View
234
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
1Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A
BULETIN DWI WULAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Edisi I / 2015
FIDIC International Infrastructure Conference(Innovative Infrastructure
Solution)
Misi Konstruksi Indonesia
Ke Kerajaan Arab Saudi
Merajut Asa di Gurun Sahara:Liputan Khusus Misi Konstruksi Indonesia
di Aljazair
MENGEMBANGKAN SAYAP KIPRAH PENYEDIA JASA KONSTRUKSI INDONESIA
DI ARAB SAUDI, ALJAZAIR DAN TIMOR LESTE
East-West Motor Way Project di Aljazair dibangun oleh PT. Wijaya Karya
2 Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
Tahun baru, semangat baru. Terlebih tempat unit tim redaksi kami bernaung, Badan Pembinaan Konstruksi, seiring dengan perubahan organisasi, mengemban nama baru yaitu Direktorat Jenderal Bina Konstruksi. Perubahan dari unit berbentuk Badan menjadi Direktorat Jenderal membawa suntikan energi yang lebih segar, harapannya
bukan hanya bagi kami selaku tim redaksi, tapi juga bagi keseluruhan pembaca buletin Konstruksi tercinta.
Jika pada edisi sebelumnya kami menghadirkan edisi khusus Konstruksi Indonesia, maka banyak hal di luar tema terkait yang oleh tim redaksi ditunda terlebih dahulu penayangannya dan baru kami hadirkan dalam edisi ini. Meski demikian, tidak mengurangi esensi penyebarluasan informasi mengenai pembinaan jasa konstruksi.
Memasuki tahun 2015 yang menjadi awal pintu pelaksanaan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi tidak mau ketinggalan dalam menghadapi ketatnya pasar yang lebih terbuka. Karenanya pada edisi ini, redaksi menghadirkan keikutsertaan tim delegasi Konstruksi Indonesia dalam berbagai kegiatan internasional di luar negeri, mulai dari FIDIC International Infrastructure Conference di Rio de Janeiro, pengiriman misi konstruksi ke Aljazair, Arab Saudi, hingga Timor Leste. Dengan demikian selain melakukan upaya penguatan dalam menghadapi kebutuhan persaingan pasar nasional, pelaku konstruksi juga dijajal kesiapannya untuk melakukan ekspansi pasar luar. Jika hal ini dapat dilakukan secara simultan maka iklim konstruksi akan semakin menguat dan berkembang sehingga para pelaku konstruksi nasional dapat menunjukkan eksistensinya pada dunia, bukan hanya berkutat menjadi jago kandang.
Diharapkan dengan semangat kebaruan yang berhembus dapat mendorong konstruksi Indonesia untuk lebih siap menghadapi berbagai tantangan yang terbuka setelah pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Bersama, kita tidak akan hanyut terbawa arus, melainkan sukses berenang mencapai tepian, atau malah berselancar menaklukkan ombaknya. Semangat Konstruksi Indonesia!
Salam Redaksi
>> Salam Redaksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .>> Fidic International Infrastructure Conference (innovative Infrastructure
Solution) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .>> Misi Konstruksi Indonesia ke kerajaan Arab Saudi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .>> Merajut asa digurun sahara : liputan khusus misi konstruksi Indonesia
di Aljazair . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .>> Keikutsertaan Tim Delegasi Indonesia dalam The 20th Asia Construct
Conference 2014 di Hongkong . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .>> Pembangunan Infrastruktur Membutuhkan Ketersediaan Alat Berat
Yang Berkualitas Dan Handal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .>> Rintisan Kerjasama Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pu Dan
Perumahan Rakyat Dengan Badan Pusat Statistik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .>> Fly Over Gatot Subroto, Ikon Kota Banjarmasin dan Kontroversinya . . . .>> Penyerahan sertifikat lisensi USTK bendungan Masyarakat KNI-BB . . . . . .
1
36
11
16
19
20
22
R E D A K S I
D a f t a r I s i
BULETIN DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pembina/Pelindung:Direktur Jenderal Bina Konstruksi
Dewan Redaksi:Sekretaris Badan Pembinaan
Konstruksi;Kepala Pusat Pembinaan Usaha &
Kelembagaan;Kepala Pusat Pembinaan
Penyelenggaraan Konstruksi;Kepala Pusat Pembinaan Sumber Daya
Investasi;Kepala Pusat Pembinaan Kompetensi
dan Pelatihan Konstruksi.
Pemimpin Umum:Mahbullah Nurdin
Pemimpin Redaksi:Hambali
Penyunting / Editor:Maria Ulfah
Kristinawati Pratiwi Hadi
Redaksi Sekretariat:Gigih AdikusomoBagus Wicaksono
Nurasih AsriningtyasYunita Wulandari
Gama Ayuningtyas
Administrasi dan Distribusi:Nanan Abidin
Sugeng SunyotoAgus Firngadi
Ahmad SuyamanAhmad Iqbal
Desain dan Tata Letak:
Nanang SupriadiAgus Darmawan Setiadi
Fotografer:Sri Bagus Herutomo
Alamat Redaksi:Gedung Utama Lt. 10
Jl. Pattimura No.20 - Kebayoran BaruJakarta Selatan
Tlp/Fax. 021-72797848E-Mail : datinfo25@gmail.com
�Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
INOVASI SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN INFRASTRUKTUR GLOBAL
Pada tanggal 28 September 2014 sampai dengan 1 Oktober 2014, diselenggarakan FIDIC INTERNATIONAL INFRASTRUCTURE CONFERENCE di Rio De
Janeiro, Brazil yang mengambil tema Innovative Infrastructure Solution. Enam orang delegasi Indonesia berkesempatan hadir dalam kegiatan tersebut yakni tiga orang perwakilan dari Ikatan Konsultan Indonesia (INKINDO) dan tiga orang perwakilan dari Kementerian Pekerjaan Umum, dua di antaranya adalah perwakilan dari Badan Pembinaan Kons
FIDIC INTERNATIONAL INFRASTRUCTURE CONFERENCE(INNOVATIVE INFRASTRUCTURE SOLUTION)Oleh: Henrico Harianja, ST
truksi. Secara umum, kegiatan konferensi FIDIC tahun 2014, sangat bermanfaat dan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman yang komprehensif mengenai kondisi, tantangan, dan solusi dari pembangunan infrastruktur di seluruh dunia.Pembicara yang memberikan materi juga sangat baik dalam menjelaskan seluruh informasi yang terkait dengan tantangan dan inovasi solusi infrastruktur global sesuai dengan kompetensinya masingmasing.
MENGHADAPI TANTANGAN INFRASTRUKTUR GLOBAL
Federation Internationale des Ingenieur
Conseils atau FIDIC, asosiasi consulting engineer internasional, dengan prinsip “one country one consulting engineer association member”, memandang bahwa Infrastruktur sangat kritikal untuk mengurangi kemiskinan di berbagai negara. Ketersediaan infrastruktur dasar memiliki dampak yang sangat besar bagi kualitas kehidupan manusia. Oleh sebab itu, pembahasan solusi dari setiap hambatan dan tantangan dalam pembangunan infrastruktur harus selalu dilakukan secara intensif. Terdapat 4 tantangan pembangunan infrastruktur yang menjadi isu pembahasan dalam konferensi, yakni: pendanaan, urbanisasi, pemanasan glo
laPoran utama FIDIC INTERNATIONAL INFRASTRUCTURE CONFERENCE
� Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
bal dan teknologi informasi. Adapun tantangan tersebut hanya dapat diatasi oleh inovasi dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur serta peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Terkait dengan tantangan pendanaan, pembangunan infrastruktur sebagian besar masih menggunakan dana pemerintah yang pasti masih belum cukup, sehingga memerlukan peran serta yang lebih dari swasta untuk menutup kekurangan pendanaan. Partisipasi swasta dalam pembangunan infrastruktur saat ini paling besar di negara Brazil dengan nilai partisipasi swasta pada tahun 2013 mencapai kurang lebih USD 35 miiliar, diikuti oleh Turki, India, Mexico, Rusia dan Cina. Adapun sektor yang menjadi target partisipasi swasta dalam pembangunan infrastruktur adalah di bidang energi yang mencapai 43 % dari total nilai partisipasi swasta dan telekomunikasi yang mencapai 29 % dari total nilai partisipasi swasta.
Sebagai pembanding, Indonesia sebagai negara yang sedang intensif melakukan pembangunan infrastruktur, partisipasi swasta masih terbilang cukup minim. Dari total dana pembangunan infrastruktur dan sektor riil dalam Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) sebesar Rp355 triliun, pihak swasta hanya menyumbang kontribusi 5%, sedangkan kontribusi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar 30%, pemerintah sebesar 36%, dan campuran (BUMN, Pemerintah, Swasta) sebesar 28%. Partisipasi swasta di Indonesia, perlu disadari masih sangat minim dan harus dapat ditingkatkan, mengingat berdasarkan analisis yang dilakukan oleh salah satu pembicara, setiap peningkatan investasi infrastruktur sebesar 10% akan meningkatkan GDP suatu negara sebesar 1%.
Oleh sebab itu, sesungguhnya pendanaan oleh swasta adalah salah satu kunci bagi Indonesia untuk dapat melakukan pembangunan infrastruktur yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Peran swasta dalam membangun infrastruktur dapat ditingkatkan dengan inovasi skema dan insentif dari pemerintah agar swasta dapat masuk ke proyek infrastruktur serta penyederhanaan regulasi perizinan investasi yang dapat mempermudah investor asing dan swasta nasional masuk ke dalam proyek infrastruktur.
Terkait dengan permasalahan urbanisasi, pembangunan infrastruktur dihadapkan kepada situasi dimana jumlah penduduk perkotaan yang meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. Selain itu, berdasarkan data yang ada, 54% dari total populasi di dunia merupakan masyarakat perkotaan selain itu 75% konsumsi energi dunia berasal dari perkotaan dan merupakan penyumbang
80% dari emisi CO2. Oleh sebab itu, perencanaan pembangunan infrastruktur perkotaan yang terintegrasi menjadi sangat penting. Infrastruktur perkotaan yang terintegrasi dapat terbentuk dengan suatu transformasi. Dimulai dari “brick and steel infrastructure” dimana bangunan infrastruktur masih dibangun dengan teknologi dasar, semi automated infrastructure dimana gedunggedung sudah dibangun secara modern dan manajemen lalu lintas sudah dilakukan meskipun masih bersifat statis, smart infrastructure dimana gedung sudah dibangun dengan teknologi otomasi serta manajemen lalu lintas yang dinamis dan fully integrated and intelligent infrastructure dimana seluruh infrastruktur sudah terintegrasi secara real time. Tentunya transformasi tersebut hanya dapat dicapai dengan peningkatan kapasitas institusional Pemerintah dalam memetakan infrastruktur yang ada serta melakukan inovasi dalam merencanakan pengembangan infrastruktur perkotaan yang terintegrasi.
Berdasarkan tantangantantangan dalam pembangunan infrastruktur, menjadi pertanyaan adalah dimana peran consulting engineer. Presiden FIDIC dalam pembukaan konferensi ini menyatakan bahwa keterbatasan pendanaan infrastruktur di seluruh dunia, membuat kita harus meluangkan banyak waktu untuk melakukan perencanaan yang berkualitas dibanding melaksanakan pembangunan, hal tersebut membuat peran consulting engineer sangat strategis dalam pembangunan infrastruktur. Tiga peran strategis consulting engineer yakni:
a. Mendukung inovasi proses konstruksi dengan selalu memperbaharui trend dan pengetahuan akan teknologiteknologi baru, meningkatkan pemahaman mengenai keterkaitan antara infrastruktur diberbagai sektor serta memberikan masukan kepada pemasok teknologi terkait kebutuhan dilapangan.
b. Menjadi penasihat yang dapat dipercaya bagi pengguna jasa dan kontraktor dengan cara memfasilitasi komunikasi antar pihak, menciptakan transparansi dari setiap risiko dan peluangpeluang solusi baru, serta dengan memberikan advokasi pengadaan berdasarkan kinerja spesifikasi
c. Berpartisipasi dalam setiap standarisasi di setiap bidang jasa konstruksi, dengan cara mengikuti kegiatan standarisasi dilingkungan regional dan internasional.
BEST PRACTICES PROYEK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BESAR DI DUNIA-(THE EXPANSION PROGRAM PANAMA CANAL)
Salah satu materi dalam konferensi adalah terkait dengan best practices pembangunan infrastruktur di dunia yakni proyek penambahan kanal panama. Meningkatnya volume transportasi dari samudera pasifik ke samudera atlantis ataupun sebaliknya yang menggunakan kanal eksisting membuat penambahan kanal panama semakin mendesak untuk dilakukan. Program penambahan kanal baru tersebut, didahului oleh kajian yang dilakukan selama 5 tahun dengan
�Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
jumlah kajian lebih dari 100 kajian di pimpin oleh kontraktor internasional, melibatkan banyak tenaga ahli lokal dan internasional. Ada 5 kunci sukses proyek ini dapat dilakukan secara tepat waktu meskipun kompleksitasnya sangat tinggi yakni:
1. Promosi atau pemasaran proyeksecaraintesif.
Pemasaran proyek dilakukan dengan membuka akses lebih awal ke lokasi proyek untuk calon kontraktor. Salah satu kegiatan pemasaran proyek yang dilakukan adalah dengan mengundang kurang lebih 806 peserta yang berasal dari 324 perusahaan konstruksi, 29 negara yang berasal dari Amerika, Asia dan Eropa.
