View
236
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PARTISIPASI WANITA TANI DALAM USAHATANI KAKAO
(Kasus di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah)
CONNY NAOMI MANOPPO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2009
SURAT PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao (Kasus di Kecamatan
Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah) adalah karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2009
Conny Naomi Manoppo NIM. I 351070101
ABSTRACT
CONNY NAOMI MANOPPO. Factors Correlated to Participation of the Woman Farmers in Cacao Cultivation in Palolo District of Donggala in Central Sulawesi. Supervised by RICHARD W.E. LUMINTANG and IGN. DJOKO SUSANTO The objectives of the study were: (1) to identify the level of participation of woman farmers in cacao cultivation; (2) to identify the internal factors correlated to the participation of the woman farmers in cacao; and (3) to identify the external factors correlated to the participation of woman in cacao cultivation. The study was conducted at three village namely survey methods and observations village of: 1) Bahagia, 2) Berdikari and 3) Bunga, of Palolo District of Donggala in Central Sulawesi. A sample of 45 woman farmers were randomly selected, 15 women per village. Survey method and field observation were applied to collect data. The analysis was done by Pearson correlation test. The important results are: internal characteristics showed by the woman farmers is categorized as low namely: farming experience and cosmopoliteness. Categories are: age, number of dependent family, the motivation, the role of domestic and productive roles. Highest category are: formal education, aspirations, and decision making. External characteristics of the woman farmers is categorized as low: extension. Highest category are: culture, availability of labor, business climate, market opportunities and the role of her husband. Participation of woman farmers who are considered low: fertilization and financial records. Participation of woman farmers which are considered are: tree planting protective, planting, pruning, pest and disease control, harvesting, post harvest and fermentation, marketing, and entrepreneurship. Participation of woman farmers which are classified as high are cleaning the land, seedling, soil sanitation, sorting and packing. The internal factors correlated to the participation of woman farmers in cacao is motivation, cosmopoliteness, and the role of productive land in the cacao. External factors has correlated to the participation of woman farmers in cacao significants are: culture, availability of labor and business climate. Keywords: participation, cacao cultivation, cosmopoliteness
RINGKASAN CONNY NAOMI MANOPPO. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao Kasus di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Dibimbing oleh: RICHARD W.E. LUMINTANG dan IGN. DJOKO SUSANTO.
Salah satu faktor penggerak dalam pembangunan pertanian adalah
sumberdaya manusia (wanita tani). Karena untuk menghasilkan produk agribisnis yang berdaya saing tinggi diperlukan tenaga kerja (SDM) yang memiliki pengetahuan dan keterampilan. Wanita sebagai salah satu sumber tenaga kerja dalam keluarga harus diberdayakan dalam rangka meningkatkan potensi dan kemampuannya. Kegiatan penyuluhan yang merupakan bentuk pendidikan non formal merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam rangka pemberdayaan wanita sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan usahatani kakao. Pengelolaan usahatani secara tepat dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga wanita tani.
Penelitian bertujuan: (1) mengidentifikasi tingkat partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao; (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao; dan (3) mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao.
Penelitian dilakukan dengan metode survey di 3 (tiga) desa, yaitu Desa Bahagia, Berdikari dan Bunga Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Unit analisis adalah populasi wanita tani kakao, yaitu sebanyak 45 orang masing-masing 15 orang per desa. Alat analisis yang digunakan adalah uji korelasi Pearson.
Karakteristik internal wanita tani kakao yang ditemukan: umur tergolong sedang, berpendidikan tinggi, besarnya jumlah keluarga tergolong sedang, pengalaman usahatani kakao rendah, motivasi berusahatani kakao sedang, memiliki aspirasi tinggi, mempunyai sifat kekosmopolitan yang rendah, keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan dalam rumah tangga dikategorikan tinggi dan alokasi waktu (peran domestik dan peran produktif) berada pada kategori sedang.
Karakteristik eksternal wanita tani kakao yang dikategorikan tinggi adalah budaya, ketersediaan tenaga kerja, iklim usaha, peluang pasar dan peran atau dorongan dari suami untuk berpartisipasi dalam usahatani kakao. Karakteristik eksternal wanita tani yang dikategorikan rendah adalah: intensitas keikutsertaan dalam penyuluhan.
Secara umum partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao tergolong sedang. Partisipasi wanita tani yang dikategorikan tinggi adalah: pembersihan lahan, pembibitan, sanitasi lahan, penyortiran dan pengepakan. Partisipasi wanita tani yang dikategorikan sedang adalah: penanaman pohon pelindung, penanaman pohon kakao, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, panen, pasca panen dan fermentasi, pemasaran, serta kewirausahaan. Partisipasi wanita tani yang dikategorikan rendah adalah: pemupukan, dan pencatatan/pengaturan keuangan (book keeping).
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor internal yang berhubungan tidak nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao adalah: umur, tingkat pendidikan, besarnya jumlah keluarga, pengalaman berusahatani, aspirasi, pengambilan keputusan, dan peran domestik. Faktor internal yang berhubungan nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao adalah: sifat kekosmopolitan. Faktor internal yang berhubungan sangat nyata dengan partisipasi wanita dalam usahatani kakao adalah motivasi, dan peran produktif. Faktor eksternal yang berhubungan tidak nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao adalah: penyuluhan, peluang pasar dan peran/dorongan suami. Faktor eksternal yang berhubungan nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao adalah: iklim usaha. Faktor eksternal yang berhubungan sangat nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao adalah: budaya, dan ketersediaan tenaga kerja.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindung Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumberdaya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PARTISIPASI WANITA TANI DALAM USAHATANI KAKAO
(Kasus di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah)
CONNY NAOMI MANOPPO
Tesis Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2009
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Basita G. Sugihen, MA
Judul Tesis Nama NIM
: : :
Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao (Kasus di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah) Conny Naomi Manoppo I 351070101
Disetujui
Komisi Pembimbing
Ir. Richard W.E. Lumintang, M.SEA Prof (Ris).Dr. Ign.Djoko Susanto, SKM Ketua Anggota
Diketahui Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Penyuluhan Pembangunan Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
Tanggal Ujian: 13 Juli 2009 Tanggal Lulus:
PRAKATA
Segala puji syukur, hormat, limpah terima kasih hanya bagi Tuhan Yesus
Kristus yang merupakan sumber berkat dan kekuatan karena atas kasih dan
anugerahNya serta hikmat dan kekuatan dari Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis penelitian dengan judul: Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao (Kasus di Kecamatan
Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah).
Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Magister Sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN)
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Kegiatan pengumpulan data untuk
penulisan tesis ini dilaksanakan di Desa Bahagia, Berdikari dan Bunga Kecamatan
Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.
Penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan baik berupa moril
maupun materiil serta kemudahan-kemudahan dari berbagai pihak, baik dalam
penyelesaian studi, penelitian maupun penyusunan tesis. Pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih pada:
1. Ir. Richard W.E. Lumintang, M.SEA selaku ketua komisi pembimbing dan
Prof (Ris). Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM selaku anggota komisi pembimbing
atas saran dan bimbingannya dalam penyusunan tesis ini;
2. Dr. Ir. Basita G. Sugihen, MA yang sudah bersedia menjadi Penguji luar
komisi;
3. Departemen Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
yang telah memberikan dukungan beasiswa dan bantuan biaya penelitian;
4. Papi, Mami, Papa (Alm) dan Mama yang memberikan dukungan moril dan tak
pernah putus asa dalam berdoa untuk kesuksesan penulis;
5. Suamiku Jeremi Kristovel Kairupan dan anakku Reynaldo Christo Kairupan
yang penulis kasihi dan sayangi, yang telah berkorban dan memberikan
motivasi yang tiada hentinya agar penulis dapat menyelesaikan penyusunan
tesis ini;
6. Kakak-kakak dan adik-adikku yang tak pernah lelah memberikan dukungan,
bantuan dan doa bagi keberhasilan penulis;
7. Dr. Ir. Siti Amanah, M.SC selaku Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan
Pembangunan;
8. Anshar, SP selaku Koordinator PPL pada Balai Penyuluhan Pertanian
Bahagia, Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala, dan Ibu Jamilah yang telah
membantu dalam pengumpulan data primer di lokasi penelitian;
9. Para Dosen dan staf (Mba Desi dan Mas Kodir) pada Program Studi Ilmu
Penyuluhan Pembangunan (PPN) atas segala dukungan dan motivasi yang
diberikan selama penulis menuntut ilmu; dan
10. Rekan-rekan mahasiswa pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
(PPN) khususnya angkatan 2007 (Lisbet, Pepi, Diarsi, Sonya, Djujur, Amin,
Yusuf, Kartono, Hendro, dan Alam), yang telah memberikan dukungan dan
motivasi bagi penulis selama proses perkuliahan sampai penyelesaian tesis.
Semoga tesis ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Bogor, Agustus 2009
Conny N. Manoppo
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palu pada tanggal 7 Oktober 1969 dari pasangan Bapak
Ronny E. Manoppo dan Ibu Frieda J. Manoppo-Tombeg. Penulis adalah anak ke
empat dari lima bersaudara.
Tahun 1988 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Palu dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk Universitas Tadulako Palu melalui ujian seleksi
penerimaan mahasiswa baru (SIPENMARU). Penulis memilih Jurusan Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian. Kesempatan untuk melanjutkan ke program
magister pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) Program
Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan diperoleh pada tahun 2007. Beasiswa
pendidikan pascasarjana diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Departemen Pertanian.
Penulis bekerja sebagai peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Sulawesi Tengah sejak tahun 1996 dengan bidang kepakaran budidaya
tanaman.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .............................................................................. DAFTAR GAMBAR ......................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................ Rumusan Masalah ........................................................................... Tujuan Penelitian ........................................................................... Kegunaan Penelitian ....................................................................... TINJAUAN PUSTAKA Partisipasi ....................................................................................... Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi ..................... Wanita Tani ..................................................................................... Peranan Wanita .............................................................................. Usahatani ........................................................................................ KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir .......................................................................... Hipotesis ......................................................................................... METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian ...................................................................... Waktu dan Lokasi Penelitian .......................................................... Populasi dan Sampel ...................................................................... Data dan Instrumen ...................................................................... Analisis Data .................................................................................. Definisi Operasional ......................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Geografis dan Ekonomi ........................................... Karakteristik Internal dan Eksternal Wanita Tani ......................... Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao ......................... Uji Hipotesis .................................................................................. Hubungan Antara Faktor-Faktor Internal dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao ............................................ Hubungan Antara Faktor-Faktor Eksternal dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao ............................................
xii
xiii
xiv
1345
613282932
3640
414141414344
48526371
71
80
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ................................................................................... Saran ............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... LAMPIRAN .......................................................................................
8989
90
95
DAFTAR GAMBAR Halaman
1. Kerangka Berpikir Hubungan antar Peubah Berkaitan dengan
Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao.......................
39
DAFTAR TABEL Halaman
1. Luas Lahan Sawah dan Jenis Pengairannya, Tadah Hujan di Kecamatan Palolo Tahun 2007 (ha) ..........................................
2. Luas Lahan Kering di Kecamatan Palolo Tahun 2007 (ha) ......... 3. Deskripsi Faktor Internal Wanita Tani dalam Usahatani Kakao
di Kecamatan Palolo ....................................................... 4. Deskripsi Faktor Eksternal Wanita Tani dalam Usahatani
Kakao di Kecamatan Palolo ...................... 5. Deskripsi Faktor Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani
Kakao di Kecamatan Palolo .......................... 6. Korelasi Faktor Internal Wanita Tani dengan Partisipasi Wanita
Tani dalam Usahatani Kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala ...................................................................
7. Korelasi Faktor Eksternal Wanita Tani dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala .....................................................
5050
53
60
64
73
81
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
1. Jadwal Penelitian ..................................................................... 2. Peta Kabupaten Donggala ......................................................... 3. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 4. Kuisioner Penelitian ...................................................................
95969798
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kakao merupakan komoditas unggulan nasional dan daerah, karena
merupakan komoditas ekspor non migas yang berfungsi ganda yaitu sebagai
sumber devisa negara dan menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Permintaan pasar kakao dunia dan harga kakao internasional saat ini cukup tinggi
(meskipun berfluktuasi mengikuti pergerakan kurs dolar AS), sehingga menjadi
momentum yang baik untuk dimanfaatkan oleh petani dan pelaku usaha
(masyarakat agribisnis). Komoditas ini merupakan sumber devisa dan menunjang
Pendapatan Asli Daerah (PAD), namun produktivitas tanaman kakao masih
tergolong rendah sehingga berimplikasi pada tingkat kesejahteraan dan
pendapatan petani kakao yang juga rendah.
Selama 10 tahun terakhir, luas pertanaman kakao di Indonesia meningkat
pesat. Tahun 1998 luas pertanaman kakao di Indonesia mencapai 570.000 ha,
lebih dari 50% luas areal tersebut terdapat di Pulau Sulawesi. Luas tanaman
kakao di Sulawesi Tengah pada tahun 2001 mencapai 83.732 ha, yang terdiri atas
4.689 ha perkebunan besar dan 79.043 ha perkebunan rakyat, dengan rata-rata
produksi 1,41 ton/ha (BPS Sulawesi Tengah, 2002). Luas pertanaman kakao di
Kabupaten Donggala selama tiga tahun (2004 - 2007) meningkat sebesar 139,85
ha dari 47.785,5 ha pada tahun 2004 menjadi 47.925,35 tahun 2007 namun jumlah
produksi yang dihasilkan menurun dari 0,90 ton/ha menjadi 0,43 ton/ha (BPS
Sulawesi Tengah, 2008).
Luas pertanaman kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala tahun
2007 adalah 7.513 ha dengan jumlah produksi rata-rata 0.63 ton/ha (Dinas
Perkebunan Sulawesi Tengah, 2008). Padahal jika dikelola dengan baik, potensi
produksi kakao tersebut dapat mencapai 2 – 3 ton/ha/thn.
Rendahnya produktivitas kakao tersebut erat kaitannya dengan sumberdaya
manusia (SDM) petani dan minimnya tenaga penyuluh lapangan. Sistem
pengelolaan tanaman yang tidak optimal juga mengakibatkan produksi kakao
tidak memenuhi harapan petani. Jika kondisi ini dibiarkan berlanjut, akan
2
berdampak negatif terhadap pendapatan petani dan produktivitas lahan, yang pada
akhirnya dapat memupuskan harapan Indonesia yang tengah mempersiapkan diri
sebagai pemain utama dalam agribisnis kakao dunia.
Berbagai faktor penggerak dalam pembangunan pertanian diperlukan dalam
rangka memenuhi harapan tersebut di atas. Faktor-faktor penggerak dalam
pembangunan pertanian yakni: sumberdaya alam, sumberdaya manusia, teknologi,
dan kelembagaan. Keempat faktor tersebut saling menunjang. Jika salah satu
faktor tersebut tidak ada atau tidak sesuai maka kegiatan yang dilakukan tidak
dapat memberi hasil yang diharapkan. Produk agribisnis yang berdaya saing
tinggi dapat dihasilkan melalui dukungan teknologi, struktur agribisnis yang
integratif, tenaga kerja (SDM) yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta
permodalan yang kuat. Sumberdaya manusia sebagai salah satu faktor penggerak
pembangunan pertanian mempunyai peranan yang sangat penting termasuk di
dalamnya adalah wanita.
Wanita merupakan bagian integral dari masyarakat dan mempunyai peran
yang sangat penting, baik itu dalam ruang lingkup kehidupan yang terkecil yaitu
keluarga, maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Tugas dan fungsi mereka selain mengurus rumah tangga juga berperan membantu
suami dalam berusahatani. Keterlibatan wanita dalam berusahatani khususnya
kakao mencakup pada semua aspek budidaya kakao mulai pembebasan/
pembersihan lahan sampai pemasaran. Namun keberadaan atau kehadiran wanita
justru sering diabaikan dalam kegiatan pembangunan pertanian terutama dalam
kegiatan penyuluhan. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan selama ini belum
mengikutsertakan wanita sebagai komponen penting dalam aktivitas usahatani.
Wanita sebagai salah satu anggota keluarga harus diberdayakan dalam
rangka meningkatkan potensi dan kemampuannya sehingga berdampak pada
peningkatan kualitas keluarga terutama kontribusinya bagi peningkatan
pendapatan keluarga. Kegiatan penyuluhan yang merupakan bentuk pendidikan
nonformal merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam rangka
pemberdayaan masyarakat termasuk pemberdayaan wanita. Kegiatan penyuluhan
bertujuan untuk mengubah perilaku sasaran yaitu adanya peningkatan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Keterlibatan wanita dalam kegiatan
3
penyuluhan diharapkan akan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilannya dalam berusahatani sehingga dapat meningkatkan partisipasinya
dalam kegiatan usahatani kakao. Pengelolaan usahatani secara tepat dapat
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka.
Keterlibatan wanita secara langsung maupun tidak langsung dalam
peningkatan pendapatan keluarga dan produktivitas usahatani kakao di Kabupaten
Donggala Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu potensi yang harus
dikembangkan. Oleh karena itu sangat diperlukan upaya-upaya untuk
meningkatkan keterampilan wanita tani kakao sehingga dapat meningkatkan
produktivitas usahanya. Sumbangan tenaga kerja dan pendapatan dari wanita
sangat penting dalam mendukung kesejahteraan dan kemajuan keluarga tani.
Secara psikologis, wanita membutuhkan aktualisasi diri demi
pengembangan dirinya yang pada akhirnya berdampak positif terhadap
peningkatan kesejahteraan keluarga. Aktualisasi ini dapat dilakukan melalui
pembelajaran life-skill dengan memadukan potensi yang dimilikinya, merangsang
pemasaran hasil produksi, mendorong penciptaan modal, dan mengembangkan
sikap menghargai kerja.
Sumber tenaga kerja yang terlibat dalam usahatani kakao rata-rata berasal
dari dalam keluarga. Salah satunya adalah wanita yang merupakan istri dari
kepala rumah tangga. Dengan demikian keterlibatan wanita (istri) sebagai salah
satu sumber tenaga kerja tidak dapat diabaikan.
Peran aktif wanita dalam kegiatan usahatani kakao dan upaya peningkatan
kualitas partisipasi wanita dalam berusahatani kakao dapat dipahami melalui
penelitian secara mendalam tentang faktor-faktor yang diduga berhubungan
dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao.
Rumusan Masalah
Pembangunan pertanian adalah landasan dari pembangunan ekonomi
maupun sosial, dan dalam hal ini sumberdaya manusia sangatlah berpengaruh
bagi keberhasilan pembangunan. Keberhasilan pembangunan pertanian sangat
ditentukan oleh peran aktif dari petani dan anggota keluarganya termasuk isteri
sebagai wanita tani.
4
Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan di Kecamatan Palolo
Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Namun produktivitas dan
kesejahteraan petani kakao masih memprihatinkan dan masih jauh dari yang
diharapkan. Hal ini diduga terkait dengan partisipasi petani pada penerapan
usahatani kakao. Usahatani ini melibatkan tenaga kerja dalam keluarga baik
suami, isteri maupun anak. Wanita mempunyai peranan yang cukup besar bagi
kelangsungan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga. Hal ini ditunjukkan oleh
peran ganda wanita yakni sebagai ibu rumah tangga dan keterlibatan wanita dalam
sektor produksi terutama pada sektor produksi pertanian.
Wanita mungkin tidak selalu bahkan boleh dikata tidak pernah menghadiri
”pertemuan desa dan kegiatan lainnya termasuk kegiatan penyuluhan” bersama
suaminya. Tetapi pengaruhnya tetap melekat pada para suami. Minat dan sikap
juga tenaga kerjanya, dapat menentukan kegiatan produksi yang akan dihasilkan
terutama produksi dari lahan usahataninya.
Peranan wanita di perdesaan sudah diketahui secara umum tidak hanya
mengurusi rumah tangga sehari-hari, tetapi tenaga dan pikirannya juga terlibat
dalam berbagai kegiatan usahatani. Walaupun terdapat variasi partisipasi wanita
pada sektor pertanian, tergantung dari daerah, strata, sosial budaya dan agama
setempat, namun status sosial wanita menjadi meningkat apabila wanita
mempunyai kemampuan mandiri dalam mencari nafkah.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana tingkat partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao?
2. Faktor internal apa saja yang berhubungan dengan partisipasi wanita tani
dalam usahatani kakao?
3. Faktor eksternal apa saja yang berhubungan dengan partisipasi wanita tani
dalam usahatani kakao?
Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan di atas maka tujuan penelitian adalah:
1. Mengidentifikasi tingkat partisipasi wanita dalam usahatani kakao.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor internal yang berhubungan dengan partisipasi
wanita tani dalam usahatani kakao
5
3. Mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan partisipasi
wanita tani dalam usahatani kakao
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat dan kegunaan sebagai berikut:
1. Sebagai dasar bagi pengambil kebijakan untuk menetapkan sasaran
penyuluhan pertanian dengan lebih akurat.
2. Sebagai bahan dalam penyusunan program penyuluhan pertanian, agar dapat
menentukan program penyuluhan yang perlu dilakukan terhadap wanita tani,
sehingga dapat diketahui arah dan materi penyuluhan yang dibutuhkan wanita
tani khususnya usahatani kakao.
3. Sebagai informasi dasar untuk penelitian yang lebih luas dalam
pengembangan penyuluhan pertanian kakao.
6
TINJAUAN PUSTAKA
Partisipasi
Partisipasi masyarakat (Community participation) adalah suatu bentuk
interaksi sosial yang menjadi perhatian dan bahan kajian sosiologi dan beberapa
disiplin ilmu lain. Sebagai suatu istilah, partisipasi mempunyai berbagai
pengertian dan batasan. Dusseldorp (1981) yang dikutip oleh Saardi (2000)
menyatakan bahwa partisipasi di tingkat masyarakat perdesaan adalah bentuk
interaksi dan komunikasi khas, yaitu berbagi dalam kekuasaan dan tanggung
jawab. Selanjutnya dikatakan bahwa partisipasi sebagai pengambilan bagian
dalam kegiatan bersama (taking part in joint action).
Partisipasi erat hubungannya dengan kegiatan pembangunan. Partisipasi
tidak hanya sebatas keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan
secara fisik tetapi juga keterlibatan secara kejiwaan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Swasono (1995) bahwa partisipasi tidaklah hanya pada tahap
pelaksanaan pembangunan saja, tetapi meliputi seluruh spektrum pembangunan
tersebut yang dimulai dari tahap menggagas rencana kegiatan hingga memberikan
umpan balik terhadap gagasan rencana yang telah dilaksanakan.
Budiono (2002) menyatakan terdapat beberapa unsur penting yang
merupakan eksistensi dari partisipasi, yaitu: (1) dalam partisipasi terdapat unsur
keterlibatan mental dan emosional individu yang berpartisipasi; (2) dalam
partisipasi terdapat unsur ketersediaan memberikan kontribusi atau sumbangan
untuk mencapai tujuan bersama, dan dilakukan secara suka rela; (3) dalam
partisipasi diikuti oleh rasa tanggung jawab terhadap kegiatan yang dilakukan
dalam usaha mencapai tujuan bersama; dan (4) tingkat partisipasi ditentukan oleh
kadar keterlibatan masyarakat untuk menentukan segala sesuatu sendiri, tidak
ditentukan oleh pihak lain.
Partisipasi dalam lingkup sosial dan masyarakat adalah pengembangan
sejumlah metode partisipasi yang lebih luas untuk penilaian, perencanaan,
pemantauan, pelatihan dan pembangunan kesadaran. Tekanannya lebih pada
pentingnya partisipasi bukan saja agar pihak lain bertanggung gugat tidak sekedar
memberikan laporan tetapi juga menyertakan pembuktian atas segala sesuatu yang
7
dikerjakan. Partisipasi juga merupakan suatu proses pengembangan diri, mulai
dari artikulasi kebutuhan tingkat bawah dan prioritasnya, serta membangun
bentuk organisasi rakyat. Partisipasi mencakup bidang pengetahuan dan tindakan
langsung, bukan sekadar perwakilan dan pertanggunggugatan (akuntabilitas),
(Rosni, 2003).
Pengertian partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977) adalah keterlibatan
aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan tentang apa yang akan
dilakukan dan bagaimana cara kerjanya, keterlibatan masyarakat dalam
pelaksanaan program dan pengambilan keputusan yang telah ditetapkan melalui
sumbangan sumberdaya atau bekerja sama dalam suatu organisasi, keterlibatan
masyarakat menikmati manfaat dari pembangunan serta dalam evaluasi
pelaksanaan program.
Definisi di atas mengacu pada pengertian partisipasi sebagai keterlibatan
aktif masyarakat pada 4 (empat) tahap kegiatan yang dimulai dari tahap proses
pengambilan keputusan tentang rencana kegiatan, tahap pelaksanaan kegiatan,
tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi pelaksanaan kegiatan. Biasanya
keterlibatan aktif masyarakat dalam bentuk keterlibatan fisik, material dan sikap
(Cohen dan Uphoff, 1977).
Partisipasi dalam tahap pengambilan keputusan/perencanaan dibedakan atas
3 (tiga) kegiatan yakni: (1) pada saat penentuan keputusan awal mengenai
kegiatan dengan memperhatikan keperluan dan prioritas kegiatan yang akan
dikerjakan; (2) ikut serta secara terus menerus dalam setiap proses pengambilan
keputusan; serta (3) ikut serta dalam merumuskan keputusan mengenai rencana
kerja. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan dibedakan dalam 3 (tiga) kegiatan
yakni: (1) sumbangan sumberdaya yang berupa sumbangan tenaga dengan ikut
bekerja dalam program, sumbangan materi dan atau informasi, (2) terlibat dalam
kegiatan administrasi dan koordinasi, serta (3) ikut serta sebagai peserta dari
program yang dilaksanakan. Partisipasi dalam tahap evaluasi merupakan tahap
yang penting bagi para pengambil keputusan untuk memperoleh masukan
mengenai pelaksanaan program. Partisipasi dalam tahap menikmati manfaat
mencakup: (1) keuntungan materiil yang berupa meningkatnya pendapatan dan
konsumsi, baik dalam bentuk jumlah maupun distribusinya merata, (2)
8
keuntungan sosial antara lain meningkatnya pendidikan dan terberantasnya buta
huruf; (3) keuntungan perorangan, antara lain berupa kemampuan status sosial
seseorang serta meningkatnya kekuasaan politik (Cohen dan Uphoff, 1977).
Selain tahap partisipasi, terdapat pula tiga dimensi partisipasi yang harus
diperhatikan antara lain (1) bentuk partisipasi apa yang dilakukan (What), (2)
siapa yang terlibat dalam kegiatan partisipasi (who), dan (3) bagaimana partisipasi
itu berlangsung (How) (Cohen dan Uphoff, 1977). Menurut Dusseldorp seperti
yang dikutip oleh Slamet (1993), partisipasi dapat diklasifikasikan berdasarkan
sembilan dasar yang terpisah satu sama lainnya yaitu (1) partisipasi berdasarkan
derajat kesukarelaan yang terbagi atas partisipasi bebas dan partisipasi terpaksa,
(2) partisipasi berdasarkan cara keterlibatan yang terbagi atas partisipasi langsung
dan partisipasi tidak langsung, (3) partisipasi berdasarkan keterlibatan di dalam
berbagai tahap dalam proses pembangunan terencana, terdiri atas enam langkah
yaitu perumusan tujuan, penelitian, persiapan rencana, penerimaan rencana,
pelaksanaan dan penilaian, (4) partisipasi berdasarkan tingkatan organisasi,
terbagi atas partisipasi yang terorganisasi dan partisipasi yang tidak terorganisasi,
(5) partisipasi berdasarkan intensitas dan frekuensi kegiatan, (6) partisipasi
berdasarkan lingkup liputan kegiatan, terbagi atas partisipasi tidak terbatas, dan
partisipasi terbatas, (7) partisipasi berdasarkan efektifitas, terbagi atas partisipasi
efektif dan partisipasi tidak efektif, (8) partisipasi berdasarkan siapa yang terlibat.
Partisipasi dalam pembangunan dapat diartikan sebagai ikut sertanya
masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan dan ikut serta
dalam memanfaatkan hasil, serta menikmati hasil-hasil pembangunan yang nyata.
Partisipasi masyarakat sangat mutlak demi berhasilnya pembangunan. Slamet
(1993) menyatakan bahwa, berdasarkan pengertian tentang partisipasi dalam
pembangunan, maka partisipasi dalam pembangunan dapat dibagi menjadi 5
(lima) jenis:
1. Ikut memberi input proses pembangunan, menerima imbalan atas input
tersebut dan ikut menikmati hasilnya.
2. Ikut memberi input dan menikmati hasilnya
3. Ikut memberi input dan menerima imbalan tanpa ikut menikmati hasil
pembangunan secara langsung.
9
4. Menikmati /memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut memberi input.
5. Memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak menikmati hasilnya
Tanpa partisipasi masyarakat, setiap pembangunan dinilai tidak berhasil. Oleh
karena itu penting sekali untuk memikirkan dan mengusahakan peningkatan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Meningkatkan partisipasi masyarakat harus dilakukan dengan cara
meningkatkan keterlibatan warga secara langsung dalam pengambilan keputusan
oleh perseorangan atau kelompok dalam suatu kegiatan. Peningkatan partisipasi
masyarakat tidak hanya berhenti pada tahap perumusan rencana dan pelaksanaan
program, tetapi juga menyangkut aspek pengambilan keputusan. Perluasan
partisipasi masyarakat merupakan bagian dari pendekatan pembangunan yang
mencakup peningkatan kepribadian atau kualitas manusia baik perorangan
maupun masyarakat. Masyarakat memiliki identitas yang kolektif sifatnya. Oleh
karena itu pembangunan masyarakat harus mencakup pembangunan kolektif
(Oepen, 1988)
Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
khususnya di wilayah perdesaan adalah dengan mengelola secara komprehensif
kesempatan, kemampuan dan kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan sesuai dengan potensi dan kondisi perdesaan yang bersangkutan.
