View
221
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
2014
Pusat Pemanfaatan
Penginderaan Jauh
LAPAN
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
INFORMASI GEOSPASIAL PEMANFAATAN
PENGINDERAAN JAUH
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
INFORMASI GEOSPASIAL PEMANFAATAN
PENGINDERAAN JAUH
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
INFORMASI GEOSPASIAL PEMANFAATAN
i Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh
LAPORAN AKHIR KEGIATAN
TAHUN ANGGARAN 2014
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
INFORMASI GEOSPASIAL PEMANFAATAN
PENGINDERAAN JAUH
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL
PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH
Jakarta 2014
ii Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
INFORMASI GEOSPASIAL PEMANFAATAN
PENGINDERAAN JAUH
Disusun oleh:
PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH
DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL
(LAPAN)
Tim Penyusun:
Pengarah :
Dr. M. Rokhis Khomarudin, S.Si., M.Si.
Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh
Winanto. ST.
Kepala Bidang Produksi dan Informasi
Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh
Peneliti:
Drs. Sarno, MT, Drs. Sunayo, Taufik Hidayat, S.Si,
Esthi Kurnia Dewi, S.Kom, Galdita Arumba C, ST, Saprudin, Amd
Editor, Penyunting, Desain, dan Layout:
Muhammad Priyatna, S.Si., MTI.
Jakarta, Desember 2014
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh iii
PRAKATA
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang bersifat operasional, dalam pemanfaatan data
penginderaan jauh untuk berbagai kegiatan aplikasi. Aplikasi tersebut terdiri dari beberapa
kegiatan, diantaranya; pemantauan curah hujan dan prediksi curah hujan, potensi
terjadinya banjir, pemantauan Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran (SPBK), pemantauan titik
api (HotSpot), Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV), fase pertumbuhan tanaman padi, serta
Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) yang dilaksanakan sepanjang tahun 2014.
Hasil kegiatan ini berupa informasi-informasi dari kegiatan tersebut yang bersifat harian,
maupun bulanan yang di diseminasikan dalam WEB-SIMBA (Sistem Informasi Mitigasi
Bencana Alam) serta di kirimkan kepada beberapa Instansi Pemerintah di pusat maupun
daerah di Indonesia.
Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan dan dalam
penyusunan dokumen ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, 17Desember 2014
KoordinatorKegiatan
iv Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….........................................
EKSEKUTIF SUMMARY ............................................................................................
I. PENDAHULUAN …………………………………………………………....................................... .....
1.1. Latar Belakang ………………………………………………………...................................... .....
1.2. Perumusan Masalah ........................................……………………............................
1.3. Tujuan dan Sasaran .........................................……………….................................
1.4. Lokasi dan Ruang Lingkup Kegiatan ..................................................................
1.5. Manfaat Penelitian .........................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA ..............................…………………………….............................. .....
2.1. Kajian Teknologi Pendukung SPBN ...................................................................
2.2. Standar Teknis untuk Distribusi Data Spasial ....................................................
III. METODOLOGI PENELITIAN ...............................................................................
IV. ANALISA SISTEM ..............................................................................................
4.1. Sistem Pemantauan Bumi Nasioanal ................................................................
4.2. Teknologi Pendukung Sistem Pemantauan Bumi Nasional .................................
4.2.1.Teknologi dan Arsitektur Perangkat Lunak .....................................................
4.2.2. Teknologi Perangkat Keras ...........................................................................
V. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................
5.1. Sistem Pemantauan Bumi Nasional Berbasis Web Mapping .............................
5.2. Penyajian dan Visualisasi ................................................................................
VI. PENUTUP ......................................................................................................
6.1. Kesimpulan ....................................................................................................
6.2. Rekomendasi .................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................
iv
v
1
1
2
4
4
5
6
6
9
11
15
15
18
18
20
24
24
24
34
34
35
36
i
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh v
EKSEKUTIF SUMMARY
Kegiatan ini bertujuan melaksanakan pembangunan dan pengembangan kapasitas Infrastruktur data
spasial untuk pengembangan produksi, distribusi dan diseminasi data dan informasi penginderaan
jauh dalam mendukung Sistem Pemantauan Bumi Nasional. Harapan dari pengembangan system ini
adalah tersampainya informasi geospasial penginderaan jauh melalui Geospasial Web Services dan
Web Mapping.
Geospasial Web Services dan Web Mapping merupakan kebutuhan yang telah mendapatkan cukup
perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Analisis kami menunjukkan bahwa untuk semua kategori
perangkat lunak yang digunakan dalam Implementasi Geospasial Web Services dan Web Mapping
tersedia produk perangkat lunak bebas dan sumber terbuka serta mendukung berbagai standar
industri yang memudahkan interoperabilitas informasi geospasial sumber daya alam.
Dalam mengembangkan Prototipe Geospasial Web Services sejumlah kategori komponen perangkat
lunak Geospasial berbeda seperti GeoServer sebagai server mapping, dikustomisasi untuk
manajemen geospatial web services, PostgreSql-PostGis sebagai Server DBMS (Database
Management System) Geospatial dikustomisasi untuk manajemen basisdata dan Aplikasi Internet
Web mapping, dikustomisasi untuk visualisasi informasi geospasial sumber daya alam penginderaan
jauh.
Informasi Sumber daya Alam , Lingkungan dan Mitigasi Bencana diintegrasikan ke dalam Sistem
Basisdata Informasi Geospasial Penginderaan Jauh Sumber Daya Alam Wilayah Indonesia dalam
Server DBMS (Database Management System) PostgreSql-PostGis, Perangkat lunak
PostgreSql/PostGis dan GeoServer disusun, disesuaikan dan diintegrasikan sebagai database
management system dan geospatial web services server. Teknologi front-end internet web
mapping/services digunakan untuk menyajikan dan memvisualisasikan informasi Geospasial
pemanfaatan Penginderaan Jauh (Geofatja). SPBN diharapkan dapat mendukung kesinambungan
produksi, diseminasi dan kemudahan akses Informasi Geofatja, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan pemanfaatan penginderaan jauh untuk mendukung pengelolaan sumber daya alam,
lingkungan dan mitigasi bencana dalam rangka mendukung pembangunan nasional berkelanjutan.
ii
1 Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sangat luasdengan posisi wilayah
geografis terletak diantara dua benua, dua samudera dan membentang di sepanjang garis
khatulistiwa. Meskipun bangsa Indonesia mendapat anugerah kekayaan sumberdaya alam
yang sangat melimpahnamuntantangan utama permasalahan ruang kebumian Bangsa
Indonesia adalah pengelolaan sumberdaya alam, pelestarian lingkungan dan mitigasi
kebencanaan. Pengelolaan sumberdaya alam yang tidak ramah lingkungan dapat
mengakibatkan semakin berkurangnya luasan tutupan hutan, degradasi lahan daerah aliran
sungai, penurunan kualitas air dan pencemaran lingkungan serta masalah lain yang pada
akhirnya dapat mendatangkan musibah kejadian bencana yang beraneka ragam.
Solusi tantangan ruang kebumian Bangsa Indonesia tersebut sangat membutuhkan teknologi
tinggi dan beraneka ragam informasi yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam menentukan
metode, pengambilan keputusan dan langkah-langkah strategis spasial - temporal untuk
mendukung pengelolaan sumberdaya alam, pemantauan kondisi lingkungan dan
perubahannya serta mitigasi kebencanaan secara periodik, tepat dan akurat. Penerapan
pemanfaatan teknologi tinggi dan tersedianya beraneka ragam informasi pemanfaatan
penginderaan jauh bagi Bangsa Indonesai, diharapkan mampu untuk melakukan pengelolaan
sumber daya alam, penyelamatan kelestarian alam dan lingkungan ruang kebumian wilayah
NKRI secara baik dan berkelanjutan.
