View
262
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
7/29/2019 Endapan Emas
1/14
Endapan Emas Epitermal
Maret 27, 2009 olehzyanti
ENDAPAN EMAS EPITERMAL
Endapan emas epitermal adalah hasil dari sistem hidrotermal yang berskala besar dari lingkunganvulkanik. Dalam suatu sumber oanas magmatikm suatu sumber air tanag dalam, metal dan
penurunan sulfur dan zona zona rekahan yang regas di kerak bumi bagian atas adalah material-
material yang paling penting. Karena material-material ini tersedia sepanjang sejarah kerak bumi,
dengan demikian tidak ada pembatasan dalam umurnya. Pencampuran material-material ini
menyebabkan terbentuknya endapan-endapan emas epitermal.
Endapan emas epitermal dilingkungan batuan vulkanik adalah hampir selalu berasosiasi dengan
batuan vulkanikcal-alkaline dan batuan intrusi, beberapa memperlihatkan suatu hubungan yang
erat dengan batuan vulkanik alkali.
Gambar 1
Endapan Emas Epitermal
Endapan emas epitermal bentuknya adalah sangat bervariasi dari vein-vein kuarsa tipis sampaideposit endapan disseminatedyang besar dan terdapat dalam lingkungan geologi yang berbeda,
oleh karena itu mereka memperlihatkan suatu
http://zyanti.wordpress.com/author/zyanti/http://zyanti.wordpress.com/author/zyanti/http://zyanti.wordpress.com/author/zyanti/http://zyanti.wordpress.com/author/zyanti/7/29/2019 Endapan Emas
2/14
rentang yang lebar dari signature geokimia dan geofisika, juga ciri-ciri tonal pengindraan jauh.
Dan di lingkungan epitermal memiliki karekteristik yang sangat beragam, hal ini dikarenakan
bermacam-macam proses fisika dan kimia yang terlah terjadi didalam suatu komplek dan
lingkungan geologinya. Oleh karena itu kenampakan yang teramati dan hubungan ruangnya
bervariasi sangat luas. Akan tetapi intinya yang mencirikan semua endapan epitermal adalah
proses-proses yang terjadi dalam pembentukannya. Sehingga perbedaan dari kenampakan yang
ada dan signifikannya dalam ekspolrasi, hanya dapat dimengerti dengan bantuan konsep yang
dimengerti dalam proses-proses yang terjadi pada sistem hidrotermal
A. Genesa Endapan Emas Epitermal :
Jenis endapan emas epitermal pada 500 m bagian atas dari suatu sistem
hidrotermal. Disini terjadi perubahan-perubahan suhu dan tekanan yang maksimum
yang mengalami fluktuasi-fluktuasi yang cepat. Fluktuasi-fluktuasi tekanan ini
menyebabkan perekahan hidraulik (hydraulic fracturing), pendidihan (boiling), dan
perubahan-perubahan hidrologi sistem yang mendadak. Proses-proses fisika ini
secara langsung berhubungan dengan proses-proses kimiawi yang menyebabkan
mineralisasi.
B. Hubungannya dengan himpunan mineralnya :
Terdapat suatu kelompok unsur-unsur yang umumnya berasosiasi dengan
mineralisasi epitermal, meskipun tidak selalu ada atau bersifat eksklusif dalam
sistem epitermal. Asosiasi klasik unsur-unsur ini adalah: emas (Au), perak (Ag),
arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), thallium (Tl), dan belerang (S). Dalam
endapan yang batuan penerimanya karbonat (carbonat-hosted deposits), arsen dan
belerang merupakan unsur utama yang berasosiasi dengan emas dan perak, beserta
dengan sejumlah kecil tungsten/wolfram (W), molybdenum (Mo), mercury (Hg),
thallium (Tl), antimon (Sb), dan tellurium (Te); serta juga fluor (F) dan barium (Ba)
yang secara setempat terkayakan. Dalam endapan yang batuan penerimanya
volkanik (volcanic-hosted deposits) akan terdapat pengayaan unsur-unsur arsen
(As), antimon (Sb), mercury (Hg), dan thallium (Tl); serta logam-logam mulia
(precious metals) dalam daerah-daerah saluran fluida utama, sebagaimana
asosiasinya dengan zone-zone alterasi lempung. Logam-logam dasar (base metals)
karakteristiknya rendah dalam asosiasinya dengan emas-perak, meskipun demikian
dapat tinggi pada level di bawah logam-logam berharga (precious metals) atau
dalam asosiasi-nya dengan endapan-endapan yang kaya perak dimana unsur
mangan juga terjadi. Cadmium (Cd), selenium (Se) dapat berasosiasi dengan
7/29/2019 Endapan Emas
3/14
logam-logam dasar; sedangkan fluor (F), bismuth (Bi), tellurium (Te), dan tungsten
(W) dapat bervariasi tinggi kandungannya dari satu endapan ke endapan yang
lainnya; serta boron (B) dan barium (Ba) terkadang terkayakan. Kebanyakan emas
epitermal terdapat dalam vein-vein yang berasosiasi dengan Alterasi Quartz-Illite
yang menunjukkan pengendapan dari fluida-fluida dengan pH mendekati netral
(Fluida-fluida Khlorida Netral). Dalam alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida
ini, emas dijumpai dalam vein, veinlet, breksi ekplosi atau breksi hidrotermal, dan
stockwork atau stringer Pyrite+Quartz yang berbentuk seperti rambut (hairline).
