View
53
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
Tugas mata kuliah Estetika
Citation preview
Analisa
A. Lokasi Bank Bukopin
Bank Bukopin terletak di Jalan Sudirman No.10, Surakarta 57111. Lokasi ini
cukup strategis karena di kawasan ini terdapat Bank Indonesia, Bank Danamon,
Kantor Pos, Balaikota, Benteng Vastenberg, Pusat Grosir Solo, Beteng Trade Centre,
Telkom, dll.
Gambar 3. A. 1. Lokasi Bangunan Bank Bukopin SurakartaSumber: h t tp : / / w w w . s k y s cra p e rcit y .co m / s h o w t h r e a d . php ? t=6 2 7 3 26& p ag e = 44
B. Analisa Karakteristik Arsitektur Post-Modern pada Bank Bukopin
Bangunan Bank Bukopin memiliki ciri-ciri Arsitektur Post-Modern sehingga
bangunan tersebut dapat digolongkan sebagai bangunan Arsitektur Post-Modern.
Karakteristik tersebut yaitu :
I. Historik
Bangunan ini memiliki unsur historik, yaitu dapat membangkitkan kenangan
sejarah tentang bangunan pada zaman dulu. Karena ketika melihat bangunan ini
maka kita akan memiliki pandangan tentang bangunan pada zaman dulu yaitu ketika
masih dijajah oleh Belanda (masa kolonial). Hal ini dikarenakan bangunan ini
memiliki ciri-ciri yang hampir sama dengan ciri-ciri bangunan pada masa kolonial.
Bentuk bangunan yang besar dan dengan kolom, pintu, serta jendela yang besar
semakin menunjukkan ciri bangunan kolonial pada bangunan ini. Pada masa
kolonial, bangunan-bangunan pemerintahan memiliki ukuran yang besar dan
berbeda dengan bangunan biasa. Hal ini dikarenakan kebijakan pemerintahan pada
masa kolonial yang mengutamakan bangunan pemerintahan, sehingga bangunan-
bangunan pemerintahan memiliki bentuk yang monumental serta lebih besar
dibandingkan bangunan-bangunan lain, selain bangunan pemerintahan.
Ciri-ciri bangunan kolonial yang terdapat pada bangunan Bank Bukopin
meliputi model denah yang simetris, mempunyai pilar (kolom) di serambi depan dan
belakang yang menjulang ke atas bergaya Yunani, serta penggunaan skala bangunan
yang tinggi sehingga berkesan megah.
II. Ornamentasi
Gambar 3. I. 1. Bangunan Bank Bukopin SurakartaSumber: Dokumen Pribadi, 201
Ornamentasi adalah ciri Arsitektur Post-Modern yaitu adanya penambahan
ornamen pada bangunan yang berasal dari unsur arsitektur lain. Pada bangunan
Bank Bukopin ini memiliki ciri ornamentasi yang dapat dilihat pada ornamen-
ornamennya yang memiliki kesan seperti Arsitektur Klasik. Hal ini meliputi, kolom di
serambi depan yang besar dan menjulang ke atas dan bergaya Yunani (Arsitektur
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
141
Klasik), penebalan-penebalan sebagai unsur dekoratif yang mempertegas bentuk
elemen bangunan serta sebagai elemen yang memperkuat kesan kokoh pada
bangunan (Arsitektur pada masa kolonial), serta balkon yang berfungsi untuk
mengatasi tempias air hujan dan isolator udara panas luar ke dalam (Arsitektur pada
masa kolonial).
Selain ornamentasi dari arsitektur pada masa kolonial, bangunan Bank
Bukopin juga memiliki ornamentasi yang diambil dari bangunan tradisional Jawa.
Ornamentasi tersebut adalah lidah api. Lidah api dapat ditemukan pada ujung dari
atap, yang merupakan penambahan pada atap dengan bentuk yang meruncing.
Lidah api tersebut biasanya memiliki warna merah atau warna yang sama dengan
warna genteng dari bangunannya sendiri.
