View
215
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
EKSTRAK KAYU JATI (Tectona grandis L.f) SEBAGAI
BIO-LARVASIDA JENTIK NYAMUK DEMAM BERDARAH
(Aedes aegypti)
DWI RAMA NUGRAHA
SKRIPSI
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN
DWI RAMA NUGRAHA. E24070041. Ekstrak Kayu Jati (Tectona grandis L.f)
sebagai Bio-Larvasida Jentik Nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti).
Dibimbing oleh DEDED SARIP NAWAWI
Penyakit demam berdarah adalah salah satu penyakit yang penularannya
melalui perantara nyamuk. Indonesia yang terletak di daerah tropis merupakan
negara dengan kasus penyakit demam berdarah tertinggi di Asia Tenggara (WHO
2009). Hingga saat ini belum ada vaksin khusus untuk mengobati penyakit demam
berdarah. Pengendalian penyebaran penyakit ini dilakukan dengan mengontrol
vektornya yaitu nyamuk Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida,
misalnya Abate berbahan aktif Temephos. Bahan insektisida tersebut walaupun
memiliki efektitas yang tinggi, akan tetapi bisa berdampak negatif terhadap
lingkungan dan menimbulkan resistensi dari organisme target. Salah satu cara
untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan penggunaan insektisida alami
yang lebih ramah lingkungan. Salah satu bahan alam yang berpotensi sebagai
insektisida nyamuk adalah ekstrak kayu Jati yang mengandung bahan utama
tektoquinon. Hal ini didasarkan pada sifat tektoquinon yang bersifat racun baik
terhadap mikroorganisme dan jamur. Penelitian ini bertujuan menguji efektifitas
ekstrak kayu jati sebagai larvasida nyamuk A. aegypti sebagai dasar
pengembangan bahan alam untuk insektisida alami pengendali penyebaran
penyakit demam berdarah.
Ekstrak kayu Jati (Tectona grandis L.f) disiapkan dari bagian kayu teras
Jati berumur 45 tahun. Ekstraksi dilakukan dengan metoda sokhletasi
menggunakan pelarut campuran ethanol dan toluen. Pengukuran kadar
tektoquinon dalam ekstrak dilakukan dengan alat Pyrolisis Gas-Chromatography
Spektofotometer Massa (Pyr. GC-MS). Kadar tektoquinone dinyatakan sebagai
konsentrasi relatif terhadap seluruh senyawa terukur dalam ekstrak. Pengujian
efektifitas larvasida ekstrak kayu Jati terhadap jentik nyamuk A. aegypti (instar-
IV) dilakukan dengan uji bioassay. Konsentrasi ekstrak kayu Jati yang dipakai
adalah 1,0; 2,5; 5,0; 7,5; 10,0; 12,5; dan 15 μg/m. Nilai mortalitas jentik nyamuk
dihitung sebagai dasar penentuan nilai lethal concentration (LC50 dan LC90). .
Ekstrak kayu Jati dengan senyawa utama 2-methyl-anthraquinon
(tektoquinone) efektif sebagai larvasida jentik nyamuk A. aegypti. Nilai LC50 dan
LC90 ekstrak jati terhadap jentik nyamuk demam berdarah masing-masing setara
senyawa aktif 2-methyl-anthraquinone 9,69 µg/ml dan 12,68 µg/ml. Nilai
tersebut setara dengan 27,66 µg/ml (LC50) dan 36,19 µg/ml (LC90) ekstrak kayu
jati atau 165,43 µg/ml (LC50) dan 216,45 µg/ml (LC90) serbuk kayu jati.
Berdasarkan nilai LC tersebut, ekstrak kayu Jati termasuk larvasida nabati dengan
efektifitas tinggi sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai larvasida
nyamuk A. aegypti untuk pengendalian penyebaran penyakit demam berdarah.
Kata kunci : Ekstrak kayu jati, tectoquinone, larvasida, larva nyamuk.
EKSTRAK KAYU JATI (Tectona grandis L.f) SEBAGAI BIO-
LARVASIDA JENTIK NYAMUK DEMAM BERDARAH
(Aedes aegypti)
DWI RAMA NUGRAHA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
PENGESAHAN SKRIPSI
Judul : Ekstrak Kayu Jati (Tectona grandis L.f) sebagai Bio-Larvasida
Jentik Nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti)
Nama : Dwi Rama Nugraha
NIM : E24070041
Program Studi : Hasil Hutan
Menyetujui:
Dosen Pembimbing,
Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc
NIP 19660113 199103 1 001
Mengetahui:
Ketua Departemen Hasil Hutan
Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M. Sc.
NIP. 19660212 199103 1 002
Tanggal Ujian: 05 Oktober 2011
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jambi tanggal 4 April 1990 yang
merupakan putra ke dua dari ayah Parman dan ibu
Derimanila. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 5
Jambi dan pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi
Mahasiswa IPB (USMI). Penulis memilih Mayor Teknologi
Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama menempuh pendidikan di Fakultas Kehutanan, penulis telah
mengikuti beberapa kegiatan praktek lapang antara lain Praktek Pengenalan
Ekosistem Hutan (PPEH) di Hutan Mangrove Cikeong dan Cagar Alam Gunung
Burangrang pada tahun 2009, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) dengan lokasi
Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Ciranjang, Taman Nasional Halimun
Salak, dan PGT Sindangwangi pada tahun 2010, dan Praktek Kerja Lapang (PKL)
pada tahun 2011 di pusat kerajinan tangan kayu cendana dan gaharu CV. HORAS,
Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Selain aktif mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif berorganisasi dan
pernah menjadi Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan pada tahun 2008
dan menjadi Kepala Bagian Khusus Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan pada
tahun 2009. Penulis juga pernah dua kali meloloskan proposal Program
Kreativitas Mahasiswa yang diselenggarakan oleh DIKTI pada tahun 2010 dan
2011. Selain dibidang akademik dan organisasi, penulis juga aktif dalam kegiatan
olahraga yaitu olahraga bola basket dan berhasil mendapatkan prestasi Juara 2
Olimpiade Mahasiswa IPB 2011 cabang olahraga bola basket.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutana dari
Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaikan
skripsi yang berjudul “ Ekstrak kayu jati (Tectona grandis L.f) sebagai bio-
larvasida jentik nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti)” dibawah bimbingan Ir.
