View
151
Download
6
Category
Preview:
DESCRIPTION
ini buan sembarang pertimbanganwoww banget pokoknyasembuh dehahhahaha
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pertusis (whooping cough) adalah infeksi saluran pernafasan yang ditandai
dengan batuk keras yang tidak terkontrol yang menyebabkan kesulitan bernafas dan dapat
menimbulkan suara batuk rejan sewaktu menarik nafas. Pertusis disebabkan oleh infeksi
bakteri Bordetella pertussis. Bordetella pertussis adalah suatu bakteri ovoid kokobasil,
Gram negatif, dan bisa didapatkan dengan melakukan swab pada daerah nasofaring
penderita pertusis, yang kemudian ditanam pada media agar Bordet-Gengou. Masa
inkubasi Bordetella pertusis adalah 6-2 hari (rata-rata 7 hari). Sedangkan perjalanan
penyakit terjadi antara 6-8 minggu. Pada awalnya gejalanya seperti flu biasa, namun
biasanya lendir yang dihasilkan biasanya sangat berlebihan.
Ada 3 stadium Bordetella pertussis, antara lain : 1) Stadium kataral (1-2
minggu), menyerupai gejala infeksi saluran pernafasan atas yaitu rhinorrhea dengan
lendir cair, jernih, terdapat injeksi konjungtiva, lakrimasi, batuk ringan iritatif kering dan
intermiten, panas tidak begitu tinggi, dan droplet sangat infeksius. 2) Stadium
paroksimal atau spasmodik (2-4 minggu), frekuensi derajat batuk bertambah 5-10 kali
pengulangan batuk kuat, selama ekspirasi diikuti usaha insprasi masif yang mendadak
sehingga menimbulkan bunyi melengking (whoop) oleh karena udara yang dihisap
melalui glotis yang menyempit. Muka memerah, mata menonjol, lidah menjulur,
lakrimasi, salivasi, petekia di wajah, muntah sesudah batuk paroksimal, penurunan berat
badan, batuk mudah dibangkitkan oleh stres emosional dan aktivitas fisik. Kadang-
kadang pada penyakit yang berat tampak pula perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis.
3) Stadium konvalesens (1-2 minggu), whoop mulai berangsur-angsur menurun dan
hilang 2-3 minggu kemudian, tetapi pada beberapa pasien akan timbul batuk paroksimal
kembali. Episode ini akan berulang-ulang selama beberapa bulan.
Bordetella pertussis dapat disebarkan melalui kontak udara atau melalui barang-
barang yang telah terkontaminasi bakteri ini. Ketika sang penderita bersin atau batuk,
maka ribuan bakteri akan tersebar ke lingkungan sekitar. Itulah mengapa penyakit ini 1
sangat menular. Bagian dari tubuh yang diserang oleh bakteri ini adalah selaput lendir
dari saluran nafas. Saluran nafas kemudian menjadi meradang dan bengkak, hal ini juga
berakibat pada bertambahnya produksi dari lendir yang sangat berlebihan. Karena lendir
yang dihasilnya jauh melebihi yang biasanya ditambah dengan pembengkakan, membuat
saluran nafas kita menjadi sempit. Inilah yang membuat tubuh merespon batuk dengan
tujuan agar sumbatan ini dapat dikeluarkan.
Oleh karena itu, kami sebagai bagian dari R&D (Research & Development) ingin
menyusun rancangan formulasi, manufaktur sediaan, evaluasi dan rancangan kemasan
sediaan untuk pengobatan infeksi saluran pernafasan atas Bordetella pertussis, yaitu
pertusis / batuk rejan (whooping cough) dengan bahan aktif antibakteri berspektrum luas.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah cara menyusun dan melaksanakan rancangan formula, manufaktur
sediaan, evaluasi, dan rancangan kemasan sediaan untuk pengobatan infeksi saluran
pernafasan atas Bordetella pertussis (berspektrum luas)?
1.3. Tujuan
Menyusun dan melaksanakan rancangan formula, manufaktur sediaan, evaluasi dan
rancangan kemasan sediaan sirup kering untuk pertusis yang memenuhi persyaratan mutu
(quality), aman (safety), efektif (effective), stabil (stability), dan dapat diterima
(acceptable)
1.4. Manfaat
Memahami kerangka konseptual pembuatan sediaan untuk pengobatan infeksi
saluran pernafasan atas Bordetella pertussis (berspektrum luas)
Mengetahui dan mampu melaksanakan pembuatan sediaan cairan bentuk antara
(sirup kering) yang memenuhi persyaratan mutu, aman, efektif, stabil dan dapat
diterima
Mengetahui dan mampu melaksanakan evaluasi sediaan cairan bentuk antara
(sirup kering) yang memenuhi persyaratan mutu, aman, efektif, stabil dan dapat
diterima
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Mengenai Pertusis (Martindale’s 37th edition, p.199)
Pertusis atau whooping cough disebabkan oleh infeksi dari patogen saluran
pernafasan Bordetella pertussis, bakteri aerob Gram negatif. Spesies lain yang terkait
adalah Bordetella parapertussis, yang menyebabkan penyakit yang mirip namun
umumnya penyakitnya lebih ringan. Pertusis sangat infeksius dan paling sering terjadi
pada anak-anak, tetapi mungkin lebih umum terjadi pada orang dewasa. Kejadian pertusis
sudah banyak menurun karena adanya imunisasi aktif pada anak-anak dan pencegahan
yang efektif dengan uptake yang mencukupi dari vaksin.
Eritromisin menjadi antibacterial of choice, tetapi makrolida yang lebih baru,
clarithromycin dan azithromycin, memiliki efikasi yang mirip dan juga direkomendasikan
untuk pengobatan pertusis. Setelah infeksi terjadi, terapi menggunakan antibakteri
dipertimbangkan untuk membuat pasien menjadi non-infeksius dengan mengeliminasi
bakteri Bordetella pertussis pada nasofaring. Pengobatan dengan antibakteri tidak
mungkin mempengaruhi perjalanan klinis pertusis karena diagnosis untuk pertusis sulit
dilakukan hingga mencapai tahap paroksimal, dimana saat itu bakteri sudah merusak
saluran pernafasan dan melepaskan toksinnya.
