View
222
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
EVALUASI MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAANMURABAHAH PADA BANK BRI SYARIAH
KCP SUNGGUMINASA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih GelarSarjana Sosial (S.Sos) pada Jurusan Manajemen Dakwah
Fakultas Dakwah dan KomunikasiUIN Alauddin Makassar
Oleh:
HAMDAR ROSMININIM: 50400112031
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASIUIN ALAUDDIN MAKASSAR
2016
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................................................................ vi
PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................8
C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ...................................................8
D. Kajian Pustaka/Penelitian Terdahulu .....................................................9
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .........................................................12
BAB II TINAJUAN TEORETIS
A. Evaluasi Manajemen Risiko................................................................14
B. Proses dan Sistem Manajemen Risiko .................................................25
C. Pembiayaan Murabahah .......................................................................35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian ..................................................................44
B. Pendekatan Penelitian ..........................................................................45
C. Sumber Data.........................................................................................45
D. Metode Pengumpulan Data ..................................................................46
iii
E. Instrumen Penelitian.............................................................................47
F. Teknik Pengolaan dan Analisis Data ..................................................48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Bank BRI Syariah.................................................50
B. Proses Pengelolaan Risiko Pembiayaan Murabahah pada Bank
BRI Syariah KCP Sungguminasa........................................................61
C. Proses Evaluasi Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah pada
Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa ...............................................66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................74
B. Implikasi Penelitian..............................................................................75
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................77
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
iv
ABSTRAK
Nama : Hamdar RosminiNim : 50400112031Jurusan : Manajemen DakwahJudul skripsi : Evaluasi Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah Pada
Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa
Pokok permasalahan penelitian ini adalah bagaimana evaluasi manajemenrisiko pembiayaan murabahah pada Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa danpermasalahan tersebut dibagi kedalam 2 sub bab yaitu: 1) bagaimana prosespengelolaan risiko pembiayaan murabahah pada Bank BRI Syariah KCPSungguminasa? 2) bagaimana proses evaluasi manajemen risiko pembiayaanmurabahah pada Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengelolaan risikopembiayaan murabahah pada Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa dan prosesevaluasi manajemen risiko pembiayaan murabahah pada Bank BRI Syariah KCPSungguminasa.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakanpendekatan manajemen. Sumber data penelitian ini data primer dan data sekunder.Selanjutnya metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,wawancara, dan dokumentasi. Lalu teknik pengumpulan data dilakukan denganmelalui empat tahapan, yaitu: reduksi data, penyajian data, analisis perbandingan,dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menujunkkan bahwa proses pengelolaan risikopembiayaan murabahah pada Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa dilakukandengan treatment atau cara yang berbeda-beda, tergantung dari jenis risikonya.Adapun jenis-jenis risiko yang terjadi yaitu: risiko kredit, risiko pasar, risikolikuiditas, risiko operasional. Adapun risiko kredit dikelola secara end-to-end dariprocces di front-end, middle-end, sampai dengan back-end. Risiko pasar dikeloladengan mengukur potensi kerugian maksimal akibat adanya nilai tukar mata uang,melakukan stress test risiko pasar atas portofolio surat berharga yang diukur padanilai wajar dan posisi valuta secara berkala. Dalam mengelola risiko likuiditas,Bank BRI Syariah memantau risiko tersebut melalui pembiayaan terhadap danapihak ketiga, rasio kewajiban antar bank, dan rasio kas dana pihak ketiga. Adapundalam mengelola risiko operasional ini, Bank BRI Syariah mengimplementasikanoperational risk tool, dan menerapkan Business Continuity Management (BCM).Evaluasi manajemen risiko yang dilakukan oleh Bank BRI Syariah yaitu denganterus mengembangkan infrsturktur dan kapabilitas manajemen risiko sertamelakukan koordinasi langsung dari Bank Pusat.
Implikasi penelitian ini yaitu proses pengelolaan dan pengevaluasian risikopada Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa dalam mengantisifasi kemungkinanmunculnya risiko dengan penanganan sejak dini melalui pedoman yang bersumberdari Bank BRI Syariah pusat, terutama dalam mengelola risiko kredit danoperasional.
v
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing penulisan skripsi Saudara Hamdar Rosmini NIM:
50400112031, Mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah pada Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar. Setelah meneliti dan mengoreksi secara
seksama skripsi berjudul “Evaluasi Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah
pada Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa”. Memandang bahwa skripsi tersebut
telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui dan diajukan ke sidang
Munaqasyah.
Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses lebih lanjut.
Makassar, Februari 2016
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Drs. Muh. Anwar, M.Hum Dr. Irwan Misbach, SE., M.Si
NIP. 19610627 199103 1 002 NIP. 19730116 200501 1 004
vi
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Suhaemi Suaib
NIM : 50400112031
Tempat/Tgl.Lahir : Takalar, 27 November 1994
Jurusan : Manajemen Dakwah
Fakultas/Program : Dakwah dan Komunikasi/S1
Alamat : Samata-Gowa
Judul :Pentingnya Motivasi dalam meningkatkan
Produktivitas kerja pegawai pada Kantor Urusan
Agama di Kecamatan Bontomarannu Kabupaten
Gowa.
Dengan penuh kesadaran penulis yang bertandatangan di bawah ini
menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika
dikemudian hari terbukti merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh
orang lain sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperolehnya
batal demi hukum.
Makassar, Februari 2016
Penulis
Suhaemi Suaib
vii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Evaluasi Manajemen Risiko Pembiayaan
Murabahah pada Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa”, yang disusun oleh
Hamdar Rosmini, NIM: 50400112031, Mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah
pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan
dipertahankan sidang Munaqasyah yang diselanggarakan pada hari, tanggal,
dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana sosial (S.Sos) pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada Jurusan
Manajemen Dakwah.
Makassar, Februari 2016 M.
Rabiul Akhir 1437 H.
DEWAN PENGUJIKetua : Dra. ST. Nasriah, M.Sos.I (…………………….)
Sekretaris : Dr. Irwan Misbach, SE., M.Si (…………………….)
Pembimbing I : Drs. Muh. Anwar, M.Hum (…………………….)
Pembimbing II : Dr. Irwan Misbach, SE., M.Si (…………………….)
Munaqisy I : Dr. Misbahuddin, M.Ag (…………………….)
Munaqisy II : Dr. H. Muh. Ilham, M.Pd (…………………….)
Diketahui oleh:
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makassar
Dr. H. Abd. Rasyid Masri, S.Ag., M.Pd., M.Si,MM
NIP. 19690827 199603 1 044
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah memberikan
nikmat yang begitu besar terutama nikmat kesehatan sehingga penyusun dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini. Salam dan shalawat kepada junjungan Rasulullah
Muhammad saw, yang diutus oleh Allah ke permukaan bumi ini sebagai suri tauladan
yang patut dicontoh dan menjadi rahmat bagi semesta alam.
Adapun skripsi ini merupakan suatu karya tulis ilmiah yang diajukan sebagai
syarat guna memperoleh gelar Sarjana (S-1) pada UIN Alauddin Makassar pada
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah. Penulis menyadari
bahwa selesainya Skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan kerja sama dari semua pihak
yang dengan rela dan ikhlas turut serta dalam pembuatan Skripsi ini. Untuk itu
dengan setulus hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Mustafir Pababbari, M.Si. Selaku Rektor UIN Alauddin
Makassar, beserta para Wakil Rektor I, II dan III UIN Alauddin Makassar, yang
telah menyediakan fasilitas belajar sehingga penulis dapat mengikuti kuliah
dengan baik.
2. Bapak Dr. Abd. Rasyid. M, S.Ag., M.Pd., MSi. Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Alauddin Makassar dan Wakil Dekan I, II, III Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
3. Ibu Drs. St. Nasriah, M.Sos.I dan Bapak Dr. Irwan Misbach, Se, Msi,. Masing-
masing sebagai Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Manajemen Dakwah.
4. Bapak Drs. Muh. Anwar, M.Hum., dan Bapak Dr. Irwan Misbach, Se, Msi,.
sebagai pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan memberikan
xi
arahan dalam membimbing dan mengarahkan penyusunan skripsi ini dengan
ketulusan, keikhlasan dan kesabaran sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Dr. Misbahuddin, M.Ag dan Dr. H. Muh. Ilham, M.Pd sebagai munaqisy I
dan munaqisy II yang telah menguji dengan penuh kesungguhan demi
kesempurnaan skripsi ini.
6. Pimpinan Bank BRI Syariah cabang Makassar beserta jajarannya yang telah
memberikan fasilitas waktu, tempat dan rekomendasi penelitian.
7. Segenap dosen yang telah membina penulis dan seluruh staf administrasi yang
telah banyak membantu kelancaran proses perkuliahan sampai proses
penyelesaian skripsi ini.
8. Teristimewa kepada ayahanda Hasbullah Dg Nanjeng dan Ibunda Hj. Aminawati
Dg Kebo tercinta yang telah memberikan cinta dan kasih sayangnya, perhatian,
dukungan serta do’a yang tulus dalam keberhasilan penulis sampai sekarang ini.
9. Kakakku tersayang Hamdar Mita Sari dan adikku Agus Salim, dan Safitra
Ramadhani, terima kasih atas dukungan kalian bertiga selama penulis
menyelesaikan studi.
Akhirnya penulis berharap agar hasil peneliti ini dapat bermanfaat dan segala
partisipasi semua pihak yang tidak sempat tertuang di dalam tulisan ini. Semoga
memperoleh imbalan yang berlipat ganda dari Allah swt.
Samata, April 2016
Penyusun,
Hamdar RosminiNIM: 50400112031
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Perbankan adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan yang umumnya
didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang,
dan jasa pengiriman uang. Sistem perbankan Indonesia menganut dual banking
system, sehingga nasabah masih dapat melakukan pilihan antara bank konvensional
dengan bank syariah. Di dalam sejarah perekenomian kaum muslimin, fungsi-fungsi
perbankan telah dikenal sejak zaman Rasulullah saw, fungsi-fungsi tersebut adalah
menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan keperluan
bisnis serta mengirimkan uang.1
Jenis-jenis bank telah diatur jelas dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998
dimana terdapat dua jenis bank yaitu Bank Umum dan Bank Syariah. Terdapat dua
klasifikasi bagi kedua jenis bank tersebut dalam menjalankan kegiatan usahanya yaitu
beroperasi secara konvensional dan beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Bank
umum yang lebih dikenal sebagai bank konvensional merupakan bank yang dalam
penentuan harganya menggunakan bunga sebagai balas jasa, sedangkan bank syariah
adalah bank yang kegiatan operasionalnya harus berdasarkan prinsip syariah dan
tidak mengandalkan bunga.2
1 Biro perbankan syariah Bank Indonesia,Islam dan Perbankan Syariah (Jakarta : KarimBusiness Consulting, 2001), h. 1
2 Ismail, Manajemen Perbankan (Jakarta : Kencana, 2011), h. 19.
2
Fatwa MUI tentang pengharaman bunga (interest) bank beberapa waktu lalu
telah mampu menimbulkan optimisme yang cukup besar mengenai peranan dan
prospek bank syariah dimasa depan. Bank syariah telah menjadi alternatif rasional
diluar bank konvensional, apabila bank konvensional beroperasi dengan sistem bunga
(interest), maka bank syariah bekerja berdasarkan pinsip dasar yang rela sama rela
atau suka sama suka (an taraddin minkum) dan tidak ada pihak yang saling
menzalimi atau dizalimi, sehingga bank syariah menjadi solusi yang tepat di tengah
krisis moneter dan keuangan yang mengglobal sekarang ini.
Perbankan Syariah boleh saja disebut memiliki daya tahan menghadapi krisis,
atau menjadi harapan bagi industri keuangan di Indonesia yang mayoritas
penduduknya muslim. Namun, kinerja perbankan syariah dalam dua tahun terakhir
tidak terlalu mengggembirakan. Hampir semua indikator keuangan mengalami
perlambatan, seperti melambatnya pertumbuhan aset, dana pihak ketiga (DPK), dan
pertumbuhan pembiayaan.
Kinerja perbankan syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit
Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), mulai
mengalami perlambatan pertumbuhan pembiayaan pada tahun 2013 yang hanya
mencapai 24,82 %, padahal tahun sebelumnya masih tumbuh sebesar 40 %. Pada
tahun 2014, perbankan syariah semakin melambat dan hanya mencapai pertumbuhan
pembiayaan sebesar 8,37 %.3
3 Agus Arman. Harian Fajar (Senin, 30 November 2015).h.04.
3
Salah satu fungsi utama bank syariah adalah menyalurkan dana, penyaluran
dana bank syariah adalah pemberian biaya kepada debitur yang membutuhkan, baik
untuk modal usaha ataupun konsumsi. Sama halnya dengan bank syariah, kegiatan
pembiayaan (financing) merupakan salah satu tugas pokok. Pembiayaan yang
dimaksud disini adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang memerlukan dana dan pembiayaan.4 Bank harus benar-
benar teliti dan selektif dalam hal memberikan pembiayaan kepada calon debitur yang
mengajukan pembiyaan, bank harus melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap
pembiayaan atau kredit yang akan disalurkan.5 Hal tersebut perlu dilakukan agar
tidak terjadi hal-hal yang dapat merugikan pihak bank, seperti halnya debitur tersebut
tidak mampu membayar kewajibannya atau biasa dikenal dengan istilah kredit macet.
Dimana sebelum menyalurkan dana kepada pihak debitur atau memberikan
pembiayaan, pihak bank terlebih dahulu melakukan analisa-analisa dengan
menggunakan prinsip 5C yaitu character, capacity, capital, collateral dan condition
of economic.6 Praktis pembiayaan yang sebenarnya dijalankan oleh lembaga
keuangan Islam adalah pembiayaan dengan sistem bagi hasil, pembiayaan tersebut
terbagi menjadi dua jenis pembiayaan yaitu pembiayaan mudharabah dan
pembiayaan musyarakah. Jenis pembiayaan lainnya terkemas dalam pembiayaan
4 Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis Fidh dan Keuangan,(Jakarta: PT. Raja GrahaPersada,2006),h. 98.
5 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Ed.Revisi(Jakarta:Rajawali Pers:2012),h.136.6 D. Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan.h.136.
4
berakad atau sistem jual beli, yaitu pembiayaan murabahah, bai as-salam dan bai
isthisna.7
Dari jenis pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah, pembiayaan
murabahah merupakan pembiayaan dengan porsi terbesar. Dari data yang ada pada
Bank Indonesia, pembiayaan skim murabahah atau jual beli presentasenya mencapai
66,47%, mudharabah 17,97%, sementara sisanya adalah pembiayaan isthisna dan
pembiayaan lainnya sebesar 2,73% dan 1,77%.8
Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan berbasis natural certainty
contracts (NNC), yaitu kontak atau akad dalam bisnis yang memberikan kepastian
pembayaran, baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu (timing)-nya. Karena itu,
pembiayaan ini menjadi mayoritas yang dipilih oleh bank syariah sekarang ini,
walaupun demikian bukan berarti pembiayaan ini tidak memiliki risiko.
Kemungkinan risiko yang dialami oleh bank terhadap pembiayaan
murabahah yaitu pembiayaan yang bermasalah atau debitur tersebut tidak bisa
mengembalikan kewajibannya, selain itu adanya risiko kenaikan nilai tukar uang.
Pembiayaan murabahah tidak akan mungkin lepas dari kemungkinan munculnya
risiko, sehingga pihak bank harus selektif dalam menganalisa kemungkinan risiko-
risiko yang akan terjadi dalam pemberian pembiayaan tersebut.
