View
221
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
JUDUL
“PENINGKATAN HASIL BELAJAR PRAKTIKUM TIK SISWA KELAS VIII MTS AL-KHAIRIYAH KARANG
SURAGA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING”
BAB I
PENGAJUAN PTK
A. Pendahuluan
1. Keberadaan Masalah
Mengoperasikan Microsoft excel terlihat sulit bagi siswa, hal ini terbukti
dari hasil evaluasi belajar siswa yang rata-rata memperoleh nilai
praktikum di bawah KKM yang telah ditentukan. Mayoritas siswa masih
belum mampu untuk mengatur ukuran baris dan kolom pada Microsoft
excel.
2. Penyebab Masalah
Kemampuan praktikum siswa di setiap kelas berbeda-beda, sulit untuk
menyamaratakan mereka. Yang rajin dan gigih dalam belajar praktikum,
dialah yang biasanya mempunyai kemampuan yang lebih dibanding
dengan yang lainnya. Dan yang pasif dalam belajar praktikum, dialah
yang biasanya memiliki kemampuan yang kurang. Keterbatasan media
komputer pun menjadi masalah sehingga tingkat kemampuan siswa
dalam hal praktikum rendah. Disamping itu, kemampuan berfikir siswa
dan daya serap mereka terhadap penjelasan guru berbeda, sehingga
terbukti dari hasil evaluasi belajar di kelas masih didominasi oleh nilai
psikomotorik yang di bawah KKM.
3. Identifikasi Masalah
a. Banyak siswa yang pasif pada saat praktikumb. Keterbatasan media komputerc. Kemampuan berfikir dan daya serap yang berbeda pada tiap siswa
1
B. Perumusan dan Pemecahan Masalah
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan, maka
rumusan permasalahannya adalah :
Apakah melalui model peembelajaran cooperative lerarning dapat
meningkatkan hasil praktikum mengatur ukuran kolom dan baris pada
microsoft excel di MTs Karang Suraga?
2. Pemecahan Masalah
Model yang digunakan dalam mengatasi masalah ini yaitu melalui model
pembelajaran cooperative learning. Metode ini diharapkan menjadi salah
satu cara untuk meningkatkan kemampuan psokomotor siswa dalam
praktikum komputer. Jika tidak dikelompokan dan beberapa siswa yang
pasif dibiarkan, biasanya siswa duduk sesuai keinginannya sendiri,
sehingga jika siswa berkumpul dalam satu kelompok yang sama-sama
memiliki kemampuan praktikum rendah, siswa tersebut sulit untuk
berkembang, termasuk siswa yang pasif.
3. Indikatot Keberhasilan
Melalui model pembelajaran cooperative learning siswa dapat
meningkatkan hasil belajar praktikum merubah ukuran beris dan kolom
pada Microsoft excel bagi siswa kelas VIII MTs Karang Suraga
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Tujuan peneliti yang diharapkan dari penelitian ini menjadi masukan bagi
guru dan peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar praktikum.
“Untuk mengetahui apakah melalui metode cooperative learning dapat
meningkatkan hasil praktikum mengatur ukuran kolom dan baris pada
microsoft excel di MTs Karang Suraga”
2. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
2
a. Sekolah
Dengan hasil penelitian ini diharapkan MTs Karang Suraga dapat
lebih meningkatkan pemberdayaan praktikum agar hasil belajar
peserta didik lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada
pelajaran lain.
b. Guru
Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan
(praktikum) di kelasnya.
c. Peserta Didik
Sebagai bahan masukan bagi peserta didik untuk memanfaatkan
pembentukan kelompok praktikum dalam rangka meningkatkan
prestasi belajarnya.
3
BAB II
KERANGKA TEORITIK DAN HIPUTESIS TINDAKAN
A. Butir Kajian Masalah
1. TIK
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), atau dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah Information and Communication Technologies
(ICT), adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan
teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup
dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi
informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan
sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan
teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari
perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan
teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi
Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu
segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan,
pemindahan informasi antar media. Istilah TIK muncul setelah adanya
perpaduan antara teknologi komputer (baik perangkat keras maupun
perangkat lunak) dengan teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-
20. Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang pesat melampaui
bidang teknologi lainnya. Hingga awal abad ke-21 TIK masih terus
mengalami berbagai perubahan dan belum terlihat titik jenuhnya.
