View
93
Download
11
Category
Preview:
Citation preview
LABORATORIUM FARMASETIKA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
JURNAL PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI I
PERCOBAAN
TABLET
OLEH
NAMA : RESKI WAHYU
NIM : 70100111075
KELOMPOK : II
GOLONGAN : FARMASI B
ASISTEN : UMMU KALSUM
SAMATA-GOWA
2013
FORMULA TEKNOLOGI I
I. Formula Asli : TABLET ANTIDIABETES
II. Rancangan Formula
Nama produk : Glypzide Tablet
Jumlah produk : 20 Tablet @ 25 mg
Tanggal Formulasi : 3 Mei 2013
Tanggal Produksi : 25 Mei 2013
No.Reg : DBL 1315100110 A1
No.Batch : M 1201001
Komposisi : Tiap 25 mg mengandung:
Glipzide 5 mg
Metil Selulosa 5 %
Asam Alginat 5 %
Talk 5 %
Amilum Maydis ad 25 mg
III. Master Formula
Diproduksi oleh Tanggal Formulasi Tanggal Produksi Dibuat Oleh Disetujui Oleh Reski PHARMA 3 Mei 2013 25 Mei 2013 Reski Wahyu Ummu Kalsum` Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Perdosis Perbatch 01 – GI Glipizide Zat Aktif 5 mg 100 mg 02 – MS Metil Selulosa Zat Pengikat 1,25 mg 25 mg 03 – TA Talk Zat Pelincir 1,25 mg 25 mg 04 – AG Asam Aglinat Zat Penghancur 1,25 mg 25 mg 05 – AM Amylum Maydis Zat Pengisi 16,25 mg 325 mg
IV. Alasan Pembuatan Produk
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat
yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan
farmasetika yang sesuai (Ansel, Howard. 1985: 244).
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit
atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat
disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-
sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh
kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).
Pada tahun 2000 diperkirakan sekitar 150 juta orang di dunia
mengidap diabetes mellitus. Jumlah ini diperkirakan akan
meningkat menjadi dua kali lipat pada tahun 2005, dan sebagian
besar peningkatan itu akan terjadi di negaranegara yang sedang
berkembang seperti Indonesia. Populasi penderita diabetes di
Indonesia diperkirakan berkisar antara 1,5 sampai 2,5% kecuali di
Manado 6%. Dengan jumlah penduduk sekitar 200 juta jiwa,
berarti lebih kurang 3-5 juta penduduk Indonesia menderita
diabetes. Tercatat pada tahun 1995, jumlah penderita diabetes di
Indonesia mencapai 5 juta jiwa. Pada tahun 2005 diperkirakan akan
mencapai 12 juta penderita (Promosi Kesehatan Online, Juli 2005).
Walaupun Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang
tidak menyebabkan kematian secara langsung, tetapi dapat
berakibat fatal bila pengelolaannya tidak tepat. Pengelolaan DM
memerlukan penanganan secara multidisiplin yang mencakup
terapi non-obat dan terapi obat.
Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam penatalaksanaan
diabetes, yang pertama pendekatan tanpa obat dan yang kedua
adalah pendekatan dengan obat. Dalam penatalaksanaan DM,
langkah pertama yang harus dilakukan adalah penatalaksanaan
tanpa obat berupa pengaturan diet dan olahraga. Apabila dengan
langkah pertama ini tujuan penatalaksanaan belum tercapai, dapat
dikombinasikan dengan langkah farmakologis berupa terapi insulin
atau terapi obat hipoglikemik oral, atau kombinasi keduanya.
Ada 5 golongan antidiabetik oral (ADO) yang dapat
digunakan untuk DM dan telah dipasarkan di Indonesia yakni
golongan : sulfonylurea, meglitinid, biguanid, penghambat alfa
glikosidase, dan tiazolidinedion. Kelima golongan ini dapat
diberikan pada DM tipe 2 yang tidak dapat dikontrol hanya dengan
diet dan latihan fisik saja (Gunawan, Sulistia Gan. 2007: 489-490).
