View
11
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN
PENGGUNAAN OBAT GENERIK PADA MASYARAKAT DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG PANYANG
KABUPATEN NAGAN RAYA
TAHUN 2015
SKRIPSI
OLEH :
POCUT SUSILA INDRA YENI
NIM: 06C10104217
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
2015
ii
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN
PENGGUNAAN OBAT GENERIK PADA MASYARAKAT DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG PANYANG
KABUPATEN NAGAN RAYA
TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH :
POCUT SUSILA INDRA YENI
NIM: 06C1010421
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
2015
iii
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul Proposal : Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan
Penggunaan Obat Generik Pada Masyarakat di Wilayah
Kerja Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan
Raya Tahun 2015
Nama Mahasiswa : POCUT SUSILA INDRA YENI
Nomor Induk Mahasiswa : 06C10104217
Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Minat Studi : -
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I
(Sariaman Sitanggang, S.Si.Apt, MARS)
Ketua
Pembimbing II
(Teungku Nih Farisni, SKM, M.Kes)
Anggota
Ketua Program Studi
(Teungku Nih Farisni, SKM, M.Kes)
Tanggal Seminar : Agustus 2015
iv
LEMBARAN PENGESAHAN PENGUJI
Judul Proposal : Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan
Penggunaan Obat Generik Pada Masyarakat di Wilayah
Kerja Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan
Raya Tahun 2015
Nama Mahasiswa : POCUT SUSILA INDRA YENI
Nomor Induk Mahasiswa : 06C10104217
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 03 Juni 2015 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Ketua : Sariaman Sitanggang, S.Si.Apt, MARS ............................................
Anggota : 1. Teungku Nih Farisni, SKM, M.Kes ............................................
2. Jun Musnadi Is, SKM, M.Kes ...........................................
3. Fakhrurradhi Luthfi, SKM, M.Kes ...........................................
Alue Peunyareng, 18 Agustus 2015
Ketua
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Teungku Nih Farisni, SKM, M.Kes
v
RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Penulis
Nama : Pocut Susila Indra Yeni
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Kuala Trang,06 September 1978
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Gampong Kuala Trang Kecamatan Kuala Kabupaten
Nagan Raya
Nama Ayah : Alm. T. Paya
Pekerjaan : -
Nama Ibu : Alm. Fatimah
Pekerjaan : -
II. Pendidikan yang ditempuh
Tahun 1984-1990 : SD Negeri Kuala Trang
Tahun 1990-1993 : SMP Negeri Padang Panyang
Tahun 1993-1996 : Program Pendidikan Bidan C
Tahun 2006-sekarang : Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
III. Riwayat Pekerjaan
Tahun 1996-sekarang : Staf Puskesmas Padang Panyang
vi
ABSTRAK
Pocut Susila Indra Yeni. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan
Penggunaan Obat Generik Pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Padang
Panyang Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015. Dibawah bimbingan Sariaman
Sitanggang, S.Si.Apt, MARS dan Teungku Nih Farisni, SKM, M.Kes.
Obat generik adalah nama obat berdasarkan zat berkhasiat yang dikandungnya.
Dalam lima tahun terakhir 2010-2015, pasar obat generik turun dari 14% menjadi
10% total penggunaan obat Nasional. Penurunan penggunaan obat generik terjadi
karena rendahnya sumber informasi yang diperoleh masyarakat, serta kurangnya
sosialisasi obat generik oleh pemerintah di berbagai daerah.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan
secara cross sectional untuk memperoleh korelasi faktor-faktor yang berhubungan
dengan pengetahuan penggunaan obat generik pada masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya tahun 2015. Sampel penelitian
ini didapat dengan menggunakan teknik proportional sampling yang berjumlah 97
orang. Metode pengambilan data secara primer yaitu dengan menggunakan kuesioner
untuk mendapatkan data penelitian langsung dari responden.
Hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik Chi-Square (x2) didapatkan
terdapat hubungan umur (p=0,007), tingkat pendidikan (p=0,046), pekerjaan
(p=0,026), serta sumber informasi (p=0,043) dengan pengetahuan penggunaan obat
generik pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Padang Panyang Kabupaten
Nagan Raya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi pihak Puskesmas untuk
dapat meningkatkatkan sosialisasi obat generik dan juga kepada pelayanan
kesehatan, agar meningkatkan kinerjanya dalam penyuluhan program promosi obat
generik di daerah-daerah.
Kata Kunci : Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Informasi, Obat Generik, Pengetahuan
vii
ABSTRACT
Susila Pocut Yeni Indra. Factors the use of generic drugs knowledge community in work
area Puskesmas Padang Panyang Nagan Raya District, 2015. Under the guidance Mr.
Sariaman Sitanggang, S.Si.Apt, MARS and Mrs. Teungku Nih Farisni, SKM,M. Kes.
Generic drugs are based drugs on the name of nutritious substances contain. In the
last five years, the generics market fell from 14% to 10% of total national drug.
Adecrease in the use of generic drugs due to a low source of information obtained by
the public, as well as the lack socialization of generic drugs by the government in
various areas. This study aims to determine factors the use of generic drugs knowledge
community in work area Puskesmas Padang Panyang Nagan Raya District, 2015.
The design of this research was descriptive quantitative and the sample was selected
by using a proportional sampling technique, resulting in the selection of 97
respondents. The instrument of data collection was a set of questionnaires for guided
interview. The data were analysed by using a Chi-Square Test (X2). Based on
bivariate analysis, it was found that there was a significant correlation between age
(p-value = 0.007), education (p-value = 0.046), employment (p-value = 0.026), and
information (p-value = 0.043) with the use of generic drugs knowledeg community in
work area Puskesmas Padang Panyang, Nagan Raya District, 2015.
Results of this study are expected to be information for the health center socialization
increase of generic drugs and also health care, in order to improve its performance in
the promotion of generic drug counseling programs in these areas.
Keywords: Age, Education, Employment, Information, Generic Drugs, Knowledge
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga dapat
menyelesaikan penelitian dan skripsi/tugas akhir yang berjudul “Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Pengetahuan Penggunaan Obat Generik Pada
Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan
Raya Tahun 2015”. skripsi adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
dalam meraih derajat sarjana kesehatan masyarakat universitas teuku umar.
Selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian dalam skripsi/tugas
akhir ini, penulis tidak luput dari kendala. Kendala tersebut dapat diatasi berkat
adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. DR. Jasman J Ma’ruf, MBA., selaku Rektor Universitas Negeri
Teuku Umar.
2. Ibu Ir. Yuliatul Muslimah, MP., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Negeri Teuku Umar.
3. Ibu Teungku Nih Farisni, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Teuku Umar dan pembimbing II dalam
skripsi ini.
4. Bapak Sariaman Sitanggang, S.Si Apt, MARS. SKM, M.Kes, selaku pembimbing
I dalam penyusunan skripsi ini.
5. Penguji I Bapak Jun Musnadi Is, SKM., M.Kes dan penguji II Bapak Fakhrurradhi
Luthfi, SKM, M.Kes yang telah memberi kritik dan saran yang konstruktif demi
kesempurnaan skripsi ini.
ix
6. Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Negeri Teuku Umar yang telah memberikan dorongan serta saran kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan baik moril
maupun materil dalam penyusunan skripsi ini.
8. Serta rekan-rekan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku
Umar, yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
Kritik dan saran yang membangun yang telah diberikan dari seluruh pihak
sangat penulis harapkan, untuk dapat menjadikan skripsi ini lebih baik dan
dipertanggungjawabkan. Akhir kata kepada Allah SWT lah penulis menyerahkan diri
karena tidak satu pun yang terjadi di muka bumi ini kecuali atas kehendak-Nya.
Meulaboh, Agustus 2015
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 3
1.4 Hipotesa Penelitian ..................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian...................................................................... 5
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ....................................................... 6
2.1 Obat .......................................................................................... 7
2.2 Obat Generik .............................................................................. 9
2.3 Pengetahuan .............................................................................. 14
2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Pengetahuan .............. 20
2.5 Masyarakat ................................................................................. 26
2.6 Kerangka Teori ......................................................................... 27
2.7 Kerangka Konsep ....................................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 29
3.1 Desain Penelitian ........................................................................ 29
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 29
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................. 29
3.4 Jenis dan Sumber Data ............................................................... 31
3.5 Defenisi Operasional .................................................................. 32
3.6 Aspek Pengukuran Data ............................................................. 32
3.7 Analisa Data ............................................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 35
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 35
4.2 Hasil Penelitian .......................................................................... 36
4.3 Pembahasan ............................................................................... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 53
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 53
5.2 Saran ......................................................................................... 53
xi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 3.1 Penentuan Jumlah Sampel Berdasarkan Proportional Sampling .. 31
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................... 32
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Demografi Respoden di
Wilayah Kerja Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan
Raya Tahun 2015 (n=97) ............................................................. 36
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya Tahun
2015 (n=97) ................................................................................... 37
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya Tahun
2015 (n=97) ................................................................................... 37
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya Tahun
2015 (n=97) ..................................................................................... 38
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Responden di Wilayah
Kerja Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya
Tahun 2015 (n=97) ......................................................................... 39
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang
Penggunaan Obat Generik di Wilayah Kerja Puskesmas Padang
Panyang Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015 (n=97) .................. 39
Tabel 4.7 Hubungan Umur dengan Pengetahuan Penggunaan Obat
Generik Pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Padang
Panyang Kabupaten Nagan Raya tahun 2015 (n=97) ................... 40
Tabel 4.8 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Penggunaan
Obat Generik di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Panyang
Kabupaten Nagan Raya tahun 2015 (n=97) ................................. 41
Tabel 4.9 Hubungan Pekerjaan dengan Pengetahuan Penggunaan Obat
Generik di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Panyang
Kabupaten Nagan Raya tahun 2015 (n=97) ................................. 42
Tabel 4.10 Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Penggunaan
Obat Generik di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Panyang
Kabupaten Nagan Raya tahun 2015 (n=97) ................................. 43
xiii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori ......................................................................... 27
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ..................................................... 28
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Padang Panyang ...................... 35
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul
Lampiran 1 Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian
Lampiran 2 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Penelitian
Lampiran 3 Lembaran Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4 Lembaran Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5 Lembar Kuesioner Penelitian
Lampiran 6 Master tabel hasil penelitian
Lampiran 7 Hasil Penelitian
Lampiran 8 Surat Izin Pengambilan Data dari Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar
Lampiran 9 Surat Selesai Pengambilan Data dari Puskesmas Padang Panyang
Lampiran 10 Dokumentasi
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat generik berlogo yang lebih umum disebut obat generik saja adalah obat
yang menggunakan nama zat berkhasiatnya dan mencantumkan logo perusahaan
farmasi yang memproduksinya pada kemasan obat, sedangkan obat generik bermerk
yang lebih umum disebut obat bermerk adalah obat yang diberi merk dagang oleh
perusahaan farmasi yang memproduksinya. Obat Generik Berlogo (OGB)
diluncurkan pada tahun 1991 oleh pemerintah yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat kelas menengah ke bawah akan obat. Jenis obat ini mengacu
pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang merupakan obat esensial untuk
penyakit tertentu (Kebijakan Obat Nasional, 2010).
