View
241
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
Visi & Misi PP
Visi & Misi
Kabupaten
LANDASAN HUKUM DAN
OPERASIONAL
PUSAT
- KSN PP (2001 – 2005)
- UU No. 22/1999
- UU No. 25/1999
- UU No. 23/1997
- UU No. 4/1992
- UU No. 26/2007
- UU No. 16/1985
- UU No. 5/1960
- PP 25/2000
- Peraturan terkait lainnya
PROPINSI
- RTRW Jawa Tengah
- RPM Jateng
- Kebijakan yang relevan
KABUPATEN
- RUTR Kabupaten
- Renstra Dinas/Instansi
- Kebijakan yang terkait dengan
Perumahan dan Permukiman
PENDATAAN
Gambar 1.1.
Kerangka Pikir Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Keseluruhan
I – 9 A
Tim Teknis
& SKPD Terkait
TARGET DAN SASARAN
PEMBANGUNAN PP
RP4D KABUPATEN
Pembinaan Terhadap
Jasa Pembangunan PP
Pengembangan
Peraturan
Perundangan
Pengembangan Tata
Laksana
Pembangunan PP
Pengembangan
Kelembagaan
Pembiayaan PP
LEGALISASI
PROYEKSI DAN
PREDIKSI
- Kependudukan
- Kebutuhan rumah
- Ketersediaan lahan
- Kebutuhan sarana
dan prasaran
ARAH
PENGEMBANGAN
- Fungsi
- Fisik
KONSEPSI PENGEMBANGAN PP
- Alokasi lokasi ruang
- Kebijakan strategis
- Rumusan skala prioritas
- Strategi pelayanan masyarakat
- Kebijakan pembiayaan dan kelembagaan
Pembangunan Kelembagaan
Pembiayaan PP
Pengembangan Tata Laksana
Pembangunan PP
Pengembangan Peraturan
Perundangan
Pembinaan Terhadap Jasa
Pembangunan PP
TARGET DAN SASARAN
PEMBANGUNAN PP
Rencana Penanganan
Permukiman Perdesaan Rencana Peningkatan
Kualitas pp
Rencana Pengembangan
Kawasan PP Baru
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman
KABUPATEN
LEGALISASI
RTRW Kabupaten
Rencana PP oleh
Pengembang
Rencana PP oleh
Masyarakat
Eksisting Lahan
untuk PP
Kondisi Perumahan
& Permukiman (PP)
Inventarisasi &
Pencatatan Ulang
POKOK-POKOK
PERMASALAHAN PP
- - Permasalahan yang
penting dan genting
- Permasalahan yang
perlu diantisipasi
melalui perundang-
undangan
- Permasalahan yang
dapat
diselenggarakan
secara bertahap
Stok PP
Luasan & Persebaran
PP
Layanan Sarana &
Prasarana
RPJM Jateng
RTRW Kabupaten
LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN ANTARA DRAF LAPORAN AKHIR
Konsep Laporan Akhir
Persiapan Dialog
Persiapan Dialog
Persiapan Dialog
PRODUK
KONSULTASI
T O R
Diskusi dan Konsultasi
Rencana Kerja
Organisasi
Pelaksanaan
Penyusunan Rencana Kerja
Persiapan Pengumpulan Data Instansi
dan Lapangan
Pengumpulan
data
Daftar Permasalahan
Data Lapangan
Hasil Analisis
Hasil Dialog
Analisis Data dan
Permasalahan
DRAF RP4D
LAPORAN
AKHIR Penyusunan
Draf RP4D
Pembahasan Penyempurnaan
DRAF RP4D
Proses
Penyempurnaan
Diskusi dan
Konsultasi
Gambar 4.2.
Kerangka Pikir Penyusunan RP4D Kabupaten Temanggung
IV - 5 B
RTRWP Jateng RTRW Kab. Temanggung
RPJM Kab. Temanggung RUTRK IKK Kec. UU No. 4 thn. 1992
UU No. 26 thn 2007 UU No. 32 thn. 2004 UU No. 33 thn. 2004
Peraturan yang terkait
Kondisi Lapangan (Foto, Peta, Data) Masukan Tim Teknis atau narasumber Kajian Peraturan perundang-undangan terkait
Masukan Tim Teknis atau narasumber Kajian Peraturan perundang-undangan terkait NSPM Bidang Perumahan dan Permukiman
Masukan Hasil Pembahasan Peraturan perundang-undangan terkait Peraturan dan Standar
MASUKAN
Analisis Penyusunan RP4D
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Kab. Temanggung
Penetapan RP4D Kabupaten Temanggung
Persiapan TAHAPAN Survey Kompilasi data
Persiapan Administrasi
Mobilisasi Tenaga Ahli Persiapan Bahan dan Alat
Desk Studi Literatur
Potensi dan Masalah Perumahan dan Permukiman di Kab. TemanggungMetode
Pelaksanaan Data sekunder dan Peta
Penyusunan Jadual dan Rencana Kerja
Survey Instansi dan Lapangan Kompilasi data dan identifikasi permasalahan dan potensi perumahan dan permukiman
Analisis :
Kependudukan, kebutuhan ruang kawasan,
pengembangan kawasan permukiman baru, peningkatan kualitas permukiman,
pengembangan kawasan yang bercirikan perdes
aan, kebutuhan fasilitas dan prasarana,
kelembagaan dan pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman
RP4D di Kab. Temanggung
Penyusunan buku kompilasi data dan analisis Dialog dengan Stakeholder di daerah
Perbaikan Laporan Draf Akhir
- Finalisasi laporan akhir - Perbaikan database
perumahan dan permukiman Kab.
Temanggung - Menyusun draf naskah
akdemis
Perumusan Draft RP4D Kab. Temanggung, yang mencakup Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Baru Renc. daya tamping pendudukan dan kebutuhan ruang Renc. Penyediaan Perumahan Renc. Lokasi Pembangunan Perumahan Baru Strategi Penangan Pembangunan Kawasan Permukiman
Rencana Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman Renc. lokasi Peningkatan Kualitas Permukiman Renc. Jenis-jenis Program Peningkatan Kualitas Permukiman
Renc. Penanganan kawasan Permukiman Strategi Penanganan Peningkatan Kualitas Permukiman
Rencana Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan Penetapan Orde Kawasan Renc. lokasi Kawasan Permukiman Perdesaan Strategi Penanganan Permukiman Perdesaan
Rencana Pengembangan Kelembagaan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Database Perumahan dan Permukiman
KEGIATAN
2 1
3
Keterangan : 1. Pembahasan/Penyampaian Laporan Pendahuluan 2. Pembahasan/Penyampaian Laporan Antara
3. Pembahasan/Penyampaian Draf Akhir Laporan
Diskusi dan Konsultasi
V- 1
BAB V
TINJAUAN TERHADAP RENCANA TATA RUANG
KABUPATEN TEMANGGUNG
5.1. Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang Kabupaten menggambarkan susunan unsur-unsur
pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang
digambarkan dengan tata urutan dan berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga
membentuk struktur ruang Kabupaten.
Rencana Struktur Ruang terdiri atas Rencana Sistem Pusat Pelayanan dan Rencana
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah.
Rencana Sistem Pusat Pelayanan terdiri dari :
1. Rencana Sistem Perkotaan terdiri atas :
a. Pusat Kegiatan Lokal yang disingkat PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala Kabupaten atau beberapa Kecamatan.
b. PKL tersebut terdiri atas wilayah atau kawasan yaitu Kawasan Perkotaan
Temanggung dan Kawasan Perkotaan Parakan.
c. Pusat Kegiatan Lokal promosi yang disingkat PKLp adalah kawasan perkotaan
yang berfungsi melayani kegiatan skala Kabupaten Atau beberapa Kecamatan.
PKLp tersebut terdiri atas wilayah atau kawasan yaitu Kawasan Perkotaan
Ngadirejo dan Kawasan Perkotaan Kranggan.
d. Pusat Pelayanan Kawasan yang disingkat PPK adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala Kecamatan atau beberapa Desa. PPK
tersebut terdiri atas wilayah atau kawasan yaitu Kawasan Perkotaan Pringsurat,
Kedu, Kandangan, Kledung, Bulu, Candiroto, Selopampang, Bejen, Jumo,
Tlogomulyo, Tembarak, Kaloran, Gemawang, Wonoboyo, Bansari dan Tretep.
V- 2
2. Rencana Sistem Perdesaan terdiri atas :
a. Pusat Pelayanan Lingkungan yang disingkat PPL adalah pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. PPL tersebut terdiri atas
wilayah atau kawasan yaitu Desa Kebumen Kecamatan Pringsurat, Kebonsari
Kecamatan Wonoboyo, Desa Tepusen Kecamatan Kaloran, Desa Gentan
Kecamatan Kranggan, Desa Malebo Kecamatan Kandangan dan Desa lain yang
ditetapkan dengan Keputusan Bupati sebagai Desa PPL.
b. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri dari atas satu atau lebih pusat
kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan
fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem
agrobisnis. Adapun untuk wilayah atau kawasan agropolitan sendiri adalah
Kecamatan Kledung, Kecamatan Pringsurat, Kecamatan Gemawang, Selopampang
dan Kecamatan yang lain yang ditetapkan sebagai kawasan agropolitan dengan
Keputusan Bupati.
Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031
Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada Peta 5.1. berikut ini :
V- 4
Sedangkan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah terdiri dari :
A. Sistem Jaringan Transportasi
Sistem Jaringan Transportasi terdiri dari :
I. Fungsi Jaringan Jalan yang meliputi :
Fungsi Jaringan Jalan meliputi : Status Jalan dan Fungsi Jalan.
Adapun Status Jalan terdiri atas : Jalan Nasional, Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten
dan Jalan Desa.
Sedangkan Fungsi Jalan itu sendiri terdiri atas : Jalan Arteri, Jalan Kolektor, Jalan
Lokal dan Jalan Lingkungan.
Jalan Nasional meliputi Ruas Jalan Arteri dan Ruas Jalan Kolektor :
a. Untuk Ruas Jalan Arteri meliputi : Ruas Jalan Secang-Pringsurat dan Ruas Jalan
Pringsurat-Batas Kedu Timur/Semarang Barat (Pringsurat-Bawen).
b. Sedangkan Ruas Jalan Kolektor meliputi : Ruas Jalan Batas Kabupaten
Wonosobo-Parakan, Ruas Jalan Parakan-Pertigaan Bulu, Ruas Jalan Diponegoro
Parakan, Ruas Jalan Pertigaan Bulu-Kedu, Ruas Jalan Kedu-batas Kota
Temanggung yang meliputi : ( Jalan Hayam Wuruk, Jalan Gajahmada, Jalan
Diponegoro ), Ruas Jalan Batas Kota Temanggung-Kranggan yang meliputi :
(Jalan Letjen. S. Parman, Jalan Jend. Sudirman, Jalan Suwandi Suwardi) dan
Ruas Jalan Kranggan-Secang.
Jalan Provinsi berupa Ruas Jalan Kolektor yang meliputi :
a. Jalan WR. Supratman-Kaloran-Batas Kabupaten Semarang.
b. Jalan Pringsurat-Kranggan.
c. Jalan Temanggung (Jalan MT. Haryono)-Pertigaan Bulu.
d. Jalan Parakan-Ngadirejo-Patean.
Jalan Kabupaten berupa Ruas Jalan Lokal.
Jalan Desa meliputi Jalan Lingkungan di seluruh Daerah.
II. Jaringan Pelayanan Angkutan Umum berupa Peningkatan Rute Pelayanan
Angkutan Umum yang meliputi :
1. Rute Pelayanan Angkutan Perdesaan :
a. Temanggung-Rowoseneng
V- 5
b. Temanggung-Tepusen
c. Temanggung-Braman
d. Temangggung-Tembarak-Selopampang
e. Temanggung-Tegowanuh-Kaloran
f. Temanggung-Tlilir-Lamuk-Legoksari
g. Temanggung-Bulu-Parakan
h. Temanggung-Gilingsari-Candisari
i. Temanggung-Danupayan-Pagersari
j. Temanggung-Kranggan-Kaloran
k. Temanggung-Kranggan-Medono-Pingit
l. Temanggung-Balerejo-Sriwungu-Tlogomulyo-Tempuran
m. Temanggung-Ngimbrang-Bansari
n. Temanggung-Kedu-Parakan
o. Ngimbrang-Kedu-Jumo
p. Kranggan-Bengkal-Selopampang
q. Ngadirejo-Jumo-Gemawang
r. Ngadirejo-Kalipahing-Muncar
s. Ngadirejo-Muntung-Gembyang-Pringbanyu
t. Ngadirejo-Gondangwinangun-Mangunsari-Nglaruk-Pateken-Kebonsari-
Rejosari-Wonoboyo-Tretep
u. Ngadirejo-Jumprit-Canggal
v. Ngadirejo-Purbosari-Pringsewu-Katekan-Lamuk-Ngadirejo
w. Ngadirejo-Petirejo-Karanggedong-Klimbungan-Ngadirejo
x. Ngadirejo-Muntung-Secakran-Pitrosari-Kebonsari
y. Candiroto-Wonoboyo-Tretep
z. Pingit-Kalitelon
2. Rute Pelayanan Angkutan Perkotaan meliputi :
a. Kawasan Perkotaan Temanggung
b. Kawasan Perkotaan Parakan
c. Kawasan Perkotaan Kranggan
d. Kawasan Perkotaan Ngadirejo
V- 6
III. Sarana Pelayanan Angkutan Umum yang meliputi Terminal Penumpang dan
Terminal Barang, adapun Terminal Penumpang dan Barang diantaranya yaitu:
A. Terminal Penumpang meliputi :
a. Pengembangan Terminal Tipe B yaitu Kawasan Perkotaan Temanggung.
b. Peningkatan Terminal Tipe C menjadi Tipe B yaitu Kawasan Perkotaan
Parakan dan Ngadirejo.
2. Sedangkan Peningkatan dan Pengembangan Terminal Tipe C meliputi :
a. Kawasan Perkotaan Kranggan
b. Kawasan Perkotaan Pringsurat
c. Kawasan Perkotaan Kedu
d. Kawasan Perkotaan Kandangan
e. Kawasan Perkotaan Kledung
f. Kawasan Perkotaan Bulu
g. Kawasan Perkotaan Candiroto
h. Kawasan Perkotaan Selopampang
i. Kawasan Perkotaan Bejen
j. Kawasan Perkotaan Jumo
k. Kawasan Perkotaan Tlogomulyo
l. Kawasan Perkotaan Tembarak
m. Kawasan Perkotaan Kaloran
n. Kawasan Perkotaan Gemawang
o. Kawasan Perkotaan Wonoboyo
p. Kawasan Perkotaan Bansari
q. Kawasan Perkotaan Tretep
3. Terminal Barang meliputi :
a. Kecamatan Pringsurat
b. Kecamatan Temanggung
c. Kecamatan Kranggan
d. Kecamatan Ngadirejo
e. Kecamatan Parakan
V- 7
VI. Management dan Rekayasa Lalulintas yang meliputi Perencanaan,
Pengaturan, Perekayasaan, Pemberdayaan dan Pengawasan Lalu Lintas.
A. Perencanaan lalu lintas diantaranya yaitu :
a. Identifikasi masalah lalu lintas.
b. Inventarisasi dan Analisis situasi arus lalu lintas.
c. Inventarisasi dan Analisis kebutuhan angkutan orang dan barang..
d. Inventarisasi dan Analisis ketersediaan atau daya tampung jalan.
e. Inventarisasi dan Analisis ketersediaan atau daya tampung kendaraan.
f. Inventarisasi dan Analisis angka pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas.
g. Inventarisasi dan Analisis dampak lalu lintas.
h. Penetapan tingkat pelayanan.
i. Penetapan rencana kebijakan pengaturan.
j. Penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas.
B. Pengaturan lalu lintas diantaranya yaitu :
a. Penetapan kebijakan penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas
pada jaringan jalan tertentu.
b. Pemberian informasi kepada masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan
yang telah ditetapkan.
C. Perekayasaan lalu lintas diantaranya yaitu :
a. Perbaikan geometrik ruas jalan atau persimpangan serta perlengkapan
jalan yang tidak berkaitan langsung dengan pengguna jalan.
b. Pengadaan, pemasangan, perbaikan dan pemeliharaan perlengkapan jalan
yang berkaitan langsung dengan pengguna jalan.
c. Optimalisasi operasional rekayasa lalu lintas dalam rangka meningkatkan
ketertiban, kelancaran dan efektivitas penegakan hukum.
D. Pemberdayaan lalu lintas diantaranya yaitu :
Melalui Arahan, Bimbingan, Penyuluhan, Pelatihan dan Bantuan Teknis.
E. Pengawasan lalu lintas diantaranya yaitu :
a. penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan.
b. tindakan korektif terhadap kebijakan.
c. tindakan penegakan hukum.
V- 8
Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031
Peta Rencana Sistem Transportasi Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada Peta 5.2. berikut ini :
V- 10
B. Sistem Jaringan Energi
Sistem Jaringan Energi terdiri dari :
1. Rencana Pengembangan Transmisi Tenaga Listrik
a. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) bertegangan 500 kilo volt.
Melewati Kecamatan Kandangan, Kecamatan Kaloran, Kecamatan Kranggan dan
Kecamatan Pringsurat.
b. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) bertegangan 150 kilo volt.
Melewati Kecamatan Kledung-Kecamatan Parakan-Kecamatan Kedu-Kecamatan
Bulu-Kecamatan Tlogomulyo-Kecamatan Tembarak-Kecamatan Selopampang.
c. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) bertegangan 6 kilo volt.
Dari pembangkit masuk ke Gardu Induk (GI).
d. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) bertegangan 20 kilo volt.
Di seluruh Wilayah Kecamatan.
e. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) bertegangan 110 - 220 volt.
Di seluruh Wilayah Kecamatan.
2. Rencana Pengembangan Transmisi Gardu Induk ( GI ) Distribusi atau
Pembangkit Listrik
a. Peningkatan dan pengembangan Gardu Induk (GI) distribusi listrik bertegangan
150 kilo volt.
b. Peningkatan atau pengembangan pembangkit listrik berupa pengembangan
Listrik Tenaga Mikrohidro atau Minihidro di seluruh Wilayah Kecamatan.
3. Pengembangan energi biogas di lokasi yang memiliki potensi limbah organik.
Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031
Peta Jaringan Listrik Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada Peta 5.3. berikut ini :
V- 12
C. Sistem Jaringan Telekomunikasi
Sedangkan sistem jaringan telekomunikasi terdiri dari :
1. Jaringan Kabel yang direncanakan dengan pengembangan sistem prasarana
jaringan kabel dan pembangunan rumah kabel di seluruh Wilayah Kecamatan
yang meliputi :
a. Kecamatan Temanggung
b. Kecamatan Tembarak
c. Kecamatan Tlogomulyo
d. Kecamatan Selopampang
e. Kecamatan Kranggan
f. Kecamatan Pringsurat
g. Kecamatan Parakan
h. Kecamatan Kedu
i. Kecamatan Bulu
j. Kecamatan Kandangan
k. Kecamatan Kledung
l. Kecamatan Ngadirejo
m. Kecamatan Candiroto
n. Kecamatan Jumo
o. Kecamatan Bejen
2. Sistem Nirkabel yang berupa Sarana Telekomunikasi Sistem Nirkabel di seluruh
Wilayah. Dan Mengarahkan penggunaan menara bersama telekomunikasi untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan ruang.
Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031
Peta Jaringan Telekomunikasi Kabupaten Temanggung
dapat dilihat pada Peta 5.4. berikut ini :
V- 14
D. Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Sedangkan sistem jaringan sumber daya air diarahkan pada konservasi sumber daya
air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air yang terdiri
atas :
1. WS
WS meliputi :
a. WS Progo-Opak-Serang yang merupakan WS lintas provinsi;
b. WS Bodri-Kuto yang merupakan WS lintas kabupaten;
c. DAS pada WS Progo-Opak-Serang berupa DAS Progo; dan
d. DAS pada WS Bodri-Kuto berupa DAS Kuto.
2. CAT
CAT meliputi :
a. CAT Magelang-Temanggung
b. CAT Subah
c. CAT Sidomulyo
3. Jaringan Irigasi
Jaringan Irigasi meliputi :
a. Pengelolaan Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi
meliputi :
- Daerah Irigasi Progo Manggis-Kalibening
- Daerah Irigasi Soropadan
- Daerah Irigasi Catgawen I, II, III, IV
- Daerah Irigasi Galeh
b. Pengelolaan Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah
meliputi 579 (Lima Ratus Tujuh Puluh Sembilan) daerah irigasi dengan luas
minimal 17.631,71 (Tujuh Belas Ribu Enam Ratus Tiga Puluh Satu Koma Tujuh
Puluh Satu) Hektar.
c. Pembangunan Embung untuk keperluan irigasi air baku dan pengendalian
banjir di seluruh Wilayah Kecamatan.
4. Prasarana Air Baku Untuk Air Bersih
Prasarana Air Baku Untuk Air Bersih meliputi :
a. Peningkatan Prasarana Air Minum di Kawasan Perkotaan dan Perdesaan.
b. Pengelolaan secara optimal sumber mata air untuk air minum, air bersih, dan
air untuk irigasi.
V- 15
c. Mengendalikan dengan ketat penggunaan air tanah dalam.
5. Sistem Pengendalian Daya Rusak Air
Sistem Pengendalian Daya Rusak Air itu sendiri meliputi
a. Pembangunan dan Peningkatan Bendung.
b. Pemeliharaan dan Normalisasi Sungai.
c. Pengaturan Pemanfaatan Air Sungai.
Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031
Peta Daerah Aliran Sungai, Cekungan Air Tanah serta Irigasi dan Bendung Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada Peta 5.5., 5.6. dan 5.7. berikut ini :
V- 19
E. Sistem Jaringan Lingkungan
Sedangkan Sistem Jaringan Lingkungan terdiri dari :
1. Rencana Sistem Persampahan, dilakukan dengan prinsip mengurangi (re-duce),
menggunakan kembali (re-use) dan mendaur ulang (re-cycle) meliputi :
a. Rencana Lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) terdiri atas :
- Kecamatan Kranggan
- Kecamatan Kedu
- Kecamatan Parakan
Rencana Sistem Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dilakukan
dengan sanitary landfill.
b. Rencana Lokasi Tempat Penampungan Sementara (TPS) di seluruh Kawasan
Perkotaan. Dan diarahkan menjadi Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu
(TPST).
c. Rencana Pengelolaan Sampah Skala Rumah Tangga yaitu berupa peningkatan
partisipasi masyarakat.
2. Rencana Sistem Jaringan Air Minum terdiri dari :
a. Rencana Jaringan Perpipaan yang berupa Peningkatan Dan Pengembangan
Prasarana Jaringan Perpipaan Air Minum di Seluruh Wilayah Daerah.
b. Rencana Prasarana Non Perpipaan dilakukan pada wilayah yang tidak
terlayani jaringan perpipaan yang meliputi :
- Penggalian atau Pengeboran Air Tanah
- Pengeboran Air Tanah dalam secara terbatas dengan mempertimbangkan
kelestarian lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Rencana Sistem Jaringan Pengelolaan Air Limbah terdiri dari :
a. Pengembangan Instalasi Pengolahan Limbah Industri yang meliputi :
- Kecamatan Pringsurat
- Kecamatan Temanggung
- Kecamatan Kranggan
- Kawasan Industri Menengah, Kecil atau Mikro
b. Pengembangan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja dan Limbah Rumah Tangga
Perkotaan yang meliputi : Kawasan Perkotaan.
c. Pengembangan Instalasi Pengolahan Limbah Kotoran Hewan dan Rumah
Tangga Perdesaan yang meliputi : Seluruh Kawasan Perdesaan.
V- 20
4. Rencana Sistem Jaringan Drainase yang berupa Pengembangan dan Peningkatan
Saluran Drainase Primer, Sekunder, dan tersier di seluruh Wilayah Kecamatan.
F. Sistem Jaringan Evakuasi Bencana
Sistem Jaringan Evakuasi Bencana terdiri dari atas :
1. Jalur Evakuasi Bencana yang meliputi :
a. Pengembangan Jalur Penyelamatan Bencana Angin Topan berupa Jalan-jalan
Desa yang menuju pada lokasi yang aman meliputi :
- Kecamatan Selopampang
- Kecamatan Tembarak
- Kecamatan Tlogomulyo
- Kecamatan Bulu
- Kecamatan Temanggung
- Kecamatan Kledung
- Kecamatan Pringsurat
- Kecamatan Kaloran
- Kecamatan Jumo
- Kecamatan Gemawang
- Kecamatan Wonoboyo
b. Pengembangan Jalur Penyelamatan Bencana Tanah Longsor berupa Jalan-jalan
Desa yang menuju pada lokasi yang aman meliputi :
- Kecamatan Tretep
- Kecamatan Wonoboyo
- Kecamatan Bejen
- Kecamatan Candiroto
- Kecamatan Gemawang
- Kecamatan Kandangan
- Kecamatan Kaloran
- Kecamatan Pringsurat
- Kecamatan Selopampang
2. Ruang Evakuasi Bencana berupa Ruang atau Bangunan Tempat Pengungsian
bencana yang meliputi :
a. Bangunan Kantor Pemerintah
V- 21
b. Bangunan Fasilitas Sosial
c. Bangunan Fasilitas Umum
d. Lapangan
e. Stadion
f. Taman Publik
Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031
5.2. Rencana Pola Ruang
Rencana Pola Ruang menggambarkan letak, ukuran, dan fungsi dari kegiatan
budidaya dan lindung. Rencana Pola Ruang Kabupaten Temanggung terdiri atas :
A. Kawasan Lindung
Kawasan Lindung meliputi :
I. Kawasan Hutan Lindung
Kawasan Hutan Lindung berupa kawasan hutan yang dikelola oleh negara dan
berfungsi sebagai lindung. Luas Kawasan hutan lindung minimal 3.282 (tiga ribu
dua ratus delapan puluh dua) hektar yang meliputi wilayah:
1. Kecamatan Tretep
2. Kecamatan Wonoboyo
3. Kecamatan Candiroto
4. Kecamatan Ngadirejo
5. Kecamatan Bansari
6. Kecamatan Kledung
7. Kecamatan Bulu
8. Kecamatan Tlogomulyo
9. Kecamatan Tembarak
10. Kecamatan Selopampang
II. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya
berfungsi sebagai kawasan resapan air dan memiliki luas minimal 9.732 (Sembilan
Ribu Tujuh Ratus Tiga Puluh Dua) hektar yang meliputi wilayah :
1. Kecamatan Parakan
V- 22
2. Kecamatan Kledung
3. Kecamatan Bansari
4. Kecamatan Bulu
5. Kecamatan Tlogomulyo
6. Kecamatan Tembarak
7. Kecamatan Selopampang
8. Kecamatan Kranggan
9. Kecamatan Pringsurat
10. Kecamatan Kaloran
11. Kecamatan Kandangan
12. Kecamatan Kedu
13. Kecamatan Ngadirejo
14. Kecamatan Jumo
15. Kecamatan Gemawang
16. Kecamatan Candiroto
17. Kecamatan Bejen
18. Kecamatan Tretep
19. Kecamatan Wonoboyo
III. Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan Perlindungan Setempat terdiri atas :
1. Sempadan Sungai
Sempadan sungai terdiri atas :
a. Sempadan sungai bertanggul di luar Kawasan Perkotaan
b. Sempadan sungai bertanggul di dalam Kawasan Perkotaan
c. Sempadan sungai tidak bertanggul di luar Kawasan Perkotaan
d. Sempadan sungai tidak bertanggul di dalam Kawasan Perkotaan
Sedangkan berdasarkan wilayah sungai, sempadan sungai meliputi :
a. Sungai Progo beserta anak sungainya
b. Sungai Logung beserta anak sungainya
c. Sungai Lutut beserta anak sungainya
d. Sungai Putih beserta anak sungainya
2. Sempadan Saluran Irigasi meliputi 579 (Lima Ratus Tujuh Puluh Sembilan)
Daerah Irigasi ( DI ) yang terdapat di Kabupaten.
V- 23
3. Kawasan Sekitar Waduk dan Embung terdiri atas:
a. Sempadan Waduk yang berupa daratan 100 meter dari titik pasang tertinggi.
b. Sempadan Embung yang berupa daratan 50 meter dari titik pasang tertinggi.
4. Kawasan Sekitar Mata Air
Berupa daratan minimal dengan jari-jari 200 (Dua Ratus) meter di sekitar
sumber mata air.
5. RTH Wilayah Perkotaan berupa RTH dengan luas minimal 30% (Tiga Puluh Per
Seratus) dari Kawasan Perkotaan.
a. Luasan RTH dengan proporsi 20% ( Dua Puluh Per Seratus ) sebagai RTH
publik.
b. Sedangkan untuk RTH Kawasan Permukiman Perkotaan dengan luas
minimal 2.250,62 ( Dua Ribu Dua Ratus Lima Puluh Koma Enam Puluh Dua )
hektar yang meliputi wilayah diantaranya yaitu :
- RTH Kawasan Perkotaan Parakan
- RTH Kawasan Perkotaan Kledung
- RTH Kawasan Perkotaan Bansari
- RTH Kawasan Perkotaan Bulu
- RTH Kawasan Perkotaan Temanggung
- RTH Kawasan Perkotaan Tlogomulyo
- RTH Kawasan Perkotaan Tembarak
- RTH Kawasan Perkotaan Selopampang
- RTH Kawasan Perkotaan Kranggan
- RTH Kawasan Perkotaan Pringsurat
- RTH Kawasan Perkotaan Kaloran
- RTH Kawasan Perkotaan Kandangan
- RTH Kawasan Perkotaan Kedu
- RTH Kawasan Perkotaan Ngadirejo
- RTH Kawasan Perkotaan Jumo
- RTH Kawasan Perkotaan Gemawang
- RTH Kawasan Perkotaan Candiroto
- RTH Kawasan Perkotaan Bejen
- RTH Kawasan Perkotaan Tretep
- RTH Kawasan Perkotaan Wonoboyo
V- 24
6. Sempadan jalan ini berupa Garis Sempadan Jalan (GSJ) adalah garis batas luar
pengamanan jalan atau rencana lebar jalan.
Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031
Peta Rencana Pola Ruang serta Kawasan Lindung dan Budidaya Kabupaten Temanggung
dapat dilihat pada Peta 5.8. dan 5.9. berikut ini :
V- 27
IV. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya terdiri atas :
1. Taman Wisata Alam, meliputi :
a. Sumber Mata Air Sungai Progo di Jumprit Kecamatan Ngadirejo
b. Air Terjun Onje di Kecamatan Bejen
c. Air Terjun Lawe di Kecamatan Gemawang
d. Air Terjun Trocoh di Kecamatan Wonoboyo
e. Pelestarian Habitat Alam Walitis di Kecamatan Selopampang
f. Kawasan Wisata Alam Sindoro Sumbing
g. Goa Lawa di Kecamatan Bejen
h. Taman Wisata Alam lainnya
2. Cagar Budaya, meliputi :
a. Candi Pringapus di Kecamatan Ngadirejo
b. Candi Gondosuli di Kecamatan Bulu
c. S0itus Liyangan di Kecamatan Ngadirejo
d. Cagar Budaya dan Bangunan-bangunan bersejarah lainnya.
Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031
Peta Cagar Budaya Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada Peta 5.10. berikut ini :
V- 29
V. Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan bencana alam terdiri atas :
1. Kawasan Rawan Bencana Angin Topan, meliputi :
a. Kecamatan Selopampang
b. Kecamatan Tembarak
c. Kecamatan Tlogomulyo
d. Kecamatan Bulu
e. Kecamatan Temanggung
f. Kecamatan Kledung
g. Kecamatan Tretep
h. Kecamatan Pringsurat
i. Kecamatan Kaloran
j. Kecamatan Jumo
k. Kecamatan Gemawang
l. Kecamatan Wonoboyo
m. Kecamatan Candiroto
n. Kecamatan Kedu
2. Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor, meliputi :
a. Kecamatan Tretep
b. Kecamatan Wonoboyo
c. Kecamatan Bejen
d. Kecamatan Candiroto
e. Kecamatan Gemawang
f. Kecamatan Kandangan
g. Kecamatan Jumo
h. Kecamatan Bansari
i. Kecamatan Kledung
j. Kecamatan Kaloran
k. Kecamatan Pringsurat
l. Kecamatan Bulu
m. Kecamatan Tlogomulyo
n. Kecamatan Selopampang
3. Kawasan rawan bencana kekeringan, meliputi :
a. Kecamatan Pringsurat
V- 30
b. Kecamatan Kranggan
c. Kecamatan Kaloran
d. Kecamatan Kandangan
e. Kecamatan Bejen
f. Kecamatan Jumo
g. Kecamatan Bulu
4. Kawasan rawan bencana banjir, meliputi :
a. Kecamatan Kedu
b. Kecamatan Parakan
c. Kecamatan Bejen
Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031
Peta Rawan Bencana Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada Peta 5.11. berikut ini :
V- 32
VI. Kawasan Lindung Geologi
Kawasan Lindung Geologi berupa kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap air tanah terdiri atas :
1. CAT Magelang-Temanggung
CAT Magelang-Temanggung dengan luas minimal 2.342 (Dua Ribu Tiga Ratus
Empat Puluh Dua) hektar yang meliputi wilayah :
a. Kecamatan Parakan
b. Kecamatan Kledung
c. Kecamatan Bansari
d. Kecamatan Bulu
e. Kecamatan Temanggung
f. Kecamatan Tlogomulyo
g. Kecamatan Tembarak
h. Kecamatan Selopampang
i. Kecamatan Kranggan
j. Kecamatan Pringsurat
k. Kecamatan Kaloran
l. Kecamatan Kandangan
m. Kecamatan Kedu
n. Kecamatan Ngadirejo
o. Kecamatan Jumo
p. Kecamatan Gemawang
2. CAT Subah
CAT Subah dengan luas minimal 273 ( Dua Ratus Tujuh Puluh Tiga ) hektar yang
meliputi wilayah :
a. Kecamatan Tretep
b. Kecamatan Wonoboyo
c. Kecamatan Candiroto
3. CAT Sidomulyo
CAT Sidomulyo dengan luas minimal 633 ( Enam Ratus Tiga Puluh Tiga ) hektar
yang meliputi wilayah :
a. Kecamatan Bejen
V- 33
b. Kecamatan Candiroto
c. Kecamatan Gemawang
d. Kecamatan Kandangan
VIII. Kawasan Lindung di Luar Kawasan Hutan
Kawasan Lindung Di Luar Kawasan Hutan adalah Kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang menyangkup
sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan luas minimal 12.635 ( Dua Belas
Ribu Enam Ratus Tiga Puluh Lima ) hektar yang meliputi wilayah :
a. Kecamatan Bansari
b. Kecamatan Bejen
c. Kecamatan Bulu
d. Kecamatan Candiroto
e. Kecamatan Gemawang
f. Kecamatan Jumo
g. Kecamatan Kaloran
h. Kecamatan Kandangan
i. Kecamatan Kledung
j. Kecamatan Ngadirejo
k. Kecamatan Parakan
l. Kecamatan Selopampang
m. Kecamatan Tembarak
n. Kecamatan Tlogomulyos
o. Kecamatan Tretep
p. Kecamatan Wonoboyo
B. Kawasan Budidaya
I. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi dengan luas minimal 10.296
(Sepuluh Ribu Dua Ratus Sembilan Puluh Enam) hektar terdiri atas kasawan :
1. Kawasan Hutan Produksi Terbatas
Kawasan Hutan Produksi Terbatas dengan luas minimal 3.155 ( Tiga Ribu Seratus
Lima Puluh Lima ) hektar yang meliputi wilayah :
V- 34
a. Kecamatan Tretep
b. Kecamatan Wonoboyo
c. Kecamatan Candiroto
d. Kecamatan Ngadirejo
e. Kecamatan Bansari
f. Kecamatan Kledung
g. Kecamatan Gemawang
h. Kecamatan Kandangan
2. Kawasan Hutan Produksi Tetap
Kawasan Hutan Produksi Tetap dengan luas minimal 7.141 ( Tujuh Ribu Seratus
Empat Puluh Satu ) hektar yang meliputi wilayah :
2. Kecamatan Tretep
b. Kecamaatn Wonoboyo
c. Kecamatan Ngadirejo
d. Kecamatan Bejen
e. Kecamatan Gemawang
f. Kecamatan Kandangan
g. Kecamatan Kaloran
II. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Untuk Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat dengan luas minimal 16.117 (Enam
Belas Ribu Seratus Tujuh Belas) hektar meliputi seluruh Wilayah Kecamatan.
III. Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan peruntukan pertanian terdiri atas :
1. Pertanian Tanaman Pangan meliputi :
a. Lahan Beririgasi dengan luas minimal 18.920 ( Delapan Belas Ribu Sembilan
Ratus Dua Puluh ) hektar berada di seluruh Wilayah Kecamatan.
b. Lahan tidak beririgasi dengan luas minimal 251 ( Dua Ratus Lima Puluh Satu )
hektar berada di seluruh Wilayah Kecamatan.
Lahan peruntukan pertanian tanaman pangan diarahkan menjadi LP2B dengan
luas minimal 19.171 ( Sembilan Belas Ribu Seratus Tujuh Puluh Satu ) hektar
berada di seluruh Wilayah Kecamatan. Hal ini guna kepentingan
mempertahankan ketahanan pangan perlu disediakan Lahan Cadangan
V- 35
Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B) yang berasal dari pertanian lahan
kering yang berada di seluruh Wilayah Kecamatan. Untuk kepentingan umum
dan kepentingan pertumbuhan kawasan, LP2B dapat dialihfungsikan dengan
mekanisme insentif / disinsentif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Dalam rangka untuk pengendalian alih fungsi lahan perlu dibentuk
Tim dan diatur dengan Peraturan Bupati.
2. Pertanian Hortikultura
Pertanian hortikultura dengan luas minimal 28.093 ( Dua Puluh Delapan Ribu
Sembilan Puluh Tiga ) hektar berada di seluruh Kecamatan.
3. Kawasan Perkebunan
Kawasan Perkebunan dengan luas minimal 10.816 ( Sepuluh Ribu Delapan
Ratus Enam Belas ) hektar yang meliputi :
a. Perkebunan Negara dengan luas 1.801 ( Seribu Delapan Ratus Satu ) hektar
berada di wilayah :
- Kecamatan Bejen
- Kecamatan Candiroto
b. Perkebunan yang diusahakan perusahaan luas 948 ( Sembilan Ratus Empat
Delapan ) hektar berada di wilayah :
- Kecamatan Bejen
- Kecamatan Kandangan
- Kecamatan Pringsurat
c. Perkebunan Rakyat dengan luas minimal 8.067 (Delapan Ribu Enam Puluh
Tujuh) hektar berada di seluruh Kecamatan terdiri atas :
- Perkebunan Kopi, Cengkeh, Kelapa, Kapok, Aren, Kakao, Kayumanis,
Lada Jahe, Kapulogo, Kemukus, Kunyit, Tembakau, Panili, Tebu, Nilam
dan Mlinjo
4. Kawasan Peternakan
Pengembangan Ternak dilakukan di seluruh Wilayah Kecamatan terdiri atas :
a. Ternak Besar meliputi Sapi Perah, Sapi Potong, Kerbau dan Kuda
b. Ternak Kecil meliputi Kambing dan Domba
c. Aneka Ternak meliputi Kelinci dan Puyuh
d. Unggas meliputi Ayam Buras, Ayam Ras, Itik dan Angsa
V- 36
Kegiatan Peternakan diarahkan pada Kawasan Hortikultura dan Kawasan
Perkebunan.
IV. Kawasan Peruntukan Perikanan
Kawasan Peruntukan Perikanan berupa perikanan budidaya berada di seluruh
wilayah kecamatan. Pengembangan komoditas perikanan terdiri atas :
1. Karper meliputi :
a. Kecamatan Parakan
b. Kecamatan Bulu
c. Kecamatan Temanggung
d. Kecamatan Kedu
e. Kecamatan Ngadirejo
f. Kecamatan Jumo
g. Kecamatan Tretep
h. Kecamatan Wonoboyo
i. Kecamatan Kledung
j. Kecamatan Tembarak
k. Kecamatan Selopampang
2. Lele di Seluruh Wilayah Kecamatan
3. Nila di Seluruh Wilayah Kecamatan
4. Jenis Ikan Lainnya
V. Kawasan Peruntukan Pertambangan
1. Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara.
2. Kawasan Peruntukan Pertambangan panas bumi yang meliputi wilayah :
a. Kecamatan Wonoboyo
b. Kecamatan Kandangan
c. Kecamatan Pringsurat
VI. Kawasan Peruntukan Industri
Rencana Kawasan Peruntukan Industri dengan luas minimal 586 ( Lima Ratus
Delapan Puluh Enam ) hektar, meliputi wilayah Kecamatan Pringsurat dan
Kecamatan Kranggan.
V- 37
Rencana Pengembangan Kegiatan Industri terdiri atas :
1. Industri Besar
Kegiatan Industri Besar dan Menengah yang berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan wajib berlokasi di Kawasan Peruntukan Industri dan dilengkapi
dengan analisis mengenai dampak lingkungan. Kriteria kegiatan industri yang
berpotensi menimbulkan dampak lingkungan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.
2. Industri Menengah
Kriteria Kegiatan Industri Menengah yang tidak menimbulkan dampak
lingkungan diatur oleh Bupati.
Kegiatan industri menengah yang tidak berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan dapat berlokasi di luar kawasan peruntukan industri, meliputi :
a. Kecamatan Pringsurat
b. Kecamatan Kranggan
c. Kecamatan Temanggung
d. Kecamatan Bulu
e. Kecamatan Kedu
f. Kecamatan Parakan
g. Kecamatan Ngadirejo
h. Kecamatan Candiroto
i. Kecamatan Kandangan
j. Kecamatan Kaloran
Syarat lokasi pengembangan industri menengah yang tidak menimbulkan
dampak lingkungan meliputi :
a. Dilayani jaringan Jalan Arteri Primer atau Kolektor Primer atau Lokal Primer.
b. Merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan Permukiman
Perdesaan.
c. Luas lahan paling banyak 1 ( Satu ) hektar.
d. Tidak berada pada LP2B.
e. Perbandingan Luas Bangunan Industri dan Luas Lahan Paling banyak 50%
(Lima Puluh Per Seratus).
f. Menyediakan RTH dalam kawasan paling sedikit 30% ( Tiga Puluh Per
Seratus ).
V- 38
g. Membangun Pagar Pembatas dan Jalur Hijau sebagai pemisah dengan
kawasan permukiman.
h. Memenuhi ketentuan Upaya Pengelolaan Lingkungan / Upaya Pemantauan
Lingkungan ( UKL / UPL ).
3. Industri Kecil atau Mikro
Industri kecil atau mikro yang dikembangkan di seluruh wilayah kecamatan.
VII. Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan Peruntukan Pariwisata meliputi :
1. Kawasan Pariwisata Alam, terdiri atas :
a. Kawasan Pendakian Gunung Sindoro
b. Kawasan Pendakian Gunung Sumbing
c. Kawasan Kledung
d. Mata Air Jumprit
e. Air Terjun Onje
f. Air Terjun Lawe
g. Air Terjun Trocoh
h. Gua Lawa
i. Kawasan Pariwisata Alam yang lainnya
2. Kawasan Pariwisata Budaya, terdiri atas :
a. Kawasan Candi Pringapus
b. Kawasan Candi Gondosuli
c. Kawasan situs Liyangan
d. bangunan bersejarah lainnya
3. Kawasan pariwisata buatan, terdiri atas :
a. Taman Rekreasi Pikatan Waterpark
b. Taman Kartini
c. Monumen Bambang Sugeng
d. Agrowisata Soropadan
e. Monumen Meteorit
f. Agrowisata Rowoseneng
g. Wisata Buatan lainnya
V- 39
VIII. Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan Peruntukan Permukiman luas minimal 14.698 (empat belas ribu enam
ratus sembilan puluh delapan) hektar yang meliputi :
1. Kawasan Permukiman Perkotaan yang berada di seluruh Wilayah Kecamatan
dengan luas minimal 7.214 ( Tujuh Ribu Dua Ratus Empat Belas ) hektar.
2. Kawasan Permukiman Perdesaan terdapat di seluruh Wilayah Kecamatan
dengan luas minimal 7.484 (Tujuh Ribu Empat Ratus Delapan Puluh Empat )
hektar.
IX. Kawasan Peruntukan Lainnya
Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud berupa Kawasan
Pertahanan dan Kemanan meliputi :
1. Komando Distrik Militer (Kodim) 0706 berada di Kecamatan Temanggung.
2. Komando Rayon Militer (Koramil) berada di seluruh Wilayah Kecamatan.
3. Daerah latihan meliputi wilayah :
a. Kecamatan Kaloran
b. Kecamatan Kandangan
c. Kecamatan Kranggan
d. Kecamatan Pringsurat
V- 40
5.3. Penetapan Kawasan Stratergis
Kawasan strategis meliputi :
1. Kawasan strategis Provinsi di Kabupaten;
a. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi berupa kawasan perkotaan Temanggung – Parakan; dan
b. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup berupa Kawasan Sindoro - Sumbing.
2. Kawasan strategis Kabupaten
3. kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi; 4. kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya; dan
5. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Peta
V- 41
5.3. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Utilitas
5.3.1. Rencana Pengembangan Prasarana Air Bersih
Sistem prasarana pengairan terdiri atas prasarana irigasi sawah dan prasarana air
bersih. Rencana prasarana pengairan secara umum akan ditujukan pada kegiatan
pemeliharaan, peningkatan, dan pembangunan. PDAM dan Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Temanggung sebagai ujung tombak bagi pelaksanaan pemenuhan kebutuhan
air bersih baik untuk rumah tangga, industri, pelayanan umum serta tanah pertanian
tanaman pangan di Kabupaten Temanggung harus segera melakukan langkah-langkah
pembenahan segala hal, terkait bahwa tingkat kebutuhan air semakin besar, sehingga
harus segera melakukan pembenahan-pembenahan yang meliputi :
V- 42
a. Eksplorasi sumberdaya air dengan cara mengalokasikan daerah resapan air dan
daerah dengan tangkapan curah hujan tinggi sebagai kawasan lindung serta
pencarian sumber-sumber air baru.
b. Pengawasan dan pengendalian tingkat penggunaan sumber daya air dengan
menjaga dan melestarikan sumber air permukaan seperti waduk atau embung,
sungai, dan sumber air lainnya serta sumber air tanah dengan pola pembangunan
berkelanjutan dan pola penggunaan air yang efisien mungkin.
c. Peningkatan pelayanan distribusi air bersih dengan peningkatan sumberdaya
manusia dan pola kinerja PDAM dan pengairan yang efisien dan efektif.
Rencana pengembangan prasarana air bersih di Kabupaten Temanggung meliputi :
a. Rencana sistem jaringan air bersih dapat dilakukan dengan 2 ( dua ) cara yaitu
dengan sistem perpipaan untuk daerah yang cukup mudah dilayani dan non
perpipaan untuk wilayah yang sulit dilayani dengan cara membuat terminal tangki
air bersih.
b. Rencana sistem jaringan air bersih diarahkan dengan pertimbangan beberapa
prioritas berikut :
- Prioritas wilayah dengan kebutuhan air cukup tinggi dan sumberdaya air
terbatas.
- Prioritas wilayah dengan kriteria perkotaan yang cukup kompleks.
- Prioritas wilayah dengan kandungan air tidak memenuhi syarat kesehatan.
c. Pemeliharaan bangunan pendukung dan jaringan distribusi air bersih khususnya
pada sistem perpipaan.
d. Pemeliharaan dan peningkatan kapasitas terpakai di sumber mata air saat ini yaitu:
Tabel 5.1.
Pemeliharaan dan Peningkatan Kapasitas Sumber Mata Air
No
Mata Air
Lokasi Terpasang
(Ltr/dt)
Realisasi
(Ltr/dt)
1 Semadu Parakan 23 22
2 Sedandang Kledung 51 63
V- 43
3 Si Gandul 11 9
4 Tuk Sewu 1 & 2 35 35
5 Segeran 10 11
6 Tuk Mulyo Bulu 55 55
7 Sucen 11 9
8 Sebayan 10 8
9 Sekocan 7 8
10 Semadu 8 8
11 Pikatan Temanggung 19 27
12 Sedandang Selopampang 7 7
13 Tuk Bening Pringsurat 25 26
14 Sigedang 8
15 Jumprit Ngadirejo 50 45
16 Tempurung 5 12
17 Si Getuk 15 11
18 Pucung Grabag (Magelang) 11 7
19 Tuk Kebo Windusari ( Magelang ) 6
20 Dempel Sumowono (Semarang ) 6
Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung, Tahun 2011-2031
e. Pengembangan sumber air baku baru, khususnya dari air permukaan (sungai).
f. Fasilitasi pengembangan jaringan air bersih perdesaan yang dikelola oleh
masyarakat (Kelompok Swadaya Masyarakat) dengan pembinaan dari PDAM dan
DPU Kabupaten Temanggung, dengan sumber air baku dari mata air lokal, sumur
artetis, dan sungai.
Ditinjau dari kondisi topografis daerah Kabupaten Temanggung merupakan
cekungan yang artinya rendah dibagian tengah, sedangkan sekelilingnya berbentuk
pegunungan, bukit atau gunung. Untuk wilayah Kabupaten Temanggung memiliki curah
hujan yang tinggi, sedangkan kemiringan tanah di daerah Kabupaten Temanggung
bervariasi. Dan secara umum daerah Kabupaten Temanggung memiliki dua musim yaitu
musim kemarau antara bulan April sampai dengan bulan September sedangkan untuk
musim penghujan antara bulan Oktober sampai dengan bulan Maret. Dengan adanya
kondisi tersebut maka untuk daerah Kabupaten Temanggung memiliki intensitas curah
V- 44
hujan yang cukup lebat dengan demikian dapat di manfaatkan untuk berbagai hal
diantaranya sebagai berikut :
- Dapat ditampung untuk menambah air untuk fungsi irigasi.
- Dapat ditampung untuk sumber air bersih.
- Dapat dimanfaatkan untuk perikanan darat.
- Dapat dimanfaatkan untuk pembuatan waduk atau embung.
Secara umum, rencana prasarana pengairan irigasi sawah dapat dirinci sebagai berikut :
Rencana sistem pengairan untuk irigasi dapat dilakukan dengan metode sumber
lokal dan sumber non lokal. Untuk sumber lokal adalah menggunakan potensi
sumberdaya air lokal untuk pengairan dengan pengelolaan irigasi pedesaan (PID),
sedangkan sumber irigasi non lokal menggunakan sumber air yang disebarkan
dengan sistem jaringan irigasi terpadu berupa jaringan primer dan dari bendung
sungai.
Peta rencana Sistem Transportasi Kabupaten Temanggung
dapat dilihat pada gbr 5.4. berikut ini :
V- 46
5.3.2. Rencana Pengembangan Prasarana Listrik
Kebutuhan tenaga listrik digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga,
industri, pemerintahan, pelayanan , dan sosial serta penerangan jalan.
Pesatnya perkembangan penduduk dan aktifitas sosial ekonomi yang ada, dan
ketentuan rencana pengembangan sarana prasarana yang dituju, maka penyedia energi
di arahkan dengan prioritas peningkatan kapasitas layanan sambungan rumah tangga
dengan mempertimbangkan pemerataan keseluruhan wilayah Kabupaten Temanggung
maupun pembagian daya listrik yang harus dipenuhi.
Pemerataan ini meliputi sistem jaringan yang belum menjangkau pada seluruh
wilayah maupun pembagian daya listrik yang harus dipenuhi. Jaringan listrik yang masih
sedikit jumlah pelanggannya terutama dikawasan perdesaan di Kecamatan Tretep dan
Selopampang. Sedangkan peningkatan dan penyebaran daya listrik terutama untuk
kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan industri baik kecil maupun
menengah. Rencana pengembangan kawasan khusus industri di Pringsurat – Kranggan,
membutuhkan penambahan daya listrik yang cukup besar.
Sedangkan untuk daerah yang belum terjangkau karena hambatan alam dan
terisolir, baik karena berbukit maupun karena adanya hutan yang cukup luas,
diusahakan dapat dijangkau listrik, dapat dilakukan dengan mengembangkan listrik
tenaga surya atau listrik tenaga air ( micro hydro ) atau listrik tenaga angin. Selain itu
rencana pengembangan yang lain meliputi :
1. Penambahan daya dan jaringan energi listrik.
2. Pembangunan gardu induk listrik.
3. Pembangunan jaringan listrik ke wilayah-wilayah tertinggal dan atau
terisolasi yang selama ini belum mendapatkan pelayanan energi listrik.
4. Prasarana energi dapat dibangun bersamaan dengan dan atau
memanfaatkan jaringan guna memudahkan distribusi pada wilayah-
wilayah pelayanan.
5. Pemanfaatan energi biodiesel dan biogas.
Sumber : Draft RTRW Kab. Temanggung tahun 2011-2031
V- 48
5.4. Rencana Pengembangan Kawasan Ekonomi Kabupaten Temanggung berkembang dengan dukungan pertumbuhan berbagai
sektor yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Sektor-sektor yang telah
mampu berkembang dan memberikan kontribusi nyata terhadap pembentukan
perekonomian Kabupaten Temanggung adalah sektor pertanian, perkebunan,
industri dan pariwisata. Berikut ini penjabaran masing-masing sektor yang
menunjukkan kemampuan dan besaran produktivitas yang dihasilkan.
5.4.1. Sektor Pertanian
a. Tanaman Pangan
Sektor pertanian Kabupaten Temanggung meliputi beberapa tanaman. Padi
sawah merupakan sub sektor yang memiliki produksi terbesar pada sektor
pertanian dengan jumlah produksi pada tahun 2005 sebesar 143.796 ton per
Ha. Pada sub sektor tanaman sayur, Kecamatan Bulu merupakan wilayah
yang memberikan kontribusi terbesar yaitu berupa sayur kobis dengan jumlah
produksi 106.488 Kw/Ha. Berdasarkan hasil analisa LQ, diketahui bahwa
untuk sub sektor padi sawah sudah merupakan sector basis pada sebagaian
besar kecamatan. Salah satu indicator penting untuk mengetahui kondisi
ekonomi di suatu wilayah atau propinsi dalam suatu periode terutama
ditujukan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar
harga yang berlaku atau atas dasar harga konstan. Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) didefinisikan jumlah nilai tambahan yang di hasilkan seluruh
unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang
dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi disuatu wilayah
(BPS 2003 : 1-2)
Pertumbuhan dan perkembangan struktur ekonomi menunjukkan kemajuan
yang dicapai dalam satu kurun waktu. Untuk mengetahui tingkat
pertumbuhan ekonomi ditunjukan oleh kenaikan PDRB dari tahun ke tahun
berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan.
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator sebagai tolak ukur untuk melihat
seberapa besar tingkat langsung menggambarkan tingkat kemakmuran suatu
Negara adalah data mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas
asar harga yang berlaku atau atas dasar harga konstan. Kenaikan dalam PDRB
V- 49
tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat
pertumbuhan penduduk dan apakah ada perubahan atau tidak dalam struktur
ekonomi merupakan makna dari laju pertumbuhan ekonomi yang merupakan
indicator yang tidak penting dalam pengembangan suatu daerah. Laju
pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Temanggung
tahun 2000 – 2004 atas dasar harga konstan tahun 1993 dalam jutaan rupiah
disajikan dala table berikut :
Tabel V.3.
Perkembangan nilai PDRB Kabupaten Temanggung Tahun 2000-2004
Atas Dasar Harga Konstan 1993 (Juta Rupiah)
Tahun PDRB Laju Pertumbuhan ( % )
2000 697.991,69 3,47
2001 728.586,94 4,38
2002 752.467,72 3,28
2003 777.943,83 3,39
2004 805.402,39 3,53
Sumber: BPS Kab. Temanggung 2005
Berdasarkan Tabel V.3. diatas, diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Temanggung pada tahun 2004 tercatat 3,53 % menurut harga konstan. Secara rill
pertumbuhan tahun 2004 relatif lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu tahun
2003 sebesar 3,39 %, Tahun 2002 sebesar 3,28 %, tetapi masih di bawah laju pertumbuhan
tahun 2001 yang mencapai 4,31 %. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum, dari tahun
ke tahun kondisi perekonomian di Kabupaten Temanggung lebih baik, walaupun pada
tahun 2002 mengalami penurunan tetapi pada tahun 2003, kondisi perekonomian
membaik kembali. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Temanggung tahun 2002, 2003 dan
2004 tidak setinggi 2001.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Temanggung tahun 2004
sebesar 2.678.821,28 juta rupiah berdasarkan harga yang berlaku tahun 2004. Dari tahun
ke tahun PDRB Kabupaten Temanggung mengalami peningkatan sebesar 11,25% per
V- 50
tahun. Angka tersebut berada di atas rata-rata pertumbuhan nasional. Berdasar harga
konstan tahun pertumbuhan PDRB Kabupaten Temanggung 4,5 % pertahun.
Sektor yang mempunyai kontribusi terbesar terhadap PDRB adalah sektor
pertanian (34,02 %), berikutnya sektor industri (17,61 %), Sektor perdagangan ( 15,47 %),
dan sektor jasa (13,76 %), keempat sektor unggulan tersebut menyumbang 80,84 % dari
seluruh PDRB.
Tabel V.4. PDRB Kabupaten Temanggung Atas Dasar Harga Yang berlaku Tahun 2004
(Juta Rupiah)
No Lapangan Usaha PDRB Kab.
Temanggung % PDRB Jateng %
1 Pertanian 911.267,53 34,02 28.606.237,28 21,06
2 Pertambangan dan Penggalian 39.883,72 1,49 1.330.759,58 0,98
3 Industri 471.609,64 17,61 43.995.611,83 32,40
4 Listrik, gas dan air minum 29.594,10 1,10 1.065.114,58 0,78
5 Bangunan 175.932,79 6,57 7.448.715,40 5,49
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
414.315,15 15,47 28.394.472,63 20,90
7 Pengangkutan dan komunikasi
147.853,67 5,89 6.510.447,43 4,79
8 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
109.791,22 5,89 4.775.113,99 3,52
9 Jasa-jasa 368.573,46 13,76 13.663.339,59 10,01
Total PDRB Tahun 2004 Total PDRB Tahun 2003 Total PDRB Tahun 2002
2.678.821,28 2.409.369,92 2.186.614,52
100 100 100
135.789,31
100
Sumber: BPS Kab. Temanggung 2005
V- 51
Tabel V.5. PDRB Kabupaten Temanggung Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004
(Juta Rupiah)
No Lapangan Usaha PDRB Kab.
Temanggung % PDRB Jateng %
1 Pertanian 750.861,51 36,47 38.492.121,60 19,89
2 Pertambangan dan Penggalian 24.089,87 1,17 1.855.129,61 0,96
3 Industri 367.002,86 17,61 43.995.611,83 32,40
4 Listrik, gas dan air minum 15.502,94 1,10 1.065.114,58 0,78
5 Bangunan 125.061,18 6,57 7.448.715,40 5,49
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
332.957,59 15,47 28.394.472,63 20,90
7 Pengangkutan dan komunikasi
110.732,30 5,89 6.510.447,43 4,79
8 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
77.400,28 5,89 4.775.113,99 3,52
9 Jasa-jasa 264.993,89 13,76 13.663.339,59 10,01
Total PDRB Tahun 2004 Total PDRB Tahun 2003 Total PDRB Tahun 2002
2.053.605,42 1.985.295,00 1.899.507,75
100 100 100
135.789,31
100
Sumber: BPS Kab. Temanggung 2005
VI-52
6.5 Analisis Kesesuaian Lahan Bagi Permukiman
Untuk menganalisis kesesuaian lahan bagi permukiman, digunakan input dari
kondisi dan karakteristik fisik alam. Kawasan permukiman termasuk kawasan budidaya,
sehingga penetapannya disesuaikan dengan SK Mentan No.837/KPTS/UI/UM/11/1980
dan No.683/KPTS/UM/8/1981. Menurut SK mentan ini, suatu kawasan dapat
dibedakan menjadi kawasan lindung, kawasan budidaya, dan kawasan penyangga.
Faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam penetapan kawasan lindung adalah
kelerengan, jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi, dan intensitas curah hujan di
wilayah tersebut.
1. Kelerengan
Kelerengan atau kemiringan lahan diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu sebagai
berikut:
Tabel 6.30.
No Kelas Lereng (%) Diskripsi
1. I 0-8 Datar
2. II 8-15 Landai
3. III 15-25 Agar Curam
4. IV 25-45 Curam
5. V > 45 Sangat Curam
2. Jenis Tanah Menurut Kepekaan terhadap Erosi
Jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi dapat digolongkan ke dalam 5 kelas,
dan tiap kelasnya mempunyai bobot 15. Untuk jenis tanah kompleks, kelasnya sama
dengan jenis tanah yang terpeka terhadap erosi yang terdapat dalam jenis tanah
tersebut.
Tabel 6.31.
No Kelas Lereng (%) Diskripsi
1. I Aluvial, tanah galeui, Planosol, Hidromorf Kelabu, Laterit Air Tanah
Tidak Peka
2. II Latosol Kurang Peka
3. III Brown Forest Soil, Non Caltic Brown, Mediteran Agak Peka
4. IV Andosol, Lateric, Grumusol, Podsolik, Podsol Peka
5. V Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat Peka
VI-53
3. Curah hujan rata-rata
Intensitas hujan yaitu rata-rata curah hujan dalam mililiter per tahun dibagi dengan
rata-rata jumlah hari hujan setahun. Intensitas hujan ini juga dibagi dalam 5 kelas
dengan bobot sebagai berikut:
Untuk mengetahui perbedaan kawasan lindung dan budidaya, maka semua faktor
yang tersebut diatas di skor dan dijumlahkan. Jumlah seluruh tersebut akan menentukan
jenis peruntukan lahan yang seharusnya pada daerah yang bersangkutan. Untuk kriteria
penetapan kawasan lindung dan budidaya akan berpedoman pada standar kriteria dan
tata cara penetapan kawasan lindung dan budidaya dengan sistem skoring.
Untuk memberikan gambaran rata-rata mengenai kriteria dan tata cara penetapan
kawasan menurut fungsinya berdasarkan SK Mentan ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Kawasan Lindung
- Wilayah atau lahan dengan kemampuan lahannya memenuhi syarat sebagai
berikut:
- Mempunyai lereng lapangan > 40%.
- Merupakan jalur pengamanan aliran sungai atau sekurang-kurangnya 100 m di
sebelah kanan dan kiri aliran sungai tersebut.
- Merupakan pelindung mata air, sekurang-kurangnya berjari-jari 200 m di
sekeliling mata air tersebut.
- Mempunyai ketinggian lebih dari 2.000 m diatas permukaan laut.
- Untuk kepentingan khusus, ditetapkan oleh Mentan sebagai hutan lindung.
b. Kawasan Penyangga
Wilayah atau satuan lahan memenuhi kriteria sebagai berikut:
- Dilihat dari segi ekonomi keadaan fisik areal atau memungkinkan untuk budidaya
tanaman keras.
- Lokasi secara ekonomi sudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga.
- Tidak merugikan dari aspek ekosistem dan lingkungan.
VI-54
c. Kawasan Budidaya
- Permukiman yang berada di kawasan lindung dan kawasan penyangga, terutama
pemukiman di Kecamatan Selopampang, Tembarak, Tlogomulyo, Bulu, Parakan,
Kledung, Bansari, Ngadirejo, Candiroto, Wonoboyo dan Tretep dalam
pengawasannya harus diperketat agar permukiman tidak semakin meluas hingga
merambah ke daerah-daerah yang berfungsi sebagai kawasan lindung dan
kawasan penyangga. Kawasan lindung semacam ini harus terus dipertahankan
keberadaannya karena mempunyai fungsi strategis dalam menjaga kelestarian
lingkungan alam, yaitu mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi,
dan menjaga fungsi hidrolik tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara
tanah, air tanah dan air permukaan.
- Pengembangan permukiman diarahkan di kawasan-kawasan yang mempunyai
fungsi sebagai kawasan budidaya, terutama di Kecamatan Temanggung,
Tlogomulyo, Kranggan, Kaloran, Kedu, Parakan, Ngadirejo dan Candiroto. Selain
didukung oleh kondisi wilayah yang relatif rata dengan tingkat kelerengan
berkisar antara 2-5%, juga tidak terjadi erosi. Dengan demikian dilihat dari segi
keamanan untuk pengembangan kawasan permukiman di kecamatan ini
mempunyai potensi besar sebagai pengembangan kawasan permukiman.