Deded Sarip Nawawi, M.Sc.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobil’alamin, puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
dilakukan selama bulan 2 bulan, judul yang dipilih adalah Ekstrak Kayu Jati
(Tectona grandis) sebagai Bio-Larvasida Jentik Nyamuk Demam Berdarah (Aedes
aegypti). Kayu Jati memiliki zat ekstraktif dominan yaitu 2-methyl-anthraquinone
atau lebih dikenal dengan nama tectoquinone. Tectoquinone ini memeliki peran
yang sangat penting sebagai bahan bio-aktif pada ekstrak kayu jati sehingga
mampu membunuh dan mengendalikan larva nyamuk demam berdarah sehingga
ekstrak kayu jati potensial dijadikan sebagai bio-larvasida nyamuk demam
berdarah.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Deded Sarip Nawawi,
M.Sc selaku pembimbing atas segala saran, kritik, dorongan, dan bimbingannya
selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Terimakasih juga penulis
ucapkan kepada Bapak Supriatin dan Mas Gunawan selaku laboran yang telah
mendampingi penulis saat penelitian sehingga penelitian ini bisa selesai seperti
sekarang. Tidak lupa ucapan teimaksih kepada Dr. drh. Upik Kesumawati Hadi,
MS atas bantuannya dalam pengadaan telur nyamuk sehingga penelitian ini bisa
selesai seperti sekarang. Terimaksih sebesar-besarnya kepada Ayah, Mama (alm)
,Kakanda Febry Widodo, dan Adinda Maya Dwi Kurniati atas doa, dorongan
semangatnya, dan nasehatnya, serta kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga penelitian ini berjalan lancar dan selesai tepat waktu. Semoga hasil
penelitian ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2.Tujuan .............................................................................................. 2
1.3.Manfaat ............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kayu Jati (Tectona grandis) ............................................................ 3
2.2. Senyawa Bioaktif ............................................................................ 3
2.3. Penyakit Demam Berdarah (Dengue Haemorrhagic Fever ............. 4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan tempat penelitian............................................................ 7
3.2. Alat dan bahan ................................................................................ 7
3.3. Metoda penelitian ............................................................................ 7
3.3.1. Persiapan bahan ................................................................... 7
3.3.2. Ekstraksi dan isolasi ............................................................ 7
3.3.3. Kuantifikasi kadar tectoquinone .......................................... 7
3.3.4. Uji bioassay nyamuk ........................................................... 8
3.4. Pengolahan data .............................................................................. 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kadar ekstrak .................................................................................. 10
4.2. Kadar 2-methyl-anthraquinone dalam ekstrak ................................ 11
4.3. Mortalitas larva nyamuk ................................................................. 13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 17
5.2. Saran ............................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 18
LAMPIRAN ........................................................................................... 21
viii
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Kadar senyawa dalam ekstrak Jati .................................................... 11
2. Nilai LC50 dan LC90 ekstrak Jati ........................................................ 16
ix
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Kayu Jati (T. grandis) berbentuk disc ............................................... 3
2. Struktur molekul 2-methyl-anthraquinone ........................................ 4
3. Struktur molekul dari Temephos................................................. ..... 5
4. Nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti) ...................................... 6
5. Kadar ekstrak jati yang diisolasi dengan menggunakan
berbagai perbandingan komposisi pelarut.......................................... 10
6. Kadar 2-methyl-anthraquinone yang diisolasi dengan
menggunakan berbagai perbandingan komposisi pelarut ................. 12
7. Chromatogram hasil uji GC-MS ekstrak jati yang diisolasi
dengan pelarut campuran etanol/toluena 3:1 .................................... 12
8. Mortalitas larva nyamuk demam berdarahberdasarkan konsentrasi
senyawa aktif .................................................................................... 14
9. Korelasi konsentrasi 2-methyl-anthraquinone dengan mortalitas
jentik nyamuk ..................................................................................... 14
x
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Hasil uji GC-MS ............................................................................. 22
2. Analisis probit Minitab 14 for Windows ......................................... 32
3. Hasil uji mortalitas ........................................................................ . 33
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Nyamuk dikenal sebagai hewan yang menjadi vektor berbagai jenis
penyakit. Salah satu penyakit yang penyebaran melalui nyamuk adalah penyakit
demam berdarah atau demam berdarah dengue (DBD). Nyamuk yang menjadi
vektor dari penyakit demam berdarah ini dikenal dengan nama nyamuk Aedes
aegypti.
Penyakit demam berdarah terjadi terutama di daerah tropis dan sub-tropis
meliputi Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Sekitar 2,5 milyar
penduduk dari 6,2 milyar penduduk dunia pada tahun 2007 berisiko terjangkiti
penyakit demam berdarah dan sekitar 52% nya terdapat di Asia Tenggara,
termasuk Indonesia (WHO 2009).
Indonesia yang terletak pada garis khatulistiwa merupakan negara tertinggi
yang memiliki kasus DBD di Asia Tenggara. Pada tahun 2008 tercatat 136.333
kasus demam berdarah. Kasus ini mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan kasus DBD yang terjadi pada tahun 2007 yaitu 158.155 kasus (Depkes
2009). Namun Indonesia masih merupakan negara dengan kasus penyakit demam
berdarah tertinggi di Asia Tenggara (WHO 2009).
Hingga saat ini belum ada vaksin khusus untuk mengobati penyakit
demam berdarah. Tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan cara pencegahan
penyakit DBD dengan cara pengendalian perkembangbiakan nyamuk A. aegypti
sebagai vektornya. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan insektisida
organophospor sintetis seperti Abate berbahan aktif Temephos. Bahan insektisida
memiliki kelemahan kurang selektif dan menyebabkan resistensi atau kekebalan
nyamuk terhadap insektisida serta tidak ramah lingkungan. Salah satu jalan lain
untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan penggunaan insektisida alami
yang lebih ramah lingkungan.
