View
54
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
new
Citation preview
A. Pengertian Biofilm
Biofilm adalah kumpulan sel mikroorganisme, khususnya bakteri, yang melekat di suatu
permukaan dan diselimuti oleh pelekat karbohidrat yang dikeluarkan oleh bakteri. Biofilm
terbentuk karena mikroorganisme cenderung menciptakan lingkungan mikro
dan relung (niche) mereka sendiri. Biofilm memerangkap nutrisi untuk pertumbuhan populasi
mikroorganisme dan membantu mencegah lepasnya sel-sel dari permukaan pada sistem yang
mengalir. Permukaan sendiri adalah habitat yang penting bagi mikroorganisme
karena nutrisi dapat terjerap pada permukaan sehingga kandungan nutrisinya dapat lebih
tinggi daripada di dalam larutan.Konsekuensinya, jumlah dan aktivitas mikroba pada
permukaan biasanya lebih tinggi daripada di air.
B. Pepaya (Carica papaya L.)
1. klasifikasi tanaman
Tanaman pepaya (Carica papaya L.) ini berasal dari kawasan sekitar Meksiko dan Costa
Rica. Dewasa ini tanaman papaya telah menyebar keseluruh dunia termasuk Indonesia. Pada
pertengahan abad ke-16, tanaman papaya mulai banyak ditanam dan dibudidayakan di Cina
dan Malaysia. Pada abad ke-19, diperkirakan mulai masuk ke Indonesia (1925-1930).
( Ashari,2006).
Tanaman pepaya (Carica papaya L.) yang di Jawa terkenal dengan nama kates maupun
ketela gantung adalah merupakan sebuah tanaman yang seluruh organnya dapat dipergunakan
baik untuk manusia maupun hewan. DiIndonesia kegunaan pepaya ini belum begitu lengkap
bila dibandingkan diluar negri. Sebab di luar negri semuanya dapat dipergunakan selain
untukmakanan juga sebagai obat-obatan. (Muljana, 2006 :1).
Menurut, Tjitrosoepomo (1996) taksonomi tanaman pepaya adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Violales
Familia : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L.
Gambar bagian tanaman pepaya
2. Kandungan Kimia Pepaya
Daun : enzim papain, alkaloid karpaina, pseudo-karpaina, glikosid,karposid dan saponin,
sakarosa, dekstrosa, dan levulosa. Alkaloid karpaina mempunyai efek seperti digitalis.
Buah : β-karotena, pektin, d-galaktosa, l-arabinosa, papain, papayotimin papain, serta
fitokinase.
Biji : glukoside kakirin dan karpain. Glukoside kakirin berkhasiat sebagai obat cacing,
peluruh haid, serta peluruh kentut (karminatif).
Getah : papain, kemokapain, lisosim, lipase, glutamin, dan siklotransferase.
(Dalimarta dan Hembing,1994).
3. Cara menganalisi kandungan kimia pada pepaya
analsis senyawa alkaloid
Sebanyak 4 g daun pepaya (Carica papaya L.) yang telah dihaluskan ditambahkan kloroform
secukupnya lalu dihaluskan lagi. Selanjutnya ditambah 10 ml amoniak dan 10 ml kloroform.
Larutan disaring ke dalam tabung reaksi, filtrat ditambahkan asam sulfat 2N sebanyak 10 tetes.
Filtrat dikocok dengan teratur kemudian dibiarkan beberapa lama sampai terbentuk dua lapisan.
Lapisan atas dipindahkan ke dalam tiga tabung reaksi. Ketiga larutan ini dianalisis dengan pereaksi
Mayer, Dragendorff dan Wagner. Terbentuknya endapan menunjukkan bahwa sampel tersebut
mengandung alkaloid. Reaksi dengan pereaksi Mayer akan terbentuk endapan putih, dengan
pereaksi Dragendorff terbentuk endapan merah jingga dan dengan pereaksi wagner terbentuk
endapan merah kecoklatan.
Analsis Senyawa Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 200 mg daun pepaya (Carica papaya L.) yang telah dihaluskan, ditambahkan asam asetat
glasial sampai sampel terendam semuanya, dibiarkan selama kira-kira 15 menit, enam tetes larutan
dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan ditambah 2-3 tetes H2SO4. Adanya triterpenoid
ditunjukkan dengan terjadinya warna kecoklatan atau violet, sedangkan adanya steroid ditunjukkan
dengan adanya warna biru kehijauan.
Analisis Senyawa Flavanoid
Sebanyak 200 mg daun pepaya (Carica papaya L.) yang telah dihaluskan, ditambahkan dengan 5
ml etanol dan dipanaskan selama lima menit di dalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambah beberapa
tetes HCl 2N pekat. Kemudian ditambahkan 0,2 g bubuk Mg. Hasil positif ditunjukkan dengan
timbulnya warna merah tua (magenta) dalam waktu 3 menit.