Penggunaan lahan di Kabupaten Temanggung lebih didominasi oleh tanah kering.
Kondisi lahan semacam ini pada umumnya dimanfaatkan untuk tegalan dan pertanian
lahan kering. Berikut ini disampaikan kondisi penggunaan lahan di daerah perkotaan dan
perdesaan.
a. Penggunaan lahan perdesaan
Tanah di daerah perdesaan digunakan bagi kehidupan sosial dan kehidupan
ekonomi. Kehidupan sosial, seperti berkeluarga, bersekolah, beribadat, berekreasi,
berolah raga, dan sebagainya, dilakukan di dalam kampung, sedangkan kegiatan
ekonomi seperti bertani, berkebun, berternak, memelihara dan menangkap ikan,
menebang kayu di hutan, dan sebagainya, yang umumnya dilakukan di luar kampung,
walaupun ada kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan di dalam kampung, seperti
perindustrian, perdagangan, dan perusahaan jasa-jasa lain.
VI-55
Jadi penggunaan lahan di wilayah perdesaan adalah untuk perkampungan dalam
rangka kegiatan sosial, dan untuk pertanian dalam rangka kegiatan ekonomi. Dengan
demikian kampung di perdesaan merupakan tempat kediaman (dormitory settlement)
tempat aktivitas (activity settlement).
b. Penggunaan lahan perkotaan
Kota dapat berfungsi sebagai pusat pelayanan, pemasaran, kegiatan industri,
peribadatan, pendidikan, dsb. Oleh karena itu sebagian tanah di kota digunakan untuk
industri, dan jasa disamping tempat tinggal. Sementara itu kegiatan ekonomi perkotaan
dapat dibedakan menjadi:
1. Kegiatan ekonomi dasar (basic economis) yang membuat dan menyalurkan barang dan
jasa untuk keperluan luar kota, jadi untuk ekspor ke wilayah sekitar kota. Barang dan
jasa itu berasal dari industri, perdagangan dll.
Kegiatan ekonomi bukan dasar (non-basic activities) yang memproduksi dan
mendistribusi barang dan jasa untuk keperluan penduduk kota sendiri. Kegiatan
ekonomi ini disebut sebagai residential activities atau service activities.
6.5.1 Analisis pengembangan Kawasan Permukiman Baru
Pengembangan kawasan permukiman baru yang dilakukan secara formal oleh
pemerintah dan swasta/ pengembang perumahan harus dilakukan koordinasi atau
kerjasama dalam pembangunan perumahan skala besar. Pembangunan yang dilakukan
oleh masyarakat secara swadaya bagi penduduk berpenghasilan tinggi membutuhkan
pengaturan dan pengendalian, sedangkan untuk menengah ke bawah membutuhkan
bantuan dari pemerintah. Pengembangan permukiman baru harus memperhatikan:
1. Jumlah dan luasan penduduk yang tertampung,
2. Lokasi - lokasi pengembangan,
3. Pendekatan pembangunan skala besar swadaya.
Pembangunan Skala Besar
Penyediaan pembangunan perumahan sampai dengan tahun perencanaan
membutuhkan suatu kawasan yang luas, terutama untuk masyarakat berpenghasilan
menengah ke bawah. Salah satu cara pembangunan skala besar yang dikelola oleh Pemda
VI-56
adalah dengan cara pendekatan Kasiba/Lisiba. Kawasan Siap Bangun (Kasiba) adalah
sebidang tanah yang fisiknya telah dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dan
permukiman skala besar yang terbagi dalam satu lingkungan siap bangun atau lebih yang
pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Kawasan ini pertama kali harus dilengkapi
dengan jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan sesuai dengan rencana tata
ruang lingkungan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah dan memenuhi persyaratan
pembakuan pelayanan prasarana dan sarana lingkungan. Sedangkan Lingkungan Siap
Bangun (Lisiba) adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari Kasiba ataupun
berdiri sendiri. Lingkungan ini juga telah dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana
lingkungan dan selain itu juga sesuai dengan persyaratan pembakuan tata lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan pelayanan lingkungan untuk membangun
kaveling tanah matang.
Penyiapan Lokasi Kasiba oleh Pemerintah Daerah, harus memperhatikan
beberapa persyaratan umum seperti tersebut di atas, namun selain itu ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan sesuai dengan PP No. 80 Tahun 1999, yaitu:
1. Jumlah unit rumah yang dapat ditampung dalam satu Kasiba sekurang-kurangnya
3000 unit rumah dan sebanyak-banyaknya adalah 10.000 unit rumah;
2. Lokasi tersebut telah dilayani jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan;
3. Lokasi tersebut, telah dilayani fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas ekonomi
setingkat kecamatan.
Pembangunan skala besar yang ditangani developer diarahkan untuk
pembangunan rumah golongan masyarakat kelas atas, karena pembangunan developer
mempunyai tujuan untuk mencari keuntungan. Lokasi pembangunan permukiman untuk
skala besar di Kabupaten Temanggung ada beberapa lahan yang berpotensi, yaitu di
Kecamatan Pringsurat dan Kranggan.
Penyediaan rumah oleh pihak swasta antara lain yang dilakukan oleh para
developer. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh pihak pengembang
perumahan, selain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan rumah yang
layak, juga mempunyai misi profit oiernted, sehingga dalam pelaksanaanya lebih didasari
oleh proses kerja yang profesional, dengan tidak ada sama sekali sifat kegotong
VI-57
royongan. Meski demikian, diharapkan ada misi sosial yaitu menyediakan rumah yang
layak yang dapat dijangkau oleh semua kalangan termasuk penduduk dengan
penghasilan rendah. Seperti pembangunan rumah sangat sederhana (RSS), rumah
sederhana (RS). Oleh karena itu, pemerintah telah menetapkan pola pengadaan
perumahan 1:3:6, yang artinya setiap pembangunan 1 unit rumah mewah harus juga
dibangun 3 unit rumah sederhana dan 6 unit rumah sangat sederhana.
Alternatif lahan yang dapat digunakan untuk perumahan dan permukiman
berdasarkan dari data kondisi lahan dan kondisi kelerengan kecamatan-kecamatan di
Kabupaten Temanggung, sehingga lahan yang dapat digunakan adalah lahan tegalan,
bukan lahan pertanian, lahan milik negara/pemerintah, lahan yang kemiringannya di
bawah 40 %, tidak berada di pusat kota dan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
Kabupaten Temanggung. Untuk daerah pusat perkotaan yang memiliki kepadatan
bangunan yang relatif tinggi, sehingga lahan yang tersedia untuk pembangunan
perumahan baru dalam skala besar tidak dimungkinkan, sehingga pembangunan
perumahan yang dilakukan di daerah perkotaan ada beberapa alternatif yang
dimungkinkan antara lain:
- Pembangunan perumahan baru di kawasan pusat kota dengan kepadatan bangunan
yang relatif tinggi yang dilakukan oleh Bapermades.
- Memanfaatkan lahan permukiman di lokasi yang masih memiliki kepadatan rendah,
yaitu dengan cara mengoptimalkan lahan pekarangan yang masih dimungkinkan
untuk dikembangkan.
- Mengarahkan lahan kebutuhan perumahan untuk penduduk di kawasan perkotaan
ke daerah pinggiran kota.
Untuk daerah pinggiran atau daerah yang masih bercirikan perdesaan tidak semuanya
dapat dibangun untuk perumahan dan permukiman. Alternatif pengembangannya
adalah :
- Di daerah yang kelerengannya di bawah 40 %.
- Memanfaatkan tegalan bukan sawah irigasi teknis.
- Bukan merupakan daerah konservasi/kawasan lindung.
VI-58
- Lokasi mudah dicapai dan sesuai dengan arah pengembangan dari rencana tata ruang
kota.
Pengembangan Perumahan Secara Swadaya Masyarakat
Pengembangan perumahan secara swadaya yang dilakukan masyarakat di
Kabupaten Temanggung, dapat dilihat dari tingkat golongan masyarakatnya. Biasanya
untuk masyarakat golongan atas, mereka membangun permukiman kurang
mengindahkan peraturan yang ada, sehingga perlu adanya pengaturan dan penertiban
pembangunan perumahan dari pemerintah yang tegas, khususnya untuk perumahan
yang ada di pusat Kabupaten Temanggung. Sedangkan untuk pembangunan swadaya
yang dilakukan masyarakat untuk golongan menengah rendah, perlu membutuhkan
bantuan dari pemerintah. Bantuan tersebut dapat berupa pinjaman dari koperasi dan
kemudahan dalam peminjaman kredit untuk pembangunan rumah sangat sederhana
mandiri, atau dapat dilakukan oleh pemerintah dengan pembangunan perumahan sangat
sederhana yang diberikan kepada masyarakat menengah rendah, dan untuk
mendapatkan dapat melalui angsuran.
6.5.2 Analisis Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman
6.5.2.1 Lokasi Kawasan Permukiman yang Ditingkatkan
Permukiman Kumuh
Pengembangan kawasan yang dimaksud dalam hal ini adalah upaya untuk
meningkatkan kondisi atau kualitas dari perumahan dan permukiman yang telah ada.
Kondisi perumahan atau permukiman yang dianggap perlu untuk ditingkatkan
kualitasnya adalah permukiman-permukiman kumuh dan permukiman di kawasan
bercirikan perdesaan yang ada di Kabupaten Temanggung.
Permukiman kumuh (squatters) di Kabupaten Temanggung, kondisi ini terlihat
dari lingkungan permukiman yang liar dengan menempati lahan ilegal, serta kondisi fisik
lingkungan dan bangunan jelek, tanpa dilayani sarana dan prasarana, khususnya yang
mendukung kebersihan lingkungan seperti sanitasi, persampahan dan drainase, yang
biasanya terdapat di pusat-pusat kota yang memiliki kepadatan tinggi. Kondisi ini dilihat
VI-59
dari tingkat kepadatan netto dari masing-masing kelurahan/desa dan berdasarkan hasil
survei lapangan kondisi ini sesuai dengan hasil yang didapat di lapangan.
Hal yang dapat dilakukan untuk permukiman liar (squatters), yaitu dengan
penataan dan peremajaan kawasan lingkungan perumahan dan permukiman dengan
kepadatan tinggi, selain itu dapat dilakukan dengan pembangunan rumah susun untuk
kawasan pusat kota dengan kepadatan tinggi/kumuh berat, serta adanya pengendalian
terhadap permukiman kumuh khususnya untuk permukiman kumuh dengan kategori
squatters. Selain itu dengan pemberian status kepemilikan lahan bagi para pemukiman
yang menempati lahan yang sesuai dengan peruntuknya dan pembuatan ruang terbuka
hijau. Serta pengembangan perumahan dengan batas-batas tertentu untuk kawasan yang
termasuk dalam kategori kumuh ringan.
Berdasarkan hasil survei, diperoleh beberapa masalah permukiman yang terkait
dengan permukiman kumuh dengan kategori squatters, yaitu seperti yang terjadi di
kelompok permukiman yang berkembang disekitar di sepanjang bantaran rel yang sudah
tidak digunakan lagi yang ditemukan di Kecamatan Temanggung. Rumah-rumah yang
dibangun hanya berjarak ± 2 meter dari rel kereta api yang sudah tidak digunakan lagi.
Lahan yang digunakan untuk membangun permukiman disini merupakan lahan
yang illegal. Lahan tersebut merupakan lahan milik PJKA yang kemudian disewakan.
Lahan yang disewakan tersebut oleh penyewa kemudian dibangun rumah-rumah yang
dapat dikatakan layak. Kebanyakan penduduk yang mendiami permukiman squatter ini
adalah penduduk pendatang yang bukan merupakan penduduk asli Kabupaten
Temanggung.
Untuk permukiman kumuh identik dengan permukiman di kawasan bercirikan
perdesaan. Permukiman ini merupakan permukiman legal, namun secara fisik, sosial dan
budaya kurang memperdulikan lingkungan tempat tinggalnya atau dapat dikatakan
kesadaran masyarakat di permukiman tersebut terhadap kebersihan lingkungan masih
sangat kurang. Hal yang dapat dilakukan untuk permukiman kumuh (slums), yaitu
dengan perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan untuk kawasan kumuh,
melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan dan penataan
(participatory planning) sejak awal, selain itu dengan penyediaan sarana dan prasarana
(P3KT dan PKL), serta adanya pembuatan ruang terbuka hijau.
VI-60
Untuk permukiman kumuh di Kabupaten Temanggung, berdasarkan hasil
survei dapat dibedakan menjadi :
1. Permukiman Kumuh Perkotaan
Kelompok permukiman kumuh perkotaan berkembang disekitar kawasan bantaran rel
kereta api yang sudah tidak digunakan lagi yaitu di kelurahan Parakan Wetan,
Temanggung I dan Banyuurip. Selain itu lokasi permukiman disepanjang sungai yaitu
di Kelurahan Parakan Wetan, Wanutengah, Temanggung I, Temanggung II, Gilingsari,
Banyuurip, Butuh, Kertosari dan Gendengan. Permukiman kumuh tersebut
merupakan permukiman padat dengan kondisi yang dibawah standar. Kondisi rumah
yang ada saling berhimpitan dengan tinggi bangunan yang hanya memenuhi skala
manusia, dindingnya rata-rata berdinding kayu dan bambu dengan lantai tanah.
Rumah-rumah tersebut hanya berjarak kurang dari 20 meter dari bibir sungai.
2. Permukiman Kumuh Perdesaan
Kelompok permukiman kumuh perdesaan disebabkan karena masih adanya masalah
rumah yang tidak sehat maksudnya adalah masih banyaknya rumah atau
permukiman yang masih menyatu dengan kandang ternak. Menyatunya kandang
ternak dekat dengan tempat hunian dikarenakan terbatasnya lahan perkarangan yang
ada, selain itu juga dikarenakan agar memudahkan dalam pengawasan sehingga aman
dari pencurian ternak. Masalah tersebut terjadi juga dikarenakan masih rendahnya
pengetahuan masyarakat akan kesehatan dan kebersihan (SDM masyarakat masih
rendah) terutama bagi masyarakat pedesaan. Kebanyakan masyarakat memiliki usaha
sampingan yaitu beternak kerbau, kambing, sapi, selain itu juga ayam, itik dan sejenis
hewan unggas lainnya. Mereka masih seringkali menempatkan kandang ternak
tersebut berdampingan langsung dengan tempat tinggal mereka. Permasalahan rumah
tidak sehat banyak ditemui dilingkungan permukiman pedesaan di wilayah
perencanaan. Masalah permukiman kumuh yang ada di Perdesaan disebabkan juga
karena masih banyaknya rumah yang tidak layak huni.
Untuk menentukan kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Temanggung
dapat juga dilakukan dengan melakukan analisis terhadap data sekunder yang ada.
Adapun analisis yang akan dilakukan terkait dengan indikator penetapan kawasan
VI-61
kumuh yaitu dilihat dari kepadatan rumah/ bangunan, kondisi rumah, tingkat
kemiskinan, jumlah sarana dan prasarana. Untuk lebih jelasnya mengenai analisis dari
masing-masing indikator tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini.
Analisis Kepadatan Penduduk
Analisis kepadatan penduduk ini dilaksanakan dengan membandingkan antara
jumlah penduduk dengan luas wilayah (kepadatan brutto) yang ada pada masing-masing
kecamatan. Adapun penilaiannya adalah sebagai berikut:
Perhitungan:
- Rentang, didapat dari kepadatan penduduk tertinggi dikurangi kepadatan penduduk
terendah.
Rentang = 24 - 3 = 21
- Banyaknya kelas adalah 4
Dari perhitungan diatas maka interval untuk kelas skor adalah sebagai berikut:
3 – 8,25 = Skor 1
8,25 – 13,5 = Skor 2
13,5 – 18,75 = Skor 3
18,75 - 24 = Skor 4
Pada tabel berikut ini dapat dilihat skor untuk kepadatan bangunan pada masing-masing
kecamatan di Kabupaten Temanggung.
Tabel 6.32. Skor Kepadatan Penduduk
NO KECAMATAN LUAS WILAYAH JUMLAH
PENDUDUK KEPADATAN SKOR
1 Parakan 2.223 49.879 22 4
2 Kledung 3.221 26.310 8 1
3 Bansari 2.253 22.696 10 2
4 Bulu 4.304 44.021 10 2
5 Temanggung 3.339 79.908 24 4
VI-62
6 Tlogomulyo 2.484 21.024 8 1
7 Tembarak 2.684 28.310 11 2
8 Selopampang 1.729 18.254 11 2
9 Kranggan 5.761 43.366 8 1
10 Pringsurat 5.728 46.110 8 1
11 Kaloran 6.392 43.394 7 1
12 Kandangan 7.836 47.423 6 1
13 Kedu 3.496 52.442 15 3
14 Ngadirejo 5.331 53.920 10 2
15 Jumo 2.932 27.936 10 2
16 Gemawang 6.711 29.701 4 1
17 Candiroto 5.994 31.960 5 1
18 Bejen 6.884 20.163 3 1
19 Tretep 3.365 19.530 6 1
20 Wonoboyo 4.398 24.062 5 1
JUMLAH 87.065 730.409 8 2
Ket: Skor semakin besar semakin buruk
Analisis Kepadatan Bangunan
Analisis kepadatan bangunan ini dilakukan dengan membandingkan antara jumlah penduduk dengan luas permukiman (kepadatan netto) yang ada pada masing-masing kecamatan. Dimana apabila jumlah penduduknya banyak dan luas permukimannya kecil maka dapat dikatakan bahwa kecamatan tersebut termasuk berkepadatan bangunan tinggi karena dengan jumlah penduduk yang banyak seharusnya juga diimbangi dengan luas permukiman yang besar sesuai dengan kapasitas jumlah penduduknya. Adapun penilaiannya adalah sebagai berikut:
Perhitungan:
- Rentang, didapat dari kepadatan bangunan tertinggi dikurangi kepadatan bangunan terendah.
Rentang = 52 - 9 = 43
- Banyaknya kelas adalah 4
- Panjang interval = Rentang : Banyaknya Kelas = 43 : 4 = 10.75
Dari perhitungan diatas maka interval untuk kelas skor adalah sebagai berikut:
9 – 19,75 = Skor 1
VI-63
19,75 – 30,50 = Skor 2
30,50 – 41,25 = Skor 3
41,25 - 52 = Skor 4
Pada tabel berikut ini dapat dilihat skor untuk kepadatan bangunan pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Temanggung.
Tabel 6.33. Skor Kepadatan Bangunan
NO KECAMATAN LUAS
PERMUKIMAN (Ha.)
JUMLAH RUMAH
KEPADATAN BANGUNAN
SKOR
1 Parakan 313 10.112 32 3
2 Kledung 138 7.186 52 4
3 Bansari 134 4.915 37 3
4 Bulu 372 12.427 33 3
5 Temanggung 847 17.914 21 2
6 Tlogomulyo 239 7.569 32 3
7 Tembarak 290 6.380 22 2
8 Selopampang 214 4.083 19 1
9 Kranggan 797 10.502 13 1
10 Pringsurat 1.177 10.810 9 1
11 Kaloran 689 10.504 15 1
12 Kandangan 994 10.624 11 1
13 Kedu 492 12.981 26 2
14 Ngadirejo 313 12.376 40 3
15 Jumo 365 7.133 20 2
16 Gemawang 451 7.836 17 1
17 Candiroto 447 7.658 17 1
18 Bejen 509 5.228 10 1
19 Tretep 188 4.809 26 2
20 Wonoboyo 305 6.135 20 2
9.274 177.182 24 2
Ket: Skor semakin besar semakin buruk
Analisis Kondisi Rumah
Analisis kondisi rumah dilakukan dengan mengetahui data jumlah rumah
eksisting dan jumlah rumah non permanen, dimana dengan mengetahui data tersebut
kemudian akan dapat dihitung prosentase antara jumlah rumah dengan jumlah rumah
non permanen. Jika suatu kecamatan mempunyai prosentase jumlah rumah non
permanen yang tinggi maka kecamatan tersebut mempunyai kemungkinan untuk
menjadi permukiman kumuh yang dikarenakan banyaknya jumlah rumah non
permanen. Adapun penilaian atau skornya adalah sebagai berikut:
VI-64
Perhitungan:
- Rentang, didapat dari prosentase kondisi rumah tertinggi dikurangi prosentase
kondisi rumah terendah.
Rentang = 84 - 41= 43
- Banyaknya kelas adalah 4
- Panjang interval = Rentang : Banyaknya Kelas = 43 : 4 = 10,75
Dari perhitungan diatas maka interval untuk kelas skor adalah sebagai berikut:
41,00 - 51,75 = Skor 1
51,75 - 62,75 = Skor 2
62,75 - 73,25 = Skor 3
73,75 - 84,00 = Skor 4
Pada tabel 6.37. berikut ini dapat dilihat skor untuk kepadatan bangunan pada masing-
masing kecamatan di Kabupaten Temanggung.
Tabel 6.34.
Skor Prosentase Kondisi Rumah
NO KECAMATAN JUMLAH RUMAH TIDAK PERMANEN % SKOR
1 Parakan 10.112 6.292 62 2
2 Kledung 7.186 6.014 84 4
3 Bansari 4.915 3.644 74 4
4 Bulu 12.427 5.104 41 1
5 Temanggung 17.914 8.461 47 1
6 Tlogomulyo 7.569 5.863 77 4
7 Tembarak 6.380 3.620 57 2
8 Selopampang 4.083 3.061 75 4
9 Kranggan 10.502 7.343 70 3
10 Pringsurat 10.810 7.818 72 3
11 Kaloran 10.504 8.093 77 4
12 Kandangan 10.624 6.900 65 3
13 Kedu 12.981 10.138 78 4
14 Ngadirejo 12.376 9.376 76 4
15 Jumo 7.133 5.762 81 4
16 Gemawang 7.836 6.418 82 4
17 Candiroto 7.658 5.830 76 4
18 Bejen 5.228 3.887 74 4
19 Tretep 4.809 3.985 83 4
20 Wonoboyo 6.135 4.912 80 4
177.182 122.521 72 3
Ket: Skor semakin besar semakin buruk
VI-65
Analisis Tingkat Kemiskinan
Analisis tingkat kemiskinan dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak jumlah
keluarga (kk) dengan jumlah keluarga miskin yang ada di masing-masing kecamatan.
Dimana analisis ini dilakukan dengan cara memprosentasekan perbandingan jumlah KK
yang ada dengan jumlah KK miskin. Setelah mengetahui prosentase keluarga miskin,
maka dapat diberi penilaian atau skor dengan cara memberikan interval dari hasil
prosentase untuk mengetahui tingkat kemiskinan yang paling tinggi berdasarkan skor.
Adapun nilai/ skornya adalah sebagai berikut;
Perhitungan:
- Rentang, didapat dari prosentase tingkat kemiskinan tertinggi dikurangi prosentase
tingkat kemiskinan terendah.
Rentang = 36 – 1 = 35
- Banyaknya kelas adalah 4
- Panjang interval = Rentang : Banyaknya Kelas = 35 : 4 = 8,75
Dari perhitungan diatas maka interval untuk kelas skor adalah sebagai berikut:
1,00 - 9,75 = Skor 1
9,75 - 18,50 = Skor 2
18,50 - 27,25 = Skor 3
27,25 - 36,00 = Skor 4
Pada tabel berikut ini dapat dilihat skor prosentase tingkat kemiskinan terhadap masing-
masing kecamatan di Kabupaten Temanggung.
Tabel 6.35. Skor Prosentase Tingkat Kemiskinan
No Kecamatan Jumlah Rumah
Tangga KK Miskin % Skor
1 Parakan 12.899 1.716 13 2
2 Kledung 6.450 2.311 36 4
3 Bansari 5.800 586 10 2
4 Bulu 11.199 1.693 15 2
5 Temanggung 21.002 2.646 13 2
6 Tlogomulyo 5.098 516 10 2
7 Tembarak 7.079 1.170 17 2
8 Selopampang 4.645 206 4 1
9 Kranggan 11.610 113 1 1
10 Pringsurat 12.466 822 7 1
11 Kaloran 11.612 1.357 12 2
VI-66
12 Kandangan 12.360 2.681 22 3
13 Kedu 13.460 1.226 9 1
14 Ngadirejo 13.920 2.601 19 3
15 Jumo 7.670 1.711 22 3
16 Gemawang 7.524 1.673 22 3
17 Candiroto 8.649 1.426 16 2
18 Bejen 5.582 678 12 2
19 Tretep 4.835 1.126 23 3
20 Wonoboyo 6.253 977 16 2
190.113 27.235 14 2
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Ket: Skor semakin besar semakin buruk
Analisis permukiman kumuh yang telah dilakukan dengan melakukan analisis
berdasarkan gabungan dari hasil skor analisis kepadatan penduduk, kepadatan
bangunan, kondisi rumah dan tingkat kemiskinan. Tabulasi hasil dari masing-masing
analisis tersebut memunculkan skor terendah dan tertinggi dari setiap kecamatan. Untuk
lebih jelasnya mengenai hasil tabulasi dari masing-masing analisis yang telah dilakukan
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 6.36.
Total Skor Penilaian Permukiman Kumuh
No Kecamatan Kepadatan Penduduk
Kepadatan Bangunan
Kondisi Rumah
Tingkat Kemiskinan
Jumlah Skor
1 Parakan 4 3 2 2 11
2 Kledung 1 4 4 4 13
3 Bansari 2 3 4 2 11
4 Bulu 2 3 1 2 8
5 Temanggung 4 2 1 2 9
6 Tlogomulyo 1 3 4 2 10
7 Tembarak 2 2 2 2 8
8 Selopampang 2 1 4 1 8
9 Kranggan 1 1 3 1 6
10 Pringsurat 1 1 3 1 6
11 Kaloran 1 1 4 2 8
12 Kandangan 1 1 3 3 8
13 Kedu 3 2 4 1 10
14 Ngadirejo 2 3 4 3 12
15 Jumo 2 2 4 3 11
16 Gemawang 1 1 4 3 9
17 Candiroto 1 1 4 2 8
18 Bejen 1 1 4 2 8
VI-67
19 Tretep 1 2 4 3 10
20 Wonoboyo 1 2 4 2 9
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Ket: Skor semakin besar semakin buruk
Berdasarkan hasil penilaian permukiman kumuh yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa antar hasil survei dengan penilaian permukiman kumuh memiliki
keterkaitan dan kesesuaian. Seperti yang terlihat dari hasil penilaian permukiman kumuh
di Kecamatan Kledung, Ngadirejo dan Parakan, memiliki skor yang tinggi tentang
permukiman kumuh. Sedangkan berdasarkan hasil survei, di Kecamatan Ngadirejo dan
Parakan dijumpai permukiman kumuh perkotaan, yang kondisi kumuh terlihat dari
kondisi rumah yang tidak layak dan lingkungan permukiman yang tidak sehat.
Analisis Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Analisis ketersediaan sarana dan prasarana permukiman ini dilakukan berdasarkan
jumlah dan jenisnya di 15 kecamatan untuk mencari alternatif lokasi kawasan prioritas
penanganan permukiman kumuh (Pendidikan; TK, SD, SLTP, SLTA dan PT; Kesehatan:
Puskesmas, Rumah sakit; Perdagangan: Pasar, dan Toko; Peribadatan: Masjid, Musholla,
Gereja dan Vihara). Berdasarkan data-data tersebut kemudian dinilai ketersediaan
sarananya, semakin lengkap sarananya maka desa tersebut telah dapat melayani aktivitas
masyarakatnya. Adapun nilai adalah sebagai berikut:
VI-68
Tabel 6.37. Skor Ketersediaan Sarana
No. Kecamatan Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perdagangan Skor
1 Parakan TK, SD, SLTP, SLTA Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 13
2 Kledung TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola Pasar, Toko 7
3 Bansari TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Vihara Pasar, Toko 8
4 Bulu TK, SD, SLTP Rumah Sakit, Puskesmas Masjid, Mushola, Vihara Pasar, Toko 8
5 Temanggung TK, SD, SLTP, SLTA Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 11
6 Tlogomulyo TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Vihara Pasar, Toko 8
7 Tembarak TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas Masjid, Mushola Pasar, Toko 7
8 Selopampang TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Pasar, Toko 7
9 Kranggan TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Pasar, Toko 9
10 Pringsurat TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 10
11 Kaloran TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 10
12 Kandangan TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Pasar, Toko 9
13 Kedu TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Pasar, Toko 9
14 Ngadirejo TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Pasar, Toko 9
15 Jumo TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 10
16 Gemawang TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 10
17 Candiroto TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 10
18 Bejen TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Vihara Pasar, Toko 8
19 Tretep TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Pasar, Toko 7
20
Wonoboyo TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Pasar, Toko 7
Sumber: Hasil Analisis, 2011
VI-69
Berdasarkan hasil penilaian diatas menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki
sarana paling sedikit terdapat di Kecamatan Kledung, Tembarak, Selopampang, Tretep
dan Wonoboyo, dimana kecamatan tersebut saat ini masih dirasa sangat kurang dalam
ketersediaan sarana, baik sarana pendidikan maupun peribadatan.
Selain melakukan analisis sarana, juga perlu dilakukan analisis terhadap
ketersediaan prasarana permukiman. Kelengkapan prasarana yang akan di analisis
meliputi: Jaringan Jalan (jalan desa dan jalan antar desa/ kecamatan); Listrik (jaringan
PLN); Air Bersih (pipa PDAM dan air sumur) dan telepon. Perhitungan analisis prasarana
pada masing-masing desa dapat dilihat pada tabel berikut ini.
VI-70
Tabel 6.38. Skor Ketersediaan Prasarana
No Kecamatan Listrik Jalan Air Bersih Nilai
1 Parakan Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa
Mata air, Sumur, PDAM, Pipa, Sungai 9
2 Kledung Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa
Mata air, Sumur, Pipa, Sungai, Embung 10
3 Bansari Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, Pipa, Sungai 8
4 Bulu Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa
Mata air, Sumur, Pipa, Sungai 9
5 Temanggung Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa
Mata air, Sumur, PDAM 8
6 Tlogomulyo Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Mata air, Sumur, Pipa, Sungai 9
7 Tembarak Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, PDAM, Pipa, Sungai 9
8 Selopampang Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Mata air, Sumur, Pipa, Sungai 9
9 Kranggan Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa
Sumur, PDAM 7
10 Pringsurat Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa
Mata air, PDAM, Pipa, Embung 8
11 Kaloran Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa
Sumur, PDAM, Sungai 8
12 Kandangan Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, Pipa, Sungai 8
13 Kedu Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa
Sumur, PDAM, Sungai 8
14 Ngadirejo Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa
Sumur, Pipa, PDAM, Sungai 9
15 Jumo Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, PDAM, Sungai 8
16 Gemawang Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, Sungai 7
17 Candiroto Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa
Sumur, Pipa, Sungai 8
18 Bejen Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa
Sumur, Pipa 7
19 Tretep Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, Pipa, Sungai, Embung 9
20 Wonoboyo Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, Pipa 7
Sumber: Hasil Analisis, 2011
VI-71
Berdasarkan hasil penilaian diatas menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki kelengkapan prasarana paling sedikit terdapat di
Kecamatan Kranggan, Gemawang, Bejen dan Wonoboyo. Setelah melakukan analisis kelengkapan sarana dan prasarana maka dapat
diketahui kecamatan mana saja yang mempunyai sarana dan prasarana yang masih kurang. Untuk mengetahui jumlah keseluruhan dapat
dilakukan dengan analisis skoring terhadap penyedian sarana dan prasarana dapat dilihat pada tabel 6.10. berikut ini.
Adapun nilai/ skornya adalah sebagai berikut;
Perhitungan:
- Rentang, didapat dari nilai sarana tertinggi dikurangi sarana terendah.
