View
24
Download
5
Category
Preview:
DESCRIPTION
laporan resmi praktikum Teknologi Hasil Laut bab Fikosianin
Citation preview
Acara IV
FIKOSIANIN: PEWARNA ALAMI DARI ”BLUE GREEN MICROALGA”
SPIRULINALAPORAN RESMI PRAKTIKUM
TEKNOLOGI HASIL LAUT` Disusun oleh:
Nama: Debora Anggi W
NIM: 13.70.0032
Kelompok: E4
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2015
1. MATERI METODE
1.1. MATERI
1.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sentrifuge, pengaduk/stirrer, alat pengering (oven), dan plate stirrer.
1.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biomassa Spirulina kering, aquades, dan dekstrin.
1.2. METODE
1
Biomassa Spirulina kering dimasukkan dalam erlenmenyer.
Spirulina dilarutkan dengan aquades (perbandingan 1:10)
Diaduk menggunakan stirrer selama kurang lebih 2 jam.
Disentrifugasi 5000 rpm selama 10 menit lalu supernatan dipindah ke gelas ukur.
Acara IV
Sebagian supernatan pada gelas ukur diencerkan hingga 10-2 kemudian diukur kadar fikosianinnya dengan spektrofotometer (615 nm dan 652 nm).
Sisa supernatan pada gelas ukur ditambahkan desktrin dengan perbandingan supernatan:desktrin = 8:9 (kelompok E1, E2, dan
E3)dan 1:1 (kelompok E4 dan E5).
Acara IV
Setelah tercampur rata lalu dituangkan ke dalam wadah yang dapat digunakan sebagai alas untuk proses pengeringan.
Dioven pada suhu 45C hingga kering kurang lebih kadar air sekitar 7% (cukup diambil dengan spatula dan dilihat kering atau masih
gempal).
Adonan yang telah dikeringkan, dihancurkan dengan alat penumbuk hingga berbentuk powder.
Acara IV
Kadar fikosianin diukur dengan rumus:
Konsentrasi Fikosianin/KF (mg/ml) = OD 615−0,474(OD 652)5,34
x 1fp
Yield (mg/g) = KF x Vol(total filtrat )
g (berat biomassa)
2. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan fikosianin dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamtan Fikosianin
Kelompok
Berat Biomassa Kering(g)
Jumlah aquades yang ditambahakan (ml)
Total filtrat yang diperoleh (ml)
OD 615
OD 652
KF (mg/ml)
Yield (mg/ml)
WarnaSebelum dioven
Sesudah dioven
E1 8 80 56 0,0551
0,0164
0,886 6,202 ++ +
E1 8 80 56 0,0575
0,0164
0,931 6,517 ++ +
E3 8 80 56 0,0647
0,0159
1,070 7,493 + +
E4 8 80 56 0,0613
0,0144
1,020 7,140 + +
E5 8 80 56 0,0624
0,0176
1,012 7,084 +++ ++
Keterangan : Warna + = biru muda ++ = biru tua +++ = biru sangat tua
Dari tabel diatas dapat dilihat hasil pengamatan dari yield dan analisa sensori dari fikosianin. Pada hasil yield didapatkan
hasil berkisar antara 6,202 sampai 7,490 mg/ml. sedangkan pada hasil analisa sensori pada kelompok E1-E3 yang diberi
perlakuan dekstrin dengan perbandingan 8:9, terjadi penurunan warna setelah dioven pada kelompok E1-E2 yaitu dari biru tua
menjadi biru, dan tidak mengalami perubahan warna pada kelompok E3 yaitu biru. Sedangkan pada kelompok E4 dan E5 yang
diberi perlakuan dekstrin dengan perbandingan 1:1, mengalami penurunan pada kelompok E5 yaitu biru sangat tua menjadi biru
tua dan tidak mengalami perubahan pada kelompok E4 yaitu tetap biru muda.
6
3. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan ekstraksi pigmen fikosianin dari spirulina platensis.
Dalam bidang pangan ekstrak pigmen dimanfaatkan sebagai pewarna makanan sehingga
membuat produk pangan semakin menarik (Candra, 2011). Pigmen warna dibedakan
menjadi 2 jenis yaitu pigmen sintetis dan pigmen alami (Mohammad, 2007). Pigmen alami
(biopigmen) dinilai lebih aman dari pigmen sintetis karena merupakan tidak memiliki sifat
karsinogenik, tidak memiliki efek samping negatif jika dikonsumsi, serta dapat
diuraikan(Arylza, 2005; Borowitzka& Borowitzka, 1988).
