View
212
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN PRE EKLAMPSIA PADA IBU BERSALIN
DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2010-2012
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh :
Sun Aidah
201210104262
PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN
‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2013
FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN PRE EKLAMPSIA PADA IBU BERSALIN
DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2010-2012
Sun Aidah1, Suesti
2, Sulistyaningsish
3
Sun_miut@yahoo.co.id
Abstract : Hence, this research aims to figure out the determining factors that
correlate with pre eclampsia cases among pregnant women in PKU
Muhammadiyah Hospital, Yogyakarta in 2010-2012.This research utilized
analytic research design with case-control (retrospective) study. The sample
taking process used case-control ratio 1:1 to 172 respondents, consisted of 86
respondents in case group and 86 respondents in control group. The instrument
used in this research was a spread sheet. This sheet was in form of table contained
secondary data from medical record section. Statistical test was conducted using
Chi Square with α value = 5 %, and Logistik Regresy.
Keywords : risk factors, maternal, pre eclampsia
Intisari : Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya besar faktor-faktor risiko yang
berhubungan dengan kejadian pre eklampsia pada ibu bersalin di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2010- 2012. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian analitik, dengan menggunakan studi kasus-kontrol (retrospektif).
Cara pengambilan sampel dengan perbandingan kasus-kontrol 1:1 yaitu sebanyak
172 responden, terdiri dari 86 kelompok kasus dan 86 kelompok kontrol. Alat
yang digunakan adalah format lembar isian yang dibuat dalam bentuk tabel, data
penelitian diperoleh dari data sekunder di bagian rekam medik. Uji statistik yang
digunakan yaitu dengan rumus Chi Square, dengan nilai α = 5% dan Logistik
Regresi.
Kata kunci : faktor risiko, ibu bersalin, pre eklampsia
1 Student, Diploma IV of Midwife Educators Program, ‘Aisyiyah School of Health
Sciences, Yogyakarta 2 Lecturer, ‘Aisyiyah School of Health Sciences, Yogyakarta
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan. Menurut MENEGPP (2007), WHO menyatakan bahwa
salah satu faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yang menduduki persentasi
tertinggi kedua setelah perdarahan adalah eklampsia dengan presentase 24%. Secara
global variasi insiden pre eklampsia didapatkan antara 0,51% sampai 38,4% (Karkata,
2006). Pre eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi
penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kelamilan, persalinan, dan
masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi.
Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang sudah ditentukan
dalam tujuan pembangunan millennium yang ke-5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu,
target yang akan dicapai sampai 2015 adalah mengurangi sampai ¾ risiko jumlah
kematian ibu. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar
228/100.000 kelahiran hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di
Asia. Target dari MDG’s untuk menurunkan AKI pada tahun 2015 adalah sebesar
102/100.000 kelahiran hidup (MENEGPP, 2007).
Angka kematian ibu di DIY pada tahun 2007 berada pada angka 105/100.000
kelahiran hidup menurun dari 110/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005. AKI pada
tahun 2008 tidak terjadi penurunan, yaitu masih berada pada angka 105/100.000
kelahiran hidup. AKI tahun 2008 tersebut jauh lebih baik dibanding provinsi lain,
namun masih jauh tertinggal jika dibandingkan di tingkat ASEAN. Diprediksikan tahun
2013 AKI di DIY akan mencapai 100/100.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan
Provinsi DIY, 2009). Kepala Dinas Kesehatan DIY (Dr. Sarminto, M.Kes),
menyebutkan angka kematian ibu pada tahun 2011 adalah 56/1000 kelahiran hidup.
Sementara pada September 2012 angka kematian ibu menurun menjadi 31/1000
kelahiran hidup. Salah satu faktor penyebab kematian ibu pada tahun 2011 karena pre
eklampsia sebanyak 13 kasus dengan presentase 2,3% (Sujatmiko, 2012).
Hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) menyimpulkan bahwa penyebab
kematian ibu pada tahun 2011 adalah Pre Eklampsia Berat (PEB) sebanyak 26,7% (4
kasus) di Kabupaten Bantul (Dinkes, Bantulkab, 2012). Data rekam medis di Rumah
Sakit Dokter Sardjito Yogyakarta jumlah kasus pre eklampsia antara tahun 2009-2011
sebanyak 277 kasus (Atmaja, 2012). Dokter Risanto dari RS Sardjito menyampaikan
keprihatinannya mengenai kematian ibu, penyebab kematian tersebut 29% karena
perdarahan dan pre eklampsia (Mutupelayanankesehatan, 2013). Penelitian Herawati
(2009), menyebutkan bahwa kejadian pre eklampsia di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta pada tahun 2005-2008 terdapat 177 orang dari 3.155 persalinan (5,6%).
