View
228
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
CINTA KASIH UNIVERSAL DALAM PERSPEKTIF
MASTER CHENG YEN DAN IMPLEMENTASINYA
DI YAYASAN BUDDHA TZU CHI INDONESIA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Shahwin Bugi Pangestu
1113032100045
Jurusan Studi Agama-agama
Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
1439 H/2017 M
i
CINTA KASIH UNIVERSAL DALAM PERSPEKTIF
MASTER CHENG YEN DAN IMPLEMENTASINYA
DI YAYASAN BUDDHA TZU CHI INDONESIA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Shahwin Bugi Pangestu
1113032100045
Jurusan Studi Agama-agama
Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
1439 H/2017 M
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Shahwin Bugi Pangestu
NIM : 1113032100045
Fakultas : Ushuluddin
Jurusan : Studi Agama-agama
Alamat : Jl. Delima Jaya, Rt 01/02, No. 76, Rempoa, Tangerang Selatan,
Banten
Telp/Hp : 085714873886
Judul Skripsi : Cinta Kasih Universal dalam Perspektif Master Cheng Yen
dan Implementasinya di Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi sakah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesaui dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Oktober 2017
Shahwin Bugi Pangestu
v
ABSTRAK
Shahwin Bugi Panegstu
Judul Skripsi : “Cinta Kasih Universal dalam Perspektif Master Cheng Yen
dan Implementasinya di Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia”
Manusia sebagai makhluk sosial sering dihadapkan oleh permasalahan
yang sukar dihadapi. Seperti penganggulangan bencana alam, kemiskinan, dan
masalah sosial lainnya. Berbagai organisasi atau yayasan atas nama sosial turut
serta dalam menangani masalah-masalah tersebut. Tidak terkecuali Yayasan
Buddha Tzu Chi Indonesia yang tanggap dalam setiap permasalahan sosial, mulai
dari masalah kemiskinan, kesehatan, kemanusiaan, dan pendidikan. Master Cheng
Yen sebagai pendirinya, menuangkan pemikirannya tentang cinta kasih universal
ke dalam wadah Yayasan Buddha Tzu Chi, yang saat ini sudah tersebar di 51
Negara sejak 1966.
Tujuan dari penulisan ini adalah penulis ingin menjelaskan bagaimana
cinta kasih universal dalam perspektif Master Cheng Yen dan bagaimana
implementasinya di Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Metode yang digunakan dalam penulisan ini dalah metode deskriptif
kualitatif dengan pendekatan historis, menjelaskan sejarah atau profil Master
Cheng Yen dan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Kemudian pendekatan
teologis, memahami bagaimana pemikiran Master Cheng Yen terhadap cinta kasih
universal tanpa batasan. Dan pendekatan sosiologis, dengan cara mendeskripsikan
implementasi yang terjadi di Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia sebagai wadah
cinta kasih universal. serta ditambah melakukan observasi di Yayasan Buddha
Tzu Chi Indonesia. Untuk memperkuat penelitian, penulis juga melakukan
wawancara dengan para relawan Tzu Chi Indonesia.
Berdasarkan hasil analisa penulis, bahwa kajian pokok dari cinta kasih
universal Master Cheng Yen berporos pada ajaran Brahma Vihara (empat sifat
Luhur); metta (cinta kasih), karuna (kasih sayang), mudita (sukacita), upekkha
(keseimbangan batin), delapan ruas jalan kebenaran, dan sepuluh sila Tzu Chi.
Dalam penelitian ini penulis melihat bahwa ajaran Brahma Vihara delapan
ruas jalan kebenaran, kemudian sepuluh sila Tzu Chi, yang merupakan ajaran
dalam Agama Buddha menjadikan dasar dalam mewujudkan kebahagiaan dan
menghilangkan penderitaan bagi semua makhluk yang diimplementasikan di
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dalam 4 Misi Tzu Chi; amal, kesehatan,
pendidikan, budaya humanis. Ini berlaku secara universal tidak memandang suku,
agama, ras, budaya, dan bangsa. Dan para relawannya pun beragam jenis latar
belakang, baik dari agama, suku, dan budayanya.
Kata Kunci : Master Cheng Yen, Cinta Kasih Universal, Implementasi di
Yayasan Buddha Tzu Chi, Indonesia.
vi
Kata Pengantar
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah semata yang
semoga selalu mengkaruniakan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis. Dengan
syukur kepada Allah Yang Maha Esa semoga menjadi penghapus kesalahan dan
ditambahkannya nikmat oleh Allah SWT. salah satu nikmat yang tidak boleh
penulis ingkari adalah dapat menyelesaikan skripsi yang masih jauh dari
kesempurnaan. Berkat izin dan karunia-Nya, penulis bisa mempersembahkan
skripsi yang sederhana ini sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana
Shalawat beriring salam pun semoga senantiasa kepada Nabi Agung
Muhammad SAW. yang telah dianugerahkan agama rahmatan li al-‘alamin.
Semoga penulis senatiasa dapat mempelajari akan arti agama yang diajarkannya
dengan bijaksana. Berkat perjuangannya, penulis saat ini dapat menikmati
indahnya nikmat iman dan nikmat islam.
Hal yang harus penulis lakukan pula adalah ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang senantiasa membimbing dan mendoakan penulis sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Terimakasih penulis ucapkan
kepada:
1. Ibu, bapak, dan kakak yang senantiasa mendoakan kesuksesan penulis
setiap detiknya. Terimakasih penulis ucapkan kepada keluarga kecil
penulis atas bimbingan dan kesabarannya dalam mendidik putranya serta
atas kuasa-Nya menghantarkan penulis sampai ke bangku kuliah. Semoga
kesehatan selalu menyertai mereka.
vii
2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin.
4. Dr. Media Zainul Bahri, MA., selaku Ketua Jurusan Studi Agama-agama
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dra. Halimah SM., M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan Studi Agama-agama
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Siti Nadroh, MA., selaku dosen pembimbing skripsi.
7. Drs. Moh. Nuh Hasan, MA., selaku dosen penasehat akademik.
8. Seluruh dosen di Jurusan Studi Agama-agama yang telah mendidik penulis
dan mencurahkan segala ilmunya.
9. Seluruh staf di Jurusan Studi Agama-agama Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Pak Andre Zulman, selaku Humas Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Pusat Jakarta.
11. Para relawan Tzu Chi Indonesia: Andre Zulman (Humas Yayasan Buddha
Tzu Chi Indonesia Pusat, Florentina (Ketua Koordinator Baksos
Kesehatan De Generatif wilayah Jembatan Lima), Go Siang (Relawan
Komite), Aghnia Y. Putri (Relawan Abu Putih), Irawati Mulyadi (Wakil
He Qi Barat), Rifandi (Relawan Abu Putih), Meny Thalib (PIC Decoration
dan Pengajar Budaya Humanis di SMA/SMK Tzu Chi Cengkareng), dan
Eric Darmawan (Wakil He Qi Utara) yang bersedia menjadi responden
penulis.
viii
12. Teman-teman Studi Agama-agama kelas B angkatan 2013; Irvan Santoso,
Anggi Yustravika Fikri, Fahad Muhammad Al-Faruk, M. Aminudin, Siti
Kusniatusayyidah, Ismail Soleh, Iin Sumaeroh, Nur Fitri Barliyana, M.
Abudzar, Saniman, Wahid Muhammad, Sukmaya, M. Abdul Rosid,
Oktavia Damayanti, Sadawi, Nur Makiyah, Shofiyatul Fithriyah, Sarah
Mutia Maghfiroh, Mei Marlina, Anifah Ayu Fitriah, Imam Wahyudi, M.
Firmanullah, Windi Wulandari, Ahmad Tedi Anwar, Usuf Mardani,
Janwar, dan M. Najibbudin.
13. Teman-teman KKN UIN Syarif Hidayatullah Jakarta - Otentic 221 tahun
2016; Abdillah, Abdul Latif, Fatqur Susanto, Yazid Fathan Aziz, Raisa
Rindraidah, Meida Kartika, Siti Nurhadiyanti, Fikha Khoirunnisa, Innsyfa
Haqien, dan Aanisa Natasya.
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Lembar Persetujuan ii
Lembar Pengesahan iii
Lembar Pernyataan iv
Abstrak v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan dan Manfaat Masalah 7
D. Tinjauan Pustaka 8
E. Kerangka Teori 10
F. Metodologi Penelitian 13
G. Sistematika Penulisan 20
BAB II PROFIL MASTER CHENG YEN DAN YAYASAN BUDDHA TZU
CHI INDONESIA
A. Riwayat Hidup Master Cheng Yen 21
1. Asal-usul Keluarga Master Cheng Yen 21
2. Masa Kehidupan Awal Master Cheng Yen 23
3. Masa Pengabdian Master Cheng Yen 26
4. Sejarah Berdirinya Yayasan Buddha Tzu Chi 30
B. Sejarah dan Perkembangan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia 33
C. Logo Tzu Chi 38
D. Visi-Misi Yayasan Buddha Tzu Chi 40
1. Misi Amal 41
2. Misi Kesehatan 42
3. Misi Pendidikan 43
4. Misi Budaya Humanis 44
x
BAB III CINTA KASIH UNIVERSAL MENURUT MASTER CHENG YEN
A. Mengenal Cinta Kasih dalam Agama Buddha 46
B. Empat Landasan Cinta Kasih Universal Master Cheng Yen: 53
1. Cinta Kasih Agung 53
2. Welas Asih Agung 57
3. Sukacita Agung 60
4. Keseimbangan Batin Agung 62
BAB IV IMPLEMENTASI CINTA KASIH UNIVERSAL MASTER
CHENG YEN DI YAYASAN BUDDHA TZU CHI INDONESIA
A. Master Cheng Yen dan Tzu Chi di Mata Para Relawan 64
1. Andre Zulman (Humas Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Pusat
64
2. Florentina (Ketua Koordinator Baksos Kesehatan De Generatif
wilayah Jembatan Lima) 65
3. Go Siang (Relawan Komite) 66
4. Aghnia Y. Putri (Relawan Abu Putih) 67
5. Irawati Mulyadi (Wakil He Qi Barat) 68
6. Rifandi (Relawan Abu Putih) 69
7. Meny Thalib (PIC Decoration dan Pengajar Budaya Humanis di
SMA/SMK Tzu Chi Cengkareng) 70
8. Eric Darmawan (Wakil He Qi Utara) 71
B. Pelatihan Batin Di Jalan Tzu Chi 72
C. Implementasi Cinta Kasih Master Cheng Yen di Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia: 80
1. Cinta Kasih Agung: Misi Amal 80
2. Welas Asih Agung: Misi Kesehatan 83
3. Sukacita Agung: Misi Budaya Humanis 85
4. Keseimbangan Batin Agung: Misi Pendidikan 88
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 93
xi
B. Kritik dan Saran 94
DAFTAR PUSTAKA 95
LAMPIRAN 99
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 99
Surat Izin Penelitian 99
Lampiran 2 100
Bukti Wawancara 100
Lampiran 3 109
Pertanyaan Wawancara 109
Hasil Wawancara dengan Bapak Andre Zulman 110
Hasil Wawancara dengan Florentina 113
Hasil Wawancara dengan Go Siang 114
Hasil Wawancara dengan Aghnia Y. Putri 116
Hasil Wawancara dengan Irawati Mulyadi 118
Hasil Wawancara dengan Rifandi 120
Hasil Wawancara dengan Meny Thalib 122
Hasil Wawancara dengan Eric Darmawan 123
Lampiran 4 126
Foto Kegiatan Lapangan 126
Lampiran 5 130
Jadwal Kegiatan Tzu Chi Indonesia Bulan Juli 2017 130
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.
Manusia hidup bersama sesama manusia di lingkungan keluarga, masyarakat,
suku, bangsa, dan dunia, dengan struktur fisik, warna kulit, kebudayaan, dan gaya
hidup yang berbeda-beda. Mereka harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya
untuk tumbuh dan mempertahankan diri.1
Dalam hidup bermasyarakat manusia dihadapkan pada realitas sosial yang
sukar untuk dihadapi. Sering manusia terjebak dalam hal yang praktis tanpa
mengetahui apa makna dari hidup ini: yang penting melaksanakan. Manusia
membutuhkan daya supra rasional, untuk dapat memahami hakikat dari kehidupan
ini. Dengan meningkatkan spiritualitas, maka hidup dapat berguna, bukan hanya
bagi diri sendiri yang menjalani, melainkan bagi orang lain, sesama, dan
masyarakat.2
Dalam kurun waktu sepuluh tahun, di Indonesia banyak terjadi bencana
alam, permasalahan sosial, kesehatan, maupun pendidikan. Mulai dari
kemiskinan, kelaparan, kurangnya mutu pendidikan, dan kesehatan. Sebagai
contoh dalam bencana alam yang melanda Yogyakarta dan sebagian wilayah
Klaten tahun 2006 telah menghancurkan 80% seluruh pemukiman di Kabupaten
Bantul dan sekitarnya. Bangunan hancur, rumah penduduk rata dengan tanah,
rusaknya fasilitas transportasi udara di Bandara Adisucipto, rusaknya beberapa
1Agus M. Hardajana, Religiositas, Agama, & Spiritualitas (Yogyakarta: Kanisius, 2005),
h. 9. 2Hardajana, Religiositas, Agama, & Spiritualitas, h. 104.
2
arca di situs Candi Prambanan. Dampak ekonomi dari bencana ini adalah
masyarakat kehilangan modal dan lapangan kerja, sehigga membuat
perekonomian masayarakatan menjadi terbatas.
Pada kejadian bencana alam tsunami di Aceh tahun 2004, dampak yang
diakibatkan tsunami terhadap lingkungan hidup adalah sumur yang tercemari oleh
rumput laut yang terbawa tsunami, bau bangkai hewan laut yang tidak diktahui
keberadaannya, keadaan sanitasi tidak terjamin dan lain-lain.3 Berbagai penyakit
ditimbulkan dari dampak bencana alam, mulai dari infeksi saluran pernapasan,
diare, keracunan, gatal-gatal, gizi yang kurang memadai, serta fasilitas kesehatan
yang kurang memadai (ikut rusak akibat bencana alam).4
Banyak faktor yang mempengaruhi suksesnya pembelajaran di sekolah.
Selain tenaga pendidikan yang berkompeten, kondisi bangunan juga penting untuk
kenyamanan dalam melakukan pembelajaran. Atap bocor, bangunan rapuh,
dampak dari usia bangunan atau bencana, tentu tidak layak bagi keselamatan
pengajar dan siswa di sekolah.
Maka dari itu, dari kasus-kasus di atas dalam hal ini perlu adanya uluran
tangan untuk saling bahu-membahu, tolong-menolong, bergotong royong
menghadapi persoalan tersebut. Perlunya kesadaran sosial untuk setidaknya
mengurangi penderitaan mereka. Jika manusia dan peradabannya ingin tetap
bertahan dalam arus kehidupan di era globalisasi ini. maka mau tidak mau
3Sukandarrumidi, Bencana Alam dan Bencana Anthropogene (Yogyakarta: Kanisius,
2010), h.34. 4Sukandarrumidi, Bencana Alam dan Bencana Anthropogene, h. 39.
3
diperlukan saling pengertian yang lebih dalam dan sekaligus mengahpuskan
prasangka lama, khususnya dalam kehidupan keagamaan dan kebudayaan.5
Dunia beredar karena cinta kasih, karena cinta kasih-lah yang
menyebabkan dunia ini bergerak menuju kedamaian dan ketenangan. Tuhan
adalah wujud cinta yang tertinggi, cinta yang memasuki isi alam ini mulai yang
terendah sampai makhluk yang termulia. Meskipun pada hakekatnya cinta kasih
itu bebas dari nafsu birahi dan kepentingan diri sendiri, tetapi karena pengaruh
maya, maka wujud cinta berbeda-beda tergantung dari tingkatan makhluk-
makhluk itu.6
Cinta kasih merupakan bentuk sebuah perasaan yang timbul dalam sebuah
ikatan, seperti dalam keluarga, pasangan, pertemanan, persahabatan, ataupun
dalam bersosialisasi dengan masyarakat pada umumnya. Cinta kasih merupakan
ajaran kemanusiaan yang baik diterapkan dalam lingkungan sekitar atau
menyeluruh, untuk menciptakan dunia yang damai, aman, dan sejahtera.Cinta
kasih hendaknya dikembangkan sebagai cara untuk mengatasi kebencian dan
membuang kebencian. Jika kebencian bersifat membatasi diri, cinta kasih justru
sebaliknya, membebaskan dan menyatukan segala perbedaan. Cinta kasih
menghasilkan kedamaian. Cinta kasih melembutkan batin, menumbuhkan rasa
persaudaraan, persatuan, dan tentu sikap gotong royong7.8
5A. Syafii Maarif, dkk, Agama, Kemanusiaan, dan Budaya Toleransi (Maluku Utara:
Kantor Wilayah Departemen Agama, cetakan pertama, 2004), h.xviii. 6Cudamani, Pengantar Agama Hindu: Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Yayasan
Wisma Karma, 1987), h. 56. 7Gotong royong merupakan budaya adihulung yag menumbuhkan tolleransi dan
kebersamaan. Lihat tulisan Bikkhu Subhapannyo Mahatera, Cinta Kasih Penjaga Kebhinekaa
(Jakarta: Kompas, 10 Mei 2017), h. 15. 8Bikkhu Subhapannyo Mahatera, Cinta Kasih Penjaga Kebhinekaan, dikutip dari Koran
Kompas pada tanggal 10 Mei 2017, h. 15.
4
Dewasa ini memang banyak organisasi yang mengurusi wilayah sosial.
Seperti misalnya Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, yang telah berdiri sejak
1993, yang selalu tanggap dalam masalah sosial, yang pertamayaitu amal (tanggap
darurat bencana alam, beramal dengan penuh kasih, berbenah kampung, dan
perumahan cinta kasih); yang kedua adalah kesehatan (bakti sosial kesehatan, RS
Cinta Kasih Tzu Chi dengan biaya terjangkau, Asosiasi Medis Tzu Chi yang
merupakan kumpulan dari tenaga medis, dari apoteker hingga dokter spesialis);
ketiga adalah budaya humanis terdiri dari rangkaian kegiatan Tzu Chi dalam
kegiatan sosial yang dikemas dalam bentuk media cetak dan online, melalui
program-program di DAAI TV (Lentera Kehidupan, DAAI Inspirasi, Sanubari
Teduh, Master Cheng Yen Bercerita, Jejak Cinta Kasih, dan lain-lain), dan juga
melalui isyarat tangan yang dapat mempererat interaksi relawan, masyarakat, dan
penerima bantuan); yang keempat adalah pendidikan (dengan berharap
pembangunan sekolah, akan membentuk generasi muda yang berbakti pada orang
tua, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur berkemampuan akademis serta
berkontribusi dalam membangun bangsa dan negara).
Pendirinya yaitu Master Cheng menanamkan pada setiap pengikutnya
maupun kepada para relawannya untuk bersikap welas asih kepada siapa pun yang
membutuhkan uluran tangan. Master Cheng Yen adalah seorang biksuni9 dari
negeri Taiwan, yang menggagas berdirinya Yayasan Buddha Tzu Chi di berbagai
negara. Berawal dari seorang penganut Buddha yang bernama Chen Qiu Min,
9Bhiksu (Sanskerta), atau sesuai dengan KBBI dieja sebagai biksu (dalam madzhab
mahayana) atau biku (dalam madzab theravada) atau (biksu atau biksuni untuk wanita) merupakan
kata terapan yang diberikan kepada seorang pria atau wanita yang telah ditahbiskan dalam
lingkungan biara Buddhis. Seringkali dirujukkan sebagai rohaniawan agama Buddha.
5
menderita sakit yang mengaharuskan dirinya membayar NT$ 8000 (setara dengan
Rp. 2,400,000,-) sebagai jaminannya, tetapi dia tidak memiliki uang sebanyak itu.
Dia pun pergi dari rumah sakit itu. Mendengar berita ini Master Cheng Yen
terbuka hatinya untuk mengumpulkan dana amal da menyumbangkan kemampuan
dirinya untuk membantu orang lain.10
Suatu hari Master Cheng Yen didatangi oleh tiga orang suster Katolik dari
Sekolah Menengah Hualien datang berkunjung untuk menemui Master Cheng
Yen. Suster bertanya, "Agama Katolik kami telah membangun rumah sakit,
mendirikan sekolah, dan mengelola panti jompo untuk membagi kasih sayang
kepada semua umat manusia, walaupun Buddha juga menyebut menolong dunia
dengan welas asih, tetapi mohon tanya, agama Buddha mempersembahkan apa
untuk masyarakat?" Kata-kata ini sangat menyentuh hati Master Cheng Yen.
Sebenarnya waktu itu umat Buddha juga menjalankan kebajikan dan beramal,
namun tanpa mementingkan namanya. Dari situ membuktikan bahwa semua umat
Buddha memiliki rasa cinta kasih yang dalam, hanya saja terpencar dan kurang
koordinasi serta kurang terkelola. Master Cheng Yen bertekad untuk menghimpun
potensi ini dengan diawali dari mengulurkan tangan mendahulukan bantuan
kemanusiaan.
Berawal dari pra-penelitian yang penulis lakukan tanggal 31 April 2017 di
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Pusat, Pantai Indah Kapuk – Jakarta Utara,
berdasarkan hasil penjelasan dari Ibu Rosa (Humas Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia Pusat), penulis melihat bahwa sosok Master Cheng Yen berperan besar
10
http://www.tzuchi.or.id/tentang-kami diakses pada tanggal 17 Februari 2017.
6
dalam membantu menghilangkan penderitaan dan mendatangkan kebahagiaan
secara menyeluruh dengan semangat cinta kasih universal melalui yayasan ini.
Master berkata bahwa, “Cinta Kasih kepada semua makhluk hidup tanpa batasan
untuk kesejahteraan dunia.” Dari sini penulis melihat bahwa Master Cheng Yen
membawa pengaruh besar terhadap tatanan hidup di masayarakatnya. Oleh karena
itu, penulis merasa tertarik untuk membahas Master Cheng Yen dalam menebar
cinta kasih secara universal, tanpa melihat apa agamanya, sukunya, budayanya,
bahasanya, maupun ras nya. Master Cheng Yen adalah seorang bhiksuni, yang
selalu menanamkan kepada para pengikutnya atau relawannya, bahwa setiap
manusia adalah penolong bagi manusia lainnya. Beliau memang sosok penebar
cinta kasih universal kepada semua makhluk. Ketulusan dan kebijaksanaannya
telah membuat dunia yang indah, dunia yang harmonis, dan dunia yang satu
keluarga.
Melalui Yayasan Buddha Tzu Chi lah, Master Cheng Yen mulai
menggalangkan bantuan kemanusiaan, baik berupa bantuan sosial, pendidikan,
dan kesehatan. Di dalam Yayasan Buddha Tzu Chi, baik dari pengurus maupun
relawannya, tidak hanya terdiri dari penganut agama Buddha saja, melainkan dari
berbagai agama, seperti Islam, Kristen, Katolik, dan lain sebagainya. Oleh karena
itu, dalam penulisan ini membahas bagaimana peran Master Cheng Yen dalam
menebarkan cinta kasih yang universal dan seperti apa implementasinya di
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, melalui skripsi yang berjudul, “Cinta Kasih
Universal Dalam Perspektif Master Cheng Yen dan Implementasinya di
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia”.
7
Teknik penulisan skripsi ini penulis mengacu pada standar penulisan
skripsi yang didasarkan apada buku “Pedoman Akademik” yang diterbitkan oleh
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan mengacu pada buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah tahun 2013 yang diterbitkan oleh penerbit
CeQda (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis merumuskan permasalahan dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana pandangan cinta kasih universal Master Cheng Yen?
2. Bagaimana Implementasi cinta kasih universal Master Cheng Yen di Yayasan
Buddha Tzu Chi Indoensia?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, dapat diketahui tujuan dari pada penulisan
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk megetahui pandangan Master Cheng Yen tentang cinta kasih secara
universal.
2. Untuk melihat bagaimana implementasi ajaran cinta kasih universaldi
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dilihat dari tiga aspek sebagai
berikut:
8
1. Teoritis
Hasil penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran atau memperkaya
konsep-konsep atas pemikiran cinta kasih universal dari Master Cheng Yen
terhadap tokoh-tokoh atau lembaga sosial.
2. Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mewujudkan kerukunan dan
keharmonisan, dan rasa kepedulian antar sesama, melalui lembaga sosial.
3. Akademik
Sebagai saah satu persayaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Agama
(S.Ag).
D. Tinjauan Pustaka
Tujuan adanya tinjauan pustaka, yaitu untuk membuktikan originalitas
penelitian dan menguraikan penelitian sebelumnya yang memiliki objek penelitian
dan kajian yang relevan dengan penelitian ini. Dari hasil penelusuran penulis,
diketahui bahwa ada beberapa penulis yang pernah menuliskan judul yang sekilas
mirip dengan judul yang penulis gunakan.
Pertama yaitu, skripsi Nur Qomariah dengan judul “Ajaran Kasih (Metta)
dalam Buddha Bagi Kehidupan Sosial”, buku ini berisikan penjelasan ajaran
Metta (cinta kasih) dalam agama Buddha dan pengaruh daripada ajaran tersebut
dalam kehidupan sosial. Melalui pendekatan teologis dan sosiologis.11
Persamaan
skripsi Nur Qomariah dengan skripsi saya, terletak pada teori ajaran cinta kasih
mengenai Metta yang diajarkan oleh Buddha, dimana Master Cheng Yen (yang
11
Skripsi Nur Qomariah, Ajaran Kasih (Metta) dalam Buddha Bagi Kehidupan Sosial
(Jakarta: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah, 2005)
9
penulis bahas) juga mengambil teori cinta kasih (Metta) tersebut. Perbedaannya
adalah skripsi saudari Nur Qomariah berdasarkan pandangan agama Buddha
secara umum mengenai cinta kasih dalam bersosialisasi, sedangkan yang saya
bahas adalah pandangan dari seorang tokoh bernama Master Cheng Yen mengenai
cinta kasih dan implementasinya di sebuah yayasan bernama Buddha Tzu Chi
(dalam hal ini di Indonesia), yang dibangun oleh beliau.
Kedua yaitu, skripsi Nanang Khairiri dengan judul “Pengaruh Pengajaran
Dharma Terhadap Sikap Keberagamaan Umat Buddha di lahat – Sumatera
Selatan”. Skripsi ini berisikan pengaruh pengajaran Dharma Buddha di Lahat,
terhadap keberagamaan masyarakat di sana.12
Skripsi saudara Nanang Khairiri
dengan skripsi saya, memiliki persamaan tentang pengaruh suatu ajaran Buddha
dan bagaimana implementasinya di suatu daerah atau tempat. Tetapi memiliki
perbedaan yang spesifik dalam hal tokoh dan tempat yang dibahas, penelitian di
atas hanya membahas sebuah pengajaran berdasarkan Dhamma dan tertuju
langsung ke umat Buddha di Lahat – Sumatera Selatan. Sedangkan saya
membahas seorang tokoh Buddha – Master Cheng Yen mengenai dharmanya
tentang cinta kasih tanpa dibatasi agama, ras, suku, dan bangsa di Yayasan
Buddha Tzu Chi – Indonesia.
Ketiga yaitu, skripsi Fikri Fauz Al-Hafidz “Keyakinan Umat Buddha
Terhadap Dewi Kwam Im dan Aplikasi Ajaran-ajaran-Nya Dalam Kehidupan
Sehari-hari Penganutnya (Studi Kasus Vihara Avalokitesvara Pondok Cabe)”.
Berisikan ajaran-ajaran Dewi Kwam Im, tentang karma baik, dalam tolong-
12
Skripsi Nanang Khairiri, Pengaruh Pengajaran Dharma Terhadap Sikap
Keberagamaan Umat Buddha di Lahat – Sumatera Selatan (Jakarta: Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat UIN Syarif Hidayatullah, 2008)
10
menolong, menjaga alam, dan menjadi vegetarian, yang kemudian diterapkan oleh
penganutnya dalam kehidupan sehari-hari, dalam studi kasus di Vihara
Avalokitesvara, Pondok Cabe.13
Persamaan skripsi saya dengan skripsi saudara
Fikri Fauz adalah, pada pembahasan implementasinya dharma Buddha di
kehidupan sehari-hari mengenai karma, saling tolong-menolong, dan menjaga
alam. Perbedaannya terletak pada tokoh yang dibahas, teori yang digunakan, dan
lokasi implementasi diterapkan. Saudara Fauz membahas sebuah keyakinan
terhadap Dewi Kwam Im, membahas sebuah dharma secara umum dan
implementasinya di Vihara Avalokitesvara – Pondok Cabe, sedangakan saya
membahas Master Cheng Yen, membahas dharmanya tentang cinta kasih
universal, dan implementasinya di Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Dari ketiga judul di atas, dapat diketahui bahwa judul yang penulis angkat
yaitu Cinta Kasih dalam Perspektif Master Cheng Yen dan Implikasinya di
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, tidak sama atau berbeda dari pada ketiga
judul di atas.
E. Kerangka Teori
Dalam skripsi ini penulis menggunakan teori ahimsa dari Mahavira14
.
Suatu sikap hidup yang berazazkan: „tanpa-kekerasan‟ atau „tanpa perlawanan‟.
Mahavira mengajarkan jalan untuk mengakhiri penderitaan yaitu dengan
13
Skripsi Fikri Fauz Al Hafidz, Keyakinan Umat Buddha Terhadap Dewi Kwam Im dan
Aplikasi Ajaran-ajaran-Nya Dalam Kehidupan Sehari-hari Penganutnya (Studi Kasus Vihara
Avalokitesvara Pondok Cabe) (Jakarta: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah,
2012) 14
Nataputta Vardhamana (599-527 SM), berayah Raja Shriyama dan ibunya Permaisuri
Devanada dari Kerajaan Moghadah, di sebelah utara India, dengan ibu kota Vaisali (Behar). Umat
Jain biasa memanggil Mahavira, nama yang diyakini diucapkan para dewa. Selama perjalanan
hidupnya dihabiskan dengan merenung di hutan dan gunung. Bertindak tanpa harus membalas,
ahimsa (tanpa kekerasan). Ditahun ke-13 Mahavira mendapatkan pencerahan yang disebut kevala.