(wikipedia)
2. Belajar
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat
orang belajar maka responya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak
belajar responya menjadi menurun sedangkan menurut Gagne belajar
adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi
limgkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru
( Dimyati, 2002-10). Sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia
4
belajar diartikan berusaha ( berlatih dsb )supaya mendapat suatu
kepandaian ( Purwadarminta : 109 )
Belajar dalam penelitian ini diartikan segala usaha yang diberikan olh guru
agar mendapat dan mampu menguasai apa yang telah diterimanya dalam
hal ini adalah pelajaran Matematika.
3. Praktikum
Praktikum yaitu “bagian dari pengajaran, yang bertujuan agar siswa
mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan pada keadaan
nyata apa yang diperoleh dari teori”
4. Konsep Metode Cooperative Learning
a. Pengertian Cooperative Learning
Cooperative adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan
saling membantu satu sama lain sebagai satu tim. Sedangkan
Cooperative Learning artinya belajar bersama-sama, saling membantu
antara satu sama lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap
orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah
ditentukan sebelumnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Cooperative
Learning adalah menyangkut teknik mengelompokkan yang
didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama pada
kelompok kecil yang umumnya tediri dari empat atau lima orang
Salvin (1995) mngemukakan bahwa cooperative learning adalah
suatu model pembelajaran yang mana system belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara
5
kolaboratif sehingga dapat merangsang siwa lebih semangat dalam
belajar
b. Unsur Model Pembelajaran Cooperative Learning
Setidak-tidaknya ada lima unsur yang membedakannya dengan
kerja kelompok biasa. Kelima unsur itu adalah:
1) Saling ketergantungan yang positif.
Artinya tiap anggota harus sadar bahwa keberhasilan
seseorang merupakan keberhasilan yang lain atau sebaliknya.
Jadi keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap
anggotanya.
Dengan demikian di antara sesama anggota saling
membantu menyelesaikan tugas-tugasnya. Karena itu mau tidak
mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk
menyelesaikan tugasnya agar yang lain berhasil.
Hal ini akan berdampak masing-masing peserta didik dapat
mengukur sampai dimana kemampuannya dalam memahami
materi pembelajaran bagi anak yang kurang maka ia dibantu
oleh temannya, dan berusaha untuk meningkatkan kemampuan
belajarnya lebih baik lagi sedangkan bagi anak yang pandai
dapat membantu anggota kelompoknya agar bisa mengerjakan
tugas-rugasnya dengan baik sehingga terciptalah suasana kerja
sama yang harmonis.
6
2) Tanggung jawab perseorangan.
Adanya ketergantungan yang positif dalam cooperative
learning akan memotivasi peserta didik untuk
mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada kelompoknya,
sehingga dalam cooperative learning para peserta didik dituntut
untuk memiliki kemampuan berpartisipasi secara aktif. Ini
karena tujuan utama pembelajaran ini bukan hanya dapat
diselesaikannya tugas yang diberikan pada kelompok, tetapi
peserta didik diharapkan mampu sahingga membelajarkan di
antara anggota kelompoknya. Sebagai konsekuensinya guru
harus menyusun tugas individual untuk dikerjakan oleh masing-
masing anggota dalam kelompok tersebut.
Sehingga masing-masing peserta didik bertanggung jawab
terhadap pelajarannya sendiri. Tidak seperti tugas kelompok
biasa, tugas hanya dikerjakan oleh peserta didik yang dianggap
pintar sedangkan anggota lainnya hanya menonton atau
mendengarkan saja.
3) Interaksi tatap muka.
Setiap anggota kelompok memiliki latar belakang,
pengalaman keluarga dan sosial ekonomi yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Perbedaan ini akan menjadi modal utama
dalam proses bertukar pikiran dalam memecahkan
7
permasalahan. Para anggota kelompok diberi kesempatan saling
mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap
muka dan interaksi pribadi sehingga terjalin hubungan yang
akrab.
Dengan demikian maka di antara anggota kelompok dapat
saling menghargai perbedaan, saling memanfaatkan kelebihan
dan mengisi kekurangan masing-masing anggota hal ini akan
berakibat hasil yang dicapai akan jauh lebih baik bila dikerjakan
sendiri.
4) Komunikasi antar anggota.