2.2. Pemilihan Bahan Aktif
1. Eritromisin Etil Suksinat
Efek utama (Martindale 37th edition, p.295)
Antibakteri golongan makrolida spektrum luas yang melawan bakteri
Gram positif dan Gram negatif
Aksi bakteriostatik banyak pada bakteri Gram positif dan Gram negatif
Eritromisin terikat secara reversibel pada ribosom sub unit 50S
Inhibisi sintesis protein, inhibisi pertumbuhan sel bakteri
Efek samping
Mual, muntah, dan diare pada beberapa pasien (BNF 66, p.373)
3
Reaksi alergi yang mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia,
eksantem yang cepat hilang bila terapi dihentikan (Ganiswara, p.676)
Indikasi (BNF 66, p.374-375)
Pengobatan infeksi pada pasien resisten terhadap penisilin
Infeksi oral
Enteritis Campylobacter, sifilis, infeksi saluran pernafasan, infeksi
kulit, prostatitis kronik
Profilaksis diphtheria, pertusis
Acne vulgaris dan rosacea
Kontraindikasi (Martindale 36th edition, p.251)
Pasien dengan riwayat alergi terhadap eritromisin, pasien dengan
gangguan fungsi hati (Martindale 28th edition, p.1159)
Pasien yang menjalani perbaikan fungsi hepar (BNF 66, p.375)
Pasien yang menjalani perbaikan fungsi ginjal, dosis maksiumum 1,5 g
per hari (BNF 66, p.375)
Spesifikasi lain (Martindale 37th edition, p.296)
Konsentrasi plasma puncak umumnya terjadi antara 1 sampai 4 jam
setelah pemberian
Eritromisin terdistribusi secara luas melalui jaringan dan cairan tubuh
Tidak menembus batas otak-darah dan konsentrasinya di cairan otak
(CSF) rendah
Eritromisin menembus plasenta, terdistribusi pada ASI
2. Azithromycin
Efek utama (Martindale 37th edition, p.224)
Aktivitas lebih besar terhadap bakteri Gram negatif dibandingkan
eritromisin
Antibakteri golongan makrolida spektrum luas (broad spectrum)
Bakteriostatik pada bakteri Gram positif dan Gram negatif
Mempunyai aktivitas melawan protozoa, mycobacteria oportunistik,
Chlamydia trachomatis
4
Efek samping (BNF 66, p.373)
Anoreksia, flatulen, pusing, sakit kepala, malaise, arthralgia, gangguan
pada indra perasa dan penglihatan, gastritis
Nyeri dada, edema, gangguan tidur, fotosensitivitas, gagal ginjal akut
Indikasi (BNF 66, p.373)
Infeksi saluran pernafasan, otitis media, infeksi kulit dan jaringan
halus, penyakit lyme
Infeksi Chlamydia genital, uretritis non-gonokokal, gonorrhea
Profilaksis infeksi Streptococcus
Kontraindikasi (BNF 66, p.373)
Ibu hamil dan menyusui
Penyakit hepar parah
Spesifikasi lain (Martindale 37th edition, p.225)
Azitromisin yang diberikan secara oral diabsorbsi dengan baik dan
bioavailabilitasnya 40%
Konsentrasi plasma puncak terjadi 2-3 jam setelah pemberian oral
Azitromisin terdistribusi dalam jaringan. Kadar dalam jaringan lebih
besar daripada kadar di dalam darah
Menembus plasenta
Sekitar 6% dari dosis oral diekskresikan melalui urin
3. Cotrimoxazole
Efek utama (Martindale’s 37th edition, p.281)
Mempengaruhi pada jalur metabolik folat
Aksi bakterisidal dimana kedua komponen (sulfamethoxazole dan
trimethoprim) umumnya bakteriostatik
Efek optimum melawan kebanyakan organisme adalah rasio 1 bagian
trimethoprim dengan 20 bagian sulfamethoxazole
Efek samping (BNF 66, p.382)
Mual, muntah, diare, dan hiperkalemia
5
Kulit kemeraha, stomatitis, anoreksia, kerusakan hepar, pankreatitis,
myokarditis
Batuk, nafas pendek, depresi, tinitus, vertigo
Halusinasi, hipoglikemia, kelainan pada darah
Indikasi (BNF 66, p.382)
Profilaksis dan pengobatan pneumonia yang disebabkan Pneumocystis
jirovecii
Nokardiasis, toksoplasmosis
Bronkitis kronik, infeksi saluran kemih
Pengobatan otitis media akut pada anak
Kontraindikasi (BNF 66, p.383)
Porphyria akut, penyakit hepar parah, ibu hamil dan menyusui
Spesifikasi lain (Martindale’s 37th edition, p.281)
Ketika cotrimoxazole diberikan secara oral, konsentrasi plasma dari
trimethoprim dan sulfamethoxazole umumnya sekitar rasio optimal
1:20
Rasio kedua obat biasanya lebih rendah pada jaringan
Pada urin, rasio bervariasi dari 1:1 sampai 1:5, tergantung pH
2.3. Alasan Pemilihan Bahan Aktif
Berdasarkan data-data yang telah disebutkan di atas, maka bahan aktif yang dipilih untuk
pembuatan sediaan lotion obat jerawat yang mengandung calamin adalah Eritromisin
etil suksinat. Alasannya :
a. Merupakan drug of choice untuk infeksi kuman Bordetella pertussis, penyebab batuk
rejan / pertusis (Martindale 31st edition, p.137)
b. Dibandingkan dengan cotrimoxazole, efek samping pada eritromisin jarang terjadi
(Martindale 31st edition, p.204 ; Farmakologi dan Terapi, p.676)
c. Spektrum antimokroba luas (Martindale 31st edition, P.206)
d. Eritromisin yang diberikan pada fase permulaan, dapat memperlunak gejala-gejala
pertusis dan masa menularnya (dari ± 4 minggu) bisa dipersingkat (Obat-Obat
Penting edisi IV, p.662)
6
e. Pada eritromisin efek terapi dipengaruhi dosis (Martindale 31st edition, P.206)
f. Reaksinya stabil dalam asam lambung dan dilepas sebagai eritromisin aktif
g. Cepat diabsorbsi dan efeknya sedikit berkurang dengan adanya makanan dibanding
eritromisin stearat atau bentuk basenya (Martindale 34th edition, p.210)
h. Dapat diberikan per oral dan memiliki potensi yang besar
2.4. Karakteristik Fisiko-Kimia Bahan Aktif
No Karakteristik Eritromisin Etil SuksinatFisika Kimia