11
menghapus keinginan/nafsu. Terdapat asas kelakuan benar pada Lima Perintah
Jiwa, yaitu; (1) Tidak membunuh sesuatu, atau melukainya dengan kata-kata,
pikiran, dan perbuatan; (2) Tidak mencuri; (3) Tidak berdusta; (4) Tidak berlaku
kurang sopan dan tidak mabuk-mabukan; (5) Tidak menggemari atau
menginginkan sesuatu. Dari Lima Perintah Jiwa ini, yang paling utama adalah
tidak membunuh sesuatu, atau melukainya dengan kata-kata, pikiran, dan
perbuatan.15
Dalam hal ini sejalan dengan apa yang Master Cheng Yen dharma kan
dalam cinta kasih universal, yaitu memanusiakan manusia dengan cinta kasih.
Tidak ada kekerasan dalam bertindak dan memegang teguh dalam memberikan
kebahagiaan kepada sesama.
Kemudian penulis juga menggunakan teori kebijaksanaan yang
membahagiakan dari Yongey Mingyur Rinpoche16
. Dalam tulisannya ia berkata,
“Kesadaran dan welas asih sesungguhnya berkembang pada langkah yang sama.
Semakin anda sadar, anda semakin mudah memiliki welas asih. Dan semakin anda
membuka hati kepada orang lain, anda menjadi semakin sadar”. Maksudnya
adalah setiap manusia sebenarnya adalah Buddha, tetapi tidak semua
menyadarinya. Menjadikan sebuah masalah menjadi teman dan batu loncatan
untuk mencapai kebebasan, kebijaksanaan, kepercayaan diri, kejernihan, dan
15
Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-agama Minor (Jakarta: UIN Jakarta Press,
cetakan pertama, 2013), h. 64. 16
Yongey (dibaca yon-gei) Mingyur Rinpoche adalah seorang guru yang dihormati dan
merupakan kepala dari silsilah Karma Kagyu dalam Buddhis Tibet. Ia dilahirkan di Nepal pada
tahun 1975 dan dikenal sebagai seorang tulku oleh kedua H.H. Karmapa ke-16 dan H.H Dilgo
Khyetse Rinpoche. Rinpoche mengabdikan hidupnya pada suatu hal yakni mempelajari,
mempraktikan dan mengajarkan Buddha Dharma dan telah memberikan kebaikan yang sangat
besar bagi umat manusia sepanjang hidupnya. Mingyur Rinpoche aktif mengajar di Barat dan
dikenal akan kemampuannya yang luar biasa dalam menyampaikan ajaran Buddha dengan cara
yang jelas dan terlatih.
12
sukacita. Apa yang diajarkan oleh Yongey Mingyur Rinpoche adalah sebab-akibat
timbulnya kebahagiaan. Kebijaksanaan dalam menumbuhkan sifat welas asih,
diperoleh dari hati yang tecerahkan, menyadari hubungan anda dengan orang lain,
dan langkah menuju kebahagiaan.17
Ketiga adalah Thich Nhat Hanh18
, menatap dengan mata welas asih.
Seseorang yang mendalami pembaharuan religi yang berakar pada welas asih dan
pelayanan yang menciptakan banyak proyek untuk menggabungkan bantuan bagi
korban perang dengan cara tanpa kekerasan dan tidak membenci perang itu
sendiri. Thay (biasa disapa) adalah tokoh perdamaian dunia yang memutuskan
untuk merawat kehidupan tanpa senjata dan kekerasan. Dengan meditasi penuh
kesadaran dapat memberikan dampak untuk bersikap non kekerasan dan dapat
membuka mata welas asih.19
Ketiga tokoh ini sejalan dengan pemikiran Master Cheng Yen, yang
mengajarkan tentang welas asih dalam berhubungan dengan orang lain dalam
menciptakan kebahagiaan dan perdamaian. Dan memberikan kesadaran bahwa
setiap manusia adalah bodhisattva, yaitu penolong daripada manusia lainnya.
17
Yongey Mingyur Rinpoche, Kebijaksanaan Yang Membahagiakan (Jakarta: Karaniya,
cetakan pertama, 2010), h.361. 18
Thich Nhat Hanh (1926) adalah seorang penyair, penulis, dan tokoh perdamaian
internasional sekaligus sesepuh Zen di Vietnam. Beliau sejak belia telah ditahbiskan sebagai biksu
Zen, tokoh utama berdirinya Sekolah Pelayanan Sosial Muda-Mudi, Universitas Buddhis van
Hanh, dan Ordo Tiep Hien (Ordo of interbeing). 19
Thich Nhat Hanh, Keajaiban Hidup Sadar (Jakarta: Karaniya, cetakan pertama, 2010),
h. 119-122.
13
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penelit gunakan adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.20
2. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat tiga teknik yang penulis gunakan dalam melakukan pengumpulan
data.
a. Kajian Kepustakaan
Studi kepustakaan (library research), yaitu suatu penelitian untuk
memperoleh data, baik untuk data primer dan data sekunder, yang
bersumber dari buku, majalah, artikel, jurnal, dan lain-lain, berdasarkan
hasil bacaan, catatan, dan bahan-bahan lainnya yang diolah untuk
dikumpulkan.21
Adapun, penulis mengumpulkan data baik dari
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Universitas
Indonesia dan buku-buku yang penulis peroleh dari Toko Buku Jing-Si.
Ada dua bentuk sumber data dalam penelitian ini yang akan penulis
jadikan sebagai pusat informasi bagi data yang dibutuhkan dalam hal
penelitian. Sumber data tersebut terbagi atas dua kelompok, yaitu sumber
data primer dan sumber data sekunder.
20
Lexy J. Meolong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007), h. 4. 21
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
cetakan pertama, 2004), h. 3.
14
1.) Sumber Primer
Sumber primer adalah buku, artikel, jurnal, ceramah, arsip,
dokumen, majalah, dan surat kabar yang terkait langsung dengan topik
penelitian inii, diantaranya sebagai berikut:
a) Buletin Tzu Chi, Menemukan Welas Asih Dalam Diri (Jakarta:
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, 2017).
b) Dharma Master Cheng Yen, Lingkaran Keindahan (Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo, 2007).
c) Dharma Master Cheng Yen, Sanubari Teduh Jilid II (Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo, 2007).
d) Dunia Tzu Chi, Majalah: Sinergi Cinta Kasih dalam
Kebijaksanaan Dharma (Jakarta: Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia, 2017).
e) Exhibition Hall Aula Jing Si Tzu Chi Center, lt. 1.
f) Master Cheng Yen, 108 Kata Perenungan (Jakarta: Yayasan
Buddha Tzu Chi Indonesia, cetakan pertama, 2014).
g) Sekretariat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Makalah:
Sejarah Tzu Chi (Jakarta: Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia,
2017).
h) Sekretariat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Makalah:
Sejarah Pendiri Tzu Chi (Jakarta: Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia, 2017).
15
i) Shih Cheng Yen, Batin yang Damai (Jakarta: PT. Jing Si
Mustika Abadi Indonesia, 2014).
j) Shih Cheng Yen, 37 Faktor Pencerahan-Jilid Satu (Jakarta:
PT. Jing Si Mustika Abadi Indonesia, cetakan pertama, 2015).
k) Shih Cheng Yen,Kekuatan Hati (Jakarta: PT. Jing Si Mustika
Abadi Indonesia, 2016).
l) Shih Cheng Yen, Menaburkan Benih Kebahagiaan-Doa Restu
Bagi Generasi Muda (Jakarta: PT. Jing Si Mustika Abadi
Indonesia, 2013).
m) Yu-Ing Ching, Master Cheng Yen:Teladan Cinta Kasih (Edisi
Revisi), (Jakarta: PT. Jing Si Mustika Abadi Indonesia, cetakan
keempat, 2013).
n) www.tzuchi.or.id
2.) Sumber Sekunder
Sumber data sekunder ialah yang biasanya tersusun dalam
bentuk dokumen. Jenis data ini adalah jenis data yang dapat
dijadikan sebagai pendukung data primer atau dapat diartikan
sumber ini dapat memberikan informasi atau data tambahan yang
dapat memperkuat data primer. Data sekunder dapat penulis
peroleh dari dokumentasi atau buku-buku yang berhubungan
dengan penelitian, misalnya seperti buku-buku yang terkait
langsung dengan cinta kasih universal Master Cheng Yen dan
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Sumber Data Sekunder:
16
a) Cornelis Wowor, MA., Pandangan Sosial Agama Buddha
(Jakarta: CV. Nitra Kencan Buana, 2004).
b) Dr. K. Sri Dhammananda, Hidup Sukses dan Bahagia Tanpa
Takut dan Cemas (Jakarta: Karaniya, 2009).
c) Gunapayuta dan Z.A. Lu, Riwayat Buddha Gautama (Jakarta:
CV. Bangun Cipta Diraja, cetakan kedua, 1986).
d) Khrisna Wijaya-Mukti, Wacana Buddha Dharma (Jakarta:
Yayasan Dharma Pembangunan, cetakan ketiga, 2006)
e) Lee, TY, Hidup Penuh Dengan Berkah (Sumatera Utara:
Patria).
f) Majelis Budhayana Indonesia, Kebahagiaan Dalam Dhamma
(Jakarta: Majelis Budhayana Indonesia, 1980).
g) Toharudin, Jurnal: Konsep Ajaran Buddha Dharma Tentang
Etika (Palembang: UIN Raden Fattah, volume 5, 2016)
b. Wawancara (Indepth Interview)
Teknik wawancara yaitu, penelitian yang diajukan secara lisan
(pengumpul data bertatap muka dengan responden).22
Penulis
mewawancarai pengurus maupun relawan Tzu Chi, untuk melengkapi data
yang telah ada dan memperoleh informasi secara langsung, serta
mengetahui bagaimana pandangan pengurus maupun relawan Tzu Chi
terhadap Master Cheng Yen dalam menebarkan cinta kasih yang universal.
Ada 8 informan yang penulis wawancarai, diantaranya; Andre Zulman
22
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 52.
17
(Humas Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Pusat), Florentina (Ketua
Koordinator Baksos Kesehatan De Generatif wilayah Jembatan Lima), Go
Siang (Relawan Komite), Aghnia Y. Putri (Relawan Abu Putih), Irawati
Mulyadi (Wakil He Qi Barat), Rifandi (Relawan Abu Putih), Meny Thalib
(PIC Decoration dan Pengajar Budaya Humanis di SMA/SMK Tzu Chi
Cengkareng), dan Eric Darmawan (Wakil He Qi Utara).
c. Observasi
Observasi adalah mengumpulkan data atau keterangan dalam suatu
penelitian melalui pengamatan secara langsung di tempat atau objek yang
diteliti.23
Penulis mengamati setiap kegiatan yang diadakan oleh Yayasan
Buddha Tzu Chi Indonesia dalam kegiatan bakti sosial, pelayanan
kesehatan, pelayanan pendidikan, dan pelayanan kemanusiaan. Ada
beberapa lokasi yang menjadi lokasi pengamatan peneliti bersama Tzu Chi
Indonesia, diantaranya; Sekretariat Yayasan Buddha Tzu Chi Pusat
Indonesia, Jalan Pantai Indah Kapuk Boulevard, Jakarta Utara; Kegiatan
kunjungan kasih Tzu Chi Indonesia ke Panti Asuhan Dorkas, Jalan KH.
Wahid Hasyim, No. 25, Menteng, Jakarta Pusat; Kegiatan Pelestarian
Lingkungan dan Kelas Budi Pekerti di Depo Pelestarian Lingkungan
Rusun Cinta Kasih Tzu Chi, Jalan Kamal Raya, No. 20, Lingkar Luar
Kamal Raya, Cengkareng Timur, Jakarta Barat; dan Baksos Kesehatan De
Generatif Tzu Chi Indonesia di Sekolah Candra Naya Jalan Jembatan Besi
23
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 124.
18
II, RT 08/03, No. 26, Tambora, Jembatan Besi, Jakarta Barat. Observasi
berlangsung mulai tanggal 22 Juli-2 September 2017.
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data berdasarkan doumentasi
yang didapat dari dokumen, catatan, video-video, atau foto-foto yang
berkaitan dengan penulisan skripsi ini.24
3. Metode Penelitian
Dalam melakukan kajian ini penulis menggunakan pendekatan historis,
teologis, dan sosiologis. Dengan pendekatan historis25
, penulis berusaha menelaah
kejadian bersejarah atau masa lalu, melalui sejarah kehidupan Master Cheng Yen.
Hingga sampai mendirikan sebuah organisasi sosial kemanusian bernama
Yayasan Buddha Tzu Chi, yang sampai saat ini sudah berada di 51 negara.
Penulis juga menggunakan pendekatan teologis26
. Sebagai seorang peneliti
suatu ajaran agama, penuis harus melihat dan memadang melalui pandangan
daripada objek yang akan penulis teliti melalui kacamatanya. Penulis harus
melihat seperti apa landasan atau teori-teori Master Cheng Yen terkait ajarannya
tentang cinta kasih universal. Seperti cinta kasih, welas asih, simpati, dan
keseimbangan batin yang disebarkan oleh Master Cheng Yen melalui dharma-nya.
24
Iran Suhartono, Metodologi Penelitian Sosial (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), h.
70. 25
Pendekatan historis merupakan suatu studi berusaha menelusuri asal-usul dan
pertumbuhan ide-ide dan pranata-pranata keagamaan melalui periode-periode perkembangan
historis tertentu dan menilai peranan kekuatan-kekuatan yang dimiliki agama untuk
memperjuangkan (mempertahankan) dirinya selama periode-periode itu. Lihat Media Zainul
Bahri, Wajah Studi Agama-agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cetakan pertama, 2015), h. 15. 26
Pendekatan teologis adalah pendekatan yang bersifat normatif atau subyektif. Lihat
Bahri, Wajah Studi Agama-agama, h. 20-22.
19
Pendekatan sosiologis27
terhadap agama bermaksud mencari relevansi dan
pengaruh agama terhadap fenomena sosial. Pendekatan sosiologis yang penulis
coba paparkan adalah mengamati secara langsung implementasi ajaran cinta kasih
universal Master Cheng Yen di Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Seperti apa
para pengurus ataupun relawan Tzu Chi dalam mempraktikannya dalam
kehidupan seharai-hari.
Penulis memaparkan bagaimana awal mula Master Cheng Yen
membentuk Yayasan Buddha Tzu Chi. Cinta kasih yang disebarkan oleh Master
Cheng Yen secara universal tanpa memandang agama, ras, suku, dan dan budaya,
dalam hal ini Yayasan Buddha Tzu Chi , melahirkan bagaimana membina
hubungan baik itu antar individu dengan individu, individu dengan kelompok,
atau kelompok dengan kelompok. Ajaran tingkah laku dalam berhubungan
dengan manusia dipahami sebagai petunjuk dan latihan moral utuk membentuk
kepribadian yang baik. Menebarkan kasih tanpa kenal lelah.
4. Analisis Data
Setelah data penelitian terkumpul, maka langakah selanjutnya penulis
melakukan analisis data28
. Analisis data yang penulis gunakan adalah dengan
metode Content Analysis (analisis isi), yaitu upaya menafsirkan ide-ide atau
gagasan tentang “cinta kasih universal perspektif Master Cheng Yendalam
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia”. Kemudian ide-ide tersebut dianalisis secara
27
Pendekatan sosiologis dalam studi agama berfokus kepada masyarakat yang memahami
dan mempraktikkan agama; bagaimana pengaruh masyarakat terhadap agama dan pengaruh agama
terhadap masyarakat. (Bahri, Wajah Studi Agama-agama, h. 43-44.) 28
Analisis data adalah proses penyusunan data agar data tersebut dapat ditafsirkan. Lihat
H. Dadang Kahmat, Metode Penelitian Agama (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), h. 102.
20
mendalam dan seksama guna menjawab permasalahan sosial (kemanusiaan,
pendidikan, dan kesehatan) yang terjadi saat ini.
G. Sistematika Penulisan
Bab I: Dalam pembahasan pertama merupakan pendahuluan yang berisikan, latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan
pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian, analisis data, sumber rujukan,
teknik penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II: Dalam pembahasan kedua, memaparkan profil Master Cheng Yen dan
profil Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia serta visi-misi nya dalam membangun
keharmonisan dalam bentuk kepedulian terhadap sesama tanpa melihat latar
belakang seseorang.
Bab III: Dalam pembahasan ketiga, membahas cinta kasih dalam agama Buddha
dan cinta kasih universal Master Cheng Yen.
Bab IV: Dalam pembahasan keempat membahas bagaimana bentuk cinta kasih
universal Master Cheng Yen terimplikasikan dalam ruang lingkup Yayasan
Buddha Tzu Chi Indonesia. Terjalani semua misinya untuk kebahagiaan seluruh
makhluk hidup.
Bab V: Dan yang terakhir pembahasan kelima adalah kesimpulan, kritik, dan
saran. Di sini penulis menyimpulkan hasil penulisan dekstriptif penulis dalam
penulisan skripsi ini. Hasil-hasil temuan yang penulis dapatkan dalam melakukan
penelitian ini. penulis juga meminta kritik dan saran untuk melengkapi penulisan
skripsi ini.
21
BAB II
PROFIL MASTER CHENG YEN DAN
YAYASAN BUDDHA TZU CHI INDONESIA
A. Riwayat Hidup Master Cheng Yen
Memahami Master Cheng Yen, berarti memahami bagaimana kisah atau
sejarah kehidupannya. Dalam pembahasan ini, memaparkan kisah perjalanan
Master Cheng Yen sejak ia dilahirkan hingga membangun ladang cinta kasih
universal bernama Yayasan Buddha Tzu Chi.
1. Asal-usul Keluarga Master Cheng Yen
Wang Jin-yun atau dikenal dengan Master Cheng Yen dilahirkan pada
tanggal 14 Mei 1937, di Desa Chingsui, Kabupaten Taichung, Taiwan1. Ibunya
adalah seorang ibu rumah tangga, ayahnya adalah seorang penjahit kancing baju.
Selama masa tersebut, semua kancing baju adalah buatan tangan dan merupakan
sebuah bentuk karaya seni yang terbuat dari sutra atau kapas dan berbentuk seperti
kupu-kupu.2
Pada waktu itu negara Taiwan masih menjadi koloni pertama Jepang. dan
Jepang menjadikan pulau kecil tersebut menjadi model pertumbuhan ekonomi.
Dan pada saat itu juga Taiwan diselimuti ajaran Buddha di bawah penjajahan
1Taiwan dikenal dengan nama Formosa adalah sebuah pulau yang terletak di lepas pantai
tenggara China, antara Laut China Selatan dan Timur. Imigrasi warga China ke Taiwan mulai pada
abad ke-17. Pulau tersebut kembali direbut oleh China daratan (Kerajaan Tungning- 1662-1683
M) setelah penjajahan Belanda antara 1624-1662M). Taiwan juga pernah diduduki Jepang antara
1895-1945 M. Pada 1949, sekitar dua juta pendukung dari Partai Kuomintang (KMT) yang
dipimpin Chiang Kai-Shek melarikan diri ke Taiwan untuk membangun sebuah pemerintahan
yang terpisah, karena kalah perang sipil dengan partai komunis pimpinan Mao Zedong. Lihat
www.antaranews.com/berita/527377/sejarah-singkat-taiwan-sejak-1949 diakses pada tanggal 24
Oktober 2017. 2Yu-Ing Ching, Master Cheng Yen: Teladan Cinta Kasih (Jakarta: PT. Jing SI Mustika
Abadi Indonesia, cetakan keempat, 2013), h. 208.
22
Jepang, sehingga Jepang dan Taiwan menggunakan sistem penulisan yang sama
dan sama-sama meyakini ajaran Buddha serta menjalani cara hidup yang sama
seperti yang Buddha ajarkan.3
Pada saat itu orang tua Master Cheng Yen memiliki dua orang putri, yang
pertama bernama Jin-yue (Bulan yang sangat indah) dan yang kedua bernama Jin-
yu (permata hijau yang sangat indah). Dan Jin-yun merupakan anak ketiga.
Ibu Wang adalah bibi dari Master Cheng Yen dan seorang yang
mengadopsi Master Cheng Yen. Dan suami ibu Wang adalah adik bungsu ayah
dari Master Cheng Yen dan beliau bekerja menjalankan bisnis mengelola sebuah
teater kecil yang mementaskan opera Taiwan. Master lahir dengan nama Jin-yun
yang berarti awan yang sangat indah. Ibu Wang jatuh hati pada pandangan
pertama saat melihat Jin-yun – keponakan yang baru lahir. Pada saat Jin-yun lahir,
ibu Wang belum memiliki anak, meskipun beliau sudah menikah dengan
suaminya selama bertahun-tahun.4
Ibu Wang sering pergi ke Vihara Zi Yun untuk berdoa kepada Bodhisattva
Avalokitesvara5, meminta anak yang seperto Jin-yun. Pada saat itu ibu Wang
belum tersadarkan bahwa berdoa sebenarnya dipanjatkan untuk didengarkan oleh
hati sendiri yang memiliki hakikat kebuddhaan, bukan oleh nafsu.6
3Ajaran Buddha mengajarkan cara hidup yang sederhana dan menjalani hidup sebagai
vegertarian. 4Ching, Master Cheng Yen: Teladan Cinta Kasih, h. 209.
5Bodhisattva Avalokitesvara adalah pelindung bagi semua makhluk yang menderita.
Menurut legenda, Bodhisattva Avalokitesvara memiliki seribu mata untuk melihat dan seribu
tangan untuk menolong dengan cinta kasih dan welas asih. Lihat Yu-Ing Ching, Master Cheng
Yen: Teladan Cinta Kasih (Jakarta: PT. Jing SI Mustika Abadi Indonesia, cetakan keempat, 2013),
h. 89. 6Ching, Master Cheng Yen: Teladan Cinta Kasih, h. 210.
23
Saat usia Jin-yun menginjak usia sebelas bulan, ibu Wang juga belum
memiliki anak. Dan orang tua dari Jin-yun menawarkan untuk mengadopsi Jin-
yun. Saat ibu Wang mengadopsinya, Jin-yun sudah bisa berjalan. Ibu Wang dan
suaminya sangat menyayangi Jin-yun. Mereka menyayangi Jin-Yun seperti anak
mereka sendiri. Menurut ibu Wang, ini merupakan jalinan jodoh–seolah-olah
mereka pernah mengenal dan menyayanginya dalam kehidupan yang lampau.7
2. Masa Kehidupan Awal Master Cheng Yen
Sebagai anak kecil yang baru dapat berjalan, Jin-yun sudah tahu
bagaimana membalas cinta mereka. Ia banyak tertawa dan segera mulai berbicara.
Tawanya yang riang dan kata-kata polosnya membawa kebahagiaan tanpa akhir
dan memperkaya hidup mereka.8
Segera setelah mengadopsi Jin-yun, ibu Wang mulai hamil dan melahirkan
anak pertamanya. Selanjutnya ada tiga orang yang menyusul. Namun, setelah
memiliki empat anak kandung, mereka masih berpikir bahwa anak yang paling
berharga adalah Jin-yun. Jin-yun adalah anak sempurna yang tidak pernah
memerlukan amarah, namun secara konsisten mengamati dan membaca pikiran
orang dewasa.9
Ketika Jin-yun berusia empat atau lima tahun, ia pernah berkelahi dengan
anak tetangga. Kemudian ibu Wang menegurnya dengan berkata, Jin-yun harus
dapat mengendalikan perasaannya dan berkelahi dengan seseorang adalah
perbuatan yang salah total. Kemudian dengan raut wajah yang sedih, Jin-yun
menyadarai kesalahannya dan meminta ibu Wang untuk memukul kepalanya
7Ching, Master Cheng Yen: Teladan Cinta Kasih, h. 209.
8Ching, Master Cheng Yen: Teladan Cinta Kasih, h. 210.
9Ching, Master Cheng Yen: Teladan Cinta Kasih, h. 210.
24
dengan tongkat. Namun ibu Wang tidak sampai hati melakukannya, dan
membiarkannya pergi. 10
Saat bersekolah, Jin-yun pun disenangi banyak guru dan mereka pun
menyanyanginya. Mereka memanggilnya Oh-she dalam bahasa Jepang yang
berarti menyenangkan. Dia selalu bangun pagi untuk belajar, lalu pergi ke bukit di
kaki gunung yang jaraknya tidak jauh untuk mengumpulkan kayu bakar. Jin-yun
memiliki empat orang adik, dan ia selalu bekerja dengan menggendong salah satu
adiknya. Itulah yang dilakukannya sepanjang hari. Pada tahun 1945, Jin-yun kelas
3 SD, ia menjadi ibu kecil untuk adik-adiknya, karena kondisi kesehatan ibunya
yang terus menurun. Dan pada saat inilah Tiongkok mulai memerintah, sejak 50
tahun dijajah Jepang.11
Pada tahun antara 1945 dan 1947, perekonomian keluarganya semakin
membaik, bahkan usaha ayahnya semakin berkembang saat Tiongkok
memerintah. Ayahnya juga membuka enam teater baru tersebar di Taichung,
Fengyuan, Qingsui, Tanzi, dan tempat lainnya. Tidak hanya opera, tetapi juga
film-film yang menambah penghasilan yang sangat besar. Setelah menjadi
pengusaha yang kaya, keluarga Jin-yun pindah ke Fengyuan.12
10
Ching, Master Cheng Yen: Teladan Cinta Kasih, h. 211. 11
Pada tahun ini menjelang berakhirnya perang antara Tiongkok dan Jepang. Usia Jing
yun masih delapan tahun. Ledakan bom semakin parah. Saat terjadi serangan udara, Jin yun dan
ibunya sempat terpisah. Mereka pun berpisah dalam beberapa saat sampai berakhirnya serangan
udara. Saat bertemu, ia memeluk erat ibunya, sambil menangis keras ia berucap, “Mama! Saya
piker saya tidak akan bertemu mama lagi!”. Ibu Wang menggambarkan bahwa itu bukanlah
ekspresi seorang anak, tetapi merupakan ekspresi orang dewasa dengan kebijaksanaan yang luar
biasa-kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa hidup ini rapuh, orang yang dicintai dapat berpisah
selamanya oleh peranan karma. Lihat Yu-Ing Ching, Master Cheng Yen: Teladan Cinta Kasih
(Jakarta: PT. Jing SI Mustika Abadi Indonesia, cetakan keempat, 2013), h. 214. 12
Ching, Master Cheng Yen: Teladan Cinta Kasih, h. 215.
25
Ayahnya menjadi sibuk mengurusi usaha teaternya. Biasanya Jin yun
membantu pekerjaan ayahnya, seperti mengatur pembukuan atau belajar di kantor
ayahnya.13
Namun setelah menjadi kaya, Jin-yun tidak membantu ayahnya, karena
ayahnya mulai memiliki pegawai.14
Di usia remaja, Jin-yun tumbuh sebagai perempuan yang cantik dengan
roman wajah yang sempurna dan rambut yang terurai panjang. Ia tidak pernah
memakai kosmetik, namun tatapan matanya seolah-olah dapat menarik bagi
siapapun yang melihatnya.15
Di tahun 1952, saat berumur 15 tahun, ibunya menderita acute gastric
perforation (sakit lambung akut) yang perlu dioperasi. Pada zaman itu,
pembedahan merupakan tindakan yang sangat membahayakan. Oleh karena itu,
Jin-yun senantiasa berdoa demi kesehatan ibunya dan dengan tulus mengucapkan
nama Bodhisattva Avalokitesvara, bahkan berikrar, “Asalkan ibu dapat
disembuhkan, umurku rela dikurangi 12 tahun dan akan mulai menjalankan hidup
bervegetarian”. Tekad ini dilakukan beliau agar umur ibunya bisa bertambah
panjang. Karena sikap baktinya kepada orang tua yang besar dan juga ketekunan
dari Jin-yun dalam merawat, penyakit ibunya bisa sembuh tanpa harus dioperasi –
13
Sekretariat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia,Makalah: Sejarah Pendiri Tzu Chi
(Jakarta: Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, 2017), h. 1. 14
Pada tahun 1949 ketika Jin yun berusia 12 tahun, Partai Nasionalis memindahkan
pemerintahannya ke Taiwan, jumlah penduduk meningkat. Lihat Yu-Ing Ching, Master Cheng
Yen: Teladan Cinta Kasih (Jakarta: PT. Jing SI Mustika Abadi Indonesia, cetakan keempat, 2013),
h. 215. 15
Namun di usia remaja ini Jin yun menjaga jarak seolah-olah tidak ada ketertarikan
terhadap lawan jenis. Ia bersikap dingin terhadap siapapun lelaki yang mau mendekatinya. Ibunya
tidak dapat menjelaskan faktor apa yang membuatnya seperti itu, mungkin dari faktor peperangan
yang mempengaruhi cara berpikirnya, atau dari kebijaksanaan yang ia bawa di masa lampau,
menantikan cinta yang jauh lebih dengan cara yang lebih mulia. Yu-Ing Ching, Master Cheng Yen:
Teladan Cinta Kasih (Jakarta: PT. Jing SI Mustika Abadi Indonesia, cetakan keempat, 2013), h.
216.
26
seperti mukjizat. Maka sejak saat itu, Jin-yun mulai bervegetarian untuk
memenuhi ikrarnya.16
3. Masa Pengabdian Master Cheng Yen
Bulan Juni 1960, ayahnya yang masih produktif dan merupakan sosok
yang sangat penting baginya, mendadak meninggal dunia karena terserang
penyakit. Dari mulai terjangkitnya penyakit hingga meninggal dunia tidak
memakan waktu lebih dari 24 jam ( 1 hari). Hal ini memberikan pukulan batin
yang sangat hebat baginya. Beliau bertanya pada diri sendiri, apa sebenarnya
hakikat kehidupan hidup ini? Datang dari mana dan setelah meninggal akan
menuju kemana? Pertanyaan ini membuka titik perubahan kehidupan yang dicari-
cari, sehingga beliau seringkali mengunjungi Vihara Ci Yun untuk mempelajari
ajaran Buddha.17
Justru pada kurun waktu itu, Jin-yun menyadari bahwa kehidupan sebagai
seorang wanita yang bisa berbelanja dan berkuasa mengatur uang belum bisa
disebut bahagia. Beliau menganggap, sebagai seorang wanita, bila mampu
memikul tanggung jawab di masayarakat, itu sama halnya seperti tanggung jawab
seorang pria. Memperluas kasih sayang, memberi kepedulian kepada masyarakat,
dan meluas kepada setiap umat manusia hingga menjadi menyayangi masyarakat
dan semua makhluk, inilah kebahagiaan sejati.18
16
Tzu Chi Indonesia, Makalah: Sejarah Pendiri Tzu Chi, h. 1. 17
Master Cheng Yen, Sanubari Teduh Jilid 1 (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2007), h. x. 18
Tzu Chi, Makalah: Sejarah Pendiri Tzu Chi, h.1.