Di samping adanya lidah api pada atap bangunan, bangunan Bank Bukopin ini
juga memiliki ornamentasi yang berasal dari unsur Jawa yang ada di daerah
bangunan tersebut. Ornamentasi tersebut adalah tulisan aksara Jawa yang
ďerartikaŶ ͞BaŶk BukopiŶ͟, diŵaŶa tulisaŶ aksara Jaǁa terseďut telah diŵodifikasi menjadi
bahasa Indonesia. Hal ini menunjukkan adanya suatu pencampuran unsur lama
dengan unsur baru, dimana asal mula tulisan aksara Jawa tersebut adalah
berasal dari budaya Jawa sedangkan bahasa yang dituliskan adalah bahasa Indonesia
sebagai Bahasa Nasional.
Gambar 3. II. 2. Kolom pada bangunan Bank Bukopin
yang menunjukkan ornamentasi dari Arsitektur
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
151
Klasik
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
161
Gambar 3. II. 3. Ornamen dinding yang menunjukkan ornamentasi dari bangunan pada masa kolonial
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
Gambar 3. II. 4. Konsol pada atap yang menunjukkan ornamentasi dari bangunan pada masa kolonial Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
Gambar 3. II. 5. Balkon pada bangunan yang menunjukkan ornamentasi dari bangunan pada masa
kolonial Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
Gambar 3. II. 6. Tulisan Bank Bukopin denganAksara Jawa dan Bahasa Indonesia
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
171
III. Kontekstual
Kontekstual merupakan kemungkinan perluasan bangunan dan keinginan
mengaitkan bangunan baru dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat juga
merupakan kesamaan antara bangunan satu dengan bangunan lain yang berada di
sekitarnya. Sehingga semua bangunan yang berada dalam satu kompleks memiliki
ciri-ciri yang sama antara satu dengan yang lain. Ciri-ciri dari konstektual adalah
seperti adanya pengulangan motif dari desain bangunan sekitar, pendekatan baik
dari bentuk, pola atau irama, ornamen, dan lain-lain terhadap bangunan sekitar
lingkungan, hal ini untuk menjaga karakter suatu tempat, serta menigkatkan kualitas
lingkungan yang ada.
Bangunan Bank Bukopin ini memliki kesamaan bentuk dan ornamen dengan
bangunan yang ada di sekitarnya. Kesamaan tersebut meliputi bentuk bangunan
yang tinggi dengan kolom-kolom yang besar yang memberikan kesan bangunan
kolonial, atap limasan, memiliki kanopi dengan atap tajuk, memiliki lidah api pada
setiap ujung atapnya, serta memiliki corak seperti Arsitektur Klasik.
Gambar 3. III. 7. Ornamen dan bentuk bangunan yang memiliki kesamaan dengan bangunan di
sekitarnya Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
181
Gambar 3. III. 8. Bentuk atap yang memiliki kesamaan dengan bangunan di sekitarnya
171
IV. Komunikatif yang Bersifat Lokal
Komunikatif yang dimaksud disini adalah elemen bangunan yang dapat
mengkomunikasikan atau menggambarkan bentuk dari bangunan yang mengandung
unsur budaya daerah tempat bangunan tersebut. Budaya lokal tersebut dimasukkan
dalam bangunan dengan tujuan untuk tetap melestarikan budaya daerah setempat
walaupun seiring dengan perkembangan zaman. Selain itu dalam peraturan
pemerintah tentang bangunan pemerintahan atau kantor, memiliki atap dari
Arsitektur Jawa yang merupakan ciri khas dari Arsitektur Jawa itu sendiri. Elemen
yang dimaksud adalah atap bangunan yang merupakan atap joglo. Atap ini
dimasukkan dalam peraturan pemerintah untuk menggunakan atap ini dalam
bangunan pemerintah atau kantor. Sehingga di daerah Solo memiliki karakteristik
bangunan dengan atap joglo sebagai atap bangunannya.
