View
6
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................................................iii
Daftar Grafik.......................................................................................................................v
Daftar Tabel......................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1. Kondisi Umum.................................................................................................1
1.1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.1.2 Hasil Evaluasi Terhadap pencapaian Program dan Kegiatan KPPU
2010-2014........................................................................................4
1.1.2.1Revisi terhadap beberapa materi Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 yang berpotensi melahirkan terjadinya
disharmonisasi terhadap kebijakan dan peraturan yang
Berkaitan dengan persaingan usaha.................................6
1.1.2.2 Peningkatan penerapan kebijakan dan peraturan dalam
persaingan usaha................................................................7
1.1.2.3 Pengembangan jaringan kerja antar lembaga...................10
1.1.2.4 Peningkatan kualitas Penanganan Perkara dan
Rekomendasi kebijakan.....................................................14
1.1.2.5 Perkuatan kelembagaan persaingan usaha antara lain
mencakup pengembangan sumber daya manusia, sarana
dan prasarana pendukung..................................................24
1.2. Potensi dan Permasalahan..........................................................................31
1.2.1 Potensi............................................................................................30
1.2.2 Permasalahan.................................................................................33
iii
BAB II VISI DAN MISI KPPU...........................................................................................35
2.1 Visi.................................................................................................................36
2.2 Misi................................................................................................................36
2.3 Tujuan...........................................................................................................37
2.4 Sasaran Strategis..........................................................................................38
BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI.................................................................43
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional……..…….…......................................43
3.2 Arah Kebijakan dan Strategi KPPU…………….............................................47
BAB IV CATATAN TERHADAP RENSTRA.....................................................................54
BAB V PENUTUP............................................................................................................58
LAMPIRAN I Program, Indikator Output dan Alokasi Anggaran KPPU
LAMPIRAN II Daftar Program dan kegiatan Tahun 2011
iv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Perkembangan Jumlah Penyampaian Saran Pertimbangan 2004 – 2009…....7
Grafik 2 Rekapitulasi Kegiatan Monitoring Pelaku Usaha 2004-2009...........................16
Grafik 3 Kegiatan Penanganan Pelaporan 2004-2009..................................................18
Grafik 4 Kegiatan Pemberkasan dan Penanganan Perkara 2004 - 2009.....................19
Grafik 5 Jenis Laporan Dugaan Pelanggaran Berdasarkan Pasal 2004 - 2009……...21
Grafik 6 Pemetaan Strategi (Strategic Mapping)…………………………………….......49
v
DAFTAR TABEL
Tabel I Tujuan Saran dan Pertimbangan Kebijakan Kepada Pemerintah.........................8
Tabel 2 Pelaksanaan Kegiatan Sosialisasi KPPU Tahun 2004-2009..............................11
Tabel 3 Bantuan/Kerjasama Luar Negeri KPPU 2004-2009............................................13
Tabel 4 Perangkat Peraturan di Bidang Persaingan Usaha Tahun 2004-2009...............23
Tabel 5 Kantor Perwakilan Daerah KPPU Tahun 2004 – 2009 ......................................28
Tabel 6 Rekapitulasi Anggaran dan Realisasi Anggaran KPPU 2000-2009....................29
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. KONDISI UMUM
1.1.1. Latar Belakang
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) merupakan lembaga yang
dibentuk berdasarkan amanah Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang memiliki tugas dan
kewenangan untuk menyelenggarakan pengawasan persaingan usaha di Indonesia.
Secara garis besar, Pasal 35 UU No. 5 Tahun 1999 menyebutkan tugas Komisi yang
meliputi :
1. Melakukan penilaian terhadap perjanjian, kegiatan/tindakan pelaku usaha, dan
atau penyalahgunaan posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
2. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi;
3. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang
berkaitan dengan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat;
4. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang-undang
ini; dan
5. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden dan
Dewan Perwakilan Rakyat.
Adapun wewenang Komisi adalah sebagaimana tercantum dalam Pasal 36 UU
No. 5 Tahun 1999 yang meliputi :
1. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
2. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan
pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat;
3. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat
atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan oleh Komisi sebagai hasil
penelitiannya;
4. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau tidak
adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
5. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan undang-undang ini;
6. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang dianggap
mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini;
7. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli,
atau setiap orang sebagaimana angka 5 dan 6, yang tidak bersedia memenuhi
panggilan Komisi;
8. Meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan
penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar
ketentuan undang-undang ini;
9. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lainnya
guna penyelidikan dan atau pemeriksaan;
10. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku
usaha lain atau masyarakat;
11. Memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
12. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang
melanggar ketentuan undang-undang ini.
2
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya tersebut, KPPU berada dalam
koridor untuk mencapai tujuan sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 UU No. 5 Tahun
1999 yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu :
1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;
2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha
yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang
sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil;
3. Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan
4. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
Apabila dicermati lebih lanjut, maka dengan segenap tugas dan wewenang yang
dimiliki, serta tujuan yang hendak dicapai, maka dapat disimpulkan bahwa KPPU
memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan nasional, khususnya di
bidang ekonomi-perdagangan yang nantinya dapat berkontribusi kepada peningkatan
kesejahteraan masyarakat luas. Terlebih apabila ditinjau dari arah kebijakan
perdagangan dalam negeri pada lima tahun ke depan adalah peningkatan penataan
sistem distribusi nasional untuk menjamin kelancaran arus barang dan jasa, kepastian
usaha, dan daya saing produk domestik, maka tidak dapat dipungkiri bahwa
pengawasan persaingan usaha yang sehat merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap kondisi-kondisi tersebut. KPPU akan senantiasa bersinergi
dengan peran-peran lainnya di bidang ekonomi-perdagangan sebagai wujud kontribusi
dalam pembangunan nasional.
Berlandaskan pemikiran-pemikiran tersebut, maka perlu disusun suatu Rencana
Strategis KPPU 2010-2014 sehingga segenap sumber daya dan upaya yang ada dapat
direncanakan dan dikoordinasikan untuk mencapai tujuan-tujuannya. Untuk itu, langkah-
langkah yang perlu ditempuh adalah :
3
1. Melakukan evaluasi terhadap pencapaian program dan kegiatan yang telah
dilaksanakan;
2. Mengidentifikasikan potensi dan permasalahan;
3. Merumuskan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis;
4. Menyusun Arah Kebijakan dan Strategi beserta implementasinya (termasuk di
dalamnya adalah penyusunan program, kegiatan, target dan pendanaan).
Berikut ini adalah paparan dan hasil analisis untuk setiap langkah dalam rangka
penyusunan Rencana Strategis KPPU 2010-2014.
1.1.2. Hasil Evaluasi terhadap Pencapaian Program dan Kegiatan KPPU 2004-2009
Dalam RPJMN I 2004-2009, kebijakan di bidang perdagangan dalam negeri
diarahkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem distribusi nasional, tertib
niaga, dan kepastian berusaha. Upaya ini tidak terlepas dengan arah kebijakan
peningkatan kinerja perdagangan guna mewujudkan ketahanan ekonomi yang kokoh
yang diwujudkan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Harmonisasi kebijakan pusat dan daerah, penyederhanaan prosedur, perijinan
yang menghambat kelancaran arus barang serta pengembangan kegiatan jasa
perdagangan;
2. Perkuatan kelembagaan perdagangan, yaitu kelembagaan perlindungan
konsumen, kemeteorologian, bursa berjangka komoditi, dan kelembagaan
persaingan usaha, dan kelembagaan perdagangan lainnya;
3. Fasilitasi pengembangan prasarana distribusi tingkat regional dan prasarana
subsistem distribusi pada daerah tertentu (kawasan perbatasan dan daerah
terpencil) dan sarana penunjang perdagangan melalui pengembangan jaringan
informasi produksi dan pasar serta perluasan pasar lelang lokal dan regional; dan
4
4. Peningkatan efektivitas pelaksanaan perlindungan konsumen, tertib ukur, dan
perkuatan sistem pengawasan barang beredar dan jasa.
Arah kebijakan tersebut selanjutnya diwujudkan dalam program-program
pembangunan, salah satunya adalah Peningkatan Daya Saing Ekspor dan Efisiensi
Sistem Perdagangan yang mencakup 6 (enam) program, salah satunya adalah
Program Persaingan Usaha yang dalam implementasinya dilaksanakan oleh Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Tujuan program ini adalah untuk menciptakan
iklim yang kondusif bagi kegiatan usaha yang kompetitif dan memberdayakan lembaga-
lembaga persaingan usaha dengan kegiatan-kegiatan pokok meliputi :
1. Revisi terhadap beberapa materi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang
berpotensi melahirkan terjadinya disharmonisasi terhadap kebijakan dan
peraturan yang berkaitan dengan persaingan usaha;
2. Peningkatan penerapan kebijakan dan peraturan dalam persaingan usaha;
3. Pengembangan jaringan kerja antar lembaga;
4. Peningkatan kualitas penanganan perkara dan rekomendasi kebijakan; dan
5. Perkuatan kelembagaan persaingan usaha antara lain yang mencakup
pengembangan sumber daya manusia, sarana dan prasarana pendukung.
Selama kurun waktu 2004-2009 KPPU secara konsisten telah berupaya keras
untuk memaksimalkan perannya sebagai lembaga pengawas persaingan usaha di
Indonesia dengan harapan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam
mendorong terwujudnya meningkatkan kepentingan umum dan meningkatkan ekonomi
nasional, mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha
yang sehat, mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat dan
juga terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha yang pada akhirnya
dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
5
Adapun secara khusus terkait dengan pelaksanaan kelima kegiatan pokok
sebagaimana tersebut di atas, pencapaian KPPU dapat diuraikan sebagai berikut :
1.1.2.1. Revisi terhadap beberapa materi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
yang berpotensi melahirkan terjadinya disharmonisasi terhadap
kebijakan dan peraturan yang berkaitan dengan persaingan usaha.
Revisi atau amandemen terhadap UU No. 5 Tahun 1999 dinilai
merupakan langkah yang strategis mengingat terdapat beberapa materi yang
berpotensi menyebabkan disharmonisasi terhadap kebijakan dan peraturan
yang berkaitan dengan persaingan usaha, termasuk kejelasan status
kelembagaan KPPU. Kekurangan dan kelebihan UU No. 5 Tahun 1999
beserta implementasinya harus dipandang secara aktual. Perangkat-
perangkatnya harus dipenuhi dan struktur-strukturnya harus dilaksanakan.
Kondisi UU No. 5 Tahun 1999 saat ini memang perlu dicermati agar
kehadirannya dapat memenuhi tuntutan stakeholder dan mampu memenuhi
tuntutan lingkungan yang bergerak dinamis serta untuk mengkaji efektifitas
pelaksanaan penegakan hukum persaingan usaha di Indonesia. Penyusunan
Naskah Akademis dan konsep revisi UU No. 5 Tahun 1999 adalah jawaban
terhadap tuntutan di atas, karena KPPU berkepentingan melihat kembali
sistem penegakan hukum yang akan dikembangkan dengan menganalisis dan
mengkaji berbagai alternatif yang akurat dalam implementasi UU No. 5 Tahun
1999.
Persiapan untuk proses amandemen UU No. 5 Tahun 1999 telah secara
konsisten dilaksanakan KPPU sejak tahun 2004 dengan beberapa tahapan
seperti pelaksanaan kajian pendahuluan, penyusunan naskah akademis,
penyusunan dan pematangan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM), dan
koordinasi dengan instansi terkait.
6
1.1.2.2. Peningkatan Penerapan Kebijakan dan Peraturan dalam Persaingan Usaha
Dalam rangka peningkatan penerapan kebijakan dan peraturan dalam
persaingan usaha, KPPU telah melaksanakan kegiatan Kajian Sektor Industri
dan Perdagangan, Evaluasi Kebijakan Pemerintah, dan Harmonisasi Kebijakan
Persaingan. Melalui proses kajian, diskusi, pengumpulan pendapat publik serta
pandangan baik dari Pemerintah, Regulator serta pelaku usaha, dan tentunya
masyarakat, maka disusun dan disampaikan saran kebijakan kepada
Pemerintah.
Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, telah disampaikan 60 (enam
puluh) saran pertimbangan kepada pemerintah di berbagai bidang
sebagaimana Grafik 1 berikut. :
Grafik 1 Perkembangan Jumlah Penyampaian Saran Pertimbangan
(2004-2009)
3
12
5
11
17
12
02468
1012141618
200420052006200720082009
Data tersebut diatas menggambarkan bahwa perkembangan saran dan
pertimbangan kebijakan cenderung berfluktuasi setiap tahunnya dengan
kecenderungan terus meningkat. Peningkatan jumlah saran pertimbangan yang
disampaikan kepada Pemerintah merupakan perkembangan positif kegiatan
harmonisasi kebijakan persaingan usaha dengan berbagai kebijakan sektor
lainnya.