Kemampuan seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, keterampilan dan
juga sikap mental. Pengetahuan dan pengertian tentang pembangunan sampai
pada seluk beluk pelaksanaannya sangat perlu bagi masyarakat sehingga mereka
dapat cepat tanggap terhadap kesempatan yang ada. Pengetahuan tentang adanya
potensi di lingkungannya yang dapat dikembangkan atau dibangun sangat penting
artinya. Demikian pula pengetahuan dan keterampilan tentang teknologi tepat
guna yang dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan sumberdaya alam yang
ada untuk dipadukan dengan berbagai sarana produksi lain sangat penting bagi
keberhasilan masyarakat yang membangun. Keterbelakangan bangsa kita antara
lain karena kekurangan pada bidang ini. Ditambah lagi dengan sikap mental yang
sering kurang sesuai dengan tuntutan pembangunan. Masyarakat sering masih
bersikap tradisional, sulit untuk diajak berpikir dan bertindak yang berbeda
dengan tradisi yang sudah dimilikinya selama ini. Oleh karena itu, kemampuan
10
adaptif masyarakat dalam menerima inovasi untuk meningkatkan akselerasi
pembangunan di wilayah perdesaan perlu ditingkatkan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Guna meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan,
menurut Tjokroamidjojo (1991), terdapat 2 (dua) cara yang dapat ditempuh yaitu
memobilisasikan kegiatan-kegiatan masyarakat yang serasi untuk kepentingan-
kepentingan pencapaian tujuan pembangunan dan meningkatkan oto-aktivitas,
swadaya dan swakarya masyarakat sendiri sehingga masyarakat menjadi dewasa
untuk terlibat dalam kegiatan pembangunan. Dengan kata lain, partisipasi
bukanlah sekedar suatu keikutsertaan kelompok-kelompok tertentu saja atau
kelompok-kelompok status sosial ekonomi tinggi sebagai perencana dan
kelompok-kelompok status ekonomi rendah sebagai pelaksana kegiatan
pembangunan. Partisipasi harus dapat mengikutsertakan seluruh anggota
masyarakat untuk aktif melakukan hak dan kewajibannya sebagai partisipan, tidak
ada aktivitas ekslusif dan tidak ada pula penonton pasif, seluruh anggota
masyarakat berperan secara produktif. Sihombing (1980) mempertegas bahwa
pengertian partisipasi berakar pada pemahaman bahwa setiap makhluk yang
disebut manusia adalah pemilik dan ahli waris yang sah dari dunia (alam), dengan
demikian partisipasi merupakan hak dasar manusia untuk mengobyektivikasikan,
mengeluarkan dan menyatakan dirinya melalui upaya mengerjakan alam
(memanusiawikan).
Lebih lanjut Saardi (2000) mengemukakan 5 (lima) hal yang menentukan
kelengkapan partisipasi masyarakat yaitu:
1. adanya aliran informasi: yang menggambarkan aliran informasi timbal balik
dari masyarakat yang disampaikan ke masyarakat melalui lembaga atau tokoh
masyarakat,
2. konsultasi: masyarakat dilibatkan untuk berkonsultasi mengenai isu penting
dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu program,
3. keputusan: masyarakat atau tokoh-tokoh masyarakat termasuk dari golongan
sasaran program, terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan
mengontrol jalannya program,
11
4. inisiatif: tidak semua ide-ide dan perencanaan datang dari luar, tetapi
masyarakat memiliki kebebasan untuk mengambil inisiatif dalam
mengidentifikasi kebutuhan dan strategi dalam pelaksanaan program dan,
5. evaluasi: masyarakat ikut mengevalusi rencana dan pelaksanaan program.
Sejalan dengan keikutsertaan seluruh anggota masyarakat sebagai partisipan
aktif, Sihombing (1980) mengemukakan bahwa partisipasi dalam konteks
pembangunan yang memerdekakan manusia, bukan semata-mata berdasarkan
”kebaikan hati” para elite pengambil keputusan, akan tetapi partisipasi adalah hak
dasar yang sah dari umat manusia untuk turut serta merencanakan, melaksanakan
dan mengendalikan pembangunan yang menjanjikan harapan pemerdekaan
dirinya itu. Dengan demikian, melalui kegiatan partisipasi terjadi perubahan
struktur sosial, politik dan ekonomi. Tjokroamidjojo (1991) mengemukakan
bahwa keberhasilan keterlibatan aktif masyarakat tergantung apabila rencana
pembangunan itu berorientasi kepada kepentingan masyarakat.
Konsepsi tentang partisipasi, dapat dikemukakan bahwa timbulnya
partisipasi akibat adanya ekspresi perwujudan perilaku mental seseorang, dimana
ekspresi perilaku tersebut timbul karena adanya kemampuan dan kemauan petani
untuk berpartisipasi serta adanya kesempatan untuk menunjukkan kemampuan
dan kemauan tersebut (Dorojatin, 1990). Krech et al. (1962) mengemukakan
bahwa perilaku interpersonal merupakan awal timbulnya keinginan sebagai
partisipan.
Anwar (2007) mengemukakan bahwa partisipasi petani timbul dari
kepincangan-kepincangan struktural yang terdapat di dalam sistem sosial, yakni
kepincangan antara kemampuan untuk menyerap informasi dan kesempatan yang
diharapkan untuk menggunakan informasi. Kepincangan itu dapat timbul dengan
bermacam-macam cara antara lain, (1) kemampuan untuk menyerap bertambah
akan tetapi kesempatan untuk menerapkan tidak ada, (2) kemampuan dan
kesempatan itu kedua-duanya bertambah, tetapi bertambahnya kemampuan lebih
cepat daripada bertambahnya kesempatan, dan (3) kemampuan bertambah,
sedangkan bersamaan dengan itu kesempatan berkurang.
Beberapa hal yang merupakan eksistensi suatu partisipasi yang penting
seperti dikemukakan oleh Holle (2000), sebagai berikut:
12
(1) Pada partisipasi terdapat adanya keterlibatan mental dan emosional dari
seseorang yang berpartisipasi
(2) Pada partisipasi terdapat adanya kesediaan dari seseorang untuk memberi
kontribusi, memberikan suatu aktivitas, kegiatan-kegiatan untuk mencapai
tujuan
(3) Suatu partisipasi menyangkut kegiatan-kegiatan dalam suatu kehidupan
kelompok atau suatu komunitas dalam masyarakat
(4) Pada partisipasi akan diikuti oleh adanya rasa tanggung jawab terhadap
aktivitas yang dilakukan seseorang
(5) Pada partisipasi terkandung di dalamnya bahwa ada hal yang akan
menguntungkan individu, artinya menyangkut adanya pemuasan akan
tercapai suatu tujuan bagi dirinya.
Lebih lanjut Holle (2000), mengemukakan bahwa partisipasi rakyat dalam
pembangunan bukan hanya berarti pengerahan tenaga rakyat secara sukarela,
tetapi justru yang lebih penting adalah tergeraknya rakyat untuk mau
memanfaatkan kesempatan-kesempatan memperbaiki kualitas hidup sendiri.
Guna mencapai hal-hal tersebut, maka rakyat perlu mengalami suatu proses
belajar agar mampu mengetahui kesempatan-kesempatan yang ada untuk
peningkatan kualitas hidupnya.
Meningkatkan partisipasi masyarakat harus dilakukan dengan cara
meningkatkan keterlibatan warga secara langsung dalam pengambilan keputusan
dalam suatu kegiatan. Perluasan partisipasi masyarakat merupakan bagian dari
pendekatan pembangunan yang mencakup peningkatan kepribadian atau kualitas
manusia baik perorangan maupun masyarakat. Masyarakat memiliki identitas
yang kolektif sifatnya. Oleh karena itu pembangunan masyarakat harus mencakup
pembangunan secara kolektif (Oepen, 1988).
Berbagai uraian macam dan jenis partisipasi maka dapat dikatakan bahwa
partisipasi seseorang dapat dilakukan pada semua aspek dari suatu proses
kegiatan, mulai dari perencanaan hingga pemanfaatan hasil yang dicapai dari
suatu pelaksanaan kegiatan. Jika seseorang sejak awal dilibatkan secara penuh
dalam suatu kegiatan maka dengan sendirinya akan timbul rasa memiliki dan
13
tanggung jawab moral terhadap keberhasilan pelaksanaan kegiatan yang
dilaksanakan.
Wanita tani sebagai salah satu bagian integral dalam konstelasi
pembangunan di perdesaan memiliki peran yang sangat strategis dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan keluarga. Peran aktif wanita tani tidak hanya sebagai
ibu rumah tangga tetapi juga dalam perolehan pendapatan rumah tangga melalui
kegiatan usahatani, pengolahan, penyediaan kebutuhan pangan dan kegiatan
lainnya. Partisipasi wanita dalam aktivitas ekonomi dan sekaligus aktivitas rumah
tangga hubungannya dengan usaha tani di perdesaan merupakan salah satu hal
menarik yang perlu diteliti lebih mendalam. Sejalan dengan hal tersebut, maka
penelitian ini akan mengkaji partisipasi wanita tani khususnya dalam kegiatan
usahatani kakao.
Faktor-Faktor yang berhubungan dengan partisipasi
Timbulnya partisipasi merupakan ekspresi perilaku manusia untuk
melakukan suatu tindakan, di mana perwujudan dari perilaku tersebut didorong
oleh adanya tiga faktor utama yang mendukungnya yaitu (1) kemauan, (2)
kemampuan, dan (3) kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi
(Dorodjatin, 1990).
Hasil penelitian Dorojatin (1990) menunjukkan bahwa terdapat 2 (dua)
faktor yang dominan berhubungan dengan partisipasi, yaitu faktor dalam diri
individu (internal), dan faktor di luar individu (eksternal). Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Abdussamad (1991) bahwa untuk berperilaku tertentu minimal
ada dua hal yang mendukung dalam berpartisipasi yaitu pertama, adanya unsur
yang bersumber dari diri seseorang yang mendorong untuk berperilaku tertentu,
dan kedua, terdapat iklim atau lingkungan yang memungkinkan untuk berperilaku
tertentu.
Faktor Internal Wanita Tani
Rakhmat (2001) menyatakan faktor internal individu merupakan ciri-ciri
yang dimiliki oleh seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan
dengan lingkungannya. Karakteristik tersebut terbentuk oleh faktor biologis dan
sosiopsikologis. Karakteristik individu merupakan salah satu faktor yang penting
14
untuk diketahui dalam rangka mengetahui suatu prilaku dalam masyarakat.
Karakteristik individu yang merupakan ciri-ciri atau sifat-sifat individual yang
berhubungan dengan semua aspek dan lingkungan seseorang.
Umur
Umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi apa yang diakibatkan oleh
umur, adalah faktor psikologis. Kemampuan belajar seseorang berkembang
secara gradual semenjak lahir sampai menjadi dewasa. Asumsi ini dapat
diketahui bahwa anak berusia lebih tua, akan belajar lebih cepat dan berhasil
mempertahankan retensi dalam jumlah besar bila dibandingkan dengan anak yang
berusia lebih muda. Kemampuan belajar seseorangpun akan berkurang secara
gradual dan terasa sangat nyata setelah berumur 55 atau 60 tahun
(Padmowihardjo, 1994).
Umur seseorang berkaitan dengan kemampuannya dalam proses belajar dan
atau mengajar yang akhirnya akan mempengaruhi produktivitas kerjanya dalam
berusaha. Menurut Mappiare (1983) terdapat kecenderungan bagi perempuan
yang berusia tiga puluh lima tahun ke atas untuk lebih memantapkan dirinya
dalam bekerja, alasannya berkenaan dengan semakin tingginya biaya hidup yang
perlu dikeluarkan.
Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat didefinisikan sebagai usaha untuk menghasilkan
perubahan-perubahan pada perilaku manusia. Perubahan perilaku yang
disebabkan oleh kegiatan pendidikan biasanya berupa: (1) perubahan dalam
pengetahuan atau hal yang diketahui; (2) perubahan dalam keterampilan atau
kebiasaan dalam melakukan sesuatu; dan (3) perubahan dalam sikap mental atau
segala sesuatu yang dirasakan.
Pendidikan merupakan suatu faktor penting bagi kehidupan manusia.
Seseorang dapat memperoleh berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
sangat berguna bagi diri dan kehidupannya maupun bagi pelaksanaan tugasnya
sehari-hari. Pendidikan dapat mempengaruhi cara berpikir, cara merasa dan cara
bertindak. Saharuddin (1987) mengatakan, bahwa tingkat pendidikan seseorang
mempunyai pengaruh pada partisipasi pada tingkat perencanaan. Oleh karena itu
15
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dapat diharapkan semakin baik pula
cara berpikir dan cara bertindaknya.
Mosher (1987) menyatakan pendidikan formal mempercepat proses belajar,
memberikan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan-keterampilan yang
diperlukan masyarakat. Mulyasa (2002) mengemukakan bahwa pendidikan
berperan dalam mewujudkan masyarakat yang berkualitas, menampilkan individu
yang memiliki keunggulan yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional dalam
bidangnya masing-masing. Hernanto (1993) menyatakan rendahnya tingkat
pendidikan akan berpengaruh kepada rendahnya adopsi teknologi. Tingkat
pendidikan merupakan salah satu tolok ukur kualitas sumberdaya manusia.
Tingkat pendidikan yang relatif tinggi akan mendorong tumbuhnya pola pikir dan
kreatifitas yang mampu menangkap peluang atau kesempatan berusaha.
Masyarakat sebagai manusia yang rasional sebelum memutuskan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan, didahului oleh masa belajar dan menilai
manakala partisipasi itu mendatangkan manfaat bagi dirinya. Jika bermanfaat,
maka akan berpartisipasi, dan sebaliknya jika tidak bermanfaat maka masyarakat
tidak bergerak untuk berpartisipasi.
Besarnya Jumlah Keluarga
Besar kecilnya jumlah keluarga mempunyai kaitan erat dengan upaya untuk
memperoleh pendapatan dalam keluarga, sehingga dapat menyebabkan besarnya
biaya yang harus dikeluarkan untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga
tersebut. Sajogyo (1984) mengemukakan, peningkatan pendapatan yang
diperoleh dari perempuan yang bekerja sangat diperlukan untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarganya terlebih bagi yang mempunyai jumlah tanggungan dan
beban keluarga yang tidak sedikit. Pandangan yang disampaikan Surtiyah (1990)
menyatakan bahwa bagi perempuan miskin yang mempunyai anggota keluarga
yang besar umumnya mempunyai semangat kerja yang tinggi.
Pengalaman Berusahatani
Osipow (1983), mengemukakan bahwa selain faktor kebutuhan, faktor
pengalaman juga mempengaruhi dalam pemilihan kerja. Seseorang yang
berinteraksi seumur hidupnya dengan lingkungannya akan mendapatkan
16
pengalaman yang merupakan pengetahuan, keterampilan dan pengertian tentang
sesuatu yang telah terjadi.
Beberapa ahli pertanian berkeyakinan bahwa pada masa lalu wanitalah yang
pertama kali membudidayakan tanaman dan merintis ilmu seni bertani
(Departemen Pertanian, 1991). Pengalaman wanita tani dalam bercocok tanam
kebanyakan diperoleh secara empirik berasal dari warisan turun-temurun,
sehingga mereka sudah mengetahui keterampilan dasar yang diperlukan dalam
berusahatani. Pengalaman-pengalaman tersebut merupakan stimulus
meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan wanita tani yang diperlukan
dalam berusahatani. Semakin cocok pengalaman wanita tani dengan peristiwa
yang dialami di masa lampau, akan semakin mempermudah baginya untuk
mengerti dan memahami stimulus tersebut. Pengalaman berusaha tani yang
dimiliki oleh wanita tani berpengaruh dalam penglolaaan usahatani. Hal ini secara
tidak langsung mempengaruhi proses pengambilan keputusan, sehingga petani
yang memiliki pengalaman berusahatani lebih lama cenderung sangat efektif
dalam proses pengambilan keputusan (Mardikanto, 1996).
Motivasi Berusahatani
Motivasi terdiri atas kata ‘motif’ yang berarti dorongan dan ‘asi’ berarti
usaha. Motivasi adalah usaha yang dilakukan manusia untuk menimbulkan
dorongan untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan (Padmowiharjo, 1994).
Motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melaksanakan
sesuatu. Daya atau kekuatan tersebut dapat berupa pemenuhan akan kebutuhan
biologis, seperti kebutuhan makan, istirahat, atau kebutuhan untuk berkuasa.
Handoko (1995) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu tenaga atau faktor
yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, menggerakkan dan
mengorganisasikan tingkah lakunya. Tingkah laku manusia disebabkan oleh
adanya kebutuhan dan dorongan tertentu. Dengan adanya kebutuhan dan
dorongan ini seseorang akan merasa siap untuk melakukan suatu perilaku tertentu.
Jika keadaan siap mengarah kepada suatu kegiatan konkrit disebut sebagai motif.
Selanjutnya usaha untuk menggiatkan motif-motif tersebut menjadi tingkah laku
konkrit disebut dengan tingkah laku bermotivasi. Motivasi merupakan keadaan
17
dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
Motivasi terdiri atas dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan yang berasal dari dalam diri
seseorang, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan dari luar diri seseorang
sehingga melakukan sesuatu hal. Motivasi seseorang akan muncul jika ia
memiliki keinginan. Keinginan tersebut muncul melalui proses yang diterima
seseorang dan dipengaruhi oleh kepribadian, sikap, pengalaman dan harapan.
Segala sesuatu yang diperoleh seseorang akan diberi arti menurut minat dan
keinginannya. Motivasi yang demikian bersumber pada faktor psikologis manusia
yang menyangkut emosi dan perasaan.
Maslow seperti dikutip Wahjosumidjo (1984) dalam bukunya “Motivation
dan Personality” mengungkapkan lima jenjang kebutuhan pokok manusia: (1)
kebutuhan mempertahankan hidup, (2) kebutuhan akan rasa aman, (3) kebutuhan
sosial, (4) kebutuhan akan penghargaan, dan (5) kebutuhan mempertinggi
kapasitas kerja.
Aspirasi
Aspirasi merupakan tingkat perwujudan ataupun pencapaian sesuatu di masa
yang akan datang yang menentukan dan mempolakan usaha-usaha seseorang
untuk mencapai hal tersebut. Adanya aspirasi, akan menentukan dan mempolakan
petani untuk melakukan usaha-usaha untuk mencapai aspirasi tersebut. Dengan
demikian akan semakin tinggi pula kemauan petani untuk ikut berpartisipasi.
Sifat Kekosmopolitan
Mardikanto (1996) menyatakan sifat kekosmopolitan adalah tingkat
hubungannya “dunia luar” di luar sistem sosialnya sendiri. Sifat kekosmopolitan
dicirikan oleh frekuensi dan jarak perjalanan yang dilakukan, serta pemanfaatan
media massa. Bagi warga masyarakat yang relatif lebih kosmopolit, adopsi
inovasi dapat berlangsung cepat. Bagi warga yang lebih “lokalit” (tertutup,
terkungkung di dalam sistem sosialnya sendiri), proses adopsi inovasi akan
berlangsung sangat lamban karena tidak adanya keinginan-keinginan baru untuk
18
hidup lebih “baik” seperti yang telah dapat dinikmati oleh orang-orang lain di luar
sistem sosialnya sendiri.
Sifat kekosmopolitan individu dicirikan oleh sejumlah atribut yang
membedakan mereka dari orang-orang lain di dalam komunitasnya, yaitu
memiliki status sosial yang lebih tinggi, partisipasi sosial yang lebih tinggi, lebih
banyak berhubungan dengan pihak luar, lebih banyak menggunakan media massa
dan memiliki hubungan lebih banyak dengan orang lain maupun lembaga yang
berada di luar komunitasnya. Sifat kosmopolit mencakup pengertian tentang
keterbukaan wanita tani terhadap inovasi atau informasi dari luar. Keterbukaan ini
akan berdampak bagi pengembangan usahatani yang berimplikasi bertambahnya
pengetahuan, perubahan sikap dan peningkatan keterampilan yang pada akhirnya
akan mempengaruhi kemampuan wanita tani dalam menghadapi permasalahan
yang timbul dalam usahatani kakao.
Haji (1991) seperti yang dikutip Belem (2002), mengatakan faktor
kosmopolit berpengaruh terhadap perilaku wanita dalam bentuk adopsi inovasi.
Hal ini berarti bahwa semakin banyak wanita tani melakukan komunikasi dan
berhubungan dengan pihak luar dapat menambah kemampuan wanita tani dalam
pengambilan keputusan untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi dalam
kegiatan usahatani kakao. Sumber informasi yang diperlukan tentunya dari pihak
luar yang dianggap lebih memahami permasalahan yang dihadapi.
Dalam hal hubungan antara aktivitas komunikasi dengan berbagai sumber
informasi (sifat kekosmopolitan), Asngari (1984) mengemukakan bahwa kegiatan
tersebut akan menyebabkan individu membentuk persepsi yang dimulai dengan
pemilihan, kemudian menyusun menjadi kesatuan yang bermakna, dan akhirnya
menginterpretasikan dalam bentuk perilaku dan tindakan. Dengan demikian, sifat
kosmopolit merupakan suatu proses awal yang mampu menggerakkan daya pikir
seseorang untuk memahami hasil hubungan yang terjadi dan untuk selanjutnya
dicerna serta diwujudkan dalam bentuk perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik dan menguntungkan bagi pribadi yang bersangkutan.
Apabila suatu masyarakat memiliki sifat kosmopolit yang terbuka dalam
sistem sosialnya maka masyarakat tersebut cenderung lebih cepat mengalami
perubahan. Demikan pula sebaliknya, apabila masyarakat tersebut tertutup atau
19
hanya bersifat lokalit saja maka perubahan ke arah yang lebih maju akan
terlambat atau terhambat. Sifat kekosmopolitan diduga mempengaruhi wanita
tani dalam pengembangan usahatani kakao.
Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan selalu terjadi dalam setiap gerak kehidupan nyata
pada setiap individu atau organisasi. Pengambilan keputusan diartikan sebagai
aktivitas pemilihan di antara sejumlah kemungkinan untuk menyelesaikan suatu
masalah, pertentangan atau kebimbangan. Pengambilan keputusan adalah suatu
proses memilih dan menetapkan alternatif yang tepat untuk suatu tindakan yang
diinginkan. Proses ini melibatkan pertimbangan rasional, aspek psikologis, dan
sosial budaya (Martianto et al. 1993). Persoalan pengambilan keputusan pada
dasarnya adalah bentuk pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin
dipilih dan prosesnya melalui mekanisme tertentu, dengan harapan akan
menghasilkan sebuah keputusan yang terbaik.
Keputusan yang diambil biasanya dilakukan berdasarkan pertimbangan
situasional, bahwa keputusan tersebut adalah keputusan terbaik. Keputusan dapat
dilihat dalam kaitannya dengan proses yang lebih dinamis yaitu pengambilan
keputusan. Keputusan merupakan sebuah kesimpulan yang dicapai setelah
melakukan pertimbangan dan terjadi setelah satu kemungkinan dipilih, sementara
yang lain dikesampingkan. Pertimbangan adalah proses menganalisis beberapa
kemungkinan atau alternatif kemudian memilih satu di antaranya.
Sajogyo (1984) mengemukakan bahwa untuk menganalisis peranan wanita
dalam pengambilan keputusan di rumah tangga dengan cara mengelompokkan
pengambilan keputusan pada lima tingkatan dimulai dari dominasi oleh isteri
(keputusan yang dibuat oleh isteri sendiri) sampai dominasi oleh suami
(keputusan yang diambil oleh suami sendiri) sebagai berikut:
1). Keputusan dibuat oleh isteri seorang diri tanpa melibatkan suami,
2). Keputusan dibuat bersama oleh suami isteri dengan pengaruh lebih besar dari
isteri
3). Keputusan dibuat bersama oleh suami isteri tanpa salah satu mempunyai
pengaruh yang lebih besar
20
4). Keputusan dibuat bersama oleh suami isteri tetapi dengan pengaruh suami
lebih besar
5). Keputusan dibuat oleh suami seorang diri tanpa melibatkan isteri.
Keputusan-keputusan yang diambil oleh suami dan isteri diharapkan dapat
menggambarkan adanya dominasi relatif dari pria dan wanita dalam pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan kegiatan meningkatkan taraf hidup rumah
tangga.
Perbedaan dalam pengambilan keputusan tersebut mencerminkan distribusi
dan alokasi kekuasaan dalam rumah tangga, menurut pandangan Blood dan Wolfe
(Sajogyo, 1983) ditentukan oleh struktur keluarga dan faktor sumberdaya pribadi
suami isteri yang diperoleh dalam keluarga inti masing-masing. Aspek yang
paling penting dalam struktur keluarga adalah posisi anggota keluarga karena
distribusi dan alokasi kekuasaan. Aspek berikutnya yang juga penting adalah
pembagian kerja dalam keluarga (Sajogyo, 1981).
Kekuasaan yang dinyatakan sebagai kemampuan untuk mengambil
keputusan yang mempengaruhi kehidupan keluarga itu bisa tersebar dengan sama
nilainya atau tidak sama nilainya, khususnya antara suami dan isteri (Sajogyo,
1983). Pembagian kerja menunjuk kepada pola peranan yang ada dalam keluarga
dimana khususnya suami dan isteri melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu.
Kombinasi kekuasaan dan pembagian kerja menurut Blood dan Wolfe adalah hal
yang paling mendasar dalam keluarga, dan dipengaruhi pula oleh posisi keluarga
dalam lingkungan dan masyarakatnya.
Peranan wanita dapat dianalisis dari alokasi kekuasaan yang ada antara
suami dan isteri dalam keluarganya dengan mengukur pola pengambilan
keputusan mereka. Peranan wanita dapat pula dianalisis dari pembagian kerja
yang ada dalam keluarga terutama dari diferensiasi peranannya. Hal ini dapat
diketahui dalam mengukur penggunaan waktu dalam berbagai kegiatan baik di
dalam maupun di luar rumahtangga.
Alokasi Waktu
Munculnya pembagian kerja bukan merupakan hal yang hanya terjadi
karena konstruksi budaya, tetapi terkait dengan proses kapitalisasi di perdesaan.
Pembagian kerja yang berlangsung selama ini masih menempatkan laki-laki
21
sebagai pencari nafkah dan mengalokasikan waktunya untuk bekerja di ranah
produktif. Sedangkan perempuan, selain bekerja di ranah produktif yang dari sisi
waktu tidak jauh berbeda dari laki-laki memiliki beban untuk mengerjakan tugas
domestik atau reproduktif. Ditambah lagi dengan kegiatan sosial di komunitas
yang merupakan bagian dari tugas pengelolaan komunitas. Pembagian kerja
mencerminkan beban kerja perempuan di ranah domestik tidak terbagi cukup adil
di antara anggota keluarga lainnya sehingga seolah-olah tanggung jawab tugas
domestik diletakkan hanya di punggung perempuan. Kegiatan produktif yang
dilakukan oleh perempuan maupun laki-laki dapat digantikan oleh orang lain yang
diupah, tetapi tugas domestik yang menjadi tugas perempuan tidak dapat
sepenuhnya dialihkan pada pihak lain. Pembagian kerja erat kaitannya dengan
strategi bertahan dan pola pemenuhan kebutuhan usaha dan keluarga.
Diversifikasi usaha yang dilakukan di desa merupakan satu keharusan bagi
setiap rumah tangga produsen karena pendapatan sering kali tidak mencukupi
kebutuhan minimum. Dewayanti et al. (2004) menyatakan pola pembagian kerja
dalam keluarga sangat terkait dengan variasi diversifikasi sumber pendapatan
yang dilakukan oleh sebuah keluarga. Jika kebutuhan keluarga tidak terlalu besar
dan masih dapat dipenuhi melalui usaha utama, hasil dari usaha sampingan
biasanya ditabung dan hanya digunakan untuk membiayai kebutuhan mendadak
dan terencana yang membutuhkan biaya besar, seperti pendidikan anak ke tingkat
yang lebih tinggi atau mengadakan selamatan.
Curahan waktu yang tersedia pada wanita tani merupakan faktor yang
berhubungan dengan tingkat partisipasi wanita tani. Besarnya curahan waktu
yang tersedia bagi setiap wanita tani dalam pengelolaan usahatani berbeda-beda di
tiap-tiap daerah. Evenson (1978) dalam Belem (2002) mengemukakan dalam
kerangka ekonomi keluarga, waktu dan anggota keluarga merupakan sumberdaya
dan faktor produksi. Bagi keluarga miskin, waktu merupakan sumberdaya yang
sangat penting yang akan dialokasikan untuk berbagai kegiatan dengan cara
sedemikian rupa sehingga dapat meminimumkan biaya produksi kebutuhan
keluarga. Makin rendah ekonomi keluarga petani, makin besar curahan waktu
yang digunakan wanita untuk memperoleh penghasilan. Jika dihubungkan dengan
pola pembagian kerja keluarga nampak jelas sumbangan masing-masing anggota
22
keluarga dalam mencurahkan alokasi waktunya. Hal ini dapat mempengaruhi
tingkat partisipasi wanita tani dalam pengambilan keputusan berusahatani.
King (1976) seperti yang dikutip Suandi (2001) mengemukakan bahwa
sesuai dengan peranannya, pembagian alokasi waktu wanita dalam rumah tangga
dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu pertama, waktu untuk bekerja
produktif di pasar kerja (mencari nafkah); kedua, waktu untuk bekerja produktif di
rumah tangga; ketiga, waktu untuk konsumsi lainnya seperti: waktu untuk
kebutuhan fisiologis dan rekreasi
Peran domestik disebut juga dengan peran reproduktif yaitu peran yang
dijalankan oleh seseorang untuk kegiatan yang berkaitan dengan pemeliharaan
sumberdaya manusia dan pekerjaan urusan rumah tangga, seperti mengasuh anak,
memasak, mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga, menyetrika,
membersihkan rumah, dan lain-lain.
