View
214
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
KECELAKAAN KERJA BERDASARKAN KARAKTERISTIK
PEKERJA DAN UNIT KERJA DI AREA PERTAMBANGAN
PT. ANTAM TBK UBPE PONGKOR
BOGOR JAWA BARAT
TAHUN 2006-2007
OLEH :
EVA HERNAWATI NIM : 104101003182
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H/2008 M
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PEKERJA DAN UNIT KERJA DI AREA PERTAMBANGAN
PT. ANTAM TBK UBPE PONGKOR BOGOR JAWA BARAT
TAHUN 2006-2007
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH :
EVA HERNAWATI NIM : 104101003182
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H/2008 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Fakultas kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika ini dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 Desember 2008
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) Skripsi, 12 Desember 2008 Eva Hernawati, NIM: 104101003182
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Karakteristik Pekerja dan Unit Kerja di Area Pertambangan PT Antam Tbk UBPE Pongkor Bogor Jawa Barat Tahun 2006-2007. xxii + 79 Halaman + 11 Tabel + 5 Gambar + 4 Lampiran
ABSTRAK
Pongkor adalah salah-satu tambang emas bawah tanah di Indonesia yang menggunakan kombinasi metode penambangan konvensional dan mechanised cut and fill. Penambangan emas bawah tanah adalah kegiatan yang berbahaya dan sulit. Kejadian kecelakaan kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 meningkat yaitu tahun 2006 sebanyak 58 kejadian kasus kecelakaan kerja menjadi 63 kasus kecelakaan kerja di tahun 2007. Penelitian ini dilakukan karena terjadi peningkatan jumlah kecelakaan kerja di area pertambangan dari tahun 2006 sebanyak 40 kasus (69%) menjadi 45 kasus (71,4%) pada tahun 2007 dari total kasus kecelakaan kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional. Faktor-faktor yang akan diteliti adalah faktor pekerja seperti umur, tingkat pendidikan dan masa kerja serta unit kerja. Penelitian ini menggunakan data primer berupa kuesioner dan data sekunder berupa data perusahaan. Adapun populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja area pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 sebanyak 749 pekerja sedangkan sampelnya 174 pekerja yang diambil secara random. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan november tahun 2008.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 12,6%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada dua variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian kecelakaan kerja yaitu variabel umur pekerja (p value 0,05) dan variabel unit kerja (p value 0,021 ) sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah tingkat pendidikan dan masa kerja dengan (p value > 0,05).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka disarankan sebaiknya mengadakan safety talk pada seluruh shift, pembuatan IBPR lebih mendetail, safety induction lebih difokuskan pada unit kerja yang akan ditempati, pengawasan yang lebih intensif pada unit kerja yang mempunyai risiko kecelakaan yang lebih besar seperti di unit produksi tambang, peninjauan ulang SOP. Untuk studi lanjutan, dapat dilakukan
ii
penelitian mengenai kecelakaan kerja yang tidak hanya berdampak pada pekerja melainkan yang berdampak pada kerusakan property serta terganggunya proses produksi, mempertimbangkan klasifikasi kecelakaan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja lainnya (shift kerja dan lingkungan). Selain itu, dapat dilakukan penelitian secara kualitatif untuk melihat penyebab kecelakaan kerja dan juga dapat dilakukan penelitian dengan desain case control. Daftar bacaan : 27 (1981-2008)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH MAJOR OF OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH Undergraduated Thesis, December 12th 2008. Eva Hernawati, NIM: 104101003182 Relating Factors of Accident Occurrence Based on Worker’s Characteristic and Work Unit at Mining Area of PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor Bogor West Java Year 2006-2007. xxii + 79 pages+ 11 tables + 5 images+ 4 appendices
ABSTRACT
Pongkor is an underground gold mining in Indonesia that combine conventional mining and mechanised cut and fill method. Underground gold mining is a dangerous and difficult activity. The total of accident at PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor from year 2006 to year 2007 is increasing from 58 cases on 2006 to 63 cases on 2007. This research is conducted due to the increase of number of accident at mining area 40 cases (69%) to 45 cases (71.4%) from total number of accident case at PT ANTAM TBK UBPE Pongkor.
This is the quantitative research using cross-sectional study design. Researched factors are worker factor such as age, education level, work period, and work unit. The research uses questionnaire as primary data and company data as secondary data. Population of this research is entire worker of mining area of PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor year 2006-2007 numbered 749 workers while the sample are randomized 174 workers. The research is conducted in November 2008. The result shows that accident experienced worker is 12.6%. Bivariate analysis shows that there are two variables which have denoting relation with accident occurrence i.e. worker’s age variable (p value 0.05) and work unit variable (p value 0.021) while not related variables are educational level and work period (p value > 0.05). As stated by the research’s result, it is advised to give safety talk on entire shift, more detailed IBPR making, more focused safety induction on will be assigned work unit, more intensive monitoring on work unit which has greater accident risk such as at mine production unit, and SOP review. For further research, a research regarding accident which not only impacting worker but also impacting damage to property and production process disruption may be conducted as well as considering the classification of accident and other relating factors of accident occurrence (work shift and environment). Furthermore, qualitative research may be conducted to comprehend the cause of accident as well as case-control designed research. References : 27 (1981-2008)
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
KECELAKAAN KERJA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PEKERJA
DAN UNIT KERJA DI AREA PERTAMBANGAN PT ANTAM TBK UBPE
PONGKOR BOGOR JAWA BARAT
TAHUN 2006-2007
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 12 Desember 2008
Iting Shofwati, ST, MKKK
Pembimbing Skripsi
v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 12 Desember 2008
Penguji I
Iting Shofwati, ST, MKKK
Penguji II
Catur Rosidati, SKM, MKM
Penguji III
Farida Tusafariah, Mkes
vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Eva Hernawati
Tempat, tanggal lahir : Pemalang, 7 April 1985
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Telepon : 085693117004
Email : Nevada_le@yahoo.com
Alamat : Jl. Teri no. 27 Rt 03/05 Desa Widuri Kecamatan
Pemalang Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa
Tengah.
Pendidikan Formal : SD Negeri 02 Pemalang
SLTP Negeri 01 Pemalang
SLTA Negeri 02 Pemalang
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
بسم ا هللا ا لرحمن ا لر حيمDengan nama Allah yang maha pengasih dan penyayang
اليكلف اهللا نفسا إال مآءاتاها سيجعل اهللا بعد عسر يس
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan
kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (QS. 65:7)
Nafasku mungkin lelah merangkai mimpi
Mengejar hingga ribuan kilo
Menantinya dengan mengarungi waktu
Kenyataan-kenyataan kini adalah serangkaian mimpi yang telah tercipta
Tiap hari dengan iringan fajar menegakkan langkah
Berpeluh keringat kini tak masalah
Karena aku tahu, hidup adalah langkah yang ku buat
Lukisan perjuangan yang dipajang
Bukanlah sebuah insan jika tak berbuat
Namun hanya mayat yang mampu berjalan dengan angkuh
Titik akhir perjalanan hidup takkan pernah berakhir
Kecuali jika aku tak mampu lagi bergerak..
Success will follow the good player, and they have to play in misery first….
Inspired By Ressio
This undergraduated thesis presented for my brother Ahmad Safaat SH and my lover
Sirojuttolibin ST.
viii
KATA PENGANTAR
سال م عليكم ورحمة ا هللا و بر آا تهلا
Syukur Alhamdulillah, peneliti ucapkan atas ridha dan hidayah-Nya serta atas
anugrah nikmat Iman, Islam, dan kesehatan dari Allah SWT sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam
tidak lupa penulis sampaikan kepada Baginda Rasulallah Saw.
Pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui ”Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Karakteristik
Pekerja dan Unit Kerja Di Area Pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE
Pongkor Bogor Jawa Barat Tahun 2006-2007”.
Penulis menyadari, bahwa pembuatan skrpsi ini tidak dapat berhasil dengan
baik tanpa adanya bantuan, dukungan, bimbingan serta doa dari pihak lain. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayahku Edi Wijaya, Ibuku Siti Charoyah (Almarhum) yang pintar dan cantik,
Ahmad Safaat SH, Ahmad Yani, Khaerudin, Made Saenah dan keluargaku semua
atas doa, nasihat, dukungan dan bantuannya.
2. Prof. Dr (hc). dr. MK. Tadjudin Sp And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Yuli Prapanca Satar MARS, selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat atas perhatian dan masukan yang diberikan.
ix
4. Ibu Iting Shofwati, ST. MKKK, selaku Pembimbing skripsi atas perhatian,
masukan yang diberikan selama penelitian dan bantuannya dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Ibu Catur Rosidati, SKM. MKM, atas bimbingan yang diberikan selama penulis
melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.
6. Ibu Farida Tusafariah, Mkes, selaku penguji yang telah memberikan bimbingan,
saran dan masukan kepada penulis.
7. Bapak Aryanto Budi Santoso ST. MM, Selaku Safety and Environment Manager
PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor.
8. Bapak Budi Purwana ST, Selaku Kepala Satuan Kerja Keselamatan Kerja dan
Pembimbing Lapangan tempat penelitian, yang telah memberikan bimbingan dan
sarannya kepada penulis.
9. Ibu Erni Herawati S.Sos, selaku AM Hiperkes dan staffnya, yang telah membantu
penulis dalam penelitian.
10. Staff Keselamatan Kerja, Pak Masrury, Pak Ali Ganda, Hartini, Pak Sudiyono,
Pak Anton TN, Pak Somaun, Pak Sugeng, Pak Abdullah, Pak Sabari, Pak Haji,
Mas Usup dan seluruh karyawan, atas bmbingan, nasihat dan masukan selama
penelitian berlangsung.
11. Sirojuttolibin ST, seseorang yang selalu menyemangatiku, mendukung, selalu
kuingat dan cayo LE forever!!!
12. Kak Zezen zaenal muttaqien beserta staffnya, atas kepercayaannya menjadikan
penulis sebagai surveyor LSI.
x
13. Teman-teman seperjuangan penelitian di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor :
Farah Hayati, Eneng Batzanalah, Darief, Selamat Anugrah dan Sely Marselina
makasih atas bantuannya.
14. Sister-sisterku, Ulya, Fardil, Sari, Jazi, Neneng, Farhay, Mala, Eni, Anis, Eneng
dan teman-temanku semua yang ada di HMI Cabang Ciputat, Trims ya!!!
15. Teman-teman FKIK khususnya jurusan K3 angkatan 2004, Semangat!!!
16. Keluarga eneng BZ, mami dan tini yang telah menampungku selama penelitian di
Bogor.
17. Teman-teman seperjuangan, Elly, Izzatu, Eha, D’Mey dan semua temanku yang
tidak bisa disebutkan satu-persatu, Tank’s a lot ya.
18. Teman-teman kosan yang cantik dan baik, Irma, Eneng, Ica, Sri, Hapsah, Neneng
dan Hilda Thank’s for your support.
Akhir kata, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga
penulis dapat memperbaiki skripsi ini dengan sempurna dan semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang mempergunakannya terutama untuk proses
kemajuan pendidikan selanjutnya.
و ا لسال م عليكم ورحمة ا هللا و بر آا ته
Jakarta, 12 Desember 2008
Eva Hernawati
xi
DAFTAR ISI
Hal
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
ABSTRACT .......................................................................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI ................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. viii
LEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................................. ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI......................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xviii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xx
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. xxi
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xxiii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 8
1.3 Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 9
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 10
1.4.1 Tujuan Umum .......................................................................... 10
1.4.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 10
xii
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 12
1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti............................................................... 12
1.5.2 Manfaat Bagi Perusahaan......................................................... 12
1.5.3 Manfaat Bagi Akademisi.......................................................... 12
1.6 Ruang Lingkup.................................................................................. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 14
2.1 Pengertian Kecelakaan...................................................................... 14
2.2 Kerugian Kecelakaan Kerja .............................................................. 15
2.3 Penyebab Kecelakaan Kerja.............................................................. 16
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecelakaan Akibat Kerja......... 19
2.4.1 Faktor Pekerja .......................................................................... 20
2.4.2 Faktor Pekerjaan....................................................................... 26
2.4.1 Faktor Lingkungan................................................................... 29
2.5 Pencegahan Kecelakaan Kerja..................................................... ..... 31
2.6 Kerangka Teori ................................................................................. 33
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............. 34
3.1 Kerangka Konsep.............................................................................. 34
3.2 Definisi Operasional ........................................................................ 35
3.3 Hipotesis............................................................................................ 36
BAB VI METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 37
4.1 Desain Penelitian............................................................................... 37
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 37
4.3 Populasi dan Sampel ......................................................................... 37
xiii
4.3.1 Populasi .................................................................................... 37
4.3.2 Sampel...................................................................................... 38
4.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data.................................................. 39
4.4.1 Pengumpulan Data ................................................................... 39
4.4.2 Pengolahan Data....................................................................... 39
4.5 Analisa Data...................................................................................... 40
BAB V HASIL .................................................................................................... 41
5.1 Gambaran Umum Perusahaan........................................................... 41
5.1.1 Profil Perusahaan ................................................................. 41
5.1.2 Visi, Misi dan Tujuan Organisasi ......................................... 42
5.1.3 Proses Produksi ..................................................................... 43
5.1.4 Kejadian Kecelakaan Kerja Tahun 2006-2007 ..................... 45
5.1.5 Unit Kerja Di Area Pertambangan ........................................ 47
5.2 Analisis Univariat ............................................................................. 52
5.2.1 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja ................................. 52
5.2.2 Gambaran Umur Pekerja ...................................................... 52
5.2.3 Gambaran Tingkat Pendidikan Pekerja ................................ 53
5.2.4 Gambaran Masa Kerja Pekerja.............................................. 53
5.2.5 Gambaran Unit Kerja ........................................................... 54
5.3 Analisis Bivariat................................................................................ 55
5.3.1 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Umur
Pekerja................................................................................... 55
xiv
5.3.2 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Pekerja .................................................. 56
5.3.3 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Masa
Kerja Pekerja ........................................................................ 57
5.3.4 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Unit
Kerja...................................................................................... 58
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 59
6.1 Keterbatasan Penelitian..................................................................... 59
6.2 Analisis Univariat ............................................................................. 60
6.2.1 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja .................................... 60
6.2.2 Gambaran Umur Pekerja.......................................................... 63
6.2.3 Gambaran Tingkat Pendidikan Pekerja.................................... 64
6.2.4 Gambaran Masa Kerja Pekerja................................................. 66
6.2.5 Gambaran Unit Kerja ............................................................... 67
6.3 Analisis Bivariat................................................................................ 68
6.3.1 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Umur
Pekerja................................................................................... 68
6.3.2 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Pekerja .................................................. 69
6.3.3 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Masa
Kerja Pekerja......................................................................... 72
xv
6.3.4 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Unit
Kerja...................................................................................... 74
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 77
7.1 Simpulan ........................................................................................... 77
7.2 Saran.................................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Definisi Operasional........................................................................... 35
Tabel 5.1 Distribusi Kejadian Kecelakaan Kerja Tahun 2006-2007.................. 47
Tabel 5.1 Distribusi Kejadian Kecelakaan Kerja ............................................... 52
Tabel 5.2 Distribusi Umur Pekerja ..................................................................... 52
Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Pendidikan Pekerja............................................... 53
Tabel 5.4 Distribusi Masa Kerja Pekerja............................................................ 53
Tabel 5.5 Distribusi Unit Kerja .......................................................................... 54
Tabel 5.6 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Umur Pekerja .. 55
Tabel 5.7 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Pekerja ............................................................................. 56
Tabel 5.8 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Masa Kerja
Pekerja ................................................................................................ 57
Tabel 5.9 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Unit Kerja ....... 58
xvii
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Urutan Kejadian Kecelakaan Kerja Menurut HW. Heinrich .......... 17
Gambar 2.2 Urutan Kejadian Kecelakaan Kerja Menurut Frank. E. Bird. Yr .... 18
Gambar 2.3 Urutan Kejadian Kecelakaan Kerja Menurut Edward Adam.......... 18
Gambar 2.4 Kerangka Teori................................................................................ 33
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................ 34
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Jawaban Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 2 Kuesioner
Lampiran 3 Hasil Analisa Univariat
Lampiran 4 Hasil Analisa Bivariat
xix
DAFTAR ISTILAH
Accident : Kecelakaan, setiap kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan
Agent factor : Faktor pekerjaan
Chi square : Analisis hubungan antara variabel kategorik dengan variabel
kategorik
Conveyor : Mesin pembawa batu emas dari crushing menuju ballmill
Cross sectional : Jenis penelitian non-eksperimental dalm rangka mempelajari
dinamika korelasi/hubungan antara factor-faktor risiko
dengan efek yang berupa penyakit atau status kesehatan
tertentu.