27
Niat Jin-yun dalam upaya melepaskan diri dari kehidupan duniawi sempat
beberapa kali mengalami kegagalan.19
Pada tahun 1961, kebetulan di kesempatan
yang sangat berjodoh, beliau memutuskan meninggalkan keluarga dan
menjauhkan diri dari kehidupan duniawi. Dia bersama Master Hsiu Tao20
datang
ke Vihara Wangmu di Gunung Luye, Kabupaten Taidong – tanpa mencukur
rambut, membina diri dalam ajaran Buddha. Di atas gunung tanpa air, beras,
minyak, dan juga tanpa bantuan dari penduduk desa. Master dan gurunya sadar
bahwa penduduk di sana penduduknya masih dalam perekonomian yang rendah.21
Pada siang hari mereka berdua pergi ke ladang memungut kacang tanah
dan sayur yang tercecer dari hasil panen para petani untuk dimasak dengan air
tawar sebagai lauk makanan. Malam harinya, mereka mengajar penduduk desa
membaca sutra. Di kala cuaca dingin, tidak ada baju mantel untuk mereka
menahan terpaan hawa yang membuat menggigil, selimut tidur yang sudah usang
dan banyak lubang bekas sobek pun, mereka melewati hari dengan susah dan
penuh keprihatinan. Kendati demikian, tekad Jin-yun untuk mempelajari dan
mendalami ajaran Buddha sedikitpun tak luntur.22
Ketika pada akhirnya beliau datang dan berdiam di Hualien, di sana
terjalin tali persahabatan dengan biarwan tua bernama Xu Cong Min. Kala itu Jin-
yun berusia 25 tahun dan berhubung tidak ada guru yang memangkas rambutnya,
19
Dikarenakan Jin-yun merupakan anak kesayangan ibunya. Kemanapun ia pergi ibunya
selalu khawatir dan terus mencari di mana keberadaannya. Dan juga ia mengalami kesulitan saat
memilih keluarga atau menjadi biksuni. Sebab, setelah sepeninggal ayahnya, ia menjadi pengelola
dan penerus bisnis teater ayahnya serta ibunya pasti tidak mengizinkan jika ia menjadi seorang
biksuni. Lihat Yu-Ing Ching, Master Cheng Yen: Teladan Cinta Kasih (Jakarta: PT. Jing SI
Mustika Abadi Indonesia, cetakan keempat, 2013), h. 233. 20
Master Hsiu Tao adalah mentor pertama daripada Master Cheng Yen. Beliau juga
merupakan sebab utama Jin-yun memiloh menjadi seorang biksuni. 21
Yen, Sanubari Teduh Jilid 1, h. xi. 22
Tzu Chi Indonesia, Makalah: Sejarah Pendiri Tzu Chi, h. 2
28
maka beliau memotongnya sendiri. Saat Vihara Lingji menyelenggarakan mimbar
sila-sila ajaran Buddha di bulan Februari 1963, Jin-yun memohon kepada Guru
Dharma Master Yin Shun23
untuk menerima beliau sebagai muridnya, Guru
Dharma Master Yin Shun berpesan kepada Jin-yun, “Sesudah menjadi Bhiksuni,
anda harus senantiasa bertindak demi Buddha dan semua makhluk”, ia dianugrahi
nama Buddhis, yakni Cheng Yen24
dengan nama kecilnya, yakni Hui Zhang.
Dengan senyum yang membesarkan hati, Master Yin Shun menambahkan, “Dan
jika kamu bekerja sangat keras demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk,
mungkin suatu hari namamu akan berubah dari Suhu Cheng Yen menjadi Master
Cheng Yen.25
Setelah mendapat motivasi yang luar biasa dari kehidupan biksuni selama
32 hari di Vihara Lin Ji untuk mempelajari sila-sila dasar bagi biksuni yang sudah
ditahbiskan. Setelah itu, kembali ke Hualien. Master Cheng Yen menetap dalam
sebuah rumah pondok kecil yang berukuran kurang lebih 4 m2 di belakang Vihara
Pu Ming dekat Desa Jiamin. Di rumah tersebut beliau mulai menekuni dan
mempelajari ajaran Sutra Lotus26
serta menghafal isi kitab tersebut setiap hari,
beliau menyalin satu bagian dari isi Sutra Lotus itu setiap bulan, kemudian
disebarkan kepada semua orang. Karena tidak menerima bantuan, maka
penghidupan yang dihadapi cukup sulit, oleh karena itu, setiap kali
23
Master Yin Shun adalah seorang yang dilahirkan pada tahun 1906, yang menghabiskan
20 tahun untuk mempelajari agama Buddha untuk menjadi seorang biksu. Beliau telah banyak
menulis buku, yang salah satunya membuat beliau mendapat gelar doctoral dari sebuah universitas
di Jepang. Beliau adalah guru dari sekaligus yang mentahbiskan Master Cheng Yen. Lihat Yu-Ing
Ching, Master Cheng Yen: Teladan Cinta Kasih (Jakarta: PT. Jing SI Mustika Abadi Indonesia,
cetakan keempat, 2013), h. 334. 24
Arti kata Cheng Yen adalah manusia yang berpikir tenang dan penuh kebijaksanaan. 25
Ching, Master Cheng Yen: Teladan Cinta Kasih, h. 337. 26
Sutra Lotus atau teratai adalah konsep dan penggunaan paramita ketujuh atau
penyempurnaan seorang bodhisattva – biasanya dalam bentuk perumpamaan
29
bersembahyang, tiada sajian buah-buahan ataupun bunga, kendati demikian,
beliau tetap saja bangun jam satu setip pagi untuk mempelajarinya dan hasil yang
didapatnya disebarkan waktu sembahyang bulanan.27
Bulan Oktober 1963, Master Cheng Yen pindah ke Vihara Cishan di
Hualien. Beliau tidak lagi tinggal sendirian, beliau sudah mengangkat murid
bernama Suhu Ci sebagai murid pertamanya. Di sana beliau memberikan ceramah
Sutra Ksitigarbha28
selama kira-kira 8 bulan lamanya, ternyata menarik banyak
peminat, banyak murid seniornya yang berada di Griya Perenungan sekarang
merupakan pengikut yang berjalin jodoh dengan Master Cheng Yen di waktu itu.
Kemudian Master mengajak beberapa muridnya ini kembali mondok di Vihara Pu
Ming, sambil melatih diri di ruang belakang.29
Sampai saat ini, biaya pengeluaran Griya Perenungan masih seperti
semula, yaitu dari hasil pendapatan kerajinan tangan para murid(dengan merajut
sweater dan merajut sepatu bayi) dan sama sekali tidak menyentuh atau
menggunakan dana Tzu Chi satu sen pun.
Master Cheng Yen sudah bertahun-tahun menetap di Hualian membuat
kedua orang murid Master yang sudah lanjut usia dan 30 orang pengikutnya yang
biasa mendampingi beliau melatih diri merasa berat berpisah dari beliau. Mereka
mengajukan permohonan kepada Master untuk tetap tinggal bersama mereka di
27
Tzu Chi Indonesia, Makalah: Sejarah Pendiri Tzu Chi, h. 2. 28
Sutra Ksitigarbha adalah kitab yang berisi sabda-sabda dari Bodhisattva Ksitigarbha
yang terkenal di Asia Timur.Beliau telah menyeberangkan dan menyelamatkan makhluk-makhluk
dari penderitaan meuju pantai nivana. 29
Tzu Chi Indonesia, Makalah: Sejarah Pendiri Tzu Chi, h. 2
30
Hualien. Awalnya Master megalami dilema, namun karena berkat adanya ikatan
jodoh, Master tetap berada di Hualien.30
4. Sejarah Berdirinya Yayasan Buddha Tzu Chi
Pendiri Tzu Chi Master Cheng Yen dilahirkan pada tanggal 14 Mei 1937
di Chingsui Taiwan bagian tengah. Wafatnya sang ayah di tahun 1960 menjadikan
beliau memahami bahwa hidup ini hanyalah sementara dan selalu berubah. Sejak
saat itu beliau mulai mempelajari agama Buddha secara lebih serius sebelum
akhirnya menjalani hidup sebagai seorang biksuni pada tahun 1964.31
Suatu hari di tahun 1966, Master Cheng Yen bersama beberapa
pengikutnya datang ke suatu balai pengobatan di Fenglin untuk mengunjungi
salah seorang umat yang menjalani operasi akibat pendarahan lambung. Ketika
keluar dari kamar pasien, beliau melihat bercak darah di atas lantai, tetapi tidak
tampak adanya pasien. Dari informasi yang didapat, diketahui bahwa darah
tersebut milik seorang wanita penduduk asli asal Gunung Fengbin bernama Cheng
Qui Min yang mengalami keguguran. Dia terlantar, karena tidak mampu
membayar NT$ 8000 (setara dengan Rp. 2,400,000,-) dan hanya diobati
sekedarnya dan terpaksa harus dibawa pulang.32
Mendengar hal ini, perasaan Master Cheng Yen sangat terguncang.
Seketika itu Master Cheng memutuskan hendak berusaha mengumpulkan dana
amal untuk menolong orang dan menyumbangkan semua kemampuan yang ada
30
Tzu Chi Indonesia, Makalah: Sejarah Pendiri Tzu Chi, h. 3. 31
Sekretariat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Makalah: Sejarah Tzu Chi (Jakarta:
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, 2017), h. 1. 32
Ching, Master Cheng Yen: Teladan Cinta Kasih, h. 87.
31
pada dirinya untuk menolong orang yang menderita sakit dan kemiskinan di
Taiwan bagian timur33
.
Karena ada jalinan jodoh, disaat itu kebetulan sekali ada tiga orang suster
Katolik dari Sekolah Menengah Hualien datang berkunjung untuk menemui
Master Cheng Yen. Suster bertanya, “Agama Katolik kami telah membangun
rumah sakit, mendirikan sekolah, dan mengelola panti jompo untuk membagi
kasih sayang kepada semua umat manusia, walaupun Buddha juga menyebut
menolong dunia dengan welas asih, tetapi mohon tanya, Agama Buddha telah
mempersembahkan apa untuk masyarakat? Umat Buddha hanyalah sekolompok
orang-orang pasif yang tidak berkontribusi untuk masyarakat”. Kata-kata ini
sangat menyentuh hati Master Cheng Yen. Sebenarnya waktu itu umat Buddha
juga menjalankan kebajikan dan beramal, namun tanpa mementingkan namanya.
Dari situ membuktikan bahwa semua umat Buddha memiliki rasa cinta kasih yang
mendalam, hanya saja terpencar dan kurang koordinasi serta kurang terkelola. 34
Master Cheng Yen sebenarnya mendapat tawaran untuk pindah ke vihara
yang lain di Chiayi. Namun banyak masyarakat yang ingin beliau tetap di
Hualien. Saat Master meilihat kerumunan warga saat pertemuan, Master
menyadari bahwa menggabungkan semua mata dan tangan ini sebuah kekuatan
dapat terbentuk – kekuatan mata yag dapat melihat orang-orang yang menderita
dan tangan yang cukuo untuk memberikan bantuan bertekad untuk menghimpun
33
Tzu Chi Indonesia, Makalah: Sejarah Tzu Chi, h. 1. 34
Ching, Master Cheng Yen: Teladan Cinta Kasih, h. 88.
32
potensi ini dengan diawali dari mengulurkan tangan mendahulukan bantuan
kemanusiaan.35
Berawal dari celengan bambu Yayasan Buddha Tzu Chi didirikan.
Kegiatan kemanusiaan Tzu Chi untuk kaum fakir miskin diawali dari enam orang
ibu rumah tangga, yang masing-masing individu, merajut sepasang sepatu bayi.
Disamping itu, setiap anggota diberi sebuah celengan bambu oleh Master Cheng
Yen, agar para ibu rumah tangga setiap pagi sebelum pergi berbelanja ke pasar,
menghemat dan menabung 50 sen ke dalam celengan bambu. Dari 30 anggota bisa
terkumpul NT$ 450 setiap bulan, ditambah hasil pembuatan sepatu bayi NT$ 720
setiap bulan. Maka jika ditotal dana yang terkumpul sebanyak NT$ 1,170 sebagai
dana bantuan untuk kaum fakir miskin.36
Kabar ini dengan cepat tersebar luas ke berbagai tempat di Hualien dan
orang yang ingin turut bersumbangsih dan bergabung semakin banyak. Pada
tanggal 14 Mei 1966, Badan Amal Kemanusiaan Tzu Chi atau Yayasan Buddha
Tzu Chi secara resmi terbentuk.37
Pada masa awal pembentukkan Yayasan Kemanusiaan Buddha Tzu Chi,
Master Cheng Yen bersama para pengikut mengambil tempat sempit yang tidak
lebih dari 20 m2 di Vihara Pu Ming, sembari berupaya menghasilkan produk
untuk mendukung kehidupan, sambil mengurus jalannya organisasi. Pada musim
gugur tahun 1967, ibunda Master Cheng Yen membelikannya sebidang tanah
yang sekarang dimanfaatkan untuk bangunan Griya Perenungan. Walaupun
demikian, Master Cheng Yen beserta para pengikutnya masih tetap
35
Ching, Master Cheng Yen: Teladan CInta Kasih, h. 89. 36
Tzu Chi Indonesia, Makalah: Sejarah Tzu Chi, h. 2. 37
Ching, Master Cheng Yen: Teladan CInta Kasih, h. 90.
33
mempertahankan hidup mandiri. Biaya perluasan seluruh proyek griya
perenungan, selain mengandalkan pinjaman uang dari bank atas dasar hipotik hak
kepemilikan tanah tersebut, juga dari hasil usaha kerajinan tangan. Sampai kini
pun, Master Cheng Yen dan pengikutnya tetap hidup mandiri dengan bercocok
tanam ataupun menjalankan industry tumah tangga, seperti pembuatan sepatu
bayi. Master dan para pengikutnya tidak mau menerima sumbangan dan
mengambil hasil sumbangan untuk kepentingan individu.38
Berkat kepeduliaannya dalam menebarkan cinta kasih universal, Master
mendapatkan berbagai penghargaan diantaranya Ramon Magsaysay Award,
Filipina (1991), Penghargaan sebagai orang paling berpengaruh di Taiwan (2003),
Asian American Heritage Award for Humanitarian Service (2004) dan
Penghargaan Bidang Perdamaian dari Niwano Peace Foundation (2007).39
B. Sejarah dan Perkembangan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Di Indonesia, Yayasan Buddha Tzu Chi berdiri sejak tahun 1993. Sama
halnya dengan membangun Yayasan Kemanusiaan Buddha Tzu Chi di Taiwan,
para relawan Tzu Chi juga menawarkan dan mengajak masyarakat untuk
bersumbangsih dan mendermakan materi untuk membangun Yayasan Buddha Tzu
Chi. Berawal dari seorang relawan Tzu Chi Taiwan Liang Cheung yang datang ke
Indonesia mendampingi suaminya. Kemudian ia berkenalan dengan istri
pengusaha Taiwan. Liang Cheung kemudian mengajak mereka berpartisipasi
menjadi donatur Tzu Chi. Lama-kelamaan setelah mengamati penderitaan
38
Tzu Chi Indonesia, Makalah: Sejarah Tzu Chi, h.2. 39
Yen, Sanubari Teduh Jilid 1, h.-
34
masyarakat di sekitarnya, para ibu-ibu rumah tangga ini berpikir untuk
membangun kegiatan sosial di Indonesia.40
Pada tahun 1994 para ibu-ibu penggagas Yayasan Buddha Tzu Chi di
Indonesia berkunjung ke Hualien, untuk menemui Master Cheng Yen, dan
meminta restu untuk mendirikan Yayasan Buddha Tzu Chi di Indonesia. Saat itu
Master Cheng Yen berpesan, “Bagi yang mencari nafkah di negeri orang, harus
memanfaatkan potensi daerah setempat, dan berkontribusi untuk masyarakat
setempat”. Demikianlah para istri ekspatriat Taiwan ini membuka lahan cinta
kasih di Indonesia. Hingga kini, meskipun berlabel yayasan Buddha, donatur dan
para relawan Tzu Chi berasal dari berbagai agama. Begitupun dalam setiap
kegiatannya, tidak pernah memandang agama, suku, dan ras dalam menebarkan
cinta kasih.41
Sejak resmi berdiri tahun 1993, relawan Tzu Chi mulai bersumbangsih
untuk masyarakat sekitar. April 1994, para relawan Tzu Chi mengunjungi panti
jompo secara rutin. Juli 1994, relawan Tzu Chi memberikan bantuan berupa
lampu petromaks kepada korban bencana tsunami di Jawa Timur. Desember 1994,
saat meletusnya gunung merapi, relawan Tzu Chi memberikan bantuan berupa
bahan pokok makanan dan juga perumahan untuk para korban bencana.42
Dalam perjalanannya pemberian bantuan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia semakin bervariatif, mulai dari pemberian beasiswa di SDN Jembatan
Baru, Jakarta Utara. Kemudian pemberian bantuan kepada para pasien yang
40
http://www.tzuchi.or.id/tentang-kami/tzu-chi-indonesia/48 diakses pada tanggal 16 Mei
2017. 41
http://www.tzuchi.or.id/tentang-kami/tzu-chi-indonesia/48 diakses pada tanggal 16 Mei
2017. 42
Exhibition Hall Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, lt. 1. Tanggal 22 Juli 2017.
35
membutuhkan penanganan khusus dan program pemberantasan TBC
(Tuberculossis) di Tangerang. Sejak tahun 2000, sumbangsih yang dilakukan
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia semakin nyata dengan 4 misi utama, yaitu
misi amal, misi pendidikan, misi kesehatan, dan misi budaya humanis.43
Banjir besar di Jakarta pada tahun 2002, melatarbelakangi serangkaian
program jangka panjang berskala besar. Pada Maret 2002, para relawan Tzu Chi
membersihkan kali Ciliwung dan kali Angke. Kemudian pada Juli 2002, dimulai
pembangunan perumahan Cinta Kasih bagi warga bantaran kali Angke yang
tinggal di kawasan kumuh dan yang menjadi korban banjir. Perumahan Cinta
Kasih di Cengkareng, Jakarta Barat ini diresmikan oleh Presiden Megawati
Soekarno Putri pada tanggal 25 Agustus 2003. Dengan fasilitas yang lengkap,
mulai dari poliklinik, sekolah, balai warga, mushala, dan pusat daur ulang sebagai
sarana pengembangan daya kreatif warga serta peduli lingkungan.44
Sejak tahun 2003, Tzu Chi disibukkan dengan pembagian beras sebanyak
50,000 ton beras cinta kasih ke seluruh Indonesia yang membutuhkan. Berangkat
dari beras, sembari Tzu Chi menyebarkan pentingnya cinta kasih universal. Di
berbagai kota di Indonesia mulai bermunculan orang-orang yang bersedia menjadi
relawan dan bahkan banyak berdiri kantor-kantor penghubung Tzu Chi.45
Berkembangnya jumlah relawan dan kegiatan mendorong didirikannya
sebuah pusat kegiatan baru yaitu Aula Jing Si Indonesia yang berlokasi di Pantai
43
Exhibition Hall Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, lt. 1. Tanggal 22 Juli 2017. 44
http://www.tzuchi.or.id/tentang-kami/tzu-chi-indonesia/48 diakses pada tanggal 16 Mei
2017. 45
http://www.tzuchi.or.id/tentang-kami/tzu-chi-indonesia/48 diakses pada tanggal 16 Mei
2017.
36
Indah Kapuk, Jakarta Utara. Aula Jing Si46
terdiri dari 8 lantai, dan memiliki
berbagai ruangan untuk mendukung kegiatan-kegiatan Tzu Chi Indonesia. Pada
tanggal 7 Oktober 2012, Aula Jing Si diresmikan penggunaannya oleh Menko
Kesra Ri Agung Laksono.47
Tzu Chi Center adalah pusat kegiatan misi-misi Tzu Chi Indonesia dan
pusat kegiatan relawan berskala nasional. Di samping itu, Tzu Chi Center juga
dirancang sebagai pusat bantuan bencana. Gedungnya mampu menahan gempa
hingga 8,5 skala richter, terdapat gudang penyimpanan bantuan logistik dan dapur
umum untuk persiapan penanggulangan bencana. Master Cheng Yen berharap
Aula Jing Si bisa menjadi tempat “pembabaran dharma tanpa suara”, serta dapat
merekam dan mewariskan jejak cinta kasih Tzu Chi kepada generasi masa
depan.48
Donatur terbesar dalam pembangunan aula Jing Si
(komplek) Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia adalah Sinar Mas49
. Pembangunan
Tzu Chi Center menggunakan dana sumbangan pembangunan yang dibuka khusus
untuk menampung dana dari berbagai donatur dalam negeri tanpa menggunakan
dana bantuan amal. Di dalam Komplek Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
46
Jing Si berarti berpikir tenang dan penuh kebijaksanaan. Karakteristik aula jing si,
berbentuk “ren “ yang bermakna manusia sebagai makhluk sosial harus saling membantu. Tiga
nok di bagian atap, melambangkan Buddha, Dharma, dan Sangha. Empat pilar penyangga di depan
Jing Si melambangkan 4 misi Tzu Chi; amal, kesehatan, pendidikan, dan budaya humanis.
eksterior seluruh gedung dilapisi batu sikat, simbol dari cinta kasih. Master berharap agar semakin
banyak manusia yang memiliki cinta kasih, maka dunia makin cerah dan terhindar dari bencana. 47
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Menebar Cinta Kasih di Indonesia (Jakarta:
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, edisi keempat, 2015), h. 10. 48
Chi Indonesia, Menebar Cinta Kasih di Indonesia, h. 11. 49
Sinar Mas (1938) merupakan sebuah brand name dengan operasi bisnis yang bergerak
di berbagai sector, seperti Pulp dan Kertas, Agribisnis dan Food, Jasa Keuangan, Developer dan
Real Estate, Telekomunikasi, dan Energi dan Infrastruktur. Pimpinannya yang bernama Eka Tjipta
Widjaja, merupakan murid langsung dari Master Cheng Yen.
37
terdapat beberapa fasilitas, seperti sekolah yang terdiri dari Taman Kanak-kanak
(TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah
Menengah Atas (SMA). Kemudian terdapat kantor seskretariat Tzu Chi, dan
Studio DAAI (dibaca Ta-ai) TV. Terdapat Toko Buku Jing Si, yang menjual
berbagai buku tentang Master Cheng Yen. Dan juga terdapat aula yang cukup luas
di lantai dasar guna menampung korban akibat bencana alam; banjir, gempa bumi,
dan lain-lain.50
Di lantai 4, terdapat replika bangunan rumah Master Cheng Yen berukuran
tidak lebih dari 4 m2
seperti yang Master dirikkan di belakang Vihara Pu Ming. Ini
maksudnya, meskipun Yayasan Buddha Tzu Chi sudah besar, para relawan Tzu
Chi tidak boleh lupa dengan siapa diri mereka dan darimana mereka berasal.
Listrik yang digunakan pun sangat lah sedikit atau hemat, karena area Yayasan
Buddha Tzu Chi lebih mengutamakan cahaya dari matahari. Ini menandakan
bahwa Tzu Chi adalah organisasi peduli lingkungan hidup. Di lantai 4 pula,
terdapat aula yang berguna untuk pelatihan para relawan Tzu Chi.51
Berbicara tentang Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, berarti berbicara
Tzu Chi secara Internasional. Tzu Chi telah tersebar di 54 negara di dunia, baik di
Eropa, Afrika, Asia, dan Amerika. Terkecuali di Myanmar, ini dikarenakan
keadaan di sana yang konflik dengan maraknya penindasan di wilayah Burma.52
50
Exhibition Hall Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, lt. 1.Tanggal 31 Maret 2017. 51
Exhibition Hall Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, lt. 1.Tanggal 31 Maret 2017. 52
Hal ini tidak mencerminkan dan tidak sejalan dengan prinsip cinta kasih universal Tzu
Chi yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.
38
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia telah memiliki 8 kantor perwakilan
dan 9 kantor penghubung yang tersebar di Indonesia. Dengan berpusat di Pantai
Indah Kapuk, Jakarta Utara.53
C. Logo Tzu Chi
Gambar 1.054
Bentuk utama logo Tzu Chi berupa bunga teratai yang melambangkan
bahwa dunia dapat lebih baik apabila kita menanamkan benih-benih kebajikan.
Hanya dengan benih bunga dapat mekar dan berbuah. Dunia yang lebih baik
diciptakan dengan berbuat bajik dan pikiran yang murni.55
Perahu melambangkan Tzu Chi yang mengemudikan perahu cinta untuk
menyelamatkan semua makhluk hidup dari penderitaan menuju kebahagiaan.56
Delapan Ruas Jalan Mulia menjadi panduan bagi anggota Tzu Chi dalam
melangkah, meliputi:57
1. Pandangan Benar (samma-dhitti), merupakan pemahaman tentang
duka, asal-mula duka, dan jalan melenyapkan duka.
53
Delapan kantor perwakilan; Medan, Makassar, Surabaya, Bandung, Tangerang, Batam,
Padang, Pekan Baru, Sinar Mas. Sembilan Kantor Penghubung; Lampung, Singkawang, Bali,
Tanjung Balai Karimun, Biak, Tebing Tinggi, Tanjung Pinang, dan Manado. Lihat
http://www.tzuchi.or.id/hubungi-kami diakses tanggal 6 September 2017. 54
http://www.tzuchi.or.id/inliners/logo-tzuchi.jpg diakses tanggal 19 Juli 2017. 55
http://www.tzuchi.or.id/tentang-kami/logo-tzu-chi/47 diakses tanggal 19 Juli 2017. 56
Wawancara pribadi dengan Andre Zulman (Humas Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia) tanggal 6 Juli 2017. 57
Khrisna Wijaya-Mukti, Wacana Buddha Dharma (Jakarta: Yayasan Dharma
Pembangunan, cetakan ketiga, 2006), h. 136-137.
39
2. Pikiran Benar (samma-sankappa), merupakan pikiran yang
melepaskan nafsu keduniawian, pikiran yang penuh cinta kasih dan
bebas dari pikiran kekerasan. Pandangan benar dan pikiran benar,
digolongkan ke kelompok kebijaksanaan (panna).
3. Ucapan Benar (samma-vaca), merupakan ucapan yang bebas dari
dusta, fitnah, kata-kata kasar, ataupun omong kosong yang tidak
bermanfaat.
4. Perbuatan Benar (samma-kammanta), merupakan menghindari
pembunuhan, pencurian, dan zina.
5. Mata Pencaharian Benar (samma-avija), merupakan melepaskan
penghidupan yang merugikan makhluk lain, dan menggantikannya
dengan yang baik.58
Ucapan, perbuatan, dan mata pencaharian benar
digolongkan ke dalam kelompok moralitas (sila).
6. Usaha Benar (samma-vayama), merupakan, usaha untuk
membangkitkan keinginan baik yang belum muncul, berusaha
berjuang mengarahkan untuk perbuatan baik.
7. Perhatian Benar (samma-sati), merupakan perenungan dalam
mengendalikan jasmani, pikiran dengan penuh kesadaran dari hawa
nafsu.
8. Konsentrasi Benar (samma-samadhi), merupakan konsentrasi
bersemadi menjauhkan diri dari hawa nafsu yang tidak baik, dan mulai
58
Ada 5 macam perdagangan yang dilarang, yairu memperdagangkan senjata, makhluk
hidup (termasuk budak atau pelacur), daging, minuman keras, dan racun. Lihat Khrisna Wijaya-
Mukti, Wacana Buddha Dharma (Jakarta: Yayasan Dharma Pembangunan, cetakan ketiga, 2006),
h. 136.
40
memasuki jhana. Usaha, perhatian, dan konsentrasi benar digolongkan
ke kelompok semadi (samadhi).59
D. Visi-Misi Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Tzu Chi (Tzu = menghilangkan penderitaan dan Chi = memberikan
kebahagiaan) secara harfiah berarti “Memberi dengan cinta kasih”. Misi Tzu Chi
adalah memberikan bantuan materi seraya menumbuhkan rasa cinta kasih dan rasa
kemanusiaan kepada pemberi dan penerima bantuan. Master Cheng Yen merasa
bahwa dengan menumbuhkan rasa cinta kasih, maka akan mengurangi
penderitaan dan masalah di dunia. “Untuk menyelamatkan dunia, kita harus
memulainya dengan merubah hati manusia”, ujar beliau.
Tzu Chi bercita-cita menyucikan hati manusia, mewujudkan masyarakat
yang aman dan tenteram, serta dunia terhindar dari bencana.Cita-cita ini dapat
terwujud apabila setiap manusia memiliki rasa cinta kasih.Maka dari itu Tzu Chi
memiliki 4 misi utama, 8 jejak Dharma.60
Setiap relawan bekerja sebagai satu tim,
menuju terwujudnya cita-cita Master Cheng Yen, yaitu satu mata mengamati
bagai seribu mata dan satu tangan berbuat bagai seribu tangan.61
59
Wijaya-Mukti, Wacana Buddha Dharma , h. 136-137. 60
Tzu Chi terdiri dari 4 misi utama, 8 jejak dharma maksudnya adalah empat sebagai misi
utama dan empat sisanya sebagai pelengkap misi utama. Empat pelengkap misi utama adalah; (1)
misi bantuan bencana internasional yang merupakan buah dari misi amal, yaitu bersumbangsih
untuk universal. (2) misi donor sumsum tulang belakang yang merupakan buah dari misi
kesehatan. Untuk saat ini di Indonesia belum tersedia, tetapi sedang diproses dari rumah sakit yang
sedang dibangun di samping Tzu Chi Center. (3) misi pelestarian lingkungan merupakan buah dari
misi pendidikan. mengupayakan untuk mendaur ulang sampah, khususnya sampah plastik untuk
menyayangi bumi dan hidup hemat. Bisa dilihat di Rusun CInta Kasih Cengkareng, Depo
Pelestarian Lingkungan, di mana sebagai pusat pendaur ulang sampah. (4) misi relawan komunitas
merupakan buah dari misi budaya humanis. Mengupayakan di setiap wilayah terdekat terdapat
komunitas Tzu Chi guna membantu masyarakat yang menderita. 61
Ching, Master Cheng Yen: Teladan Cinta Kasih , h.16.