Penginderaan jauh (remote sensing) merupakan teknologi keantariksaan yang dapat
diandalkan untuk mendukung pengelolaan sumberdaya alam, pelestarian lingkungan dan
mitigasi kebencanaan. Wahana penginderaan jauh satelit atau pesawat dapat dipergunakan
untuk pemantauan permukaan bumi. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh mampu
memberikan cakupan pengamatan permukaan bumi yang luas, informasi yang aktual, waktu
perolehan yang cepat, dan memiliki data historis yang sangat baik. Teknologi penginderaan
jauh wahana satelit telah berkembang sangat pesat, mempunyai resolusi spasial sangat tinggi
mencapai 0.5 m dan mampu mengidentifikasi objek berukuran 0.5 X 0.5 m di permukaan
bumi. Penginderaan jauh satelit dengan resolusi spasial rendah, digunakan untuk pemantauan
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 2
skala Nasional, dapat merekam data dan diterima setiap hari sekali. Penginderaan jauh satelit
pengamatan lingkungan dan cuaca dapat merekam data dan diterima setiap setengah jam
(LAPAN - pusfatja.lapan.go.id, 2014).
Perkembangan teknologi dalam memperoleh, merekam, mengumpulkan dan menyebarkan
data dan informasi meningkat sangat drastis. Teknologi tinggi penginderaan jauh, telah
membuat perekaman data dan informasi digital penginderaan jauh relatif lebih cepat dan
mudah. Kemampuan penyimpanan yang semakin besar, kapasitas transfer data dan informasi
yang semakin meningkat, dan kecepatan proses data dan informasi yang semakin cepat
menjadikan data dan informasi Geofatja merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari
perkembangan Teknologi Informasi Geospasial dan Sistem Pemantauan Bumi (Earth
Observation System).
1.2. Perumusan Masalah
Sistem informasi Geofatja pada saat ini merupakan salah satu elemen penting dan berfungsi
sebagai pondasi dalam melaksanakan dan mendukung berbagai macam aplikasi. Banyak
organisasi dan institusi menginginkan untuk mendapatkan data dan informasi Geofatja yang
konsisten, tersedia serta mempunyai aksesibilitas yang baik. Namun dalam pelaksanaannya
belum terlihat adanya koordinasi maupun sinerjitas antar instansi dalam penyediaan
informasi Geofatja tersebut.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)dalam hal ini Pusat Pemanfaatan
Penginderaan Jauh (Pusfatja) yang mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan penelitian dan
pengembangan (Litbang) pemanfaatan penginderaan jauh, berkaitan dengan perencanaan ke
depan perlu melakukaninvestasi dan mencanangkan pengembangan Sistem Pemantauan
Bumi (Earth Observation System) Nasional yang bertujuan membangun Framework untuk
mengintegrasikan semua hasil Litbang, produksi dan diseminasi informasi Geofatja ke dalam
suatu sistem yang memberikan jaminan aanya interoperabilitas dan kemudahan akses oleh
para pengguna, sehingga informasi Geofatja dapat dengan mudah ditemukan, digabungkan,
dievaluasi dan digunakan ulang.
Program Kegiatan tersebut mengacu bahwa LAPAN sesuai dengan ketentuan Peraturan
Presiden Nomor 85 Tahun 2007 tentang Jaringan Data Spasial Nasional adalah sebagai salah
satu Simpul Jaringan dalam Jaringan Data Spasial Nasional yang lebih lanjut dituangkan
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 3
dalam Peraturan Kepala LAPAN Nomor: PER/129/IV/2009, tanggal 14 April 2009 tentang
Penyelenggaraan Jaringan Data Spasial.
Pusfatja bertanggung jawab dalam pengumpulan, pemeliharaan dan pemutakhiran serta
penyediaan akses data dan informasi penginderaan jauh sumberdaya alam khususnya
sumberdaya darat, laut, lingkungan dan mitigasi bencana yang diturunkan dari data dan
informasi penginderaan jauh. Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab tersebut Program
Kegiatan Pengembangan Sistem Diseminasi Data dan Informasi Penginderaan Jauh berusaha
agar dapat menyelenggarakan: 1) Pengumpulan, pemeliharaan dan pemutakhiran data dan
informasi penginderaan jauh; 2) Pertukaran dan penyebarluasan data dan informasi
penginderaan jauh; 3) Penyediaan akses data dan informasi penginderaan jauh kepada
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 4) Pembangunan
sistem akses data dan informasi penginderaan jauh yang terintegrasi dengan sistem akses
bank data nasional; 5) Koordinasi antarlintas pelaku pengelola data dan informasi
penginderaan jauh dan menyampaikan data dan informasi penginderaan jauh maupun
metadata kepada Unit Kliring; dan 6) Pengembangan pedoman dan standar teknis data dan
informasi penginderaan jauh;
Untuk menyelenggarakan butir-butir tersebut di atas, Pusfatja melalui program
pengembangan pemanfaatan penginderaan jauh menyelenggarakan kegiatan ”Pengembangan
Sistem Pemantauan Bumi Nasional”, yang selanjutnya disingkat menjadi SPBN Pusfatja.
Makalah ini menjelaskan upaya pengembangan infrastruktur informasi SPBN Pusfatja, suatu
sistem informasi geospasial yang mencakup kelembagaan, informasi geospasial, standard dan
petunjuk teknis, teknologi, peraturan perundang-undangan dan kebijakan, serta sumber daya
manusia untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan, mendistribusikan, dan meningkatkan
pemanfaatan informasi Geofatja.
Pengembangan SPBN diharapkan mampu memberikan dukungan untuk mengidentifikasi,
mengumpulkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi Geofatja bagi pengambil
keputusan dalam persiapan dan respon terhadap keadaan darurat kebencanaan.
Pengembangan SPBN juga diharapkan dapat mendukung kesinambungan produksi,
diseminasi dan kemudahan akses Informasi Geofatja, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan pemanfaatan penginderaan jauh untuk mendukung pengelolaan sumber daya
alam, pemantauan lingkungan dan mitigasi bencana dalam rangka mendukung pembangunan
nasional berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dan kependudukan.
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 4
1.3. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari kegiatan program pengembangan infrasruktur informasi SPBN Pusfatja adalah
membangun Framework untuk mengintegrasikan semua hasil Litbang, produksi dan
diseminasi informasi Geofatja ke dalam suatu sistem yang memberikan jaminan adanya
interoperabilitas dan kemudahan akses oleh para pengguna, sehingga informasi Geofatja
dapat dengan mudah ditemukan, digabungkan, dievaluasi dan digunakan ulang. Sasaran
utama kegiatan program pengembangan infrasruktur informasi SPBN Pusfatja adalah:
� Terwujudnya peningkatankapasitas Infrasruktur Informasi Geospasial Penginderaan Jauh
(INIGeoPJ) untuk mendukung SPBN Pusfatja.
� Terwujudnya peningkatankapasitas kompetensi personil untuk mendukung implementasi
dan operasional SPBN Pusfatja.
� Terwujudnya integrasi semua hasil litbang, produksi dan diseminasi informasi Geofatja
ke SPBN Pusfatja dalam bentuk Sistem Informasi Sumber Daya Alam (SISDA) atau
Sistem Informasi Mitigasi Bencana (SIMBA).
