View
4
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
27
BAB III
DESKRIPSI WILAYAH
Gambaran Umum Kota Malang
3.1 Letak Geografis
Sebagaimana diketahui secara umum Kota Malang merupakan salah satu kota
tujuan wisata di Jawa Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Letaknya yang
berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Malang secara astronomis terletak pada
posisi 112.06o – 112.07o Bujur Timur , 7.06o – 8.02o Lintang Selatan dengan batas
wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kec. Singosari dan Kec. Karangploso Kab. Malang
Sebelah Timur : Kec. Pakis dan Kec. Tumpang Kab Malang
Sebelah Selatan: Kec. Tajinan dan Kec. Pakisaji Kab. Malang
Sebelah Barat : Kec. Wagir dan Kec. Dau Kab Malang.
Luas wilayah Kota Malang sebesar 110,06 km2 yang terbagidalam lima kecamatan
yaitu Kecamatan Kedungkandang, Sukun Klojen, Blimbing dan Lowokwaru.
Potensi alam yang dimiliki Kota Malang adalah letaknya yang cukup tinggi yaitu
440 – 667 meter di atas permukaan air laut. Salah satu lokasi yang paling tinggi adalah
Pegunungan Buring yang terletak di sebelah timur Kota Malang. Dari atas pegunungan ini
terlihat jelas pemandangan yang indah antara lain dari arah Barat terlihat barisan
Gunung Kawi dan Panderman, sebelah utara Gunung Arjuno, Sebelah Timur Gunung
Semeru dan jika melihat ke bawah terlihat hamparan Kota Malang. Sedangkan sungai
yang mengalir di Wilayah Kota Malang adalah Sungai Brantas, Amprong dan Bango.
28
3.2 Sejarah Kota Malang
Kota malang seperti kota-kota lain di Indonesiapada umumnya baru tumbuh dan
berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda. Fasilitas umum di rencanakan
sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda.Kesan diskriminatif itu masih
berbekas hingga sekarang.Misalnya Ijen Boulevard kawasan sekitarnya.hanya dinikmati oleh
keluarga- keluarga Belanda dan Bangsa Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi harus
puas bertempat tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan
perumahan itu sekarang bagai monumen yang menyimpan misteri dan seringkali
mengundang keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim disana untuk bernostalgia.
Pada Tahun 1879, di Kota malang mulai beroperasi kereta api dan sejak itu Kota
Malang berkembang dengan pesatnya. Berbagai kebutuhan masyarakatpun semakin
meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah
perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa terkendali.Perubahan
fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi
perumahan dan industri.
Sejalan perkembangan tersebut di atas, urbanisasi terus berlangsung dan kebutuhan
masyarakat akan perumahan meningkat di luar kemampuan pemerintah, sementara tingkat
ekonomi urbanis sangat terbatas, yang selanjutnya akan berakibat timbulnya perumahan-
perumahan liar yang pada umumnya berkembang di sekitar daerah perdagangan, di sepanjang
jalur hijau, sekitar sungai, rel kereta api dan lahan-lahan yang dianggap tidak bertuan. Selang
beberapa lama kemudian daerah itu menjadi perkampungan, dan degradasi kualitas
lingkungan hidup mulai terjadi dengan segala dampak bawaannya. Gejala-gejala itu
cenderung terus meningkat, dan sulit dibayangkan apa yang terjadi seandainya masalah itu
diabaikan.
http://malangkota.go.id/http://malangkota.go.id/
29
A. Pemerintahan
Kota Malang terdiri dari lima kecamatan yang ada terbagi atas 57 kelurahan.
Berdasarkan klasifikasi dari kemampuan kelurahan dalam membangun wilayahnya tercatat
seluruh kelurahan masuk ke dalam kategori kelurahan Swa Sembada. Artinya hampir seluruh
kelurahan yang ada telah mampu menyelenggarakan pemerintahannya dengan mandiri.