Selain itu pada atap kanopi bangunan ini juga merupakan atap yang
menggambarkan unsur dari budaya lokal, yaitu atap tajuk. Atap yang memiliki sisi-
sisi yang sama dan menuju ke atas menjadi satu titik. Pada atap ini biasanya
terdapat mahkota kecil yang berada di ujung atapnya. Atap tajuk biasanya
digunakan sebagai atap dari tempat ibadah oleh masyarakat setempat.
Gambar 3. IV. 9. Atap bangunan yang merupakan karakteristik dari bangunan-bangunan di sekitar bangunan Bank Bukopin tersebut
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
V. Straight Revitalism
Straight Revitalism adalah pengulangan kembali langgam Neo-Klasik ke dalam
bangunan yang bersifat monumental. Neo-Klasik merupakan arsitektur yang
terinspirasi oleh zaman Yunani dan Romawi kuno. Ciri-ciri tersebut dapat dilihat dari
181
pengulangan irama pada tampak depannya, bentuk bangunan yang simetris, serta
adanya jendela dan ukiran-ukiran pada dinding yang berulang-ulang.
Bangunan Neo-Klasik tampak simetris serta membentuk satu kesatuan yang
kokoh. Simetris dan keseimbangan merupakan ciri khas yang paling terlihat pada
bangunan gaya Neo-Klasik. Salah satu elemen paling penting ada pada bangunan
bergaya Neo-Klasik adalah kolom. Untuk eksterior pada bangunan Neo-Klasik kolom
digunakan untuk menopang bangunan sehingga tampak kokoh. Dengan bentuknya
yang simetris dan kolom-kolom penopang yang tinggi bangunan Neo-Klasik tampak
anggun dan megah.
Gambar 3. V. 10. Tampak depan dari bangunan Bank Bukopin yang simetris dengan kolom besar di depannya
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
Gambar 3. V. 11. Pengulangan jendela yang teratur merupakan ciri dari Arsitektur Neo-Klasik
191
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
202
VI. Classicism
Classicism merupakan penggunaan elemen-elemen yang berasal dari
Arsitektur Klasik. Arsitektur Klasik memberikan kesan yang anggun dan mewah. Ciri
khas Arsitektur Klasik yaitu pada pilar-pilar, ornamen, dan profil-profil yang
berkembang pada saat Kerajaan Romawi atau Yunani Kuno. Bangunan dengan gaya
klasik memiliki ukuran yang melebihi kebutuhan fungsinya. Serta memiliki komposisi
bangunan yang simetris dengan tata letak jendela yang teratur (monotone).
Bangunan Bank Bukopin memiliki ukuran bangunan yang besar dan
ketinggian lantai bertingkat yang tinggi. Hal ini diimbangi oleh adanya ornament-
ornamen pada dinding bangunan yang diulang-ulang, serta penataan jendela yang
teratur dan berirama. Hal tersebut yang membuat bangunan Bank Bukopin ini
memiliki ciri Arsitektur Post-Modern yaitu Classicism.
Gambar 3. VI. 12. Pengulangan ornamen dan jendela pada dinding bangunan
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
VII. Neo-Vernacularism
Arsitektur Neo-Vernakular suatu penerapan elemen arsitektur yang telah
ada, baik fisik (bentuk, konstruksi) maupun non-fisik (konsep, filosofi, tata ruang)
dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah berbentuk secara empiris
oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya mengalami pembaruan
menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa mengesampingkan nilai-
212
nilai tradisi setempat.
202
Pada bangunan Bank Bukopin memiliki unsur Arsitektur Neo Vernakular yang
terdapat pada atap bangunannya. Atap bangunan tersebut menggunakan atap joglo,
yang merupakan atap tradisi dari arsitektur setempat, yaitu Arsitektur Jawa.
Selain itu, bangunan Bank Bukopin juga memiliki sebuah kanopi yang
memiliki atap yang juga merupakan atap dari Arsitektur Jawa yang ada di daerah
tersebut. Atap yang digunakan pada kanopi bangunan tersebut adalah atap tajuk.
Atap tajuk tersebut merupakan atap dari sebuah denah yang berbentuk persegi
dengan sisi yang sama, dimana pada ujung atap menuju ke satu titik yang menjulang
ke atas.
