View
1
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN
PEMBIAYAAN
DI KJKS BMT TUMANG CABANG CEPOGO
Disusun Guna Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Perbankan Syariah
PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN
PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
DI KJKS BMT TUMANG CABANG CEPOGO
TUGAS AKHIR
Disusun Guna Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Perbankan Syariah
Disusun oleh:
ULFATU ROSYIDAH
NIM. 20110016
PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2013
EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN
DI KJKS BMT TUMANG CABANG CEPOGO
Disusun Guna Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Perbankan Syariah
PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
ii
EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN
PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
DI KJKS BMT TUMANG CABANG CEPOGO
TUGAS AKHIR
Disusun Guna Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Perbankan Syariah
Disusun oleh:
ULFATU ROSYIDAH
NIM. 20110016
PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2013
v
ABSTRAK
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur pembiayaan musyarakah dan untuk mengetahui efektifitas sistem pengendalian intern pada pemberian pembiayaan musyarakah di KJKS BMT Tumang cabang Cepogo.
Metode analisis yang digunakan bersifat kualitatif, yaitu metode analisis yang bersifat deskriptif dengan perbandingan antara teori dengan praktik yang dijalankan pada obyek penelitian. Penulis menggunakan empat unsur sistem pengendalian intern dalam eveluasi tersebut.
Hasil penelitian yang diperoleh dengan membandingkan antara teori dengan praktik yang terjadi pada KJKS BMT Tumang cabang Cepogo, menunjukkan bahwa sebagian penerapan unsur-unsur sistem pengendalian intern sudah sesuai dengan teori yang ada meski masih terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan yang terjadi yaitu masih adanya satu personil yang menjalankan lebih dari 1 (satu) fungsi, tidak digunakannya form dengan nomor urut tercetak dalam pelaksanaan operasionalnya, serta kurang efektifnya sistem panjaringan karyawan baru. Sehingga efektifitas kerja organisasi dalam pembiayaan kurang terjaga.
Dari hasil analisis tersebut pemecahan masalah yang terjadi dapat dilakukan dengan membenahi penerapan unsur-unsur sistem pengendalian intern agar sistem kerja KJKS BMT Tumang cabang Cepogo lebih terstruktur dan efektif. Dalam rangka menghindari perangkapan fungsi dari 1 (satu) personil, perlu ditambahkan karyawan dalam operasionalnya, dan perlu adanya penggunaan form bernomor urut tercetak guna mempermudah proses pencatatan dan penyimpanan data nasabah. Serta perlu diperhatikan dalam proses merekrut karyawan baru, agar mendapatkan SDM yang benar-benar berkompeten di bidangnya.
Kata Kunci: Pembiayaan musyarakah dan sistem pengendalian intern
vi
MOTTO :
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan ” (Q.S. Alam Nasyrah: 6)
“ If there is a will, there is a way ” (Albert Einstein)
“ Hidup untuk menjadi berguna, bukan hanya menggunakan ”
“ Kehormatan dan kepercayaan seseorang, tergantung kepada sikap
tanggungjawabnya “
“ Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu : ‘sesungguhnya
aku akan mengerjakan itu besok pagi’ ” (Al-Kahfi : 23)
“….. Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ” (Al-Mujaadilah : 11)
“ Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan. Agar kamu menjalani
jalan-jalan yang luas di bumi itu ” (Nuh : 19-20)
vii
PERSEMBAHAN
Dengan segenap jiwa raga, tanpa semuanya tidak akan ada daya. Maka Tugas
Akhir ini penulis persembahkan kepada:
Allah SWT
Atas atas izin, rahmad, berkah, ridla, dan kehendak Mu, semua ini dapat berjalan
dengan baik dan lancar
Rasulullah Muhammad SAW
Tauladan dan tuntunan umat manusia, menuju ridla Allah SWT
Ayah Tercinta
Perjuangan yang tiada henti untuk anakmu yang takkan pernah terlupakan
sepanjang masa
Ibu Tercinta
Do’amu yang selalu menaungiku dalam segala keadaan untuk mendapatkan yang
terbaik, akan menjadi prasati yang takkan pernah pudar
Saudara-saudaraku
Apresiasi yang tak pernah terlupa, bersama sebagai sahabat dan kerabat
Teman-teman dalam Perjalanan Hidup
Thanks a lot of your apresiation for my trip
Sahabat-sahabat DIII Perbankan Syariah 2010
Perjalanan bersama suka dan duka, kan menjadi kenangan dalam menggapai
sukses di masa yang akan datang
(Terimakasih atas semuanya)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
hidayah, serta inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang
berjudul “Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan Musyarakah Di
KJKS BMT Tumang Cabang Cepogo” dengan lancar guna memenuhi syarat-
syarat kelengkapan dalam memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi
DIII Perbakan Syariah Jurusan Syariah di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Salatiga.
Dalam perjalanan penyusunan penelitian ini, tentunya hambatan dan
rintangan sering datang silih berganti. Pada saat itu hanya Allah SWT yang
mampu menjaga motivasi dan semangat penulis untuk tetap melaju dalam
menyelesaikan tugas ini. Kelancaran terselesaikannya tugas akhir ini juga berkat
adanya dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan
ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih tak terhingga kepada :
1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
2. Bapak Abdul Aziz NP, S.Ag., M.M., selaku Ketua Program Studi DIII
Perbankan Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Salatiga.
x
3. Bapak Taufikur Rahman, S.E.,M.Si., selaku dosen pembimbing, yang
telah memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan dalam penyusunan
tugas akhir ini.
4. Keluarga besar KJKS BMT Tumang Cepogo yang telah mengizinkan
melakukan penelitian dan pemberian data yang diperlukan.
5. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan segala kasih dan restu,
dukugan yang berupa material dan spiritual yang tak ternilai harganya.
6. Saudara-saudara yang telah menemani dan memberikan dorongan serta
semangat yang luar biasa.
7. Sahabat-sahabat DIII Perbankan Syariah 2010 yang telah memenuhi hari-
hari penulis dengan penuh semangat.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang terlibat
dalam pembuatan karya tulis ini
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan tugas akhir ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat
memberikan pengetahuan dan manfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Boyolali, 2 September 2013
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ......................................................................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan dan Kegunaan ................................................................. 6
D. Metode Penelitian ....................................................................... 7
E. Batasan Masalah ......................................................................... 10
F. Penelitian Terdahulu ................................................................... 10
G. Penegasan Istilah ......................................................................... 14
H. Sistematika Penulisan ................................................................. 15
xii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Sistem Pengendalian Intern ......................................................... 17
B. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) ................................................ 27
C. Pembiayaan ............................................................................... 33
D. Pembiayaan Musyarakah ......................................................... 37
BAB III LAPORAN OBYEK
A. Gambaran Umum ........................................................................ 43
B. Pembiayaan Musyarakah di KJKS BMT Tumang Cabang Cepogo......................................................................................... 65
BAB IV ANALISIS
A. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan Musyarakah di KJKS BMT Tumang Cabang Cepogo................ 69
B. Analisis Sistem Pengendalian Intern pada Pembiayaan Musyarakah di KJKS BMT Tumang Cabang Cepogo ............... 88
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 95
B. Saran ............................................................................................ 96
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 99
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3. 1 Susunan Pengurus dan Pengawas KJKS BMT Tumang................... 59
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2. 1 Skema Pembiayaan Musyarakah......................................................... 40
3. 1 Struktur Organisasi KJKS BMT Tumang............................................ 48
4. 1 Bagan Prosedur Permohonan Pembiayaan.......................................... 74
4. 2 Bagan Prosedur Persetujuan Pembiayaan............................................ 75
4. 3 Bagan Prosedur Akad Pembiayaan...................................................... 76
4. 4 Bagan Prosedur Realisasi Dana Pembiayaan...................................... 77
4. 5 Bagan Prosedur Pencatatan Akuntansi................................................ 78
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 : Lembar Konsultasi
Lampiran 3 : Surat Keterangan Pembimbing
Lampiran 4 : Satuan Kredit Kerja
Lampiran 5 : Formulir Permohonan Pembiayaan
Lampiran 6 : Formulir Pendaftaran Anggota BMT Tumang
Lampiran 7 : Formulir Pengajuan Pembiayaan
Lampiran 8 : Surat Akad Parjanjian Pembiayaan
Lampiran 9 : Slip dan Kuitansi Pembiayaan
Lampiran 10 : Lembar Hasil Survei
Lampiran 11 : Surat Pernyataan Menjaminkan
Lampiran 12 : Surat Kuasa Menjual
Lampiran 13 : Surat Tanda Terima dan Pengambilan Jaminan
Lampiran 14 : Kartu Pembiayaan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu Negara adalah
adanya dukungan dari sistem keuangan yang sehat dan stabil. Perkembangan
perekonomian yang semakin kompleks tentunya membutuhkan ketersediaan
dan peran serta lembaga keuangan. Kebijakan moneter dan perbankan
merupakan bagian dari kebijakan ekonomi yang diarahkan untuk mencapai
sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan perbankan dalam suatu negara
sangat penting. Tidak ada suatu negarapun yang hidup tanpa memamfaatkan
lembaga keuangan (Siamat, 1995: 47).
Indonesia memiliki beragam bentuk lembaga keuangan. Lembaga
tersebut dapat berupa lembaga keuangan bank dan non bank. Misalkan bank
secara umum, asuransi, koperasi, dan sebagainya. Kini banyak bermunculan
lembaga keuangan syariah seperti bank syariah dan kopersi syariah (BMT) di
Indonesia yang beroperasi berdasarkan syariat Islam sejak dikemukakan
fatwa tentang haramnya bunga bank. Lembaga Keuangan Syariah tidak
menerapkan sistem bunga, melainkan dengan sistem bagi hasil.
Di Indonesia, bank syariah pertama kali didirikan pada tahun 1992
adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Walaupun mengalami perkembagan
yang cukup lambat bila dibandingkan dengan negara-negara muslim lainya,
perbankan syariah di Indonesia akan terus berkembang. Pada periode 1992-
2
1998 hanya ada satu Bank Syariah, kemudian pada tahun 2005 bartambah 20
Bank Syariah, yaitu 3 Bank Umum Syariah, dan 17 unit Bank Syariah. Selain
itu jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) hingga tahun 2004
bertambah menjadi 88 buah.
Dua fungsi utama bank syariah adalah mengumpulkan dana dan
menyalurkan dana. Penyaluran dana yang dilakukan perbankan syariah adalah
pemberian pembiayaan kepada debitur yang membutuhkan, baik untuk modal
usaha maupun untuk konsumsi. Praktik pembiayaan yang sebenarnya
dijalankan oleh lembaga keuangan Islami adalah pembiayaan dengan sistem
bagi hasil atau syirkah dan pembiayaan berakad/sistem jual-beli atau bai’
(Muhammad, 2002: 259). Lahirnya undang-undang nomor 10 tahun 1998
tentang perbankan yang merupakan hasil revisi dari undang-undang nomor 7
tahun 1998, yang berbunyi ”pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan/kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang di biayai untuk mengembalikan uang setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil” (undang-undang 10 tahun 1998
pasal 1 ayat 2). Hal tersebut merupakan kesungguhan pemerintah dalam
memperdayakan sistem perbankan syariah di Indonesia.
Masyarakat membutuhkan lembaga keuangan syariah yang tidak hanya
berorientasi dalam hal bisnis, tetapi juga sosial. Tentunya bukan lagi dalam
bentuk bank syariah, karena pada umumnya lembaga keungan dalam bentuk
bank lebih berorientasi dalam hal bisnis dan sulit menjangkau pemenuhan
3
kebutuhan pengusaha mikro/kecil. Salah satu lembaga keuangan syariah
alternatifnya adalah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). BMT merupakan
lembaga keuangan syariah yang berupaya untuk tidak hanya berpihak pada
perolehan keuntungan oleh pemilik modal saja. Tetapi juga mendistribusikan
kekayaan secara adil dan merata. Lembaga keuangan syariah ini juga
berfungsi untuk membantu kelompok masyarakat yang membutuhkan dana
yang pada umumnya dalam menjalankan usaha mikro/kecil.
Dalam pendirian maupun operasional BMT tidak hanya melibatkan
golongan-golongan tertentu namun dari semua kalangan masyarakat tanpa
ada batasan ekonomi, sosial maupun agama. Semua golongan masyarakat
dapat berperan serta dalam pembangunan lembaga keuangan syariah yang
dapat bermanfaat bagi semua kelompok masyarakat secara merata bahkan
dari kelompok masyarakat serta pengusaha kecil sekalipun.
Peran BMT dalam mengembangkan usaha mikro dan kecil di
lingkungannya merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi pembangunan
nasional. Bank yang diharapkan mampu menjadi perantara keuangan ternyata
hanya mampu bermain pada level menengah atas. Sementara lembaga
keuangan non formal yang notabenenya mampu menjangkau pengusaha
mikro, tidak mampu menjangkau kapitalisasi usaha kecil. Maka BMT
diharapkan tidak terjebak pada dua kutub sistem ekonomi yang berlawanan
tersebut (Ridwan, 2004: 73).
Salah satu peran BMT dalam masyarakat yaitu sebagai lembaga yang
menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan atau sering disebut
4
dengan pembiayaan. Salah satu jenis pembiayaan yang ada dalam BMT
adalah pembiayaan musyarakah. Pembiayaan musyarakah merupakan
pembiayaan dengan pola investasi dimana kadua belah pihak memberikan
kontribusi dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan
ditanggung bersama (Antonio, 2001: 90). Pembiayaan musyarakah pada
umumnya merupakan salah satu jenis pembiayaan yang banyak diminati oleh
masyarakat. Maka dalam penyaluran pembiayaan musyarakah juga
dibutuhkan sistem operasional yang baik agar tidak terjadi segala macam
kesalahan ataupun penyelewengan.
Sistem pengendalian intern, mungkin menjadi salah satu aspek penting
dalam suatu perusahaan. Begitu pula dalam pembiayaan musyarakah pada
BMT, sistem pengendalian intern sangat dibutuhkan untuk mencegah
terjadinya kesalahan dan resiko pembiayaan yang tidak diharapkan. Sistem
pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran
yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong
dipatuhinya kebijakan manajemen (Mulyadi, 2008: 163).
BMT Tumang merupakan lembaga keuangan syariah yang yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat baik dalam hal simpanan maupun
pembiayaan. Perkembangan BMT Tumang cukup pesat yang mana sampai
saat ini telah memilliki 6 kantor cabang yang tersebar di beberapa wilayah.
Dalam hal pembiayaan, KJKS BMT Tumang cukup mempunyai potensi
cukup tinggi. Terlebih lagi pembiayaan musyarakah yang merupakan salah
5
satu jenis pembiayaan paling diminati masayarakat. Maka dibutuhkan sistem
pengendalian intern yang baik untuk mencegah terjadinya kesalahan dan
kegagalan yang dapat merugikan pihak KJKS BMT Tumang yang berperan
sebagai shahibul maal maupun pihak nasabah yang berperan sebagai
mudharib.
Berdasarkan latar belakang tersebut dan pentingnya sistem
pengendalian intern dalam setiap kegiatan perusahaan, maka dalam penelitian
ini penulis mengambil judul : “Evaluasi Sistem Pengendalian Intern
Pembiayaan Musyarakah Di KJKS BMT Tumang Cabang Cepogo”.
B. Rumusan Masalah
Menilik latar belakang yang telah dijelaskan, rumusan masalah terkait
yang akan digunakan penulis sebagai bahan penelitian Tugas Akhir adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana prosedur Pembiayaan musyarakah di KJKS BMT
Tumang cabang Cepogo?
2. Bagaimana Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan musyarakah di
KJKS BMT Tumang cabang Cepogo?
3. Apakah Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan musyarakah telah
diterapkan secara efektif di KJKS BMT Tumang cabang Cepogo?
6
C. Tujuan dan Kegunaan
Berdasarkan rumusan masalah yang tersusun dan tersebut, maka dapat
disebutkan mengenai tujuan penelitian ini, antara lain :
1. Untuk mengetahui prosedur Pembiayaan musyarakah di KJKS BMT
Tumang cabang Cepogo.
