View
3
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU
PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 19
KOTA JAMBI
SKRIPSI
Oleh :
YULIZA UTMI YATI
NIM. TK 151181
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
2
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN
MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
(SMP) NEGERI 19 KOTA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Stara Satu (S1) dalam
Bidang Ilmu Pendidikan Islam
YULIZA UTMI YATI
NIM. TK 151181
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
3
4
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamin, sembah sujud kepada Allah SWT. Taburan
cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan
ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang
engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Semoga
karya ini dapat bermanfaat dan menjadi amal shaleh bagiku serta menjadi suatu
kebanggan keluarga tercinta. Amin Allahumma Amin...
Sholawat beserta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Lantunan Al-fatihah beriring shalawat dalam salahku merintih, memohon do’a
dalam syukur yang tiada terkira.
Kupersembahkan karya sederhana ini ....
Untuk matahariku, belahan jiwaku, bidadariku, penyemangat hidupku, hormat dan
rasa terima kasih yang tiada terhingga untuk Ibundaku tercinta RISNAWATI
Serta pahlawan hidupku yang mengajarkanku arti sebuah perjuangan, seorang
pahlawan yang tak pernah menampakkan keluh kesahnya dengan penuh kesabaran
dan pengertian yang luar biasa Ayahandaku BUKRANI. Serta terima kasih
kepada saudaraku yang telah memberikan kekuatan, motivasi serta semangat
untukku Abangku Salim Ahdi, Ayukku Remi Elpia dan Dona Sari Aprianti serta
Adikku Edia Marwira yang tersayang. Tak lupa pula terima kasih kepada yang
terkasih Ari yang telah memberikan motivasi dan dukungannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang sederhana ini.
Tak lupa kepada sahabat-sahabatku dan teman-teman seperjuangan
khususnya rekan-rekan Jurusan MPI angkatan 2015 tak tersebutkan satu per satu
yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan semangat yang tidak pernah
berhenti kalian berikan kepadaku terima kasih ku ucapkan.
5
6
ABSTRAK
Nama : Yuliza Utmi Yati
NIM : TK. 151181
Program Studi : Manajemen Pendidikan Islam
Judul : “Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam, Meningkatkan Mutu
Pendidikan (Studi Kasus SMP N 19 Kota Jambi).
Skripsi ini membahas tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Kota Jambi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepemimpinan kepala sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan, mutu pendidikan yang telah dicapai SMP Negeri 19 kota
jambi baik dalam bidang akademik maupun dalam bidang non akademik serta kendala
yang dihadapi dalam meningkatkan mutu pendidikan dan faktor pendukung dan
penghambat dalam pencapaian mutu pendidikan di SMP Negeri 19 kota jambi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif
dengan menggunakan instrumen pengumpulan data berupa metode wawancara, metode
observasi dan metode dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kepemimpinan kepala sekolah yaitu mengikutsertakan seluruh warga sekolah dalam
berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan mutu sekolah, serta menggunakan waktu
belajar secara efektif disekolah dan menerapkan kedisiplinan kepada seluruh warga
sekolah agar dapat melaksanakan program perbaikan sekolah dengan baik.
Kepemimpinan kepala sekolah sebagai pengawas yaitu dengan melakukan kegiatan
supervisi melalui teknik individu dan teknik kelompok secara demokratis dan objektif.
Kepemimpinan kepala sekolah sebagai manajer yaitu kemampuan kepala sekolah dalam
menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkat perencanaan, untuk satu tahun,
dua tahun serta tiga tahun kedepannya dan mampu mengelola sarana dan prasarana yang
ada di sekolah demi terwujudnya kualitas sekolah yang lebih baik.
Selanjutnya yang menjadi faktor pendukung dalam peningkatan mutu pendidikan di SMP
Negeri 19 Kota Jambi yaitu peningkatan kualitas guru, karena guru merupakan
penunjang dan pemberi motivasi yang dapat mengarahkan peserta didik dalam upaya
pencapaian tujuan sekolah. Peserta didik juga sangat dituntun untuk ikut serta dalam
mewujudkan tercapainya mutu pendidikan dengan meningkatkan prestasi, minat, dan
bakat dari peserta didik. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat didalam pencapaian
mutu pendidikan di SMP Negeri 19 Kota Jambi yaitu komitmen para warga sekolah ada
kalanya kendur, hal ini didorong oleh psikologis perorangan, keterbatasan dana, dana
bantuan operasional sekolah porsinya hanya dapat mencapai optimalisasi standar sekolah.
Kata Kunci : Kepemimpina Kepala Sekolah, Mutu Pendidikan
7
8
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
NOTA DINAS................................................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................................. v
PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi
MOTTO ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
ABSTRAK ..................................................................................................... x
ABSTRACT ................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
A. Kajian Teoritik .....................................................................................
1. Kepemimpinan ............................................................................... 9
a. Pentingnya Kepemimpinan Kepala Sekolah ............................. 16
b. Tipe-tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah ............................... 18
c. Indikator Kepemimpinan Kepala Sekolah ............................... 20
d. Sepuluh Kunci Sukses Kepala Sekolah .................................... 22
2. Mutu Pendidikan ............................................................................ 26
3. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ............................................. 31
4. Prinsip-prinsip Mutu Pendidikan .................................................... 33
5. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan ...................................................................................... 35
6. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan ...... 38
B. Studi Relevan ...................................................................................... 40
9
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan
hal yang sangat penting karena pendidikan adalah salah satu penentu mutu
sumber daya manusia. Dimana keunggulan suatu bangsa tidak lagi
ditandai dengan melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada keunggulan
sumber daya manusianya (SDM). Dimana mutu sumber daya manusia
sangat berhubungan positif dengan mutu pendidikan. Mutu pendidikan
membuktikan bahwa suatu keadaan dengan kondisi yang baik, memenuhi
syarat dan segala komponen yang harus terdapat dalam pendidikan.
Komponen-komponen tersebut adalah masukan, proses, keluaran, tenaga
pendidikan, sarana prasarana dan biaya.
Hal ini dipertegas dalam pasal 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Syafaruddin, 2005, ha.l. 27). Jadi,
pendidikan sangat penting untuk mengembangkan potensi manusia serta
dengan pendidikan pula akan menjadikan manusia lebih berkualitas.
Menjadi tenaga kependidikan yang profesional tidak akan terwujud
begitu saja tanpa adanya upaya untuk meningkatkannya, adapun salah satu
cara untuk mewujudkannya adalah dengan mengembangkan
profesionalisme.
Sekolah merupakan suatu lembaga organisasi yang didalamnya
mengatur kegiatan proses pembelajaran dan tergambar bahwa proses
pelaksanaan pendidikan merupakan proses pendewasaan yang melibatkan
kepala sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntun untuk memiliki
2
kinerja yang bagus (Mulyasa, 2013, hal. 25). Negara berdasarkan falsafah
pancasila, Hal ini berarti setiap warga negara yang baik seharusnya
menghayati dan mengamalkan pancasila tersebut, lebih-lebih para
pemimpin pendidikan. Mereka ini memiliki posisi strategi dalam dunia
pendidikan dan didalam masyarakat. Karena itu mereka dituntun untuk
memiliki kepemimpinan yang berdasarkan pancasila, agar sikap dan
kelakuannya mencerminkan moral pancasila (Indrafachrudi, 1983, hal.
24).
Era globalisasi merupakan era persaingan mutu. Oleh karena itu
lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi harus
memperhatikan mutu pendidikan. Lembaga pendidikan berperan dalam
kegiatan jasa pendidikan maupun pengembangan sumber daya manusia
harus memiliki kenggulan-keunggulan yang diprioritaskan dalam lembaga
pendidikan tersebut.
Pendidikan sedang menjadi pusat perhatian semua komponen bangsa
ini. Perubahan mendasar telah dilakukan dengan mengubah konstitusi
Undang-undang sistem pendidikan Nomor 02 tahun 1989 menjadi Nomor
20 tahun 2003, di ikuti peraturan pemerintah Nomor 32 tahun 2013
tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Acuan teknis nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang
sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
indonesia, dengan ruang lingkup terdiri dari delapan standar, meliputi
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan
(Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 Tentang Standar Nasional
Pendidikan). Oleh karena itu, pendidikan harus dikelola dengan
manajemen strategi agar dapat memilih diantara banyak manajemen untuk
menghasilkan suatu manajemen yang baik dalam mencapai mutu
pendidikan dengan kepemimpinan kepala sekolah dapat menentukan
keberhasilan maupun kualitas pendidikan disuatu sekolah.
3
Kepala sekolah bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang dilakukan
disekolah. Karena kepala sekolah adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam
suatu sekolah karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu
organisasi/lembaga sekolah ditentukan oleh kepemimpinan dalam suatu sekolah
tersebut.
Menurut Undang-undang Sikdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal 1 disebutkan
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Didalam proses belajar mengajar berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh
siswa. Sedangkan seorang kepala sekolah yang mempunyai berbagai tugas dan fungsi
yang harus diemban dan dilaksanaknnya dalam rangka terwujudnya sekolah yang
efektif, produktif, mandiri dan akuntabel sedikitnya terdapat sepuluh kunci
kepemimpinan yaitu visi yang utuh,, tanggung jawab, keteladanan, memberdayakan
staf, mendengarkan orang lain, memberikan layanan prima, mengembangkan orang,
memberdayakan sekolah, fokus pada peserta didik, dan manajemen yang
mengutamakan praktik.
Berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas
pendidikan meliputi proses menggerakkan, mempengaruhi, memberikan motivasi dan
mengarahkan orang-orang didalam organisasi/lembaga pendidikan terutama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan
kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu pemimpin
pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional
dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan
bekerja sama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan
pendidikan (Mulyasa, 2013, hal. 40). Dengan keprofesionalan kepala sekolah ini,
pengembangan profesionalisme tenaga kependidikan mudah dilakukan karena sesuai
dengan fungsinya. Tenaga kependidikan profesinalisme tidak hanya menguasai
bidang ilmu, bahan ajar dan metode yang tepat, akan tetapi mampu memotivasi
peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap
dunia pendidikan.
4
Kepala sekolah merupakan salah satu input sekolah yang memiliki tugas dan
fungsi yang sangat berpengaruh terhadap berlansungnya proses persekolahan. Oleh
karena itu, diperlukan kepala sekolah tangguh, yaitu kepala sekolah yang memiliki
nilai-nilai/kompetensi yang mendukung tugas dan fungsinya dalam menjalankan
proses persekolahan.
Faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap mutu pendidikan adalah kepala
sekolah sebagai pemimpin pendidikan. Kepala sekolah merupakan pimpinan tunggal
disekolah yang mempunyai tanggung jawab untuk mengajar dan mempengaruhi
semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pendidikan disekolah untuk bekerja sama
dalam mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan.
Kepala sekolah harus mampu menjadi supervisor (yang mengawasi atau
mengarahkan) tim yang terdiri dari guru, staf dan siswa dalam mewujudkan proses
belajar mengajar yang efektif dan efisien sehingga tercapai produktivitas belajar yang
pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan. Sekolah Menengah Petama
(SMP) Negeri 19 Kota Jambi merupakan salah satu lembaga penyelenggaraan
pendidikan yang memiliki kualitas mutu pendidikan yang sangat baik dengan
memperoleh akreditasi A dan memiliki nuansa alam yang hijau, hadir ditengah-
tengah masyarakat sehingga banyak diminati. Akreditasi ini diperoleh pada masa
kepemimpinan yang sebelumnya. Sedangkan kepemimpinan kepala sekolah yang
sekarang sudah berjalan hampir 3 tahun dengan memperoleh akreditasi A. Hal ini
menunjukkan bahwa SMP Negeri 19 Kota Jambi Memiliki peningkatan pada kualitas
mutu dengan kepemimpinan yang sekarang masih tetap pada akreditasi A.
SMP Negeri 19 Kota Jambi sudah lama berdiri, yang mulai operasionalnya pada
tahun 1989. Dengan kepala sekolah baru bapak Nanang Sunarya yang sekarang
kepemimpinannya sudah berjalan hampir 3 tahun lebih. Kepala sekolah tersebut dapat
mewujudkan sekolah yang berkualitas. Strategi yang terlihat di SMP Negeri 19 Kota
Jambi memaparkan prestasinya kepada masyarakat, siswa-siswinya selalu
diperhitungkan dalam kegiatan lomba ataupun olimpiade, memperoleh juara tingkat
lokal maupun nasional, baik dalam bidang akademik maupun dalam bidang non
akademik. Hal ini tidak terlepas dari binaan dan arahan pimpinan seorang kepala
sekolah sebagai top manager dalam pendidikan.
Berdasarkan studi awal yang telah dilakukan peneliti di SMP Negeri 19 Kota
Jambi, peneliti berasumsi bahwa pendidikan merupakan masalah semua pihak. Maka
pihak SMP Negeri 19 Kota Jambi berusaha seoptimal mungkin dalam
5
memberdayakan dan mengikut sertakan keterlibatan semua pihak dalam kegiatan
yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan sekolah. Hal ini dimaksudkan
agar semua elemen masyarakat dapat ikut serta dalam mensukseskan pendidikan
putera-puterinya dengan mutu yang lebih baik. Karena itu juga, hal ini sebagai bagian
dari respon terhadap kebijakan pemerintah dalam upaya Undang-undang dan
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional yang terkait dengan mengikut sertakan
masyarakat dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu.
Kunci sukses yang harus dimiliki dan sekaligus merupakan daya saing yang
paling efektif adalah kualitas/mutu. Siapapun yang memiliki kualitas maka peluang
untuk dapat menjadi pemenang akan sangat terbuka (Siswanto, 2006, hal. 27).
Berdasarkan beberapa temuan dilapangan, maka penulis tertarik untuk
membahasnya lebih lanjut dengan mengadakan penelitian di SMP Negeri 19 Kota
Jambi dengan mengambil judul “Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri
19 Kota Jambi ”.
B. Fokus Penelitian
Agar pembahasan yang dipaparkan oleh penulis lebih terfokus, maka penulis
membatasi permasalahan yang akan diteliti dan untuk menghindari terwujudnya
kesalahpahaman dari ruang lingkup penelitian serta terbatasnya kemampuan yang
dimiliki penulis, maka penulis lebih memfokuskan penelitian ini pada kepemimpinan
kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan diSekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 19 Kota Jambi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi pokok-pokok
permasalahan, yaitu :
1. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 19 Kota Jambi ?
2. Apa kendala yang dihadapi dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 19 Kota Jambi ?
3. Upaya mengatasi kendala dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 19 Kota Jambi ?
6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka judul ini memiliki
tujuan dan kegunaan, yaitu :
1. Tujuan penelitian
a. Ingin mengetahui kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 19 Kota Jambi.
b. Ingin mengetahui kendala kepemimpinan kepala sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 19 Kota Jambi.
c. Ingin mengetahui upaya mengatasi kendala dalam meningkatkan mutu
pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 19 Kota Jambi.
2. Kegunaan Penelitian
a. Sebagai bahan informasi mengenai kepemimpinan kepala sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 19 Kota Jambi.
b. Sebagai bahan informasi mengenai upaya yang dilakukan kepala sekolah
dalam mengatasi kendala dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 19 Kota Jambi.
c. Sebagai perluasan pengetahuan serta menjadi masukan dalam
mempersiapkan diri terjun kedunia pendidikan.
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak terkait. Manfaat
dalam penelitian ini ditinjau dari segi praktis dan segi teoritis yaitu sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengaplikasikan
teori yang telah dipelajari dibangku kuliah dengan kondisi masyarakat nyata.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini bagi peneliti hasil penelitian ini dapat
memperluas pengetahuan peneliti serta bisa menjadi masukan mahasiswa
manajemen pendidikan islam untuk mempersiapkan diri terjun kedalam
dunia masyarakat. Sedangkan manfaat untuk universitas yaitu untuk
menambah koleksi pustaka dan bahan bacaan bagi mahasiswa manajemen
7
pendidikan islam pada khususnya dan mahasiswa Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada umumnya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Kepemimpinan
Ada banyak definisi mengenai kepemimpinan, tergantung pada perspektif
yang digunakan. Kepemimpinan dapat didefinisikan berdasarkan penerepannya
pada bidang militer, olahraga, bisnis, pendidikan industri, dan bidang-bidang
lainnya. Robbins (1991, ha1. 25) mendefinisikan kepemimpinan sebagai
kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok anggota agar bekerja mencapai
tujuan dan sasaran. Schriesheim (dalam Kreitner dan Kinicki, 1992, hal. 516)
menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial dimana
pemimpinnya mengupayakan partisipasi sukarela para bawahannya dalam usaha
mencapai tujuan organisasi. Gibson (1991, hal. 364) juga mengemukakan
definisi kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi motivasi atau
kompetensi individu-individu lainnya dalam suatu kelompok.
Ketiga definisi tersebut hanyalah sebagian dari definisi yang ada.
Sedangkan dalam kaitannya dengan Total Quality Management (TQM), definisi
yang diberikan oleh Goetsch dan Davis (1994, hal. 192) adalah bahwa
kepemimpinan merupakan kemampuan untuk membangkitkan semangat orang
lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab total terhadap usaha mencapai
tujuan organisasi. Ada lima Pilar utama dalam Total Quality Management
(TQM) untuk menggerakkan suatu organisasi, yaitu produk yang dihasilakan,
proses yang dilakukan dalam menghasilkan produk, kemudian organisasi
digerakkan oleh seorang pemimpin, serta adanya komitmen diantara para
pemimpin didalam suatu organisasi (Nasution, 2010, hal. 200).
Secara terminologi pengertian kepemimpinan adalah perihal pemimpin
atau memimpin artinya orang yang memimpin (Asito, 1999, hal. 287),
kepemimpinan itu bersifat universal, berlaku dan dapat berbagai bidang kegiatan
hidup manusia. Oleh karena itu, sebelum dibahas pengertian kepemimpinan yang
menjurus pada bidang pendidikan, maka perlu dipahami dahulu pengertian
kepemimpinan yang bersifat universal dalam hal ini para ahli yang berusaha
memberikan definisi kepemimpinan. Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi
9
manajemen merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan suatu
organisasi. Suatu kepemimpinan harus mampu menghadapi berbagai macam
faktor seperti: struktur, kekuasaan, dan kondisi keadaan lingkungan
organisasinya. Dengan sebaliknya kepemimpinan juga harus bisa menyelesaikan
berbagai persoalan yang berhubungan dengan organisasinya (Sumidjo, 2010, hal.
15).
Kepemimpinan pendidikan berkaitan dengan masalah kepala sekolah
dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif
dengan para guru dalam kondisi yang efektif. Dalam hal ini, diperlukan kepala
sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa
persahabatan, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai
individu maupun sebagai kelompok. Perilaku kepala sekolah yang positif dapat
mendorong, mengarahkan, memotivasi seluruh warga sekolah untuk bekerja
sama dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah.
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan upaya yang dilakukan dan
hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam mewujudkan tujuan
pendidikan secara efektif, efisien dan produktif. Oleh karena itu kepala sekolah
memiliki posisi yang sangat penting dalam menggerakkan manajemen sekolah
agar dapat berjalan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan
kebutuhan zaman (Mulyasa, 2013, hal. 7).