Rentang = 24 - 18 = 6
- Banyaknya kelas adalah 3
- Panjang interval = Rentang : Banyaknya Kelas = 6 : 3 = 2
Dari perhitungan diatas maka interval untuk kelas skor adalah sebagai berikut:
24 – 26 = Skor 3
21 – 23 = Skor 2
18 – 20 = Skor 1
VI-72
Tabel 6.39. Skor Ketersediaan Sarana dan Prasarana Permukiman
No Kecamatan Sarana Prasarana Total nilai Skor
1 Parakan 13 9 22 4
2 Kledung 7 10 17 2
3 Bansari 8 8 16 1
4 Bulu 8 9 17 2
5 Temanggung 11 8 19 3
6 Tlogomulyo 8 9 17 2
7 Tembarak 7 9 16 1
8 Selopampang 7 9 16 1
9 Kranggan 9 7 16 1
10 Pringsurat 10 8 18 2
11 Kaloran 10 8 18 2
12 Kandangan 9 8 17 2
13 Kedu 9 8 17 2
14 Ngadirejo 9 9 18 2
15 Jumo 10 8 18 2
16 Gemawang 10 7 17 2
17 Candiroto 10 8 18 2
18 Bejen 8 7 15 1
19 Tretep 7 9 16 1
20 Wonoboyo 7 7 14 1
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Ket: Skor semakin besar semakin buruk
VI-73
Hasil skor yang diperoleh dari ketersediaan sarana dan prasarana ini akan digabungkan dengan total skor penilaian kumuh sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 6.40. Total Skor Penilaian Prioritas Penanganan Permukiman Kumuh
di Kabupaten Temanggung
No Kecamatan Sarana &
Prasarana
Kepadatan
Bangunan
Kondisi
Rumah
Tingkat
Kemiskinan
Jumlah
Skor
1 Parakan 4 3 2 2 11
2 Kledung 2 4 4 4 14
3 Bansari 1 3 4 2 10
4 Bulu 2 3 1 2 8
5 Temanggung 3 2 1 2 8
6 Tlogomulyo 2 3 4 2 11
7 Tembarak 1 2 2 2 7
8 Selopampang 1 1 4 1 7
9 Kranggan 1 1 3 1 6
10 Pringsurat 2 1 3 1 7
11 Kaloran 2 1 4 2 9
12 Kandangan 2 1 3 3 9
13 Kedu 2 2 4 1 9
14 Ngadirejo 2 3 4 3 12
15 Jumo 2 2 4 3 11
16 Gemawang 2 1 4 3 10
17 Candiroto 2 1 4 2 9
18 Bejen 1 1 4 2 8
19 Tretep 1 2 4 3 10
VI-74
20 Wonoboyo 1 2 4 2 9
Pada tabel diatas dapat diketahui 2 kecamatan yang akan dijadikan lokasi prioritas penanganan permukiman kumuh di Kabupaten
Temanggung, yaitu Kecamatan Kranggan dan Pringsurat.
Permukiman disekitar Kawasan Lindung
Berdasarkan hasil survei, kelompok permukiman yang berkembang disekitar kawasan lindung di Kecamatan Selopampang,
Tembarak, Tlogomulyo, Bulu, Parakan, Kledung, Bansari, Ngadirejo, Candiroto, Wonoboyo, Tretep sedangkan kawasan resapan air berada
di Kecamatan Wonoboyo, Tretep, Bejen, Candiroto, Bansari dan Kandangan. Kawasan lindung dan resapan air merupakan kawasan yang
dilarang untuk dibangun permukiman. Namun dalam kenyataannya ada permukiman-permukiman yang dibangun oleh penduduk pada
lokasi tersebut.
Permukiman disepanjang Bantaran Sungai
Berdasarkan hasil survei, kelompok permukiman yang berkembang di sepanjang bantaran sungai sungai deres yang berada di
Kecamatan Ngadirejo, Bantaran kali pacar yang berada di Kelurahan Temanggung I dan Temanggung II, dan bantaran kali jambe yang
berada di Kelurahan Butuh yaitu disebelah sepanjang sungai yang melintasi sungai dekat Pasar Kliwon temanggung. Rumah-rumah
tersebut dibangun dengan jarak yang hanya beberapa meter dari bibir sungai, atau tidak memiliki jarak batasan dengan sungai, sehingga
VI-75
tidak mengindahkan adanya sempadan sungai. Kondisi ini sangat membahayakan, sebab rumah yang dibangun pada bantaran sungai
sangat berpotensi terjadi longsor atau banjir akibat luapan sungai.
Berdasarkan hasil survei, kelompok permukiman yang berkembang di sekitar kawasan rawan bencana alam tanah longsor di
Tretep, Wonoboyo, bejen, candiroto, Gemawang, kandangan, Kaloran, Pringsurat dan Selopampang, daerah rawan bencana tersebut
memiliki karakteristik yang relatif sama, yaitu topografi yang curam (15-40% dan >40%), serta kondisi tanah yang labil menyebabkan
daerah tersebut rawan bencana.
Permukiman di Kawasan Rawan Kekeringan
Berdasarkan hasil survei, kelompok permukiman yang berkembang di sekitar kawasan rawan kekeringan berada di Kecamatan
Pringsurat, Kranggan, kaloran, kandangan, Candiroto, Bejen dan Jumo, ketika musim kemarau tiba, daerah-daerah tersebut sering dilanda
kekeringan. Adapun usaha penduduk untuk mendapatkan kebutuhan air bersih adalah dengan membuat sumur. Masyarakat yang berada
di daerah tersebut telah terbiasa dengan kondisi seperti ini.
6.5.2.2 Alternatif Penanganan
Alternatif penanganan yang dilakukan untuk perumahan dan permukiman yang bermasalah di Kabupaten Temanggung dapat
dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
VI-76
Tabel 6.41.
Alternatif Penanganan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Baru di Kabupaten Temanggung
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUAN PERLINDUNGAN
ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI
Kawasan permukiman perkotaan baik sudah terbangun maupun kawasan siap bangun
Pembangunan perumahan baru di kawasan perkotaan baik yang dibangun oleh masyarakat secara swadaya secara legal maupun oleh developer atau pengembang
perumahan Tujuan : - Untuk memenuhi
kebutuhan rumah bagi penduduk Kabupaten Temanggung
- Pembangunan baru untuk perumahan dan permukiman sesuai rencana IKK pada
masing-masing kecamatan
- Adanya pengawasan untuk menghindari pembangunan perumahan di daerah sawah produktif
Mencegah pembangunan rumah baru dengan tipe kapling besar (> 200 m2)
KDB, KLB, Sempadan Jalan, Sempadan Bangunan untuk pusat kota dengan kepadatan > 1000 unit/Ha, dibangun secara vertikal.
Pembangunan jalur hijau di tepi sungai Pembangunan jalan inspeksi di tepi sungai
Penetapan garis batas dari darat ke laut sejauh 12 mil
Melakukan intensifikasi lahan perkotaan sesuai peruntukkan di RUTRK
(Mengacu pada Keputusan Menteri Negara Perumahan dan Permukiman Nomor: 10/KPTS/M/1999) Pembangunan permukiman penduduk di
lokasi yang padat. Membangun jalan inspeksi dan jalur hijau
di tepi sungai
Diarahkan pada daerah-daerah yang dilalui jalan propinsi, yaitu Kecamatan Pringsurat, Kranggan, Temanggung, Kedu, Parakan, Ngadirejo, candiroto dan Bejen
Mengatur investasi rumah di Kabupaten Temanggung, khususnya bagi para pendatang yang berinvestasi dan tidak tinggal di Kabupaten Temanggung supaya menjadikan rumah investasi tersebut tidak hanya sebagai bangunan kosong saja, namun dipergunakan, misalnya sebagai rumah tinggal/usaha
Pembuatan aturan yang menyempurnakan aturan investasi rumah di Kabupaten Temanggung
Mempetakan kawasan yang berpotensi sebagai kawasan resapan air dan wisata dengan kepadatan rendah untuk lokasi pembangunan baru
Pengaturan pembangunan perumahan dan permukiman yang disesuaikan dengan kondisi fisik dan lingkungan lahan tempat dibangunnya kawasan tersebut, sehingga masing-masing fungsi kawasan dapat terakomodir dan terkoneksi dengan baik
Mempetakan kawasan perumahan dan permukiman yang terletak disekitar
kawasan industri
Pengaturan jarak lokasi industri dengan perumahan dan permukiman serta dengan
melakukan pembangunan penghalang yang
VI-77
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUAN PERLINDUNGAN
ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI
berupa jalur atau jalur terbuka hijau
Mengoptimalkan lahan perumahan perkotaan yang masih memiliki kepadatan rendah dan kepadatan sedang
Mengembangkan perumahan sesuai dengan dengan RUTRK IKK masing-masing
Pembangunan rumah baru oleh masyarakat secara swadaya atau developer/ pengembang perumahan dengan pendekatan Kasiba/ Lisiba Mencegah pembangunan massal oleh individu / broker dengan penjualan kapling secara bebas Pembuatan peraturan tentang tata cara mendirikan bangunan di pusat kota : IMB, Sempadan Bangunan, Sempadan Jalan, KDB, KLB dan ketinggian Bangunan
Mengkaitkan antara pusat-pusat kota dan pusat-pusat pertumbuhan baru
Membangun jaringan jalan/ mengembangkan jalan yang berpotensi untuk menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan
- Kecamatan Kranggan - Kecamatan Temanggung - Kecamatan Parakan - Kecamatan Ngadirejo - Kecamatan Candiroto
Mempertahankan kawasan resapan air Membangun di kawasan yang memiliki
sumber air bersih
Membuat sumur resapan, embung untuk lokasi yang tidak memiliki sumber air bersih.
Mempertimbangkan lokasi permukiman di
daerah banjir
Pembangunan jaringan drainase.
Pembangunan sarana & prasarana (primer & sekunder) pendukung perumahan baru
Pembangunan perumahan baru diprioritaskan di lokasi tegalan dan pengoptimalan bangunan di tanah pekarangan
Mempertanahkan sawah yang ada Memperhatikan/melindungi kawasan
lindung/konservasi
Pembangunan Perumahan dengan pendekatan Kasiba/Lisiba
VI-78
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUAN PERLINDUNGAN
ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI
Kawasan permukiman di
wilayah yang bercirikan perdesaan baik sudah terbangun maupun kawasan siap bangun
Kawasan yang mempunyai arahan
kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam. Tujuan : Pemenuhan kebutuhan perumahan untuk pembangunan baru Kab. Temanggung dengan tidak merusak sumber daya alam / kawasan lindung
Pembangunan perumahan baru diprioritaskan di lokasi tegalan
Sesuai dengan RTRW kawasan yang mempunyai kelerengan 25% - 40% atau lebih tidak digunakan untuk permukiman
Lokasi pembangunan baru diprioritaskan untuk kelurahan/desa yang memiliki tegalan, dengan persyaratan: tidak rawan bencana, memiliki kelerengan 2% - 15%, memiliki kelengkapan fasilitas sosial dan umum, adanya sumber air, serta kesesuaian dengan RTRW
Menghubungkan jalur-jalur pusat pertumbuhan desa
Pembangunan RSH, RSS, menengah, dan mewah. Lebih diutamakan RSH dan RSS
yang diprioritaskan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Pembangunan sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman, seperti jalan, sanitasi, drainase, air bersih, telepon, listrik, dan fasilitas pendukung seperti pendidikan, kesehatan, peribadatan, ruang publik di pusat pertumbuhan desa
Diluar wilayah IKK/kawasan yang bercirikan perdesaan,
yaitu di seluruh kecamatan kabupaten temanggung.
Mempertahakan karakteristik perdesaan yang ada dan adanya larangan membangun tanpa mempertimbangkan RUTRK yang ada
Mengendalikan para developer (resmi) yang menjual bebas kapling dengan luasan yang melebihi luasan dari luas kapling maksiman di RTRW
Penegasan tindakan persuasif dan represif bagi pelanggar
Pengawasan & pengendalian pembangunan unit rumah baru di sepanjang bantaran sungaiPembangunan tanggul di tepi sungai agar tidak longsor
Sumber: Hasil Analisis, 2011
VI-79
Tabel 6.42. Alternatif Penanganan Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman di Kabupaten Temanggung
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUAN PERLINDUNGAN
ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI
Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan kiri sungai, termasuk sungai buatan/ saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Kriteria: 10 – 15 m, diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi, untuk sungai di kawasan permukiman Tujuan perlindungan : Melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.
Sempadan bangunan (tanpa tanggul) Anak sungai/ sungai kecil dengan
kedalaman < 3 m garis sempadan bangunan : 10 m dari tepi sungai
Sungai dengan kedalaman 3-20 m garis sempadan bangunan : 15 m dari tepi sungai.
Sungai dengan kedalaman < 30 meter : sempadan bangunan 30 meter dari tepi sungai.
Garis sempadan bangunan di tepi jalan inspeksi minimal 7.5 m dari as jalan
Sempadan bangunan (bertanggul) 3 meter di sebelah luar sepanjang
kaki tanggul Anak sungai/ sungai kecil dengan
kedalaman < 3 m garis sempadan bangunan minimal 3 m dari batas
tanggul. Sungai dengan kedalaman >3m garis
sempadan bangunan minimal 5 m dari batas tanggul
Pencegahan dan Pengendalian pembangunan perumahan baru di sepanjang bantaran sungai.
RESTRUKTURISASI: Redevelopment
- Upaya penataan kembali suatu kawasan perumahan dan permukiman kumuh dengan terlebih dahulu melakukan pembongkaran sarana dan prasarana dari sebagian atau seluruh kawasan yang telah
dinyatakan tidak dapat lagi dipertahankan kehadirannya.
- Perubahan struktural peruntukan lahan serta ketentuan-ketentuan pembangunan lainnya yang mengatur pembangunan baru (KDB, KLB, GSB, dll) yang
biasanya terjadi. Renewal (Peremajaan)
Kawasan tepi sungai yang tidak bertentangan dengan RUTR, RDTR, RTRK dan bukan diperuntukan jalur sungai
Pembuatan peraturan daerah tentang larangan dan
pemberian sanksi
- Sungai Progo : Kecamatan Ngadirejo, jumo, Kedu, kandangan, Kranggan, tembarak, Selopampang
- Sungai Bodri : Kecamatan Wonoboyo, Candiroto dan Bejen
VI-80
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUAN PERLINDUNGAN
ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI
pembuatan bangunan di atas bantaran sungai
Sempadan dapat diwujudkan dalam bentuk jalan inspeksi minimal lebar 7,5 m.
Kawasan Perumahan di Kawasan Banjir
Terdapat 2 kriteria untuk permasalahan kawasan banjir : genangan sepanjang tahun dan genangan periodik
- Kawasan rawan bencana banjir sedapat mungkin tidak dipergunakan untuk permukiman, demikian pula kegiatan lain yang dapat merusak atau mempengaruhi kelancaran sistem drainase.
- Pada daerah rawan banjir ini perlu adanya pemantapan kawasan lindung di antaranya dengan langkah reboisasi jenis tanaman khusus ( tanaman tahunan).
- Perlu penambahan kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendukung perumahan dan permukiman
Rehabilitasi (Perbaikan) - Mengembalikan kondisi
komponen-komponen fisik kawasan permukiman yang telah mengalami kemunduran kondisi atau degradasi kepada
kondisi asalnya, sehingga dapat berfungsi kembali.
- Konsep penanganan ini untuk memperbaiki sarana dan prasarana.
- Pengadaan sarana dan prasarana terutama diarahkan: Untuk kawasan rawan bencana banjir di kawasan perumahan dan
permukiman yang berada di kawasan sempadan sungai, jika masih memungkinkan tanpa harus melalui relokasi keluar kawasan, maka dapat dibangun tanggul pengaman, dengan syarat tetap diberlakukan sempadan bangunan dan syarat lainnya. Sedangkan untuk genangan sepanjang tahun, penanganan
- Kecamatan Parakan - Kecamatan Kedu - Kecamatan Temanggung
VI-81
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUAN PERLINDUNGAN
ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI
diarahkan pada normalisasi saluran.
Kawasan Perumahan di koridor SUTET dan SUTT
Perumahan yang berada di sepanjang jaringan/saluran tegangan ekstra tinggi. Lokasi rumah : A. Rumah yang terletak
langsung dibawah menara SUTET dan SUTT
B. Rumah yang terletak di sepanjang jaringan SUTET dan SUTT yang berjarak < 9 meter
C. Rumah yang terletak di sepanjang jaringan SUTET dan SUTT yang berjarak > 9 meter
Tujuan :Melindungi warga yang tinggal di sekitar jaringan SUTET dan SUTT dengan bahaya-bahaya yang akan terjadi
Mencegah dan pengendalian pembangunan baru disepanjang jaringan SUTET dan SUTT Pemberian sanksi atau larangan bagi masyarakat yang membangun rumah baru di lokasi jaringan SUTET dan SUTT Menyarankan kepada masyarakat penggunaan bahan bangunan rumah yang bukan penghantar panas yang baik (larangan penggunaan seng untuk atapnya) Pembuatan jalan inspeksi di kanan kiri jalur listrik tegangan tinggi, dengan lebar jalan ± 9 m. Menanam tanaman di sekitar jaringan sebagai barrier/jalur hijau yang tidak mengganggu jaringan agar mengurangi dampak yang ditimbulkan SUTET dan SUTT
Membuat peraturan daerah yang melarang pembangunan baru dan tidak memberi ijin atau pemberian sertifikat (untuk melegalkan lahan) bagi penduduk yang mengajukan ijin tsb Sosialisai kepada masyarakat tentang bahaya radiasi yang ditimbulkan oleh jaringan SUTET dan SUTT Menambah barrier di sekitar perumahan dengan jenis tidak mengganggu jaringan SUTET dan SUTT.
- Kecamatan Kandangan - Kecamatan Kaloran - Kecamatan Pringsurat
VI-82
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUAN PERLINDUNGAN
ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI
Kawasan Permukiman di
Rawan Bencana/ Longsor
Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang
teridentifikasi sering terjadi bencana alam seperti tanah longsor, letusan gunung berapi, banjir, dan kekeringan. Kriteria: Kawasan rawan tanah longsor Daerahnya labil Mempunyai kemiringan lahan yang ekstrim > 40%. Tujuan perlindungan : Melindungi daerah rawan bencana dari kegiatan manusia yang dapat menimbulkan dan merusak kehidupan manusia.
Pengawasan dan Pengendalian pembangunan perumahan baru di daerah
yang rawan longsor Kepadatan bangunan diarahkan dengan kepadatan rendah, harus ada pembatasan kepadatan dan pertumbuhan fisik aktivitas kawasan. Kepadatan diarahkan < 30 unit/ Ha dengan luas lantai bangunan < 100 m2.
Membuat peraturan daerah yang melarang pembangunan
baru dan tidak memberi ijin atau tidak pemberian sertifikat (untuk melegalkan lahan) bagi penduduk yang mengajukan ijin tsb
- Kecamatan Selopampang, tembarak, Tlogomulyo, bulu,
Parakan, kledung, bansari, Ngadirejo, Candiroto, Wonoboyo, dan Tretep, Kledung, Bansari, Tretep, Bulu
VI-83
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUAN PERLINDUNGAN
ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI
Kawasan Permukiman di
Resapan Air
Kawasan yang terdapat sumber mata air yang
digunakan penduduk untuk kebutuhan sehari-hari. Tujuan : Melindungi dan menjaga kelestarian jumlah, kualitas, penyebaran tata air, kelancaran, ketertiban, pengaturan air dan sumber-sumber air
Sempadan mata air dapat dibangun suatu bangunan dengan jarak minimal
200 m dari sumber mata air
Pembuatan peraturan untuk tidak diijinkan pembangunan
baru di kawasan lokasi tersebut. Sosialisai kepada masyarakat tentang pembangunan disekitar mata air.
- Kecamatan Wonoboyo, Tretep, Bejen, Candiroto, Bansari dan
Kandangan
Kawasan Permukiman Kumuh
Kawasan hunian masyarakat dengan ketersediaan sarana umum buruk atau tidak ada sama sekali dan kepadatan bangunan netto yang tinggi. Kawasan ini juga ditunjukkan dengan kualitas lingkungan yang kurang memperhatikan kesehatan, seperti: masih berdinding bambu, berlantai tanah, dan bersampingan dengan ternak Kategori: slums dan squatters Slums : permukiman yang legal, namun secara fisik,
Penataan dan peremajaan kawasan lingkungan perumahan dan permukiman dengan kepadatan tinggi Merencanakan secara optimal penggunaan lahan
Pembangunan Rumah Susun untuk kawasan pusat kota dengan kepadatan tinggi /kumuh berat Pembuatan rencana detail geometric pengaturan kawasan permukiman kumuh
- Kecamatan Temanggung ; Kelurahan Temanggung I, Temanggung II , gilingsari, Banyuurip, Butuh dan Kertosari
- Kecamatan Parakan : Kelurahan Parakan Wetan dan Wanutengah
- Kecamatan Ngadirejo : Kelurahan Ngadirejo
Mengoptimalkan implementasi rencana, pengawasan, dan perijinan pembangunan perumahan
Land re-adjustment (penataan permukiman) dan peremajaan permukiman di kawasan perkotaan
VI-84
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUAN PERLINDUNGAN
ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI
sosial budaya dan sosial politik mengalami degradari,
sehingga daya dukung lahan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Squatters : lingkungan permukiman liar yang menempati lahan illegal, kondisi fisik lingkungan dan bangunan jelek, tanpa dilayani sarana dan prasarana. Tujuan : Penataan dan peningkatan kawasan lingkungan permukiman menjadi tertata dan lebih sehat.
Pengembangan perumahan dengan batas-batas tertentu untuk kawasan yang
termasuk dalam kategori kumuh ringan.
Pemberian status kepemilikan lahan bagi para pemukim yang
menempati lahan yang sesuai dengan peruntukannya Melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan dan penataan (participatory planning) sejak awal Penyediaan sarana dan prasarana (P3KT dan PKL)
- Perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan untuk kawasan kumuh
- Pengendalian terhadap permukiman kumuh
- Pembuatan Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Permukiman di Bantaran Rel
Perumahan yang berada di sepanjang kanan kiri rel kereta api.
Tujuan : Mengurangi pertumbuhan permukiman warga yang tinggal di bantaran rel supaya tidak terus bertambah karena lokasi ini sebatas lokasi hak pakai yang sewaktu-waktu bias dapat dilakukan pemugaran.
Pencegahan dan Pengendalian pembangunan perumahan baru di sepanjang Bantaran rel
Pembuatan peraturan yang melarang pembangunan baru di kawasan lokasi tersebut.
- Kecamatan Temanggung: Kelurahan Madureso, kertosari, Banyuuurip, Temanggung I, Sidorejo
- Kecamatan Kedu : Desa Candimulyo, Kedu, Mojotengah
- Kecamatan Parakan : Kelurahan Parakan wetan
Sumber: Hasil Analisis, 2011
VI-85
Tabel 6.43. Alternatif Penanganan Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Pedesaan di Kabupaten Temanggung
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA DAN TUJUAN PERLINDUNGAN
ARAHAN
ALTERNATIF PENANGANAN
LOKASI
Penanganan Kawasan
Permukiman di Wilayah yang Bercirikan Perdesaan
Kawasan permukiman yang masih bercirikan perdesaan seperti pemanfaatan lahan mayoritas digunakan untuk pertanian, wisata dan
industri.
Strategi penanganan permukiman di wilayah kawasan perdesaan di Kabupaten
Temanggung akan diarahkan pada program pengadaan prasarana dasar permukiman perdesaan.
Kegiatan Penyediaan Air Bersih
Kegiatan Penyehatan Lingkungan
- Hampir semua
kecamatan di kabupaten temanggung
Tujuan : - Karakteristik wilayah yang bercirikan perdesaan masih dipertahankan
dan melindungi kawasan menjadi daerah resapan air - Pengembangan wilayah yang bercirikan perdesaan dengan memilih
desa-desa berpotensi untuk menjadi desa pusat pertumbuhan.
- Mempertahankan potensi kawasan yang ada
Pengaturan jarak lokasi industri dengan perumahan dan permukiman serta dengan melakukan pembangunan penghalang yang berupa jalur atau jalur terbuka hijau Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana pendukung pusat aktivitas di pedesaan Dengan mengembangkan Kawasan Permukiman industri rumah tangga. Hal ini dapat berupa aglomerasi usaha, sehingga menciptakan keuntungan kolektif.
Kegiatan Perbaikan Perumahan Permukiman KTP2D-DPP pada lahan-lahan yang mempunyai embrio untuk peningkatan perekonomian masyarakat perdesaan Pembangunan prasarana dan sarana pendukung
perkembangan masyarakat perdesaan yang memiliki ciri khusus Sosialisasi dan pembinaan tentang rumah sehat kepada masyarakat yang tinggal di wilayah yang bercirikan
perdesaan.
VI-86
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA DAN TUJUAN PERLINDUNGAN
ARAHAN
ALTERNATIF PENANGANAN
LOKASI
Redefinisi, khususnya rehabilitasi (perbaikan), yaitu
rumah temporer yang sudah tidak layak huni. Pelatihan dan pembentukan Klaster, sesuai dengan potensi masing-masing daerah - Pelatihan dan
pembentukan Klaster usaha, sesuai dengan potensi masing-masing daerah
- Pembangunan sarana dan prasarana permukiman serta usaha/wisata/daerah-daerah khusus yang memiliki embrio untuk peningkatan perekonomian penduduk
Sumber: Hasil Analisis, 2011
VI-87
6.5.3 Analisis kawasan Permukiman Bercirikan Pedesaan
RTRW Kabupaten Temanggung telah menetapkan kawasan perkotaan dan
pedesaan dan untuk wilayah perencanaan kawasan pedesaan meliputi seluruh
kecamatan di temanggung, sedangkan untuk wilayah perencanaan Rencana
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Kabupaten
Temanggung tahun 2011 ini, terdapat 14 kecamatan yang masuk wilayah pedesaan.
6.5.3.1 Lokasi Kawasan Permukiman Bercirikan Perdesaan
Berdasarkan Kepmen Kimpraswil No.327/KPTS/M/2002 yang menetapkan
bahwa kriteria suatu kawasan disebut sebagai kawasan perkotaan, didasarkan pada
fungsi kegiatan utama budidaya, bukan pertanian atau lebih dari 75% mata pencaharian
penduduknya di sektor perkotaan, dan memiliki jumlah penduduk sekurang-kurangnya
10.000 jiwa serta kepadatan sekurang-kurangnya 50 jiwa/Ha. Dari data-data yang
diperoleh selanjutnya diolah untuk mendapatkan permukiman yang memiliki
karakteristik perkotaan dan perdesaan. Adapun permukiman yang memiliki
karakteristik Perkotaan terletak di Kecamatan Pringsurat, Kranggan, Temanggung, Kedu,
Parakan dan Ngadirejo, sedangkan sisanya memiliki karakteristik perdesaan.
Kawasan dengan ciri perdesaan mempunyai arahan kegiatan utama pertanian
mempunyai arahan kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman di wilayah yang bercirikan
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi, dalam
mengembangkan fungsi kawasan sebagai kawasan permukiman di wilayah yang
bercirikan perdesaan, diutamakan pada pengembangan kegiatan yang mendukung
fungsi pertanian.
6.5.3.2 Jenis dan Karakteristik Kawasan Permukiman Bercirikan Perdesaan
Jenis dan karakteristik perumahan dan permukiman mengkaji mengenai kondisi
fisik perumahan dan permukiman di Kabupaten Temanggung. Pengkajian karakteristik
perumahan dan permukiman ini mencakup karakteristik bangunan Berdasarkan kualitas
fisik (tingkat penghunian), karakteristik aktivitas dan fungsi kawasan yang menjadi
arahan pengembangan permukiman di wilayah yang bercirikan perdesaan. Dari
beberapa kawasan perdesaan yang memiliki aktivitas potensial ini, maka arah
VI-88
pengembangan kawasan permukiman perdesaan akan diarahkan pada kawasan
perdesaan yang pontesial tersebut. Arah ini akan membuka pusat-pusat pertumbuhan
baru dengan kelengkapan fasilitas yang ada. Kawasan permukiman perdesaan adalah
kawasan yang berada di luar kawasan perkotaan. Kawasan ini sebagian besar berfungsi
sebagai kawasan pertanian.
Pengembangan sistem permukiman perdesaan di Kabupaten Temanggung
diarahkan pada usaha pemerataan pembangunan dan perkembangan wilayah sebagai
salah satu usaha mencegah kesenjangan wilayah. Hal ini terutama karena hambatan-
hambatan strategis yang meliputi kondisi geografis yang mempengaruhi pola distribusi
dengan tingkat kesulitan aksesibilitas yang cukup tinggi, yang ditunjukkan adanya
hambatan-hambatan fisik lawasan dan sistem jaringan yang belum memadai.
Berdasarkan kondisi tersebut maka pengembangan kawasan perdesaan di Kabupaten
Temanggung adalah sebagai berikut:
1. Memilih desa-desa potensial menjadi desa-desa pusat pertumbuhan.
2. Pengembangan aktivitas wisata yang mendukung pertanian berupa agrowisata,
agrobisnis dan agroindustri yang terpadu dan saling terkait.
3. Peningkatan sumber daya manusia dan buatan, agar keberadaan manusia menjadi
prioritas utama pengembangan wilayah perdesaan yang cenderung terbelakang.
6.5.3.3 Tingkat Penghunian
Tingkat penghunian rumah digunakan untuk menghitung dan mengetahui
jumlah penghuni atau orang yang menempati satu rumah, cara menghitung jumlah
penghunian rumah pada masing-masing desa dilakukan dengan membagi antara jumlah
penduduk dengan jumlah rumah. Berdasarkan perhitungan tingkat penghunian
permukiman perdesaan di Kabupaten Temanggung dapat diketahui bahwa rata-rata
tingkat penghuni 4, yaitu satu rumah rata-rata dihuni oleh 4 anggota keluarga. Adapun
hasil perhitungan jumlah penghunian rumah pada masing-masing kecamatan yang
merupakan permukiman perdesaan di Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
VI-89
Tabel 6.44. Tingkat Penghunian Permukiman Perdesaan di Kabupaten Temanggung
No Kecamatan Jml.Pend. Jml Tingkat
Jiwa Rumah Hunian
1 Kledung 26.310 7.186 4
2 Bansari 22.696 4.915 5
3 Bulu 44.021 12.427 4
4 Tlogomulyo 21.024 7.569 3
5 Tembarak 28.310 6.380 4
6 Selopampang 18.254 4.083 4
7 Kaloran 43.394 10.504 4
8 Kandangan 47.423 10.624 4
9 Jumo 27.936 7.133 4
10 Gemawang 29.701 7.836 4
11 Candiroto 31.960 7.658 4
12 Bejen 20.163 5.228 4
13 Tretep 19.530 4.809 4
14 Wonoboyo 24.062 6.135 4
JUMLAH 730.409 177.182 4
6.5.3.4 Kualitas Fisik
Kualitas fisik permukiman dapat dilihat dari kondisi bangunan rumah pada
Kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Temanggung. Kondisi bangunan
permukiman perdesaan, berdasarkan data jumlah rumah menurut permanensi bangunan
di Kabupaten Temanggung tahun 2011 dapat diketahui bahwa jumlah rumah di Kawasan
permukiman perdesaan adalah sebesar 102.487 unit dengan jumlah rumah paling banyak
berupa semi permanen sebanyak 42.625 unit.
Jumlah rumah paling banyak di Kawasan permukiman perdesaan, terdapat di
Kecamatan Kandangan yaitu sebanyak 3.940 unit rumah, sedangkan kecamatan yang
mempunyai jumlah rumah terkecil terdapat di Kecamatan Tretep, yaitu sebanyak 2.142
unit rumah. Selengkapnya mengenai jumlah dan kondisi bangunan pada masing-masing
kecamatan di Kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Temanggung dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
VI-90
Tabel 6.45. Karakteristik Kualitas Permukiman Perdesaan di Kabupaten Temanggung
No Kecamatan Jenis Rumah (unit)
Jumlah Permanen % Semi Permanen % Sederhana %
1 Kledung 1.172 4 3.660 9 2.354 8 7.186
2 Bansari 1.271 4 2.620 6 1.024 3 4.915
3 Bulu 7.323 25 3.262 8 1.842 6 12.427
4 Tlogomulyo 1.706 6 2.909 7 2.954 10 7.569
5 Tembarak 2.760 9 2.942 7 678 2 6.380
6 Selopampang 1.022 3 2.142 5 919 3 4.083
7 Kaloran 2.411 8 3.875 9 4.218 14 10.504
8 Kandangan 3.724 13 3.940 9 2.960 10 10.624
9 Jumo 1.371 5 3.418 8 2.344 8 7.133
10 Gemawang 1.418 5 3.254 7 3.164 10 7.836
11 Candiroto 1.828 6 2.903 7 2.927 9 7.658
12 Bejen 1.341 5 2.728 6 1.159 4 5.228
13 Tretep 824 3 2.142 5 1.843 6 4.809
14 Wonoboyo 1.223 4 2.830 7 2.082 7 6.135
JUMLAH 29.394 42.625 30.468 102.487
Sumber : Kab. Temanggung dalam angka, Tahun 2011
6.5.3.5 Pola Pemanfaatan Lahan
Karakteristik pemanfaatan lahan di kawasan yang bercirikan perdesaan di
Kabupaten Temanggung secara umum terdiri dari penggunaan yang digunakan sebagai
kawasan pertanian, dan yang lain digunakan sebagai kawasan industri (besar, menengah
dan kecil). Untuk aktivitas industri di kawasan yang bercirikan perdesaan secara umum
diarahkan pada aktivitas industri dan mendukung aktivitas pertanian, serta industri
rumahtangga.
