View
91
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
PSIK Universitas Brawijaya 2010 SAP.Ebook ini merupakan kumpulan cerita Profesi Keperawatan yang di dedikasikan untuk mengenang perjuangan para pencari ilmu Keperawatan. Semoga perjuangan keras yang kita tempuh dapat memberikan manfaat bagi diri pribadi dan orang lain. Semangat..!!!
Citation preview
1
2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.... Apa khabar teman-teman sekalian?, semoga kalian semua dalam keadaan sehat dan selalu dalam lindunganNya. Kangen ndak dengan Malang, khususnya Universitas kita tercinta Brawijaya? Bagaimana dengan PSIK FKUB? Sudah berapa lama kita berpisah? Oh.. masih dua tahun yah... rasanya koq ya sudah puluhan tahun... Yak sesuai dengan janji saya bertahun-tahun yang lalu, Alhamdulillah dengan mengucap “Bismillahirrohmanirrohim” buku dengan judul “DREAM, When Every Person Try to Break The Comfort Zone” resmi di rilis dalam bentuk E-Book pada 09 Mei 2014 Pukul 21:13 Saya meyakini bahwa rekan-rekan sekalian merupakan seseorang yang memiliki semangat juang tinggi. Menempuh perjalanan jauh dan berusaha keras agar dapat diterima di Universitas ini. Ya.. saya yakin semua yang mendaftarkan diri untuk diterima di sini telah berusaha keras, namun nampaknya usaha keras anda mengalahkan mereka yang tersingkir pada ujian masuk dan andalah yang berhak menduduki salah satu dari 50 kursi itu. Bahkan sebagian dari anda rela meninggalkan kenikmatan yang sudah diraih, baik berupa materi maupun ketenangan batin bersama keluarga dan rekan kerja untuk menggapai mimpi dan berjuang kembali bersama kami. Untuk itulah saya mencoba menggambarkan semangat anda dengan menuangkannya kedalam judul di atas. Sangat tidak mudah memutuskan mengambil langkah untuk melanjutkan S1, selalu saja ada hambatan baik dalam diri maupun lingkungan kita. Namun akhirnya anda memutuskan sesuatu yang penuh risiko dan berhasil melaluinya. Saya sangat senang mendengarkan. Saya sering mendengarkan bagaimana sulitnya bekerja di kampung halaman anda. Anda menceritakan fasilitas yang kurang memadai, jauh dari pusat kota dan harus berhadapan dengan beratus-ratus kepala keluarga seorang diri. Melakukan pengobatan hingga menolong persalinanpun hanya dengan berbekal kedua tangan dan do’a kepada Allah. Semakin anda bercerita tentang kesulitan-kesulitan yang anda hadapi, semakin saya meyakini bahwa anda memang diciptakan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Anda juga bercerita jika tempat anda sangat terpencil, ha...x3 yaa... apakah anda yang dulu melepas sendal saat hendak masuk ke Matos...?. tidak tahu yang namanya flash disk, dan setelah beli flash disk marah-marah karena anda baru tahu kalau flash disk ukurannya hanya segede jempol, padahal anda berpikir bahwa dengan harga yang ratusan ribu itu anda bisa dapat yang ukurannya lebih gede. Menunggu teman saat hendak naik ke ruang kuliah lantai 4 karena tidak tau cara mengoperasikan lift? Dan tidak lama setelah lift meluncur anda merasa mual seperti orang mabuk. Ha....3x dibalik itu semua saya tetap kagum terhadap anda, karena semangat anda yang luar biasa. Saya ucapkan salut juga bagi teman-teman yang berasal dari kota. Anda memutuskan melanjutkan studi agar dapat menambah wawasan, menjadi lebih profesional karena memperjuangkan status agar tidak dipandang lebih rendah dari rekan kita dari profesi yang lain. Anda mempelajari mengenai hukum-hukum keperawatan, mempelajarinya agar tau mana yang boleh kita lakukan dan mana yang tidak. Anda juga banyak berjuang untuk PPNI agar segera dapat terwujud UU Keperawatan yang kita idam-idamkan. Anda mencari banyak informasi yang mungkin dapat diaplikasikan nanti di tempat anda bekerja. Yaah.. itu adalah semangat yang anda bawa ke dalam ruang kuliah ini.
3
Dan akhirnya memang judul inilah yang pantas saya gunakan untuk menggambarkan kumpulan manusia yang berusaha menggapai cita-cita. Melepas segala bentuk kenyamanan, bekerja keras dan berjuang tak kenal lelah dan akhirnya tiada mimipi yang terlalu besar, karena mimpi merupakan separuh usaha. Selamat berjuang kawan...
Kepanjen, Mei 2014
Ttd Redaktur
4
DAFTAR ISI
FLASH BACK, Selvie The 5
MELAJU, MELAMBAT, BERHENTI DAN MENINGGALKAN, Nanang Bagus Sasmito 7
PSYCHIATRI, DEPARTEMEN ASAM GARAMKU, Maman Suparman 14
PETIR BUATAN EMAK, Nasrullah 17
PSK, Ervi Setyorini 31
SESUATU YANG TIDAK TERLUPAKAN, MEMORIAM OF PROFESION, Lilik Nurhidayati 37
BEAUTIFUL STORY ABOUT MY PROFESION, Neneng Siti Robanah 40
BERLAYAR, Aini Moeffidah 42
INI WARNAKU, MANA WARNAMU?, Galuh Kumalasari 45
CATHETER, Gemi Rahayu 48
UPS SALAH, Winda Dwi Saputro 50
PERUBAHAN HARIMAU YANG MENAKUTKAN, Dwi Ari Shandy Widiawan Putra 52
WOUND, Mubin Barid 60
JUST A NOTE, Aguslan Efendi 65
JAS LAB!, Ni Putu Norma Yustisia 68
TO (bacco) DAY, Adinda Devi Amelia 71
GARA-GARA KAKEK-KAKEK, Insetiya Nesvi Wida 73
5
FLASH BACK - Selvie The -
Hello hello…..!! Aloha….!!
Waaah… Benar-benar kangen juga, lama tak jumpa orang aneh yang satu ini dengan teman-
teman, bapak, ibu, semua……
Sebelumnya saya haturkan mohon maaf dari yang sekecil-kecilnya sampai yang sebesar-
besarnya, karena yang saya bagikan disini agak menyimpang dari tema sebenarnya sesuai
kesepakatan bersama. Apa daya diri ini belum sempat mengecap dunia Profesi Keperawatan Ners
bersama teman-teman PSIK B 2010 saat tulisan ini dibuat hehehe…… (^υ^)
Kehidupan profesi D3 keperawatanku selama menuntut ilmu di Program Studi Keperawatan
Masohi di Maluku bisa dibilang aman-aman saja. Walaupun secara tak langsung pernah merasakan
semprot perawat senior sampai pembimbing klinik yang notabene orang Ambon atau Maluku secara
umum penganut paham kosakata sarkastik, volume layaknya ombak pecah di batu karang plus tidak
mengenal adanya tanda baca “titik”, “koma”, dll., mengalir saja seperti air terjun (alay gak ya…??
wkwkwk), tapi bersyukur semuanya bisa berjalan mulus dan tidak ada tanggungan. Harus pintar-
pintar menjaga sikap, sifat, rajin, patuh. Namanya juga mahasiswa praktik, ya ikut saja aturan
tempatnya. Karena kalau tidak, sekali kena semprot tuh rasanya sakiiiiiiiiit banget. Tak jarang rekan-
rekan yang jadi korban letusan gunung berapi bahkan di depan pasien dan keluarga pasien sekalipun
dibuat jadi down, apalagi kalau sampai terlibat masalah pribadi dengan mereka, ke tempat dinas pun
ikut terbawa-bawa. Namun tidak semua orang seperti itu, tergantung sikon apalagi kalau masalah
bersumber dari mahasiswa itu sendiri. Afterall, positif-negatifnya tetap menjadi sesuatu yang
mewarnai duniaku. Secara umum mungkin tak jauh berbeda dengan pengalaman teman-teman AON.
Ada beberapa poin favoritku saat menjalani program profesi waktu itu baik yang menye-
nangkan, menjengkelkan, bahkan yang tidak pernah kualami sebelumnya. So let’s cekidot:
Menjadi cleaning service adalah hal yang biasa. Kerja rodi di kamar mandi dan toilet bangsal
pasien kelas III pun pernah dirasakan hehehe. Mudah-mudahan generasi selanjutnya tidak lagi
merasakan seperti itu.
Beberapa kali menemui hal magic seperti teman yang “kerasukan roh/setan”. Lucunya ketika
bertemu dengan roh yang ngaku-ngaku penghuni Rumah Sakit Khusus menjelang waktu subuh.
Dari tampilan awalnya yang garang sampai bisa asyik ngobrol ketawa-ketawi dengan kita
sebelum dia pulang ke dunianya (jadi bingung, keadaannya harus menyeramkan atau lucu, yang
jelas ekspresiku biasa saja. Aneh….hehehe)
6
Paling menjengkelkan: dimulai dari wilayah sendiri, luar kota, sampai magang ke ibukota negara
pun selalu mendengar pertanyaan yang sama dari mulut senior atau pasien dan keluarga yang
intinya: “Sebenarnya kamu orang mana sih?”,“Kenapa sih kamu pilih jadi perawat?”, dan embel-
embelnya lantaran mungkin terlihat sedikit beda dari orang Ambon asli serta jarang bertemu
perawat dengan latar belakang tampilan sepertiku. Serasa panas tiba-tiba, tapi anak aneh ini
cuma menjawab dengan senyuman khas yang memang aslinya tidak simetris dari sononya
sambil berkata “Aku lahir dan dibesarkan di Ambon. Memang ini keinginanku hehe…”, seraya
dalam hati ngomel “Lha kenapa? Memangnya itu pekerjaan yang buruk? Trus aku tak bisa hidup
kalo jadi perawat? Memangnya anda pikir siapa atau orang mana juga yang jadi perawat di negri
seberang yang anda maksud asalku itu?? Kan sama saja”. Semoga tidak lagi menemukan hal
yang sama ketika menjalankan profesi di Malang nanti.
Magang di ibukota negara sangat menyenangkan walaupun hanya dalam waktu yang singkat,
memberikan kesempatan mempelajari beberapa hal baru yang tidak sempat didapatkan di
Maluku dengan atmosfer yang berbeda pula.
Paling menyenangkan: setelah memilih dunia perawat, saya bisa agak terlepas dari kungkungan
tirani keluarga yang menjadikan diri ini “kuper” dan tidak bebas bersosialisasi. Sampai saat ini
pun tidak sedikit dampaknya membayang. Hmm….masih butuh proses untuk mengubah hal
nega-tifnya. But afterall, they’re my family, I’m soo proud of them and they’re still be my true
love.
Sebenarnya masih banyak yang bisa dituliskan, tapi kurasa itu saja yang berkesan dan bisa
kubagi dengan teman-teman AON (inipun kepanjangan, sorry ya….. v ^ υ ^ v).
Akhir kata, secara pribadi, sekali lagi mohon maaf bila anak aneh ini pernah melakukan
sesuatu yang menyinggung & menyakiti teman-teman AON semua, baik yang sengaja maupun tidak
disengaja, sadar maupun tak sadar. Kutitipkan SALAM MARISA & SALAM PERAWAT buat semua…
(^υ^)
Semoga dimudahkan kita jalan oleh-Nya untuk menggapai dan menjalankan cita-cita. Amien.
Malang, Januari 2013 With love, Selvie The
7
MELAJU, MALAMBAT, BERHENTI DAN
MENINGGALKAN -Nanang Bagus Sasmito-
Makar merayap di kaki tetiang langit .
Bumi menangis takutkan awan hitam .
Selamanya bumi berselubung selimut hitam kelam .
Selamanya bumi diam dipijak malam .
Pengorbanan untuk Dunia padaku terlalu mahal
Kalau kerja mesti membawaku ke syurga
Apa artinya bekerja kalau akhirnya ke neraka
Maka keridhaan Allah adalah dasar sebenar kepada cinta.
Kalau selama ini matamu berat dibuka dari pejaman yang dalam, hari ini kau berada di posisi
yang berbeda. Entah apa yang merasuk sampai ribet dan kacau fikiranmu bila terjaga disisi Ibu
dinihari tadi yang mengharapkanmu untuk hidup lebih layak lagi. Engkau tidak meminta. Engkau
tidak pula berdo’a mengharapkannya. Tetapi engkau tidak terus lemas di dalam perasaan
kebimbangan yang mendalam. Jiwamu belum buta. Engkau tahu bahwa pekerjaan adalah pilihan,
bukan Allah Ta’ala yang perlu diutamakan. Maka engkau tidak harus terlalu lama membiarkan diri
bertarung dengan raksasa perasaan itu.
Al-Insan (Hamba/manusia), sangat erat pengakarannya dalam bahasa Arab dengan An-
Nisy’yan (Tempat lupa dan salah). Jadi jangan heran, jika kita sering mendengar kita sering disalahkan
karena memang kita salah dan tidak mau di bilang salah.
Cerita ini berawal ketika liburan pertengahan profesi lalu, lebih tepatnya pada saat Idul Fitri
1433 H. Seperti biasa Abu Nuril pulang ke daerah asalnya, Nganjuk. Karena pada saat pulang itu
masih bernuansa Ramadhan, maka Abu Nuril mengikuti adat sebagian ummat muslim yang giat
berlomba-lomba meningkatkan ibadah. Baik dengan memperbanyak shalat malam, meningkatkan
hafalan atau bertambah seringnya dalam mengikuti kajian. Atas ijin Allah Abu Nuril bertemu dengan
Ustadz yang lama sudah tidak berjumpa karena sang Ustadz sedang menimba ilmu di Darrul Hadits,
Dammaj, Yaman.
Seperti biasa karena Abu Nuril sudah lama tidak bertemu dengan Ustadz tersebut, maka
mereka berdua pun bersua dengan sangat akrabnya sampai tidak ada yang memisahkan dan yang
menjadi pemisah hanya ilmu diantara mereka berdua. Ah, terlalu berbellit-belit. Langsung saja,
sebenarnya, saya hanya ingin berbagi ilmu mengenai bukti kebenaran dari perbincangan itu.
8
Perbincangan yang membedakan antara “Keperawatan” dan “Islam”. Kegalau-an ini berawal dari
sebuah nasehat yang sangat berisi kebenaran.
Ustadz : Yaa Abu Nuril.. Antum (kamu) sekolah atau bekerja?
Abu Nuril : Na’am (Iya) Ustadz, ana (saya) sedang kuliah dan insya Allah dalam tahap akhir.
Atas ijin dan Ridlo Allah insya Allah ana selesai akhir Januari.
Ustadz : Subhanallah wal hamdulillah.. Antum kuliah dimana? Ambil jurusan apa?
Abu Nuril : Ana di Malang, di Universitas Brawijaya ambil jurusan Keperawatan.
Ustadz : Subhanallah.. Keperawatan, berarti antum sanggup membantu kesembuhan
saudara-saudara kita yang sedang sakit?
Abu Nuril : Tidak Ustadz, semua kesembuhan hanya milik Allah Subhanahu wa ta’ala.
Ustadz : Jika sudah lulus, antum ingin bekerja dimana yaa Abu Nuril?
Abu Nuril : Iyaa Ustadz, insya Allah dalam jenjang S1 Keperawatan ada 2 mayoritas jalur yang
dapat dipilih. Yang pertama adalah bekerja di pelayanan seperti perawat yang ada
di Rumah Sakit dan jika tidak itu pilihan kedua adalah menjadi pengajar bagi siswa
keperawatan.
Ustadz : Antum rencana memilih jalan yang mana untuk menghidupi anak dan istrimu
kelak? Pilih yang terbaik yaa Abu, ingat banyak istri yang shalihah yang selalu
mengatakan “Saya dan anak-anakmu lebih sabar menahan lapar, tetapi kami tidak
sabar jika harus terlempar neraka karena memakan hartamu yang tidak halal”.
Abu Nuril : Insya Allah Ustadz, semoga ana mampu menjaga anak dan istri ana dari neraka
karena selalu memberi rizky yang halal. Insya Allah ana lebih memilih bekerja jadi
pendidik untuk mahasiswa keperawatan.
Ustadz : apakah antum sudah yakin yaa Abu Nuril atas pilihan tersebut? Ingat Abu, antum
kelak di akhirat tidak akan di-hisab (ditanya/diperhitungkan) ketika di dunia
bekerja jadi apa? Tapi yang akan di tanya tentang harta adalah darimana dan
bagaimana antum mendapatkan dan antum kemanakan harta yang antum dapat?
Abu Nuril : Maksudnya bagaimana Usdatz? (memasang wajah yang kepow dan mulai ragu
dengan pilihanny)
Ustadz : Begini yaa Abu, Apa antum yakin ketika mengajar di duni keperawatan kelak yang
antum dapatkan hanya manfaat saja? Ada kemudloratan yang besar, ada hal-hal
yang melanggar agama Allah Subhanahu wa ta’ala yang mungkin nanti akan
memberatkan dan memperlambat kita pada hari pembalasan kelak.
Abu Nuril : Bagaimana maksudnya Ustadz? Apa ini nanti akan berhubungan dengan
“ikhtilath” (larangan Ikhtilath dapat diartikan sebagai larangan percampuran atau
9
dapat juga diartikan berdesak-desakan antara laki-laki dan perempuan yang
bukan mahram) dan “ghadul bashor” (menundukkan pandangan pada hal-hal
yang belum halal baginya)?
Ustadz : Na’am yaa Abu (Iyaa yaa Abu). Alhamdulillah antum tidak lupa masalah ikhtilath
dan ghadul bashar itu. Bukankah ketika ada dosen ikhwan mengajar dalam dunia
keperawatan, pastinya dosen itu bercampur dengan akhwat? Apakah nanti ketika
antum mengajar bisa benar-banar menjamin akan ghadul bashar?
Abu Nuril : (Menjadi semakin tegang dan bingung, karena harapan akan dunia yang sudah
ditata dalam hati Abu Nuril dan kedua orang tuanya sudah pasti sangat tinggi,
namun pada saat itu dia harus mulai menata untuk menghancurkan dan memilih
jalan yang insya Allah lebih di cintai Allah Subhanahu wa ta’ala dan Di Ridlo-i Allah
Subhanahu wa ta’ala).
Ustadz : Yaa Abu Nuril, antum tidak lupa akan pesan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam
kitab-Nya yang berbunyi :
1. “Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah (Q.S Al-Ahzab : 33)
2. Katakanlah kepada orang Mukminat: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang zahir sahaja. Dan hendaklah
mereka menutupkan kain tudung ke dadanya. Dan janganlah menampakkan
perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah
suami mereka, atau anak-anak mereka, atau anak-anak suami mereka (anak
tiri), atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau anak-anak saudara laki-laki
mereka, atau anak-anak saudara perempuan mereka, atau sesama wanita,
atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang
tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum
mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka menghentakkan
kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka tersembunyi. Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang yang beriman supaya
kamu beruntung. (Q.S An Nur :31)
3. “Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau dan sesungguhnya Allah Subhanahu
wa ta’ala menjadikan engkau (hidup) silih berganti padanya, maka Dia
melihat apa yang engkau lakukan. Maka takutilah dunia an takutilah wanita,
10
sesungguhnya permulaan fitnah bani Israel adalah wanita. (H.R Muslim
:2742)
4. “Aku tidak meninggalkan satu fitnah yang lebih berbahaya terhadap laki-laki
dari pada perempuan”. (H.R Bukhari : 2741)
Dari dalam ayat-ayat yang mulia ini yaa Abu, sudah sangat jelas akan larangan
untuk bercampur secara langsung antara ikhwan dan akhwat.
Abu Nuril : (Semakin bercampur rasa hatinya, antara memahami kebenaran dan pengingkaran
karena mimpinya yang tertanam sejak dulu harus segera mulai ditata ulang).
Lantas ana harus bagaimana Ustadz? Apa menjadi perawat pelaksana saja? Padahal
ana lebih paham banyak larangan yang ada pada perawat pelaksana itu. “Ikhtilath”
ada, ghadul bashar juga sulit dan bahkan ana sering menyentuh akhwat yang bukan
mahram ana, meski jelas niat ana menolong tapi ana juga paham pada saat
menolong itu belumlah daruri (darurat).
1. "Seseorangditusukkepalanyadenganjarumbesilebihbaikdaripadamenyentuhwa
nita yang tidak halal baginya.”
2. Sungguh,
jikaseseorangdipukulsampaimenembustulangkepalanyaadalahlebihbaikdaripadak
epalanyadisentuholehtanganseorangwanita yang tidak halal baginya. Dan
sungguh, seandainyaseseorangmenderitalepra yang
parahhinggamenembustulanglengannyaadalahjugalebihbaikbaginya,
daripadaiamembiarkanseorangwanitameletakkanlangannyake alas lengannya,
padahalwanitaitutidak halal baginya. "
Ustadz : Ana tau yaa Abu, berat untuk antum dalam memilih pada saat ini. Tapi sekarang
antum juga sudah tau akan semua ilmu, jika antum melanggar maka antum
tergolong orang yang fasik dan munafik. Ingat Abu, ancaman Allah Subhanahu wa
ta’ala terhadap golongan orang munafik dan golongan orang fasik. Antum masih
muda, antum belum menikah, jadi antum masih punya banyak pilihan tentang
dunia kerja. Peliharalah keturunanmu dengan dan dari harta yang benar-benar
halal. Abu, kehati-hatian dalam beragama itu sangat diperlukan maka berhati-
hatilah dalam memahami agama ini dan harus berdasarkan contoh orang shelih
sebelumnya.
Abu Nuril : Na’am Ustadz. Jazakallahu khair. (Iya, Ustazd, terimakasih dan semoga Allah
membalas dengan kebaikan).
Waassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
11
Ustadz : Barakallahu fiika...
Wa’allaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bukankah Islam itu suci, sesuci embun pagi?
Bukankah Islam itu mulia dan tinggi?