Cut and fill : Metode penambangan dengan cara mengambil bijih emas
dari perut bumi kemudian rongga yang telah kosong diisi lagi
dengan material limbah, pasir dan kerikil yang merupakan
sisa hasil pengolahan yang telah bersih dari zat-zat berbahaya.
Crushing : Mesin penghancur batu emas sampai diperoleh ukuran butir
12,5 mm
Dore Bullion : Produk akhir PT ANTAM Tbk UBPE Pogkor, berupa
lempengan campuran emas dan perak dengan kandungan
emas 10%, perak 90-92% dan pengotor (impurities) 1%
Environment factor : Faktor lingkungan kerja
Frequency Rate : Tingkat kekerapan / jumlah kecelakaan yang terjadi
xx
Hipotesis : Pernyataan sementara yang perlu di uji kebenarannya.
Host factor : Faktor pekerja yang melakukan pekerjaan
Ore : Bijih emas
Responden : Pekerja yang dijadikan sampel pada penelitian
Safety talk : Komunikasi dua arah (diskusi), bahan yang disampaikan
adalah hasil-hasil accident dan informasi lainnya yang
disampaikan setiap akan memulai pekerjaan.
Safety Sign : Tanda-tanda/gambar keselamatan kerja
Safety Patrol : Kegiatan inspeksi K3 dan lingkungan.
Safety Campaign : Promosi K3
Severity Rate : Tingkat keparahan kecelakaan
Shift : Pembagian kerja dalam waktu dua puluh empat jam
Underground Mining : Pertambangan bawah tanah
Unit Kerja : Pembagian satuan kerja di area proses maupun non proses
yang masing-masing terdiri atas beberapa jenis pekerjaan
Verklaring : Surat pengalaman kerja
xxi
DAFTAR SINGKATAN
ANTAM : Aneka Tambang
APD : Alat Pelindung Diri
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
CIL : Carbon In Leach
FR : Frequency Rate
ILO : International Labour Organization
ISO : International Standard Organization
JAMSOSTEK : Jaminan Sosial Tenaga Kerja
JSA : Job Safety Analysis
K3 : Kesehatan dan Keselamatan Kerja
LHD : Loading, Hauling, Dumping
PT : Perseroan Terbatas
SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SOP : Standard Operating Procedures
SR : Severity Rate
Tbk : Terbuka
UBPE : Unit Bisnis Penambangan Emas
xxii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya dunia industri, dunia kerja selalu
dihadapkan pada tantangan-tantangan baru yang harus bisa segera diatasi bila
perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Berbagai macam tantangan baru muncul
seiring dengan perkembangan jaman. Namun masalah yang selalu berkaitan dan
melekat dengan dunia kerja sejak awal dunia industri dimulai adalah timbulnya
kecelakaan kerja. Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah
yang besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak
hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah
timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya
manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-
satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun (Bhina,
2007).
Laporan International Labour Organization (ILO) memasukkan
Indonesia sebagai negara dengan angka kecelakaan kerja terbesar kedua di
dunia. Laporan itu didasarkan pada survei terhadap 53 negara tahun lalu, sesuai
data ILO, terjadi 65.474 kecelakaan kerja di Indonesia. Di antara jumlah
tersebut, 1.451 orang tenaga kerja meninggal dunia. Selain itu, 5.326 pekerja
cacat tetap dan 58.697 sembuh tanpa cacat (Dwi, 2008).
1
2
Berdasarkan data dari PT. Jamsostek mengenai jumlah kecelakaan kerja
yang terjadi di Indonesia pada tahun 2006 didapatkan bahwa total kasus yang
terjadi sebanyak 95.624 yang terdiri dari cacat fungsi sebanyak 4.973 kasus,
cacat sebagian sebanyak 2.918 kasus, cacat total sebanyak 122 kasus, jumlah
kematian sebanyak 1784 kasus dan yang mengalami sembuh sebanyak 85.827
kasus. (Depnakertrans RI, 2007)
Sejak tahun 2004 sampai tahun 2006 tingkat kecelakaan kerja di
Indonesia tergolong tinggi. Hal tersebut harus menjadi perhatian semua
komponen agar memperhatikan masalah keselamatan dalam bekerja.
Pelaksanaan keselamatan di setiap tempat kerja sebagaimana yang diamanatkan
Undang-Undang No.1 tahun 1970 dan UU No.13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga
kerja dari potensi bahaya yang dihadapi. Semuanya untuk mewujudkan kondisi
kerja yang aman, sehat, bebas kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Pelalawan,
2008)
Berdasarkan data Depnakertrans, angka kecelakaan kerja di Indonesia
masih tergolong tinggi, meskipun cenderung turun dari tahun ke tahun. Tahun
2000 terjadi 98.902 kasus, tahun 2001 terjadi 104.774 kasus, tahun 2002 terjadi
103.804 kasus, tahun 2003 terjadi 105.846 kasus, tahun 2004 terjadi 95.418
kasus, tahun 2005 terjadi 99.023 kasus dan tahun 2006 menjadi 95.624 kasus
(Mohamad, 2008). Depnakertrans tahun 2007 menunjukkan 65.474 kasus
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Hal itu mengakibatkan jatuhnya
3
korban 1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat, dan 58.697 orang sembuh
tanpa cacat (Ip, 2008).
Tingkat kecelakaan kerja pada PT Aneka Tambang selama lima tahun
terakhir tergolong tinggi. Korban mencapai 1.209 orang, meliputi 118 orang
meninggal dunia, 439 orang luka berat, serta 652 orang luka ringan. Korban
kecelakaan kerja di tambang pada tahun 1997 sebanyak 269 orang, meliputi 143
orang luka ringan, 102 orang luka berat, dan 24 orang meninggal dunia. Tahun
berikutnya korban kecelakaan sebanyak 259 orang, yakni 147 orang luka ringan,
93 orang luka berat, dan 19 orang meninggal dunia. Tahun 2001 sebanyak 106
orang luka ringan, 86 orang luka berat, serta 19 orang meninggal dunia. Tahun
2002 sebanyak 103 orang luka ringan, 74 orang luka berat, dan 31 orang
meninggal dunia. Pada tahun 2003 tercatat 153 orang luka ringan, 84 orang luka
berat, dan 31 orang meninggal dunia (Jan, 2004).
Kerugian akibat kecelakaan kerja digambarkan seperti gunung es,
permasalahan termasuk biaya yang terjadi sebenarnya jauh lebih besar dari apa
yang dihitung. Perbandingan antara biaya langsung dan tidak langsung adalah 1:
6-53 kali. Biaya langsung hanya biaya pengobatan dan biaya kompensasi
(asuransi) sedangkan biaya tidak langsung adalah kerugian akibat kerusakan
peralatan, bangunan, material, produksi terganggu, biaya hukum, biaya
peralatan, serta waktu untuk penyelidikan. Biaya lain ialah upah yang tetap
dibayarkan kepada korban, biaya untuk pengganti dan pelatihan, biaya kerja
lembur, kurang kemampuan korban setelah sembuh (ILO, 1983 dalam Nov,
2005).
4
Menurut ILO tahun 1989 (Arifin, 2004) mengemukakan bahwa
kecelakaan akibat kerja pada dasarnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu :
1. Faktor pekerja seperti umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan masa
kerja.
2. Faktor pekerjaan seperti shift kerja, lama jam kerja dan unit kerja.
3. Faktor lingkungan di tempat kerja seperti faktor fisik, kimia dan biologi.
Terjadinya kecelakaan akibat kerja dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor penyebab dimana faktor-faktor tersebut saling berkaitan dan
mempengaruhi. Para ahli menggolongkan faktor-faktor penyebab timbulnya
kecelakaan akibat kerja dengan cara yang berbeda-beda. John Gordon
menggolongkan faktor-faktor tersebut menurut host, agent dan environment
(Soetanto, 1990)
Teori kecelakaan dari Gordon mengemukakan tentang multiple causation
model dengan basis epidemiologi yang diambil dari Heinrich model dari konsep
loss control yang dikembangkan oleh Bird dan Loftus. Beberapa orang
menyatakan bahwa fenomena kecelakaan adalah tindakan yang tidak
diharapkan, tidak dapat dihindari dan tidak diperhatikan yang dihasilkan dari
interaksi sekumpulan besar host, agent dan faktor-faktor lingkungan disertai
dengan situasi yang melibatkan pengambilan risiko dan persepsi dari bahaya
(Hegney, 1997 dalam Susiwi, 2003).
Pada variabel umur menurut penelitian Sukamto pada pekerjaan seismic
survey di PT. Elnusa Geosains tahun 2004 dari hasil analisis statistik
menggunakan chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
5
antara umur dengan kecelakaan kerja dengan Pvalue=0,040, terlihat bahwa
pekerja paling banyak mengalami kecelakaan akibat kerja adalah pekerja yang
berumur 20-30 tahun yang terjadi pada tahun 2001 sejumlah 33 pekerja (66%),
tahun 2002 sejumlah 26 pekerja (60,5%) dan tahun 2003 sejumlah 48 pekerja
(66,7%).
Pada variabel masa kerja menurut penelitian Sukamto (2004) di PT.
Elnusa Geosains bahwa dari hasil analisis statistik menggunakan chi square
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan
kecelakaan kerja dengan Pvalue=0,00, terlihat bahwa distribusi kecelakaan kerja
banyak terjadi adalah pekerja yang bekerja dengan masa kerja 1-6 bulan untuk 3
tahun terakhir yaitu pada tahun 2001 sejumlah 34 pekerja (68%), tahun 2002
sejumlah 42 pekerja (97,7%) dan pada tahun 2003 sejumlah 71 pekerja (98,6%).
Pada variabel pendidikan menurut penelitian Sukamto (2004) di PT.
Elnusa Geosains juga menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara
pendidikan dengan kecelakaan kerja dengan Pvalue=0,012, terlihat bahwa
pendidikan yang paling sering terjadi kecelakaan kerja adalah pekerja yang
mempunyai latar belakang SLTP dan SLTA tahun 2001 sebanyak 24 orang yaitu
48%, pada tahun 2002 terlihat banyak terjadi pada pekerja dengan latar belakang
SLTP sebanyak 22 orang yaitu 51,2% dan tahun 2003 banyak terjadi pada
pendidikan SLTP sebanyak 37 orang yaitu 51,4%.
Pada variabel unit kerja menurut penelitian Sukamto (2004) di PT.
Elnusa Geosains bahwa dari hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan
yang bermakna antara unit kerja dengan kecelakaan kerja, terlihat bahwa unit
6
kerja paling banyak terjadi pada pekerjaan unit topografi/surveying yakni pada
tahun 2001 sejumlah 33 pekerja (66%), tahun 2002 sejumlah 20 pekerja (46%)
dan tahun 2003 sejumlah 56 pekerja (77%) dan paling sedikit terjadi kecelakaan
kerja pada pekerjaan unit recording dengan distribusi pada tahun 2001 sejumlah
4 pekerja (8%), tahun 2002 sejumlah 3 pekerja (7%) dan pada tahun 2003
sejumlah 4 pekerja (5,6%) (p value = 0,063).
Pongkor adalah salah-satunya tambang emas bawah tanah di Indonesia
yang menggunakan kombinasi metode penambangan konvensional dan
mechanised cut and fill. Penambangan emas bawah tanah adalah kegiatan yang
berbahaya dan sulit. Pada tahun 2006 ada 58 kejadian kasus kecelakaan kerja
dengan nilai FR = 3,29 dan SR = 44,152 serta pada tahun 2007 ada 63 kasus
kecelakaan kerja dengan nilai FR = 1,59 dan SR = 6,90. nilai FR dan SR dari
tahun 2006 sampai tahun 2007 menurun. Hal ini dikarenakan jam kerja pada
tahun 2006 sebanyak 1.815.516 meningkat di tahun 2007 menjadi 1.867.430
(PT. ANTAM, 2008).
Menurut studi pendahuluan di PT.Antam Tbk UBPE Pongkor diketahui
bahwa karakteristik pekerja dan karakteristik pekerjaan di area pertambangan
tersebut dicurigai sebagai faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja di
PT.Antam Tbk UBPE Pongkor. Faktor-faktor tersebut seperti karakteristik
pekerja (umur, tingkat pendidikan, masa kerja) dan karakteristik pekerjaan (unit
kerja).
Umur pekerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor antara 23 sampai
dengan umur 55. Menurut Oborne (1982) menyatakan bahwa banyak alasan
7
mengapa tenaga kerja golongan umur muda mempunyai kecenderungan untuk
menderita kecelakaan akibat kerja lebih tinggi dibandingkan dengan golongan
umur yang lebih tua. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian
kecelakaan akibat kerja pada golongan umur muda antara lain karena kurang
perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh, dan tergesa-
gesa.
Tingkat pendidikan pekerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor adalah
Sekolah Dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi. Menurut Arifin (2004)
menyatakan bahwa pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola pikir
sesorang dalam menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selain itu
pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap pelatihan
yang diberikan dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja.
Masa kerja pekerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor adalah 1 tahun
sampai dengan 16 tahun. Menurut ILO (1989) menyatakan bahwa perhatian
pekerja yang belum terbiasa pada lingkungan pabrik akan terpencar oleh banyak
kesan baru dan ini bersama kurangnya pengalaman dapat menjelaskan mengapa
frekuensi kecelakaan relatif tinggi di antara para pendatang baru.
Unit kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor ada 3 unit kerja yaitu
unit produksi tambang, unit development dan unit supporting. Pada unit
supporting terdiri dari sarana tambang, pengisian ulang, pemeliharaan peralatan
tambang, perencanaan tambang dan quality control (pengukuran tambang serta
pengawasan kadar dan geoteknik). Unit kerja ialah pembagian satuan kerja di
area proses maupun non proses yang masing-masing terdiri atas beberapa jenis
8
pekerjaan (Suma’mur, 1981). Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar
terhadap risiko terjadinya kecelakaan akibat kerja. Jumlah dan macam
kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam suatu
proses (Suma’mur, 1989).
Kejadian kecelakaan kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor dari
tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 meningkat dan paling banyak terjadinya
kecelakaan kerja pada area pertambangan. Pada tahun 2006 kejadian kecelakaan
kerja di area pertambangan ada 40 kasus (69%) dari total kasus kecelakaan kerja
di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor mengalami peningkatan menjadi 45 kasus
(71,4%) di tahun 2007. Hal ini perlu adanya usaha untuk mencari faktor-faktor
yang berhubungan dari kecelakaan kerja berdasarkan karakteristik pekerja
seperti umur, tingkat pendidikan dan masa kerja serta unit kerja sehingga
kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor dapat
diketahui penyebab terjadinya kecelakaan kerja sehingga dapat dicegah,
diturunkan bahkan dihilangkan angka kejadian kecelakaan kerja tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Dari permasalahan di atas, kejadian kecelakaan kerja masih relatif tinggi
terutama di bidang industri pertambangan. Berdasarkan data laporan kecelakaan
kerja bulanan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor dari tahun 2006 sampai dengan
tahun 2007 bahwa jumlah kecelakaan kerja pada area pertambangan mengalami
peningkatan yaitu dari 40 kasus (69%) menjadi 45 kasus (71,4%) dari total
kecelakaan kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor. Hal ini berarti pekerja di
9
area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor berisiko mengalami
kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja pada PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor berdampak
pada terganggunya proses pertambangan, kerusakan alat, biaya perbaikan, biaya
bagi si korban kecelakaan dan masih banyak kerugian lainnya. Kejadian
kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor dapat
dicurigai ada beberapa faktor diantaranya faktor pekerja seperti umur, pendidika
dan masa kerja serta faktor pekerjaan seperti unit kerja. Semua faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja tersebut dicurigai terdapat
di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor. Untuk itu penulis
melakukan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kecelakaan kerja berdasarkan karakteristik pekerja dan unit kerja di area
pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM
Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 ?
