View
557
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dikemukakan hasil penelitian dan
pembahasan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di Puskesmas
Mattirobulu Kabupaten Pinrang tahun 2011.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitiandeskriptif
dengan pendekatan cross sectional study (potong lintang) yaitu
menggambarkan hubungan faktor usia, paritas dan pekerjaan dengan
kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I, dengan
analisa data menggunakan uji statistic Chi-Square Test dengan tingkat
kemaknaan α 0,05.
Hasil penelitian diperoleh dengan menggunakan kuisioner
tentang hubungan faktorusia, paritas dan pekerjaan dengan kejadian
hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I. pengambilan data
dilakukan mulai tanggal 6 Februari sampai dengan 25 Februari 2012 di
Puskesmas Mattirobulu Kabupaten Pinrang.
Hasil penelitian dikelompokkan menjadi dua yaitu data umum
melalui analisa univariat dan data khusus, melalui analisa bivariat
1. Analisa Univariat
a. Faktor risiko umur
41
Berdasarkan kelompok umur responden diperoleh
gambaran bahwa sebagian besar responden berumur antara 20
– 35 tahun (68%), sebagaimana tampak pada tabel 1. di bawah
ini :
Tabel 1.Distribusi Frekuensi Umur Ibu hamil trimester I di PKM
Mattirobulu Kabupaten Pinrang tahun 2011Umur Frekuensi Presentase
< 20 dan >35tahun 16 32%
20 – 35 tahun 34 68%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data primer Nopember – Desember 2011
b. Faktor risiko paritas
Berdasarkan kelompok paritas responden diperoleh
gambaran bahwa sebagian besar responden mempunyai paritas
2-3 kelahiran (56%), sebagaimana tampak pada tabel 2. di
bawah ini :
Tabel 2.Distribusi Frekuensi Paritas Ibu hamil trimester I di PKM
Mattirobulu Kabupaten Pinrang tahun 2011Paritas Frekuensi Presentase
Jumlah kelahiran 1 orang
20 40%
Jumlah kelahiran 2-3 orang
28 56%
Jumlah kelahiran 4 orang atau lebih
2 4%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data primer Nopember – Desember 2011
42
c. Faktor risiko pekerjaan
Berdasarkan kelompok pekerjaan responden diperoleh
gambaran bahwa sebagian besar responden mempunyai
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga 36 orang (72%),
sebagaimana tampak pada tabel 3. di bawah ini :
Tabel 3.Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu hamil trimester I di PKM
Mattirobulu Kabupaten Pinrang tahun 2011Pekerjaan Frekuensi Presentase
Resiko rendah 36 72%
Resiko tinggi 14 28%
Jumlah 50 100 %
Sumber : Data primer Nopember – Desember 2011
d. Kejadian hiperemesis gravidarum ibu trimester I
Berdasarkan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu
hamil trimester I diperoleh gambaran bahwa sebagian besar
responden tidak mengalami hiperemesis gravidarum 34 orang
(68%), sebagaimana tampak pada tabel 4. di bawah ini :
Tabel 4.Distribusi Frekuensi Kejadian Hiperemesis Gravidarum Ibu
hamil trimester I di PKM Mattirobulu Kabupaten Pinrang tahun 2011
Kejadian hiperemesis gravidarum
Frekuensi Presentase
Hiperemesis 16 32%
Tidak hiperemesis 34 68%
Jumlah 50 100 %
Sumber : Data primer Nopember – Desember 2011
43
2. Analisa Bivariat
Untuk menilai hubungan variabel independen yaitu umur,
paritas, dan pekerjaan dengan variabel dependen yaitu kejadian
hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.
Analisa bivariat dengan menggunakan uji statistic Chi-
Square Test dengan tingkat kemaknaan α 0,05.
a. Hubungan Umur dengan kejadian hiperemesis gravidarum
Berdasarkan hasil analisis bivariat ditemukan bahwa dari
50 responden didapatkan 16 orang (32 %) mempunyai umur
berisiko tinggi, terdapat 9 orang (18%) mengalami hiperemesis
gravidarum dan 7 orang (14%) tidak mengalami hiperemesis
gravidarum. Sedangkan dari 34 orang (68%) mempunyai umur
berisiko rendah, terdapat 7 orang (14%) mengalami hiperemesis
gravidarum dan 27 orang (54 %) yang tidak mengalami
hiperemesis gravidarum.
