View
49
Download
10
Category
Preview:
DESCRIPTION
DDH (Development dysplacia of the hip
Citation preview
1
BAB IPENDAHULUAN
Congenital dislocation of the hip atau biasa disebut pergeseran sendi atau
tulang semenjak lahir merupakan suatu bentuk kelainan pada persendian yang
ditemukan pada bayi baru lahir.Congenital dislocation of the hip terjadi dengan
kejadian 1,5 per 1.000 kelahiran dan lebih umum terjadi pada anak perempuan
dibanding anak laki-laki.
Dislokasi kongenital adalah suatu fase spektrum instabilitas pangkal paha
pada bayi baru lahir. Biasanya pada waktu lahir pangkal paha sepenuhnya stabil
dan bertahan pada fleksi parsial.
Faktor genetik pasti mempunyai peran dalam etiologi, karena dislokasi
kongenital cenderung terjadi pada keluarga dan bahkan pada seluruh populasi.
Diagnosis yang berhasil tergantung dari pengenalan gambaran fisik dari dislokasi
panggul kongenital pada neonatus. Penemuan-penemuan ini merupakan
manifestasi dari kelemahan sendi dan tidak stabilnya caput femoral dan
asetabulum.
Untuk dislokasi panggul dapat dideteksi dengan menggunakan prasat
Ortolani dan Barlow, dimana bayi harus direlaksasikan, lebih baik dalam keadaan
tidur atau menyusui. Jika bayi menangis atau kejang maka gambaran fisik ini akan
terlihat.
Tujuan terapi adalah mencapai mempertahankan reduksi konsentris dari
dislokasi panggul, tanpa komplikasi nekrosis avaskular. Keadaan cacat yang
terdapat pada dislokasi panggul kongenital tersebut akan semain berat setelah
anak dapat berjalan. Sehingga terapi pun akan semakin sukar. Maka terapi perlu
secepat mungkin dilakukan.
2
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Anatomi Panggul
Tulang panggul terdiri dari 4 buah tulang:1
2 Tulang pangkal paha ( Ossa Coxae kanan dan kiri )
1 Tulang Kelangkang ( OS Sacrum )
1 Tulang Tungging ( Os Coccygis )
Disini terdapat tiga persendian yaitu :
2 articulatio sacroiliaca
Symphysis pubica
Rangka pelvis pada posisi anatomis miring kedepan sehingga didapatkan
posisi berikut: (Gambar 1) 2
Spina iliaca anterior superior (SIAS) dan tuberculum
pubicum berada pada bidang coronalis yang sama
Posisi os. Coccygis sama tinggi dengan symphyis pubica
3
Bidang pelvic inlet dan outlet membentuk sudut 50-60
(inclinatio pelvis) dan sudut 15 terhadap bidang
horizontalis
Gelang panggul (“Pelvic girdle”) terdiri dari dua ossa coxae kanan dan kiri.
Kedua ossa coxae ke depan berhubungan sendi melalui symphysis pubica; ke
belakang dengan os sacrum melalui articulatio sacroiliaca. Pintu atas panggul
(apertura pelvis superior/pelvic inlet/pelvic brim) dibentuk oleh promontorium
dan linea terminalis termasuk linea arcuata ilei dan ileopectinealis (Halls and
Craggs, 1986). Pintu bawah panggul (apertura pelvis inferior/pelvic
outlet)dibentuk oleh os coccygis di belakang, symphisis pubica di depan dan pada
kedua sisi dibentuk oleh ligamentum sacrotuberosum dan persatuan ramus,
sehingga bentuknya mirip dua buah segitiga yang bertemu pada alasnya di tengah-
tengah panggul.
4
Rangka pelvis :
Pelvis mayor (false/greater pelvis) terdapat diatas bidang yang
melewati linea terminalis. Ini dibatasi oleh ossis sacri serta fossa
iliaca di kanan dan kiri
Pelvis minor (True/Lesser Pelvis) terdapat dibawah bidang yang
melewati linea terminalis.