2. Bagaimana gambaran umur pekerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk
UBPE Pongkor tahun 2006-2007 ?
3. Bagaimana gambaran tingkat pendidikan pekerja di area pertambangan PT.
ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 ?
4. Bagaimana gambaran masa kerja pekerja di area pertambangan PT. ANTAM
Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 ?
10
5. Bagaimana gambaran unit kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk
UBPE Pongkor tahun 2006-2007 ?
6. Apakah ada hubungan antara umur pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja
di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 ?
7. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan pekerja dengan kejadian
kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor
tahun 2006-2007 ?
8. Apakah ada hubungan antara masa kerja pekerja dengan kejadian kecelakaan
kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-
2007 ?
9. Apakah ada hubungan antara unit kerja dengan kejadian kecelakaan kerja di
area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 ?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
kecelakaan kerja berdasarkan karakteristik pekerja dan unit kerja di area
pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran kejadian kecelakaan kerja di area
pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007.
2. Diketahuinya gambaran umur pekerja di area pertambangan PT.
ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007.
11
3. Diketahuinya gambaran tingkat pendidikan pekerja di area
pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007.
4. Diketahuinya gambaran masa kerja pekerja di area pertambangan PT.
ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007.
5. Diketahuinya gambaran unit kerja di area pertambangan PT. ANTAM
Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007
6. Diketahuinya hubungan antara umur pekerja dengan kejadian
kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE
Pongkor tahun 2006-2007.
7. Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan pekerja dengan
kejadian kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk
UBPE Pongkor tahun 2006-2007.
8. Diketahuinya hubungan antara masa kerja pekerja dengan kejadian
kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE
Pongkor tahun 2006-2007.
9. Diketahuinya hubungan antara unit kerja dengan kejadian kecelakaan
kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun
2006-2007.
12
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti
Dapat mempertajam kemampuan analitik dalam memahami
masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya masalah
kecelakaan kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE.
1.5.2 Manfaat Bagi Perusahaan
Perusahaan mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk
membuat kebijakan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka mengurangi bahkan menghilangkan angka kecelakaan kerja pada
pekerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor
1.5.3 Manfaat Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi kalangan
akademisi sebagai informasi terhadap penelitian selanjutnya.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja berdasarkan karakteristik
pekerja dan unit kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor
tahun 2006-2007. Faktor -faktor yang akan diteliti adalah faktor pekerja seperti
umur, tingkat pendidikan dan masa kerja serta unit kerja. Penelitian ini
dilakukan karena terjadi peningkatan jumlah kecelakaan kerja di area
pertambangan dari tahun 2006 sebanyak 40 kasus (69%) menjadi 45 kasus
13
(71,4%) pada tahun 2007 dari total kasus kecelakaan kerja di PT. ANTAM Tbk
UBPE Pongkor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan november tahun 2008.
Populasi pada penelitian ini adalah semua pekerja di area pertambangan PT.
ANTAM Tbk UBPE Pongkor yang berjumlah 749 orang sedangkan sampel
penelitian diambil secara random sebanyak 174 pekerja yang mengalami
kecelakaan kerja dan pekerja yang tidak mengalami kecelakaan kerja tahun
2006-2007 dari semua pekerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE
Pongkor. Penelitian ini menggunakan studi cross sectional. Penelitian ini
menggunakan data primer berupa kuesioner dan data sekunder berupa laporan
kecelakaan kerja tahun 2006-2007, jumlah pekerja yang ada di area
pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor dan data mengenai sertifikat di
setiap unit kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja ialah setiap kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan. Tidak terduga berarti tidak ada unsur-unsur kesengajaan apalagi
dalam bentuk perencanaan. Oleh karena itu, peristiwa sabotase atau tindakan
kriminal adalah di luar lingkup kecelakaan kerja. Tidak diharapkan karena setiap
kecelakaan biasanya disertai dengan kerugian material dan non material, mulai
dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat (Depnakertrans, 2003).
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan
hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa
kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan
pekerjaan. Kadang-kadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya
sehingga meliputi juga kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada
saat perjalanan ke dan dari tempat kerja. Misalnya seperti diatur dalam Undang-
undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JSTK).
Kecelakaan di rumah bukanlah termasuk kategori kecelakaan kerja. Kecelakaan
demikian termasuk pada kecelakaan umum hanya saja menimpa tenaga kerja di
luar pekerjaannya (Depnakertrans, 2003).
Silalahi (1985) mendefinisikan kecelakaan kerja adalah suatu kejadian
yang tidak diharapkan dan tidak dikehendaki yang mengakibatkan korban luka
pada manusia serta kerusakan pada harta dan benda.
14
15
Jadi dapat disimpulkan pengertian kecelakaan kerja secara umum adalah
kejadian kecelakaan yang berhubungan dengan kerja yang tidak diharapkan yang
mengakibatkan kerugian pada manusia, kerusakan pada harta dan benda serta
terganggunya proses produksi.
2.2 Kerugian Kecelakaan Kerja
Kerugian kecelakaan kerja antara lain (Depnakertrans, 2003) :
1. Penderitaan fisik, termasuk cidera/sakit ringan, berat atau cacat tubuh atau
bahkan kematian. Akibat-akibat tersebut hanya menyangkut fisik, tidak
termasuk menyangkut aspek kemanusiaan seperti :
a. Rasa sedih keluarga dan teman karena korban meninggal dunia
b. Rasa sakit akibat cidera
c. Menanggung beban psikologis akibat kehilangan salah-satu anggota
badan (terjadinya cacat permanen)
2. Kerusakan benda/mesin, peralatan, perlengkapan, bangunan, bahan
produksi/hasil produksi.
3. Terjadinya kekacauan organisasi/citra perusahaan.
4. Terlambatnya proses produksi baik sementara maupun permanen.
5. Lain-lain yang tidak diasuransikan seperti :
a. gaji yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan
karena tidak masuk kerja
b. pembayaran kompensasi
c. biaya lembur
16
d. biaya untuk melatih pegawai baru
e. biaya untuk menerima pegawai baru
f. waktu yang tersita untuk urusan administrasi atau untuk tenaga yang
membantu menolong korban.
2.3 Penyebab Kecelakaan Kerja
Setiap kecelakaan terutama ada penyebabnya. Kecelakaan tidak tejadi
begitu saja. Ada beberapa teori tentang terjadinya suatu kecelakaan yang dikenal
dengan teori deret Domino (Depnakertrans, 2003).
a. Teori HW. Heinrich (1933), menurut teori ini terjadinya suatu kecelakaan
dapat diurutkan sebagai berikut :
1. Lingkungan sosial/keturunan (Social Environment/Ancestry)
2. Kesalahan manusia (Fault of person)
3. Perbuatan membahayakan dan bahaya yang ditimbulkan secara mekanis
atau fisik (Unsafe act and Mechanical or physical Hazard)
4. Kecelakaan (Accident)
5. Cidera
Lebih jelasnya urutan terjadinya kecelakaan tersebut dapat dilihat
seperti pada gambar 2.1. kecelakaan dimulai karena adanya keadaan
sosial atau lingkungan yang dapat mempengaruhi tingkah-laku
seseorang (Kartu I). Apabila hal ini dibiarkan maka tingkah laku yang
muncul kemungkinan negatif misalnya lupa, gugup, pemarah, acuh tak
acuh dan sebagainya dan hal ini merupakan kesalahan manusia (Kartu
17
II). Karena adanya kesalahan manusia maka tindakan yang dilakukan
merupakan tindakan yang membahayakan (Kartu III). Akibat dari
tindakan yang tidak aman, maka timbullah kecelakaan (Kartu IV). Kalau
sampai terjadi suatu kecelakaan maka akan menimbulkan cidera (Kartu
V). Urutan kejadian kecelakaan menurut teori tersebut dapat dilihat
seperti pada gambar 2.1.
Gambar 2.1
Urutan kejadian kecelakaan menurut HW. Henrich
b. Teori Frank E, Bird Yr.
Menurut teori ini urutan kejadian kecelakaan adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya kontrol dari manajemen (Kartu I)
2. Penyebab dasar atau sumber (Kartu II)
3. Penyebab langsung atau gejala (Kartu III)
4. Insiden atau kontak (Kartu IV)
5. Kerugian terhadap manusia atau benda (Kartu V).
18
Urutan kejadian kecelakaan menurut teori tersebut dapat dilihat
seperti pada gambar 2.2
Gambar 2.2
Urutan kejadian kecelakaan menurut Frank E. Bird. Yr
c. Teori Edward Adam
Menurut Edward adam bahwa penyebab suatu kecelakaan yaitu
struktur manajemen. Pada dasarnya yang membedakan teori yang satu
dengan yang lainnya yaitu pada urutan pertama dan kedua. Urutan
seterusnya adalah sama yang berbeda hanya istilahnya saja. Urutan
kecelakaan/insiden menurut Edward Adam dapat dilihat pada gambar 2.3
Gambar 2.3
Urutan kejadian kecelakaan menurut Edward Adam
19
d. Teori Loss Causation Model
Teori lain yang lebih baru dikemukakan oleh Bird & German pada
tahun 1985. Teori ini dikenal dengan Loss Causation Model yang tidak
mempersalahkan faktor lingkungan dan keturunan. Tetapi timbulnya
kecelakaan diakibatkan oleh kegagalan dari pihak manajemen. Oleh karena
itu dalam menganalisis permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja,
analisis harus dilanjutkan sampai menemukan penyebab dasar masalah,
yang berkaitan dengan tugas dan fungsi manajemen yang tidak
dilaksanakan. Pertanyaan yang perlu dianalisis ialah tugas dan fungsi
manajemen yang mana yang tidak dilaksanakan sehingga terjadi kecelakaan.
2.4 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja
Timbulnya kecelakaan kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor, dimana
faktor yang satu mempengaruhi faktor yang lainnya. Berdasarkan pendekatan
epidemiologi (US. Office of Technology Assesment Washington DC, 1975),
faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan akibat kerja dapat dikelompokkan
sebagai berikut (Arifin, 2004).
1. Host, yaitu pekerja yang melakukan pekerjaan.
2. Agent, yaitu pekerjaan.
3. Environment, yaitu lingkungan kerja.
Menurut ILO tahun 1989 mengemukakan bahwa kecelakaan akibat kerja
pada dasarnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor pekerja, pekerjaannya dan
faktor lingkungan di tempat kerja (Arifin, 2004).
20
2.4.1 Faktor Pekerja
Ada beberapa faktor-faktor dari karakteristik pekerja yaitu sebagai
berikut :
1. Umur
Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian
kecelakaan akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai
kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan akibat
kerja dibandingkan dengan golongan umur muda karena umur muda
mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi (Hunter, 1975).
Namun umur muda pun sering pula mengalami kasus kecelakaan
akibat kerja, hal ini mungkin karena kecerobohan dan sikap suka
tergesa-gesa (Tresnaningsih, 1991).
New Jersey tahun 1991 sampai dengan tahun 2000
didapatkan 20% kematian dari 1.174 kecelakaan. Dari 234
kecelakaan kerja di New Jersey lebih banyak terjadi pada pekerja
usia lanjut (> 55 tahun) dari pada usia muda, antara lain : kecelakaan
transportasi perbandingan antara usia lanjut dengan usia muda 42% :
34%, terjatuh 18% : 14%, ledakan 6% : 3%.(Dina, 2007).
Dari hasil penelitian di Amerika Serikat diungkapkan bahwa
pekerja usia muda lebih banyak mengalami kecelakaan
dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Pekerja muda usia
biasanya kurang berpengalaman dalam pekerjaannya (ILO, 1989).
21
Banyak alasan mengapa tenaga kerja golongan umur muda
mempunyai kecenderungan untuk menderita kecelakaan akibat kerja
lebih tinggi dibandingkan dengan golongan umur yang lebih tua.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan
akibat kerja pada golongan umur muda antara lain karena kurang
perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh,
dan tergesa-gesa (Oborne, 1982).
Pada penelitian kasus kecelakaan yang terjadi di propinsi
DKI Jakarta dan Kaltim dari data tahun 2004 sampai dengan tahun
2006 oleh Jamsostek Tbk ternyata kecelakaan yang terjadi paling
banyak menimpa kelompok umur 21-25 tahun, diikuti kelompok
umur 26-30 tahun dan 31-35 tahun yang merupakan kelompok usia
paling produktif. Banyaknya kasus kecelakaan pada usia muda ini
cenderung untuk berperilaku sembrono, kurang pengalaman, senang
mencoba-coba dan mengakibatkan perilaku tidak aman dan atau
membuat kondisi kerja yang tidak aman (Depnakertrans RI, 2007).
Pada penelitian Sukamto pada pekerjaan seismic survey di
PT. Elnusa Geosains tahun 2004 dari hasil analisis statistik
menggunakan chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara umur dengan kecelakaan kerja dengan
Pvalue=0,040, terlihat bahwa pekerja paling banyak mengalami
kecelakaan akibat kerja adalah pekerja yang berumur 20-30 tahun
yang terjadi pada tahun 2001 sejumlah 33 pekerja (66%), tahun 2002
22
sejumlah 26 pekerja (60,5%) dan tahun 2003 sejumlah 48 pekerja
(66,7%).
Hasil penelitian Angreni (1993) ) di PT. Intirub bahwa
terjadinya kecelakaan kerja paling tinggi terdapat pada kelompok
umur 20-29 tahun (25%) kemudian menyusul kelompok umur 30-39
tahun (10,4%). Setelah dilakukan uji chi square untuk melihat
hubungan statistik antara umur pekerja dengan kejadian kecelakaan
kerja diperoleh hasil tidak ada hubungan bermakna diantara
keduanya (P value = 0,16)
Hasil Penelitian Sugihsetiaraharja (1997) di PT. Goodyear
Indonesia bahwa dari seluruh pekerja yang mengalami kecelakaan
selama tahun 1994-1996 kejadian kecelakaan kerja yang sering
terjadi pada kelompok umur ≥ 41 tahun. Pada tahun 1994 sebanyak
22 kasus (52,4%), tahun 1995 sebanyak 33 kasus (53,4%) dan pada
tahun 1996 sebanyak 24 kasus (57,2%) dari hasil uji statistik chi
square tidak didapat hubungan yang bermakna antara umur dengan
kejadian kecelakaan (p value = 0,005).
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola pikir sesorang
dalam menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selain
itu pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap
pelatihan yang diberikan dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan
keselamatan kerja.
23
Hubungan tingkat pendidikan dengan lapangan yang tersedia
bahwa pekerja dengan tingkat pendidikan rendah, seperti Sekolah
Dasar atau bahkan tidak pernah bersekolah akan bekerja di lapangan
yang mengandalkan fisik (Efrench, 1975). Hal ini dapat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja karena beban fisik yang
berat dapat mengakibatkan kelelahan yang merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja.
Menurut Achmadi (1990) yang dimaksud dengan pendidikan
adalah pendidikan formal yang diperoleh di sekolah dan ini sangat
berpengaruh terhadap perilaku pekerja. Namun disamping
pendidikan formal, pendidikan non formal seperti penyuluhan dan
pelatihan juga dapat berpengaruh terhadap pekerja dalam
pekerjaannya.
Pada variabel pendidikan menurut penelitian Sukamto di PT.
Elnusa Geosains tahun 2004 menunjukkan ada hubungan yang
bermakna antara pendidikan dengan kecelakaan kerja dengan
Pvalue=0,012, terlihat bahwa pendidikan yang paling sering terjadi
kecelakaan kerja adalah pekerja yang mempunyai latar belakang
SLTP dan SLTA menduduki posisi yang sama yaitu pada tahun
2001 sebanyak 24 orang yaitu 48%, pada tahun 2002 terlihat banyak
terjadi pada pekerja dengan latar belakang SLTP sebanyak 22 orang
yaitu 51,2% dan tahun 2003 banyak terjadi pada pendidikan SLTP
sebanyak 37 orang yaitu 51,4%.