2. Transparansi dalam mengelolaproses tender, evaluasi, dankontrakkerja.
Pembangunan infrastruktur kanal panama dibagi menjadi 7 paket pekerjaan, 4 paket pekerjaan diantaranya dilaksanakan dengan menggunakan metode designbidbuild, 1 pekerjaan dilaksanakan dengan menggunakan metode design and build serta 2 paket pekerjaan dilaksanakan secara swakelola. Dari 4 pekerjaan yang dilaksanakan secara designbidbuild, evaluasi pemenang tender di 2 paket pekerjaan dilakukan menggunakan negotiated lowest bid dan sisanya menggunakan pure lowest bid. Untuk paket design and build, evaluasi pemenang tender dilakukan dengan best value nonnegotiated dengan prakualifikasi peserta tender. Salah satu
kunci dari keberhasilan proyek secara keseluruhan adalah transparansi dalam pemilihan project delivery method dan tipe kontrak yang akan digunakan, sehingga kontraktor internasional yang bereputasi baik tertarik untuk berpartisipasi dalam proyek secara keseluruhan.
3. Memberikanwaktudan informasiyangcukupbagikontraktoruntukmenyusunpenawaran.
Sangat penting bagi calon kontraktor untuk memiliki waktu yang cukup dalam melakukan penilaian secara menyeluruh terhadap proyek dan risikorisiko yang ada (seperti melakukan investigasi lahan dan lokasi), serta mengadakan rapat pembahasan secara intensif dengan pengguna jasa sebelum kontraktor memasukkan penawaran. Penawaran yang dibuat berdasarkan penilaian secara menyeluruh terhadap biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek, risikorisiko yang timbul serta informasi yang selengkaplengkapnya terkait dengan karakteristik lapangan,akan menghasilkan harga penawaran yang kompetitif dari kontraktor serta jumlah klaim yang cenderung sedikit selama berjalannya proses konstruksi. Hal ini terbukti dalam proyek pembangunan kanal panama.
4. Integrasi dari seluruh kontraktoranggotakonsorsium.
Pelaksanaan paket pekerjaan yang dilakukan oleh konsorsium (yang terdiri dari 4 sampai 6 kontraktor) menjadi tantangan tersendiri. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap kontraktor anggota konsorsium untuk menyadari bahwa ada perbedaan budaya perusahaan, bahasa, kewarganegaraan, dan budaya keselamatan kerja dan tidak menjadikan perbedaan tersebut menjadi sebuah penghambat pelaksanaan proyek. Khusus pada paket pekerjaan yang dilakukan dengan design and build, pengguna jasa mewajibkan agar perusahaan konsultan perencana menjadi bagian dari konsorsium (konsultan tidak diperkenankan hanya menjadi subkontraktor desain). Selain itu, pengguna jasa juga mewajibkan seluruh pekerjaan yang akan disubkontrakkan sudah memiliki kepastian harga sebelum memasukkan penawaran.
5. Partisipasi yang lebih awal dariTimManajemenklaim/kontrak
Ada 3 tahapan penanganan klaim dari kontraktor yakni: keputusan dari perwakilan pengguna jasa, keputusan dari Dewan Adjudikasi Sengketa serta Arbitrase di International Chamber Of Commerce (ICC), USA. Kontraktor diberikan waktu 28 hari setelah terjadinya sumber klaim atau setelah menyadari timbulnya sumber klaim untuk memberikan pemberitahuan akan melakukan klaim dan 42 hari untuk
memberikan detail dari klaim. Pengguna jasa memiliki waktu 42 hari untuk memberi keputusan terhadap klaim. Apabila keputusan klaim akan ditolak, maka kontraktor dapat mengajukan klaim kepada Dewan Adjudikasi Sengketa. Total ada 11 klaim yang harus diselesaikan ke Dewan Adjudikasi Sengketa, seluruhnya dapat diselesaikan tanpa harus ke badan arbitrase ICC. Tantangan dari penyelesaian klaim dalam proyek ini antara lain, pemberitahuan akan melakukan klaim yang tidak dilakukan sesuai waktu yang telah disepakati, informasi yang dapat mendukung penyelesaian klaim tidak cukup sehingga berdampak kepada proses penyelesaian yang lama dan tidak efektif serta kecenderungan kontraktor untuk memperbesar nilai klaim dan meminta penambahan waktu yang berlebihan untuk melakukan pekerjaan yang diklaim.
STANDAR KONTRAK YANG DITERBITKAN OLEH FIDIC
Terdapat 5 alasan utama mengapa standar kontrak yang dihasilkan oleh FIDIC layak untuk digunakan antara lain:
1. Jelas dan Koheren (klausulklausul penting yang harus dicantumkan dalam kontrak, definisidefinisi yang secara detail dijelaskan, struktur kontrak yang konsisten serta sudah diharmonisasikan dengan para pemangku kepentingan)
2. Adil dan Setara (Setiap risiko dialokasikan kepada pihak yang tepat untuk dapat dikendalikan, dihadapi dan diselesaikan )
3. Lengkap dan Fleksibel (cakupan penggunaan yang cukup luas, dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan, pilihan jenis standar kontrak yang sesuai dengan karakteristik pekerjaan)
4. Dibuat oleh Pihak Ketiga (disusun oleh consulting engineer sebagai pihak yang melakukan desain dan mengelola proyek, tidak memiliki kepentingan baik kepada pengguna jasa maupun kontraktor)
5. Reputasi (standar kontrak dibuat oleh FIDIC, insitusi yang telah memiliki reputasi dan dapat diterima oleh banyak pihak di dunia serta telah teruji lebih dari 50 tahun)
Meskipun demikian, beberapa pandangan yang disampaikan oleh European International Contractor (EIC) menyebutkan bahwa kecenderungan FIDIC saat ini adalah membuat standar kontrak yang mengalokasikan risiko sebesarbesarnya kepada kontraktor, terutama dalam FIDIC standard of contract for EPC Turn Key Projects, oleh sebab itu menurut EIC, FIDIC masih memiliki pekerjaan rumah untuk melakukan inovasi standar kontrak dengan risiko yang secara adil dialokasikan kepada para pihak. n
FIDIC INTERNATIONAL INFRASTRUCTURE CONFERENCE
� Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
tidak dapat dipungkiri bahwa konstruksi Indonesia sejak masa lampau sampai dengan masa sekarang telah diakui oleh dunia internasional. Karyakar
ya Konstruksi Indonesia tidak hanya dibuktikan di dalam negeri tetapi telah merambah ke luar negeri terutama untuk wilayah ASEAN, Jazirab Arab dan Afrika Utara. Bahkan saat ini, Timor Leste yang pernah menjadi bagian dari Indonesia, bergantung kepada kontraktor Indonesia dalam proyekproyek pembangunan negara tersebut. Keterlibatan konstruksi
MISI KONSTRUKSI INDONESIAKE KERAJAAN ARAB SAUDIOleh: Rino Febrando, SE, MT
liPutan khusus
Indonesia di luar negeri melalui pengerjaan proyekproyek pembangunan yang dilakukan oleh kontraktor Indonesia baik dari kontraktor badan usaha milik negara (BUMN) ataupun kontraktor swasta. Hal ini menunjukkan bahwa kontraktor Indonesia dipercaya oleh dunia internasional dan tidak kalah dari kontraktorkontraktor negara lain serta berdaya saing tinggi. Keberhasilan sektor konstruksi Indonesia salah satunya dapat dilihat dari pekerjaan proyek pembangunan yang dilakukan oleh kontraktor Indonesia.
Ekspansi Pasar Konstruksi oleh Kontraktor Indonesia
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, mencatat beberapa kontraktor Indonesia yang mendapat pekerjaan proyekproyek pembangunan yang strategis di luar negeri. Keberhasilan kontraktor Indonesia mendapatkan pekerjaan proyekproyek pembangunan, mengharumkan nama Indonesia ke mata dunia secara umum dan mengangkat kebanggaan pada konstruksi Indonesia.
PT Wijaya Karya (WIKA) Tbk. mengerjakan proyek East – West Motorway Project di
�Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
MISI KONSTRUKSI INDONESIA KE KERAJAAN ARAB SAUDI
Algeria. Proyek ini merupakan proyek jalan tol sepanjang 1200 KM yang membentang dari sisi timur sampai sisi barat Algeria. Dalam proyek ini, WIKA menjadi subkontraktor dari COOJAL (Consortium Japonais pour l’Autoroute Algerienne). WIKA mendapat porsi pekerjaan di section 8, 9, 10 dengan bentangan panjang 104 km, mulai dari wilayah (provinsi) Setif, Wilayah Milla dan Wilayah Constantine. WIKA telah dipercaya untuk mengerjakan proyek Pembangunan Perumahan 3.100 Unit Rumah di Constantine, Algeria. Selain itu, WIKA juga telah mengerjakan proyek pembangunan di Uni Emirat Arab dalam proyek Dubai Metro Monorel Station, di Myanmar dalam proyek Pyay Tower & Residences, Yangon serta Pabrik Beton Pracetak serta di Timor Leste dengan beberapa proyek jalan, jembatan dan power plant. Saat ini, WIKA akan memasuki pasar konstruksi di Kerajaan Arab Saudi dan masih dalam proses registrasi di Saudi Arabian General Investment Authority (SAGIA).
Kontraktor Indonesia lainnya yang mendapat pekerjaan di luar negeri adalah PT Waskita Karya Tbk. (Waskita Karya). Untuk wilayah Jazirah Arab, Waskita karya bekerja sama menjadi SubKontraktor dari Saudi Bin Ladin Group (SBLG). Proyek yang dikerjakan antara lain Increasing Mataf Capacity Project – Makkah : Structural Works (Raft, Column, Beams and Slab), proyek pekerjaan struktur pada proyek King Abdullah Financial District – Riyadh serta beberapa proyek lainnya. Waskita Karya juga sedang menjajaki kerjasama dengan Al Bawani, Salah satu Kontraktor Kerajaan Arab Saudi untuk pekerjaan di wilayah Jazirah Arab. Selain itu, Waskita Karya telah mendapat pekerjaan proyek Upgrading of Existing Suai Airport, Suai, Timor Leste.
Selain dua perusahaan tersebut, masih banyak kontraktor Indonesia yang mendapat pekerjaan di luar negeri terutama untuk wilayah ASEAN dan Timor Leste, Jazirah Arab, dan Afrika Utara. Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum, beberapa kontraktor Indonesia antara lain PT. Adhi Karya, Tbk., PT. Hutama Karya, Tbk., PT. Pembangunan Perumahan (PP), Tbk., PT. Brantas Abipraya, PT. Multi Structure, PT Citra Megah Karya Gemilang, PT. Daya Mulia Turangga, PT. Nusa Konstruksi Enjinering, PT. Totalindo Eka Persada, dan beberapa kontraktor lainnya.
Mengapa ke Kerajaan Arab Saudi?Saat ini, Pemerintah Arab Saudi sedang
giatgiatnya mendorong pertumbuhan sektor swasta khususnya di sektor tenaga listrik, konstruksi, telekomunikasi, eksplorasi gas alam dan petrokimia untuk mengurangi ketergantungan penghasilan negara pada ekspor minyak dan meningkatkan peluangpeluang kerja bagi penduduk warga Saudi yang jumlahnya terus berkembang. Salah satu proyek pembangunan yang strategis di Kerajaan Arab Saudi adalah The Six Economic Cities.Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi, A. M. Fachir, menyampaikan Kerajaan Arab Saudi merencanakan pembangunan The Six Economic Cities yang bertujuan (i) memberikan kontribusi sebesar US$ 150 miliar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), (ii) menciptakan 1,5 juta lapangan kerja sampai dengan tahun 2020, (iii) menyediakan tempat tinggal bagi 2,5 juta penduduk.
Selain itu, pengembangan pembangkit listrik merupakan proyek strategis lainnya yang telah direncanakan di Kerajaan Arab Saudi. Saudi Electricity Company (SEC) telah merencanakan pengembangan pembangkit listrik sebesar 46,861 MW di seluruh Kerajaan Arab Saudi. Dari jumlah tersebut, 35 % (16,461 MW) dalam tahap
konstruksi, 6 % (2,840 MW) dalam tahap pelelangan, dan 59 % (27,560) dalam tahap perencanaan. Untuk pembangkit listrik bertegangan tinggi, total biaya yang akan dikeluarkan selama tahun 2014 2024 sebesar ± US$ 160 miliar. Hal ini di antaranya yang menjadikan pasar konstruksi di Kerajaan Arab Saudi menjadi sangat menggiurkan bagi pelaku konstruksi di seluruh dunia.