Menurut penelitian Djannah dan Arianti (2010) di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta pada tahun 2007-2009, menyebutkan bahwa terdapat kejadian pre
eklampsia sebanyak 16,1%.
Hasil studi pendahuluan di bagian rekam medis RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta yang dilaksananakan pada Februari 2013 didapatkan jumlah pasien pre
eklampsia sebanyak 86 orang dari 2.340 persalinan pada tahun 2010-2012. Dari data
tersebut bisa disimpulkan bahwa terdapat kejadian pre eklampsia 3,67% dari persalinan
yang ada di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dalam jangka waktu 3 tahun (2010-
2012).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik, merupakan penelitian yang
menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, selanjutnya
melakukan analisis dinamika korelasi antar fenomena tersebut (Sulistyaningsih, 2010).
Penelitian ini menggunakan studi case-control, observasi atau pengukuran terhadap
variabel bebas dan terikat tidak dilakukan dalam satu waktu, melainkan variabel terikat
(efek) dilakukan pengukuran terlebih dahulu, baru meruntut ke belakang untuk
mengukur variabel bebas (faktor risiko). Studi tersebut disebut juga studi retrospektif,
karena faktor risiko diukur dengan melihat kejadian masa lampau untuk mengetahui ada
tidaknya faktor risiko yang dialami (Saryono, 2008).
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dalam
penelitian ini adalah ibu bersalin sebanyak 2.340 data di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta tahun 2010-2012, terdiri dari kelompok kasus yaitu ibu bersalin yang
mengalami pre eklamsia sebanyak 86 data dan kelompok kontrol yaitu ibu bersalin
yang tidak mengalami pre eklampsia sebanyak 2.254 data.
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 172 data yang terdiri dari
kelompok kasus 86 data dan kelompok kontrol 86 data. Pengambilan sampel kasus
menggunakan teknik total sampling, sedangkan pengambilan sampel kontrol
menggunakan teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian
dilakukan dengan menganggap homogen anggota populasi. Pengambilan sampel acak
sederhana dilakukan dengan cara memilih bilangan dari daftar bilangan secara acak.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Univariat
1. Angka Kejadian Pre Eklampsia pada Ibu Bersalin di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta tahun 2010-2012
Tabel 2. Angka Kejadian Pre Eklampsia Tahun Jumlah Prosentase
2010 41 kasus 4,9%
2011 25 kasus 3,5%
2012 20 kasus 2,5%
Sumber : Data Sekunder ; 2010-2012
Dari tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa kejadian pre eklampsia di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta dari tahun 2010 ke tahun 2011 terdapat penurunan 1,4%,
kemudian dari tahun 2011 ke tahun 2012 terdapat penurunan 1%. Hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat penurunan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun.
2. Distribusi Frekuensi Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Pre
Eklampsia pada Ibu Bersalin di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun
2010-2012
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Pre Eklampsia Faktor Kasus Kontrol
n % N %
1. Umur
<20/>35 tahun
20-35 tahun
2. Paritas
<2/>3 kali
2-3 kali
3. Jarak Kelahiran
<2/>5 tahun
2-5 tahun
4. Riwayat PE
Ada
Tidak ada
5. Riwayat Hipertensi Kronik
Ada
Tidak ada
6. Kehamilan Ganda
Ganda
Tunggal
7. Riwayat DM
Ada
Tidak ada
8. Riwayat Penyakit Ginjal
Ada
Tidak ada
39 47
52 34
38 48
2 84
5 81
1 85
1 85
1 85
45,3 54,7
60,5 39,5
44,2 42,1
2,3 97,7
5,8 94,2
2,3 97,7
2,3 97,7
2,3 97,7
20 66
35 51
20 66
0 86
0 86
0 86
0 86
0 86
76,7 23,3
40,7 59,3
23,3 76,7
0 100
0 100
0 100
0 100
0 100
Sumber : Data Sekunder ; 2010-2012 Dari tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya
pre eklampsia terbanyak berdasarkan umur adalah umur 20-35 tahun untuk kelompok
kasus yaitu sebanyak 47 responden (54,7%), sedangkan untuk kelompok kontrol
sebanyak 66 responden (76,6%).
