View
6
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
2
Misiologi
Untuk SMTK Kelas X
Berdasarkan Kurikulum 2013 SMTK
Hak Cipta © pada Direktorat Jendral Bimas Kristen Kementrian Agama
Penulis: Chandra Gunawan
Reviewer: Dr. Hadi Sahardjo
Cetakan Pertama, November 2020
Hak Cipta © Dilindungi oleh Undang-Undang
3
Daftar Isi
Bab 1: Pengantar
Pelajaran 1: Misiologi dan Misio Dei 9
Pelajaran 2: Metode dan Pendekatan dalam Pelayanan Misi 27
Pelajaran 3: Target Misi 47
Bab 2: Misi dan Panggilan Gereja
Pelajaran 4: Teologi Misi 63
Pelajaran 5: Pergi Ke Dalam Dunia 83
Pelajaran 6: Panggilan Memuridkan 96
Pelajaran 7: Bersatunya Langit dan Bumi 111
Bab 3: Misi dan Alkitab
Pelajaran 8: Misi Dalam Penciptaan, Panggilan Abraham dan Keluaran 125
Pelajaran 9: Misi Dalam Sejarah Keselamatan 136
Pelajaran 10: Misi Dalam Pengajaran Yesus 149
Pelajaran 11: Misi Dalam Gereja Mula-Mula 163
Pelajaran 12: Misi Dalam Pelayanan Para Rasul 176
Bab 4: MIsi dan Kesaksian Injil
Pelajaran 13: Berita Injil Dan Berita Surga 192
Pelajaran 14: Kesaksian Dalam Keluarga Dan Pekerjaan 203
Pelajaran 15: Kesaksian Orang Percaya Dan Tanggung Jawab Alam 219
Pelajaran 16: Injil Dan Budaya 226
Pelajaran 17: Injil, Isu-Isu Sosial Dan Pluralisme Agama 237
4
Bab 5: Christian Worldview “Wawasan Kristen”
Pelajaran 18: Biblical and Christian Worlview “Wawasan Alkitabiah 258
Dan Kristen”
Pelajaran 19: Tujuan Hidup manusia Dan Realitas Penderitaan 277
Evaluasi
Daftar Pustaka
5
Bab 1
Misiologi: Pengantar
Kompetensi Dasar
1.1 Menghayati kehendak Allah dalam mencermati hakekat konsep misi
2.1 Mengamalkan kehendak Allah dalam mencermati hakekat konsep misi
3.1 Memahami hakikat konsep misi berdasarkan firman Allah
4.1 Menalar hakikat konsep misi berdasarkan firman Allah
6
Gereja mesti dilihat sebagai kelompok
peziarah yang menapaki jalan
menuju akhir dunia dan ujung bumi
Lesslie Newbigin
7
Peta Konsep – Pengantar Misiologi
Mis
iolo
gi
DefinisiMisiologi
Misio Dei
MetodeInkarnasi
Partisipasi
Target/SasaranPemahaman
Manusia
9
Mengamati
Mengumpulkan Informasi
Pelajaran 1
Misiologi dan Misio Dei
A. Pendahuluan Misi merupakan konsep yang kompleks. Sewaktu
membicarakan mengenai topik ini, kebanyakan orang Kristen
membicarakannya dalam konteks penginjilan, kesaksian sosial, atau
bahkan perjuangan kemanusiaan. Beragamnya aspek pelayanan misi
membuat kita sulit dalam mendefinisikan konsep dari pelayanan misi
dan sebagai akibatnya konsep mengenai misi menjadi topik yang luas
dengan beragam pengertian dan pendekatan.
Fokus utama kita dalam pelajaran ini adalah mempelajari
konsep misi tertutama bersumber dari Alkitab. Walaupun Alkitab
bukan merupakan buku yang dituliskan untuk kebutuhan Misiologi
(studi mengenai misi), kitab suci memperlihatkan bahwa Tuhan adalah
Allah yang misioner. Ia menciptakan manusia pertama, Adam dan
Hawa, untuk satu tugas tertentu; dan tugas yang manusia emban
dalam penciptaan merupakan bagian dari misi Allah bagi manusia.
Waktu Allah memanggil bangsa Israel melalui Abraham, Ia menyatakan
misi-Nya bahwa melalui keturunan Abraham, segala bangsa akan
diberkati.
B. Misiologi
1. Definisi
Konsep misi tidak dapat dipahami hanya berdasarkan etimologi
(asal mula penggunaan sebuah kata/terminologi) dari kata tersebut.
Berdasarkan penggunaan awalnya, istilah misi dan konsep sending
“mengirimkan” sangatlah berkaitan. Misi dipandang sebagai upaya
gereja dalam “mengirimkan orang-orang Kristen” keluar dari
daerahnya untuk memberitakan injil di daerah yang belum pernah
mendengar injil. Lembaga misi yang mengutus orang-orang yang
disebut misionaris disebut sebagai “zending.” Konsep misi sebagai
sebuah “sending,” muncul dalam Matius 28:19-20, Alkitab memang
memperlihatkan bahwa “mengutus anak-anak Tuhan” ke dunia
merupakan sebuah misi.
10
Menanya
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Meskipun demikian, dalam Alkitab, kita juga menemukan bahwa
pelayanan dan pergerakan misi bukan hanya berbentuk sending
(mengutus) tetapi juga berbentuk gathering “mengumpulkan” orang-
orang.
Kisah Para Rasul 2:41-47 mencatat misi Allah dalam gereja
perdana juga dinyatakan dalam bentuk gathering. Dalam kisah ini, kita
membaca bahwa yang membuat gereja menjadi besar adalah karena
Tuhan mengumpulkan/membawa masuk orang-orang baru dalam
umat Tuhan.
Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri
dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-
kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-
rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul
untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah
mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak
mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi
percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah
kepunyaan bersama, 45 dan selalu ada dari mereka yang
menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada
semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-
tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di
rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-
sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji
Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari
Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang
diselamatkan.
Diskusikanlah
Mengapa dalam gereja pelayanan misi sering kali tidak menjadi
perhatian? Bagaimanakah caranya gereja dapat memperhatikan
pelayanan misi dengan lebih serius?
11
Menalar
Mengumpulkan Informasi
Dengan demikian, misi bukan hanya berbentuk
“mengirimkan/mengutus orang-orang keluar” tetapi juga dengan
“mengumpulkan orang-orang percaya menjadi satu komunitas umat
Tuhan dan menyaksikan Kristus melalui kesaksian hidup mereka.”
Kedua model ini ada dalam kitab suci dan Tuhan menggunakan
keduanya dalam menghadirkan Kerajaan Allah di bumi. Jika sending
dan gathering merupakan dua bentuk pelayanan misi yang dapat
digunakan oleh Tuhan, maka misi pada dasarnya harus dipahami
sebagai sebuah participating “pastisipasi” umat Tuhan dalam karya
Tuhan. Misi adalah partisipasi gereja dan orang-orang percaya dalam
karya Tuhan dalam dunia ini, yakni menghadirkan Kerajaan Allah di
bumi.
2. Sumber-sumber untuk Studi Misi
a. Alkitab
Alkitab adalah sumber utama dalam studi mengenai misi. Oleh
karena Alkitab adalah firman Allah, Alkitab memiliki otoritas tertinggi
dalam gereja. Itulah sebabnya, dalam merumuskan pelayanan misi,
ajaran Alkitab seharusnya menjadi bagian utama dan menjadi dasar
dari pengajaran mengenai misi.
Dalam Alkitab kita menemukan dasar-dasar dalam pelayanan
misi gereja. Salah satu teks yang menekankan pelayanan misi adalah
Matius 28:19-20; teks ini sering disebut sebagai Amanat Agung dan
bagian ini pada umumnya dijadikan dasar dalam pelayanan misi yang
berorientasi pada pengutusan dan penjangkauan bangsa-bangsa.
Kita juga menemukan contoh dari pelayanan misi yang
dikerjakan oleh generasi pertama dari orang-orang percaya. Sebagai
contoh, dalam Kisah Para Rasul 1:12-14, kita membaca mengenai
peran dari kehidupan doa para Rasul dan murid-murid Yesus lainnya
dalam menantikan kebangunan rohani yang terjadi dalam Kisah Para
Rasul 2. Peristiwa Pentakosta ternyata didahului oleh kebangunan doa.
Apa yang Alkitab perlihatkan menunjukkan bahwa bahwa ada kaitan
antara kebangunan rohani dan kebangunan doa dalam jemaat.
Selain itu, kitab suci juga memberikan prinsip-prinsip dasar dari
perkembangan pekerjaan Tuhan. Walaupun konteks dan pergumulan
dari gereja abad pertama Masehi dan gereja masa kini berbeda tetapi
tetap ada prinsip yang sama yang mengikat pelayanan misi gereja
sepanjang zaman. Sebagai contoh, ajaran Tuhan Yesus mengenai biji
sesawi yang mampu tumbuh menjadi pohon yang rindang
menekankan prinsip karya Allah dibalik pelayanan misi gereja.
12
Menanya
Mengumpulkan Informasi
Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi
kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu
seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang
di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala
jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih
besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon,
sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada
cabang-cabangnya."
Matius 13:31-32
Diskusikanlah!
Prinsip apakah mengenai Kerajaan Allah yang dibicarakan dalam
Matius 13:31-32? Jelaskan bagaimana prinsip tersebut dapat
menolong gereja masa kini menilai perkembangan gereja-gereja
Tuhan di zaman sekarang.
b. Sejarah
Sejarah adalah sumber kedua yang penting dalam membangun
teologi atau ajaran tentang misi. Walaupun perhatian terhadap konsep
misi bertumbuh terutama dalam periode setelah Reformasi gereja,
namun gereja telah mengerjakan pelayanan pemberitaan injil dalam
jangka waktu yang panjang. Dengan mempelajari sejarah, kita dapat
mengetahui masa dimana gereja hampir hilang tetapi juga masa
dimana gereja bertumbuh dan berkembang. Sejarah misi dapat
memperlihatkan kepada kita, hal-hal utama yang harus ada supaya
terjadi sebuah kebangunan rohani.
13
Mengumpulkan Informasi
Mengumpulkan Informasi
Menalar
c. Ilmu Sosial dan Antropologi
Dalam studi mengenai misi, ilmu-ilmu sosial dan, khususnya,
Antropologi dapat memberikan kontribusi dalam memahami budaya
dan kehidupan manusia di era dan zaman tertentu. Sejak abad ke-19,
baik para ahli dalam studi misi maupun Antropologi saling bertukar
hasil studi mengenai manusia, baik kehidupan, kebudayaan, cara
berpikir, dan aspek sosial lainnya. Kedua bidang studi ini saling
membutuhkan dan dapat berkontribusi dalam memahami kelompok
manusia tertentu, khususnya, mereka yang berasal dari daerah yang
belum mengenal peradaban.
Misiologi menaruh perhatian yang besar terhadap kelompok
orang yang belum mendengar berita injil. Untuk mempersiapkan para
misionaris memasuki ladang misi yang masih asing, lembaga-lembaga
misi menggunakan kajian-kajian dari studi Antropologi terhadap
kelompok orang tersebut. Walaupun disiplin ilmu sosial tidak selalu
memiliki pendekatan yang sama dengan Alkitab dalam memahami
manusia, namun kebenaran dari ilmu pengetahuan umum pada
dasarnya adalah juga kebenaran milik Tuhan. Itulah sebabnya, ilmu-
ilmu sosial dapat dipelajari dan diaplikasikan dalam studi misi.
d. Literatur Misi
Banyak ahli yang menekuni pelayanan misi menuliskan baik
kesaksian ataupun konsep-konsep mengenai pelayanan misi yang
dikerjakannya. Semua hasil studi mereka dapat memberikan informasi
yang relevan bagi pelayanan misi. Semua pemikiran tersebut sangat
bermanfaat dan dibutuhkan oleh gereja untuk dapat mengembangkan
strategi dan pelayanan misi yang efektif.
Ada dua macam literatur misi yang dibutuhkan dalam
mengembangkan pelayanan misi yang efektif. Pertama, literatur
mengenai misi yang dituliskan oleh para misionaris yang datang untuk
melayani di daerah yang baru. Kedua, literatur yang ditulis oleh para
pemberita injil lokal. Kedua literatur ini terkadang dapat berbeda
perspektif dalam memandang pelayanan misi di sebuah daerah.
Studi mengenai misi memiliki sifat multi-disiplin. Jika
sebelumnya studi mengenai misi terutama dilihat dari sudut pandang
teologi, sekarang kita mulai memahami bahwa studi misi
membutuhkan kontribusi studi dari bidang-bidang lainnya. Dalam
penerjemahan Alkitab, sebagai contoh, para ahli bukan hanya harus
menguasai bahasa Yunani dan Ibrani, tetapi juga menguasai Linguistik.
14
Mengamati
Mengumpulkan Informasi
Menanya
Mengumpulkan Informasi
3. Misi dan Gereja
Pelayanan misi adalah salah satu pelayanan yang biasa ada
dalam sebuah gereja. Istilah yang digunakan dapat berbeda-beda,
misalnya komisi misi, bidang misi atau departemen misi. Namun,
apakah gereja-gereja yang memiliki bidang atau komisi atau
departemen misi mengetahui dengan benar, apakah pekerjaan misi itu
dan fokus utamanya?
Kita perlu mengtahui bahwa istilah misi tidak ada dalam
Alkitab. Walaupun Alkitab membicarakan berbagai tindakan Allah
melalui gereja-Nya yang terkait dengan pelayanan misi, namun istilah
misi tidak digunakan dalam Alkitab. Dengan demikian, jika kita ingin
mengerti apakah itu misi, maka kita harus memahami misi secara
konseptual bukan berdasarkan kemunculan istilahnya.
Seorang pakar studi biblika,
Andreas Köstenberger menulis sebuah
disertasi untuk menjelaskan konsep
misi, dan ia mendapati bahwa misi pada
hakikatnya adalah sebuah pergerakan.
Waktu Tuhan Yesus meminta murid-
murid-Nya untuk menjadi saksi Tuhan
mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria
dan sampai ujung bumi, maka yang
Tuhan Yesus sedang bicarakan adalah
sebuah pergerakan Kerajaan Allah
mulai dari Yerusalem sampai ujung
bumi.
Diskusikan!
Menurut anda, apakah yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus sewaktu
ia mengatakan bahwa kesaksian haruslah disampaikan sampai “ujung
bumi”; dimanakah itu “ujung bumi?”
Jika misi tanpa sebuah pergerakan, hal tersebut bukanlah
sebuah misi; pergerakan dalam hal apa yang dikerjakan dalam misi?
Jika kita membaca injil-injil, maka kita akan mendapati bahwa
pergerakan Yesus tidak hanya semata-mata dipahami sebagai
pergerakan pemberitaan injil. Pemberitaan injil adalah salah satu saja
dari aspek misi.
15
Menalar
Mengamati
Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia
mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan
Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan
kelemahan.
Matius 9:35
Dalam pergerakan pelayanan Yesus, Ia memulainya dari Galilea sampai
ke Golgota, dan Yesus melakukan pelayanan yang holistik dalamnya, Ia
memberitakan mengenai Kerajaan Allah, mengajar, melayani orang
miskin dan susah, menyembuhkan mereka yang sakit, juga
menggembalakan serta memberikan, yang dalam bahasa modern
disebut, konseling. Demikian juga dengan Paulus, mulai dari
perjalanannya dari Damsyik sampai ke penjara Roma, pergerakan yang
Paulus kerjakan meliputi semua area pelayanan seperti halnya Yesus.
Jadi, semua bidang pelayanan pada dasarnya adalah bagian
dari misi. Misi adalah hekekat dari gereja itu sendiri, tanpa misi gereja
tidak dapat menjadi sebuah gereja. Sebaliknya adalah salah ketika
gereja menyempitkan arti misi hanya pada pelayanan penginjilan;
pelayanan tersebut adalah salah satu bagian (bukan satu-satunya) dari
misi. Jika misi adalah sebuah pergerakan, maka setiap pelayanan
bersifat progresif dan harus terus maju ke depan dan harus ada
sesuatu yang baru yang tercapai. Itulah sebabnya gereja dan lembaga-
lembaga misi perlu mengevaluasi apakah ada hal-hal baru yang telah
dicapai atau gereja malah sedang jalan di tempat atau jalan mundur.
C. Misio Dei
Istilah “mission dei” berasal
dari bahasa latin yang berarti “misi
Allah.” Terminologi ini digunakan
untuk menekankan substansi dari
pelayanan misi yang dikerjakan
gereja. Panggilan umat Tuhan
bukanlah mengerjakan visi dan
misinya sendiri tetapi melayani visi
dan misi Tuhan. Craig Ott, Stephen J.
Strauss, dan Timothy C. Tennent
menjelaskan bahwa konsep ini
ditekankan sebab misi sering kali
hanya dipandang sebagai respons
manusia pada perintah Tuhan.
16
Mengumpulkan
Informasi
Mengamati
Mengumpulkan
Informasi
David J. Bosch adalah tokoh
penting yang turut merumuskan
pengertian yang terkandung dalam
istilah “mission dei.” Misi merupakan
karya Allah Tritunggal dan gereja
sesungguhnya hanya bagian atau
instrumen dalam “mission dei.” Dengan
demikian, dalam pelayanan misi, Bapa,
Anak dan Roh Kudus bekerja sama dan
bersama-sama berkarya dalam dan
melalui gereja, yang pada dasarnya
merupakan perpanjangan tangan Allah dalam dunia ini.
Kita akan mempelajari beberapa pokok teologi yang
terkandung dalam ajaran “mission dei.”
1. Universal God in Christ “Allah Yang Universal dalam
Kristus”
Konsep “mission dei” menekankan pentingnya gereja
melakukan sebuah pelayanan misi yang dirancang oleh Allah sendiri.
Dasar dari pelayanan misi adalah keyakinan kita bahwa dunia ini
adalah milik Tuhan dan harus dibawa kepada Tuhan sebagai pencipta
dan pemilik segala sesuatu. Sejak semula, Tuhan tidak menciptakan
dunia ini untuk manusia tetapi untuk Tuhan; dan Ia menjadikan
manusia sebagai wakil Allah (gambar dan rupa Allah) dalam
mengelolanya sehingga dapat berfungsi sebagaimana rancangan
Tuhan.
Dalam surat Korintus, Rasul Paulus menegaskan bahwa hanya
ada satu Allah yang menciptakan segala sesuatu dan Ia adalah pemilik
segala sesuatu.
Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "allah", baik di
sorga, maupun di bumi dan memang benar ada banyak
"allah" dan banyak "tuhan" yang demikian, namun bagi kita
hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya
berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan
satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala
sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.
1Korintus 8:5-6
17
Menanya
Menalar
Mengumpulkan Informasi
Rasul Paulus menegaskan bahwa karena segala sesuatu adalah milik
Tuhan, segala sesuatu termasuk manusia haruslah hidup bagi Tuhan.
Tujuan hidup semua orang adalah memuliakan Tuhan.
Diskusikanlah!
Jikalau tujuan hidup manusia pada dasarnya untuk memuliakan Tuhan,
jelaskan mengapa ada banyak orang Kristen yang hidupnya dihabiskan
untuk mengejar hal-hal yang ada didunia ini.
Membawa manusia dan ciptaan kembali memuliakan Tuhan
adalah tujuan dari misi. Dalam Alkitab, baik dalam kisah penciptaan
maupun dalam ajaran mengenai langit dan bumi yang baru, Alkitab
menegaskan bahwa manusia akan kembali hidup bersama-sama
dengan Tuhan dan hidup menyembah Dia. Inilah fokus dan tujuan dari
pelayanan misi.
Bacalah Matius 6:19-21, 24 dan renungkan mengapa manusia
tidak boleh mencari dan mengejar “dunia dan segala kesenangannya.”
"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi
ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri
membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah
bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak
merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta
mencurinya … Tak seorangpun dapat mengabdi kepada
dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang
seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada
yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain Kamu
tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."
Ajaran Alkitab menegaskan
bahwa panggilan hidup manusia
adalah menyambah Tuhan. Itulah
sebabnya, seperti yang dikatakan oleh
John Piper, ibadah (penyembahan
kepada Tuhan) menjadi tujuan akhir
dari pelayanan misi. Pelayanan ini
muncul karena bangsa-bangsa tidak
mencari Tuhan dan tidak beribadah
kepada-Nya. Tanpa signifikansi
ibadah, misi tidak dibutuhkan.
18
Mengamati
Menanya
Mengumpulkan Informasi
2. Mission as Divine Prerogrative “Misi Sebagai
Kedaulatan Ilahi”
Konsep “missio dei” menekankan bahwa Allah adalah pribadi
yang memiliki pelayanan misi. Itulah alasannya bahwa Ia berhak dalam
menentukan kemana, kepada siapa dan bagaimana pelayanan misi
harus dikerjakan. Dalam sejarah kita melihat bahwa gereja dan
pertumbuhannya tidak bergantung pada dirinya sendiri. Ketika gereja
seharusnya mati oleh karena penganiayaan yang hebat, gereja malah
bertahan dan bertumbuh. Hal inilah yang kita lihat dalam tiga abad
pertama dari Kekristenan awal. Sebaliknya, ketika gereja seharusnya
bertumbuh karena tidak ada penganiayaan, yang terjadi adalah gereja
malah tidak bertumbuh. Dengan demikian, kita melihat bahwa
pertumbuhan dan perkembangan gereja ada dalam tangan dan
kendali Tuhan.
Diskusikanlah! Jika keberadaan gereja ada dalam kendali dan pemeliharaan Tuhan, mengapa ada gereja-gereja yang akhirnya sampai ditutup karena kehabisan anggota jemaat?
Kisah mengenai Yunus memperlihatkan kepada kita mengenai
otoritas Tuhan dalam menentukan kemana nabi Tuhan harus pergi
dalam mengerjakan misi Tuhan.
19
Menanya
Mengumpulkan Informasi
Menalar
Diskusikanlah
Bacalah kitab Yunus dan carilah informasi mengapa Yunus tidak mau
pergi ke Niniwe? Apakah Yunus dapat melarikan diri dari Allah?
Ceritakan apakah yang terjadi kemudian?
Kisah mengenai bagaimana Tuhan memimpin Paulus untuk
memberitakan injil ke wilayah Eropa juga memperlihatkan
kewenangan penuh dari Tuhan dalam menentukan target pelayanan
misi yang harus dikerjakan oleh gereja.
Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena
Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di
Asia. Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke
daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka.
Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas. Pada
malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan:
ada seorang Makedonia … berseru kepadanya …
"Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!" …,
segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke
Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik
kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk
memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.
Kisah Para Rasul 16:6-10
Roh Kudus bekerja dalam mengendalikan arah dari pekerjaan misi
Tuhan. Saat Tuhan mengarahkan gereja untuk membuka ladang misi
yang baru, yakni ke wilayah Eropa, Roh Kudus mencegah Paulus dan
rekan-rekannya untuk melayani di daerah-daerah yang sebelumnya
mereka rencanakan untuk dikunjungi. Rasul Paulus dan rekan-
rekannya pun memilih untuk taat kepada pimpinan Tuhan.
Sikap Rasul Paulus dan rekan-rekannya memberikan teladan bagi
umat Tuhan masa kini untuk terbuka terhadap pimpinan Allah melalui
Roh Kudus dalam pelayanan misi. Dalam mempersiapkan
penjangkauan terhadap mereka yang belum mengenal Tuhan, orang-
orang Kristen terkadang lebih menggunakan pertimbangan-
pertimbangan manusiawi untuk membuka ladang misi; meskipun
demikian, kita seharusnya peka bahwa kehendak Tuhan tidak selalu
sama dengan rencana manusia. Itulah sebabnya, jika pelayanan misi
didasarkan pada prinsip missio dei, pelayanan tersebut harus tunduk
pada rencana dan pimpinan Tuhan.
20
Mengumpulkan Informasi
Mengamati
Mengumpulkan Informasi
3. Misi dari Allah Tritunggal
Misi Allah dalam dunia ini meliputi beberapa aspek, salah
satunya adalah karya keselamatan. Dalam menyelamatkan manusia,
Allah Tritunggal (Bapa, Anak dan Roh Kudus) turut terlibat dalamnya.
Bapa adalah pribadi yang mengutus Yesus dan Roh Kudus ke dalam
dunia. Yesus diutus untuk melepaskan manusia dari perbudakan dosa.
Roh Kudus diutus ke dalam dunia setelah Yesus kembali ke surga untuk
menyertai, memperlengkapi dan memampukan orang-orang percaya
melaksanakan peran dan panggilan mereka dalam misi Allah.
… Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab
jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang
kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia
kepadamu. … Ia akan menginsafkan dunia akan dosa,
kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka
tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena
Aku pergi kepada Bapa … akan penghakiman, karena
penguasa dunia ini telah dihukum.
Yohanes 16:7-11
4. Misi Sebagai Sejarah Penebusan
Pelayanan misi yang dikerjakan gereja tidaklah dilakukan
secara individual di satu zaman dan periode tertentu. Pekerjaan Tuhan
dalam membawa dunia ini kepada tujuan penciptaannya sudah
dimulai sejak penciptaan dunia ini bahkan sebelumnya sudah
ditetapkan dalam rencana Allah yang kekal. Kejatuhan manusia dalam
dosa tidak membuat rancangan dan rencana Tuhan hancur; Ia tetap
berkuasa dalam mengembalikan lajunya sejarah umat manusia untuk
kembali kepada tujuan penciptaannya, yaitu untuk memuliakan
Tuhan. Karya Tuhan inilah yang disebut sebagai Sejarah Penebusan
(Keselamatan).
Gereja dalam kiprah pelayanannya dalam sejarah karya Tuhan
dalam dunia ini tidaklah melakukan hal yang sama sekali baru.
Pelayanan misi yang dikerjakan dalam sebuah gereja sebenarnya
melanjutkan apa yang gereja atau umat Allah sebelumnya telah
lakukan. Dengan demikian, ada kontinuitas antara pelayanan misi yang
Tuhan kerjakan baik dari era Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru dan
juga ke era masa kini, era dimana gereja-gereja Tuhan melayani
sebagai instrumen bagi Kerajaan Allah.
21
Menalar
Mengumpulkan Informasi
Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam
pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan
perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah
berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang
telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala
yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.
Ibrani 1:1-2
Jika kita mencermati karya Tuhan dalam PL, ada kontinuitas
dari karya Tuhan melalui pada nabi yang berbicara bukan untuk
kepentingan mereka sendiri tetapi mereka mengambil bagian dalam
“rencana besar” Allah terkait dengan keselamatan. Itulah sebabnya,
gereja pada dasarnya bukan menciptakan misi tetapi berpartisipasi
dalam misi yang Allah telah kerjakan sebelumnya melalui para nabi.
Misi bukan hanya ada saat gereja ada, tetapi sejak PL, Allah telah
mengerjakan misi-Nya. Umat Tuhan dalam PL gagal dalam memenuhi
peran mereka sebagai instrumen Allah dalam mengerjakan misi-Nya.
Yesus menggenapkan apa yang Israel tidak mampu lakukan. Gereja
dipanggil dan diperlengkapi Tuhan untuk melanjutkan apa yang Kristus
sedang kerjakan dalam dunia ini.
5. Misi Untuk Memuliakan Allah
Tujuan akhir dari misi bukanlah keselamatan manusia tetapi
kemuliaan Allah. Kepada jemaat Efesus, Rasul Paulus mengingatkan
mereka mengenai kebesaran karya Allah dalam kehidupan mereka; Ia
telah memilih mereka dan menyelamatkan mereka. Meskipun
demikian, dasar dari tindakan Allah bukanlah sekadar supaya manusia
diselamatkan tetapi supaya manusia memuliakan Tuhan.
Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang
dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala
berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah
memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan
tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah
menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk
menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-
Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang
dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia … .
Efesus 1:3-6
22
Menalar
Menanya
Mengumpulkan Informasi
Konsep missio dei menyadarkan kita bahwa misi adalah milik
Allah. Dia adalah perancang dari misi dan terlibat langsung dalam
proses pelaksanaannya dalam sejarah manusia. Oleh karena itu,
orang-orang percaya tidak perlu takut dalam melaksanakan misi Allah
sebab Ia akan melindungi milik-Nya. Selain itu, janji Tuhan Yesus saat
ia mengutus murid-murid Tuhan untuk pergi ke dunia bahwa Ia akan
menyertai kita selama-lamanya seharusnya membuat kita tidak
mudah menyerah dalam pelayanan misi. Tantangan dan rintangan
dalam memberitakan injil terus dihadapi oleh gereja; dalam Kisah
Rasul kita melihat bagaimana gereja dihambat dalam pelayanan
misinya; demikian juga dalam sejarah, kita melihat kesulitan yang
dialami gereja dalam menjalankan misinya, tetapi Kristus tetap
menyertai gereja-Nya. Tugas dari gereja bukanlah sekadar
menunjukkan hasil tetapi memperlihatkan kesetiaan gereja sampai
akhir.
Diskusikanlah!
Carilah beberapa penyebab yang membuat gereja tidak dapat
bertahan dalam dunia ini dan sharingkan bagaimanakah kondisi gereja
anda dilihat dari hal-hal yang dibahas sebelumnya.
Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa dalam Yohanes 17:16-18 dan
Ia meminta Bapa melindungi baik murid-murid-Nya maupun orang-
orang percaya yang diutus-Nya ke dalam dunia.
Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari
dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu
adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus
Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus
mereka ke dalam dunia.
Kita tidak dapat menyangkali bahwa “pengutusan” merupakan salah
satu aspek dari pelayana misi. Meskipun demikian, misi bukan hanya
berbicara tentang pengutusan tetapi mengenai kesaksian gereja dalam
dunia. Panggilan gereja sebagai garam dunia jelas terkait dengan peran
mereka terutama dalam bersaksi kepada dunia ini. Kedua aspek
tersebut baik pengutusan dan kesaksian gereja lokal merupakan
sebuah partisipasi umat Tuhan dalam sejarah karya Tuhan dalam dunia
ini. Inilah arti dari misi.
23
Menanya
Jerram Barrs mengingatkan kita
bahwa dalam mengerjakan misi Tuhan,
orang-orang percaya telah menerima
otoritas dari Yesus dan segala kuasa
telah ditundukkan di bawah Kristus
sehingga mereka pasti mampu
memenuhi panggilan mereka. Selain itu,
penyertaan dan janji Yesus seharusnya
membuat orang-orang percaya, seperti
halnya, murid-murid Yesus yang
pertama pergi dan memberitakan injil
dengan setia sampai ujung-ujung bumi.
Barrs juga mengajak gereja untuk
mengevaluasi apakah pelayanan misi menjadi prioritas bagi pelayanan
gereja, apakah persembahan jemaat digunakan untuk pelayanan misi,
apakah doa-doa dinaikan bagi pelayanan misi, serta apakah kita
mengutus orang-orang untuk melayani dan terlibat dalam pelayanan
misi Allah di dunia ini.
Di sisi yang lain, John Piper
mengingatkan gereja-gereja bahwa
saat Tuhan meminta murid-murid
Tuhan untuk memberitakan injil
kepada segala bangsa (lih. Matius
28:19-20), yang dimaksudkan dengan
terminologi tersebut bukanlah
menunjuk pada setiap individu tetapi
pada setiap suku/kelompok bangsa.
Tugas utama gereja adalah
menjangkau suku-suku bangsa yang
mewakili berbagai kelompok orang,
yakni suku-suku bangsa yang belum
pernah mendengar injil. Itulah yang
Tuhan minta saat ia berkata bahwa berita injil akan diberitakan sampai
ujung-ujung bumi.
Diskusikanlah!
Apakah anda setuju dengan pandangan John Piper mengenai perintah
memberitakan injil kepada segala bangsa; dimanakah kelebihan dan
kekurangan dari pandangan ini?
24
D. Penutup Missio dei mengajarkan gereja untuk melayani kepentingan
dan tujuan Allah. Pelayanan misi tidak melayani kepentingan dan
ambisi dari gereja lokal. Visi dan misi Tuhan dalam sejarah manusia ada
dalam Kitab Suci. Tuhan Yesus mengajarkan sebuah doa yang
memperlihatkan rencana besar Allah dalam sejarah manusia.
Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga,
Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah
kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami
pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan
ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga
mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan
janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi
lepaskanlah kami dari pada yang jahat. Karena Engkaulah
yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai
selama-lamanya. Amin.
Matius 6:9-13
Tuhan Yesus mengajar kita meminta supaya Kerajaan Tuhan datang
dan supaya kehendak-Nya terjadi di bumi seperti di surga. Visi dan misi
dari karya Tuhan dalam dunia ini bukanlah membawa manusia ke
surga tetapi membuat dunia menjadi seperti surga.
Dengan demikian, “missio dei” mengajarkan kita untuk
menundukkan agenda misi gereja pada agenda misi Tuhan, yakni,
menghadirkan pemerintahan Allah di bumi sehingga dunia ini kembali
memuliakan Allah sebagaimana tujuan penciptaannya.
Karena misi gereja adalah misi Allah, orang-orang percaya
dapat dengan penuh keberanian memberitakan injil kepada dunia. Kita
tidak memberitakan diri sendiri atau organisasi kita tetapi
memberitakan kehendak sang Pencipta dan pemilik segala ciptaan.
25
Mengkomuni kasikan
Ringkasan
1. Misi adalah sebuah upaya untuk mengirimkan utusan-utusan
injil ke berbagai wilayah dan mengumpulkan bangsa-bangsa
untuk menjadi bagian dari Kerajaan Allah.
2. Alkitab adalah sumber utama dalam studi mengenai misi.
3. Misi dimulai dari kehendak Allah.
4. Misi dapat dipahamai sebagai sebuah proses inkarnasi dan
partisipasi.
Ayat Hafalan
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,
Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang
Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut
dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab
kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."
Matius 11:28-30
Aktivitas
Buatlah kelompok dengan empat anggota dan buatlah sebuah mading
mengenai suku-suku di Indonesia yang terkategori belum terjangkau
secara efektif oleh berita injil.
Bacaan Lanjutan Barrs, Jerram. The Heart of Evangelism. Wheaton: Crossway, 2001. Bab 1 dan 5. Ott, Craig, Stephen J. Strauss, and Timothy C. Tennent. Encountering Theology of Mission: Biblical Foundations, Historical Developments, and Contemporary Issues. Grand Rapids: Baker, 2010. Piper, John. Jadikan Sekalian Bangsa Bersukacita: Supremasi Allah dalam Misi. Bandung: LLB, 2001. Bab 5.
27
Mengamati
Menanya
Menalar
Pelajaran 2
Metode dan Pendekatan dalam Pelayanan Misi
A. Pendahuluan Dalam pelayanan misi, ada berbagai cara yang dapat
digunakan. Sebagian lembaga misi menggunakan berbagai bentuk
pelayanan sosial, misalnya saja pendidikan dan rumah sakit, untuk
memberitakan Kristus. Sebagian lembaga misi lainnya fokus pada
perintisan jemaat dalam berbagai wilayah yang belum mengenal
Kristus. Bentuk pelayanan misi yang dikerjakan sebuah lembaga
tentunya bergantung pada visi dan misi lembaga tersebut dan juga
pada situasi dan kondisi dari ladang misi yang ditangani.
Diskusikanlah!
Ceritakan bagaimana pelayanan misi dilakukan dalam gereja atau
jemaat dimana anda menjadi anggota! Ceritakanlah juga yang menjadi
alasan mengapa pelayanan misi dalam sebuah gereja sulit untuk
dilakukan!
Dalam mengembangkan sebuah pelayanan misi yang efektif,
gereja menggunakan berbagai pendekatan yang tepat dan sesuai
dengan konteks komunitas yang menjadi target pelayanannya. Untuk
memahami komunitas-komunitas suku yang beragam, ilmu misi
(Misiologi) sering kali memanfaat berbagai studi, misalnya saja
sosiologi, linguistik, budaya, dan bidang lainnya. Integrasi antara
Misiologi dengan disiplin ilmu lainnya merupakan buah dari
perkembangan Misiologi sebagai disiplin ilmu yang independen dan
tidak lagi dipahami sebagai aplikasi dari studi biblika atau teologi
sistematika.
Dalam sejarah perkembangan misi, studi antropologi (ilmu
mengenai manusia dan kebudayaannya) memiliki kontribusi bagi
pelayanan misi. Sebelumnya kedua disiplin ilmu ini pada dasarnya
saling melengkapi tetapi dalam perkembangannya keduanya menjadi
terpisah.
28
Mengamati
Mengumpulkan Informasi
B. Peran Antropologi
Studi Antropologi memberikan kontribusi bagi studi misi
karena keduanya sering kali berupaya dalam menjawab pertanyaan
yang sama yakni: bagaimanakah cara terbaik dalam menolong
penduduk/komunitas lokal sehingga mereka menjadi komunitas yang
lebih memiliki humanity “kemanusiaan.” Tentu, dalam konteks
Misiologi, seseorang dianggap akan menjadi lebih manusiawi jika
mereka ada dalam Kristus. Itulah alasannya mengapa pemberitaan injil
dan kesaksian orang-orang Kristen dipandang penting dalam
penjangkauan suku-suku bangsa yang masih terasing.
Michael A. Rynkiewich dalam tulisannya berjudul “Do We Need
a Postmodern Anthropology for Mission” menjelaskan ada tiga
kontribusi dari Antropologi bagi studi misi serta kaitan antara kedua
bidang studi tersebut.
a. Antropologi memberikan refleksi yang berbeda dalam melihat
dan menilai keunikan suatu suku bangsa. Pelayanan misi
(Misiologi) perlu memperhatikan bukan saja kesamaan suku-
suku bangsa, bahkan mereka semua adalah orang berdosa,
namun juga memperhatikan keunikan karakter dari etnis
mereka.
b. Antropologi mengajarkan pentingnya kerendahan hati dalam
memahami sebuah suku bangsa yang baru dan tidak
menghakimi kebudayaan dan pola kehidupan mereka dengan
kaca mata budaya sendiri. Hal ini tentunya penting bagi
Misiologi untuk membedakan antara unsur budaya dan
penyembahan.
c. Antropologi memberikan cara pandang yang lebih global
terhadap suku-suku bangsa yang ada. Pelayanan misi memetik
buah dari penelitian Antropologi yang berupaya melihat kaitan
antara satu etnis dengan etnis lainnya.
Walaupun pertanyaan yang sama ditanyakan dalam Misiologi
dan Antropologi, jawaban dari keduanya dapat berbeda. Dalam
Misiologi, tidak ada cara lain yang dapat membuat manusia menjadi
lebih manusiawi dan memiliki kehidupan yang lebih baik selain dari
percaya kepada Yesus. Perbedaan antara Antropologi dan Misiologi
tidak boleh diabaikan walaupun keduanya dibutuhkan untuk
memahami manusia dan kebudayaannya.
29
Menanya
Mengamati
Mengumpulkan
Informasi
Diskusikanlah!
Lihatlah gambar dan di bawah ini dan cobalah menerka berasal dari
negara atau budaya manakah mereka?
C. Pendekatan Inkarnasi
Dalam menjalankan program misi yang bersifat menjangkau
komunitas baru, gereja-gereja pada umumnya menggunakan sebuah
pendekatan inkarnasional. Pendekatan ini menekankan pentingnya
menjadi seperti orang-orang yang akan dilayani. Untuk seseorang
memenangkan suatu suku bangsa, ia harus menjadikan budaya
mereka sebagai kebudayaannya sendiri.
Pendekatan inkarnasional menggunakan inkarnasi Yesus
sebagai sebuah model bagi misi dan penginjilan. Sama seperti Yesus
yang adalah Allah sepenuhnya menjadi manusia sepenuhnya untuk
menyelamatkan manusia, maka misi pun harus melakukan hal yang
sama untuk memenangkan manusia. Dalam pendekatan inkarnasi,
kehidupan dan pelayanan Yesus dijadikan sebagi model dari sebuah
pelayanan holistik. Sama seperti dalam inkarnasi-Nya, Yesus juga
melakukan, sebagai contoh, pelayanan terhadap orang-orang yang
sakit, pelayanan misi juga perlu menjangkau orang-orang melalui
pelayanan kesehatan, misalnya saja dengan mendirikan rumah sakit
atau klinik.
Demikian juga dengan kebudayaan, sama seperti dalam
inkarnasi-Nya Yesus menjadi seorang Yahudi dan hidup sama dengan
orang-orang Yahudi lainnya, maka pelayanan misi perlu menggunakan
pendektan yang sama. Injil dan pemberita injil perlu mengadopsi
kultur dari orang-orang yang akan dijangkau. Dengan demikian,
inkarnasi juga dijadikan model untuk proses kontekstualisasi.
30
Mengumpulkan
Informasi
Dalam Surat Korintus, Rasul Paulus menegaskan bahwa dalam
upayanya memenangkan orang-orang bagi Kristus, ia rela menjadi
seperti orang-orang yang dilayani. Paulus menegaskan bahwa untuk
memenangkan orang-orang non-Yahudi, ia bersedia untuk menjadi
sama dengan mereka. Model pendekatan ini dijadikan acuan dalam
pendekatan misi yang dipandang alkitabiah.
Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku
menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku
boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.
Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang
Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi.
Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku
menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat,
sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat,
supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di
bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang tidak hidup di
bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak
hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di
luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum
Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang
tidak hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang
lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku
dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua
orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku
sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari
antara mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil,
supaya aku mendapat bagian dalamnya.
1Korintus 9:19-23
Darrel L. Witheman, dalam tulisannya berjudul “Anthropology and
Mission.” menjelaskan beberapa poin utama, terkait upaya dalam
menerapkan pendekatan inkarnasi dalam sebuah ladang misi.
a. Kita harus memulainya dengan menerima orang-orang yang
akan dilayani apa adanya sesuai dengan kultur dan kebiasaan
hidup mereka. Untuk melakukan hal ini, kita terkadang harus
menurunkan ukuran atau standar kehidupan yang kita miliki
dan belajar untuk memiliki pola hidup yang sama dengan orang
yang kita layani.
31
b. Kita perlu mengadopsi kultur dan cara kehidupan orang-orang
yang akan dijangkau, misalnya cara berpakaian ataupun cara
menghormati orang tua, sebab hal-hal tersebut yang menjadi
konteks hidup mereka dan dalam konteks itulah mereka
memahami makna kehidupan.
c. Kita mendekati mereka sebagai seseorang yang bukan
menggurui tetapi sebagai siswa yang mau belajar atau seperti
seorang anak yang tertarik dalam melihat dunia yang baru yang
mereka lihat. Dalam proses mempelajari kultur yang baru,
seseorang boleh bertanya tetapi tidak boleh menghakimi.
d. Kita diharuskan untuk merendahkan diri untuk mau belajar
sebab dalam dunia orang yang kita layani kita bukanlah orang
yang dipandang telah mengetahui budaya dan cara hidup
mereka sehingga dapat mengevaluasi cara pandang dan pola
kehidupan sosial mereka.
e. Kita perlu belajar untuk mengesampingkan kesukuan kita
ataupun kedudukan dan posisi kita yang istimewa. Kegagalan
untuk melakukan hal tersebut akan menciptakan gap “jarak”
antara orang yang akan dilayani dengan mereka yang akan
menjangkau.
f. Untuk dapat menjadi sama dengan orang yang kita layani, kita
terkadang harus rela untuk menjadi rentan dengan
kebudayaan kita dan kita perlu melakukan penyangkalan diri
atas apa yang kita telah miliki. Kita perlu menyadari bahaya dari
memandang kebudayaan diri sendiri lebih tinggi dibandingkan
mereka yang dilayani.
g. Kita harus berusaha keras untuk membuat diri kita sama
dengan orang yang dilayani; kita dapat melakukannya dengan
jalan hidup bersama dengan mereka, mengasihi mereka dan
belajar bersama dengan mereka. Kristus tentunya menjadi
contoh bagi pendekatan inkarnasi ini. Dia berasal dari surga,
namun ia memilih menjadi seorang Yahudi dan hidup dalam
konteks kebudayaan Yahudi.
Jika di era kolonialisme, pendekatan misi bersifat negatif
terhadap budaya lokal dan cenderung untuk menjadikan orang-orang
yang dilayani sama seperti mereka. Setelah masa tersebut,
pendekatan inkarnasi dalam misi dipandang sebagai standar dari
pendekatan misi yang bersifat penjangkauan. Banyak misionaris yang
pergi ke dareah yang berbeda kebudayaan dengannya mengadopsi
budaya masyarakat tersebut.
32
Menanya
Menalar
Perhatikanlah foto dari Hudson Taylor di bawah ini dan ceritakan hal
apakah yang memperlihatkan pendekatan inkarnasi dalam gambar
tersebut.
Kelemahan Pendekatan Inkarnasi
Pendekatan inkarnasi memiliki beberapa kelemahan yang
perlu diantisipasi. Beberapa diantaranya sebagai berikut:
a. Inkarnasi adalah karya Tuhan Yesus yang tidak dapat ditiru
sehingga menjadikan inkarnasi sebagai model pelayanan misi
tidaklah Alkitabiah. Sebagai contoh, dalam inkarnasi Tuhan
Yesus mati bagi manusia; tentu para misionaris tidak dapat
melakukan apa yang Yesus kerjakan.
b. Inkarnasi Yesus terutama bertujuan untuk menyelesaikan
persoalan dosa manusia. Ia mati supaya manusia dilepaskan
dari perbudakan dosa. Tujuan dari pelayanan misi bukanlah
melakukan penebusan tetapi memberitakan keselamatan.
c. Pendekatan inkarnasi terlalu positif dalam memandang
kebudayaan. Manusia dan kebudayaannya dipengaruhi oleh
dosa sehingga pelayanan misi tidak dapat mengadopsi
kebudayaan dan pola hidup manusia tanpa mengubahnya
sesuai dengan iman Kristen.
d. Pendekatan inkarnasi dapat membuat pelayanan misi jatuh
dalam pencampuradukan kebudayaan dan iman Kristen
(sinkretisme). Dalam PL, kita melihat bahwa Tuhan meminta
supaya umat Tuhan menyadari bahaya dari sinkretisme dan
menjaga kemurniaan ajaran dan kehidupan umat Tuhan.
33
Mengamati
Mengumpulkan Informasi
D. Pendekatan Partisipasi
Pendekatan partisipasi dalam misi berbeda dengan
pendekatan inkarnasi. Dalam pendekatan inkarnasi, karya Kristus
dijadikan model bagi pelayanan misi. Pendekatan partisipasi lebih
menekankan peran dari gereja dan orang-orang percaya dalam sejarah
keselamatan yang Allah sedang kerjakan dalam dunia ini. Untuk
memahami pendekatan partisipasi kita harus memulainya dengan
mendiskusikan fase-fase dari karya penebusan manusia dalam sejarah
kesalamatan yang Allah kerjakan dalam dunia ini.
1. Sejarah Keselamatan
Karya Tuhan dalam dunia ini
dapat dibagi dalam beberapa fase. N. T.
Wright, sebagai contoh, membagi
sejarah karya Tuhan dalam dunia ini
menjadi lima fase, yakni: penciptaan,
kejatuhan, panggilan Israel, Kristus, dan
akhir zaman. Selanjutnya, kita akan membicarakan fase-fase karya
Tuhan tersebut.
Penciptaan
Kisah penciptaan dibicarakan Alkitab dalam Kejadian 1 dan 2.
Meskipun demikian, ajaran mengenai penciptaan bukan hanya ada
dalam dua bagian tersebut. Ada banyak teks baik dalam PL dan PB
membicarakan mengenai penciptaan, misalnya saja dalam Mazmur 8
dan Yohanes 1.
Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan
bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia,
sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia,
sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah
membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah
memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau
membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu … . Ya
TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh
bumi!
Mazmur 8:3-9
34
Menalar
Mengumpulkan Informasi
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama
dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya
bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh
Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari
segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup
itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam
kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
Yohanes 1:1-5
Dalam penciptaan, Allah bukan saja menciptakan segala
sesuatu namun melalui penciptaan Ia sesungguhnya sedang
menetapkan Kerajaan-Nya. Dalam konteks inilah penciptaan manusia
harus dipahami. Saat Tuhan menciptakan manusia menurut gambar
dan rupa Allah, Alkitab menegaskan bahwa mereka dicipta dengan
kualitas tersebut supaya mereka “menguasai” apa yang Tuhan telah
ciptakan. Istilah “menguasai” yang digunakan oleh Alkitab bukanlah
berarti mengeksploitasi alam ciptaan Tuhan tetapi mewakili Allah
dalam memerintah seisi dunia.
Dengan demikian dalam penciptaan kita telah mendapatkan
penjelasan bahwa visi Allah dalam penciptaan adalah supaya seluruh
dunia melayani Tuhan; inilah aspek utama dari konsep Kerajaan Allah.
Kejatuhan Manusia
Fase kedua dalam sejarah keselamatan adalah kejatuhan. Kisah
ini terutama dibicarakan dalam Kejadian 3. Dalam peristiwa tersebut,
manusia pertama, Adam dan Hawa, jatuh dalam dosa, melawan
kehendak Allah dengan memakan buah pengetahuan yang baik dan
jahat, sehingga keduanya terusir dari taman Eden. Seperti halnya
dengan kisah penciptaan, ajaran mengenai kejatuhan manusia juga
dibicarakan dalam beberapa teks Alkitab, misalnya saja dalam Roma 5.
Dalam bagian ini, Alkitab menegaskan bahwa kejatuhan Adam dalam
dosa bukanlah hanya kejatuhan seorang individu dalam dosa tetapi
kejatuhan seluruh umat manusia.
Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia
oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah
maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua
orang telah berbuat dosa.
Roma 5:12
35
Menalar
Mengumpulkan Informasi
Dalam konteks penciptaan sebagai pemerintahan Allah,
kejatuhan dapat dipahami sebagai pemberontakan manusia pada
pemerintahan Allah. Dalam peristiwa kejatuhan, manusia menolak
untuk menundukkan dirinya pada pemerintahaan Allah tetapi mereka
mau menjadi raja atas diri mereka dan segala ciptaan. Dalam kisah
kejatuhan, kita melihat bahwa Tuhan memberikan kepada manusia
baik penghukuman maupun perjanjian. Dalam penghukuman yang
Tuhan berikan, manusia harus meninggalkan taman Eden, dan hal ini
berarti manusia tidak lagi dapat memenuhi peran mereka sebagai
wakil Allah dalam memerintah dunia ini.
Meskipun demikian, melalui perjanjian dengan manusia, Allah
memberikan sebuah janji bahwa satu kali, manusia akan mengalahkan
iblis dan peran mereka sebagai gambar dan rupa Allah akan dipulihkan.
Panggilan Israel dan Pemberontakan Israel
Fase ketiga dalam sejarah pekerjaan Tuhan adalah fase
panggilan Israel dan pemberontakan mereka. Fase ini dapat kita lihat
mulai dari Kejadian 12 sampai kitab Maleakhi. Panggilan atas Israel
dimulai dari Abraham nenek moyang mereka dimana Tuhan
membangun perjanjian bahkan dengan keturunannya. Walaupun
manusia mendapatkan anugerah Tuhan tetapi dalam keberdosaannya
manusia selalu melawan Tuhan.
Lalu sujudlah Abram, dan Allah berfirman kepadanya: "Dari
pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan
menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Karena itu namamu
bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah
Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Aku akan
membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan
Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan
berasal raja-raja. Aku akan mengadakan perjanjian antara
Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi
perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan
Allah keturunanmu. Kepadamu dan kepada keturunanmu
akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing,
yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu
untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah
mereka."
Kejadian 17:3-8
36
Menalar
Walaupun Allah telah memilih Abraham dan membangun
perjanjian dengan keturunannya yakni bangsa Israel bahwa mereka
akan menjadi umat Kerajaan Allah, namun bangsa Israel gagal dan
memberontak pada Tuhan. Ketika Tuhan memanggil mereka dari
tanah Mesir dan membawa mereka ke tanah Kanaan, mereka terus
memberontak terhadap Tuhan sampai Tuhan akhirnya menghukum
mereka dan tidak mengijinkan mereka memasuki tanah perjanjian
yang Tuhan janjikan kepada Abraham. Hanya generasi setelah Musa,
yang dipimpin oleh Yosua yang akan masuk tanah Kanaan. Meskipun
demikian, Tuhan menyatakan bahwa mereka yang diijinkan masuk ke
tanah perjanjian pun akan memberontak terhadap Tuhan dan Ia akan
menghukum mereka dengan keras.
TUHAN berfirman kepada Musa: "Ketahuilah, engkau akan
mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek
moyangmu dan bangsa ini akan bangkit dan berzinah dengan
mengikuti allah asing yang ada di negeri, ke mana mereka
akan masuk; mereka akan meninggalkan Aku dan
mengingkari perjanjian-Ku yang Kuikat dengan mereka. Pada
waktu itu murka-Ku akan bernyala-nyala terhadap mereka,
Aku akan meninggalkan mereka dan menyembunyikan
wajah-Ku terhadap mereka, sehingga mereka termakan
habis dan banyak kali ditimpa malapetaka serta kesusahan.
Maka pada waktu itu mereka akan berkata: Bukankah
malapetaka itu menimpa kita, oleh sebab Allah kita tidak ada
di tengah-tengah kita? Tetapi Aku akan menyembunyikan
wajah-Ku sama sekali pada waktu itu, karena segala
kejahatan yang telah dilakukan mereka: yakni mereka telah
berpaling kepada allah lain.
Ulangan 31:16-18
Walaupun Tuhan terus memperingatkan Israel melalui para
nabi, namun Israel tetap memberontak kepada Tuhan. Allah
menghukum dan membuang mereka dari tanah perjanjian. Sepuluh
suku yang tinggal di Israel utara dibuang Tuhan ke tanah Asyur dan dua
suku yang tinggal di Israel Selatan dibawa ke Babel. Meskipun
pembuangan nampak seperti kegagalan dalam sejarah umat Tuhan,
namun Ia justru menggunakan hal ini untuk mempersiapkan
kedatangan dari Sang Mesias, yakni Yesus Kristus, yang akan datang
untuk menyelamatkan manusia dan mengubah jatuhnya sejarah
manusia.
37
Mengumpulkan Informasi
Menalar
Menanya
Kedatangan Yesus Sang Mesias
Meskipun Israel dibuang Tuhan, Allah tetap menjanjikan
adanya pemulihan bagi mereka. Pemulihan ini diyakini akan terjadi
saat Mesias datang dan melepaskan bangsa Israel dari keterpurukan
mereka. Dalam perspektif iman Kristen, Yesus-lah sang Mesias yang
dijanjikan Allah yang akan melepaskan manusia bukan dari
perbudakan manusia tetapi dari belenggu dosa.
Melalui sebuah mimpi, Tuhan berbicara kepada Yusuf dan
menegaskan bahwa anak dalam kandungan Maria adalah dari Roh
Kudus dan anak tersebut harus diberi nama Yesus.
Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat
Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf,
anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria
sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya
adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan
engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan
menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."
Matius 1:20-21
Yesus datang untuk mengerjakan karya keselamatan. Karya
keselamatan yang Yesus kerjakan meliputi aspek pengampunan dosa
maupun aspek dipulihkannya manusia sebagai umat Kerajaan Allah
dan juga dunia ini sebagai ciptaan milik Tuhan. Dalam karya inkarnasi,
kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus, Allah telah
menghadirkan Kerajaan Allah di bumi dan mengakhiri pemerintahan
dosa dan kerajaan kegelapan. Kenaikan Yesus ke surga memiliki makna
penting dalam sejarah kehidupan manusia. Yesus perlu naik ke surga
dan duduk disebelah kanan Allah. Duduk disebelah kanan Allah
menunjuk pada karya pemerintahan-Nya atas dunia dimana melalui
kenaikan-Nya pemerintahan Allah atas bumi mulai terjadi. Surga mulai
turun ke bumi seperti yang dinubuatkan dalam kitab Wahyu saat
Yohanes melihat langit dan bumi yang baru.
Diskusikanlah!
Jikalau saat ini Kerajaan Allah telah hadir, mengapa kondisi dunia ini
nampak tidak bertambah baik dimana kejahatan sering kali nampak
tidak berkurang bahkan menjadi semakin mengerikan?
38
Mengumpulkan Informasi
Akhir Zaman
Fase akhir zaman dimulai
sejak hari Pentakosta. Di hari itu, Roh
Kudus dicurahkan kepada umat
Tuhan dan pergerakan Kerajaan
Allah dimulai dari Yerusalem sampai
ujung-ujung bumi mulai terjadi.
Istilah “ujung bumi” pada waktu itu
menunjuk pada kota Roma tetapi
dalam konteks pemberitaan injil
terminologi tersebut juga menunjuk
pada semua daerah yang berlum
terjangkau injil. Dalam konteks ini,
sejarah misi merupakan sejarah dari
pekerjaan Roh Kudus dalam dunia ini
membawanya kembali kepada
tujuan penciptaannya, menyembah dan melayani Tuhan.
Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: "Tuhan,
maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi
Israel?" Jawab-Nya: "Engkau tidak perlu mengetahui masa
dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-
Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus
turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di
Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
ujung bumi."
Kisah Para Rasul 1:6-8
Kisah Para Rasul memperlihatkan kepada kita bagamana
pertumbuhan Kerajaan Allah itu mulai terjadi. Berita injil tidak dapat
dihalangi oleh apapun juga. Allah yang bekerja dalam proses
pemberitaan injil tidak dapat dihalangi oleh siapapun juga dan apapun
juga. Melalui pemberitaan injil itulah, Allah membangun
pemerintahan-Nya di bumi, yakni pertama-tama melalui kehidupan
anak-anak Tuhan (gereja) tetapi juga dalam dunia ini. Melalui
kehidupan umat Tuhan, Ia mendemonstrasikan kepada kita bahwa apa
yang Allah rancangkan melalui ciptaan baru (unsur surgawi dan dunia
menjadi satu dalam Kristus) sudah dimulai dan terjadi dalam
kehidupan umat Tuhan.
39
Menanya
Mengumpulkan Informasi
Kerajaan Allah di bumi akan terus terjadi dan bentuk akhirnya
adalah ketika langit dan bumi menjadi satu. Akhir dari sejarah
keselamatan Allah adalah bagaimana kerajaan kejahatan dan dosa
akan dikalahkan oleh Kerajaan Tuhan dan kemenangan Tuhan
ditetapkan dan Allah akan tinggal bersama-sama dengan semua
manusia yang ada dalam Kristus.
Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab
langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu,
dan lautpun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus,
Yerusalem yang baru, turun dari surga, dari Allah, yang
berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan
untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari
takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-
tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan
mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan
menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air
mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak
akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita,
sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."
Wahyu 21:1-4
Diskusikanlah!
Menurut anda apakah itu surga? Apakah surga dengan langit dan bumi
yang baru adalah hal yang sama? Bagaimanakah ciri-ciri dari langit dan
bumi yang baru itu?
2. Klimak dari sejarah Keselamatan
Dimanakah klimak dari karya Allah dalam dunia ini. Klimak dari
karya Allah ada dua yakni:
i. Kematian Kristus
Kematian Yesus sering kali disebutkan sebagai “waktu yang
telah ditentukan Allah.” Istilah tersebut digunakan untuk
memperlihatkan bahwa waktu ketika Yesus mati dan bangkit, ini
adalah titik balik dari sejarah manusia. Dalam kematian Yesus, manusia
mengalami rekonsiliasi dengan Allah, dengan sesama dan dengan
alam.
40
Karena waktu kita masih lemah, Kristen telah mati untuk kita
orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan Allah.
Roma 5:6
Hal kedua yang terjadi saat Yesus mati dan bangkit adalah
restorasi umat manusia. Manusia sebelum kedatangan Yesus hidup
dalam kejatuhan dan kekalahan, namun setelah kematian dan
kebangkitan Yesus, era kemenangan bagi manusia sudah dimulai. Dosa
dikalahkan dan hidup baru diberikan.
ii. Pemulihan
Hari dimana manusia akan mengalami pemulihan dan dijadikan
sempurna dan dunia ini dipulihkan oleh Allah merupakan klimak dari
sejarah karya Allah juga. Rasul Paulus mengatakan bahwa hari
pemulihan ini adalah hari yang dinantikan oleh segenap mahluk.
Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan
saat anak-anak Allah dinyatakan. Karena seluruh makhluk
telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh
kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah
menaklukkannya, tetapi dalam pengharapan, karena
makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan
kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan
anak-anak Allah.
Roma 8:19-21
Saat dimana Tuhan datang yang kedua kalinya, saat itulah langit dan
bumi yang baru bersatu, dan kehidupan setiap individu manusia,
komunitas umat manusia, dan bahkan segala ciptaan akan dipulihkan
dan diubah menjadi sempurna. Setiap manusia diberikan tubuh yang
baru, relasi antara manusia juga menjadi pulih dan unsur-unsur dunia
ini dibentuk ulang. Dunia akan menjadi heavenly earth “dunia dengan
sifat surgawi.”
Di saat itu, Allah akan menetapkan umat Allah yang baru dan
mereka akan tinggal bersama-sama dengan Allah dan hidup bersama
Allah. Hal ini sebenarnya merupakan visi dari penciptaan dunia dan
manusia; dalam hari pemulihan visi tersebut tergenapi. Allah akan
kembali memerintah atas umat manusia dan dunia ini dan dunia ini
dibawa kembali kepada tujuan penciptaannya yakni mempermuliakan
Tuhan.
41
Mengamati
Mengumpulkan Informasi
Menalar
E. Peran Gereja
Gereja sedang berada di babak akhir dari karya keselamatan
Tuhan dalam dunia ini. Kita sedang menantikan akhir dari karya Allah
dalam dunia ini dimana Ia akan mengalahkan kejahatan dan ia akan
memulihkan segala sesuatu. Dalam kitab Wahyu kita mendapatkan
gambaran bahwa binatang buas itu sedang sekarat dan menuju
kepada kematiannya. Di sisi yang lain, kitab Wahyu juga
memperlihatkan bahwa Allah bekerja melampaui apa yang mata
manusia dapat lihat.
a. Respons Gereja
Dalam Alkitab kita melihat visi Kemenangan Allah. Walaupun
dunia sekarang ini tidak nampak menjadi bertambah baik, namun visi
kemenangan dan pemulihan Allah dipaparkan dengan jelas dalam
Alkitab. Langit dan bumi yang baru adalah sebuah peristiwa yang
disebut sebagai already “sesuatu yang sudah terjadi” dan not yet
“sesuatu yang masih dinantikan,”
Sebagai orang Kristen merespons visi ini dengan sikap yang
pesimis. Mereka memandang bahwa visi kemenangan Allah adalah
semacam “mimpi di siang bolong.” Kondisi dunia berlawanan dengan
kenyataan. Di sisi yang lain, sebagian orang-orang Kristen terlalu
optimis dalam memandang visi kemenangan dan pemulihan Allah ini.
Sebagai akibatnya mereka menjadi tidak realistis tetapi menganggap
bahwa umat Tuhan tidak perlu berjuang dalam mewujudkan visi Allah
tertentu.
Respons yang seharusnya adalah visi mengenai kemenangan
dan pemulihan dunia ini menjadi misi dari gereja. Gereja dipanggil
Tuhan bukan untuk menggantikan Tuhan tetapi untuk berpartisipasi
dalam mewujudkan visi kemenangan dan pemulihan tersebut. Kita
hendaknya bukan hanya menantikan apa yang Tuhan sedang kerjakan
akan sepenuhnya terjadi tetapi juga berpartisipasi dalamnya.
Tuhan telah mempercayakan visinya kepada umat Tuhan
supaya mereka mengerjakan apa yang Tuhan inginkan dan supaya kita
dapat melihat lebih jauh dari apa yang didepan mata. Melalui visi
tersebut, gereja perlu belajar bahwa surga bukanlah tujuan akhir dari
karya Tuhan; yang Tuhan rancangkan adalah bagaimana surga dapat
turun ketengah-tengah manusia. Seperti yang Yesus doakan:
“datanglah KerajaanMu di bumi seperti di surga” (Mt. 6.10).
Peran Orang Kristen
42
Mengumpulkan Informasi
Menalar
b. Panggilan Gereja
Yang menjadi panggilan atau misi gereja adalah menghadirkan
Kerajaan Allah di dunia melalui pelayanan dan kesaksian gereja. Gereja
seharusnya menjadi sebuah mini-drama/kesaksian dari hadirnya
Kerajaan Allah di tengah-tengah manusia. Gereja mengerjakan
perannya sebagai sacramental element dalam menunjukkan
kehadiran Allah dalam hidup manusia. Hal inilah yang menjadi
kesaksian dari gereja.
Gereja perlu memenuhi baik mandat Injil dan mandat Budaya.
Mandat Injil terkait dengan panggilan Tuhan bagi gereja untuk
memberitakan injil kepada dunia. Mandat injil dapat kita lihat dalam
Matius 28.18-20.
Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah
diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan
ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Selain mandat injil, gereja juga perlu melakukan mandat
budaya/mandat penciptaan. Mandat ini terkait dengan panggilan Allah
bagi gereja untuk membawa dunia ini menjadi ciptaan yang
memuliakan Tuhan. Mandat penciptaan/budaya dapat kita lihat dalam
Kejadian 1.26.
Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa
atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang
melata yang merayap di bumi."
Gereja hendaknya menggunakan semua kesempatan yang ada
untuk memenuhi panggilannya, yakni menghadirkan Kerajaan Allah di
bumi. Gereja dapat menggunakan pelayanan pendidikan untuk
menghadirkan Kerajaan Allah di bumi atau pun menggunakan
pelayanan sosial, seperti pelayanan kesehatan untuk merealisasikan
pemerintahan Allah. Meskipun demikian, pemberitaan injil menjadi
instrumen utama yang harus ada dalam pelayanan gereja.
43
c. Mengkomunikasikan Injil
Will Metzger menjelaskan
beberapa ide penting mengenai
pemberitaan injil. Pertama, orang-
orang Kristen perlu mengenali orang
yang akan diinjili, apakah orang
tersebut adalah orang yang tidak tahu
tentang injil tetapi memiliki minat untuk
mengetahuinya, atau mereka adalah
orang yang tidak tahu dan tidak peduli
dengan apa yang akan diberitakan, atau
orang yang merasa dirinya benar,
orang-orang Kristen palsu. Kedua,
orang-orang Kristen perlu belajar
mengarahkan pembicaraan kepada
subjek yang mampu menjembatani pemberitaan injil. Ketiga, orang-
orang Kristen perlu membatasi pemberitaan injil dengan rangkuman
Injil dalam memberitakan Kristus.