7
Kegiatan harmonisasi kebijakan persaingan usaha merupakan upaya
mewujudkan iklim usaha yang kondusif serta untuk mencegah terjadinya
pelanggaran hukum persaingan. Pada prinsipnya kebijakan yang selaras dan
saling menunjang merupakan hal yang dituntut oleh para pelaku usaha untuk
menggerakkan perekonomian. Berikut adalah tujuan saran dan pertimbangan
terhadap kebijakan pemerintah (Tabel I).
Tabel 1 Tujuan Saran dan Pertimbangan Kebijakan Kepada Pemerintah
Tahun 2005 - 2009
Instansi pemerintah Industri yang diatur
Departemen Keuangan Multifinance, Asuransi, Pasar Modal
Departemen Pertanian Industri Komoditas (Gula, CPO/Minyak Goreng, Rempah-rempah, Beras, Garam, Kakao, dst) Industri Peternakan (Susu, Daging Sapi, Ayam/Unggas, Telur, dst)
Departemen Komunikasi dan Informasi
Telekomunikasi, Penyiaran, Informasi/Informatika
Departemen Perhubungan Transportasi Darat/Kereta api, Laut, Udara
Departemen Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, Ketenagalistrikan, Pertambangan (Sumber Daya Mineral)
Departemen Pekerjaan Umum Jasa Konstruksi, Air Minum
Departemen Agama Penyelenggaraan Ibadah Haji
Departemen Pendidikan Industri Buku
Departemen Perdagangan Perdagangan/distribusi untuk berbagai produk/komoditas
Departemen Perindustrian Industri Pengolahan (berbagai bahan baku)
Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia
Telekomunikasi
Komisi Penyiaran Indonesia Penyiaran
Badan pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi
Minyak dan Gas Bumi
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
Jasa Konstruksi
Bank Indonesia Perbankan
8
Berdasarkan hasil analisis KPPU, kebijakan pemerintah yang belum
selaras dengan prinsip persaingan usaha yang sehat dapat dikelompokkan
menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Kebijakan yang menciptakan hambatan masuk (barrier to entry) yang
dapat mendorong terjadinya penyalahgunaan posisi dominan oleh pelaku
usaha tertentu. Sebagai contoh yaitu kebijakan dalam industri carbon
black dan tepung terigu;
2. Kebijakan yang memfasilitasi terjadinya persaingan usaha tidak sehat
dalam sebuah sektor, contoh kasus pembagian wilayah dalam program
demand side management PLN;
3. Kebijakan yang mengintervensi bekerjanya mekanisme pasar yang justru
sudah berjalan dengan baik melalui reduksi jumlah produk atau pelaku
usaha, contoh kebijakan di industri gula;
4. Kebijakan persaingan yang justru salah diimplementasikan karena
karakteristik industrinya memerlukan implementasi yang berbeda, contoh
kebijakan industri kepelabuhanan.
KPPU telah memfokuskan perhatian kepada beberapa sektor strategis
yang signifikan kontribusinya terhadap aktifitas perekonomian dan
kesejahteraan rakyat. Melalui kegiatan kajian persaingan usaha dalam sektor
industri dan perdagangan serta kegiatan analisa kebijakan, telah dilakukan
kajian mendalam atas dinamika iklim persaingan di sektor seperti
telekomunikasi, transportasi, minyak dan gas alam serta sektor perdagangan
khususnya komoditi pertanian dan ritel. Perkembangan terakhir atas
penerapan kebijakan persaingan usaha pada kebijakan sektoral, antara lain
adalah pada pelaksanaan Peraturan Presiden No.112 Tahun 2007 tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern, UU No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, serta UU No.20 Tahun
9
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, khususnya terkait dengan
pelaksanaan kemitraan usaha.
1.1.2.3. Pengembangan Jaringan Kerja Antar Lembaga;
a. Pengembangan Jaringan Kerja dan Sosialisasi Nilai-nilai Persaingan
Usaha yang Sehat di Dalam Negeri
Dalam upaya meningkatkan efektivitas implementasi nilai persaingan
usaha pada perekonomian nasional, maka dijalin koordinasi intensif dengan
berbagai pihak, yaitu pemerintah, dunia usaha, masyarakat luas, dan juga
forum-forum ekonomi regional maupun internasional. Salah satu pencapaian
kerja sama antar lembaga tersebut adalah penandatanganan Nota
Kesepahaman (Memorandum of Understanding) antara KPPU dengan
beberapa lembaga domestik seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam), dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK).
Format kerja sama semacam ini, saat ini terus menerus diperluas
dengan lembaga-lembaga lain seperti Kepolisian Republik Indonesia (Polri),
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Lembaga Kebijakan Pengembangan
Pengadaan (LKPP). Kerja sama lainnya adalah kerja sama dengan lembaga
peradilan, yaitu Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung, dalam bentuk
pelatihan/workshop untuk para hakim.
Kerja sama tersebut dinilai merupakan langkah yang sangat strategis
dalam upaya meningkatkan pemahaman substansi persaingan usaha, dan
diharapkan agar proses hukum acara persaingan usaha dapat berjalan lancar
serta menghasilkan Putusan yang berkeadilan bagi semua pihak. Selain kerja
sama, terdapat juga bentuk komunikasi dengan publik dan stakeholder KPPU,
sebagaimana tabel berikut (Tabel 2) :
10
Tabel 2 Pelaksanaan Kegiatan Sosialisasi KPPU Tahun 2004-2009
TAHUN KEGIATAN 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Total
Forum Jurnalis 10 9 8 9 6 8 50
Forum Akademis/ Kuliah Umum
3 1 3 0 3 0 10
Workshop 4 3 2 0 0 0 9
Dialog Interaktif (Televisi dan Talkshow Radio serta Forum Dialog)
4 0 18 36 6 0 64
Sosialisasi/Seminar Persaingan Usaha
31 39 24 16 25 28 163
Forum Pengembangan Komunitas
0 1 14 2 3 0 20
Lokakarya Persaingan Usaha
0 0 11 10 9 0 30
Tujuan pelaksanaan kegiatan sosialisasi KPPU adalah untuk
meningkatkan pemahaman publik dan stakeholder yang nantinya dapat pula
meningkatkan dukungan terhadap nilai penting dan peran KPPU sebagai
lembaga pengawas persaingan sehat di Indonesia. Selain melalui berbagai
forum interaktif, sebagai bentuk komunikasi terhadap publik, KPPU juga telah
secara rutin menerbitkan media berkala seperti majalah Kompetisi dan
Newsletter, serta media internet www.kppu.go.id yang dilengkapi dengan
forum interaktif dan fasilitas unduh dan perangkat peraturan hukum persaingan
usaha. Dengan demikian publik dapat setiap saat mengakses perkembangan
pelaksanaan pengawasan persaingan usaha sebagai salah satu bentuk
komitmen profesionalitas dan transparansi KPPU dalam
mempertanggungjawabkan amanahnya.
11
b. Pengembangan Jaringan Kerja dengan Pihak-pihak di Luar Negeri
Pengembangan jaringan kerja dengan lembaga atau negara luar negeri
merupakan hal yang cukup penting mengingat posisi Indonesia yang memiliki
keterkaitan dengan forum-forum kerjasama ekonomi baik tingkat regional
maupun internasional. Jaringan kerja sama yang telah dibangun dengan
berbagai lembaga persaingan usaha di negara lain yaitu US FTC, DOJ – USA,
JFTC, KFTC, ACCC, dan GTZ; forum-forum ekonomi lintas negara seperti
APEC, OECD, WTO; dan forum khusus persaingan, yaitu ICN. Berbagai
manfaat dapat dipetik sebagai hasil kerja sama tersebut, khususnya untuk
mendapatkan bantuan teknis berupa pelatihan dan keikutsertaan dalam
seminar/workshop yang berguna bagi peningkatan kompetensi personel dan
lembaga di bidang persaingan usaha.
Salah satu pencapaian yang membanggakan di bidang ini adalah
pengakuan dari salah satu lembaga PBB, yaitu United Nation Conference on
Trade and Development (UNCTAD) dalam rangka peer review berkaitan
dengan implementasi hukum dan kebijakan persaingan. Hasil peer review
yang dilakukan UNCTAD menyatakan bahwa Indonesia dinilai berhasil dan
konsisten mengimplementasikan hukum dan kebijakan persaingan dan
bahkan, dari seluruh negara yang telah dievaluasi, peer review atas Indonesia
merupakan review yang terbaik dari sisi pelaksanaan dan substansi laporan
yang pernah dilakukan UNCTAD atas berbagai negara berkembang.
Pendapat tersebut disampaikan di sela penutupan The Tenth
UNCTAD Intergovernmental Group of Expert yang dilaksanakan di Jenewa,
Swiiss pada tanggal 8 Juli 2009. Secara keseluruhan, peer review ini
dipandang tidak hanya memberikan rekomendasi terbaik bagi implementasi
hukum dan kebijakan persaingan di Indonesia, juga dapat dianggap suatu
kegiatan promosi kepada seluruh lembaga persaingan sekaligus
12
meningkatkan pengakuan dunia internasional terhadap KPPU dan penegakan
hukum dan kebijakan persaingan di Indonesia. Hasil review ini nantinya akan
ditransformasi ke dalam berbagai bentuk bantuan teknis, dalam mendukung
dan mengatasi berbagai tantangan yang digariskan. Diharapkan hasil review
ini juga dapat didiseminasikan kepada berbagai stakeholder KPPU untuk
menunjukkan besarnya dukungan kalangan internasional atas keberhasilan
Indonesia dalam mengimplementasikan hukum dan kebijakan persaingannya.
Gambaran jalinan kerja sama yang telah dilaksanakan oleh KPPU
dan terkait dengan beberapa pihak di luar negeri adalah sebagai mana dalam
Tabel 3. Bentuk kerja sama tersebut diharapkan memberi manfaat bagi kedua
belah pihak.
Tabel 3 Bantuan/Kerjasama Luar Negeri KPPU 2000-2009
Partner
Kerjasama Periode Fasili-tator
Nama Project/ Bentuk Kerjasama/Bantuan
2000-2003
GTZ Capacity Building, pelatihan. Legal drafting
2005-2008
GTZ GTZ on Implementation in Competition Law (GTZ-ICL) Phase I Penempatan Resident Advisor, pelatihan, penyelenggaraan semiar, dan studi banding
Bundes-kartellamt (Jerman)
2008-2009
GTZ GTZ on Implementation in Competition Law (GTZ-ICL) Phase II Capacity building, competition advocacy
2000-2007
JICA Technical Cooperation Project Phase I Penempatan Resident Advisor, pelatihan, enyelenggaraan semiar, dan studi banding
Japan Fair Trade Commission (Jepang)
2009-2011 JICA Technical Cooperation Project Phase II Pelatihan, magang (internship),
Fair Trade 2000- USAid Penempatan Resident Advisor,
13
Partner Kerjasama Periode Fasili-
tator Nama Project/
Bentuk Kerjasama/Bantuan Commission (FTC)
2007 pelatihan, beasiswa, penyelenggaraan seminar dan workshop, fasilitasi pembentukan ASEAN Consultation Forum on Competition (ACFC)
World Bank 2000-2002
-- Sponsorship dalam kegiatan sosialisasi, pelatihan, dan studi kajian
UNCTAD 2004-sekarang
-- Workshop, Training for the Trainers, Peer Review
OECD 2005-sekarang
-- Partisipasi sebagai regular observer
OECD-RCC 2004-sekarang
-- Pelatihan di Korea Selatan
European Commisssion (EU)
2004 -- Kajian sektor telekomunikasi dan transportasi
Taiwan Fair Trade Commission (TFTC)
2007-2009
-- Training in Capacity Building for KPPU
Australian Competition and Consumer Commission (ACCC)
2006-sekarang
-- Study visit
1.1.2.4. Peningkatan Kualitas Penanganan Perkara dan Rekomendasi Kebijakan
Upaya penegakan hukum persaingan usaha di Indonesia yang
dilaksanakan oleh KPPU secara garis besar dilaksanakan melalui kegiatan
Monitoring Pelaku Usaha, Penanganan Laporan, Penanganan Perkara, Litigasi,
Monitoring Pelaksanaan Putusan, dan Penilaian/Notifikasi atas Rencana
Merger dan Akuisisi.
a. Monitoring Pelaku Usaha
Inti dari kegiatan monitoring pelaku usaha adalah observasi dan
analisis terhadap perilaku pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha yang
memiliki pangsa pasar yang signifikan pada sektor industri tertentu, baik
14
penguasaan atas barang, jasa, atau keduanya. Penguasaan pangsa pasar
yang signifikan adalah ketika seorang pelaku usaha menguasai barang
dan atau jasa sampai 50% atau lebih, atau apabila dua atau tiga pelaku
usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai pangsa pasar lebih dari
75%. Dalam kondisi tersebut, pelaku usaha tersebut bisa dikatakan
memiliki posisi dominan.