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya
pre eklampsia terbanyak berdasarkan paritas adalah paritas <2/>3 kali untuk kelompok
kasus yaitu sebanyak 52 responden (60,5%), sedangkan paritas 2-3 kali untuk kelompok
kontrol sebanyak 51 responden (59,3%).
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya
pre eklampsia terbanyak berdasarkan jarak kelahiran adalah jarak 2-5 tahun untuk
kelompok kasus yaitu sebanyak 48 responden (55,8%) dan untuk kelompok kontrol
sebanyak 66 responden (76,7%).
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya
pre eklampsia terbanyak berdasarkan riwayat PE adalah tidak ada riwayat PE untuk
kelompok kasus yaitu sebanyak 84 responden (97,7%), sedangkan untuk kelompok
kontrol sebanyak 86 reponden (100%).
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya
pre eklampsia terbanyak berdasarkan riwayat hipertensi kronik adalah tidak ada riwayat
hipertensi kronik untuk kelompok kasus yaitu sebanyak 81 responden (94,2%),
sedangkan untuk kelompok kontrol sebanyak 86 reponden (100%).
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya
pre eklampsia terbanyak berdasarkan kehamilan adalah kehamilan tunggal untuk
kelompok kasus yaitu sebanyak 85 responden (98,8%), sedangkan untuk kelompok
kontrol sebanyak 86 reponden (100%).
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya
pre eklampsia terbanyak berdasarkan riwayat DM adalah tidak ada riwayat DM untuk
kelompok kasus yaitu sebanyak 85 responden (98,8%), sedangkan untuk kelompok
kontrol sebanyak 86 reponden (100%).
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya
pre eklampsia terbanyak berdasarkan riwayat penyakit ginjal adalah tidak ada riwayat
penyakit ginjal untuk kelompok kasus yaitu sebanyak 85 responden (98,8%), sedangkan
untuk kelompok kontrol sebanyak 86 reponden (100%).
Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui kemaknaan hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat yang dilakukan dengan uji Chi Square.
1. Hubungan Umur dengan Kejadian Pre Eklampsia pada Ibu Bersalin di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2010-2012
Tabel 4. Hubungan Umur dengan Pre Eklampsia
Umur Kasus Kontrol
Total Nilai p OR (95%CI) ∑ (%) ∑ (%)
<20/>35
Th
39 45,3 20 23,3 59 0,046 1,956
20-35 Th 47 54,7 66 76,7 113
Total 86 100 86 100 172
Sumber : Data Sekunder ; 2010-2013
Pada tabel 4 didapatkan hasil bahwa responden yang umurnya <20/>35 tahun sebanyak
59 responden, yang mengalami pre eklampsia sebanyak 39 (45,3%) dan yang tidak
mengalami pre eklampsia sebanyak 20 (23,3%), sedangkan responden yang umurnya
20-35 tahun berjumlah 113 responden, yang terdiri dari 47 (54,7%) mengalami pre
eklampsia dan 66 (76,7%) yang tidak mengalami pre eklampsia.
Hasil uji Chi Square secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
dengan nilai p<0,05 (p=0,002) artinya terdapat hubungan bermakna terjadinya pre
eklampsia dengan umur responden dan nilai OR = 2,738, berarti bahwa risiko untuk
mengalami pre eklampsia 2,738 kali lebih besar jika umur responden <20/>35 tahun
dibanding responden dengan umur 20-35 tahun.
2. Hubungan Paritas dengan Kejadian Pre Eklampsia pada Ibu Bersalin di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2010-2012
Tabel 5. Hubungan Paritas dengan Pre Eklampsia
Paritas Kasus Kontrol
Total Nilai p OR (95%CI) ∑ (%) ∑ (%)
<2/>3 kali 52 60,5 35 40,7 87 0,010 2,229
2-3 kali 34 39,5 51 59,3 85
Total 86 100 86 50 172
Sumber : Data Sekunder ; 2010-2013
Pada tabel 5 didapatkan hasil bahwa responden yang paritasnya <2/>3 kali sebanyak 87
responden, yang mengalami pre eklampsia sebanyak 52 (60,5%) dan yang tidak
mengalami pre eklampsia sebanyak 35 (40,7%), sedangkan responden yang paritasnya
2-3 kali berjumlah 85 responden, yang terdiri dari 34 (39,5%) mengalami pre eklampsia
dan 51 (59,3%) yang tidak mengalami pre eklampsia.