Hingga saat ini telah banyak penelitian mengenai senyawa bio-aktif yang
berasal dari tumbuhan sebagai insektisida alami nyamuk demam berdarah
misalnya dari komponen kimia tumbuhan seperti atsiri, alkaloid, saponin, dan
kuinon (Mulyana 2002, Cheng et al. 2003, Chapagain et al. 2007). Salah satu
2
kuinon yang efektif sebagai insektisida larva nyamuk demam berdarah adalah 2-
methyl-anthraquinone yang ditemukan pada pohon sugi atau Cryptomeria
japonica (Cheng et al. 2008) dan anthraquinon yang terdapat pada kayu Cassia sp
(Yang et al. 2003). Sementara itu struktur 2-methyl-anthraquinone ini merupakan
komponen utama ekstraktif kayu Jati, yang lebih dikenal sebagai tectoquinone
(Ohi 2001, Haupt et al. 2003). Telah dilaporkan bahwa tectoquinone ini yang
bertanggungjawab terhadap keawetan alami kayu Jati (Lukmandaru dan Takashi
2008, 2009), akan tetapi belum ada studi tentang pemanfaatan ekstrak kayu Jati
sebagai larvasida nyamuk Aedes aegypti.
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan menguji efektifitas ekstrak kayu jati sebagai
larvasida nyamuk A. aegypti untuk dikembangkan menjadi insektisida alami
pengendali penyakit demam berdarah.
1.3. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu strategi baru
pengendalian penyebaran penyakit demam berdarah. Selain itu penelitian ini
diharapkan bisa mendorong pemanfaatan sumber daya alam secara efektif dan
efesien juga menjadi keutamaan penelitian ini.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kayu jati ( Tectona grandis )
Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Jati berasal dari
ordo Lamiales, family Verbenaceae, genus Tectona, dan memilki nama ilmiah
Tectona grandis (Schubert dan Francis 1974).
Gambar 1 Kayu jati (T. grandis) berbentuk kepingan
Kayu jati merupakan kayu dengan nilai tinggi dan memiliki keawetan
alami yang tinggi pula. Kayu jati mampu bertahan dari serangan faktor perusak
seperti rayap ( Lukmandaru dan Takahashi 2009) atau jamur white-rot dan brown-
rot ( Haup et al. 2003). Kandungan kimia utama yang bertanggung jawab
terhadap keawetan kayu jati adalah Tectoquinone ( Kafuku dan Sebe 1932) yang
berdasarkan struktur kimia merupakan antraquinon tersubsitusi yaitu 2-
methylanthraquinon.
2.2. Senyawa bioaktif
Senyawa bioaktif merupakan senyawa yang bersidat racun dalam dosis
tertentu yang berasal dari ekstrak tumbuhan. Tingkat konsentrasi suatu senyawa
bioaktif yang dapat menyebabkan keracuanan ditentukan dengan lethal
concentration (LC). Lethal concentration ada beberapa tingkatan, seperti LC50
yaitu konsentrasi dari suatu senyawa bioaktif yang menyebabkan 50% dari suatu
populasi organisme mengalami mortalitas dan LC90 yaitu konsentrasi dari suatu
4
senyawa bioaktif yang menyebabkan 90% dari suatu populasi organisme
mengalami mortalitas (Andriani 2008).
Ada beberapa senyawa bioaktif yang terdapat di alam yang memiliki sifat
racun terhadap larva nyamuk A. aegypti seperti saponin, alkaloid, dan kuinon
(Mulyana 2002, Cheng et al. 2003, Chapagain et al. 2008). Anthrakuinon
merupakan golongan kuinon terbesar yang ada di alam. Antrakuinon yang
terdapat di alam pada umumnya berbentuk glikosida, tidak dalam bentuk bebas.
Banyak antrakuinon dalam bentuk glikosida yang bagian gulanya terikat dengan
salah satu gugus hidroksil fenolik. Antrakuinon memiliki bentuk berupa kristal
dengan titik leleh yang tinggi dan memiliki sifat larut pada pelarut organik.
Antrakuinon pada umumnya berwarna merah, namun ada juga yang berwarna
kuning sampai coklat (Mulyana 2002).
Gambar 2 Struktur molekul 2-methyl-anthraquinone (www.ecw.com)
Salah satu kuinon yang efektif sebagai insektisida larva nyamuk demam
berdarah adalah 2-methyl-anthraquinone yang ditemukan pada pohon sugi atau
Criptomeria japonica (Cheng et al. 2008). Struktur 2-methyl-anthraquinone yang
dikenal dengan nama tectoquinone ini merupakan senyawa dominan yang
terdapat pada ekstraktif beberapa jenis kayu, salah satunya kayu jati. Kayu jati (T.
grandis) dilaporkan memiliki kandungan tectoquinone sekitar 0,3% dari bobot
kayu yang dihasilkan dengan pelarut toluen dan campura toluen/etanol 1:1 (Leyva
et al. 1998).
2.3. Penyakit demam berdarah (Dengue Haemorrhagic Fever)
Menurut Soedarmo (1988), demam berdarah merupakan manifestasi klinis
yang berat dari penyakit arbovirus. Penyakit arbovirus merupakan singkatan dari
5
arthropod-borne viruses, yaitu penyakit yang ditularkan melalui gigitan artopoda.
Laporan pertama mengenai penyakit demam pertama terjadi pada waktu 1930,
ketika prajurit Jepang dan Uni Soviet mengalami penyakit berupa demam tinggi
yang disertai pendarahan. Penyakit ini diikuti dengan komplikasi ginjal,
degenerasi sel hati, dan pendarahan kapiler sehingga dahulu dikenal dengan nama
haemorrhagic fever with syndrome (Soedarmo 1988).
Kasus demam berdarah dengan istilah Demam Berdarah Dengue (Dengue
Haemorrhagic Fever) pertama kali digunakan pada tahun 1953 di Filipina karena
terjadi demam yang menyerang anak-anak disertai manifestasi pendarahan
(Soedarmo 1988). Di Indonesia pertama kali terjadi diperkirakan di Surabaya
pada tahun 1968, namun konfirmasi virologisnya baru diperoleh tahun 1970 (
Partana et al. 1970 dalam Soedarmo 1988).
Ada beberapa jenis nyamuk yang kini diketahui menjadi vektor penyakit
demam berdarah, seperti A. aegypti, A. albopictus, A. aobae, A. cooki, A.
hakanssoni, A. polynesiensis, A. pseudoscutellaris, dan A. rotumae. Namun, untuk
daerah Asia Tenggara dan Pasifik vektor utama penyebaran penyakit demam
berdarah adalah nyamuk A. aegypti (Gambar 4) (Soedarmo 1988).