Gambar 3. VII. 13. Atap bangunan yang berbentuk atap joglo merupakan unsur dari Arsitektur Neo-Vernakular pada bangunan
tersebut. Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
Gambar 3. VII. 14. Atap kanopi yang berbentuk atap tajuk merupakan unsur dari Arsitektur Neo-Vernakular pada bangunan tersebut.
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
C. Analisis Prinsip Estetika Formal pada Bank Bukopin
Selain memenuhi karakteristik Arsitektur Post-Modern, Bank Bukopin juga
memenuhi prinsip-prinsip estetika dalam menciptakan keunikan serta keindahan
pada tampilan bangunan.
Prinsip-prinsip estetika tersebut diantaranya :
212
I. Proporsi
Bank Bukopin memenuhi prinsip proporsi, hal tersebut dapat dilihat dari
proporsi bangunan induk dan kanopi. Proporsi bangunan induk dibuat lebih
besar karena pada bangunan induk aktivitas banyak dilakukan, seperti
menabung, meminjam, atau menukarkan uang. Kanopi dibuat lebih kecil karena
kanopi hanya sebagai ruang transisi antara dalam bangunan dan luar bangunan.
Gambar 3. I. 1. Proporsi Bangunan Induk (kuning) dan Kanopi (merah)
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
II. Skala
Seperti yang di jelaskan pada karakteristik historik, bangunan ini dibangun
dengan skala bangunan yang tinggi, sehingga terkesan megah. Walaupun
terletak di dekat hotel berbintang yang besar dan megah, Bank Bukopin tidak
kalah megahnya. Hal tersebut dapat dilihat dari tampilan bangunan dengan
sekitarnya, bangunan tetap menonjol dan terlihat dari kejauhan. Selain itu,
apabila dilihat lebih dekat, bangunan ini menjulang tinggi dan memiliki ukuran
yang besar pula.
Gambar 3. II. 2. Skala bangunan yang tinggi
222
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
232
Gambar 3. II. 3. Skala bangunan dengan mobil disekitarnyaSumber: Dokumen Pribadi, 2013
III. Irama
Irama pada bangunan Bank Bukopin ini ditujukkan dengan penataan jendela
yang disusun secara grid dan teratur pada keseluruhan bangunan. Selain itu,
ornamentasi juga disusun secara teratur dan berirama yang terletak pada
tembok bangunan induk dan balkon yang mempercantik bangunan tersebut.
Irama juga ditunjukkan konsol pada atap yang disusun teratur dan berjarak
sama antar satu konsol dengan konsol yang lain dan memiliki pola tersendiri.
Gambar 3. III. 4. Irama pada jendela yang disusun teraturSumber: Dokumen Pribadi, 2013
Gambar 3. III. 5. Irama ornamen berbentuk belah ketupat pada bangunan
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
242
Gambar 3. III. 6. Irama ornamen berbentuk belah ketupat pada balkon
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
Gambar 3. III. 7. Ornamentasi konsol pada atap yang disusun secara teratur
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
IV. Sumbu
Bank Bukopin memiliki sumbu dengan pola grid, hal tersebut dapat dilihat dari
fasad bangunan. Dari fasad bangunan, kita bisa membayangkan denah
bangunan itu pula. Bank ini memiliki denah yang terbentuk dari beberapa
persegi, sehingga sumbu-sumbu tersebut membentuk keseimbangan antara
sumbu vertikal dan horizontal pada denah bangunannya.
V. Simetri
Keseimbangan simetri ini dapat dilihat dari dua hal, yaitu denah dan fasad
bangunan. Di atas sudah dijelaskan bahwa denah bangunan ini memiliki sumbu
yang seimbang, sehingga apabila sumbu vertikal dan horizontal seimbang maka
dipastikan bahwa denah bangunan tersebut memiliki simetri yang seimbang
pula. Apabila dilihat dari fasad bangunan, bangunan ini memiliki keseimbangan
simetri. Hal tersebut dapat dilihat apabila kita menari satu garis vertikal pada
242
atap bangunan induk, maka bangunan akan terbagi menjadi dua sama besar.
