View
219
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
105
BAB IV
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PERHITUNGAN
BAGI HASIL (MUDHARABAH) DALAM ASURANSI TAKAFUL
KELUARGA CABANG SEMARANG
Perjanjian asuransi adalah hal yang baru yang belum pernah terjadi pada
masa Rasulullah SAW, para sahabat serta tabi’in, sehingga dalam hukum Islam
tidak terdapat kajian tentang hukum boleh tidaknya aturan asuransi dilakukan.
Namun dalam fiqh Islam ada satu bentuk perbuatan yang hampir sama dengan
asuransi yang kita kenal dengan kafalah.
Menurut penulis keberadaan asuransi saat ini adalah satu upaya manusia
semata-mata untuk mengantisipasi atau menanggulangi resiko yang dihadapinya,
baik asuransi keluarga atau asuransi umum. Timbulnya berbagai kejadian yang
tidak kita duga membuat manusia berfikir untuk menanggulangi resiko tersebut,
agar hal-hal yang tidak terduga tersebut dapat diatasi nantinya. Hal ini juga
tersirat dalam pengertian kafalah, yaitu mempersatukan tanggungjawab dengan
tanggungjawab lainnya dalam tuntutan secara mutlah, baik berkaitan dengan jiwa,
uang, materi, atau pekerjaan.
Perbedaan antara asuransi dengan kafalah adalah pada obyek
pertanggungan, dalam asuransi yang menjadi obyek pertanggungan adalah jiwa,
sedangkan dalam kafalah yang menjadi obyek pertanggungan adalah jiwa, uang
dan materi. jadi berdasarkan hal tersebut dapatlah penulis katakan bahwasannya
keberadaan asuransi sangat signifikan dalam kehidupan manusia mendatang guna
mengantisipasi resiko yang menimpanya.
106
Yang menjadui permasalahan adalah operasioanal asuransi, selama ini
asuransi konvensional menggunakan sistem bunga sehingga hal ini menimbulkan
kontra bagi umat Islam.dengan adanya asuransi syari’ah, umat Islam tidaklah
ragu-ragu dalam mengasuransikan diri dan keluarganya.
A. Analisa Konsep Mudharabah
Asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan yang bergerak dalam
bidang pertanggungan, merupakan sebuah institusi modern hasil temuan dari
dunia barat yang lahir bersamaan dengan adanya semangat pencerahan.
Institusi ini bersama dengan lembaga keuangan menjadi motor penggerak
ekonomi pada era modern dan berlanjut pada masa sekarang. Sebagai mahluk
sosial kebutuhan akan kerja sama antar satu pihak dengan pihak lain guna
meningkatkan taraf perekonomian dan kebutuhan hidup atau keperluan-
keperluan lain dan semua itu tidak bisa diabaikan.
Hal ini dipraktekan dalam pelaksanaan program asuransi syari’ah,
dimana peserta yang mengikuti asuransi syari’ah ini dituntut untuk senantiasa
bekerjasama saling menolong antar sesama peserta lain, sehingga dapat
mengurangi beban pada saat terjadinya musibah.
Dalam ajaran Islam mengajarkan kepada kita untuk saling kerjasama
dan saling tolong menolong dalam hal kebaikan karena kita sebagai manusia
diciptakan oleh Allah untuk saling menyayangi kepada semua mahluk Allah.
Takaful atau asuransi syari’ah mengandung banyak manfaat bagi
kemaslahatan umat manusia, karena dengan asuransi syari’ah umat dapat
107
menabung atau menyimpan uang secara teratur berinvestasi aman, hal ini
berguna untuk memenuhi keperluan saat sekarang dan yang akan datang dari
premi yang terkumpul, peserta asuransi memiliki persediaan dana untuk ahli
warisnya, jika suwaktu-waktu ditakdirkan meninggal dunia. Peserta akan
menerima kembali tabungan uang yang terkumpul ditambah dengan bagian
keuntungan investasi dan kelebihan dana santunan jika ada. secara umum
asuransi keluarga mempunyai makna yang tidak sempit, bahkan mempunyai
arti yang representatif dalam dinamika kehidupan hukum Islam yaitu tolong
menolong, investasi, derma dan infaq.1
Adapun mengenai praktek asuransi berdasarkan pada akad takafuli dan
akad mudharabah yaitu untuk akad yang didasarkan pada prinsip bagi hasil,
dimana dana premi yang terkumpul dalam total rekening tabungan (saving)
dapat di investasikan oleh perusahaan asuransi yang mana resiko investasi di
tanggung berasama antara perusahaan dengan peserta asuransi. Akad
mudharabah terwujud tatkala dana yang terkumpul dalam perusahaan asuransi
diproyeksikan menghasilkan keuntungan (profit), karena landasan dasar awal
akad mudharabah adalah bagi hasil maka keuntungan tersebut dibagi bersama
sesuai dengan porsi nisbah yang disepakati. Jika perusahaan asuransi
mengalami kerugian, maka kerugian itu akan ditanggung bersama antara
peserta dengan perusahaan asuransi, dimana pada asuransi takaful keluarga
cabang Semarang menetapkan nisbah 60%: 40%.