Gambar 4 Nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti)
Pengendalian nyamuk A. aegypti hingga saat ini dapat dilakukan dengan
beberapa metode kontrol yaitu kontrol insektisida, kontrol fisik dan lingkungan,
serta kontrol biologis (Service 1986). Di daerah tropis seperti Indonesia,
pengendalian yang paling populer untuk memberantas nyamuk A. aegypti adalah
dengan cara semprot atau spray. Penyemprotan dengan asap atau yang di kenal
dengan fogging dengan senyawa aktif DDT banyak dilakukan pada era tahun
6
2000. Fogging efektif membunuh nyamuk nyamuk A.aegypti yang berada di
dalam atau di luar rumah. Namun belakangan diketahui terjadi resistensi nyamuk
A. aegypti dan nyamuk jenis lainnya terhadap bahan aktif DDT, sehingga sempat
diberlakukan penyemprotan dengan menggunakan senyawa HCH atau malathion
yang lebih efektif membunuh nyamuk (Service 1986).
Kontrol fisik dan lingkungan dilakukan dengan cara merusak habitat
perkembang biakan nyamuk sehingga keseimbangan atau siklus nyamuk demam
A. aegypti menjadi terganggu. Tindakannya dapat berupa membersihkan wadah
penampungan air di secara rutin, membuang sampah-samapah yang bisa
menyebabkan genangan air seperti kaleng dan plastik (Service 1986).
Kontrol biologis hingga saat ini merupakan pengendalian yang paling
aman. Kontrol biologis dilakukan dengan mencari musuh alami dari nyamuk A.
aegypti sehinga dapat merusak siklus perkembangbiakan nyamuk A. aegypti
disegala tahap, baik telur, larva, pupa hingga nyamuk dewasa. Agen kontrol
biologis yang saat ini diketahui adalah ikan pemakan nyamuk seperti ikan
Gambusia affinis dan ikan guppy karena memakan larva nyamuk A. aegypti
(Service 1986).
7
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan mulai dari bulan Juni 2011 – Juli
2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan Institut Pertanian
Bogor serta Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bogor.
3.2. Bahan dan alat Penelitian
Kayu yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu jati (T. grandis) yang
berumur 45 tahun berbentuk kepingan. Kayu Jati berasal dari KPH Madiun, Jawa
Timur. Larva nyamuk yang digunakan adalah larva nyamuk demam berdarah (A.
aegypti) instar-IV. Larva ini diperoleh setelah menetaskan telur nyamuk selama 8
hari. Bahan kimia yang digunakan sebagai pelarut etanol, toluena, dan dimetil
sulfoksida. Alat yang diperlukan untuk penelitian yaitu willey mill, saringan
bertingkat, vakum evaporator, alat soklet, alat GC-MS Pyrolisis, cawan petri,
pipet, oven, dan timbangan analitik.
3.3. Metoda penelitian
3.3.1. Persiapan bahan
Sampel uji berbentuk serbuk 40-60 mesh disiapkan dari bagian teras kayu
jati (T. grandis) . Serbuk jati tersebut disiapkan melalui proses penggilingan
menggunakan willey mill dan penyaringan partikel kayu menggunakan electric
screener.
3.3.2. Ekstraksi dan isolasi
Ekstrak kayu jati disiapkan dengan ekstraksi metoda sokhletasi dan
pemisahan ekstrak dari pelarut menggunakan rotary vacuum evaporator.
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol dan campuran etanol
toluene dengan perbandingan 1:1, 1:2, 2:1, dan 3:1. Kadar ekstrak dihitung
sebagai berat ekstrak dalam persen terhadap berat sampel kering.
3.3.3. Kuantifikasi kadar tectoquinone
Kadar tectoquinone diuji dengan menggunakan alat Pyrolisis Gas
Chromatography Mass Spektrofotometer (Pyr-GC-MS) dengan kondisi pengujian
8
suhu pirolisis 400 0C, waktu pirolisis 1 jam, suhu pirolizer dan transfer tube 280
0C, suhu injeksi 280
0C, suhu detektor relative, dan suhu kolom awal 50
0C
ditingkatkan 15 0C/menit hingga suhu mencapai 280
0C. Berdasarkan pengujian ini
akan didapatkan jenis pelarut atau campuran pelarut paling efektif yang mampu
mengisolasi eksrtak dengan kadar tectoquinone palinng tinggi. Ekstrak yang
dihasilkan dari pelarut atau campuran pelarut yang paling tinggi akan digunakan
untuk pengujian efektifitasnya sebagai larvasida jentik nyamuk A. aegypti.
3.3.4. Uji bioassay nyamuk
Pengujian efektifitas larvasida ekstrak kayu jati merujuk pada penelitian
yang dilakukan oleh Cheng et al. (2008). Sepuluh jentik nyamuk demam berdarah
A. aegypti instar-IV ditempatkan dalam 24,5 ml dair destilata, diikuti dengan
penambahan 500 mikroliter larutan DMSO yang mengandung sampel uji dalam
gelas kaca. Larutan dikocok pelan-pelan sehingga tercapur secara homogen dan
dibiarkan pada suhu ruang. Konsentrasi bio-aktif yang digunakan setara dengan
kadar tectoquinone 1,0; 2,5; 5,0; 7,5; 10,0 ; 12,5; dan 15,0 μg/ml. Kontrol yang
digunakan berupa 24,5 ml air destilata dan 500 mikroliter DMSO. Sebagai kontrol
positif digunakan insektisida komersial Abate dengan bahan aktif Temephos 1%
setara konsentrasi yang sama dengan perlakuan ekstrak jati.
Aktifitas larvasida dievaluasi selama 24 jam setelah perlakuan yang
dinyatakan sebagai nilai mortalitas jentik nyamuk. Persentase mortalitas dikoreksi
dengan kontrol. Nilai toksiksisitas diukur dengan nilai LC50 dan LC 90 yang
menunjukkan konsentrasi dalam µg/ml yang menyebabkan 50% dan 90%
kematian jentik nyamuk dalam waktu 24 jam.