� Terwujudnya jaminan adanya interoperabilitas dan kemudahan akses informasi Geofatja
oleh para pengguna, sehingga dapat dengan mudah ditemukan, digabungkan, dievaluasi
dan digunakan ulang.
1.4. Lokasi dan Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan di lingkungan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN) – Kedeputian Penginderaan Jauh – Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh,
Pekayon, Jakarta.
ruang lingkup Program Kegiatan Infrasruktur Informasi Geospasial Penginderaan Jauh
Untuk Pusat Pemantauan Bumi Nasional adalah sebagai berikut:
a. Studi, Kajian dan Implementasi tentang Infrasruktur Informasi Geospasial Penginderaan
Jauh Untuk Pusat Pemantauan Bumi Nasional.
b. Studi, Kajian dan Implementasi tentang teknologi Pusat Pemantauan Bumi
Nasionaluntuk mendukung dalammengintegrasikan semua hasil litbang dan produksi
informasi ke dalam suatu sistem yang memberikan jaminan adanya interoperabilitas dan
kemudahan akses informasi geospasial penginderaan jauh oleh para pengguna, sehingga
dapat dengan mudah ditemukan, digabungkan, dievaluasi dan digunakan ulang.
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 5
c. Melakukan investasi komponen-komponen Infrasruktur Informasi Geospasial
Penginderaan Jauh Untuk Pusat Pemantauan Bumi Nasional meliputi Infrasruktur
Jaringan (Network), Penyimpanan (Storage), Perangkat Lunak (Software) dan
Infrasruktur Server
d. Instalasi Infrasruktur Jaringan, Penyimpanan dan Server
e. Setup Infrasruktur Perangkat Lunak.
f. Melakukan Pengujian dan Integrasi Sistem
g. Implementasi dan Operasionalisasi di Intranet / Internet
1.5. Manfaat Penelitian
Prototipe Sistem Diseminasi Informasi Penginderaan Jauh berupa Infrastruktur Informasi
Pemantauan Bumi Nasional berbasis perangkat lunak sumber terbuka (Open Source)
memungkinkan pengguna untuk meminta layanan Geospasial Web Services informasi
sumberdaya alam menggunakan standard terbuka yang ada dan hasilnya dikembalikan dan
disajikan secara visual dalam bentuk tampilan peta digital dilayar monitor.
Manfaat yang diperoleh oleh para pengelola informasi, perencana program, penentu
kebijakan, pengambil keputusan dan masyarakat pengguna pada umumnya khususnya dalam
pengembangan system bencana dan system manajemen sumber daya alam adalah merasakan
kemudahan akses melalui jaringan informasi secara elektronik berupa media Web, Intranet
dan/atau Internet serta maksimalnya informasi mengenai keberadaan dan ketersediaan data
dan informasi geospasial yang dibutuhkan.
Keunggulan kegiatan ini adalah pemanfaatan secara optimal ketersediaan Sistem Diseminasi
Informasi Penginderaan Jauh Berupa Infrastruktur Informasi Geospasial Penginderaan
Jauh untuk mendukung Sistem Pemantauan Bumi Nasional berbasis GeoFOSS secara
legal.
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teknologi Pendukung SPBN
Teknologi utama yang dipilih untuk kajian dan implementasi prototipe sistem, difokuskan
pada paket perangkat lunak open source yang dirilis di bawah lisensi seperti GPL, diadopsi
oleh komunitas online yang aktif, mendukung format standar dan cukup stabil dan handal.
Ketika mempertimbangkan geospatial web services, DBMS Geospasial, dan Aplikasi internet
web mapping ada beberapa pilihan. Untuk geospatial web services OGC compliant WMS
dan WFS pilihan utamanya adalah MapServer [http://mapserver.gis.umn.edu], GeoServer
[http://geoserver.org], dan Deegree [http://www. deegree.org]. Untuk DBMS Geospasial
menggunakan pilihan PostGis [http://postgis.refractions.net/], dan untuk aplikasi internet web
mapping menggunakan pilihan GeoExt [http://www.geoext.com/]. Ada banyak pilihan lain,
beberapa cukup menarik dan beragam bahasa, tapi untuk kegiatan ini akan menggunakan
pilihan seperti tersebut di atas.
GeoServer
GeoServer dikembangkan oleh kelompok sukarelawan terdistribusi dan sejumlah
programmer yang dibayar bekerja pada proyek TOPP (The Open Planning Project) yang
mensponsori pengembangan GeoServer.Perangkat lunak GeoServer ditulis dalam Java dan
berbasis pustaka GeoTools [http://geotools.codehaus.org/] yang juga digunakan dalam
pengembangan uDIG.GeoServer awalnya dikembangkan sebagai acuan implementasi
spesifikasi WFS OGC's 1.0. Hal ini berarti, jika dilakukan perbandingan server lain dengan
GeoServer dan mendapatkan jawaban yang berbeda, maka jawaban yang benar adalah
GeoServer (by definition).
GeoServer mempunyai komunitas pendukung yang baik dan beberapa proyek
memberikanpendanaan untuk pengembangan lebih lanjut.Perangkat lunak GeoServer
merupakan implementasi referensi standar untuk WFS.Instalasinya mudah dan
dokumentasinya lengkap.Sekarang ini hanya mendukung satu fitur per tabel dan pemetaan
skema kompleks belum lengkap.
• Mendukung Standar OGC: WMS, WFS.
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 7
• Antarmuka Read & Write: PostGIS, ESRI Shapefile, ArcSDE and Oracle, VPF,
MySQL, MapInfo, KML.
• Arsitektur: Java-servlet.
MapServer
MapServer (http://mapserver.org) merupakan pemetaan web geo-spasial open-source dan
tool rendering yang sesuai dengan standar OGC seperti Web Map Service (WMS), Web
Feature Service (WFS), Web Coverage Service (WCS) dan Geografi Markup Language
(GML).Dikembangkan di Universitas Minnesota dengan bantuan NASA, mempunyai
dukungan built-in untuk beragam format vektor dan raster. Fungsionalitas inti dari Mapserver
adalah MAPFILE nya, sebuah file konfigurasi yang menentukan layer raster dan vektor
bersama dengan style (gaya) visualnya. Sistem dimungkinkan menyesuaikan MAPFILE
untuk pengguna tertentu, memperbarui style (gaya) visual dan struktur peta dinamis.
Kesederhanaan konseptual MAPFILE merupakan salah satu keuntungan utama dari
MapServer atas sistem yang sama. Fitur yang juga signifikan dari MAPFILE adalah koneksi
langsung dan dukungan untuk banyak DBMS seperti PostGIS dan Oracle
Spasial.Sebuahgambaran luas MapServer dapat ditemukan pada Kropla (2005).
UMN MapServer pada awalnya dikembangkan oleh University of Minnesota (UMN) proyek
ForNet [http://www.gis.umn.edu/fornet] bekerjasama dengan NASA dan Minnesota
Department of Natural Resources (MNDNR). Saat ini, proyek MapServer berada pada
proyek TerraSIP [http://terrasip.gis.umn.edu/], proyek NASA yang disponsori antara UMN
dan konsorsium land management interests.
Menurut situs web MapServer, perangkat lunak tersebut dikelola oleh sejumlah pengembang
yang semakin banyak dari seluruh dunia dan didukung oleh berbagai kelompok organisasi
yang mendanai peningkatan dan pemeliharaan. MapServer ditulis dalam bahasa C, yang
cepat tetapi tua, dan ada ribuan programmer di luar sana yang dapat memahami dan
menambah basis kode.