1 Hasil wawancara dengan ibu Choisah, selaku staf finansial consultan di Asuransi
Takaful Cabang Semarang.
108
Dalam kegiatan perekonomian Islampun mengakui adanya motif profit
atau keuntungan dalam kegiatan usahanya. Begitu juga dengan lembaga
keuangan asuransi syari’ah. Namun, motif tersebut terikat oleh batasan-
batasan hukum syar’i, dengan batasan-batasan itulah maka jika ajaran islam
dilaksanakan dalam kegiatan ekonomi, pemakaian profit atau keuntungan
tidak akan membawa manusia pada individualisme yang ekstrim yang hanya
mementingkan diri sendiri tanpa memperdulikan kepentingan-kepentingan
orang lain.
Keuntungan atau profit yang diperoleh peserta asuransi itu biasanya
lebih besar jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan
asuransi, hal ini karena peserta asuransi telah mengusahakan modalnya, yaitu
berupa premi-premi yang dibayarkan ke perusahaan asuransi.
Sebagaimana telah penulis kemukakan dalam bab III, Asuransi
Takaful Keluarga cabang Semarang merupakan suatu lembaga keuangan
dengan pola syari’ah menggunakan sistem bagi hasil (mudharabah) sesuai
dengan hukum Islam pada kegiatan usahanya, Asuransi Takaful Keluarga
cabang semarang dalam menerapkan konsep muamalah Islamiyah dibidang
ekonomi yakni dalam pengumpulan dana premi para nasabah dan
menyalurkan dana premi itu keberbagai jenis investasi yang sesuai dengan
prinsip syari’ah. Dengan prinsip ini asuransi syari’ah berusaha mengajak
kepada para nasabah pemilik premi untuk berpartisipasi pasif dan para
pengusaha perusahaan asuransi partisipan aktif melaksanakan pilar syari’ah
kerjasama ekonomi dengan sistem bagi hasil (mudharanbah) menjauhi riba,
109
maisir, dan gharar. Mengenai basic perhitungan tarif premi pada Asuransi
Takaful Keluarga cabang Semarang yang dipakai adalah tabel mortalitas,
asumsi bagi hasil (mudharabah) dan biaya asuransi yang adil dan tidak
mendhalimi peserta. Faktor inilah yang dipakai dalam menentukan tarif
asuransi keluarga yang dapat membedakan dengan asuransi konvensional
yaitu prinsip perhitungan bagi hasil mudharabah pada asuransi syari’ah,
sedangkan pada asuransi konvensional dengan bunga.
Dalam mempertemukan kepentingan antara pemilik modal dengan
perusahaan asuransi maka perusahaan asuransi takaful keluarga
mengembangkan sistem mudharabah yaitu kerja sama antara shahibul maal
dengan pihak mudharib, dimana pihak asuransi diberi kuasa penuh untuk
menjalankan usahanya sesuai dengan prinsip syari’ah.
Mengenai kepemilikan modal asuransi takaful keluarga mempunyai
hak dalam kepemilikan modal yaitu dana yang terkumpul peserta dalam
bentuk iuran atau kontribusi merupakan milik peserta (shohibul maal)
perusahaan hanya pemegang amanah dalam mengelola dana tersebut.
Berkaitan dengan perhitungan bagi hasil ini, asuransi takaful
menerapkan ketentuan khusus antara lain ;
a. Asuransi takaful keluarga cabang Semarang mencampurkan dan
mengumpulkan semua dana premi yang tersedia dalam satu pool.
b. Biaya ditanggung oleh perusahaan asuransi dan peserta asuransi hanya
menanggung sebagian kecil saja.
110
c. Pembagian dilakukan setelah ada pemotangan biaya operasional seperti
klaim, premi reasuransi dan beban pengelolaan (loading).
d. Kerugian ditanggung bersama
e. Nisbah bagi hasil antara nasabah dan perusahaan sudah ditentukan oleh
pihak perusahaan pada awal transaksi dan bersifat tidak tetap, artinya
perusahaan asuransi akan menentukan besar kecilnya nisbah bagi hasil
dengan menyesuaikan situasi dan kondisi perekonomian dalam perusahaan
dan tidak ada tawar-menawar dengan peserta asuransi.