Kepala sekolah sebagai pucuk kepemimpinan kependidikan, mengajak
kerja sama semua pihak baik orang tua siswa, warga sekolah, masyarakat,
instansi swasta maupun pemerintah. Dalam peningkatan mutu pendidikan
diberikan untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi belajar sebagai
peningkatan mutu pendidikan untuk membangun diri bagi semua warga sekolah
untuk disiplin dan saling memotivasi adanya usaha untuk meningkatkan sarana
dan prasarana sebagai pendukung kegiatan belajar mengajar. Keberadaan kepala
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah usaha-usaha dalam bentuk
kebijakan yang dilakukan kepala sekolah dan didukung pihak lain yang berkaitan
dalam mengupayakan meningkatkan mutu pada kualitas dan kualitas siswa yang
melakukan pembelajaran pada lembaga pendidikan. Adapun standarisasi mutu
pendidikan dapat dilihat dari jumlah kelulusan siswa dan nilai yang diperoleh
siswa serta pendayagunaan siswa dilingkungan masyarakat baik itu pada
10
lapangan pekerjaan maupun diterimanya siswa pada lembaga pendidikan
lanjutan.
Keberhasilan seorang kepala sekolah dalam mengelola sekolah,
ditentukan oleh dua faktor, yaitu : (1) kemampuan inovasi kepala sekola, yaitu
keberanian melakukan sesuatu yang baru, mengidentifikasi berbagai kebutuhan
dan memanfaatkanpeluang yang terbuka bagi pencapaian suatu sekolah, (2)
tingkat efisiensi dan efektivitas yang dapat dicapai dalam gerak organisasi
sekolah yang dipimpinnya (Mukhtar, 2003, hal. 77). Adapun karakteristik yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu :
1) Tanggung jawab seimbang
Keseimbangan disini adalah antara tanggung jawab dengan pekerjaan
yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang yang harus
menyelesaikan pekerjaan tersebut.
2) Model peranan yang positif
Peranan adalah tanggung jawab, perilaku, dan sifat yang diharapkan
dari seseorang yang memiliki posisi khusus tertentu. Oleh karena itu,
seorang pemimpin yang baik harus dapat dijadikan panutan dan
contoh oleh bawahannya. Jika mereka melakukan apa yang
diharapkan dari karyawannya untuk tepat waktu, maka pemimpin
tersebut harus bersikap tepat waktu dalam memenuhi janji atau
melaksanakan tugasnya.
3) Memiliki keterampilan komunikasi yang baik
Pemimpin yang baik harus berani menyampaikan ide-idenya secara
ringkas dan jelas serta dengan cara yang tepat.
4) Memiliki pengaruh positif
Pemimpin yang baik memiliki pengaruh tehadap karyawannya dan
menggunakan pengaruh tersebut untuk hal-hal yang positif. Pengaruh
adalah seni menggunakan kekuasaan untuk menggerakkan atau
mengubah pandangan orang lain kearah suatu tujuan atau sudut
pandang Mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang lain.
5) Mempunyak kemampuan untuk meyakinkan orang lain (persuasif)
Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dapat menggunakan
keterampilan komunikasi dan pengaruhnya untuk meyakinkan orang
11
lain terhadap sudut pandangnya serta mengarahkan mereka pada
tanggung jawab total terjadap sudut pandang tersebut.
Selain memiliki karakteristik sebagaimana telah dijelaskan diatas,
seorang pemimpim yang baik harus dapat memainkan peranan penting dalam
melakukan tiga hal berikut :
a) Mengatasi penolakan terhadap penolakan
Orang-orang yang memiliki posisi manajemen sering kali berusaha
megatasi hal ini dengan menggunakan kekuasaan dan kendali. Akan
tetapi, pemimpin mengatasi penolakan dengan menciftakan komitmen
total secara sukarela terhadap tujuan dan nilai-nilai bersama.
b) Mengatasi kebutuhan kelompok-kelompok didalam, diluar ruangan
Bila terjadi konflik kepentingan antara perusahaan dengan salah satu
pemasoknya, maka pemimpin harus dapat menemukan cara
mengatasinya tanpa merugikan salah satu pihak.
c) Membentuk kerangka etis yang menjadi dasar kegiatan setiap
karyawan dan perusahaan secara keseluruhan
Kerangka etis ini dapat diwujudkan dengan cara memberikan contoh
perilaku yang etis , memilih orang-orang yang berperilaku etis
sebagai anggota tim, mengkomunikasikan tujuan organisasi,
memperkuat perilaku yang sesuai didalam dan diluar organisasi, serta
menyampaikan posisi-posisi yang etis secara internal dan eksternal
(Bennis dan Nanus 1985, hal. 184-186).
Seorang kepala sekolah juga harus memiliki Kompetensi
kepemimpinan untuk memimpin lembaga pendidikan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan yang efektif. Sebagaimana yang tertulis dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2017 tentang standar kepala sekolah/madrasah, yaitu :
12
Tabel 2.1 Standar Kepala Sekolah
Dimensi
Kompetensi
Kompetensi
1. Kepribadian
Berakhlak mulia, mengembangkan
budaya dan tradisi akhlak mulia bagi
komunitas sekolah/madrasah.
Memiliki integrasi kepribadian sebagai
pemimpin.
Memiliki keinginan yang kuat dalam
pengembangan diri.
Bersikap terbuka dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsi.
Mengendalikan diri dalam menghadapi
masalah pekerjaan sebagai kepala
sekolah/madrasah.
Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai
pemimpin pendidikan.
2. Manajerial Menyusun perencanaan sekolah/madrasah
untuk berbagai tingkat perencanaan.
Mengembangkan organisasi
sekolah/madrasah sesuai dengan
kebutuhan.
Dalam rangka pendayagunaan sumber
daya sekolah/madrasah secara optimal.
Mengelola perubahan dan pembangunan
sekolah/madrasah menuju organisasi
pelajar yang efektif.
dan peserta didik.
Mengelola guru dan staf dalam rangka
pendayagunaan secara optimal.
13
Menciftakan budaya dan iklim
sekolah/madrasah yang kondusif dan
menciftakan budaya dan iklim sekolah
yang kondusif dan inovatif bagi pelajar
Mengelola sarana dan prasarana sekolah
dalam rangka pendayagunaan secara
optimal.
Mengelola hubungan sekolah dan
masyarakat dalam rangka pencarian
dukungan ide, sumber belajar, dan
pembiayaan sekolah.
Mengelola peserta didik dalam rangka
penerimaan peserta didik baru, dan
penempatan pengembangan kapasitas
peserta didik.
Mengelola pengembangan kurikulum,
keuangan sekolah, ketatausahaan dan
mengelola unit layanan khusus sekolah.
Mengelola sistem informasi sekolah dalam
mendukung penyusunan program dan
pengambilan keputusan.
Memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi bagi peningkatan pembelajaran
dan manajemen sekolah.
Melakukan monitoring, evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan program kegiatan
sekolah dengan prosedur yang tetap serta
merencanakan tindak lanjutnya.
14
3. Kewirausahaan Menciftakan informasi yang berguna bagi
pengembangan sekolah/madrasah.
Bekerja keras untuk mencapai
keberhasilan sekolah/madrasah.
Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses
dalam melaksanakn tugas pokok dan
fungsinya sebagai pemimpin sekolah.
Pantang menyerah dan selalu mencari
solusi terbaik dalam menghadapi kendala
yang dihadapi sekolah.
Memiliki naluri kewirausahaan dalam
mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah
sebagai sumber belajar peserta didik.
4. Supervisi Merancang program supervisi akademik
dalam rangka profesionalisme guru.
Melaksanakan supervisi akademik
terhadap guru dengan menggunakan
pendekatan dan teknik supervisi yang
tepat.
Menindak lanjuti hasil supervisi terhadap
guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
5. Sosial Bekerja sama dengan pihak lain untuk
kepentingan sekolah.
Berpartisipasi dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan.
15
2. Pentingnya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan pendidikan berkaitan dengan masalah kepala
sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan
pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang
kondusif. Dalam hal ini, perilaku kepala sekolah harus dapat
mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat,
dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai
individu maupun sebagai kelompok. Perilaku instrumental kepala
sekolah merupakan tugas-tugas yang diorientasikan dan secara
lansung diklarifikasi dalam peranan dan tugas-tugas para guru,
sebagai individu dan sebagai kelompok. Perilaku kepala sekolah yang
positif dapat mendorong, mengarahkan, dan memotivasi seluruh
warga sekolah untuk bekerja sama dalam mewujudkan visi, misi, dan
tujuan sekolah.
Kinerja kepemimpinan kepala sekolah merupakan upaya yang
dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam
mengimplementasikan manajemen sekolah untuk mewujudkan tujuan
pendidikan efektif, efisien, produktif, dan akuntabel. Oleh karena itu,
kepala sekolah memiliki posisi yang sangat penting dalam
menggerakkan manajemen sekolah agar dapat berjalan sesuai dengan
tuntutan masyarakat dan perkembangan kebutuhan zaman, khususnya
kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan seni.
Pentingnya kepemimpinan kepala ini perlu lebih ditekankan lagi,
terutama dalam kaitannya dengan kabijakan otonomi daerah dan
desentralisasi pendidikan. Dalam desentralisasi pendidikan yang
menekankan pada manajemen berbasis sekolah, kepala sekolah
memiliki otonomi yang tinggi dalam memajukan dan
mengembangkan sekolahnya. Meskipun demikian, tidak sedikit
kepala sekolah yang kebingungan, karena tidak memahami visi dan
16
misinya, apalagi jika pemerintah daerah yang menjadi raja-raja kecil
didaerah sering mengintervensi urusan sekolah. Oleh karena itu,
dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan,
diperlukan pemimpin-pemimpin yang mengerti, dan memahami
pendidikan secara utuh dan menyeluruh, serta memiliki kepedulian
dan komitmen yang tinggi untuk mewujudkan pendidikan yang
berkualitas didaerahnya.
Dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan, para
pejabat daerah harus paham tentang pentingnya kepemimpinan
kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan tingkat sekolah yang
memiliki peran penting dalam mewujudkan sekolah efektif, dan
pembelajaran yang berkualitas. Kepemimpinan kepala sekolah yang
efektif antara lain dapat dianalisis berdasarkan kriteria berikut ini :
a. Mampu memberdayakan pendidik dan tenaga kependidikan
dan seluruh warga sekolah lainnya untuk mewujudkan
proses pembelajaran yang berkualitas, lancar, dan
produktif.
b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan secara tepat
waktu dan epat sasaran
c. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan
masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif
dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah.
d. Mampu menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai
dengan tingkat kedewasaan pendidik dan tenaga
kependidikan lain disekolah
e. Dapat bekerja secara kolaboratif dengan tim manajemen
sekolah
f. Dapat mewujudakan tujuan sekolah secara efektif, efisien,
produktif, dan akuntabel sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan (Mulyasa, 2013, hal. 17-18).
17
3. Tipe-tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah
1) Tipe Pemimpin Otokratik
Otokratis berasal dari kata “oto” yang berarti sendiri dan “kratos”
yang berarti memerintahkan dan menentukan sendiri. Adapun
ciri-ciri dari pemimpin otokratis antara lain : menganggap
bawahan sebagai alat semata-mata, tidak mau menerima kritik,
saran atau pendapat, menganggap organisasi sebagai milik pribadi
(Siagian, 2004, hal. 34).
2) Tipe Laissez Faire
Tipe laissez faire bentuk kepemimpinan ini merupakan kabaikan
dari bentuk kepemimpinan otoriter. Kepemimpinan ini pada
dasarnya tidak melaksanakan kegiatan dengan cara apapun
contohnya tidak berpartisipasi sama sekali dan komentar yang
tidak konsisten atas aktivitas anggota dan ia tidak berusaha sama
sekali untuk menilai atau mengatur kejadian-kejadian (Winardi,
1997, hal. 105). Kepemimpinan ini pada dasarnya kurang tepat
bila dilaksanakan secara murni dilingkungan lembaga pendidikan
karena dalam hal ini setiap anggota kelompok bergerak sendiri-
sendiri sehingga semua aspek manajemen administrasi tidak dapat
diwujudkan dan dikembangkan.
3) Tipe Demokratis
Kepemimpinan demokratis adalah yang aktif, dinas, dan terarah
yang berusaha memanfaatkan setiap orang untuk kepentingan
kemajuan dan perkembangan organisasi. Saran, kritik, dan
pendapat-pendapat setiap anggota disalurkan dengan sebaik-
baiknya dan diusahakan memanfaatkannya bagi pertumbuhan dan
kemajuan organisasi sebagai perwujudan tanggung jawab
bersama. Pemimpin yang demokratis memiliki sifat antara lain :
a) Dalam menggerakkan bawahan bertitik tolak dari pendapat
bawahan manusia itu makhluk yang mulia
18
b) Selalu berusaha menyinkronkan kepentingan dan tujuan
organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi bawahan
c) Senang menerima saran, pendapat, dan kritik dari bawahan.
d) Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan dan
membimbingnya
e) Mengutamakn kerja sama untuk mencapai tujuan
f) Mengusahakan agar bawahan dapat lebih suskes dari pada
dirinya
g) Selalu mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai
pemimpin (Siagian, 2004, hal. 36).
4. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan adalah bagian dari tugas utama yang
dilaksanakan. Tetapi untuk merumuskan apa yang dimaksudkan
dengan fungi kepemimpinan adalah sulit, sama sulitnya memberikan
definisi tentang kepemimpinan itu sendiri. Kesulitan itu terjadi sebab
kepemimpinan menarik perhatian para pakar untuk menelitinya,
sehingga melahirkan penelitian kepemimpinan yang berbeda-beda
(Wahyosumidjo, 2010, hal. 39).
Kepala sekolah sebagai komponen utama dalam pendidikan harus
mengetahui tugas dan fungsi kepala sekolah. Diantaranya, tugas
utama kepala sekolah adalah sebagai berikut :
a) Memimpin dan mengatur situasi, mengendalikan kegiatan
kelompok organisasi atau lembaga, dan menjadi juru bicara
kelompok.
b) Meyakinkan orang lain tentang perlunya perubahan menuju
kondisi yang lebih baik.
c) Mengingatkan tujuan akhir dari perubahan.
d) Membantu kelancaran proses perubahan, khususnya
menyelesaikan masalah dan membina hubungan antar pihak
yang berkaitan.
19
e) Menghubungkan orang dengan sumber dana yang diperlukan.
Adapun fungsi kepala sekolah sebagai seorang pemimpin
adalah memperhatikan dan mempraktikan fungsi kepemimpinan
kehidupan sekolah, yaitu sebagai berikut :
a) Memperlakukan semua bawahannya dengan cara yang sama
sehingga tidak terjadi salah paham. Sebaliknya, dapat
meningkatkan kebersamaan diantara mereka yaitu staf, guru
dan para siswa.
b) Bertanggung jawab untuk memenuhi atau menyediakan
dukungan yang diperlukan oleh para guru, staf dan siswa baik
berupa dana, peralatan, waktu maupun suasana yang
mendukung.
c) Mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat para
guru, staf dan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
d) Menciftakan rasa aman didalam sekolah
e) Memberikan penghargaan dan pengakuan pada setiap
bawahannya yang dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk
seperti kenaikan pangkat, fasilitas, kesempatan mengikuti
pendidikan dan sebagainya (Hasan Bisri, 2014, hal. 43-44).
Dalam memberdayakan masyarakat dan lingkunga
sekitar, kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan yang harus
menaruh perhatian tentang apa yang tentang apa yang terjadi pada
peserta didik disekolah dan apa yang dipikirkan orang tua dan
masyarakat tentang sekolah. Kepala sekolah dituntun untuk
senantiasa berusaha membina dan mengembangkan hbungan kerja
sama yang baik antara sekolah dan masyarakat guna mewujudkan
sekolah yang efektif dan efisien. Hubungan yang harmonis ini
akan membentuk saling pengertian antara sekolah, orang tua,
masyarakat, saling membantu antara sekolah dan masyarakat
20
karena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-
masing serta kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai
pihak yang ada dimasyrakat dan mereka merasa ikut bertanggung
jawab atas suksesnya pendidikan disekolah.
Kepala sekolah profesional tidak saja dituntun untuk
melaksanakan berbagai tugasnya disekolah, tetapi ia juga harus
mampu menjalin hubungan kerja sama dengan masyarakat dalam
rangka membina pribadi peserta didik secara optimal (Mulyasa,
2005, hal. 187).
5. Indikator Kepemimpinan Kepala Sekolah Efektif
Sekolah merupakan organisasi jasa yang tujuannya adalah
melahirkan generasi yang mandiri dan siap terjun ditengah-tengah
lingkungan sosial masyarakat. Tujuan mulia tersebut akan tercapai
ketika adanya kerjasama yang baik dari segala unsur dan elemen
sekolah. Keberhasilan sekolah dalam memberdayakan segala unsur
dan elemen yang ada dipengaruhi oleh seorang pemimpin disekolah
yakni kepala sekolah. Keberhasilan kepala sekolah adalah
keberhasilan bawahan (guru, staf, kebersihan, satpam dan lain-lain)
dan keberhasilan bawahan adalah keberhasilan kepala sekolah.
Kepala sekolah yang efektif sedikitnya harus mengetahui,
menyadari, dan memahami tiga hal : (1) mengapa pendidikan yang
berkualitas diperlukan disekolah (2) apa yang harus dilakukan untuk
meningkatkan mutu dan produktivitas sekolah (3) bagaimana
mengelola sekolah secara efektif untuk mencapai prestasi yang tinggi.
Kemampuan menjawab ketiga pertanyaan tersebut dapat dijadikan
tolak ukur sebagai standar kelayakan apakah seseorang dapat menjadi
kepala sekolah yang efektif atau tidak.
Indikator kepala sekolah efektif secara umum dapat diamati dari
tiga hal pokok sebagai berikut : (1) komitmen terhadap visi sekolah
dalam menjalankan tugas dan fungsinya (2) menjadikan visi sekolah
21
sebagai pedoman dalam mengelola dan memimpin sekolah (3)
senantiaasa memfokuskan kegiatannya terhadap pembelajaran dan
kinerja guru dikelas (Wahyudi, 2009, hal. 9).
Proses kepemimpinan kepala sekolah berkaitan dengan gaya
kepemimpinan yang diguanakannya. Dari berbagai gaya
kepemimpinan kepala sekolah, gaya kepemimpinan situasional
cenderung lebih fleksibel dalam kondisi operasional sekolah. Gaya
kepemimpinan situasional berangkat dari anggapan bahwa tidak ada
gaya kepemimpinan kepala sekolah yang terbaik, melainkan
bergantung pada situasi dan kondisi sekolah. Situasi dan kondisi
tersebut antara lain meliputi tingkat kematangan guru dan staf, yang
dapat dilihat dari dua dimensi, yakni dimensi kemampuan (kesadaran
dan pemahaman) dan dimensi kemauan (tanggung jawab, kepedulian,
dan komitmen).