Proyek MapServer dimulai sebelum pengembangan standar OGC dan awalnya menyediakan
format sendiri untuk mengambil images of map dari server, kemudian setelah standar OGC
dikembangkan, MapServer disesuaikan untuk mendukung standar OGC ke tingkat tertentu
yang memungkinkan MapServer bertindak sebagai WMS dan WFS. Saat ini layanan WFS
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 8
hanya membaca (read only) dan belum mendukung transaksi. Keterbatasan utama adalah
kurangnya dukungan filter atribut fitur dan operasi POST.
• Mendukung Standar OGC: WMS, WFS non-transaksional, WCS.
• Antarmuka Read & Write: ESRI shapefiles, PostGIS, ESRI ArcSDE, TIFF/GeoTIFF,
EPPL7
• Arsitektur: CGI diimplementasikan dengan C, Scripting dengan bahasa berbeda
Deegree
Deegree merupakan sistem web mapping berbasis Java yang dikembangkan oleh GIS dan
Remote Sensing unit Departemen Geografi, Universitas Bonn, dan perusahaan Jerman
bernama lat / lonGmbH. Perangkat lunak Degree mempunyai model pengembangan yang
lebih tertutup, denganhanya beberapa individu perorangan yang diperbolehkan untuk
mengubah kode sumber (sourcecode).
Deegree merupakan implementasi referensi untuk standar OGC WMS. Dengan lebih dari
satu paketperangkat lunak, deegree merupakan satu set blok bangunan untuk mengkonstruksi
layanan OGC.Saat ini, Deegree dalam proses refactoring untuk menghasilkan versi 2.0.
• Mendukung Standar OGC: WMS, WFS, WCS, WCAS, WFS-G, WTS, WCTS, CSW.
• Antarmuka Read & Write: ORACLE Spatial, PostGres/PostGIS, MySQL, JDBC-
enableddatabases, ESRI Shapefiles, raster data formats (JPEG, GIF, PNG,
(Geo)TIFF, PNM danBMP).
• Arsitektur: Java-servlet.
PostGIS
PostGIS (http://postgis.refractions.net) merupakan open-source plugin yang
menambahkandukungan untuk objek geografis kepada database object-relational
PostgreSQL. PostGISmerupakan ekstensi spasial untuk PostgreSQL dan dapat digunakan
sebagai back-end data spasialuntuk aplikasi spasial dan geografis.Post-GIS mendukung
OpenGIS Simple Fitur Spesifikasi SQL.Iatelah dikembangkan oleh Refractions Research
sebagai proyek open source sebagai teknologidatabase spasial. PostGIS semakin meningkat
diadopsi sebagai alternatif dari produk mahalkomersial seperti Oracle Spatial dan Microsoft
SQL Server Spasial. Untuk alasan ini, beberapaproyek GIS open source mendukung secara
native. PostGIS mencakup tools antarmuka pengguna,dukungan topologi, validasi data,
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 9
koordinat transformasi dan API pemrograman.Kinerja PostGISpada kueri spasial dapat
dibandingkan dengan MySQL, DB2 dan Oracle Zhou et al. (2009).
GeoExt
GeoExt merupakan library JavaScript yang menyediakan dasar untuk membuat aplikasi
internet web mapping. GeoExt menggabungkan library internet web mapping OpenLayers
dengan Extjs, "library JavaScript lintas-browser untuk membangun aplikasi web
mapping."GeoExt menyediakan paket widget yang dapat dikustomisasi dan mendukung
penanganan data yang membuat kemudahan membangun aplikasi dalam melihat, mengedit,
dan styling informasi geospasial.GeoExt membuat kemudahan dalam membangun aplikasi
internet web mapping seperti GeoExplorer.
GeoExplorer
GeoExplorer merupakan aplikasi internet web mapping yang dapat menyajikan
informasigeospasial seperti layaknya aplikasi desktop.Basisnya menggunakan GeoExt yang
merupakanpengembangan dari ExtJS.Sedangkan visualisasi informasi geospasialnya
menggunakanOpenLayers. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Java Script.
Informasi geospasial dapatditambahkan melalui WMS dengan interface yang telah
disediakan dan cukup sederhana. Serveryang memberikan layanan WMS dapat ditambahkan
pada menu Server dan akan langsungdiberikan daftar layer informasi geospasial yang
disediakan. Hal lain yang menarik denganGeoExplorer adalah adanya toolbar yang
membantu dalam navigasi peta, antara lain identify,pengukuran area dan panjang, bookmark,
pembesaran yang dilakukan sebelum dan sesudah.Untuk melakukan publikasi peta yang
diinginkan pada halaman web dapat menggunakan toolbarPublish Map.
2.2. Standar Teknis untuk Distribusi Data Spasial
Beberapa standar teknis yang ditetapkan oleh Open Geospatial Consortium (OGC,
opengeospatial.org) dan Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO seri 19xxx, iso.org)
memainkan peran penting dalam penyebaran dan pengolahan data spasial. Secara umum,
standar-standar ini menjelaskan protokol komunikasi antara server data, server yang
menyediakan layanan spasial, dan perangkat lunak klien, yang meminta dan menampilkan
data spasial. Selain itu, mereka menentukan format untuk transmisi data spasial.
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 10
Kami mengidentifikasi standar OGC berikut yang diperlukan untuk membangun SDI:
OGC data delivery standards (Standar pengiriman data)
1. Web Mapping Service (WMS)
2. Web Feature Service (WFS), & transactional (WFS-T)
3. Web Coverage Service (WCS)
OGC data format standards (Standar format data)
1. Simple Feature Standard (SFS)
2. Geography Markup Language (GML)
3. Keyhole Markup Language (KML)
OGC data search standards (Standar pencarian data)
1. Catalogue Service (CSW)
2. Gazetteer Service (WFS-G)
Other OGC standards (Standar lain)
1. Web Processing Standard (WPS),
2. Coordinate Transformation Service (CTS),
3. Web Terrain Service (WTS),
4. Styled Layer Descriptor (SLD),
5. Web Map Context (WMC)
Standar ISO 19115 (Informasi Geografis - Metadata) juga penting, karena mendefinisikan
skema untuk mendeskripsikan data spasial, dan ISO 19119 (Informasi Geografis - Services)
menentukan bagaimana data spasial dan layanan harus dideskripsikan sehingga mereka dapat
dicari oleh layanan katalog (seperti OGC's Catalogue Service). Spesifikasi yang
dikembangkan oleh World Wide Web Consortium (W3C) untuk diseminasi data seperti
HTML, XML, SVG, SOAP, WSDL, dll, juga harus dipertimbangkan.
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Arsitektur
Arsitektur Sistem Diseminasi Informasi Penginderaan Jauh berupa Infrastruktur
InformasiGeospasial Penginderaan Jauh Berbasis Perangkat Lunak Sumber Terbuka untuk
mendukung Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN) ditunjukkan padaGambar di bawah
ini.Arsitektur ini kompatibel dengan usulan GeoFOSS SDI (Ticheler 2007,OSGeo) dan
mengikuti konseptual arsitektur three-tier. Pada lapisan bawah, terdapat tempatpenyimpanan
dan server basis data spasial PostgreSQL / PostGIS dan sistem file GeoTiff dalamrangka
mencapai manajemen data yang lebih efisien.