Menurut kondisi normatif, pria dan wanita mempunyai status atau
kedudukan dan peranan (hak dan kewajiban) yang sama, akan tetapi menurut
kondisi objektif, wanita mengalami ketertinggalan yang lebih besar daripada pria
dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Kondisi objektif ini tidak
lain disebabkan oleh norma sosial dan nilai sosial budaya yang masih berlaku di
masyarakat. Norma sosial dan nilai sosial budaya tersebut, di satu pihak
menciptakan status dan peranan wanita di sektor domestik yakni berstatus ibu
rumah tangga dan melaksanakan pekerjaan urusan rumah tangga, di lain pihak
menciptakan status dan peranan pria di sektor publik yakni sebagai kepala
keluarga atau rumah tangga dan pencari nafkah.
Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang menyangkut
pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi maupun
untuk diperdagangkan. Kerja produktif yang dilakukan oleh wanita akan
berpengaruh terhadap sumbangan pendapatan keluarga. Semakin tinggi
pendapatan keluarga, semakin terwujud dan terbentuk keluarga sejahtera yang
bahagia.
Faktor Eksternal
Rakhmat (2001) mengemukakan bahwa faktor eksternal individu merupakan
ciri-ciri yang dapat menekan seseorang yang berasal dari luar dirinya. Faktor
23
eksternal individu merupakan salah satu faktor yang penting untuk diketahui
dalam rangka mengetahui upaya seseorang untuk melakukan suatu usaha.
Budaya/Sistem nilai
Koentjaraningrat seperti dikutip oleh Nurjanah (1999) menyatakan sistem
nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat, terdiri atas
konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga
masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam
hidup. Oleh karena itu, sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman
tertinggi bagi kelakuan manusia. Lebih lanjut dikatakan bahwa sikap mental atau
attitude diartikan sebagai suatu disposisi atau keadaan mental di dalam jiwa dan
diri seorang individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya (baik lingkungan
manusia atau masyarakatnya, lingkungan alamiahnya.
Perilaku merupakan bentuk kebudayaan sebagai perwujudan aktifitas serta
tindakan berpola dari manusia dan masyarakatnya. Pada wujud lainnya,
kebudayaan terbentuk sebagai sistem nilai budaya atau orientasi nilai budaya.
Kebudayaan pada bentuk ini merupakan suatu kompleksitas dari ide, gagasan-
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Orientasi nilai
budaya (sikap mental) yang akan menjadi unsur pengatur, pengendali dari
perbuatan akan berpengaruh pada penciptaan karya-karya fisik.
Budaya yaitu nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dan merupakan
salah satu faktor yang mengakibatkan berpartisipasi atau tidaknya masyarakat
dalam pembangunan. Adanya kebiasaan atau adat istiadat yang bersifat tradisional
statis dan tertutup terhadap suatu perubahan dapat menyebabkan masyarakat tidak
berpartisipasi. Hal ini terjadi karena masih rendahnya pengetahuan masyarakat
yang akan berimplikasi pada rendahnya kemampuan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pembangunan.
Norma dan nilai sosial budaya, di satu pihak menciptakan status dan peranan
wanita di sektor domestik yakni berstatus sebagai ibu rumah tangga dan
melaksanakan pekerjaan urusan rumah tangga, di lain pihak menciptakan status
dan peranan pria di sektor publik yakni sebagai kepala keluarga atau rumah
tangga dan pencari nafkah. White dan Hastuti (1980), mengemukakan bahwa
dalam sistem kekerabatan patrilineal, terdapat adat dalam perkawinan
24
(pernikahan) yang biasanya wanita (istri) mengikuti pria (suami) atau tinggal di
pihak kerabat suami. Pola adat seperti itu merupakan salah satu faktor yang secara
relatif cenderung mempengaruhi status dan peranan wanita, yakni status dan
peranan wanita menjadi lebih rendah daripada pria. Proses partisipasi wanita
dalam usahatani kakao dipengaruhi oleh budaya masyarakat di mana rumah
tangga itu berada.
Ketersediaan Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang
dibutuhkan guna menghasilkan produksi yang optimal. Ketersediaan tenaga kerja
dalam usahatani bisa bersumber dari: (1) dalam keluarga, dan (2) luar keluarga.
Tenaga kerja yang tersedia dalam keluarga biasanya merupakan tenaga-tenaga
kerja yang tidak dibayar secara upah dan terdiri atas tenaga ayah, ibu dan anak-
anak serta beberapa kerabat terdekat dalam keluarga. Tenaga kerja luar keluarga
biasanya merupakan tenaga-tenaga upahan yang berfungsi untuk membantu
kekurangan ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga.
Ketersediaan tenaga kerja dalam kegiatan usahatani dapat dipenuhi dari
tenaga kerja wanita maupun tenaga kerja pria. Berkaitan dengan produktifitas
kerja yang dapat dicurahkan diketahui bahwa usia produktif tenaga kerja pada
kegiatan usahatani berada pada usia 15 tahun sampai dengan 55 tahun. Kondisi
usia produktif tenaga kerja ini belum menjamin keseragaman di setiap daerah,
karena berdasarkan beberapa pengamatan diketahui bahwa keterlibatan tenaga
kerja dalam usahatani di beberapa daerah berkaitan erat dengan sistem budidaya.
Penyuluhan
Penyuluhan adalah proses mengubah perilaku petani menjadi lebih baik agar
mampu memecahkan tantangan yang dihadapi serta meningkatkan kualitas
hidupnya. Kegiatan penyuluhan adalah proses pendidikan non formal. Materi
dan metode penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan sasaran.
Penyuluhan pertanian dilakukan agar petani memiliki kemampuan baru
untuk menyelesaikan permasalahannya, artinya penyuluh berusaha melakukan
perubahan terhadap sasaran yaitu petani. Petani yang tidak tahu menjadi tahu,
yang tidak mampu menjadi mampu, dan dari tidak mau menjadi petani yang mau
25
melakukan perbaikan diri, serta mau mengambil keputusan dari berbagai alternatif
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Sistem penyuluhan pertanian memerlukan kerjasama antar komponen yang
berada dalam sistem itu sendiri. Kerjasama tersebut ditujukan untuk mencapai
optimalisasi sumberdaya yang ada, baik sumberdaya regional maupun nasional.
Tujuan kerjasama diarahkan ke dalam sistem penyuluhan pertanian yang lebih
profesional dengan reorientasi penyuluhan pertanian sebagai berikut: (1) dari
instansi ke kualitas penyuluh, (2) dari pendekatan top down ke bottom up, (3) dari
hierarki kerja vertikal ke horizontal, (4) dari pendekatan instruktif ke
partisipatif/dialogis, dan (5) dari sistem kerja linier ke jaringan.
Van den Ban dan Hawkins (1999) mengemukakan bahwa kerjasama dalam
sistem penyuluhan pertanian juga ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan
pemerintah, seperti: (1) meningkatkan produksi pangan, (2) merangsang
pertumbuhan ekonomi, (3) meningkatkan kesejahteraan keluarga petani dan
masyarakat pedesaan, serta (4) mengusahakan pertanian yang berkelanjutan.
Pendekatan yang dilakukan kepada petani guna mencapai tujuan tersebut adalah
dengan mengupayakan pemberdayaan petani dengan memberikan kebebasan pada
petani untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan.
Kerjasama dalam sistem penyuluhan pertanian memerlukan strategi yang
tepat agar memperoleh hasil yang tepat dan optimal. Stategi tersebut adalah
dengan melibatkan sektor-sektor penting di luar petani yang dapat bermanfaat
bagi keberlangsungan usahataninya. Keterlibatan sektor lain di luar petani seperti
penelitian dan informasi pasar dapat dijembatani oleh penyuluh untuk
memudahkan penyampaian informasi kepada petani. Hal paling penting dalam
membangun sistem penyuluhan pertanian yang berorientasi ke arah yang lebih
modern adalah petani sebagai sasaran penyuluhan harus ditempatkan pada posisi
utama. Petani mempunyai hak untuk menentukan yang terbaik bagi mereka.
Petani sebagai subyek bukan sebagai obyek dalam kegiatan penyuluhan.
Penyuluhan berpengaruh bagi kelancaran masyarakat untuk berpartisipasi
dalam pembangunan. Peranan penyuluhan pembangunan untuk menggerakkan
masyarakat terlibat aktif dalam pembangunan antara lain penerima gagasan,
inspirasi dan aspirasi khalayak sasaran dan motivator yang mampu mendorong
26
sasaran penyuluhan untuk merasa bertanggung jawab dalam melaksanakan dan
memelihara hasil-hasil program.
Penyuluh haruslah memiliki kaitan erat dengan masyarakat lokal, tertarik
dengan permasalahan atau persoalan lokal, maupun berbagi pengetahuan dan ide
serta mau bekerja sama dengan masyarakat. Penyuluh diperlukan sebagai
komunikator yang baik, pembicara dan kemampuan mendorong pemimpin lokal
untuk mengambil peran aktif dalam pembangunan pertanian.
Kontak dengan penyuluh diartikan sebagai terjadinya hubungan antara
petani dengan penyuluh. Menurut Soekanto (2006) hubungan yang terjadi antara
seseorang dengan orang lain dapat bersifat primer dan sekunder. Hubungan yang
bersifat primer terjadi apabila seseorang mengadakan hubungan langsung dengan
bertemu dan berhadapan muka. Hubungan yang bersifat sekunder terjadi melalui
perantara baik orang lain maupun alat-alat seperti telepon, radio dll. Keikutsertaan
wanita tani dalam kegiatan penyuluhan merupakan faktor yang mendukung
kemajuan dalam pengelolaan usahatani kakao. Kegiatan penyuluhan yang diikuti
oleh wanita tani dengan sendirinya akan sangat bermanfaat baik dalam menerima
teknologi tepat guna atau informasi lain yang penting bagi kegiatannya
Iklim Usaha
Iklim usaha merupakan suasana usaha yang mempengaruhi keikutsertaan
wanita tani untuk berperan dalam kegiatan usahatani kakao. Suasana usaha ini
selain berkaitan dengan permintaan pasar dan harga kakao yang cukup tinggi juga
keamanan usaha. Keamanan usaha yang dimaksud di sini adalah keamanan
kegiatan-kegiatan/pekerjaan-pekerjaan dalam usahatani kakao bagi kaum wanita
tani.
Rosni (2003) mengemukakan kebutuhan keamanan antara lain adalah:
kebutuhan stabilitas, kebebasan, keterlindungan, bebas dari ketakutan, bebas dari
kegelisahan. Petani akan memilih produksi dengan resiko produksi atau kerugian
akibat keragaman proses ekologis, ekonomis atau sosial yang terkecil (minimal)
supaya petani tidak gelisah, takut dan mempunyai kepastian. Keamanan usaha
adalah meminimalkan resiko berkaitan dengan kelangsungan usahatani dan harga
yang diinginkan petani.
27
Keamanan bukan saja dari gangguan penjahat dan binatang buas, tetapi yang
tidak kalah penting adalah keamanan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dalam
kegiatan usahatani kaum wanita tani. Keamanan usaha adalah meminimalkan
resiko produksi atau kerugian usaha sebagai akibat keragaman ekologis, ekonomi
atau sosial. Termasuk dalam faktor keamanan adalah sistem pemasaran produksi
dengan harga yang diinginkan petani (Reijntjes et al., 1999).
Sistem/Peluang Pasar
Aspek pemasaran merupakan masalah di luar usahatani yang perlu
diperhatikan. Petani dengan segala keterbatasan yang dimiliki berada pada posisi
yang lemah dalam penawaran dan persaingan, terutama menyangkut penjualan
hasil dan pembelian bahan-bahan pertanian. Penentu harga produk pertanian
tidak berada di pihak petani.
Salah satu keadaan yang harus dihindarkan adalah membiarkan salah satu
bagian dari sistem tataniaga menjadi monopoli perorangan atau organisasi tanpa
adanya jaminan yang efektif bagi kepentingan petani. Pengertian monopoli selalu
dihubungkan dengan pedagang, swasta bahkan koperasi ataupun lembaga
pemerintah bisa melakukan monopoli. Diperlukan pengendalian harga serta
pengendalian jasa-jasa tataniaga yang cukup, sehingga kepentingan petani
dilindungi. Mosher (1987) menyatakan jika ada monopoli dalam pemasaran,
perlu ditertibkan atau dorongan dapat diberikan kepada koperasi atau perusahaan
dagang lain yang baru untuk menyainginya. Pemerintah turut membeli dan
menjual dengan harga layak, dengan demikian perlu penyediaan saluran tataniaga
tambahan.
Peran/dorongan Kepala Keluarga
Faktor-faktor yang mendorong tumbuhnya peranan wanita dalam proses
produksi pertanian antara lain adalah adanya dorongan dari dalam keluarga
terutama dari suami sebagai kepala rumah tangga untuk bekerja dan membantu
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Handewi (1997) menyatakan bahwa alasan
suami mendorong istri untuk bekerja adalah : 1) menambah penghasilan keluarga,
2) mengisi waktu luang, 3) tidak tergantung suami, 4) menaikkan status sosial,
dan 5) kepuasan diri.
28
Sajogyo (1981) menyatakan besarnya peranan wanita dalam pekerjaan
rumah tangga dan pekerjaan di bidang nafkah tidak selalu bersamaan dengan
besarnya pengaruh di dalam maupun di luar rumah tangganya, perlu
memperhatikan faktor-faktor wewenang keluarga serta sumberdaya pribadi yang
disumbangkan pria dan wanita dalam keluarganya.
Wanita Tani
Wanita tani menurut Pusat Penyuluhan Pertanian (1997) seperti yang dikutip
oleh Rosni (2003), adalah kaum wanita dalam keluarga petani dan masyarakat
pertanian, yang dibagi:
1. Menurut statusnya dalam keluarga, terdiri atas:
a. Kepala Keluarga, yaitu wanita tani pada kondisi: wanita janda (ditinggal
suami karena bercerai atau meninggal), atau wanita tidak menikah yang
hidup mandiri, tidak menjadi tanggungan orang lain, bahkan sering juga
mempunyai tanggungan.
b. Isteri petani, yaitu wanita yang menjadi isteri petani, hidup satu rumah
sebagai suami isteri yang sah.
c. Wanita dewasa anggota keluarga, yaitu wanita yang berumur di atas 30
tahun atau yang sudah menikah, yang tinggal bersama seorang petani (ibu,
mertua, saudara, ipar, anak, kemenakan dan lain-lain)
d. Pemuda tani wanita, yaitu wanita berumur 16-30 tahun dan belum pernah
menikah, yang tinggal bersama satu keluarga petani (anak, kemenakan dan
lainnya)
e. Taruna tani wanita, yaitu wanita remaja berumur di bawah 16 tahun dan
belum pernah menikah, yang tinggal dan menjadi tanggungan seorang
petani.
2. Menurut fungsinya dalam usahatani, terdiri atas:
a. Petani wanita, yaitu wanita pengusaha tani yang mengelola usahataninya
secara mandiri. Petani wanita dapat berstatus sebagai:
(1) Kepala keluarga, yang hidup/mencukupi nafkah keluarganya dari
usahatani.
(2) Sebagai isteri petani, dimana suaminya tidak berfungsi selaku
pencari nafkah utama atau bekerja di luar usahatani keluarga atau
29
(3) Sebagai wanita dewasa anggota keluarga atau pemuda tani wanita di
mana yang bersangkutan mengelola suatu usahatani secara mandiri.
b. Mitra/pembantu usaha petani, yaitu wanita tani yang membantu pengusaha
tani dalam keluarganya, tanpa diberi upah/pembagian hasil secara
ekonomi. Mitra usaha petani tersebut berstatus sebagai:
(1) Isteri petani
(2) Wanita dewasa anggota keluarga, atau
(3) Pemuda/taruna tani wanita.
Departemen Pertanian (1997) seperti yang dikutip oleh Belem (2002)
mendefinisikan wanita tani adalah kaum wanita dalam keluarga petani dan
masyarakat pertanian yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dan ikut
bertanggung jawab dalam kegiatan usahatani dan kegiatan lainnya yang
berhubungan dengan usaha peningkatan kesejahteraan keluarganya. Wanita tani
dapat diklasifikasikan berdasarkan : 1) menurut status dalam keluarga, istri petani,
yaitu wanita yang menjadi istri petani, hidup satu rumah sebagai suami istri yang
sah, 2) menurut fungsinya dalam usahatani sebagai mitra atau pembantu usaha
petani, yaitu wanita tani yang membantu pengusaha tani dalam keluarganya, tanpa
diberi upah atau pembagian hasil secara ekonomi. Mitra atau pembantu usahatani
tersebut berstatus sebagai istri petani. Wanita tani yang berstatus sebagai
pendamping suami, dalam hubungannya dengan usahatani kakao ikut bertanggung
jawab untuk melakukan kegiatan dalam rangka peningkatan pendapatan guna
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dari usahatani yang dikelolanya.
Peranan Wanita
Peran dan kedudukan merupakan dua aspek penting dalam hubungan sosial
masyarakat. Peran merupakan perilaku individu dalam struktur sosial dan
merupakan aspek dinamis dari kedudukan, yang akhirnya akan memberikan
fasilitas tertentu sesuai dengan peranan (role) tersebut. Posisi mengindikasikan
status sosial individu di masyarakat. Dengan kata lain, kedudukan memberikan
seseorang sebuah peran sebagai pola interaksi dalam bersosialisasi
(bermasyarakat) (Elizabeth, 2007).
30
Sajogyo (1984) mengatakan bahwa peranan merupakan aspek dinamis dari
status dan apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya maka ia menjalankan peranannya. Peranan mencakup sikap, nilai,
perilaku seseorang yang ditentukan oleh masyarakat yang berada pada posisi
tertentu. Menurut Soekanto (2006) ada tiga pengertian peranan yaitu: (1) peranan
meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang
dalam masyarakat, (2) peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dilakukan
oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi, dan (3) peranan juga dapat
dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial dalam
masyarakat.
Peranan seseorang dalam masyarakat diatur oleh norma-norma yang berlaku
dalam masyarakatnya. Di perdesaan masih berlaku norma tradisional yang
umumnya mengharapkan wanita berperan sebagai isteri, ibu dan anggota rumah
tangga yang baik dalam melayani kebutuhan keluarga.
Peranan antara suami dan isteri diharapkan dapat mempengaruhi
peningkatan produksi pertanian. Perbedaan peranan biasanya ditentukan oleh
struktur keluarga dan oleh faktor sumberdaya pribadi suami isteri yang diperoleh
dalam keluarga inti masing-masing, misalnya pendidikan (formal dan informal),
pengetahuan, keterampilan, kekayaan, pengalaman, latar belakang perkawinan,
dan kedudukan dalam masyarakat. Aspek yang paling penting dalam struktur
keluarga adalah posisi anggota keluarga karena distribusi dan alokasi kekuasaan.
Aspek berikutnya yang juga penting adalah pembagian kerja dalam keluarga
(Sajogyo, 1983).
Anwar (2007) mengatakan bahwa kekuasaan yang dinyatakan sebagai
kemampuan untuk mengambil keputusan yang mempengaruhi kehidupan keluarga
itu bisa tersebar dengan sama nilainya atau tidak sama nilainya khususnya antara
suami dan isteri. Pembagian kerja menunjuk pada pola peranan yang ada dalam
keluarga di mana khususnya suami dan isteri melakukan pekerjaan-pekerjaan
tertentu. Kombinasi kekuasaan dan pembagian kerja adalah hal yang paling
mendasar dalam keluarga, dan dipengaruhi pula oleh posisi keluarga dalam
lingkungan dan masyarakat di mana dia berada.
31
Selanjutnya dikatakan pula oleh Sajogyo (1983) bahwa hubungan antara
laki-laki dan wanita atas dasar perkawinan, masing-masing pihak mempunyai
kekuasaan, dalam arti masing-masing mempunyai potensi untuk saling
mempengaruhi perilaku satu sama lainnya. Jika hal itu terjadi maka gejala
tersebut digambarkan sebagai proses terjadinya pembagian peranan misalnya
dalam pekerjaan. Kekuasaan masing-masing tersebut oleh kedua pihak dianggap
wajar, sehingga diakui sebagai wewenang masing-masing (authority).
Hubungan suami isteri dikaitkan dengan pembagian kekuasaan, yaitu
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain dalam berbagai kegiatan
sosial, ekonomi dan politik baik dalam rumah tangga maupun dalam masyarakat
yang lebih luas (Sajogyo, 1983). Peran yang diamati dari seorang wanita di dalam
melakukan berbagai aktivitas khususnya di bidang pertanian mencerminkan
tingkat kemandirian dirinya.
Masyarakat menganggap wajar jika suami lebih banyak berperan dalam
bermacam hal yang berkaitan dengan kehidupan keluarganya. Kedudukan wanita
dalam arti distribusi dan alokasi kekuasaan antara pria dan wanita di dalam dan di
luar keluarga dan rumah tangga berhubungan erat dengan kebudayaan dalam
masyarakat, serta sumberdaya pribadi (personal resource) yang disumbangkan
pada perkawinan/keluarga oleh masing-masing pria dan wanita baik yang
dipunyai sebelum maupun setelah perkawinan. Sumberdaya pribadi ini mencakup
pendidikan (formal dan non formal), keterampilan, pengetahuan, uang, tenaga
kerja, tanah, pengalaman dan sebagainya.
Keberadaan perempuan di perdesaan merupakan satu fenomena yang
menggambarkan bagaimana proses arus globalisasi yang semakin meminggirkan
bukan saja sektor-sektor mikro perdesaan tetapi juga pelaku-pelaku yang terlibat
di dalamnya, termasuk perempuan. Di tengah arus globalisasi yang membuka
percepatan arus informasi, teknologi, investasi (modal), perempuan hampir tidak
tersentuh oleh perubahan global yang ada. Mereka masih tetap lekat dengan
gambaran sektor-sektor perdesaan dengan karakteristiknya yang bertumpu pada
sumberdaya alam, produksi berbasis rumah tangga, penggunaan teknologi yang
rendah (manual), pasar dan modal yang sangat terbatas, serta relasi-relasi ekonomi
yang dibungkus relasi sosial yang mengikat.
32
Perubahan peran dan status wanita umumnya disebabkan oleh
perkembangan masyarakat dan wilayah di lingkungannya. Perubahan masyarakat
tersebut makin dipacu oleh pertumbuhan ekonomi, akibat beralihnya sistem
perekonomian dari sektor pertanian ke sektor nonpertanian. Perubahan tersebut
akan berdampak pada perubahan sosial dan budaya masyarakatnya.
Perkembangan ekonomi dan sosial menimbulkan desintegrasi pembagian kerja
antar pria dan wanita (Elizabeth, 2007).
Wanita tani selain melakukan pekerjaan rumah tangga yang merupakan
pekerjaan seorang wanita atau isteri petani sesuai dengan masyarakat tempat ia
tinggal (home work) juga melakukan kegiatan untuk menambah penghasilan
keluarga (income earning work). Dengan demikian wanita tani mempunyai dua
porsi atau status dalam rumah tangga.
Curahan waktu yang tersedia pada wanita tani juga merupakan faktor yang
berhubungan dengan tingkat partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao.
Besarnya curahan waktu yang tersedia bagi setiap wanita tani dalam tingkat
partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi
oleh banyak faktor, diantaranya adalah (1) pola hidup; (2) pemilikan asset
produktif; (3) keadaan sosial ekonomi keluarga; (4) tingkat upah; dan (5)
karakteristik yang melekat pada setiap anggota rumah tangga (umur, tingkat
pendidikan atau keahlian) Alam (1984).
Sajogyo dan Sajogyo (1989) mengemukakan bahwa meningkatnya peluang
bekerja wanita perdesaan yang mempunyai peranan beragam di sektor pertanian
berarti meningkatkan pendapatan rumah tangga, meningkatkan potensi wanita
untuk mengambil keputusan di pelbagai aspek kehidupan dan memberikan
motivasi yang kuat terhadap kemandiriannya. Perubahan dari sistem
perekonomian dalam masyarakat membawa perubahan pula pada alokasi ekonomi
keluarga. Seperti yang dikemukakan oleh Boserup (1970) perubahan sistem
pertanian akan dapat mengubah pola pembagian kerja dalam keluarga antara pria
dan wanita dibidang pencaharian nafkah atau keterlibatan wanita dalam usahatani.
Usahatani
Bunch (2001) mendefinisikan usahatani sebagai ”organisasi dari alam, kerja,
dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian”. Organisasi ini
33
ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau
sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat genologis, politis maupun
teritorial sebagai pengelolanya. Komponen usahatani terdiri atas manusia petani
(bersama keluarga), tanah atau lahan.
Suatu usahatani merupakan agroekosistem yang unik yaitu suatu kombinasi
sumberdaya fisik dan biologis seperti bentuk-bentuk lahan, tanah, air, tumbuhan
(tumbuhan liar, pepohonan, tanaman budidaya) dan hewan. Proses yang saling
mempengaruhi dan interaksi antar komponen-komponen agroekosistem ini
menyebabkan rumah tangga petani mendapatkan hasil atau produk seperti
tanaman (batang, daun, buah dan umbi).
Reijntjes et. al. (1999) mengatakan bahwa usahatani bukanlah sekadar
kumpulan tanaman atau hewan, di mana orang bisa memberikan input apa saja
dan kemudian mengharapkan hasil langsung. Usahatani merupakan suatu jalinan
yang kompleks yang terdiri atas tanah, tumbuhan, hewan, peralatan, tenaga kerja,
input lain dan pengaruh-pengaruh lingkungan yang dikelola oleh seseorang yang
disebut petani sesuai dengan kemampuan dan aspirasinya. Petani tersebut
mengupayakan out put dari input dan teknologi yang ada.
Usahatani tidak terlepas dari budaya dan sejarah. Peluang dan hambatan
ekologis dan geografis (lokasi, iklim, tanah, tumbuhan) yang tercermin dalam
budaya setempat. Hal ini kemudian tercermin dalam pertanian setempat yang
merupakan hasil dari suatu proses interaksi antara manusia dan sumberdaya
setempat. Nilai-nilai masyarakat perdesaan, pengetahuan, teknologi dan institusi
sangat mempengaruhi jenis budaya pertanian yang telah dan terus berkembang.
Setiap rumah tangga petani membutuhkan input, misalnya benih, energi,
unsur hara, air untuk menjaga agar proses produksi terus berlangsung. Input
produksi terdiri atas dua macam, yaitu input dalam dan input luar. Input dalam
adalah input yang diambil dari dalam usahatani itu sendiri, misalnya energi
matahari, air hujan, sedimen, nitrogen yang diikat dari udara atau yang dihasilkan
sendiri, misalnya: sisa tanaman, pupuk hijau, tenaga kerja keluarga, dan
pengalaman-pengalaman belajar. Input luar adalah input yang diperoleh dari luar
usahatani misalnya: informasi, tenaga buruh, pupuk buatan, benih, air irigasi, alat-
alat mesin dan jasa. Hasil usahatani dapat digunakan sebagai input dalam,
34
dikonsumsi oleh rumah tangga petani (dan menghasilkan tenaga kerja keluarga),
dijual, ditukar atau diberikan.
Suatu sistem pertanian juga ditentukan oleh ciri-ciri sosioekonomi, budaya,
dan politik, lebih-lebih yang berhubungan dengan rumah tangga petani. Setiap
rumah tangga merupakan sebuah gabungan yang unik antara laki-laki dan
perempuan, orang dewasa dan anak-anak yang semuanya memberikan
pengelolaan, pengetahuan, tenaga kerja, modal, dan lahan untuk usahatani dan
yang mengkonsumsi paling tidak sebagian dari usahataninya. Jadi rumah tangga
petani merupakan pusat alokasi sumberdaya, produksi dan konsumsi.
Rumah tangga bisa terdiri atas beberapa subsistem yang kurang lebih
otonom, seperti isteri dengan subrumahtangga dan/atau usahatani. Melalui
hubungan luarnya, rumah tangga berfungsi dalam konteks sistem ekonomi, sosial
budaya, dan politik yang lebih luas, tetapi juga mempengaruhi sistem-sistem ini.
Hubungan-hubungan luar ini, misalnya lewat pasar atau media massa, juga
mempengaruhi rumahtangga dan berikutnya mempengaruhi sistem usahataninya.
Ikatan dengan masyarakat misalnya ikatan keluarga, persahabatan, sejarah,
dan budaya umum serta pengawasan umum terhadap wilayah bisa saling
menghubungkan sistem usahatani perorangan. Anggota masyarakat sering
memanfaatkan lahan bersama dan saling memberi dukungan dengan saling
berbagi. Interaksi ini berfungsi sebagai pembendung resiko dan merupakan
bagian dari strategi keluarga atau individu untuk mempertahankan hidup.
Anggota keluarga yang lain bisa saja terlibat dalam berbagai jaringan kerja dalam
masyarakatnya sendiri maupun antar masyarakat.
Salah satu peubah utama dalam sistem usahatani adalah tingkat partisipasi
yang dimiliki oleh petani, dalam hal ini adalah wanita tani. Cara yang ditempuh
suatu rumah tangga petani untuk berpartisipasi dalam pengelolaan usahatani
tergantung pada ciri-ciri rumah tangga yang bersangkutan, misalnya jumlah laki-
laki, perempuan, dan anak-anak, usia, kondisi, kesehatan, kemampuan, keinginan,
kebutuhan, pengalaman bertani, pengetahuan, dan keterampilan serta hubungan
antar anggota rumah tangga.
Anggota-anggota suatu rumah tangga petani bisa berfungsi secara
independen dan memiliki kebutuhan, orientasi serta tujuan masing-masing yang
35
berbeda. Mungkin ada beberapa subunit dalam rumah tangga di mana tiap-tiap
subunit itu berada di bawah pengelolaan seorang dewasa (sering kali seorang
perempuan) yang bertanggung jawab untuk memproduksi dan mencari pangan
bagi kebutuhan keluarga.
