View
7
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Daftar Isi
Nama Judul Abstrak Halaman
Aang Kurnia PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA 1
PEMBELAJARAN VISUAL TERHADAP
HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA
KELAS X SEMESTER GENAP SMA
NEGERI 1 PEKALONGAN
Abdoel Bakar Ts1, PENGARUH RELIGIUSITAS DAN 9
Sulistyo2, Fauzan Adhim
3 KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP
PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
Achid Setia Adhi Purnama PENINGKATAN HASIL BELAJAR 18
TEMATIK KEANEKARAGAMAN HEWAN
DAN TUMBUHAN MELALUI
PENDEKATAN SCIENTIFIC SISWA
KELAS IV SDN 1 RECO KERTEK
WONOSOBO SEMESTER II TAHUN
2013/2014
Alex Ch. D. Mira Kaho1; PENGARUH AKSES INTERNET DAN 26
Indra Lesmana2, Susi MOTIVASI BERKULIAH TERHADAP
Hernawati Silalahi3
KESIAPAN MENJADI GURU PROFESIONAL DIKALANGAN MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI
FKIP UKSW
Amin Fadly Kudadiri PENGARUH PRESTASI BELAJAR MICRO 32
TEACHING DAN BIMBINGAN GURU
PAMONG TERHADAP KEMAMPUAN
MENGAJAR MAHASISWA DALAM
PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN
(PPL) PRODI PENDIDIKAN TATA NIAGA
FE UNIMED
ANA MARIA KRISTINA PENERAPAN MEDIA MIND MAPPING 39
CANDRA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS KELAS IV SD NEGERI
PURWOYOSO 04
KOTA SEMARANG
1Andre N. Rahmanto, PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN 46
viii
2Susantiningrum,
3Chairul BRANDING DESA WISATA SONDAKAN
Huda Atma D KOTA SURAKARTA
Anggraheni Diyah IMPLEMENTASI MODEL 52
Larasati1, Sunarto2,Jonet PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK
Ariyanto Nugroho3 STS DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS
BERPIKIR DAN PRESTASI BELAJAR
EKONOMI SMA N 1 BOBOTSARITAHUN
AJARAN 2014/2015
AriefSadjiarto* PEMANFAATAN INTERNET OLEH GURU 62
AKUNTANSI SMK-BM KOTA SALATIGA
SEBAGAI SUMBER BELAJAR
Arif Wahyu Wirawan PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN 72
BERBASIS PREZI UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN
Arina Hidayati RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN 79
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DENGAN KEBUTUHAN DUNIA USAHA
DAN INDUSTRI (STUDI KASUS DI SMK
NEGERI 1 BATANG)
Dr. Bambang Ismanto, Tantangan / Eksistensi Guru Ekonomi 91
M.Si Menghadapi Persaingan
Brigitta Putri Atika EDUPRENEUR DALAM MENINGKATKAN 97
Tyagita1, Kristiana Hesti MUTU LULUSAN SMK
Padmini1
C. Dyah Sulistyaningrum PERAN ADMINISTRASI PERKANTORAN 106
Indrawati DANPENGAJARANNYA DALAM
MEMASUKI ERA PKG DAN PKB BAGI
GURU
Dadang Is Harimbo IMPLEMENTASI KETRAMPILAN AKAR 112
WANGI (LARASETU) DALAM
ix
PEMBELAJARAN MUATAN LIFE SKILL
BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK
SISWA DI SMP NEGERI 3 BULUKERTO
Dessy Triana Relita, M.Pd PENERAPAN METODE ROLE PLAYING 119
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN
EKONOMI (Studi Eksperimen di Kelas X
SMA Panca Setya Sintang )
Dewa Made Dwi PERGANTIAN KEPALA SEKOLAH 126
Kamayuda1, Ratih DALAM DINAMIKA OTONOMI DAERAH
Sulistyowati1
(STUDI KASUS DI KOTA SALATIGA)
Dewi Tinjung Sari1, PENERAPAN MODEL PBL UNTUK 132
Kristiani2, Dewi Kusuma MENINGKATKAN KEMAMPUAN
Wardani 3
BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI EKONOMI DI SMA
NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
Dhany Efita Sari UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN 141
SISWA PADA KOMPETENSI DASAR
MEMBUAT JURNAL PENYESUAIAN
MELALUI KERTAS KERJA
Diniyati Marfu‟ah1, PERBANDINGAN HASIL BELAJAR 148
Mintasih Indriayu2, Jonet ANTARA SISWA YANG MENGGUNAKAN
Ariyanto N3
MODEL PEMBELAJARAN STAD DENGAN MIND MAP PADA MATA
PELAJARAN EKONOMI SMA
Donald Samuel ANTUSIASME GURU DALAM PROGRAM 157
PENGEMBANGAN KOMPETENSI
PEDAGOGIK DAN DETERMINANNYA
, PENGEMBANGAN MEDIA 163
, PEMBELAJARAN VIDEO TUTORIAL FACEBOKK UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN PEMASARAN ONLINE DI
SMK NEGERI 3 SURAKARTA
x
Elly Astuti KAJIAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 172
PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DI
PERGURUAN TINGGI
Entri Sulistari; Andri Ayu PERBEDAAN KESIAPAN MENJADI GURU 176
Madyaningrum; Madiya PROFESIONAL DIKALANGAN
MAHASISWA PENDIDIDKAN EKONOMI
FKIP UKSW DITINJAU DARI
EKSPEKTASI SETELAH LULUS
Eryna Noermalitasari1, Sri ANALISIS KUALITAS PELAYANAN 180