24
Menurut penelitian Angreni (1993) di PT. Intirub bahwa
angka kecelakaan kerja paling tinggi terdapat pada pekerja dengan
pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu dengan angka kecelakaan
sebesar 10% sedangkan angka kecelakaan paling rendah terdapat
pada pekerja dengan tingkat pendidikan SLTA (8,8%). Dengan
melakukan uji chi square dapat diketahui bahwa ternyata antara
tingkat pendidikan pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja tidak
ada hubungan yang bermakna (P value = 0,83).
Hasil Penelitian Sugihsetiaraharja (1997) di PT. Goodyear
Indonesia berdasarkan tingkat pendidikan terlihat bahwa pekerja
yang berpendidikan rendah mempunyai persentase yang lebih besar
mengalami kecelakaan dibandingkan dengan pekerja yang
pendidikan lebih tinggi. Dari hasil uji statistik chi square antara
tingkat pendidikan dan kejadian kecelakaan kerja didapat adanya
hubungan yang bermakna (p value = 0,005)
3. Masa Kerja
Sulit untuk menarik kesimpulan yang jelas pengaruh masa
kerja dan pengalaman kerja terhadap tingkat kecelakaan karena
berbagai faktor yang menyebabkan kecelakaan saling mempengaruhi
dan tidak dapat dipisahkan. Perhatian pekerja yang belum terbiasa
pada lingkungan pabrik akan terpencar oleh banyak kesan baru dan
ini bersama kurangnya pengalaman dapat menjelaskan mengapa
25
frekuensi kecelakaan relatif tinggi di antara para pendatang baru
(ILO, 1989).
Pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan
berbagai penelitian dengan meningginya pengalaman dan
keterampilan akan disertai dengan penurunan angka kecelakaan
akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja
bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja
di tempat kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja baru biasanya
belum mengetahui secara mendalam seluk-beluk pekerjaannya
(Suma’mur 1989).
Penelitian dengan studi restropektif di Hongkong dengan 383
kasus membuktikan bahwa kecelakaan akibat kerja karena mesin
terutama terjadi pada buruh yang mempunyai pengalaman kerja di
bawah 1 tahun (Ong, Sg, 1982).
Pada penelitian Sukamto (2004) di PT. Elnusa Geosains
bahwa dari hasil analisis statistik menggunakan chi square
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara masa
kerja dengan kecelakaan kerja dengan Pvalue=0,00, terlihat bahwa
distribusi kecelakaan kerja banyak terjadi adalah pekerja yang
bekerja dengan masa kerja 1-6 bulan untuk 3 tahun terakhir yaitu
pada tahun 2001 sejumlah 34 pekerja (68%), tahun 2002 sejumlah
26
42 pekerja (97,7%) dan pada tahun 2003 sejumlah 71 pekerja
(98,6%).
Menurut penelitian Angreni (1993) ) di PT. Intirub bahwa
angka kecelakaan kerja paling tinggi terdapat pada pekerja dengan
masa kerja 5-9 tahun (12,9%) dan paling rendah pada pekerja
dengan masa kerja 15-19 tahun (9,1%). Uji statistik chi square
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara lamanya
masa kerja dengan kejadian kecelakan kerja (P value = 0,40)
4. Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan.
Pekerja pria dan wanita mempunyai perbedaan secara fisiologis dan
psikologis. Antara pekerja pria dan wanita memiliki perbedaan
dalam daya tahan, ukuran tubuh, postur tubuh yang dapat
mempengaruhi cara kerja (Santoso, 1999).
2.4.2 Faktor Pekerjaan
Ada beberapa faktor-faktor dari karakteristik pekerjaan yaitu
sebagai berikut :
1. Giliran Kerja ( Shift )
Giliran kerja adalah pembagian kerja dalam waktu dua
puluh empat jam (Andrauler P. 1989). Terdapat dua masalah
utama pada pekerja yang bekerja secara bergiliran, yaitu
ketidakmampuan pekerja untuk beradaptasi dengan sistem shift
27
dan ketidakmampuan pekerja untuk beradaptasi dengan kerja pada
malam hari dan tidur pada siang hari (Andrauler P. 1989).
Pergeseran waktu kerja dari pagi, siang dan malam hari
dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan akibat
kerja (Achmadi, 1980). Berdasarkan penelitian bahwa angka
kecelakaan akibat kerja pada tenaga kerja yang bekerja pada pagi
atau sore hari lebih tinggi dibandingkan tenaga kerja yang bekerja
pada malam hari, akan tetapi ada penelitian lain yang menduga
bahwa risiko kecelakaan akibat kerja tetap tinggi pada tenaga kerja
yang bekerja pada malam hari. Hal ini adalah termasuk sumber
bahaya yang perlu dikendalikan di tempat kerja untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja (Rahmah, 1998).
Pada penelitian Angreni tahun 1993 bahwa angka
kecelakaan kerja pada PT. Intirub paling besar terdapat pada waktu
kerja jam 23.00-07.00 (shift III) yaitu sebesar 11 kecelakaan
(10,7%) dan paling kecil pada waktu jam 15.00-23.00 (shift II)
yaitu sebesar 7 kecelakaan (6,8%). Hasil dari uji statistik
diperoleh tidak ada hubungan yang bermakna antara kejadian
kecelakaan kerja dengan shift kerja (Pvalue=0,80).
Dilihat dari shift kerja dari hasil penelitian
Sugihsetiaraharja (1997) di PT. Goodyear Indonesia bahwa pada
tahun 1994 kejadian kecelakaan kerja paling sering terjadi pada
saat shift 1 sebanyak 20 kasus (47,6%) sedangkan tahun 1995
28
sebanyak 33 kasus (53,2%) dan pada tahun 1996 sebanyak 16
kasus (33,3%) dari hasil uji statistik chi square tidak ditemukan
hubungan yang bermakna.
2. Unit Kerja
Unit kerja ialah pembagian satuan kerja di area proses
maupun non proses yang masing-masing terdiri atas beberapa jenis
pekerjaan (Suma’mur, 1981).
Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap risiko
terjadinya kecelakaan akibat kerja. Jumlah dan macam kecelakaan
akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam
suatu proses (Suma’mur, 1989).
Pada variabel unit kerja menurut penelitian Sukamto
(2004) di PT. Elnusa Geosains bahwa dari hasil uji statistik
menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara unit kerja
dengan kecelakaan kerja, terlihat bahwa unit kerja paling banyak
terjadi pada pekerjaan unit topografi/surveying yakni pada tahun
2001 sejumlah 33 pekerja (66%), tahun 2002 sejumlah 20 pekerja
(46%) dan tahun 2003 sejumlah 56 pekerja (77%) dan paling
sedikit terjadi kecelakaan kerja pada pekerjaan unit recording
dengan distribusi pada tahun 2001 sejumlah 4 pekerja (8%), tahun
2002 sejumlah 3 pekerja (7%) dan pada tahun 2003 sejumlah 4
pekerja (5,6%) (p value = 0,063).
29
3. Jam Kerja
Penelitian di Inggris menunjukkan bahwa dengan
memperpendek jam kerja dapat meningkatkan produktivitas setiap
jam kerja. Sebaliknya dengan memperpanjang jam kerja
mengakibatkan kecepatan kerja menjadi turun dan berkurangnya
prestasi setiap jamnya (ILO, 1989).
Pada penelitian Sukamto (2004) di PT. Elnusa Geosains
menyatakan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pada α=5%
diperoleh nilai p=0,024. hal tersebut berarti menunjukkan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara waktu kerja dengan
kecelakaan kerja karena p value lebih kecil dari α (p value < α)
yakni distribusi kecelakaan akibat kerja banyak terjadi pada > 8
jam seperti terlihat pada tahun 2001 sejumlah 39 pekerja (78%),
tahun 2002 sejumlah 28 pekerja (65,1%) dan tahun 2003 sejumlah
39 pekerja (54,2%).
Di Indonesia peraturan yang mengatur tentang lama kerja
dan shift kerja terdapat dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
No.Per.06/Men/1993 tentang waktu kerja 5 hari selama seminggu
dan 8 jam sehari (Santoso, 1999).
2.4.3 Faktor Lingkungan
Ada beberapa faktor-faktor dari karakteristik lingkungan kerja yaitu
sebagai berikut :
30
1. Faktor Fisik
a. Pencahayaan
Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik
yang penting bagi keselamatan kerja. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa pencahayaan yang tepat dan sesuai
dengan pekerjaan akan dapat menghasilkan produksi yang
maksimal dan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan akibat
kerja ( ILO, 1989 ).
b. Kebisingan
Kebisingan di tempat kerja dapat berpengaruh terhadap
pekerja karena kebisingan dapat menimbulkan gangguan
perasaan, gangguan komunikasi sehingga menyebabkan salah
pengertian, tidak mendengar isyarat yang diberikan, hal ini
dapat berakibat terjadinya kecelakaan akibat kerja disamping
itu kebisingan juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran
sementara atau menetap. Nilai ambang batas kebisingan adalah
85 dBA untuk 8 jam kerja sehari atau 40 jam kerja dalam
seminggu (Suma’mur, 1990).
c. Suhu
Suhu yang nyaman untuk bekerja berbeda secara
subyektif pada setiap orang. Bagi orang Indonesia suhu yang
nyaman untuk bekerja antara 240 C – 260 C penyimpangan dari
batas kenyamanan suhu menyebabkan perasaan mengantuk dan
lelah yang dapat mengurangi ketersediaan untuk berprestasi
31
dan meningkatkan frekuensi kelelahan sehingga risiko pekerja
untuk menjalani kecelakaan meningkat, sebaliknya suhu yang
ekstrim dingin dapat menyebabkan ketidaktenangan dan
mengurangi daya atensi dalam bekerja (Sastro winoto, 1985
dalam Iswandari, 1998).
2. Faktor Kimia
Faktor lingkungan kimia merupakan salah satu faktor
lingkungan yang memungkinkan penyebab kecelakaan kerja. Faktor
tersebut dapat berupa bahan baku suatu produk, hasil suatu produksi
dari suatu proses, proses produksi sendiri ataupun limbah dari suatu
produksi.
3. Faktor Biologi
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari
serangga maupun binatang lain yang ada di tempat kerja. Berbagai
macam penyakit dapat timbul seperti infeksi, allergi, dan sengatan
serangga maupun gigitan binatang berbisa berbagai penyakit serta
bisa menyebabkan kematian (Syahab, 1998)
2.5 Pencegahan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja dapat dicegah melalui (Depnakertrans, 2003) :
a. Penegakan peraturan perundangan, yaitu ketentuan yang diwajibkan
mengenai persyaratan kerja, syarat keselamatan kerja, perencanaan,
pemeliharaan, dan pengujian.
32
b. Standarisasi, yaitu penetapan dan mematuhi standar keselamatan kerja,
standar prosedur kerja, standar peralatan kerja dan sebagainya.
c. Pengawasan yaitu melakukan pengawasan terhadap dipatuhinya
peraturan perundangan yang berlaku dan prosedur kerja.
d. Dengan penelitian antara lain penelitian penyelidikan atas kasus-kasus
kecelakaan yang terjadi, sehingga dapat diketahui penyebab kecelakaan,
dengan demikian kecelakaan yang serupa tidak terulang kembali.
e. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan terhadap pelatihan keterampilan
kerja maupun keselamatan kerja dan cara kerja yang aman.
f. Pengendalian lingkungan kerja yaitu menciptakan kondisi lingkungan
kerja yang aman, nyaman, sehat dan selamat.
g. Penggunaan alat pelindung diri.
h. Penggunaan alat pengaman/pagar pengaman yang menggunakan mesin-
mesin atau pekerjaan yang mempunyai risiko bahaya tinggi
i. Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
05/Men/1996.
33
2.6 Kerangka Teori
Kerangka teori berdasarkan ILO tahun 1989 yang mengemukakan bahwa
kecelakaan akibat kerja pada dasarnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor
pekerja, pekerjaannya dan faktor lingkungan di tempat kerja (Arifin, 2004).
Adapun kerangkanya dapat dilihat pada gambar 2.4 :
Faktor Pekerja 1. Umur 2. Tingkat
pendidikan 3. Masa kerja 4. Jenis Kelamin
KECELAKAAN KERJA
Faktor Pekerjaan 1. Shift kerja 2. Unit kerja 3. Lama Jam Kerja
Faktor Lingkungan 1. Faktor fisik 2. Faktor kimia 3. Faktor biologi
Gambar 2.4
Kerangka teori
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Pada penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah variabel bebas
(independent variabel) yaitu faktor pekerja (umur, pendidikan dan masa kerja)
dan faktor pekerjaan (unit kerja) dengan variabel terikat (dependent variabel)
yaitu kejadian kecelakaan kerja. Secara rinci variabel-variabel tersebut
digambarkan dalam kerangka konsep pada gambar 3.1.
Variabel Independen Variabel Dependen
Faktor Pekerja
1. Umur 2. Tingkat pendidikan 3. Masa kerja
KECELAKAAN KERJA
Faktor Pekerjaan
Unit kerja
Gambar 3.1
Kerangka konsep
34
35
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Kecelakaan kerja
Kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan korban luka pada responden.
wawancara kuesioner 1. Kecelakaan 2. Tidak celaka
Ordinal
2. Umur Lamanya waktu hidup pekerja yang dihitung berdasarkan tahun 2007 dikurangi tahun kelahiran responden.
wawancara kuesioner 1. ≤ 36 tahun 2. > 36 tahun
Ordinal
3. Pendidikan Jenjang akademik formal terakhir yang dicapai oleh responden
wawancara kuesioner 1. < SLTP 2. ≥ SLTP (Depdiknas, 2008)
Ordinal
4. Masa Kerja Lamanya responden bekerja dalam tahun di perusahaan tersebut sampai tahun 2007.
wawancara kuesioner 1. ≤ 12 tahun 2. > 12 tahun
Ordinal
6. Unit kerja Pembagian satuan kerja di area proses maupun non proses yang masing-masing terdiri atas beberapa jenis pekerjaan (Suma’mur, 1981).
wawancara kuesioner 1. Unit Produksi Tambang
2. Unit Development
3. Unit Supporting
(PT. Antam, 2008)
Ordinal
36
3.3 Hipotesis
1. Adanya hubungan antara umur pekerja dengan kecelakaan kerja di area
pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007.
2. Adanya hubungan antara tingkat pendidikan pekerja dengan kecelakaan
kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-
2007.
3. Adanya hubungan antara masa kerja pekerja dengan kecelakaan kerja di
area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007.
4. Adanya hubungan antara unit kerja dengan kecelakaan kerja di area
pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain Penelitian ini adalah penelitian cross sectional yaitu penelitian
terhadap variabel independen dan variabel dependen pada satu waktu yang
bersamaan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif untuk mengetahui hubungan
antara variabel bebas (independent variabel) yaitu faktor pekerja (umur,
pendidikan dan masa kerja) dan unit kerja dengan variabel terikat (dependent
variabel) yaitu kejadian kecelakaan kerja
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan di area pertambangan PT. ANTAM
Tbk UBPE Pongkor yang berlokasi di desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung,
Bogor, 54 km ke sebelah Barat Daya kota Bogor. Kegiatan penelitian ini
dilaksanakan pada bulan november tahun 2008.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua pekerja yang bekerja di
area pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007.
dengan jumlah populasi adalah 749 pekerja.
37
38
4.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah pekerja yang bekerja di area
pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor yang mengalami
kecelakaan kerja dan pekerja yang tidak mengalami kecelakaan kerja
tahun 2006-2007. Untuk menentukan sampelnya adalah dengan uji beda
dua proporsi dengan rumus sebagai berikut:
n = (Z1-α/2√2P(1-P)+Z1-β√P1(1-P1)+P2(1-P2))2
(P1-P2)2
n = (1,96 √2×0,175(1-0,175) + 0,84 √0,25 (1-0,25) +0,10(1-0,10)2
(0,25-0,10)2
n = 79
n = 79 X 2 = 158 orang + 10% = 174 orang.
Pada pengambilan sampel didapat 174 orang yang diambil secara
random. Jumlah sampel tersebut dikali 2 dan ditambah 10% dari
perhitungan sampel. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan
pengisian kuesioner oleh responden.