Pola pemanfaatan lahan tersebut menjadi karakteristik dan jenis yang dapat
menjadi dasar pengembangan permukiman di kawasan yang bercirikan perdesaan yang
memiliki karakter yang kuat. Wilayah kecamatan (pedesaan) yang cocok untuk
dikembangkan dan yang memiliki karakteristik industri adalah sebagai berikut:
1. Kecamatan KANDANGAN :
Industri makanan Pisang Aroma di Desa Gesing.
2. Kecamatan KEDU :
Industri Pengrajin Gerabah Tanah di Desa Kundisari
VI-91
3. Kecamatan KALORAN :
Industri Gerabah Tanah di Desa Tegowanuh
4. Kecamatan PRINGSURAT :
Industri Kerajinan Relief Tembaga dan Kuningan
Sedangkan untuk wilayah pedesaan yang perlu dikembangkan sebagai kawasan
wisata yaitu sebagai berikut:
1. Kecamatan GEMAWANG :
Wisata curug lawe
2. Kecamatan Kecamatan NGADIREJO :
Wisata Candi Pringapus dan Wisata Religi Jumprit
3. Kecamatan WONOBOYO :
Wisata Air Terjun Trocoh
4. Kecamatan CANDIROTO :
Wisata Air Terjun Onje dan Industri Kopi Bubuk Robusta di Desa Mento
5. SELOPAMPANG :
Wisata Pelestarian habitat alam di Desa Walitis
6. Kecamatan BULU :
Wisata Monumen Meteorit di Wonotirto, Candi Gondosuli dan Kerajinan Mendong
6.5.3.6 Pembangunan Permukiman Swadaya Masyarakat
Pembangunan swadaya yang dilakukan masyarakat di Kawasan permukiman
perdesaan di Kabupaten Temanggung, dapat dilihat dari tingkat golongan
VI-92
masyarakatnya. Sebagian besar masyarakat yang ada di Kawasan pemukiman perdesaan
merupakan masyarakat golongan menengah rendah, yang perlu membutuhkan bantuan
dari pemerintah dalam pembangunan perumahannya. Bantuan tersebut dapat berupa
pinjaman dari koperasi dan kemudahan dalam peminjaman kredit untuk pembangunan
rumah sangat sederhana mandiri. Atau dapat dilakukan oleh pemerintah dengan
pembangunan perumahan sangat sederhana yang diberikan kepada masyarakat
menengah rendah, dan untuk mendapatkan dapat melalui angsuran.
VII-1
BAB VII
POKOK-POKOK PERMASALAHAN PERUMAHAN DAN
PERMUKIMAN
Pokok – pokok Permasalahan Perumahan dan Permukiman yang perlu dicermati
sebagai landasan dalam menyusun Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Permukiman. Permasalahan tersebut akan dibedakan atau akan
dikelompokkan dalam permasalahan yang mendesak untuk ditangani, permasalahan
yang perlu diantisipasi dan permasalahan yang ditangani secara bertahap.
7.1. Daftar Permasalahan yang Mendesak
Dibawah ini akan diuraikan beberapa Daftar Permasalahan Perumahan dan
Permukiman yang Mendesak untuk ditangani di Kabupaten Temanggung :
1. Belum adanya Konsep Pengembangan dan Pembangunan Permukiman di Kabupaten
Temanggung, yang sesuai dengan situasi lokal atau daerah dan dapat
mengakomodasi berkembangnya budaya multi culture.
2. Kebijakan tata ruang Kabupaten sulit sekali dilaksanakan dan belum dapat
mengakomodasikan perkembangan perumahan dan permukiman, sehingga adanya
permukiman yang berada di kawasan - kawasan rawan bencana ataupun kawasan
konservasi.
3. Masih banyak rumah belum layak huni kondisi ini dikarenakan adanya pertambahan
penduduk yang mengakibatkan bertambahnya kebutuhan perumahan yang belum
semuanya mampu disediakan oleh Pemerintah Kabupaten bahkan dalam penyediaan
prasarana dan sarana dasarnya.
4. Masih banyak rumah tidak yang sehat dengan kondisi lingkungan rumah dimana
belum tersedianya atau masih terbatasnya prasarana dan sarana dasar seperti :
Pelayanan air minum, Sanitasi, dan lain – lain.
5. Banyaknya alih fungsi lahan tanpa ijin dan pembangunan yang melanggar tata ruang.
VII-2
6. Belum tersedianya atau masih terbatasnya prasarana dan sarana dasar permukiman
seperti : Pelayanan air minum, Sanitasi dan lain – lain.
7. Perumahan yang dibangun oleh pengembang masih banyak yang belum
mengkonfirmasikan terhadap REI ( Real Estate Indonesia ).
8. Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan perumahan yang
sehat, sehingga perlu ada semacam sosialisasi pembangunan perumahan dan
permukiman langsung pada masyarakat.
9. Terdapat permukiman yang berada pada lokasi rawan bencana di Kabupaten
Temanggung yakni bencana tanah longsor yang tersebar di Kecamatan Tretep,
Wonoboyo, Bejen, Candiroto, Gemawang, Kandangan, Jumo, Bansari, Kledung,
Kaloran, Pringsurat, Bulu, Tlogomulyo dan Selopampang.
10. Terdapat permukiman yang berada pada lokasi rawan bencana di Kabupaten
Temanggung yakni bencana kekeringan yang tersebar di Kecamatan Pringsurat,
Kranggan, Kaloran, Kandangan, Bejen, Jumo dan Bulu.
11. Terdapat permukiman yang berada pada lokasi rawan bencana di Kabupaten
Temanggung yakni bencana banjir yang tersebar di Kecamatan Kedu, Parakan dan
Bejen.
12. Terdapat permukiman yang berada pada lokasi rawan bencana di Kabupaten
Temanggung yakni bencana angin topan yang tersebar di Kecamatan Selopampang,
Tembarak, Tlogomulyo, Bulu, Temanggung, Kledung, Tretep, Pringsurat, Kaloran,
Jumo, Gemawang, Wonoboyo, Candiroto dan Kedu.
13. Perlunya penegakan hukum pertanahan ( ke-agraria-an ) serta penindakan yang tegas
terhadap pihak-pihak yang melanggar tata ruang.
14. Pola penataan rumah dan halaman yang masih belum baik terutama pada kawasan
perdesaan dan kawasan perkotaan padat yang penduduk.
7.2. Daftar Permasalahan yang perlu Diantisipasi
Adapun beberapa permasalahan yang perlu diantisipasi di wilayah perencanaan
adalah:
VII-3
1. Lahan untuk pembangunan rumah baru semakin mahal dan terbatas, sementara itu
kebutuhan rumah baru semakin meningkat.
2. Kekurangan rumah ( backlog ) dimana terdapat selisih jumlah rumah dengan jumlah
KK.
3. Perijinan pembangunan perumahan dan permukiman sudah mengalami kemudahan,
akan tetapi masih banyak masyarakat yang belum sadar akan hal ini, sehingga belum
banyak penduduk yang mengurus IMB sebelum mendirikan suatu bangunan rumah.
4. Semakin meningkatnya jumlah penduduk sehingga semakin meningkat kebutuhan
akan ruang hunian yang layak.
5. Terbatasnya informasi rencana pengembangan permukiman, yang seringkali
menumbuhkan ketidak-efisienan dalam layanan prasarana dan sarana permukiman.
6. Munculnya pencemaran sungai akibat terdapat rumah yang berada di bantaran
sungai, terutama di daerah perkotaan dengan kepadatan tinggi.
7. Belum ada penerapan aturan yang jelas sesuai dengan tata ruang tentang fungsi tanah
pertanian untuk permukiman.
8. Pembangunan perumahan masih terfokus pada kawasan perkotaan.
9. Kelambatan mengantisipasi tumbuhnya kawasan padat penduduk dan permukiman
kumuh.
10. Banyak muncul Developer-developer yang hanya mengejar aspek ekonomi tanpa
memperhatikan lingkungan dan tata ruang yang ada.
11. Belum ada sistem pengelolaan pembangunan rumah baru yang terpadu antara yang
dilakukan oleh Masyarakat, Pemerintah dan Swasta.
7.3. Daftar Permasalahan yang ditangani Bertahap
Di bawah ini akan diuraikan beberapa daftar permasalahan yang bisa ditangani
secara bertahap :
1. Belum ada sistem pengelolaan pembangunan rumah baru yang terpadu antara yang
dilakukan oleh Masyarakat, Pemerintah dan Swasta.
VII-4
2. Kesadaran masyarakat terutama masyarakat berpenghasilan rendah terhadap
pentingnya sertifikasi lahan masih rendah.
3. Penertiban bangunan yang belum mempunyai izin dan sosialisasi proses pengajuan
dan lain-lain.
4. Perlu adanya perhatian dan penanganan khusus untuk pendirian bangunan yang
berada di kawasan bantaran sungai, kawasan konservasi maupun rawan bencana.
5. Terdapat permukiman yang tepat berada dibawah jalur SUTET, hal tersebut
berbahaya karena dapat mengancam kesehatan penghuninya yaitu di Kecamatan
Kandangan, Kaloran, Kranggan dan Pringsurat.
6. Kepedulian pengembang terhadap lingkungan masyarakat dan pemenuhan fasilitas
sosial dan umum masih belum optimal.
7. Belum efektifnya kerja lembaga yang selama ini menangani pembangunan
perumahan dan permukiman menjadikan pembangunan perumahan dan
permukiman mengalami berbagai kendala dalam pelaksanaannya.
8. Penegakan Peraturan Daerah dengan sanksi yang tegas bagi pengembang dan
masyarakat yang membangun dan belum memenuhi ketentuan termasuk lahan
tidur.
9. Perlunya pendataan perumahan dan permukiman yang baik secara
berkesinambungan.
VIII-1
BAB VIII RENCANA DAN INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN DAN
PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG
8.1. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Baru
Penyediaan akan kebutuhan perumahan dan permukiman merupakan kewajiban
bagi Pemerintah Daerah bagi masyarakatnya. Kondisi ini merupakan tantangan bagi
pemerintah karena kebutuhan akan perumahan dan permukiman akan selalu meningkat
seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang berlangsung cepat.
Salah satu hal pokok dalam penyediaan perumahan adalah harus dapat diakses oleh
semua golongan masyarakat dengan artian harga jual dapat terjangkau semua golongan.
Di wilayah Kabupaten Temanggung perkembangan perumahan dan permukiman
yang terjadi disebabkan dari beberapa faktor antara lain adalah pertumbuhan penduduk
dan backlog, dimana dari faktor-faktor ini menciptakan kebutuhan ruang akan perumahan
dan permukiman yang tidak sedikit. Dengan rencana pembangunan rumah baru yang
dilakukan oleh pengembang ( developer ) dan pembangunan rumah yang dilakukan secara
swadaya, pada lahan-lahan yang menurut tata ruang direncanakan untuk kawasan
permukiman merupakan salah satu program untuk mengefisiensikan akan kebutuhan
lahan dan peningkatkan kualitas permukiman kumuh.
8.1.1. Daya Tampung Penduduk dan Kebutuhan lahan
Untuk tahun perencanaan 2021 kebutuhan lahan perumahan dan permukiman di
Kabupaten Temanggung masih dapat memaksimalkan lahan di kawasan perkotaan.
Dimana berdasarkan analisis proyeksi kebutuhan rumah pada tahun 2021 maksimal luas
lahan permukimannya adalah 4.484 Ha. Dengan jumlah ini masih bisa memaksimalkan
lahan dalam wilayah IKK, dimana jumlah luas rencana permukiman IKK yang diketahui
sejumlah 5.522,04 Ha. Kondisi ini juga didukung dengan luas lahan Kabupaten
Temanggung yang sesuai dengan lahan terbangun yaitu seluas 3.751,96 Ha. Sehingga
untuk tahun prediksi 2019 Kabupaten Temanggung masih mencukupi kebutuhan lahan
untuk perumahan dan permukiman. Jumlah ini diketahui dengan menggunakan analisis
spatial yaitu mengoverlay peta lahan yang berpotensi untuk terbangun dengan peta
VIII-2
kawasan konservasi dan kawasan khusus, sehingga akan diperoleh peta kawasan lahan
terbangun.
8.1.2. Penyediaan Rumah
Upaya penyediaan pembangunan dan pengembangan perumahan dan
permukiman baru, dilaksanakan secara swadaya oleh masyarakat, swasta atau developer
dan sebagian lagi oleh pemerintah, berikut ini adalah penjelasannya :
1. Pembangunan Rumah oleh Swadaya Masyarakat
Aktivitas pembangunan oleh swadaya masyarakat diantaranya adalah :
Pengkaplingan Lahan, Pengadaan Sarana dan Prasarana Lokal, Perencanaan Bangunan,
Pembuatan Bangunan Rumah, dan Pengelolaannya. Aktivitas-aktivitas ini dilakukan
dengan sistem gotong-royong dengan aturan main yang disepakati secara kolektif. Peran
Pemerintah sebagai regulator sangat kecil dalam rangkaian kerja pembangunan
perumahan dan permukiman adat.
Aspek kolektifitas ini masih berlangsung hingga saat ini karena masyarakat masih
mempertahankan aspek kepercayaan atau social capital antara satu dengan yang lain.
Begitu juga dengan masyarakat di Kabupaten Temanggung sebagian besar masyarakat
perdesaan memenuhi kebutuhan rumah secara swadaya yang dilakukan dengan sistem
gotong - royong.
2. Penyediaan Rumah oleh Swasta dan Pemerintah
Penyediaan rumah oleh pihak swasta antara lain yang dilakukan oleh para
pengembang perumahan ( developer ). Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh
pihak pengembang perumahan, selain mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan
penduduk akan rumah yang layak juga mempunyai misi profit oriented. Sehingga dalam
pelaksanaanya lebih didasari oleh proses kerja yang profesional, dengan tidak ada sama
sekali sifat kegotong - royongan, hal ini yang membedakan dengan penyediaan rumah
dengan sistem swadaya masyarakat. Walaupun demikian diharapkan ada misi sosial
yaitu menyediakan rumah yang layak sehingga dapat dijangkau oleh semua kalangan
termasuk penduduk dengan penghasilan rendah. Seperti pembangunan Rumah Sangat
Sederhana ( RSS ) dan Rumah Sederhana ( RS ).
VIII-3
Untuk di Kabupaten Temanggung telah menunjukkan hal positif dalam penyediaan
rumah oleh swasta yang ditunjukkan sudah adanya pengembangan perumahan baru.
Diharapkan hal ini akan berkembang yang berdampak positif bagi pemerataan
pembangunan di Kabupaten Temanggung.
8.1.3. Rencana dan Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman Baru
Strategi pengembangan kawasan permukiman baru di Kabupaten Temanggung
ini dibagi menjadi dua wilayah yaitu kawasan permukiman di wilayah IKK atau
Perkotaan dan di luar IKK atau kawasan permukiman di wilayah yang bercirikan
perdesaan.
A. Rencana dan Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman Baru di Wilayah IKK
atau Perkotaan
Pengembangan kawasan permukiman di wilayah IKK atau perkotaan ini meliputi
pengembangan yang dilakukan baik oleh masyarakat secara swadaya secara legal
maupun oleh developer atau pengembang perumahan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan rumah bagi penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan. Keterbatasan akan
lahan terbangun khususnya untuk permukiman merupakan kelemahan wilayah IKK
atau perkotaan di setiap kecamatan. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengoptimalan
pembangunan kawasan permukiman dan pengembangan di wilayah IKK.
Pengoptimalan pembangunan dan pengembangan di atas keterbatasan lahan tersebut
juga disertai dengan pengaturan dalam rencana pengembangan kawasan permukiman
tersebut dan dituangkan dalam beberapa strategi. Strategi yang dapat diterapkan antara
lain adalah : mencegah dan mengatur pembangunan rumah yang memiliki tipe kapling
besar, mengoptimalkan pembangunan di atas lahan di wilayah dengan kepadatan sedang
dan rendah, tetap mempertahankan kawasan resapan air, mengkaitkan antara pusat kota
dengan pusat pertumbuhan baru serta mengatur investasi berbentuk rumah di
Kabupaten Temanggung.
Mencegah dan mengatur pembangunan rumah yang memiliki tipe kapling besar
yang dimaksud adalah kapling dengan luas > 200 m2. Apabila dilakukan pembangunan
rumah dengan tipe kapling tersebut, maka perlu menerapkan KDB dan KLB secara
optimal, sempadan bangunan dan sempadan jalan sesuai dengan kebijakan daerah yang
berlaku.
VIII-4
Untuk daerah - daerah dengan kepadatan tinggi, rumah-rumah yang ada perlu
dibangun secara vertikal dalam bentuk rumah susun. Pembangunan rumah susun yang
ditujukan bagi masyarakat dan para pendatang khususnya yang memiliki penghasilan
rendah yang padat penghuni di pusat kota merupakan pemahaman dari pembangunan
secara vertikal. Disisi lain dilakukan pembangunan kawasan perumahan dan
permukiman secara lebih optimal di atas lahan yang berada -daerah yang memiliki
tingkat kepadatan huni sedang sampai rendah.
Selanjutnya untuk dapat meratakan penyebaran penduduk supaya mereka tidak
selalu memilih untuk tinggal di pusat kota maka perlu dilakukan pembangunan dan
pengembangan sarana dan prasarana wilayah terutama jalan. Hal tersebut untuk
mendukung aksesibilitas masing-masing wilayah. Dengan mulai dibukanya suatu
wilayah baru karena adanya jaringan jalan yang melewati wilayah tersebut maka menjadi
nilai tambah bagi wilayah tersebut. Pada akhirnya aktivitas di wilayah tersebut mulai
berkembang begitu pula dengan kebutuhan pembangunan dan pengembangan
perumahan dan permukiman. Dari kesemua usaha untuk mengoptimalkan
pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman di atas lahan yang berada di
wilayah yang memiliki tingkat kepadatan dari rendah sampai tinggi, tetap harus
memperhatikan keseimbangan alam dan ekosistem dari lingkungan yang ada. Untuk itu
perlu dilakukan penetapan kawasan resapan air yang tidak boleh diubah menjadi
kawasan perumahan dan permukiman. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan
membuat sumur resapan.
B. Rencana dan Strategi Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman Baru
di luar Wilayah IKK yang Bercirikan Perdesaan
Pengembangan kawasan permukiman di luar wilayah IKK yang bercirikan
perdesaan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang tinggal di wilayah
yang bercirikan perdesaan akan rumah tinggal. Pemenuhan kebutuhan rumah tersebut
dilakukan melalui pembangunan baru dengan tidak merusak sumber daya yang dimiliki
wilayah tersebut. Wilayah di luar IKK yang masih bercirikan perdesaan sebaiknya tidak
semuanya dapat dibangun untuk perumahan dan permukiman. Pengembangan ini harus
dilakukan dengan memperhatikan fungsi lahan tersebut. Lokasi untuk pembangunan
baru diprioritaskan untuk desa yang memiliki tegalan. Hal ini disebabkan karena salah
VIII-5
satu syarat dari lahan yang dapat digunakan sebagai lahan yang difungsikan sebagai
kawasan perumahan dan permukiman adalah lahan tegalan.
Selain merupakan lahan tegalan syarat lain yang harus dipenuhi adalah bukan
merupakan daerah rawan bencana memiliki kelerengan 0% - 15%, telah memiliki
kelengkapan sarana dan prasarana dasar yang dibutuhkan dalam pengembangan
kawasan perumahan dan permukiman seperti jaringan jalan, jaringan listrik dan
memiliki sumber air yang dapat mencukupi aktivitas penduduk yang akan menempati
wilayah tersebut serta lokasi tersebut memiliki kesesuaian fungsi seperti dengan apa yang
telah ditetapkan oleh RTRW Kabupaten Temanggung. Pendekatan pembangunan
permukiman tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan pendekatan Kasiba atau
Lisiba. Selain itu juga perlu memperhatikan kawasan konservasi atau kawasan lindung.
Hal tersebut dimaksudkan supaya fungsi lindung dari konservasi tersebut tidak
terganggu akibat aktivitas permukiman yang ada. Pembangunan Kasiba atau Lisiba
merupakan pembangunan suatu kawasan permukiman skala besar dengan maksud
untuk mengarahkan pertumbuhan kota dan membentuk struktur lingkungan kota yang
efektif dan efisien serta untuk mengendalikan harga lahan.
Tujuan Pembangunan Kasiba atau Lisiba ini antara lain :
a. Merencanakan satu Kawasan Siap Bangun ( Kasiba ) yang terdiri dari beberapa
Lingkungan Siap Bangun ( Lisiba ) yang telah dilengkapi dengan jaringan prasarana
lingkungan, baik primer maupun sekunder, sarana lingkungan dan utilitas umum
untuk pembangunan perumahan dan permukiman sesuai dengan tata ruang wilayah.
b. Merencanakan Kapling Tanah Matang dengan pola hunian yang berimbang, terencana
dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
c. Untuk mengarahkan agar pertumbuhan kota membentuk struktur lingkungan yang
efektif dan efisien.
d. Pengendalian terhadap harga tanah.
Selain itu untuk mengendalikan pembangunan di kawasan permukiman di wilayah
yang bercirikan perdesaan tersebut adalah dengan memberikan peraturan mengenai
pembangunan kawasan permukiman di wilayah tersebut. Hal tersebut dimaksudkan
supaya lahan yang tersedia dipergunakan seefektif mungkin, kemungkinan
VIII-6
perkembangan dan pertumbuhan penduduk alami dan pendatang di Kabupaten
Temanggung sangat mempengaruhi perkembangan kebutuhan perumahan dan
permukiman. Perkembangan tersebut meskipun pada awalnya terjadi di wilayah
perkotaan, maka sangat tidak menutup kemungkinan perkembangan tersebut akan
merembet di wilayah yang bercirikan perdesaan. Itulah mengapa lahan potensial untuk
dikembangkan sebagai kawasan permukiman di wilayah yang bercirikan perdesaan ini
perlu dipergunakan seefektif mungkin. Selain itu juga perlu diperhatikan pembangunan
dan pengembangan sarana dan prasarana, khususnya sarana dan prasarana dasar
permukiman. Hal tersebut dilakukan untuk menunjang aktivitas permukiman yang ada.
Disamping itu pembuatan atau penetapan kawasan resapan air juga masih perlu
dilakukan. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi berkurangnya daerah resapan di
wilayah tersebut akibat adanya perkembangan perumahan dan permukiman yang ada.
Salah satu cara untuk mempertahankan kawasan resapan air tersebut dilakukan dengan
pembangunan sumur resapan air.
8.1.4. Lokasi Pembangunan Perumahan Baru
Dalam penetapan suatu kawasan perumahan baru maka perlu dipertimbangkan
beberapa hal yang terkait dengan kondisi suatu lahan. Beberapa data yang perlu
dipertimbangkan antara lain Data Geologi Lingkungan, Jenis Tanah, Kemiringan Lahan,
Topografi, Hidrologi, Tataguna Lahan dan Status Lahan. Beberapa persyaratan yang
dapat menjadi arahan lokasi pembangunan perumahan baru adalah sebagai berikut :
a. Lokasi tanah datar dengan kemiringan berkisar antara 0 - 15%.
b. Lokasi tanah dengan penggunaan sebagai lahan permukiman dan tegalan.
c. Lokasi tanah dengan status sebagai tanah desa, tanah milik, dan tanah negara.
d. Lokasi tanah yang tidak berada pada kawasan rawan bencana.
e. Lokasi tanah disekitar perkotaan yang mempunyai perkembangan sebagai pusat
pertumbuhan.
f. Lokasinya mempunyai akses yang dapat dijangkau dengan mudah.
g. Tidak berlokasi pada kawasan konservasi.
h. Tidak berlokasi pada kawasan yang masih dalam sengketa.
VIII-7
i. Mempunyai sumber air baku yang memadai ( kualitas dan kuantitas ) atau
terhubungkan dengan jaringan pelayanan air bersih serta jaringan sanitasi dan
saluran pembuangan air ( drainase ) berskala kota.
j. Terletak pada hamparan dengan luasan yang cukup yang memungkinkan
terselenggarakannya pola hunian yang berimbang.
k. Lokasi tidak terganggu oleh kebisingan.
l. Memiliki lokasi dengan pola permukiman yang kompak.
m. Memiliki lokasi dengan kemudahan mencapai fasilitas umum.
Selain pertimbangan diatas kriteria lain dalam hal penentuan lokasi perumahan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Berpenghasilan Rendah ( MBR ) yaitu sebagai berikut :
a. Lokasi tidak terlalu jauh dari tempat yang dapat memberikan pekerjaan bagi buruh
kasar atau tenaga tidak terampil.
b. Status kepemilikan lahan dan rumah jelas sehingga tidak ada rasa ketakutan
penghuni untuk digusur.
c. Bentuk dan kualitas bangunan tidak perlu terlalu baik tetapi cukup memenuhi fungsi
dasar yang diperlukan penghuninya.
d. Biaya pembangunan rumah harus sesuai dengan tingkat pendapatan mereka.
Lokasi potensial pembangunan perumahan dan permukiman baru di wilayah
Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 8.1.
Lokasi Potensial Untuk Pembangunan Perumahan Baru ( Developer ) di Kabupaten Temanggung
No. Kecamatan Lokasi ( Desa atau Kelurahan )
1. Temanggung Madureso,Walitelon,Mudal,Kowangan,Jurang,Tlogorejo
2. Parakan Bajangan,Dangkel,Tegalroso
3. Kedu Danurejo,Salamsari,Mojotengah,Candimulyo
4. Kranggan Kranggan,Nguwet,Purwosari,Pare
5. Pringsurat Ngipik,Pingit, Pringsurat
6. Ngadirejo Petirejo,Karanggedong,Medari
Sumber : Hasil Analisis, 2011
VIII-8
Pada tabel 8.2. dibawah ini dapat dilihat mengenai arahan dan strategi untuk
pembangunan baru di Kabupaten Temanggung.
8.2. Rencana Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman
Adanya perumahan dan permukiman yang terletak di atas lahan Negara yang
difungsikan sebagai kawasan perumahan dan permukiman, apabila dibangun rumah
atau bangunan lain di atasnya harus memenuhi ketentuan atau standar teknis tertentu
merupakan permasalahan yang dihadapi di Kabupaten Temanggung pada saat ini.
Kawasan tersebut antara lain adalah kawasan di sepanjang sungai atau sempadan sungai,
kawasan konservasi atau kawasan lindung serta daerah rawan bencana. Selain itu
permasalahan lain adalah adanya permukiman yang tidak memiliki sarana dan prasarana
dasar permukiman yang memadai khususnya sarana dan prasarana lingkungan
khususnya drainase, sanitasi dan persampahan. Selain itu kondisi fisik bangunan yang
meliputi bahan bangunan juga mengindikasikan suatu rumah dikatakan kumuh atau
tidak. Perumahan dan permukiman tersebut memerlukan penanganan dalam upaya
meningkatkan keamanan, kenyamanan dan keindahan dalam kawasan tersebut.
8.2.1. Peningkatan Kualitas Permukiman di Kawasan Rawan Bencana
Daerah rawan bencana merupakan kawasan dengan fungsi lahan sebagai
kawasan lindung, dimana ini tidak layak dijadikan sebagai kawasan terbangun,
khususnya permukiman. Berikut bentuk kegiatan penanganan permukiman di
Kabupaten Temanggung di kawasan rawan bencana.
VIII-9
Tabel 8.2. Rencana Penanganan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Baru di Kabupaten Temanggung
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI,
KRITERIA DAN TUJUAN
PERLINDUNGAN
ARAHAN STRATEGI LOKASI
Kawasan permukiman perkotaan baik sudah terbangun maupun kawasan siap bangun
Pembangunan perumahan baru di kawasan perkotaan baik yang dibangun oleh masyarakat secara swadaya secara legal maupun oleh developer atau pengembang perumahan Tujuan : - Terciptanya
kegiatan permukiman yang memiliki aksesibilitas dan pelayanan infrastruktur yang memadai sehingga perlu disesuaikan dengan rencana struktur tata ruangnya dan tingkat pelayanan wilayah.
- Fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat pengolahan dan distribusi hasil pertanian, perdagangan, jasa, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, serta transportasi, pergudangan dan sebagainya.
- Fungsi perkotaan sedang dan kecil sebagai pemasok kebutuhan dan lokasi pengolahan agro industri dan berbagai kegiatan agrobisnis.
- Kota sebagai pusat pelayanan, pusat, pusat prasarana dan sarana sosial ekonomi harus dapat mempengaruhi pedesaan dalam peningkatan produktivitasnya.
- Menjaga pembangunan perkotaan yang berkelanjuatan melalui upaya menjaga keseimbangan wilayah
- Melakukan intensifikasi lahan perkotaan sesuai peruntukkan di RTRW ( Mengacu pada Peraturan Undang - undang nomor 1 Tahun 2011 )Perumahan dan Permukiman
- Pembangunan rumah secara vertikal atau Rumah Susun untuk permukiman penduduk di lokasi yang padat.
- Membangun jalan inspeksi dan jalur hijau di tepi sungai.
- Menetapkan fungsi pengembangan wilayah berdasarkan potensi yang dimiliki.
- Mengembangkan permukiman perdesaan yang sinergi dengan pengembangan sektor pertanian.
- Mengembangkan permukiman perkotaan dan perdesaan yang sinergi secara ekonomi.
- Meningkatkan fungsi pengumpul dan pendistribusi komoditas ekonomi perdesaan pada PPL dan PPK.
- Meningkatkan fungsi pengumpul dan pendistribusi komoditas ekonomi pada PKL dan PKLp.
KEC. TEMANGGUNG - Madureso - Walitelon - Mudal - Kowangan - Jurang - Tlogorejo KEC. KEDU - Danurejo - Salamsari - Candimulyo - Mojotengah KEC. PARAKAN - Bajangan - Dangkel - Tegalroso KEC. KRANGGAN - Kranggan - Nguwet - Purwosari - Pare
VIII-10
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI,
KRITERIA DAN TUJUAN
PERLINDUNGAN
ARAHAN STRATEGI LOKASI
- Menyediakan pemukiman untuk memenuhi kebutuhan penduduk dan perkembangan nya.
- Menciptakakan aktivitas sosial ekonomi yang harmonis dengan seluruh komponen pengembangan wilayah seperti aktivitas perdagangan dan jasa, industri, pertanian dan lain-lain.
terbangun dan tidak terbangun, mengembangkan hutan kota dan menjaga eksistensiwilayah yang bersifat perdesaan disekitar kawasan perkotaan.
- Menjaga keberlangsungan keseimbangan wilayah terbangun dan tidak terbangun.
- Menyediakan ruang terbuka hijau minimal 30 % ( tiga puluh persen ) dimana ruang terbuka hijau publiknya 20 % ( dua puluh persen ).
KEC. PRINGSURAT - Ngipik - Pringsurat - Pingit KECAMATAN NGADIREJO - Petirejo - Karanggedong - Medari
- KECAMATAN WONOBOYO - KECAMATAN TRETEP - KECAMATAN BEJEN - KECAMATAN CANDIROTO
- Fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
- Pengembangan kawasan agropolitan merupakan alternative pembangunan perdesaan melalui keterkaitan kawasan perkotaan- perdesaan untuk meningkatan peran perkembangan kawasan
- Pembuatan aturan yang menyempurnakan aturan investasi rumah di Kabupaten Temanggung.
VIII-11
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI,
KRITERIA DAN TUJUAN
PERLINDUNGAN
ARAHAN STRATEGI LOKASI
perdesaan. - Penetapan Koefisien
Wilayah Terbangun ( KWT ).