5
FEMUR
Merupakan tulang terpanjang dari tubuh, dimana panjangnya kira-kira
seperempat dari panjang badan. Ke atas tulang ini bersendi dengan os. Coxae
pada acetabulum, dan kebawah, bersendi dengan tibia juga patella1
Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter major
dan trochanter minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan
berartikulasi dengan acetabulum dari os coxae membentuk articulatio coxae. Pada
pusat caput terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat
perlekatan ligamentum dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput femoris
dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada fovea.
Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan ke
bawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat (pada
anita sedikit lebih kecil) dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut ini
perlu diingat karena dapat dirubah oleh penyakit
6
Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher
dan batang. Yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea
intertrochanterica di depan dan crista intertrochanterica yang mencolok di bagian
belakang, dan padanya terdapat tuberculum quadratum.
Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di
bagian posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior
condylus dihubungkan oleh permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut
membentuk articulatio genu. Di atas condylus terdapat epicondylus lateralis dan
medialis. Tuberculum adductorium berhubungan langsung dengan epicondylus
dialis.
7
2. 2. Etiologi
Di duga pada cacat ini ada 2 jenis etiologi:
a. Muskular type yang disebabkan karena pertumbuhan otot-otot dari sendi
pangkal paha yang tidak sehat, sehingga menyebabkan keluarnya caput femoris
dari acetabulum;
b. Osseus type, disebabkan karena acetabulum tidak tumbuh sehat sehingga caput
femoralis tidak dapat tahan di dalam acetabulum3
Faktor genetik pasti mempunyai peran dalam etiologi, karena dislokasi
kongenital cenderung terjadi pada keluarga. Faktor hormonal (misalnya
konsentrasi estrogen maternal yang tinggi, juga progesteron dan relaxin dalam
beberapa minggu terakhir kehamilan) dapat memperburuk kekendoran
ligamentum pada bayi tersebut.3 Malposisi intrauteri (misalnya pada sungsang
dengan kaki ekstensi) akan menguntungkan dislokasi. Ini berkaitan dengan lebih
tingginya insidens pada bayi yang lahir pertama, karena diantara mereka versi
spontan kurang memungkinkan.3 Dislokasi unilateral biasanya terjadi pada
panggul paha kiri, ini sesuai dengan posisi verteks yang biasa terjadi (anterior
oksiput kiri) dimana pangkal paha kiri agak aduksi. Faktor postnatal mungkin
menyokong persistensi instabilitas neonatal dan kesalahan perkembangan
asetabulum. Dislokasi sangat banyak terjadi pada orang Lapps dan Indian
Amerika Utara yang menggendong bayinya dan membawanya dengan kaki
disatukan, pangkal paha dan lutut sepenuhnya ekstensi, dan jarang terjadi pada
orang Cina Selatan dan Negro Afrika yang menggendong bayi mereka dengan
tungkai abduksi lebar. Juga ada bukti eksperimental bahwa ekstensi pangkal paha
dan lutut secara simultan mengakibatkan dislokasi pangkal paha selama
perkembangan dini. 3
2.3.Patologi
Pada saat lahir pangkal paha, walaupun tidak stabil, mungkin bentuknya
normal, tetapi kapsul sering meregang dan berlebihan. Selama masa bayi,
sejumlah perubahan berkembang, sebagian perubahan tersebut mungkin
merupakan displasia primer pada acetabulum, dan atau femur proksimal, tetapi
8
sebagian terjadi karena adaptasi terhadap instabilitas persisten dan karena
penyambungan persendian yang abnormal.
Kepala femur mengalami dislokasi kearah posterior tetapi pada ekstensi
pangkal paha, ini terlebih dulu terletak posterolateral dan kemudian superolateral
terhadap acetabulum. Socket tulang rawan adalah dangkal dan anteversi. Kepala
femur yang berupa tulang rawan ukurannya normal tetapi nukleus yang berupa
tulang timbulnya terlambat dan osifikasinya tertunda disepanjang masa bayi. 3
Kapsul teregang dan teres ligamentum memanjang dan mengalami
hipertrofi. Superior labrum asetabulum dan tepi kapsulernya mungkin terdorong
kedalam socket oleh kepala femur yang mengalami dislokasi, limbus
fibrokartilago ini mungkin merintangi setiap upaya reduksi tertutup pada kepala
femur.3
Setelah mengalami menahan beban, perubahan ini menjadi semakin intensif.
