View
172
Download
28
Category
Preview:
DESCRIPTION
Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : PIPIN DWI PANGESTI
Citation preview
GAYA PERTUNJUKAN REOG PONOROGO SINGO MANGKU JOYO DI GUBENG KERTAJAYA SURABAYA
Oleh
Pipin Dwi Pangesti
Pendidikan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni , Universitas Negeri Surabaya, pipin.dp28@gmail.com
AbstractReog Singo Mangku Joyo is one Reog Ponorogo who live in the Surabaya region which
has a high existence. This is based on the number of performances that are presented in a variety of areas.The dish associated with the style of the show Reog Singo Mangku Joyo.
The problems of this study are (1) How does the style of the show Reog Singo Mangku Joyo?, (2) What factors are building style shows Reog Singo Mangku Joyo ?.The purpose of this study was to answer the formulation problems.The theory used is the theory of style . The research method uses a qualitative approach with reog location Singo Mangku Joyo in Gubeng kertajaya V Surabaya .
This research looks at the data with techniques of observation , interviews, and documentation. The validity of the data using triangulation of methods and sources Analysis techniques used in this study using the analysis Taxonomy. Results of the study showed that the style of the show reog Singo Mangku Joyo lies in movement , music, and makeup and clothing. The style has emerged for individuals and groups of Reog Singo Mangku Joyo. Character that differentiates it from other performances due to factors that build. Internal factors and background appear for artists and performers. External factors emerge from the target and the dominant social institutions. The conclusion from this study showed that Reog Singo Mangku Joyo has a different style of performance with other art shown on the character of each individual and the group.
Keywords: Style, Reog Ponorogo, Reog Singo Mangku Joyo
Abstrak Reog Singo Mangku Joyo merupakan salah satu Reog Ponorogo yang hidup di wilayah
Surabaya yang memiliki eksistensi yang tinggi. Hal ini didasarkan atas banyaknya pertunjukan yang disajikan di berbagai daerah. Sajian tersebut berhubungan dengan gaya pertunjukan Reog Singo Mangku Joyo.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana gaya pertunjukan Reog Singo Mangku Joyo?, (2) Faktor–faktor apa yang membangun gaya pertunjukkan Reog Singo Mangku Joyo?. Tujuan penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah yang ada. Teori yang digunakan adalah teori gaya. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan lokasi Reog Singo Mangku Joyo di Gubeng kertajaya V Surabaya. Penelitian ini mencari data dengan tehnik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi metode dan sumber. Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis Taksonomi.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa gaya pertunjukan Reog Singo Mangku Joyo terletak pada gerak, iringan musik, dan tata rias dan busana. Gaya tersebut muncul karena adanya individu dan kelompok dari Reog Singo Mangku Joyo. Karakter yang membedakan dari pertunjukan yang lain karena adanya faktor-faktor yang membangun. Faktor internal muncul adanya dan latar belakang seniman dan pelaku seni. Faktor eksternal dimuncukan binaan instansi dan dominan sosial masyarakat. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa Reog Singo Mangku Joyo memiliki gaya pertunjukan yang berbeda dengan kesenian yang lain yang ditunjukkan dari karakter masing–masing individu dan kelompok.
Kunci: Gaya, Reog Ponorogo, Reog Singo Mangku Joyo
1
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216
Reog merupakan salah satu bentuk pertunjukan yang
tumbuh dari Kota Ponorogo yang memiliki karakteristik
dan ciri bentuk pertunjukan berbeda. Pertunjukan Reog
memiliki beberapa tokoh diantaranya Dhadak Merak,
Bujang Ganong, Klana Sewandana, Jathil, Warok.
Alunan musik seperti kendang, kempul, slompret, gong,
dan angklung mengiringi jalannya pertunjukan.
Kesenian Reog Ponorogo saat ini banyak dikenal
dan diminati masyarakat Surabaya sebagai sarana untuk
pelestarian budaya daerah. Perkembangan Reog Ponorogo
di Surabaya sudah semakin pesat. Di antara 62 Group
Reog terdapat salah satu group yang bernama Singo
Mangku Joyo. Masyarakat Surabaya sudah mengetahui
beberapa prestasi yang diperoleh Reog Singo Mangku
Joyo dan eksistensi yang tinggi.
Upaya mempertahankan terletak pada kerjasama
keluarga untuk tetap satu dan menghindari individualisme.
Hal terpenting dari Reog Singo Mangku Joyo yaitu terikat
adanya ikatan persaudaraan sebagai kekuatan dan
kemajuan. Kunjungan wisatawan dari luar negeri ke Kota
Surabaya juga dimanfaatkan Reog Singo Mangku Joyo
sebagai upaya untuk tetap mempertahankan minat
masyarakat.
Berpijak dari paparan tersebut maka peneliti
tertarik untuk melakukan sebuah kajian analisis yang
mendalam terhadap gaya Reog Singo Mangku Joyo di
Gubeng Kertajaya Surabaya. Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah (1) Bagaimana gaya pertunjukan
Reog Singo Mangku Joyo?, (2) Faktor–faktor apa yang
membangun gaya pertunjukkan Reog Singo Mangku
Joyo?. Tujuan penelitian ini untuk menjawab rumusan
masalah yang ada. Teori yang digunakan adalah teori
gaya. Metode penelitian menggunakan pendekatan
kualitatif dengan lokasi Reog Singo Mangku Joyo di
Gubeng kertajaya V Surabaya. Penelitian ini mencari data
dengan tehnik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Validitas data menggunakan triangulasi metode dan
sumber. Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan analisis Taksonomi.