- KECAMATAN BANSARI - KECAMATAN KANDANGAN
- KEC AMATAN KRANGGAN
Badran, Plumbon, Bengkal, Pare.
- KEC AMATAN PRINGSURAT Kupen
- KEC. NGADIREJO
Manggong, Petirejo, Kataan,
- Mempetakan kawasan yang berpotensi sebagai kawasan resapan air dan wisata dengan kepadatan rendah untuk lokasi pembangunan baru.
- Pengaturan pembangunan perumahan dan permukiman yang disesuaikan dengan kondisi fisik dan lingkungan lahan tempat dibangunnya kawasan tersebut, sehingga masing-masing fungsi kawasan dapat terakomodir dan terkoneksi dengan baik.
VIII-12
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI,
KRITERIA DAN TUJUAN
PERLINDUNGAN
ARAHAN STRATEGI LOKASI
- Mempetakan kawasan perumahan dan permukiman yang terletak disekitar kawasan industri
- Pengaturan jarak lokasi industri dengan perumahan dan permukiman serta dengan melakukan pembangunan penghalang yang berupa jalur atau jalur terbuka hijau.
Pringapus, Gejagan dan Dlimoyo.
- Mengoptimalkan lahan perumahan perkotaan yang masih memiliki kepadatan rendah dan kepadatan sedang.
- Mengembangkan perumahan sesuai dengan dengan RTRW dan IKK masing-masing.
- Pembangunan rumah baru oleh masyarakat secara swadaya atau pengembang perumahan dengan pendekatan Kasiba atau Lisiba.
- Mencegah pembangunan massal yang dilakukan oleh individu atau broker dengan penjualan kapling secara bebas.
- Pembuatan peraturan tentang tata cara mendirikan bangunan di pusat kota yaitu : IMB, Sempadan Bangunan, Sempadan Jalan, KDB, KLB dan Ketinggian Bangunan.
VIII-13
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI,
KRITERIA DAN TUJUAN
PERLINDUNGAN
ARAHAN STRATEGI LOKASI
- Mengkaitkan antara pusat kota dan pusat pertumbuhan baru.
- Membangun jaringan jalan atau mengembangkan jalan yang berpotensi untuk penghubung pusat pertumbuhan.
- KECAMATAN TRETEP Desa Nglarangan
- KECAMATAN KANDANGAN Desa Ngemplak
- KECAMATAN KLEDUNG Desa Kledung
- KECAMATAN PRINGSURAT Desa Karangwuni
- KECAMATAN PARAKAN - KECAMATAN KEDU - KECAMATAN BEJEN
- Mempertahankan kawasan resapan air.
- Membangun di kawasan yang memiliki sumber air bersih.
- Membuat sumur resapan, embung untuk lokasi yang tidak memiliki sumber air bersih.
- Mempertimbangkan lokasi permukiman banjir.
- Pembangunan Jaringan Drainase, Pembangunan Sarana dan Prasarana ( primer & sekunder ) pendukung perumahan baru.
- Pembangunan perumahan baru diprioritaskan di lokasi tegalan dan pengoptimalan bangunan di tanah pekarangan.
- Mempertahankan sawah yang ada.
- Memperhatikan kawasan lindung atau konservasi.
- Pembangunan Perumahan dengan pendekatan Kasiba atau Lisiba
VIII-14
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI,
KRITERIA DAN TUJUAN
PERLINDUNGAN
ARAHAN STRATEGI LOKASI
Kawasan permukiman di wilayah yang bercirikan perdesaan baik sudah terbangun maupun kawasan siap bangun
Kawasan yang mempunyai arahan kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam. Tujuan :
Pemenuhan kebutuhan perumahan untuk pembangunan baru Kab. Temanggung dengan tidak merusak sumber daya alam atau kawasan lindung
- Pembangunan perumahan baru diprioritaskan di lokasi tegalan.
- Sesuai dengan RTRW kawasan yang mempunyai kelerengan 25% - 40% atau lebih tidak digunakan untuk permukiman.
- Lokasi pembangunan baru diprioritaskan untuk desa atau kelurahan yang memiliki tegalan, dengan persyaratan : tidak rawan bencana, memiliki kelerengan 0% - 15%, memiliki kelengkapan fasilitas sosial dan umum, adanya sumber air, serta kesesuaian dengan RTRW.
- Menghubungkan jalur - jalur pusat pertumbuhan desa.
- Pembangunan RSH, RSS, Menengah dan Mewah. Lebih diutamakan RSH dan RSS yang diprioritaskan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah ( MBR ).
- Pembangunan Sarana dan Prasarana dasar perumahan dan permukiman, seperti : jalan, sanitasi, drainase, air bersih, telepon, listrik dan fasilitas pendukung seperti : pendidikan, kesehatan, peribadatan, ruang publik di pusat pertumbuhan desa.
Diluar wilayah IKK atau kawasan yang bercirikan perdesaan yaitu diseluruh IKK yang ada di Kabupaten Temanggung : - KECAMATAN KANDANGAN - KECAMATAN KLEDUNG - KECAMATAN BULU - KECAMATAN CANDIROTO - KECAMATAN SELOPAMPANG - KECAMATAN KRANGGAN
- Mempertahakan
karakteristik perdesaan yang ada dan adanya larangan membangun tanpa mempertimbangkan RTRW yang ada.
- Mengendalikan para developer ( resmi ) yang menjual bebas kapling
- Penegasan tindakan persuasif dan represif bagi pelanggar.
- KECAMATAN PRINGSURAT - KECAMATAN BEJEN - KECAMATAN KEDU - KECAMATAN PARAKAN - KECAMATAN BANSARI - KECAMATAN KLEDUNG - KECAMATAN
TLOGOMULYO - KECAMATAN TEMBARAK
VIII-15
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI,
KRITERIA DAN TUJUAN
PERLINDUNGAN
ARAHAN STRATEGI LOKASI
dengan luasan yang melebihi luasan dari luas kapling maksimun di RTRW
- KECAMATAN SELOPAMPANG
- KECAMATAN TRETEP - KECAMATAN WONOBOYO - KECAMTAN JUMO - KECAMATAN GEMAWANG - KECAMATAN
TEMANGGUNG - KECAMATAN
KALORAN
- Pengawasan dan pengendalian pembangunan unit rumah baru di sepanjang bantaran sungaiPembangunan tanggul di tepi sungai agar tidak longsor.
VIII-16
Tabel 8.3. Rencana Lokasi Kegiatan Penanganan
Perbaikan atau Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman di Kawasan Rawan Bencana
No. Bentuk Kegiatan Penanganan Perumahan dan
Permukiman di kawasan lindung Lokasi Kegiatan
1 REDEFINISI
Rehabilitasi ( Perbaikan ) a. Pengendalian Pembangunan Kawasan
Permukiman dan Fasilitas Pendukungnya. b. Melakukan Program Pembinaan, Penyuluhan
Kepada Masyarakat di Kawasan Rawan Banjir diarahkan.
- Untuk kawasan rawan bencana banjir di kawasan perumahan dan permukiman yang berada di kawasan sempadan sungai, jika masih memungkinkan tanpa harus melalui relokasi keluar kawasan, maka dapat dibangun tanggul pengaman, dengan syarat tetap diberlakukan sempadan bangunan dan syarat lainnya. Sedangkan untuk genangan sepanjang tahun, penanganan diarahkan pada normalisasi saluran, pengerukan hingga prokasih.
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KAWASAN RAWAN BENCANA BANJIR
- Kecamatan Bejen
- Kecamatan Parakan
- Kecamatan Kedu
2. RESTRUKTURISASI
Restorasi a. Mengembalikan kondisi kawasan perumahan dan
permukiman pada kondisi asalnya yang sesuai dengan persyaratan perumahan dan permukiman yang layak huni, dengan menghilangkan tambahan komponen yang timbul kemudian.
b. Memasang kembali unsur-unsur perumahan dan permukiman yang telah hilang tanpa menambah unsur-unsur baru.
c. Pengadaan sarana dan prasarana. d. penetapan sempadan sungai dan irigasi di kawasan
perkotaan dan perdesaan. e. penetapan pemanfaatan ruang sempadan sungai
dan irigasi. f. penertiban bangunan di atas saluran irigasi. g. penghijauan.
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KAWASAN SEMPADAN SUNGAI
- Sungai Progo
- Sungai Logung
- Sungai Lutut
- Sungai Putih
3. PENGEMBALIAN FUNGSI
Diterapkan bagi: a. Permukiman kumuh yang secara lokasi berada
pada lahan ilegal ( squatters ) dan tidak memiliki potensi pemanfaatan lahan yang lebih baik dari fungsi yang telah diterapkan, serta secara lingkungan memberikan dampak negatif yang lebih besar apabila tetap dipertahankan.
b. Perumahan dan Permukiman yang berlokasi di atas lahan negara dengan peruntukan non pertanian ( seperti di dalam kawasan bantaran sungai, lahan konservasi ).
c. Kawasan Perumahan dan Permukiman yang secara fisik sangat berbahaya sebagai tempat bermukim
KAWASAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG BERADA DI KAWASAN RAWAN BENCANA LONGSOR :
- Kecamatan Tretep
- Kecamatan Wonoboyo
- Kecamatan Bejen
- Kecamatan Candiroto
- Kecamatan Gemawang
VIII-17
No. Bentuk Kegiatan Penanganan Perumahan dan
Permukiman di kawasan lindung Lokasi Kegiatan
dan tidak dapat ditanggulangi secara teknis ( seperti diatas lahan rawan bencana alam )
Bentuk penanganan ini dilakukan dengan perubahan total yang dikaitkan dengan pengembalian fungsi kepada fungsi awal.
d. Kawasan perumahan dan permukiman yang ada dilakukan pemindahan pada areal baru ( pada kondisi lain ). Jenis penanganan pengembalian fungsi adalah resettlement (pemukiman kembali). Pemantapan peraturan daerah yang melarang pembangunan baru dan tidak memberi ijin atau tidak pemberian sertifikat (untuk melegalkan lahan) bagi penduduk yang mengajukan ijin tsb. Serta pengaturan KDB yang lebih mengutamakan RTH
- Kecamatan Kandangan
- Kecamatan Kaloran
- Kecamatan Pringsurat
- Kecamatan Jumo
- Kecamatan Bansari
- Kecamatan Kledung
- Kecamatan Bulu
- Kecamatan Tlogomulyo
- Kecamatan Selopampang
Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung, 2011 - 2031
8.2.2. Peningkatan Kualitas Permukiman di Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan yang terletak di sepanjang kanan atau kiri sungai termasuk sungai
buatan atau saluran irigasi primer merupakan pengertian kawasan sempadan sungai.
Tumbuhnya kawasan permukiman di sempadan sungai merupakan permasalahan klasik
yang ada di hampir semua wilayah perkotaan yang ada termasuk dalam hal ini adalah
Kabupaten Temanggung. Permasalahan yang kemudian muncul adalah terganggunya
kondisi fisik pinggir dan dasar sungai yang mengganggu aliran air sungai serta
tercemarnya kualitas air sungai akibat dari aktivitas masyarakat. Idealnya untuk setiap
bangunan khususnya rumah yang dibangun di atas lahan yang terletak di sepanjang atau
sempadan sungai tersebut harus memenuhi standar-standar teknis yang telah ditetapkan
yaitu 5 m dari as jalan digunakan sebagai Jalan Inspeksi. Hal tersebut dilakukan untuk
mengurangi kemungkinan bahaya longsor dan mengamankan aliran sungai. Selain itu
juga perlu dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang tinggal di
bangunan tersebut yang akhirnya dapat menganggu dan merusak kualitas air sungai.
Namun untuk wilayah Kabupaten Temanggung masih terdapat rumah yang
sudah dibangun di atas lahan tersebut tanpa memperhatikan standar teknis yang sudah
ditentukan. Untuk itu terdapat beberapa strategi yang diterapkan untuk bangunan tanpa
tanggul antara lain adalah anak sungai atau sungai kecil dengan kedalaman < 3 m garis
sempadan bangunan adalah 10 m dari tepi sungai, sungai dengan kedalaman 3 - 20 m
VIII-18
garis sempadan bangunan diberi jarak 15 m dari tepi sungai, sungai dengan kedalaman
< 30 m diberi sempadan bangunan dengan jarak 30 m dari tepi sungai dan untuk garis
sempadan bangunan di tepi jalan inspeksi minimal 7,5 m dari as jalan. Sedangkan untuk
sempadan bangunan yang bertanggul beberapa strategi yang dapat diterapkan adalah
anak sungai atau sungai kecil garis sempadan bangunan minimal 3 m dari batas tanggul
dan sungai dengan kedalaman garis sempadan bangunan minimal 5 m dari batas tanggul.
Selain dari strategi - strategi tersebut untuk kawasan sempadan sungai tersebut yang
belum terbangun, dilakukan pencegahan dan pengendalian pembangunan bangunan
baru termasuk dalam hal ini adalah rumah.
Selanjutnya untuk bentuk-bentuk penanganan yang dapat dilakukan antara lain
adalah dengan program restrukturisasi yang terdiri atas :
a. Redevelopment - Relokasi yaitu di lokasi yang membahayakan keselamatan penduduk
dan terjadi kenaikan volume air secara mendadak ( banjir ). Bentuk penanganan yang
dapat dilakukan pada kegiatan ini antara lain adalah perubahan struktural
peruntukan lahan serta ketentuan - ketentuan pembangunan lainnya yang mengatur
pembangunan baru ( KDB, KLB, GSB ) yang biasanya terjadi, pembuatan peraturan
daerah tentang larangan pembuatan bangunan diatas bantaran sungai, serta
sempadan dapat diwujudkan dalam bentuk jalan inspeksi.
b. Renewal ( Peremajaan ) yaitu pada kawasan tepi sungai yang tidak bertentangan
dengan RTRW, RDTR, RTRK dan bukan diperuntukan jalur hijau. Renewal ini
merupakan bentuk kegiatan bersifat mendasar dan menyeluruh, dengan melakukan
pembongkaran sebagian atau seluruh komponen perumahan dan permukiman dan
kemudian melakukan perubahan secara struktural dengan membangun kembali
diatas lahan yang sama.
Tujuan dari kegiatan ini adalah mendapat kembali nilai pemanfaatan lahan secara
optimal sesuai dengan potensi lahannya. Bentuk teknis penanganan dapat berupa
konsolidasi lahan, land readjusment dan land sharing ( pengkombinasian pemanfaatan
lahan pemukiman dengan komersial ).
Selain itu juga dibuat peraturan daerah tentang larangan pembuatan bangunan di
atas bantaran sungai serta pembuatan sempadan dengan bentuk jalan inspeksi.
VIII-19
Di Kabupaten Temanggung terdapat beberapa perumahan dan permukiman yang berada
di sepanjang ( sempadan ) sungai dengan jarak yang sangat dekat atau tidak sesuai
dengan standar-standar yang ada, seperti yang dapat ditemui :
- Kecamatan Temanggung
Contoh : Disepanjang Sungai Pacar yaitu Kelurahan Temanggung I, Kelurahan
Temanggung II, Kelurahan Gilingsari
- Kecamatan Parakan
Contoh : Permukiman dibantaran Sungai Galeh
- Kecamatan Ngadirejo
Contoh : Permukiman di Sepanjang Sungai Deres
8.2.3. Peningkatan Kualitas Permukiman SUTET atau SUTT
Usaha peningkatan kualitas permukiman SUTET atau SUTT dapat dilihat melalui
tabel berikut:
Tabel 8.4. Rencana Lokasi Kegiatan Penanganan
Perumahan dan Permukiman di Bawah Jalur Tegangan Tinggi
No. Bentuk Kegiatan Penanganan Lokasi Kegiatan
1
2
3
REDEFINISI: Gentrifikasi ( perbaikan dan Peningkatan ) - Meningkatkan vitalitas kawasan perumahan dan permukiman
melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan, tanpa menimbulkan perubahan yang berarti dari struktur fisik kawasan permukiman tersebut.
- Jenis penanganan ini dilakukan pula dengan pengadaan prasarana dan sarana baru sebatas diperlukan tanpa merubah struktur yang ada dan semaksimal mungkin memanfaatkan bangunan eksisting
Penanganan dengan pendekatan ini dapat diterapkan untuk menangani perumahan dan permukiman di bawah jalur tegangan tinggi atau SUTET. Penanganan ini antara lain dapat di lakukan melalui: ( untuk mengurangi resiko dampak negatif SUTET ) - Rumah harus memiliki langit-langit atau plafon. - Menanam pohon sebanyak-banyaknya di lahan kosong - Atap rumah dari bahan tanah atau genteng keramik - Penghuni sebaiknya tidak berada diluar rumah pada malam hari,
karena arus yang melalui kawat SUTET lebih tinggi. Membuat Perda yang melarang pembangunan baru dan tidak memberi ijin atau pemberian sertifikat ( untuk melegalkan lahan ) bagi penduduk yang mengajukan ijin tsb. Sosialisai kepada masyarakat tentang bahaya radiasi yang ditimbulkan oleh jaringan SUTET dan SUTT. Menambah barrier di sekitar perumahan dengan jenis tidak mengganggu jaringan SUTET dan SUTT.
- Kecamatan Kandangan, Kaloran, Kranggan dan Pringsurat.
- Kecamtan Kledung,Parakan,
Kedu, Bulu, Tembarak dan Selopampang.
VIII-20
Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung, 2011 – 2031
8.2.4. Peningkatan Kualitas Permukiman di Kawasan Resapan Air
Usaha peningkatan kualitas permukiman di kawasan resapan air dengan cara :
Pembuatan peraturan – peraturan yang tidak mengijinkan untuk pendirian atau
pembangunan baru di kawasan lokasi kawasan resapan air. Melakukan sosialisasi kepada
masyarakat tentang larangan pendirian atau pembangunan disekitar mata air.
Rencana Lokasi Kegiatan Penanganan Perumahan dan Permukiman di Kawasan
Resapan Air :
a. Kecamatan Parakan
b. Kecamatan Kledung
c. Kecamatan Bansari
d. Kecamatan Bulu
e. Kecamatan Tlogomulyo
f. Kecamatan Tembarak
g. Kecamatan Selopampang
h. Kecamatan Kranggan
i. Kecamatan Pringsurat
j. Kecamatan Kaloran
k. Kecamatan Kandangan
l. Kecamatan Kedu
m. Kecamatan Ngadirejo
n. Kecamatan Jumo
o. Kecamatan Gemawang
p. Kecamatan Candiroto
q. Kecamatan Bejen
r. Kecamatan Tretep
s. Kecamatan Wonoboyo
8.2.5. Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Hal yang dapat dilakukan untuk Permukiman Liar ( Squatters ) yaitu dengan
penataan dan peremajaan kawasan lingkungan perumahan dan permukiman dengan
VIII-21
kepadatan tinggi, selain itu dapat dilakukan dengan pembangunan rumah susun untuk
kawasan pusat kota dengan kepadatan tinggi atau kumuh berat, serta adanya
pengendalian terhadap permukiman kumuh khususnya untuk permukiman kumuh
dengan Kategori Squatters.
Selain itu dengan pemberian status kepemilikan lahan bagi para pemukim yang
menempati lahan yang sesuai dengan peruntuknya dan pembuatan ruang terbuka hijau.
Serta pengembangan perumahan dengan batas-batas tertentu untuk kawasan yang
termasuk dalam kategori kumuh ringan. Untuk permukiman kumuh dengan kategori
slums ini identik dengan permukiman di kawasan bercirikan perdesaan. Permukiman ini
merupakan permukiman legal, namun secara fisik, sosial dan budaya kurang
mempedulikan lingkungan tempat tinggalnya atau dapat dikatakan kesadaran
masyarakat di permukiman tersebut terhadap kebersihan lingkungan masih sangat
kurang.
Hal yang dapat dilakukan untuk permukiman kumuh ( slums ) yaitu dengan
perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan untuk kawasan kumuh melibatkan
masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan dan penataan ( participatory
planning ) sejak awal, selain itu dengan penyediaan sarana dan prasarana serta adanya
pembuatan ruang terbuka hijau. Untuk lokasi permukiman kumuh di Kabupaten
Temanggung yaitu :
Kecamatan Temanggung : Kelurahan Temanggung I, Kelurahan Temanggung II
Kelurahan Gilingsari, Kelurahan Kertosari, Kelurahan
Butuh dan Kelurahan Banyuurip.
Kecamatan Parakan : Desa Wanutengah, Kelurahan Parakan Wetan.
Kecamatan Ngadirejo : Permukiman Sepanjang Sungai Deres.
8.3. Rencana Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Pedesaan
Wilayah Perdesaan yang dimaksud adalah wilayah yang memiliki kegiatan utama
di bidang pertanian dengan pengelolaan sumber daya alam masih mendominasi aktivitas
masyarakat yang ada di wilayah tersebut sebagai upaya pengembangan dan peningkatan
perekonomian mereka.
Strategi yang diterapkan untuk peningkatan kualitas kawasan permukiman di
VIII-22
wilayah yang bercirikan perdesaan di Kabupaten Temanggung antara lain :
- Memaksimumkan pertumbuhan ekonomi sesuai dengan potensi yang dimiliki
bertumpu pada kemampuan dasar masyarakat ( self economic development ). Upaya
yang dapat dilakukan dalam menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk dapat
meningkatkan kemampuan perekonomiannya secara mandiri salah satunya adalah
dengan peningkatan ekonomi lokal ( LED ). Upaya peningkatan ekonomi lokal
tersebut masih memerlukan campur tangan dari pihak pemerintah dan swasta sebagai
fasilitatornya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh kedua pihak tersebut
adalah dengan memberikan beberapa fasilitas - fasilitas pendukung, baik fasilitas yang
berbentuk fisik maupun non fisik. Mengupayakan pengembangan pertanian dengan
peningkatan produktifitas dan penerapan program-program yang dapat menjangkau
masyarakat miskin. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendukung aktivitas
masyarakat yang tinggal di wilayah yang bercirikan perdesaan, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan masyarakat di kawasan yang bercirikan perdesaan untuk
dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
- Mengembangkan kawasan permukiman yang diarahkan pada penegasan ciri atau
karakteristik masing-masing kawasan.
VIII-23
Tabel 8.8. Rencana Penanganan Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman di Kabupaten Temanggung
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUAN PERLINDUNGAN
ARAHAN STRATEGI LOKASI
Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan kiri sungai, termasuk sungai buatan atau saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Kriteria:
10 – 15 m, diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi, untuk sungai di kawasan permukiman Tujuan perlindungan : Melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.
Sempadan bangunan (tanpa tanggul) - Anak sungai atau sungai kecil
dengan kedalaman < 3 m garis sempadan bangunan : 10 m dari tepi sungai.
- Sungai dengan kedalaman 3-20 m garis sempadan bangunan : 15 m dari tepi sungai.
- Sungai dengan kedalaman < 30 meter : sempadan bangunan 30 meter dari tepi sungai.
- Garis sempadan bangunan di tepi jalan inspeksi minimal 7.5 m dari as jalan
Sempadan bangunan (bertanggul) - 3 meter di sebelah luar sepanjang kaki
tanggul - Anak sungai atau sungai kecil dengan
kedalaman < 3 m garis sempadan bangunan minimal 3 m dari batas tanggul.
- Sungai dengan kedalaman >3m garis sempadan bangunan minimal 5 m dari batas tanggul
- Pencegahan dan Pengendalian pembangunan perumahan baru di sepanjang bantaran sungai.
RESTRUKTURISASI: Redevelopment - Upaya penataan kembali
suatu kawasan perumahan dan permukiman kumuh dengan terlebih dahulu melakukan pembongkaran sarana dan prasarana dari sebagian atau seluruh kawasan yang telah dinyatakan tidak dapat lagi dipertahankan kehadirannya.
- Perubahan struktural peruntukan lahan serta ketentuan-ketentuan pembangunan lainnya yang mengatur pembangunan baru (KDB, KLB, GSB, dll) yang biasanya terjadi.
- Renewal (Peremajaan) Kawasan tepi sungai yang tidak bertentangan dengan RTRW, RDTR, RTRK dan bukan diperuntukan jalur sungai.
- KECAMATAN TEMANGGUNG: disepanjang Sungai Pacar Contoh : Kelurahan Temanggung I, Kelurahan Temanggung II, Kelurahan Gilingsari
- KECAMATAN PARAKAN Contoh : permukiman dibantaran Sungai Galeh KECAMATAN NGADIREJO di Sepanjang Sungai Deres
VIII-24
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUAN PERLINDUNGAN
ARAHAN STRATEGI LOKASI
- Pembuatan peraturan daerah tentang larangan dan pemberian sanksi pembuatan bangunan di atas bantaran sungai
- Sempadan dapat diwujudkan dalam bentuk jalan inspeksi minimal lebar 7,5 m.
Kawasan Perumahan di Kawasan Banjir
Terdapat 2 kriteria untuk permasalahan kawasan banjir : genangan sepanjang tahun dan genangan periodik
- Kawasan rawan bencana banjir sedapat mungkin tidak dipergunakan untuk permukiman, demikian pula kegiatan lain yang dapat merusak atau mempengaruhi kelancaran sistem drainase.
- Pada daerah rawan banjir ini perlu adanya pemantapan kawasan lindung di antaranya dengan langkah reboisasi jenis tanaman khusus ( tanaman tahunan).
- Perlu penambahan kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendukung perumahan dan permukiman
Rehabilitasi (Perbaikan)
- Mengembalikan kondisi komponen-komponen fisik kawasan permukiman yang telah mengalami kemunduran kondisi atau degradasi kepada kondisi asalnya, sehingga dapat berfungsi kembali.
- Konsep penanganan ini untuk memperbaiki sarana dan prasarana.
- Pengadaan sarana dan prasarana terutama diarahkan : Untuk kawasan rawan bencana banjir di kawasan perumahan dan permukiman yang berada di kawasan sempadan sungai, jika masih memungkinkan tanpa harus melalui relokasi
- KECAMATAN PARAKAN
- KECAMATAN KEDU
- KECAMATAN BEJEN
VIII-25
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUAN PERLINDUNGAN
ARAHAN STRATEGI LOKASI
keluar kawasan, maka dapat dibangun tanggul pengaman, dengan syarat tetap diberlakukan sempadan bangunan dan syarat lainnya. Sedangkan untuk genangan sepanjang tahun, penanganan diarahkan pada normalisasi saluran.
VIII-26
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUAN PERLINDUNGAN
ARAHAN STRATEGI LOKASI
Kawasan Perumahan di koridor SUTET dan SUTT
Perumahan yang berada di sepanjang jaringan atau Saluran Tegangan Ekstra Tinggi, Lokasi rumah : a. Rumah yang terletak
langsung dibawah menara SUTET dan SUTT
b. Rumah yang terletak di sepanjang jaringan SUTET dan SUTT yang berjarak < 9 meter
c. Rumah yang terletak di sepanjang jaringan SUTET dan SUTT yang berjarak > 9 meter
Tujuan : Melindungi warga yang tinggal di sekitar jaringan SUTET dan SUTT dengan bahaya yang akan terjadi.
- Mencegah dan pengendalian pembangunan baru disepanjang jaringan SUTET dan SUTT.
- Pemberian sanksi atau larangan bagi masyarakat yang membangun rumah baru di lokasi jaringan SUTET dan SUTT.
- Menyarankan kepada masyarakat penggunaan bahan bangunan rumah yang bukan penghantar panas yang baik ( larangan penggunaan seng untuk atapnya ).
- Pembuatan jalan inspeksi di kanan kiri jalur listrik tegangan tinggi, dengan lebar jalan ± 9 m.
- Menanam tanaman di sekitar jaringan sebagai barrier atau jalur hijau yang tidak mengganggu jaringan agar mengurangi dampak yang ditimbulkan SUTET dan SUTT.
- Membuat peraturan daerah yang melarang pembangunan baru dan tidak memberi ijin atau pemberian sertifikat (untuk melegalkan lahan) bagi penduduk yang mengajukan ijin tersebut.
- Sosialisai kepada masyarakat tentang bahaya radiasi yang ditimbulkan oleh jaringan SUTET dan SUTT.
- Menambah barrier di sekitar perumahan dengan jenis tidak mengganggu jaringan SUTET dan SUTT.
- SUTET berlokasi di Kecamatan Kandangan, Kaloran, Kranggan dan Pringsurat.
- SUTT berlokasi di Kecamatan Kledung, Parakan, Kedu, Bulu, Tlogomulyo, Tembarak dan Selopampang.
VIII-27
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUAN PERLINDUNGAN
ARAHAN STRATEGI LOKASI
Kawasan Permukiman di Rawan Bencana atau Longsor
- Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang teridentifikasi sering terjadi bencana alam seperti tanah longsor, letusan gunung berapi, banjir, dan kekeringan.
Kriteria :
- Kawasan rawan tanah longsor, daerahnya labil mempunyai kemiringan lahan yang ekstrim > 40%.
- Tujuan perlindungan : - Melindungi daerah
rawan bencana dari kegiatan manusia yang dapat menimbulkan dan merusak kehidupan manusia.
- Pengawasan dan Pengendalian pembangunan perumahan baru yang rawan longsor.
- Kepadatan bangunan diarahkan dengan kepadatan rendah, harus ada pembatasan kepadatan dan pertumbuhan fisik aktivitas kawasan.
- Kepadatan diarahkan < 30 Unit / Ha dengan luas lantai bangunan < 100 m2.
- Membuat peraturan daerah yang melarang pembangunan baru dan tidak memberi ijin atau tidak pemberian sertifikat (untuk melegalkan lahan) bagi penduduk yang mengajukan ijin tersebut.
- Kecamatan Tretep : Donorejo,Tretep, Bonjor, Bendungan, Tempelsari, Simpar.
- Kecamatan Wonoboyo : Cemoro,Wates, Tawangsari, Semen, Pengantren.
- Kecamatan Bejen : Ngaliyan, Duren,Petung, Tanjungsari, Banjarsari.
- Kecamatan Candiroto : Gunungpayung, Sidoarjo, Meneng, Batusari, Patekan, Purwosari, Krawitan.
- Kecamatan Gemawang : Muncar, Kemiriombo, Krempon, Sucen, Ngadesepi.
- Kecamatan Kandangan : Margolelo, Kedawung, Blimbing, Karangseneng, Banjarsari.
- Kecamatan Kaloran :Tempuran, Kaloran, Kayumanggis, Getas, Kwarakan.
- Kecamatan Pringsurat :Nglorok, Wonokerso, Soborejo, Pagergunung, Purwosari
- Kecamatan Selopampang
VIII-28
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUAN PERLINDUNGAN
ARAHAN STRATEGI LOKASI
Kawasan Permukiman di Resapan Air
- Kawasan yang terdapat sumber mata air yang digunakan penduduk untuk kebutuhan sehari-hari.
Tujuan— : - Melindungi dan menjaga
kelestarian jumlah, kualitas, penyebaran tata air, kelancaran, ketertiban, pengaturan air dan sumber air.
- Sempadan mata air dapat dibangun suatu bangunan dengan jarak minimal 200 m dari sumber mata air.
- Pembuatan peraturan untuk tidak diijinkan pembangunan baru di kawasan lokasi tersebut.
- Sosialisai kepada masyarakat tentang pembangunan disekitar mata air.
- Kawasan di Kecamatan Wonoboyo, Tretep, Bejen, Candiroto, Bansari, dan Kandangan, serta kawasan Sumbing, Sindoro, dan Cekungan Kledung.
Kawasan Permukiman Kumuh
- Kawasan hunian masyarakat dengan ketersediaan sarana umum buruk atau tidak ada sama sekali dan kepadatan bangunan netto yang tinggi.
- Kawasan ini juga ditunjukkan dengan kualitas lingkungan yang kurang memperhatikan kesehatan seperti : masih berdinding bambu, berlantai tanah, dan bersampingan dengan ternak.
- Penataan dan peremajaan kawasan lingkungan perumahan dan permukiman dengan kepadatan tinggi.
- Merencanakan secara optimal penggunaan lahan.
- Pembangunan Perumahan didaerah pinggiran kota untuk kawasan pusat kota dengan kepadatan tinggi atau kumuh berat
- Pembuatan rencana detail geometric pengaturan kawasan permukiman kumuh
- KECAMATAN TEMANGGUNG: Kelurahan Temanggung I, Kelurahan Temanggung II, Kelurahan Kertosari,Kelurahan Butuh, Kelurahan Banyuurip, Kelurahan Gilingsari.