6. Sepuluh kunci sukses kepemimpinan kepala sekolah
Kepemimpinan kepala sekolah berkaitan dengan berbagai tugas
dan fungsi yang harus diembankan dalam mewujudkan sekolah
efektif, produktif, mandiri, dan akuntabel. Dari berbagaia tugas dan
fungsi kepala sekolah yang harus diembannya dalam
mengembangkan sekolah secara efektif, efisien, produktif dan
akuntabel. Sedikitnya terdapat sepuluh kunci kepemimpinan
(Mulyasa, 2013, hal. 28), yaitu :
a) Visi yang utuh
Visi merupakan impian/harapan yang ingin dicapai oleh
warga sekolah. Visi sekolah dijadikan sebagai cita-cita
bersama warga sekolah dan segenap pihak yang
berkepentingan pada masa yang akan datang, mampu
memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga
sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan. Visi sekolah
dirumuskan berdasarkan masukan dari berbagai warga
22
sekolah dan pihak-pihak yang berkepentingan. Karakteristik
kepala sekolah yang memiliki visi yang utuh dapat
diidentifikasi berniat ibadah dalam melaksanakan tugasnya,
beragama dan taat melaksanakn ajarannya, berniat baik
sebagai kepala sekolah, berlaku adil dalam memecahkan
masalah, bersikap rendah hati, berhasrat untuk memajukan
sekolah, bertanggung jawab terhadap segala ucapan dan
perbuatannya, tidak terlalu berambisi terhadap imbalan
materi dari hasil pekerjaannya.
b) Tanggung Jawab
Salah satu sifat yang dapat memperkuat keyakinan kepala
sekolah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya adalah
merasa dirinya diamanahi kepemimpinan dan harus
bertanggung jawab. Hal ini memberikan kontribusi keyakinan
dan keimanan akan kemampuan, dan menciftakan wibawa
dalam diri bawahannya. Hal ini juga sekaligus dapat
memberantas kelemahan bawahan, dan menumbuhkan rasa
percaya diri para tenaga kependidikan dalam melaksanakan
tugas, dan meningkatkan kinerjanya. Rasa percaya diri
merupakan perekat dalam bertindak sesuatu, dengan percaya
diri seseorang bisa berkomunikasi dengan baik dan bagi
kepala sekolah rasa percaya diri ini merupakan salah satu
dasar dalam memimpin suatu sekolah. Tanggung jawab
merupakan beban yang harus dipikul dan melekat pada
seorang kepala sekolah. Segala tindakan yang dilakukan oleh
semua staf sekolah merupakan tanggung jawab kepala
sekolah. Memikul tanggung jawab adalah kewajiban seorang
pemimpin dalam berbagai situasi dan kondisi.
c) Keteladanan
Keteladanan merupakan dimensi yang tidak kalah pentingnya
dalam kepemimpinan kepala sekolah. Melalui pembinaan
23
yang intensif hendaknya masalah keteladanan ini selalu
diingatkan. Kelakuan kepala sekolah selalu menjadi contoh
yang baik bagi bawahannya akan menjadi salah satu modal
utama bagi terlaksananya manajemen sekolah yang efektif.
Perilaku keteladanan kepala sekolah bisa ditunjukkan dengan
selalu menghargai bawahan baik guru maupun siswanya.
Penghargaan tidak hanya ditunjukkan dengan materi tetapi
bisa dilakukan dengan ungkapan-ungkapan yang
menyenangkan.
d) Memberdayakan staf
Memberdayakan staf sudah merupakan suatu hal yang sangat
diperlukan dalam siste pendidikan dimana peranan staf
sangan signifikan dalam sistem pendataan yang harus serba
ontime atau tepat waktu.
e) Mendengarkan orang lain
Menjadi pendengar yang baik adalah salah satu syarat mutlak
yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin tidak terkecuali
seorang kepala sekolah untuk bisa memiliki pengaruh
terhadap guru dan warga sekolah lainnya. Ada beberapa
alasan mengapa kepala sekolah harus menjadi pendengar
yang baik yaitu membangun kepercayaan, dukungan,
menjadikan sesuatu terlaksana, dan mempermudah
mendapatkan informasi.
f) Memberikan layanan prima
Beberapa upaya kepala sekolah dalam memberikan
pelayanan prima yaitu disiplin kehadiran guru, sikap ramah
guru, memberikan penghargaan/pujian yang wajar, bersikap
ramah dan kooperatif dengan masyrakat dan orang tua,
menjaga keharmonisan dengan instansi, melakukan perbaikan
secara berkesinambungan dengan memperbaiki layanan yang
kurang memuaskan.
24
g) Mengembangkan orang
Dalam mengoptimalkan sumber daya manusia (SDM)
disekolah, perlu diupayakan agar setiap tenaga kependidikan
yang ada, baik guru maupun tenaga administrasi, dapat
mengembangkan kemampuan dan kariernya secara optimal.
Hal ini memberi dampak terhadap mutu layanan yang
diberika, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan muru
pembelajaran.
h) Memberdayakan sekolah
Pemberdayaan merupakan cara yang efektif untuk
mendapatkan kinerja terbaik dari staf atau pihak yang dibina.
Pemberdayaan lebih dari sekedar pendelegasian tugas dan
kewenangan tetapi juga pelimpahan proses pengembangan
keputusan dan tanggung jawab secara penuh (Stewart, 1998,
hal. 34). Cara memberdayakan sekolah yaitu bentuk
pemberdayaan yang disarankan adalah kerja sama. Kepala
sekolah akan dapat menumbuhakan budaya pemberdayaan
disekolah perlu ada dua hal yaitu kepercayaan dan
keterbukaan.
i) Fokus pada peserta didik
Kebutuhan utama yang harus dipenuhi oleh kepala sekolah
adalah bahwa peserta didik harus belajar secara optimal.
Perhatian pada peserta didik juga termasuk bagaimana
memperhatikan motivasi belajar mereka. Layanan peserta
didik harus juga diarahkan pada tersedianya sarana dan
prasarana sekolah serta melakukan kerja sama dengan
lembaga pendidikan yang lebih tinggi akan menberikan
manfaat yang besar dalam rangka mengembangkan semua
potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
j) Manajemen yang mengutamakan praktik
25
Seorang kepala sekolah harus pandai berteori dan
mempraktikkan gagasan tersebut dalam tindakan nyata.
Praktik adalah tindakan nyata seorang kepala sekolah dalam
melaksanakan kepemimpinannya.
Selain itu menurut Marshal dan Molly (2012, hal. 96)
terdapat lima prinsip kepemimpinan manajemen yang terkandung
dalam rukun islam, yaitu :
a) Rukun Islam ke-1 (Syahadat) Prinsip Visioner
Yang bisa dimaknai dari syahadat dalam kepemimpinan, “Saya
bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad
utusan Allah” sebenarnya memiliki makna yang sangat dalam.
Pernyataan tersebut merupakan sebuah life mission statement,
sebuah pernyataan misi hidup dimana kita berkomitmen akan
terus menjadi hamba Allah dan pengikut Nabi yang setia. Bagi
mereka yang memaknai prinsip ini, tentunya akan memiliki
sebuah pandangan dimana segala aktivitas harus dikaitkan
dengan sebuh visi besar keberhasilan saat pulang kehadapan
Tuhan. Hal ini akan membawa seseorang untuk senantiasa
memuliakan Tuhan dalam setiap aktivitasnya. Sama seperti
pemimpin, maka setiap pemimpin harus memiliki mission
statement yang jelas, visi yang jelas, kemana dia akan
membawa orang yang dipimpinnya.
b) Rukun Islam ke-2 (Shalat) Prinsip Disiplin
Banyak orang shalat sebagai rutinitas, tanpa memaknai secara
mendalam, apa makna yang terkandung dalam shalat bukan
hanya sekedar doa yang baik, gerakan yang menyehatkan,
sehingga mampu menghindarkan kita dari perbuatan yang
buruk. Shalat melatih kita untuk menjadi pribadi yang disiplin,
apabila kita mengikuti aturan mainnya dengan baik. Itulah
mengapa shalat telah memiliki waktu yang sudah ditentukan.
26
Shalat dalam kepemimpinan ibarat sebuah meeting. Ini
adalah meeting yang istimewa, yaitu meeting lansung dengan
allah. Saat adzan memanggil akan terlihat mana orang yang
memang disiplin untuk segera memnuhi panggilan tersebutatau
mana yang suka menunda-nunda. Shalat melatih kita untuk
tepat waktu dan menepati janji, shalat tidak hanya bermakna
secara vertikal kepada tuhan. Namun juga berdampak
terhadap hubungan kita sesama manusia.
c) Rukun Islam ke-3 (Puasa) Prinsip Integritas
Berbicara bulan ramadhan, semua muslim diwajibkan untuk
berpuasa. Makna berpuasa bagi seorang pemimpin tidak lain
mengajarkan untuk memiliki integritas yang tinggi. Ketika kita
sedang berpuasa hanya kita dan tuhanlah yang tau puasa
membuat kita baik, baik dilihat orang atau tidak tetap
melaksanakan apa yang diperintahkan dengan teguh.
Karakter kepemimpinan seperti itu pula yang diharapkan
dalam islam. Tidak hanya puasa, namun perintah lain seperti
menjaga kejujuran, disiplin, perlu ditegakkan baik saat kita
dilihat orang atau tidak, inilah makna integrasi yang
sebenarnya, dan islam sudah mengajarkan itu sejak lama
sekali.
d) Rukun Islam ke-4 (Zakat) Prinsip Peduli
Zakat merupakan sebuah aktivitas yang sudah jelas untuk
menumbuhkan kepedulian kita kepada sesama. Makna apa
yang bisa diambil dari zakat ini bukan semata-mata kita
memberikan sesuatu yang diperlukan kepada orang yang kita
pimpin, namun bagaimana kita bisa menjadi seorang yang
lebih baik dan bisa menjadi pemimpin-pemimpin berikutnya.