Sulfonilurea bekerja merangsang sekresi insulin pada
pancreas sehingga hanya efektif bila sel beta pankreas masih dapat
bereproduksi (Sukandar, Elin Yulinah.2009 : 26).
Obat-obat kelompok ini bekerja merangsang sekresi insulin
di kelenjar pancreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel β
Langerhans pancreas masih dapat berproduksi. Penurunan kadar
glukosa darah yang terjadi setelah pemberian senyawa-senyawa
sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin oleh
kelenjar pancreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan
perangsangan oleh glukosa, karena ternyata pada saat glukosa (atau
kondisi hiperglikemia) gagal merangsang sekresi insulin, senyawa-
senyawa obat ini masih mampu meningkatkan sekresi insulin. Oleh
sebab itu, obat-obat golongan sulfonilurea sangat bermanfaat untuk
penderita diabetes yang kelenjar pankreasnya masih mampu
memproduksi insulin, tetapi karena sesuatu hal terhambat
sekresinya. Pada penderita dengan kerusakan sel-sel β Langerhans
kelenjar pancreas, pemberian obat-obat hipoglikemik oral
golongan sulfonilurea tidak bermanfaat. Pada dosis tinggi,
sulfonylurea menghambat degradasi insulin oleh hati.
Absorpsi senyawa-senyawa sulfonilurea melalui usus cukup
baik, sehingga dapat diberikan per oral. Setelah diabsorpsi, obat ini
`tersebar ke seluruh cairan ekstrasel. Dalam plasma sebagian
terikat pada protein plasma terutama albumin (70-90%)
(Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus)
Ada 3 metode dalam pembuatan tablet yaitu kempa langsung,
granulasi basah dan granulasi kering. Untuk tablet ini, saya
menggunakan metode granulasi kering karena dosis Glipzide yang
kecil yaitu 5 mg. Menurut Lachman halaman 686, banyak obat lain
yang berdosis kecil tidak bercampur merata zat aktif dengan
pengisinya bila dikempa langsung. Oleh sebab itu, dalam
pembuatannya terlebih dahulu dibentuk granul.
V. Alasan Penambahan Bahan
Zat Aktif
Glipzid, absorpsinya lengkap, masa paruhnya 3-4 jam. Dalam
darah 98% terkait protein plasma, potensinya 100 x lebih kuat
dari tolbutamid, tetapi efek hipoglikemik maksimalnya mirip
dengan sulfonilurea lain. Metabolismenya di hepar, menjadi
metabolit yang tidak aktif, sekitar 10% diekskresi melalui ginjal
dalam keadaan utuh (Gunawan, Sulistia Gan. 2007:490).
Glipizida adalah derivate-pirazin dan glibenklamida yang juga
termasuk generasi ke-2 (1971). Khasiat hipoglikemis dan pola
kerjanya sama dengan glibenklamida; daya kerjanya bertahan
12-24 jam, meskipun plasma t ½ nya hanya 2-4 jam (Tjay, Tan
Hoan. 2010: 753).
Mempunyai masa kerja yang lebih lama dibandingkan dengan
glibenklamid tetapi lebih pendek dari pada klorpropamid.
Kekuatan hipoglikemiknya jauh lebih besar dibandingkan
dengan tolbutamida. Mempunyai efek menekan produksi
glukosa hati dan meningkatkan jumlah reseptor insulin.
Glipizida diabsorpsi lengkap sesudah pemberian per oral dan
dengan cepat
dimetabolisme dalam hati menjadi metabolit yang tidak aktif.
Metabolit dan kira-kira 10% glipizida utuh diekskresikan
melalui ginjal (Handoko dan Suharto, 1995; Soegondo, 1995b).
Zat Tambahan
Amylum Maydis – Pengisi
Pati adalah bahan tambahan yang digunakan sebagai
bahan pengisi pada sediaan tablet (Excipient. 2010:685).
Tepung yang dapat diperoleh dari jagung dapat
digunakan sebagai pengisi tablet (Lachman. 2012 : 699)
Yang umum digunakan adalah pati (Rudolf Voigt.