Bukankah cinta itu datang dari kebersihan hati lalu melahirkan kemuliaan budi, kasih dan
kepekaan jiwa?
Semua menjadi rancu. Hari-hari dilalui hambar, yang lain bingung dengan profesi tapi Abu
Nuril bingung mengakhiri profesi. Hancurkanlah semua yang bisa dihancurkan, tapi tidak hati
seorang manusia yang takut pada Allah Subhanahu wa ta’ala, karena di sanalah sesungguhnya Allah
Subhanahu wa ta’ala bertahta. Aku tidak ingin membela diri. Karena tidak punya kekuatan. Hatiku
bimbang dengan tak bertuan. Namun, masih dapat mencoba memahami dengan seraya mencari
solusi. Dalam masa ini, berdiam diri lebih baik untukku dari pada mengeluarkan diri dari kenyataan.
Solusi terus dicari, solusi terus dinanti. Akankah dunia keperawatan harus aku tinggalkan,
sedangkan aku yakin bahwa orang-orang perawatan memerlukan sentuhan Islam didalamnya. Saat
inilah, telah berada titik itu. Titik dimana aku merasa harus berhenti sama sekali. Dengan cara
bertanya orang yang dekat dan ahli dalam dunia keperawatan, sudah aku lakukan. Via skype aku
berkomunikasi dengan pembimbing yang juga sedang menemuh pendidikan keperawatan lanjutan
di luar negeri. Bardiskusi dengan teman yang sekiranya lebih dan telah melewati jembatan profesi
perawat dan lebih paham agama, juga sudah. Hingga bertamu di rumah pembimbing yang sekiranya
sepemahaman dalam memahami ayat-ayat Allah Subhanahu wa ta’ala itu pun juga sudah. Hingga
aku juga sering diajak kajian bersama beliau, tapi semua tidak dapat membantah akan logikaku pada
keperawatan di tanganku kelak.
Tanpa sadar aku selama hidup dalam tekanan. Bukan karena beban terlalu berat, atau
kekuatan tak memadai. Namun, karena tidak mau berterus terang. Hidupku dalam kepura-puraan
tak memberikan kenyamanan. Bersikaplah apa adanya. Bila dalam kesulitan, jangan tolak bantuan.
Sikap terus terang membuka jalan bagi penerimaan orang lain. Kepura-puraan itu bagaikan bunga
mawar plastik dengan kelopak dan warna sempurna, namun tak mewangi. Meski mawar asli tak
seindah tiruannya dan segera layu, kita tetap saja menyukainya. Mengapa ? karena ada detak
kehidupan alam disana. Hidup dalam kejujuran adalah hidup alami yang sejati. Hidup berpura-pura
sama saja membohongi hidup itu sendiri. Anda bisa memilih untuk hidup apa adanya, dan berhak
menginjakkan kaki di bumi ini. Atau, hidup berpura-pura dalam dunia ilusi.
12
Terjadilah lagi keinginan yang tak sehati, dimana yang satu ingin ke kanan, sedang yang lain
ingin menuju ke arah kiri. Tentu semua masih bisa dibicarakan. Tentu ia sesungguhnya masih bisa
memilih untuk melaju atau mungkin memperlambat kecepatan. Tapi pada akhirnya ia memilih
berhenti. Cukup dan selesai.
Bahwa aku sudah berusaha, aku tahu itu. Bahwa aku sudah mencoba berbagai cara, aku
mengerti itu. Bahwa pada akhirnya aku harus memutuskan berhenti, melepaskan semua, dan
berkata dirinya baik-baik saja, entah bagaimana aku melihatnya menjadi yang lebih ringan dan
menyenangkan. Tanpa ketakutan. Tanpa kekhawatiran akan kehilangan. Mungkin ini yang aku sebut
dengan melepaskan yang sementara demi kebahagiaan yang selamanya. Melepaskan ketakutan-
ketakutan dalam diri sendiri.
Aku melepaskan profesi keperawatan yang aku dalami demi yang kurasa lebih kekal, meski
aku mendambakannya sudah lama,” ujarku menutup cerita.
Aku tersenyum, lalu meralat kalimatku.
“Keperawatanlah yang telah melepaskan aku, karena kriteriaku dalam beramalan didalamnya tidak
dapat terkoalisikan. Dan itu luar biasa.”
“Kalimatmu aneh,” pikirku.
“Mungkin aku harus mengikuti cara Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam mencari risky untuk
keluargaku. Karena istriku setiap aku akan bekerja selalu membisikan, “Saya dan anak-anakmu lebih
sabar menahan lapar, tetapi kami tidak sabar jika harus terlempar neraka karena memakan
hartamu yang tidak halal”!!!”, lanjutnya.
Sayapun menjadi tertawa, tapi bukan karena ingin menertawakan itu. Tapi memang yang aku
nantikan telah datang. Adzan Magribpun telah berkumandang. Dua nikmat yang luar biasa. Aku ingat
itu. Ketika berbuka dan ketika harus bertemu dengan Tuhannya.
Karena sebuah harapan, jika benar ia bisa menyentuh langit sedemikian tinggi.
Terwujud, lantas menjadi kenyataan.
Maka ia pun sangat mungkin untuk terhempas ke permukaan.
Lalu hancur, dan berserakan.
Mungkin itulah gunanya, untuk selalu melambungkan angan tinggi-tinggi, dengan menyisakan
hati yang cukup agar tetap berpijak pada kenyataan.
Agar kita selalu mempunyai tempat, ketika sudah terbang cukup tinggi, dan mesti terhempas ke
permukaan.
Cinta hanya menunda kehilangan.
Tapi kehilangan tak akan pernah terjadi tanpa keinginan untuk mendapatkan.
13
Biarlah kulakukan diam-diam seperti ini, sehingga ketika kau tak memantulkan arah rasa yang
sama antara harapan dan hukum Allah Subhanahu wa ta’ala, aku tak perlu terluka.
Pun bila aku merasa tiba saatnya untuk berhenti, kau pun tak perlu merasa tersakiti.
Pesanku :
Jazakumullah khair, telah menjadi teman kurang lebih selam 3 tahun terakhir. Mungkin aku tidak
akan menjumpai teman kuliah seperti kaliah lagi, karena prinsip hidup telah ditetapkan dan
terpilih, pantang untuk mundur meski sejangkah dan juga tidak untuk membiarkan tidak
melangkah kedepan. Selamat menggapai mimpi kalian, kebahagiaan kalian,.
Aku datang di malang untuk mencari ilmu, dan aku mendapatkannya tapi aku juga mendapatkan
keluarga.
Nanang Bagus Sasmito
14
Psychiatri, Departemen Asam Garamku -Maman Suparman-
Jangan iri ‘PERLAKUAN ISTIMEWA ’ untukku ya, Kawan…?!
Hampir di setiap tempat yang aku pakai sebagai lahan praktek profesi, entah di Puskesmas,
Rumah Sakit Wlingi, RSJ Lawang atau apalagi di RSSA, Rumah Sakit darimana aku berasal, aku selalu
mendapatkan perlakuan yang lain dibanding dengan teman-teman seprofesi dalam kelompokku,
bahkan anggota kelompok lain yang kebetulan praktek barengpun, mereka merasakannya juga. Koq
tahu? Ya.., mereka cerita sih. Nyeritain gimana…gimana…gimana gitu, apa aja yang mereka
ceritakan? Ya, banyak… Kawan, kalian mau tahu? Mau tahu aja apa mau tahu banget? Hi hi hi
Kita mulai aja sesuai urutan lahan praktek yang ditempati dari masing-masing departemen
ya?
1. Departemen Keperawatan Management
Yang lucu dari departemen ini adalah, aku merupakan satu-satunya mahasiswa PSIK-B 2010
yang tergabung dalam 9 anggota praktikan, yang kebanyakan adalah mahasiswa angkatan kakak
kelas (lalu, kalau emang satu-satunya, apa aku harus bilang : Wow.., gitu?!) Dan karena ini
merupakan departemen pertama, aku masih belum bisa menempatkan diri bahwa saat ini aku
adalah mahasiswa, bukan karyawan, bukan pejabat apalagi penjahat.
Tapi pada kenyataannya, sekalipun saat berperan sebagai perawat associate pun, apalagi
didukung dengan rasa sungkannya perawat-perawat dimana ruangannya dipakai sebagai lahan
profesi management yang notabene masih juniorku semua, maka akupun tetap aja berperan
‘seolah-olah’ aku masih sebagai karyawan yang bisanya cuma nyuruh-nyuruh. Bahkan mahasiswa
yang saat itu berperan sebagai Karu pun aku suruh juga. Gendheng yo…?
2. Departemen Keperawatan Maternitas
Disini lebih unik lagi. Departemen dimana oleh sebagian besar mahasiswa dianggap sebagai
kandang harimau ini menyimpan cerita haru, unik sekaligus menggelitik. Betapa tidak?
Mahasiswa lelaki diperlakukan seperti raja di ruang 10 (disini terkenal sebagai syurganya
maternitas), termasuk aku tentunya. Sedangkan di ruang 9 yang Karu-nya katanya hobbynya
marah-marah, eh di depan mahasiswa lain beliau sering mengucapkan kata: “Aku sungkan mau
marah, ada seniorku nih, pak Maman…hehe.”
Nah, kalau di ruang 8 uniknya ada pekarya kesehatan yang tingkah polahnya over lapping
melebihi kapasitasnya, bahkan melampaui kewenangan Kepala ruang. Kadang nyuruh ngepel,
kadang membentak, dan perilaku aneh lainnya yang ditujukan pada mahasiswa, tapi anehnya,
15
begitu ada aku di dekatnya, dia seperti terhipnotis duduk manis dan menulis ataupun
mengerjakan hal-hal lainnya. Hehehe, lucu kan? Kalau anda nggak kepingin tertawa, ya..tertawa
aja lah, apa salahnya sih menghargai cerita teman, hehe…
3. Departemen Keperawatan Gerontik
Disini gak usah diceritain ya? Nanti kebanyakan cerita, jadi bosan dech. Daripada aku
dikatakan Logorrea, ‘tul nggak?
4. Departemen Keperawatan Pediatrik
Dari departemen ini, sebetulnya banyak yang mau aku ceritakan. Tapi, yang paling
membuatku terkesan saat praktik di ruang 7B dimana tingkat stressornya lebih tinggi dari ruang
anak lainnya. Kenapa? Ya, kita semua tahu setiap pagi di ruang ini selalu melaksanakan pre
conference dengan bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Inggris. Meskipun aku masih
nggratul-gratul ( boso opo iku?! ) tapi aku bisa juga melaluinya.
Di ruang ini pula, katanya, banyak binatang dan barang rongsokan yang sering diungkapan
oleh kepala ruang sebagai kalimat caci maki yang ditujukan pada mahasiswa. Tapi, sekali lagi,
selama aku praktek disitu, tak satu katapun binatang dan kata-kata kotor keluar dari mulut beliau.
Alhamdulillah…, bathinku bergumam. Aku betul-betul membawa ‘perubahan’ dalam pribadi
seseorang, walaupun hanya selama satu minggu. Sampai-sampai ada salah seorang mahasiswa
program A yang sedang orientasi karena minggu depan dia akan praktek di situ, yang bercanda
dengan nada setengah memohon: “Ayo pak, minggu depan bapak mengulang disini,
menemaniku…”
Nah, untuk departemen – departemen lainnya, nggak usah diceritain lagi ya, kebanyakan,
nanti BeTe dech…
5. Departemen Keperawatan Medikal
6. Departemen Keperawatan Surgikal
7. Departemen Keperawatan Emergency
8. Departemen Keperawatan Psychiatri
Eit..maaf kawan, ini departemenku. Jangan dilewatin dong, kan ‘ora ilok’ Kenapa? Ya…,
soalnya ini makananku sehari-hari ditempatku bekerja kawan. Tapi, apa yang mau aku ceritakan
ya? Cling, a-ha…, aku ada ide!
Ya, meskipun departemen ini tidak menceritakan pengalamanku tentang perlakuan
istimewa yang aku terima dari karyawan RSJ Lawang, tapi ada baiknya aku share-kan pada kawan
16
semua, sebagai contoh negatif yang tidak boleh terulang, apalagi dijadikan contoh tauladan bagi
kawan-kawan. Bener lho, jangan kalian tiru ya? He he he
Pada departemen ini, salah satu dari kita pasti ada yang mendapatkan kasus dan sekaligus
menangani pasien gaduh gelisah yang mengalami perilaku kekerasan, sehingga kita dituntut untuk
bisa mengajarkan bagaimana pasien bisa mengontrol/mengendalikan perilaku amarah/kekerasan
yang dialaminya.
Seyogyanya emang begitu. Tapi entah kenapa, aku yang notabene sudah banyak makan
asam garam tentang amuk, amarah dan perilaku kekerasan selama bekerja di unit ruang
perawatan penderita psikiatri RSSA Malang, Lha koq malah aku sendiri yang mengalami episode
perilaku amarah terhadap salah seorang kawanku. Lho, gimana ceritanya?
Ya, sudahlah, pokok’e uakeh (baca: seabrek-abrek) faktor predisposisi yang pernah
diperbuat oleh kawanku yang satu ini (ya, sekalipun kawanku ini tidak merasa berbuat ‘sesuatu’
yang membuatku marah), sejak awal perjalanan professi sampai munculnya faktor presipitasi di
RSJ Lawang ini. Wes lah, jangan blak-blakan, nanti orangnya tersinggung. Nggak apa-apa kan
kawan?
Hanya saja, pada kesempatan ini, melalui media ini, aku mau mencoba asertif untuk minta
maaf, atas perbuatanku selama ini yang telah ‘nyatru’ lebih dari 3 hari (bahkan, lebih dari 33 hari
lho?!) terhadapmu kawan. Daripada tidak minta maaf sama sekali, sedikit terlambat nggak apa-
apa kan kawan? Peace, hehe…
9. Departemen Keperawatan Komunitas
Disini, enjoy – enjoy aja kawan, departemen terakhir ini banyak diisi kegiatan
merampungkan laporan departemen-departemen sebelumnya, demi mendapatkan selembar
kertas kontrol yang telah dibubuhi tanda tangan dosen PJMK sebagai syarat untuk mengikuti
yudisium.
Selamat jalan profesi…., selamat datang Wisudawan wisudawati Ners sarjana keperawatan
FKUB….Cherio !!!
Maman Suparman
17
PETIR BUATAN EMAK -Nasrullah-
Tut…tut…tut….
Aku : Hallo Assalamu’alaikum….
Emak : Hallo Wa’alaikumussalam… apa khabar Le…?
(‘Tole’ atau biasa disingkat ‘Le’ adalah panggilan halus untuk anak laki-laki di Jawa)
Aku : Alhamdulilah baik Mak… Emak sendiri bagaimana…?
Emak : Alhamdulillah…. Subhanallah… Allahuakbar…..!!!!!
Cetaaarrrrrr……..
Aku : Yak…yak… mulai lebay Mak…
Emak : He..he..he… gpp Le menyesuaikan perkembangan zaman… yang penting masih dalam batas
wajar…
Oh.. iya bagaimana kerjamu Le…?
Aku : Alhamdulillah nyaman Mak.. baru beberapa bulan tapi perawat-perawat di sini sudah
seperti keluarga sendiri…
Emak : Syukurlah kalau begitu…
Ndak pengen coba test masuk S1 toh Le…?
Aku : Endak ah Mak…, udah kadung krasan… nanti wes kalau tabunganku sudah banyak tak
sekolah sendiri…
Emak : Aduh le… coba-coba test aja khan ndak ada salahnya, sekalian buat ngasah kemampuan
biar ndak lupa sama ilmunya..
Aku : Hmm… gitu yah Mak?, Ya sudah nanti aq coba ikut test…
Emak : Ya sudah… Emak do’akan supaya segala urusanmu di permudah, Aamiin…
Ya wes le, ndang istirahat. Kapan-kapan dilanjut lagi… Assalamu’alaikum..
Aku : Iya Mak… Wa’alaikumussalam…
Itulah awal dari semua kisah ini. Aku adalah mahasiswa keperawatan yang baru lulus dan
bekerja beberapa bulan disalah satu RS Swasta di Indonesia. Sebagian besar orang mengalami stress
jika baru masuk ke dunia kerja, yah.. begitu juga aku. Lingkungan baru, budaya baru, orang baru dan
segala macamnya memang membuat stress tersendiri, namun dukungan yang diberikan oleh rekan
kerja dan senior di ruangan membuatku merasa nyaman, terutama kepala ruangku yang sangat
bijaksana itu. Beliau benar-benar memberikan dukungan dan arahan yang membuatku lebih percaya
diri dan mudah beradaptasi. Semua hal itulah yang membuatku merasa betah dan nyaman bekerja.
18
Singkat cerita karena telepon Emak tempo hari, akhirnya aku mencoba mendaftar test masuk
S1 Keperawatan di Universitas Brawijaya, salah satu PTN di Indonesia. Aku mulai belajar lagi agar
hasil test tidak terlalu aneh, meskipun judulnya hanya coba-coba. Alhamdulillah test tulis lulus, lanjut
test kesehatan lulus, test wawancara lulus dan yang terakhir psikotest, ternyata….!!! lulus juga.
Alhamdulillah hasilnya cukup memuaskan. Yah… dianggap try out, sebagai gambaran nanti jika
hendak daftar lagi untuk sekolah dengan biaya sendiri. Dan semenjak munculnya pengumuman
daftar ulang, aku sudah tidak mempedulikannya, anggap saja mengundurkan diri. Bayangkan untuk
daftar ulang saja harus menghabiskan uang hingga puluhan juta, padahal kami hanyalah keluarga
pas-pasan, pas pengen Makan, pas lauknya tinggal tahu dan tempe… :D
Tut..tut..tut…
Tut..tut..tut…
Aku : Hallo Assalamu’alaikum…
Apa khabar Mak…?
(Emak atau Mak adalah panggilan untuk Ibu, Umi, Mama, Mami, Mimi atau semacam
itulah…)
Emak : Wa’alaikumussalam….Alhamdulillah…. Subhanallah… Allahuakbar…..!!!!!
Cetaaarrrrrr……..
Aku : he….3x
Ada apa Mak, sore-sore begini telpon?
Emak : Endak… mau Tanya aja, bagaimana hasil testnya kemarin?
Aku : Alhamdulillah Mak lulus semua, tinggal daftar ulang saja…
Emak : Waahh… Alhamdulillah….
Berapa biaya daftar ulangnya le?
Aku : Yah… sekitar 20 juta…
Emak : Waduh… uang semua itu le….?
Aku : Ha…3x
Iyalah Mak… masak campur daun… :D
Emak : Terus gimana le.. mau lanjut sekolah?
Aku : Ah, ndak usah Mak…
Aku kerja aja dulu, lagian sudah enak kerja di sini..
Emak : APPPPAAAAAAAA…….!!!!!!!
JEGGEEERRRRRRR……….!!!!!!!!!!!
19
Sontak terdengar suara petir menyambar memekakkan telinga, suasana mulai senyap…
gulungan awan hitam membuat suasana semakin gelap dan mencekam... Perlahan-lahan angin mulai
bertiup tak beraturan sembari mengeluarkan suara bising. Pikiranku mulai kalut dan kacau... hatiku
tercerai berai…. Perlahan ku tatap erat-erat telepon genggamku... sejenak aku mulai tersadar dari
fantasi liarku barusan….
Aku : Mak….
Suara apa itu tadi?
Emak : Oh… suara komentator sepak bola kelihatannya le… ada apa?
Aku : Oh… tak kirain petir, aku jadi kaget…
Jangan mainan petir loh mak… anakmu ini ndak siap…
Emak : Maksudmu seperti maknya Malin Kundang Le? Ndak lah… makmu ini sayang sama kamu…
le… kamu harus sekolah. Meskipun Emak ndak pernah sekolah sampai perguruan tinggi,
tapi kamu dan adek-adekmu harus menuntut ilmu setinggi langit.
Aku : tapi Mak, uang dari mana sebanyak itu?
Emak : ALLAH MAHA KAYA Le….!!!!
Aku : Trus…?
Emak : Yaa….hmm…..hmm....
Ya pokoknya itu urusan Emak sama Allah sudah…
Yang penting kamu harus sekolah dan menjadi orang yang berguna bagi agama, bangsa
dan Negara..!!
Aku : maaakk…….T.T (terharu…)
Emak : . . . .
Tut…tutt…tutt……
End
Sekolah di universitas merupakan pengalaman yang luar biasa bagiku, yang memulai
pendidikan dari jenjang D3, apa lagi rekan-rekan dari jenjang SPK. Universitas merupakan pusat dari
segala ilmu, sekolah di sini membuatku seperti orang purba, jauh tertinggal dari masanya. Rasanya
seperti di dalam rumah, pengen pipis, terus masuk kamar mandi, waktu keluar, ehh.. rumah sudah
menjadi mall. Ini memberi tahu bahwa betapa cepatnya ilmu berubah dan berkembang.
Aku masuk dalam Program Studi Ilmu Keperawatan Seleksi Alih Program atau biasa disingkat
dengan PSIK SAP. Ini menunjukkan bahwa kami sebelumnya pernah mengenyam pendidikan Diploma
III Keperawatan. Program ini hanya menerima 1 kelas dalam setiap angkatan yang berisikan kurang
lebih 50 mahasiswa dari berbagai provinsi di Indonesia. Hebatnya lagi, mahasiswa-mahasiswi yang
20
datang dari luar Jawa merupakan orang-orang pilihan yang diberangkatkan dari daerah masing-
masing setelah dilakukan seleksi ketat. Tidak hanya itu, kami juga sering berhubungan dengan
program reguler atau biasa disebut program A. Mereka sangat luar biasa, beruntung kami dapat
belajar di sini dan mengenal mereka. Dalam keseharian mereka menunjukkan pribadi yang biasa-
biasa saja dan cenderung merendah di hadapan kami. Namun sebenarnya merekalah aktor utama
yang jika tiba saatnya nanti, mereka akan berubah menjadi Change agent.
