View
69
Download
5
Category
Preview:
DESCRIPTION
Buku Saku Transformasi Kelembagaan
Citation preview
i
ii
iii
Latar Belakang 1 Tujuan Transformasi Kelembagaan 5 Sasaran Transformasi Kelembagaan 7 Tema Utama Transformasi Kelembagaan
Kementerian Keuangan 9 Fase Implementasi dalam Transformasi
Kelembagaan 10
Dasar Hukum 15 Organisasi Pelaksana Transformasi
Kelembagaan 28 Struktur PMO Ditjen Perbendaharaan 53 Transformasi pada fungsi
Perbendaharaan 59 Quick win Ditjen Perbendaharaan 70
iii
Kata Pengantar
Pendahuluan
Transformasi Kelembagaan Ditjen
Perbendaharaan Perbendaharaan
Penutup
iii
38
iv
Transformasi Kelembagaan
v
Kata Pengantar
Kementerian Keuangan telah melaksanakan penyempurnaan reformasi birokrasi secara berkelanjutan. Tak dapat dipungkiri Kemenkeu memimpin reformasi sektor publik yang progresif di antara lembaga-lembaga pemerintah lainnya di Indonesia. Saat ini Kementerian Keuangan masih melanjutkan penguatan kelembagaan dengan berlandaskan pada upaya-upaya transformasi sebelumnya. Langkah pertama yang telah diambil dalam gelombang transformasi baru tersebut adalah terbitnya Keputusan Menteri Keuangan nomor 36/KMK.01/2014 tentang Cetak Biru Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan tahun 2014-2025. Transformasi Kelembagaan dalam cetak biru dimaksud memuat program-program strategis Kementerian Keuangan yang dilaksanakan melalui portofolio inisiatif-inisiatif strategis selama periode tahun 2014 hingga tahun 2025.
Keberhasilan Implementasi program Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan khususnya pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan tidak akan tercapai tanpa dukungan dari seluruh pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Dukungan tersebut mustahil didapatkan apabila pejabat/pegawai tersebut tidak mengenal seperti apa Transformasi Kelembagaan itu. Seperti pepatah tak kenal maka tak sayang. Atas dasar tersebut, untuk mengenalkan Program Transformasi Kelembagaan di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan, disusunlah buku saku Transformasi Kelembagaan ini.
Buku Saku
vi
Dengan adanya buku saku ini diharapkan seluruh pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan dapat mengetahui, memahami dan kemudian dapat berperan aktif dalam melaksanakan Program Transformasi Kelembagaan ini, sehingga visi Direktorat jenderal Perbendaharaan untuk menjadi pengelola perbendaharaan negara yang unggul di tingkat dunia dapat segera terwujud.
Akhir kata, mari kita dukung Transformasi Kelembagaan Direktorat Jenderal Perbendaharaan dengan penuh semangat.
Ketua PMO Ditjen Perbendaharaan
Sudarto
vii"Culture does not change because we desire to change it.
Culture changes when the organization is transformed;
the culture reflects the realities of people working together every day."
Frances HesselbeinThe Key to Cultural Transformation,
Leader to Leader (Spring 1999)
viii
Transformasi Kelembagaan
1
PENDAHULUAN
Latar BelakangSejak satu dekade terakhir, Kementerian
Keuangan telah melaksanakan penyempurnaan reformasi birokrasi secara berkelanjutan sebagai salah satu central agency. Kementerian Keuangan memimpin reformasi sektor publik yang lebih maju di antara lembaga-lembaga pemerintah lainnya di Indonesia. Gelombang pertama reformasi birokrasi dalam Kementerian Keuangan dimulai pada tahun 2003 dengan ditandai terbitnya Undang-undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003, kemudian terbitnya Undang-undang Perbendaharaan Negara Nomor 1 Tahun 2004, selanjutnya dilakukan percepatan reformasi birokrasi oleh Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan saat itu. Kegiatan reformasi ini berfokus pada transformasi Kementerian Keuangan menjadi organisasi berkinerja dan meningkatkan tata kelola dan transparansi pada organisasi-organisasi yang berfokus pada pendapatan, misalnya Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC).
Beberapa tindakan utama telah diambil, seperti reorganisasi kementerian, misalnya memisahkan Direktorat Jenderal Anggaran (DJA)/Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) dan modernisasi kantor-kantor pajak, perbaikan proses bisnis (SOP), peningkatan disiplin SDM, peralihan pada sistem pengelolaan keuangan dan perbendaharaan yang modern, implementasi balance score card, dan implementasi skema
Buku Saku
2
remunerasi yang baru. Dampak nyata dari reformasi gelombang pertama ini adalah peningkatan pendapatan pajak sebesar 16 persen per tahun dan peningkatan penyerapan anggaran hingga 94 persen.