Sedangkan berkaitan dengan rukun mudharabah asuransi syari’ah di
Asuransi takaful keluarga cabang Semarang adalah sebagai berikut ;
- Adanya pelaku kerjasama, dalam kegiatan usahanya asuransi takaful
keluarga cabang Semarang dalam hal pengelolaan harus saling
bekerjasama yaitu antara mudharib dan shohibul maal. Dan mampu
melakukan transaksi dan sah secara hukum, hal ini dapat terealisir pada
waktu awal perjanjian antara perusahaan dan peserta asuransi, dimana
peserta asuransi sebagai shohibul maal dan perusahaan asuransi sebagai
mudharib. Pada perusahaan asuransi takaful cabang Semarang dimana
kedudukannya sebagi mudharib berkuasa penuh atas dana yang terkumpul
dari shohibul maal, dalam hal ini adalah kumpulan dana premi dari peserta
asuransi. Dengan adanya pengawasan dari DPS (Dewan Pengawas
Syari’ah), jadi dengan adanya DPS yang bertugas mengawasi dan
menetralisir pengelolaan dana premi tersebut yang diarahkan ke arah yang
sesuai dengan aturan Islam.
111
- Adanya sighat (ijab qobul)
Setelah penulis amati adanya sighat pada Asuransi Takaful Keluarga
Cabang Semarang sudah terealisir dengan baik, dimana adanya ijab qobul
antara perusahaan dan peserta asuransi, diantara keduanya telah sepakat
atas kerja samanya dalam kurun waktu yang telah dicantumkan pada
aplikasi sejak pertama menjadi peserta asuransi dan dicantumkan atau
dituliskan dalam polis (perjanjian antara perusahaan dengan peserta
asuransi).
- Adanya modal dan usaha pada asuransi takaful keluarga cabang Semarang
menurut penulis modal diasumsikan dengan premi yang telah dibayarkan
setiap periode oleh peserta asuransi ke pihak perusahaan asuransi. Modal
atau dana premi yang terkumpul tersebut diusahakan atau dikelola oleh
perusahaan asuransi tanpa adanya campur tangan oleh pihak peserta
asuransi. Mengenai kepemilikan modal perusahaan asuransi hanya sebagai
pemegang amanah dan mengelolanya dengan penuh amanah pula.
- Nisbah keuntungan
Pada asuransi takaful keluarga cabang semarang dalam pembagian nisbah
keuntungan antara perusahaan asuransi dengan peserta asuransi sudah
ditentukan oleh pihak perusahaan pada awal transaksi dan tidak ada tawar
menawar antara perusahaan dan peserta asuransi. Jika nisbah yang
ditentukan oleh perusahaan asuransi 60 % untuk peserta berarti 40 %
untuk perusahaan. Maka peserta tidak bisa menawarnya dan jika tidak
setuju dengan nisbah yang ditetapkan oleh perusahaan, maka bagi calon
112
peserta boleh mengundurkan diri tidak menjadi anggota di perusahaan
Asuransi Takaful Keluarga Semarang. hal ini menghindari adanya
ketidakadilan atau ketidakrelaan diantara keduannya.
Dengan melihat uraian sistem bagi hasil dan syarat dan rukun
mudharabah yang dilakukan oleh perusahaan Asuransi Takaful Keluarga
cabang Semarang, maka jika dilakukan analisis dengan menggunakan konsep
mudharabah akan kita lihat persamaan dan perbedaan diantara keduanya,
dalam hal ini pada sistem bagi hasil asuransi syari’ah takaful keluarga dengan
sistem mudharabah;
a. Jika dalam sistem yang berlaku di asuransi takaful keluarga cabang
Semarang menetapkan biaya yang ditanggung oleh perusahaan asuransi
dan peserta asuransi hanya menanggung sedikit, hal ini sama dengan yang
berlaku dalam sistem mudharabah yaitu biaya ditanggung oleh kedua
belah pihak. Dengan demikian memang benar basisi perhitungan di
asuransi takaful keluarga cabang Semarang menggunakan cara bagi hasil
(mudharabah), disinilah yang menjadi tolak ukur keadilan yang ada,
dimana untung dan rugi akan ditanggung oleh kedua belah pihak, tanpa
adanya pembedaan antara mudharib dan shohibul maal.
b. Dalam penetapan nisbah, diperusahaan asuransi takaful keluarga cabang
Semarang, telah menetapkan nisbah dari awal oleh pihak perusahaan
asuransi, tanpa adanya tawar menawar dengan nasabah atau peserta
asuransi, tetapi dalam akad mudharabah untuk nisbah pembagian bagi
113
hasil ada tawar menawar diawal perjanjian, jadi peserta dapat mengajukan
usul untuk jumlah nisbah bagi hasilnaya.
Menurut pendapat penulis, perbedaan yang terjadi sebenarnya tidak
signifikan, hanya berkisar pada tataran praktis, tetapi masih memegang satu
konsep atau kesamaan konsep yaitu konsep mudharabah. Sebagaimana definsi
mudharabah yang dikemukakan oleh Hasan Ali bahwa mudhrabah
merupakan satu bentuk akad yang didasarkan pada prinsip profit and loss
sharing (berbagi atas untung dan rugi), dimana dana yang terkumpul dalam
total rekening tabungan (saving) dapat di investasikan oleh perusahaan
asuransi yang resiko investasi investasi ditanggung bersama antara perusahaan
dan peserta.2
Dimana akad mudharabah terwujud tatkala dana yang terkumpul
dalam perusahaan asuransi itu diinvestasikan dalam wujud usaha yang
diproyeksikan menghasilkan keuntungan (profit) karena landasan dasar
mudharabah ini adalah prinsip profit dan loss sharing maka jika perusahaan
mendapat keuntungan, maka keuntungan tersebut dibagi bersama sesuai
dengan porsi nisbah yang disepakati dan sebaliknya jika perusahaan merugi
kerugian tersebut ditanggung bersama perusahaan asuransi dan peserta
asuransi.