Pernah suatu hari aku merasa menjadi mahasiswa terbodoh. Kejadian itu terjadi saat hari
pertama matrikulasi, saat tidak seorangpun dari kami yang saling mengenal satu sama lain, kecuali
yang berasal dari tempat yang sama. Betapa tidak terlihat bodoh, disaat dosen memberikan
pancingan untuk berdiskusi, umpan itu dilahap habis oleh teman-temanku itu. Mereka berdiskusi
hingga masuk tingkat sel. Rekan-rekan dari Madura, Nusa Tenggara, Kalimantan dan tempat-tempat
lain bersahutan dalam diskusi itu, sedangkan aku sendiri mersa berada di dunia lain, dunia yang tidak
pernah kudatangi. Sungguh aku tidak mengeti apa yang mereka katakan, aku berpikir mereka sedang
mendiskusikan sesuatu yang melebihi tingkat mahasiswa biasa sepertiku. Sejak saat itu aku merasa
sangat bodoh dan perlu banyak belajar.
End
Kurang lebih sudah 1,5 tahun aku menjalani pendidikan dan sekarang waktunya untuk
menempuh pendidikan profesi yang biasa disebut dengan Pendidikan Profesi Ners. Pendidikan ini
kita lalui selama 1 tahun.
Tut…tut….
Aku : Hallo… Assalamu’alaikum…
Alien : Hallo… Wa’alaikumussalam…
Nasrull…?
Aku : Iya benar…. Ini sia… (belum selesai bicara..)
Alien : Departemen pertama Keperawatan Jiwa yah? Di Lawang?
Aku : Iya bener..
Oh ya, ini siap.. (belum selesai lagi)
Alien : Oh ya, departemen baru khan butuh ketua, nanti kamu yah ketuanya!
Aku : Hah.., aku khan ndak tahu apa-apa, belum pernah masuk profesi… yang lain ndak ada toh?
Alien : Oh.. gpp nanti belajar bareng dan saling bantu koq (modus XD)
OK yah…yah…yah… ndak ada yang lain soalnya… (pemaksaan mode on)
Aku : Waduh… Tapi…..
Alien : Ok deh… sampai ketemu di Lawang…
21
Jangan lupa diurusi surat-suratnya…
Assalamu’alaikum…
Tut…tut…tut….tut…
Itu adalah pertama kalinya aku berbicara dengan alien
Keperawatan Jiwa, ini merupakan gerbang pembuka perjalanan panjang profesi ners. Kami
dibentuk berkelompok-kelompok dan kelompokku beranggotakan 9 orang dari angkatan yang sama
serta mendapatkan tambahan anggota dari angkatan sebelumnya untuk mengikuti Departemen
Keperawatan Jiwa sebanyak 3 orang. RS Radjiman Widyodiningrat Lawang adalah tujuan kami,
tempat ini berjarak 25Km dari pusat kota Malang dan sangat terisolir dari dunia luar, meskipun
terisolir tapi suasana di sini memang cukup tenang. Satu yang unik dari Rumah Sakit ini saat itu,
yaitu... semua pasiennya memiliki gangguan jiwa.
Hari-hari pertama praktik keperawatan jiwa memang tidak membingungkan, malah terkesan
santai, kelompok kami depecah menjadi dua bagian dan ditempatkan di dua ruang yang berbeda.
Kegiatan rutin di sini adalah bersih-bersih ruangan, membagikan makan, membagikan obat dan
diulangi lagi pada siang harinya, pada hari-hari tertentu pasien di ajak untuk mendapatkan terapi
rehabilitasi yang berada di area lain. Banyak sekali waktu luang kami di sana sehingga tanpa terasa
kami sudah menghabiskan waktu dua minggu.
Setiap dua minggu kami melakukan seminar kasus. Waktu itu 2 orang dari kelompok kami
sudah ditunjuk untuk mempresentasikan kasus yang diambilnya, jadwal seminarpun sudah
ditentukan dengan baik dan rapih. Hari seminarpun tiba, seminar dijadwalkan mulai pada pukul
09.00 pagi, sedangkan pukul 08.30 rekan-rekan beserta pembimbing lahan sudah mulai berdatangan.
Rekan : “Hai rul.. apa khabar…?”
Aku : “Alhamdulillah baik mbak, sampean sendiri…?”
Rekan : “Alhamdulillah baik juga… Oh ya… Dosen apa sudah dihubungi…?”
Aku : “Hah..? Buat apa mbak…?” (respon bego’ orang yang gak ngerti apa-apa tapi jadi ketua..)
Rekan : “Lho… Dosennya apa ndak kamu undang seminar…?”
Aku : “Lha… apa dosennya juga diundang untuk datang seminar…?”
Rekan : “Yaa… kalau seminar di departemen lain sih begitu… “
Aku : “Whaaaa…. Kenapa ndak bilang dari kemarin-kemarin mbaaakk….?”
Rekan : “Tak kira kamu sudah tahu….”
Aku : “Tahu dari Hongkong….?! Aku khan baru pertama kali masuk profesi …., terus gimana ini?”
Rekan : “Ya kasih tau aja dosennya sekarang…”
22
Aku : “Haahh…!!! SEKARAANGG….?!! Seminarnya jam 9 sekarang sudah jam 8.30, bisa dipenggal
kepalaku sama dosennya…”
Rekan : “Daripada ndak diberi tahu sama sekali, hayoo… lebih parah mana..? bilang aja kamu
kelupaan…”
Yah… nampaknya itu ide yang bagus “Lupa” adalah senjata dari segala khilaf. Akupun mencoba
menghubungi pembimbing akademik berkali-kali namun tidak diangkat... ternyata aku menelpon
pembimbing yang salah (hal ini wajar dilakukan oleh orang yang sedang panik ^_^). Ku ganti nomor
tapi tetap pembimbing tidak mengangkat telepon, akhirnya ada rekan yang menyarankan untuk sms
saja karena ada dosen yang lebih suka menjawab sms daripada telepon. Ku turuti saran mereka dan
memang benar smsku dibalas.
Aku : “Assalamu’alaikum ibu.. ini Nasrul Ketua Departemen Jiwa di RSJ Lawang. Hendak
menginformasikan jadwal Seminar untuk 2 minggu pertama bu...”
Dosen : “Oh iya mas... kapan...?”
Aku : “Hari ini bu pukul 09:00 di Ruang Garuda”
Dosen : “Sekarang jam berapa mas...?”
Aku : “Jam 08:30 bu..”
Dosen : “APPPPAAAAAA......!!!!??”
JEGGEEERRRRRRR……….!!!!!!!!!!! *Yaeelaahhh... mainan petir lagi... T.T “Perjalanan sini Lawang khan jauh mas... ndak bisa ditempuh dalam 30 menit, apa lagi
kalau macet, lagian kenapa baru bilang sekarang koq ndak kemarin-kemarin, dalpreaoelgei
daneo edaeeo dakealn @#$..!?/ #^( *2#@$ bla..bla.. blukutuk..blukutuk... *SAM TEX
MISING*
Setelah aku menghubungi sang dosen baru terbukti bahwa ide itu (“Lupa”) cukup ampuh, setidaknya
kepalaku tidak dipenggal oleh sang dosen, hanya saja aku harus menyiapkan telingaku agar lebih
tahan panas dari sebelumnya. Pasalnya beliau mengatakan tidak satupun dosen departemen jiwa
mengetahui jika ada mahasiswa yang sedang melaksanakan praktek profesi di RSJ, padahal sudah
dua minggu kami nangkring di RSJ, bisa dikatakan kami adalah mahasiswa ilegal selama 2 minggu di
sana. Beliau beranggapan ini adalah salah kelompok yang tidak memberitahukan terlebih dahulu
sebelum keberangkatan ke RSJ. Kesalahan dilimpahkan kepada kelompok, yang bertanggung jawab
atas kesalahan kelompok adalah ketua dan ketuanya adalah aku. Akupun menyiapkan telinga untuk
menghadap dosen, setelah bertemu beliau alhamdulillah beliau tidak marah-marah dan beliau dapat
mengerti kesalahan kami. Sejak saat itu, setelah kelompok kami selesai praktek, dosen Departemen
Jiwa jadi rutin seminggu sekali atau seminggu 2 kali mengunjungi mahasiswa, dan hal tersebut
membuat kelompok yang lain ikut-ikutan mengutuk perbuatan kelompok kami (ha...3x itu namanya
23
takdir kawan.. :D) Dan departemen Keperawatan Jiwa ditutup dengan Rekreasi Ke sumber air
Purwosari, Rumahnya bu Sri Winarsih… trima kasih buu… ^_^
End
Kita skip Departemen Emergency di Wlingi dan Departemen Gerontik di Dau, mari kita bahas
departemen komunitas yang katanya adalah departemen “Liburan”. Di Departemen Komunitas ini
kami dibimbing oleh Dosen tercinta yang menjadi faforit khusus profesi karena beliau memberi
kemudahan dalam pengerjaan tugas, dan kami dipimpin oleh mahasiswa asal Sumbawa, beliau
bernama Abdurrakhman. Pak Abdurrakman ini tanggung jawabnya kuat tapi pembawaannya santai,
pembawaan inilah yang diikuti oleh anak buahnya, sehingga departemen “Liburan” sangat terasa.
Bagaimana tidak hingga minggu ke-4 progres kami hanya sekitar 40% padahal kami hanya memiliki
waktu 6 minggu, jadi kami harus menyelesaikan 60% dalam 2 minggu. Apakah berhasil..? Yaa...
buktinya kami sudah Yudisium sekarang, Wong 7 Askep dalam semalam saja bisa jadi kalau sudah
kepepet... (Ha...3x Pengalaman Departemen Emergency, Colek Mas Winda Dwi Saputro).
Kami memiliki base camp di desa yang bertempat di kantor balai desa. Kami termasuk
kelompok yang rajing mengadakan pertemuan dan rapat di base camp, anda tahu apa yang kami
kerjakan..?. Kami datang di base camp dengan cara
“nyicil” (satu-persatu), rapat tidak akan dimulai jika
anggota belum lengkap, padahal menunggu anggota
lengkap membutuhkan waktu lama, kami mengisi
waktu luang dengan ngobrol geje satu sama lain.
Ketika anggota lengkap.. hari sudah sore hal ini
menyebabkan perut keroncongan, selalu saja dalam
kondisi seperti ini tukang bakso lewat bagaikan pahlawan, yang terjadi kemudian adalah sudah
jelas... kami makan bakso berjamaah dengan alasan rapat tidak akan konsen jika perut keroncongan.
Perut sudah kenyang pak tukang bakso tersenyum manis sambil berlalu meninggalkan kami. Adzan
Magrib memanggil, sebagai muslim yang taat kami berbondong-bondong shalat jamaah di masjid.
Setelah shalat selesai hari sudah mulai malam, kelompok sepakat untuk menunda rapat sampai
besok atau besok lusa dan yang kami lakukan saat besok atau besok lusa adalah sama seperti di atas.
Sungguh.. kelompok kami sangat rajin mengerjakan rapat..., yang penting semua senang. :D
Kami mendapatkan tugas menangani masalah TBC di departemen ini. Hal yang tidak mudah
memang karena kebanyakan warga yang mengalami TBC di daerah ini sangat tertutup. Banyak
program yang kami canangkan termasuk program wajib yang pasti selalu ada adalah Public
Knowledge Improved bahasa gaulnya Penyuluhan. Kami membuat spanduk-spanduk berukuran besar
Kelompok Yang Senang Sekali Mengadakan Pertemuan
24
yang akan di pasang di tempat-tempat umum seperti
Puskesmas, Balai Desa, Kecamatan dan fasilitas kesehatan lain.
Saya mendapat kepercayaan untuk mendesain isi dari spanduk
tersebut. Setelah beberapa hari meres otak akhirnya desain jadi
dan disetujui oleh kelompok, namun ada seorang anggota (B.
desain yang agak mengganjal di hati beliau. Akupun jadi ragu,
ku tanya ketua “Bagaimana desainnya jadi kita cetak, atau konsul
dulu ke Puskesmas?”, ketua menjawab “Cetak saja, kita tidak ada waktu lagi karena beberapa hari
lagi kita sudah hengkang dari sini, nanti saya yang tanggung jawab”. Titah ketua meneguhkan hatiku,
kami cetak spanduk dan kami pasang di tempat yang sudah ditentukan saat rapat desa, setelah itu
kami menyelesaikan praktek di sana dan pulang. Sehari kemudian pihak Puskesmas marah-marah
karena ditegur LSM mengenai spanduk, ternyata yang dipermasalahkan adalah salah satu kata yang
sempat mengganjal di hati B.Oktifa sebelumnya. Anda tau kata apa itu...? kata itu adalah... *sam tex
mising*
Karena eman mau mencopot semua spanduk, pihak Puskesmas jadi repot keliling membawa
ambulan untuk mendatangi tempat spanduk dan menutup kata “Ajaib” tersebut dengan lakban. Tak
pelak, kejadian ini berimbas terhadap kelompok-kelompok yang praktek setelah kami. Karena
kejadian-kejadian yang luar biasa tersebut akhirnya kelompok kami mendapat julukan Trouble Maker
Team (TMT). Siapa yang menjuluki...? Yaa... kami sendiri... (Ha.....3x :D)
Oh ya... satu lagi....
Dalam departemen ini aku mendapatkan kata mutiara setelah melakukan sintesis dan
analisis. Sungguh departemen ini merupakan salah satu yang luar biasa karena menghasilkan suatu
produk, meskipun hanya sebuah kata. Tersebutlah seorang Ignatius Yuliadi Suprapto yang menjadi
mediator munculnya “kata mutiara” tersebut. Dia adalah seseorang dengan dominasi otak kanan
yang memiliki kemampuan difus (lawan kata fokus) luar biasa, anda tidak akan pernah tahu kalau
tidak mengamatinya. Salah satu yang juga biasa bermain dengan otak kanan adalah Moh.Amin
dengan kemampuan tangensialnya yang luar biasa, hal ini lumrah karena orang yang memainkan
otak kanan memiliki kemampuan difus (pikirannya menyebar/meloncat-loncat). Orang seperti ini
cenderung terlihat aneh hal itu karena mereka hidup disekitar orang-orang otak kiri yang berpikiran
fokus dan cenderung realistis, sebenarnya kata yang tepat bukan aneh tapi berbeda (unik). Mungkin
anda para otak kiri akan melihat aneh dengan Ignatius “Kuuga” atau “Si Ganteng” Amin, tapi itulah
meraka cenderung kreatif dan imajinatif. Laahhh... lha koq ngelantur ke mana-mana, ha...3x inilah
uniknya menulis bisa nulis sak karepe dewe, nggosip juga seterah gue.. he....3x ^_^
Kuuga : “Apa khabar Rul...?”
Berkumpul Seperti Ini Sering Dilakukan Untuk Kebersamaan dan Gratissan ^_^
25
Aku : “Nampaknya tidak cukup baik mas...”
Kuuga : “Loh...Kenapa...?”
Aku : “Ini lagi bayak kerjaan mas... Agak mumet”
Kuuga : “Loh... Katanya Departemen Komunitas itu Departemen santai... Banyak liburannya...”
Aku : “Siapa yang bilang Profesi itu santai...?”
“Kalau ada yang bilang seperti itu, berarti ada yang dikorbankan...”
Kuuga : “Wkwkwkwkwk... Kelihatannya ada yang merasa nih... :D “
(inilah salah satu kelibihan Kuuga, Tidak Ada Unsur Mengejek Dalam Ejekannya.. -,-)
Yaah... inilah kata-kata yang tidak sengaja ku temukan dari analisaku beberapa lama ini.
Setiap kelompok selalu ada yang dikorbankan untuk menjaga kestabilan kelompok dan kelangsungan
program Profesi. Disaat korban sudah susah payah memeras keringat dan membanting tulang untuk
mengerjakan tugas kelompok hingga mengabaikan tugas individu, di saat itulah muncul kata
“Tenaangg... udah ada yang mengerjakan... santai aja...” inilah salah satu rumus dasar terbentuknya
kata “ Profesi itu santai apalagi Departemen Komunitas”. Dan ku rasa semua kelompok memiliki
orang-orang yang jadi target korban seperti ini, identifikasi sendiri yah. Itu sudah jadi takdir untuk
saling melengkapi... So.. santai saja OK...
Daann... Departemen Komunitas ditutup
dengan Rekreasi bersama ke Selecta Batu.
Horeeeee.....!!!!! \^o^/ Indahnya kebersamaan.
END
Ada suatu beban moral dalam membawa nama besar PSIK Brawijaya dalam balutan putih-
putih bergaris abu-abu itu. Hal tersebut sejalan dengan amanah untuk menjaga nama baik
almamater, sehingga memaksa penggunanya untuk memberikan pelayanan terbaik, bersikap yang
terbaik, bekerja yang terbaik dan seluruhnya dalam diri harus diseting dalam kualitas nomor 1. Itulah
uniknya pendidikan di kampus ternama.. setiap peserta didik akan dibebani dengan nama baik
institusi yang sedikit banyak akan memicu mereka untuk melejitkan diri dan memberikan yang
terbaik. Kontrol sosial akan lebih tajam pada pembawa-pembawa nama baik ini, karena kita tidak
ingin mendengar “Ihh.. PSIK Brawijaya koq males...” “Oh ternyata ini toh PSIK Brawijaya yang
“Selalu ada yang dikorbankan bila,
seseorang mengatkan Profesi itu santai..”
Selecta Batu Senangnya bisa rekreasi bareng
26
katanya...”, “PSIK Brawijaya koq gak ngerti apa-apa...” dan kontrol sosial lainnya, baik yang bersifat
positif serta lebih banyak yang negatif ^_^.
Ada yang mencibir tapi juga tidak sedikit yang mengapresiasi kerja keras kita selama profesi.
Hal itu silih berganti dan menjadi hal yang biasa, yang penting bagi kami adalah “Kami selalu
memberikan yang terbaik”. Departemen Manajeman R.19 RSSA merupakan cerita pertarungan
selanjutnya dalam profesi kami “This is The Real
Fighter”. Kedatangan kami di R.19 disambut hangat
oleh petugas-petugas di sana, mereka berharap
kedatangan kami dapat memberikan perubahan besar
dalam manajemen keperawatan di ruangan tersebut.
Kepercayaan tersebut adalah amanah bagi kami.
Ruang yang berisikan 50 pasien setiap harinya, secara
tersirat diberikan kepada kami untuk dikelola sesuai
prosedur akademik. Apakah mereka sering
mengintervensi kelompok? Tidak!! Mereka benar-
benar mempercayakan ruangannya kepada kami.. Saya katakan sekali lagi “Mereka Memberikan
Ruangannya Kepada Kami..!”
Kami berusaha memanajemen ruangan sesuai dengan ilmu yang kami pelajari. Banyak sekali
manajemen yang harus diubah dalam ruangan tersebut, terutama karena ruangan tersebut memiliki
kapasitas yang sangat besar. Kami pecah ketenagaan yang biasa menggunakan 2 tim menjadi 4 tim,
mereka ternyata lebih nyaman dengan 4 tim. Kami kelola manajemen balance cairan, pemasangan
infus, personal hygiene, pemasangan cateter urine, desentralisasi cairan dll. Tanpa di duga perawat
ruangan benar-benar cooperatif dengan semua program kami, mereka benar-benar mendukung.
Fungsi-fungsi manajemen selama 4 minggu ada di tangan kami (karena kepala ruangan hampir tidak
pernah ada di ruangan), sedangkan wakaru menerapkan pola kepemimpinan laizez faire. Di sinilah
kami merasakan kepuasan Profesi, karena seluruh usaha kami benar-benar dihargai. Sangking
akrabnya kami dengan perawat ruangan.. kami bisa diskusi, tertawa, terharu, dan sedih bersama saat
melaksanakan proyek manajemen. Pernah suatu saat R.19 dalam keadaan sedih berjamaah karena
salah satu dari perawat R.19 harus di pindah, kami juga turut bersedih karena kami sudah
menganggap mereka sebagai keluarga sendiri, begitu pula sebaliknya mereka menganggap kami
sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan R.19. (T.T jadi terharu mengingat masa indah praktik di
R.19).
Putih-putih berpadu dengan abu-abu adalah identitas kami
27
Tanggung jawab dan kepercayaan kadang juga dapat meningkatkan motivasi kerja. Perlu
rekan-rekan ketahui bahwa sebagian besar komposisi dari kelompok kami adalah para senior di AON
yang dapat dikatakan memiliki jam terbang tinggi dalam dunia keperawatan klinik. Oleh karena itu
pemberian tanggung jawab dan kepercayaan merupakan strategi yang baik untuk memberdayakan
kami. Tanpa perlu banyak bimbingan ini-itu kami dapat diberdayakan dengan beberapa adaptasi. Hal
ini dapat dilihat saat jam sibuk ruangan diantara jam 07.00-12.00 yang merupakan jam padat
tindakan di R.19. Para senior menunjukkan kualitasnya, bagaimana mereka memanajemen pasien,
cara mereka berkomunikasi, bagaimana mengambil keputusan, body language, respon terhadap
kejadian diluar rencana dll. Sungguh R.19 benar-benar dijalankan sepenuhnya oleh mahasiswa,
perawat ruangan cukup mengobservasi dan membantu hal yang tidak dapat dilakukan mahasiswa
serta evaluasi di akhir dinas melalui post conference. Pernah suatu hari dalam shift yang padat
dengan pergerakan pasien yang tingggi, 2 orang ketua tim ikut berjibaku dalam mengurai keruwetan
ruangan dan kami berhasil. Ternyata para petinggi-
petinggi manajemen tidak akan tinggal diam duduk
di belakang meja melihat perawat pelaksana
berjuang menggelar badan di garis depan, tetapi
mereka juga siap berjajar di barisan depan dalam
melayani pasien dan menyelesaikan masalah
bersama. Di akhri conference mereka berdua
mendapat apresiasi dari kepala ruangan, ya.. mereka
berdua adalah Oktifa Kusfari dan Ardiyad Mirnanita.
