View
226
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
106
Oleh karena lokasi centroid berubah, maka peta jarak untuk tata letak
yang baru dilakukan perhitungan kembali berdasarkan tata letak seperti pada
gambar 3.31. Peta jarak setelah dilakukan perbaikan ditunjukkan gambar 3.32..
Total biaya setelah terjadi perubahan departemen A dan C seperti pada gambar
3.33.
Gambar 3.32. Peta Jarak setelah perubahan departemen A dan C
Gambar 3.33. Matrik Total Biaya setelah terjadi perubahan
departemen A dan C
Selanjutnya CRAFT mengevaluasi kembali melalui Pair Wise Interchanges
dengan melakukan perubahan letak departemen A dan D berdasarkan tata letak
pada gambar 3.31. Gambar 3.34. adalah hasil perbaikan kedua tata letak
dengan lokasi titik pusat untuk departemen A = (80 , 40), separtemen B = (80
107
, 65), departemen C =(20 , 60) dan departemen D = (56 , 17). Sedang total
biaya sebesar 4521.
Gambar 3.34. Tata Letak setelah perubahan departemen A dan D
Selanjutnya dicoba lagi dengan melakukan perubahan departemen B dan
C. Dengan perhitungan sama seperti di atas, diperoleh total biaya sebesar 3653.
Tata letak departemen setelah dilakukan perubahan departemen B dan C
ditunjukkan gambar 3.35.
108
Gambar 3.35. Tata Letak setelah perubahan departemen B dan C
Perbaikan selanjutnya adalah dengan perubahan antara departemen B dan
C lagi dengan tata letak seperti pada gambar 3.36. Total biaya untuk perubahan
ini adalah sebesar 3441.
Gambar 3.36. Tata Letak setelah perubahan departemen B dan C
109
Pertukaran departemen dilakukan lagi antara departemen A dan C dan
menghasilkan total biaya sebesar 3274,5. Perbaikan ini merupakan perbaikan
terakhir yang bisa dilakukan, karena tidak ditemukan lagi perhitungan Pair
Wise Interchanges yang memberikan total biaya yang lebih kecil. Tata letak
terakhir ditunjukkan gambar 3.37.
Gambar 3.37. Tata Letak perbaikan terakhir
3.6. Material Handling
3.6.1. Pengertian Material Handling
Masalah utama dalam produksi ditinjau dari segi kegiatan/proses produksi
adalah bergeraknya material dari satu tingkat ke tingkat proses produksi berikutnya.
Hal ini terlihat sejak material diterima di tempat penerimaan, kemudian
dipindahkan ke tempat pemeriksaan dan selanjutnya disimpan di gudang. Pada
110
bagian proses produksi juga terjadi perpindahan material yang diawali dengan
mengambil material dari gudang, kemudian diproses pada proses pertama dan
berpindah pada proses berikutnya sampai akhirnya dipindah ke gudang barang jadi.
Untuk memungkinkan proses produksi dapat berjalan dibutuhkan adanya kegiatan
pemindahan material yang disebut dengan Material Handling.
Walaupun banyak orang menganggap bahwa kegiatan material handling
merupakan kegiatan yang kurang penting dalam suatu pabrik, tetapi kenyataannya
tidak demikian halnya. Hal ini karena terdapat banyak pekerjaan yang harus
dilakukan untuk pemindahan material dalam tingkat-tingkat proses produksi yang
harus dilalui dalam suatu produksi. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila
terdapat perhitungan di dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa pekerjaan
material handling merupakan sebagian besar dari kegiatan perusahaan pabrik dan
memakan kerja besar. Pada sebuah pabrik, material handling menyerap tenaga kerja
sekitar 25% dari seluruh tenaga kerja, menggunakan ruangan sekitar 55% dari
seluruh ruangan, dan 87% dari waktu produksi. Penanganan material diperkirakan
menggunakan 15% sampai dengan 70% dari total biaya manufaktur. Oleh sebab itu,
penanganan material menjadi masalah yang penting untuk dianalisis dalam rangka
untuk melakukan pengurangan biaya. Disamping itu penanganan material juga
menyebabkan baik atau tidaknya kualitas material dan diperkirakan antara 3%
sampai 5% dari seluruh material yang ditangani mengalami kerusakan. Makin
sedikit produk yang ditangani maka semakin kecil kesempatan akan rusak.
Terdapat banyak definisi atau pengertian yang diberikan untuk material
handling. Berikut ada dua defmisi secara umum.
111
1. Material handling adalah seni dan ilmu pengetahuan dari perpindahan,
penyimpanan, perlindungan dan pengawasan material.
Seni
Material handling dapat dinyatakan sebagai seni, karena masalah-
masalah material handling tidak dapat secara eksplisit diselesaikan semata-mata
dengan formula atau model matematika. Material handling membutuhkan
sebuah penilaian benar atau salah, di mana perusahaan-perusahaan yang benar-
benar berpengalaman di bidang material handling akan dapat menilainya.
Ilmu Pengetahuan
Material handling dapat dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan karena
menyangkut metode enjinering. Mendefinisikan masalah, mengumpulkan dan
menganalisis data, menbuat alternatif solusi, evaluasi alternatif, memilih dan
mengimplementasikan alternatif terbaik merupakan bagian integral dari
penyelesaian masalah material handling dan proses perancangan sistem.
Analisis model matematika dan teknik-teknik kualitatif sangat berarti sebagai
bagian dari proses ini.
Perpindahan
Perpindahan material membutuhkan waktu dan memerlukan penggunaan
tempat (yaitu penanganan material digunakan pada waktu yang tepat dan pada
tempat yang benar). Perpindahan material memerlukan kesesuaian antara
ukuran, bentuk, berat dan kondisi material dengan lintasannya dan analisis
frekuensi gerakan.
Penyimpanan
112
Penyimpanan material sebagai penyangga antar operasi, memudahkan
dalam pekerjaan manusia dan mesin. Yang perlu dipertimbangkan dalam
penyimpanan material antara lain, ukuran, berat, kondisi dan kemampuan
tumpukan material, keperluan untuk mengambil dan menempatkan material,
kendala-kendala bangunan seperti misalnya beban lantai, kondisi lantai, jarak
antar kolom, dan tinggi bangunan.
Perlindungan
Yang termasuk dalam perlindungan material antara lain pengawasan,
pengepakan dan pengelompokan material untuk melindungi kerusakan dan
kehilangan material. Perlindungan material sebaiknya menggunakan alat
pengaman yang dihubungkan dengan sistem informasi. Termasuk perlindungan
terhadap material yang salah penanganan, salah penempatan, salah pengambilan
dan urutan proses yang salah. Sistem material handling harus dirancang untuk
meminimasi keperluan pengawasan,dan untuk menurunkan biaya.
Pengawasan
Pengawasan material terdiri dari pengawasan fisik dan pengawasan
status material. Pengawasan fisik adalah pengawasan yang berorientasi pada
susunan dan jarak penempatan antar material. Sedang pengawasan status adalah
pengawasan tentang lokasi, jumlah, tujuan, kepemilikan, keaslian dan jadwal
material. Ketelitian harus dilakukan untuk menjamin bahwa jangan sampai
terlalu banyak pengawasan yang digunakan pada sistem material handling.
Melakukan pengawasan yang tepat me-rupakan suatu tantangan, karena
113
pengawasan yang tepat sangat tergantung atas budaya organisasi dan orang
yang mengatur dan menjalankan fungsi penanganan material.
Material
Secara luas, material dapat berbentuk bubuk, padat, cair dan gas. Sistem
penanganan di antara bentuk material mempunyai perlakuan yang berbeda di
antara bentuk material.
2. Material handling mempunyai arti penanganan material dalam jumlah yang
tepat dari material yang sesuai dalam kondisi yang baik pada tempat yang
cocok, pada waktu yang tepat dalam posisi yang benar, dalarn urutan yang
sesuai dan biaya yang murah dengan menggunakan metode yang benar. Jika
digunakan metode yang sesuai, maka sistem material handling akan
terjamin/aman dan bebas dari kerusakan.
3.6.2. Tujuan Material Handling
Perencanaan material handling penting sekali untuk dipelajari karena
kenyataan yang ada menunjukkan bahwa biaya material handling menyerap
sebagian besar biaya produksi. Tujuan utama dari perencanaan material handling
adalah untuk mengurangi biaya produksi. Selain itu, material handling sangat
berpengaruh terhadap operasi dan perancangan fasilitas yang diimplentasikan.