Wahyuni2, Jonet Ariyanto PENDIDIKAN PADA SMK BATIK 1
Nugroho3
SURAKARTA
Fanni Rahmawati1, PENGARUHMODELWORK-BASED 189
Baedhowi2, Sri Wahyuni
3 LEARNING DAN METODE DEMONSTRASI
TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MENATA PRODUK DITINJAU DARI
MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI
PEMASARAN SMK NEGERI 6
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015
Farida Styaningrum KESIAPAN IKIP PGRI MADIUN DALAM 196
MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI
ASEAN (MEA)
Febyana Putri Komalasari PROFESIONALISME GURU DITINJAU 203
DARI PENDIDIKAN DAN LATIHAN
SERTA PENGALAMAN MENGAJAR DI
SMP NEGERI SE-KECAMATAN
DELANGGU TAHUN 2014
Hery Sawiji1, Trisno KOMBINASI FORMAT FACTORY, U- 208
Martono2, Baedhowi
3 LEAD DAN MICROSOFT OFFICE
Salman Alfarisy Totalia4, POWERPOINT DALAM UPAYA
Budi Wahyono5
MENINGKATKAN KUALITAS MEDIA PEMBELAJARAN
I Putu Arya Dharmayasa ANALISIS KUALITAS PELAYANAN 213
YANG DIBERIKAN OLEH PEGAWAI
ADMINISTRASI FAKULTAS EKONOMI
DAN BISNIS (FEB) DITINJAU DARI
KEPMEN PPAN NO.63 TAHUN 2003
Ikka Nur Wahyuny PENGEMBANGAN PENDIDIKAN 222
FINANCIAL LITERACY BERBASIS NILAI-
xi
NILAI ANTI KORUPSI SEBAGAI
INVESTASI SOSIAL: SEBUAH
PEMIKIRAN
KANZUL AINI PENERAPAN PEMBELAJARAN 232
HADIKATUL ILMI REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN
EKONOMI SISWA KELAS VII SMP
NEGERI SAKRA
Lilik Sri Hariani MERANCANG PERANGKAT 242
PEMBELAJARAN EKONOMI SMA KELAS
X MATERI MASALAH EKONOMI DAN
CARA MENGATASINYA DENGAN
PENDEKATAN SAINSTIFIK
M Fathur Rahman PENGARUH DUKUNGAN ORANG TUA 250
DAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH
TERHADAP PRESTASI BELAJAR
EKONOMI MELALUI MOTIVASI
BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI 2 UNGARAN
Mar‟atus Sholihah PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN 257
MIND MAPPING UNTUK
MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN EKONOMI KELAS X IPS DI
SMA NEGERI 8 MALANG SEMESTER
GENAP TAHUN AJARAN 2013/2014
Nani Mediatati1, Bambang PENINGKATAN KOMPETENSI 266
Ismanto2
MENYUSUN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS MELALUI MODEL
PELATIHAN PARTISIPATIF DENGAN
PENDAMPINGAN INTENSIF BAGI GURU
GURU DI SMP NEGERI 2 AMPEL
KABUPATEN BOYOLALI
Nasmal Hamda PENGARUH PENGGUNAAN MODEL 274
COOPERATIVE LEARNING TYPE TEAMS
GAMES TOURNAMENT TERHADAP
HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA
KELAS VII SMP N 05 KOTABUMI
Nina Farliana PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL 280
xii
BELAJAR MATERI ANALISIS SWOT MELALUI TALKING CHIPS DENGAN
MEDIA AUDIO VISUAL
Novela Nariska Putri PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN 288
KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS
DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS
XI IPS SMA NEGERI 8 MALANG
TAHUN AJARAN 2013/2014
Pahrudin PENINGKATAN KINERJA DAN 293
PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS
GURU SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN
MUTU PENDIDIKAN
DI INDONESIA
Paulus.R.Hindrarto MENGGUGAH JIWA ENTREPRENEUR 301
MAHASISWA MELALUI PENDEKATAN
HUMANISTIK MULTIKULTURAL
Rahmawati1, Trisno PERILAKU MENYONTEK DITINJAU 305
Martono2, Harini
3 DARI ORIENTASI TUJUAN BELAJAR
SISWA SMA/MA DI SURAKARTA
Rifda Nabila, Sri Wahyuni ANALISIS PENGARUH EXPERIENTIAL 315
dan Jonet Ariyanto MARKETING TERHADAPWORD OF
Nugroho* MOUTH SEPEDA MOTOR YAMAHA (Studi
Kasus Pada Mahasiswa Universitas Sebelas
Maret Tahun 2014)
Rino KOMPETENSI DAN KESIAPAN GURU DI 328
KOTA PADANG
MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM
2013
Riril Mardiana Firdaus1, IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROSES 339
Roni Alim Ba'diya Kusufa2
PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI MTs
NURUL ULUM MALANG
Sahat Renol HS PENGARUH KOMPETENSI GURU DAN 347
MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI
xiii
IPS SMA NEGERI 17 MEDAN
Sasadara Wahyu SUNTIKAN 5 MENIT UNTUK 356
Lukitasari, Mutia Ayu MENINGKATKAN MOTIVASI DAN
Krismanda KINERJA GURU STUDI KASUS DI APPLE
KIDS PRESCHOOL SALATIGA
Setia Dwi Saputra MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL 363
BELAJAR IPA MELALUI MODEL
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
(CTL) DENGAN MENEMUKAN SENDIRI
(INKUIRI) KELAS V SDN KALIBEJI KAB.