Apakah yang lain tidak memiliki kemampuan yang
sama? Bukan begitu... yang lain juga memiliki
tanggung jawab yang luar biasa, tapi jika diceritakan semuanya di sini, karya ini bisa jadi novel karena
begitu panjang ceritanya.
Salah satu kesibukan perawat yang memakan banyak waktu adalah dokumentasi. Tidak
dapat dipungkiri di semua rumah sakit memiliki masalah sama dengan dokumentasi yang memakan
banyak waktu. Hal ini membuat kelompok berinisiatif membuat suatu terobosan. Dan kami
mengusulkan untuk mengaplikasikan format baru, ruanganpun setuju dan memberi kepercayaan
kepada kami untuk membuatnya.
Dua minggu lamanya kelompok berjibaku dengan Diagnosa Keperawatan NANDA terbaru
yang dikombinasikan dengan NIC dan NOC untuk membuat Format Asuhan Keperawatan yang sesuai
dengan kondisi ruangan. Akhirnya setelah berjibaku dengan naskah akademik maka format barupun
jadi. Setelah konsultasi dengan penangggung jawab ruangan ada sedikit revisi dalam format tersebut
Senior tetaplah senior, ada banyak hal yang bisa kita
pelajari dari mereka yang tidak kita dapatkan di bangku kuliah.
Salah satunya adalah Bergaining Power ^_^
28
dan nampaknya ruangan puas dengan hasil kinerja kami. Bayangkan dokumentasi yang biasa
membutuhkan waktu 10-15 menit, dengan format baru waktu dokumentasi dapat ditekan sehingga
hanya dikerjakan dalam 3-5 menit. Munculnya format baru ini menjadi pembicaraan hangat antar
perawat ruangan saat itu.
Kamipun melakukan uji coba format baru pada hari
pertama dan hal yang tak terduga terjadi. Siang hari pukul 11.00
ada telpon masuk ke R.19 dan diterima langsung oleh salah satu
penanggung jawab ruangan. Setelah telepon di tutup beliau
langsung berujar di depan perawat ruangan beserta mahasiswa
yang berkumpul di Nurse Station waktu itu “Barusan dapat
telepon dari pihak diklit bahwa format baru akan
dipertimbangkan untuk digunakan di seluruh rawat inap RS.
Mohon kelompok melengkapi data catatan perkembangan yang
masih belum rampung” APPAA...!!! (*Mengharukan...) Ternyata
format baru yang disosialisasikan tadi pagi, langsung oleh ruangan
diusulkan ke Diklit. Kami menyadari bahwa tidak akan semudah
itu mengubah format ruangan, pasti banyak kendala, tapi setidaknya RS memiliki niat baik, kami
sudah cukup bangga. SEMANGAT Meginspirasi...!!! \^o^/
Meskipun kami praktik manajemen tetapi mobilitas kami sangat tinggi di ruangan untuk
membantu pelayanan klinik, langkah ini sudah biasa menjelajah ujung hingga ujung ruangan yang
sangat besar tersebut. Hal ini dikarenakan efek semangat para senior kelompok yang menular karena
mereka tidak akan betah jika hanya duduk-duduk saja tanpa berbaur dengan pasien. Kelompok kami
sudah seperti perawat R.19. Dan kami selalu siap untuk mempertahankan nama baik institusi.
Mahasiswa : “Permisi ibu... dimasukkan obat dulu ya... ^_^”
Ibu : “Oh iya mas... silahkan...”
Mahasiswa : “Mas.. tak masukkan obat dulu ya... sampean tenang” sambil menginjeksi beberapa
obat kepada pasien remaja yang sedang tidak sadar (gelisah)
Ibu : “Mas ini bisa dikasi obat ndak, dirawat gitu biar cepet sembuh” sambil menunjuk luka
kering berukuran sekitar 7x7 cm yang berada dipelipis sebelah kanan.
“Lapornya ke dokter apa yah mas..? apa lapor ke dokter kulit..?”
Mahasiswa : “Oh... bukan dokter kulit bu... yang merawat mas-nya dokter bedah”
Ibu : “Oh.. begitu yah..”
Mahasiswa : “Tapi menurut saya bu.. luka itu dibiarkan saja. Karena lukanya sudah tertutup
keropeng sehingga dapat melindungi luka dibawahnya. Kalau misalkan kita hilangkan
Cover Format Standard Asuhan Keperawatan
29
keropengnya, maka luka harus ditutup menggunakan kassa dan penutup luka lainnya,
padahal masnya masih dalam kondisi gelisah. Jika lukanya sudah sembuh dan menutup
dengan baik maka keropeng akan lepas sendiri, tetapi memang butuh waktu agak
lama. Saya sarankan nutrisinya dipenuhi dengan baik, karena penyembuhan luka butuh
asupan nutrisi yang cukup.”
Ibu : “Ohh.. gitu yah mas... ya sudah ndak usah dibuka keropengnya kalau begitu”
“Mas... itu suntikannya buat otak yah mas...?”
Mahasiswa : “Iya bu... obat sebanyak ini sebagian besar berfungsi untuk menutrisi otak, karena
orang-orang dengan penurunan kesadaran itu memang yang bermasalah adalah
otaknya, karena otak merupakan pusat kesadaran”
Kakak : “Eh mas.. itu kelihatannnya adek saya kok terlalu mendongak ke atas yah... apa setelah
nyuntik bisa dibantu membetulkan...?”
Ibu : “Adekmu memang gerak-gerak terus, ndak bisa diam. Meski sudah dibetulkan ya gitu
lagi nanti posisinya...”
Mahasiswa : “Sebenarnya ndak masalah posisi seperti itu mbak, malah bisa memberi keuntungan
karena jalan napasnya terbuka lebar. Selain itu kebanyakan orang-orang dengan
penurunan kesadaran memang diberi bantal yang tipis, malah ada yang sengaja ndak
diberi bantal. Hal ini dimaksudkan untuk memanfaatkan gravitasi guna memfasilitasi
mengalirnya darah ke otak selain untuk membuka jalan napas.
Ibu : “Ohh.. gitu yah as, mangkanya di ruang akut saya lihat banyak yang ndak diberi bantal”
“Eh.. mas...”
“Sampean apa Kepala Perawat....?”
“Koq kerjanya cekatan....”
Mahasiswa : “Ndak bu... ^_^ Saya masih mahasiswa....”
Ibu : “Ohh... masih mahasiswa toh... Akper mana mas...?”
Mahasiswa : “PSIK Universitas Brawijaya Bu...”
Susah, senang, sedih, haru, lelah, semangat telah kita lalui bersama di ruangan ini. Saat
perpisahan di ruang 19 merupakan saat yang paling mengharukan, baik berpisah dengan pasien yang
setiap hari bercanda dengan kami maupun dengan perawat yang menganggap kami sebagai keluarga
mereka. Namun perpisahan memang harus terjadi, dan kita akan meneruskan perjuangan untuk
mencapai akhir profesi Ners PSIK Universitas Brawijaya.
END
30
Perjalanan melalui pendidikan di PSIK Universitas
Brawijaya memang tidak mudah, namun inilah yang
membuat setiap episode didalamnya menjadi cerita yang
takkan mudah dilupakan. Berkat petir yang dibuat emak
secara tidak sengaja tempo hari aku dapat berkumpul
dengan orang-orang terbaik dari penjuru Indonesia.
Duduk dalam tempat yang sama, belajar bersama,
bertukar pengalaman, berbagi ilmu, berbagi cerita, dan
saling menginspirasi. Takkan mampu jari-jari ini
menuliskan segala cerita, takkan mampu lembaran-lembaran kertas menyerap seluruh tinta namun
seluruh perjalanan hidup bersama kalian akan terukir rapi dalam memori. Tidak ada manusia
sempurna tidak ada perjalanan yang selamanya indah namun jika pilihan itu diberikan kepadaku
kembali, Aku tetap memilih kalian dalam mewarnai perjalanan hidupku.
Nasrullah
“All or None” AON PSIK B 2010
31
“PSK” -Ervi Setyorini-
Malam ini gw terjaga lama ditempat tidur, terlentang menghadap langit-langit kamar PIS 33
dengan pikiran yang terus berputar entah kemana..sekilas membayangkan wedding impian, sekilas
flash back perjalanan hidup, dan tiba-tiba beralih ke perpisahan kelas. Gw merasa otak gw rada eror,
ada yang ga beres, ada yang kurang…
Kasak kusuk terdengar dikamar depan, gw rapatkan telinga sambil mengerutkan dahi..persis
seperti detektif konan yang sibuk melakukan penyidikan. Bedanya dy selalu bawa kaca pembesar dan
gw bawa kacamata..just its! Sama-sama kaca juga kan…
“krik-krik…”penasaran. Gw memutuskan keluar dari persembunyian..syukurlah tak lain dan tak
bukan, dua sahabat gw alias ones n yayonk sibuk bercerita kejadian hari ini di 21..yang satu cerita,
yang satu menimpali, begitu juga sebaliknya. bercerita, mendengarkan, cerita mendengarkan..dan
tak jarang pula mereka berebut cerita duluan..hadehh…
Daripada gw makin ga nyambung ma ceritanya, sebelum otak gw makin eror dibuatnya..gw putusin
kembali ke persembunyian..
“apa yang bs gw lakukan. ?’tanya dalam hati sambil mikir
Mungkin setengah jam baru ketemu jawabannya..
buka lepi yang uda tua,syukurlah dy msh bersahabat menemani ampe gw jd mahasiswa tua juga..
ambil kabel, colokin, tekan ON..lambat-lambat, nyala juga..
Pagi itu jam 08.00..anggota kelompok 5 duduk berjejer dibarisan paling depan. Dari kiri ada heri,
wahidyanti, galuh, puspita, gw, abdul, bunda, ndx, sulis, frans, abah..dihitung-hitung..toleh kanan,
toleh kiri..ada yang kurang rupanya..
“paineeeeeeemmmmmm…mbok D…” bisik gw heboh ke abdul
“nangdi yo mbakkk…” jwb abdul dgn muka heran
10.00 .. hp bergetar..dreettt..dreett..”mba uda masuk dari td? gw ddpn” inbox painem
“lo kmane aje td?” tanyaku
“gw jam 5 uda bangun..trus nyuci, trus nyetrika..ga sadar uda jam 08.00..finally macet mb..”
inbox
“yaelahhh ndro, masuk aje..”message sent sambil tepok jidat
Dengan muka seluruh anggota yang ada menyimak pak edy menjelaskan, muncullah 2 sosok manusia
sejenis hawa..
“mb..”dengan wajahnya dan roman muka khas senyum cengar cengir ala sule
32
“nem ayok buat undian soalnya dibagi 2 kelompok..satu kakaktua satu kenari” kataku
“oke..ini selesai” jwbnya
“dul ambil ini perwakilan…”suruhku sambil mengulurkan lintingan kertas
Sehabis membuka lintingan kertas yang berisi salah satu anggotanya, dgn logat banyuwanginya
ditambah ekspresi muka melasnya dy bilang “oh…no!! mbaaaakk….tuker mbakkkk…”
“wkwkwkwkwkwkwk…..sudah memang takdirnya begitu” jwabq kompak ma painem
disambut dengan tawa kepuasan..
Masih ingat betul diingatan gw, keluar dari gedung diklit..ada yang senyum-senyum, ada yang melas,
ada yang keheranan, ada yang denial, ada yang mungkin uda bargaining dalam hati..yach begitulah
sebagai ketua jiwa gw ga bisa berbuat apa-apa cm bisa bilang, “alhamdulilah….anggota kelompok
kakaktua ga ada yang patol..”
-Kakaktua-
7 personil duduk melingkar dimeja bundar, smua menatap kearah luar dengan suasana teduh..hujan
rintik-rintik dengan langit gelap..nampak daun-daun ceres menjatuhkan butiran air secara perlahan..
“mana ya vie pembimbing kita?” tanya bunda
“embuuuh bun….”jawabku
“lha iku lo…” jawab sule sambil mendengarkan suara mobil
Tampak dari kejauhan seorang pria umurnya sekitar 35 tahun, wajahnya lumayanlah, jalan dengan
posisi tegap, perawakan mirip ali topan anak jalanan..yachh, badboy dikitlah yak…
Lama-lama sosok itu mendekat, mata gw makin lama makin jelas melihatnya berjalan kearah kami…
“god…!!itu kan pembimbing gw dulu wkt d3..riwayat sudah!rada galak..”kataku
“tp cakep..”kata wahid
Beliau biasa kita panggil dengan ‘Daddy’..entah nama itu muncul darimana, mungkin juga
karena uda kehabisan stock panggilan..uda terlalu banyak panggilan seperti abah, abi, papa yang
dipakai sebagai kata sandi panggilan bagi pembimbing kita yang punya efek khusus buat kelompok
atau perseorangan alias bahan candaan buat bunda tersayang…
“sy beri waktu 10 menit bercakap-cakap dengan pasien, kemudian ngumpul lagi dsini..”kata
daddy sambil nunjuk meja bundar
“iya pak..”jawab anggota serentak
10 menit berlalu…..
Pada bingung apa yang dilaporkan, pasien masih belum jelas diagnosa keperawatannya apa..sekilas
anamnesa tampak baik2 aja..
“setelah berbincang-bincang dengan pasien, gimana perasaannya?” tanya daddy
33
“pasien saya bla..bla..bla…jd menurut saya diagnosa yang saya angkat halusinasi pak” kata
wahid
“saya PK pak..soalnya dia waktu ngomong matanya melotot trus menggebu-gebu” jawabku
“td habis ngobrol kayaknya waham tp juga halusinasi, bingung pak” jwb painem
“halusinasi sepertinya pak..soalnya bla..bla..bla…” bilang bunda
dan semuanya pun menjawab tentang kondisi pasiennya…
daddypun bertanya sambil senyum” sebenarnya apa salah satu tanda gangguan jiwa?”
“inkohen kl diajak ngomong pak..” jwb fran
“nah betul itu…pernah ga km ervi mengalami gangguan jiwa?” tanyanya sambil menatap gw
“tidak pernah pak…” jawabku dengan PD
“kalo begitu td kan saya nanya gimana perasaannya setelah ngobrol dengan pasiennya
masing-masing?kok jawabnya malah cerita pasiennya..berarti gangguan jiwa donk?” kata
daddy dengan senyum puasnya
“Hufh…..” menghela napas semuanya..menyadari karena baru hari pertama uda pada
gangguan jiwa, gimana dengan sebulan dsini..keluar dari RSJ lawang bukan jadi perawat tp jd
pasien…
Hari demi hari berlalu…ilmu pun makin hari makin bertambah. Gimana tidak, kami diresponsi tiap
hari..semacam diospek! Begitu rajinnya daddy, tiap hari berkunjung ke kakaktua tak mengenal hujan,
tak mengenal waktu dan tempat…bahkan saat kami ada jadwal direhab. beliau datang dengan style
baju khasnya kaos dan celana jeans ala ali topan anak jalanan, lengkap dengan motor vespanya butut
dari jaman entah berantah. bunyi knalpotnya pun bisa ngrusak telinga..
”troooonngg…tong..tong…tong…toongg….” tanpa dugaan, hanya ngasih hasil koreksian askep dan
berkata “vie, nanti jam 1 bimbingan di Camar ya soalnya saya dines sore. Sampaikan ke teman-
teman! Eh vie, kamu kok lebih manisan dulu ya daripada sekarang?!”sambil ngacir dengan
meninggalkan asap vespa kebanggaannya yang selalu disimpan diruangan.
Suatu sore hari, ada jadwal terapi bermain, giranglah kami karena daddy libur. Otosmatis
pasti ga dateng nie….hihihihi..eh….nongol juga ternyata!.
Nakalnya mahasiswa ini dapet pembimbing rajin ngeluh, dapet pembimbing males
ngomel…SUNGGUH TERLALU!...Beliau pernah bilang gajinya cm 600rb dari kampus tak cukup buat
benerin rumahnya, tp karena amanatlah beliau melakukan itu..sungguh bijaknya!.
Tak melulu soal pengkajian askep yang dikotak katik, ada ciri khas yang slalu ditunjukkan
daddy..kalo ga ada “itu” bukan daddy namanya..seringkali beliau melontarkan hal-hal yang semacam
“ini”…dan bilang….
34
Pertanyaan Jawaban
“Apa bedanya buaya darat ama buaya
laut?”
“Dalam beberapa hal kekerasan rumah
tangga itu diperlukan..dan tak melanggar
hukum..hayo kerja keras apa keras
bekerja?”
“kl dirumah ga ada anaknya sebenarnya
lebih ngenakne tonggone…”
“enak tu punya suami guru TK, tentara,
perakit computer”
“rajin pangkal pandai..hemat pangkal
kaya..nikmat pangkal apa..”
“kalo ngomong itu harus dikontrol lo
yak..”
“Cuma beda cara makannya aja..”
(PENASARAN?! kalo ketemu tim kakaktua-
camar bisa minta tolong diperagakan..xixixi)
“ya..keras bekerjalah kl dalam berumah
tangga..kalo ga keras dulu ya ga muncul2
anaknya..”
(krik..krik….what its that?!)
(kok bisa…?!apa hubungannye…)
“tonggone silet…”
(gubraaakkkk…..!!!!)
“kalo guru TK..ayooookk sudah mengerti
belum?ayokk…diulangi lagi..dicoba lagi…”
“kalo perakit komputer, kan suka ngrakit yang
kecil-kecil..jadi tangannya terampil..kalo ga
percaya coba aja…”
“kalo tentara nanti anaknya bisa pirang
rambutnya..kenapa? karena bapaknya kan
jarang pulang..jadi pulang-pulang pedangnya
karatan coz lama ga diasah jadi bikin rambut
ibunya merah..kluar-kluar anaknya pirang
rambutnya..”
“paha donk….”
(heraaaan…ayaaammm kalee pak!!)
(kan uda dikontrol pak, apa kami ada salah
ngomong….????)
35
(Saat masak-masak diruang camar setelah
memancing, menghabiskan isi kolam
depan ruangan..lengkap dengan
mengambil mangga buat sambel
pencit..sampe gundul buahnya karena
setiap dines selalu buat rujak didapur)
“her beli tempe dipasar buat tambahan
lauk enak kayaknya…”
“Eh vie..kemarin itu ada cew perawat
naik bus pake baju putih-putih trus dy ga
dapet tempat duduk, untung ada cow
baik hati trus nawarin cew itu mau
dipangku apa ga?akhirnya mau dy karena
capek berdiri”
“trus vie, kalo bebek goreng itu yang enak
apanya?”
“iya pake R, penting itu..jangan sampe
ketinggalan kalo bilang Kontrol…”
(beranjaklah heri ma frans dari tempat
duduknya dan berjalan kearah parkir…karena
daddy manggil jadi mereka noleh, eh sie deddy
bilang….
“jangan pake K her, ntar berabe…salah-salah
ditonjokin orang dipasar karena beli Tempe-
nya pake K..”
(padahal uda dengerin serius lo pak, kirain
apa..?!)
(trus pak??…gw sambil mikir, kl itu cewnya gw.
mending gw berdiri ampe pegel-pegel gpp
sudah…)
cow itu tanya, “mbak perawat yak?”
“kok tau mas?”jawab cew
“iya soalnya mbak pake baju putih-putih trus
bau obat”jawab cow
“o..emang iya ya mas?mas kerja dibengkel
yak?” tanya sie mb perawat
“loh iya mbak..mbaknya kok tau?”jawab cow
itu dengan muka penasaran
“iya dongraknya naik turun mas…”kata
mbaknya sambil senyum.
(tukaaaannnn…gw uda firasat tadi. Pasti ada
yang ga beres, ternyata bener..!!!)
(gw jadi takut salah jawab ini….”
“ya B-nya…kalo ga ada B ga enak…masak EEK
goreng???” jawab daddy dengan senyum
36
“pinjem motornya vie…”
“ada asrama cew ma cow..saluran WCnya
itu jadi satu, dikasihlah lele…trus kenapa
kl diasrama cewek itu lelenya gede2
gemuk2? kalo diasrama cowok
kurus2..trus banyak lele yang pindah ke
cew?”
kemenangannya.
(sambil gw kasih kuncinya…)
“ya paling tidak bisa naikin motornya, daripada
ga bisa naikin sama sekali….”
(puas kali’ bapak yang satu ini..)
“karena di Wcnya cow, tiap ada yang pup
dikasih pentungan jadi semuanya takut dan
pindah ke cew, dsana lelenya seneng
makannya banyak..gimana tidak? kl di cew
selalu dikasih senyum tiap lele makan”
(uda capek2 mikir yang ilmiah gitu,
yaaa…ujung2nya ‘PELAJARAN’ lagi…?!?!!!!)
Yup, begitulah….Daddy selalu membimbing dengan stylenya sendiri. daddy bukan hanya
pembimbing, beliau juga teman sekaligus partner kami. Bukan hanya ilmu yang gw dapat, proses
pembelajaran yang tak membosankan jadi INSPIRASI..PSK bangettss alias Pembelajaran Sangat
Kreatip.
“kenapa daddy yang sekarang beda cara mengajarnya dengan yang dulu?” tanya gw
“dulu memang menakutkan….tapi seiring waktu, sy pikir kl saya ngajarnya galak, percuma
yang sy ajarkan ga akan masuk diotak..kalian kan juga sudah dewasa. makasih ya tasnya, saya
suka..Besok saya 3 hari pelatihan di jkt-bandung, pasti saya pakai tasnya… Sampaikan teman-
teman salam sukses selalu.” jawab daddy dengan serius.
“SIAP daddy….!!” Jwb gw “ERVI”.
-THE END-
Ervi Setyorini
37
“Sesuatu Yang Tidak Terlupakan,
Memoriam of Profesion” -Lilik Nurhidayati-
Capek, takut, cemas, mual, diare, muntah adalah perasaaan yang muncul setelah diriku
menjalani pembekalan profesi. Terbayang-bayang bagaimana beratnya menjalani profesi
keperawatan selama 1 tahun dengan berbagai macam tugas, tanggung jawab serta sangsi-sangsi
yang menyertainya jika terjadi kelalaian. Sungguh betapa lelahnya pikiranku yang ku gunakan hanya
untuk memikirkan hal tersebut.