Menurut jurnal dalam bidang pangan spirulina merupakan sumber nutrisi yang baik
terutama karena mengandung karotenoid tinggi yang efektif dalam memperbaiki warna
kuning pada telur. Sehingga digunakan dalam modifikasi pakan ayam sehingga dihasilkan
telur ayam yang memiliki warna kuning pada kuning telur yang lebih baik. Pigmen pada
spirulina dapat menggantikan pigmen sintetis yang ada di pasaran, meskipun harganya
lebih mahal dari pigmen sintetis, namun pigmrn dari spirulina tidak memberikan efek
racun. Meskipun spirulina merupakan sumber pigmen warna hijau-biru namun pada
kenyataannya kandungan karotenoid pada spirulina justru lebih tinggi (Zahroojian, et all.,
2013).
Dalam jurnal jelaskan bahwa spirulina mengandung 50-70% protein, kaya akan
kandungan vitamin terutama vitamin B12, β-karoten (provitamin A), vitamin E,
mengandung karbohidrat seperti rhamnose, fruktosa, ribosa, mannose dan beberapa mineral
seperti tembaga, magnesium , seng, kalium dan zat besi. Selain asam γ-linolenat, juga
mengandung sejumlah fitokimia lainnya yang sering membuat spirulina dimanfaatkan
dalam bidang kesehatan. Spirulina mengandung pigmen warna phycocyanin yaitu sebesar
7% dari berat kering yang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami (Sudha, 2011).
Menurut jurnal Spirulina platensis merupakan salah satu mikroalga yang mengandung
beberapa pigmen warna yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Spirulina memiliki bentuk
spiral, berfilamen, melakukan fotosintesis, sering dikenal sebagai mikroalga hijau biru,
mudah dikultur dan dipanen. S. platensis ditinjau memiliki kandungan tinggi protein,
pigmen, asam lemak esensial, vitamin dan mineral dan yang terpenting mengandung
banyak pigmen fotosintesis dengan konsentrasi melebihi 20% dari berat kering, seperti
8
klorofil, beta-karoten, phycocyanin dan xanthophylls, yang memiliki nilai ekonomi tinggi
sehingga sering dimanfaatkan secara komersial(Marrez1, et all., 2013).
Spirulina platensis disebut mikroalga hijau biru karena memiliki pigmen klorofil yang
berkontribusi terhadap warna hijau besarnya antara 6,8 to11g kg-1. Klorofil akan
melepaskan ion bila terkena energi dari sinar matahari. Ion bebas ini akan merangsang
reaksi biokimia yang membentuk protein, vitamin dan gula pada Spirulina. Pigmen lain
yang terdapat pada spirulina adalah karotenoid yang berkontribusi terhadap warna merah
dan kuning besarnya 3,4-4,0 g kg-1 namun tidak terlihat secara kasat mata karena tertutup
oleh pigmen klorofil. Pigmen xantofil terdapat pada Spirulina pada konsentrasi 1,0 g kg-1,
namun konsentrasinya tergantung pada spesies dan kondisi lingkungan. Xantofil
merupakan sumber pigmen oranye-kuning. Pemanfaatannya dalam industri unggas sebagai
tambahan pada pakan untuk meningkatkan warna kuning telur, serta daging dan pigmen
kulit yang lebih menarik untuk konsumen (Marrez1, et all., 2013).
Spirulina platensis adalah cyanobacteria prokariotik multi-filamen yang dapat dengan
mudah dikulturkan dan dipanen. C-fikosianin (C-PC) merupakan protein fikobili utama
pada Spirulina. Pigmen utama yaitu fikosianin dan klorofil memiliki berbagai manfaat
sehingga banyak dilakukan ekstraksi kedua pigmen tersebut. Ekstraksi fikosianin
dipengaruhi banyak faktor. Faktor yang paling penting yang mempengaruhi hasil ekstraksi
fikosianin (yield) adalah metode yang digunakan, adanya gangguan seluler, jenis pelarut
dan waktu ekstraksi. Metode tradisional dengan ekstraksi menggunakan air di mana
biomassa Spirulina diendapkan dan pigmen tercuci diuji dengan spektrofotometri. Metode
terbaru untuk mengekstrak fikosianin adalah dengan menggunakan ultrasound, digunakan
untuk memecah sel kemudian disentrifugasi dan dianalisis (Prabuthas, et all.. 2011).