Hal demikian perlu dilakukan agar tidak menimbulkan kerugian atau risiko
terhadap pihak bank, karena jika bank gagal dalam mengelola risiko maka akan
7 Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakata : 2002), h. 2598 Bank Indonesia. “ Laporan Indikator Perbankan Syariah” (Jakarta : Bank Indonesia,
Desember 2004).
5
berdampak pada para pemegang saham, hilangnya seluruh investasi, harga saham
yang turun karena reputasi yang buruk atau penurunan laba, hilangnya dividen
sebagai akibat dari penurunan laba.9 Tidak hanya berdampak kepada pemegam saham
saja, kegagalan dalam mengelola resiko juga berdampak bagi pegawai dan nasabah.
Dampak yang dirasakan pegawai yaitu penurunan bonus dan penundaan peningkatan
upah, sedangkan dampak terhadap nasabah memang tidak langsung dan tidak
dirasakan dengan jelas namun tetap dirasakan seperti penurunan kualitas pelayanan
konsumen dan penurunan ketersediaan produk, krisis likuiditas serta perubahan
peraturan.10 Adapun jenis risiko yang berdampak kepada nasabah yaitu risiko kredit
dan operasional dimana risiko tersebut akan mempengaruhi langsung nasabah melalui
kesalahan atau kelemahan kualitas pelayanan, gangguan pelayanan yang dapat
memberikan kerugian finansial bagi bank yaitu ganti rugi pembayaran kepada
nasabah sebagai kompensasi, ongkos ligitasi dan denda.
Oleh karena itu, sistem manajemen harus dikelola dengan sebaik mungkin
agar terhindar dari kerugian yang tidak diinginkan. Demikian juga dengan
manajemen risiko harus dikelola sebaik mungkin agar meminimalisir kemungkinan
munculnya risiko dan mampu mengelolah dan menyelesaikan risiko dengan baik.
Kemunculan risiko dalam kegiatan usaha bank dapat menimbulkan masalah yang
besar, salah satunya pada pembiayaan sehingga bank harus mampu mempergunakan
manajemen risiko dengan baik dalam penyelesaian risiko-risiko yang terjadi.
9 Sulad Sri Hardanto, Manajemen Risiko bagi Bank Umum ( Jakarta: PT.AlexKomputindo,2006)h.12.
10 Sulad Sri Hardianto, Manajemen Risiko.hal.13.
6
Pada tanggal 19 Mei 2003, Bank Indonesia mengeluarkan peraturan
No.5/8/PBI/2003 tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum dimana
peraturan-peraturan ini merupakan wujud keseriusan Bank Indonesia dalam masalah
manajemen risiko perbankan. Dalam tahun berikutnya Bank Indonesia kembali
mengeluarkan peraturan No.7/25/PBI/2005 tentang sertifikasi manajemen risiko bagi
pengurus dan pejabat bank umum yang mengharuskan seluru pejabat bank dari
tingkat renda hingga tingkat tinggi untuk memiliki sertifikat manajemen risiko sesuai
dengan tingkat jabatannya.11 Melihat peraturan yang telah dikeluarkan oleh Bank
Indonesia mengenai manajemen risiko, Bank Indonesia meminta seluruh perbankan
yang ada di Indonesia agar mengatur risiko-risiko dalam sebuah struktur manajemen
yang terintegrasi serta membangun stuktur dan sistem manajemen yang dibutuhkan
didalamnya. Stuktur manajemen yang ada harus sebisa mungkin didesain untuk
memastikan bahwa unit pengambil risiko (risk-taking unit) bersifat independen dari
unit audit internal ke departemen manajemen risiko.12
Meskipun unsur pokok manajemen risiko meliputi identifikasi, mengukur,
memonitor, dan mengelolah berbagai macam risiko,13namun semua ini tidak akan
dapat diimplementasikan tanpa disertai dengan proses dan sistem yang jelas.
Keseluruhan proses manajemen risiko ini meliputi seluruh departemen atau divisi
11 Ferry N. Idroes, Manajemen Resiko Perbankan : Pemahaman Pendekatan PilarKesepakatan Base II terkait Aplikasi Regulasi dan pelaksanaannya di Indonesia, Ed.1 (Jakarta :Rajawali Pers,2008), h.52.
12 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah bagi Bankir & Praktisi Keuangan (Jakarta:IB,Tazkia Institute,1999), h.160
13 Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko.h.5.
7
kerja dalam lembaga sehingga tercipta budaya manajemen risiko perlu dicatat bahwa
proses manajemen risiko dalam sebuah lembaga keuangan akan sangat bergantung
pada karakteristik aktivitas, ukuran, dan konpleksitas lembaga. Sistem manajemen
risiko dapat dijadikan sebagai standar yang biasa dianut oleh bank. Tujuan adanya
manajemen risiko sendiri adalah untuk menyediakan informasi tentang risiko kepada
pihak regulator, memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat
unacceptable, meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat
uncontrolled, mengalokasikan modal dan membatasi risiko.14
Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang dicirikan dengan
adanya penyerahan barang di awal akad dan pembayaran kemudian, baik dalam
bentuk ansuran maupun dalam bentuk lumpsum (sekaligus). Dengan demikian
pemberian pembiayaan murabahah dengan jangka panjang akan menimbulkan
potensi risiko tidak sebandingnya bagi hasil kepada dana pihak ketiga.
Selain itu, risiko-risiko seperti pembayaran tertunda (default risk), risiko
industri (industry risk), market risk (seperti kenaikan nilai tukar mata uang dan
kenaikan suku bunga) maupun potensi lainnya yang berasal dari manajemen bank
syariah itu sendiri, harus juga menjadi perhatian khusus dari bank syariah dalam me-
manage risiko-risiko tersebut, sehingga setiap pembiayaan yang dikeluarkan bisa
lebih kompetitif dibandingkan kredit pada perbankan konvensional. Proses evaluasi
perlu dilakukan dalam hal manajemen risiko yang ada pada bank syariah, agar tingkat
14 Andriwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja GrahaPersada,2006), h.225.
8
risiko yang dihadapi oleh bank syariah tidak termasuk dalam kategori very high risk.
Selain itu adanya evaluasi dilakukan untuk mengetahui kerhasilan bank syariah dalam
mengelolah risiko yang ada dan juga untuk mengoreksi jika ada hal-hal yang
kedepannya perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Evaluasi perlu dilakukan untuk
mengukur manajemen risiko yang ada pada Bank Syariah berjalan dan berhasil
dengan baik atau tidak. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengangkat
permasalahan tersebut dan melakukan penelitian yang berjudul “Evaluasi
Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah pada Bank BRI Syariah KCP
Sungguminasa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah:
1. Bagaimana proses pengelolaan risiko pembiayaan murabahah pada
Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa?
2. Bagaimana proses evaluasi manajemen risiko pembiayaan murabahah
pada Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa?
C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
1. Fokus Penelitian
Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang keliru dari pokok
permasalahan, penelitian difokuskan pada “Evaluasi Manajemen Risiko Pembiayaan
Murabahah pada Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa”.
Evaluasi manajemen risiko yang dimaksud disini adalah perusahaan
mengetahui proses pengelolaan risiko pembiayaan murabahah pada Bank BRI
9
Syariah KCP Sungguminisa dan mengatasi risiko-risiko yang dihadapi pada
pembiayaan murabahah.
2. Deskripsi Fokus
Orientasi penelitian ini di batasi pada Evaluasi Manajemen Risiko
Pembiayaan Murabahah Pada Bank BRI Syariah. Hal tersebut untuk menghindari
pembahasan yang meluas dan tidak relevan dengan pokok permasalahan yang akan
diteliti.
Dalam tulisan ini, evaluasi manajemen risiko pembiayaan murabahah pada
bank BRI Syariah dimaksud agar pihak bank dapat mengelola risiko-risiko yang
muncul ketika memberikan pembiayaan kepada nasabah serta evaluasi digunakan
untuk mengantisifasi risiko-risiko yang akan muncul kedepannya sehingga perlu
diperbaiki dan ditingkatkan. Tidak hanya itu, evaluasi perlu dilakukan untuk
mengukur manajemen risiko yang ada pada Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa
berjalan dan berhasil dengan baik atau tidak.
D. Kajian Pustaka
1. Hubungan dengan Peneliti Terdahulu
Penelitian dengan masalah yang telah dipaparkan di atas didapat dari ide dan
pengetahuan dari peneliti-peneliti sebelumnya. Akan tetapi penelitian yang
dilakukann tidak sama dengan penelitian sebelumnya, ada beberapa perbedaan dari
penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan saat ini. Adapun penelitian
terdahulu yang dijadikan referensi diantaranya :
10
Skripsi saudari Mutiara yasmin Sumantri, (2014) dalam skripsinya “Penerapan
Manajemen Risiko Pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR) pada Bank BNI Syariah
Kantor KCP Fatmawati-Jakarta Selatan”. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Mutiara yaitu tentang mekanisme pembiayaan KPR tersebut, sedangkan pada
penelitian ini lebih menekankan proses manajemen risiko pembiayaan murabahah
pada Bank BRI Syariah.
Skripsi saudari Fika Auna, (2010) dalam skripnya “Manajemen Risiko
Musyarakah”. Pada penelitian yang dilakukan oleh Fika Auna lebih fokus pada
evaluasi manajemen risiko baik dari proses awal hingga proses akhirnya. Sedangkan
pada penelitian ini lebih fokus kepada proses manajemen risiko dari tahap identifikasi
risiko, pengelolaan risiko, pengendalian hingga evaluasi manajemen risiko pada
pembiayaan murabahah serta langkah-langkah yang dilakukan dalam mengelola
risiko.
Skripsi saudari Sri Mulyani dalam skripnya “Implementasi Manajemen Risiko
Pembiayaan Dalam Upaya Menjaga Likuiditas pada Bank Mandiri Syariah”. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulyani lebih menekankan pada penerapan
menejemen risiko yang berfungsi menjaga likuiditas pada bank mandiri syariah.
Sedangkan pada penelitian ini lebih menekankan pada proses manajemen risiko,
evaluasi manajemen risiko pembiayaan murabahah pada Bank BRI syariah.
11
Tabel 1.1
Hasil penelitian terdahulu
Peneliti Judul Persamaan PerbedaanMutiara YasminSumantri
Penerapanmanajemen risikopembiayaankepemilikan rumah(KPR) pada BankBNI Syariah KCPFatmawati-Jakarta.Selatan
Peneliti membahastentang bagaimanproses sertamanajemen risikopada Bank BNISyariah.
Peneliti lebih fokuspada mekanismepembiayaan KPR.
Fika Auna Manajemen RisikoMusyarakah.
Peneliti membahastentang prosesmanajemen risiko.
Peneliti lebih fokusterhadapmanajemen risikopembiayaan .
Sry Mulyani ImpelentasiManajemen RisikoPembiayaan dalamUpaya MenjagaLikuiditas padabank MandiriSyariah.
Peneliti membahastentang bagaimanapenerapanmanajemen risikopembiayaan
Peneliti lebih fokuspada penerapanmanajemen risikoyang berfungsimenjaga likuiditaspada bank mandirisyariah.
Hamdar Rosmini EvaluasiManajemen RisikoPembiayaanMurabahah padaBank BRI SyariahKCPSungguminasa.
Peneliti membahastentang prosesmanajemen risiko.
Peneliti lebih fokuspada prosespengelolanmanajemen risikopembiayaanMurabahah padabank BRI SyariahKCPSungguminasa.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat beberapa perbedaan serta persamaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
12
E. Tujuan dan Keguanaan Penelitian.
Tujuan dan kegunaan dari hasil penelitian yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data yang diperlukan
untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a) Untuk mengetahui proses pengelolaan risiko pembiayaan murabahah
pada Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa.
b) Untuk mengetahui proses evaluasi manajemen risiko pembiayaan
murabahah pada Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain:
a) Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi
Universitas Islam Negeri Alauddin Sungguminasa dan juga bagi
jurusan Manajemen Dakwah sebagai pengembang keilmuan serta
mampu memberikan motivasi kepada peneliti-peneliti selanjutnya agar
mampu melakukan penelitian mengenai evaluasi manajemen risiko
pembiayaan murabahah pada bank Syariah yang lebih konfrehensif
dan baik.
13
b) Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan dijadikan
sumber informasi dan referensi bagi para pengelolah bank, khususnya
bagi Bank BRI Syariah terkait pada proses dan pengambilan keputusan
dalam pengelolaan manajemen risiko serta evaluasi manajemen risiko.
15
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Evaluasi Manajemen Risiko
1. Evaluasi
Secara etimologis evaluasi adalah penaksiran, perkiraan keadaan dan
penentuan nilai. Dalam peengertian lainnya, evaluasi merupakan mengkritisi suatu
program dengan melihat kekurangan, kelebihan pada kontek, input, proses dan
produk pada sebuah program. Evaluasi merupakan kegiatan penting untuk
mengetahui apakah kegiatan yang telah ditentukan dapat dicapai, apakah pelaksanaan
program sesuai dengan rencana dan dampak apa yang terjadi setelah program
dilaksanakan.1 Evaluasi juga merupakan proses memahami, memberi arti dan
mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi keperluan pengambilan
keputusan.2
Jadi evaluasi merupakan cara untuk mengetahui apakah suatu yang
direncanakan dari awal dapat berhasil dan berjalan dengan baik atau sebaliknya.
Tujuan evaluasi yaitu sebagai alat yang dapat digunakan untuk memperbaiki alokasi
sumber dana, daya dan manajemen baik untuk saat ini maupun masa yang akan
datang.
1 H.D Sudjana, Manajemen Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah dan PengembanganSumberdaya Manusia, Evaluasi Program (Bandung: Falaq Production,2000), h.281.
2 Awaluddin, Manajemen Bank Syariah (Makassar: Alauddin University Press, 2011), h.123.
15
Adapun secara umum model-model evaluasi terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu
evaluasi input, evaluasi program, dan evaluasi hasil. Evaluasi input menyangkut
dalam pemanfaatan sumber daya, baik itu sumber dana, tenaga maupun sarana.
Evaluasi proses lebih menekankan pada pelaksanaanya, apakah sesuai dengan
rencana atau tidak baik dari poses perencanaan hingga sampai pada tahap
pelaksanaan. Pada evaluasi proses peneliti dapat melihat bagaimana rencana-rencana
program tersebut dilaksanakan. Sedangkan evaluasi hasil dilakukan pada saat
program telah selesai dilaksanakan, dengan evaluasi hasil atau output dapat dilihat
efektifitasnya.
Model evaluasi proses yang dikembangkan oleh Stuflebeam dan Shinkfiel
dimana evaluasi proses digunakan untuk membantu mengimplementasikan
keputusan. Sampai sejauh mana rencana telah diterapkan, pelaksanaan program-
program yang dilakukan telah sesuai jadwal, terdapat hambatan atau tidak selama
pelaksanaan.3
2. Teori Manajemen Risiko
a. Pengertian Manajemen Risiko
Menurut Ferry N.Idroes, manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode
logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan
3 Iman Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktek (Jakarta: PT BumiAksara,2013), h.125.
16
solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap
aktivitas atau proses.4
D Borge mendefinisikan manajemen risiko sebagai suatu tindakan dengan
penuh pertimbangan untuk menghilangkan keanehan-keanehan demi kepentingan
kita, meningkatkan hasil yang baik dan mengurangi hasil yang buruk.
Menurut Adiwarman A. Karim, manajemen risiko adalah suatu rangkaian atau
prosedur dan metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,
memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha. 5
Manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko
yang timbul dari kegiatan usaha bank.