Secara teoritis dan empiris, pelaku usaha yang memiliki posisi
dominan dan menjadi pemegang kendali di pasar (market leader) memiliki
peluang dan kemampuan yang besar untuk menguasai pasar dengan cara-
cara yang tidak sehat dan pada akhirnya akan berdampak negatif kepada
masyarakat, yaitu mengakibatkan masyarakat harus membayar lebih
mahal dari harga yang seharusnya untuk suatu produk (barang atau jasa).
Tujuan utama dilakukannya monitoring terhadap pelaku usaha atau
kelompok pelaku usaha yang memiliki pangsa pasar sebagaimana
diuraikan diatas adalah untuk mengawasi perilaku pelaku usaha agar tidak
menyalahgunakan posisi dominannya, sehingga tidak terjadi praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat tersebut. Selain itu,
tujuan lain dilaksanakannya monitoring pelaku usaha adalah sebagai salah
satu sumber perkara-perkara yang berasal dari inisiatif KPPU sendiri
dalam mengamati dan mengawasi persaingan usaha di Indonesia.
Data dan informasi yang digunakan pada saat melaksanakan
kegiatan monitoring ini dapat bersumber dari mana saja sepanjang
kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan dan dibuktikan, misalnya dari
data statistik yang dikeluarkan oleh badan pemerintah atau lembaga
swadaya masyarakat, informasi dari individu-individu, data lapangan yang
diperoleh sendiri oleh KPPU yang kemudian dirangkai dan diolah menjadi
data yang komprehensif.
15
Pada periode 2004 sampai 2009 KPPU telah melaksanakan
monitoring pelaku usaha sebanyak 113 monitoring pelaku usaha.
Rekapitulasi kegiatan monitoring sebagaimana Grafik 2 berikut :
Grafik 2 Rekapitulasi Kegiatan Monitoring Pelaku Usaha Periode 2004 – 2009
8
14 12
30
14
35
0
5
1015
20
25
30
35
40
Jumlah
200420052006200720082009
Pada Grafik 2 diatas diketahui bahwa monitoring pelaku usaha yang
dilakukan oleh KPPU dari tahun ke tahun semakin meningkat dan
merupakan kegiatan penting untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
Perkara Inisitif oleh KPPU dan untuk penyampaian saran dan
pertimbangan kepada pemerintah.
Sebagai contoh, pada tahun 2009 dilakukan monitoring industri
minyak goreng, yang termasuk ke dalam sembilan bahan pokok yang
dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat dan memegang peranan
penting di dalam perilaku konsumsi masyarakat Indonesia. Harga minyak
goreng seharusnya linear dengan harga Crude Palm Oil (CPO) domestik
sebagai bahan baku pembuatan minyak goreng, namun fakta di lapangan
ternyata harga minyak goreng tidak linear dengan harga CPO domestik,
dimana harga minyak goreng tidak turun seiring dengan penururnan harga
CPO. Sehubungan dengan hal tersebut, Komisi sedang menganalisa
16
industri minyak goreng dari sisi struktur pasar minyak goreng murah,
struktur minyak goreng kemasan, konsentrasi pasar minyak goreng curah
dan kemasan, harga CPO domestik, harga minyak goreng curah
(international/domestik), dan harga pokok penjualan CPO.
b. Penanganan Pelaporan
Salah satu kewenangan KPPU adalah menerima laporan dari
masyarakat terkait dugaan pelanggaran UU No. 5/1999. Pada tahap ini
KPPU berwenang melakukan klarifikasi laporan guna mendalami substansi
laporan untuk kemudian memutuskan, bahkan menjatuhkan sanksi berupa
tindakan administratif kepada pelaku usaha yang terbukti melanggar,
antara lain berupa pengenaan ganti rugi dan atau denda.
Data pada Grafik 3 menunjukkan bahwa jumlah laporan yang masuk
cukup tinggi yaitu 1404 laporan selama 5 tahun atau sekitar 280 laporan
per tahun. Meningkatnya laporan yang disampaikan masyarakat kepada
Komisi, dapat diartikan bahwa masyarakat maupun pelaku usaha semakin
meningkat pemahamannya maupun kesadarannya untuk membantu
mewujudkan iklim usaha yang sehat.
17
Grafik 3 Kegiatan Penanganan Pelaporan 2004-2009
600
400
200
02004 2005 2006 2007 2008
77 183 139 244 232 529Penerimaan Laporan
68 160 121 213 163 494Laporan tidakdilanjutkan
2009
Namun demikian, sebagian besar laporan tersebut ditolak atau tidak
direkomendasikan untuk dilanjutkan ke tahap penanganan perkara.
Beberapa alasan penghentian laporan karena :
1. Laporan tidak memenuhi persyaratan kelengkapan dan kejelasan,
2. Hambatan dalam pengumpulan dokumen atau bukti-bukti karena
pihak-pihak yang terkait dengan laporan kurang kooperatif,
3. Pihak atau substansi yang dilaporkan termasuk dalam kategori
pengecualian sesuai ketentuan dalam UU No. 5 Tahun 1999, atau
4. Substansi laporan bukan merupakan kewenangan KPPU.
Oleh karena itu, masih diperlukan sosialisasi tentang tata cara
penyampaian laporan dan penanganan perkara di KPPU kepada
masyarakat. Mengingat laporan yang diterima bukan hanya ditujukan
kepada kantor pusat di Jakarta, tetapi juga keenam kantor perwakilan
KPPU di daerah, yaitu Medan, Batam, Balikpapan, Surabaya, Makassar
dan Manado maka sosialisasi tersebut perlu dilakukan ke seluruh wilayah
Indonesia.
18
c. Penanganan Perkara
Berdasarkan laporan masyarakat maupun pendalaman terhadap
hasil monitoring atau kajian, selanjutnya KPPU berwenang melakukan
pemanggilan, penyelidikan, dan pemeriksaan terhadap pihak-pihak yang
patut diduga melakukan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 untuk
kemudian memutuskan, bahkan menjatuhkan sanksi berupa tindakan
administratif kepada pelaku usaha yang terbukti melanggar, antara lain
berupa pengenaan ganti rugi dan atau denda. Kegiatan Pemberkasan dan
Penanganan Perkara KPPU sepanjang tahun 2004 – 2009 adalah
sebagaimana pada Grafik 4.
Pada prakteknya, tidak seluruh perkara yang ditangani oleh KPPU
berakhir dengan putusan. Dalam beberapa kasus, melalui penetapan
pemeriksaan pendahuluan, KPPU dapat menghentikan sebuah
penanganan perkara persaingan antara lain karena tidak ditemukannya
bukti yang cukup atas dugaan tersebut ataupun karena adanya perubahan
perilaku pelaku usaha terlapor terkait dengan perkara tersebut.
Grafik 4 Kegiatan Pemberkasan dan Penanganan Perkara
Tahun 2004 - 2009 200
150
100
50
0
Total2004 2005 2006 2007 2008 2009
23 18 31 68 35 1849PenangananPerkara
18 12 27 44 12 1207Putusan
Penetapan 2 4 6 4 20 282
19
Apabila ditinjau dari jenis dugaan pasal yang dilaporkan, laporan
yang masuk ke KPPU masih didominasi oleh laporan mengenai
persekongkolan tender (dugaan pelanggaran pasal 22), yaitu sebanyak
84,8% atau 173 dari 204 laporan tertulis. Dalam tiga tahun terakhir, jenis
laporan cenderung semakin beragam. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat semakin memahami bahwa KPPU bukan lembaga yang
hanya mengawasi persekongkolan tender. Grafik 5 menunjukan adanya
laporan mengenai merger, konsolidasi, akuisisi, kepemilikan saham,
jabatan rangkap, monopsoni, perjanjian tertutup dan lain-lain.
Dalam penanganan perkara terkait dugaan pelanggaran terhadap UU
No. 5 Tahun 1999, terdapat beberapa perkara yang menonjol atau menarik
perhatian publik dalam kurun waktu lima tahun terakhir, yaitu:
1. Pengadaan hologram pita cukai oleh Perum Peruri dan PT Pura
Nusapersada;
2. Pengadaan alat kesehatan di beberapa rumah sakit;
3. Pelanggaran syarat-syarat perdagangan oleh PT Carrefour;
4. Sistem distribusi motor di Sulawesi Selatan;
5. Kepemilikan silang yang dilakukan oleh kelompok usaha Temasek;
6. Kartel layanan short message system (SMS) oleh para operator
seluler;
7. Hak siar Liga Utama Inggris Musim 2007-2010;
8. Kartel pembagian wilayah yang dilakukan Asosiasi Kontraktor Listrik
dan Mekanikal Indonesia (AKLI); dan
9. Jasa pelayanan taxi Batam.
20
Grafik 5 Jenis Laporan Dugaan Pelanggaran Berdasarkan Pasal
Tahun 2004 - 2009
Berdasarkan uraian tersebut, diperoleh gambaran bahwa perkara-
perkara yang ditangani KPPU memiliki dampak luas terhadap upaya-
upaya meningkatkan efisiensi dan kesejahteraan masyarakat yang
Penetapan Harga
2
Pembagian Wilayah1(Ps. 9)
Kartel (Ps. 11)1
Perjanjian Tertutup1(Ps. 15)
Monopoli13(Ps. 17)
Monopsoni3(Ps. 18)
Penguasaan Pasar /23Diskriminasi
(Ps. 19, 20, 21)
Persekongkolan 173 Tender (Ps. 22)
Persekongkolan 6Lain (Ps. 23, 24)
Umum (Ps. 25) 3
Jabatan Rangkap 2(Ps. 26)
Pemilikan Saham 1(Ps. 27)
(Ps 5, 6, 7, 8)
0 200 50 100 150
21
sebelumnya dirugikan oleh praktek-praktek yang anti persaingan sehat.
d. Litigasi dan Monitoring Pelaksanaan Putusan
Pasca pembacaan Putusan atau Penetapan oleh KPPU, kegiatan
selanjutnya adalah memantau kepatuhan pelaku usaha dalam
menjalankan sanksi yang dijatuhkan, termasuk upaya pengajuan
keberatan atas Putusan KPPU di tingkat Pengadilan Tinggi atau
Mahkamah Agung. Monitoring pelaksanaan putusan cukup penting karena
merupakan wujud kewibawaan hukum persaingan usaha. Dalam kurun
waktu 2004 sampai dengan Juni 2009, dari 51 Putusan sejumlah 48
Putusan diajukan keberatan ke tingkat banding ke Pengadilan Negeri, dan
sekitar 50% dari Putusan tersebut dikuatkan oleh Pengadilan Negeri.
Sedangkan jumlah Putusan KPPU yang diajukan ke tingkat kasasi di
Mahkamah Agung adalah 17 Putusan dan 12 diantaranya atau 70% dari
Putusan tersebut dikuatkan oleh Mahkamah Agung.
Terkait dengan wewenang KPPU untuk menjatuhkan denda atau
ganti rugi, maka dalam kurun waktu awal tahun 2004 sampai dengan
bulan Juni 2009 telah ditetapkan denda/ganti rugi sejumlah Rp.
658.272.974.257,- yang terdiri denda sejumlah Rp. 471.581.844.270,- dan
ganti rugi sejumlah Rp. 186.691.129.987,- kepada pelaku usaha yang
terbukti melanggar UU No. 5 Tahun 1999 yang dapat menjadi salah satu
sumber pendapatan negara bukan pajak.
e. Penilaian dan Notifikasi Merger dan Akuisisi
Secara khusus KPPU memiliki wewenang untuk memberikan
penilaian atau notifikasi terhadap rencana penggabungan, peleburan, dan
pengambilalihan yang dilakukan oleh pelaku usaha (Pasal 28 dan Pasal
29 UU No. 5 Tahun 1999). Namun fungsi atau wewenang tersebut masih
belum dapat berjalan secara optimal karena Peraturan Pemerintah yang
22
diperlukan sebagai acuan dalam pelaksanaan pasal 28 dan pasal 29
belum ditetapkan oleh pemerintah. Sementara itu, KPPU berupaya untuk
melaksanakan wewenang tersebut atas dasar Peraturan KPPU No. 1
Tahun 2009 tentang Pra-Notifikasi Penggabungan, Peleburan, dan
Pengambilalihan (Merger) mengingat kegiatan tersebut dapat berakibat
pada penyalahgunaan posisi dominan di pasar.