Beberapa tujuan dari sistem material handling antara lain (Meyers, F.E.):
1. Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan, dan
memberikan perlindungan terhadap material.
114
2. Meningkatkan keamanan dan mengembangkan kondisi kerja.
3. Meningkatkan produktivitas :
a. Material akan mengalir pada garis lurus.
b. Material akan berpindah dengan jarak sedekat mungkin.
c. Perpindahan sejumlah material pada satu kali waktu.
d. Mekanisasi penanganan material.
e. Otomasi penanganan material.
f. Menjaga atau mengembangkan rasio antara produksi dan penanganan
material.
g. Meningkatkan muatan/beban dengan penggunaan peralatan material
handling otomatis.
4. Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas :
a. Meningkatkan penggunaan bangunan.
b. Pengadaan peralatan serbaguna.
c. Standardisasi peralatan material handling.
d. Menjaga, dan menempatkan seluruh peralatan sesuai kebutuhan dan
mengembangkan program pemeliharaan preventif.
e. Integrasi seluruh peralatan material handling dalam suatu sistem.
5. Mengurangi bobot mati.
6. Sebagai pengawasan persediaan.
115
3.6.3. Jenis Peralatan Material Handling
Tulang punggung sistem material handling adalah peralatan material
handling. Sebagian besar peralatan yang ada mempunyai karakteristik dan harga
yang berbeda. Semua peralatan material handling diklasifikasikan kc dalam tiga
tipe utama yaitu: Conveyor (ban berjalan), Crane (Derek), dan trucks (alat
angkut/kereta).
1. Conveyor
Conveyor digunakan untuk memindahkan material secara kontinyu dengan jalur
yang tetap.
Keuntungan Conveyor:
a. Kapasitas tinggi sehingga memungkinkan untuk memindahkan material
dalam jumlah besar.
b. Kecepatan dapat disesuaikan.
c. Penanganan dapat digabungkan dengan aktivitas lainnya seperti proses dan
inspeksi.
d. Serba guna dan dapat ditaruh di atas lantai maupun di atas operator.
e. Bahan dapat disimpan sementara antar stasiun kerja.
f. Pengiriman/pengangkutan bahan secara otomatis dan tidak memerlukan
bantuan beberapa operator.
g. Tidak memerlukan aisle (gang).
Kerugian Conveyor :
116
a. Mengikuti jalur yang tetap sehingga pengangkutan terbatas pada area
tersebut.
b. Dimungkinkan terjadi botlenecks dalam sistem.
c. Kerusakan pada salah satu bagian menghentikan aliran proses.
d. Conveyor ada pada tempat yang tetap, sehingga akan mengganggu gerakan
peralatan bermesin lainnya.
Di dalam lingkungan industri, terdapat beberapa tipe conveyor yang biasa
dipergunakan, antara lain belt conveyor, roller conveyor, screw conveyor, chain
conveyor, overhead monorail conveyor, trolley conveyor, dan sebagainya.
Gambar-gambar berikut ini merupakan beberapa contoh conveyor yang ada
pada suatu pabrik.
Gambar 3.38. Conveyor
117
2. Cranes dan Hoists
Cranes (Derek) dan Hoists (kerekan) adalah peralatan di atas yang
digunakan untuk memindahkan beban secara terputus-putus dengan area
terbatas.
Keuntungan Cranes dan Hoists:
a. Dimungkinkan untuk mengangkat dan memindahkan benda.
b. Keterkaitan dengan lantai kerja/produksi sangat kecil.
c. Lantai kerja yang berguna untuk kerja dapat dihemat dengan memasang
peralatan handling berupa cranes.
Kerugian Cranes dan Hoists :
a. Membutuhkan investasi yang besar.
b. Pelayanan terbatas pada area yang ada.
c. Crane hanya bergerak pada arah garis lurus dan tidak dapat dibuat
berputar/belok.
d. Pemakaian tidak dapat maksimal sesuai yang diinginkan karena crane hanya
digunakan untuk periode waktu yang pendek setiap hari kerja.
118
Gambar 3.39. Crane
Seperti halnya conveyor, terdapat beberapa tipe cranes dan hoist yang
tergantung dari kegunaannya. Tipe-tipe cranes tersebut antara lain jib crane, bridge
crane, gantry crane, tower crane, stackcr crane, dan sebagainya.
Beberapa contoh cranes dan hoist ditunjukkan oleh gambar 3.44.
Gambar 3.40. Hoist
119
3. Trucks
Trucks yang digerakkan tangan atau mesin dapat mcmindahkan material dengan
berbagai macam jalur yang ada. Yang termasuk dalam kelompok truck antara
lain, fork lift trucks, hand trucks, fork trucks, trailer trains, automated guided
vehicles (AGV), dan sebagainya.
Keuntungan trucks :
b. Perpindahan tidak menggunakan jalur yang tetap, oleh sebab itu dapat
digunakan di mana-mana selama ruangan dapat untuk dimasuki trucks.
c. Mampu untuk loading, unloading dan mengangkat kecuali memindahkan
material.
d. Karena gerakannya tidak terbatas, memungkinkan untuk melayani tempat
yang berbeda, truck dapat mencapai tingkat pemakaian yang tinggi.
Kerugian trucks :
a. Tidak mampu menangani beban yang berat.
b. Mempunyai kapasitas yang terbatas setiap pengangkutan.
c. Memerlukan gang.
d. Sebagian besar trucks harus dijalankan oleh operator.
e. Trucks tidak bisa melakukan tugas ganda/gabungan yaitu proses dan
inspeksi seperti peralatan lainnya.
Beberapa macam jenis truck industri ditunjukkan oleh beberapa gambar :
120
Gambar 3.41. Hand Truck
Gambar 3.42. Fork Lift Truck
121
Gambar 3.43. Automated Guided Vehicies (AGV)
3.6.4. Prinsip- Prinsip Material handling
Merancang dan mengoperasikan sistem material handling merupakan
pekerjaan yang rumit karena banyak masalah-masalah yang terlibat. Ada aturan
yang tidak terdefinisi yang dapat menentukan kesuksesan sistem material handling.
Salah satu sumbangan terbesar terhadap penganalisisan maupun pada perancangan
sistem material handling adalah pengalaman. Tetapi dibutuhkan waktu bertahun-
tahun dengan keragaman situasi yang cukup luas agar dapat mengumpulkan
pengalaman ini. Dua puluh prinsip material handling seperti tercatat pada tabel
berikut ini.
122
Tabel 3.3. Prinsip prinsip material handling
No. Prinsip Keterangan 1 Perencanaan
Semua perencanaan material dan aktivitas-aktivitas penyimpanan untuk mendapatkan efisiensi operasi semaksimal mungkin.
2 Sistem aliran
Mengintegrasi sebanyak mungkin aktivitas penanganan dan mengkoordinasikan sistem operasi meliputi agen, penerimaan, penyimpanan, produksi, inspeksi, pengawasan, transportasi dan konsumen.
3 Aliran Material
Merencanakan urutan operasi dan tata letak peralatan untuk mengoptimumkan aliran barang/material.
4 Penyederhanaan
Menyederhanakan penanganan dengan cara mengurangi, menghilangkan, menggabungkan pemindahan atau peralatan yang tidak perlu.
5 Gravitasi
Gunakan gravitasi untuk memindahkan barang jika mungkin.
6 Memanfaatkan ruangan
Memanfaatkan volume bangunan seoptimal mungkin.
7 Ukuran satuan
Tingkatkan jumlah, ukuran, berat beban, atau tingkat aliran.
8 Mekanisasi
Operasi penanganan secara mekanik.
9 Otomasi
Gunakan peralatan otomatis untuk produksi, penanganan dan penyimpanan.
10 Pemilihan peralatan
Dalam pemilihan peralatan, pertimbangkan semua aspek penanganan material, pemindahan dan metode yang digunakan.
11 Standardisasi
Standardisasi metode penanganan, jenis dan ukuran peralatan penanganan.
12 Kemampuan asdaptasi
Gunakan metode dan peralatan yang dapat menjalankan berbagai macam tugas dan penerapan dengan baik.
13 Bobot mati Mengurangi perbandingan bobot mati dari peralatan penanganan yang bergerak terhadap beban yang dibawa.
123
14 Utilisasi Rencanakan pemakaian peralatan penanganan dan man
power atau sumber tenaga daya manusia secara optimum.