Sehingga hal tersebut membuktikan bahwa bangunan ini memiliki simetri yang
seimbang/sama.
VI. Hierarki
Susunan tampilan fasad bangunan dimulai dari kanopi yang beratapkan tajuk
sebagai ruang transisi antara bagian dalam dan bagian luar. Selanjutnya pada
bangunan induk menggunakan atap joglo dimana pada bangunan induk ini
merupakan bangunan private khusus untuk nasabah dan pegawai saja.
Sedangkan orang yang ingin mengamati bank ini hanya diperbolehkan di luar
bangunan saja.
Gambar 3. VI. 8. Tampilan fasad bangunan induk dan kanopiSumber: Dokumen Pribadi, 2013
VII. Perulangan
Perulangan yang terlihat pada bangunan ini adalah penataan jendela-jendela
yang tersebar secara teratur dan berpola grid pada keseluruhan bangunan.
Ornamentasi konsol pada atap juga disusun secara berulang dengan jarak yang
sama menciptakan pola irama pada bangunan. Selain ornamentasi pada konsol,
ornamentasi dengan bentuk dasar belah ketupat disusun berulang dan teratur
pada bangunan induk maupun balkon. Ornamentasi tersebut mengambil gaya
kolonial yang dipadukan dengan gaya lokal sehingga fasad bangunan tersebut
terlihat unik dan menarik.
252
Gambar 3. VII. 9. Irama pada jendela yang disusun teraturSumber: Dokumen Pribadi, 2013
Gambar 3. VII.10. Irama ornamen berbentuk belah ketupat pada bangunan
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
Gambar 3.VII. 11. Irama ornamen berbentuk belah ketupat pada balkon
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
Gambar 3. VII. 12. Ornamentasi konsol pada atap yang disusun secara teratur
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
262
VIII.Datum
Ornamentasi pada bangunan Bank Bukopin menunjukan adanya prinsip
komposisi datum pada bangunan tersebut. Datum ditunjukkan dengan adanya
perulangan peletakkan ornamentasi berbentuk belah ketupat yang disusun
secara teratur sehingga membentuk pola komposisi grid. Selain ornamentasi,
penataan jendela juga membentuk pola komposisi grid, karena disusun secara
teratur dan berulang.
Gambar 3. VIII. 13. Irama pada jendela yang disusun teraturSumber: Dokumen Pribadi, 2013
Gambar 3. VIII. 14. Irama ornamen berbentuk belah ketupat pada bangunan
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
Gambar 3. VIII. 15. Irama ornamen berbentuk belah ketupat pada
272
balkonSumber: Dokumen Pribadi, 2013
282
Gambar 3. VIII. 16. Ornamentasi konsol pada atap yang disusun secara teratur
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
IX. Transformasi
Transformasi ini ditunjukkan dengan gaya bangunan yang mengadopsi gaya
kolonial apabila bangunan tersebut tidak memakai atap joglo dan atap tajuk.
Namun, apabila bangunan ini memakai atap joglo dan atap tajuk maka gaya
bangunan ini menjadi gaya post-modern karena memadukan gaya kolonial dan
gaya tradisional yang menjadikan bangunan ini unik dan menarik.
Gambar 3. IX. 17. Ornamentasi konsol pada atap yang disusun secara teratur
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
X. Nilai Estetis
Nilai estetis atau keindahan dapat dilihat dari penggunaan ornamentasi pada
bangunan serta peletakan jendela, pintu, kolom yang menggunakan pola
komposisi. Bangunan Bank Bukopin ini mengadopsi dari gaya kolonial yang
terlihat pada ornamen di dinding bangunan berbentuk belah ketupat. Selain itu,
ornamen konsol pada atap yang disusun berulang dan berirama juga
292
mempunyai nilai keindahan tersendiri. Pola penyusunan jendela yang
memakai komposisi
303
grid serta pemakaian kolom yang mengadopsi dari gaya kolonial ini menambah
kesan megah dan unik pada bangunan ini.