2. Untuk mengetahui Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan
musyarakah di KJKS BMT Tumang cabang Cepogo.
3. Untuk mengetahui keefektifan Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan
musyarakah di KJKS BMT Tumang cabang Cepogo.
Penulisan Tugas Akhir ini diharapkan juga dapat memberikan banyak
manfaat, baik bagi KJKS BMT Tumang, bagi penulis, bagi Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, maupun bagi pembaca. Adapun
manfaat yang diharapkan yaitu :
1. Bagi KJKS BMT Tumang
Dari hasil penelitian, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan evaluasi dalam sistem pengendalian intern yang telah
diterapkan sebelumnya.
2. Bagi Pembaca
a. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah
pengetahuan yang lebih mendalam mengenai sistem pengendalian
intern pada pembiayaan musyarakah.
b. Sebagai salah satu bahan referensi, khususnya yang tertarik pada
bidang keuangan syariah.
7
3. Bagi Penulis
a. Untuk prasarat kelulusan diploma pada Program Studi DIII
Perbankan Syariah di STAIN Salatiga.
b. Memberikan pengetahuan dan informasi lebih luas untuk
disesuaikan serta dipadukan dengan pengetahuan teori yang didapat
di bangku kuliah.
4. Bagi STAIN Salatiga
a. Memperkenalkan STAIN Salatiga kepada masyarakat luar
khususnya Program Studi Perbankan Syariah.
b. Sebagai tambahan referensi literatur serta informasi khususnya bagi
mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi Perbankan Syariah.
D. Metode Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penerapan sistem
pengendalian intern pada pembiayaan musyarakah di KJKS BMT Tumang
Cabang Cepogo.
2. Jenis penelitian
Jenis penelitian atau penulisan dalam tugas akhir ini menggunakan
pendekatan kualitatif, karakteristik penelitian kualitatif yaitu penelitian
yang hasil analisisnya berupa kata-kata yang dirancang secara deskriptif.
Penjelasannya bukan berupa angka ataupun dengan penghitungan statistik,
namun menggunakan paragraf-paragraf penjelas.
8
Menurut Daymon (2008: 7-9) karakteristik penelitian kualitatif yaitu:
a. Kata, berfokus pada kata bukan angka.
b. Keterlibatan peneliti, peneliti terlibat dekat dengan hal-hal yang
diteliti.
c. Sudut pandang partisipan, menyelidiki dan menyajikan berbagai
perspektif subjektif para partisipan.
d. Riset skala kecil, mengeksplorasi penelitian secara terperinci.
e. Fokus yang holistik, tidak hanya terpaku pada satu atau dua variabel,
tetapi lebih luas cakupannya.
f. Fleksibel, tidak hanya meneliti topik, tetapi juga menyelidiki hal
baru yang diungkapkan informan tentang pemahaman mereka.
g. Proses, menangkap proses yang berlangsung dari waktu ke waktu.
h. Latar alami, dilakukan di lingkungan alami tempat orang berada.
i. Induktif ke deduktif, mendapatkan gagasan dari hasil mengumpulkan
dan meneliti data.
3. Jenis data yang dibutuhkan
Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data data
primer yang menurut Supranto (2002: 20-21) yaitu data yang dikumpulkan
sendiri oleh perorangan/suatu organisasi langsung melalui objeknya, dan
data sekunder yang menurut Daymon (2008) yaitu data yang diperoleh dari
dokumen, buku-buku dan arsip-arsip yang berkaitan dengan topik data
yang akan diteliti.
9
Menurut Uma Sekaran (2006), data primer adalah data yang
diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data
sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
Data primer dapat diperoleh dengan cara melakukan wawancara
secara langsung dengan karyawan dan staff BMT Tumang cabang Cepogo
untuk memperoleh informasi dan data yang dibutuhkan. Data sekunder
merupakan jenis data yang tidak bisa diabaikan begitu saja, dilihat dari
sumber data, data sekunder dapat dibagi atas sumber buku dan majalah
ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.
4. Metode pengumpulan data
a. Metode Wawancara
Sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari narasumber yang diwawancarai.
Wawancara dilakukan penulis kepada pengelola bagian pembiayaan
dan pihak lain yang terkait dengan pembiayaan musyarakah di BMT
Tumang untuk menggali informasi mengenai pembiayaan musyarakah
di BMT Tumang.
b. Metode Observasi
Peneliti terlibat secara langsung dengan objek penelitian. Di sini
penulis ikut dalam proses pengumpulan kelengkapan data yang
diperlukan. Observasi yang akan dilakukan yaitu mengamati kegiatan
Lembaga Keuangan Syariah secara langsung pada saat melakukan
praktik magang di BMT Tumang.
10
c. Metode Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan cara membaca buku referensi, buku
panduan maupun literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang
ada, sehingga akan membentu dalam proses penelitian.
d. Analisa dokumen
Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan.
E. Batasan Masalah
Terkait dengan luasnya lingkup permasalahan dan waktu serta
keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan berkaitan dengan pembiayaan
musyarakah, maka untuk memudahkan analisa dalam tugas akhir ini
penelitian dibatasi pada pelaksanaan prosedur pembiayaan musyarakah dan
penerapan unsur sistem pengendalian intern dalam pembiayaan musyarakah
sampai dengan tahap realisasi dana pembiayaan di KJKS BMT Tumang
cabang Cepogo.
F. Penelitian Terdahulu
Terkait dengan tugas akhir akan yang diteliti oleh penulis, ada beberapa
telaah pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dibuat
sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan maupun pembeda bagi
penelitian ini.
Penelitian mengenai pengendalian intern telah dilakukan oleh Azizah
pada tahun 2005, dalam tugas akhirnya yang berjudul “Internal control
Pengaruhnya Terhadap Laporan Keuangan pada USP Swamitra Mekar
11
Ungaran”, yang mengemukakan bahwa internal control menunjukkan suatu
perusahaan untuk mencegah terjadinya kesalahan yang fatal dalam lembaga
tersebut. Dalam perusahaan laporan dapat dilihat apakah mengalami laba atau
rugi, perusahaan tersebut melihat apakah dalam laporan tersebut sudah benar
atau belum. Kebenaran dapat dilihat dengan data yang dilaporkan dan telah
diaudit minimal oleh internal control. Ini menunjukkan salah satu kegunaan
internal control perusahaan.
Penelitian mengenai penerapan pengendalian internal telah dilakukan
oleh Renata Cynthiadevi pada tahun 2008 dalam skripsinya yang berjudul
“Analisis Efektifitas dan Efisiensi Pengendalian Intern Atas Sistem
Penggajian PT. Gerbang Tata Gemilang”, yang mengemukakan bahwa
keterbatasan pengendalian intern suatu entitas, meliputi kesalahan dalam
pertimbangan, gangguan, kolusi, pengabaian dalam manajemen, serta biaya
lawan manfaat yang sebisa mungkin semua hal tersebut harus dihindari demi
kelancaran penerapan pengendalian intern. Penelitian ini jelas berbeda dengan
yang akan diteliti oleh penulis, selain perbedaan lokasi, juga topik masalah
yang disoroti.
Penelitian berikutnya mengenai sistem pengendalian intern juga telah
dilakukan oleh Maulia Fitriasih pada tahun 2010, dalam skripsinya yang
berjudul “Penerapan Sistem Pengendalian Intern Atas Pembiayaan
Konsumen Dalan Pemberian Kredit Kepemilikan Rumah (KPR iB) Pada
KCP BRI Syariah Di Bangkalan”, yang menerangakan bahwa penerapan
Sistem Pengendalian Intern pada pemberian kredit di KCP BRI Syariah di
12
Bangkalan dapat dibilang sudah efektif yaitu dilihat dari segi elemen Sistem
Pengendalian Intern yang telah diterapkan baik. Skripsi tersebut mengacu
pada sistem pengendalian intern pada Kredit Kepemilikan Rumah (KPR iB),
sedangkan disini penulis lebih menekankan pada pengendalian intern dari
pembiayaan yang menerapkan pola investasi.
Penelitian mengenai sistem pengendalian intern yang telah dilakukan
oleh Ruzanna Amanina pada tahun 2011, dalam skripsinya yang berjudul
“Evaluasi Terhadap Sistem Pengendalian Intern Pada Proses Pemberian
Kredit Mikro (Studi Pada Pt. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Majapahit
Semarang)”, menyatakan bahwa Pengujian kepatuhan dilakukan terhadap
sistem pengendalian intern dengan menggunakan metode fixed sample size.
Penentuan jumlah sampel yang dipilih menggunakan bantuan tabel angka
random, menetapkan tingkat keandalan (reliability level) 95% dan batas
ketepatan tertinggi yang diharapkan (Desired Upper Precission Limit/ DUPL)
5%. Hasil yang diperoleh dari pengujian kepatuhan ini adalah jumlah batas
ketepatan yang dicapai (Achieved Upper Precission Limit / AUPL) sebesar
3%. Dari hasil tersebut, AUPL lebih kecil atau sama dengan DUPL, maka
pengendalian intern yang ada dikatakan efektif. Skripsi ini menekankan pada
metode fix sample size dalam analisis sistem pengendalian internnya.
Penelitian lain mengenai sistem pengendalian intern juga dilakukan
oleh Andrian Budi Prasetyo pada tahun 2011, dalam skripsinya yang berjudul
“Kualitas Prosedur Pengendalian Internal : Antecedents Dan Pengaruh
Moderating Pada Keadilan Organisasional Dan Kecurangan Pegawai”,
13
yang mengungkapkan bahwa bahwa pada model pertama mengungkapkan
bahwa kualitas prosedur pengendalian internal memberikan pengaruh
moderating terhadap hubungan antara persepsi keadilan organisasional
dengan kecurangan pegawai. Kemudian pada model kedua menunjukkan
bahwa tiga faktor organisasional yaitu: lingkungan etika perusahaan, aktivitas
internal audit dan pelatihan manajemen risiko tidak berpengaruh terhadap
kualitas prosedur pengendalian internal. Skripsi ini mengacu pada
pembahasan mengenai prosedur pengendalian intern.
Dalam Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda
Aceh (2012), dengan judul “Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap
Penerapan Good Corporate Governance (Gcg) Pada Perbankan Di Kota
Banda Aceh”, mengemukakan bahwa dalam rangka peningkatan penerapan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance perusahaan perlu dilakukan
peningkatan pengendalian intern. Hal tersebut didukung oleh temuan secara
deskriptif oleh BPK-RI bahwa tingkat pengendalian intern relatif belum
maksimal (RKAP PT. Bank BPD Aceh Tahun Buku 2007 Dan 2008 di Banda
Aceh). Setelah dilakukan pengujian dan analisis data dalam penelitian ini,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sistem Pengendalian Intern
berpengaruh terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada
perbankan di Kota Banda Aceh.
Penelitian berikutnya mengenai sistem pengendalian intern dilakukan
oleh Lidia Purnamasari pada tahun 2012, dalam tugas akhirnya yang berjudul
“Sistem Pengendalian Intern Penggajian pada BMT ANDA Salatiga”, yang
14
mengemukakan bahwa prosedur penggajian di BMT ANDA Salatiga
sederhana dan dikatakan baik, serta mudah dipahami. Sistem pengendalian
intern yang meliputi unsur-unsur pengendalian intern sudah baik, hanya saja
perlu pembenahan dalam hal pegawai yang masih merangkap beberapa
bagian tugas agar operasional lebih efisien.
Berdasarkan telaah pustaka yang telah dipaparkan di atas, sejauh
pengatahuan penulis penelitian tentang “Evaluasi Sistem Pengendalian Intern
Pembiayaan Musyarakah Di KJKS BMT Tumang Cabang Cepogo” belum
pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Perbedaan judul penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya yaitu dengan menganalisis Sistem
pengendalian intern dalam pembiayaan musyarakah di KJKS BMT Tumang
Cabang Cepogo.
G. Penegasan Istilah
Berikut pengertian dari istilah-istilah yang terkait dengan penelitian ini,
yaitu:
1. Clerical operation merupakan kegiatan yang terstruktur berdasrkan
urutan tertentu, seperti menulis, mengamati, memahami, dan
seterusnya sesuai dengan hal yang bersangkutan dengan materi
sebelumnya.
2. Defisit unit yaitu pihak yang dikatakan kekurangan dana, dan membutuhkan
dana untuk menjalankan suatu kegiatan usaha.
3. Mark-up yaitu keuntungan dari suatu usaha atau suatu kerjasama
dalam hal bisnis, atau kegiatan ekonomi lainnya.
15
4. Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran
kemajuan atas objektif program. Memantau perubahan yang fokus
pada proses dan keluaran.
5. Management Oversight adalah pengawasan yang dilakukan oleh
manajemen kepada anggota menejemen yang menjalankan operasional
perusahaan.
6. Surprised audit yaitu pemeriksaan mendadak yang dilakukan auditor
kepada karyawan perusahaan yang dimaksud agar selalu bekerja
dengan baik meski tanpa adanya pengawasan.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan uraian mengenai hal-hal yang akan
dilaporkan bab demi bab, dari bab rencana laporan penelitian diperoleh
gambaran yang berurutan dan saling terkait. Adapun rancangan sistematika
penulisan laporan penelitian adalah sebagai berikut:
Bab I (Pendahuluan), dijelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dan
berhubungan dengan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan, metodologi laporan tugas akhir, batasan masalah, penelitian
terdahulu, penegasan istilah, serta sistematika penulisannya.
Bab II (Landasan Teori), berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan
sistem pengendalian intern, Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) dan pembiayaan
musyarakah.
Bab III (Laporan Obyek), menjelaskan tentang gambaran umum dan
sejarah berdirinya KJKS BMT Tumang, visi dan misi, struktur organisasi,
16
data deskriptif mengenai sistem pengendalian intern dan pembiayaan
musyarakah, serta data deskriptif lain terkait dengan objek tersebut.
Bab IV (Analisis), berisi tentang studi analisis hasil penelitian
mengenai pembiayaan musyarakah pada KJKS BMT Tumang dan evaluasi
sistem pengendalian intern pembiayaan musyarakah pada KJKS BMT
Tumang.
Bab V (Penutup), mengemukakan tentang kesimpulan dan saran.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sistem Pengendalian Intern
1. Pengertian Sistem, Prosedur, dan Sistem Akuntansi
Sistem mempunyai peranan besar terhadap keberhasilan suatu
perusahaan. Dengan sistem yang baik maka kinerja perusahaan akan lebih
teratur dan dapat dikoordinir sehingga dapat memperkecil kemungkinan
adanya berbagai kesalahan ataupun penyelewengan dalam perusahaan.
Suatu sistem diperlukan oleh sebuah perusahaan untuk membentuk
jaringan kerja yang sistematis dan terorganisir.
Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola
yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Prosedur
adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang
dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin
penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-
ulang (Mulyadi, 2001: 5).
Suatu sistem tersusun dan terdiri dari jaringan prosedur, sedangkan
prosedur merupakan urutan kegiatan klerikal. Kegiatan klerikal (clerical
operation) ini meliputi menulis, menggandakan, menghitung, memberi
kode, mendaftar, memilih (mensortasi), memindahkan, dan
membandingkan. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mencatat informasi
18
akuntansi ke dalam buku jurnal, buku besar dan laporan keuangan yang
dibutuhkan pihak yang berkepentingan.
Baridwan (2005: 3), dalam buku yang berjudul “Sistem Akuntansi”,
menjelaskan bahwa prosedur adalah suatu urutan pekerjaan kerani
(clerical), biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau
lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap
transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi.
Menurut Settler dalam Mulyadi (2001: 4), bahwa sistem akuntansi
adalah formulir-formulir, catatan-catatan, prosedur-prosedur, dan alat-alat
yang digunakan untuk mengolah data mengenai usaha suatu kegiatan
ekonomis dengan tujuan untuk menghasilkan umpan balik dalam bentuk
laporan-laporan yang diperlukan oleh manajemen untuk mengawasi
usahanya, dan bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan seperti
pemegang saham, kreditor, dan lembaga-lembaga pemerintah untuk
menilai hasil.