Di sisi yang lain, Steve Addison
mengingatkan bahwa pelayanan misi
sebaiknya juga memiliki natur yang
bersifat adaptasi. Di masa lalu, pelayanan
misi cenderung bersifat mengubahkan
orang-orang yang dilayani tetapi
pelayanan misi perlu berupaya untuk
mengadaptasi kondisi dan situasi yang
ada tanpa harus membuang semua hal
yang ada pada masyarakat lokal. Metode
yang lebih adatatif dengan konteks orang-
orang yang dilayani akan lebih mudah
diterima dan lebih mudah dikembangkan
dari pada membuat suatu bentuk pelayanan yang baru dan asing bagi
mereka. Penerjemahan Alkitab merupakan salah satu bentuk dari
pelayanan misi yang mengadaptasi konteks lokal. Itulah sebabnya,
penerjemahan Alkitab membutuhkan dukungan yang kuat dari gereja-
gereja dan lembaga-lembaga misi sebab Alkitab adalah instrumen
yang paling efektif dalam pemberitaan injil. Pembacaan Alkitab
tentunya akan lebih efektif ketika Alkitab yang dibaca menggunakan
bahasa yang pembaca dapat pahami.
44
F. Penutup Pelayanan misi membutuhkan sebuah pendekatan yang efektif
dalam menjangkau bangsa-bangsa. Salah satu pendekatan yang
dipandang efektif adalah pendekatan inkarnasi. Pendekatan ini
berupaya untuk membahasakan injil dalam bahasa dan kebudayaan
yang dapat dipahami oleh masyarakat penerima berita injil.
Pendekatan ini telah memberikan kontribusi yang besar dalam
pemberitaan injil dalam dunia ini. Ada banyak daerah dan wilayah yang
sebelumnya tertutup dengan Injil menjadi terbuka oleh karena Injil
disampaikan dalam bahasa dan konteks budaya yang dapat lebih
mudah diterima oleh pendengarnya. Pemberitaan injil di Asil, misalnya
saja, di India dan Cina, telah memperlihatkan betapa efektifnya
pendekatan inkarnasa dalam pemberitaan injil.
Pendekatan inkarnasi perlu dilakukan dengan hati-hati supaya
unsur-unsur asing dalam kebudayaan lokal yang berlawanan dengan
berita injil tidak sampai masuk dan dibenarkan dalam kehidupan
penerima berita injil. Isu mengenai sinkretisme dalam pemberitaan inil
merupakan masalah yang tidak boleh dipandang sepele dan dapat
menimbulkan masalah yang serius di kemudian hari. Itulah sebabnya,
pemberitaan injil dengan pendekatan inkarnasi harus dilakukan
dengan bijaksana dan disertai dengan kajian yang utuh baik dari sudut
pandang Alkitab ataupun kontekstualisasi.
Istilah inkarnasi juga mungkin perlu dipertimbangkan untuk
diganti sebab terminologi ini dapat menimbulkan implikasi teologi
yang berlawanan dengan ajaran Alkitab. Inkarnasi adalah salah satu
karya Kristus yang unik dan tidak dapat ditiru. Kristus datang ke dalam
dunia untuk tujuan yang tidak bisa dilakukan oleh manusia, yakni
menyelamatkan manusia dari perbudakan dosa. Itulah sebabnya,
dalam studi mengenai misi, terminologi “inkarnasi” yang dijadikan
model dalam pemberitaan injil perlu dipertimbangkan ulang dan dicari
istilah lain yang lebih baik.
45
Mengkomuni kasikan
Ringkasan
1. Antropologi dan Misiologi memiliki perbedaan yang mendasar.
2. Pendekatan Inkarnasi memiliki efektifitas dalam pelayanan
misi tetapi memiliki persoalan teologis yang mendasar.
3. Pendekatan Partisipasi dalam misi memiliki penekanan yang
kuat pada karya Allah dalam dunia dan partisipasi gereja dalam
karya Allah tersebut.
Ayat hafalan
Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku
haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing,
kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu
memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku;
ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
Matius 25:35-36
Aktivitas
Pilihlah seorang teman dan dalam sebuah kertas tuliskanlah kelebihan
dan kekurangan masing-masing dan kemudian ceritakanlah apa yang
kamu tuliskan kepada teman-teman yang lain. Inilah contoh dari
belajar memberi kesaksian
Bacaan Lebih Lanjut
Addison, Steve. Movements That Change the World: Gerakan-Gerakan
yang Mengubahkan Dunia: Lima Kunci Untuk Menyebarkan Injil
Hingga Ujung Bumi. Surabaya: Perkantas, 2014. Bab 5
Metzger, Will. Tell the Truth: The Whole Gospel to the Whole Person by
the Whole People. Jakarta: Momentum, 2005. Bab 13.
Ott, Craig, Stephen J. Strauss, and Timothy C. Tennent. Encountering
Theology of Mission: Biblical Foundations, Historical Developments,
and Contemporary Issues. Grand Rapids: Baker, 2010. Bab 11.
47
Mengamati
Menanya
Menalar
Mengumpulkan Informasi
Pelajaran 3
Target Misi
A. Pendahuluan
Pelayanan misi pada dasarnya merupakan komitmen dari
gereja Tuhan untuk berpartisipasi dalam misi Allah. Ia mengundang
kita mengambil bagian dalam sejarah penebusan-Nya dalam dunia ini.
Pelayanan misi merupakan anugerah dan bukan merupakan sebuah
paksaan. Meskipun demikian, anugerah Allah menuntut respons yang
tepat, yakni dengan memenuhinya dengan segala kerelaan dan
komitmen.
Diskusikanlah!
Sharingkan pelayanan misi apakah yang dikerjakan di gereja tempat
dimana anda beribadah/menjadi anggota jemaat! Jelaskan mengapa
ada gereja-gereja tertentu yang tidak menaruh perhatian terhadap
pelayanan misi?
Para sarjana dan praktisi pelayanan misi mengembangkan
berbagai pendekatan dalam pelayanan misi. Pendekatan yang berbeda
berdampak pada orientasi yang berbeda juga. Akar dari perbedaan
pendekatan dan orientasi pelayanan misi pada dasarnya berakar pada
pemahaman seseorang atau lembaga misi tersebut terhadap berita
injil.
Sebagai contoh, orang-orang Yahudi Kristen tertentu dalam
abad pertama Masehi berusaha menjangkau terutama orang-orang
non-Yahudi yang sudah terlibat aktif di sinagoge. Orang-orang Kristen
Yahudi meminta orang-orang ini disunatkan saat mereka percaya
kepada Yesus (bdk. Kis 15:1). Penyebab utama pendekatan misi dan
orientasi misi mereka yang berbeda dari apa yang para Rasul lakukan
adalah karena konsep berita injil yang mereka pahami berbeda dari
apa yang para Rasul ajarkan. Mereka percaya bahwa seseorang akan
diselamatkan jika, orang tersebut percaya kepada Yesus dan menjadi
bagian dari orang-orang Yahudi. Itulah sebabnya, kita perlu pertama-
tama belajar mengenai esensi berita injil.
48
Mengumpulkan Informasi
B. Berita Injil
Dalam konteks sejarah keselamatan, pemberitaan mengenai
injil merupakan komponen utama dalam pelayanan misi. Tanpa berita
injil tidak ada pelayanan misi. Meskipun demikian, pemberitaan injil
tidak selalu dilakukan dengan pemahaman yang benar dan dengan
cara yang benar. Sebagian orang mengira bahwa saat seseorang
memberikan kesaksian hidup, ia sudah memberitakan injil; padahal,
keduanya adalah hal yang berbeda. Hal apakah yang harus diberitakan
dari Injil? Kita dapat melajar dari penjelasan Tuhan Yesus dan
pemberitaan Rasul Paulus.
Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti
Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian:
Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati
pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita
tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus
disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.
Lukas 24:45-47
Tetapi oleh pertolongan Allah aku dapat hidup sampai
sekarang dan memberi kesaksian kepada orang-orang kecil
dan orang-orang besar. Dan apa yang kuberitakan itu tidak
lain dari pada yang sebelumnya telah diberitahukan oleh
para nabi dan juga oleh Musa, yaitu, bahwa Mesias harus
menderita sengsara dan bahwa Ia adalah yang pertama yang
akan bangkit dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan
memberitakan terang kepada bangsa ini dan kepada bangsa-
bangsa lain.”
Kisah Para Rasul 26:22-23
Alkitab memperlihatkan bahwa berita injil memuat dua aspek
penting yakni: (1) kematian dan kebangkitan Yesus, (2) pertobatan dan
pengampunan dosa dalam Kristus. Kematian dan kebangkitan Yesus
adalah karya Tuhan dimana dosa dimatikan dan kehidupan baru
diberikan kepada orang-orang percaya. Manusia akan dapat
mengalami karya penebusan Kristus jika orang tersebut bertobat dan
menerima pengampunan dosa dari Tuhan yang dikerjakan oleh Yesus
Kristus. Dua hal inilah yang harus disampaikan dalam pemberitaan injil
dan yang menjadi substansi dari pelayanan misi gereja.
49
Mengumpulkan Informasi
Menanya
Menalar
C. Target Misi
Hal apakah yang menjadi target dari sebuah pelayanan misi?
Apakah jumlah orang yang bertobat menjadi target utama dalam
pelayanan misi? John Piper mengajarkan hal yang penting mengenai
target misi:
“Tugas dari misi tidak hanya memenangkan sebanyak
mungkin orang dari berbagai suku bangsa yang terbuka
terhadap berita injil tetapi memenangkan sebanyak
mungkin orang-orang dari semua suku-suku bangsa di
dunia ini … Pemberitaan injil/misi tidak dapat didefinisikan
dalam konteks penjangkauan kolektif (per suku atau
kelompok orang tertentu) supaya jumlah yang dijangkau
nampak banyak. Namun, kehendak Tuhan untuk misi
adalah setiap orang dalam kelompok suku tersebut dapat
dijangkau … dan supaya satu demi satu bangsa dari segala
bangsa akan menyerukan nama-Nya.
Dalam Matius 28:19-20, Tuhan meminta supaya murid-murid Tuhan
memberitakan injil kepada segala suku bangsa. Segala suku bangsa
menunjuk tentu bukan sekadar kepada golongan atau komunitas
tertentu tetapi semua manusia berdasarkan usia, golongan sosial
ataupun gender.
Diskusikanlah!
Apakah menurut anda maksud dari Tuhan Yesus saat ia
memerintahkan murid-murid Tuhan untuk memberitakan injil kepada
semua bangsa? Apakah yang dimaksudkan adalah semua orang di
segala bangsa atau memberitakan injil tanpa adanya deskriminasi
pada suku bangsa tertentu?
Sekop dari pelayanan misi dapat dilihat secara sempit atau
luas. Secara sempit, cakupan dari pelayanan misi adalah segala bangsa,
yakni manusia yang hidup di dunia ini. Secara luas, cakupan misi adalah
seluruh dunia. Ini berarti cakupan dalam pelayanan misi seharusnya
bukan hanya menjangkau manusia tetapi juga menjangkau semua
ranah kehidupan manusia bahkan seluruh ciptaan. Tuhan
menghendaki bukan saja manusia yang kembali kepada tujuan
penciptaannya tetapi segala sesuatu dipulihkan.
50
Mengumpulkan Informasi
Mengamati
Menalar
a. Pemberitaan Injil dan Pertobatan
Pelayanan misi dikerjakan untuk memberitakan injil dan
memenangkan sebanyak mungkin orang-orang. Alkitab
memperlihatkan bahwa pelayanan misi dan penginjilan tidak dapat
dilepaskan. Tujuan dari Tuhan mengutus murid-murid-Nya adalah
supaya mereka memberitakan injil baik kepada mereka yang dekat
maupun yang jauh.
Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap
jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul,
tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. Orang-orang
saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya
dengan sangat. Tetapi Saulus berusaha membinasakan
jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan
menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan
mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara. Mereka yang
tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil
memberitakan Injil.
Kisah Para Rasul 8:1-4
Pemberitaan injil harus mengajak orang-orang bertobat. Meskipun
demikian, kita harus menyadari bahwa pemberitaan injil dapat
disampaikan tanpa memuat berita injil yang benar.
Sebagai contoh, ada orang-orang tertentu yang memberitakan
injil dengan menakuti-nakuti orang-orang dengan neraka. Walaupun
“penghukuman” adalah bagian dari berita injil, namun isu utama dari
keselamatan adalah mengenai dosa yang membuat manusia tidak
dapat berelasi dengan Tuhan. Pemberitaan injil yang benar juga tidak
memfokuskan berita pada apa yang seseorang bisa dapatkan dari
Tuhan tetapi pada tantangan untuk menyerahkan hidup pada Kristus.
Pelayanan misi yang terlalu terfokus pada pemberitaan injil juga
cenderung mengabaikan perintah lain dalam Amanat Agung, yakni
memuridkan.
Itulah sebabnya, fokus dari pelayanan misi memang adalah
pemberitaan injil dan tantangan pertobatan; meskipun demikian,
tugas pelayanan misi tidak berhenti sampai di kedua aspek tersebut;
ada aspek lain yang perlu diajarkan kepada mereka yang bertobat dan
percaya kepada Yesus. Misalnya saja bagaimana mereka berpartisipasi
dalam karya keselamatan yang Tuhan sedang kerjakan dalam dunia ini.
51
Mengumpulkan Informasi
Menanya
b. Penanaman dan Pertumbuhan Gereja
Tujuan pelayanan misi dalam konteks penanaman gereja
menjadi perdebatan dalam studi Misiologi. Banyak tokoh memandang
bahwa fokus utama dari pelayanan misi bukanlah membangun gereja
tetapi membawa seseorang kepada pertobatan. Meskipun demikian,
William Carey, misalnya, percaya bahwa tujuan dari misi bukan saja
untuk memenangkan jiwa tetapi membangun gereja dan sekolah.
Pelayanan misi dikembangkan dalam rangka untuk
membangun umat Tuhan dalam dunia ini. Jika komunitas dari umat
Tuhan disebut gereja, tujuan dari pelayanan misi adalah membangun
gereja Tuhan. Selain itu, dalam PB, para Rasul tidak membedakan
antara memberitakan injil dan membangun gereja Tuhan; keduanya
merupakan dua sisi dari satu mata koin yang sama.
Cara Tuhan dalam menghadirkan Kerajaan Allah adalah melalui
gereja. Itulah sebabnya, jika tugas utama pelayanan misi adalah
menghadirkan Kerajaan Allah di bumi, pelayanan misi tidak dapat
mengabaikan perintisan jemaat/gereja dan membangun umat Tuhan
di tempat dimana berita injil disampaikan. Rasul Paulus
mengindikasikan bahwa dalam pemberitaan injil yang dikerjakannya,
ia tidak melakukannya di daerah/lokasi/jemaat yang dibangun oleh
orang lain.
Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu
yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus
olehku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada
ketaatan, oleh perkataan dan perbuatan, oleh kuasa tanda-
tanda dan mujizat-mujizat dan oleh kuasa Roh. Demikianlah
dalam perjalanan keliling dari Yerusalem sampai ke Ilirikum
aku telah memberitakan sepenuhnya Injil Kristus. Dan dalam
pemberitaan itu aku menganggap sebagai kehormatanku,
bahwa aku tidak melakukannya di tempat-tempat, di mana
nama Kristus telah dikenal orang, supaya aku jangan
membangun di atas dasar, yang telah diletakkan orang lain …
Roma 15:18-20
Diskusikanlah!
Jika Kerajaan Allah di bumi dibangun berdasarkan pertumbuhan
pelayanan gereja, mengapa tidak banyak orang yang mau melayani
Tuhan dalam sebuah gereja?
52
Mengamati
Menalar
Menanya
c. Meningkatkan Kehidupan Masyarakat
Pelayanan misi dilakukan, salah satunya, untuk
mengembangkan kehidupan masyarakat menjadi lebih baik lagi.
Sewaktu pelayanan misi dikerjakan dalam satu wilayah, para
misionaris akan berusaha untuk mengembangkan juga kehidupan yang
ada disana. Misalnya saja, pelayanan misi dikerjakan dalam sebuah
komunitas di sebuah pedalaman yang penduduknya tidak dapat
membaca dan menulis. Dalam proses melayani komunitas tersebut,
misionaris biasanya akan menolong supaya komunitas tersebut
memiliki kehidupan yang lebih maju (modern); itulah sebabnya
mereka mendirikan sekolah atau rumah sakit untuk meningkatkan
kehidupan mereka.
Pelayanan misi tentunya tidak boleh hanya berorientasi pada
memajukan komunitas yang ada di sebuah wilayah yang tertutup. Kita
pun perlu berhati-hati untuk tidak menjadikan kebudayaan kita
sebagai kebudayaan yang lebih tinggi dari mereka yang tinggal di
pedalaman. Itulah sebabnya, kita perlu membedakan mana hal-hal
yang dapat diubah karena hal tersebut tidak baik dengan hal-hal yang
harus dibiarkan karena hal tersebut adalah bagian dari identitas diri
mereka.
Salah satu tantangan dalam pelayanan misi adalah bagaimana
injil dapat dipahami dalam konteks kebudayaan manusia yang berbeda
dengan sang pemberita injil. Dalam hal ini pelayanan misi akan
berupaya untuk mengadopsi budaya yang ada supaya berita injil dapat
disampaikan dengan pemahaman yang sama antara sang pemberita
dan mereka yang mendengar. Meskipun demikian, kita tidak boleh
mengabaikan bahwa injil juga mengubahkan kebudayaan manusia.
Tidak semua kebudayaan adalah baik. Kebudayaan tertentu adalah
salah dan itulah sebabnya berita injil mengubahkan cara hidup dan
pola kebudayaan manusia. Itulah sebabnya, dalam pelayanan misi
dibutuhkan sikap yang berhati-hati namun bijaksana dalam menilai
sebuah kebudayaan lokal.
Diksusikanlah!
Carilah contoh-contoh dari kebudayaan anda yang baik dan contoh-
contoh dari kebudayaan yang salah (berlawanan dengan kebenaran
Tuhan); jelaskan bagaimana kebudayaan dapat menghalangi atau
mempermudah pemberitaan injil!
53
Mengumpulkan Informasi
Menalar
d. Pembebasan Manusia dari Penindasan
Tujuan dari pelayanan misi adalah memulihkan dunia dari
berbagai bentuk sistem yang menindas orang-orang lemah. Perhatian
terhadap kondisi sosial masyarakat dipandang sebagai tugas utama
dalam pelayanan misi. Alkitab memang memperlihatkan adanya
perhatian yang mendalam terhadap isu sosial dan memanggil umat
Tuhan untuk tidak bersikap pasif terhadap hal tersebut.
Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah,
Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda
dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya
sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.
Yakobus 1:27
Meskipun pelayanan misi tidak dapat mengabaikan isu-isu sosial yang
muncul, fokus dari pelayanan misi bukan hanya pada hal tersebut. Ada
isu yang jauh lebih utama yang perlu dijawab, yakni masalah
keberdosaan manusia dan solusinya. Pembaruan sosial tanpa
pembaruan hidup manusia adalah kesia-siaan.
Pelayanan misi harus fokus pada menolong manusia
memenuhi “kehausan manusia akan Tuhan dan kebenaran.”
Pelayanan misi yang berorientasi terlalu kuat pada isu-isu sosial akan
menjadikan pemberitaan injil hanya sebatas “etika sosial.” Padahal
pusat dari berita injil adalah “salib Kristus.” Yesus tidak mati sekadar
melepaskan manusia dari sistem sosial yang rusak tetapi melepaskan
manusia dari perbudakan dosa. Akar dari segala kejahatan bukanlah
sekadar sistem sosial tetapi dosa; jika dosa diselesaikan maka
persoalan dari sistem sosial pun seharusnya menjadi terselesaikan
dengan sendirinya. Pelayanan misi yang berfokuskan hanya pada isu-
isu sosial umumnya tidak menaruh perhatian pada penjangkauan
suku-suku bangsa ataupun Mandat Agung dari Kristus untuk
memberitakan injil dan memuridkan mereka yang sudah ada dalam
Tuhan.
Pelayanan misi memang seharusnya bersifat holistik,
menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia. Meskipun demikian,
tujuan utama dari pelayanan misi adalah supaya manusia mengenal
Tuhan dan supaya dunia ini dibawa kembali menyembah dan
memuliakan Tuhan. Isu-isu sosial dapat menjadi sarana dalam
pelayanan misi tetapi tidak menggantikan fokus utama dari pelayanan
misi.
54
D. Penutup Tujuan dari pelayanan misi adalah membawa dunia ini kepada
tujuan penciptaannya yakni memuliakan Tuhan. Untuk itulah Tuhan
memanggil dan menempatkan gereja sebagai instrumen dalam
menghadirkan pemerintahan Allah dalam dunia ini.
Untuk mencapai tujuan tersebut gereja perlu memiliki sasaran
misi yang jelas. Sasaran yang pertama adalah pertobatan manusia. Ini
adalah kunci dari pembaruan dalam dunia ini. Setelah itu, perintisan
dari jemaat/gereja serta pertumbuhan gereja menjadi sasaran kedua
dalam pelayanan misi. Gereja yang bertumbuh dan sehat akan menjadi
alat ditangan Tuhan dalam mengembangkan karya pembaruan Tuhan
di bumi ini. Melalui gerejalah, pelayanan misi seharusnya mulai
memberikan dampak dalam masyarakat. Gereja seharusnya mulai
memperhatikan pergumulan masyarakat atau komunitas yang
menjadi penerima berita injil. Gereja bahkan dapat menjadi instrumen
Tuhan dalam membarui kehidupan sosial manusia sehingga pemulihan
dapat terjadi dalam dunia ini. Namun, fokus utama dari pelayanan misi
bukanlah sekadar menciptakan masyarakat yang sejahtera tetapi
membawa manusia kepada Kristus.
Jenis orang atau gereja seperti apakah kita? Apakah kita
menjadi orang yang peka terhadap panggilan misi Tuhan dan tidak
berdiam diri dengan pekerjaan Tuhan? Tuhan ingin bukan hanya
memakai gereja tetapi juga memakai setiap individu orang percaya
untuk memberitakan injil pada dunia dan terlibat dalam karya
pembaruan Tuhan dalam dunia ini.
Dalam pelayanan misi umat Tuhan, Ia-lah yang bekerja,
memberikan kekuatan dan menggerakan kita sehingga mampu
mengerjakan peran kita dalam karya Tuhan. Itulah sebabnya, kita
harus optimis dan mau terlibat dalam misi Allah.
55
Mengkomuni kasikan
Ringkasan
1. Berita injil memuat dua komponen, yaitu berita mengenai
karya Yesus dan undangan pertobatan (meninggalkan dosa dan
menyerahkan hidup pada Yesus).
2. Pelayanan Misi memiliki sifat holistik. Injil bukan hanya
membebaskan manusia dari perbudakan dosa tetapi
membarui kehidupan manusia serta dunia ini.
Ayat Hafalan
Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.
Roma 10:9-10
Aktivitas
Carilah kesaksian dari tokoh-tokoh tertentu dalam buku-buku non-fiksi
yang menceritakan bagaimana Allah mengubah kegagalan yang
mereka alami menjadi hal yang indah. Ceritakanlah kisah tersebut
kepada teman-teman dalam kelas anda.
Bacaan Lanjutan
Ott, Craig, Stephen J. Strauss, and Timothy C. Tennent. Encountering
Theology of Mission: Biblical Foundations, Historical Developments,
and Contemporary Issues. Grand Rapids: Baker, 2010. Bab 4.
Schmidt, Alvin J. How Christianity Changes the World. Grand Rapids:
Zondervan, 2004. Bab 1.
Wright, Christopher J.H. Misi Umat Allah. Terj. Jakarta: Perkantas,
2011. Bab 6.
56
Evaluasi Bab 1
1. Apakah perbedaan dari misi sebagai sebuah sending dan gathering?
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
2. Jelaskan salah satu pendekatan yang digunakan dalam pelayanan misi!
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
3. Jelaskan berbagai tujuan dari pelayanan misi!
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
4. Jelasakan kaitan antara sejarah keselamatan dan pelayanan misi!
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
5. Tuliskanlah salah satu ayat dalam kitab suci mengenai pelayanan misi!
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
57
Mengenal Tokoh Misi
Nama
Lahir
Pelayanan
Meninggal
David Livingstone
18 Maret 1813
Bergabung dengan London Missionary Society
Menjadi misionaris keliling di Afrika dan anggota tim penjelajah British Royal Society
Melawan Perbudakan di Afrika
Buku Missionary Travels and Reasearches menggerakan banyak misionaris untuk melayani di Afrika
1 Mei 1873
Mengenal Ladang Misi: Afrika
Luas
Jumlah Negara
Jumlah suku
Agama
Kristen
30.244.000 Km2
57 negara
2500 kelompok etnis; terdiri dari Afrika sub sahara (67.1%) digolongkan menjadi tiga grup yakni Afika Barat, Sudan, dan Bantu; keturan Arab (19.5%); Suku Kush 10%, dan beberapa suku bangsa lainnya
Kristen 48.77%; Islam 41.47%; Agama Suku 8.32%; sisanya adalah agama lainnya.
Protestan 15.53%; Katolik 15.95%; Independen 9.63%; Anglikan 4.77%; selebihnya adalah campuran
59
Bab 2
Panggilan Misi Gereja
Kompetensi Dasar
1.2 Menghayati kasih Allah dalam refleksi kebutuhan dunia dalam kaitannya dengan misi atau pemberitaan injil
2.2 Mengamalkan kasih Allah dalam merefleksikan kebutuhan dunia dalam kaitannya dengan misi atau pemberitaan injil
3.2 Menganalisa akan kebutuhan dunia dalam kaitannya dengan misi atau pemberitaan injil
4.2 Menyajikan hasil kajian akan kebutuhan dunia dalam kaitannya dengan misi atau pemberitaan injil
60
But once the sediment of guilt is dredged
from men’s hearths so that the stream of
the Holy Spirit can gain open up the
spring of love, mercy, and pity from
which a genuine concern for mission has
always arisen
Johannes Verkuyl
61
Peta Konsep Misi dan Panggilan Gereja
Teologi Misi
Panggilan Memberitakan
Injil
Panggilan Menghadirkan Kerajaan Allah
Panggilan Memuridkan
63
Mengamati
Mengumpulkan Informasi
Pelajaran 4
Teologi Misi
A. Pengantar Apakah itu teologi misi? Pada masa lalu, istilah “teologi misi”
digunakan untuk menyebut aplikasi dari studi teologi, baik itu teologi
biblika ataupun teologi sistematika, dalam konteks misi atau
pemberitaan injil. Saat ini, pemahaman mengenai teologi misi
mengalami perubahan. Teologi misi merupakan sebuah upaya dalam
membaca teks kitab suci ataupun tradisi gereja dalam perspektif misi.
Kita mungkin bertanya apakah perbedaan antara teologi misi
dan Misiologi? Kedua istilah ini pada dasarnya berkaitan; dalam
Misiologi, selain teologi misi, seseorang akan mempelajari juga
berbagai disiplin ilmu lain, seperti sejarah misi, strategi pelayanan misi,
Antropologi, Sosiologi, penanaman dan pertumbuhan gereja, dan
lainnya.
Kesadaran membangun teologi yang dapat memperlengkapi
jemaat untuk memberitakan injil kepada bangsa-bangsa lain juga
berakar dalam pemikiran para Bapa Gereja. Sebagai contoh, Agustinus
menyadari bahwa tugas yang diberikan kepada para Rasul untuk
memberitakan injil sampai ujung bumi belum sepenuhnya tercapai
walaupun kerajaan Roma telah menjadi Kristen di waktu itu, dan itulah
sebabnya umat Tuhan perlu melanjutkan apa yang para Rasul telah
kerjakan, yakni memberitakan injil kepada bangsa-bangsa lain.
Salah satu dampak dari Reformasi
gereja, dalam abad ke-17 kesadaran gereja
untuk melakukan pelayanan misi kembali
bertumbuh. Kelompok puritan dan pietis
dipakai Tuhan dalam menyadarkan gereja
mengenai pelayanan misi yang perlu
dilakukan oleh gereja. William Carey
adalah tokoh penting pada abad ke-18
yang turut mendorong perkembangan misi
gereja. Walaupun di masa Carey hidup
gereja belum mencapai puncak dari
antusiasnya dalam memberitakan injil, namun Carey telah membawa
gereja untuk kembali mengingat dan mengerjakan panggilannya
dalam rangka memberitakan injil kepada bangsa-bangsa.
64
Menanya
Menalar
Mengumpulkan Informasi
Pembahasan mengenai teologi misi diperlukan sebab kita
membutuhkan dasar-dasar Alkitab dan teologi dalam
mengembangkan kerangka pelayanan misi. Tanpa adanya kerangka
yang kuat, praktik pelayanan misi yang dilakukan tidak akan berbeda
dengan aktivitas sosial lainnya. Selain itu teologi misi juga dibutuhkan
untuk menolong para misionaris memiliki acuan yang benar dalam
mengerjakan pelayanan di ladang misi.
Diskusikanlah!
Menurut anda bagaimanakah kaitan antara gereja dan misi? Apakah
misi adalah salah satu bentuk pelayanan dari gereja atau gereja dan
misi adalah satu kesatuan?
Apakah yang dimaksudkan dengan gereja yang missioner? Seperti
apakah gereja yang disebut sebagai gereja missioner itu?
Pemahaman yang benar mengenai konsep misi sangat
dibutuhkan baik oleh gereja maupun oleh lembaga-lembaga
pelayanan misi. Roh Kudus tentunya dapat bekerja menggunakan
rancang-bangun teologi misi untuk memperlengkapi gereja dan
lembaga-lembaga misi serta memberikan arahan yang jelas bagi
penjangkauan suku-suku bangsa, pembangunan tubuh Kristus dan
proses membawa dunia ini kepada tujuan penciptaannya, yakni
memuliakan Tuhan.
B. Doxology
Istilah doxology berasal dari bahasa Yunani yang secara
etimologi dapat diartikan sebagai perkataan-perkataan yang
digunakan untuk memuliakan.” Sebagian orang menggunakan istilah
ini dalam konteks ibadah atau liturgi untuk menekankan aspek
pemuliaan kepada Allah Tritunggal yang biasanya diletakan di bagian
akhir urutan liturgi. Dalam konteks teologi misi, doxology merupakan
sebuah tindakan atau sikap manusia untuk menyembah Tuhan, bukan
saja melalui ibadah formal tetapi melalui dedikasi hidup seseorang
kepada Tuhan. Dalam konteks inilah doxology dipahami sebagai tujuan
dari pelayanan misi. Pelayanan misi dilakukan bukanlah demi sekadar
menjangkau dan menyelamatkan manusia dari hukuman neraka tetapi
supaya manusia dan dunia ini dibawa kembali kepada tujuan
penciptaannya yakni untuk memuliakan Allah.
65
Menanya
Dalam Roma 9-11, Rasul Paulus membahas mengenai kaitan
antara bangsa Israel dan keselamatan bangsa-bangsa non-Yahudi. Ia
menegaskan bahwa jika bangsa-bangsa bukan Israel dapat menjadi
umat Allah, hal ini terjadi bukan karena mereka lebih baik dari bangsa
Israel. Hanya karena kemurahan Allah saja bahwa mereka dapat
menjadi umat pilihan; meskipun demikian mereka tidak boleh
sombong dan merendahkan orang-orang Yahudi. Di bagian akhir
suratnya, Rasul Paulus menegaskan bahwa walaupun kita sering tidak
dapat memahami rencana dan jalan Tuhan, namun yang pasti adalah
segala sesuatu berjalan sesuai dengan maksud dan kehendak Tuhan,
yakni supaya segala sesuatu membawa kemuliaan bagi Allah.
Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan
kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-
lamanya!
Roma 11:36
Dalam teologi misi, kita belajar bahwa misi itu mengalir dari Allah dan
kembali kepada Allah.” Dia merancang keselamatan, mengeksekusi
keselamatan dengan mengutus Yesus untuk mati menebus manusia
dari perbudakan dosa, dan membawa segala sesuatu kembali kepada
tujuan penciptaannya, untuk melayani dan menyembah Tuhan.
Waktu Tuhan Yesus datang ke dalam dunia, Ia menegaskan
bahwa panggilan utamanya adalah memuliakan Allah. Yesus
memuliakan Allah bukan karena natur diri-Nya yang lebih rendah dari
Bapa tetapi statusnya sebagai anak membuat-Nya dengan segala
keralaan dan kasih tunduk kepada Bapa dan menjalankan misi-Nya
dalam dunia untuk satu tujuan, yakni supaya Bapa dimuliakan.
Demikanlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan
berkata: “Bapa telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-
Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.”
Yohanes 17:1
Diskusikanlah!
Banyak orang Kristen merasa bahwa mereka telah memuliakan Allah
saat mereka memuji-muji Tuhan, seperti halnya dalam sebuah ibadah.
Apakah orang-orang yang nampak sering memuji dan memuliakan
Tuhan pasti memiliki kehidupan yang memuliakan Tuhan? Jelaskan
jawaban anda!
66
Mengumpulkan
Informasi
Dalam perspektif misi, dosa manusia yang pertama, yakni dosa
Adam dan Hawa, adalah kegagalan manusia dalam memenuhi misi
utamanya, yakni memuliakan Allah. Dosa mereka di taman Eden pada
dasarnya merupakan kegagalan manusia dalam tunduk kepada
kehendak Allah. Dalam Kejadian 3, kita melihat bahwa manusia
bersikap sombong dan mereka tidak mau tunduk kepada Allah tetapi
ingin menetapkan sendiri benar dan salah. Itulah alasan dibalik
keputusan mengapa manusia memilih memakan buah pengetahuan
yang baik dan jahat.
Salah satu visi yang Alkitab perlihatkan mengenai tujuan
kedatangan Yesus adalah membuat “segala lutut betelut dan semua
lidah mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan.” Dalam studi
Alkitab, kita belajar bahwa lutut yang bertelut menunjuk pada posisi
tubuh seseorang yang sedang menyembah; jadi terminologi yang
Rasul Paulus gunakan menunjuk pada visi mengenai tunduknya semua
manusia, bahkan ciptaan, kepada Tuhan. Kepada Jemaat di kota Filipi,
Rasul Paulus berkata:
… Kristus Yesus yang walaupun dalam rupa Allah, tidak
menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang
harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-
Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan
menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai
manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai
mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya
Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-
Nya nama di atas segala nama. Supaya dalam nama Yesus
bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas
bumi dan yang ada di bawah bumi dan segala lidah
mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan
Allah, Bapa!
Filipi 2:6-10
Rasul Paulus memperlihatkan ada dua unsur penting dalam visi
pekerjaan Tuhan. Pertama, semua bangsa akan menyembah Tuhan;
hal ini digambarkan dengan gambaran “lutut yang akan bertelut.”
Dalam Matius 2:1-12, kita melihat bagaimana orang-orang non-Israel,
orang-orang majus, menyembah Tuhan ketika bertemu dengan bayi
Yesus. Hal ini memperlihatkan bahwa dalam kedatangan Yesus, pintu
bagi bangsa-bangsa lain untuk datang kepada Tuhan telah dibukakan
dan apa yang Allah janjikan mulai tergenapi.
67
Mengumpulkan Informasi
Kedua, semua bangsa akan percaya kepada Yesus; hal ini
digambarkan dengan gambaran “segala lidah mengaku Yesus Krstus
adalah Tuhan.” Frasa “segala lidah mengaku” menyatakan visi dari
Tuhan bahwa semua bangsa akan mengalami pertobatan. Hal ini juga
ditegaskan Tuhan Yesus waktu ia mengatakan bahwa salah satu tanda
dari akhir zaman adalah berita injil akan disampaikan sampai ujung
dunia sebelum kesudahan segala sesuatu.
Jonathan Edwards mengatakan
bahwa keselamatan adalah “karya Allah
yang paling agung dan mulia.” Itulah
sebabnya, saat seseorang bertobat,
Alkitab mengatakan “ada sukacita besar
di surga.”
Aku berkata kepadamu:
Demikian juga akan ada sukacita
di sorga karena satu orang
berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena
sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak
memerlukan pertobatan."
Lukas 15:7
Respons yang sama seharusnya diberikan gereja ketika melihat
seseorang bertobat dan percaya kepada Yesus. Gereja seharusnya
memuji dan memuliakan Tuhan. Gereja dan umat Tuhan seharusnya
dapat melihat betapa bernilainya pertobatan seorang manusia. Itulah
sebabnya dalam pelayanan misi, orang-orang percaya tidak dapat
mengatakan jika dalam pelayanan pemberitaan injil yang bertobat
hanyalah satu atau dua orang, pelayanan tersebut dipandang tidak
berhasil. Mengapa demikian? Sebab satu jiwa yang bertobat sangat
bernilai bagi Tuhan; Ia bahkan rela mati bagi orang tersebut
menanggung penghukuman dosanya supaya ia tidak lagi hidup dalam
perbudakan dosa tetapi hidup bagi Allah.
Dalam deklarasi bersama di Frankfurt – German, gereja-gereja
menegaskan “tujuan yang paling utama dan pertama-tama dari
pelayanan misi adalah memuliakan nama Dia, satu-satunya Allah yang
melalui/dalam-Nya dan menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan,
Dialah sang Anak Allah.” Dengan demikian, “memuliakan Allah” atau
doxology menjadi tujuan utama dalam misi umat Tuhan. Itulah yang
menjadi tujuan, fokus, dan misi dari gereja.
68
Menanya
Menalar
Diskusikanlah!
Perhatikan dan ceritakan, kisah apakah yang diperlihatkan dalam
gambar di atas dan carilah teks Alkitab yang menceritakan gambar
tersebut?
Apakah kaitan antara pertobatan dan iman? Apakah pertobatan dan
iman adalah hal yang sama atau pertobatan dan iman adalah dua hal
yang berbeda tetapi saling berkaitan?
Dari manakah datangnya pertobatan dan iman dalam kehidupan
sesorang? Apakah keduanya adalah dari manusia ataukah karena
karya Allah?
Dalam mengerjakan pelayanan misi, pokok teologi yang
dipegang oleh seseorang atau sebuah lembaga misi akan
mempengaruhi pendekatan dan cara mereka dalam mengerjakan
misi. Itulah sebabnya, teologi mengenai misi perlu diajarkan bukan
hanya kepada mereka yang terlibat dalam pelayanan tetapi juga
kepada jemaat. Salah satu alasan lemahnya dukungan dari jemaat
dalam pelayanan misi adalah karena pemahaman mereka tidak
diperlengkapi dengan teologi yang utuh, dimana misi menjadi bagian
penting dalam proses pembelajaran mereka. Lembaga misi yang
percaya bahwa keselamatan bergantung pada pilihan manusia,
sebagai contoh, akan berupaya untuk meyakinkan manusia untuk
menerima injil. Sebaliknya, lembagi misi yang percaya bahwa
keselamatan manusia ada di tangan Tuhan tidak akan menyerah
ketika tantangan dalam pelayanan misi mereka hadapi sebab mereka
tahu benar bahwa Allah-lah yang mengendalikan segala sesuatu
termasuk keselamatan manusia.
69
Mengumpulkan Informasi
C. Redemption
Wayne Grudem, dalam
bukunya Systematic Theology,
mendefinisikan penebusan “karya Allah
dalam kehidupan dan kematian Yesus
untuk mengaruniakan bagi kita
keselamatan.” Penebusan Kristus
merupakan dasar dari Misi. Tanpa
adanya penebusan yang dikerjakan
oleh Yesus, tidak mungkin ada
pelayanan misi. Mengapa demikian?
Sebab pusat dari misi adalah
pemberitaan tentang karya Yesus yang telah menebus manusia dari
perbudakan dosa.
Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan
memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang
kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu
pengampunan dosa.
Kolose 1:13-14
Alkitab menyebutkan bahwa dalam proses penebusan, Yesus telah
melepaskan kita dari perbudakan kuasa kegelapan, termasuk
dalamnya dosa. Kita dilepaskan dan dipindahkan ke Kerajaan Kristus;
hal ini berarti, kita sekarang diubahkan Tuhan dari sebelumnya warga
kerajaan kegelapan menjadi warga Kerajaan Allah. Oleh karena itu,
cara dan pola hidup kita pun haruslah berubah.
Rancangan Tuhan mengenai penebusan telah disampaikan
ketika kejatuhan manusia pertama terjadi. Dalam Kejadian 3:15,
Tuhan memberikan janji kepada Adam dan Hawa bahwa Tuhan akan
menciptakan permusuhan antara manusia dan ular dan ada
keturunan manusia (dari perempuan/Hawa) yang akan
menghacurkan kepala ular.
Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan
perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya;
keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau
akan meremukkan tumitnya."
70
Menanya
Mengumpulkan Informasi
Yang dimaksudkan dengan keturunan ular adalah kerajaan kegelapan
dan keturunan Hawa adalah Yesus. Nubuat mengenai
dihancurkannya kerajaan kegelapan tergenapi dalam kedatangan,
kematian dan kebangkitan Yesus.
Mereka semua takjub, sehingga mereka
memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran
baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun
diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya."
Markus 1:27
Ketika Yesus datang ke dalam dunia, Alkitab memperlihatkan bahwa
kerajaan kegelapan menjadi tidak berdaya dan kalah. Perginya roh-
roh jahat yang diusir dalam nama Yesus juga memperlihatkan
kekalahan kerajaan kegelapan saat Kerajaan Allah datang.
Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira
dan berkata: "Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami
demi nama-Mu." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Aku
melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit. Sesungguhnya
Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk
menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan
kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan
membahayakan kamu.
Lukas 10:17-19
Diskusikanlah!
Sebutkanlah beberapa kejahatan seseorang yang berdampak hebat
dalam kehidupan manusia; jelaskan jika kuasa kegelapan sudah
dikalahkan oleh Tuhan Yesus dalam kematian dan kebangkitan-Nya,
mengapa ada orang-orang tertentu yang melakukan kejahatan luar
biasa?
Kejatuhan manusia dalam dosa ternyata membuat manusia
tidak mampu berelasi dengan Allah dan karena itulah manusia tidak
dapat memuliakan Allah. Jika manusia hidup untuk dirinya sendiri
dan bukan untuk Tuhan, manusia mengalami kehilangan makna
hidup. Saat dosa masuk ke dalam dunia, maka dunia seolah-olah
seperti disuntik mati oleh dosa, dimana manusia menjadi tambah
rusak.
71
Menalar
Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di
bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu
membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah
TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan
hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah TUHAN: "Aku
akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu
dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan
binatang-binatang melata dan burung-burung di udara,
sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan
mereka."
Kejadian 6:5-7
Berita injil dan berita mengenai hadirnya Kerajaan Allah di
bumi terkait dengan karya Yesus dimana ia menjadi tebusan bagi
banyak orang. Karya Yesus adalah inti dari berita injil yang
diberitakan juga oleh Para Rasul sehingga berita yang sama harus
menjadi pusat atau inti dari pelayanan misi gereja. Gereja tidak dapat
sekadar hanya menceritakan kesaksian hidupnya tetapi harus
menyaksikan mengenai Yesus dan karyanya dalam dunia ini.
Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-
Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Markus 10:45
Ada berbagai istilah yang digunakan untuk membicarakan
karya Yesus. Selain penebusan, Alkitab juga menggunakan gagasan
“pengadopsiaan” untuk memperlihatkan karya Allah dalam
membarui status dan relasi orang-orang percaya dimana mereka
sekarang disebut sebagai anak-anak Allah (lihat Yohanes 1:12).
Demikian juga dengan istilah “pendamaian,” yang digunakan Alkitab
untuk menekankan adanya relasi yang baru antara orang-orang
percaya dengan Tuhan dan juga dengan sesama manusia (lihat
Kolose 1:22). Demikian juga dengan istilah pembenaran, yang
digunakan Alkitab untuk memperlihatkan adanya perubahan status
dihadapan Allah dari mereka yang ada dalam Kristus; mereka bukan
lagi orang-orang yang disebut sebagai sinners “orang-orang durhaka”
tetapi righteous “orang-orang yang benar” (lihat Galatia 2:16).
Semua terminologi tersebut digunakan Alkitab untuk
memperlihatkan berbagai sisi/dimensi dari karya keselamatan yang
Tuhan kerjakan dalam kehidupan seseorang.
72
Menanya
Menalar
Diskusikanlah!
Bacalah Roma 4:5, 2 Korintus 5:17, 1 Korintus 1:2! Selain istilah
perdamaian, carilah istilah-istilah lain yang digunakan Alkitab untuk
membicarakan karya Tuhan dalam keselamatan orang-orang
percaya.
Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya
kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya
diperhitungkan menjadi kebenaran.
Roma 4:5
Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:
yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah
datang.
2 Korintus 5:17
kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang
dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi
orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat,
yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu
Tuhan mereka dan Tuhan kita.
1 Korintus 1:2
Jadi, karya Yesus merupakan pusat dari misi Allah. Sebagai
konsekuensinya, pelayanan misi tidak boleh mengabaikan
penebusan Kristus yang menjadi inti dari pelayanan misi dan
mengalihkan fokus pelayanan misi pada hal-hal lain. Dalam
pergumulan orang-orang Kristen di tengah-tengah masyarakat yang
pluralis atau masyarakat yang tidak mengijinkan pemberitaan injil
dilakukan secara terbuka, gereja dapat dengan mudah
membenarkan diri untuk tidak secara konsisten melakukan
pemberitaan injil dan menggantikannya dengan aksi sosial ataupun
bentuk-bentuk kesaksian lainnya. Tentu kesaksian injil haruslah
disampaikan dengan bijak dan dengan cara yang benar. Sama seperti
Tuhan tidak pernah memaksakan kehendak-Nya kepada manusia
demikian juga dalam menyaksikan injil seorang percaya tidak
memaksakan keyakinannya kepada orang lain. Roh Kudus-lah yang
berperan dalam meyakinkan seseorang mengenai karya keselamatan
yang dikerjakan Yesus. Pemberitaan injil pada dasarnya adalah
instrumen di tangan Tuhan.
73
Mengumpulkan Informasi
Menalar
Menanya
D. Kerajaan Allah
Selain penebusan Kristus, Kerajaan Allah juga menjadi pusat
dari pelayanan misi. Tema ini merupakan salah satu pokok
pemberitaan Yesus.
Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea
memberitakan Injil Allah, 15 kata-Nya: "Waktunya telah
genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan
percayalah kepada Injil!"
Markus 1:14-15
Pemerintahan Allah berlawanan dengan pemerintahan iblis
dan dosa. Perlawanan yang muncul dalam pelayanan Yesus
merupakan bentuk dari perlawanan kerajaan kegelapan. Dalam kitab
Wahyu kita melihat sebuah visi yang sama bahwa iblis terus berusaha
melawan pemerintahan Allah. Meskipun demikian, kerajaan
kegelapan akan ditaklukan oleh Tuhan. Hal ini telah terjadi pada saat
Yesus datang ke dalam dunia ini.
Karya Yesus membuka pemerintahan Allah di bumi.
Kedatangan Yesus memulai Kerajaan Allah, kematian dan
kebangkitan-Nya mengalahkan kerajaan dunia. Dalam pelayanan-
Nya, Yesus berulang kali mengusir roh-roh jahat, apa yang Yesus
lakukan pada dasarnya menunjukkan bahwa dalam kedatangan-Nya
kerajaan kegelapan sudah kalah.
Ketika Allah menghadirkan pemerintahan-Nya, Ia mulai
membentuk umat Allah yang baru. Kerajaan Allah bukanlah sebuah
institusi dunia. Yesus memperlihatkan bahwa Kerajaan Allah adalah
misteri. Perkembangan Kerajaan Allah digambarkan Tuhan Yesus
sebagai hal yang kasat mata. Prinsip dalam melayani dalam Kerajaan
Allah juga berbeda dengan prinsip melayani dalam dunia ini. Gagasan
pemerintahan Allah menekankan bahwa Yesus adalah Raja atas
segala sesuatu. Pusat dari pelayanan misi adalah Kerajaan Allah,
itulah sebabnya pusat dari pelayanan misi adalah Kristus sendiri.
Diskusikanlah!
Jelaskanlah apakah maksud Tuhan Yesus waktu ia menegaskan
bahwa mereka yang seperti kanak-kanaklah yang akan masuk ke
dalam Kerajaan Surga?
74
Mengumpulkan Informasi
Menalar
E. Eskatologi
Banyak orang memandang bahwa misi berorientasi pada apa
yang menjadi pergumulan masa kini dari orang-orang yang kita
layani. Pandangan ini tidak sepenuhnya benar; eskatologi bukan
hanya memperlihatkan apa yang akan terjadi kelak tetapi
menunjukkan bahwa ada “pengharapan” dalam dunia ini. Itulah
sebabnya eskatologi dilihat dari kaca mata misi disebut sebagai the
hope of mission “pengharapan misi.”
Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru,
sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah
berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota
yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari
Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang
berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara
yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah
ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-
sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan
Ia akan menjadi Allah mereka.
Wahyu 21:1-3
Sebelum Yesus terangkat ke surga, para murid bertanya
kepada Yesus jika Ia berkenan memulihkan Israel (bacalah Kis. 1: 6).
Pertanyaan ini adalah sebuah pertanyaan eskatologi mengenai hari
pemulihan yang Tuhan akan kerjakan. Tuhan Yesus menjawab hal
tersebut dengan sebuah penegasan bahwa para murid tidak perlu
mengetahui waktu tersebut, tugas utama mereka adalah fokus pada
menyaksikan Yesus kepada dunia.
Pelayanan misi mengarah ke sebuah sasaran tertentu; tanpa
eskatologi, kita tidak tahu apa yang menjadi tujuan akhr dari
pelayanan kita. Lesslie Newbigin mengatakan: “gereja mesti dilihat
sebagai kelompok peziarah yang menapaki jalan menuju akhir dunia
dan ujung bumi.” Banyak orang percaya bahwa waktu bergerak
secara melingkar, dimana kehidupan masa kini dipandang sebagai
bentuk yang berbeda dari kehidupan masa lalu. Namun, Alkitab
menunjukkan bahwa waktu berjalan secara linear. Sejarah dan
kehidupan manusia menuju satu titik tertentu, yakni akhir zaman.
Alkitab memperlihatkan bahwa Allah bukan hanya pencipta tetapi ia
juga memeliharakan dan mengendalikan segala sesuatu pada tujuan
yang dikehendaki-Nya.
75
Mengumpulkan Informasi
Pelayanan misi memang berorientasi pada karya Yesus tetapi
gereja sesungguhnya mengerjakan pelayanan misi sebagai antisipasi
dari hadirnya Kerajaan Allah dalam dunia ini. Kita sedang
mempersiapkan kedatangan Tuhan yang kedua. Gereja masa kini
hidup dalam sebuah transisi dari dunia yang belum sepenuhnya
diubahkan Tuhan dengan sebuah pengharapan pasti bahwa dunia ini
akan menjadi pulih.
F. Bangsa-Bangsa
Sekop dari ladang misi adalah segala bangsa. Berita injil dan
pemuridan haruslah dikerjakan bukan hanya pada satu komunitas
tertentu tetapi bagi segala bangsa. Oleh karena target dari misi
bersifat universal, pemberitaan injil pun dipersiapkan menjadi
bersifat lintas budaya. Untuk itulah, kita perlu memilih aspek-aspek
dalam berita injil yang merupakan prinsip dan perlu disampaikan
dalam konteks budaya yang berbeda.
Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah
diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan
ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Matius 28:18-20
Perintah Tuhan untuk memberitakan injil sampai ujung bumi
menegaskan bahwa pelayanan misi mesti melampaui batasan
geografi, kebangsaan dan kesukuan.
Sejak PL, Allah telah menunjukkan bahwa Ia adalah pemilik
segala yang ada. Tuhan adalah pencipta segala sesuatu dan pemilik
segala sesuatu. Ia tidak bergantung pada apapun juga tetapi segala
sesuatu bergantung kepada Dia.
Adam adalah kepala dari umat manusia; dan perjanjian
antara Allah dan Adam adalah perjanjian antara Allah dan semua
umat manusia. Demikian juga dengan berkat yang Allah janjikan
kepada Abraham, Allah berjanji untuk memberkati Abraham dan
melalui Abraham Allah akan memberkati segala bangsa; hal inilah
yang Tuhan sampaikan dalam Kejadian 12:1-3.
76
Mengumpulkan Informasi
Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari
negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah
bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;
Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar,
dan memberkati engkau serta membuat namamu
masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan
memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan
mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan
olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat
berkat."
Dalam PB, bangsa-bangsa memiliki tempat dalam Kerajaan
Allah. Dalam kelahiran Yesus, kedatangan orang-orang majus dalam
peristiwa Natal pertama menegaskan bahwa kedatangan Yesus
adalah bagi segala bangsa. Demikian juga dengan ajaran Paulus
bahwa semua orang berdosa dan semua orang hanya dibenarkan
dalam Yesus menegaskan bahwa karya keselamatan bersifat
universal, yakni bagi bangsa-bangsa.
G. Pendamaian
Rasul Paulus menegaskan bahwa buah dari pemberitaan injil
adalah rekonsiliasi. Ada dua macam rekonsiliasi yang akan dialami
oleh mereka yang ada dalam Tuhan, yakni rekonsiliasi vertikal dan
horizontal.
dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu
dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada
di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah
salib Kristus. Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah
dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti
yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang
diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh
kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak
bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.
Kolose 1:20-22
Pelayanan misi seharusnya berdampak pada rekonsiliasi antar
manusia. Meskipun demikian rekonsiliasi antara manusia tidak
mungkin terjadi tanpa rekonsiliasi dengan Allah.
77
Menanya
Menalar
Manusia hidup dalam berbagai fragmentasi sosial. Suku
bangsa tertentu membagi manusia berdasarkan kategori tertentu.
Satu suku dengan suku lainnya juga membentuk relasi yang tidak
harmonis. Ada kalanya satu suku memandang suku yang lainnya
lebih rendah bahkan hina. Berita injil menegaskan bahwa semua
orang yang ada dalam Kristus adalah satu dan bahwa Allah
meyatakan kasih-Nya kepada semua bangsa dalam Kristus.
Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di
dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis
dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini
tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba
atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan,
karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.
Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga
adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji
Allah.
Galatia 3:26-29
Pelayanan misi yang berpusatkan pada injil seharusnya
berdampak pada munculnya genuine reconciliation “pendamaian
yang sejati.” Pendamaian yang sejati membawa pemulihan pada
hubungan antara manusia. Pengampunan dan pemulihan hubungan
merupakan dampak langsung dari karya pendamaian Kristus.
Diskusikanlah!
Sebutkan beberapa konflik sosial-agama yang kamu ketahui dan
jelaskan hal apakah yang menjadi penyebabnya dan bagaimana
konsep pendamaian dapat menolong menyelesaikan konflik sosial-
agama yang terjadi?
Dalam pelayanan misi di daerah-deerah konflik, rekonsiliasi
sering kali dijadikan salah satu tujuan dari pelayanan tersebut.
Walaupun hal tersebut tidak salah, namun rekonsiliasi yang bersifat
horizontal tidak dapat terjadi tanpa adanya pemulihan relasi dengan
Tuhan. Itulah sebabnya fokus utama dalam pelayanan misi pertama-
tama adalah rekonsiliasi vertikal (antara manusia dengan Allah) yang
akan membawa pada rekonsiliasi horizontal (antara manusia dengan
sesamanya).
78
Mengumpulkan Informasi
H. Inkarnasi
Salah satu aspek penting dalam teologi misi adalah inkarnasi.
Beberapa orang menyebut inkarnasi sebagai the character of mission
“karakter pelayanan misi.” kedatangan Yesus ke dunia dipandang
sebagai dasar dan bentuk dari pelayanan misi yang harus dikerjakan
gereja.
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita,
dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan
yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa,
penuh kasih karunia dan kebenaran.
Yohanes 1:14
Inkarnasi merupakan model dari pendekatan yang dilakukan
Tuhan sendiri kepada manusia. Allah
Anak meninggalkan surga untuk tinggal
di bumi; ia menjadi manusia yang sama
seperti kita pada umumnya. Kitab Ibrani
bahkan mengatakan ia mengalami
pencobaan yang sama dengan kita atau
pencobaan yang jauh lebih berat dari
kita. Salah satu tokoh misi yang
menggunakan pendekatan inkarnasi
dalam pelayanan misinya adalah Hudson
Taylor. Dalam pelayanan misi yang
dikerjakannya di China, ia menemukan
bahwa seseorang tidak dapat memberitakan injil tanpa menjadi
sama dengan mereka yang akan dilayani. Itulah sebabnya ia dalam
memberitakan injil mengganti, misalnya saja cara dia berpakaian dan
menggunakan potongan rambut sama dengan orang-orang yang
dilayani.
Inkarnasi Yesus juga memperlihat pentingnya sebuah
pelayanan yang bersifat holistik. Dalam pelayanannya, Yesus
memberhatikan bukan hanya kebutuhan manusia yang bersifat
rohani tetapi juga kebutuan yang bersifat materi. Kita dapat melihat
hal ini dalam peristiwa Yesus memberi makan lebih dari 5000 orang.
Yesus memperhatikan bukan hanya kebutuhan mereka akan
makanan rohani tetapi juga makanan jasmani; selain itu, Yesus juga
menyembuhkan mereka yang sakit dan memulihkan status sosial
mereka yang hancur karena sakit yang dipandang menajiskan.
79
Inkarnasi juga memperlihatkan proses menghadirkan Tuhan
dalam sebuah kebudayaan. Waktu Yesus datang ke dalam dunia, ia
memilih untuk menjadi seorang Yahudi. Walaupun Ia adalah Allah
tetapi ia memberikan dirinya mengikuti beragam kebudayaan yang
ada. Yesus disunat sama seperti orang-orang Yahudi lainnya; Yesus
pergi ke sinagoge, dst.
Penggunaan inkarnasi Yesus sebagai model misi
menimbulkan perdebatan. Sebagian ahli,
misalnya saja Andreas Köstenberger,
dalam disertasinya The Mission of Jesus
and the Disciples, tidak setuju menjadikan
inkarnsasi sebagai model pelayanan misi
sebab inkarnasi bukanlah untuk ditiru.
Apa yang Yesus lakukan bersifat
soteriologis (terkait dengan keselamatan)
dan itulah sebabnya, kita tidak mungkin
melakukan hal yang sama. Namun, kita
setidaknya dapat melihat inkarnasi Kristus
sebagai sebuah teladan dari kerendahan
hati dan ketidakegoisan.
Surat 1 Petrus menggunakan penderitaan Yesus sebagai
teladan bagi orang-orang percaya, khususnya pada budak, untuk
tetap rela menjalani ketidakadilan dalam hidupnya dengan
iman/penyerahan diri pada Tuhan. Apa yang Kristus lakukan
dijadikan model bagi sikap orang-orang percaya dalam merespons
ketidakadilan yang mereka rasakan dan alami,
Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh
ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik
dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis. Sebab
adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan
kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus
ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu
menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika
kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita,
maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk
itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita
untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu,
supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
1 Petrus 2:18-21
80
I. Penutup Newbigin mengingatkan orang-
orang Kristen bahwa misi itu berawal
dari karya Allah Tritunggal; meskipun
demikian, hal ini tidak berarti gereja
boleh mengabaikan pentingnya
kesaksian iman orang-orang percaya
secara nyata.
Teologi misi merupakan cara
pandang terhadap teks Alkitab
berdasarkan perspektif misi. Teologi
misi bukanlah sekadar aplikasi dari
teologi biblika atau sistematika dalam
konteks pelayanan misi. Pemahaman
seperti ini membuat signifikansi dari teologi misi menjadi berkurang
bahkan dipandang kurang penting dibandingkan dengan teologi
biblika atau sistematika. Akitab pada dasarnya adalah buku tentang
misi, itulah sebabnya memandang isi Alkitab dari perspektif misi
dalam menolong gereja dalam melihat pelayanan misi dengan lebih
tajam.
Seluruh Alkitab pada dasarnya mengisahkan mengenai misi
Allah. Kisah penciptaan memperlihatkan misi utama dari manusia
yakni mempermuliakan Allah. Kejatuhan manusia juga dilihat sebagai
pemberontakan pada misi Allah. Karya keselamatan adalah
pemulihan manusia untuk kembali kepada natur penciptaan, yakni
melayani misi Allah. Demikian juga dengan hari kedatangan Yesus
yang kedua, hari tersebut adalah hari kemenangan dimana manusia
dan segala ciptaan dibawa kembali kepada panggilan misinya yang
semua yakni memuliakan Allah dan hidup bagi Dia.
Orang-orang percaya diundang untuk terlibat dalam
pelayanan misi. Misi adalah pekerjaan Allah dan bukan karya gereja;
umat Tuhan pada dasarnya hanya berpartisipasi dalam karya Dia.
81
Mengumpulkan Informasi
Ringkasan
1. Teologi misi diperlukan bukan hanya untuk membangun
pemahaman yang benar mengenai misi tetapi juga
memperlengkapi praktik pelayanan misi dengan benar.
2. Teologi misi pada dasarnya menekankan pentingnya
doxology, yang merupakan tujuan akhir dari studi dan praktik
pelayanan misi, yaitu supaya segala sesuatu dibawa kepada
tujuan penciptaannya, yakni memuliakan Tuhan.
3. Teologi misi memperlihatkan bahwa semua pokok utama
dalam ajaran iman Kristen berkaitan dengan karya Allah
dalam dunia ini, itulah sebabnya, teologi Alkitab pada
dasarnya adalah sebuah teologi misi.
Ayat Hafalan
Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia
mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil
Kerajaan Surga serta melenyapkan segala penyakit dan
kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus
oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan
terlantar seperti domba yang tidak bergembala.
Matius 9:35-36
Aktivitas
Buatlah sebuah drama singkat mengenai kejatuhan Adam dan Hawa
dan sikap Allah saat melihat manusia memberontak dan karya-Nya
dalam menyediakan janji keselamatan bagi manusia.
Bacaan lebih lanjut
Newbigin, Lesslie. Injil dan Masyarakat Majemuk. Jakarta: BPK, 1999.
Bab 11.
Metzger, Will. Tell the Truth: The Whole Gospel to the Whole Persons
by Whole People. Terj. Jakarta: Momentum, 2005. Bab 1-3.
Piper, John. Jadikan Sekalian Bangsa Bersukacita! Supremasi Allah
dalam Misi. Bandung: LLB, 2001. Bab 1-3.
83
Mengamati
Mengumpulkan Informasi
Menanya
Pelajaran 5
Pergi Ke Dalam Dunia
A. Pendahuluan Salah satu pokok pengertian mengenai misi berakar pada
istilah sending “mengirim/mengutus.” Berdasarkan terminologi
inilah pelayanan misi sering diidentikan dengan nama zending, yakni
lembaga misi, khususnya dari Eropa, dimana mereka mengirimkan
utusan-utusan injil di era kolonial.
Salah satu ajaran mengenai pelayanan misi yang penting
terdapat dalam Yohanes 17:14-19. Bagian ini memperlihatkan
kepada kita mengenai apa yang Tuhan Yesus kehendaki bagi gereja-
Nya dan hal apa yang menjadi tantangan dari umat Tuhan saat
mereka melayani dalam dunia ini.
Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan
dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari
dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak
meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia,
tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang
jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan
dari dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran;
firman-Mu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah
mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah
mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku
menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun
dikuduskan dalam kebenaran.
Diskusikanlah!
Ceritakanlah hal-hal apa yang menjadi tantangan atau kesulitan
dalam memberitakan injil? Mengapa ada banyak orang yang takut
dalam memberitakan injil?
Dalam pelajaran ini, peserta didik akan mempelajari arti dan
konsep misi berdasarkan gagasan Alkitab mengenai diutusnya
murid-murid Tuhan pada dunia.
84
Mengumpulkan Informasi
Menanya
B. Arti dari Dunia Istilah “dunia” yang digunakan dalam bahasa Indonesia
berasal dari istilah “kosmos” dalam bahasa Yunani. Istilah ini
memiliki pengertian yang cukup beragam. Jika kita membaca buku-
buku mengenai teologi Alkitab, istilah dunia dapat dikategorikan
dalam empat arti:
1. Dunia menunjuk kepada planet bumi tempat dimana kita
tinggal
2. Dunia bisa juga menunjuk pada umat manusia secara
keseluruhan dan ciptaan lainnya yang ada dalam dunia ini
3. Dunia dapat menunjuk kepada segala sesuatu yang fana,
yang rentan dan rapuh yang ada dalam dunia ini
4. Dunia menunjuk pada tempat kerajaan dosa dan kejahatan
berada
Waktu kita membaca injil Yohanes, kita harus berhati-hati
supaya kita tahu waktu ia berbicara tentang dunia, ada 4 pengertian
yang bisa terkandung, tergantung dari konteksnya.
Pernahkah anda membaca sebuah tulisan/slogan yang
bunyinya seperti ini: “siapa diri anda menentukan sikap dan
perbuatan anda”; bagaimana menurut anda, benarkan perkataan
ini, “siapa diri kita menentukan sikap dan perbuatan kita”?
Diskusikanlah
Dalam sebuah acara televisi, ada seorang perempuan muda
ditangkap polisi karena mencuri seekor anjing. Sewaktu anjing itu
dikembalikan kepada pemiliknya, polisi bertanya, apakah pemilik
hendak memberikan tuntutan hukum kepada pelaku pencuriaan.
Lalu si pemilik berkata “saya seorang Kristen, dan saya tidak akan
menuntut orang tersebut, hanya tolong beri tahu orang tersebut
untuk tidak mengulangi perilakunya.”
Menurut anda, apakah sikap dari pemilik anjing tersebut tepat
bahwa ia tidak menunut supaya pelakunya untuk dihukum? Apakah
memberikan sanksi kepada seseorang yang bersalah bukan sesuatu
yang baik?
85
Mengamati
Mengumpulkan Informasi
Menalar
Pernyataan pemilik anjing dalam kisah di atas menarik untuk
diperhatikan, dia berkata “saya seorang Kristen,” itulah yang
membuat dia ingin bersikap berbeda dari orang lain. Jika orang pada
umumnya akan menuntut pelaku seperti itu dengan keras supaya ia
“kapok,” namun ia tidak mau melakukan hal yang sama, sebab ia
adalah seorang Kristen.” Terlepas dari pertanyaan apakah tindakan
seperti itu [maksudnya membiarkan orang yang seharusnya kena
sanksi hukum] adalah hal benar atau salah ditinjau dari etika Kristen
[kita tidak bahas disini], namun pernyataan tadi memperlihatkan
adanya kesadaran dari orang Kristen tersebut bahwa dirinya adalah
seorang Kristen, itulah sebabnya dia harus berbuat dan bersikap
sebagaimana seharusnya orang Kristen.
Jadi, peribahasa atau kalimat di atas mungkin benar bahwa
siapa diri kita akan mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Kalau kita
adalah anak Tuhan, seharusnya sikap dan perilaku kita akan
memperlihatkan hal tersebut. Sebaliknya jika kita adalah anak
kegelapan, sikap dan perilaku kita juga akan memperlihatkannya;
atau dalam surat Yakobus, Alkitab menegaskan:
Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit
dari mata air yang sama? Saudara-saudaraku, adakah
pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah
pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian
juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar.