Keberadaan manajemen risiko memiliki tujuan yang sangat penting
diantaranya:6
1) Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulasi.
2) Memastikan bank tidak mengalami kegiatan yang bersifat unaccetable.
3) Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat uncontrolled.
4) Mengukur eksposur dan pemusatan risiko.
5) Mengalokasikan modal dan membatasi risiko.
4 Ferry N.Idroes, Manajemen Resiko Perbankan. h.4.5 Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis.h.255.6 Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis.h.258.
17
b. Manajemen Risiko Menurut Pandangan Islam
Bagi umat Islam manajemen risiko adalah suatu hal yang penting untuk
dilaksanakan, dimana manajemen risiko yang baik mengindikasikan bahwa umat
manusia berusaha untuk menjaga amanah dari Allah swt atas harta kekayaan. 7
kegagalan dalam mengelola risiko akan berdampak langsung kepada manusia yang
telah gagal dalam mengelola risiko tersebut. Dalam paradigma ekonomi Islam, risiko
dipandang sebagai hal yang positif, risiko dikaitkan dengan konsep keadilan dimana
setiap hasil keuntungan usaha harus dihasilkan dari keterlibatan dalam menghadapi
risiko dalam usaha.
Islam memberikan landasan prinsif dalam manajemen risiko, diantaranya:8
a) Ruang lingkup risiko yang dianggap positif dan diperkenakan oleh
Islam adalah ketidakpastian yang sifatnya “expected” maksudnya
yaitu bisa diperkirakan.
b) Dalam Islam pula speculative transaction controversion atau transaksi
spekulasi diharamkan. Dalam konteks manajemen risiko, speculative
risk adalah risiko yang outcome risikonya bukan hanya mengandung
kemungkinan yang merugikan saja tetapi juga mengandung
keuntungan.
Kemungkinan munculnya risiko juga dijelaskan dalam Al-quran surat Yusuf
ayat 43-49 dimana pada surat tersebut menggambarkan contoh usaha manusia dalam
7 Veithzal Rival dan Rifki Ismail, Islamic Risk Manajemen For Islamic Bank (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2013), h.107.
8 Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis.h.279.
18
membentuk sistem proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk dimasa depan,
sesuai dengan firman Allah swt dalam Al-qur’an Q.S Yusuf/12:43-49
Terjemahnya:
43. Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya):"Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir(gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering." Hai orang-orangyang terkemuka: "Terangkanlah kepadaku tentang ta'bir mimpiku itu jikakamu dapat mena'birkan mimpi."44. Mereka menjawab: "(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan Kamisekali-kali tidak tahu menta'birkan mimpi itu."45. Dan berkatalah orang yang selamat diantara mereka berdua dan teringat(kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya: "Aku akan memberitakankepadamu tentang (orang yang pandai) mena'birkan mimpi itu, Maka utuslahaku (kepadanya)."46. Yusuf, Hai orang yang Amat dipercaya, Terangkanlah kepada Kamitentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuhekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan(tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agarmereka mengetahuinya."
19
47. Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkandibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.
48. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang Amat sulit, yangmenghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit),kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.49. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberihujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur".9
Terlihat jelas pada ayat diatas dengan jelas dianjurkan untuk berusaha
menjaga kelangsungan kehidupan dengan melindungi dan memproteksi akan
terjadinya kemungkinan hal-hal yang buruk, dan sangat jelas ayat diatas menyatakan
bahwa Allah sangat menganjurkan adanya upaya-upaya menuju pada perencanaan
masa depan dengan sistem proteksi.
Dalam suatu riwayat hadis dikemukakan ketika harga-harga melambung tinggi
dan orang-orang mengatakan kepada Nabi Muhammad saw, “ wahai Rasulullah,
tentukan harga untuk kami” , beliau menjawab: “ sesungguhnya Allah-lah yang
menentukan harga, yang menekan, yang melapangkan, dan yang memberi rezeky.
Saya ingin bertemu Allah sedangkan tidak seorangpun yang menuntut saya karena
suatu kedzaliman baik mengenai masalah darah maupun mengenai masalah harta. ”
(Diriwayatkan oleh Abu Daud, Tarmizi, Ibnu Maja, Al- Daimi dan Abu Ya’la).10
Dengan hadis ini, Rasulullah saw menegaskan bahwa campur tangan
penguasa atau pihak maupun yang berkepentingan atas kebebasan seseorang
(mekanisme pasar) tanpa ada alasan yang mendesak atau suatu kezaliman, sehingga
9 Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya (Bandung: PT. Syamil Citra Media,1428/2007 M), h.161-162.
10 Qardawi, Yusuf. Halal dan Haram,( Robbani Pres, Indonesia: 2001), h.293.
20
beliau ingin bertemu dengan Allah dalam keadaan bebas dari tanggung jawabnya.
Kondisi ini menghindari terjadinya risiko kesewenangan pihak tertentu dalam
menentukan harga barang-barang yang tentunya akan merugikan pihak konsumen.
Dari berbagai contoh nash diatas, terlihat bahwa Islam sangat memperhatikan
fungsi manajemen risiko dan syariat Islam sangat kental dengan kultur manajemen
risiko demi kemaslahatan manusia itu sendiri. Demikian halnya dengan perbankan
syariah harus selalu menjaga fungsi manajemen risiko karena sudah merupakan
sunnatullah dan keharusan rilijius. Maka sudah menjadi ciri khas dan kultur
perbankan syariah untuk mengembankan dan mengaplikasikan fungsi-fungsi
manajemen risiko di dalam mengelola amanah finansial sehingga tidak menimbulkan
kerugian finansial yang tidak terjadi bagi pihak mudharib maupun shahibul mal.
Permasalahan yang muncul kemudian adalah manajemen risiko yang bagaimana
harus dikembangkan dan diaplikasikan oleh pihak bank syariah agar sesuai dengan
akar syariah itu sendiri, yaitu Islam. Pengembangan sistem manajemen risiko yang
Islami akan mengacu kepada kaidah fiqh muamalah, yaitu semua boleh sepanjang
tidak terdapat nash yang melarangnya.11
c. Jenis-jenis Risiko Bank Syariah
Adapun jenis-jenis risiko yang sering terjadi bagi pihak bank
antara lain:12
11 Karnaen Perwaatmadja dan M. Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam(Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1997), h. 23.
12 Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah(Jakarta: Bumi Aksara 2008), h.51.
21
1) Risiko kredit
Risiko kredit merupakan bentuk risiko pembayaran yang muncul pada salah
satu pihak bersepakat untuk membayar sejumlah uang, (misalnya, dalam akad salam
dan istishna’), atau mengirimkan barang (misalnya, dalam akad murabahah) sebelum
menerima aset atau uang cash-nya sendiri, sehingga menyebabkan terjadinya
kerugian. Dalam kasus pembiayaan berbasis bagi hasil (mudharabah dan
musharakah), risiko kredit adalah tidak terbayarnya kembali bagian bank oleh pihak
pengusaha ketika jatuh tempo. Masalah ini bisa muncul bagi bank akibat adanya
kesenjangan informasi (assimatric information), di mana mereka tidak mendapatkan
informasi yang memadai tentang profit perusahaan yang sesungguhnya. Sementara
akad murabahah merupakan akad jual beli atau perdagangan, dimana risiko kredit
dapat muncul dari risiko pihak ketiga (counterparty risk), yaitu akibat buruknya
kinerja partner bisnis. Buruknya kinerja ini bisa disebabkan oleh sumber-sumber
sistematik eksternal.
2) Risiko Benchmark
Bank syariah tidak terhubung dengan suku bunga, hal ini ditunjukkan bahwa
bank syariah tidak menghadapi risiko pasar yang muncul karena perubahan suku
bunga. Namun bagaimanapun, perubahan suku bunga di pasar memunculkan
beberapa risiko di dalam pendapatan lembaga keuangan syariah. Lembaga keuangan
syariah memakai benchmark rate. Khususnya, dalam akad murabahah, dimana mark-
up ditentukan dengan menambahkan premi risiko pada benchmark rate. Karakteristik
22
dari aset-aset berpenghasilan tetap adalah sama halnya dengan mark-up yang bernilai
tetap selama jangka waktu akad. Ketika benchmark rate mengalami perubahan maka
akad-akad yanng berbasis pendapatan tetap tidak akan dapat disesuaikan. Sebagai
hasilnya, bank syariah menghadapi risiko dari perubahan suku bunga di pasar.
3) Risiko Likuiditas
Sebagaimana telah disebutkan diatas, risiko likuiditas bisa muncul karena
sulitnya mendapatkan dana cash dengan biaya yang wajar, baik melalui pinjaman
maupun melalui penjualan aset. Risiko likuiditas yang muncul dari kedua sumber ini
sangat kritis bagi bank syariah. Karena bunga atas pinjaman dilarang dalam syariah
maka bank syariah tidak dapat meminjamkan dana untuk memenuhi kebutuhan
likuiditasnya di pasar konvensional. Terlebih lagi, bank syariah tidak diperbolehkan
untuk menjual utang selain pada nilai awal (facce value)-nya. Dengan demikian,
meningkatkan dana dengan menjual aset berbasis utang tidak dapat dijadikan opsi
bagi lembaga keuangan syariah.13
4) Risiko Operasional
Karena usianya yang relatif muda, risiko operasional terutama yang terkait
dengan faktor manusiawi menjadi suatu yang akut bagi lembaga ini. Risiko
operasional bisa muncul, terutama akibat bank tidak memiliki personel (dengan
kapasitas dan kapabilitas) yang memadai untuk menjalankan operasional keuangan
syariah. Karena adanya perbedaan karakteristik bisnis, software komputer yang
tersedia di pasar konvensional bisa jadi tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan
13 Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah.h.26.
23
bank syariah. Hal ini melahirkan risiko sistem yang menuntut bank syariah untuk
mengembangkan dan memakai teknologi internasional.
5) Risiko Hukum
Karena adanya perbedaan karakteristik akad atau kontrak keuangan, bank
syariah menghadapi risiko yang berhubungan dengan proses dokumentasi dan
pelaksanaan hukum. Akibat tidak adanya standar kontrak bagi instrumen-instrumen
keuangan yang ada, bank syariah harus menyiapkan hal ini berasarkan
pemahamannya terhadap syariah, undang-undang yang berlaku, dan sesuai dengan
kebutuhan dan kepentingan mereka sendiri. Langkahnya standarisasi kontrak disertai
dengan adanya kenyataan akan tidak adanya sistem peradilan untuk menyeleaikan
permasalahan yang berhubungan dengan pelaksanaan kontrak, telah meningkatkan
risiko hukum bagi bank syariah.
6) Risiko Penarikan Dana
Perbedaan tingkat return pada tabungan atau investasi mengakibatkan
ketidakpastian tentang nilai sebenarnya (real value) dari jenis-jenis simpanan
tersebut. Perlindungan aset untuk memperkecil risiko kerugian akibat rendahnya
tingkat return, mungkin menjadi faktor penting dalam keputusan penarikan dana
deposan. Dalam perspektif bank, hal ni melahirkan “risiko penarikan dana (with-
drawal risk)”, yaitu risiko yang berhubungan dengan rendahnya tingkat return bank
dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya.
24
7) Risiko Fidusial
Rendahnya tingkat return bank dibandingkan dengan tingkat return yang
berlaku di pasar, juga berakibat pada munculnya risiko fidusial (fiduciary risk), yaitu
ketika deposan atau investor menafsirkan rendahnya tingkat return tersebut sebagai
pelanggaran kontak investasi atau kesalahan manajemen dana oleh pihak bank. Risiko
fidusia bisa dipacu oleh pelanggaran kontrak oleh pihak bank. Misalnya, bank tidak
menjalankan kontrak dengan penuh kepatuhan pada ketentuan syariah. Sementara
justifikasi bahwa bisnis yang dijalankan bank syariah telah sesuai dengan syariah dan
ketidakmampuan untuk melaksanakannya dapat memicu masalah kepercayaan dan
penarikan dana.
8) Displace Commercial Risk
Displace commercial risk adalah transfer risiko yang berhubungan dengan
simpanan kepada pemegang ekuitas. Risiko ini bisa muncul ketika bank berada
dibawah tekanan untuk mendapatkan profit, namun bank justru harus memberikan
sebagian profitnya kepada deposan untuk menghindari adanya penarikan dana akibat
rendahnya tingkat return. Displace commercial risk mengimplementasikan bahwa
meskipun bank mungkin beroperasi dengan penuh kepatuhan pada ketentuan syariah,
namun bank tidak memiliki tingkat return yang kompetitif diandingkan dengan bank
syariah lain dan/atau kompetitor lainnya. Untuk menghindari penarikan dana ini,
pemilik bank perlu mengalokasikan sebagian dari profit yang diterima kepada para
deposan investasi.
25
C.Proses dan Sistem Manajemen Risiko
1. Sistem manajemen risiko14
Perlu dicatat bahwa proses manajemen risiko dalam sebuah lembaga
keuangan akan sangat bergantung pada karakteristik aktivitas, ukuran, dan
kompleksitas lembaga. Sistem manajemen risiko yang diuraikan di sini dapat
dijadikan sebagai standar yang bisa dianut oleh bank. Di bawah ini merupakan uraian
konsep dasar proses dan sistem manajemen risiko, sistem manajemen risiko yang
komprehensif harus mencakup tiga komponen berikut:15
a. Membangun lingkungan manajemen risiko yang tepat serta kebijakan dan
prosedur yang sehat.
Tahap ini berhubungan dengan keseluruhan tujuan dan strategi bank terhadap
risiko dan kebijakan-kebijakan manajemen terhadapnya. Dalam hal ini, dewan direksi
harus bertanggung jawab untuk menjelaskan keseluruhan tujuan, kebijakan, dan
strategi manajemen risiko dalam sebuah lembaga keuangan. Keseluruhan tujuan
manajemen risiko harus dikomunikasikan pada seluruh bagian perusahaan.
Disamping harus menyepakati seluruh kebijakan bank terhadap risiko, dewan direksi
harus meyakinkan bahwa pihak manajemen telah mengambil langkah-langkah yang
tepat untuk mengidentifikasi, mengukur, memonitor, dan mengontrol risiko-risiko ini.
Dewan direksi harus mendapatkan informasi dan meninjau ulang status risiko bank
melalui laporan secara periodik.
14 Syariah Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan(Jakarta: Bumi Aksara 2008), h.20
15 Syariah Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan.h.17
26
Senior manajemen bertanggung jawab untuk mengimplementasikan hal-hal
yang telah didapatkan oleh dewan direksi. Manajemen juga harus menetapkan
kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan dan prosedur yang akan dipakai oleh
lembaga dalam rangka mengelola risiko. Kebijakan dan prosedur tersebut meliputi
proses review manajemen risiko, batasan toleransi risiko yang tepat, sistem
pengukuran risiko yang memadai, sistem pelaporan yang komprehensif, dan sistem
kontrol internal yang efektif. Pihak bank harus menentukan dengan jelas siapa
individu atau komite yang harus bertanggung jawab dalam manajemen risiko,
sekaligus mendefinisikan garis wewenang dan tanggung jawabnya. Aturan dan
standar partisisfasi yang jelas juga harus disediakan berkenaan dengan posisi limit,
eksposur kredit kepada nasabah, kredit dan konsentrasi alokasi kredit.
b. Menciptakan Prosedur Pengukuran, Mitigasi, dan Monitoring yang Tepat.