Dalam cooperative learning peserta didik dituntut untuk
memiliki kemampuan berinteraksi dengan temannya sehingga
sebelum menugaskan peserta didik dalam kelompok, peserta
didik perlu dibekali bagaimana cara berkomunikasi yang baik.
Hal ini karena tidak setiap peserta didik mempunyai keahlian
dalam mendengarkan dan berbicara.
Meskipun memerlukan waktu yang cukup panjang tapi
proses ini sangat bermanfaat bagi peserta didik dan perlu
ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan
pembinaan mental dan emosional peserta didik. Disamping itu
keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan
para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan
8
mereka dalam mengutarakan pendapatnya. Sikap interaksi
sosial yang diharapkan bagaimana cara menyampaikan
pendapat, bertanya dan menjawab yang baik dan benar sesuai
dengan nilai-nilai demokratis.
5) Evaluasi proses kelompok.
Dalam melaksanakan evaluasi proses kelompok. guru
hendaknya menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama
mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.
Waktu evaluasi ini tidak perlu dilaksanakan setiap kali ada
kerja kelompok melainkan bisa diadakan selang beberapa
waktu setelah beberapa kali peserta didik terlibat dalam
coopertaive learning.
Agar peserta didik mengetahui apa yang harus
diperbaikinya maka guru harus mengeva1uasi dan memberikan
arahan terhadap hasil pekerjaan peserta didik dan kegiatan
mereka selama proses pembelajaran berlangsung. Informasi
yang diberikan oleh guru meliputi :1) Tujuan yang dicapai oleh
kelompok, 2) Bagaimana mereka melakukan kerja sama saling
membantu dengan teman dalam satu kelompok. 3) Bagaimana
mereka bersikap dan bertingkah laku positif agar baik setiap
peserta didik maupun kelompok menjadi berhasil.
9
Dan kebutuhan apa saja yang harus dilengkapi agar tugas
selanjutnya dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Dalam
evaluasi ini guru beserta peserta didik dapat menilai kelompok
mana yang paling baik dan paling benar jawabannya.
Pemberian reward dan pujian perlu diberikan untuk menambah
semangat serta motivasi berprestasi kelompok.
c. Pengelolaan Kelas Cooperative Learning
Para peserta didik harus mempunyai minat untuk bekerja sama.
Model pembelajaran cooperative learning ini bertujuan untuk
membina pembelajar dalam mengembangkan niat dan kiat
bekerjasama dan berinteraksi dengan pembelajar yang lainnya. Ada
tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas
model cooperative learning, yaitu pengelompokkan semangat
cooperative learning, dan penataan ruang kelas.
1) Pengelompokkan
Pengelompokkan adalah praktik memasukkan beberapa
peserta didik dengan kemampuan yang setara dalam kelompok
yang sama. Namun, pengelompokkan dengan orang lain yang
sepadan dan serupa ini bisa menghilangkan kesempatan anggota
kelompok untuk memperluas wawasan dan memperkaya diri,
karena dalam kelompok homogen tidak terdapat banyak
perbedaan yang bisa mengasah proses berfikir, bernegosiasi,
berargumentasi dan berkembang.
10
Pengelompokkan heterogenitas (keanekaragaman)
merupakan ciri yang menonjol dalam pembelajaran cooperative
learning.
2) Semangat Gotong Royong
Agar kelompok bisa bekerja secara efektif dalam proses
pembelajaran gotong-royong, masing-masing anggota kelompok
perlu mempunyai semangat gotong royong. Semangat ini
dirasakan dengan membina niat peserta didik dalam
bekerjasama dengan peserta didik lainnya.
3) Penataan ruang Kelas
Penataan ruang kelas sangat dipengaruhi oleh falsafah dan
metode pembelajaran yang dipakai di kelas. Dalam model
pembelajaran kooperatif peserta didik akan dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok, agar kelompok yang satu dengan
yang lainnya dapat berinteraksi dengan baik maka penataan
bangku perlu diperhatikan dengan benar.
d. Teknik Belajar-Mengajar Cooperative Learning
1) Mencari Pasangan
Teknik belajar mengajar mencari pasangan (make a match)
dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan
teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar
11
mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang
menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkat usia peserta didik.
2) Bertukar Pasangan
Teknik belajar mengajar bertukar pasangan member peserta
didik kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik
ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia peserta didik.