Pada 2010-2013, Agus Martowardojo selaku Menteri Keuangan berikutnya melanjutkan reformasi dengan berfokus pada penyempurnaan visi/misi serta reinventing dan internalisasi nilai-nilai untuk Kementerian Keuangan, sementara di saat bersamaan beralih pada integrasi dan otomatisasi sebagai satu Kementerian Keuangan. Tindakan-tindakan utama dari gelombang reformasi sebelumnya disempurnakan dan diakselerasikan misalnya melalui penyempurnaan lebih lanjut proses-proses bisnis (program bantuan langsung untuk aliran pusat-daerah, penganggaran berbasis TI) dan pengeluaran kebijakan pajak berkala.
Upaya transformasi terpadu oleh Kementerian ini telah menghasilkan peningkatan signifikan pada transparansi fiskal Indonesia. Skor Indonesia dalam World Banks Report on the Observance of Standards and Codes (ROSC) telah meningkat sebesar 20 persen sejak 2004 hingga 2010; sementara skor untuk penilaian Public Expenditure and Financial Accountability (PEFA) telah meningkat sebesar 17 persen sejak 2007 hingga 2011. Open Budget Index 2012 telah menempatkan Indonesia dalam 20 persen teratas dari 100 negara yang dinilai untuk transaparansi anggarannya, sebagai yang tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara dalam survei tersebut.
Transformasi Kelembagaan
3
Chatib Basri sebagai menteri selanjutnya telah menyatakan komitmennya untuk melanjutkan penguatan Kementerian Keuangan dan melandasinya pada upaya-upaya transformasi sebelumnya. Langkah pertama yang telah diambil dalam gelombang transformasi baru tersebut adalah kajian transformasi kelembagaan komprehensif yang dilaksanakan dari bulan April hingga Desember 2013. Kegiatan tersebut menghasilkan Keputusan Menteri Keuangan nomor 36/KMK.01/2014 tentang Cetak Biru Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan tahun 2014-2025. Transformasi Kelembagaan dalam cetak biru dimaksud memuat program strategis Kementerian Keuangan yang dilaksanakan melalui portofolio inisiatif-inisiatif strategis yang dibutuhkan selama periode tahun 2014 hingga tahun 2025.
Cetak biru ini menjelaskan visi baru Kementerian Keuangan yang akan diperjuangkan untuk diwujudkan di masa mendatang dan perubahan kelembagaan yang akan dibutuhkan untuk mencapai hal tersebut serta tindakan dan portofolio inisiatif-inisiatif strategis yang akan dibutuhkan selama periode 2014 hingga 2025 untuk mencapai perubahan-perubahan tersebut, juga penyampaian dan pendekatan change management yang perlu diadopsi untuk memastikan transformasi memberikan hasil. Cetak Biru Program Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan secara keseluruhan difokuskan kepada 5 Ditjen Utama (Pajak, Bea Cukai, Anggaran, Perbendaharaan, Setjen).
Buku Saku
4
Berdasarkan Cetak Biru tersebut dibentuk Transformation Office yang bertugas menyelaraskan struktur Kementerian Keuangan yang ada dan mengimplementasikan cetak biru Program Transformasi Kelembagaan. Transformation Office terdiri dari Central Transformation Office (CTO), Initiative Leader, Board of Directors, Project Management Office (PMO), dan Change Management and Comunication.
Transformasi Kelembagaan diperlukan untuk : a. Mewujudkan reformasi regulasi manajemen
keuangan negarab. Mewujudkan Visi progresif menciptakan
Indonesia yang sejahtera, demokratis dan adilc. Menjadi institusi pengelola asset Negara dan
keuangan yang terbaik di tingkat regionald. Mewujudkan Good Governance, kinerja,
layanan dan kepercayaan publike. Bagian dari upaya konsisten Kementerian
Keuangan untuk meningkatkan kinerja, meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan di bidang keuangan berikut sistemnya dan kekayaan negara serta peningkatan Manajemen Sumber Daya Organisasi
f. Mengintegrasikan kelembagaan Kementerian Keuangan dimana awalnya masing-masing Unit Eselon I masih beroperasi seperti silo-silo dengan infrastruktur pendukung yang terpisah yang mempengaruhi optimalitas pencapaian visi, misi dan implementasi strategi organisasi Kementerian Keuangan;
Transformasi Kelembagaan
5
g. Mengatasi berbagai tantangan dan mengupayakan terbentuknya organisasi yang efektif dan efisien dalam menyelaraskan visi, misi dan mengintegrasikan rencana strategi organisasi dalam rangka untuk mencapai sasaran strategis organisasi
Tujuan Transformasi Kelembagaan Tujuan Transformasi Kelembagaan adalah
peningkatan kualitas organisasi dan penyelarasan struktur organisasi, perbaikan proses bisnis, modernisasi kebijakan dan manajemen SDM, serta perbaikan tata kelola dan kualitas pelayanan yang diberikan untuk mewujudkan Kementerian Keuangan yang unggul di tingkat dunia.