Tujuan suatu rumah tangga berkenaan dengan proses dan hasil usahatani
bisa digolongkan sebagai berikut: produktivitas, keamanan, kesinambungan dan
identitas. Tujuan-tujuan tersebut bisa saja digolongkan seperti itu oleh individu
petani dan sedikit banyak tumpang tindih serta saling menguatkan. Penggolongan
yang dibuat di sini adalah untuk memberikan suatu kerangka kerja bagi agen
pembangunan serta masyarakat petani untuk menilai status dan alur pembangunan
sistem usahatani dengan memperhatikan keberlanjutannya. Dengan menilai
sejauh mana tujuan-tujuan yang sedang dan ingin dicapai, dimungkinkan
mengidentifikasi masalah yang dihadapi rumah tangga petani dan kebutuhan
terhadap dukungan dalam mengembangkan sistem usahatani mereka.
Berbagai teknik yang diterapkan oleh petani ditujukan untuk memenuhi satu
atau beberapa tujuan-tujuan tersebut. Seorang petani memadukan teknik-teknik
sedemikian rupa sehingga menurut persepsi petani tujuan keluarga itu bisa dicapai
dengan sebaik-baiknya mengingat keterbatasan usahatani tersebut.
36
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
Kerangka Berpikir
Pembangunan sebagai upaya terencana untuk meningkatkan mutu kehidupan
dan kesejahteraan penduduk khususnya di negara-negara berkembang senantiasa
mencurahkan perhatian terhadap peranan wanita. Peranan wanita dapat dianalisis
melalui dua peranan yang dimiliki wanita. Pertama, status atau posisi sebagai ibu
rumah tangga yang melakukan pekerjaan yang secara tidak langsung
menghasilkan pendapatan tetapi memungkinkan anggota rumah tangga yang lain
melakukan pekerjaan mencari nafkah. Kedua, posisi sebagai pencari nafkah
(tambahan atau pokok), wanita melakukan pekerjaan produktif yang langsung
menghasilkan pendapatan (Sajogyo, 1983). Peranan wanita tersebut dilihat
sebagai individu dan sebagai anggota keluarga yang merupakan satuan unit
analisis terkecil dalam masyarakat. Rosni (2003) menyatakan bahwa keluarga
dianggap sebagai kesatuan sosial yang relevan. Secara operasional kesatuan
rumah tangga merupakan unit analisis yang lebih tepat.
Rumah tangga merupakan satu kesatuan sosial ekonomi karena terdiri atas
sejumlah anggota pemberi tenaga kerja. Tenaga kerja itu terdiri atas pria, wanita
dewasa, serta anak-anak yang dianggap mampu untuk melakukan sesuatu yang
produktif. Setiap anggota rumah tangga mempunyai peranan masing-masing,
seperti dalam suatu pembagian kerja antara wanita dan pria.
Peningkatan kesejahteraan rumah tangga di perdesaan memerlukan berbagai
macam usaha untuk meningkatkan produktivitas. Usaha tersebut memerlukan
program terpadu, meliputi penggunaan teknologi, input ekonomi dan jasa-jasa
pendukung yang sesuai untuk mengembangkan sumberdaya manusia. Sasaran
perubahan itu adalah keluarga dan rumah tangga yang terdiri atas sejumlah
anggota pemberi tenaga kerja dalam proses produksi dan lain-lain kegiatan
mencari nafkah.
Masyarakat perdesaan rata-rata masih memegang teguh norma yaitu pria
sebagai kepala rumah tangga, sehingga pria mempunyai peranan penting sebagai
tulang punggung dan pemimpin keluarga. Wanita tani yang merupakan isteri
petani secara langsung maupun tidak langsung terlibat dan ikut bertanggung
jawab dalam memilih kegiatan usaha serta kegiatan lainnya yang berhubungan
37
dengan upaya peningkatan kesejahteraan keluarganya. Guna mengoptimalkan
peran wanita dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga diperlukan upaya-upaya
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar peranan dan
fungsinya lebih baik.
Wanita dituntut keterlibatannya untuk mencurahkan pikiran dan tenaga bagi
kelangsungan hidup rumah tangganya melalui keikutsertaan dalam usahatani
keluarganya. Sumbangan kaum wanita tani cukup berarti terhadap kegiatan yang
langsung memberikan penghasilan dan juga menanggung hampir semua pekerjaan
rumah tangga yang tidak langsung memberikan imbalan, yaitu mengurus dan
merawat anggota rumah tangga lainnya yang memungkinkan berlangsungnya
kegiatan produktif. Pekerjaan ini seharusnya diperhitungkan sebagai kegiatan
bekerja produktif. Pertimbangannya adalah meskipun pekerjaan semacam itu
tidak menghasilkan pendapatan secara riil, tetapi memberi dukungan bagi anggota
rumah tangga lain untuk memanfaatkan peluang bekerja.
Wanita yang turut bekerja di sektor usahatani tidak dianggap berprofesi
sebagai petani, tetapi hanya sebagai isteri (anggota keluarga) petani yang wajib
membantu segala pekerjaan suami (petani). Pria dan wanita di perdesaan
layaknya kehidupan manusia, bersama-sama berdampingan bekerja di usahatani
mereka, namun kesenjangan masih dihadapi wanita terutama dalam menggali
potensi dan kemampuan mereka. Dampaknya adalah terjadinya marginalisasi
kaum wanita tani, dimana kaum wanita tani selalu tertinggal dibanding kaum pria
termasuk dalam kegiatan penyuluhan.
Peranan wanita dalam usahatani kakao tidak saja pada kegiatan fisik tetapi
juga dalam pemberian saran atau pertimbangan dalam melakukan suatu usaha atau
kegiatan (perencanaan). Analisis peranan wanita dalam usahatani keluarga dan
masyarakat perdesaan memerlukan pembaharuan secara terus menerus karena
terjadinya perubahan berbagai faktor yang mempengaruhinya antara lain: kultural
(budaya/sistem nilai), sosial, ekonomi dan politik (Sajogyo, 1983).
Pada umumnya lebih miskin keluarga tani lebih besar keterlibatan wanita
dalam proses produksi, kegiatan pasca panen dan buruh tani atau buruh lainnya.
Menyikapi kondisi tersebut maka timbullah motivasi yang akan mendorong
wanita untuk melakukan suatu aktivitas. Motivasi dapat timbul akibat dorongan
38
dari dalam dan dari luar wanita itu sendiri. Keterlibatan wanita tani dalam
usahatani kakao dapat dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut. Motivasi internal
yang diduga dapat mendorong partisipasi wanita tani antara lain: 1) untuk
meningkatkan pendapatan keluarga, dan 2) untuk meningkatkan pengetahuan
khususnya budidaya kakao. Sedangkan motivasi eksternal antara lain: 1) ajakan
keluarga, 2) ajakan kerabat, 3) ajakan kelompok masyarakat, dan 4) ajakan
sistem/permintaan pasar. Kemauan wanita tani untuk berpartisipasi dalam
kegiatan usahatani kakao dipengaruhi oleh motivasi internal dan eksternal yang
ada pada dirinya.
Aspirasi merupakan tingkat perwujudan ataupun pencapaian sesuatu di masa
yang akan datang yang menentukan dan mempolakan usaha-usaha seseorang
untuk mencapai hal tersebut. Adanya aspirasi akan menentukan dan mempolakan
petani untuk melakukan usaha-usaha untuk mencapai aspirasi tersebut, sehingga
dengan demikian akan semakin tinggi pula kemauan wanita tani untuk ikut
berpartisipasi.
Karakteristik pribadi wanita tani kaitannya dengan partisipasi wanita dalam
usahatani kakao, perlu juga diketahui. Karakteristik pribadi wanita yang diteliti
meliputi: umur, tingkat pendidikan formal, besarnya jumlah keluarga dan
pengalaman berusahatani kakao. Faktor eksternal seperti budaya/sistem nilai,
penyuluhan, iklim usaha (terjaminnya pasar dan harga yang menguntungkan),
serta sistem/peluang pasar diduga juga berkorelasi dengan tingkat partisipasi
wanita tani.
Faktor-faktor yang dikemukakan di atas merupakan bahan telaahan untuk
melihat pengaruhnya terhadap tingkat partisipasi wanita tani dalam usahatani
kakao. Mengacu pada uraian-uraian di atas, faktor internal yang akan diteliti
meliputi: umur, tingkat pendidikan, besarnya jumlah keluarga, pengalaman
berusahatani, motivasi berusahatani, aspirasi, sifat kekosmopolitan, dan alokasi
waktu (peran domestik dan peran produktif). Faktor eksternal meliputi:
budaya/sistem nilai, penyuluhan, ketersediaan tenaga kerja, iklim usaha
(terjaminnya pasar dan harga yang menguntungkan), sistem/peluang pasar dan
peran/dukungan suami.
39
Partisipasi wanita tani yang dikaji dalam penelitian ini berdasarkan
keikutsertaan wanita tani dalam tahapan kegiatan usahatani kakao, yaitu tahapan
budidaya kakao, kewirausahaan dan pencatatan keuangan rumah tangga. Kegiatan
budidaya kakao meliputi: pembersihan lahan atau pembebasan lahan dari semak
belukar, penanaman pohon pelindung, pembibitan, penanaman kakao, sanitasi
lahan, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama penyakit, panen pasca
panen (belah, jemur, dan fermentasi), penyortiran dan pengepakan serta
pemasaran.
Faktor internal dan eksternal tersebut diduga berhubungan dengan tingkat
partisipasi wanita tani dalam kegiatan usahatani kakao. Hubungan antar faktor
tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Berpikir Hubungan antar Peubah Berkaitan dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao.
FAKTOR INTERNAL (X1) 1. Umur 2. Tingkat Pendidikan 3. Besarnya Jumlah Keluarga 4. Pengalaman Berusahatani 5. Motivasi Berusahatani 6. Aspirasi 7. Sifat Kekosmopolitan 8. Pengambilan Keputusan 9. Alokasi waktu:
- Peran Domestik - Peran Produktif
FAKTOR EKSTERNAL (X2)
1. Budaya/Sistem Nilai 2. Ketersediaan Tenaga Kerja 3. Penyuluhan 4. Iklim Usaha 5. Sistem/Peluang Pasar 6. Peran/dorongan Suami
(Kepala Keluarga)
PARTISIPASI WANITA DALAM USAHATANI
KAKAO (Y)
1. Budidaya: (Pembersihan Lahan, Penanaman Pohon Pelindung, Pembibitan, Penanaman, Sanitasi Lahan, Pemupukan, Pemangkasan, Pengendalian Hama Penyakit, Panen, Pasca panen (belah, jemur dan fermentasi), Penyortiran dan Pengepakan
2. Pemasaran 3. Kewirausahaan 4. Pencatatan /Pengaturan
Keuangan
Produktivitas
Kakao
40
Hipotesis
Mengacu pada uraian-uraian di atas dan berdasarkan perumusan masalah serta
kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka disusun hipotesis sebagai
berikut:
1. Terdapat hubungan nyata antara faktor-faktor internal wanita tani dengan
partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao (Teobroma cacao L).
2. Terdapat hubungan nyata antara faktor-faktor eksternal wanita tani dengan
partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao (Teobroma cacao L).
41
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei. Terdapat dua
peubah yaitu peubah bebas (X) dan peubah tidak bebas (Y). Peubah bebas
(independen) yaitu X1 merupakan faktor internal meliputi umur, tingkat
pendidikan, besarnya jumlah keluarga, pengalaman berusahatani, motivasi
berusahatani, aspirasi, sifat kekosmopolitan, pengambilan keputusan dan alokasi
waktu (peran domestik dan peran produktif). Peubah bebas X2 adalah faktor
eksternal meliputi: budaya/sistem nilai, ketersediaan tenaga kerja, penyuluhan,
iklim usaha, sistem/peluang pasar dan peran/dorongan suami (kepala keluarga).
Peubah tidak bebas (dependen) Y adalah partisipasi wanita tani dalam usahatani
kakao (Teobroma cacao L).
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan mulai Januari 2009 sampai
dengan Mei 2009. Lokasi penelitian bertempat di tiga desa (Berdikari, Bahagia
dan Bunga) Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.
Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa
Kecamatan Palolo merupakan salah satu sentral produksi kakao di Sulawesi
Tengah dan memiliki karakteristik wilayah yang berbeda dengan daerah lain yang
ada di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah wanita tani yang terlibat (petani penggarap)
dalam usahatani kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi
Sulawesi Tengah. Pengambilan sampel dilakukan dengan sengaja (purposive
sampling) pada wanita tani di wilayah penelitian. Teknik pengambilan sampel
dengan sampel acak sederhana (simple random sampling) masing-masing 15
orang (responden) per desa, sehingga total responden sebanyak 45 orang.
Data dan Instrumentasi
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner yakni daftar
42
pertanyaan yang disusun sesuai indikator pengukuran dan tujuan penelitian,
pengamatan langsung ke lokasi/lahan kakao dan terhadap aktivitas wanita tani di
dalam berusahatani kakao.
Data sekunder diperoleh dari Dinas atau instansi terkait, seperti Balai
Penyuluhan Pertanian, Kantor Desa, Kantor Kecamatan, Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Perkebunan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian serta
sumber lainnya dengan maksud untuk menunjang informasi-informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian. Data yang dikumpulkan mencakup data yang
berhubungan dengan keadaan geografis dan demografis wilayah (Kecamatan
Palolo).
Ketepatan pengujian suatu hipotesis tentang hubungan antar peubah
penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian
tersebut. Pengujian hipotesis penelitian tidak akan mengenai sasaran jika data
yang dipakai untuk menguji hipotesis adalah data yang tidak reliabel dan tidak
menggambarkan secara tepat konsep yang diukur. Oleh karena itu, data yang
dipakai untuk menguji hipotesis harus valid dan reliabel.
Validitas data menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur apa
yang ingin diukur (Singarimbun dan Effendi, 1995). Beberapa cara yang
dianjurkan untuk mengukur validitas, yaitu (1) validitas konstruk; peneliti
menyusun tolok ukur operasional dari kerangka suatu konsep, (2) validitas isi;
suatu alat pengukur yang dapat mewakili semua aspek yang dianggap sebagai
aspek kerangka konsep, (3) validitas eksternal; alat ukur baru yang akan
digunakan dimana telah dihubungkan dengan alat ukur lama yang valid.
Pengujian validitas instrumen pengukuran dalam penelitian ini
menggunakan validitas konstruk. Validitas konstruk dilakukan dengan menyusun
tolok ukur operasional dari kerangka suatu konsep dengan cara pemahaman atau
logika berpikir didasarkan pada pengetahuan ilmiah. Kuisioner disesuaikan
dengan konsep dan teori yang telah dikemukakan oleh para ahli dan melakukan
konsultasi secara intensif dengan berbagai pihak yang dianggap menguasai materi
dalam daftar kuisioner tersebut.
Realibilitas atau keterandalan adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun dan
43
Effendi, 1995). Realibilitas menunjukkan konsistensi suatu alat ukur di dalam
mengukur gejala yang sama.
Uji realibilitas/keterandalan dilakukan terhadap 5 (lima) orang responden.
Koefisien realibilitas dihitung dengan menggunakan uji Cronbach’s alpha, seperti
yang dikemukakan oleh Purwanto (2007) dengan rumus, yaitu:
rH = 1 -
Keterangan :
rH = reliabilitas keseluruhan item atau koefisien reliabilitas
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
σ = jumlah varians butir
= varians total
Penghitungan nilai koefisien realibilitas dengan memanfaatkan perangkat
lunak program SPSS (Statistical Package for the social Sciences). Hasil uji
realibilitas terhadap uji coba kuisioner menunjukkan bahwa nilai koefisien
realibilitas (α) instrumen uji coba sebesar 0,943. Nilai ini menandakan bahwa
instrumen tersebut memiliki keterandalan yang cukup tinggi.
Analisis Data
Data yang diperoleh ditabulasi terlebih dahulu, kemudian dianalisis.
Analisis data untuk mengetahui hubungan antar peubah dan untuk menjawab
tujuan penelitian serta menguji hipotesis yang telah dirumuskan menggunakan uji
korelasi Product Moment Perasons dengan rumus :
Σ xy
rxy =
(Σ x2) (Σ y2)
Keterangan :
rxy = Korelasi antara variabel x dan y
x = (X1 – X)
y = (Y1 – Y)
k (k - 1)
Σ σ 2b σ 2
1
2b
Σ σ 21
44
Definisi Operasional
Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao
Partisipasi usahatani adalah keikutsertaaan secara aktif dan sukarela dalam
berbagai aspek kegiatan usahatani. Partisipasi wanita yang diamati dan dinilai
adalah partisipasi wanita tani dalam melaksanakan kegiatan usahatani kakao yaitu
keterlibatan wanita tani dalam pelaksanaan usahatani kakao. Partisipasi dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatan usahatani kakao meliputi: 1) pembersihan/
pembebasan lahan, 2) penanaman pohon pelindung, 3) pembibitan, 4) penanaman,
5) sanitasi lahan, 6) pemupukan, 7) pemangkasan, 8) pengendalian hama dan
penyakit, 9) panen, pascapanen (belah dan jemur) dan fermentasi, 10 penyortiran
dan pengepakan, 11) pemasaran, 12) kewirausahaan, dan 13) Pencatatan/
pengaturan keuangan (book keeping).
1. Pembersihan/pembebasan lahan adalah upaya membersihkan lahan dari
tanaman yang tidak diperlukan dalam suatu lahan yang diperkirakan akan
mengganggu tanaman kakao.
2. Penanaman pohon pelindung adalah upaya yang dilakukan dengan tujuan
melindungi tanaman kakao dari sinar matahari secara langsung.
3. Pembibitan adalah upaya memperbanyak bahan tanaman kakao.
4. Penanaman tanaman kakao
5. Sanitasi lahan merupakan upaya-upaya membersihkan dan melindungi lahan
pertanaman kakao dari serangan hama dan penyakit tanaman.
6. Pemupukan adalah upaya meningkatkan produktivitas tanaman dengan
mempertahankan dan menambah kandungan bahan-bahan organik tanah untuk
meningkatkan/menyeimbangkan dan menjaga nutrien tetap ada bagi
pertumbuhan tanaman.
7. Pemangkasan adalah pengurangan bagian-bagian tanaman (daun, cabang dan
ranting) yang tidak produktif dengan tujuan meningkatkan produktivitas kakao
dan sekaligus menghindari serangan hama penyakit.
8. Pengendalian Hama dan Penyakit adalah upaya yang dilakukan untuk
menjaga/melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit.
45
9. Panen adalah pemetikan/pengambilan langsung hasil/buah tanaman kakao
yang telah masak. Pascapanen adalah upaya penanganan setelah panen dengan
tujuan untuk menjaga kualitas hasil tanaman agar tetap baik.
10. Penyortiran dan pengepakan. Penyortiran adalah upaya penggolongan biji
kakao berdasarkan kualitas atau mutu biji dan pemisahan biji kakao dari
kotoran yang tercampur. Pengepakan adalah upaya memasukkan biji kakao
yang siap dijual ke dalam kemasan.
11. Pemasaran, adalah penjualan hasil tanaman (biji kakao).
12. Kewirausahaan adalah kemampuan wanita tani dalam menangani usahatani
kakao ke arah agribisnis.
13. Pencatatan/Pengaturan Keuangan (Book keeping) adalah kemampuan wanita
tani dalam mengatur tata buku pengeluaran keuangan rumah tangga.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Wanita Tani dalam
Usahatani Kakao
Faktor Internal
1. Umur adalah usia wanita tani yang dihitung sejak responden dilahirkan sampai
dengan saat wawancara dilakukan. Satuan umur dinyatakan dalam tahun, dan
dikategorikan dalam muda, sedang dan tua.
2. Pendidikan adalah lamanya responden duduk di bangku pendidikan formal
dan non formal. Satuan pendidikan dinyatakan dalam tahun. Pengukuran
dengan kategori rendah, sedang dan tinggi.
3. Besarnya jumlah keluarga adalah banyaknya anggota keluarga tetap dalam
rumah tangga yang menjadi tanggungan keluarga. Pengukuran dengan
kategori rendah, sedang dan tinggi.
4. Pengalaman berusahatani adalah lamanya wanita tani melakukan kegiatan
usahatani kakao. Satuan pengalaman dinyatakan dalam tahun, dan dibagi
dalam tiga kategori: rendah, sedang dan tinggi.
5. Motivasi berusahatani adalah kekuatan-kekuatan atau dorongan dari dalam
dan dari luar diri responden, yaitu dorongan untuk melakukan suatu aktivitas
berkaitan dengan usahatani kakao. Motivasi wanita tani diukur berdasarkan
jumlah skor dari alat pengukur, yaitu a) untuk meningkatkan pendapatan/
46
kesejahteraan keluarga, b) untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan, c) untuk menambah pengetahuan dan pengalaman, d) karena ajakan
anggota keluarga, e) karena ajakan orang lain (teman, tetangga), f) karena
ajakan PPL, g) agar dapat menjalin pergaulan sesama petani, h) dapat dihargai
sebagai isteri petani yang berhasil, i) karena harga jual kakao tinggi, (j) ingin
memanfaatkan waktu luang, dan k) ingin memperoleh uang sendiri.
6. Aspirasi yaitu tingkat perwujudan ataupun pencapaian sesuatu di masa yang
akan datang yang menentukan dan mempolakan usaha-usaha wanita tani
untuk mencapai hal-hal tersebut. Aspirasi wanita tani diukur dengan jumlah
skor dari alat pengukur, yaitu a) agar memperoleh nilai jual yang tinggi, b)
agar dapat meningkatkan produksi hasil tanaman, c) agar dapat menghemat
biaya tenaga kerja, dan d) agar dapat mengembangkan usahatani kakao. Sub
indikator terdiri atas satu pernyataan, masing-masing pernyataan diberi
alternatif jawaban dengan skor satu sampai tiga. Pengukuran dengan kategori
rendah, sedang, dan tinggi.
7. Sifat Kekosmopolitan adalah keterbukaan wanita tani terhadap inovasi
usahatani kakao melalui pola hubungan wanita tani dari berbagai sumber
informasi. Pengukuran dilakukan dengan mengetahui jumlah skor. Alat
pengukurnya yaitu: a) frekuensi bepergian ke luar (daerah luar), b) frekuensi
menghadiri pertemuan/kegiatan pelatihan/penyuluhan/kursus, c) frekuensi
mengadakan kontak dengan instansi/lembaga/perusahaan swasta terkait, d)
frekuensi tukar menukar informasi dengan sesama petani dan e) frekuensi
mendengar atau mencari informasi (media cetak dan elektronik). Jawaban
dengan skor 1 mengarah kepada sifat kosmopolit rendah, sedang skor 2, dan
tinggi skor 3.
8. Pengambilan Keputusan adalah keterlibatan isteri dalam mempengaruhi
penentuan akhir tindakan untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan
usahatani kakao. Pengukuran dengan 3 kategori: rendah, sedang dan tinggi.
9. Alokasi waktu adalah penggunaan/curahan waktu yang diberikan oleh wanita
tani untuk berpartisipasi dalam kegiatan usahatani kakao (peran produktif) dan
kegiatan domestik. Pengukuran dengan kategori rendah (tidak pernah) skor 1,
sedang (jarang) skor 2, dan tinggi (selalu) skor 3.
47
Faktor Eksternal
1. Budaya adalah nilai-nilai/norma yang melekat dalam diri responden yang
dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal. Pengukuran dengan kategori
bertentangan (tidak setuju) skor 1, cukup bertentangan (kurang setuju) skor 2,
dan tidak bertentangan (setuju) skor 3.
2. Ketersediaan tenaga kerja adalah jumlah orang/tenaga dalam keluarga yang
terlibat dalam usahatani kakao. Pengukuran dengan kategori sedikit (tidak
setuju) skor 1, sedang (kurang setuju) skor 2, dan banyak (setuju) skor 3.
3. Penyuluhan adalah intensitas kegiatan penyuluhan yang diikuti oleh wanita
tani untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap agar dapat
melakukan usahatani kakao dengan baik. Pengukuran dikategorikan rendah,
sedang dan tinggi.
4. Iklim Usaha adalah kondisi/suasana yang mempengaruhi seseorang untuk
berusahatani kakao meliputi harga atau nilai jual hasil produksi di tingkat
pasar dan jumlah permintaan pasar.
5. Sistem/Peluang Pasar adalah potensi pasar kakao yang masih dapat dipenuhi.
6. Peran/dorongan Kepala Keluarga (suami), adalah motivasi atau dorongan
yang diberikan oleh suami agar wanita tani (isteri) berpartisipasi dalam
usahatani kakao. Pengukuran dengan kategori tidak setuju = skor 1, kurang
setuju = skor 2, dan setuju = skor 3.
48
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Geografis dan Ekonomi
Kecamatan Palolo merupakan salah satu kecamatan yang ada di wilayah
Kabupaten Donggala, terbagi atas 19 desa yang berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kecamatan Biromaru
Sebelah Selatan : Kecamatan Nokilalaki
Sebelah Timur : Kabupaten Parigi Moutong
Sebelah Barat : Kecamatan Biromaru
Luas wilayah Kecamatan Palolo adalah 303,87 km2, yang kesemuanya
dapat dijangkau kendaraan roda empat dan roda dua, sehingga mempermudah
transportasi antara satu desa dengan desa lainnya dan ke pusat kecamatan.
Kecamatan Palolo merupakan wilayah dengan masyarakat multietnik yang
dibentuk oleh migrasi pendatang dari luar. Kecamatan Palolo sebelumnya bagian
dari Kecamatan Sigi Biromaru dan sejak tanggal 8 Januari 1997 resmi berpisah
dari kecamatan induknya. Wilayah Kecamatan Palolo merupakan suatu lembah
dengan dasar lembah bertopografi datar yang disebut Lembah Palolo atau Lembah
Sopu. Lembah ini merupakan bagian paling timur dari Lembah Palu yang
merupakan lembah terpadat di Sulawesi Tengah dengan bentuk memanjang dari
barat ke timur. Bagian barat yang merupakan bagian hilir berhadapan dengan
Teluk Tomini dan bagian hulu adalah wilayah Kecamatan Palolo.
Lembah Palolo dikelilingi oleh daerah bukit dan pegunungan yang
merupakan hutan negara, yaitu Hutan Produksi Terbatas (HPT) di bagian utara
dan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) di bagian selatan. Areal yang menjadi
wilayah pertanian dan pemukiman hanyalah bagian datar yang berada di antara
kedua wilayah hutan tersebut dengan patok batasnya berada langsung di
sepanjang kaki-kaki bukit. Ketika masih bernama "Mainusi" (bahasa suku Kaili),
daerah ini dulu dipercaya sebagai laut, dan penduduk saat itu tinggal di
pegunungan di sekitarnya mulai dari pinggang sampai ke puncaknya.
Agroklimat kawasan Palolo tidak memiliki perbedaan musim yang ekstrim
karena tidak tegasnya perbedaan musim kering dan penghujan. Rata-rata curah
hujan selama sepuluh tahun terakhir tergolong tinggi yaitu 3283,95 mm per tahun,
49
bulan kering umumnya terjadi antara November dan awal Desember (BPP Palolo,
2007). Salah satu ciri khas iklim di daerah ini adalah perbedaan suhu yang
ekstrim antara siang yang sangat terik dan malam yang dingin.
Dataran Palolo memiliki ketinggian 500 m dpl di bagian barat sampai
dengan 700 m dpl di bagian timur. Jenis tanah adalah aluvial dan aluvial peralihan
yang merupakan kelompok jenis tanah yang subur. Kawasan ini adakalanya
disebut Lembah Sopu karena merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai
Sopu. Sungai ini diberi nama berbeda-beda di sepanjang alirannya. Di Desa
Berdikari disebut Sungai Sopu, di bagian hilir orang Sintuwu menyebutnya
Sungai Gumbasa, dan di muara penduduk kota Palu menamainya Sungai Palu.
Kecamatan Palolo merupakan daerah tangkapan air atau bagian hulu dari sistem
DAS Sopu di mana bagian DAS hilirnya adalah Kota Palu dan sebagian wilayah
Kecamatan Sigi Biromaru.
Jumlah penduduk menurut hasil pencatatan registrasi penduduk pada akhir
tahun 2007 sebanyak 25.392 jiwa. Jumlah penduduk di Kecamatan Palolo
berkurang disebabkan adanya pemekaran kecamatan yaitu Kecamatan Nokilalaki.
Kepadatan penduduk tahun 2007 mencapai 84 jiwa per km2. Mata pencaharian
penduduk Kecamatan Palolo sebagai Petani 86,22%, pedagang 2,58%, bergerak di
bidang jasa 2,26% , dan pegawai negeri 3,38% (BPP Kecamatan Palolo, 2008).
Kepadatan penduduk yang tinggi dan potensi sumberdaya agraria yang
memungkinkan membuat seluruh wilayah desa saat ini menjadi daerah pertanian
intensif. Cepatnya perluasan kawasan ini menjadi areal pertanian terjadi sejak
tanaman kakao bernilai ekonomi tinggi padahal pemeliharaannya kurang intensif,
sehingga kemampuan pengelolaan usahatani per tenaga kerja menjadi luas.
Tingginya tingkat kepadatan penduduk disebabkan oleh tingginya jumlah
pendatang (migran masuk) ke wilayah ini, baik dari Sulawesi Tengah maupun dari
Sulawesi Selatan. Faktor yang menyebabkan Kecamatan Palolo menjadi daerah
tujuan migrasi di antaranya adalah ketersediaan infrastruktur yang lebih baik.
Jarak dari Kecamatan Palolo ke Kota Palu adalah 54 km dan menjadi salah satu
jalan poros yang menghubungkan kota Palu dengan daerah-daerah lain.
Penyebab migrasi penduduk Kecamatan Kulawi yang termasuk salah satu
suku daerah Sulawesi Tengah yang paling banyak bermigrasi ke Kecamatan
50
Palolo adalah topografi di Kecamatan Kulawi yang berbukit sehingga sulit untuk
pertanian dan aksesibilitas yang terbatas. Sampai saat ini jalan yang dapat dilalui
kendaraan di wilayah Kulawi hanya sampai ke kota kecamatan, sementara
setengah dari desa-desanya belum dapat dijangkau kendaraan.
Pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa tidak dapat
dilepaskan dari peningkatan sumberdaya manusia yang merupakan investasi bagi
kepentingan pembangunan nasional. Kecamatan ini mempunyai beberapa
infrastruktur sosial ekonomi. Fasilitas pendidikan yang tersedia adalah 9 buah
TK, 24 buah SD, 4 buah SMP, 2 buah MTs, 1 buah SLTA dan 2 buah Madrasah
Aliyah (Badan Pusat Statistik, 2008). Fasilitas kesehatan terdiri atas Puskesmas 2
buah, Pustu 6 buah, dan Polindes 13 buah.
Sektor pertanian merupakan tumpuan kehidupan perekonomian di
Kecamatan Palolo. Pembangunan di sektor pertanian merupakan hal yang penting
dalam mendukung pembangunan ekonomi pada sektor yang lain. Sektor
pertanian terdiri atas sub sektor pertanian tanaman pangan, sub sektor perkebunan,
sub sektor kehutanan, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan.
Tata guna lahan di Kecamatan Palolo disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Luas Lahan Sawah dan Jenis Pengairannya, Tadah Hujan di Kecamatan Palolo Tahun 2007 (ha)
Tahun Irigasi Tadah Hujan
Lainnya Jumlah Teknis ½ Teknis Sederhana
2003 2004 2005 2006 2007
- - - - -
705 705 705 710 710
2.533,80 1.932,00 2.446,37 2.797,00 2.225,00
19715512015345
17,00 16,00 12,75 1,00 1,00
2.980,82.798,03.290,03.661,02.986,0
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kecamatan Palolo.
Tabel 2. Luas Lahan Kering di Kecamatan Palolo Tahun 2007 (ha)
Tahun Pekarangan Ladang Tegalan/kebun Padang rumput
Belum diusahakan
2003 2004 2005 2006 2007
720,25 720,25 720,25 683,00 551,50
3.714,0 3.751,0 4.014,0 4.275,0 3.785,5
4.274 4.486 6.786 7.675 6.680
- - - - -
5.945,90 5.943,49 5.423,00 5.423,90 4.987,45
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kecamatan Palolo.
51
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Palolo memiliki tenaga PPL
23 orang yang melayani 19 desa. Kelembagaan Koperasi Unit Desa, Balai Benih,
lembaga keuangan, dan bank memegang peranan penting dalam memperlancar
operasional penyuluhan pertanian. Institusi ini melayani kebutuhan petani dalam
pemenuhan sarana produksi, permodalan dan pemasaran hasil pertanian. Jenis
kelembagaan pelayanan yang ada adalah Koperasi Unit Desa 1 (satu) unit,
Koperasi Pertanian 1 (satu) unit, Balai Benih 2 (dua) unit, Lembaga Keuangan
Mikro LSPBM 10 unit dan BRI 1 (satu) unit (Badan Pusat Statistik, 2008).
Tanaman perkebunan yang menjadi tanaman ekonomi terpenting saat ini
adalah coklat atau kakao (Theobroma cacao L) yang perkembangannya sangat
cepat. Tahun 1998 luasnya 413,3 ha (Badan Pusat Statistik, 1999), sembilan tahun
kemudian (tahun 2007) meningkat menjadi 7.513 ha dengan produksi rata-rata
0,63 ton/ha (Dinas Perkebunan Sulawesi Tengah, 2008). Tanaman perkebunan
lainnya adalah kopi dan cengkeh, tanaman semusim adalah padi dan jagung.
Tanaman kakao dapat dianggap sebagai salah satu faktor penarik yang
menjadi pintu pembuka wilayah ini. Kakao sudah dikenal sejak tahun 1970-an,
mulai banyak ditanam pada pertengahan 1980-an dan semakin luas mulai awal
1990-an. Saat ini kakao mendominasi ekonomi penduduk. Tanaman kakao dapat
dilihat di sepanjang jalan utama, ditanam sampai ke halaman rumah, sehingga
tidak ada tanah kosong yang tidak ditanami kakao. Nilai jual kakao yang tinggi
menyebabkan meningkatnya ekonomi penduduk, sekaligus memicu tingginya
jual beli tanah. Secara tidak langsung, kakao menyebabkan gejala “lapar tanah”
pada sebagian orang yang berakibat kepada penyerobotan areal hutan.
Hama yang menyerang kakao saat ini adalah serangga kepik penghisap
buah kakao (Helopelthis) yang menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit dan
memperburuk mutu buah. Hama yang sangat mengkhawatirkan adalah penggerek
buah kakao (cocoa pod borer) yang disebabkan oleh Conopomorpha cramerella
snellen. Serangan hama tersebut menyebabkan buah kakao keras sehingga sulit
dikupas dan biji menjadi lengket yang dapat menurunkan harga jual, meskipun
tingkat serangannya masih rendah. Jamur yang mulai banyak menyerang adalah
serangan jamur Phythophtora palmivora yang disebut penyakit hitam pada kulit
(black pod desease) dan menyebabkan buah tidak bisa matang.
52
Prasarana pemasaran di Kecamatan Palolo masih sangat kurang. Kondisi
tersebut merupakan kendala bagi masyarakat karena sarana transportasi yang sulit
antar desa sehingga menyulitkan pemasaran komoditi pertanian/perkebunan ke
desa yang memiliki sarana pemasaran. Jumlah desa yang memiliki sarana
pemasaran di Kecamatan Palolo hanya enam buah yaitu Desa Bahagia, Rahmat,
Makmur, Bobo, Lembatongoa dan Uenuni. Hari pasar di desa tersebut masing-
masing satu hari dalam seminggu, sehingga setiap hari ada satu hari pasar mulai
hari Senin sampai dengan Sabtu. Jumlah toko, kios, dan warung pada tahun 2007
mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Sebanyak 8 desa memiliki
sarana toko, 12 desa memiliki warung dan semua desa sudah memiliki kios.
Arus perekonomian suatu tempat akan meningkat apabila tersedia sarana
perhubungan antar daerah dan desa sehingga arus lalu lintas baik kendaraan
bermotor maupun tidak bermotor dapat beroperasi dengan baik. Perkembangan
sektor perhubungan khususnya kondisi jalan induk yang menghubungkan satu
desa ke desa yang lain sudah cukup baik, kondisi jalan yang belum beraspal hanya
terdapat di dua desa yaitu Desa Sintuwu dan Desa Lembatongoa.
Karakteristik Internal dan Eksternal Wanita Tani
Karakteristik petani adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh
seseorang petani yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola
tindakan terhadap lingkungannya (Mislini, 2006). Peubah karakteristik petani
yang dikaji terdiri atas 15 variabel yang digolongkan dalam dua bagian yaitu
karakteristik internal dan karakteristik eksternal. Karakteristik internal wanita tani
meliputi umur, tingkat pendidikan formal, besarnya jumlah keluarga, pengalaman
berusahatani, motivasi berusahatani, aspirasi, sifat kekosmopolitan, pengambilan
keputusan dan alokasi waktu (peran domestik dan produktif). Karakteristik
eksternal wanita tani meliputi: budaya/sistem nilai, ketersediaan tenaga kerja,
intensitas penyuluhan, iklim usaha, peluang pasar, dan peran/dorongan suami
(kepala keluarga).
Pengkategorian responden dari masing-masing indikator dilakukan dengan
teknik analisis deskriptif (Arikanto, 1998). Analisis deskriptif diharapkan dapat
menggambarkan karakteristik wanita tani yang melaksanakan usahatani kakao di
Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.
53
Faktor Internal
Proporsi responden (wanita tani) berdasarkan distribusi karakteristik
internal wanita tani yang berusahatani kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten
Donggala Provinsi Sulawesi Tengah disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Deskripsi Faktor Internal Wanita Tani dalam Berusahatani Kakao di Kecamatan Palolo
Karakteristik Wanita Tani
Rataan Kisaran Kategori Jumlah n %
Umur (Tahun) 37,8 20 - 52 Muda (< 30,67) Sedang (30,67 – 41,33) Tua (>41,33)
11 21 13
24,4 46,7 28,9
Tingkat Pendidikan (tahun)
9,11 5 – 15 Rendah (< 8,33) Sedang (8,33 – 11,67) Tinggi (> 11,67)
15 14 16
33,3 31,1 35,6
Jumlah Tanggungan Keluarga (orang)
4,71 2 – 8 Rendah (< 4) Sedang (4 – 6) Tinggi (> 6 )
7 35 3
15,5 77,8 6,7
Pengalaman Berusahatani (tahun)
10,73 5 – 26 Rendah (< 12 ) Sedang (12 – 19 ) Tinggi (> 19 )
32 9 4
71,1 20,0 8,9
Motivasi Berusahatani
29,89 22 – 36 Rendah (< 26,67) Sedang (26,67 – 31,34) Tinggi (> 31,34)
8 19 18
17,8 42,2 40,0
Aspirasi 11,91 11 - 12 Rendah (< 11,33) Sedang (11,33 – 11,66) Tinggi (> 11,66)
4 0
41
8,9 0,0
91,1Sifat Kekosmopolitan
10,0 6 -17 Rendah (< 9,67) Sedang (9,67 – 13,34) Tinggi (> 13,34)
25 12 8
55,5 26,7 17,8
Pengambilan Keputusan
32,47 13 - 39 Rendah (< 21,67) Sedang (21,67 – 30,34) Tinggi (> 30,34)
5 12 28
11,1 26,7 62,2
Peran Domestik 10,29 5 - 15 Rendah (< 8,33) Sedang (8,33 – 11,66) Tinggi (> 11,66)
10 22 13
22,2 48,9 28,9
Peran Produktif 5,04 3 - 6 Rendah (< 4) Sedang (4 - 5) Tinggi (> 5)
5 22 18
11,1 48,9 40,0
Jumlah 45 100,0
54
Umur
Tabel 3 menunjukkan bahwa umur responden dikategorikan sedang yaitu
sebesar 46,7%. Umur wanita tani di Kecamatan Palolo bervariasi antara 20
sampai dengan 52 tahun dan rata-rata umur adalah 37,8 tahun. Berdasarkan
kategori umur responden, kelompok ini dapat dikatakan sebagai kelompok usia
produktif karena mampu melaksanakan pekerjaan terutama berusahatani kakao.
Pada umur ini wanita tani umumnya sudah mempunyai beberapa orang
anak, dan sudah memiliki pengalaman hidup yang dapat dijadikan penuntun untuk
mengarungi kehidupan. Wanita tani juga lebih bertanggung jawab terhadap
kehidupan keluarganya. Sebagai wujud tanggung jawab ini mereka berperan serta
aktif meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan ikut berpartisipasi dalam
pengelolaan usahatani kakao yang merupakan usahatani keluarga. Sebaran umur
responden memperlihatkan bahwa wanita tani di Kecamatan Palolo mempunyai
kemampuan untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan usahatani kakao dan
dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki.
Tingkat Pendidikan
Pendidikan formal wanita tani di Kecamatan Palolo bervariasi mulai dari
Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi, dengan kisaran 5 sampai
dengan 15 tahun. Rata-rata tingkat pendidikan formal wanita tani di Kecamatan
Palolo adalah selama 9,11 tahun. Artinya bahwa wanita tani di Kecamatan Palolo
rata-rata menyelesaikan pendidikan selama 9 (sembilan) tahun atau rata-rata
tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Tingkat pendidikan formal yang dimiliki wanita tani di Kecamatan Palolo
Kabupaten Donggala dikategorikan tinggi (SMA), yaitu sebesar 35,6 %. Secara
keseluruhan rata-rata tingkat pendidikan formal wanita tani dikategorikan sedang,
dari 45 responden 15 orang berpendidikan di bawah SMP, 14 orang berpendidikan
SMP dan 1 (satu) orang yang sedang duduk di bangku kuliah.
Pendidikan akan berpengaruh pada cara dan pola berpikir seseorang, sebab
pendidikan merupakan suatu proses pengembangan pengetahuan, keterampilan
dan sikap seseorang yang dilaksanakan secara terencana, sehingga memperoleh
perubahan-perubahan bagi peningkatan hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, semakin berkembang pola berpikirnya dalam pengambilan keputusan
55
untuk melakukan sesuatu termasuk keputusan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
usahatani kakao.
Tingkat pendidikan berpengaruh juga terhadap adopsi inovasi teknologi,
khususnya teknologi budidaya kakao. Wanita tani yang berpendidikan tinggi
lebih bisa membudidayakan kakao ke arah agribisnis, bukan sekedar pemenuhan
kebutuhan rumah tangga karena pendidikan dapat mendorong tumbuhnya
kreativitas sehingga mampu menangkap peluang atau kesempatan berusaha.
Besarnya Jumlah Keluarga
Besarnya jumlah anggota keluarga dapat berdampak negatif terhadap
kemajuan usahatani, apabila anggota keluarga tersebut tidak menyumbangkan
tenaga. Anggota keluarga yang tidak bekerja akan menambah beban bagi
keluarga akibat pengeluaran keluarga lebih banyak daripada pendapatan yang
diperoleh dari usahatani termasuk usahatani kakao.
Besarnya jumlah keluarga wanita tani di Kecamatan Palolo bervariasi antara
2 sampai dengan 8 orang, dengan rata-rata jumlah anggota keluarga adalah 4,71
orang. Besarnya jumlah keluarga berada pada kategori sedang (4 – 6 orang)
sebesar 77,8 %. Sebagian besar anggota keluarga masih berada pada bangku
pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Keterlibatan mereka
dalam usahatani kakao sangat minim. Kontribusi anggota keluarga pada kegiatan
usahatani kakao lebih pada kegiatan penyortiran dan pengepakan. Kegiatan ini
melibatkan anggota keluarga karena mudah dilakukan dan berada di sekitar
rumah/tempat tinggal. Kebanyakan anggota keluarga (anak-anak) membantu
meringankan pekerjaan rumah tangga, seperti membersihkan rumah dan menyapu
halaman. Keterlibatan dalam kegiatan produktif lainnya adalah membantu
memberi makan ternak peliharaan mereka (ayam dan babi).
Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusahatani kakao yang dimiliki wanita tani di Kecamatan
Palolo dikategorikan rendah yaitu sebesar 71,1% dengan kisaran 5 sampai dengan
26 tahun dan rata-rata pengalaman berusahatani selama 10,73 tahun.
Secara teoritis wanita tani yang lebih berpengalaman dalam menangani
usahatani kakao cenderung lebih selektif dalam memilih dan menggunakan
inovasi teknologi dibandingkan wanita tani dengan pengalaman rendah. Artinya,
56
pengalaman berusahatani kakao memegang peranan penting dalam upaya
mengefisienkan faktor-faktor produksi yang akan digunakan oleh wanita tani
dalam kegiatan usahatani kakao. Dari 45 responden, 4 (empat) orang (8,9 %)
memiliki pengalaman berusahatani kakao di atas 19 tahun. Meskipun pengalaman
berusahatani kakao dikategorikan rendah, wanita tani di Kecamatan Palolo sudah
terbiasa dengan kegiatan berusahatani lainnya misalnya padi dan jagung, sehingga
mereka tidak canggung dalam membudidayakan tanaman lainnya termasuk kakao.
Motivasi Berusahatani
Motivasi yang kuat dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan
nyata. Motivasi wanita tani untuk berpartisipasi dalam usahatani kakao yang
dimaksud adalah faktor-faktor yang mendorong wanita tani melakukan kegiatan
usahatani kakao. Motivasi tersebut meliputi dorongan untuk peningkatan
pendapatan keluarga, pemenuhan kebutuhan keluarga, menambah pengetahuan
dan pengalaman, ajakan dari anggota keluarga, ajakan orang lain, ajakan petugas
lapangan (PPL) atau pihak lain, menjalin pergaulan antara sesama petani, agar
dihargai sebagai isteri yang berhasil, karena harga jual kakao yang tinggi,
memanfaatkan waktu luang dan ingin memperoleh uang tambahan.
Motivasi berusahatani yang dimiliki wanita tani di Kecamatan Palolo
dikategorikan sedang yaitu sebesar 42,2%. Motivasi untuk meningkatkan
pendapatan keluarga, pemenuhan kebutuhan keluarga, menambah pengetahuan
dan pengalaman, memperoleh uang tambahan adalah faktor pendorong terbesar
partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Motivasi lainnya adalah untuk
membantu suami mencari nafkah dan menghemat biaya sewa tenaga kerja.
Motivasi wanita tani untuk berpartisipasi dalam usahatani kakao lebih besar
berasal dari motivasi intrinsik (dari dalam diri wanita tani).
Aspirasi
Aspirasi merupakan harapan tingkat perwujudan ataupun pencapaian sesuatu
di masa mendatang yang menentukan dan mempolakan usaha-usaha seseorang
untuk mencapai hal tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
aspirasi yang dimiliki oleh wanita tani di Kecamatan Palolo dikategorikan tinggi
yaitu sebesar 91,1 %.
57
Aspirasi atau harapan yang dimiliki oleh wanita tani yang ada di Kecamatan
Palolo Kabupaten Donggala adalah memperoleh nilai jual (keuntungan) yang
tinggi dengan penggunaan input (sarana produksi) yang sesuai, meningkatkan
produksi tanaman, dapat mengembangkan usahatani kakao ke arah agribisnis yang
lebih baik, dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga melalui kegiatan usahatani
kakao. Hasil wawancara diperoleh informasi bahwa selain ingin mengembangkan
usahatani kakao, aspirasi wanita tani adalah dapat menunaikan ibadah haji.
Sifat Kekosmopolitan
Sifat kekosmopolitan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat
keterbukaan wanita tani terhadap pergaulan dengan orang di dalam dan luar
desanya, lembaga terkait, serta media massa untuk mendapatkan informasi dalam
mengelola usahatani kakao. Kekosmopolitan responden berkaitan dengan
frekuensi responden mengunjungi sumber informasi, dan frekuensi responden
memanfaatkan media massa, frekuensi kunjungan ke luar daerah selama kurun
waktu tertentu untuk mencari informasi tentang usahatani kakao.
Sifat kekosmopolitan wanita tani di Kecamatan Palolo dikategorikan rendah,
yaitu sebesar 55,5%. Usaha responden untuk mengunjungi sumber informasi di
dalam dan di luar desa, serta memanfaatkan media massa dengan tujuan mencari
informasi tentang usahatani kakao masih sangat kurang.
Hal ini dapat memperkecil kemungkinan responden untuk lebih terbuka
terhadap inovasi teknologi termasuk usahatani kakao. Frekuensi wanita tani
menghubungi penyuluh atau petugas lapangan, pergi ke luar desa, membaca
koran, majalah, brosur, mendengarkan radio dan televisi yang berisi informasi
usahatani kakao masih rendah. Selain itu umumnya jenis informasi/topik yang
dipilih wanita tani dalam memanfaatkan media massa adalah hiburan, bukan
menambah pengetahuan tentang pertanian khususnya usahatani kakao. Padahal,
Balai Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Palolo, sejak tahun 2008 sudah mulai
merintis radio pertanian yang menyiarkan berbagai informasi pertanian termasuk
usahatani kakao. Kekosmopolitan wanita tani di Kecamatan Palolo perlu
ditingkatkan dengan memberi peluang yang lebih besar kepada mereka agar dapat
mengakses berbagai sumber informasi.
58
Informasi mengenai usahatani kakao perlu ditingkatkan baik dari segi
kuantitas maupun kualitas, sehingga wanita tani lebih bergairah untuk
memanfaatkan informasi tersebut. Informasi ini dapat diperoleh salah satunya
melalui kegiatan penyuluhan. Selama ini, kegiatan penyuluhan pertanian yang
diadakan oleh Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Palolo kebanyakan
dihadiri oleh suami mereka yang sudah tergabung dalam kelompok tani. Informasi
tentang usahatani kakao diperoleh wanita tani dari suami mereka.
Pengambilan Keputusan Pola pengambilan keputusan yang dikaji berdasarkan lima pola peran, yaitu:
suami sendiri, suami dominan, bersama setara, isteri dominan, dan isteri sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian, peranan wanita tani dalam pengambilan keputusan
pada usahatani kakao sebesar 62,2 % dan dikategorikan tinggi.
Hampir semua tahap kegiatan dalam usahatani kakao mulai pembebasan
atau pembersihan lahan sampai pemasaran hasil panen kakao, 62,2% responden
menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan dilakukan secara bersama-
sama (setara suami dan isteri). Hal ini menunjukkan status wanita di Kecamatan
Palolo sudah diperhitungkan.
Beberapa responden mengatakan bahwa proses pengambilan keputusan yang
berlaku dalam rumah tangga masih didominasi oleh suami. Kegiatan yang lebih
didominasi oleh suami, bahkan suami lebih banyak memutuskan sendiri jenis
kegiatan dalam usahatani kakao adalah pengendalian hama penyakit tanaman
(pemilihan jenis dan dosis pestisida), dan jumlah pupuk yang akan digunakan.
Alokasi Waktu
Pola pembagian kerja dalam keluarga sangat terkait dengan variasi
diversifikasi sumber pendapatan yang dilakukan oleh sebuah keluarga. Curahan
waktu yang tersedia pada wanita tani, merupakan faktor yang berhubungan
dengan tingkat partisipasi wanita tani. Curahan waktu yang dikaji dalam
penelitian ini adalah peran domestik dan peran produktif.
- Peran Domestik
Peran domestik biasa juga disebut dengan peran reproduktif adalah peran
yang dijalankan oleh seseorang untuk kegiatan yang berkaitan dengan
59
pemeliharaan sumberdaya manusia dan pekerjaan urusan rumah tangga. Peran
reproduktif disebut juga peran di sektor domestik.
Peran domestik dalam penelitian ini meliputi kegiatan mengasuh anak,
memasak, membersihkan rumah, belanja di pasar, kesehatan keluarga, dan
pendidikan anak. Peran domestik yang dilakukan wanita tani di Kecamatan Palolo
Kabupaten Donggala dikategorikan sedang, yaitu sebesar 48,9%. Angka ini
menunjukkan bahwa terjadi pembagian peran antara suami-isteri dalam pekerjaan
rumah tangga. Pembagian peran antara suami-isteri dapat terlihat terutama pada
kegiatan kesehatan keluarga dan pendidikan anak. Meskipun peran domestik ini
didominasi oleh wanita, hal ini masih berdampak positif bagi partisipasi wanita
dalam berusahatani kakao karena mereka masih mempunyai luangan waktu untuk
melakukan pekerjaan lainnya, termasuk berpartisipasi dalam usahatani kakao.
- Peran Produktif
Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, menyangkut
pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi maupun
untuk diperdagangkan. Kerja produktif yang dilakukan oleh wanita berkontribusi
terhadap pendapatan keluarga. Peran produktif yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah kegiatan di lahan kakao dan kegiatan yang dilakukan oleh wanita tani
selain usahatani kakao dalam upaya menambah pendapatan keluarga baik dari
pertanian maupun non pertanian.
Tabel 3 menunjukkan bahwa peran produktif wanita tani dalam usahatani
kakao di Kecamatan Palolo dikategorikan sedang, yaitu 48,9%. Hal ini berkaitan
dengan curahan waktu yang dikeluarkan dalam kegiatan domestik. Peran
produktif yang dilakukan oleh wanita tani di Kecamatan Palolo Kabupaten
Donggala selain kegiatan usahatani kakao adalah: petani padi, jagung, dan
sayuran, guru (honorer), pedagang (warung/kios), buruh tani, usaha industri
rumah tangga berupa pembuatan keripik talas, pembuatan gula aren, pembuatan
sapu ijuk, dan tikar.
Faktor Eksternal
Proporsi responden (wanita tani) berdasarkan distribusi karakteristik
eksternal wanita tani dalam berusahatani kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten
Donggala Provinsi Sulawesi Tengah disajikan pada Tabel 4.
60
Tabel 4. Deskripsi Faktor Eksternal Wanita Tani dalam Berusahatani Kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah
Karakteristik Wanita Tani
Rataan Kisaran Kategori Jumlah n %
Budaya/Sistem Nilai
10,64 6 – 12 Rendah (< 8) Sedang (8 - 10) Tinggi (>10)
3 11 31
6,7 24,4 68,9
Ketersediaan Tenaga Kerja
6,89 5 - 9 Rendah (< 21,67) Sedang (21,67 – 30,34) Tinggi (> 30,34)
5 12 28
11,1 26,7 62,2
Penyuluhan 4,51 4 - 6 Rendah (< 4,67) Sedang (4,67 – 5,34) Tinggi (> 5,34)
29 9 7
64,4 20,0 15,6
Iklim Usaha 19,64 16 - 21 Rendah (< 17,67) Sedang (17,67 – 19,34) Tinggi (> 19,34)
1 17 27
2,2 37,8 60,0
Peluang Pasar 7,40 5 - 9 Rendah (< 6,33) Sedang (6,33 – 7,66) Tinggi (> 7,66)
7 18 20
15,6 40,0 44,4
Peran/dorongan Suami (Kepala Keluarga)
10,13 8 – 12 Rendah (< 9,33) Sedang (9,33 – 13,34) Tinggi (> 13,34)
12 15 18
26,7 33,3 40,0
Jumlah 45 100,0
Budaya/Sistem Nilai
Budaya atau sistem nilai yang dimaksud adalah gagasan, nilai-nilai, norma,
dan peraturan yang berlaku di Kecamatan Palolo berkaitan dengan usahatani
kakao yang dilaksanakan wanita tani. Indikator budaya atau sistem nilai meliputi
kesesuaian budaya yang berlaku dengan usahatani kakao, pembagian peran
(pembagian kerja) antara pria-wanita, dan perbedaan upah antara pria-wanita.
Orientasi nilai budaya (sikap mental) menjadi pengatur, pengendali dari perbuatan
dan berpengaruh pada penciptaan karya-karya fisik (partisipasi wanita tani).
Tabel 4 menunjukkan bahwa pengaruh budaya atau sistem nilai yang
berlaku di Kecamatan Palolo terhadap partisipasi wanita tani dalam berusahatani
kakao dikategorikan tinggi, yaitu sebesar 68,9 %. Budaya atau sistem nilai yang
berlaku tidak bertentangan dengan usahatani kakao yang dilakukan wanita tani.
61
Masyarakat di Kecamatan Palolo terdiri atas multietnik dengan beragam
latar belakang budaya. Latar belakang budaya inilah yang mempengaruhi tingkat
partisipasi wanita dalam usahatani kakao. Hal ini terlihat dari adanya pola
pembagian peran antara suami – isteri dalam kegiatan usahatani kakao, misalnya
pada kegiatan pengendalian hama penyakit dan pemangkasan.
Ketersediaan Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja dalam usahatani bisa bersumber dari dalam
keluarga dan luar keluarga. Ketersediaan tenaga kerja dalam kegiatan usahatani
dapat dipenuhi dari tenaga kerja wanita dan tenaga kerja pria, kaitannya dengan
produktifitas kerja. Indikator ketersediaan tenaga kerja yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah tenaga kerja yang bersumber dari dalam keluarga.
Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani kakao yang di Kecamatan
Palolo Kabupaten Donggala umumnya berasal dari dalam keluarga (suami, isteri
dan anak). Kegiatan yang membutuhkan tenaga dari luar keluarga (sewa),
misalnya pengendalian hama penyakit, sanitasi dan panen raya. Tabel 4
menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga
untuk usahatani kakao dikategorikan tinggi yaitu sebesar 62,2%.
Penyuluhan
Penyuluhan berpengaruh bagi kelancaran masyarakat untuk berpartisipasi
dalam pembangunan pertanian termasuk usahatani kakao. Peranan penyuluhan
untuk menggerakkan masyarakat terlibat aktif dalam pembangunan manusia
seutuhnya antara lain penerima gagasan, inspirasi dan aspirasi khalayak sasaran
dan motivator yang mampu mendorong sasaran untuk merasa bertanggung jawab
dalam melaksanakan dan memelihara hasil-hasil program.
Kontak dengan penyuluh diartikan sebagai terjadinya hubungan antara
petani dengan penyuluh. Menurut Soekanto (2006) hubungan yang terjadi antara
seseorang dengan orang lain dapat bersifat primer dan sekunder. Hubungan yang
bersifat primer terjadi apabila seseorang mengadakan hubungan langsung dengan
bertemu dan berhadapan muka. Hubungan yang bersifat sekunder terjadi melalui
perantara baik orang lain maupun alat-alat seperti telepon, radio.
Penyuluh haruslah memiliki kaitan erat dengan masyarakat lokal, tertarik
dengan permasalahan atau persoalan lokal, mau berbagi pengetahuan, ide, dan
62
bekerja sama dengan masyarakat. Penyuluh diperlukan sebagai komunikator yang
baik dan mampu mendorong pemimpin lokal untuk berperan aktif dalam
pembangunan pertanian. Penyuluh juga dianggap sebagai salah satu media bagi
wanita tani di Kecamatan Palolo untuk mendapatkan informasi dan bimbingan
dalam menjalankan usahatani. Selama ini penyuluh relatif jarang memberikan
bimbingan kepada wanita tani, sehingga fungsi pembinaannya belum optimal.
Penyuluhan yang dimaksud adalah keterlibatan wanita tani dalam kegiatan
penyuluhan usahatani kakao, kesesuaian materi penyuluhan, tingkat penerapan
materi, dan kompetensi penyuluh. Tabel 4 menunjukkan bahwa keterlibatan
wanita tani dalam penyuluhan dikategorikan rendah, yaitu sebesar 64,4%.
Responden yang terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan sebanyak 7 (tujuh)
orang yang merupakan anggota dan pengurus kelompok tani. Wanita tani yang
tidak termasuk anggota kelompok tidak dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan.
Iklim Usaha Iklim usaha merupakan suasana usaha yang mempengaruhi partisipasiwanita
tani dalam kegiatan usahatani kakao. Suasana usaha berkaitan dengan permintaan
pasar, kemudahan menjual, informasi harga jual kakao, ketersediaan sarana
produksi, harga jual kakao, jarak antara rumah dan tempat penjualan, serta
keamanan usaha. Keamanan usaha yang dimaksud adalah keamanan kegiatan-
kegiatan/pekerjaan-pekerjaan dalam usahatani kakao bagi wanita tani.
Tabel 4 menunjukkan bahwa iklim usaha dikategorikan tinggi, yaitu sebesar
60,0%. Nilai ini mengindikasikan iklim usaha yang ada di Kecamatan Palolo
sangat mendukung partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao.