Menurut data Departemen Kesehatan RI (2010), data nasional penggunaan
obat generik di Indonesia hingga kini masih tergolong rendah, padahal meskipun
harganya jauh lebih murah, kualitas dan khasiatnya sama seperti obat bernama
dagang (bermerek). peresepan obat generik oleh dokter di rumah sakit umum milik
pemerintah saat ini baru 66 persen, sedangkan di rumah sakit swasta dan apotek
hanya 49 persen. Ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan kesehatan
juga baru 69,7 persen dari target 95 persen, Dalam lima tahun terakhir 2005-2010,
pasar obat generik turun dari Rp 2.525 triliun atau 10 persen dari pasar nasional,
menjadi Rp 2.372 triliun atau 7,2 persen dari pasar nasional. Sementara, pasar obat
nasional meningkat dari Rp 23,59 triliun pada 2005 menjadi Rp 32,93 triliun pada
2009.
2
Menurut Handayani (2012), rendahnya penggunaan obat generik di
masyarakat dikarenakan obat generik masih dipandang sebelah mata oleh sebagian
besar masyarakat. Penyebab masalah ini terkait dengan tenaga medis baik itu dokter
atau bahkan pasien sendiri, masih menganggap obat generik obat yang murah dan tidak
berkualitas, sehingga sering tenaga medis memilih untuk meresepkan obat selain generik
karena adanya unsur financial incentives. Persepsi yang salah tentang obat generik itu
sendiri, menunjukkan bahwa masih kurangnya edukasi dan pengetahuan masyarakat
tentang obat generik. Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang obat generik
inilah, yang akhir menyebabkan masyarakat cenderung mempercayakan pengobatan
penyakitnya kepada dokter tanpa mempertanyakan jenis obat yang diberikan kepada
mereka.
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan aspek dasar dalam
membentuk perilaku seseorang. Hal ini sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh
Rogers (1974) menyatakan bahwa suatu yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran
dan sikap yang positif akan menghasilkan perilaku yang bersifat lebih langgeng (long
lasting). Sehingga dapat dikatakan dengan memiliki pengetahuan yang baik maka
perilaku dan penerimaan seseorang terhadap sesuatu akan lebih baik pula, yang pada
penelitiaan ini adalah penerimaan dalam menggunakan obat generik untuk
pengobatan di masyarakat. Pada dasarnya tinggi-rendahnya pengetahuan seseorang
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Mubarak (2007), beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, diantaranya meliputi umur
seseorang, tingkat pendidikan, pekerjaan, minat, pengalaman, serta sumber
informasi.
3
Adapun dari hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan diketahui Wilayah
Kerja Puskesmas Padang Panyang meliputi 12 desa binaan. Adapun berdasarkan
hasil wawancara penulis kepada 5 orang masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas
Padang Panyang terkait dengan pengetahuan penggunaan obat generik, mereka
menyebutkan bahwa yang mereka ketahui tentang obat generik adalah obat yang
mereka dapatkan bila berobat ke Puskesmas. Selain itu, mereka menyebutkan obat
generik bukan obat yang bagus untuk menyembuhkan penyakit mereka, sehingga
mereka jarang menggunakannya untuk mengobati penyakit mereka.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan penggunaan
obat generik pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Padang panyang
Kabupaten Nagan Raya tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor apa saja yang berhubungan dengan
pengatahuan penggunaan obat generik pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya tahun 2015.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui hubungan umur dengan pengetahuan penggunaan obat
generik di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan
Raya tahun 2015.
4
1.3.2 Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan pengetahuan penggunaan
obat generik di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan
Raya tahun 2015.
1.3.3 Untuk mengetahui hubungan pekerjaan dengan pengetahuan penggunaan obat
generik di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan
Raya tahun 2015.
1.3.4 Untuk mengetahui hubungan sumber informasi dengan pengetahuan
penggunaan obat generik di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Panyang
Kabupaten Nagan Raya tahun 2015.
1.4 Hipotesis Penelitian
1.4.1. Ho : Tidak ada hubungan umur dengan pengetahuan penggunaan obat
generik di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Panyang Kabupaten
Nagan Raya tahun 2015.
1.4.2. Ho : Tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan
penggunaan obat generik di Wilayah Kerja Puskesmas Padang
Panyang Kabupaten Nagan Raya tahun 2015.
1.4.3. Ho : Tidak ada hubungan pekerjaan dengan pengetahuan penggunaan obat
generik di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Panyang Kabupaten
Nagan Raya tahun 2015.
1.4.4. Ho : Tidak ada hubungan sumber informasi dengan pengetahuan
penggunaan obat generik di Wilayah Kerja Puskesmas Padang
Panyang Kabupaten Nagan Raya tahun 2015.
5
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
1.5.1. Memberikan informasi tambahan bagi pengambil keputusan/kebijakan
kesehatan serta sebagai perbandingan terhadap laporan penggunaan obat
generik secara admistratif.
1.5.2. Memberikan informasi bagi peneliti sendiri dan peneliti selanjutanya bagi
peningkatan pengetahuan tentang obat generik.
1.5.3. Memberikan informasi bagi masyarakat tentang pengertian, penggunaan, dan
manfaat obat generik agar masyarakat tidak bingung membeli obat generik.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat
2.1.1 Definisi Obat
Obat merupakan sedian atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistim fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan
dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, 2010).
Defenisi menurut Ansel (2005), obat adalah zat yang digunakan untuk
diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada
manusia atau hewan.
2.1.2 Peran Obat
Seperti yang telah dituliskan pada pengertian obat di atas, maka peran obat
secara umum adalah sebagai berikut :
1. Penetapan diagnosa
2. Untuk pencegahan penyakit
3. Menyembuhkan penyakit
4. Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
5. Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
6. Penigkatan kesehatan
7. Mengurangi rasa sakit (Chaerunisaa, 2014).
7
2.1.3 Pengunaan Obat
1. Berdasarkan Jenisnya
a. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas.
Obat Bebas merupakan obat yang bisa dibeli bebas di apotek, bahkan warung,
tanpa resep dokter, ditandai lingkaran hijau bergaris tepi hitam. Obat Bebas
Terbatas (waarschuwing/Peringatan), yakni obat-obatan yang dalam jumlah
tertentu masih bisa dibeli di apotek, tanpa resep dokter, memakai lingkaran biru
bergaris tepi hitam.
b. Obat Keras.
Obat keras (Gevaarlijk/berbahaya), yaitu obat berkhasiat keras yang untuk
mendapatkannya harus dengan resep dokter, memakai tanda lingkaran merah
bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K di dalamnya.
c. Psikotropika dan Narkotika
Psikotropika adalah zat atau obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau
merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan prilaku. Narkotika
adalah zat atau obatyang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi
mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia
(Chaerunisaa, 2014).
2. Berdasarkan Mekanisme Kerja Obat
Obat digolongkan menjadi lima jenis :
a. Obat yang bekeja terhadap penyebab penyakit, misalnya penyakit karena bakteri
atau mikroba, contoh: antibiotik.
8
b. Obat yang bekerja mencegah keaadan patologis dari penyakit, contoh: serum,
vaksin.
c. Obat yang menghilangkan gejala penyakit = simptomatik, missal gejala penyakit
nyeri, contoh: analgetik, antipiretik.
d. Obat yang bekerja untuk mengganti atau menambah fungsi-fungsi zat yang
kurang, contoh: vitamin, hormon.
e. Pemberian placebo, adalah pemberian sediaan obat yang tanpa zat berkhasiat
untuk orang-orang yang sakit secara psikis, contoh: aqua proinjection. Selain itu,
obat dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya misalkan
antihipertensi, cardiaca, diuretic, hipnotik, sedative dan lain-lain (Chaerunisaa,
2014).
3. Berdasarkan Tempat atau Lokasi Pemakaiannya
Obat dibagi dua golongan :
a. Obat Dalam, misalnya obat-obat peroral. Contoh: antibiotik, acetaminophen.
b. Obat Topikal, untuk pemakaian luar badan. Contoh sulfur, antibiotik (Anief,
2004).
4. Berdasarkan Cara Pemberian
Obat digolongkan menjadi enam jenis :
a. Oral, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui mulut, Contoh: serbuk, kapsul,
tablet sirup.
b. Parektal, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui rectal. Contoh
suppositoria, laksatif.
9
c. Sublingual, obat yang diletakkan di bawah lidah dan melalui selaput lendir masuk
ke pembuluh darah agar mendapaktkan efek obat yang lebih cepat. Contoh: tablet
hisap, hormone.
d. Parenteral, obat suntik melaui kulit masuk ke darah. Ada yang diberikan secara
intravena, subkutan, intramuscular, intrakutan.
e. Langsung ke organ, contoh intrakardial.
f. Melalui selaput perut, intraperitoneal (Anief, 2004).
5. Berdasarkan Efek yang Ditimbulkan
Obat digolongkan menjadi dua jenis :
a. Sistemik: masuk ke dalam system peredaran darah, diberikan secara oral
b. Lokal : pada tempat-tempat tertentu yang diinginkan, misalnya pada kulit, telinga,
mata (Anief, 2004).
6. Berdasarkan Penamaannya
Menurut Widodo (2009), penamaan dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Nama Kimia, yaitu nama asli senyawa kimia obat.
b. Nama Generik (unbranded name), yaitu nama yang lebih mudah yang disepakati
sebagai nama obat dari suatu nama kimia.
c. Nama Dagang atau Merek, yaitu nama yang diberikan oleh masing-masing
produsen obat. Obat bermerek disebut juga dengan obat paten.
2.2 Obat Generik
2.2.1 Definisi Obat Generik
Obat Generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik, nama
resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan INN (International
10
Non-propietary Names) dari WHO (World Health Organization) untuk zat berkhasiat
yang dikandungnya. Nama generik ini ditempatkan sebagai judul dari monografi
sediaan obat yang mengandung nama generik tersebut sebagai zat tunggal (Depkes,
2010).
Obat generik berlogo yaitu obat yang diprogram oleh pemerintah dengan
nama generik yang dibuat secara CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Harga
obat disubsidi oleh pemerintah. Logo generik menunjukkan persyaratan mutu yang
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Sedangkan obat generik
esensial adalah obat generik terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan
kesehatan bagi masyarakat (Widodo, 2009).
2.2.2 Pengenalan Obat Generik
Obat pada waktu ditemukan diberi nama kimia yang menggambarkan struktur
molekulnya. Nama kimia obat biasanya amat kompleks sehingga tidak mudah diingat
orang awam. Untuk kepentingan penelitian biasanya nama kimia disingkat dengan
kode tertentu. Setelah obat itu dinyatakan aman dan bermanfaat melalui uji klinis,
barulah obat tersebut didaftarkan pada Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(Badan POM). Obat tersebut mendapat nama generik dan nama dagang. Nama
dagang ini sering disebut nama paten. Perusahaan obat yang menemukan obat
tersebut dapat memasarkannya dengan nama dagang.