41
1. Misi Amal
Langkah pertama Tzu Chi dimulai dari misi amal, dengan
berpedoman dan niat luhur Buddha, “Welas asih tanpa harus sedarah dan
sependeritaan dan sepenanggungan”, dan berkomitmen tinggi, “demi ajaran
Buddha, demi semua makhluk”, seperti apa yang diamanatkan oleh Master
Yin Sun, guru dari Master Cheng Yen.62
Sejak awal berdiri tahun 1966, Master Cheng Yen dan para
pengikutnya menggalangkan bantuan kepada masyarakat yang kurang
mampu, pemberiannya berupa bahan sembako, bantuan pengobatan, bantuan
keuangan, dan bantuan pengadaan upacara kematian bagi orang yang hidup
sebatang kara dan tidak mampu.63
Misi amal Tzu Chi berpegang teguh pada bersumbangsih sebagai
perwujudan cinta kasih dan juga sekaligus merupakan sebuah berkah
perkembangan cinta kasih dalam diri, mempercepat langkah untuk
menciptakan berkah di dunia. Bersumbangsih adalah cinta kasih dan berkah.64
Di Indonesia, sejak berdiri tahun 1993 Tzu Chi mulai melaksanakan
misi amal dengan memberikan bantuan ke panti jompo dan panti asuhan di
wilayah Jakarta dan Bekasi. Seiring berjalannya waktu, Tzu Chi mulai
mengembangkan bantuannya dengan aksi tanggap bencana, pembangunan
perumahan cinta kasih, pembangunan sekolah terkena bencana, pasien
dengan penanganan khusus, anak asuh, dan bantuan hidup jangka
panjang.Pemberian bantuan Tzu Chi didasarkan pada pertimbangan bahwa
62
http://www.tzuchi.or.id/about-misi/bakti-amal/48 diakses pada tanggal 17 Mei 2017. 63
http://www.tzuchi.or.id/about-misi/bakti-amal/48 diakses pada tanggal 17 Mei 2017. 64
Exhibition Hall Aula Jing Si Tzu Chi Center, lt. 1. Tanggal 22 Juli 2017.
42
bantuan harus langsung, tepat sasaran, dan bermanfaat secara nyata. Dengan
moto, “datang paling awal pulang paling akhir”. Tzu Chi hadir secara
tanggap terhadap bencana alam, tidak hanya memberikan bantuan, tetapi juga
solusi dan pendampingan. Prioritas kemanusiaan sangat diutamakan dalam
hal ini.65
2. Misi Kesehatan
Menderita penyakit adalah salah satu bentuk penderitaan bagi
manusia.Bagi mereka yang mampu mengobatinya, penyakit tersebut bisa
berlalu, dan mereka bisa melanjutkan hidup.Tetapi bagi yang kurang mampu
mengobatinya, bahkan jika sampai memerlukan operasi. Penyakit tersebut
akan menggerogotinya sedikit demi sedikit. Bahkan penyakit yang
berkepanjangan dapat membuat jatuh miskin.Kondisi ini sering dijumpai di
Indonesia.66
Karena alasan itulah Tzu Chi Indonesia secara rutin mengadakan
kegiatan baksos (bakti sosial) kesehatan baik berskala besar (mencakup
tindakan operasi) maupun yang berskala kecil (mencakup pengobatan umum
dan gigi) di daerah yang membutuhkan di seluruh pelosok Indonesia.
Kegiatan baksos kesehatan Tzu Chi berskala besar pertama kali dilakukan di
RS Paramita, Tangerang pada tanggal 18-21 Maret 1999. Penyakit yang
65
Exhibition Hall Aula Jing Si Tzu Chi Center, lt. 1. Tanggal 22 Juli 2017. 66
Tzu Chi Indonesia, Menebar Cinta Kasih di Indonesia, h. 23.
43
ditangani adalah bibir sumbing, katarak, hernia, gondok, pterygium,
entropion, dan benjolan minor. Sebanyak 9,330 pasien berhasil ditangani.67
Tzu Chi juga memiliki rumah sakit, yang berbasis budaya humanis,
dan dengan biaya terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah. Tzu Chi
juga memiliki Asosiasi Medis Tzu Chi atau yang lazim disebut Tzu Chi
International Medical Association (TIMA) Indonesia yang berdiri sejak 10
November 2002. Ini merupakan wadah relawan medis Tzu Chi untuk
kegiatan baksos kesehatan.68
Dengan berlandaskan cinta kasih universal, tanpa memandang agama,
suku, dan ras.Tzu Chi juga menyelenggarakan kegiatan baksos kesehatan
dengan institusi swasta maupun pemerintahan.Hingga 2013, Tzu Chi telah
melakukan 96 kali dari mulai Nanggroe Aceh Darussalam hingga Papua.69
3. Misi Pendidikan
Dalam misi pendidikan, Tzu Chi telah membangun Sekolah CInta
Kasih Tzu Chi, yang awalnya hanya tingkat SD-SMP, tetapi saat ini meliputi
TK-SD-SMP-SMA/SMK. Ciri khas Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi adalah
penekanannya pada sisi pendidikan budi pekerti. Perilaku yang positif, tutur
kata yang santun, dan sifat yang penuh welas asih diaharapkan tumbuh
mengimbangi pengetahuan dan keterampilan akademis. Bimbingan dari para
67
Tabel Data Baksos Kesehatan Tzu Chi Indonesia Tahun 1999 – 2012, Sumber: Asosiasi
Medis Tzu Chi atau yang lazim disebut Tzu Chi International Medical Association (TIMA
Indonesia), pdf. 68
Tzu Chi Indonesia, Menebar Cinta Kasih di Indonesia, h. 25. 69
http://www.tzuchi.or.id/about-misi/baksos-kesehatan/53 diakses tanggal 17 Mei 2017.
44
guru dan relawan membentuk pribadi siswa yang berakhlak luhur, peduli
orang lain dan lingkungan.70
Master Cheng Yen berpandangan, melalui pendidikan akan
melahirkan manusia yang berbudaya humanis, saling menghormati dan
menyayangi satu sama lain, dan memiliki rasa syukur. Master pernah
berkata,”Pendidikan adalah sebuah kegiatan yang bertujuan menjernihkan
hati Pendidikan adalah sebuah kegiatan yang bertujuan menjernihkan hati
manusia. Pendidikan yang terselenggara dengan baik merupakan harapan bagi
masyarakat, dan terlebih lagi merupakan kekuatan yang dapat menentramkan
hati”.71
Tzu Chi juga telah membangun bangunan sekolah yang sudah rusak
bahkan sampai yang sudah hancur, dampak dari bencana alam ataupun
termakan usia. Sejak 1993-2012, 33 sekolah telah dibangun dan
direhabilitasi.72
4. Misi Budaya Humanis
Tzu Chi menyebarkan cinta kasih universal dalam bidang humanis
melalui, situs resminya yaitu tzuchi.or.id, berisikan kegiatan-kegiatan para
relawan, kata-kata renungan sanubari teduh dari Master Cheng Yen dalam
mewujudkan rasa kemanusiaan antar sesama. DAAI TV juga sebagai sarana
untuk menyiarkan tayangan yang positif, bermanfaat, dan berkemanusiaan.73
70
Exhibition Hall Aula Jing Si Tzu Chi Center, lt. 1. Tanggal 22 Juli 2017. 71
Exhibition Hall Aula Jing Si Tzu Chi Center, lt. 1. Tanggal 22 Juli 2017. 72
Tzu Chi Indonesia, Menebar Cinta Kasih di Indonesia, h. 29. 73
Exhibition Hall Aula Jing Si Tzu Chi Center, lt. 1. Tanggal 22 Juli 2017.
45
Kemudian ada Jing Si Books and Café, menyediakan tempat membaca
dan buku-buku dan DVD Master Cheng Yen yang oenuh cinta kasih.Dan
yang terakhir adalah isyarat tangan, tergerak dari Master Cheng Yen yang
kala itu tahun 1981, mengalami kesulitan saat berkomunikasi dengan anak
yang tuna rungu. Sejak saat itu Master menghimbau untuk para relawan
mempelajari isyarat tangan. Budaya isyarat tangan dikemas dengan ruang
pertunjukkan dengan judul lagu satu keluarga.74
Isyarat tangan juga sebagai
sarana mempererat interakasi antara relawan, masyarakat, dan penerima
bantuan.75
74
Satu Keluarga adalah judul sebuah lagu yang sering dinyanyikan dalam kesempatan
sosialisasi ataupun baksos kesehatan Tzu Chi. Irama lagunya sederhana, disertai dengan isyarat
tangan yang mudah diikuti.Melalui lagu dan isyarat tangan ini, suasana menjadi lebih hangat, dan
semuanya melebur menjadi satu keluarga dalam keluarga besar Tzu Chi. 75
http://www.tzuchi.or.id/about-misi/isyarat-tangan-penampilan-sutra/67 diakses tanggal
18 Mei 2017.
46
BAB III
CINTA KASIH UNIVERSAL MENURUT MASTER CHENG YEN
A. Mengenal Cinta Kasih dalam Agama Buddha
Shiddartha Gautama atau bisa dikenal Buddha Sakyamuni (orang bijak
dari suku Sakya) seorang yang melepaskan kehidupan mewahnya di dalam
kerajaan sebagai pangeran dari Suku Sakya dan memutuskan untuk turun
langsung mengabdi untuk merasakan hidup seperti rakyatnya. Mencari makna
kehidupan yang sesungguhnya. Bagaimana kebahagiaan dicapai dengan
menghilangkan nafsu dunia, baik jasmaniah seperti harta, tahta, wanita, ataupun
secara rohani, menghilangkan yang pengaruh yang kotor-kotor yang menjurus
kepada perbuatan yang menyimpang.1
Apabila manusia mendambakan cinta kasih, mereka harus mencintai.
Kerena menurut hukum sebab-akibat (hukum kamma), barangsiapa melakukan
pembunuhan, ia akan terbunuh. Rimgkasnya, apabila kita ingin bahagia pad masa
yang akan datang, maka kita tidak boleh menganiaya makhluk apapun.
Barangsiapa menanam bibit penderitaan, maka ia sendiri akan memetik hasil dari
perbuatan tersebut.2
Buddha Sakyamuni datang ke dunia untuk menyelamatkan semua
makhluk. Buddha adalah Yang Maha Sadar. Setelah mencapai kebudhaan, Beliau
mengajar sesuai dengan sifat dan kemampuan masing-masing murid, sehingga
mereka dapat mempraktikkan dharma, serta mengajarkannya lagi kepada orang
1Joesoef Sou‟yb, Agama-agama Besar di Dunia (Jakarta: PT. Ali Husna Zikra, cetakan
ketiga, 1996), h. 75-77. 2Gunapayuta dan Z.A. Lu, Riwayat Buddha Gautama (Jakarta: CV. Bangun Cipta Diraja,
cetakan kedua, 1986), h. 96.
47
lain. Oleh sebab itu, Buddhisme bisa dikatakan sebagai agama yang terorganisasi
dengan banyak orang yang cakap.3
Buddha memberikan dharma kepada para muridnya agar tidak
mempercayai takhayul. Umat Buddha harus memiliki keyakinan yang
bijaksana.“Keyakinan” ini berarti menggunakan kebenaran Buddha dalam
menentukan pola pikir kita agar mampu bersumbangsih tanpa pamrih.Semua
orang memiliki hakikat kebudhaan, semua orang memiliki potensi luar biasa, jadi
setiap umat Buddha seharusnya terus menerus mengembangkan diri untuk berbuat
bajik bagi sesam manusia, seperti yang diajarkan Buddha. Berdoa tidak harus
meminta apapun kepada Buddha atau meminta apapun kepada orang lain karena
meminta hanya akan membawa kepada penderitaan. Kebahagiaan dan cinta kasih
sesungguhnya adalah hanya didapat saat dapat bersumbangsih.4
Semua makhluk hidup adalah sahabat penderitaan, yang rentan terhadap
keadaan sulit. Terdapat pilihan yang benar-benar terletak di tangan sendiri yang
menunggu untuk dibuka, mengembangkan kebajikan atau menyerah pada
kejahatan. Yang harus dikembangkan dalam ajaran Buddha adalah sikap simpati
terhadap penderitaan orang lain. Hidup yang bahagia, dan berkecukupan hanya
bisa jika sifat keegoisan telah dikalahkan, dan juga harus mengembangkan niat
baik, pengertian serta kemurahan hati. Dalam Dhammapada, Buddha bersabda,
“Dalam dunia ini, kebencian tak akan pernah berakhir apabila dibalas dengan
kebencian. Namun kebencian akan berakhir bila dibalas dengan cinta kasih. Inilah
hukum abadi.” Berbuat baik berarti menghadirkan semua unsur baik dalam
3Shih Cheng Yen, 37 Faktor Pencerahan-Jilid Satu (Jakarta: PT. Jing Si Mustika Abadi
Indonesia, cetakan pertama, 2015), h. 1 4 Yen, 37 Faktor Pencerahan-Jilid Satu, h. 3
48
alam.Begitu juga sebaliknya, berbuat buruk menghadirkan unsur-unsur
keburukan.5 Kejahatan dapat diatasi dengan daya-daya positif kebajikan. Cinta
kasih dan welas asih adalah lawan dari kebencian.Sukacita dan keseimbangan
batin adalah lawan dari ketidakpedulian.6
Dalam kitab Dhammapada 368, Buddha juga berkata,”Apabila seorang
Bikkhu hidup dalam cinta kasih dan memiliki keyakinan terhadap ajaran Sang
Buddha, maka ia akan sampai pada keadaan Damai (Nibbana), berhentinya hal-
hal yang berkondisi (sankhara).”
Lingkup cinta kasih dalam ajaran Buddha sangatlah luas, dengan
mencintai siapapun tanpa alasan tertentu (tidak pilih-pilih), dan juga ingin
membahagiakan mereka; untuk memberikan cinta kasih yang tanpa keakuan ini,
mutlak diperlukan kebijaksanaan agar orang yang dicintai merasa bahagia, dan
orang yang mencintai pun tidak akan merasa risau. Inilah cinta kasih dalam ajaran
Buddha.7
Dalam agama Buddha dikenal Brahma Vihara (bahasa pali), yang secara
harfiah berarti: “tempat berdiamnya para brahma atau keadaan batin luhur.”
Brahma Vihara dapat membuat seseorang menjadi mulia atau suci dalam
kehidupan ini dengan mengembangkan sifat-sifat luhur yang mempunyai makna
sebagai sifat-sifat brahma, dengan tidak memperdulikan perbedaan kepercayaan,
ras, golongan, ataupun kedudukan sosial. Maka dunia akan terasa aman, damai,
5Orang yang hidup dalam kebencian, akan mati dalam kebencian. Setiap pikiran jahat
adalah pedang yang akan menikam balik orang yang menghunusnya. 6K. Sri Dhammananda, Hidup Sukses dan Bahagia Tanpa Takut dan Cemas (Jakarta:
Karaniya, 2009), h. 76. 7Shih Cheng Yen, Batin yang Damai (Jakarta: PT. Jing Si Mustika Abadi Indonesia,
2014), h.3.
49
dan harmoni. Terdapat empat sifat luhur yang sering disebut keadaan tanpa batas
(appamanna).8
Pertama adalah metta, yang berarti sesuatu yang dapat mengahluskan hati
seseorang, atau rasa persahabatan sejati. Metta memancarkan berkahnya yang
halus dan tenang, sama rata kepada semua makhluk, baik manusia maupun
binatang. Puncak dari metta adalah penyamaan diri sendiri dengan semua
makhluk (sabbattata), tidak membedakan diri sendri dengan orang lain. Apa yang
disebut “AKU” melebur dalam satu kesatuan. Orang yang melatih metta selalu
merasa gembira dalam membahagiakan orang lain dan ia selalu mencari kebaikan
dan keindahan di dalam segala seuatu, bukan dari keburukannya.9Lawannya
adalah dosa (kebencian) yang bersifat menghancurkan.10
Metta Sutta dari Sutta Nipata, mengajarkan agar memancarkan cinta Metta
kepada semua makhluk. “Makhluk yang apa-pun juga, yang lemah dan kuat tanpa
kecuali, yang panjang atau besar, yang sedang, pendek, kecil, atau gemuk yang
tampak atau tak nampak, yang jauh ataupun yang dekat, yang telah lahir, atau
yang akan lahir, semoga semua makhluk berbahagia.”11
Juga dalam kitab Sutta Nipata, diajarkan untuk memancarkan Metta juga
kepada orang yang tidak disenangi dan tidak benci atau dendam kepadanya.
8Cornelis Wowor, Pandangan Sosial Agama Buddha (Jakarta: CV. Nitra Kencana Buana,
2004), h. 67. 9Wowor, Pandangan Sosial Agama Buddha, h. 68.
10Majelis Budhayana Indonesia, Kebahagiaan Dalam Dhamma(Jakarta: Majelis
Budhayana Indonesia, 1980), h. 20. 11
Sutta Nipata 146-147.
50
“Jangan menipu orang lain, atau menghina siapa saja, jangan karena marah dan
benci mengaharap orang lain celaka.”12
Metta bukanlah cinta kasih yang sempit, melainkan cinta kasih yang tanpa
batas, mengatasi semua golongan, kepercayaan, agama, ideologi serta kasta
maupun kebangsaan.Sesungguhnya kepada semua makhluk hidup, tanpa kecuali
yang ada di seluruh alam semesta ini, baik yang tampak maupun yang tidak
adalah sasaran daripada metta.13
Kedua adalah Karuna, suatu hal yang menggetarkan hati ke arah rasa
kasihan bila mengetahui orang lain menderita, atau kehendak untuk merigankan
penderitaan orang lain. Hati seorang yang penuh kasih sayang lebih halus
daripada bunga; tidak pernah berhenti dan tidak puas sebelum dapat meringankan
penderitaan orang lain. Unsur kasih sayanglah yang mendorong untuk menolong
orang lain dengan ketulusan hati. Hidupnya tidak hanya untuk diri sendiri,
melainkan untuk orang lain yang mengalami penderitaan.14
Karuna juga harus dipancarkan ke seluruh makhluk, seperti metta (cinta
kasih) mempumyai sasaran pada semua makhluk, baik yang berbahagia maupun
yang menderita. Sedangkan karuna (kasih sayang) hanya pada sasaran semua
makhluk yang sengsara dan menderita. Lawannya adalah himsa (kebengisan)
12
Sutta Nipata 148. 13
Majelis Budhayana Indonesia, Kebahagiaan Dalam Dhamma, h. 205. 14
Orang-orang yang menderita adalah orang orang yang membutuhkan bantuan, orang
orang sakit, orang-orang bodoh, orang-orang jahat, orang-orang kotor, tanpa menghiraukan agama
ataupun bangsa.
51
yang menimbulkan penderitaan dan kejahatan.15
Selain himsa, lobha
(keserakahan) juga dapat ditekan.16
Ketiga adalah mudita (rasa simpati) ialah ikut merasakan kebahagiaan bila
melihat orang lain bahagia atau gembira dapat menhilangkan rasa iri hati. Sama
halnya dengan metta, orang akan mudah gembira dan bersimpati kepada orang
yang dekat dan dicintai. Corak utama dari mudita ialah perasaan bahagia melihat
kemakmuran dan kesejahteraan orang lain. Mudita dipancarkan kepada semua
makhluk yang makmur dan sejahtera, yang merupakan sikap ikut merasa bahagia
dan bersyukur. Mudita melenyapkan sifat iri hati (issa), yang tidak senang melihat
kemajuan orang lain.17
Keempat Upekkha (keseimbangan batin), merupakan pertimbangan yang
lurus, pandangan yang adil atau tidak berat sebelah, yaitu tidak terikat atau benci
tidak ada rasa senang dan tidak senang.18
Tentang masalah senang dipuji, Buddha
pernah bersabda,“Orang bijaksana tidak menunjukkan rasa gembira maupun
kecewa terhadap pujian dan celaan. Mereka tetap teguh bagaikan batu karang
yang tak tergoyahkan oleh badai.”19
Musuh dalam upekkha adalah ketidaktahuan (kebodohan) dari sikap acuh
tak acuh. Upekkha bebas dari rasa senang dan tidak senang “tidak terikat dengan
keduanya”. Orang yang memiliki sikap ini bersikap sama terhadap orang jahat dan
orang suci.
15
Wowor, Pandangan Sosial Agama Buddha, h.77. 16
Majelis Budhayana Indonesia, Kebahagiaan Dalam Dhamma, h. 20. 17
Majelis Budhayana Indonesia, Kebahagiaan Dalam Dhamma, h. 20. 18
Wowor, Pandangan Sosial Agama Buddha, h. 79. 19
Wowor, Pandangan Sosial Agama Buddha, h. 80
52
Apabila metta mempunyai sasaran terhadap semua makhluk, karuna
terhadap makhluk-makhluk yang menderita, dan mudita terhadap orang-orang
yang beruntung, maka upekkha sasarannya adalah orang yang baik atau buruk,
yang mencinta ataupun yang membenci, dan yang menyenangkan ataupun yang
tidak menyenangkan.20
Moha (kegelisahan batin) yang bisa diartikan kebodohan
dan kurang pengetahuan, merupakan lawan dari upekkha.21
Keempat Kediaman Luhur ini, jika dilatih dengan baik akan membantu
memberikan kerangka pikiran bagi segala situasi yang muncul dari hubungan
sosial. Keempat sifat ini mendatangkan kedamaian yang baik dalam konflik
sosial, obat yang baik bagi luka yang diderita dalam usaha bertahan hidup;
penyeimbang bagi jurang sosial, pembangun komunitas yang harmonis, alarm
bagi kebajikan yang telah lama tertidur, penghidup kebahagiaan dan harapan yang
telah lama dibuang, penyokong bagi persaudaraan manusia melawan dorongan
egoisme.22
Subbhanupasim viharantam, indriyesu; Bhojanamhi camattannum,
kusitam hinaviriyam; Tam ve pasahati maro, vato rukhamva
dubbalam.
Artinya: Seseorang yang hidupnya hanya ditujukan pada hal-hal yang
menyenangkan, yang inderanya tidak terkendali, yang makannya tidak
mengenal batas, malas serta tidak bersemangat, maka Mara
20
Wowor, Pandangan Sosial Agama Buddha, h. 82. 21
Majelis Budhayana Indonesia, Kebahagiaan Dalam Dhamma, h. 21. 22
Toharudin, Jurnal: Konsep Ajaran Buddha Dharma Tentang Etika (Palembang: UIN
Raden Fattah, volume 5, nomor 2, 2016), h. 196.
53
(Penggoda) akan menguasai dirinya bagaikan angin yang
menumbangkan pohon yang lapuk) (Kitab Dhammapada, 2002: 121).
B. Empat Landasan Cinta Kasih Universal Master Cheng Yen
Cinta Kasih (metta), welas asih (karuna), sukacita (mudita), dan
keseimbangan batin (upekkha) boleh dibilang sudah mencakup seluruh semangat
ajaran Buddha. Penggalakkan misi Tzu Chi juga berdasarkan empat hal tersebut.
Master Cheng Yen mendirikan Yayasan Buddha Tzu Chi berlandaskan ajaran
Buddha “cinta kasih tanpa mementingkan hubungan darah dan welas asih yang
merasa senasib dan sepenanggungan. Cinta kasih berarti memberikan
kebahagiaan dan welas asih berarti menghilangkan penderitaan.
1. Cinta Kasih Agung
Cinta kasih tanpa mementingkan hubungan darah. Semua orang
membutuhkan cinta kasih, kehidupan yang dipenuhi cinta kasih barulah hidup
bahagia. Nafsu keinginan dapat menimbulkan ketamakan dan menciptakan karma
buruk, sedangkan cinta kasih adalah murni dan bersih tanpa noda. Cinta kasih
berarti mendatangkan kebahagiaan bagi orang lain. 23
Cinta kasih itu tidak terbatas. Memberikan cinta kasih yang murni dan
tulus, tanpa adanya unsur pamrih atau mengaharapkan suatu imbalan, maka cinta
23
Dalam Sutra Buddha, cinta kasih murni tanpa noda adalah kita bisa mencintai orang
yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kita, mencintai sampai orang itu merasakan
kebahagiaan dan kita pun tidak mengalami kerisauan. Inilah cinta kasih yang paling luas dan
jernih. Lihat Master Cheng Yen, Batin yang Damai (Jakarta: PT. Jing Si Mustika Abadi
Indonesia, 2014), h. 173.
54
kasih tersebut dapat bermanfaat untuk semua makhluk. Namun akan menjadi
karma buruk, jika hanya mencintai apa yang diri sendiri pentingkan (egois).24
Jika manusia hidup di dunia ini dengan begitu miskinnya sampai tidak
memiliki baju dan kelaparan, sungguh kasihan memang! Tetapi hal in memang
tidak bisa dihindari. Tzu Chi cabang Amerika pernah memberikan bantuan kepada
lebih dari 300 gelandangan yang tidak memiliki rumah, kekurangan makanan dan
pakaian.Padahal Amerika merupakan negara adidaya, namun permasalahan
ekonomi memang sulit untuk dihapuskan, meski di negara adidaya sekalipun.25
Berbagai contoh permasalahan kehidupan memang sangatlah berat, seperti
contoh saat angina topan menghantam Hualien (1990), relawan Tzu Chi
menemukan orang yang hidup sebatang kara dan tinggal di dalam pipa saluran air,
serta tidak mendapat perhatian dari siapapun. Contoh lainnya di Pingtung ada
seorang ibu yang sudah tua dan anaknya, yang setiap harinya memungut sisa-sisa
makanan untuk dijadikan masakan. Maksud dari contoh peristiwa ini adalah
penderitaan dan kemiskinan ada di mana-mana, dalam keramaian ataupun
pedalaman hutan sekalipun. Tzu Chi memberikan bantuan untuk golongan miskin
setelah melakukan kunjungan dan penyelidikan dahulu, agar bantuan yang
diberikan kongkret adanya. Bantuan bisa berupa, perbaikan taraf hidup,
pengobatan, tempat tinggal, dan lain-lain. Kehidupan manusia bagaikan panggung
sandiwara, ada orang yang hidupnya susah dan harus bekerja keras seumur hidup;
ada yang awalnya menderita, namun kemudian hidup senang; juga ada yang hidup
24
Dharma Master Cheng Yen, Sanubari Teduh Jilid II (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2009), h. 33. 25
Yen, Batin yang Damai, h. 62-63.
55
senang pada awalnya tetapi kemudian menderita. Bagaimanakah cara
memutuskan siapa yang paling berbahagia? Hanya orang yang penuh dengan cinta
kasih yang paling berbahagia.26
Orang miskin menderita akibat kekurangan materi, orang kaya menderita
karena kehampaan batin. Master sering mengatakan, “Orang miskin ingin
memperoleh, orang kaya takut kehilangan”. Orang miskin menggunakan bebagai
cara agar memperoleh kekayaan, namun itu membuat kerisauan. Orang kaya takut
kehilangan hartanya, sehingga membuat hidup tak tenang dan damai. Master
membagi golongan antara orang kaya dan orang miskin. Pertama adalah orang
miskin, namun kaya batin. Contoh, Master teringat saat pembangunan Rumah
Sakit Tzu Chi tahap I yang pembangunannya sebagaian besar dari masayarakat
kelas menengah ke bawah. Diantara mereka ada yang bekerja sebagai tukang sapu
jalanan dan buruh permanen. Namun mereka tanpa ragu lembur demi
menyisihkan sebagian hartanya untuk pembanguna Rumah Sakit Tzu Chi. Secara
materi mereka miskin, namun mereka memiliki kebijaksanaan yang luar biasa dari
berkat cinta kasihnya.27
Kedua adalah miskin materi, miskin batin. Ini adalah orang yang
berkarakter tidak mau berbagi ataupun peduli kepada orang lain, yang sebenarnya
lebih menderita daripada. Seperti yang terjadi saat topan di Taiwan (1975). Di
sana Master melihat bahwa sebagian besar bantuan, seperti sandang, pangan, dan
26
Master Cheng Yen, 108 Kata Perenungan (Jakarta: Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia, cetakan pertama, 2014), h. 1. 27
Yen, Batin yang Damai, h.66.
56
papan, hanya diberikan kepada para veteran. Sedangkan rakyat sipil yang justru
banyak mengalami penderitaan, malah tidak mendapat perhatian.28
Lalu yang ketiga adalah kaya materi, miskin batin.Ini adalah orang yang
berkarakter kikir, tidak mau berbagi atau bersumbangsih dan hanya memikirkan
ketenaran.Seperti kisah di Desa Yuemei, Hualien, ada orang kaya yang memiliki
80 hektar sawah. Demi kekayaan, ia melakukan apa saja yang dapat menambah
hartanya. Sampai waktunya ia mengalami penipuan oleh temannya yang
mengimingi tentang keuntungan dari persawahan. Ditambah istrinya mengalami
penyakit akut dan anak tunggalnya tidak peduli dengannya.Inilah dampak dari
pada sifat kikir, yang jauh dari keberkahan.29
Terakhir adalah, kaya harta, kaya batin. Menurut Master Cheng Yen,
orang seperti banyak dijumpai di Tzu Chi. Mereka memiliki harta dan sekaligus
kasih sayang yang melimpah. Ia tidak ada hentinya untuk berdonasi dan
bersumbangsih dalam cinta kasih. Dan donasinya tidak bersifat sementara,
melainkan bersifat jangka panjang. Seperti kisah orang Tiongkok yang selama tiga
generasi selalu bersumbangsi sebanyak 1 juta dollar Taiwan. Ia pernah berkata,
“bisnis nomor 2, yang pertama adalah misi Tzu Chi.” Setiap Master Cheng Yen
berterima kasih, ia selalu menjawab, “Master telah membuka ladang berkah,
sehingga kami dapat menebar benih. Seharusnya kami yang berterima kasih.”30
Ketika berikrar untuk melayani dengan semangat Bodhsatwa demi
meringankan penderitaan, harus dilakukan dengan semangat cinta kasih.
