View
152
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Karies adalah penyakit/kerusakan jaringan keras gigi dengan ditandai adanya demineralisasi
dari bagian an organik dan destruksi/penghancuran substansia organic gigi. Proses demineralisasi
ini disebabkan oleh karena adanya asam laktat yang dibentuk dari proses fermentasi oleh bakteri
yang ada di rongga mulut. Bakteri tersebut membentuk asam laktat dari sisa-sisa makanan yang
mengandung karbohidrat. Hal ini sesuai dengan teori asam yang dicetuskan oleh Miller. Karies
dipengaruhi oleh beberapa factor baik langsung maupun tidak langsung. Factor langsung
diantaranya factor host, agent, pengaruh diet, dan waktu. Sedangkan factor tidak langsung
diantaranya umur, jenis kelamin, social ekonomi, penggunaan fluor, pola makan, kebersihan
oral, dan merokok.
Karies yang masih terjadi di lapisan enamel disebut sebagai iritatio pulpa, biasanya belum
menimbulkan rasa sakit yang berarti. Iritatio pulpa dapat melanjut menjadi hiperemi pulpa
dimana karies sudah mencapai lapisan dentin, dan terjadi proses vasodilatasi pembuluh darah
pulpa akibat masuknya toksin bakteri ke dalam jaringan pulpa melalui dentin tubule.
Vasodilatasi pembuluh darah tersebut akan menekan saraf disekitarnya dan menimbulkan rasa
nyeri. Biasanya nyeri dirasakan saat makan, namun akan menghilang bila rangsangan dihentikan.
Intensitas nyeri lebih tinggi daripada iritatio pulpa. Pada inspeksi dapat ditemukan karies, dan
saat sondage didapatkan karies media, sedangkan pada pemeriksaan lain masih negative. Hal ini
dikarenakan belum adanya peradangan sampai ke pulpa dan jaringan periodontium.
Terapi yang dapat diberikan pada iritatipo pulpa dan hiperemi pulpa adalah terapi konservatif
yaitu berupa penambalan. Kedua karies ini akan berprognosis baik bila pasien menjaga
1
kebersihan gigi dan mulut, serta berusaha menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan
munculnya karies.
2
BAB II
DESKRIPSI KASUS
2.1 IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. A
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kalisari Blok I/17 RT 07/RW 07, Kec. Banusari, Kel. Banusari,
Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. CM : 67.00
2.2 KELUHAN SUBYEKTIF / ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 24 September 2011 jam
10.30 WIB.
a. Keluhan Utama
Gigi sebelah kiri atas terasa linu.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan gigi pada rahang kiri atas terasa linu yaitu
geraham kiri atas no. 2 dari belakang sudah ±1 minggu. Gigi linu terutama
saat makan. Karena gigi linu untuk mengunyah, maka pasien lebih suka
mengunyah dengan gigi sebelah kanan. Linu pada gigi akan menghilang
3
bila rangsangan dihentikan. Pasien tidak pernah meminum obat
penghilang rasa sakit sebelumnya, dan pasien belum pernah periksa ke
dokter gigi sebelumnya. Pasien tidak mengeluh gigi cekot-cekot saat
malam hari. Pasien tidak mengeluh pusing, gusi tidak mudah berdarah dan
bengkak
Saat datang, terlihat caries pada gigi 2.7, pasien tidak tampak kesakitan
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat gigi dan mulut
Sebelumnya, pasien pernah merasa sakit gigi di tempat yang sama tetapi
keluhan hanya terasa linu-linu saat makan makanan asam/manis saja.
Tetapi pasien tidak periksa ke dokter gigi. Pasien mengira keluhan
tersebut karena giginya sensitive, kemudian pasien hanya mengobati
dengan mengganti pasta giginya khusus untuk gigi sensitive. Keluhan
dirasakan agak berkurang, namun 1 minggu ini gigi sakit kembali.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini
e. Riwayat Sosial-Ekonomi
Pasien tinggal dengan suami dan ketiga anaknya. Pasien adalah seorang ibu
rumah tangga dan suami bekerja sebagai polisi. Anaknya yang pertama baru
4
sekolah dasar, kedua anaknya yang lain belum bersekolah. Biaya pengobatan
ditanggung sendiri. Kesan ekonomi cukup.