Seorang pemimpin harus berkomitmen sebagai pemimpin
muslim (minimal pemimpin diri sendiri) untuk peduli dan
memberikan kepada masyarakat ilmu yang bermanfaat yang
27
bisa digunakan secara lansung oleh siapapun untuk
meningkatkan kualitas hidup mereka.
e) Rukun Islam ke-5 ( Naik haji) Prinsip Rendah Hati
Naik haji merupakan sebuah aktivitas total bagi muslim yang
mampu untuk mempersiapkan harta, fisik, dan mental mereka
untuk melaksanakan perintah allah. Apa yang bisa diambil dari
naik haji, selain memerlukan pengorbanan, dapat juga dilihat
bahwa haji sesungguhnya mengajarkan nilai-nilai kesetaraan.
Tidak peduli siapapun diri kita, dari mana kita berasal,
ataupun warna kulit kita semua umat Nabi Muhammad ada
pada derajat yang sama. Hal yang membedakannya ialah
ketaqwaannya. Prinsip inilah yang biasanya sulit ada dihati
seorang pejabat atau pemimpin tingkat tinggi. Sebagai seorang
pemimpin, terbesit keinginan untuk selalu disanjung, dipuji,
disambut, dihormati atau diperlukan “tinggi” dibandingkan
dengan rata-rata orang pada umumnya.
Rasulullah dan sahabatnya pun mencontohkan hal ini
dengan sangat baik. Seperti naik haji, tidak semua pemimpin
mampu melakukan ini. Rasulullah dan sahabat walaupun
pemimpin umat, bisa hidup mewah dan kaya raya, mereka
memilih untuk sederhana dan mengabdikan diri kepada
rakyatnya. Jika digambarkan mereka adalah pemimpin yang
apabila ada tantangan yang menghadang, merekalah yang
pertama memikirkannya.
B. Mutu Pendidikan
Mutu adalah kualitas. Secara umum, mutu dapat diartikan
sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau
jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan
kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks
28
pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses dan output
pendidikan (Depdiknas, 2001) yang dikutip oleh Mulyasa (2013,
hal. 157).
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia
karena dibutuhkan untuk berlansungnya proses. Sesuatu yang
dimaksud berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-
harapan sebagai pemandu bagi berlansungnya proses. Proses yang
dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses
pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program dan proses
belajar mengajar. Proses pendidikan merupakan berubahnya
sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh
terhadap berlansungnya proses disebut input, sedangkan suatu hasil
disebut output.
Proses adalah serangkaian kegiatan pendidikan yang dirancang
secara sadar dalam usaha untuk meningkatkan kompetensi input
demi menghasilkan output yang bermutu. Proses dikatakan bermutu
tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan
input sekolah dilakukan secara harmonis, sehinggan mampu
menciftakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, mampu
mendorong mitivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu
memberdayakan peserta didik. Kata memberdayakan mengandung
arti bahwa peserta didik tidak sekedar menguasai pengetahuan yang
diajarkan oleh gurunya, akan tetapi pengetahuan tersebut telahjuga
telah menjadi muatan nurani peserta didik.
Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja
sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/prestasi
sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitas, efektivitas,
produktivitas, efisiensi, inovasi, kualitas kehidupan kerja, dan
moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output
sekolah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan
29
berkualitas atau bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khususnya
prestasi siswa menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam prestasi
akademik maupun prestasi non akademik.
Mutu pendidikan sebagai salah satu pengembangan sumberdaya
manusia sangat penting maknanya bagi pengembangan nasional.
Bahkan dapat dikatakan masa depan bangsa pada keberadaan
pendidikan yang berkualitas pada masa kini, pendidikan yang
berkualitas hanya akan muncul apabila terdapat lembaga pendidikan
yang berkualitas karena itu upaya peningkatan mutu pendidikan
merupakan titik strategi dalam upaya untuk menciftakan pendidikan
yang berkualitas. Manajemen peningkatan mutu pendidikan merupakan
suatu metode peningkatan mutu yang bertumpu pada lembaga itu
sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik dan kemampuan
organisasi guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat
(Mulyasa, 2013, hal. 16). Mutu pendidikan semakin berkembang
dengan sejalannya waktu. Hal ini disebabkan kebutuhan atau kinerja
konsumen (pelanggan) telah berubah, konsumen semakin kritis untuk
menerima pelayanan yang dapat memuaskan keinginannya.
Proses pendidikan yang bermutu ditentukan oleh berbagai unsur
dinamis yang akan ada didalam sekolah itu dan lingkungannya sebagai
suatu kesatuan sistem. Menurut Townsend dan Butterworth (1992, hal.
35) dalam bukunya Your Chils’s School, ada sepuluh faktor penentu
terwujudnya proses pendidikan yang bermutu, yaitu :
1) Keefektifan kepemimpinan kepala sekolah
2) Partisipasi dan tanggungjawab guru dan staf
3) Proses belajar mengajar yang efektif
4) Pengembangan staf terprogram
5) Kurikulum yang relevan
6) Memiliki visi dan misi yang jelas
7) Iklim sekolah yang kondusif
30
8) Penilaian diri terhadap kekuatan dan kelemahan
9) Komunikasi efektif baik internal maupun eksternal
10) Keterlibatan orang tua dan masyarakat secara intrinsik
(Makawimbang, 2011, hal. 51).
Terciptanya pendidikan yang berkualitas tidak terlepas dari
unsur-unsur yang membangunnya. Kesepuluh unsur diatas adalah
salah satu penunjang keberhasilan terwujudnya pendidikan yang
bermutu. Jika kesepuluh unsur tesebut ada dan dilaksanakan secara
maksimal, maka hasil yang diinginkan bisa tercapai.
Menurut Cepi Triana (2015, hal. 51) mutu pendidikan adalah
kepuasan penerima jasa pendidikan terhadap layanan pendidikan.
Didalam konteks pendidikan, pengertian kualitas atau mutu dalam
hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dari
konteks “proses” pendidikan yang berkualitas terlibat sebagai input,
metodologi, sarana prasarana sekolah, dukungan administrasi dan
sumber daya lainnya (Pidarta, 2004, hal. 8).
Mutu pendidikan sebagai salah satu pengembangan sumber
daya manusia yang sangat penting maknanya bagi pengembangan
nasional. Bahkan dapat dikatakan masa depan bangsa pada
keberadaan pendidikan yang berkualitas pada masa kini,
pendidikan yang berkualitas hanya akan muncul apabila terdapat
lembaga pendidikan yang berkualitas, karena itu upaya
meningkatkan mutu pendidikan merupakan titik strategi dalam
upaya menciftakan pendidikan yang berkualitas. Manajemen
peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu metode
peningkatan mutu yang bertumpu pada lembaga itu sendiri,
mengaplikasikan sekumpulan teknik dan kemampuan organisasi
guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat (Mulyasa,
2003, hal. 16).
31
Sistem manajemen mutu pendidikan yang diterapkan dipendidikan
menengah adalah suatu proses pengelolaan untuk mengarahkan dan
mengendalikan satuan pendidikan dengan penetapan kebijakan,
sasaran, rencana dan proses/prosedur mutu, serta pencapaian secara
berkelanjutan. Sasaran yang diharapkan dengan penerapan manajemen
mutu dalam pendidikan adalah meningkatkan mutu layanan,
memperbaiki produktivitas dan efisiensi melalui perbaikan kinerja
serta meningkatkan mutu proses pendidikan sehingga dapat
menghasilkan lulusan yang memuaskan atau memenuhi kebutuhan
stakeholders.
Selanjutnya terdapat beberapa pengertian yang berkaitan
dengan mutu pendidikan, yaitu:
1) Indikator Mutu
Indikator mutu adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di
sekolah yang dapat memberikan petunjuk tentang pendidikan
bermutu baik dan dapat digunakan untuk dapat mengevaluasi
mutu, serta dapat dirangkum untuk tujuan membuat
perbandingan. Indikator-indikator tersebut dapat menunjukkan
sejauh mana suatu sistem pendidikan bisa mencapai sasaran
utama pendidikan. Dalam proses pendidikan, pengertian mutu
mencangkup input, proses dan output pendidikan (Depdiknas,
2001). Hai ini telah diterangkan oleh Mulyasa (2012, hal. 157-
158) bahwa :
a. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia
karena dibutuhkan untuk berlansungnya proses. Sesuatu
yang dimaksud berupa sumberdaya meliputi sumberdaya
manusia (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa) dan
sumberdaya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang,
bahan dan sebagainya).
32
b. Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi
sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap
berlansungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari
hasil proses disebut output. Dalam pendidikan berskala
mikro (tingkat sekolah) proses yang dimaksud adalah
pengambilan keputusan, proses pengelolaan program,
proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan
evaluasi dengan catatan bahwa proses belajar mengajar
memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan
dengan proses-proses lainnya. Proses dikatakan bermutu
apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan
input sekolah dilakukan secara harmonis, sehingga mampu
mendorong motivasi dan minat belajar dan benar-benar
mampu memperdayakan peserta didik.
c. Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah.
Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan
dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur
dari kualitasnya, efektifitasnya, produktivitasnya,
efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan
moral kerjanya. Output sekolah dikatakan berkualitas atau
bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khususnya prestasi
siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam prestasi
akademik ataupun prestasi non akademik.
2) Standar Mutu
Standar mutu adalah kriteria minimal yang harus dipenuhi oleh
sekolah dan merupakan dokumen tingkat mutu satuan
pendidikan yang disusun berdasarkan standar nasional
pendidikan. Standar tersebut ditetapkan, diperiksa,
ditingkatkan dan berkelanjutan oleh satuan pendidikan. Komite
sekolah sebagai pelanggan dari layanan pendidikan dapat
berperan dalam mengusulkan standar mutu tersebut.