Selain itu definisi mudharabah yang dikemukakan oleh Ahmad
Ghazali bahwa mudharabah adalah kerjasama antara dua pihak dimana
shohibul maal menyediakan modal sedangkan mudharib menjadi pengelola
2 Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Op.Ci,. hlm. 141
114
dana, dengan keuntungan dan kerugian dibagi menurut kesepakatan diantara
mereka. 3
Agama tidak memberikan suatu ketentuan yang pasti tentang kadar
kententuan ketentuan yang akan dimiliki atau yang akan dibagihasilkan
kepada masing-masing pihak yang melakukan transaksi mudharabah. Hal ini
dikembalikan kepada kesepakatan yang sudah mereka buat sebelumnya. Salah
satu prinsip penting yang diajarkan oleh Islam dalam lapangan muamalah ini
adalah bahwa pembagian itu dikembalikan kepada kesepakatan yang penuh
kerelaan serta tidak merugikan dan dirugikan oleh pihak manapun yaitu antara
mudharib dan shohibul maal. 4
Tidak ada aturan maupun sikap yang menolak jika dilakukan sedikit
penyesuaian dalam isi dan bentuk kontrak mudharabah agar dapat dijalankan
lebih efesien dan efektif dalam memberikan keuntungan bagi kedua belah
pihak. 5 Jika keduanya sepakat untuk membuat persyaratan ditentukan guna
lebih menjamin keuntungan dan mempertinggi produktifitas, hal ini tidakah
salah sepenjang persyaratan ini tidak menyalahi ketentuan-ketentuan umum
syrai’at. 6 Hal ini sesuai dengan kaidah;
ان االحكم تتغير الزمان
Artinya; Sesungguhnya hukum berubah dengan berubahnya zaman. 7
3 Ahmad Ghazali, Jangan ada Bunga di Antara Kita, Jakarta: PT. Elek Media Komputindo, 2005, hlm. 92.
4 Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993, hlm. 15 5 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Jilid IV, Yogyakarta: Dana Bakthi Wakaf,
1995, hlm. 447. 6 Helmi Karim, Op.cit. 7 Hasbi Ash Asidiqi, falsafah Hukum Islam, Semarang: PT Pustaka Rizqi Putra, 2001,
hlm. 323.
115
Tidak ada teks yang melarang dari salah satu dan kedua belah untuk
menentukan perhitungan bagi hasil selama ketetuan tersebut berdasarkan
karelaan masing-masing dan tidak adanya unsur penghalalan yang haram dan
pengharaman yang halal. Atas dasar inilah tidak ada larangan bagi perusahaan
asuransi menentukan ketentuan atas prosentase nisbah yang ditentukan oleh
pihak perusahaan asuransi sedangkan peserta asuransi hanya menyetujui
perjanjian prosentase nisbah yang ditentukan oleh pihak perusahaan asuransi,
sedangkan peserta asuransi hanya menyetujui perjanjian prosentase nisbah
yang ditentukan perusahaan asuransi artinya peserta asuransi tidak berwenang
untuk menentukan nisbah bagihasilnya atau tidak adanya tawar menawar
dengan perusahaan asuransi, tetapi dalam akad mudharabah untuk nisbah
pembagian hasil ada tawar menawar diawal jadi peserta asuransi berhak
mengajukan usul untuk jumlah nisbah bagi hasilnya. Jika pihak peserta
asuransi tidak merasa keberatan, maka hal ini juga diperbolehkan dalam Islam,
karena semua itu tergantung pada kesepakatan diantara keduanya.
Pada dasarnya agama Islam tidak melarang (membolehkan) umatnya
untuk menerapkan persyaratan diantara mereka. Tasyri Islam memberikan
kebebasan kepada mereka dalam mengadakan transaksi.
Hal ini sesuai dengan prinsip sulthanul iradah (kekeuasaan
berkehendak).8 Didalam membuat akad, si Aqid dapat mengemukakan
8 Ibid. Hlm. 75
116
berbagai syarat yang ia kehendaki adapun mengenai kebolehan untuk
menerapkan syarat adalah sesuai dengan firman Allah :
).34: اإلسراء . ( وأوفوا بالعهد إن العهد كان مسؤوال....