Nama dagang biasanya diusahakan yang mudah diingat oleh pengguna obat.
Disebut obat paten karena pabrik penemu tersebut berhak atas paten penemuan obat
tersebut dalam jangka waktu tertentu. Selama paten tersebut masih berlaku, obat ini
tidak boleh diproduksi oleh pabrik lain, baik dengan nama dagang pabrik peniru
ataupun dijual dengan nama generiknya. Obat nama dagang yang telah habis masa
11
patennya dapat diproduksi dan dijual oleh pabrik lain dengan nama dagang berbeda
yang biasanya disebutsebagai me-too product di beberapa negara barat disebut
branded generic atau tetap dijual dengan nama generik (Chaerunisaa, 2014).
2.2.3 Manfaat Obat Generik
Menurut Widodo (2009) manfaat obat generik secara umum adalah :
1. Sebagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
2. Dari segi ekonomis obat generik dapat dijangkau masyarakat golongan ekonomi
menengah kebawah.
3. Dari segi kualitas obat generik memiliki mutu atau khasiat yang sama dengan obat
yang bermerek dagang (obat paten).
2.2.4 Kebijakan Obat Generik
Kebijakan obat generik adalah salah satu kebijakan untuk mengendalikan
harga obat, di mana obat dipasarkan dengan nama bahan aktifnya. Agar upaya
pemanfaatan obat generik ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka
kebijakan tersebut mencakup komponen-komponen berikut (Widodo, 2009) :
1. Produksi obat generik dengan Cara Produksi Obat yang Baik (CPOB). Produksi
dilakukan oleh produsen yang memenuhi syarat CPOB dan disesuaikan dengan
kebutuhan akan obat generik dalam pelayanan kesehatan.
2. Pengendalian mutu obat generik secara ketat.
3. Distribusi dan penyediaan obat generik di unit-unit pelayanan kesehatan.
4. Peresepan berdasarkan atas nama generik, bukan nama dagang.
5. Penggantian (substitusi) dengan obat generik diusulkan diberlakukan di unit-unit
pelayanan kesehatan.
12
6. Informasi dan komunikasi mengenai obat generik bagi dokter dan masyarakat
luas secara berkesinambungan.
7. Pemantauan dan evaluasi penggunaan obat generik secara berkala.
2.2.5 Faktor yang Menghambat Masyarakat terhadap Obat Generik
1. Akses Obat.
Hal ini dalam rangka memenuhi kebutuhan obat pasien sesuai dengan resep di
setiap penjualan obat, yaitu membahas resep yang terlayani , resep yang tidak
terlayani oleh apotik, dan resep yang obatnya digantikan dengan obat lain yang
sejenis. Akses masyarakat terhadap obat esensial dipengaruhi oleh empat faktor
utama, yaitu :
a. Penggunaan obat yang rasional;
b. Harga yang terjangkau;
c. Pembiayaan yang berkelanjutan;
d. Sistem pelayanan kesehatan beserta sistem suplai obat yang dapat menjamin
ketersediaan, pemerataan, keterjangkauan obat (Kebijakan Obat Nasional, 2010).
2. Harga Obat.
Harga obat di Indonesia umumnya dinilai mahal dan struktur harga obat tidak
transparan. Penelitian WHO menunjukkan perbandingan harga antara satu nama
dagang dengan nama dagang yang lain untuk obat yang sama, berkisar 1:2 sampai
1:5. Penelitian di atas juga membandingkan harga obat dengan nama dagang dan
obat generik menunjukkan obat generik bukan yang termurah. Survai dampak krisis
rupiah pada biaya obat dan ketersediaan obat esensial antara 1997 - 2002
menunjukkan bahwa biaya resep rata-rata di sarana kesehatan sektor swasta jauh
13
lebih tinggi dari pada di sektor publik yang menerapkan pengaturan harga dalam
sistem suplainya (Kebijakan Obat Nasional, 2010).
3. Tingkat Ketersediaan Obat.
Rendahnya ketersediaan obat generik di rumah sakit pemerintah dapat
berimplikasi secara langsung pada akses obat generik, sebagai gantinya pasien
membeli obat generik di apotik atau di praktek dokter. Apotik swasta mempunyai
obat generik lebih sedikit dibandingkan dengan yang disediakan oleh dokter.
Sehingga apotik menyediakan obat paten lebih banyak. Selama banyak obat yang
tidak tersedia, pasien mengeluarkan uang lebih banyak untuk membayar obat
(Suryani, 2013).
4. Informasi Obat.
Keterbatasan informasi masyarakat akan obat sangat erat kaitannya dengan
ketidaktahuan akan pengenalan, penggunaan dan pemanfaatan obat terutama bagi
mereka yang ingin memakai obat generik. Informasi obat, antara lain mengenai
khasiat, indikasi, kontraindikasi, efek samping, dosis dan aturan pakai, peringatan-
peringatan penggunaan suatu obat, serta harga obat, Juga bila perlu informasi
mengenai pilihan obat yang tepat bagi konsumen (Widodo, 2009).
5. Keterjangkauan Obat.
Keterjangkauan obat dapat dipandang dari sudut geografis, ekonomi dan
sosial politik. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau
dimana 5.707 diantaranya sudah bernama. Namun pulau yang telah berpenghuni
jumlahnya lebih kecil. Saat ini sebagian masyakat Indonesia tinggal di daerah
terpencil, daerah tertinggal, dan wilayah perbatasan. Sebagian lagi tinggal di daerah
rawan bencana baik bencana alam dan bencana buatan manusia seperti : ketidak-
14
stabilan politik dan tingginya tingkat kemiskinan. Dengan pola penyebaran penduduk
seperti tersebut di atas, maka diperlukan adanya perbedaan pengelolaan obat sesuai
dengan karateristik masing-masing daerah. Sebagai contoh kita dapat melakukan
pengelompokan Provinsi Kepulauan : Riau, NTB, NTT, Maluku dan Maluku Utara
lebih memiliki karakteristik geografis kepulauan. Sedangkan propinsi di Kalimantan
dan Papua dapat dikategorikan daratan luas dengan hambatan transportasi. Kategori
lain adalah Pulau Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi (Kebijakan Obat Nasional,
2010).
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Pengertian pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia yaitu, indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007).
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behaviour). Dari hasil pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku
melalui proses seperti yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya,
15
apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak
akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007).
2.3.2 Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan
(Notoatmodjo, 2007), yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari
sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau ransangan
yang telah di terima oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan paling
rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami di artikan sebagi suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar.
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat di
artikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu sruktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari
16
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.
5. Sintesis (syntesis)
Sintesis merupakan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk kesuluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi-formasi
yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini di dasarkan pada
suatu kriteria yang di tentukan sendiri, atau menggunakan tentang kriteria-kriteria
yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari objek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2007).
2.3.3 Cara memperoleh pengetahuan
Beberapa cara digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan
sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua (Notoatmodjo, 2007), yakni :
1. Cara tradisional atau non – ilmiah
a. Cara coba – salah ( trial and error )
Cara coba – coba ini di lakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apanila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
17
kemungkinan yang lain dan hal tersebut akan terus dilakukan sampai masalah
tersebut terpecahkan.
b. Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh
orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan enzim urease oleh
Summers pada tahun 1926. Di mana pada suatu hari Summers sedang bekerja dengan
ekstrak ecotone dan karena terburu – buru ingin bermain tenis, maka ekstrak ecotone
yang disimpan di dalam kulkas. Keesokan harinya ketika ingin meneruskan
percobaannya ternyata ekstrak ecotone yang disimpan didalam kulkas tersebut timbul
kristal – kristal yang kemudian disebut dengan enzim urease. Demikian juga dengan
penemuan kina sebagai obat malaria yang ditemukan secara kebetulan oleh
seorangan penderita malaria yang sering mengembara.
c. Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan dengan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, dan pemegang pemerintahan.
Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau
kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun
ahli ilmu pengetahuan.
Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama, maupun
ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama didalam
penemuan pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji
atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun
berdasarkan penalaran sendiri.
18
d. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila
dengan cara yang digunakan tersebut dapat memecahkan masalah yang sama, orang
dapat pula menggunakan cara tersebut.
e. Cara akal sehat (common sense)
Akal sehat atau common sense kadang – kadang dapat menemukan teori atau
kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu
agar anaknya mau menuruti nasehat orang tuanya, atau agar disiplin menggunakan
cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau
dicubit. Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang berkembang menjadi
teori atau kebenaran, bahwa hukuman merupakan metode (meskipun bukan yang
paling baik) bagi pendidikan anak. Pemberian hadian dan hukuman (reward and
punishment) merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk
mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
f. Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari
Tuhan melalui para nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut –
pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional
atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para nabi adalah sebagai wahyu dan
bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia.
19
g. Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui
proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran
yang diperoleh dari intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan
cara – cara yang rasional dan yang sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang
hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.
h. Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir
manusia pun ikut berkembang. Dari sini telah mampu menggunakan penalarannya
dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirnya, baik melaui induksi
maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan
pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan – penyataan yang dikemukakan,
kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.
i. Induksi
induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan
khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi
pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman empiris yang ditangkap
melalui indera.Kemudian disimpulkan melalui ke dalam suatu konsep yang
memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala. Karena proses berpikir
induksi itu beranjak dari hasil pengamatan indera atau hal yang nyata, maka dapat
dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal yang konkret ke hal yang abstrak.
20
j. Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan – pernyataan umum
ke khusus. Aristoteles (384 – 322 SM) mengembangkan cara berpikir deduksi ini ke
dalam suatu cara yang disebut dengan silogisme. Silogisme ini merupakan suatu
bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan
yang lebih baik. Di dalam proses berpikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang
dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlakuk juga kebenarannya pada
semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk kedalam kelas itu.
Disini terlihat proses berpikir berdasarkan pada pengetahuan yang umum
mencapai pengetahuan yang khusus. Silogisme sebagai bentuk berpikir deduksi yang
teratur terdiri dari tiga pernyataan atau proposisi, yaitu pernyataan pertama disebut
dengan premis mayor, yang berisi pernyataan yang bersifat umum.Pernyataan kedua
yang sifatnya lebih khusus dari pada pernyataan yang pertama disebut dengan premis
minor. Sedangkan pernyataan ketiga yang merupakan kesimpulannya, disebut
dengan konklusi atau konsekuen.
2. Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini di sebut dengan “metode penelitian ilmiah,”
atau lebih populer dsebut metodologi penelitian ( reseach methodology ).