Dalam menyelenggarakan pemerintahan, aparatur pemerintah sebagai abdi Negara dan abdi
masyarakat mempunyai peran yang penting menyelenggarakan berbagai tugas baik itu tugas-
tugas umum pemerintahan, tugas pembangunan maupun dalam tugas dalam pelayanan
kepada masyarakat (publik).
Berdasarkan data dari Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang tercatat 9.757
Pegawai Negeri Sipil yang berada dibawah Pemerintahan Kota Malang. Pelayanan terhadap
masyarakat yang dapat diberikan oleh para aparatur pemerintah antara lain penerbitan akte
kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian dan pengangkatan anak. Selain itu juga
diterbitkan berbagai sertifikat hak atas tanah. Pemerintah Kota Malang selalu berusaha
meningkatkan kemampuan aparaturnya baik melalui pendidikan formal maupun informal.
B. Penduduk
Data kependudukan sangat diperlukan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan
karena penduduk merupakan subyek dan sekaligus sebagai obyek pembangunan. Data
penduduk dapat diperoleh melalui beberapa cara yaitu melalui Sensus Penduduk, Registrasi
Penduduk, dan Survei-survei Kependudukan. Menurut hasil Proyeksi Penduduk Sensus
Penduduk 2010 jumlah penduduk Kota Malang tahun 2014 sebanyak 845.973 jiwa yang
terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 416.982 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak
428.991 jiwa.
30
Dengan demikian rasio jenis kelamin penduduk Kota Malang sebesar 97,2. Ini artinya
bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 97-98penduduk laki-laki. Berdasarkan hasil
Sensus Penduduk 2010, pada periode 2010–2014 rata-rata laju pertumbuhan penduduk setiap
tahunnya adalah 0,31 % Dilihat dari penyebarannya, diantara 5 kecamatan yang ada
Kecamatan Lowokwaru memiliki penduduk terbanyak yaitu sebesar 192.066 jiwa, kemudian
diikuti oleh kecamatan Sukun (188.545 jiwa), Kecamatan Kedungkandang (183.927 jiwa),
Kecamatan Blimbing ( 176.845 jiwa) dan Kecamatan Klojen (104.590 jiwa).
Sedangkan wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi terjadi di wilayah
Kecamatan Klojen yaitu mencapai 11.845 jiwa per Km2, sedangkan terendah di wilayah
Kecamatan Kedungkandang sebesar 4.611 jiwa per Km2.
3.3 GOR Ken Arok
GOR Ken Arok terletak di Kelurahan Buring Kecamatan Kedungkandang Kota
Malang merupakan satu-satunya GOR tipe A di Jatim. Dibangun di atas tanah 44.300 meter
dengan fasilitas untuk berbagai cabang olah raga dan mampu menampung 5.000 hingga 7.500
penonton untuk kegiatan olahraga dan seni budaya. GOR senilai Rp 25 miliar ini terdiri atas
fasilitas indoor dan outdoor. Fasilitas dalam ruangan (indoor) bisa dimanfaatkan untuk
cabang olah raga tenis meja, bola basket, bola voli, bulutangkis, tinju, senam aerobik dan
pertunjukan seni musik. Sedangkan outdoor selain bola volli, basket, atletik dan sepakbola,
fasilitas luar ruangan ini juga bisa dimanfaatkan untuk ajang drag race. Fasilitas penunjang
lain tak kalah penting antara ruang pijat, ruang pemanasan, ruang ganti atlet, ruang ganti
pelatih, loker dan pressroom.