Yakobus 3:11-12
Jadi, perilaku merupakan tanda yang memperlihatkan jati diri
seseorang. Itulah sebabnya kesaksian hidup orang percaya dalam
dunia akan memperlihatkan siapa diri mereka dan siapa yang
memiliki hidup mereka.
Dalam konteks misi, dunia menunjuk pada tempat dimana
Tuhan menempatkan kita dan juga masyarakat dimana kita hidup.
Tuhan mengutus kita untuk hadir dan menyatakan Kristus dalam
dunia. Dunia adalah milik Tuhan, itulah sebabnya gereja diminta
Tuhan untuk mengambil bagian dalam membawa kembali dunia
kepada Tuhan. Di sisi yang lain, dunia juga menunjuk ada dosa dan
orang-orang berdosa yang berupaya untuk melawan Tuhan. Itulah
sebab, orang-orang percaya diutus ke dunia tetapi tidak boleh hidup
sama seperti dunia. Dunia dalam konteks ini menunjuk pada dosa
dan kehidupan yang melawan Tuhan.
86
Mengumpulkan Informasi
C. Panggilan Orang Percaya Kepada orang-orang Kristen yang menjadi pembaca injil
Yohanes, Alkitab mengingatkan pesan Yesus kepada murid-murid-
Nya. Pesannya adalah murid-murid Tuhan bukanlah berasal dari
dunia ini. Sebelumnya kita sudah sedikit membicarakan bahwa
istilah dunia bisa berarti “kerajaan dosa dan kejahatan yang ada dan
berkuasa di dunia ini.” Yesus menegaskan bahwa murid-murid-Nya,
orang-orang yang telah percaya kepada Yesus, bukanlah orang-
orang yang dimiliki oleh kerajaan dosa dan kejahatan.
Dunia ini adalah dunia yang telah dikuasai oleh dosa dan
kejahatan. Dosa dan kejahatan menguasai semua manusia. Injil
Yohanes memperlihatkan bahwa bahkan seorang rohaniawan,
seperti Nikodemus, dikuasai dosa. Itulah yang menyebabkan saat
Yesus berbicara tantang hal-hal rohani, ia tidak dapat mengertinya.
Hal ini terjadi karena, bukan saja dengan Nikodemus, bahkan, semua
manusia sebenarya dikuasai oleh kegelapan. Rasul Paulus
menegaskan bahwa semua manusia sebenarnya adalah hamba-
hamba dosa (Rom 3:23).
Kondisi inilah yang menyebabkan mengapa dunia [umat
manusia] --kata Yesus-- kemudian membenci murid-murid Yesus.
Dosa yang mengendalikan dan menguasai manusia membuat
mereka tidak bisa menerima Tuhan dan umat Tuhan. Dalam
Yohanes 1:10-11 ditegaskan oleh Yohanes:
“Ia telah ada di dalam dunia, dan dunia dijadikan oleh-
Nya, tetapi dunia tidak mengenalnya. [bukan hanya itu]
Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-
orang kepunyaan-Nya tidak menerimanya.”
Umat manusia adalah ciptaan Tuhan dan milik Tuhan, namun
apakah yang terjadi saat Tuhan kemudian datang kepada milik-Nya,
maka manusia bukan saja tidak mengenal-Nya bahkan menolak Dia.
Mengapa demikian? Sebab umat manusia telah dikuasai dosa. Dosa
membuat manusia bukan saja tidak dapat mengenal Tuhan, bahkan
membuat manusia menolak Tuhan. Bukankah itulah sebabnya juga
mengapa manusia kemudian menyalibkan Yesus? Karena dalam
keberdosaannya bahkan manusia membenci Tuhan. Itulah sebabnya
kita tidak perlu heran kalau dunia ini (umat manusia yang tidak
percaya kepada Yesus, yang dikusasi oleh dosa ini) juga membenci
murid-murid Yesus.
87
Menanya
Mengamati
Injil Yohanes dituliskan sekitar tahun 80 Masehi. Ini adalah
waktu dimana kawasan Yunani-Romawi diperintah oleh kaisar
Domitianus. Kaisar ini adalah salah satu kaisar yang menganiaya
orang-orang Kristen dengan kuat. Ada banyak orang-orang Kristen
yang harus mati, ada banyak orang Kristen yang dipenjarakan/dijual
sebagai budak, ada banyak juga orang Kristen yang harus jadi orang
miskin karena semua kepunyaannya disita dan diperlakukan tidak
adil. Dalam keadaan yang seperti ini, tentu orang-orang percaya
bertanya-tanya, mengapa kita begitu dibenci oleh dunia ini?
Mengapa ada begitu banyak orang yang tidak menyukai orang-orang
Kristen?
Maka Yohanes mengingatkan murid-murid Tuhan, bahwa
Yesus pernah mengajarkan kepada kita bahwa dunia membenci kita,
karena kita bukan lagi milik mereka/dunia ini. Dunia membenci kita
karena kita bukan lagi milik kerajaan dosa dan kejahatan. Dunia
membenci kita karena kita sekarang dipandang sebagai “musuh”
dari kerajaan dosa dan kejahatan. Alasan kita menjadi musuh bagi
dunia ini bukanlah sekadar karena kita tidak hidup sama seperti
dunia ini tetapi karena kita sekarang menjadi milik Yesus. Problem
dari dunia ini bukan masalah cara hidup dari orang percaya tetapi
Yesus yang menjadi pusat hidup dari umat Tuhan.
Diskusikanlah!
Pernahkah kita memikirkan, mengapa ada banyak orang tidak suka
saat seorang memberitakan injil? Bukankah injil itu adalah kabar
baik, kabar gembira dan kabar sukacita mengenai keselamatan
bahwa apa yang selama ini dinantikan dan didoakan oleh manusia
yakni keselamatan, telah dijawab dan dikerjakan oleh Allah dan
Kristus. Namun, mengapa kabar baik ini tidak dapat diterima bahkan
dimusuhi oleh manusia?
Sebuah keluarga Kristen di Kamboja memiliki pembantu rumah
tangga yang tidak percaya kepada Kristus. Setelah mereka
bergumul, akhirnya mereka memutuskan untuk memberitakan injil
kepada pembantu mereka. Sewaktu ia diinjili, ia bukan saja
menolaknya bahkan kemudian menjaga jarak dan menjauhi
keluarga ini. Mengapa bisa demikian? Bukankah injil adalah kabar
baik, kenapa manusia bisa menolaknya? Dunia ini dikuasai dosa,
dosa mengikat hidup manusia, dosa tidak rela manusia lepas dari
cengkramannya, itulah yang membuat manusia menolak injil.
88
Mengumpulkan Informasi
Menalar
Mengapa Tuhan membiarkan orang-orang percaya tetap
tinggal dalam dunia yang seperti ini? Jawabannya adalah sebab
Tuhan mengasihi dunia ini, Tuhan mengasihi umat manusia.
Walaupun dunia ini dikuasai dan dikendalikan oleh kerajaan dosa,
namun dunia ini termasuk umat manusia dalamnya adalah milik
Tuhan dan Ia mengasihi milik-Nya. Itulah sebabnya dalam Yohanes
3:16 ditegaskan oleh Yesus sendiri bahwa Allah itu mengasihi dunia
ini, mengasihi manusia-manusia yang dalam keberdosaannya
menjadi mahluk-mahluk yang memusuhi Allah.
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga
Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya
setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal.
Itulah yang membuat Tuhan Yesus tidak berdoa meminta supaya
Bapa mengambil murid-murid Tuhan dari dunia ini, maksudnya
memindahkan mereka langsung ke surga ke tempat dimana manusia
tidak lagi akan mengalami penderitaan dan kesukaran, namun yang
Yesus lakukan justru adalah mengutus murid-murid-Nya ke dalam
dunia ini, mengutus pengikut-pengikut Tuhan untuk tetap tinggal di
tengah-tengah dunia ini, di tengah-tengah umat manusia yang
berdosa dan memusuhi Tuhan.
Karena misi adalah panggilan Tuhan baik kepada gereja
maupun kepada setiap orang percaya, semua umat Tuhan terpanggil
untuk mengambil bagian dalamnya. Cara kita menggambil bagian
dalamnya adalah sesuai dengan panggilan khusus gereja dan orang-
orang percaya. Jika Tuhan memanggil sebuah gereja untuk
mengerjakan satu pelayanan misi yang khusus, maka gereja harus
setia kepada panggilannya. Demikian juga dengan orang-orang
percaya. Jika Tuhan memanggil seseorang untuk terlibat dalam
pekerjaan misi yang khusus, misalnya menjadi seorang misionaris di
suatu daerah, ia hendaknya setia kepada Tuhan. Namun, jika Tuhan
tidak memanggil seseorang secara khusus, hal ini tidak berarti
bahwa seorang Kristen dibebaskan dari panggilan misi. Orang
tersebut tetap harus memenuhi panggilan misi dari Tuhan tetapi
dengan melayani Tuhan sesuai dengan pekerjaan dan area hidup
dirinya. Sebagai contoh, panggilan seorang guru Kristen adalah
menjadi saksi Tuhan di sekolah tempat dimana ia mengajar. Semua
orang dapat bersaksi dalam kehidupan mereka masing-masing.
Inilah panggilan misi bagi semua orang Kristen.
89
Mengumpulkan Informasi
Menanya
D. Pelayanan Gereja dalam Dunia Untuk apakah Tuhan mengutus kita dalam dunia ini?
Jawabannya adalah kita diutus seperti Yesus diutus. Untuk apakah
Yesus datang ke dalam dunia? Jawabannya adalah untuk
memperlihatkan kepada dunia seperti apakah Allah itu? Dalam
Yohanes 1:18 dituliskan bahwa:
“Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi
Anak Tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah
yang menyatakannya.”
Inilah misi Yesus waktu ia datang dalam dunia, ia datang untuk
memperlihatkan Allah kepada kita.
Seorang Kristen memang tidak bisa menjadi seperti Yesus.
Yesus adalah pribadi Allah yang dapat memperlihatkan secara
sempurna seperti apakah Allah itu. Namun, panggilan kita sama
dengan Yesus, dalam segala keterbatasan sebagai manusia, kita
dipanggil untuk memperlihatkan seperti apakah Allah itu kepada
dunia yang tidak mengenal Allah.
Inilah sebenarnya yang disebut “misi” dalam injil Yohanes,
sebuah paggilan dan tugas khusus yang diberikan Tuhan kepada
pengikut-pengikut Tuhan untuk tetap tinggal dalam dunia, hadir
ditengah-tengah umat manusia untuk memperlihatkan “seperti
apakah Allah itu” kepada dunia ini sehingga dengan melihat hidup
orang percaya, mereka melihat Tuhan.
Diskusikanlah!
Seorang ibu memiliki pasangan yang berbeda keyakinan.
Sharingkanlah bagaimana ia dapat menjadi saksi yang baik bagi
keluarganya?
Panggilan misi bukanlah panggilan yang baru. Dalam
Kejadian 1, saat Tuhan menciptakan manusia, Alkitab menegaskan
bahwa manusia adalah gambar dan rupa Allah. Gambar dan rupa
Allah memiliki arti manusia itu dicipta dalam kemiripan dengan Allah
dan merepresentasikan Allah. Sebagai representasi Allah, manusia
dipercaya Tuhan untuk menjadi wakil Alah dalam dunia ini, apapun
yang manusia lakukan dan perbuat seharusnya mencerminkan apa
Allah inginkan dan lakukan sebab ia adalah representasi-Nya.
90
Mengamati
Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa
atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang
melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan
manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah
diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-
Nya mereka.
Kejadian 1:26-27
Panggilan yang sama diberikan Tuhan kembali kepada
manusia-manusia yang telah menjadi ciptaan baru dalam Kristus,
kita diutus Tuhan dan hadir di tengah-tengah dunia ini untuk
memperlihatkan kepada dunia (kepada umat manusia) yang tidak
mengenal Allah, seperti apakah Allah itu. Inilah panggilan dan tugas
khusus atau misi dari Tuhan bagi umat Tuhan, para pengikut Tuhan,
dan gereja Tuhan.
Pertanyaannya, apakah kita sebagai orang-orang Kristen
sudah melakukan tugas dan panggilan khusus atau panggilan misi
dari Allah? Apakah hidup kita, tutur kata kita, sikap kita, sekolah kita,
pergaulan kita, ibadah kita, pelayanan kita, semuanya itu
memperlihatkan seperti apakah Tuhan yang ada dan yang hidup
dalam diri kita?
Bisakah kita memperlihatkan kepada orang-orang yang tidak
percaya kepada Kristus bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah
yang hidup dan benar kalau hidup kita tidak jujur, penuh
kebohongan, suka ingkar janji, tidak setia, kalau utang tidak bayar,
dst? Bisakah kita memperlihatkan seperti apakah Allah kita jika
dalam sekolah kita tidak bertanggung jawab, suka bolos, tidak
mengerjakan tugas, suka nyontek dst? Bisakah kita memperlihatkan
seperti apakah Allah itu kepada orang-orang di sekitar kita, kalau
kita kemudian menjadi orang yang egois, tidak peduli dengan orang
lain, sering bertengkar dan memiliki sikap yang sombong? Tidak bisa
bukan? Itulah sebabnya mengapa Kekristenan terlihat tidak bisa
berkembang atau tidak bertumbuh, sebab kita ini sering kali tidak
bertumbuh dalam Tuhan. Kita menjadi orang-orang Kristen yang
tidak berbuah dan sebagai akibatnya kesaksian hidup orang percaya
lemah.
Bagaimana supaya orang Kristen dapat mengerjakan misinya
dalam dunia ini?
91
Mengumpulkan Informasi
1. Firman Tuhan
Yesus berdoa supaya murid-muridnya dikuduskan oleh
Firman Tuhan (lih. 1 Yohanes 17:17). Firman Tuhan berkuasa
menguduskan hidup manusia. Dalam 1 Petrus 1:22-23, ditegaskan
oleh Petrus bahwa Firman Tuhan itu berkuasa untuk melahirbarukan
manusia dan membuat manusia mengalami karya pembaruan.
Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan
kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan
kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu
bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap
hatimu. Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan
dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana,
oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.
Dalam Alkitab kita menemukan banyak contoh orang-orang
yang diubahkan oleh Firman Tuhan. Gereja mula-mula dan gereja di
kota Tesalonika adalah contoh nyata jemaat-jemaat yang
mengalami kuasa pembaruan dari Firman Tuhan.
Dalam kisah Para Rasul, Alkitab mencatat bahwa orang-
orang Yahudi di Tesalonika pada awalnya tidak memiliki kualitas
hidup yang baik, namun beberapa tahun kemudian, Rasul Paulus
menyaksikan bahwa hidup mereka berbuah.
Tetapi pada malam itu juga segera saudara-saudara di
situ menyuruh Paulus dan Silas berangkat ke Berea.
Setibanya di situ pergilah mereka ke rumah ibadat orang
Yahudi. Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya
dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena
mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan
hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk
mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.
Kisah Para Rasul 17:10-11
Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut
Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah
menerima firman itu dengan sukacita yang dikerjakan
oleh Roh Kudus, sehingga kamu telah menjadi teladan
untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia
dan Akhaya.
1 Tesalonika 1:6-7
92
Mengamati
Menanya
Mengumpulkan Informasi
Menalar
2. Tidak kompromi dengan kejahatan
Salah satu hal yang membuat orang Kristen tidak dapat
menyaksikan Tuhan dalam dunia ini adalah sebab ia kompromi
dengan kejahatan. Itulah yang menyebabkan Yesus berdoa supaya
murid-murid Tuhan dijaga dan dipelihara dari yang jahat. Sikap yang
toleran terhadap kejahatan membuat kehidupan sesorang menjadi
“batu sandungan.”
Diskusikanlah
Carilah beberapa tokoh dalam Alkitab yang hidupnya tidak
berkompromi dengan dosa! Carilah tahu mengapa mereka dapat
memiliki sikap yang demikian?
Paul Borthwick mengingatkan
kita mengenai tiga sikap yang harus
dihindari saat kita hadir dalam dunia
ini, yakni: (1) sikap melindungi diri, (2)
sikap memusuhi, dan (3) sikap bunglon.
Ketiga sikap tersebut membuat orang-
orang Kristen tidak dapat bersaksi bagi
Kristus. Sebaliknya umat Tuhan
seharusnya (1) mau mencari mereka
yang terhilang, (2) memiliki hati yang
rela berkorban, (3) memiliki komitmen
untuk hidup sebagai wakil Allah.
Kesaksian hidup orang percaya juga harus nyata saat mereka
dalam penderitaan. Dalam kitab Wahyu, Tuhan memuji jemaat
Smirna karena mereka tidak kompromi dengan kejahatan walaupun
mereka harus hidup dalam kesusahan, penderitaan dan kemiskinan.
Saat seseorang mengalami penderitaan, ia biasanya membuat
berbagai rasionalisasi untuk mengatakan bahwa (1) adalah hal yang
wajar kalau kita berdosa; (2) semua orang dalam dunia ini
melakukan hal yang sama (3) Allah pasti maklum dengan
keterbatasan kita dalam dunia ini. Hal ini membuat kita tidak dapat
bersaksi ditengah-tengah dunia ini disebabkan sikap orang-orang
Kristen yang kompromi dengan dosa dan kejahatan. Kita tidak dapat
menunjukkan hal yang benar jika kita hidup dengan tidak benar.
Itulah sebabnya, menjadi umat Tuhan yang tegas dengan hal-hal
yang benar dan hal-hal yang salah merupkan cara yang efektif dalam
menunjukkan kesaksian hidup mereka dalam dunia ini.
93
E. Penutup
Orang-orang percaya diutus Tuhan ke dunia. Ini adalah
panggilan Tuhan atas gereja-Nya. Ia tidak memanggil kita langsung
masuk surga sebab Ia memiliki tugas bagi
gereja, yakni untuk hadir dalam dunia ini
memperlihatkan dan menyaksikan Tuhan
melalui kehidupan dan kesaksian mereka.
Purnawan Tenibemas telah menunjukkan
bagaimana pemberitaan injil begitu
penting untuk dikerjakan gereja;
penjangkauan terhadap mereka yang
belum mengenal Tuhan selama satu abad
tidak mencapai sepertiga dari jumlah
penduduk bumi dan Kekristenan pun
mengalami perturunan signifikan.
Untuk memenuhi panggilan ini, Tuhan mengaruniakan Roh
Kudus kepada kita supaya kita mampu menjalani panggilan kita
dalam bersaksi dalam dunia ini. Roh Kudus-lah yang akan
mengajarkan kita bagaimana menyampaikan Firman Tuhan dan Ia
juga yang akan berkarya dalam meyakinkan manusia mengenai dosa
dan menyerahkan hidupnya pada Kristus.
Tuhan juga telah mengaruniakan Firman Tuhan bagi kita
untuk menjadi “senjata rohani” dalam memberitakan injil. Firman
Tuhan mempu membawa manusia kepada pertobatan; itulah
sebabnya dalam proses menyaksikan Tuhan, berita yang harus
disampaikan bukanlah terutama mengenai diri kita sendiri tetapi
mengenai Yesus yang diberitakan oleh Firman Tuhan. Kesaksian kita
penting dalam pemberitaan injil tetapi tidak boleh menggantikan
berita injil.
Kehidupan yang saleh juga menjadi aspek utama dalam
memenuhi panggilan menjadi orang-orang yang diutus Tuhan dalam
dunia ini. Kita tidak mungkin dapat meyakinkan seorang pun untuk
percaya kepada Yesus, jika hidup kita menjadi batu sandungan bagi
mereka.
94
Mengkomuni kasikan
Ringkasan
1. Terminologi dunia dalam Alkitab dapat menunjuk pada bumi
dan manusia yang tinggal dalamnya ataupun menunjuk pada
sistem dunia dan orang-orang berdosa yang melawan Tuhan.
2. Tuhan memanggil orang-orang percaya untuk tetap hadir
dan tinggal dalam dunia untuk melanjutkan apa yang Tuhan
sedang kerjakan dalam dunia ini.
3. Gereja dipanggil Tuhan untuk membawa dunia ini kembali
kepada tujuan penciptaannya, yakni untuk melayani Tuhan.
Ayat Hafalan
Sebab TUHAN tidak akan membuang umat-Nya, sebab nama-
Nya yang besar. Bukankah TUHAN telah berkenan untuk
membuat kamu menjadi umat-Nya? Mengenai aku, jauhlah
dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti
mendoakan kamu; aku akan mengajarkan kepadamu jalan
yang baik dan lurus. Hanya takutlah akan TUHAN dan setialah
beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu, sebab
ketahuilah, betapa besarnya hal-hal yang dilakukan-Nya di
antara kamu.
1 Samuel 12:22-24
Aktivitas
Bacalah 10 surat kabar dengan waktu yang berbeda dan carilah 5
kejahatan yang paling banyak terjadi; berbagai kejatahan yang
terjadi dalam dunia menyadarkan kita bahwa manusia adalah
mahluk yang berdosa dan membutuhkan keselamatan.
Bacaan Lebih Lanjut
Borthwick, Paul. Stop Witnessing and Start Loving. Malang: SAAT,
2004. Bab 7.
Tenibemas, Purnawan. Misi yang Membumi. Bandung: Sekolah
Alkitab Tiranus, 2011. Chapter 1.
Venema, H. Hidup Baru: Orang Kristen dalam Konteks Kebudayaan
Setempat. Jakarta: Litindo, 2006. Bab 2.
96
Mengamati
Mengumpulkan Informasi
Menanya
Menalar
Pelajaran 6
Panggilan Memuridkan
A. Pendahuluan
Pelayanan misi melibatkan berbagai aspek. Banyak orang
menganggap bahwa pelayanan misi terutama terkait dengan
pemberitaan injil. Walaupun dalam pelayanan misi, pemberitaan injil
memang menempati peran yang penting, namun pelayanan misi juga
melibatkan untur penting lainnya yakni memuridkan. Pemberitaan
injil dan memuridkan mereka yang menerima berita injil merupakan
bagian penting dalam pelayanan misi.
Itulah sebabnya, dalam Amanat Agung Tuhan Yesus, Ia
meminta murid-murid-Nya bukan hanya pergi untuk memberitakan
injil tetapi juga menjadikan semua bangsa murid Tuhan.
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Matius 28:19-20
Diskusikanlah!
Ceritakan apakah yang dilakukan oleh gereja atau lembaga pelayanan
dimana anda bergabung dalam melaksanakan perintah Tuhan untuk
memuridkan orang-orang percaya! Model pemuridan apakah yang
dilakukan dalam gereja atau lembaga anda?
Konsep memuridkan dalam Alkitab terkait dengan proses
menjadikan seseorang pengikut Yesus yang sejati. Tuhan Yesus sendiri
memanggil beberapa orang yang secara khusus dijadikan-Nya sebagai
murid-murid inti. Merekalah kedua belas Rasul yang Tuhan Yesus pilih
dan tetapkan untuk menjadi pemimpin gereja. Yudas yang
mengkhianati Yesus, kemudian digantikan oleh Matias yang juga
merupakan saksi mata dari kebangkitan Yesus. Untuk memahami
mengenai pemuridan, kita akan memulainya dengan membahas
mengenai konsep gereja yang benar.
97
Mengumpulkan Informasi
B. Pentingnya Konsep Gereja Yang Benar
Menurut Milard J. Erickson ajaran
tentang gereja adalah ajaran yang sangat
dikenal oleh orang-orang Kristen, namun
pada saat yang sama ajaran ini adalah
ajaran yang paling sering disalah mengerti.
Dari semua doktrin, ajaran tentang gereja
adalah yang kurang diminati oleh pengurus
gereja. Hal ini terjadi karena banyak orang
sering merasa sudah tahu tentang gereja,
padahal realitanya tidak demikian. Salah
satu penyebab dari kesalahpahaman
orang-orang Kristen terhadap ajaran
gereja, secara praktis, bersumber pada sikap meremehkan terhadap
pentingnya ajaran ini.
Selain alasan di atas, penyebab lain dari kesalahpahaman
orang-orang Kristen dalam memandang ajaran tentang gereja
bersumber dari penyebutan istilah “gereja” yang sering kali
diidentikkan dengan denominasi gereja tertentu atau bahkan
diidentikkan dengan gedung gereja tertentu. Hal ini tentu saja
membuat konsep dan hakikat gereja yang berpusatkan pada orang
bergeser menjadi perpusatkan pada gedung atau organisasinya.
Alasan ketiga yang menyebabkan ajaran gereja sering kali salah
dipahami adalah karena doktrin/ajaran tentang gereja tidak pernah
dibicarakan secara khusus dalam persidangan Bapa Gereja awal,
seperti halnya doktrin/ajaran tentang Yesus dan Tritunggal; di sisi yang
lain, ada banyak orang yang mulai menulis tentang gereja, namun tidak
didasari dengan pemahaman teologis [dan biblis] yang benar.
Nilai penting kedua dari pentingnya ajaran mengenai gereja
adalah sebab saat ini gereja sedang berhadapan dengan perubahan
zaman. Perubahan zaman tidak selalu buruk tetapi juga tidak selalu
baik. Jika 30 tahun lalu kita berkomunikasi melalui telpon maka
sekarang kita dapat berkomunikasi dengan menggunakan internet, jika
dulu persekutuan dilakukan secara langsung, sekarang persekutuan
dapat dilakukan secara “virtual,” semua perkembangan tersebut
tidaklah negatif. Meskipun demikian ada perkembangan zaman yang
membuat gereja terancam, misalnya saja pengaruh dari Falsafah
Postmodernisme yang dapat membawa gereja ke dalam relativisme
dalam keyakinan, khususnya dalam kaitannya dengan ajaran
keselamatan dan etika hidup umat Tuhan.
98
Menalar
Mengamati
Menanya
Perubahan dan tuntutan zaman dapat membuat gereja
kehilangan identitasnya dan panggilan utamanya. Zaman menuntut
gereja untuk berbicara bukan saja mengenai dirinya, namun harus juga
berbicara mengenai hal-hal diluar dirinya, baik itu tentang ilmu
pengetahuan, politik, hukum, kemiskinan, pencemaran, korupsi,
bencana alam, dsb. Jika gereja “bungkam” akan isu-isu riil yang
demikian, maka gereja akan kehilangan perannya sebagai “garam dan
terang dunia.” Namun, persoalannya adalah saat gereja mencoba
masuk ke dalam area-area tersebut, maka tanpa disadari identitas dan
panggilan gereja malah berubah menjadi lembaga sosial yang tidak ada
bedanya dengan lembaga sosial lainnya. Disinilah pentingnya
pengertian yang benar tentang gereja, pengertian yang benar akan
natur gereja akan membuat kita mampu berbicara dan mampu masuk
ke dalam area-area di luar gereja tanpa kehilangan identitas dan
panggilan utama kita sebagai gereja Kristus.
Banyak gereja nampaknya mulai melihat dan belajar untuk
memberikan kontribusi dalam dunia ini secara riil. Kerinduan jemaat
dan pengurus gereja untuk berpartisipasi dalam menolong sesama
manusia yang mengalami kedukaan karena berbagai bencana alam
yang terjadi memperlihatkan kerinduan dari gereja kita untuk turut
menjawab berbagai persoalan riil umat manusia. Meskipun demikian,
kita perlu berhati-hati, supaya berbagai peran sosial tersebut tidak
membuat gereja kehilangan identitas dan panggilan utamanya sebagai
gereja Tuhan di muka bumi ini dan berubah menjadi sebuah lembaga
sosial yang tidak ada bedanya dengan lembaga-lembaga sosial lainnya.
Itulah sebabnya sambil kita terus mengerjakan peran gereja kita di
muka bumi ini, termasuk dalamnya peran sosialnya, maka sangat perlu
bagi kita untuk terus menerus mempelajari, memperdalam,
mengakarkan pemahaman bergereja kita pada ajaran kitab suci.
Apakah umat Tuhan dalam gereja membutuhkan pendalaman
ajaran tentang gereja? Tentu sangat membutuhkan. Tanpa
pendalaman yang terus menerus mengenai ajaran gereja, maka kita
akan mudah salah memahami identitas dan panggilan gereja kita
dalam dunia ini. Jika gereja tidak memahami panggilannya maka gereja
juga tidak akan menjalankan pelayanan misinya.
Diskusikanlah
Carilah beberapa konsep yang tidak tepat mengenai gereja dan
jelaskan dimana kesalahan dari konsep berpikir tersebut dan
bagaimana konsep yang benar mengenai gereja?
99
Mengamati
Mengumpulkan Informasi
Menalar
C. Pengertian Gereja
Bagaimanakah kita dapat memahami gereja? Ada berbagai
cara untuk dapat memahami gereja, dua diantaranya adalah dengan
meneliti berbagai gambaran yang digunakan Alkitab untuk melukiskan
gereja dan dengan meneliti penggunaan istilah yang digunakan untuk
menyebut gereja.
Sebenarnya dalam Alkitab ada begitu banyak gambaran
mengenai gereja. Setiap gambaran tersebut memperlihatkan satu sisi
atau aspek pengenai arti dan panggilan gereja. Beberapa
penggambaran yang digunakan untuk gereja adalah sbb: (i) gereja
sebagai tubuh Kristus (menekankan peran gereja sebagai intrumen
Kristus); (2) gereja sebagai Bait Allah (menekankan kehadiran Allah
dalam jemaat); (3) gereja sebagai Umat (kepunyaan) Allah, (4) gereja
sebagai mempelai Kristus (menekankan kepemilikan Kristus).
Dalam Perjanjian Baru, istilah yang biasanya digunakan untuk
menyebut gereja adalah ekklesia. Istilah ini dapat dipahami dari
berbagai sudut pandang. Jika dipahami dalam kaitnya dengan
pembentukan kata (morfologi) maka ekklesia dapat diartikan sebagai
orang-orang yang dipanggil keluar. Istilah ek memiliki arti “dari” dan
“kaleo” memiliki arti memanggil, istilah ek-kaleo berarti “saya
memanggil dari.” Selain berdasarkan morfologi katanya, pengertian
ekklesia juga dapat dilihat dari tradisi yang melatarbelakanginya.
Istilah ekklesia ini memiliki pengertian yang terkait dengan konsep
“umat” dalam PL dan “warga kota” dalam budaya Yunani.
Meskipun istilah ekklesia merupakan istilah yang penting
dalam Perjanjian Baru, namun tidak semua literatur Perjanjian Baru
menggunakan istilah tersebut. Sebagai contoh, dalam Injil Sinoptik
(Matius, Markus dan Lukas) istilah tersebut hanya muncul 2 kali saja,
itupun dalam kitab yang sama yakni Matius (ps. 16:18 dan ps. 18:17).
Hal ini tentu membuat kita bertanya-tanya, mengapa bisa demikian?
Jawabannya adalah sebab Injil Sinoptik memiliki cara yang berbeda
dalam melihat seperti apakah dan bagaimanakah gereja itu. Cara
pandang yang berbeda ini, tentu saja tidak boleh dipahami sebagai
sebuah kontradiksi, namun harus dipahami sebagai sebuah kekayaan.
Dalam pelajaran ini, kita perlu melihat dan mempelajari konsep
mengenai gereja dalam aspek/sisi yang berbeda dari konsep mengenai
gereja yang biasa diajarkan, yakni gereja sebagai komunitas murid
Kristus. Konsep gereja seperti ini dapat kita lihat dalam injil Matius,
dimana penulis Alkitab menunjukkan pentingnya “pemuridan” dalam
proses pemberitaan injil dan penyebarluasan Kerajaan Allah.
100
Mengumpulkan Informasi
Menanya
D. Gereja Sebagai Komunitas Murid Kristus
Dalam injil Matius, tema mengenai “murid-murid Tuhan”
adalah penting. Ada 5 tokoh yang sering dibicarakan, dari kelima tokoh
ini, murid-murid Yesus merupakan salah satunya (keempat tokoh lain
yang juga dibicarakan Matius adalah orang banyak, bangsa bukan
Yahudi, pemimpin Yahudi dan orang-orang yang datang kepada Yesus
karena sakit atau pergumulan tertentu). Sejak awal pelayanan Yesus
sampai kepada kenaikan-Nya, tema sentral dari pengajaran-Nya
adalah hubungan Yesus dengan murid-murid-Nya. Ini berarti tema
menjadi murid Tuhan adalah tema penting dalam injil Matius.
Menurut Terence L. Donaldson, dalam artikel yang dituliskan
dalam buku Patterns of Discipleship in the
New Testament (diedit oleh Richard N.
Longenecker), kisah atau pengalaman
murid-murid Tuhan ketika bersama-sama
dengan Kristus diceritakan dalam rangka
memperlihatkan demikianlah pengalaman
seorang Kristen dalam menjadi murid
Kristus. Hal yang positif dan negatif dari
pengalaman murid-murid Tuhan dilihat
sebagai contoh atau teladan bagi umat
Tuhan yang lain. Jadi, bagi Matius dan
komunitas Kristen yang menjadi pembaca
injilnya, perjalanan hidup dalam menjadi seorang Kristen identik
dengan perjalanan hidup menjadi murid-murid Yesus.
Siapakah yang dimaksudkan dengan murid Kristus? Istilah
murid merupakan istilah yang sangat umum digunakan dalam
kehidupan masyarakat Yahudi dan Yunani di abad pertama Masehi.
Meskipun demikian, dalam konteks Matius, murid adalah orang yang
mengambil keputusan untuk bertobat dan mengikuti Yesus. Menurut
Richard N. Longenecker, (dalam artikel yang dituliskan dalam buku
Patterns of Discipleship in the New Testament) dalam injil-injil Kanonis
(Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) orang-orang yang mengikut
Yesus dipandang identik dengan menjadi murid-murid Yesus.
Diskusikanlah!
Dalam pendidikan, para peserta didik juga disebut sebagai murid.
Jelaskan apakah tugas-tugas umum dari seorang murid dan apakah
hal-hal tersebut dapat dikaitkan dengan panggilan murid Yesus?
101
Mengumpulkan Informasi
Lalu apakah panggilan dari
murid-murid Tuhan ini? Panggilan
mereka adalah untuk menjadikan orang-
orang yang percaya Yesus murid-murid
Kristus. Karena panggilan inilah maka
gereja dapat dikatakan sebagai
komunitas murid Kristus, komunitas dari
orang-orang yang menjadi murid Kristus
dan orang yang yang terpanggil untuk
menjadikan semua bangsa murid
Kristus. Donald Guthrie mengatakan
dalam injil Matius, yang dimaksudkan
dengan gereja (ekklesia) adalah “sekelompok orang [komunitas] yang
dianggap-Nya sebagai milik-Nya dan yang diwakili oleh murid-murid-
Nya.” Jadi, gagasan bahwa pemuridan merupakan bagian penting dari
misi yang Tuhan kerjakan adalah bagian dari ajaran Alkitab sendiri.
Salah satu bagian Alkitab yang memperlihatkan panggilan
gereja sebagai komunitas murid Kristus adalah Matius 28:18-19.
Dalam teks ini, Tuhan Yesus tidak memisahkan antara panggilan untuk
memberitakan injil dan memuridkan.
"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di
bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah murid semua bangsa,
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus, dan ajarlah mereka untuk memeliharakan/ menjaga/
memegang segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa
sampai kepada akhir zaman."
[terjemahan harafiah dari Matius 28:18-19)
Peristiwa kenaikan Yesus dan pemberian Mandat Agung
kepada murid-murid-Nya menempati posisi penting dalam pelayanan
Yesus. Dalam peristiwa ini, Yesus sesungguhnya sedang menyerahkan
tongkat estafet kepelayanan-Nya kepada murid-murid-Nya. Ini berarti
mandat yang Yesus berikan merupakan panggilan yang harus menjadi
tugas utama mereka. Apakah mandat yang menjadi panggilan utama
dari murid-murid Tuhan? Jawabannya adalah panggilan untuk
menjadikan semua bangsa murid-murid Tuhan. Tuhan Yesus telah
memuridkan murid-murid-Nya yang pertama, dan mereka sekarang
harus melanjutkan apa yang Tuhan Yesus lakukan dengan melakukan
hal yang sama seperti yang dikerjakan-Nya.
102
Menanya
Saat Tuhan Yesus berkata “Kepada-Ku telah diberikan segala
kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku dan baptislah mereka … dan ajarlah mereka … .”
Istilah “karena itu” yang Yesus gunakan memperlihatkan adanya
“penyerahan kuasa” yang Yesus miliki kepada murid-murid-Nya
sehingga walaupun mereka tetaplah memiliki status sebagai murid-
murid Tuhan, namun sekarang mereka telah menjadi “representasi”
atau “wakil” dari Kristus sendiri. Itulah sebabnya mereka memiliki
otoritas untuk memuridkan orang-orang yang percaya kepada Yesus
melalui pemberitaan injil.
Dalam bagian ini kita melihat bahwa tugas utama dari murid-
murid Tuhan adalah memuridkan. Menurut Michael Green, saat
Matius mengaitkan antara panggilan untuk
memberitakan injil dan mengajar umat
untuk mengerti dan menaati setiap Firman
Tuhan, memperlihatkan keyakinan mereka
bahwa orang-orang yang kemudian
percaya, tidak cukup hanya percaya dan
dibaptiskan dalam nama Allah Tritunggal,
namun mereka harus dibentuk menjadi
murid-murid Kristus, sebagaimana dulu
para rasul pertama dibentuk Yesus. Istilah
“ajarlah mereka untuk menjaga/
memelihara/memegang segala yang
kuperintahkan kepadamu,” memperlihatkan bahwa setelah seseorang
percaya dan dibaptiskan maka mereka kemudian dibawa untuk masuk
ke dalam proses menjadi murid Kristus.
Dalam Matius 28:18-19 juga ditegaskan bahwa tugas utama
dalam memuridkan adalah “mengajar.” Sebagaimana Yesus mengajar
dua belas murid dalam rangka “memuridkan” mereka, demikianlah
“mengajar” menjadi bagian penting dalam proses “menjadikan orang-
orang percaya murid Kristus.”
Diskusikanlah!
Untuk menjadi seorang murid, seseorang harus memiliki komitmen
untuk belajar dengan tekun dan memiliki disiplin diri yang kuat.
Jelaskan apakah ketekunan dan disiplin terhadap komitmen untuk
belajar Firman Tuhan ada dalam kehidupan orang-orang Kristen masa
kini? Jelaskan jawaban anda!
103
Mengumpulkan
Informasi
Menalar
David Hill, dalam tafsiran terhadap
injil Matius yang dibuatnya, menjelaskan
bahwa perkataan Tuhan Yesus bahwa Ia
akan menyertai murid-murid-Nya sampai
akhir zaman memperlihatkan bahwa
panggilan Yesus, untuk memuridkan semua
bangsa tidak terbatas pada zaman para
Rasul hidup saja, namun berlaku untuk
semua era dan zaman sejak Yesus
memberikan mandat tersebut sampai akhir
zaman nanti.
Jadi, panggilan gereja adalah
menjadikan semua bangsa murid Yesus.
Hal ini menegaskan bahwa panggilan gereja bukan hanya membawa
seseorang kepada Kristus, namun memuridkan mereka sehingga
menjadi orang yang mempunyai kualitas murid Kristus.
Kriteria murid Kristus adalah sbb: 1) Memiliki sikap dan
hubungan yang benar dengan Allah dan Kristus; dalam injil Matius
diperlihatkan bahwa setiap orang yang hendak menjadi pengikut
Kristus = murid Yesus = warga Kerajaan Allah, mereka haruslah rela
meninggalkan segala sesuatu, memiliki iman (dedikasi yang total) pada
Yesus dan Allah, serta menjadikan kehendak Allah sebagai segala-
galanya. 2) Memiliki sikap dan hubungan yang benar dengan sesama
jemaat Tuhan; dua karakteristik dari anggota komunitas murid Kristus
adalah kasih dan pengampunan. 3) Memiliki sikap yang benar
terhadap dunia ini; setiap murid Kristus hendaknya memiliki visi dan
misi yang sama yakni menjadikan setiap orang murid Yesus baik
melalui kehidupan maupun pengajaran.
Konsep komunitas Matius yang memandang bahwa mereka
adalah komunitas murid Kristus membawa dampak yang luar biasa
bagi diri mereka dan komunitas gereja. Mengapa komunitas Matius
yang pada mulanya merupakan sebuah komunitas yang “eksklusif”
(terbuka hanya pada orang-orang Yahudi saja) kemudian mampu
berubah menjadi komunitas yang “inklusif?” Itu karena mereka bukan
saja berorientasi pada menjangkau orang namun berorientasi dalam
menjadikan setiap orang percaya murid Kristus. Dalam refleksi mereka
mengenai mengenai siapa diri mereka sebagai murid Kristus, mereka
kemudian menyadari bahwa bangsa yang dikasihi Allah bukan hanya
bangsa Yahudi, namun segala bangsa. Itulah sebabnya mereka
kemudian mau terbuka dengan segala bangsa.
104
Mengumpulkan
Informasi
Mengamati
Menalar
Dalam silsilah Tuhan Yesus
(Mat. 1:1-17), Matius menyebutkan
4 nama perempuan. Pembaca injil
Matius adalah orang-orang Yahudi.
Ben Witherington III mengatakan
bahwa orang-orang Yahudi tidak
memandang laki-kali dan
perempuan sederajat. Itulah
sebabnya, jika Matius dalam silsilah
Yesus menyebutkan nama-nama
perempuan, misalnya saja Rut, hal
ini memperlihatkan bahwa
komunitas pembaca injil Matius
yang merupakan komunitas yang
sebelumnya tertutup dengan kaum
perempuan tetapi menjadi komunitas yang terbuka dengan
perempuan? Karena setiap jemaat dalam komunitas mereka dibentuk
bukan sekadar menjadi orang Kristen biasa, namun menjadi orang-
orang Kristen dengan kualitas murid Kristus. Sebagai orang-orang yang
mengerti betul apa yang diajarkan oleh Kristus, mereka akhirnya
terbuka dengan perubahan, rela membuang segala tradisi yang
berlawanan dengan ajaran dan kehendak Kristus.
Mengapa komunitas Matius yang tidak terbiasa memanggil
Allah dengan sebutan Bapa, kemudian mereka menjadi komunitas
yang dapat mengalami transformasi pemahaman dan spiritualitas
sehingga dalam injilnya begitu banyak sebutan Bapa diberikan pada
Allah? Sebab mereka bukan hanya menjadi orang Kristen biasa, namun
menjadi seorang Kristen dengan kualitas murid Kristus. Ketekunan
mereka dalam mempelajari Firman Tuhan membuat mereka
mengalami transformasi hidup. Inilah peran utama dari pemuridan
dalam iman Kristen.
Jadi, kita melihat kesadaran bahwa gereja dipanggil bukan
hanya untuk memberitakan injil, namun juga dipanggil untuk
membentuk kehidupan orang-orang yang percaya kepada berita injil
tersebut menjadi orang-orang yang memiliki kualitas sebagai murid-
murid Kristus akan melahirkan gereja yang sehat, melahirkan umat-
umat yang berkualitas dan berakar pada kebenaran-kebenaran Tuhan.
Dalam pelayanan misi, pemuridan dan pemberitaan ini merupakan
satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan. Adakalanya seseorang
justru menjadi percaya kepada Tuhan dalam proses pemuridan.
105
Mengumpulkan Informasi
Menanya
Menalar
Ada banyak orang Kristen
memandang bahwa memuridkan adalah
bagian dari pelayanan dan program gereja.
James E. White menuliskan ada 5 tujuan
atau aktivitas gereja yakni pemuridan,
persekutuan, ibadah, pelayanan dan
penginjilan. Demikian juga dengan Rick
Warren, ia pun memandang pemuridan
adalah satu dari 5 tujuan pelayanan gereja.
Meskipun demikian, panggilan
dalam menjadikan murid sesungguhnya
bukanlah salah satu bagian dari tugas
gereja, namun satu-satunya tugas utama gereja. Panggilan Tuhan bagi
gereja untuk bersekutu pada dasarnya adalah upaya untuk menjadikan
umat sebagai murid-murid Kristus. Panggilan Tuhan bagi gereja untuk
beribadah pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yakni untuk
membentuk orang-orang yang beribadah menjadi murid-murid
Kristus. Panggilan Tuhan bagi gereja untuk memberitakan injil
merupakan bagian dari upaya menjadikan orang-orang yang belum
mengenal Tuhan sebagai murid Kristus. Panggilan Tuhan bagi gereja
untuk melayani sesama jemaat merupakan bentuk pelatihan murid
Kristus dalam kaitannya dengan sesama anggota komunitas jemaat.
Diskusikanlah!
Kegiatan apakah yang paling banyak dilakukan orang-orang Kristen
dalam gereja? Apakah program pemuridan merupakan bagian penting
dalam gereja anda?
Dengan demikian, komitmen gereja tidaklah boleh berhenti
pada giat memberitakan injil, namun harus dilanjutkan dengan
membentuk orang-orang percaya menjadi murid-murid Kristus. Gereja
seharusnya mengikuti teladan Matius dan komunitas yang menjadi
pembaca injilnya untuk menjadikan panggilan menjadi orang-orang
yang mempunyai kualitas murid Kristus menjadi panggilan utama
gereja. Lalu apakah yang harus dilakukan oleh gereja untuk
menjadikan jemaatnya sebagai komunitas murid Kristus? Kita harus
berjuang untuk meningkatkan kualitas pengajaran dalam gereja kita
bukan saja bagi setiap pengurus inti jemaat (penatua dan diaken),
tetapi bagi semua orang yang terlibat dalam pelayanan, baik sebagai
pengurus bidang dan komisi dan jemaat umum lainnya.
106
Mengumpulkan Informasi
Ada beberapa tantangan bagi gereja kita dalam menekankan
pentingnya pengajaran. Pertama, Menurut survey yang dicatat oleh
James E. White, mengenai penurunan jumlah orang Kristen dalam
ibadah di Amerika, ditemukan bahwa dua penyebab utama orang-
orang Kristen tidak mau datang ke gereja adalah (i) mereka merasa
tidak mendapatkan apa-apa saat ke gereja; (ii) mereka melihat adanya
banyak masalah yang muncul dalam gereja.
Tantangan kedua adalah secara kultur dan kebiasaan, ada
banyak masyarakat dan komunitas yang ternyata didapati tidak suka
belajar. Ada sebuah survey yang mengatakan bahwa orang yang paling
suka belajar itu adalah orang-orang dari Jepang; Orang-orang dari
Singapore termasuk orang yang suka belajar, indeks kemauan belajar
orang mereka berdasarkan survey tersebut adalah 0.45, ini berarti dari
setiap 100 orang singapore, 45 diantaranya suka belajar. Bagaimana
dengan anda? Apakah kita termasuk sebagai orang yang suka belajar?
Realitas bagaimana banyak orang Kristen tidak hadir ke gereja
karena mereka merasakan tidak mendapatkan “apa-apa,” dapat
membuat gereja kemudian merubah dirinya menjadi tempat orang
mendapatkan entertainment “hiburan.” Pertanyaannya adalah apakah
dengan menjadikan gereja sebagai tempat orang Kristen mendapatkan
apa yang ingin didengarnya akan membuat mereka setia dalam
bergereja? Jawabannya adalah tidak. Yang harus dilakukan oleh gereja
adalah mencari tahu apakah yang paling dibutuhkan oleh semua
manusia, hal itulah yang harus ada memberikan pada setiap orang
Kristen apa yang paling mereka butuhkan, yakni ajaran yang sehat.
Hal apakah yang membuat gereja penuh dengan masalah?
Penyebabnya adalah karena jemaat tidak dewasa, itulah sebabnya
banyak muncul masalah dalam jemaat, dan dampak langsungnya
adalah gereja mulai ditinggalkan jemaatnya. Solusi dari persoalan ini
adalah pengajaran yang sehat. Pengajaran yang benar dapat
memperbaiki kelakukan sekaligus juga menjadi makanan rohani bagi
jemaat sehingga dapat bertumbuh dengan benar.
Terkait dengan persoalan ketiga, kita patut bertanya apakah
realitas bahwa orang Kristen tidak suka belajar akan membuat kita
berhenti untuk mengajak jemaat belajar dan berhenti mengajarkan
kebenaran-kebenaran Tuhan pada mereka karena merasa bahwa
peminatnya kurang?
Pentingnya gereja dalam mengajarkan ajaran yang benar
dilihat juga oleh Yohanes Calvin, itulah sebabnya ia menulis demikian:
107
Menalar
“… melalui iman, Kristus menjadi kepunyaan kita dan kita
ikut mendapat bagian dalam keselamatan … Tetapi kita
tidak terdidik dan lamban, dan akal kita tidak tetap,
sehingga kita memerlukan sarana
dari luar [gereja] agar dalam diri
kita dilahirkan dan ditumbuhkan
iman dan iman itu maju sampai
tercapai tujuan akhir. Maka
sarana itu pun [gereja] telah
disediakan pula oleh Allah untuk
menolong kelemahan kita …
Allah telah menetapkan
gembala-gembala dan pengajar-
pengajar … supaya melalui mulut
mereka Dia memberi umat-Nya
pengajaran … .”
Dalam bagian yang lain dari
Institutio, Calvin juga berkata “Kita
melihat bagaimana Allah, yang dapat
saja membuat umat-Nya sempurna
dalam sekejap mata, tidak
mengkehendaki mereka mencapai
kedewasaan kecuali melalui
pendidikan gereja.” Untuk menjadi
komunitas murid Kristus maka gereja
arus berani untuk melakukan disiplin
gereja yang benar. Maka dalam
pelayanan misi, pendidikan umat (pemuridan) merupakan
instrumen yang dipandang penting dalam pendewasaan jemaat.
Gereja sekarang berada dalam zaman yang berubah. Ada
begitu banyak tantangan dalam dunia ini sehingga banyak gereja
mulai berpikir untuk mengakomodasi apa yang menjadi tren dalam
dunia. Itulah yang menyebabkan gereja kehilangan identitasnya dan
mulai menjadi komunitas yang sama dengan dunia. Pemuridan
menjadi antidote “obat” untuk kondisi gereja yang mulai terbawa
arus dunia. Pemuridan akan memberikan kepada setiap orang
Kristen dasar-dasar iman dan juga menanamkan nilai-nilai dari iman
Kristen yang akan mempengaruhi cara berpikir dan sikap hidup
anak-anak Tuhan
108
E. Penutup
Pemuridan adalah perintah Tuhan. Kerena itulah, gereja
harus melakukan pemuridan. Pemuridan bahkan menjadi salah satu
ciri dari gereja yang sehat. Tanpa adanya pemuridan, jemaat tidak
dapat bertumbuh dan sebagai akibatnya orang-orang Kristen yang
ada dalam gereja menjadi bermasalah dan gereja pun menjadi tidak
dapat berkembang. Itulah sebabnya, pemuridan menjadi
komponen penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
sebuah gereja.
Tuhan memerintahkan supaya memuridan dijadikan
instrumen dalam menghadirkan Kerajaan Allah di bumi. Hal ini
berarti pemuridan merupakan instrumen bagi pelayanan misi. Hal
ini juga menegaskan bahwa pelayanan misi tidak berhenti pada
panggilan dalam memberitakan injil tetapi panggilan untuk
membentuk setiap orang percaya menjadi pengikut Yesus yang
berkualitas, misalnya saja, tidak mudah diombangambingkan ajaran
yang salah dan teguh saat mereka berhadapan dengan penderitaan
atau kesulitan-kesulitan hidup.
Pemuridan membutuhkan komitmen. Dunia membentuk
kehidupan manusia menjadi komunitas yang ingin serba mudah.
Bukan hanya itu, dunia mengajarkan dan membentuk manusia
menjadi komunitas yang ingin serba cepat. Meskipun demikian,
pertumbuhan dan pembentukan iman jemaat membutuhkan
waktu dan proses. Demikian juga dengan sebuah pemuridan,
seseorang membutuhkan proses untuk dapat menjalaninya. Untuk
itulah, pemuridan tidak mudah untuk dilakukan di era pascamodern
ini dan saat gereja hendak melakukannya kita membutuhkan
komitmen yang total.
Pemuridan membutuhkan komitmen dan kerja kerjas. Ada
kalanya seseorang harus membayar harga untuk dapat mengikuti
sebuah proses pemuridan. Baik gereja maupun jemaat yang
dilayani harus memiliki komitmen yang sama besar dalam
mengerjakan panggilan Tuhan untuk memuridkan semua orang-
orang yang percaya kepada Yesus.
109
Mengkomuni kasikan
Ringkasan
1. Memahami ajaran yang benar tentang gereja sangat penting
sebab pemahaman tersebut akan mempengaruhi pelayanan
gereja.
2. Gereja dapat dipahami bukan sekadar sebagai kumpulan
orang percaya tetapi kumpulan murid Kristus.
3. Sebagai komunitas murid Kristus, orang-orang percaya
memiliki panggilan untuk bukan hanya memberitakan injil
tetapi juga memuridkan.
4. Pemberitaan injil dan pemuridan merupakan kesatuan yang
tidak terpisahkan.
Ayat Hafalan Tetapi apabila aku berpikir: "Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak
mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya", maka dalam hatiku
ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam
tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku
tidak sanggup.
Yeremia 20:9
Aktivitas
Bagilah peserta kelas menjadi dua dan carilah lagu dengan tema
“gereja” dan nyanyiankanlah lagu tersebut serta buatlah Gerakan-
gerekan (bisa berbentuk tarian) untuk mengekspresikan lirik lagu
tersebut.
Bacaan Lanjutan Bosch, David K. Transformasi Misi Kristen: Sejarah Teologi Misi yang Mengubah dan Berubah. Jakarta: BPK, 1997. Bab 2. Dever, Mark. Nine Marks of a Healty Church. Wheaton: Crossway, 2013. Bab 5,8. White, James E. Rethinking the Church: A Challenge to Creative Redesign in an Age of Transition. Grand Rapids: Baker, 2003. Bab 2-3.
111
Mengamati
Menanya
Mengamati
Pelajaran 7
Bersatunya Langit dan Bumi
A. Pendahuluan Ada dua pandangan yang ekstrem dari orang Kristen dalam
memandang kaitan hidup Kristen dengan dunia. Ekstrem yang
pertama adalah sikap orang Kristen yang larut dengan pola hidup
dunia. Orang-orang Kristen hidup sama dengan dunia ini. Jika orang-
orang di sekitarnya menjalankan usaha yang tidak jujur, ia pun
melakukan hal yang sama.
SIkap ekstrem yang yang kedua adalah sikap orang Kristen yang
anti dengan dunia. Mereka memilih untuk tidak mau terlibat dalam
kehidupan dunia dan memandang bahwa dunia ini dipenuhi oleh dosa
dan kejahatan sehingga cara dan sikap hidup yang paling baik, menurut
mereka adalah dengan hidup jauh/terasing dari dunia ini. Kehidupan
seperti ini cenderung membiara dan tidak mau tahu dengan berbagai
urusan dunia.
DIskusikanlah!
Mengapa sebagian orang Kristen hidup larut dalam dunia dan sebagian
yang lainnya anti dengan dunia? Menurut anda sikap mana yang lebih
baik?
Ada banyak orang Kristen yang sadar ataupun tidak memiliki
sikap atau pemikiran yang sama dengan dua pandangan ekstrem di
atas. Sebagian kita mungkin menganggap bahwa dunia ini bukanlah
tempat kita; kita harus menghindari dunia sebab dunia ini kotor dan
berdosa. Sebagian yang lain, menganggap bahwa dalam Kristus, anak-
anak Tuhan sudah dilepaskan dari dosa sehingga boleh memiliki
kehidupan yang hedonis. Sikap anti dunia adalah salah; demikian juga
dengan sikap “larut” dengan dunia; jika demikian sikap yang benar
seperti apa?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus memahami
apa yang menjadi visi Tuhan bagi dunia ini. Jika kita memahami apa
yang Dia kehendaki, kita dapat mulai memikirkan sikap yang benar
yang seharusnya dimiliki orang-orang Kristen terhadap dunia ini.
112
Mengumpulkan Informasi
B. Visi Tuhan: Bersatunya Langit dan Bumi
Apakah yang menjadi visi Tuhan bagi dunia ini? Dalam Alkitab
kita menemukan bahwa Ia ternyata mengasihi dunia ini dan Ia
mempunyai rencana yang indah bagi dunia ini. Walaupun Alkitab
menyatakan bahwa dunia ini akan hancur, namun hal ini tentu tidak
berarti bahwa dunia ini akan dimusnahkan oleh Tuhan.
Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu
langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan
unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi
dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Jadi, jika
segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci
dan salehnya kamu harus hidup
2 Petrus 3:10-11
Dalam suratnya kepada Jemaat Efesus, Rasul Paulus
menegaskan bahwa ada satu rahasia penting dari rencana Allah, yakni
menjadikan satu apa yang ada di surga dan di bumi.
Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang
dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala
berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah
memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan
tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah
menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk
menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-
Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang
dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-
Nya. Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh
penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan
kasih karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam
segala hikmat dan pengertian. Sebab Ia telah menyatakan
rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana
kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah
ditetapkan-Nya di dalam Kristus sebagai persiapan
kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus
sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun
yang di bumi.
Efesus 1:3-10
113
Menalar
Menanya
Saat kita membaca uraian pemikiran yang Paulus tuliskan
dalam Efesus 1:3-10; kita cenderung untuk hanya memperhatikan sisi
“karunia Tuhan” yang sifatnya personal dalam hidup kita; padahal teks
ini membicarakan bukan saja mengenai “karunia Tuhan” dalam
kehidupan kita secara personal, namun juga membicarakan mengenai
“tujuan dari pemberian karunia tersebut bagi kita, yakni supaya kita
menjadi model bagi bersatunya langit dan bumi.”
Rasul Paulus membicarakan mengenai karunia yang bersifat
personal apakah yang seseorang dapatkan ketika ia ada dalam Kristus?
Paulus menyebutkan apa yang diperoleh seseorang dalam Tuhan
sebagai “berkat rohani di dalam surga.” Jadi, Rasul Paulus mengatakan
dalam diri orang-orang Kristen apa yang sebelumnya ada dalam surga
sekarang telah turun dalam dunia dan hadir dalam kehidupan
manusia/orang-orang percaya. Inilah yang dimasudkan “bersatunya
langit dan bumi.”
Rasul Paulus juga menjelaskan bahwa dalam Kristus, kita
menerima panggilan yang begitu berharga dari Allah untuk menjadi
umat pilihan-Nya; umat yang kudus dan tak bercacat dihadapan-Nya.
Paulus juga mengatakan bahwa dalam Kristus, kita menerima
panggilan yang begitu berharga dari Allah yang menjadikan kita
sebagai anak-anak Allah. Selain itu, Paulus juga mengatakan bahwa
dalam Kristus, kita menerima apa yang paling manusia cari dan
butuhkan yakni penebusan. Semua anugerah tersebut pada dasarnya
bukan datang dari dunia ini tetapi dari surga; meskipun demikian,
dalam Kristus, apa yang seharusnya diterima kelak, saat ini telah turun
dalam dunia melalui kehidupan orang-orang percaya.
Semua karunia yang Tuhan berikan kepada orang yang ada
dalam Kristus dasarnya adalah anugerah Tuhan dan bukan karena
kelayakan atau kepantasan kita dan juga bukan karena usaha kita. Hal
ini berarti Tuhan memberikan karunia-karunia rohani sebagai
“hadiah.” Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa pemberian
(anuegrah) tersebut dapat digunakan sesuka orang tersebut. Karunia
Tuhan haruslah dipertanggungjawabkan oleh setiap umat Tuhan. Ia
akan menilai mereka berdasarkan kesetiaan dan kesungguhan dalam
menggunakan karunia yang Dia berikan.
Diskusikanlah!
Ceritakankan berkat-berkat rohani apakah yang anda pernah terima
dari Tuhan dan jelaskanlah, menurut anda, untuk tujuan apakah Tuhan
mengaruniakan semua berkat rohani tersebut pada anda?
114
Mengumpulkan
Informasi
Menalar
Paulus mengatakan bahwa Tuhan sudah menyatakan “rahasia”
dari kehendak Tuhan. Yang Paulus maksudkan dengan “rahasia”
adalah hal yang sebelumnya tertutup atau tidak diketahui yang
kemudian diungkapkan oleh Tuhan. “Rahasia” dari kehendak Tuhan ini
terkait dengan tujuan dari kedatangan Kristus dan “rahasia” itu adalah
bagaimana dalam karya Kristus “surga dan bumi akan dipersatukan.”
Surga menunjuk pada Allah dan pemerintahan-Nya, dan bumi
menunjuk pada umat manusia yang sudah jatuh dalam dosa.
Sejak manusia jatuh dalam dosa, maka surga dan bumi
terpisahkan. Manusia terusir dari taman Eden. Terusirnya manusia dari
taman Eden memperlihatkan terputusnya hubungan manusia dengan
Allah. Manusia tidak dapat lagi menghadap Tuhan. Sejak manusia jatuh
dalam dosa, manusia menjauhi surga. Walaupun manusia tahu Tuhan
itu ada; namun manusia tidak ingin Tuhan masuk dalam kehidupannya.
Penolakan terhadap Tuhan terus terjadi sampai hari ini.
Tuhan ingin supaya dalam Kristus; surga dan bumi kembali
dipersatukan. Tuhan ingin bumi ini serta manusia yang diam dalamnya
kembali kepada Tuhan. Ia mengkehendaki supaya dunia ini dibawa
kembali kepada arah yang benar yakni bumi dan semua yang ada
dalamnya memuliakan Tuhan.
Salah satu dosa dari orang-orang Kristen adalah membiarkan
dunia ini dikuasai, dipenuhi dan dikendalikan oleh dosa dan kejahatan.
Sikap pasif orang Kristen menjadi salah satu sumber keberdosaan kita
dan sumber dari rusaknya dunia ini. Kehadiran serta kehidupan umat
Tuhan adalah sarana dan instrumen Tuhan dalam mempersatukan
langit dan bumi.
Dalam Doa Bapa Kami, Tuhan Yesus mengajarkan supaya
murid-muridnya berdoa “datanglah Kerajaan-Mu di bumi seperti di
sorga.” Doa yang diajarkan Tuhan Yesus memperlihatkan kerinduan
dari Allah yang juga harus menjadi kerinduan kita bagaimana dunia kita
ini menjadi dunia yang memuliakan Tuhan; dunia yang kembali kepada
tujuan penciptaannya yakni untuk mempermuliakan Tuhan.
Dalam kitab Wahyu, kita juga menemukan sebuah penglihatan
yang sangat indah bahwa saat Tuhan datang yang kedua kali, maka
surga itu turun atas kita. Apa yang diperlihatkan dalam kitab Wahyu
memperlihatkan sebuah “harapan” bahwa dunia ini akan kembali
menjadi milik Tuhan; walaupun dosa begitu hebat bekerja dalam dunia
ini, namun dosa sudah dikalahkan sehingga kita seharusnya dapat
mempengaruhi dunia ini supaya kembali kepada arah yang seharusnya
yakni mempermuliakan Tuhan.
115
Mengamati
Menalar
C. Menghadirkan Surga di Bumi Kita harus memahami bahwa panggilan kita bukanlah sekadar
pergi ke surga, namun membawa surga ke bumi. Untuk apakah Kristus
memanggil kita sebagai umat pilihan Allah dan anak-anak Allah serta
menebus kita? Tujuannya adalah supaya dunia ini dibawa kembali
memuliakan Allah. Tuhan Yesus mengajar kita bahwa kita dipanggil
dari dunia untuk kembali kepada dunia. Ladang pelayanan kita
sebenarnya adalah dunia ini. Kita sering menganggap bahwa
pelayanan kita ada dalam gereja; pandangan ini ada benarnya, namun
tidak sepenuhnya benar; ladang pelayanan yang sebenarnya adalah
dunia ini. Ladang pelayanan kita adalah kampus tempat kita studi,
keluarga kita, tempat kerja kita dan lingkungan sosial kita.
Apa yang harus umat Tuhan lakukan dalam rangka menjadi
sarana Tuhan dalam mempersatukan langit dan bumi? Apakah peran
orang-orang percaya dalam menghadirkan Kerajaan Allah dalam dunia
ini? Ada tiga hal yang menjadi tugas kita yakni:
Pertama, bekerja bagi Tuhan melalui keteladanan hidup kita.
Banyak orang berkata bahwa perbuatan itu berbicara sangat kuat
bahkan lebih kuat dari perkataan. Itulah sebabnya penting sekali bagi
orang Kristen untuk menjadikan keteladan hidup sebagai bentuk
kesaksian utama kita. Kehidupan gereja mula-mula, bagaimana
mereka saling berbagi dan mengasihi menjadi daya tarik bagi banyak
orang untuk mencari tahu rahasia kehidupan mereka yang baik. Itulah
sebabnya, kehidupan seseorang menjadi semacam tanda yang
membuat orang lain memandang Tuhan. Setidaknya ada tiga aspek
keteladan yang harus ada dalam diri kita yakni:
1. Keteladanan dalam kehidupan pribadi/personal kita. Rasul
Paulus menasehati Timotius dalam 1 Timotius 4:12 supaya ia
menjadi teladan. Rasul Petrus menasehati para istri dalam 1
Petrus 3 mengenai pentingnya keteladanan hidup pribadi
dalam memenangkan suami mereka. Apakah kehidupan
pribadi anda menginspirasi orang-orang di sekitar anda
khususnya yang belum percaya kepada Tuhan. Perintah Tuhan
adalah jelas, yakni: “jadilah teladan bagi orang-orang di sekitar
kita”; milikilah kehidupan yang “menginspirasi” orang-orang di
sekitar anda. Kehidupan kita tentu tidak akan dapat
menginspirasi orang lain jika karakter yang kita miliki tidak
beres.
116
Menanya
2. Keteladanan dalam kehidupan keluarga kita. Kepada Timotius,
Paulus menasehakan supaya ia memilih penatua yang memiliki
keteladanan dalam keluarganya. Mengapa ini penting? Sebab
ketidakmampuan seseorang menjadi teladan dalam
keluarganya menjadi batu sandungan bagi orang lain. Apakah
kehidupan keluarga anda menginspirasi orang-orang di sekitar
anda khususnya yang belum percaya kepada Tuhan. Kehidupan
keluarga kita tidak akan dapat menginspirasi orang-orang di
sekitar kita jika keluarga kita tidak beres.
3. Keteladanan dalam kehidupan sosial kita. Apakah kehidupan
sosial anda menginspirasi orang-orang di sekitar anda
khususnya yang belum percaya kepada Tuhan. Keteladanan
dalam kehidupan sosial menjadi sangat sulit untuk dipraktikan
sebab kita hidup dalam dunia yang sangat individualis.