- KECAMATAN PARAKAN: Desa Wanutengah, Kelurahan Parakan Wetan
- KECAMATAN NGADIREJO : Sepanjang bantaran Sungai Deres
- Mengoptimalkan implementasi rencana, pengawasan, dan perijinan pembangunan perumahan.
- Land re-adjustment (penataan permukiman) dan peremajaan permukiman di kawasan perkotaan.
VIII-29
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUAN PERLINDUNGAN
ARAHAN STRATEGI LOKASI
Kategori : Slums dan Squatters Slums : Permukiman yang legal, namun secara fisik, sosial budaya dan sosial politik mengalami degradasi, sehingga daya dukung lahan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Squatters : Lingkungan permukiman liar yang menempati lahan illegal, kondisi fisik lingkungan dan bangunan jelek, tanpa dilayani sarana dan prasarana. Tujuan : Penataan dan peningkatan kawasan lingkungan permukiman menjadi tertata dan lebih sehat.
- Pengembangan perumahan dengan batas-batas tertentu untuk kawasan yang termasuk dalam kategori kumuh ringan.
- Pemberian status kepemilikan lahan bagi para pemukim yang menempati lahan yang sesuai dengan peruntukannya.
- Melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan dan penataan (participatory planning) sejak awal
- Penyediaan sarana dan prasarana.
- Perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan untuk kawasan kumuh
- Pengendalian terhadap permukiman kumuh
- Pembuatan Ruang Terbuka Hijau
VIII-30
Tabel 8.9.
Rencana Penanganan Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Pedesaan di Kabupaten Temanggung
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUAN PERLINDUNGAN
ARAHAN STRATEGI LOKASI
Penanganan Kawasan Permukiman di Wilayah yang Bercirikan Perdesaan
- Kawasan permukiman yang masih bercirikan perdesaan seperti pemanfaatan lahan mayoritas digunakan untuk pertanian, wisata dan industri.
- Strategi penanganan permukiman di wilayah kawasan perdesaan di Kabupaten Temanggung akan diarahkan pada program pengadaan prasarana dasar permukiman perdesaan.
- Kegiatan Penyediaan Air Bersih - Kegiatan Lingkungan - Di Kawasan Kecamatan Wonoboyo, Tretep, Bejen, Candiroto, Bansari dan Kandangan, serta kawasan Sumbing, Sindoro dan Cekungan Kledung.
- KECAMATAN GEMAWANG Wisata Curug Lawe
- KECAMATAN SELOPAMPANG Pelestarian habitat alam di Desa Walitis
- KECAMATAN BULU Monumen Meteorit di Wonotirto, Candi Gondosuli dan Kerajinan Mendong
- KECAMATAN NGADIREJO Candi Pringapus dan Wisata Religi Jumprit
- KECAMATAN KALORAN Pengrajin Gerabah Tanah di Desa Tegowanuh
- KECAMATAN KEDU Pengrajin Gerabah Tanah di Desa Kundisari
- KECAMATAN PRINGSURAT
VIII-31
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUAN PERLINDUNGAN
ARAHAN STRATEGI LOKASI
Kerajinan Relief Tembaga dan Kuningan
Tujuan : - Karakteristik wilayah
yang bercirikan perdesaan masih dipertahankan dan melindungi kawasan menja resapan air
- Pengembangan wilayah yang bercirikan perdesaan dengan memilih desa-desa berpotensi untuk menjadi desa pusat pertumbuhan.
- Mempertahankan potensi kawasan yang ada
- Pengaturan jarak lokasi industri dengan perumahan dan permukiman serta dengan melakukan pembangunan penghalang yang berupa jalur atau jalur terbuka hijau. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana pendukung pusat aktivitas di perdesaan.
- Dengan mengembangkan Kawasan Permukiman industri rumah tangga. Hal ini dapat berupa aglomerasi usaha, sehingga menciptakan keuntungan kolektif.
Kegiatan Perbaikan Perumahan Permukiman - Pada lahan-lahan di kawasan
perdesaan yang mempunyai embrio untuk peningkatan perekonomian masyarakat perdesaan.
- Pembangunan prasarana dan sarana pendukung perkembangan masyarakat.
- perdesaan yang memiliki ciri khusus.
- Sosialisasi dan pembinaan
tentang rumah sehat kepada masyarakat yang tinggal di wilayah yang bercirikan perdesaan.
- Redefinisi khususnya
rehabilitasi ( perbaikan ) yaitu rumah temporer yang sudah tidak layak huni.
Pelatihan dan pembentukan Klaster, sesuai dengan potensi masing-masing daerah.
- KECAMATAN WONOBOYO : Air Terjun Trocoh
- KECAMATAN CANDIROTO : Wisata Air Terjun Once dan Industri Kopi Bubuk Robusta di Desa Mento
- KECAMATAN KANDANGAN : Industri Makanan Pisang Aroma di Desa Gesing
VIII-32
KLASIFIKASI KAWASAN
DEFINISI, KRITERIA
DAN TUJUAN PERLINDUNGAN
ARAHAN STRATEGI LOKASI
- Pelatihan dan pembentukan Klaster usaha sesuai dengan potensi masing-masing daerah.
- Pembangunan sarana dan prasarana permukiman serta usaha atau wisata atau daerah-daerah khusus yang memiliki embrio untuk peningkatan perekonomian penduduk.
Sumber: Hasil Analisis, 2011
VIII-32
8.4. Indikasi Program Penanganan Perumahan dan Permukiman
8.4.1. Aspek Pentahapan Pembangunan
Pentahapan program penanganan masalah perumahan dan permukiman di
kawasan perencanaan dilakukan karena berbagai keterbatasan dalam pelaksanaan
pembangunan kualitas lingkungan. Sumberdaya yang ada, baik tenaga, lembaga dan
terutama dana sangat terbatas dibandingkan luasnya lokasi dan banyaknya permasalahan
yang harus ditangani. Dengan dasar pemikiran tersebut dilakukan penyaringan (filtering)
terhadap usulan program dengan berbagai kriteria, sehingga diperoleh usulan program
yang dikelompokkan berdasarkan tahapan waktu pembangunannya. Kesemuanya
disusun untuk masa pelaksanaan 10 ( sepuluh ) tahun. Beberapa kriteria yang
dipergunakan dalam penetapan pentahapan program adalah :
A. Kemendesakan Penanganan ( Urgenitas )
1. Besarnya gangguan lingkungan.
2. Ada atau tidaknya jaringan prasarana.
3. Tingkat kerusakan jaringan prasarana apabila sudah ada.
4. Besarnya pengaruh lanjutan apabila tidak dilakukan penanganan.
5. Pentingnya titik lokasi permasalahan bagi sistem jaringan yang lebih luas, misal
sistem kawasan yang telah direncanakan.
B. Dukungan Sumberdaya
1. Kejelasan status lahan sehingga memungkinkan dilakukan negosiasi dalam
pembangunannya.
2. Kesediaan pemilik lahan sekitar lokasi prasarana untuk dilakukan pembangunan,
termasuk kesediaan memberi kontribusi luasan lahan yang mungkin terkena
dampak pembangunan.
3. Adanya rencana kontribusi atau partisipasi masyarakat ( komunitas ) dalam
pembangunan nanti.
4. Kesesuaian ( Sinergitas ) dengan rencana program pembangunan sektoral yang
ada di tingkat kota maupun skenario pengembangan kawasan perumahan dan
permukiman dalam arahan rencana tata ruang.
C. Keberlanjutan Kegiatan
Adalah penentuan lokasi-lokasi prioritas yang diperkirakan akan menjadi stimulan
bagi kegiatan sejenis atau kegiatan lanjutan oleh masyarakat atau stakeholder lain.
VIII-33
Dalam hal ini program yang dialokasikan dapat bersifat penanganan sebagian
( mendorong masyarakat untuk melanjutkan ) dan bersifat percontohan ( pilot project
) yang bernuansa pembelajaran kepada masyarakat dan stakeholder terkait.
D. Aspek Pemerataan dan Manfaat
Adalah upaya mengalokasikan program yang diprioritaskan ( tahap pertama ) agar
tersebar merata secara maksimal dikawasan penanganan. Hal ini dipandang penting
untuk menghargai partisipasi ( pengusulan ) masyarakat sehingga terbangun kesan
usulan dari masyarakat dapat terakomodasi dengan baik.
8.4.2. Aspek Hukum – Peraturan
Keberhasilan suatu rencana tergantung pada pelaksanaannya dimana untuk
melaksanakan pembangunan diperlukan upaya pengendalian. Sebagai alat
pengendalinya adalah berupa landasan hukum atau peraturan-peraturan lainnya yang
berlaku.Rencana tersebut harus disahkan oleh pemerintah yang berwenang, rencana
tersebut seharusnya menjadi Peraturan Daerah ( Perda ) atau minimal peraturan tersebut
ditetapkan berdasarkan SK pejabat yang berwenang, dalam hal ini Bupati Kabupaten
Temanggung.
Setelah disahkan dan ditetapkan sebagai peraturan maka Rencana Pembangunan
dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman, ini dapat di pedomani bagi para
pelaku pembangunan perumahan dan permukiman. Masyarakat atau kelompok
masyarakat yang terlibat dalam pembangunan perumahan dan permukiman. Agar dalam
pelaksanaan rencana tersebut tidak tersebut tidak terlalu banyak penyimpangan, maka
dalam pelaksanaan rencana tersebut perlu di ikuti, di nilai, dikendalikan melalui
monitoring.
8.4.3. Aspek Pembiayaan
Penyusunan program penanganan perumahan dan pemukiman tentunya akan
sangat terkait dengan ketersediaan biaya yang ada. Sebab program penanganan
perumahan dan permukiman dapat terlaksana apabila tersedia dana. Untuk itu perlu
digali sumber - sumber pembiayaan baik pembiayaan konvensional dan non -
konvensional.
VIII-34
Beberapa sumber pembiayaan yang dapat digali antara lain :
1. Sumber Dana APBN
Dana pembangunan yang bersumber dari APBN hendaknya dimanfaatkan untuk
proyek - proyek pembangunan dengan kriteria antara lain berdasarkan :
- Memerlukan biaya dan teknologi relatif tinggi.
- Mempunyai dampak sosial dan ekonomi yang relatif besar.
- Merupakan proyek percontohan yang dapat merangsang penduduk dalam
melakukan proyek yang sama.
- Mempunyai skala pelayanan nasional atau sambungan pelayanan skala nasional.
2. Sumber Dana APBD Provinsi Jawa Tengah
Kriteria pemanfaatan sumber dana APBD Provinsi hampir sama dengan APBN,
dengan kriteria lebih rendah, tentunya proyek yang mempunyai skala pelayanan atau
pengaruh bagi pengembangan Wilayah Provinsi Jawa Tengah.
3. Sumber Dana APBD Kabupaten Temanggung
Kriteria pemanfaatan sumber dana dari APBD Kabupaten Temanggung untuk skala
pelayanan wilayah kabupaten. Untuk itu perlu peningkatan pendapatan asli daerah
dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi.
4. Sumber Dana Penanam Modal Swasta Dalam Negeri dan Asing
Biasanya para Penanam Modal Swasta Dalam Negeri atau Asing dapat dimanfaatkan
sebagai sumber - sumber biaya pembangunan kegiatan pembangunan dan
pengembangan perumahan dan permukiman, asalkan pelaksanaan pembangunan
yang memanfaatkan dana dari investor ini berorientasi ekonomi, sehingga akan saling
menguntungkan dalam pelaksanaan pembangunan antara Pemerintah Daerah,
Penanam Modal dan Masyarakat.
5. Sumber Dana Swadaya Masyarakat.
Sumber dana dari masyarakat ini dapat berupa dana masyarakat sendiri dan dana
tabungan khusus masyarakat. Pemanfaatan sumber dana dari masyarakat ini sesuai
dengan konsep pembangunan bottom up yang lebih mengedepankan prakarsa aktif
dari masyarakat. Bahkan jika dilihat dari jumlahnya dana swadaya masyarakat ini
mempunyai potensi yang besar perlu ada penggalangan dana yang serius agar
potensi dari masyarakat tersebut dapat bermanfaat bagi pembangunan dan
pengambangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Temanggung.
VIII-35
6. Sumber Dana Perbankan
Sumber Dana Perbankan bisa digunakan untuk dana skim kredit perumahan dan
permukiman seperti : Kredit Kepemilikan Rumah (KPR), Kredit Konstruksi, Kredit
Pembangunan dan Perbaikan Rumah, serta program bantuan perumahan yang tidak
terkait kredit perumahan.
7. Pasar Modal dan Pasar Uang
Sumber dana dari pasar modal dan pasar uang dapat berupa Penjualan Obligasi,
Penjualan Saham, melalui Pasar Sekunder.
8.4.4. Usaha Penunjang Pelaksanaan Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Permukiman di Kabupaten Temanggung
Pelaksanaan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Kabupaten Temanggung meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan
rencana dan pengendalian. Terciptanya kesejahteraan masyarakat dilihat dari Rencana
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman sebagai produk
perencanaan harus dilaksanakan agar segera terwujud tujuan pembangunan.
Hasil Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman
baik yang mencakup aspek keruangan maupun aspek sektoral adalah wujud upaya
pencapaian tujuan pembangunan. Dalam pelaksanaannya Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan Permukiman ini meliputi dua aspek yang penting yaitu :
a. Aspek Pemanfaatan Ruang
b. Aspek Kelestarian Sumberdaya Alam
8.4.5. Indikasi Program Penanganan
Program-program penanganan permasalahan perumahan dan permukiman di
Kabupaten Temanggung selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
VIII-36
Tabel 8.10. Indikasi Program Penanganan Peningkatan Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Kabupaten Temanggung
NO STRATEGI JENIS PROGRAM PELAKSANAAN (Th ke) SUMBER
DANA INSTANSI TERKAIT
KETERANGAN LOKASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BARU
1 Pembangunan Perumahan dengan pendekatan Kasiba atau Lisiba
Pembangunan rumah ( tipe besar, sedang, kecil ) dengan pendekatan Kasiba atau Lisiba
APBN,APBD, Swadaya Masyarakat, Pengembang atau Swasta
BPN, BAPPEDA, DPU, BTN, LSM, Pengembang
Pengelolaannya oleh BUMD atau badan pengelola yang dibentuk oleh penghuni
Disetiap wilayah IKK atau Perkotaan terutama di : - Kec. Temanggung - Kec. Tlogomulyo - Kec. Kranggan - Kec. Kaloran - Kec. Kedu - Kec. Parakan - Kec. Ngadirejo - Kec. Candiroto
( pengembangan permukiman perkotaan dilakukan pada wilayah dengan konsentrasi penduduk tinggi dan memiliki lokasi yang strategis ).
VIII-37
NO STRATEGI JENIS PROGRAM PELAKSANAAN (Th ke) SUMBER
DANA INSTANSI TERKAIT
KETERANGAN LOKASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 Pembangunan RSH, RSS, menengah, dan mewah, lebih diutamakan RSH dan RSS yang diprioritaskan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Pembangunan RSH
3 Pembangunan rumah baru oleh : 1.Masyarakat secara swadaya 2.Developer atau pengembang perumahan dengan bantuan Kredit Mikro
Pembangunan rumah swadaya masyarakat
4 Pembangunan sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman, seperti jalan, sanitasi, drainase, air bersih, telepon, listrik, dan fasilitas pendukung seperti pendidikan,kesehatan, peribadatan, ruang publik.
PSD Permukiman (jalan, sanitasi, drainase, listrik, telepon)
APBN,APBD, Swadaya Masyarakat, Bantuan Luar Negeri, Swasta atau Investor
BPN, Bappeda, LSM, DPU, BTN, Kimpraswil, Swasta atau Investor
Dana bantuan pemerintah maupun luar negeri hanya bersifat stimulan, yang pada tahap selanjutnya bisa memacu munculnya swadaya masyarakat
VIII-38
NO STRATEGI JENIS
PROGRAM
PELAKSANAAN (Th ke) SUMBER DANA
INSTANSI TERKAIT
KET. LOKASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
B. PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
1. Pengendalian dan perbaikan kualitas perumahan di kawasan konservasi dan lindung
Pengawasan dan pencegahan pembangunan perumahan di kawasan konservasi dan lindung
APBN, APBD, Swadaya Masyarakat, Bantuan Luar Negeri, Swasta atau Investor
BPN, Bappeda, LSM, DPU, BTN, Kimpraswil, Swasta atau Investor
Dana bantuan pemerintah maupun luar negeri hanya bersifat stimultan, yang pada tahap selanjutnya bisa memacu munculnya swadaya masyarakat
Permukiman di kawasan konservasi dan lindung di Kabupaten Temanggung, dimana lokasinya dijabarkan pada point berikutnya.
2. Redevelopment dan renewal Permukiman di Sempadan Sungai
Penataan dan revitalisasi permukiman di sempadan sungai
- KECAMATAN TEMANGGUNG: disepanjang Sungai Pacar. Contoh : Kelurahan Temanggung I, Kelurahan Temanggung II, Kelurahan Gilingsari.
- KECAMATAN PARAKAN Contoh : Permukiman dibantaran Sungai Galeh.
- KECAMATAN NGADIREJO di
VIII-39
NO STRATEGI JENIS
PROGRAM
PELAKSANAAN (Th ke) SUMBER DANA
INSTANSI TERKAIT
KET. LOKASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sepanjang Sungai Deres.
VIII-40
NO STRATEGI JENIS
PROGRAM
PELAKSANAAN (Th ke) SUMBER DANA
INSTANSI TERKAIT
KET. LOKASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3. Pembuatan sarana penanggulangan bencana tanah longsor
Penataan dan revitalisasi permukiman di kawasan rawan longsor. Penataan RTH (Ruang Terbuka Hijau) di kawasan longsor. Penyediaan PS dalam rangka penanganan bencana ( saluran pembuangan)
APBN, APBD, Swadaya Masyarakat, Bantuan Luar Negeri, Swasta atau Investor
BPN, Bappeda, LSM, DPU, BTN, Kimpraswil, Swasta atau Investor
Dana bantuan pemerintah maupun luar negeri hanya bersifat stimulan, yang pada tahap selanjutnya bisa memacu munculnya swadaya masyarakat
- Kecamatan Tretep : Donorejo,Tretep, Bonjor, Bendungan, Tempelsari, Simpar.
- Kecamatan Wonoboyo : Cemoro,Wates, Tawangsari, Semen, Pengantren.
- Kecamatan Bejen : Ngaliyan, Duren,Petung, Tanjungsari, Banjarsari.
- Kecamatan Candiroto : Gunungpayung, Sidoarjo, Meneng, Batusari, Patekan, Purwosari, Krawitan.
- Kecamatan Gemawang : Muncar, Kemiriombo, Krempong, Sucen, Ngadesepi.
- Kecamatan Kandangan : Margolelo, Kedawung, Blimbing, Karangseneng, Banjarsari.
- Kecamatan Kaloran : Tempuran, Kaloran, Kayumanggis, Getas, Kwarakan.
- Kecamatan Pringsurat : Nglorok, Wonokerso, Soborejo, Pagergunung, Purwosari.
- Kecamatan Selopampang
- Kawasan di kecamtan Wonoboyo, Tretep, Bejen, Candiroto, Bansari, dan Kandangan, serta kawasan Sumbing,
VIII-41
NO STRATEGI JENIS
PROGRAM
PELAKSANAAN (Th ke) SUMBER DANA
INSTANSI TERKAIT
KET. LOKASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
VIII-42
NO STRATEGI JENIS
PROGRAM
PELAKSANAAN (Th ke) SUMBER DANA
INSTANSI TERKAIT
KET. LOKASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 Rehabilitasi Permukiman di kawasan banjir
Penataan dan revitalisasi permukiman di kawasan rawan banjir
- KECAMATAN PARAKAN
- KECAMATAN KEDU - KECAMATAN BEJEN
Penyediaan PS dalam rangka penanganan bencana (saluran pembuangan)
6
Penataan dan revitalisasi permukiman di koridor SUTET atau SUTT
- SUTET berlokasi di Kecamatan Kandangan, Kaloran, Kranggan, Pringsurat
- SUTT berlokasi di Kecamatan Kledung, Parakan, Kedu, Bulu, Tlogomulyo, Tembarak, Selopampang
VIII-43
NO STRATEGI JENIS
PROGRAM
PELAKSANAAN (Th ke) SUMBER DANA
INSTANSI TERKAIT
KET. LOKASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penyediaan PS dalam rangka penanganan bencana (barrier)
7
Land-Readjustment dan peremajaan kawasan kumuh
Penataan dan revitalisasi kawasan permukiman kumuh
- KECAMATAN TEMANGGUNG: Kelurahan Temanggung I, Kelurahan Temanggung II, Kelurahan Banyuurip, Kelurahan Kertosari, Kelurahan Butuh, Kelurahan Gilingsari.
- KECAMATAN PARAKAN: Desa Wanutengah, Kelurahan Parakan Wetan.
- KECAMATAN NGADIREJO : Sepanjang Bantaran Sungai Deres.
Penataan RTH (Ruang Terbuka Hijau) di kawasan kumuh
Penyediaan PSD permukiman di kawasan kumuh
VIII-44
NO STRATEGI JENIS PROGRAM PELAKSANAAN (Th ke) SUMBER
DANA INSTANSI TERKAIT
KET. LOKASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
C. PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI WILAYAH YANG BERCIRIKAN PERDESAAN
1 Pada lahan-lahan kawasan perdesaan yang mempunyai embrio untuk peningkatan perekonomian masyarakat perdesaan
Pengembangan kawasan yang memiliki embrio pengembangan perkonomian masyarakat Perdesaan
APBN, APBD, Swadaya Masyarakat, Pengembang atau Swasta
BPN,BappedaDPU,Pengembang,Dinas Pariwisata, Disperindag kop, LSM
Pengelolaan nya oleh BUMD atau badan pengelola yang dibentuk oleh penghuni
- KECAMATAN GEMAWANG Wisata Curug Lawe
- KECAMATAN WONOBOYO Air Terjun Trocoh
- KECAMATAN CANDIROTO Wisata Air Terjun Once dan Industri Kopi Bubuk Robusta di Desa Mento
- KECAMATAN SELOPAMPANG Pelestarian Habitat Alam di Desa Walitis
- KECAMATAN BULU Monumen Meteorit di Wonotirto, Candi Gondosuli dan Kerajinan Mendong
- KECAMATAN NGADIREJO Candi Pringapus dan Wisata Religi Jumprit
- KECAMATAN KALORAN Pengrajin Gerabah Tanah di Desa Tegowanuh
- KECAMATAN KEDU Pengrajin Gerabah Tanah di Desa Kundisari
- KECAMATAN PRINGSURAT Kerajinan Relief Tembaga dan Kuningan
- KECAMATAN KANDANGAN Industri Makanan Pisang Aroma di Desa Gesing
Penyediaan PSD permukiman di kawasan pusat-pusat desa pengembangan
IX-1
BAB IX
KAWASAN PRIORITAS PENANGANAN PERUMAHAN DAN
PERMUKIMAN KUMUH KABUPATEN TEMANGGUNG
9.1. Kawasan Prioritas Penanganan Perumahan dan Permukiman Kumuh
Penetapan kawasan prioritas penanganan di Kabupaten Temanggung dilakukan
untuk daerah atau lokasi yang memiliki permasalahan perumahan dan permukiman
kumuh. Di Kabupaten Temanggung sendiri berdasarkan survei lapangan dan data yang
diperoleh dari berbagai pihak terdapat beberapa lokasi perumahan dan permukiman
yang tergolong kumuh yang tersebar di Kabupaten Temanggung dengan klasifikasi yang
berbeda-beda yaitu permukiman kumuh bantaran sungai.
Selain permukiman kumuh perkotaan, ada juga permukiman kumuh pedesaan.
Masalah permukiman kumuh yang ada di perdesaan disebabkan juga karena masih
banyaknya rumah yang tidak layak huni. Lokasi perumahan dan permukiman kumuh di
Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 9.1.
Lokasi Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Temanggung
No. Jenis Permukiman Kumuh Kecamatan Kelurahan/Desa Lokasi
1. Permukiman Perkotaan
permukiman kumuh di
wilayah perkampungan
Parakan Parakan wetan Panjangsari
Temanggung Temanggung I
Banyuurip
Banyutarung
Banyuurip Wetan
permukiman kumuh di
bantaran sungai
Parakan Wanutengah
Parakan Wetan
Bantaran Kali Galeh
Bantaran Kali Galeh
Temanggung Temanggung I
Temanggung II
Gilingsari
Banyuurip
Butuh
Kertosari
Bantaran Kali Pacar
Bantaran Kali Pacar
Bantaran Kali Pacar
Bantaran Kali Pacar
Bantaran Kali Jambe
Bantaran Kali Pacar
Ngadirejo Ngadirejo Bantaran Kali Deres
Sumber: Hasil Analisis, 2011
IX-2
Dari beberapa lokasi kecamatan yang terdapat pada tabel di atas tidak semuanya
akan menjadi lokasi penanganan untuk perumahan dan permukiman kumuh. Dari
beberapa kecamatan yang ada hanya akan diambil lokasi atau kecamatan yang
mempunyai permasalahan perumahan permukiman yang sangat kumuh dan merupakan
permasalahan yang mendesak untuk segera ditangani. Dimana penentuan kecamatan
yang akan dijadikan sebagai kawasan prioritas penanganan untuk perumahan dan
permukiman kumuh. Pemilihan lokasi yang akan dijadikan sebagai kawasan prioritas
penanganan perumahan dan permukiman kumuh
Untuk menentukan kawasan prioritas penanganan perumahan dan permukiman
kumuh dari beberapa kecamatan, maka perlu adanya analisis yang dapat menghasilkan
lokasi mana yang layak untuk segera ditangani dan dijadikan kawasan prioritas
penanganan perumahan dan permukiman kumuh di Kabupaten Temanggung. Adapun
analisis yang akan dilakukan terkait dengan indikator penetapan kawasan kumuh yaitu
dilihat dari kepadatan rumah/ bangunan, kondisi rumah, tingkat kemiskinan, jumlah
sarana dan prasarana. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 9.2.
Total Skor Penilaian Permukiman di Kabupaten Temanggung
No Kecamatan Kepadatan
Bangunan
Kondisi
Rumah
Tingkat
Kemiskinan
Sarana
Prasarana
Total
Nilai
1 Parakan 3 2 2 13 20
2 Kledung 4 4 4 7 19
3 Bansari 3 4 2 8 17
4 Bulu 3 1 2 8 14
5 Temanggung 2 1 2 11 16
6 Tlogomulyo 3 4 2 8 17
7 Tembarak 2 2 2 7 13
8 Selopampang 1 4 1 7 13
9 Kranggan 1 3 1 9 14
10 Pringsurat 1 3 1 10 15
11 Kaloran 1 4 2 10 17
IX-3
12 Kandangan 1 3 3 9 16
13 Kedu 2 4 1 9 16
14 Ngadirejo 3 4 3 9 19
15 Jumo 2 4 3 10 19
16 Gemawang 1 4 3 10 18
17 Candiroto 1 4 2 10 17
18 Bejen 1 4 2 8 15
19 Tretep 2 4 3 7 16
20 Wonoboyo 2 4 2 7 15
Sumber: Hasil Analisis, 2011
Ket.: nilai semakin kecil semakin buruk
Berdasarkan tabel di atas dan analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui
kawasan penanganan prioritas perumahan permukiman Kabupaten Temanggung berada
di Kecamatan Parakan, Kecamatan Kledung, Kecamatan Ngadirejo, Kecamatan Jumo,
Kecamatan Gemawang, Kecamatan Tembarak, Kecamatan Selopampang, Kecamatan
Kranggan dan Kecamatan Bulu. Untuk mengetahui desa yang menjadi penanganan
prioritas perumahan dan permukiman dapat dilihat dari beberapa indicator yaitu jumlah
unit rumah, kepadatan netto, jumlah rumah tidak layak dan KK miskin yang rinciannya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 9.3.
Total Skor Penilaian Permukiman di Kawasan Penanganan Prioritas
No Kecamatan Jumlah
Penduduk
Luas
Wilayah
(Ha)
Luas
Perkim.
(Ha)
Jumlah
Rumah
(unit)
Kepadatan
Netto
Jumlah Rumah
Tidak Layak
(unit)
KK
Miskin
1 Temanggung
79
79 524 3 339 418 16 042 9 1 783 2 646
2 Parakan 50 884 2 223 226 10 196 11 3 055 1 716
3 Kedu 53 352
3 496 112 13 760 10 5 128 1 226
IX-4
No Kecamatan Jumlah
Penduduk
Luas
Wilayah
(Ha)
Luas
Perkim.
(Ha)
Jumlah
Rumah
(unit)
Kepadatan
Netto
Jumlah Rumah
Tidak Layak
(unit)
KK
Miskin
4 Ngadirejo 54 057 5 331 158 13 768 12 3 796 2 601
5
Kranggan 43 999 5 671 164 12 219 6 2 530 113
Sumber : Hasil Analisis, 2011
Ket : *) belum ada data
9.2. Gambaran Umum Kawasan Prioritas Penanganan Perumahan dan Permukiman
Kumuh
1. Penduduk sebagian besar sangat miskin, termasuk dalam kelompok Pra Sejahtera
yang umumnya berpenghasilan rendah dan tidak tetap.
2. Masyarakat yang tinggal di dalamnya sebagian besar tidak memiliki legalitas
bermukim termasuk tanpa identitas penduduk setempat.
3. Kondisi huniannya sangat buruk, dengan kepadatan di atas 500 orang / Ha, tidak
tertata / terpola dengan teratur, dan lebih dari 60% merupakan rumah tidak layak
huni, karena tidak dilengkapi dengan prasarana dasar permukiman, sanitasi buruk
serta angka kejadian penyakit sangat tinggi.
4. Status tanah tidak jelas, tanpa izin pemilik lahan atau peruntukkannya tidak sesuai
dengan rencana kota/ RTRW Kota/ Kabupaten, misal di tepi sungai, di sepanjang rel
kereta api, sepanjang jalur hijau dan sebagainya.
5. Menempati lahan yang tidak jelas (tanah negara atau tanah milik orang / lembaga lain
yang belum atau tidak termanfaatkan dengan baik).
6. Seringkali tumbuh terkonsentrasi pada lokasi terlarang dan berkembang cepat sebagai
hunian karena terlambat diantisipasi.
Secara sosial, masyarakat kumuh menghadapi kendala sosial akibat pola hidup
selama menghuni kawasan yang tidak jelas statusnya, seperti:
IX-5
1. Dianggap tidak ada / terabaikan karena satu dan lain hal atau tidak terlayani oleh
layanan administrasi pemerintah yang formal.
2. Tidak diikutsertakan dalam berbagai pengambilan keputusan, bahkan dalam
memperbaiki kehidupan diri dan keluarganya.
3. Tidak dilibatkan dalam pembangunan di wilayahnya.
4. Tidak memiliki akses terhadap informasi dan sumber daya utama bagi upaya
memperbaiki taraf kehidupannya.
Dilihat dari segi fisik lingkungannya, kondisi lahan yang mereka tinggali memiliki
resiko membahayakan diri dan lingkungannya serta mengganggu aktivitas umum dan
fungsi-fungsi pelayanan umum. Penyelesaian permasalahan kumuh ini merupakan
permasalahan yang rumit, sehingga dalam penyelesaiannya tidak saja dikaji dari
pendekatan hukum, tetapi juga memerlukan pendekatan secara sosial dan terpadu.
IX-6
9.2.1. Kondisi Fisik Wilayah
9.2.1.1. Kondisi Geografis
Secara geografis Kabupaten Temanggung merupakan bagian dari propinsi Jawa
Tengah yang terletak antara 110°23’ - 110°46’30” Bujur Timur dan 7°14’-7°32’35”
Lintang Selatan. Luas Daerah adalah 87.065 Ha yang merupakan cekungan artinya
rendah di bagian tengah, sedangkan sekelilingnya terbentuk dari pegunungan, bukit
atau gunung.
Wilayah Kabupaten Temanggung sebagian besar merupakan dataran tinggi
antara 500 – 1450 m diatas permukaan air laut.