Keberadaan GOR Ken Arok yang multifungsi ini mempunyai nilai sangat penting
bagi Kota Malang yang memiliki semboyan Tri Bina Cita, yaitu Malang sebagai Kota
Pendidikan, Wisata dan Industri. Bahkan fungsi GOR Ken Arok memberikan ‘benang merah’
31
yang menyatukan ketiga semboyan itu. Perlu diingat, Kota Malang sejak lama dikenal
sebagai gudangnya olahragawan, maupun seniman dan budayawan andal. Tidak saja skala
nasional, tapi juga dunia. Sebut saja nama atlet Thomas Americo, Monod, M Jauhari, HM
Nurhuda, Aji Santoso, Bambang Nurdiansyah, Johan Wahyudi. Atau sejarahwan (alm) Habib
Mustopo, penulis terkenal Ratna Indraswari. Di era 80-an Kota Malang juga sempat menjadi
barometer musik dan olahraga tinju di tanah air.
Awal Mula Penamaan GOR Ken Arok
Penamaan GOR Ken Arok, meskipun pada awalnya menuai banyak perdebatan.
Terutama dari sosok Ken Arok yang dikenal dibesarkan di lingkungan ‘preman’ seperti
pencuri, perampok dan pemabuk. Namun di mata Walikota Malang Peni Suparto, tokoh
legenda ini tetap memiliki sisi positif yang patut dicontoh generasi muda. Bahkan mungkin
karena pentingnya, Pemkot Malang menggelar upacara sakral berupa ritual ‘Buka Bumi’ agar
pembangunan patung setinggi 5 meter di tengah atrium berjalan lancar. Saat itu tepat didepan
GOR Ken Arok yang akan dibangun patung dipenuhi oleh kepulan asap dupa dan ubo rampe
komplit berupa nasi tumpeng, cok bakal, jenang sengkolo (bubur merah putih), polo pendem
dan sejumlah keris pusaka melengkapi prosesi khas Jawa ini. Wali kota Bapak Peni Suparto
kemudian mencangkul tanah pertama di atas pondasi patung yang digarap perupa patung
Chamim Marka yang kemudian pada tanggal 21 September diresmikan oleh Menteri Pemuda
dan Olahraga Republik Indonesia, Adhyaksa Dault, SH, Msi. tahun 2006 silam. Kembali ke
sejarah Ken Arok, meski lahir dari kasta terendah Sudra, Ken Arok memiliki semangat juang,
keberanian serta strategi luar biasa. Dia mampu mendesain diri sebagai pribadi yang besar
dengan menggulingkan Tunggul Ametung. Langkah ini merupakan sebuah bentuk
pembebasan yang keras dari seorang rakyat biasa dari tindasan Sang Akuwu (pemimpin).
Kemudian tahun 1222, sang ‘Legenda’ asal Malang itu berhasil mengalahkan tentara Kediri
di Ganter, kemudian bergelar Sri Rangga Rajasa Sang Amurwabumi yang melahirkan cikal
32
bakal kerajaan besar serta menurunkan raja-raja Singosari dan Majapahit. Dengan demikian
diharapkan bahwa GOR Ken Arok , yang merupakan simbol sarana olahraga dikota Malang
dapat dikenal di taraf nasional atau bahkan di mata internasional.
3.4 Kecamatan Kedungkandang
Kecamatan Kedungkandang terletak di bagian Timur wilayah Kota Malang dengan
luas wilayah 39,89 km2 yang terdiri atas 12 kelurahan. Ketinggian rata-rata dari permukaan
air laut antara 440 – 460 meter.
Kecamatan Kedungkandang terletak pada : - 112o 36’14’’ – 112o 40’42’’ Bujur
Timur - 077o 36’38’’ – 008o 01’57’’ Lintang Selatan Pegunungan dan Sungai Pegunungan
Buring yang terbentang di beberapa kelurahan yaitu ( Kelurahan Tlogowaru, Wonokoyo,
Buring, Kedungkandang, Madyopuro dan Cemorokandang ). Sungai sungai yang mengalir di
wilayah Kecamatan Kedungkandang adalah Sungai Bango, Sungai Brantas, Sungai Amprong
dan beberapa sungai kecil lainnya.