Untuk mencapai tujuan Transformasi Kelembagaan, perlu adanya sasaran-sasaran yang harus diwujudkan, agar tujuan Transformasi Kelembagaan ini dapat tercapai dengan optimal untuk mencapai perubahan yang signifikan dan mendasar (transformational change), menuju Kementerian Keuangan kelas dunia, yang akan menjadi penggerak utama perkembangan ekonomi Indonesia yang inklusif di abad ke-21.
Sasaran Transformasi Kelembagaan:1. Peningkatan rasio pajak, berdasarkan model
OECD, dari kisaran 15% saat ini menjadi 19% terhadap PDB
2. Peningkatan rasio penyerapan anggaran menjadi sekitar 95%
3. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah
Buku Saku
6
4. Peningkatan kepuasan pengguna layanan Kementerian Keuangan dari 3,91 (skala 5) menjadi 4,2 (skala 5).
Tema utama Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan yaitu:1. Tema pajak melibatkan Direktorat Jenderal
Pajak2. Tema Perbendaharaan melibatkan Direktorat
Jenderal Perbendaharaan, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang)
3. Tema Bea dan Cukai melibatkan Direktorat JenderalBea dan Cukai
4. Tema Penganggaran melibatkan Direktorat Jenderal Anggaran
5. Tema Sentral melibatkan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan dan unit lainnya
Dalam Cetak Biru Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan 2014-2025 telah menghasilkan 87 inisiatif strategis yang dalam implementasinya terbagi atas tiga fase yang menuntut adanya komitmen dari seluruh elemen di lingkungan Kementerian Keuangan sebagai penunjang pelaksanaan transformasi kelembagaan di Kementerian Keuangan.
3 Fase Implementasi dalam Transformasi Kelembagaan dapat dilihat pada bagan berikut :
7 Fok
us pa
da in
isiati
f de
ngan
dam
pak t
erlih
at
yang
pali
ng ti
nggi
bagi
stake
holde
r I
nves
tasi d
alam
ben
tuk
enab
lers u
ntuk
inisi
atif
yang
"lam
a dan
sulit
"
Jang
ka p
ende
k (20
13-2
014)
Men
dapa
tkan
izin
untu
k m
elaku
kan
refo
rmas
i, te
rmas
uk b
each
hea
ds
Jang
ka M
enen
gah
2015
-20
19)
Mem
bang
un k
eung
gula
n op
eras
iona
l dan
ser
vis
pada
ska
la b
esar
Jang
ka P
anjan
g(2
020 -
2025
)M
elem
baga
kan
tero
bosa
n
Mem
perc
epat
refo
rmas
i ag
ar m
elipu
ti selu
ruh
Keme
nkeu
, selu
ruh
Indon
esia,
selur
uh tit
ik lay
anan
, selu
ruh p
egaw
ai. M
enan
amka
n pe
ruba
han
perila
ku, m
eman
faatka
n inv
estas
i dala
m be
ntuk
enab
lers s
ejahk
taha
p awa
l
Dam
pak b
erke
lanju
tan
dan m
enge
jar p
erba
ikan
teru
s men
erus
Ber
tujua
n pad
a ref
orm
asi
stru
ktur
al ya
ng ko
koh
jika d
iangg
ap p
erlu
Buku Saku
8
Fase Implementasi Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan
1. Fase Jangka Pendek (2013-2014) Inisiatif-inisiatif akan berfokus pada
pembuktian hasil-hasil nyata untuk memperoleh izin dan momentum untuk mengimplementasikan lebih lanjut perubahan dalam skala besar. Fase ini akan berfokus pada pelaksanaan inisiatif-inisiatif beach-head yang mungkin untuk dilaksanakan dan inisiatif-inisiatif transformasi nyata dengan dampak langsung pada para stakeholder utama. Beberapa inisiatif program pilot juga akan dilaksanakan untuk pengujian lapangan dan menyempurnakan inisiatif untuk penerapan dalam skala besar.
Dalam fase ini, Kementerian Keuangan juga akan menetapkan faktor-faktor keberhasilan agar sukses mengimplementasikan inisiatif-inisiatif long and hard yang memiliki dampak lebih besar tetapi sulit dan lebih memakan waktu untuk diimplementasikan.Dalam fase ini, dampak nyata jangka pendek dapat dicapai melalui:a. Meningkatkan kemudahan pelaksanaan
bisnis, dengan 40 (empat puluh) persen pengurangan dwelling time untuk kegiatan impor.
b. Meningkatkan customer service untuk para wajib pajak melalui 2-3 (dua- tiga) kali peningkatan kapasitas call center pajak pada 2014 dan pilot mobile tax offices.