Peluang Pasar
Peluang pasar yang dimaksud meliputi kesesuaian harga kakao di tingkat
pasar, biaya produksi yang dikeluarkan dan kemampuan pasar menyerap hasil
produksi kakao. Tabel 4 menunjukkan bahwa peluang pasar kakao di Kecamatan
Palolo dikategorikan tinggi, yaitu sebesar 44,4%. Hal ini disebabkan jumlah
produksi yang dihasilkan dapat memberikan keuntungan bagi petani. Persentase
yang termasuk dalam kategori sedang dan rendah disebabkan modal atau biaya
yang dikeluarkan petani untuk membeli sarana produksi pertanian lebih tinggi
dibandingkan keuntungan yang diperoleh dari hasil jual biji kakao (produksi
63
kakao rendah). Rendahnya produktivitas tanaman kakao juga disebabkan
serangan hama (PBK, monyet dan tupai).
Peran/ dorongan suami (Kepala Keluarga)
Peran atau dorongan dari suami sebagai kepala rumah tangga sangat
menentukan besar kecilnya tingkat partisipasi wanita tani dalam berusahatani
kakao. Tabel 4 menunjukkan bahwa peran atau dorongan suami terhadap
partisipasi wanita tani dalam berusahatani kakao dikategorikan tinggi, yaitu
sebesar 40,0%. Hal ini disebabkan usahatani kakao merupakan usahatani keluarga
yang melibatkan seluruh anggota keluarga termasuk wanita tani (isteri).
Kerjasama antara suami isteri dalam mengelola usahatani kakao sangat diperlukan
karena dapat mengefisienkan waktu, tenaga dan biaya.
Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao
Partisipasi wanita tani yang dikaji berdasarkan keikutsertaan wanita tani
dalam tahapan kegiatan usahatani kakao, yaitu tahapan budidaya kakao,
kewirausahaan dan pencatatan keuangan rumah tangga. Kegiatan budidaya kakao
meliputi: pembersihan lahan atau pembebasan lahan dari semak belukar,
penanaman pohon pelindung, pembibitan, penanaman kakao, sanitasi lahan,
pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama penyakit tanaman, panen pasca
panen (belah, jemur dan fermentasi), penyortiran, pengepakan serta pemasaran.
Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan pada usahatani kakao adalah upaya membebaskan lahan
dari semak belukar. Pembersihan lahan dapat juga berupa pembukaan lahan baru.
Pembersihan lahan diartikan juga sebagai pengolahan lahan. Kegiatan ini dapat
dilakukan sekaligus dan secara bertahap disesuaikan dengan ketersediaan jumlah
tenaga kerja dan modal yang dimiliki oleh petani.
Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani dalam kegiatan
pembersihan lahan dikategorikan tinggi, yaitu 46,7%. Sebagian besar wanita tani
berpartisipasi dalam pembersihan/pengolahan lahan disebabkan kondisi lahan
yang mereka miliki masih berupa hutan (bukaan baru), sehingga mereka
termotivasi untuk berpartisipasi. Alasan responden adalah supaya lahan atau
kebun dapat cepat ditanami kakao dan menghemat biaya sewa tenaga kerja.
64
Curahan waktu yang dikeluarkan wanita tani pada kegiatan pembersihan/
pengolahan lahan rata-rata 2,60 jam.
Tabel 5. Deskripsi Faktor Partisipasi Wanita Tani dalam Berusahatani Kakao di Kecamatan Palolo
Partisipasi Wanita Tani
Rataan Kisaran Kategori Jumlah n %
Pembersihan Lahan 8,84 4 - 12 Rendah (< 6,67) Sedang (6,67 – 9,34) Tinggi (>9,34)
8 16 21
17,8 35,6 46,7
Penanaman Pohon Pelindung
6,78 3 - 9 Rendah (< 5) Sedang (5 – 7) Tinggi (>7)
5 24 16
11,1 53,3 35,6
Pembibitan 7,76 3 - 9 Rendah (< 5) Sedang (5 – 7) Tinggi (>7)
4 12 29
8,9 26,7 64,4
Penanaman 9,91 6 - 12 Rendah (< 8) Sedang (8 – 10) Tinggi (>10)
4 23 18
8,9 51,1 40,0
Sanitasi 7,58 5 - 9 Rendah (< 6,33) Sedang (6,33 – 7,66) Tinggi (>7,66)
11 10 24
24,4 22,2 53,3
Pemupukan 7,09 4 - 12 Rendah (< 6,67) Sedang (6,67 – 9,34) Tinggi (>9,34)
18 16 11
40,0 35,6 24,4
Pemangkasan 8,93 5 - 12 Rendah (< 7,33) Sedang (7,33 – 9,66) Tinggi (>9,66)
9 20 16
20,0 44,4 35,6
Pengendalian Hama dan Penyakit
6,29 3 - 9 Rendah (< 5) Sedang (5 – 7) Tinggi (>7)
5 34 6
11,1 75,6 13,3
Panen, Pasca panen (belah, jemur dan fermentasi)
10,33 8 - 12 Rendah (< 9,33) Sedang (9,33 – 10,66) Tinggi (>10,66)
2 33 10
4,4 73,4 22,2
Penyortiran dan Pengepakan
5,71 4 - 6 Rendah (< 4,67) Sedang (4,67 – 5,34) Tinggi (>5,34)
3 7
35
6,7 15,6 77,7
Pemasaran 4,93 3 - 9 Rendah (< 5) Sedang (5 – 7) Tinggi (>7)
8 36 1
17,8 80,0 2,2
Kewirausahaan 8,18 5 - 9 Rendah (< 6,33) Sedang (6,33 – 7,66) Tinggi (>7,66)
5 24 16
11,1 53,3 35,6
Pencatatan keuangan 5,73 2 - 15 Rendah (< 7) Sedang (7 - 11) Tinggi (>11)
35 9 1
77,8 20,0 2,2
Jumlah 45 100,0
65
Penanaman Pohon Pelindung
Pengembangan tanaman kakao membutuhkan penaung yang lebat. Naungan
tanaman kakao harus lembab dengan pepohonan yang lebat. Tanaman ini
merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menghendaki kondisi lingkungan
yang sesuai.
Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani pada kegiatan
penanaman pohon pelindung dikategorikan sedang, yaitu 53,3%. Kondisi lahan
kakao milik petani di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala sebagian besar
berada di tengah hutan pegunungan, yang sebelum ditanami kakao sudah terdapat
tanaman hutan (kayu), perkebunan dan hortikultura yang produktif yang dapat
berfungsi sebagai tanaman pelindung, misalnya pohon jati, palapi, kemiri, kopi,
durian, rambutan, alpokat dan lain sebagainya. Hal ini membuat wanita tani tidak
lagi ikut menanam pohon pelindung. Bagi wanita tani yang ikut menanam pohon
pelindung, curahan waktu yang dikeluarkan rata-rata 1,87 jam.
Pembibitan
Tanaman kakao yang tumbuh melalui perbanyakan biji tidak dapat ditanam
langsung di lahan pertanaman. Proses perbanyakan tanaman kakao melalui
pembibitan. Sebelum dipindahkan (ditanam) ke lahan/kebun, bibit diseleksi
terlebih dahulu. Hanya bibit yang berpenampilan (tumbuh) baik yang dapat
ditanam di lahan/kebun.
Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani dalam kegiatan
pembibitan dikategorikan tinggi, yaitu sebesar 64,4%. Besarnya partisipasi
wanita tani di Kecamatan Palolo pada kegiatan pembibitan disebabkan lokasi
pembibitan berada di dekat rumah dan mudah dilakukan wanita tani. Lokasi
pembibitan yang dekat dengan rumah dan mudah dilakukan membuat wanita tani
dapat sekaligus menjalankan peran produktif dan peran domestiknya.
Penanaman
Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani pada kegiatan
penanaman kakao dikategorikan sedang, yaitu sebesar 51,1%. Penanaman kakao
di lokasi penelitian dilakukan secara bertahap. Hal ini disebabkan jumlah tenaga
kerja yang diperlukan tidak sebanding dengan ketersediaan tenaga kerja yang ada.
66
Tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan penanaman kakao lebih banyak
bersumber dari dalam keluarga. Lokasi kebun yang jauh dari rumah dan luas
lahan yang cukup besar yaitu 0,5 – 3 ha menyebabkan penanaman kakao
memerlukan luangan waktu yang cukup banyak. Luangan waktu yang dimiliki
wanita tani cenderung lebih digunakan pada kegiatan produktif lainnya, termasuk
penanganan usahatani di luar kakao misalnya padi dan jagung. Curahan waktu
yang dikeluarkan wanita tani untuk kegiatan penanaman kakao rata-rata 2,78 jam.
Sanitasi
Sanitasi kebun dapat dilakukan dengan cara membersihkan ranting yang ada
di dalam kebun, baik yang kering di pohon maupun yang ada di permukaan tanah,
membersihkan serasah di permukaan tanah dan membakarnya untuk mematikan
atau mengurangi kepompong penggerek buah kakao (PBK). Sanitasi juga upaya
penyederhanaan lingkungan kebun agar tidak disenangi ngengat untuk berlindung.
Tabel 5 menunjukkan partisipasi wanita tani dalam kegiatan sanitasi lahan
dikategorikan tinggi, yaitu sebesar 53%. Menyadari pentingnya kebersihan lahan
dan upaya pencegahan serangan hama dan penyakit tanaman membuat wanita
tani termotivasi untuk berpartisipasi melakukan sanitasi lahan. Sanitasi yang
dilakukan wanita tani di Kecamatan Palolo adalah dengan mengumpulkan serasah
yang berada di bawah pohon kemudian membakarnya. Keterlibatan wanita tani
dalam kegiatan sanitasi secara kimiawi terutama dalam penyediaan air sebagai
campuran herbisida. Wanita tani ikut mencampur herbisida ke dalam tangki,
pekerjaan menyemprot sebagian besar dilakukan suami mereka. Curahan waktu
yang dikeluarkan wanita tani untuk kegiatan sanitasi ini rata-rata 3,02 jam.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan agar tanaman tumbuh sehat dan berproduksi sesuai
harapan. Pemupukan yang dilakukan melalui beberapa pertimbangan terutama
faktor tanaman dan lingkungan. Faktor tanaman misalnya umur sedangkan faktor
lingkungan misalnya naungan, curah hujan dan keadaan tanah.
Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani dalam kegiatan
pemupukan dikategorikan rendah, yaitu sebesar 40%. Selain faktor tanaman dan
lingkungan, pemupukan membutuhkan beberapa pertimbangan yaitu waktu, dosis,
dan cara pemupukan. Berbeda dengan tanaman semusim, pemberian pupuk pada
67
tanaman kakao lebih membutuhkan curahan waktu dan tenaga yang banyak,
mengingat luasan lahan yang cukup besar dan kondisi lahan yang tidak datar
(berlereng/miring). Cara pemupukan memperhitungkan batas tajuk daun (umur
tanaman 1 tahun – 5 tahun), jarak 0,75 – 1 meter untuk tanaman berumur tua, dan
dosis pemupukan (NPK) yang berimbang. Kondisi lahan/kebun yang luas dan
berlereng, serta informasi teknologi pemupukan berimbang yang belum diketahui
sebagian besar wanita tani yang berada di Kecamatan Palolo, menyebabkan
wanita tani lebih banyak menunggu waktu atau kesempatan dari suami untuk
memupuk (belum bisa mengerjakan sendiri) sehingga partisipasi mereka
tergolong rendah.
Pemangkasan
Pemangkasan cabang yang tidak produktif pada tanaman kakao sangat
membantu efisiensi penggunaan hara. Hara yang diserap oleh tanaman kakao
sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemangkasan cabang atau ranting yang sakit
dapat mengurangi sumber infeksi hama dan penyakit terutama hama Penggerek
Buah Kakao (PBK), penyakit busuk buah, kanker batang dan antraknosa.
Sulistiyowati (2003) mengatakan bahwa hama PBK sangat menyukai kondisi
iklim yang lembab, saat sore hari imago PBK berisitirahat pada dahan atau ranting
yang menaungi.
Tanaman kakao produktif membutuhkan intensitas penyinaran 50 – 75%.
Oleh karena itu, pengaturan naungan wajib dilakukan terhadap tanaman kakao
produktif. Pemangkasan merupakan komponen teknologi yang telah dilakukan di
Kecamatan Palolo. Pemangkasan yang dilakukan adalah pemangkasan produksi
karena rata-rata tanaman berumur di atas 3 (tiga) tahun. Pemangkasan produksi
dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan produktivitas kakao dan
menghindari serangan hama dan penyakit. Sasaran pemangkasan adalah ranting-
ranting atau cabang-cabang yang tidak produktif dengan menggunakan alat seperti
gunting pangkas, parang dan gergaji (untuk tanaman tua).
Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani dalam kegiatan
pemangkasan dikategorikan sedang, yaitu 44,4%. Sebagian responden
mengatakan pekerjaan/kegiatan pemangkasan ini berat dilakukan oleh wanita,
karena beresiko tinggi sehingga mereka enggan melakukannya. Tanaman kakao
68
yang dimiliki petani di Kecamatan Palolo adalah tanaman yang berumur rata-rata
di atas 3 (tiga) tahun, sehingga untuk melakukan pemangkasan dengan cara
memanjat pohon kakao kemudian memangkas cabang-cabang yang tidak
produktif. Terlepas dari sulitnya kegiatan pemangkasan ini, sebagian responden
tetap melakukannya. Kegiatan ini dilakukan terutama oleh wanita tani yang
berasal dari etnis Kulawi, Palolo, Banggai dan Toraja.
Alokasi atau curahan waktu yang dikeluarkan oleh wanita tani untuk setiap
kali pemangkasan rata-rata sebesar 1,35 jam.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang sering dan paling banyak menyerang tanaman kakao di
Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala adalah Penggerek Buah Kakao (PBK).
Serangan hama ini dapat menurunkan 75% dari produktivitas tanaman. Selain
PBK, hama yang sering menyerang adalah tupai dan monyet. Sementara penyakit
yang biasa menyerang adalah mati pucuk, kanker batang, dan antraknosa.
Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani dalam kegiatan
pengendalian hama dan penyakit dikategorikan sedang yaitu sebesar 75,6%.
Penyemprotan pestisida membutuhkan tenaga yang cukup besar karena harus
memikul tangki dan memiliki resiko keracunan yang cukup besar. Hal ini
membuat wanita tani di Kecamatan Palolo enggan melakukan penyemprotan.
Keterlibatan wanita tani lebih banyak dalam menyiapkan pestisida dan air
sebagai campuran dari pestisida. Khusus untuk wanita dari etnis Bugis, pekerjaan
menyemprot dianggap sebagai pekerjaan pria, sehingga mereka sama sekali tidak
terlibat dalam kegiatan ini. Bagi wanita dari etnis Kulawi, Palolo, Banggai dan
Toraja, sama sekali tidak ada pembagian peran dengan kata lain tidak
mengharuskan pria yang menyemprot pestisida. Wanita tani dari ke empat etnis
ini (Kulawi, Palolo, Banggai dan Toraja) dapat melakukan penyemprotan sendiri
jika suami mereka berhalangan.
Curahan waktu yang dikeluarkan wanita tani pada kegiatan penyemprotan
(pengendalian hama dan penyakit tanaman) rata-rata sebesar 0,91 jam.
Panen, Pasca panen (belah, jemur dan Fermentasi)
Panen buah kakao dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu panen antara dan
panen raya. Panen antara yang dikenal oleh masyarakat di Kecamatan Palolo
69
adalah panen diluar musim buah kakao. Panen ini dapat dilakukan sekali dalam
dua minggu atau sekali dalam sebulan, tergantung kondisi buah yang ada di lokasi
pertanaman. Panen raya adalah panen yang dilaksanakan pada musim buah kakao.
Panen raya biasanya dilakukan 1 (satu) kali dalam tempo 1 (satu) tahun.
Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani dalam kegiatan panen,
belah, jemur dan fermentasi dikategorikan sedang yaitu sebesar 73,4%.
Partisipasi wanita tani dalam kegiatan panen raya dan pembelahan buah kakao
lebih tinggi dibandingkan dengan panen antara, dikarenakan buah yang akan
dipanen jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan buah pada panen antara.
Beberapa responden tidak selalu melakukan kegiatan panen antara, disebabkan
buah yang akan dipanen hanya sedikit. Sehingga yang melaksanakan panen ini
adalah suami yang rutin pergi ke kebun. Kegiatan pembelahan buah dan
penjemuran sepenuhnya dilakukan wanita tani.
Curahan waktu yang dikeluarkan wanita tani setiap melakukan kegiatan
panen rata-rata sebesar 4,82 jam, dan pascapanen (belah dan jemur) rata-rata
sebesar 3,02 jam. Kegiatan fermentasi dilakukan oleh 5 (lima) orang responden.
Alasan sebagian besar responden tidak melakukan fermentasi karena tidak adanya
perbedaan harga di tingkat pedagang pengumpul di kecamatan antara biji kakao
difermentasi dan tidak difermentasi.
Penyortiran dan Pengepakan
Penyortiran adalah upaya memisahkan (menggolong-golongkan) buah
berdasarkan kualitas/mutu sesuai standar yang ditetapkan pedagang pengumpul
di tingkat provinsi (eksportir), memisahkan buah dari biji kempes, jantung buah
dan kotoran lainnya. Pengepakan adalah kegiatan memasukkan biji kakao yang
sudah siap untuk dijual ke dalam karung.
Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani dalam kegiatan
penyortiran dan pengepakan dikategorikan tinggi yaitu sebesar 77,7%. Besarnya
partisipasi wanita tani dalam kegiatan ini disebabkan pekerjaan ini mudah
dilakukan wanita tani, lokasi penyortiran dan pengepakan berada di dekat rumah,
serta tidak membutuhkan waktu yang lama. Curahan waktu yang digunakan
wanita tani untuk setiap kali menyortir dan mengepak rata-rata sebesar 1,37 jam.
70
Pemasaran
Petani di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala memiliki akses pemasaran
langsung ke pedagang (pengumpul) baik di tingkat kecamatan maupun provinsi.
Sebagian besar petani dapat menjual hasil panen kakao secara bebas (tanpa
ikatan) dengan pedagang. Beberapa petani melakukan penjualan kepada
pedagang langganan mereka dan sebagian lagi karena terikat pinjaman dengan
pedagang. Terlepas dari hal tersebut, petani setempat tidak mempunyai banyak
pilihan dalam pemasaran, kecuali ke pedagang pengumpul desa tersebut. Hal ini
disebabkan produksi biji kakao yang dihasilkan oleh petani hanya sedikit, dan
tidak dapat menutupi biaya transportasi. Jika produksi banyak, mereka lebih
memilih menjual pada pedagang pengumpul di tingkat provinsi (eksportir).
Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani dalam kegiatan
pemasaran dikategorikan sedang yaitu sebesar 80,0%. Pembagian peran antara
pria-wanita dalam kegiatan pemasaran ini pada dasarnya tidak ada. Hasil
wawancara tentang siapa yang berkewajiban memasarkan hasil panen, sebagian
besar wanita tani menjawab: “tergantung pada siapa yang mempunyai waktu”.
Jika suami mempunyai waktu luang dan isteri mempunyai kesibukan, suamilah
yang menjual/memasarkan biji kakao. Demikian sebaliknya, jika suami sibuk,
isteri yang menjual/memasarkan biji kakao. Curahan waktu yang dikeluarkan
oleh wanita tani untuk kegiatan pemasaran rata-rata sebesar 1,27 jam.
Kewirausahaan
Usahatani kakao yang dijalankan oleh wanita tani rata-rata merupakan
sumber utama bagi pendapatan rumah tangga mereka. Oleh karena itu,
ketidakstabilan harga akan berdampak langsung khususnya terhadap pendapatan
petani. Hal negatif paling serius adalah jika terjadi penurunan harga secara drastis
yang berdampak pada penurunan pendapatan petani dan secara tidak langsung
berpengaruh terhadap optimalisasi usahatani kakao. Terlepas dari harga kakao
yang relatif berfluktuasi, wanita tani di Kecamatan Palolo meyakini bahwa
prospek pengembangan kakao menjanjikan, mampu memenuhi kebutuhan rumah
tangga dan dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga mereka.
Tabel 5 menunjukkan partisipasi wanita tani dalam kegiatan kewirausahaan
dikategorikan sedang, yaitu sebesar 53,3%.
71
Pencatatan/pengaturan Keuangan
Book keeping atau pencatatan/pengaturan keuangan adalah kemampuan
wanita tani dalam mengatur pengeluaran keuangan rumah tangga. Kaitannya
dengan kakao, pencatatan/pengaturan keuangan yang dikaji meliputi pencatatan
biaya produksi yang dikeluarkan mulai dari pembersihan lahan sampai dengan
pemasaran termasuk sarana produksi yang dikeluarkan, pencatatan produksi biji
kakao yang dihasilkan setiap panen serta pencatatan berapa keuntungan atau
pendapatan yang diperoleh dari setiap penjualan.
Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani dalan pencatatan/
pengaturan keuangan dikategorikan rendah, yaitu sebesar 77,8%. Hasil
wawancara diketahui bahwa dari 45 orang responden hanya 4 (empat) orang yang
melakukan pencatatan keuangan, 8 (delapan) orang yang mengatakan kadang-
kadang tergantung jumlah produksi yang dihasilkan, kalau produksi banyak
kegiatan pencatatan dilakukan, jika produksi kakao hanya sedikit pencatatan tidak
dilakukan. Sebagian besar wanita tani tidak melakukan pencatatan keuangan
karena mereka tidak terbiasa dengan cara seperti ini. Pengaturan tata keuangan
(pemasukan-pengeluaran) rumah tangga, sebagian besar responden mampu
melakukan dengan berdasarkan pada prioritas kebutuhan. Wanita tani yang
kesulitan dalam mengatur tata keuangan rumah tangga disebabkan banyaknya
kebutuhan mendadak, seperti anggota keluarga yang sakit, dan lain-lain.
Uji Hipotesis
Hubungan antara Faktor Internal dengan Partisipasi Wanita Tani dalam
Usahatani Kakao
Faktor internal wanita tani secara keseluruhan berhubungan sangat nyata
dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao dengan koefisien korelasi
0,414. Hipotesis yang menyatakan: terdapat hubungan nyata antara faktor internal
wanita tani dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao diterima.
Jika dilihat dari sub-sub variabel yang tergabung dalam faktor internal
(umur, tingkat pendidikan, besarnya jumlah keluarga, pengalaman berusahatani,
motivasi berusahatani, aspirasi, sifat kekosmopolitan, pengambilan keputusan dan
alokasi waktu peran domestik dan peran produktif), terdapat faktor yang
72
berhubungan nyata pada α = 0,05 yakni sifat kekosmopolitan, dan faktor internal
yang berhubungan sangat nyata pada α = 0,01, yakni: motivasi berusahatani dan
peran produktif.
Korelasi faktor-faktor internal wanita tani dengan partisipasi wanita tani
dalam usahatani kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi
Sulawesi Tengah disajikan pada Tabel 6.
Umur
Tabel 6 menunjukkan bahwa umur wanita tani tidak berhubungan nyata
dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Faktor internal (umur)
berhubungan nyata hanya dengan penanaman pohon pelindung. Nilai koefisien
korelasi peubah ini adalah 0,310. Umur bukanlah faktor pembatas bagi wanita
tani dalam menjalankan kegiatan usahatani kakao. Segala tahapan kegiatan dalam
usahatani kakao ini dapat dilakukan oleh semua wanita (responden) karena umur
wanita tani di Kecamatan Palolo termasuk dalam kategori umur produktif. Nilai
0,310 yang ditunjukkan pada peubah penanaman pohon pelindung ini disebabkan
kegiatan penanaman pohon pelindung membutuhkan curahan waktu yang besar.
Semakin tinggi umur yang dimiliki oleh wanita tani, semakin tinggi pula
partisipasi mereka dalam penanaman pohon pelindung. Wanita tani yang berusia
muda rata-rata memiliki anak kecil (bayi) yang tidak bisa ditinggal sendirian di
rumah dan beresiko jika dibawa ke kebun kakao karena kebun kakao berada di
lereng pegunungan yang jauh dari tempat tinggal. Berbeda dengan wanita tani
yang tergolong usia tua, mereka tidak lagi memiliki anak kecil (bayi), sehingga
mempunyai peluang/kesempatan untuk berpartisipasi dalam penanaman pohon
pelindung. Beberapa responden juga menjawab tidak lagi melakukan penanaman
pohon pelindung. Alasan mereka bukan karena tidak mau melakukan kegiatan
penanaman pohon pelindung, melainkan kebun atau lahan kakao yang diolah saat
ini adalah kebun yang dibeli dalam kondisi lahan yang sudah ditanami (sudah
produktif) dan sudah ada tanaman pelindung, sehingga tidak memerlukan lagi
penanaman pohon pelindung. Jika kebun dalam kondisi tidak ada pohon
pelindung wanita tani akan melakukan penanaman pohon pelindung.
73
Tabel 6. Korelasi Faktor Internal Wanita Tani dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala
Faktor Internal
Partisipasi Wanita Tani
Pembersihan Lahan
Penanaman Pohon Pelindung
Pembibitan Penanaman Sanitasi
NKK P NKK P NKK P NKK P NKK P Umur 0,284 0,058 0,310* 0,038 -0,040 0,794 0,100 0,514 -0,080 0,603 Tingkat pendidikan -0,272 0,070 -0,254 0,093 -0,110 0,473 0,007 0,966 0,131 0,391 Besarnya jumlah keluarga
-0,085 0,580 0,188 0,217 -0,217 0,151 -0,050 0,741 -0,059 0,699
Pengalaman berusahatani
0,025 0,869 0,166 0,277 0,072 0,640 0,047 0,759 -0,143 0,349
Motivasi berusahatani 0,138 0,366 -0,259 0,086 0,365* 0,014 0,480** 0,001 0,291 0,053 Aspirasi -0,121 0,427 0,005 0,975 -0,085 0,581 -0,100 0,515 -0,097 0,526 Sifat kekosmopolitan -0,054 0,726 -0,242 0,110 0,189 0,214 0,246 0,103 0,206 0,176 Pengambilan keputusan -0,022 0,884 0,001 0,994 0,139 0,361 0,388** 0,008 0,077 0,613 Peran domestik -0,106 0,490 -0,249 0,099 0,125 0,414 0,086 0,574 0,011 0,944 Peran produktif 0,283 0,059 -0,142 0,350 0,375* 0,011 0,513** 0,000 0,229 0,130 Keterangan tabel: n = 45 orang; p = peluang kesalahan (galat) ** Berhubungan sangat nyata pada α = 0,01 * Berhubungan nyata pada α = 0,05
73
74
Lanjutan Tabel 6.
Faktor Internal
Partisipasi Wanita Tani
Pemupukan Pemangkasan Pengendalian Hama dan
Penyakit Tanaman
Panen, Pasca panen (Belah, Jemur &
Fermentasi)
Penyortiran dan Pengepakan
NKK P NKK P NKK P NKK P NKK P Umur 0,154 0,312 -0,093 0,545 0,119 0,438 0,131 0,390 0,098 0,523 Tingkat pendidikan 0,235 0,120 0,192 0,207 -0,157 0,304 0,304* 0,042 -0,109 0,474 Besarnya jumlah keluarga
0,175 0,250 -0,247 0,102 0,123 0,422 -0,076 0,622 -0,300* 0,045
Pengalaman berusahatani
0,044 0,776 -0,167 0,272 0,253 0,093 -0,123 0,422 -0,079 0,607
Motivasi berusahatani 0,369* 0,013 0,298* 0,047 -0,182 0,231 0,399** 0,007 -0,094 0,537 Aspirasi 0,010 0,948 -0,057 0,709 0,173 0,256 -0,240 0,113 -0,155 0,309 Sifat kekosmopolitan 0,560** 0,000 0,314* 0,036 0,026 0,866 0,304* 0,042 -0,151 0,321 Pengambilan keputusan 0,202 0,183 0,350* 0,018 -0,035 0,819 0,286 0,057 0,006 0,970 Peran domestik 0,113 0,461 0,244 0,106 -0,026 0,866 -0,038 0,805 -0,106 0,490 Peran produktif 0,266 0,078 0,340* 0,022 0,007 0,965 0,397* 0,007 -0,171 0,262
Keterangan tabel: n = 45 orang; p = peluang kesalahan (galat) ** Berhubungan sangat nyata pada α = 0,01 * Berhubungan nyata pada α = 0,05
74
75
Lanjutan Tabel 6.
Faktor Internal Partisipasi Wanita Tani
Pemasaran Kewirausahaan Pencatatan Keuangan Total Partisipasi
NKK P NKK P NKK P NKK P
Umur -0,310 -0,395 -0,126 0,411 -,0166 0,277 0,175 0,251 Tingkat pendidikan 0,044 0,773 -0,080 0,599 0,034 0,826 -0,012 0,939 Besarnya jumlah keluarga -0,127 0,406 -0,215 0,156 -0,030 0,846 -0,076 0,618 Pengalaman berusahatani -0,075 0,625 -0,148 0,332 -0,103 0,501 -0,002 0,990 Motivasi berusahatani -0,016 0,915 0,290 0,053 0,273 0,069 0,385** 0,009 Aspirasi 0,069 0,651 -0,088 0,564 0,110 0,472 -0,062 0,687 Sifat kekosmopolitan -0,249 0,100 0,193 0,204 0,233 0,124 0,338* 0,023 Pengambilan keputusan 0,047 0,762 0,533** 0,000 0,032 0,834 0,283 0,059 Peran domestik 0,177 0,245 0,282 0,060 -0,092 0,546 0,053 0,731 Peran produktif -0,024 0,878 0,131 0,391 0,287 0,056 0,421** 0,004 Keterangan tabel: n = 45 orang; p = peluang kesalahan (galat) ** Berhubungan sangat nyata pada α = 0,01 * Berhubungan nyata pada α = 0,05
75
76
Tingkat Pendidikan
Tabel 6 menunjukkan bahwa faktor internal tingkat pendidikan berhubungan
tidak nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao, tetapi
berhubungan nyata dengan kegiatan panen, pasca panen dan fermentasi dengan
nilai koefisien korelasi sebesar 0,304. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan yang
dimiliki wanita tani di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala tidak
mempengaruhi tingkat partisipasi wanita tani dalam berusahatani kakao. Semua
tahapan kegiatan dalam usahatani kakao mulai dari budidaya sampai dengan
pencatatan keuangan dapat dilakukan semua wanita tani (responden) yang
berpendidikan rendah sampai tinggi.