2.3 PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. Keadaan Umum
a. Kesadaran : Composmentis
b. Keadaan Gizi : Cukup
2. Extra Oral
a. Pipi : Tak Ada Kelainan
b. Bibir : Tak Ada Kelainan
c. Wajah : Simetris
d. Kelenjar Submandibula :
a. Kanan : Tak Ada Pembesaran
b. Kiri : Tak Ada Pembesaran
3. Intra Oral
a. Jaringan Lunak
Mukosa : Tak Ada Kelainan
Lidah : Tak Ada Kelainan
Ginggiva : Tak Ada Kelainan
Palatum : Tak Ada Kelainan
b. Jaringan Keras
1. Tulang Rahang / Alveolar : Tak Ada Kelainan, Tepi teraba
2. Gigi geligi : 2.7
5
Inspeksi : Tampak Caries (+) oklusal
Sondage : Caries media, nyeri (+)
Perkusi : Nyeri (-)
Tekanan : Nyeri (-)
Palpasi : Nyeri (-)
Thermal Test : Tidak Dilakukan
2.4 DIAGNOSA KELUHAN UTAMA
Hiperemi pulpa
2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
1.6 TERAPI
R/ Paracetamol 500 mg no. X
S 3dd1 (bila perlu)
Dirujuk ke dokter gigi untuk dilakukan penanganan lebih lanjut, yaitu penambalan gigi.
1.7 NOMENKLATUR WHO
5.5
5.4
5.3
5.2
5.1
6.1
6.2
6. 3
6.4
6.5
1.8
1.7
1.6
1.5
1.4
1.3
1.2
1.1
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
4.8
4.7
4.6
4.5
4.4
4.3
4.2
4.1
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
8.5
8.4
8.3
8.2
8.1
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
6
Keterangan:
= hiperemi pulpa
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. KARIES GIGI
3.1.1 Definisi
Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies gigi
adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai
akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh
pembentukan asam microbial dari substrat sehingga timbul destruksi komponen-
komponen organik yang akhirnya terjadi kavitas.
Dengan perkataan lain, dimana prosesnya terus berjalan ke bagian yang lebih dalam
dari gigi sehingga membentuk lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh
melalui proses penyembuhan, pada proses ini terjadi demineralisasi yang disebabkan oleh
adanya interaksi kuman, karbohidrat yang sesuai pada permukaan gigi dan waktu.
Karbohidrat yang tertinggal di dalam mulut dan mikroorganisme, merupakan
penyebab karies gigi, penyebab karies gigi yang tidak langsung adalah permukaan dan
bentuk gigi tersebut. Gigi dan fisur yang dalam mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah
melekat dan bertahan, sehingga produksi asam oleh bakteri akan berlangsung dengan
cepat dan menimbulkan karies gigi.
3.1.2 Etiologi
Acidogenic Theory
Menurut W.D Miller sejak tahun1882 karies adalah proses chemoparasitic yang terdiri
dari 2 tahap:
8
1. Tahap pertama : terjadi dekalsifikasi enamel yang menghasilkan seluruh
kerusakan enamel dan dekalsifikasi dentin.
2. Tahap kedua : penghancuran/pelarutan dari sisa-sisa jaringan lunak
Dekalsifikasi terbentuk karena adanya asam laktat yang merupakan hasil fermentasi
dari karbohidrat (sisa makanan) oleh bakteri
KH mikroorganisme asam laktat - demineralisasi zat an organic - penghancuran zat organic
Mikroorganisme yang dimaksud antara lain:
Lactobacillus acidophyllus
Streptococcus mutans
Bacillus acidophyllus
Proteolytic Theory
Karies adalah proses proteolitik. Mikroorganisme memasuki bagian organic gigi, dan
enzim proteolitik yang dihasilkan oleh bakteri rongga mulut merusak bagian matriks
enamel sehingga menghancurkan struktur gigi. Ciri khasnya terdapat pigmen kuning
yang dihasilkan oleh proses proteolitik.
3.1.3 Klasifikasi
Karies dapat diklasifikasikan melalui berdasarkan lokasi, kedalaman
a) Karies berdasarkan lokasi permukaan kunyah dapat dibagi :
1) Karies oklusal
Adalah karies yang terjadi pada bagian gigi yang digunakan untuk mengunyah.