Dari definisi sistem akuntansi tersebut, unsur sistem akuntansi pokok
adalah:
a. Formulir;
b. Jurnal;
c. Buku Besar;
d. Buku Pembantu;
e. Laporan Keuangan
19
2. Pengertian Sistem Pengendalian Intern
a. Menurut IAI yang dikutip Sukrisno Agus (2004: 79) :
Pengendalian intern merupakan suatu proses yang dijalankan oleh
dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain
untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga
golongan tujuan berikut ini :
1) Keandalan pelaporan keuangan
2) Efektivitas dan efisiensi operasi
3) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
b. Menurut Jogiyanto (2000: 373) dari AICPA (American Institute of
Certified Public Accountant) yaitu :
Pengendalian intern meliputi struktur suatu organisasi dan semua
metode-metode yang terkoordinir serta ukuran-ukuran yang ditetapkan
di dalam suatu perusahan untuk tujuan menjaga keamanan harta milik
perusahaan, mmeriksa ketepatan dan kebenaran data akuntansi,
meningkatkan efisiensi operasi kegiatan dan mendorong ditaatinya
kebijaksanaan-kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.
c. Menurut Mulyadi (2001: 165)
Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode
dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,
mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
20
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat dipahami
bahwa sistem pengendalian intern adalah suatu perencanaan yang meliputi
struktur organisasi dan semua metode dan alat-alat yang dikoordinasikan
yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga
keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran
data akuntansi, mendorong efisiensi, dan membantu mendorong
dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan.
Hasil dari Laporan Jurnal Akutansi Pascasarjana Universitas Syiah
Kuala yang berjudul Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap
Penerapan Good Corporate Governance (Gcg) Pada Perbankan Di Kota
Banda Aceh menyatakan bahwa terdapat 5 elemen sistem pengendalian
intern yang diatur daBank Indonesia Lamp. SE No.5/22/DPNP 2003. Lima
elemen utama yang satu sama lain saling berkaitan, yaitu Pengawasan oleh
Manajemen dan Kultur Pengendalian (Management Oversight and Control
Culture), Identifikasi dan Penilaian Risiko (Risk Recognition and
Assessment), Kegiatan Pengendalian dan Pemisahan Fungsi (Control
Activities and Segregation of Duties), Sistem Akuntansi, Informasi dan
Komunikasi (Accountancy, Information and Communication), serta
Kegiatan Pemantauan dan Tindakan Koreksi Penyimpangan/Kelemahan
(Monitoring Activities and Correcting Deficiencies).
21
3. Tujuan Sistem Pengendalian Intern
Terdapat beberapa tujuan dari pengendalian intern antara lain (Mulyadi,
2001: 163):
a. Menjaga kekayaan organisasi
Kekayaan milik perusahaan dapat dicuri atau disalah-gunakan jika
kekayaan tersebut tidak dilindungi dengan dilaksanakannya
pengendalian intern.
b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
Pengendalian intern ini dirancang untuk memberikan jaminan proses
pengolahan data akuntansi yang akan menghasilkan
informasi keuangan yang teliti dan handal.
c. Mendorong efisiensi
Sistem pengendalian intern dalam suatu perusahaan bertujuan untuk
menghindarkan pengulangan kerja yang tidak perlu dan pemborosan
dalam seluruh aspek usaha serta mencegah penggunaan sumber daya
secara tidak efisien.
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Dengan adanya sistem pengendalian intern yang dilaksanakan dalam
perusahaan akan memberikan jaminan yang memadai agar
kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh manajemen dipatuhi oleh
karyawan.
22
4. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern
Untuk menciptakan sistem pengendalian intern yang baik dalam
perusahaan maka ada empat unsur pokok yang harus dipenuhi antara lain
(Mulyadi, 2001: 166):
a. Struktur Organisasi yang Memisahkan Tanggung Jawab Fungsional
secara Tegas
Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung jawab
fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Pembagian
tanggung jawab fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada
prinsip-prinsip berikut ini:
1) Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari
fungsi akuntansi.
Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk
melaksanakan suatu kegiatan. Fungsi penyimpanan adalah
fungsi yang memiliki wewenang untuk menyimpan aktiva
perusahaan. Fungsi akuntansi adalah fungsi yang memiliki
wewenang untuk mencatat peristiwa keuangan perusahaan.
2) Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh
untuk melaksanakan semua tahap transaksi.
23
b. Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan yang Memberikan
Perlindungan yang Cukup terhadap Kekayaan, Utang, Pendapatan,
dan Biaya.
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi
dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya
transaksi tersebut.
c. Praktik yang Sehat dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi
Setiap Unit Organisasi.
Cara-cara yang umum dalam menciptakan praktik yang sehat adalah:
1) Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang
pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh yang
berwenang. Karena formulir merupakan alat untuk
memberikan otorisasi terlaksananya transaksi, maka
pengendalian pemakaiannya dengan menggunakan nomor urut
tercetak, akan dapat menetapkan pertanggungjawaban
terlaksananya transaksi.
2) Pemeriksaan mendadak (surprised audit). Pemeriksaan
mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan lebih dahulu
kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak
teratur. Jika dalam suatu organisasi dilaksanakan pemeriksaan
mendadak terhadap kegiatan-kegiatan pokoknya, hal ini akan
mendorong karyawan melaksanakan tugasnya sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan.
24
3) Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai
akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada
campur tangan dari orang atau unit organisasi lain.
4) Perputaran jabatan yang diadakan secara rutin akan dapat
menjaga independensi pejabat dalam melaksanakan
tugasnya, sehingga persekongkolan di antara mereka dapat
dihindari.
5) Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.
Karyawan kunci perusahaan diwajibkan mengambil cuti yang
menjadi haknya. Selama cuti, jabatan karyawan yang
bersangkutan digantikan untuk sementara oleh pejabat lain,
sehingga seandainya terjadi kecurangan dalam departemen
yang bersangkutan, diharapkan dapat diungkap oleh pejabat
yang menggantikan untuk sementara tersebut.
6) Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan
catatannya untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek
ketelitian dan keandalan catatan akuntansinya.
7) Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek
efektifitas unsur-unsur sistem pengendalian intern yang lain.
Unit organisasi ini disebut satuan pengawas intern atau staf
pemeriksa intern. Adanya satuan pengawas intern dalam
perusahaan akan menjamin efektifitas unsur-unsur sistem
pengendalian intern, sehingga kekayaan perusahaan akan
25
terjamin keamanannya dan data akuntansi akan
terjamin keandalannya.
d. Karyawan yang Mutunya sesuai dengan Tanggung Jawabnya.
Bagaimanapun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi
dan prosedur pencatatan, serta berbagai cara yang diciptakan untuk
mendorong praktik yang sehat, semuanya sangat tergantung kepada
manusia yang melaksanakannya. Jika perusahaan memiliki karyawan
yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian yang lain dapat
dikurangi sampai batas yang minimum, dan perusahaan tetap mampu
menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan.
Untuk mencapai tujuan sistem pengendalian intern dalam
kegiatan operasionalnya diperlukan karyawan yang jujur dan
kompeten dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya serta
dapat melaksanakan pekerjaannya dengan efektif dan efisien. Untuk
mendapatkan karyawan seperti yang dijelaskan diatas dapat
dilakukan dengan cara :
1) Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut
oleh pekerjaannya. Program yang baik dalam seleksi calon
karyawan akan menjamin diperolehnya karyawan yang
memiliki kompeten sesuai jabatan yang akan didudukinya.
2) Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi
karyawan perusahaan, sesuai tuntutan perkembangan
pekerjaannya.
26
5. Prisip-prinsip Sistem Pengendalian Intern
Untuk dapat mencapai tujuan pengendalian akuntansi, suatu sistem
harus memenuhi enam prinsip dasar pengendalian intern yang meliputi
(Hartadi, 1999: 130) :
a. Pemisahan fungsi
Tujuan utama pemisahan fungsi untuk menghindari dan pengawasan
segera atas kesalahan atau ketidakberesan. Adanya pemisahan fungsi
untuk dapat mencapai suatu efisiensi pelaksanaan tugas.
b. Prosedur pemberian wewenang
Tujuan prinsip ini adalah untuk menjamin bahwa transaksi telah
diotorisir oleh orang yang berwenang.
c. Prosedur dokumentasi
Dokumentasi yang layak penting untuk menciptakan sistem
pengendalian akuntansi yang efektif. Dokumentasi memberi dasar
penetapan tanggungjawab untuk pelaksanaan dan pencatatan
akuntansi.
d. Prosedur dan catatan akuntansi
Tujuan pengendalian ini adalah agar dapat disiapkannya catatan-
catatan akuntansi yang teliti secara cepat dan data akuntansi dapat
dilaporkan kepada pihak yang menggunakan secara tepat waktu.
e. Pengawasan fisik
Berhubungan dengan penggunaan alat-alat mekanis dan elektronis
dalam pelaksanaan dan pencatatan transaksi.
27
f. Pemeriksaan intern secara bebas
Menyangkut pembandingan antara catatan asset dengan asset yang
betul-betul ada, menyelenggarakan rekening-rekening kontrol dan
mengadakan perhitungan kembali penerimaan kas. Ini bertujuan untuk
mengadakan pengawasan kebenaran data.
B. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
1. Sejarah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Konsep BMT sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah saw
yang dikenal dengan nama bait al-maal dan berfungsi sebagai pengelola
dana amanah dan harta rampasan perang (ghanimah) pada masa awal
islam, yang diberikan kepada yang berhak dengan pertimbangan
kemaslahatan umat. Namun secara konkrit pelembagaan Baitul Maal baru
dilakukan pada masa Umar Bin Khattab, ketika kebijakan pendistribusian
dana yang terkumpul mengalami perubahan. Lembaga Baitul Maal itu
berpusat di ibu kota Madinah dan memiliki cabang di profinsi-profinsi
wilayah Islam.
Di Indonesia sendiri, sejarah BMT dimulai tahun 1984 yang
dikembangkan mahasiswa ITB di Masjid Salman yang mencoba
menggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan syariah bagi usaha kecil.
Kemudian BMT lebih di berdayakan oleh ICMI sebagai sebuah gerakan
yang secara operasional ditindaklanjuti oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha
Kecil (PINBUK). Sedangkan BMT secara resmi sebagai lembaga
keuangan syariah dimulai dengan disahkannya UU No. 7 Tahun 1992
28
tentang Perbankan yang mencantumkan kebebasan penentuan imbalan dan
sistem keuangan bagi hasil. Juga dengan terbitnya Peraturan Pemerintah
No. 72 Tahun 1992 yang memberikan batasan tegas bahwa bank
diperbolehkan melakukan kegiatan usaha dengan berdasarkan prinsip bagi
hasil. Maka mulailah bermunculan perbankan yang menggunakan sistem
syari’ah, seperti Bank Muamalat Indonesia (BMI), Baitul Maal wat
Tamwil (BMT). Munculnya BMT sebagai lembaga mikro keuangan Islam
yang bergerak pada sektor riil masyarakat bawah dan menengah adalah
sejalan dengan lahirnya Bank Muamalat Indonesia (BMI). Karena BMI
sendiri secara operasional tidak dapat menyentuh masyarakat kecil ini,
maka BMT menjadi salah satu lembaga mikro keuangan Islam yang dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Definisi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Baitul Mal berasal dari bahasa Arab bait yang berarti rumah, dan al-
maal yang berarti harta. Jadi secara etimologis (ma’na lughawi) Baitul
Mal berarti rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan harta (Dahlan,
1999). Adapun secara terminologis (ma’na ishtilahi), sebagaimana uraian
Abdul Qadim Zallum (1983) dalam kitabnya Al Amwaal Fi Daulah Al
Khilafah, Baitul Mal adalah suatu lembaga atau pihak yang mempunyai
tugas khusus menangani segala harta umat, baik berupa pendapatan
maupun pengeluaran negara.
29
ãΑ$ yϑø9 $#... tβθ ãΖt6 ø9 $#uρ èπ uΖƒ Η Íο4θ uŠys ø9 $# $ u‹÷Ρ‘‰9 $# ( àM≈uŠÉ)≈ t7 ø9$#uρ àM≈ ysÎ=≈ ¢Á9 $# î�ö� yz y‰ΖÏã
y7 În/u‘ $ \/# uθ rO î�ö� yzuρ Wξ tΒ r& ∩⊆∉∪
“...harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan...”(QS. Al-Kahfi : 46)
Dengan demikian, Baitul Maal dengan makna seperti ini mempunyai
pengertian sebagai sebuah lembaga atau pihak (al-jihat) yang menangani
harta negara, baik pendapatan maupun pengeluaran. Namun demikian,
Baitul Maal dapat juga diartikan secara fisik sebagai tempat untuk
menyimpan dan mengelola segala macam harta yang menjadi pendapatan
negara (Zallum: 1983).
Pada saat ini BMT diartikan sebagai lembaga keuangan mikro yang
dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis
usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta
membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prokarya dan
modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan
pada system ekonomi yang salaam: keselamatan (berintikan keadilan),
kedamaian dan kesejahteraan.
3. Tujuan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
BMT didirikan dengan tujuan meningkatkan kualitas usaha ekonomi
untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan dan masyarakat pada
umumnya. Pengertian tersebut dapat dipahami bahwa BMT berorientasi
pada upaya meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat.
30
Anggota harus diberdayakan (empowering) supaya dapat mandiri. Dengan
sendirinya, tidak dapat dibenarkan jika para anggota dan masyarakat
mennjadi sangat tergantung kepada BMT. Dengan menjadi anggota BMT,
masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup melalui peningkatan
usahanya (Ridwan, 2004: 128).
4. Prinsip dan Produk Inti Baitul Maal Wat Tamwil (BMT )
Baitul Maal wat Tamwil sebenarnya merupakan dua kelembagaan
yang menjadi satu,yaitu lembaga Baitul Maal dan lembaga Baitut Tamwil
yang masing-masing keduanya memiliki prinsip dan produk yang berbeda
meskipun memiliki hubungan yang erat antara keduanya dalam
menciptakan kondisi perekonomian yang merata dan dinamis (Yunus,
2009: 33).
Secara ringkas P3UK (1994) menerangkan prinsip dan prduk inti
Baitul Maal wat Tamwil sebagai berikut:
a. Prinsip dan Produk Inti Baitul Maal
Baitul Maal memiliki prinsip sebagai penghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang berhak
untuk menerimanya. Maka dapat diungkapkan mengenai produk
inti dari Baitul Maal terdiri atas:
1) Produk Penghimpunan Dana
Baitul Maal menerima dan mencari dana berupa zakat, infaq,
dan shadaqah. Selain itu Baitul Maal juga menerima dana
31
berupa sumbangan, hibah ataupun wakaf serta dana-dana yang
bersifat sosial.
2) Produk Penyaluran Dana
Penyaluran dana-dana dari Baitul Maal harus bersifat spesifik,
yang mana terbagi atas dana yang bersumber dari zakat dan
dana di luar zakat. Sarana penyaluran dana zakat sudah
ditetapkan dalam al-Qur’an, yaitu kepada 8 (delapan) ashnaf
antara lain: faqir, miskin, amiliin, mu’allaf, fisabilillah,
ghorimin, hamba sahaya dan musyafir. Sedangkan dana di luar
zakat dapat digunakan untuk pengembangan usaha orang-orang
miskin, pembangunan lembaga pendidikan, masjid maupun
biaya-biaya operasional kegiatan sosial lainnya (termasuk di
dalamnya untuk kepentingan kafir dhimmi, yang rela dengan
pemerintahan Islam).
b. Prinsip dan Produk Inti Baitut Tamwil
Ada 3 (tiga) prinsip yang dapat dilaksanakan oleh BMT
dalam fungsinya sebagai Baitut Tamwil, yaitu: Prinsip bagi hasil,
prinsip jual beli dengan mark-up, dan prinsip non profit. Maka
dapat disebutkan produk inti dari BMT sebagai Baitut Tamwil
adalah sebagai berikut:
1) Produk Penghimpunan Dana
Produk penghimpunan dana dalam Baitut Tamwil berupa jenis
simpanan yang dihimpun oleh BMT sebagai sumber dana yang
32
kelak akan disalurkan kepada usaha-usaha produktif. Jenis
simpanan tersebut antara lain: al-wadiah, al-mudharabah, dan
amanah.