Kedua, bekerja bagi Tuhan melalui pewartaan. Cara Tuhan
dalam menyatukan langit dan bumi adalah dengan pewartaan injil;
dunia ini tidak dapat berubah kecuali oleh injil; itulah sebabnya
penting sekali setiap orang Kristen terlibat dalam pewartaan injil. Ada
berbagai bentuk bekerja dalam pewartaan injil. Memberitakan injil
secara verbal adalah salah satu bentuk saja dari sekian banyak
pewartaan injil. Tuhan Yesus pernah menegur mengapa anak-anak
dunia lebih pintar dari anak-anak Tuhan. Ada berbagai cara dalam
pewartaan injil; saat pewartaan verbal sulit, mengapa tidak gunakan
berbagai media internet, seperti FB. Twitter, program-program free
download dan lain-lainnya.
Ketiga, bekerja bagi Tuhan melalui doa. Dalam doa-Nya Tuhan
Yesus mengajar kita untuk menjadikan visi dan kehendak Allah
menjadi bagian dari doa kita; “datanglah Kerajaan-Mu dan jadilah
kehendak-Mu di bumi seperti di surga,” Dalam Yohanes 17 kita
menemukan hal yang sama. Para rasul juga melakukan hal yang sama.
Kita perlu belajar untuk merubah orientasi doa kita dari yang sifatnya
self center “berpusatkan pada diri” menjadi God Center “berpusatkan
pada Allah”; kita perlu mendoakan supaya dunia ini dibawa kepada
tujuan penciptaannya yakni mempermuliakan Tuhan.
Diskusikanlah!
Ceritakanlah apakah anda memiliki waktu yang khusus untuk berdoa
bagi pekerjaan Tuhan, khususnya bagi pelayanan misi dan bagi orang-
orang yang belum percaya kepada Yesus?
117
D. Penutup
Bersatunya langit dan bumi merupakan sebuah visi dari karya
Tuhan dalam dunia ini. Karya Tuhan ini merupakan sebuah proses yang
pasti. Dunia ini pasti akan diubahkan Tuhan. Seperti seorang yang sakit
namun telah diberikan obat yang pasti akan menyembuhkannya.
Walaupun belum nampak tetapi pemulihan itu akan terjadi.
Visi mengenai bersatunya langit dan bumi memperlihatkan
kasih, kesetiaan dan kuasa Allah. Tuhan bersedia tinggal bersama
dengan manusia; hal ini memperlihatkan kasih Allah yang besar bagi
umat manusia. Di sisi yang lain, Tuhan terus menerus bekerja,
walaupun dunia ini selalu melawan Tuhan tetapi Ia tetap setia
mengerjakan apa yang telah dijanjikan-Nya. Karya Allah dalam
mengubahkan kehidupan manusia memperlihatkan kuasa-Nya dalam
membarui dunia ini.
Bagaimanakah cara kita
dalam menyaksikan hadirnya
Kerajaan Allah di bumi? Rebecca
Manley Pippert mengingatkan tiga
hal yang utama dalam bersaksi,
yakni: (1) memberitakan kebenaran,
(2) menunjukkan kasih Allah, (3)
menunukkan kuasa Allah.
Memberitakan kebenaran injil adalah
alat yang Tuhan gunakan dalam
melahirbarukan seseorang dan
membawa seseorang kepada
pertobatan. Selain melalui
pemberitaan, menunjukkan kasih,
kemurahan hati, empati kepada dunia ini menjadi berita injil yang
kelihatan. Demikian juga dengan pembaruan hidup seseorang, hal ini
memperlihatkan kuasa Allah yang bekerja dalam umat Tuhan. Ketiga
elemen dari kesaksian ini haruslah ada dan membentuk sebuah
kesatuan.
118
Mengkomuni kasikan
Ringkasan
1. Alkitab memperlihatkan bahwa visi Tuhan bagi dunia ini adalah
membuat langit dan bumi bersatu.
2. Walaupun surga adalah tempat kediaman Tuhan tetapi Tuhan
sedang awal ingin hadir dalam dunia ini bersama dengan
manusia.
3. Visi bersatunya langit dan bumi menjadi misi gereja dalam
mengupayakan hadirnya Kerajaan Allah di bumi.
Ayat Hafalan
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya
dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah
sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-
Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk
lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada
di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah
Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Filipi 2:8-11
Aktivitas
Buatlah sebuah lukisan mengenai surga dan kirimkanlah lukisan itu
untuk salah seorang teman dekat anda dan ceritakan apa yang anda
hendak sampaikan melalui lukisan tersebut.
Bacaan lanjutan
Pippert, Rebecca Manley. Keluar dari Tempat Garam Masuk kedalam
Dunia: Penginjilan sebagai Gaya Hidup. Jakarta: Bina Kasih, 2010. Bab
10.
Tomatala, Y. Teologi Kontekstual: Suatu Pengantar. Malang: Gandum
Mas, n.d. Bab 4.
Wright, N. T. Interpreting Scripture: Essays on the Bible and
Hermeneutics. Grand Rapids: Zondervan, 2020. Bab 21.
119
Evaluasi Bab 2
1. Jelaskan bagaimana teologi misi dapat dipahami dalam konteks doxology?
……………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………
2. Sebutkan beberapa arti dari istilah dunia dalam Alkitab?
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
3. Jelaskan mengapa pemuridan penting dalam gereja?
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
4. Jelaskan apakah yang menjadi visi Tuhan bagi dunia ini?
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
120
Mengenal Ladang Misi: Thailand
Thailand adalah negara asia dengan wilayah 513.115 km2. Ibukota negara ini
adalah Bangkok. Penduduknya terdiri dari empat kelompok etnis, yakni: (1) etnis Asia
tenggara sekitar 81 % dan terdiri dari kelompok orang Thai berjumlah 78.4%, Khmer-
Mon sebanyak 1.2%, Tai 0.9% dan lainnya 0.5%; (2) etnis Asia Timur sekitar 10.8% yang
terdiri dari etnis China 10.6% dan 0.2% adalah laiinnya; (3) Etnis melayu sekitar 6.1%; (4)
Etnis Burma Tibet sebesar 1.2%; dan lainnya sebesar 0.9%.
Sistem pemerintahan Thailand adalah kerajaan. Sistem ini sudah digunakan sejak
abad ke-13. Pengelolaan pemerintahan dipimpin oleh Perdana Mentri dan politik di
Thailand tidak stablil; militer pernah melakukan kudeta terhadap pemerintahan pada
tahun 2006. Pergolakan politik dan fragmentasi sosial menjadi pergumulan utama dari
negara Thailand.
Agama mayoritas di Thailand adalah Budha. Penganutnya berjumlah kurang
lebih 85.32% dari total populasi penduduk. Setelah itu, Islam menjadi agama mayoritas
kedua dengan jumlah pemeluk sebesar 7.9%. Kristen menempati urutan nomor 6
dengan jumlah pengikut sebesar 1.1%.
Kekristenan di Thailand terbagi menjadi dua kelompok besar, yakni gereja
Katholik dengan jumlah pengikut sekitar 0.5% dari total polulasi dan gereja Protestan
sekitar 0.48%, dan selebihnya terdiri dari berbagai denominasi lain seperti kelompok
independen, Anglical, Ortodox, dan lainnya. Walaupun jumlah orang percaya di Thailand
tidak banyak, namun kesadaran untuk memberitakan injil kepada masyarakat lokal
bertumbuh dan banyak pemimpin dari komunitas lokal bangkit dalam memimpin gereja-
gereja lokal di Thailand.
122
Bab 3 Misi dalam Alkitab
Kompetensi Dasar
1.3 Menghayati kasih Allah dalam merefleksikan misi Allah dari dalam Alkitab
2.3 Mengamalkan kasih Allah dalam merefleksikan misi Allah dalam Alkitab
3.3 memahami misi Allah berdasarkan Alkitab
4.3 Menyajikan hasil kajian tentang misi Allah berdasarkan Alkitab
123
Janji ilahi tidak bergantung pada
ketaatan Abraham, tetapi ketaatan
Abraham telah termasuk janji ilahi.
Karenanya, sejak saat itu Israel
berhutang keberadaannya bukan
hanya kepada Tuhan, tetapi juga
kepada Abraham. Secara teologis, ini
membentuk suatu pemahaman yang
besar akan nilai ketaatan manusia -
ketaatan bisa diambil Allah dan
menjadi suatu faktor yang memotivasi
dalam maksd-Nya bagi manusia
Walter Moberly
124
Peta Konsep Misi dan Alkitab
Misi dalam Penciptaan, Panggilan
Abraham, dan Keluaran
Misi dalam Sejarah
Keselamatan
Misa Dalam Pengajaran Yesus,
Para Rasul dan Gereja Mula-mula
125
Mengamati
Menanya
Pelajaran 8
Misi dalam Penciptaan, Panggilan Abraham, dan
Keluaran
A. Pendahuluan Saat seseorang mempelajari studi mengenai misi, ia harus
menentukan dari mana titik awal pembahasannya. Sebagian orang
membahas misi mulai dari realita hidup manusia tetapi Sebagian lain
mulai dari pokok ajaran tentang misi. Dalam pelajaran ini, peserta
didik akan mempelajari misi dari pendekatan Alkitab, yakni dari PL dan
PB.
Banyak orang memandang bahwa misi adalah ajaran dalam
Perjanjian Baru. Walaupun ajaran mengenai misi dalam PB memang
dibicarakan lebih banyak dari Perjanjian Lama, tetapi hal ini tidak
berarti bahwa misi Allah dimulai dari PB. Dalam PL, bahkan dalam kitab
Kejadian kita sudah menemukan gagasan mengenai misi. Apa yang
diperlihatkan dalam kisah penciptaan memperlihatkan rancangan
Allah bagi dunia ini, dan menjadi dasar bagi ajaran mengenai misi
Allah.
Dalam PL kita menemukan bahwa Allah pun mengutus para
nabi untuk bukan hanya berbicara kepada bangsa Israel tetapi juga
menyampaikan pesan Allah kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi.
Kitab Yunus memperlihatkan kepada kita bahwa sejak semula, Allah
berkarya bukan hanya dalam kehidupan bangsa Israel tetapi juga
dalam kehidupan bangsa-bangsa lain.
Selain itu, dalam komunitas orang-orang Israel, Tuhan pun
mengatur keberadaan dari bangsa-bangsa lain dalam komunitas
mereka. Dalam kitab sejarah bangsa Israel, kita juga menemukan
bahwa Allah memanggil bangsa bukan Yahudi untuk menjadi umat
Tuhan. Kisah Rut adalah contoh dari pekerjaan misi Allah dalam
Perjanjian Lama.
Disksusikanlah!
Carilah dalam PL lima tokoh yang bukan berasal dari bangsa Israel
tetapi mengalami karya Tuhan dalam kehidupan mereka? Jelaskan
mengapa mereka dapat menjadi umat Allah?
126
Mengumpulkan Informasi
Menalar
B. Misi dalam Kisah Penciptaan
Dalam kisah penciptaan, kita menemukan bagaimana Allah
menempatkan manusia baik sebagai Raja-raja dan Para Pelayan atas
ciptaan. Manusia diserahi Tuhan otoritas untuk memerintah dunia ini,
namun manusia bukan hanya dipanggil untuk memerintah tetapi
untuk menjadi pelayan yang memeliharakan dan menjaga dunia ini.
Hal ini nampak dalam Kejadian 1:26-28. Manusia merupakan gambar
dan rupa Allah yang dibentuk Tuhan dari tanah tetapi menjadi wakil
Tuhan dalam mengelola dunia ini. Dengan demikian, manusia pada
satu sisi mewakili Tuhan tetapi di sisi yang lain manusia menjadi bagian
dari ciptaan, sebab ia adalah tanah.
Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa
atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang
melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan
manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah
diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya
mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman
kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak;
penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-
ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala
binatang yang merayap di bumi."
Kejadian 1:26-28
TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya
dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara
taman itu.
Kejadian 2:15
Kisah penciptaan juga memperlihatkan bahwa kemuliaan Allah
adalah sasaran atau tujuan dari karya penciptaan. Tujuan dari
penciptaan bukanlah untuk manusia tetapi untuk Tuhan. Hal ini
penting untuk kita pahami sebab paradigma dunia mengajarkan kita
untuk melihat manusia sebagai puncak dari ciptaan. Pandangan ini
tidak tepat, walaupun manusia adalah ciptaan yang terakhir tetapi ia
bukan tujuan dari penciptaan bahwa manusia sebenarnya hanyalah
bagian dari ciptaan Tuhan.
127
Mengumpulkan Informasi
Mazmur 104:27-28
mengingatkan bahwa manusia dan
segala ciptaan bergantung kepada
Tuhan. Tanpa adanya campur
tangan Tuhan, tidak ada ciptaan
yang akan bertahan. Karena
manusia bergantung kepada Tuhan,
maka Tuhan adalah pusat dari
segala sesuatu. Derek Kidner
mengatakan bahwa Mazmur
104:27-28 juga menegaskan bahwa
manusia sesungguhnya tidak
memiliki apapun juga, mereka pada
dasarnya mengelola apa yang Tuhan percayakan kepada mereka.
Itulah alasannya walaupun manusia dalam hidupnya memiliki
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tetapi Tuhan-lah
yang menyediakan apa yang dibutuhkan manusia.
Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan
pada waktunya. Apabila Engkau memberikannya, mereka
memungutnya; apabila Engkau membuka tangan-Mu,
mereka kenyang oleh kebaikan.
Dalam kisah penciptaan, kita membaca mengenai panggilan
manusia untuk mengelola alam. Alam merupakan bagian dari segala
ciptaan dan alam mengalami dampak dari keberdosaan manusia dan
alam pun turut mengalami pemulihan saat manusia dipulihkan oleh
Tuhan. Dalam Hosea 4:1-3, Alkitab menggambarkan bahwa
keberdosaan manusia membawa dampak pada alam ciptaan Tuhan.
Dengarlah firman TUHAN, hai orang Israel, sebab TUHAN
mempunyai perkara dengan penduduk negeri ini, sebab
tidak ada kesetiaan dan tidak ada kasih, dan tidak ada
pengenalan akan Allah di negeri ini. Hanya mengutuk,
berbohong, membunuh, mencuri, berzinah, melakukan
kekerasan dan penumpahan darah menyusul penumpahan
darah. Sebab itu negeri ini akan berkabung, dan seluruh
penduduknya akan merana; juga binatang-binatang di
padang dan burung-burung di udara, bahkan ikan-ikan di
laut akan mati lenyap.
128
Sebaliknya dalam kitab Yesaya, seperti yang juga digambarkan dalam
kitab Wahyu, kita membaca bahwa karya pemulihan Allah juga
melibatkan pemulihan alam semesta.
"Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru
dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat
lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati. Tetapi
bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya
atas apa yang Kuciptakan, sebab sesungguhnya, Aku
menciptakan Yerusalem penuh sorak-sorak dan
penduduknya penuh kegirangan. Aku akan bersorak-sorak
karena Yerusalem, dan bergirang karena umat-Ku; di
dalamnya tidak akan kedengaran lagi bunyi tangisan dan
bunyi erangpun tidak. Di situ tidak akan ada lagi bayi yang
hanya hidup beberapa hari atau orang tua yang tidak
mencapai umur suntuk, sebab siapa yang mati pada umur
seratus tahun masih akan dianggap muda, dan siapa yang
tidak mencapai umur seratus tahun akan dianggap kena
kutuk. Mereka akan mendirikan rumah-rumah dan
mendiaminya juga; mereka akan menanami kebun-kebun
anggur dan memakan buahnya juga. Mereka tidak akan
mendirikan sesuatu, supaya orang lain mendiaminya, dan
mereka tidak akan menanam sesuatu, supaya orang lain
memakan buahnya; sebab umur umat-Ku akan sepanjang
umur pohon, dan orang-orang pilihan-Ku akan menikmati
pekerjaan tangan mereka. Mereka tidak akan bersusah-
susah dengan percuma dan tidak akan melahirkan anak
yang akan mati mendadak, sebab mereka itu keturunan
orang-orang yang diberkati TUHAN, dan anak cucu mereka
ada beserta mereka. Maka sebelum mereka memanggil, Aku
sudah menjawabnya; ketika mereka sedang berbicara, Aku
sudah mendengarkannya. Serigala dan anak domba akan
bersama-sama makan rumput, singa akan makan jerami
seperti lembu dan ular akan hidup dari debu. Tidak ada yang
akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di segenap
gunung-Ku yang kudus," firman TUHAN.
Yesaya 65:17-25
Gambaran mengenai pemulihan dunia ini adalah gambaran yang mirip
dengan penciptaan namun dengan kondisi yang jauh lebih sempurna
129
Mengumpulkan Informasi
Menanya
Menalar
C. Misi dalam Panggilan Abraham
Abraham dipanggil Tuhan untuk meninggalkan kota dan
keluarganya. Panggilan Tuhan bagi Abraham pada dasarnya sama
dengan panggilan bagi gereja; dimana umat Tuhan dipanggil untuk
meninggalkan kehidupan mereka yang lama dan memiliki hidup yang
baru. Sebelum Tuhan memanggil Abraham, umat manusia telah jatuh
dalam dosa; namun, Allah memilih satu keluarga untuk diselamatkan-
Nya dan untuk menjadi model dari karya Allah dalam diri manusia.
Dalam perjanjian antara Allah dan Abraham, Tuhan
menegaskan bahwa berkat Allah itu tertuju bukan hanya pada bangsa
Israel tetapi bagi bagi segala bangsa. Itulah sebabnya, rancangan misi
bersifat universal.
Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari
negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah
bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;
Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan
memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan
engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-
orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang
yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka
bumi akan mendapat berkat."
Kejadian 12:1-3
Diskusikanlah!
Jika Allah merancangkan keselamatan bagi bangsa-bangsa, mengapa
Ia memilih bangsa Israel? Apakah keistimewaan bangsa Israel sehingga
Tuhan memilih mereka?
Dari panggilan Allah kepada Abraham, kita melihat bahwa Allah
memanggil dan menjadikan Abraham sebagai alat/instumen yang
spesifik, yakni menjadi “agen” bagi Kerajaan Allah. Yang dimaksudkan
dengan “agen” disini adalah perwakilan Tuhan dalam dunia ini untuk
memperkenalkan Kerajaan Allah kepada bangsa-bangsa. Jadi,
panggilan Allah kepada Abraham dan keturunannya pada dasarnya
adalah panggilan untuk menempatkan mereka seperti seorang duta
besar, yakni mewakili Tuhan dan memperkenalkan Tuhan kepada
bangsa-bangsa yang belum mengenal Tuhan.
130
Mengumpulkan Informasi
Menalar
Dalam Mazmur 22:28-29, Alkitab
membicarakan mengenai visi Allah dalam
PL, yakni semua bangsa, bukan hanya
Israel, akan menyembah Tuhan. Marie C.
Barth dan B.A. Pareira melihat bahwa
pemazmur memandang jauh ke depan
dimana umat Tuhan yang telah meninggal
pun akan mengalami karya keselamatan
dari Tuhan.
Sebab Tuhanlah yang empunya
kerajaan, Dialah yang memerintah
atas bangsa-bangsa. Ya, kepada-Nya akan sujud
menyembah semua orang sombong di bumi, di hadapan-
Nya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu,
dan orang yang tidak dapat menyambung hidup.
Melalui kisah panggilan Allah pada Abraham, kita belajar
bahwa panggilan Allah selalu terkait dengan misi Tuhan bagi dunia ini.
Tuhan tidak memanggil Abraham dan keturunannya (bangsa Israel)
sekadar supaya mereka dapat menikmati berkat-berkat Tuhan, namun
supaya mereka menjadi bagian dari misi Tuhan dalam dunia ini.
Hal yang sama berlaku dengan gereja. Gereja pun dipanggil
Tuhan bukan sekadar supaya umat Tuhan masuk dalam surga saat
mereka meninggalkan dunia ini. Gereja dipanggil Tuhan dengan misi
yang jelas, yakni menjadi agen Kerajaan Allah dalam dunia ini. Itulah
sebabnya gereja Tuhan yang benar selalu misioner sebab misi memang
menjadi bagian dari karya pemilihan dan panggilan Tuhan dalam
kehidupan umat Tuhan.
Respons Abraham saat ia menerima panggilan Tuhan
seharusnya menjadi teladan bagi gereja. Saat Tuhan memanggil
Abraham untuk meninggalkan segala sesuatu dan pergi ke tempat
yang akan ditunjukkan kepada Abraham; ia pun pergi walaupun tidak
tahu tempat yang akan ditujunya.
Gereja pun perlu melakukan hal yang sama, saat Tuhan
memanggil gereja untuk pergi dan memberitakan injil sampai ujung-
ujung bumi; tugas dari gereja adalah taat kepada Tuhan dan peka
terhadap pimpinan dari Roh Kudus. Kita tidak dapat mengetahui
dengan pasti kemana Tuhan akan mengarahkan kita dalam melayani
misi Tuhan; namun, kemana pun Tuhan mengarahkan gereja, umat
Tuhan seharusnya percaya dan taat pada Tuhan.
131
Mengumpulkan Informasi
Menalar
D. Misi Allah dalam Keluaran
Kitab Keluaran memiliki peran penting dalam memperlihatkan
misi Allah dalam PL. Konsep penebusan yang diajarkan dalam PB juga
berakar dalam peristiwa Keluaran. Keluarnya bangsa Israel dari tanah
Mesir merupakan gambaran dari dilepaskannya umat Tuhan dari
perbudakaan dosa.
Gambaran perjanjian yang Tuhan bangun setelah membawa
Israel keluar dari Mesir melukiskan hubungan umat dengan Tuhan
yang dibangun berdasarkan anugerah. Ia tidak memberikan hukum-
hukum-Nya sebelum melepaskan Israel dari Mesir. Hal ini menegaskan
bahwa ketaatan kepada Tuhan bukanlah untuk memperoleh
penebusan tetapi sebagai respons manusia atas penebusan yang
dikerjakan-Nya.
Peristiwa keluarnya Israel dari Mesir memperlihatkan adanya
pembebasan yang mereka alami. Mereka mengalami pembebasan
secara politis, ekomomi, sosial dan spiritual. Secara lahiriah, pada saat
bangsa Israel keluar dari Mesir mereka dilepaskan dari kendali
kekuasaan bangsa Mesir yang membelenggu kehidupan ekonomi dan
sosial mereka. Sebelum keluar dari tanah Mesir Israel dijadikan budak
oleh bangsa Mesir dan peristiwa keluarnya mereka dari Mesir
memperlihatkan bebasnya mereka dari tirani dan perbudakan lahiriah.
Meskipun demikian, Keluaran bukanlah sekadar pembebasan lahiriah
tetapi keluaran merupakan sebuah pembebasan spiritual. Tuhan
membawa mereka keluar dari Mesir dan mengikat mereka dengan
perjanjian dengan Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa pembebasan
dari Mesir pada dasarnya adalah dalam rangka menjadi umat Tuhan;
itulah sebabnya peristiwa dan konsep Keluaran memiliki penekanan
yang bersifat spiritual. Hal inilah yang juga dilihat oleh para penulis PB
sehingga mereka melihat peristiwa tersebut sebagau tipologi (model)
dari apa yang Kristus kerjakan dalam kehidupan umat Tuhan.
Di sisi yang lain, Keluaran juga memperlihatkan sebuah model
pelayanan misi yang holistik. Dalam peristiwa keluarnya Israel dari
Mesir kita melihat bahwa karya penebusan dan pembebasan yang
Tuhan kerjakan bukan hanya secara spiritual (melepaskan manusia
dari perbudakan dosa) tetapi juga melepaskan manusia dari belenggu
perbudakan sosial, ekonomi dan politik. Hal ini seharusnya
menyadarkan kita bahwa karya Tuhan dalam dunia ini bersifat utuh.
Tuhan ingin memulihkan bukan hanya aspek spiritual dari manusia
tetapi juga totalitas diri manusia termasuk dengan komunitas dan
masyarakat dimana mereka hidup.
132
Mengumpulkan Informasi
Menalar
Dengan demikian, dimensi sosial dan spiritual dari karya
pembebasan Tuhan tidak seharusnya dipisahkan. Walaupun dosa
merupakan akar dari segala kejahatan manusia, tetapi penyelesaian
masalah dosa tidak seharusnya berhenti pada pemulihan spiritual dan
individual tetapi harus juga menyentuh pembaruan yang bersifat sosial
dan komunal. Tempat dan masyarakat dimana umat Tuhan hadir
seharusnya turut merasakan dampak dari pemulihan yang dialami oleh
seorang anak Tuhan.
Di sisi yang lain, peristiwa Keluaran juga memperlihatkan
kepada kita bahwa salib adalah kemenangan atas apapun yang
menentang dan menindas manusia. Bangsa Israel dilepaskan Tuhan
dengan “pengorbanan darah.” Anak-anak sulung bangsa Mesir
mengalami kematian di hari Tuhan melepaskan bangsa Israel.
Peristiwa ini menegaskan bahwa dalam penebusan ada korban yang
harus dibayarkan. Dalam PB, kita melihat dengan lebih jelas bahwa
korban yang dimaksudkan dalam Alkitab adalah Tuhan Yesus.
Seperti halnya bangsa Israel, gereja pada dasarnya adalah sebuah komunitas Keluaran.
Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani,
bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya
kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari
Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan
kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan
umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya,
yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah
beroleh belas kasihan.
1Petrus 2:9-10
Karena gereja merupakan komunitas keluaran, gereja dipanggil
Tuhan bukan hanya untuk menikmati kelepasan dari perbudakan dosa
tetapi juga menjadi agen pemberita injil bagi orang yang yang masih
hidup dalam perbudakan dosa. Di sisi yang lain, gereja pun memiliki
panggilan untuk berjuang membuat dunia ini menjadi lebih baik
dengan jalan menolak segala bentuk penindasan dan perbudakan
sosial terhadap manusia. Sebagai orang-orang yang memahami apa
artinya hidup dalam perbudakan dosa maka Kekeristenan harus
berjuang untuk melawan segala bentuk perbudakan terhadap sesama
manusia. Sejarah memperlihatkan bagaimana gereja berjuang
melawan perbudakan dan ini menjadi kesaksian yang kuat.
133
E. Penutup
Dalam PL, kisah mengenai penciptaan, panggilan Abraham dan
Keluaran memperlihatkan model dasar bagi pelayanan misi. Apa yang
diperlihatkan dalam PL menegaskan bahwa konsep misi yang ada
dalam PB terkait erat dengan apa yang dinyatakan dalam PL; kedua
perjanjian menegaskan hal yang sama.
Dalam penciptaan, kita membaca mengenai rancangan Allah
bagi manusia. Allah mencipta segala sesuatu dengan satu tujuan yakni
supaya segala sesuatu memuliakan Tuhan. Kejatuhan manusia dalam
dosa membuat tujuan penciptaan manusia dan segala sesuatu menjadi
melenceng. Meskipun demikian Allah tetap bekerja dalam sejarah
manusia untuk membawa mereka kembali kepada panggilan kereka.
Demikian juga dalam peristiwa panggilan Abraham, kita
melihat bahwa panggilan Allah selalu terkait dengan misi-Nya dalam
dunia ini. Ia memanggil Abraham dengan tujuan supaya melaluinya
bangsa-bangsa menerima berkat Tuhan. Dengan demikian, konsep
bahwa umat Tuhan merupakan agen dari berkat Allah bagi dunia
harusnya menyadarkan umat Tuhan untuk menyadari panggilan
mereka yakni menjadi berkat bagi dunia. Dalam peristiwa Keluaran,
kita membaca bahwa karya keselamatan dan penebusan meliputi baik
dimensi spiritual dan sosial.
Tentu, ajaran PL mengenai misi memuat aspek yang lebih luas
dari hal-hal yang dibahas dalam pelajaran ini. Pokok-pokok teologi
mengenai penghakiman juga merupakan salah satu ajaran yang juga
penting dalam teologi misi. Penghakiman memperlihatkan bukan
hanya aspek keadilan Allah tetapi juga aspek kasih Allah dimana
ucapan penghakiman dalam PL pada dasarnya merupakan sebuah
undangan pertobatan bagi bangsa-bangsa.
134
Mengkomuni kasikan
Ringkasan
1. Kisah penciptaan memperlihatkan bahwa kemuliaan Allah
adalah tujuan dari karya penciptaan.
2. Panggilan Abraham memperlihatkan universalitas rencana
Allah dalam karya keselamatan-Nya.
3. Kisah keluarnya bangsa Israel dari Mesir memperlihatkan
pentingnya komunitas pembebasan sebagai respons atas karya
pembebasan Allah.
Ayat Hafalan
Aku telah berkenan memberi petunjuk kepada orang yang tidak
menanyakan Aku; Aku telah berkenan ditemukan oleh orang
yang tidak mencari Aku. Aku telah berkata: "Ini Aku, ini Aku!"
kepada bangsa yang tidak memanggil nama-Ku.
Yesaya 65:1
Aktivitas
Buatlah sebuah gambar dalam sebuah kartu yang berisikan
keprihatinan anda dengan apa yang terjadi dalam dunia ini, misalnya
saja, mengenai banjir bandang, kemudian bacakan di depan kelas apa
yang anda gambar dan mengapa anda menggambar hal tersebut.
Bacaan lebih lanjut
Crouch, Andy. Culture Making: Menemukan Kembali Kreatif kita.
Surabaya: Perkantas, 2008. Bab 6.
De Kuiper, Arie. Missiologia. Jakarta: BPK, 1996. Bab 2.
Ott, Craig, Stephen J. Strauss, and Timothy Tennent. Encountering
Theology of Mission: Biblical Foundations, Historical Developments,
and Contemporary Issue. Grand Rapids: Baker, 2010. Bab 1.
136
Mengamati
Mengumpulkan Informasi
Pelajaran 9
Misi Dalam Sejarah Keselamatan
A. Pendahuluan
Sejarah keselamatan adalah karya Tuhan dalam kehidupan
umat Tuhan dan dalam dunia ini. Kebanyakan manusia memandang
sejarah sebagai kisah atau catatan manusia dalam dunia ini. Meskipun
demikian, Alkitab memperlihatkan bahwa Allah ternyata hadir bahkan
mengendalikan segala sesuatu dalam dunia ini bahkan mengarahkan
segala sesuatu kepada tujuan tertentu.
Wayne Grudem membahas dua sisi
mengenai providensia Allah, yakni
pemeliharaan dan pemerintahan Allah.
Karya pemeliharaan berkaitan dengan
karya-Nya dalam menjaga dunia ini dan
umat Tuhan supaya mereka terpelihara
dan tidak hancur sebelum waktu yang
ditentukan Tuhan. Karya pemerintahan
Allah berhubungan dengan kontrol dan
kendali Allah atas segala sesuatu termasuk
kehidupan manusia dalam dunia ini dan
juga kehidupan umat Tuhan. Aspek kedua dari karya Allah inilah yang
terkait dengan sejarah keselamatan. Allah bekerja dalam sejarah
manusia untuk membawa manusia kepada tujuan penciptaannya.
Diskusikanlah!
Apakah ajaran Alkitab bahwa Allah mengendalikan sesgala sesuatu
memperlihatkan bahwa Allah adalah pribadi yang otoriter dan tidak
menghargai kebebasan manusia?
Walaupun sejarah menyangkut kehidupan manusia, tetapi
sejarah manusia tidak bisa dilepaskan dari relasinya dengan Tuhan.
Itulah sebabnya, beberapa orang menyebut bahwa Alkitab (khususnya
PL) bukan saja sebagai sejarah bangsa Israel tetapi sejarah pekerjaan
Tuhan dalam kehidupan Israel. Karena sejarah pekerjaan Tuhan
memiliki fokus pada karya keselamatan, maka Alkitab pun sering
disebut sebagai sejarah keselamatan.
137
Informasi
B. Sejarah Keselamatan dalam Perjaniian Baru
Gagasan mengenai sejarah keselamatan dalam PB dapat kita
temukan dalam catatan pertama dari PB, yakni silsilah Tuhan Yesus
dalam Matius 1:1-18.
1Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. 2Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan
Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-
saudaranya, 3 Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari
Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron
memperanakkan Ram, 4Ram memperanakkan Aminadab,
Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason
memperanakkan Salmon, 5Salmon memperanakkan Boas
dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed
memperanakkan Isai, 6 Isai memperanakkan raja Daud. Daud
memperanakkan Salomo dari isteri Uria, 7Salomo
memperanakkan Rehabeam, Rehabeam memperanakkan
Abia, Abia memperanakkan Asa, 8 Asa memperanakkan
Yosafat, Yosafat memperanakkan Yoram, Yoram
memperanakkan Uzia, 9Uzia memperanakkan Yotam, Yotam
memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia, 10Hizkia memperanakkan Manasye, Manasye
memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia, 11Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya
pada waktu pembuangan ke Babel. 12Sesudah pembuangan
ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel
memperanakkan Zerubabel, 13Zerubabel memperanakkan
Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim
memperanakkan Azor, 14 Azor memperanakkan Zadok, Zadok
memperanakkan Akhim, Akhim memperanakkan Eliud, 15
Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan
Matan, Matan memperanakkan Yakub, 16Yakub
memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus
yang disebut Kristus. 17Jadi seluruhnya ada: empat belas
keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas
keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan
empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai
Kristus.
138
Mengamati
Matius dengan sengaja diawal injilnya menuliskan mengenai
silsilah Yesus Kristus. Apakah itu silsilah? Istilah silsilah yang dipakai
oleh Alkitab berasal dari kata Yunani ‘geneseos.’ Kata ini ada pada ayat
1 yang diterjemahkan oleh LAI dengan inilah silsilah Yesus Kristus anak
Daud, anak Abraham. Dalam terjemahan LAI di atas, ada satu kata
yang tidak muncul yang ada dalam naskah Yunaninya. Seharusnya
terjemahan dari Matius 1:1 adalah catatan/buku silsilah Yesus Kristus.
Jadi bagian Alkitab yang kita baca ini adalah catatan mengenai silsilah
Yesus Kristus.
Dalam artikel yang ditulisnya dalam
buku Exegeical Dictionary of the New
Testament, A. Kretzer menjelaskan bahwa
istilah geneseos yang diterjemahkan
sebagai silsilah memiliki beberapa arti
dasar yakni: source “sumber”, origin “asal”,
beginning “permulaan”; birth “kelahiran”;
descent ‘keturunan’; procreation
‘memperanakan’ ; existence “keberadaan.”
Bila kita memperhatikan Matius
1:1-18 maka pengertian istilah ‘geneseos’ yang tepat menunjuk pada
pengertian ‘source’ atau asal mula atau sumber. Jadi yang
dimaksudkan dengan silsilah adalah catatan mengenai asal usul dari
Yesus. Siapakah nenek moyang dari Yesus itu? Penulis injil Matius
menjawab nenek moyang Yesus adalah Abraham dan Daud.
Dalam Alkitab silsilah Yesus itu diceritakan oleh dua penulis
kitab Injil yakni Lukas dan Matius. Problemnya adalah ternyata bila kita
bandingkan silsilah yang diceritakan Matius berbeda dengan silsilah
yang diceritakan oleh Lukas.
Matius mengatakan bahwa dari Abraham sampai Yesus
terdapat 42 generasi. 14 generasi dari masa Abraham sampai Daud, 14
generasi lagi dari masa Daud sampai pembuangan dan 14 generasi lagi
dari masa pembuangan sampai Yusuf. Sementara itu dalam Lukas, bila
kita hitung maka dari generasi Yusuf sampai Abraham setidaknya ada
56 generasi, bukan 42.
Realita ini membuat sebagian orang mempertanyakan, mana
yang benar apakah Matius atau Lukas? Bagaimana kita harus
menyelesaikan persoalan ini? Sebagian orang mengatakan bahwa
Matius membuat silsilah Yesus menurut garis keturunan Yusuf dan
Lukas menurut garis keturunan Maria. Pandangan ini kurang kuat
sebab dalam Lukas 4:23 garis keturunan yang dipakai oleh Lukas
adalah garis keturunan berdasarkan Yusuf, bukan Maria.
139
Menalar
Silsilah yang dibuat oleh Matius nampaknya merupakan silsilah
teologis. Maksudnya, melalui silsilah yang dibuatnya Matius hendak
menyampaikan satu pokok teologi tertentu. Oleh sebab itu, dalam
melukiskan atau mengisahkan mengenai silsilah Yesus, Matius secara
unik membuat pembagian tiap 14 generasi. Angka 14 yang dipilih oleh
Matius pastilah bukan tanpa maksud. Apakah makna angka 14 yang
dipakai Matius? Matius mencoba membuat pembagian nenek moyang
Yesus menjadi tiga bagian dengan tiap pembagiannya adalah 14
generasi atau keturunan.
Tiga pembagian yang digunakan Matius yakni masa Abraham
sampai Daud, masa Daud sampai pembuangan dan masa pembuangan
sampai Yusuf. Ketiga pembagian tersebut nampaknya melambangkan
adanya 3 masa atau zaman yang berbeda yang dialami oleh umat
Tuhan. Abraham sampai Daud adalah masa yang baru yang dimasuki
umat Manusia dimana umat Tuhan yang diwakili oleh Abraham untuk
pertama kalinya memasuki ikatan perjanjian dengan Tuhan. Masa
Daud sampai pembuangan adalah zaman baru yang dimasuki umat
Tuhan dimana di zaman ini, para rajalah yang memerintah secara
langsung atas umat Tuhan. Zaman pembuangan sampai zaman Yusuf
adalah zaman baru yang dimasuki oleh umat Tuhan dimana mereka
masuk dalam zaman keterjajahan oleh karena ketidaksetiaan mereka
kepada Tuhan.
Di sisi yang lain, tiga generasi yang berbeda juga dapat
menunjuk kepada sejarah kejatuhan manusia. Generasi Abraham
sampai Daud adalah generasi para patriakh dimana mereka
merupakan gererasi yang walaupun menerima panggilan Allah namun
tidak setia dengan panggilan Tuhan dan itulah sebabnya lahirlah
generasi raja-raja. Generasi ini pun melakukan hal yang sama bahkan
pemberontakan mereka jauh lebih serius dan itulah sebabnya Tuhan
membuang mereka. Generasi pembuangan adalah generasi yang juga
mengalami hal yang sama dimana Tuhan, bahkan tidak lagi berbicara
kepada mereka melalui para nabi. Yesus mengakhiri masa kejatuhan
mereka dan memulai zaman yang baru, hadirnya Kerajaan Allah.
Melalui tiga pembagian zaman ini, penulis Injil Matius hendak
menunjukkan bahwa zaman yang ketiga ini telah berakhir. Sekarang
umat Tuhan memasuki zaman atau era yang baru yakni era atau zaman
Yesus Kristus. Di zaman inilah masa keterjajahan umat Tuhan akan
diakhiri. Mengapa Yesus dapat mengakhiri zaman keterjajahan umat
Tuhan ini? Sebab Yesus adalah Mesias. Ia-lah yang dijanjikan sejak PL
sebagai sosok yang akan membebaskan umat Tuhan dari segala
keterjajahan mereka.
140
Menalar
Menanya
Mengumpulkan Informasi
C. Makna Kedatangan Yesus Kedatangan Yesus mengakhiri zaman yang lalu, zaman dimana
dosa menguasai kehidupan manusia. Masa dimana dosa menguasai
kehidupan manusia sesungguhnya telah berakhir. Asalkan kita percaya
kepada Yesus, maka kita akan jadi manusia-manusia yang mampu
hidup bebas dan lepas dari dosa. Dalam kedatangan-Nya yang pertama
ini, melalui kematian-Nya sebagai puncak dari kelahirannya, dosa telah
dipatahkan oleh Yesus sehingga orang-orang yang percaya kepada
Yesus tidak lagi hidup dalam perbudakan dosa.
Bagaimana realita hidup anak-anak Tuhan saat ini? Sayang
sekali realita hidup orang-orang Kristen menunjukkan bahwa sering
kali orang Kristen hidup masih seperti dalam masa penjajahan dosa
dimana orang-orang percaya-pun akhirnya tetap hidup dalam dosa
dan pelanggaran terhadap Tuhan. Usaha yang dikerjakan oleh orang
Kristen sering kali tidak berbeda dengan dunia. Kebiasaan-kebiasaan
hidup yang dijalankan oleh orang Kristen sering kali sama bahkan lebih
buruk dari dunia. Karakter yang dimiliki oleh orang percaya sering kali
sama bahkan lebih buruk dari dunia.
Diskusikanlah!
Realita bahwa orang-orang Kristen masih hidup dalam dosa membuat
kita bertanya: “mengapa orang yang mengaku percaya tidak berhasil
mengalahkan dosa”? Jelaskan bagaimana anda menjawab kenyataan
ini?
Apakah pentingnya silsilah Yesus dalam narasi Matius?
Walaupun bagian ini sering kali dilewatkan oleh pembaca Alkitab,
silsilah Tuhan Yesus memuat beberapa pokok teologi/ajaran yang
penting.
1. Matius hendak menunjukkan bahwa Yesus berasal dari keturunan Abraham dan Daud. Dalam Matius 1:1 dikatakan Inilah Silsilah Yesus Kristus, anak
Daud, anak Abraham. Jadi teks Alkitab secara eksplisit menunjukkan
bahwa silsilah ini dituliskan untuk menunjukkan kepada pembaca Injil
Matius bahwa Yesus adalah anak Daud dan anak Abraham. Dalam
tradisi Yahudi, masyarakat percaya bahwa Mesias haruslah lahir dari
keturunan Daud dan Abraham.
141
Mengumpulkan Informasi
Pasti istilah anak Daud dan anak Abraham yang dipakai oleh injil
Matius bukan digunakan dalam pengertian hubungan lahiriah anak
dan orang tua. Yesus disebut sebagai anak Daud dan anak Abraham
dalam pengertian Yesus adalah keturunan Daud dan Abraham.
Bila orang Yahudi mendengar perkataan Abraham, maka dua
hal yang mereka pikirkan. Pertama, mereka akan langsung mengaitkan
Abraham dengan istilah bapa kita. Maksudnya, istilah Abraham selalu
dikaitkan dengan pengertian atau pemahaman bahwa dia adalah
bapak dari semua orang Yahudi atau Israel. Apa maksud istilah bapa
di sini? Maksudnya tentu menunjuk pada generasi pertama dari umat
Israel. Abraham-lah generasi pertama dari umat Tuhan. Ia-lah yang
menjadi yang pertama dari umat pilihan-Nya.
Sewaktu penulis injil Matius mengatakan bahwa Yesus adalah
anak Abraham, ini berarti Yesus adalah keturunan dari Abraham.
Untuk menunjukkan bahwa Yesus memang adalah keturunan
Abraham maka penulis Injil Matius meruntut nenek moyang Yesus
sehingga kelihatan bahwa Yesus memang benar adalah keturunannya
Abraham. Mengapa penulis Matius melakukan hal ini? Sebab mesias
atau pribadi yang dijanjikan Allah sebegai pelepas Israel itu haruslah
keturunan Abraham.
Kedua, Setiap kali orang Israel mendengar kata Abraham, maka
yang ada dalam benak mereka adalah perjanjian Allah dengan
Abraham. Dalam Kejadian 12:3 dikatakan Aku akan memberkati orang-
orang yang memberkati engkau dan mengutuk orang-orang yang
mengutuk engkau dan olehmu semua kaum dimuka bumi akan
mendapat berkat. Orang Israel percaya bahwa sosok yang dikatakan
‘olehmu semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat’ adalah
sosok Mesias.
Penulis injil Matius menyatakan bahwa sosok yang dijanjikan
Allah itu adalah Yesus. Melalui Yesus-lah semua bangsa di dunia ini
akan mendapat berkat. Apa yang dikatakan oleh penulis Injil Matius
tepat sekali sebab melalui Yesus-lah akhirnya semua bangsa di bumi
ini dapat mengecap karunia keselamatan.
Karena Yesus-lah maka orang-orang yang bukan tergolong
keturunan Abraham akhirnya beroleh kesempatan mengecap karunia
keselamatan. Hal ini menunjukkan bagaimana Allah begitu murah hati
atas semua umat manusia, termasuk atas keturunan Abraham. Realita
ini harus membuat gereja seharusnya bersyukur kepada Tuhan sebab
anggota gereja pada umumnya bukan keturunan Abraham.
142
Bila orang Yahudi mendengar istilah ‘anak Daud’ apakah yang
ada dalam pikiran mereka? Maka mereka langsung teringat akan janji
Allah kepada Daud. Dalam 2 Samuel 7:12 dikatakan:
Apabila umurmu sudah genap dan negkau telah mendapat
perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu maka
aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian,
anak kandungmu dan aku akan mengokohkan kerajaannya.
Apa yang Allah janjikan memang tergenapi dalam sosok Salomo.
Salomo akhirnya dipakai Allah untuk membangun bait Allah, tetapi
realita yang umat Tuhan lihat bagaimana ternyata kerajaan Israel tidak
kekal seperti yang dijanjikan Tuhan malahan kerajaan Israel porak
poranda dihancurkan oleh Asyur, Babel dan Roma, membuat umat
Tuhan berpikir bahwa yang dimaksudkan dengan anak Daud yang akan
menjadi Raja atas mereka dengan kerajaan yang kokoh dan kekal
selamanya pastilah bukan Salomo.
Salomo akhirnya dipandang hanyalah sebagai prototype dari
‘sosok keturunan Daud’ yang sebenarnya menunjuk pada Yesus.
Lantas siapakah yang dimaksudkan dengan anak Daud ini sebenarnya?
Penulis Injil Matius mengatakan bahwa Yesus-lah yang dimaksudkan
oleh Tuhan sebagai ‘keturunan Daud’ yang sejati. Dialah sosok pribadi
yang dijanjikan Allah kepada Daud.
Dilihat dari garis keturunan-Nya, Yesus memenuhi syarat untuk
menjadi anak Daud sebab Ia memang lahir dari keturunan keluarga
Daud. Lantas apa lagi tandanya yang menyatakan bahwa Yesus itu
benar adalah anak Daud, yakni mesias yang dijanjikan itu? Dalam 28
pasal selanjutnya, penulis Injil Matius menujukan realita-realita nyata
akan apa yang Yesus lakukan, yang semuanya menunjukkan bahwa
Yesus bukanlah manusia biasa, Ia adalah Mesias yang dijanjikan Allah.
Jadi tujuan dari pembuatan silsilah ini, Matius handak
menjawab siapakah Yesus itu? penulis Injil Matius hendak
menunjukkan bahwa Yesus adalah penggenapan dari janji Allah
mengenai Mesias dan Ia memenuhi persyaratan dari apa yang
dijanjikan oleh Allah baik kepada Abraham maupun Daud. Orang
Yahudi sangat mengharapkan kedatangan dari tokoh mesias karena
mereka berada dalam penjajahan bangsa lain dan sedang menantikan
pemulihan yang dijanjikan Allah. Penulis Injil Matius menunjukkan
bahwa Yesus itulah tokoh mesias yang dijanjikan.
143
Mengumpulkan Informasi
Menanya
Menalar
2. Silsilah Tuhan Yesus dituliskan untuk menyoroti kegagalan manusia dalam sejarah Dalam pembagian silsilah Yesus, Matius membaginya menjadi
3 bagian yang terdiri dari 14 keturunan. Dari ketiga pembagian (per
empat belas keturunan) ini, penulis Injil Matius hendak menekankan
aspek kesetiaan Allah dalam menggenapi janjinya. Ketiga pembagian
nenek moyang Yesus ditandai dengan sebuah realita dimana kondisi
kesetiaan orang-orang Israel dalam tiap-tiap generasi semakin
merosot.
Meskipun semakin hari, kesetiaan Israel kepada Tuhan semakin
merosot tetapi Tuhan tetap setia dengan perjanjian-Nya. Inkarnasi
Yesus adalah wujud nyata kasih dan kesetiaan Allah yang sempurna.
Silsilah Yesus memperlihatkan aspek dari kasih dan kesetiaan Allah.
Diskusikanlah!
Kebanyakan orang Kristen ingin merayakan natal. Hampir di
kebanyakan gereja-gereja natal menempati hari yang istimewa. Dalam
natal ada banyak sekali acara yang disusun. Bagi kebanyakan orang
Natal adalah hari yang dibuat untuk merayakan kedatangan Tuhan
yang pertama. Sayangnya ada satu yang kita lupa untuk pikirkan. Apa
yang mau kita rayakan dari kedatangan Tuhan yang pertama ini?
Bila kita membaca kisah Natal dalam Alkitab, kita akan
menemukan bahwa Natal yang pertama adalah kisah yang amat
paradoks dan ironis. Natal adalah kisah yang paradoks sebab dalam
natal ada dua sisi yang saling terbalik. Kisah Natal, satu sisi adalah kisah
kemenangan dari pihak Allah yang walaupun manusia telah gagal
mengasihi Allah tetapi Allah tetap mengasihi manusia. Tetapi Natal
juga sebenarnya adalah kisah penolakan manusia pada Allah.
Silsilah Tuhan Yesus memperlihatkan bahwa Allah tetap setia
kepada umat manusia. Sejarah keselamatan dalam konteks ini dapat
dipahami sebagai sejarah kesetiaan Allah kepada umat manusia.
Pelayanan misi pada dasarnya merealisasikan apa yang Allah telah
kerjakan dalam dunia ini, yakni, membawa dunia ini kepada tujuan
penciptaannya, yakni melayani dan memuliakan Tuhan. Kesetiaan
Tuhan dalam perjanjian-Nya dengan manusia menjadikan pelayanan
misi memiliki komitmen yang sama bahwa pelayanan ini tidak akan
berakhir seperti halnya kasih dan kesetiaan Tuhan yang juga tidak
pernah berakhir dalam dunia ini.
144
Mengumpulkan Informasi
Menalar
Mengumpulkan Informasi
3. Silsilah Tuhan Yesus dituliskan untuk memperlihatkan sisi universalitas dari karya keselamatan Tuhan. Dalam pembagian silsilah Yesus, Matius menyebutkan adanya
4 wanita yang tergolong nenek moyang Yesus yakni Tamar, Rahab, Rut,
Betsyeba (istri Uria). Dalam silsilah yang biasa digunakan oleh orang
Yahudi, nama wanita tidak pernah dimunculkan. Selalu nama laki-laki
yang disebutkan. Ini berarti bila penulis Injil Matius menyebutkan
keempat wanita dalam silsilahnya, hal ini bukanlah sesuatu yang
kebetulan. Ada maksud tertentu dari penulis injil pertama.
Keempat wanita yang disebutkan oleh Matius, tiga diantaranya
adalah orang bukan Yahudi dan satu diantaranya dianggap ‘tidak baik.’
Tamar, Rahab dan Rut adalah wanita-wanita yang berasal dari
masyarakat bukan Yahudi. Orang-orang bukan Yahudi sering kali
dipandang sebagai bangsa kafir. Betsyeba adalah wanita yang
sepertinya dipandang tidak baik. Nama Betsyeba tidak disebutkan oleh
penulis Injil Matius, nama yang dipakai adalah Istri Uria.
Apa maksud penulis injil Matius memasukkan nama keempat
wanita ini? Penulis injil Matius hendak menunjukkan bahwa dalam
menggenapkan rencana keselamatan-Nya Allah memakai baik laki-laki
maupun wanita. Baik Matius maupun pembacanya adalah orang-
orang Yahudi. Orang Yahudi memiliki cara pandang yang agak negatif
terhadap para wanita. Penulus Injil Matius menunjukkan kepada
pembacanya bahwa cara pandang yang minus terhadap wanita itu
salah. Bila Allah memakai wanita dalam karya keselamatanNya, itu
berarti wanita dapat berpartisipasi dalam sejarah keselamatan.
Jauh sebelum dunia mengajarkan emasipasi, hak-hak asasi
seorang wanita dan penghargaan yang setara untuk wanita dengan
laki-laki, Alkitab telah jauh sebelumnya menyatakan hal ini. Orang-
orang Kristen harus menerima bahkan menjadikan prinsip ini melebihi
tradisi turun temurun yang seseorang telah terima. Ada beberapa
tradisi yang memandang wanita lebih rendah dari laki-laki. Orang
Kristen tentu harus menolak paham seperti ini, wanita harus dihargai
dan diberikan kesempatan yang sama seperti laki-laki.
Dalam menggenapkan rencana keselamatan, Allah sejak
semula memakai orang-orang non-Israel. Injil Matius memiliki sebuah
karakter yang istimewa. Ia memandang bahwa keselamatan itu bukan
hanya milik orang-orang Yahudi tetapi juga diperuntukan bagi semua
bangsa. Di awal injilnya penulis injil Matius berkali-kali menunjukkan
bahwa Allah melibatkan orang-orang bukan Yahudi untuk memasuki
atau terlibat dalam penggenapan karya keselamatan Allah.
145
Menanya
Di bagian akhir tulisannya penulis injil Matius mengutip
perkataan Yesus yang memerintahkan untuk memberitakan injil
kepada segala bangsa, bukan hanya kepada orang Yahudi. Dari sini kita
dapat melihat bahwa penulis Injil Matius memang memandang
keselamatan itu bukan hanya diperuntukan bagi orang Yahudi tetapi
juga bagi orang-orang bukan Yahudi. Melalui pencantuman 4 wanita
dalam silsilah Yesus, penulis Injil Matius hendak menunjukkan bahwa
sedari semula, Allah telah melibatkan atau memanggil bangsa-bangsa
lain untuk masuk dalam rencana keselamatan yang Allah akan kerjakan
di dunia ini.
Diskusikanlah!
Ceritakan perbedaan-perbedaan apakah yang ada diantara kebiasaan
beberapa suku-suku bangsa di Indonesia yang anda ketahui dan
bagaimana seorang Kristen dapat bersikap benar terhadap sesamanya
yang berbeda suku dan kebudayaan?
Kesukuan menjadi pergumulan serius di dalam berbagai
kehidupan masyarakat bahkan gereja. Realita menunjukkan bahwa
toleransi dalam perbedaan ternyata lebih sulit untuk dilakukan dari
pada dikatakan. Di bawah kesadaran manusia terkadang terdapat
kebencian dan dendam yang terus membara terhadap sesama kita.
Alkitab menunjukkan kepada kita bila dalam keselamatan saja Allah
menerima segala bangsa, demikian juga kita harus belajar menerima
orang-orang yang berbeda suku dan budaya dengan kita.
Dalam pelayanan misi, sebuah gereja dapat menjangkau
kelompok orang yang sesuku denganya. Hal tersebut tentu bagian dari
panggilan sebuah gereja. Meskipun demikian, gereja-gereja pada
umumnya dipanggil Tuhan untuk menjangkau segala bangsa. Itulah
sebabnya gereja belajar untuk melayani semua orang yang berasal dari
berbagai latar belakang yang berbeda. Untuk dapat melakukan hal ini,
gereja perlu memandang semua orang dalam kaca mata Kristus. Jika
seseorang menilai orang lain dengan kaca matanya sendiri, orang
tersebut akan melihat berbagai kelemahan orang lain yang
membuatnya sulit untuk menerima dan mengasihinya. Namun, jika ia
melihat orang tersebut dalam kaca mata Tuhan; bahwa sesamanya
adalah seorang anak Tuhan yang Tuhan rela mati dan memberikan
nyawanya bagi orang tersebut, ia akan belajar untuk menerima dan
mengasihi orang tersebut.
146
D. Penutup
Alkitab menceritakan mengenai sejarah keselamatan yang
Tuhan kerjakan dalam dunia ini. Sejarah keselamatan memperlihatkan
campur tangan Allah dalam sejarah umat manusia. Ini menjadi
kesaksian yang terus menerus disampaikan Alkitab bagi orang-orang
percaya. Nama Tuhan (Yahwe) menegaskan kehadiran dan kesetiaan
Tuhan dalam kehipan umat-Nya. Demikian juga dengan nama Imanuel
yang diperkenalkan untuk menyebut Yesus menegaskan akan janji dan
pernyetaan Allah yang kekal bagi umat Tuhan.
Kitab Suci memperlihatkan bahwa manusia gagal dalam
memenuhi perjanjiannya dengan Tuhan; walaupun telah ditebus,
bangsa Israel kembali memberontak kepada Tuhan dan Ia menghukum
mereka ke pembuangan. Sejarah manusia ditandai dengan
pemberontakan manusia dan sejarah Tuhan ditandai dengan
kesetiaan-Nya yang tanpa batas bagi manusia.
Meskipun demikian, dalam Alkitab kita melihat bahwa Tuhan
ikut campur tangan dalam sejarah manusia; justru dipuncak kegagalan
mereka, Kristus datang mengubahkan arah dan lajunya sejarah
manusia sehingga dalam kedatangan-Nya manusia sekarang memulai
sejarah baru, yakni sejarah Kerajaan Allah. Kedatangan-Nya pada
dasarnya mengakhiri masa pemerintahan dosa dan kejahatan dalam
dunia ini. Jika sebelumnya baik manusia maupun dunia ini dibawah
kendali dosa, dalam Kristus dunia dibawa kepada perubahan.
Dunia dan kehidupan orang percaya di masa kini juga
merupakan bagian dari sejarah keselamatan Tuhan. Arah dari sejarah
keselamatan sudah ditetapkan oleh Tuhan dan tidak ada seorang pun
dapat mengubahkannya. Gereja hadir dalam perjalanan sejarah
keselamatan ini dan Tuhan ingin melibatkan gereja untuk mengambil
bagian dalam proses hadirnya Kerajaan Allah di dunia ini.
147
Mengkomuni kasikan
Ringakasan
1. Kedatangan Yesus membukakan sejarah baru dalam sejarah
manusia, yakni sejarah keselamatan.
2. Sementara sejarah manusia menuju kepada kematian oleh
karena dosa, kematian dan kebangkitan Yesus mengubahkan
sejarah manusia. Dalam karya Yesus, manusia berjalan dalam
proses pemulihan.
3. Gereja hadir untuk berpartisipasi dalam pembaruan sejarah
manusia.
Ayat Hafalan
Dan aku melihat seorang malaikat lain terbang di tengah-tengah
langit dan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya
kepada mereka yang diam di atas bumi dan kepada semua
bangsa dan suku dan bahasa dan kaum, dan ia berseru dengan
suara nyaring: "Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena
telah tiba saat penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah
menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air."
Wahyu 14:6-7
Aktivitas
Buatlah sebuah puisi mengenai “memikul salib” dan bacakanlah puisi
ini dalam kelas mendatang.
Bacaan Lebih Lanjut
Ott, Craig, Stephen J. Strauss, and Timothy C. Tennent. Encountering
Theology of Mission: Biblical Developments, and Contemporary Issues.
Grand Rapids: Baker, 2010. Bab 2.
Wright, Christopher J.H. Misi Umat Allah. Terj. Jakarta: Perkantas,
2011. Bab 11.
VanGemeren, William A. The Progress of Redemption: From Creation
to the New Jerusalem. Carlisle: Paternoster, 1988. Bab 29.
149
Mengamati
Menanya
Pelajaran 10
Misi Dalam Pengajaran Yesus
A. Pendahuluan Banyak orang Kristen memandang pelayanan misi adalah tugas
dari gereja, para utusan injil atau para misionaris yang diutus untuk
pergi ke daerah-daerah terpencil. Walaupun Tuhan memang
memanggil orang-orang tertentu untuk melayani Dia secara khusus
dalam pelayanan misi tetapi setiap orang Kristen sebenarnya dipanggil
Tuhan untuk terlibat dalam misi pekerjaan Tuhan dalam dunia ini.
Yesus adalah model bagi pelayanan misi bagi gereja maupun
jemaat. Kehidupan, pengajaran, dan pelayanan Yesus menjadi acuan
dalam pelayanan misi yang dikerjakan oleh gereja. Sikap Yesus ketika
Ia berhadapan dengan kelompok orang yang dipandang berdosa,
seperti pemungut cukai, menjadi model pelayanan bagi sekelompok
orang untuk menjangkau kelompok orang yang disebut sebagai
kelompok marginal (terpinggirkan). Di sisi yang lain, pengajaran Yesus
mengenai, misalnya saja garam dan terang dunia, menjadi acuan
dalam prinsip kesaksian orang-orang percaya bahwa mereka harus
menjadi berkat bagi masyarakat di sekitar mereka. Demikian juga
pelayanan yang Yesus kerjakan dalam menghadirkan Kerajaan Allah di
bumi, juga menjadi prinsip pelayanan dari banyak lembaga misi yang
mencoba melayani dengan pendekatan yang holistik.
Diskusikanlah!
Tuhan Yesus mengatakan bahwa hukum yang terutama adalah
mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia. Apakah seseorang
dapat tidak memberitakan injil kepada seseorang yang dikenalnya
dengan baik dengan alasan bahwa ia mengasihi orang tersebut
sehingga ia tidak mau melukai dan menyinggung perasaan orang
tersebut?
Dalam pelajaran ini, kita akan mempelajari dua gagasan yang
Yesus ajarkan kepada murid-muridnya mengenai kesaksian. Pokok
pertama, kita akan mempelajari konsep menjadi garam dan terang
dunia dan, kedua, kita akan mempelajari perintah untuk menjadi saksi
Tuhan sampai akhir zaman.
150
Mengamati
Mengumpulkan
Informasi
Menanya
B. Garam dan Terang Dunia
Kalau kita pikirkan, dalam dunia ini, manusia hanya punya dua
peran yakni mereka yang membuat dunia ini semakin baik atau
mereka yang membuat dunia semakin rusak. Menurut anda, kira-kira
apakah peran orang-orang Kristen saat ini dalam dunia ini terkategori
yang mana apakah membuat dunia makin baik atau membuat dunia
makin rusak?
Dalam dunia ini memang tidak
dapat dipungkiri, ada banyak orang Kristen
yang hidupnya baik. Ibu Theresa adalah
salah satunya. Ia pergi ke India untuk
melayani orang-orang yang sakit dan
miskin. Orang-orang kusta yang dibiarkan
dipinggir-pinggir jalan, oleh ibu Theresa
dilayani dan dirawat. Kehadiran dan
pelayanannya menginspirasi banyak orang
sehingga ia menjadi orang yang diberikan
penghargaan, mendapatkan “nobel,” pelayanannya membuat banyak
orang-orang Kristen menyadari pentingnya menaruh perhatian bukan
saja terhadap kebutuhan rohani manusia, namun juga terhadap
kebutuhan jasmaninya.
Di sisi yang lain, kita pun menemukan ada orang-orang
tertentu, yang walaupun mereka beragama namun menipu rekan
bisnisnya sendiri sehingga ia harus dipenjarakan. Ada juga tahanan
yang beragama Kristen berulang kali masuk penjara karena menjadi
pengedar narkoba. Fakta-fakta ini memperlihatkan bahwa ada banyak
juga orang-orang Kristen yang tidak memberikan pengaruh baik dalam
dunia ini.
Diskusikanlah!
Pernahkah kita bertanya, mengapa ada orang Kristen melakukan
kejahatan dan akhirnya dipenjarakan? Mengapa orang Kristen tidak
menjadi berkat dan malah menjadi cemoohan bagi dunia ini?
Kehidupan orang-orang Kristen memang tidak sempurna.
Mereka dapat memiliki kelemahan-kelemahan tertentu bahkan latar
belakang hidupnya sebelum ia bertobat dapat menghambat kesaksian
hidupnya. Namun, seseorang yang sudah ada dalam Tuhan, hidupnya
pasti berubah dan inilah yang menjadi kesaksian bagi banyak orang.
151
Mengumpulkan Informasi
Mengamati
Kisah pertobatan Zakeus adalah contoh nyata dari kesaksian
hidup seseorang yang menjadi berkat bagi orang lain. Ia adalah
seseorang dengan latar belakang hidup yang tidak baik; namun, saat ia
bertemu Yesus dan mengalami pertobatan, pembaruan hidup yang
nyata melalui perbuatan-perbuatan baiknya, hal inilah yang membuat
orang-orang di sekitar Zakeus memuliakan Tuhan.
Panggilan orang-orang percaya untuk hidup menjadi berkat
bagi dunia ini dapat kita lihat dalam Matius 5:16.
“kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar,
dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain
dibuang dan diinjak orang.”
Sewaktu membaca bagian
ini, kita pastinya bertanya:
apakah bisa garam itu menjadi
tawar? Apakah bisa garam itu
kehilangan asinnya? Rasanya
tidak mungkin bukan. Jika garam
sampai kehilangan asinnya, maka
itu bukan lagi garam namanya. Jadi, jika Yesus kemudian berkata “kita
adalah garam dunia,” itu berarti kita ini pasti akan menjadi orang yang
menjadi berkat bagi orang lain.” Jika kita memang tidak menjadi
garam, jika hidup kita ini tidak menjadi berkat, jika hidup kita tidak
“mewarnai” dunia ini secara positif, itu terjadi karena kita mungkin
memang bukan “garam dunia.”
Yang unik adalah Yesus tidak berkata “hendaklah engkau
menjadi garam dunia?” Namun yang dia katakan adalah “kamu adalah
garam dunia.” Jadi, menjadi garam itu bukan sesuatu hal yang nanti
akan kita alami, namun sekarang ini, saat kita menjadi pengikut Yesus,
kita sudah memiliki kualitas sebagai garam dunia. Sama seperti rasa
asin itu melekat dalam garam, demikian juga dengan kehidupan yang
jadi berkat itu melekat dalam hidup kita. Sama seperti garam tidak
dapat kehilangan rasa asinnya, demikian dengan orang percaya tidak
dapat kehilangan fungsinya sebagai pembawa berkat bagi orang lain.
Ada seorang ibu yang terkena sakit kanker, dalam
penderitaannya yang luar biasa ia dirawat di rumah sakit. Banyak
orang bersaksi, saat mereka mengunjungi ibu ini, mereka pulang justru
banyak dikuatkan oleh kesaksian hidupnya. Dalam penderitaannya ia
bisa jadi berkat bagi orang lain. Inilah contoh dari seseorang yang
hidupnya menjadi garam dan terang dunia.
152
Menalar
Mengumpulkan Informasi
Menalar
Menanya
Walaupun banyak orang mengerti bahwa Tuhan memanggil
mereka menjadi garam dan terang dunia tetapi mereka sering merasa
tidak mengerti bagaimana caranya seorang Kristen dapat menjadi
garam bagi dunia ini? Pertama, seorang Kristen perlu menjadi garam
dengan jalan menjadi berkat bagi orang lain. Pernahkah kita
memikirkan bagaimana caranya supaya kita setiap hari bisa melakukan
setidaknya satu kebaikan bagi orang lain.
Dibandingkan dengan penganut agama lain, orang Kristen itu
sering kali kurang mementingkan yang namanya perbuatan baik. Hal
ini disebabkan karena kita sering memahami ajaran keselamatan
secara tidak seimbang. Kita menyangka jika kita diselamatkan bukan
karena perbuatan baik, kemudian kita menganggap perbuatan baik
menjadi tidak penting. Padahal jika kita membawa ajaran Paulus
tentang keselamatan dalam Efesus 2:8-10, disana kita akan tahu
bahwa kita diselamatkan Tuhan justru supaya kita rajin berbuat baik.
