerumputan sebagai penutup tanah, maka air hujan dapat meresap kedalam tanah dan bisa memperbaiki kualitas air tanah sehingga bisa menunjang perbaikan iklim mikro kawasan RW 2.
Gambar 4. 34 Rumput Gajah Mini Sumber: https://en.indotrading.com
Gambar 4. 35 Rumput Peking
Sumber: https://google.com
388
Pada beberapa perpaduan perkerasan di area ruang terbuka hijau dan plaza PKL menggunakan grass block. Grass block juga membantu peresapan air ke tanah.
Gambar 4. 36 Grass Block Area Perkerasan
Sumber: https://google.com
Dalam perencanaan pilot projek, area amphitheatre banyak difungsikan sebagai pusat aktivitas para warga seperti menonton budaya, seni tari atau sekedar menikmati ruang terbuka, maka dari aspek kenyamanan, fungsi dan pola aktivitas tersebut, area perkerasan itu menggunakan buis beton dengan warna alami batu kali yang diisi dengan kerikil dan disusun secara stereotomic. Dari penyusunan tersebut buis beton mengarah pada area yang lebih tinggi. Buis beton yang diisi kerikil bertujuan untuk meresapkan air kedalam tanah lewat sela-sela tumpukan kerikil.
Gambar 4. 37 Perkerasan Pada Gua Maria
Penadaran, Gubug Jawa Tengah Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018
TEMPAT PENGOLAHAN LIMBAH
Pengolahan limbah tipe black water dari unit hunian di perkampungan vertikal akan diwadahi dengan bio-septictank. Tangki ini mampu mengolah limbah padat dengan cepat menjadi limbah cair tanpa bau dan berwarna jernih ketika keluar dari tanki pengolahan ke selokan. Limbah padat diolah oleh sebuah biofilter yang dilengkapi dengan bakteri pengolah limbah menjadi cairan dan disalurkan lewat melalui
Gambar 4. 38 Biofilter
Sumber: https://google.com
389
pipa desinfektan yang dapat merubah cairan menjadi tidak berbau dan berwarna bening.
Gambar 4. 39 Alur Pengolahan Limbah Cair
Pada Biofilter Sumber: https://google.com
Limbah cair yang berasal dari dapur, kamar mandi, dsb. yang tergolong kedalam grey water, dialirkan menuju bak pengumpul limbah untuk selanjutnya diolah melalui filter organik atau bio-filtration sehingga hasil pengolahannya dapat digunakan kembali, dengan catatan bukan untuk air yang dikomsumsi.
Limbah air hujan dari atap dialirkan ke dalam saluran drainase bangunan, disadap dan dilewatkan pada saringan berlubang (screen) dan saringan kasar horizontal media batu kapur dan ditampung di dalam subreservoir (Sarbidi, 2012). Air yang ditampung subreservoir dimanfaatkan sebagai air bersih, air baku dan kebutuhan untuk bangunan, halaman maupun kawasan. Jika air hujan dalam tampungan over flow dari subreservoir dialirkan ke dalam sumur resapan air hujan.
Gambar 4. 40 Potongan Biofilter
Sumber: https://google.com
Gambar 4. 41 Potongan Biofilter
Groundtank Sumber: https://google.com
390
Pada area perkerasan diletakkan juga biopori, Biopori adalah lubang sedalam 80 – 100 cm dengan diameter antara 10 sampai dengan 30 cm, sebagi lubang resapan untuk menampung air hujan dan meresapkannya kembali ke dalam tanah. Resapan Lubang Biopori juga mampu mendukung daya tampung tanah terhadap air hujan, mengurangi genangan air, sehingga dapat mengurangi volume debit air dalam kawasan.
Resapan lubang biopori juga bisa dimanfaatkan sebagai pembuatan kompos alami dari sampah organik yang dimasukkan dalam lubang biopori. Bila lubang biopori yang dibuat berdiameter 10 cm dengen kedalaman 100 cm, maka setiap lubang dapat menampung 7.8 liter sampah organik dan dapat diisi dengan sampah organik selama 2-3 hari. (Sumber: https://bioporibdg.wordpress.com pada 17 Desember 2017 pukul 23:55 WIB)
Gambar 4. 42 Biopori dan Pengolahan
Sampah Organik Sumber: https://bioporibdg.wordpress.com
Gambar 4. 43 Pengaplikasian Lupang
Biopori Sumber: https://google.com
4.2.6 Program Perhitungan Sistem Bangunan
a. Perhitungan Debit Air Limpasan Kawasan (Qmaksimum)
Dalam menghitung debit air hujan yang jatuh dalam kawasan
menggunakan asumsi rumus perhitungan:
Qmaksimum = I x A
391
Keterangan:
Qmaks : Debit Air Hujan yang Jatuh Dalam Kawasan
I : Rata-rata Intensitas Curah Hujan (mm/tahun)
A : Luas Area Kawasan (m²)
Dalam pilot projek ini menggunakan data dari Badan Pusat
Statistik Kota Surakarta tentang curah hujan dalam kurun 5 tahun
(2012-2016).