Hasil uji Chi Square secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
dengan nilai p<0,05 (p=0,010) artinya terdapat hubungan bermakna terjadinya pre
eklampsia dengan paritas responden dan nilai OR = 2,229, berarti bahwa risiko untuk
mengalami pre eklampsia 2,229 kali lebih besar jika paritas responden <2/>3 kali
dibanding responden dengan paritas 2-3 kali
3. Hubungan Jarak Kelahiran dengan Kejadian Pre Eklampsia pada Ibu Bersalin
di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2010-2012
Tabel 6. Hubungan Jarak Kelahiran dengan Pre Eklampsia Jarak
Kelahiran
Kasus Kontrol Total
Nilai
p
OR
(95%CI) ∑ (%) ∑ (%)
<2/>5 Th 38 44,2 20 23,3 58 0,00
4
2,612
2-5 Th 48 55,8 66 76,7 114
Total 86 100 86 50 172
Sumber : Data Sekunder ; 2010-2013
Pada tabel 6 didapatkan hasil bahwa responden yang jarak kelahirannnya <2/>5 tahun
sebanyak 58 responden, yang mengalami pre eklampsia sebanyak 38 (44,2%) dan yang
tidak mengalami pre eklampsia sebanyak 20 (23,3%), sedangkan responden yang jarak
kelahirannya 2-5 tahun berjumlah 114 responden, yang terdiri dari 48 (55,8%)
mengalami pre eklampsia dan 66 (76,7%) yang tidak mengalami pre eklampsia.
Hasil uji Chi Square secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
dengan nilai p<0,05 (p=0,004) artinya terdapat hubungan bermakna terjadinya pre
eklampsia dengan jarak kelahiran responden dan nilai OR = 2,612, berarti bahwa risiko
untuk mengalami pre eklampsia 2,612 kali lebih besar jika jarak kelahiran responden
<2/>5 tahun dibanding responden dengan jarak kekelahirannya 2-5 tahun.
4. Hubungan Riwayat Pre Eklampsia dengan Kejadian Pre Eklampsia pada Ibu
Bersalin di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2010-2012
Tabel 7. Hubungan Riwayat Pre Eklampsia dengan Pre Eklampsia Riwayat
Pre
Eklampsia
Kasus Kontrol
Total Nilai
p
OR
(95%CI) ∑ (%) ∑ (%)
Ada 2 2,3 0 0 2 0,155
1,024
Tidak Ada 84 97,7 86 100 170
Total 86 100 86 100 172
Sumber : Data Sekunder ; 2010-2013
Pada tabel 7 didapatkan hasil bahwa responden yang mempunyai riwayat pre eklampsia
sebanyak 2 responden, yang mengalami pre eklampsia sebanyak 2 (2,3%) dan yang
tidak mengalami pre eklampsia sebanyak 0 (0%), sedangkan responden yang tidak
mempunyai riwayat pre eklampsia berjumlah 170 responden, yang terdiri dari 84
(97,7%) mengalami pre eklampsia dan 86 (100%) tidak mengalami pre eklampsia.
Hasil uji Chi Square secara statistik menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan dengan nilai p>0,05 (p=0,155) artinya tidak terdapat hubungan bermakna
terjadinya pre eklampsia dengan riwayat pre eklampsia responden dan nilai OR = 1,024,
berarti bahwa risiko untuk mengalami pre eklampsia 1,024 kali lebih besar jika
responden mempunyai riwayat pre eklampsia dibanding responden yang tidak
mempunyai riwayat pre eklampsia.