Selain melaksanakan penegakan hukum persaingan usaha, upaya
lain yang tak kalah penting adalah senantiasa menyempurnakan
perangkat peraturan dalam rangka meningkatkan efektivitas penegakkan
hukum dan kebijakan persaingan usaha, juga untuk menjembatani
kesenjangan informasi antara pelaku usaha, praktisi hukum, publik, dan
pihak-pihak terkait lainnya dalam menginterpretasikan pengertian,
maksud, dan ketentuan-ketentuan pada pasal-pasal di dalam UU No. 5
Tahun 1999. Sampai dengan tahun 2009 telah dihasilkan 8 (delapan)
perangkat hukum persaingan usaha sebagaimana Tabel 4 berikut :
Tabel 4 Perangkat Peraturan di Bidang Persaingan Usaha Tahun 2004-2009
No Perangkat Peraturan Tujuan
1 Pedoman Pelaksanaan Pasal 22 tentang Persekongkolan Tender
Sebagai pedoman dalam hukum terkait pelaksanaan Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Persekongkolan Tender. Menjelaskan berbagai praktek persaingan usaha tidak sehat dalam tender yang mengatur kolusi dalam penentuan pemenang tender.
2 Peraturan Mahkamah Agung RI No. 3 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU
Merupakan penyempurnaan Peraturan Mahkamah Agung No.1 tahun 2003 yang mengatur tatacara pengajuan keberatan terhadap Putusan KPPU
3 Peraturan KPPU No. 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan Perkara di KPPU
Meningkatkan transparansi dan efektivitas penanganan perkara di KPPU dan menyempurnakan perangkat peraturan sebelumnya
4 Pedoman Pelaksanaan Pasal 47 Pedoman tersebut menjelaskan tentang
23
No Perangkat Peraturan Tujuan
tentang Sanksi Administratif tindakan administratif, antara lain yaitu untuk pembatalan, penghentian perjanjian dan kegiatan yang merugikan perekonomian dan penghitungan besaran denda.
5 Pedoman Pelaksanaan Pasal 50 a tentang Pengecualian terhadap perbuatan dan atau perjanjian yang bertujuan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Pedoman tersebut diperlukan mengingat dalam peraturan perundangan lainnya memiliki tujuan masing – masing yang bersinggungan dengan UU No.5/199. Untuk itu dijelaskan bahwa menerapkan pengecualian harus didasarkan dengan pertimbangan yang jelas.
6 Pedoman Pelaksanaan Pasal 50 b tentang Pengecualian perjanjian yang berkaitan dengan waralaba
Dalam pedoman dijelaskan bahwa persyaratan perjanjian waralaba yang tidak dimaksudkan untuk menjaga HKI dan waralaba, maka tidak dikecualikan dari UU No.5/1999.
7 Peraturan KPPU No. 1 Tahun 2009 tentang tentang Pedoman Penilaian Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi
Sebagai pedoman dalam hukum terkait pelaksanaan penilaian merger, akuisisi, dan konsolidasi.
8 Peraturan KPPU No. 2 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Pasal 50 b tentang Pengecualian terhadap perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual
Pedoman tersebut menjelaskan bahwa perjanjian HKI yang bersifat membatasi dan menghambat pelaku usaha lain, dan inovasi serta teknologi, maka tidak termasuk yang dikecualikan dalam UU No.5/1999.
1.1.2.5. Perkuatan kelembagaan persaingan usaha antara lain yang mencakup
pengembangan sumber daya manusia, sarana dan prasarana pendukung
Syarat utama guna mengimplementasikan suatu tugas atau kewenangan
adalah dukungan kelembagaan yang kuat dan memadai. Menyadari hal
tersebut, sejalan dengan tugas pengawasan persaingan usaha, KPPU secara
paralel juga senantiasa membangun kapasitas kelembagaannya. Kegiatan
perkuatan kelembagaan menghadapi tantangan yang cukup besar mengingat
terdapat beberapa prasyarat fundamental, seperti kedudukan dan status
kelembagaan KPPU yang belum terakomodasi sepenuhnya dalam sistem
ketatanegaraan nasional sehingga berdampak kepada banyak hal seperti
24
kedudukan Komisioner sebagai Pejabat Negara dan status kepegawaian staf
Sekretariat KPPU. Namun demikian, KPPU untuk tetap melakukan upaya-
upaya perkuatan pada aspek Sumber Daya Manusia (SDM), peningkatan
sarana dan prasarana, dan perkuatan status kelembagaan dengan
pencapaian-pencapaian sebagai berikut :
1. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Saat ini jumlah SDM KPPU telah mencapai kurang lebih 250 orang
yang ditempatkan baik di kantor pusat di Jakarta maupun di enam kantor
perwakilan daerah (Medan, Surabaya, Makassar, Balikpapan, Batam dan
Manado). Pembinaan dan pengembangan SDM menjadi tantangan besar,
mengingat sesuai dengan karakteristik KPPU yang independen dan
memiliki peran strategis, maka pegawai dituntut memiliki kemampuan
investigasi untuk mendapatkan alat bukti dugaan pelanggaran, yang
memerlukan kemampuan analisa ekonomi dan hukum serta dituntut
memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi untuk dapat menjaga rahasia
informasi perkara.
Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka pengembangan
aspek SDM antara lain meliputi :
a. Penetapan Kode Etik Komisi serta Tata Tertib Komisi. Peraturan
Komisi tersebut sebagai komitmen untuk menegakkan hukum
dengan adil, independen, dan transparan serta dalam upaya
meningkatkan kinerja;
b. Penyempurnaan sistem remunerasi pegawai yaitu yang selama
berdasarkan SK Menteri Perdagangan, maka telah ditetapkan
dengan Perpres No. 80 Tahun 2008 bahwa Ketua Komisi dapat
menetapkan remunerasi pegawai KPPU dengan mendapat
pertimbangan Menteri Keuangan;
25
c. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan, meliputi
penyelenggaraan beasiswa sarjana strata 2; penyelenggaraan
diklat teknis dan substansif terkait bidang investigasi, organisasi
industri, ekonomi, dan hukum; serta magang, seminar dan
workshop di lembaga persaingan usaha di luar negeri.
2. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendukung
Sarana dan prasarana pendukung baik yang bersifat fisik maupun
non fisik juga menjadi perhatian KPPU dalam pelaksanaan program dan
kegiatan selama 5 (lima) tahun terakhir, dengan uraian pencapaian
sebagai berikut :
a. Ketersediaan gedung kantor yang representatif dan mandiri
merupakan salah satu hal yang terus diupayakan, namun hingga
saat ini keterbatasan anggaran masih menjadi kendala dalam
realisasinya. Saat ini KPPU masih menggunakan kompleks gedung
milik Sekretariat Negara di Jl. Juanda No. 36 Jakarta bersama-
sama dengan dua institusi lain, yaitu Badan Koordinasi
Penanggulangan Bencana Nasional (Bakornas/PNBP) dan Komisi
Ombudsman Indonesia (KOI) yang tentu saja menimbulkan banyak
keterbatasan. Namun demikian, sebagai upaya untuk
meningkatkan keamanan dan kenyamanan bekerja, KPPU telah
beberapa kali melakukan upaya rehabilitasi/perbaikan prasarana
gedung dalam rangka peningkatan kinerja.
b. Pengkajian-pengkajian terkait penguatan kedudukan kelembagaan
Sekretariat KPPU untuk mendapatkan penyetaraan eselonering
mengingat akan berdampak pada tingkat perannya dalam
membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi serta peningkatan
kinerja Komisi;
26
c. Pengkajian dalam rangka penguatan struktur organisasi Sekretariat
Komisi yang pada saat ini telah dilaksanakan pengembangan
organisasi dengan pemisahan fungsi-fungsi keuangan,
perencanaan, pengawas internal serta penilaian merger dan
akuisisi. Penyempurnaan atas organisasi dan tata kerja terus
dilaksanakan secara berkesinambungan hingga tercapai kapasitas
dan kapabilitas kelembagaan yang optimal. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, maka pada tahun 2009 telah ditetapkan
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat KPPU berdasarkan
Surat Keputusan KPPU No.88/KPPU/Kep/III/2009. Dalam struktur
terbaru tersebut, telah ditetapkan pembentukan unit - unit baru,
yaitu :
- Biro Pengawasan Internal yang terdiri dari 2 bagian (Bagian
Pengawasan Internal I dan bagian Pengawasan Internal II);
- Bagian Notifikasi dan Penilaian Merger dan Akuisisi;
- Bagian Tata Usaha Pimpinan; dan
- Bagian Perencanaan dan Anggaran dan Bagian Keuangan
yang tadinya menjadi satu.
d. Pembukaan lima kantor perwakilan di daerah sejak tahun 2004 –
2009 guna memberikan pelayanan yang lebih baik kepada publik.
Kantor Perwakilan Daerah KPPU beserta wilayah kerjanya adalah
sebagaimana Tabel 5 sebagai berikut :
27
Tabel 5 Kantor Perwakilan Daerah KPPU
Tahun 2004 - 2009
Nama Kantor Perwakilan
Daerah KPPU Tahun
Didirikan Wilayah Kerja
KPD Medan 2004 Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat
KPD Surabaya 2004 Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat
KPD Makassar 2005 Seluruh Provinsi di Pulau Sulawesi, Papua, dan Kepulauan Maluku
KPD Balikpapan 2005 Seluruh Provinsi di Pulau Kalimantan
KPD Batam 2006 Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Jambi
e. Penyusunan berbagai peraturan dan System Operation Procedure
(SOP) berkaitan dengan kepegawaian, pengelolaan anggaran, dan
adminsitrasi perkantoran;
f. Terkait dengan masalah anggaran, berdasarkan ketentuan dalam
Pasal 37 UU No. 5 Tahun 1999 disebutkan bahwa biaya untuk
pelaksanaan tugas Komisi dibebankan kepada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan atau sumber-sumber
lain yang diperbolehkan oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Data rekapitulasi pagu dan realisasi anggaran KPPU
selama periode tahun 2000-2009 disajikan dalam Tabel 6 sebagai
berikut :
28
Tabel 6 Rekapitulasi Anggaran dan Realisasi KPPU 2000-2009
No. Tahun
AnggaranPagu Anggaran
(Rp) Realisasi
(Rp) Prosentase
Realisasi thd Pagu (%)
1 2000 5,994,091,000 4,900,000,000 81.75 2 2001 20,754,688,000 10,747,795,872 51.78 3 2002 15,644,482,000 10,041,199,930 64.18 4 2003 24,918,219,000 17,500,916,912 70.23 5 2004 22,990,055,000 17,762,569,760 77.26 6 2005 42,300,000,000 17,101,681,008 40.43 7 2006 84,500,000,000 29,237,409,852 34.60 8 2007 85,000,000,000 34,167,718,764 40.20 9 2008 86,939,983,000 47,624,294,001 54.78
10 2009 82,089,300,000 56,480,249,755 68.80
Sejak mulai berdirinya pada tahun 2000, anggaran KPPU
masih menginduk kepada Departemen Perdagangan (Kode 090),
namun mulai tahun 2010 KPPU telah ditetapkan sebagai Bagian
Anggaran yang mandiri dengan Kode 108 berdasarkan Peraturan
Presiden No. 80 tahun 2008. Konsekuensinya adalah mulai tahun
2010 KPPU harus dapat melaksanakan perencanaan, pengelolaan,
dan pengawasan anggaran secara mandiri. Hal tersebut tentu
sangat menunjang peningkatan dan dapat meningkatkan efisiensi
dan efektifitas pengelolaan anggaran.
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
secara umum pencapaian KPPU adalah hal yang sangat
membanggakan terutama apabila mempertimbangkan beberapa
keterbatasan yang ada, terutama dari aspek kelembagaan.
Putusan maupun Saran Pertimbangan KPPU dalam beberapa
perkara terkait pelanggaran persaingan usaha terbukti mampu
29
memberikan perbaikan terhadap perilaku pelaku usaha yang
berpotensi merugikan masyarakat dan melemahkan kinerja
perekonomian sektor tertentu.
Beberapa contoh yang dapat dikemukakan adalah :
1. Penyampaian saran pertimbangan kepada Departemen
Perhubungan guna mendorong peninjauan kembali regulasi
sektor jasa transportasi udara yang berdampak pada kerugian
konsumen akibat penetapan biaya yang tidak wajar oleh pelaku
usaha;
2. Putusan KPPU di bidang jasa telekomunikasi telah memicu
turunnya tarif jasa telekomunikasi sebesar 40%-60%, sehingga
kerugian masyarakat yang terakumulasi selama 4 (empat)
tahun sebesar kurang lebih Rp 2,8 triliun dapat dihentikan;
3. Pemberian saran pertimbangan kepada Departemen Keuangan
mengenai pencabutan larangan penyaluran kredit oleh Badan
Perkreditan Rakyat (BPR) dengan jaminan surat keputusan
pensiun telah membuka kembali akses BPR dalam sektor
tersebut;
4. Pemberian saran pertimbangan kepada Departemen ESDM
untuk menghapuskan pembagian wilayah pemasaran lampu
hemat energi telah menghilangkan hambatan masuk (barrier to
entry) bagi pelaku usaha baru;
5. Pemberian saran pertimbangan kepada Departemen
Komunikasi dan Informatika untuk meninjau ulang
pemberlakuan peratuan yang memberi peluang terjadinya
monopoli untuk jasa pos dan perangkat lunak/software;
6. Pemberian saran pertimbangan kepada pemerintah untuk
30
memperkuat perannya dalam mencegah penetapan tarif jasa
pelabuhan yang eksploitatif di Lini II Pelabuhan Tanjung Priok;
7. Putusan dan pemberian saran dan pertimbangan kepada
Pemerintah untuk mendorong hadirnya regulasi industri ritel
yang lebih sehat.