Secara administrasi Kabupaten Temanggung meliputi 20 Kecamatan yang terdiri
dari 289 Desa/Kelurahan. Dari 20 Kecamatan tersebut yang terjauh adalah Kecamatan
Tretep berjarak sekitar 40 km dari pusat kota dan terdekat adalah Kecamatan
Kranggan dengan jarak sekitar 4 km dari pusat kota. Belum seluruh daerah Kecamatan
di Kabupaten Temanggung terjangkau oleh sarana transportasi, sarana transportasi
baru pada daerah-daerah yang relatif dekat dan tidak terlalu curam serta banyak
belokan-belokan.
9.2.1.2. Batas Wilayah Administrasi
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Temanggung adalah :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Magelang
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang
9.2.2. Kondisi dan Potensi Alam
9.2.2.1. Klimatologi
Wilayah Kabupaten Temanggung sebagian besar merupakan dataran dengan
ketinggian 500 -1450 m di atas permukaan air laut. Sedangkan kemiringan tanah di
Kabupaten Temanggung bervariasi, antara datar, hampir datar, landai, agak terjal,
hampir terjal, terjal dan sangat terjal, sebagaimana terlihat pada kelas lereng di
bawah ini :
IX-7
- Lereng 0 – 2 % seluas 968 Ha
- Lereng 2 – 15 % seluas 32.492 Ha
- Lereng 15 – 40% seluas 31.232 Ha
- Lereng > 40% seluas 17.963 Ha
Secara umum Kabupaten Temanggung memiliki dua musim yaitu :
- Musim kemarau antara bulan April sampai dengan bulan September.
- Musim penghujan antara bulan Oktober sampai dengan bulan Maret.
Dengan rata-rata curah hujan tahunan pada umumnya cukup tinggi.
Daerah Kabupaten Temanggung pada umumnya berhawa dingin dimana udara
pegunungan berkisar antara 20° C - 30° C. Daerah berhawa sejuk terutama di daerah
Kecamatan Tretep, Bulu (lereng Gunung Sumbing).
9.2.2.2. Daya dukung tanah
Jenis tanah di Keluraan yang dijadikan prioritas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 9.4.
Penggunaan Tanah di Kecamatan Prioritas
No. Kecamatan Prioritas Luas Tanah Luas Jenis Tanah
Sawah Kering Tegalan Pekarangan Kolam Lainnya
1 Parakan 1.223 1.000 473 313 1 62
2 Kledung 247 2.974 2.124 138 - 32
3 Bansari 619 1.635 826 134 - 1
4 Bulu 1.364 2.940 2.095 372 3 59
5 Temanggung 1.890 1.449 315 847 7 257
6 Tlogomulyo 385 2.099 1.615 239 1 54
7 Tembarak 752 1.932 906 290 2 32
8 Selopampang 790 939 561 214 3 17
9 Kranggan 1.425 4.336 2.490 797 - 352
10 Pringsurat 639 5.088 1.770 1.177 - 176
11 Kaloran 1.436 4.956 2.560 689 - 95
12 Kandangan 1.516 6.320 1.528 994 - 442
13 Kedu 2.190 1.306 446 492 12 76
14 Ngadirejo 1.505 3.826 1.270 313 - 55
15 Jumo 1.278 1.654 125 365 - 48
16 Gemawang 643 6.068 1.763 451 - 120
IX-8
No. Kecamatan Prioritas Luas Tanah Luas Jenis Tanah
Sawah Kering Tegalan Pekarangan Kolam Lainnya
17 Candiroto 1.195 4.799 1.944 447 - 100
18 Bejen 678 6.206 1.653 509 - 58
19 Tretep 57 3.308 2.204 188 - 29
20 Wonoboyo 802 3.596 1.425 305 2 35
Sumber : Kabupaten Temanggung Dalam Angka, 2011
Keterangan :
*) belum ada data
9.2.3. Kondisi Kependudukan
Penduduk merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam
pembangunan dan merupakan faktor yang dinamis dan selalu menarik untuk
dipelajari. Penduduk juga selalu berasosiasi dengan segala bidang kehidupan,
terutama dalam aktivitas sosial dan ekonomi. Disadari bahwa sumber daya
penduduk sebagai unsur strategis dapat menjadi faktor penentu dalam keberhasilan
pembangunan, karena posisinya baik sebagai sasaran maupun sebagai pelaksana.
Manusia/penduduk merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan. Daya
guna dari modal dasar tersebut ditentukan oleh berbagai kondisi yang meliputi
kuantitas, kualitas dan distribusinya. Rasio beban ketergantungan menunjukkan
besarnya rasio penduduk usia produktif dengan penduduk tidak produktif.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik 2010, jumlah penduduk di Kabupaten
Temanggung pada tahun 2009 sebanyak 722.087 jiwa dengan kepadatan penduduk
dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kepadatan penduduk pada tahun 2005
sebesar 796 per km² dan terus meningkat menjadi 829 per km² pada tahun 2009,
kepadatan penduduk terbesar di Kabupaten Temanggung adalah di Kecamatan
Temanggung yaitu sebesar 2.316 per km², sedangkan kepadatan penduduk terkecil
yaitu sebesar 291 per km² di Kecamatan Bejen.
IX-9
Tabel 9.5.
Jumlah Penduduk di Daerah Prioritas Penanganan
No Kecamatan
Jumlah Penduduk
Bidang Pekerjaan Utama
Pertanian industri Bang-
unan
Perda-
gangan
Pengang-
kutan Jasa
Lain-
lain
1 Parakan 8.068 2.535 722 6.343 1.026 4.320 1.019
2 Kledung 11.543 1.074 469 2.832 428 1.895 802
3 Bansari 11.482 976 444 2.606 343 2.514 253
4 Bulu 19.394 382 872 2.283 598 1.915 352
5 Temanggung 9.085 3.628 1.589 7.310 1.740 9.818 1.682
6 Tlogomulyo 10.339 1.463 369 833 327 859 154
7 Tembarak 11.295 222 456 1.422 237 1.268 235
8 Selopampang 7.955 167 221 1.057 227 687 134
9 Kranggan 13.584 3.366 1.107 3.375 782 2.823 377
10 Pringsurat 15.953 4.181 824 4.062 754 2.176 428
11 Kaloran 16.231 2.309 615 2.336 508 1.746 346
12 Kandangan 16.874 1.150 1.262 3.298 753 2.226 462
13 Kedu 15.049 6.208 2.126 3.698 879 2.933 509
14 Ngadirejo 18.332 1.565 1.072 4.800 1.155 3.053 405
15 Jumo 13.344 762 495 1.684 369 1.564 255
16 Gemawang 12.056 793 565 1.675 273 1.096 263
17 Candiroto 12.746 219 362 1.703 369 1.488 242
18 Bejen 7.795 149 175 830 219 923 177
19 Tretep 10.913 97 279 479 45 297 139
20 Wonoboyo 12.677 199 333 866 146 710 154
Jumlah 254.715 31.445 14.357 53.492 11.178 44.311 8.388
Sumber : Kabupaten Temanggung Dalam Angka, 2011
9.2.4. Kondisi Rumah
Kondisi rumah di daerah prioritas penanganan dapat dilihat pada tabel dibawah
Sebagian besar kondisi rumah di daerah prioritas penanganan dapat dikatakan tidak
layak. Hal ini dilihat dari kondisi dinding dan lantai rumah, masih banyak yang berupa
dinding kayu maupun bamboo dan kondisi lantai rumah berupa tanah, kayu maupun
semen.
IX-10
Tabel 9.6.
Kriteria Rumah Tidak Layak Huni
No Kondisi Bahan baku Nilai Ket. / scor
1
Pondasi
a. Batu
b. Bata
c. Umpak / Tiang
3
2
1
Type A
Scor 31-39
2
Lantai
a. Plesteran
b. Papan / Bamboo
c. Tanah
3
2
1
Type B
Scor 22-39
3
Dinding
a. Tembok
b. Papan / Kayu
c. Bilik / Bambu
3
2
1
Type C
Scor 13-21
4
Atap
a. Genting
b. Seng
c. Rombia
3
2
1
5
Bahan
a. Kayu tahan lama
b. Kayu tahunan
c. Bambu
3
2
2
6
Jendela & Ventilasi
a. Lebih dari 3 bh
b. 2 – 3 buah
c. 0 – 1 buah
3
2
1
7
Pintu
a. Lebih dari 3 bh
b. 2 buah
c. 1 buah
3
2
1
8
Kamar
a. K makan, K tamu dll
b. Kt 2 bh
c. Kt 1 bh
3
2
1
IX-11
9 Pagar
a. Tembok / besi
b. Pagar hidup / bamboo
c. Tanpa pagar
3
2
1
10
Kamar mandi & Kakus / WC
a. Lengkap
b. Hanya ada salah Satu
c. Tidak ada keduanya
3
2
1
11
Kandang ternak
a. Kandang jauh lebih dari 5 m
b. Kandang jauh dari 5 m
c. Kandang jadi satu
3
2
1
12
Penerangan
a. Listrik
b. Petromak
c. Lampu temple gembreng
/templek
3
2
1
13
Air bersih
a. Artites / SPDL
b. Sumur gali
c. Bilik
3
2
1
Tabel 9.7.
Tingkat Kelayakan Huni Bangunan Rumah Kabupaten Temanggung Tahun 2010
NO KECAMATAN JUMLAH
RUMAH
JUMLAH RUMAH PROSENTASE RUMAH
TIDAK LAYAK HUNI TIDAK LAYAK HUNI
1 2 3 4 5
1 Parakan 10.112 1.716 16,97
2 Kledung 7.186 2.311 32,16
3 Bansari 4.915 586 11,92
4 Bulu 12.427 1.693 13,62
5 Temanggung 17.914 2.646 14,77
6 Tlogomulyo 7.569 516 6,82
IX-12
7 Tembarak 6.380 1.170 18,34
8 Selopampang 4.083 206 5,05
9 Kranggan 10.502 113 1,08
10 Pringsurat 10.810 822 7,60
11 Kaloran 10.504 1.357 12,92
12 Kandangan 10.624 2.681 25,24
13 Kedu 12.981 1.226 9,44
14 Ngadirejo 12.376 2.601 21,02
15 Jumo 7.133 1.711 23,99
16 Gemawang 7.836 1.673 21,35
17 Candiroto 7.658 1.426 18,62
18 Bejen 5.228 678 12,97
19 Tretep 4.809 1.126 23,41
20 Wonoboyo 6.135 977 15,93
JUMLAH 177.182 27.235 15,66
Sumber : Potensi Desa Tahun 2011
IX-13
9.2.5. Kondisi Sarana dan Prasarana
Kondisi sarana dan prasarana di kelurahan/ desa yang dijadikan prioritas penanganan perumahan dan permukiman dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 9.6.
Kondisi Sarana Dan Prasarana Di Kecamatan Prioritas Penanganan Perumahan dan Permukiman
KONDISI SARANA
No Kecamatan
SARANA
Pendidikan Peribadatan Kesehatan Perdagangan dan
jasa
TK SD/MI SMP/Mts SMA/MA Masjid Mushola Puskesmas Puskesmas
Pembantu
Dokter
Praktek Posyandu Pasar KUD
1 Parakan 17 25 4 3 56 97 2 2 1 87 3 42
2 Kledung 10 15 2 - 25 38 1 2 - 35 0 7
3 Bansari 13 14 1 1 38 26 1 - - 42 0 4
4 Bulu 15 27 5 - 80 57 1 2 - 86 2 18
5 Temanggung 26 46 10 13 102 167 1 3 10 143 3 148
6 Tlogomulyo 9 13 3 - 40 24 1 2 - 48 1 5
7 Tembarak 7 15 2 3 57 73 1 - - 68 1 19
IX-14
8 Selopampang 9 12 3 - 36 53 1 1 - 43 3 7
9 Kranggan 17 28 5 1 113 96 2 2 4 65 3 16
10 Pringsurat 24 34 4 2 83 164 1 4 6 115 6 33
11 Kaloran 20 28 7 2 97 107 2 4 2 108 5 20
12 Kandangan 18 23 5 1 104 126 1 2 - 112 5 19
13 Kedu 21 26 5 2 102 79 1 2 3 101 1 25
14 Ngadirejo 22 32 4 1 45 83 1 1 3 91 2 22
15 Jumo 12 17 1 1 51 47 1 2 2 61 2 17
16 Gemawang 13 21 1 - 52 62 1 2 1 55 3 11
17 Candiroto 16 20 2 2 64 55 1 3 - 81 1 19
18 Bejen 12 16 2 - 42 47 1 2 1 52 0 7
19 Tretep 7 12 1 - 37 80 1 2 1 36 1 3
20 Wonoboyo 16 18 2 - 52 67 1 3 - 57 2 4
IX-16
KONDISI PRASARANA
No Kecamatan
PRASARANA
Jalan Air Bersih Listrik
Jalan Propinsi Jalan
Kabupaten Mata Air PDAM PLN Lainnya
1 Parakan 1 2 1 4 345 Terlayani
2 Kledung 0 1 4 - Terlayani
3 Bansari 0 0 - - Terlayani
4 Bulu 1 2 5 - Terlayani
5 Temanggung 2 3 1 10 012 Terlayani
6 Tlogomulyo 0 1 - - Terlayani
7 Tembarak 0 2 - 1 250 Terlayani
8 Selopampang 0 1 1 - Terlayani
9 Kranggan 2 2 - 2 413 Terlayani
10 Pringsurat 2 3 2 2 343 Terlayani
11 Kaloran 1 2 - 658 Terlayani
12 Kandangan 0 2 - - Terlayani
13 Kedu 1 2 - 2 396 Terlayani
14 Ngadirejo 2 2 3 1 852 Terlayani
15 Jumo 0 2
- 1 188 Terlayani
16 Gemawang 0 1 - - Terlayani
17 Candiroto 1 1 - - Terlayani
18 Bejen 1 1 - - Terlayani
19 Tretep 0 0 - - Terlayani
20 Wonoboyo 0 0 - - Terlayani
Sumber : Potensi Desa (diolah), 2011
X - 1
BAB X
KESIMPULAN
DAN REKOMENDASI
10.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian data, informasi, analisis serta rencana pengembangan
kawasan perumahan dan permukiman di Kabupaten Temanggung pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Ruang lingkup kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Pemukiman Kabupaten Temanggung adalah seluruh wilayah
Kabupaten Temanggung, dengan batas-batas administratif sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Magelang
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang
2. Kabupaten Temanggung memiliki luas wilayah sebesar 87.065 Ha yang terdiri dari
20.634 Ha lahan sawah dan 66.431 Ha lahan non-sawah. Kabupaten Temanggung
terbagi menjadi 20 kecamatan yang terdiri dari 289 desa atau kelurahan.
3. Jumlah keseluruhan penduduk Kabupaten Temanggung pada tahun 2010 adalah
sebanyak 730.409 jiwa. Perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan cukup seimbang,
dari seluruh jumlah penduduk tersebut, 366.698 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan
363.757 jiwa berjenis kelamin perempuan.
4. Kepadatan penduduk di Kabupaten Temanggung tahun 2010, dapat diketahui bahwa
wilayah dengan kepadatan penduduk paling tinggi terletak pada Kecamatan
Temanggung dengan kepadatan 24 jiwa/Ha, sedangkan untuk kepadatan paling
rendah terletak di Kecamatan Bejen dengan kepadatan 3 jiwa/Ha.
5. Kondisi perumahan Kabupaten Temanggung secara umum telah berjenis bangunan
permanen berjumlah 54.661, kemudian semi permanen berjumlah 73.215 dan sederhana
berjumlah 177.182 rumah.
X - 2
6. Jumlah desa dan luas menurut kecamatan adalah sebagai berikut :
Tabel 10.1.
Jumlah Desa dan Luas Wilayah per Kecamatan di Kabupaten Temanggung
No.
Kecamatan
Jumlah Desa/ Kelurahan
Luas Wilayah (Ha)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Parakan Kledung Bansari Bulu Temanggung Tlogomulyo Tembarak Selopampang Kranggan Pringsurat Kaloran Kandangan K e d u Ngadirejo J u m o Gemawang Candiroto Bejen Tretep Wonoboyo
16 13 13 19 25 12 13 12 13 14 14 16 14 20 13 10 14 14 11 13
2.223 3.221 2.254 4.034 3.339 2.484 2.684 1.729 5.761 5.728 6.392 7.836 3.496 5.331 2.932 6.711 5.994 6.884 3.365 4.398
Jumlah
289
87.065
Sumber : Temanggung Dalam Angka Tahun 2011
7. Sebagian kondisi rumah di daerah prioritas penanganan dapat dikatakan tidak layak
huni. Hal ini dilihat dari kondisi dinding dan lantai rumah, masih banyak yang berupa
dinding kayu maupun bambu dan kondisi lantai rumah berupa tanah, kayu maupun
semen. Kriteria Rumah Tidak Layak Huni dapat dilihat pada tabel 10.2. berikut :
Tabel 10.2.
Kriteria Rumah Tidak Layak Huni
No Kondisi Bahan baku Nilai Ket. / scor
1
Pondasi
a. Batu
b. Bata
c. Umpak / Tiang
3 2 1
Type A Scor 31-39
X - 3
2
Lantai
a. Plesteran
b. Papan / Bamboo
c. Tanah
3 2 1
Type B Scor 22-39
3
Dinding
a. Tembok
b. Papan / Kayu
c. Bilik / Bambu
3 2 1
Type B Scor 22-39
4
Atap
a. Genting
b. Seng
c. Rombia
3 2 1
5
Bahan
a. Kayu tahan lama
b. Kayu tahunan
c. Bambu
3 2 2
6
Jendela & Ventilasi
a. Lebih dari 3 bh
b. 2 – 3 buah
c. 0 – 1 buah
3 2 1
7
Pintu
a. Lebih dari 3 bh
b. 2 buah
c. 1 buah
3 2 1
8
Kamar
a. K makan, K tamu dll
b. Kt 2 bh
c. Kt 1 bh
3 2 1
9 Pagar
a. Tembok / besi
b. Pagar hidup / bamboo
c. Tanpa pagar
3 2 1
10
Kamar mandi & Kakus / WC
a. Lengkap
b. Hanya ada salah Satu
c. Tidak ada keduanya
3 2 1
11
Kandang ternak
a. Kandang jauh lebih dari 5 m
b. Kandang jauh dari 5 m
c. Kandang jadi satu
3 2 1
12
Penerangan
a. Listrik
b. Petromak
c. Lampu temple gembreng /templek
3 2 1
13
Air bersih
a. Artites / SPDL
b. Sumur gali
c. Bilik
3 2 1
Sumber: Bapermades Kab. Temanggung, 2011
X - 4
Kondisi rumah di Kabupaten Temanggung yang tidak layak huni, prosentasenya
sebesar 27,83 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10.3. dibawah ini :
Tabel 10.3. Tingkat Kelayakan Huni Bangunan Rumah Kabupaten Temanggung Tahun 2010
NO KECAMATAN JUMLAH RUMAH
( unit )
JUMLAH RUMAH PROSENTASE
RUMAH TIDAK LAYAK
HUNI ( unit ) TIDAK LAYAK HUNI
( % )
1 2 3 4 5
1 Parakan 10.112 3.055 1,72
2 Kledung 7.186 2.354 1,33
3 Bansari 4.915 1.024 0,58
4 Bulu 12.427 1.842 1,04
5 Temanggung 17.914 1.783 1,01
6 Tlogomulyo 7.569 2.954 1,67
7 Tembarak 6.380 678 0,38
8 Selopampang 4.083 919 0,52
9 Kranggan 10.502 2.530 1,43
10 Pringsurat 10.810 2.546 1,44
11 Kaloran 10.504 4.218 2,38
12 Kandangan 10.624 2.960 1,67
13 Kedu 12.981 5.128 2,89
14 Ngadirejo 12.376 3.796 2,14
15 Jumo 7.133 2.344 1,32
16 Gemawang 7.836 3.164 1,79
17 Candiroto 7.658 2.927 1,65
18 Bejen 5.228 1.159 0,65
19 Tretep 4.809 1.843 1,04
20 Wonoboyo 6.135 2.082 1,18
JUMLAH 177.182 49.306 27,83
Sumber : Temanggung Dalam Angka Tahun 2011
8. Perhitungan kekurangan jumlah rumah (Backlog) dilakukan dengan cara menghitung selisih
antara jumlah rumah tangga (KK) dengan jumlah rumah eksisting pada masing-masing
kecamatan di Kabupaten Temanggung. Backlog di Kabupaten Temanggung Tahun 2010
menunjukkan kekurangan rumah sebesar 12.931 unit rumah, yang terdiri dari rumah di
Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan. Sedangkan pada Tahun prediksi 2021
backlog mencapai 16.140 unit rumah.
X - 5
9. Berdasarkan pertumbuhan penduduk, perhitungan proyeksi jumlah rumah (tahun 2011-
2021) di Kabupaten Temanggung dapat diketahui bahwa jumlah kebutuhan rumahnya
sebanyak 20.654 unit rumah, yang membutuhkan jumlah rumah terbanyak adalah di
Kecamatan Temanggung yaitu sebanyak 1.863 unit rumah. Untuk pengembangan
permukiman baru disesuaikan dengan luasan yang sudah ada dalam IKK, namun
jumlah unit rumah disesuaikan dengan kebutuhan rumah tahun perencanaan dalam
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman ini. Sedangkan
untuk proyeksi jumlah rumah sampai tahun 2021 yang paling sedikit adalah di
Kecamatan Tretep, hanya membutuhkan rumah sebanyak 559 unit saja.
10. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan untuk mengetahui jumlah kebutuhan rumah
sampai tahun 2021, yaitu dengan berdasarkan kebutuhan rumah akibat kekurangan rumah
(backlog) dan kebutuhan rumah akibat pertambahan penduduk, maka jumlah total kebutuhan
rumah di Kabupaten Temanggung adalah sebanyak 38.321 unit rumah. Dimana
Kecamatan Kledung dan Tlogomulyo mengalami kelebihan rumah, maka tidak turut
dijumlahkan dalam total kebutuhan rumah dan dianggap tidak membutuhkan unit
rumah baru.
11. Kebutuhan lahan yang dibutuhkan sesuai dengan kabutuhan rumah sampai dengan
tahun 2021, dimana perhitungan kebutuhan lahan dihitung berdasarkan jumlah
kebutuhan rumah yang kemudian dirinci tiap tipe (mewah : menengah : kecil).
Kemudian dari rincian tiap tipe dapat dikalikan sesuai dengan luasan dari masing-
msing tipe. Untuk total kebutuhan lahan di Kabupaten Temanggung sampai tahun 2021
adalah seluas 4.484 Ha, dimana luas ini sudah termasuk BC 60%. Luas kebutuhan lahan
yang dihitung setelah penambahan BC 60% tersebut masih harus ditambahkan lagi
dengan luasan yang akan digunakan sebagai sarana dan prasarana, sehingga luasan
yang ada merupakan luas dari total lahan suatu wilayah. Kebutuhan luas paling besar
terdapat di Kecamatan Temanggung seluas 854 Ha dan yang tidak membutuhkan lahan
baru yaitu Kecamatan Kledung dan Tlogomulyo (Jumlah rumah berlebih, jadi tidak
membutuhkan lahan baru).
12. Kebutuhan luas lahan permukiman di Kabupaten Temanggung sampai dengan Tahun 2021
adalah sebesar 4.484 Ha . Sedangkan luas lahan permukiman yang bisa disediakan oleh
seluruh wilayah Kecamatan totalnya sebesar 60.945,500 Ha. Jadi luas lahan
X - 6
permukiman dalam wilayah kecamatan masih dapat menampung kebutuhan lahan
permukiman.
13. Berdasarkan kebutuhan jumlah unit rumah, maka dapat diketahui bahwa kebutuhan
rumah di Kabupaten Temanggung sampai dengan Tahun 2021 adalah 38.321 unit.
Sedangkan jumlah unit rumah yang bisa ditampung oleh seluruh wilayah Kecamatan
totalnya adalah 4.266.185 unit.
14. Kelompok permukiman yang berkembang di sepanjang bantaran sungai menyebabkan
permukiman kumuh perkotaan. Rumah-rumah tersebut dibangun dengan jarak yang
hanya beberapa meter dari bibir sungai, atau tidak memiliki jarak batasan dengan
sungai, sehingga tidak mengindahkan adanya sempadan sungai. Kondisi ini sangat
membahayakan, sebab rumah yang dibangun pada bantaran sungai sangat berpotensi
terjadi longsor atau banjir akibat luapan sungai. Terdapat pula permukiman kumuh di
wilayah perkampungan pada area bantaran rel KA yang sudah tidak terpakai lagi.
Lokasi permukiman kumuh di Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 10.4.
Lokasi Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Temanggung
No. Jenis Permukiman Kumuh Kecamatan Kelurahan/Desa Lokasi
1. Permukiman Perkotaan
permukiman kumuh di
wilayah perkampungan
Parakan Parakan wetan Panjangsari
Temanggung Temanggung I
Banyuurip
Banyutarung
Banyuurip Wetan
permukiman kumuh di
bantaran sungai
Parakan Wanutengah
Parakan Wetan
Bantaran Kali Galeh
Bantaran Kali Galeh
Temanggung Temanggung I
Temanggung II
Gilingsari
Banyuurip
Butuh
Kertosari
Bantaran Kali Pacar
Bantaran Kali Pacar
Bantaran Kali Pacar
Bantaran Kali Pacar
Bantaran Kali Jambe
Bantaran Kali Pacar
Ngadirejo Ngadirejo Bantaran Kali Deres
Sumber: Hasil Pengamatan, Tahun 2011
X - 7
10.2. Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diberikan dari kegiatan rencana pembangunan dan
pengembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Temanggung dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu :
1. Rencana pembangunan perumahan baru.
2. Rencana peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
3. Rencana peningkatan kualitas perumahan dan permukiman yang bercirikan perdesaan.
Untuk lebih jelasnya rekomendasi yang akan diberikan pada masing-masing Wilayah
Perencanaan yang terkait dengan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan
dan permukiman dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 10.5. Rekomendasi Penanganan Peningkatan Permasalahan Perumahan dan Permukiman
di Kabupaten Temanggung
NO REKOMENDASI LOKASI
A. PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BARU
1 Pembangunan Perumahan dengan pendekatan Kasiba/ Lisiba
Sepanjang Ruas Jalan Nasional: Diarahkan pada daerah-daerah yang dilalui jalan Nasional, yaitu ruas jalan Secang-Pringsurat, jln Wonosobo-Parakan, jln Parakan-Pertigaan Bulu, jln Pertigaan Bulu-Kedu, jln Kedu Temanggung, jln Temanggung-Kranggan dan jln Kranggan-Secang.
Diarahkan pada daerah-daerah yang dilalui jalan propinsi, yaitu Kecamatan Pringsurat, Kranggan,
Temanggung, Kedu, Parakan, Ngadirejo, candiroto dan Bejen
Diluar wilayah kawasan yang bercirikan perdesaan, yaitu diseluruh Ibu Kota Kecamatan yang ada di Kabupaten Temanggung :
- Kecamatan Parakan - Kecamatan Kledung - Kecamatan Bansari - Kecamatan Bulu - Kecamatan Temanggung - Kecamatan Tlogomulyo - Kecamatan Tembarak - Kecamatan Selopampang - Kecamatan Kranggan - Kecamatan Pringsurat - Kecamatan Kaloran - Kecamatan Kandangan
2 Pembangunan RSH, RSS, menengah, dan mewah, lebih diutamakan RSH dan RSS yang diprioritaskan untuk Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR)
3 Pembangunan rumah baru oleh: 1.Masyarakat secara swadaya 2.Developer/pengembang perumahan dengan bantuan Kredit Mikro
4 Pembangunan sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman, seperti jalan, sanitasi, drainase, air bersih, telepon, listrik, dan fasilitas pendukung seperti pendidikan, kesehatan, peribadatan, ruang publik, dll.
X - 8
NO REKOMENDASI LOKASI
- Kecamatan Kedu - Kecamatan Ngadirejo - Kecamatan Jumo - Kecamatan Gemawang - Kecamatan Candiroto - Kecamatan Bejen - Kecamatan Tretep - Kecamatan Wonoboyo
X - 9
NO REKOMENDASI LOKASI
B. PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
1 Pengendalian dan perbaikan kualitas perumahan di kawasan konservasi dan lindung
Permukiman di kawasan konservasi dan lindung di Kabupaten Temanggung.
2 Redevelopment dan renewal Permukiman di Sempadan Sungai ( Penataan Permukiman Berbasis Komunitas )
- KECAMATAN TEMANGGUNG: Temanggung I,
Temanggung II, Gilingsari, Banyuurip, Butuh,
Kertosari. - KECAMATAN PARAKAN: Parakan wetan,
Wanutengah. - KECAMATAN NGADIREJO: Ngadirejo
4 Pembuatan sarana penanggulangan bencana tanah longsor - Kecamatan Selopampang, tembarak, Tlogomulyo, bulu, Parakan, kledung,
bansari, Ngadirejo, Candiroto, Wonoboyo, dan Tretep, Kledung, Bansari, Tretep, Bulu
5 Rehabilitasi Permukiman di kawasan banjir
- Kecamatan Parakan - Kecamatan Kedu - Kecamatan Temanggung
6 Pembuatan sarana penanggulangan bahaya SUTET/ SUTT - Kecamatan Kandangan - Kecamatan Kaloran - Kecamatan Pringsurat.
7 Land-Readjustment dan peremajaan kawasan kumuh - Penataan dan revitalisasi kawasan permukiman kumuh - Penataan RTH (Ruang Terbuka Hijau) di kawasan kumuh
- Kecamatan Temanggung ; Kelurahan Temanggung I, Temanggung II , gilingsari, Banyuurip, Butuh dan kertosari
- Kecamatan Parakan : Kelurahan Parakan Wetan dan Wanutengah
- Kecamatan Ngadirejo : - Kelurahan Ngadirejo
Penyediaan PSD permukiman di kawasan kumuh
8 Penanganan Kawasan Permukiman di Wilayah yang Bercirikan Perdesaan
- Hampir semua kecamatan di kabupaten temanggung
X - 10
NO REKOMENDASI LOKASI
C. PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI WILAYAH YANG BERCIRIKAN PERDESAAN
1 Kegiatan Penyediaan Air Bersih Kegiatan Penyehatan Lingkungan
- permukiman yang berkembang di sekitar kawasan rawan kekeringan berada di Kecamatan Pringsurat, Kranggan,
kaloran, kandangan, Candiroto, Bejen dan Jumo.
- Kegiatan Perbaikan Perumahan Permukiman - Pada lahan-lahan di kawasan perdesaan
yang mempunyai embrio untuk peningkatan
perekonomian masyarakat perdesaan - Pembangunan prasarana dan sarana
pendukung perkembangan masyarakat perdesaan yang memiliki ciri khusus
- Sosialisasi dan pembinaan tentang rumah sehat kepada masyarakat yang tinggal di wilayah yang bercirikan perdesaan.
- Redefinisi, khususnya rehabilitasi
(perbaikan), yaitu rumah temporer yang sudah tidak layak huni.
- Pelatihan dan pembentukan Klaster, sesuai
dengan potensi masing-masing daerah
1. Pelatihan dan pembentukan Klaster
usaha, sesuai dengan potensi masing-masing daerah
2. Pembangunan sarana dan prasarana permukiman serta usaha/wisata/daerah-daerah khusus yang memiliki embrio untuk peningkatan perekonomian penduduk
1. Kecamatan KANDANGAN : Industri makanan Pisang Aroma di Desa Gesing.
2. Kecamatan KEDU :
Industri Pengrajin Gerabah Tanah di Desa Kundisari
3. Kecamatan KALORAN :
Industri Gerabah Tanah di Desa Tegowanuh
4. Kecamatan PRINGSURAT : - Industri Kerajinan Relief Tembaga dan Kuningan
5. Kecamatan GEMAWANG : Wisata curug lawe
6. Kecamatan SELOPAMPANG :
Wisata Pelestarian habitat alam di Desa Walitis
7. Kecamatan BULU : Wisata Monumen Meteorit di Wonotirto, Candi Gondosuli
dan Kerajinan Mendong
8. Kecamatan NGADIREJO :
Wisata Candi Pringapus dan Wisata Religi Jumprit
9. Kecamatan WONOBOYO : Wisata Air Terjun Trocoh
10. Kecamatan CANDIROTO :
- Wisata Air Terjun Onje dan Industri Kopi Bubuk Robusta di Desa Mento
Recommended