3.4. Pengolahan data
Kadar relatif 2-methyl-anthraquinone diperoleh berdasarkan konsentrasi
relatif terhadap seluruh komponen terukur dengan alat Pyr-GC-MS. Korelasi
antara mortalitas dengan konsentrasi 2-methyl-anthraquinone ditentukan dengan
regresi sederhana menggunakan Microsoft Excel 2007. Penentuan lethal
concentration 50% (LC50) dan lethal concentration 90% (LC90) yang
berpengaruh terhadap mortalitas larva nyamuk demam berdarah A. aegypti instra-
9
IV dengan metode probit analysis menggunakan software Minitab 14 for
Windows.
10
15,99 15,45
18,67
16,72 16,79
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Etanol (1) Etanol/Toluen
(1:1)
Etanol/Toluen
(2:1)
Etanol/Toluen
(3:1)
Etanol/Toluen
(1:2)
Kad
ar E
kstr
akti
f (%
)
Pelarut
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kadar ekstrak
Zat ekstraktif pada setiap jenis kayu dapat diekstrak dengan menggunakan
pelarut-pelarut yang berbeda tergantung sifat dari zat ekstraktif tersebut dan
pelarutnya. Zat ekstraktif bersifat polar dapat terekstrak dalam pelarut yang
bersifat polar, dan sebaliknya. Campuran dua pelarut atau lebih juga
mempengaruhi jumlah dan komposisi zat ekstraktif yang terekstrak. Etanol
merupakan salah satu pelarut yang bersifat polar, sedangkan toluena adalah
pelarut yang bersifat non polar. Terdapat perbedaan jumlah ekstrak kayu jati yang
berhasil diisolasi dengan menggunakan pelarut etanol dan toluena dengan
perbandingan komposisi berbeda (Gambar 5). Pelarut campuran etanol dan
toluena dengan perbandingan campuran 2:1 menghasilkan kadar ekstrak paling
tinggi (18,67%) dibandingkan pelarut lainnya yaitu etanol (15,99%),
etanol/toluena 1:1 (15,45%), etanol/toluena 1:2 (16,79%), dan etanol/tolena 3:1
(16,72%).
Gambar 5 Kadar ekstrak jati yang diisolasi dengan menggunakan berbagai
perbandingan komposisi pelarut.
Data di atas menunjukkan bahwa zat ekstraktif pada kayu jati memiliki
komposisi berupa senyawa yang bersifat polar dan non polar yang terlarut pada
pelarut campuran etanol dan toluena. Pada pelarut etanol/toluena 2:1 senyawa
bersifat polar lebih banyak terisolasi dibandingkan senyawa non polar sehingga
11
menyebabkan kadar ekstraktif total menjadi tinggi. Alkohol sebagai pelarut
mampu mengekstrak senyawa-senyawa seperti karbohidrat, protein, tanin,
flavonoid. Toluena sebagai pelarut dapat mengekstrak senyawa resin, minyak,
lemak dan lilin (Fengel & Wegener 1989).
Kadar ekstraktif kayu jati yang dihasilkan secara keseluruhan lebih tinggi
dibandingkan dengan kadar ekstraktif jati yang berhasil di isolasi pada penelitian
Suyono (2010). Perbedaan ini selain dapat disebabkan perbedaan perbandingan
komposisi pelarut yang dipakai juga bisa disebabkan oleh perbedaan tempat
tumbuh, umur pohon, dan lokasi pada pohon (Sjostrom 1991). Kadar ekstrak
belum bisa digunakan untuk menentukan jenis pelarut yang paling efektif untuk
mengekstrak kayu jati dengan kadar 2-methyl-anthraquinone tertinggi, karena
belum tentu pada kadar ekstrak tinggi juga mengandung kadar 2-methyl-
anthraquinone yang tinggi pula.
4.2. Kadar 2-methyl-anthraquinone dalam ekstrak
Penentuan kadar 2-methyl-anthraquinone yang terdapat pada ekstrak kayu
jati menggunakan alat Gas Kromatografi Mass Spektofotometer (GC-MS) dengan
metode pyrolisis. Konsentrasi relatif 2-methyl-anthraquinone dalam ekstrak kayu
jati dengan pelarut yang berbeda disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kadar senyawa 2-methyl-anthraquinone dalam ekstrak jati
No Jenis Pelarut Konsentrasi 2-Methyl-
Anthraquinone (%)
1 Etanol 17,85
2 Etanol/Toluena (3:1) 35,03
3 Etanol/Toluena (2:1) 27,65
4 Etanol/Toluena (1:1) 21,02
5 Etanol/Toluena (1:2) 20,51
Senyawa yang terekstrak dalam komposisi berbeda bisa menunjukkan sifat
kimia dari senyawa-senyawa tersebut. Perbedaan kadar relatif dari setiap senyawa
yang terlarutkan bisa disebabkan masing-masing senyawa memiliki sifat kelarutan
tertentu (Gambar 6).
12
17,85
35,03
27,65
21,02 20,51
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Etanol (1) Etanol/Toluen
(3:1)
Etanol/Toluen
(2:1)
Etanol/Toluen
(1:1)
Etanol/Toluen
(1:2)
Kad
ar 2
-Me
thyl
anth
raq
uin
on
e (
%)
Pelarut
Gambar 6 Kadar 2-methyl-anthraquinone yang diisolasi dengan menggunakan
berbagai perbandingan komposisi pelarut.
Konsentrasi relatif 2-methyl-anthraquinone tertinggi terdapat pada ekstrak
jati yang diisolasi dengan menggunakan pelarut etanol/toluena 3:1 (35,03%).
Dominasi 2-methyl-anthraquinone pada ekstrak jati yang diisolasi dengan pelarut
etanol/toluena 3:1 ditunjukkan pada chromatogram hasil uji GC-MS (Gambar 7).
Gambar 7 Chromatogram hasil uji GC-MS ekstrak jati yang diisolasi dengan
pelarut campuran etanol/toluena 3:1.