Gambaran tersebut diatas dapat menguatkan kesimpulan
yang ada bahwa sesuai dengan peran yang diamanatkan,
KPPU telah dapat memberikan kontribusi yang memadai.
Namun tentu saja dampak positif dari kinerja KPPU tidak
terlepas dari peran-peran lembaga lain yang terkait dan bekerja
secara sinergis guna memperkuat perekonomian dalam negeri
sebagaimana telah digariskan dalam RPJMN I.
I.2. Potensi dan Permasalahan
I.2.1. Potensi
Seiring dengan arus globalisasi, perubahan dan perkembangan dunia usaha di
masa depan akan sangat cepat dan dinamis, sehingga KPPU sebagai lembaga yang
mengawasi dunia usaha juga dituntut untuk responsif terhadap perubahan tersebut.
Perekonomian di masa mendatang dicirikan dengan semakin terbukanya ekonomi
Indonesia sebagai bagian dari ekonomi global dimana persaingan dan ekonomi pasar
semakin mendapat tempat. Ciri lainnya adalah telah berubahnya model pengelolaan
beberapa sektor ekonomi dari model monopoli menuju kompetisi atau persaingan,
seperti sektor transportasi (pengelolaan pelabuhan, bandara, dan kereta api), air
minum, dan perdagangan minyak dan gas bumi. Hal ini menuntut implementasi prinsip
persaingan yang akurat sesuai dengan karakteristik masing-masing sektor. Apabila
implementasinya kurang tepat, maka justru akan menjadi kontraprodukif terhadap
31
kinerja sektor yang bersangkutan.
Dalam perkembangan hukum persaingan, ternyata penegakan hukum
persaingan bukan semata-mata merupakan sengketa perdata. Pelanggaran terhadap
hukum persaingan mengandung unsur-unsur pidana bahkan administrasi. Hal ini terjadi
karena pelanggaran terhadap hukum persaingan pada akhirnya akan merugikan
masyarakat dan merugikan perekonomian negara. Oleh karena itu, disamping
penegakan hukum secara perdata, penegakan hukum persaingan dilakukan juga
secara pidana. Berdasarkan UU No 5 tahun 1999 KPPU hanya berfungsi sebagai
penegakan hukum persaingan, penegakan hukum pidana berada di luar wewenang
KPPU. Fenomena ini secara jelas tercermin dari data bahwa sekitar 70% tindak pidana
korupsi di Indonesia terkait dengan proses pengadaan barang dan jasa yang notabene
merupakan dampak dari persekongkolan atau perjanjian terlarang yang nyata-nyata
melanggar persaingan usaha yang sehat. Peran KPPU dalam masalah ini sangat
strategis sehingga potensi ini dapat dioptimalkan guna menekan praktek-praktek yang
merugikan negara dan masyarakat.
Berdasarkan hasil pemantauan langsung di lapangan ketika KPPU
menyelenggarakan sosialisasi dan/atau melalui forum-forum public hearing senantiasa
muncul pernyataan dan harapan, baik dari kalangan akademisi, pelaku usaha, maupun
masyarakat umum yang mengharapkan agar KPPU dapat lebih menerapkan perannya
di masyarakat. Salah satu solusi yang diberikan saat ini adalah dibukanya 5 (lima)
Kantor Perwakilan Daerah KPPU, namun tentu saja hal tersebut belum dapat
menampung aspirasi dan harapan masyarakat sepenuhnya mengingat keterbatasan
sumber daya dan cakupan wilayah kerja yang relatif luas. Beberapa hasil Rapat Dengar
Pendapat (RDP) dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) juga mengisyaratkan hal
yang sama mengenai penguatan peran KPPU sebagai pengawas persaingan usaha di
Indonesia guna mendorong efisiensi dan memajukan kesejahteraan masyarakat, yang
antara lain tercermin dari dukungan DPR terkait penambahan anggaran untuk KPPU.
32
Adanya dukungan dari publik tersebut menjadi salah satu motivator bagi KPPU untuk
dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik lagi.
Dari perspektif yang lebih luas, yaitu lingkungan internasional, keberadaan
otoritas persaingan usaha sejenis KPPU di negara-negara lain adalah kian dibutuhkan
dan perannya semakin kuat dalam mengamankan perekonomian di negara masing-
masing. Hal ini tentu saja terkait dengan upaya antisipasi perkembangan perekonomian
global yang makin bebas dan tidak berbatas lagi yang berpotensi dapat melemahkan
negara-negara yang berdaya saing rendah. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa keberadaan dan peran KPPU sebagai otoritas pengawas
persaingan usaha di Indonesia adalah sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 5
Tahun 1999 sangat diperlukan dan perlu dipertegas dan didukung oleh semua pihak.
1.2.2. Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi KPPU dalam melaksanakan perannya sebagai
pengawas persaingan usaha terutama adalah :
1. Ketidakjelasan kedudukan Anggota Komisi (Commissioners) sebagai pejabat
negara. Hal tersebut berdampak pada terhambatnya kinerja Anggota Komisi
(Commissioners);
2. Belum ditetapkannya status kelembagaan Sekretariat KPPU dalam penyetaraan
eselon jabatan dengan Kementerian / Lembaga. Hal tersebut berdampak pada
terhambatnya karir dan kesejahteraan pegawai KPPU;
3. Belum adanya sistem remunerasi yang menunjang kinerja pegawai, dan
memberikan kesejahteraan yang memadai;
4. Terdapatnya perbedaan penerapan hukum acara persaingan usaha antara KPPU
dengan Pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung. Hal tersebut dapat
menyebabkan tidak efektifnya Putusan KPPU;
33
5. Rendahnya pemahaman masyarakat, akademisi, pemerintah serta pelaku usaha
mengenai persaingan usaha. Hal tersebut menghambat terciptanya iklim usaha
yang sehat sebagaimana yang diamanatkan oleh UU No.5 Tahun 1999;
6. Belum adanya strategi komunikasi yang sistematis dan terstruktur sehingga belum
optimalnya sosialisasi UU No. 5 Tahun 1999;
7. Belum lengkapnya berbagai peraturan internal guna mendukung kinerja KPPU;
8. Belum memadainya sarana dan prasarana kerja KPPU;
9. Belum maksimalnya penerapan teknik investigasi dan analisa ekonomi sehingga
kualitas penegakan hukum dan saran kebijakan tidak optimal.
Berdasarkan uraian potensi dan permasalahan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa KPPU menghadapi tantangan untuk dapat segera mengatasi kelemahan-
kelemahan yang sebagian besar bersifat internal agar dapat segera menjawab
tantangan eksternal yang semakin kompleks di masa depan. Namun tentunya,
sebagaimana telah dibuktikan dalam kurun waktu 2004-2009, kendala yang ada tidak
akan menyurutkan tekad lembaga ini untuk dapat memberikan kontribusi nyata bagi
negara dan bangsanya. Tentunya agar tekad tersebut dapat terwujud dalam langkah-
langkah nyata dan mencapai tujuannya, diperlukan upaya-upaya yang sistematis,
termasuk di dalamnya adalah penyusunan Rencana Strategis KPPU 2010-2014.
34
35
BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN KPPU
Berdasarkan hasil evaluasi pencapaian-pencapaian serta proses identifikasi
potensi dan permasalahan yang dihadapi, maka dapat disimpulkan bahwa KPPU masih
memerlukan upaya-upaya yang lebih intensif guna memperkuat aspek internalnya
sehingga selanjutnya memiliki landasan yang lebih kuat untuk pengembangan tugas dan
fungsinya. Penjelasan pada bab sebelumnya merepresentasikan masih adanya masalah
kelembagaan yang fundamental yang belum teratasi.
Namun demikian, KPPU memiliki peluang dan potensi yang sangat tinggi untuk
menguatkan peran dan fungsinya mengingat kondisi reformasi, pembangunan ekonomi,
pemerintah, dan lembaga-lembaga terkait serta dunia usaha mengharapkan KPPU
berperan lebih jauh lagi. Untuk itu, sebagaimana digambarkan dalam metode SWOT
(Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats), maka dalam kebijakan perencanaan
program dan kegiatan pada tahap selanjutnya (2010-2014) harus dilakukan dua hal.
Pertama, pada tahun 2013-2014, kelembagaan KPPU direncanakan berada pada
posisi strength. Kedua, dengan demikian kelembagaan KPPU akan menjadikan posisi
opportunity lebih tinggi lagi, sehingga KPPU menjadi lebih kredibel dan diakui oleh
stakeholders dan publik.
Adanya kelemahan internal tersebut, tidak menjadi kendala bagi KPPU untuk
tetap konsisten melaksanakan peran dan kiprahnya di bidang pengawasan persaingan
usaha dalam kerangka yang sinergis dengan lembaga-lembaga lainnya. KPPU tetap
berkomitmen untuk memberikan kontribusinya dalam pembangunan nasional dengan
mengoptimalkan perannya sebagaimana dimandatkan dalam UU No. 5 Tahun 1999
dengan tujuan akhir peningkatan kesejahteraan rakyat. Selanjutnya sebagai pedoman
36
agar implementasi program dan kegiatan dapat direncanakan dan berjalan ke arah yang
tepat, telah ditetapkan visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis sebagaimana uraian
berikut.
2.1. VISI
Visi adalah gambaran masa depan KPPU yang hendak diwujudkan setelah
program-program dalam jangka waktu rencana strategis selesai dilakukan. Visi KPPU
dalam jangka menengah sebagai lembaga independen yang mengemban amanat UU No
5 tahun 1999 adalah:
“MENJADI LEMBAGA PENGAWAS PERSAINGAN USAHA YANG
EFEKTIF DAN KREDIBEL UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT”
Dalam jangka panjang KPPU mempunyai impian menjadi lembaga pengawas
persaingan usaha seperti di negara maju sehingga dirumuskan visi jangka panjang yang
akan dicapai pada tahun 2020 adalah :
“MENJADI LEMBAGA PENGAWAS PERSAINGAN USAHA YANG SETARA DENGAN
NEGARA-NEGARA MAJU”
2.2. MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka dirumuskan misi KPPU adalah
”Meningkatkan pemahaman dan implementasi nilai-nilai persaingan usaha yang sehat di
kalangan pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk meningkatkan kinerja
perekonomian dan kesejahteraan rakyat”.
37
Dengan berlandaskan pada nilai-nilai dasar yang dijunjung tinggi oleh KPPU dalam
mewujudkan Visi melalui Misinya yang terdiri dari 5 (lima) nilai, yaitu Profesional,
Independen, Kredibel, Transparan, dan Bertanggungjawab.
Untuk memantapkan nilai-nilai dasar ditetapkan slogan yang merefleksikan Visi KPPU
dalam pernyataan singkat yang berbunyi “Persaingan Sehat Sejahterakan Rakyat”.