2.4 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu (Mubarak,
2007) :
21
2.4.1 Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadai perubahan pada aspek
psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar akan mengalami
perubahan baik dari aspek ukuran maupun dari aspek proporsi yang mana hal ini
terjadi akibat pematangan fungsi organ. Sedangkan pada aspek psikologis (mental)
terjadi perubahan dari segi taraf berfikir seseorang yang semakin matang dan
dewasa.
Adapun selain itu, semakin bertambah usia maka semakin banyak
pengalaman dan pengetahuan yang di peroleh oleh seseorang, sehingga bisa
meningkatkan kematangan mental dan intelektual. Usia seseorang yang lebih dewasa
mempengaruhi tingkat kemampuan dan kematangan dalam berfikir dan menerima
informasi yang semakin lebih baik jika di bandingkan dengan usia yang lebih muda.
Usia mempengaruhi tingkat pengetahuan sesorang. Semakin dewasa umur maka
tingkat kematangan dan kemampuan menerima informasi lebih baik jika di
bandingkan dengan umur yang lebih muda atau belum dewasa. Menurut WHO
(dikutip dalam Hurlock, 2009) umur seseorang dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Dewasa awal : 18-40 tahun
Dewasa akhir : 41-65 tahun
Lansia : >65 tahun
Sesuai besarnya umur, terdapat kemungkinan perbedaan dalam mendapatkan
faktor keterpaparan tertentu berdasarkan lamanya perjalanan hidup. Demikian pula
dengan karakteristik yang lain yang akan membawa perbedaan dalam kemungkinan
mendapatkan kecenderungan terjadinya penyakit dengan bertambahnya usia.
22
Semakin tua seseorang maka semakin peka terhadap penyakit dan semakin banyak
keterpaparan yang di alami, karena itu umur meningkat secara ilmiah akan membawa
pertambahan resiko suatu penyakit.
2.4.2 Tingkat pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Pendidikan merupakan sebuah
proses belajar dan proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang
lebih baik, lebih dewasa dan lebih matang terhadap individu, kelompok atau
masyarakat Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseoarang
semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak
pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat
pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
penerimaan, informasi dan nilai – nilai yang baru diperkenalkan (Soekanto, 2002).
Adapun selain itu, pendidikan juga merupakan perubahan sikap, tingkah laku
dan penambahan ilmu dari seseorang serta merupakan proses dasar dari kehidupan
manusia. Melalui pendidikan manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif
induvidu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup
manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Proses belajar tidak akan terjadi begitu
saja apabila tidak ada di sertai sesuatu yang menolong pribadi yang bersangkutan
(Soekanto, 2002).
Pengetahuan atau kognitif merupakan hal yang sangat penting untuk
terbentuknya sebuah tindakan seseorang.Meningkatnya pengetahuan dapat
menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang.Pengetahuan juga
membentuk kepercayaan seseorang terhadap suatu hal. Prilaku yang di dasari
23
pengetahuan lebih langgeng dari prilaku yang tidak didasari pengetahuan
(Notoatmodjo, 2007).
Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap
kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir
rasionalisme dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah
yang baru. Di harapkan bagi seseorang yang berpendidikan tinggi memiliki
pengetahuan yang luas termasuk pengetahuan terhadap kebutuhan kesehatannya.
Latar belakang pendidikan dan pengalaman di masa lalu dapat mempengaruhi
pola pikir seseorang, kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang,
termasuk membentuk kemampuan untuk mempelajari atau memahami faktor-faktor
yang berkaitan dengan penyakit yang di deritanya, dan menggunakan pengetahuan
tentang kesehatan dan penyakit yang di milikinya untuk menjaga kesehatan diri.
Kemampuan kognitif juga berhubungan dengan tahap perkembangan seseorang
(Potter & Perry, 2005).
Adapun jenjang pendidikan di indonesia sebagaimana tertera pada Undang-
Undang N0 20 Tahun 2003 yaitu tentang sistem pendidikan nasional terbagi atas 3
tingkat pendidikan formal yaitu pendidikan dasar (SD atau madrasah ibtidayah atau
SMP/MTsn), pendidikan menengah (SMU/madrasah aliyah dan sederajat), serta
pendidikan tinggi (Akademik dan Perguruan Tinggi (Sekneg RI, 2003).
2.4.3 Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk
memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Pekerjaan/karyawan adalah mereka yang bekerja pada orang lain atau institusi,
kantor, perusahaan dengan upah dan gaji baik berupa uang maupun barang.
24
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pekerjaan bukanlah
sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Semakin lama seseorang bekerja
semakin banyak pengetahuan yang diperoleh (Wati, 2009).
Pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau dari
jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak
pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang
lain. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan
pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar dalam bekerja
akan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang
merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik (Wati, 2009).
2.4.4 Minat
Minat merupakan suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu.Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan
pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
2.4.5 Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang
baik seseorang akan melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut
menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam
emosi sehingga menimbulkan sikap positif.
25
2.4.6 Sumber informasi
Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang
untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Sumber informasi adalah data yang
diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti sebagai sipenerima dan
mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu keputusan mendatang Rudi
Bertz dalam bukunya ”toxonomi of comunication” media menyatakan secara
gamblang bahwa informasi adalah apa yang dipahami, sebagai contoh jika kita
melihat dan mencium asap, kita memperoleh informasi bahwa sesuatu sedang
terbakar.
Media yang digunakan sebagai sumber informasi adalah sebagai berikut :
1. Media Cetak
2. Media Elektronik
3. Petugas kesehatan
Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam
media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi
baru. Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa seperti radio, televisi,
surat kabar, majalah yang mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini
dan kepercayaan semua orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas
pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal
memberikan landasan kognitif baru terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut
(Erfandi, 2009).
26
2.5 Konsep Masyarakat
2.5.1 Definisi Masyarakat
Dalam buku Sosiologi, Kelompok dan Masalah Sosial (Syani, 2002),
dijelaskan bahwa diduga perkataan masyarakat mendapat pengaruh dari bahasa Arab.
Dalam bahasa Arab, masyarakat asal mulanya dari kata musayarak yang kemudian
berubah menjadi musyarakat dan selanjutnya mendapatkan kesepakatan dalam
bahasa Indonesia, yaitu Masyarakat". Musyarak, artinya bersama-sama, lalu
musyarakat, artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan
dan saling mempengaruhi. Sedangkan pemakaiannya dalam bahasa Indonesia telah
disepakati dengan sebutan Masyarakat.
Menurut Soleman (2004), secara sosiologis masyarakat tidak dipandang
sebagai suatu kumpulan individu atau sebagai penjumlahan dari individu-individu
semata. Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia itu
hidup bersama. Masyarakat merupakan suatu sistem yang terbentuk karena hubungan
dari anggotanya. Ringkasnya, masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari
kehidupan bersama manusia, yang lazim disebut sebagai sistem kemasyarakatan.
2.5.2 Unsur Pembentukan Masyarakat
Menurut Soekanto (2002), masyarakat mencakup beberapa unsur, yaitu
sebagai berikut :
1. Manusia yang hidup bersama.
Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk
menentukan beberapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritas,
angka minimnya adalah dua orang.
27
2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama.
Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti
umpamanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya
manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-
cakap, merasa dan mengerti; mereka juga mempunyai keinginankeinginan untuk
menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup
bersama itu, timbullah sistem komunikasi dan timbullah peraturan-peraturan yang
mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.
3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama
menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya
terikat satu dengan lainnya.
2.6 Kerangka Teori
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas, maka dapat dikemukakan
kerangka teori seperti skema berikut ini :
Gambar: 2.1 Kerangka Teori
Umur
Pengetahuan Penggunaan Obat
Generik (Chaerunnisa, 2014 ;
Widodo, 2009)
Tingkat Pendidikan
Pekerjaan
Minat
Pengalaman
Sumber Informasi
Masyarakat (Soleman, 2004)
Faktor-faktor yang
berhubungan dengan
pengetahuanb (Mubarak, 2007)
28
2.7 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian
ini adalah :
Gambar: 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen
Tingkat Pendidikan
Pekerjaan
Umur
Sumber Informasi
Variabel Dependen
Tingkat Pengetahuan
Penggunaan Obat Generik Pada
Masyarakat
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional
untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan penggunaan
obat generik di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya
Tahun 2015.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Panyang
Kabupaten Nagan Raya.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian pelaksanaannya dilakukan pada tanggal di 20-30 Juni 2015.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi target penelitian ini adalah kepala keluarga (KK) yang berada di
Wilayah Kerja Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya ketika penelitian
ini berlangsung yang berjumlah. Populasi terjangkau pada penelitian ini berjumlah
3899 kepala keluarga (KK).
30
3.3.2 Sampel
1. Besar sampel
Dalam penelitian ini besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan
rumus Slovin (1960) dari (Notoadmodjo, 2010) sebagai berikut :
)(1 2dN
Nn
Keterangan :
N : Besar populasi
n : Besar sampel
d : Nilai kritis batas kegiatan yang di inginkan (0,1)
Berdasarkan pengumpulan data awal yang dilakukan peneliti, didapatkan
populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 3899 KK, sehingga penentuan besaran
sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :
974,97
9,39
3899
9,381
3899
)1,0(38991
3899
)(1
2
2
n
n
n
n
dN
Nn
Sehingga dari hasil penghitungaan tersebut maka sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah 97 orang.
2. Cara pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Proportional Sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel dari sub-sub sampel
yang perimbangannya mengikuti perimbangan sub-sub populasi (Kasiram, 2010)
yang dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
31
Berdasarkan rumus di atasn maka dapat ditentukan jumlah proporsi sampel
untuk setiap desa yang di wilayah kerja Puskesmas Padang Panyang dapat dilihat
pada tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1 Penentuan sampel berdasarkan teknik proportional sampling
No. Nama Desa Jumlah KK
per desa
Jumlah masyarakat
yang menjadi sampel
1. Padang Panyang 470 12
2. Purwodadi 437 11
3. Arongan 390 10
4. Jatirejo 250 6
5. Purwosari 275 7
6. Kuala Trieng 450 11
7. Kubang. Gajah 457 11
8. Lueng Mane 226 6
9. Cot Rambong 133 3
10. Kuala Tuha 278 7
11. Langkak 397 10
12. Leung Teuku Ben 136 3
Total 3899 97
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dengan pedoman pengisian
kuesioner oleh responden yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap
sampel penelitian.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pemerintah setempat, yaitu
dari Puskesmas Padang Panyang dan Kantor Dinas Kesehatan Setempat.