Keluargaku di rumah adalah sumber energi terbesar yang dapat meredam ketakutanku akan
profesi keperawatan. Sedari awal suamiku tercinta sudah merestuiku untuk mengambil studi S1
Keperawatan, dia sudah menyadari berbagai risiko yang menyertai keputusannya tersebut. Hmm..
meskipun menyadari berbagai kesibukanku saat profesi namun suamiku selalu saja setia menunggu
kepulanganku di setiap akhir pekan. Begitu pula denganku, aku juga tidak sabar ingin berjumpa
dengan akhir pekan. Hari Senin merupakan hari yang paling membuatku merasa mala, tapi aku harus
melalui hari demi hari hanya untuk menemukan hari Sabtu, hari di mana aku dapat kembali Ke Kediri,
tempat dimana keluarga tercinta selalu menantikanku dengan sabar.
Profesi juga menyiratkan kepedihan. Hal ini berhubungan dengan anak-anakku di rumah.
Senin pagi adalah hari di mana aq selalu memendam kesedih yang mendalam, saat berpisah dengan
anak-anakku. Ketika matahari masih saja belum menyiratkan cahayanga, ketika sisa-sisa dingin
malam masih menusuk-nusuk tulang, kulambungkan ciuman hangat yang menyentuh lembutnya pipi
anak-anakku yang masih terlelap. Karena sikapku itu mereka terbangun, kesempatan itu ku
manfaatkan untuk berpamitan dengan mereka. “Nak... Ibu berangkat” ucapku. Dan mereka selalu
saja bertanya “Ibu kapan pulang?”, “Ibu kapan selesainya?”, “Kapan ibu bekerja lagi?”, “Kalau ibu
bekerja, tiap hari bisa pulang ke rumah”. Hati ibu mana yang tidak tersayat-sayat mendengar
rengekan mereka seperti itu, Duuhh... profesi ini....
Pernah suatu hari tanpa sengaja aq menemukan slembar kertas berisi tulisan. Aku
nampaknya familiar dengan tuslisan tersebut, dan memang benar, tulisan itu adalah tulisan anakku.
Nampaknya lembaran itu adalah surat yang ditulis anakku untukku sebagi tugas sekolah. Isinya
seperti ini..
“Untuk Ibuku tersayang...
Yang saya sukai dari ibu adalah..
38
Ibu saya baik, ibu senang membelikan saya kue, es krim. Ibu masak masakan kesukaan saya,
tapi ibu tidak pernah di rumah, ibu jarang di rumah, ibu pergi ke Malang, kuliahnya lama,
tidak selesai-selesai"
Surat ini ku temukan tahun 2011 silam yang makin menambah remuk hatiku.
END
Profesi bikin stress. Yah benar sekali... Suatu hari di ruamgn intensif aku melaksanakan ronde
keperawatan. Ronde keperawatan adalah semacam ujian yang dilakukan dengan model bed side
untuk menguji mahasiswa dalam pemahaman riil.
Ronde dijadwalkan pukul 11.00. Namun sampai jam 11.00 dosen pembimbing masih belum
juga datang di ruangan. Saat ku coba menghubungi beliau via sms, balasannya hanya tunggu 10
menit lagi. Menunggu kedatangan dosen merupakan kegiatan yang menghasilkan stress tingkat
tinggi. Mondar-mandir di ruangan, badan berkeringat lebat, keluar masuk kamar mandi untuk BAK.
Aku menyiapkan ronde sejak malam, tidak tidur dengan mengganjal perutku menggunakan 5 buah
singkong, hal ini membuat perutku kembung.
Yang ditunggu tak kunjung datang. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 11.25. Kepala
ruangan yang sedari tadi sudah siap mengikuti ronde mulai gusar dan meluapkan kegusarannya itu
kepadaku. “Dasar jam karet, molor-molor ndak tepat waktu”, “Dipastikan lagi kesininya. Apa jam 12,
nanti sore, Magrib atau besok....?” ungkapnya padaku, dan aku hanya bisa mengiyakan kata-katanya.
Aku selalu menatap pintu masuk, mengharap dosen cepat datang dan masalah cepat terselesaikan.
Alhamdulillah tidak berapa lama setelah itu sang dosen datang. Acara segera dimulai dan
alhamdulillah juga Ronde Keperawatnku tidak di tunda dan berjalan dengan lancar. Huff... sungguh
hari yang melelahkan.
END
Tidak hanya cerita yang biki stress, profesi juga menyajikan cerita yang konyol dan jika di
ingat-ingat ternyata dapat membuat diriku tersenyum gemas. Suatu hari aku sedang jaga di salah
satu bangsal medikal. Seorang perawata laki-laki selalu memanggilku “Lik..” atau “Lilik..” padahal dia
kelihatannya jauh lebih muda dibawahku. Dia selalu merayuku, sok akrab dan melontarkan
gombalan-gambalannya. Kadang suatu waktu dia bercanda dengan menyemprotkan alkohol ke
kakiku sehingga membuatku kaget dan kejahilan lainnya yang membuatku sebenarnya risih
dibuatnya.
Suatu hari aku diperintahkan oleh dia untuk verbedden, memang aktifitas ini selalu kami
lakukan dipagi hari sebelum melakukan aktifitas yang lainnya. Ditengah kesibukanku merapikan
tempat tidur, dia tiba-tiba menghampiriku dan membantu pekerjaanku. Sambil tetap bekerja dan
menunjukkan wajah datar tanpa ekspresi itu dia memulai pembicaraan :
39
“Kamu sudah menikah...?” tanyanya tanpa menatapku, sambil tangannya tetap bekerja
“Sudah..” jawabku singkat, sambil melihatnya sepintas karena kaget dengan pertanyaannya
“Sudah punya anak...?” tanyanya lagi dengan tetap ekspresi dan nada datar
“Sudah..” jawabku lagi
“Berapa anaknya...?
“Tiga..”
Sontak seketika dia menatapku dengan ekspresi terkejut, dan melanjukan pertanyaan
terakhirnya “Emang umurmu berapa...?”
“Tiga Puluh Enam” jawabku singkat
“Waaahhh.... mbaakkkk.... maaf ya..... seharusnya saya memanggil sampeyan dengan
sebutan mbak... aduh... jadi ndak enak nih....” Rengeknya..
“Ya dek... ku maafkan... jangan diulangi lagi yah....” Ha....9x :D Merdeka...!!!!
Semenjak itu dia sudah tidak menggombal dan bersikap wajar kepadaku, hmm... memang
sebenarnya dari usiaku aku nampak berapa tahun lebih muda sih kawan-kawan....? ^_^
Cerita lain terjadi di RSJ Lawang. Di sana kelompok kami mendapatkan pembimbing yang
bikin pusing luar biasa. Memang tidak killer tapi menyusahkan saja. Saya selalu mengerjakan tugas
tepat waktu, dari seluruh kelompok pasti saya yang selesai duluan mengerjakan tugas. Tapi hal ini
tidak menguntungkan, karena saya selalu jadi sasaran responsi karena sudah selesai. Entah kenapa
selalu saya yang jadi sasaran responsi dari sekian banyak anggota kelompok. Pagi inipun saya yang
dari tadi duduk di sebelahnya jadi sasaran empuk, diambilnya laporanku trus dicoret sana-sini sambil
komat-kamit “waduh-salah semua ini”, “kok gini Askepnya?!”, “Harus belajar lagi ini!”. Semua kata-
katanya membuatku mual. Akhirnya dengan nada yang cukup tinggi dia berkata “Sudah saya bilang,
nama pasien itu harusnya inisial...!!!, bukan nama lengkap seperti ini...!!!!” sambil mencoret
panjang-panjang sebuah nama di laporanku itu. Sontak saya yang dari tadi dongkol akibat ulahnya,
protes dan menjawab “Paakk...!!! itu nama Sayaa.....!!!”. Dia langsung pura-pura Bego’. :D
END
Setelah satu tahun melewati profesi saya ingin mengikuti profesi lagi, mengulang kenangan
bersama-sama sahabat-sahabat tercinta. Profesi mengubah diriku menjadi orang yang harus lebih
bersabar, bersyukur dan lebih bersemangat menjalani kehidupan dan tanggung jawab ke depan
PROFESI IS A BEAUTIFUL MOMENT
40
"Beautiful Story About My Profession" -Neneng Siti Robanah-
Awal aku masuk profesi aku merasa denial dan pengen memutar roda dunia lebih cepat ke
tahun 2013. Setelah masuk profesi aku mulai dihadapkan dengan komunitas baru yang kadang
menyenangkan dan kadang sangat menyebalkan. Senioritas mulai terasa, meskipun aku bukan lagi
calon perawat (alias sudah jadi perawat) tapi tetap saja aku harus memposisikan diri sebagai
mahasiswa.
Kulewati detik demi detik, menit, jam, hari, minggu, bulan sampai 1 tahun dengan perasaan
suka, duka dan jenuh tingkat tinggi. Bulan bergangi bulan kulalui dengan mulus tetapi semakin
mendekati finish masalah demi masalah datang silih bergangi. Suatu hari di salah satu ruangan
departemen maternitas ku mendapatkan syok terapi oleh seorang Kepala Ruangan. Masalahnya
sepele, karena aku jarang senyum alias cemberut saja, padahal waktu itu aku sedang sariawan dan
memang karakter wajahku cenderung terlihat jutek tapi bukan berarti aku orangnnya seperti itu.
Yaah mau gimana lagi? Tapi orang itu tidak menerima alasanku. Dikiranya aku gak suka dines di
ruangan itu, hehehe. Waktu itu aku memang syok banget tap lama kelamaan aku sadar klo aku diam,
orang lain akan beranggapan klo aku tuh sombong dan jutek. Hhmm ckckck.... jadinya sekarang
sedikit demi sedikit aku mengubah karakterku itu. Sampe perawat-perawat yang ga aku kenal aja,
aku ajak senyum hehehe... Selama 11 bulan aku profesi mengajarkan banyak hal. Selain ilmu
pengetahuan yang aku dapat, juga pengalaman kehidupan. Kita sebagai manusia hendaklah low
profile, karena orang yang sombong itu, dia hanya menyembunyikan kekurangannya.
Hoaah... profesi disisi lain juga sangat menjenuhkan. Tugas-tugas yang bertumpuk
membuatku pusing. Padahal pagi hari, sore hari, malam hari kami sudah bertugas di ruangan, eh..
pulang ndak istirahat, malah dituntut untuk mengerjakan tugas yang berjibun jumlahnya. Beda
banget saat sedang kerja, kalau dulu waktu kerja, saat pulang yah istirahat. Tapi ada departemen
yang cukup santai sehingga tugas-tugasku tidak sampai numpuk, yak.. departemen jiwa. Tapi di
departemen jiwa melihat pasien-pasien dengan penyakit psikis malah buat aku melow.... ternyata
orang yang sakit psikis lebih kasihan daripada orang dengan sakit fisik. T_T
Oh iya ada 1 cerita lagi ttg anggota kelompokku. Dia tu orang yang paling bisa n peduli sama
tugas kelompok. Dengan penuh kesabaran dia selalu mengerjakan sendiri tugas yang seharusnya
dikerjakan bersama. Klo dimintai tukar dinaspun dia jarang sekali menolak. Ampe kdg aku sungkang
sendiri klo mo minta tolong untuk ke sekian kalinya hehehe...
Pada suatu hari dia pernah bilang seperti ini “aku kan semester 3, mereka semester 5” hehehee...
41
Nasrul, itulah namanya... thanx ya atas segala bantuanmu, kamu ikhlas/nggak, tetep aku ucapin
“Thanks so much friend”
Ok, mungkin hanya segini yang bisa aku ungkapin. Kalau aku tulis semua, pasti jadi 1 buku.
Pesen buat temen-temen, “Live Must Go On” hadapilah segala sesuatu dengan penuh kesabaran,
keikhlasan dan tanggung jawab.
Neneng Siti Robanah
42
“Berlayar” -Aini Moeffidah-
Ini critaku…mana critamu…!!!!
Haiii..guysss…
Tak terasa waktu terus berjalan,,,, Begitu banyak departemen yg sudah saya lewati bersama
kalian semua terutama kelompok empat dari personil 4 orang sampai 12 orang tergabung… dan
banyaknya cerita didalam perjalanan kami, dari canda tawa kebahagiaan, pengalaman terburuk
sampai kesedihan dengan respon negative dari kelompok… tapi itu adalah sebagian isi dari
perjalanan kami yang tak akan pernah terlupakan… dan hanya sebagian cerita ini yang bisa saya tulis
didalam pena PSIK-B 2010 semoga dengan ini kalian ingat akan saya…. “Aini Moeffidah”
Awal dari departemen saya,, berlayar dengan 4 orang awak kapal, berharap mendapat
kedamaian dari arus gelombang di setiap departemen kami hingga tujuan kami. Dengan perbekalan
ilmu yang seadanya nekat berlayar. Perjalanan kami selalu bergelombang karena adanya gelombang
dari arus air laut, tapi kesan dari setiap gelombang tidak sama akan kekuatannya. Yang kadang bisa
diartikan dengan tingkatan/level. Level terendah, biasanya hanya sekilas saja dibicarakan namun tak
menarik lagi untuk diceritakan, level tertinggi atau gelombang yang tertinggi biasanya menghantam
badan kapal yang terlalu keras dan isi kapal terasa sakit bila terlalu keras hantamannya, bahkan bisa
terkenang seumur hidup rasanya.
Cerita yang ingin saya tulis adalah sebuah cuplikan dari perjalanan saya hingga departemen
terakhirpun saya masih mengingatnya. Sebuah gelombang….
Gelombang yang pertama.. tepatnya berada di puskesmas singosari..
Awalnya kita semua dinas pagi semua untuk awal masuk…. Begitu sudah jam 1 siang
waktunya kita pulang tiba-tiba bidan yang jaga sore mendadak nolongin partus dirumahnya yang
belum tau sampai kapan slesenya… dan dengan serentak bu bidan yang jaga pagi bilang ke kita “sapa
yang mau nerus sore bareng aku? Besok ga usa dinas deh” dan terlintas dipikiranku untuk menerima
tawaran bu bidan, sebelum menjawab aku tolah toleh ke 2 rekan ku dan kemudian ku jawab… “ya
mbak saya ajah deh yang nerus gpp”… dan aku neruslah dinas sore,,,kemudian q duduk didepan tivi,
tak lama kemudian bidan-bidan datang dari tugas luar… salah satu bidan lalu dengan lantangnya
bilang “eh dek, dr kemaren kok tak liat-liat mahasiswa sukanya duduk disini,,, disini itu yang boleh
Penting Diketahui
Pengarang adalah pencipta buku yang menyerahkan naskahnya untuk diterbitkan di sebuah penerbit. Pengarang memiliki hak penuh atas karangannya. Pengarang berhak mendapatkan royalti atas karyanya dari penerbit. Pembajakan buku adalah criminal! Anda jangan menggunakan buku bajakan, demi menghargai jerih payah para pengarang.
43
duduk bidan jaga nya, untuk mahasiswa duduk atau nulis-nulis disebelahnya atau di loby luar” ….
Gilaaa itu kan posisi malam- malam masak aku suruh duduk dilobi luar and aku kan baru jaga dinas,
kok bisa-bisanya blg dari kemaren…hufffhh…grrrrrhhh… (gondok)
………………………….
Gelombang yang kelima….
Pas lagi masukin departemen medical tepatnya di CVCU.. Tau kan sapa yang jadi pembimbing
ruangannya… Resposipun tiap hari terus menerus… Andthen pas saya lagi responsi pertama kalinya
semua ditanya bergiliran,, pas giliran saya ditanya, dan pertanyaanpun bisa saya jawab tanpa liat text
LP (berkesan senang bapaknya mangguk2),, saat pertanyaan yang saya cuma bisa emm emm…
dengan lantangnya beliau bilang “awalnya keliatannya doang pinter tapi ga bisa jawab” dengan wajah
merah merona penuh dendam dalam hatipun berkata….”ooohhh sialll”…
…………………………
Gelombang yang ke enam….
Saat masuk ke departemen emergency… saya tahu dan bisa menebak siapa yang jadi
pembimbing ruangan karena saya dulu pernah praktek disitu sebelumnya, bahkan insyaallah
mengerti bagaimana karakter beliau… ketika kami bertiga sift pagi dan meminta ke pak CI untuk ujian
role play besok, kemudian respon beliau adalah dengan menunjuk kearah luar pintu masuk UGD “iya
itu ada pasien datang silahkan anda kerjakan sekarang”…dengan terkejut dan bengongnya muka
rekan kerja saya sambil mendatangi pasien sampai ditanya temannya pun tetap tak berespon… hanya
berkata “kita role play skr” kami pun melakukan hal yang sama seperti rekan saya… dan kami
berkolaborasi menangani pasien,, yang satu berperan menangani tindakan, yang satu anamnesa dan
yang satu lagi pemerikasaan head to toe… daaaaannnnn….. setelah semua sudah dikerjakan, kami
responsi lah… beliau berkata “yaudah berarti mas ini saja yang tidak perlu roleplay lagi” kami berdua
bengong dan tertegun dengan kata-kata beliau, saya berkata dalam hati “lah terus kita tadi ngapain
bantuin kalau tidak diakui begini huffhh”, penyesalan terlintas diwajah kami berdua… setelah dilobi-
lobi, beliau pun mengakui kita bertiga dan menyuruh untuk membuat portofolio sekarang juga….
Kami pun bergegas mencari-cari secarik kertas untuk segera menyelesaikan nya dalam waktu
setengah jam… kemudian pekerjaan itu selese dan kami bertiga menghadap ke beliau… lembaran
atas dilihat dan banyak yang salah untuk pengkajiannya,, kemudian lembaran berikutnya dan
berikutnya dilihat dan ternyata sama semua… beliau berkata “ini sama semua pengakjiannya?”… dan
kami serempak menjawab “iya pak” …lalu spontan beliau berkata “astaqfirrallahaladzim” (sambil
menepuk dahinya)… kami bertiga saling tengok dan mengerutkan dahi sambil menarik bibir
sedikit2…. Beliau berkata “Saya suruh bikin portofolio dengan pasien yang sama bukan berarti
44
pengkajian pun juga sama”,, dan saya menjawab “kan kami tadi tindakannya kolaborasi pak, jadi
mengerjakannya pun kolaborasi pak ;)”…
………………..
Akhir dari perjalanan yang bergelombang adalah di departemen ke 9 saya yang lumayan
membuat agak santai sedikit, bahkan kesannya adalah sebuah penutupan yang baru merasakan
betapa indahnya bersama kalian semua…
Itulah akhir dari perjalanan saya dengan melewati 9 departemen, dan di akhiri dengan
hamdalah “alhamdulillahhirobilalamin”… semoga bermanfaat bagi saya dan kalian semua...
“SESUATU YANG HADIR PASTI AKAN PERGI, TETAPI KENANGAN YANG TELAH HADIR TAK AKAN
PERNAH PERGI”
semangat kawan… I love u all…
hak cipta Ns. Aini Moeffidah, S.kep
45
“Ini Warnaku, Apa Warnamu…?!” -Galuh Kumalasari-
Suatu malam, aku mencoba merenung… menerawang… mengingat-ingat…memikirkan… dan
akhirnya… berangkat. Ke’esokan malamnya aku coba lagi merenung… menerawang… mengingat-
ingat… memikirkan… dan akhirnya… berangkat lagi. Begitu pula yang terjadi pada malam-malam
selanjutnya selalu berakhir dengan “berangkat”, berangkat ke alam mimpi aliyas ketiduran tiap kali
mencoba mengawali menulis cerita 50 pena ini, dikarenakan keterbatasanku untuk membuat karya
berbentuk tulisan seperti ini. Tapi dengan penuh rasa syukur, Alhamdulillaaah… malam ini aku
berhasil menjadi “pembunuh”, pembunuh rasa gamang dan bimbang yang menghadanglangsung
dengan mengeksekusi aksi membombardir kata-kata di depan laptop tanpa banyak lagi merenung…
menerawang… mengingat-ingat… memikirkan… dan akhirnya… berangkat.
Finally, inilah cerita berbasis realita selama menjalani pendidikan profesi Ners versiku.
Departemen Gerontik? Nuansa HIJAU teduhlah yang terbentuk saat terbesit memori tentang
departemen itu, pijakan awalku di dunia yang bernama profesi Ners.Berbekal modal otak dan fisik
yang masih fresh pasca yudisium gelombang 2, difasilitasi dengan sistem departemen gerontik yang
tidak begitu mencekik, serta ditunjang dengan rekan-rekan seperjuangan yang
menyenangkan,membuat aku betul-betul bisa menikmati yang namanya masa profesi. Sehingga
ditutuplah cerita profesi departemen gerontik dengan kesimpulan satu kata, “Enjoy…!”.
Next Department… Pediatrik. Wow, sepertinya aku mulai meralat kesimpulanku yang lalu
tentang profesi. Pedas… pedas… mataku mulai pedas, bagaimana tidak? Aku harus mulai
membiasakan dinas malam lagi lengkap dengan insomnia yang selalu tidak mengijinkanku istirahat
tidur sekalipun sikon mendukung.Pegal… pegal… tangan dan badanku mulai pegal, bagaimana tidak?
Beraksi layaknya perawat ruangan saat berdinas, masih harus melestarikan budaya menulis tiap
laporan profesi. Panas… panas… kupingku mulai panas, bagaimana tidak? Hampir setiap hari ada
nyanyian pagi bersenandung nyaring, panjang dan lebar di kupingku menjadi backsound atas
kesalahan action-ku yang sebenarnya sepele dan wajar menurutku karena lamanya tidak berjibaku di
dunia klinik. Keluhan demi keluhan menghiasi masa-masa transisi ke rutinitas profesi klinik. Dan…
semakin reduplah aku sebagai ketua kelompok departemen ini saat menjelang seminar akhir
departemen. Minim ide, minim aksi, minim kreasi pada bahan seminar lantaran imbas dari
manajemen waktu dan tenaga yang masih belum teradaptasi baik dengan dunia profesi klinik.