15 Perawatan Rencanakan perawatan pencegahan dan jadwal perbaikan dari semua peralatan penanganan.
16 Keuangan Ganti metode dan peralatan penanganan yang usang dan jika ada metode atau peralatan yang lebih efisien akan meningkatkan operasi.
17 Pengawasan Gunakan aktivitas-aktivitas penanganan material untuk meningkatkan pengendalian produksi, pengendalian persedlaan dan penanganan biaya.
18 Kapasitas Gunakan peralatan penanganan untuk membantu dalam mencapal kapasitas produksi yang diinginkan.
19 Efektivitas Tentukan efektivitas kinerja penanganan dalam bentuk biaya persatuan yang ditangani.
20 Keamanan Tetapkan metode dan perlatan yang sesuai untuk keamanan penanganan.
(Sumber: Meyers, F.E. hal. 161 )
Prinsip-prinsip ini dapat disusun agak ringkas untuk mencapai tujuan
tertentu. Sebagai contoh, prinsip untuk menurunkan biaya penanganan, salah
satunya harus mengurangi penanganan yang tidak diperlukan dengan cara
merencanakan perpindahan material dengan tepat, pengiriman satuan ke tempat
yang dituju dilakukan pertama kali tanpa singgah ke tempat lain, gunakan peralatan
material handling secara tepat, mengganti peralatan yang rusak dengan yang baru,
sistem yang lebih efisien dan dengan mcngurangi ratio beban mati terhadap
muatan/beban yang dibawa.
Prinsip untuk meningkatkan produktivitas dilakukan dengan memininumkan
waktu tunggu operator mesin, dengan mengirim bahan baku dan sub assembling
124
bila diperlukan dan dengan mempertahankan gerakan yang stabil dari laju kerja
yang dipadukan dengan laju operator mesin.
Prinsip untuk memproduktifkan tenaga kerja dilakukan dengan
menghilangkan aktivitas-aktivitas tidak produktif dihubungkan dengan penanganan
material secara tepat, dengan mengeluarkan komponen yang rusak dari lintasan
perakitan sebelum mencapai stasiun kerja, tidak menggunakan peralatan khusus dan
tidak standar, dan dengan menyelaraskan perpindahan material di lingkungan
pabrik.
Prinsip yang dapat mengurangi penggunaan luas lantai dilakukan dengan
menggunakan peralatan penanganan material dan jadwal produksi yang akan
diperlukan untuk meminimumkan jumlah barang di lantai, dengan menyimpan
material di tempat yang tidak menghalangi lintasan produksi, dengan menyusun tata
letak pabrik agar supaya aliran material antar stasiun dapat lancar.
3.6.5. Hubungan Antara Penanganan Material dan Tata Letak Pabrik
Dalam sistem manufaktur, dua aktivitas yang sering berpengaruh satu sama
lain adalah penanganan material dan tata letak pabrik. Hubungan dua aktivitas
menyangkut data yang diperlukan untuk rancangan tiap aktivitas, tujuan umum,
pengaruh ruangan dan pola aliran. Secara khusus masalah tata letak pabrik
membutuhkan informasi mengenai biaya operasi peralatan agar penempatan
departemen dapat menimbulkan total biaya penanganan material yang minimum.
Oleh karenanya dalam perancangan sistem penanganan material, harus diketahui
panjang perpindahan material, waktu perpindahan, sumber dan tujuan perpindahan.
125
Beberapa perancang menganggap perlu untuk menyelesaikan masalah ini secara
bersama. Cara yang mungkin adalah mengawali dengan satu masalah, dengan
menggunakan solusi pada masalah lainnya. Kemudian kembali ke masalah pertama
dan memodifikasi masalah pertama berdasarkan pada informasi baru yang didapat
dari yang kedua dan seterusnya sampai perancangan yang baik didapat.
Tata letak pabrik dan penanganan material mempunyai tujuan umum yaitu
meminimumkan biaya. Biaya penanganan material dapat diminimumkan dengan
menyusun lebih dekat departemen-departemen yang berhubungan, agar
perpindahan material pada jarak yang pendek.
Dari uraian di atas jelas bahwa pada saat perencanaan tata letak pabrik, pada
saat itu pula dipikirkan perencanaan fasilitas penanganan material yang akan
diaplikasikan. Perlu dipahami bahwasanya sekali pabrik berdiri, tata letak fasilitas
produksi sudah ditetapkan dan mesin/peralatan produksi sudah terpasang, maka di
saat itu pula akan kecil kemungkinannya untuk memperbaiki metode material
handling. Dengan demikian pertimbangan faktor material handling, baik metode
maupun peralatan yang akan dipakai jelas harus selalu diperhatikan pada saat
membuat rancangan tata letak. Sekali keliru dalam perancangan maka untuk
seterusnya kita akan menjalankan kekeliruan sampai ada kesempatan untuk
merombak tata letak yang ada.
126
3.6.6. Biaya Material Handling
Minimasi biaya merupakan salah satu tujuan utama dari sistem penanganan
material. Ada beberapa cara untuk meneapai tujuan tersebut antara lain sebagai
berikut.
a. Mengurangi waktu menganggur peralatan.
b. Pemakaian maksimum peralatan untuk mendapatkan satuan muatan yang tinggi.
c. Meminimumkan perpindahan penanganan material dan mengurangi gerakan
mundur untuk mengurangi biaya operasi.
d. Mengatur departemen-departemen sedekat mungkin agar perpindahan material
menjadi pendek.
e. Mencegah perbaikan yang besar dengan melakukan perencanaan aktivitas
perawatan yang lebih baik.
f. Harus menggunakan peralatan yang tepat untuk mengurangi kerusakan material
dan menggunakan muatan satuan yang sesuai.
g. Sedapat mungkin menggunakan prinsip gravitasi, yang dapat mengurangi biaya
operasi.
h. Menghindarkan pekerjaan-pekerjaan yang tidak aman bagi tenaga kerja seperti
mengangkat beban yang terlalu berat.
i. Mengurangi keanekaragaman jenis peralatan untuk mengurangi kebutuhan
investasi dan keanekaragaman komponen/spare part.
j. Mengganti peralatan yang sudah usang dengan yang baru agar lebih efisien.
127
Penentuan ongkos material handling dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan tata letak fasilitas. Ditinjau dari segi biaya, tata letak yang baik adalah
yang mempunyai total ongkos material handling kecil, meskipun dalam hal ini
biaya bukan satu-satunya indikator unluk menyatakan bahwa tata letak itu baik dan
masih banyak faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan. Secara umum biaya
yang termasuk dalam perancangan dan operasi sistem penanganan material adalah
sebagai berikut.
1. Biaya investasi
Yang termasuk dalam biaya ini adalah harga pembelian peralatan, harga
komponen alat bantu dan biaya instalasi.
2. Biaya operasi, yang terdiri dari:
a. Biaya perawatan
b. Biaya bahan bakar
c. Biaya tenaga kerja yang terdiri dari upah dan jaminan kecelakaan.
3. Biaya pembelian muatan, yang digolongkan dalam pembelian pallets dan
container.
4. Biaya yang menyangkut masalah pengepakan dan kerusakan material.
Berikut adalah contoh perhitungan ongkos material handling persatuan
jarak (OMH/m).
Contoh
Sebuah alat angkut ‘forklift’ dibeli dengan harga Rp. 50.000.000,-
diharapkan umur ekonomis 5 tahun. Biaya bahan bakar adalah Rp. 20.000,-/8 jam,
128
sedang biaya perawatan sebesar Rp. 5.000,-/jam. Jika forklift berjalan rata-rata
15.000 m per hari, tentukan biaya per satuan jarak (m), diasumsikan bahwa alat
angkut beroperasi 300 hari/tahun dan upah operator adalah Rp. 10.000,-/jam.
