View
218
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ANALISIS KEMITRAAN DALAM PEMBENIHAN JAGUNG HIBRIDA
PADA PT BISI INTERNATIONAL Tbk
DI KABUPATEN KEDIRI
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh derajat Sarjana
Pertanian Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Oleh:
EKA KARTIKA NURYANA DEWI
H1306009
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ANALISIS KEMITRAAN DALAM PEMBENIHAN JAGUNG HIBRIDA
PADA PT BISI INTERNATIONAL Tbk
DI KABUPATEN KEDIRI
Yang dipersiapkan dan disusun oleh
Eka Kartika Nuryana Dewi
H 1306009
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal 22 Oktober 2010
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Ketua
Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si NIP. 196710121993021001
Anggota I
Nuning Setyowati, SP. MSc NIP. 198203252005012001
Anggota II
Ir. Agustono. MSi NIP. 196408011990031004
Surakarta, Oktober 2010
Mengetahui,
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S
NIP. 19551217 198203 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah
memberikan kita segalaragam keindahan ciptaan-Nya, meniupkan kesejukan
dalam naungan hidup serta melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
akhirnya karya ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa terlimpah
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, para keluarga, sahabat, dan
orang-orang yang senantiasa berjuang di jalan-Nya
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Penyusunan skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dan
dukungan yang tak ternilai harganya dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS.
2. Ir. Agustono, MSi selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi
Pertanian/Agrobisnis dan selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan-masukan demi perbaikan skripsi ini.
3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H., MP selaku selaku Ketua Komisi Sarjana
Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian /Agrobisnis.
4. Bapak Dr. Ir. Mohd Harisudin, MSi selaku dosen Pembimbing Utama Skripsi
atas segala bimbingan, keramahtamahan, nasehat, dan dukungannya baik
dalam penyusunan skripsi maupun diluar masalah akademis.
5. Ibu Nuning Setyowati, SP. MSc selaku dosen Pembimbing Pendamping
Skripsi atas segala bimbingan, keramahtamahan, nasehat, dan dukungannya
baik dalam penyusunan skripsi maupun diluar masalah akademis.
6. Bapak Almarhum Ir. Ropingi, MSi selaku dosen Pembimbing Akademik atas
masukan, nasehat serta bimbingannya selama penulis menuntut ilmu di
fakultas pertanian.
7. PT Bisi International Tbk terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada
saya untuk bisa melaksanakan penelitian disana dan belajar banyak hal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
8. Ibuku yang telah ikhlas membiarkan aku meringkuk di dalam rahimnya dan
dengan selemah-lemahnya meneteskan darah dan mencucurkan air mata
kebahagiaan melahirkan aku yang tidak akan dapat membalas kasih
sayangnya. Ibuku yang telah menyenandungkan do’a-do’a dan harapan dalam
sujudnya. Terima kasih atas segalanya yang kau berikan kepada ku.
9. Bapak yang selalu menemaniku dan mengantarkan aku selama penelitian,
selalu menunggu ku dengan penuh kesabaran. Terima kasih atas segalanya kau
berikan kepada ku.
10. Adik-adikku : Insan, Dita dan Dani’ makasih atas semangat dan do’anya.
Makasih atas candaannya yang selalu membuat aku tersenyum.
11. Mas Bintar terimakasih atas do’a, dukungan dan semangatnya dalam
menyelesaikan skripsi ku.
12. Buat temen-temen Puspeta: Diah, Qori, Dian, Tunjung, Kakak Emi, Huda,
Agung, Reza, Tejo, Joseph terima kasih atas do’a dan dukungan kalian selama
ini dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini serta canda tawa yang
hangat dan menyenangkan.
13. Untuk teman-teman Non Reguler 2006 terima kasih atas do’a, dukungan,
semangat serta canda tawa selama ini.
‘Tak ada gading yang tak retak’ dan penulis menyadari bahwa laporan
skripsi ini pastilah tidak sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
masukan yang konstruktif. Sebagai penutup semoga laporan skripsi ini tetap dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, Oktober 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... x
RINGKASAN .......................................................................................... xi
SUMMARY ............................................................................................. xii
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1 B. Perumusan Masalah .................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4 D. Kegunaan Penelitian ................................................................... 5
II. LANDASAN TEORI ....................................................................... 6
A. Hasil Penelitian Terdahulu .......................................................... 6 B. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7
1. Pengertian, Konsep dan Landasan Kemitraan ......................... 7 2. Jagung Hibrida ......................................................................... 11 3. Penangkaran Benih Jagung Hibrida ......................................... 17 4. Rumusan Strategi .................................................................... 18
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ......................................... 21 D. Asumsi ........................................................................................ 24 E. Pembatasan Masalah ................................................................... 24 F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ............ 24
III. METODE PENELITIAN ................................................................ 25
A. Metode Dasar Penelitian ............................................................. 25 B. Metode Penentuan Lokasi ............................................................ 25
1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ...................................... 25 2. Metode Penentuan Sampel ...................................................... 27
C. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 29 D. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 30 E. Metode Analisis Data .................................................................. 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ................................ 32
A. Profil PT Bisi International Tbk ................................................. 32 B. Deskripsi Daerah Penelitian ......................................................... 34
1. Keadaan Geografi dan Administrasi ....................................... 34 2. Topografi Wilayah .................................................................. 34 3. Luas Penggunaan Lahan ......................................................... 34 4. Keadaan Pertanian ................................................................... 36 5. Keadaan Sosial Kependudukan dan Tenaga Kerja .................. 37
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 42
A. Alasan Keikutsertaan Petani Responden Dalam Sistem Kemitraan dengan PT Bisi International Tbk .............................. 46
1. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Usia ................. 43 2. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan yang Ditempuh ..................................................... 44 3. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Pekerjaan ......... 44
B. Kondisi Sistem Kemitraan ........................................................... 45 1. Mekanisme Pelaksanaan Sistem Kemitraan ............................ 45 2. Jenis Sistem Kemitraan .......................................................... 46
C. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal ................................... 49 1. Identifikasi Faktor Internal Kekuatan ...................................... 50 2. Identifikasi Faktor Internal Kelemahan ................................... 54 3. Identifikasi Faktor Eksternal Peluang ..................................... 56 4. Identifikasi Faktor Eksternal Ancaman ................................... 58
D. Analisis Faktor Internal dan Eksternal ......................................... 62 E. Analisis Penentuan Posisi dan Strategi Sistem Kemitraan .......... 65
F. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 73
A. Kesimpulan ................................................................................. 73 B. Saran ........................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 75
LAMPIRAN ............................................................................................. 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani. Tercacat bahwa 46,7 juta kepala keluarga
dari 230 juta orang penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani
(Deptan, 2009). Hal ini disebabkan keadaan alam Indonesia yang cocok
ditanami berbagai macam tanaman baik tanaman pangan maupun tanaman
hortikultura, sehingga wajar jika sektor pertanian merupakan salah satu
sumber penting penciptaan kerja atau pendapatan bagi sebagian besar
penduduk yang tinggal di pedesaan.
Salah satu komoditas palawija yang memiliki peranan yang penting di
Indonesia adalah jagung, karena merupakan sumber karbohidrat dan kalori
yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Nilai nutrisi jagung tidak jauh
berbeda dengan beras dan dapat menggantikan beras sebagai bahan makanan
pokok.
Tabel 1. Komposisi Gizi Beras Putih dan Jagung Per 100 Gram
Komposisi gizi Beras putih Jagung Energi (kkal) 360 355 Protein (g) 6,8 9,2 Lemak (g) 0,7 3,9 Karbohidrat (g) 78,9 73,7 Kalsium (mg) 6 10 Fosfor (mg) 140 256 Besi (mg) 0,8 2,4 Vitamin A (SI) 0 510 Vitamin B1 (mg) 0,12 0,38 Vitamin C (mg) 0 0
Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2009
Sentra produksi jagung masih didominasi di Pulau Jawa, yaitu sekitar
65%, sedangkan di luar Jawa hanya sekitar 35%. Kebutuhan jagung di
Indonesia pada tahun 2009 cukup besar yaitu 18 juta ton pipilan kering.
Adapun konsumsi jagung untuk industri pakan ternak sebesar 10 juta ton. Hal
ini dikarenakan sebanyak 51% bahan baku pakan ternak adalah jagung
(Deptan, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Produksi jagung di Indonesia masih relatif rendah terlihat dari angka
tetap tahun (ATAP) 2009 sebesar 17,63 juta ton pipilan kering, sedangkan
kebutuhan konsumen cenderung terus meningkat terlihat dari data Departemen
Pertanian (Deptan) tahun 2009 sebesar 18 juta ton pipilan kering. Menurut
Purwono dan Rudi Hartono (2006), produksi jagung nasional belum mampu
mengimbangi permintaan yang sebagian dipacu oleh pengembangan industri
pakan dan pangan. Masih rendahnya produksi jagung ini disebabkan oleh
berbagai faktor antara lain seperti teknologi, kesiapan dan ketrampilan petani
jagung yang masih kurang, penyediaan sarana produksi yang masih belum
tepat serta kurangnya permodalan petani jagung untuk melaksanakan proses
produksi sampai ke pemasaran hasil.
Peluang peningkatan produksi jagung dapat dilakukan melalui
perluasan areal pertanaman dan peningkatan produktivitas. Salah satu cara
untuk meningkatkan produktivitas adalah perlu dilakukan perbaikan atau
perakitan varietas unggul. Perbaikan varietas tanaman jagung dapat ditempuh
melalui program pemuliaan tanaman yang bertujuan untuk membentuk
kultivar unggul, baik kultivar bersari bebas maupun kultivar hibrida. Varietas
jagung hibrida telah terbukti memberikan hasil yang lebih baik dari varietas
jagung bersari bebas. Secara umum, varietas hibrida lebih seragam dan
mampu berproduksi lebih tinggi 15–20% dari varietas bersari bebas
(Morris, 1995).
Pembenihan jagung hibrida merupakan salah satu solusi dalam
peningkatan produktivitas jagung. Benih jagung hibrida berpotensi memiliki
daya hasil tinggi, umumnya lebih tahan terhadap hama penyakit, lebih tanggap
terhadap pemupukan, pertanaman dan tongkol lebih seragam
(Iriany dan Takdir, 2007).
PT Bisi International Tbk merupakan salah satu perusahaan di
Indonesia yang bergerak dibidang agribisnis dalam pembenihan jagung
hibrida. PT Bisi International Tbk dalam membenihkan jagung hibrida
menjalin sebuah kerjasama dengan petani jagung hibrida karena perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
membutuhkan lahan yang luas dan jaminan atas pasokan bahan baku secara
kontinyu untuk memenuhi kebutuhan produksi perusahaan.
Tujuan perusahaan melaksanakan kegiatan sistem kemitraan yaitu
untuk meringankan beban perusahaan memperoleh jaminan suplai bahan baku
secara kontinyu yang berkualitas yang telah ditetapkan perusahaan. Hal-hal
tersebut diatas melatarbelakangi pemilihan PT Bisi International Tbk dengan
petani jagung hibrida mitra usaha sebagai obyek penelitian dan kemitraan
sebagai pembahasan utama.
B. Perumusan Masalah
Permasalahan yang muncul pada petani yang berusahatani jagung
hibrida yaitu kualitas jagung hibrida harus memenuhi kiteria yang ditentukan
oleh perusahaan dan harga yang berfluktuatif. Permasalah ini menjadikan
posisi petani selalu terjepit di antara bagian yang sama-sama punya kekuatan
besar dengan permodalan yang besar dan kapasitas usaha yang relatif besar
(Palungkun, 1995).
Sistem kemitraan kemudian muncul sebagai salah satu alternatif
pemecahan masalah di atas. Kemitraan menurut Undang-undang nomor
9 tahun 1995 merupakan suatu kerjasama antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan
yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan
memperhatikan prinsip saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan dengan tujuan meningkatkan pendapatan, kesinambungan
usaha, peningkatan skala usaha, serta menumbuhkan dan meningkatkan
kemampuan usaha kelompok usaha mandiri (Soemardjo et al, 2004).
PT Bisi International Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia
yang bergerak di bidang agribisnis yaitu menyediakan benih jagung hibrida
yang menyelenggarakan kegiatan sistem kemitraan. Dalam hal ini, perusahaan
memberikan sarana produksi pertanian seperti benih jagung hibrida, pestisida,
pupuk dan transportasi serta memasarkan hasil usaha jagung hibrida, sehingga
masalah yang muncul adalah bahwa petani harus menanggung sendiri biaya-
biaya peralatan dan perawatan tanaman. Selain itu petani juga harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
menanggung resiko apabila mutu benih jagung tidak memenuhi standar mutu
yang diinginkan perusahaan. Di sisi lain, perusahaan harus menanggung
resiko kerugian atas pembelian seluruh produk dari petani yang tidak sesuai
dengan standar yang ditentukan perusahaan.
Permasalahan lain yang muncul adalah adanya bias pemahaman antara
apa yang diinginkan perusahaan dengan apa yang diterima oleh petani mitra.
Hal ini menjelaskan bahwa kemitraan tidak selamanya memberi keuntungan
yang seimbang bagi kedua belah pihak.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah alasan petani jagung hibrida di Kabupaten Kediri menjadi mitra
usaha PT Bisi International Tbk?
2. Bagaimanakah kondisi yang telah berjalan dalam sistem kemitraan antara
PT Bisi International dengan petani jagung hibrida di Kabupaten Kediri?
3. Strategi alternatif apakah yang tepat dikembangkan dalam sistem
kemitraan antara PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida
di Kabupaten Kediri?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi alasan petani jagung hibrida di Kabupaten Kediri
menjadi mitra usaha PT Bisi International Tbk.
2. Mengidentifikasi kondisi yang telah berjalan dalam sistem kemitraan
antara PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida di
Kabupaten Kediri.
3. Merumuskan alternatif strategi yang tepat dikembangkan dalam sistem
kemitraan antara PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida
di Kabupaten Kediri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai sarana menambah pengetahuan dan
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi para petani mitra usaha PT Bisi International Tbk, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi tentang kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman sistem kemitraan sebagai pertimbangan
keikutsertaan petani dikemudian hari dalam sistem kemitraan.
3. Bagi PT Bisi International Tbk, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan sekaligus informasi dalam rangka perbaikan maupun
peningkatan kualitas pelaksanaan sistem kemitraan dikemudian hari.
4. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan wacana
untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
II. LANDASAN TEORI
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian Widiastuti (2002) berjudul “Analisis SWOT
Petani Kabupaten Sleman Peserta Kemitraan Usaha Peternak Ayam
Pedaging Pada PT Gema Usaha Ternak (GUT) Yogyakarta” diketahui bahwa
kekuatan pada kemitraan usaha ini adalah sikap petani yang didukung tenaga
kerja dan lahan produksi yang tersedia serta Keunggulan-Keunggulan yang
dimiliki perusahaan inti dan aparat pemerintah. Kelemahannya adalah
keterbatasan yang dimiliki petani, dominasi usaha perusahaan inti serta
kekurangjelasan kebijakan pemerintah. Peluang kemitraan usaha adalah
prospek pengembangan usaha petani dan perusahaan inti serta pengembangan
masyarakat desa. Ancaman yang muncul adalah fluktuasi harga sarana
produksi dan produk, ketidak pastian iklim usaha serta kurangnya pemahaman
aparat pemerintah terhadap kemitraan usaha.
Mustafa (2004) dalam penelitiannya pada kemitraan PT Kemfarm
Indonesia dengan petani terung jepang di Kabupaten Kediri, Jawa Timur
menyebutkan bahwa faktor internal kekuatannya antara lain ditunjukkan oleh
tingginya komitmen petani terhadap bisnis, arah tujuan masa depan melalui
jaminan pasar dan harga pasti yang stabil, kemampuan manajemen,
pemecahan terhadap permasalahan secara keseluruhan atas kegagalan
usahatani, dan kemampuan keuangan. Faktor internal kelemahan pada
pelaksanaan kemitraan meliputi kurangnya pengalaman pasar dalam
memprediksi jumlah permintaan dan kemampuannya memenuhi serta
kemampuan bersaing dengan produsen lain dengan pasar yang sama,
keterbatasan keahlian teknik petani, proses-proses mutu yang tidak terkontrol
oleh perusahaan, dan kebijakan kerjasama. Faktor eksternal peluang meliputi
adanya peluang peningkatan diversifikasi usaha, dan prospek pengembangan
usahatani terung jepang. Sedangkan ancaman yang dihadapi meliputi
masuknya perusahaan inti agribisnis lain di pasar, dan masuknya negara
eksportir terung jepang selain Indonesia ke negara Jepang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Berdasarkan hasil penelitian Widiastuti (2002) dan Mustafa (2004) dapat
diketahui bahwa sistem kemitraan yang dilaksanakan antara pengusaha besar
dengan pengusaha kecil atau antara perusahaan inti dengan petani plasma di
Indonesia berada di wilayah pertumbuhan (growth) atau tergolong sedang.