Gambar 3.1: Arsitektur Sistem
Pada lapisan tengah (middleware) berada semua layanan yang membantu aksesibilitas ke
repositori data.Infrastruktur Informasi Geospasial memiliki dua server utama, yaitu, Map
Server dan Katalog Server.Kedua server menyebarluaskan (melayani) konten geospasialke
web, berdasarkan pada antarmuka standar (misalnya, WMS, WFS, WCS, ISO 19115/139)
untuk memfasilitasi akses dan penggunaan data geospasial online. Lapisantengah juga
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 12
menyediakan Layanan Akses langsung ke database geografis untuk query tingkat lanjut dan
analisis konten geospasial penginderaan jauh.
Pada lapisan atas (klien) berada pengguna dan aplikasi.Akses ke konten geospasial
penginderaan jauh adalah mungkin baik melalui desktop atau web client.Desktop client dapat
berupa paket perangkat lunak dengan kemampuan geovisualization dan, mungkin, fungsi
GIS, seperti paket perangkat lunak GIS (misalnya, ArcGIS, Quantum GIS) atau Viewer Peta
(misalnya, Google Earth). Klien web adalah web browser, seperti Internet Explorer, Mozilla
Firefox, atau Google Chrome.
Tahapan Pengembangan
Tahapan dalam pengembangan infrasruktur informasi SPBN Pusfatjaadalah:
a. Kajian teknologi Infrasruktur Informasi Sistem Pemantauan Bumi
� Studi literatur dan survey teknologi di internet tentang Infrasruktur Informasi
Sistem Pemantauan Bumi.
� Pemahaman Infrasruktur Informasi Sistem Pemantauan Bumi
dalammengintegrasikan semua hasil litbang dan produksi informasi ke dalam suatu
sistem yang memberikan jaminan adanya interoperabilitas dan kemudahan akses
informasi Geofatja oleh para pengguna, sehingga dapat dengan mudah ditemukan,
digabungkan, dievaluasi dan digunakan ulang.
� Identifikasi komponen-komponen Infrasruktur Informasi Sistem Pemantauan
Bumimeliputi Jaringan, Penyimpanan, Perangkat Lunak dan Server.
� Menyusun, menyessuaikan dan mengintegrasikan komponen-komponen
pengembangan Infrasruktur Informasi Sistem Pemantauan Bumi.
b. Pengumpulan, konversi,integrasi dan publikasi informasi Geofatjake dalam SPBN
� Pengumpulan set data dan informasi Geofatja,
� Konversi, Integrasi dan Publikasi informasi Geofatja,
c. Membangun Infrasruktur Informasi Sistem Pemantauan Bumi
� Investasi komponen-komponen Infrasruktur Informasi,
� Implementasi, pengujian dan integrasi komponen-komponen Infrasruktur
Informasi.
d. Operasi dan dukungan
� Koordinasi, hubungan team, dan pelaporan.
� Doumentasi Sistem
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 13
Aktivitas
Keluaran 1. Implementasi Node GeoServer sebagai server geospatial web services,
dikustomisasi dan didedikasikan untuk manajemen geospatial web services informasi
sumberdaya alam.
Aktivitas.
1.1 Studi literature dan pencarian informasi teknologi di internet
1.2 Setup situs uji standard Geoserver pada server pengembangan.
1.3 Kustomisasi geospatial web services (WMS, WFS) dan SLD informasi
geospasial sumberdaya alam.
1.4 Pengujian dan finalisasi.
Keluaran 2. Implementasi Node PostgreSql – PostGis sebagai Server DBMS
(DatabaseManagement System) geospatial dikustomisasi dan didedikasikan untuk
manajemenbasisdata informasi geospasial sumberdaya alam.
Aktivitas.
2.1 Studi literature dan pencarian informasi teknologi di internet
2.2 Setup situs uji standard PostgreSql – PostGis pada server pengembangan.
2.3 Pembangunan basisdata dan populasi (integrasi) konten dengan informasi
Geospasialsumberdaya alam.
2.4 Pengujian dan finalisasi.
Keluaran 3.Desain dan Implementasi Aplikasi Internet Web mapping, dikustomisasiuntuk
visualisasi dan menampilkan informasi geospasial sumberdaya alam.
Aktivitas.
3.1 Studi literature dan pencarian informasi teknologi di internet
3.2 Konfigurasi server pengembangan untuk host situs uji dengan aplikasi internet
Webmapping.
3.3 Desain dan implementasi interface aplikasi internet web mapping.
3.4 Pengujian dan finalisasi.
Keluaran 4.Sistem dokumentasi, koordinasi dan pelaporan.
Aktivitas.
4.1 Panduan pengguna mengelola dan menggunakan GeoServer sebagai server
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 14
GeospatialWeb services.
4.2 Panduan pengguna mengelola dan menggunakan PostgreSql – PostGis sebagai
Server DBMS geospatial.
4.3 Panduan pengguna mengelola dan menggunakan aplikasi internet web mapping
GeoExplorer/GeoExt.
4.4 Koordinasi pengembangan sistem dan implementasi, hubungan team, dan
pelaporan.
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 15
BAB IV
ANALISA SISTEM
4.1. Sistem Pemantauan Bumi Nasional
Inisiasi Program Pemantauan Bumi dilakukanpada tahun 1990, dandiberi nama Proyek
Pemantauan Bumi. Dalam Proyek Pemantauan Bumi terdapat sejumlah kegiatan penting dan
berskala nasional, kegiatan tersebut antara lain: pemantauan liputan awan, pemantauan titik
api kebakaran hutan/lahan, pemantauan tingkat kekeringan lahan, dan pemantauan
penutup/penggunaan lahan (Gambar 4.1)(LAPAN – Pusfatja, 2014).
Gambar 4.1.Program Pemantauan Bumi Nasional Tahun 1990
(LAPAN – Pusfatja, 2014)
Pengalaman dan peran yang telah dicapai dalam pengembangan teknologi penginderaan jauh
dan pemanfaatannya di Indonesia telah cukup banyak. LAPAN dewasa initelah
memanfaatkan data penginderaan jauh untuk mendukung berbagai kepentingan sektor-sektor
pembangunan nasional. Data dan informasi yang dihasilkan telah disampaikan kepada
kementrian, lembaga dan pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
Untuk menjamin kontinuitas ketersediaan informasi pemanfaatan data penginderaan jauh
yang dibutuhkan oleh berbagai pengguna, pada tahun 2011 Pusat Pemanfaatan Penginderaan
Jauh(Pusfatja)mencanangkan kembali Program Pemantauan Bumi Nasional. Program
tersebut diberi nama Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN). Program Pemantauan Bumi
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 16
baru tersebut secara lebih komprehensif mempertimbangkan modalitas kekuatan penelitian,
pengembangan, perekayasaan dan hasil.
Gambar 4.2.Peta Jalan Menuju Sistem Pemantauan Bumi Nasional
(LAPAN – Pusfatja, 2011)
Penyusunan Master Plan SPBN telah direncanakan dan pelaksanaan pengembangannya
dimulai melalui kegiatan program Riset Itensif Kedirgantaraan (RIK) LAPAN pada tahun
2011. Perancangan konseptual kerangka awal peta jalan menuju SPBN ditunjukkan
olehGambar 4.2,di manaSPBN merupakan sistem informasi spasial dinamisyangterdiri dari
dua sub sistem utama, yaitu sub Sistem Informasi Mitigasi Bencana (SIMBA) dan sub Sistem
Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (SISDAL).