Upaya yang dilakukan PemerintahEkspansi pasar konstruksi ke Kerajaan
Arab Saudi telah dilakukan kontraktor Indonesia sejak beberapa dekade lalu. Masuknya kontraktor Indonesia pada pasar konstruksi Kerajaan Arab Saudi melalui pola kerjasama bisnis semata. Silih berganti antar kontraktor Indonesia yang disebabkan oleh proyek yang didapat dari mitra kerja di Kerajaan Arab Saudi dan tidak ada kesinambungan dalam jangka panjang. Sampai dengan tahun 2014, kontraktor BUMN yang masih bertahan dan tetap eksis di pasar konstruksi Kerajaan Arab Saudi adalah Waskita Karya. Sedangkan Wijaya Karya (WIKA) masih dalam proses registrasi di SAGIA untuk memasuki pasar konstruksi di Kerajaan Arab Saudi. Kontraktor BUMN yang lain, tidak melanjutkan ekspansi pasarnya. Sedangkan kontraktor swasta Indonesia, ada yang telah memasuki pasar konstruksi Kerajaan Arab Saudi tetapi tidak diketahui eksistensinya di pasar konstruksi Kerajaan Arab Saudi.
Peran pemerintah dalam mendukung ekspansi pasar konstruksi ke luar negeri disinyalir masih belum optimal. Selama ini, penguatan hubungan bilateral antara Indonesia dengan Kerajaan Arab Saudi melalui Sidang Komisi Bersama (SKB), yang terakhir kali dilaksanakan pada tanggal 26 – 27 April 2012 di Bali belum mencakup dan mengakomodir sektor konstruksi. Kementerian Pekerjaan Umum, selaku pembina sektor konstruksi, seharusnya ikut dilibatkan dalam SKB untuk memperkuat konstruksi Indonesia dalam upaya mengekspansi pasar konstruksi Kerajaan Arab Saudi.
Namun demikian, saat ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mulai gencar mempersiapkan sumber daya dalam upaya meningkatkan ekspansi pasar konstruksi di Kerajaan Arab Saudi. Kepala Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum, Hediyanto W. Husaini menyampaikan untuk perluasan akses pasar konstruksi ke luar negeri, Pemerintah harus melakukan pengurangan hambatan akses pasar di negara tujuan, promosi kemampuan pelaku konstruksi nasional, diplomasi bisnis, fasilitasi akses permodalan dan penjaminan, perjanjian penghindaran pajak berganda, serta informasi pemetaan pasar dan lingkungan usaha di negara tujuan
� Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
maupun pengembangan kapasitas badan usaha dan SDM konstruksi.
Pada tahun 2014, Kementerian Pekerjaan Umum melalui Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi, Badan Pembinaan Konstruksi melakukan Market Intelligent ke Kerajaan Arab Saudi dalam rangka pemenuhan informasi pemetaan pasar dan lingkungan usaha di luar negeri. Hasil yang didapat berupa panduan dalam bentuk buku dengan judul Doing Construction Business in Kingdom of Saudi Arabia. Buku ini berisi antara lain mengenai Profil Kerajaan Arab Saudi, Pasar Konstruksi di Kerajaan Arab Saudi, Regulasi dan Prosedur Usaha Konstruksi di Kerajaan Arab Saudi yang berisi tentang Kebijakan Saudisasi dan Kebijakan Investasi Konstruksi oleh Asing di Kerajaan Arab Saudi, dan lainlain. Setelah itu, hasil yang didapat dari Market Intellegent dikonsolidasikan dengan pemangku kepentingan sektor konstruksi dengan melaksanakan Workshop Pemetaan Kebutuhan Daya Saing dan Potensi dan Pengembangan Pasar Konstruksi di Kerajaan Arab Saudi yang dilaksanakan pada tanggal 11 Juni 2014 di Jakarta dengan A. M. Fachir, Duta Besar LBBP Republik Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi serta Mochammad Natsir selaku Sekretaris Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum. Dari workshop tersebut disimpulkan kesiapan pemangku kepentingan sektor konstruksi untuk ekspansi pasar ke luar negeri dan pendeklarasian Forum Ekspor Konstruksi Indonesia (FEKI) yang memfasilitasi komunikasi dan koordinasi antara Pemerintah dan pemangku kepentingan termasuk pelaku usaha di sektor konstruksi.
Dalam mempromosikan kemampuan pelaku konstruksi nasional di luar negeri dilakukan dengan cara mengikuti Saudi
Build 2014. Pameran terbesar di Jazirah Arab ini dibuka oleh Walikota Riyadh, Abdul Rahman AlMogbil yang dilaksanakan pada tanggal 10 – 13 November 2014 pukul 16.00 – 22.00 waktu setempat di Riyadh International Convention and Exhibition Center (RICEC). Pagelaran akbar tahunan ke26 tersebut menampilkan berbagai industri material bangunan dan teknologi konstruksi internasional yang diikuti oleh 850 peserta dari 37 negara. Pameran ini menampilkan antara lain produk bahan pendukung mamupun teknologi terbaru dalam proyek konstruksi perumahan, jembatan, jalan, teknologi terbaru, kerangka struktur konstruksi, sanitasi, perpipaan, Scaffolding, keramik, alat berat dan masih banyak lagi. Pada pameran Saudi Build 2014, Indonesia diwakili oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat didukung penuh oleh Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) Jeddah, Kementerian Perdagangan, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kerajaan Arab Saudi dan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Pelaku usaha konstruksi Indonesia yang hadir di paviliun Indonesia adalah pelaku usaha konstruksi yang tergabung dalam Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) yaitu Waskita Karya, WIKA dan PT. Multi Structure. Paviliun Indonesia menampilkan video, poster dan pamflet kemampuan konstruksi Indonesia dalam pelaksanaan proyek konstruksi serta kemampuan tenaga kerja konstruksi Indonesia. Selain itu, disebarkan pula direktori kontraktor Indonesia beserta profil perusahaan kontraktor besar Indonesia. Paviliun Indonesia dikunjungi sebanyak ± 150 orang baik mewakili perusahaan konstruksi, material dan peralatan ataupun mewakili kementerian, lembaga, dan instansi pemerintah. Wakil Kepala KBRI di
Kerajaan Arab Saudi, Eddy Basuki, hadir di paviliun Indonesia dan menyatakan kepuasannya atas keikutsertaan Indonesia dalam pameran Saudi Build 2014. Beliau berharap agar pelaku konstruksi Indonesia terus aktif menunjukkan kemampuan dan menangkap peluang pasar konstruksi di Kerajaan Arab Saudi yang sedang berkembang pesat. Sementara, kehadiran perwakilan dari Ministry of Interior (Kementerian Dalam Negeri) Kerajaan Arab Saudi menjadi tantangan tersendiri. Kementerian Dalam Negeri Kerajaan Arab Saudi mengundang perusahaan konstruksi Indonesia untuk membangun industri beton pracetak bagi pembangunan perumahan di kawasan perbatasan.
Di selasela kegiatan Saudi Build 2014, Delegasi Konstruksi Indonesia melakukan diplomasi ke instansi pemerintah di Kerajaan Arab Saudi dan pemangku kepentingan sektor konstruksi di Kerajaan Arab Saudi. Delegasi konstruksi Indonesia dipimpin oleh Agita Widjajanto dengan anggota tim diantaranya Darwis Daraba, Agus Raharyo, Hambali dan Rino Febrando (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), Naekma dan Kadir (BNP2TKI), Adrianus Hadiwinata dan Haryo Wibisono (AKI), Akhmad Suraji (Akademisi), Rahimul Amin (WIKA) serta Nur Andono dan Tim (Waskita Karya) yang sudah berada di Kerajaan Arab Saudi.
Delegasi Konstruksi mengunjungi perwakilan Republik Indonesia di Kerajaan Arab Saudi, yaitu Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Riyadh dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Jeddah untuk berkoordinasi dan menyampaikan tujuan adanya Delegasi Konstruksi Indonesia serta meminta masukan dan arahan untuk mencapai tujuan Konstruksi Indonesia dapat memasuki pasar konstruksi di Kerajaan Arab Saudi. Ketika berkunjung ke KBRI, Delegasi Konstruksi Indonesia diterima oleh Wakil Kepala Perwakilan Republik Indonesia, Eddy Basuki, didampingi oleh Sekretaris Kedua (Ekonomi), P. Susilo Wahyuntoro, Atase Perdagangan, Wawan Sudarmawan dan Temmy Priyatno, Atase Tenaga Kerja, serta jajaran lainnya di KBRI Riyadh. Pada kesempatan tersebut, Eddy Basuki menyampaikan di antaranya (i) untuk mendukung dan memfasilitasi pengembangan ekspor konstruksi di Kerajaan Arab Saudi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat harus dilibatkan dalam Sidang Komisi Bersama (SKB) Kerajaan Arab Saudi – Indonesia; (ii) Kerajaan Arab Saudi sedang mengembangkan 6 (enam) wilayah zona ekonomi pada 6 (enam) provinsi, negaranegara lain seperti China dan Philipina secara progresif masuk merambah pasar konstruksi di Kerajaan Arab Saudi, sementara Indonesia hanya Waskita Karya yang secara signifikan memanfaatkan
�Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
peluang pasar konstruksi di Kerajaan Arab Saudi; (iii) Berdasarkan kunjungan diplomasi ke Chamber of Commerce and Industry (KADIN) Kerajaan Arab Saudi, provinsiprovinsi di Kerajaan Arab Saudi menunggu partisipasi Indonesia dalam pembangunan infrastruktur dan properti serta meminta Katalog Indonesia (direktori Produk Barang/Jasa Indonesia) yang bisa dipasarkan di Kerajaan Arab Saudi.
Adapun kunjungan Delegasi Konstruksi Indonesi ke KJRI diterima oleh Konsul Jenderal, Dharmakirty Syailendra Putra, dan Kepala Kanselerai, Moehammad Amar Makruf serta pejabat KJRI lainnya. KJRI jugalah yang memfasilitasi pertemuan Delegasi Konstruksi Indonesia dengan KADIN Jeddah dan SAGIA. Pada dasarnya, Dharmakirty Syailendra Putra menyampaikan pembangunan di Kerajaan Arab Saudi sedang gencargencarnya dan Indonesia harus dapat memanfaatkan kesempatan ini.
Delegasi Konstruksi Indonesia kemudian mengunjungi instansi pemerintah dan pemangku kepentingan di sektor konstruksi di Kerajaan Arab Saudi. Selama kunjungan, Delegasi Indonesia selalu didampingi oleh Atase Perdagangan, Wawan Darmawan serta beberapa staf KBRI. Adapun maksud dan tujuan dari kunjungan ini untuk mempromosikan kehandalan konstruksi Indonesia di Kerajaan Arab Saudi serta membuka akses bagi pelaku usaha konstruksi Indonesia untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan di Kerajaan Arab Saudi.
Kunjungan pertama Delegasi Konstruksi Indonesia adalah Saudi Electrical Company (SEC). Delegasi Konstruksi Indonesia diterima oleh Mohammed I. Alomar, Division Manager, Generation Projects Engineering Departement, Pada pertemuan tersebut, SEC menyampaikan
program dan anggaran pembangunan proyek pembangkit listrik di Kerajaan Arab Saudi hingga 2024 serta ada keterlibatan sebuah perusahaan yang berafiliasi dengan Indonesia dalam proyek SEC yaitu PT Truba Arabia (PT. Truba Jaya Engineering). Tidak lupa, SEC mengundang produsen peralatan/teknologi pembangkit dan perusahaan konstruksi Indonesia yang bergerak di bidang powerplant ikut serta dalam tendertender proyek pembangkit di Kerajaan Arab Saudi. Di lain pihak, Delegasi Indonesia yang diwakili oleh Adrianus Hadiwinata, Ketua Bidang Hubungan Internasional AKI, menyampaikan keunggulan konstruksi Indonesia dengan memaparkan proyekproyek yang telah dikerjakan oleh pelaku usaha di Indonesia.
Setelah itu, delegasi konstruksi Indonesia melakukan roadshow ke Ministry of Housing (Kementerian Perumahan),Ministry of planning and Economy(Kementerian Perencanaan dan Ekonomi), dan Ministry of Transportation(Kementerian Transportasi). Di sana Delegasi Konstruksi Indonesia diterima oleh Deputi Studi dan Perencanaan Menteri Perumahan, Mohammed A. Alzamea, dan pejabat lainnya. Pada kesempatan tersebut, Mohammed A. Alzamea menjelaskan program utama Kementerian Perumahan antara lain: (i) program bantuan pembangunan perumahan kepada warga berpenghasilan rendah, (ii) program pemberian informasi sewa rumah secara elektronik, dan (iii) program kerjasama pemerintah dengan swasta dalam penyediaan rumah. Selain itu, kebijakan pembangunan perumahan di kerajaan Arab Saudi yang telah berjalan sejak 20 tahun lalu dimana pembangunannya dilakukan oleh Kementerian PU. Akan tetapi karena
tingginya kebutuhan perumahan di Kerajaan Arab Saudi, 3 (tiga) tahun lalu dibentuklah Kementerian Perumahan yang khusus menangani perumahan. Untuk tahap awal pembangunan perumahan di Kerajaan Arab Saudi disiapkan pendanaan ± US$ 65 juta dan akan terus bertambah untuk memenuhi target 300 ribu rumah terbangun. Mohammed A. Alzamea juga menyambut secara antusias bagi pelaku usaha konstruksi Indonesia yang berminat bekerja dalam penyediaan perumahan di Kerajaan Arab Saudi. Sedangkan Ketua Delegasi Konstruksi Indonesia, Ir. Agita Widjajanto, MSc beserta tim menyampaikan maksud dan tujuan serta keunggulan konstruksi Indonesia dengan memaparkan proyekproyek yang telah dikerjakan oleh pelaku usaha di Indonesia.