2) Karies labial
Adalah karies yang terjadi pada bagian gigi yang menghadap mukosa bibir
9
3) Karies bukal
Adalah karies yang terjadi pada bagian gigi yang menghadap mukosa pipi
4) Karies palatal/lingual
5) Karies aproksimal
Distal menjauhi garis median
Mesial mendekati garis median
b) Karies berdasarkan kedalamannya
Karies Superfisial yaitu karies yang hanya mengenai enamel
Karies Media yaitu karies yang mengenai enamel dan telah mencapai setengah
dentin
Karies Profunda yaitu karies yang mengenai lebih dari setengah dentin dan bahkan
menembus pulpa
Karies Superficial Karies Media Karies Profunda
Gambar 4. Klasifikasi karies menurut kedalamannya
c) Karies berdasarkan jenisnya
10
Karies primer
Adalah karies yang baru pertama kali menyerang permukaan gigi dan belum
dilakukan terapi.
Karies sekunder
Adalah karies yang muncul pada permukaan/tempat yang telah mengalami karies
sebelumnya dan sudah mendapatkan pengobatan.
3.1.4. Faktor Yang Berpengaruh Pada Karies
Karies merupakan penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi
penyebab terbentuknya karies yaitu factor langsung dan tidak langsung.
Faktor yang langsung mempengaruhi terjadinya karies terdiri dari 4 komponen utama
yaitu host, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan faktor waktu, yang
digambarkan sebagai empat lingkaran yang bertumpangtindih
Gambar 5. Model Empat
Lingkaran Penyebab Karies
11
Host (Tuan Rumah)
Ada beberapa hal yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap
karies gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel (email), faktor kimia dan
kristalografis, saliva. Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies adalah pit
(depresi yang kecil, besarnya seujung jarung yang terdapat pada permukaan oklusal
dari gigi molar) dan fisure (suatu celah yang dalam dan memanjang pada permukaan
gigi). Permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak yang mudah melekat
dan membantu perkembangan karies gigi. Kepadatan kristal enamel sangat
menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka
kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih
mudah terserang karies dari pada gigi tetap, hal ini dikarenakan gigi susu lebih
banyak mengandung bahan organik dan air dari pada mineral, dan secara
kristalografis mineral dari gigi tetap lebih padat bila dibandingkan dengan gigi susu.
Alasan mengapa susunan kristal dan mineralisasi gigi susu kurang adalah
pembentukan maupun mineralisasi gigi susu terjadi dalam kurun waktu 1 tahun
sedangkan pembentukan dan mineralisasi gigi tetap 7-8 tahun.
Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak sekali
mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan
remineralisasi meningkat jika ada ion fluor. Selain mempengaruhi komposisi
mikroorganisme di dalam plak, saliva juga mempengaruhi pH.
Agent (Mikroorganisme)
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak
adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang
12
berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan.
Komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda, pada awal pembentukan
plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti
Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, Streptococcus
salivarus, serta beberapa strain lainnya, selain itu dijumpai juga Lactobacillus dan
beberapa beberapa spesies Actinomyces
Pengaruh Substrat atau Diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada
permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak
dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta
bahan lain yang aktif yang menyababkan timbulnya karies.
Dibutuhkan waktu minimum tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel
pada gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan demineralisasi.
Karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa
polisakarida ekstra sel. Orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama
sukrosa cenderung mengalami kerusakan gigi, sebaliknya pada orang dengan diet
banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak memliki
karies gigi. Hal ini dikarenakan adanya pembentukan ekstraseluler matriks (dekstran)
yang dihasilkan karbohidrat dari pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
Glukosa ini dengan bantuan Streptococcus mutans membentuk dekstran yang
merupakan matriks yang melekatkan bakteri pada enamel gigi. Oleh karena itu
13
sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik (makanan yang dapat memicu
timbulnya kerusakan/karies gigi atau makanan yang kaya akan gula). Sukrosa
merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi, maka sukrosa merupakan penyebab
karies yang utama. Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan
pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi
email. Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH
normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi gula yang
sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah normal dan
menyebabkan demineralisasi email.
Waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Adanya kemampuan saliva
untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies,
menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas perusakan dan perbaikan yang
silih berganti.
Adanya saliva di dalam lingkungan gigi mengakibatkan karies tidak
menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau
tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu
kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. Dengan demikian sebenarnya
terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini
Faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi karies yaitu umur, jenis kelamin,
sosial ekonomi, penggunaan fluor, jumlah bakteri, dan perilaku yang berhubungan
14
dengan kesehatan gigi dan mulut (kebiasaan merokok/penggunaan tembakau,
konsumsi alkohol, kebersihan rongga mulut yang tidak baikdan diet makanan).
a. Umur
1. Umur 1-2 tahun
Studi oleh Kohler et all (1978,1982), bahwa pada ibu-ibu dengan saliva yang
mengandung banyak Streptococcus mutans sering menularkannya kepada bayi
mereka segera setelah gigi susunya tumbuh, hal ini menyebabkan tingginya
kerentanan terhadap karies.