2) Produk Penyaluran Dana
Produk penyaluran dana Baitut Tamwil merupakan bentuk pola
pembiayaan yang merupakan kegiatan BMT dengan harapan
dapat memberikan penghasilan. Pola pembiayaan tersebut
adalah: Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Musyarakah,
Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil, dan
Pembiayaan Qardhul Hasan.
5. Peraturan Hukum Terkait BMT
BMT berasaskan Pancasila & Undang-undang Dasar 1945 serta
berlandaskan syariat Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah),
kekeluargaan/koperasi, kebersamaan, kemandirian, dan profesionalisme.
Secara hukum BMT berpayung pada koperasi tetapi sistem
operasionalnya tidak jauh berbeda dengan bank syari’ah sehingga produk-
produk yang berkembang dalam BMT seperti apa yang ada di bank
syari’ah.
Karena berbadan hukum koperasi, maka BMT harus tunduk pada
Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian dan PP No. 9
tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh koperasi. Juga
dipertegas oleh KEP.MEN. No. 91 tahun 2004 tentang Koperasi Jasa
33
Keuangan Syariah (KJKS). Undang-undang tersebut sebagai payung
berdirinya BMT (Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah).
C. Pembiayaan
1. Definisi Pembiayaan
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-
pihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya,
pembiayaan dapat dibagai menjadi:
a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun
investasi. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi
menjadi (Antonio, 2001: 160):
1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan: (1) peningkatan produksi, yaitu peningkatan kualitas
atau mutu hasil produksi; dan (2) untuk keperluan perdagangan
atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
2) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-
barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat
kaitannya dengan itu
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis diguna-kan untuk
dipakai memenuhi kebutuhan.
34
2. Unsur Pembiayaan
Dalam pembiayaan mengandung berbagai maksud, atau dengan
kata lain dalam pembiayaan terkandung unsur – unsur yang direkatkan
menjadi satu.
a. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bahwa pembiayaan
yang diberikan benar – benar diterima kembali di masa yang akan
datang sesuai jangka waktu yang sudah diberikan dengan penelitian
terlebih dahulu secara mendalam tentang kondisi nasabah.
b. Kesepakatan
Kesepakatan antara si pemohon dengan pihak bank.
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing -
masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing – masing
yang kemudian dituangkan dalam akad pembiayaan dan
ditandatangani kedua belah pihak.
c. Jangka Waktu
Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu
tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian
pembiayaan yang telah disepakati.
d. Resiko
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian
pembiayaan akan memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau
macet pemberian suatu pembiayaan. Semakin panjang jangka waktu
35
pembiayaan maka semakin besar risikonya, demikian pula
sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko
disengaja, maupun risiko yang tidak disengaja.
e. Balas Jasa
Dalam Bank konvensional balas jasa dikenal dengan nama
bunga. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga
membebankan kepada nasabah biaya administrasi yang juga
merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip
syariah balas jasanya dikenal dengan bagi hasil.
3. Tujuan Pembiayaan
Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk
meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai
dengan nilai-nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh
sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri,
pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan
menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam
rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.
4. Fungsi Pembiayaan
Keberadaan bank syariah yang menjalankan pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan dan meramaikan
bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan
bisnis yang aman, diantaranya :
36
a. Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan
sistem bagi hasil yang tidak memberatkan debitur.
b. Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank konvensional
c. karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh
bank konvensional.
d. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan
oleh rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha yang
dilakukan.
e. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini pembiayaan untuk
pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan
tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih
menganggur.
f. Meningkatkan jumlah barang dan jasa.
g. Menghemat devisa Negara, terutama untuk produk-produk yang
sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat produksi dalam negeri
dengan fasilitas kredit yang jelas akan menghemat devisa negara
(Antonio, 2001: 166).
5. Prinsip-Prinsip Pemberian Pembiayaan
Prinsip 5C+IS merupakan prinsip yang paling umum diterapkan
dalam pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah:
1. Character artinya sifat atau karakter nasabah pengambil jaminan.
2. Capacity artinya analisis terhadap kemampuan nasabah untuk
menjalankan usaha dan mengembalikan pinjaman yang diambil.
37
3. Capital artinya seberapa besar modal yang diperlukan peminjam.
4. Collateral artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan
peminjam kepada pihak pemberi pinjaman.
5. Condition artinya keadaan usaha atau nasabah prospek atau tidak
(Muhammad, 2002: 261).
6. Syari’ah artinya penelitian dilakukan untuk menegaskan bahwa
usaha yang dilakukan benar-banar usaha yang tidak melanggar
syariah. Prinsip-prinsip syariah yang menjadi landasan dalam
bermuamalah meliputi: maisyir, gharar, riba, haram dan bathil.
D. Pembiayaan Musyarakah
1. Pengertian
Dibawah ini adalah beberapa pengertian musyarakah dari
beberapa sumber yang digunakan sebagai acuan, yaitu:
a. Musyarakah yaitu pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara
dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan
bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan (Antonio, 2001: 90).
b. Musyarakah merupakan bentuk kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan
dibagi berdasarkan nishbah yang disepakati sebelumnya,
38
sedangkan kerugian ditanggung oleh para pihak sebesar partisipasi
modal yang disertakan dalam usaha (Susanto, 2008: 265-267).
2. Landasan Syariah
a. Al-Qur’an
.... ôΜßγ sù â !%Ÿ2u�à° ’ Îû Ï]è=›W9$# 4 .....
“....Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu.....” (Q.S. An-Nisaa’: 12)
...... ¨βÎ)uρ # Z��ÏVx. zÏiΒ Ï !$ sÜ n=èƒø: $# ‘Éóö6 u‹ s9 öΝåκÝÕ÷èt/ 4’ n? tã CÙ÷èt/ āω Î) tÏ% ©!$#
(#θ ãΖtΒ#u (#θ è=Ïϑtãuρ ÏM≈ys Î=≈ ¢Á9 $# .......
“........dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh......” (Q.S. Shaad: 24)
b. Al-Hadist
“Allah swt. berfirman: ‘Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain. Jika salah satu pihak telah berkhianat, Aku keluar dari mereka.” (HR. Abu Daud, yang dishahihkan oleh al-Hakim, dari Abu Hurairah).
3. Jenis Musyarakah
Secara umum, musyarakah terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian
dana setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga
39
akhir masa akad. Maksud dari musyarakah permanen adalah syirkah
uqud yang terbagi menjadi empat jenis, yaitu:
1) Inan, yaitu usaha bersama (kongsi) dimana modal dan keahlian
yang diberikan tidak sama
2) Mufawadhah, yaitu usaha bersama dimana modal dan keahlian
yang diberikan sama jumlah dan kualitasnya
3) Abdan, yaitu usaha bersama dimana modal yang diberikan adalah
keahlian/ tenaga
4) Wujuh, yaitu usaha bersama dimana modal yang diberikan adalah
nama baik
b. Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqishah) adalah
musyarakah dengan ketentuan bagian dana entitas akan dialihkan
secara bertahap kepada mitra sehingga bagian dana entitas akan
menurun dan pada akhir masa akad mitra akan menjadi pemilik
penuh usaha tersebut.
40
4. Skema Al Musyarakah
Siklus Pembiayaan Musyarakah pada Bank Syariah/BMT
Gambar 2.1.Skema Pembiayaan Musyarakah
5. Rukun dan Syarat Pembiayaan Musyarakah
Dibawah ini adalah beberapa rukun dan syarat dalam pembiayaan
musyarakah yang dimuat dalam fatwa DSN-MUI No. 8 tentang
musyarakah:
a. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad),
b. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum,
c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam
proses bisnis normal.
d. Obyek akad (modal, kerja, keuntungan dan kerugian)
1) Modal
41
i. Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau
yang nilainya sama.
ii. Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan,
menyumbangkan atau menghadiahkan modal musyarakah
kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan.
iii. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada
jaminan, namun untuk menghindari terjadinya
penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan.
2) Kerja
i. Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar
pelaksanaan musyarakah; akan tetapi, kesamaan porsi kerja
bukanlah merupakan syarat. Seorang mitra boleh
melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan
dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan
tambahan bagi dirinya.
ii. Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas
nama pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-
masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalam
kontrak.
3) Keuntungan
Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk
menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi
keuntungan atau penghentian musyarakah.
42
4) Kerugian
Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional
menurut saham masing-masing dalam modal.
e. Biaya Operasional dan Persengketaan
1) Biaya operasional dibebankan pada modal bersama.
2) Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah setelah tidak
tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
6. Mekanisme pembiayaan Musyarakah
Pada sisi pembiayaan, akad musyarakah dapat diterapkan pada
beberapa hal, diantaranya adalah:
a. Musyarakah Permanen: Pembiayaan proyek dan Modal ventura
b. Musyarakah Mutanaqisah: Pembiayaan real estate.
7. Resiko Pembiayaan Musyarakah
Resiko yang terdapat dalam musyarakah, pada penerapan dalam
pembiayaan, relatif tinggi, yaitu sebagai berikut (Antonio, 2001: 94):
a. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang
disebut dalam kontrak,
b. Lalai dan kesalahan yang disengaja,
c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak
jujur.
43
BAB III
LAPORAN OBJEK
A. Gambaran Umum
1. Sejarah dan Perkembangan KJKS BMT Tumang
Sistem perekonomian dan tatanan kehidupan yang dikedepankan
pada masa orde baru, ternyata tidak bisa memberikan jawaban akan
harapan terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Sebagian besar dari
mereka tinggal di perkotaan, sehingga putaran uang dan aktivitas
perekonomian berpusat di kota. Sementara masyarakat desa, yang nota
bene merupakan mayoritas dari penduduk negeri ini, tidak mendapat
kesempatan dan perhatian yang proporsional, baik dari pemerintah
maupun dari para praktisi dunia usaha, sehingga masyarakat desa hanya
ditempatkan sebagai obyek pelengkap dari sistem pembangunan ekonomi
nasional.
Lembaga keuangan selama ini belum mampu diakses masyarakat
secara luas. Disamping itu belum adanya komitmen dari lembaga
perbankan untuk menciptakan usaha yang lebih adil untuk lebih
mensejahterakan masyarakat. Bunga Bank yang menjadi dasar operasional
perbankan (konvensional) juga masih menjadi perdebatan dikalangan
umat Islam. Menyadari akan hal tersebut, timbul kesadaran untuk
mencoba memikirkan bentuk alternatif sebagai wujud peran serta dalam
44
pembangunan masyarakat. Akhirnya disepakati untuk merintis berdirinya
Baitul Maal wat-Tamwil (BMT) di Tumang, Cepogo, Boyolali.
Tahap pertama yang manjadi target program BMT adalah
merekrut anggota masyarakat yang dianggap sukses secara ekonomi,
untuk diajak bergabung menjadi anggota pendiri. Setiap anggota pendiri
diwajibkan menyimpan Simpanan Pokok sebesar Rp. 500.000,00. Dengan
modal awal dari anggota pendiri sebesar Rp. 7.050.000,00 BMT Tumang
mulai beroperasi, yaitu pada tanggal 1 Oktober 1998.
Sejak tanggal 10 bulan April tahun 1999 BMT berbadan hukum
Koperasi Serba Usaha, yang kemudian lebih dikenal dengan nama KSU
BMT Tumang. Agar lebih fokus terhadap bidang usaha yang dijalankan
maka KSU BMT Tumang sejak tahun 2011 berubah menjadi KJKS BMT
Tumang yang Anggaran Dasarnya oleh Dinas Koperasi dan UKM Prop
Jawa Tengah dengan No. 242/BH/KDK.11.25/IV/1999 yang sebelumnya
wilayah kerja hanya di Kabupaten Boyolali maka semenjak tahun 2011
telah berbadan hukum tingkat Propinsi yang menandakan wilayah kerja
seluruh Propinsi Jawa Tengah dan berkantor pusat di Jalan Boyolali-
Magelang Km. 10 dan sampai dengan saat ini sudah mempunyai 6 (enam)
Kantor Cabang.
KJKS BMT Tumang didirikan selain untuk memenuhi tuntutan
masyarakat, namun mempunyai tujuan yang lebih besar, yaitu membantu
masyarakat kecil menengah supaya mampu mandiri berani bersaing
dengan kekuatan ekonomi yang lain tentunya dalam rangka meningkatkan
45
kesejahteraan anggotanya. Peranan KJKS BMT Tumang, membuktikan
bahwa keberadaannya sudah eksis di mata masyarakat. Dengan anggota
yang semakin bertambah serta wilayah kerja yang semakin luas
menggambarkan akan perannya cukup besar menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat. Hal terpenting adalah kesungguhan semua
komponen baik di jajaran Manajemen baik itu Pengurus, Pengawas,
maupun Pengelola Anggota dengan komitmen yang tinggi untuk
mengupayakan pengelolaan lembaga yang profesional, amanah dan adil.
2. Profil KJKS BMT Tumang
Nama Lembaga : Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT
TUMANG
Tanggal Pendirian : 30 September 1998 oleh Kakandep Koperasi
Kab. Boyolali
Alamat Kantor Pusat : Jl. Boyolali-Magelang Km. 10, Cepogo,
Boyolali 57362 Telp. (0276) 323 454 Faks.
(0276) 323 336
Alamat Kantor Cabang :
1) Jl. Boyolali-Magelang Km. 10, Cepogo, Boyolali 57362
2) Jl. Pandanaran No. 299 Boyolali Telp. (0276) 323034
3) Jl. Raya Ampel No.8 Ampel, Boyolali Telp. (0276) 330626
4) Jl. Melati, Tumang, Cepogo, Boyolali, Telp. 0276-323335
5) Jl. Raya Kacangan, Andong, Boyolali Telp. (0271) 7893025
6) Jl. Ahmad Yani, Kartasura, Sukoharjo Telp. (0271) 784 285
Kelengkapan Organisasi :
1) Aturan tertulis Organisasi : Anggaran Dasar
2) Nomor Badan Hukum : 242/BH/KDK.11.25/IV/1999
46
3) Nomor Pokok Wajib Pajak : 02.014.0381.4-526.000
4) Jangkauan pelayanan : Kab. Boyolali dan sekitarnya
5) Waktu Operasional (Jam Buka Kas) : Hari Senin – Jumat, pukul
08.00 – 16.00 WIB (Untuk Sabtu - Minggu Libur)
3. Visi dan Misi KJKS BMT Tumang
a. Visi :
Menjadi Lembaga Keuangan Syariah yang modern, mandiri untuk
kesejahteraan masyarakat.
b. Misi :
1) Mewujudkan Lembaga Keuangan Syariah sebagai media dakwah
dalam penguatan ekonomi masyarakat dengan mengacu Fatwa
Dewan Syariah Nasional.
2) Meningkatkan Rasio Kesehatan, Kualitas Aset, Kecukupan Modal
dan Efisien.
3) Menumbuhkan Budaya Kerja dengan prinsip Jujur, Amanah, Adil
dan Profesional.
4) Mewujudkan Lembaga Keuangan Syariah yang dapat menjadi
tumpuan masyarakat dalam bidang simpanan dan pembiayaan,
dengan mengutamakan aspek manfaat jangka panjang.
5) Berperan aktif sebagai Amil dalam pengelolaan Zakat, Infaq,
Shodaqoh dan Wakaf (ZISWAH).
47
4. Struktur Organisasi KJKS BMT Tumang Cepogo
Organisasi adalah wadah atau wahana yang menjamin terciptanya
aktivitas orang yang telah bersepakat dalam kerja sama guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Untuk menghindari terjadi tumpang tindih
dalam pembagian tugas yang hanya menimbulkan tidak adanya kesatuan
perintah, terutama dalam pendelegasian wewenang, maka diperlukan
adanya stuktur organisasi yang baik dan jelas.