Kadar relatif ini lebih tinggi dibandingkan kadar relatif yang berhasil
didapat pada penelitian Suyono (2010), dimana kadar relatif 2-methyl-
anthraquinone tertinggi yang didapat yaitu 28,98% dengan menggunakan pelarut
13
campuran etanol/toluena 1:2. Walaupun pelarut etanol/toluena 1:2 yang
digunakan lebih cenderung bersifat non-polar dibandingakan pelarut
etanol/toluena 3:1 namun kombinasi pelarut etanol/toluena 3:1 lebih efektif
mengisolasi 2-methyl-anthraquinone. Terjadi perbedaan kadar relatif 2-methyl-
anthraquinone yang berhasil didapat dengan pelarut campuran etanol/toluena
dengan ratio 1:2 (20,51%) dan 1:1 (21,02%) dengan penelitian Suyono (2010)
yang juga menggunakan ratio 1:2 (28,98% dan 1:1 (21,97%). Hal ini bisa
disebabkan oleh adanya perbedaan kayu jati yang dipakai. Perbedaan itu bisa
berupa tempat tumbuh, umur, bagian kayu yang dipakai (Sjostrom 1991).
Senyawa 2-methyl-anthraquinone berhasil diisolasi dengan pelarut yang
sifat polarnya lebih dominan dari pada sifat non polar. Namun bukan berarti
bahwa senyawa 2-methyl-anthraquinone memiliki sifat hidrofilik. Menurut Ohi
(2001) bahwa 2-methyl-anthraquinone agak bersifat non polar. Senyawa 2-
methyl-anthraquinone termasuk yang tidak terlarut dalam air atau lebih dikenal
dengan sebutan senyawa lipofilik.
4.3. Mortalitas larva nyamuk
Ekstrak kayu jati yang berhasil diisolasi dengan menggunakan pelarut
campuran etanol/toluena 3:1 diujikan terhadap larva nyamuk demam A. aegypti
instar-IV. Instar merupakan tahapan perkembangan dalam salah satu fase
metamorphosis (Andriani 2008). Pemilihan larva instar-IV sebagai hewan uji
karena instar-IV merupakan fase akhir pada larva nyamuk demam A. aegypti
sehingga memiliki daya tahan paling tinggi dibandingkan instar I, II, atau III.
Selain itu, ukuran larva nyamuk A. aegypti instar-IV lebih besar sehingga lebih
mudah dalam perhitungan mortalitas.
Ekstrak kayu jati menyebabkan kematian jentik nyamuk pada konsentrasi
setara 2-methyl-anthraquinone 5 µg/ml, dan terus meningkat dengan semakin
tingginya konsentrasi. Pada konsentrasi dibawah 5 µg/ml ekstrak kayu jati belum
efektif menyebabkan kematian jentik nyamuk, sedangkan mortalitas jentik
nyamuk 100% diperoleh pada konsentrasi setara 2-methylanthraquinone 15 µg/ml
(Gambar 8). Sementara itu, insektisida komersial Abate dengan senyawa aktif
temephos 1% pada seluruh konsentrasi yang diuji menyebabkan kematian jentik
14
0 0
10
30
50
90
100 100
0 0
20
40
60
80
100
120
1 2,5 5 7,5 10 12.5 15 Temephos Kontrol
Mo
rtal
itas
(%
)
Konsentrasi (µg/ml)
Temephos Kontrol Tectoquinone
y = 7,8508x - 22,86 R² = 0,8898
0
20
40
60
80
100
120
0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 17,5
Mo
rtal
itas
(%
)
Konsentrasi (µg/ml)
nyamuk A. aegypti instar-IV 100%, sedangkan pelarut DMSO sebagai kontrol
negatif tidak menyebabkan kematian jentik nyamuk. Secara umum tingkat
mortalitas jentik nyamuk A. aegypti berkorelasi dengan peningkatan konsentrasi
senyawa aktif (Gambar 9). Hal ini diduga disebabkan oleh aktivitas dari 2-
methyl-anthraquinone yang merupakan senyawa aktif utama pada ekstrak kayu
jati. Komponen 2-methyl-anthraquinone merupakan salah satu jenis kuinon,
dimana kuinon merupakan senyawa yang bersifat toksik terhadap larva nyamuk
demam berdarah (Mulyana 2002, Cheng et al. 2003, Chapagain et al. 2008).
Gambar 8 Mortalitas larva nyamuk demam berdarah berdasarkan konsentrasi
senyawa aktif
Gambar 9 Korelasi konsentrasi 2-methyl-anthraquinone dengan mortalitas jentik
nyamuk.
15
Berdasarkan analisis probit dengan menggunakan software Minitab 14 for
Windows (Lampiran 2) , diperoleh nilai LC50 dan LC90 ekstrak jati dengan
senyawa aktif 2-methyl-anthraquinone terhadap jentik nyamuk A. aegypti 9,69
µg/ml dan 12,68 µg/ml. Berdasarkan nilai LC50 dan LC90 tersebut menunjukkan
bahwa ekstrak kayu jati dengan senyawa aktif 2-methyl-anthraquinone bersifat
sangat toksik terhadap larva nyamuk A. aegypti instar-IV karena menyebabkan
kematian 50% dan 90% dari total populasi pada konsentrasi yang rendah. Nilai
LC50 yang diperoleh dari ekstrak jati dengan senyawa aktif 2-methyl-
anthraquinone masuk ke dalam strandar untuk larvasida nabati (murni) yaitu
antara 0,1 ppm - 40 ppm (Geris et al. 2008 dalam Andriani 2008), walaupun nilai
efektifitas ekstrak jati ini masih lebih rendah dibanding insektisida komersial
berbahan aktif temephos
Penelitian Cheng et al. (2008) tentang aktivitas larvasida tectoquinone
yang diisolasi dari kayu Cryptomeria japonica menghasilkan nilai LC50 sebesar
3,3 µg/ml dan nilai LC90 sebesar 8,8 µg/ml. Berdasarkan hal itu, tectoquinone
yang diisolasi dari C. japonica menunjukkan toksisitas yang lebih tinggi
dibandingkan ekstrak kayu jati. Hal ini disebabkan tektoquinon dalam penelitian
Cheng et al (2008) sudah dimurnikan, sedangkan dalam penelitian ini tektoquinon
merupakan salah satu senyawa dari senyawa-senyawa yang ada dalam ekstrak.