Tabel 4. 18 Rata-rata Banyak Curah Hujan Pada Kawasan Mikro Dalam Kurun Waktu 5 Tahun
Sumber: Analisis Pribadi, 2018 dan Data BPS Kota Surakarta
Periode Tahun Banyaknya Curah Hujan (mm) / Tahun
2012 3774,6 mm/tahun
2013 2615,8 mm/tahun
2014 1703,1 mm/tahun
2015 1744,8 mm/tahun
2016 1187 mm/tahun
Rata-rata 2205,06 mm/tahun
Perhitungan:
Qmaks = I x A
= 2205,06 (mm/tahun) x 60.621,7 (m²)
= 2,206 x 60.621,7
= 133.731,47 m³/tahun
Dari data intensitas curah hujan tersebut maka minimal lahan
embung retensi yang hendaknya dirancang dalam kawasan bisa
menampung 133.731,47 liter air hujan per tahun.
392
b. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih
Tabel 4. 19 Perhitunga Kebutuhan Air Bersih Pada Kawasan Mikro Sumber: Analisis Pribadi, 2018 dan SNI
Pelaku Standar Jumlah Total Kebutuhan
Air (Liter/hari)
Penghuni RT 1 120 311 37.320
Penghuni RT 2 120 306 36.720
Penghuni RT 3 120 298 35.760
Penghuni RT 4 120 410 49.200
Penghuni RT 5 120 276 33.120
Pengelola 120 150 18.000
Total 1.753 210.360 Liter/hari
Cadangan Air 20% 42.072
Total AKhir 252.432 Liter/hari
Untuk pemakaian rata-rata, dilakukan perhitungan
menggunakan rumus:
Qh= Qd/T
Keterangan:
Qh = Pemakaian air rata-rata (Liter/jam)
Qd = Pemakai air rata-rata sehari (Liter)
T = Jangka Waktu Pemakaian (Jam)
Perhitungan:
Qh = 252.432
24
= 10.518 Liter/jam
Diasumsikan:
Tandon air menampung air untuk 2 hari
393
Penggunaan air pada jam puncak 2x dari jam normal
Jam Puncak terjadi 3x sehari selama 3 jam
Kebutuhan air selama 2 hari (cadangan air):
Volume kebutuhan air selama 2 hari = Volume Tandon
2 x 252.432 Liter = A + B
504.864 Liter = A + B
Kebutuhan air pada jam puncak
Qhmax= C x Qh
Keterangan:
Qhmax = Pemakaian air jam puncak
C = Konstanta (1,5-2)
T = Pemakaian air rata-rata (Liter/jam)
Perhitungan:
Qhmax = 2 x 10.518 Liter/jam
= 21.036 Liter/jam
Volume Tandon Atas = 21.036 Liter
Volume Tandon Bawah = 504.864 Liter – 21.036
= 483.828 Liter
c. Perhitungan Beban Listrik Bangunan
Tabel 4. 20 Perhitungan Beban Listrik Pada Kawasan Mikro Sumber: Analisis Pribadi, 2018
Pelaku Standar Luas (m²) Total Kebutuhan
Listrik (watt)
Penghuni RT 1 450 VA 12.594,6 5.667.570
394
Penghuni RT 2 450 VA 12.917,2 5.812.740
Penghuni RT 3 450 VA 12.121,2 5.454.540
Penghuni RT 4 450 VA 15.213,4 6.846.030
Penghuni RT 5 450 VA 11.527,2 5.187.240
Pengelola 450 VA 3.718,7 1.673.415
Kawasan 180 VA 19.970,7 3.594.726
Total 60.621,7 30.645.855 Watt
395
BAB V
KAJIAN TEORI PENGEMBANGAN DAN PENATAAN KAWASAN SEMANGGI SEBAGAI MIX-USED URBAN DISTRICT DI SURAKARTA
5.1 Kajian Teori Tema dan Penekanan Desain
Pada perencanaan dan perancangan pilot projek Penataan
Perkampungan Vertikal Pada Kawasan Semanggi Di Surakarta ini
menggunakan tema desain Arsitektur Tektonika, yang akan diimplementasikan
baik secara makro maupun mikro pada tapak terpilih. Arsitektur Tektonika
berhubungan erat dengan konsep yang berkaitan dengan material, struktur
dan konstruksi, namun tektonika lebih menekankan pada aspek estetika yang
dihasilkan oleh suatu sistem struktur atau ekspresi dari suatu konstruksi yang
mempunyai aspek simbolik yang representatif agar mampu melahirkan
identitas arsitektur yang kaya akan budaya.
5.1.1 Uraian Interpretasi dan Elaborasi Teori Tema dan Penekanan
Desain
a. Tema Desain Arsitektur Tektonika
Pengertian secara etimologi dari tema desain Arsitektur
Tektonika yakni:
Pengertian tektonika menurut Frampton (1995:4) tektonika berasal
dari kata tekton dan sering ditulis sebagai kata tektonamai dalam
bahasa Yunani yang secara harafiah berarti pertukangan kayu atau
pembangun. Dalam bahasa Sansekerta dapat disamakan dengan
Recommended