5. Hubungan Riwayat Hipertensi Kronik dengan Kejadian Pre Eklampsia pada
Ibu Bersalin di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2010-2012
Tabel 8. Hubungan Riwayat Hipertensi Kronik dengan Pre Eklampsia Riwayat Hipertensi
Kronik
Kasus Kontrol Total
Nilai
p OR (95%CI)
∑ (%) ∑ (%)
Ada 5 5,8 0 0 5 0,023 1,062
Tidak Ada 81 94,2 86 100 167
Total 86 100 86 100 172
Sumber : Data Sekunder ; 2010-2013 Pada tabel 8 didapatkan hasil bahwa responden yang mempunyai riwayat hipertensi
kronik sebanyak 5 responden, yang mengalami pre eklampsia sebanyak 5 (5,8%) dan
yang tidak mengalami pre eklampsia sebanyak 0 (0%), sedangkan responden yang tidak
mempunyai riwayat hipertensi kronik berjumlah 167 responden, yang terdiri dari 81
(94,2%) mengalami kehamilan dengan pre eklampsia dan 86 (100%) kehamilan normal.
Hasil uji Chi Square secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
dengan nilai p<0,05 (p=0,023) artinya terdapat hubungan bermakna terjadinya pre
eklampsia dengan riwayat hipertensi kronik responden dan nilai OR = 1,062, berarti
bahwa risiko untuk mengalami pre eklampsia 1,062 kali lebih besar jika responden
mempunyai riwayat hipertensi kronik dibanding responden yang tidak mempunyai
riwayat hipertensi kronik.
6. Hubungan Kehamilan Ganda dengan Kejadian Pre Eklampsia pada Ibu
Bersalin di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2010-2012
Tabel 9. Hubungan Kehamilan Ganda dengan Pre Eklampsia
Kehamilan Ganda Kasus Kontrol
Total Nilai p OR (95%CI) ∑ (%) ∑ (%)
Ganda 1 1,2 0 0 1 0,316 1,012
Tunggal 85 98,8 86 100 171
Total 86 100 86 100 172
Sumber : Data Sekunder ; 2010-2013
Pada tabel 9 didapatkan hasil bahwa responden dengan kehamilan ganda sebanyak 1
responden, yang mengalami pre eklampsia sebanyak 1 (1,2%) dan yang tidak
mengalami pre eklampsia sebanyak 0 (0%), sedangkan responden dengan kehamilan
tunggal berjumlah 171 responden, yang terdiri dari 85 (98,8%) mengalami pre
eklampsia dan 86 (100%) tidak mengalami pre eklampsia.
Hasil uji Chi Square secara statistik menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan dengan nilai p>0,05 (p=0,316) artinya tidak terdapat hubungan bermakna
terjadinya pre eklampsia dengan kehamilan multiple responden dan nilai OR = 1,012,
berarti bahwa risiko untuk mengalami pre eklampsia 1,012 kali lebih besar jika
responden dengan kehamilan ganda dibanding responden dengan kehamilan tunggal.
7. Hubungan Riwayat DM dengan Kejadian Pre Eklampsia pada Ibu Bersalin di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2010-2012
Tabel 10. Hubungan Riwayat DM dengan Pre Eklampsia
Riwayat DM Kasus Kontrol
Total Nilai
p
OR
(95%CI) ∑ (%) ∑ (%)
Ada 1 1,2 0 0 1 0,316
1,012
Tidak Ada 85 98,8 86 100 171
Total 86 100 86 100 172
Sumber : Data Sekunder ; 2010-2013
Pada tabel 10 didapatkan hasil bahwa responden yang mempunyai riwayat DM
sebanyak 1 responden, yang mengalami pre eklampsia sebanyak 1 (1,2%) dan yang
tidak mengalami pre eklampsia sebanyak 0 (0%), sedangkan responden yang tidak
mempunyai riwayat DM berjumlah 171 responden, yang terdiri dari 85 (98,8%)
mengalami pre eklampsia dan 86 (100%) tidak mengalami pre eklampsia.
Hasil uji Chi Square secara statistik menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan dengan nilai p>0,05 (p=0,316) artinya tidak terdapat hubungan bermakna
terjadinya pre eklampsia dengan riwayat DM responden dan nilai OR = 1,012, berarti
bahwa risiko untuk mengalami preeklampsia 1,012 kali lebih besar jika responden
mempunyai riwayat DM dibanding responden yang tidak mempunyai riwayat DM.