Struktur organisasi adalah kerangka yang menggambarkan pola
tetap dari hubungan di antara bidang-bidang kerja yang ada di dalam
organisasi. Struktur organisasi ini harus disesuaikan dengan keadaan,
kemampuan, dan perkembangan dari organisasi tersebut. Dengan adanya
struktur organisasi dapat diketahui sampai di mana wewenang dan
tanggung jawab yang dimiliki seseorang dalam menjalankan tugasnya.
Berikut susunan pengelola KJKS BMT Tumang cabang Cepogo:
a. Manajer Cabang Cepogo
b. Costumer service
c. Teller/kasir
d. Marketing Finance
e. Marketing Funding
:
:
:
:
:
Tri Mulyadi, A.Md
Kelik Sudibyo
Rani Endah W, S.Kom
1. Marlan
2. Fajar Novi Suryawan
3. Andi Dwi Purnomo
1. Woro Anggorowati, A.Md
2. Martha Eka Widiyastuti, A.Md
3. Endang Kusmawati
4. Jaswanto
Gambar
Sumber: KJKS BMT Tumang
Gambar 3.1. Struktur Organisasi KJKS BMT Tumang
Tumang 2013
48
Struktur Organisasi KJKS BMT Tumang
49
5. Job Description
Tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian adalah sebagai berikut :
a. Rapat Anggota
Merupakan lembaga tertinggi pada Koperasi dan akan mengadakan
rapat setahun satu kali.
Tugasnya antara lain :
1) Mengevaluasi kinerja Koperasi secara keseluruhan selama 1 (satu)
tahun
2) Memberikan catatan hasil kinerja selama 1 (satu ) tahun kepada
pemangku kepentingan
Wewenangnya antara lain :
1) Mengesahan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran dan
Pendapatan Koperasi untuk tahun buku berikutnya dan peninjauan
Anggaran belanja untuk tahun buku yang berjalan.
2) Penetapan pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU)
3) Pemilihan dan pengangkatan anggota Pengurus (jika masa
jabatannya telah habis).
b. Pengurus
Tugasnya antara lain :
1) Menyelenggarakan RAT
2) Menyusun/ merumuskan kebijakan umum untuk mendapat
persetujuan Rapat Anggota
50
3) Menyelenggarakan Rapat Pengurus untuk :
a) Evaluasi bulanan dan perkembangan kinerja BMT Tumang
b) Menentukan dan membuat kebijakan strategi BMT Tumang
4) Menandatangani dokumen dan surat yang berhubungan dengan
BMT Tumang
Wewenangnya antara lain :
1) Bersama Pengurus yang lain mengangkat, memberi sanksi dan
memberhentikan pengelola BMT Tumang
2) Menyetujui / menolak mengenai :
(a) Pembiayaan yang nilainya diatas wewenang Manajer Utama
(b) Kebijakan baru BMT Tumang dengan pertimbangan dari
sekretaris dan bendahara
(c) Kerjasama dengan pihak lain (investor dari luar) yang
diusulkan Manajer
3) Mengesahkan laporan bulanan yang diajukan Manajer Utama
c. Pengawas Manajemen
Tugasnya antara lain :
1) Melakukan monitoring setiap saat dan audit internal minimal satu
kali dalam satu tahun.
2) Memberikan pengarahan terhadap pengangkatan Pengelola,
penyusunan anggaran dan rencana kerja.
3) Memberikan pengarahan terhadap permohonan pembiayaan yang
tidak dapat diputuskan oleh Pengurus.
51
Wewenang: Mengawasi dan memeriksa laporan keuangan dan aspek
manajemen lainnya.
d. Pengawas Syariah
Tugasnya antara lain :
1) Melakukan monitoring setiap saat dan audit internal minimal
satu kali dalam satu tahun.
2) Memberikan masukan dan pengarahan terhadap pengangkatan
Pengelola, penyusunan anggaran dan rencana kerja.
3) Memonitor kegiatan BMT dan memberikan arahan yang
berkaitan dengan aspek syariah.
Wewenangnya: Mengawasi dan memeriksa kegiatan BMT agar sesuai
dengan kaidah syariah Islam.
e. Manajer Utama
Tugasnya antara lain:
1) Menjabarkan kebijaksanaan umum BMT yang telah disetujui
Pengurus, dan untuk hal-hal prinsipil disetujui oleh Pengawas
atau Rapat Anggota.
2) Menyusun dan mengusulkan rancangan anggaran BMT dan
rencana kerja untuk tahun buku yang akan datang kepada
Pengurus yang selanjutnya akan dibawa pada Rapat Anggota.
3) Menyusun dan meminta persetujuan Pengurus tentang
pembukaan Rekening Bank dan penandatanganan Rekening
simpanan BMT pada Bank secara bersama-sama.
52
4) Membuat laporan secara periodik kepada Pengurus
5) Menyampaikan laporan keuangan dan laporan tingkat kesehatan
BMT secara periodik kepada Pengawas Manajemen.
Wewenangnya antara lain :
1) Menyetujui pembiayaan sampai dengan jumlah Rp.
150.000.000,-, dan lebih dari jumlah tersebut harus dengan
persetujuan Rapat Pengurus.
2) Mengajukan usulan produk baru pembiayaan dan tabungan.
3) Mengusulkan promosi, mutasi, demosi dan pemberhentian
Pengelola.
f. Internal Auditor
Tugasnya antara lain:
1) Mengumpulan data atau informasi mengenai pencatatan,
klasifikasi, penyusunan laporan keuangan yang terdiri dari
Neraca, Daftar Laba/Rugi, Arus Kas, Perubahan Modal, CAR,
serta laporan lain yang diperlukan
2) Memastikan bahwa semua kebijakan, rencana dan prosedur
koperasi telah benar-benar ditaati.
3) Memastikan bahwa semua harta milik koperasi telah
dipertanggung jawabkan dan dijaga dari semua kerugian.
4) Menerima pemberitahuan tentang adanya proses nota debet/nota
kredit.
53
Wewenangnya antara lain :
1) Dapat menggunakan fungsi pengawasan sebagai alat kontrol
mekanisme operasional.
2) Meminta data/informasi yang berkaitan dengan hal audit kepada
manajemen koperasi.
g. Manajer Operasional
Tugasnya antara lain:
1) Terselenggaranya pelayanan yang memuaskan (service
excellence) kepada mitra/anggota KJKS BMT Tumang
2) Terevealuasi dan terselesaikannya seluruh permasalahan yang
ada dalam operasional KJKS BMT Tumang
3) Terbitnya laporan keuangan, laporan perkembangan pembiayaan
dan laporan mengenai penghimpunan dana secara lengkap,
akurat dan sah baik harian, bulanan maupun sesuai dengan
periode yang dibutuhkan.
Wewenangnya antara lain:
1) Mengeluarkan biaya operasional rutin dalam batas wewenang
2) Menyetujui pengeluaran kas untuk penarikan tabungan dalam
batas weweanang
3) Melakukan kontrol terhadap kehadiran pengelola
4) Memeriksa seluruh laporan dalam bidang operasional
54
h. Manajer Marketing
Tugasnya :
1) Pencapaian target marketing baik funding maupun lending.
2) Penyelenggaraan rapat marketing dan penyelesaian
permasalahan ditingkat marketing.
3) Penilaian dan evaluasi kinerja bagian marketing
Wewenang :
1) Memberikan usulan untuk pengembangan pasar.
2) Menentukan target funding dan lending bersama dengan
Manajer Utama.
i. Manajer Cabang
Tugasnya antara lain :
1) Menjabarkan kebijaksanaan umum BMT yang telah disetujui
Manajer Utama.
2) Menyusun dan mengusulkan rancangan anggaran BMT cabang
dan rencana kerja untuk tahun buku yang akan datang kepada
Manajer Utama.
3) Menyusun dan meminta persetujuan Manajer Utama tentang
peraturan wewenang ‘Komite Pembiayaan’.
4) Mengajukan usul kepada Manajer Utama tentang jenis atau
produk baru untuk disetujui penggunaannya.
5) Membuat laporan secara periodik kepada Manager Utama
55
Wewenangnya antara lain :
1) Menyetujui pembiayaan sampai dengan jumlah Rp 25.000.000,-,
dan lebih dari jumlah tersebut harus mendapatkan persetujuan
Manajer Utama.
2) Mengajukan usulan produk baru pembiayaan dan tabungan.
3) Mengusulkan promosi, mutasi, demosi dan pemberhentian
Pengelola BMT cabang.
j. Marketing (Pemasar)
Tugasnya antara lain :
1) Menjalankan tugas lapangan yaitu menawarkan produk BMT.
2) Mengatur rute kunjungan harian.
3) Melaporkan kendala-kendala yang dihadapi dilapangan kepada
Manajer cabang.
4) Menyimpan dokumen terkait sesuai dengan standar baku.
Wewenangnya antara lain :
1) Mengusulkan strategi pemasaran untuk jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang.
2) Melakukan negosiasi bagi hasil kepada anggota sesuai dengan
kebijaksanaan pemasaran.
k. Kasir/Teller
Tugasnya antara lain :
1) Memberikan pelayanan kepada anggota baik penarikan maupun
penyetoran (simpanan atau angsuran).
56
2) Menghitung keadaan keuangan atau transaksi setiap hari.
3) Mengatur dan menyiapkan pengeluaran uang tunai yang telah
disetujui oleh Manajer Cabang.
Wewenangnya antara lain :
1) Mengatur pola administrasi yang efektif.
2) Mengajukan pengeluaran kas kepada Manajer Cabang.
l. Kepala Divisi Maal
Tugasnya :
1) Menyiapkan konsep pengelolaan baitul maal secara tepat yang
disesuaikan dengan kondisi ummat yang ada disetiap lingkungan
dengan tetap mengacu pada kaidah baku syariah Islam, dan
menjadikan sebagai bagian dari dakwah.
2) Menyiapkan seluruh dokumen yang diperlukan agar setiap
transasksi tercatat dengan baik, rapi dan dapat
dipertanggungjawabkan.
3) Mengatur pemasukan dan pengeluaran dana Maal, serta
membuat laporan secara teratur kepada Manajer Utama atau
donatur bila diperlukan.
Wewenangnya antara lain :
1) Menghubungi anggota masyarakat untuk dakwah.
2) Menetapkan pendistribusian Maal kepada yang berhak.
57
m. Kepala Bidang Personalia
Tugasnya antara lain :
1) Melakukan aktivitas yang berkaitan dengan hubungan eksternal
KJKS atau Koperasi
2) Melakukan pengadministrasian dan pemeliharaan data karyawan,
serta hal-hal yang menyangkut ketenagakerjaan, pendidikan,
pelatihan, karir dan hubungan antar karyawan
Wewenangnya antara lain:
1) Membuat kebijakan yang berkaitan dengan hal-hal umum
2) Melakukan pencairan dana untuk kebutuhan pengadaan inventaris
kantor
n. Staff Adm dan Keuangan
Tugasnya antara lain :
1) Memberikan pelayanan kepada masing-masing cabang dalam hal
kebutuhan rumah tangga.
2) Mengatur dalam pengeluaran kebutuhan di setiap cabang meliputi
buku simpanan, slip setoran, slip angsuran, akad, warkat, dll.
Wewenangnya antara lain :
1) Mengatur pola administrasi.
2) Mengajukan anggaran untuk kebutuhan Administrasi.
58
o. Staf Teknologi Informasi (TI)
Tugasnya:
1) Memberikan pelayanan kepada masing-masing cabang dalam hal
kebutuhan TI.
2) Menyelesaikan masalah yang timbul terkait dengan sarana dan
prasarana TI baik di pusat maupun di cabang.
Wewenangnya antara lain :
1) Mengajukan anggaran untuk kebutuhan TI
2) Mengusulkan pembenahan dan desain sistem TI apabila sudah
tidak sesuai dengan kebutuhan.
p. Staf Maal
Tugasnya antara lain:
1) Mengupayakan penggalian dana dari masyarakat (aghnia’)
dalam hal zakat, infaq dan shodaqoh
2) Mengatur pemasukan dan pengeluaran dana Maal
3) Mengupayakan pengembangan sumber dana Maal
Wewenangnya antara lain :
1) Mengatur pola pendistribusian dana Maal
2) Mengajukan anggara kepada Manajer Utama untuk kebutuhan
dana Maal
59
q. Customer Service (CS)
Tugasnya antara lain:
1) Memberikan pelayanan paripurna kepada Anggota sesuai
dengan tugas dan kewenangannya.
2) Memberikan informasi kepada anggota baik penarikan maupun
penyetoran (simpanan atau angsuran).
Wewenangnya antara lain :
1) Mengatur pola administrasi CS yang efektif.
2) Mengusulkan pola pelayanan yang efektif dan efisien kepada
Manajer Cabang.
Sesuai dengan penjelasan diatas, maka berikut disajikan susunan Pengurus
dan Pengawas KJKS BMT Tumang tahun 2011/2013.
TABEL 3. 1
SUSUNAN PENGURUS DAN PENGAWAS KJKS BMT TUMANG
No N A M A ALAMAT PENDIDIKAN JABATAN
1 H. Munawir, Ama.Pd Cepogo D 3 Ketua
2 Dwi Rochmiathy, S.Pd Tumang S 2 Sekretaris
3 Rofiq Ridhoni, S.Kep Tumang S 1 Bendahara
4 Sugiyono, S.Ag Tumang D3 Anggota Pengurus
5 M. Wasil, SE, MM Solo S 2 Pengawas Manajemen
6 H. Ali Sya’ni, BA Tumang Sarmud Pengawas Syari’ah
7 H. MS Zuhri Tumang SPG Pengawas Syari’ah
8 H. Munir Asrori Bandung S 1 Pengawas Syari’ah
9 H. Soeryanto, SH Jakarta S 1 Pengawas Manajemen
10 Edi Darmasto, SE, Ak Surabaya S 1 Pengawas Manajemen
11 H. Sismanto, SE Bandung S 1 Pengawas Manajemen
12 M. Muchlas, SH, MH Jakarta S 2 Pengawas Manajemen
13 Aris Munandar, SE Jakarta S 1 Pengawas Manajemen
Sumber: KJKS BMT Tumang Tahun 2013
60
6. Produk KJKS BMT Tumang
a. Produk Pendanaan
1) Simpanan Mudharabah Al Muthlaqah
Simpanan Mudharabah Al Muthlaqah adalah Simpanan
berdasarkan kaidah syari’ah mudharabah al-muthlaqah, dimana
nasabah memberikan kepercayaan kepada BMT Tumang untuk
memanfaatkan dana yang dapat digunakan dalam bentuk
pembiayaan secara produktif, dapat memberikan manfaat pada
anggota yang lain secara halal dan profesional. Laba dari
pembiayaan dibagi antara anggota dengan BMT sesuai nisbah
(bagi hasil) yang disepakati di awal. Simpanan ini dapat diambil
sewaktu-waktu.
2) Simpanan Mudharabah Berjangka
Simpanan Mudharabah Berjangka (DEPOSITO) adalah
Simpanan berdasarkan kaidah syari’ah mudharabah al-muthlaqah,
dimana nasabah memberikan kepercayaan kepada BMT Tumang
untuk memanfaatkan dana yang dapat digunakan dalam bentuk
pembiayaan secara produktif, dapat memberikan manfaat pada
anggota yang lain secara halal dan profesional. Laba dari
pembiayaan dibagi antara anggota dengan BMT sesuai nisbah
(bagi hasil) yang disepakati di awal.