SEMARANG
Sigit Wahyudi1, Sunarto
2, PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN 370
dan Bambang Wasito Adi3
THINK PAIR SHARE DENGAN * PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA DI SMK NEGERI 1 SUKOHARJO
TAHUN AJARAN 2014/1015
Siti Zubaidah¹, Aih Ervanti BUDAYA ORGANISASI UNTUK 379
Ayuningtyas² MENINGKATKAN PROFESIONALISME
GURU DI SEKOLAH
Sri Giarti PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES 385
PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA
MENGGUNAKAN MODEL PBL
TERINTEGRASI PENILAIAN AUTENTIK
PADA SISWA KELAS VI SDN 2 BENGLE,
WONOSEGORO
Sri Handayani PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN 394
KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN
LINGKUNGAN HIDUP (K3LH) KELAS X
ADMINISTRASI PERKANTORAN 2 SMK
NEGERI 1
Sri Lestari PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN 401
SNOWBALL THROWING UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM
MATA PELAJARAN IPS TERPADU SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 1 POGALAN
xiv
KABUPATEN TRENGGALEK
Sugiono ANALISIS PENYEDIAAN DAN 407
PENGGUNAAN MODAL KERJA UMKM
(USAHA MIKRO, KECIL DAN
MENENGAH) DALAM MENINGKATKAN
LABA USAHA PADA KUB (KELOMPOK
USAHA BESAMA) ALAM LESTARI
DEPOK
Tiara PENGEMBANGAN MEDIA E-LEARNING 418
BERBASIS MOODLE PADA KOMPETENSI
DASAR JURNAL KHUSUS UNTUK SISWA
KELAS XII IPS SEMESTER GASAL DI
SMA NEGERI 4 JEMBER
Wara Hapsari Oktriany1, STRATEGI PENINGKATAN MUTU 426
Ria Triastuti2, Yusia Sri PENDIDIKAN MENGGUNAKAN
Prajoko3 DIAGRAM ISHIKAWA DI SMA NEGERI 1 SURUH
Widya Hestiningtyas, PENGARUH BAURAN PEMASARAN 433
Mintasih Indriayu, Leny TERHADAP KEPUTUSAN MAHASISWA
Noviani MEMILIH BIDANG KEAHLIAN KHUSUS
PENDIDIKAN TATA NIAGA FKIP UNS
Wisnu Wibisono PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN 440
KOOPERATIVE TIPE TEAM QUIZ DALAM
MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR
SISWA
Yulia Suriyanti "EMOTIONALLEARNING" SEBAGAI 448
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
KARAKTER
Yuliana FH PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS 453
KOMPUTER MODEL TUTORIAL
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI
SMA MUHAMMADIYAH 1 PALEMBANG
Yuninda Anaci Lulan PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG 460
VARIASI MENGAJAR GURU DAN CARA
BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL
BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS
VIII SMP NEGERI 1 KUPANG
Prosiding Semiar Nasional Pendidikan Ekonomi & Bisnis
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta Sabtu, 07 November 2015
ANALISIS PENGALAMAN BELAJAR
KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT
BERWIRAUSAHA PADA PROGRAM SMK MINI
PONDOK PESANTREN
Endah Andayani
Universitas Kanjuruhan Malang
endahandayani_3@yahoo.com
ABSTRACT
Learning is not just accumulate knowledge, but learning is a mental process that occurs in a
person causing the emergence of behavioral change. The learning process is essentially also a
mental activity that can not be seen, where the process changes that occur in a person whose
learning can not be seen but can be felt or seen from the symptoms of behavioral changes that
appeared, and thus experience learning a necessity very important in learning, especially to
anticipate the era of MEA on 1 January 2016. This research is a quantitative, which is designed to
analyze the entrepreneurshipl learning experiences for students in the interest entrepreur SMK NU
'Sunan Ampel Poncokusumo Malang who has received a grant as vocational Mini boarding school.
See the existing problems, this research included in the category of explanatory research to analyze
the causal relationship between the two variables. Data captured from a questionnaire distributed
to students by the number of respondents as many as 62 people. Based on the results of data analysis
with simple linear regression, suggesting that the test variable entrepreneurship learning experience
(X) of the interest in entrepreneur (Y) obtained by value t count = 2.170 while t table = 2.000 or t
count> t-table with sig. 0.034 less than 0.05. Results of this study concluded that entrepreneurship
learning experiences positive and significant impact on the interest in enterpreneur (Y) at SMK NU
Sunan Ampel Poncokusumo Malang.
Keywords: entrepreneurship learning experience, interest in entrepreneur
ABSTRAK
Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar merupakan proses
mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku.
Proses belajar pada hakekatnya juga merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat, di mana
proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan tetapi dapat dirasakan atau dilihat dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak, dengan
demikian maka experience learning menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam pembelajaran,
khususnya mensiasati era MEA tanggal 1 januari 2016 mendatang. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dimana dirancang untuk menganalisis pengalaman belajar
kewirausahaan terhadap minat berwirausaha siswa pada SMK Nahdlatul Ulama’ Sunan Ampel Poncokusumo Malang yang telah memperoleh hibah sebagai SMK Mini Pondok Pesantren. Melihat
permasalahan yang ada, maka penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian eksplanatori untuk
menganalisis hubungan sebab-akibat diantara dua variabel. Data dijaring dari angket yang disebar
kepada peserta didik dengan jumlah responden sebanyak 62 orang. Berdasarkan hasil analisis data
dengan regresi linier sederhana, menunjukkan bahwa pengujian variabel pengalaman belajar
kewirausahaan (X) terhadap minat berwirausaha (Y) diperoleh nilai t-hitung = 2,170 sedangkan t-
tabel = 2.000 atau t-hitung > t-tabel dengan nilai sig. 0,034 lebih kecil dari 0,05. Hasil penelitian
ini menyimpulkan bahwa pengalaman belajar kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap minat berwirausaha (Y) di SMK NU Sunan Ampel Poncokusumo Malang.