Penyelesaian:
a. Menentukan depresiasi dengan menggunakan depresiasi garis lurus:
jamRpjamharith
harithRp /,166.4.83005
11,000.000.50. −=××
××−
b. Jarak pengangkutan tiap jam adalah:
jammjam
hariharim /187581/000.15 =×
c. Total biaya = Biaya (maintenance + bahan bakar +depresiasi + operator)
jamRpjam
Rp /666.21.)000.10166.48
000.20000.5.( =+++
d. Ongkos material Handling (OMH/M):
mRpjamm
jamRp /5,11./1875
/,666.21. 5=−
3.6.7. Pemilihan Peralatan Material Handling
Pemilihan peralatan material handling secara umum dapat dilihat dari
tujuan dan kegunaan peralatan yang akan digunakan. Sebagai contoh, conveyor
digunakan dimana aliran material adalah kontinyu, dan jalur perpindahan material
adalah tetap. Selain itu conveyor mempunyai kapasitas besar untuk memindahkan
material, baik material yang dikemas dalam kotak, pallet kecil, atau kantong,
maupun material dalam bentuk lepas seperti kepingan, produk tempaan, atau
129
produk cetak. Conveyor juga tidak memerlukan aisle (gang) yang cukup lebar dan
dapat diletakkan di atas operator sehingga sedikit banyak akan mengurangi
penggunaan ruangan.
Trucks umumnya digunakan untuk pengiriman dalam bentuk kelompok dan
tingkat fleksibilitas cukup tinggi. Permintaan antara dua stasiun mungkin berubah
berdasarkan perencanaan produk dan transportasi dengan menggunakan trucks
dapat memenuhi perubahan kapasitas tersebut dengan mudah. Jalur trucks yang
digunakan antara dua departemen dapat diatur sesuai kebutuhan. Trucks dapat juga
digunakan untuk bongkar muat ke sebuah conveyor. Keuntungan dari trucks adalah
fleksibilitas pemindahan material pada jarak pendek sehingga dapat dilakukan
pemindahan material antara conveyor dan stasiun kerja.
Cranes utamanya digunakan untuk mengangkat benda yang cukup berat.
Gerakan cranes agak terbatas dan biayanya cukup mahal. Ada beberapa aktivitas
dalam produksi di mana material dipindahkan. Suatu contoh, aktivitas yang
menonjol dan sangat kritis dalam gudang adalah penerimaan, penyimpanan dan
pengambilan material, komponen assembling dan produk akhir. Tiap-tiap tahap
mempertimbangkan penanganan material yang melibatkan besarnya luasan.
Efisiensi operasi gudang tergantung atas pemilihan peralatan yang sesuai. Faktor-
faktor yang mempengaruhi metode pemilihan peralatan material handling adalah
(Sule D., R.,):
a. Material yang dipindahkan. Jenis, berat, volume, bentuk, ukuran material yang
dipindahkan.
130
b. Perpindahan/gerakan. Frekuensi, jalur, lebar gang, mekanisme loading dan un-
loading.
c. Penyimpanan. Area, volume, bentuk dan ukuran fasilitas pe-nyimpanan, jarak
antara kolom dan batasanbatasan lainnya.
d. Biaya. Biaya operasi dan investasi peralatan, tingkat suku bunga, depresiasi,
umur ekonomis peralatan.
e. Faktor-faktor lain. Fleksibilitas dalam melakukan pekerjaan ganda dan
pekerjaan atas beberapa produk yang berbeda.
Data material handling digunakan untuk menentukan peralatan material
handling berdasarkan atas rute-rute yang mungkin, nantinya hanya ada satu
peralatan yang mungkin untuk transportasi. Sebagai contoh, forklift atau truck
kemungkinan bisa digunakan pada rute yang sejenis. Kedua alternatif penggunaan
alat material handling tersebut harus dievaluasi dan disesuaikan. Berikut beberapa
contoh analisis ekonomi yang dibutuhkan dalam mengevaluasi peralatan material
handling yang diperlukan.
Contoh :
Dua peralatan material handling, hand truck dan forklift digunakan untuk
memindahkan produk A dan B. Tentukan peralatan yang lebih hemat, jika
karakteristik produk dan spesifikasi peralatan seperti pada tabel-tabel di bawah ini:
131
Tabel 3.4. Karakteristik produk
Produk yang dipindahkan
Volume (P x L x T)
(cm)
Jarak Pemindahan
Satuan yang dipindahkan/
hari A 30 x 15 x 15 150 m 230 B 60 x 60 x 60 75 m 260
Tabel 3.5. Spesifikasi peralatan
Peralatan Maksimum Volume
(P x L x T) (cm)
Biaya bongkar/ muat tiap
perpindahan
Ongkos material handling (OMH/m)
Hand Truck 150 x 90 x 120 Rp. 50.000 Rp. 1.500 Forklift 120 x 120 x 120 Rp. 25.000 Rp. 7.500
Jawab:
Langkah I : Menentukan kapasitas peralatan
Pada langkah ini kapasitas peralatan didapat dari volume peralatan dibagi dengan
volume produk.
Produk A:
Kapasitas handtruck jika memindahkan produk A adalah :
unitKapasitas 24086515
1201590
30150 =××=××=
Kapasitas forklift jika memindahkan produk A adalah:
unitKapasitas 25688415
12015
12060
120 =××=××=
Produk B
Kapasitas handtruck jika memindahkan produk B adalah:
132
unitKapasitas 421260
1206090
60150 =××=××=
(Pada kasus ini dilakukan pembulatan dikarenakan hasil baginya bernilai pecahan,
misalkan 150/60 =2,5 dibulatkan menjadi 2 dengan dilakukan pembulatan kebawah,
maka peralatan mempunyai ruang kosong)
Kapasitas forklift jika memindahkan produk B adalah:
unitKapasitas 822260
12060
12060
120 =××=××=
Langkah II. Menentukan frekuensi pemindahan
Frekuensi pemindahan produk A dengan menggunakan handtruck adalah:
1958,0240230 ≈===
angkutalatkapasitasdipindahyangsatuanFrekuensi
Produk A jika dipindahkan dengan hantruck hanya terjadi satu kali pemindahan
setiap hari, dengan cara yang sama maka,
Frekuensi pemindahan produk B dengan menggunakan handtruck terjadi 65 kali
pemindahan.
Frekuensi pemindahan produk A dengan menggunakan forklift terjadi 1 kali
pemindahan.
Frekuensi pemindahan produk B dengan menggunakan forklift terjadi 33 kali
pemindahan.
Hasil perhitungan diatas ditabelkan sebagai berikut.
133
Tabel 3.6. Frekuensi Material Handling
Jenis Produk Peralatan Produk A Produk A
Hand Truck 230/240 ≈ 1 260/4 ≈ 65 Forklift 230/256 ≈ 1 260/8 ≈ 33
Langkah III. Menentukan biaya pemindahan
Biaya pemindahan dengan menggunakan handtruck:
[( Frekuensi Produk A x biaya bongkar/muat) + (OMH/m x Jarak Pemindahan
Produk A)] +[(Frekuensi Produk B x biaya bongkar/muat) + (OMH/m x Jarak
Pemindahan Produk B)]
[(1 x Rp. 50.000 ) + (Rp 1500/m x 150 m)]+[( 65 x Rp 50.000)+(Rp 1500/m x 75
m)] = Rp. 3.637.500,-
Biaya pemindahan dengan menggunakan forklift:
[( Frekuensi Produk A x biaya bongkar/muat) + (OMH/m x Jarak Pemindahan
Proauk A)] +[(Frekunesi Produk B x biaya bongkar/muat) + (OMH/m x Jarak
Pemindahan Produk B)]
[(1 x Rp. 25.000 ) + (Rp 7500/m x 150 m)]+[( 33 x Rp 25.000)+(Rp 7500/m x 75
m)] = Rp. 2.537.500,-
Dari perhitungan di atas, alat angkut forklift lebih hemat.
3.7. Optimasi Tata Letak Pergudangan Penempatan Produk
Model tata letak gudang pada bagian ini adalah penentuan lokasi produk yang
disimpan di gudang. Model yang digunakan dalam penyimpanan produk pada suatu
gudang dengan mempertimbangkan jarak rectilinear. Formula yang digunakan:
134
Minimize = PiDikXjkLjFj n
i
m
k
q
j∑∑∑=== 111
Kendala:
mkXjkq
j
,..........111
==∑=
qjLjXjkm
k
,..........11
==∑=
Xjk = (0,1) untuk semua j dan k
Dengan:
q = Jumlah produk
m = Jumlah lokasi penyimpanan
n = Jumlah dock (lokasi input/output)
Lj = Jumlah lokasi penyimpanan untuk produk j
Fj = Jumlah perpindahan / laju masuk / keluar penyimpanan untuk produk j
Pi = Prosentase perpindahan masuk / keluar penyimpanan dari / ke titik i (dock)
Titik i/0 atau dock i mempunyai peluang yang sama untuk memindahkan
produk dari beberapa lokasi penyimpanan untuk produk j
fk = ∑=
n
i
Pidik1
fk = Jarak perpindahan antara lokasi penyimpanan dan dock
Untuk meminimasi total jarak perpindahan dilakukan dengan (1)
menghitung fk untuk setiap lokasi penyimpanan, (2) menentukan jumlah produk
135
yang disimpan untuk setiap produk, (3) menyimpan produk 1 ke lokasi
penyimpanan 1 yang mempunyai nilai fk terkecil.