Dimana:
1. Z1-α/2 = nilai Z pada derajat kepercayaan 1- α, atau derajat kemaknaan
yaitu 5% atau 0,05
2. P = proporsi rata-rata yaitu 50 %
3. Z1-β = kekuatan uji 80% yaitu 0,84
4. P1 = proporsi umur 20-29 tahun yang mengalami kecelakaan kerja
pada penelitian sebelumnya yaitu 25% (Angreni, 1993)
39
5. P2 = Proporsi umur 30-39 tahun yang mengalami kecelakaan kerja
pada penelitian sebelumnya yaitu 10,4% (Angreni, 1993).
4.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data
4.4.1 Pengumpulan Data
A. Data Primer
Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner mengenai faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakan kerja berdasarkan
karakteristik pekerja (umur, pendidikan dan masa kerja) serta unit kerja
di area pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor.
B. Data Sekunder
Data sekunder yang diperoleh melalui laporan kecelakaan kerja di
PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor yaitu dari mulai tahun 2006 sampai
dengan tahun 2007, data jumlah pekerja yang ada di area pertambangan
PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 dan data mengenai
sertifikat di setiap unit kerja.
4.4.2 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut:
1. Editing, memeriksa kelengkapan, kesinambungan dan keseragaman data.
2. Coding, menyederhanakan data yang memberikan kode-kode tertentu
3. Processing, setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan
juga sudah melakukan pengkodingan, maka langkah selanjutnya
adalah memproses data agar dapat dianalisis. Proses data dilakukan
40
dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke paket program
komputer.
4. Cleaning (pembersihan data), merupakan kegiatan pengecekan
kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.
Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat mengentri ke
komputer.
5. Manajemen data, proses memanipulasi atau merubah bentuk data.
6. Analisis data, proses pengolahan data serta menyusun hasil yang akan
dilaporkan.
4.5 Analisa Data
Data yang sudah diolah kemudian di analisis secara univariat dan
bivariat sebagai berikut :
1. Analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi pada variabel
independen dan variabel dependen. Variabel independen terdiri dari faktor
pekerja (umur, pendidikan dan masa kerja) dan unit kerja sedangkan
variabel dependennya yaitu kejadian kecelakaan kerja.
2. Analisis bivariat, untuk melihat hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen. Analisis dilakukan dengan uji statistik chi square
sehingga jika p value ≤ 0,05 maka menunjukkan adanya hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen dan jika p Value > 0,05
maka menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen.
BAB V
HASIL
5.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1.1. Profil Perusahaan
PT. ANTAM Tbk merupakan salah satu perusahaan pertambangan
terbesar di Indonesia dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang berada di bawah naungan Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral. Perusahaan ini mengoperasikan enam unit penambangan yang
salah satunya adalah PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor yang bergerak di
bidang pertambangan dan pengolahan emas dan perak, berlokasi di Bogor,
Jawa Barat, tepatnya di Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung yang
dapat ditempuh sekitar 2 jam perjalanan dengan jarak 54 Km dari pusat
kota Bogor.
PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor mempunyai luas Kuasa
Penambangan (KP) 6.047 hektar yang berdekatan dan bahkan berada di
bawah Taman Nasional Gunung Halimun, dengan rincian Kawasan
Taman Nasional 105 Ha, Hutan Lindung 275 Ha, Hutan Produksi 2.025
Ha dan selebihnya merupakan tanah milik di luar kawasan. Dengan latar
belakang tersebut serta dilandasi pemikiran proses penambangan yang
berwawasan lingkungan, maka sejak awal PT. ANTAM Tbk UBPE
Pongkor telah menerapkan sistem penambangan bawah tanah
(underground mining).
41
42
PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor telah berhasil mendapatkan
sertifikasi ISO antara lain yaitu ISO 9002 pada tahun 2002, ISO 14001
pada tahun 2002, dan yang terakhir ISO 14001 versi 2004 pada akhir
tahun 2005.
5.1.2 Visi, Misi dan Tujuan organisasi
PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor memiliki visi 2010 yaitu menjadi
perusahaan pertambangan kelas dunia yang memiliki keunggulan kompetitif
di pasar global dan terdepan dalam industri pertambangan Indonesia.
Sedangkan misinya adalah menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi
yaitu, nikel, emas dan mineral lain dengan selalu memperhatikan kelestarian
lingkungan. Mencapai keunggulan kompetitif di pasar global bersandarkan
pada kompetensi diri dengan tujuan untuk :
1 Memaksimalkan nilai pemegang saham
2 Meningkatkan kesejahteran pegawai
3 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi pertambangan.
Tujuan organisasi Unit Pertambangan Emas Pongkor tertera dalam
Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan yaitu, bergerak dalam bidang
pertambangan berbagai jenis bahan galian serta menjalankan usaha di
bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa yang berkaitan dengan
pertambangan berbagai jenis bahan galian tersebut.
43
5.1.3 Proses Produksi
Proses produksi pada UBPE Pongkor PT. ANTAM Tbk meliputi
pertambangan yang menghasilkan ore (bijih emas) dan pengolahan yang
menghasilkan dore bullion yang akan dikirim ke Logam Mulia Jakarta
untuk proses selanjutnya.
Proses produksi dapat dibagi menjadi 3 proses yaitu proses
penambangan, pengolahan emas dan pengolahan limbah, dengan perincian
sebagai berikut:
a. Proses Pertambangan
Sistem penambangan yang dilakukan di PT. ANTAM Tbk
UBPE Pongkor adalah sistem cut and fill. Metode ini adalah suatu
metode penambangan dengan cara mengambil bijih emas dari perut
bumi kemudian rongga yang telah kosong dan diambil isinya diisi lagi
dengan material limbah (waste material), pasir dan kerikil yang
merupakan sisa hasil pengolahan yang telah bersih dari zat-zat
berbahaya. Untuk memasukkan material tersebut ke dalam bekas
tambang digunakan pompa dan pipa.
Siklus penambangannya adalah sebagai berikut:
1) Pengeboran (drilling)
2) Peledakan (blasting)
3) Pembersihan asap (smoke clearing)
4) Pembersihan/ penjatuhan batu gantung (barring down)
5) Penyanggaan (supporting)
44
6) Pemuatan (hauling)
7) Pengangkutan (transportation)
8) Pengisian ulang (back filling preparation)
9) Proses pengisian ulang (back filling operation).
Proses penambangan bijih emas ini dimulai dengan membuat
lubang bor dengan cara drilling (pemboran) untuk menempatkan
bahan peledak powergell magnum. Alat bor yang digunakan adalah
jenis jack leg dan jumbo drill dengan tenaga dari udara bertekanan
tinggi (90-120 psi). Setelah dilakukan peledakan (blasting) lalu
dilanjutkan dengan clearing smoke dengan menggunakan blower,
batuan hasil peledakan yang belum jatuh atau yang berpotensi jatuh
dibersihkan atau dijatuhkan dahulu dengan menggunakan rock bolt.
Untuk memperkuat roof batuan digunakan sistem penyanggaan
dengan menggunakan wire mesh, weld mesh, dan rock bolt.
Batuan yang berhasil diledakkan, kemudian dimuatkan
kedalam med car untuk dibawa atau dipindahkan keluar area
penambangan atau pengeboran. Setelah itu batuan tersebut
dihancurkan di crusher dan dibawa oleh conveyor ke mesin ballmill
untuk dihancurkan.
Selanjutnya lubang penambangan bekas pengeboran akan diisi
dengan limbah yang sudah diolah dan limbah yang tidak berbahaya
juga ditambahkan semen agar lubang tersebut kuat (backfilling
preparation). Proses pengisian ulang dilakukan ketika limbah
45
dipastikan tidak mengandung bahan kimia berbahaya sisa produksi,
kemudian limbah tersebut dicampur dengan semen dan disemprotkan
ke lubang sampai tertutup seperti semula.
b. Proses Pengolahan
Bijih emas yang berupa broken ore ditarik dan dimasukkan ke
millhole dengan scrapper lalu dimuat di atas lori (car). Selanjutnya
trolly, yaitu lokomotif dengan tenaga baterai atau arus DC, menarik
semua lori dari tambang menuju primary crushing plant. Pada primary
crushing plant ini broken ore dipreparasi atau dikecilkan sampai
ukuran 12 mm dan selanjutnya diangkut dengan belt conveyer menuju
fire ore bin untuk diproses lebih lanjut sampai menghasilkan dore
bullion dengan kadar emas 6-17 % dan kadar perak 82-92 % dan
pengotor maksimal 4 %.
Proses pengolahan UBPE Pongkor PT. ANTAM Tbk.
menggunakan standar proses sianidasi yaitu Carbon in Leach (CIL)
yang diikuti dengan proses elution dan proses electrowining. Proses
pengolahan dilakukan pada dua pabrik yang berbeda kapasitas dengan
menggunakan proses yang sama. Pada pabrik I (Plant I) mempunyai
kapasitas sebesar 500 dry million ton (ton kering per jam) dan pabrik
II (plant II) mempunyai kapasitas sebesar 720 dry million ton.
5.1.4 Kejadian Kecelakaan Kerja Tahun 2006-2007
Kejadian kecelakaan kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor
dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 meningkat. Pada tahun 2006
46
ada 58 kejadian kasus kecelakaan kerja dengan nilai FR = 3,29 dan
SR = 44,152 serta pada tahun 2007 ada 63 kasus kecelakaan kerja dengan
nilai FR = 1,59 dan SR = 6,90. Nilai FR dan SR dari tahun 2006 ke tahun
2007 menurun. Hal ini dikarenakan jumlah jam kerja pada tahun 2006
sebanyak 1.815.516 meningkat di tahun 2007 menjadi 1.867.430 (PT.
Antam, 2008).
Kejadian kecelakaan kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor
dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 paling banyak terjadinya
kecelakaan kerja pada area pertambangan. Pada tahun 2006 kejadian
kecelakaan kerja di area pertambangan ada 40 kasus (69%) dari total
kasus kecelakaan kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor mengalami
peningkatan menjadi 45 kasus (71,4%) di tahun 2007.
Kejadian kecelakaan kerja di unit kerja area pertambangan dapat
dilihat pada tabel 5.1.
47
Tabel 5.1
Disribusi Kejadian Kecelakaan Kerja Di Unit Kerja Area Pertambangan PT.
ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007
Kejadian Kecelakaan Kerja Unit Kerja Tahun 2006
Tahun 2007
Produksi Tambang
22
29
Development 0 0 Supporting 18 16
Total 40 45
Dari tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa kejadian kecelakaan kerja
dari tahun 2006-2007 paling banyak di unit produksi tambang sedangkan
kejadian kecelakaan kerja dari tahun 2006-2007 paling sedikit di unit
development.
5.1.5 Unit Kerja Di Area Pertambangan
Pekerja di area pertambangan sebagian besar sudah mempunyai
verklaring dan sertifikat. Pekerja ditempatkan di unit kerja sesuai dengan
sertifikat yang didapat. Rincian unit kerja dan sertifikat di area
pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor adalah sebagai berikut :
1. Unit Produksi Tambang
Pada unit ini, kegiatan yang dilakukan meliputi
pengeboran (drilling), peledakan (blasting), pembersihan asap
(smoke clearing), pembersihan/ penjatuhan batu gantung
(barring down), penyanggaan (supporting), pemuatan
48
(hauling), pengoperasian LHD, dumping dan loading. Jumlah
pekerja di unit ini adalah 374 orang.
Sertifikat yang harus dimiliki pada unit ini meliputi
dasar-dasar tambang bawah tanah, pengoperasian alat operasi
tambang dan K3 pertambangan. Selain sertifikat tersebut,
masih ada sertifikat yang lain sesuai dengan jabatan yang
dimiliki.
2. Unit Development
Pada unit ini merupakan kegiatan sebelum aktivitas
penambangan dimulai yaitu membuat lubang-lubang baru
untuk dijadikan area penambangan bawah tanah (underground
mining). Jumlah pekerja di unit ini adalah 35 orang.
Sertifikat yang harus dimiliki pada unit ini meliputi
dasar-dasar tambang bawah tanah, K3 pertambangan dan juru
ledak kelas II. Selain sertifikat tersebut, masih ada sertifikat
yang lain sesuai dengan jabatan yang dimiliki.
3. Unit Supporting
Pada unit ini, terdiri dari beberapa sub unit yaitu sebagai
berikut :
a. Sarana Tambang
Pada sub unit ini, kegiatan yang dilakukan meliputi
pemasangan jaringan ventilasi, pengukuran udara tambang,
pemasangan wire mesh, pengoperasian peralatan sarana
49
tambang, melaksanakan housekeeping, dan pengangkutan
peralatan serta karyawan (transportation). Jumlah pekerja di
unit ini adalah 90 orang.
Sertifikat yang harus dimiliki pada sub unit ini meliputi
pemasangan dan pemeliharaan rel, teknik pengelasan,
pengoperasian peralatan sarana tambang, dasar-dasar tambang
bawah tanah, K3 pertambangan, dasar-dasar ventilasi tambang,
dasar-dasar konstruksi dan pengelasan. Selain sertifikat
tersebut, masih ada sertifikat yang lain sesuai dengan jabatan
yang dimiliki.
b. Pengisian Ulang
Pada sub unit ini, kegiatan yang dilakukan meliputi
pengisian ulang (back filling preparation) dan proses pengisian
ulang (back filling operation). Jumlah pekerja di unit ini adalah
77 orang.
Sertifikat yang harus dimiliki pada sub unit ini meliputi
pemasangan pitting dan piping, pumping dan K3
pertambangan. Selain sertifikat tersebut, masih ada sertifikat
yang lain sesuai dengan jabatan yang dimiliki.
c. Pemeliharaan Peralatan Tambang
Pada sub unit ini terdapat jumlah pekerja sebanyak 110
orang dan kegiatan yang dilakukan pada unit ini adalah
50
1) Menangani segala maintenance alat berat dan alat-alat
pertambangan.
2) Melakukan pengecekan peralatan tambang dalam
kondisi yang baik atau rusak.
3) Pemasangan mesin dan peralatan terutama di area
tambang
Sertifikat yang harus dimiliki pada sub unit ini meliputi
advance modul sistem hidrolik shift winder & jumbo drill,
advance modul hidrolik LHD listrik, menggambar teknik,
mesin diesel, pengenalan dan penggunaan hand tools, power
tools, serta alat angkat, dasar-dasar kelistrikan, pengenalan
komponen mesin, K3, hukum dan undang-undang listrik
bawah tanah dan elektronika. Selain sertifikat tersebut, masih
ada sertifikat yang lain sesuai dengan jabatan yang dimiliki.
d. Perencanaan Tambang
Pada sub unit ini, kegiatan yang dilakukan yaitu
memantau pelaksanaan kegiatan penambangan di lapangan
untuk memastikan kesesuaian dengan rencana detail kegiatan
penambangan. Jumlah pekerja di unit ini adalah 12 orang.
Sertifikat yang harus dimiliki pada sub unit ini meliputi
perencanaan tambang, dasar-dasar tambang bawah tanah dan
K3 pertambangan. Selain sertifikat tersebut, masih ada
sertifikat yang lain sesuai dengan jabatan yang dimiliki.
51
e Quality Control
Pada sub unit ini terdapat jumlah pekerja sebanyak 51
orang dan unit ini terbagi menjadi 2 bagian di area
pertambangan yaitu sebagai berikut:
1) Pengukuran tambang
Kegiatan yang dilakukan di bagian ini adalah
pengukuran kemajuan tambang sebelum dan sesudah
penambangan, pengukuran debit air, pengukuran
endapan tailing, pengukuran topografi dan pengukuran
lereng.
2) Pengawasan kadar dan geoteknik
Kegiatan yang dilakukan di bagian ini adalah
melaksanakan pemboran inti, pengambilan sampel dan
pengoperasian alat konvergenme
Sertifikat yang harus dimiliki pada sub unit ini meliputi
geologi dasar, juru bor inti, K3, sertifikasi juru ukur, juru ukur
dan desain tambang. Selain sertifikat tersebut, masih ada
sertifikat yang lain sesuai dengan jabatan yang dimiliki.