Protein fikobili merupakan kelompok kromo protein, yang terdiri dari fikosianin (PC),
alofikosianin (APC), dan fikoeritrin (PE). Kandungan protein fikobili pada spirulina yaitu
sebesar 20% dari protein seluler dan merupakan komponen pigmen dominan pada spirulina.
Fikosianin merupakan sumber pigmen biru yang dimanfaatkan sebagai pewarna makanan,
dalam spirulina terdapat pada konsentrasi antara 30-220 g kg-1 (Marrez1, et all., 2013).
9
10
Pada jurnal dijelaskan metode ekstraksi dari protein fikobili. Kultur disonikasi selama
40 detik untuk memecah filamen dan melepaskan pigmen protein fikobili, diikuti dengan
sentrifugasi pada 8000 rpm untuk menghilangkan filament pengotor. Kepadatan optik (OD)
dari supernatan diukur pada panjang gelombang yang berbeda yaitu 562, 615 dan 652 nm
untuk phycoerythrin, phycocyanin dan allophycocyanin. Konsentrasi dihitung dalam mg
ml-1 (Marrez1, et all., 2013).
Menurut jurnal fikosianin merupakan pigmen warna biru yang larut air dan memberikan
warna kebiru-biruan pada spirulina. Fikosianin dapat diekstrak dari mikroalga hijau biru
seperti spirulina. Fikosianin memiliki aktivitas antioksidan yang sangat mudah terlarut
dalam air, pada penelitian terbukti bahwa ekstrak fikosianin dari spirulina dapat
membersihkan radikal bebas yang kuat dan menghambat peroksida lemak mikrosomal.
Fikosiannin pada spirulina dapat membantu melindungi ginjal dari kegagalan ginjal akibat
alergi obat tertentu (Saranraj dan Sivasakthi, 2014).
Fikosianin merupakan pigmen kebiruan yang digunakan oleh ganggang biru-hijau
untuk berfotosintesis. Kandungannya sebanyak 20% dari protein dalam cyanobacteria, dan
menempel pada membrane fotosintesis. C-fikosianin bersifat fluoresen, dengan absorbtivity
sangat tinggi, efisiensi kuantum yang tinggi (Saranraj dan Sivasakthi, 2014).
Pada tahap awal biomassa spirulina dimasukkan dalam Erlenmeyer kemudian
dilarutkan dengan aquades dengan perbandingan 1:10. Akuades berfungsi sebagai bahan
pelarut yang bersifat polar. Senyawa polar dapat melarutkan senyawa polar, senyawa
organik, dan garam dari asam maupun basa organik (Setyaningsih, 2013).Setelah itu
dilakukan pengadukan dengan stirrer selama 2 jam. Kemudian disentrifugasi 5000 rpm
selama 10 menit hingga diperoleh endapan dan filtrate. Filtrat diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 615nm dan 652nm. Sentrifugasi ditujukan untuk
memisahkan substansi berdasarkan berat jenis molekul dengan cara memberikan gaya
sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan berada di dasar, sedangkan substansi
yang lebih ringan akan terletak di atas (Kimball, 2005). Supernatan atau filtrat hasil
ekstraksi fikosianin kemudian diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang
615 nm dan 652 nm (Antelo et al., 2010).
11
Filtrate ditambahkan pada dekstrin dengan perbandingan 8:9 pada kelompok 1
sampai 3 dan 1:1 pada kelompok 4 dan 5. Dekstrin merupakan polisakarida yang dihasilkan
dari hidrolisis pati diatur oleh enzim-enzim tertentu atau hidrolisis dengan larutan asam,
memiliki putih sampai kuning (Reynold, 1982). Dekstrin dalam pembuatan pewarna bubuk
fikosianin berfungsi sebagai komponen pelindung dari kerusakan panas dengan cara
melapisi komponen yang mudah rusak karena panas, mempercepat pengeringan dan,
meningkatkan total padatan, dan memperbesar volume (Murtala, 1999). Karena dekstrin
memiliki fungsi sebagai pembawa bahan pangan yang aktif seperti bahan flavor dan
pewarna yang memerlukan sifat mudah larut air dan bahan pengisi (filler) sehingga dapat
meningkatkan berat produk dalam bentuk bubuk (Ribut dan Kumalaningsih, 2004).