Bank harus memiliki sistem informasi untuk menukur, memonitor,
mengontrol, dan melaporkan berbagai eksposur risiko. Langkah-langkah yang perlu
diambil untuk tujuan pengukuran dan monitoring adalah pembuatan standar bagi
pengkategorian dan review risiko, penilaian secara konsisten dan rating eksposur
risiko. Standarisasi risiko dan laporan audit juga penting untuk perusahaan. Tindakan
yang perlu diambil dalam hal ini adalah menciptakan standar menginventaris risiko
berdasarkan aset, serta membuat laporan manajemen risiko dan laporan audit secara
berkala. Bank juga menggunakan pihak eksternal untuk menilai risiko, dengan
memakai rating kredit atau kriteria penilaian risiko.
27
c. Kontrol Internal yang Cukup
Bank harus memiliki kontrol internal untuk memastikan bahwa semua
kebijakan telah terlaksana. Sebuah sistem kontrol internal yang efektif mencakup
proses identifikasi dan evaluasi berbagai jenis risiko yang cukup dan terdapat sistem
informasi yang memadai untuk mendukungnya. Sistem harus menciptakan kebijakan
dan prosedur, dan kepatuhannya harus direview secara terus menerus. Bagian yang
terpenting dari kontrol internal adalah meyakinkan bahwa tugas untuk mengukur,
memonitor, dan mengontrol risiko telah dibuat secara terpisah.
2. Proses Manajemen Risiko
Sebagaimana telah disebut diatas, bahwa total risiko dari suatu aset dapat
muncul dari berbagai sumber. Proses manajemen atas risiko-risiko yang secara
spesifik dihadapi oleh bank adalah sebagai berikut:16
a. Manajemen Risiko Kredit
Dewan direksi harus menguraikan keseluruhan strategi manajemen risiko
kredit dengan menunjukkan kemauan bank untuk menyalurkan pembiayaan
diberbagai sektor usaha, lokasi geografis, jangka waktu, dan tingkat profitabilitas
tertentu. Sejalan dengan hal tersebut, juga harus memahami tujuan dan kualitas
kredit, pendapatan, pertumbuhan, dan hubungan timbal balik antara risiko dengan
tingkat return dari aktivitas yang dijalankan dan yang terpenting, strategi manajemen
risiko kredit tersebut harus dikomunikasikan pada seluruh bagian perusahaan.
16 Muhammad, Sistem & prosedur Operasional Bank Islam (Yogyakarta: UII Press, 2000),h.89-97.
28
Senior manajemen bank bertanggung jawab untuk melaksanakan strategi
manajemen risiko kredit yang telah ditetapkan oleh dewan direksi, yaitu dengan
mengembangkan prosedur-prosedur tertulis yang merefleksikan keseluruhan strategi
serta meyakinkan pelaksanaannya. Prosedur yang dibuat harus memuat kebijakan-
kebijakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memonitor, dan mengontrol risiko
kredit. Bank harus beroperasi pada kriteria penyaluran kredit yang sehat dan
terdefenisi dengan jelas, hal ini diperlukan untuk menilai risiko riil dari nasabah atau
pinjaman dalam rangka memperkecil masalah adverse selection (penyalahgunaan
fasilitas kredit). Bank memerlukan informasi tentang berbagai faktor yang
berhubungan dengan masalah yang akan diberikan fasilitas kredit. Di antaranya
adalah, tujuan fasilitas kredit dan sumber pengembalian, profit risiko nasabah dan
sensitivikasinya terhadap kondisi ekonomi dan perubahann pasar, reputasi dan
kapasitas nasabah untuk mengembalikan pinjaman, kemampuan nasabah untuk
memberikan jaminan, dan lain-lain. Bank harus memiliki proses evaluasi dan
pengesahan yang jelas dan resmi bagi kredit-kredit baru dan kredit yang telah
berjalan. Setiap proposal kredit yang diterima harus dianalisis dengan cermat dan
hati-hati oleh para analisis kredit sehingga didapatkan informasi untuk keperluan
evaluasi dan rating internal.
Penyaluran kredit selalu terkait dengan dua hal, yaitu menerima risiko dan
menghasilkan profit. Kredit harus dinilai sehingga dapat mereflesikan risiko nasabah
dan dapat ditentukan biaya atasnya. Terkait dengan kredit yang potensial, bank perlu
membentuk provisi atas kerugian dan menyediakan modal yang cukup untuk
29
mengantisipasi kerugian yang tidak diharapan. Bank dapat menggunakan jaminan dan
garansi untuk membantu memitigasi risiko yang melekat pada suatu transaksi. Bank
harus memiliki sistem kontrol internal untuk memastikan bahwa kebijakan kredit
telah dipatuhi. Disamping itu, bank harus memiliki program-program pelatihan
(workout program) yang efektif untuk mengelola risiko.
b. Manajemen Risiko Suku Bunga
Dewan direksi harus menetapkan keseluruhan tujuan, strategi dan kebijakan
yang mengatur risiko suku bunga bank. Disamping menetapkan keseluruhan
kebijakan bank yang berhubungan dengan risiko suku bunga, dewan direksi juga
harus memastikan bahwa pihak manajemen telah mengambil langkah-langkah yang
tepat untuk mengidentifikasi, mengukur, memonitor, dan mengontrol risiko-risiko ini.
Dewan direksi harus diberikan informasi secara periodik dan mereview status risiko
suku bunga bank ini melalui laporan.
Senior manajemen harus memastikan bahwa bank telah mematuhi kebijakan
dan prosedur kemungkinan risiko suku bunga dapat dikelola. Kebijakan dan prosedur
ini meliputi pemeliharaan proses review manajemen suku bunga, limit risiko yang
tepat, sistem pengukuran risiko yang memadai, sistem pelaporan suku bunga yang
konprehensif, dan kontrol internal yangg efektif. Bank harus memiliki kebijakan dan
prosedur yang terdefenisi dengan jelas untuk membatasi dan mengontrol risiko suku
bunga, yaitu dengan menjelaskan tanggung jawab dan akuntabilitas terhadap
keputusan manajemen risiko suku bunga dan mendefenisikan instrumen yang telah
30
diotorisasi. Risiko suku bunga pada produk-produk baru harus dijelaskan melalui
analisis waktu jatuh tempo, masa repricing dan pengambilan suatu instrumen.
Bank perlu memiliki sistem manajemen suku bunga yang mampu menilai
pengaruh perubahan suku bunga terhadap pendapatan dan nilai ekonomi. Diantara
teknik-teknik yang dapat dipergunakan untuk mengukur suku bunga adalah GAP
analysist, duration GAP, dan GAP simulation. Pengujian (stress test) dapat
dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan suku bunga, perubahan kemiringan
(slope) dari kurva hasil (yield curve), perubahan fluktuasi nilai pasar, dan lain-lain.
Bank harus menetapkan dan melaksanakan sistem limit suku bunga dan pedoman
pengambilan risiko untuk tujuan menjaga eksposur risiko dalam parameter-parameter
yang telah dibuat dalam rentang perubahan suku bunga.
Laporan suku bunga mencakup ringkasan eksposur risiko bank secara
agregatif, kepatuhan pada kebijakan dan limit yang telah ditetapkan, hasil dari
pengujian, ringkasan review atas kebijakan dan prosedur risiko suku bunga, serta
temuan dari auditor internal dan eksternal.
c. Manajemen Risiko Likuiditas
Bisnis perbankan berhubungan dengan dana seseorang yang sewaktu-waktu
dapat ditarik sehingga manajemen likuiditas merupakan hal yang sangat penting bagi
bank. Oleh karena itu, senior manajemen dan dewan direksi harus meyakinkan bahwa
prioritas dan tujuan bank untuk keperluan manajemen likuiditas telah jelas. Senior
manajemen harus memastikan bahwa risiko likuiditas telah dikelola secara efektif
dengan menentukan serangkaian prosedur dan kebijakan. Bank harus memiliki sistem
31
informasi yang berfungsi untuk mengukur, memonitor, mengontrol, dan melaporkn
risiko likuiditas. Laporan ini diantaranya harus mencakup posisi likuiditas dalam
rentang waktu tertentu.
Esensi dari masalah manajemen likuiditas muncul dari adanya kenyataan
bahwa terdapat hubungan timbal balik antara likuiditas dan profitabilitas, dan adanya
mismatch antara permintaan dan penawaran aset-aset yang likuid. Sementara bank
tidak mampu mengontrol sumber-sumber dana (dana pihak ketiga), serta dapat
mengontrol penggunaan dana-dana tersebut. Misalnya, posisi likuiditas bank
memberikan prioritas pada pengelolaan dana. Keputusan dalam manajemen likuiditas
perlu diambil dengan mempertimbangkan seluruh area layanan dan departemen-
departemen yang ada dalam bank. Manajer likuiditas harus melaporkan dan
menkoordinasikan seluruh aktivitas dalam departemen tentang peningkatan dan
penggunaan dana dalam bank. Keputusan dalam likuidias bank harus dianalisi secara
terus menerus menghindari adanya kelebihan dan kekuangan likuiditas. Manajer
likuiditas juga harus mengtahui terlebih dahulu ketika sebuah transaksi (kredit,
simpanan, dan penarikan) akan dilakukan, hal ini diperlukan dalam rangka
perencanaan likuiditas secara efektif.
Bank harus menentukan proses pengukuran dan monitoring kebutuhan
pendanaan bersih (net funding requirement) dengan membuat penilaian terhadap cash
inflow dan cash outflow bank. Unsur terpenting dalam manajemen risiko likuiditas
adalah untk menghitung kebutuhan likuiditas bank. Berbagai pendekatan telah
dikembangkan untung menghitung kebutuhan likuiditas bank ini, diantaranya
32
pendekatan sumber-sumber dan penggunaan dana, pendekatan struktur dana, dan
pendekatan indikator likuiditas.
d. Manajemen Risiko Operasional
Dewan direksi dan senior manajemen harus mengembangkan keseluruhan
kebijakan dan strategi untuk mengelola risiko operasional. Sementara risiko
operasional bisa muncul akibat kegagalan faktor manusia, proses, dan teknologi
manajemen atas risiko ini lebih kompleks lagi. Senior manajemen risiko dan
pedoman pelaksanaan yang jelas, yang dapat mereduksi risiko operasional ini.
Dengan tetap memperhatikan sumber-sumber munculnya risiko operasional,
standar identifikasi dan menejemen yang dibutuhkan juga perlu dikembangkan.
Risiko operasional memang cukup kompleks sehingga sangat sulit untuk
mengukurnya. Sebagian besar teknik pengukuran risiko operasional yang ada masih
sangat sederhana dan bersifat eksperimental. Namun demikian, bank dapat
mengumpulkan inforrmasi tentang berbagai jenis dari laporan dan rencana yang
dipublikasikan dalam lembaga (sperti laporan audit, laporan pengawasan, laporan
manajemen, rencana bisnis, rencana operasional, tingkat error,dan lain-lainnya).
Berdasarkan penjelasan mengenai proses manajemen risiko diatas, terdapat 4
(empat) tahap-tahap dalam proses manajemen risiko diantaranya:17
17 Ikatan Bankir Indonesia, Manajemen Risiko 1 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2015), h.32-34.
33
1. Identifikasi
Pada tahap ini dilakukan cara analisa terhadap seluruh jenis dan
karakteristik risiko yang terdapat pada setiap kegiatan usaha bank.
Adapun hal-hal yang dilakukan diantaranya:18
a) Mendapatkan seluruh informasi risiko semua sumber yang mencakup
semua aktivitas fungsional dan operasional bank.
b) Melakukan analisa terhadap timbulnya risiko.
c) Melakukan analisa secara proaktif, tanpa menunggu timbulnya risiko
yang berlebihan.
2. Pengukuran
Dalam penngukuran risiko dilakukan untuk memperkirakan risiko yan timbul
atas aktifitas dan produk bank, serta untuk memperoleh gambaran efektivitas
penerapan manajemen risiko. Selain itu pengukuran dibutuhkan sebagai dasar atau
tolak ukur untuk memahami akibat kerugian yang akan ditimbulkan oleh terwujudnya
suatu risiko, baik secara individual maupun portofolio terhadap tingkat keuangan
usaha bank. Adapun Pengukuran risiko dilaksanakan dengan menggunakan hal-hal
dibawah ini:
a) Evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan
prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko.
18 Ferry N.Idroes, Manajemen Risiko Perbankan. h.7
34
b) Penyempurnaan terhadap sistem pengukuran risiko apabila terdapat
perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi dan faktor resiko yang
bersifat material.19
3. Pemantauan
Pemantauan risiko merupakan mekanisme yang diarahkan untuk dapat
memperoleh informasi terkini dari profil risiko perusahaan.20 Pemantauan dilakukan
dengan cara mengevaluasi pengukuran risiko yang terdapat pada kegiatan usaha bank
serta pada kondisi efektivitas proses manajemen risiko. Bank harus menyiapkan
sistem dan prosedur yang efektif untuk mencegah terjadinya gangguan dalam proses
pemantauan risiko. Hasil dari pemantauan tersebut dapat digunakan uuntuk
menyempurnakan proses manajemen risiko yang ada.
4. Pengendalian Risiko
Pengendalian ini lakukan atas dasar evaluasi pengukuran risiko yang terdapat
pada seluruh produk dan aktifitas bank. Metode pengendalian risiko harus
mempertimbangkan analisis terhadap besarnya potensi kerugian bank serta
mempertimbangkan atas manfaat yang didapat serta biaya yang keluarkan.
Pngendalian risiko digunakan untuk mengelola risiko yang dapat membahayakan
kelangsungan usaha bank.21
Dengan demikian tahap-tahap dalam proses manajemen risiko sangat penting
untuk dilakukan untuk memperkirakan risiko yang timbul atas aktifitas dan produk
19 Dr. Veithzal Rival dan Rifki Ismail. Islamic Risk. h.133.20 Dr. Veithzal Rival dan Rifki Ismail. Islamic Risk. h.161.21 Adiwarman A.Karim. Bank Islam Analisis.h.260.
35
bank, memperoleh informasi terkini dari profit risiko perusahaan, serta mengevaluasi
pengukuran risiko yang terdapat pada kegiatan usaha, seluruh produk dan aktifitas
bank.
D. Pembiayaan Murabahah
1. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah adalah jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.22 Dalam
pembiayaan murabah penjual harus memberitahu harga produk yang iya beli dan
menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Dalam dunia perbankan
Islam, pembiayaan ini umumnya diterapkan pada produk pembiayaan secara
berkelanjutan seperti untuk pembelian barang atau usah modal kerja. Pembiayaan
murabahah dapat dilakukan untuk pembelian secara pemesanan atau biasa disebut
sebagai murabahah kepada pemesan pembelian (KPP).
Pembiayaan murabah selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan.
Untuk harta jualnya ditentukan dalam akad jual beli dan jika disepakati tidak dapat
berubah selama berlakunya akad. Berdasarkan sumber daya yang digunakan,
pembiayaan murabahah secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok
yaitu:23
22 Kasmir. Manajemen Perbankan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2010), h.2323 Muhammas Syarif Surbakti, Manajemen Risiko Perbankan Syariah (Jakarta: PT. Bank
Muamalat Indonesia,Tbk), h.132.
36
a. Pembiayaan murabahah yang didanai dengan URIA (Unrestricted Invesment
Account = investasi tidak terikat).
b. Pembiayaan murabahah yang didanai dengan RIA (Restricted Invesment Account
= investasi terikat).
c. Pembiayaan murabahah yang didanai dengan modal bank.