61
3) Simpanan Mudharabah Masa Depan
Si Muda MaPan adalah Produk Simpanan di BMT Tumang
dengan prinsip akad mudharabah al-muthlaqah, yaitu perjanjian
mudharabah yang tidak mensyaratkan perjanjian tertentu (investasi
tidak terikat). Simpanan tersebut direncanakan khusus untuk
kebutuhan anggota di waktu yang akan datang. Setoran minimal
setiap bulan Rp.50.000,-.
b. Produk Pembiayaan
1) Investasi
Transaksi pembiayaan investasi dapat dilakukan dalam 2
jenis transaksi, yakni Mudharabah dan Musyarakah.
a) Mudharabah :
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha/
perniagaan antara pihak pemilik dana (sahibul maal) sebagai
pihak yang menyediakan modal dana sebesar 100% dengan
pihak pengelola modal (mudharib), untuk diusahakan dengan
porsi keuntungan akan dibagi bersama (nisbah) sesuai dengan
kesepakatan dimuka dari kedua belah pihak, sedangkan
kerugian (jika ada) akan ditanggung pemilik modal, kecuali
jika diketemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pihak
pengelola dana (mudharib), seperti penyelewengan,
kecurangan, dan penyalahgunaan dana.
62
b) Musyarakah :
Pembiayaan musyarakah (syirkah), adalah suatu
bentuk akad kerjasama perniagaan antara beberapa pemilik
modal untuk menyertakan modalnya dalam suatu usaha,
dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut
serta dalam pelaksanaan manajemen usaha tersebut.
Keuntungan dibagi menurut proporsi penyertaan modal atau
berdasarkan kesepakatan bersama.
2) Pembiayaan Jual-Beli
Ada beberapa konsep jual beli yang diperbolehkan dalam
islam, antara lain adalah murabahah, salam dan istishna’.
a) Murabahah
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
(harga perolehan) dengan tambahan keuntungan (marjin)
yang disepakati oleh kedubelah pihak (Penjual dan Pembeli).
Karakteristiknya adalah penjual harus memberitahu berapa
harga produk yang dibeli dan menentukan suatu tingkat
keuntungan sebagai tambahannya. Cara pembayaran dan
jangka waktu disepakati bersama, dapat secara lump sum
ataupun secara angsuran. Murabahah dengan pembayaran
secara angsuran ini disebut dengan Bai’ Bitsaman Ajil.
63
b) Salam (Salaf)
Salam (Salaf) adalah akad pembelian (jual-beli) yang
dilakukan dengan cara, pembeli melakukan pemesanan
pembelian terlebih dahulu atas barang yang dipesan/
diinginkan dan melakukan pembayaran dimuka atas barang
tersebut, baik dengan cara pembayaran sekaligus ataupun
dengan cara mencicil, yang keduanya harus diselesaikan
pembayarannya (dilunasi) sebelum barang yang dipesan/
diinginkan diterima kemudian. (Penghantaran barang/
delivery dilakukan dengan cara ditangguhkan).
c) Istishna’ :
Istishna’ adalah akad bersama pembuat (produsen)
untuk suatu pekerjaan tertentu dalam tanggungan, atau akad
jual beli suatu barang yang akan dibuat terlebih dahulu oleh
pembuat (produsen) yang juga sekaligus menyediakan
kebutuhan bahan baku barangnya. Jika bahan baku
disediakan oleh pemesan, akad ini menjadi akad Ujrah
(Upah).
3) Pembiayaan Jasa-Sewa
Selain pembiayaan investasi dan jual-beli, dari BMT Tumang
juga menyediakan produk Pembiayaan Jasa atau Sewa yang terdiri
dari Ijarah dan Qardh. Adapun penjelasan dari kedua produk
tersebut adalah berikut ini:
64
a) Ijarah :
Ijarah adalah pemilikan hak atas manfaat dari
penggunaan sebuah aset sebagai ganti dari pembayaran.
Pengertian Sewa (Ijarah) adalah sewa atas manfaat dari
sebuah aset, sedangkan sewa-beli (Ijarah wa Iqtina) atau
disebut juga ijarah muntahiya bi tamlik adalah sewa yang
diakhiri dengan pemindahan kepemilikan.
b) Qardh
Qardh adalah meminjamkan harta kepada orang lain
tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur Fiqh, Qardh
dikatagorikan sebagai aqd tathawwu yaitu akad saling
membantu dan bukan transaksi komersial. Dalam rangka
mewujudkan tanggung-jawab sosial, Lembaga Keuangan
Syariah dapat memberikan fasilitas yang disebut Al-Qardhul
Hassan, yaitu penyediaan pinjaman dana kepada pihak yang
layak untuk mendapatkannya. Secara Syariah peminjam hanya
berkewajiban membayar kembali pokok pinjamannya,
walaupun syariah membolehkan peminjam untuk untuk
memberikan imbalan sesuai dengan keikhlasannya, tetapi
Lembaga Keuangan pemberi qardh tidak diperkenankan untuk
meminta imbalan apapun.
65
B. Pembiayaan Musyarakah di KJKS BMT Tumang Cabang Cepogo
Menurut data dari pihak KJKS BMT Tumang cabang Cepogo perihal
pembiayaan musyarakah, sistem pembiayaan musyarakah dirasa mampu
menyentuh kalangan masyarakat dalam membantu mengembangkan usaha
kecil/menengah. Selain mudah untuk dipahami, pembiayaan dengan akad
musyarakah juga lebih mudah untuk dikontrol dalam pembagian hasil usaha,
karena kedua belah pihak ikut serta dalam menyertakan modal.
Pembiayaan musyarakah (syirkah), adalah suatu bentuk akad kerjasama
perniagaan antara beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya
dalam suatu usaha, dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut
serta dalam pelaksanaan manajemen usaha tersebut. Keuntungan dibagi
menurut proporsi penyertaan modal atau berdasarkan kesepakatan bersama.
Musyarakah dapat diartikan pula sebagai pencampuran dana untuk tujuan
pembagian keuntungan.
1. Rukun Musyarakah :
a. Pihak yang berakad (para mitra)
b. Obyek yang diakadkan : Modal, Kegiatan Usaha/ Kerja dan
Keuntungan.
c. Sighat : Serah (ijab) dan Terima (qabul)
2. Syarat Musyarakah :
a. Pihak Yang Berakad :
1) Para pihak (Mitra) yang melakukan akad musyarakah harus
dalam kondisi cakap hukum, dan
66
2) Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan
perwakilan
b. Obyek yang diakadkan :
1) Modal diberikan dalam bentuk uang tunai, emas, perak atau
yang nilainya sama
2) Modal dapat pula berupa aset perdagangan, yakni antara lain
barang-barang, properti, perlengkapan dan sebagainya
termasuk pula aset tidak berwujud seperti hak paten dan
lisensi.
3) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan musyarakah adalah
sebuah hukum dasar, dan tidak diperkenankan bagi salah satu
dari mereka untuk mencantumkan ketidakikutsertaan mitra
lainnya, namun demikian terhadap kesamaan kerja bukanlah
syarat utama. Dibolehkan seorang mitra melaksanakan porsi
pekerjaan yang lebih besar dan banyak dibandingkan dengan
mitra lainnya, sehingga dalam hal ini mitra tersebut dapat
mensyaratkan bagian keuntungan tambahan bagi dirinya.
c. Sighat:
1) Berbentuk pengucapan yang menunjukkan tujuan.
2) Akad dianggap sah jika diucapkan secara verbal, atau
dilakukan secara tertulis dan disaksikan.
67
3. Jenis-Jenis Musyarakah :
a. Syirkah Kepemilikan (Amlak), syirkah yang terjadi karena warisan,
wasiat atau faktor lainnya yang mengakibatkan pemilikan aset oleh
dua orang atau lebih, serta berbagi dalam kepemilikan aset riil
tersebut atas keuntungan yang dihasilkan daripadanya
b. Syirkah Akad/ Kontrak (Uqud), syirkah yang terjadi karena
kesepakatan dua orang mitra atau lebih yang bekerjasama dalam
permodalan, kerja, dan atau keahlian serta berbagi keuntungan dan
kerugian dari kemitraan tersebut. Kontrak ini memiliki berbagai jenis
dan variasi, yakni : Al-Inan, A’maal (Abdan), Wujuh.
4. Syarat Pengajuan Pembiayaan
Berikut ini adalah syarat pengajuan pembiayaan di KJKS BMT
TUMANG:
1) Menjadi anggota KJKS BMT TUMANG
2) Mempunyai usaha produktif
3) Mengisi formulir permohonan yang dilampiri :
a) Fotocopy KTP Suami-Istri, Surat Nikah, dan Kartu Keluarga
b) Fotocopy Surat Jaminan yang dapat berupa:
i. BPKB yang disertai gesekan nomor rangka dan nomor
mesin.
ii. Sertifikat kepemilikan, SIDT (Surat Ijin Dasaran Tetap).
iii. Apabila Jaminan adalah hak milik orang lain harus disertai
surat kuasa dari pihak pemiliknya.
c) Rekening Pembayaran Listrik/PDAM bulan terakhir
68
d) Membubuhkan tanda tangan calon anggota, suami/istri, serta
ketua RT/Takmir Masjid setempat pada form pemngajuan
pembiayaan.
4) Bersedia untuk disurvei dalam berbagai aspek
5) Mempunyai Agunan/ Jaminan (Sertifikat/ BPKB)
5. Ketentuan Besarnya Pembiayaan
Besarnya pengajuan pembiayaan di BMT Tumang tentu bervariasi
sesuai dengan kebutuhan anggota pembiayaan. Dari hasil wawancara
penulis dengan pihak marketing finance pada BMT Tumang cabang
Cepogo, diperoleh ketentuan terkait dengan pemberian keputusan
pembiayaan sebagai berikut:
a. Rp. 0 s.d. Rp. 25.000.000-,
Keputusan diserahkan kepada manajer cabang BMT Tumang
b. Rp. 25.000.000 s.d. Rp. 150.000.000,-
Keputusan diserahkan kepada manajer utama BMT Tumang
c. Di atas Rp. 150.000.000,-
Keputusan diserahkan pada pengurus BMT Tumang.
69
BAB IV
ANALISIS
A. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan Musyarakah di
KJKS BMT Tumang Cabang Cepogo
1. Fungsi yang Terkait Pembiayaan Musyarakah di KJKS BMT Tumang
Cabang Cepogo
Fungsi yang terkait dalam sistem pengendalian intern pembiayaan
musyarakah di BMT Tumang meliputi fungsi pelayanan pembiayaan,
fungsi operasional, fungsi analisis, fungsi pemberian keputusan, fungsi
administrasi, fungsi keuangan, dan fungsi akuntansi.
a. Fungsi Pelayanan Pembiayaan
Pelayanan pertama terhadap masyarakat yang diberikan oleh
BMT Tumang dilakukan oleh customer service. Pelayanan yang
dilakukan meliputi pemberian informasi mengenai produk BMT yang
dibutuhkan oleh masyarakat, cara untuk menjadi nasabah ataupun
anggota pembiayaan, serta informasi lain yang secara umum terkait
dengan produk yang ditawarkan BMT kepada masyarakat.
Pelayanan terhadap nasabah dikhususkan pada bagian customer
service yang secara langsung berinteraksi dan memberikan pelayanan
pertama kepada nasabah yang datang ke BMT Tumang. Fungsi
pelayanan di BMT Tumang yang dilimpahkan kepada customer
service bertujuan untuk mempermudah pembagian kerja masing-
70
masing bagian fungsi agar efektif dan tidak terjadi ketidak teraturan
dalam melakukan tugas dari tiap-tiap bagian.
b. Fungsi Operasional
Fungsi operasional BMT Tumang dipegang oleh manajer
cabang dan marketing finance dalam hal memeriksa kelengkapan dan
mengolah data calon anggota pembiayaan. Bagian operasional
menerima form pengajuan pembiayaan dari customer service, dan
dibagi sesuai dengan wilayah operasionalnya. Pembagian sesuai
wilayah operasional marketing finance dilakukan agar memudahkan
dalam survei pembiayaan. Pembagian data anggota pembiayaan juga
bertujuan untuk memudahkan otorisasi oleh marketing finance
masing-masing dan juga pengarsipannya, karena tidak digunakan
form bernomor urut tercetak dalam proses pengajuan pembiayaan.
Fungsi operasional juga bertugas melakukan survei kepada
calon anggota untuk mengetahui kondisi kepribadian serta usaha calon
anggota yang digunakan sebagai bahan pertimbangan pemberian
pembiayaan.
c. Fungsi Analisis
Kegiatan menganalisis menjadi tugas manajer cabang dan
marketing finance dalam menganalisa laporan hasil survei untuk
menentukan kelayakan calon anggota pembiayaan untuk dibiayai.
Tugas menganalisa calon anggota pembiayaan sudah menjadi tugas
dan tanggungjawab manajer cabang dan marketing finance. Selain
71
melakukan penelitian (survei) terhadap calon anggota pembiayaan,
manajer cabang dan marketing finance juga menganalisis hasil
penelitian (survei) yang dilakukan sebagai tindakan lanjutan dan
bentuk tanggungjawab atas tugas yang telah dilimpahkan kepada
pihak tersebut.
d. Fungsi Pemberian Keputusan
Memberikan keputusan dalam nominal pembiayaan, diserahkan
kepada pihak yang berbeda-beda sesuai dengan besarnya jumlah
pembiayaan. Keputusan pembiayaan <25jt diserahkan kepada manajer
cabang, keputusan pembiayaan 25jt-150jt diserahkan kepada manajer
utama KJKS BMT Tumang, dan keputusan pembiayaan >150jt
drserahkan kepada pengurus KJKS BMT Tumang. Hal tersebut
diadakan agar terjadi kesepakatan yang lebih baik dari setiap bagian
perusahaan, dan tidak hanya melibatkan pihak-pihak tertentu saja
yang dapat menyebabkan kesalahan dalam pemberian keputusan.
e. Fungsi Administrasi
Fungsi administrasi BMT Tumang dihandle oleh kasir/teller
yang bertugas melayani semua transaksi dalam pembiayaan, mulai
dari mencairkan dana, menerima setoran, hingga pelunasan dan
memasukkan datanya ke dalam software. Fungsi administrasi juga
bertugas menyiapkan segala hal yang berhubungan dengan transaksi
pembiayaan seperti slip, kuitansi, dan lain-lain.
72
f. Fungsi Keuangan
Teller/kasir juga bertugas memegang fungsi keuangan yaitu
bertanggungjawab dalam mengurus segala transaksi administrasi
dalam proses pembiayaan musyarakah kemudian menyajikannya
dalam laporan keuangan. Sesuai dengan tugas utama kasir/teller yaitu
merekap dan mencatat transaksi keuangan yang terjadi.
g. Fungsi Akuntansi
Fungsi akuntansi dipegang oleh staf administrasi dan keuangan
kantor pusat yang bertanggungjawab mengolah laporan harian kas dan
jurnal yang dilaporkan oleh kasir/teller kantor cabang dari hasil
transaksi yang telah dilakukan, ke dalam buku besar. Fungsi ini
diserahkan kepada staf administrasi dan keuangan kantor pusat guna
merekap seluruh laporan keuangan yang berasal dari seluruh kantor
cabang BMT Tumang, sehingga terbentuk satu laporan keuangan
KJKS BMT Tumang secara keseluruhan.
Pemisahan beberapa fungsi ini dapat menghindarkan setiap kegiatan
dari kesalahan yang mungkin terjadi, dan dapat memudahkan manajemen
dalam mengidentifikasi apabila terjadi penyelewengan maupun kesalahan.
2. Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem Pembiayaan Musyarakah
di KJKS BMT Tumang cabang Cepogo
BMT Tumang cabang Cepogo menggunakan jaringan prosedur
pembiayaan yang terdiri dari prosedur permohonan pembiayaan, prosedur
73
persetujuan pembiayaan, prosedur akad pembiayaan, prosedur realisasi
dana pembiayaan, dan prosedur pencatatan akuntansi.
a. Prosedur Permohonan Pembiayaan
Permohonan pembiayaan yang dihandle oleh customer service
memudahkan masyarakat dalam mendaftarkan diri sebagai calon
anggota pembiayaan. Calon anggota pembiayaan mengisi form
pengajuan pembiayaan yang diberikan oleh customer service dan
menyerahkannya kembali dengan dilampiri syarat-syarat yang
ditentukan oleh pihak BMT. Manajer cabang bertugas mengawasi dan
menerima data calon anggota pembiayaan dari customer service untuk
ditindak lebih lanjut.