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman;
itu bukan hasil usahamu tetapi pemberiaan Allah, itu bukan
hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan
diri. Karena kita ini buatan Allah, dicipta dalam Kristus Yesus
untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah
sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup didalamnya.
Jadi cobalah untuk selalu berbuat baik, setidaknya satu kali
sehari. Pikirkan kepada siapa kita mau berbuat baik, dalam hal apa kita
mau berbuat baik. Kita harus ingat bahwa perbuatan baik, tidak selalu
bentuknya adalah memberi uang. Perbuatan baik memiliki beragam
bentuk, misalnya, (i) memberikan perhatian pada teman yang sedang
susah; (ii) bersikap ramah terhadap orang tua, mau mengerti kondisi
orang tua sehingga kita tidak memaksakan keinginnan kita, juga
merupakan perbuatan baik; (iii) rela untuk membantu atau
membimbing adik saat susah membuat PR, tidak marah-marah saat
ditanya juga merupakan sebuah perbuatan baik.
Diskusikanlah!
Apakah perbedaan dari perbuatan-perbuatan baik yang dikerjakan
seorang Kristen dan orang lainnya? Hal apakah yang membuat
perbuatan baik seorang Kristen diterima oleh Tuhan?
153
Menalar
Mengamati
Menanya
Mengamati
Kedua, kita perlu menjadi garam dalam dunia ini, dengan jalan
tidak ikut-ikutan dalam hal-hal yang jahat atau salah. Salah satu fungsi
garam adalah mencegah pembusukan. Dalam konteks dunia ini, fungsi
dari “garam dunia” adalah mencegah dunia ini menjadi “busuk/rusak”
karena dosa. Salah satu hal yang orang-orang Kristen dapat lakukan
sebagai garam dan terang dunia adalah dengan jalan tidak ikut-ikutan
melakukan hal yang salah. Bahkan, seorang Kristen dipanggil Tuhan
juga untuk menyatakan hal yang benar kepada mereka yang berlaku
tidak benar.
Banyak orang mengatakan dunia remaja adalah dunia
persahabatan. Dalam dunia persahabatan yang namanya
kebersamaan adalah hal yang penting, bahkan dalam hal-hal yang
salah. Ada banyak remaja yang gara-gara pertemanan dan
persahabatan rela sama-sama kabur atau bolos dari sekolah, sama-
sama merokok, sama-sama melawan guru, sama-sama mencontek,
sama-sama buat keributan dan ulah.
Kalau seorang Kristen mau jadi garam dunia, ia tidak dapat ikut-
ikut-ikutan hal yang salah, kenapa demikian? karena justru waktu kita
ikut-ikutan yang salah, kita disana tidak menjadi berkat, tidak juga
menolong teman-temannya yang salah; selain itu, ia pun turut
membenarkan kesalahan mereka dengan jalan ikut-ikutan melakukan
hal yang sama.
Diskusikanlah!
Carilah dalam Alkitab beberapa tokoh yang memiliki komitmen yang
kuat untuk berani berkata benar dan bertindak dengan benar
walaupun mereka harus berhadapan dengan permusuhan dunia
karena sikapnya tersebut!
SIkap kompromistis terhadap hal yang salah membuat
pelayanan misi tidak efektif. Walaupun dalam pelayanan misi,
seseorang harus berupaya untuk menjadi berkat dan diterima oleh
masyarakat yang akan dilayaninya, tetapi sikap kompromi terhadap
hal yang salah justru akan mematikan pelayanan misi. Itulah
alasannya, dalam pelayanan misi seseorang harus membedakan
antara pendekatan dan esensi dari pemberitaan injil. Pendekatan yang
seseorang lakukan terhadap sebuah komunitas bersifat fleksibel tetapi
pemberitaan injil bersifat mutlak. Hal yang benar dan salah tidak dapat
dikompromikan dan harus dinyatakan dengan tegas.
154
Mengumpulkan
Informasi
Menalar
Menanya
Ketiga, untuk menjadi orang yang jadi berkat, belajarlah untuk
tidak bersungut-sungut dalam segala sesuatu. Nasehat Rasul Paulus
dalam Filipi 2:14-15 kita perlu dengarkan.
Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut
dan berbantah-bantah, supaya kamu tiada beraib dan tidak
bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela
ditengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan sesat
ini, sehingga kamu bercahaya diantara mereka seperti
bintang-bintang di dunia.
Perhatikan istilah “supaya.” Istilah ini digunakan untuk
memperlihatkan sebuah akibat tertentu. Jika anak-anak Tuhan
melakukan segala sesuatu tanpa sungut-sungut dan berbantah-
bantahan, akibatnya adalah kita akan jadi berkat dalam bekerja.
Sebaliknya, jika kita melakukan segala kewajiban hidup kita dengan
sungut-sunggut, dengan keluhan, dengan gerutuan dan
mengerjakannya sambil ribut dengan orang lain, maka kita tidak akan
menjadi berkat. Kita hanya akan menjadi cela bagi orang lain.
Belajar melakukan segala sesuatu dengan sukacita memang
tidak mudah, apalagi jika yang harus seseorang lakukan itu bukan hal
yang menyenangkannya. Namun, jika kita melakukannya dengan
sungguh-sungguh, orang yang melihat apa yang kita lakukan, akan
terberkati dengan kinerja dan integritas kita. Sukacita dalam
mengerjakan segala sesuatu dapat seseorang miliki jika ia memiliki
cara pandang yang benar dalam bekerja. Seorang Kristen seharusnya
memandang kerja sebagai hal yang indah dan kepercayaan dari Tuhan
sehingga ia mengerjakan tugasnya dengan penuh sukacita.
Jadi, kalau seseorang ingin hidupnya menjadi berkat,
lakukanlah segala sesuatu dengan penuh sukacita. Saat diminta
pelayanan, jangan mengeluh, berikanlah respons sukacita. Saat diberi
tugas oleh guru, kita tidak perlu bersungut-sungut tetapi kerjakan
dengan sebaik-baiknya. Saat orang tua meminta bantuan untuk
melakukan sesuatu hal, jangan menggerutu, lakukanlah dengan rela
hati, maka hidup kita akan jadi berkat.
Diskusikanlah!
Hal apakah yang paling anda tidak sukai untuk dilakukan? Mengapa
anda merasa demikian dan bagaimana cara anda mengatasi persoalam
tersebut?
155
Mengumpulkan Informasi
Menalar
C. Bersaksilah
Dalam Kisah Para Rasul 1:6-8, Tuhan Yesus mengatakan murid-murid-
Nya akan menjadi saksi-saksi Tuhan jika Roh Kudus turun atas mereka.
Dari apa yang Tuhan Yesus katakan, kita belajar bahwa kesaksian itu
tidak mungkin dapat kita lakukan dengan efektif tanpa kekuatan dan
pertolongan dari Roh Kudus.
Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: "Tuhan,
maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi
Israel?" Jawab-Nya: "Engkau tidak perlu mengetahui masa
dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-
Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus
turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di
Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
ujung bumi."
Pernahkah kita memikirkan, mengapa seorang yang tidak
memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi, seperti Petrus, dapat
membuat 3000 orang di kota Yerusalem bertobat, saat ia berkotbah
kepada mereka?
Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri
dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-
kira tiga ribu jiwa.
Kisah Para Rasul 2:41
Pada waktu itu, orang-orang yang tinggal di Yerusalem adalah orang-
orang yang dianggap ‘orang kota,’ mereka bukan orang desa yang
kurang pendidikan. Tetapi, mengapa Petrus, yang merupakan orang
desa, dapat membuat orang kota percaya kepada apa yang dia
katakan? Inilah peran Roh Kudus. Ia berbicara memakai perkataan
Petrus.
Kesaksian yang efektif itu ternyata tidak bergantung pada
kemampuan bicara seseorang. Namun, bergantung pada kedaulatan
Tuhan. Apakah saat anda sedang berbicara dengan orang yang anda
ingin beritakan injil, adalah saat Tuhan untuk membukakan hatinya?
jikalau saat itu bukan saat Tuhan, maka tidak mungkin orang tersebut
akan terima Tuhan, walaupun anda sudah mempresentasikan injil
dengan baik. Mengapa demikian? Sebab pertobatan seseorang adalah
karya Roh Kudus.
156
Mengumpulkan Informasi
Menalar
Bagaimanakah caranya menyaksikan Kristus itu? Ada orang-
orang yang menyaksikan Kristus dengan jalan mempresentasikan injil
secara verbal. Cara ini memang dapat dipakai Tuhan dengan efektif,
namun kita harus benar-benar berhati-hati menggunakannya.
Mengapa? sebab jika kita tidak hati-hati, maka orang yang akan kita
injili malah tertutup dengan kesaksian yang ingin kita sampaikan. Cara
yang kedua adalah menyaksikan Kristus dengan kehidupan. Cara ini
lebih efektif dan aman dibanding dengan cara yang pertama. Cara yang
kedua ini, tetap akan mempresentasikan injil, namun itu baru akan
dilakukan, jika memang orang yang kita hendak injili tertarik dengan
kehidupan kita dan bertanya tentang keyakinan iman kita.
Kita harus belajar seperti gereja mula-mula, dimana kehidupan
kita setiap hari dinilai menarik oleh masyarakat, dan hal tersebut
membuat banyak orang yang tidak mengenal Kristus tertarik dengan
iman Kristen. Lihat Kisah 2:43-47
Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu
mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang
yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala
kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu
ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-
bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan
masing-masing. 46 Dengan bertekun dan dengan sehati
mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka
memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir
dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan
tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua
orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka
dengan orang yang diselamatkan.
Jemaat mula-mula kehidupannya disukai banyak orang. Hal ini
memperlihatkan bahwa kehidupan mereka memiliki daya tarik bagi
orang lain. Pertanyaannya adalah hidup yang menarik itu yang
bagaimana? Hidup yang menarik bukanlah hidup yang berupaya untuk
menyenangkan orang lain. Kehidupan yang memiliki daya tarik
mempunyai dua komponen yakni: 1) hidup dalam kesalehan 2) hidup
dalam kebaikan. Orang akan tertarik dengan kehidupan kita jika kita
hidup dalam kesalehan, tidak ikut-ikutan melakukan dosa, tidak ikut-
ikutan punya kebiasaan-kebiasaan buruk. Orang juga akan tertarik
dengan orang-orang yang punya kasih dan nilai kemanusiaan yang
tinggi.
157
Menanya
Mengumpulkan Informasi
Diskusikanlah!
Carilah beberapa tokoh dalam Kekristenan yang kehidupannya sangat
baik dan menjadi saksi bagi Tuhan; ceritakan mengapa tokoh-tokoh
tersebut dapat memiliki kualitas hidup yang demikian?
Dimanakah murid-murid Tuhan harus menjadi saksi-saksi
Tuhan? Tuhan Yesus menegaskan dalam Kisah Para Rasul 1:8: di
Yerusalem, Yudea, Samaria sampai ujung-ujung bumi. Apakah maksud
Tuhan Yesus dengan Yerusalem, Yudea, Samarai dan sampai ujung-
ujung bumi? mari kita pikirkan bagian ini.
Pertama, Kesaksian dimulai dari Yerusalem. Tuhan meminta
supaya murid-muridnya bersaksi di Yerusalem. Apakah yang
dimaksudkan dengan Yerusalem? Yerusalem sebenarnya menunjuk
pada Bait Allah, tempat dimana umat Tuhan datang untuk menyembah
dan berbakti kepada Tuhan. Jadi sungguh menarik, waktu Tuhan Yesus
menyuruh murid-murid-Nya untuk bersaksi di Yerusalem, di tempat
dimana bait Allah ada, tempat dimana orang beribadah kepada Allah.
Pertanyaannya adalah mengapa murid-murid Yesus diminta
untuk bersaksi di Yerusalem? Jawabannya adalah sebab walaupun di
Yerusalem ada bait Allah dan walaupun Yerusalem adalah tempat
orang berdoa dan berbakti, hal itu tidak berarti orang-orang dalam
kota tersebut sudah percaya Yesus. Komunitas religius seperti orang-
orang Yerusalem justru menolak Yesus saat Ia datang dalam dunia. Itu
menunjukkan bahwa mereka pun membutuhkan injil.
Yerusalem itu sejajar dengan gereja, tempat dimana orang-
orang beribadah dan berbakti. Pertanyaannya adalah apakah semua
orang yang ada di gereja, di tempat berbakti adalah orang percaya
Yesus? Jawabannya adalah tidak. Ada banyak orang yang datang ke
gereja, justru bukan orang percaya. Itulah sebabnya, kita perlu
bersaksi juga dalam gereja. Bagaimana cara kita bersaksi dalam gereja?
Perilaku hidup, tutur kata, sikap saat beribadah, kesungguhan dalam
melayani, semuanya itu adalah sarana kesaksian hidup kita.
Kedua, Tuhan meminta murid-muridnya bersaksi di Yudea.
Apakah yang dimaksudkan dengan Yudea? Yerusalem adalah ibu
kotanya dan Yudea adalah provinsinya. Murid-murid Yesus yang
pertama adalah orang-orang Yahudi, saat Yesus meminta murid-
murid-Nya untuk bersaksi di Yudea, maka ia sedang meminta mereka
untuk bersaksi kepada sesama mereka, kepada orang-orang yang
menjadi satu kelompok dengan mereka.
158
Mungkin di zaman sekarang, yang namanya Yudea itu sejajar
dengan ‘kelompok bermain kita’ atau teman-teman kita di sekolah.
kelompok orang-orang yang dapat dikategorikan sebagai orang-orang
yang terhisab dalam istilah ‘kita.’ Tuhan ingin orang Kristen bersaksi
pada orang-orang yang satu golongan, memiliki kesamaan dengan kita.
Jadi jika anda punya teman di sekolah, Tuhan ingin anda pun bersaksi
kepada mereka.
Bersaksi kepada teman pasti tidak mudah. Tuduhan atau
sindiran mungkin akan kita terima dari mereka yang tidak terima
dengan kesaksian kita. Orang yang sekelompok dengan kita, yang
mungkin mengetahui keburukan-keburukan masa lalu kita, sehingga
saat kita bersaksi secara verbal, mereka menolaknya karena merasa
kita munafik.
Itulah sebabnya, kesaksian melalui kehidupan adalah cara yang
paling efektif untuk bersaksi kepada mereka. Tunjukanlah bahwa anda
sudah berubah, tunjukan bahwa anda masih mengasihi mereka,
tunjukan bahwa Kristus hidup dalam anda, dan selalau siap sedia,
kapan pun mereka tanya tentang Yesus, anda harus siap
menceritakannya.
Ketiga, Tuhan ingin murid-murid-Nya bersaksi juga di Samaria.
Yang dimaksudkan Samaria adalah orang-orang yang berbeda dengan
kita atau orang-orang yang barangkali kita musuhi. Tuhan Yesus ingin,
umat Tuhan menyadari bahwa Allah memanggil kita bukan sekadar
untuk bersaksi terhadap orang-orang yang kita senangi. Namun Tuhan
juga ingin kita dapat menjadi saksi bagi orang-orang yang tidak kita
sukai.
Siapakah orang-orang yang tidak kita sukai? mungkin musuh
kita, mungkin sekelompok orang yang kita anggap menganiaya kita,
atau orang-orang yang pernah melukai kita. Pada umumnya, jika kita
berhadapan dengan orang yang kita musuhi, kita akan bersikap tidak
baik. Nah sekarang Tuhan ingin kita bersaksi terhadap mereka. Jadi
walaupun kita sakit hati dengan mereka, namun karena Tuhan
memanggil kita untuk bersaksi juga kepada mereka, maka kita harus
berubah, kita harus mampu mengampuni mereka dan tetap bersikap
ramah terhadap mereka.
Kita jangan menjadi seperti Yunus, yang lebih senang melihat
orang yang tidak disukainya dibinasakan Tuhan dari pada melihat
mereka bertobat. Dalam pelayanan misi, seseorang harusnya
menangis ketika melihat sebuah bangsa hidup dalam dosa sebab
mereka akan dibinasakan Tuhan.
159
Menanya
Keempat adalah sampai ujung-ujung bumi. Tuhan Yesus ingin
orang-orang percaya menyadari bahwa panggilan mereka untuk
bersaksi bukan hanya sebatas orang yang kita kenal, kita bahkan harus
mempunyai kerinduan untuk orang-orang yang tidak kita kenal. Ujung-
unjung bumi menunjuk pada bangsa-bangsa atau suku-suku bangsa
yang mana kita asing dengan mereka.
Apakah yang harus kita lakukan untuk mendukung pelayanan
misi yang Tuhan sedang kerjakan dalam dunia ini?
1. kita dapat berdoa untuk orang-orang yang tidak dapat kita
jangkau. Kita harus realistis, kita mungkin tidak dapat pergi ke
tempat-tempat yang asing sebab kita masih sekolah, namun
kita dapat berdoa untuk mereka. Doa merupakan salah satu
dari dua unsur penting dalam sebuah kebangunan rohani.
Itulah sebabnya mengambil bagian dalam doa misi merupakan
sebuah pelayanan yang sangat penting untuk dapat diikuti oleh
orang-orang percaya.
2. Jika kelak anda sudah dewasa dan Tuhan mengaruniakan
kepada anda suatu panggilan untuk melayani suku-suku yang
belum pernah mendengar atau menerima berita injil, maka
anda dapat bergabung dengan seminari atau sekolah misi
untuk mempersiapkan and bersaksi di tempat-tempat dimana
Tuhan menempatkan anda.
3. Orang-orang percaya dapat mendukung pelayanan misi
melalui persembahan misi. Jemaat dapat menyumbangkan
dana, dalam bentuk uang untuk mendukung berbagai
pelayanan untuk suku-suku yang belum kenal Tuhan. Dalam
Alkitab, kita menemukan tokoh-tokoh yang terlibat dalam
pelayanan misi khususnya sebagai penyokong dana. Dalam
pelayanan Rasul Paulus, misalnya, ia menyebutkan beberapa
nama orang yang dikenalnya di jemaat Roma; misalnya saja,
nama Febe (Roma 16:1-2), yakni seseorang yang berperan
sebagai seorang diaken dalam memperhatikan orang-orang
miskin tetapi juga sebagai penyokong pelayanan misi yang
Paulus kerjakan.
Diskusikanlah!
Suku manakah di Indonesia yang anda terbeban untuk doakan?
Jelaskan mengapa anda memiliki beban khusus untuk suku tersebut
dan hal-hal apakah yang anda ingin doakan bagi mereka?
160
D. Penutup
Jim Petersen
mengingatkan kita bahwa ada hal-
hal utama dan esensi yang
berbeda antara orang-orang yang
ada dalam Kristus dengan dunia
ini. Dalam hal apakah mereka
berbeda? Jawabannya adalah
dalam hal iman, kasih dan
pengharapan. Iman yang
seseorang miliki akan membuat
anak-anak Tuhan bertekun,
bahkan saat berhadapan dengan
kesukaran. Kasih akan membuat
mereka hidup dalam kemurahan
hati. Pengharapan akan membuat umat Tuhan hidup dalam sukacita
dan damai sejahtera.
Dalam pengajaran Yesus, melayani dalam misi adalah sama
dengan menyatakan kesaksian mengenai Yesus dan karya-Nya dalam
hidup kita. Bersaksi bagi Tuhan dapat dilakukan secara verbal ataupun
melalui kehidupan. Ada kalanya kita harus menyaksikan Kristus secara
verbal tetapi sering kali menyaksikan Yesus perlu dilakukan melalui
kehidupan.
Kehidupan yang saleh dan baik dapat menjadi alat yang efektif
di tangan Tuhan dalam menyaksikan Kristus. Kehidupan yang tidak
kompromi dengan dosa dan kehidupan yang baik tentunya membuat
orang bertanya mengenai hal yang menyebabkan kita memiliki
kehidupan yang demikian. Yesus adalah jawabannya.
161
Mengkomuni kasikan
Ringkasan
1. Panggilan murid-murid Yesus sebagai garam dan terang dunia
menekankan kontribusi orang-orang percaya dalam dunia ini.
2. Para pengikut Yesus dipanggil untuk bersaksi dalam dunia ini
melalui perkataan dan perbuatan.
3. Pelayanan misi seharusnya memperhatikan baik pemberitaan
dan kesaksian hidup jemaat.
Ayat Hafalan
Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu
saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian
pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang
akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu
saling mengasihi."
Yohanes 13:34-35
Aktivitas
Carilah seorang atlet atau seniman atau pemusik dan wawancarailah
orang tersebut dan tanyakan bagaimana mereka melakukan disiplin
diri dalam hidup mereka. Belajarlah dari mereka mengenai pentingnya
disiplin rohani bagi kehidupan anak-anak Tuhan.
Bacaan Lanjutan
Kuyper, Abraham. Iman Kristen dan Problema Sosial. Surabaya:
Momentum, 2004. Bab 4.
Petersen, Jim. Living Proof. Bandung: Pioner, 2012. Bab 9.
Wright, J. H. Christopher. Misi Umat Allah. Jakarta: Perkantas 2011.
Bab 9.
163
Mengamati
Mengumpulkan Informasi
Pelajaran 11
Misi Dalam Gereja Mula-Mula
A. Pendahuluan
Pelayanan misi dikerjakan oleh banyak denominasi gereja.
Gereja-gereja Protestan, termasuk dalamnya gereja-gereja Reformed,
Lutheran, Baptis, Metodis dan gereja-gereja lainnya terlibat dalam
berbagai pelayanan misi. Hal yang sama juga dikerjakan oleh gereja-
gereja Katolik dan Anglikan. Hal ini menunjukkan bahwa misi
merupakan pelayanan yang Tuhan tanamkan dalam natur gereja
sehingga walaupun ada berbagai macam denominasi dan aliran dalam
gereja, mereka memiliki hal yang sama, yakni kesadaran dalam
melayani misi Tuhan.
Gereja Mula-Mula merupakan model bagi pelayanan misi
gereja masa kini. Istilah “Gereja Mula-Mula” mengimplikasikan bahwa
gereja yang dimaksudkan adalah komunitas pertama. Ada berbagai
nama yang digunakan untuk menyebut orang-orang yang menjadi
pengikut Yesus di abad pertama Masehi. Sebagai contoh, dalam Kisah
Para Rasul 11:26 Lukas mencatat bahwa di Antiokhialah orang-orang
yang menganut ajaran tentang Yesus disebut sebagai “Kristen”; selain
itu, para pengikut Yesus sering disebut juga sebagai “gereja atau
jemaat (lih. 1Kor 1:2), saudara-saudara (lih. Kis 12:17), pengikut jalan
Tuhan (lih. Kis 24:14, 22), dan murid-murid (lih. Kis. 18:23).”
Perkembangan gereja dalam sejarah dapat dilihat dalam
berbagai perspektif. Dalam iman Kristen, gereja terbentuk di hari
Pentakosta. Setelah itu, gereja mengalami perkembangan yang pesat.
Sebagian dari kisah pertumbuhan dan perkembangan gereja dapat kita
baca dalam Alkitab, khususnya dalam surat-surat Paulus dan Kisah
Para Rasul. Selain itu, dalam surat Petrus yang pertama, yang
dialamatkan kepada orang-orang Kristen yang disebut sebagai kaum
diaspora, gereja nampaknya berkembang luas di berbagai wilayah Asia
(Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kicil dan Bitinia). Sementara itu,
tradisi gereja juga menyebutkan berbagai wilayah yang menjadi pusat
dari pelayanan para Rasul di luar Asia. Sebagai contoh, Rasul Thomas
pergi ke India dan mati sebagai martir di sana pada tahun 72 Masehi
dan Matius pergi ke Etiopia dan menjadi pemimpin jemaat di sana.
Gereja yang berkembang pada era abad pertama Masehi ini disebut
sebagai the early church “Gereja Perdana” atau “Gereja Mula-Mula.”
164
Mengumpulkan Informasi
Menanya
Kehidupan Gereja Perdana disaksikan baik secara ekternal dan
internal. Yang dimaksudkan dengan kesaksian eksternal adalah
catatan-catatan sejarah mengenai gereja yang ditulis bukan oleh
orang-orang Kristen. Catatan-catatan ini penting untuk diperhatikan
sebab mereka memberikan keterangan yang dipandang objektif
karena mereka berasal bukan dari kesaksian sendiri. Kesaksian internal
adalah catatan mengenai Gereja Mula-Mula yang ditulis oleh orang-
orang Kristen. Kesaksian eksternal mengenai Gereja Perdana tidak
banyak jumlahnya.
Salah satu catatan penting tentang orang-orang Kristen ditulis
oleh seorang Gubernur Romawi bernama Pliny. Kesaksian internal
akan diambil dari Kisah Para Rasul 2:41-47. Lukas penulis Kisah Para
Rasul menuliskan kesaksian mengenai Gereja Perdana; dalam
pendahuluan injilnya Lukas mengatakan bahwa sebelum menuliskan
injilnya, ia melakukan proses penelaahan untuk memastikan apa yang
dituliskannya adalah hal yang benar (Luk. 1:1-4). Lukas tentunya
melakukan hal yang sama dengan buku Kisah Para Rasul yang
merupakan kelanjutan dari Injil Lukas.
Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun
suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi
di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh
mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan
Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa
itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil
keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu,
supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu
yang diajarkan kepadamu sungguh benar.
Diskusikanlah!
Bagaimana situasi dan kondisi yang dihadapi oleh Gereja Mula-mula
dan bagimana mereka memperlihatkan identitas mereka ditengah-
tengah situasi dan kondisi yang mereka hadapi?
Dalam pelajaran ini kita akan mempelajari beberapa hal. Kita
akan mendikusikan konteks sejarah dari Gereja Mula-mula, setelah itu,
kita akan membicarakan catatan Pliny dan Kisah Para Rasul mengenai
Gereja Mula-mula, dan kita juga akan memikirkan teladan Gereja
Mula-mula bagi gereja masa kini.
165
Mengumpulkan Informasi
B. Konteks Gereja Mula-mula
Abad pertama Masehi menyediakan hal-hal yang dibutuhkan
gereja untuk berkembang. Pertama, di periode ini bahasa Yunani yang
dijadikan sebagai bahasa internasional membuat kesaksian injil dapat
diberitakan di berbagai wilayah di luar Palestina. Tanpa adanya bahasa
yang sama yang digunakan dalam memberitakan injil, perkembangan
Kekristenan mungkin akan lebih lambat. Kedua, adanya jalur
perjalanan yang menghubungkan Asia dan Eropa. Jalur perdagangan
yang disebut sebagai jalur sutra juga memberikan kontribusi dalam
menghubungkan berbagai dareah di Asia. Pemerintah Roma
menyediakan sarana dan menjaga jalur-jalur tersebut untuk
menjadikan semua wilayah Roma sebagai wilayah yang damai. Sarana
perjalanan tersebut memberikan keuntungan bagi gereja mula-mula
dalam memberitakan injil ke berbagai wilayah baru. Jadi, kita melihat
bahwa pekerjaan Tuhan ternyata menggunakan sarana-saranan yang
juga bersifat natural.
Meskipun demikian, abad pertama
Masehi adalah periode yang tidak mudah
bagi komunitas orang percaya. Walaupun
penganiayaan pertama kali terjadi dalam
pemerintahan Kasira Nero (64 M), namun
sejak awal berdirinya gereja, Kekristenan
mengalami tekanan baik dari kelompok
Yahudi maupun dari pemerintah Roma.
Setelah masa Kaisar Nero, gereja masih
mengalami sepuluh periode penganiayaan
sampai tahun 310 Masehi. Lebih dari satu
juta orang-orang Kristen menjadi martir di era-era penderitaan
tersebut.
Tantangan utama dari Kekristenan datang dari orang-orang
Yahudi. Walaupun orang-orang percaya yang pertama-tama adalah
orang-orang Yahudi dan mereka tetap menjadi bagian dari orang-
orang Yahudi, pemberitaan dari orang-orang Kristen mengenai Yesus
membuat mereka dikucilkan bahkan dicelakakan orang-orang Yahudi.
Kisah Para Rasul 4:1-22 mencatat mengenai sikap dan respons negatif
dari para pemimpin agama Yahudi; demikian juga dengan Kisah Para
Rasul 13-14, Lukas mencatat bahwa permusuhan terhadap pelayanan
Rasul Paulus dan teman-temannya justru datang dari orang-orang
Yahudi.
166
Menalar
Menanya
Tatangan kedua datang dari orang-orang bukan Yahudi. Pada
abad pertama Masehi Kekaisaran Roma tidak melarang adanya
perkembangan suatu agama selama keyakinan tersebut tidak
menyerang kebijakan Pemerintah Roma. Dalam kaitannya dengan
kehidupan keagamaan, masyarakat Roma pada umumnya memiliki
keyakinan yang politeis; mereka tidak melarang seseorang menyebah
dewa manapun tetapi mereka tidak dapat menerima jika ada orang
yang melarang orang lain menyebah dewa orang lain atau mengatakan
dewa orang lain bukan Tuhan. Orang-orang Kristen memberitakan
bahwa hanya Yesus yang adalah Tuhan dan tidak ada tokoh lain,
termasuk kaisar, yang dapat dipanggil Tuhan atau disembah sebagai
Tuhan. Sikap yang seperti ini dipandang sebagai bentuk intoleransi
bahkan dipandang dapat mengancam kebijakan dari pemerintah Roma
dalam menjadikan seluruh wilayah Roma sebagai kawasan yang aman
dan damai.
Tantangan ketiga datang dari dalam, yakni dari kelompok
orang Kristen tentu. Dalam Kisah Para Rasul 15 dan Galatia 1-2, kita
membaca bahwa ada kelompok orang Kristen Yahudi yang mencoba
untuk mengajarkan ajaran lain yang berbeda dengan inti berita injil,
bahwa seseorang diselamatkan dan menjadi umat Allah hanya karena
imannya kepada Kristus. Demikian juga, dalam surat 2 Petrus dan
Yudas, kita membaca mengenai kelompok orang Kristen tertentu yang
walaupun mereka nampaknya berperan sebagai guru atau
pengkhotbah namun mereka ternyata menyesatkan orang-orang
Kristen.
Jadi, gereja mula-mula berhadapan dengan berbagai
tantangan. Meskipun demikian, gereja mula-mula tetap bertumbuh
dan berkembang. Orang-orang Kristen pada abad pertama Masehi
berjumlah sekitar 0.8% dari total polulasi, namun dalam 100 tahun,
mereka bertambah dan menjadi sekitar 2.5% dari total populasi, dan
jumlah mereka terus berkembang hingga 13.4% pada abad keempat
Masehi. Sejarah gereja memperlihatkan bahwa pertumbuhan jemaat
semakin kuat ketika pemberitaan injil yang benar dipertahankan dan
pelayanan misi pun berkembang.
Diskusikanlah!
Seorang bapak gereja bernama Justinus Martir mengatakan bahwa
“darah kaum martir” adalah benih gereja; hal ini menegaskan bahwa
kematian dan penderitaan orang percaya dapat menumbuhkan gereja.
Jelaskan apakah anda setuju dengan pernyataan ini?
167
Mengumpulkan Informasi
C. Kesaksian Eksternal
Pliny adalah gubernur
yang memerintah di wilayah
Bitynia dan ia mengirim surat
kepada Kaisar Trajan (112 M)
untuk melaporkan apa yang
dilakukannya kepada orang-
orang Kristen sesuai dengan
ketetapan yang dibuat oleh Kaisar
untuk melarang gerakan
keagamaan yang disebut Kristen. Dalam catatan atau laporan tersebut,
kita dapat melihat bagaiman masyarakat Roma memandang
kehidupan dari orang-orang percaya (gereja), khususnya saat mereka
berhadapan dengan masa-masa hidup yang sukar.
“… sebuah kertas tanpa tanda tangan dihadirkan, dalamnya
terdapat banyak nama. Kepada mereka yang berkata bahwa
mereka bukan seorang Kristen atau bukan lagi seorang
Kristen, aku berpikir bahwa aku harus melepaskan mereka,
yakni saat mereka berdoa kepada dewa-dewa sesuai
dengan perintahku dan memberikan kemenyan dan anggur
kepada patungmu [kaisar] yang aku perintahkan untuk
dibawa ke pengadilan untuk melambangkan para dewa dan
juga patung Christus yang terkutuk; orang-orang yang
benar-benar Kristen tidak pernah dapat melakukannya
[menyembah Yesus bersamman dengan patung Kaisar].
Mereka [orang-orang Kristen] memeliharakan sejumlah
perilaku ganjil, yaitu, di hari yang telah ditentukan untuk
berkumpul, sebelum fajar menyingsing, mereka
mengucapkan perkataan-perkataan yang ditujukan kepada
Kristus, yang disebutnya Allah; dan mereka mengikatkan diri
mereka kepada sebuah sumpah, bukan atas suatu kejahatan
yang mereka lakukan, tetapi sumpah untuk tidak mencuri,
tidak merampok, tidak melakukan perzinahan, tidak
melanggar janji, tidak mengaku tidak punya uang ketika ada
yang membutuhkan. Setelah hal-hal itu selesai, mereka
pergi dan bertemu lagi untuk membawa makanan, sebuah
makanan yang biasa-biasa saja. Bahkan setelah peraturan
yang kubuat atas perintahmu kaisar, mereka tidak berhenti
melakukan semuanya ini.”
168
Mengumpulkan Informasi
Menalar
Dalam laporannya, Pliny menyebutkan beberapa hal yang
dilihatnya dari kehidupan orang-orang
Kristen. Hal pertama yang dilihat Pliny
adalah walaupun ada banyak orang
Kristen yang menyangkali imannya,
orang-orang yang benar-benar Kristen
tidak pernah melakukan hal tersebut.
Mereka tidak dapat memberikan
kemenyan kepada patung kasisar
walaupun bersamaan dengan patung
tersebut ada juga patung atau (mungkin juga) salib Kristus. Kedua,
orang-orang Kristen bertekun dalam doa; saat dini hari mereka selalu
berdoa dan sangat memungkinkan bahwa mereka saling mengaku
dosa satu dengan yang lain. Ketiga, mereka menyatakan komitmen
mereka dan menjalani kehidupan mereka dengan standar moralitas
yang tinggi. Keempat, mereka selalu berbagi dan nampak saling
mengasihi satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan apa yang Pliny sampaikan, kita mendapatkan
beberapa indikasi bahwa orang-orang Kristen tidak lagi dipimpin oleh
para Rasul, dan ini berarti, orang-orang Kristen yang Pliny lihat adalah
orang-orang Kristen generasi kedua. Meskipun demikian, mereka
ternyata memiliki pola kehidupan yang sama dengan pendahulunya.
Mereka sama-sama menjadikan ikrar dan keyakinan iman mereka
sebagai identitas diri mereka; mereka tidak dapat menerima ada sosok
lain yang dapat diterima dan disembah sebagai Allah selain dari Yesus.
Selain itu, disiplin rohani, moralitas dan relasi diantara orang-orang
Kristen juga memiliki kesamaan dengan gereja mula-mula. Hal-hal
itulah yang menjadi kesaksian hidup orang-orang percaya di abad
kedua Masehi.
Hal yang tidak secara eksplisit disebutkan adalah mengenai
ketekunan mereka dalam mempelajari kitab suci. Meskipun hal ini
tidak disebutkan secara langsung, namun mempelajari kitab suci
merupakan bagian utama dari kehidupan rohani orang-orang Kristen
abad kedua Masehi. Upaya dari bapak-bapak gereja di abad kedua
Masehi, misalnya saja Irenaeus, untuk mulai mengidentifikasi tulisan-
tulisan mana yang berotoritas mengindikasikan adanya kebutuhan dari
umat Kristen untuk mempelajari kitab-kitab yang mereka perlukan
dalam membangun kehidupan iman jemaat. Dengan demikian, kita
menemukan setiaknya ada tiga unsur utama yang ada pada Keristenan
awal, yakni: (1) pengakuan iman, (2) disiplin rohani, (3) moralitas dan
relasi yang benar.
169
Mengumpulkan Informasi
D. Kesaksian Internal
Salah satu kesaksian mengenai kehidupan dari Gereja Mula-
mula dapat dilihat dalam Kisah Para Rasul 2:41-47. Dalam bagian ini,
kita membaca mengenai kehidupan orang-orang percaya yang
memiliki cara hidup yang berbeda dari dunia.
Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri
dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-
kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-
rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul
untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah
mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak
mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi
percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka
adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka
yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya
kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-
masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka
berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka
memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir
dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan
tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua
orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka
dengan orang yang diselamatkan.
Lukas memperlihatkan bahwa orang-orang Kristen mengalami
pertumbuhan yang pesat. Lukas mengatakan bahwa “tiap-tiap hari
Tuhan menambah mereka dengan orang yang diselamatkan.”
Meskipun demikian, kita seharusnya menyadari bahwa walaupun
peristiwa ini dicatat dalam sebuah perikop yang pendek, hal ini tidak
berarti bahwa peristiwa tersebut terjadi dalam waktu “seminggu.”
Perkataan “mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan
berdoa” mengindikasikan sebuah pertemuan yang dilakukan berulang-
ulang. Demikan juga dengan frasa “dengan bertekun dan dengan
sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam bait Allah”
mengindikasikan hal yang sama bahwa ada jangka waktu dan proses
yang dilakukan orang-orang Kristen dalam melakukan disiplin rohani
dan membangun kehidupan yang penuh kasih dalam Tuhan. Itulah
sebabnya pelayanan misi membutuhkan sebuah proses yang tidak
sebentar waktunya.
170
Menalar
Menanya
Selain itu, kita pun perlu menyadari bahwa sebelum hari
Pentakosta, hari dimana Tuhan mengerjakan kebangunan rohani
pertama, para murid telah mengalami kebangunan rohani duluan.
Setelah Yesus terangkat ke surga, para murid menantikan apa yang
Yesus janjikan mengenai kedatangan roh Kudus. Mereka
menantikannya melalui doa (Kis. 1.12-14).
Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang
disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat
jauhnya dari Yerusalem. Setelah mereka tiba di kota, naiklah
mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang. Mereka
itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus
dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus,
dan Simon orang Zelot dan Yudas bin Yakobus. Mereka
semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama,
dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan
dengan saudara-saudara Yesus.
Dengan demikian, sebelum kebangunan rohani pertama
terjadi, “kebangunan doa” terjadi terlebih dahulu dalam diri murid-
murid Tuhan. Karena doa pada dasarnya adalah ekspresi dari iman
seseorang, maka “kebangunan doa” yang terjadi dalam diri murid-
murid Tuhan pada dasarnya mengindikasikan adanya “kebangunan
iman.”
Dalam sejarah gereja, kita menemukan sebuah pola yang sama
bahwa sebuah kebagungan rohani selalu terjadi beriringan dengan
kebangunan doa dan bertumbuhnya perhatian orang-orang Kristen
terhadap Firman Tuhan. Dalam gereja mula-mula kita menemukan
bahwa kedua aspek tersebut mengawali kebangunan rohani dalam
gereja mula-mula.
Kebangunan rohani ini ditindaklanjuti dengan tiga hal, yakni:
(1) berketekun dengan pengajaran kitab suci (PL) dan pengajaran
rasul-rasul, (2) membangun disiplin rohani, salah satunya melalui doa,
(3) membangun kehidupan yang penuh kasih.
Diskusikanlah!
Apakah dalam sebuah pelayanan misi gereja-gereja yang baru perlu
dibangun dalam sebuah komunitas baru? Jelaskan apakah kehadiran
gedung gereja benar-benar dibutuhkan dalam pembentukan sebuah
jemaat baru?
171
Mengamati
Menalar
E. Belajar dari Gereja Mula-mula
Gereja masa kini dan gereja mula-mula memiliki perbedaan.
Pergumulan yang dihadapi oleh gereja saat ini berbeda dengan Gereja
Perdana. Kita berhadapan dengan tantangan yang berbeda,
pertanyaan yang berbeda, dan juga tuntutan yang berbeda.
Kebanyakan kita tidak berhadapan langsung dengan penganiayaan
fisik atau pertanyaan mengenai boleh tidaknya orang Kristen bersunat
atau tuntutan untuk menyembah kaisar. Sekarang kita berhadapan
dengan sekularisme, pluralisme, dunia yang hancur dan rusak,
pernikahan sejenis dan isu-isu lainnya. Meskipun demikian, kita tetap
dapat belajar dari pengalaman Gereja Mula-mula dan belajar untuk
menjawab pergumulan kita di zaman sekarang dengan prinsip yang
sama dengan apa yang dipegang oleh Gereja Mula-mula.
Hal pertama, kita belajar bahwa Allah bekerja dalam
mengerjakan pertumbuhan gereja. Gereja Mula-mula bertumbuh dan
berkembang karena adanya pemeliharaan Allah. Tatangan yang
dihadapi oleh Gereja Mula-mula mulai dari lahirnya hingga abad
keempat Masehi terus memuncak. Meskipun demikian, kekristenan
tidak mengalami penurunan tetapi justru peningkatan. Dalam seratus
tahun pertama, jumlah orang-orang Kristen adalah sekitar 0.8% dan
seratus tahun kemudian mereka meningkat menjadi 2.5%. Jika pada
abad pertama dan kedua, orang-orang Kristen di beberapa wilayah
mengalami penganiayaan, pada abad ketiga penganiayaan terhadap
orang-orang Kristen hampir terjadi di seluruh wilayah Romawi dan
kekristenan pada abad ketiga meningkat hingga mencapai 7.5%. Di
abad kedua Masehi ada sekitar 81.000 orang Kristen menjadi martir
dan kekristenan tetap bertumbuh, dan pada abad ketiga ada sekiatar
399.000 orang percaya jadi martir dan kekristenan malah bertumbuh
lebih banyak lagi. Pada abad ke empat, jumlah anak-anak Tuhan yang
menjadi martir adalah sekitar 962.000 jiwa dan kekristenan pun
bertumbuh menjadi 13.4%. Hal apakah yang membuat Kekristenan
awal tidak hancur dan musnah saat mereka teraniaya? Dalam
perspektif iman, pemeliharaan Tuhan atas gereja menjadi alasan satu-
satunya yang membuat gereja dapat bertahan.
Kedua, meskipun gereja Tuhan bertahan dalam dunia ini
karena adanya pemeliharaan-Nya, Tuhan bekerja menggunakan
sarana-sarana tertentu dalam menjaga dan memelihara umat-Nya.
Sarana-sarana inilah yang disebut sebagai means of grace “sarana-
sarana anugerah Tuhan.”
172
Mengumpulkan
Informasi
Wayne Grudem, seorang ahli
dalam bidang biblika dan dogmatika,
menjelaskan bahwa sarana-sarana
anugerah adalah segala kegiatan dalam
gereja yang Tuhan gunakan untuk
memberikan lebih banyak anugerah
kepada orang-orang Kristen. Grudem
juga menyebutkan bahwa dalam
keyakinan iman Kristen, ada sekitar
sebelas sarana yang Tuhan jadikan alat
anuegrah dalam kehidupan kita, yakni:
(1) pengajaran Firman Tuhan, (2)
sakramen baptis, (3) sakramen
perjamuan kudus, (4) doa syafaat, (5) ibadah, (6) disiplin gereja, (7)
persembahan, (8) karunia rohani, (9) persekutuan, (10) penginjilan,
(11) pelayanan.
Dalam Kisah Rasul 2:41-47, kita melihat beberapa sarana
anugerah yang Gereja Mula-mula bertekun dalamnya, yakni,
pengajaran yang benar, sakramen, doa, ibadah, persembahan,
penginjilan dan pelayanan. Tentu hal-hal lain yang menjadi sarana
anugerah Allah juga ada dalam Gereja Mula-mula, hanya saja hal-hal
tersebut tidak dibicarakan dalam Kisah Rasul 2. Dalam Kisah Rasul 5:1-
11, kita membaca mengenai disiplin gereja yang dilakukan dalam
Gereja Mula-mula; demikian juga dengan Kisah Rasul 6:1-7, para Rasul
menetapkan orang-orang untuk melayani pelayanan meja
berdasarkan karunia yang Tuhan berikan kepada jemaat.
Ketiga, Gereja Mula-mula memperlihatkan bahwa Tuhan
mengerjakan pertumbuhan melalui sebuah proses. Oleh karena itu,
gereja perlu bersabar dalam menjalani proses pertumbuhan dan
menjalaninya dengan iman. Kita terkadang bergantung kepada apa
yang kita lihat melalui mata, namun cara Tuhan bekerja seringkali
melampaui apa yang kelihatan.
Demikian juga dengan pelayanan misi, Tuhan pun bekerja
sesuai dengan waktu Tuhan. Tuhan Yesus dalam mengerjakan
pelayanan misi-Nya, ia mengutamakan kesetiaan kepada panggilan-
Nya ketimbang mencari jumlah orang untuk menjadi pengikutnya.
Melalui 12 murid-Nya, Allah bekerja membangun dan
mengembangkan Kerajaan Allah di dunia ini. Hal ini memperlihatkan
kepada kita bahwa pekerjaan Allah adalah pasti tetapi Ia terkadang
bekerja secara kasat mata.
173
F. Penutup
Gereja Perdana berhasil melewati tantangan yang mereka
harus hadapi di zamannya. Keberhasilan mereka tentu merupakan
karya Allah. Dia-lah yang menjaga gereja Tuhan sehingga tidak habis
karena penganiayaan. Gereja masa kini juga hendaknya meyakini hal
yang sama bahwa untuk berkembang dan bertumbuh, gereja perlu
bergantung pada Tuhan.
Gereja Perdana bertumbuh melalui sebuah proses yang
panjang. Dalam proses ini Tuhan memakai berbagai sarana anugerah
untuk menumbuhkan gereja. Tuhan memakai pengajaran yang benar,
kehidupan doa, persekutuan, ibadah dan sarana anugerah lainnya
dalam menumbuhkan iman jemaat. Gereja masa kini juga perlu belajar
untuk menggunakan berbagai sarana anugerah Allah dalam
membangun gerejanya. Khotbah-khotbah yang bukan hanya
ekspositoris tetapi juga menekankan Kristus dan sejarah keselamatan
dibutuhkan jemaat. Selain itu, doa syafaat haruslah juga diajarkan
kepada jemaat dan dijadikan bagian dalam disiplin rohani jemaat.
Sakramen, baik itu Baptisan dan Perjamuan Kudus, haruslah diajarkan
terus menerus kepada jemaat supaya mereka memahami makna
sakramen dengan benar. Hal yang sama harus dilakukan terkait
dengan sarana anugerah lainnya.
Dalam doanya (lih. Yoh. 17), Tuhan Yesus meminta kepada
Bapa supaya Ia melindungi murid murid-Nya. Yesus mengutus orang-
orang percaya kepada dunia dan memang dunia adalah tempat yang
berbahaya bagi anak-anak Tuhan, tetapi Tuhan sudah meminta supaya
Bapa melindungi kita. Mungkinkah Bapa tidak mendengarkan doa
Yesus bagi kita? Bapa pasti mendengarkan doa Yesus bagi kita supaya
Ia melindungi kita. Pemeliharaan dan perlindungan Bapa terhadap
gereja sudah kita lihat selama lebih dari 2000 tahun; walaupun gereja
pernah mengalami masa terpuruk dan hampir musnah di era Abad
Pertengahan, tetapi ada tangan Tuhan yang memegang gereja-Nya
dan memulihkannya di era Reformasi. Itulah sebabnya, gereja
seharusnya hidup dengan iman dan percaya akan campur tangan
Tuhan dalam menjalani penggilannya di dunia ini.
Rebecca Manley Pippert mengingatkan bahwa kesaksian
komunitas merupakan bentuk pelayanan misi yang penting. Gereja
dapat menggunakan kelompok kecil atau studi Alkitab sebagai bentuk
pemuridan dan pembentukan pelayanan misi bagi jemaat.
174
Mengkomuni kasikan
Ringkasan
1. Gereja Mula-mula adalah model bagi pelayanan misi gereja
modern.
2. Perkembangan Gereja Mula-mula didukung oleh konteks
historis yang pada dasarnya memperlihatkan karya Tuhan
dibalik sejarah manusia yang membuat Gereja Mula-mula
dapat memberitakan injil secera efektif di zamannya.
3. Gereja Mula-mula berhadapan dengan tantangan external,
khususnya penolakan dari masyarakat dan penganiayaan.
4. Pelayanan Misi bergantung pada pemeliharaan Tuhan.
Ayat Hafalan
Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan yang ajaib di antara segala suku bangsa.
Mazmur 96:1-3
Aktivitas
Buatlah sebuah daftar bagaimanakah anda menghabiskan uang anda
setiap bulan dan sharingkan dengan seorang teman dekatmu berapa
banyak anda menggunakan uang untuk pekerjaan Tuhan dan
bagaimana caranya supaya anda dapat memberi yang terbaik bagi
Tuhan melalui apa yang anda miliki.
Bacaan Lanjutan
Kobong, Th. Iman dan Kebudayaan. Jakarta: BPK, 1994. Bab 3.
Metzger, Will. Tell the Truth: The Whole Gospel to the Whole Person by
Whole People. Jakarta: Momentum, 2005. Bab 11.
Pippert, Rebecca Manley. Keluar dari Tempat Garam Masuk ke dalam
Dunia: Penginjilan sebagai Gaya Hidup. Jakarta: YKBK, 2010. Bab 18.
176
Mengamati
Menanya
Pelajaran 12
Misi Dalam Pelayanan Para Rasul
A. Pendahuluan Peran Roh Kudus dalam pelayanan misi sangatlah penting. Roh
Kudus-lah yang menggerakan pelayanan misi dan memperlengkapi
orang-orang yang dipanggil-Nya untuk mengemban tugas khusus,
menjadi pemberita-pemberita injil di ladang misi yang Tuhan telah
tetapkan bagi mereka. Dalam Kisah Rasul, Roh Kudus mengendalikan
perkembangan pemberitaan injil. Karya Roh Kudus dalam memimpin
orang-orang percaya untuk memenuhi panggilan pelayanannya inilah
yang disebut dipenuhi Roh Kudus
Dalam Kekristenan di era modern ini, ajaran mengenai Roh
Kudus menjadi salah satu pokok ajaran yang diperdebatkan. Demikian
juga dengan Istilah “dipenuhi dengan Roh Kudus” menjadi
perdebatan. Sebagian orang percaya bahwa dipenuhi dengan Roh
Kudus adalah sebuah pengalaman rohani yang unik saat seseorang
menerima jamahan dari Roh Kudus. Sebagian orang lain percaya
bahwa dipenuhi dengan Roh Kudus adalah karya Tuhan dalam
menghasilkan buah-buah Roh.
Diskusikanlah! Menurut anda, apakah arti dari dipenuhi dengan Roh Kudus? Seperti
apakah orang-orang yang dipenuhi dengan Roh Kudus dan apakah
yang menjadi ciri-cirinya?
Seseorang yang dipenuhi Roh Kudus tentu memiliki ciri-ciri
tertentu. Alkitab menyebutkan bahwa seseorang yang dipenuhi oleh
Roh Kudus, mereka juga akan hidup oleh Roh. Istilah ini
memperlihatkan adanya kaitan yang erat antara pengalaman dipenuhi
dengan Roh Kudus dan kehidupan baru yang orang-orang percaya
miliki. Dalam pelajaran ini, kita akan mendiskusikan arti dari konsep
dipimpin oleh Roh Kudus dalam kaitannya dengan kehidupan umat
Tuhan dan juga pelayanan misi gereja. Kita akan membahas pengertian
umum dari terminologi “dipenuhi” dan juga penggunaannya dalam
kitab-kitab PB.
177
Mengamati
Mengumpulkan Informasi
B. Pengertian Dipenuhi Roh Kudus
Pembahasan mengenai tema-tema seputar Roh Kudus selalu
menarik perhatian orang-orang Kristen. Ada banyak pertanyaan
mengenai berbagai isu, fenomena dan istilah di seputar ajaran tentang
Roh Kudus. Ada yang tertarik untuk bertanya mengenai pengertian
baptisan Roh Kudus, atau bertanya mengenai karunia Roh Kudus,
urapan Roh Kudus, bahasa Roh dan dipenuhi dengan Roh Kudus,
seperti tema yang hari ini kita akan bahas. Terkait dengan konsep
dipenuhi Roh Kudus, salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan
adalah apakah bahasa Roh adalah tanda dari orang yang dipenuhi Roh
Kudus? Jika bahasa Roh bukanlah tandanya, lantas orang yang
dipenuhi Roh Kudus itu seperti apa? Hari ini kita akan mencoba untuk
mempelajari bagaimanakah ajaran yang benar mengenai “dipenuhi
oleh Roh Kudus” dan apakah ciri atau tanda dari orang yang penuh
dengan Roh Kudus?
Apakah arti dari istilah “dipenuhi
dengan Roh Kudus?” Sebelum mempelajari
arti “dipenuhi dengan Roh Kudus,” kita
harus memahami terlebih dahulu arti dari
istilah “dipenuhi.” Penelitian dari dua
orang pakar linguistik PB, yakni Yohannes P.
Louw dan Eugene A. Nida, menjelaskan
bahwa istilah pimplemi (bahasa Yunani),
yang dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan “penuh” atau “dipenuhi,”
digunakan dalam dua konteks. Pertama,
istilah “pimplemi” digunakan dalam konteks sebuah tindakan untuk
memenuhi apa yang seharusnya terjadi. Dalam konteks ini istilah
“pimplemi” dapat diterjemahkan dengan istilah menggenapkan atau
digenapkan. Dalam konteks yang kedua, istilah “pimplemi” memiliki
arti sepenuhnya dipenuhi atau diisi.”
Dalam konteks Roh Kudus, istilah “pimplemi” atau dipenuhi
selalu digunakan dalam konteks “sepenuhnya diisi atau dipenuhi.”
Sampai di sini, kita mungkin berpikir, apakah dengan demikian istilah
dipenuhi dengan Roh Kudus itu seperti orang yang kesurupan atau
kerasukan, dimana ia tidak lagi dapat menguasai dirinya sendiri, dan ia
kemudian tanpa dapat dikendalikan kemudian bernubuat, berbahasa
lidah, menunjukkan atau mengeluarkan tanda-tanda supranatural
tertentu?
178
Menalar
Mengumpulkan Informasi
Dalam kasus Kisah Rasul 2, dalam peristiwa Pentakosta
memang pada saat murid-murid Tuhan dipenuhi oleh Roh Kudus,
mereka kemudian berkata-kata dalam bahasa lidah, namun dalam
peristiwa-peristiwa lainnya tidak selalu terjadi hal yang sama. Selain
itu, dalam peristiwa Pentakosta, kita tidak menemukan adanya indikasi
yang memperlihatkan bahwa murid-murid Tuhan menjadi orang-
orang yang seperti kesurupan, dimana mereka tidak mampu
menguasai diri mereka dan berkata-kata dengan sendirinya mengenai
kebenaran-kebenaran Firman Tuhan. Saat mereka dipenuhi dengan
Roh Kudus, mereka justru mampu menggunakan pemahaman-
pemahaman iman mereka dengan sangat baik.
C. Dipenuhi Roh Kudus Untuk Memberitakan Injil Istilah dipenuhi Roh Kudus ternyata hanya muncul dalam
dalam Injil Lukas dan Kisah Para Rasul. Dalam Lukas 1:15, Lukas
mencatat pesan yang disampaikan malaikat kepada Zakaria, bahwa
istrinya Elisabeth akan melahirkan seorang anak, yang kelak akan
dinamai Yohanes Pembaptis, dimana anak ini akan dipenuhi dengan
Roh Kudus. Kemudian dalam Lukas 1:41, Lukas mencatat bahwa
Elisabeth, yang adalah istri dari Zakaria dan ibu dari Yohanes
Pembaptis dikatakan dipenuhi dengan Roh Kudus. Selanjutnya dalam
Lukas 1:67, Zakaria ayah dari Yohanes Pembaptis juga dikatakan
dipenuhi dengan Roh Kudus. Dalam Lukas 4:1, Lukas mengatakan
Yesus penuh dengan Roh Kudus. Dalam Kisah 2:4, dalam peristiwa
Pentakosta, murid-murid Tuhan dipenuh dengan Roh Kudus. Demkian
juga dalam Kisah Rasul 4:8, Lukas mencatat pada saat Petrus
berhadapan dengan mahkamah atau pengadilan agama, dikatakan
oleh Lukas dipenuhi dengan Roh Kudus dan berkata-kata dengan
penuh keberanian menjelaskan Kristus. Dalam Kisah 4:31, Lukas pun
mencatat bahwa orang-orang percaya yang mendoakan Petrus juga
dipenuh dengan Roh Kudus dan kemudian mereka bersaksi dengan
berani. Dalam Kis 9:17, Lukas mencatat mengenai pertobatan Rasul
Paulus, dimana ketika itu ia dipenuhi dengan Roh Kudus, dan efeknya
adalah ia memberitakan injil dengan berani. Dalam Kis 13:9, dalam
konteks tantangan pertama yang dihadapi Rasul Paulus dalam
perjalanan pemberitaan injil ke Siprus, Rasul Paulus dikatakan oleh
Lukas sebagai orang yang penuh dengan roh Kudus. Selain Paulus
dalam Kisah 11:24, Barnabas, kawan sekerja Rasul Paulus, dalam
konteks pelayanan pemberitaan injil yang dikerjakannya, ia juga
disebutkan oleh Lukas sebagai orang yang penuh dengan Roh Kudus.
179
Mengumpulkan Informasi
Dilihat dari konteks kemunculan istilah dipenuhi dengan Roh
Kudus dalam Kisah Para Rasul, seorang pakar Perjanjian Baru, bernama
R. Schippers menjelaskan istilah penuh dengan Roh Kudus selalu
dikaitkan dengan kondisi untuk berbicara dengan penuh keberanian
dalam konteks missionary situation “pemberitaan injil.” Istilah
dipenuhi atau penuh dengan Roh Kudus, dalam Kisah Para Rasul
memang selalu digunakan dalam konteks pemberitaan injil atau
penyampaian Firman atau kebenaran-kebenaran Allah. Dalam Kisah
Para Rasul 4, dengan sangat jelas, kita melihat bahwa Petrus yang
dikatakan penuh dengan Roh Kudus tersebut, ia kemudian
menyaksikan imannya dengan penuh keberanian dihadapan
pengadilan agama Yahudi. Demikian juga dengan jemaat-jemaat yang
mendoakan Petrus, ketika mereka dipenuhi dengan Roh Kudus,
mereka kemudian menjadi jemaat yang berani memberitakan injil.
Lebih jauh dari ini, jika kita memperhatikan lebih dalam
kemunculan istilah dipenuhi dengan Roh Kudus dalam Kisah Para
Rasul, maka konsep dipenuhi dengan Roh Kudus juga dapat dipahami
dari dua aspek. Aspek yang pertama adalah istilah dipenuh dengan Roh
Kudus dapat dimengerti sebagai karya Roh Kudus dalam diri jemaat
atau orang Kristen tertentu, dimana dalam sebuah situasi dan kondisi
tertentu yang sangat terjepit, mereka diberikan kemampuan dan
keberanian untuk menyampaikan injil dan kebenaran-kebenaran
Allah.
Masih ingatkah kita dengan perkataan Tuhan Yesus kepada
murid-murid-Nya dalam Lukas 12:11-12, yang mengatakan demikian:
Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis-majelis
atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-
penguasa, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa yang
harus kamu katakan untuk membela dirimu. Sebab pada
saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus
kamu katakan.”
Karya Roh Kudus dimana Ia mengaruniakan kepada kita
kemampuan untuk berkata-kata dan menjelaskan berita injil serta
kebenaran-kebenaran Allah, pada saat kita dalam sebuah situasi dan
konsisi yang berbahaya dan terjepit, inilah yang disebut dengan
“dipenuhi Roh Kudus.” Dengan demikian, dipenuhi Roh Kudus tidak
terkait dengan sebuah pengalaman supraalamiah tertentu dimana
seorang Kristen kehilangan kesadaran dan berlaku seperti orang
kerasukan.
180
Menalar
Aspek kedua dari pengertian penuh atau dipenuhi dengan Roh
Kudus menunjuk pada kualitas hidup orang Kristen yang mau dan
mampu memberitakan injil serta kebenaran-kebenaran Tuhan dengan
berani dan benar. Dalam Alkitab istilah “penuh dengan Roh Kudus”
juga digunakan sebagai kata sifat atau predikat yang menjelaskan
kualitas hidup orang-orang tertentu. Yohanes Pembaptis disebut
sebagai orang yang penuh dengan Roh Kudus, Yesus juga disebut
penuh dengan Roh Kudus, Stefanus juga dikatakan penuh dengan Roh
Kudus, demikian juga dengan Paulus dan Barnabas. Predikat ini,
maksudnya predikat penuh dengan Roh Kudus, saat dikaitkan dengan
orang-orang tertentu, maka predikat tersebut menunjuk pada kualitas
hidup orang-orang tersebut.
Jadi, Yohanes Pembaptis disebut sebagai orang yang penuh
dengan Roh Kudus sebab ia adalah orang yang berani menyampaikan
kebenaran-kebenaran tentang Tuhan. Demikian juga dengan Yesus,
Stefanus, Paulus dan Barnabas, mereka semua mempunyai kualitas
hidup yang sama yakni orang-orang yang dengan berani
menyampaikan kebenaran-kebenaran Firman Allah pada manusia.
Di awal diskusi, kita membicarakan mengenai apakah tanda
dari orang yang dipenuhi dengan Roh Kudus? Tanda dari orang yang
dipenuhi Roh Kudus adalah keberanian dia dalam menyampaikan injil
dan kebenaran-kebenaran Tuhan pada orang-orang di sekitarnya dan
dunia.
D. Makna “Dipenuhi Roh Kudus” Kita sekarang akan mendiskusikan implikasi dari karya Tuhan
saat Ia memenuhi kehidupan orang-orang percaya. Apakah yang harus
menjadi respons kita?
Pertama, dalam konteks dipenuhi dengan Roh Kudus sebagai
karya Roh Kudus dalam memampukan sesorang untuk menyampaikan
berita injil dalam situasi dan kondisi yang darurat dan membahayakan,
kita melihat bahwa Tuhan ternyata telah memberikan apa yang kita
butuhkan untuk mengerjakan tugas dan panggilan-Nya bagi kita untuk
bersaksi bagi Tuhan sampai ujung-ujung bumi, bahkan pada saat dan
kondisi yang sangat berbahaya sekalipun.
Melihat bagaimana Tuhan berjanji dan memperlihatkan bahwa
Ia tidak meninggalkan orang-orang percaya, bahkan saat mereka
berhadapan dengan situasi yang kritis dan penuh resiko, menantang
kita untuk “tidak perlu takut” dalam bersaksi bagi Tuhan, baik melalui
perkataan maupun perbuatan disetiap kesempatan yang kita miliki.
181
Bersaksi tidaklah mudah, apalagi jika kita harus bersaksi di
tengah-tengah komunitas yang “tidak menyukai” bahkan membenci
komunitas orang-orang Kristen. Meskipun demikian, kondisi seperti ini
hendaknya jangan membuat kita tidak mau lagi bersaksi, atau
membuat kita mengurung diri kita sendiri dalam lingkup yang disebut
gereja. Kita harus pergi kepada dunia, di sana adalah tempat bagi kita
untuk memenuhi panggilan kita, menjadi saksi, menceritakan dan
memperlihatkan Tuhan serta kebenaran-Nya kepada dunia ini mulai
dari Yerusalem, tempat terdekat kita, sampai ujung-ujung bumi,
tempat terjauh yang dapat kita capai. Jangan takut, Tuhan akan
memberikan kepada kita segala sesuatu yang kita butuhkan untuk
mampu menunaikan tugas ini dengan baik.
Hal kedua yang dapat kita pelajari adalah penuh dengan Roh
Kudus sebagai kualitas hidup orang percaya, dimana kita menjadi
orang yang berani bersaksi dan memberitakan injil serta kebenaran
Allah dengan benar, haruslah menjadi aspek utama pembelajaran kita.
Untuk menjadi orang yang punya kualitas mampu memberitakan injil
serta kebenaran-kebenaran Allah dengan benar dan berani ada
beberapa hal yang harus kita terus benahi dalam hidup kita. Apakah
itu?
1. memperlajari kebenaran-kebenaran Allah dengan benar.
Mengapa mempelajari kebenaran-kebenaran Allah dengan
benar sangatlah penting dalam memperlengkapi diri untuk
menjadi orang-orang yang berani memberitakan injil dan
kebenaran-kebenaran Allah dengan benar dan berani? Maka
jawabannya adalah jika kita tidak memahami kebenaran-
kebenaran Allah dengan benar, maka apa yang dapat kita
beritakan? Untuk dapat memberitakan injil dan kebenaran-
kebenaran Allah, maka kita harus mengerti dan mengetahui
terlebih dahulu seperti apakah kebenaran-kebenaran Allah itu.
Itulah sebabnya kita perlu mempelajari kebenaran-kebenaran
Firman Tuhan, haruslah menjadi program utama anda. Dengan
mempelajari kebenaran-kebenaran Firman Allah, maka kita
akan menjadi orang yang tahu benar apa yang kita yakini dan
apa yang harus kita beritakan kepada orang lain. Kita juga perlu
terus menerus mencintai yang namanya “belajar Firman
Tuhan.” Setiap kesempatan yang ada untuk mempelajari
Firman Tuhan, haruslah kita gunakan dengan sebaik-baiknya.
Teruslah membangun dirimu dalam pengajaran yang sehat dan
benar.
182
Menanya
Menalar
2. Hal kedua yang harus kita lakukan supaya kita menjadi orang
yang mempunyai kualitas penuh dengan Roh Kudus. Orang-
orang yang dengan penuh keberanian dapat memberitakan
injil dengan benar adalah membenahi kehidupan kita.
Kebenaran-kebenaran Tuhan yang hidup, akan menjadi tidak
efektif jika kita yang menyampaikannya hidup dalam berbagai
macam dosa. Bagaimana kita akan dapat berkata bahwa Allah
itu penuh kasih, jika kita menjadi orang yang kejam dengan
orang lain. Kita tidak dapat memberitakan kepada anak kita
bahwa Allah itu adalah Bapa yang pemurah dan penuh rahmat
jika kita di rumah perilakunya lebih mirip kuasa kegelapan
dibandingkan manusia.
Diskusikanlah
Jelaskan bagaimana seharusnya seorang Kristen bersikap terhadap
orang-orang yang miskin yang ada di sekitarnya? Apakah menolong
orang miskin atau memberikan uang kepada orang miskin merupakan
sebuah pelayanan misi?