Gambar 3. X. 18. Ornamentasi konsol pada atap yang disusun secara teratur
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
Gambar 3. X. 19. Irama pada jendela yang disusun teraturSumber: Dokumen Pribadi, 2013
Gambar 3. X. 20. Irama ornamen berbentuk belah ketupat pada bangunan
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
313
Gambar 3. X. 21. Irama ornamen berbentuk belah ketupat pada balkon
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
Gambar 3. X. 22. Ornamentasi konsol pada atap yang disusun secara teratur
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
D. Analisis Prinsip Estetika Informal pada Bank Bukopin
Prinsip estetika informal pada Bank Bukopin ini menerapkan nilai kearifan
lokal. Karena bangunan ini terletak di Pulau Jawa, maka bangunan ini mengadopsi
nilai-nilai tradisi di Jawa. Walaupun tidak keseluruhan bangunan mengadopsi nilai
tradisi, namun atap bangunan menerapkannya dengan atap yang berbentuk joglo
pada bangunan induk dan atap tajuk pada kanopi gedungnya. Atap joglo dan atap
tajuk ini merupakan atap Rumah Adat atau Rumah Tradisi di Pulau Jawa.
323
Gambar 3. D. 23. Ornamentasi konsol pada atap yang disusun secara teratur
Sumber: Dokumen Pribadi, 2013
303
Kesimpulan
Bangunan Bank Bukopin di Surakarta merupakan bangunan modern yang
memiliki unsur-unsur dari bangunan lama. Hal ini yang menjadikan bangunan Bank
Bukopin menjadi bangunan yang memiliki gaya Arsitektur Post-Modern. Ciri-ciri
dari Arsitektur Post-Modern dapat terlihat dari beberapa unsurnya, ciri-ciri
tersebut meliputi Historik, Ornamnetasi, Kontekstual, Komunikatif yang Bersifat
Lokal, Straight Revitalism, Classicism, serta Neo-Vernacularism. Ciri-ciri tersebut
dapat langsung dilihat dari tampak luar bangunan Bank Bukopin. Mulai dari kolom-
kolomnya, ornamen pada dinding, serta balkon yang terdapat di bagian depan
bangunan. Selain itu juga dari bentuk bangunan yang besarnya melebihi dari
fungsinya, bentuk bangunan yang simetris, serta peletakan jendela yang teratur
dan berirama. Hal ini menunjukkan bahwa di kota Solo terdapat banyak bangunan
yang memiliki gaya Arsitektur Posr-Modern yang berkembang pada saat ini.
Selain mengandung karakteristik dari bangunan post-modern, bangunan
Bank Bukopin juga menerapkan prinsip-prinsip estetika baik itu formal maupun
informal. Prinsip tersebut meliputi proporsi, irama, skala, sumbu, simetri, hierarki,
transformasi, nilai estetis, perulangan, datum dan juga nilai kearifan lokal. Prinsip
ini dapat dilihat langsung dari tampilan fasad bangunan. Penataan jendela yang
teratur, penggunaan ornamen pada dinding dan konsol atap, serta pemakaian
kolom bergaya kolonial. Bangunan ini menerapkan prinsip lokal atau tradisi dengan
memakai atap joglo dan atap tajuk yang merupakan atap bangunan tradisional di
Pulau Jawa.
313
DAFTAR REFERENSI
Ching, Francis D.K. 2008. Bentuk, Tatanan, dan Ruang. Jakarta : Erlangga.
http://www.slideshare.net/HadiYanuarIswanto/estetika-arsitektur
http://arsitektur-mudasukoharjo.blogspot.com/2010/07/pengertian-dan-ciri-ciri-
arsitektur.html
http://sigitsetyoutomo.blogspot.com/
http://wahyumuliatmi.blogspot.com/2012/03/arsitektur-post-modern.html
http://fariable.blogspot.com/2011/08/aliran-dalam-langgam-arsitektur-post.html
http://dakokong.blogspot.com/2013/02/pengertian-arsitektur-postmodern.html
http://rivarchitect.blogspot.com/2012/03/arsitektur-postmodern.html
Recommended