Transformasi Kelembagaan
9
c. Memperkuat peran strategis organisasi pusat Kementerian Keuangan dan memberdayakan unit organisasi untuk menghasilkan outcome pada skala besar.
d. Memiliki cetak biru arsitektur TI terintegrasi untuk seluruh unit dalam Kementerian Keuangan.
2. Fase Jangka Menengah (2015-2019) Inisiatif-inisiatif akan berfokus pada
penetapan keunggulan operasional dan layanan dalam skala besar, membangun momentum transformasi yang dimulai pada fase jangka pendek. Fase ini akan berfokus pada peningkatan skala reformasi di seluruh Kementerian Keuangan (seluruh pegawai dan sendi customer service) serta seluruh Indonesia. Inisiatif-inisiatif transformasi yang sebelumnya dirintis pada fase jangka pendek dan telah dikembangkan dan disempurnakan lebih lanjut akan diterapkan dalam skala besar. Fase ini merupakan pusat terjadinya transformasi dan akan menunjukkan awal dari dampak nyata dan berskala besar.
Dalam fase ini, Kementerian Keuangan juga akan menanamkan perubahan perilaku dengan memanfaatkan serangkaian faktor keberhasilan dalam fase jangka pendek.
Dalam fase ini, dampak nyata jangka menengah dapat dicapai melalui:a. Merampingkan sistem anggaran
Indonesia secara signifikan melalui minimal 85 (delapan puluh lima) persen
Buku Saku
10
pengurangan dalam jumlah item lini anggaran yang disetujui oleh DPR.
b. Melayani para wajib pajak dengan lebih efisien melalui teknologi, 25 (dua puluh lima) juta e-filer pada 2019.
c. Menjadikan manajemen kas lebih efisien secara signifikan, 100 persen transaksi pembayaran sektor publik akan dilakukan melalui saluran elektronik.
3. Fase Jangka Panjang (2020-2025) Inisiatif-inisiatif akan berfokus pada
pelembagaan terobosan-terobosan yang telah diciptakan. Fase ini akan berfokus pada mempertahankan dampak yang telah diciptakan dan melanjutkan perkembangan yang berkelanjutan, misalnya membawa sistem dan proses-proses dari sangat baik menjadi best-practice. Dalam fase ini, Kementerian Keuangan juga akan mengarah pada reformasi struktural substansial lebih lanjut jika dibutuhkan.
Dalam fase ini, dampak nyata jangka panjang dapat dicapai melalui:a. Digitalisasi proses pajak end-to-end,
penyerahan SPT paper-based melalui kantor pajak tidak lagi diperlukan.
b. Meminimalisir deviasi dari target saldo dana cadangan melalui CMO/DMO unit yang sederhana, efisien dan terintegrasi.
Transformasi Kelembagaan
11
c. Menjadikan Kementerian Keuangan magnet bagi talent berkaliber tinggi dengan mengadakan proposisi nilai pegawai yang diperbarui dan program Government Goes to Campus
12
Mewujudkan pengelolaan kas dan investasi yang pruden, efisien, dan optimal
Mendukung kinerja pelaksanaan anggaran yang tepat waktu, efektif, dan akuntabel
Mengembangkan kapasitas pendukung sistem perbendaharaan yang andal,
profesional, dan modern
Mewujudkan akuntansi dan pelaporan keuangan negara yang akuntabel, transparan, dan tepat waktu
13
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 186/KMK.01/2013 tentang Program Transofrmasi Kelembagaan Kementerian Keuagan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 36/KMK.01/2014 tentang Cetak Biru Program Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan Tahun 2014-2015
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-10/PB/2014 tentang Mekanisme Pelaksanaan Transformasi Kelembagaan Direktur Jenderal Perbendaharaan Tahun 2014-2025
Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-102/PB/2014 tentang Struktur Project Management Offi ce (PMO) Transformasi Kelembagaan di Lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan
TRANSFORMASI KELEMBAGAAN DITJEN PERBENDAHARAAN
Buku Saku
14
Perubahan mendasar harus diimplementasikan pada seluruh Kementerian Keuangan untuk mewujudkan visi dan misi yang baru. Kementerian Keuangan harus menyempurnakan dan merampingkan cara kerjanya agar transformasi kelembagaan memiliki dampak nyata. Dapat dikatakan, ini berarti perbaikan proses bisnis utama yang end-to-end dalam tiap bidang operasional inti-pajak, bea dan cukai, penganggaran dan perbendaharaan. Untuk memastikan bahwa perubahan pada model operasional dan proses bisnis dapat diterapkan, faktor-faktor keberhasilan organisasi harus ditempatkan sebagaimana seharusnya agar organisasi memiliki kapabilitas untuk melaksanakannya.