Selanjutnya, Delegasi Konstruksi Indonesia mengunjungi Kementerian Perencanaan dan Ekonomi dan diterima oleh Abdullah A. Ljarbou selaku Planning Advisor Kementerian Perencanaan dan Ekonomi. Abdullah A. Ljarbou menyambut baik maksud dan tujuan pelaku usaha konstruksi Indonesia memasuki pasar konstruksi Kerajaan Arab Saudi. Beliau menyarankan kepada Delegasi Konstruksi Indonesia membuat Komite Bersama melalui Kementerian Luar Negeri sehingga hambatan masuknya pelaku usaha konstruksi Indonesia ke Kerajaan Arab Saudi dapat dibicarakan antara Pemerintah kedua negara. Abdullah A. Ljarbou juga menjelaskan rencana program pembangunan jangka menengah (2015 2019) dan diharapkan selesai di akhir tahun 2014 dan saat ini merupakan waktu yang tepat bagi perusahaan konstruksi Indonesia untuk hadir dan mendapatkan peluang terlibat dalam pembangunan infrastruktur di Kerajaan Arab Saudi.
Kunjungan Delegasi Konstruksi Indo
MISI KONSTRUKSI INDONESIA KE KERAJAAN ARAB SAUDI
10 Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
nesia ke Kementerian Transportasi diterima oleh Eng. Hathlool Hussien Alhathlool, Deputi Jalan Kementerian Transportasi, beserta jajaran pimpinan lainnya. Eng. Hathlool Hussien Alhathlool menyampaikan ada peluang yang besar bagi perusahaan konstruksi asing untuk terlibat pembangunan jalan, jembatan dan jaringan kereta api baik dalam bentuk Joint Operation (JO)/Joint Venture (JV) ataupun sendiri. Kementerian Transportasi sedang merencanakan membangun sistem transportasi kereta api seperti Metro Projects di Riyadh, Jeddah dan Mekkah. Anggaran belanja Kementerian Transportasi mencapai SAR 800 Miliar. Beberapa isu teknis menjadi pembahasan dalam pertemuan Delegasi Konstruksi Indonesia dengan Kementerian Transportasi antara lain pencegahan ke
ke KADIN Riyadh dan KADIN Jeddah serta ke perusahaan kontraktor yaitu Al bawani dan Private Solution Group. Kunjungan Delegasi Konstruksi Indonesia untuk memperkenalkan pelaku usaha konstruksi Indonesia baik yang telah ada di Kerajaan Arab Saudi seperti Waskita Karya, yang akan masuk pasar konstruksi di Kerajaan Arab Saudi seperti WIKA serta pelaku usaha konstruksi Indonesia yang besar. Tidak lupa disampaikan pula kapasitas dan kemampuan kontraktor Indonesia dan tenaga kerja konstruksi Indonesia dalam mengerjakan proyek pembangunan infrastruktur. Dari Pertemuan dengan KADIN Riyadh dan Kadin Jeddah, dapat disimpulkan masih banyak pelaku usaha di Kerajaan Arab Saudi yang tidak mengetahui kapasitas dan kemampuan pelaku usaha konstruksi Indonesia dan diharapkan ke
hammad Amar Makruf. Delegasi Konstruksi Indonesia diterima oleh Kepala Investasi dan Promosi, Saud Iyad Madani. Pihak SAGIA menyampaikan tentang sektor strategi untuk berinvestasi yang mencakup sektor transportasi dan infrastruktur, manufaktur, energi dan petrokimia, ICT (Information and Communications Technology) kesehatan dan life science, pembangunan SDM dan pertambangan. SAGIA juga menyampaikan tentang lisensi bagi berbagai tipe investasi yaitu: (a) Perusahaan Internasional, (b) Perusahaan yang Terbuka (Listed Company), (c) Perusahaan Terbaik di Sektornya, (d) Perusahaan yang Bermaksud Membuat Produk dan Mengekspor dari Kerajaan Arab Saudi, (e) Perusahaan yang Berencana menetapkan Hub Regional di Kerajaan Arab Saudi, (f) Perusahaan UMKM yang Inovatif, dan (g) Perusahaan Konstruksi Skala Besar untuk Mendapat Pengakuan dan Klasifikasi 1 di Kerajaan Arab Saudi. Sedangkan Delegasi Indonesia menyampaikan kemampuan dan keunggulan pelaku usaha konstruksi Indonesia yang berskala besar agar SAGIA dapat mempertimbangkan untuk memberi kemudahan bagi pelaku konstruksi Indonesia.
PenutupBerdasarkan RPJMN 2015 2019 bahwa
sektor konstruksi merupakan salah satu sektor nonmigas yang menjadi sektor prioritas. Tetapi dilain pihak, menurut Kementerian Perdagangan bahwa neraca perdagangan di bidang jasa termasuk konstruksi pada thun 2013 mengalami defisit 11, 43 %. Terlihat bahwa terjadi kesenjangan antara kondisi ideal yang dinginkan dengan kondisi riil di lapangan bahwa sektor konstruksi yang dijadikan prioritas tetapi tidak menyumbang secara signifikan terhadap neraca perdagangan Indonesia. Oleh karena itu, perlu strategi yang mumpuni untuk meningkatkan daya saing sektor jasa terutama sektor konstruksi dalam meningkatkan ekspor untuk meningkatkan neraca perdagangan Indonesia.
Kesempatan untuk meningkatkan ekspor konstruksi Indonesia telah hadir dengan keterbukaan pasar konstruksi di Kerajaan Arab Saudi dan meningkatnya pembangunan infrastruktur di Kerajaan Arab Saudi. Pemerintah perlu mendorong dan mendukung pelaku usaha konstruksi Indonesia dalam mempersiapkan ekspansi pasar konstruksi di luar negeri khususnya di Kerajaan Arab Saudi. Adapun dukungan yang diberikan Pemerintah antara lain mempersiapkan pelaku usaha konstruksi dan tenaga kerja konstruksi, pembukaan akses pasar konstruksi di luar negeri, serta perlindungan hukum dari Pemerintah terhadap pelaku usaha konstruksi yang akan memasuki pasar konstruksi di luar negeri dan pelaku usaha konstruksi yang telah ada di luar negeri. n
longsoran tebing pada jalanjalan perbukitan, sistem pemeliharaan jalan dan jembatan, sistem kontrak berbasis kinerja, hasil riset pembangunan jalan di Indonesia serta bentuk kerjasama antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan Kementerian Transportasi. Sedangkan Delegasi Konstruksi Indonesia menyampaikan beberapa terobosan dalam pengelolaan jalan di Indonesia misalnya penerapan Performance Base Contract untuk pemeliharaan jalan, serta berbagai teknologi pembangunan jembatan seperti penggunaan teknologi cable stayed dan penggunaan precast concrete. Selain itu disampaikan pelaku usaha konstruksi Indonesia untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi jalan raya di Kerajaan Arab Saudi berdasarkan pengalaman bekerja perusahaan konstruksi Indonesia di dalam negeri serta pengalaman bekerja di luar negeri seperti di Aljazair, Malaysia dan Philipina.
Setelah kunjungan ke instansi pemerintah, Delegasi Konstruksi Indonesia mengunjungi pelaku usaha konstruksi di Kerajaan Arab Saudi. Kunjungan dilakukan
depannya terjalin hubungan kerjasama yang lebih baik lagi antara pelaku usaha konstruksi Indonesia dengan pelaku usaha konstruksi Kerajaan Arab Saudi. Sementara, kunjungan Delegasi Konstruksi Indonesia ke Kontraktor Kerajaan Arab Saudi yaitu Al Bawani dan Private Solution Group menghasilkan pembicaraan yang positif. Chairman Al Bawani, Dr. Al Shawaf dan Direktur Eksekutif Al Bawani, Eng. Wissam Al Shawaf meminta ada pembicaraan detail kerjasama bisnis dengan kontraktor Indonesia. Di pertemuan tersebut, Al Bawani mengundang Waskita Karya untuk membicarakan detail kerjasama dalam proyek pembangunan gedung disable Children Association. Sedangkan pertemuan dengan Private Solution Group, Delegasi Konstruksi Indonesia diterima oleh Mr. Mahmud Al Sharif. Hasil pertemuan ini, WIKA ditawarkan kerjasama bisnis untuk bidang beton pracetak setelah WIKA menyelesaikan registrasi di SAGIA.
Untuk mengetahui mekanisme registrasi di Kerajaan Arab Saudi maka Delegasi Konstruksi Indonesia berkunjung ke SAGIA didampingi oleh Kepala Kaselerai KJRI, Moe
MISI KONSTRUKSI INDONESIA KE KERAJAAN ARAB SAUDI
11Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
MERAJUT ASA DI GURUN SAHARA:LIPUTAN KHUSUS MISI KONSTRUKSI INDONESIA DI ALJAZAIRoleh: Bayu Dwi Samoedra, S.T.
“Algiers (Al-Jazair) never fails to make an impression. This is a city of rare beauty and of thrilling, disorientating, and sometimes brutal, contrast. The country’s turbulent history is writ large in the city’s richly textured architecture: wide French-built boulevards and elegant apartments and villas, Socialist-era monuments and public buildings, and an enduring Islamic heart secreted in the steep, hillside Casbah. Labyrinthine streets spill down to the yawning big blue bay of Algiers, sea and sky and green ravines glimpsed at every step. Though people often spend just enough time in Algiers to organise in onward journey, it’s a fascinating place well worth at least a couple days’ exploration.”
Pemerintah Aljazair menggelontorkan dana sebesar US$ 286 Milyar (sekitar Rp 3.400 Trilyun) untuk pengembangan proyekproyek infrastruktur strategis. Hal ini mencakup konstruksi dan modernisasi airport dan pelabuhan, konstruksi perumahan dan bangunanbangunan sosial/umum lainnya, konstruksi jalan, jembatan & terowongan, rekonstruksi jalan raya sepanjang 14.000 kilometer serta konstruksi jalan toll TRANSSAHARA yang menghubungkan Kota Algiers dan Kota Lagos (Ibukota Nigeria). Terkait hal tersebut, negara ini mengharapkan partisipasi dari negara lain dalam penyediaan peralatan konstruksi, material bangunan dan juga kontraktor/konsultan yang bergerak di industri konstruksi.
Indonesia memandang penting untuk
LATAR BELAKANG
aljazair merupakan salah satu negara terpenting di kawasan Afrika Utara yang terletak di pinggiran Laut Mediterania. Negara ini memiliki luas area
total sebesar 2.381.741 kilometer persegi dan menjadikannya negara terbesar di Benua Afrika dan terbesar ke10 di Dunia. Ibukota sekaligus kota terpadat dan
terbesar di sana adalah Algiers. Negara Aljazair memiliki penduduk sebesar 38,7 juta jiwa (dengan GDP sebesar US$ 7.800 per kapita) dan Kota Algiers sendiri dihuni oleh sekitar 3,5 juta jiwa. Aljazair, khususnya Kota Algiers, adalah pusat ekonomi, keuangan dan perdagangan yang stabil di Afrika Utara dalam beberapa tahun ke belakang.
Dalam periode tahun 20102014,
liPutan khusus MISI KONSTRUKSI INDONESIA DI ALJAZAIR
12 Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
Seperti halnya di Arab Saudi, sektor konstruksi di Aljazair merupakan sektor ekonomi yang terbesar ke2 setelah sektor perminyakan. Hal ini sejalan dengan kebutuhan Aljazair untuk melakukan pembangunan infrastruktur, baik jalan dan jembatan, bandara, pelabuhan maupun perumahan dan perkantoran di seluruh 48 wilayah Aljazair. Pertemuanpertemuan dengan instansi terkait, yang dilaksanakan secara back to back dengan Pameran SITP, dipandang efektif dan lebih efisien untuk menyukseskan misi konstruksi Indonesia di Aljazair.
Kunjungan pertama Delegasi Konstruksi Indonesia adalah ke Kedutaan Besar Republik Indonesia di Algiers. Tujuan utamanya adalah melaksanakan Courtesy Call dan bertatap muka dengan Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Algiers yaitu Ibu Ida Susanty Munir. Pihaknya menyatakan sudah lama menantikan kedatangan Delegasi Konstruksi di Aljazair, termasuk Presiden RI dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI sebagai bukti keseriusan Indonesia untuk berpartisipasi dalam pembangunan di Aljazair. Pihak KBRI Algiers menyatakan siap mendukung dan membantu memfasilitasi kebutuhan Delegasi Konstruksi Indonesia selama Pameran SITP maupun pertemuanpertemuan bilateral dengan instansi terkait.