Emas epitermal juga terdapat dalam Alterasi Advanced-Argillic dan alterasi-alterasi
sehubungan yang terbentuk dari Fluida-fluida Asam Sulfat. Dalam alterasi dan
mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam veinlet, batuan-batuan
silika masif, atau dalam rekahan-rekahan atau breksi-breksi dalam batuan yang
tersilisifikasikan, serta dapat hadir bijih tembaga seperti enargite, luzonite, dan
covelite.
C. Keterdapatannya di Indonesia :
Endapan emas epitermal salah satunya seperti Waterfall terletak di Kahayan Hulu
Propinsi Kalimantan Tengah. Secara geografis terletak pada posisi 113 derajat 28 08
113 derajat 29 42.2 E dan 00 derajat 28 50.7 00030 10.1 S. Alterasi hidrotermal
berkembang dengan baik menghasilkan urat-urat kuarsa maupun kalsit (stockwork)
yang membawa bijih emas dan mineral-mineral sulfida lainnya seperti pirit,
chalkopirit, sphalerit, hematit, magnetit, kovelit, bornit dan galena. Di Waterfall
terdapat tiga zone alterasi hidrotermal, yaitu zone karbonat-kalsit-serisit/muskovit
(zone phillik), zone klorit-kalsit- kuarsa-epidot (zone propilitik dalam) dan zone
karbonat- klorit-zeolit-silika (zone sub propilitik). Dari analisis petrografi dan inklusi
fluida didapatkan endapan emas Waterfall termasuk kedalam tipe endapan sulfida
rendah (low sulphidation), terbentuk pada temperatur antara 240 derajat -250
derajat C dengan salinitas 8.15, 5.50 dan 4.03% berat NaCl ekivalen. Endapan ini
terbentuk pada kedalaman 350-417 m di bawah paleo surface, berada pada bagian
atas zone logam dasar (base metals). Eksplorasi diarahkan pada zone propilitik
dalam yang banyak mengandung mineral bijih.
Mineralisasi dan Alterasi dalam Sistem Hidrotermal
Larutan hidrotermal terbentuk pada fase akhir siklus pembekuan
magma. Interaksi antara larutan hidrotermal dengan batuan yangdilewati akan menyebabkan terubahnya mineral-mineral penyusun
7/29/2019 Endapan Emas
4/14
batuan samping dan membentuk mineral alterasi. Larutan hidrotermal
tersebut akan terendapkan pada suatu tempat membentuk
mineralisasi (Bateman, 1981). Faktor-faktor dominan yang
mempengaruhi pengendapan mineral di dalam sistem hidrotermal
terdiri dari empat macam (Barnes, 1979; Guilbert dan Park, 1986),
yaitu: (1) Perubahan temperatur; (2) Perubahan tekanan; (3) Reaksi
kimia antara fluida hidrotermal dengan batuan yang dilewati; dan (4)
Percampuran antara dua larutan yang berbeda. Temperatur dan pH
fluida merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi mineralogi
sistem hidrotermal. Tekanan langsung berhubungan dengantemperatur, dan konsentrasi unsur terekspresikan di dalam pH batuan
hasil mineralisasi (Corbett dan Leach, 1996).
Guilbert dan Park (1986) mengemukakan alterasi merupakan
perubahan di dalam komposisi mineralogi suatu batuan (terutama
secara fisik dan kimia), khususnya diakibatkan oleh aksi dari fluida
hidrotermal. Alterasi hidrotermal merupakan konversi dari gabungan
beberapa mineral membentuk mineral baru yang lebih stabil di dalam
kondisi temperatur, tekanan dan komposisi hidrotermal tertentu
(Barnes, 1979; Reyes, 1990 dalam Hedenquist, 1998). Mineralogi
batuan alterasi dapat mengindikasikan komposisi atau pH fluida
hidrotermal (Henley et al., 1984 dalam Hedenquist, 1998).
Corbett dan Leach (1996) mengemukakan komposisi batuan samping
berperan mengkontrol mineralogi alterasi. Mineralogi skarn terbentuk
di dalam batuan karbonatan. Fase adularia K-feldspar dipengaruhi oleh
batuan kaya potasium. Paragonit (Na-mika) terbentuk pada proses
alterasi yang mengenai batuan berkomposisi albit. Muskovit terbentuk
di dalam alterasi batuan potasik.
7/29/2019 Endapan Emas
5/14
Sistem pembentukan mineralisasi di lingkaran Pasifik secara umum
terdiri dari endapan mineral tipe porfiri, mesotermal sampai epitermal
(Corbett dan Leach, 1996). Tipe porfiri terbentuk pada kedalaman
lebih besar dari 1 km dan batuan induk berupa batuan intrusi. Sillitoe,
1993a (dalam Corbett dan Leach, 1996) mengemukakan bahwa
endapan porfiri mempunyai diameter 1 sampai > 2 km dan bentuknya
silinder.
Tipe mesotermal terbentuk pada temperatur dan tekanan menengah,
dan bertemperatur > 300oC (Lindgren, 1922 dalam Corbett dan Leach,
1996). Kandungan sulfida bijih terdiri dari kalkopirit, spalerit, galena,
tertahidrit, bornit, dan kalkosit. Mineral penyerta terdiri dari kuarsa,
karbonat (kalsit, siderit, rodokrosit), dan pirit. Mineral alterasi terdiri
dari serisit, kuarsa, kalsit, dolomit, pirit, ortoklas, dan lempung.
Tipe epitermal terbentuk di lingkungan dangkal dengan temperatur
Recommended