Pembahasan
Sekilas Latar Belakang Reog Singo Mangku Joyo
Reog Singo Mangku Joyo merupakan suatu
komunitas Reog yang berdomisili di daerah Kertajaya,
Surabaya, Jawa Timur yang berdiri pada tahun 1968.
Komunis Reog ini diawali dari sekumpulan kesenian
Jaranan yang bernama Suko Budi Joyo yang dipimpin
oleh Wagiyo (alm) dan diteruskan oleh putranya yang
bernama Padi Joyo (alm) pada tahun 1940. Pertunjukan
Jananan Reog Singo Mangku Joyo bermula dari Jaranan
Dor.
Pada tahun 1970 nama Suko Budi Joyo ganti
menjadi Beringin Sakti. Tahun 1990 berganti nama
menjadi Reog Singo Mangku Joyo. Hal ini didasari atas
kesepakatan anggota dan Padi Joyo . Reog Singo Mangku
Joyo diartikan sebagai Reog yang tetap menyatu dan
mampu mengangkut harkat dan martabat Reog yang
dipimpin oleh keluarga Padi Joyo.
Tahun 2001 Reog Singo Mangku Joyo resmi dan
disyahkan oleh anggota bahwa Hendy Eko Aryanto
sebagai pimpinan dan Sugianto sebagai koordinator.
Kepiawaian dapat dilihat dari dari kegiatan Festival Reog
baik bertaraf Regional, Nasional, maupun Internasional
Reog Singo Mangku Joyo selalu mendapat kejuaraan.
Gambar 1Reog Singo Mangku Joyo (Reog Cilik) dalam
acara Kick Andy(Foto, Dokumentasi Hendy eko Aryanto,
2009)
Gambar 2 Piagam penghargaan yang sudah
diraih oleh Reog Singo Mangku Joyo(Foto, Dokumentasi Pipin Dwi
Pangesti, 2015)
Gambar 3Salah satu sertifikat penghargaan yang sudah diraih oleh Reog Singo
Mangku Joyo(Foto, Dokumentasi Pipin Dwi
Pangesti, 2015
Struktur Pertunjukan Reog Singo Mangku Joyo
Gerak dalam kesenian Reog terdapat beberapa
unsur. Unsur tari digunakan sebagai penunjang pentas
Reog Singo Mangku Joyo dibedakan menjadi 3 macam,
sesuai dengan kebutuhan dan sifat pementasan itu sendiri
yaitu tari lepas, tari utuh, tari iring-iringan, tari
Patrajayan. Tari lepas adalah pementasan tari secara
sendiri–sendiri, dimana masing–masing peraga menari
secara bergantian dan berurutan sesuai dengan pedoman
yaitu tari warok, Jathilan, Bujangganong, Klono
Sewandono, Dhadak Merak. Tari utuh/ Merak Tarung
adalah penampilan Reog secara utuh (keseluruhan) tari
utuh ini seluruh peraga Reog Singo menari bersama–sama
kemudian dilanjutkan dengan perang antara Barongan
dengan Barongan (apabila dalam satu unit Reog terdapat
2 atau lebih Dhadak Merak). Perang Barongan dengan
Jathilan, Barongan dengan Bujangganong, dan akhirnya
Barongan karena terkena sabetan Pecut Samandiman
kemudian dilanjutkan dengan tari Iring- Iringan. Tari
iring–iringan adalah pagelaran tari Reog dalam posisi
berjalan berurutan. Pada tempat–tempat tertentu
(perempatan jalan, di depan rumah orang yang dihormati,
di depan pejabat) berhenti untuk menampilkan tari lepas,
maupun tari utuh yang disebut dengan istilah Iker
Musik adalah partner tari. Musik erat sekali
kaitannya dengan tari dari dorongan atau naluri ritmis
manusia. Iringan tari yang berasal dari si penari sendiri
disebut iringan internal tetapi dalam perkembangan lebih
lanjut iringan tari sering datang dari luar penari atau
dilakukan orang lain disebut iringan eksternal.
Gamelan atau masik Reog Singo Mangku Joyo
berfungsi sebagai tetabuhan dan pengiring pagelaran
kesenian Reog Singo Mangku Joyo yang sangat dominan,
diantaranya Slompet, Kendang, Ketipung, Kethuk dan
Kenong, Kempul, Angklung, Gong Besar. Aransemen
Gamelan Reog Singo Mangku Joyo dalam fungsinya
sebagai pengiring sebuah tari yaitu Gendhing Panaragan,
Gending Kebogiro, Gendhing Sampak, Potrojayan
Gendhing Panaragan dipergunakan
iringan joget/tari iring–iring dan tetabuhan
biasa yang dapat diikuti dengan lagu-lagu
sesuai dengan keinginan. Berfungsi untuk
mengiringi tari iring–iringan (arak-arakan).
Gendhing ini juga dapat untuk mengiringi
suatu formula lagu tertentu yang
diperdengarkan lewat slompret. Gending
Kebogiro: sebagai iringan tari Pujangganong
dan Kiprah Klana Sewandono. Gendhing
Sampak: sebagai Iringan tari Barongan, tari
Jathilan dan adegan tari perang–perangan
dalam pentas tari–tarian utuh maupun merak
tarung. Gending Potrojayan: adalah gending
Panaragan dalam tabuhn tempo lambat pada
tari iring–iringan yang diselingi dengan
gerakan di tempat. Gending Obyog sebagai
iringan tari Barongan atau untuk tabuhan
menjelang pentas Reog.