Hal ini tercermin melalui lima tema transformasi yang menjadi dasar pembangunan keseluruhan transformasi kelembagaan: 1. Memperkuat budaya akuntabilitas berorientasi
outcome; 2. Merevisi model operasional, merampingkan
proses bisnis, mempercepat digitalisasi pada skala besar;
3. Membuat struktur organisasi lebih fit-for-purpose dan efektif;
4. Menghargai kontribusi pegawai berprestasi dengan mengembangkan dan memberdayakan mereka untuk memperoleh dan membangun keahlian fungsional yang vital;
5. Menjadi lebih proaktif dalam mempengaruhi stake holder untuk menghasilkan terobosan nasional
15
Organ
isasiPelaksanaTransform
asiK
elem
bagaan
Buku Saku
16
Central Transformation Office (CTO)
Central Transformation Office yang selanjutnya disingkat CTO adalah unit pengelola transformasi kelembagaan yang dibentuk di tingkat Kementerian Keuangan. CTO mengkoordinasikan seluruh program transformasi antar unit-unit eselon I terkait inisiatif yang bersifat lintas unit. CTO memonitor inisiatif strategis setiap tahun secara periodik sesuai dengan roadmap dan melaksanakan change management di level kementerian. CTO bertanggung jawab langsung kepada Menteri Keuangan, namun secara struktural tetap di bawah koordinasi Setjen melalui Biro Organta yang secara tugas dan fungsi adalah sebagai pengelola program.
17
Buku Saku
18
Project Management Office (PMO)
Project Management Office yang selanjutnya disingkat PMO adalah unit pengelola transformasi kelembagaan yang dibentuk oleh masing-masing Unit Eselon I. PMO Direktorat Jenderal Perbendaharaan menjalankan inisiasi strategis transformasi kelembagaan dengan fokus utama meliputi fungsi :
a. Pencairan Dana dan Penerimaan (Disbursement and Receipt)
b. Manajemen Likuiditas (Liquidity Management)
c. Akuntansi dan Pelaporan (Accounting and Reporting); dan
d. Misi Khusus (Special Mission)
Initiative Leader
Pelaksana Inisiatif atau Initiative Leader adalah unit Eselon II pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang memimpin pelaksanaan inisiatif strategis yang telah ditetapkan yaitu:
a. Direktorat Transformasi Perbendaharaan sebagai initiative leader disbursement and receipt.
b. Direktorat Pengelolaan Kas Negara sebagai initiative leader Liquidity Management
c. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan sebagai initiative leader Accounting and Reporting; dan
d. Direktorat Sistem Manajemen Investasi sebagai initiative leader Special Mission
19
Buku Saku
20
Tugas PMO Direktorat Jenderal Perbendaharaan:1. Pengarah
Tugasnya adalah:1. memberikan arahan dan keputusan
pada rapat BOD dalam rangka koordinasi, harmonisasi, dan evaluasi pelaksanaan Cetak Biru Transformasi Kelembagaan Direktorat J enderal Perbendaharaan;
2. memonitor dan melaporkan perkembangan implementasi Cetak Biru Transformasi Kelembagaan Direktorat Jenderal Perbendaharaan secara regular kepada Menteri Keuangan;
3. mendorong pencapaian kinerja inisiatif transformasi kelembagaan yang berkualitas, sesuai jadwal yang telah direncanakan di dalam Cetak Biru Transformasi Kelembagaan.
2. Ketua dan Anggota Board of Director (BOD)Tugasnya adalah :1. memberikan pertimbangan dan masukan
pada rapat BOD terkait perkembangan implementasi Cetak Biru Transformasi Kelembagaan Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
Transformasi Kelembagaan
21
2. memonitor dan melaporkan perkembangan implementasi Cetak Biru Transformasi Kelembagaan Direktorat Jenderal Perbendaharaan secara reguler kepada Pengarah pada rapat BOD;
3. melaksanakan koordinasi secara intensif dengan Pengarah dan Ketua PMO serta pemangku kepentingan eksternal terkait,dalam rangka implementasi Cetak Biru Transformasi Kelembagaan;
4. mendorong dan memastikan unit Eselon II pemilik inisiatif transformasi kelembagaan mengimplementasikan Cetak Biru Transformasi Kelembagaan sesuai jadwal yang telah direncanakan;
3. Ketua PMOTugasnya adalah:1. bertanggung jawab atas pelaksanaan
kegiatan, koordinasi, harmonisasi, dan evaluasi pelaksanaan Cetak Biru Transformasi Kelembagaan Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
2. memberikan arahan dan keputusan kepada koordinator inisiatif dalam rangka koordinasi, harmonisasi, evaluasi,dan pemecahan masalah terkait implementasi
Buku Saku
22
Cetak Biru Transformasi Kelembagaan Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
3. memonitor dan melaporkan perkembangan implementasi Cetak Biru Transformasi Kelembagaan kepada Pengarah dan BOD dalam rangka pengambilan kebijakan/keputusan;
4. melaksanakan koordinasi secara intensif dengan BOD, koordinator inisiatif, dan unit Eselon II pemilik inisiatif serta pemangku kepentingan eksternal terkait, dalam rangka implementasi Cetak Biru Transformasi Kelembagaan;
5. menjamin kebijakan pimpinan dipahami dan dilaksanakan dengan baik oleh seluruh koordinator inisiatif dan anggota;
6. mendorong dan memastikan pencapaian kualitas kinerja dan jadwal pelaksanaan inisiatif transformasi kelembagaan sesuai dengan target yang telah direncanakan.