Hubungan nyata antara pendidikan dengan panen, pascapanen dan
fermentasi lebih ditunjukkan pada kegiatan fermentasi. Wanita tani yang
berpendidikan tinggi melakukan fermentasi karena mereka mengetahui
keuntungan atau manfaat yang akan diperoleh jika biji kakao yang dihasilkan
difermentasi. Meskipun menurut pendapat mereka tidak ada perbedaan harga
antara biji kakao yang difermentasi dan tidak difermentasi, mereka tetap
melakukan kegiatan fermentasi dengan alasan biji kakao cepat kering, aromanya
lebih baik dan adanya harapan pemberlakuan standard mutu terhadap biji kakao.
Wanita tani tidak akan mengalami kesulitan karena sudah terbiasa dengan tahapan
kegiatan fermentasi.
Besarnya Jumlah Keluarga
Tabel 6 menunjukkan besarnya jumlah keluarga berhubungan tidak nyata
dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Hubungan nyata antara
besarnya jumlah anggota keluarga dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani
kakao hanya dalam kegiatan penyortiran dan pengepakan, dengan nilai koefisien
korelasi sebesar -0,300. Hal ini disebabkan lokasi penyortiran dan pengepakan
berada di dekat tempat tinggal dan mudah dilakukan oleh siapa saja termasuk
anak-anak. Semakin besar jumlah anggota keluarga yang ada dalam rumah
termasuk anak, semakin besar pula peluang keikutsertaan mereka untuk
membantu menyortir dan mengepak biji kakao. Sementara padawaktu yang sama
wanita tani dapat menjalankan peran lainnya baik peran domestik maupun peran
77
produktif. Pekerjaan penyortiran dan pengepakan dapat diambil alih oleh anggota
keluarga lainnya
Pengalaman Berusahatani
Tabel 6 menunjukkan bahwa faktor internal pengalaman berusahatani wanita
tani berhubungan tidak nyata dengan partisipasi wanita dalam berusahatani kakao.
Nilai koefisien korelasi faktor pengalaman usahatani wanita tani dengan
partisipasi usahatani kakao sebesar -0,002.
Pengalaman berusahatani kakao yang dimiliki wanita tani di Kecamatan
Palolo Kabupaten Donggala sangat beragam, namun tingkat partisipasi wanita
tani tidak menunjukkan perbedaan. Hal ini disebabkan peran mereka lebih
banyak membantu suami dalam melakukan usahatani kakao, meskipun curahan
tenaga yang mereka keluarkan sangatlah besar.
Pengalaman berusahatani yang rendah bukan menjadi pembatas bagi tingkat
partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Wanita tani memiliki
berpengalaman berusahatani kakao rendah, namun mereka memiliki pengalaman
sebagai petani padi dan jagung sejak remaja. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa wanita tani dengan pengalaman berusahatani yang rendah justru memiliki
partisipasi yang lebih tinggi dibandingkan wanita tani yang mempunyai
pengalaman berusahatani yang tinggi. Partisipasi wanita tani yang berpengalaman
rendah lebih terlihat pada kegiatan-kegiatan yang memerlukan kerja fisik yang
cukup berat, seperti pada kegiatan: pembersihan lahan, penanaman, pemupukan,
pemangkasan dan pengendalian hama penyakit tanaman.
Motivasi Berusahatani
Tabel 6 menunjukkan bahwa faktor internal (motivasi) wanita tani
berhubungan sangat nyata dengan partisipasi dalam usahatani kakao. Dilihat dari
hubungan antara variabel, motivasi wanita tani untuk berusahatani kakao
berhubungan nyata dengan kegiatan pembibitan, pemupukan, dan pemangkasan.
Hubungan sangat nyata dapat ditunjukkan melalui variabel penanaman dengan
koefisen korelasi sebesar 0,480, serta kegiatan panen, pasca panen dan fermentasi
dengan nilai korelasi sebesar 0,399.
Motivasi yang dimiliki oleh wanita tani dalam melakukan pembibitan karena
tempat atau lokasi pembibitan berada di dekat rumah (tempat tinggal), sehingga
78
mudah dilakukan oleh wanita tani tanpa meninggalkan peran domestik. Alasan
lain yang membuat wanita lebih banyak terlibat dalam kegiatan penanaman,
pemupukan, pemangkasan, panen, pasca panen dan fermentasi adalah ingin
membantu meringankan pekerjaan suami, menghemat biaya sewa tenaga kerja
dan sudah merupakan pekerjaan rutin mereka sebagai petani.
Aspirasi
Tabel 6 menunjukkan bahwa faktor internal (aspirasi) yang dimiliki oleh
wanita tani berhubungan tidak nyata dengan tingkat partisipasi wanita tani dalam
usahatani kakao. Aspirasi yang dimiliki wanita tani dalam berusahatani kakao
adalah ingin meningkatkan pendapatan dan mengembangkan usahatani kakao.
Sifat Kekosmopolitan
Tabel 6 menunjukkan bahwa faktor internal (sifat kekosmopolitan)
berhubungan nyata dengan partisipasi wanita tani dalam berusahatani kakao
dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,338. Peubah sifat kekosmopolitan
wanita tani berhubungan nyata dengan kegiatan pemangkasan, panen, pasca panen
dan fermentasi dengan nilai korelasi berturut-turut 0,314 dan 0,304. Hubungan
sangat nyata dapat ditunjukkan melalui variabel pemupukan dengan nilai koefisen
korelasi sebesar 0,560.
Kekosmopolitan yang dimiliki oleh wanita tani di Kecamatan Palolo
Kabupaten Donggala berdampak positif terhadap partisipasi dalam kegiatan
usahatani kakao. Semakin besar tingkat kekosmopolitan wanita tani semakin besar
pula peranan/partisipasi wanita tani dalam berusahatani kakao, misalnya pada
kegiatan pemupukan, pemangkasan dan panen, pasca panen serta fermentasi.
Agar dapat melaksanakan kegiatan ini diperlukan penguasaan informasi teknologi
budidaya kakao. Wanita tani yang mengetahui informasi tentang cara, waktu dan
dosis pemupukan, akan dapat melakukan kegiatan ini dengan baik. Demikian
pula halnya dengan kegiatan pemangkasan, wanita tani mengetahui dan mengerti
cara dan waktu pemangkasan yang baik sehingga dapat mengefisienkan pupuk
dan dapat meningkatkan produksi kakao. Penanganan panen, pascapanen dan
fermentasi dilakukan oleh wanita yang tingkat kekosmopolitannya tinggi, karena
mereka mengetahui cara untuk meningkatkan mutu atau kualitas dari biji kakao
79
yang dihasilkan, meskipun pada akhirnya nilai jual kakao cenderung tidak berbeda
dengan biji kakao yang tidak difermentasi.
Pengambilan Keputusan
Tabel 6 menunjukkan bahwa faktor internal (pengambilan keputusan)
berhubungan tidak nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao.
Sub variabel pengambilan keputusan berhubungan nyata dengan pemangkasan
(0,350), berhubungan sangat nyata dengan penanaman (0,388), dan berhubungan
sangat nyata dengan kewirausahaan (0,533).
Proses pengambilan keputusan dalam rumah tangga wanita tani di
Kecamatan Palolo kaitannya dengan usahatani kakao sudah cukup setara.
Sebagian besar wanita tani sebagai isteri dilibatkan dalam proses pengambilan
keputusan pada hampir semua tahapan kegiatan budidaya kakao yang akan
dilakukan. Keputusan yang diambil oleh wanita tani untuk berpartisipasi pada
kegiatan pemangkasan dan penanaman didorong keinginan untuk menghemat
biaya tenaga kerja, meskipun pekerjaan ini cukup berat dilakukan oleh seorang
wanita. Kegiatan penanaman dan pemangkasan juga dapat dilakukan secara
bertahap. Hal ini memungkinkan wanita tani dapat mengatur waktu yang mereka
miliki sehingga dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Harga kakao yang
cukup tinggi menjadi pendorong tumbuhnya jiwa kewirausahaan wanita tani di
Kecamatan Palolo.
Peran Domestik
Tabel 6 menunjukkan bahwa faktor internal (peran domestik) berhubungan
tidak nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Nilai koefisien
korelasi faktor ini adalah: 0,053.
Hasil penelitian terhadap faktor internal curahan waktu yang dikeluarkan
Wanita tani di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala (peran domestik) tidak
menjadi kendala bagi kelangsungan usahatani kakao. Wanita tani dapat membagi
waktu sehingga semua tugas sebagai isteri dan ibu dalam keluarga tidak
ditinggalkan.
Peran Produktif
Pembagian kerja menunjuk kepada pola peranan yang ada dalam keluarga di
mana khususnya suami dan isteri melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu.
80
Kombinasi kekuasaan dan pembagian kerja adalah hal yang paling mendasar
dalam keluarga, yang dipengaruhi pula oleh posisi keluarga dalam lingkungan dan
masyarakat di mana dia berada.
Tabel 6 menunjukkan bahwa faktor internal (peran produktif) berhubungan
sangat nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Nilai
koefisien korelasi faktor peran produktif sebesar 0,421. Dilihat dari hubungan
antara sub variabel, peran produktif berhubungan nyata dengan kegiatan
pembibitan (0,375), pemangkasan (0,340), dan panen, pasca panen serta
fermentasi (0,397). Hubungan sangat nyata dapat ditunjukkan melalui variabel
penanaman (0,513).
Kontribusi tenaga wanita tani dalam usahatani kakao dapat dikatakan cukup
besar, terlihat dari nilai koefisien korelasi sebesar 0,421. Peran produktif yang
dijalankan oleh wanita tani di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala merupakan
bagian tanggung jawab sebagai isteri dan ibu untuk dapat meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan keluarga.
Hubungan antara Faktor-Faktor Eksternal Wanita Tani dengan Partisipasi
Wanita Tani dalam Usahatani Kakao
Faktor eksternal wanita tani secara keseluruhan berhubungan sangat nyata
dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao dengan nilai koefisien
korelasi 0,519. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan nyata antara faktor
eksternal wanita tani dengan partisipasi dalam usahatani kakao diterima. Jika
dilihat dari sub-sub variabel yang tergabung dalam faktor eksternal (budaya/
sistem nilai, ketersediaan tenaga kerja, penyuluhan, iklim usaha, sistem/peluang
pasar dan peran/dorongan kepala keluarga) terdapat beberapa faktor yang
berhubungan nyata pada α = 0,05 yakni iklim usaha dan faktor eksternal yang
berhubungan sangat nyata pada α = 0,01, yakni: budaya/sistem nilai, ketersediaan
tenaga kerja, dan peran produktif.
Korelasi faktor-faktor eksternal wanita tani dengan partisipasi wanita tani
dalam usahatani kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi
Sulawesi Tengah disajikan pada Tabel 7.
81
Tabel 7. Korelasi Faktor Eksternal dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala
Faktor Internal
Partisipasi Wanita Tani Pembersihan
Lahan Penanaman Pohon
Pelindung Pembibitan Penanaman Sanitasi
NKK P NKK P NKK P NKK P NKK P Budaya 0,286 0,057 0,161 0,290 0,399** 0,007 0,548** 0,000 0,564** 0,000 Ketersediaan tenaga kerja
0,129 0,397 0,223 0,141 0,374* 0,011 0,287 0,056 0,491** 0,001
Penyuluhan -0,324* 0,030 -0,210 0,167 0,108 0,482 0,177 0,244 0,059 0,699 Iklim usaha 0,049 0,750 -0,051 0,731 0,204 0,179 0,453** 0,002 0,338* 0,023 Sistem/peluang pasar -0,068 0,655 0,085 0,578 0,036 0,814 0,248 0,100 0,023 0,881 Peran/dorongan suami (kepala keluarga)
-0,022 0,884 -0,081 0,599 -0,061 0,692 0,244 0,107 0,144 0,345
Keterangan tabel: N = 45 orang; p = peluang kesalahan (galat) ** Berhubungan sangat nyata pada α = 0,01 * Berhubungan nyata pada α = 0,05
81
82
Lanjutan Tabel 7.
Faktor Eksternal
Partisipasi Wanita Tani Pemupukan Pemangkasan Pengendalian
Hama dan Penyakit Tanaman
Panen, Pasca panen (Belah, Jemur &
Fermentasi)
Penyortiran dan Pengepakan
NKK P NKK P NKK P NKK P NKK P Budaya 0,314* 0,036 0,480** 0,001 0,029 0,848 0,244 0,107 0,166 0,275 Ketersediaan tenaga kerja
0,157 0,304 0,426** 0,004 0,188 0,215 -0,071 0,642 0,496** 0,001
Penyuluhan 0,266 0,077 -0,025 0,870 -0,284 0,058 0,250 0,097 -0,171 0,261 Iklim usaha 0,285 0,058 0,333* 0,026 0,009 0,953 0,221 0,144 -0,022 0,886 Sistem/peluang pasar 0,171 0,262 0,216 0,155 -0,044 0,776 -0,045 0,770 -0,394** 0,007 Peran/dorongan suami (kepala keluarga)
0,424** 0,004 0,014 0,929 -0,104 0,496 0,322* 0,026 -0,037 0,810
Keterangan tabel: n= 45 orang; p = peluang kesalahan (galat) ** Berhubungan sangat nyata pada α = 0,01 * Berhubungan nyata pada α = 0,05
82
83
Lanjutan Tabel 7.
Faktor Eksternal Partisipasi Wanita Tani
Pemasaran Kewirausahaan Pencatatan Keuangan Total Partisipasi
NKK P NKK P NKK P NKK P Budaya 0,083 0,588 0,464** 0,001 0,154 0,312 0,583** 0,000 Ketersediaan tenaga kerja -0,030 0,845 0,112 0,463 0,086 0,573 0,410** 0,005 Penyuluhan 0,019 0,901 0,258 0,087 0,087 0,568 0,033 0,827 Iklim usaha -0,101 0,508 0,196 0,197 0,275 0,068 0,358* 0,016 Sistem/peluang pasar 0,099 0,519 0,286 0,057 0,269 0,074 0,184 0,226 Peran/dorongan suami (kepala keluarga)
0,131 0,390 -0,001 0,995 0,282 0,060 0,213 0,161
Keterangan tabel: N = 45 orang; p = peluang kesalahan (galat) ** Berhubungan sangat nyata pada α = 0,01 * Berhubungan nyata pada α = 0,05
83
84
Budaya
Usahatani tidak terlepas dari budaya dan sejarah. Peluang dan hambatan
ekologis dan geografis (lokasi, iklim, tanah, tumbuhan) tercermin dalam pertanian
setempat yang merupakan hasil dari suatu proses interaksi antara manusia dan
sumberdaya setempat. Nilai-nilai masyarakat perdesaan, pengetahuan, teknologi
dan institusi sangat mempengaruhi jenis budaya pertanian yang terus berkembang.
Tabel 7 menunjukkan bahwa faktor eksternal (budaya) berkorelasi sangat
nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Nilai koefisien
korelasi faktor budaya ini adalah 0,583. Dilihat dari hubungan antara variabel,
budaya/sistem nilai yang berlaku di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala
berhubungan nyata dengan kegiatan pemupukan. Hubungan sangat nyata dapat
ditunjukkan melalui variabel pembibitan (0,399), penanaman (0,548), sanitasi
(0,564), pemangkasan (0,480), dan kewirausahaan (0,464).
Budaya yang berlaku di masyarakat Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala
tidak bertentangan dengan kegiatan usahatani kakao yang dijalankan oleh wanita
tani. Budaya/sistem nilai yang berlaku mendukung partisipasi wanita tani dalam
berusahatani kakao. Hasil wawancara diperoleh informasi bahwa latar belakang
budaya yang dimiliki oleh responden secara tidak langsung mempengaruhi
tahapan kegiatan usahatani kakao. Beberapa tahapan kegiatan seperti
pemangkasan dan pengendalian hama penyakit tidak dilakukan oleh wanita tani
yang berasal dari etnis Jawa dan Bugis, dengan alasan kegiatan ini sangat beresiko
jika dikerjakan oleh wanita dan kegiatan tersebut adalah sudah merupakan
pekerjaan laki-laki (suami). Kegiatan penanaman kakao, sanitasi, dan pemupukan
juga tidak dikerjakan secara langsung oleh wanita dari etnis Jawa dan Bugis.
Keterlibatan mereka lebih banyak pada penyediaan konsumsi, meskipun pada saat
yang sama mereka berada di kebun bersama suami mereka. Demikian halnya
dengan kegiatan pemasaran. Wanita tani dari etnis Jawa dan Bugis, lebih
mendominasi kegiatan pemasaran hasil biji kakao dibanding suami.. Berbeda
dengan wanita tani yang berasal dari Palolo, Kulawi, Banggai dan Toraja. Wanita
tani terlibat aktif dalam semua tahapan kegiatan usahatani kakao mulai dari
pembersihan lahan sampai dengan pemasaran hasil panen. Menurut responden,
tidak ada pembagian peran antara pria dan wanita, semua pekerjaan dapat
85
dilakukan oleh pria dan wanita, termasuk kegiatan pemasaran hasil panen biji
kakao.
Hasil wawancara dengan wanita tani yang berasal dari Palolo, Kulawi,
Banggai dan Toraja, diperoleh informasi bahwa pekerjaan utama mereka adalah
petani bukan sekedar pengisi waktu atau hanya ikut-ikutan suami ke kebun.
Meskipun beberapa di antara responden baru mengusahakan kakao selama 5
(lima) tahun, pengalaman berusahatani sudah mereka miliki sejak masih remaja
yaitu pengalaman di bidang usahatani padi dan jagung. Responden sudah terbiasa
dengan pekerjaan sebagai petani.
Ketersediaan Tenaga Kerja
Tabel 7 menunjukkan bahwa faktor eksternal (ketersediaan tenaga kerja)
berkorelasi sangat nyata dengan total partisipasi dalam usahatani kakao. Nilai
koefisien korelasi faktor ketersediaan tenaga kerja ini adalah 0,410. Ketersediaan
tenaga kerja berhubungan nyata dengan kegiatan pembibitan (0,374). Hubungan
sangat nyata dapat ditunjukkan melalui variabel sanitasi (0,491), pemangkasan
(0,426), dan penyortiran serta pengepakan (0,496).
Ketersediaan tenaga kerja yang dikaji adalah ketersediaan tenaga kerja yang
berasal dari dalam keluarga. Rata-rata jumlah tenaga kerja dalam keluarga yang
terlibat dalam usahatani kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala
Provinsi Sulawesi Tengah adalah 3 (tiga) orang. Ketersediaan tenaga kerja yang
berjumlah 3 (tiga) orang untuk menangani lahan/kebun kakao seluas 0,5 – 3 ha
merupakan pekerjaan yang cukup berat. Hal ini membuat wanita tani termotivasi
untuk berpartisipasi dalam kegiatan usahatani kakao termasuk kegiatan
pembibitan, sanitasi, pemangkasan, penyortiran dan pengepakan.
Penggunaan tenaga kerja wanita atau berpartisipasinya wanita tani dapat
mengurangi biaya sewa tenaga kerja, sehingga mengurangi modal dan pada
akhirnya meningkatkan pendapatan yang diperoleh dari usahatani kakao.
Penyuluhan
Faktor eksternal penyuluhan berhubungan tidak nyata dengan partisipasi
wanita tani dalam usahatani kakao. Sub-sub variabel yang berhubungan nyata
negatif adalah kegiatan pembersihan lahan dengan nilai koefisien korelasi sebesar
86
-0,324. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar wanita tani
berpartisipasi dalam kegiatan pembersihan lahan. Kecuali yang memiliki lahan
yang diperoleh dengan cara membeli dari petani lainnya, bukan membuka lahan
baru untuk pertanaman kakao.
Nilai korelasi nyata negatif ini disebabkan karena materi penyuluhan yang
disampaikan lebih menekankan hanya pada aspek budidaya tanaman kakao
kecuali pembersihan lahan (pengolahan lahan). Penyuluhan tentang pengolahan
lahan untuk tanaman kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi
Sulawesi Tengah boleh dikata “belum ada”. Hal ini disebabkan lokasi
pertanaman kakao rata-rata merupakan hutan (bukaan baru) yang berada di
pegunungan. Berbeda dengan usahatani lainnya seperti padi, jagung, palawija
dan sayuran, aspek pengolahan lahan merupakan salah satu aspek yang penting
dalam budidaya tanaman tersebut. Pengolahan lahan (pembersihan lahan) kakao
dapat dilakukan secara bertahap tidak harus sekaligus. Ini berkaitan dengan
jumlah tenaga kerja dan curahan waktu yang dimiliki oleh wanita tani sekaligus
modal yang dimiliki.
Wanita tani lebih banyak tidak diikutkan dalam penyuluhan pertanian
termasuk penyuluhan tentang usahatani kakao, namun keterlibatan wanita tani
baik secara langsung maupun tidak langsung sangatlah besar. Ketidakikutan
dalam kegiatan penyuluhan pertanian bukanlah menjadi alasan bagi wanita tani
untuk tidak berpartisipasi dalam usahatani kakao.
Iklim Usaha
Tabel 7 menunjukkan bahwa iklim usaha berhubungan nyata dengan
partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Nilai koefisien korelasi faktor
iklim usaha ini adalah 0,358. Dilihat dari hubungan antara sub variabel, iklim
usaha berhubungan nyata dengan kegiatan sanitasi (0.338) dan pemangkasan
(0,333). Hubungan sangat nyata dapat ditunjukkan melalui variabel penanaman
(0,453).
Sanitasi dan pemangkasan merupakan cara memperbaiki/meningkatkan
produksi dan mutu kakao yang dihasilkan karena dapat mengendalikan serangan
hama dan penyakit pada tanaman. Serangan hama dan penyakit ini dapat
87
mengakibatkan kehilangan hasil sebesar 75%. Alasan inilah yang menyebabkan
wanita tani melakukan kegiatan sanitasi dan pemangkasan.
Iklim usaha kakao yang berlaku di Kecamatan Palolo mempengaruhi
partisipasi wanita dalam melakukan penanaman. Wanita tani termotivasi untuk
berpartisipasi dalam kegiatan penanaman karena ingin mendapatkan keuntungan
yang lebih besar dibandingkan membudidayakan tanaman perkebunan lainnya.
Tingkat permintaan pasar yang banyak, kemudahan menjual, informasi harga jual
kakao, ketersediaan sarana produksi, jarak antara rumah dan tempat penjualan
kakao yang cukup dekat serta rasa keamanan yang dimiliki oleh wanita tani dalam
menjalankan kegiatan usahatani mendorong wanita (isteri) termotivasi untuk
berpartisipasi dalam usahatani kakao.
Peluang Pasar
Tabel 7 menunjukkan bahwa faktor eksternal (peluang pasar) berhubungan
tidak nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Nilai koefisien
korelasi faktor peluang pasar adalah 0,184. Peluang pasar hanya berhubungan
sangat nyata negatif dengan peubah penyortiran dan pengepakan. Nilai koefisien
korelasinya adalah -0,394. Angka ini menunjukkan bahwa petani tidak
melakukan penyortiran karena mereka mengejar harga yang sedang berlaku di
pasar. Tanpa penyortiran, biji kakao tetap diterima oleh pedagang pengumpul
baik di tingkat desa maupun di tingkat kecamatan. Pedagang pengumpul tidak
membedakan harga yang biji kakao yang disortir dan yang tidak disortir.
Beberapa responden melakukan penjualan pada pedagang di tingkat Provinsi
(Eksportir) di Palu. Penentuan harga di tingkat eksportir didasarkan pada kualitas
biji kakao yang dipasarkan. Misalnya kadar air di bawah 7%, rendemen di bawah
2%, kadar biji pecah tidak lebih dari 10% dan berat biji kakao 100 gr/10 biji
kakao. Jika persyaratan ini dipenuhi oleh petani sebagai produsen, maka kakao
akan dibeli dengan harga yang berlaku (mengikuti kurs dolar) dan lebih tinggi
dibandingkan harga di tingkat pedagang pengumpul desa dan kecamatan, Di
samping harga jual kakao yang lebih tinggi, eksportir juga memberikan stimulus
bonus penjualan berupa barang keperluan rumah tangga dan uang pada petani.
Bonus tersebut akan diberikan jika penjualan biji kakao mencapai 1 ton. Kedua
88
faktor ini mendorong wanita tani untuk melakukan penyortiran dan pengepakan
biji kakao agar sesuai dengan standart kualitas yang dipersyaratkan oleh eksportir.
Peluang pasar kakao berkaitan dengan kesesuaian harga kakao di tingkat
pasar, biaya produksi yang dikeluarkan serta kemampuan pasar menyerap hasil
produksi kakao. Meskipun harga kakao di tingkat pasar (Rp. 22.000,-/kg) dan
kemampuan pasar menyerap hasil panen biji kakao cukup tinggi, namun harga
sarana produksi mahal membuat petani enggan membeli sarana produksi tersebut.
Hal ini berdampak pada rendahnya produksi biji kakao yang dihasilkan. karena
penanganan usahatani kakao tidak optimal.
Peran/dorongan Suami (Kepala Keluarga)
Tabel 7 menunjukkan bahwa peran atau dorongan dari suami (kepala
keluarga) berhubungan nyata dengan kegiatan panen, pasca panen dan fermentasi
biji kakao, serta berhubungan sangat nyata dengan kegiatan pemupukan.
Peran atau dorongan dari suami sebagai kepala keluarga terhadap partisipasi
wanita tani dalam berusahatani kakao sangat besar. Hasil wawancara dengan
beberapa orang suami dari wanita (responden), mereka (suami) berpendapat
bahwa dengan keikutsertaan isteri dalam usahatani kakao ini sangat membantu
meringankan pekerjaan mereka. Pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam waktu
4 (empat) jam jika dikerjakan oleh seorang saja (suami), dapat diselesaikan dalam
waktu 3 (tiga) jam bahkan kurang dari 3 (tiga) jam jika isteri mereka ikut
membantu. Bahkan isteri juga lebih banyak membantu dalam memutuskan
sesuatu yang berkaitan dengan usahatani kakao. Hal ini jelas dapat
mengefisienkan waktu yang digunakan oleh suami untuk kegiatan usahatani
kakao.
89
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa:
1. Tingkat partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao di Kecamatan Palolo
Kabupaten Donggala dikategorikan sedang.
2. Faktor internal yang berhubungan nyata dengan partisipasi wanita tani
dalam usahatani kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala adalah:
motivasi, sifat kekosmopolitan dan peran produktif.
3. Faktor eksternal yang berhubungan nyata dengan partisipasi wanita tani
dalam usahatani kakao adalah: budaya, ketersediaan tenaga kerja, dan iklim
usaha.
Saran
Partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao di Kecamatan Palolo
Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah dapat ditingkatkan melalui:
1. Peningkatan Pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki oleh wanita
tani melalui pembinaan, pelatihan dan pendampingan mengenai penguasaan
teknologi tepat guna dan inovatif.
2. Perbaikan orientasi kegiatan penyuluhan baik metode maupun materi
penyuluhan yang disesuaikan dengan kebutuhan wanita tani.
90
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah H. 1987. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Disarikan dari Karya:.
Rogers EM, Shoemaker FF. Communication Of Innovations. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.
Abdussamad. 1991. Partisipasi Petani dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian.
[tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Alam S. 1984. Peranan Wanita dalam Ekonomi Rumah Tangga di Pedesaan.
[tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Anwar. 2007. Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui
Pembelajaran Vocational Skill pada Keluarga Nelayan). Bandung: Alfabeta. .
Arikanto S. 1998. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Asngari PS. 1984. Persepsi Direktur Penyuluhan Tingkat Keresidenan dan
Kepala Penyuluhan Pertanian Terhadap Peranan dan Fungsi Lembaga Penyuluhan Pertanian di Negara Bagian Texas Amerika Serikat. Media Peternakan. Vol. 9 No. 2.
[BPS] Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah. 2002. Sulawesi Tengah dalam
Angka. Palu : Badan Pusat Statistik _____________. 2005. Kabupaten Donggala dalam Angka. Palu : Badan Pusat
Statistik. [BPP] Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Donggala Provinsi
Sulawesi Tengah. 2008. Programa Penyuluhan Pertanian BPP Bahagia Kecamatan Palolo. Palu: BPP
Belem W. 2002. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Wanita Tani
Dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan (Kasus Kecamatan Konda, Kabupaten Kendari, Sulawesi Tenggara). [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Boserup E. 1970. Peranan Wanita dalam Perkembangan Ekonomi. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia. Budiono SS. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keefektifan
Magang di PKBM (Kasus PKBM di Kelurahan Cirangrang Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung). [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
91
Bunch R. 2001. Dua Tongkol Jagung. Pedoman Pengembangan Pertanian Berpangkal pada Rakyat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia untuk World Neighbors.
Cohen, Uphoff. 1977. Rural Development Participation Concept and Measures
for Project Design Implementation and Evaluation. Cornell University New York
[Deptan] Departemen Pertanian. 1991. Wanita tani/nelayan Indonesia.
Jakarta: Departemen Pertanian Dewayanti R, Erna EC. 2004. Marjinalisasi & Eksploitasi Perempuan Usaha
Mikro di Perdesaan Jawa. Bandung: Yayasan AKATIGA. [Dishut[ Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Donggala. 2007. Laporan
Tahunan 2007. Donggala: Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Dorojatin. 1990. Partisipasi Petani dalam Kegiatan Proyek Perusahaan Inti
Rakyat Perkebunan (PIR-BUN) Lokal Teh di Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Elizabeth R. 2007. Pemberdayaan Wanita Mendukung Strategi Gender
Mainstreaming dalam Kebijakan Pembangunan Pertanian di Perdesaan. Forum Penelitian Agro Ekonomi: Vol. 25 No. 2, Desember 2007. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
Handewi P, Saliem. 1997. Peranan Wanita dalam Sistem Produksi Pertanian
Menunjang Program Diversifikasi Pangan dan Gizi. Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian: Analisis Kebijaksanaan Antisipatif dan Responsif. Badan Litbang Pertanian: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian.