Pertemuanpertemuan bilateral yang dilangsungkan berlangsung hangat dan penuh dengan suasana persahabatan. Pemerintah Aljazair menyampaikan secara serius mengundang perusahaanperusahaan konstruksi Indonesia untuk segera masuk di sektor konstruksi Aljazair (tidak hanya PT. Wijaya Karya saja). Bukti bentuk keseriusan ini antara lain adalah hadirnya Menteri Pekerjaan Umum,
berpartisipasi dalam pembangunan di Aljazair karena di sini terdapat potensi besar dalam rangka mempererat hubungan bilateral dan memperluas akses pasar konstruksi Indonesia ke luar negeri dan sekaligus dapat dimanfaatkan juga bagi pelaku usaha konstruksi Indonesia untuk meningkatkan daya saingnya dalam pasar global. Delegasi Konstruksi Indonesia dengan mengusung tema Indonesia Construction: Expanding Global Market mengikuti Pameran Internasional Pekerjaan Umum (Salon Internationale de Travaux Publics/SITP) yang diselenggarakan pada tanggal 19 23 November 2014 di Palais des Exposition SAFEX, Algiers, Aljazair.
Pameran Internasional Pekerjaan Umum (Salon Internationale de Travaux Publics/SITP) 2014 adalah pameran konstruksi terbesar di Aljazair yang diselenggarakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, Republik Aljazair. Pameran ini menawarkan peluang bisnis yang menarik bagi perusahaan nasional maupun internasional dalam rangka mencari peluang kerjasama/kolaborasi maupun sebagai ajang unjuk kebolehan bagi pelaku usaha konstruksi Indonesia di mata dunia. Sejak pelaksanaan Pameran SITP pertama di tahun 2003, pameran ini terus berkembang pesat baik dari segi jumlah negara peserta, exhibitors, pengunjung pameran maupun jenis jasa yang ditawarkan. Hal ini menunjukkan bahwa pameran ini diterima baik dan dapat mengakomodasi kebutuhan pesertanya.
PELAKSANAAN PAMERAN SITP ALJAZAIR 2014 DAN HASIL PERTEMUAN-PERTEMUAN TERKAIT
Pameran SITP Aljazair 2014 diikuti oleh Delegasi Konstruksi Indonesia yang dalam hal ini diwakili oleh Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi, Badan Pembinaan
Hari / Tanggal Pertemuan Lokasi
Rabu, 19 Nov 2014 Courtesy Call dengan KBRI di Algiers Pembukaan Pameran SITP 2014
KBRI Algiers SAFEX
Kamis, 20 Nov 2014 Kunjungan ke KADIN Aljazair Kunjungan ke Perusahaan Konstruksi
AlHadad Kunjungan ke Kementerian
Pekerjaan Umum
KADIN Algiers Kantor AlHadad Kementerian PU Alg
Jumat, 21 Nov 2014 Kunjungan ke Basecamp Proyek PT. Wijaya Karya
Tadjenanet
Sabtu, 22 Nov 2014 Kunjungan ke Basecamp Proyek COJAAL
Tadjenanet
Minggu, 23 Nov 2014
Kunjungan ke Kementerian Perumahan
Kunjungan ke National Agency of Investment Development (ANDI)
Penutupan Pameran SITP 2014
Kementerian Pera Kantor ANDI
SAFEX
Pertemuan dengan pihak pemerintahan (G to G) maupun swasta (B to B).
Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat RI, perwakilan dari Kontraktor (PT. Wijaya Karya & PT. Multi Structure) dan perwakilan dari Konsultan (PT. Kwarsa Hexagon) serta Adviser yaitu Ir. Istanto Oerip. Tujuan mengikuti pameran ini tidak hanya sebagai ajang untuk menjaring kerjasama bisnis dan unjuk kebolehan badan usaha jasa konstruksi Indonesia, melainkan juga sebagai entry point untuk melaksanakan pertemuanpertemuan yang bersifat ‘G to G’ maupun ‘B to B’ dengan beberapa Instansi di Pemerintahan Aljazair.
Dalam pelaksanaan misi konstruksi ini, Delegasi Konstruksi Indonesia melakukan berbagai pertemuan dengan pihak pemerintahan (G to G) maupun swasta (B to B). Pertemuanpertemuan yang dihadiri adalah sebagai berikut:
1�Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pariwisata Aljazair pada Booth Konstruksi Indonesia dalam Pembukaan Pameran SITP 2014. Tidak hanya itu saja, Delegasi Konstruksi Indonesia saat pertemuan di Kementerian Pekerjaan Umum pun diterima oleh Sekretaris Jenderal, dan di Kementerian Perumahan diterima oleh Sekretaris Jenderal beserta 2 (dua) orang Direktur Jenderal. Pada kesempatan yang sama, Delegasi Konstruksi Indonesia juga mendapatkan cinderamata dari Kementerian Pekerjaan Umum Aljazair berupa Kitab Suci (Al Quran) sebagai tanda persahabatan dan ikatan batin antara Indonesia dan Aljazair.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Aljazair dan Sekretaris Jenderal Kementerian Perumahan Aljazair menyampaikan kepada Delegasi Konstruksi Indonesia, bahwa pihaknya dapat memberikan perlakuan khusus, yaitu berupa kemudahan bagi perusahaan konstruksi Indonesia untuk mendapatkan proyek strategis di Aljazair. Sekretaris Jenderal Kementerian Perumahan Aljazair bahkan memberikan tawaran dan siap menyediakan lahan bagi PT. Multi Structure (kontraktor Indonesia) untuk membangun pabrik beton pracetak di Aljazair.
Pertemuan lainnya yang dilaksanakan adalah dengan Algeria National Agency of Investment Development (ANDI) dan Perusahaan Kontraktor Lokal AlHadad. ANDI adalah lembaga yang mengatur mengenai registrasi dan syaratsyarat pendirian perusahaan asing di Aljazair. Lembaga ini memiliki kantor pusat dan cabang di 48 provinsi di Aljazair. Pihak ANDI menginformasikan bahwa pasar konstruksi di Aljazair sangat besar dan pemerintah sedang mencari kontraktor asing yang berkompeten untuk membentuk perusahaan Joint Venture (JV) maupun Joint Operation (JO) dengan kontraktor lokal. Berkenaan dengan itu, delegasi konstruksi Indonesia juga berkesempatan untuk bertemu dengan kontraktor lokal yaitu AlHadad. AlHadad merupakan kontraktor swasta terbesar di Aljazair dengan kekayaan bersih 300 juta Euro, memiliki 12.000 pekerja tetap di mana 15 %nya adalah Insinyur. Perusahaan ini memiliki keuntungan 400500 juta Euro per tahun dan bergerak di bidang hidrolika, transportasi (jalan, jembatan, pelabuhan dan bandara), perumahan dan pipa gas. Perusahaan ini menyatakan minatnya untuk bekerjasama dengan kontraktor Indonesia karena te;ah memiliki reputasi yang baik di Aljazair.
Selain berpartisipasi dalam Pameran dan mengadakan pertemuan dengan instansi pemerintah dan swasta di Algiers, delegasi konstruksi Indonesia juga berkesempatan untuk berkunjung ke daerah Tadjenanet di Wilayah
tersebut menyatakan bahwa kondisi kerja di sana cukup ekstrim (suhu panas hingga bersalju) sehingga mereka harus dapat menjaga kondisi kesehatan. Hal tersebut diantisipasi dengan adanya pembekalan dan pelatihan dari kontraktor sebelum penugasan ke Aljazair. Bekerja di luar negeri membutuhkan kedisiplinan dan ketaatan yang lebih terhadap aturan keselamatan karena sanksi yang diberikan sangat berat dan secara tegas.
Delegasi Konstruksi Indonesia juga berkesempatan untuk bertemu dengan Mr. Imamura, Project Manager COJAAL. Beliau menyatakan bahwa COJAAL memiliki subkontraktor dari berbagai negara seperti Turki, Vietnam, Mesir dan Indonesia (PT. Wijaya Karya) dan secara objektif menilai bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor Indonesia paling baik dan sangat memuaskan dibandingkan dengan kontraktor yang lain. Oleh karena itu, Konsorsium COJAAL
Constantine (sekitar 400 km dari Algiers) untuk bertemu dengan perwakilan PT. Wijaya Karya, Konsorsium COJAAL, serta tenaga kerja konstruksi Indonesia di sana. Negara Indonesia dipandang memiliki keunggulan tenaga kerja mayoritas muslim dan ditunjang dengan sikap kerja yang baik dan terbuka dalam mengerjakan proyek konstruksi di Aljazair. Kinerja baik tersebut telah dibuktikan oleh salah satu perusahaan konstruksi Indonesia yang sudah masuk ke Aljazair, yaitu PT. Wijaya Karya yang bekerja di bawah Konsorsium Jepang COJAAL, dan telah menyelesaikan pekerjaan pembangunan East–West Motorway Project sepanjang 100 km dari total proyek 800 km. Dan lebih lanjut lagi, PT. Wijaya Karya saat ini telah membentuk perusahaan Joint Venture (JV) dengan perusahaan konstruksi lokal Aljazair untuk bekerjasama dalam mengerjakan pekerjaan pembangunan perumahan sebanyak 3.100 unit di Kota Annaba dan
Constantine (senilai Rp. 932 Milyar) dan akan mendapat pekerjaan pembangunan perumahan lanjutan sebesar 1,2 Triliun Rupiah.
Pekerja konstruksi asal Indonesia yang bernaung di bawah PT. Wijaya Karya saat ini tinggal 70 orang dan mengharapkan dukungan dari pemerintah RI kepada kontraktor Indonesia di Aljazair agar tetap dapat mendapatkan pekerjaan di sana. Pekerja konstruksi tersebut menyatakan cukup betah dengan kondisi kerja di Aljazair karena fasilitas yang diberikan cukup memadai berupa tempat tidur, AC/Heater, air panas/dingin, makan tiga kali sehari dan makanan tambahan, termasuk juga sarana ibadah (mesjid) dan sarana hiburan/permainan. Para pekerja
menambah pekerjaan yang dilakukan PT. Wijaya Karya dari hanya Camp 2 menjadi Camp 2, 3, 4 ,5 dan 7. Dalam pelaksanaan proyeknya COJAAL dan PT. Wijaya Karya menggunakan standard subkontrak yang diterbitkan oleh FIDIC dan tidak pernah terjadi permasalahan antara Konsorsium COJAAL sebagai Main Contractor dan PT. Wijaya Karya sebagai SubContractor.
PERMASALAHAN DAN KENDALA EKSPOR KONSTRUKSI INDONESIA
Kunjungan Delegasi Konstruksi Indonesia ke Aljazair juga bertujuan untuk memetakan berbagai kendala atau permasalahan yang dihadapi yang berpotensi menghambat perluasan akses pasar konstruksi Indonesia ke luar negeri.
MISI KONSTRUKSI INDONESIA DI ALJAZAIR
1� Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
Berbagai kendala tersebut antara lain dari sistem perpajakan, perbankan, dan lain sebagainya. Negara Indonesia memang memiliki perjanjian Tax Treaty dengan Aljazair, namun mereka mengatur Pajak Laba sangat besar yaitu 38 % dari keuntungan. Hal ini berpotensi mengurangi minat Badan Usaha Indonesia untuk ekspansi ke Aljazair. Selain itu, terdapat kendala dalam sistem perbankan, misalnya kendala dalam pembukaan rekening bank, proses transfer uang yang berbelit dan lama, proses penarikan dana tunai yang lama, serta belum adanya sistem penarikan dan pembayaran online via ATM. Hal ini disebabkan karena Aljazair masih menganut Sistem Devisa Tertutup yang tidak membolehkan untuk mentransfer uang/keuntungan ke luar negara tersebut maupun juga adanya larangan untuk membawa uang tunai ke luar negeri.
Selain hal tersebut, terdapat juga kendala dalam sistem perbankan nasional yaitu tingkat suku bunga pinjaman dari perbankan di Indonesia untuk ekspor konstruksi yang nilainya masih di atas 12 % per tahun, sedangkan negara lain dapat memberikan suku bunga pinjaman kepada kontraktornya dengan nilai 1 digit. Ditambah lagi, sering terjadinya keterlambatan pembayaran (payment) dari Pemberi Kerja (Owner) sehingga dapat berakibat pada terhentinya suatu pekerjaan konstruksi.
Selain masalah keuangan, kendala lain yang dihadapi adalah sulitnya perizinan yang dihadapi oleh para pekerja asing di negara tersebut dimana Aljazair menerapkan aturan 1:3 yaitu setiap 1 (satu) orang Indonesia yang dipekerjakan oleh perusahaan Konstruksi Indonesia maka 3 (tiga) orang pekerja Aljazair harus juga dipekerjakan.
Halhal lain yang dapat berpotensi
menjadi kendala adalah situasi politik, sosial dan keamanan di Aljazair yang relatif stabil namun dapat berubah sewaktuwaktu dan bergejolak. Hal ini harus dapat diprediksi dan diantisipasi sedini mungkin dan memerlukan peran pemerintah RI jika sewaktuwaktu terjadi halhal yang tidak diinginkan.