Kata Kunci: Pengalaman Belajar Kewirausahaan, Minat Berwirausaha
485
ISBN: 978-602-8580-19-9 http://snpe.fkip.uns.ac.id
Prosiding Semiar Nasional Pendidikan Ekonomi & Bisnis
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta Sabtu, 07 November 2015
I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan modal dasar untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh sejauh mana peserta didik mampu
mengembangkan potensi, memahami ilmu pengetahuan yang mereka pelajari dan memiliki
pengalaman belajar yang berharga sehingga mampu melakukan sesuatu yang penting bagi
kehidupannya. Siswa yang belajar lebih efektif akan secara aktif mampu menganalisa, menerapkan
teori, dan mampu menekankan pada keterlibatan secara dinamis sehingga memiliki pemahaman
tentang pengetahuan ekonomi (kewirausahaan) yang dipelajari dalam konteks yang lebih luas akan
membangkitkan minat siswa yang lebih baik serta mampu meningkatkan pemahaman yang lebih
dalam (Vivienne, 2008). Pemberian materi kewirausahaan pada program SMK Mini Pondok Pesantren bertujuan
selain untuk membekali kemampuan kognitif yaitu peserta didik mempunyai mindset keilmuan
kewirausahaan, juga siswa diharapkan mampu menjadi insan-insan yng produktif. Pembelajaran
kewirausahaan secara intensif dan alamiah dapat mengembangkan soft skills seperti kemampuan
komunikasi dan kemampuan bekerja sama. Keberanian seseorang untuk mendirikan usaha sendiri
(wirausaha) seringkali terdorong oleh motivasi dari guru melalui pembelajaran yang praktis dan
menarik, sehingga dapat membangkitkan minat siswa untuk mencoba berwirausaha. Hal-hal inilah
yang menjadi pijakan penting bagi tenaga pendidikan di SMK yang mengenalkan kewirausahaan
bagi siswa, lebih-lebih dengan program Pemerintah SMK Mini Pondok pesantren memberi peluang
bagi sekolah untuk mewujudkan entrepreneur-entrepreneur muda. Sony (2009) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pembelajaran kewirausahaan di
sekolah adalah sebagai proses perubahan dan pembentukan pengetahuan, keterampilan, sikap dan
kemampuan seorang wirausahawan, baik melalui pendidikan, pelatihan, mentoring, ataupun
pengalaman. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran kewirausahaan di sekolah, selain untuk
menjadikan siswa menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan
untuk menjadikan siswa mempunyai keterampilan, yang menjadi tuntutan yang utama untuk
memberikan bekal pengetahuan yang dibutuhkan siswa, yang selanjutkan diharapkan dapat
menumbuhkan jiwa wirausaha baru di kalangan sekolah vocational sebagai upaya untuk
menciptakan peluang usaha bagi diri sendiri maupun lingkungannya. Namun demikian, apakah
dengan program SMK Mini Pondok Pesantren dengan misi lulusan SMK yang siap mencipta kerja
bagi diri sendiri serta memiliki pengalaman yang cukup dalam bidang kewirausahaan akan dapat
direalisasikan?, hal ini menjadi dasar bagi peneliti untuk menganalisis lebih lanjut. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “adakah
pengaruh pengalaman belajar kewirausahaan terhadap minat berwirausaha pada program SMK Mini Pondok Pesantren di SMK NU Sunan Ampel Poncokusumo Malang?. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengalaman belajar kewirausahaan terhadap minat berwirausaha pada program SMK Mini Pondok Pesantren di SMK NU Sunan Ampel Poncokusumo Malang. Sedangkan hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:
Ho : Tidak ada pengaruh pengalaman belajar kewiraushaan terhadap minat berwirausaha Ha : Ada pengaruh pengalaman belajar kewiraushaan terhadap minat berwirausaha
Penetapan rumusan masalah dan tujuan penelitian dilandasi oleh beberapa hasil penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh William (2002) bahwa pembelajaran akan berkualitas jika guru
mampu memahami dan antusias berinteraksi secara positif dengan siswa dimana pengalaman
pembelajaran dan proses pembelajaran dikelola dengan baik, sehingga mampu mengilhami dan
memberikan peluang siswa untuk belajar dan mencapai hasil yang diharapkan, sebagai bekal
memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Didukung oleh Vernon A.M., 1993 (dalam Bobbi
DePorte, dkk., 2005) menyatakan bahwa dalam belajar akan diperoleh hasil 10% dari apa yang
kita baca, 20% dari apa yang kita dengar; 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita
lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakana, dan mencapai 90% dari apa yang kita katakan
dan lakukan. Artinya belajar akan memberikan dampak yang optimal pada anak didik sebagai
subyek belajar jika subyek belajar memperoleh pengalaman belajar secara nyata. Sementara itu, Cronbach (dalam Sardiman, 2007) memberikan definisi: Learning is shown
by achange in behavior as a result of experience (artinya: suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman). Secara umum tujuan belajar ada 3 (tiga)
jenis: 1) Untuk mendapatkan pengetahuan; tujuan belajar ini ditandai dengan kemampuan berfikir,
dimana kepemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai bagian yang tidak
486
ISBN: 978-602-8580-19-9 http://snpe.fkip.uns.ac.id
Prosiding Semiar Nasional Pendidikan Ekonomi & Bisnis
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta Sabtu, 07 November 2015
dapat dipisahkan; 2) Penanaman konsep dan keterampilan; penanaman konsep atau merumuskan
konsep memerlukan suatu keterampilan; 3) Pembentukan sikap, untuk menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya, dimana
dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan
pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model. Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai transfer of values. Oleh
karena itu, guru tidak sekedar sebagai “pengajar” tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya sehingga akan tumbuh kesadaran untuk mempraktikkan segala sesuatu yang dipelajarinya. Banyak jenis aktifitas yang dapat dilakukan oleh siswa, diantaranya:
visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, dan
pekerjaan orang lain. oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi. listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik,
dan pidato.
waiting activities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin.
drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram. motor activities, antara lain: melakukan percobaan, membuat kontruksi, model
mereparasi, bermain, berkebun, dan berternak. mental activities, misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis,
melihat hubungan, dan mengambil keputusan. emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemagat,
bergairah, berani, tenang, dan gugup. Experiential Leraning merupakan belajar melalui pengalaman, lebih tepatnya belajar
dengan mengalami sendiri. Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktifitas
dan kreatifitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar (Mulyasa, 2008).
Sedangkan Jones (2004) menyatakan pengalaman belajar akan meningkatkan abilitas seseorang
untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang demikian cepat (adapt to rapidly changing environment). Hal ini senada dengan pendapat seorang filosof china Lao Tsu (dalam Bobbi
DePorter, 2007) yang menyatakan: “I hear and I forget. I see and I remember. I do and I
understand”. (Saya mendengar dan saya lupa. Saya melihat dan saya ingat. Saya lakukan dan saya mengerti). Hal ini membawa arti, bahwa pada dasarnya seseorang akan belajar 90% ketercapaian hasilnya, jika siswa mampu mengatakan dan melakukan sendiri atas apa yang dipelajarinya, jika dibandingkan belajar dengan membaca (10% hasil belajarnya).