Artinya pengaruh faktor kekuatan tidak terlalu mendominasi faktor internal
dalam sistem kemitraan. Begitupun faktor peluang juga tidak terlalu
mendominasi faktor eksternal dalam sistem kemitraan. Faktor internal dalam
sistem kemitraan berkaitan dengan faktor tenaga kerja, produktivitas,
pendapatan, ketrampilan dan kemampuan teknis, permodalan, pengalaman
pasar, kontinuitas bahan baku, teknologi, lahan produksi dan kebijakan
kerjasama kedua belah pihak yang bermitra. Faktor eksternal kemitraan
berkaitan dengan prospek pengembangan usaha, fluktuasi permintaan,
fluktuasi harga sarana penunjang produksi, sumber daya alam, pesaing, dan
peluang peningkatan diversifikasi usaha.
B. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian, Konsep dan Landasan Kemitraan
Kemitraan menurut Undang-undang nomor 9 tahun 1995 merupakan
kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha
besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh
usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling
memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan
(Semangun dkk, 1999).
Tujuan kemitraan seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah
nomor 44 tahun 1997 adalah untuk meningkatkan pendapatan,
kesinambungan usaha, meningkatkan kulitas sumber daya kelompok
mitra, peningkatan skala usaha, serta menumbuhkan dan meningkatkan
kemampuan usaha kelompok usaha mandiri (Soemardjo et al., 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Disebutkan oleh Soemardjo et al (2004), berbagai pola kemitraan
agribisnis sebagai berikut:
a. Pola kemitraan inti-plasma
Merupakan hubungan antara petani/petani/mitra, kelompok mitra
sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra usaha.
Perusahaan inti menyediakan sarana produksi, bimbingan teknis,
manajemen, menampung dan mengolah serta memasarkan hasil
produksi. Kelompok mitra bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan
inti sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati.
b. Pola kemitraan subkontrak
Merupakan pola kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan
kelompok mitra usaha yang memproduksi komponen yang diperlukan
perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya.
c. Pola kemitraan dagang umum
Merupakan hubungan usaha dalam pemasaran hasil produksi. Pihak
yang terlibat dalam pola ini adalah pihak pemasaran dengan kelompok
usaha pemasok komoditas yang diperlukan oleh pihak pemasaran
tersebut.
d. Pola kemitraan keagenan
Merupakan bentuk kemitraan yang terdiri dari pihak perusahaan mitra
dan kelompok mitra atau pengusaha kecil mitra. Pihak perusahaan
mitra (perusahaan besar) memberikan hak khusus kepada kelompok
mitra untuk memasarkan barang atau jasa perusahaan yang dipasok
oleh pengusaha kecil mitra. Perusahaan besar/menengah
bertanggungjawab atas mutu dan volume produk (barang atau jasa),
sedangkan usaha kecil mitranya berkewajiban memasarkan produk
atau jasa. Di antara pihak-pihak yang bermitra terdapat kesepakatan
tentang target-target yang harus dicapai dan besarnya komisi yang
diterima oleh pihak yang memasarkan produk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
e. Pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis (KOA)
Merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh kelompok mitra
dan perusahaan mitra dengan kata lain kemitraan usaha harus utuh
dalam kemitraan agribisnis yang produktif, efisien, dan berkelanjutan.
Pola tersebut adalah:
1. Saling membutuhkan dalam arti perusahan mitra memerlukan
pasokan bahan baku dari petani uintuk keperluan usahanya.
2. Saling menguntungkan dalam arti petani dan perusahaan mitra
memperoleh peningkatan pendapatan yang lebih dibanding apabila
masing-masing pihak melakukan kegitan secara sendiri-diri.
3. Saling memperkuat dalam arti petani dan perusahaan dapat
melanjutkan usaha secara bersama lebih efektif, efisien dan dalam
suatu skala usaha yang ekonomi.
4. Kesatuan usaha ekonomi yang utuh dan berkesinambungan, dalam
arti antara inti dan plasma perlu menjamin kerjasama yang utuh
dan berkelanjutan melalui sistem agribinsis dan agroindustri.
Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dari perusahan inti atau
mitra usaha antara lain :
1. Penetapan harga petani yang lebih transparan
2. Perusahaan inti yang telah ditunjuk dituntut untuk lebih professional.
3. Kondisi tanaman dan produktifitas yang semakin menurun perlu
mendapat perhatian bersama antara perusahaan inti dan kelompok tani.
4. Perlu diambil langkah-langkah adanya pemilikan bersama pada upah
yang ada untuk dapat memberikan kesempatan petani memperoleh dari
Off-farm (Semangun dkk, 1999).
Kemitraan dapat dilakukan dengan pertimbangan asas kemitraan
mengacu pada perwujudan sinergi kemitraan, yaitu terwujudnya hubungan
yang saling membutuhkan, saling menguntungkan, dan saling
memperkuat. Saling membutuhkan berarti pengusaha memerlukan
pasokan bahan baku dan petani memerlukan penampungan hasil dan
bimbingan. Saling menguntungkan berarti petani ataupun pengusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
memperoleh peningkatan pendapatan disamping adanya kesinambungan
usaha. Saling memperkuat berarti petani dan pengusaha sama-sama
melaksanakan etika bisnis, sama-sama mempunyai hak, dan saling
membina sehingga memperkuat kesinambungan bermitra
(Martodireso dan Widada, 2002).
Masalah yang sering muncul bagi petani sebagai mitra disebabkan
ketrampilan baik dalam desain produk maupun teknik produksi yang
masih relatif masih rendah, kemampuan manajemen yang masih rendah,
pemasaraan hasil produksi yang masih rendah, penyediaan bahan baku
yang masih kecil, kurangnya modal, produktivitas masih rendah.
Perusahaan inti yang bermitra juga sering menghadapi kendala perusahaan
harus menjamin pasar dan harus menyediakan bahan baku untuk
memenuhi permintaan pasar. Maka dari itu diperlukan kemitraan
(Purwaningsih, 2007).
Permasalahan yang dapat timbul dalam kemitraan antara petani dan
perusahaan adalah apabila terjadi pada saat satu pihak merasa
diperlakukan tidak adil dan dirugikan. Ketidakadilan ini kadang-kadang
tidak tampak, karena struktur masyarakat yang membuat petani selalu
berada pada pihak yang lemah. Misalnya karena petani modalnya kecil
maka bagian keuntungannya juga kecil, dan karena perusahaan modal
yang dikeluarkan untuk kemitraan ini besar maka keuntungan yang
diperoleh juga harus besar (Purwaningsih, 2007).
Permasalahan lain yaitu pihak petani plasma yang telah terikat kontrak
atau kesepakatan dengan pihak perusahaan inti seringkali menjual hasil
usahatani secara diam-diam manakala harga diluar lebih tinggi
dibandingkan harga hasil kesepakatan. Kondisi ini berakibat pada biasnya
pelaksanaan sistem kemitraan yang semula berprinsip saling
menguntungkan dan saling membutuhkan (Hafsah, 1999).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2. Jagung Hibrida
a. Definisi Jagung Hibrida
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan
dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber
karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga
menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk
beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa
Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain
sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak
(hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat
tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena),
dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya).
Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku
pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga
sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Tanaman jagung (Zea mays L.) dalam tata nama atau sistematika
(taksonomi) tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi sebagai
berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
(Warisno, 2009).
Jagung hibrida merupakan generasi pertama atau F1 dari
persilangan antara dua galur. Jagung hibrida dapat diperoleh dari hasil
seleksi kombinasi atau biasa disebut hibridisasi. Hibridisasi merupakan
perkawinan silang antara tanaman satu dengan tanaman yang lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dalam satu spesies untuk mendapatkan genotipe (sifat-sifat dalam)
yang unggul.
Benih jagung hibrida dihasilkan dari pembuatan silang secara
alamiah yang kemudian dikembangbiakan lebih lanjut dengan proses
pembuatan satu tanaman yang berulang selama lebih dari tujuh
generasi. Bibit hasil pembuatan sendiri ini kemudian disilangkan
dalam program pembiakan selektif guna menghasilkan benih jagung
hibrida generasi pertama atau F1. Benih jagung hibrida ini dapat
menghasilkan tanaman seragam yang diuntungkan oleh efek heterosis
dan vigor hibrida. Heterosis memberikan daya hasil yang lebih besar
kepada keturunan yang dihasilkan dari pembuahan satu tanaman dan
keturunan setara yang merupakan hasil persilangan (Hipi et al., 2006).
b. Budidaya Jagung Hibrida
Menurut Redaksi Agromedia (2007), ruang lingkup kegiatan
usaha jagung hibrida meliputi lima tahap yaitu:
1. Persiapan lahan
a. Pemilihan lahan
Tanaman jagung dapat tumbuh di dataran rendah hingga
dataran tinggi. Secara umum, tanaman ini sangat toleran dan
mampu beradaptasi dengan iklim Indonesia. Lahan tanam yang
baik untuk budidaya jagung adalah lahan kering yang
berpengairan cukup, lahan tadah hujan, lahan terasering, lahan
gambut yang telah diperbaiki, atau lahan basah bekas menanam
padi.
Tanaman jagung toleran dengan pH tanah 5, 5-7, 0 tetapi
nilai yang paling cocok adalah 6,8. Tanah lahan yang pH-nya
terlalu rendah atau asam bisa dinaikkan dengan menabur
kapur/dolomit. Agar lebih efisien, pengaplikasiannya dilakukan
bersamaan dengan pengolahan lahan. Setelah penaburan, lahan
dicangkul dan disiram agar kapur tercampur merata. Banyaknya
kapur yang diberikan tergantung pada nilai pH awal lahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
b. Pengolahan lahan
a) Pembersihan gulma
Sebelum ditanami jagung, lahan tanam dibersihkan dari
gulma dan tanaman liar. Gulma seperti alang-alang, rumput
teki, semak, dan pohon perdu, disiangi beserta dengan akar-
akarnya. Gulma ini kemudian dibakar dan abunya ditaburkan
ke lahan sebagai kompos untuk menambah kesuburan tanah.
b) Pencangkulan
Pencangkulan lahan dilakukan dengan memindahkan
tanah bagian bawah sedalam 15-20 cm ke atas permukaan
lahan. Selain untuk menyeimbangkan ketersediaan unsur hara
antara bagian bawah dan atas lahan, pencangkulan juga
bertujuan membuat tanah lahan lebih remah dan gembur.
c) Pembuatan bedengan
Pembuatan bedengan untuk lokasi penanaman benih
banyak dilakukan di dataran rendah pada lahan kering, lahan
bekas sawah, atau lahan tadah hujan. Bedengan dibuat selebar
70-100 cm, dan tingginya 10-20 cm. panjangnya disesuaikan
dengan kondisi dan kontur lahan. Di daerah yang kering,
tinggi bedengan sebaiknya dibuat agak rendah untuk
memudahkan penyiraman karena jika terlalu tinggi
membutuhkan banyak air saat penyiraman.
Di antara bedengan dibuat parit selebar 10-30 cm yang
berfungsi untuk mengatur keluar masuknya air di bedengan
agar akar jagung tidak tergenang. Untuk mencegah atau
membunuh hama pada bedengan, taburkan secara merata
insektisida Furadan 3G dengan dosis 10-20 kg/hekter lahan.
d) Pemupukan
Pemupukan bertujuan meningkatkan kandungan unsur
hara di lahan tanam. Pupuk yang digunakan adalah pupuk
kandang, baik kotoran sapi, kambing, maupun ayam. Pupuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
yang diberikan harus matang, yakni kering, tidak berbau, dan
teksturnya remah dan gembur. Pemberian pupuk yang belum
matang membuat kondisi lahan menjadi panas dan bisa
mengakibatkan kematian pada benih jagung yang ditanam.
2. Persiapan benih
Benih jagung hibrida dibuat dengan menyilangkan biji galur
murni (FO) dari dua induk yang sudah diseleksi sifat unggulnya.
Pembuatan benih jagung hibrida dilakukan di laboratorium dengan
peralatan dan tenaga ahli yang berpengalaman.
Keunggulan tanaman jagung yang berasal dari benih hibrida
antara lain tahan serangan hama dan penyakit, lebih cepat panen,
produksi tinggi, serta sangat toleran dengan berbagai jenis dan
ketinggian lahan.
3. Penanaman
Sebelum ditanam, benih direndam terlebih dahulu selama 30
menit di dalam air yang telah dicampur insektisida. Setelah itu,
ditiriskan dan diberi fungisida berbentuk tepung. Kedua perlakuan
ini bertujuan menghindarkan kemungkinan benih terserang hama
dan jamur.
Benih ditanam pada pagi atau sore hari saat sinar matahari
tidak begitu terik. Rata-rata, karena daya tumbuhnya tinggi, untuk
semua varietas jagung hibrida hanya memerlukan satu butir untuk
satu lubang tanam. Pemupukan awal berupa urea, TSP, dan KCL.
Pemberian pupuk dosisnya 3-4,5 gram/lubang.
4. Perawatan
a) Penyulaman benih dilakukan satu minggu setelah tanam. Jika
ada benih yang tidak tumbuh, mati, atau tanaman muda
terserang penyakit segera lakukan penyulaman yakni
penanaman benih kembali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b) Penyiangan gulma
c) Pemberian pupuk lanjutan dilakukan umur 15-30 hari setelah
tanam. Pupuk yang diberikan antara lain pupuk urea, pupuk
cair dan pupuk daun.
d) Pengairan dilakukan dengan sistem leb, yakni mengalirkan air
ke parit hingga meresap ke seluruh bagian bedengan.
5. Panen dan Pascapanen
a) Waktu panen
Umur panen buah jagung hibrida tergantung pada jenis dan
varietasnya. Namun, ada beberapa ciri khusus yang
menandakan jagung sudah siap dipanen. Salah satunya adalah
kelobotnya sudah berwarna putih kecoklatan dan tidak
meninggalkan bekas apabila bijinya ditekan menggunakan
kuku.
b) Penjemuran
Jagung tongkolan yang sudah dipanen perlu dijemur kembali
untuk mengantisipasi adanya biji yang belum kering. Caranya
bisa dilakukan dengan menghambarkannya di atas terpal,
anyaman bambu, atau ditempat penjemuran khusus yang sudah
di semen. Selama proses penjemuran, buah jagung dibolak-
balik beberapa kali agar bijinya mengering secara merata.
c) Pemipilan
Pemipilan adalah proses memisahkan biji jagung dari
tongkolnya. Pemipilan bisa dilakukan manual dengan tangan,
Menggunakan alat pemipil dari kayu, atau menggunakan alat
pemipil berpedal atau bermesin. Biji jagung pipilan kemudian
dijemur sampai tercapai kadar air minimum yang memenuhi
syarat jual, yakni 9-12 %.
d) Penyimpanan
Jika tidak langsung dijual, jagung pipilan yang sudah dikemas
bisa disimpan didalam gudang. Gudang tempat penyimpanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
harus selalu dalam keadaan kering dan laintainya harus diberi
alas dari papan kayu.
c. Keunggulan Jagung Hibrida
Tipe hibrida mempunyai potensi hasil yang lebih tinggi daripada
tipe bersari bebas, karena hibrida memiliki gen-gen dominan yang
mampu untuk memberi hasil tinggi. Hibrida dikembangkan
berdasarkan adanya gejala hybrid vigor atau heterosis dengan
menggunakan galur tanaman generasi F1 sebagai tanaman produksi.
Oleh karena itu, benih hibrida selalu dibuat ataupun diperbaharui untuk
mendapatkan generasi F1. Keunggulan jagung hibrida adalah kapasitas
produksinya tinggi sekitar 8-12 ton per hektar, lebih toleran terhadap
hama penyakit, lebih tanggap terhadap pemupukan, pertanaman dan
tongkol lebih seragam (Redaksi Agromedia, 2007).
d. Pasar
Pasar sebagai tempat dimana produk dari perusahaan ditawarkan
kepada konsumen potensialnya tidak dapat dikendalikan oleh
perusahaan (Umar, 2002). Sedangkan pemasaran suatu proses kegiatan
yang dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
manajerial. Akibat dari beberapa faktor tersebut adalah masing-masing
individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan
dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang
memiliki nilai komoditas (Rangkuti 2001).
Dari aspek peluang pasar tanaman jagung mempunyai prospek
yang cerah untuk diusahakan, karena permintaan konsumen dalam
negeri dan peluang ekspor yang terus meningkat.