Contoh :
Sebuah gudang seperti pada gambar 3.49. Setiap segmen gudang
berukuran 25 m x 25 m yang digunakan untuk penyimpanan, ada empat jenis
produk yaitu A, B, C dan D. yang akan disimpan. Tiap jenis produk dalam pe-
nyimpanan tidak dapat dicampur pada satu segmen. Produk diterima dari
dock 1 dengan prosentase 50% dan dikeluarkan dari dock 2 dan dock 3
dengan peluang yang sama. Kebutuhan area dan laju beban setiap minggu untuk
setiap produk seperti pada tabel berikut.
Gambar 3.44. Representasi Gudang
136
Tabel 3.7. Kebutuhan Area dan Laju Beban
Produk Area (m2) Laju Beban / minggu A 4375 500 B 7500 600 C 1500 700 D 6250 200
Langkah 1
Menghitung fx untuk setiap lokasi penyimpanan, sebagai contoh untuk
menghitung lokasi penyimpanan 1 dan 9 sebagai berikut.
fx (l) = (0,5) 50 + (0,25) 200 + (0,25) 250 = 137,5
(Prosentase dock 1 x jarak rectilinear dari dock 1 ke centroid lokasi
1 ) + ( prosentase dock 2 x jarak rectilinear dari dock 2 ke centroid
lokasi 1) + (prosentase dock 3 x jarak rectilinear dari dock 3 ke centroid
lokasi 1 )
fx (9) = (0,5) 25 + (0,25) 200 + (0,25) 225 = 118,75
Gambar 3.45. Nilai jarak tiap segmen gudang
137
Langkah 2
Tabel 3.8. Jumlah lokasi penyimpanan dan nilai Tj/Sj
Produk Area Laju Beban Jumlah Lokasi Tj/Sj (m2) T Penyimpanan (S) A 4375 500 4375/625 (25X25) =7 500/7 = 71,42 B 7500 600 7500/625 = 12 600/12 = 50 C 1500 700 1500/625 = 3 700/3 = 233,3 D 6250 200 6250/625 = 10 200/10 = 20
Berdasarkan perhitungan Tj/Sj urutan produk : C > A > B > D
Langkah 3
Urutan terbesar adalah produk C di mana produk C memerlukan 3
lokasi dan akan ditempakan pada lokasi dengan nilai fx terkecil (lihat gambar
3.50. fx terkecil terletak pada lokasi 9, 10, 11 ...24). Urutan kedua adalah produk
A yang memerlukan 7 lokasi penyimpanan dan ditempatkan pada lokasi
dengan nilai yang kecil setelah produk C dan seterusnya. Dengan demikian
lokasi penyimpanan adalah sebagai berikut.
138
Gambar 3.46. Lokasi penyimpanan produk
139
3.8. Analisa dan Perancangan Sistem Berbasis Objek
3.8.1. Konsep Dasar OOA/D (Object Oriented Analysisi and Design)
Konsep analisa dan perancangan berorientasi objek (Object - Oriented)
merupakan suatu konsep pemodelan sistem dari sudut pandang objek beserta sifat -
sifatnya. Konsep ini memungkinkan kita untuk menciptakan serangkaian objek
yang bekerja bersama-sama dalam menghasilkan software yang lebih baik jika
dibandingkan dengan teknik yang tradisional. Sistem menjadi lebih mudah
diadaptasi terhadap perubahan permintaan, lebih mudah dikembangkan, lebih tahan
dan meningkatkan desain dan penggunaan kode dengan lebih baik. Orientasi
terhadap Object – Oriented ini bukan berdasarkan bagaimana objek melakukan
sesuatu tetapi lebih kepada apa yang objek lakukan.
Suatu model yang dirancang dengan pendekatan berorientasi objek
umumnya memiliki karakteristik yang mudah dimengerti dan dapat secara langsung
berhubungan dengan dunia nyata. Oleh karena itu, semantic gap yang terjadi antara
objek sesungguhnya dengan model objek dalam rancangan logik dapat ditekan
sekecil mungkin (Jacobson, 1996, p.42).
3.8.1.1. Pengertian Objek
Objek adalah sebuah entitas yang dapat menyimpan informasi dan
menawarkan sejumlah operasi untuk mengevaluasi maupun mempengaruhi keadaan
entitas itu sendiri. Sebuah objek ditandai dengan sejumlah operasi dan sebuah state
/ informasi yang mengingat akibat / efek dari operasi tersebut.
140
Menurut Mathiassen (2000, p.4), Objek adalah :“Sebuah entitas yang
memiliki identitas, state, dan operasi ( behavior).”
Ciri – ciri yang dimiliki oleh suatu objek adalah :
1. Setiap objek memiliki suatu identitas, atau informasi individual yang unik,
disebut dengan atribut. Contohnya, seorang mahasiswa mempunyai atribut
NIM, dan setiap mahasiswa mempunyai NIM masing – masing, sehingga ini
merupakan suatu identitas yang unik.
2. Objek dapat melakukan suatu operasi ( behavior).
3. Objek dapat dikomposisikan menjadi bagian – bagian yang terpartisi yang
dinyatakan dalam hubungan agregat.
3.8.1.2. Class dan Instance
Menurut Jacobson (1996, p.46) class adalah: “Penggolongan objek - objek
ke dalam suatu kelompok berdasarkan kesamaan karakteristik dinyatakan dalam
class. Sebuah class dapat merupakan sebuah definisi, atau cetakan (template), yang
memungkinkan penciptaan objek baru, dan merupakan deskripsi dari sejumlah
karakteristik umum yang sama - sama dimiliki oleh sejumlah objek “
Menurut Mathiassen (2000, p.4), class adalah “deskripsi dari kumpulan
objek – objek yang mempunyai kesamaan struktur, pola operasi, dan atribut.”
Objek dalam class yang sama memiliki definisi yang sama pula baik untuk
operasinya maupun struktur informasinya. Contohnya, class kendaraan merupakan
sebuah model dengan karakteristik dijalankan oleh mesin dan digunakan untuk
transportasi. Dari class ini dapat diturunkan objek - objek seperti mobil, motor,
141
pesawat, dan sebagainya karena semua itu memiliki karakteristik yang sama dalam
class kendaraan, yakni semuanya dijalankan oleh mesin dan untuk tujuan
transportasi. Objek mobil, motor dan pesawat tersebut disebut sebagai instance.
Sebuah instance merupakan objek yang diciptakan dari class dengan struktur yang
didefinisikan dari class.
Gambar 3.47. Class
3.8.1.3. Encapsulation, Inheritance, dan Polymorphism
3.8.1.3.1.Inheritance
Inheritance adalah properti dalam sistem berorientasi objek yang
memungkinkan objek dibangun dari objek yang lain dan menciptakan sebuah class
baru yang memiliki sifat - sifat induknya, ditambah karakteristik khas
individualnya. Jika class B meng-inherit class A, maka operasi dan struktur
informasi yang terdapat pada class A akan menjadi bagian dari class B. keuntungan
menggunakan teknik ini adalah kita dapat membangun dari objek yang sudah kita
miliki sebelumnya atau penggunaan kembali dari apa yang kita miliki.
142
3.8.1.3.2.Encapsulation dan Information Hiding
Encapsulation atau penyembunyian informasi merupakan suatu prinsip
penyembunyian data internal dan prosedur (method) dari objek dan menyediakan
sebuah interface pada setiap objek dengan cara tertentu untuk menyatakan sebisa
mungkin tentang apa yang dilakukan objek. Secara tradisional, data dan fungsi
dalam sebuah program adalah independen. Seperti dalam pemrograman modular
dan abstraksi data, pemrograman berorientasi objek mengelompokkan data dengan
fimgsi yang beroperasi pada data tersebut. Setiap objek kemudian mempunyai
sebuah set data dan sebuah set method secara logik.