1995:202).
Metilselulosa – Pengikat
Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau
retak, dapat merekat. Biasanya yang digunakan adalah
mucilage, gummi arabici dan methylcellulosum 5%
(Anief. 2007:93)
Kelompok bahan pembantu ini dimaksudkan untuk
memberikan kekompakan dan daya tahan tablet. Sebagai
bahan pengikat yang khas adalah turunan selulosa
(Rudolf Voigt. 1995:203)
Metilselulosa adalah pengikat dan perekat yang umum
dipakai. Dalam keadaan kering pada pencetakan
l`angsung ,bahan ini mempunyai kemampuan sebagai
pengikat (Lachman. 2012:702).
Talk – Pelincir
Pelincir kedua yang paling banyak dipakai adalah talk
(Lachman. 2012:703). Talk pada sediaan oral digunakan
sebagai bahan pengisi dan bahan pelincir
(Excipients:728).
Talk digunakan untuk mengurangi gesekan logam dan
gesekan tablet (Rudolf, Voigt. 1995:204).
Asam Alginat – Penghancur
Pemercepat kehancuran tablet yang baik adalah Asam
alginate dan garam atau turunanya. Asam alginate yang
tidak larut air dapat menyerap air yang jauh lebih besar
dari massanya sendiri, mereka kemudian membengkak
dan selanjutnya menimbulkan efek menghancurkan
(Rudolf Voight. 1995:209)
Agar dapat digunakan sebagai penghancur diperlukan
asam alginate sebanyak 1-5 % (Excipient. 2010:20)
Asam alginat berfungsi membantu hancurnya tablet
setelah ditelan (Syamsuni. 2007:172).
VI. Uraian Bahan
1. Glipizide (Martindalle. 2009: 441)
Nama Resmi : GLIPIZIDE
Nama Lain : Glipitsidi; Glipizid; Glipizida; Glipizidas;
Glipizidum; Glipizyd; Glydiazinamide;
K-4024. 1-Cyclohexyl-3-{4-[2-(5-
methylpyrazine-2-
carboxamido)ethyl]benzenesulphonyl}urea
Rumus Bangun :
Rumus Molekul :
Pemerian : Sebuah kristal putih atau hampir
putihbubuk. Praktis tidak larut dalam air
dan alkohol; sangat sedikit larut dalam
aseton dan dalam diklorometana. Hal
larut dalam encer solusi hidroksida alkali
Indikasi : Diabetes Melitus Tipe II ringan-sedang
Kontraindikasi : Wanita menyusui, profiria, dan
ketoasidosi
Efek Samping : Gejala saluran cerna dan sakit kepala.
Gejala hematologik termasuk
trombositopenia, agranulositosis dan
anemia aplastik dapat terjadi walau jarang
sekali.
(Sukandar. 2009: 29)
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Terapi OHO selalu dimulai dari dosis rendah 1 kali pemberian
per hari, setelah itu dosis dapat dinaikkan sesuai dengan respons
terhadap obat. Dosis rendah dapat diberikan 1 kali sehari,
sebelum atau bersama sarapan, dosis tinggi diberikan dalam
dosis terbagi. Dosis awal 2,5 – 5 mg, 30 menit sebelum sarapan.
Bila diperlukan, dosis dapat dinaikkan sampai 5 atau 10 mg
sekali sehari sampai 3 x sehari, maksimal 20 mg per hari
Farmakologi
Farmakodinamik :
Kekuatan hipoglikemiknya jauh lebih besar dibandingkan
dengan tolbutamida, lebih kurang 100 kali Tolbutamida.
Glipizid merangsang sekresi insulin oleh sel-sel beta-
Langerhans kelenjar pancreas, menekan produksi glukosa hati
dan meningkatkan jumlah reseptor insulin di jaringan
ekstrahepatik. Dengan dosis tunggal pagi hari terjadi peninggian
kadar insulin selama 3 kali makan, tetapi insulin puasa tidak
meningkat. Efek insulinotropik terjadi 30 menit setelah
pemberian dosis tunggal pada pasien diabetes.