Memberikan manfaat dan kebaikan bagi semua makhluk. Dengan hati yang
28
Yen, Batin yang Damai, h. 68-69. 29
Yen, Batin yang Damai, h. 70 30
Yen, Batin yang Damai, h. 71.
57
seperti ini, berarti belajar untuk menjangkau orang-orang yang sama sekali tidak
dikenal, belajar mendoakan kesejahteraan mereka, dan juga secara aktif
melakukan kebajikan. Maka cinta kasih akan tumbuh dengan sendirinya. Ikrar
yang kuat mampu menopang untuk menempatkan kesejahteraan orang lain di
dalam hati.31
2. Welas Asih Agung
Welas asih bisa bermakna kegigihan dan potensi bajik. Penerapan
kebijaksanaan perlu didukung kegigihan yang berkesinambungan,bila yang ada
hanya kebijaksanaan, tanpa didukung oleh keberanian dan kegighan, maka hasil
yang sesungguhnya tak akan tercapai. Welas asih yang merasa senasib
sepenanggungan berarti turut merasakan sakit saat orang lain terluka, dan merasa
menderita saat orang lain jatuh sakit, walaupun semua orang di mata dunia tidak
memiliki hubungan keluarga. Rasa senasib sepenanggungan ini perlu ditopang
dengan kegigihan tiada batas. Tanpa kegigihan, fungsi welas asih ini tidak bisa
berkembang.32
Welas asih juga ditanamkan dalam pelestarian lingkungan. “Belajar dari
Jepang”, itu yang master katakan. Belajarlah dari Jepang, ketika selesai minum
susu, cuci kitaknya lalu keringkan, pipihkan kumpulkan satu demi satu sampai
jangka waktu tertentu, lalu jual atau dapat dijadikan bahan daur ulang. Selain
dapat menghasilkan uang, hal ini juga tidak menimbulkan masalah sampah. Jika
orang memperhatikan lingkungan sekitar dan sumber daya alam, maka tidak akan
mengalami kekurangan sumber daya alam. Jadi, memperhatikan lingkungan dan
31
Shih Cheng Yen, Kekuatan Hati:Butir-butir Ajaran Kehidupan (PT. Jing Si Mustika
Abadi Indonesia, cetakan kedua, 2016), h. 66. 32
Yen, Batin yang Damai, h. 13.
58
kualitas hidup dengan sifat welas asih, rakyat akan sehat. Tiap orang bertanggung
jawab atas kebersihan lingkungan asalkan setiap orang dapat memberikan teladan
yang baik dalam menjaga lingkungan.33
Tzu Chi menerapkan semangat welas asih Buddha dalam misi kesehatan.
Manusia mengalami derita, “lahir, tua, sakit, dan mati”.Banyak orang khawatir
menjadi tua. Sebenarnya menua adalah proses ilmiah yang mendatangkan
kebahagiaan, menua itu adalah baik, tetapi karena manusia mendambakan
panjang umur, maka menua dianggap sebagai penderitaan. Usia tua itu tidak
menderita, yang menyusahkan adalah jika kita harus menghadapi anak menantu
yang tidak berbakti atau hidup suram di masa tua. Yang menakutkan adalah jika
tidak ada yang merawat kita di masa tua.34
Dasar dalam membangun Buddhisme adalah dengan belajar mengolah
welas asih dan kebijaksanaan. Welas asih adalah cinta kasih universal – ketika
kita mengasihi semua makhluk hidup di dunia, secara alami hati welas asih
memiliki rasa bakti yang agung seorang anak.35
Ada satu kisah saat beberapa mahasiswa yang dengan sukarela bekerja di
Rumah Sakit Tzu Chi. Mereka memperhatikan secara mendalam ketidakkekalan
dan kesengsaraan yang dikaitkan dengan kelahiran, usia tua, penyakit, dan
kematian. Mereka merasakan secara mendalam pentingnya berbuat baik dan
33
Yen, Batin yang Damai, h. 153. 34
Yen, Batin yang Damai, h. 74. 35
Dharma Master Cheng Yen, Lingkaran Keindahan ( Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2007), h. 75
59
mempraktikkan rasa bakti anak kepada orang tua. Jika para mahasiswa
menghargai hal ini, maka mereka dapat langsung mempraktikkannya.36
Buddha pernah berkata bahwa merawat orang sakit mendatangkan pahala
paling tinggi. Alasan Master Cheng Yen membangun rumah sakit adalah untuk
menyebarkan welas asih Buddha, memadukan ilmu kedokteran dengan cinta kasih
demi melenyapkan derita sakit semua makhluk. Setiap dokter di Rumah Sakit Tzu
Chi memiliki kemurahan hati dan penguasaan ilmu yang tinggi, mereka sering
berkata bahwa, “kami bekerja di Hualian karena „tiga daya hati‟.37
“Pertama adalah keteguhan hati Master Cheng Yen. Membangun rumah
sakit sangatlah sulit dan pelik, tetapi Master bisa mengatasinya satu demi satu.
Keteguhan dan keuletan Master sungguh menggugah hati.”
“Kedua adalah cinta kasih para relawan komite. Mereka datang dari
berbagai pelosokn di Taiwan, sehari-hari harus menggalang dana, disamping itu
juga meluangkan waktu untuk menjadi relawan di rumah sakit, cinta kasih dan
ketulusan mereka sungguh mengagumkan.”
“Ketiga adalah keyakinan para staf rumah sakit. Melihat mereka
meninggalkan segala kemakmuran dan keuntungan materi di Taipei dan terjun ke
Rumah Sakit Tzu Chi hanya karena sepaham dengan ajaran Buddha „welas asih
yang merasa senasib dan sepenanggungan‟, lalu mempraktikkan ilmu yang
dimiliki untuk menyelamatkan umat manusia, keyakinan dan keteguhan mereka
sungguh membahagiakan.”38
36
Yen, Lingkaran Keindahan, h.77.
37
Yen, Batin yang Damai, h. 75. 38
Yen, Batin yang Damai, h. 77.
60
Inilah alasan master sering ke Rumah Sakit Tzu Chi, agar dapat membantu
meringankan penderitaan para pasien dan ikut merasakan nasib serta
sepenanggungan dengan semangat welas asih. Membantu menyelamatkan orang-
orang dari penderitaan mereka dengan kebaikan hati, welas asih, dan memberi
tanpa mengarapkan im imbalan sedikit pun. Master menyebarkan welas asih ke
seluruh penjuru dunia. Sehingga kebahagiaan dapat dirasakan oleh siapa pun yang
memberi dan menerima welas asih. Orang yang welas asih memiliki sikap lemah
lembut. Ini berguna untuk melenyapkan kekhawatiran orang lain.39
Untuk mewujudkan welas asih, perlu juga mengembangkan sikap
toleransi. Saat membantu sesama, diperlukan bantuan orang lain. Permasalahan
seringkali muncul, mulai dari pendapat, kepribadian, dan cara pandang yang
berbeda. Untuk itu diperlukan pengembangan toleransi, demi tercapainya tujuan
yang sama. Sebagai contoh, ketika si A menaikan suaranya kepada si B, daripada
marah, si B dapat bersikap positif, dengan berpikir bahwa, Si A menaikkan
suaranya karena khawatir si B tidak mendengar apa yang dikatakannya. Dengan
sikap pengertian, akan dapat lebih lapang dan mampu memaklumi orang lain.
Daripada berpikiran buruk, akan lebih baik memberikan senyuman. Dengan hal
ini dapat menjalin jodoh yang baik dan mendorong orang lain juga ikut
tersenyum.40
3. Sukacita Agung
Sikap menyombongkan diri sering kali mendominasi saat kita
mengerjakan sesuatu. Apabila mengharapkan imbalan saat bersumbangsih, maka
39
Yen, Sanubari Teduh Jilid II, h. 136. 40
Yen, Kekuatan Hati: Butir-butir Ajaran Kehidupan, h. 65.
61
menyumbangkan kekayaan materi malah akan mendatangkan karma buruk dan
noda batin. Bagi insan Tzu Chi, sukacita bersama adalah sesuatu hal yang
membahagiakan. Suasana sukacita itu dengan sendirinya akan menumbuhkan
spiritual yang kaya untuk membuat hidup ini terasa penuh dan mantap serta akan
mencapai budaya praktisi Buddhis. Misi daripada budaya humanis justru
bertujuan untuk mendatangkan kebahagiaan spiritual bagi semua orang, agar
setiap orang dapat menyadari hidup ini dan selanjutnya dapat menjauhkan dari
kerisauan, selalu merasa tenang lahir dan batin, bahagia serta damai.41
Inilah yang
dinamakan sukacita memiliki hati tanpa adanya kerisauan dan kekhawatiran.
Memiliki kualitas kepribadian dengan pengendalian kondisi hati yang mampu
membuat orang di sekeliling merasakan kegembiraan bagai hembusan angina
musim semi yang sejuk.42
Orang yang benar-benar bijaksana akan menggunakan harta kekayaannya
untuk menumbuhkan kekayaan spiritual dengan cara bersumbangsih secara
sukacita tanpa mengharap imbalan apapun. Sebenarnya kekayaan yang melimpah
adalah penyakit hati, penuh kerisauan, dan kekhawatiran. 43
Dalam keseharian, sering dijumpai orang-orang dengan perilaku dan
kebiasaan buruk. Dalam mengantisipasi hal ini, tidaklah diperlukan perasaan risau
atau marah hanyak karena perilaku dari satu atau dua orang. Sebaiknya bersikap
gembira dan belajar untuk berinteraksi serta menghadapi segala macam sifat
orang dengan penuh sukacita. Maka Tzu Chi menjadikan misi budaya humanis
41
Yen, Batin yang Damai, h. 78. 42
Yen, 108 Kata Perenungan, h. 38. 43
TY Lee, Hidup Penuh Dengan Berkah (Sumatera Utara: Patria), h. 31.
62
sebagai salah satu misi utamanya. Pengembangan budaya humanis diharapkan
bisa mendorong orang-orang membina suasana budaya yang membahagiakan.44
4. Keseimbangan Batin Agung
Mengajarkan apa yang diketahui secara keseluruhan kepada orang lain
tanpa rahasia apapun, inilah keseimbangan batin.45
Tzu Chi
mengimplementasikasikan semangat keseimbangan batin melalui pendidikan.
Dalam membina dan mendidik murid dan orang-orang berbakat, seorang guru rela
memberikan waktu dan kebijaksanaannya, serta melimpahkan semua intisari ilmu
yang dimilikinya kepada generasi penerus tanpa adanya unsur keegoisan. Ini lah
yang disebut keseimbangan batin agung mengajarkan semua yang kita ketahui
kepada orang lain.46
Untuk menerapkan empat pikiran ini dalam kehidupan sehari-hari,
diharuskan memelihara kondisi batin yang bahagia dan menyebarkan kondisi
bahagia itu ke orang di sekitar kita, inilah cinta kasih. Kemudian membina hati
yang penuh kasih dan empati, inilah welas asih. Hari-hari dilalui tanpa kerisauan
dan kekhawatiran, inilah sukacita. Mengajarkan apa yang diketahui secara
keseluruhan kepada orang lain tanpa rahasia apapun, inilah keseimbangan batin.47
Di Tzu Chi para relawan belajar untuk memperlakukan semua orang
dengan setara. Memberi dengan batin yang seimbang berarti memberikan cinta
kasih dengan setara tanpa pilih-pilih, apakah orang itu adalah orang yang tidak
mampu, orang yang menderita, orang yang kita sayangi, atau teman-teman
44
Yen, Kekuatan Hati: Butir-butir Ajaran Kehidupan, h. 69.
45
Yen, Batin yang Damai, 81. 46
Yen, Batin yang Damai, h. 79. 47
Yen, Batin yang Damai, 81.
63
sendiri. Semangat dari Empat Pikiran Tanpa Batas – cinta kasih, welas asih,
sukacita, dan keseimbangan batin – adalah sifat yang perlu dikembangkan setiap
hari dalam kehidupan sehari-hari. Jika dapat melakukan hal ini, maka semangat
ini akan menyebar kepada orang-orang di sekitar dan menciptkan sebuah
lingkungan yang penuh cinta kasih dan pengertian.48
48
Yen, Kekuatan Hati: Butir-butir Ajaran Kehidupan, h. 71.-
64
BAB IV
IMPLEMENTASI CINTA KASIH UNIVERSAL MASTER CHENG YEN
DI YAYASAN BUDDHA TZU CHI INDONESIA
A. Master Cheng Yen dan Tzu Chi di Mata Para Relawan
Di dalam hati setiap orang terdapat sebuah benih kebaikan. Akan tetapi,
benih ini membutuhkan air untuk tumbuh. Air yang dimaksud adalah ajaran
spiritual. Ajaran ini bisa berasal dari Islam, Kristen, Buddha, atau agama-agama
lainnya. Selama ajaran itu dapat membawa penganutnya menuju cara hidup yang
baik dan bermanfaat bagi orang lain, dan meningkatkan spiritualitas yang bagus,
maka ajaran ini adalah baik. Memiliki keyakinan sangatlah penting dalam
menuntun kehidupan.
1. Andre Zulman (Humas Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Pusat)
Andre Zulman adalah seorang Muslim. Dalam pandangannya, Master
adalah tokoh inspiratif, membangun manyarakat dengan penuh cinta kasih dan
menjunjung nilai kemanusiaan, lintas agama, budaya, ras, dan bahasa. Cinta kasih
Master Cheng Yen ini menjunjung nilai kemanusiaan. Meskipun Buddha namun,
cinta kasih ini diimplementasikan secara universal, lintas agama, ras, budaya, dan
bahasa. Dengan berlandaskan pada dharama Buddha, 4 misi utama Tzu Chi dapat
berjalan sepenuhnya dan dapat diterima di Indonesia.1
Sebagai insan Tzu Chi sudah menjadi aturan untuk menjalani 8 jalan
kebenaran. Ini merupakan tuntutan di Tzu Chi, bukan untuk pengekangan.
Meskipun ini merupakan ajaran Buddha, selama ajaran baik dan sejalan dengan
1Wawancara pribadi dengan Andre Zulman (Humas Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Pusat). Tanggal 22 Juli 2017.
65
agama saya, maka saya jalani. Untuk 10 sila Tzu Chi menjalani secara bertahap.
Merupakan jalinan jodoh saya berada di Tzu Chi. Berawal dari kegiatan baksos
kesehatan di dekat rumah, dan saya juga sedang mencari pekerjaan yang sifatnya
melayani masyarakat. Sudah banyak hal-hal yang saya lakukan di Tzu Chi, mulai
dari sosialisasi, menjalani misi amal, kesehatan, pendidikan, dan budaya humanis.
semenjak di Tzu Chi, sdampak positif yang saya rasakan adalah menjadi pribadi
yang lebih baik. Secara perilaku, tutur bahasa, khususnya kepada yang lebih tua.2
2. Florentina (Ketua Koordinator Baksos Kesehatan De Generatif Tzu Chi
Jembatan Lima)
Bu Florentina adalah seorang Budhhis. Dalam pandangannya, Master
adalah sosok yang luar biasa. Dapat membimbing banyak orang untuk membantu
menghilangkan penderitaan orang lain yang membutuhkan. Membantu manusia
lainnya tanpa memandang ras, suku, agama, dan bangsa dengan penuh
kebijaksanaan. Cinta kasih yang ditanamkan oleh Master Cheng Yen di Tzu Chi
merupakan cinta kasih yang universal, menyeluruh ke setiap bagian. Dengan
mengimplementasikan ajaran cinta kasih universal Master Cheng Yen yang
berpatokan pada empat misi utama Tzu Chi; amal, kesehatan, pendidikan, dan
budaya humanis.3
Ini lah yang membuatnya tertarik bergabung dengan Tzu Chi sejak 1999,
beliau menjadi relawan Tzu Chi karena tersentuh dengan ceramah-ceramah serta
dharma yang Master sampaikan. Di Tzu Chi, beliau belajar bagaimana menjadi
2Wawancara pribadi dengan Andre Zulman (Humas Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Pusat). Tanggal 22 Juli 2017. 3Wawancara pribadi dengan Bu Florentina (Ketua Koordinator Baksos Kesehatan De
generatif Wilayah Jembatan Lima). Tanggal 27 Agustus 2017.
66
pribadi yang lebih baik, menjadi manusia yang cinta lingkungan. Beliau
mempraktikan apa-apa yang Tzu Chi ajarkan, seperti mendidik keluarganya
menjadi keluarga yang harmonis dengan penuh toleransi. Beliau memiliki anak
yang berbeda keyakinan, namun toleransi yang tinggi membuat keluarga beliau
harmonis. Menjalani 10 sila Tzu Chi dan 8 ruas jalan kebenaran dengan
sepenuhnya. Meskipun belum berencana menjadi bodhisatwa, beliau berkata,
bahwa itu adalah sebuah proses. Tzu Chi telah merubah segalanya.4
3. Go Siang (Relawan Komite Tzu Chi )
Pak Go Siang adalah seorang Buddhis. Dalam pandangan beliau, Master
Cheng Yen adalah sosok yang tulus. Mampu membimbing orang lain meskipun
berbeda keyakinan, suku, ras, bahasa, dan bangsa. demi kemanusiaan tanpa
batasan. Karena ketulusannya juga mampu mewujudkan bahwa setiap manusia
adalah sama, perbedaan bukan menjadi halangan untuik berbuat kebaikan.
Manusia sebagai penolong manusia lainnya merupakan sebuah takdir, bahwa
memang manusia ditakdirkan untuk membantu menuntun manusia lainnya dalam
kebaikan. Mengenai ajaran cinta kasih universal nya, beliau mengungkapkan
bahwa ini sangat bagus, mengajak semua orang untuk berbuat kebaikan demi
kemanusiaan, bukan untuk salah satu agama tertentu. Dan semua misi telah
terlaksana semua. Kecuali pada misi kesehatan, bagian donor sumsum tulang
belakang. Karena itu membutuhkan alat yang canggih, namun untuk rumah
4Wawancara pribadi dengan Bu Florentina (Ketua Koordinator Baksos Kesehatan De
generatif Wilayah Jembatan Lima). Tanggal 27 Agustus 2017.
67
sakitnya sedang berlangsung pembangunannya di sebelah Yayasan Buddha Tzu
Chi Pusat, Pantai Indah Kapuk.5
Beliau bergabung di Tzu Chi sejak tahun 2009. Beliau memang sejak
muda memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dan beliau menemukan jalinan jodohnya
di Tzu Chi. Semenjak berada di lingkungan Tzu Chi, beliau menjadi pribadi yang
lebih baik, menjadi seorang yang lebih penyabar, cinta lingkungan dengan
mengumpulkan sampah plastik di sekitar rumah. Dalam hal pendidikan anak pun,
beliau mendidiknya untuk patuh dan berbakti kepada orang tua sesuai yang Tzu
Chi ajarkan. Maka dari itu saya mengajak satu keluarga saya masuk Tzu Chi.
Beliau juga menjalani 10 silat Tzu Chi dan 8 ruas jalan kebenaran, namun belum
semua karena itu adalah proses.6
4. Aghnia Y. Putri (Relawan Abu-Putih)
Aghnia adalah seorang Muslim. Dalam pandangannya tentang Master
Cheng Yen, ia berpendapat bahwa Master merupakan sosok yang inspiratif.
Beliau mengajarkan teorinya tentang cinta kasih universal sekaligus menyediakan
wadah untuk mengimplementasikannya. Inilah yang dicari oleh Aghnia, bukan
hanya sekedar teori, namun implementasinya pun juga tampak. Mengenai tentang
ajaran cinta kasih universal Master Cheng Yen, menurutnya bukan masalah
dengan ajarannya. Karena di Tzu Chi ini menekankan toleransi. Selain itu dapat
memahami umat agama lain untuk demi menyebarkan cinta kasih universal –
5Wawancara pribadi dengan Pak Go Siang (Relawan Komite). Tanggal 27 Agustus 2017.
6Wawancara pribadi dengan Pak Go Siang (Relawan Komite). Tanggal 27 Agustus 2017.
68
kemanusiaan, memberikan kebahagiaan kepada manusia lain yang membutuhkan
dengan segenap jiwa raga dan ketulusan.7
Aghnia sudah setahun belakangan ini secara rutin mengikuti kegiatan Tzu
Chi. Awalnya ia hanya ingin mengisi waktu luang di akhir pekan. Kemudian
mencari-cari di internet untuk menjadi seorang relawan. Bertemulah jalinan jodoh
dengan Tzu Chi tahun 2016. Dia juga menjalani 10 sila Tzu Chi dan 8 ruas jalan
kebenaran. Namun jika ada hal yang bertentangan dengan agamanya (Islam) ia
tidak melakukannya. Mengikuti kegiatan yang Tzu Chi adakan, mulai dari baksos
kesehatan, kunjungan kasih, serta pelestarian lingkungan. Aghnia juga mencoba
untuk menjadi vegetarian dan mengurangi sampah plastik. Semenjak bergabung
dengan Tzu Chi, Aghnia merasa lebih bermanfaat, meningkatkan toleransi,
menjadi pribadi yang cinta lingkungan.8
5. Irawati Mulyadi (Wakil He QI Barat)
Irawati adalah seorang Buddhis. Dalam pandangannya, Master merupakan
sosok figur yang sederhana, memiliki rasa welas asih yang tinggi kepada orang
lain yang menderita. Memiliki tekat yang luar biasa. Sepenuh hati melayani
masyarakat. Pemikiran beliau tentang cinta kasih universal dapat meresap ke
dalam pemikiran saya, karena beliau adalah sosok guru yang mampu
membimbing banyak orang. Tanpa batasan agama, ras, budaya, dan bahasa. Dan
ini sesuai dengan pemikiran saya. Dalam implementasinya di Tzu Chi sangat baik,
ini karena beliau menyampaikan tidak hanya sebuah teori cinta kasih universal,
7Wawancara pribadi dengan Aghnia Y. Putri (Relawan Abu Putih).Tanggal 27 Agustus
2017. 8Wawancara pribadi dengan Aghnia Y. Putri (Relawan Abu Putih).Tanggal 27 Agustus
2017.
69
namun juga ada implementasinya. Tanpa ada perbedaan agama, budaya, ras, dan
bahasa sekali pun. Dan Tzu Chi menjadi wadah untuk cinta kasih universal beliau.
Memberikan cinta kasih secara menyeluruh, tanpa batasan.9
Di Tzu Chi saya juga menjalani 10 sila Tzu Chi dan 8 ruas jalan
kebenaran, namun belum sepenuhnya, karena saya masih dalam pembelajaran.
Saya di Tzu Chi sudah 12 tahun. Awalnya hanya ingin membantu orang lain,
tetapi makin lama di Tzu Chi, bukan hanya orang lain yang merasa terbantu,
namun diri sendiri juga. Saya belum menikah, namun nilai-nilai cinta kasih yang
Tzu Chi ajarkan saya dapat terapkan di keluarga. Saya aktif dalam pendidikan
Budi Pekerti Tzu Chi, memberi pengajaran pada anak untuk dapat merasakan
penderitaan yang orang lain rasakan, menciptakan rasa syukur kepada anak-anak.
Seperti contoh mempraktikkan makan tanpa menggunakan tangan. Dalam
keluarga, saya menjadi pribadi yang berbakti kepada orang tua. Menjadi
vegetarian. Selama di Tzu Chi, telah banyak perubahan, saya menjadi sosok lebih
penyabar, lebih bisa mendengar orang lain, dan lebih toleransi. Ibarat batu, kita
telah dikikis sifat-sifat buruknya.10
6. Rifandi (Relawan Abu Putih)
Rifandi adalah seorang Buddhis. Dalam pandangannya Master merupakan
sosok ibu yang dirindukan oleh anak-anaknya. Sosok yang mengagumkan akan
cinta kasih dan welas asihnya. Alasan mengapa pemikiran beliau bisa diterima
saya adalah di Tzu Chi saya menemukan hal yang dapat membuat saya
9Wawancara pribadi dengan Irawati Mulyadi (Wakil He Qi Barat).Tanggal 2 September
2017. 10
Wawancara pribadi dengan Irawati Mulyadi (Wakil He Qi Barat).Tanggal 2 September
2017.
70
mempelajari teori, sutra-sutra. Dan itu diimplementasikan dalam kehidupan ini.
Tzu Chi merupakan tempat pelatihan batin. Beliau adalah bhiksuni yang
melepaskan keduniaannya untuk kemanusiaan. Dan cinta kasih universalnya
sanagat bagus untuk diimplementasikan. Master mengajarkan untuk mengajarkan
dan mengajak orang lain untuk berbuat kebaikan dan menjauhi kejahatan.11
Saya menjalani 10 sila Tzu Chi dan 8 jalan kebenaran, namun saya masih
dalam pembelajaran. Ada beberapa sila yang bersifat Buddhis atau Bodhisattva,
saya belum siap untuk itu. Untuk 8 ruas jalan kebenaran, saya menjalaninya. Latar
belakang saya masuk Tzu Chi, berawal dari dikenali oleh teman saat mahasiswa
(Tzu Ching12
). Saat saya masuk Tzu Chi, seolah-olah ada cahaya yang menuntun
saya dari kegelapan ke tempat terang benderang. Saya belum menikah, namun
nilai-nilai cinta kasih yang Tzu Chi ajarkan saya dapat terapkan di keluarga.
Sangat luar biasa dampak yang saya rasakan selama 5 tahun di Tzu Chi, mulai
dari lebih cinta kepada lingkungan, dengan membuang sampah pada tempatnya.
Taat pada lalu lintas. Dalam keluarga, saya menjadi pribadi yang berbakti kepada
orang tua. Saya merasa sehat selalu dengan bervegetarian, lebih sabar, lebih ceria
dan mudah tersenyum, lebih mawas diri, lebih terbuka, dan berpikir sebelum
bertindak. 13
7. Meny Thalib (PIC Decoration dan Pengajar Budaya Humanis di
SMA/SMK Tzu Chi Cengkareng)
Meny Thalib adalah seorang Buddhis. Dalam pandangannya master
merupakan sosok lemah lembut, bijaksana, welas asih, dan berpandangan
11
Wawancara pribadi dengan Rifandi (Relawan Abu Putih).Tanggal 2 September 2017. 12
Tzu Ching merupakan komunitas Tzu Chi untuk kalangan mahasiswa. 13
Wawancara pribadi dengan Rifandi (Relawan Abu Putih).Tanggal 2 September 2017.
71
universal. Ajaran Master Cheng Yen dapat inklusif ke dalam pemikiran saya
karena apa yang beliau ajarkan saat cocok dengan kondisi saat ini. mengajarkan
pelestarian alam, tidak ada unsur pemaksaan, tidak radikal, dan dapat diterima
siapa saja. Tentang ajarannya ini, meskipun beliau seorang tokoh agama
(bhiksuni), namun ini sangat baik, karena beliau menyampaikan bahwa cinta kasih
universal itu merupakan kesetaraan dan memanusiakan manusia. Bertindak bajik
untuk kedamaian dunia. Sebagai manusia kita harus berbuat sesautu yang dapat
membangun cinta kasih universal untuk hidup yang damai dan tentram.14
Saya menjalani aturan 10 sila Tzu Chi yang telah diterapakan, namun
belum sepenuhnya karena masih dalam pembelajaran. Untuk 8 ruas jalan
kebenaran saya menjalani sepenuhnya. Saya sudah di Tzu Chi selama 15 tahun
berawal dari hanya ikut-ikutan dan saya memang senang dalam bidang sosial.
Membuat saya terjalin jodoh di Tzu Chi. Dalam keluarga saya juga mengajarkan
nilai-nilai cinta kasih yang Tzu Chi ajarkan saya dapat terapkan di keluarga. Di
Tzu Chi sudah suatu kewajiban untuk menjalani 4 misi Tzu Chi secara benar,
tidak hanya di Yayasan, namun di luar yayasan juga (keluarga). Dampak positif
selama saya tergabung dalam keluarga Tzu Chi, saya menjadi lebih bijaksana dan
menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang banyak.15
8. Eric Darmawan (Wakil He Qi Utara)
Eric Darmawan adalah seorang Buddhis. Dalam pandangannya, master
adalah sosok yang bijaksana, penuh welas asih, dan wanita yang memiliki cinta
14
Wawancara pribadi dengan Meny Thalib (PIC Decoration dan Pengajar Budaya
Humanis di SMA/SMK Tzu Chi Cengkareng).Tanggal 2 September 2017. 15
Wawancara pribadi dengan Meny Thalib (PIC Decoration dan Pengajar Budaya
Humanis di SMA/SMK Tzu Chi Cengkareng).Tanggal 2 September 2017.
72
kasih yang luar biasa. Hal yang membuat saya tertarik dan mengerti akan
pemikiran beliau adalah karena Master mempraktikkan apa yang diajarkannya,
melalui teori dan implementasi. Dan ini sejalan dengan pemikiran saya. Dalam
implementasi dari ajaran beliau tentang cinta kasih universal, sangat luar biasa
tanpa batasan agama dapat membantu banyak masyarakat luas. Mulai dari Pondok
Pesantren Nurul Iman di Bogor, Gereja, tetapi tetap menghargai perbedaan.
Sebagai manusia, sudah sepatutnya untuk salin toleran antar sesama.16
Saya menjalani 10 sila Tzu Chi namun masih dalam pembelajaran. Untuk
8 ruas jalan kebenaran saya menjalaninya dan dalam masa pendalaman materi.