Struktur molekul dekstrin yang berbentuk spiral dapat membuat molekul- molekul flavor
terperangkap di dalam struktur spiral helix sehingga dapat mencegah kehilangan komponen
volatile selama proses pengolahan (Arief, 1987).
Selain itu penambahan dekstrin juga dapat mencegah kerusakan pigmen akibat
oksidasi. Fennema (1976) mengemukakan bahwa dekstrin tersusun atas unit glukosa yang
dapat mengikat air, sehingga oksigen yang larut dapat dikurangi, akibatnya proses oksidasi
dapat dicegah. Dekstrin memiliki sifat yang dapat larut dalam air, lebih stabil terhadap suhu
panas sehingga dapat melindungi senyawa volatil dan senyawa yang peka terhadap panas
atau oksidasi dalam hal ini adalah untuk melindungi fikosianin. Pemakaian dekstrin dapat
meningkatkan stabilitas fikosianin karena sebagai agen entrapment dekstrin dapat
memerangkap senyawa penting dalam fikosianin untuk mempertahankan stabilitasnya
(Wiyono, 2007). Maka dekstrin dapat digunakan pada proses enkapsulasi, untuk
melindungi senyawa volatile, melindungi senyawa yang peka terhadap oksidasi atau panas,
karena molekul dari dekstrin stabil terhadap panas dan oksidasi (Suparti, 2000).
Kemudian campuran diaduk hingga merata, setelah itu dituangkan pada loyang dan
dimasukkan pada oven pada suhu 45⁰C sampai kadar air kurang lebih 7% atau hingga
kering dan tidak gempal. Setelah kering dihancurkan dengan penumbuk hingga menjadi
bubuk. Pemanasan dilakukan pada suhu 45⁰C karena pada teori disebutkan bahwa
pengeringan sebaiknya dilakukan dengan suhu berkisar 40-60°C karena suhu pengeringan
12
di atas 60°C dapat menyebabkan degradasi fikosianin dan timbulnya reaksi maillard.
Pengeringan tidak disarankan menggunakan cahaya matahari langsung untuk produk bagi
konsumsi manusia karena dapat menimbulkan aroma yang tidak diinginkan juga dapat
meningkatkan jumlah kontaminasi bakteri (Desmorieux & Decaen, 2006).
Pada hasil pengamatan yield didapatkan hasil berkisar antara 6,202 sampai 7,490
mg/ml. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada jurnal yang menemukan
bahwa pada spirulina plantensis dapat diperoleh ekstraksi fikosianin sebesar 7,49-10,07
mg/ml dengan cara ekstraksi menggunakan akuades (Setyaningsih, 2013). Meskipun
didapatkan hasil yang berbeda. Namun perbedaan angkanya masih tidak terlalu jauh,
perbedaan itu dapat disebabkan ekstraksi dipengaruhi kekuatan ion dan pH pelarut
(Setyaningsih, 2013). Selain itu faktor yang paling penting yang mempengaruhi hasil
ekstraksi fikosianin (yield) adalah metode yang digunakan, adanya gangguan seluler, jenis
pelarut dan waktu ekstraksi. Metode yang dilakukan pada praktikum ini adalah metode
tradisional dengan ekstraksi menggunakan air di mana biomassa Spirulina diendapkan dan
pigmen tercuci diuji dengan spektrofotometri. Metode terbaru untuk mengekstrak
fikosianin adalah dengan menggunakan ultrasound, digunakan untuk memecah sel
kemudian disentrifugasi dan dianalisis (Prabuthas, et all.. 2011).
Pada hasil analisa sensori pada kelompok E1-E3 yang diberi perlakuan dekstrin dengan
perbandingan 8:9, terjadi penurunan warna setelah dioven pada kelompok E1-E2 yaitu dari
biru tua menjadi biru, dan tidak mengalami perubahan warna pada kelompok E3 yaitu biru.