Analisis Senyawa Saponin
Sebanyak 200 mg daun pepaya (Carica papaya L.) yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam
tabung reaksi, ditambah air suling sehingga seluruh cuplikan terendam, dididihkan selama 2-3
menit, dan selanjutnya didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat lalu ditambahkan 2 tetes HCl.
Apabila masih terbentuk buih yang stabil, maka sampel positif mengandung saponin.
Analisis Senyawa Tannin
Sebanyak 200 mg daun pepaya (Carica papaya L.) yang telah dihaluskan, ditambah etanol sampai
sampel terendam semuanya. Kemudian sebanyak 1 ml larutan dipindahkan kedalam tabung reaksi
dan ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%.Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna
biru tua atau hitam
C. Singkong
1. Klasifikasi Tanaman
Singkong (Manihot utilissima) pertama kali dikenal di Amerika Selatan kemudian
dikembangkan pada masa prasejarah di Brasil dan Paraguay. DiIndonesia singkong
diperkenalkan oleh orang Portugis pada abad ke-16 dari brasil dan mulai ditanam secara
komersial sekitar taun 1810. Singkong atau dalam bahasa daerahnya dikenal dengan ketela
pohon, ubi kayu, pohung (Jawa), sampeu (Sunda) dan kaspe (Papua) adalah pohon tahunan
daerah tropis dan subtropis dari keluarga Euphorbiaceae (Agoes, 2010 : 81-82).
Menurut, Tjitrosoepomo (1996) taksonomi tanaman singkong adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilissima
Gambar tanaman singkong
2. Kandungan kimia
Di dalam daun singkong mengandung vitamin A, B1 dan C, kalsium, kalori, fosfor, protein, lemak,
hidrat arang, dan zat besi. Sementara kulit batang mengandung tanin, enzim peroksidase, glikosida,
dan kalsium oksalat. (Agoes, 2010 : 82). Dan di daun singkong juga merupakan sumber protein
yang bagus karena mengandung asam amino metionin. (Sudarma, 2013 :125). Menurut (Kusnadi et
al. 2012) Selain berfungsi sebagai sumber protein, daun singkong juga berperan sebagai anti cacing
(anthelmintic) dan kandungan taninnya berpotensi meningkatkan daya tahan saluran pencernaan
ternak terhadap mikroorganisme parasit. Daun singkong mengandung senyawa glukosida
sianogenik, yang tersebar hampir di semua jaringan tanaman yang terdiri dari linamarin dan
lotaustralin. Linamarin jika terhidrolisis akan membentuk asam sianida (HCN) yang mempunyai
sifat mudah larut dan menguap, sehingga kadar linamarin dapat diturunkan melalui proses
perendaman dan perebusan. Dalam
proses perendaman linamarin akan terhidrolisis (bereaksi dengan air).(Askurrahman, 2010 : 138).
3. Cara menganalisi kandungan kimia pada singkong
Analisis Senyawa Flavanoid
Sebanyak 200 mg daun singkong (Manihot utilissima) yang telah dihaluskan, ditambahkan dengan
5 ml etanol dan dipanaskan selama lima menit di dalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambah
beberapa tetes HCl 2N pekat. Kemudian ditambahkan 0,2 g bubuk Mg. Hasil positif ditunjukkan
dengan timbulnya warna merah tua (magenta) dalam waktu 3 menit.
Analisis Senyawa Saponin
Sebanyak 200 mg daun singkong (Manihot utilissima )yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam
tabung reaksi, ditambah air suling sehingga seluruh cuplikan terendam, dididihkan selama 2-3
menit, dan selanjutnya didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat lalu ditambahkan 2 tetes HCl.
Apabila masih terbentuk buih yang stabil, maka sampel positif mengandung saponin.
Analisis Senyawa Tannin
Sebanyak 200 mg daun singkong (Manihot utilissima) yang telah dihaluskan, ditambah etanol
sampai sampel terendam semuanya. Kemudian sebanyak 1 ml larutan dipindahkan kedalam tabung
reaksi dan ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%.Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya
warna biru tua atau hitam.
Uji glikosida 3-flavonoid
Ambil larutan percobaan sebanyak 1 ml, uapkan hingga kering, sisalarutkan dalam 2 ml etanol 96%
dan tambahkan logam Zn, 2 ml HCL2N, diamkan selama 1 menit kemudian tambahkan HCL p, jika
dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi perubahan warana menunjukan adanya glikosida 3-favonol.
D.Talas
1. Klasifikasi Tanaman
Talas (Colocasia esculenta) termasuk tumbuhan tegak yang memiliki perakaran liar,
berserabut dan dangkal. Batang yang tersimpan dalam tanah pejal, bentuknya menyilinder
(membulat), umumnya berwarna cokelat tua, ,dilengkapi dengan kuncup ketiak yang terdapat
diatas lampang daun tempat munculnya umbi baru, tunas (stolon). Daun memerisai dengan
tangkai
panjang dan besar. (Anonima, 2012).