Baik asetabulum maupun leher femur tetap anteversi dan tekanan pada kepala
femur menginduksi terbentuknya socket palsu diatas asetabulum yang dangkal.
Kapsul yang terjepit di antara tepi asetabulum dan otot psoas, mengembangkan
penampilan seperti jam kaca. Pada saatnya, otot disekitar akan beradaptasi dengan
memperpendek diri.
2.4.gambaran klinis
Gambaran klinis dislokasi panggul bawaan adalah asimetri pada lipatan-
lipatan kulit paha. Pemeriksaan klinis untuk mengetahui dislokasi panggul bawaan
pada bayi baru lahir adalah:4
a. Uji Ortolani
Pada pemeriksaan ini, ibu jari pemeriksa memegang paha bayi disebelah
medial dan jari-jari lainnya pada trochanter mayor. Sendi panggul di fleksikan 90
derajat kemudian di abduksi secara hati-hati. Pada bayi normal, abduksi sebesar
65-80 derajat dapat dengan mudah dilakukan dan bila abduksi kurang dari 60
derajat maka harus dicurigai ada dislokasi panggul bawaan. Pada dislokasi
panggul bawaan, bila terdengar bunyi klik ketika trochanter mayor ditekan maka
hal ini menandakan adanya reduksi dislokasi yang disebut uji Ortolani positif
9
Gambar skematis uji Ortolani: femur dipegang dalam keadaan fleksi di daerah midline. Kemudian, femur di abduksikan secara perlahan sambil mendorong trokanter mayor dengan jari-jari ke arah anterior
b. Uji Barlow
Uji Barlow dilakukan seperti pada uji Ortolani. Pada bagian atas dipegang
dan ibu jari diletakkan pada lipat paha kemudian dicoba
memasukkan/mengeluarkan kaput femoris dari asetabulum, baik dalam keadaan
abduksi maupun adduksi. Bila kaput femoris dapat dikeluarkan dari soketnya
(asetabulum) dan dimasukkan kembali disebut dislocatable/unstable of the hip
Gambar skematis uji Barlow: Femur difleksikan kemudian dengan hati-hati digeser kearah midline. Setelah itu femur didorong kearah posterior secara perlahan. Bila terdapat dislokasi sendi panggul maka akan terasa kepala femur terdorong keluar dari asetabulum.
10
c. Tanda Galeazzi
Pada pemeriksaan ini kedua lutut bayi dilipat penuh dengan panggul dalam
keadaan fleksi 90 derajat, serta kedua paha saling dirapatkan. Keempat jari
pemeriksa memegang bagian belakang tungkai bawah dengan ibu jari di depan.
Dalam keadaan normal, kedua lutut akan sama tinggi dan bila terdapat dislokasi
panggul bawaan maka tungkai yang mengalami dislokasi, lututnya akan terlihat
lebih rendah dan disebut sebagai tanda Galeazzi/Allis positif
Gambar skematis pemeriksaan tanda Galeazzi. Dalam keadaan berbaring dan lutut dilipat, kedua lutut seharusnya sama tinggi. Bila terdapat dislokasi panggul, maka lutut pada tungkai yang bersangkutan akan terlihat lebih rendah
2.5.Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan biasanya agak sulit dilakukan karena pusat osifikasi sendi baru
tampak pada bayi umur 3 bulan atau lebih sehingga pemeriksaan ini hanya
bermanfaat pada umur 6 bulan atau lebih. Pemeriksaan radiologis berguna untuk
menentukan indeks asetabuler, garis horisontal Hilgenreiner, garis vertikal Perkin
serta garis arkuata dari Shenton.
11
Pemeriksaan ultrasound pada bayi-bayi dilakukan untuk menggantikan
pencitraan panggul dengan foto rontgen. Pada bayi baru lahir, asetabulum dan
kaput femoris dihubungkan oleh tulang rawan, sehingga pada foto polos biasa
tidak terlihat. Dengan pemeriksaan ultrasound, meskipun penderita berusia
dibawah 3 bulan, hubungan antara kaput femoris dan asetabulum dapat diamati.