Batas Adminitratif
Sebelah Utara : Kecamatan Pakis Kabupaten Malang
Sebelah Timur : Kecamatan Tumpang dan Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang
Sebelah Selatan : Kecamatan Tajinan dan Pakisaji Kabupaten Malang
Sebelah Barat : Kecamatan Klojen dan kecamatan Sukun dan Kecamatan Blimbing.
A. Sejarah Kecamatan Kedungkandang
Pada tahun 1767 daerah Malang diperintah oleh seorang Adipati Malojo Kusumo
yang kemudian menyerah kalah kepada kompeni. Untuk memperkuat kedudukannya,
Kompeni mendirikan benteng pertahanan ditepi sungai Brantas (Rumah Sakit “Sa iful
33
Anwar” sekarang). Disusul dengan mendirikan rumah tinggal Belanda (loge) di kanan kiri
benteng yang kemudian oleh orang Malang, kata logedisebut loji. Tanggal 1 April 1914
Malang ditetapkan sebagai Gemeente Pemerintahan yang diurus oleh Dewan Kota
(Gemeenterad). Tanggal 12 Nopember 1918 Dewan Kota hasil pemilihan terbentuk. Tahun
1919 ditunjuk Burgemeester pertama yaitu H.I. Bussemaker. Tahun 1930 ada perubahan
Desa menjadi Dinas Pemerintahan Lingkungan. Pada Tahun 1942, pada jaman Jepang ada
pembagian wilayah untuk Burgemeester yaitu hanya wilayah kota yang membawahi empat
Lingkugan atau empat Wijkmeester, diantaranya :
Lingkungan I
Lingkungan II
Lingkungan III
Lingkungan IV
Setelah tahun 1942 daerah Burgemeester dibagi menjadi 3 Kecamatan yaitu
Kecamatan Klojen, Blimbing dan Kedung Kandang. Kecamatan Kedungkandang 1
Wijkmeester/Lingkungan dan ditambah 12 desa (Linkungan I, Desa Kesatriyan, Gadang,
Kebonsari, Bandungrejosari, Buring, Wonokoyo, Bumiayu, Kedungkandang, Sawojajar,
Lesanpuro,Madyopuro, dan Polehan. Pembagian wilayah Lingkungan dan desa kemudian
diatur oleh Perda no. 4 Tahun 1967. Berdasarkan SK Mendagri No.140-150 tanggal 22
September 1980 dan No.140-135 tangal 14 Pebruari 1981 status desa menjadi kelurahan dan
Lingkungan dipecah menjadi beberapa kelurahan dengan rincian sebagai berikut:
Lingkungan I menjadi : Kelurahan Kotalama, Mergosono dan Jodipan.
Lingkungan II menjadi : Kelurahan Kiduldalem, Sukoharjo dan Ciptomulyo.
34
Lingkungan III menjadi : Kelurahan Kauman, Kasin dan Sukun.
Lingkungan IV menjadi : Kelurahan Klojen, Oro-oro Dowo, Samaan dan Rampal Celaket.
Lingkungan V menjadi : Kelurahan Bareng, Tanjungrejo, Gading Kasri, Pisang Candi,
Penanggungan, Sumbersari, Ketawanggede dan Dinoyo.
Kecamatan Kedungkandang membawahi 15 Kelurahan dan desa yaitu Lingkungan I (
Kelurahan Mergosono, Kotalama dan Jodipan ), Desa Gadang, Kebonsari Bandungrejosari,
Polehan, Kedungkandang, Buring, Bumiayu, Wonokoyo, Lesanpuro, Madyopuro, Sawojajar ,
Kesatriyan .