2. Dasar Hukum pembiayaan Murabahah
d. Al-Qur’an
Ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan rujukan dasar akad murabahah,
adalah:
(Q.S: Al Baqarah/2:275)
Terjemahnya:
Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan sepertiberdinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian karenamereka berkata jual beli sama dengan riba. Padahal Allah SWT telahmenghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa yangmendapat periingatan dari Tuhan-nya, lalu dia berhenti, maka apa yangtelah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah)
37
kepda Allah swt. Barang siapa yang mengulangi, maka mereka itupenghuni neraka mereka kekal didalamnya.24
Berdasarkan ayat diatas riba sangat dilarang oleh agama karena Allah sangat
mengharamkan riba dan menghalalkan jual beli, memakan riba berarti sama saja
memakan danging saudara sendiri.
Q.S An Nisa/4:29
Terjemahnya:
“ Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan hartasesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaanyang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu”.25
3. Al Hadis:
Jual beli adalah pekerjaan yang sangat mulia dimata Allah swt, akan
tetapi jual beli yang dimaksud disini adalah jual beli yang secarah jujur
sehingga memperoleh keberkatan dari Allah SWT. Berikut adalah hadis
yang diriwatkan oleh H.R. Ibnu Majah:
أن النبي صلى هللا علیھ وآلھ وسلم قال: ثالث فیھن البركة: البیع إلى للبیع. (رواه ابن ماجھ)عیر للبیت الأجل,والمقـارضة, و خلط البر بالش
24 Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT. Syamil Citra Media,1428/2007 M), h.35.
25 Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT. Syamil Citra Media,1428/2007 M), h.57.
38
Artinya:
Dari Suhaib Ar Rumi r.a., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ tiga hal yangdidalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluanrumah, bukann untuk dijual”. (H.R. Ibnu Majah)26
Berdasarkan hadis di atas Rasulullah saw menerangkan bahwa pembiayaan itu
merupakan pekerjaan yang muliah asalkan jelas porsinya, seperti halnya pembiayaan
murabahah yang telah jelas akadnya yang berdasarkan prinsip syariah.
4. Syarat Pembiayaan Murabahah
Adapun syarat-syarat dalam pembiayaan murabahah diantaranya yaitu:27
a. Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah.
b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
c. Kontrak harus bebas dari riba.
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat barang sesudah
pembelian.
e. Penjual harus menyaampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
Secara prinsip jika syarat (1),(4), atau (5) tidak dipenuhi maka pembeli
memiliki pilihan:
26 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah bagi Bankir & Praktisi Keuangan (Jakarta:IB,Tazkia Institute,1999), h.132.
27 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah bagi Bankir & Praktisi Keuangan (Jakarta:IB,Tazkia Institute,1999), h.160
39
a) Melanjutkan pembelian seperti apa adanya.
b) Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang
yang dijual.
c) Membatalkan kontrak.
Jual beli murabahah diatas hanya untuk barang atau produk yang telah
dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu negosiasi dan kontrak. Bila produk
tersebut tidak dimiliki penjual, sistem yang digunakan adalah murabahah kepada
pemesan pembelian (murabahah KPP), hal ini dinamakan demikian karena si penjual
semata-mata mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan pembeli yang
memesannya.
5. Tujuan Murabahah Kepada Pemesan Pemblian (KPP)
Ide tentang jual beli murabahah KPP tampaknya berakar pada dua alasan:28
Pertama: mencari pengalaman. Suatu pihak yang berkontrak (pemesan
pembelian) meminta pihak lain (pembeli) untuk membeli sebuah aset. Pemesan
berjanji untuk ganti membeli aset tersebeut dan memberinya keuntungan. Pemesan
memilih sistem pembelian ini, yang biasanya dilakukan secara kredit lebih karena
ingin mencari informasi dibanding alasan kebutuhan yang mendesak terhadap aset
tersebut.
Kedua: mencari pembiayaan. Dalam operasi perbankan syariah motif
pemenuhan pengadaan aset atauu modal kerja merupakan alasan utama yang
28 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah bagi Bankir & Praktisi Keuangan.h.161
40
mendorong datang ke bank. Pada gilirannya pembiayaan yang diberikan akan
membantu memperlancar arus kas (cash flow) yang bersangkutan.
Cara menjual secara kredit sebenarnya bukan bagian dari syarat sistem
murabahah atau murabahah KPP. Meskipun demikian, transaksi secara angsuran ini
mendominasi praktik pelaksanaan kedua jenis murabahah tersebut. Hal ini karena
memang seseorang tidak akan datang ke bank kecuali untuk mendapat kredit dan
membayar secara angsur.
6. Ketentuan Umum Pembiayaan Murabahah
a. Jaminan
Pada dasarnya jaminan bukanlah satu rukun atau syarat yang mutlak dipenuhi
dalam pembiayaan murabahah. Jaminan dimaksudkan untuk menjaga agar pemesan
tidak main-main dengan pemesanan. Pembeli (penyedia pembiayaan/ bank) dapat
meminta pemesanan (pemohon/ nasabah) suatu jaminan (rahn) untuk dipegangnya.
Dalam teknik operasionalnya barang-barang yag dipesan dapat menjadi salah satu
jaminan yang bisa diterimah untuk pembayaran utung.
b. Hutang dalam murabahah KPP
Secara prinsip, penyelesaian hutang pemesan dalam transaksi murabahah KPP
tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan pemesan kepada pihak
ketiga atas barang pesanan tersebut. Apakah pemesan menjual kembali barang
tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban menyelesaikan
hutangnya kepada pembeli.
41
Jika pemesan menjual barang tersebut sebelum masa angsurannya berakhir, ia
tidak wajib segera melunasi selurh angsurannya. Jika penjualan tersebut mengalami
kerugian maka pemesan tetap harus menyelesaikan pinjamannya sesuai kesepakatan
awal.
c. Penundaan pembayaran oleh debitor mampu
Seorang nasabah yang mempunyai kemampuan ekonomis dilarang menunda
penyelesaian hutang dalam murabahah ini. Bila seorang pemesan menunda
penyelesaian hutang tersebut, pembeli dapat mengambil proses hukum untuk
mendapatkan kembali hutang itu dan mengklaim kerugian finansial yang terjadi
akibat penundaan.
d. Bangkrut
Jika pemesan yang berhutang dianggap vailit dan gagal menyelesaikan
hutangnya karena benar-benar tidak mampu secara ekonomis dan bukan karena lalai
sementara ia mampu, kreditor harus menunda tagihan hutang sampai ia menjadi
sanggup kembali membayarnya.
7. Manfaat Pembiayaan Murabahah
Sesuai dengan sifat bisnis/tijarah, transaksi murabahah memiliki beberapa
manfaat, demikian risiko yang harus diantisipasi.
Pembiayaan murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah
satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisi harga beli dari penjual
dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu sistem pembiayaan murabahah juga
42
sangat sederhana, hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank
syariah.
Secara umum aplikasi perbankan dari pembiayaan murabahah dapat digambar
dalam skema berikut ini:
Skema Pembiayaan Murabahah29
1.Negosiasi &
persyaratan
2. Akad Jual Beli
6. Bayar Terima
5. Barang &
Jasa
3.Beli Barang 4. Kirim
29 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah bagi Bankir & Praktisi Keuangan.h.197.
NASABAH
BANK
SUPPLIERPENJUAL
43
1. Prinsip-prinsip Pemberian Pembiayaan
Ada beberapa prinsip pemberian pembiayaan yang sering dilakukan yaitu
dengan analisa 5C. Adapun prinsip 5C itu anatara lain:30
a. Character: Adalah sikap atau watak seseorang dalam hal ini adalah
calon debitur. Tujuannya memberikan keyakinan kepada pihak bank
bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan
pembiayan benar-benar dapat dipercaya.
b. Capacity: Adalah untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam
membayar pinjaman yang dihubungkan dengan kemampuannya
mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba.
c. Capital: Adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang
dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.
d. Collateral: Adalah jaminan yang diberikan oleh calon nasabah baik
yang bersifat fisik maupun non fisik.
e. Condition: Adalah Dalam menilai pembiayaan hendak juga dinilai
kondisi ekonomi sekarang dan untu masa yang akan datang sesuai
sektor masing-masing.
Bersdasarkan uraian diatas terdapat 5 (lima) prinsip yang digunakan dalam
pemberian pembiayaan, layak tidaknya seseorang untuk diberikan pembiayaan.
30 Muhammad, Syafi’i Antonio, Bank Syariah.h.136-137
44
BAB III
METODE PENELITIAN
Sebagai upaya untuk memperoleh data yang akurat serta untuk memudahkan
dalam proses penelitian di lapangan, maka dibutuhkan suatu metodologi serta
sistematika yang baik, sehingga karya ilmiah dapat diasumsikan sebagai suatu karya
ilmiah yang representatif.
A.Jenis dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dapat diartikan sebagai
penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai data lisan maupun tertulis,
serta menguraikan hasil permasalahan yang ada di lapangan terkait dengan Evaluasi
Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah pada Bank BRI Syariah KCP
Sungguminasa.
Menurut (Taylor & Bogdan, Marshall & Rossman, Silverman) penelitian
kualitatif memiliki karakteristik khusus yaitu bersifat induktif karena berdasarkan
pada prosedur logika yang berawal dari proposisi khusus sebagai hasil pengamatan
dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) hipotesis yang bersifat
umum. Dalam hal ini konsep-konsep, pengertian-pengertian dan pemahaman
didasarkan pada pola-pola yang ditemui di dalam data.1
1 Bagong Suyanto dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial, (Ed. 1; Cet. 3; Jakarta: KencanaPrenada Media Group.2007), h. 109.
45
Penentuan lokasi penelitian ini yaitu di Bank BRI Syariah KCP
Sungguminasa, yang menjadi informan pada penelitian ini adalah beberapa orang
yang dianggap berkompeten dan memiliki ilmu pengetahuan tentang objek yang akan
diteliti.
C. Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
manajemen yaitu secara langsung mendapat informasi dari informan. Peneliti akan
mengguunakan metode pendekatan manajemen ini kepada pihak-pihak yang
dianggap relevan dijadikan informan untuk memberikan keterangan terkait
penelitian yang akan dilakukan.
D. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek data
dari mana data dapat diperoleh. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
penelitian ini, penulis menggunakan sumber data lapangan (field research) dan
data kepustakaan (library research) yang digunakan untuk memperoleh data
teoretis yang dibahas. Untuk itu sebagai jenis datanya sebagai berikut:2
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan baik
yang dilakukan melalui wawancara, observasi maupun alat-alat lainnya.
2. Data sekunder, yaitu sejumlah kepustakaan yang relevan dengan skripsi
ini namun sifatnya hanya pendukung. Dalam konteks penilaian kualitatif,
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi (Cet.13; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 129.
46
hal tersebut bertujuan untuk menjadi acuan defenisi bagi konsep-konsep
penting, serta penjelasan aspek-aspek yang tercakup di dalam fokus
pembahasan.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data ini menggunakan beberapa cara yang dianggap
relevan dengan penelitian yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-
gejala yang diteliti.3 Penggunaan metode observasi dalam penelitian diatas adalah
pertimbangan bahwa data yang dikumpulkan secara efektif bila dilakukan secara
langsung mengamati objek yang akan diteliti. Observasi dilakukan dengan
mengadakan pengamatan langsung ke lapangan dengan mendatangi narasumber yakni
Bank BRI Syariah Cabang Sungguminasa, hal ini guna mengetahui keadaan
sebenarnya yang terjadi di lokasi penelitian terkait dengan Evaluasi Manajemen
Risiko Pembiayaan Murabahah pada Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa.
2. Wawancara
Metode wawancara atau interview merupakan suatu teknik pengumpulan data
yang dilakukan secara tatap muka, pertanyaan diberikan secara lisan dan jawabannya
pun diterima secara lisan pula.4 Penulis mengadakan wawancara dengan tokoh
3 Husaini Usman Poernomo, Metodologi penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara,1996), h.54.4 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung:
Remaja Rosdakarya,2009), h.222.
47
lembaga/para fungsionaris Bank BRI syariah yang dianggap berkompoten dan
refresentatif dengan masalah yang dibahas untuk memperoleh informasi mengenai
Evaluasi manajemen risiko pembiayaan murabahah pada Bank BRI Syariah KCP
Sungguminasa. Adapun isponden yang akan diwawancarai ada 5 (lima) orang yaitu
pimpinan cabang, marketing, dan debt colector Bank BRI Syariah KCP
Sungguminasa.
3. Dokumentasi
Dari asal kata dokumen, yang artinya barang tertulis. Di dalam
melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis
seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan
harian dan sebagainya.5 Dengan demikian dokumentasi yang dimaksud dalam
penelitian ini yaitu, dokumen yang berasal dari Bank BRI Syariah KCP
Sungguminasa.
E.Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto, instrumen penelitian adalah alat bantu yang
digunakan dalam mengumpulkan data.6 Instrumen penelitian yang digunakan
untuk lebih memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data sehingga hasil
yang diperoleh akan lebih maksimal, dalam arti lebih cepat, lengkap dan
sistematis.
5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, h. 155.6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, h. 158
48
Telah disebutkan bahwa dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga
macam teknik pengumpulan data, yaitu observasi, interview dan dokumentasi.
Untuk metode observasi, instrumen yang digunakan peneliti adalah pedoman
observasi yang berisi daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan
diamati. Adapun instrumen yang digunakan dalam metode interview adalah
pedoman wawancara (interview guide) yang bersifat terbuka dan terstruktur,
kemudian didukung oleh perolehan data dari informan yang terkait dengan
permasalahan yang akan diteliti. Sedangkan untuk metode dokumentasi,
instrumen yang digunakan peneliti adalah pedoman dokumentasi yang memuat
garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data harus segera dianalisis setelah dikumpulkan dan dituangkan dalam
bentuk laporan lapangan. Tujuan analisis data ialah untuk mengungkapkan data
apa yang masih perlu dicari.
Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data ialah proses pencarian dan
penyusunan data yang sistematis melalui transkrip wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi yang secara akumulasi menambah pemahaman peneliti
terhadap yang ditemukan.7 Dengan kata lain, analisis data ialah kegiatan
analisis mengkategorikan data untuk mendapatkan pola hubungan, tema,
7 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, h. 84.
49
menafsirkan apa yang bermakna, serta menyampaikan atau melaporkannya
kepada orang lain yang berminat.
Langkah analisis data akan melalui beberapa tahap yaitu:
1. Data Reduction/Reduksi Data
Reduksi data, pada tahap ini dilakukan pemilihan antara relevan tidaknya
antara data dan tujuan penelitian. Informasi dari lapangan sebagai bahan
mentah diringkas, disusun lebih sistematis, serta ditonjolkan pokok-pokok
yang penting sehingga lebih mudah dikendalikan.
2. Penyajian Data
Display data, untuk dapat melihat gambaran keseluruhan atau bagian-
bagian tertentu dari gambaran keseluruhan. Pada tahap ini peneliti
berupaya mengklarifikasi dan mengkaji data sesuai dengan pokok
permasalahan yang diawali dengan pengkodean pada setiap subpokok
permasalahan.