Awal saya masuk ke keluarga Tzu Chi adalah dari dorongan hati saya sendiri,
karena sebagai manusia kita tidak selalu melihat ke atas, namun juga harus ke
bawah. Saya ingin menanamkan rasa syukur bukan hanya untuk diri saya sendiri,
namun orang banyak. Sebagai bentuk cinta kasih, saya mengimplementasikan
nilai-nilai cinta kasih yang Tzu Chi ajarkan saya dapat terapkan di keluarga.
implementasi bukan hanya berlaku di Tzu Chi namun di keluarga juga. Selama 4
tahun bergabung dengan keluarga Tzu Chi, saya merasa menjadi lebih bijaksana,
lebih bersyukur, dan lebih bisa menerima keadaan.17
B. Pelatihan Batin Di Jalan Tzu Chi
Alasan mengapa manusia memiliki dua telinga, dua mata, dau tangan, dan
dua kaki, namun hanya satu mulut adalah karena ia harus lebih banyak
mendengar, mengamati, dan bekerja, namun tidak banyak bicara. Seorang filusuf
16
Wawancara pribadi dengan Eric Darmawan (Wakil He Qi Utara).Tanggal 2 September
2017. 17
Wawancara pribadi dengan Eric Darmawan (Wakil He Qi Utara).Tanggal 2 September
2017
73
Tiongkok pernah menulis,“Dengkung katak siang dan malam tidaklah bermanfaat,
sementara kokok ayam jago lebih bermanfaat.” Sekelumit kata yang penuh arti
dapat membawa makna besar, sementara ocehan yang tidak berarti hanya
membuat orang lain mengantuk. Inilah yang menjadi sasaran dalam
pengembangan moral dengan menjalankan apa yang dipelajari bahwa tindakan
jauh lebih berguna daripada kata-kata.18
Di Tzu Chi19
, para relawan melatih diri mereka dengan cara terjun ke
tengah masyarakat dengan semangat tanpa pamrih yang Buddha ajarkan-Empat
Pikiran Tanpa Batas yang terdiri dari cinta kasih, welas asih, sukacita, dan
keseimbangan batin.20
Akan tetapi, perlu juga untuk pelatihan moral (sila),
kebijaksanaan, dan konsentrasi pikiran yang tak tergoyahkan oleh berbagai
kondisi luar, agar dapat menghindari dari penyimpangan moral.21
Cara mempraktikkan disiplin moral adalah dengan menjunjung tinggi
sila22
. Sila dapat menunjukkan jalan yang benar dan jika menaatinya, dapat
menghindari dari perbuatan salah. Sila menuntun untuk melatih kemurnian hati
18
Dharma Master Cheng Yen, Sanubari Teduh JIlid II (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, cetakan kedua, 2009), h. 38. 19
Yayasan Buddha Tzu Chi memiliki struktur seperti sebuah negara: Pusat (He Xin),
Provinsi (He Qi), Kota (Hu Ai), dan Kecamatan (Xie Lie). 20
Jenis-jenis relawan; (1) Relawan kembang atau relawan tahap awal (pemula),
menggunakan rompi, (2) Relawan abu-abu putih (polos), relawan tingkat selanjutnya, yang
dilantik di kantor masing-masing, (3) Relawan abu-putih logo, (4) Relawan komite merupakan
relawan Tzu Chi senior yang sudah berpengalaman. Untuk relawan komite, mereka dilantik
langsung oleh Master Cheng Yen di Taiwan (Pusat Tzu Chi Internasional) 21
Yen, Kekuatan Hati: Butir-butir Ajaran Kehidupan, h. 72. 22
Sila adalah panduan perilaku bajik yang diajarkan oleh Buddha Sakyamuni berdasarkan
pencerahan-Nya atas kebenaran alam semesta.
74
dan pikiran. Konsentrasi pikiran yang tak tergoyahkan ini disebut samadhi.
Kondisi dimana pikiran tenang dan stabil, berakar pada pandangan benar.23
Mengembangkan samadhi sangat penting, karena berhubungan dengan
relawan yang bersumbangsih di tengah masyarakat yang tentunya banyak
mengalami situasi sulit. Di sini lah peran relawan dibutuhkan untuk menjaga
konsentrasi pikiran tetap stabil dalam membantu memberikan kebahagiaan bagi
mereka yang membutuhkan. Pikira yang penuh kebijaksanaan akan muncul dalam
konsentrasi yang benar. Di Tzu Chi, pelatihan untuk menuju pencerahan dan
kebijaksanaan, tidak boleh hanya untuk diri sendiri, tetapi juga berikrar untuk
membantu semua makhluk mencapai pencerahan. Dalam menapaki jalan Tzu Chi,
pelatihan menuju batin yang murni dan hening meliputi, sila, samadhi, dan
kebijaksanaan. Kebijaksanaan dan welas asih adalah dua hal yang sangat
dibutuhkan oleh Tzu Chi untuk membantu orang lain.24
Di Tzu Chi keyakinan para relawan dipupuk oleh ajaran Buddha, terutama
Sutra Makna Tanpa Batas. Sutra ini mengajarkan untuk mencapai pencerahan,
bukan hanya untuk diri sendiri tetapi untuk semua makhluk. Diajarkan bagaikan
petani, memelihara benih kebaikan dan terus merawatnya agar bertunas hingga
menjadi pepohonan besar. Ini adalah misi Bodhisattva dan makna dari “menapaki
jalan Bodhisattva”. Ajaran Buddha menjadi penuntun bagi relawan Tzu Chi dalam
mengembangkan welas asih dan cinta kasih, serta untuk tindakan nyata
menciptakan dunia yang lebih baik. Dengan demikian, dapat memupuk benih
kebaikan di dalam diri sendiri dan orang lain. Seperti apa yang Master pernah
23
Shih Cheng Yen. Menaburkan Benih Kebahagiaani (Jakarta: PT. Jing Si Mustika
Indonesia, cetakan pertama, 2013) h. 69. 24
Yen, Kekuatan Hati: Butir-butir Ajaran Kehidupan, h. 74.
75
katakana, bahwa bila ingin mengubah dunia, harus dimulai dengan mengubah hati
dan pikiran manusia.25
Hal pertama yang dilakukan dalam menjalani hidup adalah menjadi
manusia berbudi luhur dengan mengasihi sesama. kausalitas berlaku dalam hal ini,
apabila kita mengasihi orang lain, maka mereka pun akan mengasihi kita juga.
Dalam menjadi relawan diajarkan untuk mengerjakan segala sesuatu dengan
sungguh-sungguh tanpa mengharap imbalan apa pun. pada saat yang sama, harus
mencegah diri dari melakukan hal-hal yang tidak pantas atau buruk. Buddhisme
menekankan pada disiplin, karena hal ini dapat mencegah kekeliruan.
Bagaimanapun, jika ada kesalahan, maka harus langsung memperbaikinya.
Sebagai tambahan, berbicara soal penyesalan, hal itu merupakan hukuman tererat
dan menyakitkan juga bila diingat. Bila tahu bagaimana membedakan mana yang
benar dan salah serta harus sadar bahwa pembelajaran adalah sebuah proses yang
tiada akhir. Maka tidak akan ada yang namanya penyesalan. Dan juga kemampuan
untuk memilih hal-hal yang benar untuk dipelajari adalah sejenis kebijaksanaan.26
Mencapai suatu masyarakat yang bersih tidaklah sulit. Kita harus memulai
ke arah tujuan ini dengan terlebih dahulu melakukan perbuatan-perbuatan bajik.
Untuk menjadikan segenap masyarakat indah, masing-masing dari diri sendiri
25
Yen, Kekuatan Hati: Butir-butir Ajaran Kehidupan, h. 79. 26
Master Cheng Yen, Lingkaran Keindahan (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2007), h. 28.
76
untuk memulainya. Jika merindukan dunia yang penuh dengan Bodhisattva27
,
harus dimulai berperilaku sebagaimana layaknya seorang Bodhisattva.28
Kesempatan hanya muncul sekali dan marus memanfaatkan kesempatan
itu untuk melakukan sesuatu yang baik; jika kesempatan itu berlalu, maka
terlambat sudah. Setiap orang ingin melakukan perbuatan baik, tetapi mereka
ingin menunggu sampai mereka punya uang atau waktu yang lebih banyak.
Ketahuilah bahwa hidup ini tidak abadi. Bila kesempatan itu datang, lakukan lah
meskipun hanya memiliki sedikit tenaga. Lakukan saja apa yang dapat dilakukan,
jangan berpikir bahwa suatu perbuatan baik itu terlalu kecil untuk dilakukan.
Hidup ini yang paling membahagiakan adalah ketika dibutuhkan oleh orang lain
kita dapat berbuat sesuatu untuk mereka.29
Penderitaan karena malapetaka dan bencana dalam kehidupan disebabkan
oleh keserakahan. Keserakahan tidak hanya menyebabkan penderitaan, tetapi juga
membawa ke cara-cara yang jahat. Keserakahan tidak hanya membuat kehilangan
keberuntungan dan kehormatan dalam hidup ini, tetapi juga menciptakan karma
yang buruk untuk kehidupan di masa yang akan datang.30
Kesabaran adalah kekuatan besar yang dapat menolong dalam melakukan
perbuatan baik dan menjalankan ajaran Buddha. Dengan kesabaran, tak ada satu
pun yang tak dapat dilakukan. Hidup di dunia ini akan sia-sia bila tidak
27
Bodhisattva adalah makhluk yang bercita-cita untuk mencapai pencerahan demi
kebahagiaan semua makhluk. Untuk itu setiap manusia merupakan Bodhisattva, penolong manusia
lainnya. 28
Yen, Sanubari Teduh JIlid II, h. 40. 29
Yen, Sanubari Teduh JIlid II, h. 81. 30
Yen, Sanubari Teduh JIlid II, h.85.
77
dimanfaatkan sebaik mungkin. Semangat Bodhisattva harus dikerahkan untuk
melakukan kebajikan bagi makhluk lain dengan sukarela.31
Para anggota komite Tzu Chi sama welas asihnya dengan para
Bodhisattva. Mereka melayani sebagai tangan dan mata Kuan Yin, Dewi Welas
Asih (Bodhisattva Avalokitesvara), yang memiliki seribu mata untuk melihat
penderitaan orang-orang di dunia dan seribu tangan untuk menolong mereka.
Sebagai relawan tidak hanya bersumbangsih, juga harus dapat mengintropeksi
diri, menelaah dalam dirinya untuk dapat menyayangi bukan hanya orang yang
tidak dikenal tetapi juga orang-orang disekitarnya.32
Anggota komite Tzu Chi harus memiliki cara bertindak yang terpuji dan
pembawaan yang terhormat. Mereka harus menyandang semangat ajaran Buddha
di pundak kanan dan citra yang baik tentang Tzu Chi di sebelah kiri, serta memliki
kepribadian yang hangat tulus dari hati. Sebagai relawan Tzu Chi, mereka
memiliki semangat relawan yang setia, saling membantu, dan memberikan
dorongan serta memiliki hati yang lapang dalam bertindak.33
Ada delapan ruas jalan kebenaran34
dan sepuluh sila yang menjadi
pedoman relawan Tzu Chi. Lima yang pertama berdasarkan Lima Sila Buddhis
dikenal dengan Pancasila Buddhis;35
lima berikutnya ditambahkan oleh Master
31
Yen, Sanubari Teduh JIlid II, h. 111. 32
Yen, Menaburkan Benih Kebahagiaan, h. 103. 33
Yen, Sanubari Teduh JIlid II, h. 160. 34
Lihat h. 40. 35
Kitab Suci Sutta Pitaka, 1988: 70 tentang Pancasila Buddhis; (1) Pannatipata veramani
sikkhapadang, bertekad berusaha menghindari pembunuhan; (2) Adinnadana veramani
sikkhapadang, bertekad berusaha menghindari sesuatu yang tidak diberikan; (3) Kamesu
micchacara veramani, bertekad berusaha menghindari perbuatan asusila; (4) Musavadha veramani
sikkhapadang, bertekad berusaha menghindari ucapan tidak benar; (5) Surameraya
majjapamadhattana veramani sikkhapadang samadiyami, bertekad berusaha menghindari zat yang
78
Cheng Yen sesuai dengan kondisi masyrakat masa kini. Sila ini berlaku sebagai
panduan moral bagi relawan Tzu Chi. Master Cheng Yen mengingatkan bahwa
tujuan sila bukan untuk mengekang, melainkan untuk melindungi dan menjaga
dari bahaya.36
1. Tidak membunuh, berarti memahami bahwa hidup itu berharga dan atas
dasar rasa hormat terhadap kehidupan, para relawan akan berjuang untuk
melindungi semua makhluk.
2. Tidak mencuri, berarti menghormati apa yang menjadi milik orang lain.
Mengetahui bahwa ada banyak orang yang hidup berkekurangan, maka
ikrar para relawan adalah memiliki sikap murah hati.
3. Tidak berbuat asusila, berarti memahami bahwa kativitas seksual dengan
cara yang tidak baik dapat membawa petaka dan derita, mengahancurkan
hidup sendiri dan orang lain seperti hubungan seksual di luar pernikahan.
Integritas sebuah keluarga sangatlah penting untuk mengembangkan etika,
moralitas, serta masyarakat yang sehat dan tenteram.
4. Tidak berucap yang tidak benar, memahami bahwa integritas diri sangat
bertumpu pada kepercayaan orang terhadap perkataan diri sendri. Kata-
kata yang keras, penuh kebencian, atau kasar dapat melukai hati orang
lain.untuk itu pengendalian dari kata-kata yang tidak bermanfaat harus
dibuang, dan diganti dengan kata-kata penuh cinta kasih dan welas asih
agar dapat menyenangkan orang lain.
dapat menghilangkan kesadaran. Toharudin, Jurnal: Konsep Ajaran Buddha Dharma Tentang
Etika, h. 197. 36
Shih Cheng Yen, Kekuatan Hati: Butir-butir Ajaran Kehidupan (Jakarta: PT. Jing Si
Mustika Indonesia, cetakan kedua, 2016), h. 185.
79
5. Tidak minum-minuman yang beralkohol, memahami bahwa alcohol dapat
melemahkan kesadaran dan mungkin menyebabkan pebuatan yang dapat
mencelakai diri sendiri dan orang lain.
6. Tidak merokok, menggunakan narkoba, atau mengunyah buah pinang,
memahami bahwa mengkonsumsi itu semua dapat menimbulkan
kecanduan dan dapat membahyakan kesehatan.
7. Tidak berjudi atau berspekulasi, memahami bahwa mencari keuntungan di
atas kerugian orang lain dapat menghancurkan kehidupan sendiri dan
keluarga, seperti permainan saham. Maka dari itu relawan mencari nafkah
dengan jalan yang jujur dan kerja keras.
8. Berbakti kepada orang tua, menjaga sikap dan tutur kata, memahami
bahwa betapa berutang budinya terhadap orang tua – yang telah memberi
kita kehidupan, membesarkan dan merawat, serta bekerja keras melakukan
apapun yang bisa mereka lakukan demi anaknya. Untuk itu sebagai anak,
harus menunjukkan rasa bakti dan patuh terhadap mereka dengan penuh
kelembutan dan cinta kasih.
9. Mentaati peraturan lalu lintas, memahami bahwa bahanya bila tidak
mentaati peraturan dapat menyebabkan kecelakaan dan penderitaan
terhadap diri sendiri dan orang lain. Untuk itu maka selalu berkendara
dengan penuh kehati-hatian.
10. Tidak berpolitik atau berdemonstrasi, memahami bahwa demonstrasi dan
politik dapat menyebabkan konflik, perpecahan, dan kegelisahan di
80
masyarakat. Untuk itu Tzu Chi hanya fokus pengembangan cinta kasih dan
keharmonisan di masyarakat.37
C. Implementasi Cinta Kasih Master Cheng Yen di Yayasan Buddha Tzu
Chi Indonesia:
1. Cinta Kasih Agung: Misi Amal
Dalam misi amal, mengutamakan sumbangsih beramal untuk
menghilangkan penderitaan dan mendatangkan kebahagiaan, seperti makna
kata Tzu Chi. Sebelum mmemutuskan memberikan bantuan pada Gan En Hu
(penerima bantuan), pertama-tama relawan Tzu Chi harus survey ke tempat
Gan En Hu. Memahami dan mempelajari sungguh-sungguh apa saja yang
Gan En Hu butuhkan. Selama memberikan bantuan, relawan Tzu Chi secara
rutin melakukan kunjungan kasih ke rumah Gan En Hu. Interaksi ini
menyentuh hati para Gan En Hu, dan memberikan pelajaran kepada para
relawan untuk senantiasa bersyukur akan berkah yang diterima.38
Dalam pengelolaan Rusun Cinta Kasih Cengkareng, terdapat
pengelolaan khusus di sana. Terdapat RSKB Cinta Kasih, sekolah (SD-
SMA/SMK), dan Depo Pelestarian Lingkungan di sana. Setiap rumah
dikenakan biaya Rp. 120,000,- /bulan sudah termasuk listrik. Rusun ini
merupakan bagian dari rangkaian peristiwa dan arahan dari Master Cheng
Yen dalam menangani korban banjir pada tanggal 28 Januari 2002. Selain
memberikan bantuan makanan, truk, dan perahu karet, bersama Tentara
Nasional Indoensia (TNI), insan Tzu Chi Indonesia mendapatkan arahan dari
37
Yen, Kekuatan Hati: Butir-butir Ajaran Kehidupan, h. 185. 38
Wawancara Pribadi dengan Andre Zulman (Humas Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Pusat, Jakarta) Pada Tanggal 22 Juli 2017.
81
Master Cheng Yen untuk menanggulangi banjir dengan program 5P
(Pembersihan Sampah, Pengeringan Genangan Air, Penyemprotan
Pencegahan Penyakit, Pengobatan Massal, dan Pembangunan Perumahan
Cinta Kasih Tzu Chi).39
Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi diperuntukkan untuk warga korban
banjir yang tinggal di bantaran Kali Angke bekerjasama dengan Pemerintah
DKI Jakarta dan Perumnas. Terdapat dua Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di
Jakarta. Pertama, perumahan berkonsep rumah susun Cinta Kasih Tzu Chi
Cengkareng, yang dibangun di lahan seluas 5 hektar dapat menampung 1.100
kepala keluarga. Diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarno Putri pada
tanggal 25 Agustus 2003. Kedua adalah, rusun Cinta Kasih Tzu Chi Muara
Angke, diperutukan bagi para nelayan di bantaran Kali Adem. Dibangun di
atas lahan seluas 1,8 hektar. Perubahan yang terpenting adalah bukan dari apa
yang tampaka dari luar, namun apa yang terjadi di dalam. Tak hanya
kehidupan warganya yang pindah dari “pinggiran” menjadi “gedongan”,
namun cara hidup warga juga mulai bergeser menjadi lebih memperhatikan
kebersihan, pendidikan, dan ketertiban.40
Ada penyakit yang umum di masyarakat dewasa ini, yaitu sepinya
cinta kasih. Menerangi hati dengan penuh cinta kasih dapat dimulai dari diri
sendiri, dan selanjutnya memberikan cinta kasih yang kita punya kepada siapa
pun. maka setiap orang akan dipenuhi dengan cinta kasih dan mereka pun
akan menjadi hidup dalam keharmonisan. Cinta sejati tidak membedakan
39
Tzu Chi Indonesia, Menebar Cinta Kasih di Indonesia, h. 14. 40
Tzu Chi Indonesia, Menebar Cinta Kasih di Indonesia, h. 16.
82
waktu, tempat, agama, atau ras. Tidak peduli kapan atau di mana ada
makhluk hidup yang menderita, jika melihat, mendengar, dan dapat
menjangkau mereka, haruslah dapat berbuat kebajikan untuk menolong
mereka tanpa mengharapkan imbalan apa pun.41
Makna paling mendalam dari keempat misi (amal, kesehatan,
pendidikan, dan budaya humanis) adalah bahwa Tzu Chi mempraktikkan
prinsip-prinsip secara nyata. Perkembangan masa depan Tzu Chi akan penuh
arti hanya jika tindakan dan prinsip berjalan bersama. Mendatangkan
kebahagiaan bagi orang lain dan menghilangkan penderitaan bagi mereka.42
Tzu Chi membawa kebahagiaan dengan penuh rasa sukacita. Seperti
halnya kegiatan di Panti Asuhan Dorkas, Menteng tanggal 30 Juli 2017. Tzu
Chi melakukan kunjungan kasih untuk menghibur anak-anak panti asuhan
dengan permainan dan penuh canda tawa. Tidak hanya itu, Tzu Chi juga
memberikan motivasi ke anak-anak panti asuhan untuk selalu berbuat
kebaikan, tanpa harus membedakan ras, suku, agama, ataupun bangsa. Tzu
Chi juga mengajarkan isyarat tangan dengan lagu “Satu Keluarga”. Tzu Chi
memberikan nuansa kekeluargaan bagi mereka. Mereka pun terlihat bahagia
atas itu. Kegiatan yang berlangsung selama dua jam itu, diakhiri dengan
pemberian hadiah berupa peralatan sekolah, snack, dan peralatan mandi. Serta
sesi foto bersama antara relawan Tzu Chi dan anak-anak panti asuhan.43
41
Yen, Sanubari Teduh JIlid II, h. 35. 42
Yen, Sanubari Teduh JIlid II, h. 246. 43
Kunjungan Kasih Tzu Chi ke Panti Asuhan Dorkas, Jakarta Pusat. Tanggal 30 Juli 2017,
pukul 11:30 – 14:00 WIB.
83
Membantu menyelamatkan orang-orang dari penderitaan mereka
dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan pemberian tanpa pamrih.
Dengan cara ini dapat memperoleh sukacita spitual dan kepuasan batin.44
Orang yang baik hati merasa bahagia ketika orang lain bahagia, dan ia
melakukan-hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain.45
Saat terjadi gempa
bumi yang luar biasa dahsyatnya, 8,9 skala richter dan tsunami di Aceh, akhir
tahun 2004. Tzu Chi hadir dengan bantuan tiga tahap; menentramkan raga,
menentramkan hati, dan memulihkan kehidupan. Bersama TNI, Tzu Chi
membagikan sembako kepada para korban bencana alam. Awalnya Tzu Chi
membantu bantuan jangka pendek, namun setelah tuntas masalah pangan,
pada Februari 2005, para korban yang kehilangan tempat tinggal diungsikan
ke perumahan tenda, untuk menunggu penyelesaian perumahan permanen. 27
Desember 2005, perumahan cinta kasih Tzu Chi pun ramppung dan
diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Perumahan ini terdiri
atas 3 wilayah, pertama di Panteriek-Banda Aceh sebanyak 716 unit rumah,
Neuheun-Aceh Besar sebanyak 850 unit rumah, dan Meulaboh-Aceh Barat
sebanyak 1000 unit rumah. Dengan total 2566 unit rumah.46
2. Welas Asih Agung: Misi Kesehatan
Misi kesehatan seperti baksos. Terdapat skala besar dan kecil. Skala
besar seperti operasi katarak, operasi hernia, operasi bibir sumbing, dan lain
44
Yen, Sanubari Teduh JIlid II, h. 136. 45
Inilah yang dinamakan kebijaksanaan sejati. Merasakan apa yang orang lain rasakan.
Ketika orang lain bahagia, ia ikut bahagia. Ketika orang lain berduka, ia pun ikut merasakan
berduka. 46
Tzu Chi Indonesia, Menebar Cinta Kasih di Indonesia, h. 19-20.
84
sebagainya. Skala kecil meliputi, pemeriksaan gigi dan mulut serta
penyuluhan de generatif kepada lansia.47
Sebagai insan Tzu Chi, memberikan cinta kasih murni adalah
kewajiban, bahkan kepada orang-orang yang tidak punya hubungan khusus,
dan insan Tzu Chi harus memiliki welas asih untuk dibagi kepada mereka
yang menderita.48
Bakti sosial kegiatan Tzu Chi dimulai sejak tahun 1999. Sejak saat itu
Tzu Chi memberikan perhatian untuk penyakit-penyakit yang diderita, namun
memiliki keterbatasan biaya. Seperti katarak, hernia, tumor, dan bibir
sumbing. Secara berkala, Tzu Chi mengadakan pelayanan kesehatan tanpa
biaya, terutama di wilayah yang kurang memadai fasilitas kesehatannya.
Kegiatan baksos kesehatan Tzu Chi berskala besar pertama kali dilakukan di
RS Paramita, Tangerang pada tanggal 18-21 Maret 1999. Penyakit yang
ditangani adalah bibir sumbing, katarak, hernia, gondok, pterygium,
entropion, dan benjolan minor. Sebanyak 9,330 pasien berhasil ditangani.49
Penyakit memang hal yang dapat membuat seseorang mengalami
penderitaan atau kemiskinan. Untuk itu, Tzu Chi dengan semangat welas asih
berempati dan iba atas hal itu, Tzu Chi melakukan bakti sosial massal
kesehatan untuk mereka yang memiliki keterbatasan biaya. Seperti kegiatan
bakti sosial kesehatan de generatif di Jembatan Besi, Jakarta Barat, dengan
47
Wawancara Pribadi dengan Andre Zulman (Humas Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Pusat, Jakarta) Pada Tanggal 22 Juli 2017. 48
Yen, Sanubari Teduh JIlid II, h. 35. 49
Tabel Data Baksos Kesehatan Tzu Chi Indonesia Tahun 1999 – 2012, Sumber: Asosiasi
Medis Tzu Chi atau yang lazim disebut Tzu Chi International Medical Association (TIMA
Indonesia), pdf.
85
semangat welas asih, Tzu Chi memberikan bantuan kesehatan berupa
pelayanan kesehatan secara gratis di Sekolah Candra Naya, Jakarta Barat.
Ratusan pasien yang sudah berumur atau menua mengantri untuk
mendapatkan pengobatan gratis. Inilah implementasi dari karuna (welas asih)
yang ditanamkan di Tzu Chi. Acara ini berlangsung tanggal 27 Agustus 2017,
mulai pukul 08:00-12:30 WIB.50
3. Sukacita Agung: Misi Budaya Humanis
Misi budaya humanis dengan menyebarluaskan kebaikan melaui
media (DAAI TV, Majalah Tzu Chi, Buletin Tzu Chi, website tzuchi.or.id).
menyampaikan kebenaran dan memiliki manfaat yang dapat menginspirasi.
Budaya humanis juga diperaktikan dalam sehari-hari oleh para relawan
dengan sikap perilaku yang tenang dalam melakukan segala hal, seperti
berjalan tanpa harus berbunyi, dan berjalan sejajar agar terlihat rapi. Menjadi
vegetarian menggalakkan hidup sehat dengan menjadi vegetarian.51
Jika ingin dapat menuntun dan menginspirasi untuk orang lain, harus
lebih dahulu menerangi hati diri sendiri. Seorang peimpin sejati haruslah tulus
dan bekerja keras, bukan hanya kemampuan semata. Memiliki hati yang
terbuka dan memberika cinta kasih yang dipunya untuk semua makhluk
merupakan faktor untuk menerangi hati.52
Sungguh beruntung menjadi orang yang mencintai dan dicintai orang
lain. Namun, cinta yang dimunculkan dari diri sendiri haruslah murni dan
50
Kegiatan baksos kesehatan de generatif di Sekolah Candra Naya, Jakarta Barat. Tanggal
27 Agustus 2017, pukul 08:00-12:30 WIB. 51
Wawancara Pribadi dengan Andre Zulman (Humas Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Pusat, Jakarta) Pada Tanggal 22 Juli 2017. 52
Yen, Sanubari Teduh JIlid II, h. 31.
86
tidak ternoda. Seseorang yang memberikan cinta kasih tidak boleh
mengharapkan imbalan, dan si penerima cinta tidak boleh menjadi serakah.
Dengan cara ini, si pemberi maupun si penerima dapat tinggal dengan
bahagia dan bebas.53
Apabila secara kurang hati-hati menyebarkan gossip atau fitnah yang
tak berdasar, sekalipun hal itu tidak melukai tubuh orang lain, kadang dapat
merusak reputasinya, yang mana justru lebih buruk akibatnya. Kesakitan fisik
bersifat sementara saja, sedangkan meruntuhkan citra seseorang dapat
menjungkirkan kepribadiannya sampai akhir hayatnya.54
Dalam mengembangkan moralitas, harus mewaspadai empat hal
dalam perilaku sehari-hari. Pertama, waspada terhadap perkataan. Setiap kata
yang terucap harus dapat membesarkan hati dan menginspirasi orang lain.
Kedua, waspada terhadap tingkah laku. Bertindaklah secara santun dalam
perbuatan sehari-hari. Tingkah laku merupakan cerminan dari kebajikan.
Ketiga, waspada terhadap sikap. Sikap harus bermartabat tetapi lembut saat
berhubungan dengan orang lain. Orang akan senang dan tidak merendahkan
anda. Confucius pernah berujar, “Bersikaplah lembut namun serius,
bersikaplah mantap namun jangan terlalu keras. Keempat, waspada terhadap
hati. Memiliki hati yang toleran dan ceria. Terus mengembangkan hati yang
penuh sukacita, gembira dalam menolong setiap orang, dan selalu
53
Yen, Sanubari Teduh JIlid II, h. 34. 54
Yen, Sanubari Teduh JIlid II, h. 46.
87
memikirkan kesejahteraan orang lain. Dengan cara ini, setiap orang akan
menjadi bahagia.55
Untuk itu dalam memberikan tayangan, kabar, atau berita, melalui
majalah, bulletin, dan juga dari DAAI TV, harus yang dapat menginspirasi
orang banyak. Pihak Tzu Chi memilah kabar-kabar atau tayangan yang dapat
memberikan manfaat bagi kedamaian dan keharmonisan di masyarakat.
Sesuai dengan sila Tzu Chi yang kesepuluh, tidak berpolitik dan tidak
berdemonstrasi, yang merupakan penyebab konflik, perpecahan, dan
kegelisahan di masyarakat. bahwa demonstrasi dan politik dapat
menyebabkan konflik, perpecahan, dan kegelisahan di masyarakat. Untuk itu
Tzu Chi hanya fokus pengembangan cinta kasih dan keharmonisan di
masyarakat.56
Sebagai contoh perayaan tiga Hari Besar Yayasan Buddha Tzu Chi;
perayaan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia pada
tanggal 14 Mei 2017 di Aula Jing Si lt. 4 Tzu Chi Center Pantai Indah Kapuk,
Jakarta Utara. Perayaan ini untuk memperingati budi besar Buddha, budi
seorang ibu, dan budi semua makhluk. Atas dasar filosofi cinta kasih yang
universal dengan tujuan untuk mendoakan semua makhluk, ketentraman
dunia, dan menjauhkan segala bencana, semua kalangan, baik dari berbagai
agama dan golongan dapat hadir di perayaan ini. Sebanyak 90 jemaat Gereja
St. Fransiskus Xaverius, Jakarta Utara menghadiri perayaan ini. Total peserta
55
Yen, Sanubari Teduh JIlid II, h. 48-49. 56
Wawancara pribadi dengan Andre Zulman (Humas Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Pusat). Tanggal 22 Juli 2017.