2. Umur 5-7 tahun
Studi oleh Carvalho et all (1989) menunjukkan bahwa pada masa ini
permukaan oklusal (kunyah) gigi molar pertama sedang berkembang, pada masa
ini gigi rentan karies sampai maturasi kedua (pematangan jaringan gigi) selesai
selama 2 tahun.
3. Umur 11-14 tahun
Merupakan usia pertama kali dengan gigi permanen keseluruhan. Pada masa
ini gigi molar kedua rentan terhadap karies sampai maturasi kedua selesai.
4. Umur 19-22 tahun
Adalah kelompok umur berisiko pada usia remaja. Pada masa ini gigi molar
ke tiga rentan karies sampai maturasi keduanya selesai. Di usia ini pula
biasanya orang-orang meninggalkan rumah untuk belajar atau bekerja di
tempat lain, yang selanjutnya dapat menyebabkan perubahan tidak hanya gaya
hidup tapi juga pada kebiasaan makan dan menjaga kebersihan mulut.
15
b. Jenis Kelamin
Dari pengamatan yang dilakukan Milhann-Turkeheim pada gigi M1, didapat
hasil bahwa persentase karies gigi pada wanita adalah lebih tinggi dibanding pria.
Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga komponen
gigi yang hilang (M=Missing) lebih sedikit
c. Sosial Ekonomi
Karies dijumpai lebih tinggi pada kelompok sosial ekonomi rendah dan
sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada
kelompok sosial ekonomi tinggi. Menurut Tirthankar (2002), ada dua faktor sosial
ekonomi yaitu pekerjaan dan pendidikan. Pendidikan adalah faktor kedua terbesar
yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat
pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang
kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.
d. Penggunaan Fluor
Menurut Rugg-Gunn (2000) di Inggris menyatakan bahwa penggunaan fluor
sangat efektif untuk menurunkan prevalensi karies, walaupun penggunaan fluor
tidaklah merupakan satu-satunya cara mencegah gigi berlubang.
Demikian halnya penelitian yang dilakukan Dr. Trendly Dean dilaporkan
bahwa ada hubungan timbal balik antara konsentrasi fluor dalam air minum
dengan prevalensi karies. Penelitian epidemiologi Dean ditandai dengan
perlindungan terhadap karies secara optimum dan terjadinya mottled enamel
(keadaan email yang berbintik-bintik putih, kuning, atau coklat akibat kelebihan
fluor/fluorosis) yang minimal apabila konsentrasi fluor kurang dari 1 ppm.
16
e. Pola Makan
Setiap kali seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung
karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai
memproduksi asam sehingga pH saliva menurun dan terjadi demineralisasi yang
berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva
akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun,
apabila makanan berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka email gigi tidak
akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna
sehingga terjadi karies.
f. Kebersihan Mulut (Oral Higiene)
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan karies
adalah plak. Telah dicoba membandingkan insidens karies gigi selama 2 tahun
pada 429 orang mahasiswa yang menyikat giginya dengan teratur setiap habis
makan dengan mahasiswa yng menyikat giginya pada waktu bangun tidur dan
malam pada waktu sebelum tidur, ternyata bahwa golongan mahasiswa yang
menyikat giginya secara teratur rata-rata 41% lebih sedikit kariesnya dibandingkan
dengan golongan lainnya.
g. Merokok
Nicotine yang dihasilkan oleh tembakau dalam rokok dapat menekan aliran
saliva, yang menyebabkan aktivitas karies meningkat. Dalam hal ini karies
ditemukan lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.