Lebih lanjut pengalaman belajar dapat diartikan sebagai suatu pengalaman yang diperoleh
dari proses belajar materi yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang
baru, sebagai hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pengalaman
belajar dapat berupa penguasaan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dengan cara belajar
sendiri, dari guru di sekolah maupun dari lingkungan masyarakat, maka kegiatan belajar menuntut
siswa untuk belajar aktif, baik belajar di dalam ruangan maupun di luar ruangan, karena belajar dapat
dilaksanakan dimanapun berada. Sutrisno (2003) menyatakan, pembelajaran kewirausahaan adalah
pembelajaran yang menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi ke arah pembentukan kecakapan
hidup (life skill) pada siswanya melalui kurikulum yang terintegrasi yang dikembangkan di sekolah.
Untuk menanamkan jiwa wirausaha di sekolah, maka peran dan keaktifan guru dalam mengajar
harus menarik. Beberapa hal yang dapat dilakukan guru adalah sebagai berikut: Penyampaian materi dilakukan dengan antusias, ramah dan semangat
Seorang guru dalam menyampaikan materi tidak hanya dituntut untuk menguasai materinya saja, tapi juga harus dapat membawakan atau menciptakan suasana kelas yang
kondusif, misalnya dengan antusias, ramah, dan semangat. Pembelajaran materi kewirausahaan melalui contoh nyata
Tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru tentunya
berbeda antara siswa satu dengan yang lainnya. Namun, pada umumnya siswa lebih cepat memahami suatu materi pelajaran, jika guru dalam menyampaikan materi tidak hanya
terpaku pada buku saja tapi juga dengan memberikan contoh nyata dalam kehidupan.
Pembelajaran menjadi seorang wirausaha sukses
487
ISBN: 978-602-8580-19-9 http://snpe.fkip.uns.ac.id
Prosiding Semiar Nasional Pendidikan Ekonomi & Bisnis
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta Sabtu, 07 November 2015
Guru dalam menyampaikan materi kewirausahaan dengan memberikan pengalaman yang bersifat aplikatif, termasuk kegiatan praktek. Kegiatan praktek dapat memberikan
gambaran sekaligus pembelajaran secara langsung tentang berwirausaha. Untuk memperoleh pengalaman dalam belajar kewirausahaan dapat dialami di kelas, di
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Tingkat kehadiran siswa dan keseriusan dalam
mengikuti pembelajaran kewirausahaan mengikuti di kelas akan memberikan dampak semakin lebih
baiknya kepemilikan pengalaman belajar kewirausahaan. Tidak jarang seseorang yang telah
menerima materi kewirausahaan atau cerita sukses dari orang-orang yang berhasil dalam bisnis,
dapat menjadi pemicu potensi dan motivasi utama untuk memulai bisnis. Didukung oleh Basrowi
(2011) motivasi untuk menjadi seorang wirausaha biasanya muncul dengan sendirinya, setelah
memiliki bekal yang cukup untuk mengelola usaha dan siap mental secara total, motivasi tersebut
antara lain: laba, kebebasan, impian personal, dan kemandirian. Kegiatan kewirausahaan yang
dilakukan anak didik selama proses pembelajarannya ini memang diarahkan sebagai proses
pendidikan, tetapi sebenarnya semua itu merupakan kegiatan yang membekali anak didik dengan
keterampilan dan kemampuan aplikatif untuk kehidupannya. Harapannya, setelah mereka
menyelesaikan masa pendidikan dan pembelajarannya, mereka sudah siap melanjutkan kegiatan
wirausaha yang sudah mereka rintis sejak di sekolah tersebut (Saroni, 2012). Menurut Ngalim Purwanto (2004) menyatakan “lingkungan pendidikan yang ada dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu: 1) lingkungan keluarga, yang disebut juga lingkungan pertama; 2) lingkungan sekolah, yang disebut juga lingkungan kedua; dan 3) lingkungan masyarakat, yang
disebut juga lingkungan ketiga”. Keluarga sebagai “pusat pendidikan” yang pertama dan terpenting, hal ini dapat diketahui bahwa anak menerima pendidikan pertama kali dalam lingkungan
keluarga kemudian dilanjutkan dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Ditjen Dikti (2006)
memaparkan bahwa kriteria kualitas pembelajaran di kelas dapat dilihat dari perilaku pendidik atau
guru (teacher behavior), perilaku dan dampak belajar siswa (student behavior), iklim pembelajaran
(learning climate), materi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem pembelajaran. Barwick
(1971) yang mengatakan tidak mungkin siswa bisa meraih prestasi belajar yang memuaskan kalau
keluarga, khususnya orang tua tidak menciptakan iklim yang mendukungnya. Masyarakat
mempunyai peran yang besar dalam pelaksanaan pendidikan nasional. Peran masyarakat itu antara
lain menciptakan suasana yang dapat menunjang pelaksanaan pendidikan nasional, ikut
menyelenggarakan pendidikan nonpemerintah (swasta), membantu pengadaan tenaga, biaya, sarana
dan prasarana, menyediakan lapangan kerja, membantu pengembangan profesi baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sementara itu, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar diri (Slameto, 2010). Proses timbulnya minat
menurut Charles (Widodo; 2005), adalah pada awalnya sebelum terlibat di dalam suatu aktivitas,
siswa mempunyai perhatian terhadap sesuatu, menimbulkan keinginan untuk terlibat di dalam
aktivitas. Minat kemudian mulai memberikan daya tarik yang ada pengalaman yang menyenangkan
dengan hal-hal tersebut. Terdapat tiga faktor yang dapat menimbulkan minat, yaitu : Dorongan dari dalam individu; keinginan makan akan mengembangkan minat untuk
bekerja atau mencari penghasilan. Dorongan ingin tahu akan membangkitkan minat untuk membaca, belajar, menuntut ilmu, melakukan penelitian, dan sebagainya.