88
dari perayaan ini sebanyak 4.873 orang. Dan perayaan ini juga berlangsung di
setiap kantor penghubung Tzu Chi seluruh Indonesia.57
Pada tanggal 6 Agustus 2017 bertempat di Depo Pelestarian
Lingkungan58
Rumah Susun Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat,
Tzu Chi mengadakan kegiatan Pelestarian Lingkungan. Kegiatan ini
dilakukan oleh relawan Tzu Chi dan Tzu Ching59
. berupa pengumpulan botol-
botol, gelas-gelas, atau benda lainnya yang terbuat dari plastik yang
kemudian akan dijual ke penadah plastik. Kemudian ada juga pengumpulan
kertas kado yang tidak laku atau sudah tidak layak. Hasil penjualan benda-
benda plastik ini dapat digunakan untuk kegiatan Tzu Chi lainnya. Dan hasil
dari pengumpulan kertas kado tersebut dapat digunakan untuk pembungkus
hadiah ketika Tzu Chi melakukan kunjungan kasih. Di Yayasan Buddha Tzu
Chi Taiwan – Tzu Chi Pusat, kegiatan pengumpulan benda-benda plastik
mereka daur ulang menjadi pintalan atau gulungan benang yang kemudian
dapat dijahit menjadi baju, celana, ataupun handuk.60
4. Keseimbangan Batin Agung: Misi Pendidikan
Dalam misi pendidikan melakukan rehabilitasi terhadap sekolah-
sekolah yang rusak atau tidak layak dan juga yang terkena bencana alam.
Dalam hal ini, Tzu Chi mengelola dua sekolah, pertama Tzu Chi School,
57
Buletin Tzu Chi, Menemukan Welas Asih Dalam Diri (Jakarta: Yayasan Buddha Tzu
Chi Indonesia, 2017). 58
Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi merupakan tempat pembelajaran untuk
menyayangi bumi dan hidup hemat. Di sini selain para relawan melatih diri, mereka juga
mensosialikasikan kepada masyarakat umum tentang menjaga lingkungan dengan memilah
sampah sendiri dan mencegah berperilaku konsumtif. 59
Tzu Ching merupakan relawan komunitas Tzu Chi yang masih sekolah (SMA-
Perguruan Tinggi). 60
Kegaitan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di Rumah Susun Cinta Kasih Tzu Chi
Cengkareng, Jakarta Barat. Tanggal 6 Agustus 2017, pukul 08:00-12:00.
89
Pantai Indah Kapuk. Kedua Tzu Chi School Cengkareng. Hal yang
membedakan antara sekolah Tzu Chi dan sekolah lain adalah Kelas Budi
Pekerti61
yang diadakan setiap bulan. Sebuah bentuk pengajaran etika kepada
anak-anak yang kemudian diimplementasikan dalam sebuah metode di
sekolah. Sebagai contoh dalam menghormati orang tua, anak murid
perempuan diajarkan dengan menyuruh mereka memasukan bantal ke dalam
bajunya seolah sedang hamil. Untuk mengajarkan bahwa begitulah ibu kalian
mengandung selama 9 bulan 10 hari selalu membawa kalian kemana-mana.62
Stabilitas masyarakat berpangkal dari pendidikan keluarga.
Pendidikan keluarga didasarkan pada pengembangan moral pribadi. Jika
berhasil melaksanakn pengembangan moral dan memberikan perhatian yang
baik kepada keluarga, maka akan timbul masyarakat yang damai.63
Cara suami dan istri dalam bertindak satu sama lain bukan hanya
mengajarkan contoh nyata bagi anak mereka, tetapi juga secara tidak
langsung mengajari kepada anak bagaimana menghadapi dunia ini.64
keluarga
Bhuddis sejati menekankan pentingnya tata karma. Tata karma merupakan
sikap yang paling indah dalam kehidupan. Menumbuhkan cinta kasih dalam
pikiran anak-anak untuk mengasihi sesama manusia, menyayangi benda, dan
61
Sebulan sekali relawan Tzu Chi mengadakan Kelas Budi Pekerti. Dalam kelas ini, para
relawan mengajarkan anak-anak mengenai tata karma dalam bersikap dan berperilaku, kecintaan
pada lingkungan, sikap bakti, serta menanamkan akhlak yang baik melalui berbagai permainan dan
kegiatan yang menyenangkan. 62
Wawancara Pribadi dengan Andre Zulman (Humas Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Pusat, Jakarta) Pada Tanggal 22 Juli 2017. 63
Yen, Sanubari Teduh JIlid II, h. 43. 64
Sang Buddha telah berkata bahwa tantangan terbesar manusia adalah mengendalikan
pikirannya. Bahkan sejak anak dilahirkan, dari balita menuju remaja hingga dewasa, orang tua
bertanggung jawab penuh dalamperkembangan pikiran sang anak. Lihat Toharudin, Jurnal:
Konsep Ajaran Buddha Dharma Tentang Etika, h. 196.
90
alam. Dengan demikian, di masa depannya secara alami mereka akan
mengarah pada jalan yang berguna untuk umat manusia.65
Ibu harus bisa menjadi guru dan pembimbing yang baik bagi anak-
anaknya. Ia harus memastikan bahwa anak-anaknya sehat dan kuat, baik
secara fisik maupun mental. Hati yang penuh cinta kasih, murah hati, dan
berwelas asih merupakan ciri seorang wanita. Adalah tugas istri untuk
menuntun suami ke arah yang benar, dan tugas seorang ibu untuk mendidik
anaknya, serta menjadi bermanfaat untuk orang lain.66
Sebagai seorang anak, berbakti tidak hanya memenuhi kebutuhan
materi orang tua saja, yang dinamakan berbakti adalah dapat memandu orang
tua untuk melangkah ke jalan pencerahan dan juga meningkatkan nilai
kehidupan mereka serta meningkatkan kualitas batin mereka.67
Berbakti
kepada orang tua tidak hanya dengan mematuhi mereka, tetapi sebagai anak
juga harus selalu bersikap riang, lemah lembut, dan membahagiakan
mereka.68
Pada tanggal 6 Agustus 2017, selain ada Kegiatan pelestarian
lingkungan di Depo Pelestarian Lingkungan, terdapat juga kegiatan misi
pendidkan, yaitu Kelas Budi Pekerti untuk anak SD Tzu Chi . Selain mereka
diajarkan bagaimana menghormati, taat, dan patuh kepada orang tua, mereka
diajarkan bagaimana pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
65
Yen, Sanubari Teduh JIlid II, h. 105. 66
Yen, Sanubari Teduh JIlid II, h. 30. 67
Shih Cheng Yen, Menaburkan Benih Kebahagiaan-Doa Restu Bagi Generasi Muda
(Jakarta: PT. Jing Si Mustika Abadi Indonesia, 2013), h 49.
68
Yen, 108 Kata Perenungan, h. 39.
91
Memanfaatkan barang-barang yang tak terpakai menjadi terpakai di kemudian
hari. Kegiatan ini berlangsung pukul 08:00-17:00 WIB.
Selain menjalankan program budi pekerti, Tzu Chi juga hadir dalam
pembangunan dan rehabilitasi sekolah yang telah rusak. Hingga 2012 Tzu Chi
telah membantu pembangunan 33 gedung sekolah, yaitu 3 sekolah dasar
korban gempa di Bengkulu, SD Tanjung Anom Tangerang, SDN 060966-
060967-060968 Medan, gedung sekolah Pondok Pesantren Nurul Iman
Parung, gedung sekolah di Panteriek (Aceh), Sekolah Terpadu SD-SMP-SMA
di Bantul (Yogyakarta), SDN Cikadu (Bandung), SDN Mesjid Priyayi Serang
(Banten), Sekolah Unggulan Cinta Kasih, Pangalegan, dan SMAN 1 Padang.69
Tzu Chi juga memiliki program beasiswa sejak 27 Juli 2013. Peserta
program ini juga berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, seperti Jakarta,
Bogor, Depok, Bekasi, Tangerang, Pati, Semarang, Palembang, Banjarmasin,
Nusa Tenggara Barat dan Timur. Dalam meningkatkan kualitas cinta kasih
sejak dini, Tzu Chi juga memiliki Tzu Ching yang diresmikan tanggal 7
September 2003. Tzu Ching merupakan perkumpulan muda-mudi mahasiswa
yang memiliki struktur tersendiri dalam menjalankan programnya. Terdiri dari
berbagai wilayah universitas di Indonesia. Muda mudi ini seringkali
membantu kegiatan Tzu Chi juga sebagai relawan komunitas. Mereka
membawa harapan bahwa cinta kasih akan terus diwariskan dan senantiasa
hadir di masa mendatang.70
69
Tzu Chi Indonesia, Menebar Cinta Kasih di Indonesia, h. 29. 70
Tzu Chi Indonesia, Menebar Cinta Kasih di Indonesia, h. 30-31.
92
Jika seseorang selalu bersyukur dan berpikir tentang sumber
kehidupannya, ia akan selalu tahu bahwa sesama manusia saling bergantung
satu sama lain. Satu orang tidak akan sanggup hidup sendiri. Oleh karena itu,
harus dapat berbagu dengan apa yang telah diterima. Berilah lebih banyak, dan
bantulah orang lebih banyak lagi. Dan berterimakasihlah kepada orang-orang
yang menerima bantuan, karena mereka telah membuka jalan bagi seorang
insan untuk menyusuri jalan Bodhisattva.71
71
Yen, Sanubari Teduh JIlid II, h. 122.
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Landasan teori cinta kasih universal Master Cheng Yen adalah Metta, cinta
kasih menyeluruh yang mendatangkan kebahagiaan bagi orang lain.
Kemudian ada Karuna atau welas asih, mengirimkan cinta kasih dan welas
asih kepada mereka yang membutuhkan tanpa batasan, ras, agama, budaya,
bahasa, dan bangsa. Kemudian mudita atau sukacita, berbahagia jika orang
yang menerima bantuan merasa bahagia. Dan terakhir adalah upekkha atau
keseimbangan batin, menjadi kan pribadi yang seimbang untuk memberikan
pengajaran kepada siapa pun, tanpa rahasia. Metta adalah yang yang paling
dominan, karena sesuai dengan visi-misi nya, “mendatangkan kebahagiaan
untuk semua makhluk hidup di dunia”.
2. Cinta kasih universal yang ditanamkan di Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia, diterapkan dalam 4 misi utama. Pertama, misi amal. Melakukan
kunjungan kasih ke Panti Asuhan Dorkas (Katolik), Menteng – Jakarta Pusat
(30 Juli 2017). Memberikan motivasi kepada anak-anak dan hadiah untuk
mereka. Tzu Chi hadir sebagai orang tua mereka. Kedua, misi kesehatan.
Melakukan bakti sosial kesehatan de generative di Sekolah Candra Naya,
Jembatan Besi – Jakarta Barat (27 Agustus 2017). Memberikan bantuan
kesehatan berupa obat-obatan secara gratis untuk para lansia dan akan
94
dilakukan penyuluhan secara berkala. Ketiga, misi pendidikan. Melaksanakan
kegiatan kelas budi pekerti setiap awal bulan di Rusun Cinta kasih Tzu Chi,
Cengkareng – Jakarta Barat (6 Agusrus 2017). Memberikan materi tentang
bakti kepada orang tua dan pelestarian lingkungan. Keempat, misi budaya
humanis. melaksanakan kegiatan pelestarian lingkungan di Depo Pelestarian
Lingkungan Rusun Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng – Jakarta Barat (6
Agustus 2017). Melestarikan lingkungan dengan mengumpukan sampah-
samoah plastik dan kertas kado yang tidak terpakai. Kemudia dijual untuk
digunakan kegiatan Tzu Chi lainnya.
B. Saran
Peneliti berharap penelitian ini bisa memberikan referensi baru khsusunya
tentang Cinta Kasih Universal dalam perspektif Master Cheng Yen dan
implementasinya di Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Selain itu peneliti
menyadari bahwa dalam penelitian ini jauh dari kata sempurna, untuk itu peneliti
mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat hal yang belum lengkap atau
belum dicantumkan dalam penelitian ini.
Peneliti akan sangat bersyukur dan mengucapkan terimakasih yang
sebanyak-banyaknya apabila penelitian ini bisa bermanfaat dan bisa menjadi
rujukan terkait permasalahan cinta kasih universal dalam perspektif Master Cheng
Yen dan implementasinya di Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Adanya masukan maupun kritik dari para pembaca sangat diharapkan oleh
peneliti demi berkembangnya kualitas peneliti dalam melakukan penelitian.
95
Daftar Pustaka
Agus, M. Hardajana, Religiositas, Agama, & Spiritualitas (Yogyakarta:
Kanisius, 2005).
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006).
Bahri, Media Zainul, Wajah Studi Agama-agama (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, cetakan pertama, 2015).
Buletin Tzu Chi, Menemukan Welas Asih Dalam Diri (Jakarta: Yayasan
Buddha Tzu Chi Indonesia, 2017).
Ching, Yu-Ing, Master Cheng Yen: Teladan Cinta Kasih (Edisi Revisi)
(Jakarta: PT. Jing Si MustikaAbadi Indonesia, cetakan keempat, 2013).
Cudamani, Pengantar Agama Hindu: Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta:
Yayasan Wisma Karma, 1987).
Dhammananda, K., Sri, Hidup Sukses dan Bahagia Tanpa Takut dan
Cemas (Jakarta: Karaniya, 2009).
Exhibition Hall Aula Jing Si Tzu Chi Center, lt. 1.
Faisal, Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial (Jakarta: Rajawali Pers,
2010).
Gunapayuta dan Z.A. Lu, Riwayat Buddha Gautama (Jakarta: CV. Bangun
Cipta Diraja, cetakan kedua, 1986).
Hanh, Thich Nhat, Keajaiban Hidup Sadar (Jakarta: Karaniya, cetakan
pertama, 2010).
96
Kahmat, H. Dadang, Metode Penelitian Agama (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2000).
Lee, TY, Hidup Penuh Dengan Berkah (Sumatera Utara: Patria).
Majelis Budhayana Indonesia, Kebahagiaan Dalam Dhamma (Jakarta:
Majelis Budhayana Indonesia, 1980).
Meolong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007).
Maarif, A. Syafii, dkk, Agama, Kemanusiaan, dan Budaya Toleransi
(Maluku Utara: Kantor Wilayah Departemen Agama, cetakan pertama, 2004).
Mukti, Khrisna dan Wijaya, Wacana Buddha Dharma (Jakarta: Yayasan
Dharma Pembangunan, cetakan ketiga, 2006).
Nadroh, Siti dan Syaiful Azmi, Agama-agama Minor (Jakarta: UIN
Jakarta Press, cetakan pertama, 2013).
Rinpoche, Yongey Mingyur, Kebijaksanaan Yang Membahagiakan
(Jakarta: Karaniya, cetakan pertama, 2010).
Sekretariat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Makalah: Sejarah Tzu
Chi (Jakarta: Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, 2017).
Sekretariat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Makalah: Sejarah Pendiri
Tzu Chi (Jakarta: Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, 2017).
Soepangat, Parwati, Pengabdian Dalam Buddha Dharma (Bandung:
Vihara Vimala Dharma, cetakan pertama, 2002).
Sou’yb, Joesoef , Agama-agama Besar di Dunia (Jakarta: PT. Ali Husna
Zikra, cetakan ketiga, 1996).
97
Suhartono, Iran. Metodologi Penelitian Sosial (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1996).
Sukandarrumidi, Bencana Alam dan Bencana Anthropogene (Yogyakarta:
Kanisius, 2010).
Suyanto, Bagong, dkk, Metode Penelitian Sosial (Jakarta Kencana
Prenneda Media Group, 2011).
Toharudin, Jurnal: Konsep Ajaran Buddha Dharma Tentang Etika
(Palembang: UIN Raden Fattah, volume 5, 2016).
Wowor, Cornelis, Pandangan Sosial Agama Buddha (Jakarta: CV. Nitra
Kencana Buana, 2004).
Yen, Shih Cheng, 37 Faktor Pencerahan-JilidSatu (Jakarta: PT. Jing Si
Mustika Abadi Indonesia, cetakan pertama, 2015).
Yen,Master Cheng, 108 Kata Perenungan (Jakarta: Yayasan Buddha Tzu
Chi Indonesia, cetakan pertama, 2014).
Yen, Shih Cheng, Batin yang Damai (Jakarta: PT. Jing Si Mustika Abadi
Indonesia, 2014).
Yen, Shih Cheng, Kekuatan Hati (Jakarta: PT. Jing Si Mustika Abadi
Indonesia, 2016).
Yen, Shih Cheng, Menaburkan Benih Kebahagiaan-Doa Restu Bagi
Generasi Muda (Jakarta: PT. Jing Si Mustika Abadi Indonesia, 2013).
Yen, Dharma Master Cheng, Sanubari Teduh Jilid II (Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo, 2009).
98
Yen, Master Cheng, Lingkaran Keindahan ( Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2007).
Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, cetakan pertama, 2004).
Sumber Internet
http://www.antaranews.com/berita/527377/sejarah-singkat-taiwan-sejak-
1949 diakses pada tanggal 24 Oktober 2017.
www.tzuchi.or.id
99
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat penelitian dari Jurusan Studi Agama-agama Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
100
Surat Izin Penelitian dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
101
Lampiran 2
Bukti Wawancara
102
103
104
105
106
107
108
109
Lampiran 3
Pertanyaan Wawancara
1. Sudah berapa lama anda menjadi relawan Tzu Chi?
2. Agama apa yang anda anut?
3. Bagaimana sosok Master Cheng Yen di mata para relawan Tzu Chi?
4. Bagaimana pemikiran Master Cheng Yen dapat inklusif ke dalam diri para
relawan Tzu Chi?
5. Bagaimana respon anda tentang ajaran Cinta Kasih Universal Master
Cheng Yen yang diimplementasikan di Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia?
6. Apakah anda menjalani 10 sila Tzu Chi dan 8 ruas jalan kebenaran?
7. Bagaimana pandangan tentang “manusia adalah penolong bagi manusia
lainnya”?
8. Faktor apa saja yang mendorong anda menjadi relawan Tzu Chi?
9. Bagi para relawan, bagaimana menjadikan seorang anak yang dapat
berbakti kepada orang tuanya?
10. Sebagai relawan Tzu Chi, hal apa saja yang telah dilakukan oleh para
relawan dalam menebarkan cinta kasih universal, baik dalam lingkungan
Tzu Chi, masyarakat, maupun dalam keluarga?
11. Sebutkan dampak positif yang para relawan rasakan setelah menjadi
relawan Tzu Chi! (perubahan positif yang dirasakan)
110
Hasil Wawancara
1. Sudah berapa lama anda menjadi relawan Tzu Chi?
Saya sudah di Tzu Chi selama 2 tahun.
2. Agama apa yang anda anut?
Islam
3. Bagaimana sosok Master Cheng Yen di mata para relawan Tzu Chi?
Master adalah tokoh inspiratif, membangun manyarakat dengan penuh
cinta kasih dan menjunjung nilai kemanusiaan, lintas agama, budaya, ras,
dan bahasa.
4. Bagaimana pemikiran Master Cheng Yen dapat inklusif ke dalam diri
para relawan Tzu Chi?
Cinta kasih Master Cheng Yen ini menjunjung nilai kemanusiaan
5. Bagaimana respon anda tentang ajaran Cinta Kasih Universal Master
Cheng Yen yang diimplementasikan di Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia?
Meskipun Buddha namun, cinta kasih ini diimplementasikan secara
universal, lintas agama, ras, budaya, dan bahasa.Dengan berlandaskan
pada dharama Buddha, 4 misi utama Tzu Chi dapat berjalan sepenuhnya
dan dapat diterima di Indonesia.Dalam misi amal, mengutamakan
sumbangsih beramal untuk menghilangkan penderitaan dan mendatangkan
kebahagiaan, seperti makna kata Tzu Chi. Dalam hal ini juga, relawan
terlebih dahulu melakukan cek dan ri-cek terlebih dahulu, melihat kondiisi
secara langsung, apakah yang dibutuhkan hanya satu atau beberapa.
Nama :Andre Zulman
Jabatan :Humas Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Pusat
Tanggal Wawancara :22 Juli 2017
111
Kemudian baru melakukan bantuan yang dibutuhkan.Setelah itu
melakukan kunjungan kembali, melihat kondisi selanjutnya, apakah telah
lebih baik dari sebelumnya.Dalam misi pendidikan, melakukan rehabilitasi
terhadap sekolah-sekolah yang rusak atau tidak layak dan juga yang
terkena bencana alam.Dalam hal ini, Tzu Chi mengelola dua sekolah,
pertama Tzu Chi School, Pantai Indah Kapuk. Kedua, Tzu Chi School
Cengkareng. Hal yang membedakan antara sekolah Tzu Chi dan sekolah
lain adalah kelas Budi Pekerti yang diadakan setiap bulan. Sebuah bentuk
pengajaran etika kepada anak-anak yang kemudian diimplementasikan
dalam sebuah metode di sekolah.Misi kesehatan seperti baksos.Terdapat
skala besar dan kecil.Skala besar seperti operasi katarak, operasi hernia,
operasi bibir sumbing, dan lain sebagainya.Skala kecil meliputi,
pemeriksaan gigi dan mulut serta penyuluhan de generatif kepada
lansia.Dalam misi budaya humanis dengan menyebarluaskan kebaikan
melaui media (DAAI TV, Majalah Tzu Chi, Buletin Tzu Chi, website
tzuchi.or.id).menyampaikan kebenaran dan memiliki manfaat yang dapat
menginspirasi. Budaya humanis juga diperaktikan dalamsehari-hari oleh
para relawan dengan sikap perilaku yang tenang dalam melakukan segala
hal, seperti berjalan tanpa harus berbunyi, dan berjalan sejajar agar terlihat
rapi.Menggalakkan hidup sehat dengan menjadi vegetarian.
6. Apakah anda menjalani 10 sila Tzu Chi dan 8 ruas jalan kebenaran?
Sebagai insan Tzu Chi sudah menjadi aturan untuk menjalani 8 jalan
kebenaran.Ini merupakan aturan di Tzu Chi, bukan untuk pengekangan.
112
Meskipun ini merupakan ajaran Buddha, selama ajaran baik dan sejalan
dengan agama saya (Islam), maka saya jalani. Untuk 10 sila Tzu Chi
menjalani secara bertahap.
7. Bagaimana pandangan tentang “manusia adalah penolong bagi
manusia lainnya”?
Sebagai manusia, sudah sepatutnya untuk salin toleran antar sesama.
8. Faktor apa saja yang mendorong anda menjadi relawan Tzu Chi?
Merupakan jalinan jodoh saya berada di Tzu Chi. Berawal dari kegiatan
baksos kesehatan di dekat rumah, dan saya juga sedang mencari pekerjaan
yang sifatnya melayani masyarakat.
9. Bagi para relawan, bagaimana menjadikan seorang anak yang dapat
berbakti kepada orang tuanya?
Menciptakan toleransi dengan jalan cinta kasih sesuai dengan yang Tzu
Chi ajarkan.
10. Sebagai relawan Tzu Chi, hal apa saja yang telah dilakukan oleh para
relawan dalam menebarkan cinta kasih universal, baik dalam
lingkungan Tzu Chi, masyarakat, maupun dalam keluarga?
Sudah banyak hal-hal yang saya lakukan di Tzu Chi, mulai dari sosialisasi,
menjalani misi amal, kesehatan, pendidikan, dan budaya humanis.
11. Sebutkan dampak positif yang para relawan rasakan setelah menjadi
relawan Tzu Chi! (perubahan positif yang dirasakan)
Semenjak di Tzu Chi, dampak positif yang saya rasakan adalah menjadi
pribadi yang lebih baik. Secara perilaku, tutur bahasa, khususnya kepada
yang lebih tua
113
1. Sudah berapa lama anda menjadi relawan Tzu Chi?
Saya sudah menjadi relawan Tzu Chi selama 18 tahun.
2. Agama apa yang anda anut?
Buddha
3. Bagaimana sosok Master Cheng Yen di mata para relawan Tzu Chi?
Master adalah sosok yang luar biasa. Dapat membimbing banyak orang
untuk membantu menghilangkan penderitaan orang lain yang
membutuhkan.
4. Bagaimana pemikiran Master Cheng Yen dapat inklusif ke dalam diri
para relawan Tzu Chi?
Cinta kasih yang ditanamkan oleh Master Cheng Yen di Tzu Chi
merupakan cinta kasih yang universal, menyeluruh ke setiap bagian.
5. Bagaimana respon anda tentang ajaran Cinta Kasih Universal Master
Cheng Yen yang diimplementasikan di Yayasan Buddha Tzu Chi?
Sangat bagus, dengan mengimplemetasikan ajarannya secara menyeluruh
atau universal.
6. Apakah anda menjalani 10 sila Tzu Chi dan 8 jalan kebenaran?
Iyaa menjalaninya 100%, tetapi untuk menjadi soerang bhodisatwa, itu
merupakan proses.
7. Bagaimana pandangan tentang “manusia adalah penolong bagi
manusia lainnya”?
Membantu orang lain dengan penuh kebijaksanaan tanpa pilih kasih secara
menyeluruh.
Nama :Florentina
Jabatan : Ketua Koordinator Baksos Kesehatan De Generatif
Tzu Chi Jembatan Lima
Tanggal Wawancara : 30 Agustus 2017
114
8. Faktor apa saja yang mendorong anda menjadi relawan Tzu Chi?
Karena saya tersentuh denga ceramah-ceramah atau dharma-dharma yang
Master sampaikan.
9. Bagi para relawan, bagaimana menjadikan seorang anak yang dapat
berbakti kepada orang tuanya?
Menciptakan toleransi dengan jalan cinta kasih sesuai dengan yang Tzu
Chi ajarkan.
10. Sebagai relawan Tzu Chi, hal apa saja yang telah dilakukan oleh para
relawan dalam menebarkan cinta kasih universal, baik dalam
lingkungan Tzu Chi, masyarakat, maupun dalam keluarga?
Mendidik keluarga menjadi lebih baik lagi dengan jalan Tzu Chi, menjadi
vegetarian.
11. Sebutkan dampak positif yang para relawan rasakan setelah menjadi
relawan Tzu Chi! (perubahan positif yang dirasakan)
Lebih penyabar, meningkatkan toleransi.Menjadi pribadi yang lebih baik
lagi.
1. Sudah berapa lama anda menjadi relawan Tzu Chi?
Saya sudah menjadi relawan Tzu Chi selama 8 tahun.
2. Agama apa yang anda anut?
Buddha
3. Bagaimana sosok Master Cheng Yen di mata para relawan Tzu Chi?
Master Cheng Yen adalah sosok yang tulus.Mampu membimbing orang
lain meskipun berbeda keyakinan, suku, ras, bahasa, dan bangsa.demi
kemanusiaan tanpa batasan.
Nama :Go Siang
Jabatan : Relawan Komite
Tanggal Wawancara : 30 Agustus 2017
115
4. Bagaimana pemikiran Master Cheng Yen dapat inklusif ke dalam diri
para relawan Tzu Chi?
Karena ketulusannya juga mampu mewujudkan bahwa setiap manusia
adalah sama, perbedaan bukan menjadi halangan untuik berbuat kebaikan.
5. Bagaimana respon anda tentang ajaran Cinta Kasih Universal Master
Cheng Yen yang diimplementasikan di Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia?
Mengenai ajaran cinta kasih universal nya, beliau mengungkapkan bahwa
ini sangat bagus, mengajak semua orang untuk berbuat kebaikan demi
kemanusiaan, bukan untuk salah satu agama tertentu.Dan semua misi telah
terlaksana semua.Kecuali pada misi kesehatan, bagian donor sumsum
tulang belakang. Karena itu membutuhkan alat yang canggih, namun untuk
rumah sakitnya sedang berlangsung pembangunannya di sebelah Yayasan
Buddha Tzu Chi Pusat, Pantai Indah Kapuk
6. Apakah anda menjalani 10 sila Tzu Chi dan 8 ruas jalan kebenaran?
Menjalani 10 silat Tzu Chi dan 8 ruas jalan kebenaran, namun belum
semua karena itu adalah proses.
7. Bagaimana pandangan tentang “manusia adalah penolong bagi
manusia lainnya”?
Manusia sebagai penolong manusia lainnya merupakan sebuah takdir,
bahwa memang manusia ditakdirkan untuk membantu menuntun manusia
lainnya dalam kebaikan.
8. Faktor apa saja yang mendorong anda menjadi relawan Tzu Chi?
sejak muda memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dan saya menemukan jalinan
jodohnya di Tzu Chi.
9. Bagi para relawan, bagaimana menjadikan seorang anak yang dapat
berbakti kepada orang tuanya?
Menciptakan toleransi dengan jalan cinta kasih sesuai dengan yang Tzu
Chi ajarkan.
116
10. Sebagai relawan Tzu Chi, hal apa saja yang telah dilakukan oleh para
relawan dalam menebarkan cinta kasih universal, baik dalam
lingkungan Tzu Chi, masyarakat, maupun dalam keluarga?
Dalam hal pendidikan anak pun, saya mendidiknya untuk patuh dan
berbakti kepada orang tua sesuai yang Tzu Chi ajarkan.Maka dari itu saya
mengajak satu keluarga saya masuk Tzu Chi.
11. Sebutkan dampak positif yang para relawan rasakan setelah menjadi
relawan Tzu Chi! (perubahan positif yang dirasakan)
Semenjak berada di lingkungan Tzu Chi, saya menjadi pribadi yang lebih
baik, menjadi seorang yang lebih penyabar, cinta lingkungan dengan
mengumpulkan sampah plastik di sekitar rumah
1. Sudah berapa lama anda menjadi relawan Tzu Chi?
Saya sudah menjadi relawan Tzu Chi selama 1 tahun.
2. Agama apa yang anda anut?
Islam
3. Bagaimana sosok Master Cheng Yen di mata para relawan Tzu Chi?
Master Cheng Yen, ia berpendapat bahwa Master merupakan sosok yang
inspiratif.Beliau mengajarkan teorinya tentang cinta kasih universal
sekaligus menyediakan wadah untuk mengimplementasikannya.
4. Bagaimana pemikiran Master Cheng Yen dapat inklusif ke dalam diri
para relawan Tzu Chi?