33
3) Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengukur dan menilai ketercapaian
tujuan, yang dalam hal ini adalah tingkat ketercapaian standar.
Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kesenjangan dan
permasalahan yang terjadi disekolah dalam upaya memenuhi
standar yang telah ditetapkan. Pada kasus penjaminan mutu
sekolah, evaluasi dapat dilakukan oleh kepala sekolah atau tim
yang dibentuk oleh kepala sekolah untuk meningkatkan
tercapai atau tidaknya suatu mutu/kualitas sekolah. Oleh
karena itu seluruh warga sekolah dituntun untuk bisa bekerja
sama dalam meningkatkan kualitas sekolah agar tercapainya
mutu sekolah.
Investasi dalam bidang pendidikan akan memberikan
dampak yang lebih besar dari pada investasi dalam bidang
ekonomi. Oleh sebab itu, orang tua berupaya menyekolahkan
anaknya disekolah yang bermutu. Ukuran sekolah yang
bermutu dari kacamata pengguna/penerima manfaat, pada
umumnya yaitu sekolah memiliki akreditasi A, lulusan
diterima disekolah terbaik, guru yang profesional, ditunjukkan
dengan uji kompetensi guru dan kinerja guru baik, hasil ujian
nasional baik, peserta didik memiliki prestasi dalam berbagai
kompetensi, dan memiliki karakter yang baik (Ridwan, 2015,
hal. 1).
Sedangkan dalam kacamata pemerintah, dalam buku
Nasution (2010, hal. 1) sekolah yang bermutu harus memenuhi
Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai berikut :
a. Lulusan yang cerdas komprehensif
b. Kurikulum yang dinamis sesuai dengan kebutuhan
zaman
c. Proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa dan
mengembangkan kreativitas siswa
34
d. Proses pembelajaran dilengkapi dengan sistem penilaian
dan evaluasi pendidikan yang andal, sahih dan
memenuhi prinsip-prinsip penilaian
e. Guru dan tenaga kependidikan yang profesional,
berpengalaman dan dapat menjadi teladan
f. Sarana dan prasarana yang digunakan lengkap dan sesuai
dengan kearifan lokal
g. Sistem manajemen yang akurat dan handal
h. Pembiayaan pendidikan yang efektif dan efisien.
C. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
Secara garis besar, sistem penjaminan mutu pendidikan adalah
merupakan kegiatan sistematik dan terpadu oleh satuan atau program
pendidikan, penyelenggaraan satuan atau program pendidikan,
pemerintah daerah, pemerintah, dan masyarakat untuk menaikkan
tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan.
Penjaminan mutu merupakan bagian dalam sistem mutu yang
direncanakan sejak awal (Plan), sebagai acuan mutu dalam pelaksanaan
(do), diperiksa kesesuaian antara pelaksanaan dengan syarat yang
ditentukan (check), dan ditingkatkan (act). Tahapan kegiatan
manajemen mutu yang umum digunakan, mengacu pada siklus
manajemen yang dipopulerkan oleh Deming (Sallis, 2002, hal. 23)
sebagai berikut :
a) Plan, yaitu kegiatan menetapkan standar, terutama terkait
dengan standar kinerja guru, standar pengalaman belajar, dan
standar hasil belajar peserta didik. Penetapan standar ini
tergantung pada pendekatan apa yang digunakan.
b) Do, yaitu melaksanakan proses pendidikan terutama proses
pembelajaran yang sesuai dengan standar kinerja, untuk
35
menjamin pengalaman belajar siswa dan hasil belajar yang
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
c) Check, yaitu mengevaluasi dengan cara membandingkan
pelaksanaan proses belajar mengajar dengan dengan standar
yang telah ditetapkan.
d) Act, yaitu melakukan perbaikan lanjutan berdasarkan hasil
evaluasi pelaksanaan kinerja. Peningkatan standar dilakukan
setelah dilaksanakan diskusi terkait dengan pelaksanaan kinerja,
antara supervisor dengan guru yang dievaluasi.
Tujuan akhir dari program penjaminan mutu pendidikan
adalah tingginya kecerdasan kehidupan manusia dan bangsa
sebagaimana dicita-citakan oleh pembukaan Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dicapai melalui
penerapan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP).
Sedangkan tujuan antara yang hendak dicapai melalui sistem
penjaminan mutu pendidikan ini adalah terbangunnya sistem
penjaminan mutu pendidikan, meliputi :
a. Terbangunnya budaya mutu pendidikan
b. Pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas pada satuan
program pendidikan.
c. Ditetapkannya secara nasional acuan mutu pendidikan yang
dirinci menurut provinsi, kabupaten/kota, dan satuan atau
program pendidikan.
d. Terpetakannya secara nasioanal mutu pendidikan yang dirinci
menurut provinsi, kabupaten/kota, dan satuan atau program
pendidikan.
e. Terbangunnya sistem informasi mutu pendidikan berbasis
teknologi informasi dan komunikasi.
Pendidikan sangat berhubungan erat dengan pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya.
36
Keberhasilan program peningkatan mutu tidak terlepas dari faktor-
faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan. Faktor yang
mempengaruhi mutu pendidikan menurut Mujamil Qomar (2010, hal.
205) diantaranya :
1. Siswa, terutama yang menyangkut kesiapan dan motivasi proses
belajarnya.
2. Guru, terutama menyangkut kemampuan profesional, moral
kerja (kemampuan personal), dan kerjasama (kemampuan
sosial).
3. Dana, sarana dan prasarana, terutama menyangkut relevansi isi
dan operasionalisasi proses pembelajaran sekolah.
4. Masyarakat, terutama menyangkut partisipasi mereka dalam
mengembangkan program-program pendidikan disekolah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut diatas harus
dioptimalkan dalam lembaga pendidikan. Karena setiap
faktornya mempunyai fungsi penting dalam meningkatkan
kualitas pendidikan. Oleh karena itu, kerja sama anatara berbagai
pihak akan dapat mendukung salah satu faktor peningkatan mutu
pendidikan serta peningkatan keprofesionalisme warga sekolah.
D. Prinsip-prinsip Mutu Pendidikan
1. Fokus pada Pelanggan (Peserta Didik)
Dalam dunia pendidikan fokus pada pelanggan ini merupakan
fokus pada siswa, karena siswa merupakan objek yang utama dan
pertama dalam proses pendidikan, yang ini lebih dititik beratkan
pada proses pendidikan dari pada hasil pendidikan, karenanya fokus
pada siswa dalam proses belajar mengajar ini merupakan hal yang
sangat urgen dalam pencapaian mutu.
Pelanggan disini tidak terfokus pada pelanggan internal saja akan
tetapi juga pada pelanggan eksternal, yaitu dimana keduanya sangat
penting dalam membangun mutu dan kualitas pendidikan, kemudian
37
yang termasuk pelanggan eksternal ini juga orang tua, pemerintah,
dan lembaga-lembaga lain yang mendukung terwujudnya mutu
pendidikan yang unggul.
2. Perbaikan Proses
Konsep perbaikan terus menerus dibentuk berdasarkan prediksi
suatu seni (urutan) langkah-langkah kegiatan yang berkaitan dengan
menghasilkan output seperti produk berupa barang dan jasa.
Perhatian secara terus menerus ialah merancang kembali proses
tersebut untuk dapat lebih memenuhi kebutuhan pelanggan.
3. Ketertiban Total
Pendekatan ini dimulai dengan kepemimpinan manajemen senior
yang aktif mencakup usaha yang memanfaatkan bakat semua
karyawan dalam suatu organisasi untuk mencapai suatu keunggulan
kompetitif. Guru dan karyawan pada semua tingkatan diberi
wewenang atau kuasa untuk memperbaiki output untuk memecahkan
persoalan, memperbaiki proses, dan memuaskan pelanggan.
Pemasok juga dilibatkan dan diberi waktu kewaktu menjadi mitra
melalui kerja sama dengan para karyawan yang telah diberi
wewenang atau kuasa yang dapat menguntungkan (Sudarwan, 2006,
hal. 55). Sedangkan visi mutu difokuskan dalam Lima hal, yaitu :
1) Pemenuhan kebutuhan Konsumen
Dalam sebuah sekolah yang bermutu, setiap orang menjadi
costumer dan sebagai pemasok sekaligus. Secara khusus
costumer sekolah adalah siswa dan keluarganya, merekalah
yang akan memetik manfaat dari hasil proses sebuah lembaga
pendidikan (sekolah). Sedangkan dalam kajian umum
costumer sekolah itu ada dua, yaitu costumer internal
meliputi orang tua, siswa, guru, administrator, staff, dan
dewan sekolah yang berada dalam sistem pendidikan.
Sedangkan costumer eksternal yaitu masyarakat, perusahaan,
38
keluarga, dan perguruan tinggi yang berada diluar organisasi
namun memanfaatkan output dan proses pendidikan.
2) Keterlibatan Total Komunitas dalam program
Setiap orang juga harus terlibat dalam prestasi dalam rangka
menuju kearah transpormasi mutu. Mutu bukan hanya
tanggung jawab dewan sekolah atau pengawas, akan tetapi
merupakan tanggung jawab semua pihak.
3) Pengukuran Nilai Tambahan Pendidikan
Pengukuran ini justru yang sering gagal dilakukan disekolah.
Secara tradisional ukuran mutu atas sekolah adalah prestasi
dan ukuran dasarnya adalah ujian. Bilamana hasil ujian
bertambah baik, maka mutu pun akan membaik.
4) Memandang Pendidikan sebagai suatu System
Pendidikan mesti dipandang dengan system. Ini merupakan
konsep yang amat sulit dipahami oleh para operasional
pendidikan sebagai sebuah system maka para profesional
pendidikan dapat mengeliminasi pemborosan pendidikan dan
dapat memperbaiki mutu setiap proses pendidikan.