Sedangkan pada kelompok E4 dan E5 yang diberi perlakuan dekstrin dengan perbandingan
1:1, mengalami penurunan pada kelompok E5 yaitu biru sangat tua menjadi biru tua dan
tidak mengalami perubahan pada kelompok E4 yaitu tetap biru muda. Menurut teori
peningkatan konsentrasi penambahan dekstrin yang semakin tinggi akan memberikan efek
warna fikosianin menjadi pudar / cenderung cerah, karena warna dekstrin adalah putih
sehingga dengan adanya penambahan dekstrin yang terlalu banyak akan membuat bubuk
fikosianin memudar, namun pada praktikum ini tidak terdapat perbedaan warna pada
pemberian dekstrin 8 gram dan 9 gram hal ini dapat dikarenakan selisih konsentrasi yang
tidak terlalu jauh sehingga tidak memberikan perbedaan secara signifikan (Wiyono, 2007).
Perbedaan warna pada konsentrasi dekstrin yang sama dapat disebabkan proses pengadukan
13
yang kurang homogen. Sedangkan penurunan warna setelah dipanaskan dapat disebabkan
karena terjadinya degradasi (Desmorieux & Decaen, 2006). Fikosianin sensitif jika terkena
cahaya yang dapat merubah warna biru dari fikosianin sehingga tidak dapat dilakukan
pengeringan menggunakan cahaya matahari. Selain itu fikosianin sensitif terhadap
perlakuan panas, dan tidak stabil pada pH asam. Namun fikosianin tida mudah mengalami
oksidasi dan dapat berfungsi sebagai antioksidan (Estrada et al, 2001).
4. KESIMPULAN
Pigmen digolongkan menjadi 2 jenis yaitu pigmen buatan (sintesis) dan pigmen alami
(biopigmen).
Spirulina adalah alga hijau biru yang menghasilkan pigmen biru fikosianin.
Pigmen fikosianin berpotensi digunakan sebagai sumber pewarna alami.
Ekstraksi fikosianin dapat menggunakan pelarut polar seperti air destilata.
Penambahan dekstrin bertujuan untuk mempercepat pengeringan, mencegah kerusakan
akibat panas, melapisi komponen flavor, meningkatkan total padatan, dan
memperbesar volume.
Suhu pengeringan yang terlalu tinggi akan menyebabkan kerusakan pada fikosianin.
Semarang, 5 November 2015
Praktikan, Asisten Dosen
Debora Anggi W Ferdyanto Juwono
13.70.0032 Deanna Suntoro
14
5. DAFTAR PUSTAKA
Antelo, F. S., Andreia A., Jorge A. V. C. and Susanna J. K. (2010). Extraction and Purification of C-phycocyanin from Spirulina platensis in Conventional and Integrated Two-Phase Systems. J. Braz. Chem. Soc., Vol. 21, No. 5, 921-926. Diakses pada tanggal 19 September 2013.
Arief, M. (1987). Ilmu Meracik Obat Berdasar Teori Dan Praktek. Universitas Gajahmada Press. Yogyakarta.
Arylza, IS. (2003). Isolasi pigmen bru fikosianin dari mikroalga Spirulina plantesis. Journal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 38:79-92.
Boussiba S and Richmond A. (1980). c-Phycocianin as a storage protein in the blue-green alga Spirulina plantesis. Archives of Microbiology 125, 143-147.Candra, 2011
Desmorieux H. Decaen N. (2006). Convective drying of Spirulina in thin layer. Journal Of Food Engineering, 77:64-70.
Estrada JEP, Bermejo Besco´s P, Villar del Fresno AM. (2001). Antioxidant activity of different fractions of Spirulina platensis protean extract. Il Farmaco 56 : 497–500.
Fennema, O.R. (1976). Principles of Foods Science. Marcel Dekker. Inc. New York.
Kimball, J.W. (1992). Biologi. Terjemahan oleh: Siti Soetarmi Tjitrosomo & Nawangsari Sugiri. Jakarta: Erlangga.
Marrez1, Diaa A., et all. 2013. Impact of Culturing Media on Biomass Production and Pigments Content of Spirulina platensis. International Journal of Advanced Research (2013), Volume 1, Issue 10, 951-961
Mohammad, Johan. (2007). Produksi dan Karakteristik Biopigmen Fikosianin dari Spirulina fusiformis serta Aplikasinya Sebagai Pewarna Minuman. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor.