Motif sosial; sebagai pembangkit minat untuk aktifitas tertentu, misalnya minat untuk
belajar atau menuntut ilmu pengetahuan yang timbul karena ingin mendapatkan
penghargaan dari masyarakat, karena yang memiliki ilmu pengetahuan umumnya
mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dan terpandang dalam masyarakat. Faktor emosional; faktor emosional bersumber dari individu yang bersangkutan (internal)
Minat berwirausaha mengarah kepada orang yang melakukan usaha atau kegiatan sendiri dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk melaksanakan usaha/kegiatan, di mana siswa tergugah
untuk melakukan kemandirian dalam berusaha, siswa berubah sikap dari ketergantungan menjadi
mandiri, siswa sudah mempunyai cita-cita untuk menciptakan lapangan kerja sendiri.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, dilakukan untuk menguji
hipotesa-hipotesa yang diambil melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan
melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam
488
ISBN: 978-602-8580-19-9 http://snpe.fkip.uns.ac.id
Prosiding Semiar Nasional Pendidikan Ekonomi & Bisnis
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta Sabtu, 07 November 2015
rencana penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh variabel yang satu terhadap variabel
yang lainnya, maka penelitian termasuk ke dalam penelitian penjelasan (explanatory research).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengalaman belajar kewirausahaan (X) dan minat
berwirausahan (Y) sebagai variabel terikat. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
dengan metode kuisioner atau angket yang sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.
Peneliti menggunakan Skala Likert dengan rentang antara 1 sampai 5 dalam menyusun kuisioner
ini. Instrumen yang dikembangkan akan dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya. Untuk construct
validity akan dilakukan uji validitas dengan menggunakan SPSS 12. Construct validity instrument
akan ditentukan oleh koefisien corelation per item to total. Instrumen dikatakan valid jika
koefisien corelation positif dan signifikan. Tes reliabilitas akan dilihat dari koefisien alpha
cronbach. Untuk menganalisis penelitian ini digunakan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan
pembelajaran kewirausahaan dan minat berwirausaha, dan analisis regresi linier sederhana untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh pembelajaran kewirausahaan terhadap minat berwirausaha.
Sampel penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh, dimana semua anggota populasi menjadi
sampel penelitian yang berjumlah 62 siswa sebagai peserta program SMK Mini Pondok Pesantren
di SMK Nahdlatul Ulama Sunan Ampel Poncokusumo Malang. Variabel pengalaman belajar kewirausahaan, diukur melalui: 1. Belajar Kewirausahaan di
Kelas, diukur dengan 1) Kualitas materi, 2) Pemerolehan pengalaman belajar, 3) Kemenarikan
penyampaian materi kewirausahaan, 4) Penggunaan metode pembelajaran dengan praktik, 5)
Pemberian manfaat, 6) Penumbuhan ide usaha baru, dan 7) Kepentingan materi; 2. Belajar
Kewirausahaan di Lingkungan keluarga, diukur melalui: 1) Intensitas diskusi usaha, 2) Keterlibatan
produktivitas dalam keluarga, 3) Keseriusan membantu orang tua dalam usaha, 4) Ketauladanan
bekerja yang profesional, 5) Ketauladanan menjalankan usaha dengan baik, dan 6) Ketauladan
dalam bekerja keras/rajin; dan 3. Belajar Kewirausahaan di masyarakat diukur melalui: 1)
Pemanfaatan potensi lingkungan, 2) Pemanfaatan SDM lingkungan, 3) Pengalaman usaha yang
bermanfaat, 4) Ketertarikan melihat proses produksi, 5) Sumber belajar, dan 6) Belajar
kewirausahaan secara intensif di masyarakat. Variabel Minat Belajar kewirausahaan, diukur melalui:
1. Dorongan dalam individu, diukur dengan: 1) Kesukaan untuk berusaha, 2) Kegairahan untuk
melakukan usaha produktif, 3) Kecenderungan untuk mau berusaha, 4) Kesungguhan untuk
berusaha, 5) Perhatian yang lebih pada usaha, 6) Keterlibatan dalam aktifitas usaha, 7) Kepemilikan
energi yang tinggi, 8) Keberanian bertanggungjawab, dan 9) Kesukaan untuk disiplin bekerja; 2.
Motif Sosial diukur melalui: 1) Keinginan untuk memperoleh kesejahteraan, 2) Keinginan
mendapatkan penghargaan, 3) Keinginan memperoleh kedudukan yang lebih tinggi (Bos), 4)
Keinginan memperoleh kecukupan materi (uang), dan 5) Keinginan untuk memperoleh kesuksesan;
3. Motif Emosional, diukur melalui: 1) Kepemilikan keturunan pebisnis, 2) Kesesuaian dengan cita-
cita, 3) Keinginan menjadi wirausahawan sukses, 4) Kemilikan potensi menjadi entrepreneur, 5)
Dukungan lingkungan dalam mengembangkan usaha, dan 6) Keinginan untuk selalu memperbaiki
diri.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji coba dan asumsi klasik, diperoleh data bahwa data layak untuk
dilakukan analisis untuk mengetahui besarnya pengaruh antar variabel bebas terhadap variabel
terikat. Hasil korelasi dalam pengujian regresi sederhana dapat dilihat dalam tabel 3.1 berikut:
Tebl 3.1 Correlations
Pengalaman bel kwu Minat Kwu
Pengalaman bel kwu
Pearson Correlation
.270*
1
Sig. (2-tailed)
.034
N
62 62
Minat Kwu
Pearson Correlation
.270*
1
Sig. (2-tailed)
.034
N
62 62 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari output di atas dapat dijelaskan bahwa korelasi pengalaman belajar kewirausahaan 489
ISBN: 978-602-8580-19-9 http://snpe.fkip.uns.ac.id
Prosiding Semiar Nasional Pendidikan Ekonomi & Bisnis
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta Sabtu, 07 November 2015
dengan minat berwrausaha didapat nilai sebesar 0,270. Karena koefisien mendekati 0, maka dapat
disimpulkan bahwa antara pengalaman belajar kewirausahaan dengan minat berwrausaha memiliki
hubungan yang rendah. Angka koefisien yang positif, memiliki makna jika pengalaman belajar
kewirausahaan meningkat maka minat berwirausaha juga meningkat, begitu sebaliknya jika
pengalaman belajar kewirausahaan menurun maka minat berwrausaha juga menurun. Untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan yang siginifikan atau tidak antar variabel pengalaman belajar
kewirausahaan dengan minat berwirausaha, maka dilakukan pengujian dengan uji dua sisi (two
tailed) dalam tabel 3.2 sebagai berikut.