Farmakokinetik :
Absorpsi OHO sulfonilurea melalui usus baik sehingga dapat
diberikan per oral. Setelah absorpsi, obat ini tersebar ke seluruh
cairan ekstra sel.Mempunyai masa kerja lebih dari 12 jam, lebih
lama dibandingkan dengan glibenklamid tetapi lebih pendek
dari pada klorpropamid Glipizida diabsorpsi lengkap sesudah
pemberian per oral. Konsentrasi puncak dalam plasma tercapai
1-3 jam setelah pemberian per oral. Glipizid tidak diakumulasi
dalam plasma pada pemberian berulang per oral. Absorpsi total
dan disposisi tidak dipengaruhi oleh makanan, namun waktu
absorpsi akan tertunda lebih kurang 40 menit.
Oleh sebab itu glipizid lebih efektif jika diberikan 30 menit
sebelum makan/sarapan. Di dalam plasma sebagian besar
glipizid terikat pada protein, sekitar 98-99% satu jam setelah
pemberian. Volume distribusi glipizid setelah pemberian intra
vena sebesar 11 liter. Glipizid dengan cepat dimetabolisme
dalam hati menjadi metabolit turunan hidroksilasi dan konjugat
polar yang tidak aktif. Metabolit dan kira-kira 10% glipizida
utuh diekskresikan melalui ginjal. Waktu paruh eliminasi lebih
kurang 2-4 jam pada subyek normal, baik pada pemberian per
oral maupun intra vena.
Pola metabolisme dan ekskresi sama, baik pada pemberian per
oral maupun intra vena, menunjukkan bahwa first pass effect
tidak signifikan.
Stabilitas Penyimpanan
Simpan pada suhu < 30°C
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
• Alkohol: dapat menambah efek hipoglikemik
•Analgetika (azapropazon, fenilbutazon, dan lain-lain):
meningkatkan efek sulfonilurea
•Antagonis kalsium: misalnya nifedipin kadang-kadang
mengganggu toleransi glukosa
•Antagonis Hormon: aminoglutetimid dapat mempercepat
metabolisme OHO; oktreotid dapat menurunkan kebutuhan
insulin dan OHO
•Antihipertensi diazoksid: melawan efek hipoglikemik
•Antibakteri (kloramfenikol, kotrimoksasol, 4-kuinolon,
sulfonamida dan trimetoprim): meningkatkan efek sulfonilurea
•Antibakteri rifampisin: menurunkan efek sulfonylurea
(mempercepat metabolisme)
•Antidepresan (inhibitor MAO): meningkatkan efek
hipoglikemik
• Antijamur: flukonazol dan mikonazol menaikkan kadar plasma
sulfonilurea
•Anti ulkus: simetidin meningkatkan efek hipoglikemik
sulfonilurea
•Hormon steroid: estrogen dan progesterone (kontrasepsi oral)
antagonis efek hipoglikemia
•Klofibrat: dapat memperbaiki toleransi glukosa dan
mempunyai efek aditif terhadap OHO
• Penyekat adrenoreseptor beta : meningkatkan efek
hipoglikemik dan menutupi gejala peringatan, misalnya tremor
• Penghambat ACE: dapat menambah efek hipoglikemik
• Urikosurik: sulfinpirazona meningkatkan efek sulfonilurea
2. Amylum Maydis (Dirjen POM. 1999. hal 162)
Nama Resmi : Amylum Maydis
Nama Lain : Pati jagung
Pemerian : tidak berbau dan tidak berasa, serbuk halus
dan putih
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol 95% dan air
dingin.
Kegunaan : Sebagai pengisi
Inkompatibilitas : dengan zat pengoksidasi kuat dan Iodin
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : dijaga agar tetap kering dengan
perlindungan dari kelembaban tinggi
3. Metil Selulosa (Excipients. 2010:438)
Nama Resmi : Methylcellulose
Nama Lain : Benecel; Cellacol; Culminal MC; E461;
Mapolose; Methocel; methylcellulosum;
Metolose; Tylose; Viscol.