KEBUTUHAN AKAN DUKUNGAN DAN FASILITASI PEMERINTAH INDONESIA
Negara Aljazair masih dalam keadaan membutuhkan bantuan dari negara lain untuk dapat membangun infrastruktur dan memenuhi kebutuhan bagi pengembangan negaranya, karena kemampuan nasionalnya masih terbatas dan infrastrukturnya belum terbangun. Salah satu negara asing yang mempunyai kemampuan yang besar dalam memanfaatkan dengan sangat baik pasar konstruksi di Aljazair
adalah negara China. Negara China melakukan ekspansi ke Aljazair lebih jauh bila dibandingkan dengan negaranegara lain baik dari Eropa maupun Asia lainnya.
Dari kajian literatur dan sebagaimana disampaikan oleh Dr. Naser AlTamimi, seorang Analis Timur Tengah yang berasal dari Inggirs, diperoleh informasi bahwa, sebagaimana juga Indonesia, China merupakan negara yang mendukung negara Aljazair sejak tahun 1958, yaitu 4 tahun sebelum menjadi negara yang merdeka penuh. Perdagangan bilateral antara China dan Aljazair meningkat secara tajam sebanyak 15 kali. Pada tahun 2003 hanya sekitar $608 juta meningkat menjadi lebih dari $9 Miyar pada tahun 2013. Pada saat ini China menjadi partner dagang yang utama bagi Aljazair dengan nilai perdagangan 4.3% dari perdagangan dengan negaranegara Afrika sebesar $ 210 Milyar. Ekspor China berupa komoditi manufaktur seperti kendaraan, elektronik dan elektrikal, tekstil dan apparel, sementara China mengimpor produk minyak dan gas dari Aljazair.
Lima Puluh (50) perusahaan besar dari China mendapatkan manfaat dari perdagangan bilateral dengan Aljazair. Perusahaan China telah mendapat pekerjaan bernilai milyaran Dollar Amerika untuk melaksanakan pembangunan Gedung Kantor Kementerian Luar Negeri Aljazair, Shopping Center di Algier, perumahan rakyat di berbagai kota, gedung opera house berkapasitas 1.400 kursi bernilai $30 Juta, 60% dari 1.216 km EastWest Highway bernilai US$11 Milyar, membangun the Great Airport of Algiers (Houari Boumedienne) selesai pada tahun 2006 senilai US$ 2,6 Milyar, dan The New Algiers Great Mosque senilai lebih dari US$1 Milyar yang merupakan mesjid ketiga terbesar di dunia setelah Masjidil Haram
1�Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
di Mekkah dan Mesjid di Medinah.Di sektor energi, Aljazair memproduksi
sekitar 1,2 juta barrels per hari dan hanya 37 ribu yang diekspor ke China, sementara Amerika Serikat merupakan negara pengimpor terbesar.Pada tahun 2013 terjadi perubahan yang dramatis, yaitu dari 443 ribu barrel per hari pada tahun 2007, menjadi hanya 29 ribu per hari pada tahun 2013. China berpotensi untuk mengambil manfaat dari kondisi ini.
Menimbang halhal tersebut di atas, perlu adanya langkahlangkah yang strategis dan dukungan yang real dari Pemerintah Indonesia dan seluruh kementerian terkait guna mewujudkan kerjasama bilateral dalam memperluas pangsa pasar Indonesia di sektor konstruksi Aljazair. Dukungan tersebut antara lain:
1. Memberikan dukungan melalui diplomasi dan pendekatan ‘G to G’ yang lebih intens agar mendapatkan kemudahan perizinan/registrasi kepada Kontraktor Indonesia, melalui:a. Pemberian fasilitas pelatihan dan
sertifikasi yang memenuhi standar internasional dan dibuat dalam 2 bahasa (Indonesia dan Inggris) kepada Tenaga Kerja Konstruksi Indonesia, Tenaga Ahli, Operator dan tenaga Terampil.
b. Mempercepat proses ratifikasi Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (Tax Treaty) terhadap beberapa negara tujuan ekspor konstruksi yang belum memiliki perjanjian Tax Treaty dengan Indonesia.
c. Memudahkan perolehan Free Visa yang memadai dari negara tujuan kepada Warga Negara Indonesia.
2. Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai pembina konstruksi perlu memiliki unit kerja yang bertugas mengembangkan pasar konstruksi di luar negeri (ASEAN, Timur Tengah dan Afrika Utara) dan
sekaligus mempromosikan investasi infrastruktur wilayah dan permukiman di Indonesia. Pemerintah juga dapat menempatkan atase konstruksi dan investasi di negara tertentu seperti Arab Saudi dan Aljazair, Myanmar dan Timor Leste.
3. Pemerintah melalui Kementerian BUMN dan didukung oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat perlu merumuskan kebijakan bagi BUMN Karya yang telah ekspansi pasar konstruksi luar negeri untuk menjadi sponsor dalam pengembangan pasar konstruksi di negaranegara di ASEAN (Misal: Myanmar), Timur Tengah (Misal: Arab Saudi) dan Afrika Utara (Misal: Aljazair) bagi Badan Usaha Nasional yang baru merintis di pasar luar negeri. Pemerintah juga perlu mendorong suatu konsorsium rantai pasok konstruksi untuk memperkuat strategi bersaing melalui Integrated Project Delivery System.
4. Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat perlu memberi dukungan teknis ekspor konstruksi Indonesia ke Aljazair antara lain melalui pelatihan keterampilan bagi para pekerja konstruksi, menfasilitasi kerja praktek atau magang bagi calon arsitek maupun insinyur Indonesia, membuka akses pasar konstruksi melalui hubungan antar pemerintah dan memberikan perlindungan dan bantuan hukum.
5. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat perlu memperbarui nota kesepahaman (MoU) dengan Kementerian PU Aljazair dengan menambahkan halhal terkait kebijakan keberpihakan (Affirmative Policy), termasuk advokasi lisensi, hambatan penagihan, perlindungan bagi perusahaan Indonesia yang
bergerak di sektor konstruksi Aljazair, perlindungan bagi tenaga kerja konstruksi Indonesia di Aljazair, kemudahan pengurusan transfer uang ke luar Aljazair, memfasilitasi kerjasama teknis antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan kementerian terkait di Aljazair. Kementerian PU Aljazair telah menyatakan siap menandatangani Memorandum of Understanding dengan isi sesuai keinginan Kementerian PUPera RI. Adapun Kementerian Perumahan Aljazair merasa tidak perlu MoU, tetapi siap memfasilitasi perusahaan konstruksi Indonesia.
6. Pemerintah Republik Indonesia, dalam hal ini Presiden dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat perlu melakukan kunjungan kenegaraan ke Arab Saudi dan Aljazair untuk melakukan Diplomasi Konstruksi. Hal ini dikarenakan Pemerintah Arab Saudi dan Aljazair dalam setiap kesempatan pertemuan, menegaskan harapannya agar Presiden Republik Indonesia dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia berkenan melakukan kunjungan tugas ke Aljazair untuk mempererat hubungan bilateral antara kedua Negara.
Dengan adanya dukungandukungan dari pemerintah seperti telah disebutkan di atas, diharapkan dapat terwujud kerjasama bilateral yang baik dan intens antara Indonesia dan Aljazair yang pada akhirnya dapat memperluas pangsa pasar Indonesia di Aljazair, khususnya di sektor konstruksi, dan menjadikan mimpi Indonesia Construction: Expanding Global Market menjadi nyata. n
PEnElaaH KEBijaKan Dan STRaTEgi, BiDang PaSaR & Daya Saing
PuSaT PEMBinaan SuMBER Daya invESTaSi (PuSBinSDi)
MISI KONSTRUKSI INDONESIA DI ALJAZAIR
1� Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
KEIKUTSERTAAN TIM DELEGASI INDONESIA DALAMTHE 20TH ASIA CONSTRUCT CONFERENCE 2014 DI HONgKONgOleh : Dr. Krishna S. PribadiLembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
Pembangunan infrastruktur dibutuhkan untuk mendukung konektivitas antar wilayah pengembangan sejalan dengan master plan Sistem Logistik Nasional.
Sejauh ini, upaya harmonisasi yang dilakukan oleh Pemerintah untuk menyediakan Sumber Daya Konstruksi sejalan dengan kebutuhan akan pembangunan infrastruktur memerlukan dukungan industri konstruksi. Demikian disampaikan oleh Delegasi Indonesia pada Kegiatan the 20th `Asia Construct Conference 2014 dilaksanakan di Hotel Icon, Tsim Sha Tsui, Hong Kong, tanggal 1314 November 2014.
Dalam konferensi tersebut, tim delegasi yang terdiri dari Krishna S. Pribadi (Ketua Delegasi, LPJKN), Jimmy Juwana (Anggota, LPJKN), Muhamad Abduh (Anggota, ITB), Bayu Kusuma (Anggota, BP Konstruksi) dan Fanni Sufiandi (Anggota, BP Konstruksi) menyampaikan dua makalah. Makalah pertama berjudul “Country Report – Indonesia” oleh Akhmad Suraji yang tidak dipresentasikan, dan makalah kedua berjudul “Harmonizing the Indonesian Construction Resources
Supply Chain”, oleh Muhamad Abduh and Krishna S. Pribadi. Yang dipresentasikan oleh Krishna S. Pribadi.
Pada kesempatan ini, tim delegasi Indonesia juga menyampaikan bahwa tantangan yang ada adalah dengan keterbatasan Sumber Daya Konstruksi dan juga infrastruktur logistik yang ada saat ini, konstruksi harus mampu membangun infrastruktur logistik yang dibutuhkan. Dilaporkan tujuh Sumber Daya Konstruksi, meliputi: Kontraktor, Pekerja, Material (Semen, Baja, dan Aspal), Peralatan, Pendanaan, Teknologi, serta Lahan. Semua jenis Sumber Daya Konstruksi tersebut dilaporkan secara menyeluruh meliputi kondisi eksisting, permasalahan, dan upaya penanganannya.
Secara umum, kesembilan negara anggota menyampaikan presentasi terkait dengan tema konferensi. Namun tidak semua menyampaikan sesuai dengan TOR yang diberikan oleh penyelenggara. Hanya Indonesia, India, Malaysia, Hong Kong, Sri Lanka dan Jepang yang mencoba memenuhi TOR yaitu terkait Sumber Daya Konstruksi. Bahkan hanya Hong Kong dan Jepang
yang menyampaikan permasalahan SDK tertentu dan membahasnya secara mendalam. Beberapa negara seperti : Indonesia, India, Sri Lanka dan Malaysia menyampaikan permasalahan SDK secara menyeluruh sesuai dengan TOR namun tidak dapat menyampaikannya dengan mendalam.
Jepang, misalnya, melaporkan hanya satu permasalahan yang dihadapi saat ini, yaitu kekurangan SDM untuk konstruksi. Latar belakang dari permasalahan ini adalah turunnya kegiatan konstruksi hingga tahun 2011. Namun kemudian meningkat lagi sesaat setelah Jepang di terpa bencana gempa dan tsunami. Ketika demand konstruksi meningkat kembali, Jepang baru menyadari permasalahan SDM konstruksi di sana yaitu terjadinya gap yang cukup besar. Pekerja konstruksi semakin tua, sedangkan penggantinya, usia muda tidak tertarik untuk bekerja di industri konstruksi. Hal tersebut dianalisa dengan menggunakan metoda cohort analysis berdasarkan jumlah, umur pekerjaan konstruksi selama lima tahun yang berbeda.
Untuk mengatasi hal ini, Jepang melakukan konferensi untuk merevitalisasi industri konstruksinya. Adapun rekomendasi dari konferensi itu meliputi: (1) peningkatan kondisi kerja, (2) memberi kesempatan kepada pemuda untuk bekerja dan bangga sebagai pekerja konstruksi, (3) memberikan insentif, (4) peningkatan sekolah vokasi dan pelatihan, (5) meningkatkan keterlibatan tenaga kerja wanita, dan (6) kebijakan penghematan penggunaan tenaga kerja.
Jepang juga membuat kebijakan untuk penyediaan SDM konstruksi, berupa: (1) Meningkatkan benefit untuk tenaga kerja terampil; (2) Meningkatkan partisipasi tenaga kerja wanita; (3) meningkatkan penggunaan SDM Konstruksi asing; dan (4) Membuat inovasi dalam rangka pengurangan penggunaan SDM konstruksi (ke arah robotic).
Berbeda dengan Jepang, Hong Kong melaporkan permasalahan yang mereka hadapi sebagai Negara maju yang masih memerlukan pembangunan. Dengan industri konstruksi yang masih terus
info utama
1�Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
berkembang, Hong Kong menghadapi permasalahan kekurangan lahan, kekurangan tenaga kerja, serta mahalnya material yang diimport.
Kekurangan lahan adalah ketidakinginan pemerintah Hong Kong membatasi pengembangan wilayahnya (buildup land area 24%) sedangkan sisanya 76% tidak akan dibangun. Karena hal tersebut maka pembangunan infrastruktur dan permukiman sangat dibatasi dengan teknologi yang vertikal. Untuk mengatasinya, Pemerintah Hong Kong mengambil kebijakan: (1) Reklamasi pantaipantai yang potensial dan secara teknik dan lingkungan feasible; (2) Pembangunan infrastruktur dengan memanfaatkan guagua yang telah dibangun atau fasilitas yang sebelumnya telah dibangun; (3) Memanfaatkan lokasilokasi quarry yang sudah tidak berproduksi; (4) Mengkonversi lahanlahan yang sudah tidak digunakan atau terbengkalai; (5) Membeli tanah swasta untuk dimiliki oleh publik.