17
3.1.5. Pencegahan
Pencegahan Primordial
Tindakan ini ditujukan pada kesempurnaan struktur enamel dan dentin atau gigi
pada umumnya. Seperti kita ketahui yang mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan gigi kecuali protein untuk pembentukan matriks gigi, vitamin (vitamin A,
vitamin C, vitamin D) dan mineral (Calcium, Phosfor, Fluor, dan Magnesium) juga
dibutuhkan. Pada ibu-ibu yang sedang mengandung sebaiknya diberikan kalsium dalam
bentuk tablet, dan air minum yang mengandung fluor karena hal ini akan berpengaruh
terhadap pembentukan enamel dan dentin bayi yang akan dilahirkan
Pencegahan Primer
Hal ini ditandai dengan:
a. Upaya meningkatkan kesehatan (health promotion)
Upaya promosi kesehatan meliputi pengajaran tentang cara menyingkirkan plak
yang efektif atau cara menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor dan
menggunakan benang gigi (dental floss).
b. Memberikan perlindungan khusus (spesific protection)
Upaya perlindungan khusus yaitu untuk melindungi host dari serangan penyakit
dengan membangun penghalang untuk melawan mikroorganisme. Aplikasi pit dan
fisur silen merupakan upaya perlindungan khusus untuk mencegah karies
Pencegahan Sekunder
Yaitu untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak berkembang atau
kambuh lagi. Kegiatannya ditujukan pada diagnosa dini dan pengobatan yang tepat.
18
Sebagai contoh melakukan penambalan pada gigi dengan lesi karies yang kecil dapat
mencegah kehilangan struktur gigi yang luas.
a. Diagnosa Dini
Penegakan diagnosis lesi karies secara dini makin menjadi hal yang sangat
penting sejak disadari bahwa karies bukan hanya suatu proses demineralisasi saja
melainkan proses destruksi dan reparasi yang silih berganti.
Penegakan diagnosis karies gigi memerlukan pencahayaan yang baik dan obyek
(gigi) yang kering dan bersih. Jika terdapat banyak kalkulus atau plak, maka
semuanya harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum mencoba menegakkan
diagnosis dengan tepat. Setelah gigi sudah kering maka tiap kuadran gigi diisolasi
dengan gulungan kapas agar pembasahan oleh saliva dapat dicegah. Gigi harus
betul-betul kering dan pengeringannya biasanya dengan udara yang disemprotkan
perlahan-lahan.
Untuk menentukan tanda awal karies diperlukan penglihatan tajam. Biasanya
pemeriksaan tanda awal karies diperlukan sonde yang tajam sampai terasa
menyangkut. Sebaiknya hal ini jangan dilakukan pada lesi karies yang masih baru
karena sonde tajam akan merusak lesi karies yang masih baru mulai dan sonde akan
membawa bakteri ke dalam karies sehingga penyebaran karies akan semakin cepat
b. Tindakan
Penambalan
Harus diketahui bahwa gigi yang sakit atau berlubang tidak dapat
disembuhkan dengan sendirinya, dengan pemberian obat-obatan. Gigi tersebut
19
hanya dapat diobati dan dikembalikan ke fungsi pengunyahan semula dengan
melakukan pemgeboran dan kemudian penambalan.
Dalam proses penambalan, hal yang pertama sekali dilakukan adalah
pembersihan gigi yang karies yaitu dengan membuang jaringan gigi yang rusak
dan jaringan gigi yang sehat disekelilingnya, karena biasanya bakteri-bakteri
penyebab karies telah masuk ke bagian-bagian gigi yang lebih dalam. Hal ini
dilakukan sebagai upaya untuk meniadakan kemungkinan terjadinya infeksi
ulang. Tambalan terbuat dari berbagai bahan yang dimasukkan ke dalam gigi
atau di sekeliling gigi. Umumnya bahan-bahan tambalan yang digunakan adalah
perak amalgam, resin komposit, semen ionomer kaca, emas tuang, porselen.
Perak amalgam merupakan tambalan yang paling banyak digunakan untuk
gigi belakang, karena sangat kuat dan warnanya tidak terlihat dari luar. Perak
amalgam relatif tidak mahal dan bertahan sampai 14 tahun. Tambalan emas
lebih mahal tetapi lebih kuat dan bisa digunakan pada karies yang sangat besar.
Campuran damar dan porselen digunakan untuk gigi depan, karena warnanya
mendekati warna gigi, sehingga tidak terlalu tampak dari luar. Bahan ini lebih
mahal dari pada perak amalgam dan tidak tahan lama, terutama pada gigi
belakang yang digunakan untuk mengunyah. Kaca ionomer merupakan
tambalan dengan warna yang sama dengan gigi. Bahan ini diformulasikan untuk
melepaskan fluor, yang memberi keuntungan lebih pada orang-orang yang
cenderung mengalami pembusukan pada garis gusi. Kaca ionomer juga
digunakan untuk menggantikan daerah yang rusak karena penggosokan gigi
yang berlebihan.