Rukmana (1997) mengemukakan bahwa prospek usahatani tanaman
jagung cukup cerah bila dikelola secara intensif dan komersial berpola
agribisnis. Permintaan pasar dalam negeri dan peluang ekspor
komoditas jagung cenderung meningkat dari tahun ke tahun, baik
untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun non pangan. Disamping
itu juga prospek pasar produksi jagung semakin baik, karena didukung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
oleh adanya kesadaran gizi dan diversifikasi bahan makanan pada
masyarakat. Demikian juga untuk keperluan bahan baku industri
rumah tangga seperti emping jagung, wingko jagung dan produk
jagung olahan lainnya dan untuk keperluan bahan baku pakan ternak,
serta untuk ekspor memerlukan produk jagung dalam jumlah yang
besar. Keadaan ini merupakan peluang pasar yang potensial bagi
petani dalam mengusahakan tanaman jagung. Dengan demikian
peningkatan produksi jagung baik kualitas maupun kuantitas sangat
penting.
PT Bisi International Tbk adalah sebuah perusahaan agribisnis
yang bergerak di bidang produksi benih jagung hibrida. Benih jagung
hibrida yang diproduksi PT Bisi International Tbk sudah di ekspor ke
Thailand dan Malaysia.
3. Penangkaran Benih Jagung Hibrida
Pembinaan penangkaran benih jagung hibrida untuk memproduksi
benih dasar sangat perlu dilakukan mengingat permasalahan benih pada
tingkat petani. Petani sulit mengakses benih yang berkualitas tinggi.
Keberadaan penangkaran benih khususnya benih jagung hibrida pada
suatu kawasan tertentu, selain dapat menyediakan benih secara tepat waktu
dan jumlah juga dapat menjaga kualitas benih jagung hibrida itu sendiri
(Bahtiar et al., 2003).
Dalam memproduksi benih yang telah direncanakan PT Bisi
International Tbk menggunakan petani penangkar yang dikontrak dalam
suatu pola kemitraan yang dikenal dengan istilah contract farming. Saat
ini disadari bahwa keberadaan industri benih jagung hibrida dalam
menunjang peningkatan produksi dan produktivitas tanaman jagung
mutlak diperlukan, karena dengan adanya industri tersebut akan dapat
memenuhi permintaan akan benih jagung hibrida. Kelancaran upaya
peningkatan produksi dan produktivitas jagung tergantung pada sejauh
mana industri benih menjalankan kegiatan produksinya
(Hartono et al., 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
4. Rumusan Strategis
a. Analisis lingkungan (Internal dan Eksternal)
Menurut David (1997) bahwa analisis lingkungan internal
digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan yang
berkaitan dengan kekutan dan kelemahan. Analisis lingkungan
eksternal digunakan untuk mengetahui faktor-faktor eksternal
perusahaan yang berkaitan dengan peluang dan ancaman.
b. Matrik Internal dan Eksternal
Analisis yang teliti dari masing-masing faktor eksternal dan
internal (David, 1997 cit Widiastuti, 2002) dapat dilakukan dengan
menggunakan matrik IFE (Internal Factor Evaluation) dan matrik EFE
(External Factor Evaluation). Kedua alat formulasi strategi ini
merangkum dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam
suatu fungsi bisnis dan juga dasar identifikasi dan evaluasi diantara
fungsi-fungsi yang ada. Gabungan matrik IFE dan matrik EFE
menghasilkan matrik IE (Internal-External) yang berisi sembilan
macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari
matrik IFE dan matrik EFE. Nilai matrik EFE
(David, 1997 cit Widiastuti, 2002) dikelompokkan dalam nilai tinggi
(3,0-4,0), sedang (2,0-2,99), dan rendah (1,0-1,99), sedangkan nilai
matriks IFE dikelompokkan dalam nilai kuat (3,0-4,0), rata-rata
(2,0-2,99), dan lemah (1,0-1,99). Nilai matrik EFE adalah faktor-faktor
eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi matrik EFE
tergolong tinggi, sedang, atau rendah, sedangkan nilai matrik IFE
merupakan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang
mempengaruhi matrik IFE tergolong kuat, rata-rata, atau lemah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
IFE Total Weighted Score
EFE Total weighted Score
Kuat
3,00-4,00
Rata-rata
2,00-2,99
lemah
1,00-1,99
Tinggi
3,00-4,00
I
Tumbuh dan bina
II
Tumbuh dan bina
III
Pertahankan dan pelihara
Sedang
2,00-2,99
IV
Tumbuh dan bina
V
Pertahankan dan pelihara
VI
Panen atau divestasi
Rendah
1,00-1,99
VII
Pertahankan dan pelihara
VIII
Panen atau divestasi
IX
Panen atau divestasi
Gambar 1. Matrik Internal-External
Gambar Matrik Internal-External akan mengidentifikasikan sistem
melalui sistem kemitraan melalui sembilan kuadran. Kesembilan
kuadran dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama yaitu :
1) Sel tumbuh dan bina (sel I,II,IV).Strategi yang mungkin tepat
dikembangkan adalah strategi intensif meliputi penetrasi pasar,
pengembangan produk, pengembangan pasar, serta strategi
integrative meliputi integrasi ke depan, ke belakang dan horizontal.
2) Sel pertahankan dan pelihara (sel III, V, VII). Strategi yang
mungkin tepat dikembangkan adalah strategi penetrasi pasar dan
pengembangan produk.
3) Sel panen atau divestasi (sel VI, VIII, IX) adalah usaha
memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan.
c. Analisis SWOT
SWOT adalah suatu alat analisis untuk mengidentifikasikan
aspek-aspek internal maupun eksternal perusahaan. Analisis SWOT
merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan yang didasarkan pada logika yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan
keputusan strategis selalu berkaitan dengan perkembangan misi,
tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian
perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-
faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman) dalam kondisi yag ada saat ini. Hal ini disebut dengan
analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi
adalah analisis SWOT (Rangkuti, 2004).
Dari hasil analisis SWOT terhimpun kekuatan dan kelemahan
yang ada serta peluang dan ancaman yang mungkin timbul. Beberapa
tahapan harus disiapkan mulai dari langkah awal usaha ini dipilih,
bagaimana, untuk apa, akan bagaimana dan lain-lain. Selanjutnya
barulah diidentifikasi semua faktor internal (sumber daya, manajemen,
keuangan, produksi, kualitas) dan semua faktor eksternal (ekonomi,
sosial, politik, teknologi, pasar, pesaing)
(Lubis, 1994 cit. Widiastuti, 2002). Selanjutnya strategi yang paling
tepat dikembangkan dapat dirumuskan melalui matrik SWOT berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Internal
Eksternal
Strengths-S
§ Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal
Weaknesses-W
§ Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal
Opportunities-O
§ Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal
Strategi SO
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Threats-T
§ Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal
Strategi ST
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi WT
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Gambar 2. Matrik SWOT
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Sistem kemitraan yang terjalin antara PT Bisi International Tbk dengan
petani jagung hibrida mitra usaha adalah sistem kemitraan dengan pola inti-
plasma, dimana PT Bisi International Tbk sebagai inti berkewajiban
menyediakan sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung dan
mengolah serta memasarkan hasil produksi. Sedangkan petani mitra usaha
wajib memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan standart yang
diinginkan perusahaan inti yang telah disepakati.
Permasalahan yang muncul pada sistem kemitraan ini adalah bahwa
perjanjian yang telah disepakati bersama membuat petani harus menanggung
biaya peralatan dan perawatan tanaman. Perusahaan harus menanggung resiko
kerugian atas pembelian seluruh produk dari petani yang tidak sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh perusahaan, atau saat permintaan pasar atas benih
jagung hibrida mengalami penurunan. Terjadinya bias pemahaman antara apa
yang diinginkan perusahaan inti dengan apa yang diterima petani mitra usaha
juga menjadi masalah yang harus diatasi. Kondisi ini mengarah pada perlunya
pengidentifikasian kondisi yang telah berjalan dalam sistem kemitraan antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida mitra usaha, sehingga
diperoleh perumusan strategi yang tepat dikembangkan untuk
mempertahankan sistem kemitraan, yaitu dengan menggunakan analisis
SWOT.
Analisis SWOT diidentifikasi setelah variabel internal dan eksternal
yang dihimpun kemudian disusun dalam matrik EFE dan IFE sebagai berikut :
1. Mendaftar faktor eksternal kunci sebagaimana diidentifikasi dalam proses
penilaian (peluang dan ancaman).
2. Mendaftar faktor internal kunci sebagaimana diidentifikasi dalam proses
penilaian (kekuatan dan kelemahan).
3. Penentuan bobot faktor
a. Penentuan bobot faktor eksternal
Penghitungan bobot faktor penentu eksternal dilakukan dengan
pengklasifikasian variabel-variabel yang akan diteliti, disusun dalam
daftar pertanyaan. Ketentuan yang digunakan dalam penentuan bobot
faktor masing-masing variabel adalah: dengan menjumlah seluruh
faktor eksternal yang ada di matriks EFE harus sama dengan 1,0 atau
100%
b. Penentuan bobot faktor internal
Penghitungan bobot faktor penentu eksternal dilakukan dengan cara
dan kriteria yang sama dengan penghitungan bobot faktor eksternal.
4. Penentuan peringkat/rating
Penentuan rating dilakukan dengan cara mentabulasi seluruh rating
yang ditentukan untuk memperoleh rating yang sebenarnya. Rating yag
dihasilkan dikonversikan dengan asumsi yang telah ditentukan
sebelumnya, yaitu 4 adalah respon superior, 3 adalah respon di atas rata-
rata, 2 adalah respon rata-rata,dan 1 adalah respon dibawah rata-rata.
Tahap selanjutnya adalah mengalikan bobot faktor dengan nilai rating
untuk memperoleh nilai rating terboboti dari tiap-tiap faktor internal dan
eksternal sebagai dasar dalam penentuan posisi sistem kemitraan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
matrik Internal-Eksternal yang selanjutnya implementasi strategi yang
tepat dikembangankan dirumuskan melalui matrik SWOT.
Sesuai dengan konsep yang dipakai, maka dapat dibuat skema kerangka
pemikiran pendekatan masalah sebagai berikut :
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah
Indonesia Negara Agraris
Komoditas Pertanian
Jagung
Potensi Besar Pengembangan Agrisbisnis
Petani Jagung Hibrida PT Bisi International Tbk
Pola Kemitraan (Perusahaan Inti dan Petani Plasma) 1. Saling menguntungkan dan menguatkan 2. Penyedia sarana produksi, bimbingan teknis, dan pemasaran hasil 3. Produksi petani plasma oleh perusahaan inti
Adanya penyimpangan dari konsep sebuah jalinan kemitraan
1. Identifikasi faktor penentu keberlangsungan kegiatan di dalam sistem kemitraan antara PT Bisi International Tbk dan petani jagung hibrida.
2. Identifikasi kondisi yang telah berjalan dalam sistem kemitraan antara PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida.
3. Perumusan strategi pengembangan sistem kemitraan antara PT Bisi International Tbk dan petani jagung hibrida
Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal
Analisis SWOT
Alternatif Strategi Pengembangan sistem Kemitraan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
D. Asumsi
1. Dalam melakukan sistem kemitraan PT Bisi International Tbk dan petani
jagung mitra usaha bersifat rasional yaitu ingin memaksimalkan
pendapatannya.
2. Variabel yang tidak diamati dalam penelitian pengaruhnya diabaikan.
E. Pembatasan Masalah
1. Petani jagung hibrida yang diteliti merupakan petani jagung hibrida mitra
usaha yang telah mengikuti sistem kemitraan minimal satu tahun.
E. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Kemitraan merupakan kerjasama antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan
yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar .
2. Sistem kemitraan inti-plasma merupakan hubungan antara petani jagung
hibrida sebagai plasma dengan PT Bisi International Tbk sebagai inti.
3. Petani jagung adalah petani jagung hibrida yang mengikuti sistem
kemitraan dengan PT Bisi International Tbk.
4. SWOT merupakan suatu analisis situasi yang menguji kondisi internal dan
eksternal sistem kemitraan untuk mengidentifikasi kekuatan (Strength),
kelemahan (Weakness), peluang (Opportunity), dan ancaman (Threat).
5. Kekuatan adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam sistem kemitraan
dan merupakan Keunggulan bagi pelaksanaan pola kemitraan .
6. Kelemahan adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam sistem kemitraan
dan merupakan keterbatasan/kekurangan bagi pelaksanaan pola kemitraan.
7. Peluang atau kesempatan adalah faktor-faktor yang berasal dari luar sistem
kemitraan dan bersifat menguntungkan bagi pelaksanaan pola kemitraan.
8. Ancaman adalah faktor-faktor yang berasal dari luar sistem kemitraan dan
bersifat mengganggu keberlangsungan pelaksanaan kegiatan dalam sistem
kemitraan.
9. Strategi pengembangan adalah program perencanaan perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan dengan memaksimalkan keunggulan dan
meminimasi kelemahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Ciri-cirinya adalah memusatkan pada pemecahan masalah-masalah
yang ada sekarang, pada masalah yang aktual dan data yang dikumpulkan
mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis sehingga metode ini sering
pula disebut analitik (Surakhmad, 1994).
B. Metode Penentuan Lokasi
1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)
karena alasan diketahuinya sifat-sifat yang ada pada lokasi itu
(Surakhmad, 1994), yaitu tempat berlangsungnya kegiatan usahatani
jagung hibrida oleh petani yang bermitra usaha dengan PT Bisi
International Tbk.
PT Bisi International Tbk bermitra usaha dengan petani-petani di
enam Kabupaten (Bojonegoro, Kediri, Lamongan, Madiun, Magetan, dan
Mojokerto). Daftar Kabupaten dan jumlah petani yang bermitra usaha
dengan PT Bisi International Tbk dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Daerah Tempat Berlangsungnya Kegiatan Sistem Kemitraan dan Jumlah Petani Mitra Usaha PT Bisi International Tbk Tahun 2009
No Daerah Jumlah Petani (orang)
Luas Lahan (Ha)
1. Kabupaten Bojonegoro 405 563 2. Kabupaten Kediri 2.392 3.187 3. Kabupaten Lamongan 75 85 4. Kabupaten Madiun 1.403 2.050 5. Kabupaten Magetan 25 34 6. Kabupaten Mojokerto 1.648 2.523
Jumlah 5.948 8.442
Sumber: PT Bisi International Tbk Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 2. maka lokasi penelitian yang dipilih adalah
Kabupaten Kediri dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Kediri
memiliki jumlah petani mitra usaha terbanyak dan memiliki luas lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
yang paling luas, sehingga diharapkan hasil yang diperoleh mampu
menggambarkan sistem kemitraan yang berhasil dengan PT Bisi
International Tbk.
Petani mitra usaha PT Bisi International Tbk di Kabupaten Kediri
tersebar di 13 kecamatan dengan jumlah keseluruhan 2.392 adalah petani
mitra usaha.
Tabel 3. Daerah Tempat Berlangsungnya Kegiatan Sistem Kemitraan dan Jumlah Petani Mitra Usaha PT Bisi International Tbk Tahun 2009
No Daerah Jumlah Petani (Orang)
Luas Lahan (Ha)
1 Kecamatan Banyakan 843 1.084 2 Kecamatan Grogol 672 895 3 Kecamatan Tarokan 206 307 4 Kecamatan Kandangan 112 274 5 Kecamatan Pesantren 72 96 6 Kecamatan Keras 126 297 7 Kecamatan Papar 51 77 8 Kecamatan Plemahan 38 45 9 Kecamatan Pagu 32 40 10 Kecamatan Gampengrejo 28 34 11 Kecamatan Purwoasri 27 30 12 Kecamatan Kayen kidul 3 6 13 Kecamatan Kepung 1 2
Jumlah 2.392 3.187
Sumber: PT Bisi International Tbk Tahun 2009
Pada Tabel 3. dapat diketahui terdapat 13 kecamatan, selanjutnya
dari 13 kecamatan tersebut diambil tiga kecamatan yaitu Kecamatan
Banyakan, Kecamatan Grogol, dan Kecamatan Tarokan karena memiliki
jumlah petani mitra usaha terbanyak dan memiliki luas lahan yang luas
dibanding dengan kecamatan lainnya, sehingga diharapkan hasil yang
diperoleh mampu mewakili keseluruhan petani yang bermitra usaha
dengan PT Bisi International Tbk. Selanjutnya di ambil satu desa yang
mempunyai jumlah petani terbanyak dari setiap kecamatan tersebut untuk
kemudian dijadikan sampel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2. Metode Penentuan Petani Sampel
Tabel 4. Daerah Tempat Berlangsungnya Kegiatan Sistem Kemitraan dan Jumlah Petani Mitra Usaha PT Bisi International Tbk Tahun 2009 Di Kecamatan Banyakan
No Daerah Jumlah Petani (Orang)
Luas Lahan (Ha)
1 Desa Kamal 159 172 2 Desa Selotopeng 152 162 3 Desa Jatirejo 252 455 4 Desa Bagol 107 115 5 Desa Tanjung 54 60 6 Desa Sendang 119 120
Jumlah 843 1.084
Sumber: PT Bisi International Tbk Tahun 2009
Pada Tabel 4. diketahui petani yang berada di Kecamatan
Banyakan tersebar di 6 desa antara lain Desa Kamal, Desa Selotopeng,
Desa Jatirejo, Desa Bagol, Desa Tanjung, dan Desa Sendang. Dari 6 desa
secara sengaja (purposive) diambil satu desa yaitu Desa Jatirejo dengan
pertimbangan desa tersebut mempunyai jumlah petani terbanyak
dibandingkan desa lainnya yang menjalin kemitraan dengan PT Bisi
International Tbk dan desa tersebut mempunyai lahan yang lebih luas
dibandingkan dengan desa lainnya.