Tahun 1988 Kotamadya daerah Tingkat II Malang wilayahnya mendapat tambahan 12
desa dari Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Malang, dan dari 3 kecamatan yang ada
dipecah (dikembangkan) menjadi lima Kecamatan yaitu Kecamatan Kedung Kandang,
Klojen, Blimbing, Lowokwaru dan Sukun. Dari pengembangan wilayah ini, 3 Kelurahan di
wilayah Kecamatan Kedungkandang dimasukan ke wilayah Kecamatan Blimbing yaitu (
Kelurahan Jodipan, Polehan dan Kesatriyan ) dan 3 Kelurahan di wilayah Kecamatan
Kedungkandang dimasukan ke wilayah Kecamatan Sukun yaitu ( Kelurahan Gadang,
Kebonsari, Bandungrejosari ). Sedangkan wilayah Kecamatan Kedungkandang ditambah 3
Desa yang berasal dari wilayah Kabupaten Malang yaitu ( Desa Arjowinangun, Tlogowaru,
dan Cemorokandang ).
B. Pemerintahan
Kecamatan Kedungkandang terdiri atas 12 Kelurahan, yang semuanya tercakup dalam
114 RW atau 859 RT dengan Jumlah penduduk 182.342 jiwa dan luas wilayah 39,89 km2
berarti mempunyai kepadatan penduduk rata-rata 4.571 jiwa/km2. Kelurahan yang paling
padat adalah kotalama dengan kepadatan 33.120 jiwa/km2 sebaliknya kelurahan yang
35
paling jarang adalah Wonokoyo dengan kepadatan 1.018 jiwa/km2. Kegiatan administrasi
kependudukan mencatat bahwa angka pertambahan alamiah sebesar 0,72 %, dengan angka
kelahiran kasar (CBR) sebesar 11,26 dan angka kematian kasar (CDR) 4,07artinya di
Kecamatan Kedungkandang, selama tahun 2013 tiap 1000 penduduk terjadi 11 kelahiran
dan 4 kematian. Pada Tahun 2013 Angka pertumbuhan alamiah 0,72 % dibandingkan dengan
angka pertumbuhan alamiah tahun 2012 mengalami penurunan (0,79% tahun 2012. Hal ini
salah indikator bahwa penekanan laju pertumbuhan penduduk cukup berhasil.
C. Pendidikan
Di wilayah Kecamatan pada Tahun 2007 sudah dibangun sebuah sekolah TK dan
SDN Nasional yang bertaraf Internasional. Dimana sekolahan tersebut berada di wilayah
Kelurahan Tlogowaru, Sedangkan sejak tahun 2009 di wilayah kelurahan Bumiayu sudah
didirikan Universitas Terbuka Malang n Universitas Negeri Malang Program PGSD ada di
Kelurahan Madyopuro. Sehingga diwilayah Kecamatan Kedungkandang terdapat 2
Perguruan Tinggi Negeri dan 4 perguruan tinggi swasta.
3.5 Sosial Budaya Kota Malang
Kota Malang merupakan kota yang dulunya sering disebut sebagai kota dengan suhu
udara yang sejuk. Penataan taman yang asri mempercantik wajah kota malang sehingga
membangun kesan yang positif terhadap siapapun yang berkunjung. Perilaku masyarakatnya
yang masih memegang erat budaya jawa menambah kesan harmonisasi dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Akan tetapi, perkembangan zaman juga membawa dampak yang
merugikan kota ini. Berikut merupakan beberapa fenomena yang patut kita renungkan untuk
membangun refleksi diri menjadi lebih baik.