Komponen lain dalam ekstrak tersebut bisa sebagai senyawa berpengaruh positif
terhadap toksisitas atau bisa juga sebaliknya. Menurut Andriani (2008), ekstrak
dari tumbuhan bisa terdiri dari banyak senyawa, dan masing-masing bisa
mempengaruhi lethal concentration. Selain itu perbedaan selang konsentrasi yang
diuji juga bisa mempengaruhi nilai LC50 dan LC90. Semakin banyak dan semakin
kecil variasi konsentrasi yang diujikan, akan semakin teliti hasil LC50 dan LC90
berdasarkan uji probit analisis.
Nilai LC50 (9,69 µg/ml) dan LC90 (12,68 µg/ml) merupakan nilai lethal
concentration dari senyawa 2-methyl-anthraquinone. Nilai tersebut setara dengan
27,66 µg/ml (LC50) dan 36,19 µg/ml (LC90) ekstrak kayu jati. Jika diubah dalam
kebutuhan serbuk kayu jati, nilai tersebut setara dengan 165,43 µg/ml (LC50) dan
216,45 µg/ml (LC90) (Tabel 2). Ekstrak jati dengan senyawa aktif 2-methyl-
16
anthraquinone terbukti lebih toksik dibandingkan beberapa larvasida nabati yang
pernah diteliti.
Tabel 2. Nilai LC50 dan LC90 Ekstrak Jati
No Nama Bahan LC50 (µg/ml) LC90 (µg/ml)
1 2-methyl-anthraquinone 9,69 12,68
2 Ekstrak jati 27,66 36,19
3 Serbuk kayu jati 165,43 216,45
Beberapa penelitian terdahulu mengenai larvasida dari ekstrak tumbuhan
telah banyak dilakukan. Chung et al. (2009) mengemukakan bahwa essential oil
dari bagian bunga tanaman Dendropanax morbifera bersifat toksik terhadap larva
nyamuk demam berdarah dengan nilai LC50 (62,32 ppm) dan LC90 (131,21 ppm).
Penelitian Andriani (2008) mengenai aktivitas ekstrak daun Clinacanthus nutans
L terhadap larva nyamuk demam berdarah instar-III. Ekstrak yang diisolasi
dengan menggunakan pelarut etanol berpotensi menjadi larvasida dengan LC50
444,48 ppm.
17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Ekstrak kayu Jati memiliki kandungan 2-methyl-anthraquinone dengan kadar
relatif yang tinggi. Ekstrak kayu jati efektif sebagai larvasida nyamuk A. aegypti
dengan nilai LC50 dan LC90 masing – masing sebesar 27,66 µg/ml dan 36,19
µg/ml. Ekstrak kayu jati dengan kandungan 2-methyl -anthraquione dapat
dijadikan sebagai larvasida alami untuk pengendali nyamuk vektor penyakit
demam berdarah.
5.2. Saran
Perlu dilakukan pengujian langsung efektivitas ekstrak jati skala lapangan
dan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas penerapan langsung serbuk kayu
jati sebagai bio-larvasida nyamuk demam berdarah.
18
DAFTAR PUSTAKA
American Cynamide Co. 1977. Abate larvacide. Cynamide Agricultural Division.
America Cynamide Co. Pronceton, New Jersey.
Andriani A. 2008. Uji potensi larvasida fraksi ekstrak daun Clinacanthus nutans
L. Terhadap larva instar III nyamuk Aedes aegypti [Skripsi]. Departemen
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 35 hlm.
Aradilla AS. 2009. Uji efektivitas larvasida ekstrak ethanol daun mimba
(Azadirachta indica) terhadap larva Aedes aegypti [skripsi. Fakultas
Kedokteran, Universitas Dipenogoro. Semarang.
Chapagain BP, Saharan V, Wiesman Z. 2008. Larvacidal activity of saponins
Balanites aegyptiaca callus againts Aedes aegypti mosquito. Bioresources
Technol. 99: 1165-1168.
Cheng SS, Huang CG, Chen WJ, Kuo YH, Chang ST. 2008. Larvicidal activity of
tectoquinone isolated from red heartwood-type Cryptomeria japonica
againts two mosquito species. Bioresources Technol. 99: 3617-3622.
Cheng SS, Chang HT, Chang ST, Tsai KH, Cheng WJ. 2003. Bioactivity of
selected plant essential oils againts the yellow fever mosquito Aedes
aegypti larvae. Bioresources Technol. 89: 99-102.
Chung IM, Seo SH, Kang EY, Park SD, Park WH, Moon HI. 2009. Chemical
composition and larvicidal effects of essential oil of Dendropanax
morbifera against Aedes aegypti L. Biochemic. System. & Ecol. 37: 470-
473.
[Depkes] Departemen Kesehatan. 2009. Profil kesehatan Indonesia 2008. Depkes.
252-253.
Fengel D, Wegener G. 1995. Kayu: kimia, ultrastruktur, reaksi-reaksi.
[Terjemahan dari Wood: chemistry, ultrastucture, reactions].
Sastrohamidjojo H (penerjemah). Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Geris R, Rodriguez E, Da Silva HHG, Da Silva IG. 2008. Larvacidal effects of
Fungal Monoterpenoids in the Control of Aedes aegypti L., in the Main
Vector of Dengue and Yellow Fever. Chem. & Biodiv. (5): 341-345.
19
Haupt M, Leithoff, Meier D, Puls J, Richter HG, Faix O. 2003. Heartwood
extractives and natural durability of plantation-grown teakwood (Tectona
grandis l.) – a case study. Holz Roh Werkst 61: 473-474.
Ji K. 2003. 2-Methylanthraquinone. Haiqiang Chemical.Co.LTTD. [terhubung
berkala]. http://www.ecw.com/product/842888.html [07 Oktober 2011]
Kafuku K, Sebe K. 1932. On tectoquinone, the volatile principle of the teak wood.
Bull. Chem. Soc. 7: 114-127.
Leyva A, Dimmel DR, Pullman GS. 1998. Teak extract as a catalyst for the
pulping of loblolly pine. TAPPI J. 81(5): 237-240.
Lukmandaru G, Takahashi K. 2008. Variation in the natural termite resistance of
teak (Tectona grandis Linn. Fil.) wood as a function of tree age. Ann. For.
Sci. 65(7): 708-716.
_______________________. 2009. Radial distribution of quinones in plantation
teak (Tectona grandis L.f.). Ann. For. Sci. 66(6): 605-614.