Hasil uji statistik Chi Square Test, diperoleh nilai p =
0,012. dengan demikian nilai p lebih kecil dari 0,05 dengan
demikian dapat dibuktikan secara statistik adanya hubungan
umur dengan kejadian kejadian hiperemesis gravidarum pada
ibu hamil trimester I di Puskesmas Mattirobulu, Kecamatan
Mattirobulu, Kabupaten Pinrang. Sebagaimana tampak pada
tabel 5 di bawah ini.
44
Tabel 5Hubungan Umur dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di PKM Mattiobulu Kab. Pinrang tahun 2011
UmurKejadian hiperemesis
gravidarum Total PYa Tidak
Berisiko tinggi
9 18% 7 14% 16 32%
0,012Berisiko rendah
7 14% 27 54% 34 68%
Jumlah 16 32% 34 68% 50 100%
Keterangan : P = probabilitas hasil uji Chi Square Test
b. Hubungan Paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum
Berdasarkan hasil analisis bivariat ditemukan bahwa dari
50 responden didapatkan 16 orang (32 %) mempunyai paritas
berisiko tinggi, terdapat 15 orang (30 %) mengalami
hiperemesis gravidarum dan 1 orang (2%) tidak mengalami
hiperemesis gravidarum. Sedangkan dari 34 orang (68%)
mempunyai paritas berisiko rendah, terdapat 16 orang (32%)
mengalami hiperemesis gravidarum dan 34 orang (68%) yang
tidak mengalami hiperemesis gravidarum.
Hasil uji statistik Chi Square Test, diperoleh nilai p =
0,041. dengan demikian nilai p lebih kecil dari 0,05 dengan
demikian dapat dibuktikan secara statistik adanya hubungan
paritas dengan kejadian kejadian hiperemesis gravidarum pada
ibu hamil trimester I di Puskesmas Mattirobulu, Kecamatan
45
Mattirobulu, Kabupaten Pinrang. Sebagaimana tampak pada
tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6Hubungan Paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum
pada ibu hamil trimester I di PKM Mattiobulu Kab. Pinrang tahun 2011
ParitasKejadian hiperemesis
gravidarum Total PYa Tidak
Berisiko tinggi
15 30% 1 2% 16 32%
0,041Berisiko rendah
1 2% 33 66% 34 68%
Jumlah 16 32% 34 68% 50 100%Keterangan : P = probabilitas hasil uji Chi Square Test
c. Hubungan Pekerjaan dengan kejadian hiperemesis gravidarum
Berdasarkan hasil analisis bivariat ditemukan bahwa dari
50 responden didapatkan 36 orang (72 %) mempunyai
pekerjaan berisiko rendah, terdapat 7 orang (14 %) mengalami
hiperemesis gravidarum dan 29 orang (58%) tidak mengalami
hiperemesis gravidarum. Sedangkan dari 14 orang (28%)
mempunyai pekerjaan berisiko tinggi, terdapat 9 orang (18%)
mengalami hiperemesis gravidarum dan 5 orang (10 %) yang
tidak mengalami hiperemesis gravidarum.
Hasil uji statistik Chi Square Test, diperoleh nilai p =
0,002. dengan demikian nilai p lebih kecil dari 0,05 dengan
demikian dapat dibuktikan secara statistik adanya hubungan
pekerjaan dengan kejadian kejadian hiperemesis gravidarum
46
pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Mattirobulu, Kecamatan
Mattirobulu, Kabupaten Pinrang.
Tabel 7Hubungan Pekerjaan dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di PKM Mattiobulu Kab. Pinrang tahun
2011
PekerjaanKejadian hiperemesis
gravidarum Total PYa Tidak
Berisiko tinggi
7 14% 29 58% 36 72%
0,002Berisiko rendah
9 18% 5 10% 14 28%
Jumlah 16 32% 34 68% 50 100%
Keterangan : P = probabilitas hasil uji Chi Square Test
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa data yang didapatkan dan
disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperemesis gravidarum
pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Mattirobulu Kabupaten
Pinrang, maka sistematika pembahasan diuraikan sebagai berikut :
1. Hubungan umur dengan kejadian hiperemesis gravidarum
Berdasarkan hasil analisis bivariat ditemukan bahwa dari 50
responden didapatkan 16 orang (32 %) mempunyai umur berisiko
tinggi, terdapat 9 orang (18%) mengalami hiperemesis gravidarum
dan 7 orang (14%) tidak mengalami hiperemesis gravidarum.