SPBN akan menerima masukan informasi baru hasil kegiatan program penelitian,
pengembangan dan perekayasaan pemanfaatan penginderaan jauh dari bidang-bidang di
Pusfatja - LAPAN yaitu bidang Lingkungan dan Mitigasi Bencana (LMB), bidang Sumber
Daya Wilayah Darat (SDWD), bidang Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Laut (SDWPL)
melalui sistem data dan informasi, pengolahan, pemodelan dan difusi.
Masukan informasi baru tersebut oleh bidang Produksi Informasi (PROINFO) dipersiapkan
untuk diintegrasikan dan ditransformasikan melalui SISDAL menjadi informasi spasial
pemanfaatan penginderaan jauh untuk mendukung pengelolaan sumber daya alam dan
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 17
pemantauan lingkungan dan melalui SIMBA menjadi informasi spasial pemanfaatan
penginderaan jauh untuk mitigasi kebencanaan. SIMBA telah beroperasi 24 jam 7 hari, dan
setiap terjadi bencana langsung bergerak sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan. Duabelas
informasi pemantauan bumi yang sudah beroperasional adalah:
1. Perubahan lahan hutan non-hutan dari tahun 2000 hingga 2012,
2. Fase pertumbuhan padi di lahan sawah,
3. Sumberdaya air danau,
4. Zona potensi penangkapan ikan,
5. Mangrove,
6. Terumbu karang,
7. Potensi banjir harian,
8. Sistem peringkat bahaya kebakaran,
9. Titik api dan kebakaran lahan/hutan,
10. Tingkat kekeringan lahan,
11. Respon bencana, dan
12. Gunung api.
Gambar 4.3Perancangan Konseptual dan implementasi SPBN
(LAPAN – Pusfatja, 2014)
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 18
Hasil transformasi informasi disajikan sebagai layanan solusi tantangan permasalahan ruang
kebumian Bangsa Indonesia. Informasi tersebut dapat diakses dan digunakan baik oleh
pemerintah maupun masyarakat umum melalui layanan aplikasi Geospasial Web Services,
seperti Web Map Service (WMS), Web Feature Service (WFS), Web Coverage Service
(WCS) dan/atau layanan aplikasi Pemetaan Web. Sehingga dapat dikatakanSPBN mampu
memberikan kemudahan akses dan dukungan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan,
menganalisis, dan menyebarkan informasi dalam upaya memenuhi kebutuhan para pengguna
di berbagai sektor pembangunan.
Pengalaman panjang LAPAN dalam pengoperasian stasiun bumi,pelitian, pengembangan dan
perekayasaan pemanfaatan data penginderaan jauh telah memberikan kapasitas kemampuan
penguasaan pengembangan teknologi penginderaan jauh, pengoperasian dan
pemanfaatannya.Pengalaman panjang tersebut menjadi modalitas dalam melangkah dari
Program Pemantauan Bumi Naional (P2BN) menuju ke pengembangan Sistem Pemantauan
Bumi Naional (SPBN).
Perancangan konseptual Sistem informasi spasial dinamis SPBN ditunjukkan seperti pada
Gambar 4.3 Sistem informasi SPBN tersebut merupakan suatu sistem untuk memberikan
jaminan adanya kemudahan dalam menyajikan, menemukan, menggabungkan, mengevaluasi
dan menggunakan ulang Informasi Spasial Pemanfaatan Penginderaan Jauh untuk
mendukung Pengelolaan Sumber Daya Alam, Pemantauan Lingkungan dan Mitigasi Bencana
hasil penelitian, pengembangan dan perekayasaan di Pusfatja - LAPAN.
Komponen utama Sistem informasi spasial dinamis SPBN adalah Situs Web Pusfatja, Sistem
Layanan dan Pemetaan Web. Implementasi Situs Web Pusfatja menggunakan perangkat
lunak Contents Management System (CMS) WorPress, sementara itu aplikasi Pemetaan Web
menggunakan UMN Mapserver dengan antarmuka framework pMapprer berbasis bahasa
pemrograman PHP/MapSript.
4.2. Teknologi Pendukung Sistem Pemantauan Bumi Nasional
4.2.1. Teknologi dan Arsitektur Perangkat Lunak
Implementasi Pengembangan infrasruktur informasi SPBN Pusfatjamenggunakan pendekatan
desain spatial information infrastruture.Teknologi utama yang dipilih untuk implementasi
pengembangan infrasruktur informasi SPBN Pusfatja, difokuskan dan berbasis pada
teknologi dan paket perangkat lunak sumber terbuka(open source) yang dirilis di bawah
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 19
lisensi seperti General Public Licence (GPL), diadopsi oleh komunitas online yang aktif,
mendukung format standar dan cukup stabil dan handal.
Gambar
4.4: Arsitektur Sistem
Arsitektur infrasruktur informasi SPBN Pusfatjaditunjukkan pada Gambar 4.4, kompatibel
dengan usulan GeoFOSS SDI (Ticheler 2007, OSGeo) dan mengikuti konseptual 3-Tiers
Architecture. Ada banyak pilihan yang cukup menarik dan beragam kategori komponen
perangkat lunak yang dapat disusun, disesuaikan dan diintegrasikan ke dalam pengembangan
infrasruktur informasi SPBN Pusfatja.
Pada lapisan paling bawah: disusun, disesuaikan dan diintegrasikan tempat penyimpanan
(storage) berupa server basis data informasi Geofatja dan sistem file dalam rangka mencapai
manajemen data yang lebih efisien.
� Perangkat lunak PostgreSql/PostGis (Obe, Regina O., 2011; PostGis, 2013) digunakan
sebagai geospatial Database Management System (DBMS) Serverdisusun dan disesuaikan
untuk manajemen basisdata informasi Geofatja.
� Sistem tata kelola file atau berkas raster citra satelit penginderaan jau dalam format
GeoTiff.
Pada lapisan tengah (middleware): disusun, disesuaikan dan diintegrasikan semua layanan
yang membantu aksesibilitas ke repositori data/informasi Geofatja. Infrastruktur Informasi
SPBN Pusfatjaidealnya memiliki 3 (Tiga) server utama,yaituMap Server, Web Service
Serverdan Catalog Server. Implementasi pengembangan infrasruktur informasi SPBN
Pusfatjabaru sampai pada 2 (Dua) server pertama.Kedua server menyebarluaskan (melayani)
konten Geofatja ke web, berdasarkan pada antarmuka standar (misalnya, WMS, WFS, WCS,
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 20
ISO 19115/139) untuk memfasilitasi akses dan penggunaan informasiGeofatjaonline. Lapisan
tengah juga menyediakan Layanan Akses langsung ke Basis DataGeofatja untuk query
tingkat lanjut dan analisis konten informasi Geofatja.
� Perangkat lunak UMN (University of Minnesota) MapServer (Kropla, B., 2005;
MapServer, 2013) digunakan sebagai web map server, disusun (configuration) dan
disesuaikan (customization) untuk mempublikasikan informasi geospasial pemanfaatan
penginderaan jauh dan sebagai server pemetaan yang menyediakan fungsi-fungsi operasi
sistem pemetaan web.
� Perangkat lunak GeoServer (Geoserver, 2013) untuk Geospatial Web Services OGC
compliant WMS dan WFS Server.
Pada lapisan atas (client) berada pengguna dan aplikasi.Akses ke konten informasi Geofatja
dimungkinkan baik melalui Desktopmaupun Web client.Desktop client dapat berupa paket
perangkat lunak dengan kemampuan geovisualisasi dan fungsi Desktop GIS, seperti paket
perangkat lunak GIS ( ArcGIS dan Quantum GIS) atau Map Viewer (Google Earth).