Tabel 5. Daerah Tempat Berlangsungnya Kegiatan Sistem Kemitraan dan Jumlah Petani Mitra Usaha PT Bisi International Tbk Tahun 2009 di Kecamatan Grogol
No Daerah Jumlah Petani (Orang)
Luas Lahan (Ha)
1 Desa Bedrek 220 335 2 Desa Sonorejo 194 245 3 Desa Winongsari 125 165 4 Desa Sarasehan 61 65 5 Desa Sumberejo 7 10 6 Desa Bakalan 64 75
Jumlah 672 895
Sumber: PT Bisi International Tbk Tahun 2009
Pada Tabel 5. diketahui petani yang berada di Kecamatan Grogol
tersebar di 6 desa antara lain Desa Bedrek, Desa Sonorejo, Desa
Winongsari, Desa Sarasehan, Desa Sumberejo, dan Desa Bakalan. Dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
6 desa secara sengaja (purposive) diambil satu desa yaitu Desa Bedrek
dengan pertimbangan desa tersebut mempunyai jumlah petani terbanyak
dibandingkan desa lainnya yang menjalin kemitraan dengan PT Bisi
International Tbk dan desa tersebut mempunyai lahan yang lebih luas
dibandingkan dengan desa lainnya.
Tabel 6. Daerah Tempat Berlangsungnya Kegiatan Sistem Kemitraan dan Jumlah Petani Mitra Usaha PT Bisi International Tbk Tahun 2009 di Kecamatan Tarokan
No Daerah Jumlah Petani (Orang)
Luas Lahan (Ha)
1 Desa Pilangbangu 65 74 2 Desa Kerep 74 105 3 Desa Bulusari 25 36 4 Desa Kedungwaru 11 30 5 Desa Tarokan 31 62
Jumlah 206 307
Sumber: PT Bisi International Tbk Tahun 2009
Dari Tabel 6 diketahui petani yang berada di Kecamatan Tarokan
tersebar di 5 desa antara lain Desa Pilangbangu, Desa Kerep, Desa
Bulusari, Desa Kedungwaru, dan Desa Tarokan. Dari 5 desa secara
sengaja (purposive) diambil satu desa yaitu Desa Kerep dengan
pertimbangan desa tersebut mempunyai jumlah petani terbanyak
dibandingkan desa lainnya yang menjalin kemitraan dengan PT Bisi
International Tbk dan desa tersebut mempunyai lahan yang lebih luas
dibandingkan dengan desa lainnya. Dari 3 desa yang dipilih ditetapkan
sampel sebanyak 30 orang dengan metode kuota, metode kuota digunakan
untuk memastikan bahwa kelompok tertentu dalam populasi dapat
terwakili secara memadai (Singarimbun, 1995).
Tabel 7. Daerah Tempat Berlangsungnya Kegiatan Sistem Kemitraan dan Jumlah Petani Mitra Usaha PT Bisi International Tbk Tahun 2009
No Daerah Jumlah Sampel (orang) 1 Desa Jatirejo 10 2 Desa Bedrek 10 3 Desa Kerep 10
Jumlah 30
Sumber: PT Bisi International Tbk Tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Selanjutnya, pengambilan sampel dilakukan secara accidental
sampling. Menurut Sugiono (2002), Accidental sampling adalah teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, dengan syarat
orang tersebut memiliki ciri-ciri sebagai responden yang benar.
Peneliti dalam mengambil responden sebagai sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu petani jagung hibrida mitra usaha yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila petani yang
kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data yaitu petani jagung hibrida
dan menjalin kemitraan dengan PT Bisi International Tbk. Keuntungan
dari pada teknik ini adalah terletak pada kecepatan peneliti memilih
sumber data.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah:
1. Data primer
Sumber data primer adalah hasil wawancara dengan petani jagung
hibrida mitra usaha PT Bisi International Tbk. Data primer meliputi:
a. Karakteristik responden: nama, usia, pendidikan, pekerjaan (utama dan
sampingan), pengalaman mengusahakan jagung hibrida, kapasitas
usaha.
b. Alasan keikutsertaan petani responden dalam sistem kemitraan dengan
PT Bisi International Tbk.
c. Tanggapan responden berkaitan dengan kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman sistem kemitraan dengan PT Bisi International Tbk .
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh dari PT Bisi
International Tbk maupun dari instansi daerah Kabupaten Kediri antara
lain:
a. Jumlah dan daerah tempat berlangsungnya kegiatan usahatani jagung
hibrida mitra usaha dalam sistem kemitraan dengan PT Bisi
International Tbk .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b. Visi dan misi PT Bisi International Tbk dalam melaksanakan kegiatan
sistem kemitraan.
c. Monografi dan topografi daerah penelitian tempat dikembangkan
usahatani jagung hibrida.
d. Perjanjian kerjasama antara PT Bisi International Tbk dengan petani
jagung hibrida mitra usaha.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah
dengan :
1. Wawancara
Merupakan bentuk komunikasi langsung yang dilakukan oleh peneliti
kepada responden (Gulo, 2002), yaitu petani jagung hibrida mitra usaha di
Kabupaten Kediri dan pegawai PT Bisi International Tbk yang memahami
mekanisme pelaksanaan sistem kemitraan.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan bantuan alat kuesioner,
yaitu daftar pertanyaan yang disusun oleh peneliti dalam bentuk kalimat
tanya (Gulo, 2002) untuk diajukan kepada responden berkaitan dengan
perolehan data primer untuk keperluan analisis dan pembahasan
penelitian.
2. Observasi
Merupakan metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat semua
informasi yang diperoleh sebagaimana yang disaksikan selama penelitian
dilakukan (Gulo, 2002).
3. Pencatatan
Teknik ini digunakan untuk mencari data sekunder dengan cara
membuat catatan yang dikumpulkan dari data dan publikasi yang sudah
ada pada lembaga-lembaga atau instansi-instansi yang terkait
(Gulo, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
E. Metode Analisis Data
1. Untuk mengkaji pelaksanaan kemitraan antara PT Bisi International Tbk
dengan petani jagung hibrida di Kabupaten Kediri dianalisis secara
deskriptif.
2. Untuk menentukan strategi yang diperlukan dalam mengembangkan
kemitraan antara perusahaan dengan petani digunakan analisis SWOT
dengan terlebih dahulu menentukan variabel tiap faktor internal (kekuatan
dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman).
3. Jumlah bobot seluruh faktor internal dan eksternal yang ada dimatrik IFE
dan EFE adalah 1 atau 100 %.
4. Penentuan rating dilakukan dengan cara menabulasi seluruh rating yang
ditentukan untuk memperoleh rating yang sebenarnya. Rating yag
dihasilkan dikonversikan dengan asumsi yang telah ditentukan
sebelumnya, yaitu 4 adalah respon superior, 3 adalah respon di atas rata-
rata, 2 adalah respon rata-rata,dan 1 adalah dibawah rata-rata. Tahap
selanjutnya adalah mengalikan bobot faktor dengan nilai rating untuk
memperoleh nilai rating terboboti dari tiap-tiap faktor internal dan
eksternal sebagai dasar dalam penentuan posisi sistem kemitraan dalam
matrik Internal-Eksternal yang selanjutnya implementasi strategi yang
paling tepat dikembangankan dirumuskan melalui matrik SWOT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Profil PT Bisi International Tbk
PT Bright Indo Seed Industry memulai pembangunan pabrik pada awal
bulan Agustus 1983 dan mulai beroperasi pada awal tahun 1984. PT Bisi
merupakan salah satu perusahaan swasta patungan antara Charoen Pokhand
Overseas Invesment Co. Ltd dari Thailand dan PT Sri Rejeki Nusantara dari
Surabaya, mendirikan industri pengolahan benih khususnya benih jagung
yang diberi nama PT Bisi.
Dalam perkembangan selanjutnya PT Bisi yang semula berstatus
perseroan terbatas dengan status Penanaman Modal Asing (PMA) dirubah
menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMAD). Perubahan status PMA
menjadi PMAD ditentukan berdasarkan rapat umum pemegang saham
perusahaan No. 33 tanggal 28 Desember 1984 dan akte Notaris No.
220/AG/84 tanggal 29 November 1984 serta Surat Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM). Perubahan stasus PMA menjadi PMAD diikuti
dengan perubahan nama perusahaan dari PT Bright Indo Seed Industry
menjadi PT Benih Inti Subur Intani dan pada tahun 2007 kembali ada
perubahan nama menjadi PT Bisi International Tbk disebabkan perusahaan
sudah mampu mengekspor ke luar negeri.
Fasilitas produksi benih Bisi terletak di Kediri, Jawa Timur. Bisi
memiliki tiga anak perusahaan yakni (1) PT Tanindo Intertraco yang
bisnisnya adalah distribusi dan pemasaran benih padi hibrida, jagung hibrida,
benih sayuran, serta produk pertanian lainnya. (2) PT Multi Sarana Indotani
yang memproduksi pestisida dan pupuk (3) PT Tanindo Subur Prima yang
mendistribusikan dan memasarkan benih sayuran yang khusus diimpor dari
Chia Thai Seed Co Ltd.
PT Bisi International Tbk adalah perusahaan agribisnis yang bergerak
memproduksi benih hibrida. Benih yang diproduksi adalah benih jagung,
benih hortikultura dan benih padi. Varietas benih jagung yang diproduksi
oleh perusahaan antara lain CPI-1, CPI-2, Bisi-2, Bisi-3, Bisi-5, Bisi-9, Bisi-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
10, Sejahtera, Arjuna, Surya dan lain sebagainya. Sedangkan untuk benih
hortikultura adalah cabai, tomat, jagung manis, timun, semangka, waluh, sawi
dan untuk padi adalah varietas Intani-1 dan Intani-2. PT Bisi International
Tbk menjual produknya dengan merk dagang cap kapal terbang. PT Bisi
International Tbk mempunyai visi dam misi dalam mengembangkan
perusahaannya. Visi perusahaan adalah menjadi produsen bibit superior
terkemuka di industri pertanian Indonesia, sedangkan misi perusahaan adalah
turut membangun masa depan industri pertanian di Indonesia, melalui
penelitian dan pengembangan yang optimal.
PT Bisi terletak di Desa Sumberagung, Kecamatan Plosoklaten,
Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Selain sebagai kantor pusat perusahaan,
kantor ini juga berfungsi sebagai tempat penelitian dan pengembangan yang
dilakukan oleh Divisi Research dan Development (R&D) berupa penelitian
untuk tanaman Pangan dan Hortikultura baik untuk dataran rendah maupun
dataran tinggi. Selain itu PT Bisi International Tbk memiliki kantor cabang,
setiap cabang menangani beberapa varietas tanaman diantaranya, cabang
yang ada di Desa Kambingan khusus menangani tanaman pangan, di Desa
kencong khusus menangani tanaman sayuran serta yang ada di Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Medan yang masing-masing menangani beberapa
varietas tanaman pangan dan sayuran.
Pemilihan lokasi kantor pusat dan tempat pengolahan benih di Kediri
didasarkan atas beberapa hal yaitu: Kediri merupkan tempat yang tepat
karena dekat dengan Surabaya yang merupakan pusat ekonomi dan bisnis
serta dekat dengan dermaga laut internasional yang memiliki peran penting
dalam pendistribusian benih ke berbagai daerah hingga ke luar negeri,
mudahnya memperoleh tenaga kerja, masih luasnya lokasi pengembangan
tanaman baik dataran rendah maupun dataran tinggi, dan sumber daya
manusia yang ada sangat potensial sebagai basis produksi pertanian.
Kokohnya usaha BISI ditopang oleh tujuan yang satu : memberikan
yang terbaik bagi petani Indonesia, besar maupun kecil, dengan cara
memberikan kemudahan serta harga yang terjangkau untuk berbagai benih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
tanaman keras dan hortikultura unggul, produk kimia pertanian yang
diformulasikan secara cermat serta dukungan keahlian dan teknologi
mutakhir dalam bidang usaha tani guna memastikan hasil yang optimal. Saat
ini BISI merupakan penghasil terbesar untuk benih jagung, padi, buah dan
sayuran hibrida di Indonesia.
B. Deskripsi Daerah Penelitian
1. Keadaan geografi dan administrasi
Kabupaten Kediri merupakan salah satu kabupaten dari 29 kabupaten
di Propinsi Jawa Timur. Letak astronomis Kabupaten Kediri yaitu pada
110°45¢05” sampai dengan 112°18¢20” Bujur Timur dan 7°36¢12” sampai
dengan 8°0¢32” Lintang Selatan.
Secara administratif Kabupaten Kediri terbagi menjadi 25 kecamatan
yang terdiri dari 344 desa/kelurahan, dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Nganjuk
Sebelah Selatan : Kabupaten Blitar
Sebelah Timur : Kabupaten Malang
Sebelah Barat : Kabupaten Tulungagung
Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Kediri sekitar
138.605 hektar, terdiri dari lahan sawah 47.320 hektar, lahan non sawah
91.285 hektar.
2. Topografi wilayah
Kondisi topografi Kabupaten terdiri dari dataran rendah dan
pegunungan yang dilalui aliran sungai Brantas yang membelah dari
Selatan ke Utara. Pada tahun 2008 tingkat curah hujan rata-rata sekitar
20,31 mm per hari.
3. Luas penggunaan lahan
Menurut penggunaannya, sebagian besar lahan sawah digunakan
sebagai lahan sawah berpengairan teknis sebesar 35.067 hektar,
berpengairan setengah teknis sebesar 5.729 hektar, berpengairan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
sederhana sebesar 4.195 hektar, irigasi desa sebesar 412 hektar dan
sisanya berpengairan tadah hujan sebesar 1.778 hektar.
Lahan bukan sawah digunakan sebagai tegalan dan kebun sebesar
27.763 hektar (67,70%), perkebunan sebesar 8.849 hektar (21,57%),
ditanami pohon hutan rakyat sebesar 188 hektar (4,48%), kolam/empang
sebesar 14 hektar (0,03%), tidak diusahakan 3 hektar (7,31% ) dan lain-
lain sebesar 4.190 hektar (10,21%). Data luas penggunaan lahan di
Kabupaten Kediri pada tahun 2008 serta perkembangannya dapat dilihat
pada tabel 8. berikut:
Tabel 8. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Kediri Tahun 2008 serta Perkembangannya
Keterangan Luas (ha) Perkembangan 2007 2008
Lahan Sawah Bukan Lahan Sawah
48.145 91.139
47.320 91.285
-1,71 % 0,16 %
Jumlah 139.284 138.605 -
Sumber : Kabupaten Kediri dalam Angka 2009
Pada Tabel 8. dapat diketahui bahwa luas lahan sawah pada tahun
2008 mengalami penurunan sebesar 1,71% dibanding tahun 2007.