36
1. Banyaknya pengemis di jalanan
Kehidupan masyarakat kota yang semakin maju mulai menyisihkan masyarakat-
masyarakat yang tidak dapat bersaing dalam konteks kemampuan ekonomi. Oleh sebab itu,
sebagian dari mereka memilih untuk menjadi pengemis demi mencukupi kebutuhan hidup
sehari-hari. Akan tetapi, beberapa dari pengemis di Kota Malang sering kali menggunakan
cara-cara yang kurang manusiawi, misalnya memanfaatkan anak kecil yang yatim piatu untuk
diajak mengemis, mempertontonkan anak disabilitas untuk menarik simpati masa, bahkan
pemaksaan dengan menggunakan obat khusus agar anak yang digendong saat mengems tetap
terlelap dalam tidur. Cara-cara yang demikian tentu bertentangn dengan nilai-nilai
kemanusiaan, terlebih lagi dilakukan pada anak usia dini yang notabene merupakan generasi
penerus bangsa indonesia. Pemerintah diharapkan mampu memberikan perlindungan
terhadap mereka dengan memberikan kesempatan menempuh jenjang pendidikan sehingga
dapat meingkatkan kualitas diri mereka.
2. Kemacetan yang semakin parah
Bertambahnya sejumlah hotel dan perumahan atau sejenisnya merupakan respon
terhadap bertambahnya masyarakat yang tinggal di Kota Malang. Hal ini juga berdampak
terhadap melunjaknya volume kendaraan yang kian hari kian bertambah. Alhasil kemacetan
dan semakin tercemarnya polusi udara pun semakin tidak terhindarkan. Hal yang kurang
patut ditiru yakni orang-orang yang berlomba-lomba memiliki mobil lebih dari kebutuhan.
Hal ini menunjukkan sikap egois dan mementingkan diri sendiri. Kebanyakan bahkan gengsi
untuk berjalan kaki atau menggunakan angkutan umum sehingga kesadaran untuk
mengutamakan kepentingan umum sangat kurang. Sikap inilah yang harus dibenahi oleh
setiap individu agar dapat saling menghormati kepentingan masyarakat luas.
37
3. Pemukiman kumuh dibantaran sungai
Mereka yang tidak mampu membeli lahan secara legal biasanya menggunakan
bantaran sungai sebagai alternatif untuk membangun tempat tinggal yang kurang layak untuk
dihuni. Awalnya hanya tembok dari anyaman bambu namun lama kelamaaan semakin meluas
dan menggunakan beton. Pembiaran terhadap maslah ini memang dilakukan sebagai upaya
untuk mejaga keberlangsungan kehidupan mereka. Akan tetapi, penghunian wilayah pinggir
sungai yang mana merupakan daerah resapan air tentu menimbulkan maslah baru yang lebih
besar. Contohnya, penumpukan sampah dari kegiatan rumah tangga, menyempitnya luas
aliran sungai, pencemaran sungai yang dapat merusak ekosistem sungai, hingga bencana
banjir yang dapat menimbulkan korban jiwa dan materil. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai
pihak ayng berwenang diharapkan mampu bertindak tegas dalam mengatasi masalah yang
demikian agar tidak menjamur dan berkembang di masyarakat.
Dari fenomena-fenomena tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa kehidupan
masyarakat kota malang mulai mengarah pada tahapan metropolitan. Hal ini ditunjukkan
dengan pembangunan-pembangunan yang terus berkelanjutan. Oleh sebab itu, apabila tidak
dibarengi dengan penerapan kebijakan yang tepat akan menimbulkan masalah yang lebih
besar.
3.6 Kedungkandang Sebagai Pusat Balap Liar
Awal mula adanya balap liar di GOR Ken Arok terjadi setelah dibangunnya Stadion.
meter. Lapangan parkir lapangan parkir yang luas dan dilapisi dengan aspal sehingga sangat
memungkinkan untuk lintasan balap liar.
Sesuai dengan wawancara kepada masyarakat daerah GOR Ken Arok yang
menyatakan bahwa awal balap liar GOR Ken Arok adalah ketika stadion itu ada dan
38
dibangun lapangan parker serta adanya jalan aspal yang tidak terpakai di bagian belakang
GOR, jalan tersebut lurus panjangnya 1km.
“Semenjak stadion itu ada, balap liar juga ada”, Ibu Yati.