� Perangkat lunak Google Earth(http://earth.google.com/) untuk aplikasi Geospatial Web
Services Viewer/Client.
� Frameworkperangkat lunak PMapper (PMapper, 2013) digunakan sebagai aplikasi
Internet web map client/viewer, disusun dan disesuaikan untuk antarmukapenyajian dan
visualisasi informasi Geofatja.
4.2.2. Teknologi Perangkat Keras
Gambar di bawah ini merupakan arsitektur model infrastruktur yang akan digunakan pada
tahap awal pengembangan Sistem Pemantauan Bumi Nasional.
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 21
Gambar 4.5. Model Infrastruktur Pusat Pemantauan Bumi Nasional
Virtualisasi server berbasiskan pada gambaran dari fisik sistem sumber oleh karena itu
banyak partisi media penyimpanan bisa dibuat dan berbagai jenis dari sistem operasi bisa
berjalan secara simultan pada satu server. Oleh karena itu Pusat Pemantauan Bumi Nasional
akan menggunakan jenis server baru yang dikembangkan oleh DELL computer yang dikenal
dengan nama vStart. Ada berbagai macam type server vStart yang akan digunakan, dalam hal
ini akan diimplementasikan secara bertahap. Dibawah ini merupakan gambar infrastruktur
server vStart.
Gambar 4.6. Infrastruktur Server vStart
Berikut untuk gambaran jenis spesifikasi hardware DELL vSTARST 100 yang telah digunakan pada
Pusat Pemantauan Bumi Nasional.
Hardware
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 22
• Rack 24U
• UPS 5600W x 1 units
• Storage : Dell EQL6100 x 2 units
o 24x300GB 10K RPM
• Virtual Server : R720 x 2 units
o Intel 2 x Intel Xeon E5-2690 2.90GHz, 64GB Mem, 2x300GB
• Management Server : R420 x 1unit
o Intel E5-2470 2.30GHz, 8GB Mem, 2x300GB
• Network : Dell Power Connect 7048R x 4 units
• KVM : KVM Switch, Monitor 1U 17”, Keyboard+touchpad
System Rack Arsitektur Hardware
Software
• VMware vCenter Server Standard 5 for R720
• Microsoft Windows Server 2008 Std Edition for R620
• Vmware vSphere 5 Enterprise 2CPU for R720
• Dell Management Plug-In for Vmware vCenter
Jaringan
Untuk kondisi jaringan yang saat ini sudah diimplementasikan adalah sbb:
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 23
Jaringan existing di PusFatJa
Gambar-4.7 Overview dari topologi diagram network
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 24
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Sistem Pemantauan Bumi Nasional Berbasis Web Mapping
Integrasi teknologi situs dan pemetaan web dengan muatan informasi spasial dinamis pada
dasarnya merevolusi cara menyajikan informasi pemanfataan penginderaan jauh. Pengguna
dapat secara dinamis berinteraksi menyajikan muatan informasi dengan media web map
(peta) dan menemukan hubungan informasi dalam peta menggunakan personal komputer dan
perangkat lunak minimal, yang sebelumnya diperlukan keahlian dan perangkat lunak yang
mahal.
Alamat situs web resmi SPBN Pusfatja, LAPAN adalah http://pusfatja.lapan.go.id. SPBN
secara umum dapat diakses menggunakan jaringan informasi elektronik berupa media web,
intranet atau internet secara mudah dan interaktif. Halaman utama merupakan antarmuka
antara SPBN dengan pengguna (Gambar 5.1). Antarmuka tersebutmemungkinkanpengguna
untuk mengakses, menyajikan, memvisualisasikan dan berinteraksi dengan muatan informasi
spasial dinamis SPBN menggunakan web browser.
5.2. Penyajian dan Visualisasi
Setiap dihasilkan informasi baru hasil kegiatan program penelitian, pengembangan dan
perekayasaan pemanfaatan penginderaan jauh untuk mendukung mitigasi kebencanaan,
pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkunganoleh Pusfatja - LAPAN melalui
bidang LMB, SDWD, dan SDWPL, maka bidang PROINFO akan secara cepat melakukan
persiapan untuk segera mengintegrasikan hasil informasi baru tersebut ke dalam SPBN yang
beroperasi 24 jam terus menerus selama7 hari.
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 25
Gambar 5.1.Halaman utama sistem informasi spasial dinamis SPBN
(LAPAN – pusfatja.lapan.go.id, 2014)
Sejumlah informasi pendukung mitigasi kebencanaan, pengelolaan sumberdaya alam dan
pelestarian lingkunganberbasis pemetaan pemanfaatan data penginderaan jauh hasil program
penelitian, pengembangan dan perekayasaan di Pusfatja - LAPAN telah diintegrasikan ke
dalam SPBN. Informasi tersebut dapat diakses dan digunakan baik oleh pemerintah maupun
masyarakat umum melalui layanan Situs Web Resmi Pusfatja, http://pusfatja.lapan.go.id.
Tampilan informasi SPBNtersebut disajikan pada sub bab berikut:
a) Informasi Tutupan Hutan dan Perubahannya Di Indonesia
Program Pemanfaatan Penginderaan Jauh Indonesia National Carbon Accounting System
(INCAS) telah memetakan lahan hutan wilayah Indonesia, di manapemetaantersebut
dilakukan tiap tahun dalamperiode tahun 2000-2012. Gambar 5.2–5.3 menampilkan
informasi tutupan hutan dan perubahannya di Indonesia yang telah diintegrasikan ke dalam
SPBN.
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 26
Gambar 5.2.InformasiTutupan Hutan dan Perubahannya (Situs Web SPBN)
Gambar 5.3.InformasiTutupan Hutan dan Perubahannya (Pemetaan Web SPBN)
(LAPAN – pusfatja.lapan.go.id)
b) Informasi Titik Panas dan Kebakaran Lahan/Hutan
Informasi titik panas diolah dan diinformasikan secara harian untuk seluruh wilayah
Indonesia. Situs Web (Gambar 5.4) dan Pemetaan Web (Gambar 5.5) merupakan tampilan
muatan informasi Titik Panas di Indonesia yang telah diintegrasikan ke dalam SPBN.
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 27
Gambar 5.4.Informasi Titik Panas (Situs Web SPBN)
(LAPAN – pusfatja.lapan.go.id)
Gambar 5.5.Informasi Titik Panas (Pemetaan Web SPBN)
(LAPAN – pusfatja.lapan.go.id)
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 28
c) Zona Potensi Penangkapan Ikan
Produksi informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) dilakukan secara harian dengan
keluaran ZPPI direkap bulanan. Tampilan muatan informasi ZPPI di Indonesia yang telah
diintegrasikan ke dalam SPBN dapat dilihat pada Gambar 5.6 (Situs Web) dan gambar 5.7
(Pemetaan Web).
Gambar 5.6.Informasi ZPPI (Situs Web SPBN)
(LAPAN – pusfatja.lapan.go.id)
Gambar 5.7.Informasi ZPPI (Pemetaan Web SPBN)
(LAPAN – pusfatja.lapan.go.id)
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 29
d) Fase Pertumbuhan Padi
Pemantauan dilakukan setiap 8 hari sekali. Gambar 5.8, 5.9 da 5.10 menunjukkan
tampilan informasi fase pertumbuhan padi yang telah diintegrasikan ke SPBN.