Rumus Bangun :
Pemerian : Bubuk putih berserat atau butiran, praktis
tidak berbau dan berasa. Ini harus diberi
label untuk menunjukkan nya
Kegunaan : sebagai pengikat
Penyimpanan : dalama wadah tertutup baik
Stabilitas : tetap kompak meskipun bersifat
higroskopis
Inkompatibilitas : dengan aminacrine hydrochloride;
chlorocresol; mercuric chloride; phenol;
resorcinol; tannic acid; silver nitrate;
cetylpyridinium chloride; p-
hydroxybenzoic acid; paminobenzoic acid;
methylparaben; propylparaben; and
butylparaben
Range : 1 – 5 %
4. Asam Alginat (Dirjen POM. 1979:44 dan Excipients. 2010:20 )
Nama Resmi : ACIDUM ALGINICUM
Nama Lain : Asam alginate, Acidum alginicum; E400;
Kelacid; L-gulo-D-mannoglycuronan;
polymannuronic acid; Protacid; Satialgine
H8.
Pemerian : Serbuk berserat; putih hingga kekuningan;
tidak berbau; tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut organik;
larut dalam larutan alkali
Kegunaan : Sebagai penghancur
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : akan terhidrolis pada temperature hangat
menghasilkan bahan dengan sebuah molekul
rendah dan viskositas rendah
Inkompatibilitas : terhadap zat pengoksidasi kuat,
Range : 1 – 5 %
5. Talk (Dirjen POM. 1979: 591 dan Excipients. 2010: 728)
Nama Resmi : TALCUM
Nama Lain : Altalc; E553b; hydrous magnesium calcium
silicate; hydrous magnesium silicate;
Imperial; Luzenac Pharma; magnesium
hydrogen metasilicate; Magsil Osmanthus;
Magsil Star; powdered talc; purified French
chalk; Purtalc; soapstone; steatite; Superiore;
talcum
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah
melekat pada kulit, bebas dari butiran;
warna putih atau putih kelabu
Kelarutan : Tidak larut dalam hamper semua pelarut
Kegunaan : Sebagai pelincir
Inkompatibilitas : terhadap ammonium
Stabilitas : akan steril pada pemanasan 160˚C
Range : 1 – 10 %
VII. Perhitungan Bahan
Perdosis
Glipizide 5 mg
Metil Selulosa =5/100 x 25 = 1,25 mg
Asam Alginat = 5/100 x 25 = 1,25 mg
Talk = 5/100 x 25 = 1,25 mg
Amylum Maydis = 25 - (5 + 1,25 + 1,25 + 1,25) = 16,25 mg
Perbatch
Glipizide = 5 mg x 20 tablet = 100 mg
Metil Selulosa = 1,25 mg x 20 tablet = 25 mg
Asam Alginat = 1,25 mg x 20 tablet = 25 mg
Talk = 1,25 mg x 20 tablet = 25 mg
Tepung Jagung = 16,25 x 20 tablet = 325 mg
VIII. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang masing-masing bahan
3. Dicampurkan bahan aktif, pengisi dan bahan penghancur secara
homogen
4. Dibentuk granul dengan penambahan bahan pengikat
5. Bahan yang telah tercampur kemudian dikempa/dicetak
6. Tablet kempaan diayak dengan lubang ayakan sesuai dengan
yang diinginkan
7. Ditambahkan pelincir kemudian dikempa kembali
8. Tablet yang telah jadi dimasukkan ke dalam wadah dan diberi
etiket
Daftar Pustaka
Ansel, Howard. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Jakarta : DEPKES RI
Gunawan, Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : UI Press
Lachman Leon, dkk. 2012. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Jakarta:
UI Press.
Sukandar, Elin Yulinah. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT.ISFI
Penerbitan
Voight, Rudolf. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press
Lampiran
Wadah
Etiket
Brosur
Recommended