Tata rias adalah salah satu sarana penunjang
dalam sebuah pertunjukan, baik itu untuk seni fashion
3
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216
show, seni drama, seni tari, ketoprak maupun pada
pertunjukan wayang orang. Tata rias yang digunakan di
dalam seni pertunjukan tersebut mempunyai bentuk yang
berbeda disesuaikan dengan kebutuhan pertunjukan.
Lewat perubahan wajah maka pemain akan mampu
mendukung suasana dan peran yang dilakukan pada saat
pementasan.
Menurut Eko Wahyuni Tata rias dan busana
adalah pengaturan rias dan busana yang dikenakan penari
guna untuk menonjolkan karakter tari yang dibawakan
dan bentuk ragawi penari agar dapat terlihat jelas. Rias
dan busana adalah aspek visual pendukung tari yang
secara langsung dapat dinikmati oleh penonton. Rias dan
busana merupakan dua serangkai yang tidak dapat
dipisahkan sebagai pendukung penyajian suatu bentuk
tari.
Fungsi rias dan busana dalam tari adalah untuk
memperjelas tema dan karakter tari. Tata rias dan busana
untuk tari bukan hanya memperhitungkan aspek
kemeriahan atau glamornya saja, melainkan memiliki
makna lain baik dari bentuk yang simbolis maupun realis.
Melalui warna, motif, corak, busana serta bentuk rias yang
dipakai dapat memberikan penjelasan kepada penonton
mengenai perwatakan dari bentuk yang lain.
Tata rias dan busana merupakan unsur yang
dominan dalam setiap pementasan Reog Singo Mangku
Joyo. Sebuah pertunjukan tanpa dimaknai dengan unsur
tata rias dan busana dapat mengurangi nilai estetika
maupun etika bentuk pertunjukkan tersebut.
Busana pelaku Reog Singo Mangku Joyo terdiri
dari warna hitam, merah, putih dan kuning. Hal ini
mengandung arti dan karakteristik sendiri–sendiri. Warna
hitam melambangkan sifat berwibawa, tenang dan berisi.
Warna merah berarti berani sesuai dengan karakter tari
yang heroik. Warna putih berarti keberanian yang
dilandasi dengan tujuan suci. Kuning berarti mempunyai
cita–cita untuk memperoleh kebahagiaan dan kejayaan.
Warna-warna busana tersebut mempunyai makna
pengendalian diri manusia dan nafsu yang berhubungan
dengan nilai–nilai spriritual maupun nilai/ajaran Kejawen
sebagai pedoman (tuntunan) tingkah laku manusia. Warna
hitam merupakan lambang pengendalian nafsu aluamah.
Warna merah merupakan lambang pengendalian nafsu
amarah. Warna putih merupakan lambing pengendalian
nafsu mutmainah. Warna kuning merupakan lambang
pengendalian nafsu supiah.
Tata rias wajah peran/pelaku Reog Singo
Mangku Joyo sangat diperlukan. Tata rias wajah dan
busana disamping menambah keindahan pelaku dan
mendukung pentas juga berguna untuk membedakan
watak (karateristik) dan masing– masing pelaku seni.
Gaya Tari Dhadak Merak Reog Ponorogo Singo
Mangku Joyo
Gaya gerak tari Dhadak Merak Reog Singo
Mangku Joyo terletak pada motif gerak kayang dan
gulung. Gerak kayang adalah posisi jatuh ke belakang
dengan posisi kaki tetap berdiri tegap. Kekuatan mereka
hanya pada pinggang dan gigitan pada topeng.
Gerakan gulung adalah gerakan sabetan topeng
berputar ke bawah kemudian berdiri. Hal tersebut
diakibatkan postur tubuh dan kekuatan masing-masing
penari berbeda yang dilakukan secara berulang-ulang.
Tujuan dari atraksi tersebut adalah semata-mata untuk
mengungah semangat penari Dhadak Merak yang lain.
Iringan musik pada tari Dhadak Merak Reog
Singo Mangku Joyo terletak pada aransemen slompret
dibuat dengan nada-nada panjang (ngelik). Dhadak Merak
merupakan penari yang tidak memerlukan tata rias wajah.
Penampilannya hanya menggunkan topeng. Busana yang
dikenakan antara lain, Celana panjang gombyok berwarna
hitam bergombyok merah dan kuning, Embong gombyok,
Sabuk/epek timang, Setagen (ubet) cinde, Cakep hitam,
Baju kimplong.
Gaya Tari Klono Sewandono Reog Ponorogo Singo
Mangku Joyo
Tari ini mengungkapkan Raja yang sakti
mandraguna. Prabu Klono Sewandono yang memiliki
pusaka andalan yang berupa Cemeti sebutan Kyai pecut
Samandiman. Pusaka tersebut untuk melindungi dirinya.
Gerak tari menggambarkan kegagahan dan kesaktian
seorang raja yang kasmaran.
Klono Sewandono dalam Reog Singo Mangku
Joyo tari Klono Sewandono jarang bahkan tidak pernah
ditampilkan jika tidak dalam acara penting seperti Fertival
Reog Nasional dan acara–acara besar yang lain. Penari
Klono Sewandono pada Reog Singo Mangku Joyo
biasanya mengambil dari sanggar maupun instansi terkait
yang mengikuti karakter dan keinginan Reog Singo
Mangku Joyo. Tujuannya menyatu dengan karakter orang
Reog Singo Mangku Joyo.
Gaya tari Klono Sewandono Reog Singo Mangku
Joyo merupakan gaya yang bersifat individual yaitu
menonjolkan kekuatan gaya dari seniman penciptanya.