2.3. TUJUAN
Sesuai dengan UU No. 5 Tahun 1999 Pasal 3, dalam mencapai visi dan
menjalankan misinya, tujuan umum yang hendak dicapai KPPU adalah untuk :
1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;
2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang
sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi
pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil;
3. Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan
4. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
Selaras dengan tujuan umum tersebut, selanjutnya dirumuskan tujuan khusus
yang hendak dicapai dalam kurun waktu 2010-2014, yaitu ”Berjalannya Kegiatan
Pengawasan Persaingan Usaha secara Efektif dan Kredibel dalam rangka
Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat”
38
2.4. SASARAN STRATEGIS
Mempertimbangkan Visi, Misi, Tujuan KPPU, maka Strategi KPPU 2010-2014
dirumuskan sebagai berikut :
Strategi Pokok :
1. Menegakkan Hukum Persaingan
2. Menginternalisasikan Nilai-nilai Persaingan
Strategi Penunjang :
3. Membangun Kelembagaan Yang Efektif dan Kredibel
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
2.4.1 Strategi Menegakkan Hukum Persaingan (KP-1), sasaran strategis adalah :
1. Berjalannya investigasi terhadap pelaku usaha/kegiatan usaha sehingga
mampu mendeteksi potensi/menemukan bukti pelanggaran persaingan
usaha yang sehat, yang dicerminkan dari indikator-indikator :
a. Jumlah laporan hasil klarifikasi
b. Jumlah laporan hasil penyelidikan terhadap pelaku usaha/kegiatan
usaha
c. Jumlah laporan hasil monitoring dan pengawasan terhadap pelaku
usaha/kegiatan usaha
d. Jumlah laporan hasil penyelidikan perkara inisiatif yang bersumber dari
hasil monitoring
39
2. Berjalannya penegakan hukum persaingan usaha yang sehat sehingga
mampu menciptakan kepastian hukum dan iklim usaha yang sehat, yang
dicerminkan dari indikator-indikator :
a. Jumlah laporan pemberkasan
b. Jumlah perkara yang ditangani
c. Jumlah putusan yang ditetapkan
d. Jumlah kegiatan litigasi
e. Jumlah kegiatan eksekusi dan monitoring pelaksanaan Putusan KPPU;
3. Berjalannya penilaian terhadap merger dan akuisisi guna mencegah potensi
penyalahgunaan posisi dominan yang dapat berdampak negatif terhadap
perekonomian, yang dicerminkan dari indikator :
a. Jumlah kegiatan pemeriksaan kelengkapan dokumen notifikasi
b. Jumlah laporan penilaian awal terhadap rencana merger dan akusisi
c. Jumlah laporan penilaian substansi merger dan akusisi
d. Jumlah laporan monitoring dan evaluasi terhadap merger dan akusisi
4. Berjalannya kajian dan evaluasi serta tersedianya data dan informasi terkait
persaingan usaha, yang dicerminkan dari indikator:
a. Jumlah kajian terkait iklim persaingan dan kinerja sektor ekonomi yang
ditindaklanjuti
b. Jumlah laporan profil dan analisa persaingan usaha dalam pasar
bersangkutan atau sektor industri tertentu
c. Jumlah database industri dan perdagangan
d. Jumlah dokumentasi dan analisa terhadap efektifitas putusan KPPU
40
5. Terselenggarakannya pengawasan dan internalisasi nilai persaingan usaha
sehat di daerah, yang dicerminkan dari indikator :
- Jumlah laporan hasil klarifikasi
2.4.2 Strategi Menginternalisasikan Nilai-nilai Persaingan (KP-2), sasaran strategis
adalah :
1. Terselenggaranya hubungan kemasyarakatan dan penyusunan aturan hukum
sehingga meningkatkan kesadaran publik tentang nilai - nilai persaingan
sehat, yang dicerminkan dengan indikator-indikator :
a. Jumlah perangkat aturan atau kajian hukum persaingan usaha yang
diterbitkan/disahkan;
b. Jumlah kegiatan sosialisasi dan edukasi persaingan usaha
c. Jumlah modul sistem informasi yang diimplementasikan
d. Jumlah kegiatan dalam rangka kerjasama kelembagaan dalam negeri
2. Penyelarasan/harmonisasi prinsip persaingan usaha sehat dalam berbagai
kebijakan/regulasi pemerintah guna mendorong efisiensi dan inovasi kinerja
perekonomian, yang dicerminkan dari indikator-indikator :
a. Jumlah laporan analisa Kebijakan/Regulasi Pemerintah;
b. Jumlah laporan Harmonisasi Kebijakan/Regulasi Pemerintah;
c. Jumlah saran dan kebijakan yang disampaikan kepada pemerintah
3. Terselenggarakannya pengawasan dan internalisasi nilai persaingan usaha
sehat di daerah, yang dicerminkan dari indikator :
a. Jumlah laporan evaluasi kebijakan pemerintah di daerah
41
b. Jumlah kegiatan sosialisasi/forum diskusi yang dilaksanakan di wilayah
KPD
2.4.3 Strategi Membangun Kelembagaan Yang Efektif dan Kredibel (KP-3), sasaran
strategis adalah :
1. Terselenggaranya hubungan kemasyarakatan dan penyusunan aturan hukum
sehingga meningkatkan kesadaran publik tentang nilai - nilai persaingan
sehat, yang dicerminkan dengan indikator-indikator :
- Jumlah kegiatan kerjasama antara KPPU dengan lembaga luar negeri
2. Berjalannya pengawasan dan pengendalian terhadap aparatur, anggaran dan
kinerja KPPU sebagai penerapan Good Governance, yang dicerminkan dari
indikator-indikator :
a. Jumlah kegiatan perencanaan pengawasan internal;
b. Jumlah laporan hasil pengawasan dan pemeriksaan;
c. Jumlah laporan hasil pembinaan evaluasi dan pemantauan kinerja;
3. Terselenggaranya dukungan teknis dan operasional dalam rangka
memastikan berjalannya kegiatan pengawasan persaingan usaha yang efektif
dan kredibeli, yang dicerminkan dari indikator :
a. Jumlah kegiatan pendidikan dan pelatihan
b. Prosdentase tingkat kepuasan terhadap kualitas operasional dan teknis
internal
c. Jumlah perangkat aturan terkait organisasi dan tata laksana
d. Jumlah kegiatan pembinaan SDM
42
e. Prosentase tingkat kepuasan terhadap kualitas dukungan operasional
pimpinan
4. Terselenggaranya perencanaan dan pelaksanaan anggaran yang berkualitas
guna mengkoordinasikan berbagai kegiatan pengawasan persaingan usaha
yang efektif dan kredibel , yang dicerminkan dari indikator :
a. Prosentase penyampaian kelengkapan dokumen
b. Jumlah laporan hasil evaluasi yang disampaikan
c. Prosentase ketepatan waktu rekonsiliasi laporan realisasi anggaran
d. Jumlah rata - rata hari yang diperlukan untuk pencairan anggaran
5. Terselenggarakannya pengawasan dan internalisasi nilai persaingan usaha
sehat di daerah, yang dicerminkan dari indikator :
- Jumlah KPD KPPU
Dengan telah ditetapkannya Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis maka diharapkan
dapat memberikan panduan yang jelas bagi organisasi dalam menentukan langkah-
langkah dalam rangka pencapaian tujuan. Adanya gambaran yang jelas mengenai tujuan
bersama tentunya juga dapat menjadi pedoman dalam rangka evaluasi dan akuntabilitas
keberhasilan suatu program/kegiatan sehingga akhirnya dapat dipertanggungjawabkan
kepada semua pihak.
BAB III
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014
merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 –
2025. Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJMN I,
RPJMN II ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala
bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia
termasuk pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguatan
daya saing perekonomian.
Dalam RPJMN II, ditetapkan kerangka Visi Indonesia 2014 adalah
“Terwujudnya Indonesia Yang Sejahtera, Demokratis, Dan Berkeadilan”, dengan
penjelasan sebagai berikut :
Kesejahteraan Rakyat : Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui
pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan
sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini
dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Demokrasi : Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis,
berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab
serta hak asasi manusia.
Keadilan : Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh
seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa
Indonesia.
43
Usaha-usaha untuk mewujudkan Visi Indonesia 2014 akan dijabarkan dalam
misi pemerintah tahun 2010-2014, yang meliputi :
Misi 1: Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera
Misi 2: Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi
Misi 3: Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang
yang tercermin dalam lima agenda utama pembangunan nasional tahun 2009-2014,
yaitu:
Agenda I : Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat
Agenda II : Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan
Agenda III : Penegakan Pilar Demokrasi
Agenda IV : Penegakkan Hukum Dan Pemberantasan Korupsi
Agenda V : Pembangunan Yang Inklusif Dan Berkeadilan.
Mengacu pada permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa dan negara
Indonesia baik dewasa ini maupun dalam lima tahun mendatang, maka arah kebijakan
umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut:
1. Arah kebijakan umum untuk melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia yang
sejahtera. Indonesia yang sejahtera tercermin dari peningkatan tingkat
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dalam bentuk percepatan
pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pengurangan kemiskinan, pengurangan tingkat pengangguran yang
diwujudkan dengan bertumpu pada program perbaikan kualitas sumber daya
manusia, perbaikan infrastruktur dasar, serta terjaganya dan terpeliharanya
lingkungan hidup secara berkelanjutan.
2. Arah kebijakan umum untuk memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan penguatan
yang bersifat kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban umum,
penghapusan segala macam diskriminasi, pengakuan dan penerapan hak asasi
manusia serta kebebasan yang bertanggung jawab.
44
3. Arah kebijakan umum untuk memperkuat dimensi keadilan dalam semua bidang
termasuk pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan kesenjangan
pembangunan antar daerah (termasuk desa-kota), dan kesenjangan jender.
Keadilan juga hanya dapat diwujudkan bila sistem hukum berfungsi secara
kredibel, bersih, adil dan tidak pandang bulu. Demikian pula kebijakan
pemberantasan korupsi secara konsisten diperlukan agar tercapai rasa keadilan
dan pemerintahan yang bersih.
RPJMN 2010-2014 ini juga diarahkan untuk menjadi sebuah rencana kerja jangka
menengah dalam rangka Pembangunan Nasional yang dilakukan secara menyeluruh di
berbagai bidang kehidupan masyarakat. Untuk itu, perencanaan pembangunan
nasional dikelompokkan ke dalam 9 (sembilan) bidang pembangunan menurut Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, yaitu:
1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
2. Bidang Ekonomi
3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
4. Bidang Sarana dan Prasarana
5. Bidang Politik
6. Bidang Pertahanan dan Keamanan
7. Bidang Hukum dan Aparatur
8. Bidang Wilayah dan Tataruang
9. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
Khusus mengenai pembangunan di bidang ekonomi, tujuan akhirnya adalah
untuk menjawab berbagai permasalahan dan tantangan dengan tujuan akhir adalah
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tercapainya peningkatan kesejahteraan rakyat
memerlukan terciptanya kondisi-kondisi dasar yaitu: (1) pertumbuhan ekonomi yang
45
berkelanjutan; (2) penciptaan sektor ekonomi yang kokoh serta; (3) pembangunan
ekonomi yang inklusif dan berkeadilan. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
memberikan kesempatan peningkatan dan perluasan kegiatan ekonomi yang berarti
memberikan kesempatan peningkatan pendapatan masyarakat. Namun peningkatan
kegiatan ekonomi tidak akan dapat berjalan apabila stabilitas ekonomi tidak tercipta.
Stabilitas ekonomi juga melindungi agar peningkatan pendapatan masyarakat tidak
tergerus oleh kenaikan harga. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
ekonomi merupakan kunci utama peningkatan kesejahteraan rakyat.
Dalam RPJMN 2010-2014, pembangunan bidang ekonomi meliputi 8 prioritas
bidang, yaitu :
(1) Peningkatan Investasi;
(2) Peningkatan Ekspor;
(3) Peningkatan Daya Beli Masyarakat;
(4) Optimalisasi Anggaran Belanja Pemerintah Pusat;
(5) Pengelolaan APBN yang berkelanjutan;
(6) Stabilitas Sektor Keuangan;
(7) Stabilitas Moneter; dan
(8) Revitalisasi Industri
yang kemudian dijabarkan lagi dalam fokus-fokus kegiatan beserta
Kementrian/Lembaga yang bertanggung jawab atas implementasinya.
Sinergi antar bidang pembangunan sangat penting untuk kelancaran pelaksanaan
dan tercapainya berbagai sasaran dalam RPJMN 2010-2014. Pada dasarnya
pembangunan di setiap bidang untuk mencapai keberhasilan, tidak dapat berdiri sendiri,
tetapi saling terkait dengan pembangunan di bidang lainnya. Dengan pembiayaan yang
terbatas, untuk mencapai efektifitas, efisiensi dan hasil yang maksimal dalam mencapai
sasaran pembangunan, harus dilakukan sinkronisasi pembangunan di setiap bidang,
sehingga kegiatan di setiap bidang saling terpadu, mendukung dan saling memperkuat.
46
3.2. Arah Kebijakan dan Strategi KPPU
Secara garis besar, arah kebijakan dan strategi KPPU adalah senantiasa sejalan
dan sinergis dengan arah kebijakan pembangunan nasional, khususnya pembangunan
bidang ekonomi. Peran KPPU dalam RPJMN II, khususnya dalam pembangunan
bidang ekonomi adalah pada prioritas Peningkatan Daya Beli Masyarakat dengan
fokus Peningkatan Efektivitas Pengawasan dan Iklim Usaha Perdagangan.
Peningkatan daya beli masyarakat dalam 5 (lima) tahun mendatang ditujukan untuk
mencapai pertumbuhan konsumsi masyarakat sebesar rata-rata 5,3-5,4 persen.