Sedangkan luas bukan lahan sawah pada tahun 2008 mengalami
kenaikkan sebesar 0,16 persen dibanding tahun 2007. Hal ini
menunjukkan adanya alih fungsi lahan sawah menjadi bukan lahan
sawah, sehingga menyebabkan semakin sempitnya lahan sawah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
4. Keadaan Pertanian
Data luas panen, produksi, dan rata-rata produksi tanaman pangan
seperti padi, palawija, kacang-kacangan selama tahun 2008 dapat dilihat
pada tabel 9. berikut:
Tabel 9. Luas Panen, Produksi, dan Rata-rata Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Kediri Tahun 2008
Jenis Tanaman Tahun Perkembangan 2007 2008
1. Padi sawah Luas panen (Ha) 56.726 56.654 - Rata-rata hasil (Kw) 58,45 58,54 - Produksi (Ton) 331.555 331.634 0,02%
2. Jagung Luas panen (Ha) 56.244 55.401 - Rata-rata hasil (Kw) 57,88 58,91 - Produksi (Ton) 325.526 326.367 0,25%
3. Ubi kayu Luas panen (Ha) 5.932 4.711 - Rata-rata hasil (Kw) 198,57 199,43 - Produksi (Ton) 117.792 93.951 -20,24%
4. Ubi jalar Luas panen (Ha) 74 120 - Rata-rata hasil (Kw) 173,70 173,23 - Produksi (Ton) 1.285 2.079 61,79%
5. Kacang tanah Luas panen (Ha) 1.656 2.343 - Rata-rata hasil (Kw) 13,30 13,25 - Produksi (Ton) 2.202 3.105 41,00%
6. Kedelai Luas panen (Ha) 479 186 - Rata-rata hasil (Kw) 11,82 11,92 - Produksi (Ton) 566 222 -60,78%
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kediri 2008
Produksi tanaman pangan pada tahun 2008 ada yang mengalami
kenaikkan juga ada yang menurun. Hasil produksi padi pada tahun 2008
mengalami kenaikkan yaitu sebesar 0,02%; produksi jagung juga
mengalami kenaikkan sebesar 0,25% dari tahun 2007, sedangkan
produksi ubi kayu dan kedelai mengalami penurunan sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
-20,24% dan -60,78%. Produksi ubi jalar dan kacang tanah sama-sama
mengalami kenaikkan yaitu sebesar 61,79% dan 41,00%.
5. Keadaan Sosial Kependudukan dan Tenaga Kerja
a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun
2008, jumlah penduduk Kabupaten Kediri tercatat sebesar
1.464.827 jiwa. Jumlah dan kepadatan penduduk di Kabupaten Kediri
pada tahun 2008:
Tabel 10. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Kediri Tahun 2008
No Kecamatan Luas Wilayah (km2)
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
1. Mojo 102,73 63.327 616
2. Semen 80,42 44.945 559
3. Ngadiluwih 41,85 71.174 1.701
4. Kras 44,81 57.244 1.277
5. Ringinrejo 42,38 48.117 1.135
6. Kandat 51,96 53.277 1.025
7. Wates 76,58 84.180 1.099
8. Ngancar 94,05 44.824 477
9. Plosoklaten 88,59 67.031 757
10. Gurah 50,83 74.166 1.459
11. Puncu 68,25 56.569 825
12. Kepung 105,65 76.862 728
13. Kandangan 41,67 47.358 1.137
14. Pare 47,21 96.293 2.180
15. Badas 39,21 60.806 1.551
16. Kunjang 29,98 34.348 1.146
17. Plemahan 47,88 55.415 1.157
18. Purwoasri 42,50 59.904 1.410
19. Papar 36,22 50.939 1.406
20. Pagu 24,86 36.667 1.475
21. Kayenkidul 35,58 44.847 1.260
22. Gampengrejo 38,59 84.108 2.040
23. Banyakan 72,55 55.717 768
24. Grogol 34,50 45.606 1.322
25. Tarokan 47,20 51.103 1.083
Jumlah 1.386,05 1.464.827 1.057
Sumber : Kabupaten Kediri dalam Angka 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Pada Tabel 10. dapat diketahui bahwa secara rata-rata, kepadatan
penduduk Kabupaten Kediri sebesar 1.464.827 jiwa tiap satu kilometer
persegi dengan wilayah terpadat adalah Kecamatan Pare dengan
tingkat kepadatan 2.040 jiwa tiap satu kilometer persegi dan wilayah
dengan kepadatan terkecil adalah Kecamatan Ngancar sebesar
477 jiwa tiap satu kilometer persegi.
b. Jumlah penduduk menurut kelompok umur
Data jumlah penduduk Kabupaten Kediri menurut kelompok
umur tahun 2008 adalah sebagai berikut:
Tabel 11. Jumlah Penduduk Kabupaten Kediri Menurut Jenis Kelompok Umur Tahun 2008
Kelompok umur Jumlah Penduduk (Jiwa)
Presentase (%)
0-4 119.641 8,16 5-9 117.362 8,01
10-14 125.579 8,57 15-19 147.997 10,10 20-24 116.886 7,97 25-29 128.037 8,74 30-34 125.869 8,60 35-39 120.488 8,23 40-44 93.980 6,42 45-49 85.563 5,84 50-54 63.602 4,34 55-59 55.605 3,80 60-64 52.305 3,57 65-69 46.641 3,20 >70 65.272 4,45
Jumlah 1.464.827 100
Sumber: Kabupaten Kediri dalam Angka 2008
Tabel 11. menggambarkan bahwa presentase penyebaran
penduduk di Kabupaten Kediri berada pada usia kerja, yaitu pada
rentang usia antara 10-65 tahun sebesar 79,38%. Kondisi ini
menandakan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kabupaten Kediri
tinggi, sehingga jumlah penawaran tenaga kerja banyak. Keadaan ini
menuntut jumlah lapangan pekerjaan yang memadai untuk
mengimbangi jumlah penawaran tenaga kerja. Usahatani jagung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
merupakan kegiatan yang membutuhkan banyak tenaga kerja sejak
tahap pengolahan lahan, proses tanam, pemeliharaan tanaman, hingga
masa panen tiba. Dengan demikian kegiatan usahatani jagung hibrida
sebagai bagian dari sistem kemitraan menjadi salah satu sumber
lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja di Kabupaten Kediri. Begitu
sebaliknya, jumlah penawaran tenaga kerja di Kabupaten Kediri sangat
mendukung jalannya proses kegiatan usahatani jagung hibrida yang
memang membutuhkan tenaga kerja.
Paparan ini diperkuat oleh informasi berkaitan dengan keadaan
penduduk di Kabupaten Kediri menurut mata pencaharian pada tabel
12. berikut:
Tabel 12. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Kediri 2008
No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1. Pertanian 148.349 33,12 2. Industri/usaha sedang/besar 776 0,17 3. Pengrajin industri kecil 4.299 0,95 4. Buruh tani 66.347 14,82 5. Buruh industri 20.525 4,59 6. Buruh bangunan 119.717 26,73 7. Buruh pertambangan 704 0,15 8. Buruh perkebunan besar/kecil 4.873 1,08 9. Pedagang 39.843 8,90 10. Angkutan 5.699 1,27 11. PNS 26.253 5,86 12. TNI-POLRI 4.349 0,97 13. Pensiunan 6.109 1,36
Jumlah 447.843 100
Sumber: Kabupaten Kediri dalam Angka 2008
Tabel 12. menggambarkan bahwa mayoritas penduduk di
Kabupaten Kediri bermata pencaharian di sektor pertanian. Usahatani
jagung hibrida sebagai kegiatan di sektor pertanian turut memberikan
kontribusi terhadap penyediaan lapangan pekerjaan bagi penduduk di
Kabupaten Kediri ditandai dengan mendominasinya mata pencaharian
di sektor pertanian bagi penduduk Kabupaten Kediri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
c. Jumlah penduduk menurut pendidikan
Keadaan penduduk umur 10 tahun ke atas menurut tingkat
pendidikan di kabupaten Kediri dapat dilihat pada tabel 13. berikut:
Tabel 13. Jumlah Penduduk Kabupaten Kediri Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tahun 2008
No Jenis Pendidikan Jumlah Penduduk
(jiwa)
Persentase (%)
1. Tidak sekolah/Tidak lulus SD 381.501 33,12 2. SD 417.965 36,28 3. SLTP. 171.650 14,90 4. SLTA 101.814 8,83 5. SMK 54.678 4,48 6. D1/D2 3.233 0,28 7. D3/Sarjana muda 7.277 0,64 8. S1 13.662 1,20
Jumlah 1.151.780 100
Sumber: Kabupaten Kediri dalam Angka 2008
Tabel 13. Menggambarkan bahwa penduduk usia kerja terbanyak
mengenyam pendidikan hingga tingkat SD. Hal ini menunjukkan
bahwa kualitas pendidikan formal penduduk di Kabupaten Kediri
masih rendah, akibatnya terjadi penumpukan tenaga kerja dengan
kualitas yang rendah pula.
Penumpukan tenaga kerja di Kabupaten Kediri diakibatkan oleh
masih rendahnya kualitas tenaga kerja, serta ketersediaan lapangan
pekerjaan yang kurang memadai. Tenaga kerja yang tersedia, rata-rata
berpendidikan SD atau bahkan tidak tamat SD, sehingga mayoritas
tenaga kerja bekerja di sektor pertanian termasuk usahatani jagung
hibrida.
d. Keadaan Perekonomian
Keadaan perekonomian Kabupaten Kediri didukung oleh adanya
lembaga keuangan, berupa bank, lembaga kredit usaha dan koperasi.
Pada tahun 2008, di Kabupaten Kediri terdapat 626 unit koperasi
simpan pinjam, 210 unit jaringan Bank yang beroperasi di Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Kediri terdiri dari 1 unit Bank Sentral, 70 unit Bank pemerintah,
21 unit Bank Swasta, 14 unit BPD dan 104 unit BPR.
Keadaan perekonomian dengan lembaga keuangan yang
memadai ternyata tidak dimanfaatkan secara optimal oleh penduduk
Kabupaten Kediri terutama oleh petani responden. Hal ini disebabkan
karena petani harus membayar bunga bank apabila petani responden
meminjam modal ke lembaga keuangan, karena petani dibebani
tanggungan sejumlah uang (bunga bank) yang harus dibayarkan setiap
bulannya sementara petani sendiri baru mendapatkan hasil panen
setelah 3-4 bulan.
Jadi, petani lebih memilih kemitraan usahatani merupakan
alternatif yang dipilih dalam rangka mengusahakan jagung hibrida
dimana modal yang dipersiapkan tidak terlalu besar dan seluruh
saprodi diberikan oleh perusahaan sebagai agunan dan dapat dibayar
melalui penjualan produknya kepada perusahaan tempat bermitra,
karena petani responden hanya memanfaatkan fungsi lembaga
keuangan sebagai tempat menabung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Alasan Keikutsertaan Petani Responden dalam Sistem Kemitraan
1. Alasan keikutsertaan petani responden dalam sistem kemitraan dengan PT
Bisi International Tbk
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, diperoleh
beberapa alasan keikutsertaannya dalam sistem kemitraan dengan PT Bisi
International Tbk sebagai berikut:
Tabel 14. Alasan keikutsertaan petani responden dalam kegiatan sistem kemitraan dengan PT Bisi International Tbk
No
Macam alasan
Jumlah (orang)
Presentase (%)
1 Sumber pendapatan utama 27 90,00 2 Meningkatkan pendapatan 30 100,00 3 Pembayaran tepat waktu 25 83,33 4 Memperoleh kepastian pasar 30 100,00 5 Memperoleh kepastian saprodi 30 100,00 6 Meningkatkan wawasan
(teknologi dan informasi) 30 100,00
7 Keterbatasan modal 23 76,66 8 Memperkecil tingkat kerugian 30 100,00 9 Kontrak kerjasama memuaskan 27 90,00
Sumber : Data Primer
Alasan keikutsertaan diambil berdasarkan teori yang dikemukakan
oleh Martodireso dan Widada (2002) disesuaikan dengan kondisi di
lapangan saat penelitian. Berdasarkan data Tabel 14. diketahui alasan
petani responden menjadi mitra usaha PT Bisi International Tbk adalah
untuk meningkatkan pendapatan, memperoleh kepastian pasar,
memperoleh kepastian saprodi, meningkatkan wawasan yaitu petani
mendapatkan pengetahuan dalam bidang pembenihan khususnya jagung
hibrida, serta memperkecil tingkat kerugian apabila mengusahakan secara
mandiri dan 27 petani responden menjadikan usaha jagung hibrida sebagai
sumber pendapatan utama.
Alasan yang lain diungkapkan oleh 27 petani, dimana 10 petani
diantaranya telah lebih dahulu menjadi mitra perusahaan lain, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kontrak kerjasama yang memuaskan dengan harga pasar berkisar
Rp 2500-3000,- per kg jagung hibrida harga ini relatif lebih tinggi jika
dibandingkan dengan perusahaan lain sejenis karena PT Bisi International
Tbk mengikuti harga pasar sedangkan perusahaan lain sejenis menetapkan
harga sendiri, selain mengikuti harga pasar PT Bisi International Tbk
memberikan bonus pasar sebesar 34% untuk benih varietas 05, sedangkan
3 petani mitra responden mengungkapkan bahwa isi kontrak kerjasama
tidak memuaskan karena petani menginginkan harga yang lebih tinggi
karena harga benih jagung hibrida terus meningkat.
Dengan beberapa alasan itulah petani mitra usaha komitmen terhadap
kontrak kerjasama serta bersedia untuk tetap menjadi mitra usaha PT Bisi
International Tbk di waktu yang akan datang. Keterbatasan modal juga
menjadi salah satu alasan karena untuk mengusahakan usahatani jagung
hibrida, karena modal yang dikeluarkan untuk usahatani jagung hibrida
juga besar terlebih jika mengusahakan secara mandiri. Alasan yang lain
adalah pembayaran tepat waktu.
2. Karakteristik petani responden berdasarkan usia dan pendidikan
Berdasarkan usia, karakteristik petani responden dapat dilihat pada
Tabel 15. dan Tabel 16. berikut:
Tabel 15. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Usia
Interval Usia (tahun) Responden (Orang) Persentase (%) 21-27 1 3,33 28-34 3 10,00 35-41 13 43,33 42-48 4 13,34 49-55 3 10,00 56-62 6 20,00
Jumlah 30 100,00
Sumber: Data Primer
Pada Tabel 15. dapat diketahui bahwa presentase terbesar petani
responden berada pada interval usia 35 – 41 tahun yaitu sebesar 13 orang
atau 43,33 %. Usia ini masuk dalam usia kerja dengan kematangan berfikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
dalam pengambilan keputusan. Kondisi ini mendukung optimalisasi kerja
petani responden, karena pada dasarnya keberhasilan usaha petani jagung
hibrida ditentukan oleh pengambilan keputusan yang cepat dan tepat, sejak
dari persiapan lahan sampai pasca panen.
Tabel 16. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan yang Ditempuh
No Jenis Pendidikan Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
1. SD 10 33,33 2. SLTP 6 20,00 3. SLTA 14 46,67
Jumlah 30 100,00
Sumber: Data Primer
Pada Tabel 16. dapat diketahui bahwa rata-rata petani responden
telah menempuh jenjang pendidikan hingga tingkat SLTA sebanyak
14 responden atau 46,67% sehingga memiliki kemampuan berfikir dan
bertindak rasional didukung oleh pengetahuan, pengalaman dan kemauan
untuk saling bertanya dengan sesama petani mitra usaha atau dengan
petugas lapangan mitra usaha.
3. Karakteristik petani responden berdasarkan pekerjaan
Berdasarkan pekerjaan yang dimiliki, petani responden terbagi ke
dalam dua jenis pekerjaan sebagai berikut:
Tabel 17. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama
Jenis Pekerjaan
Utama Jumlah Orang Presentase
(%) Petani 27 90,00 Wiraswasta 3 10,00 Total 30 100
Sumber: Data Primer
Pada Tabel 17. dapat diketahui bahwa sebanyak 27 orang petani
responden memiliki pekerjaan utama sebagai petani. Lain halnya dengan
responden lain yang memiliki pekerjaan utama sebagai wiraswasta
misalnya pedagang kelontong dan membuka bengkel. Responden yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
memiliki pekerjaan utama sebagai wiraswasta menganggap pekerjaan
bertani hanya sebagai pekerjaan sampingan.
Tabel 18. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Pekerjaan Sampingan
Jenis Pekerjaan
Utama Jumlah Orang Presentase
(%) Petani 3 30,00 Wiraswasta 6 60,00 Lainnya 1 10,00 Total 10 100
Sumber: Data Primer
Pada Tabel 18. dapat diketahui bahwa sebanyak 10 orang petani
responden memiliki pekerjaan sampingan. Sebanyak 3 petani responden
menjadi pekerjaan petani sebagai pekerjaan sampingan dan permasalahan
tanaman diserahkan kepada buruh tani walaupun tidak sepenuhnya tentu
dengan biaya tenaga kerja yang lebih mahal, sedangkan dari 30 petani
responden sebanyak 6 petani responden menjadikan wiraswasta sebagai
pekerjaan sampingan dan 1 petani responden menjadikan sopir sebagai
pekerjaan sampingan. Pada tabel diatas bahwa dari 30 petani responden
terdapat 20 petani responden yang tidak mempunyai pekerjaan sampingan.