8. Hubungan Riwayat Penyakit Ginjal dengan Kejadian Pre Eklampsia pada Ibu
Bersalin di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2010-2012
Tabel 11. Hubungan Riwayat Penyakit Ginjal dengan Pre Eklampsia
Riwayat Penyakit Ginjal Kasus Kontrol
Total Nilai p OR (95%CI) ∑ (%) ∑ (%)
Ada 1 1,2 0 0 1 0,316 1,012
Tidak Ada 85 98,8 86 100 171
Total 86 100 86 100 172
Sumber : Data Sekunder ; 2010-2013
Pada tabel 11 didapatkan hasil bahwa responden yang mempunyai riwayat penyakit
ginjal sebanyak 1 responden, yang mengalami pre eklampsia sebanyak 1 (1,2%) dan
yang tidak mengalami pre eklampsia sebanyak 0 (0%), sedangkan responden yang tidak
mempunyai riwayat penyakit ginjal berjumlah 171 responden, yang terdiri dari 85
(98,8%) mengalami pre eklampsia dan 86 (100%) tidak mengalami pre eklampsia.
Hasil uji Chi Square secara statistik menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan dengan nilai p>0,05 p= (0,316) artinya tidak terdapat hubungan bermakna
terjadinya pre eklampsia dengan riwayat penyakit ginjal responden dan nilai OR =
1,012, berarti bahwa risiko untuk mengalami pre eklampsia 1,012 kali lebih besar jika
responden mempunyai riwayat penyakit ginjal dibanding responden yang tidak
mempunyai riwayat penyakit ginjal.
Analisis Multivariat
Dalam penelitian ini ada 8 variabel yang diduga berhubungan dengan kejadian pre
eklampsia, yaitu umur, paritas, jarak kelahiran, riwayat pre eklampsia, riwayat
hipertensi kronik, kehamilan multiple, riwayat DM, dan riwayat penyakit ginjal.
Menurut Yusuf (2003), bila hasil uji bivariat nilai p<0,25 maka variabel tersebut masuk
dalam analisis multivariat. Hasil analisis bivariat antara variabel bebas dengan variabel
terikat disajikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 12. Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat No Variabel Nilai p
1
2
3
4
5
6
7
8
Riwayat Penyakit Ginjal
Riwayat DM
Kehamilan Multiple
Riwayat PE
Riwayat Hipertensi Kronik
Paritas
Jarak Kelahiran
Umur
0,316
0,316
0,316
0,155
0,023
0,010
0,004
0,002
Pada tabel 12 di atas dari 8 variabel yang nilai p nya < 0,25 di atas akan masuk dalam
analisis multivariat.
Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan variabel yang paling berhubungan
dengan kejadian pre eklampsia. Dalam analisis ini semua variabel dicobakan secara
bersama-sama dengan cara semua variabel yang telah lolos sensor dimasukkan ke dalam
analisis, kemudian yang nilainya p tidak signifikan dikeluarkan secara berurutan
dimulai dari yang terbesar.
Hasil analisis pertama hubungan dari variabel yang lolos sensor (5 variabel) ditunjukkan
pada tabel di bawah ini :
Tabel 13. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabe Umur, Paritas,
Jarak Kelahiran, Riwayat PE, dan Riwayat Hipertensi Kronik dengan Kejadian Pre
Eklampsia Variabel Nilai p OR 95 % CI
Riwayat
Hipertensi Kronik
Riwayat PE
Jarak Kelahiran
Paritas
Umur
0,999
0,999
0,035
0,003
0,000
0,000
0,000
2,288
3,825
5,084
-
-
1,058 - 4,946
1,574 - 9,295
2,261 - 11,431
Pada tabel 13 di atas terlihat bahwa yang mempunyai nilai p > 0,05 dan tertinggi adalah
variabel riwayat PE dan riwayat hipertensi kronik, sehingga analisis selanjutnya tidak
mengikutkan kedua variabel tersebut. Hasil analisis tanpa variabel riwayat PE dan
riwayat hipertensi kronik terlihat pada tabel berikut :
Tabel 14. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Umur, Paritas,
dan Jarak Kelahiran dengan Kejadian Pre Eklampsia Variabel Nilai p OR 95 % CI
Umur
Paritas
Jarak Kelahiran
0,021
0,001
0,000
2,428
4,304
5,218
1,140 - 5,169
1,783 - 10,394
2,316 - 11,760
Pada tabel 14 di atas terlihat bahwa nilai p dari variabel umur, paritas, dan jarak
kelahiran mempunyai nilai p < 0,05, berarti ketiga variabel tersebut ada hubungan yang
bermakna dengan terjadinya pre eklampsia, tetapi variabel yang paling dominan yang
berhubungan dengan kejadian pre eklampsia adalah variabel paritas dengan nilai p
paling kecil (p= 0,000) dan nilai OR = 5,218 (2,316 - 11,760), berarti bahwa risiko
untuk mengalami pre eklampsia 5,218 kali lebih besar jika paritas responden <2/>3 kali
dibanding responden dengan paritas 2-3 kali.