Menaruh perhatian terhadap orang-orang miskin dan terlantar
adalah salah satu dari pelayanan misi jemaat. Yang dimaksudkan
dengan orang-orang miskin menunjuk pada mereka yang secara
ekonomi lemah, dimana mereka tidak memiliki kekuatan ekonomi
yang cukup untuk menopang keluarganya. Mereka yang terlantar
menunjuk pada komunitas orang-orang tertentu yang dilupakan baik
oleh keluarga ataupun masyarakat ataupun gereja tempat dimana ia
hadir dan beribadah. Orang-orang yang menjadi yatim piatu juga
menjadi sasaran dari pelayanan misi.
Orang-orang percaya yang hidupnya dipenuhi oleh Roh kudus,
mereka tidak dapat berdiam diri saat melihat orang-orang miskin di
sekitarnya. Tuhan Yesus memberikan contoh dalam kisah orang kaya
dan Lazarus yang miskin mengenai kehidupan si orang kaya yang
walaupun di depannya ada orang yang begitu membutuhkan bantuan
tetapi ia tidak dapat melihat orang tersebut. Seseorang yang terjun
dalam pelayanan misi harus memiliki hati seperti Tuhan Yesus; dimana
saat ia melihat orang-orang begitu haus untuk mendengarkan berita
injil, Alkitab menyebut bahwa hati Yesus tergerak oleh belas kasihan.
Perasaan dan sikap empati yang seperti itulah yang seharusnya
mewarnai kehidupan seorang Kristen.
183
E. Penutup Rasul Paulus adalah salah satu pemberita injil dalam gereja
mula-mula. Fokus pelayanannya adalah pergi ke daerah-derah dimana
orang-orang bukan Yahudi tinggal. Melayani kelompok bukan Yahudi
di abad pertama Masehi sering kali dipandang sebagai pelayanan yang
tidak penting sebab orang-orang Yahudi memandang orang-orang
bukan Yahudi di waktu itu sebagai bangsa yang berdosa dan najis.
Itulah sebabnya, ada banyak orang-orang Yahudi di abad pertama
Masehi yang tidak mau bergaul (misalnya saja makan bersama)
dengan kelompok orang bukan Yahudi.
Rasul Paulus memilik panggilan untuk melayani orang-orang
yang berasal dari kelompok bukan Yahudi. Itulah sebabnya, ia pergi ke
kota-kota dan berbagai wilayah dimana orang-orang bukan Yahudi
tinggal. Ia bahkan mengangkat beberapa orang murid dari orang-
orang bukan Yahudi. Sikap dan keterbukaan Rasul Paulus terhadap
pelayanan orang-orang non-Yahudi menjadi alat di tangan Tuhan
untuk membawa berita injil pada segala bangsa.
Paul Borthwick memperlihatkan
bahwa Paulus memiliki kasih yang
progresif bagi mereka yang terhilang.
Itulah sebabnya ia rela membayar harga
dalam melayani mereka. Selain itu Paulus
juga melihat penjangkauan terhadap
mereka yang terhilang merupakan suatu
kewajiban dan ada sukacita yang
dirasakan saat ia melakukannya. Itulah
sebuah hasrat kudus yang seharusnya
dimiliki orang-orang percaya dalam
bersaksi bagi Tuhan. Bukan saja karena
kewajiban tetapi karena kerinduan dalam
melihat orang-orang diselamatkan dari
ancaman penghukuman neraka.
Orang-orang percaya perlu memiliki hati dan komitmen yang
sama seperti Rasul Paulus. Kita dipanggil Tuhan bukan hanya untuk
memberitakan injil kepada orang-orang yang kita kenal dan baik
dengan kita saja tetapi kepada segala bangsa, kepada mereka yang
jauh dari kita. Roh Kudus diberikan pada kita dan Ia akan memenuhi
hidup kita jika kita memiliki komitmen untuk diperlengkapi dan untuk
memberitakan injil Kerajaan Tuhan.
184
Mengkomuni kasikan
Ringkasan
1. Roh Kudus berperan penting baik dalam pertumbuhan maupun
kesaksian dari para Rasul dan gereja.
2. Roh Kudus mempengaruhi pelayanan dari para Rasul dan
mereka taat pada pimpinan Roh Kudus. Ketaatan pada
pimpinan Roh Kudus inilah yang dimaksudkan dengan dipenuhi
oleh Roh.
3. Kepenuhan dengan Roh Kudus terkait dengan pelayanan umat
Tuhan dalam mengerjakan pelayanan misi dan bukan terkait
dengan sebuah pengalaman yang bersifat supraalamiah.
Ayat Hafalan
Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
1 Korintus 6:19-20
Aktivitas Buatlah sebuah kelompok terdiri dari dua peserta dan buatlah sebuah role-play yang menceritakan seseorang yang jahat namun mendapatkan pengampunan dari orang yang dilukainya. Melalui peragaan ini belajarlah mengenai pengampunan yang Allah telah berikan dalam kehidupan anda.
Bacaan Lebih Lanjut
Borthwick, Paul. Stop Witnessing and Start Loving. Malang: SAAT,
2004. Bab 2.
Bosch, David J. Transformasi Misi Kristen: Sejarah Teologi Misi yang
Mengubahkan dan Berubah. Terj. Jakarta: BPK, Bab 3-4.
Ott, Craig, Stephen J. Strauss, and Timothy Tennet. Enountering
Theology of Mission: Biblical Foundations, Historical Developments,
and Contemporary Issues. Grand Rapids: Baker, 2010. Bab 2.
185
Evaluasi
1. Jelaskanlah apakah yang menjadi misi manusia menurut kisah penciptaan?
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
2. Jelaskan apakah yang silsilah Tuhan Yesus dalam Matius 1:1-18 dapat
perlihatkan mengenai sejarah keselamatan?
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
3. Apakah artinya menjadi garam dunia?
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
4. Tuliskan apakah yang disaksikan oleh Pliny mengenai kehidupan orang-orang
Kristen?
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
5. Jelaskan apakah artinya dipenuhi Roh Kudus?
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
186
Menganal Tokoh Misi
Nama
Lahir
Pelayanan
Hudson Taylor
Yorkshire - Inggris (1832)
Melayani di Cina mulai dari tahun 1854; mendirikan China Inland Mission (CIM dan sekarang menjadi lembaga misi OMF) pada tahun 1865; dalam jangka waktu 30 tahun, CIM telah berhasil merekrut 640 utusan injil yang melayani di Tiongkok dan di tahun 1914, lembaga ini menjadi lembaga misi terbesar yang berhasil merekrut sebanyak 1.368 misionaris.
Mengenal Ladang Misi: Cina
Luas Wilayah
Etnis
Agama Kekristenan
9.573.000 Km2
Ada sekitar 500 suku dan dibagi menjadi 50 etnis; misalnya saja Han Mandarin, Wu Han, Han Kanton, Hakka, Han Hainan, Manchu, Mongolia, dan suku-suku lainnya.
44.36 % tidak beragama, 28.50 % penganut kepercayaan, 12.5% Buddha, 7.92% Kristen, 4.55% agama suku, 1.87% Islam, dan lainnya 0.3%. Protestan 2.24%; Katolik 1.6%; Independen 4.12%; lainnya sekitar 0.25%
188
Bab 4
Injil dan Kesaksian Orang Kristen
Kompetensi Dasar
1.4 Menghayati misi sebagai tugas perutusan
2.4 Mengamalkan misi sebagai tugas perutusan
3.4 Memahami misi sebagai tugas perutusan
4.4 Menyajikan hasil kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan misi sebagai tugas pengutusan
189
Looking at proclamation and
demonstration in making known
the Kingdom of God we need to see
them constituting one whole … Not
merely parts held together, not even
priorities maintained, but our
primary concern is for a submission
to God as representative of his
kingdom so that his purposes will be
accomplished through the obedience
of his people. Mission will be
incomplete unless seen from the
whole horizon of the kingdom.
Ken Gnanakan
190
Peta konsep
Berita Injil
Kesaksian dalam
Keluarga dan Gereja
Kesaksian Soail
Kesaksian dalam
Masyarakat
Kesaksian dalam
Pemeliharaan Alam
192
Mengamati
Menanya
Mengamati
Pelajaran 13
Berita Injil Dan Berita Surga
Pendahuluan
Orang-orang Kristen pada umumnya mengaku telah percaya
kepada Yesus. Mereka juga mungkin terdaftar dalam jemaat tertentu
dan bahkan aktif dalam sebuah pelayanan. Meskipun demikian, hal ini
tidak berarti bahwa semua orang Kristen memiliki motif yang sama saat
mereka percaya kepada Yesus.
Diskusikanlah!
Dalam sebuah kelompok kecil, sekitar 4-5 orang, ceritakan pengalaman
pertobatan anda dan ceritakan mengapa anda percaya dan menerima
Yesus?
Ada banyak alasan mengapa seseorang percaya pada Yesus.
Sebagian orang menerima Yesus supaya masuk surga. Hal ini
disebabkan pemberitaan injil yang dilakukan oleh orang-orang tertentu
yang berpusatkan pada tawaran untuk masuk surga. Dalam
pemberitaan injil, orang-orang Kristen terkadang “menakut-nakuti”
orang lain dengan konsep neraka, kemudian menawarkan surga bagi
orang yang mau percaya kepada Yesus. Walaupun surga dan neraka
adalah riil tetapi seseorang tidak dapat mengambil keputusan dengan
benar untuk menerima Yesus berdasarkan kedua hal tersebut.
193
Mengumpulkan Informasi
Menalar
Konsep surga itu memang ada dan dibicarakan dalam Alkitab.
Namun, konsep surga yang bagaimanakah yang dipahami oleh orang-
orang yang belum percaya pada Yesus saat mereka ditawari berita injil?
Apakah saat seorang pemberita injil menceritakan tentang surga,
seorang yang belum percaya Yesus pasti memiliki pengertian yang
benar tentang surga? Jawabannya adalah kemungkinan besar tidak.
Orang-orang pada umumnya memahami surga dalam kaca mata
kesenangan duniawi.
1. Janji Mengenai Surga
Walaupun dalam Alkitab memang ditegaskan bahwa di surga
tidak ada lagi penderitaan dan air mata, namun, hakikat surga bukanlah
tempat kita menikmati kesenangan-kesenangan duniawi yang tidak
dapat kita nikmati dalam dunia ini. Surga adalah tempat dimana
manusia dengan Allah bersekutu secara sempurna, dimana kita dan
Allah akan berhadapan muka dengan muka, dimana kita dan Allah akan
bersatu sepenuhnya, menikmati sebuah persekutuan yang sempurna.
Surga pada dasarnya berbicara mengenai relasi manusia dengan Allah.
Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal
Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus
Kristus yang telah Engkau utus.
Yohanes 17:3
Tuhan Yesus mengajar kita bahwa hidup yang kekal itu terutama terkait
dengan relasi dan bukan terkait dengan lamanya waktu hidup. Hidup
yang kekal bukan hanya menekankan jangka waktu yang tidak akan
pernah berakhir, tetapi juga menegaskan kualitas hidup dan relasi baru
yang seseorang miliki dalam Tuhan. Hidup kekal adalah persekutuan
yang indah antara manusia dengan Tuhan selama-lamnya.
Itulah sebabnya, dalam pelayanan misi berita surga yang
disampaikan bukanlah sebuah sarana pelarian bagi mereka yang hidup
menderita dalam dunia ini. Surga sebenarnya adalah realitas dari
pemerintahan Allah dan surga sebenarnya sedang turun ke dunia dalam
kedatangan Tuhan Yesus dan satu kali surga dan bumi akan bersatu dan
itulah yang menjadi karya Allah dalam sejarah manusia. Pelayanan misi
mencoba untuk menolong jemaat memahami visi ini dan
memperlengkapi mereka untuk terlibat dalam menghadirkan
pemerintahan Allah di dunia.
194
Mengumpulkan Informasi
2. Berita Injil adalah Berita tentang Kelepasan dari Dosa
Jika Yesus memang tidak pernah menjanjikan akan memberikan
surga seperti yang manusia berdosa pada umumnya harapkan, lalu apa
yang sebenarnya Yesus akan berikan atau janjikan pada kita yang
mempercayakan hidup pada-Nya? Jawabannya ada dalam 2 Timotius
1:9-10.
“Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan
panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita,
melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri,
yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus
sebelum permulaan zaman dan yang sekarang dinyatakan
oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil
telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang
tidak dapat binasa.”
Surat 2 Timotius dituliskan oleh Rasul Paulus kepada Timotius,
anak rohani sekaligus penerus pelayanan
Paulus. Menurut para ahli kitab suci,
surat 2 Timotius kemungkinan besar
dituliskan Rasul Paulus menjelang akhir
hidupnya, yang diduga mati pada tahun
66 M dimasa pemerintahan kaisar Nero.
Rasul Paulus sendiri, telah mengetahui
bahwa kehidupannya tidaklah lama lagi.
Itulah sebabnya saat ia menuliskan
pesan-pesan terakhirnya pada Timotius,
maka pesannya itu pastilah pesan-pesan
yang utama atau penting.
Salah satu pesan utama Rasul
Paulus Kepada Timotius adalah Timotius harus meyakini, berpegang dan
mengajarkan kepada jemaat yang dilayaninya bahwa Yesus yang
menyelamatkan kita, Ia memanggil kita kepada kehidupan yang kudus.
Mengapa Rasul Paulus menegaskan hal ini? Jika kita membaca dalam
surat 1 Timotius, kita akan mendapatkan jawabannya. Persoalannya
adalah pada waktu itu, kehidupan jemaat serta para pemimpin gereja
mulai banyak yang tidak tertib. Timotius sedang berhadapan dengan
jemaat yang secara moral dan karakter mengalami kemerosotan.
Nampaknya usaha Timotius dalam menjaga kemurnian gereja
mendapatkan rintangan yang berat.
195
Mengumpulkan Informasi
Menalar
Menanya
Mengumpulkan Informasi
Itulah sebabnya Rasus Paulus, di saat-saat akhir hidupnya tetap
mengingatkan dan mendorong Timotius untuk terus berjuang membela
kesucian dan kesalehan gereja. Rasul Paulus mengingatkan dalam karya
keselamatan, Allah memang tidak pernah menyelamatkan manusia
berdasarkan perbuatan-perbuatan baik. Allah memang menyelamatkan
kita berdasarkan anugerah-Nya. Memang, karena kasih karunia-Nya lah,
Allah turun ke dalam dunia, dalam pribadi Yesus, karena anugerah Yesus
menebus manusia dari perbudakan dosa. Namun, Yesus mati di atas
kayu salib bukan tanpa tujuan, Ia mati di atas kayu salib supaya
kematian tidak lagi menguasai manusia. Kematian yang Rasul Paulus
maksudkan tentu bukan menunjuk pada kematian fisik, namun pada
kematian rohani, pada ketidakmampuan manusia untuk hidup benar
dihadapan Allah. Yesus mati supaya manusia tidak lagi dikuasai oleh
kematian, namun supaya manusia, orang-orang yang percaya pada
Yesus memiliki kehidupan yang tidak lagi korup, yang tidak lagi rusak
dalam dosa.
Jadi, Alkitab dengan sangat jelas menunjukkan/ memperlihatkan
kepada kita bahwa Allah menyelamatkan manusia supaya manusia
memiliki kehidupan yang tidak lagi dikuasai dosa namun kehidupan
yang kudus. Jadi, walaupun manusia tidak pernah diselamatkan oleh
karena perbuatan-perbuatannya, namun Allah menyelamatkan kita
supaya kita memiliki kehidupan dan perbuatan-perbuatan yang baik.
Diskusikanlah!
Jika keselamatan terkait terutama dengan kelepasan manusia dari
perbudakan dan keterikatan dengan dosa, jelaskan mengapa orang-
orang yang sudah menerima Yesus, hidupnya tidak langung menjadi suci
sepenuhnya?
Galatia 1:4 Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa keselamatan
berhubungan dengan dilepaskannya kita dari sistem dunia yang jahat.
“[Yesus Kristus] yang telah menyerahkan diri-Nya karena
dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia yang jahat
yang sekarang ini, menurut kehendak Allah Bapa kita.”
Jadi, Yesus menyerahkan nyawanya bagi kita, supaya kita tidak lagi
hidup dengan cara hidup dunia ini. Selain dengan Galatia 1:4,
pengajaran dalam 2 Timotius 1:9 juga pararel dengan Titus 2:14.
196
Menalar
Menanya
Mengumpulkan Informasi
[Yesus Kristus] yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita
untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk
menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya
sendiri, yang rajin berbuat baik.
Jika kita membaca Efesus 2:8-10 kita pun akan menemukan hal
yang sama. Kita memang tidak pernah diselamatkan karena perbuatan-
perbuatan kita. Kita menjadi umat Allah karena anugerah Allah melalui
iman kita pada Yesus. Meskipun demikian, Allah tidak pernah
menyelamatkan manusia tanpa sebuah tujuan yang jelas. Allah
menyelamatkan kita, Ia menebus kita, supaya kita mampu hidup dalam
kekudusan, supaya kita memiliki kehidupan yang makin hari makin
kudus.
Apakah yang sebenarnya Yesus janjikan kepada orang-orang
yang percaya kepada Dia? Jawabannya adalah Ia berjanji akan
mengaruniakan kepada kita sebuah kehidupan yang baru, kehidupan
yang tidak lagi dibelenggu dosa, sebuah kehidupan yang makin hari
makin berubah menjadi makin baik, kehidupan yang kudus. Inilah yang
disebut sebagai hidup baru. Kehidupan yang dijanjikan Tuhan bahkan
sejak PL melalui janji yang disebut sebagai New Covenant “perjanjian
yang baru.”
Diskusikanlah!
Menurut anda, jika anda memberitakan injil kepada seseorang dan
menegaskan janji Tuhan bahwa setiap orang yang percaya kepada Yesus
akan dilepaskan dari dosa, seberapa banyak orang yang akan tertarik
dengan berita seperti ini?
3. Berita Injil adalah Berita tentang Hidup Yang Baru
Dalam 2 Korintus 5:17 rasul Paulus menegaskan “siapa yang ada
di dalam Kristus, ia adalah ciptaan yang baru, yang lama sudah berlalu,
sesungguhnya yang baru sudah datang.” Siapa yang percaya kepada
Yesus, ia memiliki natur hidup yang baru. Jika sebelum kita percaya
Yesus, kita memiliki kehidupan yang terbelenggu dosa, kehidupan yang
selalu kalah dengan dosa, kehidupan yang berorientasi pada diri sendiri
dan dunia ini, maka sekarang, di dalam Kristus, ada pembaruan dalam
diri kita. Kita bukan lagi hamba-hamba dosa, kita adalah hamba-hamba
kebenaran.
197
Menanya
Menalar
Inilah berita injil yang sejati, inilah kebenaran Allah yang harus
diwartakan. Inilah berita sukacita yang dijanjikan Allah pada kita. Di
dalam Kristus, di dalam iman kita kepada Yesus, Allah akan memberikan
kepada manusia apa yang manusia paling butuhkan dalam hidupnya,
bukan apa yang manusia paling inginkan. Seseorang yang sakit tentu
menginginkan kesembuhan, namun apakah saat seseorang sembuh dari
sakitnya otomatis dia bebas dari dosa, tentu tidak demikian bukan.
Walaupun ia sembuh, namun ia tetap memiliki kehidupan yang dikuasai
dosa, yang akan membawanya pada kebinasaan. Bagi orang yang susah,
kekayaan dan kemakmuran hidup barangkali menjadi hal yang paling
diinginkan hatinya. Namun apakah kekayaan dan kemakmuran hidup
dapat membuat manusia bebas dari belenggu dan perbudakan dosa
yang akan membawanya pada kebinasaan? jawabannya adalah tidak.
Diskusikanlah!
Mengapa ada banyak orang rela mengeluarkan banyak uang untuk hal-
hal yang bersifat lahiriah, misalnya saja penampilan, melatih
keterampilan dalam memainkan alat musik, tetapi tidak rela membayar
harga untuk kehidupan rohani mereka?
Semua yang paling diinginkan manusia, kekayaan, kemakmuran,
jabatan, pendidikan, kesehatan tidaklah mampu menjawab kebutuhan
utama manusia yakni bebas dan lepas dari belenggu dosa. Yesus datang
ke dalam dunia, Ia mati di atas kayu salib, mencurahkan darahnya bagi
kita, tujuannya adalah Ia ingin memberikan apa yang manusia paling
butuhkan dalam hidupnya yakni kelepasan dari belenggu dosa. Inilah
berita injil, inilah kabar gembira yang Allah nyatakan pada kita dalam
kitab suci.
Pembaruan hidup merupakan tujuan sekaligus ciri dari karya
keselamatan yang Allah sedang kerjakan dalam diri kita. Allah
menyelamatkan kita bukan sekadar untuk membawa kita masuk surga.
Jika tujuan Allah memang demikian, maka saat kita percaya Yesus,
semua kita pasti akan mati dan langsung dimasukkan ke surga. Tujuan
Allah dalam menyelamatkan kita adalah ia ingin kita mengalami yang
namanya proses pembaruan hidup. Saat kita percaya Yesus, Ia tidak
langsung membawa kita ke surga, namun ia memberikan kepada kita
Roh Kudus-Nya, apakah tujuan Allah dengan hal ini? Jawabannya adalah
Allah ingin kita mengalami proses pembaruan hidup setelah kita
percaya kepada-Nya.
198
Mengumpulkan Informasi
Martin Luther, sang bapak Reformasi, mengatakan hal yang
benar saat ia menegaskan bahwa manusia itu hanya dibenarkan Allah
karena imannya pada Kristus, namun, kata Martin Luther, karya Allah
itu tidak berhenti dengan pembenaran. Setelah Allah membenarkan
manusia, maka Allah berkarya membuat manusia mengalami
sanctification “penyucian,” sebuah proses dimana manusia mengalami
pembaruan hidup.
Banyak orang Kristen meyakini bahwa ciri utama dari seseorang
yang telah diselamatkan adalah ia tidak boleh takut mati, atau jika ia
mati ia harus yakin bahwa dirinya akan masuk surga? Pertanyaannya
adalah benarkan keyakinan diri yang demikian adalah ciri utama dari
seorang yang telah diselamatkan?
199
Menalar
Dalam Matius 7:22-23, Tuhan Yesus menggambarkan bahwa
mereka semua adalah orang-orang yang memiliki keyakinan akan
masuk surga, namun realitanya adalah tidak demikian.
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku:
Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan
mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak
mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan
berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah
mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian
pembuat kejahatan!"
Jadi, apakah orang yang yakin dirinya akan masuk surga otomatis akan
masuk surga? belum tentu. Keyakinan keselamatan adalah salah satu
tanda saja, bukan tanda satu-satunya. Bahkan keyakinan ini bukan
tanda yang utama. Lantas apakah tanda utama dari seseorang yang
telah menerima anugerah keselamatan? Jawabannya adalah orang
tersebut pasti akan mengalami yang namanya “proses pembaruan
hidup.” Pembaruan hidup merupakan tujuan dari ciri utama dari karya
keselamatan yang Allah sedang kerjakan dalam hidup kita.
Ciri dan tanda yang paling nyata dan kelihatan dari seseorang
yang telah benar-benar diselamatkan oleh Tuhan adalah hidupnya
mengalami pembaruan. Dan hidup yang diperbarui adalah hidup yang
selalu menjadi lebih baik, bahkan terbaik. Tanyakan pada diri anda,
tanyakan pada keluarga kita, pada saudara atau saudari anda, apakah
mereka merasakan ada perubahan dan pembaruan dalam hidup sejak
mereka menerima Yesus? Apakah sejak kita menerima Yesus kita
menjadi lebih baik bahkan menjadi terbaik? Berbahagialah setiap kita
yang mengalami pembaruan hidup, sebab hal tersebut menyatakan
bahwa kita telah diselamatkan oleh Tuhan.
Namun, bagaimanakah caranya supaya kita dapat mengalami
pembaruan hidup? 1) Pembaruan hidup dapat terjadi dalam diri kita jika
kita tekun dan setia dalam memeliharakan hubungan pribadi dengan
Tuhan yang dibangun melalui doa dan mempelajari Firman Allah.
Melalui doa, kita berbicara dengan Allah dan melalui Firman-Nya Allah
berbicara kepada kita; 2) pembaruan hidup akan terjadi dalam diri kita
jika kita memiliki komitmen yang kokoh untuk terus menerus
memperbarui baik itu kehidupan moral maupun karakter kita; 3)
pembaruan hidup dalam kehidupan umat Tuhan, akan terjadi jika kita
peka terhadap pimpinan Roh Kudus melalui nurani kita.
200
Penutup
Pemberitaan mengenai surga adalah berita yang penting. Surga
memperlihatkan mengenai pengharapan yang Tuhan janjikan bagi
semua orang yang ada dalam Kristus. Surga memperlihatkan kerinduan
Tuhan untuk bersekutu dengan umat-Nya dan hidup bersama-sama
dengan mereka. Hal inilah juga yang kita lihat saat Tuhan menciptakan
taman Eden dimana Ia ingin tinggal bersama-sama dengan manusia dan
ciptaan-Nya yang lain.
Meskipun demikian, orang-orang percaya perlu berhati-hati
untuk tidak menyampaikan pesan yang salah. Kebanyakan orang telah
memiliki konsep surga dalam pemikirannya sebelum mereka menjadi
seorang Kristen. Sebagian orang memandang surga sebagai tempat
menikmati berbagai kesenangan dunia yang tidak bisa didapatkannya
saat ia hidup. Itulah sebabnya berita mengenai surga dapat bersifat
positif karena memberikan pengharapan bagi banyak orang tetapi juga
dapat menjadi negatif karena kesalahpahaman orang-orang yang
memahaminya dalam perspektif yang berbeda.
Para pemberita injil ataupun jemaat yang ingin menyaksikan
keyakinan imannya perlu menyampaikan surga yang diberitakan oleh
Alkitab. Orang-orang perlu mendengar bahwa Allah mengasihi semua
manusia dan memanggil mereka untuk kembali memiliki relasi yang
benar dengan-Nya dan untuk memiliki kehidupan baru dalam Kristus.
Berita seperti ini mungkin tidak akan menarik bagi mereka yang
memandang surga hanya sebagai tempat kesenganan dunia; meskipun
demikian, berita tersebut akan mengerakkan orang-orang yang hatinya
disentuh oleh Tuhan dan bergumul dalam kehidupannya untuk mencari
Tuhan.
201
Mengkomuni kasikan
Ringkasan
1. Surga bukanlah tempat manusia menikmati kesenagan di masa
yang akan datang tetapi sebuah persekutuan yang hidup dengan
Allah.
2. Injil adalah janji Allah mengenai dilepaskannya manusia dari
perbudakan dosa dan kehidupan baru manusia dalam Kristus.
3. Dalam pemberitaan injil seorang Kristen tidak boleh hanya
menceritakan mengenai surga tetapi terutama menceritakan
tentang berita injil.
Ayat Hafalan
Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya
dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan
tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Ia yang
memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.
1 Tesalonika 5:23-24
Aktivitas
Carilah seorang hamba Tuhan dan wawancarilah mengenai bagaimana
kehidupan sang hamba Tuhan sebelum percaya kepada Yesus dan
bagaimanakah Tuhan memperoses kehidupannya?
Bacaan Lanjutan
Grudem, Wayne. Systematic Theology: An Introduction to Biblical
Doctrine. Downers Grove: IVP, 1994. Bab 57.
Metzger, Will. Tell the Truth: The Whole Gospel to the Whole Person by
the Whole People. Surabaya: Momentum, 2005. Bab 1-3.
Wright, Christopher J.H. Misi Umat Allah. Jakarta: Perkatas, 2011. Bab
11.
203
Mengamati
Menanya
Mengumpulkan Informasi
Pelajaran 14
Kesaksian Orang Percaya Dalam Keluarga Dan
Pekerjaan
A. Pendahuluan Pelayanan misi sering kali dibahas dalam konteks
penjangkauan masyarakat atau penjangkauan individu. Misi sering
dikaitkan dengan penjangkauan terhadap komunitas masyarakat
tertentu, misalnya saja komunitas kaum tunawisma, atau dikaitkan
dengan pemberitaan injil secara personal kepada seseorang yang
belum percaya kepada Kristus. Meskipun demikian, Alkitab
memperlihatkan kepada kita bahwa pelayanan misi ternyata juga
dilakukan dalam konteks keluarga.
Diskusikanlah!
Carilah beberapa kisah dalam Alkitab yang memperlihatkan bahwa
Allah bekerja dan menyelamatkan bukan saja satu individu tertentu
tetapi seluruh anggota keluarga.
B. Panggilan Bersaksi Dalam Keluarga
Dalam Alkitab, kita menemukan bahwa seorang percaya
memiliki panggilan untuk membawa keluarganya kepada Tuhan. Hal
ini dapat kita lihat dari nasehat rasul Paulus kepada para wanita Kristen
yang memiliki pasangan yang belum percaya kepada Tuhan. Dalam 1
Petrus 3:1, Petrus menegaskan supaya para istri Kristen belajar
menghargai dan menghormati suami mereka yang belum mengenal
Tuhan supaya melalui sikap hidup mereka yang baik dan memuliakan
Tuhan, suami mereka dapat dimenangkan bagi Tuhan. Perilaku hidup
yang baik ini sering disebut dengan istilah silent witness “saksi yang
berbicara tanpa perkataan.”
Demikian juga kamu, hai istri-istri, tunduklah kepada
suamimu, supaya jika ada diantara mereka yang tidak taat
kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan
oleh kelakukan istrinya.
204
Menalar
Mengamati
Dalam Kisah Rasul 1: 8, Tuhan Yesus memberikan perintah
supaya murid-murid-Nya menjadi saksi Tuhan mulai dari Yerusalem,
Yudea, Samaria dan sampai ujung bumi. Yerusalem adalah lokasi
terdekat dari para murid, mereka tinggal di sana. Yudea adalah
provinsi dari kota Yerusalem. Sedangkan Samaria adalah daerah yang
lebih jauh dari Yudea. Namun Tuhan Yesus menyuruh kita
memberitakan injil sampai ujung dunia.
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun
ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem
dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung
bumi.”
Tentu, istilah Yerusalem, Yudea, Samaria dan ujung dunia,
digunakan bukan semata-mata
menunjuk pada lokasi tertentu. Istilah-
istilah tersebut digunakan untuk
menegaskan bahwa murid-murid Tuhan
harus menjadi saksi Tuhan mulai dari
‘yang terdekat’ terus meluas sampai ke
ujung-ujung bumi, ke tempat yang jauh
dan lebih jauh lagi. Jerram Barrs
mengatakan istilah tersebut dapat juga
untuk menegaskan bahwa pemberitaan
injil haruslah bersifat progresif, mulai
dari yang terdekat, termasuk dalamnya
keluarga, terus bergerak sampai ke
tempat atau relasi yang terjauh.
Panggilan untuk memenangkan anggota keluarga bagi Tuhan
juga diperlihatkan oleh apa yang Yesus lakukan dalam keluarga-Nya.
Dalam Galatia 1:18-19, Rasul Paulus mencatat bahwa di awal
pelayanannya, Yakobus saudara Tuhan Yesus ternyata sudah menjadi
pengikut Yesus. Teks ini adalah bagian dari kesaksian Rasul Paulus
waktu ia percaya Kristus. Setelah mengalami perjumpaan pribadi
dengan Kristus di Damsyik, Paulus ke tanah Arab untuk memberitakan
injil, dan tiga tahun kemudian ia kembali lagi. Waktu ia kembali ke
Yerusalem dan menumpang di tempat Petrus, Paulus berkata bahwa
tidak ada seorangpun Rasul yang ada di sana kecuali Yakobus saudara
Yesus. Perkataan ini juga mengindikasikan bahwa Yakobus pada waktu
itu sudah menjadi pengikut Yesus.
205
Menalar
Menanya
Mengumpulkan Informasi
Jika waktu Yesus masih ada dalam dunia, tidak ada satupun
saudara-saudaranya yang mungkin percaya kepada Dia, namun
beberapa tahun kemudian, saudara-saudara Yesus itu menjadi
pengikut Yesus, menjadi orang yang percaya Yesus. Memang tidak
jelas siapa yang menginjilinya, namun kalaupun Yakobus ini akhirnya
percaya bahwa ‘saudaranya’ itu adalah Mesias, itu karena selama
hidup Yesus telah menunjukkan ‘keunikan diri-Nya’ atau ia telah
menunjukkan kehidupan yang menjadi ‘saksi’ bagi keluarganya sendiri.
Ini berarti Yesus-pun melakukan hal yang sama, ia bukan hanya
menyaksikan atau memberitakan injil pada orang-orang yang jauh
namun ia juga pernah selama 30 tahun bersama keluarga-Nya
menyaksikan ‘kebenaran mesiasnis yang ada dalam dirinya’ kepada
saudara-sauadara-Nya sendiri. Beberapa bagian Kitab Suci yang kita
bahas menegaskan kebenaran bahwa orang-orang percaya harus
menjadi saksi bagi keluarga, bagi orang-orang yang terdekat
dengannya.
Diskusikanlah
Apakah memberitakan injil kepada keluarga sendiri itu mudah? Hal-hal
apakah yang menjadi hambatan bagi seorang Kristen dalam bersaksi di
tengah-tengah keluarganya sendiri?
Bagaimanakah seorang Kristen dapat memberitakan injil dalam
keluarganya sendiri? Ada beberapa hal yang perlu untuk dipahami.
Pertama, sikap Hidup atau perilku kita menjadi kunci utamanya.
Nasehat rasul Paulus kepada Timotius adalah nasehat yang baik untuk
kita mengenai dalam hal apa kita harus menjadi saksi.
Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena
engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, (i)
dalam perkataanmu, (ii) dalam tingkah lakumu, (iii) dalam
kasihmu, (iv) dalam kesetiaanmu dan (v) dalam
kesucianmu.
1 Timotius 4:12
Jika kita bicara tentang perkataan, perkataan yang bagaimanakah yang
dapat merusak kesaksian hidup kita? Tentu ada banyak, misalnya saja
(i) perkataan dusta/bohong, gosip termasuk dalamnya (ii) perkataan
kasar (iii) perkataan yang jorok atau porno (iv) perkataan-perkataan
salah, misalnya membicarakan kejelekan orang lain.
206
Menalar
Jika kita bicara tentang tingkah laku, atau perilaku hidup, hal-
hal apa yang dapat jadi batu sandungan? Beberapa diantaranya adalah
(i) malas, (ii) ‘tidak jujur’ atau suka mencuri, (iii) jahil dst. Jika kita
adalah orang yang setiap hari bangun jam 10 atau 11, yang jika
dimintai tolong oleh orang tuanya, baru dilakukan 3 hari kemudian,
bagaimana kita mau bicara keselamatan pada mereka? Perilaku hidup
yang tidak tertib adalah halangan dalam bersaksi.
Dalam hal kasih, perilaku kasih yang bagaimana yang dapat
merusak kesaksian kita? Beberapa diantara adalah (i) tidak tahu
berterima kasih pada orang tua, (ii) tidak mau belajar mengalah waktu
berbeda pendapat dengan saudara atau orang tua (iii) berlaku tidak
hormat pada mereka dst.
Dalam hal tanggung jawab, misalnya saja menyangkut
keuangan dan waktu. Jika dalam hal uang saja kita tidak bertanggung
jawab, misalnya kita diberikan uang saku per bulan, namun kita
gunakan uang tersebut untuk perkara yang sia-sia dan tidak berguna,
misalnya untuk ke diskotik, untuk merokok dst, bagaimana kita dapat
menyampaikan mengenai surga kepada mereka?
Dalam kesucian/moralitas. Dapatkah kita berbicara tentang
Tuhan, jika kita sendiri hidupnya rusak? Dapatkah kita berkata “Ayo
percaya Yesus maka kita akan selamat,” tapi kita adalah pelanggan
tetap warung ramang-remang? Dapatkah kita berbicara soal
‘kebenaran’ sementara hidup kita saja larut dalam kecemaran? Tentu
tidak dapat. Jadi, untuk dapat menjadi saksi dalam keluarga kita,
kehidupan kita harus dibenahi terlebih dahulu.
Kedua, dalam menjadi saksi ataupun menginjili keluarga, doa
adalah senjata utama kita. Oleh karena dalam menginjili keluarga itu
sulit atau sukar, maka kita harus berdoa dengan tekun bagi mereka.
Mendoakan seseorang dengan tekun itu tidak mudah. Meskipun
demikian, ketekunan pada dasarnya merupakan bagian dari iman;
itulah sebabnya doa orang beriman memiliki ketekunan dalamnya.
Walaupun semua tahu dan sadar bahwa penginjilan itu adalah
kewajiban semua orang Kristen, namun tidak semua orang Kristen siap
dalam menginjili. Ada banyak orang Kristen yang tidak dipersiapkan
dengan baik, sehingga kalaupun menginjili akhirnya serampangan dan
membahayakan Kekristenan secara keseluruhan. Meskipun tidak
semua orang diperlengkapi untuk menginjili, namun semua orang
pada dasarnya mampu dan dapat berdoa bagi sesamanya. Oleh sebab
itulah doa bagi sesama yang belum percaya Yesus, adalah sebuah
pelayanan penginjilan yang paling sederhana yang dapat kita lakukan
bagi sesama kita.
207
Mengumpulkan Informasi
Menanya
Christopher J. Wright dalam
bukunya Misi Umat Allah
mengingatkan kita mengenai lima
signifikansi penting doa dalam
pelayanan misi, yakni:
1. Doa menjadi tanda yang membedakan umat Tuhan dengan bangsa-bangsa lain. 2. Doa merupakan sarana untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa yang belum mengenal Allah. 3. Doa adalah bentuk dari tanda bahwa Allah hadir dalam dunia ini. 4. Doa adalah kekuatan dalam pelayanan misi.
5. Doa adalah kekuatan orang-orang percaya dalam melawan peperangan rohani. Ketiga, dalam menjadi saksi atau menginjili keluarga kita,
kesabaran menjadi pertahanan utamanya. Ada banyak penginjilan
yang kita lakukan terhadap keluarga atau orang-orang dalam keluarga
kita gagal karena kita terlalu cepat untuk menginjili mereka secara
verbal.
Salah satu hal yang harus kita doakan waktu kita hendak
menginjili adalah kapankah waktu yang paling tepat untuk berbicara.
Yang membuat seseorang menerima Yesus adalah pekerjaan Allah
sendiri dalam Roh Kudus. Jika waktunya belum tepat dan belum tiba,
maka walaupun kita memberitakan injil, orang tersebut belum akan
menerima Yesus. Pemberitaan injil yang serampangan, bukan saja
dapat membuat orang tersebut tertutup pada kita namun menutup
hatinya lebih rapat bagi berita injil. Meskipun demikian, seorang
Kristen tidak perlu memiliki ketakutan yang berlebihan saat ia
memberitakan mengenai Yesus. Kita adalah alat di tangan Tuhan
dalam menaburkan benih Firman Tuhan dalam hidup sesama kita.
Oleh sebab itulah, kita harus memberitakan berita tersebut dalam
waktu yang tepat, dan dibutuhkan hikmat untuk mengetahuinya.
Diskusikanlah!
Coba tutuplah mata anda dan bayangkan jika Tuhan Yesus adalah
seorang remaja berusia 17 tahun, hal apakah yang dia akan lakukan
dalam keluarganya?
208
Mengamati
Mengumpulkan Informasi
Menanya
C. Panggilan Bersaksi dalam dalam Pekerjaan
Pernahkah anda menghitung bagaimana waktu yang kita miliki
kita habiskan setiap harinya? Jika kita setiap hari menggunakan 8 jam
waktu kita untuk tidur, 8 jam untuk bekerja dan 8 jam lagi untuk santai,
untuk melayani, untuk bersama dengan keluarga dst. Maka 1/3 bagian
hidup kita ternyata telah kita habiskan untuk bekerja. 1/3 waktu dari
hidup kita bukanlah jumlah yang sedikit, namun anehnya, kebanyakan
kita tidak atau jarang memikirkan secara serius, mengapa kita rela
menghabiskan 1/3 waktu kita justru untuk bekerja.
Seorang teolog, yang juga
adalah penulis buku yang sangat
terkenal yakni John R. W. Stott
menjelaskan setidaknya ada 3 cara
pandang yang salah dari manusia
tentang kerja. Cara pandang yang
pertama adalah manusia
memandang kerja sebagai sesuatu
yang bukan seharusnya menjadi
bagian hidup kita. Beberpa orang
memandang kerja/bekerja itu
adalah sesuatu yang kalau dapat
harus dihindari. Bagi orang dengan
tipe ini, kerja adalah sebuah beban, kerja adalah sebuah penderitaan,
kerja membuat manusia tidak bahagia. Cara pandang yang kedua
adalah memandang kerja/bekerja sebagai kutuk dosa. Orang tipe ini
meyakini manusia tidak didesain untuk bekerja, kerja adalah akibat
langsung dari dosa. Mereka memandang bahwa manusia memang
tidak ada pilihan lain selain bekerja, bekerja adalah hal yang tak
terelakan, yang mau tidak mau, rela ataukah tidak harus dilakukan
karena dosa. Dosalah yang membuat kita harus bekerja. Cara pandang
ketiga adalah memandang kerja atau pekerjaan adalah satu
keharusan. Orang tipe ini tidak pernah berpikir dan menganggap perlu
untuk memikirkan mengapa manusia harus bekerja.
Diskusikanlah!
Jika kita mengidentifikasikan diri kita, kira-kira termasuk yang
manakah kita diantara tiga kelompok orang yang John Stott sebutkan
di atas?
209
Mengumpulkan Informasi
Menanya
Bagaimana Alkitab memandang pekerjaan? Salah satu bagian
dari PL yang berbicara mengenai kerja adalah Kejadian 1:26-28 dan
2:8,15.
Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa
atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang
melata yang merayap di bumi.” Maka Allah menciptakan
manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah
diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya
mereka. 28Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman
kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak;
penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas
ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
segala binatang yang merayap di bumi.”
Kejadian 1:26-28
Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di
sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang
dibentuk-Nya itu … TUHAN Allah mengambil manusia itu
dan menempatkannya dalam taman Eden untuk
mengusahakan dan memelihara taman itu.
Kejadian 2:8,15
Dalam Kejadian 1:26-28 Alkitab mengatakan bahwa manusia
Allah ciptakan sebagai gambar dan rupa-Nya sendiri. Yang menarik
adalah gagasan Alkitab mengenai manusia sebagai gambar dan rupa
Allah tersebut, dikaitkan dengan perintah Allah supaya manusia
“memenuhi dan menaklukan bumi” (lihat ayat 28). Dalam ayat 26
ditegaskan hal yang sama, Allah menciptakan manusia menurut
gambar dan rupa Allah supaya mereka berkuasa atas bumi dan segala
isinya. Istilah ‘supaya’ yang digunakan Alkitab dalam ayat 26,
digunakan untuk menegaskan tujuan penciptaan manusia yang dicipta
menurut gambar dan rupa Allah tersebut.
Diskusikanlah!
Hal-hal apakah yang membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan
yang lain? Mengapa Tuhan menciptakan manusia berbeda dari ciptaan
Tuhan yang lainnya?
210
Menalar
Sekarang muncul sebuah pertanyaan, apakah maksud Alkitab
waktu ia berkata manusia dicipta sebagai gambar dan rupa Allah
dengan tujuan untuk berkuasa atas bumi dan isinya? Istilah berkuasa
yang dibicarakan Alkitab, terkait erat dengan arti dari istilah gambar
dan rupa Allah. Istilah tselem “gambar” dan demuth “rupa” Allah
sendiri memiliki arti patung. Jadi waktu Allah mengatakan manusia itu
dicipta menurut gambar dan rupa Allah, maka manusia itu adalah
‘patungnya’ Allah. Tentu istilah ‘patung’ adalah sebuah pelukisan.
‘patung’ dalam budaya timur kuno, dipandang sebagai representasi
dari orang yang digambarkan oleh patung tersebut. Jadi gagasan
‘patung’ atau gambar dan rupa Allah, berbicara mengenai gagasan
bahwa manusia itu adalah ‘representasi’ dari Allah.
Gagasan ‘representasi’ sendiri berbicara mengenai
‘perwakilian.’ Manusia disebut sebagai ‘representasi Allah,’ itu berarti,
manusia itu mewakili Allah. Manusia dicipta menurut gambar dan rupa
Allah, artinya manusia diciptakan untuk merepresentasikan Allah,
artinya manusia dicipta untuk mewakili Allah. Dengan kata lain,
gambar dan rupa Allah terkait dengan posisi manusia sebagai wakil
Allah atas ciptaan Tuhan lainnya.
Pertanyaan baru muncul, manusia diciptakan untuk mewakili
Allah atas apa atau dalam hal apa? Maka jawabannya adalah atas
seluruh ciptaan. Allah menjadikan manusia wakil-Nya dalam
‘menguasai bumi dan segala isinya.’ Tentu maksud dari ‘menguasai
bumi’ di sini adalah ‘mengelola dan mengendalikan bumi dengan
segala isinya’ supaya berjalan dan berfungsi sebagaimana yang Allah
kehendaki.
Dari penjelasan kitab suci ini, kita melihat satu aspek yang
penting dari keistimewaan penciptaan manusia, bahwa manusia
diciptakan Allah sebagai gambar dan rupa Allah yakni untuk bekerja
bagi Allah, mewakili Allah dalam mengelola dan mengendalikan bumi
ke arah yang Tuhan kehendaki.
Kita sering berkata betapa istimewanya manusia dibandingkan
dengan ciptaan Allah yang lain. Manusia diciptakan sebagai gambar
dan rupa Allah; meskipun demikian, gagasan tersebut jangan dipahami
berhenti di sana, kita harus memahaminya lengkap, kita dicipta
sebagai gambar dan rupa Allah dengan sebuah tujuan yakni bekerja
bagi Allah. Jadi bekerja ‘pada dasarnya’ adalah bagian dari keberadaan
manusia yang istimewa, yang kita kenal sebagai gambar dan rupa
Allah. Jadi ajaran Alkitab bahwa manusia adalah gambar dan rupa
Allah, membawa kepada kesimpulan bahwa manusia diciptakan
sebagai mahluk kerja.
211
Mengumpulkan Informasi
Hal yang sama ditegaskan ulang dalam Kejadian 2:15, di sana
dicatat bagaimana setelah Allah menciptakan tempat bagi manusia
yakni taman Eden, maka Alkitab memberikan catatan penting, bahwa
taman itu diberikan Allah supaya manusia mengusahakan dan
memeliharakan taman tersebut. Gagasan yang sama muncul, sebelum
manusia jatuh dalam dosa, sejak awal mula manusia diciptakan, Allah
telah memberikan pekerjaan kepada manusia. Mengapa demikian?
Sebab manusia diciptakan Allah sebagai mahluk kerja.
Dari apa yang Alkitab perlihatkan, kita dapat belajar beberapa
pokok kebenaran yakni: pertama bekerja atau pekerjaan bagi kita
bukanlah akibat dosa. Dosa memang membuat manusia menderita
dalam menjalani pekerjaannya, namun pekerjaannya sendiri bukalah
akibat dosa. Pekerjaan atau kerja adalah bagian dari kehidupan
manusia yang telah ada sejak manusia
diciptakan.
Karena bekerja adalah bagian dari
natur kita sebagai gambar dan rupa Allah,
maka manusia harus bekerja, sebab
bekerja akan membuat kita menemukan
arti dan makna hidup kita. John R. W. Stott
mengungkapkan sebuah kalimat yang
sangat menarik manusia harus bekerja
bukan saja untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya namun supaya manusia menjadi
lebih manusiawi. Apa yang John R. W. Stott
sampaikan sangat tepat, jika manusia tidak
mau bekerja maka manusia akan kehilangan arti dan makna hidupnya.
Dalam PB, panggilan mengenai kerja dibicarakan Rasul Paulus
dalam Efesus 6:5-8 dan 4:28.
Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan
takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu
taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja
untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-
hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan
kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan
pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan
dan bukan manusia. Kamu tahu, bahwa setiap orang …
kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima
balasannya dari Tuhan.
Efesus 6:5-8
212
Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi
baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik
dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan
sesuatu kepada orang yang berkekurangan.
Efesus 4:28
Bagian Alkitab yang pertama tadi
kita baca (Ef 6:5-8) adalah perkataan Rasul
Paulus yang ditujukan bagi para budak.
Sapaan Rasul Paulus dalam ayat 5, hai
hamba-hamba, menegaskan kepada siapa
perkataan dalam ayat-ayat yang tadi kita
baca ditujukan. Bagaimanakah seorang
budak harus bekerja pada waktu itu?
Everett Ferguson dalam bukunya
Backgrounds of Early Christianity
menjelaskan bahwa seorang budak
dianggap tidak lebih dari sebuah benda,
seorang budak tidak mempunyai (i) hak secara legal dihadapan hukum;
(ii) mereka juga tidak punya ‘hak’ untuk mendapatkan perlindungan
dari saat terjadi perampasan oleh tuannya; (iii) mereka juga tidak
punya ‘hak’ untuk mengerjakan apa yang mereka inginkan dan sukai,
mereka hanya boleh mengerjakan apa yang tuannya inginkan; (iv)
mereka tidak punya ‘hak’ untuk membebaskan dirinya sendiri.
Ferguson juga mencatat, bagaimana para ‘tuan’ dari budak-budak ini
seringkali menyuruh mereka bekerja melampaui waktu kerja pada
umumnya, dengan tujuan supaya si tuan itu mempunyai keuntungan
lebih banyak lagi, lalu bagaimana bila si budaknya sakit atau mati?
Sang tuan sama sekali tidak punya ‘tanggung jawab’ legal apapun.
Rasul Paulus memberikan nasehatnya tentang bagaimana
dalam bekerja seorang Kristen harus mengerjakannya dengan ‘takut
dan gentar’ bahkan dengan tulus. Perkataan ini ditujukan juga kepada
para budak yang dalam bekerja mereka mengalami penganiayaan dan
penderitaan. Rasul Paulus bukanlah orang yang mendukung
perbudakan. Ketegasan Rasul Paulus berkata bahwa di dalam Kristus
tidak ada lagi budak maupun orang merdeka, menegaskan
pandangannya bahwa seorang budak sekalipun adalah umat Tuhan
sama halnya dengan seorang merdeka. Jika Rasul Paulus berkata
bahwa ‘seorang budak’ hendaknya bekerja dengan ‘takut dan gentar
dan dengan tulus hati’ kepada tuannya seperti halnya kepada Kristus,
mesti ada sesuatu hal yang lain yang mendasari nasehat tersebut.
213
Menalar
Menanya
Rasul Paulus melihat bahwa pekerjaan bahkan pekerjaan
seorang budak sekali pun adalah sebuah pelayanan dihadapan Tuhan.
Tentu bukan maksud Rasul Paulus mengatakan bahwa ‘memperbudak
manusia’ adalah juga pekerjaan Tuhan. Maksud Paulus adalah
pekerjaan pada hakikatnya adalah dari Tuhan. Terlepas dari
bagaimana dalam keberdosaannya manusia akhirnya merusak
gagasan pekerjaan yang Allah gariskan, namun pekerjaan itu sendiri
adalah dari Tuhan. Oleh sebab itulah, mengerjakan sebuah pekerjaan,
bahkan pekerjaan yang dianggap sangat rendah dan hina sekalipun,
yakni pekerjaan dari para budak, ini pun adalah sebuah pekerjaan,
berarti ini pun adalah sebuah pelayanan kepada Tuhan, ini pun adalah
ketaatan pada kehendak Tuhan.
Oleh sebab pekerjaan seorang budak sekali pun adalah sebuah
kepelayanan kepada Allah, maka pekerjaan tersebut harus dikerjakan
dengan sunggung-sungguh, dengan segenap hati, dengan tulus.
Mengapa demikian? Sebab menjalani pekerjaan adalah kehendak
Allah dan itu bukan semata-mata dikerjakan bagi manusia namun
adalah pelayanan kepada Tuhan.
Orientasi orang dalam bekerja umumnya adalah uang. Oleh
sebab itulah ada banyak orang yang walaupun adalah seorang Kristen
tidak punya integritas dalam bekerja, sebab uang menjadi kuncinya.
Dimana satu tempat memberikan uang lebih banyak maka ke sanalah
ia akan bekerja, dan hal ini menunjukkan bahwa ‘siapa diri kita’
ditentukan oleh berapa uang yang diberikan pada kita.
Kerja bagi umat Tuhan merupakan sebuah pelayanan. Seorang
Kristen haruslah menyadari bahwa pekerjaan yang dia geluti bukanlah
semata-mata demi dirinya sendiri. Pekerjaan sesungguhnya adalah
sebuah pelayanan kepada Tuhan. Pekerjaan bukan semata-mata soal
uang, ini adalah pelayanan kepada Tuhan. Jangan menggumuli sebuah
pekerjaan semata-mata dengan berapa uang yang dapat saya
dapatkan? Sebab bekerja sebenarnya dalah sebuah pelayanan pada
Tuhan. Kita hadir dalam sebuah pekerjaan tertentu justru untuk
memberikan kontribusi positif bagi pekerjaan tersebut. Inilah uniknya
cara pandang Kekristenan terhadap pekerjaan, kita bekerja justru
untuk ‘memberi diri’ dan untuk menyumbangkan sesuatu.
Diskusikanlah
Ceritakan pekerjaan apakah yang anda ingin dapatkan satu kali kelak?
Mengapa anda menginginkan pekerjaan itu dan bagaimana kita
mengetahui apakah hal tersebut sesuai dengan kehendak Tuhan?
214
Mengumpulkan Informasi
Menalar
Nasehat Paulus Efesus 4:28 menegaskan bahwa orang-orang
yang dahulu pernah hidup sebagai pencuri harus bertobat dan
berubah. Paulus menegaskan mereka yang dulunya pencuri,
hendaknya bertobat, kemudian mereka hendaknya juga bekerja keras
dengan tangan mereka sendiri, dan mengerjakan hal yang baik bagi
orang lain dengan membantu sesama mereka.
Seorang ahli tafsir Perjanjian Baru,
Ernest Best dalam bukunya a Critical and
Exegetical Commentary on Ephesians
menjelaskan: pencuriaan pada waktu itu
biasa terjadi di berbagai daerah jajahan
Romawi disebabkan perekonomian pada
waktu itu sangatlah sulit, kebanyakan
orang yang melakukan ‘tindakan
pencuriaan’ ini adalah para pekerja dan
budak, yang mengalami bagaimana kerja
keras mereka seringkali tidak dihargai dan
kepunyaan mereka dirampas secara paksa
oleh baik para pejabat maupun para ‘tuan’ dari budak-budak, orang-
orang pada waktu itu mencuri adalah demi memeliharakan kehidupan
mereka dan keluarga mereka sendiri.
Perintah janganlah kamu mencuri lagi, ditujukan pada orang-
orang yang sedang melarat dan kesusahan, yang melakukan
pencuriaan karena terpaksa. Rasul Paulus mengerti pergumulan dari
jemaatnya yang kekuarangan, namun ia melihat bahwa mencuri
bukanlah solusi dari pergumulan mereka. Rasul Paulus memberikan
nasehat supaya mereka lebih baik bekerja dengan baik dengan tangan
mereka sendiri. Namun Paulus tidak berhenti di sini, ia juga
mengatakan supaya dapat membagikan sesuatu kepada mereka yang
berkekurangan. Rasul Paulus memberi nasehat supaya mereka bukan
sekadar bekerja bagi diri mereka sendiri yang berkekurangan, namun
ia malah berkata kepada ‘mereka yang berkekurangan,’ bekerjalah
supaya dapat membantu sesama yang lain yang berkekurangan.
Kita dapat belajar bahwa bekerja bukanlah sekadar untuk diri
sendiri, bukanlah sekadar untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan,
namun juga untuk membantu sesama kita. Hasil yang kita peroleh
dalam segala jerih lelah dalam bekerja haruslah kita sisihkan untuk
membantu orang-orang yang lebih susah hidupnya dari pada kita. Oleh
sebab itulah menyisihkan uang bagi orang-orang susah, selain
persepuluhan yang kita berikan pada Tuhan, adalah hal yang pastilah
sangat menyenangkan Tuhan.
215
Selain itu, berkekurangan bukanlah alasan bagi kita untuk tidak
mau membantu sesama kita. Apakah orang yang berkekurangan tidak
dapat memberikan sesuatu bagi sesamanya yang lebih
berkekurangan? Tentu dapat, mungkin jumlahnya tidak banyak,
namun pada dasarnya bukan itu yang Tuhan lihat, yang Ia lihat adalah
apakah kita serakah dengan apa yang diberikan pada kita, artinya kita
tidak mampu berbagi apa yang kita punya dengan sesama kita yang
lain. Rasul Paulus pernah sangat kagum kepada jemaat di Makedonia,
sebab walaupun mereka jemaat yang berkekurangan, namun mereka
mampu memberi bagi sesama mereka yang lebih berkekurangan.
Jika kepada yang berkekurangan saja Rasul Paulus berkata
‘bekerjalah juga supaya dapat membantu sesama yang
berkekurangan,’ kira-kira apa yang akan Paulus akan katakan bagi
mereka yang berkelebihan? Jangan kita lupa, bahwa segala hasil dari
jerih lelah kita dalam bekerja bukan semata-mata bagi diri kita sendiri,
tapi itu harus kita bagikan bagi sesama kita yang membutuhkan.
Jadi bekerja bagi orang percaya adalah bagian hidup kita. Allah
membentuk kita menjadi mahluk kerja. Bekerja akan menolong kita
menjadi semakin manusiawi. Namun, kita bekerja bukan semata-mata
bagi diri kita sendiri, bekerja adalah sebuah pelayanan kepada Allah
dan sesama. Hasil dari jerih lelah kita adalah berkat Tuhan, yang
seharusnya tidak kita nikmati sendiri namun juga harus dibagikan
supaya menjadi berkat bagi sesama kita.
Jerram Barrs meningatkan orang-
orang Kristen untuk tidak memiliki
pemikiran yang bersifat dualistis dalam
memandang anatara gereja dan
pekerjaan. Gereja sering dianggap
tempat yang kudus sedangkan pekerjaan
dianggap tempat yang sekular. Padahal
Tuhan seharusnya hadir dalam
kesuluruhan dimensi hidup orang-orang
percaya. Umat Tuhan harus belajar dari
Rasul Paulus dimana ia menggunakan
pekerjaannya sebagai tukang tenda
sebagai sebuah kesempatan untuk
memberitakan injil kepada mereka yang sedang dalam perjalanan
melewati kota Korintus. Walaupun pekerjaan merupakan usaha yang
manusia lakukan untuk bertahan hidup, namun Tuhan memanggil
anak-anaknya untuk bukan hanya bekerja keras dalam bekerja tetapi
menggunakan pekerjaan sebagai sarana kesaksian mereka.
216
D. Penutup
Keluarga dan pekerjaan adalah dua area kehidupan yang
paling dekat dengan kita. Orang-orang percaya memiliki tanggung
jawab untuk memberitakan injil baik kepada mereka yang hidup jauh
dari mereka, misalnya saja, mereka yang ada dibelahan dunia yang
berbeda dengan kita tetapi juga orang-orang yang dekat dengan kita,
misalnya saja orang tua, dan saudara-saudari sendiri, dan orang-orang
yang menjadi rekan atau teman dalam bekerja. Tuhan memanggil kita
untuk menjadi saksi dalam dua area kehidupan tersebut.
Jika keluarga kita belum percaya kepada Yesus, kita tentunya
harus berdoa dan menyaksikan Yesus dalam keluarga kita sendiri. Jika
keluarga kita sudah percaya Yesus, maka keluarga kita haruslah
menjadi saksi bagi keluarga lainnya. Panggilan menjadi saksi Tuhan
dalam keluarga haruslah dilakukan dengan motivasi kasih. Selain itu,
dalam menyaksikan Kristus di tengah-tengah orang yang kita kenal,
seseorang membutuhkan kesaksian hidup yang baik yang seringkali
berbicara kuat kepada orang-orang disekitar kita.
Selain keluarga, pekerjaan juga merupakan bagian dalam
kehidupan orang-orang percaya. Mereka dipanggil untuk menjadi saksi
dalam pekerjaan mereka. Untuk dapat menjadi saksi dalam bekerja,
seorang Kristen perlu memahami panggilan mereka sebagai mahluk
kerja yang melayani Tuhan. Etika dalam berkerja dapat menguatkan
kesaksian seseorang di tempat kerja. Demikian juga dengan pergaulan
yang dijalani oleh seorang Kristen. Bagaimana ia berbicara, bekerja,
menyapa, menegur, dan sikap-sikap lainnya akan menentukan apakah
ia menjadi berkat ataukah menjadi batu sandungan dalam
pekerjaannya.
217
Mengkomuni kasikan
Ringkasan
1. Tuhan memanggil orang-orang Kristen untuk bersaksi pada
orang-orang terdekat mereka, termasuk dalamnya anggota
keluarga mereka dan dalam pekerjaan.
2. Bersaksi dalam keluarga membutuhkan kesaksian hidup dan
juga doa.
3. Orang-orang Kristen perlu memandang bekerja sebagai sebuah
panggilan Tuhan untuk bukan hanya untuk mencari uang tetapi
untuk melayani Tuhan.
Ayat Hafalan
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap
hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu
tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang
ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu
hamba-Nya.
Kolose 3:23-24
Aktivitas
Buatlah sebuah daftar yang memuat 10 orang yang menjadi teman
dekatmu dan tuliskan kelebihan dan kekuarangan karakter mereka
dan jelaskanlah mengapa anda berteman dengan mereka?
Bacaan lebih lanjut
Barrs, Jerram. The Heart of Evangelism. Wheaton: Crossway, 2001. Bab
10.
Keller, Timothy. Center Church: Doing Balanced, Gospel-centered
Ministry in your City. Grand Rapids: Zondervan, 2012. Bab 21.
Write, Christopher J.H. Misi Umat Allah. Terj. Jakarta: Perkantas, 2011.
Bab 13.
219
Mengamati
Menanya
Menalar
Pelajaran 16
Kesaksian Orang Percaya
Dan Tanggung Jawab Alam
A. Pendahuluan Kebanyakan orang Kristen berpikir bahwa tanggung jawab
mereka sebagai pengikut Kristus hanya terbatas hal-hal rohani,
misalnya saja: memberitakan injil, bersaat teduh, rajin beribadah dan
memberikan persembahan, melayani di gereja baik sebagai singer,
MC, penyambut tamu dst. Benarkah tanggung jawab orang percaya
hanya sebatas itu? Mengerjakan hal-hal rohani memang salah satu
tanggung jawab kita, tetapi tanggung jawab kita bukan hanya itu,
bukan hanya mengerjakan pekerjaan atau pelayanan (yang menurut
beberapa orang disebut) rohani.
DIskusikanlah!
Sebutkan dan jelaskan berbagai tanggung jawab yang Tuhan berikan
kepada manusia, khususnya mereka yang telah menerima Yesus dalam
hidupnya?
Kita akan mempelajari sebuah tanggung jawab lain dari orang
percaya yakni tanggung jawab terhadap alam ciptaan Tuhan.
Bagaimana kebanyakan kita memandang tanggung jawab ini?
Mungkin kebanyakan kita menganggap tanggung jawab itu tidak
sepenting tanggung jawab rohani lainnya. Itulah sebabnya tanggung
jawab dalam pokok ini kurang dikotbahkan, diajarkan ataupun
dikaitkan dan dipesankan oleh hamba-hamba Tuhan. Padahal
tanggung jawab ini adalah tanggung jawab yang pertama yang
diberikan Allah kepada manusia untuk dilakukan atau dikerjakan.
Bila tanggung jawab terhadap alam ini sampai diberitakan
Alkitab bahkan kali pertama Allah berbicara kepada kita mengenai
tanggung jawab kita terhadap alam, ini menunjukkan bahwa tanggung
jawab ini penting sekali.
Saat orang-orang Kristen menyadari bahwa kita bertanggung
jawab terhadap alam, kitalah yang harus pertama bertobat. Kita harus
mulai sekarang saya akan mulai memperhatikan dan mengasihi alam
ciptaan Tuhan.
220
Mengumpulkan Informasi
B. Memahami Mandat Penciptaan
Dalam ajaran iman Kristen, kita mengenal mandat injil dan
mandat budaya atau penciptaan. Dalam mandat injil, Tuhan
memberikan kepada orang-orang percaya tugas untuk memberitakan
injil kepada segala bangsa. Dalam mandat budaya atau penciptaan,
Tuhan memberikan perintah kepada umat manusia untuk menjaga
dan memeliharakan alam ciptaan Tuhan.
Daalam Kejadian 1:26-28, Tuhan menyatakan bahwa Ia
menciptakan manusia sebagai gambar dan rupa Allah dan
memerintahkan manusia untuk menguasai dan menaklukan alam.
Meskipun demikian, ada beberapa orang yang memakai ayat ini
sebagai legitimasi untuk tindakannya yang merusak alam.
Dalam Kejadian 1:28, Alkitab berkata:
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada
mereka: ‘beranak cuculah dan bertambah banyak;
penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-
ikan di laut, burung-burung di udara dan atas segala
binatang yang merayap di bumi.
Istilah berkuasa secara etimologis berarti menginjak-injak; sedangkan
istiilah ‘taklukan’ berhubungan dengan tindakan seorang raja yang
mengalahkan satu daerah tertentu dan menjadikan segala jajahan
sebagai budaknya yang dapat diperlakukan semaunya sendiri. Jadi
(beberapa orang menganggap) ketika Allah menyuruh manusia
berkuasa dan menaklukan, ini berarti manusia punya kebebasan untuk
melakukan apa saja di bumi ini, manusia bebas memanfaatkan apa saja
bumi ini, sebab bumi memang diberikan Allah untuk kenikmatan
manusia.
Meskipun secara etimologi, kedua ayat ini memang berarti
demikian tetapi, kedua istilah tadi, jika dilihat dari konteks
pembicaraannya tidak berarti demikian. Kejadian 1:26-28 memang
menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini memang
diserahkan kepada manusia. Sewaktu Allah menciptakan manusia.
Allah berkata bahwa manusia itu adalah gambar dan rupa Dia. Apakah
maksud dari istilah gambar dan rupa? Istilah gambar dan rupa memang
secara harafiah berarti patung atau potret. Pengertian bahwa manusia
itu adalah patung atau potret Allah adalah bahwa manusia adalah
wakil dari Allah.
221
Menalar
Menanya
Menalar
Jadi jikalau Alkitab mengatakan bahwa manusia itu adalah
potret Allah berarti manusia itu adalah wakil atau perwakilan dari
Allah. Manusia adalah wakil Allah dalam menjaga segala ciptaannya.
Memang manusia diserahi oleh Allah kuasa atau otoritas atau hak atas
alam dan segala isinya. Persoalannya adalah otoritas atau hak untuk
apa? Memang dalam Alkitab dikatakan untuk berkuasa dan
menaklukan bumi ini. Tetapi pengertian dari berkuasa dan
menaklukan bumi ini bukan dalam artiaan manusia diserahi otoritas
atau hak untuk memanfaatkan alam sepuas, sebebas dan sekehendak
hati mereka.