2.6. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan apabila terdapat gambaran:
a. Asimetris lipatan paha
b. Uji Ortolani dan Galeazzi positif
c. Asetabular indeks 40 derajat atau lebih besar
d. Disposisi lateral kaput femoris pada radiogram
e. Limitasi yang menetap dari gerakan sendi panggul dengan atau tanpa gambaran
radiologis yang abnormal
f. Kombinasi dari hal-hal yang disebutkan diatas
12
2.7. Penatalaksanaan
Pada dislokasi sendi panggul bawaan diperlukan penanganan yang lebih dini
dan untuk itu diagnosis harus sedini mungkin, sehingga pemeriksaan ortopedi
yang lengkap dan teliti pada bayi baru lahir perlu dilakukan. Pengobatan
umumnya hanya dengan memasang bidai untuk mempertahankan sendi panggul
dalam posisinya
Contoh penggunaan bidai dari Cambridge untuk koreksi dislokasi sendi panggul bawaan.
Sebanyak 80-90% sendi panggul pada bayi baru lahir tidak stabil usia 3
bulan dan biasanya dalam jangka waktu 23 minggu panggul akan menjadi stabil
secara spontan. Bila sendi panggul tetap tidak stabil setelah jangka waktu tersebut,
sebaiknya dilakukan pengawasan yang lebih lanjut (follow up). Dislokasi panggul
pada penderita usia 13-18 bulan, dapat dicoba reduksi tertutup dan tindakan
operasi dipertimbangkan bila reduksi ini tidak berhasil. Bila penderita berusia 18
bulan – 5 tahun maka kelainan telah bersifat irreversible sehingga tindakan
operasi merupakan satu-satunya alternatif pengobatan untuk mengkoreksi
kelainan yang ada.
2.8. Komplikasi
Nekrosis avaskuler pada epifisis femur kapital mungkin terjadi sebagai
komplikasi setelah reduksi, mungkin disebabkan oleh kerusakan paha atau
13
berkurangnya suplai darah untuk kepala femur. Membuat pangkal paha tidak
dapat bergerak dalam posisi abduksi yang ekstrim atau dipaksakan atau rotasi
internal mungkin merupakan penyebab paling penting nekrosis avaskuler kepala
femur. Penampilan radiografiknya dan perjalanan berikutnya akan sangat
menyerupai penampilan dan perjalanan penyakit Legg-Calve-Perthes, dan
perawatannya mengikuti prinsip yang sama dengan yang dijelaskan untuk
perawatan penyakit tersebut
Penekanan karena menahan beban tubuh dan aktivitas sehari-hari pada
persendian yang tidak tepat, akan mempercepat terjadinya degenerasi tulang
rawan artikuler pada persendian pangkal paha. Degenerasi ini mungkin
berprogresi ke artritis degeneratif sekunder yang berkembang penuh pada
persendian pangkal paha dalam kehidupan dewasa, yang memerlukan operasi
rekonstruksi pangkal paha sekunder untuk mengurangi nyeri dan disabilitas.
14
BAB IIILAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : Asmul Husna
Umur : 7 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Alamat : Bireun
No CM : 1014126
Tanggal Masuk : 17 Desember 2014
Tanggal Pemeriksaan : 29 Desember 2014
3.2 Anamnesa
Alloanamnesa
Keluhan Utama : kaki sebelah kiri lebih pendek dan terasa
nyeri
Keluhan Tambahan :
Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang dengan keluhan kaki sebelah kiri lebih pendek dan terasa
nyeri. Keluhan dirasakan sejak awal masuk SD dan semakin
memberat beberapa hari SMRS. Orangtua pasien mengaku
perbedaan panjang kaki baru diketahui ketika pasien mulai dapat
berjalan, ± 1 tahun. Ketika berjalan pasien terlihat pincang dan
terdapat benjolan tulang di bagian belakang panggul kiri.
Riwayat Penyakit Dahulu
Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Disangkal
Riwayat pemakaian obat
Tidak ada
15
Riwayat kehamilan
Ibu ANC teratur ke dokter ahli kandungan.
Riwayat persalinan
Pasien merupakan anak kedua, lahir secara pervaginam atas dengan
kehamilan cukup bulan, segera menangis setelah lahir. Berat badan lahir
2700 gram.