Murtala, S. S. 1999. Pengaruh Kombinasi Jenis Dan Konsentrasi Bahan Pengisi Terhadap Kualitas Bubuk Sari Buah Markisa Siul (Passiflora edulis F. Edulis). Tesis. Pasca Sarjana Universitas Bawijaya Malang. 70 hal.
P.,Prabuthas, et all. 2011. Standardization Of Rapid And Economical Method For Neutraceuticals Extraction From Algae. Journal of Stored Products and Postharvest Research Vol. 2(5) pp. 93 - 96, May 2011 ISSN 2141 – 6567 ©2011 Academic Journals.
Reynold, James E.F. (1982). Martindale The Extra Pharmacopolia, Edition Twenty Eigth. The Pharmacentical Press. London.
Ribut, S. dan S. Kumalaningsih, (2004). Pembuatan bubuk sari buah sirsak dari bahan baku pasta dengan metode foam-mat drying. Kajian Suhu Pengeringan, Konsentrasi Dekstrin dan Lama Penyimpanan Bahan Baku Pasta. http://www.pustaka-deptan.go.id.
16
Saranraj, P., Sivasakthi, S. 2014. SPIRULINA PLATENSIS – FOOD FOR FUTURE: A REVIEW. Asian Journal of Pharmaceutical Science & Technology e-ISSN: 2248 – 9185.
Setyaningsih, Iriani. 2013. PENGARUH WAKTU PANEN DAN NUTRISI MEDIA TERHADAP BIOPIGMEN. JPHPI 2013, Volume 16 Nomor 3.
Sudha, M., Kavimani, S. 2011. The Protective Role Of Spirulina On Doxorubicin Induced Genotoxicity In Germ Cells Of Rats. International Journal of Pharma and Bio Sciences.
Suparti, W. 2000. Pembuatan Pewarna Bubuk dari Ekstrak Angkak: pengaruh Suhu, Tekanan dan Konsentrasi Dekstrin. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Brawijaaya. Malang.
Tietze HW. 2004. Spirulina Micro Food Macro Blessing. Ed ke-4. Australia: Haralz W Tietze Publishing.
Wiyono, R. (2007). Studi Pembuatan Serbuk Effervescent Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Kajian Suhu Pengering, Konsentrasi Dekstrin, Konsentrasi Asam Sitrat dan Na-Bikarbonat.
Zahroojian, N., Moravej, H., Shivazad, M. 2013. Effects of Dietary Marine Algae (Spirulina platensis) on Egg Quality and Production Performance of Laying Hens. J. Agr. Sci. Tech. (2013) Vol. 15: 1353-1360.
17
6. LAMPIRAN
6.1. PERHITUNGAN
Konsentrasi Fikosianin (mg/ml)=OD615−0,474 (OD 652 )
5,34× 1
faktor pengenceran
Yield (mg/g)=KF ×vol( total filtrat )
g (berat biomassa)
E1
Konsentrasi Fikosianin=0,0551−0,474 (0,0164 )
5,34× 1
10−2
= 0,886mg /ml
Yield ¿ 0,886 ×568
¿6,202 mg /g
E2
Konsentrasi Fikosianin =0,0575−0,474 (0,0164 )
5,34× 1
10−2
= 0,931 mg /ml
Yield ¿ 0,931× 568
¿6,517 mg / g
E3
Konsentrasi Fikosianin =0,0647−0,474 (0,0159 )
5,34× 1
10−2
= 1,070 mg /ml
Yield ¿ 1,070× 568
¿7,493 mg /g
18
E4
Konsentrasi Fikosianin =0,0613−0,474 (0,0144 )
5,34× 1
10−2
= 1,020 mg /ml
Yield ¿ 1,020× 568
¿7,140 mg /g
E5
Konsentrasi Fikosianin =0,0613−0,474 (0,0176 )
5,34× 1
10−2
= 1,012mg /ml
Yield ¿ 1,012×568
¿7,084 mg / g
6.2. LAPSEM
6.3. DIAGRAM ALIR
6.4. ABSTRAK JURNAL
19
Recommended