74
Gambar 4.1. Bagan Prosedur Permohonan Pembiayaan
Bagian Customer Service
b. Prosedur Persetujuan Pembiayaan
Manajer cabang dan marketing finance menyampaikan
keputusan persetujuan pembiayaan yang telah diperoleh dari analisis
hasil survei terhadap calon anggota pembiayaan. Proses survei yang
75
dilakukan menggunakan prinsip 5C (Character, Capacity, Capital,
Collateral, Condition) dan 1S (Syari’ah).
Pengambilan keputusan dilakukan oleh pihak yang berbeda-beda
berdasarkan besarnya nominal pembiayaan yang diajukan, agar
terhindar dari kesalahan pemberian keputusan. Semakin besar nominal
pengajuan pembiayaan, maka semakin tinggi tingkatan pihak pemberi
keputusan agar tercapai keputusan yang benar-benar meyakinkan
untuk menghindari terjadinya kesalahan.
Gambar 4.2. Bagan Prosedur Persetujuan Pembiayaan
Bagian Marketing finance dan Manajer Cabang (Manajer Utama/Pengurus)
76
c. Prosedur Akad Pembiayaan
Akad pembiayaan di BMT Tumang telah dilaksanakan oleh
manajer cabang dan marketing finance kepada anggota pembiayaan
dengan melibatkan 2 (dua) orang saksi dalam proses penanda
tanganan akad. Sebelum penandatanganan berlangsung, terlebih
dahulu dibacakan akad perjanjian. Setelah penandatanganan dilakukan
penyerahan jaminan pembiayaan dari pihak anggota pembiayaan
kepada pihak BMT Tumang dengan menyertakan Surat Tanda Terima
dan Pengambilan Jaminan.
Gambar 4.3. Bagan Prosedur Akad Pembiayaan
Bagian Manajer Cabang dan Marketing finance
77
d. Prosedur Realisasi Dana Pembiayaan
Setelah penandatanganan akad pembiayaan maka prosedur
selanjutnya yaitu realisasi dana pembiayaan. Proses realisasi dana
pembiayaan di BMT Tumang cabang Cepogo dilakukan oleh
kasir/teller dengan membayarkan sejumlah dana pembiayaan kepada
anggota pembiayaan. Transaksi tersebut juga dilengkapi dengan
kuitansi dan slip pembiayaan sebagai bukti pembayaran, dan sebagai
bukti transaksi yang digunakan untuk pencatatan.
Gambar 4.4. Bagan Prosedur Realisasi Dana Pembiayaan
Bagian Kasir/Teller
78
e. Prosedur Pencatatan Akuntansi
Kasir/teller harus memastikan kecocokan antara catatan dengan
aset yang ada sebelum menyampaikan laporan harian kas dan jurnal
ke staf administrasi dan keuangan kantor pusat. Data transaksi
pembiayaan yang telah dilakukan dengan bukti: form pengajuan
pembiayaan, slip pembiayaan, kuitansi, dimasukkan ke software oleh
kasir/teller dalam bentuk laporan harian kas dan jurnal transaksi.
Laporan disampaikan oleh kasir/teller kepada staf administrasi dan
keuangan kantor pusat BMT Tumang, secara otomatis melalui
software, dan kemudian disajikan ke dalam buku besar. Penggunaan
software dalam penyampaian laporan keuangan dianggap lebih efektif
dan dapat meminimalisir resiko dari luar software.
Gambar 4.5. Bagan Prosedur Pencatatan Akuntansi
79
Keterangan Bagan Alir (flowchart):
KTP : Kartu Tanda Penduduk
KK : Kartu Keluarga
AO : Account Officer/Marketing
STTPJ : Surat Tanda Terima dan Pengambilan Jaminan
KW : Kuitansi
3. Dokumen yang Digunakan dalam Pembiayaan Musyarakah di KJKS
BMT Tumang Cabang Cepogo
Dokumen yang digunakan dalam pembiayaan Musyarakah di KJKS
BMT Tumang adalah:
a. Formulir Permohonan Pembiayaan
Formulir permohonan pembiayaan merupakan dokumen
pertama yang digunakan dalam proses pembiayaan. Formulir ini
diberikan oleh customer service kepada calon anggota, untuk
mendaftarkan diri sebagai anggota pembiayaan. Formulir ini berisi
tentang data calon anggota pembiayaan yang meliputi identitas diri
dan hal-hal yang berkaitan dengan pembiayaan yang diajukan.
Formulir ini juga terdapat kolom tandatangan dari pemohon, serta
tandatangan dari ketua RT/Takmir Masjid setempat dari daerah
tempat tinggal pemohon.
b. Formulir Pendaftaran Anggota
Formulir ini digunakan untuk menjadikan calon anggota
pembiayaan sebagai anggota/nasabah BMT, ketika permohonan
pembiayaan telah disetujui oleh pihak BMT.
80
c. Formulir Pengajuan Pembiayaan
Formulir pengajuan pembiayaan digunakan pada saat anggota
pembiayaan telah disetujui untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan.
Form ini juga digunakan untuk anggota pembiayaan lama, yang
ingin mengadakan pembiayaan lanjutan.
d. Slip Pencairan Pembiayaan
Slip pencairan pembiayaan digunanakan sebagai bukti
transaksi realisasi dana pembiayaan dari pihak BMT Tumang kepada
anggota pembiayaan. Slip tersebut dibuat rangkap 2 (dua) dengan
warna berbeda, yaitu:
1) Slip lembar pertama berwarna putih disimpan oleh kasir/teller
dan digunakan sebagai bukti pencairan serta sebagai bukti
dalam pembuatan laporan harian kas dan jurnal.
2) Slip lembar kedua berwarna merah keunguan diserahkan
kepada anggota pembiayaan sebagai bukti telah
direalisasikannya dana pembiayaan dari pihak BMT kepada
anggota pembiayaan.
e. Kuitansi Pembiayaan
Kuitansi pembiayaan yang digunakan oleh BMT Tumang
dibuat rangkap 2 (dua) dengan warna yang berbeda pula, yaitu:
1) Kuitansi lembar pertama berwarna putih diserahkan kepada
anggota pembiayaan yang sebagai tanda bukti dibayarkannya
dana pembiayaan kepada anggota.
81
2) Kuitansi lembar kedua berwarna merah disimpan oleh
kasir/teller sebagai bukti untuk menyusun laporan harian kas
dan jurnal.
f. Form Hasil Survei
Form hasil survei digunakan untuk mencatat kondisi calon
anggota pembiayaan yang meliputi kondisi pribadi dan usaha calon
anggota pembiayaan, serta kondisi jaminan yang digunakan dalam
pembiayaan berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan.
Kemudian dilakukan analisis untuk pemberian keputusan
pembiayaan, berdasarkan data dari form hasil survei.
g. Surat Akad Perjanjian Pembiayaan
Surat akad perjanjian pembiayaan digunakan sebagai bukti
yang berisi perjanjian yang telah disepakati antara pihak BMT
dengan pihak anggota pembiayaan. Dalam surat tersebut tertera
tandatangan kedua belah pihak, dan juga tandatangan dari 2 (dua)
orang saksi dari pihak anggota pembiayaan, serta dibubuhi dengan
materai sebagai tanda bahwa perjanjian tersebut memiliki kekuatan
hukum.
h. Surat Tanda Terima dan Pengambilan Jaminan
Surat tanda terima dan pengambilan jaminan memuat identitas
jaminan, tanggal penyerahan, serta pengambilan jaminan. Surat
tanda terima dan pengambilan jaminan dibuat pada saat penyerahan
surat jaminan pembiayaan dari anggota kepada pihak BMT Tumang.
82
4. Catatan Akuntansi dalam Pembiayaan Musyarakah di KJKS BMT
Tumang Cabang Cepogo
Catatan akuktansi yang digunakan dalam pembiayaan musyarakah di
KJKS BMT Tumang cabang Cepogo yaitu:
a. Laporan Harian Kas
Laporan harian kas dibuat oleh teller/kasir setiap harinya, sebagai
laporan yang memuat transaksi pembiayaan baik realisasi maupun
angsuran/pelunasan pembiayaan dalam satu hari.
b. Jurnal
Jurnal dibuat oleh kasir/teller berdasarkan bukti transaksi seperti
kuitansi dan slip pembiayaan, yang dilaporkan kepada staf
administrasi dan keuangan kantor pusat setiap akhir bulan.
c. Buku Besar
Buku besar dibuat oleh staf administrasi dan keuangan kantor pusat
atas dasar pembiayaan yang telah direalisasikan yang dilaporkan
oleh kasir/teller dari setiap kantor cabang.
d. Kartu Pembiayaan
Kartu pembiayaan digunakan sebagai tanda anggota pembiayaan,
serta berisi catatan mengenai jumlah pembiayaan dan angsuran
anggota pembiayaan.
83
5. Pelaksanaan Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan
Musyarakah di KJKS BMT Tumang Cabang Cepogo
Unsur-unsur sistem pengendalian intern yang diterapkan dalam
pembiayaan musyarakah di BMT Tumang adalah sebagai berikut:
a. Struktur Organisasi yang Memisahkan Tanggung Jawab Fungsional
secara Tegas
Proses pembiayaan musyarakah di BMT Tumang melalui lebih
dari satu fungsi. Fungsi-fungsi tersebut antara lain:
1) Fungsi Pelayanan Pembiayaan
2) Fungsi Operasional
3) Fungsi Analisis
4) Fungsi Pemberian Keputusan
5) Fungsi Administrasi
6) Fungsi Keuangan
7) Fungsi Akuntansi
Fungsi tersebut dipisahkan sesuai dengan tanggungjawab agar
kegiatan yang dilakukan dapat lebih terstruktur dan terarah.
Beberapa pemisahan fungsi yang terjadi antara lain:
1) Fungsi Pelayanan Pembiayaan dipisahkan dengan Fungsi
Operasional
BMT Tumang memisahkan antara fumgsi pelayanan
pembiayaan dengan fungsi operasional. Fungsi pelayanan
pembiayaan dipegang oleh customer service, sedangkan fungsi
84
operasional dipegang oleh manajer cabang dan marketing
finance. Hal ini diterapkan untuk mempermudah kerja masing-
masing personel, karena lokasi kerja dari masing-masing fungsi
juga berbeda yaitu di kantor dan di lapangan.
2) Fungsi Pelayanan Pembiayaan dipisahkan dengan Fungsi
Pemberian keputusan
Fungsi pelayanan pembiayaan dipisahkan dengan fungsi
pemberian keputusan karena fungsi pelayanan pembiayaan yang
dipegang oleh customer service merupakan pelayanan pertama
yang diberikan kepada calon anggota pembiayaan, jadi tidak
dapat memutuskan secara langsung dalam memberikan
pembiayaan kepada anggota. Sedangkan fungsi pemberian
keputusan dipegang oleh pihak-pihak yang berbeda sesuai
jumlah dana pembiayaan yaitu keputusan pembiayaan <25jt
diserahkan kepada manajer cabang, keputusan pembiayaan 25jt-
150jt diserahkan kepada manajer utama KJKS BMT Tumang,
dan keputusan pembiayaan >150jt drserahkan kepada pengurus
KJKS BMT Tumang. Pemberian keputusan pembiayaan juga
harus melalui beberapa tahap terlebih dahulu sebelum
diputuskan layak atau tidaknya anggota pembiayaan untuk
dibiayai.
85
3) Fungsi Keuangan dipisahkan dengan Fungsi Akuntansi
Fungsi keuangan dipisahkan dengan fungsi akuntansi agar
pencatatan hasil transaksi tidak dikerjakan sekaligus dengan
penyusunan laporan keuangan. Fungsi keuangan dipegang oleh
kasir/teller yang bertugas mencatat hasil transaksi berdasarkan
bukti-bukti seperti slip pembiayaan. Sedangkan fungsi akuntansi
dipegang oleh staf administrasi dan keuangan kantor pusat untuk
membuat pembukuan dan laporan keuangan berdasarkan
laporan dari fungsi keuangan.
b. Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan
Kegiatan pembiayaan sesuai prosedurnya, dilakukan oleh
pihak yang berwenang atas tugasnya masing-masing. Segala bentuk
pencatatannya pun dilakukan oleh pihak yang mengotorisasi setiap
kegiatan.
Misal dalam penerimaan calon anggota baru, wewenang
dipegang oleh customer service. Begitu juga pencatatan mengenai
calon anggota baru, juga diotorisasi oleh customer service.
Form pengajuan pembiayaan dan prosesi akad, dibagi dan
diotorisasi oleh masing-masing marketing finance yang berbeda-
beda untuk memudahkan penyimpanan dan penanganan. Karena
form yang digunakan bukan merupakan form yang bernomor urut
tercetak. Manajer cabang bertugas memantau segala bentuk proses
pembiayaan dalam satu kantor cabang apakah sudah benar atau
86
belum. Selain itu manajer cabang juga mempunyai kewenangan
bertindak sebagaimana marketing finance bekerja dalam proses
pembiayaan.
Sistem pencatatan akuntansi dari setiap transaksi telah
dilakukan dengan menggunakan software, dapat lebih cepat, praktis,
teliti dan sesuai dengan transaksi yang baru saja terjadi. Meskipun
sistem pancatatan akuntansi mengguanakan sistem software yang
dianggap cukup akurat dalam panghitungannya, manajer cabang
tetap melakukan pengecekan sebelum catatan tersebut benar-benar
dilaporkan ke pihak kantor pusat.
c. Praktik yang Sehat dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi
Setiap Unit Organisasi.
1) Tidak digunakannya form dan slip bernomor urut tercetak
Penggunaan formulir bernomor urut tercetak tidak diterapkan di
BMT Tumang. Hanya saja, setiap dokumen yang digunakan
dibagi sesuai wilayah operasional tertentu dan diotorisasi oleh
masing-masing pihak yang berwenang.
2) Pemeriksaan mendadak (surprised audit) dilakukan oleh
Manajer Operasional
Pemeriksaan mendadak dilakukan dalam waktu tertentu
terhadap kinerja pengelola dan segala yang berhubungan dengan
operasional BMT Tumang tanpa adanya pemberitahuan terlebih
87
dahulu. Agar dapat memastikan bahwa setiap begian perusahaan
bekerja dengan baik setiap waktu.
3) Adanya perputaran jabatan yang diadakan secara rutin
Perputaran jabatan dilakukan agar menghindarkan kejenuhan
dari keryawan terhadap jabatannya, serta untuk menambah
pengalaman kerja karyawan. Periode perputaran jabatan tidak
sama antara jabatan satu dengan yang lain.
4) Karyawan mempunyai hak untuk mengambil cuti sesuai dengan
kebutuhan masing-masing.
5) Adanya pelatihan untuk karyawan sesuai dengan jabatannya.
6) Pencocokan fisik kekayaan dengan catatan dilakukan secara
periodik. Agar dapat menghindari terjadinya kesalahan
pencatatan.
7) Adanya internal auditor yang berfungsi memeriksa seluruh
kefektifan kerja dari semua unit perusahaan terutama dari bagian
laporan keuangan.
d. Karyawan yang Mutunya sesuai dengan Tanggung Jawabnya
Pemilihan karyawan di BMT Tumang tidak berdasarkan
tingkat pendidikannya. Meskipun tidak sedikit karyawan yang
merupakan lulusan perguruan tinggi, yang kebanyakan memiliki
jabatan tinggi dan merupakan karyawan cukup senior, tetapi ada juga
karyawan yang merupakan lulusan SMA/sederajat. Tanggungjawab
88
karyawan dipilah sesuai dengan hasil kerja karyawan yang telah
mengikuti masa percobaan selama kurang lebih 3 (tiga) bulan.
Namun bagi karyawan yang merupakan lulusan SMA,
diwajibkan untuk melanjutkan ke bangku perkuliahan apabila telah
diterima sebagai karyawan tetap di BMT Tumang. Hal tersebut
dilakukan untuk mendapatkan karyawan yang mutunya lebih baik
lagi, sehingga ketika ada perputaran jabatan tidak terkendala dengan
masalah tingkat pendidikan karyawannya.