Gambar 5.8.Informasi Fase Pertumbuhan Padi (Situs Web SPBN)
Gambar 5.9.Informasi Fase Pertumbuhan Padi (Pemetaan Web SPBN)
Gambar 5.10.Fase Pertumbuhan Padi Jawa dan Bali (Pemetaan Web SPBN)
(LAPAN – pusfatja.lapan.go.id)
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 30
e) Sumberdaya Air Danau
Pemantauan dilakukan setiap 3 - 6 bulan sekali. Gambar 5.11, 5.12dan
5.13menunjukkan tampilan muatan informasi sumberdaya air danau yang telah diintegrasikan
ke dalam SPBN.
Gambar 5.11 Informasi Pemantauan Danau (Situs Web SPBN)
Gambar 5.12. Informasi Danau kerinci (Pemetaan Web SPBN)
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 31
Gambar 5.13.Informasi Danau kerinci (Pemetaan Web SPBN)
(LAPAN – pusfatja.lapan.go.id)
f) Mangrove
Pemantauan mangrove dibutuhkan untuk penghitungan biomasa. Gambar 5.14, 5.15 dan
5.16menunjukkan tampilan muatan informasi mangrove yang telah diintegrasikan ke SPBN.
Gambar 5.14. Informasi Kerapatan Mangrove (Situs Web SPBN)
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 32
Gambar 5.15. Informasi Kerapatan Mangrove (Pemetaan Web SPBN)
Gambar 5.16.Informasi Kerapatan Mangrove (Pemetaan Web SPBN)
(LAPAN – pusfatja.lapan.go.id)
g) Gunung Api
Peristiwa erupsi vulkanik yang intens menjadi pertimbangan LAPAN bahwa gunung berapi
merupakan objek khusus yang perlu dipantau dari citra satelit. Gambar 5.17–5.18
menunjukkan tampilan informasi Gunung Berapi yang telah diintegrasikan ke dalam SPBN.
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 33
Gambar 5.17.Informasi Gunung Berapi (Situs Web SPBN)
(LAPAN – pusfatja.lapan.go.id)
Gambar 5.18.Informasi Gunung Berapi (Pemetaan Web SPBN)
(LAPAN – pusfatja.lapan.go.id)
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 34
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN) telah dibangun di Pusat Pemanfaatan
Penginderaan Jauh - LAPAN. Sistem ini dibangun dengan mengintegrasikan komponen
perangkat lunak CMS pembangun situs web dan komponen perangkat lunak aplikasi sistem
pemetaan web (web mapping) dinamis berbasis teknologi sumber terbuka (open source).
Pada dasarnya sistemSPBN merupakan suatu sistem untuk memberikan jaminan adanya
kemudahan dalammenyajikan, menemukan, menggabungkan, mengevaluasi dan
menggunakan ulang Informasi Spasial Pemanfaatan Penginderaan Jauh dalam mendukung
Pengelolaan Sumber Daya Alam, Pemantauan Lingkungan dan Mitigasi Bencana, sebagai
layanan solusi tantangan permasalahan ruang kebumian Bangsa Indonesia.
Sejumlah informasi pendukung mitigasi kebencanaan, pengelolaan sumberdaya alam dan
pelestarian lingkunganberbasis pemetaan pemanfaatan data penginderaan jauh di Pusfatja -
LAPAN telah diintegrasikan ke dalam SPBN. Informasi tersebut dapat diakses dan
digunakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat umum melalui layanan Situs Web
Resmi Pusfatja, http://pusfatja.lapan.go.id, dengan visualisasi spasial dinamis berbasis
aplikasi Pemetaan Web. SPBN juga mampu memberikan kemudahan akses dan dukungan
untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dalam
upaya memenuhi kebutuhan para pengguna di berbagai sektor pembangunan.
Sistem SPBN secara umum dapat diakses menggunakan jaringan informasi elektronik berupa
media web, intranet atau internet secara mudah dan interaktif. Halaman utama merupakan
antarmuka antara SPBN dengan pengguna. Antarmuka tersebutmemungkinkan pengguna
untuk mengakses, menyajikan, memvisualisasikan dan berinteraksi dengan muatan informasi
spasial dinamisSPBN menggunakanwebbrowser.
Dewasa ini pengembangan SPBN masih terus berlanjutkarena belum semua Informasi
Pemanfaatan Penginderaan Jauh telah diintegrasikan dan dipublikasikan menjadi muatan
informasi SPBN. Sementara itu sejumlah informasi yang telah menjadi muatan SPBN,
sebagian besar telah disajikan dalam paparan sub bab di atas. Untuk pengembangan ke
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 35
depan, SPBN akan diperkaya, baik muatan tematik maupun cakupan wilayah untuk seluruh
wilayah Indonesia serta layanan muatan informasi SPBN berbasis aplikasi Geospasial Web
Services. Muatan informasi yang sudah ada saat ini akan ditingkatkan melalui penelitian,
pengembangan dan perekayasaan dengan membuat pilot-pilot project bekerja sama dengan
daerah. Untuk meningkatkan kinerja dari sistem, pengembangan sumberdaya manusia juga
harus dilakukan dengan memberikan pelatihan dan pendidikan.
6.2. Rekomendasi
Diseminasi informasi geospasial pengindearan jauh berbasis teknologi pemetaan websumber
terbuka, perlu dikembangkan lebih lanjut.Pengembangan tersebut meliputi kustomisasi
tampilan sesuai kebutuhan institusi, cakupan koten data dan informasi yangdiintegrasikan ke
dalam sistem serta cakupan aplikasi yang lebih luas.
Untuk operasional diseminasi informasi geospasial pengindearan jauh berbasis
teknologipemetaan web sumber terbuka, sebaiknya disimpan di server khusus selain di
serverpengembangan yang terletak di Bidang Produksi Informasi, Pusat
PemanfaatanPenginderaan Jauh – Deputi Bidang Penginderaan Jauh – LAPAN.
Pengembangan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial
Pemanfaatan Penginderaan Jauh 36
DAFTAR PUSTAKA
1. Rajabifard A, Williamson IP (2001) Spatial data infrastructures: concepts, SDI
hierarchy and future directions. Proceedings Geomatics 2001, Australia.
2. Crompvoets J, Bregt A, Rajabifard A, Williamson IP (2004) Assessing the worldwide
developments of national spatial data clearinghouses. Int J Geograph Inf Sci 18:665-
689.
3. GeoConnections (2009) Status Report to the United Nations: Canadian Geospatial
Data Infrastructure. Ottawa: Natural Resources Canada.
4. Brian, N.H., "Open source software, web services, and internet-based geographic
information system development", Research Fellow, Claremont Information and
Technology Institute, School of Information Science, Claremont Graduate University,
130 East Ninth Street, Claremont, CA 91711.
Dapatdiaksespada http://www.cartogis.org/docs/proceedings/2005/hilton.pdf.,
(Agustus 2013).
5. Kropla B., “Beginning Mapserver : Open Source GIS Development”., USA., Appres,
2005.
6. LAPAN., Program Penginderaan Jauh INCAS: Metodologi dan Hasil, Versi 1.
LAPAN-IAFCP., Jakarta., 2014.
7. LAPAN- pusfatja.lapan.go.id., [SISDAL]
Dapat diakses pada http://pusfatja.lapan.go.id., (November 2014).
8. MapServer., [MapServer Documentation].
Dapat diakses padahttp://www.mapserver.org/MapServer.pdf., (Agustus 2013).
9. PMapper., [User Manual v. 4.x.].
Dapat diakses padahttp://svn.pmapper.net/trac/wiki/DocManual/.,(Agustus 2013).
PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH - 2014
Recommended