Organoleptis Bentuk : Serbuk hablur
Warna : Putih atau sedikit kuning
Bau : Tidak berbau
Rasa : Hampir tidak berasa
Higroskopisitas : Higroskopis
(The Pharmaceutical Codex 12th edition)
pH Pro Suspensione Orale :
7,00-9,00 (Farmakope Indonesia IV, p.360) pH suspensi dalam air 1% b/v :
6,0-8,5(The Pharmaceutical Codex 12th edition)
pKa = 8,7 (The Pharmaceutical Codex 12th
edition)
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam
air, mudah larut dalam etanol, aseton,
kloroform, macrogol 400 dan dalam
metanol ; larut dalam eter
(The Pharmaceutical Codex 12th edition)
Stabilitas : Stabil dalam buffer Na daripada
K ; stabil dalam dapar sitrat dan fosfat
daripada asetat
Habitat kristal : Kristalin
(Martindale 31st edition, p.204) Khusus suspensi t dalam buffer 0,1 M
Na sitrat (pH 7,0; 25º) selama 33 hari
Berat molekul = 862,1(The Pharmaceutical Codex 12th edition)
Degradasi ditingkatkan oleh Al3+, Fe3+,
Cu2+ sedangkan stabilitas ditingkatkan
dengan penambahan Co2+, Zn2+, Pb2+, Ni2+
(The Pharmaceutical Codex 12th edition)
Stabil dalam bentuk padat
7
2.5. Pemilihan Bahan Tambahan
1) Dinatrium Hidrogen Fosfat / Na2HPO4.12H2O (HPE 6th edition, p.656-657)
- Pemerian : kristal transparan atau tidak berwarna, merupakan efloresens kuat
- Kelarutan : sangat mudah larut dalam air ; lebih mudah larut dalam air
panas ; praktis tidak larut dalam etanol (95%)
- Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk
dan kering
- Fungsi : sebagai dapar (buffering agent) dengan mempertahankan pH sediaan
2) Natrium Dihidrogen Fosfat / NaH2PO4.2H2O (HPE 6th edition, p.659-660)
- Pemerian : kristal putih atau tidak berwarna, sedikit deliquescent, tidak
berbau
- Kelarutan : larut dalam 1 bagian air ; sedikit larut dalam etanol (95%)
- Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk
dan kering
- Fungsi : sebagai dapar (buffering agent) dengan mempertahankan pH sediaan
3) Carboxymethylcellulose Sodium (CMC Na) (FI IV, p.175)
- Pemerian : serbuk atau granul ; putih sampai krem ; higroskopik
- Kelarutan : mudah terdispersi dalam air membentuk suspensi koloidal ; tidak
larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain
- Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
- Fungsi : sebagai peningkat viskositas sediaan atau pengental (thickening
agent) dalam sediaan
4) Tween 80 (Farmakope Indonesia IV, p.687)
- Pemerian : cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning muda hingga
coklat muda ; bau khas lemah ; rasa pahit dan hangat
8
- Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, larutan tidak berbau dan praktis
tidak berwarna ; larut dalam etanol, dalam etil asetat ; tidak larut dalam
minyak mineral
- Penyimpanan : disimpan dalam wadah yang tertutup rapat
- Fungsi : sebagai pembasah (wetting agent) untuk bahan aktif (eritromisin etil
suksinat)
5) Nipagin (Metil Paraben) (Farmakope Indonesia IV, p.551)
- Pemerian : hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih ; tidak
berbau atau berbau khas lemah ; mempunyai sedikit rasa terbakar
- Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon
tetraklorida ; mudah larut dalam etanol dan dalam eter
- Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
- Fungsi : sebagai zat pengawet (preservatives) dalam sediaan
6) Sukrosa (Farmakope Indonesia IV, p.762)
- Pemerian : hablur putih atau tidak berwarna ; massa hablur atau berbentuk
kubus, atau serbuk hablur putih ; tidak berbau ; rasa manis, stabil di udara.
Larutannya netral terhadap lakmus
- Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
mendidih, sukar larut dalam etanol ; tidak larut dalam kloroform dan eter
- Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
- Fungsi : sebagai pemanis (sweetening agent) dalam sediaan
7) Apple Green FCF
- Pemerian : serbuk berwarna hijau tua. Dalam larutan air berwarna hijau muda
- Kelarutan : larut dalam 17 bagian air, dalam 15 bagian gliserin, dalam 15
bagian propilenglikol, dalam 0,2 bagian etanol 95%, dan dalam 7 bagian
etanol 70%
- Fungsi : sebagai pewarna (coloring agent) dalam sediaan
9
8) Mix Fruit Flavor
- Pemerian : serbuk berwarna putih kekuningan, bau dan rasa mix fruit
- Fungsi : sebagai flavoring agent dalam sediaan
9) Etanol 70% (Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth edition, p.17)
- Pemerian : cairan mudah menguap yang jernih, tidak berwarna, mobil,
dengan bau karakteristik lemah dan rasa terbakar
- Kelarutan : dapat campur dengan kloroform, eter, gliserin, dan air (dengan
peningkatan suhu dan kontraksi volume)
- Fungsi : sebagai pembentuk granul dalam sediaan
10) Aqua purificata (Farmakope Indonesia IV, p.112)
- Air Murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi,
perlakuan menggunakan penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang
sesuai. Dibuat dari air yang memenuhi persyaratan air minum. Tidak
mengandung zat tambahan lain. pH antara 5,0 dan 7,0
- Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
- Fungsi : sebagai pelarut dan pembawa (vehicle) dalam sediaan setelah
direkonstitusi
2.6. Pemilihan Bentuk Sediaan
Jenis sediaan yang akan dibuat adalah sediaan cair bentuk antara berupa sirup kering.