Untuk mendukung tercapainya sasaran ini, upaya yang akan dilakukan meliputi:
1. Menjaga stabilitas harga dengan mengupayakan tingkat inflasi sekitar 4-6 persen
per tahun selama tahun 2010-2014;
2. Meningkatkan efisiensi distribusi barang dan jasa, yang ditandai dengan:
a. Meningkatnya peringkat biaya logistik domestik di Indonesia dari peringkat 92 ke
87;
b. Menurunnya disparitas harga bahan pokok antar wilayah, yang diukur melalui
rasio variasi harga antarprovinsi terhadap variasi harga nasional.
3. Meningkatnya aktifitas perdagangan domestik yang ditandai dengan meningkatnya
pertumbuhan PDB riil sub sektor perdagangan besar dan eceran;
4. Meningkatkan efektivitas pengawasan dan iklim usaha perdagangan, yang diukur
dengan:
a. Meningkatnya jumlah penegakan hukum persaingan usaha,
b. Menurunnya waktu penyelesaian perizinan dan non perizinan di bidang
perdagangan dalam negeri, serta
c. Meningkatnya jumlah perizinan perdagangan dalam negeri yang dilayani secara
online.
Pertimbangan mengenai optimalisasi peran dan kontribusi KPPU dalam
pembangunan nasional senantiasa menjadi yang utama. Namun demikian, tentunya hal
47
tersebut perlu diseimbangkan dengan pengembangan kapasitas dan kapabilitas
kelembagaan yang sebenarnya akan bermuara pada peningkatan kualitas kinerja,
output, dan outcomes.
Mengingat kondisi tersebut, maka arah kebijakan KPPU pada 5 (lima) tahun
mendatang adalah memantapkan dan meningkatkan peran sebagai pengawas
persaingan usaha melalui kegiatan penegakan hukum persaingan usaha dan
pengembangan harmonisasi kebijakan persaingan usaha yang berjalan secara paralel
dengan penguatan kelembagaan KPPU sehingga dapat menjalankan fungsinya efektif
dan kredibel. Penerapan kebijakan tersebut dalam tataran operasional memerlukan
perumusan strategi yang telah mempertimbangkan berbagai faktor, baik yang bersifat
internal maupun eksternal. Strategi adalah sangat penting sehingga membantu dalam
mencapai Visi, Misi, dan Tujuan KPPU.
Mempertimbangkan Visi, Misi, Tujuan, dan Peran KPPU dalam Pembangunan
Nasional, maka Strategi KPPU 2010-2014 dirumuskan sebagai berikut:
Strategi Pokok:
1. Menegakkan Hukum Persaingan
2. Menginternalisasikan Nilai-nilai Persaingan
Strategi Penunjang:
3. Membangun Kelembagaan yang Efektif dan Kredibel
Strategi KPPU tersebut selanjutnya diarahkan untuk mencapai 10 (sepuluh)
sasaran strategis sebagaimana tercantum dalam Bab 2 Renstra ini dan dipetakan pada
Grafik 6. Selanjutnya sasaran-sasaran strategis tersebut dikelompokkan ke dalam 4
perspektif, yaitu:
(1) Perspektif Upaya Melayani Stakeholders,
(2) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth),
(3) Perspektif Fokus pada Proses Bisnis Internal, dan
(4) Perspektif Modal Dasar Institusi.
48
Grafik 6
Pemetaan Strategi (Strategic Mapping)
Grafik 6. Pemetaan Strategi (Strategic Mapping)
49
Dalam implementasinya, upaya-upaya pencapaian strategi tersebut selanjutnya
dituangkan dalam PROGRAM PENGAWASAN PERSAINGAN USAHA, dengan 2 (dua)
kegiatan prioritas, yaitu Penegakan Hukum Persaingan Usaha dan Pengembangan
dan Harmonisasi Kebijakan Persaingan Usaha. Dalam pelaksanaan kedua kegiatan
prioritas tersebut, KPPU senantiasa akan berupaya untuk meningkatkan kualitas
kegiatan penegakan hukum persaingan usaha dan kualitas pengembangan harmonisasi
kebijakan persaingan usaha dengan menitikberatkan pada sektor-sektor ekonomi
dengan karakteristik sebagai berikut :
• Sektor industri yang menetapkan harga dengan tidak wajar (excessive). Pengaturan
harga oleh pelaku usaha adalah untuk memperoleh keuntungan maksimal. Hal ini
merupakan salah satu indikasi adanya monopoly pricing yang harus dibayar oleh
konsumen, yang kemudian berdampak mengurangi kesejahteraan rakyat;
• Sektor industri yang dengan sengaja mengatur pasokan barang/jasa sehingga
berakibat pada kelangkaan barang/jasa di pasar. Kelangkaan pasokan bertujuan
untuk menaikkan harga guna menaikkan keuntungan pelaku usaha. Hal tersebut
dapat terjadi karena para pelaku usaha bersepakat melakukan kartel untuk
mengatur wilayah pasar, harga ataupun pelanggan. Masyarakat menanggung
akibatnya karena harus membayar harga yang tinggi;
• Rendahnya pelayanan publik yang dilakukan oleh BUMN/BUMD yang memiliki hak
monopoli atau penguasaan pangsa pasar lebih dari 50%. Pelaku usaha dengan
posisi dominan dipasar, dan tidak ada pesaing yang potensial, maka akan
cenderung menyalahgunakan posisi dominannya, sehingga publik harus menerima
kinerjanya yang rendah yaitu penyediaan barang/ jasa yang tidak maksimal, kualitas
rendah dan harga yang tidak terjangkau;
• Kurangnya mekanisme persaingan, yaitu fair dan transparan, dalam proses
50
pemberian konsesi/lisensi dan hak monopoli dari pemerintah, termasuk juga dalam
pengadaan barang/jasa. Hal ini berdampak bahwa pelaku usaha yang terpilih
adalah bukan pelaku usaha yang terbaik di pasar, yang mampu memberikan output
yang terbaik buat masyarakat.
Pelaksanaan kedua kegiatan prioritas tersebut sepenuhnya merupakan tanggung jawab
KPPU, artinya tidak bersifat lintas program. Namun tentu saja, tetap memerlukan
koordinasi dan kerja sama yang baik dan intensif dengan lembaga-lembaga lainnya
yang terkait, seperti Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian, Departemen
Perhubungan, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil Restrukturisasi Program dan Kegiatan, telah ditetapkan bahwa
Program Pengawasan Persaingan Usaha selanjutnya akan dijabarkan ke dalam 10
(sepuluh) kegiatan, yaitu sebagai berikut :
Kegiatan Prioritas :
1. Investigasi Dugaan Pelanggaran Persaingan Usaha Sehat
2. Penindakan Pelanggaran Persaingan Usaha Sehat
3. Pengembangan dan Harmonisasi Kebijakan Persaingan Usaha
Kegiatan Non Prioritas :
4. Penilaian Merger dan Akusisi
5. Pengkajian Persaingan Usaha
6. Penyelenggaraan Hubungan Masyarakat dan Penyusunan Pranata Hukum
7. Pengawasan Persaingan Usaha di Wilayah Kerja KPD KPPU
8. Pengawasan Akuntabilitas dan Aparatur Negara KPPU
9. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya KPPU
10. Perencanaan dan Pelaksanaan Anggaran KPPU
51
Setiap kegiatan tersebut akan menjadi tanggung jawab masing-masing Biro
sesuai penetapan tugas pokok dan fungsi dalam SK SK KPPU No. 04/KEP/I/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Republik Indonesia tanggal 5 Januari 2010 (SK No. 04). Daftar program, indikator
output dan alokasi anggaran KPPU untuk kegiatan tersebut adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I.
Terkait dengan masalah pembiayaan, KPPU tidak dapat terlepas dari ketentuan
dalam Pasal 37 UU No. 5 Tahun 1999 yang menyebutkan bahwa biaya untuk
pelaksanaan tugas Komisi dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan atau sumber-sumber lain yang diperbolehkan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Dengan demikian, dalam 5 (lima) tahun ke depan KPPU akan
melakukan alokasi pembiayaan per kegiatan yang akan menjadi pedoman bagi
penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Kementrian/Lembaga (RKA-K/L).
Setiap tahun, KPPU akan memprioritaskan pembiayaan kegiatan-kegiatan yang
dinilai sebagai kegiatan yang bersifat prioritas dan kegiatan-kegiatan yang memerlukan
pengembangan. Sehingga Rencaan Kerja Pemerintah (RKP) KPPU untuk tahun 2011
adalah sebagaimana Lampiran II. Penjabaran dan alokasi anggaran yang jelas akan
memudahkan penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan secara lebih detail dan
teknis.
Pada tahap ini pelaksanaan program menjadi tanggung jawab setiap Unit
Penanggung Jawab, sehingga nantinya bila disinergikan dapat mencapai hasil yang
optimal sebagaimana telah direncanakan sebelumnya. Keberhasilan pencapaian setiap
target selanjutnya akan memberikan kontribusi dalam kerangka tujuan yang lebih besar,
yaitu pembangunan nasional dengan tujuan yang lebih luhur, yaitu meningkatkan
kesejahteraan rakyat Indonesia.
52
54
BAB IV
CATATAN TERHADAP RENSTRA
Rencana Strategis Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) merupakan
komitmen lembaga dalam bentuk pemaparan strategi pokok dan penunjang. Penjelasan
kedua strategi tersebut diuraikan dalam rangkaian kegiatan dengan tujuan meningkatkan
kualitas organisasi, efisiensi anggaran, optimalisasi sumber daya manusia, dan
pemantauan kinerja. Dalam rencana strategis ini diformulasikan perwujudan pandangan
ideal yang akan dicapai dimasa yang akan datang. Untuk itu dibutuhkan dukungan dari
seluruh komponen, dari unsur pimpinan dan staf, dengan memperhatikan kebutuhan dan
tujuan lembaga.
Untuk merealisasikan keinginan dan tujuan, rencana strategis KPPU dituangkan
dalam visi, misi, strategi, dan pengukuran kinerja yang berkaitan erat dengan tugas
pokok dan fungsi organisasi, secara sistematis, sehingga didapatkan rumusan tujuan,
alokasi sumber daya, dan pencapaian sasaran yang berguna bagi organisasi dalam
kurun waktu yang ditentukan. Mencermati Rencana Strategis (Renstra) yang telah
dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya, maka prinsip implementasinya harus merujuk
pada perkembangan organisasi juga pada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu
sebagai berikut :
1. Struktur organisasi KPPU saat ini adalah sebagaimana telah ditetapkan dalam SK
KPPU No. 04/KEP/I/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Komisi
Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia tanggal 5 Januari 2010 (SK No.
04).
55
2. Pada SK No. 04 tersebut terdapat re-organisasi sekretariat komisi, yang menjadi
terdiri sebagai berikut :
a. Biro Perencanaan dan Keuangan
b. Biro Administrasi
c. Biro Humas dan Hukum
d. Biro Investigasi
e. Biro Penindakan
f. Biro Merger
g. Biro Kebijakan
h. Biro Pengkajian
i. Biro Pengawasan Internalisasi
j. Kelompok Jabatan Fungsional
k. Kantor Perwakilan Daerah
l. Staf Ahli Komisi
m. Kelompok Kerja Komisi
3. Perkembangan organisasi tersebut mengakibatkan terdapatnya upaya
peningkatan kapasitas sumber daya manusia, peningkatan sarana dan prasarana,
perbaikan kualitas kinerja dan penyempurnaan sistem. Penjelasannya adalah
bahwa pada Renstra awal (sebelum penyesuaian) tercatat bahwa hanya terdapat
enam kegiatan, yaitu :
a. Penegakan Hukum Persaingan Usaha;
b. Pengembangan Harmonisasi Kebijakan Persaingan usaha;
56
c. Penyelenggaraan Hubungan Masyarakat dan Diseminasi Informasi;
d. Pengawasan Persaingan Usaha di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Daerah
(KPD) KPPU;
e. Pengawasan Akuntabilitas dan Aparatur Negara KPPU; dan
f. Penyelenggaraan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya KPPU.
Selanjutnya, berkembang menjadi sepuluh kegiatan, yaitu sebagai berikut :
Kegiatan prioritas :
a. Investigasi Dugaan Pelanggaran Persaingan Usaha Sehat
b. Penindakan Pelanggaran Persaingan Usaha Sehat
c. Pengembangan Harmonisasi Kebijakan Persaingan Usaha
Kegiatan non prioritas :
d. Penilaian Merger dan Akuisisi
e. Pengkajian Persaingan Usaha
f. Penyelenggaraan Hubungan Masyarakat dan Penyusunan Pranata Hukum
g. Pengawasan Persaingan Usaha di Wilayah Kerja KPD KPPU
h. Pengawasan Akuntabilitas dan Aparatur Negara KPPU
i. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya KPPU
j. Perencanaan dan Pelaksanaan Anggaran KPPU
4. Kesepuluh kegiatan tersebut dalam implementasinya, menjadi tanggung jawab
masing - masing Biro sesuai SK No.04.