3. Comparatif/Analisis Perbandingan
Dalam teknik ini penulis mengkaji data yang telah diperoleh dari lapangan
secara sistematis juga mendalam kemudian membandingkan data tersebut
satu sama lain
4. Conclusion/Verification/Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dan verifikasi data, kegiatan ini dimaksudkan untuk
mencari hubungan, persamaan atau perbedaan. Penarikan kesimpulan
dilakukan dengan jalan membandingkan kesesuian pernyataan dari subyek
50
penelitian dimaksudkan agar penilaian tentang kesesuaian data dengan
maksud yang terkandung dalam konsep-konsep dasar dalam penelitian
tersebut lebih tepat dan obyektif.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Bank BRI Syariah
1. Sejarah Singkat Bank BRI Syariah
Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (Bank BRI) didirikan di Purwokerto
Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama Hulp-en Spaarbank Der
Inlandshe Bestuurs Ambternaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum
Priyayi uang berkembang di Indonesia (Pribumi). Berdiri tanggal 16 Desember 1985,
yang kemudian dijadikan hari kelahiran BRI. Pendirian Bank BRI yang didasarkan
pada pelayanan terhadap masyarakat kecil hingga kini masih tetap konsisten.
Konsisten ini dibuktikan dengan masih fokusnya pemberian fasilitas kredit kepada
golongan pengusaha kecil dan menengah.
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., terhadap
Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank
Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008,
maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRI Syariah secara resmi
beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI Syariah merubah kegiatan usaha yang semula
51
beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan
berdasarkan prinsip syariah Islam.1
Dua tahun lebih PT. Bank BRI Syariah hadir mempersembahkan sebuah bank
ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan
jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Melayani nasabah dengan
pelayanan prima (service excellence) dan menawarkan beragam produk yang sesuai
harapan nasabah dengan prinsip syariah. Kehadiran PT. Bank BRI Syariah di tengah-
tengah industri perbankan nasional dipertegas oleh makna pendiri cahaya yang
1 www.brisyariah.co.id/profil-perusahaan diakses pada tanggal 14 Januari2016
51
mengikuti logo perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan tuntutan
masyarakat terhadap sebuah bank modern sekelas PT. Bank BRI Syariah yang
mampu melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang
digunakan merupakan turunan dari warna biru dan putih sebagai benang merah
dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk.2
Aktivitas PT. Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember
2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRI Syariah (proses spin off) yang
berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak
Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan
Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRI Syariah.
Saat ini PT. Bank BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar
berdasarkan aset. PT. Bank BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset,
jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen
menengah bawah, PT. Bank BRI Syariah menargetkan menjadi bank ritel modern
terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan. Sesuai dengan
visinya, saat ini PT. Bank BRI Syariah merintis sinergi dengan PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat
2 www.brisyariah.co.id diakses pada tanggal 14 Januari 2016
52
Indonesia (Persero), Tbk., sebagai Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan
bisnis yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan
konsumer berdasarkan prinsip Syariah.
2. Visi & Misi
a. Visi
Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial sesuai
kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna.3
b. Misi
Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan fi-
nansial nasabah.
Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.
Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun dan dimana
pun.
Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan
menghadirkan ketenteraman pikiran.4
3. Struktur Organisasi
Dewan Komisaris
Komisaris Independen : Musthafa Zuhad Mughni
: Sunarsip
3 www.brisyariah.co.id/visi-misi diakses pada tanggal 14 Januari 20164 www.brisyariah.co.id diakses pada tanggal 14 Januari 2016
53
: Nasrah Mawardi
Dewan Direksi
Direktur Utama : Ventje Rahardjo
: Ari Purwandono
: Eko B. Suharno
: Budi Wisakseno
Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Ketua : Prof. Drs. Hasjmuni Abdurrachman
Anggota : Prof.Dr.K.H. Didin Hafidhudin, MSc
: Gunawan Yasni,SE,MM.5
5 www.brisyariah.co.id diakses pada tanggal 14 Januari 2016
54
STRUKTUR ORGANISASI
KANTOR PUSAT PT BANK BRISYARIAH6
6 www.brisyariah.co.id diakses pada tanggal 14 Januari 2016
55
d. Produk-Produk Bank BRI Syariah7
1. Pendanaan
a. Tabungan BRISyariah iB
Tabungan BRISyariah iB merupakan tabungan dari BRISyariah bagi
nasabah perorangan yang menggunakan prinsip titipan (wadiâh yad amanah),
dipersembahkan untuk nasabah yang menginginkan kemudahan dalam
transaksi keuangan.
Manfaat:
1. Aman, karena diikutsertakan dalam program penjaminan pemerintah
2. Dapat bertransaksi di seluruh jaringan Kantor Cabang BRI Syariah
3. Dengan kartu ATM BRI Syariah, Anda mudah melakukan transaksi di
lebih dari 1.000 ATM BRI di seluruh Indonesia.
b. Tabungan Haji iB
Tabungan Haji iB merupakan tabungan investasi dari BRI Syariah
bagi calon Haji yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Biaya Perjalanan
Ibadah Haji (BPIH), dengan prinsip bagi hasil (Mudharabah al-Muthlaqoh).
Manfaat:
1. Kemudahan rencana/persiapan ibadah Haji
2. Aman dan sesuai syariah
3. Bagi hasil yang kompetitif
4. Gratis asuransi jiwa & kecelakaan
7 www.brisyariah.co.id diakses pada tanggal 14 Januari 2016
56
c. Deposito iB
Deposito iB adalah salah satu jenis simpanan berdasarkan prinsip bagi
hasil (Mudharabah al-Muthlaqoh) yang dananya dapat ditarik pada saat jatuh
tempo.
Manfaat:
1. Terjamin karena disertakan dalam program penjaminan pemerintah
2. Memberikan bagi hasil yang kompetitif
3. Dikelola dengan prinsip sesuai syariah
d. Giro iB
Giro iB dari BRI Syariah adalah simpanan untuk kemudahan berbisnis
dengan pengelolaan dana berdasarkan prinsip titipan (wadiâh yad dhamanah)
yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan Cek atau
Bilyet Giro. Adapun manfaat dari Giro Ib yaitu:
1. Kemudahan dalam transaksi bisnis
2. Bank dapat memberikan bonus sesuai kebijakan yang berlaku
3. Aman, karena diikutsertakan dalam program penjaminan pemerintah
2. Pembiayaan
a. Fitur Produk KKB iB BRIS.
KKB BRISyariah iB merupakan pembiayaan kepemilikan mobil yang
diinginkan dengan menentukan sendiri pilihan merek yang anda inginkan dan
57
besarnya cicilan disesuaikan dengan pendapatan nasabah. Adapun manfaat KBB
yaitu:
Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan kepemilikan mobil secara
syariah dengan proses dan dan persyaratan yang mudah dan cepat. Sedangkan
akad yang digunakan KKB adalah Murabahah atau ijarah.
b. Produk KMG iB BRIS
Produk Pembiayaan Kepemilikan Multi Guna (KMG) iB adalah
fasilitas pembiayaan konsumtif yang diberikan Bank Rakyat Indonesia
Syariah (BRIS) kepada nasabah perorangan untuk kepemilikan barang-barang
multi guna selain rumah dan mobil dengan pembayaran secara angsuran /
mencicil dalam jangka waktu yang disepakati. Sedangkan akad yang
digunakan dalam produk KMG ini adalah murabahah.
Tujuan dari produk KMG iB adalah :
1. Mengembangkan produk KMG iB dengan resiko yang relatif rendah
2. Memenuhi kebutuhan nasabah untuk konsumtif maupun usaha atas
kepemilikan barang multiguna yang sesuai syariah dengan syarat
menjaminkan fixed asset atau cessie gaji nasabah melalui kerjasama
dengan institusi tertentu atau melalui surat kuasa pemotongan gaji oleh
bendaharawan / pejabat yang berwenang. Adapun jenis barang multiguna
yang diperkenankan pada pembiayaan KMG iB adalah untuk membiayai
seluruh atau sebagian atas kepemilikan :
58
a) Motor baru, baik dari penjual motor individu atau dari dealer/
showroom, baik dealer yang telah bekerjasama dengan BRI
maupun yang tidak ada kerjasama namun memenuhi persyaratan
yang ditentukan BRIS.
b) Barang multiguna lainnya, seperti :
1. Barang elektronik
2. Furniture / Keperluan Rumah Tangga
3. Bahan baku / Stock barang dagangan
4. Barang lainnya yang halal
5. Peralatan dokter
6. Mesin-mesin
7. Bahan-bahan bangunan
c) Barang multiguna melalui take over/ Pengalihan Pembiayaan
KMG, terdiri dari :
1. Take Over dari Lembaga Keuangan Konvensional
2. Take Over dari Lembaga Keuangan Syariah (Bank Syariah,
BPRS)
Manfaat
1. Bagi BRIS:
a) Sebagai salah satu bentuk penyaluran dana yang
memperoleh pendapatan dalam bentuk margin.
59
b) Meningkatkan portofolio pembiayaan dengan tingkat risiko
yang rendah karena keterlibatan perusahaan.
c) Meningkatkan funding dan fee base income
2. Bagi Nasabah:
a) Merupakan salah satu alternatif untuk memiliki barang
multiguna baik untuk keperluan pribadi maupun usaha
melalui pembiayaan kepemilikan barang multiguna
secara syariah dengan pembayaran jumlah angsuran
yang pasti selama masa perjanjian kecuali dengan
perjanjian khusus dimuka.
b) Penyesuaian jumlah angsuran dengan kemampuan
pendapatan nasabah, sehingga menimbulkan rasa
nyaman dan ketidak khawatiran dalam mengembalikan
dana BRIS, mengingat jangka waktu yang memadai
dan kepastian jumlah angsuran dari awal perjanjian.
3. Bagi Penjual Barang Multiguna:
a) Meningkatkan penjualan barang multiguna untuk usaha
penjual barang multiguna.
b) Meningkatkan profesionalisme penjual barang
multiguna.
60
a. Produk KPR iB BRIS
Produk ini merupakan Kepemilikan Rumah (KPR) BRI Syariah iB
dengan skim pembiayaan secara jual beli (murabahah) mewujudkan keinginan
nasabah memiliki rumah di lokasi yang strategis, proses yang relative cepat,
syarat mudah, margin kompetitif dan sesuai syariah. Tak hanya memiliki
rumah, berbagai keperluanpun dapat dipenuhi dengan KPR BRI Syariah iB.
Sedangkan akad yang digunakan produk KPR ini adalah Murabahah.
Fasilitas yang diberikan untuk pembelian, pembangunan, renovasi
rumah/apartemen/ruko/rukan dengan angsuran tetap sepanjang jangka waktu
pembiayaan.
Manfaat:
a) Fleksibel untuk beli rumah /apartemen baru atau second,
pembangunan rumah, Ruko, Rukan.
b) Jangka Waktu hingga 15 tahun.
c) Uang Muka ringan.
d) Bebas menentukan besaran cicilan sesuai kemampuan.
e) Uang muka ringan.
f) Cicilan tetap dan meringankan selama jangka waktu.
g) Biaya administrasi terjangkau.
h) Bebas pinalti untuk pelunasan sebelum jatuh tempo.
61
b.Produk Gadai BRIS iB
Gadai iB merupakan pinjaman dana (Qardh) dengan menggadaikan
barang berharga, termasuk penyimpanan yang aman (Ijarah) dan berasuransi.
Manfaat:
1. Proses Lebih Cepat, Aman dan Nyaman karena sesuai syariah dan
lebih berkah
2. Persyaratan sangat mudah
3. Jangka Waktu Pinjaman Maksimal 120 hari dan dapat diperpanjang
4. Penyimpanan yang aman dan berasuransi
5. Dapat dilunasi sebelum jatuh tempo pinjaman
6. Biaya Administrasi dan Biaya Sewa Tempat yang terjangkau
B. Proses Pengelolaan Risiko Pembiayaan Murabahah pada Bank
BRI Syariah KCP Sungguminasa
Risiko pembiayaan dikaitkan dengan kemanpuan nasabah untuk
membayar kembali pinjamannya. Semakin besar porsi pembiayaan yang
bermasalah karena adanya keraguan atas kemampuan nasabah dalam
membayar kembali pinjamannya, semakin besar pula kebutuhan biaya
penyisihan penghapusan pembiayaan dan berpengaruh pada keuntungan bank.
Karena itu langkah-langkah yang dilakukan untuk memitigasi risiko adalah
sebagai berikut:8
8 Harriman Rini (41 tahun). Pimpinan cabang, Wawancara, Gowa, 16 Januari 2016
62
1. Membuat kebijakan pembiayaan secara tepat dan efektif.
2. Menerapkan prinsip kehati-hatian (Pudential Banking), hal ini dapat
dipadukan dengan proses manajemen risiko.
3. Membentuk “Risk Management Unit” yang efektif dan menguasai
teknik analisa pembiayaan.
Fungsi Risk Management Unit ini antara lain adalah:
1) Memantau dan membandingkan hasil perhitungan marjin jual beli
dalam prosentasi dengan tingkat bunga pinjaman bank konvensional.
2) Apabila perhitungan marjin jual beli bank syariah terlalu besar, maka
langkah untuk memitigasi risiko tersebut adalah :
a. Mengurangi nominal keuntungan laba bank syariah.
b. Bila langkah pertama belum sesuai, maka langkah selanjutnya
adalah mengurangi proyeksi biaya operasional yang tidak
efisien.
c. Bila langkah a dan b masih belum sesuai, maka langkah
selanjutnya adalah meningkatkan volume pembiayaan dengan
cara menambah modal.
Langkah lain yang dillakukan oleh Bank BRI Syariah adalah dengan
melakukan diversifikasi risiko. Diversifikasi bertujuan untuk mengurangi tingkat
risiko dan tetap memberikan potensi tingkat keuntungan yang cukup.9 Diversifikasi
adalah sebuah strategi investasi dengan menempatkan dana dalam berbagai
9 Harriman Rini (41 tahun). Pimpinan cabang, Wawancara, Gowa, 10 Januari 2016
63
instrument investasi dengan tingkat risiko dan potensi keuntungan yang berbeda, atau
strategi ini bisa disebut dengan alokasi asset (asset allocation).10 Alokasi asset ini
lebih fokus terhadap penempatan dana di berbagai instrument investasi, bukan
memfokuskan terhadap satu pilihan. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan risiko
yang terjadi apabila gagal untuk menyelesaikan tingkat return yang diharapkan.
Kondisi bank syariah memang serba sulit, mengingat sebagian besar
penyaluran dana bank syariah berbentuk piutang murabahah (jual beli). Sekali harga
ditetapkan, maka kewajiban pembeli (debitor) kepada bank syariah akan tetap.
Akibatnya, ketika suku bunga di pasar naik, bank syariah tidak dapat menaikkan
kewajiban nasabah. Hasil bank syariah akan tetap sehingga bagi hasil kepada nasabah
juga akan tetap.
Risiko-risiko yang ada pada Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa dikelola
dengan treatment atau cara yang berbeda-beda, tergantung dari jenis risikonya.
Adapun pada pengelolaan risiko kredit ada beberapa hal yang dilakukan oleh Bank
BRI Syariah KCP Sungguminasa. Proses pengelolaan risiko kredit yang ada
dilakukan secara end-to-end dari procces di front-end, middle-end, sampai dengan
back-end. Proses pengelolaan risiko tersebut didukung dengan sistem yang
terintegrasi. Untuk meminimalisasi kredit, Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa
memiliki kebijakan dalam memberikan pembiayaan dan standar prosedur operasional
10 Ikatan Bankir Indonesia (IBI), Manajemen Risiko 1, (Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama,2015), h.71.
64
dalam memberikan pembiayaan per segmen bisnis.11 Kebijakan tersebut sudah
ditetapkan oleh Bank BRI Syariah Pusat, sehingga kantor cabang menjadikan
kebijakan tersebut sebagai pedoman dalam mengelola risiko kredit yang ada meliputi
penetapan target market, analisa, persetujuan, dokumentasi, pencairan pembiayaan,
pemantauan atau pengawasan, dan proses penanganan pembiayaan yang bermasalah.