4. Pelaksana Harian Ketua PMOTugasnya adalah :
Melaksanakan tugas sehari-hari ketua PMO dan melaporkan secara reguler perkembangan implementasi Cetak Biru Transformasi Kelembagaan kepada Ketua PMO.
Transformasi Kelembagaan
23
5. Koordinator InisiatifTugasnya adalah:1. Memberikan arahan dan keputusan
kepada anggota dalam rangka koordinasi, harmonisasi, evaluasi, dan pemecahan masalah terkait implementasi Cetak Biru;
2. melaksanakan koordinasi secara intensif dengan Pelaksana Harian Ketua PMO, anggota dan unit Eselon II pemilik inisiatif serta pemangku kepentingan eksternal terkait, dalam rangka implementasi inisiatif;
3. memonitor dan melaporkan perkembangan implementasi inisiatif Cetak Biru Transformasi Kelembagaan kepada Pelaksana Harian Ketua PMO;
4. menjamin kebijakan pimpinan dipahami dan dilaksanakan dengan baik oleh seluruh anggota;
5. mendorong dan memastikan pencapaian kualitas kinerja dan jadwal pelaksanaan inisiatif transformasi kelembagaan sesuai dengan target yang telah direncanakan.
Buku Saku
24
6. Koordinator Change Management & Communication (CMC) dan Pengelolaan kinerjaTugasnya adalah :1. Memberikan arahan dan keputusan
kepada anggota dalam rangka koordinasi, harmonisasi, evaluasi, dan pemecahan masalah terkait kegiatan CMC dan pengelolaan kinerja;
2. melaksanakan koordinasi secara intensif dengan Pelaksana Harian Ketua PMO, anggota dan unit Eselon II pemilik inisiatif serta pemangku kepentingan eksternal terkait, dalam rangka kegiatan CMC dan pengelolaan kinerja
3. menginisiasi, memonitor dan melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan CMC kepada Pelaksana Harian Ketua PMO.
4. Melaksanakan pengelolaan kinerja pada masing masing inisiatif transformasi kelembagaan dan melaporkan kepada Pelaksana Harian Ketua PMO;
5. memendorong dan memastikan pencapaian kualitas kinerja dan jadwal pelaksanaan CMC serta pengelolaan kinerja sesuai dengan target yang telah direncanakan.
Transformasi Kelembagaan
25
7. AnggotaTugasnya adalah :1. Melaksanakan dan melaporkan hasil
review/riset/analisis yang diperlukan terkait inisiatif Transformasi Kelembagaan serta CMC dan Pengelolaan Kinerja;
2. mengagendakan pertemuan/rapat PMO baik yang bersifat reguler maupun insidentil;
3. melaksanakan tugas-tugas administratif PMO.
Transformasi pada Fungsi Perbendaharaan
Terdapat delapan fungsi perbendaharaan yang menjadi pusat pengelolaan keuangan dari banyak pemerintahan di seluruh dunia. Semua fungsi tersebut menjamin bahwa seluruh pemerintah diberikan kas dan aset dalam jumlah yang diperlukan untuk memenuhi peran dan program yang sudah tercatat dalam dokumen anggaran. Fungsi-fungsi ini juga menjamin bahwa pemerintah, secara keseluruhan, memiliki kestabilan dan kesinambungan finansial. Kedelapan fungsi tersebut adalah: 1. Pengelolaan Pencairan: Mengeluarkan kas secara efisien untuk
mendanai program-proram yang tercatat dalam dokumen anggaran sekaligus memastikan bahwa terdapat kendali yang diperlukan.