Gerak tersebut disesuaikan dengan gaya pribadi yang
mengekspresikan pribadi seniman pencipta. Reog Singo
Mangku Joyo membebaskan dan mendukung kreativitas
penari Klono Sewandono.
Iringan musik tari Klono Sewandono sudah
masuk pada iringan musik Kebogiro. Penampilannya
hanya menggunakan topeng. Adapun busana yang
dikenakan Klana Sewandono sebagai berikut: Celana
panjang cinde warna merah, Kain panjang (jarit) parang
barong warna putih, Bara–bara samir, Epek timang,
Setagen (ubet) cinde, Uncal Sampur merah dan sampur
kuning, Kace, Ulur, Cakep, Klat bahu, Keris blangkrak,
Praba, topeng, Binggel, Pecut samandiman.
Gaya Tari Bujangganong Reog Ponorogo Singo
Mangku Joyo
Bujangganong (Ganongan) atau Patih Pujangga
Anom adalah patih Klono Sewandono yang mempunyai
keahlian dalam seni bela diri. Bujangganong
menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang cekata,
berkemauan keras, cerdik, jujur, taat, jenaka dan sakti
berpostur kurus. Dramatika pertunjukan ini
Bujangganong menerima perintah Prabu Klono
Sewandono untuk melamar Putri Kediri.
Tari Bujangganong pada Reog Singo Mangku
Joyo lebih menunjukkan identitas dengan kekuatan dalam
memainkan akrobatik. Identitas tersebut muncul pada
individu-induvidu penari Bujangganong. Setiap penari
Bujangganong Reog Singo Mangku Joyo memiliki
karakter gerak dan ciri khas gerak. Akrobatik yang paling
khas yaitu gerak putar badan yaitu gerak dengan posisi
kayang kemudian berputar dengan membalikkan badan
dengan posisi badan tetap kayang.
Jalan lenggang proses gerak jalan lenggang
sebelumnya harus melakukan tanjak terlebih dahulu.
Tanjak disini tidak seperti yang dilakukan penari
Pujangganong yang lain karena posisi kakinya kaki
membuka lurus dengan berat badan tegap. Tanjak
merupakan ciri khas dari penari Pujangganong Reog
Singo Mangku Joyo. Urutan gerakan jalan lenggang
diawali dengan kaki kanan dilanjutkan kaki kiri posisi
badan tetap tegap namun ada tekan yang mengikuti gerak
tangan.
Gerak ini murni dari gaya dari Siswanto karena
proses dari penggunakan gerak ini berawal sejak penari
berumur 3 tahun. Kurung waktu dari penari
Pujangganong kecil hingga sekarang juga menentukan
ragam gerak jalan lenggang tersebut menjadi sebuah gaya
yang dimiliki oleh penari Pujangganong. Ragam jalan
lenggang ini juga menjadi sebuah identitas pada tari
Pujangganong karena setiap beberapa ragam yang
dilakukan gerak ini selalu muncul di dalam melakukan
atraksi pertunjukan.
Tehnik melakukan ragam gerak jalan lenggang
pada tari Pujangganong mempunyai ciri khas pada
tekanan bahu dan sikap badan dan kekuatan kaki.
Tekanan bahu merupakan pengaruh dari gerak tangan dan
tangan tidak terlalu lebar karena didominasi dari tumpuan
siku sampai ujung jari. Sehingga bentuk dalam ragam
gerak jalan lenggang tidak sama dengan penari
Pujangganong yang lain karena Siswanto dalam
melakukan gerak ini secara proses kurun waktu sudah
dilakukan bertahun-tahun. Walaupun sebelumnya penari
ini sudah pernah berapresiasi bersama kelompok Singo
5
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216
Mangku Joyo. Tari Pujangganong Reog Singo Mangku
Joyo setiap melakukan gerak tari Pujangganong tidak
menggunakan urutan gerak seperti halnya tari lepas
karena setiap penampilan tergantung dari kreativitas
penari.
Hal ini menunjukkan bahwa ciri khas tari tradisi
selalu bergantung dari hentakan kendang sebagai
pamorbo iromo dan kreativitas seniman yang tidak
bergantung pada urutan gerak. Sebagai identititas yang
paling menonjol pada gerak tangan dan posisi kaki.
Bentuk jari tangan sebagai identitasnya ialah posisi jari
tangan membuka jari kiri agak ngepel yaitu ketiga jari
masuk.
Penari Bujangganong yang lain pada Reog
Singo Mangku Joyo mempunyai gerak dengan melompat–
lompat dengan posisi tangan dibawah kaki diatas. Gaya
pada tari Bujangganong Reog Singo Mangku Joyo
merupakan gaya individual yang bersifat asertif. Gaya
tersebut muncul karena ekspresi-ekpresi masing-masing
penari Bujangganong Reog Singo Mangku Joyo.
Tehnik pemukulan alat musik yaitu
menyesuaikan tehnik improvisasi yang diciptakan oleh
penari Bujanganong terutama pada alat musik Kendang.
Tari Bujangganong sangat dominan dengan alat musik
Slompret dimana pengembangan slompret selalu ngelik.
Hal tersebut terletak pada mencapaian intonasi yang tinggi
yaitu pada nada 5 (atas).
Penampilannya hanya menggunakan topeng.
Adapun busana yang dipakai pada tari Bujangganong
yaitu Celana dingkikan, Binggel, Embong gombyok, Epek
timang, Cakep hitam, Sampur merah dan sampur kuning,
Baju rompi , Topeng Bujangganong.