52
5.2 Analisis Univariat
5.2.1 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Di Area Pertambangan
PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007
Tabel 5.2
Distribusi Kejadian Kecelakaan Kerja Di Area Pertambangan PT ANTAM
Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007
Kejadian Kecelakaan Kerja Jumlah Presentase (%) Celaka 22 12,6 Tidak celaka 152 87,4
Total 174 100
Dari tabel 5.2 diperoleh bahwa pekerja yang mengalami kecelakaan
kerja sebanyak 22 pekerja (12,6%).
5.2.2 Gambaran Umur Pekerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk
UBPE Pongkor Tahun 2006-2007
Tabel 5.3
Distribusi Umur Pekerja Di Area Pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE
Pongkor Tahun 2006-2007
Umur Pekerja Jumlah Presentase (%) ≤ 36 tahun 93 53,4 > 36 tahun 81 46,6
Total 174 100
Dari tabel 5.3 memperlihatkan distribusi pekerja berdasarkan umur
pekerja diperoleh bahwa pekerja yang berumur kurang dari sama dengan 36
tahun sebanyak 93 pekerja (53,4%).
53
5.2.3 Gambaran Tingkat Pendidikan Pekerja Di Area Pertambangan
PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007
Tabel 5.4
Distribusi Tingkat Pendidikan Pekerja Di Area Pertambangan PT ANTAM
Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007
Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase (%) < SLTP 16 9,2 ≥ SLTP 158 90,8
Total 174 100
Dari tabel 5.4 memperlihatkan distribusi pekerja berdasarkan tingkat
pendidikan pekerja diperoleh bahwa pekerja yang mempunyai tingkat
pendidikan kurang dari SLTP sebanyak 16 pekerja (9,2%).
5.2.4 Gambaran Masa Kerja Pekerja Di Area Pertambangan PT ANTAM
Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007
Tabel 5.5
Distribusi Masa Kerja Pekerja Di Area Pertambangan PT ANTAM Tbk
UBPE Pongkor Tahun 2006-2007
Masa Kerja Jumlah Presentase (%) ≤ 12 tahun 109 62,6 > 12 tahun 65 37,4
Total 174 100 Dari tabel 5.5 memperlihatkan distribusi pekerja berdasarkan masa
kerja pekerja diperoleh bahwa pekerja yang mempunyai masa kerja kurang
dari sama dengan 12 tahun sebanyak 109 pekerja (62,6%).
54
5.2.5 Gambaran Unit Kerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE
Pongkor Tahun 2006-2007
Tabel 5.6
Distribusi Unit Kerja Di Area Pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE
Pongkor Tahun 2006-2007
Unit Kerja Jumlah Presentase (%) Unit Produksi Tambang 87 50 Unit Development 8 4,6 Unit Supporting 79 45,4 Total 174 100
Dari tabel 5.6 memperlihatkan distribusi pekerja berdasarkan unit
kerja diperoleh bahwa pekerja yang berada di unit produksi tambang
sebanyak 87 pekerja (50%).
55
5.3 Analisis Bivariat
5.3.1 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Umur Pekerja Di
Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-
2007
Tabel 5.7
Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Umur Pekerja Di Area
Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007
Kejadian Kecelakaan Total Ya Tidak
P (value)
Umur
N % N % N %
OR (CI 95%)
≤ 36 tahun 7 7,5 86 92,5 93 100 > 36 tahun 15 18,5 66 81,5 81 100
22 12,6 152 87,4 174 100
0,05 0,358 (0,138-0,929)
Dari tabel 5.7 terlihat bahwa dari 93 pekerja yang berumur kurang
dari sama dengan 36 tahun terdapat 7 pekerja (7,5%) yang mengalami
kecelakaan kerja dan 86 pekerja (92,5%) yang tidak mengalami kecelakaan
kerja sedangkan pekerja yang berumur lebih dari 36 tahun terdapat 81
pekerja diantaranya 15 pekerja (18,5%) yang mengalami kecelakaan kerja
dan 66 pekerja (81,5%) yang tidak mengalami kecelakaan kerja.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara intensitas kebisingan dengan fungsi pendengaran, dengan p value
0,05. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai OR = 0,358. hal ini berarti
pekerja yang berumur kurang dari sama dengan 36 tahun cenderung akan
mempunyai risiko untuk mengalami kecelakaan kerja sebesar 0,358 kali
lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang berumur lebih dari 36 tahun.
56
5.3.2 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Pekerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE
Pongkor Tahun 2006-2007.
Tabel 5.8
Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pekerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun
2006-2007
Kejadian Kecelakaan Total Ya Tidak
Tingkat pendidikan
N % N %
N
%
P (value)
< SLTP 2 12,5 14 87,5 16 100 ≥ SLTP 20 12,7 138 87,3 158 100
22 12,6 152 87,4 174 100
1,000
Dari tabel 5.8 terlihat bahwa dari 16 pekerja yang mempunyai
tingkat pendidikan kurang dari SLTP terdapat 2 pekerja (12,5%) yang
mengalami kecelakaan kerja dan 14 pekerja (87,5%) yang tidak
mengalami kecelakaan kerja sedangkan terdapat 158 pekerja yang
mempunyai tingkat pendidikan lebih dari sama dengan SLTP diantaranya
20 pekerja (12,7%) yang mengalami kecelakaan kerja dan 138 pekerja
(87,3%) yang tidak mengalami kecelakaan kerja.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pendidikan pekerja dengan kejadian kecelakaan
kerja dengan p value 1,000.
57
5.3.3 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Masa Kerja
Pekerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun
2006-2007
Tabel 5.9
Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Masa Kerja Pekerja Di
Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007
Kejadian Kecelakaan Total Ya Tidak
Masa Kerja
N % N %
N
%
P (value)
≤ 12 tahun 12 11 97 89 109 100 > 12 tahun 10 15,4 55 84,6 65 100
22 12,6 152 87,4 174 100
0,546
Dari tabel 5.9 terlihat bahwa dari 109 pekerja yang mempunyai masa
kerja kurang dari sama dengan 12 tahun terdapat 12 pekerja (11%) yang
mengalami kecelakaan kerja dan 97 pekerja (89%) yang tidak mengalami
kecelakaan kerja sedangkan pekerja yang mempunyai masa kerja lebih dari
12 tahun terdapat 65 pekerja diantaranya 10 pekerja (15,4%) yang
mengalami kecelakaan kerja dan 55 pekerja (84,6%) yang tidak mengalami
kecelakaan kerja.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja dengan p
value 0,546.
58
5.3.4 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Unit Kerja Di
Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-
2007
Tabel 5.10
Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Unit Kerja Di Area
Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007
Kejadian Kecelakaan Total Ya Tidak Unit Kerja
N % N % N %
P (value)
Unit Produksi Tambang 17 19,5 70 80,5 87 100 Unit Development 0 0 8 100 8 100 Unit Supporting 5 6,3 74 93,7 79 100 22 12,6 152 87,4 174 100
0,021
Dari tabel 5.10 terlihat bahwa dari 87 pekerja di unit produksi
tambang terdapat 17 pekerja (19,5%) yang mengalami kecelakaan kerja dan
70 pekerja (80,5%) yang tidak mengalami kecelakaan kerja, ada 8 pekerja di
unit development diantaranya tidak terdapat pekerja yang mengalami
kecelakaan kerja sebesar 0% serta ada 79 pekerja di unit supporting terdapat
5 pekerja (6,3%) yang mengalami kecelakaan kerja dan 74 pekerja (93,7%)
yang tidak mengalami kecelakaan kerja.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara unit kerja dengan kejadian kecelakaan kerja dengan p value 0,021.
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pada penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian kecelakaan kerja berdasarkan karakteristik pekerja dan unit kerja
di area pertambangan PT. Antam Tbk UBPE Pongkor Bogor Jawa Barat tahun
2006-2007 adalah sebagai berikut:
1. Peneliti tidak mengklasifikasikan responden yang celaka apakah termasuk
jenis kecelakaan kecil, ringan, berat dan fatal. Peneliti hanya melihat apakah
responden di area pertambangan PT. Antam Tbk UBPE Pongkor celaka dan
tidak celaka.
2. Peneliti tidak mempertimbangkan shift kerja.
3. Peneliti tidak melihat faktor lama jam kerja karena lama jam kerja di area
pertambangan PT. Antam Tbk UBPE Pongkor sudah sesuai dengan aturan
yaitu 8 jam dalam sehari atau 40 jam dalam satu minggu.
4. Peneliti tidak melihat faktor lingkungan di area pertambangan sehingga ada
kemungkinan pekerja yang mengalami kecelakaan kerja berasal dari faktor-
faktor tersebut.
59
60
6.2 Analisis Univariat
6.2.1 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Di Area Pertambangan
PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007
Kecelakaan kerja ialah setiap kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan. Tidak terduga berarti tidak ada unsur-unsur kesengajaan apalagi
dalam bentuk perencanaan. Oleh karena itu, peristiwa sabotase atau
tindakan kriminal adalah di luar lingkup kecelakaan kerja. Tidak diharapkan
karena setiap kecelakaan biasanya disertai dengan kerugian material dan
non material, mulai dari yang paling ringan sampai kepada yang paling
berat (Depnakertrans, 2003).
Sistem penambangan yang dilakukan di PT. ANTAM Tbk UBPE
Pongkor adalah sistem cut and fill. Kegiatan pertambangan mempunyai
potensi yang besar untuk terjadinya kecelakaan kerja bagi pekerja.
Kecelakaan kerja di area pertambangan sering disebut dengan kecelakaan
tambang.
Hasil analisis univariat mengungkapkan bahwa pekerja yang
mengalami kecelakaan kerja sebanyak 12,6%. Padahal pada data sekunder
dari tahun 2006-2007 kejadian kecelakaan kerja mengalami peningkatan
dari 40 kasus (69%) menjadi (71,4%) di tahun 2007 dari total kasus
kecelakaan kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor. Hal ini disebabkan
pada saat berlangsungnya penelitian tidak ditemukan semua pekerja yang
mengalami kecelakaan, hanya 22 pekerja saja yang mengalami kecelakaan
kerja.
61
Timbulnya kecelakaan kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor,
dimana faktor yang satu mempengaruhi faktor yang lainnya. Berdasarkan
pendekatan epidemiologi (US. Office of Technology Assesment Washington
DC, 1975), faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan akibat kerja dapat
dikelompokkan sebagai berikut (Arifin, 2004).
1. Host, yaitu pekerja yang melakukan pekerjaan.
2. Agent, yaitu pekerjaan.
3. Environment, yaitu lingkungan kerja.
Dari teori diatas, faktor host (pekerja) dan agent (pekerjaan) di area
pertambangan tersebut dicurigai sebagai faktor penyebab terjadinya
kecelakaan kerja di PT.Antam Tbk UBPE Pongkor. Faktor-faktor tersebut
seperti karakteristik pekerja (umur, tingkat pendidikan, masa kerja) dan
karakteristik pekerjaan (unit kerja).
Umur pekerja mempunyai pengaruh terhadap kejadian kecelakaan
akibat kerja. Menurut Oborne (1982) menyatakan bahwa banyak alasan
mengapa tenaga kerja golongan umur muda mempunyai kecenderungan
untuk menderita kecelakaan akibat kerja lebih tinggi dibandingkan dengan
golongan umur yang lebih tua. Beberapa faktor yang mempengaruhi
tingginya kejadian kecelakaan akibat kerja pada golongan umur muda antara
lain karena kurang perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti kata hati,
ceroboh, dan tergesa-gesa.
Tingkat pendidikan pekerja berpengaruh terhadap kejadian
kecelakaan kerja. Menurut Arifin (2004) menyatakan bahwa pendidikan
62
seseorang berpengaruh dalam pola pikir sesorang dalam menghadapi
pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selain itu pendidikan juga akan
mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap pelatihan yang diberikan dalam
rangka melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja.
Masa kerja pada pekerja juga berpengaruh terhadap kejadian
kecelakaan kerja. Menurut ILO (1989) menyatakan bahwa Sulit untuk
menarik kesimpulan yang jelas pengaruh masa kerja dan pengalaman kerja
terhadap tingkat kecelakaan karena berbagai faktor yang menyebabkan
kecelakaan saling mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan. Perhatian
pekerja yang belum terbiasa pada lingkungan pabrik akan terpencar oleh
banyak kesan baru dan ini bersama kurangnya pengalaman dapat
menjelaskan mengapa frekuensi kecelakaan relatif tinggi di antara para
pendatang baru
Unit kerja ialah pembagian satuan kerja di area proses maupun non
proses yang masing-masing terdiri atas beberapa jenis pekerjaan
(Suma’mur, 1981). Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap
risiko terjadinya kecelakaan akibat kerja. Jumlah dan macam kecelakaan
akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam suatu proses
(Suma’mur, 1989).
63
6.2.2 Gambaran Umur Pekerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk
UBPE Pongkor Tahun 2006-2007
Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian
kecelakaan akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan
yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan akibat kerja dibandingkan
dengan golongan umur muda karena umur muda mempunyai reaksi dan
kegesitan yang lebih tinggi (Hunter, 1975). Namun umur muda pun sering
pula mengalami kasus kecelakaan akibat kerja, hal ini mungkin karena
kecerobohan dan sikap suka tergesa-gesa (Tresnaningsih, 1991).
Hasil analisis univariat terlihat bahwa pekerja di area pertambangan
PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor lebih banyak pekerja yang berumur
kurang dari sama dengan 36 tahun sebanyak 93 pekerja (53,4%)
dibandingkan dengan pekerja yang berumur lebih dari 36 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa 53,4% pekerja cenderung lebih berisiko mengalami
kecelakaan kerja.
Banyak alasan mengapa tenaga kerja golongan umur muda
mempunyai kecenderungan untuk menderita kecelakaan akibat kerja lebih
tinggi dibandingkan dengan golongan umur yang lebih tua. Beberapa faktor
yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan akibat kerja pada
golongan umur muda antara lain karena kurang perhatian, kurang disiplin,
cenderung menuruti kata hati, ceroboh, dan tergesa-gesa (Oborne, 1982).
Pada penelitian kasus kecelakaan yang terjadi di propinsi DKI
Jakarta dan Kaltim dari data tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 oleh
64
Jamsostek Tbk ternyata kecelakaan yang terjadi paling banyak menimpa
kelompok umur 21-25 tahun, diikuti kelompok umur 26-30 tahun dan 31-35
tahun yang merupakan kelompok usia paling produktif. Banyaknya kasus
kecelakaan pada usia muda ini cenderung untuk berperilaku sembrono,
kurang pengalaman, senang mencoba-coba dan mengakibatkan perilaku
tidak aman dan atau membuat kondisi kerja yang tidak aman
(Depnakertrans RI, 2007).
Berdasarkan penelitian diatas di area pertambangan PT ANTAM
Tbk UBPE Pongkor bahwa hampir 53,4% pekerja yang berumur kurang
dari sama dengan 36 tahun merupakan kelompok umur paling produktif, hal
ini dapat mengindikasikan bahwa pekerja tersebut berisiko kecelakaan kerja
dibandingkan dengan pekerja yang berumur lebih dari 36 tahun.
6.2.3 Gambaran Tingkat Pendidikan Pekerja Di Area Pertambangan
PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007
Menurut Achmadi (1990) yang dimaksud dengan pendidikan adalah
pendidikan formal yang diperoleh disekolah dan ini sangat berpengaruh
terhadap perilaku pekerja. Namun disamping pendidikan formal, pendidikan
non formal seperti penyuluhan dan pelatihan juga dapat berpengaruh
terhadap pekerja dalam pekerjaannya.
Pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola pikir seseorang dalam
menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selain itu pendidikan
juga akan mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap pelatihan yang
65
diberikan dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja
(Arifin, 2004).
Menurut observasi bahwa pekerja baru akan mendapatkan training
atau pelatihan sesuai dengan pekerjaan yang akan dihadapi. Selain itu baik
pekerja kontraktor maupun pekerja PT. ANTAM UBPE Pongkor hanya
mendapatkan safety induction tentang K3 di area pertambangan secara
umum, walaupun pekerja baru hanya mendapatkan safety induction tetapi
pekerja akan mendapatkan pelatihan safety secara khusus yang
diselenggarakan setiap tahunnya.