Pengertian yang lebih tepat adalah manusia diberi tugas oleh
Allah untuk menguasai (dalam pengertian) mengontrol segala yang
ada di alam ini sehingga bekerja sesuai dengan rancangan Allah.
Apakah rancangan Allah bagi alam ini? Alam diciptakan Allah supaya
bersama-sama dengan manusia saling mendukung satu sama lain
sehingga tercipta sebuah kehidupan yang harmonis, yang saling
memeliharakan sehingga Tuhan dipermuliaan oleh ciptaannya. Jadi
alam diciptakan untuk manusia dan manusia diciptakan untuk alam.
Alam diberikan supaya manusia hidupnya terpelihara dan manusia
diciptakan untuk memeliharakan alam. Apakah jadinya ketika manusia
tidak lagi berperan sebagai pemelihara alam? Maka alam tidak lagi
menjadi pemelihara manusia. Jadi ketika manusia merusak alam, maka
alam akan jadi bencana bagi manusia.
Diskusikanlah!
Carilah beberapa bencana alam hebat yang pernah terjadi di negri kita
dan carilah informasi mengapa bencana tersebut sampai dialami oleh
banyak orang?
Karena menjadi perwakilan Allah dalam mengelola alam adalah
tugas dari Allah bagi manusia sejak semula maka tugas ini harus
dipertanggungjawabkan oleh manusia kepada Allah. Jadi kelak, Tuhan
dapat saja bertanya kepada kita mengenai, apa yang telah kita lakukan
dalam mempertahankan bumi yang Tuhan percayakan kepada kita ini.
Tanggung jawab terhadap alam ciptaan Tuhan ini tidak hilang sewaktu
manusia berdosa. Walaupun dosa membuat bumi dan segala yang di
dalamnya berjalan menuju pemusnahan, tapi kita tetap harus
berusaha supaya bumi dan ciptaan Tuhan ini tidak rusak sebelum
waktunya, tidak hancur sebelum waktunya.
222
Mengamati
Menalar
Bagaimanakah keadaan alam atau bumi kita ini? Bumi semakin
padat dengan penduduk. Pada tahun 1800, penghuni bumi
diperkirakan sekitar 1000 juta jiwa, di tahun 1900 penduduk bumi
berlipat menjadi 2000 juta jiwa, tahun 1980 (dalam jangka waktu 80
tahun) diduga penghuni bumi ini ada sekitar 4000 juta manusia, dan di
tahun 2000 (dalam jangka waktu 20 tahun) diduga bumi ini dihuni oleh
sekitar 6000 juta jiwa. Pertambahan penduduk di bumi kita ini begitu
luar biasa pesat.
Yang namanya sumber daya alam itu bersifat terbatas. Jika
sumber daya alam itu habis, hal itu sudah tidak dapat diperbaharui.
Sumber daya alam itu bentuknya banyak, ada yang berbentuk minyak
bumi, gas alam, batu bara, dst. Sumber daya alam yang ada di bumi
kita ini makin hari makin sedikit dan akan habis. Kebutuhan manusia
akan sumber daya alam, setiap tahunnya bertambah 4 % jadi, dapat
dibayangkan semakin hari, kebutuhan manusia semakin besar, tetapi
jumlah bahan yang tersedia semakin sedikit.
Teknologi yang dikembangkan manusia semakin tidak
terkendali. Semakin berkembangnya teknologi manusia semakin
pengurasan terhadap alam meningkat. Apakah teknologi computer
tidak membawa dampak bagi alam? Penggunaan computer
membutuhkan listrik, dan listrik diperloleh dari pengolahan alam.
Semakin banyak listrik dibutuhkan semakin alam harus dikuras lebih
habis-habisan lagi. Apakah teknologi nuklir tidak membawa dampak
bagi alam? Apakah uranium yang digali dan dimanfaatkan satu kali
tidak akan habis? Pasti habis. Terus apakah limbah radioaktif yang
digunakan dalam teknologi nuklir tidak berdampak bagi alam? Pasti
berdampak. Meskipun demikian manusia tidak takut, selama alam
masih menghasilkan terus akan didayagunakan.
Kemajuan dalam bidang teknologi informasi apakah tidak
berdampak pada alam? Tahukah kita bahwa demi memenuhi
kebutuhan kertas, di dunia ini setiap menitnya 14 m2 hutan mengalami
pengrusakan.
Apakah yang harus dilakukan orang Kristen? Menaruh
perhatian terhadap alam. Bumi kita ini milik siapa? Apakah bumi ini
miliknya iblis? Apakah bumi ini miliknya orang-orang yang bukan
percaya Yesus? Bumi dan alam ini adalah miliknya Allah kita, milik Allah
yang dipercayakan kepada kita. Itulah sebabnya, Tuhan berkarya
dalam dunia ini untuk membawanya kembali kepada tujuan
penciptaannya. Pelayanan misi harus menaruh perhatian terhadap
dunia ini dan memandang bahwa dunia ini harus diperjuangkan supaya
memuliakan Tuhan.
223
C. Penutup Kita perlu belajar peduli dengan alam dan ciptaan Tuhan. Alam
ada memang untuk memenuhi kebutuhan manusia tetapi kita juga ada
untuk alam. Alam perlu dikelola supaya dapat memberikan manfaat
yang proporsinal bagi kebutuhan manusia. Hal ini tentu tidak berarti
oerang-orang Kristen boleh mengeksploitasi alam. Tindakan
eksploitasa pada dasarnya menceriminkan keserakahan manusia.
Kita pun perlu berusaha untuk mengingatkan orang percaya
akan peranan penting mereka untuk memperhatikan alam dan
lingkungannya. Memelihara alam merupakan mandat Tuhan yang
sama pentingnya dengan mandat lainnya, misalnya saja mandat injil.
Tuhan menciptakan alam dalam keadaan baik dan mempercakapan
kepada manusia untuk mengelolanya.
Mungkin apa yang kita lakukan sangat kecil, dan tidak
mempengaruhi persentase rusaknya bumi ini, tetapi tidak apa-apa,
sebab lebih baik kita melakukan hal yang baik walaupun sedikit dan
semampu yang dapat kita lakukan dari pada kita tidak melakukan apa-
apa.
Apa yang anda dapat lakukan sebagai siswa? 1) Anda dapat
mulai mendoakan alam ciptaan Tuhan; 2) anda dapat juga mendoakan
umat manusia yang tinggal dalamnya supaya memikirkan masa depan
bumi ini; 3) anda juga dapat turut serta dalam program penghematan,
misalnya saja, bila keluarga kita memboroskan listrik atau BBM, anda
dapat berbicara mengingatkan keluarga; 4) anda juga dapat aktif
dalam kelompok-kelompok pecinta alam.
224
Mengkomuni kasikan
Ringkasan
1. Mandat penciptaan dan mandat injil pada dasarnya saling
terkait dan tidak dapat dipisahkan.
2. Mandat penciptaan adalah tugas manusia dalam membawa
dunia ciptaan Tuhan untuk memuliakan Tuhan.
3. Gereja seharusnya menaruh perhatian terhadap dunia ini,
termasuk pemeliharaan alam, sebab dunia ini adalah milik
Tuhan yang harus dikelola supaya dapat memuliakan Tuhan.
Ayat Hafalan
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya,
menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan
perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati
mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah
dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,
berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara
dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
Kejadian 1:27-28
Aktivitas
Buatlah sebuah poster mengenai salah satu tanggung jawab orang
Kristen terhadap alam dan tempelkanlah di mading sekolahmu.
Bacaan Lebih Lanjut
Bauckham, Richard. Living with Other Creatures: Green Exegesis and
Theology. Baylor: Baylor University Press, 2011. Bab 1.
Moo, Douglas and Jonathan A. Moo. Creation Care: A Biblical Theology
of Natural World. Grand Rapids: Zondervan, 2018. Bab 1-3.
Wright, Christopher J.H. Misi Umat Allah. Terj. Jakarta: Perkantas,
2011. Bab 3.
226
Mengamati
Menanya
Mengamati
Pelajaran 16
Injil Dan Budaya
A. Pendahuluan
Kebudayaan adalah isu penting dalam pelayanan misi dan
pemberitaan injil. Pemberitaan Injil yang tidak memperhatikan
konteks budaya lokal masyarakatnya sulit untuk berkembang sebab
injil tidak dapat dipahami di luar bahasa dan tradisi yang seseorang
telah miliki.
Di sisi yang lain, kebudayaan juga ternyata dapat menimbulkan
persolan dalam pemberitaan injil. Pencampuran antara kebudayaan
dan pemberitaan injil menghasilkan pencampuradukan kebudayaan
dan iman Kristen. Hal inilah yang disebut sebagai sinkretisme.
Diskusikanlah!
Carilah contoh hal-hal yang temasuk dalam sinkretisme antara iman
Kristen dengan kebudayaan lokal sebuah masyarakat dan jelaskan
mengapa hal tersebut terjadi?
B. Memahami Kebudayaan
Bagaimanakah seseorang memandang kebudayaan? Tentu
saja, pengalaman seseorang dengan kebudayaan dapat menentukan
sikapnya saat ia menjadi seorang Kristen dan reponsnya terhadap
kebudayaan.
Sebagai contoh, seorang Kristen dibesarkan dalam sebuah
tradisi yang memandang kebudayaan secara negatif. Orang tersebut
memandang bahwa yang namanya kebudayaan terutama terkait
dengan berbagai tradisi yang bersifat mitologis, misalnya saja larangan
untuk “jangan berdiri di depan pintu sebab nanti sulit mendapatkan
jodoh” atau larangan “jangan membuka payung dalam rumah nanti
ada yang meningggal,” “jangan berfoto dalam hitungan ganjil, misanya
lima orang, sebab nanti salah satunya akan meninggal,” “saat ada yang
meninggal jangan lihat ke dalam liang kuburnya nanti dapat kebawa
mati,” dst. Itulah sebabnya orang ini memandang kebudayaan secara
negatif karena kebudayaan dimana ia hidup dipenuhi dengan mitos
dan ia pun akhirnya cenderung menolak kebudayaan.
227
Mengumpulkan Informasi
Di sisi yang lainnya, seorang Kristen menggeluti bidang
pelayanan misi, dalam satu bincang-bincang ia mengatakan bahwa
kekeristenan tidak dapat bertumbuh dengan baik di Indonesia sebab
ia tidak lahir dalam budaya lokal namun hadir dalam “baju barat,”
maksudnya budaya barat. Kesadaran ini membuatnya kemudian
membentuk sebuah lembaga Injil Peduli Budaya, dimana ia berupaya
menghadirkan Kekristenan dalam budaya lokal. Orang ini kemudian
membuat berbagai lagu bukan saja dalam bahasa lokal namun dalam
gaya lokal. Berbeda dengan pandangan orang yang pertama, yang
memandang kebudayaan secara negatif, orang kedua ini memadang
kebudayaan secara positif, itulah sebabnya ia menggunakan
kebudayaan untuk memberitakan injil.
Sekarang pertanyaannya adalah pandangan mana yang benar?
Apakah kebudayaan itu negatif karena memuat berbagai unsur tradisi
mitologis ataukah positif karena dapat secara efektif digunakan dalam
penginjilan? Maka jawabannya adalah dua-dua benar, tergantung dari
bagaimana kita memahami kebudayaan. Kebudayaan memang
merupakan sebuah tema atau konsep yang sangat kompleks.
Menurut Kevin J. Vanhoozer, seorang ahli dalam bidang teologi
dari Universitas Edinburgh, Kebudayaan
adalah ekspresi kongkret dari apa yang
manusia pikirkan dan rasakan. Jika
kebudayaan dimengerti secara demikian,
ekspresi apa yang kita pikirkan dan
rasakan yang dinyatakan dalam bentuk-
bentuk konkret, maka semua karya
manusia pada dasarnya merupakan
sebuah kebudayaan. Mengapa demikian?
Sebab segala hal yang kita lakukan
semuanya didasarkan atas adanya
dorongan pikiran dan perasaan kita. Saat
kita merasa senang, kita kemudian menyanyi atau membuat nyanyian,
karena ini adalah ekspresi dari rasa riang yang kita alami, maka
membuat sebuah lagu termasuk sebuah kebudayaan; saat kita melihat
sebuah realitas yang menyedihkan, misalnya saja bagaimana dalam
gereja ada banyak orang yang kurang peduli dengan Kitab Suci,
kemudian kita membuat sebuah program untuk mendorong jemaat
membacanya, inipun merupakan bagian dari sebuah kebudayaan,
dimana kita sedang membangun budaya membaca Alkitab. Dengan
demikian, kebudayaan pada dasarnya tidak salah meskipun dalam
praktiknya kebudayaan dapat menjadi salah akibat dosa manusia.
228
Menalar
Mengumpulkan Informasi
Jadi, kebudayaan adalah tema yang sangat luas dan kompleks,
dan kita tidak mungkin menyoroti aspek kebudayaan yang seperti itu
sekarang. Itulah sebabnya, kita akan menyoroti salah satu aspek saja
dari kebudayaan yakni kebudayaan yang dipahami sebagai tata cara
hidup bermasyarakat yang berlaku dalam satu kelompok atau suku
tertentu, dimana tata cara hidup bermasyarakat tersebut merupakan
identitas dari kelompok tersebut.
Sebagai contoh, kita semua dibesarkan dengan tata cara hidup
yang berbeda dalam suku kita. Ada yang dibesarkan dengan sebuah
tata cara hidup, kalau bertamu di rumah orang lain tidak boleh
menghabiskan semua suguhan yang diberikan sebab itu dipandang
tidak sopan; sebagian orang yang lain dibesarkan dengan sebuah tata
cara kehidupan, bahwa saat bertamu harus menghabiskan semua
makanan yang ditawarkan, itu yang namanya sopan. Sebagian suku
tertentu yang memandang saat seseorang menikah harus tinggal
dengan orang tuanya, sementara suku yang lain memandang saat
seorang menikah harus lepas dari orang tua. Dalam pengertian inilah
kita akan membicarakan mengenai kebudayaan. Kebudayaan dalam
konteks adat istiadat yang menjadi ciri atau identitas suku atau
komunitas seseorang.
Purnawan Tenibemas dalam bukunya
Misi yang Membumi mengingatkan bahwa
Allah tidak menciptakan kebudayaan.
Kebudayaan pada dasarnya adalah buah dari
kreatifitas manusia dan budaya mengalami
perubahan oleh karena konteks kehidupan
manusia yang juga terus berubah. Dalam
konteks Kekristenan, tidak dapat dipungkiri
bahwa ada banyak anggapan bahwa budaya
Kristen adalah sama dengan budaya barat.
Hal ini terjadi oleh karena kekristenan datang dari negara-negara barat
sehingga banyak orang menyamakan keduanya. Itulah sebabnya
pelayanan misi hendaknya bersifat lintas budaya.
Dalam studi mengenai misi, kita belajar melihat kebudayaan
secara proporsional. Kebudayaan adalah bagian dari identitas diri
seseorang bahkan satu komunitas atau suku tertentu. Itulah sebabnya
dalam proses pemberitaan injil, seorang misionaris atau pekabar injil
harus memahami kebudayaan lokal dari sebuah komunitas sebelum ia
dapat menilai apakah kebudayaan tersebut harus dihilangkan karena
memuat unsur sinkretisme ataukah tidak.
229
Mengumpulkan Informasi
C. Kebudayaan dalam Alkitab Pergumulan sebuah suku untuk menjaga adat istiadat yang
menjadi identitas diri mereka juga menjadi
pergumulan dari orang-orang Yahudi yang
hidup di zaman Yesus dan Paulus. James D.
G. Dunn, dalam bukunya New Perspective
on Paul menjelaskan bahwa bagi orang
Yahudi ada setidaknya ada tiga adat
istiadat yang menjadi identitas orang
Yahudi, yang tidak boleh ditinggalkan
yakni yakni sunat, Sabat dan aturan
makan. Orang-orang Yahudi diajari untuk
selalu menyunatkan anak-anak mereka,
bagi mereka sunat merupakan tanda
perjanjian antara Allah dan mereka sebagai umat Allah. Selain itu
hukum Sabat, dimana orang-orang Yahudi tidak bekerja pada hari yang
ketujuh, juga merupakan bagian dari identitas keyahudian mereka
yang tidak boleh diabaikan oleh orang yang lahir dalam keluarga
Yahudi. Yang terakhir, mereka pun dibesarkan dengan sebuah tradisi
untuk tidak boleh makan bersama-sama dengan orang bukan Yahudi.
Larangan makan ini adalah bentuk kongkret dari larangan untuk
bergaul dengan orang bukan Yahudi.
Bagi orang-orang Yahudi, tiga hukum ini adalah segala-galanya.
Bagi mereka tiga hukum identitas ini adalah bersifat mutlak, tidak
boleh tidak dilakukan oleh orang yang menamakan dirinya Yahudi.
Persoalan muncul saat bangsa Yunani-Romawi yang menjajah tanah
Yahudi di zaman Yesus, memberlakukan yang namanya hukum
pembauran atau disebut juga dengan istilah Helenisasi, maka orang-
orang Yahudi memberontak dan melawan
hal tersebut.
Di zaman itu pemerintah Yunani-
Romawi menetapkan sebuah kebijakan
bahwa didunia jajahan Yunani-Romawi,
mereka harus memiliki satu kebudayaan
yang sama yakni Hellenis. Salah satu tokoh
penting dalam proses Helenisasi ini adalah
Alexander Agung yang berhasil
menaklukan wilayah Babel, Mesir dan Asia
di bawah kerajaan Yunani.
230
Untuk menerapkan kebijakan ini, maka pemerintah Yunani-
Romawi, melarang hukum sunat, Sabat dan aturan makan. Orang-
orang Yahudi diminta untuk tidak hidup secara eksklusif, mereka
dilarang menyunatkan anak-anak mereka, dilarang untuk melakukan
Sabat dan dilarang untuk hanya makan bersama dengan sesama
Yahudi.
Lalu apa yang terjadi, orang-orang Yahudi melawan kebijakan
ini mati-matian dan munculkan kelompok-kelompok tertentu yang
akhirnya melakukan kekerasan bagi orang-orang Yahudi yang
mengikuti kebijakan pemerintah Yunani-Romawi.
Mengapa bagi orang-orang Yahudi, adat istiadat atau hukum
sunat, Sabat, dan aturan makan ini begitu penting? Sebab bagi mereka,
adat istiadat mereka itu adalah kebenaran yang berlaku mutlak, itulah
sebabnya bagi mereka ketiga hukum tersebut, adat istiadat tersebut,
adalah segala-galanya.
Namun, bagi Yesus dan Paulus, apa yang dianggap mutlak oleh
orang-orang Yahudi di zamannya, bagi Yesus dan Paulus tiga hukum
tersebut (Sabat, sunat dan aturan makan) dipandang bukan segala-
galanya. Hal-hal itu hanyalah sebuah kebudayaan atau tradisi.
Dalam injil-injil kita membaca bahwa Yesus menolak untuk
menaati hukum Sabat dengan cara yang sama seperti orang-orang
Yahudi pada umumnya lakukan. Bagi Yesus, hukum Sabat diberikan
bagi manusia, jadi hukum Sabat tidak seharusnya memperbudak
manusia. Itulah sebabnya, Yesus tidak menyalahkan murid-murid-Nya
saat mereka memetik gandum di hari Sabat yang oleh orang-orang
Yahudi di zamannya dianggap tidak boleh. Mengapa demikian sebab
ajaran tentang Sabat yang selama ini diajarkan oleh guru-guru Yahudi
tidak lebih dari kebudayaan dan bukan esensi Firman Tuhan.
Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk
manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak
Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."
Markus 2:27-28
Demikian juga dengan Paulus, ia adalah seorang Yahudi.
Sebagai seorang Yahudi ia dibentuk dengan sebuah kebudayaan untuk
tidak bergaul dengan orang bukan Yahudi. Namun saat Tuhan
memanggilnya untuk memberitakan injil pada orang bukan Yahudi, ia
rela melawan kebudayaan yang selama ini dipeliharanya. Ini
menunjukkan bahwa kebudayaan bagi Paulus bukan segala-galanya
tetapi kebenaran Allah di atas segala sesuatu.
231
Sebagai seorang Yahudi, Paulus pun dari kecil dibentuk dengan
sebuah budaya bahwa yang namanya umat Tuhan, haruslah
disunatkan. Namun saat ia berhadapan dengan sebuah kenyataan
bahwa orang-orang yang tidak disunatkan dapat menjadi umat Allah
saat percaya pada Yesus, ia rela meninggalkan kebudayaannya bahkan
melawan orang-orang yang memaksakan sunat pada Titus (bacalah
Galatia 2:3-5). Kembali kita melihat, saat orang-orang Yahudi lain
menjadikan sunat atau kebudayaan sunat sebagai segala-galanya,
namun Paulus menolak hal tersebut, baginya kebudayaan bukan
segala-galanya.
Tetapi kendatipun Titus, yang bersama-sama dengan aku,
adalah seorang Yunani, namun ia tidak dipaksa untuk
menyunatkan dirinya. Memang ada desakan dari saudara-
saudara palsu yang menyusup masuk, yaitu mereka yang
menyelundup ke dalam untuk menghadang kebebasan kita
yang kita miliki di dalam Kristus Yesus, supaya dengan jalan
itu mereka dapat memperhambakan kita. Tetapi sesaatpun
kami tidak mau mundur dan tunduk kepada mereka, agar
kebenaran Injil dapat tinggal tetap pada kamu.
Demikian juga saat di kota Anthiokhia, saat orang-orang Yahudi
Kristen yang lain meninggalkan meja makan orang-orang bukan
Yahudi, karena hal tersebut dapat membuat orang-orang Yahudi yang
masih berpegang keras pada tradisi atau kebudayaan untuk tidak
makan bersama orang bukan Yahudi, dapat menimbulkan kemarahan
mereka, namun Paulus menolak untuk takut terhadap orang-orang
Yahudi yang masih berpegang pada tradisinya. Ia melawan
kebudayaan tersebut. Mengapa demikian? Sebab bagi Paulus
kebudayaan bukan segala-galanya, saat kebudayaan melawan Kristus,
itu harus dilawan.
Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-
terang menentangnya, sebab ia salah. Karena sebelum
beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan
sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat,
tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan
menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang
bersunat. Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut
berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri
turut terseret oleh kemunafikan mereka. Tetapi waktu
232
Menanya
kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan
kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan
mereka semua: "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara
kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat
memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup
secara Yahudi?"
Galatia 2:11-14
Jadi, baik Yesus maupun Paulus, melihat hal yang sama bahwa
tradisi dan adat kebiasaan kita bukanlah segala-galanya. Kita tidak
dapat dan tidak boleh menjadikan semua tradisi dan adat kebiasaan
kita sebagai hal yang mutlak. Mengapa demikian?
Jika kebudayaan bukan segala-galanya, lalu apa yang terutama
dan segala-galanya? Maka rasul Palus menolong kita untuk mengerti
apa yang segala-galanya bagi kita. Bagi Paulus yang segala-galanya
adalah Tuhan. Dalam Filipi 3, Paulus mengatakan jika dibandingkan
dengan Kristus, segala kebudayaan yang dulu ia banggakan tidaklah
ada nilainya.
Ia adalah suku Yahudi asli. Ia adalah orang Farisi. Ia tidak
bercacat dalam menaati hukum Taurat. Namun semua kelebihan
tersebut tidak membuatnya menjadi umat Allah. Jika Yesus tidak
menyatakan diri-Nya kepada Paulus, walaupun ia adalah orang yang
memiliki latar belakang kebudayaan yang luar biasa, namun ia tetaplah
termasuk ke dalam kumpulan orang-orang yang sedang berjalan ke
arah kebinasaan.
Paulus menjadikan kehendak Kristus sebagai hal yang utama
dalam hidupnya. Karena Paulus mengerti apa yang Tuhan kehendaki,
bahwa yang Ia inginkan adalah supaya manusia diselamatkan oleh injil,
maka Paulus rela kalaupun ia harus meninggalkan kebudayaannya dan
memiliki tata cara hidup seperti orang bukan Yahudi, ia rela
melakukannya. Karena baginya kebudayaan bukan segala-galanya.
Kristuslah yang segala-galanya. Dengan demikian, Kristus adalah
Tuhan atas kebudayaan manusia dan bukan sebaliknya, bahwa
manusia diperbudak oleh kebudayaannya sendiri.
Diskusikanlah
Carilah beberapa kebudayaan yang ada dalam Alkitab yang nampak
sama dengan kebudayaan lokal yang menjadi bagian dari komunitas
anda! Tunjukkanlah persamaan dan perbedaan diantara kedua
kebudayaan tersebut!
233
Menalar
Mengamati
Menalar
D. Gereja dan Kebudayaan Jika bagi Paulus kebudayaan dan adat istiadat itu bukan segala-
galanya, namun Yesus yang segala-galanya. Saat kita menjadi orang
Kristen, kemudian kita mengabungkan diri dalam gereja Protestan
atau denominasi lainnya, maka ada satu asas yang dipegang oleh
gereja, yakni sola scriptura. Terminologi ini menegaskan hanya Alkitab
yang mutlak dalam hidup kita, hanya kebenaran-kebenaran Tuhan
yang dinyatakan dalam Alkitab yang berlaku mutlak dalam hidup kita,
dan itu berarti bagi kita yang namanya tradisi dan adat kebiasaan
seharusnya tidak dianggap sejajar atau setara dengan Alkitab.
Namun, realitanya, saat orang Kristen percaya kepada Yesus,
mereka terkadang tidak mau melepaskan diri dari ikatan budaya
khususnya saat budaya tersebut berlawanan dengan kebenaran injil.
Saat seseorang mendapati bahwa ada perbedaan yang mendasar
antara injil dan budaya, kita sering memilih untuk mempertahankan
budaya dari pada injil Tuhan.
Sebagai contoh, Tuhan mengajarkan kepada kita bahwa
dihadapan Tuhan, anak lelaki dan perempuan sama-sama berharga
sebab dalam Kristus tidak ada laki-laki dan perempuan. Jika dunia ini
mengajarkan bahwa laki-laki lebih baik dari pada perempuan, maka
Alkitab mengajarkan bahwa laki-laki dan perempuan dalam Tuhan,
sama-sama bernilai. Namun, masih ada banyak orang yang merasa
kalau tidak memiliki anak lelaki maka hidupnya tidak bahagia, masih
ada banyak keluarga-keluarga Kristen yang menganggap masih ada
yang kurang jika anak mantunya belum melahirkan anak laki-laki. Ini
adalah realita bahwa ada banyak orang Kristen yang walaupun tahu ini
salah, namun tidak rela melepaskannya. Contoh yang lain. Tuhan
mengajarkan kepada kita bahwa semua orang, baik Yahudi maupun
bukan Yahudi adalah sama. Dalam Tuhan, mereka adalah sama-sama
umat Tuhan, kita harus belajar untuk menerima bahkan mengasihi
orang-orang yang berbeda suku dengan kita.
Jadi, kita berhadapan dengan sebuah pilihan. Saat Alkitab
mengatakan dalam Kristus tidak ada lagi Yahudi bukan Yahudi, tidak
ada lagi suku A, B, dan C, semua kita adalah satu dalam Tuhan, maka
apakah kita akan tetap menolak kehadiran mereka, menolak untuk
menerima mereka, menolak untuk mengasihi mereka, sekadar karena
suku kita pada umumnya tidak suka dengan suku mereka? Akankah
kita lebih memilih menaati tradisi dan kebudayaan dari pada menaati
Tuhan sendiri.
234
Tom Steffen dan Lois
McKinney mengingatkan bahwa
dalam pelayanan misi, seseorang
perlu menyadari adanya perbedaan
antara kultur dirinya sebagai
misionaris, kultur mereka yang
dilayani dan juga kultur dari berita
Alkitab. Jadi, kebudayaan memang
tidak selalu salah dan negatif, ada
warisan adat istiadat dan tradisi
tertentu yang baik, yang sejalan
dengan kitab suci. Namun saat
budaya dan saat adat istiadat yang
kita miliki berlawanan dengan injil kebenaran Tuhan, mana yang akan
kita pegang? Budaya atau Injil kebenaran Tuhan? Inilah yang akan
menguji dan memperlihatkan kepada kita, siapa yang menjadi Tuhan
dalam hidup kita. Kekristenan sesungguhnya bukanlah sebuah budaya
tetapi “jalan hidup.”
E. Penutup
Kebudayaan merupakan bagian dari anugerah umum Allah.
Kebudayaan dapat salah tetapi tidak berarti merupakan bagian dari
dosa. Tuhan mengaruniakan kepada manusia sebuah kesadaran akan
adanya Tuhan dan juga sebuah kesadaran untuk bertahan hidup dalam
dunia ini. Kebudayaan adalah bagian dari kreativitas manusia yang
merupakan cerminan dari gambar dan rupa Allah.
Menusia tidak dapat lepas dari kebudayaan. Kebudayaan
menjadi identitas yang melekat dalam dirinya. Seseorang yang
memaksakan kebudayaannya kepada orang lain akan merendahkan
orang lain dan mengangap dirinya lebih superior. Dalam Gereja Mula-
mula kita melihat bahwa orang-orang Kristen belajar untuk tidak
mengutamakan kebudayaan lebih dari kebenaran Firman Allah.
Dalam pelayanan misi, kebudayaan dapat menjadi jembatan
yang efektif untuk memberitakan injil. Untuk dapat menjadikan
kebudayaan sebagai instrumen untuk memberitakan injil, seseorang
perlu belajar melihat persamaan dari kebudayaan dan ajaran Alkitab.
Meskipun demikian, menemukan kesamaan barulah langkah awal
dalam pelayanan injil dan langkah selanjutnya adalah memperlihatkan
keunikan dari iman Kristen.
235
Mengkomuni kasikan
Ringakasan
1. Kebudayaan merupakan sebuah identitas dari manusia dan
komunitasnya.
2. Alkitab menekankan bahwa Tuhan berada di atas kebudayaan.
Kebudayaan dapat menghambat pemberitaan injil tetapi juga
dapat membantu pemberitaan injil.
3. Gereja perlu secara bijak menilai kebudayaan. Walaupun tidak
semua kebudayaan adalah salah tetapi kebudayaan bukanlah
sesuatu yang netral.
Ayat Hafalan
Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."
Yohanes 15:16-17
Aktivitas
Buatlah sebuah drama masa kini mengenai orang Samaria yang baik
hati; tokoh-tokoh dalam kisah tersebut haruslah diganti dengan tokoh-
tokoh masa kini.
Bacaan Lebih lanjut
Kobong, Th. Iman dan Kebudayaan. Jakarta: BPK, 1994.
Steffen, Tom and Lois McKinney Douglas. Encountering Missionary Life and
Work: Preparing for Intercultural Ministry. Grand Rapids: Baker, 2008.
Chapter 10.
Tenibemas, Purnawan. Misi yang Membumi. Bandung: Sekolah Alkitab
Tiranus, 2011. Chapter 2.
Venema, H. Hidup Baru: Orang Kristen dalam Konteks Setempat. Jakarta:
Litindo, 2006.
237
Mengamati
Menanya
Pelajaran 17
Injil, Isu-Isu Sosial Dan Pluralisme Agama
A. Pendahuluan Manakah yang lebih penting antara injil dan kesaksian sosial?
Orang-orang Kristen pada umumnya memahami bahwa aksi sosial
merupakan bagian dari kehidupan orang-orang Kristen. Aksi sosial
adalah salah satu bentuk dari kesaksian orang-orang Kristen dalam
masyarakat dimana mereka hidup dan tinggal.
Tuhan Yesus sendiri adalah contoh dan model dari kesaksian
sosial gereja. Sama seperti Yesus mengasihi manusia dan
memperhatikan bukan hanya kebutuhan spiritual tetapi juga
kebutuhan fisik dan psikologis manusia, demikianlah gereja belajar
untuk melayani sesama dengan tulus dan penuh kasih.
Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari
situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke
tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan
mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota
mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak
yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas
kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang
sakit.
Matius 14:13-14
Sewaktu Tuhan Yesus melihat orang banyak datang dan Ia memandang
mereka dengan belas kasihan. Istilah belas kasihan menunjuk pada
perasaan Yesus saat ia melihat orang-orang yang mencarinya. Perut
Yesus seolah-olah terasa keram saat ia melihat begitu banyak orang
haus dengan kebenaran dan mencari Dia. Hati yang sama seharusnya
dimiliki oleh umat Tuhan saat kita memandang orang-orang di sekitar
kita.
Diskusikanlah! Carilah berbagai bentuk pelayanan sosial yang dikerjakan oleh gereja atau komunitas dimana anda bergabung; ceritakanlah juga alasan mengapa bentuk kesaksian sosial yang demikian yang dikerjakan oleh gereja atau lembaga dimana anda bergabung?
238
Menalar
Mengumpulkan Informasi
B. Antara Injil dan Aksi Sosial
Bila kita berbicara mengenai kaitan antara Injil dan aksi sosial,
maka kita dapat melihat gereja atau orang percaya dapat jatuh dalam
beberapa kecenderungan yakni:
1. Mempertentangkan antara Injil dan Sosial.
Memandang ada perbedaan yang hakiki mengenai Injil dan
tanggung jawab sosial. Dimana perbedaannya? Injil menyangkut hal-
hal rohani sementara aksi sosial menyangkut hal-hal duniawi. Injil
menyangkut keselamatan untuk masa yang akan datang sementara itu
sosial menyangkut keselamatan untuk dunia ini.
Apakah hal ini benar bahwa injil itu untuk keselamatan rohani
dan sifatnya futuristis sementara itu aksi sosial berkaitan dengan
problem jasmani dan sifatnya kekinian?
2. Menyuborninasi salah satunya
Sebagian orang Kristen memandang bahwa yang terutama
adalah injil, aksi sosial hanyalah ‘peneguh dari berita injil.’ Apakah
dampaknya jikalau seseorang memegang pendirian seperti ini? Yang
akan terjadi adalah orang-orang Kristen akan mulai menjalani
kehidupan yang tidak berinteraksi dengan dunia yang riil.
Kita mungkin akan juga menjadi kelompok orang yang
walaupun memandang aksi sosial perlu tetapi itu tidak dipandang
sebagai prioritas. Hal tersebut akan nampak dari persentase perhatian
gereja yang ditujukan pada hal-hal sosial yang sering kali sangat minim.
Gereja biasanya sibuk dengan program-
program mengembangan ibadah dan
persekutuan. Charles Swindol mengatakan
orang Kristen itu sering kali seperti kelinci,
yang hidup cuma dalam lubangnya sendiri.
Sekali-kali memang keluar untuk pergi ke
gereja, tetapi sesudah itu kembali
kelubangnya.
Realita bahwa kita ini kurang mau mengerjakan tanggung
jawab sosial kita dan kita tidak mau banyak terlibat dalam kegiatan
sosial di lingkungan kita menunjukkan bahwa secara tidak langsung
kita memandang secara tidak seimbang antara keimanan (aspek-aspek
dari iman) dan tanggung jawab sosial kita. Padahal, Alkitab
menegaskan bahwa iman yang tidak nyata dalam perbuatan-
perbuatan baik adalah iman yang mati.
239
Menanya
Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik!
Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka
gemetar. Hai manusia yang bebal, maukah engkau
mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah
iman yang kosong? … Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah
mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan
adalah mati.
Yakobus 2:19-20, 26
Diskusikanlah!
Jikalau aksi sosial sifatnya hanyalah sebagai peneguh maka ‘aksi sosial’
seharusnya bila kita tidak lakukanpun tidak punya dampak yang
signifikan. Namun, coba lihat dalam Matius 25:31-46. Kira-kira hal
mendasar apakah yang membuat seseorang akhirnya ditolak Tuhan
dalam kerajaan-Nya?
"Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan
semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan
bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua
bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan
memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama
seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia
akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya
dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan
berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari,
hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan
yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab
ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku
haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing,
kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu
memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku;
ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka
orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan,
bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi
Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau
minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang
asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang
dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami
melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami
mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka:
240
Mengamati
Menalar
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang
kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang
paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Dan Ia
akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya:
Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk,
enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk
Iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar,
kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu
tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu
tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu
tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam
penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu merekapun akan
menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat
Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau
telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak
melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak
kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini,
kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka ini
akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang
benar ke dalam hidup yang kekal."
Di sisi yang lain, sebagian orang Kristen memandang bahwa
aksi sosiallah yang utama, sebab dalam aksi sosiallah berita Injil
sesungguhnya disampaikan. Dimana problem dari gagasan ini? Jika
memang berita injil dapat digantikan dengan aksi sosial maka kita tidak
perlu berbicara tentang Kristus, cukup perbuatan kita yang
menunjukkannya. Masalahnya adalah jika memang demikian,
mengapa a) Para Rasul memberikan contoh bagaimana mereka harus
rela mati demi pemberitaan injil mereka secara verbal dan terang-
terangan, b) mengapa Alkitab juga menyuruh kita memberitakan Injil
secara verbal jika hal tersebut dapat digantikan dengan aksi sosial?
Untuk memahami isu ini, kita perlu memandang keduanya
sebagai bagian utama dalam pemberitaan Injil. Mempertentangkan
antara injil dan sosial akan berdampak pada dua hal yakni: pertama,
mereduksi arti injil yang sebenarnya. Injil itu punya dua dimensi yakni
dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Injil diberikan Allah dalam
dunia ini bukan untuk hanya sekadar supaya manusia mengalami
pembaruan kelak dan dalam segi rohani saja tetapi supaya mengalami
pembaruan sekarang ini dan dari segi jasmani juga.
241
Mengamati
Menalar
Kedua, meminimalkan tanggung jawab orang percaya terhadap
sesamanya. Kita tidak dapat dan tidak boleh mengabaikan tanggung
jawab kita terhadap sesama kita. Alkitab menegaskan bahwa:
Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat
saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu
hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah
dapat tetap di dalam dirinya? Anak-anakku, marilah kita
mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah,
tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.
1 Yohanes 3:17-18
C. Kesaksian Sosial Umat Tuhan Bagaimana kita harus memandang aksi sosial dan bagaimana
kaitannya dengan pemberitaan Injil? Apakah aksi sosial sama dengan
pemberitaan injil? Apakah jika seseorang melakukan banyak hal yang
baik dan menjadi berkat dalam dunia ini berarti ia telah memberitakan
injil? Sebagaimana yang sering kali kita dengar ada berbagai cara
memberitakan injil, dapat dengan berbicara atau dapat juga dengan
kehidupan yang jadi berkat. Apakah kalimat ini benar?
Perkataan di atas kurang tepat. Pemberitaan injil berbeda
dengan perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan dalam hidup ini
bagi sesama kita. Dimanakah perbedaan antara perbuatan-perbuatan
baik dan pemberitaan injil? Perbuatan-perbuatan baik itu adalah
sebuah kesaksian hidup bahwa kita adalah orang yang mempunyai
Tuhan yang benar dan telah diubahkan oleh Tuhan yang benar itu.
Sementara itu pemberitaan injil adalah penyampaian verbal mengenai
iman sebagai jalan keselamatan dari Allah yang akan membuat
manusia mengalami perobahan hidup.
Jadi kesaksian bentuknya adalah action “perbuatan”
sementara itu pemberitaan injil selalu bentuknya verbal. Jadi apakah
bila kita sudah melakukan banyak hal yang baik, mengerjakan
tanggung jawab sosial kita bahkan melebihi yang dilakukan oleh orang-
orang pada umumnya, maka ini berarti kita telah menjadi pemberita
injil? Maka jawabannya adalah belum. Kita baru mengerjakan separuh
dari tugas pemberitaan injil yakni dengan menyaksikan Kristus.
Jadi apakah kaitan antara kesaksian atau perbuatan-perbuatan
baik tadi dengan pemberitaan injil? Maka jawabannya adalah
kesaksian atau perbuatan-perbuatan baik itu menjadi langkah awal
dalam pemberitaan Injil.
242
Mengumpulkan Informasi
Menanya
Coba lihat dalam Kisah Para Rasul 2:41-47. Hal apakah yang
membuat banyak orang akhirnya menggabungkan diri dengan umat
Tuhan? Sebab murid-murid Tuhan hidupnya disukai orang. Murid-
murid Tuhan kehidupannya jadi berkat. Itulah cara yang Tuhan pakai
dalam membawa banyak orang untuk mengenal Tuhan. Tetapi apakah
dengan melihat kehidupan yang sangat menarik dari anak-anak Tuhan
maka otomatis orang-orang menjadi langsung beriman kepada Tuhan?
Tentu saja tidak, mereka pastilah juga mendengarkan berita injil yang
disampaikan kepada mereka. Walaupun hal ini tidak disebutkan
namun hal ini adalah pasti. Mengapa? Sebab iman tumbuh dari
pemberitaan injil. Tetapi apakah sarana yang dipakai Allah dalam
berita Injil? Jawabannya adalah kesaksian hidup orang percaya.
Dalam bukunya Murid Radikal yang Mengubahkan Dunia, John
Stott menjelaskan 3 cara pandang
dalam melihat kaitan antara berita injil
dan kesaksian sosial umat Tuhan.
Pertama, kesaksian sosial adalah
pendahuluan bagi pemberitaan injil.
Kedua, kesaksian sosial adalah
perwujudan dari berita injil. Ketiga, aksi
sosial adalah rekan dalam pemberitaan
injil.
Untuk memberitakan Injil
dengan benar maka kesaksian harus
mendahuluinya. Kesaksianlah yang
membuat seseorang tertarik pada
Kristus. Meskipun demikian ‘tertarik saja pada kristus tidak cukup.’
Ketertarikan tidak membuat seseorang diselamatkan. Untuk
seseorang diselamatkan, seseorang perlu beriman kepada Dia, tanpa
iman tidak ada keselamatan tetapi bagaimana caranya seseorang
dapat beriman maka dia perlu mendengar berita injil dan berita injil
tidak mungkin disampaikan secara non-verbal. Artinya untuk orang
akhirnya percaya Yesus maka seseorang haruslah mendengar Injil yang
disampaikan secara verbal.
Diskusikanlah!
Carilah tokoh-tokoh dalam Alkitab yang walaupun mereka melihat
banyak mukjizat Yesus dan mendengar begitu banyak pengajaran
Yesus tetapi mereka tidak bertobat dan menyerahkan hidup pada
Kristus!
243
Menalar
Mengumpulkan Informasi
Bagaimanakah kita harus menjalani hidup supaya dapat
menjadi kesaksian? Walaupun kita adalah orang yang mempunyai
kepekaan sosial yang baik, namun jika kita tidak keluar dari zona aman
hidup kita maka kita akan seperti pelita yang dinyalakan tetapi di taruh
di bawah gantang atau ditaruh di bawah tempat tidur artinya cahaya
kita tidak akan kelihatan dan tidak akan bermanfaat sehingga tidak
dapat menyaksikan Kristus.
Milikilah dua hal ini adalah hidup, yakni ‘kemauan untuk
melayani dan memberi.’ Dalam Markus 10:45 dituliskan:
karena anak manusia datang bukan untuk dilayani
melainkan untuk melayani dan memberikan nyawanya
menjadi tebusan bagi banyak orang.
Yesus datang untuk melayani dan memberi nyawanya bagi kita. Kita
tentu tidak dapat melakukan hal yang sama seperti apa yang Yesus
lakukan, tetapi kita dapat menjadikan Dia sebagai model bagi
kehidupan dan pelayanan kita.
Rasul Paulus juga menegaskan dalam Roma 8:29 mengenai
panggilan hidup orang-orang percaya.
sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula mereka
juga ditentukan-Nya dari semula menjadi serupa dengan
gambaran anak-Nya supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang
sulung di antara banyak saudara.
Gambaran tentang Anak-Nya yang seperti apakah yang Allah ingin kita
teladani? Maka jawabannya adalah gambaran Anak-Nya yang dalam
dunia ini datang untuk melayani dan
memberi. Sebagaimana Yesus datang
untuk melayani dan memberi demikian
jugalah kita ada untuk melayani dan
belajar memberi bagi sesama.
Alvin J. Schmidt dalam buku
How Christianity Changes the World
menunjukkan bagaimana gereja mula-
mula merespons penderitaan yang
mereka alami selama masa
penganiayaan oleh kekaisaran Roma?
Jawabannya adalah dengan merawat
mereka yang sakit.
244
Mengumpulkan
Informasi
Mengamati
Menanya
Bagaimanakah cara kita melayani
dan memberi bagi sesama kita dalam dunia
ini? Dengan memberikan kontribusi
pikiran-pikiran yang diterima secara
universal namun dipengaruhi oleh nilai-
nilai Kristiani. Contoh yang paling jelas
untuk hal ini adalah apa yang dikerjakan
oleh Romo Franz Magnis Suseno.
Dengan kehidupan yang berbeda
dengan dunia. Kehidupan yang berbeda
dalam dunia ini akan membuat dunia
menyadari ‘apa yang seharusnya dan yang
benar.’ Jikalau dunia ini melakukan kesalahan dan tidak ada satupun
orang yang berani menentangnya maka bagaimana mungkin dunia
dapat tahu bahwa dirinya salah.
Kita juga dapat berperan dengan menjadi orang yang
bertanggung jawab dalam area kehidupan kita. Bila anda adalah siswa
berperanlah sebagai siswa yang baik dan bertanggung jawab sehingga
kehadiranmu membuat kelompok belajarmu dan kelasmu jadi
berbeda.
D. Pluralisme
Untuk menggambarkan mengenai keterbatasan manusia
dalam memahami kebenaran beberapa orang menggunakan analogi
tiga orang buta mendeskripsikan gajah. Orang buta pertama berkata
gajah itu kaya batang pohon sebab ia memenang kaki gajah yang
besar. Orang buta kedua berkata bahwa gajah itu seperti terompet
karena ia memegang belalai gajah. Orang buta ketiga berkata bahwa
gajah itu seperti kipas karena ia memegang kupingnya. Semua
penggambaran yang disampaikan oleh ketiganya ada benarnya namun
tidak sepenuhnya benar; mereka memandang dari sudut pandangnya
masing-masing dan benar menurut pengalaman mereka sendiri.
Diskusikanlah!
Apakah menurut anda ilustrasi di atas tepat dalam menggambarkan
upaya manusia dalam memahami kebenaran? DImanakah kelemahan
dari analogi mengenai tiga orang buta dengan pemahaman umat
Tuhan mengenai kebenaran?
245
Menalar
Mengumpulkan Informasi
Banyak orang percaya bahwa manusia itu tidak dapat dan tidak
boleh merasa dirinya yang paling benar. Manusia dipandang terlalu
terbatas untuk mengerti Tuhan dan Tuhan dipandang terlalu besar
untuk dipahami oleh otak manusia. Itulah sebabnya sebagian orang
menganggap orang-orang Kristen tidak boleh merasa dirinya paling
benar, khususnya sewaktu membicarakan mengenai Tuhan. Apakah
tuduhan ini benar?
Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia memang mahluk yang
terbatas dan Tuhan tidak terbatas; itulah sebabnya, kalau manusia
diminta untuk memahami Tuhan dan merumuskan tentang Tuhan, ia
pasti tidak sanggup untuk menggambarkannya dengan benar.
Meskipun demikian, kalau Tuhan yang berkuasa, apakah ia dapat
menjelaskan diri-Nya kepada manusia sesuai dengan batasan
kemampuan manusia? Tentunya Ia dapat melakukannya. Inilah yang
menjadi keyakinan iman Kristen bahwa pengajaran iman yang kita
pegang bukanlah dari manusia tetapi dari Tuhan.
Jika ajaran iman kita dari manusia, itu dapat salah. Sebab yang
namanya manusia dapat salah dan selalu salah. Seperti pepatah
mengatakan “sepandai-pandainya tupai melompat, satu kali ia
kepleset juga.” Namun, kalau ajaran iman kita dari Tuhan, maka ajaran
iman yang kita yakini tidak mungkin salah. Kenapa demikian? Karena
Tuhan tidak dapat salah.
Pertanyaannya adalah dari manakah ajaran iman Kristen
bersumber? Jawabannya tentu dari ajaran Alkitab/kitab suci. Namun
dari manakah ajaran Alkitab itu bersumber? Maka jawabnya dari
“penyataan Allah,” dari “wahyu Allah” sendiri.
Mendefinisikan Pluralisme
Untuk memahami mengenai Pluralisme, kita harus menyadari
bahwa ada tiga bentuk yang berbeda dari Pluralisme. Pluralisme tidak
dapat dipahami secara general oleh karena hadirnya keragaman dalam
pokok pikiran ini.
1. Pluralisme agama
Dalam gerakan yang disebut sebagai Pluralisme agama, semua
agama dipandang sebagai hal yang sama. Semua agama
mengajarkan hal yang baik dan semua agama dipandang dapat
membawa umatnya ke dalam keselamatan. Dalam konteks ini,
Pluralisme menunjuk pada sebuah konsep keselamatan yang
bersifat universalisme.
246
Menalar
Menalar
2. Relativisme
Pandangan dari kelompok ini adalah manusia tidak dapat
mengklaim dirinya paling benar. Itulah sebabnya, tidak ada
seorang pun manusia boleh menyalahkan agama orang lain
dan menganggap dirinya paling benar. Alasannya adalah sebab
manusia tidak tahu kebenaran itu seperti apa; yang kita tahu
adalah kebenaran menurut anggapan dan cara pandang kita
masing-masing.
3. Inklusivisme
Gerakan ini memandang bahwa agama Kristen memang
memiliki ajaran kebenaran yang lebih eksplisit dibanding
keyakinan yang lain. Meskipun demikian, keyakinan yang lain
sebenarnya memiliki ajaran kebenaran yang sama dengan
iman Kristen, hanyanya saja bersifat implisit. Itulah sebabnya,
ada Kristus secara implisit dinyatakan dalam berbagai
keyakinan di luar iman Kristen.
Pandangan dari kaum Pluralisme dan pandangan dari iman
Kristen nampaknya berbeda dalam beberapa hal yang fundamental.
Iman Kristen memandang bahwa ada aspek-aspek tertentu yang hanya
ada dalam iman Kristen, salah satunya adalah mengenai Kristus dan
keselamatan. Meskipun terdapat perbedaan fundamental dalam iman
Kristen dan kaum Pluralisme, kita tentu harus memiliki sikap yang
dewasa dan bijak dalam menanggapi perbedaan. Kita tidak boleh
menggunakan jargon-jargon atau istilah-istilah tertentu yang bersifat
mengolok-olok mereka yang memiliki pandangan berbeda dengan
kita. Itulah sebabnya istilah-istilah yang biasa digunakan, misalnya saja
“intoleran” “tertutup,” atau “liberal” sebaiknya tidak digunakan dalam
mendeskripsikan perbedaan antara iman Kristen dan pandangan
Pluralisme.
D. Sikap Inklusif Orang Kristen Dalam membangun iman Kristen, kita harus memiliki
keyakinan iman yang bersifat eksklusif tetapi memiliki kehidupan yang
inklusif. Keyakinan iman seseorang haruslah dihargai dan dihormati;
meskipun demikian, keyakinan yang bersifat eksklusif tidak seharusnya
membuat orang-orang Kristen bersikap eksklusif. Kehidupan yang
tertutup akan menutup kesempatan bagi orang-orang percaya untuk
menyaksikan keyakinan imannya.
247
Mengumpulkan
Informasi
Ajaran iman Kristen mengajarkan kita untuk mengasihi semua
orang termasuk mereka yang berbeda keyakinan dan pandangan
dengan kita. Dalam keseharian hidup, kita tentunya tidak dapat
menutup diri dengan orang lain tetapi justru harus berbaur dan
mencoba untuk memberikan kontribusi terbaik kita bagi komunitas
kita.
Itulah sebabnya, apa yang telah dilakukan oleh gereja-gereja
yang menjadi pendahulu kita, dimana mereka begitu mengasihi orang-
orang yang berbeda keyakinan dengan mereka, tetapi tetap berjuang
dalam membangun sekolah, balai kesehatan ataupun lembaga-
lembaga sosial lainnya perlu kita lanjutkan.
Kita menyadari bahwa panggilan orang percaya adalah untuk
menjadi garam dan terang bagi dunia ini. Untuk itu, kehidupan orang-
orang Kristen haruslah menjadi berkat bagi sesamanya.
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar,
dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain
dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota
yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya
di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga
menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah
hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya
mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan
Bapamu yang di sorga.”
Matius 5:13-16
Sikap orang-orang Kristen terhadap mereka yang berbeda agama dan
keyakinan seharusnya dijaga dengan baik. Kita tidak boleh memusuhi
orang yang berbeda keyakinan dengan kita. Sebaliknya kita harus
mengasihi orang-orang yang berbeda keyakinan dengan kita. Seperti
halnya dengan Allah yang begitu mengasihi dunia ini, walaupun dunia
ini berdosa, demikianlah kita pun belajar mengasihi semua orang yang
ada dalam dunia ini.
Kita disebut sebagai anak-anak Allah karena adanya kemiripan
antara kita dengan Bapa kita. Allah adalah kasih; kita pun disebut
sebagai anak-anak Allah saat kita hidup penuh kasih. Di sisi yang lain,
kita harus bersaksi kepada orang yang berbeda keyakinan dengan kita.
Bagaimanakah kita dapat bersaksi? Ada banyak cara dalam bersaksi,
salah satunya adalah melalui melalui perbuatan. Hal inilah yang
disebut sebagai silent witnesses.
248
Rasul Petrus meminta kaum wanita yang suaminya belum
mengenal Tuhan untuk menjadi silent witness dalam surat 1 Petrus 3:
1-4; ia berkata bahwa dengan perbuatan sikap mereka yang baik, para
istri Kristen ini akan dapat memenangkan suami mereka.
Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada
suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat
kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan
oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana
murni dan salehnya hidup isteri mereka itu. Perhiasanmu
janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-
ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan
mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu
ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan
yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut
dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.
Perbuatan dan sikap hidup yang menjadi berkat adalah kesaksian yang
kuat bagi orang-orang di sekitar kita.
Selain melalui perbuatan, doa juga akan menjadi sarana di
tangan Tuhan. Kita perlu mendoakan orang-orang yang kita kasihi; kita
juga dapat mendoakan lembaga-lembaga
misi dan penginjilan yang dipanggil Tuhan
untuk dapat memberitakan injil. Kita tidak
boleh meremehkan doa; Tuhan Yesus
bahkan berdoa juga bagi kita. Doa yang
benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan
memiliki kuasa yang besar. Dalam Yohanes
17, Tuhan Yesus berdoa bagi kita; dan
melaluinya kita belajar bahwa doa adalah
kekuatan yang luar biasa. John Piper
mengingatkan kita bahwa pelayanan misi
merupakan sebuah peperangan dan doa
adalah senjata kita.
Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa,
tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku,
sebab mereka adalah milik-Mu dan segala milik-Ku adalah
milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah
dipermuliakan di dalam mereka.
Yohanes 17:9-10
249
F. Penutup
Abraham Kuyper mengingatkan kita
bahwa umat Tuhan bukan hanya
membutuhkan kepekaan sosial terhadap
mereka yang membutuhkan tetapi juga
kepekaan bahwa mereka juga
membutuhkan Kristus. Kuyper juga
menegaskan bahwa dibalik semua isu sosial
yang ada terdapat sebuah akar persoalan
yang jauh lebih serius, yakni sikap tidak
hormat manusia kepada Tuhan. Inilah
persoalan utama dalam kehidupan manusia
yang berdampak pada kehidupan sosial
mereka. Di sisi yang lain, Kuyper juga mengingatkan gereja untuk tidak
bersikap pasif melihat masalah-masalah sosial yang ada. Orang-orang
Kristen perlu berjuang untuk dunia ini dan menjadikannya sebagai
tempat yang lebih baik dan memuliakan Tuhan.
Kita hidup dalam sebuah masyarakat yang memiliki ragam
kepercayaan. Untuk itu, kita harus memiliki sikap hidup yang baik dan
menjadi kesaksian bagi mereka yang berbeda keyakinan dengan kita.
Keselamatan seseorang adalah karya Tuhan, itulah sebabnya, tugas
orang percaya adalah mempersiapkan diri untuk dipakai Tuhan kapan
saja sesuai dengan waktu dan rencananya-Nya.
Orang-orang Kristen perlu mengembangkan sebuah pola hidup
dan kebiasaan yang tidak menjadi batu sandungan bagi sesamanya.
Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa dalam banyak hal kita memiliki
kebebasan; namun tidak segala sesuatu adalah berguna dan menjadi
berkat bagi sesama kita. Kita harus menjaga kebebasan yang kita miliki
supaya hal tersebut tidak menjadi batu sandungan bagi yang lain.
250
Mengkomuni kasikan
Ringkasan
1. Pemberitaan injil dan kesaksian sosial tidak bertentangan
tetapi saling membutuhkan.
2. Kesaksian sosial memiliki berbagai bentuk. Melakukan hal-hal
yang baik bagi masyarakat adalah sama pentingnya dengan
tidak melakukan hal-hal yang salah dalam kehidupan nyata.
3. Orang-orang Kristen tinggal dalam kehidupan masyarakat yang
pluralis tetapi tidak seharusnya menjadi pluralistic.
4. Sikap orang-orang Kristen dalam masyarakat haruslah bersifat
inklusif tanpa mengkompromikan keyakinan imannya.
Ayat Hafalan
Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan
berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab
kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.
Yeremia 29:7
Aktivitas
Buatlah sebuah gambar mengenai “doa yang dilihat orang” dan dalam
kelas mendatang jelaskan mengenai gambar yang anda buat.
Bacaan Lanjutan
Kuyper, Abraham. Iman Kristen dan Problema Sosial, Terj. Jakarta:
Momentum, 2002. Bab 4.
Stott, John. Murid Radikal yang Mengubahkan Dunia, Terj. Surabaya:
Perkantas, 2013. Bab 3.
Wright, Christopher J.H. Misi Umat Allah, Terj. Jakarta: Perkantas,
2011. Bab 13.
251
Evaluasi
1. Jelaskan bagaimana konsep mengenai surga menurut ajaran Alkitab?
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
2. Jelaskan bagaimana konsep bekerja harus dipahami oleh orang-orang Kristen?
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………..
3. Jelaskan apakah arti dari istilah “gambar dan rupa Allah?”
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………..
4. Jelaskan bagaimana sikap Tuhan Yesus terhadap kebudayaan Yahudi zamannya?
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………..
5. Jelaskan tiga bentuk dari Pluraisme agama?
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………..
252
Mengenal Tokoh Misi
Nama Lahir Dibaptis Karya Ladang Misi Meninggal
William Carrey (Bapa Misi Era Modern) 17 Agustus 1761 5 Oktober 1783 Baptist Missionary Society (1792); Artikel: “An Enquiry into the Obligation of Christians to Use Means for the Conversion of the Heatens”; lebih dari 40 terjemahan Alkitab; dua belas pusat misi di India; dan karya-karya lainnya India 1834
Mengenal Ladang Misi: India
Luas Etnis
Bahasa
Agama
Gereja
Pelayanan Misi
3.166.000 Km2 Hindi 37%; Bengali 14,25%; Telugu 5.4%; Marathi-Konkani 5.3%; Rajasthan 5.3%; Tamil 4.6%; Gujarati 4.1%; Kannada 3.1%; Malayali 3.1%; Muslin Urdu 3.1%; Munda-Santal 1.4%; Punjabi 1.4%, dan suku-suku lainnya termasuk Tibet dan Iran
Hindi, Indo-Arya, Dravida, Austro-Asatik, dll
Hindu 74.33%; Islam 14.20%; Kristen 5.84 sampai 9%; Sikh 1.86%, Budha 0.82%, dan sekitar 2.9 % memeluk agama lainnya
Protestan 2.13%; Katolik 1.55%; Independen 1.44% dan selebihnya dari denominasi lainnya
India Mission Association; OM; Wycliffe India, Christian Medical Association, India Gospel Outreach, dan lembaga misi lainnya.
254
Bab 5
Misi dan Christian Worldview
Kompetensi Dasar
1.5 Menghayati kemurahan Allah dalam merefleksikan pendekatan misi yang kontekstual
2.5 Mengamalkan kemurahan Allah dalam merefleksikan pendekatan misi yang kontekstual
3.5 Mengaplikasikan pendekatan misi yang kontekstual
4.5 Menyajikan pendekatan misi yang kontekstual
255
With the world under his feet, with
heaven in his eye, with the gospel in his
hand and Christ in his heart, he pleads
as an ambassador for God, knowing
nothing but Jesus Christ, enjoying
nothing but the conversion of the
sinners, hoping for nothing but the
promotion of the kingdom of Christ, and
glorying in nothing but in the cross of
Christ Jesus, by which he is crucified to
the world, and the world to him.
Henry Venn
258
Mengamati
Menanya
Mengumpulkan Informasi
Pelajaran 18
Biblical And Christian Worldview “Wawasan
Alkitabiah Dan Kristiani”
A. Pendahuluan Worldview merupakan subjek baru dalam studi misi dan studi
Alkitab, termasuk dalamnya teologi biblika dan teologi sistematik.
Istilah Biblical worldview ataupun Christian worldview digunakan
untuk membicarakan sistem pemikiran atau filosofi yang
mempengaruhi baik cara berpikir ataupun kehidupan orang-orang
Kristen.
Christian worldview berbeda dari worldview lainnya. Ada
berbagai worldview yang mempengaruhi manusia. Christian worldview
terkadang berbenturan dengan worldview dunia. Oleh karena
Christian worldview tidak selalu sama dengan dunia, Christian
worldview harus sanggup memberikan jawaban lebih baik dari apa
yang dunia tawarkan.
Diskusikanlah!
Bandingkanlah cara pandang orang-orang Kristen dengan mereka yang
memiliki keyakinan agama lain mengenai pernikahan; carilah
persamaan dan perbedaan diantara keduanya!
B. Definisi Worldview
Apakah itu worldview? Charles
Colson dan Nancy Pearcey, dalam bukunya
How Shall We Live, mendefinisikan
worldview sebagai “sejumlah kepercayaan
kita mengenai dunia, dan sebuah
desain/gambaran besar mengenai
kehidupan yang mengarahkan keputusan
dan tindakan sesorang.” Worldview terkait
dengan paradigma kehidupan yang baik
secara sadar ataupun tidak mempengaruhi
baik keputusan ataupun perilaku hidup
seseorang.
259
Mengumpulkan Informasi
Sedikit berbeda, Ronald Nash,
dalam bukunya Faith and Reason
mendefinisikan worldview sebagai tema
pokok dalam pikiran kita dimana kita
dengan sadar ataupun tidak menempatkan
dan menilai semua yang kita percayai dan
yang melaluinya kita memahami segala
sesuatu. Branson S. Howse, dalam bukunya
“National Test Reveals Christian Students
Lack a Christian Worldview ” mendefinisi-
kan worldview sebagai lensa atau kaca
mata atau kerangka berpikir atau tongkat
pengukur yang melaluinya kita melihat dunia ini dan setiap aspek
hidup kita … worldview kita adalah dasar dari ide-ide kita dan tata nilai
yang mendasari perilaku kita.
1. Non-Christian Worldview
a. Panteism
Panteisme adalah salah satu dari worldview. Panteism berasal
dari kata Pan yang berarti semua dan theism yang berarti Allah; secara
etimologi Patheisme berarti segalanya adalah Allah. Paradigma
berpikir dari Panteisme adalah Allah hadir dalam segala sesuatu,
segala sesuatu bahkan adalah Allah. Demikian juga dengan manusia,
kita pun pada dasarnya adalah Allah. Kerangka berpikir seperti ini
dapat menjadikan seseorang menolak atau memandang rendah
materi. Dalam beberapa gerakan Panteisme, materi bahkan dipandang
hanya sebagai ilusi dan manusia dipandang harus melepaskan dirinya
dari materi jika ia ingin mendapatkan pencerahan hidup.
Dalam pemikiran Panteisme, manusia membutuhkan
pencerahan dan pengetahuan adalah kunci dalam membawa manusia
kepada pencerahan. Itulah sebabnya, mendapatkan “hikmat” atau
pencerahan merupakan tujuan dari seseorang beragama dan mencari
yang ilahi. Sejarah manusia bersifat melingkar dan manusia akan
mengalami proses reinkarnasi sampai mereka memahami identitas
ilahi dari diri mereka.
Kerangka berpikir/paradigma Panteisme mempengaruhi
beberapa keyakinan agama seperti, Hindu, Buddha, and Gerakan New
Age “Zaman Baru.”
260
Mengumpulkan Informasi
Mengumpulkan Informasi
Menanya
b. Naturalisme
Berbeda dengan Pantheisme, Naturalisme meyakini bahwa
Allah itu tidak ada dan juga tidak ada hal-hal yang bersifat
supernatural. Manusia bukan diciptakan Tuhan tetapi manusia
merupakan produk dari sebuah lingkungan.
Menurut kelompok ini, tugas utama manusia bukanlah
melayani Tuhan tetapi hidup secara harmonis dengan alam. Moralitas
tidak diatur oleh Tuhan tetapi diputuskan manusia berdasarkan logika.
Nalar dan ilmu pengetahuan dipandang sebagai dasar dari penilaian
atas segala sesuatu dan digunakan untuk mencari kebaikan bagi dunia
ini. Dunia ini tidak memiliki arah tertentu berjalan sesuai dengan
hukum alam. Saat manusia mati, ia tidak akan masuk dalam surga atau
neraka tetapi ia akan hilang.
c. Pluralisme
Pluralisme dapat dilihat sebagai wadah yang dapat
menampung semua jenis worldview. Kaum Pluralisme pada umumnya
menolak adanya sebuah kebenaran yang dipandang objektif; itulah
sebabnya dalam Plurarisme, sebagian orang, percaya bahwa berbagai
worldview yang berbeda dapat dijadikan satu atau setidaknya dapat
saling melengapi satu dengan lainnya. Kebanyakan penganut gerakan
ini memiliki sikap yang skeptis dan tidak percaya dengan otoritas dari
apapaun, termasuk kitab suci.
Kaum Pluralisme percaya bahwa pengetahuan manusia tidak
sempurna, itulah sebabnya dalam upayanya melihat kebenaran, yang
terutama bukanlah pengetahuan tetapi relasi; dalam relasinya dengan
berbagai worldview yang berbeda, seseorang akan menjadi matang.
Selain, itu gerakan Pluralisme memandang bahwa upaya manusia
dalam mencari Tuhan seharusnya tidak dipahami sebagai agama tetapi
sebagai sebuah spiritualitas. JIka agama bersifat kaku dan sulit dalam
berinteraksi dengan keyakinan yang lain, spiritualitas bersfat jauh
lebuh cair dan memungkinkan untuk belajar dari tipe spiritualitas
lainnya.
Diskusikanlah!
Carilah dan bahaslah poin-poin yang sama (jika ada) dan yang berbeda
antara Christian Worldview yang anda ketahui dengan non-Christian
worldview di atas!