Gaya Tari Warok Reog Ponorogo Singo Mangku
Joyo
Warok memiliki makna wong kang sugih
wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya,
seseorang menjadi warok karena mampu memberi
petunjuk atau ajaran kepada orang lain tentang hidup yang
baik. Warok adalah seorang yang betul-betul menguasai
ilmu baik lahir maupun bathin, ada 3 istilah dalam warok
antara lain, Warok tua berfungsi sebagai penanggung
jawab dan mengayomi apabila terjadi masalah, Warok
muda yaitu warok yang sedang memperdalam ilmu,
Warokan adalah orang yang berpenampilan seperti warok
dan mempunyai ilmu.
Gerak tari Warok pada Reog Singo Mangku Joyo
yang dipakai pada pertunjukan di setiap pementasan
berbeda dari gerak yang disajikan pada ajang Fertival
Reog Nasional yaitu lebih sederhana. Kesederhanan
tersebut tidak merubah porsi seorang penari warok yang
gagah dan tangguh.
Gaya tari warok Reog Singo Mangku Joyo
terletak pada volume gerak yang lebar dan penekanan
aksen gerak yang jelas. Tujuan memberikan unsur
kegagahan. Aksen gerak menjelaskan bahwa Warok
mempunyai karakter yang tegas. Pola gerak terdapat
bagian berhenti (deg-degan/ pause) kemudian bergerak
kembali. Warok Reog Singo Mangku juga memunculkan
atraksi akrobatik yang sederhana. Atraksi tersebut hanya
gerak-gerak salto, lompatan, dan junjungan lawan. Gaya
pada gerak tari Warok adalah gaya yang bersifat komunal
yaitu ditarikan secara berkelompok dengan karakter dan
kekuatan yang sama.
Iringan musik tari Warok dibuka dengan system
ngelik. Gong mengikuti pola kendang setelah intro
dilanjutkan gending Giro kemudian ngungkung(sampak).
Bunyi selompret improvisasi kadang rata terkadang
ngelik. Pada ragam gerak angkatan kaki diam permainan
kendang ikut diam (terdapat degdegan). Terakhir ditutup
dengan tabuhan Giro dan tabuhan kendang masih dalam
pola dinamika.
Warok memakai tata rias wajah gagahan. Warok
juga menggunakan wok (hiasan rambut pada dagu). Tata
rias Warok dominan dengan warna merah untuk unsur
garang dan warna hitam yang digunakan untuk
mempertajam karakter. Busana Warok yaitu, Celana hitam
kombor (longgar), jaret, Kolor, Setagen (ubet), Baju
Wakthung Iket gadung mondholan.
Gaya Tari Jathilan Reog Ponorogo Singo Mangku
Joyo
Tari Jathilan berkembang menjadi tarian kesatria
menunggang kuda (yang terbuat dari anyaman bambu)
dengan tema tari pria berpasangan (kelompok. Tari
Jathilan atau yang biasa disebut Jaranan, adalah
menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang
sedang berlatih perang diatas kuda. tari lebih cenderung
feminim .
Gerak tari Jathilan Reog Singo Mangku Joyo
merupakan gerak dari Festival Reog Nasional yang sudah
disederhanakan. Tetapi tidak meninggalkan gerak inti dari
gerak yang sudah diciptakan. Identitas bahwa gerak
tersebut dapat mengantarkan Reog Singo Mangku Joyo
dalam ajang festival dan meraih kejuaraan merupakan
tujuan dari penggunaan gerak tersebut. Kesederhanan
tersebut juga bermaksud agar penari yang mempunyai
tehnik kurang dapat mudah menirukan dengan cepat.
Gaya tari Jathilan Reog Mangku Joyo terlihat
pada gerak silatan. Hal tersebut dimaknai bahwa gerak
silatan menunjukan identitas tari Jathilan pada Reog
Singo Mangku Joyo sebagai gerak ketangkasan prajurit
berkuda dalam melawan kejahatan. Gaya pada tari
Jathilan tergolong gaya komunal yaitu bentuk tari yang
ditarikan secara berkelompok.
Iringan musik pada tari Jathilan iringan Gong
mengikuti pola kendang. Iringan musik tari Jathilan Singo
Mangku Joyo sudah dimasukan musik remo sebagai
ragam gerak. Pada iringan musik tari Jathilan terdapat
lagu/tetembangan yang ikut mengiringi.
Jhatilan memakai tata rias wajah pria alus lanyap
(mendekati gagahan). Tata rias tari Jathilan menggunakan
tata rias cantik yang dominan warna eye shadow
disesuaikan dengan selera para penari Jathilan. Adapun
busana yang dikenakan pada tari Jathilan yaitu Celana
dingkikan kepanjeng, Kain panjang parang barong,
Bara–bara samir, Sampur merah dan sampur kuning,
Epek timang hitam, Setagen cinde, Hem putih Pangkat
ter, Kace, Srempang, ter Cakep Iket hitam, Binggel, Eblek
(jaranan).
Faktor-faktor yang membangun gaya REOg sIngo
Mangku Joyo
Faktor Ekstern Dominan Sosial
Masyarakat
Para pemain atau personil dari Group Reog Singo Mangku Joyo terdiri dari masyarakat umum dan yang unik. Para pemain sebagian besar (90%) masih saudara. Adapun profesi sehari-hari anggota Reog Singo Mangku Joyo (98%) berprofesi Wiraswasta, dimana pendapatan perhari cukup pas-pasan (cuma cukup untuk makan). Profesi (pekerjaan) sehari-hari anggota Reog Singo Mangku Joyo antara lain : Satpam, tukang becak, kuli angkut semen, kuli bangunan, tukang parkir, sopir, satpam, tukang tambal ban, tukang sampah dll. Tetapi terdorong dengan jiwa seni yang dimiliki atau yang mengalir di jiwa, mereka tetap mengembangkan kesenian yang telah ada/dirintis sejak lama oleh para sesepuh Singo Mangku Joyo.