B. Kondisi Sisitem Kemitraan
1. Mekanisme Pelaksanaan Sistem Kemitraan
Mekanisme pelaksanaan sistem kemitraan antara PT Bisi
International Tbk dengan petani jagung mitra usaha di Kabupaten Kediri,
Jawa Timur diawali dengan petani yang ingin menjadi mitra perusahaan
terlebih dahulu mendaftarkan dirinya kepada ketua kelompok tani. Ketua
kelompok tani akan mendaftar siapa saja yang akan mengikuti sistem
kemitraan.
Keberadaan kelompok tani berperan sebagai tempat transfer
informasi yang berasal dari perusahaan berkaitan dengan program tanam,
penggunaan pupuk dan pestisida yang dianjurkan. Kelompok tani juga
berperan sebagai tempat penampungan saran, ide, dan gagasan petani
mitra usaha berkaitan dengan kegiatan pembenihan jagung hibrida.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Melalui kelompok tani ini pula perusahaan melakukan pembayaran atas
hasil panen jagung hibrida yang telah diterima dari petani mitra usaha.
Bagan berikut menggambarkan mekanisme sistem kemitraan yang
dijalankan antara PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida
mitra usaha.
1 3
B 2 A
Gambar 4. Bagan mekanisme sistem kemitraan yang dijalankan antara PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida mitra usaha.
Keterangan :
1 : Alur menjadi mitra usaha PT Bisi International Tbk, calon petani
mitra mendaftarkan diri kepada ketua kelompok tani.
2 : Calon petani mitra yang sudah didaftar oleh ketua kelompok
tani, selanjutkan akan disetujui oleh PT Bisi International Tbk.
3 : Alur calon petani mitra usaha PT Bisi International Tbk yang
sudah diterima PT Bisi International Tbk untuk menjadi petani
mitra usaha.
A, B : Alur transfer informasi dalam sistem kemitraan disampaikan dari
PT Bisi International Tbk kepada petani mitra usaha melalui
ketua kelompok tani.
2. Jenis Sistem Kemitraan
Sistem kemitraan yang dijalankan antara PT Bisi International Tbk
dengan petani jagung hibrida mitra usaha adalah sistem kemitraan dengan
pola inti-plasma. Menurut Soemardjo et al (2004) kemitraan pola inti-
plasma merupakan hubungan antara petani atau kelompok sebagai plasma
dengan perusahaan inti yang bermitra usaha. Perusahaan inti menyediakan
sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung dan
Calon petani mitra
PT Bisi International Tbk
Petani mitra usaha Ketua kelompok tani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
mengolah serta memasarkan hasil produksi. Kelompok mitra bertugas
memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan persyaratan yang telah
disepakati.
Pada pelaksanaannya, PT Bisi International Tbk memberikan
pasokan supply saprodi berupa benih jagung hibrida, pupuk dan pestisida
serta menampung dan memasarkan seluruh produk petani mitra usaha.
Petani mitra usaha berkewajiban menjamin benih jagung hibrida bagi
perusahaan sesuai dengan standar yang ditentukan. Hak petani adalah
adanya kepastian pasar dan harga jual produk dari perusahaan inti sesuai
dengan kontrak kerjasama yang telah disepakati. Sistem kemitraan PT Bisi
International Tbk dan petani jagung hibrida mitra usaha dapat dilihat pada
skema dibawah ini :
1
7 4
8 2
3
9 5
6
10
11
12
Gambar 5. Skema Sistem Kemitraan PT Bisi International Tbk dan Petani Jagung Hibrida Mitra Usaha
PT Bisi International Tbk
Ketua kelompok tani Petani mitra usaha
Hasil panen jagung hibrida
Diproses produksi
Benih jagung bersertifikat
Petani jagung non mitra
Pasar atau konsumsi
Benih jagung hibrida, pupuk dan pestisida
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Keterangan :
1 : PT Bisi International Tbk menjalin sistem kemitraan dengan
petani mitra usaha.
2 : PT Bisi International Tbk memberikan pinjaman berupa saprodi
melalui ketua kelompok tani.
3 : Saprodi diberikan melalui ketua kelompok tani.
4 : Selanjutnya saprodi diberikan kepada petani mitra.
5 : Petani memanen hasil jagung hibrida.
6 : Hasil panen jagung hibrida dari petani mitra usaha diserahkan
kepada PT Bisi International Tbk.
7 : PT Bisi International Tbk memberikan uang hasil panen kepada
petani mitra melalui ketua kelompok tani.
8 : Selanjutnya uang hasil panen diberikan kepada petani mitra.
9 : Hasil panen jagung hibrida dari petani selanjutnya diproses
dipabrik.
10 : Jagung yang sudah diproses akan menghasilkan benih jagung
hibrida bersertifikat.
11 : Jagung hibrida bersertifikat dijual belikan kepada petani jagung
hibrida non mitra.
12 : Hasil panen jagung hibrida bisa dijual ke pasar atau dikonsumsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
C. Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Tabel 19. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Kemitraan antara PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida mitra usaha.
Faktor Internal Kekuatan Kelemahan Komitmen Kebijakan
- Adanya komitmen terhadap
bisnis - Adanya kebijakan kerjasama
Sumber Daya Manusia
- Masih rendahnya SDM petani
Fasilitasi - Adanya kepastian ketersediaan saprodi
- Pengairan yang masih sulit
Hukum - Masih lemahanya kepastian hukum bagi petani
Pemasaran - Adanya kepastian pemasaran Keuangan - Sebagai sumber pendapatan
mitra - Adanya kemampuan
keuangan
Hubungan kerjasama - Adanya rasa saling membutuhkan antara inti dengan plasma
- Adanya bias pemahaman antara inti dengan plasma
- Kurangnya pemecahan masalah secara keseluruhan
Faktor Eksternal Peluang Ancaman Pengembangan usaha - Adanya diversifikasi usaha
dalam sistem kemitraan
Penyakit - Munculnya penyakit tanaman jagung hibrida
Harga - Naiknya harga sarana produksi pertanian
Pihak luar - Adanya tengkulak - Adanya perusahaan ini
agribisnis selain PT Bisi International Tbk
Konsumen - Kepercayaan petani mitra usaha terhadap produk benih jagung hibrida
- Kecenderungan permintaan benih jagung hibrida yang semakin banyak
Kondisi alam - Musim yang tidak menentu Tenaga kerja - Adanya peluang
ketersediaan jumlah sumber daya manusia terampil
Sumber : Analisis Data Primer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
1. Identifikasi Faktor Internal Kekuatan
a. Adanya rasa saling membutuhkan antara inti dengan plasma
Adanya rasa saling membutuhkan antara inti dengan plasma
menjadi variabel internal kekuatan didasarkan atas kebutuhan inti
terhadap plasma atau plasma terhadap inti yang saling terkait dan tidak
dapat dipisahkan sekaligus merupakan modal dasar keharmonisan suatu
hubungan kerja. Dengan saling membutuhkan, maka kedua pihak akan
bekerjasama secara sehat dan berusaha keras memberikan yang terbaik.
Di satu sisi plasma berusaha meningkatkan produksi dan pendapatan
yang secara langsung meningkatkan ketersediaan bahan baku bagi inti,
dan di sisi lain inti perlu memperhatikan kebutuhan dan keinginan
plasma demi keberlangsungan usaha dan kesinambungan bermitra.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh petani responden
membutuhkan keberadaan perusahaan terutama dalam menjamin
kepastian pasar, ketersediaan saprodi, harga, dan meningkatkan
pendapatan, sedangkan perusahaan membutuhkan petani mitra usahanya
untuk menjamin ketersediaan bahan baku secara kontinyu, mengingat
keterbatasan perusahaan dalam mengusahakan sendiri benih jagung
hibrida dalam jumlah yang besar untuk memenuhi kebutuhan pasar.
b. Adanya komitmen terhadap bisnis
Adanya komitmen terhadap bisnis menjadi variabel internal
kekuatan karena dengan komitmen yang tinggi dari plasma terhadap inti,
maka kemitraan akan tetap terjaga. Komitmen ini dapat dilihat dari lama
waktu, keikutsertaan petani mitra usaha selama pelaksanaan kegiatan
kemitraan dan keinginan petani mitra menjadi mitra usaha untuk jangka
waktu ke depan.
Komitmen petani responden terhadap kegiatan kemitraan untuk
meningkatkan pendapatan, memperoleh kepastian pasar, memperoleh
kepastian saprodi, meningkatkan wawasan (teknologi dan informasi) dan
sebagian responden merupakan sumber pendapatan utama dan alasan
yang lain karena pembayaran tepat waktu.. Hasil penelitian terhadap 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
petani responden berkaitan dengan komitmen terhadap kegiatan
kemitraan dapat dilihat pada Tabel 18 dan 19 berikut :
Tabel 20. Lama Keikutsertaan Petani Mitra Usaha dalam Sistem Kemitraan dengan PT Bisi International Tbk.
Lama waktu keikutsertaan Lama waktu keikutsertaan
Jumlah (orang) Presentase %
<1 0 00,00 1-4 13 43,33 5-9 17 56,67 >10 0 00,00
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer
Tabel 20. menunjukkan bahwa 17 petani responden telah menjadi
mitra usaha selama 5-9 tahun dan 13 petani responden menadi mitra
usaha selama 1-4 tahun, hal ini mncerminkan adanya kesanggupan
petani responden untuk menjadi mitra usaha PT Bisi International Tbk
dengan intensif mengikuti setiap program usaha jagung hibrida yang
diterapkan oleh perusahaan. Kesungguhan ini muncul karena manfaat
yang diperoleh petani responden selama mengikuti kegiatan sistem
kemitraan baik meliputi jaminan pasar, ketersediaan saprodi, harga,
peningkatan hasil dan pendapatan.
Tabel 21. Kontinuitas Keikutsertaan Petani Mitra Usaha dalam Sistem Kemitraan dengan PT Bisi International Tbk.
Kontinuitas Keikutsertaan Sistem Kemitraan Jumlah (orang)
Presentase (%)
a. Pernah berhenti 0 00,00 b. Belum pernah berhenti 30 100,00 Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer
Diketahui bahwa seluruh petani responden belum pernah berhenti
mengikuti setiap program usahatani yang dijalankan perusahaan dalam
sistem kemitraan. Seluruh petani responden juga memutuskan untuk
tetap menjadi mitra usaha PT Bisi International Tbk di waktu
mendatang. Hal ini terjadi karena prospek yang menjanjikan dari usaha
jagung hibrida, dimana terjadi kecenderungan peningkatan kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
bahan pangan yang menggunakan bahan baku jagung dan bahan pakan
ternak. Kesungguhan petani responden sebagai mitra usaha merupakan
gambaran bahwa petani responden memiliki komitmen yang baik
terhadap bisnis yang dijalankan bersama PT Bisi International Tbk.
c. Adanya kepastian pemasaran
Adanya kepastian pemasaran merupakan variabel kekuatan, karena
variabel inilah yang menjadi alasan keikutsertaan dalam kemitraan
dengan inti. Kepastian pemasaran sekaligus merupakan hak plasma yang
harus selalu diperhatikan, karena tanpa ada pasar yang pasti atas produk
plasma tidak menutup kemungkinan plasma akan bergabung dengan
perusahaan lain.
Hasil penelitian berkaitan dengan adanya kepastian pasar terlihat
dari kepastian perusahaan membeli jagung hibrida sesuai dengan harga
kontrak, harga yang dipakai oleh perusahaan mengikuti harga dipasar
dan inilah yang menjadi kelebihan PT Bisi International Tbk dibanding
perusahaan lain.
d. Adanya kepastian ketersediaan saprodi
Adanya kepastian ketersediaan saprodi merupakan variabel
kekuatan kemitraan, karena pada dasarnya kesulitan petani apabila
mengusahakan jagung hibrida secara mandiri adalah harganya relatif
mahal sementara kebutuhan selalu meningkat terutama kebutuhan
pestisida, benih jagung hibrida, pupuk.
Hasil penelitian mengenai ketersediaan saprodi menunjukkan
bahwa sampai saat ini perusahaan selalu tepat waktu dalam penyediaan
saprodi dan apabila perusahaan telah kehabisan stok misalnya pupuk
maka petani akan diberikan kebebasan untuk membeli di luar
perusahaan. Kebutuhan pestisida dan pupuk oleh petani responden
terpenuhi sesuai kebutuhan saja, karena masing-masing petani responden
berbeda kebutuhannya berdasarkan letak lokasi, iklim, cuaca, suhu,
hama dan phatogen yang menyerang tanaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
e. Adanya kebijakan kerjasama
Adanya kebijakan kerjasama juga merupakan variabel internal
kekuatan kemitraan, dimana perusahaan selalu berusaha memberikan
kontrak kerjasama yang jelas yang disepakati oleh kedua belah pihak,
hanya saja kontrak kerjasama ini ditentukan oleh perusahaan sendiri
walaupun meminta pertimbangan dari petani tetapi tetap kebijakan ada
di perusahaan. Isi kontrak kerjasama antara petani responden dengan PT
Bisi International Tbk terlampir.
f. Sebagai sumber pendapatan utama
Keikutsertaan petani dalam sistem kemitraan didasari atas
keinginan meningkatkan taraf hidup, dimana dengan sistem kemitraan,
petani mendapatkan kepastian usahatani, pasar, informasi dan teknologi
yang tepat dalam mengusahakan taninya dan yang terpenting adalah
sebagai sumber pendapatan keluarga.
Hasil penelitian berkaitan dengan sumber pendapatan utama mitra
usaha menunjukkan bahwa dari 30 petani responden diketahui bahwa
27 petani responden 90,00% menjadikan petani sebagai pekerjaan
utama. Hal ini mencerminkan bahwa usaha petani jagung hibrida
merupakan sumber pendapatan utama.
g. Adanya kemampuan keuangan
Adanya kemampuan keuangan merupakan variabel internal
kekuatan, karena tanpa kemauan dan dukungan modal yang cukup, maka
kemitraan tidak akan berjalan selama perusahaan tidak memberikan
modal untuk keperluan tersebut.
Adanya kemampuan keuangan petani mitra usaha terlihat pada
kemampuan responden membiayai kegiatan usahatani jagung hibrida
secara mandiri. Perusahaan akan memberikan pinjaman hanya kepada
mitra usaha dengan ketentuan hanya berwujud barang
(benih jagung, pupuk dan pestisida).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
2. Identifikasi Faktor Internal Kelemahan.
a. Adanya bias pemahaman antara inti dengan plasma
Perbedaan pemahaman antara inti dengan plasma petani mitra
usaha dengan apa yang diberikan oleh perusahaan merupakan variabel
internal kelemahan sekaligus masalah yang harus diatasi, karena
kemitraan tidak selalu memberikan keuntungan yang seimbang bagi inti
dan plasma. Petani harus menerima apa yang diberikan oleh inti,
meskipun tidak sesuai yang diinginkan, misalnya pada waktu panen dan
hasil panen yaitu jagung hibrida tidak sesuai dengan standar mutu yang
sudah ditetapkan perusahaan.
Adanya bias pemahaman antara inti dan plasma ini terjadi dalam
sistem kemitraan yang dijalankan antara perusahaan dengan petani yaitu
pada waktu panen yang seharusnya hasil panen diserahkan ke
perusahaan tapi ada sebagian petani yang melakukan kecurangan
misalnya mengambil hasil panen untuk kepentingannya sendiri.
c. Kurangnya pemecahan masalah secara keseluruhan
Kurangnya pemecahan masalah secara keseluruhan merupakan
variabel internal kelemahan sistem kemitraan antara PT Bisi
International Tbk dengan petani mitra usaha. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa masalah muncul saat petani responden mengalami
kesulitan mendapatkan pasokan pupuk dari perusahaan. Di dalam isi
kontrak kerjasama perusahaan berkewajiban untuk memberikan pupuk,
tapi sudah beberapa bulan terakhir petani tidak mendapatkan pupuk dari
perusahaan.
Dalam masalah ini perusahaan sudah memberikan solusi dengan
memberikan uang sebagai pengganti pupuk. Petani mitra diberi uang dan
selanjutnya uang tersebut digunakan untuk membeli pupuk, walaupun
petani mitra sudah diberi uang tapi masih mengalami kesulitan yaitu
harga pupuk yang tinggi dan kesulitan mendapatkan pupuk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
d. Pengairan yang masih sulit
Pengairan yang masih sulit merupakan variabel internal kelemahan
sistem kemitraan antara PT Bisi International Tbk dengan petani mitra
usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani jagung mitra usaha
mengalami kesulitan dalam mendapatkan air untuk mengairi sawahnya.