Pengelolaan risiko pasar yang ada pada Bank BRI Syariah KCP
Sungguminasa mengikuti kebijakan manajemen risiko pasar, kebijakan investasi surat
berharga, standar prosedur operasional investasi surat berharga yang telah ditetapkan
oleh Bank BRI Syariah Pusat. Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk
mengelola risiko pasar yaitu mengukur potensi kerugian maksimal akibat adanya nilai
tukar mata uang, melakukan stress test risiko pasar atas portofolio surat berharga
yang diukur pada nilai wajar dan posisi valutan secara berkala, menetapkan limit
risiko pasar antara PDN (posisi devisa neto) dan limit bank notes, selain itu jika ada
perubahan tingkat imbal hasil pasar atau di dunia perbankkan konvensional dikenal
dengan naiknya suku bunga, Bank BRI Syariah tidak melakukan perubahan harga
jual yang telah disepakati.12 Hal tersebut mengakibatkan bank syariah tidak
mendapatkan keuntungan ketika harga pasar naik karena bank syariah sudah
melakukan kesepakatan sebelumnya.
Sama halnya dengan risiko pasar, risiko likuiditas Bank BRI Syariah KCP
Sungguminasa juga mengikuti prosedur, kebijakan manajemen risiko, pedoman
11 Harriman Rini (41 tahun). Pimpinan cabang, Wawancara, Gowa, 10 Januari 201612 Musyawir (27 tahun). Marketing, Wawancara, Gowa, 17 Januari 2016
65
pengelolaan yang telah dibuat oleh Bank BRI pusat. Dalam mengelola risiko
likuiditas, Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa memantau risiko tersebut melalui
pembiayaan terhadap dana pihak ketiga, rasio kewajiban antar bank, dan rasio kas
dana pihak ketiga. Tidak hanya itu bank syariah juga menetapkan dana untuk
dijadikan cadangan likuiditas. Cadangan tersebut disalurkan pada instrument
keuangan Bank Indonesia dan bank keuangan lainnya, Bank BRI Syariah KCP
Sungguminasa membuat penilaian cash flow dan liquidity gap secara rutian dan juga
tiap hari memantau atas semua dana yang masuk. Selain itu Bank BRI Syariah KCP
Sungguminasa juga mematuhi batas limit risiko likuiditas yang telah ditetapkan.
Dimana batas limit internal minimal 5 % dari rata-rata DPK, 5,04 % untuk GWM
(giro wajib minimum), dan 1 % untuk valas.13
Risiko operasional merupakan risiko yang terjadi akibat adanya kegagalan
dari proses internal, kesalahan SDM, adanya kegagalan sistem dan juga kejadian-
kejadian eksternal. Dengan adanya risiko tersebut, maka Bank BRI Syariah KCP
Sungguminasa mengelola risiko operasional agar kegiatan operasional bank dapat
berjalan dan terkendali dengan baik. Adapun dalam mengelola risiko operasional ini,
Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa mengimplementasikan operational risk tool,
adapun sistem yang digunakan yaitu ORMIS.14 ORMIS merupakan suatu piranti
lunak yang berbasis web, jadi Bank BRI pusat dapat memantau risiko-risiko
operasional tersebut, karena sitem tersebut selalu online. ORMIS (Operator Risik
13 Harriman Rini (41 tahun). Pimpinan cabang, Wawancara, Gowa, 12 Januari 201614 Harriman Rini (41 tahun). Pimpinan cabang, Wawancara, Gowa, 14 Januari 2016
66
Management Information System) berfungsi sebagai alat identifikasi dan pemantauan
risiko operasional, potensi risiko operasional (Early Warning System).15 Dalam
pengelolaan risiko operasional Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa juga
menerapkan manajeman risiko teknologi informasi. Tujuan diterapkannya
manajemen risiko teknologi informasi yaitu untuk menjaga dan mengamankan
operasional sitem TI.
Tidak hanya itu, banyak hal yang dilakukan oleh Bank BRI Syariah KCP
Sungguminasa dalam mengelola risiko operasional juga dengan menerapkan Business
Continuity Management (BCM). BCM ini berfungsi ketika tiba-tiba ada gangguan
seperti bencana alam atau kebakaran yang dimana akan memungkinkan dan
mengganggu bahkan dapat melumpuhkan kegiatan operasional bank. Bank BRI
Syariah KCP Sungguminasa juga menetapkan kewajiban yang harus dipatuhi oleh
seluruh karyawan, kewajiban tersebut berupa program yang diberi nama risk
culture.16 Adanya program tersebut yaitu menumbuhkan kesadaran para karyawan
atas potensi risiko yang dihadapi dalam menjalakan kegiatan dan aktivitas
operasional bank.
C. Proses Evaluasi Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah pada Bank
BRI Syariah KCP Sungguminasa
15 Hartawan (40 tahun). Account Office, Wawancara, Gowa, 18 Januari 201616 Harriman Rini (41 tahun). Pimpinan cabang, Wawancara, Gowa, 16 Januari 2016
67
Proses evaluasi dalam manajemen risiko sangatlah penting untuk dilakukan
karena adanya proses evaluasi pihak Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa dapat
mengetahui manajemen risiko yang diterapkan berjalan dan berhasil dengan baik atau
tidak untuk menyelesaikan, mengelola, dan meminimalisasi risiko. Dengan adanya
evaluasi bank akan mengkaji kebijakan dan prosedur sebelumnya yang masih
terdapat kekurangan. Evaluasi juga dilakukan hingga kebijakan-kebijakan yang ada
pada manajemen risiko. Kebijakan yang telah ditaati dan dijalankan oleh Bank BRI
Syariah KCP Sungguminasa efektit dan efisien atau tidak dalam mengelola,
menyelesaikan, dan meminimalisasi risiko.
Seluruh rangkaian maupun proses manajemen risiko yang telah diterpkan oleh
Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa pada pembiayaan murabahah telah sesuai
dengan kebijakan yang telah ditentukan oleh Bank BRI pusat. Dimana dalam proses
manajemen risiko yang telah diterapkan oleh Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa
selalu melakukan koordinasi dengan pihak Bank BRI Syariah pusat.17 Jika dilihat,
tidak hanya mengelola dan menyelesaikan risiko-risiko yang ada, Bank BRI Syariah
KCP Sungguminasa juga melakukan upaya-upaya penting untuk meminimalkan
risiko.
Terlebih juga dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah, Bank BRI
Syariah KCP Sungguminasa juga memberikan solusi dan alternatif bagi para debitur
untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah tersebut, Bank BRI Syariah KCP
Sungguminasa melihat dan melakukan cek terlebih dahulu yang membuat debitur
17 Harriman Rini (41 tahun). Pimpinan cabang, Wawancara, Gowa, 16 Januari 2016
68
tersebut mengalami kredit macet atau pembiayaan bermasalah.18 Dengan adanya
evaluasi ini Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa dan pusat akan terus
mengembangkan infrastruktur dan kapabilitas manajemen risiko jauh lebih baik,
sempurna dan efektif. Adapun hal yang dilakukan seperti: 19
i. Mengembangkan program budaya risiko untuk disetiap unit kerja yang
ada di pusat, kantor cabang dan juga kantor cabang pembantu yang
disesuaikan dengan risiko utama yang melekat pada unit kerja tersebut.
ii. Mengembangkan sistem dan tools pengukuran risiko seperti
pengembangan Financing Organitation System (FOS) pembiayaan kecil,
mengembangkan sistem ORMIS, penguatan proses pembiayaan.
iii. Mengembangkan rangka pengukuran risiko baik untuk kepentingan
internal bank maupun untuk kepentingan konsolidasi dengan perusahaan
induk, bank dapat melakukan evaluasi parameter profil risiko.
Semua sistem, kebijakan, dan prosedur yang ada pada manajemen risiko, akan
dievaluasi dan dikalibrasi secara periodik, oleh risk model validator yang bersifat
independen, hal tersebut bertujuan untuk menjaga validasi.20
Tujuan utama dari proses evaluasi ini adalah untuk mengukur potensi risiko
yang mungkin terjadi pada nasabah (debitor), sehingga bank syariah mampu
menentukan tingkat margin yang sesuai dengan karakteristik usaha nasabah.
18 Hartawan (39 tahun). Account Office, Wawancara, Gowa, 18 Januari 201619 Harriman Rini (41 tahun). Pimpinan cabang, Wawancara, Gowa, 16 Januari 201620 Harriman Rini (41 tahun). Pimpinan cabang, Wawancara, Gowa, 20 Januari 2016
69
Adapun dalam proses evaluasi risiko, Bank BRI Syariah membagi risiko lagi
menjadi 2 (dua) aspek, yaitu:21
1. First Way Out
Jenis risiko yang terjadi pada First Way Out adalah default risk (risiko
kebangkrutan), risiko ini dipengaruhi oleh:
a. Industry risk, yaitu risiko yang terjadi pada jenis usaha yang
ditentukan oleh karakteristik dan kinerja keuangan usaha nasabah.
b. Kondisi internal perusahaan nasabah, seperti manajemen,
organisasi, pemasaran, teknis produksi, dan keuangan.
c. Faktor negatif lainnya, seperti keadaan force majeur, market risk
(forex risk, inters risk), maupun karena permasalahan hukum.
2. Second way out
Pada tahap ini, risiko yang terjadi dipengaruhi oleh:
a. Kesempurnaan pengikat jaminan.
b. Nilai jual kembali jaminan (marketability value of guarantee)
c. Kredibilitas pinjaman (bila ada), pihak ini yang nantinya akan
menjamin bila nasabah tidak mampu membayar.22
Default risk akan menentukan costumer risk rating (CRR, rating risiko
nasabah). Jika kondisi industry risk dan kondisi internal perusahaan
21Samsyir A (27 tahun). Marketing, Wawancara, Gowa, 20 Januari 201622 Harriman Rini (41 tahun). Pimpinan cabang, Wawancara, Gowa, 16 Januari 2016
70
nasabah baik, maka CRR akan tinggi ratingnya atau rendah risikonya serta
diberi nilai dan score sebagai berikut:23
Tabel 1.2Customer Risk Rating (CRR)
Rating Score Tingkat Risiko1 = Baik sekali 5 Very low risk2 = Baik 4 Low risk3 = Cukup/ Sedang 3 Moderate risk4 = Kurang 2 High risk5 = Buruk Sekali 1 Very higt riskSumber: Data Bank BRI Syariah cabang Sungguminasa
Sedangkan kondisi internal perusahan nasabah diukur dari hasil
analisis aspek manajemen, pemasaran, teknik produksi, dan keuangan
perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan (rasio keuangan perusahaan)
dibandingkan dengan kinerja keuangan rata-rata industry.
Recovery risk merupakan pembayaran kembali atas pinjaman nasabah
dari hasil penjualan jaminan, apabila firs way our tidak dapat diharapkan
lagi. Dalam menilai recovery risk ini dianalisa menggunakan Rasio
Penentuan Jaminan (RPJ).24
23 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h.14224 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h.142
71
Pengendalian risiko dapat dilaksanakan dengan pendekatan ex ante atau ex
post. Ex ante adalah suatu pendekatan dengan melibatkan sistem pengawasan internal
terhadap transaksi-transaksi yang berisiko.25
Contoh pengendalian risiko secara ex ante adalah :
1. Penetapan secara tertulis dan formal atas seluruh aspek operasional dan
prosedur standard an pengembangan produk.
2. Penetapan limit kewenangan memberikan persetujuan dari pejabat investasi
dan pembiayaan.
3. Keterlibatan manajer atau direktorat manajemen risiko melakukan evaluasi
dan analisis seluruh aspek risiko, termasuk risiko ketidak patuhan syariah, atas
seluruh bentuk produk, transaksi dan kontrak yang akan dilakukan oleh bank
syariah, termasuk terms dan conditionnya.
Ex post adalah suatu pendekatan mengendalikan risiko dengan cara
mengevaluasi kembali transaksi-transaksi dan tindakan-tindakan yang telah dilakukan
atau terjadi untuk mengetahui risiko-risiko yang masih ada.26 Begitu risiko dimaksud
teridentifikasi dan diukur, selanjutnya dilakukan langkah-langkah preventif untuk
mengendalikan risiko tersebut.
Tujuan pengevaluasian dan pengawasan ini adalah :
25 Ikatan Bankir Indonesia (IBI), Manajemen Risiko 1, (Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama,2015), h.196.
26 Ikatan Bankir Indonesia (IBI), Manajemen Risiko 1, (Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama,2015), h.197.
72
a. Kekayaan bank syariah akan selalu terpantau dan menghindari adanya
penyelewengan-penyelewengan baik oknum dari luar maupun dari dalam
bank syariah.
b. Untuk memastikan ketelitian dan kebenaran data administrasi di bidang
pembiayaan.
c. Untuk memajukan efisiensi di dalam pengelolaan tata laksana usaha di
bidang peminjaman dan sasaran pencapaian yang diterapkan.
d. Kebijakan manajemen bank syariah akan dapat lebih rapih serta
mekanisme dan prosedur pembiayaan akan lebih dipatuhi.
Sedangkan media yang digunakan sebagai media pemantauan antara lain:27
1. Informasi dari bank syariah
Diupayakan data dari laporan periodik usaha dibiayai baik itu berupa
laporan stok, realisasi kerja dan laporan keuangan. Laporan harus juga
dikontrol melalui realisasi kerjanya, jangan hanya berdasarkan formulir
laporan keuangan.
2. Informasi dari dalam bank syariah
Penelitian mutasi keuangan nasabah dalam rekening, sehingga diperoleh
gambaran mutasi yang sesungguhnya dan tidak terjadi manipulasi.
3. Meneliti perputaran yang terjadi atas debit dan kredit bank pada beberapa
bulan berjalan.
4. Memeriksa tanggal-tanggal jatuh tempo yang segera terealisasi.
27 Ahmad Ramadhana (38 tahun). Kepala Unit Mikro, Wawancara, Gowa, 16 Januari 2016
73
5. Meneliti file yang berkaitan dengan pembiayaan murabahah.
Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa proses evaluasi sangat penting
sekali dilakukan karena untuk menghindari risiko-risiko yang akan terjadi. Pada Bank
BRI Syariah KCP Sungguminasa sangat memperhatikan pengawasan dengan
mengendalikan risiko dengan cara mengevaluasi transaksi-transaksi dan tindakan-
tindakan yang telah dilakukan, untuk hal ini Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa
sangat menjunjung prinsip kehati-hatian serta penulis melihat bank ini tidak bias jauh
dari prinsip ini agar semua pembiayaan yang diberikan oleh Bank BRI Syariah
berjalan lancar.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan selama ini, maka penulis dapat mengambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pengelolaan risiko pembiayaan murabahah pada Bank BRI Syariah KCP
Sungguminasa dilakukan dikelola dengan treatment atau cara yang berbeda-beda,
tergantung dari jenis risikonya. Adapun pada pengelolaan risiko kredit ada beberapa hal
yang dilakukan yaitu secara end-to-end dari procces di front-end, middle-end, sampai
dengan back-end. Proses pengelolaan risiko tersebut didukung dengan sistem yang
terintegrasi. Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk mengelola risiko pasar yaitu
mengukur potensi kerugian maksimal akibat adanya nilai tukar mata uang, melakukan
stress test risiko pasar atas portofolio surat berharga yang diukur pada nilai wajar dan
posisi valutan secara berkala, menetapkan limit risiko pasar antara PDN (posisi devisa
neto) dan limit bank notes. Dalam mengelola risiko likuiditas, Bank BRI Syariah KCP
Sungguminasa memantau risiko tersebut melalui pembiayaan terhadap dana pihak ketiga,
rasio kewajiban antar bank, dan rasio kas dana pihak ketiga. Tidak hanya itu bank syariah
juga menetapkan dana untuk dijadikan cadangan likuiditas. Adapun dalam mengelola
risiko operasional ini, Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa mengimplementasikan
operational risk tool, adapun sistem yang digunakan yaitu ORMIS serta menerapkan
Business Continuity Management (BCM).