Berdasarkan data karakteristik fisika kimia bahan yang telah disebutkan tadi, maka
bentuk sediaan yang cocok dan acceptable adalah sediaan sirup kering eritromisin etil
suksinat.
Alasan pemilihan :
t1/2 stabilitas dalam buffer 0,1 M Na sitrat hanya 33 hari atau dapat dikatakan
bahan obat tidak stabil
Pada suhu rendah (dalam refrigerator) tidak kehilangan aktivitasnya selama 1-2
minggu
Stabil dalam bentuk kering
10
Bentuk sirup kering adalah sediaan padat / campuran zat padat yang harus dilarutkan
dalam pelarut sebelum diberikan per oral dan disebut “untuk larutan oral” atau
campuran padat yang harus direkonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang
sesuai sebelum digunakan dan disebut “untuk suspensi oral” (Farmakope Indonesia IV)
2.7. Persyaratan Mutu Sediaan
Sediaan yang dibuat harus memenuhi persyaratan mutu yang setara dengan ketentuan
dari Farmakope Indonesia IV / USP dan memperhatikan kriteria pendaftaran obat jadi
Departemen Kesehatan RI.
Aman (safety), diartikan sebagai bermanfaat secara fisiologis dan psikologis, tanpa efek
samping yang merugikan atau dengan efek samping yang telah dikendalikan sehingga
tidak lebih toksik dari toksisitas bahan aktif sebelum diformulasi.
Bahan farmasi merupakan bahan kimia yang mempunyai karakteristik fisika-kimia yang
terkait langsung dengan efek / khasiat, setiap perubahan karakteristik fisika-kimia akan
mampu menyebabkan perubahan efek farmakologis dan atau psikologis.
Berdasarkan Martindale’s 31th edition, kadar aman bahan aktif yang digunakan adalah :
Eritromisin : untuk anak-anak 30-50 mg/kg BB
Efektif (effectivity), diartikan sebagai jumlah partikel aktif yang mampu mencapai
tempat kerja (site of action / reseptor) dan mampu melakukan aksi terbesar dan selama
waktu yang diperhitungkan (onset of action-duration of action). Jumlah bahan aktif
dikehendaki relatif kecil tetapi dengan hasil kerja optimal. Jumlah tersebut harus
diartikan sebagai dosis pemakaian sekali pakai, sehari pakai, dan selama jangka waktu
pengobatan (1 kuur). Sediaan harus dibuat dengan dosis sekecil mungkin, dapat
memberikan efek terapi yang diinginkan dengan efek samping seminimal mungkin (USP
XXII, p.324)
Dapat diterima (acceptable), diartikan sebagai prediksi pemenuhan persepsi psikologis
konsumen / pemakai. Sediaan memiliki penampilan luar / kemasan yang menarik,
memiliki nilai estetis sehingga menimbulkan rasa senang dan nyaman bagi konsumennya.
Bentuk sediaan juga harus meyakinkan sisi psikologis pengguna. Organoleptis sediaan
11
dapat diterima oleh pengguna, dengan dapat ditambahkan pewarna dan yang lain
sehingga nyaman untuk dikonsumsi.
Stabil (Stability), diartikan bahwa sediaan tetap mempunyai efek farmakologik-fisiologik
sebagaimana awal pembuatan / yang dicantumkan dalam label atau brosur.
Diperhitungkan dari stabilitas fisika, stabilitas kimia, stabilitas farmakologi, stabilitas
mikrobiologi, dan stabilitas toksikologi.
Stabilitas Fisika, sediaan tidak boleh mengalami perubahan fisika, penampilan,
homogenitas, dari pembuatan sampai ke tangan pasien. Tidak boleh ada perubahan
viskositas, berat jenis, selama proses pembuatan, penyimpanan, distribusi, sampai ke
tangan pengguna.
Berat jenis sediaan > berat jenis air
Tidak terjadi pengendapan
Tidak terjadi perubahan warna
Viskositas sediaan < viskositas gliserin pa
Stabilitas Kimia, secara kimia antar komponen tidak saling berinteraksi, yang dapat
menimbulkan perubahan potensi, warna, dan bentuk sediaan. Setiap bahan aktif
mempunyai sifat kimia yang tetap dan kadar / potensi yang sesuai dengan label / etiket,
dalam batas yang telah ditentukan.
Stabilitas Mikrobiologi (Lachman, p.468)
Tidak terjadi peruraian akibat pertumbuhan mikroba
Stabilitas / konsistensi terhadap pertumbuhan mikroba tergantung pada spesifikasi
sediaan yang diinginkan (steril / non-steril)
Mikroorganisme yang tidak boleh ada dalam sediaan oral likuida antara lain
Salmonella sp, Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, Serratia marcescens,
Staphylococcus aureus, Candida sp, Bacterium antranum, P.multhophilia..
Stabilitas Toksikologi (USP XXII p.1703)
Tidak boleh menjadi bahan yang meracuni jaringan lokal dan tidak boleh menunjukkan
adanya gejala peningkatan toksisitas.
12
Stabilitas Farmakologi (USP XXII p.1703)
Selama penyimpanan tidak terjadi perubahan efek terapeutik yang menyimpang dari
tujuan pengobatan yang direncanakan.