KESIMPULAN
1. Terdapat hubungan yang bermakna terjadinya pre eklampsia dengan umur (p=0,002,
OR=2,738).
2. Terdapat hubungan yang bermakna terjadinya pre eklampsia dengan paritas
(p=0,010, OR=2,229).
3. Terdapat hubungan yang bermakna terjadinya pre eklampsia dengan jarak kehamilan
(p=0,004, OR=6,612).
4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna terjadinya pre eklampsia dengan riwayat
pre eklampsia (p=0,155, OR=1,024).
5. Terdapat hubungan bermakna terjadinya pre eklampsia dengan riwayat hipertensi
kronik (p=0,023,OR=1,062).
6. Tidak terdapat hubungan bermakna terjadinya preeklampsia dengan kehamilan
multiple dan nilai (p=0,316, OR=1,012).
7. Tidak terdapat hubungan bermakna terjadinya pre eklampsia dengan riwayat DM dan
nilai (p=0,316, OR=1,012).
8. Tidak terdapat hubungan bermakna terjadinya pre eklampsia dengan riwayat
penyakit ginjal (p=0,315, OR=1,015).
9. Faktor risiko paling dominan yang berhubungan dengan pre eklampsia adalah paritas
(p=0,000, OR=5,218, CI=2,316-11,760).
SARAN
1. Bagi Tenaga Kesehatan (Bidan)
Bagi bidan agar dapat memberikan konseling yang efektif sehingga risiko yang
berhubungan dengan terjadinya pre eklampsia dapat dicegah.
2. Bagi Ibu Hamil dan Bersalin
Bagi ibu hamil dan bersalin diharapkan dapat mengetahui risiko yang berhubungan
dengan terjadinya pre eklampsia, terutama bagi ibu yang memiliki paritas berisiko
yaitu <2 / >3 kali.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Mengingat keterbatasan dalam penelitian ini, maka perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai faktor-faktor lain seperti seperti obesitas, mola hidatidosa, riwayat
infeksi saluran kemih, pekerjaan, pendidikan serta faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan terjadinya pre eklampsia dalam lingkup lebih luas dan jumlah
sampel yang sesuai untuk dilakukan analisis data.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi DIY. 2009. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
DIY Tahun 2009-2013 [Internet]. Tersedia dalam : http://dinkes.jogjaprov.go.id.
[Acessed : 1 Februari 2013]
Dinkes, Bantulkab. 2012. Profil Kesehatan Kab.Bantul. [Internet]. Tersedia dalam :
http://dinkes.bantulkab.go.id. [Acessed : 11 Maret 2013]
Karkata, M.K. 2006. Faktor Risiko terjadinya Hipertensi dalam Kehamilan, Majalah
Obstetri dan Ginekologi Indonesi. Volume 30. Jakarta : YBPSP.
MENEGPP. 2007. Angka Kematian Ibu [Internet]. Tersedia dalam :
http://www.menegpp.go.id. [Acessed : 20 Februari 2013]
Mutupelayanankesehatan. 2013. Evaluasi Penerapan Manual Rujukan KIA dan
Surveilance Respon Kematian Anak di Tingkat Kabupaten/Kota se Prov. DIY
[Internet]. Tersedia dalam : http://mutupelayanankesehatan.net. [Acessed : 1
Februari 2013]
Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan Jakarta :
EGC [Internet]. Tersedia dalam : http://books.google.co.id. [Acessed : 20 Februari
2013]
Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis bagi Pemula.
Yogyakarta : Penerbit Buku Kesehatan.
Sugiyono. 2010. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sujatmiko, T. 2012. KIA DIY Turun [Internet]. Tersedia dalam : http://krjogja.com.
[Acessed : 1 Februari 2013]
Sulistyaningsih. 2010. Buku Ajar dan Panduan Praktikum Metode Penelitian Kebidana.
Yogyakarta : Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Recommended