PT Bisi International Tbk hendaknya memperhatikan kesulitan yang
dirasakan petani jagung hibrida mitra usaha, karena mengingat air
memiliki peran yang penting dan mempengaruhi produksi jagung
hibrida.
e. Masih rendahnya SDM petani
Masih rendahnya SDM petani merupakan variabel internal
kelemahan sistem kemitraan. Kurangnya pemahaman dan ketrampilan
petani mitra usaha tentang budidaya jagung hibrida yang benar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada sebagian petani jagung hibrida yang
masih salah dalam menentukkan kapan waktu panen. Misalnya saja pada
saat jagung hibrida yang belum siap untuk dipanen oleh petani mitra
sudah dipanen. Hal ini akan mempengaruhi kualitas jagung hibrida yang
nantinya juga akan berpengaruh terhadap harga beli dari perusahaan.
Kesalahan yang dilakukan petani mitra usaha karena tidak adanya
koordinasi petugas lapang kapan jagung siap untuk dipanen. Petugas
lapang datang pada saat jagung hibrida yang sudah dipanen siap dikemas
dalam karung dan selanjutnya ditimbang.
f. Masih lemahnya kepastian hukum bagi petani
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada kepastian hukum bagi
petani jagung mitra usaha dalam sistem kemitraan. Kepastian hukum bagi
petani mitra usaha meliputi status kerjasama yang lebih terjamin. Dalam
sistem kemitraan apabila salah satu menyalahi kontrak maka pihak satunya
bisa menuntut atau dipidanakan.
Dari penelitian ini PT Bisi International Tbk yang berkewajiban
memberikan pasokan pupuk tapi pada bulan terakhir ini PT Bisi
International Tbk tidak lagi memberikan pasokan pupuk melainkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
menggantinya dengan uang. Hal ini sudah menyalahi kontrak kerjasama
dengan petani tapi petani tidak berani menuntut PT Bisi International Tbk
karena mengingat petani mitra usaha berada posisi yang lemah.
3. Identifikasi Faktor Eksternal Peluang
a. Adanya peluang ketersediaan jumlah sumber daya manusia terampil
Tujuan kemitraan salah satunya adalah meningkatkan kemandirian
mitra. Adanya peluang peningkatan jumlah sumber daya manusia
terampil merupakan variabel eksternal peluang dalam sistem kemitraan
antara PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida mitra
usaha. Hal ini didasarkan oleh tujuan perusahaan untuk meningkatkan
taraf hidup petani dan masyarakat sekitar serta memperkenalkan pada
petani tentang usahatani jagung hibrida dan prospeknya.
Disatu sisi hal ini merupakan kelemahan sistem kemitraan karena
kurangnya pemahaman mitra usaha tentang kebijakan kerjasama yang
dibuat oleh perusahaan, namun disisi lain hal ini bisa menjadi peluang
kemitraan karena melalui sistem ini memungkinkan munculnya tenaga
terampil. Hal ini dibuktikan oleh beberapa petani responden yang
sebelumnya tidak memiliki keahlian usahatani jagung hibrida sama
sekali dan petani bisa berhasil. Dengan berbekal dari bimbingan dari
perusahaan dan belajar pada petani yang sudah berpengalaman.
b. Adanya peluang usaha
Adanya peluang lapangan kerja merupakan variabel eksternal
peluang sistem kemitraan antara PT Bisi International Tbk dengan petani
mitra usaha. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya petani baru yang
menjadi mitra perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan banyaknya mitra baru yang ikut
kemitraan, dari 30 responden terdapat 3 responden tergolong petani baru
yang menjadi mitra perusahaan. Petani yang berusahatani jagung hibrida
sebagian menggunakan tenaga kerja luar, meskipun jumlah tenaga kerja
luar yang mampu diserap oleh usahatani jagung hibrida tidak banyak
yaitu 2-3 orang pada waktu mencabut bunga jagung dan 5-6 orang pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
waktu panen, namun usaha ini bisa menjadi salah satu lapangan
pekerjaan baru bagi tenaga kerja yang tersedia di lokasi sekitar.
c. Kecenderungan permintaan benih jagung hibrida yang semakin banyak
Jumlah permintaan benih jagung hibrida merupakan faktor peluang
eksternal dalam sistem kemitraan antara PT Bisi International Tbk
dengan petani mitra usaha. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya jagung
hibrida yang dihasilkan oleh mitra usaha dengan tidak dibatasinya
jumlah produksi.
Tabel 22. Volume penjualan benih jagung hibrida dari tahun 2005-2009
Tahun Volume penjualan benih jagung (ton)
2005 14.000 2006 14.000 2007 19.000 2008 49.000 2009 69.000
Sumber: PT Bisi International Tbk, 2009
Dari Tabel 22. diatas diketahui volume penjualan jagung hibrida
pada tahun 2005-2006 tidak mengalami perubahan yaitu sebesar 14.000
ton, sedangkan tahun 2006-2009 volume penjualan jagung hibrida
mengalami kenaikkan dari 14.000 ton menjadi 69.000 ton.
Kenaikkan volume penjualan benih jagung hibrida disebabkan
karena para petani jagung yang dulunya menggunakan benih jagung
lokal beralih menggunakan benih jagung hibrida, mengingat benih
jagung hibrida terbukti dapat meningkatkan produktivitas dan memiliki
daya tahan terhadap hama dan penyakit yang lebih tinggi.
Tabel volume penjualan jagung hibrida diatas menunjukkan bahwa
permintaan akan benih jagung hibrida di pasar pertanian yang tengah
berkembang terus meningkat dengan begitu pesat karena jagung
merupakan salah satu bahan penting untuk pakan ternak dan ayam
pedaging.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
d. Kepercayaan petani mitra usaha terhadap produk benih jagung hibrida
Benih yang diproduksi oleh PT Bisi International Tbk memiliki
keunggulan dalam hal kualitas dibanding dengan benih dari perusahaan
lain. Hasil penelitian petani mitra usaha mengungkapkan bahwa benih
jagung hibrida dari PT Bisi International Tbk memiliki kualitas yang
lebih baik dibandingkan dengan benih benih jagung hibrida yang
diproduksi dari perusahaan lain sejenis. Petani responden mengakui,
varietas benih jagung hibrida dari PT Bisi International Tbk merupakan
salah satu yang seringkali ditanam karena tahan terhadap serangan
penyakit bulai.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa benih jagung
hibrida dari PT Bisi International Tbk lebih tahan terhadap penyakit
bulai daripada benih jagung hibrida dari perusahaan lain.
e. Adanya diversifikasi usaha dalam sistem kemitraan
Permintaan akan benih hibrida kepada perusahaan tidak hanya
berupa benih jagung hibrida tetapi juga komoditas lain seperti benih padi
hibrida, benih sayur hibrida, dan benih buah-buahan hibrida. Kondisi ini
diharapkan akan membantu mempertahankan pelaksanaan kegiatan
sistem kemitraan walaupun permintaan benih jagung hibrida kepada
perusahaan menurun. Pemaparan ini menunjukkan adanya peluang
diversifikasi usaha dalam sistem kemitraan yang dapat dikategorikan
dalam peluang.
4. Identifikasi Faktor Eksternal Ancaman
a. Munculnya penyakit tanaman jagung hibrida
Munculnya penyakit merupakan ancaman bagi usahatani jagung
hibrida mitra usaha. Tindakan yang kurang tepat dalam mengatasi
masalah ini akan mengakibatkan berhentinya usahatani mitra usaha
karena kerugian yang harus ditangung sendiri, sehinga kemitraan tidak
lagi dapat berlangsung.
Penyebab penyakit yang sering menyerang tanaman jagung hibrida
milik petani responden adalah penyakit bulai. Menurut Nur Tjahjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
(1989), penyakit bulai (downy mildew) disebabkan oleh cendawan
Sclerospora maidis. Gejala yang ditimbulkan berbeda-beda menurut
umur tanaman jagung yang terserang, yaitu:
a) Tahap paling membahayakan saat tanaman jagung berumur
2-3 minggu. Semua daun menguning, kaku dan meruncing.
Tanaman yang terserang pada tahap ini tidak dapat diharapkan lagi
hasilnya, karena tanaman akan mati.
b) Tanaman yang terserang pada umur 3-5 minggu tidak akan mati,
tetapi hasilnya dapat menurun sampai 50%. Daun yang baru
membuka menguning, pertumbuhan lambat, tongkal hanya berbiji
sedikit, kadang-kadang tongkol yang terbentuk tidak normal.
c) Tanaman yang terserang pada masa generatif (lebih dari lima
minggu), pada daun terdapat garis-garis klorosis. Tanaman yang
terserang pada tahap demikian tidak akan membahayakan, tetapi
akan mengurang produksi jagung hingga 30%.
Beberapa usaha yang telah dilakukan oleh petani responden
berdasarkan petunjuk perusahaan yaitu dengan menyemprotkan
fungisida seperti Ridomil 35 SD atau Saromilgold 350 EC dengan dosis
sesuai dengan aturan dikemasan. Usaha yang dilakukan petani responden
dalam menangani penyakit bulai masih belum berhasil karena ada
sebagian tanaman jagung hibrida masih terkena penyakit bulai. Sampai
saat ini respon perusahaan terhadap penyakit cukup baik, artinya dengan
segera pihak perusahaan memberikan tanggapan atas keluhan petani
responden dan mengupayakan pencegahan penyakit serupa agar tidak
menjadi wabah bagi petani mitra yang lain yang lokasinya berdekatan.
b. Naiknya harga sarana produksi pertanian
Naiknya harga sarana produksi pertanian merupakan ancaman bagi
mitra usaha. Hal ini menyebabkan petani harus menambah biaya untuk
produksi, apabila harga jagung hibrida tetap. Tindakan perusahaan yang
kurang tepat dalam mengatasi hal ini akan mengakibatkan berhentinya
usahatani mitra. Hal ini sering terjadi karena tidak banyaknya stok yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
dimiliki perusahaan dan akibatnya petani harus membeli sendiri, yang
tentunya harganya lebih tinggi dari perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani mitra sering kesulitan
mendapatkan saprodi misalnya pupuk hal ini disebabkan terbatasnya
barang yang dimiliki perusahaan akibatnya petani harus membeli sendiri
pupuk dari luar perusahaan. Hal ini bisa menjadi ancaman eksternal
kemitraan apabila perusahaan tidak segera mengatasi masalah tersebut.
Hal yang perlu dilakukan adalah peningkatan pelayanan perusahaan
terhadap petani mitra usaha dengan memperhatikan apa yang menjadi
kesulitan mitra.
c. Adanya tengkulak
Adanya tengkulak menjadi ancaman bagi petani mitra usaha karena
apabila petani kurang memahami arti kerjasama maka petani akan
menjual sebagian jagung hibrida yang sudah dipanen kepada tengkulak.
Didalam isi perjanjian kontrak kerjasama sudah dijelaskan bahwa
seluruh hasil panen jagung hibrida milik petani harus seluruhnya
diserahkan kepada PT Bisi International Tbk dan apabila petani
diketahui telah menjual hasil panen jagung hibrida selain ke PT Bisi
International Tbk maka petani mitra akan dikenakan sanksi.
Sanksi yang diberikan kepada petani yang melanggar perjanjian
kontrak kerjasama dalam hal ini adalah menjual panen jagung hibrida
kepada tengkulak maka akan dikenakan denda sebesar Rp.5000/kg
tongkol jagung hibrida dan pihak perusahaan akan membawa kasus ini
ke pengadilan.
d. Adanya perusahaan inti agribisnis selain PT Bisi International Tbk
Perusahaan inti agribisnis lain terdiri dari perusahaan penghasil
benih, sarana produksi pertanian dan perusahaan yang
menyelenggarakan kegiatan sistem kemitraan serupa dengan PT Bisi
International Tbk. Berdasarkan data Dinas Pertanian Kediri, perusahaan
yang menyelenggarakan kegiatan serupa adalah Pioneer (Dupont),
Monsanto dan Syngenta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden ada yang pernah
mengikuti sistem kemitran dengan perusahaan lain yang mengusahakan
tanaman sejenis. Petani responden beralih ke PT Bisi International Tbk
karena perusahaan yang menjadi mitra usaha belum memberikan
pelayanan yang sesuai dengan harapan petani.
Bahkan bukan tidak mungkin apabila ada perusahaan yang lain
memberikan tawaran pendapatan yang lebih tinggi maka hal ini akan
menjadi ancaman dalam bermitra. Hal ini terjadi karena orentasi petani
pada besar pendapatan yang diperoleh dari usahataninya, bukan dengan
siapa mereka bermitra. Hal inilah yang mendasari adanya perusahaan
inti agribisnis selain PT Bisi International Tbk sebagai variabel eksternal
ancaman sistem kemitraan.
e. Musim yang tidak menentu
Musim yang tidak menentu merupakan faktor ancaman eksternal
dalam sistem kemitraan antara PT Bisi International Tbk dengan petani
mitra usaha. Ancaman yang dihadapi oleh petani jagung hibrida mitra
usaha berkaitan dengan musim yang tidak menentu adalah gagal tanam
dan gagal panen. Pelayanan yang harus dilakukan oleh PT Bisi
International Tbk adalah memberikan informasi yang jelas pada petani
tentang iklim dan jadwal tanam yang tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
D. Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal
1. Analisis Faktor Internal
Tabel 23. Rekapitulasi faktor internal terboboti
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan 1. Adanya rasa saling membutuhkan
antara inti dengan plasma 0.130
4
0.52 2. Adanya komitmen tehadap bisnis 0.080 3 0.24 3. Adanya kepastian pemasaran 0.116 4 0.46 4. Adanya kepastian ketersediaan
saprodi 0.080
3
0.24 5. Adanya kebijakan kerjasama 0.050 3 0.15 6. Sebagai sumber pendapatan utama
0.116
4
0.46 7. Adanya kemampuan keuangan 0.050 3 0.15 Kelemahan 1. Adanya bias pemahaman antara inti
dengan plasma
0.080
1
0.08 2. Kurangnya pemecahan masalah
secara keseluruhan 0.108
1
0.108 3. Pengairan yang masih sulit
0.080
2
0.16 4. Masih rendahnya SDM petani 0.060 2 0.12 5. Masih lemahnya kepastian hukum
bagi petani 0.050
2
0.10 Jumlah 1.000 2,788
Sumber: Analisis bobot dan rating faktor internal
Dari Tabel. 23 diketahui bahwa faktor internal kekuatan lebih kuat
mempengaruhi sistem kemitraan dibandingkan faktor kelemahan. Terlihat
pada jumlah rating faktor kekuatan yang sangat penting (+4), sedangkan
jumlah rating kelemahan yang sangat penting (+1).
Analisis faktor internal menghasilkan angka 2,788 berarti faktor
kekuatan dan kelemahan didalam sistem kemitraan antara PT Bisi
International Tbk dengan petani responden tergolong rata-rata, artinya tidak
ada faktor yang terlalu kuat dan tidak ada faktor terlalu lemah, sehingga baik
perusahaan maupun petani mitra usaha dapat menjalankan pedoman
kemitraan yang sudah ditetapkan.
Kekuatan yang sangat penting dipengaruhi sistem kemitraan antara
petani responden dan perusahaan adalah rasa saling membutuhkan antara inti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
dengan plasma, adanya kepastian pemasaran dan sebagai sumber pendapatan
petani mitra usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan kekuatan
inilah petani responden tetap komitmen terhadap bisnis yang dilaksanakan
bersama. Kelemahan yang mempengaruhi kemitraan adalah adanya bias
pemahaman antara inti dengan plasma dan kurangnya. pemecahan masalah
secara keseluruhan.
Tabel 24. Rekapitulasi faktor eksternal terboboti
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang
1. Adanya peluang ketersediaan jumlah sumber daya manusia terampil
0.064
2
0.128
2. Adanya lapangan usaha 0.074 2 0.148
3. Kecenderungan jumlah permintaan benih jagung hibrida yang semakin banyak
0.165
3
0.495
4. Kepercayaan petani mitra usaha terhadap produk benih jagung hibrida
0.101
2
0.202
5. Adanya diversifikasi usaha dalam sistem kemitraan
0.101 3 0.303
Ancaman
1. Munculnya penyakit tanaman jagung hibrida
0.137 3 0.411
2. Naiknya harga sarana produksi pertanian
0.101 3 0.303
3. Adanya tengkulak 0.120 3 0.360
4. Adanya perusahaan inti agribisnis selain PT Bisi International Tbk
0.064 2 0.125
5. Musim yang tidak menentu 0.073 2 0.146
Jumlah 1.000 2.621
Sumber: Analisis bobot dan rating faktor eksternal
Dari Tabel 24. Analisis faktor eksternal menghasilkan angka 2,621
berarti faktor peluang dan ancaman didalam sistem kemitraan antara PT Bisi
International Tbk dengan petani responden usaha tergolong rata-rata, artinya
tidak ada faktor yang terlalu kuat dan tidak ada faktor terlalu lemah, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
baik perusahaan maupun petani mitra usaha dapat menjalankan pedoman
kemitraan yang sudah ditetapkan
Peluang yang mempengaruhi dalam sistem kemitraan antara PT Bisi
International Tbk dengan petani mitra usaha adalah adanya jumlah
permintaan benih jagung hibrida yang semakin banyak dan adanya
diversifikasi usaha dalam sistem kemitraan, sedangkan ancaman yang
mempengaruhi dalam sistem kemitraan antara PT Bisi International Tbk
adalah munculnya penyakit tanaman jagung hibrida, naiknya harga sarana
produksi pertanian dan adanya tengkulak.