2.8. Uji Stabilitas Sediaan
1) Organoleptis
Prinsipnya adalah mengamati rasa, bau, warna, dan bentuk dari sediaan
Sebelum rekonstitusi
Bentuk : serbuk kering
Warna : hijau muda
Bau : mix fruit
Rasa : mix fruit, manis
Setelah rekonstitusi
Bentuk : suspensi
Warna : hijau muda
Bau : mix fruit
Rasa : mix fruit, manis, sedikit pahit
2) pH sediaan
Alat : pHmeter (Merk : SCHOTT Instruments Lab 850)
Prinsip : mengukur besarnya pH sediaan
Cara kerja :
- Elektroda gelas dicuci dengan aquadest, lalu keringkan dengan tisu
- Celupkan elektroda ke larutan buffer standar (pH 4.0 dan 7.0)
- Amati dan catat pH standar
- Elektroda dibilas dengan sediaan
- Isi beaker glass dengan sediaan secukupnya sampai elektroda tercelupkan
- Baca pH. Angka yang muncul dicatat
pH yang diharapkan : 7,00 ± 0,05
13
3) Berat jenis sediaan
Alat : Piknometer (10 ml, 20oC)
Prinsip : menghitung berat jenis sediaan sejumlah volume tertentu sehingga dapat
dihitung berat jenisnya
Bahan : aquadest dan sediaan uji
Cara kerja :
- Timbang piknometer kosong pada timbangan analitik
- Isi piknometer dengan sediaan sampai penuh, kemudian timbang juga dengan
timbangan analitik
- Berat jenis sediaan dihitung dengan rumus : ρ = (m2-m1) / Vpikno
Dengan ρ = berat jenis sediaan (g/ml) ; m1 = berat piknometer dengan sediaan
(g) ; m2 = berat piknometer dengan sediaan (g) ; Vpikno = volume piknometer
(ml)
Berat jenis yang diharapkan : > 1 g/ml
4) Viskositas sediaan
Alat : Viskometer (Merk : Rion Viscotester VT-04F)
Viskositas : > 100 cPs
5) Sifat alir sediaan
Alat : Viskometer Cup and Bob / Stormer (Merk : Thomas Scientific, USA)
Prinsip : mengamati besarnya hambatan yang dialami oleh Bob yang berputar
dalam cairan dalam Cup
Cara kerja :
a) Menentukan nilai tetapan Kv
Letakkan viskometer pada posisi yang benar
Isilah mantel dengan aquadest secukupnya
Masukkan gliserin p.a. ke dalam Cup sampai batas tanda
Naikkan posisi Cup beserta penyangganya sampai Bob tercelup ke
seluruh permukaannya
14
Siapkan stopwatch ; pasang beban, lepaskan rem dan lakukan
pengamatan waktu yang diperlukan untuk menempuh 100 putaran
Tambahkan beban dan lakukan pengamatan dengan cara yang
sama
Lakukan penambahan beban berikutnya dan diamati sampai
diperoleh 8 titik pengamatan
Hitung rpm-nya dan tentukan kurva dari harga viskositas gliserin
p.a. yang diketahui
b) Menentukan sifat alir sediaan
Lakukan cara yang sama dengan cara kerja di atas, dengan susunan
yang berbeda dan dilanjutkan dengan mengurangi beban yang
diberikan secara bertahap dan diamati pada berat beban yang sama
mulai dari beban kedua yang paling berat yang digunakan sampai
beban yang paling ringan yang digunakan
Dengan menggunakan harga Kv yang diperoleh pada percobaan
sebelumnya, dihitung viskositas sediaan
Rumus yang dipakai :
rpm = (60/t) x 100
Kv = (η x W) / rpm, η diumpamakan gliserin p.a. = 1100 cps
Kv yang dipakai adalah data dari Praktikum Farmasi Fisika II = 889,76
Sifat alir yang diharapkan : Non-Newtonian (pseudoplastik)
6) Ukuran partikel
Alat : Mikroskop cahaya (Spesifikasi : Mikroskop NOVA 742, 99017420002)
Prinsip : mengukur besarnya diameter dari partikel-partikel yang ada dalam
suspensi, apakah partikel tersebut ukurannya seragam dan tersebar secara
homogen
Ukuran partikel yang diharapkan : > 1 μm
7) Laju sedimentasi
15
Alat : Gelas ukur Iwaki Pyrex 50 ml
Prinsip : mengukur besarnya laju sedimentasi dari sediaan lotion obat jerawat
yang dilakukan dengan menuang 50 ml sediaan ke dalam gelas ukur, kemudian
dikocok beberapa kali, setelah itu sediaan di dalam gelas ukur didiamkan, dan
diamati dalam beberapa interval waktu (1 jam, 1 hari, 2 hari, dst)
8) Volume Sedimentasi
Alat : Gelas ukur Iwaki Pyrex 50 ml
Cara kerja :
Tuang sediaan suspensi ke dalam gelas ukur sampai volume 50 ml
Catat volume atau tinggi suspensi sebagai awal (Vo), kemudian diamkan
semalam
Ukur tinggi atau volume sedimen yang terbentuk, bandingkan dengan
volume awal suspensi
Volume sedimentasi yang diharapkan : F 1
9) Waktu rekonstitusi
Alat : Botol yang telah dikalibrasi dan stopwatch
Cara kerja :
Timbang sirup kering sejumlah tertentu untuk direkonstitusi sampai
volume 60 ml
Masukkan ke dalam botol yang telah dikalibrasi 60 ml
Tambahkan air sampai tanda 60 ml, lalu dikocok sampai homogen
Ukur waktu mulai air dituangkan sampai terjadi suspensi homogen dengan
menggunakan stopwatch
Waktu rekonstitusi yang diharapkan : 15 detik
10) Kandungan air (Moisture content)