3.8.1.3.3.Polymorphism
Poly berarti “banyak” dan morph berarti “bentuk”. Dalam konteks sistem
berorientasi objek, artinya objek dan dibuat dalam bentuk yang berbeda-beda.
Polymorphism adalah kemampuan dari tipe objek yang berbeda untuk menyadari
property dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda. Polymorphism adalah
hasil natural dari fakta bahwa objek dari tipe yang berbeda (bahkan dari subtipe
yang berbeda) dapat menggunakan property dan operasi yang sama dalam hal yang
berbeda (Aitken, 1999, p.7).
Secara umum dapat dikatakan bahwa pengirim stimulus atau bagian yang
memicu tidak perlu mengetahui bagaimana suatu method diimplementasikan.
Sebagai contoh, objek dari tipe kendaraan semuanya mempunyai operasi
“akselerasi” walaupun mungkin saja terdapat perbedaan dalam melakukan
143
akselerasi dalam (sub) tipe kendaraan yang berbeda. Kendaraan darat biasanya
berakselerasi menggunakan tenaga yang diterapkan melalui roda, dimana kendaraan
air biasanya berakselerasi menggunakan tenaga yang diterapkan melalui baling -
baling. Jika dipanggil method akselerasi, maka method tersebut akan memberikan
hasil yang berbeda untuk kendaraan air dan kendaraan darat.
3.8.2. Metodologi Analisa dan Perancangan Sistem Berbasis Objek
Menurut Hans-Erik (1998, p.10-11), terdapat lima fase yang diperlukan
untuk mengembangkan system dengan metode object oriented, yaitu sebagai
berikut :
1. Analisa Kebutuhan (Requirements Analysis)
Pada tahap ini, akan digunakan use case untuk menangkap kebutuhan
dari pengguna. Melalui pemodelan use case, aktor-aktor eksternal yang
berhubungan dengan sistem dimodelkan sesuai dengan fungsionalitas yang
mereka butuhkan dari sistem (atau disebut dengan use case) . Aktor dan use
case dimodelkan dengan relasi dan mempunyai asosiasi komunikasi antara satu
dengan yang lain atau dibentuk ke dalam hirarki. Aktor dan use case ini
dijelaskan dalam sebuak diagram use case UML. Masing-masing use case
dijelaskan dengan teks yang menjelaskan tentang spesifikasi kebutuhan dari
pengguna. Tahap requirements analysis ini dapat juga dijalankan dengan proses
bisnis, tidak hanya untuk sistem perangkat lunak.
2. Analisa Domain (Domain Analysis)
144
Fase analisis berhubungan dengan abstraksi yang paling utama (classes
dan object) dan mekanisme yang ditampilkan dalam domain masalah. Kelas-
kelas yang memodelkan ini akan diidentifikasi bersamaan dengan relasi antar
masing-masing kelas dan digambarkan dalam sebuah class diagram UML.
Dalam tahap analisis, hanya kelas yang terdapat dalam domain masalah (konsep
dunia aslinya) yang dimodelkan., bukan kelas-kelas teknikal yang menjelaskan
detil dan solusi dari sistem perangkat lunak, seperti kelas-kelas untuk interface
pengguna, database, komunikasi dan sebagainya.
3. Perancangan (Design)
Dalam fase perancangan, hasil dari analisis dijabarkan ke dalam suatu
solusi teknis. Kelas-kelas baru ditambahkan untuk menyediakan infrastruktur
teknis, seperti interface pengguna, database untuk menyimpan objek-objek data,
komunikasi dengan sistem yang lain, komunikasi sistem dengan device
(peralatan lain) dan lain sebagainya. Kelas domain masalah yang diperoleh dari
tahap analisis ditambahkan ke dalam infrastruktur teknis ini, sehingga mampu
untuk mengubah baik domain masalah maupun infrastruktur. Tahap desain ini
menghasilkan suatu spesifikasi detil yang berguna bagi fase konstruksi.
4. Pemrograman (Programming)
Dalam tahap pemrograman atau konstruksi, kelas dari tahap
perancangan diubah menjadi kode aktual yang terdapat dalam bahasa
pemrograman berorientasi objek (penggunaan bahasa prosedural tidak
disarankan). Bergantung kepada kemampuan dari bahasa yang dipergunakan,
hal ini bisa menjadi proses yang susah atau sebaliknya. Ketika membuat model
145
analisis dan perancangan dengan UML, sebaiknya jangan mencoba untuk secara
langsung mengubah model menjadi kode pemrograman. Pada tahap awal,
model merupakan suatu media untuk memahami dan membentuk struktur dari
sebuah sistem, sehingga berusaha untuk langsung mencoba memikirkan
pemrograman malahan akan tidak produktif dalam menciptakan model yang
sederhana dan benar. Pemrograman merupakan tahap yang terpisah untuk
mengubah model ke dalam kode pemrograman.
5. Pengujian (Test)
Sebuah sistem normalnya dicoba dengan pengujian unit, pengujian
integrasi, pengujian sistem dan pengujian penerimaan. Pengujian unit dilakukan
terhadap kelas-kelas individual atau kelompok dari kelas, dan biasanya
dilakukan oleh programmer. Pengujian integrasi mengintegrasi komponen-
komponen dan kelas-kelas untuk memastikan bahwa komponen dan kelas dapat
bekerja sama sesuai spesifikasi kebutuhan. Pengujian sistem melihat sistem
sebagai suatu ”Black Box” dan memastikan bahwa sistem mempunyai fungsi
akhir sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pengujian penerimaan dilakukan oleh
pengguna untuk memastikan bahwa sistem sesuai dengan kebutuhan. Tim
penguji yang berbeda menggunakan diagram UML yang berbeda pula sebagai
landasan dalam bekerja. Untuk pengujian unit, digunakan class diagram dan
spesifikasi kelas, untuk pengujian integrasi, digunakan component dan
collaboration diagram, sedangkan untuk pengujian sistem, digunakan use case
diagram untuk memastikan bahwa sistem bekerja sesuai dengan definisi awal
dalam diagram ini.
146
3.9. Pengembangan Sistem Informasi Berbasis Objek
3.9.1. Perencanaan dan Pemilihan Sistem
Pengembangan sistem informasi berbasis objek diawali dengan tahap
perencanaan dan pemilihan sistem yang merupakan tahap pengumpulan informasi
awal untuk aplikasi yang akan dibangun dan didasarkan pada hasil interview
dengan pihak terkait perusahaan dan pengamatan secara langsung Tahap
perencanaan dan pemilihan sistem ini disebut juga dengan tahap pre-analysis.
Menurut Mathiassen (2000 p.37 – 40), pada tahap ini terdapat 2 kegiatan utama,
yaitu menentukan definisi sistem dan kriteria FACTOR.
3.9.1.1.Definisi Sistem (System Definition)
Suatu difinisi system menggambarkan keseluruhan dari gambaran system
yang memfokuskan kepada bagaimana semua bagian dan komponen saling
berinteraksi satu dengan lainnya. Maka dari itu, suatu definisi system lebih
menggambarkan property-properti yang mengacu pada system daripada detil dari
komponen Definisi system ini juga berguna untuk menggambarkan batasan-batasan
spesifik yang berada diluar dari sistem. (Mathiassen 2000, p.37-38)
3.9.1.2.Kriteria FACTOR
Menurut Mathiassen (2000, p.39-40), FACTOR merupakan kriteria-kriteria
dari difinisi system yang terdiri dari 6 elemen, yaitu :
147
• Functionality : merupakan fungsi-fungsi dari system yang mendukung tugas-
tugas dari application-domain.
• Application Domain : merupakan bagian-bagian dari organisasi yang
mengadministrasi, memonitor dan mengendalikan suatu problem domain.
• Conditions : merupakan gambaran tentang kondisi di mana system akan
dikembangkan dan dipakai.
• Technology : merupakan teknologi yang digunakan baik untuk mengembangkan
dan menjalankan system.
• Objects : merupakan objek-objek utama yang ada di dalam problem domain.
• Responsibility : merupakan keseluruhan tanggung jawab dari system yang
berhubungan dengan konteks dari system tersebut.
3.9.2. Analisa Sistem
Dalam pengembangan system informasi berorientasi objek, terdapat dua
analisa utama yang mesti dilakukan, yaitu analisa kebutuhan dan analisa domain.