5) Perbaikan berkelanjutan dengan selalu berupaya keras
membuat output pendidikan menjadi lebih baik.
E. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan
Studi keberhasilan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala
sekolah adalah seseorang yang menentukan titik pusat dalam suatu
sekolah. Bahkan studi tersebut menyimpulkan bahwa keberhasilan sekolah
adalah keberhasilan kepala sekolah, beberapa kepala sekolah dilukiskan
sebagai seorang yang memiliki harapan tinggi bagi para staff dan siswa
(Wahjosumidjo, 2010, hal. 82).
Dalam mencapai setiap tujuan organisasi memerlukan dukungan,
dana, sarana dan sebagainya. Kepala sekolah bertanggung jawab untuk
39
memenuhi atau menyediakan dukungan yang diperlukan oleh para guru,
staf dan siswa, baik berupa dana peralatan, waktu bahkan suasana yang
mendukung.
Kepala sekolah berperan sebagai kata pemimpin, dalam arti mampu
menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staf dan siswa
dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Rasa aman merupakan
salah satu kebutuhan setiap orang, baik secara individu maupun secara
kelompok. Oleh sebab itu, kepala sekolah sebagai pemimpin harus dapat
menciftakan rasa aman didalam lingkungan sekolah, sehingga para gutu,
staf dan siswa dalam melaksanakan tugasnya merasa aman, bebas dari
segala perasaan gelisah, kekhawatiran serta memperoleh jaminan dari
kepala sekolah.
Kepala sekolah pada hakikatnya adalah sumber semangat bagi para
guru, staf dan siswa. Oleh sebab itu, kepala sekolah harus selalu
membangkitkan semangat, percaya diri para guru, staf dan siswa sehingga
mereka menerima dan memahami tujuan sekolah secara antusias, bekerja
secara bertanggung jawab kearah tercapainya tujuan sekolah.
Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin diharapkan selalu dapat
menghargai apapun yang dihasilkan oleh para mereka yang menjadi
tanggung jawabnya. Penghargaan dan pengakuan ini dapat diwujudkan
dalam berbagai bentuk, seperti kenaikan pangkat, fasilitas, kesempatan
mengikuti pendidikan dan lain sebagainya. Karena hal tersebut akan dapat
mendorong rasa semangat dalam bekerja dan lebih profesional dalam
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Adapun peran kepala
sekolah menurut (Mulyasa, 2013, hal. 103), yaitu :
1. Kepala Sekolah sebagai Edukator (Pendidik)
Kepala sekolah sebagai pendidik senantiasa berupaya
meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para
guru. Dalam hal ini faktor pengalaman akan sangat
mempengaruhi profesinalisme kepala sekolah terutama dalam
40
mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan
terhadap pelaksanaan tugasnya.
2. Kepala Sekolah sebagai Manajer
Manajer adalah proses perencanaan, pelaksanaan,
pengorganisasian memimpin dan mengendalikan usaha para
anggota-anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh
sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif, yang didukung
oleh sumber-sumber lainnya dalam suatu organisasi untuk
mencapai tujuan tertentu.
3. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Supervisor merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh
proses administrasi pendidikan yang ditunjukkan terutama untuk
mengembangkan efektifitas kinerja pesrsonalia sekolah yang
berhubungan dengan tugas-tugas utama pendidikan.
Supervisi merupakan salah satu faktor penting sebagai
upaya meningkatkan kualitas pendidikanmelalui kegiatan yang
dilakukan oleh supervisor pendidikan. Dalam hal ini pengawasan
pendidikan pada suatu pendidikan formal. Kepala sekolah sebagai
supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan penyusunan, dan
melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan
hasilnya.
4. Kepala Sekolah sebagai Leader
Kepemimpinan adalah satu kekuatan penting dalam rangka
pengelolaan, oleh sebab itu kemampuan pemimpin secara efektif
merupakan kunci untuk menjadi seorang manajer yang efektif dan
efisien.
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan
petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga
kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan
41
mendelegasikan tugas. Wahyosumidjo (1999, hal. 110)
mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus
memiliki karakter khusus yang mencangkup kepribadian,
keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta
pengetahuan administrasi dan pengawasan (Mulyasa, 2011, hal.
115).
5. Kepala sekolah sebagai Motivator
Menjadi seorang pemimpin lembaga pendidikan, bukanlah suatu
pekerjaan mudah, seorang kepala sekolah mampu bekerja sama
untuk memberikan motivasi dalam pelaksanaan tugas. Agar
kegiatan kerja pelaksanaan pendidikan dan pengajaran berjalan
teratur, dan agar bawahan memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan pribadinya. Maka diperlukan adanya bimbingan,
bantuan, dorongan, dan koordinasi yang baik termasuk dari
seorang pemimpin.
Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga salah satunya
dipengaruhi faktor motivasi yang merupakan suatu faktor yang
cukup dominan dan dapat menggerakkan faktor-faktor lain kearah
efektivitas kerja, bahkan motivasi sering disamakan dengan mesin
dan kemudi mobil, yang berfungsi sebagai penggerak dan
pengarah (Mulyasa, 2011, hal. 121).
6. Kepala Sekolah sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki kemampuan untuk
mengeloala kurikulum, mengelola administrasi peserta didik,
mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana
dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola
administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara
efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivias sekolah.
7. Kepala Sekolah sebagai Innovator
Dalam melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala
sekolah sedapat mungkin memiliki strategi yang tepat untuk
42
menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungannya,
mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan,
memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan
disekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang
innovatif.
Kepala sekolah sebagai innovator akan tercermin dari cara-
cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif,
delegatif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin,
serta adaptabel dan fleksibel.
F. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap mutu pendidikan
adalah kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan. Kepala sekolah
merupakan pemimpin tunggal disekolah yang mempunyai tanggung jawab
untuk mengajar dan mempengaruhi semua pihak yang terlibat dalam
kegiatan pendidikan disekolah untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan
sekolah.
Kepala sekolah dituntun untuk memimpin sekaligus mengorganisir dan
mengelola pelaksanaan program belajar mengajar yang diselenggarakan
disekolah yang dipimpinnya. Dalam hal ini, kepala sekolah harus mampu
menjadi supervisor tim yang terdiri dari guru, staf, dan siswa dalam
mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien sehingga
tercapai produktivitas belajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan
mutu pendidikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Permadi (2001, hal. 51)
dalam buku Mulyasa (2013, hal. 181) pelaksanaan program yang telah
dibuat harus secara konsekuen dijalankan tanpa penyimpangan, disamping
memperhatikan faktor efektivitas dan efisiensi. Untuk terlaksananya
proses belajar mengajar yang efektif, minsalnya kepala sekolah harus
membuat tim kerja yang terdiri dari guru-guru yang secara profesional dan
proporsional. Hal ini penting agar tercapai produktivitas belajar yang pada
gilirannya dapat meningkatkan mutu pendidikan.
43
Disamping sebagai supervisor, kepala sekolah juga harus menjadi
evaluator bagi program-program yang telah dilaksanakan. Evaluasi sangat
perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Semua pelaksanaan dari rencana kerja yang telah
terwujud secara berkala harus dievaluasi. Evaluasi diperlukan agar
penyimpangan-penyimpangan bisa dihindarkan serta untuk menjamin
tercapainya tujuan.
Evaluasi yang dilakukan oleh kepala sekolah hendaknya lebih banyak
berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum dengan mengacu pada
program belajar mengajar yang produktif. Evaluasi yang dilakukan juga
merupakan fungsi pengawasan terhadap jalannya organisasi sekolah dan
dewan sekolah dalam rangka menjaga mutu pelaksanaan program. Hasil
evaluasi ini selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan untuk perbaikan-
perbaikan bahan yang diperlukan.
Gaya kepemimpinan kepala sekolah merupakan harapan yang tinggi
bagi peningkatan kualitas pendidikan, karena keberhasilan kepemimpinan
disekolah akan mempunyai pengaruh secara lansung terhadap hasil belajar
siswa. Sehubungan dengan itu, kepala sekolah harus mampu
melaksanakan peran dan fungsi supervisor kepada guru untuk
mengembangkan profesi. Dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas
pendidikan, kepala sekolah jangan bertindak sebagai manajer yang
mengatur segala sesuatu tentang proses belajar mengajar, tetapi harus
tampil sebagai pemimpin pengajaran yang bertugas mengawasi jalannya
kegiatan belajar mengajar disekolah yang dipimpinnya. Fungsi
pengawasan ini harus dilakukan secara melekat, baik terhadap
perencanaan pengajaran, pelaksanaan, maupun terhadap penilai atau
evaluasi proses belajar mengajar yang dilakukan guru.
G. Studi Relevan
Sepanjang yang penulis ketahui bahwa telah ada beberapa penelitian
sebelumnya mengangkat tema yang sama berkaitan dengan
44
Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu pendidikan di
sekolah, yaitu :
1. Hasil penelitian Syukri (2012), yang berjudul “Peranan Kepala
Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMP Nurul Ikhsan
Sulawesi Tengah”, penelitian ini menunjukkan bahwa peranan
kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru sudah sangat
baik dengan memberikan motivasi serta membantu dalam
program sekolah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Adapun perbedaan dan persamaannya dengan skripsi penulis
yaitu sama-sama menunjukkan bagaimana peran yang dilakukan
kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah, agar tujuan
tujuan pendidikan dapat terwujud sesuai dengan yang diharapkan.
Sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi yang dipilih serta
fokus masalah yang diteliti.
2. Hasil penelitian Sari Fatimah (2018), yang berjudul “Strategi
Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Islam di SMP IT SMART CENDEKIA Surakarta”,
penelitian ini
Recommended