Adapun terkait permasalahan harga material import yang tinggi, Hong Kong merasa kesulitan untuk mengendalikannya, dan pasrah. Sedangkan mengenai masalah kekurangan jumlah tenaga kerja, Pemerintah Hong Kong memilih untuk: (1) Melakukan import tenaga kerja sesuai kebijakan Special Labour Importation Scheme (SLIS), yaitu sebesar 800 orang tahun 2009 sampai 2013. Perbaikan dilakukan untuk mempermudah aplikasinya pada tahun 2014; (2) CIC melakukan pelatihan tenaga kerja lokal. Dalam 2 tahun CIC dapat melatih sekitar 2000 orang; (3) Optimalisasi tenaga kerja yang ada, misalnya dengan meminjam tenaga kerja dari kontraktor lain, reschedule, resource leveling, overtime, multiple shifts, penggunaan
mekanisasi atau robotic; (4) Peningkatan penghargaan dalam bentuk uang; (5) Belajar dari negara lain.
Di sisi lain, India melaporkan pengembangan industri konstruksi di India melalui CIDC (Construction Industry Development Council), seiring perekonomian India yang meningkat dengan tajam, terutama di bidang Sumber Daya Manusia, pendanaan, serta teknologi. Situasi ini bertolakbelakang dengan laporan Australia. Perkembangan industri konstruksi di Australia sedang melemah diakibatkan demand yang menurun untuk pembangunan infrastruktur. Hanya di industri oil and gas dan infrastruktur publik yang masih stabil di sana.
Pada kesempatan yang sama, Korea menyampaikan penelitian terkait de
ngan IO analisis untuk sisi pasokan industri konstruksi. Tim delegasi Korea menjelaskan, di negaranegara maju, peran industri konstruksi berubah dari menyediakan fasilitas fisik secara masif, menjadi industri jasa yang melayani pengguna fasilitas fisik tersebut. Perubahan peran ini mempengaruhi kepada jenis input yang digunakan pada industri konstruksi. Hal ini terlihat dari peran sektor manufaktur kepada konstruksi menurun sedangkan peran sektor jasa meningkat (pemeliharaan dan perbaikan). Penurunan peran manufaktur terlihat sekali pada sektor perumahan dan gedung. Sedangkan pada sektor nonperumahan menurun dalam tingkat yang tidak signifikan. Di sisi lain, peningkatan peran industri jasa meningkat, terutama terkait dengan Finance and Insurance dan Architectural and Engineering Services, terutama pada sektor perumahan dan infrastruktur sipil.
Selain mengikuti keseluruhan proses konferensi, tim delegasi Indonesia juga berkesempatan melaksanakan kunjungan lapangan The West Kowloon Terminus Contractor dan The West Kowloon Cultural District Authority. Di sana tim delegasi melihat beberapa poin yang dapat dipelajari antara lain: (1) Pelaksanaan K3 yang ketat dan sangat baik, dan adanya program Zero Accident; (2) Koordinasi antar kontraktor yang terlibat, serta stakeholders berlangsung baik; (3) Kebutuhan proposal teknik kontraktor dengan waktu yang mencukupi; serta (4) Desain dari perencana dan owner sudah sangat matang dan dibuat dengan state of the art tools. Dengan pembelajaran ini diharapkan dapat juga diterapkan di Indonesia untuk mewujudkan Konstruksi Indonesia yang lebih cemerlang di masa depan. n (Mu)
ThE 20Th ASIA CONSTRUCT CONFERENCE 2014 DI hONgKONg
1� Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
Jakarta, 29/01/15 (BP Konstruksi) – Plt. Direktur Jenderal Bina Konstruksi Hediyanto W. Husaini mewakili Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat membuka
Seminar dengan tema ‘Kesiapan Alat Berat Konstruksi dalam Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015’, Kamis (29/01) di Jakarta. Seminar ini dilaksanakan mengingat kebutuhan akan alat berat yang diprediksi yang meningkat drastis seiring meningkatnya pendanaan pada tahun 20152019pada tahun 20152019 hingga mencapai 5.452 Triliun Rupiah.
“Meski demikian, kita membutuhkan alat berat yang berkualitas dan handal, bukan asal ambil saja di lapangan”, ujar Hediyanto. Sebab alat berat yang berkualitas akan membantu proyek pekerjaan di lapangan selesai tepat waktu dengan hasil sesuai direncanakan.
Lebih lanjut Plt. Dirjen Bina Konstruksi juga menyampaikan bahwa sebelum Seminar ini dilaksanakan, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menerima delegasi dari Liu Gong, produsen alatalat berat asal China, yang dipimpin oleh Vice President Liu Gong, Luo Guobing.
Pada kesempatan tersebut Menteri PUPR berpesan agar sebagai produsen alat berat, Liu Gong harus dapat menyediakan produk yang berkualitas dan handal. “Tidak hanya itu, harus ada jaminan purna jual seperti service, ketersediaan spare part dan low cost cycle”, ungkap Hediyanto. Sehingga akan tercipta manfaat untuk bersama, tidak hanya menguntungkan
dan Pemilik Alat Berat dan Konstruksi Seluruh Indonesia (APPAKSI) Sjahrial Ong mengatakan ketersediaan alat berat bagi Pembangunan Infrastruktur untuk 5 tahun ke depan masih sangat kurang (lebih kurang 40 % atau ± 35 ribu alat). Sedangkan secara nasional tidak ada pendaftaran alat berat sehingga data populasi Alat Berat tidak akurat. Bahkan belum ada sertifikasi ataupun inspeksi atas alat berat dalam negeri maupun import (second hand) sehingga mutu alat tidak dapat dipertanggungjawabkan secara jelas.
Dengan demikian perlu adanya registrasi alatalat berat dan alat konstruksi di seluruh Indonesia minimal untuk pembangunan Infrastruktur untuk Kementerian PUPR, serta perlu adanya regulasi yang mewajibkan registrasi alat berat secara Nasional.
Seminar kesiapan alat berat konstruksi ini dilatarbelakangi meningkatnya kebutuhan alat berat khususnya bagi pembangunan Infrastruktur PUPR. Pengenalan berbagai jenis alat berat produksi lokal serta berbagai negara seperti produk Liu Gong dari Cina adalah bagian untuk menyiapkan para pelaku usaha konstruksi melaksanakan pembangunan infrastruktur.
Sebagai penutup Hediyanto berujar “Saya berharap upayaupaya ke arah pengembangan industri alat berat yang dilakukan oleh produsen dan pengusaha alat berat dapat menjadi platform yang kuat untuk pengembangan industri dan penguatan rantai pasok alat berat Indonesia guna mewujudkan keunggulan dan kemandirian konstruksi Indonesia”. n
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MEMBUTUHKAN KETERSEDIAAN ALAT BERAT YANg BERKUALITAS DAN HANDAL
info utama SEMINAR ALAT BERAT
satu pihak saja.Bahkan menurut Kepala BP Konstruksi,
Menteri PUPR berencana akan ‘membesarkan’ skala proyek, sehingga kontraktor lebih mampu untuk membeli sumber daya dibutuhkan termasuk salah satunya alat berat. Dengan peralatan yang baru ini, cenderung akan memberikan performa maksimal untuk mengerjakan proyekproyek yang besar dan berjumlah banyak. Meski demikian, kebutuhan alat berat tetap disediakan melalui proses cicilan mengingat harganya yang tidak murah. Diharapkan Liu Gong dapat menyediakan layanan yang ramah bagi kontraktor Indonesia.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama Ketua Umum Asosiasi Pengusaha
1�Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
Badan Pembinaan Konstruksi membutuhkan data statistik yang lengkap, akurat dan terpercaya, sebagai input perencanaan dalam rangka
perumusan kebijakan. Selain itu, data yang akurat dan valid tersebut juga akan sangat bermanfaat untuk mengevaluasi hasil pembinaan jasa konstruksi yang telah dilakukan. Rintisan kerjasama antara Badan Pembinaan Konstruksi dengan Badan Pusat Statistik ini dilakukan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada stakeholder dalam hal penyediaan informasi yang akurat.
Pada akhir bulan Desember 2014, Kepala Badan Pembinaan Konstruksi melakukan kunjungan kerjasama dalam hal pemutakhiran data konstruksi ke Badan Pusat Statistik. Dalam kunjungan tersebut, Kepala BP Konstruksi disambut oleh Kepala Badan Pusat Statistik dan didampingi oleh Kepala Deputi Bidang Statistik Produksi, Kepala Deputi Bidang Statistik dan Distribusi Jasa serta Kepala Deputi Bidang Neraca dan Analisa Statistik. Dalam pertemuan ini, Kepala Badan Pembinaan Konstruksi menyampaikan rencana kerjasama serta kebutuhan data konstruksi yang menjadi prioritas sebagai dasar penyusunan kebijakan.
KerjasamaPemutakhiran DataKerjasama yang dilakukan antara Badan
Pembinaan Konstruksi dengan Badan Pusat Statistik dalam hal penyediaan data konstruksi ini sebenarnya telah lama dimulai sejak tahun 2011, yang dilakukan untuk mengembangkan Satellite Account Sektor Konstruksi. Satellite Account sector konstruksi adalah sistem data yang rinci dan menyeluruh mengenai hubungan keterkaitan antara sector konstruksi dengan sektor sektor ekonomi yang lain. Satellite Account memberikan gambaran mengenai performa (kinerja) ekonomi sector konstruksi dalam skala makro (nasional). Pembangunan sector konstruksi yang menekankan pada hubungan/keterkaitan antar sector dapat digambarkan dan diukur melalui sistem data yang komprehensif dan rinci, yang dikenal dengan Satellite Account Tabel InputOutput Sektor Konstruksi. Untuk memelihara data dan informasi terkini
yang terkandung di dalamnya, maka akan dilaksanakan updating satellite account Sektor Kontruksi APBN PU perTahun Anggaran.
Beragamnya data dan informasi tentang konstruksi selama ini mendorong Badan Pembinaan Konstruksi dan Badan Pusat Statistik (BPS) sepakat untuk menjalin kerjasama dalam hal penyediaan dan pertukaran informasi. Kerjasama ini diharapkan akan lebih memberikan kepastian data dan informasi konstruksi yang selama ini beragam. Kerjasama tersebut meliputi penyediaan data konstruksi terkait sumber daya konstruksi yang terdiri dari data penyediaan data tenaga kerja konstruksi serta data material dan peralatan konstruksi di seluruh provinsi di Indonesia. Selain itu, kebutuhan data penting lainnya adalah terkait penentuan struktur gaji tenaga ahli bidang konstruksi yang akan dijadikan sebagai acuan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam mengeluarkan besaran standar minimum upah konsultan, serta data statistic registrasi dan sertifikasi penyedia jasa.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Badan Pembinaan Konstruksi dan Badan Pusat Statistik (BPS) akan membentuk jaringan sistem informasi bersama dan kerjasama publikasi. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran data konstruksi secara parsial sehingga menyebabkan informasi menjadi tidak utuh. Kerjasama publikasi ini juga mencegah terjadinya perbedaan angka terhadap informasi konstruksi yang disajikan.
Permasalahan Survei KonstruksiSaat ini, Badan Pusat Statistik telah
melakukan survey konstruksi. Namun, pada pelaksanaan survey tersebut seringkali menemui kendala di lapangan. Respon terhadap pelaksanaan survey konstruksi dirasakan cenderung lambat. Hampir 25% data yang masuk tidak dapat diolah oleh BPS karena terjadi ketidaklengkapan pengisian kuesioner. Hal ini disebabkan oleh banyaknya lembaga yang melakukan survey terhadap badan usaha dan asosiasi konstruksiyang menyebabkan hilangnya konsentrasi responden dalam mengisi kuesioner. Ketidaklengkapan pengisian data dapat menyebabkan
terjadinya ketidakakuratan data yang disajikan oleh BPS. Selain itu, diakui pula oleh BPS bahwa jumlah responden yang mengikuti survey konstruksi hanya sebesar 60% sehingga seringkali data tidak dapat menggambarkan kondisi aktual. Untuk itu, BPS membuka kerjasama bagi sector terkait, seperti halnya Badan Pembinaan Konstruksi untuk dapat memberikan kompilasi data dalam rangka meningkatkan akurasi data konstruksi yang dihasilkan.
Tindak lanjut kerjasamaDalam mendukung sensus ekonomi
pada tahun 2016, Badan Pembinaan Konstruksi siap memberikan dukungan baik berupa bantuan pendampingan, biaya dan penerbitan Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ke seluruh badan usaha jasa konstruksi dan asosiasi kontruksi untuk dapat membantu BPS dalam melakukan survei. Selanjutnya, kedua pihak akan segera menjadwalkan kembali pertemuan untuk membahas kebutuhan data konstruksi yang akan dikerjasamakan serta pembahasan lebih lanjut mengenai cara penentuan indicator dan pengukuran sehingga data yang dihasilkan benarbenar mempresentasikan kondisi nyata. Sebagai langkah awal, BPS akan melakukan inventarisasi data yang sudah ada, serta memilah datadata yang dapat diolah kembali menjadi informasi data konstruksi. BPS sangat menghindari adanya survey baru karena hal tersebut akan menghabiskan waktu yang lama dan biaya yang besar.