Perusahaan tetap harus melakuakan antisipasi terhadap kemungkinan
munculnya penyakit baru dan mewabahnya penyakit yang sering menyerang
tanaman mitra usaha seperti bulai. Alternatif usaha lain untuk menghindari
ancaman dengan meningkatkan mutu pelayanan naiknya harga sprodi
hendaknya dapat disesuaikan dengan jagung hibrida karena dikawatirkan
suatu saat muncul perusahaan agribisnis yang lain yang menawarkan
kemudahan dan harga yang lebih tinggi maka akan banyak pula mitra usaha
yang beralih keperusahaan lain. Sedangkan usaha untuk menghindari
ancaman adanya tengkulak dengan kontrol yang lebih intensif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
E. Analisis Penentuan Posisi dan Strategi Sistem Kemitraan
Hasil analisis bobot dan rating faktor internal dan eksternal menghasilkan
nilai msing-masing sebesar 2,788 dan 2,621. posisi dalam matrik Internal-
Eksternal dapat dilihat pada gambar 6. berikut:
IFE Total Weighted Score
EFE Total weighted Score
Kuat 3,00-4,00
Rata-rata 2,00-2,99
lemah 1,00-1,99
Tinggi 3,00-4,00
I Tumbuh dan
bina
II Tumbuh dan bina
III Pertahankan dan pelihara
Sedang 2,00-2,99
IV Tumbuh dan
bina
V Pertahankan dan pelihara
VI Panen atau divestasi
Rendah 1,00-1,99
VII Pertahankan dan pelihara
VIII Panen atau divestasi
IX Panen atau divestasi
Gambar 6. Matrik Internal-Eksternal Sistem Kemitraan Sumber : Analisis hasil pengamatan
Gambar 6. menunjukkan posisi kemitraan antara petani responden
dengan PT Bisi International Tbk, yaitu berada pada sel pertahankan dan
pelihara dengan strategi alternatif yang dapat dikembangkan adalah strategi
pengembangan produk dan strategi penetrasi pasar.
Strategi pengembangan produk dapat dilakukan dengan cara
mengembangkan jenis varietas benih jagung hibrida sesuai dengan keadaan
alam masing-masing wilayah di seluruh Indonesia. Misalnya saja di daerah
Sulawesi, untuk daerah Sulawesi seharusnya menggunakan benih jagung
hibrida yang tahan terhadap kekeringan. Selain daerah Sulawesi, daerah
Medan seharusnya nenggunakan benih jagung hibrida yang tahan terhadap
serangan penyakit busuk tongkol karena serangan penyakit busuk tongkol
untuk daerah Medan sangat tinggi.
Penetrasi pasar dapat dilakukan untuk meningkatkan pangsa pasar
melalui pemasaran yang lebih besar, hal ini dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan mutu hasil produksi dan informasi. Dengan meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
komunikasi dan bimbingan yang lebih intensif dengan harapan petani mitra
usaha akan senantiasa menjaga loyalitas kepada perusahaan dengan berusaha
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi usahataninya, menjalankan
masukan dan himbuan perusahaan guna mengoptimalkan usahataninya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Alternatif strategi yang dapat dikembangkan oleh perusahaan dapat
dilihat pada matrik SWOT berikut:
Kekuatan-S 1. Adanya rasa saling
membutuhkan antara inti dengan plasma
2. Adanya komitmen terhadap bisnis
3. Adanya kepastian pemasaran 4. Adanya kepastian
ketersediaan saprodi 5. Adanya kebijakan kerjasama 6. Sebagai sumber pendapatan
petani mitra usaha 7. Adanya kemampuan
keuangan
Kelemahan-W 1. Adanya bias pemahaman
antara inti dengan plasma 2. Kurangnya pemecahan
masalah secara keseluruhan 3. Pengairan yang sulit 4. Masih rendahnya SDM petani 5. Masih lemahnya kepastian
hukum bagi petani
Peluang-O 1. Adanya peluang peningkatan
jumlah sumber daya manusia trampil
2. Adanya peluang lapangan kerja 3. Adanya jumlah permintaan
benih jagung hibrida yang semakin banyak
4. Kepercayaan petani mitra usaha terhadap produk benih jagung hibrida
5. Adanya diversifikasi usaha dalam sistem kemitraan
Strategi SO 1. Meningkatkan pelayanan
saprodi kepada petani mitra usaha (S4,S5,O1,O3)
2. Memperluas upaya pemasaran produk (S2,S3,O3)
3. Meningkatkan kualitas produk (S1, S5, O4)
4. Menambah produk selain jagung hibrida (S1, S3, S6, O5)
Strategi WO 1. Meningkatkan kemampuan
dan profesionalitas petani mitra usaha dalam memahami arti penting kerjasama (W1,W2,O1,O2)
2. Meningkatkan pelayanan saprodi kepada petani mitra usaha (W2, O3)
3. Menyediakan fasilitas bagi petani (W2, O2)
Ancaman-T 1. Munculnya penyakit 2. Naiknya harga sarana produksi
pertanian 3. Adanya tengkulak 4. Adanya perusahaan inti
agribisnis selain PT Bisi International Tbk
5. Musim yang tidak menentu
Strategi ST 1. Mempertahankan loyalitas
petani mitra usaha terhadap perusahaan melalui pemberian reward dan kontrol mutu (S1,S2,S3,S4,S5,S6,S7,T1,T3, T4)
2. Meningkatkan kualitas produk (S1,S3,T1)
3. Memberikan informasi dan jadwal tanam yang tepat
(S1, T5)
Strategi WT 1. Mengidentifikasi secara tepat
kemungkinan munculnya wabah penyakit (W1,T1)
2. Menerapkan sistem kebijakan yang demokratis (W1, W5, T3)
Gambar 7. Matrik SWOT sistem kemitraan antara PT Bisi International Tbk dengan petani jagung hibrida mitra usaha di Kabupaten Kediri.
Setelah mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang
menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam
kemitraan antara PT Bisi International dengan petani jagung hibrida di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Kabupaten Kediri, maka diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat
dipertimbangkan, antara lain:
a. Strategi S-O
Strategi S-O (Strength-Opportunity) atau strategi kekuatan-
peluang adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk
memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi S-O yang dapat
dirumuskan adalah :
1. Meningkatkan pelayanan saprodi kepada petani mitra usaha
Dalam penelitian diketahui bahwa petani jagung hibrida
mengalami kesulitan dalam mendapatkan saprodi terutama dalam
mendapatkan pupuk dari perusahaan, walaupun perusahaan sudah
memberikan solusi yaitu memberikan uang yaitu memberikan uang
sebesar 20% dari luas lahan yang dipupuk, untuk 1 Ha lahan akan
diberikan uang sebesar Rp 193.000,- untuk pengganti pupuk tapi
tetap saja petani masih mengalami kesulitan.
Dalam hal ini hendaknya perusahaan harus benar-benar
meningkatkan pelayanan saprodi kepada petani mitra usaha karena
pupuk memiliki peranan penting dalam peningkatan produksi
jagung hibrida.
2. Memperluas upaya pemasaran produk
PT Bisi International Tbk dalam memasarkan produk benih
hibrida sudah mencakup seluruh wilayah Indonesia, bahkan sudah
memasuki pasar luar negeri misalnya Malaysia, Thailand dan
Vietnam. Peluang untuk memasuki pasar luar negeri masih terbuka
lebar bagi PT Bisi International Tbk khususnya untuk wilayah
Asia.
3. Meningkatkan kualitas produk
Strategi meningkatkan kualitas produk melalui penetapan
kebijakan standart yang lebih baik ditingkat petani mitra usaha,
dengan adanya kerjasama dari kedua belah pihak. Kebijakan
standart untuk benih jagung hibrida yang digunakan PT Bisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
International Tbk harus dipahami oleh petani mitra usaha agar
petani bisa mengawasi dan mengontrol tanaman miliknya. Petugas
lapang dari PT Bisi International Tbk hendaknya selalu memantau
tanaman petani mitra usaha agar kualitas dari benih jagung hibrida
tetap terjaga.
4. Menambah produk selain jagung hibrida
Menambah produk selain jagung hibrida melalui
pemanfaatan kepastian pasar untuk meningkatkan pendapatan
petani. Permintaan akan benih hibrida kepada perusahaan tidak
hanya berupa benih jagung hibrida tetapi juga komoditas lain
seperti benih padi hibrida, benih sayur hibrida seperti buncis,
kacang panjang dan cabai sedangkan benih buah-buahan hibrida
seperti melon. Kondisi ini diharapkan akan membantu
mempertahankan pelaksanaan kegiatan sistem kemitraan walaupun
permintaan benih jagung hibrida kepada perusahaan menurun.
b. Strategi W-O
Strategi W-O (Weakness-Opportunity) atau strategi kelemahan-
peluang adalah strategi untuk meminimalkan kelemahan yang ada
untuk memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi W-O yang
dapat dirumuskan adalah :
1. Meningkatkan kemampuan dan profesionalitas petani mitra usaha
dalam memahami arti penting kerjasama
Strategi meningkatkan kemampuan dan profesionalitas petani
mitra usaha dalam memahami arti penting kerjasama melalui
penyuluhan dan bimbingan kepada mitra usaha secara merata,
kontinyu dan berkelanjutan dalam memahami arti penting sebuah
kerjasama agar baik perusahaan maupun petani mitra usaha bisa
menjalankan hak dan kewajiban masing-masing sesuai dengan isi
perjanjian kontrak kerjasama antara perusahaan dan petani mitra.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
2. Meningkatkan pelayanan saprodi kepada petani mitra usaha
Dalam penelitian diketahui bahwa petani jagung hibrida
mengalami kesulitan dalam mendapatkan saprodi terutama dalam
mendapatkan pupuk dari perusahaan, walaupun perusahaan sudah
memberikan solusi yaitu memberikan uang sebesar 20% dari luas
lahan yang dipupuk, untuk 1 Ha lahan akan diberikan uang sebesar
Rp 193.000,- untuk pengganti pupuk tapi tetap saja petani masih
mengalami kesulitan.
Dalam hal ini hendaknya perusahaan harus benar-benar
meningkatkan pelayanan dalam menyediakan saprodi kepada
petani mitra usaha karena pupuk memiliki peranan penting dalam
peningkatan produksi jagung hibrida.
3. Menyediakan fasilitas bagi petani
Dalam penelitian diketahui bahwa petani jagung hibrida
mengalami kesulitan dalam mendapatkan air untuk mengairi
sawahnya. Dalam hal ini hendaknya perusahaan membantu petani
mendapatkan air misalnya membangun sumur didekat sawah
petani. Mengingat air memiliki peranan penting dalam produksi
jagung hibrida.
c. Strategi S-T
Strategi S-T (Strength-Threat) atau strategi kekuatan-ancaman
adalah strategi untuk mengoptimalkan kekuatan internal yang dimiliki
dalam menghindari ancaman. Alternatif strategi S-T yang dapat
dirumuskan adalah :
1. Mempertahankan loyalitas petani mitra usaha terhadap perusahaan
melalui pemberian reward dan kontrol mutu
PT Bisi International Tbk harus tetap mempertahankan
loyalitas petani mitra usaha terhadap perusahaan melalui
pemberian reward dan kontrol mutu dengan memperhatikan
kebutuhan petani mitra dalam usahatani jagung habrida. Apabila
petani mitra merasa diperhatikan oleh perusahaan maka sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
kemitraan akan berjalan harmonis dan petani akan mengikuti
semua program kebijakan dari perusahaan.
2. Meningkatkan kualitas produk
Strategi meningkatkan kualitas produk melalui penetapan
kebijakan standart yang lebih baik ditingkat petani mitra usaha,
dengan adanya kerjasama dari kedua belah pihak. Kebijakan
standart untuk benih jagung hibrida yang digunakan PT Bisi
International Tbk harus dipahami oleh petani mitra usaha agar
petani bisa mengawasi dan mengontrol tanaman miliknya. Petugas
lapang dari PT Bisi International Tbk hendaknya selalu memantau
tanaman petani mitra usaha agar kualitas dari benih jagung hibrida
tetap terjaga.
3. Memberikan informasi dan jadwal tanam yang tepat
PT Bisi Internatioanl Tbk harus memberikan informasi dan
jadwal yang tepat kepada petani mitra usaha kapan waktu tanam
yang tepat mengingat sekarang musim yang tidak menentu.
Dengan adanya informasi dan jadwal tanam yang tepat maka
diharapkan bisa mengurangi hal-hal yang bersifat merugikan
seperti gagal panen dan kualitas jagung yang rendah.
d. Strategi W-T
Strategi W-T (Weakness-Threat) atau strategi kelemahan-
ancaman adalah strategi untuk meminimalkan kelemahan internal dan
menghindari ancaman eksternal. Alternatif strategi W-T yang dapat
dirumuskan adalah :
1. Mengidentifikasi secara tepat kemungkinan munculnya wabah
penyakit
Penyakit bulai merupakan salah satu jenis penyakit yang
menyerang tanaman jagung hibrida. Serangan penyakit ini mulai
terjadi pada umur 2 MST. Beberapa faktor yang mandorong
perkembangan penyakit ini adalah suhu yang tinggi mencapai 270C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
dengan kelembaban tinggi. Tanaman yang terserang penyakit
bulai umumnya ditandai dengan daun berwarna putih atau ungu
saat berusia seminggu, karena jamur menyerang pangkal daun
hingga ujung dan berubah warna.
Dalam menangani penyakit yang menyerang tanaman jagung
hibrida perusahaan harus cepat bertindak dengan meminta kepada
petani untuk segera mencabut tanaman jagung hibrida yang terkena
penyakit bulai dan memberikan pestisida. Penyakit ini tidak hanya
akan merugikan petani dan perusahaan tetapi dikhawatirkan
penyakit bulai dapat menyerang tanaman jagung hibrida milik
petani lain yang lahannya berdekatan karena penularan penyakit ini
disebarkan benih spora dengan perantara angin, sehingga penyakit
ini dapat terbawa sampai jauh.
2. Menerapkan sistem kebijakan yang demokratis
Strategi dalam menerapkan sistem kebijakan yang demokratis
yaitu dengan memberi tempat bagi petani mitra usaha untuk
menyampaikan sekaligus mewujudkan gagasan yang bersifat
memajukan sistem kemitraan dan menguntungkan kedua belah
pihak, sehingga diharapkan tidak terjadi perselisihan atau
kecurangan dalam sistem kemitraan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
B. Saran
Melihat kondisi sistem kemitraan yang telah berjalan saai ini, maka
mempertahankan jalinan kerjasama antara PT Bisi International Tbk dengan
petani jagung hibrida mitra usaha di Kabupaten Kediri adalah upaya terbaik.
Implikasi yang dapat yang dapat diberikan pihak peneliti sebagai upaya
mempertahankan sistem kemitraan bagi kedua belah pihak antara lain:
1. Menambah diversifikasi produk komoditas yang diusahakan petani mitra
usaha yaitu komoditas buncis, kacang panjang, cabai, dan melon.
2. PT Bisi International Tbk memberikan fasilitas bagi petani mitra usaha
berupa peralatan pertanian misalnya diesel untuk mengatasi kesulitan
dalam mengairi sawah petani.
3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai sistem kemitraan pola inti-
plasma antara PT Bisi International Tbk di wilayah yang lain untuk
menciptakan sistem kemitraan yang lebih baik.
4. Petani harus lebih memahami arti sebuah kerjasama atau kemitraan agar
tidak terjadi hal-hal yang merugikan pihak perusahaan misalnya
melakukan pencurian jagung hibrida untuk dijual kepada pihak luar selain
PT Bisi International Tbk karena tujuan dari kerjasama sendiri adalah
saling menguntungkan kedua belah pihak.
5. Petani harus lebih mandiri dan berinisiatif untuk mendaftarkan diri sebagai
anggota RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok ) melalui ketua
kelompok tani agar petani lebih mudah dalam mendapatkan pupuk.
Recommended