Artinya ; Sempurnakanlah segala janjimu, karena sesungguhnya janji itu akan diminta pertanggungan jawab (QS. al-isra. 34) 9
).1: املائده . ذين آمنوا أوفوا بالعقوديا أيها ال
Artinya : Hai orang-orang yang beriman tunaikan segala akad-akadmu (QS. al-Maidah; 1). 10
Nash-nash diatas memberi pengertian bahwa suatu akad atau
perjanjian yang dilakukan oleh seseorang dengan kehendak yang dilakukan
oleh seseorang dengan kehendak menimbulkan kepercayaan orang kepada
setiap hasil dari bermuamalah itu. Sampai dimana kekuasaan para pihak yang
berakad dalam mengadakan perubahan terhadap akad yang telah ditentukan
oleh syara. Dalam hal ini al-Qur’an menjelaskan dengan syarat yang bersifat
umum.
).188: البقراه . (وال تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل
Artinya ; Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang batil….(QS. al-Baqarah. 188) 11
)رواه ابو داود. (حا أحل حراما أو حرم حالالالمسلمون على شروطهم إال صل
9 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro,. hlm. 227 10 Ibid,. hlm. 84 11 Ibid,. hlm. 23
117
Artinya : Orang-orang Islam berada diatas syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang mengaharmkan yang halal atau menghalalkan yang haram. 12
Dari hadits diatas menjelaskan tentang prinsip umum dalam
melakukan akad atau transaksi. Orang muslim dalam melakukan transaksinya
tergantung oleh syarat yang akan mereka sepakati bersama antara kedua belah
pihak, kecuali syarat yang haram. Dalam perusahaan asuransi akad atau
transaksi yang disepakati antara anggota atau peserta asuransi dengan
pengelola asuransi (perusahaan asuransi).harus berdasarkan syarat-syarat yang
mereka terapkan bersama jika syart-syarat tersebut telah disepakati maka
kedua belah pihak (peserta dan perusahaan asuransi) terikat dalam suatu ikatan
(al-aqdu) yang harus yang harus dipatuhi bersama, kecuali syarat-syarat tidak
sesuai dengan ketentuan syari’ah.
B. Analisis Penerapan atau Implementasi Prinsip Asuransi Syari’ah di
Asuransi Takaful Keluaraga Cabang Semarang
Setelah penulis meneliti sebenarnya apakah pada asuransi Takaful
Keluarga cabang Semarang telah merealisasikan dalam kinerjanya, tentang
adanya prinsip-prinsip asuransi syari’ah yang telah ada atau hanya sebatas
“omong kosong” belaka, yang akan menyesatkan dan menjadi “topeng” bagi
perekonomian Islami pada masyarakat khususnya bagi para muslim yang
mengingikan berasuransi yang amam dimana bertujuan menjaga keamanan
12 Sunan Abu Daud Sunan, Abu Daud, Juz 3, Bairut Libanon: Dar al-Kitab al-ilmiah,
1996, hlm. 511.
118
bagi keluarga, hartanya dan sekaligus mengivestasikan dananya pada
perusahaan asuransi cabang Semarang.
Pada prinsip yang ada dalam asuransi syari’ah tidaklah jauh berbeda
dengan prinsip dasar yang berlaku pada konsep ekonomi Islami secara
komprehensif dan bersifat major. Hal ini disebabkan karena kajian asuransi
syari’ah merupakan turunan (minor) dari konsep ekonomika Islam. Biasanya
literatur ekonomika Islami selalu melakukan penurunan nilai pada tataran
konsep atau institusi yang ada dalam lingkup kajiannya, seperti halnya
asuransi. 13
Pada asuransi Takaful keluarga Cabang Semarang menerapkan.
Pertama, Prinsip ketuhanan yang merupakan prinsip pondasi utama dalam
berasuransi yang harus diperhatikan adalah bagaimana seharusnya
menciptakan suasana dan kondisi bermuamalah yang tertuntut oleh nilai-nilai
ketuhanan, dimana setiap melakukan aktivitas berasuransi ada keyakinan
dalam hati bahwa Allah SWT selalu mengawasi seluruh gerak langkah dan
selalu bersama kita. Tauhid sendiri dapat diartikan sebagai suatu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan manusia dengan segala atribut yang melekat pada
diri manusia adalah fenomena sendiri yang realitasnya tidak dapat dipisahkan
dari penciptanya. Hal ini dapat kita lihat pada QS. al-Hadid. (57);4.
ما كنتم نأي كمعم وه4: احلديد ... (و.(
Artinya :……dan dia selalu bersamamu dimanapun kamu berada…(QS. al-Hadid.57:4) 14
13 Hasan Ali, Op.Cit. hlm. 125 14 Departemen Agama, Op.Cit. hlm. 430.
119
Menurut penulis kalau pemahaman semacam ini bahwa “Allah SWT
selalu bersama kita dimanapun kita berada” terbentuk dalam setiap pelaku
ekonomi yang tersebut dalam perusahaan asuransi maka tahap awal masalah
yang sangat urgensi telah berlalu dan dapat melangsungkan kegiatan ekonomi
dengan baik.