Alat : Moisture content balance (Spesifikasi : MB-45 OHAUS)
Cara kerja :
16
Timbang sirup kering sebanyak ± 5 g, masukkan ke dalam moisture
content balance
Biarkan sirup kering dalam moisture content balance selama waktu yang
ditunjukkan oleh alat
Dicatat kandungan airnya setelah selesai
Kandungan air yang diharapkan : 1%-5%
2.9. Dosis Bahan Aktif
Dosis bahan aktif menurut beberapa pustaka :
1. Martindale 28th edition, p.1198
Dosis sebagai Erythromycin base :
Untuk dewasa 250 mg tiap 6 jam ; untuk infeksi keras 2-4 g sehari
Untuk anak-anak 30-50 mg/kg BB
2. BNF 54, p.299
Dosis sebagai Erythromycin base :
Untuk dewasa dan anak-anak di atas 8 tahun 250-500 mg tiap 6 jam
Neonatal 12,5 mg/kg BB tiap 6 jam
Anak-anak 1 bulan-2 tahun 125 mg tiap 6 jam
Anak-anak 2-8 tahun 250 mg tiap 6 jam
3. AHFS Drug Information 2008, p.233
Erythromycin Ethylsuccinate :
Dewasa 1 g sehari dalam beberapa dosis
Anak-anak 40-50 mg/kg BB sehari dalam beberapa dosis (maksimum 2 g sehari)
4. Remington 19th p 1305
Dose (base equivalent) :
Untuk infeksi bakteri 400 mg tiap 6 jam
Untuk amebiasis usus 400 mg tiap 6 jam
5. Martindale 31st edition, p.206
17
o Usual oral dose : 1-2 g sehari dalam 2-4 dosis terbagi
o Untuk anak-anak : 30-50 mg/kg BB sehari
o Untuk umur 2-8 tahun : 1 g sehari dalam dosis terbagi
o Untuk bayi dan anak sampai umur 2 tahun : 500 mg sehari dalam dosis terbagi
6. Obat-Obat Penting edisi VI, p.662
Sampai 500 mg selama 7 hari untuk batuk rejan
Dosis oral 2-4 g sampai 200-500 mg saat perut kosong
Anak-anak 20-40 mg/kg BB per hari selama maksimal 7 hari
7. Farmakologi dan Terapi
o Anak-anak : 30-50 mg/kg BB
o Dewasa : 250 mg/kg BB tiap 6 jam ; 500 mg/kg tiap 12 jam
18
1.
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (Whooping Cough)
Ciri-Ciri: - Bakteri gram negative - Aerob - Coccobacillus - Prevalensi banyak pada anak-
anak atau yang tidak di vaksin
Antibiotik
Erythromycin ethyl succinate Azithromycin Cotrimoxazole
Azithromycin
Gejala
Batuk terus-menerus
Demam Batuk kering disertai tarikan nafas seperti
sesak nafas
Gejala awal
seperti flu
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
BAB IV
METODE PENELTIAN
19
Bakteri gram negatif (Bordetella pertusis)
Erythromycin ethyl succinate
Cotrimoxazole
Keuntungan : 1. Efek samping yang berat
jarang terjadi 2. Antimikroba Broad
Spectrum Gram (+) dan Gram (-). Efek terbesar pada bakteri Gram negatif
3. Tidak dirusak oleh asam lambung
Kekurangan : 1. Pemberian oral sering
menimbulkan gangguan GI tract seperti gangguan Abdominal, diare, mual dan muntah.
2. Dapat menimbulkan agranulositosis.
Keuntungan : 1. Sebagai First line untuk infeksi saluran
pernafasan atas. 2. Antimikroba Broad Spectrum Gram (+)
dan Gram (-) 3. Kadar dalam jaringan lebih tinggi
dibanding Erythromycin 4. Efek samping rendah
Kerugian : 1. Gangguan GI tract 2. Sakit kepala, mengantuk, dan
gangguan indera perasa mungkin terjadi
3. Tidak diberikan pada penderita gangguan fungsi hati.
4. Absorbsinya terganggu bila diberikan bersamaan dengan makanan
Keuntungan : 1. Antibiotik Broad Spectrum
Gram (+) dan Gram (-) 2. menjadi pilihan jika resisten
terhadap golongan microlide Kerugian :
1. Dapat menyebabkan gangguan kulit
2. Gangguan GI tract 3. Tidak boleh digunakan untuk
bayi di bawah 6 minggu karena resiko tinggi dari kernicterus dari komponen sulfonamida
Azithromycin
Erythromycin ethyl succinate
BAB III
METODE PENELITIAN
4.1 ALAT DAN BAHAN
A) Alat
- Botol 60 ml
- Beaker glass
- Corong kaca
- Batang pengaduk
- Mortir dan stamper
- Saringan/ayakan 20&40 mesh
- pH meter
- Timbangan analitik
- Piknometer
- Viskotester
- Gelas ukur
- Viskometer stormer
B. Bahan
- Erythromycin ethyl succinate
- CMC-Na
- Nipagin
- Tween 80
- Na2HPO4.12H2O
- NaH2PO4.H2O
- Sukrosa
- Green Tea flavor
- Etanol 70%
20
4.2 KERANGKA OPERASIONAL
21
22
4.3 FORMULA AWAL
R/ Erythromycin ethyl succinate 4,68%
CMC-Na 1%
Nipagin 0,18%
Tween 80 0,1%
Na2HPO4.12H2O 2,47%
NaH2PO4.H2O 1,74%
Sukrosa 60%
Mix fruit flavor 0,001%
Etanol 70% q.s
m.f.la.dry suspension 60 ml
4.4 PERHITUNGAN DAPAR
Perhitungan dapar (Fosfat-Fosfat pH 7,00)
(pKa = 7,20 ; pH= 7,00 ; β = 0,1)
pH = pKa + log
7,00 =7,20 + log
log = - 0,20
= 0,631 [A]
pH = 7,00
pH =-log [H3O+]
23
1
2
5
6
7,00 =-log [H3O+]
[H3O+] = 10-7
pKa = 7,20
pKa = -log[Ka]
7,20 = -log[Ka]
[Ka] = 6,310 x 10-8
β = 0,1
β = 2,303 x
0,1 = 2,303 x
C = 0,1831 g/L
4.5 PENYUSUNAN FORMULA AKHIR SEDIAAN
No Nama BahanKadar