32
3.5 Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Operasional Cara
Ukur
Alat
Ukur Hasil Ukur
Skala
Ukur
Variabel Independen
1. Umur Usia responden
(masyarakat) yang
dihitung dari kelahiran
sampai ulang tahun
terakhir dengan satuan
tahun dengan kriteria usia produktif, yaitu 17-
64 tahun
Wawancara Kuesioner 1. Dewasa awal
2. Dewasa akhir
3. Lansia
Rasio
2. Tingkat
Pendidikan
Jenjang pendidikan
formal yang diselesaikan
dengan ditandai ijazah,
pada saat dilakukan
wawancara, dengan
pembagian
Wawancara Kuesioner 1. Dasar
2. Menengah
3. Tinggi
Ordinal
3. Pekerjaan kegiatan yang ditekuni
oleh responden dan dapat
dijadikan sumber
penghasilan
Wawancara Kuesioner 1. PNS
2. Swasta
3. Tidak Bekerja
Nominal
4. Sumber
Informasi
Asal-usul responden
mendapatkan informasi
mengenai obat generik
Wawancara Kuesioner 1. Petugas
Kesehatan
2. Media Cetak 3. Media Elektronik
4. Lain-lain
Nominal
Variabel Dependen
1. Pengetahuan
tentang
penggunaan
obat generik
Segala sesuatu informasi
yang diperoleh
responden (masyarakat)
akan penggunaan,
pemanfaatan dan
pengertian obat generik
Wawancara Kuesioner 1. Baik
2. Sedang
3. Kurang
Ordinal
3.6 Aspek Pengukuran Variabel
3.6.1 Umur
Dewasa awal : 18-40 tahun
Dewasa akhir : 41-65 tahun
Lansia : >65 tahun
3.6.2 Tingkat Pendidikan
Dasar : SD dan SMP
Menengah : SMA
33
Tinggi : Diploma/S1/S2/S3
3.6.3 Pekerjaan
Pegawai Negeri
Swasta
Tidak Berkerja
3.6.4 Sumber Informasi
Petugas kesehatan : Dokter, Perawat, Bidan dan petugas kesehatan lainnya
Media cetak : Majalah/Koran/Buku
Media elektronik : Televisi/Radio/Internet
Lain-lain : Masyarakat, keluarga, teman dan sebagainya
3.6.5 Pengetahuan tentang penggunaan obat generik
Tinggi : x ≥ 10
Rendah : x < 10
3.7 Analisa Data
3.7.1 Univariat
Data yang telah dikumpulkan akan dianalisa dengan cara analisa univariat,
dengan pengkategorian variabel dalam penelitian ditentukan berdasarkan nilai
interval kelas yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sudjana,
2008) :
Setelah diolah, selanjutnya data yang telah dimasukkan ke dalam tabel
distribusi frekuensi ditemukan prentase perolehan (P) untuk tiap-tiap kategori dengan
menggunakan rumus (Budiarto, 2002) yaitu:
34
Keterangan:
P = Persentase
fi = Frekuensi Teramati
n = Jumlah Populasi
3.7.2 Bivariat
Analisa ini untuk mengukur faktor-faktor yang berhubungan dengan
pengetahuan penggunaan obat generik pada masyarakat dengan menggunakan tabel
silang yang dikenal dengan baris kali kolom (B x K) dengan derajat kebebasan (df)
yang sesuai dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05. Skor diperoleh dengan
menggunakan metode statistik Chi-Square test (x2), dengan menggunakan software
komputer. Hasil yang diperoleh diinterpretasikan untuk menolak dan menerima
hipotesis adalah: jika p-value < 0,05 maka Ho ditolak, dan jika p-value ≥ 0,05 maka
Ho diterima.
Interprestasi hasil sesuai dengan ketentuan atau kriteria chi-kuadrat Budiarto
(2002) sebagai berikut :
1. Bila tabel kontingensi 2x2 dan tidak ada nilai Expected (harapan) kurang dari 5,
mfaka yang digunakan sebaiknya nilai “Continuity Correction”.
2. Bila tabel kontingensi 2x2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5,
maka yang digunakan nilai adalah “Fisher’s Exact Test”.
3. Bila tabel kontingensi lebih dari 2x2, misalnya 3x2, 3x3 dan sebagainya, maka
digunakan nilai “Pearson Chi-Square”.
P= %100n
fi
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Padang Panyang merupakan salah satu Puskesmas yang ada di
Kabupaten Nagan Raya yang terletak di Kecamatan Kuala Pesisir. Adapun batasan
letak Puskesmas Padang Panyang secara geografis adalah sebagai berikut :
Utara : Desa Arongan dan Padang Panyang
Selatan : Desa Kubang Gajah dan Kuala Trang
Barat : Desa Lueng Mane dan Cot Rambong
Timur : Desa Langkak
Adapun peta wilayah kerja Puskesmas padang Panyang Kabupaten Nagan Raya
adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1 Peta wilayah kerja Puskesmas Padang Panyang
36
4.2 Hasil penelitian
Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan dari tanggal
20-30 Juni 2015 pada seluruh kepala keluarga (KK) yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Padanng Panyang yang diwakili oleh 97 KK dengan aspek yang diteliti
adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan penggunaan oabat
generik pada masyarakat. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan
mengajukan pertanyaan pada kuesioner dengan cara wawancara kepada responden
dengan hasil penelitian sebagai berikut:
4.1.1 Data Demografi Responden
Data demografi responden di wilayah kerja Puskesmas Padang Panyang
tahun 2015 dalam penelitian ini adalah jenis kelamin yang dapat dilihat pada tabel
4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi data demografi responden di wilayah kerja
Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya tahun 2015
(n=97)
Kategori F %
Jenis Kelamin :
Laki-laki 43 44.3
Perempuan 54 55.7
Total 97 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2015)
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian responden berjenis
kelamin perempuan yaitu 54 orang (55,7%).
4.1.2 Analisa Univariat
1. Umur
Hasil penelitian menunjukkan umur responden dapat dikategorikan menjadi 3
(tiga) yaitu dewasa awal jika responden berumur 18-40 tahun, dewasa akhir jika
37
responden berumur 41-65 tahun dan lansia jika responden berumur >65 tahun.
Adapun hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi umur responden di wilayah kerja Puskesmas
Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya tahun 2015 (n=97)
No Umur F %
1. Dewasa awal 35 36.1
2. Dewasa akhir 46 47.4
3. Lansia 16 16.5
Total 97 100
Sumber : Data primer (diolah 2015)
Pada tabel 4.2 di atas menunjukkan umur responden berada pada kelompok
usia dewasa akhir yaitu sebanyak 46 orang (47,4%).
2. Tingkat pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan responden dapat
dikategorikan menjadi 3 (tiga) yaitu rendah jika jenjang pendidikan responden
SD/MI dan SMP/MTs, menengah jika jenjang pendidikan responden SMA/MA dan
tinggi jika jenjang pendidikan responden Diploma/S1/S2/S3. Adapun hasil
pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden di wilayah kerja
Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya tahun 2015
(n=97)
No Tingkat Pendidikan F %
1. Dasar 20 20.6
2. Menengah 54 55.7
3. Tinggi 23 23.7
Total 97 100
Sumber : Data primer (diolah 2015)
Pada tabel 4.3 di atas menunjukkan tingkat pendidikan responden berada
pada jenjang pendidikan menengah yaitu sebanyak 54 orang (55,7%).
38
3. Pekerjaan
Hasil penelitian menunjukkan pekerjaa responden dapat dikategorikan
menjadi 3 (tiga) yaitu pegawai negeri, swasta, dan tidak bekerja. Adapun hasil
pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi pekerjaan responden di wilayah kerja
Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya tahun 2015
(n=97)
No Tingkat Pendidikan F %
1. Pegawai Negeri 13 13.4
2. Swasta 48 49.5
3. Tidak Bekerja 36 37.1
Total 97 100
Sumber : Data primer (diolah 2015)
Pada tabel 4.4 di atas menunjukkan pekerjaan responden adalah swasta yaitu
sebanyak 48 orang (49,5%).
4. Sumber informasi
Hasil penelitian menunjukkan sumber informasi tentang penggunaan obat
generik pada responden dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) yaitu informasi yang
berasal dari petugas kesehatan, media cetak (Buku/Majalah/Koran), media elektronik
(Televisi/Radio/Internet) dan lain-lain (Masyarakat, Keluarga, teman dan
sebagainya). Adapun hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5
berikut:
39
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi sumber informasi tentang penggunaan obat
generik pada responden di wilayah kerja Puskesmas Padang
Panyang Kabupaten Nagan Raya tahun 2015 (n=97)
No Tingkat Pendidikan F %
1. Petugas Kesehatan 16 16.5
2. Media Cetak 13 13.4
3. Media Elektronik 40 41.2
4. Lain-lain 28 28.9
Total 97 100
Sumber : Data primer (diolah 2015)
Pada tabel 4.5 di atas menunjukkan sumber infromasi tentang penggunaan
obat generik pada responden bersumber dari media elektronik yaitu sebanyak 40
orang (41,2%).
5. Pengetahuan penggunaan obat generik
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan responden tentang penggunaan
obat generik dikategorikan tinggi jika x ≥ 10 dan dikategorikan rendah jika x < 10.
Adapun hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang penggunaan
obat generik di wilayah kerja Puskesmas Padang Panyang
Kabupaten Nagan Raya tahun 2015 (n=97)
No Pengetahuan tentang
penggunaan obat generik
F %
1. Tinggi 57 58.8
2. Rendah 40 41.2
Total 97 100
Sumber : Data primer (diolah 2015)
Pada tabel 4.6 di atas menunjukkan mayoritas pengetahuan responden tentang
penggunaan obat generik berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 57 orang
(58,8%).
40
4.1.3 Analisa Bivariat
Analisa bivariat untuk pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
metode analisa statistik Chi Square Test ( 2x ), yang perhitungannya dilakukan
dengan paket program komputer, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Hubungan umur dengan pengetahuan penggunaan obat generik
Hubungan umur dengan pengetahuan penggunaan obat generik dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.7 : Hubungan umur dengan pengetahuan penggunaan obat generik
pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Padang Panyang
Kabupaten Nagan Raya tahun 2015 (n=97)
Umur
Pengetahuan
penggunaan obat generik Total
p-value Tinggi Rendah
f % n % N %
Dewasa awal 25 71.4 10 28.6 35 100
0,05 0,007 Dewasa akhir 28 60.9 18 39.1 46 100
Lansia 4 25 12 75 16 100
Total 57 58.8 40 41.2 97 100
Sumber : Data Primer (Diolah, 2015)
Berdasarkan pada tabel 4.7, dapat diketahui bahwa responden dengan umur
dewasa awal cenderung mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang penggunaan
obat generik yaitu 25 (71,4%) dari 35 responden, responden dengan umur dewasa
akhir cenderung mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang obat generik yaitu 28
(60.9%) dari 46 responden, dan responden dengan umur lansia cenderung
mempunyai pengetahuan yang rendah tentang penggunaan obat generik yaitu 12
(75%) dari 16 responden.
Hasil uji statistik yang telah dilakukan, didapatkan p-value 0,007 yang berarti
p-value < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, yang berarti ada
41
hubungan umur dengan pengetahuan penggunaan obat generik pada masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya tahun 2015.
2. Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan penggunaan obat
generik
Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan penggunaan obat generik
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.8 : Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan penggunaan
obat generik pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Padang
Panyang Kabupaten Nagan Raya tahun 2015 (n=97)
Tingkat pendidikan
Pengetahuan
penggunaan obat generik Total
p-value Tinggi Rendah
f % n % N %
Dasar 7 35 13 65 20 100
0,05 0,046 Menengah 34 63 20 37 54 100
Tinggi 16 69,6 7 30.4 23 100
Total 57 58.8 40 41.2 97 100
Sumber : Data Primer (Diolah, 2015)
Berdasarkan pada tabel 4.8, dapat diketahui bahwa responden dengan
pendidikan rendah cenderung mempunyai pengetahuan yang rendah tentang
penggunaan obat generik yaitu 13 (65%) dari 20 responden, responden dengan
pendidikan menengah cenderung mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang obat
generik yaitu 34 (63%) dari 54 responden, dan responden dengan pendidikan tinggi
cenderung mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang penggunaan obat generik
yaitu 16 (69,6%) dari 23 responden.
Hasil uji statistik yang telah dilakukan, didapatkan p-value 0,046 yang berarti
p-value < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, yang berarti ada
hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan penggunaan obat generik pada
42
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya
tahun 2015.
3. Hubungan pekerjaan dengan pengetahuan penggunaan obat generik
Hubungan pekerjaan dengan pengetahuan penggunaan obat generik dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.9 : Hubungan pekerjaan dengan pengetahuan penggunaan obat generik
pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Padang Panyang
Kabupaten Nagan Raya tahun 2015 (n=97)
Pekerjaan
Pengetahuan
penggunaan obat generik Total
p-value Tinggi Rendah
f % n % N %
Pegawai Negeri 8 61.5 5 38.5 13 100
0,05 0,026 Swasta 34 70.8 14 29.2 48 100
Tidak Berkerja 15 41.7 21 58.3 36 100
Total 57 58.8 40 41.2 97 100
Sumber : Data Primer (Diolah, 2015)
Berdasarkan pada tabel 4.9, dapat diketahui bahwa responden dengan
pekerjaan pegawai negeri cenderung mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang
penggunaan obat generik yaitu 8 (61.5%) dari 13 responden, responden dengan
pekerjaan swasta cenderung mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang obat
generik yaitu 35 (70.8%) dari 48 responden, dan responden yang tidak berkerja
cenderung mempunyai pengetahuan yang rendah tentang penggunaan obat generik
yaitu 21 (58.3%) dari 36 responden.
Hasil uji statistik yang telah dilakukan, didapatkan p-value 0,026 yang berarti
p-value < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, yang berarti ada
hubungan pekerjaan dengan pengetahuan penggunaan obat generik pada masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya tahun 2015.
43
4. Hubungan sumber informasi dengan pengetahuan penggunaan obat
generik
Hubungan sumber informasi dengan pengetahuan penggunaan obat generik
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10 : Hubungan sumber informasi dengan pengetahuan penggunaan
obat generik pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Padang
Panyang Kabupaten Nagan Raya tahun 2015 (n=97)
Sumber informasi
Pengetahuan
penggunaan obat generik Total
p-value Tinggi Rendah
f % n % N %
Petugas kesehatan 13 81.2 3 18.8 16 100
0,05 0,043
Media cetak 4 30.8 9 69.2 13 100
Media elektronik 22 55 18 16.5 40 100
Lain-lain 18 64.3 10 35.7 28 100
Total 57 58.8 40 41.2 97 100
Sumber : Data Primer (Diolah, 2015)
Berdasarkan pada tabel 4.7, dapat diketahui bahwa responden dengan sumber
informasi berasal dari petugas kesehatan cenderung mempunyai pengetahuan yang
tinggi tentang penggunaan obat generik yaitu 13 (81,2%) dari 16 responden,
responden sumber informasi berasal dari media cetak cenderung mempunyai
pengetahuan yang rendah tentang obat generik yaitu 9 (69.2%) dari 13 responden,
responden sumber informasi berasal dari media elektronik cenderung mempunyai
pengetahuan yang tinggi tentang obat generik yaitu 18 (64.3%) dari 28 responden,
dan responden sumber informasi berasal dari sumber lain-lain cenderung mempunyai
pengetahuan yang tinggi tentang obat generik yaitu 18 (64,3%) dari 28 responden.
Hasil uji statistik yang telah dilakukan, didapatkan p-value 0,043 yang berarti
p-value < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, yang berarti ada
hubungan sumber informasi dengan pengetahuan penggunaan obat generik pada
44
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya
tahun 2015.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Hubungan umur dengan pengetahuan penggunaan obat generik pada
masyarakat
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan uji
statistik dengan Chi-Square pada = 0,05 didapatkan nilai P-value 0,007 < 0,05
dapat dikatakan bahwa Ho ditolak yang berarti ada hubungan umur dengan
pengetahuan penggunaan obat generik pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya tahun 2015.
Menurut Widodo (2009), obat generik (unbranded drugs) merupakan obat
dengan nama generik yang secara resmi telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
dan INN (International Non-Propietary Namesi) oleh WHO untuk zat berkhasiat
yang dikandungnya. Di masyarakat secara umum, penggunaan obat generik masih
sangat rendah. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman
masyarakat terhadap obat generik itu sendiri. Padahal diketahui pengetahuan
seseorang tentang obat generik akan berdampak pada pengambilan keputusan dan
tindakan seseorang dalam menggunakan obat generik dalam proses pengobatannya
selama menderita suatu penyakit.
Hal ini, sebagaimana menurut Notoatmodjo (2007), menyebutkan bahwa
pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia yaitu, indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Dalam aspek perilaku, pengetahuan merupakan aspek dasar dalam
45
pembentukan perilaku seseorang. Hal ini sebagaimana Penelitian Rogers (1974)
mengungkapkan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour), dimana perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan.
Ada beberapa faktor yang dapat memepengaruhi pengetahuan seseorang
tentang suatu hal, salah satunya adalah faktor umur. Dikutip dalam Widyatun
(2009), yang menyebutkan bahwa umur dapat berpengaruh terhadap daya tangkap
dan pola pikir seseorang. Dimana semakin bertambah umur seseorang maka semakin
banyak pengalaman dan pengetahuan yang di perolehnya, sehingga bisa
meningkatkan kematangan mental dan intelektual. Usia seseorang yang lebih dewasa
mempengaruhi tingkat kemampuan dan kematangan dalam berfikir dan menerima
informasi yang semakin lebih baik jika di bandingkan dengan usia yang lebih muda.
Usia mempengaruhi tingkat pengetahuan sesorang. Semakin dewasa umur maka
tingkat kematangan dan kemampuan menerima informasi lebih baik jika di
bandingkan dengan umur yang lebih muda atau belum dewasa
Hal ini sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Istianah (2013)
tentang hubungan karakteristik masyarakat dengan pengetahuan tentang obat generik
di Puskesmas Wonoayu, yang dilakukan pada 82 responden yang diambil secara
simple random sampling. Ditinjau dari aspek umur dengan menggunakan uji statistik
Chi-Square (x2) diketahui terdapat hubungan antara usia responden dengan
pengetahuan tentang obat generik dengan p-value 0,012.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan dapat dijelaskan
bahwa umur merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
46
seseorang. Sebagaimana hasil penelitian diketahui umur responden berada pada
kelompok dewasa akhir (47.4%), dimana hal ini dapat menjelaskan bahwa semakin
berumur seseorang biasanya mempunya pengalaman yang lebih banyak
dibandingkan dengan seseorang dengan umur yang masih muda. Selain itu, semakin
tua umur seseorang ketepaparan akan informasi semakin banyak, apalagi jika
didukung dengan keinginan untuk mencari informasi yang baru terkait penggunaan
obat generik yang akan digunakannya sebagai terapi pengobatan penyakit, sehingga
cakupan penggunaan obat generik pada masyarakat dapat meningkat.
Hal tersebut dapat terjadi jika masyarakat telah memahami kualitas dan isi
kandungan obat generik yang sebenarnya tidak terlalu berbeda dengan obat paten,
yang ditinjau dari segi ekonomi terlalu mahal dibandingkan dengan harga obat
generik. Adapun dari hasil penelitian dapat diketahui sebagian responden memiliki
pengetahuan yang tinggi tentang penggunaan obat generik (58.8%), hal ini
merupakan hal yang baik bagi responden karena telah memiliki pengetahuan tyang
baik. Akan tetapi, untuk dapat mengantisipasi kurangnya informasi tentang
penggunaan obat generik, maka penting bagi tenaga kesehatan sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan untuk dapat memberikan informasi yang tepat tentanng
penggunaan obat generik kepada masyarakat sebagai bentuk promosi kesehatan,
sehingga dengan demikian diharapkan dapat menekan harga pengobatan pada
masyarakat, sehingga pengobatan dimasyarakat secara ekonomi dapat berjalan lebih
efesien.
4.3.2 Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan penggunaan obat
generik pada masyarakat
47
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan uji
statistik dengan Chi-Square pada = 0,05 didapatkan nilai P-value 0,046 < 0,05
dapat dikatakan bahwa Ho ditolak yang berarti ada hubungan tingkat pendidikan
dengan pengetahuan penggunaan obat generik pada masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya tahun 2015.
Menurut Mubarak (2007), salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang adalah jenjang pendidikan yang dimiliki oleh individu.
Dimana ada asumsi yang menyebutkan semakin tinggi tingkat pendidikan seseoarang
maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya. Dikutip dalam Soekanto (2002),
pendidikan adalah sebuah proses belajar dan proses pertumbuhan, perkembangan
atau perubahan ke arah yang lebih baik, lebih dewasa dan lebih matang terhadap
individu, kelompok atau masyarakat.
Pengetahuan atau kognitif tentang penggunaan obat generik merupakan hal
yang sangat penting untuk terbentuknya sebuah tindakan atau keputusan seseorang
dalam menjalankan suatu terapi pengobatan. Meningkatnya pengetahuan dapat
menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang dan juga dapat
membentuk kepercayaan seseorang terhadap penggunaan obat generik. Hal ini
sebagaimana pernyataan dalam Notoatmodjo (2007), yang menyebutkan prilaku
yang di dasari pengetahuan lebih langgeng dari prilaku yang tidak didasari
pengetahuan.
Hal ini sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Istianah (2013)
tentang hubungan karakteristik masyarakat dengan pengetahuan tentang obat generik
di Puskesmas Wonoayu, yang dilakukan pada 82 responden yang diambil secara
simple random sampling. Ditinjau dari aspek tingkat pendidikan dengan
48
menggunakan uji statistik Chi-Square (x2) diketahui terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan responden dengan pengetahuan tentang obat generik dengan p-value
0,000.