Setelah penulis perhatikan baik karyawan dan direktur di Asuransi
Takaful Keluarga Cabang Semarang sudah menjalankan prinsip ketauhidan
ini, seperti yang telah penulis sampaikan pada bab III tentang adanya kegiatan
rutin perusahaan asuransi yang dilakukan setiap bulan sekali dengan
mengadakan perjanjian, meskipun perjanjian ini merupakan kegiatan intern
perusahaan tapi ini merupakan langkah kongkrit adanya keinginan untuk
berusaha berkerja dengan mengikutsertakan Allah SWT sebagai pengawas
dalam kinerjanya selama ini, dalam perjanjian MES (Masyarakat Ekonomi
Syari’ah) ini pengusaha-pengusaha di luar pengusaha. Pengusaha asuransi
juga ada pengusaha lain yang mana pada prinsipnya dalam usahanya dengan
menggunakan prinsip syari’ah salah satunya prusahaan Toha Putra, dengan
adanya perjanjian MES ini mudah-mudahan ada kemajuan karena adanya
kritik dan saran oleh para pengusaha yang satu dengan yang lainnya.
Kedua, Prinsip keadilan, keadilan sangatlah diinginkan oleh semua
manusia dimuka bumi ini, tanpa keadilan pastilah ada yang merasa dirugikan,
dilecehkan, dan hanya mau menang sendiri. Dan adapun yang memerintahkan
kita untuk bersikap adil sesuai dengan firman Allah SWT dalam suarat an-
Nahl ayat 90 yang artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil
120
dan berbuat kebajiakan, memberi kepada kaum kerabat”. Pada asuransi
takaful keluarga cabang Semarang prinsip keadilan telah ditegakkan hal ini
dipahami sebagai upaya dalam menempatkan hak-hak dan kewajiban antara
nasabah atau peserta asuransi dengan perusahaan asuransi. peserta asuransi
dengan perusahaan asuransi telah memposisikan pada kondisi yang
mewajibkannya untuk selalu membayar iuran uang santunan (premi) dalam
jumlah tertentu kepada perusahaan asuransi. Sedangkan peserta akan
mendapat hak untuk mendapatkan sejumlah dana santunan jika terjadi
peristiwa kerugian. Setelah penulis melakukan penelitian di Asuransi Takaful
Syari’ah Cabang Semarang, antara kewajiban dan hak peserta asuransi telah
terlaksana dengan semestinya dimana peran peserta telah memenuhi
kewajibannya untuk membayar uang premi yang telah ditentukan diawal
perjanjian dengan perusahaan asuransi dan mengenai hak yang akan diperoleh
peserta asuransi yaitu sejumlah dana santunan yang diberikan perusahaan
asuransi kepada peserta asuransi jika terjadi peristiwa kerugian, hal ini penulis
kemukakan tentang kewajiban dan hal peserta asuransi.
Sedangkan mengenai kewajiban perusahaan asuransi yang berfungsi
atau berkewajiban mengelola dana yang terkumpul dari iuran premi dari
peserta asuransi dengan jalan yang halal dan berkewajiban membayar klaim
(dana santunan) kepada peserta asuransi yang telah terjadi kerugian, dan
mengenai hak perusahaan adalah mendapatkan bagi hasil dari hasil
pengelolaan dana yang dikelolanya. Selain itu prinsip adil dibutuhkan ketika
menentukan nisbah mudharabah, bagi hasil dalam surplus underwriting dan
121
bagi hasil antara perusahaan dan peserta. Karena itulah transparansi dalam
asuransi syari’ah menjadi sangat penting.
Islam secara ‘gamblang’ menjelaskan mengenai ketulusan dan
transparansi dalam bermuamalah, al-Qur’an dengan tegas menekankan
perlunya hal ini dalam nilai bermuamalah, yang tersirat dalam QS al-An’Am;
152.15 Dengan demikian prinsip keadilan serta prinsip amanah pada Asuransi
Takaful Keluarga cabang Semarang telah ditegakan.
Ketiga, Prinsip tolong menolong (ta’awun) hakikat asuransi Islam
adalah saling bertanggung jawab, bantu membantu dan saling tolong
menolong satu sama lainnya. Oleh karena itu berasuransi diperbolehkan secara
syari’ah, karena prinsip dasar syari’ah mengajak kepada setiap sesuatu yang
berakibat keeratan jalinan sesama manusia dan kepada sesuatu yang
meringankan bencana mereka sebagai mana firman Allah dalam Surat al-
Maidah ayat 2.
Asuransi syari’ah juga mengarah kepada berdirinya sebuah masyarakat
yang tegak diatas asas saling membantu dan tolong menolong karena setiap
muslim terhadap muslim lainnya sebagimana sebuah bangunan yang saling
menguatkan kepada bagian lainnya.