Sedangkan dari 34 orang (68%) mempunyai umur berisiko rendah,
terdapat 7 orang (14%) mengalami hiperemesis gravidarum dan 27 47
orang (54 %) yang tidak mengalami hiperemesis gravidarum. Hasil
ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami hiperemesis
gravidarum sangat dipengaruhi oleh faktor umur dibandingkan
dengan ibu hamil yang tidak mengalami hiperemesis gravidarum.
Hasil uji statistik Chi Square Test, diperoleh nilai p = 0,012.
dengan demikian nilai p lebih kecil dari 0,05 dengan demikian
dapat dibuktikan secara statistik adanya hubungan faktor risiko
umur dengan kejadian kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu
hamil trimester I di Puskesmas Mattirobulu, Kecamatan Mattirobulu,
Kabupaten Pinrang.
Hal ini menunjukkan bahwa faktor risiko umur sangat
berhubungan kejadian hiperemesis gravidarum khususnya pada ibu
hamil trimester I. Hasil ini juga didukung oleh Penelitian Yunita
2005 bahwa umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan
perkembangan alat reproduksi. Hal ini berkaitan dengan keadaan
fisiknya dari organ tubuh ibu di dalam menerima kehadiran dan
mendukung perkembangan janin. Seorang wanita memasuki usia
perkawinan atau mengakhiri fase tertentu dalam kehidupannya
yaitu umur repoduksi.
Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh teori Manuaba 2003,
yang mengatakan bahwa kehamilan dikatakan beresiko tinggi
adalah kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun.Usia dibawah 20
tahun bukan masa yang baik untuk hamil karena organ-organ
48
reproduksi belum sempurna, hal ini tentu menyulitkan proses
kehamilan dan persalinan. Sedangkan kehamilan diatas usai 35
tahun mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan antara lain perdarahan, gestosis, atau
hipertensi dalam kehamilan, distosia dan partus lama.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan A dan
Wahidudin (2007) umur reproduksi yang sehat dan aman adalah
umur 20-35 tahun. kehamilan diusia kurang 20 tahun dan diatas 35
tahun dapat menyebabkan hiperemesis karena pada kehamilan
diusia kurang 20 secara biologis belum optimal emosinya,
cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah
mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya
perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama
kehamilanya. sedangkan pada usia 35 tahun terkait dengan
kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai
penyakit yang sering menimpa di usia ini.
2. Hubungan paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum
Berdasarkan hasil analisis bivariat ditemukan bahwa dari 50
responden didapatkan 16 orang (32 %) mempunyai paritas berisiko
tinggi, terdapat 15 orang (30 %) mengalami hiperemesis
gravidarum dan 1 orang (2%) tidak mengalami hiperemesis
gravidarum. Sedangkan dari 34 orang (68%) mempunyai paritas
berisiko rendah, terdapat 16 orang (32%) mengalami hiperemesis
49
gravidarum dan 34 orang (68 %) yang tidak mengalami
hiperemesis gravidarum. Hasil ini menunjukkan bahwa ibu hamil
yang mengalami hiperemesis gravidarum sangat dipengaruhi oleh
faktorparitas dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami
hiperemesis gravidarum.
Hasil uji statistik Chi Square Test, diperoleh nilai p = 0,041.
dengan demikian nilai p lebih kecil dari 0,05 dengan demikian
dapat dibuktikan secara statistik adanya hubungan faktor paritas
dengan kejadian kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil
trimester I di Puskesmas Mattirobulu, Kecamatan Mattirobulu,
Kabupaten Pinrang.
Hal ini menunjukkan bahwa faktor risiko paritas berpengaruh
terhadap kejadian hiperemesis gravidarum khususnya pada ibu
hamil trimester I. Faktor risiko paritas dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, sosial
ekonomi, dan latar belakang budaya.
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin
mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga
kemampuan ibu hamil dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang
mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa
jumlah anak yang ideal adalah 2 orang.