Menurut penulis, sebagaimana hasil penelitian dapat dijelaskan pada respoden
rendahnya pengetahahuan tentang obat generik jika ditinjau dari tingkat pendidikan
sebagaimana hasil penelitian yang telah dilakukandiketahui berada pada jenjang
menengah (55.7%), sehingga berdampak pada informasi yang diketahuinya tentang
penggunaan obat generik, karena keterbatasan informasi secara formal yang
diperolehnya. Padahal diketahui tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, dimana pendidikan pada
diri individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat
pendidikan akan semakin mudah berfikir rasionalisme dan menangkap informasi
baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru.
Adapun demikian, diharapkan bagi seseorang yang berpendidikan tinggi juga
memiliki pengetahuan yang luas termasuk pengetahuan terhadap kebutuhan
kesehatannya. Latar belakang pendidikan dan pengalaman di masa lalu juga dapat
mempengaruhi pola pikir seseorang, kemampuan kognitif akan membentuk cara
berfikir seseorang, termasuk membentuk kemampuan untuk mempelajari atau
memahami penggunaan obat generik baik itu dari segi manfaat obat generik dalam
proses penyembuhan penyakit maupun dari segi ekonomi yang ternyata lebih efesien
dan murah dibandingkan dengan penggunaan obat paten yang jika ditinjau dari isi
kadungan obat tidak terlalu berbeda dengan obat generik.
4.3.3 Hubungan pekerjaan dengan pengetahuan penggunaan obat generik
pada masyarakat
49
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan uji
statistik dengan Chi-Square pada = 0,05 didapatkan nilai P-value 0,026 < 0,05
dapat dikatakan bahwa Ho ditolak yang berarti ada hubungan pekerjaan dengan
pengetahuan penggunaan obat generik pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya tahun 2015.
Menurut Wati (2009), pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Pekerjaan/karyawan adalah mereka yang bekerja pada orang lain atau
institusi, kantor, perusahaan dengan upah dan gaji baik berupa uang maupun barang.
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pekerjaan bukanlah
sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Semakin lama seseorang bekerja
semakin banyak pengetahuan yang diperoleh.
Pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau dari
jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak
pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang
lain. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan
pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar dalam bekerja
akan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang
merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik (Wati, 2009).
Hal ini sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Mohtar (2014) tentang
pengaruh tingkat pengetahuan dengan perspsi masyarakat tentang obat generik di
Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan yang dilakukan pada 96 responden.
50
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik Chi-Square (x2)
ditinjau dari segi aspek pekerjaan, terdapat hubungan status pekerjaan dengan
pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang obat generik dengan p-vaule 0,021.
Menurut penulis, pekerjaan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan
seseorang, khususnya pengetahuan tentang penggunaan obat generik. Hal ini
dikarenakan pekerjaan memmbuat intensitas interaksi individu dengan individu
lainnya semakin luas, sehingga keterpaparan individu terhadap informasi juga
semakin besar. Sama halnya juga dengan informasi tentang penggunaan obat
generik, dimana pada hasil penelitian diketahui berasal dari media elektronik
(41.2%), namun sumber lainnya (28.9%) oleh responden seperti dari masyarakat,
atau bahkan rekan kerja juga dapat mempengaruhi masukan informasi yang
diketahuinya tentang obat generik, sehingga akan berdampak pada pengetahuan yang
dimilikinya, terutama tentang penggunaan obat generik. Namun demikian, peran
tenaga kesehatan juga sangat penting dalam memberikan informasi kepada
masyarakat, hal ini bertujuan untuk menghindari timbulnya persepsi yang salah
karena informasi yang tidak tepat yang sangat mudah masyarakat dapatkkan dari
media massa.
4.3.4 Hubungan sumber informasi dengan pengetahuan penggunaan obat
generik pada masyarakat
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan uji
statistik dengan Chi-Square pada = 0,05 didapatkan nilai P-value 0,043 < 0,05
dapat dikatakan bahwa Ho ditolak yang berarti ada hubungan sumber informasi
dengan pengetahuan penggunaan obat generik pada masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya tahun 2015.
51
Menurut Erfandi (2009), kemudahan memperoleh informasi dapat membantu
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Sumber
informasi adalah data yang diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti
sebagai sipenerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu
ataupun keputusan mendatang. Adapun sumber informasi tentang kesehatan yang
pada penelitian ini secara umum dapat diperoleh masyarakat melalui media massa
(cetak dan elektronik) maupun dari petugas kesehatan secara langsung.
Menurut Mubarak 2007), menyebutkan bahwa asal dari suatu informasi selain
dari media massa juga dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal
dan hal ini dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia
bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media
massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif
baru terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
Hal ini sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Istianah (2013)
tentang hubungan karakteristik masyarakat dengan pengetahuan tentang obat generik
di Puskesmas Wonoayu, yang dilakukan pada 82 responden yang diambil secara
simple random sampling. Ditinjau dari aspek informasi dengan pengetahuan
menggunakan uji statistik Chi-Square (x2) diketahui terdapat hubungan antara
informasi dengan pengetahuan tentang obat generik dengan p-value 0,008.
Adapun menurut penulis, demikian juga bila hal ini dikaitkan dengan
penggunaan obat generik, promosi dalam bentuk iklan tentang obat paten dan
52
khasiatnya terhadap penyakit, sehingga memberikan sugesti kepada masyarakat
bahwa obat paten dengan berbagai merek dagang lebih efektif dalam menyembuhkan
dibandingkan dengan obat generik yang didapatkan dipelayanan kesehatan. Sumber
informasi yang tepat dengan informasi yang benar dapat berpengaruh terhadap
pengetahuan individu. Dengan adanya pengetahuan yang baik tentang obat generik,
maka semakin baik pula tindakan dan keputusan yang diambil individu terhadap
penggunaan obat generik.
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam
Bab V, dapat disimpulkan bahwa hubungan peran serta guru dengan pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi adalah sebagai berikut:
5.1.1 Ada hubungan umur dengan pengetahuan penggunaan obat generik pada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan
Raya tahun 2015 (p-value 0,007).
5.1.2 Ada hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan penggunaan obat
generik pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Padang Panyang
Kabupaten Nagan Raya tahun 2015 (p-value 0,046).
5.1.3 Ada hubungan pekerjaan dengan pengetahuan penggunaan obat generik
pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Padang Panyang Kabupaten
Nagan Raya tahun 2015 (p-value 0,026).
5.1.4 Ada hubungan sumber informasi dengan pengetahuan penggunaan obat
generik pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Padang Panyang
Kabupaten Nagan Raya tahun 2015 (p-value 0,043).
5.2 Saran
5.2.1 Bagi pelayanan kesehatan khsususnya Pukesmas Padang panyang untuk
dapat meningkatkan sosialisasi obat generik kepada masyarakat, terutama
pada masyarakat kurang mampu melalui upaya penyuluhan secara berkala
54
oleh pihak Puskesmas.
5.2.2 Bagi petugas kesehatan untuk dapat lebih menjelaskan tentang manfaat
obat generik dan isi kandungan obat generik serta efeknya terhadap
pengobatan penyakit pasien kepada masyarakat pada saat melakukan
konsultasi kesehatan di tempat pelayanan kesehata yang dalam hal ini
adalah Puskesmas Padang Panyang secara lebih efektif dan komprehensif
untuk dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap manfaat
penggunaan obat generik.
5.2.3 Bagi masyarakat untuk lebih berperan aktif dalam memperoleh informasi-
informasi baru tentang kesehatan, khususnya dalam hal pengobatan dan
jenis obat yang digunakan sebagai terapi agar lebih tepat guna dalam
meningkatkan derejat kesehatan masyarakat, baik hal itu dari segi ekonomi
maupun dari segi efesiensi penggunaan obat sebagai terapi.
5.2.4 Bagi peneliti lain, diharapakan dapat melakukan penelitian yang lebih
komprehensif lagi tentang penggunaan obat generik di masyarakat dengan
menggunakan studi penelitian secara kualitatif dengan pendekatan secara
fenomologi, untuk dapat mengetahui faktor yang lebih spesifik yang
berperan di dalam masyarakat terhadap penggunaan obat generik.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (2004). Ilmu Farmasi. Ghalia Indonesia : Jogyakarta.
_______. (2004). Farmasetika Dasar. Gadjah Mada University Press :
Jogyakarta.
Ansel, H.C. (2001). Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms. Lea &
Febiger : Philadelphia.
Budiarto, E. (2002) . Biostatika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat.
EGC : Jakarta
Chaerunissa, A.Y. (2009). Farmasetika Dasar. Widya Padjajaran : Bandung.
Depkes RI. (2005). Informatorium Obat Nasional Indonesia. Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan. Depkes RI : Jakarta.
________. 2010. Kebijakan Obat Nasional. Depkes RI : Jakarta.
Handayani. (2012). Analisis Faktor Pengaruh Rendahnya Penggunaan Obat
Generik. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga :
Surabaya.
Hurlock E.B. (2009). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga
Komisi Obat Nasional. (2010). Komisi Obat Nasional (KONAS) Tahun 2010.
Diakses dari http://bifar.kemenkes.go.id [20 Mei 2015]
Kasiram, M. (2010). Metodologi penelitian kualitatif-kuantitatif. UIN-Maliki
Press : Yogyakarta
Irfandi. (2009). Pengetahuan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengetahuan. Diakses dari http://academica.edu.id [20 Mei 2015]
Istianah. (2013). Hubungan Karakteristik Masyarakat Dengan Pengetahuan
Tentang Obat Generik di Puskesmas Wonoayu. Diakses dari
http://academica.edu.id [20 Mei 2015]
Mubarak, W. I. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar
Mengajar Dalam Pendidikan. Graha Ilmu : Yogyakarta
Mochtar, M. (2014). Pengaruh Tingkat Pengetahuan Dengan Persepsi
Masyarakat Tentang Obat Generik di Kecamatan Magetan Kabupaten
Magetan. Diakses dari http://academica.edu.id [20 Mei 2015]
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta :
Jakarta
. (2007). Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Rineka Cipta :
Jakarta
. (2010). Metodologi PenelitianKesehatan. Rineka Cipta :
Jakarta
Potter, P.A., dan Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, Dan Praktik, Ed 4. Vol 2 (alih bahasa: Renata
Keumala sari, dkk). EGC : Jakarta
Suryani, A. (2008). Pelaksanaan Kebijakan Obat Generik di Apotik Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Syani, A. (2002). Kelompok dan Masalah Sosial. Fajar Agung : Jakarta.
Soekanto, S. (2002). Sosiologi Suatu Pengantar. CV. Rajawali : Jakarta.
Sekneg. (2003). Jenjang Pendidikan di Indonesia. Diakses dari http://sekneg.go.id
[20 Mei 2015]
Soleman, T. B. (2004). Struktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi
Pembangunan. CV. Rajawali : Jakarta.
Sudjana, M. A. (2008). Metode Statistika. Tarsito : Bandung
Widyatun, T. R. (2009). Ilmu Perilaku. CV. Sangung Seto : Jakarta
Widodo, R. (2009). Panduan Keluarga Memilih dan Menggunakan Obat. Kreasi
Wacana : Yogyakarta
Wati, R. (2009). Pengaruh Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan.