3) Berpikir Berpasangan Berempat
Teknik belajar mengajar beroikir berpasanganberempat
dikembangkan oleh Frank Lyman (Think-Pair-Share) dan
Spencer Kagan (Think-Pair-Square) sebagai struktur kegiatan
pembelajaran cooperative learning. Teknikini member peserta
didik kesempatan untuk bekerja sendiri serta bgekerja sama
dengan orang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah
optimalisasi partisipasi peserta didik.
4) Berkirim Salam dan Soal
Teknik belajar mengajar berkirim salam dan soal member
peserta didik kesempatan untuk melatih pengetahuan dan
ketrampilan mereka. Peserta didik membuat pertanyaan sendiri
sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan
12
menjawab pertanyaan yang dibuat oleh tema-teman sekelasnya.
Kegiatan berkirim salam dan soal cocok untuk menjelang tes dan
ujian. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkatan usia anak didik.
5) Kepala Bernomor
Teknik belajar mengajar kepala bernomor (Numbered
Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini
member kesempatan kepada peserta didik untuk saling
membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling
tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong peserta didik untuk
meningkatkan semangat kerja sama mereka.Teknik ini bisa
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia anak didik.
6) Kepala Bernomor Terstruktur
Teknik ini merupakan pengembangan dari teknik kepala
bernomor terstruktur yang dipakai oleh Spencer Kagan. Teknik
inimemudahkan pembagian tugas. Dengan teknik ini, peserta
didik belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam
saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya. Teknik ini
13
bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia anak didik.
7) Dua Tinggal Dua Tamu
Teknik belajar mengajar ini (two stay two stray)
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dan bisa digunakan
dengan teknik Kepala Bernomor. Teknik ini bisa digunakan
dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia
anak didik.
Struktur dua tinggal dua tamu member kesempatan kepada
kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan
kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai
dengan kegiatan-kegiatan individu. Peserta didik bekerja sendiri
dantidak diperbolehkan melihat pekerjaan peserta didik yang
lain. Padahal dalam kanyataan hidup diluar sekolah, kehidupan
dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainya.
Christoper Columbus tidak akan menemukan benua Amerika jika
tidak tergerak oleh penemuan Galileo Galilei yang menyatakan
bahwa bumi itu bulat. Einstein pun berdasarkan pada teori-teori
Newton.
8) Keliling Kelompok
14
Teknik belajar mengajar keliling kelompok bisa digunakan
dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia
anak didik.dalam kegiatan keliling kelompok, masing-masing
anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memebrikan
kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran
anggota yang lain.
9) Kancing Gemerincing
Teknik belajar kancing gemerincing dikembangkan oleh
Spencer Kagan (1992). Teknik balajar ini bisa digunakan dalam
semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Dalam kegiatan kancing gemerincing, masing-masing anggota
kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan
kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran
anggota lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk
mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering
mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada
anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, ada
anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekanya yang lebih
dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab
dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anggota yang pasif
akan terlalu menggantungkan diri pada rekanya yang dominan.
Teknik belajar mengajar ini memastikan bahwa setiap peserta
didik mendapatkan kesempatan untuk berperan serta.
15
10) Keliling Kelas
Teknik belajar keliling kelas bisa digunakan dalam semua
mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Namun, jika digunakan untuk anak-anak tingkat dasar, teknik ini
perlu disertai dengan manajemen kelas yang baik supaya tidak
terjadi kegaduhan.
Dalam kegiatan keliling kelas, masing-masing kelompok
mendapatkan kesempatan untuk memamerkan hasil kerja mereka
dan melihat hasil kerja kelompok lain.
11) Lingkaran Kecil Lingkaran Besar
Teknik belajar mengajar lingkaran kecil lingkaran besar
(inside-outside circle) dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk
memberikan kesempatan kepada peserta didik agar saling berbagi
informasi pada saat yang bersamaan. Pendekatan ini bias
digunakan dalam berbagi mata pelajaran, seperti IPS,
agaman,matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling
cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang
membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar peserta
didik.
Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang
jelas dan memungkinkan peserta didik untuk berbagi dengan
16
pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain into,
peserta didik bekerja dengan sesame peserta didik dalam suasana
gotong royong dan mempunyai bnayak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan
berkomunikasi. Lingkaran kecil lingkaran besar bias digunakan
untuk semua tingkatan anak didik dan sangat disukai, terutama
oleh anak-anak.
12) Tari Bambu
Tidak cukup ruang didalam kelas untuk membentuk
lingkaran linkaran dan tidak selalu memungkinkan untuk
membawa peserta didik keluar dari ruang kelas dan belajar diluar
kelas. Kebanyakan ruang kelas di Indonesia memag di tata
dengan model klasikal/tradisional. Bahklan banyak penataan
tradisional ini bersifat permanen, yaitu meja dan kursi sulit
dipindahkan.
Teknik ini diberi nama Tari Bambu, karena peserta didik
berjajar dan saling berhadapan dengan model yang mirip seperti
dua potong bamboo yang digunakan dalam tari Bambu Filipina
yang juga popular dibeberapa daerah di Indonesia. Dalam
kegiatan belajar mengajar teknik ini, peserta didik saling berbagi
informasi pada saat yang bersamaan. Pendekatan ini bias
digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti IPA, agama,
17
matematika dan bahasa. Baha pelajaran yang paling cocok
digunakan dengan teknim ini adalah bahan yang membutuhkan
pertukaran pengalaman, pikiran, dan informasi antar peserta
didik.
Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur
yang jelas dan memungkinkan peserta didik untuk berbagi
dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain
itu, peserta didik bekerja dengan sesame peserta didik dalam
suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan
untuk mnrolah informasi dan meningkatkan ketrampilan
berkomunikasi.
13) Jigsaw
Teknik mengajar jigsaw dikembanghkan oleh Aronson et
al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini bias
digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan
ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan
membaca, menulis mendengarkan dan berbicara. Pendekatan ini
bias pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti IPA,
IPS, matematika, agama, dan bahsa. Teknik ini cocok untuk
semua kelas/tingkatan.
18
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar
belakang pengalaman peserta didik dalam membantu peserta
didik mengatifkan schemata ini agar bahan pelajaran menjadi
lebih bermakna. Selain itu, peserta didik bekerja dengan sesame
peserta didik dalam suasana gotong royong dan mempunyai
banyak kesempatan untuk mnrolah informasi dan meningkatkan
ketrampilan berkomunikasi.
14) Bercerita Berpasangan
Teknik mengajar bercerita berpasangan (Paired Storyteling)
dikembangkan sebgai pendekatan interaktif atara peserta didik,
pengajar, dan bahan pelajaran (Lie, 1994). Teknik ini ini bias
digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan
ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan
membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Pendekatan ini
bias pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti IPA,
agama dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan
denga n teknik ini adalah bahan yang bersifat naratif dan
deskriptif. Namun, hal ini yidak menutup kemungkinan
dipakainya bahan-bahan yang lainya.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar
belakangpemgalaman peserta didik dalam membantu peserta
didik mengatifkan schemata ini agar bahan pelajaran menjadi
19
lebih bermakna. Dalam kegiatan ini peserta didik dirangsang
untuk megembangkan kemampuan berfikir dan berimajinasi.
Buah-buah pemikiran mereka akan dihargai sehingga peserta
didik merasa makin terdorng untuk belajar. Selain itu, peserta
didik bekerja dengan sesame peserta didik dalam suasana gotong
royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.
e. Model Evaluasi Belajar Cooperative Learning
Dalam model pembelajaran cooperative learning terdapat tiga
model evaluasi, ketiga model evaluasi tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Model Evaluasi Kompetisi
Pada sistem peringkat jelas menanamkan jiwa kompetitif,
karena sejak masa awal pendidikan formal, peserta didik dipacu
agar bisa menjadi lebih baik dari teman-teman sekelas, sehingga
peserta didik yang jauh melebihi kebanyakan peserta didik yang
dianggap berprestasi, yang kemampuannya berada di bawah rata-
rata kelas dianggap gagal atau tidak berprestasi.
2) Model Evaluasi Individual
Dalam sistem ini, sistem peserta didik belajar dengan
pendekatan dan kecepatan yang sesuai dengan kemampuan
mereka sendiri. Anak didik tak bersaing dengan siapa-siapa,
20
kecuali bersaing dengan diri mereka sendiri. Teman-teman satu
kelas dianggap tidak ada karena jarang interaksi antar peserta
didik di kelas.