Pada Asuransi Takaful Keluarga cabang Semarang prinsip ta’awun
telah terealisir dalam sebuah kegiatan usahanya salah satunya bagi setiap
15 Artinya, “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa, dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabatmu, dan patuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat”.Departemen Agama, Op.Cit. hlm. 117.
122
peserta asuransi yang ingin menjadi peserta asuransi, maka secara tidak
langsung harus mempunyai niat dan motifasi untuk menolong dan
meringankan beban saudaranya.
Keempat, Prinsip kerjasama, prinsip ini merupakan prinsip universal
yang selalu ada dalam literatur ekonomi Islam. Manusia sebagai mahluk yang
mendapat mandat dari khlaiq Nya untuk mewujudkan kemakmuran dimuka
bumi, mempunyai dua wajah yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya,
yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. kita sebagi mahluk sosial
selalu memerlukan orang lain, karena itu harus adanya sikap saling kerjasama.
Ajaran-ajaran Islam pada umumnya dan terutama ayat-ayat al-Qur’an
berulang-ulang menekankan nilai kerjasama dan kerja kolektif. Kerjasama
dengan tujuan beramal sholeh adalah perintah Allah, baik dalam masalah-
masalah spiritual, urusan ekonomi atau kegiatan sosial. 16 Dalam asuransi
syari’ah pun ada prinsip kerjasama, kerjasama dalam bisnis asuransi Asuransi
Takaful Keluarga cabang Semarang terwujud dalam akad antara peserta dan
perusahaan asuransi yaitu adanya akad mudharabah
Kelima, Prinsip gharar, gharar merupakan apa-apa yang akibatnya
tersembunyi dalam pandangan kita, dan akibat yang mungkin muncul adalah
yang kita takuti. Sedangkan menurut Wahbah Az –zuhali memberikan
pengertian tentang gharar sebagai al-khatar dan al-taghrir, yang artinya
penampilan yang menimbulkan kerusakan (harta) atau sesuatu yang
tampaknya menyenangkan tetapi hakikatnya menimbulkan kebencian atau
16 Monzar Kahf, Ekonomi Islam (telaah analisis terhadap fungsi sistem ekonomi islam),
Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1995, hlm. 57-58.
123
sesuatu yang tidak diketahui pasti benar atau tidaknya, dapat diartikan sesuatu
yang lahirnya menarik, tetapi dalamnya belum jelas diketahui. 17
Pada Asuransi takaful Keluarga cabang Semarang, gharar,
ketidakpastian dapat dinetralisir yaitu dengan cara;
a. Bentuk akad syari’ah yang melandasi penutupan polis, dimana dalam
konsep Asuransi Takaful Keluarga Cabang Semarang keadaan ini akan
lain karena akad yang dipergunakan adalah akad takafuli yang saling
menjamin yaitu semua peserta asuransi menjadi penolong dan penjamin
satu dengan lainnya. Lain halnya di asuransi konvensional, dimana
perjanjian akadnya adalah tabaduli (pertukaran) yaitu pertukaran
pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Akad pertukaran ini tidak
jelas berapa yang akan dibayarkan dan berapa yang akan diterimanya,
dengan adanya masalah ini maka muncullah keadaan menjadi rancu atau
tidak pasti (gharar), karena kita tidak tahu berapa yang akan dibayar tetapi
kita tahu berapa yang akan diterimannya (sejumlah uang pertanggungan).
b. Sumber dana pembayaran klaim.
Pada Asuransi Takaful Keluarga cabang Semarang pembayaran klaim
diambil dari dana tabarru. Karena konsep dalam Asuransi Takaful
Keluarga cabang Semarang setiap pembayaran premi sejak awal akan
dibagi menjadi dua, yaitu masuk ke rekening pemegang polis dan satu lagi
masuk ke rekening khusus peserta yang akan diniatkan sebagai derma,
17 Muhammad et.al, Visi al-Qur’an Tentang Etka dan Bisnis, Jakarta: Salemba Diniyah,
200,2 hlm. 156.
124
tabarru. Jadi peserta asuransi mengetahui dari mana sumber dana
pertanggungan yang diberikan kepadanya berasal.
Sebagai contoh perhitungan pembayaran klaim pada Asuransi
Takaful; (lihat tabel terlampir).
Apabila terjadi klaim pada asuransi yang masa perjanjiannya 10
tahun dan pembayaran premi 3 juta per tahun, kemudian pada tahun ke 5
perserta meninggal dunia, maka pertanggungan yang diberikan sebesar
30.673.124,-. Nilai nominal 16.985.624,- bukan merupakan gharar.
Karena dana ini berasal dari dana kematian + nilai tunai tahun ke 5 + bagi
hasil. Sehingga dana kematian yang diterima peserta tidaklah gharar
karena jelas dari mana asalnya yaitu dari dana kematian (tabarru dan
jumlah bagi hasil ) sesuai dengan premi yang dibayarkannya.