Namun… beruntungnya aku dipertemukan dengan 2 pembimbing superhero pemantik semangat,
dengan teriakan khasnya “Galuh…!! Berangkatlah dari kata BISA…!! Jangan takut dengan salah, Kamu
46
harus yakin, kehadiranmu memang untuk ini…”. Nasehat-nasehat beliau yang menginspirasi
berangsur-angsur membuat pemikiranku berubah, membuat langkah semakin gagah dan tidak
mudah patah. Nuansa KUNING menjadi berpijar di departemen ini, saatnya menutup departemen
pediatrik ini dengan pelajaran “koreksi dari kesalahan diri, berfikir, lalu banting stir… aha… ternyata
aku bisa…!”
Departemen Medikal dan Surgikal, emmm… warna BIRU sepertinya sesuai untuk melukiskan
suasana di departemen ini. Diawali dari munculnya parasit berupa rasa jenuh dengan rutinitas
profesi yang padahal baru saja dimulai. Ditambah mengendornya semangat dan solidaritas
kelompok. Ditunjang dengan koordinasi yang tidak mulus dengan pembimbing institusi lantaran
beberapa hal. Diperlengkap dengan seorang personil kelompok yang terkena musibah sehingga harus
MRS. Serta disempurnakan dengan kondisi mengharu biru saat terjadi perang batin “hati nurani +
teori Vs fenomena” yang kerap kali terjadi. Penutup departemen medikal surgikal ini yang layak
sepertinya : “saatnya Instal diri ulang…”
Selanjutnya adalah departemen Full Stressor buatku secara pribadi. Selamat datang di
nuansa MERAH-nya perjuangan di departemen Emergensi. Mengapa merah? Berawal dari sebuah
tantangan tugas pada kelompok, tantangan dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi sebanding
dengan risiko yang membayangi. Bukan hanya untuk membuat buku, tapi juga membuat Role Play
sekaligus uji sahih program dari RS. Jawaban “Ya” oleh kelompokku atas tantangan itu dengan
semangat menyala-nyala. Full stressor, Full emosional, Full pula konfliknya, Full pengorbanan, tapi
berakhir juga dengan kemenangan dan kepuasan yang Full gak setengah-setengah. Emergensiku…
“Nothing Battle, Nothing Win…!”
Hijaunya departemen Gerontik, Kuningnya departemen Pediatrik, Birunya departemen
Medikal Surgikal, dan Merahnya departemen Emergensi, serta entah warna apa lagi yang mewarnai
departemen-departemen selanjutnya di sisa profesiku nanti, pada akhirnya… semua akan terangkai
menjadi “PELANGI” dengan multiwarna di sejarah perjalanan hidupku, dimana warna satu sama lain
akan saling melengkapi dan saling mempercantik cerita dan kenangan masa-masa menjalani
pendidikan profesi Ners.
Sekian cerita profesi versiku, semoga keterbatasan kemampuanku untuk menulis tidak
membuat teman-teman jenuh membacanya. Harapanku tulisan ala kadarnya ini dapat membawa
47
manfaat barang secuwil kuku untuk yang membaca. Karena… “Setelah jasad kita tidak lagi memiliki
kehidupan, tulisan karya kita ini akan tetap memiliki kehidupan…”
Seperti apapun kita saat ini, seperti apapun kita suatu saat nanti…satu hal yang tetap dan
pasti… kita pernah punya perjuangan yang menyejarah bersama teman-teman PSIK-B angkatan 2010.
Semangat dan sukseslah selalu teman-teman seperjuangan…!
Sabtu, 26 Januari 2013 Galuh Kumalasari
48
“CATHETER” -Gemi Rahayu-
Perasaan campur aduk antara senang, takut semua jadi satu menghadapi profesi gelombang
II PSIK 2010. R.13 departemen surgikal menurut cerita dari senior-senior yang sudah melewatinya,
ruangan yang melelahkan, complete deh hotnya.
Tanggal 5 Mei 2012, merupakan hari pertama saya masuk kembali ke lahan. Ketemu
rutinitas, ketemu pasien, hal yang kadang saya rindukan. Sejak tahun 2004 saya tidak masuk lahan
Rumah Sakit. Kadang dengan perasaan minder karena minimnya pengalaman di lapangan serta
keterbatasan kasus yang ada di daerah ujung paling timur Indonesia. Tapi dengan semangat dan
kemauan “Saya Pasti Bisa”
Hari pertama praktek, “Dek.. bisa aff kateter...?” perintah seorang perawat. Doeengg...
dengan perasaan bingung, otak harus sambil berfikir gimana ya caranya... dengan ragu-ragu saya
mengangguk, “Nanti lanjut ganti yang baru yah..., bisa to...?” lanjut si perawat, tambah bingung lagi
saya. Dengan membuang rasa gengsi akhirnya saya jujur,
“Kakak mohon bimbingannya yah, saya belum pernah pasang..” pintaku
“lho.. dari D3 toh, masak ndak bisa pasang kateter urin, iya nanti tak dampingin...” ujar si
perawat
Alhamdulillah sukses memasang kateter, dan kegiatan itu adalah pengalaman pertamaku memasang
kateter urin. Meskipun campur malu tapi akhirnya, ternyata gampang yah pasang kateter urin hehe...
apalagi ke pasien peremppuan.... Pede abis sekarang....hehe....
Enam bulan sudah pofesi terlalui dengan perasaan lelah, jenuh tetapi masih ada semangat
tersisa untuk menjalani dan berharap waktu berputar cepat hingga tahap profesi terlewati
semuanya. Masuk di tahap harus menggunakan “NIC & NOC” hahaha.... dengan bahan contekan
referensi full bahasa Inggris, mau tidak mau harus cari contekan dari referensi Askep dengan NIC-
NOC, intinya masih ada senjata terakhir di saat deadline.
Enam minggu terlewati, lega tidak kebagian seminar kasus di dpertemen ini. Tibalah deadline
untuk mengumpulkan laporan dengan tanpa disadari laporan banyak yang bolong-bolong. Dengan
PD di minggu ke-2 setelah jilid full cover ku kumpulkan laporan yang tebalnya minta ampun tersebut
“Bu, mau kumpul laporan....” ijinku kepada si dosen
49
“Oh.. silahkan, sudah dilengkapi...?”
“Sudah bu...” jawabku meyakinkan
“Saya periksa ya..” sergap si dosen
Whaaaaa..... diperiksa nih laporannyaaaaa..............!!!!!!!!
Do you know what I mean...
Gemi Rahayu
50
UPS SALAH -Winda Dwi Saputro-
Saya sebenarnya tidak bisa menulis tapi karena ditagih terus oleh ketua untuk kenang-
kenangan teman yang yudisium maka saya terpaksa menulis,sambil belajar menulis. Ini adalah
pengalaman saya praktek tepatnya praktek di departeman maternitas. Hari itu hari jum’at seperti
biasa sebagai mahasiswa praktek melakukan orentasi ruang yang akan dipakai praktek untuk minggu
depan. Pada hari itu saya dan kawan satu kelompok melakukan orentasi di ruang 8. Seperti biasa
diruang itu kami dijelaskan kegiatan di ruang itu. Setelah melakukan orentasi kami mendapat tugas
pada hari senin kami harus membawa LP nifas patologis.
Dari pada susah-susah nyari LP nifas patologis di internet maka saya minta file tugas itu ke
teman-teman yang sudah prektek di ruang itu. Yang pertama saya sms neneng untuk minta file tugas
itu
“neng, kamu punya LP nifas patologi di ruang 8, kalau ada saya ngopi” sms saya ke neneng
“punya, tapi minta aja ke Nasrul,minta tolong ngirim ke emailmu”balasan sms neneng
Atas saran dari neneng saya sms ke nasrul
“Ass. Srul, kamu punya LP nifas patologis ruang 8, kalau ada tolong kirim keemail saya” sms
saya ke nasrul
“ okay, nanti tak kirim keemail sampean” balasan nasrul
“ terima kasih, srul” balas saya
Saya sangat senang karena tidak perlu repot-repot nyari di internet tinggal nunggu kiriman
email dari nasrul.
Saya tunggu-tunggu kiriman email dari nasrul tapi sampai pada hari minggu tidak ada sms
dari nasrul sudah mengirim email apa belum. Saya sms nasrul untuk memastikan apa sudah
mengirim emailnya.
“Srul, saya mengiatkan, apa kamu sudah mengirim email ke saya” sms saya ke nasrul
“sudah saya kirim tadi malam” balasan singkat dari nasrul
Dengan senang hati, maka saya menuju warnet untuk membuka email saya. Sampai di
warnet saya langsung membuka email saya untuk mengecek email yang sudah di kirim oleh nasrul.
Tapi di email saya tidak ada email masuk, kemudian saya cek dispam tapi tetap g ada email yang
masuk. Kemudian saya sms ke nasrul untuk memberi tahu bahwa emailnya belum masuk.
“Srul, maaf emailnya belum masuk” sms saya
“tadi malam sudah saya kirim ke email sampean yang baru” balas sms dari nasrul
Saya jadi binggung perasaan saya g punya email baru
51
“saya g punya email baru srul, email saya hanya ini saja Wi********.com (maaf untuk email
saya sangat rahasia, tidak bisa saya sebutkan disini. He…..)”
Lama g dibalas-balas maka saya sms lagi
“srul kamu kirim ke email yang mana.?” Tanya saya ke nasrul
“ makanya kalau punya email jangan banyak-banyak, biar g binggung yang ngirim email ini…..
tadi malam saya kirim ke email baru sampean HEWINDA@YAHOO.COM” balas sms dari
nasrul
“Gila kamu srul, HEWINDA@YAHOO.COM itu bukan email SAYA....!!!!”
Teman – teman ngerti g HEWINDA@YAHOO.COM itu emailnya siapa…??
Tik...tok...tik...tok...
Teeeetttt..... (Waktu Habis)
Itu emailnya bu Heni dosen keperawatan Jiwa kita, karena emailnya bu heni mirip nama saya jadi
nasrul mengira itu email baru saya
Jadi nasrul maksudnya mengirim LP Nifas patologis ke email saya tapi dikirim ke emailnya bu heni
LUAR BIAASA Anak ini.... wkwkwkwk.....
Praktek keperawatan tidak hanya bikin stress tapi kalau dibikin santai bisa bikin lucu juga
Winda Dwi Saputro
52
“PERUBAHAN HARIMAU YANG
MENAKUTKAN” -Dwi Ari Shandy Widyawan Putra-
Selamat malam om-om, tante-tante, mas-mas, mbak-mbak, pada malam ini tepat pukul
22.30 WIB saya terbangun dan ingin menceritakan pengalaman pribadi saya saat menunaikan
praktek profesi ners di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang atau disingkat RSSA. Kisah ini terilhami pada
saat penulis sedang dalam departemen manajemen. Jika ada kesamaan setting tempat, tokoh, dan
apapun itu saya mohon maaf sebesar-besarnya karena kisah ini murni pengalaman nyata bukan fiktif
belaka.
Sebenarnya profesi merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi saya, soalnya dulu
ketika masih menyandang status sebagai mahasiswa diploma 3 keperawatan (AKPER), saya sudah
pernah merasakan praktek di Rumah Sakit, cuma bedanya kalau dulu namanya bukan profesi
melainkan PKK, tapi bukan PKK ibu-ibu lho, PKK yang dimaksud disini adalah Praktek Klinik
Keperawatan. Apalagi praktek profesi ners kali ini berada di tempat yang sama, yaitu Rumah Sakit
Saiful Anwar Malang. Awalnya saya merasa praktek di RSSA adalah hal yang lumrah dan biasa-biasa
saja, karena tidak banyak perubahan yang signifikan yang terjadi di rumah sakit tersebut. Namun
secara mengejutkan ada sesuatu yang agak nyeleneh terjadi ketika proses praktek profesi ners
tersebut berjalan, yang membuat saya ketawa-ketawa sendiri, heran, gak nyangka, bahkan gak
percaya kalau hal itu benar-benar terjadi.
Semua kisah berawal saat saya dan kelompok (sebut saja “Kami”) dalam stase
manajemen keperawatan. Kami melangkah menuju sebuah ruangan tempat kami menempa ilmu
manajemen keperawatan dengan penuh langkah pasti. Saat itu setelah kami bersusah payah
mengurusi surat pengantar profesi, dengan penuh harapan dan bayangan-bayangan indah yang
diperoleh dari informasi teman-teman yang lain, kamipun dengan langkah pasti dan mantap menuju
ruangan bahkan saya mendengar percakapan dari dua orang teman :
A: Cak, ngapain datang orientasi?? Bukannya ente bilang kemaren manajemen cuma refreshing
doank sebelum yudisium ya?
N: Hmmmmm bukan apa-apa, itung-itung visite pasien-pasien, hehehehehe (Dengan pedenya dia
mengatakannya).
Sesampai di ruangan kamipun terkejut, ternyata kedatangan kami disambut oleh orang yang tak lain
dan tak bukan merupakan orang yang paling tak bersahabat di masa lalu (sebut saja Mr.X) ketika
kami di departemen surgical. Salah seorang teman mencibir :
X: Waduh ketemu ni orang lagi, gmn nih?
53
N: Hmmmm santai, dihadapin aja.....(dengan muka yang agak tegang, galau, namun berusaha
kelihatan bersahaja).
Namun gak bisa dipungkiri, kami semua merasa tegang dan sangat tidak nyaman. Setelah negosiasi
yang sangat alot dan dalam waktu yang lama, akhirnya ada titik terang dan kami disarankan
menemui kepala ruangan yang sangat terkenal dengan ketelatenan dan kesabarannya (Sebut saja
Mrs.Z, pokoknya T.O.P.B.G.T lah.....). Dengan penuh wajah memelas kami minta untuk jadwal dinas
yang sama sesuai dengan kelompok-kelompok sebelumnya, namun akhirnya keputusan terbaru dari
pembimbing akademik bahwa jadwal dinas yaitu pagi dan sore. Dengan penuh kekecewaan atas
keputusan itu kamipun menjalankan jadwal yang sudah ditentukan oleh pembimbing akademik
(yaaaaahhh namanya mahasiswa, takdirnya selalu jadi korban pihak-pihak yang berkuasa,
wkwkwkwkwk).
Keesokan harinya kami datang ke ruangan dalam keadaan jiwa yang labil karena dihantui
pengalaman masa lalu yang kurang mengenakkan hati yaitu gemetaran ketika bertemu orang yang
satu itu (Hadeuh.......lebaynya kumat nih gue..hahahaha). Hari kedua mulailah ada konflik yang
dipicu karena kesalahpahaman kecil, yang berlanjut sampai hari keenam, selama seminggu itu hidup
kami selalu dihantui dan merasa tidak tenang. Suatu saat ada seorang perawat yang bercanda dan
bercengkerama dengan kami, kemudian membahas tentang pengalaman kami bersama Mr. X (bisa
disebut gosip ringan sih.....heheheheh) :
Perawat 1: Gimana mas selama seminggu ini, ada pengalaman-pengalaman menghebohkan kah
selama dinas dengan Mr.X ?
Y: Ada mbak, masak hanya karena hal sepele saja Mr. X bisa semarah itu, pake ngotot-ngotot segala
lagi, sampai semua orang seruangan tau, alay banget kan mbak.
Perawat 1: Iya saya denger-denger kemarin Mr. X datang pagi-pagi lantas marah-marah nggak jelas
gitu ya?
Me: Iya itu dia mbak, kami kan merasa serba salah, padahal apa yang kami kerjakan kemarin sudah
sesuai dengan arahan waktu kami konsultasi ke Mr. X.
Perawat 1: Yaaa...begitulah memang mas si Mr. X itu...kami aja sering dimarah-marahin di belakang
maupun di depan pasien.
Y: Oh ya?, waaaahhh parah banget berarti kalau kayak gitu mbak.
Perawat 1: Yaaaa...biasa dibilang begitu lah mas..,tapi semoga secepatnya dapat hidayah deh si Mr. X
itu mas.
Me: Betul sekali mbak, Amin.
Pada hari ketujuh, merupakan hari pertama kami melakukan implementasi (role play)
terhadap permasalahan-permasalahan terkait dengan sistem manajemen ruangan yang telah
54
diidentifikasi dan telah disepakati bersama pada minggu pertama. Seperti biasa Mr. X selalu
berusaha mencari-cari kesalahan kami, namun dia sama sekali tidak mau menerima saran dan kritik
dari mahasiswa. Nah, pada saat itu giliran pertama saya untuk dinas pagi, saya merasa sangat tidak
nyaman pada saat itu, namun saya berusaha berpositif thinking dan menyemangati diri dengan
meyakini dalam hati dan mensetting pikiran bahwa semua ini akan segera berubah menjadi lebih
baik dari sebelum-sebelumnya. Hari demi hari dinas pagi saya lewati dengan baik, meskipun tak
dapat saya pungkiri suasana seperti itu membuat saya sangat merasa bosan (Puuooooollll.......!). Saya
mencoba menanyakan atau sharing dengan teman yang dinas pagi juga, sehingga terjadi
perbincangan yang hangat dengan topik Mr. X (Lagi-lagi ngebahas Mr. X, Pak kenapa anda nggak ikut
IMB aja ?, Bapak punya bakat artis tuh, memiliki kemampuan tersembunyi untuk jadi objek gosip,
wkwkwkwkwk) :
Me: Gmn bro, ente merasa bosan gak kalo suasananya gini-gini terus?
Y: Banget bro, apalagi tu orang masi gitu-gitu aja dari dulu gak ada berubah-berubahnya.
N: Bener bro ane juga, tapi ya sudahlah, gimana kalau kita ajak nongkrong sambil ngopi aja?
Y: Wkwkwkwk, ya tapi ane kagak ikut cak, males banget
Me: Waaaahhh ada yang mau pedekate sama si Mr. X, apa ente kemarin udah nyari info kalau si Mr. X
punya anak cewek y? Hayo ngaku lu....hehehehehe.
N: Sssst...tu doi datang
Tiba-tiba Mr. X datang dan melihat papan struktur kegiatan harian dan bertanya “L mana, pasiennya
udah jadwalnya ke radiologi, segera diantar”.
L: Pak mau tanya, pakai brancard apa bed pasien y pak?
Mr. X: Ya pakai bed pasien lah, emang kamu mau ngangkat pasiennya? Ada traksinya juga, gemuk lagi
pasiennya. Ya udah pake bed aja, ajak temannya yang cowok!
L: Oo..iya pak, terima kasih (L menjawab dengan wajah ketakutan).
Setelah doi ngomel-ngomel, tiba-tiba menghilang begitu saja (sedikit bocoran nih,
menghilang dan datang begitu aja udah jadi kebiasaan orang yang satu ini). Tak lama kemudian
Mrs.Z bertanya kepada salah saeorang teman saya :
Mrs.Z: Mas melihat Mr. X apa gak?
Y: Baru aja ada bu, tapi kalau sekarang saya gak tau.
E: Sepertinya keluar bu barusan.
Mrs.Z: Keluar kemana ya mbak?
E: Waduh gak tau bu, soalnya Mr. X gak bilang apa-apa.
Mrs.Z: Ooo... ya sudah terima kasih ya kalau begitu (sambil senyum dan geleng-geleng kepala).
55
Keesokan harinya saya mendapat giliran dinas sore, saat itu saya dinas bersama tiga
orang teman cewek, mereka teman sekelompok saya. Ketika sedang asik mengerjakan catatan
perkembangan pasien, tiba-tiba timbul percakapan diantara mereka :
W : Eh rek gmn dinas pagi kemarin?, km sudah dinas pagi kan?
E : Iya udah, wuuhh jaann gak enak kalo pagi, soalnya ada Mr. X yang gak jelas itu.
W : Wkwkwkwkwkwk, iya ak dengar-dengar dia suka marah-marah gitu ya?
E : Jangan ketawa kamu, iya orangnya super gak jelas gitu, rasakan sendiri aja kalau nanti kamu
dinas pagi.
W : Wkwkwkwkwkwk, sabar......sabar.......kan saya cuma nanya aja....hehehehehe.
E : Eh denger-denger katanya si Mr. X tuh kalo sama cewek orangnya enakan, kalo sama cowok
galak banget. Padahal kan udah tua, tua-tua keladi tuh.
Mendengar obrolan itu saya merasa tergelitik untuk ikut didalamnya :
Me : O ya? Tau dari siapa kamu? Jangat fitnah lho, dosa.
E : Ya saya sih cuma denger-denger dari kakak tingkat, dan pengalaman saya dulu waktu dinas
di ruang sepsis bareng dia.
I : Iya betul saya mendengarkan cerita dari si A kalo Mr. X tuh kalau sama dia lembut banget
dan juga bersahabat, kadang kata-katanya menjurus ke hal-hal yang agak jorok gitu.
Me : Ah masak sih? Kalo sama saya sih gak pernah ngobrol sepatah katapun, jadi saya no
comment. Eh I kamu kapan dines pagi?
I : Hmmmmm....saya dines pagi 3 hari lagi, kenapa?
Me : Wah kebetulan sekali, berarti kamu dinas pagi bareng sama saya, hehehe
I : Maksudnya apa?
Me : Ya maksud saya kan kebetulan ada kamu, Mr. X kan suka sama cewek, apalagi yang bohai,
pasti dia langsung gak konsen tuh,hehehehehehe
I : Heh, awas ya kamu... (sambil senyam senyum tersipu malu).
Me : Ya udah kalau ngobrol terus kapan selesainya nih kerjaan, lebih baik kita lanjutkan mengisi
catatan perkembangannya.
Tiga hari kemudian saatnya saya dan I dinas pagi, dari rumah saya sudah membayangkan
sesuatu hal lucu yang akan terjadi pada hari ini. Sesampai di Rumah Sakit saya bertemu dengan I di
depan ruang jaga PPDS THT :
Me : Eh tumben pagi bener kalau datang? Wah jangan-jangan udah siap menyambut Mr. X
nih....wkwkwkwkwkwk.
I : Hmmmm dasar...awas kalau nanti Mr. X berulah, lebih baik saya kabur saja, hehehe.