20
Pencabutan
Keadaan gigi yang sudah sedemikian rusak sehingga untuk penambalan
sudah sukar dilakukan, maka tidak ada cara lain selain mencabut gigi yang telah
rusak tersebut. Dalam proses pencabutan maka pasien akan dibius, di mana
biasanya pembiusan dilakukan lokal yaitu hanya pada gigi yang dibius saja yang
mati rasa dan pembiusan pada setengah rahang. Pembiusan ini membuat pasien
tidak merasakan sakit pada saat pencabutan dilakukan
Pencegahan Tersier
Adalah pelayanan yang ditujukan terhadap akhir dari patogenesis penyakit yang
dilakukan untuk mencegah kehilangan fungsi, yang meliputi:
a. Pembatasan Cacat (Disability Limitation), merupakan tindakan pengobatan yang
parah, misalnya pulp capping, pengobatan urat syaraf (perawatan saluran akar),
pencabutan gigi dan sebagainya.
b. Rehabilitasi (Rehabilitation), merupakan upaya pemulihan atau pengembalian
fungsi dan bentuk sesuai dengan aslinya, misalnya pembuatan gigi tiruan (protesa).
3.2 HIPEREMI PULPA
Hiperemi pulpa merupakan vasodilatasi pembuluh darah pulpa oleh karena masuknya
toksin bakteri ke dalam jaringan pulpa melalui dentin tubule sehingga menekan saraf dan
menimbulkan rasa sakit.
Keluhan subjektif : sakit saat makan/sakit saat ada sisa makanan yang masuk, saat
terkena rangsangan manis dan asam, tetapi sakit menghilang bila
rangsangan dihentikan.
21
Keluhan objektif :
Extra oral : tidak tampak kelainan, simetris (+)
Intra oral :
- Inspeksi : caries (+)kemudian lihat lokasi karies, jenis karies
(primer/sekunder), akut/kronis
- Sondage : caries media, linu (+), kualitas sakit lebih besar
daripada iritasi pulpa dan hilang begitu
rangsangan dihilangkan
- Perkusi : (-)
- Tekanan : (-)
- Palpasi : (-)
Pengobatan : pro konservatif dengan penambalan
Prognosis : baik
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan gigi terasa linu geraham kiri atas no. 2 dari belakang sudah
sejak 1 minggu yang lalu. Linu terutama dirasakan saat makan. Linu tidak muncul secara
spontan. Sebelumnya gigi geraham kiri atas sudah pernah sakit. Sakit yang dirasakan hanya saat
makan makanan asam/manis saja. Namun pasien tidak segera pergi kedokter karena pasien
hanya berpikir giginya sakit karena sensitive, kemudian oleh pasien diobati hanya dengan
mengganti pasta giginya untuk gigi sensitive. Namun sekarang, keluhan pada gigi geraham
dirasa semakin parah. Oleh karena itu, pasien memeriksakan dirinya ke dokter. Pasien tidak
pernah minum obat penghilang rasa sakit sebelumnya. Pada pemeriksaan objektif ditemukan:
Gigi geligi : 2.7
Inspeksi : caries oklusal (+)
Sondage : caries media, nyeri (+)
Perkusi : (-)
Tekanan : (-)
Palpasi : (-)
Thermal test : tidak dilakukan
Berdasarkan pemeriksaan di atas, sebelumya pasien mengalami iritatio pulpa yang kemudian
berkembang menjadi hiperemi pulpa. Bila keluhan ini tidak segera ditangani, maka dapat
berlanjut menjadi pulpitis, kemudian gangren pulpa maupun radix, kemudian menjadi
periodontitis, dan dapat berakhir dengan abses. Karena dari pemeriksaan subjektif ditemukan
adanya nyeri saat makan, kemudian pada pemeriksaan objektif ditemukan adanya caries media
23
dan nyeri pada sondage, dan tidak ditemukan nyeri pada perkusi, tekanan, dan gigi tidak goyang,
maka dapat disimpulkan pasien mengalami hiperemi pulpa.
24
BAB V
KESIMPULAN
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien mengalami hiperemi pulpa gigi
2.7. Penatalaksanaan pada hiperemi pulpa adalah terapi konservatif yaitu berupa penambalan
sementara, yang kemudian dapat diganti menjadi penambalan permanen untuk mencegah
kerusakan gigi lebih lanjut oleh karena karies.
25
Recommended