Hasil analisis univariat terlihat bahwa pekerja yang mempunyai
tingkat pendidikan kurang dari SLTP berjumlah 16 pekerja (9,2%) lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah pekerja yang mempunyai tingkat
pendidikan lebih dari sama dengan SLTP sebanyak 158 pekerja (90,8%).
Hal ini menunjukkan bahwa pekerja di area pertambangan PT.
ANTAM Tbk UBPE Pongkor sebagian besar pekerja mempunyai tingkat
pendidikan yang sesuai dengan program pemerintah wajib belajar 9 tahun.
Pada pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan lebih dari sama dengan
SLTP mempunyai tingkat penyerapan lebih baik terhadap pelatihan yang
diberikan dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja
dibandingkan dengan pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan kurang
dari SLTP sehingga kejadian kecelakaan kerja di area pertambangan PT.
ANTAM Tbk UBPE Pongkor jika dilihat dari variabel pendidikan dapat
dikurangi semaksimal mungkin.
66
6.2.4 Gambaran Masa Kerja Pekerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM
Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007
Sulit untuk menarik kesimpulan yang jelas pengaruh masa kerja dan
pengalaman kerja terhadap tingkat kecelakaan karena berbagai faktor yang
menyebabkan kecelakaan saling mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan.
Perhatian pekerja yang belum terbiasa pada lingkungan pabrik akan
terpencar oleh banyak kesan baru dan ini bersama kurangnya pengalaman
dapat menjelaskan mengapa frekuensi kecelakaan relatif tinggi di antara
para pendatang baru (ILO, 1989).
Pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan
meningginya pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan penurunan
angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat
kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di
tempat kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja baru biasanya belum
mengetahui secara mendalam seluk-beluk pekerjaannya (Suma’mur 1989).
Hasil analisis univariat terlihat bahwa masa kerja pekerja di area
pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor diperoleh bahwa pekerja
yang mempunyai masa kerja kurang dari sama dengan 12 tahun berjumlah
109 pekerja (62,6%) lebih banyak dibandingkan pekerja yang mempunyai
masa kerja lebih dari 12 tahun sebanyak 65 pekerja (37,4%).
Hal ini menunjukkan bahwa pekerja yang mempunyai masa kerja
kurang dari sama dengan 12 tahun cenderung akan mengalami kecelakaan
67
kerja sebab pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari sama dengan
12 tahun akan lebih berisiko mengalami kecelakaan kerja dbandingkan
dengan pekerja yang mempunyai masa kerja lebih dari 12 tahun.
6.2.5 Gambaran Unit Kerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE
Pongkor Tahun 2006-2007
Unit kerja ialah pembagian satuan kerja di area proses maupun non
proses yang masing-masing terdiri atas beberapa jenis pekerjaan
(Suma’mur, 1981).
Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap risiko
terjadinya kecelakaan akibat kerja. Jumlah dan macam kecelakaan akibat
kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam suatu proses
(Suma’mur, 1989).
Hasil analisis univariat terlihat bahwa pekerja di area pertambangan
PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor berada di beberapa unit kerja, diantaranya
pekerja yang berada di unit produksi tambang sebanyak 87 pekerja (50%),
pekerja yang berada di unit development sebanyak 8 pekerja (4,6%) dan
pekerja yang berada di unit supporting sebanyak 79 pekerja (45,4%).
Hasil analisis univariat ini menunjukkan bahwa pekerja sebagian
besar berada di unit produksi tambang dan cenderung lebih berisiko
mengalami kejadian kecelakaan kerja dibandingkan dengan unit-unit kerja
yang lain di area pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor, sebab di
68
unit produksi tambang merupakan proses utama dalam penambangan emas
di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor.
6.3 Analisis Bivariat
6.3.1 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Umur Pekerja Di
Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-
2007
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang berumur kurang
dari sama dengan 36 tahun terdapat 7 pekerja (7,5%) yang mengalami
kecelakaan kerja. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara umur pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja dengan p
value 0,05. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai OR = 0,358, hal ini berarti
pekerja yang berumur kurang dari sama dengan 36 tahun cenderung
mempunyai risiko untuk mengalami kecelakaan kerja sebesar 0,358 kali
lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang berumur lebih dari 36 tahun.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh sukamto
pada pekerjaan seismic survey di PT. Elnusa Geosains tahun 2004 dari hasil
analisis statistik menggunakan chi square menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara umur dengan kecelakaan kerja dengan
Pvalue=0,040, terlihat bahwa pekerja paling banyak mengalami kecelakaan
akibat kerja adalah pekerja yang berumur 20-30 tahun yang terjadi pada
69
tahun 2001 sejumlah 33 pekerja (66%), tahun 2002 sejumlah 26 pekerja
(60,5%) dan tahun 2003 sejumlah 48 pekerja (66,7%).
Di area pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor sudah
melakukan pengendalian yaitu melakukan safety talk yang dilakukan setiap
shift I. Safety talk ini untuk mengingatkan pekerja agar lebih berhati-hati
dalam bekerja, mengingatkan untuk selalu mematuhi prosedur kerja yang
diterapkan dan memberi informasi tentang keadaan serta situasi yang terjadi
pada shift sebelumnya. Namun masih ada pekerja dari semua golongan
umur baik tua maupun muda yang tidak mengikuti safety talk karena telat
menghadiri safety talk sehingga pekerja tidak mendapat informasi dari
safety talk yang kemungkinan pekerja mengalami kecelakaan kerja di area
pertambangan.
Pengendalian yang dapat dilakukan dengan cara pengendalian
administratif yaitu memberi reward and punishman bagi pekerja yang tidak
menghadiri safety talk, training keselamatan kerja bagi seluruh pekerja di
area pertambangan serta pengawasan.
6.3.2 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Pekerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE
Pongkor Tahun 2006-2007
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang mempunyai
tingkat pendidikan kurang dari SLTP sebanyak 12,5% yang mengalami
kecelakaan kerja. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
70
yang signifikan antara tingkat pendidikan pekerja dengan kejadian
kecelakaan kerja dengan p value 1,000.
Tidak adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian
kecelakaan kerja disebabkan karena pekerja yang mempunyai tingkat
pendidikan kurang dari SLTP tidak berarti pengetahuan dan pengalamannya
sedikit.
Menurut observasi bahwa pekerja baru akan di training sebelum
bekerja. Isi training berbeda di setiap unit sesuai dengan pekerjaan yang
akan dihadapi. Pekerja juga akan mendapatkan training setiap tahun yang
berkaitan dengan pekerjaannya serta Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3). Pada program training setiap tahun biasanya pekerja akan
mendapatkan sertifikat.
Selain itu, pekerja pada penelitian ini mempunyai masa kerja
minimal satu tahun sehingga sudah mempunyai sertifikat. Pekerja baru dan
sudah mempunyai sertifikat juga akan ditraining sesuai dengan pekerjaan
yang akan dihadapi dan akan ditempatkan di unit kerja sesuai dengan
sertifikat yang dimiliki. Selain itu, Pekerja di area pertambangan sebagian
besar sudah mempunyai verklaring yang berisi surat pengalaman kerja dari
cabang PT. ANTAM yang lain.
Tidak adanya hubungan antara tingkat pendidikan pekerja dengan
kecelakaan kerja juga dikarenakan pada penelitian ini perbandingan jumlah
pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan lebih dari sama dengan SLTP
71
lebih banyak dari pada pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan kurang
dari SLTP sehingga data pada penelitian ini relatif homogen.
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
penelitian Angreni (1993) di PT. Intirub bahwa angka kecelakaan kerja
paling tinggi terdapat pada pekerja dengan pendidikan sekolah dasar (SD)
yaitu dengan angka kecelakaan sebesar 10% sedangkan angka kecelakaan
paling rendah terdapat pada pekerja dengan tingkat pendidikan SLTA
(8,8%). Dengan melakukan uji chi square dapat diketahui bahwa ternyata
antara tingkat pendidikan pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja tidak
ada hubungan yang bermakna (P value = 0,83).
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
sukamto di PT. Elnusa Geosains tahun 2004 menunjukkan ada hubungan
yang bermakna antara pendidikan dengan kecelakaan kerja dengan
Pvalue=0,012, terlihat bahwa pendidikan yang paling sering terjadi
kecelakaan kerja adalah pekerja yang mempunyai latar belakang SLTP dan
SLTA menduduki posisi yang sama yaitu pada tahun 2001 sebanyak 24
orang yaitu 48%, pada tahun 2002 terlihat banyak terjadi pada pekerja
dengan latar belakang SLTP sebanyak 22 orang yaitu 51,2% dan tahun 2003
banyak terjadi pada pendidikan SLTP sebanyak 37 orang yaitu 51,4%.
Menurut teori yang ada, bahwa yang dimaksud dengan pendidikan
adalah pendidikan formal yang diperoleh disekolah dan ini sangat
berpengaruh terhadap perilaku pekerja. Namun disamping pendidikan
72
formal, pendidikan non formal seperti penyuluhan dan pelatihan juga dapat
berpengaruh terhadap pekerja dalam pekerjaannya (Achmadi, 1990).
Pengendalian yang sudah dilakukan oleh PT ANTAM Tbk UBPE
Pongkor di area pertambangan adalah memberi safety talk, safety induction
dan mengadakan training. Pengendalian yang dapat dilakukan dengan cara
pengendalian administratif yaitu menempatkan seluruh pekerja sesuai
dengan kemampuan dan keahliannya.
6.3.3 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Masa Kerja
Pekerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun
2006-2007
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang mempunyai masa
kerja kurang dari sama dengan 12 tahun terdapat 12 pekerja (11%) yang
mengalami kecelakaan kerja. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kejadian
kecelakaan kerja dengan p value 0,546.
Tidak adanya hubungan antara masa kerja dengan kejadian
kecelakaan kerja terjadi karena sebagian besar pekerja sudah mempunyai
verklaring yang berasal dari mutasi PT. ANTAM dari cabang yang lain.
Sehingga pekerja sudah mempunyai pengalaman kerja di area pertambangan
dan sudah mengetahui seluk beluk pekerjaan dan lingkungan kerja di area
pertambangan.
73
Selain itu, tidak adanya hubungan antara masa kerja pekerja dengan
kejadian kecelakaan kerja karena pekerja akan mendapatkan training
sebelum bekerja. Pekerja baru akan ditempatkan di unit kerja sesuai dengan
sertifikat yang dimilikinya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Angreni
(1993) ) di PT. Intirub bahwa angka kecelakaan kerja paling tinggi terdapat
pada pekerja dengan masa kerja 5-9 tahun (12,9%) dan paling rendah pada
pekerja dengan masa kerja 15-19 tahun (9,1%). Uji statistik chi square
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara lamanya masa
kerja dengan kejadian kecelakan kerja (P value = 0,40).
Hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
sukamto (2004) di PT. Elnusa Geosains bahwa dari hasil analisis statistik
menggunakan chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara masa kerja dengan kecelakaan kerja dengan Pvalue=0,00,
terlihat bahwa distribusi kecelakaan kerja banyak terjadi adalah pekerja
yang bekerja dengan masa kerja 1-6 bulan untuk 3 tahun terakhir yaitu pada
tahun 2001 sejumlah 34 pekerja (68%), tahun 2002 sejumlah 42 pekerja
(97,7%) dan pada tahun 2003 sejumlah 71 pekerja (98,6%).
Pengendalian yang sudah dilakukan di PT ANTAM Tbk UBPE
Pongkor adalah pengendalian administratif yaitu mengadakan training bagi
pekerja, menggunakan alat pelindung diri yang wajib dipakai di area
pertambangan dan pekerja yang baru mulai kerja diberi safety induction
agar pekerja mengenal situasi serta keadaan tempat kerjanya dan mematuhi
74
semua peraturan kerja yang ada di area pertambangan PT. ANTAM Tbk
UBPE Pongkor.
Selain pengendalian yang sudah dilakukan di area pertambangan
oleh PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor. Pengendalian yang lain seperti
pemasangan safety sign di sekitar lingkungan kerja dan melaksanakan
pengawasan secara intensif untuk menegur pekerja yang melanggar SOP
yang telah diterapkan.
6.3.4 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Unit Kerja Di
Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun
2006-2007
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja di unit produksi
sebanyak 19,5% yang mengalami kecelakaan kerja. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara unit kerja dengan
kejadian kecelakaan kerja dengan p value 0,021.
Kecelakaan kerja yang terjadi di area pertambangan terutama paling
banyak ditemukan di unit produksi tambang. Hal ini disebabkan karena di
unit produksi tambang mempunyai proses kerja yang merupakan proses
utama dalam penambangan emas meliputi pengeboran (drilling), peledakan
(blasting), pembersihan asap (smoke clearing), pembersihan/ penjatuhan
batu gantung (barring down), penyanggaan (supporting), pemuatan
(hauling), pengoperasian LHD, dumping dan loading. Proses kerja pada unit
produksi tambang mempunyai beberapa jenis pekerjaan yang lebih
75
berbahaya sehingga berpotensi untuk terjadinya kecelakaan kerja
dibandingkan dengan unit-unit kerja yang lain.
Menurut teori yang ada bahwa unit kerja ialah pembagian satuan
kerja di area proses maupun non proses yang masing-masing terdiri atas
beberapa jenis pekerjaan (Suma’mur, 1981). Jenis pekerjaan mempunyai
pengaruh besar terhadap risiko terjadinya kecelakaan akibat kerja. Jumlah
dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan
operasi dalam suatu proses (Suma’mur, 1989).
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
sukamto (2004) di PT. Elnusa Geosains bahwa dari hasil uji statistik
menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara unit kerja dengan
kecelakaan kerja, terlihat bahwa unit kerja paling banyak terjadi pada
pekerjaan unit topografi/surveying yakni pada tahun 2001 sejumlah 33
pekerja (66%), tahun 2002 sejumlah 20 pekerja (46%) dan tahun 2003
sejumlah 56 pekerja (77%) dan paling sedikit terjadi kecelakaan kerja pada
pekerjaan unit recording dengan distribusi pada tahun 2001 sejumlah 4
pekerja (8%), tahun 2002 sejumlah 3 pekerja (7%) dan pada tahun 2003
sejumlah 4 pekerja (5,6%) (p value = 0,063).
Pengendalian yang sudah dilakukan oleh PT ANTAM Tbk UBPE
Pongkor adalah melakukan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko (IBPR)
pada setiap unit kerja di area pertambangan, hasil IBPR ini akan menjadi
landasan pembuatan JSA (Job Safety Analysis) di setiap unit kerja area
pertambangan. Hasil dari JSA ini akan menjadi pedoman bagi pekerja untuk
76
mengurangi kejadian kecelakaan yang terjadi di area pertambangan PT
ANTAM Tbk UBPE Pongkor, penggunaan alat pelindung diri bagi pekerja
yang akan bekerja di area pertambangan, bekerja sesuai dengan SOP yang
diterapkan serta adanya safety campaign dan pemberian rewards punishman
bagi pekerja.
Selain pengendalian yang sudah dilakukan di area pertambangan
oleh PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor. Pengendalian yang lain seperti
pembuatan IBPR lebih mendetail sehingga risiko dan bahaya dapat
teridentifikasi secara lengkap di setiap unit kerja, melaksanakan
pengawasan yang lebih intensif terutama pada unit produksi tambang dan
peninjauan ulang SOP.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Gambaran kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE
Pongkor tahun 2006-2007, pekerja yang tidak mengalami kecelakaan kerja
sebanyak 87,4%.
2. Gambaran umur pekerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE
Pongkor tahun 2006-2007, pekerja yang berumur kurang dari sama dengan 36
tahun berjumlah 93 pekerja (53,4%).
3. Gambaran tingkat pendidikan pekerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk
UBPE Pongkor tahun 2006-2007, jumlah pekerja yang paling banyak adalah
pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan lebih dari sama dengan SLTP
sebanyak 158 pekerja (90,8%).
4. Gambaran masa kerja pekerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE
Pongkor tahun 2006-2007, pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari
sama dengan 12 tahun sebanyak 109 pekerja (62,6%).
5. Gambaran unit kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor
tahun 2006-2007, jumlah pekerja paling banyak di unit produksi tambang
sebanyak 87 pekerja (50%).