Dengan adanya kerjasama ini, diharapkan Badan Pembinaan Konstruksi dengan BPS akan memberikan informasi konstruksi yang lengkap, akurat dan terpercaya. Ke depannya, informasi konstruksi dapat memberikan kemudahan bagi stakeholder terutama penyedia jasa untuk mendapatkan harga material termurah, serta ketersediaan peralatan, material, dan tenaga kerja pada setiap provinsi di Indonesia. Bagi Badan Pembinaan Konstruksi, keakuratan dan keterkinian data akan mempermudah proses perumusan kebijakan pembinaan jasa konstruksi yang tepat sasaran dan efektif. n
(Dic/niK)
RINTISAN KERJASAMA BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KEMENTERIAN PU DAN PERUMAHAN RAKYAT DENgAN BADAN PUSAT STATISTIK
KERJASAMA
20 Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
OlEH : SRi SuMaRni, SH(PEMBINA JASA KONSTRUKSI MUDA BALAI PELATIhAN KONSTRUKSI WILAYAh III BANJARMASIN)
Banjarmasin Pembangunan infrastruktur di Indonesia telah berjalan lebih dari 60 tahun. Selama rentang waktu tersebut, banyak manfaat telah dirasakan
oleh masyarakat. Jalan, jembatan, gedung bertingkat, bendungan, dan lain sebagainya telah berhasil dibangun anak bangsa untuk kemajuan bangsa. Semua produk konstruksi tersebut telah berhasil menghubungkan daerahdaerah terpencil dan memudahkan kehidupan masyarakat yang kemudian membawa harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Namun di sisi lain pembangunan infrastruktur juga tidak sedikit menyumbang kerusakan lingkungan. Kerusakan tanah akibat eksplorasi lahan yang tidak terkontrol, penyempitan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berakibat banjir, hanyalah beberapa contoh dari kerusakan akibat pekerjaan konstruksi. Pada dasarnya hal ini ternyata bukan hal baru. Ibarat dua sisi mata uang, Pembangunan Infrastruktur harus dimaknai dan dipersiapkan tidak hanya untuk mengambil keuntungan semata tetapi juga resiko yang mungkin timbul akannya.
Tidak hanya di Indonesia, ternyata isu dasar yang dihadapi oleh hampir semua bangsa adalah menjaga keseimbangan antara kegiatan pembangunan ekonomi yang memanfaatkan sumber daya alam dengan daya dukung lingkungan hidup yang terbatas. Pembangunan industri, termasuk industri konstruksi, sangat mempengaruhi kualitas lingkungan. Proses kerusakan, perusakan, dan pencemaran lingkungan terus berlangsung dan meningkat.
Secara prinsip pembangunan berwawasan lingkungan telah disepakati, namun pelaksanaan konsep tersebut belum terkoordinasi dan selaras pada
setiap pengambilan keputusan dari arah global sampai ke arah nasional, bahkan daerah atau lokal. Hal ini menyebabkan eksploitasi sumber daya alam lebih besar dari pengelolaan sumber daya alam dan ekosistem yang berkelanjutan. (qolilwicaksono12.wordpress.com/2014/10/10/dampak-lingkungan-pada-pembangunan-pabrik-baru-pt-semengresik-tbk)
Hal itulah yang menjadikan prinsip konsep keberlanjutan atau konsep hijau pada proyek Infrastruktur sangat diperlukan. Ada tiga prasyarat utama yang harus terpenuhi agar Infrastruktur hijau dapat terwujud, yaitu sistem nilai, kelembagaan, dan teknologi. Sistem nilai, berarti konsep green harus diterima, dipahami, dan dilaksanakan oleh seluruh pemangku kepentingan.
Prasyarat kelembagaan berarti tanpa adanya kelembagaan yang mendukung dan fungsional akan sulit mencapai suatu kota hijau yang berkelanjutan. Sedangkan teknologi berarti pembangunan akan selalu membutuhkan teknologi. Tidak hanya berupa fisik, tapi juga pengetahuan untuk membantu pengambilan keputusan.
Infrastruktur di Kota Seribu SungaiKita telah mengetahui Kota Banjarmasin
sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Selatan. Namun tidak hanya sebagai ibukota, Banjarmasin ternyata juga dikenal sebagai kota Seribu Sungai atau kota delta atau kota kepulauan sebab terdiri dari sedikitnya 25 buah pulau kecil (delta) yang merupakan bagianbagian kota yang dipisahkan oleh sungaisungai diantaranya pulau Tatas, pulau Kelayan, pulau Rantauan Keliling, pulau Insan dan lainlain (sumber : Wikipedia.org)
Secara geografis, Banjarmasin juga memiliki posisi yang sangat strategis
yang menjadikannya sebagai pusat pemerintahan sekaligus pintu gerbang nasional dan kotakota pusat kegiatan ekonomi nasional. Karena itulah, sudah selayaknya Kota Banjarmasin ditingkatkan statusnya menjadi Pusat Kegiatan Nasional di masa mendatang.
Kemajuan suatu bangsa tidaklah mungkin bisa tercapai tanpa dukungan infrastrukturnya. Karena itulah pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah di Indonesia sedang giatgiatnya digalakkan di Indonesia, termasuk di Banjarmasin.
Di penghujung Tahun 2014 misalnya, masyarakat kota Banjarmasin sudah dapat menikmati pembangunan Jembatan Flyover Gatot Subroto. Pembangunan jembatan layang ini merupakan bagian dari kegiatan ground-breaking dan peresmian proyekproyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
FLY OVER GATOT SUBROTO, IKON KOTA BANJARMASIN & KONTROVERSINYA
Secara geografis, Banjarmasin juga memiliki posisi yang sangat strategisyang menjadikannya sebagai pusat pemerintahan sekaligus pintu gerbang nasional
dan kota-kota pusat kegiatan ekonomi nasional.
info utama
21Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
Indonesia (MP3I) Provinsi Kalimantan Selatan.
Penantian untuk menikmati jembatan layang itu cukup lama, dua tahun sejak diresmikan oleh Presiden RI saat itu DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Pembangunan jembatan ini menjadi solusi akan padatnya lalu lintasnya setiap hari. Selesainya pembangunan jembatan layang ini menjadi salah satu infrastruktur kebanggaan atau ‘icon’ bagi warga Kota Banjarmasin, dimana sebelumnya warga kota sudah memiliki ‘icon’ yaitu Menara Pandang dan Water Front City Kota Banjarmasin yang terletak di sepanjang siring sungai Martapura yang membelah kota Banjarmasin.
Kini, kedua Infrastruktur yang dibangun itu telah menjadi Ikon kota yang cukup membanggakan msayarakat di daerah ini. Kota Banjarmasin tampak lebih semarak dan hidup khususnya di malam hari. Hal ini sejalan dengan kecenderungan saat ini, di mana jembatan yang dibangun di suatu daerah tidak sekedar menjadi alat penghubung, tetapi dapat pula menjadi “ICON” daerah tersebut (Ir. Herry Vaza,
M.Eng.Sc dalam presentasinya pada Workshop Kompetisi Jembatan Indonesia ( KJI ) Ke 4 di Jakarta).
Sebagai ‘icon’ baru, masyarakat Banjarmasin patut berbangga karena dengan adanya jembatan yang memiliki panjang total 550,40 meter dengan empat jalur dua arah ini, transportasi akan lebih mudah untuk menunjang kegiatan masyarakat. Namun ternyata dari semua kebanggaan tersebut terselip cerita bagaimana pekerjaan konstruksi juga ‘sempat’ memberi gangguan terhadap lingkungan sekitar.
Selama dua tahun periode pembangunan, masyarakat pemakai jalan raya harus berhatihati jika berada di lokasi proyek pembangunan flyover. Lokasi proyek merupakan tempat pertemuan Jalan A. Yani dan dan persimpangan Gatot Subroto di KM 34. Berbagai jenis kendaraan baik roda empat maupun roda dua harus antri melewati proyek pekerjaan flyover. Memang cukup mengkhawatirkan, mereka harus melewati lokasi proyek dimana mesinmesin dan tower crane tengah bekerja tepat di kepala
pengendara kendaraan. Bahkan sampai terjadi kecelakaan
alat crane tower jatuh di lokasi proyek, yaitu tepatnya Sabtu, 22 Pebruari 2014 terjadi kecelakaan kerja akibat alat berat berupa crane tiang pancang jatuh di lokasi proyek. Beruntung kejadian ini tidak sampai menimbulkan korban jiwa. (PP Bertanggungjawab Korban Kejatuhan Alat Berat, Antara, Gunawan Wibisono, Minggu, 23 Pebruari 2014). Meskipun dari mereka ada yang dilarikan ke rumah sakit karena shock atas jatuhnya benda tersebut. Beberapa kendaraan rusak berat karena tertimpa crane tower.
Tidak hanya itu, selama pelaksanaan pembangunan jembatan layang berbagai masalah sosial timbul sebagai dampak dari pekerjaan proyek. Salah satunya timbul karena para pedagang makanan di sepanjang jalan A. Yani tidak dapat berjualan lagi. Mereka mengeluh dengan keadaan ini, pekerjaan proyek dianggap cukup lama sehingga sangat berimbas terhadap penghasilan ataupun perekonomian masyarakat di sepanjang jalan yang terkena proyek. Pendapatan para pedagang mengalami penurunan yang cukup drastis bahkan harus gulung tikar karena pedagang tidak leluasa berdagang di tempat itu (Masyarakat Keluhkan Pembangunan Flyover, Antara, Gunawan Wibisono, Jumat, 16 Agustus 2013).
Di sisi lain proyek juga dapat mengganggu distribusi air bersih PDAM Bandarmasih Banjarmasin kepada 80 ribu pelanggan PDAM. Dimana PDAM harus memindahkan jaringan PDAM dengan menyediakan biaya sebesar Rp. 5 Miliar (Proyek FO Gatsu Ancam 80 Ribu Pelanggan PDAM Banjarmasin, Antara, Ardi Mandiri, Kamis, 14 Pebruari 2014). Tak hanya itu, setelah tinggal finishing proyek, terjadi pencurian beberapa batang pohon akar pinang merah dan perusakan potpot kembang ( Warga Diminta Jaga Taman Fly Over, SKH Barito Post, Kamis, 4 Desember 2014 )
Disadari kontroversi yang timbul sebagai dampak dari pembangunan FO merupakan resiko yang harus ditanggung bersama. Dengan adanya contoh dua sisi mata uang pembangunan Infrastruktur tersebut, penulis tidak hendak mempermasalahkan manakah yang seharusnya didahulukan, apakah konstruksi atau keberlangsungan lingkungan. Hanya hendak mengetuk hati para pemangku kepentingan di sektor konstruksi sekaligus masyarakat bahwa harus ada kearifan dan kesepakatan bersama pada saat melaksanakan proyek Infrastruktur. Agar manfaat pembangunan Infrastruktur tidak hanya sesaat, tapi sejak sebelum, saat ini, dan hingga selamalamanya. n
(EDiTOR : Tw)
PEMBANgUNAN INFRASTRUKTUR
22 Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015
lPJK Nasional mengadakan kembali acara Penyerahan Sertifikat Lisensi Unit Sertifikasi Tenaga Kerja (USTK) Masyarakat KNIBB ( Komite Nasional Indonesia untuk Bendungan Besar) yang dilaksanakan pa
da tanggal 13 Januari 2015 bertempat di Ruang Serbaguna Lantai 8 Gedung Ditjen SDA dan Ditjen Taru, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Penyerahan Sertifikat Lisensi diserahkan oleh Ketua LPJK Nasional, Bapak Ir. Tri Widjajanto kepada Ketua Umum KNIBB, Bapak Hari Suprayogi, M.Eng. Acara ini sekaligus Pengukuhan Pengurus Komite Eksekutif KNIBB Periode 20142016. Dihadiri oleh Bapak Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Dr. Ir. M. Basoeki Hadimoeljono, M.Sc.
Diharapkan dengan terbentuknya Unit Sertifikasi yang dikelola oleh masyarakat seperti KNIBB akan memberikan pilihan bagi pemohon sertifikat dalam peningkatan kualitas kompetensi Tenaga Kerja Bendungan Besar. n
PENYERAHAN SERTIFIKAT LISENSI USTKBENDUNgAN MASYARAKAT KNI-BB
SERTIFIKASI TENAgA KERJAinfo utama
4 Buletin Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Edisi I / 2015KOMPETENSI INTEGRITAS TRANSPARANSI AKUNTABILITAS
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSIKEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYATREPUBLIK INDONESIA
DISIPLIN,Cerminan Pribadi KitaSelalu memanfaatkan waktu dengan baik,konsisten dalam menjalankannya,menjadi teladan bagi rekan kerja.
Direktorat Jenderal Bina KonstruksiKementerian Pekerjaan Umum danPerumahan Rakyat
Recommended