Bakat seni yang mengalir dan melekat pada diri mereka merupakan bakat seni alami. Bakat tersebut turun-temurun dari generasi ke generasi tanpa didasari pengetahuan pendidikan kesenian. Pelajaran yang mereka dapatkan yaitu dari lingkungan tempat tinggal.
Faktor sosial penanggap juga mempengaruhi pertunjukan pada Reog Singo Mangku Joyo, diantara durasi pertunjukan, alur/cerita pertunjukan, jumlah pelaku seni yang biasanya disesuaikan dengan dana pertunjukan.
Faktor Ekster (Binaan Instansi Terkait)Salah satu instansi yang rutin
memberikan sponsor adalah PLN. Hal ini membuat komunitas Reog Singo Mangku Joyo mampu bertahan dan tetap melakukan aktivitas berkesenian. Reog Singo Mangku Joyo sarat dengan Prestasi baik Prestasi tingkat Nasional maupun Internasional. Reog Singo Mangku Joyo menjalin kerjasama yang cukup solid antara penggelut seni Pemerintah Kota Surabaya khususnya Dinas Pariwisata (Disparta) Surabaya dan Paguyuban Reog
7
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216
Surabaya serta salah satu Instansi Militer (Bekangdam V/Brawijaya). Dhadhak Merak / Barongan (Krakap-Jawa) terpampang Logo Dharma Gati Ksatria Jaya merupakan sebagai tanda keterkaitan Reog Singo Mangku Joyo dengan beberapa instansi.
Reog Singo Mangku Joyo telah membawa nama harum bangsa Indonesia khususnya TNI-AD dan Bekangad di kancah Internasional yaitu Juara II Tingkat Dunia dalam rangka Festival Kesenian Tingkat Dunia di Tahiti mewakili Bangsa Indonesia. Logo Dharma Gati Ksatria Jaya selalu melekat di Dhadhak Merak, baik pelaksanaan pementasan di Dalam Negeri maupun pementasan di Luar Negeri. Logo Dharma Gati Ksatria Jaya di Dhadhak Merak tidak menjadikan personil Reog Singo Mangku Joyo bisa berbuat seenaknya, justru sebaliknya Reog Singo Mangku Joyo berusaha selalu menjaga nama baik TNI-AD di manapun mereka berada dan menunjukkan kepada mayarakat bahwa terdapat kemanunggalan antara TNI-AD dengan Rakyat, bahu membahu ikut serta melestarikan kesenian daerah khususnya seni Reog Ponorogo.
Kerjasama dengan berbagai pihak diperoleh pembinaan secara kontinyu dari Dinas Pariwisata Kota Surabaya diantaranya pembinaan langsung dan tidak langsung. Pembinaan langsung yaitu membantu sarana dan prasarana pertunjukan. Pembinaan secara tidak langsung yaitu memberi masukan dan mengarahkan tentang berkreasi didunia seni dan menjadwalkan program latian. Binaan instansi difungsikan untuk memperkuat dan memberikan dorongan perlindungan secara materi maupun non materi.
Faktor Intern Latar Belakang SenimanReog Singo Mangku Joyo mengambil
seniman atau penari dari instansi sekolah atau sanggar dari luar hanya untuk hal penting. Tujuannya adalah memaksimalkan bentuk pertunjukkan Reog Singo Mangku Joyo pada acara seperti Festival Reog Nasional, acara Dinas Pariwisata, dan acara–acara besar di luar kota. Seniman menambahkan unsur pertunjukan tambahan diantara tari-
tarian, pertunjukan Jaranan, dan atraksi akrobatik.
Tari yang ditampilkan oleh Reog Singo Mangku Joyo adalah tari Remo, tari Jejer, dan tari Jaipongan. Jananan Reog Singo Mangku Joyo bermula dari Jaranan Dor kemudian berkembang menjadi Jaranan Pegon dan perkembangan yang terakhir seluruh anggota hanya menyebutnya dengan pertunjukan Jaranan. Tarian ini memang sangat memukau penonton terutama pada saat penari mengalami kesurupan. Adegan kesurupan akan sangat menegangkan ketika penonton terlibat dalam pertunjukan seperti memberikan makan bola lampu, silet, rumput.
Gambar 4Atraksi
(Foto, Dokumentasi Hendy eko Aryanto, 2009)
Demonstrasi akrobatik ini memiliki beberapa model misalnya salto berkali-kali, antara penari yang saling diangkat sampai disusun tiga orang kemudian paling atas membalikkan tubuhnya dengan model kepala dibawah sedangkan kaki menjulur ke atas.
Faktor Intern Pelaku SeniAnggota komunitas Reog Singo
Mangku Joyo didominasi oleh satu garis keturunan. Anggota komunitas Reog ini uniknya tidak ada yang berasal dari Ponorogo. Mereka berantusias untuk mengembangkan pertunjukan Reog di Surabaya. Tujuannya agar masyarakat Kota Surabaya lebih mudah dalam mengakses dan
menjangkau kesenian Kota Ponorogo di Kota Surabaya. Berkesenian Reog ini bukanlah sebagai profesi utama mereka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun hanya sebagai profesi sampingan yang mereka gemari.