(%)
Jumlah tiap
takaran
terkecil
(5 ml)
Jumlah tiap
kemasan
(60 ml)
Jumlah
dalam skala
lab (150ml)
Jumlah
dalam skala
besar (10 L)
1 Erythromycin
ethyl succinate4,68
0,234g+5% =
0,2457g
2,808g+5%=
2,9484g
7,02g+5%=
7,371g
468g+5%=
491,4g
2 CMC-Na 1 0,05g 0,6g 1,5g 100g
3 Nipagin 0,18 0,009g 0,108g 0,27g 18g
4 Tween 80 0,1 0,005g 0,06g 0,15g 10g
4 NaH2PO4 . 2H2O 1,74 0,087g 1,044g 2,61g 174g
24
3
4
5 Na2HPO4.12H2O 2,47 0,1235g 1,482g 3,705g 247g
6 Sukrosa 60 3g 36g 90g 6000g
7 Apple green 0,001 q.s q.s q.s q.s
8 Mix fruit flavor q.s q.s q.s q.s q.s
9 Etanol 70% qs q.s q.s q.s q.s
4.6 CARA PEMBUATAN SKALA LABORATORIUM
A. 10% Formula:
1. Timbang CMC-Na 150 mg di timbangan digital, gerus ad halus
2. Timbang nipagin 27 mg di timbangan analitik, gerus ad halus
3. (1) + (2) dicampur ad homogen
4. Timbang sukrosa 15 g, gerus di lumpang panas, diayak dengan mesh 40, hasil
pengayakan ditimbang 9 gram
5. (3) + (4) dicampur ad homogen
6. Timbang NaH2PO4 . 2H2O 263 mg, gerus ad halus
7. Timbang Na2HPO4.12H2O 381 mg, gerus ad halus
8. (6) + (7) dicampur ad homogen
9. (5) + (8) dicampur ad homogen
10. Timbang apple green 0,15mg
11. (9) + (10) dicampur ad homogen
12. Tara kaca arloji, timbang tween 80 15 mg di timbangan analitik
13. Timbang erythromycin ethyl succinate 737 mg
14. (12) + (13) dicampur ad homogen
15. (13) + (14) dicampur ad homogen
16. Cek pH sediaan (pH 7,00)
- Bila pH < 7,00, ditambah Na2HPO4.12H2O
- Bila pH > 7,00, ditambah NaH2PO4 . 2H2O
B. 90% Formula
1. Timbang CMC-Na 1,35 g di timbangan analitik, gerus ad halus25
2. Timbang nipagin 243 mg di timbangan analitik, gerus ad halus
3. (1) + (2) dicampur ad homogen
4. Timbang sukrosa ±100g, digerus di lumpang panas, diayak dengan mesh 40, hasil
ayakan ditimbang 81g
5. (3) + (4) dicampur ad homogen
6. Timbang NaH2PO4 . 2H2O 2,363g, gerus ad halus
7. Timbang Na2HPO4.12H2O 3,429g, gerus ad halus
8. (6) + (7) dicampur ad homogen
9. (7) + (8) dicampur ad homogen
10. Timbang apple green 1,35mg
11. (9) + (10) dicampur ad homogen
12. Ukur etanol 70% q.s
13. Tambahkan etanol 70% sedikit demi sedikit ke campuran (12) ad terbentuk massa
granul yang cukup kenyal
14. Sisa etanol diukur, sehingga diketahui volume etanol yang dipakai
15. Dibuat granul dengan mesh 20 (massa granul ditekan-tekan di atas pengayak)
16. Dikeringkan di oven pada suhu 500C selama 15 menit
17. Dibuat granul dengan mesh 40 (massa granul ditekan searah)
18. Tara kaca arloji, timbang tween 80 135 mg
19. Timbang erythromycin ethyl succinate 6,634 gram
20. (18) + (19) dicampur ad homogen
21. (19) + (20) dicampur ad homogen
22. Tambahkan flavor mix fruit q.s, campur ad homogen, lalu timbang
23. Ambil 40%, masukkan dalam botol, beri label dan brosur
24. 60% digunakan untuk evaluasi sediaan.
26
BAB V
HASIL ANALSIS DAN PENELTIAN
a) Organoleptis Sebelum rekonstitusi
Bentuk : serbukWarna : hijau pucatBau : mix fruitRasa : mix fruit, manis, agak pahit
Setelah rekonstitusi Bentuk : suspensi Warna : hijau mudaBau : mix fruitRasa : mix fruit, pahit, agak manis
27
b) Kandungan air : 1,42% Waktu : 10 menitBobot serbuk : 5,003 gram
c) Uji Berat jenis sediaan Berat piknometer + sediaan = 23,54 gramBerat piknometer kosong = 12,11 gramBerat sediaan = 11,43 gramVolume piknometer = 10 mL
Berat jenis sediaan = 11,43 gram / 10 mL= 1,143 g/mL
d) Uji Viskositas
28
Alat : Viscotester VT-04F Rion Viskositas : 27 dPa.s = 270 mPa.s
e) Uji pH
Alat : pHmeter (Merk : SCHOTT Instruments Lab 850)
Prinsip : mengukur besarnya pH sediaan
pH sediaan = 7,01
f) Uji waktu rekonstitusi
Alat : Botol yang telah dikalibrasi dan stopwatch
Waktu rekonstitusi yang diharapkan : 15 detik
waktu rekonstitusi sediaan = 12 detik
g) Uji Sifat alir sediaan
Berat beban (g)t 100 putaran
(detik)rpm = 60/t x 100
Viskositas = Kv x W/rpm (cps)
55 108 55,56 880,79
65 91 65,93 877,21
75 78 76,92 867,55
85 65 92,31 819,30
105 49 122,45 762,96
115 43 139,53 733,34
125 38 157,89 704,41
115 45 133,33 767,44
105 50 120 778,54
85 66 90,91 831,92
75 79 75,95 878,63
65 92 65,22 886,76
55 109 55,05 888,95
29
Harga Kv rata-rata (dari praktikum Famasi Fisika II) = 889,76
Dari data di atas dapat dilihat bahwa semakin bertambah berat beban, maka viskositasnya akan semakin kecil. Semakin besar harga rpm, maka viskositasnya semakin kecil. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sediaan dry syrup suspension yang kami buat memiliki sifat alir Non-Newtonian, yaitu Pseudoplastik.