75
2. Proses evaluasi dalam manajemen risiko sangatlah penting untuk dilakukan
karena adanya proses evaluasi pihak Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa
akan mengetahui manajemen risiko yang diterapkan berjalan dan berhasil
dengan baik atau tidak untuk menyelesaikan, mengelola dan meminimalisasi
risiko. Dengan adanya evaluasi bank akan mengkaji kebijakan dan prosedur
sebelumnya yang masih terdapat kekurangan. Evaluasi juga dilakukan hingga
kebijakan-kebijakan yang ada pada manajemen risiko. Kebijakan yang telah
ditaati dan dijalankan oleh Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa efektit dan
efisien atau tidak dalam mengelola, menyelesaikan, dan meminimalisasi
risiko. Terlebih juga dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah, Bank BRI
Syariah KCP Sungguminasa juga memberikan solusi dan alternatif bagi para
debitur untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah tersebut, Bank BRI
Syariah KCP Sungguminasa melihat dan melakukan cek terlebih dahulu apa
yang membuat debitur tersebut mengalami kredit macet atau pembiayaan
bermasalah. Dengan adanya evaluasi ini Bank BRI Syariah KCP
Sungguminasa dan pusat akan terus mengembangkan infrastruktur dan
kapabilitas manajemen risiko jauh lebih baik, sempurna dan efektif. Semua
sistem, kebijakan, dan prosedur yang ada pada manajemen risiko, akan
dievaluasi dan dikalibrasi secara periodik, oleh risk model validator yang
bersifat independen, hal tersebut bertujuan untuk menjaga validasi.
76
B. Implikasi Penelitian
Seluruh rangakaian proses pengelolaan risiko yang telah diterapkan
oleh Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa semuanya sesuai dengan prosedur
dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Bank BRI Syariah Pusat. Untuk itu,
terus dipertahankan agar risiko-risiko yang ada mampu dikelola dan
diselesaikan dengan baik dan juga terus tetap melakukan koordinasi kepada
pusat.
Proses evaluasi sangat penting sekali dilakukan karena untuk
menghindari risiko-risiko yang akan terjadi sehingga Bank BRI Syariah KCP
Sungguminasa harus memperhatikan pengawasan dengan mengendalikan
risiko dengan cara mengevaluasi transaksi-transaksi dan tindakan-tindakan
yang telah dilakukan,untuk hal ini Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa serta
harus menjunjung prinsip kehati-hatian agar terhindar dari munculnya risiko
serta kegiataan operasional bank akan berjalan dengan lancer dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
A.Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta:Rajagrafindo Persada,2006
Arikunto, Suharsimi. Proseur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis, Edisi Revisi.Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.
Awaluddin, Manajemen Bank Syariah Makassar: Alauddin University Press, 2011
Biro Perbankan Syariah Bank Indonesia. Islam dan Perbankan Syariah. Jakarta:Karim Busineaa Congsulting, 2001.
Departemen Agama RI. Al-qur’an dan Terjemahannya. Bandung: Syamsil CitraMedia, 1428/2007 M.
Gunawan, Iman. Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktek .Jakarta: PTBumi Aksar, 2013.
H.D, Sudjana. Manajemen Pendidikan Untuk Pendidikan Luar Sekolah &Pengembangan SDM, Evaluasi Program. Bandung: Falaq Production,2000.
Indonesia, Ikatan Bankir, Manajemen Risiko 1. Jakarta: PT. Gramedia PustakaUtama, 2015.
Indonesia, Bank. Laporan Indikator Perbankan Syariah. Jakarta: Bank Indonesia,2004
Ismail. Manajemen Perbankan. Jakarta : Karim business consulting, 2011.
Kasmir. Dasar-Dasar Perbankan, edisi revisi. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Khan, dan Habib Ahmed. Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah.Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UII Press, 2002.
Muhammad. Sistem & Prosedur Operasional Bank Islam. Yogyakarta: UIIPress,200.
N. Idroes, Ferry. Manajemen Resiko Perbankan : Pemahaman Pendekatan PilarKesepakatan Base II terkait Aplikasi Regulasi dan pelaksanaannya diIndonesia, Ed.1. Jakarta: Rajawali Pers, 2008.
Poernomo, Husain Usman. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara,1996.
Rival, Veithzal dan Rifki Ismail. Islamic Risk Manajemen For IslamicBank.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2013.
Sry Hardanto, Sulad. Manajemen Risiko Bagi Bank Umun. Jakarta: PT.AlexKomputindo, 2006.
Syafi’i Antonio, Muhammad. Bank Syariah Bagi Bankir & Praktisi Keuangan.Jakarta: IB, Tazkia Institute, 1999.
Suyanto, Bagong dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial, Ed. 1; Cet. 3. Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2007.
Syaodih Sukmadinata, Nana. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.Bandung: Remaja Roskadarya, 2009.
Tariqullah Khan, Syariah dan Habib Ahmed. Manajemen Risiko LembagaKeuanagan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Qardawi, Yusuf. Halal dan Haram.Robbani Pres, Indonesia, 2001.
Sudjana, H.D, Manajemen Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah danPengembangan Sumberdaya Manusia, Evaluasi Program. Bandung:Falaq Production,2000.
Syafi’i Antonio, Muhammad. Bank Syariah Bagi Bankir & Praktisi Keuangan.Jakarta: IB, Tazkia Institute, 1999.
www.brisyariah.co.id/profil-perusahaan diakses pada tanggal 14 Januari 2016.
www.brisyariah.co.id/visi-misi diakses pada tanggal 14 Januari 2016.
Rini, Harriman (41 tahun). Pimpinan cabang, Wawancara, Gowa, 16 Januari2016.
Musyawir (27 tahun). Marketing, Wawancara, Gowa, 17 Januari 2016.
Hartawan (40 tahun). Account Office, Wawancara, Gowa, 18 Januari 2016.
Samsyir A (32 tahun). Marketing, Wawancara, Gowa, 20 Januari 2016.
Wawancara bersama Musyawir S.Pd selaku relationship officer pada Bank BRI SyariahKCP Sungguminasa
Wawancara bersama Syamsir. A, selaku Marketing pada Bank BRI Syariah KCPSungguminasa
Pedoman Wawancara
Teks Wawancara
a. Fokus I (Bagaimana Gambaran Umum Bank BRI Syariah KCP
Sungguminasa
1. Sejarah berdirinya Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa?
2. Apa Visi dan Misi Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa?
3. Bagaimana struktur organisasi Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa?
4. Produk apa saja yang ada pada Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa?
b. Fokus II (Proses Pengelolaan Manajemen Risiko Pembiayaan
Murabahah Pada Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa)
1. Bagaimana proses pengelolaan risiko pembiayaan murabahah pada Bank
BRI Syariah KCP Sungguminasa?
2. Jika dalam pengelolaannya berbeda-beda, jadi bagaimana pengelolaan
risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, dan risiko operasional?
3. Apakah Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa memiliki tim khusus
dalam mengelola risiko-risiko yang ada?
4. Setelah rangkaian pengelolaan risiko, apakah ada upaya yang dilakukan
oleh pihak Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa dalam meminimalisir
risiko?
c. Fokus III (Proses Evaluasi Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah
pada Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa)
1. Bagaimana proses evaluasi pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh
Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa?
2. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan dalam memitigasi risiko?
3. Apa tujuan dari evaluasi manajemen risiko pada Bank BRI Syariah KCP
Sungguminasa?
4. Apa manfaat dari proses evaluasi manajemen risiko pada Bank BRI
Syariah KCP Sungguminasa?
HARTAWAN UNIT FINANCING OFFICER
HARRIMAN RINI
MUSYAWIR RELESION SIP OFFICER
SAMSYIR A
ANDI MITA HARDIANTI
AHMAD RAMADHANA KEPALA UNIT MIKRO
HASNIAR
ANDI EUQLINA
2013,
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
Surat keterangan wawancara yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama Peneliti : Hamdar Rosmini
Profesi : Mahasiswi UIN Alauddin Makassar
Fakultas/Jurusan : Dakwah dan Komunikasi/Manajemen Dakwah
Semester : VII (Tujuh)
Alamat : Samata-Gowa
Peneliti tersebut benar telah mengadakan wawancara dengan:
2. Nama Informan : Harriman Rini SE, M.Si
Profesi/Jabatan : Pimpinan KCP Sungguminasa
Umur : 41 Tahun
Lembaga/Kantor : Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa
Alamat : Jl. KH. Wahid Hasyim No. 256, Sungguminasa, Gowa.
Dengan ini menyatakan bahwa masing-masing pihak (Peneliti dan Informan)
telah mengadakan kesepakatan wawancara dalam rentang waktu yang telah
ditetapkan sebelumnya, terhitung tanggal 10 Januari 2015 - 30 Januari 2016, yang
disesuaikan dengan kondisi dan ketersediaan waktu informan. Demikian dalam
pelaksanaan wawancara dan panduan wawancara, serta petunjuk teknis lainnya oleh
Informan.
Makassar, 30 Januari 2016
Informan Peneliti
Harriman Rini SE, M.Si. Hamdar Rosmini
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
Surat keterangan wawancara yang bertanda tangan di bawah ini:
3. Nama Peneliti : Hamdar Rosmini
Profesi : Mahasiswi UIN Alauddin Makassar
Fakultas/Jurusan : Dakwah dan Komunikasi/Manajemen Dakwah
Semester : VII (Tujuh)
Alamat : Samata-Gowa
Peneliti tersebut benar telah mengadakan wawancara dengan:
4. Nama Informan : Hartawan S.E
Profesi/Jabatan : Unit Financing Officer
Umur : 39 Tahun
Lembaga/Kantor : Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa
Alamat : Jl. KH. Wahid Hasyim No. 256, Sungguminasa, Gowa.
Dengan ini menyatakan bahwa masing-masing pihak (Peneliti dan Informan) telah
mengadakan kesepakatan wawancara dalam rentang waktu yang telah ditetapkan
sebelumnya, terhitung tanggal 10-30 Januari 2016, yang disesuaikan dengan kondisi
dan ketersediaan waktu informan. Demikian dalam pelaksanaan wawancara dan
panduan wawancara, serta petunjuk teknis lainnya oleh Informan.
Makassar, 30 Januari 2016
Informan Peneliti
Hartawan SE Hamdar Rosmini
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
Surat keterangan wawancara yang bertanda tangan di bawah ini:
5. Nama Peneliti : Hamdar Rosmini
Profesi : Mahasiswi UIN Alauddin Makassar
Fakultas/Jurusan : Dakwah dan Komunikasi/Manajemen Dakwah
Semester : VII (Tujuh)
Alamat : Samata-Gowa
Peneliti tersebut benar telah mengadakan wawancara dengan:
6. Nama Informan : Musyawir, S.Pd
Profesi/Jabatan : Relationship Officer
Umur : 27 Tahun
Lembaga/Kantor : Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa
Alamat : Jl. KH. Wahid Hasyim No. 256, Sungguminasa, Gowa.
Dengan ini menyatakan bahwa masing-masing pihak (Peneliti dan Informan) telah
mengadakan kesepakatan wawancara dalam rentang waktu yang telah ditetapkan
sebelumnya, terhitung tanggal 10-30 Januari 2016, yang disesuaikan dengan kondisi
dan ketersediaan waktu informan. Demikian dalam pelaksanaan wawancara dan
panduan wawancara, serta petunjuk teknis lainnya oleh Informan.
Makassar, 30 Januari 2016
Informan Peneliti
Musyawir, S.Pd Hamdar Rosmini
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
Surat keterangan wawancara yang bertanda tangan di bawah ini:
7. Nama Peneliti : Hamdar Rosmini
Profesi : Mahasiswi UIN Alauddin Makassar
Fakultas/Jurusan : Dakwah dan Komunikasi/Manajemen Dakwah
Semester : VII (Tujuh)
Alamat : Samata-Gowa
Peneliti tersebut benar telah mengadakan wawancara dengan:
8. Nama Informan : Syamsir, S.H
Profesi/Jabatan : Marketing
Umur : 30 Tahun
Lembaga/Kantor : Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa
Alamat : Jl. KH. Wahid Hasyim No. 256, Sungguminasa, Gowa.
Dengan ini menyatakan bahwa masing-masing pihak (Peneliti dan Informan) telah
mengadakan kesepakatan wawancara dalam rentang waktu yang telah ditetapkan
sebelumnya, terhitung tanggal 10-30 Januari 2016, yang disesuaikan dengan kondisi
dan ketersediaan waktu informan. Demikian dalam pelaksanaan wawancara dan
panduan wawancara, serta petunjuk teknis lainnya oleh Informan.
Makassar, 30 Januari 2016
Informan Peneliti
Syamsir, S.H Hamdar Rosmini
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
Surat keterangan wawancara yang bertanda tangan di bawah ini:
9. Nama Peneliti : Hamdar Rosmini
Profesi : Mahasiswi UIN Alauddin Makassar
Fakultas/Jurusan : Dakwah dan Komunikasi/Manajemen Dakwah
Semester : VII (Tujuh)
Alamat : Samata- Gowa
Peneliti tersebut benar telah mengadakan wawancara dengan:
10. Nama Informan : Ahmad Ramadhana, S.Sos
Profesi/Jabatan : Kepala Unit Mikro
Umur : 38 Tahun
Lembaga/Kantor : Bank BRI Syariah KCP Sungguminasa
Alamat : : Jl. KH. Wahid Hasyim No. 256, Sungguminasa, Gowa.
Dengan ini menyatakan bahwa masing-masing pihak (Peneliti dan Informan) telah
mengadakan kesepakatan wawancara dalam rentang waktu yang telah ditetapkan
sebelumnya, terhitung tanggal 10-30 januari 2016, yang disesuaikan dengan kondisi
dan ketersediaan waktu informan. Demikian dalam pelaksanaan wawancara dan
panduan wawancara, serta petunjuk teknis lainnya oleh Informan.
Makassar, 30 Januari 2016
Informan Peneliti
Ahmad Ramadhana, S.Sos Hamdar Rosmini
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di dusun Kajang Desa
Topejawa pada tanggal 27 November 1994
dengan Nama Hamdar Rosmini. Penulis
merupakan putri kedua dari 4 bersaudara,
pasangan Bapak Hasbullah Nanjeng dan Ibu Hj
Aminawati daeng Kebo.
Penulis menyelesaikan pendidikan
Sekolah Dasar di SDN No. 66 Kajang (2000–2006). Setelah itu melanjutkan
pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Manggarabombang (2006–
2009). Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1
Takalar (2009–2012).
Penulis terdaftar sebagai Mahasiswi di Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar pada tahun 2012. Dan terdaftar sebagai Mahasiswi Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah sampai tahun 2016.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos),
Penulis melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Manajemen Risiko Pembiayaan
Murabahah pada Bank BRI Syariah cabang Makassar” dibawah Bimbingan Bapak
Drs Muh. Anwar, M.Hum,. dan Dr. Irwan Misbach, Se, M.Si,.
Recommended