57
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka pada rentang waktu jangka
pendek, maupun jangka panjang, KPPU memerlukan tambahan anggaran dengan
adanya re-organisasi Sekretariat KPPU. Tambahan anggaran tersebut digunakan untuk
meningkatkan kualitas lembaga dan mengakomodasi setiap kegiatan yang menjadi
tanggung jawab masing-masing Biro secara optimal.
BAB V
PENUTUP
Rencana Strategis (Renstra) KPPU 2010 – 2014 merupakan sebuah perwujudan dari
proses perencanaan program, kegiatan serta target capaian yang akan dicapai oleh
seluruh unit kerja di KPPU selama lima tahun kedepan. Renstra tersebut saat ini telah
direvisi dan diharapkan dapat dijadikan suatu pedoman atau acuan oleh seluruh unit kerja
di KPPU dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan dan anggaran sehingga visi
dan misi KPPU dapat tercapai sesuai dengan target.
Renstra KPPU 2010 – 2014 yang telah direvisi juga telah diselaraskan dengan
RPJMN 2010-2014, dengan harapan KPPU sebagai salah satu lembaga negara dapat ikut
melancarkan dan mensukseskan RPJMN 2010 – 2014, dimana salah satu capaiannya
adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Renstra ini juga menjadi tolak ukur
keberhasilan program dan kegiatan KPPU sehingga dapat menjadi bahan evaluasi
indikator kinerja dan dapat diperbaiki di masa mendatang.
KETERANGAN
(N/B/KL)2012 2013 2014 2012 2013 2014
Jumlah Penegakan Hukum Persaingan Usaha 326 424 501 559
Jumlah Kegiatan Pengembangan dan Harmonisasi Kebijakan Persaingan Usaha 28 43 50 56
Jumlah Kegiatan Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen Notifikasi 5 7 9 10
Jumlah Laporan Penilaian Awal Terhadap Rencana Merger dan Akuisisi 3 4 5 5
Jumlah Laporan Penilaian Substansi Merger dan Akusisi 3 4 5 5
Jumlah Laporan Monitoring dan Evaluasi Terhadap Merger dan Akuisisi 5 7 9 10
Jumlah Kajian Terkait Iklim Persaingan dan Kinerja Sektor Ekonomi yang Ditindaklanjuti
2 3 4 4
Jumlah Laporan Profil dan Analisa Persaingan Usaha dalam Pasar Bersangkutan atau Sektor Industri Tertentu
2 3 4 5
Jumlah Database Industri dan Perdagangan 2 3 4 5
Jumlah Dokumentasi dan Analisa Terhadap Efektivitas Putusan KPPU 2 3 4 5
Jumlah Perangkat Aturan atau Kajian Hukum Persaingan Usaha Yang DIterbitkan / Disahkan
8 10 12 14
Jumlah Kegiatan Sosialisasi dan Edukasi Persaingan Usaha 18 20 23 27
Jumlah Modul Sistem Informasi yang Diimplemetasikan 1 2 3 4
Jumlah Kegiatan dalam Rangka Kerjasama Kelembagaan Dalam Negeri 15 17 20 25
Jumlah Kegiatan Kerjasama Antara KPPU dengan Lembaga Luar Negeri 12 14 16 18
Jumlah Laporan Hasil Klarifikasi 10 10 12 12Jumlah Laporan Evaluasi Kebijakan Pemerintah di Daerah 10 10 15 15
Jumlah Kegiatan Sosialisasi / Forum Diskusi yang Dilaksanakan di Wilayah KPD
5 10 10 10
Jumlah KPD KPPU 9 11 13 15
KODE PROGRAM/KEGIATAN INDIKATOR KELUARAN ALOKASI (MILLIAR)
RENCANA 2011
PRAKIRAAN MAJU RENCANA 2011
PRAKIRAAN MAJU
89,45 99,21 110,07
6 Penilaian Merger dan Akusisi
1 2 2,5 2,9
6 PROGRAM PENGAWASAN PERSAINGAN USAHA 181,32
6 Penyelenggaraan Hubungan Masyarakat dan Penyusunan Pranata Hukum
7 8
6 Pengkajian Persaingan Usaha
1,4 2
4,5 6
3,3 3,63
10 11
7,5 9
6 Pengawasan Persaingan Usaha di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Daerah (KPD) KPPU
6 Jumlah Kegiatan Perencanaan Pengawasan Internal 3 3 4 4
Jumlah Laporan Hasil Pengawasan dan Pemeriksaan 6 7 7 8
Jumlah Laporan Hasil Pembinaan Evaluasi dan Pemantauan Kinerja 6 7 7 7
Jumlah Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan 9 10 11 12
Prosentase Tingkat Kepuasan Terhadap Kualitas Operasional dan Teknis Internal 75 80 85 90
Jumlah Perangkat Aturan Terkait Organisasi dan Tata Laksana 3 4 5 6
Jumlah Kegiatan Pembinaan SDM 6 8 10 12Prosentase Tingkat Kepuasan Terhadap Kualitas Dukungan Operasional Pimpinan 75 80 85 90
6 Perencanaan dan Pelaksanaan Anggaran
Prosentase Penyampaian Kelengkapan Dokumen Perencanaan dan Anggaran 100 100 100 100
Jumlah Laporan Hasil Evaluasi yang Disampaikan 5 7 8 9
Prosentase Ketepatan Waktu Rekonsiliasi Laporan Realisasi Anggaran 60 65 65 70
163,32 69,64 77,42 86
0,85 1 1,5 2
6 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya KPPU
5
50,12 54,11
1,25 2 2,5 3,5
147,32 48,64
TOTAL ALOKASI ANGGARAN KESELURUHAN KEGIATAN
4 3 2
TOTAL KEGIATAN NONPRIORITAS
Jumlah Rata-Rata Hari yang Diperlukan Untuk Pencairan Anggaran
Pengawasan AKuntabilitas dan Aparatur Negara KPPU
DAFTAR PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2011
KEMENTERIAN/LEMBAGA : KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA [108]
Kode Indikator OutCome/ Indikator Kegiatan
( 1 ) ( 4 ) (5)( 2 )
Penanggung JawabUnit/Program/Kegiatan OutCome/Keluaran
( 3 )
108.01 KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
108.01.06 Program Pengawasan Persaingan Usaha KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
Berjalannya Kegiatan Pengawasan Persaingan Usaha Secara Efektif dan Kredibel Dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat
01 Jumlah Kegiatan Penegakan Hukum Persaingan Usaha01
Jumlah Kegiatan Pengembangan dan Harmonisasi Kebijakan Persaingan Usaha02
3950 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Biro AdministrasiTerselenggaranya dukungan teknis dan operasional dalam rangka memastikan berjalannya kegiatan pengawasan persaingan usaha yang efektif dan kredibel
01 Jumlah Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan001
Prosentase Tingkat Kepuasan Terhadap Kualitas Operasional dan Teknis Internal002
Jumlah Perangkat Aturan Terkait Organisasi dan Tata Laksana003
Jumlah Kegiatan Pembinaan SDM004
Prosentase Tingkat Kepuasan Terhadap Kualitas Dukungan Operasional Pimpinan005
3951 Penyelenggaraan Hubungan Masyarakat dan Penyusunan Pranata Hukum
Biro Hubungan Masyarakat dan Hukum
Terselenggaranya Hubungan Kemasyarakatan dan Penyusunan Aturan Hukum sehingga meningkatkan kesadaran publik tentang nilai-nilai persaingan sehat
01 Jumlah Perangkat Aturan atau Kajian Hukum Persaingan Usaha Yang DIterbitkan / Disahkan001
�Jumlah Kegiatan Sosialisasi dan Edukasi Persaingan Usaha002
Jumlah Modul Sistem Informasi yang Diimplemetasikan003
Jumlah Kegiatan dalam Rangka Kerjasama Kelembagaan Dalam Negeri004
Jumlah Kegiatan Kerjasama Antara KPPU dengan Lembaga Luar Negeri005
3952 Pengembangan dan Harmonisasi Kebijakan Persaingan Usaha
Biro KebijakanPenyelarasan/harmonisasi prinsip persaingan usaha sehat dalam berbagai kebijakan/regulasi pemerintah guna mendorong efisiensi dan Inovasi kinerja perekonomian
01 Jumlah Laporan analisa Kebijakan / Regulasi Pemerintah001
Jumlah Laporan Harmonisasi Kebijakan / Regulasi Pemerintah002
Jumlah Saran dan Kebijakan yang Disampaikan Kepada Pemerintah003
3953 Pengkajian Persaingan Usaha Biro PengkajianBerjalannya Kajian dan evaluasi serta tersedianya data dan informasi terkait persaingan usaha
01 Jumlah Kajian Terkait Iklim Persaingan dan Kinerja Sektor Ekonomi yang Ditindaklanjuti001
Jumlah Laporan Profil dan Analisa Persaingan Usaha dalam Pasar Bersangkutan atau Sektor Industri Tertentu
002
Jumlah Database Industri dan Perdagangan003
Jumlah Dokumentasi dan Analisa Terhadap Efektivitas Putusan KPPU004
3954 Pengawasan Akuntabilitas dan Aparatur Negara Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Biro Pengawasan InternalBerjalannya Pengawasan dan pengendalian terhadap aparatur, anggaran, dan kinerja KPPU sebagai penerapan "good governance".
01 Jumlah Kegiatan Perencanaan Pengawasan Internal001
Jumlah Laporan Hasil Pengawasan dan Pemeriksaan002
�Jumlah Laporan Hasil Pembinaan Evaluasi dan Pemantauan Kinerja003
3955 Pengawasan Persaingan Usaha Di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Daerah (Kpd) Kppu
Kantor Perwakilan Daerah KPPU
Terselenggaranya Pengawasan dan Internalisasi nilai persaingan usaha sehat di daerah
01 Jumlah Laporan Hasil Klarifikasi001
Jumlah Laporan Evaluasi Kebijakan Pemerintah di Daerah002
Jumlah Kegiatan Sosialisasi / Forum Diskusi yang Dilaksanakan di Wilayah KPD003
Jumlah KPD KPPU004
Halaman : 1
Kode Indikator OutCome/ Indikator Kegiatan
( 1 ) ( 4 ) (5)( 2 )
Penanggung JawabUnit/Program/Kegiatan OutCome/Keluaran
( 3 )
3956 Investigasi Dugaan Pelanggaran Persaingan Usaha Sehat
Biro InvestigasiBerjalannya Investigasi terhadap pelaku usaha/kegiatan usaha sehingga mampu mendeteksi potensi/menemukan bukti pelanggaran persaingan usaha yang sehat
01 Jumlah Laporan Hasil Klarifikasi001
Jumlah Laporan Hasil Penyelidikan Terhadap Pelaku Usaha / Kegiatan Usaha002
Jumlah Laporan Hasil Monitoring dan Pengawasan Terhadap Pelaku Usaha / Kegiatan Usaha003
Jumlah Laporan Hasil Penyelidikan Perkara Inisiatif yang Bersumber dari Hasil Monitoring004
3957 Penindakan Pelanggaran Persaingan Usaha Sehat
Biro PenindakanBerjalannya Penegakan Hukum Persaingan yang Sehat Sehingga Mampu Menciptakan Kepastian Hukum dan Iklim Usaha Yang Sehat
01 Jumlah Laporan Pemberkasan001
Jumlah Perkara yang Ditangani002
Jumlah Putusan yang Ditetapkan003
�Jumlah Kegiatan Litigasi004
Jumlah Kegiatan Eksekusi dan Monitoring Pelaksanaan Putusan KPPU005
3958 Penilaian Merger dan Akusisi Biro MergerBerjalannya penilaian terhadap merger dan akuisisi guna mencegah potensi penyalahgunaan posisi dominan yang dapat berdampak negatif terhadap perekonomian
01 Jumlah Kegiatan Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen Notifikasi001
Jumlah Laporan Penilaian Awal Terhadap Rencana Merger dan Akuisisi002
Jumlah Laporan Penilaian Substansi Merger dan Akusisi003
Jumlah Laporan Monitoring dan Evaluasi Terhadap Merger dan Akuisisi004
3959 Perencanaan dan Pelaksanaan Anggaran KPPU
Biro Perencanaan dan KeuanganTerselenggaranya Perencanaan dan pelaksanaan anggaran yang berkualitas guna mengkoordinasikan berbagai kegiatanpengawasan persaingan usaha yang efektif dan kredibel
01 Prosentase Penyampaian Kelengkapan Dokumen Perencanaan dan Anggaran001
Jumlah Laporan Hasil Evaluasi yang Disampaikan002
Prosentase Ketepatan Waktu Rekonsiliasi Laporan Realisasi Anggaran003
Jumlah Rata-Rata Hari yang Diperlukan Untuk Pencairan Anggaran004
Halaman : 2
Recommended