Anggota komunitas Reog Singo Mangku Joyo terdiri dari orang dewasa dan anak-anak yang mempunyai keahlian masing-masing. Melalui berkesenian Reog, komunitas Singo Mangku Joyo tidak hanya dapat menambah penghasilan keluarganya saja, namun juga para tetangga yang dahulu masih di dominasi oleh masyarakat asli dari Ponorogo. Mereka berantusias untuk ikut serta sebagai pelaku seni. Pelaku seni yang bermacam-macam sangat mempengaruhi struktur pertunjukan yang disesuaikan dengan peraturan yang dikemas Reog Singo Mangku Joyo. Pada tahun 2004 terdapat masalah keluarga yang akhirnya membuat keanggotaan komunitas Singo Mangku Joyo
PENUTUP
Simpulan
Reog Singo Mangku Joyo adalah suatu komunitas Reog yang berdomisili di daerah Kertajaya, Surabaya, Jawa Timur. Komunitas Reog ini pada merupakan sekumpulan kesenian Jaranan. Reog Singo Mangku Joyo merupakan nama yang terdiri dari tiga kata yaitu Singo, Mangku, Joyo. Reog Singo Mangku Joyo diartikan sebagai Reog yang tetap menyatu dan mampu mengangkut harkat dan martabat Reog yang dipimpin oleh keluarga Padi Joyo.
Banyak prestasi yang dikumpulkan oleh Reog Singo Mangku Joyo mulai dari Regional, Nasional, dan Internasional. Reog Singo Mangku Joyo juga sudah mempunyai anggota lebih dari 40 orang mulai dari anak- anak dan dewasa. Mereka tidak hanya sebagai pendukung dan pelopor kesenian Reog Singo Mangku Joyo tetapi sudah berperan penting pada setiap pertunjukkan yang digelar. Profesi dan keahlian mereka masing-masing sangat berpengaruh pada setiap pertunjukan.
Gaya Reog Singo Mangku Joyo dimunculkan pada unsur–unsur yang terkait
dari gaya pertunjukan, diantaranya gaya gerak, gaya iringan musik, dan gaya tata rias dan busana. Gaya tersebut muncul karena peran serta para pelaku seni Reog Singo Mangku Joyo dan peran serta seniman dari luar atas kesepakatan bersama. Gaya gerak tari dimunculkan pada kelima elemen yang terdapat pada kesenian Reog Singo Mangku Joyo.
Tari Dhadak Merak prinsipnya ungkapan geraknya menirukan gerak seekor Harimau. Dhadak Merak Reog Singo Mangku Joyo mengandalkan motif gerak kebatan pada setiap ragam gerak yang akan dilakukan. Selain itu ragam gerak kayang dan gulung yang dilakukan berkali – kali menjadi andalan pada setiap adegan. Tari Klono Sewandono mengungkapkan Raja yang sakti mandraguna. Gaya tari Klono Sewandono menggunakan gerak pakem yang diolah menjadi gerak lebih kera, tegas, tetap berwibawa disesuaikan dengan karakter iringan musik.
Tari Bujangganong yang merupakan salah satu tokoh enerjik, kocak, sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri. Tari Bujangganong Reog Singo Mangku Joyo lebih menunjukkan identitas dengan kekuatan dalam memainkan akrobatik. Akrobatik yang paling khas adalah putar badan. Tari Warok merupakan seorang yang betul- betul menguasai ilmu baik lahir maupun Bathin. Gaya tari Warok Reog Singo Mangku Joyo yang lebih dominan yaitu pada ragam gerak junjungan lawan tetapi ragam ini hanya terdapat pada acara Festival Reog Nasional. Tari Jathilan menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih perang diatas kuda. Gaya tari Jathilan Reog Mangku Joyo terlihat pada gerak silatan yaitu gerak tangan yang lebar dan tegas.
Gaya iringan musik juga dimunculkan pada karakter musik alat musik Reog Singo Mangku Joyo, diantaranya kendang, ketipung, kenong, kethuk, kempul, gong, angklung dan slompret. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Gong pada iringan musik Reog Singo Mangku Joyo mengikuti pola kendang. Kendang difungsikan sebagai tanda ragam gerak berikutnya. Slompret lebih banyak improvisasi yang berbeda pada setiap mengembangan gerak.
9
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216
Gaya tata rias wajah peran/ pelaku Reog Singo Mangku Joyo sangat diperlukan. Tata rias wajah dan busana disamping menambah keindahan pelaku dan mendukung pentas juga berguna untuk membedakan watak (karateristik) dan masing – masing pelaku seni. Tata rias peran/ pelaku Reog Singo Mangku Joyo sama dengan tata rias yang digunakan dalam Reog pada umumnya. Gaya busana peran/ pelaku Reog Singo Mangku Joyo terletak pada penggunaan lambang Reog Singo Mangku Joyo dan lambang dari PLN sebagai distributor. Lambang TNI- AD juga terdapat pada topeng Dhadak Merak. Tujuannya Identitas Reog Singo Mangku Joyo lebih dikenal masyarakat serta instansi/ binaan yang terkait bangga akan prestasi yang telah diraih Reog Singo Mangku Joyo.