Tabel 3.2 Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
.270a
1 .073 .057 5.517 1.840 a. Predictors: (Constant), Pengalaman Bel Kwu
b. Dependent Variable: Minat Kwu
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui nilai: R menunjukkan korelasi sederhana (korelasi Pearson) antara variabel x terhadap Y. Angka
R didapat 0.270 artinya korelasi antara variabel pengalaman belajar kewirausahaan dengan
minat berwirausaha sebesar 0.270. Hal ini mengindikasikan memiliki hubungan tetapi
rendah karena nilai mendekati 0. R Square (R
2) menunjukkan koefisien determinasi. Artinya prosentase sumbangan
pengaruh variabel pengalaman belajar kewirausahaan terhadap minat berwirausaha sebesar 0.073 memberi arti 7.3% variabel pengalaman belajar kewirausahaan berpengaruh terhadap minat berwirausaha, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.
Persamaan regresi untuk regresi linier sederhana adalah :
Y = a + bX
Y = 59,105 + 0.338X Artinya :
Jika konstanta (a) adalah 59,105, ini dapat diartikan jika pengalaman belajar kewirausahaan nilainya adalah 0, maka minat berwirausahanya nilainya 59,105
Nilai koefisien regresi variabel pengalaman belajar kewirausahaan (b) bernilai positif 0.338, dapat diartikan bahwa setiap peningkatan pengalaman belajar kewirausahaan sebesar 1 satuan, maka inat berwirausaha akan meningkat sebesar 0.338.
Selanjutkan dilakukan pengujian signifikansi melalui uji t hitung untuk mengetahui pengaruh
variabel pengalaman belajar kewirausahaan terhadap minat berwirausaha, dengan membandingkan t hitung dengan t tabel, seperti pada tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
T
Sig.
(Constant)
1 59.105 13.088 4.516 .000
Pengalaman Bel Kwu
.338 .156 .270 2.170 .034 a. Dependent Variable: Minat Kwu
Berdasarkan ouput data di atas, hasil analisis data dengan regresi linier sederhana,
menunjukkan bahwa pengujian variabel pengalaman belajar kewirausahaan (X) terhadap minat
berwirausaha (Y) diperoleh nilai t-hitung = 2,170 sedangkan t-tabel = 2.000 atau t-hitung > t-tabel
dengan nilai sig. 0,034 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian nilai t hitung > t tabel (2,170 > 2,000)
dan nilai signifikansi (0.034 < 0.05) maka Ho ditolak, dengan demikian pengalaman belajar
kewirausahaan pengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha (Y) di SMK NU Sunan
Ampel Poncokusumo Malang.
490
ISBN: 978-602-8580-19-9 http://snpe.fkip.uns.ac.id
Prosiding Semiar Nasional Pendidikan Ekonomi & Bisnis
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta Sabtu, 07 November 2015
Berdasarkan hasil analisis data dengan regresi linier sederhana, dapat dijelaskan bahwa
pengujian variabel pengalaman belajar kewirausahaan (X) terhadap minat berwirausaha (Y)
diperoleh nilai t-hitung = 2,170 sedangkan t-tabel = 2.000 atau t-hitung > t-tabel dengan nilai sig.
0,034 lebih kecil dari 0,05. Artinya pengalaman belajar kewirausahaan memiliki pengaruh yang
signifikan. Hasil penelitian ini konsisten dengan teori yang dikemukakan oleh Vivienne (2008)
bahwa cara bekerja yang efektif akan membangkitkan minat siswa dalam meningkatkan
pemahaman, sehingga belajar menjadi lebih bersemangat dan lebih relevan dengan kehidupan nyata
dan melibatkan partisipasi siswa dalam aktifitas proses pembelajaran ekonomi. Didukung pula oleh
hasil temuan Sony (2009) bahwa pembelajaran kewirausahaan di sekolah sebagai proses perubahan
dan pembentukan pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemampuan seorang wirausahawan, baik
melalui pendidikan, pelatihan, mentoring, ataupun pengalaman. Artinya dengan bekal pengalaman
yang cukup akan mampu mendorong seseorang untuk mendalami lebih jauh, seperti membuka usaha
bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Begitu pula William (2002) menyatakan bahwa pembelajaran
akan berkualitas jika guru mampu memahami dan antusias berinteraksi secara positif dengan siswa
dimana pengalaman pembelajaran dan proses pembelajaran dikelola dengan baik, sehingga mampu
mengilhami dan memberikan peluang siswa untuk belajar dan mencapai hasil yang diharapkan,
sebagai bekal memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Hal ini juga mendukung pernyataan dari
Sardiman (2007) bahwa tujuan belajar dapat tercapai jika terdapat pengetahun, penanaman konsep,
dan pembentukan sikap. Basrowi (2011) juga menjelaskan bahwa motivasi untuk menjadi seorang
wirausaha biasanya muncul dengan sendirinya, setelah memiliki bekal yang cukup untuk mengelola
usaha dan siap mental secara total, motivasi tersebut antara lain: laba; kebebasan; impian personal;
dan kemandirian. Kegiatan kewirausahaan yang dilakukan anak didik selama proses
pembelajarannya ini memang diarahkan sebagai proses pendidikan, tetapi sebenarnya semua itu
merupakan kegiatan yang membekali anak didik dengan keterampilan dan kemampuan aplikatif
untuk kehidupannya. Harapannya, setelah mereka menyelesaikan masa pendidikan dan
pembelajarannya, mereka sudah siap melanjutkan kegiatan wirausaha yang sudah mereka rintis sejak
di sekolah tersebut (Saroni, 2012). Pada hasil output ditemukan R Square menunjukkan pengalaman belajar kewiraushaan
akan memberi sumbangan sebesar 0.073 atau 7.3% terhadap minat berwirausaha, dikatakan kontribusi positif tetapi masih rendah. Beberapa hal yang diperediksi masih belum optimalnya
kondisi ini adalah: Program SMK Mini Pondok Pesantren masih bersifat isidental dalam pelaksanaannya, pada
saat diberikan materi peserta memiliki motivasi yang tinggi, tetapi setelah program berakhir minat/kecenderungan untuk berwirausaha mulai menurun, hal ini disebabkan
pendampingan secara intensif dari instruktur belum tersusun secara periodik. Ide kurang berkembang dan kurang dapat didalami oleh peserta program mengingat waktu
yang terbatas, karena selain menjadi peserta program SMK Mini Pondok Pesantren, peserta juga menjadi siswa di sekolah yang memiliki tugas dan tanggungjawab yang lain baik intra dan ekstrakurikuler.