261
Mengumpulkan Informasi
Menanya
2. Pertanyaan Penting Manusia
Dalam studi mengenai worldview, ada beberapa pertanyaan
penting yang menjadi pokok diskusi utama, yaitu:
a. Apakah Tuhan itu ada? Pertanyaan ini mempertanyakan bukan
saja keberadaan Tuhan tetapi asal mula dunia ini dan segala
sesuatu; bagi sebagian orang, hanya jika Tuhan itu ada maka
dunia ini diciptakan oleh Dia. Namun, bagi sebagian orang
lainnya keberadaan dunia ini tidak membuktikan apapun
tentang Tuhan.
b. Siapakah manusia itu dan dari mana manusia berasal dan
kemana manusia akan pergi? Pertanyaan ini bukan saja
mendiskusikan mengenai asal mula manusia tetapi juga
memikirkan mengenai identitas diri manusia dan juga
mengenai sejarah manusia; apakah tujuan hidup manusia
sudah ditentukan ataukah manusia menentukan tujuan
hidupnya sendiri dan apakah sejarah manusia berjalan dengan
sebuah desain ataukah bergerak tanpa arah.
c. Mengapa ada penderitaan? Pertanyaan ini merupakan
pergumulan manusia dalam memahami Tuhan dan realitas
penderitaan; jika Tuhan itu baik, mengasihi manusia, dan
berkuasa, mengapa ada penderitaan dalam dunia ini. Apakah
penderitaan justru menyatakan bahwa Tuhan itu tidak baik
atau tidak berkuasa?
d. Apakah yang menjadi ukuran bagi hal yang benar dan salah?
Pertanyaan ini membicarakan mengenai apakah ada sebuah
kebenaran yang dapat dijadikan acuan dalam menilai apa yang
benar dan salah. Apakah kebenaran itu bergantung pada sudut
pandang seseorang? Isu moralitas menjadi topik penting bagi
pertanyaan ini; apakah ada kebenaran yang bersifat universal?
Apakah moralitas itu bersifat relatif?
Diskusikanlah!
Apakah semua worldview yang berasal dari tradisi atau pengajaran di
luar iman Kristen pasti bertentangan dengan ajaran Alkitab? Jika
menurut anda tidak selalu demikian, carilah beberapa contoh yang
memperlihatkan adalah worldview yang walaupun bersumber dari
tradisi non-Kristen tetapi bersifat alkitabiah?
262
Mengumpulkan Informasi
Menalar
Menanya
C. Biblical Worldview
a. Alkitab adalah ukuran dari kebenaran
Iman Kristen percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah dan
itulah sebabnya Alkitab tidak memiliki kesalahan dan bersifat akurat.
Sebagai kitab suci, Alkitab dapat dijadikan sebagai standar dalam
menetapkan benar dan salah dan digunakan dalam menilai isu-isu
moral.
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat
untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran.
2 Timotius 3:16
Kitab suci sendiri menegaskan bahwa tulisan yang diilhamkan Allah
dapat digunakan untuk menyatakan kesalahan dan untuk
memperbaiki kelakuan; hal ini mengindikasikan bahwa kitab suci
merupakan ukuran dalam menilai benar dan salah sebab kita tidak
dapat menyatakan sesuatu sebagai hal yang salah jika kita tidak
memiliki acuan untuk menyatakannya. Itulah sebabnya, orang-orang
Kristen melihat kitab suci sebagai tulisan yang berotoritas.
Satu-satunya alasan mengapa kitab suci menjadi ukuran
kebenaran adalah karena sumber dari kitab suci adalah Allah sendiri.
Jika Allah tidak mungkin salah, maka kitab suci juga memiliki karakter
yang sama. Konsep bahwa kitab suci diilhamkan Allah memiliki arti
dinafasi oleh Allah; istilah tersebut memiliki arti bahwa walaupun para
penulis Alkitab adalah manusia (nabi atau rasul), tetapi dibalik para
penulis Alkitab ada pribadi Allah sendiri yang bekerja. Oleh karena
Alkitab adalah ukuran kebenaran, semua yang Alkitab katakan benar
atau salah, hal tersebut bukanlah sebuah pendapat tetapi sebuah
kebenaran yang menuntut manusia untuk mematuhinya.
Diskusikanlah!
Carilah hal-hal yang oleh orang-orang zaman sekarang dipandang hal
yang relatif; dimana benar dan salahnya hal tersebut bergantung pada
sudut pandang seseorang? Jelaskan apakah memang menurut Alkitab
hal tersebut memang demikian?
263
Mengumpulkan Informasi
Menalar
Mengumpulkan Informasi
b. Manusia adalah gambar dan rupa Allah
Alkitab menegaskan bahwa manusia dicipta menurut gambar
dan rupa Allah.
Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa
atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang
melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan
manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah
diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya
mereka.
Kejadian 1:26-27
Firman Tuhan menegaskan bahwa ada pencipta yang menjadi pemilik
dari kehidupan manusia. Karena manusia dicipta dan bukan jadi
dengan sendirinya, maka hidup manusia sudah ditentukan oleh Sang
Pencipta; itulah sebabnya tujuan hidup manusia ditentukan oleh
Tuhan dan bukan oleh manusia.
Sebagai gambar dan rupa Allah, manusia memiliki keunikan
dan nilai yang berharga di mata Tuhan. Itulah sebabnya maka manusia
harus mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri karena semua
manusia adalah gambar dan rupa Allah. Manusia, baik laki-laki maupun
perempuan sama-sama bernilai dan sama-sama dicipta sebagai
gambar dan rupa Allah. Keduanya memiliki peran yang berbeda tetapi
dengan status dan natur yang sama dan dicipta untuk saling
melengkapi dan membutuhkan. Selain itu manusia membutuhan Allah
dan perlu berelasi dengan Dia sebab tanpa hubungan yang benar
dengan sang Pencipta, manusia tidak akan mampu menjadi gambar
dan rupa-Nya.
c. Manusia adalah orang berdosa
Manusia adalah mahluk yang telah jatuh dalam dosa dan
kejatuhan manusia dalam dosa berdampak pada kondisi dunia ini yang
berubah menjadi tempat yang rusak dan tidak lagi bersahabat dengan
manusia. Keberdosaan manusia mungkin disangkali oleh dunia
modern yang lebih memilih untuk menghindarkan istilah dosa saat
membicarakan hal-hal buruk yang ada dalam dunia ini. Namun,
sumber dari segala kerusakan dalam dunia ini adalah dosa.
264
Menalar
Menanya
Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau
mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah
pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan
dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau;
dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari
tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang
akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di
padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau
akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi
menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab
engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu."
Kejadian 3:17-19
Penderitaan masuk dalam kehidupan manusia melalui kejatuhan
dalam dosa. Akar dari segala penderitaan manusia bukanlah Allah
tetapi dosa. Meskipun demikian, Allah bekerja mengendalikan dan
membatasi dosa. Inilah yang disebut sebagai anugerah umum Allah.
Tuhan bekerja melalui nurani manusia untuk mengekang kejahatan.
Allah menyelesaikan persoalan dosa dan penderitaan manusia
dalam Kristus. Melalui kematian dan kebangkitan Yesus, dosa
dimatikan dan kehidupan baru dimulai. Dosa tidak lagi menguasai
hidup manusia dan maut telah dikalahkan. Meskipun demikian, Allah
terkadang masih mengijinkan penderitaan
dialami oleh anak-anak Tuhan, namun
penderitaan tersebut menjadi alat di
tangan-Nya untuk membentuk kehidupan
umat Tuhan. Hal inilah yang ditegaskan
Abraham Kuyper ketika membicarakan isu
utama dibalik masalah kemiskinan bahwa
akar dari kondisi terpuruk manusia adalah
(1) mereka menolak kebenaran, dan (2)
dosa.
Diskusikanlah!
Carilah dalam sebuah surat kabar mengenai sebuah peristiwa
kejahatan yang mengejutkan masyarakat! Jelaskan bagaimana para
pakar menilai akar masalah dari kejahatan tersebut dan bagaimana
penilaian anda sendiri?
265
Mengamati
Menanya
Menalar
D. Christian Worldview Membangun worldview membutuhkan sebuah proses. Dalam
proses ini, pendidikan yang dilakukan secara terus menerus dan
pengalaman seseorang terhadap nilai-nilai kehidupan yang
ditanamkan akan menentukan hasil dari pembentukan worldview
Kristen. Di sisi yang lain, kita harus menyadari bahwa Christian
worldview bukanlah satu-satunya cara pandang terhadap kehidupan
yang bertumbuh dalam masyarakat. Christian Worldview berhadapan
dengan, misalnya saja, worldview dari berbagai sistem keyakinan lain.
Diskusikanlah!
Keyakinan seperti apakah yang dapat anda simpulkan dari orang-orang
yang melakukan ritual keagamaan dalam gambar di atas dan
perkirakan alasan-alasan apa yang membuat mereka melakukan ritual
tersebut!
Dalam pelayanan misi, membangun worldview sangatlah
penting. Bagaimanakah gereja dapat menjadi garam dan terang bagi
dunia ini? Tentu kebaikan hidup orang-orang Kristen menjadi salah
satu bentuk kesaksian yang efektif tetapi gereja dapat mempengaruhi
dunia ini menjadi lebih baik ketika kita mempengaruhi dunia ini
dengan Christian Worldview. Untuk itu, gereja memiliki panggilan yang
utama untuk mempengaruhi kultur dunia ini dan bukan sebaliknya
dimana gereja justru menjadi lebih duniawi. Bagaimanakah
pembentukan sebuah worldview? Kita akan mempelajari beberapa
prinsip dari pembentukan sebuah worldview.
266
Mengamati
Mengumpulkan Informasi
1. Pembentukan Worldview
Worldview mempengaruhi baik kehidupan pribadi, kelompok
masyarakat, atau bahkan sebuah bangsa. Worldview mempengaruhi
nilai-nilai kehidupan yang mempengaruhi individu, keluarga dan
masyarakat. Sebagai contoh, dalam kebudayaan tertentu, keputusan
seseorang dipandang mempengaruhi keluarga; itulah sebabnya dalam
kebudayaan yang seperti ini, seseorang tidak dapat mengambil
keputusan bagi dirinya sendiri, misalnya saja dalam menentukan orang
yang akan dijadikan pasangan hidup, tanpa mengkomunikasikannya
dengan keluarga intinya atau bahkah keluarga besarnya, walaupun
orang tersebut secara usia telah dianggap dewasa.
Dalam pemberitaan injil dan pelayanan misi, mengenal
worldview dari komunitas yang akan dilayani sangatlah penting. Hal ini
akan menolong gereja dan mereka yang
terjun dalam pelayanan misi untuk
mengembangkan sebuah model pendekatan
yang efektif bagi komunitas tersebut. Dalam
sejarah pelayanan misi, David J. Hesselgrave
melihat ada tiga pendekatan yang digunakan
lembaga-lembaga misi dalam menangani
worldview lokal, yaitu: (1) meninggalkan
worldview mereka, (2) menerimanya untuk
sementara tetapi kemudian dirubah, (3)
mendialogkan perbedaan worldview.
Kita akan mendiskusikan
pembentukan worldview dalam kehidupan seseorang ataupun dalam
masyarakat. Dengan memahami pembentukan worldview, kita bukan
hanya dapat memahami hal-hal yang kita perlu pahami dari komunitas
yang menjadi target misi kita tetapi juga mengerti bagaimana gereja
dan orang-orang percaya dapat mengembangkan sebuah Christian
worldview dalam konteks kehidupan masyarakat yang dilayani.
1. Worldview Terbentuk secara Informal
Musa memerintahkan kepada keluarga-keluarga Israel untuk
mengajarkan Syema Israel (keyakinan bahwa hanya ada satu Allah saja
yang boleh disembah) bukan saja secara formal tetapi juga secara
informal, yakni dalam berbagai pertemuan dan kesempatan.
267
Menalar
Menanya
Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu
esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah
engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya
berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya
apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang
dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila
engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya
sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi
lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya
pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.
Ulangan 6:4-9
Perintah Tuhan kepada bangsa Israel adalah supaya mereka
mengajarkan secara berulang-ulang anak-anak mereka tentang Tuhan
yang Esa (satu-satunya) dan pentingnya menyembah Tuhan. Hal ini
perlu terus menerus disampaikan untuk membangun sebuah
worldview yang diharapkan akan mempengaruhi cara pandang orang-
orang Israel terhadap Tuhan dan sikap mereka terhadap Dia. Orang-
orang Israel sedang dibentuk menjadi komunitas yang bukan hanya
monotheisme tetapi juga memiliki kehidupan yang saleh. Proses yang
bersifat pengulangan ini penting dalam sebuah pembentukan
worldview.
Itulah sebabnya, dalam pembentukan Christian worldview,
pendidikan dalam keluarga menempati posisi yang penting. Sementara
apa yang seseorang anak lihat di televisi dan pergaulan anak tersebut
akan turut membentuk worldview seorang anak, pembicaraan antara
anak-anak dengan orang tua dapat mengantisipasi pengaruh buruk
dari worldview dunia. Pembentukan worldview terutama terjadi dalam
keluarga.
Diskusikanlah!
Hal-hal apakah yang kita lihat paling banyak disampaikan di televisi,
baik melalui iklan ataupun bentuk media pemberitaan lainnya?
Ceritakan worldview seperti apakah yang akan terbentuk dari
seseorang jika apa yang dilihatnya di televisi terus tertanam dalam
pemikirannya?
268
Mengamati
Mengumpulkan Informasi
2. Worldview Terbentuk secara Uncritical
Worldview sudah kita wariskan sejak kita kecil dan itu tertanam
secara uncritical; misalnya saja: larangan untuk mengoyang-goyang
kaki saat duduk, membuka payung saat di rumah, dan makan gula dan
semangka bersamaan. Worldview yang kita pelajari secara kritis hanya
sebagian kecil dari cara pandang yang kita dapatkan secara uncritical;
beberapa worldview yang kita pelajari misalnya saja: hukum tabur tuai,
belajar mengasihi, memberikan yang terbaik kepada Tuhan, dan
belajar mengampuni dengan tulus dan tanpa batas.
Dalam kehidupan orang-orang Yahudi ada berbagai bentuk
worldview yang mereka warisi secara uncrictical. Hal ini tertanam
karena menjadi bagian dari tradisi mereka. Salah satu contohnya
adalah berbagai isu mengenai hal-hal yang dianggap clean “halal” dan
unclean “najis.” Tidak mencuci tangan sebelum makan dipandang
sebagai hal yang najis. Tuhan Yesus pernah membahas mengenai isu
hal-hal yang dipandang najis dan tidak najis saat ia berhadapan dengan
orang-orang Farisi dan ahli-hali Taurat yang mempertanyakan
mengapa murid murid-Nya tidak mencuci tangan sebelum makan.
Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat
dari Yerusalem kepada Yesus dan berkata: "Mengapa murid-
murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita?
Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan."
Matius 15:1-2
269
Menalar
Menanya
Tuhan Yesus menegaskan bahwa isu mengenai halal dan haram /najis
tidak seharusnya diliihat berdasarkan hal-hal yang bersifat lahiriah,
seperti halnya mencuci tangan sebelum makan atau bersentuhan
dengan seseorang yang menderita sakit tertentu tetapi pada hati
manusia yang berdosa. Hal inilah yang justru menjadi sumber
kenajisan bagi manusia.
Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke
dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban?
Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah
yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran
jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian,
sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang.
Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak
menajiskan orang."
Matius 15:17-20
Worldview selalu berkaitan baik dengan hal-hal-hal yang
dipandang benar dan salah dan juga hal-hal yang dipandang boleh
ataupun tidak. Pemahaman yang demikian sering kali diwariskan dari
generasi ke generasi tanpa ada penjelasan. Sebagai contoh, dalam
kebudayaan tertentu, masyarakat percaya bahwa roh orang yang telah
meninggal tidak akan tenang jika keluarganya tidak mengadakan
selamatan setelah ia meninggal. Banyak orang yang kemudian
melakukan selamatan walaupun mereka tidak memahami dengan
jelas alasan dibalik apa yang mereka lakukan.
Tuhan Yesus bersikap critical terhadap worldview yang
dipahami oleh orang-orang zamannya. Oleh karena tradisi sering kali
diterima tanpa pemikiran dan pertimbangan yang jelas, bahkan tradisi
dapat saja salah, seorang Kristen perlu menguji berbagai tradisi (dan
worldview lainnya) berdasarkan kebenaran Firman Tuhan. Hanya
tradisi yang sejalan dengan kebenaran Firman Tuhan dapat kita terima
sedangkan yang belawanan hendaknya ditolak dengan tegas.
Diskusikanlah:
Sebutkanlah berbagai tradisi dalam kebudayaan anda yang sering kali
dilakukan tanpa adanya penjelasan yang bersifat logis! Sebutkanlah
juga beberapa tradisi dalam kebudayaan anda yang tidak
bertentangan dengan ajaran Firman Tuhan
270
Mengamati
Mengumpulkan Informasi
Menanya
Mengumpulkan Informasi
3. Worldview Terbentuk dari Tradisi
Membentuk sebuah tradisi yang diturunkan dari generasi ke
generasi tidak selalu salah. Sebagai contoh, iman juga merupakan
sebuah Christian worldview yang dapat dibangun secara turun
temurun, dari generasi yang satu ke generasi yang selanjutnya. Itulah
sebabnya, pembentukan iman seseorang membutuhkan proses yang
panjang.
Rasul Paulus, sebagai contoh, dalam suratnya kepada Timotius
mengingatkan anak rohaninya:
Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu
iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan
di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di
dalam dirimu. Karena itulah kuperingatkan engkau untuk
mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh
penumpangan tanganku atasmu.
2 Timotius 1:5-6
Iman yang dimaksudkan Paulus menunjuk pada pokok-pokok
keyakinan iman dan juga pola kehidupan yang didasarkan pada
keyakinan iman tersebut. Kedua hal itulah yang Rasul Paulus lihat ada
dalam kehidupan Lois, Eunike dan Timotius. Tiga generasi dari keluarga
ini memeliharakan iman mereka kepada Allah dan hidup dalam iman.
Diskusikanlah!
Carilah dalam komunitas gereja anda keluarga-keluarga yang telah
menjadi Kristen sejak beberapa generasi dan ceritakan hal apakah
yang membuat keluarga mereka tetap beragama Kristen?
Oleh karena pembentukan worldview membutuhkan waktu
dan proses, orang-orang Kristen perlu mengalami pemaharuan budi.
Karena itu … aku menasihatkan kamu … mempersembahkan
tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan
yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang
sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga
kamu dapat membedakan … apa yang baik, yang berkenan
kepada Allah dan yang sempurna.
271
Menanya
Mengamati
Mengumpulkan Informasi
Roma 12:1-2
Apakah yang dimaksudkan dengan pembaruan budi? Pembaruan budi
yang Paulus maksudkan berhubungan dengan pergantian sistem tata
nilai yang seseorang yakini. Sebagai contoh, sebelum mengenal Tuhan,
kita bertumbuh dalam sebuah tata nilai bahwa manusia hidup untuk
mencari uang; saat seseorang percaya kepada Tuhan, tata nilai yang
dia pahami terhadap materi (uang) seharusnya berubah; sekarang ia
memandang uang bukan lagi sebagai tujuan hidup. Proses pergantian
tata nilai dalam kehidupan inilah yang disebut sebagai ‘pembaruan
akal budi.”
Dalam pelayanan misi, tugas dari gereja bukan hanya
membawa seseorang kepada pertobatan tetapi juga menolong orang-
orang yang baru percaya tersebut memiliki tata nilai yang baru. Tentu
tidak semua tata nilai yang kita warisi dari tradisi kita sebelumnya salah
atau bertentangan dengan kehendak Tuhan. Ada tradisi tertentu yang
baik, yang muncul karena anugerah umum Tuhan dalam kehidupan
manusia.
Diskusikan!
Ceritakan bagaimana dalam kebudayaan/tradisi anda cara
menunjukkan rasa hormat kepada orang tua? Dan ceritakanlah juga
apakah ada bentuk-bentuk yang salah dari cara komunitas anda dalam
menghormati orang tua?
4. Worldview Terbentuk Dalam Komunitas
Selain budaya dan tradisi, komunitas dimana kita hadir juga
turut mempengaruhi worldview kita. Perkumpulan-perkumpulan yang
diikuti oleh seseorang akan sangat berpengaruh dalam pembentukan
cara berpikir seseorang. Jika seseorang bergaul dengan sebuah
kelompok yang suka minum-minuman keras, kebiasaan tersebut akan
mempengaruhi kita; sebaliknya, jika seseorang begabung dengan
anak-anak Tuhan yang baik, ia akan terpengaruh kebiasaan dan pola
kehidupan yang baik dari teman-temannya.
Itulah alasannya Alkitab mengingatkan kita bahwa kebiasaan
yang baik akan menjadi rusak oleh karena pergaulan yang buruk.
Persahabatan dengan dunia dapat membuat seseorang memiliki sikap
hidup dan perilaku yang tidak baik. Kepada jemaat Korintus, Rasul
Paulus memberikan nasihat sbb:
272
Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan
maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus,
Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar. Kalau hanya
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku
telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah
gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan,
maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita
mati". Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk
merusakkan kebiasaan yang baik. Sadarlah kembali sebaik-
baiknya dan jangan berbuat dosa lagi! Ada di antara kamu
yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu
merasa malu.
1 Korintus 15:31-34
Worldview terbentuk dari apa yang seseorang bicarakan
sehari-hari dengan komunitasnya. Kita sering kali tidak menyadari
bahwa manusia selalu menjadi mirip dengan orang-orang yang
menjadi teman-temannya. Dalam Mazmur 1:1-3, Alkitab memberikan
nasihat:
Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat
orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan
yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang
kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan
Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam
di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada
musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang
diperbuatnya berhasil.
Alasan seseorang tidak boleh bergaul dengan kelompok orang yang
salah adalah karena mereka dapat mempengaruhi kita. Worldview
ditransfer melalui pergaulan. Itulah sebabnya juga, Alkitab meminta
kita untuk menjaga dan memeliharakan persekutuan dengan saudara
seiman.
Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan
ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi
marilah kita saling menasihati, dan semakin giat
melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
Ibrani 10:25
273
Menanya
Mengamati
Diskusikanlah!
Apakah yang harus dilakukan seseorang saat ia harus hadir dalam
sebuah komunitas yang memiliki kebiasaan yang tidak baik? Mengapa
banyak orang tidak suka bergaul dan bergabung dengan komunitas
yang baik?
5. Worldview Terbentuk dari sebuah Kebiasaan
Ritual dan tradisi terbentuk melalui sebuah kebiasaan.
Misalnya saja, tradisi atau ritual mengucapkan salam saat kita
meninggalkan rumah atau berjumpa dengan seseorang. Kebiasaan
yang baik seperti ini, tidak tumbuh dalam sehari. Hanya orang tua yang
terus menerus mengajarkan anaknya cara memberikan salam dengan
baik akan memiliki anak-anak yang santun.
Berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk membangun
sebuah kebiasaan yang baik? Dalam studi mengenai kebiasaan, pada
umumnya seseorang untuk dapat membentuk sebuah kebiasaan yang
baik membutuhkan waktu setidaknya 21 hari. Meskipun demikian
sebuah kebiasaan yang baik akan tertanam kuat jika hal tersebut
dilakukan terus menerus selama bertahun-tahun. Di sisi yang lain, kita
tidak boleh lupa bahwa selain hal-hal yang baik, ada banyak hal-hal
yang tidak baik yang juga dapat mempengaruhi seseorang; itulah
sebabnya proses pembentukan worldview pada dasarnya mirip
dengan sebuah peperangan. Gereja bersaing dengan dunia dalam
menanamkan worldview, jika gereja tidak tekun dalam mengajar
jemaatnya hal-hal yang benar secara terus menerus, cara pandang
dunia akan menguasai jemaat.
274
Penutup
Pelayanan Misi seharusnya mulai mengunakan studi mengenai
Christian worldview sebagai sarana dalam membangun Kerajaan Allah.
Christian Worldview pada dasarnya merupakan nilai-nilai Kerajaan
Allah. Ketika gereja mulai mensharingkan Christian worldview kepada
masyarakat atau orang-orang di sekitarnya, termasuk melalui
pendidikan, maka gereja sedang mempengaruhi dunia ini dengan
kerangka berpikir iman Kristen.
Menanamkan Christian worldview dalam keluarga sangatlah
penting. Hal ini dapat dilakukan melalui proses pendidikan keluarga.
Bangsa Israel diajar untuk bertanggung jawab dalam pendidikan
keluarga masing-masing; orang tua harus mengajarkan mengenai
Tuhan dan kehendak Tuhan dalam keluarga mereka masing-masing.
Itulah sebabnya, untuk membentuk Christian Worldview, hal pertama
yang perlu untuk dirubah adalah pola pendidikan anak dalam keluarga
Kristen. Keluarga Kristen harus kembali kepada tanggung jawabnya,
yakni, mengajarkan anak-anak Firman Tuhan.
Gereja juga berperan penting dalam menanamkan Christian
worldview. Dalam gereja, anak-anak Tuhan dapat menemukan
komunitas yang berperan penting dalam membentuk paradigma
berpikir dan pola kehidupan seseorang. Itulah sebabnya, gereja
memang dipanggil Tuhan menjadi tempat dimana orang-orang
percaya berkumpul untuk saling membangun.
Sekolah dan pendidikan Kristen juga memiliki peran yang
penting dalam mempengaruhi dunia dengan Christian worldview.
Dalam pendidikan seseorang belajar berbagai ilmu yang penting bagi
kehidupan seseorang. Tanpa Christian worldview dalam pendidikan,
seseorang hanya akan mempelajari ilmu pengetahuan tanpa saringan.
Christian worldview yang diajarkan dalam sekolah menolong orang-
orang percaya untuk mempelajari ilmu pengetahuan dalam perspektif
iman Kristen.
Selain, keluarga dan pendidikan, media sosial dapat menjadi
sarana yang efektif dalam menanamkan Christian Worldview.
Sayangnya, banyak komunitas Kristen dan lembaga-lembaga misi yang
belum memanfaatkan media sosial sebagai instrumen dalam
menanamkan Christian Worldview. Walaupun orang-orang Kristen
tidak asing dengan media sosial, tetapi hanya sedikit diantara mereka
yang menggunakannya sebagai kesempatan untuk mempengaruhi
masyarakat dengan nilai-nilai Kristen.
275
Mengkomuni kasikan
Ringkasan
1. Worldview adalah paradigma berpikir yang mempengaruhi sikap
dan perilaku manusia.
2. Ada perbedaan mendasar antara biblical worldview dengan cara
pandang dunia ini.
3. Dalam pelayanan misi, gereja perlu menanamkan Christian
worldview kepada jemaat dan mentransfernya pada dunia.
Ayat Hafalan
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku
menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan
tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan
yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi
berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang
berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Roma 12:1-2
Aktivitas
Carilah sebuah artikel dalam surat kabar minggu ini mengenai
penderitaan dan ceritakan penderitaan apakah yang dibicarakan
dalam surat kabar tersebut
Bacaan Lanjutan
Kuyper, Abraham. Iman Kristen dan Problema Sosial, Terj. Jakarta
Momentum, 2004. Bab 2.
Newbigin, Lesslie. Injil dalam Masyarakat Majemuk, Terj. Jakarta: BPK,
1999. Bab 17.
Tomatala, Y. Teologi Kontekstualisasi: Suatu Pengantar. Malang:
Gandum Mas, n.d. Bab 4.
277
Mengamati
Menanya
Menalar
Menanya
Pelajaran 19
Tujuan Hidup Manusia Dan Realitas Penderitaan
A. Pendahuluan Ada sebuah kalimat bijak berkata
demikian: “tanpa tujuan hidup kita tidak
akan pergi kemana-mana.” Tujuan hidup
adalah sesuatu yang sangat penting. Steven
Covey (lihat gambar di samping) menulis
buku tentang 7 hal apakah yang harus
dimiliki oleh seseorang supaya ia memiliki
kehidupan yang efektif yang menunjang
keberhasilan hidupnya. salah satunya
adalah tujuan. John C. Maxwell, juga
melihat hal yang sama bahwa tujuan
adalah kunci penting bagi keberhasilan seseorang dalam hidupnya.
Diskusikanlah!
Sharingkan bersama dengan teman-temanmu! Apakah yang menjadi
tujuan hidup anda? Apakah yang membedakan antara manusia dan
robot dilihat dari tujuan hidupnya?
Banyak orang Kristen menyadari pentingnya memiliki tujuan
hidup. Itulah sebabnya pembahasan mengenai tujuan hidup yang
benar dari manusia menjadi salah satu topik penting dalam iman
Kristen. Dalam upaya memahami tujuan hidup manusia yang benar,
Alkitab menjadi sumber pengetahuan kita. Alkitab menunjukkan pada
kita bahwa tujuan hidup manusia hanya satu, yakni, hidup memuliakan
Tuhan. Ajaran inilah yang dikenal dengan nama Soli Deo Gloria.
Diskusikanlah!
Walaupun manusia mengetahui apa yang seharusnya menjadi
tujuan hidup manusia, namun banyak orang Kristen tidak mampu
menghidupinya; jelaskan mengapa bisa demikian?
278
Mengamati
Menalar
Di dunia barat, dikenal seorang
filsuf yang sangat terkenal. Pemikirannya
mempengaruhi bukan saja dalam bidang
filsafat dan agama, namun juga
mempengaruhi dunia ilmu pengetahuan.
Filsuf ini bernama Aristoteles. Aristoteles,
sekali waktu pernah bertanya kepada
murid-muridnya mengenai hal apa yang
manusia paling cari dalam hidup mereka?
Jika pertanyaan yang sama
ditanyakan pada kita? Apakah jawaban
kita? Mungkin ada yang akan menjawab, yang paling dicari adalah
kekayaan; atau mungkin juga ada yang menjawab yang paling di cari
adalah kekuasaan? Atau mungkin yang lain akan menjawab
pendidikan.
Namun pertanyaannya adalah dibalik segala jerih lelah
manusia dalam mengejar kekayaan, mengejar kekuasaan, atau
mengejar pendidikan, sebenarnya apa yang manusia cari? Mengapa
manusia rela bekerja pagi sampai sore, bahkan hingga malam hari,
untuk apakah semuanya itu?
Jawaban apakah yang dilihat oleh Aristoteles? Kesimpulan dari
Aristotheles adalah yang semua manusia cari dalam hidup mereka
adalah kebahagiaan. Untuk apakah manusia mengejar kekayaan?
Alasannya adalah sebab ia ingin bahagia. Untuk apakah orang
mengejar pendidikan? Jawabannya adalah supaya dapat bahagia.
Dalam penelaahannya, Aristoteles kemudian mengerti bahwa
kebahagiaan itu ada dua yakni kebahagiaan eksternal dan kebahagiaan
internal. Kebahagiaan eksternal sifatnya hanya sementara saja dan
bergantung pada hal-hal diluar diri kita. Kebahagiaan seperti ini
menurut Aristoteles bukanlah kebahagiaan yang sejati. Kebahagiaan
yang sejati seharusnya bersumber dari dalam, dan tidak bergantung
pada hal-hal diluar kita. Inilah kebahagiaan internal.
Namun pertanyaannya adalah apakah ada orang dalam dunia
ini yang memiliki kebahagiaan seperti yang diidamkan oleh Aristoteles,
kebahagiaan internal, kebahagiaan yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal
lahiriah? Jawaban adalah ada, kitab suci memperlihatkan kepada kita,
ada seorang Rasul yang memiliki kebahagiaan hidup yang demikian.
Siapakah Dia? Dia adalah Paulus. Dalam suratnya kepada jemaat
Korintus, ia berkata bahwa dalam dagingnya ia memiliki duri;
meskipun demikian, dalam penderitaannya, Paulus tidak kecewa
tetapi ia tetap bersukacita. Inilah kebahagiaan internal.
279
Mengumpulkan Informasi
B. Memahami Konsep Kebahagiaan
Jika dalam dunia ini ada orang yang pernah mengalami
penderitaan hidup yang sangat berat, maka Paulus-lah salah satunya.
Dalam 2 Korintus 11:23-28 Paulus menegaskan bahwa:
… Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam
penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut.
Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh
kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku
dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal,
sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam
perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya
penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari
pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di
padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak
saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan
bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan
dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa
pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi,
urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua
jemaat-jemaat.
Paulus menyebut bahwa dalam pelayanannya dia sering didera
tanpa batas. Istilah “didera” berarti dipukuli; dengan demikian, dalam
pelayanannya Paulus sering dipukuli berkali-kali hingga babak belur.
Bukan hanya itu, Paulus juga sering kali disesah; lima kali dia disesah.
Istllah ini berarti dicambuk; jika Paulus 5 kali disesah, setiap kalinya 39
kali, jadi total cambukan yang dia terima adalah 295 kali.
280
Mengamati
Mengumpulkan
Informasi
Paulus juga 3 kali karam kapal, pernah semalaman terkatung-katung di
lautan, mengalami yang namanya kelaparan, kurang tidur, kehausan.
Paulus juga mungkin mengalami cacat fisik dan penyakit yang tidak
tersembuhkan. Penderitaan Paulus begitu luar biasa sehingga kepada
Jemaat Korintus Paulus berkata bahwa ia pernah mengalami sangat
putus asa dengan hidupnya.
Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan
penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang
ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu
berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami.
Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi
hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan
menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya
kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.
2 Korintus 1:8-9
Namun, apakah yang dia katakan pada akhirnya tentang dirinya
dan pergumulan hidupnya? Dalam 2 Korintus 12:10, Paulus berkata:
“Karena itu aku senang dan rela dalam kelemahan, dalam
siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan
kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka
aku kuat.”
Dalam dunia ini tidak ada orang yang suka mengalami yang
namanya penderitaan. Meskipun demikian, Paulus rela dan
bersukacita dengan penderitaan yang dia alami. Ia rela dan bersukacita
dalam penderitaan karena penderitaan dan kesukaran tidak dapat
membuatnya kehilangan sukacita hidup. Mengapa demikian? Sebab
sukacita hidup Paulus bukan bersumber dari apa yang dia miliki dan
dia alami namun bersumber dari Kristus yang ada dalam hidupnya.
Kristuslah yang membuat Paulus mengalami kebahagiaan
hidup yang sejati. Kristus membuat hidup Paulus tidak bergantung
pada keberhasilan duniawi ataupun penderitaan ragawi. Selama ia
dapat melayani Kristus dan menyenangkan hati Allah, semua
penderitaan yang dia alami dapat dia tanggung. Bahkan, dalam surat
Filipi, ia menegaskan bahwa kelebihan-kelebihan lahiriah yang dia
miliki sebelum ia mengenal Tuhan, jika dibandingkan dengan apa yang
dia miliki sekarang dalam Kristus, semua kebanggaan masa lalu
tersebut seperti sampah.
281
Menalar
Menanya
Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada
hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat
menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi:
disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku
Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap
hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku
penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam menaati
hukum Taurat aku tidak bercacat. Tetapi apa yang dahulu
merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi
karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi,
karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia
dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah
melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah,
supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia
bukan dengan kebenaranku sendiri karena menaati hukum
Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan
kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan
berdasarkan kepercayaan.
Filipi 3:4-9
Hanya orang-orang seperti inilah yang kemudian dapat
membuat tujuan hidup yang benar yakni hidup memuliakan Tuhan.
Semua orang percaya tahu bahwa tujuan hidup orang percaya adalah
untuk memuliakan Tuhan. Namun mengapa ada banyak orang percaya
yang tidak dapat melakukan apa yang menjadi tujuan hidupnya, yakni
memuliakan Tuhan? Jawabannya adalah sebab apa yang menjadi
kebutuhan hidup utamanya tidak terpenuhi, itulah sebabnya ia terus
mencari hal-hal yang dapat memuaskannya.
Dalam diri setiap manusia terdapat kekosongan yang hanya
dapat dipenuhi oleh kehadiran Tuhan. Upaya manusia dalam mengisi
kesosongan hidupnya dengan hal-hal lahiriah hanya akan membuat
manusia semakin tidak bahagia dan kehilangan makna hidup. Itulah
sebabnya, manusia membutuhkan keselamatan.
Diskusikanlah!
Hal-hal apakah yang manusia paling cari dalam dunia ini? Tanyakanlah
kepada teman-teman sekelas mengenai hal-hal yang paling dicari
manusia?
282
Mengumpulkan Informasi
Menanya
Mengumpulkan Informasi
C. Memahami Penderitaan Penderitaan merupakan sebuah isu penting dalam hidup
manusia. Dalam studi mengenai worldview, pertanyaan mengenai
penderitaan menjadi salah satu pokok penting. Salah satu aspek yang
menjadi pertanyaan dasar dalam memahami penderitaan adalah jika
Tuhan itu memang ada dan jika Tuhan itu adalah pribadi yang baik,
mengapa manusia mengalami penderitaan.
Diskusikanlah!
Perhatikanlah gambar di atas dan ceritakan! Penderitaan yang seperti
apakah yang nampak dalam gambar di atas?
Untuk memahami penderitaan, kita seharusnya menyadari
bahwa ada aspek-aspek tertentu yang dapat kita pahami tetapi ada
aspek-aspek tertentu yang menjadi misteri bagi kita. Kita akan
mendiskuskan beberapa prinsip dasar dari Alkitab mengenai
penderitaan.
a. Tidak Semua Penderitaan adalah Ujian Iman
Surat 1 Petrus adalah bagian Alkitab yang banyak berbicara
mengenai penderitaan orang percaya; hari ini kita akan mempelajari
dua aspek mengenai penderitaan yang dialami oleh orang percaya.
283
Menanya
Alkitab berbicara bahwa tidak semua penderitaan dan
kesusahan adalah ujian iman dari Tuhan; ada banyak penderitaan yang
datang karena kesalahan manusia sendiri.
Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus,
sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.
Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai
pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau.
Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka
janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah
dalam nama Kristus itu.
1 Petrus 4:14-16
Alkitab mengingatkan bahwa kalaupun ada orang yang
menderita janganlah ia menderita sebagai pencuri, pembunuh dan
pelaku kejahatan. Siapakah orang yang dibicarakan Petrus disini? Yang
dbicarakan Petrus adalah orang-orang yang mengaku Kristen namun
mereka ditangkap karena mereka melakukan kejahatan dan kesalahan
yang fatal; itulah sebabnya mereka kemudian mendapatkan
konsekuensi dari tindakan mereka yang jahat dan salah.
Alkitab menegaskan penderitaan yang seperti ini bukanlah
datang dari Tuhan; dan Ia pun tidak akan memberkati orang yang
menderita karena kesalahannya sendiri. Itulah sebabnya Petrus
mengingatkan; kalau kita mengalami penderitaan, pastikan bahwa
penderitaan itu adalah karena Kristus dan bukan karena kesalahan kita
sendiri. Persoalannya adalah ada banyak penderitaan dan kesukaran
yang kita hadapi disebabkan karena kesalahan kita sendiri.
Diskusikanlah!
Seorang bapak yang harus masuk rumah sakit karena mengalami gagal
ginjal; ia harus mengalami masa-masa kritis bahkan hidupnya menjadi
rentan terhadap kematian. Penyebab sakitnya adalah ia terlalu banyak
merokok dan minum minuman suplement; karena ketagihan dan terus
mengkonsumsi hal-hal tersebut satu kali ia menanggung akibatnya;
ginjalnya rusak dan ia harus sakit parah. Pertanyaannya adalah apakah
penderitaan yang dialami oleh bapak tersebut adalah salahnya Tuhan?
Oleh karena tidak semua penderitaan merupakan ujian iman
dari Tuhan, kita haruslah menguji sumber segala kesusahan yang kita
alami; untuk itu, kita membutuhkan hikmat Tuhan.
284
Mengumpulkan Informasi
Menalar
b. Penderitaan yang datang dari Tuhan adalah ujian iman.
Ayub adalah contoh yang paling jelas dari seseorang yang
mengalami ujian dari Tuhan. Ia bukanlah orang jahat yang layak
dikutuk Tuhan; ia juga bukan seorang pelaku kriminal yang patut
menerima hukuman tertentu sebagai konsekuensi dari kesalahannya.
Tuhan sendiri mengatakan bahwa ia adalah orang yang saleh dan di
muka bumi waktu itu tidak ada orang yang sedemikian hormat dan
takut kepada Tuhan selain dari pada Ayub. Meskipun demikian, Tuhan
mengijinkan Ayub mengalami penderitaan; ia kehilangan segala
sesuatunya; mulai dari harta, keluarga dan kesehatan dirinya. Kalau
ada orang yang pernah mengalami kesulitan yang sangat berat, itu
adalah Ayub orangnya.
Yakobus memberikan nasihat penting kepada orang-orang
Kristen yang tinggal di daerah yang disebut sebagai diaspora.
Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan,
apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,
sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu
menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu
memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi
sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.
Yakobus 1:2-4
Alkitab mengajar kita bahwa kesulitan-kesulitan tertentu merupakan
sebuah ujian iman. Tujuan dari Tuhan mengijinkan seseorang
mengalami ujian iman adalah supaya ia menjadi orang-orang Kristen
yang tekun dan menjadi dewasa.
Banyak orang mengalami penderitaan karena iman mereka.
Mereka hidup di sebuah masyarakat yang toleran dengan dosa; satu-
satunya cara untuk dapat luput dari persoalan, dalam kaca mata
manusia, adalah dengan hidup komporomi. Jika orang melakukan
bisnis yang kotor, maka kita harus dapat menyesuaikan diri. Jika orang
melegalkan perilaku tertentu karena sudah dianggap biasa, orang
Kristen pun harus belajar menyesuaikan diri dengan kondisi yang
demikian. Kita tidak dipanggil Tuhan untuk hidup sama dengan dunia
ini. Memang saat kita hidup benar dan saleh, tidak ikut-ikutan cara
dunia, tidak kompromi dengan hal-hal yang imoral dan tidak benar,
hidup kita akan susah, dan ada banyak kesulitan dapat kita alami
karena iman kita. Namun, kalaupun hal ini terjadi, Alkitab menegaskan
bahwa itulah yang menjadi tanda dari kesejatian iman kita.
285
Mengumpulkan Informasi
Menanya
Alkitab menegaskah bahwa penghakiman itu akan dimulai dari
rumah Allah, artinya dari komunitas umat Tuhan. Ia akan menyortir
“domba diantara kambing,” “gandum diantara jerami,” “anak Tuhan
diantara anak-anak dunia.” Anak Tuhan memiliki kerelaan bayar harga,
mengalami kesulitan karena iman dan kesetiaannya pada Tuhan.“
Kisah mengenai kesetiaan Yusuf memperlihatkan proses iman
yang bertumbuh melalui ujian iman. Karena kesetiaannya kepada
Tuhan, Yusuf kehilangan kenyamanan hidupnya sebagai “kepala
rumah tangga” dari keluarga Potifar; bahkan, karena kesetiaanya
kepada Tuhan, ia harus memasuki kehidupan yang pahit dan
menyesakkan: hidup dalam penjara. Penjara di zaman kuno berbeda
dengan zaman sekarang; tidak ada pri-kemanusiaan untuk orang
dalam penjara; tidak ada makanan yang memadai; tinggal bersama
dengan orang-orang yang jahat dan bengis; itulah kehidupan yang
harus dijalani oleh Yusuf sebagai konsekuensi dari imannya. Namun
kesetiaan dirinya menjadi bukti kuat bahwa ia adalah anak Tuhan,
orang yang akan diselamatkan Tuhan saat Tuhan datang kedua kalinya.
Penderitaan yang merupakan ujian iman selalu bertujuan
untuk menjadikan anak-anak Tuhan dewasa. Penderitaan yang
merupakan ujian iman dari Tuhan, tidak akan berakhir sebelum
mencapai tujuannya. Itulah sebabnya, jika seseorang mengalami
penderitaan yang merupakan ujian iman dari Tuhan, ia perlu meminta
kesabaran dan kekuatan iman untuk melewatinya.
Diskusikan!
Carilah tiga tokoh dalam Alkitab yang mengalami penderitaan dan
kesukaran yang berat namun ia justru menjadi seseorang yang lebih
percaya dan mengenal Tuhan
286
Alkitab memang memperlihatkan tokoh-tokoh yang “luar
biasa” seperti Yusuf. Namun di sisi yang lain kita juga menemukan ada
tokoh-tokoh yang digambarkan sama seperti kita pada umumnya,
yakni manusia-manusia yang penuh dengan kelemahan. Kemenangan
orang-orang percaya dalam menjalani ujian imannya bukan terletak
pada kualitas pribadinya tetapi pada pemeliharaan Tuhan atas mereka.
Itulah sebabnya, ujian iman selalu menghasilkan hal yang baik.
Itulah sebabnya, penderitaan dan kesukaran yang dihadapi
umat Tuhan di tangan Tuhan dapat menjadi instrumen yang membarui
hidup kita. Itulah alasan juga mengapa terkadang Tuhan ijinkan kita
menanggung kesalahan kita sendiri, yakni supaya kita belajar dari
kesalahan kita.
D. Kebutuhan Utama Manusia
Manusia tidak akan pernah berhenti mencari kebahagiaan
hidup dalam dunia ini sebelum ia menemukan kebahagiaan hidup yang
sejati dalam Kristus. Sewaktu Yesus bertemu dengan perempuan
Samaria, Yesus berkata “barangsiapa minum air yang akan Kuberikan
kepadanya, Ia tidak akan haus lagi.”
Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan
haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan
kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya.
Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi
mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar
sampai kepada hidup yang kekal." Kata perempuan itu
kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak
287
Menanya
haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air."
Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan
datang ke sini." Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai
suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa
engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah
mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu,
bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar."
Yohanes 4:13-18
Mengapa perempuan Samaria sampai memiliki lima orang
lelaki yang bukan suaminya? Hal ini terjadi mungkin karena hidupnya
tidak bahagia, dan mungkin melalui mencari dan hidup bersama
dengan banyak lelaki ia sebenarnya sedang mencari kebahagiaan
hidup.
Ada banyak orang seperti perempuan Samaria ini, hanya
bentuk pelariannya dalam mencari kebahagiaan yang berbeda.
Sebagian orang menjadi seorang yang “gila kerja” demi memenuhi
kebutuhan hidupnya untuk menjadi berarti dan bermakna. Sebagian
orang lain rela bahkan kehilangan anggota keluarganya demi
mendapatkan jabatan atau kekuasaan.
Waktu Tuhan Yesus berkata bahwa Ia adalah air hidup, Yesus
sedang menunjukkan bahwa diri-Nya adalah satu-satunya pribadi yang
dapat mengisi kebutuhan hidup manusia yang paling mendasar,
apakah itu? Untuk kembali memiliki relasi dengan Tuhan. Hal yang
hancur saat manusia jatuh dalam dosa, yakni relasi dengan Tuhan,
telah membuat manusia hidup tanpa arti dan makna dan mengejar
kesia-siaan.
Manusia tidak akan pernah dapat hidup bagi Tuhan, artinya
tidak dapat hidup sesuai dengan tujuan hidupnya, jika apa yang
menjadi kebutuhan hidup utamanya tidak terpenuhi. Hanya Yesus
yang dapat memenuhi itu. Itulah yang membuat Yesus berani berkata
“Akulah Air Hidup.” Barang siapa minum air yang akan Kuberikan
kepadanya, ia tidak akan haus lagi. Inginkah kamu menjadi orang yang
seperti itu?
Diskusikanlah!
Seorang tokoh kemanusiaan berkata bahwa tujuan hidup manusia
adalah mencari kebahagiaan, dan semakin kita mencoba
membahagiakan orang lain, semakin hidup kita jadi bahagia. Apakah
anda setuju dengan pemikiran tokoh kemanusiaan ini.
288
E. Penutup Salah satu isu utama dalam worldview manusia adalah
mengenai tujuan hidup manusia. Dunia dan iman Kristen bersaing
dalam memperlihatkan tujuan hidup manakah yang benar-benar akan
memberikan jawaban bagi kebutuhan manusia akan arti dan makna
hidup.
Dunia ini mengajarkan manusia untuk mencari hal-hal yang
menyenangkan sebagai jawaban dari kebutuhan manusia akan
kebahagiaan. Sebagian orang percaya bahwa dengan menjadi
seseorang yang memiliki banyak uang, ia akan berbahagia. Sebagian
yang lain percaya bahwa dengan menjadi seseorang yang berkuasa, ia
akan berbahagia. Padahal, semua kebahagiaan dalam dunia ini bersifat
sementara.
Christian worldview menegaskan bahwa tujuan hidup manusia
hanya satu, yakni manusia kembali memuliakan Tuhan. Hanya jika
manusia hidup bagi Tuhan, maka kehidupannya menjadi bermakna
dan berarti.
Barrs mengingatkan kita bahwa dalam proses pemberitaan
injil, doa merupakan aspek yang penting. Hal-hal apakah yang orang-
orang percaya perlu doakan? Gereja
perlu berdoa supaya pintu untuk
pemberitaan injil, baik secara langsung
ataupun melalui proses, dapat terbuka.
Selain itu, umat Tuhan juga perlu berdoa
supaya diberikan keberaniaan dan
kemampuan untuk dapat bersaksi bagi
Tuhan dan membagikan nilai-nilai iman
mereka. Dua hal tersebut adalah pokok-
pokok doa yang juga diajarkan oleh
Alkitab (Kol. 4:3; Ef. 6:19-20). Jika Rasul
Paulus sebagai seorang yang dipanggil
Tuhan secara khusus membutuhkan
dukungan doa dalam pemberitaan injil maka semua orang
membutuhkan hal yang sama. Itulah sebabnya, gereja perlu
membangun sebuah komunitas doa yang akan memberikan kekuatan
bagi jemaat untuk bersaksi.
289
Mengkomuni
kasikan
Ringkasan
1. Tujuan hidup dan penderitaan manusia adalah dua tema
utama dalam worldview manusia.
2. Worldview dunia menekankan bahwa manusia ingin
hidupnya bahagia dan biblical worldview memperlihatkan
bahwa kebahagiaan manusia tidak akan diperoleh kecuali
manusia hidup sesuai dengan tujuan penciptaannya.
3. Worldview dunia memandang penderitaan bersumber pada
kesalahan manusia atau pada Tuhan. Biblical worldview
memperlihatkan bahwa penderitaan dapat menjadi alat di
tangan Tuhan untuk menghasilkan kebaikan.
Ayat Hafalan
Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan,
apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab
kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan
ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah
yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak
kekurangan suatu apapun.
Yakobus 1:2-4
Aktivitas
Buatlah sebuah survei mengenai hal-hal yang paling manusia takutkan
dalam hidup dan hal-hal yang paling manusia cari dalam hidup mereka.
Bacaan Lanjutan
Barrs, Jerram. The Heart of Evangelism. Wheaton: Crossway, 2001. Bab
8.
Grudem, Wayne. Systematic Theology: An Introduction to Biblical
Doctrine. Downers Grove: IVP, 1994. Bab 16.
Piper, John. Jadikan Sekalian Bangsa Bersukacita! Supremasi Allah
dalam Misi. Terj. Bandung: LLB, 2001. Bab 3.
290
Evaluasi
1. Jelaskan apakah yang dimaksudkan dengan Christian Worldview?
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
2. Sebutkan proses pembentukan worldview?
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
3. Jelaskan konsep kebahagiaan dalam Alkitab?
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
4. Bagaimanakah Alkitab memahami penderitaan manusia?
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
291
Mengenal Tokoh Pembaruan Iman
Nama
Lahir
Pendidikan
Pelayanan
John Stott
1921-2011
Trinity College Cambridge
Pastor di Ridley Hall Cambridge
dan All Souls Church
Pelayanan misi di universitas
(kemudian dikenal dengan
intervarsity mission)
Perumusan pernyataan-
pernyataan iman dalam
penginjilan (salah satunya
adalah perumusan dokumen
Lausanne)
Pelayanan untuk dunia ketiga
(salah satunya melalui John
Stott Foundation)
John Stott adalah tokoh penting dalam gerakan injili. Ia telah dipakai Tuhan
dalam pergerakan kebangunan rohani melalui pengajaran Alkitab. Para ahli
pertumbuhan gereja memandang bahwa gerakan injili di abad ke-21 dipelopori oleh
Billy Graham yang dipakai Tuhan dalam berbagai kebaktian kebangunan rohani dan
John Stott yang menggerakkan gereja-gereja melalui berbagai tulisan, pegajaran, dan
pelayanan pemuridan baik melalui universitas ataupun gereja.
293
Daftar Pustaka
Addison, Steve. Movements that Changes the World: Gerakan-Gerakan yang
Mengubahkan Dunia, Terj. Surabaya: Perkantas, 2014.
Barrs, Jerram. The Heart of Evangelism. Wheaton: Crossway, 2001.
Bauckham, Richard. Living with Orther Creatire: Greek Exegesis and Theology. Baylor:
Baylor University Press, 2011.
Borthwick, Paul. Stop Witnessing and Start Loving, Terj. Malang: SAAT, 2004.
Bosch, David K. Transformasi Misi Kristen: Sejarah Teologi Misi yang Mengubah dan
Berubah, Terj. Jakarta: BPK, 1997.
Clarke, Andrew D., and Bruce W. Winter. Satu Allah Satu Tuhan: Tinjauan Alkitabiah
Tentang Pluralisme Agama, Terj. Jakarta: BPK, 1995.
Crouch Andy. Cultural Making: Menemukan Kembali Panggilan Kreatif Kita, Terj.
Surabaya: Perkantas, 2011.
De Kuiper, Arie. Missiologia. Jakarta: BPK, 1996.
Dever, Mark, Nine Marks of a Healthy Church. Wheaton: Crossway, 2013.
Green, Michael. Evangelism in the Early Church. Grand Rapids: Eerdmans, 1977.
Grudem, Wayne. Systematic Theology: An Introduction to Biblical Doctrine. Downers
Grove: IVP, 1994.
Hesselgrave, David J., and Edward Rommen. Kontekstualisasi: Makna, Metode dan
Model, Terj. Jakarta: BPK: 1996.
. Communicating Christ Cross-Culturally: Pendahuluan Ke Komunikasi Misionari,
Terj. Malang: SAAT, 2005.
Keller, Timothy. Center Church: Doing Balanced, Gospel-centered Ministry in Your City.
Grand Rapids: Zondervan, 2012.
Kobong, Th. Iman dan Kebudayaan. Jakarta: BPK, 1997.
Kuyper, Abraham. Iman Kristen dan Problema Sosial, Terj. Surabaya: Momentum, 2004.
294
Mandryk, Jason. Operation World: Panduan Untuk Mendoakan Semua Bangsa di Dunia.
3 Jilid. Yogyakarta: Gloria, 2012.
Metzger, Will. Tell the Truth: The Whole Gospel to the Whole Person by Whole People,
Terj. Surabaya: Momentum, 2005.
Moo, Douglas and Jonathan A. Moo. Creation Care: A Biblical Theology of Natural World.
Grand Rapids: 2018.
Netland, Harold. Encountering Religious Pluralism: The Challenge to Christian Faith and
Mission. Downers Grove: IVP, 2001.
Newbigin, Lesslie. Injil dalam Masyarakat Majemuk, terj. Jakarta: BPK, 1999.
Ott, Craig, Stepher J. Strauss, and Timothy C. Tennent. Encountering Theology of
Mission: Biblical Foundations, Historical Developments, and Contemporary
Issues. Grand Rapids: Baker, 2010.
Petersen, Jim. Living Proof, Terj. Bandung: Pioner, 2012.
Piper, John. Jadikan Sekalian Bangsa Bersukacita! Supremasi Allah dalam Misi, Terj.
Bandung: LLB, 2003.
Pippert, Rebecca Manley. Keluar dari Tempat Garam Masuk kedalam Dunia: Penginjilan
sebagai Gaya Hidup, Terj. Jakarta: YKBK 2010.
Ruck, John., and Yoel M. Indrasmoro., eds. Jemaat Misioner: 150 Years OMF. Jakarta:
YKBK, 2011.
Sairin, Weinata. Iman Kristen dan Pergumulan Kekinian. Jakarta: BPK, 1996.
Schmidt, Alvin J. How Christianity Changes the World. Grand Rapids: Zondervan, 2004.
Steffen, Tom and Lois McKinney Douglas. Encountering Missionary Life and Work:
Preparing for Intercultural Ministry. Grand Rapids: Baker, 2008.
Stott, John. Murid Radikal yang Mengubahkan Dunia, Terj. Surabaya: Perkantas, 2013.
Surjantoro, Bagus. Misi dalam Kristus: Mengerti Asal dan Hakekat Misi yang Sebenarnya.
Jakarta: Obor, 2001.
Tenibemas, Purnawan. Misi yang Membumi. Bandung: STAT, 2011.
Tomatala, Y. Teologi Kontekstualisasi: Suatu Pengantar. Malang: Gandum Mas: n.d.
295
VanGemeren, Willem A. The Progress of Redemption: From Creation to the New
Jerusalem. Carlise: Paternoster, 1988.
Venema, H. Hidup Baru: Orang Kristen dalam Konteks Kebudayaan Setempat. Jakarta:
YKBK, 2006.
Watson, David. I Believe in Evangelism. Grand Rapids: Eerdmans, 1984.
White, James E. Rethinking the Church: A Challenge to Creative Redesign in an Age of
Transition. Grand Rapids: Baker, 2003.
Wright, Christopher. Misi Umat Allah, Terj. Jakarta: Perkantas, 2010.
Wright, N. T. Interpreting Scripture: Essays on the Bible and Hermeneutics. Grand Rapids:
Zondervan, 2020.
296
Daftar Keterangan Gambar
Background Cover
https://www.vecteezy.com/vector-art/658385-abstract-green-background-vector
Mengamati https://gocoaching.ca/je-deviens-ce-que-jobserve/
Mengum-pulkan Informasi
https://www.canstockphoto.com/illustration/write.html
Menanya https://favpng.com/png_view/table-meeting-conference-centre-clip-art-png/uNP8ZpWX
Menalar https://freepikpsd.com/question-clipart-png/325903/
Mengkomu-nikasikan
https://www.canstockphoto.com/illustration/worry.html
12 https://sunshinysasite.wordpress.com/2017/09/22/the-fig-tree/
14 https://www.amazon.com/Missions-Disciples-According-Fourth-Gospel/dp/0802842550
15 https://www.amazon.com/Encountering-Theology-Mission-Developments-Contemporary/dp/0801026628
16 http://www.internationalbulletin.org/issues/2009-02/2009-02-072-yates.pdf
17 https://lilinkecil.com/jadikan-sekalian-bangsa-bersukacita-john-piper-pr-1561.html
18 https://www.churchofjesuschrist.org/study/scriptures/ot/jonah/1?lang=eng
23 https://www.amazon.com/Heart-Evangelism-Jerram-Barrs/dp/1581347154
23 http://www.christianitydaily.com/articles/9821/20200908/pastor-john-piper-divulges-there-is-no-heavenly-ledger.htm
29 https://www.worldvision.org/blog/recipe-buuz-traditional-mongolian-dumplings
32 https://www.scmp.com/magazines/post-magazine/article/1835048/james-hudson-taylor-english-missionary-who-made-his-mark
33 https://www.ministrymatters.com/all/entry/9948/nt-wright-online-renew-your-mind-and-be-transformed
38 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Francisco_Camilo_-_Ascension_-_Google_Art_Project.jpg
43 https://www.amazon.com/Tell-Truth-Gospel-Person-People/dp/0830823220
43 https://www.amazon.com/Movements-That-Change-World-Spreading/dp/0830836195
57 https://www.safaribookings.com/blog/david-livingstone
63 http://emanatetraining.ca/2013/inspired-william-carey/
67 https://id.wikipedia.org/wiki/Jonathan_Edwards
68 https://www.mirifica.net/2017/11/20/renungan-harian-selasa-21-november-2017-luk-191-10/
297
69 https://www.amazon.com/Systematic-Theology-Introduction-Biblical-Doctrine/dp/0310286700
78 https://omf.org/us/about/our-story/james-hudson-taylor/
79 https://www.amazon.com/Missions-Disciples-According-Fourth-Gospel/dp/0802842550
80 Foto diambil penulis
92 https://www.amazon.com/Stop-Witnessing-Start-Loving-Borthwick/dp/1576832333
93 Foto diambil penulis
97 https://www.amazon.com/Christian-Theology-Millard-J-Erickson/dp/0801036437
100 https://www.amazon.com/Patterns-Discipleship-Testament-McMaster-Studies/dp/0802841694
101 https://klikvisi.com/product/teologi-perjanjian-baru-3-donald-guthrie/
102 https://www.bookdepository.com/Message-Matthew-Michael-Green/9780851115368
103 https://www.amazon.com/Gospel-Matthew-Century-Bible-Commentary/dp/0802818862
104 https://www.amazon.com/Earliest-Churches-Society-Testament-Monograph/dp/0521407893
105 https://www.amazon.com/Rethinking-Church-Challenge-Creative-Transition/dp/0801091659
107 https://en.wikipedia.org/wiki/Institutes_of_the_Christian_Religion
107 https://www.britannica.com/biography/John-Calvin
117 http://www.immanuelbookstore.co.id/produk/title/2987/keluar-dari-tempat-garam-masuk-ke-dalam-dunia
120 https://www.nomadicmatt.com/travel-blogs/11-reasons-why-i-love-thailand/
127 https://www.olivetree.com/store/product.php?productid=25783
130 Foto oleh penulis
136 https://www.betterworldbooks.com/product/detail/systematic-theology-an-introduction-to-biblical-doctrine-0851106528
138 https://www.amazon.com/Exegetical-Dictionary-New-Testament-Vol/dp/0802828086
150 https://www.onthisday.com/people/mother-teresa
151 https://timesofindia.indiatimes.com/life-style/food-news/tips-to-reduce-salt-in-your-diet/articleshow/73927314.cms
160 https://www.amazon.com/Living-Proof-Sharing-Naturally-LifeChange-ebook/dp/B00IV34YIC
165 https://id.wikipedia.org/wiki/Nero
167 https://www.unrv.com/augustus/index.php
168 https://classicalwisdom.com/people/pliny-the-elder/
172 https://www.betterworldbooks.com/product/detail/systematic-theology-an-introduction-to-biblical-doctrine-0851106528
177 https://www.logos.com/product/199/greek-english-lexicon-of-the-new-testament-based-on-semantic-domains
298
183 https://www.amazon.com/Stop-Witnessing-Start-Loving-Borthwick/dp/1576832333
186 https://www.jam.org.za/en/56-biographies/343-j-hudson-taylor-biography
192 https://onisim.net/repentance/
194 https://www.pinterest.ph/pin/173107179408320583/
198 https://www.macleans.ca/opinion/the-reformation-at-500-grappling-with-martin-luthers-anti-semitic-legacy/
204 https://www.amazon.com/Heart-Evangelism-Jerram-Barrs/dp/1581347154
207 http://www.katalis.or.id/katalog/lihat/71/Misi-Umat-Allah
211 https://vincenttanzil.wordpress.com/2010/12/15/john-stott-mengenai-buku/
212 https://www.bukalapak.com/p/hobi-koleksi/buku/agama-kepercayaan/9jssfs-jual-isu-isu-global-menantang-kepemimpinan-kristiani-john-stott
212 https://www.amazon.com/Backgrounds-Early-Christianity-Everett-Ferguson/dp/0802822215
214 https://www.logos.com/product/4182/ephesians
215 https://www.amazon.com/Heart-Evangelism-Jerram-Barrs/dp/1581347154
227 https://overthinkingchristian.com/2017/04/09/biblical-illiteracy-whats-the-big-deal-kevin-vanhoozer-responds/
228 Foto oleh penulis
229 https://www.amazon.com/New-Perspective-Paul-James-Dunn/dp/0802845622
229 https://www.activityvillage.co.uk/alexander-the-great
234 https://www.amazon.com/Encountering-Missionary-Life-Work-Mission-ebook/dp/B00D6IE09A
238 https://www.tyndale.com/authors/charles-r-swindoll/632
242 https://lilinkecil.com/murid-radikal-yang-mengubah-dunia-john-stott-p-2882.html
243 https://www.amazon.com/Christianity-Changed-World-Alvin-Schmidt/dp/0310264499
244 https://ebooks.gramedia.com/books/etika-dasar-masalah-masalah-pokok-filsafat-moral
248 https://lilinkecil.com/jadikan-sekalian-bangsa-bersukacita-john-piper-pr-1561.html
249 https://lilinkecil.com/iman-kristen-dan-problema-sosial-abraham-kuyper-p-689.html
252 https://www.amazon.com/Posterazzi-1761-1834-Orientalist-Missionary-Engraving/dp/B07GX6PZZL
252 https://jim-and-kim.blogspot.com/2012/04/sights-of-india-in-chennai.html
252 https://www.wallpaperflare.com/search?wallpaper=indian+man
299
258 https://www.amazon.com/How-Now-Shall-We-Live-ebook/dp/B007V695XO
259 https://www.amazon.com/Faith-Reason-Ronald-H-Nash/dp/0310294010
264 https://lilinkecil.com/iman-kristen-dan-problema-sosial-abraham-kuyper-p-689.html
265 https://medium.com/indian-thoughts/indians-are-more-into-rituals-and-less-into-spirituality-521a035d1c96
266 https://www.literatursaat.com/product/communicating-christ-cross-culturally/
268 https://hisexcellentword.blogspot.com/2017/01/tradition-and-christian.html
273 http://littleswissobserver.blogspot.com/2016/04/the-importance-of-handshake.html
277 https://www.nytimes.com/2012/07/17/business/stephen-r-covey-herald-of-good-habits-dies-at-79.html
278 https://en.wikipedia.org/wiki/Aristotle
279 https://wol.jw.org/en/wol/d/r1/lp-e/1001072036
282 https://www.wvi.org/food-assistance/famines-and-hunger-crisis-what-you-need-know
285 https://www.preaching.com/sermons/gods-presence-in-potiphars-house-genesis-39/
286 https://www.hearthymn.com/why-the-samaritan-woman-recognize-Jesus-as-messiah.html
288 https://www.amazon.com/Heart-Evangelism-Jerram-Barrs/dp/1581347154
291 https://vincenttanzil.wordpress.com/2010/12/15/john-stott-mengenai-buku/
291 http://teaminfocus.com.au/basic-christianity-by-john-stott/
300
Biodata Penulis
Chandra Gunawan melayani sebagai pendeta jemaat di GKIm
Hosanna Bandung dan dosen Perjanjian Baru di STT Cipanas.
Menyelesaikan pendidikan teologi di STT Bandung, STT Cipanas dan
Theologische Universiteit Kampen, the Netherlands.
Untuk melihat karya tulis:
https://independent.academia.edu/RevChandraGunawan
Recommended