56
Me : Ya sudah, kita harus bersikap baik terhadap orang lain, sudah waktunya operan nih, yuk kita
ke depan.
Setelah itu kamipun ikut dalam acara operan, kemudian dilanjutkan dengan pre conference.
Selanjutnya kami melakukan kegiatan rutin lainnya, seperti verbed, kebersihan lingkungan, dan
memberikan injeksi sesuai jadwal harian, rawat luka jika ada. Tepat pukul 10.00 WIB kami telah
menyelesaikan semua program asuhan keperawatan harian, kebetulan pada hari itu program pasien
tidak terlalu padat. Selanjutnya kami mengisi lembar catatan perkembangan sesuai dengan pasien
kelolaannya masing-masing seperti yang tertera di papan struktur kegiatan harian. Ketika kami
sedang asyik mengerjakan catatan perkembangan, tiba-tiba Mr. X datang dan duduk di kursi samping
si I sambil mengerjakan status pasien dan I pun menyapa :
I : Pak, untuk pasien Tn. K itu dapat terapi tansfusi berapa kolf?
Mr. X : Ya…tergantung Hb sekarang dan berapa target nilai Hb yang ingin dicapai, tapi biasanya
kalau Hb sekarang > 7, dokter meresepi 2-3 kolf dalam 1 hari, kemudian setelah habis,
besoknya dicek Hbnya, kalau masih kurang ya nambah sesuai kebutuhan, kalau sudah sesuai
target yang ingin dicapai seperti 11 atau 12, transfusi dihentikan.
I : Ooo…begitu ya pak, terima kasih pak atas informasinya.
Mr. X : Iya, siapa nama kamu? Kok masih nampak paling muda di kelompok ini?
I : I pak (I hanya senyum-senyum saja mendengar pertanyaan itu).
D : Iya dia paling muda pak, dia dari program A (kasihan banget si D hanya didengarkan tanpa
dilihat).
Mr. X : Lho bukannya kelompok ini dari program B ya? (dengan pandangan yang tidak pernah
beranjak memandangi I).
I : Iya pak hanya saya yang dari program A di kelompok ini.
Mr. X : Lho kok bisa begitu? (tetap memandangi I).
I : Iya pak saya dulu sempat ambil cuti setahun karena ada kepentingan.
Mr. X : Nikah ?
I : Ooo…gak pak, saya masih single bahkan belum punya pacar (sambil ketawa lebar).
Bebebrapa saat percakapan terhenti, masing-masing masih melanjutkan pekerjaan yang
dihadapinya di atas meja. Kemudian saya berbicara kepada I dengan nada agak berbisik :
Me : I awas nanti kamu diangkat sebagai istri kedua lho sama Mr. X,hehehehehe’
I : Ihh asal aja kamu….(sambil senyam-senyum).
Saat saya melanjutkan pekerjaan saya kembali, Mr. X bertanya kepada I :
Mr. X : Rumahnya dimana I?
57
I : (sambil tolah-toleh dan memberi isyarat bahwa dia tidak mendengar apa yang dikatakan
Mr. X).
Me : (saya memberi isyarat kalau Mr. X bertanya rumah I dimana).
Mr. X : Pacarnya ya? Mau jawab pertanyaan saya saja minta ijin pacarnya dulu (sambil senyam-
senyum melihat ke arah I dan saya)
Me : Bukan pak (jawab saya sambil tersenyum datar).
I : Iya bukan pak, pacarnya adik tingkat saya, anak program A juga, angkatan 2008.
Mr. X : Ahh..ya gak apa-apa, mumpung masih muda, dan biasanya cowok suka sama cewek yang
seperti I ini (sambil senyam-senyum dan memandangi I dengan pandangan aneh yang pernah
saya lihat).
Me : Memang seperti apa pak?
Mr. X : Ya seperti ini, seperti I ini (sambil Mr. X tertawa dan melihat saya seakan-akan
mengisyaratkan sesuatu tentang I).
Sesaat saya berpikir kira-kira apa yang dimaksud oleh si Mr. X ini, sambil melihat pandangan mata Mr.
X terhadap I dan mimik wajahnya yang aneh dan gak pernah saya lihat Mr. X seperti itu sayapun
menyimpulkan “Ooo..mungkin yang dimaksud Mr. X bahwa tubuh I montok”. Kemudian saya
mencoba mengklarifikasi hasil pemikiran saya dengan mengatakan :
Me : Ooo… iya pak memang kebanyakan cowok suka sama yang seperti I ini, bohai (sambil
tertawa geli).
Mr. X : Hahahaha…iya betul bohai, kamu makannya apa sih kok bisa kayak gini? (Tanya Mr.X dengan
merendahkan nada pada kata “Bohai” tersebut).
Saya kembali berkata dalam pikiran saya “Busseeett, ternyata benar yang saya pikirkan
tentang isyarat Mr. X tadi”. Di sinilah saya tidak menyangka bahwa Mr. X ternyata orang yang seperti
itu, “terbuka sudah kedoknya selama ini”, kata saya dalam pikiran. Maklum sejak dulu Mr. X selalu
memasang wajah menyeramkan dan sikapnya juga kurang bersahabat terhadap mahasiswa.
I : Hmmm…dulu saya tidak segemuk ini pak, dulu saya kurus, karena program diet yang salah
dan kurang olahraga, makanya saya jadi seperti sekarang ini.
Mr. X : Wah..ya gak apa-apa, lebih baik seperti ini, kelihatan lebih gimana gitu, betul gak? (tanyanya
kepada saya sambil ketawa aneh).
Me : Iya pak betul.
Sejak saat itulah, Mr. X mulai bersikap lebih lunak terhadap kami semua, dan yang tidak
ketinggalan, Mr. X selalu mencari-cari kesempatan ngobrol dengan I, kalaupun tidak ada I, Mr. X
selalu mencarinya. Apalagi kalau masalah ijin untuk ishoma lebih lunak daripada dulu saat pertama
58
kali kami masuk ruangan itu. Sejak hari itu sampai hari terakhir kami praktek di ruangan itu hidup
kami terselamatkan dan yang lebih penting antara kami dan Mr. X mulai terjalin hubungan yang
harmonis dan saling menghargai (hahahahaha lebay lagi).
Begitulah kisah yang dapat saya tulis sebagai bahan untuk berbagi cerita dengan teman-
teman senasib seperjuangan semua. Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah ini adalah “Bahwa
seperti apapun kita, seberkuasa apapun kita, sekuat apapun kita, sebagai manusia biasa, kita pasti
punya kelemahan dan kesalahan. Dan alangkah lebih baiknya kita tidak usah bersusah payah
menutupi kelemahan kita dengan upaya yang cenderung memaksakan orang lain untuk menghargai
dan menghormati kita bahkan kurang masuk akal, namun yang paling penting adalah bagaimana
menggunakan kelemahan yang kita miliki menjadi sebuah kekuatan yang bernilai positif, bermanfaat
bagi diri sendiri dan orang lain. Karena dengan begitu penghormatan dan penghargaan akan datang
dengan sendirinya” (Shandy, 2013).
Jika anda merasa resah, sakit hati
Kenapa tidak ada seorangpun yang memandang dan menghargai anda
Seharusnya anda berpikir positif kenapa hal itu bisa terjadi pada anda
Tanamkan pada pikiran anda:
Bahwa bagaimana orang lain akan memberikan penghargaan kepada saya
Jikalau saya saja tidak memandang dan menghargai diri saya sendiri sebagai
pribadi yang memiliki suatu kemampuan untuk merubah suatu hal menjadi
lebih baik.
(Mario Teguh)
Bersikaplah indah terhadap diri anda sendiri
Karena itu akan membuat orang lain mengindahkan diri anda.
(Mario Teguh)
59
Semoga dengan kisah ini dapat menginspirasi kita semua dan tali persaudaraan antar
sesama keluarga “PSIK B angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang” tetap
terjaga dan harmonis meskipun nanti raga kita terpisahkan oleh jarak dan waktu, yang penting
jangan sampai kita terpecah belah. Ingat kawan !! “Kita harus tetap solid sebagai 1 keluarga sampai
kapanpun, tetap semangat untuk meraih cita-cita masing-masing, semoga kesuksesan menyertai kita
semua, Amin…”. Ojo lali karo ak yo rek…….SALAM SATU JIWA dariku (Shandy).
Dwi Ari Shandy Widiawan Putra
SEKIAN
SEMOGA BERKENAN
60
Wound -Mubin Barid-
Bismillahirrohmaanirrohim
Profesi keperawatan sebuah kata yang mengundang bermacam Interpretasi dan makna,
namun dalam kamus saya ini adalah ladang yang bisa digarap untuk berbuat demi kemashlahatan
ummat atas titipan Ilmu dan kesempatan dari Allah sang pemilik Hajat, bukan tergantung pada
bagaimana apresiasi makhluk yang kadang hanya sesaat. .
Sepenggal kisah ini diambil mulai dari praktek profesi departemen manajemen.Kala itu tgl
26 maret 2012 kami kelompok 3 mulai masuk departemen kedua yaitu managemen, yang
beranggotakan 6 anggota antara lain :boss andi, boss aguslan,saya ,boss vina,boss yanti dan boss
ninik. “boss” demikian panggilan kami untuk masing2 anggota ,mengingat tiap2 anggota diberi
kesempatan untuk memimpin tiap departemen.
Kami dinas diruang 17 yang merupakan ruang perawatan bedah.dengan kapasitas tempat
tidur 32 bed selama kurang lebih 6 mg.yang mana pada minggu ke 2-5 adalah role play. pagi itu
tanggal 13 april saya dapat giliran menjadi Perawat associate/ perawat pelaksana (PA) dengan karu
boss vina .
Tiba diruangan pada pukul 06.45 wib mata saya langsung tertuju pada papan pembagian
tugas pengelolaaan ruangan. mubin sebagai PA dikamar 10 bed 1, 2,3 demikian pengumuman itu
tertulis. Tak lama sesudah itu operan dinas pun dilakukan,dan tiba di kamar 10 bed 3 ada pasien
seorang ibu paruh baya tampak lemah dan hopeless dengan terpasang infuse dilengan kiri,
terpasang dower catheter tree way dengan irigasi ,serta luka fistula diabdomen yang yang
merembes. demikian penilaian awal saya terhadap pasien kelolaan saya pada hari ini, Sebelum
meninggalkan ruangan itu saya sempatkan menyapa dan menitipkan semangat “ibu semangat
yaaa,yakinlah insyaAllah ibu akan sembuh” sambil memegang tangan untuk berjabat tangan erat
memberikan peneguhan. setelah itu saya pun berlalu meninggalkan ruangan tersebut untuk
mengikuti pre conference di ruang perawatan
Pada saat pre conference katim memaparkan rencana perawatan untuk masing-masing
pasien kelolaan hari .’’pasien ruang 10 bed 3 atas nama bu rawat dengan diagnosa fistula post op
batu buli 1 bulan yang lalu rujukan dari Rs Kepanjen,hari ini direncanakan rawat luka fistula demikian
katim menjelaskan rencana perawatan untuk hari ini.
Setelah pre conference ditutup,masing 2 PA mulai mempersiapkan untuk implementasi dari
rencana keperawatan yang telah dibuat olek KATIM,termasuk saya mulai mempersiapkan trolly yang
akan digunakan untuk perawatan luka.selanjutnya tibalah giliran perawatan luka untuk pasien
61
kelolaan saya di ruang 10.dan selama melakukan intervensi kami akan di damping oleh PA dari
ruangan yang bertanggung jawab pada masing-masing Tim.
Pada hari itu saya hanya menjadi asisten dalam perawatan luka, sedangkan perawatan luka
langsung dikerjakan oleh PA ruangan mengingat perawatan luka tsb baru pertama dilakukan pada
pasien tsb. Adapaun kondisi awal luka dapat saya gambarkan terdapat, luka post op repair dengan
garis vertical ± 12 jahitan yang masih basah dan heating belum diaff ,terdapat 2 lubang jahitan yang
tidak bertaut. serta dipinggir kanan luka terdapat lubang fistula yang merembes urine dan faeces.
cukuplah hanya ini yg bisa saya gambarkan lewat kata2 tentang kondisi luka pasien tersebut. ( ah
ingatan saya kembali pada kejadian tersebut seandainya saja saat itu kondisi luka dapat
didokumentasikan ,mungkin saat ini saya tidak perlu menjelaskan lagi kondisi luka yang sulit untuk
dideskripsikan, maklumlah mahasiswa judule.,he.,he.,)
Singkat cerita setelah perawatan luka selesai dilakukan dan alat2 dibersihkan ,saya kembali
mendatangi pasien tersebut untuk kembali memberikan semangat bahwa diluar sana, lebih banyak
lagi luka2 yang jauh lebih parah dibanding luka yg ibu alami saat ini ,tetaplah semangat, dan
berusahalah untuk menghabiskan makanan yang disediakan RS untuk mendukung proses
penyembuhan luka pada ibu.
Pada pagi 2 berikutnya,jika tidak salah hari ke 3 setelah hari setelah kejadian itu, saya
sempatkan untuk mendatangi pasien tsb lagi ,walaupun bukan menjadi PA pada ruangan tsb,.pasien
tersebut mengatakan bahwa dia akan dipindah ke ruang 18 karena akan direncanakan untuk
dilakukan colonoscopy dan tindakan colostomy, pasien tersebut tampak begitu sedih karena
colostomy baginya hanya akan membuat luka baru dan menambah deritanya ,walaupun KIE telah
diberiikan oleh Tim medis namun sepertinya bagi pasien tersebut keputusan itu adalah suatu yang
berat. walaupun demikian akhirnya pasien tersebut pun dipindah ke ruang 18 . keeseokan harinya
anak pasien tersebut mendatangi saya dan mengatakan bahwa keputusan ibunya sudah bulat tidak
mau dilakukan colonoscopy dan operasi colostomy,dan pilihan lain ketika menolak tindakan tersebut
adalah minta pulang paksa, kekagetan saya tidak berhenti sampai disitu ,sang anak menyampaikan
pesan ibunya untuk meminta saya merawat luka nya dirumah. saya kembali memberikan KIE bahwa
sebaiknya ibu mau untuk dilakukan colostomy ,karena itu hanya bersifat sementara ,dan jika luka ibu
telah sembuh dan fungsi pencernaan ibu kembali normal nanti,colostomy akan ditutup, namu itu
semua ternyata tetap tidak mampu merubah keputusan pasien tersebut dan keluarga untuk minta
pulang.kebingungan saya bertambah mengingat ibu tsb tetap meminta saya untuk merawatnya
selama dirumah, saya tidak langsung memberikan keputusan untuk menerima atau menolak,
mengingat konseksuensi dan resiko yg harus terima jika perawatan dirumah saya lakukan, saya
meminta waktu untuk menjawab. saya berfikir untuk meminta pertimbangan kepada dosen
62
akademik yang pernah memberikan materi ttg perawatan luka dan ingatan saya langsung tertuju
pada Bu Dina .
Sepulang dari dinas pagi ,saya langsung kekampus untuk meminta saran dengan bu dina,,
dan pertanyaan pertama yg diajukan bu dina ke saya , “apakah tidak ada perawat ruangan yang
merawat bin” , saya terdiam sejenak , “entahlah bu kenapa pasien tersebut dan keluarganya meminta
dg penuh harap untuk saya yang merawat saya juga sudah menjelaskan mengenai status saya disini
sebagai mahasiswa praktek .”mendengar itu bu dina pun mengatakan ya sudah jika memang seperti
itu, seandainya ebin yakin mampu untuk merawat silahkan dirawat . Mendengar jawaban dari bu
dina ,Bismillah saya pun menerima tawaran untuk merawat luka ibu tersebut dirumah.
Setelah jawaban iya yang saya berikan,sore itu saya langsung diminta untuk berkunjung
kerumah keluarga pasien tersebut ,mengingat rumah nya berada diluar kota malang ,jadi sementara
pasien tersebut menginap dirumah keluarganya. sesampainya dirumah saya mengatakan saya tidak
menjanjikan apa apa selain berusaha untuk berbuat yang terbaik untuk ibu,karena kesembuhan
tergantung pada Izin Allah semata ,yang saya minta hanyalah ibu perbanyak berdo’a, makan
makanan yang tinggi Protein , mobilisasi bertahap serta harus tetap semangaaaaattttttt.dermikan KIE
yang saya berikan pada pasien tersebut.
Setiap 2 hari sekali saya datang ke rumah pasien tsb untuk merawat luka, dengan wajah
yang selalu dihiasi dengan senyum lebar, menyambut kedatangan saya setiap kali saya datang ,ini lah
menjadikan kekuatan dan semangat saya untuk merawat pasien tsb bertambah kuat dengan segala
daya dan upaya total saya maksimalkan
Seiring dengan peningkatan intake nutrisi serta kekuatan motivasi pasien tersebut untuk
sembuh dalam seminggu pertama pasien tersebut perlahan mulai mampu mobilisasi jalan bertahap
dan catheter yang telah lama terpasang coba saya lepas. sambil mengevaluasi apakah urine masih
merembes di lubang fistula , pada 2 hari berikutnya Alhamdulillah tidak terjadi rembesan urine pada
luka dan disekitar tampak kondisi luka mulai menunjukan tanda2 granulasi, saya semakin
bersemangat untuk melanjutkan perawatan hingga luka kelak benar2 sembuh.
Singkat cerita ,± 1 bulan melakukan perawatan luka dengan berbagai macam sensasi rasa,
cemas, khawatir , haru ,dan bahagia adalah ending rasa yang saya rasakan ,ketika melihat luka pasien
bu rawat sembuh sempurna ,dan bahagia itu bukan hanya saya rasakan sendiri namun seluruh
keluarga dan pasien bu rawat sendiri tentunya.akhirnya ‘’suster demikian saya selalu disapa , kami
mengucapkan terima kasih atas perawatanya dan izinkan bolehkah saya mengangagap suster sebagai
anak sendiri, tak terbendung lagi air mata ini mendengar pernyataan sang pasien, saya speechless
hanya mampu mengucap kumpulan syukur dalam hati . Hamdallah.,
63
Terakhir sebelum saya akhiri kisah ini , sebagai renungan proses penyembuhan luka adalah
fisiologis dan sudah tersedia didalam proses tubuh. Tugas kita adalah merawat dan Tuhan lah yang
menyembuhkan. I dressed the wound, God Healed It.,
Kesan selama menjalani profesi
Sebelum menjalani profesi sempat terpikirkan alangkah senangnya jika kuliah s.Kep tanpa
wajib mengikuti profesi , namun ketika ini sudah merupakan satu paket untuk menyelesaikian
pendidikan S1 keperawatan maka tidak ada pilihan lain selain harus dijalani. Selama menjalani
profesi begitu banyak peristiwa yang dialami, ada ideal, ada penyimpangan, ada yang sesuai harapan
namun ada pula yang kurang diharapkan atau bahkan tak diharapkan untuk terjadi ,namun itu semua
ter akumulasi menjadi satu paket yang indah untuk dikenang
Wahai teman-teman sejawat ners masa depan , kibarkanlah bendera bahwa kita bangga
pada profesi ini. we care not cure
N/B :
special thanks.,buat sdr mas nasrullah ,maksih byk y rul atas inisiatif dan isnpirasi, nya serta jerih
payahnya untuk menyemprnakan proyek ini hingga kelak dapat terkumpul kumpulan cerita yang
menginspirasi.moga Allah membalas nya dalam bentuk kebaikan yang lain. Amiin . Monggo diedit
y jika ada kata2 yang kurang layak dan kurang berkenan. .,
dokumentasi luka
gambar 1 .,kondisi luka pada seminggu pertama perawatan dirumah
gambar 2 .,kondisi luka pada saat dokumentasi terakhir sebelum mengakhiri home care ,
64
maaf hanya ini foto yg penulis punya ,dokumentasi ini jg br bisa diambil saat sudah berada dirumah
dan seizin pasien tersebut untuk didokumentasikan
Mubin Barid
65
Just a note… -Aguslan Efendi-
Minggu pagi……..
Lega…terasa lega, seperti rasa lega saat bisul pecah,atau seperti rasa mules yang
menemukan tempat jongkok,WC. Yeaaah…hari ini Minggu,27 Januari 2013 hari pertama bebas dari
segala tugas dan kewajiban pendidikan profesi yang sudah dijalani satu tahun terakhir ini. Hari ini
aku mencuci seragam yang setahun ini kugunakan, menganggapnya cuci perpisahan.Karena mungkin
setelah ini aku tidak akan mencucinya. Atau paling tidak aku tidak akan mencucinya sendiri lagi
seperti setahun ini. Seragam ini saksi paling sahih proses pendidikan profesi yang kata kakak-kakak
kelas sebelumnya jauh lebih berat daripada proses pendidikan akademik di kampus.
Pendidikan profesi ini aku mulai dari departemen yang kata teman-teman adalah
departemen ringan tapi rawan konflik, komunitas.Seragam baru, semangat baru mewarnai hari-hari
itu.Aku memulainya dengan sedikit kurang gereget. Mungkin karena sedari awal proses perkuliahan
ini ,aku mengindoktrinasi diri sendiri kalau semua ini akan aku anggap sebagai refreshing saja agar
tidak tertekan. Mulai dari kehilangan adik di kampung halaman yang memaksaku pulang kampung
saat kegiatan baru masuk 4 hari . Ekspektasiku yang terlalu tinggi kepada teman-teman
sekelompokku juga membuat aku lengah untuk sedikit ketat mengorganisir kegiatan kelompok. Aku
terlalu terlena saat melihat anggota kelompok begitu bersemangat berinisiatif sendiri mengambil
peran, tugas dan tanggung jawab dalam tugas kelompok. Aku lupa membuat job description yang
jelas untuk anggota kelompok. Aku berfikir dengan semangat gotong royong seperti ini tidak lagi
diperlukan pembagian tugas tertulis. Aku lalai. Dan akhirnya dengan segala kelebihan dan
kekurangan , konflik, intrik ,negosia-si , canda, tawa ,pengertian, kebersamaan dan kooperatifnya
masyarakat di lahan praktek , departemen ini selesai dengan hasil sesama anggota kelompok mulai
memahami karakter masing-masing sebagai bekal untuk bersama di departemen selanjutnya. Dan
yang pasti Masyarakat mengapresiasi keberhasilan program, pembimbing lahan puas serta
pembimbing akademik menandatangani lembar pengesahan laporan kegiatan kelompok dengan
sedikit memberengut karena saat dua kali beliau supervisi ke desa , semua anggota kelompok tak
satupun yang kelihatan orang maupun sarungnya ..he he……berhasil, laporan tepat waktu.