Berbeda dengan sistem penilaian peringkat, dalam
penyajian individual guru menetapkan standar untuk setiap
murid.
3) Model Evaluasi Cooperative Learning
Sistem ini menganut pemahaman homohomini soclus.
Falsafah ini menekankan saling ketergantungan antar makhluk
hidup. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting
artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama, tak ada
individu, keluarga, organisasi, atau masyarakat. Tanpa
kerjasama, keseimbangan lingkungan hidup akan terancam
punah. Prosedur sistem penilaian Cooperative Learning
diantaranya adalah tanggung jawab pribadi dan kelompok. Jadi
peserta didik mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok
a. Definisi Praktikum
Praktikum yaitu “bagian dari pengajaran, yang bertujuan agar peserta
didik mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan pada
keadaan nyata apa yang diperoleh dari teori”.
21
Praktikum juga dapat diartikan sebagai kegiatan belajar mengajar dengan cara
tatap muka antara orang yang memberikan materi dengan penerima materi yang
menekankan pada aspek psikomotorik (ketrampilan), kognitif (pengetahuan) dan
efektif (sikap) dengan menggunakan peralatan di laboratorium/studio/ kebun
percobaan/pabrik yang terjadwal. Termasuk dalam katagori ini adalah
asistensi/response
B. Kerangka Berfikir
22
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Rencana Penelitian
1. Objek penelitian
Subyek dalam peniltian ini adalah peserta didik MTs Karang Suraga
kecamatan Cinangka Kabupaten Serang dengan jumlah siswa 30 orang.
Pertimbangan penulis mengambil subyek penilitiann tersebut dimana
hampir semua indikator dari meteri pelajaran kelas VIII membutukan
praktikum.
2. Waktu Penelitian
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan
menggunakan waktu pembuatan proposal pada hari senin, tanggal 3
september 2012.
3. Lama Tidakan
Waktu untuk melaksanakan tindakan pada bulan maret, mulai dari siklus I
dan Siklus II.
4. Lokasi Penelitian
Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di Graha Insan Cita –
Depok..
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang diterapkan dalam hal ini antara lain :
1. Perencanaan
Meliputi pembentukan kelompok (1 kelompok kurang lebih 4 – 5 orang),
penyampaian materi pelajaran, peserta didik melakukan praktikum di
laboratorium komputer bersama masing-masing kelompok, memberikan
tugas praktikum di luar sekolah.
2. Tindakan (Action) / Kegiatan, mencakup
a. Siklus I (meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup).
b. Siklus II ( sama dengan I )
3. Observasi
23
4. Evaluasi – Refleksi
Perlu adanya pembahasan antara siklus – siklus tersebut untuk dapat
menentukan kesimpulan atau hasil dari penelitian.
JADWAL PENELITIAN
No KEGIATAN MINGGU KE……..1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perencanaan 2 Proses pembelajaran 3 Evaluasi 4 Pengumpulan Data 5 Analisis Data 6 Penyusunan Hasil 7 Pelaporan Hasil
BIAYA PENELITIAN
Akibat yang timbul dari penelitian ini menjadi tanggung jawab peneliti, adapun
biaya tersebut adalah :
1. Fotocopy Naskah : Rp
2. Kertas folio 1 pack : Rp
3. jilid buku : Rp
4. Rental Komputer : Rp
5. lain – lain : Rp
6. JUMLAH : Rp
24
A. Subjek, Tempat, waktu Penelitian1. Subjek2. Tempat3. Waktu Penelitian
B. Rincian Skenario PTK1. Perencanaan Tindakan2. Pelaksanaan Tindakan3. Tahap Pengamatan/Observasi4. Tahap Refleksi
C. Siklus PTK (5)
D. Kriteria Keberhasilan
E. Jadwal Penelitian (5)
PROPOSALPENELITIAN TINDAKAN KELAS
( PTK )
25
Nama : Nazi Fahrurrohman Kelas : PPGTempat Tanggal Lahir : Serang, 26 Oktober 1987Dosen : Drs. Ujang Saprudi, M.Pd.Background Pendidikan : Teknik InformatikaNo. Telepon : 08170874677
PENDIDIKAN PROFESI GURUSEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN BANTEN2011
26
Recommended