Handoko. 1995. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta: Kanisius. Hernanto F. 1993. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Holle Y. 2000. Partisipasi Petani dalam Kegiatan PIR Kelapa Sawit (Kasus
Petani PIR di Kabupaten Manokwari – Irian Jaya). [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Yustina I, Sudradjat A. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan.
Bogor: IPB Press. Krech D. Crutchfield R, Ballachey E. 1962. Individual in Society. New York: McGraw Hill Book Company, Inc. Mappiare A. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.
92
Mardikanto. 1996. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. .
Martianto DH, Latifah M, Djuhaedi, Yayah NS. 1993. Mempelajari Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Wanita Pedesaan sebagai Konseptor KB serta Hubungannya dengan Peranan dalam Pekerjaan Produktif. Bogor: Lembaga Penelitian Pusat Studi Wanita (PSW) Institut Pertanian Bogor.
Mislini 2006. Analisis Jaringan Komunikasi pada Kelompok Swadaya
Masyarakat. Kasus KSM di Desa Taman Sari Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Mosher AT. 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian (Getting Agricultural Moving) disadur oleh Krisandhi dan Bahrin Samad. Jakarta: CV. Yasaguna.
Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi (konsep, karakteristik dan implementasi). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurjanah S. 1999. Analisis Sumberdaya Manusia Antar Etnis (Studi Kasus pada Pengusaha/Pedagang Cina dan Jawa di Kabupaten Demak, Jawa Tengah). [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Oepen M. 1988. Media Rakyat Komunikasi Pengembangan Masyarakat. Jakarta:
Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M). Osipow SH. 1983. Theories of Carreer Development. Tirth Edition. New
Jersey: Printice Hall, Inc. Englewood Cliffs. . Padmowihardjo S. (1994). Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan Pengembangan dan Pemanfaatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rakhmat J. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Reijntjes C, Bertus H, Waters B. 1999. Pertanian Masa Depan. Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. ILEIA. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. a.
Rosni M. 2003. Wanita Tani dalam Pengambilan Keputusan pada Usahatani
Jagung. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Saardi DI. 2000. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Mangrove.
[tesis] Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
93
Saharuddin. 1987. Partisipasi Kontak Tani dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sahidu. 1998. Partisipasi Masyarakat Tani Pengguna Lahan Sawah dalam
Pembangunan Pertanian di Daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat. Disertasi. IPB Bogor
Sajogyo. 1983. Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa. Jakarta: CV. Rajawali.
Sajogyo P. 1981. Peranan Wanita dalam Keluarga, Rumah Tangga dan
Masyarakat yang Lebih Luas di Pedesaan Jawa. Dua Kasus Penelitian di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Sumedang di Jawa Barat. [disertasi]. Jakarta: Program Doktor Universitas Indonesia.
___________. 1984. Peranan Wanita dalam Perkembangan Ekonomi. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia. Sajogyo, Pudjiwati S. 1989. Peluang Bekerja Sebagai Sumber Nafkah Wanita
Perdesaan. Bogor: Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian Bogor. Sihombing. 1980. Partisipasi Sebagai Pemerdekaan Manusia. Prisma Nomor 11,
November 1980. Singarimbun M, Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Slamet Y. 1993. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta:
Sebelas Maret University Press. Soekanto S. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada. Soekartawi 1989. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta: Universitas
Indonesia. Sri H, Nurul H, Pepi RP. 2005. Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian. Jakarta:
Universitas Terbuka. Suandi, Fendria S. 2001. Pekerja Wanita pada Agroindustri Pangan di Pedesaan
Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi. Jurnal Penelitian UNIB, Vo. VII, No. 2. Jambi
Sulistiyowati E. 2003. Pengenalan Hama Utama. Teknik Pengamatan dan
Pengendalian pada Tanaman Kakao. Jember: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.
Surtiyah K. 1990. Perempuan, Kerja, dan Rumah Tangga. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
94
Swasono. 1995. Perencanaan Partisipatory dan Emansipasi. Majalah Prisma No. 3. Edisi Ulang Tahun
Tjokroamidjojo. 1991. Pengantar Pembangunan dalam Pembangunan Pedesaan.
Jakarta:.Penerbit Pustaka Press. Van den Ban AW, Hawkins HS. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta:
Kanisius. Wahjosumidjo. 1984. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Penerbit Ghalia
Indonesia. White B dan Hastuti EL. 1980. Pola Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah
Tangga dan Masyarakat (Studi Kasus di Dua Desa di Jawa Barat). Kerja sama Antar Menteri Urusan Peranan Wanita, Studi Dinamika Pedesaan SAE. Bogor: Lembaga Penelitian Sosiologi Pedesaan IPB dan UUKEF.
Lampiran 1.
No Kegiatan
Bulan Feb Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan instrumen
x X
2 Analisis perbaikan instrumen
x x x
3 Pengambilan data primer
x x x x x x x
4 Pengolahan data x x x x x x x 5 Konsultasi
pembimbing x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
6 Penyelesaian Laporan Hasil Penelitian
x x x x x
96
Lampiran 2.
Peta Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah
Lampiran 4.
DAFTAR PERTANYAAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PARTISIPASI WANITA TANI DALAM USAHATANI KAKAO No. Responden : .....................................................................
Nama Responden : .....................................................................
Dusun : ......................................................................
Desa : .....................................................................
Kecamatan : Palolo
Kabupaten : Donggala
Provinsi : Sulawesi Tengah
Tanggal Wawancara : ......................................
Enumerator : ..........................................
Tanda Tangan : ..........................................
PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER 1. Bacalah petunjuk ini dengan cermat sebelum mengisi atau memilih jawaban lebih lanjut; 2. Apabila ada pertanyaan yang memungkinkan responden memilih lebih dari satu jawaban,
pilihlah/bubuhkanlah sesuai kenyataan kondisi yang ada; 3. Apabila ada pertanyaan yang kurang jelas, tanyakan langsung kepada pengumpul data; 4. Identitas responden akan dirahasiakan, dan jawaban yang telah diberikan hanya untuk
keperluan penelitian ini; 5. Usahakan menjawab atau memilih jawaban sejujurnya, tanpa ada unsur paksaan. FAKTOR INTERNAL (X1)
1. Umur : ............................................ Tahun 2. Pendidikan : 2.1. Pendidikan terakhir: ..................... tahun 2.2. Apakah Ibu pernah mengikuti kursus/pelatihan tentang usahatani kakao?
a. Tidak b. Ya Jika jawaban Ya, sebutkan jenis kursus atau pelatihan usahatani kakao yang pernah diikuti (sejak berusaha tani kakao). Nama Kursus/ Materi
Pelatihan Tahun Penyelenggara Lamanya
(hari/jam) 3. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah anggota dalam keluarga: Usia kerja (usia antara 14 – 64) Kelompok Usia
lainnya Total Yang bekerja/membantu kerja di usahatani
Laki-laki Perempuan
3.1. Berapa jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan keluarga:.......... Orang 4. Pengalaman berusahatani
4.1 Berapa tahun Ibu melakukan usahatani kakao ..................................... tahun Berapa tahun Ibu melakukan usahatani selain kakao ...................... tahun Sebutkan usahatani apa saja: ....................................................................................... Penguasaan lahan
- Lahan sawah : * Pemilikan : .................... ha * Garapan : ..................... ha - Lahan kering * Pemilikan : .................... ha * Garapan : ..................... ha
106
Jenis tanaman di lahan kering: ................................................................................... .....................................................................................
Pemilikan Tanaman Kakao Status Tanaman Jumlah Pohon Umur Tanaman Luas (ha)
Tanaman belum menghasilkan Tanaman menghasilkan Tanaman tua
5. Motivasi. No Pertanyaan Tidak
setuju (1) Kurang
setuju (2) Setuju
(3) Alasan keikutsertaan Ibu dalam kegiatan usahatani kakao adalah:
1. untuk meningkatkan pendapatan/ kesejahteraan keluarga
2. karena kakao dapat memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan keluarga
3. untuk menambah pengetahuan dan pengalaman
4. karena ajakan dari anggota keluarga (Suami, anak, kakak, adik, dan sanak famili lainnya)
5. karena ajakan dari orang lain (teman, tetangga)
6. karena ajakan dari PPL atau pihak lain 7. untuk membantu menjalin pergaulan
antara sesama petani
8. membuat Ibu dihargai sebagai isteri petani yang berhasil di lingkungan tempat tinggal ibu
9. harga jual kakao tinggi 10. ingin memanfaatkan waktu luang 11. ingin memperoleh uang tambahan 12. Alasan Ibu ikut serta dalam kegiatan
usahatani kakao didasarkan pada:
Karena terpaksa
(1)
Ajakan/ anjuran
(2)
Diri sendiri
(3) 13. Selain pertanyaan di atas, Apa yang membuat ibu termotivasi untuk ikut dalam
kegiatan usahatani kakao? ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
107
6. Aspirasi No Pertanyaan Tidak
setuju (1) Kurang
setuju (2) Setuju
(3) 1. Harapan ibu berusahatani kakao: mem -
peroleh nilai jual (keuntungan) yang tinggi
2. Harapan ibu berusahatani kakao: produksi tanaman meningkat
3. Harapan ibu berusahatani kakao: agar usahatani kakao dapat berkembang
4. Harapan ibu berusahatani kakao: dapat memenuhi kebutuhan keluarga
5. Harapa ibu berusahatani kakao supaya menambah/memperluas luas lahan kakao
6. Harapan Ibu berusahatani kakao: - .......................................................................................................................... - ....................................................................................................................... - .......................................................................................................................
7. Sifat Kekosmopolitan No Pertanyaan Tidak
Pernah (1) Jarang
(2) Sering
(3) 1. Apakah Ibu pernah berkunjung/ bepergian
keluar desa/daerah untuk menambah pengalaman, pengetahuan dalam rangka pengembangan usahatani kakao?
2. Apakah Ibu pernah menghadiri pertemuan kegiatan pelatihan/penyuluhan/kursus tentang usaha tani kakao?
3. Apakah Ibu pernah melakukan kunjungan/ konsultasi secara pribadi kepada petugas (PPL, Dinas terkait) tentang usahatani kakao?
4. Apakah ibu pernah melakukan tukar-menukar informasi, pengetahuan dengan sesama petani kakao?
5. Apakah Ibu pernah mendengarkan siaran radio/TV untuk menambah pengetahuan/ mencari informasi tentang kakao?
6. Apakah Ibu pernah membaca surat kabar, majalah, brosur / leaflet khususnya tentang budidaya kakao?
7. Jika kadang-kadang atau sering, berapa kali (frekuensi) ibu melakukan kunjungan ke: - luar desa : ............... X per bulan / tahun (coret salah satu) - PPL/dinas terkait: ............. X per bulan / tahun (coret salah satu)
108
8. Peran/dorongan Suami (Kepala Keluarga) No Pertanyaan Tidak setuju
(1) Kurang
setuju (2) Setuju (3)
1. Ibu ikut serta dalam usahatani kakao karena dorongan dari suami
2. Suami hanya mendukung sebagian kegiatan dalam usahatani kakao
3. Suami menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada ibu untuk ikut atau tidaknya dalam kegiatan usahatani kakao
4. Apakah semua anggota keluarga mendukung usaha Ibu sebagai petani kakao?
9. Pengambilan Keputusan No Pertanyaan Tidak
Pernah (1) Jarang (2) Ya (3)
Apakah Ibu turut menentukan dan memutuskan: 1 jenis kakao yang akan ditanam? 2. perencanaan pembelian & perbanyakan bibit? 3. Kapan penanaman pohon pelindung? 4. Jenis tanaman pelindung? 5. kapan sanitasi/pembersihan lahan dilakukan? 6. pembelian jenis pupuk & sarana produksi lainnya? 7. Kapan pengendalian hama dan penyakit? 8. kapan panen dilakukan? 9. Jumlah tenaga kerja yang akan digunakan? 10. Kapan & dimana penjualan/ pemasaran biji kakao ? 11. Harga pada saat menjual kakao? 12. Peminjaman kredit disaat kekurangan modal kerja? 13. Bagaimana pola pengambilan keputusan dalam
rumah tangga, siapa yang cenderung / dominan berpendapat dan mengambil keputusan?
Bapak (KK) Ibu (Isteri) Sama-sama
FAKTOR EKSTERNAL (X2)
1. Budaya/Sistem nilai 1. Menurut Ibu, apakah budaya yang berlaku di lingkungan Ibu bertentangan dengan
usahatani kakao yang ibu lakukan?. a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
2. Menurut ibu, apakah budaya/sistem nilai yang berlaku di lingkungan ibu membedakan status/peran antara laki-laki dan perempuan dalam melakukan usahatani kakao? a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
3. Apakah ada perbedaan upah kerja yang diterima antara laki-laki dan perempuan? a. Ada b. Kadang-kadang c. Tidak ada
4. Apakah ada pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki dalam melakukan usahatani kakao?
a. Ada b. Kadang-kadang c. Tidak ada
109
2. Ketersediaan tenaga Kerja No Pertanyaan Tidak (1) Kadang-
kadang (2) Ya (3)
1. Sumber tenaga kerja dalam usahatani kakao sepenuhnya berasal dari dalam keluarga
2. Tenaga kerja yang terlibat dalam usahatani kakao dapat menyelesaikan semua pekerjaan yang ada
3. Keikutsertaan Ibu dalam usahatani kakao karena kekurangan tenaga kerja
4. Pekerjaan-pekerjaan apa saja yang melibatkan tenaga dari luar keluarga. Sebutkan. ....................................................................................................................................................................................................................................................................................
3. Penyuluhan, 3.1. a. Apakah Ibu dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering b. Jika Tidak, jarang atau sering, apa alasan Ibu?
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
..................................................................................................................................... c. Jika kadang-kadang, sering, berapa kali Ibu mengikuti kegiatan penyuluhan dalam
setahun terakhir? .................... kali 3.2. Apa peranan Ibu dalam kegiatan penyuluhan tersebut?
a. Peserta b. Pengurus c. Peserta & pengurus 3.3 Bagaimana kesesuaian materi yang dibahas dalam penyuluhan tersebut dengan kebutuhan
Ibu berusahatani kakao? a. Tidak sesuai b. Kurang sesuai c. Sesuai
3.4 Bagaimana pemahaman Ibu terhadap materi yang diberikan dalam kegiatan penyuluhan tersebut? a. Sulit dipahami b. Kurang dipahami c. Mudah dipahami
3.5. Bagaimana tingkat penerapan materi penyuluhan di lapangan (lahan usahatani) a. Sulit dilakukan b. Cukup mudah dilakukan c. Mudah dilakukan
3.6. Bagaimana kompetensi/kemampuan yang dimiliki oleh Penyuluh tentang kakao? a. Tidak sesuai b. Cukup sesuai c. Sesuai 3.7. Menurut Ibu, perlukah wanita tani ikut serta dalam kegiatan penyuluhan?:
a. Tidak b. Kurang perlu c. Ya 3.8. Model-model penyuluhan seperti apa yang diinginkan Ibu demi meningkatkan nilai jual
kakao, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga. 1. ..........................................................................................................................................
................................................................................................................ 2. ..........................................................................................................................................
...............................................................................................................
110
4 . Iklim Usaha. 4.1. Harga jual biji kakao di pasar menurut Ibu: a. Murah (tidak memuaskan) b. Sedang (cukup memuaskan) c. Mahal (memuaskan) 4.2. Tingkat permintaan pasar tehadap biji kakao menurut Ibu: a. Kurang b. Cukup c. Banyak 4.3. Tingkat Kemudahan menjual biji kakao a. Sulit b. Cukup sulit c. Mudah 4.4. Menurut Ibu, informasi tentang harga jual biji kakao:
a. Sulit didapatkan b. Cukup sulit didapatkan c. Mudah didapatkan Dari mana informasi yang ibu peroleh tentang harga jual kakao? a. Dari rekan petani b. Dari Petugas Lapangan c. Media informasi (koran, brosur, leaflet, radio,TV)
d. …………………………………………………………. 4.5. Keamanan usahatani kakao yang Ibu jalankan tidak membahayakan jiwa/fisik Ibu: a. Tidak terjamin b. Kadang-kadang terjamin c. Terjamin 4.6. Ketersediaan sarana produksi yang menunjang produktivitas tanaman:
a. Sulit ditemukan b. cukup sulit ditemukan c. Mudah ditemukan 4.7. Jarak antara rumah dan tempat penjualan kakao: a. Jauh b. Cukup jauh c. Dekat
5 . Sistem/Peluang Pasar
5.1. Bagaimana kesesuaian harga kakao yang Ibu rasakan? a. Tidak sesuai b. Kurang sesuai c. Sesuai Berapa harga kakao yang Ibu pasarkan? Rp. ...............................,- / kg
5.3. Menurut Ibu, biaya produksi yang dikeluarkan lebih kecil dibanding keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan kakao?
a. Tidak setuju b. Kurang setuju c. Setuju 5.3. Menurut ibu, produksi yang dihasilkan dapat memenuhi permintaan pasar a. Tidak (belum) b. Kadang-kadang c. Ya 5.4. Bagaimana kesesuaian harga yang ibu rasakan di tingkat pedagang pengumpul
kecamatan dan provinsi? . a. Tidak sesuai b. Kurang sesuai c. Sesuai 6. Alokasi waktu:
a. Peran Domestik 6.1. Menurut Ibu, apakah Bapak (KK) terlibat dalam kegiatan mengurus/mengasuh anak?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu 6.2. Menurut Ibu, apakah Bapak (KK) terlibat dalam kegiatan mengurus/ membersihkan rumah ?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu
111
6.3. Menurut Ibu, apakah Bapak (KK) terlibat dalam kegiatan belanja di pasar? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu
6.4. Menurut Ibu, apakah Bapak (KK) terlibat dalam kegiatan yang menyangkut kesehatan keluarga?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu 6.5. Menurut Ibu, apakah Bapak (KK) terlibat dalam pendidikan anak? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu
6.6. Apakah Ibu sering menghadiri acara-acara sosial masyarakat? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu
6.7. Kegiatan sosial apa saja yang Ibu ikuti. Sebutkan. …………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………
b. Peran Produktif
6.8. a. Selain usahatani kakao, apakah Ibu memperoleh penghasilan tambahan dari usaha lainnya ?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu . b. Jika kadang-kadang atau selalu, usaha apa saja yang Ibu lakukan untuk menambah penghasilan (Usahatani dan Non Usahatani)?. Sebutkan.
- ..................................................................................................................... - ..................................................................................................................... - .................................................................................................................... - ......................................................................................................................
c. Berapa jam rata-rata per hari Ibu berada di lahan kakao? ......................... Jam/hari 6.9. a. Apakah Ibu sulit membagi waktu dengan kegiatan usahatani kakao.
a. Sulit b. Kadang-kadang c. Mudah b. Bagaimana cara Ibu mengatur waktu selama berusahatani kakao dan mengatur
urusan rumah tangga? - ......................................................................................................................... - ........................................................................................................................ - .........................................................................................................................
6.10. a. Apakah Ibu merasa senang/nyaman dengan pekerjaan Ibu saat ini? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu
b. Apa kendala yang Ibu hadapi dalam urusan rumah tangga selama bekerja dalam usahatani kakao?.
- ...................................................................................................................... - ...................................................................................................................... - .....................................................................................................................
PARTISIPASI (Y)
1. Pembersihan Lahan
1.1. a. Apakah ibu ikut dalam pembersihan/pembebasan lahan dari belukar? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu
112
b. Apa alasan Ibu, demikian? ......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................... c. Jika kadang-kadang / selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan setiap kali
pelaksanaan pembersihan/pembebasan lahan? . ................ jam 1.2. Apakah ibu menggunakan tenaga dari luar keluarga untuk pembersihan lahan?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering 1.3. Apakah sumber tenaga kerja untuk pembersihan lahan berasal dari dalam keluarga?
a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya 1.4. Apakah jumlah ketersediaan tenaga kerja untuk pembersihan lahan cukup?
a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya
2. Penanaman Pohon Pelindung 2.1. Apakah ibu ikut menanam pohon pelindung?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Jika Tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu?
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
................................................................................................................................ Jika kadang-kadang / selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan setiap
penanaman pohon pelindung?................ jam 2.2. Apakah ibu menggunakan tenaga dari luar keluarga untuk penanaman pohon
pelindung? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering 2.3. Apakah sumber tenaga kerja untuk penanaman pohon pelindung berasal dari dalam
keluarga? a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya
3. Pembibitan 3.1. Apakah ibu ikut dalam pembibitan kakao?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Jika Tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu?
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
................................................................................................................................ Jika kadang-kadang / selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan setiap kali pelaksanaan pembibitan? ................ jam
3. 2. Apakah ibu menggunakan tenaga dari luar keluarga untuk pembibitan? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering
3.3 Apakah sumber tenaga kerja untuk pembibitan berasal dari dalam keluarga? a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya
4. Penanaman
4.1. Apakah ibu ikut dalam penanaman kakao? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Jika Tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu?
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
................................................................................................................................ Jika kadang-kadang / selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan setiap kali
pelaksanaan penanaman? ................ jam
113
4.2. Apakah ibu menggunakan tenaga dari luar keluarga untuk penanaman kakao? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering 4.3 Apakah sumber tenaga kerja untuk penanaman pohon kakao berasal dari dalam
keluarga? a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya 4.4 Apakah penanaman kakao menggunakan jarak tanam yang teratur?
a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya Mengapa demikian? .........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
5. Sanitasi lahan 5.1. Apakah Ibu ikut serta dalam pelaksanaan sanitasi lahan?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Jika Tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu. - ........................................................................................................................ - ....................................................................................................................... - ...................................................................................................................... Jika kadang-kadang / selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan setiap kali
pelaksanaan sanitasi lahan? . ................ jam/sanitasi 5.2. Apakah ibu menggunakan tenaga dari luar keluarga untuk sanitasi lahan? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering 5.3 Apakah sumber tenaga kerja untuk sanitasi berasal dari dalam keluarga?
a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya
6. Pemupukan 6.1. a. Jenis pupuk apa saja yang digunakan di lahan kakao? Sebutkan. ................................................................................................ ............................................................................................... b. Umur tanaman mulai dipupuk : ……………… bulan/tahun (coret salah satunya)
c. Cara pemupukan yang dilakukan: a. Tugal b. Sebar c. Melingkar sekitar pohon
6.2. Apakah pemupukan dilakukan secara berimbang (waktu, dosis dan tempat)? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Ya Frekuensi pelaksanaan pemupukan .................. X /bulan/tahun (pilih salah satu)
6.3. Apakah Ibu ikut dalam kegiatan pemupukan? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Jika tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu. .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
Jika kadang-kadang, atau selalu, berapa alokasi waktu yang ibu gunakan setiap kali pemupukan .................. jam
6.4. Apakah ibu menggunakan tenaga dari luar keluarga untuk pemupukan? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering
6.5 Apakah sumber tenaga kerja untuk pemupukan pohon kakao berasal dari dalam keluarga? a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya
7. Pemangkasan
7.1. Apakah ada pengaturan Frekuensi pelaksanaan pemangkasan? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Ya
114
7.2. Apakah Ibu ikut dalam kegiatan pemangkasan? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Apa alasan Ibu.
....................................................................................................................................
.................................................................................................................................... Jika kadang-kadang atau selalu berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan? ……… jam/pemangkasan
7.3. Apakah ibu menggunakan tenaga dari luar keluarga untuk pemangkasan? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering
7.4. Apakah sumber tenaga kerja untuk pemangkasan pohon kakao berasal dari dalam keluarga? a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya
8. Pengendalian Hama Penyakit
8.1. Sebutkan jenis hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman kakao. Hama Penyakit
1 ........................................................ 2. ....................................................... 3. ........................................................ 4. .......................................................
1 ........................................................ 2. ....................................................... 3. ........................................................ 4. .......................................................
8.2. Apakah Ibu ikut dalam kegiatan pengendalian hama dan penyakit?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu . Jika tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu?.
- .................................................................................................................................... - ....................................................................................................................................
- ................................................................................................................................... Jika kadang-kadang/selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan? ............... jam
8.3. Apakah ibu menggunakan tenaga dari luar keluarga untuk Pengendalian hama penyakit pada tanaman kakao? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering
8.4. Apakah sumber tenaga kerja untuk pengendalian hama penyakit tanaman berasal dari dalam keluarga? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Ya
9. Panen, Pasca panen (belah dan jemur), fermentasi
9.1. Umur tanaman mulai dipanen: ............................................ tahun 9.2. Frekuensi pelaksanaan panen
a. Panen antara .......................... X /minggu/bulan (coret salah satu) b. Panen raya .......................... X /bulan 9.3. Berapa produksi kakao rata-rata setiap: a. Panen antara ..................... kg b. Panen raya ..................... kg 9.4. Apakah Ibu ikut dalam kegiatan panen? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu
Jika tidak, kadang-kadang atau selalu,apa alasan Ibu?. - .................................................................................................................................... - .................................................................................................................................... - ....................................................................................................................................
115
9.5. Berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan, setiap panen? ............... jam/panen. 9.6. Apakah Ibu ikut dalam kegiatan membelah buah kakao?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu . Jika tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu?. - .................................................................................................................................... - .................................................................................................................................... - ....................................................................................................................................
9.7. Jika kadang-kadang/selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan? ............... jam/belah.
9.8. Apakah Ibu ikut dalam kegiatan menjemur buah kakao? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu
Jika tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu?. .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
9.9. Jika kadang-kadang/selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan? ..... jam/jemur. 9.10. Apakah Ibu melakukan fermentasi?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Apa alasan Ibu sehingga (tidak, kadang-kadang atau selalu) melakukan fermentasi.
............................................................................................................................
........................................................................................................................... 10. Penyortiran & pengepakan
10.1. Apakah ibu ikut dalam penyortiran/penggolongan kakao menurut kualitas? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Jika Tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu?
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
................................................................................................................................ 10.2. Jika kadang-kadang / selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan setiap kali
pelaksanaan penyortiran? ................ jam 10.3. Apakah ibu ikut dalam pengepakan kakao dalam karung?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Jika Tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu?
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
................................................................................................................................ 10.4. Jika kadang-kadang / selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan setiap kali
pelaksanaan pengepakan? ................ jam
11. Pemasaran.
11.1. a. Dimana tempat biji kakao dijual/dipasarkan (jawaban boleh lebih dari satu) a. Pedagang pengumpul desa b. Pedagang pengumpul kecamatan c. Pedagang pengumpul di kabupaten
b. Bagaimana cara pemasaran (jawaban bisa lebih dari satu): a. Menjual setiap panen meskipun hasilnya sedikit
116
b. Menjual hasil panen dengan menggabungkan hasil panen sebelumnya c. Lainnya: ...............................
11.2. Apakah Ibu ikut dalam kegiatan pemasaran buah kakao? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu
Jika tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu?. - .................................................................................................................................... - .................................................................................................................................... - ....................................................................................................................................
11.3. Jika kadang-kadang/selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan? ............... jam/pemasaran. 11.4. Apakah ada penggolongan harga kakao menurut standart mutu? a. Tidak ada b. Kadang-kadang c. Ya 11.5. Apakah ada perbedaan harga biji kakao yang difermentasi dan yang tidak difermentasi? a. Tidak ada b. Kadang-kadang c. Ya Bagaimana proses pemasaran berlangsung, apa saja hambatan / halangan dan resiko yang telah / akan dihadapi?
- ........................................................................................................ - ....................................................................................................... - .......................................................................................................
12. Kewirausahaan 12.1. Apakah usahatani kakao merupakan satu-satunya sumber pendapatan Ibu dan
keluarga?. a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya.
12.2. Apakah usahatani kakao mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga Ibu?. a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya
12.3. Apakah usahatani kakao dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan Ibu dan keluarga? a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya
12.4. Menurut ibu bagaimana prospek kakao dimasa depan? a. Tidak menjanjikan b. Kurang menjanjikan c. Menjanjikan Apa alasan ibu? ............................................................................................................................ ............................................................................................................................ 12.5 .Apakah ada dukungan/perhatian dari pemerintah tentang kebijakan harga kakao? a. Tidak b. Kadang-kadang c.Ya
13. Book keeping 13.1. Apakah Ibu melakukan pencatatan biaya produksi yang dikeluarkan dalam usahatani
kakao? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu
Jika tidak, kadang-kadang atau selalu apa alasan Ibu?. - .................................................................................................................................... - ....................................................................................................................................
117
- .................................................................................................................................... 13.2. Apakah Ibu melakukan pencatatan biaya panen dan hasil (harga jual) kakao?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Jika tidak, kadang-kadang atau selalu apa alasan Ibu?. - .................................................................................................................................... - .................................................................................................................................... - .................................................................................................................................... 13.3. Apakah Ibu mampu mengatur tata keuangan (pengeluaran keuangan) dalam rumah
tangga? a. Tidak mampu b. Kadang-kadang c. Mampu
Jika tidak, kadang-kadang atau mampu, apa alasan Ibu. - .................................................................................................................................... - ....................................................................................................................................
Saran Apa kendala/masalah yang ibu rasakan selama berusahatani kakao? 1. .............................................................................................................................................. 2. .............................................................................................................................................. 3. .............................................................................................................................................. Untuk mengatasi kendala yang ada, apa yang ibu lakukan? 1. .............................................................................................. 2. ................................................................................................ 3. .................................................................................................... Dengan melihat situasi dan kondisi yang ada pada saat ini, apa yang dapat ibu sarankan untuk perbaikan atau peningkatan produktivitas tanaman kakao, peningkatan nilai jual kakao, juga peningkatan pendapatan dari komoditi ini: ........................................................................................................................................................................................................................................................................................................ ........................................................................................................................................................................................................................................................................................................ ---------------- *****---------------
Recommended