3.3 Pemeriksaan Fisik
a. Status Present
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 x / menit
Nadi : 84 x / menit
Respiratory rate : 20 x / menit
Temperatur : 36.7˚C
b. Status General
Kulit
Warna : Coklat
Turgor : Kembali cepat
Ikterus : (-)
Pucat : (-)
Kepala
Rambut : Hitam
Mata : Konjungtiva pucat (- /-), sklera ikterik (-/-), mata
cekung (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
Telinga : Serumen (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), NCH (-/-)
Mulut : Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)
Lidah : Beslag (-)
Geligi : Karies (-)
Faring : Hiperemis (-)
16
Tonsil :
Leher
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Pembesaran KGB (-)
Thorax
Inspeksi : Simetris, Retraksi (-), bentuk dada normal, pernafasan
Thorakoabdominal
Paru – Paru
Depan Kanan KiriPalpasi Fremitus (N) Fremitus (N)Perkusi Sonor Sonor
AuskultasiVesikuler (+) Vesikuler (+)Rhonchi (-) Rhonchi (-)
Wheezing (-) Wheezing (-)Belakang Kanan Kiri
Palpasi Fremitus (N) Fremitus (N)Perkusi Sonor Sonor
AuskultasiVesikuler (+) Vesikuler (+)Rhonchi (-) Rhonchi (-)
Wheezing (-) Wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICR IV,1 cm linea
midclavicula sinistra
Perkusi : Batas – batas jantung :
Atas : ICR III
Kiri : 1 cm linea midclavicula sinistra
Kanan : Linea parasternalis dekstra
Auskultasi : BJ I > BJ II, Reguler, Bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris, Distensi (-)
Palpasi : Nyeri Tekan (-)
- Lien : Tidak teraba
17
- Hepar : Tidak teraba
Perkusi : Timpani usus (+)
Auskultasi : Peristaltik (N)
Genetalia : perempuan, tidak ada kelainan
Anus : Tidak ada kelainan
Kelenjar Limfe: Pembesaran KGB (-)
Ekstremitas :
Superior InferiorKanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis (-) (-) (-) (-)
Edema (-) (-) (-) (-)
gerakan Aktif Aktif Aktif Terpasang gips
Status lokalis : a/r ektremitas inferior sinistra
Look : terpasang hemispica, edema (-)
Feel : nyeri (+)
Move: ROM terbatas
3.4 Pemeriksaan Penunjang
3.4.1 Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi (9 Desember 2014)
Hb : 11.0 gr/dl
Leukosit : 5,5 x 103/mm3
Trombosit : 197 x 103 U/L
GDS : 86 mg/dL
Ht : 34 %
Hematologi (7 Januari 2015)
Hb : 11.6 gr/dl
Leukosit : 8,0 x 103/mm3
18
Trombosit : 496 x 103 U/L
Eritrosit : 4,7 x 103/mm3
Ht : 34 %
Diftel : 9/1/29/57/5
3.4.2 Imaging
19
Pelvis AP (18 Desember 2014)
20
3.5 Resume
Os dibawa ke RSUZA Os datang dengan keluhan kaki sebelah kiri lebih
pendek dan terasa nyeri. Keluhan dirasakan sejak awal masuk SD dan semakin
memberat beberapa hari SMRS. Orangtua pasien mengaku perbedaan panjang
kaki baru diketahui ketika pasien mulai dapat berjalan, ± 1 tahun. Ketika berjalan
pasien terlihat pincang dan terdapat benjolan tulang di bagian belakang panggul
kiri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan status general dalam batas normal. Status
lokalis pada daerah luka terpasang gips, nyeri (+), edema (-), ROM terbatas.
3.6 Diagnosa
Development Displacement of the Hip sinistra
3.7 Penatalaksanaan
3.7.1 Suportif
IVFD RL 10gtt/i
3.7.2 Pembedahan
Release soft tissue + Traksi
3.7.3 Medikamentosa
Injeksi Ceftriaxone 500 mg/12 jam
Injeksi ketorolac 1% /8
Ibuprofen syr 2xcth1 -
3.8 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo Sanactionam : dubia ad bonam
21
BAB IVANALISA KASUS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Dari anamnesis pasien didapatkan adanya keluhan berupa k a ki sebel a h
kiri lebih pendek d a n ter a s a nyeri. Dari pemeriksaan fisik ketika anak
datang didapatkan kaki sebelah kiri lebih pendek dari yang sebelah kanan.