Karena di Tzu Chi ini menekankan toleransi. Selain itu dapat memahami
umat agama lain untuk demi menyebarkan cinta kasih universal –
Nama :Aghnia Y. Putri
Jabatan : Relawan Abu-Putih
Tanggal Wawancara : 30 Agustus 2017
117
kemanusiaan, memberikan kebahagiaan kepada manusia lain yang
membutuhkan dengan segenap jiwa raga dan ketulusan.
5. Bagaimana respon anda tentang ajaran Cinta Kasih Universal Master
Cheng Yen yang diimplementasikan di Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia?
Mengenai tentang ajaran cinta kasih universal Master Cheng Yen, menurut
saya bukan masalah dengan ajarannya.Karena di Tzu Chi ini menekankan
toleransi.
6. Apakah anda menjalani 10 sila Tzu Chi dan 8 ruas jalan kebenaran?
menjalani 10 sila Tzu Chi dan 8 ruas jalan kebenaran. Namun jika ada hal
yang bertentangan dengan agama saya (Islam),saya tidak melakukannya.
7. Bagaimana pandangan tentang “manusia adalah penolong bagi
manusia lainnya”?
Memberikan kebahagiaan kepada manusia lain yang membutuhkan dengan
segenap jiwa raga dan ketulusan.
8. Faktor apa saja yang mendorong anda menjadi relawan Tzu Chi?
Awalnya saya hanya ingin mengisi waktu luang di akhir pekan.Kemudian
mencari-cari di internet untuk menjadi seorang relawan.Bertemulah jalinan
jodoh dengan Tzu Chi tahun 2016.
9. Bagi para relawan, bagaimana menjadikan seorang anak yang dapat
berbakti kepada orang tuanya?
Belum berkeluarga, tetapi saya akan menamkan cinta kasih universal yang
Master ajarkan.
10. Sebagai relawan Tzu Chi, hal apa saja yang telah dilakukan oleh para
relawan dalam menebarkan cinta kasih universal, baik dalam
lingkungan Tzu Chi, masyarakat, maupun dalam keluarga?
Mengikuti kegiatan yang Tzu Chi adakan, mulai dari baksos kesehatan,
kunjungan kasih, serta pelestarian lingkungan.
118
11. Sebutkan dampak positif yang para relawan rasakan setelah menjadi
relawan Tzu Chi! (perubahan positif yang dirasakan)
Saya juga mencoba untuk menjadi vegetarian dan mengurangi sampah
plastik.Semenjak bergabung dengan Tzu Chi, saya merasa lebih
bermanfaat, meningkatkan toleransi, menjadi pribadi yang cinta
lingkungan.
1. Sudah berapa lama anda menjadi relawan Tzu Chi?
Saya di Tzu Chi sudah 12 tahun.
2. Agama apa yang anda anut?
Buddha
3. Bagaimana sosok Master Cheng Yen di mata para relawan Tzu Chi?
Master merupakan sosok figur yang sederhana, memiliki rasa welas asih
yang tinggi kepada orang lain yang menderita. Memiliki tekat yang luar
biasa.Sepenuh hati melayani masyarakat.
4. Bagaimana pemikiran Master Cheng Yen dapat inklusif ke dalam diri
para relawan Tzu Chi?
Pemikiran beliau tentang cinta kasih universal dapat meresap ke dalam
pemikiran saya, karena beliau adalah sosok guru yang mampu
membimbing banyak orang.Tanpa batasan agama, ras, budaya, dan
bahasa.Dan ini sesuai dengan pemikiran saya.
Nama :Irawati Mulyadi
Jabatan : Wakil He QI Barat
Tanggal Wawancara : 2 September 2017
119
5. Bagaimana respon anda tentang ajaran Cinta Kasih Universal Master
Cheng Yen yang diimplementasikan di Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia?
Dalam implementasinya di Tzu Chi sangat baik, ini karena beliau
menyampaikan tidak hanya sebuah teori cinta kasih universal, namun juga
ada implementasinya.Tanpa ada perbedaan agama, budaya, ras, dan bahasa
sekali pun.Dan Tzu Chi menjadi wadah untuk cinta kasih universal beliau.
6. Apakah anda menjalani 10 sila Tzu Chi dan 8 ruas jalan kebenaran?
Di Tzu Chi saya juga menjalani 10 sila Tzu Chi dan 8 ruas jalan
kebenaran, namun belum sepenuhnya, karena saya masih dalam
pembelajaran.
7. Bagaimana pandangan tentang “manusia adalah penolong bagi
manusia lainnya”?
Memberikan cinta kasih secara menyeluruh, tanpa batasan.
8. Faktor apa saja yang mendorong anda menjadi relawan Tzu Chi?
Awalnya hanya ingin membantu orang lain, tetapi makin lama di Tzu Chi,
bukan hanya orang lain yang merasa terbantu, namun diri sendiri juga.
9. Bagi para relawan, bagaimana menjadikan seorang anak yang dapat
berbakti kepada orang tuanya?
Saya belum menikah, namun nilai-nilai cinta kasih yang Tzu Chi ajarkan
saya dapat terapkan di keluarga.
10. Sebagai relawan Tzu Chi, hal apa saja yang telah dilakukan oleh para
relawan dalam menebarkan cinta kasih universal, baik dalam
lingkungan Tzu Chi, masyarakat, maupun dalam keluarga?
Saya aktif dalam pendidikan Budi Pekerti Tzu Chi, memberi pengajaran
pada anak untuk dapat merasakan penderitaan yang orang lain rasakan,
menciptakan rasa syukur kepada anak-anak. Seperti contoh
mempraktikkan makan tanpa menggunakan tangan.Dalam keluarga, saya
menjadi pribadi yang berbakti kepada orang tua.
120
11. Sebutkan dampak positif yang para relawan rasakan setelah menjadi
relawan Tzu Chi! (perubahan positif yang dirasakan)
Menjadi vegetarian.Selama di Tzu Chi, telah banyak perubahan, saya
menjadi sosok lebih penyabar, lebih bisa mendengar orang lain, dan lebih
toleransi.Ibarat batu, kita telah dikikis sifat-sifat buruknya.
1. Sudah berapa lama anda menjadi relawan Tzu Chi?
Saya di Tzu Chi sudah 5 tahun.
2. Agama apa yang anda anut?
Buddha
3. Bagaimana sosok Master Cheng Yen di mata para relawan Tzu Chi?
Master merupakan sosok ibu yang dirindukan oleh anak-anaknya. Sosok
yang mengagumkan akan cinta kasih dan welas asihnya.
4. Bagaimana pemikiran Master Cheng Yen dapat inklusif ke dalam diri
para relawan Tzu Chi?
Alasan mengapa pemikiran beliau bisa diterima saya adalah di Tzu Chi
saya menemukan hal yang dapat membuat saya mempelajari teori, sutra-
sutra.Dan itu diimplementasikan dalam kehidupan ini.Tzu Chi merupakan
tempat pelatihan batin.
5. Bagaimana respon anda tentang ajaran Cinta Kasih Universal Master
Cheng Yen yang diimplementasikan di Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia?
Beliau adalah bhiksuni yang melepaskan keduniaannya untuk
kemanusiaan.Dan cinta kasih universalnya sanagat bagus untuk
diimplementasikan.
Nama :Rifandi
Jabatan : Relawan Abu-Putih
Tanggal Wawancara : 2 September 2017
121
6. Apakah anda menjalani 10 sila Tzu Chi dan 8 ruas jalan kebenaran?
Di Tzu Chi saya juga menjalani 10 sila Tzu Chi dan 8 ruas jalan
kebenaran, namun belum sepenuhnya, karena saya masih dalam
pembelajaran.
7. Bagaimana pandangan tentang “manusia adalah penolong bagi
manusia lainnya”?
Master mengajarkan untuk mengajarkan dan mengajak orang lain untuk
berbuat kebaikan dan menjauhi kejahatan.
8. Faktor apa saja yang mendorong anda menjadi relawan Tzu Chi?
Latar belakang saya masuk Tzu Chi, berawal dari dikenali oleh teman saat
mahasiswa (Tzu Ching).Saat saya masuk Tzu Chi, seolah-olah ada cahaya
yang menuntun saya dari kegelapan ke tempat terang benderang.
9. Bagi para relawan, bagaimana menjadikan seorang anak yang dapat
berbakti kepada orang tuanya?
Saya belum menikah, namun nilai-nilai cinta kasih yang Tzu Chi ajarkan
saya dapat terapkan di keluarga.
10. Sebagai relawan Tzu Chi, hal apa saja yang telah dilakukan oleh para
relawan dalam menebarkan cinta kasih universal, baik dalam
lingkungan Tzu Chi, masyarakat, maupun dalam keluarga?
Sangat luar biasa dampak yang saya rasakan selama 5 tahun di Tzu Chi,
mulai dari lebih cinta kepada lingkungan, dengan membuang sampah pada
tempatnya.Taat pada lalu lintas.Dalam keluarga, saya menjadi pribadi
yang berbakti kepada orang tua.
11. Sebutkan dampak positif yang para relawan rasakan setelah menjadi
relawan Tzu Chi! (perubahan positif yang dirasakan)
Saya merasa sehat selalu dengan bervegetarian, lebih sabar, lebih ceria dan
mudah tersenyum, lebih mawas diri, lebih terbuka, dan berpikir sebelum
bertindak.
122
1. Sudah berapa lama anda menjadi relawan Tzu Chi?
Saya sudah di Tzu Chi selama 15 tahun.
2. Agama apa yang anda anut?
Buddha
3. Bagaimana sosok Master Cheng Yen di mata para relawan Tzu Chi?
Master merupakan sosok lemah lembut, bijaksana, welas asih, dan
berpandangan universal.
4. Bagaimana pemikiran Master Cheng Yen dapat inklusif ke dalam diri
para relawan Tzu Chi?
Ajaran Master Cheng Yen dapat inklusif ke dalam pemikiran saya karena
apa yang beliau ajarkan saat cocok dengan kondisi saat ini. mengajarkan
pelestarian alam, tidak ada unsur pemaksaan, tidak radikal, dan dapat
diterima siapa saja.
5. Bagaimana respon anda tentang ajaran Cinta Kasih Universal Master
Cheng Yen yang diimplementasikan di Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia?
Tentang ajarannya ini, meskipun beliau seorang tokoh agama (bhiksuni),
namun ini sangat baik, karena beliau menyampaikan bahwa cinta kasih
universal itu merupakan kesetaraan dan memanusiakan manusia.Bertindak
bajik untuk kedamaian dunia.
6. Apakah anda menjalani 10 sila Tzu Chi dan 8 ruas jalan kebenaran?
Saya menjalani aturan 10 sila Tzu Chi yang telah diterapakan, namun
belum sepenuhnya karena masih dalam pembelajaran.Untuk 8 ruas jalan
kebenaran saya menjalani sepenuhnya.
Nama :Meny Thalib
Jabatan : PIC Decoration dan Pengajar Budaya Humanis di
SMA/SMK Tzu Chi Cengkareng
Tanggal Wawancara : 2 September 2017
123
7. Bagaimana pandangan tentang “manusia adalah penolong bagi
manusia lainnya”?
Sebagai manusia kita harus berbuat sesautu yang dapat membangun cinta
kasih universal untuk hidup yang damai dan tentram.
8. Faktor apa saja yang mendorong anda menjadi relawan Tzu Chi?
Berawal dari hanya ikut-ikutan dan saya memang senang dalam bidang
sosial.Membuat saya terjalin jodoh di Tzu Chi.
9. Bagi para relawan, bagaimana menjadikan seorang anak yang dapat
berbakti kepada orang tuanya?
Dalam keluarga saya juga mengajarkan nilai-nilai cinta kasih yang Tzu
Chi ajarkan saya dapat terapkan di keluarga.
10. Sebagai relawan Tzu Chi, hal apa saja yang telah dilakukan oleh para
relawan dalam menebarkan cinta kasih universal, baik dalam
lingkungan Tzu Chi, masyarakat, maupun dalam keluarga?
Di Tzu Chi sudah suatu kewajiban untuk menjalani 4 misi Tzu Chi secara
benar, tidak hanya di Yayasan, namun di luar yayasan juga (keluarga).
11. Sebutkan dampak positif yang para relawan rasakan setelah menjadi
relawan Tzu Chi! (perubahan positif yang dirasakan)
Dampak positif selama saya tergabung dalam keluarga Tzu Chi, saya
menjadi lebih bijaksana dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang
banyak.
1. Sudah berapa lama anda menjadi relawan Tzu Chi?
Saya sudah di Tzu Chi selama 4 tahun.
2. Agama apa yang anda anut?
Buddha
Nama :Eric Darmawan
Jabatan : Wakil He Qi Utara
Tanggal Wawancara : 2 September 2017
124
3. Bagaimana sosok Master Cheng Yen di mata para relawan Tzu Chi?
Master adalah sosok yang bijaksana, penuh welas asih, dan wanita yang
memiliki cinta kasih yang luar biasa.
4. Bagaimana pemikiran Master Cheng Yen dapat inklusif ke dalam diri
para relawan Tzu Chi?
Hal yang membuat saya tertarik dan mengerti akan pemikiran beliau
adalah karena Master mempraktikkan apa yang diajarkannya, melalui teori
dan implementasi. Dan ini sejalan dengan pemikiran saya.
5. Bagaimana respon anda tentang ajaran Cinta Kasih Universal Master
Cheng Yen yang diimplementasikan di Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia?
Dalam implementasi dari ajaran beliau tentang cinta kasih universal,
sangat luar biasa tanpa batasan agama dapat membantu banyak masyarakat
luas.Mulai dari Pondok Pesantren Nurul Iman di Bogor, Gereja, tetapi
tetap menghargai perbedaan.
6. Apakah anda menjalani 10 sila Tzu Chi dan 8 ruas jalan kebenaran?
Saya menjalani 10 sila Tzu Chi namun masih dalam pembelajaran.Untuk 8
ruas jalan kebenaran saya menjalaninya dan dalam masa pendalaman
materi.
7. Bagaimana pandangan tentang “manusia adalah penolong bagi
manusia lainnya”?
Sebagai manusia, sudah sepatutnya untuk salin toleran antar sesama.
8. Faktor apa saja yang mendorong anda menjadi relawan Tzu Chi?
Awal saya masuk ke keluarga Tzu Chi adalah dari dorongan hati saya
sendiri, karena sebagai manusia kita tidak selalu melihat ke atas, namun
juga harus ke bawah.Saya ingin menanamkan rasa syukur bukan hanya
untuk diri saya sendiri, namun orang banyak.
125
9. Bagi para relawan, bagaimana menjadikan seorang anak yang dapat
berbakti kepada orang tuanya?
Sebagai bentuk cinta kasih, saya mengimplementasikan nilai-nilai cinta
kasih yang Tzu Chi ajarkan saya dapat terapkan di keluarga.
10. Sebagai relawan Tzu Chi, hal apa saja yang telah dilakukan oleh para
relawan dalam menebarkan cinta kasih universal, baik dalam
lingkungan Tzu Chi, masyarakat, maupun dalam keluarga?
Iimplementasi bukan hanya berlaku di Tzu Chi namun di keluarga juga.
11. Sebutkan dampak positif yang para relawan rasakan setelah menjadi
relawan Tzu Chi! (perubahan positif yang dirasakan)
Selama 4 tahun bergabung dengan keluarga Tzu Chi, saya merasa menjadi
lebih bijaksana, lebih bersyukur, dan lebih bisa menerima keadaan.
126
Lampiran 4
Foto KegiatanLapangan
Hall ExhibitionYayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Pusat lt.1 Pantai Indah
Kapuk, Jakarta Utara.
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Pusat Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara
127
kegiatan Kunjungan Kasih Tzu Chi Indonesia ke Panti Asuhan Dorkas Menteng,
Jakarta Pusat. Tanggal 30 Juli 2017
Foto bersama para relawan Tzu Chi Indonesia dengan anak-anak Panti Asuhan
Dorkas Menteng, Jakarta Pusat.Tanggal 30 Juli 2017.
128
Kegiatan Pelestarian Lingkungan di Depo Pelestarian Lingkungan, Rusun Cinta
Kasih Tzu Chi Cengkareng.Tanggal 6 Agustus 2017.
Kegiatan Kelas Budi Pekerti Tzu Chi tentang Pelestarian Lingkungan di Depo
Pelestarian Lingkungan, Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng.Tanggal 6
Agustus 2017.
129
Kegiatan Baksos Kesehatan De Generatif di Sekolah Candra Naya Jembatan Besi,
Jakarta Barat.Tanggal 27 Agustus 2017.
台灣佛教慈濟基金會 ─ 印尼分會 Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
2017年7月份行事曆 Jadwal Bulan Juli 2017
Update: 22 Jun'17
序
號 日 期 時 間
負 責 單
位 活 動 項 目
No Tanggal Waktu Wilayah Jenis Kegiatan
1 Sabtu
1-Jul-17
13.00 -
14.30 中和氣
He Qi Pusat
新進志工說明會 地點:ITC Mangga Dua Lt. 6
Sosialisasi Relawan Baru, PIC : Erna ( 0899-473200 )
2 Minggu
2-Jul-17
08.00 -
Selesai
北和氣
He Qi Utara
兒童精進班 地點: Rusun 2 Muara Angke
Kelas Budi Pekerti, PIC : Puspawati ( 0878-77754698 )
08.30 -
11.00
感恩戶發放日 地點:Jing Si Book & Cafe Pluit
Pembagian Bantuan "Gan En Fu", PIC : Anna Tukimin ( 0812-9083846 )
09.30 -
11.30
親子班
地點:Gedung Gan En lt.3
Kelas Budi Pekerti "Qin Zi Ban", PIC : Yuli Natalia ( 0816-1966916 )
13.00 -
16.00
新進志工說明會 地點:Gedung DaAi lt.1
Sosialisasi Relawan Baru, PIC : Puspawati ( 0878-77754698 )
08.00 -
13.00 東和氣
He Qi Timur
感恩戶發放日 地點:Depo Kelapa Gading
Pembagian Bantuan "Gan En Fu", PIC : Kartini Hasan ( 0813-14539309 )
08.00 -
Selesai 西和氣
He Qi Barat
社區環保活動 地點:Gedung Serba Guna Citra 5
Pelestarian Lingkungan, PIC : Man An ( 0896-140444 )
08.00 - 環保活動
地點:Depo Daur Ulang Duri Kosambi
Selesai Pelestarian Lingkungan, PIC : Indrawan ( 0816-953178 )
08.00 -
11.00 中和氣
He Qi Pusat
感恩戶發放日 地點:ITC Mangga Dua lt. 6
Pembagian Bantuan "Gan En Fu", PIC : San Ing ( 0812-8277745 )
08.00 -
12.00
感恩戶發放日 地點:Depo Daur Ulang Tzuchi Bogor
Pembagian Bantuan "Gan En Fu", PIC : Lenny ( 0812-9271210 ) & Linda ( 0878-73636112 )
3 Jumat
7-Jul-17
08.00 -
Selesai 人醫會
TIMA
普通與牙科義診 地點:SD Malangnengah III -Tangerang Selatan
Baksos Umum dan Gigi, PIC : Ruth ( 0816-1807186 )
4 Jumat 7-Jul s/d
Sabtu 8-Jul-17
10.00 -
22.00 靜思
PT.Jing Si
靜思人文展 地點:Mall Kelapa Gading
Pameran Jing Si, PIC : Lusi ( 0896-19491295 )
5 Sabtu
8-Jul-17
10.00 -
12.00 合心組
Tim He Xin
共修(十五) 地點: Aula Jing Si lantai 2 ( Fu Hui Ting )
Kebaktian Cap Go, PIC : Susan ( 021-50559999 )
08.30 -
11.30 中和氣
He Qi Pusat
捐血活動
地點:RS Royal Progress Lt. Dasar
Donor Darah, PIC: Hetty ( 0812-9449612 )
10.30 -
12.30
共修(十五) 地點:ITC Mangga Dua Lt. 6
Kebaktian Cap Go, PIC : Rui Ying ( 0878-76326338 )
6 Minggu
9-Jul-17
07.30 -
Selesai
北和氣
He Qi Utara
預防醫學義診 地點:Koramil 02 - Pluit
Baksos Degeneratif , PIC : Ricky ( 0816-1988099 ) & Agus H ( 0852-17002386 )
08.30 -
11.00
個案關懷
地點:JingSi Books & Cafe Pluit
Kunjungan Kasih, PIC : Anna Tukimin ( 0877-80800165 )
09.00 -
12.00
七月吉祥月說明會 地點:Aula Jing Si lt.3 ( Guo Yi Ting )
Sosialisasi Bulan 7 Penuh Berkah, PIC : Puspawati ( 0878-77754698 )
08.00 -
Selesai 東和氣
He Qi Timur
灰衣志工精進日 地點:Aula C Sekolah Cinta Kasih
Training Relawan Abu Putih, PIC : Dina ( 0878-78433611 ) & Chandra ( 0817-9862286 )
07.00 - 中和氣 社區環保活動 地點:Kantor RW 04 Perumahan Metro Sunter
11.00 He Qi Pusat Pelestarian Lingkungan, PIC : Noni Thio ( 0816-1954436 )
08.00 -
Selesai 人醫會
TIMA
人醫會說明會 地點:Aula Jing Si
Sosialisasi TIMA, PIC : Linda ( 0812-8757568 )
7 Kamis
13-Jul-17
08.00 -
Selesai 中和氣
He Qi Pusat
老人院關懷 地點:Panti Jompo Caritas
Kunjungan Kasih Panti Jompo, PIC : Theresia ( 0816-700304 )
8 Jumat
14-Jul-17
10.00 -
Selesai 北和氣
He Qi Utara
老人院關懷 地點:Senior Club PIK
Kunjungan Kasih Panti Jompo, PIC : Merry Elly ( 0812-1286889 )
9
Jumat 14-Jul
s/d
Sabtu 15-Jul-17
10.00 -
22.00 靜思
PT.Jing Si
靜思人文展 地點:Sumareccon Mall Serpong
Pameran Jing Si, PIC : Juliana ( 0851-01270102 )
10
Jumat 14-Jul
s/d
Senin 16-Jul-17
08.00 -
Selesai 泗水
Surabaya
眼科義診 地點:RS Bhayangkara-Surabaya
Baksos Pengobatan, PIC : Ruth ( 0816-1807186 )
11 Sabtu
15-Jul-17
07.30 -
10.30 北和氣
He Qi Utara
老人院關懷 地點:Daan Mogot, Jl. Hadiah
Kunjungan Kasih Panti Jompo, PIC : Li Yong ( 0816-1984731 )
12 Minggu 16-Jul-
17
06.30 -
Selesai
北和氣He Qi
Utara
社區環保活動 地點:Kenari Hijau - PIK
Pelestarian Lingkungan, PIC : Tjiu Bun Fu ( 0815-11167783 )
07.00 -
Selesai
社區環保活動 地點:Muara Karang Blok X
Pelestarian Lingkungan, PIC : Netty Leman ( 0813-98280588 )
08.00 -
11.00
社區環保活動 地點: Lapangan Tenis Komplek Pluit Sakti
Pelestarian Lingkungan, PIC : Tju Andi ( 0812-98675344 )
08.00 -
12.00
社區環保活動 地點: Taman Harapan Indah
Pelestarian Lingkungan, PIC : Benny Setiawan ( 0812-8041461 )
08.00 -
Selesai
社區環保活動 地點: Vika Mas Taman Segitiga
Pelestarian Lingkungan, PIC : William ( 0812-19637315 )
09.00 -
Selesai
社區環保活動 地點: Apartemen Teluk Intan
Pelestarian Lingkungan, PIC : Adeline ( 0816-1812962 )
09.00 -
Selesai
靜思堂福田志工 地點: Aula Jing Si lt 4 ( Jiang Jing Tang )
Pembersihan Aula Jing Si, PIC : Puspawati ( 0816-1899335 )
08.00 -
11.00 東和氣
He Qi Timur
社區環保活動 地點:Taman Joging 1 Kelapa Gading
Pelestarian Lingkungan, PIC : Endang Supriatna ( 0898-8006456 )
08.30 -
Selesai 西和氣
He Qi Barat
親子班
地點:Aula Lt.2 Sekolah Cinta Kasih
Kelas Budi Pekerti "Qin Zi Ban", PIC : Ling-ling ( 0819-34134016 )
08.00 -
Selesai 中和氣
He Qi Pusat
靜思堂福田志工 地點: Gedung Gan en lt.4 s/d lt.7
Pembersihan Aula Jing Si, PIC : Yopie Budiyanto ( 0896-88987901 )
09.00 -
13.00
個案關懷
地點:Jakarta Selatan
Kunjungan Kasih, PIC : Suyanti ( 0878-74909151 )
08.00 -
16.00 人醫會
TIMA
醫師護理講座 地點:Aula Jing Si lt.1 & Gedung DaAi lt.1
Seminar Dokter Umum & Perawat, PIC : Delidanti ( 0816-1822829 )
13 Senin
17-Jul-17
13.00 -
16.00 中和氣
He Qi Pusat
社區環保活動 地點:Mall Pusat Grosir Cililitan (PGC) Lt. 7
Pelestarian Lingkungan, PIC : Febby ( 0857-14596742 )
14 Selasa
18-Jul-17
09.00 -
Selesai 中和氣
He Qi Pusat
個案關懷
地點:Bogor
Kunjungan Kasih, PIC : Lalan ( 0899-8590395 )
15 Jumat
21-Jul-17
10.00 -
Selesai 中和氣
He Qi Pusat
個案關懷
地點:Mall Pusat Grosir Cililitan (PGC) Lt. 7
Kunjungan Kasih, PIC : Beti ( 0899-2877252 )
16 Sabtu
22-Jul-17
14.00 -
16.00 北和氣
He Qi Utara
靜思堂福田志工 地點:Aula Jing Si lt.2 & lt.3 (Fu Hui Ting & Guo Yi ting)
Pembersihan Aula Jing Si, PIC : Tan Man Ling ( 0816-4841608 )
08.00 -
Selesai 東和氣
He Qi Timur
個案關懷
地點:Klub Kelapa Gading
Kunjungan Kasih, PIC : Kartini Hasan ( 0813-14539309 )
13.00 -
16.00
親子班
地點:Kantor Tzu Chi MOI
Kelas Budi Pekerti "Qin Zi Ban", PIC : Evarista Goh ( 0819-710707) & Vivi Tan ( 0817-191132 )
08.30 -
Selesai 西和氣
He Qi Barat
捐血活動
地點:Lotte Mart, Taman Surya - Cengkareng
Donor Darah, PIC: Inju ( 0811-826923 )
11.00 -
13.00 中和氣
He Qi Pusat
捐血活動
地點:ITC Mangga Dua lt. 6
Donor Darah, PIC: Yanny Tan ( 0812-9975310 )
17
Sabtu 22-Jul s/d
Minggu 23-Jul-
17
大愛台
DaAi Tv
印尼棉蘭大愛之夜 地點:Sky Convention Hall, Cemara Asri
Daai Night & Great Love Award 2017, PIC : Steven ( 061-4525151 )
慈青
Tzu Ching
慈青營隊
地點:Aula Jing Si lt.1 ( Xi She Ting )
Tzu Ching Camp, PIC : Hadi ( 0812-20270742 )
18 Minggu
23-Jul-17
08.00 -
Selesai
北和氣
He Qi Utara
預防醫學與牙科義診 地點:Cianjur
Baksos Degeneratif & Gigi, PIC : Livia ( 0816-1843190 )
09.00 -
11.00
親子班
地點:Gedung Gan En lt.1
Kelas Budi Pekerti "Qin Zi Ban", PIC : Airu ( 0811-169938 ) & Christine Tjen ( 0813-84964673 )
09.00 -
Selesai
靜思堂福田志工 地點:Aula Jing Si lt.2 & lt.3 (Fu Hui Ting & Guo Yi ting)
Pembersihan Aula Jing Si, PIC : Tjhai Sin Kok (08128806838)
10.00 -
12.00 合心組
Tim He Xin
共修(初一) 地點: Aula Jing Si lantai 2 ( Fu Hui Ting )
Kebaktian Che Yit, PIC : Susan (021-50559999)
08.00 -
Selesai
中和氣
He Qi Pusat
老人普通義診 地點:Pademangan
Baksos Umum Manula, PIC : Yopie Budiyanto ( 0896-88987901 )
09.00 -
13.00
社區環保活動 地點:Sekolah Surya Dharma
Pelestarian Lingkungan, PIC : Ansari Kusuma ( 0877-88562521 )
10.30 -
12.30
共修(初一) 地點:ITC Mangga Dua Lt. 6
Kebaktian Che Yit, PIC : Rui Ying ( 0878-76326338 )
08.00 -
11.00 東和氣
He Qi Timur
靜思堂福田志工 地點: Aula Jing Si lt.1
Pembersihan Aula Jing Si, PIC : Jenny G.( 0817-6976789 ) & Chen Chen ( 0816-1958280 )
08.00 -
Selesai 西和氣
He Qi Barat
老人院關懷 地點:Panti Jompo Cendrawasih
Kunjungan Kasih Panti Jompo, PIC : Ongko ( 0811-985048 )
13.00 -
Selesai
靜思堂福田志工 地點: Gedung Gan en lt.6 s/d lt.7
Pembersihan Aula Jing Si, PIC : Elly C. ( 0877-80008242 )
19
Sabtu 29-Jul s/d
Minggu 30-Jul-
17
大愛台
DaAi Tv
印尼棉蘭大愛之夜 地點:Aula Jing Si
Daai Night & Great Love Award 2017, PIC : Lina ( 0889-81005000 / 021-50558889 )
20 Minggu
30-Jul-17
08.30 -
Selesai 北和氣
He Qi Utara
老人院關懷 地點:Panti Jompo Santa Anna
Kunjungan Kasih Panti Jompo, PIC : Efi ( 0816-1119702 )
08.00 -
Selesai 西和氣
He Qi Barat
孤兒院關懷 地點:Panti Asuhan Dorkas
Kunjungan Kasih Panti Asuhan, PIC: Suparman ( 0812-19751515 ) & Joliana ( 0897-9896755 )
08.00 -
Selesai
個案關懷
地點:Aula Lt.4 Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi
Kunjungan Kasih, PIC : Herni waty ( 0812-9454780 )
08.00 -
Selesai 中和氣
He Qi Pusat
個案關懷
地點:LPA Guna Nanda
Kunjungan Kasih, PIC : Theresia ( 0816-700304 )
Recommended