Lain halnya pada asuransi konvensional apabila terjadi klaim
seperti asuransi yang diambil sepuluh tahun dan pembayaran premi
sebesar 1.500.000, per tahun, kemudian pada tahun ke 5 meninggal dunia,
maka pertanggungan yang diberikan sebesar 15.000.000,-, hal ini berarti
uang 7.500.000,- yang bukan merupakan cicilan premi selama 5 tahun
adalah gharar dan tidak jelas dari mana asalnya.
Keenam, Prinsip Maisir, untung-untungan merupakan salah satu alasan
yang dikemukakan oleh para ulama yang tidak boleh membenarkan adanya
asuransi. Perlu kita ketahui bahwa salah satu ciri judi adalah keuntungan
sepihak dengan mengalahkan pihak lainya dan jika memperoleh kekalahan,
maka kekalahan tersebut sebagai pengganti dari kemungkinan menang. Dari
125
pengertian diatas menurut pengamatan penulis pada Asuransi Takaful
Keluarga cabang Semarang tidak membuka peluang dengan adanya
keuntungan sepihak, parameter keuntungan bagi tertanggung yakni
berdasarkan pada ansuran premi tetap, sesuai dengan jumlah selama waktu
yang telah disepakati ditambah dengan bagi hasil Asuransi Takaful Keluarga
cabang Semarang berusaha untuk mengurangi resiko dan bersifat sosial serta
membawa kemaslahatan bagi keluarganya, sedangkan judi atau pertaruhan
untung-untungan justru menciptakan resiko, tidak sosial dan bisa membawa
petaka bagi keluarganya.
Ada beberapa segi yang membedakannya antara permainan judi
dengan asuransi syari’ah sebagai berikut:
1. Suatu pertaruhan berdasarkan suatu kejadian yang pasti akan terjadi
yang tidak pasti ialah hasil dari kejadian itu atau pihak mana yang akan
beruntung. Adapun asuransi didasarkan atas suatu kejadian yang dapat
terjadi, tetapi tidak harus atau tidak pasti akan terjadi.
2. Pertaruhan tidak menguntungkan masyarakat, sedangkan asuransi
mempunyai faidah bagi masyarakat.
3. Suatu perjanjian asuransi dikuatkan oleh undang-undang dan
dituliskannya dalam polis, sedangkan perjudian lazimnya tidak.
4. Dalam persetujuan asuransi kejadian atau bahaya terhadap jaminan tidak
diinginkan akan terjadi, baik oleh penanggung maupun oleh tertanggung,
hal ini tidak berlaku dalam pertaruhan atau judi.
126
5. Dalam perjanjian asuransi, jaminan yang diberikan dimaksudkan untuk
menjaga kepentingan pihak tertanggung , dalam pertaruhan tidak ada
maksud demikian. 18
6. Perbedaan yang lain adalah bahwa asuransi itu bertujuan mengurangi
resiko, bersifat sosial dan membawa maslahat bagi keluarganya.
Sedangkan judi justru menciptakan resiko. 19
Ketujuh, Prinsip larangan riba. Pada Asuransi Takaful Keluarga
cabang Semarang prinsip larangan riba sangatlah penting karena salah satu
tujuan adanya atau berdirinya Asuransi Takaful Keluarga Cabang Semarang
adalah dalam rangka menghindari praktek riba. Dengan adanya Dewan
Pengawas Syari’ah (DPS) semua premi yang terkumpul dari peserta dikelola
atau di investasikan sesuai dengan hukum syar’I yaitu menjauhi haram dan
dalam pembagian keuntungan yang diperoleh peserta bukan berdasarkan
bunga, namun, dari pendapatan perusahaan atas hasil investasi atau pengelolan
premi tersebut sehingga pada Asuransi Takaful Keluarga cabang Semarang
bebas dari bunga.
Asuransi keluarga tidak bisa disamakan dengan riba, karena sifatnya
adalah ta’awun dan perlindungan sosial, serta berdasarkan prinsip kerjasama
dalam menghadapi resiko. Mengenai anggapan adanya riba dalam asuransi itu
hanya adanya kelebihan menerima penerimaan uang santunan dari pada
pembiayaan premi, baik yang diterima tertanggung maupun ahli warisnya.
Namun demikian, dalam asuransi keluarga terdapat tolong-menolong dalam
18 Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam, Bandung: CV Diponegoro, 1984, hlm. 135.
19 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah, Jakarta: CV Haji Masagung, 1993, hlm. 131
127
kebaikan dan terdapat manfaat yang dapat dirasakan oleh penanggung dan
tertanggung. Bahkan mengambil sesuatu yang maslahat sangat dianjurkan
dalam Islam, sehingga akan terhindar dari kemudharatan. Kelebihan itupun
hasil dari bagi hasil penginvestasian dari dana premi yang telah diusahakan
oleh perusahaan. Jadi pada Asuransi Takaful Keluarga Cabang Semarang
bebas dari riba.
Recommended