Hal ini sesuai dengan gejala dari kelainan panggul kongenital yang menandakan
adanya dislokasi pada panggul dimana acetabulum dan caput femur tidak berada
di tempat seharusnya.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Pada foto polos gambaran yang seringkali ditemukan pada pasien anak
dengan diagnosis kelainan panggul kongenital adalah gambaran caput femur
dan acetabulum yang tidak berda di tempat seharusnya. Pemeriksaan
radiologis berguna untuk menentukan indeks asetabuler, garis horisontal
Hilgenreiner, garis vertikal Perkin serta garis arkuata dari Shenton.
2. Pemeriksaan laboratorium
Pada pasien pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan sebagai evalusi bisa
tidaknya dilakukan tindakan operasi dan evaluasi terjadinya infeksi. Pada awal
pemeriksaan tidak ditemukan adanya kelainan hematologi pada pasien
sehingga tindakan operatif dapat dilakukan. Post operatif kembali dilakukan
pemeriksaan laboratorium dan didapatkan nilai laboratorium dalam batas normal.
Tatalaksana
Dibagi berdasar usia. Semakin muda usia anak, semakin mudah tatalaksana.
a. 0-3 bln
Pemakaian popok double untuk menyangga femur tetap fleksi
Penggunaan Pavlik harness.
Setalah 3-4 bulan, kembali dilakukan pemeriksaan radiologi serta
pemeriksaan fisik jika membaik penggunaan popok double dan Pavlik Harness
dapat dihentikan.
22
b. 3-8 bln
Dilakukan traksi beberapa minggu
Subcutaneus adduktor tenotomy
Setelah itu cek radiografi untuk melihat posisi, bila sudah pas, maka
fiksasi dengan spica (diganti setiap 2 bulan) sampai hasil radiografi baik.
c. 8 bln- 5thn
Dilakukan subcutaneus adductor tenotomy
Open reduksi, dilakukan fiksasi dengan spica
d. > 5tahun
Operasi penggantian sendi (merupakan jenis tatalaksana prostesis). Tidak
dilakukan lagi perbaikan karena dislokasi sudah terlalu lama dan posisinya sudah
jauh dari seharusnya. Kalau dilakukan penarikan paksa ligamen dan otot, takutnya
akan merusak pembuluh darah dan saraf (pembuluh darah dan saraf tidak dapat
ditarik).
23
BAB IVKESIMPULAN
Congenital dislocation of the hip atau dislokasi panggul kongenital adalah
suatu cacat yang didapat dari lahir, yang juga terdapat di Indonesia, meskipun
jumlahnya tidak banyak dan masih perlu penyelidikan.
Diduga etiologi congenital dislocation of the hip adalah (1) Muskular type
yang disebabkan karena pertumbuhan otot-otot dari sendi pangkal paha yang tidak
sehat, sehingga menyebabkan keluarnya caput femoris dari acetabulum; (2)
Osseus type, disebabkan karena acetabulum tidak tumbuh sehat sehingga caput
femoralis tidak dapat tahan di dalam acetabulum.
Gambaran klinis abnormal pada bayi berkaitan langsung dengan fakta
bahwa pangkal paha mengalami dislokasi dan bergerak naik keatas acetabulum.
Dengan demikian kaki yang mengalaminya akan menjadi lebih pendek dibanding
kaki lawannya.
Perawatan harus dimulai segera setelah diagnosa ditegakkan, dan
keberhasilannya tergantung pada penempatan kepala femur kedalam acetabulum
dan mempertahankan hubungan seperti ini sampai persendian pangkal paha
menjadi stabil.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell RS. Anatomi Panggul. Dalam: Anatomi Klinik. EGC:
1995.
2. Hardjadi, Ignatius. Buku Ajar Anatomi Pelvis. Fakultas
Kedokteran Universitas Tarumanagara. Jakarta: 2006.
3. Apley AG. Congenital Dislocation of the Hip. In: Apley’s
System of Orthopaedics and Fractures. 1981
4. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Yarsif
Watampone. Jakarta: 2009
5. Gartland JJ. Congenital Dislocation of The Hip. Fundamental of
Orthopaedics. WB Saunders Company: 1987
Recommended