3.9.2.1.Analisa Kebutuhan (Requirements Analysis)
Pada tahapan ini lebih difokuskan pada aplikasi suatu sistem, yaitu
bagaimana suatu sistem akan digunakan oleh pengguna. Laporan yang diperoleh
dari hasil analisa kebutuhan adalah use case diagram, function list, user interface
dan navigation diagram.
3.9.2.1.1.Use Case Diagram
148
Use Case adalah sekumpulan skenario yang menghubungkan antara user
dan sistem. Actor adalah sebuah role yang dimainkan seorang user terhadap sistem.
Use Case Diagram adalah kumpulan dari use case dan actor serta hubungannya.
Sedangkan gambaran besar yang merupakan gabungan dari seluruh use case
diagram yang terdapat di dalam sebuah sistem disebut System Level Use Case.
Gambar 3.48. Use Case Diagram
( Roff Jason T, 2003, p 53)
Notasi-notasi pada Use Case Diagram :
• Extend
Merupakan sebuah hubungan dalam use case, yang digunakan saat kita
menggambarkan sebuah variasi atas sebuah behaviour normal, dimana kita
ingin menggunakan bentuk yang lebih mudah untuk dikontrol dan
mendeklarasikan extension points dalam use case dasar kita.
149
Gambar 3.49. Extend Relationship
• Include
Merupakan sebuah hubungan dalam use case, yang digunakan bila ada beberapa
skenario yang berulang dibeberapa use case lainnya. Agar tidak terjadi perulangan,
skenario ini dibuat menjadi sebuah use case yang akan di-include oleh use case
lainnya.
Gambar 3.50. Include Relationship
3.9.2.1.2.Sequence Diagram
Sequence diagram merupakan salah satu diagram di UML yang bertujuan
untuk menggambarkan interaksi antara objek satu dengan objek yang lain.
Sequence diagram ini digunakan untuk untuk menggambarkan behavior dari sebuah
skenario dari beberapa objek yang dinyatakan dalam sebuah usecase
tunggal.(Martin Fowler, 2005, p. 81).
150
Sequence diagram digambarkan dalam sebuah chart dua dimensi yang
terdiri dari sumbu vertikal yang menunjukkan kerangka dari time (waktu) dan
sumbu horizontal menunjukkan sekumpulan dari objek-objek yang saling
berinteraksi.
Komunikasi antara objek-objek dalam sequence diagram ditunjukkan
dalam garis mendatar yang disebut sebagai garis komunikasi yang menyatakan
messages (pesan-pesan) berurutan yang dikirim dan diterima oleh sebuah objek.
Gambar 3.51. Sequence Diagram
( Roff Jason T, 2003, p 72)
Notasi - notasi yang terdapat pada Sequence Diagram :
• Object
Pada Sequence Diagram, digambarkan sebagai sebuah kotak pada sisi
atas dari garis putus-putus. Objek diawali dengan “:” (tanda titik dua), dan nama
151
objek berada di depan (sebelum) “:” (tanda titik dua) berada. Objek dan nama
objek digaris bawahi dari awal ke akhir.
Gambar 3.52. Objek pada Sequence Diagram
• Object Lifeline
Pada Sequence Diagram, digambarkan sebagai garis vertikal putus -
putus, yang mewakili keberadaan sebuah objek pada sebuah periode waktu.
• Focus of Control
Pada Sequence Diagram, digambarkan sebagai sebuah persegi panjang
pipih yang terdapat diatas lifeline, menggambarkan periode waktu dimana
sebuah objek melakukan sebuah aksi.
Object
Object Lifeline
Focus Of Control
Gambar 3.53. Object Lifeline and Focus of Control pada Sequence Diagram
• Message
152
Message pada Sequence Diagram digambarkan sebagai sebuah anak
panah diantara lifeline dari dua buah objek.
• Condition
Condition merupakan sebuah kondisi yang menandakan kapan sebuah
message harus dikirim (misalnya, [kena denda]). Message tersebut hanya akan
dikirim jika kondisinya benar
• Return Message
Return Message merupakan sebuah hasil (output) yang dikirim oleh
sebuah objek kepada objek lain yang mengirimkan message padanya. Pada
Sequence Diagram, return message digambarkan sebagai sebuah anak panah
putus - putus diantara lifeline dari dua buah objek. Return message adalah notasi
yang opsional sehingga dapat digambarkan bila dengan menggambarkannya
akan memperjelas sequence diagram.
Gambar 3.54. Return Message pada Sequence Diagram
• Self Call
Self Call pada Sequence Diagram adalah sebuah message yang dikirim
sebuah objek kepada dirinya sendiri.
153
Gambar 3.55. Self Call pada Sequence Diagram
3.9.2.1.3.Function
Function merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh suatu sistem
sehingga sistem tersebut berguna bagi kebutuhan user. Sebuah fungsi awalnya
diaktifkan, kemudian dijalankan dan menghasilkan suatu hasil. Function yang
dijalankan dapat merubah state dari komponen model atau menciptakan suatu
reaksi pada application domain atau problem domain. Suatu function merupakan
property abstract dari suatu sistem yang sangat dibutuhkan.
Menurut Mathiassen (2000, p.138), ada 4 macam type function :
• Update functions, diaktifkan oleh event pada problem domain dan menghasilkan
perubahan pada state model.
• Signal function, diaktifkan karena perubahan pada state model dan
menghasilkan suatu reaksi pada konteks. Reaksi ini dapat berupa tampilan
kepada pengguna pada application domain, atau perubahan langsung pada
problem domain.
154
• Read function, digunakan ketika informasi dibutuhkan oleh actor untuk
melaksanakan tugasnya dan kemudian system akan menampilkan bagian yang
relevan dari model system tersebut.
• Compute function, digunakan ketika informasi dibutuhkan oleh actor untuk
melaksanakan tugasnya yang terdiri dari proses perhitungan yang melibatkan
informasi dari actor ataupun dari model. Hasilnya berupa hasil perhitungan
tersebut.
3.9.2.1.4.Navigation Diagram
Navigation diagram atau dikenal juga dengan istilah lain seperti user
interface-flow diagrams, storyboards, interface-flow diagrams, and context-
navigation maps berguna untuk memodelkan hubungan antara elemen interface
utama pada level tinggi. Diagram ini digunakan untuk dua tujuan khusus. Pertama,
digunakan untuk memodelkan interaksi yang dapat dilakukan user terhadap
software, seperti yang dijelaskan pada sebuah use case. Dan kedua, diagram ini
berguna untuk mendapatkan gambaran secara jelas tentang interface pengguna dari
aplikasi yang dikembangkan.
Karena navigation diagram memberikan gambaran yang jelas tentang
interface dari sistem, maka akan memudahkan dalam memahami bagaimana sistem
diharapkan untuk bekerja. Selain itu, diagram ini dapat digunakan untuk
menentukan apakah interface pengguna yang dirancang berguna atau tidak.
155
3.9.2.2. Analisa Domain (Domain Analysis)
Pada tahap ini dilakukan analisa terhadap sistem yang akan
dikembangkan. Fokus analisa adalah pada domain masalah utama yang ada (konsep
dunia aslinya). Laporan yang dihasilkan pada tahap ini adalah class diagram dan
pada kasus tertentu dapat ditambahkan state chart diagram untuk menjelaskan
masing-masing kelas.
3.9.2.2.1.Class Diagram
Class diagram menggambarkan sekumpulan class, interface, dan
collaboration, dan relasi-relasinya. Class diagram juga menunjukkan atribut
(attribute) dan operasi (operation) dari sebuah objek class.
Atribut adalah nama-nama properti dari sebuah kelas yang menjelaskan
batasan nilainya dari properti yang dimiliki oleh sebuah kelas tersebut. Atribut dari
suatu kelas merepresentasikan properti-properti yang dimiliki oleh kelas tersebut.
Atribut mempunyai tipe yang menjelaskan tipe instansiasinya.
Operasi adalah implementasi dari layanan yang dapat diminta dari sebuah
objek dari sebuah kelas yang menentukan tingkah lakunya. Sebuah operasi dapat
berupa perintah ataupun permintaan. Sebuah permintaan tidak boleh mengubah
kedudukan dari objek tersebut. Hanya perintah yang dapat mengubah keadaan dari
sebuah objek. Keluaran dari sebuah operasi tergantung dari nilai keadaan terakhir
dari sebuah objek.