Awal pemakaian GOR sebagai tempat balap liar pada tahun 2007, yaitu sejak para
pemuda penggemar balap liar yang tinggal di sekitar situ mulai suka mencoba sepeda
motornya sebelum balapan di GOR tersebut.
“Sekitar tahun 2007 mbak, dulu disini masih sepi pedagang masih saya saja
itupun saya jualan kalau ada acara saja, tapi semenjak anak-anak yang suka
balapan itu pindah kesini jadi ramai.” Ibu Yati
Pada mulanya sekelompok yang sekarang meluas menjadi komunitas ini melakukan
kegiatan Balap Liar di berbagai titik :
1. Malang Selatan berada di sekitar parkir Stadion Kanjuruhan, Tol Baru Talang Agung,
Permata Hijau Selorok, Donomulyo Pagak dan Bendungan Karangkates
2. Malang Timur : Jalan raya sepanjang Turen, Jalan raya Tumpang
3. Malang Utara : Jalan raya Lawang-Singosari
4. Malang Barat : Jalan raya Batu depan Batos, depan POM bensin setelah Alun-Alun 5.
Malang Tengah (Kota) : Jalan Soelarno-Hatta, Jalan raya flyover Arjosari hingga RS Syaiful
Anwar, sekitar GOR Ken Arok, dan beberap titik lain.
Namun saat ini untuk daerah Kota semua bermigrasi ke GOR Ken Arok, karena faktor
keamanan dan tanpa harus membayar uang jalan kepada sang empunya jalan (preman yang
memegang daerah tersebut).
Pada balapan liar ini pun berlaku sistem kelas yang diambil berdasarkan kapasitas
mesin motor dimana motor bebek diadu dengan motor bebek, motor sport diadu dengan
motor sport dengan tujuan supaya proses balapan berlaku dengan adil, tapi bukan hal yang
39
mustahil apabila sebuah motor bebek diadu dengan sebuah motor sport dengan catatan motor
bebek tersebut sudah selesai di tune up (membuatnya lebih kencang). Bukan hanya itu, sistem
dapur pacu yang 2 langkah (2tak) dan 4 langkah (4tak) juga menentukan dalam adil tidaknya
balapan ini dimana motor yang 2 tak diadu dengan sejenisnya begitupun sebaliknya, dan
jarang motor yang 2 tak diadu dengan motor bermesin 4 tak karena akselerasi yang dimiliki
motor 2 tak lebih cepat dibanding 4 tak apabila jarak tempuhnya sekitar 201 meter dan
biasanya balapan ini berjarak sekitar 201-800 meter.
3.6.1 Arena / trek yang digunakan dalam balapan :
Seperti yang tertulis di atas jarak garis start sampai finish biasanya 400-
600meter,itupun treknya (jalur kendaraan) tidak mempunyai tikungan-tikungan alias lurus.
Biasanya trek yang digunakan adalah yang mempunyai jalur lurus yang cukup panjang dan
permukaan aspalnya rata.
3.6.2 Jenis Motor yang mereka gunakan :
Jenis mesin motor dibedakan menjadi 2 yaitu :
Tabel 1.2
1. Type mesin 4 langkah (4stroke) : 2. Type mesin 2 langkah (2stroke):
- Yamaha Jupiter Z (bebek)
- Yamaha New Jupiter Z (bebek)
- Yamaha Jupiter MX (bebek)
- Yamaha Vega (bebek)
- Suzuki Shogun 125 (bebek)
- Suzuki Shogun 125 SP (bebek)
- Suzuki Smash (bebek)
- Suzuki Satria F150 (bebek)
- Yamaha F1ZR (bebek)
- Yamaha RX king (sport)
- Yamaha Tiara (bebek)
- Yamaha Touch (sport)
- Kawasaki Ninja R (sport)
- Kawasaki Ninja RR (sport)
- Suzuki Satria 120 R (bebek)
Jenis- jenis motor yang digunakan para pembalap liar untuk melakukan aksinya.
Recommended