Pada periode tertentu, di BMT Tumang diadakan pelatihan
dalam suatu bidang tertentu dalam rangka meningkatkan mutu
karyawannya. Hal ini dilakukan agar karyawan mampu mengikuti
perkembangan jaman dan kemajuan teknologi.
B. Analisis Sistem Pengendalian Intern pada Pembiayaan Musyarakah di
KJKS BMT Tumang Cabang Cepogo
Penerapan sistem pengendalian intern dalam pembiayaan musyarakah
di KJKS BMT Tumang adalah sebagai berikut:
1. Fungsi yang Terkait
Fungsi-fungsi yang terkait dalam pembiayaan musyarakah di KJKS
BMT Tumang cabang Cepogo antara lain:
a. Fungsi Pelayanan Pembiayaan
b. Fungsi Operasional
c. Fungsi Analisis
d. Fungsi Pemberian Keputusan
89
e. Fungsi Administrasi
f. Fungsi Keuangan
g. Fungsi Akuntansi
Fungsi tersebut dipisahkan sesuai dengan tanggungjawab agar
kegiatan yang dilakukan dapat lebih terstruktur dan terarah. Pemisahan
fungsi yang diterapkan juga sesuai dengan teori dari Bambang Hartadi
(1999: 130), yaitu prinsip pemisahan fungsi yang bertujuan untuk
menghindari dan pengawasan segera atas kesalahan atau ketidakberesan.
Adanya pemisahan fungsi untuk dapat mencapai suatu efisiensi
pelaksanaan tugas.
2. Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem Pembiayaan
Musyarakah di KJKS BMT Tumang cabang Cepogo
Prosedur pembiayaan musyarakah di BMT Tumang cabang
Cepogo dibagi menjadi beberapa tahap agar mempermudah dalam
pemberian wewenang kepada masing-masing bagian organisasi, serta
memudahkan dalam proses pencatatan akuntansinya. Prosedur tersebut
diantaranya:
a. Prosedur Permohonan Pembiayaan,
b. Prosedur Persetujuan Pembiayaan,
c. Prosedur Akad Pembiayaan,
d. Prosedur Realisasi Dana Pembiayaan,
e. Prosedur Pencatatan Akuntansi.
90
Prosedur-prosedur tersebut telah dibagi sesuai dengan tugas dan
wewenang dari masing-masing fungsi yang terkait pembiayaan
musyarakah di BMT Tumang cabang Cepogo. Sehingga kegiatan
pembiayaan yang dilakukan dapat berjalan baik dan terstruktur.
3. Dokumen yang Digunakan
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam pembiayaan
musyarakah di BMT Tumang cabang Cepogo sudah cukup lengkap dan
cukup membantu dalam proses pencatatannya. Dokumen-dokumen
tersebut antara lain:
a. Formulir permohonan pembiayaan,
b. Formulir pendaftaran anggota,
c. Formulir pengajuan pembiayaan,
d. Slip pembiayaan,
e. Kuitansi Pembiayaan,
f. Form Hasil Survei
g. Surat Akad Perjanjian Pembiayaan,
h. Surat Tanda Terima dan Pengambilan Jaminan
Dokumen-dokumen tersebut telah memberikan kemudahan dalam
melakukan setiap transaksi dalam proses pembiayaan, serta
mempermudah dalam proses pencatatan akuntansi pembiayaan.
91
4. Catatan Akuntansi yang Digunakan
Catatan-catatan akuntansi yang dalam pembiayaan musyarakah di
BMT Tumang adalah:
a. Laporan Harian Kas,
b. Jurnal,
c. Buku Besar,
d. Kartu Pembiayaan,
Adanya catatan akuntansi yang digunakan dapat membantu proses
pengecekan oleh manajer cabang atas transaksi yang telah dilakukan.
Catatan akuntansi tersebut juga digunakan untuk meneliti benar atau
tidaknya pencatatan serta penghitungan nominal dari transaksi yang telah
terjadi, sebelum akhirnya dilaporkan kepada pihak kantor pusat.
Namun catatan yang berupa buku besar bukan lagi menjadi tugas
dari pihak kantor cabang, melainkan menjadi kewajiban penuh dari staf
administrasi dan keuangan kantor pusat.
5. Struktur Organisasi yang Memisahkan Tanggungjawab Fungsional
secara Tegas
Dalam pembiayaan musyarakah, BMT Tumang telah memisahkan
tanggungjawab fungsional secara tegas. Yaitu dengan melalui beberapa
fungsi dalam satu proses pembiayaan. Beberapa bentuk pemisahan
fungsinya antara lain:
a. Fungsi Pelayanan Pembiayaan dipisahkan dengan Fungsi
Operasional
92
b. Fungsi Pelayanan Pembiayaan dipisahkan dengan Fungsi
Pemberian keputusan
c. Fungsi Keuangan dipisahkan dengan Fungsi Akuntansi
Dengan pemisahan fungsi tersebut pengawasan terhadap masing-
masing bagian fungsi yang terkait dapat dilakukan dengan mudah dan
lebih baik. Selain itu pemisahan fungsi-fungsi di atas bertujuan agar tidak
terjadi pelimpahan tanggungjawab penuh terhadap satu fungsi saja untuk
melaksanakan semua tahap transaksi. Namun dari pemisahan fungsi
tersebut, masih terdapat beberapa fungsi yang dirangkap oleh satu
personil, diantaranya:
a. Fungsi administrasi dan fungsi keuangan dipegang oleh kasir/teller.
b. Fungsi operasional dan fungsi analisis dipegang oleh marketing
finance bersama dengan manajer cabang
Sebagaimana dikemukakan oleh Mulyadi (2001: 166) bahwa suatu
fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk
melaksanakan semua tahap transaksi. Namun perangkapan fungsi
tersebut terjadi karena fungsi-fungsi yang dirangkap dirasa masih
memiliki keterkaitan yang cukup erat. Sehingga perangkapan tersebut
dilakukan untuk mencapai keefektifan pembagian kerja.
6. Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan
BMT Tumang dalam kegiatan pembiayaan telah sesuai prosedur
yang ada dengan adanya pelaksanaan tugas sesuai wewenang yang
dimiliki oleh setiap personil. Dalam organisasi, setiap transaksi hanya
93
terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk
menyetujui terjadinya transaksi tersebut (Mulyadi, 2001: 166). Praktik ini
juga sesuai dengan prinsip pemberian wewenang yang bertujuan
menjamin bahwa transaksi yang dilakukan telah diotorisir oleh orang
yang berwenang (Hartadi, 1999: 130).
Sistem pencatatan akuntansi dari setiap transaksi telah dilakukan
dengan menggunakan software, dapat lebih cepat, praktis, teliti dan
sesuai dengan transaksi yang baru saja terjadi berdasarkan bukti-bukti
transaksi yang telah ada. Manajer cabang juga melakukan pengecekan
sebelum catatan tersebut benar-benar dilaporkan ke pihak kantor pusat.
Sehingga laporan yang dibuat dapat dipertanggunjawabkan
kebenarannya.
Hal ini telah sesuai unsur pengendalian intern dari Mulyadi
(2001: 166) yaitu sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang
memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang,
pendapatan, dan biaya. Praktik ini juga sesuai dengan teori dari Bambang
Hartadi (1999: 130), yaitu prinsip prosedur dan catatan akuntansi
bertujuan menghasilkan catatan-catatan akuntansi yang teliti secara cepat
dan data akuntansi dapat dilaporkan kepada pihak yang menggunakan
secara tepat waktu.
94
7. Praktik yang Sehat dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi
Setiap Unit Organisasi
BMT Tumang telah menerapkan praktik yang sehat karena
sebagian telah sesuai dengan teori yang telah diungkapkan oleh para ahli
sistem informasi akuntansi, meski terdapat perbedaan antara teori dengan
aplikasinya di BMT Tumang. Praktik yang diterapkan antara lain:
a. Tidak digunakannya form dan slip bernomor urut tercetak
b. Pemeriksaan mendadak (surprised audit) dilakukan oleh Manajer
Operasional
c. Adanya perputaran jabatan yang diadakan secara rutin
d. Karyawan mempunyai hak untuk mengambil cuti
e. Adanya pelatihan untuk karyawan sesuai dengan jabatannya.
f. Pencocokan fisik kekayaan dengan catatan dilakukan secara
periodik
g. Adanya internal auditor yang berfungsi memeriksa seluruh
kefektifan kerja dari semua unit perusahaan terutama dari bagian
laporan keuangan.
Sebagian besar praktik diatas telah sesuai dengan unsur sistem
pengendalian intern untuk mengefektifkan operasional dari suatu unit
organisasi.
8. Karyawan yang Mutunya sesuai dengan Tanggung Jawabnya
Dalam menjaring karyawan baru BMT Tumang tidak berdasarkan
tingkat pendidikan dan kompetensi ataupun keahliannya, melainkan
95
hanya berdasarkan hasil seleksi dan masa percobaan (training) selama 3
(tiga) bulan. Sehingga banyak karyawan yang tidak sesuai antara
pendidikan dan jabatan yang diperolehnya. Hal ini kurang sesuai dengan
teori bahwa perusahaan sangat tergantung kepada karyawan yang
memiliki kompeten, dan program yang baik dalam seleksi calon
karyawan akan menjamin diperolehnya karyawan yang memiliki
kompeten sesuai jabatan yang akan didudukinya (Mulyadi, 2001: 167).
Namun dalam peningkatan mutu karyawan pada BMT Tumang
sudah cukup baik dengan mengadakan pelatihan setiap periode tertentu
sesuai dengan jabatannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mulyadi
(2001: 167), yaitu pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi
karyawan perusahaan, sesuai tuntutan perkembangan pekerjaannya.
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap prosedur dan
sistem pengendalian intern pembiayaan musyarakah di BMT Tumang cabang
Cepogo dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. BMT Tumang cabang Cepogo berperan serta membangun ekonomi
masyarakat mikro/kecil menengah, salah satunya dengan pembiayaan
musyarakah. Prosedur pembiayaan musyarakah di BMT Tumang yang
sederhana dapat dikatakan telah diatur dengan cukup baik sehingga
mudah dipahami dan dapat memperlancar proses pemberian
pembiayaan kepada nasabah. Jaringan prosedurnya terdiri dari prosedur
permohonan pembiayaan, prosedur persetujuan pembiayaan, prosedur
akad pembiayaan, prosedur realisasi dana pembiayaan.
2. Pengendalian intern yang diterapkan untuk pengendalian terhadap
pembiayaan musyarakah di BMT Tumang cabang Cepogo meliputi
aturan yang dibuat oleh manajemen, struktur organisasi, alat yang
digunakan, pencatatan, serta pengawasan.
3. Unsur-unsur pokok sistem pengendalian intern terdiri dari:
a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional
secara tegas,
b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan,
97
c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi
setiap unit organisasi,
d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya
telah diterapkan dengan baik dalam pembiayaan musyarakah di BMT
Tumang cabang Cepogo, meski ada beberapa kekurangan dan
perbedaan sistem yang diterapkan.
Kekurangan dan perbedaan tersebut yaitu terletak pada:
a. Adanya bagian personil yang merangkap lebih dari 1 (satu) fungsi
dalam pembiayaan musyarakah,
b. Sistem terletak pada penggunaan form dan slip yang tidak
menggunakan nomor urut tercetak,
c. Pemilihan karyawan baru hanya berdasarkan seleksi dan masa
percobaan (training), yang belum tentu mendapatkan karyawan
yang berkompeten.
B. Saran
Dari hasil analisis yang telah dilakukan mengenai penerapan sistem
pengendalian intern pembiayaan musyarakah pada KJKS BMT Tumang,
terdapat beberapa saran yang kiranya perlu penulis sampaikan, yaitu:
1. Dalam meningkatkan efektifitas kerja dari setiap bagian organisasi,
BMT Tumang cabang Cepogo perlu menambah jumlah karyawan untuk
pemisahan fungsi yang lebih efektif agar dapat meringankan kinerja
setiap bagian fungsi, serta untuk menghindari terjadinya personil yang
memegang fungsi ganda. Selain itu juga untuk meningkatkan efektifitas
98
sistem pengendalian intern sehingga dapat memperkecil resiko dan
penyelewengan yang mungkin terjadi.
2. BMT Tumang cabang Cepogo perlu menggunakan formulir serta slip
dan kuitansi dengan nomor urut tercetak, agar dapat memudahkan
pencatatan data anggota serta transaksi-transaksi yang telah dilakukan
dan menghindari ketidakteraturan dalam penyimpanan serta
pengarsipan form pembiayaan anggota.
3. BMT Tumang perlu lebih selektif dalam merekrut karyawan baru.
Untuk memperoleh karyawan yang benar-benar ahli di bidangnya
masing-masing, perlu memperhatikan kompetensi dan latar belakang
pendidikan tertentu agar diperoleh sumber daya manusia yang benar-
benar bermutu.
99
DAFTAR PUSTAKA
Akuntansi, Jurnal. 2012. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Penerapan Good Corporate Governance (Gcg) Pada Perbankan Di Kota Banda Aceh. Banda Aceh: Universitas Syiah Kaula.
Al-Qur’an Al-Karim.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press.
Ascarya. 2007. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Atma, Muhammad Mukti Adi. Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan Murabahah Pada Ksu Bmt Tumang Kabupaten Boyolali. Surakarta. 2010.
Azizah. Internal Control Pengaruhnya Terhadap Laporan Keuangan pada USP Swamitra Mekar Ungaran. Salatiga. 2005.
Bank Indonesia Lamp. SE No.5/22/DPNP 2003
Baridwan, Zaki. 2005. Sistem Akuntansi. Yogyakarta: BPFE.
Cynthiadevi, Renata. Analisis Efektifitas dan Efisiensi Pengendalian Intern Atas Sistem Penggajian PT. Gerbang Tata Gemilang. Jakarta. 2008.
Djazuli, Janwari Yadi. 2002. Lembaga Perekonomian Umat: Sebuah Pengenalan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
DSN. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) no. 5, 7, 8.
IAI. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 103, 105, 106.
Jusup, Haryono. 2005. Dasar-Dasar Akuntansi. Yogyakarta: STIE.
Karim, Adiwarman. 2002. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: The International Institute of Islamic Thought Indonesia.
Lestari, Anna Wahyu. Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Bank Syariah Di Dalam Penyaluran Pembiayaan Musyarakah Kepada Masyarakat (Studi Kasus Pada Bank BRI Syariah Malang). Malang. 2009.
Muhammad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
100
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta: Selemba Empat.
Purnamasari, Lidia. Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Penggajian Pada KJKS BMT Anda Salatiga. Salatiga. 2012.
Ridwan, Muhammad. 2004. Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil. Yogyakarta: UII Press.
Suwiknyo, Dwi. 2010. Ayat-ayat Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yunus, Jamal Lulail. 2009. Manajemen Bank Syariah Mikro. Malang: UIN-Malang Press.
Referensi Internet:
Henry. ”Metode Pengumpulan Data” diunduh dari http://teorionline. wordpress.com/. Diunduh tanggal 16 Januari 2013
Sari, Wulan. “Sistem Informasi Akuntansi dan Penjualan Kredit” diunduh dari http://nengwulanmanis.blogspot.com/. Diunduh pada tanggal 8 Juni 2013
Trihastutie. “Sistem Pengendalian Intern” diunduh dari http://trihastutie.wordpress.com/. Diunduh pada tanggal 6 Desember 2012.
LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi:
Nama : Ulfatu Rosyidah
Tempat Lahir : Boyolali
Tanggal Lahir : 25 September 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Klarisan, RT.04/RW.07 Tanduk, Ampel, Boyolali
Riwayat Pendidikan:
1. SD Negeri Tanduk 2 : Lulus tahun 2004
2. SMP Negeri 1 Ampel : Lulus tahun 2007
3. SMA Negeri 3 Boyolali : Lulus tahun 2010
Recommended