6. Ada hubungan antara umur pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja di area
pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 dengan
p value 0,05.
77
78
7. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan pekerja dengan kejadian
kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor
tahun 2006-2007 dengan p value 1,000.
8. Tidak ada hubungan antara masa kerja pekerja dengan kejadian kecelakaan
kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-
2007 dengan p value 0,546.
9. Ada hubungan antara unit kerja dengan kejadian kecelakaan kerja di area
pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 dengan
p value 0,021.
7.2 Saran
1. Sebaiknya perusahaan mengadakan safety talk pada seluruh shift sehingga
pelaksanaan safety talk dapat diikuti oleh seluruh pekerja sebelum melakukan
pekerjaan.
2. Sebaiknya perusahaan dalam membuat IBPR untuk dijadikan JSA lebih
mendetail sehingga risiko dan bahaya yang ada di setiap unit dapat dicegah.
3. Sebaiknya safety induction bagi pekerja baru lebih difokuskan pada bahaya
dan risiko pekerja pada unit kerja yang akan ditempati.
4. Pada unit kerja yang mempunyai risiko kecelakaan yang lebih besar seperti di
unit produksi tambang, perlu dilakukan pengawasan yang lebih intensif
5. Perusahaan agar meninjau ulang SOP yang ada, apakah perlu diperbaiki lagi
SOP yang sudah ada karena mengingat situasi dan kondisi yang berubah-ubah
agar lebih meningkatkan pencegahan kecelakaan kerja.
79
6. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai :
a. Kecelakaan yang tidak hanya menimpa pekerja saja tetapi juga melihat
kecelakaan yang berdampak pada kerusakan property dan terganggunya
proses produksi.
b. Klasifikasi responden yang mengalami kecelakaan apakah pekerja
mengalami celaka ringan, berat dan kecil.
c. Faktor-faktor yang lain seperti shift kerja dan faktor lingkungan.
d. Pekerja yang celaka dan tidak celaka dilihat dari kepemilikan sertifikat
dengan metode case control.
e. Penyebab kecelakaan kerja untuk dianalisis lebih mendalam dengan
melakukan penelitian secara kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Angreni, Rita. 1993. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kecelakaan kerja
di PT. Intirub Jakarta Timur tahun 1990-1992. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Arifin, syamsul. Hubungan menstruasi dan kecelakaan kerja pada PT. tahun 2004. [cited 2008 August 17]. Available : http://www.ipin4u.esmartstudent.com/proposal.htm
Arya nugraha. Kecelakaan. July 11 2006. [cited 2008 August 17]. Available : http://aryanugraha.wordpress.com/2006/07/11/kecelakaan/
Bhina Patria. Bagaimana Behavioural Safety mengurangi angka kecelakaan kerja. 14 August 2007 [cited 2008 August 15]. Available : http://inparametric.com/bhinablog/behavior/bagaimana-behavioural-safety-mengurangi-angka-kecelakaan-kerja
David dwiarto. Desain tambang emas pongkor dioptimasi. March 27 2006. [cited 2008 August 17]. Available : http://www.ima-api.com/news.php?pid=793&act=detail
Depnakertrans RI. 2003. Jakarta. Modul pelatihan keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Depnakertrans Press.
Depnakertrans RI. Kecelakaan kerja dan faktor-faktor yang berhubungan di Indonesia (Berdasarkan data PT. Jamsostek Tbk), volume xxxx No.3. Majalah keselamatan kerja dan hiperkes. Juli-oktober 2007. Jakarta. Jakarta. Depnakertrans RI Press. Halaman 31-45
Dina dariana. Bagaimana pekerja usia lanjut dapat bekerja dengan aman dan sehat. Juny 29 2007. [cited 2008 August 17]. Available : http://www.binakesehatankerja.com/detail_berita.php?id=13
Dwi. Kecelakaan kerja RI terbesar kedua. April 3 2008. [cited 2008 August 15]. Available : http://finance.groups.yahoo.com/group/fspmi/message/1953
Emir bernas soendoro. Menggugah kesadaran buruh. May 1 2003. [cited 2008 August 17]. Available : http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0305/01/opini/285721.htm kompas opini2
ILO. Laporan PBB : Dua juta orang per tahun tewas karena kecelakaan kerja. May 5 2003. [cited 2008 August 15]. Available : http://www.voanews.com/indonesian/archive/2003-05/a-2003-05-05-4-1.cfm
Internationa Labour Organitation. 1989. Pencegahan Kecelakaan . Jakarta. PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Ip. Indonesia peringkat tertinggi kecelakaan kerja. July 29 2008. [cited 2008 September 2]. Available : http://www.indofamily.net/index.php?option=com_content&task=view&id=1706&Itemid=39
Iswandar, Evi. 1998. Gambaran epidemiologi kecelakaan kerja pada PT. Caltex pacific Indonesia tahun 1997. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Jan. Tinggi, Tingkat kecelakaan kerja di PT. Antam. 26 August 2004 [cited 2008 August 15]. Available : http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0408/26/ekonomi/1231106.htm
Mohamad, Ridwan. Angka kecelakaan kerja di indonesia memprihatinkan. February 2 2008. [cited 2008 August 17]. Available : http://www.sinarharapan.co.id/berita/0802/02/eko04.html
Nov, Romi. 2005. Kajian factor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di PT. Gunanusa utama fabricators Grenyang Cilegon tahun 2002. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Pelalawan. Tingkat kecelakaan kerja di Indonesia tertinggi. January 22nd 2008 [cited 2008 August 15]. Available : http://www.metroriau.com/?q=node/594 riau
Rahmah, A’mala. 1998. Gambaran epidemiologi kejadian kecelakaan akibat kerja di PT. Pelangi indah canindo TBK IV tahun 1996-1997. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Santoso, Budi Slamet. 1999. Analisa kecelakaan akibat kerja pada karyawan PT. Bakrie Pipe Industries Bekasi Tahun 1998. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Sugihsetiaraharja. 1997. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyebab kecelakaan kerja di PT. Goodyear Indonesia tahun 1994-1996. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Silalahi, Bennet W. B. & Silalahi Ramondang B. 1985. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Seri Manajemen No. 112 Jakarta. PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Soetanto, R. 1990. Studi epidemiologi kecelakaan kerja kasus PT.X. Tahun 1987-1989. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Sukamto, 2004. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada Seismic survey di unit Geodata acqusition (GDA) PT. Elnusa Geosains tahun 2001-2003. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suma’mur, P.K. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta. Gunung Agung. 1989.
Suma’mur, P.K. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta. CV. Haji Mas Agung. 1981.
Susiwi, Febriana. 2003. Gambaran umum kejadian kecelakaan kerja di PT. NKG berdasarkan laporan kecelakaan pada dinas tenaga kerja serang Banten tahun 2002. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Nomor Responden : Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
KECELAKAAN KERJA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PEKERJA
DAN UNIT KERJA DI AREA PERTAMBANGAN PT. ANTAM TBK UBPE
PONGKOR BOGOR JAWA BARAT
TAHUN 2006-2007
Studi ini dilakukan oleh mahasiswa jurusan Kesehatan Masyarakat, peminatan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk mengumpulkan data sebagai bahan
penyusunan tugas akhir (skripsi). Untuk itu saya mohon kiranya Bapak-bapak
(sebagai responden studi saya) dapat meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner
ini. Jawaban Bapak akan dijaga kerahasiaannya sehingga kejujuran saudara dalam
menjawab kuesioner ini akan sangat saya hargai. Terima kasih banyak atas bantuan
dan kerjasama bapak-bapak untuk peran sertanya dalam studi saya.
Hormat Saya,
Eva Hernawati
LEMBAR KUESIONER
” FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PEKERJA DAN UNIT KERJA DI AREA PERTAMBANGAN PT ANTAM TBK UBPE
PONGKOR BOGOR JAWA BARAT TAHUN 2006-2007”
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN (DIISI OLEH PENELITI)
A1. Nama responden…………………. [ ] A1
A2. Umur responden………………….Tahun [ ] A2
A3. Pendidikan Terakhir :
1. SD 3. SLTA
2. SLTP 4. Perguruan Tinggi
[ ] A3
A4. Kapan pertama kali bapak masuk kerja pada PT.Antam? Tahun…………….
[ ] A4
A5. Unit Kerja :
1. Unit Produksi Tambang
2. Unit Development
3. Unit Supporting
[ ] A5
PIILIH SALAH SATU JAWABAN (DIISI OLEH PENELITI)
B. Apakah bapak pernah mengalami kecelakaan kerja? 1. Pernah 2. Tidak pernah (berhenti)
[ ] B
C. Kapan bapak mengalami kecelakaan kerja tersebut? a. Tahun 2006 b. Tahun 2007
[ ] C
Terima kasih atas kerjasamanya
Lampiran 3
Hasil Analisis Univariat Frequencies
Statistics
Responden yang mengalami kecelakaan kerja174
0ValidMissing
N
Responden yang mengalami kecelakaan kerja
22 12.6 12.6 12.6152 87.4 87.4 100.0174 100.0 100.0
celakatidak celakaTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Frequencies
Statistics
umur responden kategori174
0ValidMissing
N
umur responden kategori
93 53.4 53.4 53.481 46.6 46.6 100.0
174 100.0 100.0
<=36>36Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Frequencies
Statistics
Pendidikan terakhir Responden174
0ValidMissing
N
Pendidikan terakhir Responden
16 9.2 9.2 9.2158 90.8 90.8 100.0174 100.0 100.0
< SLTP> = SLTPTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Frequencies
Statistics
masa kerja responden kategori174
0ValidMissing
N
masa kerja responden kategori
109 62.6 62.6 62.665 37.4 37.4 100.0
174 100.0 100.0
<=12>12Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Frequencies
Statistics
unit kerja kategori174
0ValidMissing
N
unit kerja kategori
87 50.0 50.0 50.08 4.6 4.6 54.6
79 45.4 45.4 100.0174 100.0 100.0
Unit Produksi TambangUnit DevelopmentUnit SupportingTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Lampiran 4
Hasil Analisis Bivariat Explore
Case Processing Summary
174 100.0% 0 .0% 174 100.0%Umur RespondenN Percent N Percent N Percent
Valid Missing TotalCases
Descriptives
36.62 .52435.59
37.66
36.4236.00
47.8326.916
235431
9.00.489 .184
-.243 .366
MeanLower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosis
Umur RespondenStatistic Std. Error
Tests of Normality
.079 174 .009 .969 174 .001Umur RespondenStatistic df Sig. Statistic df Sig.
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Lilliefors Significance Correctiona.
Explore
Case Processing Summary
174 100.0% 0 .0% 174 100.0%Masa kerja respondenN Percent N Percent N Percent
Valid Missing TotalCases
Descriptives
10.78 .29010.21
11.35
11.0412.00
14.6803.831
11615
4.00-.935 .184.662 .366
MeanLower BoundUpper Bound
95% ConfidenceInterval for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. DeviationMinimumMaximumRangeInterquartile RangeSkewnessKurtosis
Masa kerja respondenStatistic Std. Error
Tests of Normality
.194 174 .000 .901 174 .000Masa kerja respondenStatistic df Sig. Statistic df Sig.
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Lilliefors Significance Correctiona.
Crosstabs
Case Processing Summary
174 100.0% 0 .0% 174 100.0%
umur respondenkategori * Respondenyang mengalamikecelakaan kerja
N Percent N Percent N PercentValid Missing Total
Cases
umur responden kategori * Responden yang mengalami kecelakaan kerjaCrosstabulation
7 86 93
7.5% 92.5% 100.0%
15 66 81
18.5% 81.5% 100.0%
22 152 174
12.6% 87.4% 100.0%
Count% within umurresponden kategoriCount% within umurresponden kategoriCount% within umurresponden kategori
<=36
>36
umur respondenkategori
Total
celaka tidak celaka
Responden yangmengalami kecelakaan
kerjaTotal
Chi-Square Tests
4.736b 1 .0303.793 1 .0514.788 1 .029
.039 .025
4.708 1 .030
174
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is10.24.
b.
Risk Estimate
.358 .138 .929
.406 .174 .947
1.135 1.008 1.278
174
Odds Ratio for umurresponden kategori (<=36/ >36)For cohort Respondenyang mengalamikecelakaan kerja = celakaFor cohort Respondenyang mengalamikecelakaan kerja = tidakcelakaN of Valid Cases
Value Lower Upper
95% ConfidenceInterval
Crosstabs
Case Processing Summary
174 100.0% 0 .0% 174 100.0%
Pendidikan terakhirResponden * Respondenyang mengalamikecelakaan kerja
N Percent N Percent N PercentValid Missing Total
Cases
Pendidikan terakhir Responden * Responden yang mengalami kecelakaan kerja
Crosstabulation
2 14 16
12.5% 87.5% 100.0%
20 138 158
12.7% 87.3% 100.0%
22 152 174
12.6% 87.4% 100.0%
Count% within Pendidikanterakhir RespondenCount% within Pendidikanterakhir RespondenCount% within Pendidikanterakhir Responden
< SLTP
> = SLTP
Pendidikan terakhirResponden
Total
celaka tidak celaka
Responden yangmengalami kecelakaan
kerjaTotal
Chi-Square Tests
.000b 1 .986
.000 1 1.000
.000 1 .9861.000 .672
.000 1 .986
174
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is2.02.
b.
Risk Estimate
.986 .208 4.663
.987 .254 3.846
1.002 .825 1.217
174
Odds Ratio forPendidikan terakhirResponden (< SLTP / > =SLTP)For cohort Respondenyang mengalamikecelakaan kerja = celakaFor cohort Respondenyang mengalamikecelakaan kerja = tidakcelakaN of Valid Cases
Value Lower Upper
95% ConfidenceInterval
Crosstabs
Case Processing Summary
174 100.0% 0 .0% 174 100.0%
masa kerja respondenkategori * Respondenyang mengalamikecelakaan kerja
N Percent N Percent N PercentValid Missing Total
Cases
masa kerja responden kategori * Responden yang mengalami kecelakaan kerja
Crosstabulation
12 97 109
11.0% 89.0% 100.0%
10 55 65
15.4% 84.6% 100.0%
22 152 174
12.6% 87.4% 100.0%
Count% within masa kerjaresponden kategoriCount% within masa kerjaresponden kategoriCount% within masa kerjaresponden kategori
<=12
>12
masa kerja respondenkategori
Total
celaka tidak celaka
Responden yangmengalami kecelakaan
kerjaTotal
Chi-Square Tests
.706b 1 .401
.365 1 .546
.692 1 .406.481 .270
.702 1 .402
174
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is8.22.
b.
Risk Estimate
.680 .276 1.677
.716 .328 1.563
1.052 .930 1.189
174
Odds Ratio for masakerja responden kategori(<=12 / >12)For cohort Respondenyang mengalamikecelakaan kerja = celakaFor cohort Respondenyang mengalamikecelakaan kerja = tidakcelakaN of Valid Cases
Value Lower Upper
95% ConfidenceInterval
Crosstabs
Case Processing Summary
174 100.0% 0 .0% 174 100.0%
unit kerja kategori* Respondenyang mengalamikecelakaan kerja
N Percent N Percent N PercentValid Missing Total
Cases
unit kerja kategori * Responden yang mengalami kecelakaan kerja Crosstabulation
17 70 87
19.5% 80.5% 100.0%
0 8 8
.0% 100.0% 100.0%
5 74 79
6.3% 93.7% 100.0%
22 152 174
12.6% 87.4% 100.0%
Count% within unitkerja kategoriCount% within unitkerja kategoriCount% within unitkerja kategoriCount% within unitkerja kategori
Unit Produksi Tambang
Unit Development
Unit Supporting
unit kerjakategori
Total
celaka tidak celaka
Responden yangmengalami kecelakaan
kerjaTotal
Chi-Square Tests
7.756a 2 .0218.860 2 .012
6.562 1 .010
174
Pearson Chi-SquareLikelihood RatioLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)
1 cells (16.7%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is 1.01.
a.
Risk Estimate
aOdds Ratio for unitkerja kategori (UnitProduksi Tambang/ Unit Development)
Value
Risk Estimate statistics cannot be computed. Theyare only computed for a 2*2 table without empty cells.
a.
Recommended