Buku Saku
26
2. Pengelolaan Penerimaan: Pengumpulan kas dari berbagai sumber
penerimaan pemerintah. 3. Pengelolaan Kas: Pengelolaan saldo kas pemerintah untuk
mengoptimalkan cost of funds sekaligus meminimalkan risiko terjadinya kekurangan kas.
4. Pengelolaan Utang: Penerbitan utang pemerintah (pinjaman,
surat berharga negara, sukuk) memiliki biaya rendah dan dalam risiko yang dapat ditoleransi disetujui oleh pemerintah.
5. Pengelolaan Risiko: Pengelolaan aset dan kewajiban (on-balance
sheet dan off-balance sheet) untuk menjaga sovereign net worth.
6. Pengelolaan Aset: Pengelolaan aset pemerintah (fisik dan
finansial) untuk memastikan bahwa aset tersebut terutilisasi secara penuh dan dikelola oleh pemerintah.
7. Akuntansi dan Pelaporan: Pembuatan sistem akuntansi untuk
pemerintah dan pembuatan laporan keuangan pemerintah yang berkualitas sangat baik.
8. Special Missions: Tugas-tugas pembangunan tambahan yang
dilakukan oleh Kementerian Keuangan.
Transformasi Kelembagaan
27
Direktorat Jenderal Perbendaharaan melaksanakan fungsi-fungsi :1. Pencairan Dana dan Penerimaan (Disbursement
and Receipt)2. Manajemen Likuiditas (Liquidity Management)3. Akuntansi dan Pelaporan (Accounting and
Reporting); dan4. Misi Khusus (Special Mission)
28
Transformasi Kelembagaan
29
Disbursement and Receipt (DR)Di dalam fungsi ini ada 3 inisiatif utama yang
akan dikembangkan, yaitu:1. Menyusun sistem pencairan dana
tersentralisasi & modern2. Menyusun sistem penerimaan elektronik
terintegrasi & modern3. Menyediakan shared services bagi berbagai
fungsi back office K/L
Beberapa hasil yang akan dicapai dari Fungsi Disbursement and Receipt adalah:1. Implementasi penuh SPAN dan SAKTI,2. Penempatan langsung ke rekening penerima
akhir untuk semua pembayaran gaji,3. Pembayaran ke luar negeri langsung dari
RKUN Perbendaharaan di Bank Indonesia,4. Penggunaan kartu plastik untuk menggantikan
petty cash,5. Pengenalan cashless choices untuk
pembayaran bantuan sosial,6. Implementasi penuh MPN G-2,7. Peluncuran dan perbaikan basis data vendor,8. Pembuatan sistem pembayaran gaji pegawai
untuk seluruh pegawai pemerintah dengan menggunakan basis data pegawai yang terpusat.
30
Transformasi Kelembagaan
31
Liquidity Management (LM)Pada fungsi yang ke dua ini terdapat 7 inisiatif
utama yang akan dikembangkan, yaitu:1. Meningkatkan proses pengelolaan likuiditas
secara menyeluruh 2. Meninjau kapabilitas TDR3. Mewujudkan perencanaan kas dgn target
saldo kas yg ditetapkan secara jelas 4. Memperluas cakupan TSA5. Memperbaiki akurasi perkiraan belanja satker 6. Meningkatkan koordinasi pengelolaan
likuiditas dgn Bank Sentral 7. Memperluas strategi pengelolaan valuta asing
Beberapa hasil yang akan dicapai dari Fungsi Liquidity Management adalah:1. Proses CPIN dan ALM baru dan diperbaiki2. Proses pengelolaan likuiditas terintegrasi
antara pengelolaan kas dan utang dengan satu rencana kas untuk mendorong keputusan pembiayaan, investasi dan mekanisme pasar lainnya
3. Roadmap TDR4. Target saldo cadangan kas baru untuk RKUN5. Peluncuran AFS baru terintegrasi dengan
SAKTI6. Penempatan kas di bank umum tanpa
mengganggu kebijakan moneter7. Perdagangan valas tanpa mengganggu
penyimpanan valas dan kebijakan moneter8. TSA lebih luas mencakup rekening-rekening
yang belum masuk saat ini.
Buku Saku
32
Accounting and Reporting (AR)Pada fungsi AR, inisiatif utama yang akan
dikembangkan adalah:1. Implementasi Roadmap pelaksanaan
akuntansi berbasis akrual 2. Integrasi sistem akuntansi pusat dan daerah 3. Meningkatkan kualitas manajemen keuangan
K/L dan BUN4. Meningkatkan pengendalian internal di KL dan
BUN
Beberapa hasil yang akan dicapai dari Fungsi Accounting and Reporting adalah:1. Implementasi akuntansi akrual di seluruh
lapisan pemerintahan2. Sistem akuntansi yang terintegrasi antara
pemerintah pusat dan daerah3. Tercapai dan terjaganya status WTP dengan
memastikan bahwa K/L dan BUN memiliki pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien serta patuh terhadap regulasi dan melakukan penyelesaian terhadap temuan audit.