Faktor Ekstern muncul adanya dominan sosial masyarakat anggota Reog Singo Mangku Joyo (98%) berprofesi Wiraswasta serta binaan instansi terkait dari TNI-AD dan PLN. Faktor internal yang membangun adalah seniman dan anggota komunitas Reog. Seniman menambahkan pertunjukan tambahan diantaranya jejer, remo, jaranan, dan atraksi akrobatik. Anggota komunitas terdiri dari satu garis keturunan. Saran
Pemerintah Kota Surabaya hendaknya lebih menunjukkan kepedulian kepada seni budaya daerah, sehingga kesenian daerah terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Pemerintah perlu senantiasa menciptakan berbagai kompetensi untuk memacu pertumbuhan seni pertunjukan daerah khususnya Reog.
Melihat dari banyaknya pendukung dan pelopor Reog Singo Mangku Joyo yang terbentuk dari karakter orang awam atau dapat dikatakan belum mengerti tentang tehnik dalam tari. Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan penelitian seni budaya juga harus melakukan upaya- upaya penyuluhan dan memberikan pelatihan pada masyarakat yang tergabung dalam kesenian seperti Reog Singo Mangku Joyo. Pengetahuan dan ketrampilan dapat berdampak pada kematangan pemikiran masyarakat terhadap pentingnya ilmu dan
pengetahuan serta tegnologi bagi pengembangan kesenian.
Reog Singo Mangku Joyo perlu mempertahankan serta mengembangkan bentuk kesenian Reog agar lebih dikenal diberbagai kalangan dan diberbagai daerah hingga diberbagai Negara. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pelaku seni sangat penting. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pelatihan-pelatihan khusus dengan bantuan bimbingan dan pembinaan.
Penelitian ini tentunya terdapat kekurangan–kekurangan dan keterbatasan. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga penulisan ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian selajutnya. Bagi penelitian yang akan datang yang ingin mengembangkan hasil penelitian hendaknya memiliki cukup informasi untuk landasan awal penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rikena Cipta.
Barmin. 2003. Reog Nusantara: Kisah di balik Bulu Merak. Ponorogo: Galeri Wacana.
Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Christinawati dkk, Ariwibowo. 2012. Ludruk dan Reog. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.
Dewaruci. 2005. Reog Obyogan: Perubahan dan Kebelanjutan Cara Penyajian dalam Pertunjukkan Reog Ponorogo. ISSN, 1412-4181 (Jurnal: Pengkajian dan Penciptaan Seni).Vol.3/Nomor2/Desember.Surakarta: Program Pendidikan Pascasarjana.
Hartono. 1980. Reyog Ponorogo. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hadi, Sumandiyo.2002. Sosiologi Tari: Sebuah Telaah Kritis yang Mengulas Tari dari Zaman ke Zaman Primitof, Tradisional, Modern hingga Kontemporer. Yogyakarta Pustaka.
Hadi, Sumadiyo.2007. Kajian Tari Teks dan Konteks. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Karim, Abdul, dkk. 2014. Buku Panduan Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Negeri Surabaya Fakultas Bahasa dan Seni.
Kusnawati, Muntik. 2004.”Fungsi dan Makna Tari Jatilan Baki di Paguyupan Seni Reog Pujonggo
Anom Ponorogo”. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JSDTM FBS Unesa.
Maleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.
Martono, Hendro. 2012. Koreografi Lingkungan: Revitalisasi Gaya Pemanggungan dan Gaya Penciptaan Seniman Nusantara. Yogyakarta: Cipta Media.
Maryono. 2011. Penelitian Kualitatif Seni Pertunjukkan. Surakarta: ISI Press Solo.
Meri, La. 1896. Elemen–Elemen Dasar Komposisi Tari. Terjemahan Soedarsono. Yogyakarta: Lagalilo.
Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi: Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Moelyadi. 1986. Ungkapan Sejarah Kerajaan Wengker dan Reyog Ponorogo. Ponorogo: Dewan Pimpinan Cabang Pemuda Panca Marga Leguin Veteran Republik Indonesia Daerah Kabupaten Tingkat II.
Nuaraini, Indah. 2011. Tata Rias & Busana: Wayang Orang Gaya Surakarta. Yogyakarta: ISI Yogayakarta.
Pemkab Daerah Tingkat II Ponorogo, 1996. Pedoman Dasar Kesenian Reog Ponorogo dalam Pentas Budaya Bangsa, Pemkab Daerah Tingkat II Ponorogo, Ponorogo.
DAFTAR PUSTAKA MAYA
Aryanto, Hendy, 2009. Upaya Pelestarian Kesenian Daerah Khususnya Reog Ponorogo Dalam Rangka Ikut Serta Melestarikan Budaya Yang adi Luhung. (online), (http//reogsingomangkujoyotni-adblogspot.com, diakses pada 29 Maret 2015).
Asriati, Afifah. 2006. Gaya Tari Dalam Perspekstif Kontekstual. (online), (http://www.cimbuak.net/artikel/48-kesenian/714-gaya-tari-dalam-perspektif-kontekstual9, diakses pada 10 Maret 2015)
Erwinda Hapsari. 2012. Asumsi. (online), (http//: erwindahapsari. Blogspot. Com/2012/06/ asumsi.html?m=1, diakses pada 23 Februari 2015).
Pengertian Tari Tradisional Menurut Para Ahli. (online), (laportadoradesuenos. Blogspot. com/2014/12 pengertian-tari-tradisional-dari-parahtml?m=1, diakses pada 10 maret 2015)
Tari Tradisional. (online), (http//bangakilwordpress.com/2012/03/02/makalah- tari-tradisional/, diakses pada 12 Maret 2015)
sukasuka026. Blogspot.com/20013/06 prinsip-bentuk-seni _24html?m=1, diakses pada 12 Maret 2015)
11
Recommended