Menurut Dalimarta (1999), klasifikasi tanaman talas sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Arales
Suku : Araceae
Marga : Colocasia
Jenis : Colocasia esculenta L Schott
Gambar tanaman talas
2. kandungan kimia daun talas
Talas mengandung banyak senyawa kimia yang dihasilkan dari metabolisme sekunder seperti
alkaloid, glikosida, saponin, minyak essensial, resin, gula dan asam-asam organik.
E. Mengkudu
1. Klasifikasi Tanaman
Morinda citrifolia L mempunyai nama daerah : Eodu, mengkudu, bengkudu, (Sumatera) ; kudu,
cengkudu, kemudu, pace (Jawa); wangkudu, manakudu, bakulu (Nusa tenggara); dan di Kalimantan
di kenal dengan nama mangkudu, wangkudu, dan labanan (Wijayakusuma, 1995).
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Anak kelas : Sympatalae
Bangsa : Rubiales
Suku : Rubiaceae
Marga / genus : Morinda
Jenis / spesies : Morinda citrifolia L.
2. Kandungan kimia
1. Xeronine dan Proxeronine. Salah satu alkaloid penting yang terdapat di dalam buah mengkudu
adalah xeronine. Buah mengkudu hanya mengandung sedikit xeronine, tapi banyak mengandung
bahan pembentuk (precursor) xeronine alias proxeronine dalam jumlah besar. Proxeronine adalah
sejenis asam nukleat seperti koloid-koloid lainnya. Xeronine diserap sel-sel tubuh untuk
mengaktifkan protein-protein yang tidak aktif, mengatur struktur dan bentuk sel yang aktif.
Xeronine dari mengkudu bekerja secara kontradiktif. Pada penderita tekanan darah tinggi, xeronin
menurunkan tekanan darah menjadi normal. Pada penderita tekanan darah rendah, mengkudu
meningkatkan tekanan darah. Dengan kata lain, sari buah mengkudu berfungsi sebagai adaptogen,
penyeimbang fungsi sel-sel tubuh.
2. Terpenoid. Zat ini membantu dalam proses sintesis organic dan pemulihan sel-sel tubuh.
3. Scolopetin terdapat pada buah mengkudu. Senyawa scolopetin sangat efektif sebagai unsur anti
peradangan dan anti-alergi. Scolopetin pada mengkudu adalah sejenis fitonutrien yang dapat
mengikat serotonin, yaitu zat kimiawi yang penting di dalam tubuh manusia. Scolopetin berfungsi
memperlebar saluran pembuluh darah yang mengalami penyempitan dan melancarkan peredaran
darah sehingga jantung tidak perlu bekerja terlalu keras untuk 10 memompa darah. Dengan
demikian tekanan darah menjadi normal. Meskipun demikian, scolopetin yang terdapat dalam buah
mengkudu dapat berinteraksi sinergis dengan nutraceuticals (makanan yang berfungsi untuk
pengobatan) lain untuk mengatur tekanan darah tinggi menjadi normal, tetapi tidak menurukan
tekanan darah rendah yang sudah normal.
4. Zat anti kanker. Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu paling efektif melawan sel-sel
abnormal.
5. Asam. Asam askorbat yang terdapat di dalam buah mengkudu merupakan sumber vitamin C dan
antioksidan yang hebat. Antioksidan bermanfaat menetrasir radikal bebas, yaitu partikel-partiker
bebahaya yang terbentuk sebagai hasil samping proses metabolisme yang dapat merusak materi
genetic dan sistem kekebalan tubuh. Mengkudu juga mengandung asam kaproat, asam kaprik, dan
asam kaprilat. Asam kaproat dan asam kaprik inilah yang menyebabkan bau busuk yang tajam
ketika buah mengkudu masak, sedangkan asam kaprilat membuat rasa buah tidak enak. Asam
kaproat dan asam kaprik ini termasuk golongan asam lemak bebas.
6. Zat anti bakteri. Jurnal Pasific Scien melaporkan bahwa mengkudu mengandung bahan anti-
bakteri yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah pencernaan jantung dan gangguan jantung.
Senyawa antarakuinon yang banyak terdapat pada buah mengkudu dapat melawan bakteri
Staphylococcus yang menyebabkan infeksi pada jantung dan bakteri Shigella yang menyebabkan
disentri. Zat aktif yang terkandung dalam buah mengkudu dapat mematikan bakteri penyebab
infeksi, seperti 11 Pseudomonas aeruginosa, Protens morganii, Stapholococcus aereus, Bacillus
subtilis, dan Esccherichia coli. Zat anti kanker ini juga dapat mengontrol bakteri pathogen
(mematikan) seperti Salmonellamontivideo, S. scotmuelleri, S. typhi, dan Shigella dusenteriae, S.
flexnerii, S. paradysenteriae, serta Stapholococcus aereus.
Recommended