33
Buku Saku
34
Special Mission (SM)Untuk Fungsi SM ini, ada 3 inisitaif utama yang
akan dikembangkan, yang mencakup:1. Memperjelas tujuan, mandat dan strategi
perangkat special mission2. Menerapkan kepemilikan, tata kelola,
pelaporan dan struktur hukum yang jelas 3. Menempatkan proses special mission yang
tepat
35
Buku Saku
36
QUICKWINS 2014Direktorat Jenderal Perbendaharaan
melaksanakan Transformasi Kelembagaan sesuai dengan cetak biru sesuai KMK Nomor 36/KMK/2014 hingga tahun 2025. Sedangkan Quickwin atau wujud nyata secara cepat pencapaian transformasi kelembagaan adalah sebagai berikut :1. SPAN Sistem Perbendaharaan dan Anggaran
Negara (SPAN) merupakan sistem yang mengintegrasikan proses bisnis mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pelaporan keuangan negara dalam satu aplikasi teknologi informasi dan database yang terpusat.
2. MPN G2 Dengan menggunakan Modul Penerimaan
Negara Generasi 2 (MPN G2) kualitas pelayanan di bidang setoran penerimaan negara semakin meningkat. Sistem ini juga memberikan fleksibilitas, akurasi, kecepatan, keamanan, dan akuntabilitas sehingga semua setoran dapat di aplikasikan dengan cepat dan mudah melalui ATM, internet banking, sms banking, maupun teller bank.
3. Sistem Akuntansi Berbasis Akrual Penggunaan sistem akuntansi berbasis akrual
sesuai dengan International best practice akan lebih menjamin hasil laporan keuangan yang lebih transparan dan akuntabel.
Transformasi Kelembagaan
37
4. Treasury Dealing Room (TDR) Treasury Dealing Room (TDR) merupakan unit
yang melakukan optimalisasi dan pengendalian kas serta memantau pelaksanaannya, melakukan analisa kemungkinan berbagai strategi dan instrumen yang digunakan untuk mengelola valuta asing.
Buku Saku
38
PENUTUPTransformasi Kelembagaan merupakan tahap
selanjutnya dari reformasi adalah perubahan besar pada Kementerian Keuangan khususnya Direktorat jenderal Perbendaharaan.
Implementasi Transformasi Kelembagaan tentu akan menghadapi kendala yang justru lebih tepat disebut tantangan. Tantangan tersebut diantaranya perubahan peraturan dan proses bisnis, peningkatan kualitas SDM, keanekaragaman respon pegawai, serta penyamaan visi dan misi dari seluruh pegawai di Kementerian Keuangan.
Harapan atas implementasi Transformasi Kelembagaan ini sangat besar karena adanya cita-cita luhur terbentuknya lembaga keuangan yang handal dan mampu mencapai visinya secara optimal. Di berbagai negara, kementerian keuangan merupakan suatu institusi yang memegang peranan sangat penting dalam menjamin keberhasilan pembangunan suatu negara. Dengan Transformasi Kelembagaan, ada ekspektasi bahwa Kementerian Keuangan akan menjadi kementerian yang berkelas dunia dengan proses bisnis yang sejalan dengan standar internasional
Transformasi Kelembagaan bukan konsep yang statis, namun dinamis. Setelah kita memiliki cetak biru, dalam perjalanannya selama tahun 2014-2025 akan ada penyempurnaan. Dunia ini sangat dinamis sehingga kita membutuhkan organisasi yang adaptif agar selalu mampu menghadapi tantangan zaman. Transformasi
Transformasi Kelembagaan
39
Kelembagaan bertujuan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul di awal serta mencegah/meminimalisasi dampak buruk yang dapat ditimbulkan pada masa yang akan datang. Segala sesuatunya kita rencanakan dari awal untuk mendapatkan gambaran ke depan. Program ini adalah suatu keharusan walau tidak ada yang mengharuskan. Comfort zone itu bahaya, karena bisa membuat orang menjadi tidak kreatif dalam menciptakan terobosan serta menjadi tidak antisipatif ketika ada permasalahan baru. Transformasi Kelembagaan sifatnya jangka panjang dimana hasilnya akan dinikmati kelak oleh anak-cucu kita.
Buletin Kinerja Kemenkeu Edisi XX/2014 dengan penyesuaian
40
There is no growth in the comfort zone; there is no comfort in the growth zone.
By Steve Clark
41
Transformasi Kelembagaan bukanlah tentang kami atau mereka melainkan
tentang kita.
42
Recommended