Mulyana. 2002. Ekstraksi senyawa aktif alkaloid, kuinone, dan saponin dari
tumbuhan kecubung sebagai larvisida dan insektisida terhadap nyamuk
Aedes aegypti [Skripsi]. Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 29 hlm.
O’Brian RD. 1967. Insecticides action and metabolism. Academic Press. New
York and London.
Ohi H. 2001. Rapid analysis of 2-methyl-anthraquinone in tropical hardwoods and
its effects n polysulfide-AQ pulping. 11th
International Symposium of
Wood and Pulping Chemistry. Nice-France, June 11-14, 2001.
Partana L, Partana JS, Tharir S. 1970. Hemorrhagic fever shock syndrome in
Surabaya, Indonesia. J. Med. Sci. 16: 189.
Raharjo B. 2006. Uji kerentanan (Susceptibility test) Aedes aegypti (Linnaeus)
dari Surabaya, Palembang dan Beberapa Wilayah di Bandung terhadap
Larvasida Temephos (Abate 1 SG). [Skripsi]. Sekolah Ilmu dan Teknologi
Hayati. ITB.
Schubert TH, Francis Jk. 1974. Woody Plant Seed Manual; Teak. USDA Forest
Service.Pp. 1099.
20
Service MW. 1986. Blood – sucking insect; vectors of disease. Great Britain.
London. Pp. 7-28.
Sjostrom E. 1991. Kimia kayu, dasar-dasar dan penggunaan, edisi 2. [Terjemahan
dari Wood chemistry, fundamental and application, 2nd
edition].
Sastrohamidjojo H (penerjemah); Prawirohatmojo S (editor). Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Soedarmo SSP. 1988. Demam berdarah (dengue) pada anak. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Suyono. 2010. Tectoquinone dalam ekstrak kayu jati (Tectona grandis Lin.)
sebagai subsitusi bahan aditif antrakuinon dalam proses pulping soda
[Skripsi]. Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
[WHO] World Health Organization. 2009. Dengue guidlines for diagnosis,
treatment, prevention and control. WHO. Pp. 3-16.
Yang YC, Lim MY, Lee HS. 2003. Emodin isolated from Cassia obtusifolia
(Leguminose) seed ahows larvicidal activity againts three mosquito
species. J. Agric Food Chem. 51: 7629-7631.
21
LAMPIRAN
22
Lampiran 1. Hasil uji GC-MS
Chromatogram Ekstrak Jati dengan pelarut etanol
23
Lampiran 1 (Lanjutan)
24
Lampiran 1 (lanjutan)
Chromatogram Ekstrak Jati dengan pelarut etanol/toluena (1:1)
25
Lampiran 1 (lanjutan)
26
Lampiran 1 (lanjutan)
Chromatogram Ekstrak Jati dengan pelarut etanol/toluena (1:2)
27
Lampiran 1 (lanjutan)
28
Lampiran 1 (lanjutan)
Chromatogram Ekstrak Jati dengan pelarut etanol/toluena (2:1)
29
Lampiran 1 (lanjutan)
30
Lampiran 1 (lanjutan)
Chromatogram Ekstrak Jati dengan pelarut etanol/toluena (3:1)
31
Lampiran 1 (lanjutan)
32
Lampiran 2 Uji Probit Analisis Minitab 14
Probit Analysis: Mortalitas; Jumlah Total versus Kadar bioaktif
Distribution: Weibull
Response Information
Variable Value Count
Mortalitas Success 53
Failure 87
Jumlah Total Total 140
Estimation Method: Maximum Likelihood
Regression Table
Standard
Variable Coef Error Z P
Constant -10,4740 1,86005 -5,63 0,000
Kadar bioaktif 4,45135 0,780221 5,71 0,000
Natural
Response 0
Log-Likelihood = -36,304
Goodness-of-Fit Tests
Method Chi-Square DF P
Pearson 1,49066 5 0,914
Deviance 1,64595 5 0,896
Tolerance Distribution
Parameter Estimates
Standard 95,0% Normal CI
Parameter Estimate Error Lower Upper
Shape 4,45135 0,780221 3,15715 6,27608
Scale 10,5169 0,428481 9,70974 11,3911
Table of Percentiles
95,0% Fiducial
Standard CI
Percent Percentile Error Lower Upper
1 3,74176 0,707223 2,13775 4,94069
2 4,37720 0,710264 2,71073 5,56072
3 4,80014 0,704025 3,11615 5,96257
4 5,12653 0,695286 3,44129 6,26783
5 5,39637 0,685741 3,71774 6,51744
6 5,62861 0,675992 3,96098 6,73054
7 5,83387 0,666288 4,17987 6,91772
8 6,01873 0,656744 4,38005 7,08548
9 6,18759 0,647411 4,56532 7,23814
10 6,34353 0,638311 4,73838 7,37870
20 7,50838 0,559717 6,08335 8,42347
30 8,34267 0,499781 7,08715 9,18177
40 9,04380 0,456027 7,93720 9,84465
50 9,68565 0,429687 8,70066 10,4916
60 10,3124 0,424639 9,41190 11,1805
70 10,9647 0,447108 10,0993 11,9744
80 11,7035 0,507636 10,8080 12,9724
90 12,6841 0,635616 11,6560 14,4362
91 12,8122 0,655526 11,7609 14,6372
92 12,9504 0,677695 11,8729 14,8563
93 13,1012 0,702657 11,9936 15,0978
94 13,2681 0,731188 12,1258 15,3681
95 13,4566 0,764469 12,2733 15,6769
96 13,6755 0,804447 12,4424 16,0402
97 13,9411 0,854690 12,6448 16,4871
98 14,2880 0,922992 12,9050 17,0807
99 14,8213 1,03323 13,2971 18,0134
33
Lampiran 3 Hasil Uji Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti
No Bahan Uji
Mortalitas Berdasarkan Konsentrasi (ekor)
1 µg/ml
2.5 µg/ml
5 µg/ml
7.5 µg/ml
10 µg/ml
12.5 µg/ml
15 µg/ml
I II I II I II I II I II I II I II
1 Tectoquinone 0 0 0 0 0 1 4 1 4 5 9 9 10 10
2 Temephos 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
3 Kontrol 0
Recommended