Terhentinya program SMK Mini Pondok Pesantren dari Pemerintah, sehingga keberlanjutan program kurang dapat dicapai secara optimal.
Materi program SMK Mini Pondok Pesantren yang telah tersusun secara teoritis dan
praktis, namun belum disertai dengan kemampuan mencipta produk sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh siswa, tetapi masih dikerucutkan pada potensi yang dimiliki sekolah
yang bersifat jasa. Dorongan orang tua kurang optimal dalam mewujudkan entrepreneur-entrepeneur muda
bagi anaknya, mereka menganggap setelah lulus anaknya harus mencari kerja saja, sehingga siswa cenderung meremehkan untuk dapat mencipta kerja bagi dirinya sendiri.
Berdasarkan temuan ini, maka beberapa saran yang diajukan sebagai berikut: Penumbuhan jiwa wirausaha seharusnya terus menerus dilakukan oleh sekolah meskipun
tanpa program SMK Mini Pondok Pesantren, melalui pemberdayaan potensi yang dimiliki
oleh siswa dan potensi yang dimiliki sekolah melalui bimbingan terpadu dari para ahli dan
atau para guru bidang terkait. Penciptaan budaya untuk bekerja keras, disiplin, dan berani mencoba berwirausaha melalui
pratikum dan tugas perlu dilaksanakan secara terpadu pada implementasi Kurikulum. Peserta yang memiliki minat yang tinggi secara intensif diarahkan guru untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki melalui sebuah pendampingan intensif.
491
ISBN: 978-602-8580-19-9 http://snpe.fkip.uns.ac.id
Prosiding Semiar Nasional Pendidikan Ekonomi & Bisnis
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta Sabtu, 07 November 2015
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWTyang telah melimpahkan
rahmad, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan artikel penelitian ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan artikel ini sulit terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karenanya perlu kami sampaikan ucapan terima kasih kepada: Drs. H. Abdul Mujib Syadzili, M.Si. Selaku Kepala SMK NU Sunan Ampel Poncokusumo
Kabupaten Malang yang telah memberikan ijin untuk menjaring data terkait permasalahan yang diteliti kepada seluruh peserta pelatihan Program SMK Mini.
Seluruh peserta pelatihan Program SMK Mini Pondok Pesantren di SMK NU Sunan Ampel Poncokusumo Kabupaten Malang yang telah sunguh-sungguh dan senang hati berkenan
untuk mengisi angket, semata-mata untuk kepentingan akademik. Panitia Seminar Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UNS Tahun 2015 yang berkenan
mewadahi artikel kami dalam prosiding. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian ini.
Kami menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak demi penyempurnaan
penulisan artikel dalam prosiding. Semoga bermanfaat bagi pembaca.
Malang, 27 Oktober 2015 Peneliti
REFERENSI
Barwick, J.M 1971. Readings in Adollecent Psycology. Minneapollis: Burgess Publishing Co.
DePorter, Bobbi; Reardon Mark, dan Nourie Sarah Singer, 2007. Quantum Teaching. Bandung:
Kaifa PT Mizan Pustaka Anggota IKAPI.
Ditjen Dikti. 2006. Peningkatan Kualitas Pembelajaran di PT. Jakarta: Ditjen Dikti.
Jones, G.R. 2004. Organizational Theory: Design and Change, Upper Sadle River, New Jersey.
M. Ngalim Purwanto, 1990. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua ( Cet. V: Jakarta: Remaja Rosdakarya Offet.
Mulyasa, E. 2010. Menjadi Guru Profesional menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sardiman, 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Saukah, A., 1998. Reliabilitas Instrumen. Makalah disampaikan pada lokakarya statistik
dan analisis data penelitian Malang: Lembaga Penelitian UM. Malang.
Vivienne, Tong, 2008. Fitzwilliam College, Cambridge. diunduh 20 Jun 2013. Jam 18.49 PM.
Williams, B. 2002. Pedagogy has a Place in the Reformed Australian. 25 Sept 2012. J 16.00 PM
Heru Priyanto, Sony. 2009. Mengembangkan Pendidikan Kewirausahaan di Masyarakat. Jurnal
PNFI. 1(1):57-78.
Saroni, Mohammad, 2012. Mendidik & Melatih Entrepreneur Muda. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
492
ISBN: 978-602-8580-19-9 http://snpe.fkip.uns.ac.id
Prosiding Semiar Nasional Pendidikan Ekonomi & Bisnis
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta Sabtu, 07 November 2015
Sutrisno, J. 2003. Pengemb. Pend. Berwawasan Kewirausahaan Sejak Usia Dini. Bandung: IPB.
Widodo, Slamet. 2005. Proses Timbulnya Minat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Recommended