h) Uji Distribusi partikel Alat : mikrokoskop optik
Spesifikasi alat : Nova 74299017420002Hasil kalibrasi skala okuler dengan menggunakan skala objektifStandar 1 skala objektif = 10 µm
10 Skala okuler = 5 skala objektif20 Skala okuler = 10 skala objektif70 Skala okuler = 35 skala objektif100 skala okuler = 50 skala objektif1 skala okuler = 0,5 skala objektif
= 5,0 µm
Ukuran partikel dengan skala okuler / µmHasil pengamatan 250 data
1 9,5 8 8,5 3,5 4 4,5 6 7,5 4,5 6,52 3,5 8 4,5 9 9 6 6 7,5 3,5 53 5 5 7 8 4,5 3 5,5 10 9 9,54 7,5 6 3,5 7 7 3,5 5,5 3,5 2,5 35 8 4,5 4,5 8,5 3 9,5 5 5,5 7 6,56 5,5 5 6 6,5 6,5 8 3 5,5 8,5 77 7 8,5 5 6 3,5 5,5 6 10 7,5 68 5 4,5 6 3,5 9,5 3 10 9,5 8,5 4,59 6,5 4,5 9 8,5 6,5 4,5 7,5 7,5 5,5 4
30
10 6,5 6 8 8 7,5 4,5 4 7,5 8 5,511 4 4 3 4,5 7,5 4 9 6 10 6,512 8 2,5 4,5 7,5 9 4,5 7 4 6,5 613 4 4,5 10 9 5 3,5 9 7 3,5 614 6,5 7 5 10 9 9 9,5 7,5 8,5 315 9,5 5 7 4 4 7 5,5 9,5 5,5 716 5 4,5 7,5 5 8 5 2,5 7,5 6,5 3,517 9 8 9 6 8 4 5 7 4,5 518 5 8,5 3 6,5 6 8,5 5 7,5 6,5 3,519 8 7,5 3,5 6,5 4,5 7,5 6 3 9 420 4 6,5 7,5 5 7 4 8 6 2,5 921 5,5 3,5 9,5 4,5 9,5 3,5 10 7,5 9,5 922 4,5 8 7,5 6,5 4 7,5 2,5 5,5 7 5,523 7 6 6 9,5 9 7,5 3 6,5 5,5 9,524 7 6 7,5 5,5 6,5 4,5 5,5 9,5 9 4
25 4,5 8 8,5 3 7 6,5 10 3,5 3,5 4,5
Rentang Nilai tengah n nd nd2 nd3 nd4
2,5-4 3,25 49,0 159,3 517,6 1682,1 5466,8
4,1-5,6 4,85 57,0 276,5 1340,8 6502,8 31538,6
5,7-7,2 6,45 57,0 367,7 2371,3 15295,2 98653,8
7,3-8,8 8,05 48,0 386,4 3110,5 25039,7 201569,5
8,9-10,4 9,65 39,0 376,4 3631,8 35046,7 338200,2
TOTAL 250,0 1566,1 10972,0 83566,4 675428,8
Perhitungan Nilai Diameter Tengah :a. dln = 6,2664 μmb. dsn = 6,6248 μmc. dvn = 6,9400 μmd. dsl = 7,0059 μme. dvs = 7,6163 μmf. dwn = 8,0825 μm
31
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Dari percobaan yang kami lakukan ini kami dapat menyimpulkan bahwa sediaan
dry syrup suspension ini sudah memenuhi spesifikasi yang telah kami rencanakan.
Dengan begitu kami bisa mengatakan bahwa sediaan ini telah layak untuk
diproduksi.
6.2 SARAN
Dalam menambahkan dapar sebaiknya jumlahnya tidak teralu banyak karena akan
mempengaruhi rasa menjadi asin.
Pada saat menambahkan etanol 70% untuk membuat granul, tambahkan sedikit
demi sedikit, bila terlau banyak maka granul akan terlalu basah, dan ketika
dikeringkan akan mencair (tidak terbentuk granul yang kering)
32
DAFTAR PUSTAKA
AHFS 97 Drug Information
BNF 66. 2013. London : Pharmaceutical Press
Connors, Kenneth A., et al. Chemical Stability of Pharmaceuticals A Handbook of Pharmacist.
John Willey & Sons : New York.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia IV
Departement of Pharmaceutical Sciences of The Pharmaceutical Society of Great Britain. 1973.
The Pharmaceutical Codex.
Edited by H. H. Lieberman, L. Lachman, and J. B. Schwartz. 1989. Pharmaceutical Dosage
Forms : Tablets, Volume II. New York : Marcel Dekker
Ganiswara. 1987. Farmakologi dan Terapi edisi keempat. Gaya Baru : Jakarta
Gennaro, A.R. 1995. Remington : The Science and Practice of Pharmacy Vol. II 19 th edition.
Mark Publishing Company : Pennsylvania.
Martin. 1959. Husa’s Pharmaceutical Dispensing 5th edition. Mark Publishing Dispensing :
Pennsylvania.
Martindale : The Extra Pharmacopoeia, 28nd edition. 1999. London : Pharmaceutical Press
Martindale : The Extra Pharmacopoeia, 34th edition. 2005. London : Pharmaceutical Press
Martindale : The Extra Pharmacopoeia, 35th edition. 2006. London : Pharmaceutical Press
Martindale : The Extra Pharmacopoeia, 36th edition. 2009. London : Pharmaceutical Press
Martindale : The Extra Pharmacopoeia, 37th edition. 2011. London : Pharmaceutical Press
33
Rowe, Raymond C., et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth edition. London :
Pharmaceutical Press
Taketomo, Carol K, et al. 2001. Pediatric Dosage Handbook 8th edition. Lexi-Company Inc. :
Hudson.
USP XXII-NF XVII : The 1990 U.S. Pharmacopeia and The National Formulary
34
Recommended