Departemen Selanjutnya, Managemen.Mengelola operasional sebuah ruangan Rumah Sakit
dalam role play memberi gambaran yang real bagaimana sebuah ruangan harus diorganisir. Aku
menikmati kebersamaan dan sikap well come yang ramah dari punggawa ruangan 17 RSSA. Di
Ruangan ini kami berkenalan dengan tugas dan tanggung jawab bebagai komponen dari sebuah tim.
Kami juga berkenalan dengan sebuah produk minuman jus segar yang selalu jadi rebutan dan idola,
Maple jus. Intrik sesama anggota kelompok terasa tidak ada lagi. Damai dan mesra.
66
Departemen berikutnya adalah departemen-departemen dengan rutinitas dan pola kegiatan
yang sama walau beda bidang. Masing-masing memiliki agenda, tugas, nasib baik dan nasib buruk
sendiri. Ya…nasib buruk. Aku mengalami nasib buruk dengan sukses saat pertama di departemen
surgical. Harus ganti LP setiap hari selama 3 hari, padahal bayang-bayang ronde keperawatanku
mengancam di hari ke 4. Ronde tanpa boleh melihat laporan..wow , lumayan bikin
keringatan.Pengalaman pertama. Pertama kali aku merasa pembimbing akademik sedikit kejam.
Rutinitas sehari-hari kadang bisa dinikmati tergantung dari kepentingan mana memulainya.
Bertemu perawat-perawat baru di ruangan baru dan mahasiswa dari institusi lain adalah hal-hal
rutin. Ada perawat ruangan yang menyenangkan dan yang lain menyebalkan adalah warna-warna
yang berbeda. Rutin menjadi tidak menyenangkan saat kegiatan padat dan lelah mulai terasa . Atau
bertemu dengan perawat ruangan yang sedikit sok kuasa , menyuruh melakukan sesuatu yang
sebenarnya bisa dilakukan sendiri tanpa perlu menyuruh orang lain, yang suka berteriak untuk hal-
hal yang tak perlu. Atau perawat muda yang percaya dirinya ketinggian sehingga dengan entengnya
memanggil mahasiswa tua dengan panggilan “DIK”. Not a big deal…di posisi ini semua jadi terasa
sedikit menggelikan. Biasanya kuhibur diriku dengan mengasihaninya karena kebutuhan aktualisasi
dirinya yang belum terpenuhi.Atau kadang berperasangka jelek, jangan-jangan matane wes
suwek………he he…….
Kisah lain…. jaga malam dengan cerita hantu dan tidur di kursi kayu adalah nasib yang harus
diterima dengan ikhlas walau nanti pagi badan akan terasa remuk redam gara-gara terlalu lama
terbiasa manja tidur nyaman di kasur kapuk tipis fasilitas kost. Itu jauh lebih mending daripada tidak
kebagian kursi samasekali karena semua dikudeta oleh mahasiswa PD (Pendidikan Dokter) maupun
mahasiswa dari institusi lain. Pernah terfikir untuk membawa kantung tidur yang biasa aku pakai naik
gunung saat bujangan dulu. Tapi urung kulakukan karena khawatir tatapan jijik perawat ruangan yang
akan melihatku seperti orang yang hendak kemping.
Laporan pendahuluan dan laporan asuhan keperawatan adalah siksaan yang lain dari
pendidikan profesi ini. Laporan pendahuluan yang harus sudah ada di hari pertama adalah teror
nyata yang datang tanpa rasa bersalah setiap minggu malam. Ia dengan nyamannya merampas saat-
saat libur yang tak seberapa. Apalagi jika hari Sabtu jadwalnya jaga malam. Serasa tidak ada hari
libur. Karena Minggu harus mencuci, beres-beres kamar, menyelesaikan laporan minggu sebelumnya,
sore menyempatkan diri nonton di bioskop 21 kalo uang saku masih bersahabat. Baru kemudian
malamnya mulai puyeng nyari literatur dan browsing untuk membuat Laporan pendahuluan buat
besok pagi. Pengalaman membuktikan kalau aku ternyata pemalas untuk urusan ini. Laporan
pendahuluan mungkin bisa tepat waktu walau revisi entah kapan. Laporan asuhan keperawatan
kadang juga molor. Sampai pernah seorang pembimbing ruangan tidak berminat lagi memeriksa hasil
67
revisianku dan kemudian menandatangani laporan asuhan keperawatanku dengan senyum sinis
gara-gara aku kembali meminta responsi setelah 3 bulan menghilang sejak aku praktek di
ruangannya. Sama sekali tidak pantas dibangggakan dan tidak layak ditiru.
Beberapa hal yang aku sesali hanya jika mengingat beberapa sikapku yang mungkin kurang
nyaman ketika berinteraksi dengan beberapa teman. Dan kesibukan yang membuat aku kadang
seperti lupa dengan teman-teman yang dulu saat masih di bangku kuliah begitu dekat dan akrab.
Sama sekali semuanya hanya karena kesibukan yang begitu kekar mengepung kita. Terkadang aku
lebih merasa tertekan mengingat itu daripada mengingat rasa patah hati di ruang 9 saat aku yang
baru saja mulai berbunga-bunga mencoba memelihara jenggot,harus mencukurnya dengan paksa
hanya karena arogansi dan alasan tak jelas penguasa ruangan.Dan aku menyerah. Kepada semua
teman….maaf…..jika aku kurang peka…aku yang seharusnya memposisikan diri sebagai contoh buat
teman-teman yang lebih muda malah lebih asik dengan diri sendiri dengan kegiatan distraksi rasa
kesepian karena jauh dari anak istri………
Hmmm……akhirnya harus aku akui, tulisan ini dibuat dengan terburu-buru karena kasihan
dengan pemrakarsa 50 pena mengubah dunia yang sudah hampir putus asa memintaku membuat
sebuah catatan tentang pendidikan profesi ini. Setidaknya ada yang aku bagi kepada yang lain.Jika
yang lain memiliki pengalaman yang berbeda , tentu akan menambah kaya kisah-kisah inspiratif yang
akan aku ingat dari orang-orang yang pernah berjuang bersamaku. Yang paling penting ternyata
adalah proses ini tidak menyiksa untuk membunuh kita tetapi membuat kita semakin kuat dan
mendapatkan banyak pemahaman dari berbagai sudut pandang yang tak sama. Selamat untuk yang
sudah selesai menjalani prosesnya…dan tetap semangat untuk yang masih belum menyelesaikannya.
God luck guys….BAND of BROTHERS “All or None “ till the end…….will miss you fellows……see
ya………….ciao………….
Aguslan Efendi
68
JAS LAB! -Putu Norma Yustisia-
“Kamu tidak akan bisa mengingat kapan tepatnya suatu peristiwa terjadi jika tidak kamu
catat atau peristiwa itu begitu penting dalam hidupmu” – Putu Norma
The story begin...
Malang, ..... Juli 2012
Hari ini aku masuk pagi di ruang intensif penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr. Saiful
Anwar Malang (sengaja kutulis lengkap biar tidak lupa :D). Ya seperti biasa suka malas kalau masuk
pagi, apalagi di ruangan yang satu ini jadwalnya pagi terus huft... Meskipun ada untungnya juga jadi
kumpul semua masuk rame-rame satu kelompok kecil (Nama anggota kelompok dirahasiakan :P) tapi
tetap saja.... tidak bisa membuatku datang lebih awal hari itu (Juga hari sebelum dan sesudahnya :P)
Jadi deh aku telat dengan predikat cumlaude karena ternyata baru masuk ruangan pukul 07:29
wkwkwkwkwkwkwkkkk.... (Mohon diabaikan :P)
Semua perawat ruangan sudah berada di posnya masing-masing, termasuk dua teman
kelompok kecil saya (Nama anggota kelompok dirahasiakan :P) Karena kebiasaan terlambat ini sudah
terlalu mainstream dalam hidup saya, saya jadi punya kebiasaan “unik”, jadi jauh sebelum sampai di
depan pintu ruangan, saya selalu memakai jas lab terlebih dahulu, jadi pakai jas labnya di jalan
sambil jalan gitu deh... Dan masuk ke ruangan dalam keadaan tas tidak di cangklong (apa bahasa
Indonesianya >_<) tapi di jinjing (apa bahasa Indonesianya >_<) dengan semua barang berharga
sudah diamankan di kantong, si tas langsung ditaruh di manapun deh, yang jelas bukan di tempat
mahaiswa naruh tas hehehehe... Terus langsung gabung deh hehehehe... (Sekali lagi cerita ini mohon
diabaikan :P)
Setelah menjalankan ritual terlambat, hari itu berjalan seperti biasanya. Mulai dari
“ngumbah motor” (Sebenarnya saya tidak suka istilah orang ruangan untuk kegiatan memandikan
pasien ini ), TTV, ambil darah, rawat luka dan sebagainya, di antara semua kegiatan itu saya malah
paling suka pas waktunya bikin susu sama teman-teman dari gizi hehehehehe... Pada saat membuat
susu di dapur, dengan sebuah alasan yang saya sudah lupa apa, saya lepas jas lab saya (yang pada
masa itu saya gunakan terbalik, jadi kancingnya ada di belakang, maklum sudah gak muat >_<) dan
saya taruh di tempat gantungan skort yang ada di dapur.
Susu diseduh satu-satu, hmm tunggu sebentar teman-teman saya mana ya kok dari tadi tidak
ada...? Saya melongok sedikit dari pintu dapur, ternyata mereka masih keliling hehehe... (Maksudnya
kalau mereka keluar, saya mau titip sesuatu di kantin [Mohon diabaikan kebiasaan ini :P]). Saat
69
sedang asik di dapur itulah tiba-tiba ada kekacauan (saya melongok lagi dari dapur) ternyata salah
satu perawat tiba-tiba jatuh (tapi gak sampai jatuh karena cepat ditolong sama perawat lainnya)
(Identitas dan ciri-ciri perawat dirahasiakan :P). Tentu saja kami yang ada di dapur langsung keluar
semua menuju ke TKP... (Bacanya harus dengan gaya Parto OVJ :P) seketika suasana ruangan heboh.
Ternyata korban jatuh karena merasa punggungya kecetit (apa bahasa Indonesianya >_<)
sehingga dia tidak bisa bergerak dan oleng. Segera perawat yang malang tadi didorong ke UGD.
Keadaan pun kembali tenang, karena pekerjaan rutin pagi itu juga sudah selesai (Tinggal
mengedarkan susu dan membantu kasih zonde yang dilakukan oleh teman-teman Gizi) para perawat
ruangan dan teman-teman saya (termasuk saya) duduk santai-santai sambil minum maple
hahahaha... (Ada yang ingat minuman penyerik [apa bahasa Indonesianya >_<] tenggorokan ini..?)
Disaat itulah saya baru ingat dengan jas lab saya di dapur.
Saya pun ke dapur untuk mengambilnya kembali... Dan... What?! Mana jas lab saya kok gak
ada ya...?! Demi tuhan (Bacanya harus dengan gaya Arya Wiguna :P) ini pasti ada yang ngeringkesi
soalnya skort-skort lain yang tadi juga ada di gantungan itu menghilang semua Waduh di mana ini
jas lab saya. Langsung deh introgasi dilancarkan detik itu juga ke semua warga ruang intensif penyakit
dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr. Saiful Anwar Malang (sengaja kutulis lengkap biar tidak lupa
:D). Tersangka pun mengerucut ke satu orang yaitu bapak pekaryanya (Yang jadi adminnya ruangan)
tapi ternyata beliau turun pangkat jadi saksi karena hanya bisa mengantarkan saya menelusuri ruang
spoel hok (Bener tidak nih tulisannya? >_<) Yang ternyata embernya sudah kosong...! Itu berarti
sudah diangkut... Kemana...??? >_< Beliau mengatakan setiap IRNA punya petugas sendiri untuk
mengambil dan mengantarkan linen-linen. Dan untuk ruangan intensif penyakit dalam Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Saiful Anwar Malang (sengaja kutulis lengkap biar tidak lupa :D) ini gabung dengan
ruangan-ruangan yang satu gedung.
Dari bapak pekarya (Yang jadi adminnya ruangan) saya dapat info kalau nama petugasnya Ibu
(.....) (Antara nama dirahasiakan dan lupa :P) yang sekarang kemungkinan besar ada di ruangan atas.
Oke tanpa memperdulikan dua teman saya yang terbengong-bengong sambil nyeruput maple, saya
langsung naik lift menuju lantai atas, nah waktu mau pencet lantai yang mana bingung, aduh...
lantainya kan banyak, kira-kira Ibu (.....) ada di lantai berapa... -_- Akhirnya saya pencet asal saja
(sudah lupa juga berapa :P) di lantai itu saya bertemu dengan dua CS yang ternyata mereka gak tahu
ibu itu sudah ke situ atau belum Akhirnya saya putuskan kembali lagi ke lobi lantai satu, waktu itu
meja reseptionisnya (Bener tidak nih tulisannya? >_<) ada yang nunggu, langsung deh tanya ke sana,
apa Ibu (.....) sudah lewat sini, jawabannya sih belum... Tapi perasaan saya gak yakin sama
jawabannya, saya langsung tanya saja sama “penunggu” reseptionisnya (Bener tidak nih tulisannya?
>_<) ruangan tempat Ibu (.....) kembali setelah mengambil linen-linen kotor tiap ruangan, dan
70
ditunjukkanlah sebuah tempat dengan nama asing (Lupa juga namanya >_<) saya pun langsung ke
sana.
Di tengah jalan saya kehilangan arah, untung bertemu dengan beberapa CS dan mereka
menunjukkan dengan jelas (yang tadi gak jelas >_<) Sesampainya di lokasi (yang ternyata letaknya
kalau dari arah Irna III ada di lorong sebelah kiri sesudah instalasi gizi) Kalau gak salah ada tulisan
kecil di depannya “Tempat Linen Kotor” Kebetulan ada ibu-ibu yang keluar dari sana, saya langsung
tanya apa Ibu (.....) ini sudah kembali ke sini..? Jawabanya belum... hmmm syukurlah saya pun
menanti di luar, dan ibu tadi masuk lagi ke dalam. Tapi gak sampai 1 menit, si ibu tadi keluar lagi nyari
saya, katanya Ibu (.....) sudah ada di dalam! Langsung deh saya dipersilahkan masuk setelah
menyampaikan niat dan tujuan saya... >_< (Teman-teman ada yang pernah masuk ke sana...?)
Bayangkan saja kita seperti masuk ke dalam sebuah pabrik pencucian baju, ada banyak bak berisi
linen dan skort kotor dari ruangan seluruh rumah sakit, mesin-mesin cuci besar dan..... setrika
raksasa....!!! setrikanya berupa dua buah silinder besar yang panas dan bergerak berlawanan... >_< .
Oke saya langsung dipertemukan dengan Ibu (.....) yang ternyata sangat ramah dan murah senyum
:D. Saat kami bertemu, beliau lagi sibuk membuka buntelan-buntelan yang biasa kita buat di ujung-
ujung linen pas ferbed (Bener tidak nih tulisannya? >_<) Saat saya menceritakan dan menanyakan
keberadaan jas lab saya, beliau dengan senang hati membantu mengobrak-abrik koleksi linen dan
skort kotor yang dikumpulkannya dari bangunan baru yang lokasinya tusuk sate itu untuk
menemukan jas lab saya :D Huplaaa.... tidak sampai semenit jas lab keramat saya ketemu....
hahahaha... :D Tidak disangka juga Ibu (.....) malah menawari jas lab saya dicucikan sekalian di sana
Oh no thanks... >_<. Setelah mengucapkan terimakasih dan berpamitan, saya kembali ke ruangan...
Di ruangan semua pada tanya nasib jas lab saya, Yaaa.... saya rasa dia agak sedikit mabuk... >_<
The End....
Diceritakan dan ditulis kembali
Malang, Kamis Pon - 13 Juni 2013
71
"TO(bacco)DAY" -Adinda Devi Amelia-
31 Mei, diperingati diseluruh dunia setiap tahun sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
Gerakan ini menyerukan para perokok agarberpuasa tidak merokok, at least 24 jam serentak
di seluruh dunia. Adapun, angka kematian yg diakibatkan oleh rokok sebanyak 5,4 juta jiwa/tahun.
"Ah, merokok atau tidak sama-sama akan mati juga," tentunya kalimat itu akan berbeda cerita jika yg
tertimpa adalah diri kita sendiri, bukan?
Sore itu, di penghujung Juni, 2012.
Departemen medikal, Wlingi.
Tangisan pecah di bangsal saat itu. Seorang ibu dan 2 anaknya, meratapi kepergian tulang
punggung mereka untuk selamanya. Kanker paru. Seorang perokok berat.
Saya teringat cerita ttg seorang anak, setelah SD nya diberi penyuluhan ttg bahaya rokok, ia
pulang sambil menangis. Ia melakukan sesuatu dengan sebuah kotak rokok dirumah..
Sepulang kerja, ayahnya mendapati secarik surat dalam kotak rokoknya:
"Ayah berhentilah merokok, aku sayang ayah.."
Sebuah cerita berbeda hadir di Poli Hamil sebuah Puskesmas di perifer kota Malang,
menjelang akhir profesi, Departemen Maternitas.
Seorang ibu muda. Hamil anak ketiga. Mengeluhkan sering mual, dan sedikit sesak, katanya.
Anamnese, sampai pd kolom pekerjaan. Buruh pabrik rokok, ia bilang. "Kalau Suami ibu?"
Ibu ini terdiam. Sedikit berkaca-kaca. Rupanya hampir 4 bulan mencari kerja di luar pulau. Lost
contact nampaknya, Tanpa kabar berita, tanpa kiriman nafkah.
Ketika nurani dihadapkan pada sebuah dilematika. Ya, ibu ini harus tetap bekerja keras, di
pabrik rokok, untuk menghidupi dirinya, serta 2 anak, serta 1 yg didalam kandungannya. Saya tau
mungkin berisiko buat bayi, buat saya, tapi tidak ada (pekerjaan) lainnya. Mencoba memposisikan
diri sebagai dirinya. Jangankan sekadar pabrik rokok. Even I'll broke my bones for my children. I'll
fight for them.
Dan ketika, kita menyadari bahaya rokok..
kita menginginkan orang2 yg kita sayang selalu sehat.
Dan bahwa, kita menyadari sistem masih berputar atas otoritasnya..
72
Bahwa masih banyak saudara kita yg menggantungkan hidupnya dari tiap serpih tembakau..
Saat itu kita melihat,
That life doesn't always black and white.
Tapi akan selalu ada solusi atas segalanya.
Hanya jika kita mau 'melihat'.
...dan kemudian ibu itu menjabat erat tangan saya.
Membawa sekantung obat mualnya. Beberapa vitamin. Dan, ya. Masker.
Saat ini, ibu itu tentunya sedang mempersiapkan persalinannya.
Do'aku untukmu.
Adinda Devi Amelia
73
“GARA-GARA KAKEK-KAKEK” -Insetiya Nesvi Wida-
Suatu Ketika di departemen Surgikal, Ada sebuah kelompok kecil dari bagian kelompok 4B.
Anggotanya Nanang, Makpudin, dan Insetiya Nesvi Wida. Ketika itu kami dinas di ruang 13 RSSA
Malang. Pada saat kami dinas hari kelima, kami dinas bersama sama. Alkisah ada seorang kakek yang
berusia diatas 70 tahunan terkena BPH dirawat di ruang 13 dan memakai dower Catheter serta infus.
Kakek tersebut sudah demensia, pada saat dirawat di ruang 13 kakek tersebut meronta untuk minta
pulang. Akhirnya oleh perawat dan juga kami, kakek tersebut di restrain demi keamanan.
Pada hari itu kami sedang sibuk dengan kegiatan laen setelah merestrain kakek tersebut. Alhasil tidak
berapa lama kakek tersebut menghilang,,,,, cling????????? Kemana yak?????? Semua perawat dan
mahasiswa sibuk mencari kakek tersebut. Ada yang mencari sampai ke ruang 14, ada yang mencari
sampa ke depan ruang 12 dan ada yang mencari ke penjuru ruang 13. Setelah mencari kemana
mana,,, eee ternyata kakek tersebut bersembunyi di dekat kamar mandi ruang 13 di pojok sambil
jongkok berkerudung sarung... hadeeeh....
Apa yang terjadi pada kakek tersebut setelah ditemukan???????
Tak disangka dan tak di duga,,, setelah kakek tersebut di temukan eeee dower catheternya di
gunting sendiri oleh kakek tersebut,,, dan yang menjadi masalah kakek tersebut menggunting dower
catheter diatas pengisian balon.
Jadi selanjutya??????
Kira kira 1 jam setelah itu kakek tersebut tidak bisa kencing,, kesakitan,,, karena selang kunci
tidak bisa di buka sebab di gunting sendiri kakek tersebut... dilepas pun kagak bisa... Perawat pun
bingung,,,??????
Akhirnya kakek tersebut merintih kesakitan,, berteriak dan meronta....Tindakannya apa
ya??????. Satu satunya jalan setelah di konsulkan ke dokter spesialis urologi,,, dan Tindakan terakhir
yang dilakukan adalah dengan pembedahan (operasi) untuk mengambil dower catheter tersebut.
Itupun cyto,, benar benar merepotkan...
Gara gara kakek pasien yang laen programnya kacau....
Insetiya Nesvi Wida
74
75
l
76
g
SEE YO U NEXT TIME...!!!!
Recommended