156
Menurut Mathiasen (2000, p.72), struktur hubungan antar kelas
digambarkan dengan struktur-struktur sebagai berikut :
• Generalization
Generalization Structure adalah suatu relasi / hubungan antara dua atau
lebih kelas yang khusus terhadap suatu kelas yang lebih umum.
Gambar 3.56. Generalization
• Cluster
Cluster merupakan suatu kumpulan dari kelas-kelas yang berguna untuk
mendapatkan gambaran secara garis besar tentang problem domain. Cluster ini
terdiri dari kelas-kelas yang saling berhubungan, seperti dapat dilihat pada
gambar :
157
Gambar 3.57. Cluster
Menurut Mathiasen (2000, p.75), struktur hubungan antar objek
digambarkan dengan struktur-struktur sebagai berikut :
• Aggregation
Aggregation atau agregasi adalah hubungan “bagian dari” atau “bagian
keseluruhan”. Suatu class atau objek mungkin memiliki atau bisa dibagi
menjadi class atau objek tertentu, dimana class atau objek yang disebut
kemudian merupakan bagian dari class atau objek yang terdahulu. Agregasi
adalah bentuk khusus dari association. Menurut Mathiassen (2000, p.79), ada 3
tipe pemakaian dari struktur agregasi, yaitu sebagai berikut :
1. Whole-Part, di mana keseluruhan (whole) merupakan jumlah dari bagian-
bagian (parts). Jika kita menambah atau mengurangi bagian, maka
keseluruhan juga akan berubah.
158
2. Container-Content, container merupakan tempat dari bagian-bagian
(content). Jadi jika kita menambah atau mengurangi content, maka property
dari container tidak ikut berubah.
3. Union-Member, di mana union merupakan gabungan dari member yang
terorganisir. Ketika beberapa member ditambah atau dikurangi, union tidak
akan berubah, namun demikian, union mempunyai batasan minimal
terhadap jumlah member, karena tidak mungkin memodelkan union tanpa
adanya member.
Gambar 3.58. Aggregation
• Association
Association adalah hubungan antar benda struktural yang terhubung
diantara obyek. Kesatuan obyek yang terhubung merupakan hubungan khusus,
yang menggambarkan sebuah hubungan struktural diantara seluruh atau
sebagian. Umumnya assosiation digambarkan dengan sebuah garis yang
159
dilengkapi dengan sebuah label, nama, dan status hubungannya seperti terlihat
dalam gambar :
Gambar 3.59. Association Structure
3.9.2.2.2.Statechart Diagram
Statechart Diagram digunakan untuk memodelkan behaviour dari sebuah
subsistem, interaksi antar kelas dengan interface dari sistem dan untuk
merealisasikan use case. Pada umumnya statechart diagram menggambarkan class
tertentu (satu class dapat memiliki lebih dari satu statechart diagram). (Jason T.
Roff, 2003, p.13)
Gambar 3.60. Statechart Diagram
3.9.3. Perancangan
160
Dalam metode perancangan berorientasi objek terdapat dua perancangan
utama yang mesti dilakukan, yaitu perancangan arsitektur dan perancangan
komponen.
3.9.3.1.Perancangan Arsitektur
Tujuan dari perancangan arsitektur adalah untuk membuat struktur dari
suatu system yang terkomputerisasi. Pada tahap ini, pertama-tama akan dilakukan
pendefinisian dan pemilihan criteria yang diprioritaskan. Kriteria ini berguna untuk
mengetahui kondisi dan prioritas yang diinginkan dari perancangan system.
Kemudian akan dilakukan perancangan arsitektur komponen yang berguna untuk
mengetahui struktur komponen dari system. Tahap yang terakhir adalah melakukan
perancangan arsitektur proses. Perancangan arsitektur proses ini berguna untuk
mengetahui bagaimana proses dari system didistribusikan dan dikoordinasikan.
3.9.3.1.1.Kriteria
Kriteria merupakan property-properti dari arsitektur yang lebih
diutamakan. Menurut Mathiassen (2000, p.178), terdapat 12 kriteria klasik untuk
menentukan kualitas dari software, yaitu sebagai berikut :
• Usable, merupakan kemampaun system untuk dapat beradaptasi baik terhadap
kontek organisasi, teknis maupun yang berhubungan dengan kerja.
• Secure, aman terhadap akses terhadap data maupun fasilitas yang tidak
berotorisasi.
161
• Efficient, pemakaian fasilitas platform teknis secara ekonomis.
• Correct, sesuai dengan kebutuhan.
• Reliable, ketepatan terhadap presisi dari fungsi-fungsi system.
• Maintenable, mudah dalam perawatan.
• Testable, telah teruji dengan baik.
• Flexible, dapat dimodifikasi dengan mudah sesuai dengan pengembangan
system.
• Comprehensible, usaha-usaha yang dibutuhkan untuk memperoleh pemahaman
yang koheren terhadap system.
• Reusable, bagian dari system dapat dipakai untuk system yang mempunyai
hubungan.
• Portable, system dapat dengan mudah dipindahkan dan dijalankan pada
platform teknis yang lain.
• Interoperable, system dapat digunakan untuk bekerja sama dengan baik dengan
system yang lain.
3.9.3.1.2.Arsitektur Komponen
Arsitektur komponen merupakan suatu struktur system yang terdiri dari
komponen-komponen yang saling berhubungan, dimana komponen itu sendiri
merupakan sekumpulan dari bagian program yang terdiri dari suatu keseluruhan dan
mempunyai tanggungjawab yang terdefinisi dengan baik. Hasil dari arsitektur
komponen ini berupa component diagram seperti dapat dilihat pada gambar berikut
ini.
162
Gambar 3.61. Component Diagram
3.9.3.1.3.Arsitektur Proses
Arsitektur proses merupakan suatu struktur system eksekusi yang terdiri
dari proses-proses yang saling bergantung satu dengan yang lain. Tujuan dari
arsitektur proses ini adalah untuk menstrukturisasi eksekusi pada level fisik. Unit
yang paling dasar untuk mengeksekusi suatu system itu sendiri disebut processor.
Pada arsitektur proses ini, akan dihasilkan suatu deployment diagram seperti pada
gambar berikut ini.
163
Gambar 3.62. Deployment Diagram
3.9.3.2.Perancangan Komponen
Perancangan komponen pada dasarnya meliputi perancangan dua komponen
system, yaitu komponen model dan komponen fungsi. Adapun tujuan dari
perancangan komponen ini adalah untuk menentukan pengimplementasian
kebutuhan-kebutuhan yang ada di dalam kerangka kerja arsitektur.
3.9.3.2.1.Perancangan Model Component
Komponen model merupakan suatu bagian dari sistem yang menjalankan
model dari problem domain. Konsep utama dari perancangan model komponen
adalah struktur. Model ini harus menggambarkan relasi konseptual dari domain
masalah yang relevan, sehingga harus jelas, mudah dan cepat untuk dikerjakan.
164
Dasar dari perancangan komponen model adalah model berorientasi objek yang
diperoleh melalui aktivitas analisis. Model ini menjelaskan domain masalah dengan
menggunakan kelas, objek, struktur dasar beserta tingkah laku – tingkah lakunya.
Tugas utama dalam perancangan komponen model adalah untuk menampilkan
event-event yang menggunakan mekanisme-mekanisme yang tersedia dalam bahasa
pemrograman berorientasi objek.
Hasil dari aktivitas model komponen adalah sebuah class diagram yang
telah direvisi dan diperbaiki yang diperoleh dari tahap analisis. Revisi ini pada
umumnya berupa penambahan kelas-kelas baru, atribut-atribut dan struktur untuk
menampilkan event-event.
3.9.3.2.2.Perancangan Function Component
Tujuan utama dari komponen fungsi adalah untuk memberikan interface
pengguna dan akses komponen sistem yang lain ke model dari sistem. Maka dari
itu, komponen fungsi ini merupakan link antara model dengan penggunaannya.
Sehingga komponen fungsi dapat didefinisikan sebagai bagian dari sistem yang
melaksanakan kebutuhan fungsional.
Fungsi didesain dan dijalankan dengan menggunakan operasi-operasi yang
ada pada kelas-kelas dari sistem. Sedangkan operasi merupakan deskripsi dari
tingkah laku yang dapat diaktifkan melalui sebuah objek. Pada perancangan
function component ini akan dihasilkan sebuah class diagram dengan operasi dan
spesifikasi dari operasi yang kompleks.
165
Recommended