Diakses dari http://enprints.uns.ac.id [20 Mei 2015]
Lampiran 1
Jadwal Kegiatan Penelitian
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGATAHUAN PENGGUNAAN OBAT GENERIK PADA MASYARAKAT DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG PANYANG KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2015
No Kegiatan
Jadwal Kegiatan
2015
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul Penelitian
2 Studi Kepustakaan
3 Penyusunan Proposal Penelitian
4 Seminar Proposal
5 Perbaikan Proposal
8 Pelaksanaan Penelitian
9 Penyusunan Laporan
10 Ujian Skripsi
11 Perbaikan Skripsi
12 Penyerahan Skripsi
Mengetahui,
Pembimbing I : Sariaman Sitanggang, S.Si.Apt., MARS 1………
Pembimbing II : Teungku Nih Farisni, SKM., M.Kes 2………
Meulaboh, Agustus 2015
Penulis
Pocut Susila Indra Yeni
NIM. 06C1014277
Lampiran 2
Anggaran Biaya Penelitian
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGATAHUAN PENGGUNAAN
OBAT GENERIK PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PADANG PANYANG KABUPATEN NAGAN RAYA
TAHUN 2015
No URAIAN JUMLAH
1 Biaya penggandaan proposal dan skripsi
a. Print
b. Foto copy untuk seminar
c. Foto copy untuk sidang
d. Internet
Rp. 100.000,-
Rp. 100.000,-
Rp. 100.000,-
Rp. 50.000,-
2 Keperluan kertas dan alat tulis
a. 5 rem kertas kwarto A4s 70 gram
@ Rp. 30.000
b. Tinta
Rp. 150.000,-
Rp. 35.000,-
3 Biaya pelaksanaan pengumpulan data
a. Biaya pengambilan surat-surat
b. Biaya pengumpulan data
Rp. 20.000,-
Rp. 700.000,-
4. Biaya konsumsi seminar Rp. 65.000,-
5. Biaya konsumsi sidang Rp. 150.000,-
6. Biaya cetak dan foto copy skripsi Rp. 250.000,-
Total Rp. 1.720.000,-
Mengetahui,
Pembimbing I : Sariaman Sitanggang, S.Si.Apt., MARS 1………
Pembimbing II : Teungku Nih Farisni, SKM., M.Kes 2………
Meulaboh, Agustus 2015
Penulis
Pocut Susila Indra Yeni
NIM. 06C1014277
Lampiran 3
LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian
Di Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Pocut Susila Indra Yeni
Nim : 06C10142717
Adalah mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku
Umar, yang akan mengadakan penelitian untuk menyelesaikan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Adapun
penelitian yang dimaksud berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan
pengetahuan penggunaan obat generik pada masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Padang Panyang Tahun 2015”.
Untuk maksud tersebut saya memerlukan data/informasi yang nyata dan
akurat dari saudara. Saudara berhak untuk berpartisipasi atau tidak. Bila saudara
setuju terlibat dalam penelitian ini, mohon menandatangani menjadi responden
pada lembar yang telah disediakan dan mohon menjawab pertanyaan dengan
sejujur-jujurnya. Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian pada saudara dan
kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya akan digunakan
untuk kepentingan penelitian.
Atas kesediaan dan partisipasi saudara sangat saya harapkan dan atas
perhatian dan bantuannya saya ucapkan terima kasih.
Meulaboh, Juli 2015
Hormat Saya,
Pocut Susila Indra Yeni
NIM. 06C1014217
Lampiran 4
LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa bersedia
untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar yang bernama Pocut Susila Indra
Yeni, NIM 06C1014217, yang berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan
dengan pengetahuan penggunaan obat generik pada masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Padang Panyang Tahun 2015”.
Saya mengetahui informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya
bagi peningkatan dan pengembangan bidang kesehatan masyarakat di masa yang
akan datang. Saya menyadari dan mengerti bahwa penelitian ini tidak membawa
dampak apapun bagi diri saya sehingga saya dengan sukarela dan tanpa rasa
terpaksa bersedia membantu penelitian ini.
Demikian persetujuan ini saya buat dengan sejujur-jujurnya tanpa paksaan
dari pihak manapun dan agar dapat dipergunakan seperlunya.
Meulaboh, Juli 2015
Responden,
Lampiran 5
LEMBARAN KUESIONER
Kode Responden : (diisi oleh peneliti)
Tanggal Pengisian :
Petunjuk pengisian :
a. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti
b. Pilih jawaban yang paling tepat menurut saudara (i).
c. Isilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang dianggap paling benar
A. Data Responden
1. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
B. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan penggunaan obat
generik
1. Umur :……………………..tahun
2. Pendidikan Terakhir : Tamat SD Sederajat
Tamat SMP Sederajat
Tamat SMA Sederajat
Tamat Akademi/Perguruan Tinggi Sederajat
3. Pekerjaan : Pegawai Negeri
Swasta
Tidak Bekerja
4. Sumber Informasi Mengenai Obat :
Petugas kesehatan (bidan, perawat, dokter, dan tenaga kesehatan
lainnya).
Media cetak (koran, majalah, buku).
Media elektronik (televisi, radio).
Lain-lain ………………
Lampiran 5
C. Pengetahuan tentang penggunaan obat generik
1. Di bawah ini yang benar tentang pengertian dasar obat generik adalah ?
A. Obat yang disubsidi pemerintah yang harganya murah.
B. Obat dengan nama resmi berdasarkan zat berkhasiat yang
dikandungnya.
C. Tidak tahu.
2. Di bawah ini yang benar tentang pengertian obat generik esensial adalah ?
A. Obat generik yang paling banyak dibutuhkan masyarakat untuk
pelayanan kesehatan.
B. Obat generik yang paling banyak beredar di masyarakat.
C. Tidak tahu.
3. Di bawah ini pernyataan yang benar tentang logo obat generik adalah ?
A. Logo yang bertuliskan GENERIK di tengah garis-garis horizontal
hijau yang membentuk lingkaran.
B. Logo yang bertuliskan GENERIK di dalam lingkaran berwarna
hijau.
C. Tidak tahu.
4. Jika Anda berobat ke dokter, apakah Anda akan meminta dokter untuk
meresepkan obat generik ?
A. Jarang memintanya.
B. Selalu memintanya.
C. Tidak pernah.
5. Jika Anda tidak berobat ke dokter, apakah Anda akan meminta resep obat
generik di apotik ?
A. Jarang memintanya.
B. Tidak pernah.
C. Selalu memintanya.
6. Di bawah ini yang merupakan salah satu contoh obat generik yang Anda
ketahui adalah :
A. Panadol, Aspirin, Ibufen.
B. Panadol, Asetosal, Ibuprofen.
C. Paracetamol, Asetosal, Ibuprofen.
7. Di bawah ini yang merupakan tempat pembelian resmi obat generik
adalah?
A. Apotik.
B. Toko obat bebas/berizin.
C. Kios/Toko Bebas
Lampiran 5
8. Dari mana Anda peroleh informasi singkat pada obat generik yang Anda
beli ?
A. Dari dokter.
B. Dari leaflet pada kemasan obat.
C. Tidak ada
9. Siapa yang berhak untuk menganjurkan peresepan obat generik dalam
pengobatan Anda ?
A. Siapa saja bisa meresepkannya
B. Bidan/ perawat.
C. Dokter.
10. Apa yang akan Anda lakukan jika obat generik yang akan Anda butuhkan
tidak tersedia di apotik/toko obat?
A. Menggantinya dengan obat lain yang bukan obat generik.
B. Menggantinya dengan obat generik lain sesuai dengan sakit saya.
C. Menggantinya dengan obat tradisional
11. Bagaimana tanggapan Anda mengenai manfaat obat generik
dibandingkan obat paten?
A. Khasiat pada umumnya sama saja.
B. Tidak tahu.
C. Khasiat obat paten jauh lebih baik.
12. Jika Anda meminta obat generik, apa alasan Anda memilih obat tersebut?
A. Karena anjuran dokter.
B. Harganya yang murah dan kualitas yang baik.
C. Karena tidak ada obat yang lain
13. Apakah Anda menganjurkan kepada keluarga Anda agar menggunakan
obat generik sebagai pengobatan ?
A. Selalu menganjurkannya.
B. Tidak pernah.
C. Jarang menganjurkannya.
14. Apakah Anda selalu bertanya tentang pedoman penggunaan obat generik
jika dokter meresepkan obat tersebut ?
A. Jarang menanyakannya.
B. Selalu menanyakannya.
C. Tidak pernah.
15. Apa yang Anda lakukan jika obat generik yang diresepkan tidak
membuat Anda sembuh ?
A. Membeli lagi obat generik yang sema.
B. Berkonsultasi kembali kepada dokter.
C. Membiarkannya saja.
Lampiran 5
16. Di bawah ini yang merupakan contoh peringatan efek samping dari salah
satu obat generik adalah ?
A. Keracunan, overdosis (kelebihan pemakaian).
B. Alergi, sakit kepala, mual.
C. Tidak tahu.
17. Hal apa yang perlu diperhatikan sebelum Anda membeli obat generik
tanpa resep dokter ?
A. Memilih obat berdasarkan yang paling banyak dipakai orang.
B. Tidak tahu.
C. Memilih obat yang sesuai dengan penyakit saya dan sesuai dengan
kondisi tubuh saya.
18. Hal apa yang perlu dihindari ketika Anda menggunakan dosis pemakaian
obat generik ?
A. Memakai dosis yang sama ketika dulu berobat ke dokter.
B. Meningkatkan dosis pemakaian agar cepat sembuh.
C. Tidak tahu.
19. Di bawah ini yang merupakan contoh kontraindikasi salah satu obat
generik adalah ?
A. Obat ini bisa digunakan oleh orang yang alergi obat.
B. Obat ini tidak bisa digunakan pada wanita hamil.
C. Tidak tahu.
20. Manakah di bawah ini yang benar tentang penggolongan obat
berdasarkan penamaannya ?
A. Obat tradisional, obat bebas, obat keras.
B. Tidak tahu.
C. Obat nama kimia, obat paten, obat generik.
Lampiran 5
TABEL SKOR
Varibel No Urut
Pernyataan
Bobot Skor Rentang
a b c
Pengetahuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
a. Tinggi, x > 10
b. Rendah, x< 10
Lampiran 10
DOKUMENTASI PENGUMPULAN DATA PENELITIAN
Proses pengumpulan data penelitian dengan
melakukan wawancara kepada salah satu
responden di rumah responden.
Proses pengumpulan data penelitian dengan
melakukan wawancara kepada salah satu
responden di rumah responden.
Proses pengumpulan data penelitian dengan
melakukan wawancara kepada salah satu
responden pada saat kegiatan Posyandu
Recommended