Hal ini sejalan dengan tujuan dilakukannya pendidikan
kesehatan yakni peningkatan pengetahuan masyarakat di bidang
50
kesehatan khususnya ibu hamil trimester I, tercapainya perubahan
perilaku ibu hamil sebagai sasaran utama pendidikan kesehatan
dalam membina dan memelihara janin yang dikandungnya dalam
keadaan sehat serta berperan aktif dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan ibu dan anak secara optimat sebagai indikator
makro peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia
melalui penurunan angka kesakitan (morbiitas) dan angka kematian
(mortalitas) ibu dan anak. (Notoatmojo, 2007)
Demikian pula pekerjaan, di mana banyak anggapan bahwa
status pekerjaan seseorang yang tinggi, maka boleh mempunyai
anak banyak karena mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup
sehari-sehari.
Faktor lain yang berpengaruh pada paritas adalah faktor
latar belakang budaya yakni dengan adanya anggapan bahwa
semakin banyak jumlah anak, maka semakin banyak rezeki.
Sehingga dengan melalui peningkatan pendidikan dan
pengetahuan ibu hamil secara berkesinambungan melalui
pemberian informasi kesehatan pada setiap kali berkunjung ke
puskesmas untuk memeriksakan kehamilannya diharapkan secara
berangsur-angsur akan menyadari bahwa paradigma banyak anak
banyak rezeki itu ternyata keliru.
51
3. Hubungan pekerjaan dengan kejadian hiperemesis gravidarum
Berdasarkan hasil analisis bivariat ditemukan bahwa dari 50
responden didapatkan 36 orang (72 %) mempunyai pekerjaan
berisiko rendah, terdapat 7 orang (14 %) mengalami hiperemesis
gravidarum dan 29 orang (58%) tidak mengalami hiperemesis
gravidarum. Sedangkan dari 14 orang (28%) mempunyai pekerjaan
berisiko tinggi, terdapat 9 orang (18%) mengalami hiperemesis
gravidarum dan 5 orang (10 %) yang tidak mengalami hiperemesis
gravidarum. Hasil ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang
mengalami hiperemesis gravidarum sangat dipengaruhi oleh
faktorpekerjaan dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak
mengalami hiperemesis gravidarum.
Hasil uji statistik Chi Square Test, diperoleh nilai p = 0,002.
dengan demikian nilai p lebih kecil dari 0,05 dengan demikian
dapat dibuktikan secara statistik adanya hubungan faktor pekerjaan
dengan kejadian kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil
trimester I di Puskesmas Mattirobulu, Kecamatan Mattirobulu,
Kabupaten Pinrang.
Hal ini menunjukkan bahwa faktor risiko pekerjaan sangat
berpengaruh terhadap kejadian hiperemesis gravidarum khususnya
pada ibu hamil trimester I. Selama masa kehamilan, para ibu rumah
tangga perlu berhati-hati melakukan pekerjaan rumah tangga.
Alasannya, rutinitas pekerjaan rumah tangga yang terlalu berat dan
52
monoton bisa berdampak buruk pada bayi dalam kandungan dan
juga si calon ibu
Hal tersebut sejalan dengan hasil sebuah studi membuktikan
bahwa kegiatan rumah tangga adalah aktivitas pengulangan yang
cenderung membosankan.Karenanya, para calon ibu rentan
terkena stress dan hiperemesis gravidarum yang bisa memicu
kelahiran prematur.Berbeda dengan olahraga, yang bisa membantu
para calon ibu dan bayi agar tetap sehat.Dari 12.000 ibu yang baru
saja melahirkan, peneliti menganalisa data mengenai pekerjaan
ibu, berat bayi dan apakah bayi mereka lahir prematur.Dari situ
ditemukan, para calon ibu yang mengerjakan pekerjaan rumah
tangga -kemungkinan melahirkan 3 minggu lebih cepat- meningkat
hingga 25 persen.Bisa jadi penyebabnya karena tugas yang
membosankan menjadi pemicu meningkatnya hormon stres.
Studi lainyang diterbitkan dalam jurnal Epidemiologi
Perinatal juga membeberkan beberapa hasil menarik lainnya.
Wanita yang bekerja pada malam hari memiliki berat bayi lebih
rendah. Para ibu yang memiliki gaya hidup berpindah-pindah,
cenderung akan melahirkan bayi yang kurus
53
Recommended